plagiarism checker x originality...

47
Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 28% Date: Tuesday, October 08, 2019 Statistics: 3195 words Plagiarized / 11598 Total words Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement. ------------------------------------------------------------------------------------------- i i i PENGEMBANGAN BUDAYA RELIGIUS DI SEKOLAH Internalisasi Nilai Ajaran Agama Hindu Edisi Kedua Oleh : Dr. Heny Perbowosari, M.Pd. i i i PENGEMBANGAN BUDAYA RELIGIUS DI SEKOLAH Internalisasi Nilai Ajaran Agama Hindu Edisi Kedua Penulis: Dr. Heny Perbowosari, M.Pd. Editor : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H. PENERBIT : Jayapangus Press REDAKSI : Jl. Ratna No.51 Denpasar - BALI Telp. (0361) 226656 Fax. (0361) 226656 http://jayapanguspress.org Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Katalog Dalam Terbitan (KDT) ISBN : 978-602-74901-9-2 i v KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Dengan rasa angayubagia kehadapan Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan rahmat Beliau, maka penan g erjudul enganBuda a Religius Di Sekolah (Internalisasi Nilai Ajaran Agama Hindu) ” ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku ini merupakan hasil penelitian dan kajian ilmiah tentang pengembangan budaya religius yang seharusnya bisa dilakukan pada jenjang pendidikan terutama di Sekolah Menengah Pertama khusunya di Provinsi Bali. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan buku ini, berbagai pihak telah memberikan saran-saran yang bersifat membangun, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija, M.Si., Rektor Institut Hindu Negeri Denpasar yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam penulisan buku ini, Dr. Drs. I Nyoman Linggih, M.Si., Dekan Fakultas Dharma Acarya yang telah memberikan kesempatan dan dorongan dalam menyelesaikan penulisan buku ini, dan Ibu Made Serigati, S.Pd.,M.Pd, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Petang Kabupaten v Badung yang telah memberikan ijin dan kesempatan dalam melaksanakan penelitian.

Upload: others

Post on 28-Dec-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 28%

Date: Tuesday, October 08, 2019

Statistics: 3195 words Plagiarized / 11598 Total words

Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.

-------------------------------------------------------------------------------------------

i i i PENGEMBANGAN BUDAYA RELIGIUS DI SEKOLAH Internalisasi Nilai Ajaran Agama

Hindu Edisi Kedua Oleh : Dr. Heny Perbowosari, M.Pd. i i i PENGEMBANGAN BUDAYA

RELIGIUS DI SEKOLAH Internalisasi Nilai Ajaran Agama Hindu Edisi Kedua Penulis: Dr.

Heny Perbowosari, M.Pd. Editor : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H. PENERBIT :

Jayapangus Press REDAKSI : Jl. Ratna No.51 Denpasar - BALI Telp. (0361) 226656 Fax.

(0361) 226656 http://jayapanguspress.org Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Katalog Dalam Terbitan (KDT) ISBN : 978-602-74901-9-2 i v KATA PENGANTAR Om

Swastyastu, Dengan rasa angayubagia kehadapan Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang

Maha Esa karena atas karunia dan rahmat Beliau, maka penan g erjudul enganBuda a

Religius Di Sekolah (Internalisasi Nilai Ajaran Agama Hindu) ” ini dapat terselesaikan

dengan baik.

Buku ini merupakan hasil penelitian dan kajian ilmiah tentang pengembangan budaya

religius yang seharusnya bisa dilakukan pada jenjang pendidikan terutama di Sekolah

Menengah Pertama khusunya di Provinsi Bali. Penulis juga menyadari bahwa dalam

penulisan buku ini, berbagai pihak telah memberikan saran-saran yang bersifat

membangun, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija, M.Si.,

Rektor Institut Hindu Negeri Denpasar yang telah memberikan dorongan dan bantuan

dalam penulisan buku ini, Dr. Drs. I Nyoman Linggih, M.Si., Dekan Fakultas Dharma

Acarya yang telah memberikan kesempatan dan dorongan dalam menyelesaikan

penulisan buku ini, dan Ibu Made Serigati, S.Pd.,M.Pd, Kepala Sekolah SMP Negeri 1

Petang Kabupaten v Badung yang telah memberikan ijin dan kesempatan dalam

melaksanakan penelitian.

Page 2: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

Penulis menyadari bahwa penulisan buku ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, maka kritik dan saran yang

sifatnya membangun penulis harapkan demi kebaikan dan kesempurnaan karya tulis ini.

Sebagai akhir kata semoga buku ini bukan akhir dari segalanya melainkan awal dari

lahirnya karya-karya yang lebih baik dan berguna untuk kepentingan pengembangan

ilmu dan pembangunan. Om Santih, Santih, Santih Om.

Denpasar, Pebruari 2018 Penulis, Heny Perbowosari vi DAFTAR ISI HALAMAN DALAM …

ii REDAKSI iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI v BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II

MENGENAL TENTANG BUDAYA RELIGIUS 10 10 B. Internalisasi Nilai Ajaran Agama

Hindu 17 26 BAB III DUKUNGAN WARGA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN

BUDAYA RELIGIUS 37 A 38 B. 40 C. Dukungan sesama murid 42 D. Dukungan sesama

karyawan 43 E.

Dukungan Keluarga 43 BAB IV PENGEMBANGAN BUDAYA RELIGIUS SEKOLAH MELALUI

INTERNALISASI NILAI AJARAN AGAMA HINDU DALAM MENINGKATKAN PERILAKU

KEAGAMAAN PADA SISWA 45 vii A. Kegiatan Awal …… 45 B. Perancangan Model

Pengembangan Budaya Religius melalui Internalisasi Nilai Ajaran Agama Hindu … 49 C.

Validasi Ahli ………………………………………… 52 D. Revisi Rancangan Model

……………………………. 53 E.

Uji Coba Model Pengembangan Budaya Religius Melalui Internalisasi Nilai Ajaran Agama

Hindu … 57 F. Model Akhir Pengembangan Budaya Religius …….. 59 BAB V

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN BUDAYA RELIGIUS SEKOLAH ……………………………….. 60

A. Pembiasaan kegiatan rutin keagamaan ……… 62 B. Memberikan keteladanan dalam

pelaksanaan budaya rgius……… 65 C.

Memberikan motivasi dalam pelaksanaan buda reli… 67 BAB VI PENUTUP

……………………………………………… 69 DAFTAR PUSTAKA … 71 CURRICULUM VITAE

……………………………………………. 73 1 BAB I PENDAHULUAN Pembangunan bidang

pendidikan merupakan salah satu pembangunan aspek sosial dan budaya merupakan

bagian yang sangat penting dan tidak dapat ditawar lagi dan menjadi suatu keharusan

dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia agar memiliki

kemampuan, moral, budi pekerti serta kreatifitas.

Hal ini dimaksudkan agar mutu sumber daya manusia Indonesia dapat bersaing dengan

bangsa-bangsa lain di dunia. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

(UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal 1 dijelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

Page 3: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dan secara terperinci tujuan pendidikan Nasional dijelaskan dalam pasal 3 UUSPN No

20 tahun 2003, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan 2 kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Selain itu menurut Indar (1994) Pendidikan usaha manusia untuk menumbuh

kembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani, agar sesuai dengan

nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan . Kegiatan pendidikan selalu

berlangsung di dalam sebuah lingkungan yang disebut dengan lingkungan pendidikan.

Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan sebagai proses pengajaran yang efektif.

Dalam mencapai tujuan pendidikan diperlukan adanya lingkungan yang berkualitas.

Karena lingkungan memberikan kontribusi yang cukup penting dalam menentukan

keberhasilan anak. Lingkungan pendidikan ini terdiri dari pendidikan informal,

pendidikan formal dan pendidikan non formal. Dalam hal ini pendidikan formal memiliki

fungsi dan peran dalam memberikan keberhasilan pada anak didik.

Adapun fungsi dan peranan pendidikan formal antara lain : 1) mengembangkan

kemampuan berpikir dan memberikan pengetahuan anak didik, 2) memiliki keahlian

dalam bidang pendidikan dan 3 pengajaran, 3) efisiensi, dalam memberikan pendidikan

dilaksanakan sesuai dengan program dan sistematis serta disesuaikan dengan jumlah

peserta didik. 4) sosialisasi, merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mengarahkan perkembangan individu agar mampu beradaptasi dengan lingkungan.

5) konservasi dan transmisi kultural, yaitu upaya untuk memelihara warisan budaya. Hal

ini dapat dilakukan dengan pencarian dan penyampaian budaya pada anak didik selaku

generasi muda (Idris, 1981). Untuk mengembangkan fungsi dan peran pendidikan yang

berkaitan dengan pewarisan budaya, maka diperlukan adanya pembudayaan bagi anak

didik baik itu dari pembudayaan peduli lingkungan maupun pembudayaan dari sisi

keagamaan. Budaya keagamaan atau budaya religius.

Dimana dalam membudayakan religius di sekolah ini diperlukan adanya kesadaran dari

warga sekolah untuk melaksanakan nilai-nilai ajaran agama sehingga tertanam dalam

benak sanubari anak didik dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Dalam

Page 4: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

membudayakan nilai-nilai agama pada anak dapat dilakukan dengan beberapa cara

antara lain : 1) adanya kebijakan pimpinan sekolah untuk melaksanakan budaya religius

di sekolah, 2) dalam proses pembelajaran di kelas dengan membiasakan untuk

mengucapkan salam, 3) kegiatan ekstrakurikuler secara continue sehingga tercipta

budaya religius di sekolah.

4 Dengan membudayakan religius maka perilaku keagamaan siswa akan terbentuk,

apabila dalam pembelajaran dibudayakan untuk mengaplikasikan nilai-nilai ajaran

agama dalam kegiatan sehari-hari. Akan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah

tidak hanya pendidikan agama yang memiliki andil, akan tetapi semua mata pelajaran

serta dukungan dari warga di sekolah sehingga budaya religius dapat terwujud.

Oleh karena itu dalam menciptakan budasa religius di sekolah diperlukan adanya

kerjasama yang efektif antara pimpinan, guru serta siswa. Pengembangan budaya

agama dalam lingkungan sekolah merupakan upaya untuk menanamkan nilai-nilai

ajaran agama kepada siswa dengan tujuan untuk dapat memperkokoh keimanan serta

menjadi pribadi yang memiliki kesadaran beragama dan berakhlak mulia.

Hal ini sangat penting karena kegiatan ini mendukung tercapainya tujuan pendidikan

nasional dan dapat mempengaruhi sikap, sifat, dan tindakan siswa secara tidak

langsung. Salah satu faktor yang berperan penting dalam pengembangan budaya

agama di sekolah adalah peran aktif komunitas sekolah yaitu kepala sekolah, guru,

karyawan, dan siswa.

Akan tetapi sebagai pimpinan, kepala sekolah mempunyai andil dan peran terbesar

karena di tangan kepala sekolah kebijakan 5 kebijakan tersebut dibuat dan dilaksanakan

oleh segenap warga sekolah. Pentingnya pengembangan budaya agama di sekolah

supaya semua warga sekolah melaksanakan kebiasaan-kebiasaan yang berdasarkan

nilai-nilai ajaran agama bahkan mewujudkan seluruh aspek keberagamaannya baik pasa

aspek keyakinan (keimanan), praktik agama, pengalaman, pengetahuan agama, dan

dimensi pengamalan keagamaan.

Semua itu dapat terwujd dalam berbagai kegiatan keagamaan sebagai wahana dalam

upaya menciptakan dan mengembangkan budaya religius di sekolah. Dengan demikian

diharapkan siswa tidak saja membudayakan peduli terhadap lingkungan, akan tetapi

juga membudayakan religius dalam proses pendidikan baik di lingkungan sekolah,

keluarga maupun masyarakat.

Maka sangat perlu adanya pengembangan budaya religius melalui internalisasi nilai

ajaran agama Hindu dalam upaya meningkatkan perilaku keagamaannya. Budaya

Page 5: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

religius tidak hanya menciptakan suasana religius saja melainkan menginternalisasikan

nilai-nilai religius ke dalam diri peserta didik. Budaya religius merupakan upaya

pengembangan pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional seperti yang

tertera diatas.

Dalam pengembangan budaya religius di sekolah yang perlu diperhatikan bahwa proses

pembelajaran lebih banyak ditekankan 6 pada proses pembelajaran afektif bukan hanya

kognitifnya. Apabila pembelajaran ini menyentuh aspek afektif maka akan

mempengaruhi kecerdasan emosional maupun kecerdasan spiritualnya. Seperti yang

dikatakan Goleman (1999 : 34) bahwa para ahli psikologi sepakat bahwa IQ hanya

menyumbang 20 persen faktor-faktor yang menentukan suatu keberhasilan, sedangkan

80 persen sisanya berasal dari faktor lain, termasuk apa yang dinamakan kecerdasan

emosional.

Kecerdasan emosional diperlukan dalam pendidikan dengan tujuan untuk mengajarkan

integritas, kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan,

keadilan, prinsip kepercayaan, dan penguasaan diri. Dalam hal ini kecerdasan akademis

tidak dapat menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak dan menjamin

terbentuknya perilaku keagamaan pada anak.

IQ yang tinggi pun tidak menjamin kesejahteraan, gengsi, atau kebahagiaan hidup.

Sebaliknya, pada saat ini sekolah dan budaya lebih menitikberatkan pada kemampuan

akademis, tetapi mengabaikan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang

cukup besar berpengaruh pada perkembangan perilaku. Seperti halnya masih terdapat

beberapa siswa yang memiliki kecerdasan emosional kurang.

7 Hal ini diindikasikan seperti kurangnya kesadaran pada diri anak, masih rendahnya

rasa empati, masih menonjolkan kemampuan intelektualnya saja sehingga berdampak

pada menurunnya etika pada anak, dan masih kurangnya pemahaman tentang

kecerdasan spiritual pada siswa . Hal ini ditandai dengan kurangnya tingkat kejujuran

siswa, seperti dalam mengikuti ulangan atau ujian masih banyak yang menyontek, dan

kurangnya rasa kasih sayang antara sesama teman.

Keampuhan kecerdasan emosional dalam kehidupan sehari- hari tampak pada perilaku,

seperti penuh dengan motivasi, kesadaran diri, empati, simpati, solidaritas tinggi, dan

penuh dengan kehangatan emosional. Keadaan seperti ini sangat jarang ditemukan

pada orang yang hanya memiliki kecerdasan intelektual sehingga banyak orang yang

cerdas intelektualnya, tetapi gagal dalam karirnya atau perilakunya. Hal ini disebabkan

oleh rendahnya kecerdasan emosional.

Page 6: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

Kecerdasan emosional dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu (1) adanya kecakapan pribadi

yang mencakup kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi serta (2) kecakapan sosial

yang terdiri atas empati dan keterampilan sosial. Anak yang memiliki kecerdasan sosial

adalah mereka yang bisa peka pada suasana hati, kejernihan pikiran, mandiri, dan

memiliki kesehatan jiwa yang bagus.

8 Seorang siswa yang mampu mengenali emosinya sendiri adalah siswa yang bisa

menguasai diri seperti yang dikemukakan oleh Goleman (1999:43) bahwa untuk

mengenali emosi dirinya sendiri maka mereka harus mengetahui beberapa hal, antara

lain (1) emosi mana yang sedang dirasakan, (2) menyadari keterkaitan antara perasaan

dan apa yang dipikirkan, kesesuaian antara perbuatan dan perkataan yang diucapkan,

serta (3) mengetahui bagaimana perasaan mereka dalam memengaruhi orang lain.

