pkn bab 3r1

Upload: nurhidayat71

Post on 11-Jul-2015

204 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Bab I Upaya Pemajuan, Penghormatan, dan Penegakan Hukum 1.1. Peraturan Perundang-undangan Perlindungan HAM di Indonesia tentang

Ciri khusus HAM : a. Hakiki, artinya hak asasi semua manusia yang sudah ada sejak lahir. b. Universal, artinya hak asasi berlaku untuk semua orang tanpa memandang status, suku, bangsa, gender, atau yang lainnya. c. Tidak dapat dicabut, artinya HAM tidak dapat dicabut atau diserahkan. d. Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah hak sipil dan politik, atau hak ekonomi, social, dan budaya. Bagi bangsa Indonesia, di samping HAM, ada pula kewajiban atas asasi nya. HAM tidak bisa terlaksana dengan baik apabila tidak dijaga dan terjadi pelanggaran terhadap HAM. Maka dalam upaya pemakuan penghormatan dan penegakan HAM, diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur dan menjamin hak dan kewajiban tersebut. Sebelum UUD 1945 diamandemen, hanya ada pada pasal 27 sampai pasal 34 dan tidak ada bab khusus mengenai hak asasi. Pasal-pasal ini mencantumkan hak persamaan dalam hokum dan pemerintahan dan hak mendapat pekerjaan yang layak [pasal 33 ayat (1) dan (2)], jaminan kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan (pasal 28), jaminan untuk memeluk agama dan kepercayaannya [pasal 29 ayat (2)], hak untuk membela negara [pasal 30 ayat (1)], hak mendapatkan pengajaran [pasal 31 ayat (1)], hak untuk mengembangkan kebudayaan [pasal 32], hak berekonomi [pasal 33 ayat (1) sampai (3)], dan hak social bagi fakir miskin dan anak terlantar untuk dipelihara oleh negara [pasal 34]. Setelah amandemen ke-4 tahun 2002, dalam UUD 1945 disempurnakan rincian tentang HAM menjadi lebih banyak dan lengkap. Pasal-pasal terdahulu tetap dipertahankan, dimunculkan pula bab baru beserta pasal-pasal tambahannya.24

Sidang istimewa MPR pada bulan November 1998, berhasil mengeluarkan Ketetapan MPR RI no. XVII/MPRI/1998 tentang HAM. Ketetapan MPR tersebut dimuat beberapa pertimbangan yg penting, yakni : 1. Bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan YME dianugerahi hak dasar, yaitu hak asasi untuk dapat mengembangkan diri pribadi, peranan dan sumbangan bagi kesejahteraan hidup manusia. 2. Bahwa Pembukaan UUD 1945 telah mengamanatkan pengakuan, penghormatan, dan kehendak bagi pelaksanaan HAM dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 3. Bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian masyarakat dunia patut menghormati HAM yg termaktub dalam Deklarasi Universal HAM PBB. Selanjutnya dimuat pula pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap HAM dan Piagam HAM. Kemudian baru dirinci ke dalam pasal demi pasal yg terdiri dari 44 pasal. Perincian HAM yg dirumuskan dalam pasal 1-44 secara garis besar adalah sebagai berikut; 1. Hak untuk hidup. 2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan. 3. Hak mengembangkan diri. 4. Hak keadilan. 5. Hak kemerdekaan. 6. Hak atas kebebasan informasi. 7. Hak keamanan. 8. Hak kesejahteraan. 9. Hak perlindungan dan kemajuan. 10. Kewajiban menghormati HAM orang lain. Dari ketentuan UUD 1945 dan Ketetapan MPR dijabarkan ke dalam peraturan perundang-undangan yang lebih rendah seperti UU no. 39 th 1999. Dalam UU ini mengenai HAM drinci yakni sebagai berikut; 1. Hak untuk hidup. 2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan. 3. Hak mengembangkan diri. 4. Hak memperoleh keadilan. 5. Hak atas kebebasan pribadi. 6. Hak atas rasa aman. 7. Hak atas kesejahteraan.25

8. Hak turut serta dalam pemerintahan. 9. Hak wanita. 10. Hak anak. Di samping itu, dimuat pula kewajiban dasar manusia, yaitu sebagai berikut; 1. Setiap orang yg ada di wilayah RI wajib patuh pada peraturan perundang-undangan, hukum tidak tertulis, dan hukum internasional (mengenai HAM yg telah diterima oleh negara RI). 2. Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. 3. Setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain, moral, etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 4. Setiap hak asasi seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik. 5. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada batasan yg ditetapkan oleh UU. Sifat HAM terdiri atas 6 macam, yakni; 1. Hak asasi pribadi (personal rights) 2. Hak asasi ekonomi (poverty rights) 3. Hak asasi politik (political rights) 4. Hak asasi utk memperoleh perlakuan yg sama dalam hukum dan pemerintahan (rights of legal equality) 5. Hak asasi social dan kebudayaan (social and cultural rights) 6. Hak asasi untuk memperoleh perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan (procedural rights) Ada pula beberapa UU yg mengandung unsur perlindungan dan penegakan HAM telah disahkan, yaitu ; 1. UU no. 23 th 2004, tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga 2. UU no. 23 th 2002, tentang perlindungan anak 3. UU no. 18 th 2003, tentang advokasi 4. UU no. 24 th 2003, tentang mahkamah konstitusi] 5. UU no. 2 th 2004, tentang kepolisian 6. UU no. 4 th 2004, tentang kekuasaan kehakiman 7. UU no. 5 th 2004, tentang perubahan atas UU no. 14 th 1985 tentang mahkamah agung 8. UU no.8 th 2004, tentang peradilan umum26

