piper in

Upload: nunik-utari-nurwulandari

Post on 09-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1.Prinsip Percobaan1. Bedasarkan perbedaan suhu dalam mengisolasi piperin dari ekstrak lada putih.2. Berdasarkan teknik ekstraksi refluks dalam mengekstraksi biji lada putih.3. Berdasarkan terbentuknya kristal piperin dalam mengisolasi piperin dari ekstrak lada putih.4. Berdasarkan reaksi kristalisasi yang terbentuk antara piperin dengan KOH-alkoholis.5. Pengujian kemurnian piperin berdasarkan uji titik lebur dan profil KLT.6. Identifikasi isolat piperin berdasarkan metode spektrofotometri UV-Visible.1.2.Tujuan Percobaan1. Untuk mengetahui adanya pengaruh suhu dalam pembentukan kristal piperin yang diisolasi dari lada putih (Piperis Albi Fructus).2. Untuk mengetahui cara ekstraksi, isolasi dan identifikasi kristal piperin.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1.Lada PutihLada, sudah dikenal sebagai penyedap makanan,mengatasi baud an rasa makanan yang beraroma tak sedap, serta pengawet daging (Septiatin, 2008). Ada dua macam lada yang menjadi komoditi perdagangan yaitu lada hitam dan lada putih. Lada hitam diperoleh dengan memetik buah yang masih hijau, mengupasnya, difermentasi untuk menambah rasa lada, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, dan rasanya lebih pedas. Sedangkan lada putih diperoleh dengan memetik biji masak merah,diremas perlahan-lahan dan direndam dalam air, kulit dan daging buah dibuang sebelum dikeringkan di sinar matahari (Septiatin, 2008). Lada mengandung minyak atsiri, pinena, kariofilena, lionena, filandrena alkaloid piperina, kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak. Rasa pedas disebabkan oleh resin yang disebut kavisin. Kandungan piperine dapat merangsang cairan lambung dan air ludah. Selain itu lada bersifat pedas, menghangatkan dan melancarkan peredaran darah (Septiatin, 2008).Ladaataumericaadalahrempah-rempahberwujud bijian yang dihasilkan tanaman Piper nigrum L. Lada sangat penting dalam komponen masakan dunia dan dikenal luas sebagai komoditi perdagangan penting didunia.Piperin merupakan suatu senyawa yang sangat bermanfaat dalam kesehatan, misalnya piperin berkhasiat sebagai karminativa, bumbu masak, hepatoprotektor, imunomodulator, obat cacing, anti asma, anti nyeri. Piperin banyak ditemukan pada simplisia yang termasuk dalam keluarga Piperaceae, yaitu pada Piperis Nigri Fructus, Piperis Albi Fructus, Piperis Retrofracti Fructus, dan sebagainya. Tanaman yang termasuk dalam keluarga Piperaceae sangat banyak ditemukan hampir seluruh dataran rendah di Indonesia, karena tanaman ini tidak tahan dengan genangan air. Piperis nigri sangatlah mudah ditemukan di seluruh daerah di Indonesia dengan harga yang relatif murah. Pada umumnya kandungan piperin dalam Piperis nigri sebanyak 1,7- 7,4%.

