pkm p-m new

Upload: kharis-subkhan

Post on 12-Jul-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Uji Efektivitas Bioinsektisida Tembakau (Nicotiana tabacum Linn) Terhadap Walang Sangit (Leptocorisa oratorius Thunberg)

BIDANG KEGIATAN : PKM-P Oleh; 1. 2. 3. 4. 5. Shela Rose Azmi Didi Nur Jamaludin Fikry Noor Shofwan Dhinar Arifantika Fajar Adi Purnomo (4450406018/2006) (4401406591/2006) (4401408088/2006) (4450405009/2005) (4450404021/2004)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEMARANG 2009

2 A. JUDUL PROGRAM Uji Efektivitas Bioinsectisida Tembakau (Nicotiana tabacum Linn) Terhadap Walang Sangit (Leptocorisa oratorius Thunberg) B. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insectisida sintetik telah menimbulkan efek yang membahayakan bagi kesehatan, salah satunya menimbulkan efek residu pada objek tanaman, hal tersebut memberikan transfer pengaruh residu toksik yang mengkonsumsi baik itu pada manusia secara langsung atau hewan-hewan lain. Disamping itu juga harga pestisida sintetik dari tahun ke tahun harganya terus meningkat. Diantara hama yang menyerang tanaman padi Walang Sangit (Leptocorisa oratorius Thunberg) merupakan hama jenis serangga yang merusak tanaman padi, keberadannya sering kali membuat padi mengalami puso (gagal panen), hama tersebut tidak tanggung-tanggung merusak daun dan batang padi diwaktu padi mulai berbunga sampai berbiji. Petani padi seringkali merasa kesulitan membasmi hama walang sangit, disamping itu sebagian hama tersebut sudah mempunyai resisten terhadap insectisida sintetis sehingga ketika petani memberikan penyemprotan insectisida sintetis hanya bersifat mengusir saja, kemudian nanti akan kembali merusak tanaman padi. Padahal kalau kita membaca alam sekitar kita, ada beberapa tanaman yang dapat dijadikan bioinsectisida salah satunya tanaman tembakau (Nicotiana tabacum Linn), kandungan nikotin dalam daun tembakau bermanfaat sebagai insectisida. Disisi lain kandungan nikotin dalam tembakau masih menjadi kontra di tengah masyarakat, bahkan muncul suatu peringatan hari anti tembakau sedunia ditambah lagi fatwa haram rokok oleh Majelis Ulama Indonesia tahun 2009. Padahal kalau dilihat peringat ceremonial tersebut diidentikan dengan pelarangan merokok, itu memang tidak salah, karena memang sudah empiris bahwa rokok merugikan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Dari fakta tersebut sering kali dapat menimbulkan masalah baru ditengah masyarakat khusunya bagi petani tembakau di daerah Jawa Tengah seperti Temanggung, Boja dll yang seringkali muncul persepsi publik bagaimana nasib mereka ketika output pengolahan tembakau terputus.

3 Pada prinsipnya tumbuhan yang ada disekililing kita, mempunyai manfaat walaupun mengandung toksik (racun). Namun yang menjadi persoalan dari beberapa kandungan senyawa toksik dapatkah kita menempatkan sesuai penggunaan/ manfaatnya. Sebagai contoh kandungan senyawa nikotin seharusnya digunakan untuk pemberantasan hama, bukan lagi hanya digunakan untuk konsusmsi rokok semata, yang notebenenya dari tinjauan medis jelas-jelas merugikan kesehatan. Dari penelitian uji efektivitas bioinsektisida tembakau (Nicotiana tabacum Linn) terhadap Walang Sangit (Leptocorisa oratorius Thunberg) tembakau diharapkan memberikan pesan positif bahwa konsumsi temabakau harus digunakan secara tepat pengggunaanya dan uji efektivitas biopestisida temabakau memberikan angin segar bagi kalangan industri dan masyarakat petani di Indonesia. C. PERUMUSAN MASALAH Bagaimana pengaruh uji efektivitas bioinsektisida tembakau (Nicotiana tabacum Linn) terhadap Walang Sangit (Leptocorisa oratorius Thunberg) ? D. TUJUAN Menjelaskan pengaruh uji efektivitas bioinsectisida tembakau (Nicotiana tabacum Linn) terhadap Walang Sangit (Leptocorisa oratorius Thunberg). E. LUARAN YANG DIHARAPKAN Dengan adanya kegiatan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Diketahui efektivitas bioinsectisida tembakau (Nicotiana tabacum Linn) terhadap Walang Sangit (Leptocorisa oratorius). 2. Masyarakat mengetahui kebermanfaatan tanaman tembakau. 3. Kalangan industri lebih serius untuk menggunakan daun tembakau sebagai bahan baku bioinsectisida yang ramah lingkungan. 4. Mengurangi ketergantungan petani terhadap insectisida/ pestisida sintetik.