9. UU no. 16 th 2004, tentang kejaksaan RI 10. UU no. 27 th 2004, tentang komisi kebenaran dan rekonsiliasi

1.2. Ratifikasi Piagam dan Konvensi Internasional Hak Asasi ManusiaBangsa Indonesia yang memiliki ideologi nasional pancasila sangat menjunjung nilai nilai kemanusiaan. Penghargaan itu diwujudkan dengan mengakui dan menghormati berbagai piagam dan dokumen hak asasi manusia. Deklarasi HAM se-Dunia merupakan dokumen hak asasi manusia internasional yang paling penting, yang berisi panduan / standar tingkah laku bagi seluruh negara. Dalam artikel 1, deklarasi tersebut menyatakan Seluruh manusia terlahir bebas dan sama dalam hak dan derajatnya. Mereka dihargai dengan suatu alasan dan kesadaran dan juga harus memandang serta memperlakukan orang lain dalam semangat persaudaraan. Walaupun belum setiap negara di dunia meratifikasi Deklarasi HAM se-Dunia itu dalam tata hukum nasionalnya, namun secara moral setiap bangsa dan negara di dunia, seharusnya mendukung dan merealisasikan gagasan dan konsep luhur penghargaan hak asasi manusia tersebut. Beberapa konvensi internasional yang telah diratifikasi, yaitu mengenai Konvensi Internasional tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan International Convention on the Elimination of All Forms Discrimination Against Women (Cedaw) yang telah diratifikasi melalui UU Nomor 7 Tahun 1984. Adanya ratifikasi CEDAW ini, membuat Indonesia mempunyai kewajiban untuk melakukan penyesuaian berbagai peraturan perundang undangan nasonal yang terkait dengan Konvensi Internasional tersebut dan mempunyai komitmen untuk melaksanakan kewajiban melaporkan pelaksanaan dalam rangka menghapuskan segala bentuk diskriminasi terutama yang terkait dengan diskrimisasi terhadap perempuan.

1.3. Hambatan dan Tantangan dalam Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia1.3.1. Dari Dalam Negeri 1. Kualitas Peraturan Perundang-Undangan sesuai dengan Harapan Masyarakat. yang Belum

27

2. Penegakan Hukum yang Kurang atau Tidak Bijaksana Karena Bertentangan dengan Aspirasi Masyarakat. 3. Kesadaran Hukum yang Masih Rendah sebagai Akibat Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia. 4. Rendahnya Penguasaan Hukum dari Sebagian Aparat Penegak Hukum. 5. Mekanisme Lembaga Penegak Hukum yang Fragmentaris, Sehingga Sering Timbul Disparitas Penegak Hukum dalam Kasus yang Sama. 6. Budaya Hukum dan Hak Asasi Manusia yang Belum Terpadu. 7. Keadaan Geografis Indonesia yang Luas. Menurut Prof. Baharuddin Lopa, S.H. ada 4 macam pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia, yaitu sebagai berikut : a. Adanya kecenderungan pada pihak-pihak tertentu, terutama yang memiliki kewenangan dan kekuasaan, saling tidak mampu mengekang. b. Adanya kebiasaan bahwa pihak yang memiliki wewenang dan kekuasaan, masih sering menyalahgunakannya. c. Masih kentalnya budaya ewuh pekewuh, (rasa enggan dan tidak enak di perasaan) yang membuka peluang terjadinya pelanggaran hak asasi manusia sehingga penegakannya (enforcement) terganggu. d. Law enforcement masih lemah dan seringkali bersifat diskriminatif. 1.3.2. Dari Luar Negeri 1) Penetrasi Ideologi dan Kekuatan Komunisme Di era global sekarang pengaruh ideologi asing sangat mudah masuk ke suatu Negara termasuk Indonesia, misalnya komunisme. Meskipun setelah runtuhnya Negara Uni Soviet, Negara pendukung komunisme terbesar di dunia, ideologi ini semakin kurang popular namun tetap perlu diwaspadai. Inti ajaran dari Karl Marx yang disebut histories materialism merupakan asal mula ajaran komunisme dunia. Menurutnya, masyarakat manusia semenjak dunia berkembang merupakan perjuangan kelas melawan kelas. Pada akhirnya perjuangan kelas borjuis melawan kelas proletar (kaum melarat) yang dimenangkan oleh kaum proletar. Dalam praktiknya ajaran komunisme mempunyai beberapa ciri-ciri menonjol, yaitu sebagai berikut :28

(a) Di bidang politik Dalam rangka menuju masyarakat komunis yang sama rasa sama rata, pemerintah dipegang oleh keum proletar yang menjalankan pemerintahan secara dictator proletariat. Dalam hal ini, penguasa dapat bertindak apa saja atas nama kaum proletar, dan menyingkirkan siapa saja yang dianggap menghambat tercapainya tujuan. Di dalam satu Negara hanya terdapat satu partai, yaitu partai komunis, sedangkan partai yang lain tidak dibenarkan hidup. Kebebasan politik tidak ada sehingga rakyat hanya dijadikan objek politik belaka. (b) Di bidang ekonomi Seluruh aktivitas ekonomi dipegang secara totaliter oleh Negara. Hak milik perorangan terhadap alat produksi tidak diakui, karena semuanya sudah ditentukan oleh pusat (sentralisasi), rakyat menjadi pasif atau tidak berekonomi. Akhirnya kemakmuran rakyat sulit ditingkatkan. (c) Di bidang agama Negara yang menganut paham komunisme melarang rakyatnya untuk memeluk agama, karena agama dianggap sebagai racun masyarakat yang dapat menghambat kemajuan. Atas dasar pelaksanaan yang demikian, ajaran komunis mempuyai minimalempat macam kecenderungan, dan dampak yang kurang kondusif bagi tegaknya hak asasi manusia, yaitu sebagai berikut : a. Timbulnya suasana tegang dan resah, karena gerakan komunisme cenderung menciptakan berbagai konflik dan kontradiksi dalam kehidupan masyarakat dalam rangka merebut kekuasaan. b. Terciptanya sistem otoriter, sebab awal terbentuknya masyarakat didahului oleh tegaknya sistem diktator proletariat. c. Timbulnya proses dehumanisasi, yaitu timbul berbagai tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabat manusia di luar batas kemanusiaan. d. Menjalankan ekspansi kekuasaan karena tujuan komunisme internasional adalah menjadikan masyarakat dunia ini seluruhnya menjadi komunis (mengkomuniskan dunia). 2) Penetrasi Ideologi dan Kekuatan Liberalisme29

