pim1221 b 1 ruang lingkup penangkapan ikan

13
DASAR DASAR PENANGKAPAN IKAN (PIM2112B) BAB I. PENGANTAR 1. Penangkapan Ikan Penangkapan ikan menurut sejarahnya sudah dimulai sejak sekitar 100.000 tahun lalu yang dilakukan oleh manusia Neanderthal diawali dengan menggunakan tangan yang kemudian berkembang terus menerus secara perlahan menggunakan alat bantuan berupa batu, kayu, tulang, dan tanduk. Seiring dengan perkembangan budaya, manusia memulai teknologi penangkapan dengan perahu sederhana berupa sampan. Begitu pula ketika ditemukan mesin uap pada tahun 1769 oleh James Watt, kapal-kapal uap sangat berpengaruh dalam menarik alat tangkap berupa jaring yang di seret ke daratan dengan membawa ikan. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang pesat membuat penangkapan ikan menjadi lebih mudah, berbagai negara melakukan modernisasi penangkapan. Sebagai contoh, Jepang sangat maju dalam hal teknologi, alat komunikasi dan penanganan hasil penangkapan telah dilakukan dengan sangat baik. Penangkapan ikan merupakan suatu upaya memenuhi kebutuhan pangan dengan menangkap atau mengumpulkan hewan liar yang hidup di alam. Ada perbedaan terminologi antara menangkap ikan dan hewan lainnya yang ditemukan di air. Menangkap ikan dengan panah di rawa-rawa dianggap sedang menangkap ikan, sedangkan menangkap berang-berang yang sedang berenang di rawa dianggap sedang berburu, meskipun kedua aktivitas tersebut menggunakan alat yang sama. Pada dasarnya penangkap ikan dan pemburu memiliki metoda dan teknis yang saling melengkapi, antara menangkap hewan di darat dan menangkap ikan di air. Sulit untuk membedakan apakah sebuah tombak didisain untuk menangkap ikan, berburu, berkelahi, atau hanya merupakan simbul seremonial saja. Diketahui sejumlah metoda menangkap atau memburu terdapat alat menangkap seperti, menombak, memanah, menembak, menangkap dengan pancing, memerangkap dengan tipe mekanik yang berbeda, atau perangkap- perangkap non mekanik. Menangkap ikan di air sama sulitnya dengan menangkap hewan di darat, sebab menangkap ikan memerlukan alat dan teknik yang baik, demikian halnya untuk berburu hewan di darat memerlukan alat dan keahlian yang spesifik. Hal yang menarik bahwa

Upload: pt-sasa

Post on 17-Jan-2017

18 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

DASAR DASAR PENANGKAPAN IKAN (PIM2112B)

BAB I. PENGANTAR

1. Penangkapan Ikan

Penangkapan ikan menurut sejarahnya sudah dimulai sejak sekitar 100.000 tahun lalu

yang dilakukan oleh manusia Neanderthal diawali dengan menggunakan tangan yang

kemudian berkembang terus menerus secara perlahan menggunakan alat bantuan berupa

batu, kayu, tulang, dan tanduk. Seiring dengan perkembangan budaya, manusia memulai

teknologi penangkapan dengan perahu sederhana berupa sampan. Begitu pula ketika

ditemukan mesin uap pada tahun 1769 oleh James Watt, kapal-kapal uap sangat

berpengaruh dalam menarik alat tangkap berupa jaring yang di seret ke daratan dengan

membawa ikan. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang pesat membuat

penangkapan ikan menjadi lebih mudah, berbagai negara melakukan modernisasi

penangkapan. Sebagai contoh, Jepang sangat maju dalam hal teknologi, alat komunikasi

dan penanganan hasil penangkapan telah dilakukan dengan sangat baik.

Penangkapan ikan merupakan suatu upaya memenuhi kebutuhan pangan dengan

menangkap atau mengumpulkan hewan liar yang hidup di alam. Ada perbedaan

terminologi antara menangkap ikan dan hewan lainnya yang ditemukan di air. Menangkap

ikan dengan panah di rawa-rawa dianggap sedang menangkap ikan, sedangkan menangkap

berang-berang yang sedang berenang di rawa dianggap sedang berburu, meskipun kedua

aktivitas tersebut menggunakan alat yang sama. Pada dasarnya penangkap ikan dan

pemburu memiliki metoda dan teknis yang saling melengkapi, antara menangkap hewan di

darat dan menangkap ikan di air. Sulit untuk membedakan apakah sebuah tombak didisain

untuk menangkap ikan, berburu, berkelahi, atau hanya merupakan simbul seremonial saja.