1.2.Klasifikasi Botani1.2.1.Sistematika TanamanNama tanaman : Lada ; Merica; Pedes; Black/White PepperNama latin : Piper nigrum L.Suku :Piperaceae Sinonim : Piper globrispicum DC.Kingdom : Plantae (Tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotilSub Kelas : MagnoliidaeOrdo : PiperalesFamili : Piperaceae (suku sirih-sirihan)Genus : PiperSpesies : Piper nigrum L.2.1.2.Kandungan Lada mengandung minyak atsiri, pinena, kariofilena, lionena, filandrena alkaloid piperina, kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak. Rasa pedas disebabkan oleh resin yang disebut kavisin. Kandungan piperine dapat merangsang cairan lambung dan air ludah. Selain itu lada bersifat pedas, menghangatkan dan melancarkan peredaran darah (Septiatin,2008).2.1.3.KhasiatKhasiat dari buah lada yaitu dapat mengobati kaki bengkak pada ibu hamil, kolera, nyeri haid, rematik, salesma, air mani yang encer, dan impoten (Septiatin, 2008).2.2.EkstraksiEkstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat.Ekstraksi padat cair secara umumnya terdiri dari maserasi, refluktasi, sokhletasi, dan perkolasi. Metoda yang digunakan tergantung dengan jenis senyawa yang kita gunakan. Jika senyawa yang kita ingin sari rentan terhadap pemanasan maka metoda maserasi dan perkolasi yang kita pilih, jika tahan terhadap pemanasan maka metoda refluktasi dan sokletasi yang digunakan (Safrizal,2010). Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Refluks adalah teknik yang melibatkan kondensasi uap dan kembali kondensat ini ke sistem dari mana ia berasal. Hal ini digunakan dalam industri dan laboratorium distilasi. Hal ini juga digunakan dalam kimia untuk memasok energi untuk reaksi-reaksi selama jangka waktu yang panjang. Campuran reaksi cair ditempatkan dalam sebuah wadah terbuka hanya di bagian atas. Kapal ini terhubung ke kondensor Liebig, seperti bahwa setiap uap yang dilepaskan kembali ke didinginkan cair, dan jatuh kembali ke dalam bejana reaksi. Kapal kemudian dipanaskan keras untuk kursus reaksi. Alat refluks dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Alat refluksPrinsip kerja pada metode refluks yaitu penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan Kelebihan dari metode refluks adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar, dan tahan pemanasan langsung. Kekurangan dari metode refluks adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar,dan Sejumlah manipulasi dari operator 2.4.PemurnianKristalisasi Langsung merupakan prosedur paling sederhana, tetapi jarang memberikan hasil yang memuaskan untuk pemisahan alkaloid murni, kecuali apabila satu alkaloid yang terdapat dalam bahan tidak larut. Beberapa kombinasi pelarut yang sering digunakan untuk kristalisasi alkaloid meliputi metanol, etanol berair, metanol-kloroform, metanol-eter, metanol-aseton, dan etanol-aseton(Sastrohamodjojo, 1996).2.3.Identifikasi Isolat PiperinPreparasi perangkat KLTyang digunakan:Fase diam: silika gelFase gerak: toluen-etil asetatBlangko/ pembanding: piperin standar.KLT dapat digunakan untuk memisahkan berbagai senyawa seperti ion anorganik, kompleks senyawa senyawa organik dengan anorganik, dan senyawa senyawa organik baik yang terdapat di alam dan senyawa senyawa organik sintetik. Kelebihan penggunaan kromatografi lapis tipis dibandingkan dengan kromatografi kertas ialah karena dapat dihasilkannya pemisahan yang lebih sempurna, kepekaan yang lebih tinggi, dan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat. Banyak pemisahan yang memakan waktu berjam-jam bila dikerjakan dengan kromatografi kertas, tetapi dapat dilaksanakan hanya beberapa menit saja bila dikerjakan dengan KLT. Empat macam adsorben yang umum dipakai ialah silika gel, alumina, kieselguhr, dan selulosa. Sampel yang merupakan campuran senyawa yang akan dipisahkan, dilarutkan dalam zat pelarut yang mudah menguap, misalnya kloroform atau zat pelarut lain yang serupa, yang mempunyai titik didih antara 50-100 C. Tetesan sampel harus di usahakan sekecil mungkin dengan meneteskan berulang kali, dengan di biarkan mengering sebelum tetesan berikutnya dikerjakan. Pemilihan sistem pelarut yang dipakai didasarkan atas prinsip like dissolves like, yakni untuk memisahkan sampel yang bersifat non polar digunakan sistem pelarut yang bersifat non polar juga. Penggunaan sinar ultraviolet dapat memberikan fluoresensi pada plat yang mengandung unsur fosfor (Adnan, 1997).

BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN3.1.Alat dan BahanAlat yang digunakan, yaitu :1. Erlenmeyer.2. Kaca Arloji.3. Pembakar Spiritus.4. Kaki Tiga.5. Pipet Tetes.6. Batang Pengaduk.7. Kawat Kasa.8. Kertas Saring.9. Corong.10. Beaker Glass.11. Cawan Penguap.12. Vial.13. Penangas Air.14. Pendingin Freezer.15. Kapas.16. Pelat KLT17. Chamber18. Alat Uji Titik Lebur.19. Spektrofotometer UV-Visible.Bahan yang digunakan, yaitu :1. Lada Putih.2. Metanol.3. KOH alkoholis 10%.4. Etanol5. Toluen6. Etil Asetat.3.2.Prosedur Percobaan3.2.1.Ekstraksi Serbuk Lada Putih1. Ditimbang 20 g serbuk buah lada hitam, dimasukkan kedalam Erlenmeyer.2. Ditambahkan metanol 100mL.3. Dilakukan penyarian/ekstraksi dengan cara refluks sederhana selama 1-2 jam, dinginkan dan saring hasil ekstraksi dari bagian yang tidak larut dengan penyaringan menggunakan kertas saring. 4. Filtrat ditempatkan di cawan penguap dan diuapkan diatas penangas air sampai terbentuk ekstrak kental.3.2.2.Isolasi piperin dengan metode rekristalisasi1. Ekstrak kental ditambahkan 10 ml KOH-etanolik 10 % pada sambil diaduk aduk hingga timbul endapan. 2. Endapan kemudian dipisahkan dari bagian yang tak larut melalui glasswool. 3. Filtrat yang didapat didiamkan di suhu kamar selama satu malam sampai terbentuk kristal.4. Kristal disaring kemudian filtrat dibagi menjadi dua bagian.5. Bagian pertama didiamkan pada suhu kamar hingga terbentuk kristal dan bagian kedua didiamkan dalam lemari pendingin sampai terbentuk kristal.6. Bandingkan Kristal yang terbentuk pada suhu kamar dan suhu dingin.3.3.3.Identifikasi kristal dengan metode KLT1. Kristal yang terbentuk pada kondisi suhu kamar dan suhu dingin dipisahkan dari pelarutnya.2. Kristal dari dua bagian tersebut dilarutkan dalam etanol kemudian ditotolkan pada pelat KLT bersama dengan pembanding piperin. Kemudian dikembangkan dalam chamber menggunakan pengembang toluene:etilasetat ()3. Diamati hasil spot yang tampak pada UV 254nm dan 366nm, kemudian dihitung Rf nya.3.3.4.Identifikasi kristal piperin dengan metode Spektrofotometri UV-Visible dan Kemurnian dengan Uji Titik Lebur1. Kristal yang terbentuk pada suhu kamar dan dingin, diuji titik lelehnya menggunakan alat uji titik leleh. Kemudian dicatat suhu dimana kristal mulai meleleh sampai meleleh seluruhnya.2. Kristal kemudian dilarutkan dalam etanol pro analisis kemudian diletakkan dalam kuvet dan dimasukkan ke dalam alat Spektrofotometer UV-Visible.3. Identifikasi hasil spektrum yang terbentuk.