Liberalisasi berasal dari kata liberal yang berarti berpendirian bebas. Liberalisme adalah suatu paham yang melihat manusi sebagai makhluk bebas. Artinya, manusia memiliki kemauan bebas dan merdeka serta harus diberikan kesempatan untuk memajukan diri sendiri dengan merdeka pula. Paham Liberalisme dilaksanakan di Eropa Barat, Amerika Serikat, dan beberapa Negara di Asia. Paha mini menghendaki hal-hal berikut : a. Kekuasaan mutlak mayoritas atas minoritas sehingga dapat terjadi ditaktor mayoritas terhadap minoritas. b. Lebih mengutamakan pemungutan suara mayoritas dalam mengambil keputusan. c. Golongan besar dan kuat akan dapat memaksakan kehendaknya kepada golongan minoritas. d. Kebebasan yang tidak terkendali dapat mengganggu jalannya pemerintahan dan aktivitas kehidupan masyarakat sehari-hari, seperti pelaksanaan demonstrasi secara bebas di jalan-jalan umum. e. Di bidang ekonomi, persaingan bebas akan mematikan golongan ekonomi lemah yang berakibat jurang pemisah akan semakin lebar. f. Paham liberal akan melahirkan egois-individualis yang jauh dari sifat kekeluargaan dan gotong royong. Di Indonesia terdapat kecenderungan sebagian warga masyarakat untuk meuju dan meniru gaya hidup masyarakat liberal. Dengan demikian, paham komunisme dan liberalisme merupakan hambatan dan tantangan yang harus dijauhi dalam pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia, kecuali harus berpedoman pada Piagam Hak Asasi Manusia se-Dunia, juga berpijak pada kepribadian bangsa Indonesia sendiri.

Bab II

30

Upaya Pemajuan, Penghormatan, dan Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia 2.1. Instrumen Penegakan Hak Asasi Manusia di IndonesiaSemua negaras di dunia sepakat menyatakan penghormatan terhadap nilai-nilai hak asasi manusia yang universal.pelaksanaan hak asasi manusia dapat saja berbeda antaras satu negara dengan negara lain.bangsa indonesia akan menyelesaikan permasalahannya dengan sendiri.bangsa lain tidak dapat memaksakan konsep hak asasi manusia kepada bangsa kita, atau sebalik nya.indonesia sebagai negara hukum,memeiliki komitmen untuk menegakan hukum dan melindungi hak asasi manusia,baik bersekala nasional maupun internasional. 2.1.1. Pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia

Pengadilan ham dibentuk sesuai dengan uu no.26 tahun 2000.pengadilan ham adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang di harap kan dapat melindungi hak asasi manusia ,baik perseorangan maupun masyarakat,dan menjadi dasar dalam penegakan,kepastian hukum,keadilan,dan perasaan aman,bai9k perseorangan maupun masyarakat,di samping itu,berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan di luar batas teritorial wilayah negara RI oleh warga negara indonesia.pengadilan ham tidak berwenang mengadili anak yang waktu kejahatan berlangsung berumur kurang dari 18 tahun.yang termasuk ham berat adalah sebagai berikut. 1) Kejahatan genocide Kejahatan genocide adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memsunahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa,kelompok etnis atau kelompok agama dengan cara: 1) membunuh anggota kelompok 2) mengakibatkan penderitaan fisik 3) menciptakan kondisi kehidupan kelompok

31

aborsi kejahatan kemanusiaan adalah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik4)

2) kejahatan terhadap kemanusiaan 1. pembunuhan 2. pembunuhan dan penyiksaan 3. perbudakan 4. pengusiran 5. perampasan 6. pemerkosaan 7. penganiayaan 8. penghilang kewarganegaraan Adapun penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat dilakukan oleh komisi nasional hak asasi manusia (komnas HAM) syarat penyidik adalah sebagai berikut. 1) WNI 2) umur antar40 sampai 65 tahun 3) seorang sarjana 4) sehat jasmani dan rohani 5) berwibawa,jujur,adil,dan tidak berkelakuan tercela 6) setia pada UUD 1945 dan pancasila 7) memiliki pengetahuan dan kepedulian di bidang HAM 2.1.2. Pelaksanaan Penegakan Hak Asasi Manusia Dalam Masyarakat, Bangsa, danNegara Hukum dan keadilan serta upaya menegakan dan melindungi hak asasi manusia dilakukan segenap pihak melalui pengetahuan dan kesadaran pemerintah sebagai alat negara diamati untuk segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia,sebagai mana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Pelaksanaan penegakan hak asasi manusia di indonesia tidak akan menjadi masalha apbila warga negaranya masih memiliki kepribadian sebagai masyarakat indonesia yang beragama,memelihara nilai tradisi yang luhur,dan beradab pengaruh paham asing yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa. liberalisme yang membeli kelebaran seluas32

luasnya seringkali kurang menghargai nilai-nilai santu yang menjadi kepribadian bangsa indonesia.apabila setiap terjadi pelanggaran hukum dilakukan penyelesaian sesuai dengan hukum yang berlaku maka akan tercipta kepastian hukum dalam masyarakat.apabila hal ini dilakukan dengan baik maka publik masyarakat akan memiliki kepercayaan terhadap penegak hukum dan lembaga pengadilan.setiap korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat dan atau ahli warisnya dapat memperoleh kompensasi,restitusi,dan rehabiltas. Hal itu dimuat dalam putusan amar pengadilan ham.pengadilan ham berada dilingkungan pengadilan umum.untuk pertama kali pada saat uu ini berlaku di bentuk pengadilan HAM di Jakarta Pusat,Surabaya,Medan,dan Makasar.UU tentang pengadilan hak asasi manusia NO.26 tahun 2000 ini di undangkan tanggal 23 November 2000 dan dituangkan dalam lembaran negara RI Tahun 2000 nomor 208.