Diketahui sejumlah metoda menangkap atau memburu terdapat alat menangkap seperti,

menombak, memanah, menembak, menangkap dengan pancing, memerangkap dengan tipe

mekanik yang berbeda, atau perangkap- perangkap non mekanik.

Menangkap ikan di air sama sulitnya dengan menangkap hewan di darat, sebab

menangkap ikan memerlukan alat dan teknik yang baik, demikian halnya untuk berburu

hewan di darat memerlukan alat dan keahlian yang spesifik. Hal yang menarik bahwa

metoda yang digunakan dalam industri perikanan dewasa ini adalah metoda berburu.

Berbeda dengan berternak (stock breeding), pemburu rnencari ikan seekor demi seekor

atau sekelompok hewan liar, baik yang jinak atau domestik, tidak peduli akan sejarah

hidupnya, tidak mempengaruhi sifat atau kebutuhannya yang mungkin hidup pada

kavvasan yang sangat luas. Sedangkan peternak mengontrol sejumlah kelempok hewan-

hewan domestik yang dikenal, memerlukan sejarah hingga DNA-nya, memerlukan

penanganan khusus, pada tempat terbatas (tertutup) yang dibuat mirip dengan tempat

asalnya.

Ada beberapa pendapat bahwa tujuan dari seluruh jenis perikanan laut harus beralih

dari berburu ke manajemen kontrol stok dari perairan asal ke perairan buatan. Walaupun

beberapa negara sudah ada yang melakukannya, namun pada umumnya tujuan ini masih

akan sulit terpenuhi. Sulit untuk mengatur populasi ikan di samudera, lain halnya dengan

di daratan.

2. Perkembangan Penangkapan Ikan

Pada awalnya penangkapan ikan dilakukan untuk memperoleh bahan makanan bagi

keluarga, komunitas, atau kelompok tertentu. Penangkapan ikan semula dilakukan hanya

menangkap ikan seekor-seekor yang perolehanya tidak pasti, kadang berukuran besar atau

dilain waktu memperoleh ukuran kecil. Penangkapan yang demikian itu disebut

Subsistence fishery yaitu suatu perikanan skala kecil yang hanya memerlukan alat tangkap

yang sederhana.

Ikan tidak memiliki substitusi seperti halnya bahan makanan yang ada di daratan.

Oleh karenanya, orang cenderung menangkap ikan lebih dari yang dibutuhkan untuk diri

sendiri, apalagi diketahui bahwa ikan dapat disimpan dan diolah menjadi berbagai bentuk,

ikan kering, ikan asap, ikan asin, atau di proses dengan fermentasi sederhana, sebagai

bahan baku setengah jadi. Hal semacam ini menjadi pendorong bagi nelayan untuk

mengembangkan alat tangkap sehingga dapat meningkatkan jumlah hasil tangkapan.

Upaya menangkap ikan dalam jumlah besar memerlukan waktu lebih lama, jumlah

alat lebih besar, intensitas pengoperasian meningkat, efisiensi dan efektif. Penangkapan

ikan seekor-seekor atau dalam jumlah kecil seperti dalam perikanan subsisten telah beralih

menjadi suatu perikanan artisanal commercial yang terkadang harus mengikuti permintaan

khusus pasar. Sekaligus juga mendorong upaya peningkatan metoda penangkapan.

Perikanan artisanal memegang peranan penting dalam era modern sekarang,

membangkitkan perkembangan perikanan skala besar yang didasarkan pada penangkapan

ikan dalam jumlah banyak sekaligus (bulkfishing). Seiring dengan meningkatnya

permintaan pasar akan ikan, khususnya dalam bidang industri, muncul juga kecenderungan

baru, yaitu daerah penangkapan tidak lagi terbatas di daerah perairan pantai tapi jauh

meluas ke tengah samudera, bahkan antar benua dan dari kedalaman perairan yang sangat

dangkal hingga ke kedalaman perairan yang sangat besar, untuk mencari jumlah ikan yang

jauh lebih banyak. Seiring dengan itu pula, ukuran alat penangkap semakin besar, berat,

dan memerlukan tenaga manusia yang semakin banyak pula.

Perikanan artisanal skala kecil dan industri perikanan skala besar merupakan

penyumbang nutrisi yang tidak sedikit bagi manusia, baik dimasa kini maupun di masa

datang. Mungkin dalam kapasitas yang berbeda, di suatu tempat memerlukan jumlah ikan

yang rendah tapi berkualitas tinggi, di tempat lain diperlukan kuantitas yang besar dengan

harga yang jauh lebih rendah, baik itu untuk bahan baku pembuatan pakan ternak atau

sebagai keperluan industri.

