pkp meningkatkan hasil belajar terhadap konsep tumbuhan hijau dengan menggunakan model make-a match...

29
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TERRHADAP KONSEP TUMBUHAN HIJAU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MAKE-A MATCH SISWA KELAS V SDN …………… KECAMATAN …………….. KABUPATEN ……………… TAHUN AJARAN ……………. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan Menteri No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar da Menengah, No 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan No 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Mendiknas No 22 Tahun 2006 dan No 23 Tahun 2006, bahwa Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mengembangkan dan menetapkan Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah sesuai dengan Kebutuhan Satuan pendidikan Salah satu mata pelajaran yang ada pada standar isi adalah mata pelajaran IPA, yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mmpelajari 1

Upload: karya-komputer-birayang

Post on 24-Nov-2015

57 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TERRHADAP KONSEP TUMBUHAN HIJAU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MAKE-A MATCH SISWA KELAS V SDN KECAMATAN .. KABUPATEN TAHUN AJARAN .

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPeraturan Menteri No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar da Menengah, No 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan No 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Mendiknas No 22 Tahun 2006 dan No 23 Tahun 2006, bahwa Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mengembangkan dan menetapkan Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah sesuai dengan Kebutuhan Satuan pendidikan Salah satu mata pelajaran yang ada pada standar isi adalah mata pelajaran IPA, yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mmpelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Standar Isi mata pelajaran IPA untuk SD;2006;19).Kondisi pembelajaran IPA saat ini di SDN .............kurang memuaskan hal ini antara lain di mungkinkan karena penyajian materi menggunakan strategi pembelajaran yang kurang menarik proses pembelajarannya masih konvensional transper pengetahuan dari guru kepda siswa sehingga tidak membangkitkan motivasi, kreativitas siswa sangat pasif dan hanya tergantung pada guru siswa merasa bosan banyak siswa mengantuk dan tidak ada moivasi untuk belajar. Kurangnya inovasi dari guru saat terjadinya pembelajaran di sekolah sesuai dengan pendapat sekitar 80% siswa menyatakan bahwa pembelajaran kurang menarik). Faktor-faktor tersebut di atas dapat menjadikan hambatan kemajuan belajar siswa dan nilai kognitifnya masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).Tidak semua strategi cocok untuk semua bahan kajian. Salah satu strategi yang penulis pilih untuk mengatasi permasalahan yang ada untuk menggunakan Model Make-A Match. Make-A Match adalah bentuk modeli pembelajaran dengan teknik belajar mengajar mencari pasangan yang dikembangkan oleh Lorna Curran. Anita Lie dalam Herminanto Sofyan mengatakan bahwa Model Make-A Match adalah permainan mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Yang mana pada strategi ini menciptakan suasana bermain sehingga diharapkan dapat mengatasi rasa ngantuk, rasa bosan, timbul suasana yang menyenangkan hingga dapat menumbuhkan gairah belajar. Khususnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V dalam memahami konsep Tumbuhan Hijau, peneliti mencoba menggunakan permainan Make-A Match melalui tulisan yang berjudul; Meningkatkan hasil belajar terhadap konsep Tumbuhan Hijau dengan Menggunakan Model Make-A Match Siswa Kelas V SDN .............Kecamatan ............. kabupaten Hulu Sungai Tengah.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah1. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:a. Bagi SiswaBagaimana penerapan Model Make-A Match dapat meningkatkan aktifitas siswa pada pembelajaran konsep Tumbuhan Hijau dikelas V SDN .............Kecamatan ............. Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan.b. Bagi GuruBagaimana penerapan Model Make-A Match dapat meningkatkan aktifitas guru pada pembelajaran konsep Tumbuhan Hijau dikelas V SDN .............Kecamatan ............. Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan.c. Bagi SekolahApakah Model Make-A Match dapat meningkatkan hasil belajar konsep Tumbuhan Hijau siswa kelas V SDN .............Kecamatan ............. Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan.