BAB IVHASIL

1. Kristal yang terbentuk : Suhu kamar : 0,0436 gram Suhu dingin : 0,1866 gram2. Profil KLT Suhu kamarTinggi spot: 2,7cmTinggi lajur eluen:5,5cmRf: 0,49 Suhu dinginTinggi spot: 2,8cmTinggi lajur eluen:5,5cmRf: 0,5 PembandingTinggi spot: 2,,7cmTinggi lajur eluen:5,5cmRf: 0,493. Titik Lebur Kristal Piperin Suhu kamar: 128-130oC Suhu dingin: 128-130oC

4. Spektrum UV-VisiblePiperin standar

NoWavelength nm.Abs

1342.40.869

2309.60.527

3271.80.233

42600.26

5255.20.262

6243.40.258

Suhu Dingin

NoWavelength nm.Abs

1343.61.666

2310.21.039

3259.80.625

4243.20.614

5225.20.549

Suhu Kamar

NoWavelength nm.Abs

1342.61.964

2309.21.178

3260.80.658

4254.30.659

5244.20.647

BAB VPEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan untuk mengisolasi piperin dari lada putih. Pada percobaan ini, lada putih yang telah halus direfluks dengan menggunakan metanol sebagai pelarut. Ekstraksi merupakan proses penarikan, pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Bahan tanaman, terutama biji dan daun, sering banyak mengandung lemak, lilin yang sangat non polar. Karena senyawa tersebut sering menimbulkan persoalan terbentuk emulsi, maka dipisahkan dengan cara ekstraksi panas. Ekstraksi padat cair, dilakukan karena bahan yang dikehendaki dapat larut dalam solven pengekstraksi.Penggunaan lada putih yang kering dan halus bertujuan untuk memperluas bidang permukaan yang mengakibatkan terjadinya banyak tumbukan antara etanol dengan lada, sehingga mempercepat proses palarutan dan pemisahan piperin dari lada. Penggunaan metanol sebagai pelarut karena metanol dan piperin memilki tingkat kepolaran yang berdekatan sehingga piperin mudah tertarik. Selain itu, metanol juga bersifat volatil (mudah menguap) sehingga mempermudah pemekatan ekstrak lada putih yang mengandung piperin. Teknik ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi panas dengan refluks Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan memanaskan pelarut dan sampel bersama-sama, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada pendingin menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu penyarian, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.Ekstrak yang pekat tadi ditambahkan dengan larutan KOH dalam etanol dan diperoleh larutan berwarna cokelat kehijau-hijauan. Penambahan larutan KOH dalam etanol bertujuan untuk memperoleh piperin dari ekstrak pekat tersebut, dimana di dalam ekstrak tersebut terdapat komponen lain ketika ditambahkan KOH-etanol yang menyebabkan piperin yang ada dalam ekstrak tersebut bereaksi menjadi garam asam piperat dan dengan penambahan KOH-etanol dapat mengeliminasi senyawa lainnya, karena dalam ekstak tersebut masih ada zat pengotor. Masih terdapatnya zat pengotor ini disebabkan senyawa piperin, merupakan senyawa alkaloid golongan amida yang dapat mengalami reaksi hidrolisis baik dalam suasana asam maupun basa. Jadi penambahan larutan KOH-etanol ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa piperin dalam bentuk garamnya, karena berdasarkan literature dinyatakan bahwa senyawa golongan alkaloid sering kali diisolasi dalam bentuk garamnya yaitu garam asam piperat.Lalu filtrate yang ada disaring. Proses penyaringan bertujuan agar filtrate dapat terpisah dari zat-zat pengotornya. Kemudian filtrate didiamkan selama sehari disaring dan dipisahkan menjadi dua bagian, kemudian didiamkan di suhu kamar dan suhu dingin. Tujuan pendinginan yaitu untuk mempercepat terbentuknya Kristal. Kristal yang terbentuk kemudian disaring untuk memisahkan kristal dari pelarutnya. Kristal yang diperoleh berwarna kuning. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kristal piperin berwarna kuning. Selanjutnya untuk menguji kemurnian Kristal yang diperoleh dilakukan uji titik leleh dan diamati suhu mulai dari saat kristal pertama meleleh sampai seluruhnya meleleh. Titik leleh yang diperoleh adalah 128-130 pada kristal hasil suhu kamar dan 128-130 pada kristal hasil suhu dingin. Hal ini hampir mendekati titik leleh piperin secara teori yaitu130.Untuk menguji kemurnian piperin yang lain adalah dengan kromatografi lapis tipis dengan membandingkan Rf isolat piperin dengan Rf piperin standar. Fase gerak yang digunakan toluen:etil asetat dijenuhkan dalam chamber. Penotolan larutan Kristal piperin dan larutan standar/ blangko (piperin) dengan pipa kapiler arah tegak lurus, setelah ditotolkan dikering anginkan. Selanjutnya dideteksi pada sinar UV 254 nm, penandaan dilakukan jika terjadi peredaman (piperin+pelarut setelah ditotolkan berwarna agak kekuningan, dengan dideteksi sinar UV dapat terlihat dengan terdapat noda coklat yang menunjukkan interaksi antara fase diam-fase gerak-sampel). Rf dari piperin hasil pada suhu kamar adalah 0,49 dan suhu dingin adalah0,53. Sementara Rf piperin standar adalah 0,49. Hal tersebut menunjukan bahwa Rf piperin hasil isolasi dengan Rf piperin standar tidak berbeda jauh, sehingga Kristal yang dihasilkan adalah benar Kristal piperin. Kristal piperin dilarutkan dalam etanol kemudian dianalisis dengan Spektrofotometer UV-Visible. Pada spectrum terdapat 5 puncak yang khas yang merupakan puncak khas dari piperin. Pada standar 5 puncak itu terdapat pada panjang gelombang seperti yang tertera pada hasil. Pada spektra piperin hasil dari suhu kamar dan suhu dingin memiliki puncak-puncak yang mendekati dengan puncak yang dimiliki oleh standar. Sehingga dapat diidentifikasi bahwa piperin hasil isolat merupakan murni piperin.