3. Perikanan Komersil

Sport fishing bertujuan untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan yang dapat

digolongkan kedalam perikanan skala kecil. Hasil tangkapan sport fishing untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarganya. Pada sport fishing yang diharapkan adalah dapat menangkap

ikan yang mampu melawan dan meronta-ronta dengan ganas (strong fighting game fish)

baik dengan alat tangkap yang sederhana atau yang canggih (terkadang mahal). Pada

penangkapan ikan dengan alat long line (ribuan pancing) atau hand line dengan hanya

beberapa buah pancing berharap memperoleh hasil tangkapan yang baik.

Pada dasarnya, penangkapan ikan dengan pancing merupakan metoda yang

digunakan oleh setiap orang. Dewasa ini sport fishing bukan lagi milik orang-orang kaya

tertentu tapi telah pula digunakan oleh masyarakat umum sebagai suatu bentuk rekreasi

yang penting. Sport fishermen digolongkan sebagai pemburu, hidup bebas di lingkungan

yang terbatas, seolah merasa menjadi manusia terakhir yang menghubungkan antara

manusia dan alam. Dalam kehidupan modern di beberapa negara, terutama negara yang

berkembang pesat industrinya, seni dan budayanya, penangkapan ikan dibagi dua, satu

sebagai simbul (sport fishing) dan lainnya adalah pemenuh kebutuhan pangan.

Ditinjau dari sudut pandang teknik penangkapan keduanya hanya menggambarkan

dua variasi dari prinsip yang sama dalam menangkap ikan dengan pancing, baik sport

fishery maupun commercial fishery, keduanya berkepentingan dalam memelihara alam

terhadap tindakan-tindakan manusia yang merusak. Selain itu, kawasan penangkapan ikan

tidak dapat diatur secara sendiri-sendiri dengan metoda sport fishing. Lebih lanjut, metoda-

metoda yang efektif yang dilakukan dalam perikanan komersil harus membantu mengelola

keseimbangan alam di perairan penangkapan ikan. Sport fishermen dan commercial

fishermen harus bekerjasama tidak hanya memelihara tapi juga melindungi alam.

4. Alat Tangkap Aktif dan Pasif

Ada beberapa prinsip dasar yang dapat digunakan untuk menanakap ikan, meskipun

terdapat sejumlah besar variasi alat penangkap ikan yang dioperasikan di seluruh dunia.

Dari sekian banyak variasi ini diklasifikasikan menjadi 16 kelompok prinsip penangkapan

yang berbeda, yang kemungkinannya dapat lebih disederhanakan lagi. Kadang-kadang alat

penangkap ikan yang sama dapat digunakan untuk dua atau bahkan lebih metoda

penangkapan tanpa harus mengubah konstruksi tapi cukup mengubah metoda

pengoperasiannya saja.

Penangkapan ikan ada yang membagi dalam kategori alat yang aktif dan pasif. Alat

penangkap ikan yang pasif ikan harus datang dengan sendirinya, seperti dalam perangkap,

gillnet, dan juga pada beberapa tipe penangkapan dengan pancing. Sedangkan alat yang

aktif seperti, draggers, trawl, dan cast nets, dan juga tombak dan harpoon dan beberapa alat

tangkap drive-in fisheries tergantung pada keahlian operatornya.

Pengelompokkan ke dalam alat yang pasif dan aktif tidak ada kaitannya dengan

prinsip menangkap. Sebagai contoh dalam beberapa kelompok metoda penangkapan ikan

terdapat satu jenis alat penangkap ikan. Harus dipahami bahwa tidak saja ukuran tapi juga

kecepatan penarikan (towing speed) dari satu alat aktif akan mempengaruhi efisiensinya.

Peningkatan ukuran dan kecepatan memerlukan tenaga ekstra untuk mengoperasikan suatu

alat aktif. Stasioner set line dan troll line keduanya termasuk alat pasif, keduanya harus

disukai oleh ikan dan juga merupakan metoda alat penangkap ikan pasif dengan pancing.

Sebaliknya ripping hook (otrek, Jawa Tengah) digerakkan naik dan turun, dalam beberapa

kasus, alat penangkap ikan aktif, menangkap (dalam hal ini menipu ikan) secara acak

dengan bentuk tertentu tali dan panting.