Selain potensi kecerdasan emosional dalam membentuk perilaku keagamaan,

kecerdasan spiritual juga memiliki fungsi yang sangat penting untuk membentuk

perilaku agamaperan. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang dimiliki oleh

seseorang dalam memecahkan masalah-masalah makna dan nilai, menempatkan

tindakan atau suatu jalan hidup dalam konteks yang lebih luas, kaya, dan bermakna

(Zohar dan Marshall, 2002: 56).

Orang yang cerdas spiritualnya akan menjalankan hidupnya sesuai dengan yang

diajarkan agamanya. Dalam menjalankan hidup ini orang yang beragama Hindu dituntut

untuk selalu harmonis, serasi dan selaras dengan Sang Pencipta, sesama manusia, dan

dengan alam lingkungannya. Keharmonisan tersebut yang lebih dikenal dengan istilah

tri hita karana.

Selain itu, juga harus menjalankan aspek keimanan (sradha) 9 yang merupakan intisari

ajaran agama Hindu, yaitu di dalamnya termuat suatu kendali yang mengekang tingkah

laku seseorang untuk tetap secara sadar berbuat baik dan benar. Dengan demikian,

apabila seseorang berpegang pada ajaran agama, maka pikiran, perkataan, dan

perbuatannya akan terkendali dengan baik dan tidak akan melakukan perbuatan yang

menyimpang dari ajaran agama.

Kecerdasan spiritual pada saat ini penting karena adanya krisis yang sudah merambah

pada setiap sudut kehidupan yang dimulai dari kesehatan, mata pencaharian, kualitas

lingkungan, hubungan sosial, ekonomi, bahkan merasuk ke dalam krisis moral serta

krisis spiritual atau krisis keagamaan. Kecerdasan spiritual melibatkan kemampuan untuk

menghidupkan kebenaran.

Hal ini berarti mewujudkan sesuatu yang terbaik, utuh, dan paling manusiawi dalam

Page 7: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

batin yang menghasilkan gagasan, energi, nilai, visi, dan panggilan hidup yang mengalir

dalam diri. Adanya peningkatan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual pada

peserta didik akan memberikan dampak yang baik terhadap perbaikan tingkah laku

terutama mengarah pada perubahan perilaku keagamaan.

Apabila peserta didik telah memiliki kesadaran pada diri untuk melakukan

kegiatan-kegiatan keagamaan maka budaya religius di sekolah akan terwujud. 1 0 BAB II

MENGENAL TENTANG BUDAYA RELIGIUS A. Budaya Religius Sekolah 1. Pengertian

Budaya Religius Dalam pengertian budaya religius terlebih dahulu akan dibahas tentang

arti budaya itu sendiri.

Menurut Tylor, sebagaimana dikutip Budiningsih (2004), mengartikan bahwa budaya

adalah suatu kesatuan yang unik dan bukan jumlah dari bagian-bagian suatu

kemampuan kreasi manusia yang immaterial, berbentuk kemampuan psikologis seperti

ilmu pengetahuan, teknologi, kepercayaan, keyakinan, seni dan sebagainya. Selain itu

menurut Fathurrohman (2015) mendefinisikan tentang kebudayaan sebagai berikut: a.

Kebudayaan merupakan sesuatu keseluruhan yang kompleks, dimana kebudayaan

merupakan suatu kesatuan dan bukan jumlah dari bagian keseluruhannya mempunyai

pola pola atau desain tertentu yang unik. Setiap kebudayaan mempunyai mozaik yang

spesifik. b. Kebudayaan merupakan suatu prestasi kreasi manusia immaterial artinya

berupa bentuk-bentuk prestasi psikologis seperti ilmu pengetahuan , kepercayaan, seni

dan sebagainya.

1 1 c. Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik seperti hasil seni, terbentuknya kelompok

keluarga . d. Kebudayaan dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah seperti

hukum, adat istiadat, yang berkesinambungan. e. Kebudayaan merupakan suatu realitas

yang obyektif, yang dapat dilihat. f. Kebudayaan diperoleh dari lingkungan. g.

Kebudayan tidak terwujud dalam kehidupan manusia yang soliter atau terasing tetapi

yang hidup di dalam suatu masyarakat tertentu. Sedangkan religius menurut Muhaimin

(2008) bahwa kata religius tidak identik dengan kata agama, namun lebih kepada

keberagaman. Keberagaman, menurut Muhaimin (2008) ,bahwa keberagaman terdapat

dalam aspek yang terdapat dalam lubuk hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit

banyak misteri bagi orang lain, karena menafaskan intimitas jiwa, cita rasa yang

mencakup seluruh totalitas ke dalam pribadi manusia.

Menurut Darmiyati (2008) Budaya religius adalah suatu upaya dalam pengembangan

pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Karena dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal 1

Page 8: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

dijelaskan bahwa Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan 1 2 suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif dalam mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian sekolah

menjadi tempat yang penting dalam menanamkan budaya religius bagi siswanya.

Sekolah juga memiliki fungsi budaya. Menurut Abdul Latif Sekolah merupakan tempat

untuk menginternalisasi budaya religius pada peserta didik, agar mereka memiliki

kemampuan yang kokoh untuk membentuk karakter yang luhur. Pembentukan karakter

yang luhur merupakan pondasi dasar dalam memperbaiki sumber daya manusia yang

telah merosot ini.

Budaya religius sekolah adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mewujudkan nilai-nilai

ajaran agama menjadi suatu kebiasaan dalam berperilaku dan budaya organisasi yang

diikuti oleh seluruh warga sekolah. Dalam hal ini agama sebagai acuan dalam

berperilaku di sekolah sehingga secara sadar maupun tidak ketika warga sekolah

mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang telah tertanam pada masing-masing warga

sekolah. 1 3 2.

Manfaat Budaya Religius Budaya religius di lembaga pendidikan merupakan budaya

yang tercipta dari pembiasaan keagamaan yang dilakukan pada lingkungan sekolah

sehingga muncul adanya kesadaran dari semua warga di sekolah. Dalam melaksanakan

budaya religius ini berdasar pada keberagamaan. Dalam hal ini keberagamaan adalah

menjalankan ajaran agama secara keseluruhan.

Oleh karena ituu dengan melaksanakan ajaran agama maka seseorang telah

terintenalisasi nilai-nilai ajaran agama. Menurut Muhaimin (2008) mengatakan bahwa

dengan kegiatan keagamaan akan dapat menciptakan suasana ketenangan dan

kedamaian di kalangan civitas akademika lembaga pendidikan.

Dengan demikian budaya religius memiliki manfaat yang cukup besar karena dapat

membuat situasi lingkungan sekolah lebih menyenangkan dan tidak akan terjadi

keonaran atau kericuhan dalam lingkungan pendidikan. Budaya religius merupakan hal

yang urgen dan harus diciptakan di lembaga sekolah, karena lembaga pendidikan

merupakan lembaga yang mentransformasikan (Faturrohman, 2015).

Dalam hal ini lembaga pendidikan perlu menanamkan budaya religius ada peserta

didiknya, karena memiliki manfaat untuk mentransfer nilai-nilai keagamaan pada

peserta didik. 1 4 3. Model Pembentukan Budaya Religius Menurut Zakiah Darajad

Page 9: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

(1995) model adalah gaya bersifat kondisional karena itu model penciptaan suasana

religius dipengaruhi oleh situasi dan kondisi tempat yang akan diterapkan beserta

penerapan nilai-nilai yang akan mendasarinya.

Adapun model dalam membentuk budaya religius adalah sebagai berikut : a. Model

Struktural. Penciptaan suasana religius yang dimotivasi oleh adanya

peraturan-peraturan, pembanguanan, kesan baik dari dunia luar atas kepentingan atau

kebijakan suatu lembaga. b. Model Formal.

Menciptakan suasana religius yang dilandasi dengan adanya pemahaman bahwa

pendidikan agama adalah upaya manusia untuk memecahkan permasalahan tentang

kehidupan akhiratnya saja. c. Model Mekanik. Penciptaan suasana religius yang dilandasi

dengan adanya pemahaman bahwa kehidupan terdiri dari berbagai aspek dan

pendidikan dipandang sebagai penanaman dan pengembangan seperangkat nilai

kehidupan yang masing- masing bergerak menurut fungsinya. 1 5 d. Model Organik.

Penciptaan suasana religius yang disemangati oleh adanya pandangan bahwa

pendidikan agama adalah kesatuan atau sebagai system yang berusaha

mengembangkan pandangan atau semangat hidup agamis, diaktulisasikan sikap hidup

dan keterampilan hidup yang religius. 4. Strategi Pengembangan Budaya Religius di

Sekolah Menurut Koentjaraningrat dalam Muhaimin (2009) bahwa strategi

pengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah, dapat dilakukan dengan tiga

langkah antara lain : a. Tataran nilai yang dianut.

Pada tataran nilai yang dianut, dirumuskan secara bersama nilai-nilai agama yang

disepakati dan perlu dikembangkan dalam lingkungan sekolah, untuk salanjutnya

dibangun komitmen bersama diantara semua warga sekolah khususnya para siswa

terhadap pengembangan nilai- nilai yang telah disepakati. b. Tataran praktik keseharian.

Dalam tataran praktik keseharian, nilai-nilai keagamaan yang telah disepakati tersebut

diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku keseharian oleh semua warga sekolah.

Proses pengembangan tersebut dapat dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: pertama,

sosialisasi 1 6 nilai-nilai agama yang disepakati sebagai sikap dan perilaku ideal yang

ingin dicapai pada masa mendatang di sekolah. Kedua, penetapan action plan

mingguan atau bulanan sebagai tahapan dan langkah sistematis yang akan dilakukan

oleh semua pihak sekolah dalam mewujudkan nilai-nilai agama yang telah disepakati,

Ketiga, pemberian penghargaan terhadap prestasi warga sekolah. c. Tataran

simbol-simbol budaya.

Dalam tataran simbol-simbol budaya, pengembangan yang perlu dilakukan adalah

Page 10: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

mengganti simbol-simbol budaya yang kurang sejalan dengan ajaran dan nilai-nilai

agama dengan simbol budaya yang agamis. Tujuan utama pengembangan lingkungan

sekolah berwawasan sradha dan bakti ialah keberagamaan peserta didik itu sendiri,

bukan terutama pada pemahaman tentang agama.

Dalam hal ini, yang diutamakan pendidikan agama (Hindu) dalam mengembangkan

lingkungan berwawasan sradha dan bakti bukan hanya knowing (mengetahui dan

memahami ajaran dan nilai-nilai agama) ataupun doing ( hanya sekedar mempraktikan

apa yang diketahui) setalah diajarkannya di sekolah, akan tetapi seharusnya lebih

mengutamakan being-nya (beragama atau menjalani hidup atas dasar ajaran dan

nilai-nilai agama).

1 7 Karena itu, pendidikan agama Hindu harus lebih berorientasi pada tataran

pengaplikasian moral, yakni mengajak serta memberikan kesadaran kepada peserta

didik untuk tidak hanya berhenti pada tataran kompetensi (kemampuan), akan tetapi

sampai pada kemauan (will), dan kebiasaan (habit) dalam mewujudkan ajaran dan

nilai-nilai agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Tasfir (2004) bahwa tindakan yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah dalam

megembangkan budaya agama di sekolah, diantaranya melalui: (1) memberikan contoh

(teladan); (2) membiasakan hal-hal yang baik; (3) menegakkan disiplin; (4) memberikan

motivasi dan dorongan; (5) memberikan hadiah terutama psikologis; (6) menghukum

(mungkin dalam rangka kedisiplinan); (7) pembudayaan agama yang berpengaruh bagi

pertumbuhan anak.

Adapun Hicman dan Silva menyatakan bahwa terdapat tiga langkah untuk mewujudkan

budaya, yaitu: commitment, competence dan consistency. B. Internalisasi Nilai Ajaran

Agama Hindu 1. Pengertian Internalisasi Nilai Menurut Mulyana (2004) bahwa

internalisasi adalah penyatuan nilai dalam diri seseorang serta merupakan penyesuaian

keyakinan, nilai, sikap, praktik dan aturan - aturan baku pada diri seseorang.

1 8 Selain itu menurut Ihsan (1997) internalisasi adalah bentuk upaya yang dilakukan

guna memasukkan nilai - nilai kedalam jiwa sehingga menjadi miliknya. Dengan

demikian internalisasi ini berlaku pada semua pendidikan termasuk pendidikan agama

pendidikan pra-sekolah, pendidikan sekolah, pendidikan tinggi, pendidikan latihan

perguruan dan lain - lain.

Menurut Hakam (2010) proses internalisasi pada hakikatnya upaya menghadirkan

sesuatu (nilai) yang asalnya ada pada dunia eksternal menjadi milik internal baik bagi

seseorang atau lembaga. Oleh karena itu internalisasi nilai artinya pengakuan adanya

Page 11: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

nilai- nilai eksternal yang dipandang perlu untuk menjadi milik seseorang. Pentingnya

internalisasi nilai, disebabkan karena keyakinan adanya nilai eksternal yang luhur, agung,

penting (disepakati) untuk menjadi nilai seseorang atau lembaga.

Nilai yang diinternalisasikan bisa saja sebagai nilai yang benar-benar baru atau nilai-nilai

yang sejatinya nilai masing-masing individu akan tetapi sudah menjadi nilai kelompok

yang perlu diinternalisasikan kembali pada anggota kelompok tersebut. Internalisasi

nilai adalah proses menjadikan nilai sebagai bagian dari diri seseorang.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses tersebut tercipta dari pendidikan nilai dalam

pengertian yang sesungguhnya, yaitu 1 9 terciptanya suasana, lingkungan dan interaksi

belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya proses sosialisasi dan internalisasi

nilai- nilai (Soedijarto, 1993). Berdasarkan pengertian dari beberapa para ahli, sehingga

dapat menyimpulkan bahwa internalisasi sebagai proses penanaman nilai kedalam jiwa

seseorang sehingga nilai tersebut tercermin pada sikap dan prilaku yang ditampakkan

dalam kehidupan sehari - hari (menyatu dengan pribadi).

Menurut Hakam (2010) bahwa untuk memberikan contoh dalam membina akhlak

manusia, yaitu melalui keteladanan, artinya pada tahap awal siapapun harus belajar

moral dan karakter nilai yang telah terinternalisasi pada diri seseorang memang dapat

diketahui ciri - cirinya dari tingkah laku melalui percontohan, dan dalam mencontoh

diperlukan figur yang patut dicontoh, guru dituntut untuk menjadi panutan dan pribadi

yang menampilkan nilai-nilai moral, kedua melalui pembiasaan.

Perilaku baik perlu dibiasakan, bukan merupakan pilihan, tetapi menjadi keharusan.

Dalam membiasakan untuk berbuat yang baik harus dilakukan secara terus menerus

tidak hanya pada waktu tertentu. Terjadinya tindakan moral yang inkonsistensi akan

mendorong anak untuk memilih tindakan immoral.

Oleh karena itu perlu adanya suasana yang kondusif dalam situasi pendidikan agar nilai

moral dapat diaplikasikan dalam setiap tindakannya. Ketiga melalui sosialisasi, 2 0 yaitu

menyampaikan nilai moral pada publik, baik melalui pengajaran, ceramah, slogan,

simbolisasi, berita, yang sifatnya selalu mengingatkan individu agar berbuat kebajikan.

