ringkasan penangkapan di gorontalo

27
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam model pengembangan etalase perikanan dan kelautan Privinsi Gorontalo (2003) dikemukakan bahwa visi pembangunan perikanandan kelautan Provinsi Gorontalo adalah terwujudnya kawasan Teluk Tomini dan sekitarnya sebagai pendorong perkembangan ekonomi dan sumber penghidupan strategis bagi masyarakat Gorontalo !alah satu sektor yang sangat besar artinya dalam pengembangan perikanan kelautandi provinsi Gorontaloadalah pengembangan produksidan penanganan permasalahan dalam bidang perikanan tangkap Perairan Gorontalo merupakan daerah populasi berbagai ikan pelagis" demersal maupun ikan karang Teluk Tomini juga merupakan salah satu daerah ruaya jenis#jenis ikan pelagis besar yang diduga merupakan bagian dari daerah ruaya yang sangat lua men$akup lautan Pasi%ik" &aut !ulawesi dan &aut 'aluku (Dinas Pertanian ota Gorontalo" 2003) ntuk mewujudkan harapan tersebut" sesuai dengan visi regional dari etalase perikanan dan kelautan Provinsi Gorontalo adalah terwujudnya kawasan pesisir dan Teluk Tomini dan sekitarnya yang berkembang dan mampu meman%aatkan se$ar optimal dan berkelanjutan sebagai sumber penghidupan dan pendorong perkembangan ekonomi wilayah maka sektor penangkapan ikan perlu mendapat perhatian khususnya meman%aatkan potensi lokal *ktivitas penangkapan ikan banyak ma$am dan ragamnya" namun yang perlu mendapat perhatianpengembangan dalam peman%aatan sumberdaya perikanan tangkap adalah pengembangan penangkapan ikan yang berkelanjutan (ramah lingkungan) +al ini disebabkan karena salah satu %aktor penyebab kerusakan sumberdaya perikanan" diantaranya adalah aktivitas penangkapan terutama penggunaan alat penangkapan yang illegal (illegal fishing ) dan kurang ramah terh lingkungan +al inididukung pula oleh semakin meningkatnya permintaan ikan (khususnya ikan karang) dengan harga yang tinggi sehingga mengakibatkan eksploitasi ikan di wilayah perairan juga semakin tinggi *pabila kondisi ini terus dibiarkan maka beberapa tahun yang akan datang dapat diperkirakan bahwa sebagian fishing ground di wilayah pesisir dan laut di Provinsi Gorontalo akan mengalami kerusakan yang serius dan akan berdampak pada menurunnya produktivitas perikanan tangkap di daerah penangkapan ikan !ebaliknya apabila potensi ini dapat dikelol dengan baik" maka sektor kegiatan penangkapan ikan akan menjadi salah satu penggerak ekonomi di Provinsi Gorontalo 1.2 Perumusan Masalah omoditas sumberdaya hayatilaut (perikanan) ada yang stoknya banyak sehingga diperbolehkan ditangkap" ada yang hampir punah dan ada pula yang harus dilindungi Dalam hubungan inimaka dalam rangka peningkatan produksiperikanan tangkap se$ara lestari kita harus mengetahui se$ara tepat jenis" penyeba kelayakan teknis" ekonomis dan ekologi setiap alat tangkap Disamping itu teknologi peman%aatan ikan harus juga menga$u pada kaidah#kaidah yang bertanggung jawab seperti yang disyaratkan pada Code of Conduct for Responsible Fisheries (FAO, 1995). Dengan mengembangkanalat penangkapan ikan yang ramah lingkungan maka stok sumberdaya peman%aatannya dapat berkelanjutan sehingga sumberdaya perikanan tetap terpelihara dan usaha penangkapan ikan sebagai mata pen$aharian dan sumber utama penghidupan masyarakat dapat berkesinambungan !ebagai langkah awal dalam proses tersebut di atas maka perlu dila evaluasi dan mengkaji status alat tangkap yang ada dengan menga$u pada konsep teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan Dengan demikian kita dapat merekomendasikan bagaimana kondisi penangkapan ikan saat ini di Perairan Gorontalo" alat tangkap apa saja yang layak 1

Upload: ilham-reza

Post on 04-Oct-2015

71 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

xcervrtwbrt

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam model pengembangan etalase perikanan dan kelautan Privinsi Gorontalo (2003) dikemukakan bahwa visi pembangunan perikanan dan kelautan Provinsi Gorontalo adalah terwujudnya kawasan Teluk Tomini dan sekitarnya sebagai pendorong perkembangan ekonomi dan sumber penghidupan strategis bagi masyarakat Gorontalo. Salah satu sektor yang sangat besar artinya dalam pengembangan perikanan dan kelautan di provinsi Gorontalo adalah pengembangan produksi dan penanganan permasalahan dalam bidang perikanan tangkap.

Perairan Gorontalo merupakan daerah populasi berbagai ikan pelagis, demersal, maupun ikan karang. Teluk Tomini juga merupakan salah satu daerah ruaya jenis-jenis ikan pelagis besar yang diduga merupakan bagian dari daerah ruaya yang sangat luas mencakup lautan Pasifik, Laut Sulawesi dan Laut Maluku (Dinas Pertanian Kota Gorontalo, 2003)

Untuk mewujudkan harapan tersebut, sesuai dengan visi regional dari etalase perikanan dan kelautan Provinsi Gorontalo adalah terwujudnya kawasan pesisir dan laut Teluk Tomini dan sekitarnya yang berkembang dan mampu memanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan sebagai sumber penghidupan dan pendorong perkembangan ekonomi wilayah maka sektor penangkapan ikan perlu mendapat perhatian khususnya memanfaatkan potensi lokal.

Aktivitas penangkapan ikan banyak macam dan ragamnya, namun yang perlu mendapat perhatian pengembangan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap adalah pengembangan penangkapan ikan yang berkelanjutan (ramah lingkungan). Hal ini disebabkan karena salah satu faktor penyebab kerusakan sumberdaya perikanan, diantaranya adalah aktivitas penangkapan terutama penggunaan alat penangkapan yang illegal (illegal fishing) dan kurang ramah terhadap lingkungan. Hal ini didukung pula oleh semakin meningkatnya permintaan ikan (khususnya ikan karang) dengan harga yang tinggi sehingga mengakibatkan tingkat eksploitasi ikan di wilayah perairan juga semakin tinggi. Apabila kondisi ini terus dibiarkan maka beberapa tahun yang akan datang dapat diperkirakan bahwa sebagian fishing ground di wilayah pesisir dan laut di Provinsi Gorontalo akan mengalami kerusakan yang serius dan akan berdampak pada menurunnya produktivitas perikanan tangkap di daerah penangkapan ikan. Sebaliknya apabila potensi ini dapat dikelola dengan baik, maka sektor kegiatan penangkapan ikan akan menjadi salah satu penggerak ekonomi di Provinsi Gorontalo.