2. Rencana Pemecahan MasalahPenelitin ini dilaksanakan menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Rencana yang akan digunakan untuk meningkatkan belajar dalam proses pembelajaran yaitu dengan menerapkan Model Make-A Match. Dengan menggunakan model ini anak akan lebih bisa mengingat pelajaran dengan mudah dan mereka bisa belajar sambil bermain.Garis besar kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan Model Make-A Match adalah sebagai berikut :a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertulisan soal / jawaban.c. Setiap siswa memikirkan jawaban / soal dari kartu yang dipegang.d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.e. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu di beri poin.f. Jika siswa tidak dapat mencocokan kartunya dengan kartu temannya akan mendapatkan hukuman tang sudah di sepakati.g. Setelah satu babak, kartu di kocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelmnya.h. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.i. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian1. Tujuan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk :a. Bagi SiswaUntuk meningkatkan aktifitas siswa pada pembelajaran konsep Tiumbuhan Hijau melalui Model Make-A Match dikelas V SDN .............Kecamatan ............. kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan.b. Bagi GuruUntuk meningkatkan aktifitas guru pada pembelajaran konsep Tumbuhan Hijau melalui Model Make-A Match dikelas V SDN .............Kecamatan ............. Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan.c. Bagi SekolahUntuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran konsep tumbuhan hijau melalui Model Make-A Match dikelas V SDN .............Kecamatan ............. Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan.

2. Manfaat PenelitianHasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi Guru, Siswa dan Sekolah, manfaat itu antara lain:a. Bagi GuruDapat meningkatkan kualitas pembelajaran, menambah variasi model pembelajaran, meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan inovasi pembelajaran di kelas dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas serta dapat meningkatkan professional guru dalam melaksanakan pembelajaranb. Bagi SiswaDapat meningkatkan efektivitas belajar, karena model tersebut lebih terarah dan intensif, sehingga lebih menarik dan memotivasi anak-anak dalam belajar.c. Bagi SekolahHasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi terhadap perbaikan dalam pembelajaran IPA khususnya dan kualitas sekolah pada umumnya jaga sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk tetap mendorong dan memberikan kesempatan kepada guru lainnya untuk melakukan inovasi di sekolah.

.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A.Kerangka TeoriI.Hakikat Belajar IPA1.1Pengertian BelajarMenurut T. Raka Joni (1981) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh matangnya seseorang atau perubahan yang bersifat temporer. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan individu dan menyebabkan adanya perubahan tingkah laku sebagai responden terhadap lingkungan, baik langsung ataupun tidak langsung. (http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/05/pengertian-belajar.html)Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) Belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu.Moh. Surya (1981:32), Definisi Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.Dari beberapa Pengertian Belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. (http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/)

1.2 Pengertian MengajarAda beberaapa pengertian yang digunakan untuk mendefinisikan kegiatan mengajar, antara lain :a. Definisi Klasik menyatakan bahwa mengajar diartikan sebagai penyampaian sejumlah pengetahuan karena pandangan yang seperti ini, maka guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa dianggap tidak mengerti apa apa. Pengertian ini sejalan dengan pandangan Jerome S. Brunner yang berpendapat bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh siswa.b. Definisi Modern Menolak Pandangan Klasik seperti diatas, oleh sebab itu pandangan tersebut kini mulai ditinggalkan. Orang mulai beralih ke pandangan bahwa mengajar tidaklah sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan berusaha membuat suatu situasi lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar. Para ahli pendidikan yang sejalan dengan pendapat tersebut antara lain : Nasution, yang merumuskan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaikbaiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadilah proses belajar mengajar.c. Menurut Tyson dan Caroll menyatakan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara guru dengan siswa yang samasama aktif melakukan kegiatan. Sedangkan Tordif berpendapat bahwa mengajar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang (guru) dengan tujuan membantu dan memudahkan orang lain (siswa) untuk melakukan kegiatan belajar. Adapun konsep baru tentang mengajar menyatakan bahwa mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar, bagaimana berfikir dan bagaimana menyelidiki.Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa aktivitas yang sangat menonjol dalam pengajaran ada pada siswa. Namun, bukan berarti peran guru tersisihkan, tetapi diubah, kalau guru dianggap sebagai sumber pengetahuan, sehingga guru selalu aktif dan siswa selalu pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah seorang pemandu dan pendorong agar siswa belajar secara aktif dan kreatif. (http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian-mengajar.html)