5. Pengembangan Metoda Penangkapan Ikan

Sekilas tampaknya terdapat perbedaan tipe alat penangkap ikan yang sangat besar

yang telah berkembang di dunia perikanan. Tapi jika membandingkan alat penangkap ikan

dari berbagai negara, akan menjadi jelas bahwa teknik penangkapan telah dikembangkan

dari hanya beberapa dasar pemikiran untuk menangkap ikan. Sebagian besar dasar

pemikiran dalam menangkap ikan telah menyebar ke seluruh dunia dan telah

menjadikannya suatu kebiasaan manusia.

Berdasarkan studi etnologi terdapat sedikit persamaan di dalam metoda penangkapan

tradisional, terkadang juga disebut perikanan yang primitif. Hal ini tidak dapat dijelaskan

berdasarkan perubahan kebiasaan (cultural exchange), namun sepertinya lebih mendekati

pada reaksi manusia yang menemui suatu masalah. Tidak mengherankan, seiring dengan

perjalanan waktu, penangkapan ikan terus berkembang, dengan metoda dan permasalahan

yang hampir sama. Masalah tersebut dirnana-mana dipecahkan dengan cara yang hampir

sama. Namun demikian, peralihan langsung dalam pengetahuan mengenai alat penangkap

ikan (khususnya dibidang perikanan laut) telah terjadi sejak dulu, tidak saja antara negara-

negara yang bertetangga, tapi juga antar benua. Hanya pada beberapa kasus saja

penyebaran metoda penangkapan diketahui dengan baik, khususnya penyebaran yang

terjadi di zaman modern ini. Contoh yang baik dari disain alat penangkap ikan 'Madeira

trap', dibuat dalam bentuk dan kegunaan khusus, yang dapat ditelusuri dari India, melalui

Seychelles, Kepulauan Zanzibar, Madagascar, dan menyebar jauh ke barat hingga ke Laut

Karibia. Metoda penangkapan ikan di perairan dingin di Kutub utara dikenal bailk di

seluruh kawasan kutub. Cover pots dikenal baik di kawasan Asia sama dikenalnya den gan

di Afrika, juga di Amerika.

Alih teknologi tentang metoda penangkapan dewasa ini sama sekali tidak menemui

kesulitan. Kawasan Penangkapan Ikan Internasional, dan badan-badan dunia seperti FAO,

memfasilitasi adanya hubungan langsung. Republik Afrika Selatan telah mengadopsi purse

seine dari California, dan di kawasan Baltic Timur Laut telah menggunakan disain pound

nets dari Jepang. Kawasan terlarang Madagaskar Tenggara menggunakan jaring

monofilarnen, dan di kawasan terlarang Stone Age pada pulau-pulau kecil seperti pulau Lan

Yu (Botel Tobago) di sebelah timur Taiwan Timur setiap orang mengetahui bagaimana

membuat jaring dari tali kasar polypropylene. Pengetahuan mengenai pentingnya metoda

penangkapan yang baru, yang dibuat dari bahan jaring yang baru, menyebar dengan cepat,

pengembangan dan pengujiannya berjalan secara simultan di seluruh belahan bumi.

Di setiap kawasan penangkapan ikan, metoda penangkapan ikan yang telah dikenal

dari daerah lain dikembangkan dan diubah, terkadang metoda penangkapan ikan yang telah

dikenal di daerah setempat dikembangkan dan diubah, terkadang hanya oleh kemauan

seseorang, tergantung kebutuhannya. Diawali dari metoda penangkapan ikan yang sangat

sederhana dengan alat yang masih primitif dengan segera akan digabung dengan teknik

yang lebih kompleks. Perkembangan ini telah dipercepat dan ditingkatkan oleh berbagai

stimulan. Periode lornpatan pengembangan diikuti oleh stagnasi waktu yang terus

berlangsung hingga sekarang. Faktor pendorong pengembangan alat penangkap telah lama

dikenal, seperti upaya penangkapan ikan dalam jumlah besar, atau menangkap di perairan

yang lebih dalam, dengan harapan memperoleh ikan dalam jumlah banyak, dan mendorong

dilakukannya perubahan konstruksi alat penangkap ikannya. Stimulan lainnya yang

mendorong terjadinya pengembangan metoda penangkapan ikan adalah keinginan untuk

mengubah penangkapan ikan tradisional hingga ke alat tangkap yang memerlukan

pengendalian (Watched fishing gear), penambahan tenaga manusia, hingga alat

penangkap otomatis yang dapat dikendalikan oleh hanya beberapa orang saja.

Peralatan deteksi ikan terus dikembangkan untuk memantau jumlah hasil tangkapan.