1.2 Perumusan MasalahKomoditas sumberdaya hayati laut (perikanan) ada yang stoknya banyak sehingga diperbolehkan ditangkap, ada yang hampir punah dan ada pula yang harus dilindungi.

Dalam hubungan ini maka dalam rangka peningkatan produksi perikanan tangkap secara lestari kita harus mengetahui secara tepat jenis, penyebaran dan kelayakan teknis, ekonomis dan ekologi setiap alat tangkap. Disamping itu teknologi pemanfaatan ikan harus juga mengacu pada kaidah-kaidah yang bertanggung jawab seperti yang disyaratkan pada Code of Conduct for Responsible Fisheries (FAO, 1995). Dengan mengembangkan alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan maka stok sumberdaya pemanfaatannya dapat berkelanjutan sehingga sumberdaya perikanan tetap terpelihara dan usaha penangkapan ikan sebagai mata pencaharian dan sumber utama penghidupan masyarakat dapat berkesinambungan.

Sebagai langkah awal dalam proses tersebut di atas maka perlu dilakukan evaluasi dan mengkaji status alat tangkap yang ada dengan mengacu pada konsep teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan.

Dengan demikian kita dapat merekomendasikan bagaimana kondisi penangkapan ikan saat ini di Perairan Gorontalo, alat tangkap apa saja yang layak dikembangkan serta perbaikan-perbaikan teknologi yang dapat dilakukan untuk mendorong pengembangan penangkapan ikan yang ramah lingkungan.1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui status jenis pengelolaan dan kelayakan teknis, ekonomis dan ekologi alat tangkap yang ada di perairan Provinsi Gorontalo

(2) Mengevaluasi status keramahan lingkungan teknologi penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di perairan Provinsi Gorontalo.

(3) Mengkaji status tingkat pemanfaatan dan potensi pengoperasian alat tangkap untuk memanfaatkan sumberdaya secara lestari dan optimal.1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini antara lain adalah mengevaluasi kemungkinan modifikasi dan pengembangan teknologi penangkapan ikan yang ada untuk meningkatkan keramahan lingkungannya. Disamping itu kemungkinan introduksi teknologi penangkapan ikan yang lebih ramah lingkungan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor kelautan dan perikanan secara berkelanjutan sesuai kemampuan lestari sumberdaya ikan dan daya dukung lingkungan. Disamping itu diharapkan akan berdampak positif dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan secara berkelanjutan di Provinsi Gorontalo, melalui penggunaan teknologi penangkapan ikan yang sesuai dengan kaidah ramah lingkungan. Manfaat lainnya adalah secara sadar kita telah melaksanakan konvensi-konvensi internasional mengenai penyelamatan lingkungan dalam rangka pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development), seperti yang disyaratkan dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries (FAO,1995).

BAB.II METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan yaitu akhir Maret Awal September 2004 di perairan Teluk Tomini dan laut Sulawesi Provinsi Gorontalo. Di perairan Teluk Tomini, data di kumpulkan perairan Tilamuta Kabupaten Boelemo dan Kota Gorontalo, sedangkan di perairan Laut Sulawesi data di kumpulkan di perairan Kuandang. 2.2 Metode Penelitian

Kelayakan teknis, ekonomis dan ekologi dilakukan dengan metode survei pada daerah penangkapan ikan yang telah ditentukan di Provinsi Gorontalo. Pengamatan status pengelolaan dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan metode wawancara dan observasi langsung di lapangan. Observasi langsung dilakukan di daerah penangkapan untuk melihat metode operasi penangkapannya, tempat pendaratan ikan (TPI) untuk mengamati jenis-jenis dan ukuran ikan yang tertangkap, perkampungan nelayan dan industri perikanan tangkap untuk mengamati jenis-jenis alat tangkap. Wawancara dengan nelayan dan pedagang pengumpul mencakup hasil tangkapan, alat tangkap, daerah penangkapan, pemasaran dan lain-lain.

Data sekunder diambil dari berbagai sumber antara lain Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Gorontalo, Dinas Perikanan dan Kelautan di seluruh Kabupaten dan Kodya se Provinsi Gorontalo serta dokumen-dokumen hasil-hasil penelitian sebelumnya.2.3 Status dan Indikator Keramahan Lingkungan Teknologi Penangkapan Ikan

Dalam menentukan tingkat keramahan alat tangkap yang ada di perairan provinsi Gorontalo dalam menunjang perikanan yang bertanggungjawab maka dilakukan penentuan kriteria perikanan yang ramah lingkungan seperti yang dikemukakan dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries, FAO (1995), Monintja (1996), Arimoto (1999), APO (2002). Kriteria tersebut adalah:

1. Alat tangkap relatif selektif

2. Konsumsi terhadap BBM rendah

3. Investasi rendah

4. By-catch (discards) rendah

5. Hasil tangkapan segar

6. Tidak Merusak Habitat

7. Mudah didaur ulang oleh lingkungan (Biodegredable)

8. Legal

9. Aman bagi nelayan (operator)

10. Aman bagi spesies yang dilindungi

11. Aman bagi keaneka ragaman hayati (Biodiversity)

12. Bersifat menguntungkan dan dapat diterima oleh masyarakat.2.4 Tingkat Pemanfaatan

Tingkat pemanfaatan potensi dilakukan dengan melakukan pengumpulan data tangkapan dan jumlah unit alat yang beroperasi di perairan provinsi Gorontalo.

2.5 Model Analisis

Setelah menentukan kriteria tersebut di atas maka dilakukan analisis berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh masyarakat nelayan di lapangan. Kriteria yang dianggap tidak bermasalah berarti memenuhi perikanan yang ramah lingkungan. Selanjutnya kriteria yang bermasalah, maka diberikan beberapa alternatif solusi dan selanjutnya dianalisis melalui Analisis Proses Hierarki (Saaty, 1993). Secara ringkas skenario yang dipergunakan dalam pengembangan alat tangkap bagan yang ramah lingkungan ditunjukkan pada Gambar 2.