4 F. KEGUNAAN 1. Masyarakat mengetahui manfaat positif tanaman tembakau 2. Masyarakat dapat mengetahui efektifitas penggunaan bioinsectisida tembakau (Nicotiana tabacum Linn) terhadap Walang Sangit (Leptocorisa oratorius). 3. Terbentuknya masyarakat mandiri, dalam memberantas hama berupa serangga. 4. Adanya pengembangan lebih lanjut bioinsectisida tembakau menjadi insectisida ramah lingkungan G. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tembakau Tembakau (Nicotiana tabacum Lin ) merupakan jenis tanaman terna, semusim, tinggi 2 m. Batang berkayu, bulat, berbulu, diameter 2 cm, hijau. Daun tunggal, berbulu, bulat telur, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, hijau keputih-putihan. Bunga majemuk, tumbuh di ujung batang, kelopak bunga berbulu, pangkal berlekatan, ujung terbagi lima, tangkai bunga berbulu, hijau, mahkota bentuk terompet, merah muda. Buah kotak, bulat telur, masih muda hijau setelah tua coklat. Biji kecil, coklat. Yang sering digunakan sebagai produk adalah pada daun dan tangkai yang sering dikenal sebagai tembakau Tembakau adalah produk pertanian yang diproses dari daun tanaman dari genus Nicotiana. Tembakau dapat dikonsumsi, digunakan sebagai pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan sebagai obat. Jika dikonsumsi, pada umumnya tembakau dibuat menjadi rokok, tembakau kunyah, dan sebagainya. (Anonim, 2009) Klasifikasi Tembakau Divisi Sub divisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis : Spermatophyta : Angiospermae : Dlcotyledonae : Solanales : Solanaceae : Nicotiana : Nicotiana tabacum L.

Nama urnum : Tembakau

5 Nama daerah : Bakong (Aceh) Bako (Gayo) Timbako (Batak Kara) Timbaho (Batak Toba) Bago (Nias) Tembakau (Melayu) Temakaw (Bengkulu) Tembakau (Minangkabau) Tembaku (Lampung) Bako (Sunda) Bako (Jawa Tengah) Debak (Madura) BakoTembako (Sasak)

