pkm-gt patch antipirai akar sidaguri

21
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PATCH ANTIPIRAI DARI AKAR SIDAGURI (Sida rhombifolia L.) BIDANG KEGIATAN: PKM GAGASAN TERTULIS ( PKM-GT ) Diusulkan oleh: NAUVAL AUDIA ANDAMDEWI NIM. 1204015293/ TA : 2012 HERANI PRATIWI NIM. 1204015192/ TA : 2012 NANDA SAVIRA NIM. 1204015291/ TA : 2012 ISTIKOMAH NIM. 1304015249/ TA : 2013 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA JAKARTA 2015

Upload: nauvalaudia

Post on 24-Sep-2015

97 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

proposal pkm-gt 2015

TRANSCRIPT

  • PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

    PATCH ANTIPIRAI DARI AKAR SIDAGURI (Sida rhombifolia L.)

    BIDANG KEGIATAN:

    PKM GAGASAN TERTULIS ( PKM-GT )

    Diusulkan oleh:

    NAUVAL AUDIA ANDAMDEWI NIM. 1204015293/ TA : 2012

    HERANI PRATIWI NIM. 1204015192/ TA : 2012

    NANDA SAVIRA NIM. 1204015291/ TA : 2012

    ISTIKOMAH NIM. 1304015249/ TA : 2013

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA

    JAKARTA

    2015

  • ii

  • iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

    RINGKASAN ................................................................................................... iv

    PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

    Latar belakang ...................................................................................... 1

    Tujuan dan manfaat ............................................................................. 2

    GAGASAN ........................................................................................................ 3

    Kondisi kekinian .................................................................................. 3

    Solusi yang pernah diterapkan ............................................................. 3

    Seberapa jauh kondisi kekinian dapat diperbaiki .................................. 3

    Pihak-pihak yang dipertimbangkan membantu mengimplementasikan

    gagasan ................................................................................................ 6

    Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan .................................. 7

    KESIMPULAN .................................................................................................. 8

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 9

    LAMPIRAN ..................................................................................................... 11

  • iv

    RINGKASAN

    Pirai merupakan salah satu penyakit dengan pravalensi yang tinggi di

    Indonesia. Pirai menjadi sebuah penyakit yang sering kali di alami oleh orang-

    orang yang berusia 30 tahun keatas, dimana menimbulkan rasa nyeri yang hebat.

    Salah satu tanaman obat asli Indonesia yang digunakan masyarakat dalam

    pengobatan penyakit pirai yaitu Sidaguri (Sida rhombifolia L.).

    Gagasan ini bertujuan untuk mengkaji potensi akar sidaguri (Sida

    rhombifolia L.) yang dapat dimanfaatkan menjadi bentuk sediaan patch

    transdermal. Sebagai salah satu upaya untuk melakukan inovasi baru untuk

    mengobati penyakit pirai dan meningkatkan pemanfaatan tanaman sidaguri yang

    banyak tumbuh di Indonesia.

    Pada penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa flavonoid dari ekstrak etanol

    80% akar Sidaguri (Sida rhombifolia L.) berpotensi menghambat aktifitas xantin

    oksidase dengan persentase penghambatan 33,42% (Laurens, 2010). Beberapa

    penelitian juga melaporkan ekstrak sidaguri menunjukkan aktivitas sebagai

    antioksidan (Dhalwal et al, 2007), antibakteri (Islam et al, 2003), antitumor dan

    anti HIV (David et al, 1995).

    Keuntungan formulasi obat dalam bentuk transdermal adalah sangat mudah

    digunakan, langsung masuk ke pembuluh darah, dapat tinggal pada tempat

    aplikasi sampai 7 hari (tergantung pada sistem), mudah dilepaskan dari kulit,

    mengurangi frekuensi pemberian dosis, menghasilkan level obat dalam plasma

    yang terkontrol, cenderung menghindari efek samping yang mungkin diperoleh

    dengan rute pemberian oral, serta menghindari metabolisme lintas pertama di hati

    (Antonius et.al., 2010; Swarbricks, 2002). Penggunaan sistem matriks memiliki

    keuntungan yaitu membentuk suatu sediaan patch yang tipis dan elegan sehingga

    nyaman untuk digunakan serta proses pembuatannya yang mudah, cepat dan

    murah.