Metode ini merupakan penyempurnaan dari sistem skoring. Kelebihan metode Analisis Proses Hierarki adalah dapat mengetahui interaksi dari berbagai faktor yang berpengaruh terhadap alternatif solusi yang diajukan. Metode ini memberikan kerangka yang memungkinkan untuk mengambil keputusan yang efektif untuk persoalan yang kompleks dan tak terstruktur ke dalam bagian komponennya. Menata bagian atau variabel dalam suatu susunan hierarki, memberi pertimbangan numerik pada pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya setiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan untuk menetapkan variabel atau elemen yang memiliki prioritas relatif yang lebih tinggi (Saaty, 1993).

Sebelum melakukan pengambilan keputusan alternatif mana yang terbaik maka terlebih dahulu perlu diketahui berapa besar pengaruh setiap elemen dengan elemen yang lain di dalam suatu tingkatan hierarki. Untuk mengetahui intensitas pengaruh masing-masing elemen dapat dilakukan dengan metode perbandingan berpasangan dengan memberi bobot nilai antara satu elemen dengan elemen yang lain. Langkah selanjutnya adalah melakukan sintesa terhadap hasil penilaian untuk memilih elemen mana yang menjadi prioritas tinggi pada setiap tingkatan hierarki yang disusun.

Untuk mempermudah metode perbandingan berpasangan ini maka antara elemen-elemen yang dibandingkan disusun dalam bentuk matriks. Jika C1, C2,.Cn merupakan set elemen, maka kuantifikasi perbandingan berpasangan tiap elemen terhadap elemen yang lain akan membentuk matriks A yang berukuran n x n. Apabila Ci dibandingkan dengan elemen Cj, maka diperoleh nilai aij yang merupakan hasil perbandingan kedua elemen dimana mencerminkan tingkat kepentingan Ci terhadap Cj. Nilai matriks aij = 1/aij yaitu merupakan nilai kebalikan aij untuk I = j, maka nilai matriks aij = aji = 1, karena perbandingan elemen terhadap elemen itu sendiri adalah 1. Secara formulasi matriks A yang berukuran n x n dengan elemen C1 C2 ,Cn untuk I, j = 1, 2n dapat dituliskan sebagai berikut:

C2 C2 .Cn

C1 a11 a12a1n

pA= (aij) = C2 a21 a22a2n

. . ..

Cn 1/ain 1/a2n ..an

Pengisian nilai matriks perbandingan berpasangan digunakan bilangan yang menggambarkan tingkat pentingnya suatu elemen dengan elemen yang lain dengan skala nilai 1-9 seperti disajikan pada Tabel 1. Hasil sintesa secara keseluruhan dari berbagai elemen dan tingkatan hierarki diperoleh nilai vektor prioritas untuk masing-masing alternatif solusi yang dinyatakan dalam persen sehingga diperoleh suatu urutan prioritas.

Hasil sintesa secara keseluruhan dari berbagai elemen dan tingkatan hierarki diperoleh nilai vektor prioritas untuk masing-masing alternatif solusi yang dinyatakan dalam persen (%) sehingga diperoleh suatu urutan prioritas. Dari hasil tersebut akan diperoleh teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan yang secara berkelanjutan akan menjamin pendapatan masyarakat nelayan di provinsi Gorontalo.

Selanjutnya untuk menghitung jumlah unit alat tangkap (fishing effort) yang sebaiknya beroperasi, maka dilakukan pengumpulan data statistik perikanan (Schaeffe, 1959). Formulasi yang digunakan adalah :

C = a + bf ...(1)

(2)

(3)

(4)

Dimana :

- C = Catch

- a & b = konstanta

- f = Fishing Effort

- MSY = Management Sustainable Yield

Tabel 1. Skala banding secara berpasangan antar elemen berdasarkan taraf relatif pentingnya untuk Analisis Hierarki (Saaty, 1993)

Intensitas PentingnyaDefinisiPenjelasan

1Kedua elemen sama pentingnyaDua elemen menyumbangkan sifat sama besar pada sifat itu

3Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnyaPengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya

5Elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang elemen yang lainnyaPengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lain

7Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnyaSatu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dengan praktek

9Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainBukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8Nilai-nilai antara di antara dua pertimbangan yang berdekatanKompromi diperlukan antara dua pertimbangan

KebalikanJika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

III. HASIL ANALISIS

3.1 Potensi Perikanan Tangkap

Potensi perikanan tangkap di perairan provinsi Gorontalo terdiri dari berbagai jenis ikan pelagis besar seperti tuna dan cakalang, ikan pelagis kecil seperti teri, layang, kembung dan selar serta ikan demersal seperti kakap, kerapu, kakatua, baronang dan lain-lain. Potensi perikanan tangkap untuk masing-masing kelompok jenis ikan tersebut diperairan Gorontalo ditunjukkan seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Potensi Perikanan Tangkap di Perairan Laut Prov. Gorontalo

NoPerairanJENIS IKANJUMLAH (TON/TAHUN

Pelagis BesarPelagis Kecil (Ton/th)Demersal (Ton/th)

TunaCakalangJumlah

1Teritorial (12 mil)

a.Teluk Tomini2.9603.7006.66012.87613.02432.560

b.Laut Sulawesi1.2401.5502.7905.3945.45613.640

Jumlah4.2005.25036.00018.27018.48046.200

2ZEE Laut Sulawesi16.00020.00036.000--72.000

Jumlah20.20025.25045.45018.27016.480118.200

Sumber : Rencana tata ruang wilayah Prov.Gororntalo 2001-2005. Bappeda Prov.Gorontalo.

Dari data pada Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa potensi Perikanan Laut Perairan 12 mil Provinsi Gorontalo mencapai 46.200 ton /tahun. Potensi ini akan bertambah jika dimasukkan potensi ZEE laut Sulawesi, yang mencapai 72.000 ton/tahun. Dengan demikian total potensi secara keseluruhan mencapai 118.200 ton/tahun.3.2 Jumlah Nelayan

Nelayan merupakan komponen utama yang melakukan aktivitas penangkapan ikan. Di Provinsi Gorontalo dibedakan atas nelayan utama dan sambilan, saat ini jumlah keseluruhan nelayan adalah sebanyak 17.193 orang dari jumlah tersebut 11.150 orang adalah nelayan utama sedangkan sisanya adalah nelayan sambilan. Data sebaran nelayan seperti terlihat pada Tabel 3.Tabel 3. Sebaran nelayan berdasarkan wilayh kota dan kabupaten

Sumber: Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Gorontalo, 2003 .

Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah nelayan yang terbanyak berada di Kabupaten Gorontalo, sedangkan status nelayan relatif merata pada seluruh kota dan kabupaten.3.3 Produksi Perikanan Laut

Bila potensi tersebut di atas dihubungkan dengan produksi perikanan laut selama tujuh tahun terakhir (Gambar 1) menunjukkan bahwa produksi tersebut masih jauh dari potensinya sehingga pengembangan perikanan tangkap di laut masih sangat memungkinkan untuk dilakukan. Pengembangan potensi perikanan tangkap ini harus pula diupayakan pengembangan sarana dan prasarananya.

Gambar 1. Produksi Perikanan Laut Provinsi Gorontalo tahun 1997-2003 (Sumber: Data tahun 1997-2000 diperoleh dari statistik peeikanan Provinsi Sulawesi Utara; Data tahun 2001-2003 dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo 2003). Produksi perikanan laut untuk masing-masing wilayah perairan kabupaten dan kota di Perairan Provinsi Gorontalo berbeda-beda. Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo memberikan kontribusi produksi yang tinggi, disusul Kabupaten Boelemo, Bone Bolango dan Pohuwatu. Produksi hasil tangkapan untuk ikan pelagis didominasi oleh ikan layang disusul oleh ikan selar, tongkol, teri dan ikan tuna. Untuk jenis-jenis ikan demersal didominasi oleh ikan kerapu, kakap, kuwe baronang dan ikan bawal (Gambar 2).

Gambar 2. Jenis hasil tangkapan dominan di Perairan Gorontalo (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Gorontalo 2003)3.4 Jenis-Jenis Alat Tangkap Yang Beroperasi Di Perairan Provinsi GorontaloTerdapat 8 kelompok jenis alat tangkap yang beroperasi diperairan Gorontalo (Tabel 4). Beberapa jenis unit penangkapan ikan yang banyak digunakan di perairan provinsi Gorontalo adalah pancing, untuk menangkap jenis-jenis ikan tuna dan cakalang, serta jenis-jenis ikan demersal. Disamping itu banyak pula digunakan alat tangkap Gill net untuk menangkap ikan dasar seperti ikan kwe, lencam, kurisi, dan jenis-jenis ikan lainnya. Dari sekian banyak unit alat tangkap ynag beroperasi tersebut alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang banyak memberikan kontribusi produksi.Tabel 4. Jenis alat, jumlah dan kontribusinya di Provinsi Gorontalo Tahun 2003No.Nama AlatJenisJumlahKontribusi dalam

Produksi (ton)

1Pukat Udang25822,10

2Pukat KantongPayang93787,00

Pukat Pantai157856,60

3Pukat Cincin (Purse Seine)12119.585.80

4Jaring ( Gill Net )Jaring Hanyut530714,90

Jaring Lingkar37118,00

Jaring Tetap676746.30

Trammel Net466,90

5Jaring AngkatBagan Perahu1753.753,80

6PancingRawai Hanyut5711,40

Rawai Tetap270418,50

Huhate4461,40

Ulur25344.354,10

Tonda828,30

Lain376386,10

7

PerangkapSero21528,70

Bubu6014,20

8Lain-lainBubu, tombak dll23294,00

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo tahun 2004

Jika dilihat dari kontribusi produksi perikanan tangkap, terdapat 4 jenis alat tangkap yang paling besar kontribusinya dalam produksi perikanan laut di provinsi Gorontalo, masing-masing purse seine, pancing, bagan dan gil net. Purse seine walaupun jumlahnya kecil (121 unit) namun memberikan kontribusi 59 % dari total produksi perikanan laut provinsi Gorontalo. Namun demikian alat tangkap ini sering menimbulkan konflik dengan nelayan bagan apung. Hal ini pernah terjadi di Pulau Ponelo, Kecamatan kuandang.

Tabel 5. Kontribusi produksi perikanan menurut jenis alat tangkap Tahun 2003.NoJenis alat tangkapJumlah (unit)Produksi (ton)Persentase Produksi (%)

1Purse seine12119.585,859,05

2Pancing4.487 6.743,820,33

3Bagan1753.753,811,31

4Gill net1.2892.149,16,47

5Lain-lain864935,32,82

Jumlah6.93633.167,8100

Sumber:Diolah dari data statistik Perikanan Prov.Gorontalo 2003.

Gambar 3. Perkembangan Jumlah Unit Alat Tangkap di Provinsi Gorontalo (Sumber: Data tahun 1997-2000 diperoleh dari statistik perikanan Provinsi Sulawesi Utara; Data tahun 2001-2003 dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo 2003) Dalam kaitanya dengan tangkapan per unit usaha (Catch Per unit Effort) dari berbagai jenis alat tangkap yang beroperasi di Perairan Provinsi Gorontalo menunjukkan trend yang terus meningkat (Gambar 4). Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan di Perairan Provinsi Gorontalo belum mendapat tekanan eksploitasi yang tinggi.

Gambar 4. Perkembangan Catch Per unit Effort (CPUE) di Perairan Provinsi Gorontalo selama tahun 1997-2003. 3.5 Deskripsi Dan Jenis Alat Tangkap Yang Beroperasi Di Perairan Provinsi Gorontalo

3.5.1 Purse Seine

(1) Unit PenangkapanSalah satu alat tangkap yang sangat produktif saat ini khususnya di Provinsi Gorontalo adalah purse seine. Pengertian purse seine biasanya disebut dengan jaring kantong, karena bentuk jaring tersebut dalam pengoperasiannya menyerupai sebuah kantong. Purse seine merupakan alat yang dioperasikan secara aktif, yaitu dengan cara mengejar dan melingkari jaring pada suatu gerombolan ikan (schooling). Alat tangkap tersebut merupakan hasil modifikasi dari alat sebelumnya, yaitu lampara dan ring net.