Keempat membangun motivasi moral, yaitu menghadapkan individu atau kelompok

pada sejumlah pilihan (baik perilaku maupun pertimbangan) yang sifatnya dilematis.

Dilema moral seperti ini untuk mengokohkan prinsif moral yang telah ada pada diri

individu, sehingga pada situasi apapun orang akan tetap konsisten berlaku bijak, tanpa

memperhatikan situasi dan kondisi serta resiko yang diterimanya.

Page 12: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

Pribadi yang memiliki prinsip yang baik dapat diupayakan melalui Pendidikan Karakter,

sehingga moralitas dan akhlak mulia menjadi watak seseorang. Menurut Muhaimin

(1996) proses internalisasi dalam membina peserta didik atau anak asuh ada tiga tahap

yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi, yaitu: a. Tahap Transformasi.

Nilai merupakan tahapan proses yang dilakukan oleh pendidik dalam menginformasikan

nilai-nilai yang baik serta yang kurang baik.

Tahap ini terjadinya komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik b. Tahap

Transaksi. Nilai merupakan tahapan dengan jalan melakukan komunikasi dua arah

interaksi antara dengan jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara

peserta 2 1 didik dengan pendidik yang bersifat interaksi timbal-balik. c.

Tahap Transinternalisasi : tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal

tapi juga sikap mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian

yang berperan secara aktif. Selain itu menurut Soedijarto (1993) Tahap-tahap

internalisasi nilai dibagi menjadi tiga tahap yaitu: a.

Tahap pengenalan dan pemahaman Yaitu tahap pada saat seseorang mulai tertarik

memahami dan menghargai pentingnya suatu nilai bagi dirinya. Pada saat ini proses

belajar yang ditempuh pada hakekatnya masih bersifat kognitif. Pelajar akan belajar

dengan nilai yang akan ditanamkan melalui belajar kognitif. b. Tahap penerimaan Yaitu

tahap pada saat seseorang pelajar mulai meyakini kebenaran suatu nilai dan

menjadikannya sebagi acuan dalam tindakan dan perbuatannya.

Suatu nilai diterima oleh seseorang karena nilai itu sesuai dengan kepentingan dan

kebutuhannya, dalam hubungannya dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya.

Agar suatu nilai dapat diterima diperlukan suatu pendekatan belajar yang merupakan

suatu proses sosial. 2 2 c. Pelajar merasakan diri dalam konteks hubungannya dengan

lingkungannya bukan suatu proses belajar yang menempatkan pelajar dengan suatu

jarak dengan yang sedang dipelajari.

Suatu kehidupan sosial yang nyata yang menempatkan pelajar sebagai salah satu

aktornya memang sukar dikembangkan dalam situasi pendidikan disekolah. Tanpa

diciptakannya suatu suasana dan lingkungan belajar yang memungkinkan soaialisasi,

sukar bagi kaum pendidik untuk mengharapkan terwujudnya suatu nilai atau suatu

gugus nilai dalam diri pelajar. d.

Tahap pengintegrasian Yaitu tahap pada saat seorang pelajar memasukkan suatu nilai

dalam keseluruhan suatu sistem nilai yang dianutnya. Tahap ini seorang pelajar telah

dewasa dengan memiliki kepribadian yang utuh, sikap konsisten dalam pendirian dan

Page 13: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

sikap pantang menyerah dalam membela suatu nilai. Nilai yang diterimanya telah

menjadi bagian dari kata hati dan kepribadiannya. 2. Ajaran Agama Hindu.

Menurut Sudharta (2001) agama Hindu merupakan suatu kepercayaan hidup pada

ajaran-ajaran suci yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi, yang kekal abadi.

Sedangkan tujuan agama 2 3 Hindu adalah untuk mencapai kedamaian rohani dan

kesejahteraan hidup jasmani. Dalam pustaka suci Weda disebutkan bahwa tujuan

moksartham jagadhitya ca iti dharma artinya dharma atau agama untuk mencapai

moksa dan kesejahteraan.

Agama Hindu dibangun dalam tiga kerangka dasar, yaitu tattwa, susila, dan acara

agama. Dalam kerangka agama Hindu ini memang kelihatannya terbagi-bagi akan

tetapi ketiganya tidak dapat berdiri sendiri. Karena dalam melaksanakan ajaran- ajaran

agama Hindu ketiga dasar itu harus berjalan bersamaan. Tattwa twa juga tattwa -itu- an

Dengan demikian tattwa berarti kebenaran.

Selain itu tattwa juga berarti filsafat tentang Tuhan, akan tetapi tattwa memiliki dimensi

lain yang tidak didapatkan dalam filsafat, karena tattwa memiliki pengertian keyakinan.

Tattwa dapat didefinisikan sebagai suatu dasar keyakinan Agama Hindu. Sebagai dasar

keyakinan Hindu, tattwa mencakup lima hal yang disebut Panca Sradha (Widhi tattwa,

Atma tattwa, Karmaphala tattwa, Punarbhawa tattwa, dan Moksa tattwa).

Sementara itu susila berasaldari ata d”sil u arti aik, silbrti dasar, perilaku atau tindakan

(Sura, 2001). Secara umum susila diartik an sama denta ”eti 2 4 Pengertian susila tidak

hanya tentang permasalahan mengenai ajaran moral dan berperilaku yang baik namun

juga membahas tentang landasan filosofis yang mendasari suatu perbuatan baik yang

entang tingkah laku yang baik.

Seperti misalnya membunuh, secara moral tindakan ini membunuh itu tidak boleh

dilakukan akab tetapi secara etika memberikan pemahaman bahwa tidak semua

tindakan membunuh itu dilarang. Tindakan membunuh merupakan tindakan yang

dilarang apabila ada saat melakukan tindakan tersebut didasari oleh rasa kebencian dan

kemarahan, sebaliknya membunuh bagi seorang prajurit dalam peperangan dibenarkan

secara etika.

Sementara itu kata acara berasal dari bahasa Sankerta yang menurut Sanskrit- English

Dictionary karangan Sir Moonier Wli(Sudharma, bahwakata”a”antarlain diartikan adalah

tingkah laku atau perbuatan yang baik; adat istiadat; tradisi atau kebiasaan yang

merupakan tingkah laku manusia baik perseorangan maupun kelompok masyarakat

yang didasarkan atas kaidah-kaidah hukum yang ajeg. Dalam bahasa Kawi mempunyai

Page 14: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

tiga pengertian sesuai dengan sistem penulisannya ( a c a ra, ac a ra, dan acara).

Kata a c a ra berarti kelakuan, tindak-tanduk, kelakuan baik, 2 5 adat, praktik, dan

peraturan yang telah mantap. Kata ac ra bermakna pergi bersama atau teman. Dapat

dibandingkan dengan kata c raka yang bermakna teman atau ia yang pergi bersama.

Dalam bahasa Bali diterjemahkan dengan kata par kan yang bermakna ia yang selalu

dekat. Sedangkan kata acara berarti tidak berjalan.

Bandingkan dengan kata car cara yang berarti tumbuh- tumbuhan, dengan makna yang

tidak dapat berjalan. Dari ketiga makna tersebut, makna yang digunakan dalam

pengertian Acara Agama Hindu ialah makna yang pertama ( c ra), yang memiliki

pengertian : (1) Kelakuan, tindak-tanduk, atau kelakuan baik dalam pelaksanaan agama

Hindu; (2) adat atau suatu praktik dalam pelaksanaan agama Hindu; dan (3) peraturan

yang telah mantap dalam pelaksanaan Agama Hindu.

Pengertian dari kata acara juga ditemukan dalam kitab Sarasamuccaya sloka 177,

sebagai berikut: nihan pajara mami, phala sang hyang weda inaji, kapujan sang hyang

siwagni, rapwan wruhing mantra, yajnangga widdhiwaidhanadi, dening dana hinanaken,

bhuktin danakena, yapwan dening anakbi, dadyaning alingganadi krida

mahaputri-santana, kuneng phala sang hyang aji kinawruhan, haywaning gila ngaraning

swabhawa, a c a ra ngaraning prawrtti kawaran ring aji 2 6 Terjemahannya: Inilah yang

hendak hamba beritahukan, gunanya kitab suci Weda itu dipelajari, Siwagni patut

dipuja, patut diketahui mantra serta bagian-bagian dari korban kebaktian, widhi-

widhana dan lain-lainnya.

Adapun gunanya harta kekayaan disediakan adalah untuk dinikmati dan

disederhanakan, akan gina wanita adalah untuk menjadi istri dan melanjutkan keturunan

baik pria dan wanita, guna sastra suci adalah untuk diketahui dan diamalkan, adalah

tindakan yang sesuai dengan ajaran agama. C. Perilaku Keagamaan 1. Pengertian

Perilaku Keagamaan Perilaku beragama merupakan usaha manusia dalam mendekatkan

dirinya dengan Tuhan sebagai penciptanya.

Religiusitas merupakan sikap batin seseorang berhadapan dengan realitas kehidupan di

luar dirinya seperti hidup, mati, kelahiran, bencana, tanah longsor, gempa bumi dan

sebagainya (Indah dkk., 2003). Sebagai orang yang percaya akan adanya Tuhan maka

harus meyakini adanya kekuatan dan kemahakuasaan Tuhan. Kekuatan dan

kemahakuasaan ini memberikan dampak positif terhadap perkembangan hidup

seseorang agar mampu menemukan makna hidup.

2 7 Orang yang mampu menemukan makna hidup apabila mereka dapat memahami

Page 15: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

dan merefleksikan makna hiduptersebut. Dengan mengaplikasikan pengalaman hidup

ini maka seseorang akan menyadari, memahami dan menerima keterbatasan pada

dirinya sehingga akan tercipta rasa syukur dan iklas kepada Tuhan sebagai pemberi

hidup, serta akan saling menyayangi sesame manusia dan lingkungan alam.

Zakiah Daradjat dalam Jalaludin (2002) menyatakan bahwa ruang lingkup perilaku

keagamaan mencakup proses beragama, perasaan, dan kesadaran beragama dengan

pengaruh dan akibat- akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan. Dengan

demikian ada keterkaitan antara tingkah laku manusia dalam hubungan dengan

pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya.

Hubungan antara sikap dan tingkah laku terjalin dengan hubungan faktor penentu, yaitu

motif yang mendasari sikap. Motif sebagai tenaga pendorong arah sikap negatif atau

positif akan terlihat dalam tingkah laku nyata (overt behaviour) pada diri seseorang atau

kelompok. Sebaliknya motif dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dapat stabil.

Dalam hal ini terdapat hubungan pembentukan sikap keagamaan sehingga dapat

menghasilkan bentuk pola tingkah laku keagamaan dengan jiwa keagamaan. Menurut

Nuralimah (2006) 2 8 perilaku keagamaan adalah perilaku individu yang dijiwai oleh

norma-norma agama Islam baik secara vertikal maupun horizontal setelah mendapat

rangsangan dari luar.

Menurut Rahmat (2009) perilaku keagamaan adalah bentuk ucapan, kelakuan, tingkah

laku, perbuatan seseorang yang diaktualisasikan dengan landasan keyakinan yang

bersumber dari ajaran-ajaran Tuhan. 2. Aspek - Aspek Perilaku Keagamaan Menurut

Glock dan Stark (dalam Paloutzian,1996:102) membagi perilaku keagamaan ke dalam

lima aspek, yakni, seperti berikut: a.

Keyakinan (religious beliefs/ideological dimension). Aspek ini berisi tingkat keyakinan

yang dimiliki seseorang terhadap kebenaran ajaran agamanya, terutama tentang

keberadaan dan sifat-sifat Tuhan. Setiap agama mempunyai seperangkat kepercayaan di

mana para penganutnya diharapkan taat.

Ruang lingkup dimensi ini berbeda antaragama bahkan antartradisi dalam satu agama.

b. Peribadatan (religious practice/ritualistic dimension). Aspek ini berisi sejauh mana

penganut agama melakukan aktivitas- aktivitas yang diwajibkan dan dianjurkan dalam

agamanya. 2 9 Praktik keagamaan ini terdiri atas dua hal penting, yakni ritual dan

ketaatan.

Ritual mengacu pada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal, dan ketaatan

Page 16: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

mengacu pada komitmen para pemeluk untuk melaksanakan seperangkat tindakan

keagamaan yang diatur dalam agamanya. c. Penghayatan atau pengalaman (religious

feeling/experiential dimension). Aspek ini berupa perasaan-perasaan atau emosi,

sensasi-sensasi, persepsi-persepsi yang dialami individu atau pengalaman religius

sebagai suatu komunikasi dengan otoritas transendental yang bersifat subjektif. d.

Pengetahuan (religious knowledge/intellectual dimension).

Aspek ini mengacu pada pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap

ajaran-ajaran agamanya terutama ajaran dasar agamanya sebagaimana terdapat dalam

kitab sucinya. Orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal

pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi-tradisi.

e. Pengamalan (religious effects/consequential dimension).

Aspek ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik

pengamalan dan pengetahuan seseorang. Artinya, sejauh mana perilaku seseorang

dalam kehidupan sehari-hari dimotivasi oleh agama yang dianutnya. 3 0 3. Faktor-faktor

yang Memengaruhi Perilaku Keagamaan Dalam pembentukan perilaku terdapat

beberapa faktor, seperti yang memengaruhi sikap dan perilaku, antara lain pengalaman

pribadi, orang yang dianggap penting, lembaga pendidikan dan agama, serta

kebudayaan. Hal-hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. a.

Pengalaman Pribadi Segala hal yang pernah dialami dan sedang dialami akan

membekas dalam diri seseorang. Apalagi melibatkan faktor emosional yang mendalam,

pengalaman itu akan sangat kuat membekas dan memberikan kesan dalam dirinya.

Pengalaman seperti itu berperan besar menjadi dasar pembentukan sikap dan perilaku.

Sikap dan perilaku akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut

terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional senang atau pahit. Dalam situasi

yang melibatkan emosi, penghayatan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih

membekas. Lebih- lebih bila pengalaman itu terjadi berulang-ulang, akan membentuk

respons sikap dan perilaku yang sangat kuat.

Oleh karena itu, seseorang selalu merespons sesuatu dengan membawa dan

berdasarkan pengalaman-pengalaman yang sudah dan sedang dialaminya. 3 1 b.

Pengaruh Seseorang Dianggap Penting Salah satu komponen sosial yang ikut

memengaruhi sikap dan perilaku seseorang adalah orang yang dianggap penting yang

berada di sekitar.

Orang yang dianggap penting ini adalah orang yang diharapkan persetujuannya bagi

tingkah laku dan pendapat yang tidak ingin dikecewakan, atau yang mempunyai arti

Page 17: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

khusus. Orang-orang seperti itu akan memengaruhi sikap dan perilaku. Di antara

orang-orang penting tersebut adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih

tinggi, atasan tempat kerja, guru, rohaniwan, teman sekerja, teman dekat, suami istri.

Apabila orang-orang tersebut berbicara, memberikan pesan, nasihat, atau teladan hidup

yang baik akan sangat berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang.

Hal ini terjadi karena manusia memiliki kecederungan untuk meniru hal yang dianggap

baik atau cenderung kompromistis dan tidak bertentangan serta menghindari konflik

dengan pihak-pihak tersebut. c. Lembaga Pendidikan dan Agama Lembaga pendidikan

dan agama menjadi salah satu kekuatan besar dalam membentuk sikap dan perilaku.

Dua lembaga ini merupakan tempat dikembangkannya nilai-nilai etik, moral, dan

spiritual.