Gambar 1. Pertanian tembakau di Indonesia Tembakau di Indonesia merupakan tanaman budidaya yang sudah lazim, tersebar di seluruh nusantara dimulai dari ketinggian 4-1500 m dpl, terkadang masih dijumpai hingga 2100 mi dpl. Tembakau ditanam pada berbagai macam kondisi iklim. Rata-rata temperatur untuk pertumbuhan optimum adalah 21-27C. Air yang dibutuhkan adalah 30-400 mm, yang tersebar merata sepanjang musim pertumbuhan. Tembakau sigaret memerlukan musim kering pada akhir musim untuk mendapatkan daun tebal dan warna kuning pada daun yang diobati. Untuk menghasilkan daun yang tipis dan elastis, tembakau bungkus memerlukan kelembaban tinggi (70% pada siang hari) dan mereduksi intensitas cahaya (70% ochaya penuh). Awan terjadi pada hari hujan sebagai filter alami untuk matahari. Kualitas tembakau Deli dikatakan ditentukan oleh keadaan iklim dan hanya keadaan tanah merupakan faktor kedua. Untuk menyerupai keadaan pertumbuhan Sumatra Utara, tembakau sigar ditanam dibawah naungan tidak hanya di berbagai tempat di Indonesia (Jawa), tetapi juga di Connecticut (Amerika). Di Jawa Tengah daerah penting untuk tembakau sigaret adalah Pegunungan Dieng kira-kira ketinggian 1000 m dpl, yang menghasilkan kualitas tembakau yang bagus. Tanah yang cocok untuk penanaman tembakau adalah tanah liat ringan dan medium dengan kapasitas air baik dan agak asam (pH 5.0-6.0). Tanah harus mempunyai drainse bagus, karena tembakau sensitif pada kebanjiran. Tembakau tipe sigar memerlukan tanah yang lebih subur daripada tembakau virginia. Karena pembakaran menyebabkan kualitas tembakau sigar dan tembakau sigaret,

6 kandungan klorida dalam tanah harus rendah, lebih disukai tidak lebih dari 40 ppm irigasi air sebaiknya mempunyai klorida tidak lebih dari 25 ppm. Tembakau dibudidayakan dengan biji. Kecambahnya tumbuh di tempat pembibitan. Umumnya 10 g dari biji yang sehat diperlukan untuk menghasilkan cukup biji untuk tanaman 1 ha, tetapi hanya 1/3 dari jumlah ini diperlukan jika biji dibuat pellet. Media perkecambahan biji merupakan campuran tanah dan kompos, dan sebaiknya disterilisasi pada 100C untuk 1 jam untuk mencegah infeksi patogen dari tanah. Pupuk NPK diberikan ketika diterbarkan. Total areal untuk perkecambahan biasanya 80-100 m untuk 1 ha tanah. Pengelolaan termasuk pengairan setiap hari, pengambilan gulma dan kontrol penyakit dan hama. Pemangkasan dilakukan untuk membuang kecambah yang lemah. Setelah pemangkasan kecambah tidak lebih dari 400 per m. Tanaman menjadi keras dalam waktu 7-10 hari sebelum ditanam dengan secara perlahan-lahan menghilangkan naungan dan mengurangi pengairan. Tembakau ditanam di lapangan pada jarak 45-55 cm dalam 1 deret dan 75-110 cm antar deret. Perkecambahan tumbuh di polibag kecil atau tempat bibit lebih siap daripada kecambah yang ditanamdi tempat pembibitan tradisional. Kerapatan tanaman adalah 18 00025 000 per ha untuk segala macam tembakau (>60 000 tanaman/ha). Tanaman ini merupakan penghasil bahan beracun pembunuh nyamuk juga digunakan untuk mengendalikan hama serangga, baik di luar ruangan maupun didalam ruangan. Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids. (Anonim. 2009) Beberapa kandungan tembakau yang lain asam malat, asam sitrat dan asam amino esensial seperti hormon tumbuh dalam tembakau dapat memacu pertumbuhan tanaman sebanyak 20 %. Kandungan protasium dalam tembakau mencapai 3 % dapat digunakan sebagai campuran pupuk NPK dan ampas biji tembakau mengandung 6 % tembakau. Sehingga dari uraian diatas tembakau mempunyai khasiat ganda pertama sebagai insectisida dan kedua sebagai unsur hara bagi tanaman