I.3Pentingya Pembelajaran IPA Begi Anak Sekolah Dasar (SD)Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.Asyari, Muslichah (2006:22) menyatakan bahwa ketrampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan mensintesis data. Poedjiati (2005:78) menyebutkan bahwa ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru.Sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik. Untuk itu siswa perlu di bimbing berpikir secara induktif. Selain itu, pada beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu memverifikasi dan menerapkan suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing berpikir secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual, keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan, berfikir induktif dan deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah. (http://www.sekolahdasar.net/2011/05/hakekat-pembelajaran-ipa-di-sekolah.html)

I.4Peran Guru dalam Pembelajaran IPAGuru memiliki berbagai peran dan fungsi dalam proses pembelajaran. Guru sebagai fasilitator memberikan kemudahan kepada siswa dalam menanamkan konsep yang menjadi tuntutan kurikulum. Sebagai dinamisator guru perlu menciptakan situasi dan kondisi hidup dan tidak monoton supaya semangat belajar siswa dapat meningkat. Sebagai mediator guru perlu bertindak sebagai media terhadap siswa dalam mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Sebagai evaluator, guru perlu menilai kemajuan siswa supaya mereka dapat melakukan perbaikanperbaikan supaya hasil belajarnya dapat meningkat. Sebagai instuktur, guru perlu memberikan perintah yang baik dan tepat dalam bentuk tugastugas kepada siswa supaya mereka lebih aktif belajar. Sebagai manajer, guru perlu memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi sehingga nampak berwibawa di mata siswa (Sanjaya, 2008).Guru sebagai seorang pendidik dan sebagai orang yang memberi ilmu pengetahuan kepada anak didik harus betul-betul memahami kebijakan-kebijakan pendidikan. Dengan pemahaman itu guru memiliki landasan-landasan berpijak dalam melaksanakan tugas di bidang pendidikan. Namun, perlu dipahami bahwa guru memang bukanlah satu-satunya sumber belajar, walaupun tugas, peranan, dan fungsinya dalam proses belajar mengajar sangat penting. Prestasi yang dicapai anak didik tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan guru terhadap materi pelajaran yang akan diajarkan, tetapi yang juga ikut menentukan adalah model mengajar dan media pembelajaran yang digunakan. (http://www.slideshare.net/Edhybioners/penggunaan-media-animasi-dalam-model-pembelajaran-langsung-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-biologi-siswa-kelas-viii3-smp-negeri-13-makassar)

2.Pengertian Model Make-A MatchModel Make-A Match adalah suatu teknik untuk meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa oleh guru di dalam kelas dengan siswa, di suruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban / soal sebelum batas waktunya, yang dapat mencocokan kartunya diberi poin.Model Make-A Match / Mencari Pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994), salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. (http://Tarmizi.Wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/).Tujuan pada penerapan Model Make-A Match, diperoleh beberapa temuan bahwa Model Make-A Match dapat memupuk kerjasama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooferatif seperti yang dikemukakan oleh Lie (2003:30) bahwa, Pembelajaran Kooferatif adalah pembelajaran yang menitik beratkan pada gotong royong dan kerja sama dan kelompok.