Sementara itu nilai-nilai tersebut langsung dibutuhkan dan diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari. Lembaga 3 2 pendidikan dan agama menjadi satu sistem yang

mempunyai pengaruh besar di dalam menanamkan pemahaman tentang ajaran baik

buruk, benar salah, boleh- jangan dilakukan. Ajaran-ajaran tersebut bersangkut paut

dengan keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan untuk menentukan kehidupan

sekarang dan akan datang. d.

Kebudayaan Kebudayaan di mana hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap dan perilaku. Apabila hidup dalam budaya sosial yang

sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin akan

mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan invidualisme. Apabila dilihat dari segi

reinforcement, sikap dan perilaku tertentu yang mendapat atau tidak mendapat

penguatan atau ganjaran dari masyarakat akan membawa pengaruh pada sikap dan

perilaku anggota masyarakatnya.

Oleh karena itu, budaya yang dianut atau yang ada dalam lingkungannya akan

memberikan corak dan warna sikap serta perilakunya, kecuali orang itu memiliki konsep

diri tertentu yang mapan dan kuat, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh budaya. 3 3

4. Dimensi Perilaku Keagamaan Menurut Knoers (dalam Ulfiani , 2009), bahwa

keragamaan dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia.

Ada lima dimensi perilaku keagamaan, yaitu sebagai berikut. a. Dimensi ideologia, yaitu

sejauh mana seseorang menerima hal- hal yang dogmatis di dalam agama mereka

masing-masing sebagai keyakinan. Misalnya apakah seseorang percaya hari akhir,

adanya surga dan neraka. b.

Dimensi ritualistik, yaitu sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang di dalam

Page 18: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana yang dianjurkan oleh agama, seperti

Salat,puasa, zakat, kebaktian, misa, dan lain-lain. c. Dimensi eksperiensial, yaitu sejauh

mana seseorang merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman

keagamaan.

Misalnya, apakah seseorang pernah merasa dekat dengan Tuhan, pernah merasakan

jiwanya selamat dari bahaya karena pertolongan Tuhan. d. Dimensi konsekuensial, yaitu

sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya, terutama mengenai

ajaran pokok agamanya di dalam kehidupan sosial (berinteraksi dengan lingkungannya).

Misalnya, apakah pernah mengunjungi tetangga yang sakit, mendermakan sebagian 3 4

hartanya untuk menolong fakir miskin. e.

Dimensi intelektual, yaitu menunjukkan seberapa besar tingkat pengetahuan dan

pemahaman seseorang terhadap ajaran agamanya terutama mengenai pokok

agamanya. Sedangkan Koentjaraningrat (1982:62) menyatakan bahwa tiap religi

memiliki sistem yang terdiri atas empat dimensi yaitu, seperti berikut: a. Emosi

keagamaan yang menyebabkan manusia bersifat religius. b.

Sistem keyakinan yang mengandung segala keyakinan dan bayangan manusia tentang

sifat-sifat Tuhan, wujud dalam gaib, serta nilai, norma, dan ajaran religinya. c. Sistem

ritual /upacara yang merupakan usaha manusia mencari hubungan dengan Tuhan.

Dewa-dewa/makhluk-makhluk halus yang mendiami alam gaib. d. Umat dan kesalehan

sosial yang menyangkut sistem keyakinan dalam butir (b) dan yang melaksanakan

sistem ritual upacara.

Menurut Glock dan Stark (dalam Paloutzian,1996:102) membagi religiusitas ke dalam

lima aspek, yakni, seperti berikut: a. Keyakinan (religious beliefs/ideological dimension).

Aspek ini berisi tingkat keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap kebenaran ajaran

agamanya, terutama tentang keberadaan dan 3 5 sifat-sifat Tuhan.

Setiap agama mempunyai seperangkat kepercayaan di mana para penganutnya

diharapkan taat. Ruang lingkup dimensi ini berbeda antaragama bahkan antartradisi

dalam satu agama. b. Peribadatan (religious practice/ritualistic dimension). Aspek ini

berisi sejauh mana penganut agama melakukan aktivitas- aktivitas yang diwajibkan dan

dianjurkan dalam agamanya.

Praktik keagamaan ini terdiri atas dua hal penting, yakni ritual dan ketaatan. Ritual

mengacu pada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal, dan ketaatan mengacu

pada komitmen para pemeluk untuk melaksanakan seperangkat tindakan keagamaan

yang diatur dalam agamanya. c. Penghayatan atau pengalaman (religious

Page 19: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

feeling/experiential dimension).

Aspek ini berupa perasaan-perasaan atau emosi, sensasi-sensasi, persepsi-persepsi yang

dialami individu atau pengalaman religius sebagai suatu komunikasi dengan otoritas

transendental yang bersifat subjektif. d. Pengetahuan (religious knowledge/intellectual

dimension). Aspek ini mengacu pada pengetahuan dan pemahaman seseorang

terhadap ajaran-ajaran agamanya terutama ajaran dasar agamanya sebagaimana

terdapat dalam kitab sucinya.

Orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal 3 6 pengetahuan

mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi-tradisi. e. Pengamalan

(religious effects/consequential dimension). Aspek ini mengacu pada identifikasi

akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik pengamalan dan pengetahuan seseorang.

Artinya, sejauh mana perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari dimotivasi oleh

agama yang dianutnya. 3 7 BAB III DUKUNGAN WARGA SEKOLAH DALAM

MENGEMBANGKAN BUDAYA RELIGIUS Untuk mewujudkan budaya sekolah sesuai

dengan visi dan misi sekolah maka diperlukan adanya dukungan seluruh warga sekolah,

yang meliputi kepala sekolah, guru pendidikan agama Hindu, guru mata pelajaran

umum, pegawai sekolah, dan komite sekolah.

Pelibatan dari seluruh warga sekolah ini bertujuan untuk mewujudkan mtu dan kualitas

sekolah, yang dalam hal ini meningkatkan budaya religius di sekolah. Dalam

pelaksanaannya program pengamalan budaya agama Hindu di sekolah di bawah

tanggung jawab kepala sekolah yang secara teknis dibantu oleh wakil kepala sekolah

bidang kurikulum dan guru pendidikan agama Hindu. Sedangkan pelaksanaannya

adalah semua warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa).

Dalam hal ini kepala sekolah mengajak seluruh anggota atau warga sekolah untuk

bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama Hindu. Pelaksanaan pengamalan

budaya agama Hindu di sekolah tidak akan berjalan dengan baik jika tanpa dukungan

dan komitmen dari segenap pihak, di antaranya adalah pemerintah, dalam hal ini 3 8

Pemerintah Daerah, kebijakan kepala sekolah, guru pendidikan agama Hindu, guru mata

pelajaran umum, pegawai sekolah, komite sekolah, dukungan siswa (OSIS), lembaga dan

ormas keagaman serta partisipasi masyarakat luas.

Jika semua elemen ini dapat bersama-sama mendukung dan terlibat dalam pelaksanaan

pengamalan budaya agama di sekolah maka bukan suatu yang mustahil hal ini akan

terwujud dan sukses. Adapun pihak-pihak yang memberikan dukungan dalam

mengembangkan budaya religius di sekolah antara lain : A. Dukungan Kepala Sekolah

Page 20: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

Seorang kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan sekaligus penanggung jawab di

sekolah sudah memiliki komitmen yang sama dalam menciptakan budaya keagamaan,

maka dalam pelaksanannya akan lebih mudah.

Kesadaran semua pihak, bukan hanya guru agama, bahwa pembiasaan perilaku

keagamaan di sekolah merupakan alternatif jawaban dari berbagai persoalan bangsa ini

sangatlah dibutuhkan. Dukungan kepala sekolah dalam mengembangkan budaya

agama bisa dilihat dari sikap kepala sekolah yang nampak seperti ada usaha untuk

mengembangkan budaya agama, ada usaha kepala sekolah untuk mempertahankan

budaya agama serta adanya usaha kepala sekolah untuk menjadikan sekolah dengan

suasana keagamaan melalui budaya religius.

3 9 Dalam hal ini kepala sekolah sebaiknya bisa memberikan pengaruh yang positif

terhadap anak didiknya. Seorang kepala sekolah harus memiliki pribadi yang

menyenangkan seperti tindakan-tindakan membantu anak didik, meningkatkan kualitas

interaksi individu. Pada pelaksanaan budaya religius di SMP Negeri 1 Petang Kabupaten

Badungdapat dijelaskan dengan menggunakan model mekanik, dimana kepala sekolah

mengeluarkan kebijakan untuk mewujudkan budaya religius, namun pelaksanaannya

dengan cara didelegasikan kepada para guru.

Model mekanik ini merupakan penciptaan budaya religius yang didasari oleh

pemahaman bahwa kehidupan terdiri dari berbagai aspek dan pendidikan dipandang

sebagai penanaman dan pengembangan seperangkat nilai kehidupan.Model ini

memiliki tujuan dalam mengembangkan pendidikan agama sebaiknya lebih

mengutamakan aspek afektif daripada aspek kognitif dan konatif.

Strategi yang dilakukan kepala sekolah dalam mengembangkan budaya religius di

sekolah dengan menggunakan power strategy yakni strategi pembudayaan agama di

lembaga pendidikan dengan cara menggunakan kekuasaan dari kepala sekolah dan

persuasive strategy yaitu pembudayaan agama di sekolah melalui pandangan warga

sekolah. Dengan strategi ini dikembangkan budaya agama melalui pembiasaan,

keteladanan dan 4 0 mengajak warga sekolah dengan cara yang halus untuk memiliki

kesadaran melakukan nilai-nilai atau norma-norma agama. B.

Dukungan sesama Guru Budaya keagamaan merupakan kebiasaan yang dilakukan

secara rutin dan spontan dalam kehidupan sehari-hari yang mencerminkan pelaksanaan

nila-nilai agama dan moral. Dalam hal ini dukungan dari guru sangat menentukan

dalam mewujudkan budaya religius di sekolah. Akan tetapi dukungan dari guru ini

berbeda-beda, karena komitmen dari masing-masing guru berbeda.

Page 21: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

Oleh karena itu perlu adanya pemberian pemahaman dari kepala sekolah tentang

pentingnya budaya religius di sekolah. Dalam mewujudkan budaya religius di sekolah

tidak hanya menjadi tanggung jawab dari guru pendidikan agama, akan tetapi juga

tanggung jawab dari semua guru. Namun guru pendidikan agama memiliki andil yang

cukup besar dalam mewujudkan budaya religius.

Oleh karena itu guru pendidikann agama Hindu dalam memberikan materi pelajaran

tidak hanya menekankan pada segi kognitifnya saja akan tetapi juga segi afektif dan

psikomotor harus ditonjolkan. Sehingga siswa akan memiliki pemahaman tentang ajaran

agama yang baik dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari baik di sekolah

maupun di rumah.

4 1 Sesama guru disini membuat jalinan ikatan emosional yang tinggi, dalam

mengontrol siswa dan mengembangkan lembaga ini. Kalau dalam bidang

pengembangan budaya agama yang biasa guru- guru lakukan sebagai bentuk

dukungan adalah selalu memberikan motivasi kepada siswa, dan saling menegur juga

mengingatkan sesama guru ketika ada salah satu diantara kita yang sedikit menyimpang

dari pengembangan budaya agama.

Dukungan terhadap siswa dalam mengembangkan budaya agama dapat dilihat dari

pemberian nilai dan hadiah kepada siswa yang berani menjalankan budaya religius

dengan baik. Para guru yang ingin mengembangkan suasana religius di sekolah harus

memberikan dorongan kepada anak untuk berperilaku yang positif. Guru akan

membiarkan anak-anak untuk berkembang secara wajar, sehingga akan berdampak

positif pada proses pembelajaran.

Selain itu guru harus memberikan teladan kepada anak didiknya baik mulai dari

berperilaku, berbicara dan mengambil sebuah keputusan. Agar pembudayaan religius

dapat terwujud dengan maka diperlukan adanya pembiasaan. Dalam pembiasaan ini

seorang guru menggunakan metode pengkondisian yaitu upaya membentuk perilaku

dengan mempraktekkan secara berulang-ulang.

Anak didik dibiasakan untuk melakukan doa sebelum dan sesudah belajar, sopan santun

dalam berbicara, berpakaian yang rapi 4 2 dan sopan, cara bergaul yang baik seperti

ramah, sapa, salam, serta tidak terlibat dalam perkelahian antar siswa. C. Dukungan

sesama murid Dalam mendukung budaya agama di sekolah, yang dilakukana siswa

adalah membangun komitmen bersama, antara sesama siswa saling mengingatkan jika

ada yang melanggar. Sesama warga sekolah saling mengingatkan untuk melaksanakan

budaya religus dan tidak melakukan pelanggaran.

Page 22: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

Selain itu pelaksanaan budaya religius ini telah dimulai dari sejak kelas 1 SMP dengan

menanamkan perilaku sesuai dengan ajaran agama, seperti berdoa bersama sebelum

dan sesudah pembelajaran. Untuk mewujudkan budaya religius di sekolah peserta didik

harus mengetahui dan memiliki pemahaman tentang ajaran dan nilai agama, sehingga

dapat mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai agama serta dapat menjalankan

kehidupannya sehari-hari sesuai ajaran dan nilai agama.

Dukungan sesama murid atau siswa memiliki andil yang cukup besar dalam membuat

suasana kelas yang positif. Dalam hal ini diperlukan adanya persahabatan, karena

persahabatan ini akan memberikan pengaruh yang positif pada murid, sehingga akan

terjadi komunikasi antar murid yang bersifat terbuka dan diwarnai dialog yang akrab.

Dengan adanya suasana kelas yang positif ini 4 3 memungkinkan murid untuk

mengembangkan nilai-nilai ajaran agama yang diperlukan dalam kehidupan sosial.

Nilai-nilai ajaran tersebut seperti kasih sayang antar siswa, adanya kenyamanan dan

kesenangan dalam bekerja sama untuk kemajuan bersama. D. Dukungan sesama

karyawan Dukungan dari para karyawan terhadap pengembangan budaya religius

adalah dengan mengingatkan peraturan kepada peserta didik, menegur anak yang

melanggar perhatian.Budaya. Dalam pengembangan budaya ini peran karyawan juga

cukup tinggi, karena terlihat dari perilaku yang menghargai warga dari luar sekolah.

Dalam hal ini karyawan juga memberikan perhatian yang cukup besar terhadap anak

didiknya seperti apabila siswa yang datang terlambat harus melaporkan kepada guru

piket terlebih dahulu, selain itu juga mengingatkan siswa untuk melaksanakan

persembahyangan bersama dengan cara memberikan informasi kepada siswa melalui

pengeras suara yang bisa terdengar di masing- masing ruangan. E.

Dukungan Keluarga Dukungan keluarga sangat penting dalam membentuk budaya

religius, terutama dalam hal ini orang tua siswa. Orang ta memiliki keinginan agar

anaknya menjadi anak yang suputra (anak yang baik 4 4 yang berbakti kepada orang

tua serta anak yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara). Dalam hal ini orang

tua harus berpartisipasi terhadap kesuksesan program pada lembaga pendidikan.

Kerjasama antara sekolah dan keluarga perlu ditingkatkan agar terjadi keselarasan

antara nilai-nilai yang dipegang teguh oleh anak- anak di sekolah dan harus diikuti di

lingkungan keluarga atau masyarakat. Untuk membentuk budaya religius pada anak

maka diperlukan adanya penciptaan suasana yang kondusif baik di sekolah, di rumah

maupun di masyarakat.