    Oleh sebab itu, patch antipirai dari akar sidaguri (Sida rhombifolia L.)

    merupakan salah satu pengobatan penyakit pirai yang memiliki efektivitas dan

    aman karena mengandung bahan alam. Penggunaan patch tersebut diharapkan

    dapat mengurangi jumlah penderita penyakit pirai yang terjadi di Indonesia.

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Asam urat atau Gout berasal dari Bahasa Latin yaitu gutta, yang berarti

    tetesan. Menurut kepercayaan bahwa racun menetes ke dalam tulang sendi dan

    menyebabkan gout. Gout (Pirai) ialah penyakit inflamasi khusus yang diakibatkan

    oleh penimbunan asam urat di persendian atau di jaringan. Asam urat bersumber

    dari hasil metabolisme asam nukleat ( DNA, RNA) atau senyawa purin yang

    sudah tidak dapat dimanfaatkan tubuh, oleh karena itu harus dibuang (Priyanto,

    2010). Senyawa purin terdapat pada makanan yang berasal dari makhluk hidup,

    seperti jeroan, dan kacang-kacangan. Tahun 1848, Sir Alfred Garrod

    menghubungkan gout dengan hiperurisemia. Hiperurisemia adalah peningkatan

    kadar asam urat dalam darah yang melewati batas normal (Hawkins & Rahn,

    2005). Pada hiperurisemia terjadi akumulasi kristal asam urat pada persendian

    yang mengakibatkan gout (Shaefer & Pierre, 1992).

    Beberapa kelompok obat untuk terapi penyakit gout adalah anti-inflamasi

    nonsteroid, urikosurik yaitu obat yang dapat meningkatkan ekskresi asam urat dan

    urikostatik yaitu obat yang dapat menghambat pembentukan asam urat (Hawkins

    & Rahn, 2005). Terapi untuk mengatasi gout umumnya membutuhkan waktu yang

    lama dan memiliki efek samping yang tidak ringan. Seperti alopurinol, obat yang

    dewasa ini digunakan untuk pengobatan penyakit gout (Connor, 2009) memiliki

    efek samping yang merugikan, yaitu reaksi kulit (kulit menjadi kemerahan),

    reaksi alergi, gangguan saluran cerna, depresi sumsum tulang, anemia aplastik,

    trombositopenia, agranulositosis dan retinopati (Ganiswarna, 1995). Walaupun

    alopurinol merupakan pengobatan jalur utama untuk gout, tetapi efek samping

    yang ditimbulkan sangat berbahaya apalagi untuk pemakaian dalam jangka waktu

    lama. Oleh karena itu diperlukan obat hipourisemik yang memiliki efektivitas dan

    keamanan yang lebih tinggi dengan efek samping yang rendah.

    Daun Sidaguri (Sida rhombifolia L.) mengandung alkaloid, kalsium oksalat,

    tanin, saponin, fenol, asam amino, dan minyak asiri. Batang Sidaguri (Sida

    rhombifolia L.) mengandung kalsium oksalat dan tanin. Sementara bagian akar

    mengandung alkaloid, steroid, dan ephedrine (Djauhariya, 2004). Bagian akar

    juga mengandung flavonoid dan polifenol (Anonim, 2001).

    Pada penelitian (Laurens, 2010) didapatkan kesimpulan bahwa flavonoid

    dari ekstrak etanol 80% akar Sidaguri (Sida rhombifolia L.) berpotensi

    menghambat aktifitas xantin oksidase dengan persentase penghambatan 33,42%

    (Laurens, 2010). Khasiat antihiperurisemia yang dimiliki sidaguri ini diharapkan

    menjadi obat alternatif untuk menurunkan kadar asam urat dalam tubuh.

  • 2

    Kandungan steroid pada akar berkhasiat antiradang dan menghilangkan

    rasa nyeri pada rematik gout akut yang timbul akibat adanya fluktuasi kadar asam

    urat darah. Kandungan polifenol dan flavonoid pada akar bersifat diuretik,

    sehingga asam urat akan luruh dan terbuang bersama urin melalui proses diuresis.