7 2. Nikotin Nikotin merupakan merupakan alkoloid yang berasal dari daun tembakau. Daun tembakau kering mengandung 2-8% nikotin, kandungan nikotin yang terbesar terdapat pada ranting dan tulang daun. Dari beberapa jenis tanaman yang dapat dipakai sebagai insektisida botani, bahan yang paling mudah diekstrak dengan pelarut air. Formulasi yang mulai diperdagangkan mengandung 40% nikotin sulfat. Nikotin merupakan racun saraf bereaksi dengan cepat. Aksi ini merupakan selektif untuk beberapa jenis serangga seperti aphids, walang sangit. Walaupun nikotin dapat dengan cepat meracuni srangga, setelah beberapa hari racun niktoin akan hilang dan terurai loeh faktor-faktor alam, sehingga insectisida tembakau tidak meningggalkan residu Nikotin murni sangat beracun bagi mamalia dan dapat dikategorikan sebagai racun yang berbaaya. Penetrasi melalui kulit, mata atau termakan bisa berakibat fatal. Nikotin bertindak sebagai racun kontak untuk mengendalikan beberapa jenis ulat, perusak daun dan serangga pengisap bertubuh lunak seperti aphid, thrips dan kutu daun dan jenis walang sangit merupakan serangga bertubuh lunak. Air rendaman daun tembakau sering dipakai langsung untuk mengendalikan hama tanpa mlalui ektraksi yang rumit. Walaupun kadar nikotin cukup rendah akan tetapi air rendaman daun temabakau ini cukup beracun bagi serangga bertubuh lunak. Racun nikotin bersifat sistemik yang dapat diserap dan ditranslokasikan keseluruh bagian tanaman yang telah disemprot. Karena itu bubuk atau serbuk tembakau dapat juga ditempatkan di daearah akar. Selain sebagai insektisida, nikotin dilaporkan bdapat sebagai penegndali jamur (fungisida) 3. Walang Sangit Walang Sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan. Disamping itu walang sangit juga menghisap batang dan pada yang mulai berbunga sehingga padi menjadi kosong. Mekanisme merusaknya yaitu menghisap butiran gabah yang sedang mengisi. Apabila diganggu, serangga akan mempertahankan diri dengan mengeluarkan bau. Selain sebagai mekanisme pertahanan diri, bau yang dikeluarkan juga digunakan untuk menarik Walang sangit lain dari spesies yang sama. Walang sangit merusak tanaman ketika mencapai fase berbunga sampai matang susu. Kerusakan yang

8 ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna dan mengaberas berubah warna dan mengapur, serta gabah menjadi hampa. Dari beberapa kasus hama walang sangit yang menyerang tanaman padi di beberapa desa di Kecamatan Selagan Raya, Kabupaten Muko Muko lebih dari 300 hektare (Ha) tanaman padi sawah petani diserang hama walang sangit dan terancam gagal panen. Berikut ini klasifikasi walang sangit : Kingdom Phylum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Insecta : Hemiptera : Alydidae : Leptocorixa : Leptocorixa acuta Thunberg

Nama Daerah : Walang sangit

Gambar 2. Hama Walang Sangit Bioekologi dan Morfologi Walang sangit (Leptocorixa acuta) mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago. Imago berbentuk seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif panjang. Warna tubuh hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 30 mm. Telur berbentuk seperti cakram berwarna merah coklat gelap dan diletakkan secara berkelompok. Kelompok telur biasanya terdiri dari 10-20 butir. Telur-telur tersebut biasanya diletakkan pada permukaan atas daun di dekat ibu tulang daun. Peletakan telur umumnya dilakukan pada saat padi berbunga. Telur akan menetas 5 8 hari setelah diletakkan. Perkembangan dari telur sampai imago adalah 25 hari dan satu generasi mencapai 46 hari (Baehaki, http ://www.balittra.litbang.deptan.go.id) Perkembangan yang baik bagi hama Walang sangit terjadi pada suhu antara 27 30 C. Perkembangan Walang Sangit telah diketahui Gejala Serangan dan Kerusakan yang ditimbulkanterjadi pada waktu temperatur sedang, curah