Karena suasana yang baik dalam kehidupan di sekolah maupun di rumah akan

Page 23: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

memengaruhi perkembangan kepribadiannya sehingga akan tercipta pada setiap

tindakannya. Dengan demikian anak-anak yang merasa tenteram ketika berada di

sekolah serta di rumah maka akan membrikan dorongan untuk melaksanakan tugas

dengan sebaik-baiknya. Selain itu perlu adanya komunikasi antara sekolah dengan

orang tua. Sebagai orang tua sebaiknya memiliki sikap terbuka dan dilandasi rasa kasih

sayang yang tulus.

Dorongan yang diberikan oleh orang tua ini akan memberikan nilai-nilai positif pada

anak. 4 5 BAB IV PENGEMBANGAN BUDAYA RELIGIUS SEKOLAH MELALUI

INTERNALISASI NILAI AJARAN AGAMA HINDU DALAM MENINGKATKAN PERILAKU

KEAGAMAAN PADA SISWA Dalam pengembangan budaya religius ini dilakukan dengan

berbagai langkah antara lain 1) Kegiatan Awal , 2) Perancangan Model, 3) Validasi Ahli,

4) Revisi rancangan model, 5) Pelaksanaan Uji Coba model, 6) Model akhir

pengembangan budaya religius. A. Kegiatan Awal 1.

Studi Literatur Budaya religius merupakan upaya pengembangan pendidikan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Karena dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal 1 dijelaskan bahwa Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

4 6 Dan secara terperinci tujuan pendidikan Nasional dijelaskan dalam pasal 3 UUSPN

No 20 tahun 2003, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Budaya religius lembaga pendidikan adalah upaya terwujudnya nilai-nilai ajaran agama

sebagai tradisi dalam berperilaku dan budaya organisasi yang diikuti oleh seluruh warga

di lembaga pendidikan tersebut. Dalam membudayakan religius di sekolah ada

beberapa cara yang dapat dilakukan antara adanya kebijakan pimpinan sekolah,

pelaksanaan kegiatan mengajar, kegiatan ekstra kurikuler secara berkelanjutan dan

konsisten.

Budaya religius (religious culture) yang diterapkan di sekolah ini memiliki tujuan yang

ingin dicapai, salah satunya adalah menanamkan akhlak mulianya pada diri pribadi

Page 24: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

peserta didik. Adapun nilai-nilai akhlak yang seharusnya dikembangkan di sekolah,

antara lain : 4 7 a. Terbiasa berperilaku bersih, jujur dan kasih sayang, tidak kikir, malas,

bohong, serta dengan etika belajar, makan dan minum. b.

Berperilaku rendah hati, rajin, sederhana dan tidak iri hati, pemarah, ingkar janji serta

hormat kepada orang tua. c. Tekun, percaya dan tidak boros d. Terbiasa hidup disiplin,

hormat tidak lalai serta suka tolong menolong e. Bertanggung jawab Dalam

mengembangkan budaya religius di sekolah dapat dilakukan beberapa cara antara lain :

1) memberi contoh (teladan), 2) membiasakan hal-hal yang baik, 2) menegakkan disiplin,

4) memberikan motivasi dan dorongan, 5) memberikan hadiah terutama psikologis, 6)

menghukum (mungkin dalam rangka kedisiplinan) dan 7) penciptaan suasana religius

yang berpengaruh bagi pertumbuhan anak. 2.

Studi Lapangan Dalam mengembangkan budaya religius di sekolah, peneliti perlu

melakukan studi lapangan dengan penelahaan kebutuhan (analisis kebutuhan). Hal ini

berguna untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang diharapkan sekolah agar

terwujud budaya religius di sekolah. Berdasarkan analisis kebutuhan diatas maka 4 8

diperoleh hasil yang belum mengetahui tentang bentuk-bentuk budaya religius di

sekolah setiap hari sebanyak 54 siswa (73%), siswa yang sudah mengetahui

bentuk-bentuk budaya religius di sekolah sebanyak 20 siswa ( 27%).

Adapun siswa yang mengatakan bahwa sosialisasi budaya religius perlu dilakukan

sebanyak 60 siswa (81%), sedangkan siswa yang mengatakan bahwa sosialiasi budaya

religius tidak perlu dilakukan sebanyak 14 siswa (19 %) . Siswa yang menyatakan bahwa

suasana religius perlu diciptakankan di sekolah sebanyak 44 siswa (59%) sedangkan

yang menyatakan penciptaan suasana religius tidak perlu dikembangkan sebanyak 30

siswa (41%).

Sedangkan siswa yang menyatakan bahwa melaksanakan budaya religius karena

tuntutan dari sekolah sebanyak 50 siswa (68%) sedangkan yang menyatakan bahwa

dengan melaksanakan budaya religius karena atas kesadaran diri sendiri sebanyak 24

siswa (32%). Dengan melihat hasil dari penyebaran angket tentang analisis kebutuhan

menunjukkan beberapa hal yaitu : a.

Masih ada siswa yang belum mengetahui tentang bentuk- bentuk budaya religius di

sekolah sebesar 73 %. b. Dalam mengembangkan budaya religius diperlukan adanya

sosialisasi. 4 9 Berdasarkan hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam

mengembangkan budaya religius diperlukan tindakan-tindakan antara lain : a.

Memberikan pemahaman kepada siswa tentang bentuk-bentuk budaya religius yang

berlandaskan pada nilai-nilai ajaran agama Hindu b.

Page 25: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

Memberikan keteladanan kepada siswa tentang budaya religius di sekolah B.

Perancangan Model Pengembangan Budaya Religius melalui Internalisasi Nilai Ajaran

Agama Hindu Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka merancang pengembangan

model budaya religius melalui internalisasi nilai ajaran agama Hindu yaitu merancang

draft awal model pengembangan budaya religius melalui nilai ajaran agama Hindu

untuk meningkatkan perilaku keagamaan siswa. Kegiatan penyusunan model

dilaksanakan berdasarkan hasil dalam studi awal atau studi pendahuluan.

Adapun kegiatan ini meliputi : 1. Menetapkan tahapan pengembangan model budaya

religius a. Tahap perencanaan, dalam tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan : 1)

Tujuan pengembangan model budaya religius 5 0 Pengembangan ini bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran siswa dalam membudayakan religius di sekolah. Dengan

adanya kesadaran yang tumbuh dari siswa maka budaya religius secara langsung akan

dipraktekkan.

2) Sasaran pengembangan budaya religius Sasaran atau sebagai input dalam

pengembangan budaya religius ini adalah siswa 3) Metode Pengembangan Dalam

pengembangan budaya religius ini menggunakan beberapa metode antara lain metode

ceramah, penyebaran angket pada siswa dan observasi ke lapangan. a) Metode ceramah

Metode ceramah yang dilakukan oleh peneliti adalah memberikan ceramah tentang

pelaksanaan budaya religius dengan menginternalisasi nilai ajaran agama Hindu b)

Penyebaran angket Dalam kegiatan ini peneliti membagikan angket kepada siswa

tentang budaya religius, internalisasi nilai ajaran agama Hindu dan perilaku keagamaan.

Dimana angket ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pelaksanaan

budaya religius dengan menginternalisasi nilai ajaran agama Hindu 5 1 c) Kunjungan

lapangan (observasi lapangan) Dalam kegiatan ini peneliti mengadakan kunjungan

langsung ke lapangan untuk mengetahui kondisi fisik serta kegiatan siswa yang

berkaitan dengan pelaksanaan budaya religius setelah diberikan pemahaman tentang

budaya religius.

4) Target program pengembangan Adapun target program pengembangan ini adalah

sebagai berikut : a) Meningkatkan kesadaran siswa untuk membiasakan

kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah b) Meningkatkan perilaku keagamaan siswa

yang terwujud dalam sikap dan perilaku sehari-hari 2. Penyusunan Kerangka Model

Budaya Religius Penyusunan model awal yang ditemukan berdasarkan pada studi

literatur dan studi lapangan.

Penyusunan model awal ini dikaji dari pendekatan sistem yakni ada masukan (input),

Page 26: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

proses dan keluaran (output), dengan penjelasan sebagai berikut : a. Masukan (input).

Sebagai masukan dalam pengembangan budaya religius adalah siswa. Dalam pemilihan

siswa ini dilakukan secara acak (random sampling). b. Proses Proses pengembangan

budaya sekolah di sekolah dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain : 5 2 1)

menetapkan bentuk-bentuk pelaksanaan budaya religius, 2) memberikan sosialisasi

bentuk-bentuk pelaksanaan budaya religius, 3) menerapkan bentuk-bentuk pelaksanaan

budaya religius . c.

Keluaran (Output) Setelah dilakukan proses pengembangan ini diharapkan agar siswa

memiliki kesadaran untuk membudayakan religius dalam kehidupan sehari-hari ,

sehingga perilaku keagamaan semakin baik. Model ini dapat digambarkan sebagai

berikut: model awal pengembangan budaya religius C. Validasi Ahli Tahapan

pengembangan model yang berikutnya yaitu melakukan uji pakar terhadap rancangan

model.

Uji akar ini dilakukan dengan cara menyampaikan rancangan tersebut untuk ditelaah

dan kemudian bersama dengan peneliti mendiskusikan masalah. Dalam hal ini peneliti

meminta kesediaan dari beberapa ahli, masing-masing : ahli pendidikan dan ahli agama.

Adapun saran- saran dari ahli terhadap rancangan model adalah sebagai berikut 1.

Dalam proses pengembangan ini sebaiknya diberikan kepada siswa kelas dua atau kelas

tiga, karena mereka sudah memahami dan mengetahui situasi dan kondisi sekolah

tersebut. 5 3 2. Berbagai kegiatan yang dilakukan dalam proses pengembangan

sebaiknya dapat mengarahkan tentang peningkatan budaya religius di sekolah.

Sebaiknya dicantumkan bentuk kegiatan apa dan bagaimana cara melaksanakannya. 3.

Peneliti agar berhati-hati dalam mengungkapkan fakta yang ada, agar fakta tidak

berbaur dengan penafsiran peneliti atas fakta tersebut. 4. Peneliti sebaiknya mampu

mengungkapkan fakta, karena tidak semua fakta dapat terungkap melalui observasi dan

wawancara. Banyak fakta yang mungkin tersembunyi daripada yang diungkapkan.

Dalam mengungkapkan fakta agar dihindari kata- kata yang bersifat tendensius

(keberpihakan). D.

Revisi Rancangan Model Setelah model awal diuji oleh para pakar dengan memberikan

beberapa saran, maka revisi model yang akan diujicobakan adalah sebagai berikut : 1.

Masukan (Input). Sebagai masukan (input) dalam pengembangan budaya religius

melalui internalisasi nilai ajaran agama Hindu ini adalah perwakilan siswa dengan dasar

pertimbangan adalah siswa yang sudah kelas VIII karena mereka sudah memahami dan

mengetahui kondisi sekolah serta mereka sudah melaksanakan beberapa budaya

religius yang sudah diterapkan oleh sekolah tersebut. 5 4 2.

Page 27: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

Proses Dalam proses pengembangan budaya religius melalui internalisasi nilai ajaran

agama Hindu dilakukan dengan beberapa kegiatan antara lain : a. Menetapkan

bentuk-bentuk budaya religious. Dalam menetapkan bentuk-bentuk budaya religius

yang berlandaskan pada nilai ajaran agama Hindu dilakukan dengan cara mendiskusikan

dan menanyakan kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan beberapa guru

mengenai bentuk-bentuk budaya religius apa saja yang sudah diterapkan dan yang

akan diterapkan di sekolah.

Adapun bentuk-bentuk budaya religius yang ditetapkan : 1) Pembiasaan kegiatan rutin

keagamaan adalah melakukan pengembangan kebudayaan religius secara rutin dan

berlangsung pada hari-hari belajar. Kegiatan rutin ini dilakukan dalam kegiatan

sehari-hari yang terintegrasi dengan kegiatan yang telah diprogramkan, sehingga tidak

memerlukan waktu tertentu.

Kegiatan rutin keagamaan yang harus dilakukan oeh siswa antara lain: a) Membiasakan

senyum sapa salam b) Berdoa bersama sesudah dan sebelum pelajaran c) Membiasakan

berkata jujur 5 5 2) Memberikan keteladanan adalah memberikan perbuatan atau

tingkah laku yang patut ditiru dan dicontoh. Dalam hal ini sebaiknya guru memberikan

contoh keteladanan kepada siswanya, seperti : a) Membiasakan mentaati peraturan b)

Menjaga kebersihan kelas c) Menjaga kebersihan tempat suci d) Menghormati guru e)

Menghargai teman f) Sopan santun 3) Memberikan motivasi : memberikan dukungan

kepada siswa a) Adanya komunikasi antara sekolah dengan orang tua b) Memberikan

pujian dan penghargaan pada siswa b.

Peningkatan kualitas keagamaan anak didik di sekolah dengan cara melakukan

pembinaan pelaksanaan budaya religius melalui internalisasi nilai ajaran agama Hindu.

Pembinaan ini merupakan kegiatan yang direncanakan secara sistematis berupa

bimbingan, pemberian informasi dan pengawasan pada siswa SMP Negeri 1 Petang. c.

Menerapkan bentuk-bentuk budaya religius yang berkaitan dengan nilai ajaran agama

Hindu dengan cara membiasakan 5 6 bentuk-bentuk budaya religius yang telah

ditetapkan . Tujuan dari kegiatan ini agar siswa membiasakan bentuk-bentuk budaya

religius yang berlandaskan nilai ajaran agama Hindu sehingga dapat meningkatkan

perilaku keagamaan.

d. Keluaran Setelah siswa diberikan pemahaman dan penerapan tentang budaya religius

melalui internalisasi nilai ajaran agama Hindu maka diharapkan siswa dapat

meningkatkan kesadarannya untuk berperilaku yang sesuai dengan ajaran agama, tanpa

adanya paksaan atau tuntutan dari siapapun.

Page 28: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

Dengan demikian dari paparan diatas, dapat digambarkan sebagai berikut: 5 7 E. Uji

Coba Model Pengembangan Budaya Religius Melalui Internalisasi Nilai Ajaran Agama

Hindu Dalam tahap ini, revisi rancangan model diujicobakan ke lapangan. Model yang

telah dibuat diatas diuji cobakan kepada siswa yang dimulai dengan menetapkan

bentuk-bentuk yang akan dilakukan pada siswa SMP dari hasil diskusi dan tanya jawab

antara peneliti dengan pihak sekolah.

Kemudian diadakan pembinaan kepada siswa tentang bentuk- bentuk budaya religius

yang harus dilakukan oleh siswa SMP, dan nantinya akan diterapkan pada kegiatan

sehari-hari di sekolah yang berkaitan dengan keagamaan. Setelah model itu diberikan

kepada siswa untuk mengetahui apakah pengembangan model budaya religius ini

dapat meningkatkan perilaku keagamaan siswa atau tidak, maka siswa diberikan pre test

dan post test, dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 60 pertanyaan telah

peneliti buat dengan diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya.

Analisis data kuantitatif ini dipergunakan untuk melihat efektifitas model yang

dikembangkan, melalui analisis terhadap skor pretest dan posttest siswa dalam

membudayakan religius di sekolah melalui internalisasi nilai ajaran agama Hindu, uji

paired sample t test digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan mean untuk dua

sampel bebas (independen) yang berpasangan.