    Flavonoid yang terkandung juga memiliki efek inhibitor xantin oksidase sehingga

    dapat mengurangi produksi asam urat yang berlebih (Yettrie B.C, 2012). Enzim

    xantin oksidase mengubah hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam

    urat. Dengan demikian produksi asam urat berkurang dan produksi xantin maupun

    hipoxanthin meningkat.

    Formulasi sediaan obat bahan alam sekarang ini sangat beragam, mulai dari

    bentuk yang sederhana yaitu tablet, kapsul, emulsi, suspensi, krim, gel, dan

    suppositoria sampai sistem penghantaran obat yang rumit seperti patch

    transdermal dan pompa intravena. Saat ini, sediaan yang banyak dikembangkan

    adalah sediaan transdermal. Keuntungan formulasi obat dalam bentuk transdermal

    adalah sangat mudah digunakan, langsung masuk ke pembuluh darah, dapat

    tinggal pada tempat aplikasi sampai 7 hari (tergantung pada sistem), mudah

    dilepaskan dari kulit, mengurangi frekuensi pemberian dosis, menghasilkan level

    obat dalam plasma yang terkontrol, cenderung menghindari efek samping yang

    mungkin diperoleh dengan rute pemberian oral, serta menghindari metabolisme

    lintas pertama di hati (Antonius et.al., 2010; Swarbricks, 2002). Ditinjau dari

    keuntungan ini, sediaan patch transdermal merupakan bentuk penghantaran obat

    bahan alam yang menjanjikan.

    Tujuan dan Manfaat

    Tujuan dari penulisan gagasan tertulis ini sebagai salah satu

    bentuk kajian akan pentingnya potensi akar sidaguri (Sida rhombifolia L.) yang

    dapat dimanfaatkan sebagai bentuk sediaan transdermal. Salah satu upaya untuk

    melakukan inovasi baru pada pengobatan penyakit antipirai dan memaksimalkan

    pemanfaatan tanaman sidaguri yang banyak tumbuh di Indonesia. Selain itu

    hasil dari pengembangan inovasi ini akan menguntungkan banyak pihak, tidak

    hanya instansi kesehatan, industri farmasi tetapi juga masyarakat yang akan

    merasakan manfaatnya secara langsung.

  • 3

    GAGASAN

    Kondisi kekinian

    Saat ini penyakit pirai atau penyakit asam urat lebih dikenal oleh

    masyarakat luas. Penyakit pirai terbagi menjadi dua yaitu pirai primer dan pirai

    sekunder. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah pirai primer.

    Pirai primer merupakan akibat dari hiperurisemia primer, hiperurisemia primer

    terjadi karena penurunan ekskresi (80-90%) dan produksi yang berlebih (10-20%).

    Sehingga dengan adanya pemanfaatan akar sidaguri ini sebagai antipirai

    dapat mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia sebagai obat dan dapat

    meningkatkan produksi bahan alami sebagai obat. Umumnya yang terserang asam

    urat adalah para pria, sedangkan pada perempuan persentasenya kecil dan baru

    muncul setelah menopause. Kadar asam urat kaum pria cenderung meningkat

    sejalan dengan peningkatan usia.

    Solusi yang pernah diterapkan

    Beberapa solusi yang pernah ditawarkan atau diterapkan dalam pengobatan

    asam urat atau pirai adalah dengan menggunakan 5 jenis obat kimia, pertama

    yaitu dengan obat anti-inflamasi non-steroid yang berfungsi untuk mengatasi nyeri

    sendi akibat peradangan contoh : ibuprofen, allupuinol, yang kedua dari jenis obat

    kortikosteroid berfungsi sebagai anti-radang contohnya deksametason, yang

    ketiga dari jenis obat pengubah perjalanan penyakit atritis reumatoid, yang

    keempat dengan obat imunosupresif berfungsi untuk menekan reaksi imun dan

    jenis obat yang terakhir dengan suplemen anti-oksidan. Tetapi, penggunaan obat

    kimia dapat menimbulkan efek samping. Sehingga diperlukan pemanfaatan

    tanaman obat yang tidak menimbulkan efek samping dan efisien (Radar

    Sumedang, 2012).