9 hujan rendah dan sinar matahari terang. Walang sangit dapat berkembang biak di lahan dataran rendah maupun di dataran tinggi (Mudjiono, 1991 dalam http ://www.balittra.litbang.deptan.go.id) Nimfa berwarna kekuningan, kadang-kadang nimfa tidak terlihat karena warnanya sama dengan warna daun. Stadium nimfa 17 27 hari yang terdiri dari 5 instar (Harahap dan Tjahyono, 1997 litbang.deptan) Imago walang sangit yang hidup pada tanaman padi, bagian ventral abdomennya berwarna coklat kekuning-kuningan dan yang hidup pada rerumputan bagian ventral abdomennya berwarna hijau keputihan. Bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput-rumputan lainnya secara kelompok dalam satu sampai dua baris (Rismunandar, 2003 dalam http ://www.balittra.litbang.deptan.go.id ) Aktif menyerang pada pagi dan sore hari, sedangkan di siang hari berlindung di bawah pohon yang lembab dan dingin (Baehaki, 1992 dalam http ://www.balittra.litbang.deptan.go.id) Gejala Serangan dan Kerusakan yang ditimbulkan Nimfa dan imago mengisap bulir padi pada fase masak susu, selain itu dapat juga mengisap cairan batang padi. Malai yang diisap menjadi hampa dan berwarna coklat kehitaman. Walang sangit mengisap cairan bilir padi dengan cara menusukkan styletnya. Nimfa lebih aktif daripada imago, tapi imago dapat merusak lebih banyak karena hidupnya lebih lama. Hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi mengecil jika cairan dalam bilir tidak dihabiskan. Dalam keadaan tidak ada bulir yang matang susu, maka dapat menyerang bulir padi yang mulai mengeras, sehingga pada saat stylet ditusukkan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat. Serangan walang sangit dapat dikendalikan dengan berbagai cara misalnya melakukan penanaman serempak pada suatu daerah yang luas sehingga koloni walang sangit tidak terkonsentrasi di satu tempat sekaligus menghindari kerusakan yang berat. Pengendalian kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida yang dianjurkan dan aplikasinya didasarkan pada hasil pengamatan. Apabila terdapat dua ekor walang sangit per meter persegi (16 rumpun) saat padi berbunga serempak sampai maka susu, saat itulah dilakukan penyemprotan. (Harahap dan Tjahyono, 1997 dalam http ://www.balittra.litbang.deptan.go.id). Melalui insectisida tembakau diharapkan racun nikotinnya dapat mempengaruhi fungsi saraf dan sistem hormonal, hal ini membekan efek pencegahan bahkan menyebabkan kematian bagi hama walang sangit

10 4. Bioinsektisida dari Bahan Tembakau Komposisi bioinsektisida tembakau sebagai berikut : Daun irisan tembakau sebanyak 10-20 gam, yang ditambah 1-2 cc detergen cair dicampur dngan 1 liter air, kemudian direbus dan diendapkan selama semalam dapat sebagai insektisida botani untu mengendalikan bebagai jenis serangga. (Novizan, 2007) 5. Fungsi Pestisida Botani Pada umumnya insektisida botani umumnya memang tidak langsung mematikan serangga dapat berfungsi sebagai berikut: 1. Repelan yakni menolak kehadiran serangga, terutama yang baunya yang menyengat 2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot terutama disebabkan rasanya yang pahit. 3. Mencegah serangga meletakan telur dan menghentikan proses penetasan telur. 4. Racun saraf 5. Mengacaukan sistem hormon didalam tubuh serangga. 6. Atraktan, sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai perangkap serangga. 7. Beberapa jenis pestisida botani berperan mengendalikan pertumbuhan jamur (fungisida) dan bakteri (bakterisida) perusak tanaman. 6. Kelebihan Bioinseksida Botani 1. Degradasi atau penguraian yang cepat, Pestisida botani cepat terurai oleh sinar matahari, udara kelembapan dan komponen alam lainnya, sehingga mengurangi resiko pencemaran tanah dan air. Dengan demikian, pestisida botani masih dapat disemprotkan beberpa hari sebelum pemanenan tanpa perlu khawatir bahan makanan yang dipanen tercemar residu pestisida. 2. Dibandingkan dengan jenis pestisida alami, pestisida botani memiliki aksi yang tergolong cepat. Umumnya jenis ini bekerja cepat dalam menghentikan nafsu makan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) atau mencegah OPT merusak lebih banyak. pada