Terakhir telah dikenal alat underwater detecting device yang dijalankan melalui program

komputer, seperti dari tipe EK dan melalui suatu program komputer yang disebut EP

dengan segera densitas, ukuran bahkan jumlah ekor dapat diketahui dalam sepersekian detik

langsung dapat dibaca dan diprediksi di layar monitor komputer.

6. Tenaga Penangkapan Ikan

Pada beberapa metoda penangkapan hanya memerlukan sedikit tenaga manusia pada

metoda lain memerlukan tenaga manusia yang banyak bahkan jika tenaga kerja tidak

mencukupi dapat dilakukan oleh anak-anak.

Terdapat beberapa metoda penangkapan ikan yang dianggap cocok untuk wanita (dan

anak-anak) sementara lainnya hanya untuk pria. Pembagian pekerjaan berdasarkan kelamin

mungkin sudah setua usia manusia. Secara umum, pekerjaan di luar rumah yang

memerlukan kekuatan fisik dilakukan hanya oleh pria, pekerjaan lainnya yang tidak

membutuhkan kekuatan fisik, milik wanita. Tidak ada kaitannya dengan kualitas atau status

antara pria dan wanita. Pembagian ini hanya didasarkan pada perbedaan fisik antara pria

dan wanita. Umumnya wanita bertanggungjawab atas pengumpulan makanan seperti

sayuran atau hewan-hewan kecil, mengumpulkan bahan makanan atau mengasuh anak

memelihara kebun, pekerjaan-pekerjaan rumah dan sejenisnya. Sedangkan pria dianggap

bertanggung-jawab untuk berburu, menjaga keluarganya, kampung atau kawasan hidupnya,

berbagai jenis pekerjaan kasar seperti membuka hutan, membangun rumah dan pekerjaan

lain yang membutuhkan tenaga besar.

Metoda memungut mungkin hanya dilakukan oleh wanita. Penangkapan ikan dengan

racun menunjukkan tidak ada perbedaan nyata, walaupun pada penangkapan ikan dengan

listrik sekarang umumnya hanya dilakukan oleh pria. Metoda skala kecil pada line fishing,

dengan jumlah pancing terbatas dapat menggunakan wanita atau pria. Tapi pada

penangkapan ikan skala besar seperti long line merupakan ciri metoda penangkapan ikan

yang khusus untuk pria. Lain halnya dalam metoda penangkapan dengan perangkap,

perangkap sekecil apapun tetap dilakukan oleh pria. Pada penangkapan ikan dengan bag

nets peralatan-peralatan kecil yang dioperasikan dengan tangan sering dilakukan oleh

wanita, sementara pengoperasian bag nets yang berukuran besar merupakan pekerjaan pria.

Penangkapan ikan dengan alat dragger, seine nets, surrounding gear, dan umumnya

juga drive-in nets merupakan metoda penangkapan ikan untuk pria. Pada Lift nets, dapat

dilihat bahwa peralatan kecil dapat juga digunakan oleh wanita, sementara yang besar-besar

khusus oleh pria. Alat penangkap ikan, seperti cover pots, dapat dioperasikan oleh pria atau

wanita, tapi cast nets hanya dioperasikan oleh pria. Penangkapan ikan dengan Gill net,

entangling nets, khusus penangkapan ikan dengan sistem komputerisasi atau dengan mesin-

mesin pemanen, tampaknya hanya untuk pria, walaupun hanya diperlukan tenaga yang

sangat minimal sekalipun. Kesimpulannya bahwa tidak semua metoda penangkapan ikan

cocok untuk wanita. Dalam beberapa kasus wanita mengoperasikan peralatan kecil, tapi

tidak ada statistik yang menyatakan kuantitas tangkapan diperoleh oleh wanita untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari familinya kecuali di Afrika, Asia hitam dan Bali.

Bertolak belakang dengan pria, pekerjaan wanita dianggap merupakan basis tersendiri.

Hal ini dapat terlihat bahwa wanita tidak pernah menangkap ikan sendirian, tapi rnembuat

suatu kelompok seperti gotong royong, setiap wanita memiliki peralatannya sendiri. Hal ini

dilakukan, tidak saja untuk ngobrol selama menangkap ikan, tapi juga untuk mengupayakan

hasil tangkap yang lebih banyak dengan ikan dengan menggiring ikan secara bersama-sama,

dan untuk mencegah ikan meloloskan diri bila hanya menggunakan sebuah alat saja.