BAB VIKESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKASeptiatin, Eatin. 2008.Apotek Hidup dari Rempah-Rempah,Tanaman Hias, dan Tanaman Liar. CV. Yrama Widya, Bandung, (60,61,62).Sastrohamidjojo, Hardjono. 1996.SumberBahan Alam, UGM Press, YogyakartaAnonim, 1993. Standard of ASEAN Herbal Medicine., Vol I., Published by ASEAN Countries., Jakarta, Indonesia Sri Sugati. Johny Ria Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia., Jilid I., Balitbang Kesehatan., DepKes RI. JakartaAdnan M.1997.Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan, Andi, Yogyakarta.

LAMPIRAN

10g serbuk biji lada putih Diagram Alir

KristalKristalDidiamkan selama 24 jam pada suhu dingindisaringDidiamkan selama 24 jam pada suhu kamardisaringBagian 2Bagian 1ResiduFiltratDidiamkan di suhu ruang 24 jamdisaringFiltratResidudilarutkan dengan KOH alkoholis 10% 10mldisaringEkstrak kentalDipekatkan diatas waterbathdimasukkan ke dalam Erlenmeyerditambahkan methanol 100mlditutup dengan kaca arloji dengan kapas basah sebagai pendingindirefluks selama 2 jamdidinginkandisaringResiduFiltrat

Diuji titik lelehnyaDilarutkan dalam etanolDitotolkan pada pelat KLT bersama dengan piperin standarDiuji dengan spektrofotometri UV-VisibleKristal

Profil KLTSpektra UV-VisTitik Leleh

DOKUMENTASIProfil KLT piperinProfil KLT piperin(pembanding-suhu kamar-suhu dingin) (pembanding-suhu kamar-suhu dingin)

Alat uji titik lelehEkstraksi lada putih dengan refluks

PERHITUNGANRf piperin standarRf =__Tinggi Spot___ = 2,7cm = 0,49Tinggi lajur eluen5,5cmRf piperin (suhu kamar)Rf =__Tinggi Spot___ = 2,7cm = 0,49Tinggi lajur eluen5,5cmRf piperin (suhu dingin)Rf =__Tinggi Spot___ = 2,8cm = 0,5Tinggi lajur eluen5,5cm