Purse seine merupakan alat tangkap yang berkembang saat ini di perairan Provinsi Gorontalo, hal ini disebabkan karena alat ini merupakan alat paling efektif dalam penangkapan ikan pelagis kecil dengan alat bantu rumpon. Armada perikanan purse seine tergolong kecil yaitu rata-rata dibawah 30 GT dan terbuat dari kayu dengan 2 buah mesin tempel berkekuatan 40 PK, material kayu banyak digunakan dalam pembuatan kapal purse seine. Banyaknya bahan baku kayu dan relatif murah menjadi alternatif pemilihan mateial kapal purse seine. Panjang alat tangkap purse seine 300 m dan lebar 50 m, jumlah pemberat 1000 biji dengan berat perbuah 1,5 kg, sedangkan pelampung sebanyak 400 buah.

Teknologi perikanan purse seine rumpon di perairan Provinsi Gorontalo masih tergolong sederhana. Hal ini dilihat dari kapasaitas armada, material, dan sarana navigasi seperti sonar dan echosounder yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan ikan di sekitar rumpon. (2) Operasi Penangkapan

(a) Persiapan

Melakukan persiapan dengan memeriksa mesin utama, lampu, jaring, dan kapal. Susunan jaring harus rapi, setelah selesai disusun rapi di atas dek, maka kapal siap untuk beroperasi. Kemudian adalah mempersiapkan segala sesuatunya di darat seperti perbekalan makanan dan minuman seperlunya, BBM 100 liter dan Oli 10 liter, minyak tanah 10 liter dan perbekalan lampu petromak sebanyak 2 buah dan keranjang.

Sekitar pukul 14.00 nelayan tersebut berangkat ke fishing ground atau ke rumpon yang telah dilaporkan untuk dilakukan penangkapan. Perjalanan ini biasanya jauh, tergantung letak rumpon. Setelah sampai di rumpon, nelayan mulai mempersiapkan jaring dan lampu petromaks. Menjelang matahari terbenam lampu-lampu dinyalakan di sekitar rumpon, maka persiapan selesai. (b) Metode Penangkapan

Prinsip penangkapan ikan menggunakan purse seine adalah melingkarkan jaring pada kawanan ikan sehingga terkurung atau terbatas ruang geraknya. Ikan yang akan ditangkap sebaiknya berbentuk gerombolan, dekat dengan pemukaan air dan diharapkan densitas tinggi. Hal ini menyebabkan operasi penangkapan ikan menggunakan purse seine memerlukan suatu keadaan dimana ikan yang akan ditangkap dalam purse seine suatu cathable area atau suatu wilayah perairan. Salah satu upaya untuk menghasilkan cathable area yang baik dengan membentuk daerah penangkapan buatan seperti rumpon.

Adapun tahap pengoperasian alat tangkap purse seine adalah sebagai berikut :

1) Diawali dengan mengikatkan kapal purse seine pada rumpon, mesin dimatikan.

2) Lampu petromak dinyalakan, menunggu terkumpulnya ikan sekitar rumpon yang biasanya hingga menjelang subuh lampu dibiarkan menyala diatas rumpon.

3) Rumpon dihanyutkan beberapa meter dengan cara melepaskan tali jangkar yang digantikan oleh pelampung tanda sementara untuk jangkar rumpon.

4) Pada saat setting, harus memperhatikan posisi kapal terhadap angin. Hal ini dilakukan agar jaring tidak terbawa oleh arus masuk kebawah kapal. Kapal harus dijaga agar tidak melanggar jaring yang sedang dioperasikan. Lamanya setting kurang lebih 2,5 menit. Bila keadaan arus dan angin lemah, maka posisi kapal pada waktu setting bisa sembarang posisi, sehingga membentuk bukaan jaring bulat. Jika kekuatan arus kuat dari angin, maka posisi kapal pada waktu setting berdasarkan arah arus. Kapal berputar menghadang arus, penampilan bukaan jaring membentuk elips kearah datangnya arus. Bila kekuatan angin lebih kuat dari arus, maka posisi kapal pada waktu akan setting berdasarkan arus angin kapal berputar menghadang angin. Penampilan bukaan jaring membentuk elips ke arah datangnya angin. Sedangkan arus dan angin sama-sama kuat dan arahnya tegak lurus, maka posisi kapal pada waktu setting dimulai dengan memutar, menghadang, arus dan arah angin datang dari buritan. Bentuk bukaan jaring berbentuk elips kerah datangnya angin.

5) Arah pelingkaran kapal ke kiri, karena jaring diletakkan dilambung kiri kapal yang disesuaikan dengan arah putaran propeler, sehigga manuver ke kiri lebih mudah.

6) Hauling yang lamanya kurang lebih 30 menit. Caranya yaitu jika kedua ujung jaring telah bertemu, tali kolor atau purse line ditarik dengan menggunakan gardan sampai semua cincin naik keatas permukaan laut.

7) Juru rumpon tetap mengawasi agar rumpon tidak tersangkut oleh jaring. Setelah cincin naik kesisi lambung kapal, maka jaring segera ditarik sedikit hingga ke bagian kantong. Setelah bagian kantong dinaikan keatas kapal, tali pengikat kantong dibuka untuk mengeluarkan ikan hasil tangkapan. Setelah ikan hasil tangkapan dikeluarkan, maka jaring diatur kembali.

3.5.2 Bagan Perahu

(1) Unit Penangkapan

Bagan perahu merupakan alat tangkap yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan yang diperkenalkan oleh nelayan-nelayan di Gorontalo. Komponen bagan perahu di Gorontalo sama dengan bagan pada umumnya yang terdiri dari jaring bagan, perahu dan rumah bagan. Bagan perahu di Gorontalo saat ini masih berskala tradisional, hal ini dilihat dari ukuran yang relatif kecil, pengoperasian masih dilakukan secara manual, alat bantu pengumpul ikan berupa lampu petromak. Dipelataran bagan terdapat alat penggulung (roller) yang berfungsi untuk mengangkat jaring bagan pada saat dioperasikan dengan menggunakan tenaga manusia untuk memutar (roller).