11 3. Selektivitas tinggi. Dari hasil pengujian di laboratorium, pestisida alami merupakan pestisida yang memiliki spectrum pengendalian yang luas. Namun karena racun yang dihasilkan cepat terurai dan sebagian besar racun lambung dan saraf, pengaruh pestisida alami di lapangan hanya terlihat pada serangga perusak tanaman. Terhadap organisme yang menguntungkan dampaknya sangat kecil, sehingga pestisida botani lebih selektif. 4. Cara kerja yang berbeda dengan pestisida sintetis, menyebabkan pestisida alami dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal terhadap pestisida sintetis. 5. Phitoksisitas rendah. Umumnya pestida nabati tidak meracuni dan merusak tanaman. 7. Analisis Varians Satu arah Untuk mengetahui pengaruh uji efektivitas masing-masing perlakuan bioinsectisida tembakau (Nicotiana tabacum Linn) terhadap Walang Sangit (Leptocorisa oratorius Thunberg), maka digunakan analisis varian 1 satu arah, dengan Variabel Tetap berupa walang sangit dan Variabel bebas berupa konsentrasi tembakau dan detergen . Rumusan hipotesis yang kami ajukan : Ho : Tidak terdapat perbedaan efektivitas masing-masing perlakuan bioinsectisida tembakau (Nicotiana tabacum Linn) terhadap Walang Sangit (Leptocorisa oratorius Thunberg) Ha : Terdapat perbedaan efektivitas masing-masing perlakuan oratorius Thunberg. F hit = MK ant/ MK dal Keterangan : MK ant : Mean kuadrat antara MK dal : Mean Kuadat dalam Harga F hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga Ftabel. Jika harga F hitung lebih kecil dari pada F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, begitu juga sebaliknya. bioinsectisida tembakau (Nicotiana tabacum Linn) terhadap Walang Sangit (Leptocorisa

12 H. METODE PELASKSANAAN Metode yang digunakan meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut ; 1. Tahap Perencanaan Dalam tahapan perencenaan kita merencanakan a. terkait b. c. Perencanaan lokasi penelitian. Proses pengumpulan walang sangit Persiapan administrasi berupa pembuatan surat-surat ke instansi

2. Tahap Pelaksanaan a. Melakukan pengujian kandungan nikotin tembakau dan hara yang lain b. Membuat larutan bioinsectisida tembakau dengan cara daun irisan tembakau sebanyak 10-30 gam, yang ditambah 1-3 cc detergen cair dicampur dngan 1 liter air, kemudian direbus dan diendapkan selama satu malam dapat sebagai insektisida botani untuk mengendalikan walang sangit (catatan untuk pembuatan komposisi larutan sesuai dengan table 1) c. Menempatkan populasi walang sangit pada perlakuan 9 variabel (Tabel 1). d. Memberikan penyemprotan bioinsectisida tembakau, dengan variabel sebagai berikut ; Tabel 1. Variabel komposisi bioinsectisida Variabel komposisi bioinsectisida 10 gram (A1) 20 gram (A2) 30 gram (A3) 1 cc 2 cc 3 cc 1 cc 2 cc 3 cc 1 cc 2 cc 3 cc (B1) (B2) (B3) (B1) (B2) (B3) (B1) (B2) (B3)

VB VT Populasi Walang Sangit (10-20 ekor)

Kontrol

Keterangan : VT VB : Variabel tetap berupa walang sangit : Variabel bebas berupa konsentrasi tembakau dan detergen