5 8 Adapun hasil dari uji ini dapat disimpulkan dalam tabel sebagai berikut : Variabel

Sebelum penerapan model Sesudah penerapan model Nilai t Nilai p Rerata Standar

Deviasi Rerata Standar Deviasi Budaya Religius 64.64 6.979 82.03 5.919 8.708 0.000

Resume hasil uji coba Variabel Sebelum penerapan model Sesudah penerapan model

Nilai t Nilai p Rerata Standar Deviasi Rerata Standar Deviasi Budaya Religius 64.64 6.979

82.03 5.919 8.708 0.000 Berdasarkan perbandingan antara thitung dengan tabel, jika

statistik hitung > statitik tabel, maka Ho ditolak, jika ditabelkan statitik hitung < statistik

Ho diterima.

Diketahui t hitung output adalah 8,708, sedangkan statistik tabel data dicari pada tabel t

: tingkat signifikansi (a) adalah 5% atau tingkat kepercayaan 95% df (degree of freedom)

atau derajat kebebasan adalah n-1 atau 74-1 =73, uji dilakukan dua sisi atau dua ekor

karena akan diketahui apakah rata-rata sebelum sama dengan sesudah ataukah tidak.

Perlunya dua sisi dapat diketahui dari hasil ouput SPSS yang menyatakan 2 tailed.

Berdasarkan hasil t hitung 8,708 dengan nilai probabilitas 0,000 < 0,05 maka Ho, ditolak

yang berarti hasil tes sebelum model 5 9 dan setelah model adalah tidak sama atau

berbeda nyata. Dalam output juga disertakan perbedaan mean sebesar 3,07 yaitu selisih

rata-rata hasil pretest dan postest mengalami peningkatan. F. Model Akhir

Page 29: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

Pengembangan Budaya Religius Dalam tahap ini akan dipaparkan pemgembangan

budaya religius melalui internalisasi nilai ajaran agama Hindu pada siswa di Sekolah

Menengah Pertama sebagai berikut : 1. Mengadakan diskusi tentang bentuk-bentuk

budaya religius.

Hasil dari diskusi ini dihasilkan beberapa bentuk-bentuk budaya religius yang akan

diterapkan di SMP : pembiasaan kegiatan rutin keagamaan, memberikan keteladan dan

memberikan motivasi. 2. Mengadakan pembinaan tentang budaya religius yang

bertujuan untuk meningkattkan kualitas keagamaan siswa SMP Negeri 1 Petang dengan

melakukan bimbingan, memberikan informasi tentang bentuk-bentuk budaya religius

yang akan diterapkan di SMP Negeri 1 Petang, dan melakukan pengawasan. 3.

Menerapkan budaya religius yang telah ditetapkan agar dilaksanakan dalam kegiatan

sehari-hari di sekolah 6 0 BAB V IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN BUDAYA RELIGIUS

SEKOLAH Budaya religius di lembaga pendidikan merupakan budaya yang tercipta dari

pembiasaan suasana religius yang berlangsung secara lama dan terus menerus sehingga

akan muncul suatu kesadaran dari semua warga sekolah di lembaga pendidikan.

Budaya religius ini akan tumbuh atau akan tercipta apabila dalam sebuah lembaga

pendidikan berpijak pada nilai-nilai religius. Budaya religius merupakan suatu usaha

dalam lembaga pendidikan untuk mengembangkan aspek-aspek keagamaan. Dalam

mengembangkan budaya religius di lembaga pendidikan diperlukan adanya strategi

yang baik sehingga budaya ini dapat terwujud dan tercapai sesuai dengan tujuan yang

diharapkan.

Strategi yang dilakukan dalam mengembangkan budaya religius ini adalah power

strategy, yakni strategi pembudayaan agama di lembaga pendidian dengan cara

menggunakan kekuasaan, serta dalam hal ini peran kepala lembaga pendidikan dengan

segala kekuaasaan untuk melakukan suatu perubahan dan persuasive strategy yaitu

strategi dengan melalui opini dan pandangan warga lembaga pendidikan (Muhaimin,

2009). 6 1 Strategi kekuasaan ini dikembangkan dengan pendekatan melalui perintah

dan larangan.

Dengan demikian kepala lembaga pendidikan memberikan beberapa peraturan yang

harus ditaati oleh seluruh warga sekolah. Sedangkan persuasive strategy ini dengan

melalui pembiasaan, keteladanan dan mengajak warganya untuk melaksanakan budaya

religius. Budaya religius pada lembaga pendidikan berawal dari penciptaan suasana

religius dan diikuti dengan penanaman nilai-nilai ajaran agama.

Dalam menciptakan suasana religius ini diperlukan adana kegiatan-kegiatan keagamaan.

Page 30: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

Apabila kegiatan keagamaan ini tidak diberikan dan tidak dibiasakan maka budaya

religius juga tidak akan terwujud. Dengan membiasakan peserta didik untuk

melaksanakan kegiatan keagamaan setiap hari maka suasana religius akan tercipta.

Hal ini bertujuan agar ajaran-ajaran agama dapat dilaksanakan dalam kegiatan

sehari-hari dalam wujud perilaku. Selain itu pula budaya religius ini sebagai penanaman

nilai-nilai ajaran agama, peserta didik diharapkan agar membiasakan nilai-nilai ajaran

agama ini dalam kehidupan sehari-hari serta menjadi suatu kesadaran bukan sebagai

paksaan.

Dengan penanaman nilai-nilai religius ini, anak didik akan menyadari bahwa ajaran

agama sangat penting dalam menjalani kehidupan ini. Nilai-nilai religius ini antara lain

adalah 6 2 kejujuran, keadilan, kasih sayang, rendah hati, saling menghargai, saling

menghormati. Dalam hal ini penanaman nilai-nilai religius tidak hanya menjadi tugas

dari guru agama saja melainkan dari semua guru mata pelajaran dan seluruh warga

sekolah.

Adapun usaha yang dilakukan salah satunya adalah membangun budaya religius di

sekolah. Dalam hal ini untuk membangun keeseriusan gerakan dalam membangun

budaya religius dapat dilaksanakan dengan menginternalisasi nilai ajaran agama Hindu.

Implementasi pengembangan budaya religius melalui internalisasi nilai ajaran agama

Hindu di SMP Negeri 1 Petang Kabupaten Badung adalah sebagai berikut : A.

Pembiasaan kegiatan rutin keagamaan Pembiasaan ini merupakan kegiatan yang

dilakukan berulang- ulang sehingga menjadi hal yang terbiasa. Dalam membiasakan

budaya religius di sekolah, peran seorang guru sangatlah besar, karena perilaku guru

yang baik akan diikuti oleh anak didiknya. Seperti misalnya apabila setiap kali memasuki

ruangan kelas guru selalu mengucapkan salam maka anak didiknya juga akan terbiasa

apabila setiap kali memasuki ruangan akan mengucapkan salam juga.

Apabila nilai-nilai ajaran agama selalu dilakukan dan dibiasakan dalam kegiatan

sehari-hari dan secara kontinue, maka 6 3 akan merasuk ke dalam jiwa anak dan

menjadi suatu kebiasaan. Dalam kegiatan pembiasaan ini terdiri dari empat kegiatan

yaitu : kegiatan ruti, kegiatan spontan, kegiatan teladan dan kegiatan terprogram. Untuk

kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan secara reguler baik di kelas maupun di

sekolah.

Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan anak mengerjakan sesuatu yang baik,

contohnya berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. Kegiatan spontan adalah kegiatan

yang dilakukan kapan saja dan dimana saja, kegiatan ini bertujuan memberikan

Page 31: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

pendidikan terutama dalam kedisiplinan, sopan santun dan kebiasaan baik lainnya.

Contoh kegiatan spontan ini seperti memberi salam apabila bertemu dengan siapapun,

membuang sampah pada tempatnya.

Kegiatan pembiasaan berikutnya adalah kegiatan teladan adalah kegiatan yang lebih

mengutamakan pemberian contoh yang dilakukan oleh guru kepada siswanya. Kegiatan

teladan ini misalnya menggunakan pakaian sopan dan rapi, datang ke sekolah tepat

pada waktunya. Sedangkan kegiatan pembiasaan yang terakhir adalah kegiatan

terprogram adalah kegiatan yang diprogramkan atau direncanakan, kegiatan ini

bertujuan untuk menambah wawasan peserta didik tentang hal-hal yang baru dalam

kehidupan masayarakat. 6 4 Kegiatan ini misalnya mengujungi panti asuhan, mengikuti

perlombaan keagamaan.

Dalam menanamkan budaya religius bagi siswa yang berkaitan dengan pembiasaan

kegiatan rutin ini dilakukan dengan beberapa cara antara membiasakan senyum, salam

dan sapa, membiasakan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, membiasakan berkata

jujur. Pembiasaan senyum, salam dan sapa ini dilakukan setiap hari dan setiap saat oleh

siswa pada waktu bertemu dengan siapapun.

Dengan tersenyum akan membuat semua orang akan senang, serta memberikan salam

sesuai dengan ajaran agama masing-masing, Om Swastyastu dengan menyebut

namanya. Selain itu siswa juga membiasakan berdoa sesudah dan sebelum pelajaran, ini

berarti bahwa kita memohon kepada Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi) agar diberikan

kelancaran dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Untuk meningkatkan perilaku

keagamaan juga sangat diperlukan adanya kebiasaan berkata jujur.

Hasil dari observasi, kegiatan rutin budaya religius ini sudah dilakukan oleh siswa

dengan baik, hal ini terlihat pada saat siswa baru ke sudah capkan am Om Swastyastu,

serta apabila ada tamu yang datang siswa menyambut dengan salam. 6 5 Selain itu

setiap pagi akan mengawali pelajaran dan siang pada saat pelajaran telah berakhir,

siswa berkumpul di lapangan untuk melakukan persembahyangan bersama yang

dipimpin oleh guru piket. B.

Memberikan keteladanan dalam pelaksanaan budaya religius Dalam melakukan

pelaksanaan budaya religius di sekolah diperlukan adanya keteladanan. Prinsip

keteladanan disini adalah memberikan contoh perilaku yang baik sehingga anak didik

akan meniru perbuatan tersebut. Warga sekolah berperan memberikan keteladanan

untuk membentuk perkembangan siswanya, karena perkembangan ini memerlukan

adanya contoh.

Page 32: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

Dengan demikian dalam keteladanan dalam pelaksanaan budaya diperlukan adanya

contoh-contoh perilaku dari warga sekolah (kepala sekolah, guru dan karyawan) agar

dapat diteladani oleh peserta didik. Keteladanan digunakan oleh sekolah karena

memang metode ini sangat efektif untuk membentuk pribadi peserta didik, agar mereka

merasa senang melakukan segala bentuk perilaku yang mengandung nilai-nilai yang

baik tanpa merasa di paksa oleh bapak/ ibu guru di sekolah.

Terlebih lagi mereka merasa pada guru mereka tidak sekedar memerintah, namun juga

melakukan apapun yang menjadi kewajiban peserta didik untuk melakukannya. Adapun

keteladanan 6 6 yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Petang antara lain datang

tepat waktu, mentaati peraturan, menjaga kebersihan, sopan santun, menghargai orang

lain.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lokasi penelitian tentang keteladanan, siswa

telah melaksanakan budaya religius di sekolah dengan baik tanpa ada paksaan dari

siapapun, serta antara sesama murid saling mengingatkan untuk berbudaya religius di

sekolah dan saling menegur apabila melakukan pelanggaran. Keteladanan merupakan

metode yang paling efektif dalam mempersiapkan dan membentuk moral dan spiritual

anak didik.

Oleh karena itu seorang pendidik harus memberikan contoh dalam berperilaku baik

dalam bertindak maupun dalam bertutur kata. Keteladanan ini harus dimilii oleh guru,

kepala sekoah maupun karyawan, karena mereka adalah contoh atau panutan bagi

peserta didik. Dalam mewujudkan budaya religius di sekolah dapat dilakukan dengan

melalui keteladanan dan pendekatan persuasif atau mengajak warga sekolah dengan

cara yang halus, dengan memberikan alasan dan tujuan yang baik sehingga bisa

meyakinkan warga sekolah untuk memiliki kesadaran dalam membudayakan religius di

sekolah. 6 7 C.

Memberikan motivasi dalam pelaksanaan budaya religius Agar budaya religius dapat

dilaksanakan dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan maka diperlukan adanya

pemberian motivasi atau dukungan dari berbagai pihak. Motivasi ini bisa dari diri sendiri

maupun dari pihak lain. Dalam pemberian motivasi kaitannya dengan terlaksananya

budaya religius yang sudah dilakukan di SMP Negeri 1 Petang antara lain : adanya

komunikasi yang baik antara sekolah dengan orang, memberikan pujian dan

penghargaan pada siswa.

Hal tersebut diatas dilakukan karena dalam memberikan motivasi kepada siswa tidak

hanya tugas dari pihak sekolah, akan tetapi peran orang tua cukup besar dalam

mebentuk budaya religius anak. Maka diperlukan adanya komunikasi yang baik antara

Page 33: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

pihak sekolah dengan orang orang dalam meningkatkan perilaku keagamaannya. Selain

itu untuk memberikan motivasi kepada siswanya menurut penuturan salah satu guru

agama Hindu guru agama Hindu bahwasannya dalam memberikan otivasi anak didik

agar melaksanakan hal yang positif, hal yang dilakukan adalah dengan memberikan

penghargaan atau pujian berupa nilai yang bagus kepada siswa.

Pemberian motivasi diatas adalah motivasi yang berasal dari ekternal atau pihak luar,

selain itu terdapat juga motivasi yang 6 8 berasal dari internal berupa kesadaran siswa

untuk melaksanakan budaya religius. Kesadaran siswa dalam melaksanakan budaya

religius terlihat dalam pengamatan peneliti di lapangan, seperti siswa sudah terbiasa

berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, memberikan salam kepada teman maupun

kepada tamu yang datang, mendengarkan guru dengan seksama.

Dengan demikian pelaksanaan budaya religius perlu dijaga dengan cara terus diadakan

pengawasan dari warga sekolah, sehingga perilaku keagamaan siswa akan semakin baik.

Dengan demikian dalam proses pembelajaran diperlukan adanya motivasi, karena

motivasi ini merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan suatu

kegiatan. Tanpa adanya motivasi maka seorang anak tidak akan melakukan suatu

kegiatan dengan baik.

Oleh karena itu dalam proses pembelajaran diperlukan adanya ketenangan dan

kenyaman, hal ini menjadikan suatu motivasi atau dorongan baik bagi guru maupun

peserta didik untuk melaksanakan budaya-budaya keagamaan. 6 9 BAB VI PENUTUP

Pelaksanaan budaya religius yang telah dilaksanakan siswa Sekolah Menengah Pertama

di Propinsi Bali antara lain : membiasakan mengucapkan salam Om Swastyastu apabila

bertemu Tri Sandhya ” bersama pada saat awal dan akhir pelajaran, membudayakan

saling menghormati dan saling toleransi.

Dalam mewujudkan budaya religius di sekolah diperlukan adanya dukungan dari

seluruh warga sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa. Strategi

yang digunakan dalam mewujudkan budaya religius di lembaga pendidikan adalah

dengan power strategy dan metode yang digunakan adalah pembiasaan, keteladana

dan motivasi.

Pengembangan budaya religius sekolah melalui internalisasi nilai ajaran agama Hindu

dengan langkah-langkah menetapkan bentuk-bentuk budaya religius, memberikan

pembinaan dan menerapkan budaya ini sebagai pembiasaan. Hasil uji lapangan dari

pengembangan terjadi adanya peningkatan, hal ini terlihat perbedaan mean sebesar

3,07 yaitu selisih rata-rata hasil pretest dan postest.