3.Fungsi dan Prinsip Model Make-A MatchKegiatan yang dilakukan guru merupakan upaya guru untuk menarik perhatian sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (1994:116), Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan meningkatkan keaktifan siswa yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu dan mengenai teknik mengisi LKS, dan dilanjutkan dengan melakukan pengamatan terhadap pokok-pokok pikiran dalam wacana. Pada bagian ini penulis menjelaskan kembali materi pelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan ini telah membuat suasana belajar yang menyenangkan dan lebih menarik. Sebagian siswa tampak lebih aktif mengikuti berbagai kegiatan yang harus dikerjakanoleh siswa. Meskipun diantara siswa masih ada yang belum menjawab pertanyaan secara benar, bagi siswa tersebut guru menganjurkan untuk mendiskusikan jawabannya kedalam kelompoknya. Setelah para siswa berdiskusi akhirnya siswa tersebut dapat menjawab pertanyaan dengan baik siswa mampu bersaing antar kelompok.Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan Model Make-A Match. (http://Tarmizi.Wordpress.Com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match)Model pembelajaran merupakan rencana atau pola pembelajaran yang dapat digunakan untuk membentuk dan mengembangkan kurikulum, untuk mendesain pembelajaran (instructional) dalam mata pelajaran tertentu (Rianto,2007:11).Dalam hal ini strategi pembelajaran mrupakan kerangka konseptual yang mendiskripsikan prosedur yang sistematis untuk mengorganisasikan pengalaman belajar dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu sesuai dengan standar kompetensi dalam kurikulum / standar isi permainan Model Make-A Match (mencari pasangan) menurut Anita Lie dalam Herdian, S.Pd. (http://herdy07.wordpress.com/2009/04/29)Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Pembelajaran dengan menggunakan permainan mencari pasangan yaitu beberapa kartu yang berisi konsep atau topic yang cocok, salah satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. Kartu dibagi kepada setiap siswa setiap siswa memikirkn jawaban dari soal pada kartu yang dipegang, kemudian jawaban dapat dicari pada kartu yang tersedia. Setiap satu babak kartu dikocok lagi agar siswa mendapat kartu berbeda dari sebelumnya.

4.Langkah-Langkah Model Make-A MatchMenurut Muhammad Faiq Dzaki (http://penelitian.tindakan.kelas.blogspot.com/2009) Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif Tipe Make-A Match adalah sebagai berikut :a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep / topic yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).b. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.c. Siswa mencari pasanagan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal / kartu jawaban).d. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.e. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.f. Kesimpulan.Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan permasalahan dan kartu yang bersi jawabannya, setiap siswa mencari dan mndapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk babak berikutnya pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru harus dapat membawa suasana pembelajaran yang kondusif, siswa betul-betul dapat menikmati proses pembelajaran tanpa ada beban. Suasana menyenangkan dapat diciptakan oleh guru dengan bentuk-bentuk permainan. Sistem pencernaan makanan pada manusia dapat diajarkan dengan menggunakan permainan kartu untuk mencari pasangan (Model Make-A Match).

5.Peran Guru dan Siswa dalam Model Make-A Matcha. Peran Guru dan SiswaPeran guru dalam mengunakan model ini yaitu memberikan petunjuk dan pengarahan mengenai Model Make-A Match kepada siswa sampai mereka paham betul cara-cara yang dianjurkan oleh guru sehingga siswa bisa melaksanakan dengan benar. Sedangkan peran siswa yaitu keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari Model Make-A Match seperti yang dikemukakan oleh Lie (2003:30) bahwa, pembelajaran kooferatif terutama dengan menggunakan Model Make-A Match yaitu pembelajaran yang menitik beratkan gotong royong dan kerja sama kelompok.b. Peranan Metode Make-A Match dalam Pembelajaran IPABanyak motode yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA, diantaranya yaitu ceramah, diskusi, tanya jawab, metode berlizt, games dan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) dari beberapa metode yang disebutkan tadi, metode Make-A Match merupakan bagian yang termasuk dalam metode games yaitu mencari pasangan (http:/pbsindonesia.fkipuninus.org/media.php?module=detailmateri&id=97)Pada penerapan Model Make-A Match, diperoleh beberapa temuan bahwa Model Make-A Match dapat memupuk kerjasama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing.