Penangkapan ikan dalam bentuk kelompok dengan menggunakan alat penangkap ikan yang

berukuran besar, umumnya cenderung dilakukan oleh pria. Di dunia perikanan, kerjasama

sangat dibutuhkan umpamanya dalam perakitan alat berukuran sangat besar seperti trawl,

beach seining, dan purse seining. Sekilas hal ini merupakan perilaku hubungan antar pria,

termasuk untuk mengerjakan pekerjaan yang dibatasi oleh waktu, ini merupakan sifat dasar

dari pria. Kerjasama sesaat ini tidak dikontrol oleh seseorang di luar kelompok, atau

pemerintah, mungkin ini merupakan asset berharga bagi dunia perikanan saat ini. Sebagai

contoh dalam trawl berpasangan (pair trawling). Seringkali kerjasama seperti ini diperlukan,

walaupun dengan mekanisasi, berbagai metoda penangkapan ikan demikian tidak dapat

dilakukan sendirian.

Peningkatan secara progresif mekanisasi akan mengurangi jumlah tenaga kerja dalam

bentuk kelompok. Peningkatan mekanisasi juga merupakan alasan mengapa wanita turut

berperan di dalam penangkapan ikan. Hingga sekarang isteri dapat membantu

mengendalikan kapal-kapal kecil sementara suaminya memasang alat penangkap ikan.

Dewasa ini mereka juga dapat bekerja dalam perikanan Skala besar bila pekerjaan-

pekerjaan berat telah dilakukan oleh mesin. Tapi tidak boleh dilupakan bahwa ada sebagian

sektor perikanan dimana wanita sudah lama mendorninasi dan terkadang memimpin, seperti

dalam pemasaran produk hasil perikanan. Khususnya di Afrika, wanita mendominasi

pemrosesan ikan, tidak saja di belahan utara, juga di berbagai negara tropis.

Berbicara tentang tenaga manusia dan metoda penangkapan ikan, terdapat kelompok

ketiga manusia yang terkadang memiliki posisi khusus dalam penangkapan ikan. Mereka

adalah orang-orang tua yang tidak dapat lagi melakukan pekerjaan pekerjaan praktis dalam

metoda penangkapan ikan, khususnya dalam perikanan laut. Kontribusi penting dari orang

tua dalam komunitas penangkapan ikan mungkin dalam pembuatan jaring (menjurai).

Akibat merambah dengan sangat cepatnya monofilament sebagai bahan alat penangkap ikan

gillnet di Asia selatan dan timur nelayan tua di ribuan desa sangat berperan dalam

pembuatan alat dengan bahan tersebut (Perlu diingat bahan tersebut sulit dijurai karena

licin).

7. Mekanisasi dan Otomatisasi

Keinginan untuk meningkatkan efisiensi alat penangkap ikan menstimulasi

pengembangan dari metoda penangkapan ikan yang telah dikenal dan upaya untuk

menemukan teknik penangkapan ikan yang Baru. Berbagai pendorong memacu

kecenderungan ini tidak hanya untuk mernperoleh hasil tangkapan yang lebih banyak, tapi

juga untuk menangkap di perairan yang lebih dalam, dan untuk menggantikan kehadiran

manusia di sekitar alat penangkap ikan, dengan nnengupayakan agar alat tersebut dapat

menangkap secara otomatis tanpa perlu kehadiran manusia.

Tampaknya sejak dulu nelayan dianggap memiliki fisik yang kuat, jika tidak maka

tidak ada penangkapan ikan. Bila diperlukan jumlah hasil tangkapan yang lebih banyak,

ukuran alat penangkap ikan diperbesar dan jumlahnya diperbanyak. Problema pengurangan

tenaga kerja dengan ditemukannya mesin peralatan penangkapan ikan sejak sebelum abad

ke-18 dan adanya motorisasi kapal-kapal perikanan, telah mengurangi kebutuhan tenaga

manusia untuk mengoperasikan peralatan perikanan tersebut.

Awal pemikirannya adalah untuk memudahkan penanganan alat penangkap ikan

dengan menggunakan winch, tapi seiring dengan meningkatnya nilai hasil tangkapan dan

meningkatnya biaya untuk membayar tenaga manusia, mesin juga harus dapat

menggantikan tenaga manusia tanpa mengurangi yield. Dalam bentuk pengembangan ini,

motor menggantikan dayung dan layar. Winch yang digerakkan dengan tenaga mesin

mengurangi jumlah tenaga manusia sekaligus meningkatkan keuntungan dan keselamatan.

Hasil tangkap per orang (cetch per man), per kapal, per hari meningkat dengan pesat.