Page 34: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

7 0 Implementasi pengembangan budaya religius sekolah melalui internalisasi nilai

ajaran agama Hindu dalam meningkatkan perilaku keagamaan siswa sebagai berikut : a)

membiasakan kegiatan rutin keagamaan, b) memberikan keteladanan dan c)

memberikan motivasi Agar budaya religius dapat terus terjaga dan meningkat perlu

adanya usaha-usaha yang bersifat kontinu yang dilakukan oleh semua pihak.

Sekolah sebaiknya selalu melakukan pengawasan yang melekat terhadap pelaksanaan

budaya religius agar nantinya siswa dapat berperilaku yang baik dalam kehidupan

sehari-hari. Selain itu orang tua sebaiknya selalu mengadakan komunikasi yang baik

dengan pihak sekolah, sehingga orang tua akan lebih memahami perkembangan

anaknya. Dalam penelitian ini memberikan implikasi teori yaitu tentang pentingnya

budaya religius yang harus diciptakan dalam lingkungan sekolah.

Hal ini dikarenakan lingkungan sekolah merupakan suatu lembaga yang berfungsi

mentransformasikan nilai. Berkaitan dengan hal tersebut budaya religius merupakan

salah satu bentuk kegiatan yang berfungsi untuk memberikan pendidikan nilai terutama

nilai keagamaan pada siswa. Sehingga dalam pembelajaran tidak hanya mengandalkan

aspek kognitif akan tetapi juga aspek afektif dan psikomotor. 7 1 DAFTAR PUSTAKA

Abdul Latif. 2005.

Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung : Refika Aditama Ali, Lukman, 1991.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Ary Ginanjar Agustian. 2001. ESQ

Emotional Spiritual Quotient The ESQ Way 165. Jakarta : PT Arga Tilanta. Asri

Budiningsih. 2004. Pembelajaran Moral Berpijak pada Karakterisyik Siswa. Jakarta :

Rineka Cipta. Darmiyati, Zuchdi. 2008. Humanisasi Pendidikan : Menemukan Kembali

Pendidikan Yang Manusiawi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Fathurrohman, Moh. 2015. Budaya Religius Dalam Peingkatan Mutu Pendidikan.

Yogyakarta : Kalimedia Idris, Zahara. 1981. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung :

Angkasa Ihsan, Fuad. 1997. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Jalaluddin

Rakhmat. 2002. Psikologi Agama. Jakarta : Pt. Grafindo Persada. Jalaluddin Rakhmat.

2007. SQ For Kids : Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Sejak Dini. Jakarta : PT.

Mizan Pustaka. Kajeng, I Nyoman, dkk, 2003.

Sarasamuccaya, Surabaya : Paramita. Koentjaraningrat, 1977. Kebudayaan, Mentalitat

dan Pembangunan, Jakarta : Gramedia. Muhaimin. 2009. Strategi Belajar. Surabaya :

Citra Media. Muhaimin, dkk. 2008. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya 7 2 Mulyana,

Rohmat.2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta. Nazir, Muhamad,

1982. Metode Penelitian, Jakarta.

Page 35: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

Ghalia Indonesia. Raka Mas, A.A. Gede, 2003. Membangun Masyarakat Berkualitas

Melalui kepedulian Pada Tata Susila Dan Budhi Pekerti Hindu, Surabaya : Paramita

Surabaya. Soedijarto. 1993. Meninjau Pendidikan Nasional Yang Relevan Dan Bermutu,

Jakarta: Balai Pustaka Sudharta dan Atmaja, 2001. Upadesa Tentang Ajaran-Ajaran

Agama Hindu, Surabaya : Paramita Surabaya. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian

Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabeta Suharsini, Arikunto, 1989. Prosedur Penelitian, Jakarta : Bina Aksara.

Sura, I Gede, 2001. Pengendalian Diri Dan Etika Dalam Ajaran Agama Hindu, Denpasar :

Hanuman Sakti. 7 3 CURRICULUM VITAE Heny Perbowosari dilahirkan di Surakarta, Jawa

Tengah, 11 April 1974.

Penulis terlahir dari kedua orang tua yaitu Bapak Sunarto (Alm) dan Ibu Sunarti. Penulis

mulai pendidikan dari TK di Kalurahan Sondakan Surakarta, kemudian SDN 85

Tegalmulyo Surakarta, Setelah itu melanjutkan ke SMP Negeri 9 Surakarta dan Tahun

1992 tamat di SMA Negeri 7 Surakarta.

Penulis menyelesaikan kesarjanaan Pendidikan Agama Hindu di STAH Parama Dharma

Denpasar Tahun 1999, kemudian Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan

Kependudukan dan Lingkungan Hidup di UNS Surakarta tahun 2004 dan Doktor

Pendidikan Agama Hindu di UNHI Denpasar tahun 2014. Sejak tahun 1994 penulis

diangkat menjadi pegawai di Akademi Pendidikan Guru Agama Hindu Denpasar dan

tahun 1999 mengalih menjadi dosen hingga sekarang pada jurusan Pendidikan Agama

Hindu. Pernah terlibat dalam penelitian mandiri maupun kelompok.

Juga menulis beberapa artikel di jurnal ilmiah yang menkonsentrasikan pada persoalan

pendidikan agama Hindu.

INTERNET SOURCES:

-------------------------------------------------------------------------------------------

<1% - http://sim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081703122148-89.pdf

<1% -

https://edynaghbagoes.blogspot.com/2014/05/upakara-caru-panca-sata-sebagai-model

.html

<1% - https://iraandestia.blogspot.com/2014/10/buku-panduan-museum.html

<1% - https://issuu.com/epaper-kmb/docs/edisi_5_april__2018

<1% - http://sim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081810034453-31.pdf

<1% -

https://www.scribd.com/document/356325859/Jurnal-Stilistetika-Tahun-VI-Volume-10

Page 36: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

<1% -

https://id.123dok.com/document/y6001l4y-upaya-meningkatkan-aktivitas-dan-hasil-bel

ajar-matematika-menggunakan-model-pembelajaran-generatif-siswa-kelas-viii-smp-ne

geri-2-karanganom-tahun-pelajaran-2015-2016-unwidha-repository.html

<1% - https://art-buleleng.blogspot.com/2013/12/makalah-siklus-akuntansi.html

<1% -

https://budimanhamsyurah.blogspot.com/2016/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html

<1% -

https://antarakojot.blogspot.com/2012/10/makalah-antropologi-budaya-prilaku.html

<1% - http://eprints.ums.ac.id/16463/2/BAB_I.pdf

<1% -

https://www.academia.edu/30471438/PENANAMAN_AJARAN_AGAMA_HINDU_BERBASI

S_BUDAYA_DALAM_MEMBENTUK_KARAKTER_PESERTA_DIDIK

<1% -

https://erick-kesepian.blogspot.com/2012/03/proposal-penelitian-tentang-pendidikan.h

tml

<1% - http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/uuno20th2003ttgsisdiknas.pdf

<1% -

https://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_20_Tahun_2

003

<1% - http://eprints.ums.ac.id/41758/4/BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf

1% -

https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.

pdf

<1% -

https://bahasa-mahasiswa.blogspot.com/2011/01/undang-undang-sisdiknas-sistem.htm

l

<1% - https://belajarpsikologi.com/tujuan-pendidikan-nasional/

<1% -

https://ryansetiawan96.blogspot.com/2016/10/makalah-peran-dan-fungsi-lembaga.html

<1% - https://makalahnih.blogspot.com/2014/07/kebudayaan-dalam-pendidikan.html

<1% -

https://semacamnya.blogspot.com/2010/11/isu-isu-penting-dalam-psikologi.html

<1% -

https://abdulzahir86.blogspot.com/2012/01/fungsi-dan-peranan-pendidikan-formal_03.

html

<1% - https://makalahnih.blogspot.com/2014/09/makalah-pusat-pendidikan-islam.html

<1% -

https://edhakidam.blogspot.com/2015/01/makalah-pentingnya-pendidikan-karakter.ht

ml

Page 37: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

<1% - https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/ceria/article/download/1876/pdf

<1% - https://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/budaya-religius-sekolah.html

<1% -

https://ekonominator.blogspot.com/2017/10/pendidikan-karakter-bangsa-strategi.html

<1% -

http://digilib.uin-suka.ac.id/21619/1/12480073_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

<1% -

https://id.123dok.com/document/4zpv540z-efektivitas-kegiatan-keputrian-pada-eksrakk

urikuler-rohis-terhadap-pembentukan-akhlak-siswa-di-sma-negeri-29-jakarta.html

<1% - http://teoribagus.com/lingkungan-pembelajaran-yang-kondusif

<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/766/6/10410053%20Bab%202.pdf

<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/12117/1/16710015.pdf

<1% -

http://repository.iainpurwokerto.ac.id/769/1/Cover_Bab%20I_Bab%20V_Daftar%20Pusta

ka.pdf

<1% - http://eprints.stainkudus.ac.id/118/4/04%20BAB%20I.pdf

1% - https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/11/08/mengenal-budaya-religius/

<1% -

http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelD4E74738088C7FE280D0574AF78B43A7.

pdf

<1% - https://nengwafa.blogspot.com/2013/03/makalah.html

<1% -

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21164/ruf-mei2006-2%20%285

%29.pdf?sequence=1&isAllowed=y

<1% - http://eprints.ums.ac.id/44193/3/BAB%20I.pdf

<1% - http://eprints.ums.ac.id/27714/2/BAB_I.pdf

<1% - https://faridadhisnandita.blogspot.com/

<1% -

https://aagsyugimbal.blogspot.com/2011/02/makalah-perkembangan-peserta-didik.ht

ml#!

<1% -

https://mafiadoc.com/i-pengaruh-kecerdasan-emosional-kompetensi-dan-motivasi-_59

c80aa91723dd0ff8c32645.html

<1% -

https://contoh-contohskripsi.blogspot.com/2010/02/metode-melatih-kecerdasan-emosi

onal.html

<1% - https://www.academia.edu/36355499/Makalah_PPD_Revisi_

<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/3968/3/104411031_bab2.pdf

<1% - https://sungaibengkayang.blogspot.com/2011/06/

<1% -

Page 38: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

https://ramliman76.blogspot.com/2013/06/bab-iipengaruh-kecerdasan-emosional-eq.ht

ml

<1% -

https://ryanrahmadi99.blogspot.com/2015/01/proposal-pengaruh-kecerdasan-emosion

al.html

<1% - https://honeypoenyablog.wordpress.com/category/kecerdasan-spiritual-anak/

<1% -

https://gegputumartin.blogspot.com/2015/11/contoh-makalah-tri-hita-karana.html

<1% - https://rezkirasyak.blogspot.com/2012/04/etikaetiketmoral-dan-kepribadian.html

<1% - https://www.anekamakalah.com/2012/09/makalah-kecerdasan-spiritual.html

<1% - https://ummuugahainueng.blogspot.com/

<1% -

https://enjoyperdanacomputer.blogspot.com/2017/08/tesis-pengaruh-kecerdasan-emos

ional.html

<1% -

https://www.academia.edu/7466753/EKSISTENSI_BUDAYA_RELIGIUS_DALAM_MENINGK

ATKAN_MUTU_PENDIDIKAN

<1% -

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195604201983011-SOFYA

N_SAURI/BUKU_PAI_REVISI/BAB_XIII-1.pdf

<1% -

https://cekgugenius.blogspot.com/2012/01/isu-isu-dalam-proses-pembelajaran.html

<1% -

https://sastranikychoysynyster.blogspot.com/2012/02/undang-undang-sistem-pendidik

an.html

<1% - http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_c0551_060663_chapter1.pdf

<1% - http://etheses.iainponorogo.ac.id/2653/1/Nur%20Rifai%20Sidiq.pdf

<1% - https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/11/page/8/

<1% - http://smk-wirabhakti.sch.id/

1% -

https://rachmatfatahillah.blogspot.com/2014/12/penjaminan-mutu-pengembangan-bud

aya.html

<1% -

http://repository.iainpurwokerto.ac.id/737/1/Cover_Bab%20I_Bab%20V_Daftar%20Pusta

ka.pdf

<1% - http://eprints.umm.ac.id/37266/3/jiptummpp-gdl-arifwahidi-50869-3-babii.pdf

<1% -

https://www.academia.edu/32111245/PENGEMBANGAN_BUDAYA_RELIGIUS_DALAM_M

ENINGKATKAN_MUTU_PENDIDIKAN

<1% -

Page 39: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

https://ayuriaseptiana.blogspot.com/2014/01/makalah-implementasi-pendidikan-karakt

er.html

<1% - https://decalosa.blogspot.com/2011/12/model-model-pembelajaran_28.html

<1% - https://www.academia.edu/38733018/Penciptaan_Budaya_Religius

<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/2347/3/Bab%202.pdf

1% -

https://makalahtentang.wordpress.com/category/manajemen-pembelajaran/page/4/

1% -

https://kamiluszaman.blogspot.com/2017/07/penjamin-pengembangan-budaya-agama

-di.html

1% -

https://makalahtentang.wordpress.com/2011/04/01/strategi-mewujudkan-budaya-aga

ma-di-sekolah/

<1% - https://mahmudi900.blogspot.com/2011/12/pendidik-media-pendidikan.html

<1% -

https://www.academia.edu/32472270/MODEL_PENGEMBANGAN_DIRI_SISWA_MELALUI_

BUDAYA_RELIGIUS

<1% -

https://marcopangngewa.blogspot.com/2012/04/pendidikan-islam-pai-di-masa-sekaran

g.html

<1% -

https://masyitah-masyithah.blogspot.com/2013/12/kurikulum-pai-pada-sekolah-umum.

html

<1% -

https://iissadiyah1.blogspot.com/2012/10/makalah-agama-peran-dan-fungsi-agama.ht

ml

<1% - http://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/cendekia/article/download/730/557

<1% -

http://blog.unnes.ac.id/hellosheren/2015/12/23/materi-antropologi-sma-kelas-x-interna

lisasi-nilai-nilai-budaya-dalam-pembentukan-kepribadian-dan-karakter/

<1% - http://blog.unnes.ac.id/hellosheren/category/antropologi-sma/

<1% - http://journal.umpo.ac.id/index.php/istawa/article/download/171/155

<1% -

https://amanahkitabersama.blogspot.com/2012/12/makalah-pendidikan-kesehatan.html

<1% - https://putrinurekasari96.blogspot.com/

<1% -

https://kamaabdulhakam.wordpress.com/2015/02/21/pendidikan-karakter-di-sekolah-d

asar-indonesia/

<1% - https://jaririndu.blogspot.com/2012/09/makalah-pengelolaan-kelas.html

<1% - http://digilib.unila.ac.id/13281/14/BAB%20II.pdf

Page 40: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

<1% -

https://www.academia.edu/28043642/INTERNALISASI_NILAI-NILAI_PENDIDIKAN_ISLAM

<1% - http://digilib.unila.ac.id/11525/15/BAB%20II.pdf

<1% - https://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/proses-internalisasi-nilai.html

<1% - https://zangpriboemi.blogspot.com/2014/09/internalisasi-nilai.html

<1% -

https://www.academia.edu/25734087/INTERNALISASI_NILAI-NILAI_PENDIDIKAN_PERSPE

KTIF_ABRAHAM_MASLOW_1908-1970_Analisis_Filosofis_

<1% -

http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/jurnalPenelitian/article/download/2170/pdf