2.2. Berpatisipasi Terhadap Dalam Kehidupan Berbangsa, dan Negara

Penegakan HAM Bermasyarakat,

Bagaimanapun lengkap dan baiknya aturan hukum tentang penegakan dan perlindungan hak asasi manusia, namun pelaksanaannya sangat ditentukan oleh manusia atau masyarakatnya. The man behind the gun, begitulah pepatah dalam bahasa inggris menyebutkan. Disini mengandung arti, bahwa manusia di belakang alat (dalam hal ini aturan hukum) yang menjadi penentu keberhasilan untuk mencapai tujuan. 2.2.1. Membantu Pelaksanaan Sosialisasi Hukum dan Hak Asasi Manusia Dalam rangka sosialisasi hukum, yakni memasyarakatkan aturan dan pengetahuan hukum serta penghargaan terhadap hak asasi manusia kepada khalayak umum, perlu dilakukan dengan cara dan metode yang tepat. Apabila sosialisasi dan pendidikan pengetahuan dan praktis di bidang hukum dan hak asasi manusia didapatkan secara formal melalui lembaga pendidikan seperti sekolah maka kurikulum dan materinya dapat disusun sesuai dengan kebutuhan umum, tidak demikian halnya dengan masyarakat umum diluar jalur pendidikan formal. Penjelasan yang diberikan kepada masyarakat yang semestinya sangat33

banyak, tidak mungkin diberikan dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama yang baik dari semua pihak, terutama dari kalangan aparat Negara maupun penegak hukum. Heterogenitas masyarakat mensyaratkan kebijakan yang benarbenar arif untuk mengajak mereka berpengetahuan dan berkesadaran yang tinggi menjunjung hukum dan hak asasi manusia. Dalam kaitannya dengan upaya sosialisasi hukum dan penegakanhak asasi manusia, media massa baik cetak maupuun elektronik mempunyai peran yang sangat besar. 2.2.2. Meningkatkan Kesadaran Penghargaan Hak Asasi Manusia Hukum dan

Pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap aturan hukum dan pengakan hak asasi manusia belum cukup efektif untuk ditaati. Masyarakat masih memerlukan pelaksanaan dalam kenyataan, apakah benar-benar sesuai dengan perasaan keadilan dan hati nurani masyarakat atau tidak. Jika pelaksanaan suatu aturan hukum belum atau tidak sesuai dengan perasaan hukum yang dimilikinya maka mereka belum tentu mendukungnya. Apabila kesadaran hukum dan penghargaan hak asasi manusia semakin tinggi maka masyarakat semakin maju dan berkualitas, hal itu dapat ditandai sebagai berikut. 1) Masyarakat menghindari perilaku atau praktik main hakim sendiri dalam menyelesaikan persoalan segala persoalan yang ada dalam masyarakat lebih banyak diselesaikan dengan mengedepankan cara musyawarah dan kekeluargaan.2) Tokoh dan pemimpin masyarakat dapat menjadi contoh

teladan bagi warga masyarakatnya tokoh atau pemimpin dalam masyarakat akan menjadi symbol kebaikan masyarakatnya. Hal ini berkaitan dengan tingkat kepercayaan warga terhadap pemimpinnya.semakin tinggi kepercayaan masyarakat kepada pemimpinnya, semakin berkualitas kepemimpinannya. 2.2.3. Wujud Partisipasi Warga Negara Pemajuan, Penghormatan dan Perlindungan HAM Dalam

34

Selaku warga Negara, kita dapat berpartisipasi dalam pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM antara lain cara sebagai berikut. 1) mempengaruhi pengambil kebijakan dalam pembuatan perundang-undangan yg melindungi HAM. 2) membantu mensosialisasikan berbagai peraturan HAM sesudah peraturan hukum disahkan berlakunya, maka kita dapat membantu sosialisasinya. 3) kepedulian dan kepekaan krisis dalam menyampaikan pendapat atas peristiwa pelanggaran HAM 4) mengutamakan komunikasi yg sehat dalam penyelesaian masalah pelanggaran HAM 5) menyelesaikan kasus pelanggaran HAM sesuai dengan hukum yg berlaku sesuai dengan tahapan prioritas. 6) mengutamakan kepentingan masyarakat dan kesatuan nasional dalam penyelesaian masalah pelanggaran HAM.

Bab III Instrumen Hukum dan Peradilan Internasional HAM3.1.