    Pada saat ini, ada beberapa tanaman obat yang dapat mengatasi asam urat

    diantaranya yaitu mahkota dewa, sambiloto, temulawak dan daun salam. Namun,

    sudah menjadi hal umum bahwa tanaman obat berkhasiat sebagai terapi atau

    pengobatan pada pasien penderita asam urat. Penggunaan tanaman obat sebagai

    sediaan patch merupakan hal yang inovatif dan masih banyak masyarakat luas

    belum mengetahuinya

    Seberapa jauh kondisi kekinian dapat diperbaiki (Solusi Kekinian

    Pengobataan Penyakit Pirai)

    Penggunaan tanaman herbal dalam pengobatan penyakit pirai merupakan

    pilihan pengobatan yang lebih aman bagi kesehatan dan tidak menimbulkan efek

    samping. Pemakaian obat kimia yang sangat efektif sebagai antipirai tetap

    dihindari pemakaiannya karena menimbulkan efek samping dari ringan sampai

    berat.

  • 4

    Salah satu tumbuhan yang secara empirik digunakan sebagai obat bahan

    alam oleh masyarakat sebagai antipirai adalah tanaman Sidaguri (Sida rhombifolia

    L.) terutama pada bagian akar. Jenis sediaan patch transdermal yang digunakan

    yaitu tipe matriks karena membentuk suatu sediaan patch yang tipis dan elegan

    sehingga nyaman dalam penggunaan serta proses pembuatannya yang mudah,

    cepat dan murah. Pada tipe matriks ini senyawa aktif akan terdispersi homogen

    dalam matriks polimer yang dapat bersifat hidrofob atau lipofil. Lapisan terluar

    dari formulasi tipe matriks dilindungi oleh lapisan penyangga (Backing layer).

    Sistem penghantaran ini akan membuat sediaan patch tertahan pada kulit dengan

    garis polimer adhesif. Formulasi matriks dapat disiapkan dengan mendispersikan

    senyawa aktif pada polimer adhesif yang sensitif terhadap adanya tekanan

    langsung dan terlindungi oleh lapisan penyangga yang bersifat impermeable.

    Formulasi tipe matriks akan melepaskan senyawa aktif dari matriks semi-solid

    tidak dikontrol oleh lapisan membran apapun, pelepasan pada sistem ini

    tergantung pada luas area permukaan patch yang diaplikasikan pada kulit

    (Delgado & Guy, 2001; Williams, 2003). Komponen utama dari sistem matriks

    yaitu bahan adhesif dan backing.

    Gambar 1. Tipe matriks dari sediaan patch transdermal

    Akar sidaguri (Sida rhombifolia L.) diolah dalam bentuk ekstrak terlebih

    dahulu dengan metode sokhletasi menggunakan pelarut ethanol 95% dan

    dipekatkan konsentrasinya menggunakan alat vacum rotary evaporator (Logeswari

    et.al., 2013). Setelah itu, ekstrak akar sidaguri (Sida rhombifolia L.) yang

    didapatkan dibuat dalam bentuk sediaan patch transdermal.

    Keuntungan formulasi obat dalam bentuk transdermal adalah sangat mudah

    digunakan, langsung masuk ke pembuluh darah, dapat tinggal pada tempat

    aplikasi sampai 7 hari (tergantung pada sistem), mudah dilepaskan dari kulit,

    mengurangi frekuensi pemberian dosis, menghasilkan level obat dalam plasma

    yang terkontrol, cenderung menghindari efek samping yang mungkin diperoleh

    dengan rute pemberian oral, serta menghindari metabolisme lintas pertama di hati

    (Antonius et.al., 2010; Swarbricks, 2002). Pada umumnya formulasi sediaan patch

    transdermal tipe matriks terdiri dari :

  • 5

    a. Senyawa aktif

    Senyawa aktif merupakan faktor penting bagaimana sediaan transdermal

    diformulasikan dengan pertimbangan karakteristik fisika kimianya. Senyawa aktif

    harus memiliki bobot molekul yang rendah (

  • 6

    Pihak-pihak yang dipertimbangkan membantu mengimplementasikan

    gagasan

    Dalam mengimplementasikan gagasan ini tentunya dibutuhkan banyak

    dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang nantinya akan memegang

    peranannya masing-masing. Pihak-pihak yang diharapkan dapat membantu

    mengimplementasikan gagasan ini adalah :

    a. Balitro (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik)