<1% -

http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/24/jtptiain-gdl-s1-2006-mamirulmuk-11

77-bab4_310-7.pdf

<1% - http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JA/article/download/1457/1142

<1% - https://awindusiwi.wordpress.com/2015/09/28/agama-hindu-hindu-dharma/

<1% -

https://ngurahwityarnawa.blogspot.com/2014/10/tugas-agama-hindu-vibhuti-marga.ht

ml

<1% - https://persatuanhindudharma.blogspot.com/

1% -

https://sugitawibhushakti.blogspot.com/2013/10/tiga-kerangka-dasar-agama-hindu.ht

ml

<1% -

https://tentanghindu.blogspot.com/2016/11/tiga-kerangka-dasar-agama-hindu-pedom

an.html

<1% -

https://wayanfai-s.blogspot.com/2013/07/tiga-kerangka-dasar-agama-hindu-wayan.htm

l

1% - https://idabagusbajra.blogspot.com/2012/04/acara-agama-hindu.html

<1% -

https://tulisanterkini.com/artikel/pendidikan/3151-dampak-perilaku-religius-dalam-pem

bentukan-etika-siswa.html

<1% -

https://ary-darmawan.blogspot.com/2011/03/skripsi-dampak-lingkungan-pendidikan.ht

ml

<1% -

https://makalahe19.blogspot.com/2015/12/makalah-psikologi-agama-ruang-lingkup.ht

ml

<1% - https://dosenpsikologi.com/hubungan-perilaku-dengan-sikap

<1% -

Page 41: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

https://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.com/2014/12/hubungan-sikap-keaga

maan-dan-pola.html

<1% -

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132280878/penelitian/Pengemb+sikap+dan+perilaku+

bermoral+di+sekolah-Majalah+Ilmiah+Pembelajaran-Mei-2011.pdf

<1% - https://www.lyceum.id/revolusi-mental-dan-cara-pembentukan-karakter/

<1% -

https://www.slideshare.net/mraisrahmatrazak/identifikasi-perilaku-beragama-towani-tol

otang

<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/1722/5/Bab%202.pdf

<1% -

https://text-id.123dok.com/document/dy4x335z-agama-dan-interaksi-sosial-studi-kasus

-relasiaktivisis-rohis-dan-aktivisrohkris-dengan-pemeluk-agama-lain-di-sman-79-jakarta

-selatan.html

<1% -

http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8547/2/T1_802007094_Full%20text.pdf

<1% -

https://www.academia.edu/35153100/Hubungan_antara_religiusitas_dengan_kebahagiaa

n

<1% - https://www.academia.edu/16532165/DIMENSI_RELIGIUSITAS

<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/1551/6/08410008_Bab_2.pdf

<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/7074/3/BAB%20II.pdf

<1% - https://journal.ugm.ac.id/jpsi/article/viewFile/9851/7417

<1% -

https://meldalialestari.wordpress.com/2016/12/20/faktor-faktor-yang-memengaruhi-per

ilaku-moral/

<1% -

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021-DUDU

NG_RAHMAT_HIDAYAT/HAKIKAT_PENDIDIKAN.pdf

1% - https://1515-313.blogspot.com/2014/04/karakteristik-manusia-dan-manusia.html

<1% -

https://hanadwiutami.wordpress.com/2014/01/16/mempengaruhi-sikap-dan-perilaku/

<1% -

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-monikafebr-6025-2-babii.pdf

<1% -

https://nisathahrinnisa.wordpress.com/2013/05/26/definisi-sikap-dan-faktor-faktor-yan

g-mempengaruhinya/

<1% - https://renriz.blogspot.com/2015/12/sikap-dan-perilaku-wirausaha_13.html

<1% - http://jurnalaspikom.org/index.php/aspikom/article/download/380/165

<1% - https://goenable.wordpress.com/2012/01/06/page/3/

Page 42: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

<1% - https://lunayahasna.wordpress.com/

<1% -

https://boycharotz.blogspot.com/2011/10/pengembangan-manusia-sebagai-makhluk.ht

ml

<1% -

https://anggunrizkiaprilliani.blogspot.com/2017/03/nilai-etika-dan-moral-dalam-bisnis.h

tml

<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/6426/3/BAB%20II.pdf

<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/583/12/07410002%20Bab%202.pdf

<1% -

https://abidfaizalfami11.blogspot.com/2012/12/pengertian-sikap-dan-perilaku.html

<1% -

https://hendraprijatna68.files.wordpress.com/2012/06/pengembangan-budaya.docx

<1% -

http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5530/3/T1_132010050_BAB%20II.pdf

<1% - https://emaskuwinggo.blogspot.com/2016/07/makalah-hari-akhir-kiamat.html

<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/1722/5/07410094_Bab_2.pdf

<1% -

https://saidaneffendi-darussalam.blogspot.com/2012/03/ibadah-didalam-islam.html

<1% -

http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2019/01/JURNAL%2

0RARA%20(01-14-19-02-58-05).pdf

<1% - https://griyawardani.wordpress.com/2011/05/24/nilai-nilai-dalam-sastra/

<1% - https://slideplayer.info/slide/2975876/

<1% - http://eprints.undip.ac.id/41803/2/BAB_IIRevisiakhir.pdf

<1% -

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3623/psiko-ari.pdf.txt;sequence

=3

<1% - https://www.slideshare.net/drawingnorth/definisi-religi

<1% -

https://misunankalijogo.blogspot.com/2008/03/pengamalan-budaya-agama-religious.ht

ml

<1% - https://www.academia.edu/5519759/HUKUM_ADAT_LENGKAP

<1% -

https://johancahmuslim.blogspot.com/2012/06/laporan-hasil-observasi-kepemimpinan-

di.html

<1% -

https://mafiadoc.com/pendidikan-agama-hindu-dan-budi-pekerti-buku-sekolah-elektro

nik_59d3d1f61723dd230529d42a.html

<1% -

Page 43: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

https://catatanlilah.blogspot.com/2014/09/makalah-kepemimpinan-pendidikan.html

<1% -

https://imadeyudhaasmara.wordpress.com/2014/11/05/konsep-dasar-kepemimpinan-ke

pala-sekolah-dalam-meningkatkan-kualitas-sekolah/

<1% - https://mukminsaleh.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

<1% - https://contohaku1.blogspot.com/2014/08/skripsi-syariahimplementasi.html

<1% - https://www.academia.edu/15259068/Penciptaan_Budaya_Religius_di_Sekolah

<1% -

https://www.kompasiana.com/endahenny/etika-moral-norma-dan-nilai_54f33f89745513

7d2b6c6d5f

<1% - https://biohendri.blogspot.com/2011/05/belajar-dan-pembelajaran.html

<1% -

https://gudang-makalah-download.blogspot.com/2012/06/tesis-pengaruh-pendidikan-

agama-islam.html

<1% -

https://jurnalilmiahtp2013.blogspot.com/2013/12/pencemaran-lingkungan_30.html

<1% - https://pendidikandasar12.blogspot.com/2016/

<1% -

https://apinusa.wordpress.com/category/pendidikan-sosial-agama-dan-enterpreneurshi

p/

<1% - https://blog.uad.ac.id/rini12005019/2013/11/07/dasar-pendidikan/

<1% - https://yosipratiwi.blogspot.com/2013/01/makalah-humanisasi-pendidikan.html

<1% -

https://leoniya-tknegeripembinablog.blogspot.com/2015/07/membangun-karakter-char

acter-building.html

<1% - http://eprints.stainkudus.ac.id/1058/7/7.%20BAB%20IV.pdf

<1% - http://eprints.stainkudus.ac.id/369/5/5%20BAB%20II.pdf

<1% -

https://simba-corp.blogspot.com/2018/10/makalah-teori-sosial-budaya-antropologi.ht

ml

<1% -

https://ilmu-kimia-kimia.blogspot.com/2010/04/engaruh-motivasi-belajar-dan-metode.

html

<1% - https://paduarsana.com/tag/suputra/

<1% -

https://kumpulanmakalah94.blogspot.com/2015/11/makalah-peranan-keluargaorang-tu

a-dalam.html

<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/11062907.pdf

<1% -

https://agungmuli.blogspot.com/2012/11/contoh-taat-pada-hukum-di-masyarakat.html

Page 44: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

<1% -

https://makalahe19.blogspot.com/2015/09/makalah-sosiologi-pendidikan-peran-guru.h

tml

<1% -

http://informasitips.com/tips-bagi-orang-tua-menghadapi-anak-remaja-yang-memasuk

i-masa-puber

<1% -

http://etheses.iainponorogo.ac.id/2151/1/Ardana%20Tyas%20Kusuma%20Murti.pdf

<1% -

https://menzour.blogspot.com/2018/05/makalah-model-pengembangan-religion.html

<1% -

https://muh12royanfatih.wordpress.com/2017/09/13/pendidikan-karakter-dalam-perspe

ktif-islam-kajian-penerapan-pendidikan-karakter-di-lembaga-pendidikan-islam/

<1% -

https://docplayer.info/155412768-Peran-kepemimpinan-kepala-madrasah-dalam-meng

embangkan-budaya-religius-di-mts-minhajus-salam.html

<1% -

https://alawialbantani.blogspot.com/2018/07/makalah-gerakan-literasi-sekolah-dalam.h

tml

<1% - http://digilib.unila.ac.id/4337/13/BAB%20II.pdf

<1% -

https://kangwansetiawan.blogspot.com/2011/07/tahapan-tahapan-penelitian-kualitatif.

html

<1% - http://digilib.upi.edu/digitallist.php?export=xml

<1% - http://digilib.uinsgd.ac.id/2793/5/5_bab3.pdf

<1% - http://repositori.kemdikbud.go.id/11419/1/15.%20Modul%20Literasi.pdf

<1% -

https://sukapendidikan.blogspot.com/2009/08/skripsi-pengaruh-metode-pembelajaran.

html

<1% -

https://id.123dok.com/document/qmj65v4q-model-konseling-kognitif-perilaku-untuk-

meningkat-kan-kemampuan-kontrol-diri-perilaku-seksual-remaja-studi-terhadap-siswa-

madrasah-aliyah-negeri-ciparay-dan-madrasah-aliyah-swasta-al-mukhlisin-di-kabupate

n-bandung.html

<1% -

https://zadandunia.blogspot.com/2015/06/quo-vadiskaum-sekuler-dan-kaum-anti.html

<1% - http://repository.ump.ac.id/6741/3/HANIF%20KISMAWATI%20BAB%20II.pdf

<1% - https://abstrak.uns.ac.id/wisuda/upload/A121508011_bab2.pdf

<1% - http://staffnew.uny.ac.id/upload/132303695/pendidikan/A-5+DIKTAT.pdf

<1% -

Page 45: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

http://repository.iainpurwokerto.ac.id/447/1/Cover_Bab%20I_Bab%20V_Daftar%20Pusta

ka.pdf

<1% -

https://jasafadilahginting.blogspot.com/2012/02/pengembangan-budaya-keagamaan-d

i.html

<1% - http://jurnal.upi.edu/file/05_PEMBINAAN_AKHLAK_MULIA_-_Manan1.pdf

<1% - https://brainly.co.id/tugas/688919

<1% -

http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA/BBM

4_Dra._Erna_Suwangsih%2C_M.Pd..pdf

<1% -

https://azharnasri.blogspot.com/2015/04/sumber-data-jenis-data-dan-teknik.html

<1% - https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Turki

<1% -

http://www.teoripendidikan.com/2016/03/kumpulah-contoh-laporan-lengkap-cara.html

<1% - http://digilib.unila.ac.id/7618/14/BAB%20III.pdf

<1% - https://www.konsistensi.com/2014/03/uji-paired-sample-t-test-dengan-spss.html

<1% -

http://digilib.uin-suka.ac.id/27405/1/1520410052_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.p

df

<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/6949/3/123911118_BAB%20II.pdf

<1% - https://antpoers.blogspot.com/2017/06/teori-fungsional-dalam-pendidikan.html

<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/6657/1/123311018.pdf

<1% -

https://docplayer.info/145341525-Penanaman-nilai-nilai-religius-dalam-pembentukan-k

arakter-mahasiswa-studi-di-sekolah-tinggi-keguruan-dan-ilmu-pendidikan-garut-jawa-

barat.html

<1% - http://eprints.ums.ac.id/21096/25/Jurnal_Penelitian.pdf

<1% - https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/11/12/kategorisasi-nilai-religius/

<1% -

https://jatilawang-tulisan.blogspot.com/2011/01/pengembangan-diri-pembiasan-dan-e

kstra.html

<1% - http://journals.ums.ac.id/index.php/ppd/article/download/1542/1083

<1% - https://sditiqra1alfida.blogspot.com/p/profile.html

<1% -

https://mafiadoc.com/upaya-mengembangkan-karakter-peserta-didik-digilib_59d0dbb3

1723dd5b1071541d.html

<1% - https://mono-mpd.blogspot.com/2011/12/contoh-ktsp.html

<1% -

https://isrelgavriel342.blogspot.com/2013/07/kegiatan-kkn-di-desa-mainai-ngada-baja

Page 46: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

wa.html

<1% - http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/45307

<1% - https://shivadwara.blogspot.com/2012/06/dharma-gandul.html

<1% -

https://id.123dok.com/document/q7wv42oz-pendidikan-agama-hindu-dan-budi-pekerti

-kelas-xi.html

<1% -

https://akomodasi-perhotelan.blogspot.com/2012/12/menangani-tamu-tiba-tanpa-rese

rvasi_3.html

<1% -

http://vervalsp.data.kemdikbud.go.id/prosespembelajaran/file/Permendiknas%20No%20

16%20Tahun%202007.pdf

<1% -

https://nay-hyukvie.blogspot.com/2016/06/hambatan-hambatan-guru-dalam-mendidik.

html#!

<1% - https://id.scribd.com/doc/252730743/Contoh-PPL

<1% -

https://skripsi-tarbiyahpai.blogspot.com/2015/01/macam-metode-pendidikan-akhlak.ht

ml

<1% -

http://www.teoripendidikan.com/2014/08/contoh-makalah-kasih-sayang-dalam.html

<1% -

http://wisnucorner.blogs.uny.ac.id/2015/10/13/landasan-dan-prinsip-pengembangan-ku

rikulum/

<1% -

https://jurnalilmiahtp2013.blogspot.com/2013/12/pentingnya-meningkatkan-motivasi_8

155.html

<1% -

https://novehasanah.blogspot.com/2016/10/penguatan-pendidikan-karakter-di.html

<1% -

https://amirdapir.blogspot.com/2012/11/makalah-keterkaitan-motivasi-belajar.html

<1% - http://nicofergiyono.blogs.uny.ac.id/2018/02/11/7/

<1% -

http://arindaningtyas.blogs.uny.ac.id/2017/11/21/makalah-peran-guru-dalam-proses-pe

mbelajaran/

<1% -

https://suksespend.blogspot.com/2009/06/makalah-pendidikan-nilai-budi-pekerti.html

<1% - http://digilib.unila.ac.id/1413/12/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

<1% - https://www.academia.edu/6636237/Dftr_pstaka

<1% - http://journal.staincurup.ac.id/index.php/belajea/article/view/386

Page 47: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-081910023347-35.pdfAkan tetapi dalam membudayakan religus di sekolah tidak hanya pendidikan agama yang

<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/10972/9/Daftar%20Pustaka.pdf

<1% -

https://bukuspiritual.blogspot.com/2009/01/daftar-judul-buku-buku-hindu-di.html

<1% - https://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_7_Surakarta