Usaha Memperkuat Hukum Internasional

Kekuatan mengikat hukum internasional sangat tergantung kesepakatan dan dukungan masyarakat international untuk menaati perjanjian ataupun kebiasaan internasional yang ada. Pada dasarnya manusia menginginkan kebiasaan dalam kehidupan, masyarakat dunia, sehingga usaha untuk memperkuat hukum internasional selalu di usahakan. 3.1.1. Beberapa Bukti yang memperkuat Hukum Internasional 1) Struktur masyarakat internasional dan Hukum Internasional yang koordinatif, yang antara lain ditandai dengan tidak adanya badan supra-nasional yang berwenang membentuk, menerapkan, dan memaksakan hukum internasional, dapat35

memunculkan persoalan yang kadang menunjukkan sikap skeptis, meragukan, bahkan menyangkal eksistensi hukum internasional, bahwa hukum internasional bukanlah hukum. 2) Dalam sejarah, pandangan yang ekstrim mengenai penyangkalan atas eksistensi hukum internasional dikemukakan oleh John Austin (1790-1859) Hukum Internasional bukanlah merupakan kaidah atau norma hukum melainkan hanya merupakan kaidah dan norma kesopanan internasional saja. Pandangan ini juga tentu saja merupakan penyangkalan terhadap hukum kebiasaan dan hukum kebiasaaan internasional, sebab hukum kebiasaan tidak dibuat oleh penguasa yang berdaulat melainkan tumbuh dan berkembang di dalam dan di tengah-tengah pergaulan hidup. 3) Pandangan di atas sudah ditinggalkan sejak lama, apabila masyarakat merasakan, dan mentaati suatu kaidah hukum disebabkan karena memang sesuai dengan kesadaran hukum dan rasa keadilan masyarakat terlepas ada atau tidaknya lembaga atau aparat yang membuat, melaksanakan ataupun memaksakannya, tetapi jika kaidah itu diterima dan di taati karena sesuai dengan kesadaran hukum dan rasa keadilan maka masyarakat akan memandangnya sebagai hukum.

4) Eksistensi hukum internasional sebagai suatu hukum dewasa ini tidak perlu diragukan lagi, masyarakat internasional telah menerima eksistensi hukum internasional sebagai hukum. Beberapa bukti memperkuat bahwa hukum internasional dalam kehidupan sehari-hari & masyarakat internasional telah diterima dan ditaati sebagai hukum dalam pengertian yang sebenarnya. Antara lain ; - Organ pemerintah Negara dalam hubungannya dengan negara lain dalam proses perbuatan perjanjian internasional selalu tunduk pada prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum prjanjian internasional (the law of treaties),.. demikian pula jika berhasil di sepakati, mereka tunduk dan menaati isi perjanjian itu sebagai kaidah hukum internasional, mereka tidak melanggarnya, meskipun kesempatan untuk melanggarnya selalu ada.36

Persengketaan antara subyek-subyek hukum internasional penyelesaianya melalui organisasi internasional ataupun melalui badan-badan arbitrase ataupun peradilan internasional. - Kaidah-kaidah hukum internasional dalam kenyataannya banyak di adopsi oleh hukum nasional Negara-negara. Sebagai contoh adalah Indonesia, ketika akan menyusun UU Pidana tentang Kejahatan Penerbangan, tidak dapat melepaskan dari konvensi-konvensi internasional yang berkenaan dengan kejahatan penerbangan, seperti Konvensi Tokyo 1963, Konvensi Den Haag 1970 dan Konvensi Montreal 1971. - Negara-negara yang sedang berperang pun juga tetap mentaati prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum perang internasional (hukum humaniter). Demikian pula setelah berakhirnya perang,. misal, telah tercapainya perdamaian, mereka masih membutuhkan peranan Hukum Internasional untuk mengatur perdamaian,. Dengan merumuskan hasil perdamaian itu dalam bentuk perjanjian perdamaian yang sudah jelas merupakan hukum internasional yang akan mengikat mereka. 5) Berdasarkan fakta di atas, tidak ada alasan lagi untuk menyatakan bahwa Hukum Internasional bukanlah hukum dalam pengertian yang sebenarnya. Hukum internasional telah menjadi regulasi yang mengatur lajur lalu lintas internasional secara universal.

3.1.2. Usaha-usaha Memperkuat Hukum Internasional

Di bawah ini akan dikemukakan beberapa usaha yang dapat mengefektifkan berlakunya hukum international meskipun usaha-usaha itu lebih merupakan yang kausistik, bukan langkah yang terkonsepsikan secara sistematis, misalnya melalui pembentukan organisasi-organisasi yang di sertai organ-organ atau sub-sub organnya, serta peraturan-peraturan hukum international, baik yang substansial (Substansi hukum diartikan sebagi peraturan-peraturan hukum yang menjadi acuan dalam37

memutuskan atau menjatuhkan putusan hukum) maupun prosedural yang bersifat mengikat sebagai hukum (organisasi) international terhadap negara-negara anggotanya dan diterapkan dalam hubungan antar mereka maupun dalam kerangka organisasi international itu sendiri. Dalam kerangka organisasi international skala global atau universal, termasuk pula penerapan kaidah-kaidah hukum international oleh organisasi international itu sendiri. Pembentukan PBB (sebelumnya LBB) pada tahun 1945 merupakan rangka mengefektifkan hukum internasional itu sendiri meskipun hasilnya masih belum optimal. Organisasi internasional adalah Uni Eropa. Sanksi dari WTO (World Trade Organization) juga sudah tampak keefektifannya dalam menerapkan hukum ekonomi dan hukum perdagangan internasional. Dengan melengkapi perjanjian-perjanjian internasional multilateral dengan organ-organ pelaksanaannya. Agar suatu perjanjian internasional dapat berjalan efektif dan lancar dalam penerapannya terhadap negara-negara yang terikat perjanjian internasional harus dilengkapi dengan organ-organ pelaksanaannya. Beberapa contohnya adalah Konveksi Hukum Laut PBB 1982 yang memiliki organ-organ seperti Internasional Sea-Bed (Otorita Dasar Samudra Dalam International), Commission on the Continental Shelf (Komisi tentang Landas Kontinen), dan International Tribunal for the Law of the Sea (Mahkamah Hukum Laut International). Demikian pula Convention Against of Punishment 1984 (Konvensi Anti Penyiksaan dan Kekejaman Lain, Perlakuan atau Penghukuman yang Tidak Manusiawi atau yang Merendahkan Martabat Kemanusiaan 1984). Dilengkapi dengan Committe Against Torture (Komisi Anti Penyiksaan). Mencantumkan klausa penyelesaian sengketa dalam perjanjian internasional, baik perjanjian bilateral maupun perjanjian multilateral. Dengan percantuman klausa ini, jika terjadi persengketaan antara negara-negara yang terikat pada perjanjian internasional dapat menempuh jalur penyelesaian sesuai dengan klausa tersebut.