Kontruksi bagan perahu berbentuk empat persegi pajang, jaring atau waring yang digunakan dipasang pada bingkai berukuran 12 x 12 meter persegi. Ukuran mata jaring 0,5 cm dan tidak bersimpul, sebab dengan jaring tanpa simpul akan memudahkan pengoperasian, peningkatan efektifitas serta daya tahan jaring. Perahu yang digunakan berukuran panjang 7 m hingga 10 m tergantung ukuran bingkai yang diinginkan oleh nelayan, bermesin tempel 5 PK dan kapal terbuat dari kayu. Jenis ikan hasil tangkapan didominasi oleh ikan teri, sedangkan jumlah trip per bulan mencapai 20 trip. (2) Operasi Penangkapan

Adapun tahap pengoperasian alat tangkap bagan perahu adalah sebagai berikut :

1) Setting, jaring diturunkan sampai pada kedalaman tertentu sesuai dengan banyaknya lampu petromak yang digunakan. Lama jaring didalam air adalah 1 sampai 2 jam atau tergantung banyaknya ikan yang terkumpul, keadaan daerah serta musim penangkapan.

2) Lampu petromak digunakan sebagai alat bantu untuk menarik perhatian ikan pada saat operasi penangkapan. Banyaknya lampu yang digunakan biasanya 2 hingga 4 buah, lampu mulai dinyalakan setelah jaring diturunkan, kemudian dipasang pada saat mulai gelap. Pemasangan lampu dilakukan dengan cara menggantungkan lampu tersebut pada sebilah bambu dengan jarak 1 meter dari permukaan laut.

3) Hauling, jaring diangkat dari dalam perairan secara berlahan-lahan ketika jaring mulai mendekat permukaan. Hal ini disebabkan agar ikan-ikan yang sudah terkumpul didalam jaring tidak kaget dan meloloskan diri. Penarikan jaring dilakukan dengan menggunakan roller.

4) Ikan yang sudah terkumpul didalam jaring, kemudian diarahkan pada satu sisi untuk memudahkan dalam pengambilan hasil tangkapan yang menggunakan alat bantu serok bergagang besi panjang.

5) Ikan yang sudah diambil dengan serok, kemudian ditampung dalam sebuah keranjang.

6) Setelah itu jaring perlahan-lahan diturunkan untuk dioperasikan kembali, selanjutnya dilakukan penyortiran terhadap ikan berdasarkan ukuran dan jenis ikan.3.5.3 Pancing

5.5.3.1 Hand Line (Pancing ulur)

(1) Unit PenangkapanHand line (pancing ulur) adalah salah satu alat tangkap yang dikenal oleh masyarakat luas, utamanya di kalangan nelayan. Pancing pada prinsipnya terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook).

Tali pancing biasanya terbuat dari bahan nylon monofilament. Keuntungan dari jenis tali pancing jenis nylon monofilament yaitu kuat, tahan lama dan tidak busuk dalam air. Sedangkan untuk mata pancing umumnya terbuat dari baja atau bahan yang anti karat dan mempunyai berkait balik. Panjang tali pancing bervariasi antara 100 m sampai 200 m, dan ukuran tali pancing bernomor 100 atau 500. Pemberat berbentuk kerucut dengan diameter 4 cm, tinggi 6 cm dan berat 500 gram. Kapal yang digunakan terbuat dari kayu dengan panjang 10 m, lebar 3 m tinggi 1.10 m. Kapal ini telah dilengkapi oleh palka untuk menyimpan ikan tuna dengan panjang 2 m, lebar 1.20 m tinggi 1.10 yang berkapasitas kurang lebih 1 ton.

Sampai saat ini di Perairan Teluk Tomini, khususnya di Kabupaten Boelemo beroperasi alat tangkap pancing dalam suatu perkumpulan koperasi yang lebih dikenal dengan nama armada semut. Alat tangkap ini telah memberi kontribusi dalam pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Gorontalo.(2) Operasi Penangkapan

Metode Penangkapan1) Umpan yang sudah dipotong-potong di masukkan dalam kantong berukuran 2 liter;

2) Sepotong umpan di kaitkan pada pancing yang siap diturunkan;

3) Kantong diikat pada tali pancing, kantong diturunkan diturunkan lebih awal dan diikuti oleh pancing yang terdapat umpan secara hati-hati agar kantong tidak terbalik yang menimbulkan umpan terbuang sebelum kedalaman yang diinginkan;

4) Setelah mencapai kedalaman tertentu sekitar 100 m atau lebih, pancing dihentakkan 3 hingga 5 kali, agar kantong yang berisi umpan tidak terbalik atau sobek yang mengakibatkan umpan keluar dari kantong;

5) Pancing dibiarkan beberapa saat, sesekali pancing ditarik untuk mencoba adanya reaksi ikan;

6) Setelah pancing dipastikan termakan oleh ikan, dilakukan penarikan secara berhati-hati untuk mencegah putusnya tali atau sobeknya mulut ikan. Ikan dinaikkan dengan menggunakan ganco, setelah itu ikan dilakukan pembersihan atau pengeluaran insang dan isi perut, setelah bersih ikan dimasukan dalam palka yang diberi es sebagai pengawet.Selain pancing tuna tersebut di atas, nelayan-nelayan dengan usaha kecil menggunakan pula berbagai jenis pancing dasar yang dioperasikan diperairan dangkal untuk menangkap jenis-jenis ikan dasar, seperti kerapu, baronang, ikan kuwe, kakatua, lencam dan lain-lain.

3.5.3.2 Huhate (Pole and Line)

Alat tangkap yang digunakan di perairan Teluk Tomini terdiri dari beberapa bagian.

1. Joran (galah)

Joran terbuat dari bambu dengan elastisitas yang baik. Panjang Joran 2,5 3 m dengan diameter pangkal 2,6 5 cm, dan diameter ujungnya 0,5 1 cm.2. Tali Pancing

Tali pancing yang digunakan terbuat dari bahan Polyethilene yang berdiameter 0,2 cm. Tali pancing ini terdiri atas 3 bagian yaitu :

a. Tali kepala (Head Line) yaitu tali yang berhubungan lansung dengan joran dan dikaitkan pada ujung joran, dengan panjang 10 15 cm

b. Tali Utama (Main Line) yaitu tali yang terpanjang, dimana kedua ujungnya dibuatkan mata yang berfungsi sebagai penghubung antara tali kepala dengan tali sekunder. Panjang 1,5 2 meter.

c. Tali Sekunder yaitu tali yang berfungsi untuk mengikatkan tasi (Monofilamen) atau kawat baja yang menghubungkan dengan mata pancin. Panjang 10 15 cm.