    Balitro berperan dalam pengadaan akar sidaguri (Sida rhombifolia L.) yang

    mengandung senyawa aktif murni. Bahan alam ini nantinya akan kami jadikan

    sebagai zat berkhasiat dalam pembuatan patch. Selanjutnya, bahan alam tersebut

    dilakukan proses lebih lanjut. Selain itu tanaman sidaguri (Sida rhombifolia L.)

    pun harus dilakukan budidaya tanaman agar tidak punah.

    b. Universitas dan Dosen

    Universitas berperan dalam kegiatan ini adalah sebagai pemberi izin,

    pengadaan alat-alat yang akan kami gunakan selama pembuatan patch dan

    mengawasi jalannya kegiatan yang kami lakukan. Dosen berperan sebagai

    pembimbing dan pendamping dengan memberikan kritik dan saran yg mendukung

    selama proses kegiatan berlangsung demi tercapainya tujuan kegiatan.

    c. Industri Farmasi

    Industri farmasi berperan sebagai wadah untuk pengadaan bahan kimia

    sebagai eksipien dalam sediaan patch. Apabila pembuatan ini berhasil, industri

    farmasi nantinya dapat berperan dalam proses produksi secara besarbesaran agar

    bisa digunakan oleh masyarakat luas.

    d. Pemerintah (Badan Pengawasan Obat dan Makanan)

    Pemerintah (BPOM) berperan dalam mendukung, mempercayai dan

    mengawasi adanya produk baru yang akan kami buat yaitu patch bahan alam dari

    akar sidaguri (Sida rhombifolia L.) yang khasiatnya lebih efektif dan aman

    sebagai antipirai.

    e. Masyarakat dan Instansi Kesehatan

    Masyarakat merupakan salah satu komponen sangat penting yang nantinya

    akan menerapkan produk pada lingkungan pasar global untuk mengobati penyakit

    pirai secara mudah, efektif dan efisien. Sediaan patch dari akar sidaguri (Sida

    rhombifolia L.) dapat dimanfaatkan sebagai obat asam urat/antipirai terbaru dan

    terkini. Instansi Kesehatan berperan dalam memasarkan produk patch bahan alam

    dari akar sidaguri ini sebagai obat antipirai ter-up to date disetiap instalasi farmasi

    atau apotek agar lebih mudah masyarakat mendapatkan patch antipirai ini.

  • 7

    Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan

    Langkah langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan patch antipirai

    dari akar sidaguri adalah : langkah pertama yaitu mendapatkan akar sidaguri (Sida

    rhombifolia L.) yang memiliki kandungan senyawa aktif yang murni sebagai zat

    berkhasiat dalam pembuatan patch dengan melibatkan Balitro (Balai Penelitian

    Tanaman Obat dan Aromatik). Selain itu, melakukan budidaya tanaman sidaguri

    agar tidak punah dan langka. Langkah kedua yaitu meminta izin untuk

    menggunakan alat-alat, laboratorium, melakukan bimbingan dan studi penelitian

    dengan melibatkan pihak terkait yaitu Universitas dan Dosen. Selain itu, kami

    melakukan desain patch akar sidaguri (Sida rhombifolia L.) agar memberikan efek

    sebagai antipirai.

    Langkah ketiga adalah mendapatkan bahan tambahan sebagai kelengkapan

    komposisi pembuatan patch dengan melibatkan pihak terkait yaitu industri

    farmasi. Industri farmasi ikut andil berperan dalam pelaksanaan kegiatan ini.

    Dalam pembuatan patch dibuat semenarik mungkin agar konsumen/masyarakat

    tidak hanya medapatkan khasiat melainkan juga kenyamanan dalam

    pemakaiannya. Selanjutnya, melakukan evaluasi dari sediaan patch dengan syarat

    yang terstandar dan uji aktivitas dari patch akar sidaguri yang memberikan efek

    antipirai. Jika patch tersebut memenuhi syarat secara farmasetika dan terbukti

    memberikan efek antipirai, langkah selanjutnya yaitu mendapatkan dukungan,

    kepercayaan, dan pengawasan dari pemerintah atau Badan Pengawasan Obat dan

    Makanan. Pemerintah (BPOM) berperan mengawasi setiap proses pembuatan

    patch antipirai dari akar sidaguri (Sida rhombifolia L.) yang nantinya akan

    mensukseskan produk dipasar global serta dapat diterima dimasyarakat luas.