38

3.2. Lembaga-lembaga Menegakkan HAM

International

yang

3.2.1. Dewan Keamanan (Security Council) Dewan Keamanan PBB merupakan lembaga internasional yang ikut menegakkan hak-hak asasi manusia di dunia. Untuk memahami Dewan Keamanan sekilas perlu kita pahami sebagai berikut. 3.2.1.1. Susunan Dewan Keamanan PBB Dewan Keamanan mulanya terdiri dari 11 negara anggota, yaitu 5 anggota tetap (Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, Perancis, dan Tiongkok) dan 6 anggota yang diganti-ganti yang dipilih di sidang umum dan diganti setiap dua tahun sekali. Tahun 1965, mulai berlaku amandemen piagam PBB yang menaikkan jumlah itu menjadi 15 anggota. Tiap-tiap negara mengirim satu orang utusan saja ke dalalm Dewan Keamanan. Anggota tetap ialah 5 negara besar yang dianggap tulang punggung perserikatan. Jabatan Ketua Dewan Keamanan dipegang secara bergilir satu bulan oleh para lembaga itu. Mereka juga mempunyai hak veto, hak istimewa kedua. 3.2.1.2. Sidang Dewan Keamanan PBB Dewan Keamanan adalah suatu badan tetap dan bertempat di pusat PBB. Dewan itu bekerja terus dan dapat bersidang jika dikehendakinya. Tempat siding mungkin juga di luar tempat kedudukan PBB. Ketua dapat memanggil anggota jika ada rapat. Dapat juga negara anggota dan negara bukan anggota diundang oleh Dewan Keamanan untuk turut serta tanpa hak suara. Rapat akan diadakan atas permintaan anggota. Rapat akan diadakan pula jika sekretaris jenderal meminta perhatian dewan Dewan untuk suatu soal yang dianggapnya membahayakan perdamaian dan keamanan internasional, jika suatu negara anggota atau bukan anggota meminta perhatian Dewan terhadap hal yang menimbulkan perselisihan dan berbahaya bagi perdamaian internasional. 3.2.1.3. Hak Veto Untuk putusan-putusan yang penting dan berpengaruh kepada perdamaian dan ketertiban internasional diharuskan sembilan suara dan semuanya harus anggota tetap. Apabila satu39

anggota tetap yang lima itu tidak menyukai suatu keputusan maka ia dapat menggagalkan dengan suara melawan. Hak menjatuhkan usul itu disebut hak veto,(berasal dari Bahasa Latin, yang artinya melarang; tidak mengizinkan; menyatakan tidak boleh terjadi). Tapi untuk memutuskan perkara-perkara prosedural tidak berlaku hak veto, kecuali semua Sembilan suara setuju. Ketidakhadiran suatu negara besar dalam pemungutan suara bukan berarti memveto. 3.2.1.4. Kekuasaan dan Kewajiban Menurut pasal 24, anggota PBB menyerahkan kepada Dewan Keamanan pertanggungjawaban untuk mempertahankan perdamaian internasional. Segala tindakan Dewan Keamanan dibagi atas beberapa golongan. 3.2.1.5. Menyelesaikan Damai Perselisihan dengan Cara-cara

1. Cara yang Didasarkan atas Persetujuan Sukarela 1) Perundingan. Cara ini merupakan jalan yang paling luas dan biasa dipakai dalam diplomasi. 2) Penyelidikan. Cara ini diperlukan untuk menetapkan peristiwaperistiwa yang mungkin menghilangkan perselisihan jika sudah terang letaknya perkara. 3) Perdamaian (conciaton). Usaha ini diserahkan kepada pantia internasional yang ditunjuk oleh pihak-pihak yang berselisih untuk mengusulkan atas inisiatif sendiri suatu persetujuan yang layak diterima oleh kedua pihak. 4) Perantara atau Jasa Baik. Perantara diselenggarakan oleh suatu Negara, komisi, atau seorang tokoh yang ditunjuk oleh pihak yang bersangkutan untuk mempercapat terjadinya perdamaian. Contoh komisi tiga negara atau komisi jasa-jasa baik di Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya terhadap Belanda.

40

2. Cara-cara dengan Paksaan Hukum Menjalankan Persetujuan yang Tercapai.1) Perwasitan (arbitrage)

dalam

Dengan cara ini pihak-pihak yang bersangkutan berjanji, bahwa mereka akan menerima dan sedia menjalankan keputusan seorang pendamai yang ditunjuk (arbitrator) atau pengadilan arbitrase. 2) Keputusan Dalam cara penyelesaian in termasuk keputusan yang diambil menurut cara hukum. Selain daripada jalan yang disebut dalam pasal 33 mungkin juga dipergunakan jalan lain. 3) Mengambil tindakan-tindakan terhadap ancaman perdamaian dan perbuatan yang berarti penyerangan (pasal 39). Suatu negara anggota mempunyai hak khusus untuk membela diri sendiri atau atau bersama apabila terjadi serangan dengan senjata terhadap dirinya sampai saat Dewan Keamanan mengambil tindakan-tindakan seperlunya untuk pemulihan perdamaian dan keamanan intenasional. 3.2.1.6. Dewan Keamanan Dewan Keamanan dibantu oleh 3 (tiga) panitia yang bertugas penting, yaitu: a.Panitia Staf Militer; b. Panitia perlucutan Senjata, Disarmament Commision (dengan Sidang Umum); c. Pasukan PBB, di antaranya Korea agar jangan timbul clash antara Korea Utara dan Korea Selatan; Pulau Siprus untuk untuk mengakhiri perkelahian antara penduduk keturunan Turki dan turunan Yunani. Dewan Keamanan mengadakan sidang secara berkala. Bila dikehendaki setiap Negara dapat mengumumkan seorang wakil atau beberapa orang yang ditunjuk. Peranan Dewan Keamanan yang efektif merupakan tumpuan harapan bagi seluruh bangsa di dunia dalam memelihara perdamaian dan keamanan nternasional yang abadi.41