6. Keunggulan dan Kelemahan Model Make-A MatchKegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (1994:116), Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan meningkatkan keaktifan siswa yang dapat dilakukan dengan model pembeajaran tertentu dan motivasi belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Selanjutnya, penerapan Model Make-A Match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama diantara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu berpusat pada siswa; mengembangkan keingintahuan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama dan kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran.Keunggulan Model Make-A Match adalah sebagai berikut :a. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan.b. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik siswa.c. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai ketuntasan belajar secara klasikal 87,50%.Kelemahan Model Make-A Match adalah sebagai berikut :a. Diperlukan binmbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.b. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain dalam proses pembelajaran.c. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.

7. Pengertian MediaMedia sebagai sarana yang efektif dalam menyampaikan pelajaran,walaupun itu hanya media yang sederhana,tetapi sangat membantu komonikasi menjadi efektif. Menurut Gagne (Nurul Huda,2009:28) menjelaskan bahwa media sebagai komponen lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar.Sejalan dengan pendapat diatas,Basyiruddin Usnawir(2002:13) bahwa media adalah sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan(wiessage) atau dari pengirim kepada penerima pesan(receiver)sehingga dapat merangsang pikiran,perasaan,perhatian dan minat sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.Selain itu,penggunaan media pengajaran akan menambah kualitas pengajaran sehingga siswa akan merasa bermakna dalam mengikuti pelajaran.a. Fungsi Media Dalam PenelitianFungsi Media dalam penelitian sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat mrmberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong, memotivasi belajar memperjelas dan mepermudah konsep yang konpleks menjadi lebih mudah dipahami.Secara umum Wina sanjaya (2006:168) menyebutkan fungsi media adalah sebagai berikut:a) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas.b) Mengatasi keterbatasn ruang, waktu, tenaga dan daya indra.c) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.d) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual.e) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.Basyiruddin Usman Asnawir (2002:20) menjelaskan bahwa fungsi media pembelajaran adalah:a) Untuk menangkap suatu obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu.b) Untuk manipulasi keadaan, peristiwa atau obyek tertentu.c) Untuk menambah gairah atau motivasi belajar siswaSejalan dengan Kemp dan Dayton (Yamin Ansari, 2008:151) menemukan beberapa fungsi media dalam dunia pendidikan diantaranya adalah:a) Penyampaian materi dapat diseragamkan.b) Proses belajar jadi lebih menarik.c) Proses belajar siswa jadi lebih interaktifd) Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi.e) Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan.f) Proses belajar mengajar dapat terjadi di mana saja dan kapan sajag) Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran mampu terhadap proses balajar itu sendiri dapat ditingkatkan.h) Peran guru dapat bertambah kearah yang lebih proaktif dan pasif.Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan tentang fungsi media yaitu pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.b. Jenis MediaAda beberapa macam jenis media yang sering digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut Hastuti (Juanda,2006 :103) media belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:a) Media Visual yang tidak dapat di proyeksikan diantaranya : Gambar diam, misalnya lukisan foto, gambar dan majalah Gambar seri Flash Chard, berisi kata-kata dan gambar untuk mengembangkan kosa bab.b) Media Visual yang dapat diproyeksikan yaitu media yang digunakan alat proyeksi.

B.Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian1.Kerangka BerpikirDengan melalui pembelajaran induktif dan deduktif serta model yang lain hasil pembelajaran IPA siswa kelas V SDN .............Kecamatan ............. belum mencapai nilai yang maksimal, karena sebagian siswa mengikuti proses pembelajaran tidak begitu aktif, maka salah satu penulis lakukan adalah untuk mencari pendekatan yang lain yaitu Model Make-A Macth agar siswa mencapai kompetensi tertentu sesuai dengan standar kompetensi dalam kurikulum / standar.

2.Hipotesis PenelitianBerdasarkan kerangka berpikir tersebut dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:Dengan menggunakan Model MakeA Macth dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN .............Kecamatan ............. dalam memahami konsep Tumbuhan Hijau.

1