    Langkah kelima yaitu pengenalan luas tentang patch antipirai dari akar

    sidaguri (Sida rhombifolia L). Selain itu, mensosialisasikan produk tersebut

    kepada seluruh instansi kesehatan baik negeri maupun swasta, apotek dan instalasi

    farmasi Rumah Sakit tentang manfaat dan cara pemakaian patch secara langsung

    sehingga konsumen dapat mengetahui secara tepat dan jelas dalam penggunaan

    patch tersebut sehingga manfaat dari produk ini dapat tercapai. Selain itu juga

    bekerja sama dengan industri farmasi berbasis herbal untuk bisa di produksi

    secara besar-besaran sehingga masyarakat luas dapat dengan mudah

    mendapatkannya.

  • 8

    KESIMPULAN

    Inti gagasan

    Patch antipirai dari akar sidaguri (Sida rhombifolia L.) merupakan suatu

    inovasi dalam pengobatan penyakit pirai dengan bahan aktif berbasis herbal.

    Dimana memiliki banyak khasiat dalam pengobatan pirai.

    Teknik implementasi gagasan

    Metode yang digunakan dalam pembuatan ekstrak akar sidaguri (Sida

    rhombifolia L.) yaitu dengan cara sokhletasi dengan pelarut ethanol 95% dan

    dipekatkan konsentrasinya menggunakan vacum rotary evaporator. Pada patch

    tipe matriks ini senyawa aktif akan terdispersi homogen dalam matriks polimer

    yang dapat bersifat hidrofob atau lipofil. Lapisan terluar dari formulasi tipe

    matriks dilindungi oleh lapisan penyangga (Backing layer). Sistem penghantaran

    ini akan membuat sediaan patch tertahan pada kulit dengan garis polimer adhesif.

    Formulasi matriks dapat disiapkan dengan mendispersikan senyawa aktif pada

    polimer adesif yang sensitif terhadap adanya tekanan langsung dan terlindungi

    oleh lapisan penyangga yang bersifat impermeabel.

    Prediksi Hasil yang akan Diperoleh

    Patch antipirai dari akar sidaguri (Sida rhombifolia L.) dapat bermanfaat

    bagi masyarakat luas dan mengembangkan potensi dari tanaman obat asli

    Indonesia. Patch tersebut memiliki banyak khasiat dalam pengobatan penyakit

    pirai yaitu :

    a. Menurunkan kadar asam urat dalam darah karena memiliki aktivitas

    mengihibisi enzim xantin oxidase dan meluruhkan asam urat melalui proses

    diuresis.

    b. Meringankan rasa nyeri.

    c. Menghilangkan inflamasi pada persendiaan.

  • 9

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 2. Jakarta :

    Departement Kesehatan & Kesejahteraan Sosial RI Badan Penelitian dan

    Pengembangan Kesehatan.

    Antonius, Lukman, M., Natania, E. & Mariaty, S. 2010. Testing and

    Transdermals Formulation of Leaf Extract Pterocarpus indicus the Shade

    Street to Lower Blood Sugar Rate. International Conference on Medicinal

    Plants, Vol. II.

    Delgado-Charro, M.B. & Guy, R.H., 2001. Transdermal Drug Delivery, In: Drug

    Delivery and Targeting for Pharmacists and Pharmaceutical Scientists.

    A.M. Hillery, A.W. Lloyd, J. Swarbrick (Ed.), 189-214, Taylor&Francis,

    ISBN 0-4152-7198-3, London, UK

    Bharadwaj, Snigdha., dkk, 2011, Recent Advancement In Transdermal Drug

    Delivery System(online), http://ijbtr.com/journal/June_2011_Volume-

    1_Issue-1-articleNo-6.pdf, (Diakses 6 Februari 2015 pukul 20:15 WIB)

    Connor, Mark. 2009. Allupurinol for Pain Relief : More Than Just Crystal

    Clearance?. British Journal for Pharmacology.

    Dever Volland. 2012. Mengatasi Rematik dan Asam Urat secara Medis dan

    Tanaman Obat. RADAR SUMEDANG. 25 Juni 2012.

    Djauhariya, E. dan Hernani. 2004. Tanaman Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya.

    Jakarta.

    Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : bagian

    Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    Guy, R.H. 1996. Current Status and Future Prospects of Transdermal Drug

    Delivery. Pharmaceutical Research, Vol.13, No.12, (Aug 1996), pp. 1765-

    1769 ISSN 0724-8741

    Hawkins, D. W, & Rahn, D.W. 2005. Gout and hyperuricemia: pharmacotherapy

    a pathophysiological approach. Mc Graw-Hill.

    Islam, M.E., Haque, M.E., Mosaddik, M.A. 2003. Cytotoxicity and antibacterial

    activity of Sida rhombifolia (Malvaceae) grown in Bangladesh.

    Phytotherapy Research, 17(8),.

    Laurens, Deddy Rifandi. 2010. Skrining dan Identifikasi Aktifitas Penghambatan

    Enzim Xantin Oksidase oleh Beberapa Tanaman Obat di Indonesia yang

    Berkhasiat sebagai Anti Hiperurisemia. Depok : FMIPA UI

    Lin, S.Y.; Lee, C.J. & Lin, Y.Y. 1991. The Effect of Plasticizers on Compatibility,

    Mechanical Properties and Adhesion Strength of Drug Free Eudragit E

    Films. Pharmaceutical Research, Vol.8, No.9, (September 1991), pp. 1137-

    1143, ISSN 0724-8741

    Logeswari., dkk. 2013. IN-VIVO ANTI-INFLAMMATORY EFFECT OF

    AQUEOUS AND ETHANOLIC EXTRACT OF SIDA RHOMBIFOLIA L.

    ROOT . IJPSR, Vol. 4(1): 316-321, ISSN: 0975-8232

  • 10

    Nicoli, S.; Penna, E.; Padula, C.; Colombo, P. & Santi, P. 2006. New Bioadhesive

    Transdermal Film Containing Oxybutynin: In Vitro Permeation Across

    Rabbit Ear Skin. International Journal of Pharmaceutics, Vol.325, No.1-2,

    (November 2006), pp.2- 7, ISSN 0378-5173

    Priyanto. 2010. Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi dan

    Keperawatan. Jakarta : LESKONFI.

    Swarbrick, J., dan J. C. Boylan. 2002. Encyclopedia of Pharmaceutical

    Technology Second Edition Volume 3. Marcel Dekker, Inc: New York.

    Shaefer, M.S., & Pierre, A.M. 1992. Clinical pharmacy an theraupetics. (5

    edition). Maryland: William & Wilkins.

    Williams, A., 2003. Transdermal and Topical Drug Delivery: From Theory to

    Clinical Practice. Pharmaceutical Press, 169-194, ISBN 0-85369-489-3,

    London, UK.

    Yettrie, B.C., Simarmata, Awaluddin Saragih dan Saiful Bahri. 2012. Efek

    Hipourikemia Ekstrak Daun Sidaguri (Sida Rhombifolia L) Pada Mencit

    Jantan. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (1): 21-

    28.

  • 11

  • 12

  • 13

  • 14

  • 15

  • 16

    Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Penyusun Dan Pembagian Tugas

    No

    . Nama / NIM

    Program

    Studi

    Bidang

    Ilmu

    Alokasi

    Waktu Uraian Tugas

    1. Nauval Audia

    Andamdewi /

    1204015293

    Farmasi Kesehatan 10

    jam/2

    minggu

    a. Bertanggungjawab

    dalam membuat

    outline dan

    pengembangan ide

    PKM GT

    b. Pengeditan dan

    penyesuaian

    proposal dengan

    format PKM GT

    2. Herani Pratiwi

    / 1204015192

    Farmasi Kesehatan 10

    jam/2

    minggu

    a. Bertanggungjawab

    dalam

    berkordinasi

    dengan dosen

    pembimbing

    b. Bertanggungjawab

    dalam packaging

    ide (hardcopy dan

    softcopy)

    3. Nanda Savira /

    1204015291

    Farmasi Kesehatan 10

    jam/2

    minggu

    a. Bertanggungjawab

    terhadap

    pembuatan desain

    patch akar sidaguri

    4. Istikomah /

    1304015249

    Farmasi Kesehatan 10

    jam/2

    minggu

    a. Bertanggungjawab

    dalam

    mengumpulkan

    referensi yang

    terkait