3.2.1.7. Pasukan-pasukan PBB Pasukan-pasukan PBB yaitu: a) UNEF (United Nation Emerency Force), yaitu pasukan perdamaian PBB untuk Timur Tengah, Korea Selatan, dan Korea Utara. b) UNPRFC (United Nation Peace Reeping Forcein Cypruss), yaitu pasukan PBB untuk Siprus. c) UNMOGIP (United Nation Military Observer Group for India and Pakistan), yaitu pasukan perdamaian PBB untuk India dan Pakistan. d) UNSTO (United Nation Thruce Supervision Organization in Palestine), yaitu pasukan perdamaian PBB untuk Palestina. e) UNOC (United Nation Operation for Congo), yaitu pasukan perdamaian PBB untuk Kongo. f) ICCS (International Comission for Control and Supervision), yaitu pasukan PBB untuk perdamaian di Vietnam Selatan.

Mahkamah Pengadilan Internasional (MPI) 3.2.1.8. Sejarah Mendirikan MPI Dalam pembicaraan gagasan atau rancangan PBB di Dumbraton Oaks pada tanggal 7 oktober 1944 telah di putuskan bahwa Mahkamah Tetap Pengadilan Internasional (Permanent Court of Internasional Justice) Yang didirikan dahulu di LBB di Den Haag akan di hapuskan. Ternyata bahwa diantara Negara-negara besar, ada yang tidak setuju. Kedudukan hokum mahkamah itu dinyatakan dalam pasal 92 piagam PBB. 3.2.1.9. Susunan Semua anggota PBB dengan sendirinya menjadi peserta dalam piagam mahkamah itu. Negara yang bukan anggota dapat juga menjadi pihak yang berpekara dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh siang umum untuk tiap-tiap permintaan atas nasihat Dewan Keamanan. 3.2.1.10. Hakim-Hakim Dalam Mahkamah itu duduk 15 orang hakim yang dipilih dari warga Negara, tidak dapat dua hakim diangkat dari satu Negara. Mereka dipilih dari golongan ahli ahli hokum internasional di negerinya yang berhak untuk menjabat hakim yang tinggi dan termasuk golongan orang terhormat.42

3.2.1.11. Kompetensi MPI mengadili semua perkara yang dibawa oleh berkepentingan kehadapannya, hal-hal yang ditunjukan dalam piagam PBB, dan persetujuan antar negarayang masih berlaku. Tiap-tiap anggota PBB berjanji akan tunduk kepada keputusan Mahkamah atas suatu perkara dalam mana ia tersangkut sebagai pihak. 3.2.1.12. Pengadilan yang diwajibkan (Obligatory Jursidiction) Menurut pasal 36 piagam MPI makaa Negara-negara yang menyatakan MPI dapat menyetujui setiap waktu. Keputusankeputusa yang dimaksud : 1. penafsiran isi perjanjian 2. soal-soal yang menyinggung hokum intenasional 3.2.1.13. Sumber-sumber hukum yang dipergunakan Mahkamah membuat keputusan-keputusan menurut hukum internasional dalam segala perkara yang di timbanginya. Dalam menentukan keputusan itu,mahkamah menggunakan sumbersumber tersebut dalam pasal 38 MPI : 1. Internasional conventions 2. International custom 3. The general principles of low recognized by civilized nations 4. Judical decisions and the teachings of the most highly qualified pulicus of the varioust nation

3.2.1.14. Mahkamah Internasional Mahkamah internasioanl bukanpengadilan satu-satunya peradilan tetap. Karena, terdapat pula mhkamah lain yang memiliki wewenang. Diantaranya: 1. Tribunal-Tribunal administrative Internasioanl seperti ILO 2. Mahkamah peradilan masyarakat ekonomi eropa yang didirikan pada tanggal 18 april 1951 3. Mahkamah eropa mengenai HAM yang didirikan pada tangggal 4 november 1950 4. Tribunal administrative bank dunia yang didirikan pada tanggal 4 juli 1980

3.3.

Instrumen Peraturan Menegakkan HAMMagna Charta

Internasional

yang

3.3.1.

43

Pada abad pertengahan, perjuangan kaum bangsawan Inggris untuk menegakkan hak asasi politik rakyat, menghasilkan suatu dokumen yang ditandatangi tahun 1215 yang dikenal dengan nama Magna Charta (Piagam Besar), yang berisi perjanjian antara kaum bangsawan dan Raja John. Kemudian pada awal abad ke 16 di Eropa Barat terjadi kejadian penting yang berkaitan dengan kehidupan demokrasi yaitu Renaisance, Reformasi, dan Rasionalisme. Dari pemikiran itu, timbullah gagasan bahwa manusia memiliki hak politik yang tidak boleh diselewengkan oleh raja, sehingga muncul kecaman bahkan pendobrakan terhadap kekuasaan raja yang tanpa batas. Pendobrakan terhadap raja ini didasarkan teori rasionalistis yang dikenal sebagai Social Contract (kontrak sosial). Kontrak sosial berisi ketentuan mengikat antara raja dan rakyat. Raja diberi kekuasaan oleh rakyat untuk menciptakan ketertiban dan suasana dimana rakyat dapat menikmati hak hak alaminya dengan aman. Pada hakikatnya, teori ini untuk membatasi pemerintahan raja yang absolut dan menetapkan hak hakl politik rakyat. 3.3.2. Revolusi Amerika Serikat (1776) dan Perancis (1789) Revolusi di Perancis tokohnya adalah Montesquieu yang mengemukakan ajaran Trias Politica. Gagasan perlunya pembatasan kekuasaan mendapat rumusan yang yuridis, yaitu dengan membentuk negara hukum. Tokohnya seperti Immanuel Kant, Frederich Julius Stahl, AV. Dicey. Pendapat Stahl dan Dicey, dikenal dengan sebutan negara hukum dalam arti sempit karena rumusannya hanya bersifat yuridis dan menyangkut bidang hukum saja. Jadi, tugas negara pasif baru bertindak bila hak manusia dilanggar / ketertiban umum terancam. Negara tidak ikut campur dalam urusan ekonomi dan kesejahteraan warga negara, karena itu urusan masing masing warga negara sesuai dengan asas Laissez faire, laissez aller, maka dari itu negara hanya berfungsi sebagai negara penjaga malam Sejalan dengan perubahan pandangan itu, Organisasi Ahli Hukum Internasional dalam Konferensi Bangkok tahun 1965 mengemukakan, bahwa syarat syarat dasar terselenggaranya pemerintah yang demokratis di bawah rule of law mencakup :44