3.Tasi atau Kawat Baja (Wire leader)

Pada kapal Pole and Line tersebut, alat tangkapnya menggunakan tasi bernomor 100 atau kawat baja (wire leaser), targantung masing-masing pemancing. Tasi atau kawat baja tersebut diikatkan langsung pada mata pancing, fungsinya untuk mencegah putusnya tali pancing akibat gaya tarik beban dan gigitan ikan. Panjangnya 10 15 Cm.

4. Mata Pancing (Hook)

Mata pancing yang digunakan tidak berkait balik. Mata pancing tersebut bernomor 2,5 2,8 Cm. Pada bagian atas mata pancing terdapat timah berbentuk selinder dengan panjang 3 cm dan diameter 1 cm, yang bagian luarnya dibungkus dengan nikel sehingga lebih mengkilap dan menarik perhatian ikan target, sedangkan pada sisi luarnya terdapat cincin sebagai tempat mengikat tasi atau kawat baja. Pada bagian mata pancing dilapisi guntingan tali rapia dan bulu ayam yang diikat dengan monofilamen (no. 2).

Mata pancing pada alat tangkap Pole and Line tidak mempunyai kait balik seperti mata pancing yang lain pada umumnya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan terlepasnya ikan pada saat disentakkan. Pole an Line juga tidak menggunakan umpan dimata pancingnya, tetapi digantikan oleh umpan tiruan berupa guntingan tali rapia dan bulu ayam. Hal ini bertujuan untuk efisiensi dan efektifitas alat tangkap karena cakalang termasuk pemangsa yang rakus.

3.5.4. Alat Tangkap PayangPayang adalah pukat kantong yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish) di mana kedua sayapnya berguna untuk menakut-nakuti atau mengejutkan serta menggiring ikan supaya masuk ke dalam kantong (Anonim 1975).

Dalam operasi penangkapannya banyak dilakukan dengan menggunakan alat bantu rumpon, di mana ikan-ikan yang ada pada rumpon digiring masuk ke dalam kantong payang walaupun dalam operasi penangkapannya tidak selalu menggunakan rumpon. Alat tangkap ini banyak digunakan di perairan Indonesia, di Sulawesi selatan alat tangkap ini banyak digunakan di Perairan selat Makassar, terutama di Teluk Mandar. Di perairan Gorontalo alat tangkap ini banyak terdapat di Pulau Ponelo kecmatan Kuandang.

Alat tangkap ini terdiri dari dua sayap, terbuat dari jaring yang bahannya dari bahan sintetis jenis nylon multifilament. Sebagai contoh alat tangkap payang yang dioperasikan di Pulau Ponelo Kuandang, mesh size sayapnya masing-masing berukuran 48 cm bagian badannya antara 8- 15 cm dan bagian kantonnya berukuran 1-1,5 cm. Ukuran sayap semakin kecil kearah kantong. Untuk memberikan daya apung maka pada bagian sayap diberikan pelampung. Supaya sayap tersebut terentang dalam air maka diberikan pemberat. Fungsi sayap adalah menakutnakuti ikan agar masuk kedalam kantong.

Setelah alat tangkap ini telah tersusun dengan baik di atas kapal maka setelah tiba di fishing ground, jika menggunakan alat bantu rumpon terlebih dahulu harus ditangani dengan memperhatikan arah arus. Karena arah ikan pada rumpon akan berlawanan dengan arah arus. Jika arah arus dari Barat maka posisi ikan berada pada sisi timur rumpon.

Setelah itu jaring diturunkan yang dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, kemudian mengelilingi rumpon, penauran jaring dilakukan sampai semua jaring turun ke laut dan selanjutnya mengambil kedua tali sayap, kemudian jaring ditarik ke atas perahu. Sebagian awak kapal tetap bertugas pada rumpon sehingga tetap seperti semula. Operasi penangkapan dianggap selesai jika kantong jaring telah tiba di atas perahu.

Dalam metode operasinya tidak sampai ke dasar perairan sehingga tidak mengganggu habitat perairan.

Jenis-jenis Hasil Tangkapan

Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan alat tangkap payang adalah layang (Decapterus sp), Selar (Caranx sp), Kembung (Rastralliger sp), Sardin (Sardinella sp). Jadi umumnya yang tertangkap adalah ikan-ikan yang senang berada di daerah rumpon. Ikan layang merupakan hasil tangkapan yang dominan.5.5.5 Jaring (Gill net)

Gill Net Tetap yang digunakan dalam penelitian adalah Gill Net Tetap yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama besar, yang mana panjang jaring lebih besar dibandingkan lebarnya. Gill net yang dioperasikan di perairan Gorontalo terdiri atas beberapa jenis dan ukuran. Pembagian jenis dan ukuran tersebut di sesuaikan dengan target tangkapan. Berikut ini ada 3 jenis gill net yang umumnya di operasikan di perairan propinsi Gorontalo :Gill net ikan dasar

Jenis gill net ini oleh penduduk setempat disebut sebagai jaring Nyari. Jaring utama terbuat dari bahan monofilament bernomor 60 dengan ukuran mata jaring 4 dan 6,5 cm. Adapun panjang jaring utama adalah 25 m (biasanya digabung), dalam jaring 1,5 m. Pelampung terbuat dari bahan gabus dengan panjang 4 cm. Pelampung ini dipasang dengan memasukkan tali ris atas pada lubang pelampung, kemudian diikat dengan tali mati dengan jarak antar pelampung 22 cm. Pemberat yang digunakan adalah pemberat dari kerang-kerang mati berdiameter 1,7 cm berwarna putih yang dilubang pada bagian tengah dan diikatkan pada tali ris atas dengan jarak antar pemberat 21 cm.

Tali ris yang digunakan terbuat dari bahan polyethylene dengan diameter 5 mm dan dipasang ganda pada setiap tali ris. Kedua tali ris tersebut memilikin warna yang sama yaitu warna biru dengan arah pilinan tipe Z. Salah satu dari tali ris ganda sengaja dipanjangkan sebagai pengikat tali jangkar dan tali pelampung tanda. Jenis-jenis ikan dasar seperti ikan baronang, kakatua, lencam, menjadi tujuan utama dari alat tangkap ini.