Pengembangan ini menjadi sangat penting dalam peningkatan mekanisasi dalam perikanan

skala besar dan skala kecil. Pengoperasian secara modern dengan trawl dan stern trawl

berukuran besar. Menangani purse seine modern yang sangat besar dengan power block,

diperkenalkannya drum dengan tenaga motor untuk jaring dan tali, reels untuk purse seine

pada purse seining, line thrower dan line arranger pada long line, net hauler pada gillnet,

squid jigger pada penangkapan cumi-cumi, automatic pole & line machine pada

penangkapan cakalang dengan pole & line, atau semua contoh dari metoda penangkapan

ikan yang telah berhasil tidak hanya untuk memfasilitasi lapangan kerja tapi juga sekaligus

mengurangi jumlah tenaga manusia.

Pengurangan jumlah awak kapal dengan penggunaan mesin dianggap penting di

negara-negara industri maju yang notabene kekurangan tenaga kerja, atau sangat mahal.

Tetapi di negara-negara berkembang atau sedang berkembang dan negara-negara industri

yang sedang dilanda krisis ekonomi dengan tingkat pengangguran yang tinggi seperti

halnya Indonesia, mekanisasi kurang disukai, karena negara tersebut mencoba tetap

mempertahankan sebanyak mungkin manusia dapat berkecimpung di perikanan hanya

untuk memberi mereka pekerjaan dan makanan. Dimana kemungkinannya pekerjaan lebih

penting dari metoda penangkapan ikan yang pekerjaannya dilakukan oleh mesin.

Kecenderungan dewasa ini dalam pengembangan alat penangkap ikan adalah

mengubah metoda penangkapan ikan sedemikian rupa yang dioperasikan secara otomatis,

dengan sedikit upaya manusia. Khususnya dalam mengoperaskan hand line, slogannya

adalah: "Push the button and let it fish”. Dalam hal ini komputer digunakan untuk membuat

keputusan dalam mengendalikan alat. Dalam sistem yang baru, operasi secara keseluruhan

alat penangkap ikan dibagi dalam beberapa tahapan, dan setiap tahapan berjalan secara

otomatis. Namun tidak diartikan bahwa robot telah menggantikan tenaga manusia.

Komputer membantu tidak hanya melaksanakan pekerjaan, tapi juga “berpikir" lebih cepat

dari manusia. Dalam beberapa kasus, keputusan terakhir tetap ditangan manusia.

Pengembangan yang terbaru tampaknya adalah dalam penangkapan ikan dengan trawl, yang

seharusnya menjadi sangat berguna dimasa datang. Walaupun adanya kenaikan harga BBM

perkembangan ini tidak akan terhambat. Pada perikanan Skala kecil "mesin pemanen”

(harvesting machine) telah dikembangkan yang juga akan merupakan basis komputerisasi,

seperti yang telah dilakukan di berbagai mesin-mesin pertanian. Namun dernikian, ide ini

adalah untuk masa depan, untuk saat ini untuk perikanan pada umumnya di seluruh dunia,

tenaga manusia, pengalaman, dan pengetahuan mengenai fish behavior masih sangat

diperlukan untuk keberhasilan dalam mengkonstruksi dan mengoperasikan alat penangkap

ikan.

8. Teknologi Penangkapan

Salah satu dari alat penangkap ikan yang sama dapat dioperasikan dalam beberapa

cara yang berbeda. Jika tidak mengetahui metoda penangkapannya jangan harap dapat

rnelakukannya, sebagai contoh pada sebuah jaring yang dapat digunakan untuk seining atau

dragging, untuk drive-in fishery, bahkan untuk gilling dan entangling. Ini merupakan salah

satu alasan klasifikasi alat penangkap ikan dan metoda penangkapan ikan tidak didasarkan

pada konstruksi alat, tapi didasarkan pada berbagai cara dan kadang-kadang harus ditunjang

oleh taktik penangkapan ikan (fishing tactics), yang sebagian besar didasarkan pada metoda

memikat ikan, tanpa harus menakut-nakutinya.

Konstruksi, pengoperasian alat dan taktik penangkapan ikan dianggap sebagai bagian

dari teknologi penangkapan ikan. Namun demikian, teknologi penangkapan ikan

menyertakan bahan dalam konstruksi alat, sejauh hal itu diperlukan disertakan pula kapal

penangkapan ikan. Dikaitkan dengan bahan jarring, serat alami telah digantikan oleh serat

buatan bersamaan dengan ditemukannya serat polyamide (PA), polyester (PES) dan serat

buatan lainnya sesuai kebutuhan masing-masing jenis alat penangkap ikan. Tidak diragukan

lagi bahwa metoda mid-water trawling dan purse seining tidak mungkin dapat dilakukan

tanpa menggunakan benang-benang sintetis yang lebih kuat dan tipis, terpisah dari

berperannya echo sounder. Contoh yang paling baik adalah pada keberhasilan penangkapan

ikan dengan gillnet, tidak mungkin terjadi tanpa menggunakan benang yang memliki daya

tampak yang rendah (low visibility) bahkan transparan, seperti pada monofilament.