1. Perlindungan konstitusional 2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak 3. Pemilihan umum yang bebas 4. Kebebasan menyatakan pendapat 5. Kebebasan berserikat / berorganisasi dan berkumpul 6. Pendidikan kewarganegaraan Henry B Mayo berpandangan bahwa demokrasi didasari oleh beberapa nilai, diantaranya : 1. Menyelesaikan persilisihan dengan damai dan secara melembaga 2. Menjamin terselenggaranya perubahan yang damai dalam masyarakat yang sedang berubah 3. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur 4. Membatasi pemakaian kekerasan seminimal mungkin 5. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman 6. Menjamin tegaknya keadilan 3.3.3. Universal Declaration of Human Rights Pernyataan umum hak asasi manusia yang dicetuskan oleh PBB dipengaruhi oleh empat macam kebebasan guna mencapai perdamaian yang kekal. Empat kebebasan tersebut adalah: 1. Kebebasan untuk berbicara dan mengemukakan pendapat. 2. Kebebasan untuk memilih agama sesuai dengan keyakinannya. 3. Kebebasan dari rasa takut. 4. Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan. Setelah perang dunia II selesai, PBB akhirnya dapat menghasilkan Universal Declaration of Human Rights (Pernyataan umum hak-hak asasi manusia) pada tanggal 10 desember 1948, yang terdiri dari 40 pasal. Perincian hak asasi manusia dalam piagam hak asasi PBB adalah sebagai berikut: 1. Hak kebebasan politik (pasal 2-21) antara lain kebebasan mengeluarkan pendapat dan berserikat. 2. Hak sosial (pasal 22-23) antara lain kebebasan memperoleh pekerjaan. 3. Hak beristirahat dan liburan (pasal 24) 4. Hak akan tingkatan dasar penghidupan yang cukup bagi penjagaan kesehatan dan keselamatan serta keluarganya

45

5. Hak asasi pendidikan (pasal 25) antara lain kebebasan memperoleh pendidikan. Pelaksanaan hak-hak asasi manusia tiap negara berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing negara. Sekalipun suatu negara berusaha untuk mengikuti pernyataan tersebut, tetapi pada kenyataannya pelaksanaannya disesuaikan dengan kepentingan nasionalnya masing-masing negara. 3.3.4. Sanksi bagi Negara yang Melanggar HAM

Apabila suatu negara dinilai melakukan pelanggaran atau tidak peduli terhadap pelanggaran hal asasi manusia akan mendapatkan akibatnya. Sanksi yang diterapkan bermacammacam, mulai dari sekedar perubahan kebijaksanaan luar negeri yang dianggap melakukan pelanggaran hak asasi manusia sampai dengan pendudukan. Misalnya, ada yang setuju dilakukan penyerangan terhadap negara pelanggar HAM selama dilakukan atas nama PBB. Untuk lebih jelasnya sanksi itu dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Diberlakukan travel warning (peringatan bahaya berkunjung ke negara tertentu) terhadap warga negaranya. 2. Pengalihan investasi atau penanaman modal asing. 3. Pemutusan hubungan diplomatik. 4. Pengurangan bantuan ekonomi. 5. Pengurangan tingkat kerja sama. 6. Embargo ekonomi 7. Kesepakatan organisasi regional dan internasional. 3.3.5. Akibat yang Dialami Negara yang melanggar HAM Apabila suatu negara telah dinyatakan sebagai negara yang termasuk tinggi dalam tingkat pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini akan mengakibatkan kesan buruk dan mencoreng citra baik negara tersebut di dunia internasional. Dalam jangka oendek dan jangka panjang, negara tersebut akan dikucilkan dari kerja sama internasional. Hal ini dapat mengakibatkan masalah yang beruntun dan kompleks, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Memperbesar jumlah pengangguran.46

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Memperlemah daya beli masyarakat. Memperbesar jumlah anggota masyarakat miskin. Memperkecil income atau pendapatan nasional. Pendistribusian kemakmuran tidak merata. Merosotnya tingkat kehidupan masyarakat. Kesulitan memperoleh bantuan dan mitra kerja negara asing.

Daftar PustakaEffendi, A. Mashyur, Prof. S.H., M.S. 2005. Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia (HAM). Jakarta: Ghalia Indonesia Suprapto. Pendidikan Kewarganegaraan SMA/MA. Jakarta: Bumi Aksara http://www.google.co.id/#hl=id&sa=X&ei=mR-iTsL_GoiziQfS-y9Bg&sqi=2&ved=0CBQQvwUoAQ&q=usaha+memperkuat+huk um+internasional&spell=1&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=4 902246fcf51a35&biw=1366&bih=553

47