A1 B1 : Konsentrasi bioinsectisida tembakau 10 gram dan detergen 1 cc

13 A1 B2 : Konsentrasi bioinsectisida tembakau 10 gram dan detergen 2 cc A1 B3 : Konsentrasi bioinsectisida tembakau 10 gram dan detergen 3 cc A2 B1 : Konsentrasi bioinsectisida tembakau 20 gram dan detergen 1 cc A2 B2 : Konsentrasi bioinsectisida tembakau 20 gram dan detergen 2 cc A2 B3 : Konsentrasi bioinsectisida tembakau 20 gram dan detergen 3 cc A3 B1 : Konsentrasi bioinsectisida tembakau 30 gram dan detergen 1 cc A3 B2 : Konsentrasi bioinsectisida tembakau 30 gram dan detergen 2 cc A3 B3 : Konsentrasi bioinsectisida tembakau 30 gram dan detergen 3 cc e. Melakukan penyemprotan bioinsectisida tembakau tiap hari selama 15-20 hari f. Mengamati perubahan populasi walang sangit g. Mengamati perubahan morfologi fisik walang sangit. 3. Tahap Akhir a. Melakuakan analisis varians pada hasil penelitian b. Mengkomunikasikan hasil penelitian berupa laporan hasil penelitian, publikasi misal jurnal dan media cetak. I. JADWAL KEGIATAN Jadwal kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian (PKM-P) oleh mahasiswa dilaksanakan dalam jangka waktu maksimal 3 (tiga) bulan, berikut ini rincian kegiatan tersebut : No 1 Perencanaan Mempersiapkan administrasi. Mempersiapkan peralatan dan bahan 2 Menentukan tempat pelatihan Proses Penelitian V V Jenis Kegiatan I Bulan II III

14 3 Monitoring dan Evaluasi (Monev) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap hasil penelitian 4 J. Pembuatan laporan penelitian V V

BIAYA KEGIATAN a. Bahan habis pakai No Nama Bahan 1 Tembakau 2 3 4 5 Detergen Jala/ kelambu Walang Sangit Uji kandungan nikotin dan hara yang lain Jumlah Biaya b. Sewa tempat penelitian No Jenis Sewa 1 Sewa tempat penelitian Jumlah Biaya c. Perjalanan No Biaya Perjalanan PP 1 Transportasi Jumlah Biaya d. Lain-lain: No Jenis Biaya 1 Biaya administrasi 2 3 3 Monev Pembelian alat dokumentasi publikasi dan laporan hasil penelitian Frekuensi 3 kali 1 kali pembuatan 1 kali Harga Total Rp 300.000,00 Rp 300.000,00 Rp 2.000.000,00 Rp 500.000,00 Jumlah Harga Total Rp 500.000,00 Rp 500.000,00 Harga Satuan Rp 500.000,00 Harga Total Rp 500.000,00 Rp 500.000,00 Harga Total Rp 100.000,00 Rp 50.000,00 Rp 200.000,00 Rp 50.000,00 Rp 500.000,00 Rp 900.000,00

15 Jumlah Biaya Rp 3.100.000,00

Jumlah Total Biaya Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian (PKM-P) Rp 5.000.000,00

Lampiran 1 DAFTAR PUSTAKA

16 Anonim. 2009. Tembakau. http :// www.wikipedia.co.id. Anonim. 2009. Walang Sangit. http :// www.wikipedia.co.id. Diunduh 19 Oktober 2009 Anonim. Walang Sangit (Leptocorisa Acuta Thunberg). http ://www.balittra.litbang.deptan.go.id Diunduh 19 Oktober 2009 Anonim.2009.. Walang Sangit Serang 300 Hektar Lebih Sawah di Muko. http ://www. kapanlagi.com. Diunduh 19 Oktober 2009 Novizan. 2007. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida ramah Lingkungan. Depok : PT AgroMedia Pustaka Sugiyo. 2007. Statistika untuk Penelitian. Cetakan ke 12. Bandung : CV Alfabeta Widyawati, Ervien Dian dan Limantara, Leenawaty. 2007. Tembakau Bukan Sekedar Asap Rokok. Majalah Bios Vol 1, 1 Juli 2007. Salatiga : Program Pasca Sarjana Magister Biologi Universitas Kristen Satya Rencana