Telah dikenal hampir di seluruh dunia bahwa belum ada inovasi yang sensasional

dengan mengecualikan kegunaan serat sintetis dan juga gabungan dari beberapa serat

sintetis menjadi benang atau tali compound. Pengernbangan metoda penangkapan ikan,

khususnya perikanan laut, harus berjalan parallel dengan pengembangan yang terus

menerus dari kapal penangkapan ikan, mesin diesel atau uap yang ditingkatkan tenaganya,

atau siapa tahu suatu saat kapal penangkapan ikan digerakkan dengan tenaga atom.

Beranjak dari kapal yang terbuat dari bambu (masih terdapat di Asia) untuk penangkapan

ikan berjangka sangat pendek (one-day fishing) hingga kapal-kapal pabrik (factory

vessel) yang dioperasikan bersama armada kapal penangkap ikan (catcher fleet) atau

kapal pabrik yang menangkap sendiri (self catching factory ship) yang mampu berada di

tengah laut hingga beberapa bulan entah di samudera mana dan memproses langsung hasil

tangkapannya. Namun demikian, kapal-kapal multi fungsi sudah banyak ditinggalkan orang,

mereka lebih menyukai kapal spesialis dengan berbagai penataan khusus. Dewasa ini,

didalam perikanan laut modern, kapal penangkapan ikan dengan alat penangkap ikan

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Pengernbangan alat penangkap ikan dan

metoda penangkapan ikan tidak dapat dipisahkan. Keberhasilan dan kemajuan perikanan

didasarkan oleh keharmonisan antar manusia sebagai pemeran utama, dan ikan sebagai

obyeknya, dan ketiga faktor lain yang mempengaruhinya yaitu konstruksi dan

pengoperasian serta kapal penangkapan ikan.

RINGKASAN

1. Sejarah penangkap ikan dan pemburu sama tuanya, keduanya merupakan suatu upaya

memenuhi kebutuhan akan pangan, namun entah kenapa memanah ikan yang berenang

di rawa-rawa dianggap sedang menangkap ikan dengan memanah seekor bebek yang

juga sedang berenang di tempat yang sama dianggap sedang berburu padahal

menggunakan alatyang persis sama.

2. Peralihan dari subsistence fishing ke commercial fishery dan sport fishing disebabkan

adanya peningkatan permintaan pasar kebutuhan akan sumber peternakanan yang tidak

memiliki subtitusi, dan adanya permintaan akan sesuatu yang dapat digunakan sebagai

hiburan untuk mernuaskan kesenangan.

3. Sport fishing digalongkan kedalam perikanan skala kecil yang didisain tidak untuk

memenuhi kebutuhan hidup dari hasil tangkapannya tapi untuk mengkonsentrasikan

keterampilan agar memperoleh kesenangan dan kepuasan.

4. Alat penangkap ikan yang aktif dan pasif adalah penggolongan yang sangat sederhana

ditinjau dari bagaimana ikan tertangkap. Aktif menyatakan bahwa alat penangkap ikan

harus mendekati, memburu ikan, sedangkan pasif ikan mendekati, menabrak,

terperangkap ke alat penangkap ikan yang diam.

5. Buruh adalah orang yang mengerjakan pekerjaan penangkapan ikan yang dibayar atau

digaji oleh pemilik atau nakhoda kapal sesuai dengan volume pekerjaan yang telah

dilaksanakannya.

6. Penangkapan ikan secara kolektif lebih mengarah pada sistem koperasi atau dikenal

dengan istilah pola PIR atau sister.

7. Tenaga kerja di kapal atau Awak Kapal adalah orang yang dibayar untuk melaksanakan

pekerjaan baik berdasarkan kontrak maupun pekerja tetap.

8. Mekanisasi adalah melakukan pekerjaan menggunakan tenaga mekanik, namun rnanusia

masih berperan dalam pekerjaan sebagai pengontrol.

9. Otomatisasi adalah melakukan pekerjaan dengan menggunakan peralatan atau mesin

yang bekerja otomatis

10. Teknologi penangkapan ikan adalah semua cara dalam melaksanakan proses

penangkapan ikan dari mulai ikan ditangkap hingga ikan sampai ke konsumen. Teknik

penangkapan ikan adalah cara atau proses menangkap ikan