16 17 Lampiran 2 BIODATA PKM BIDANG PENELITIAN a. Ketua Pelaksana 1. Nama Lengkap 2. NIM 3. Prodi/ Jurs/ Fak/ PT 4. Alamat Kos 5. Telp/HP 6. Alamat Rumah 7. Prestasi b. Anggota I, 1. Nama Lengkap 2. NIM 3. Prodi/ Jurs/ Fak/ PT 4. Alamat asal : Didi Nur Jamaludin : 4401406570 : Pendidikan Biologi/ Biologi/ FMIPA/ Unnes : Desa Sumurkidang, Kec. Bantarbolang, Kab. Pemalang : Shela Rose Azmi : 4450406018 : Biologi/ FMIPA/ Unnes : Kos Assidiqiyah, Jalan raya sekaran-patemon Gunungpati Semarang : 085624680675 : Jatibarang, Brebes : Finalis PIMNAS 2008

5. Pengalaman Organisasi : a. Ketua Rohis Jurusan Biologi (FAMILIA) tahun 2008 b. Ketua Rohis FMIPA (FMI) tahun 2009 6. Prestasi : a. Pemberdayaan Masyarakat Gunungpati melalui pelatihan pembuatan briket sekam padi, PKM Dikti 2008 b. Pemberdayaan masyarakat petani melalui pelatihan budi daya jamur merang bernilai ekonomis dengan medium sekam padi dan limbah kardus berbasis kemitraan di Desa Banjarsari, PKM LPM Unnes 2009 c. Pemberdayaan masyarakat petani melalui pelatihan budi daya jamur merang bernilai ekonomis dengan medium sekam padi dan limbah kardus berbasis kemitraan di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, Hibah Masyarakat Ilmuwan Teknolog Indonesia (MITI) 2009 b. Anggota II 1. Nama Lengkap : Fikry Noor Shofwan

17 18 2. NIM 3. Prodi/ Jurs/ Fak/ PT 4. Alamat Kos c. Anggota III 1. Nama Lengkap 2. NIM 3. Prodi/ Jurs/ Fak/ PT : Dhinar Arifantika : 4450405009 : Biologi/ Biologi/ FMIPA/ Unnes : 4401408088 : Pendidikan Biologi/ Biologi/ FMIPA/ Unnes : Kos Abu Baka Assidiq Basmala Indonesia, sekaran Gunungpati Semarang

4. Pengalaman organisasi : a. Organisasi pengamatan burung Pelatuk Bird Study Club (BSC) Biologi Unnes b. Organisasi pecinta alam (Green Comunity) Biologi Unnes d. Anggota IV, 1. Nama Lengkap 2. NIM 3. Prodi/ Jurs/ Fak/ PT 4. Pengalaman organisasi : Fajar Adi Purnomo : 4450404021 : Biologi/ Biologi/ FMIPA/ Unnes :

a. Organisasi pengamatan burung Pelatuk Bird Study Club (BSC) Biologi Unnes b. Organisasi pecinta alam (Green Comunity) Biologi Unnes 5. Prestasi Finalis PIMNAS 2009 1. DAFTAR TIM PELAKSANA No 1 2 3 4 5 Nama Shela Rose Azmi Didi Nur Jamaludin Fikry Noor Shofwan Dhinar Arifantika Fajar Adi Purnomo NIM 4450406018 4401406591 4401408088 450405009 4450404021 Program studi/ Jurs Biologi/ Biologi Pend. Biologi/ Biologi Pend. Biologi/ Biologi Biologi/ Biologi Biologi/ Biologi Paraf :

18 Lampiran 3

19

BIODATA DOSEN PENDAMPING Nama Lengkap NIP Jabatan Keahlian Alamat Kantor Alamat Asal Email : Ir. Kuntoro Budiyanto : 19560703 199002 1001 : Lektor/ IIIc : Agronomi : Kantor Jurs. Biologi FMIPA Unnes Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang : : -

Semarang, 20 Oktober 2009 Dosen Pendamping,

Ir. Kuntoro Budiyanto NIP 19560703 199002 1001