Gill net ikan Hiu

Jenis gill net ini memiliki ukuran yang lebih besar dari gillnet untuk menangkap ikan dasar. Panjang jaring utama 57 m dan dalamnya 3 m. Jaring terbuat dari bahan monofilament bernomor 30 dan mesh size 15 cm. Pelampung terbuat dari bahan gabus dengan ukuran 6 cm dan jarak antar pelampung adalah 55,5 cm. Pelampung diikatkan pada tali ris atas dengan menggunakan tali mati dari bahan monofilament yang lebih kecil. Pemberat terbuat dari bahan timah berbentuk tabung dengan panjang 3,3 cm. Pemberat dipasang dengan jarak antaranya 60 cm. Tali ris bawah atas dan bawah bernomor tiga dengan diameter 5 mm terbuat dari bahan polyethylene berwarna biru tua. Ikan hiu merupakan tangkapan utamanya. Kebanyakan nelayan mengambil sirifnya untuk dikeringkan dan dijual. Nilai ekonomi dari sirif hiu ini sangat tinggi.Gill net ikan KuweJaring insang yang digunakan berukuran panjang 37,5 cm dan lebar atau dalam jaring 1,5 m dengan mesh size 8,3 cm. Jaring utama terbuat dari bahan monoethylene berwarna putih bening. Pada bagian tas diikatkan pelampung berbentuk elips dengan lubang ditengahnya serta tali ris atas. Jarak pemasangan pelampung adalah 55 cm, sedangkan pada bagian bawah diikatkan pemberat timah dengan panjang 3,3 cm dan tali ris bawah. Cara penggantungan timah pemberat dilakukan dengan memasukkan tali ris ke dalam lubang pemberat kemudian diikatkan dengan tali mati ke tali ris lainnya. Cara pemasangan pelampung dilakukan dengan memasukkan tali ris ke dalam lubang pelampung kemudian diikatkan ke tali ris atas.

Tali ris atas terdiri dari dua buah tali yang terbuat dari bahan polyethylene dengan diameter 5 mm. Kedua tali ris tersebut mempunyai warna yang berbeda yakni biru dan hijau dengan arah pilinan type Z. Kedua tali ris tersebut disatukan dengan menggunakan tali mati. Untuk tali ris bawah bahan sama dengan tali ris atas dengan ukuran yang sama pula. Panjang salah satu tali ris dilebihkan untuk dipergunakan sebagai tali pelampung tanda dan tali jangkar

3.5.6 Bubu

Alat ini merupakan salah satu dari beberapa jenis trap (perangkap) yang dipasang secara tetap di dalam air untuk jangka waktu tertentu dan memudahkan ikan masuk dan mempersulit jalan keluarnya.

Alat ini terbuat dari anyaman bambu dengan bentuk empat persegi panjang dan pada bagian ujungnya menonjol dan ujung lainnya lebih kedalam.

Bubu adalah salah satu alat tangkap yang sangat efektif unuk menangkap jenis ikan dasar, seperti kerapu dan bawal. Bentuknya sederhana dan pengoperasiannya sangat mudah. Umumnya bubu yang digunakan terdiri atas 3 bagian utama, yaitu :Tubuh atau badan bubu

Terbuat dari anyaman bambu yang berbentuk persegi panjang. Salah satu ujung badan menonjol keluar dan ujung lainnya menjorok kedalam. Panjang badan bubu 90 cm dan lebar 56 cm. Bagian ini merupakan tempat peletakan pemberat sebagai penahan bubu agar tetap berada di dasar perairan dengan berat 5-10 kg.Lubang tempat mengeluarkan hasil tangkapan

Lubang ini terletak pada bagian sisi bawah bubu. Bagian ini sengaja dibuat seperti pintu geser yang juga terbuat dari bambu agar memudahkan proses pengambilan hasil tangkapanMulut bubu

Ikan masuk melalui lubang ini, dan bagian ini terletak di salah satu ujung badan bubu. Mulut bubu juga terbuat dari bahan bambu dengan posisi agak menjorok ke dalam dan bagian ujungnya menjorok kebawah sehingga ikan yang masuk akan kesulitan untuk melepaskan diri, karena semakin dalam semakin kecil ukuran mulut tersebut. Adapun ukuran bukaan mulut luar bubu adalah 27 cm dan 21 cm pada bagian dalamnya. Guna memperkuat konstruksi bubu, biasanya digunakn kawat atau tali yang diikatkan mengelilingi badan bubu. Pada bagian sisi atas bubu diikatkan tali sebagai tempat pengikat pelampung tanda yang terbuat dari gabus.

Bubu dengan ukuran besar banyak beroperasi di perairan Kuandang dengan tujuan utama untuk menangkap ikan ekor kuning atau ikan lolosi. Bubu ukuran besar ini mempunyai panjang 260 Cm, lebar 180 cm. Ukuran mata bubu mencapai 7 Cm. Dioperasikan di dekat pantai pada kedalaman 30 Cm.

Dalam metode pengoperasiannya alat penangkapan ini biasanya diletakkan di daerah karang atau diselah karang sehingga dalam pengoperasiannya kurang ramah terhadap habitat.

3.5.7 Sero

Sero (guilding barrier) adalah alat penangkapan ikan yang dipasang secara tetap di dalam air, yang biasanya terdiri dari susunan pagar-pagar yang akan menuntun ikan menuju perangkap

Alat ini biasanya terbuat dari kayu, waring atau bambu. Terdiri dari bagian-bangian yaitu (a); Penaju (leading net) yang berfungsi untuk menghadang ikan dalam renang ruayanya khususnya ikan-ikan yang beruaya pada saat pasang naik. (b) daerah bunuhan. Biasanya terletak pada bagian yang lebih dalam, dengan demikian pemasangan alat tangkap ini hanya bisa dilakukan pada daerah-daerah yang landai yang sedikit miring. Nelayan banyak memasangnya pada daerah- daerah pinggir pantai.

Dalam operasi peangkapanya sangat sederhana karena setelah alat tangkap ini dipasang diperairan maka diharapkan ikan-ikan yang melewati penaju dari alat tangkap ini akan masuk kedaerah bunuhan. Pada saat air surut maka pengambilan ikan di daerah bunuhan segera dilakukan

Tidak banyak alat tangkap sero yang beroperasi di perairan Gorontalo. Hasil pengamatan didaerah Kuandang menunjukkan bahwa mesh size yang digunakan nelayan untuk mengoperasikan alat tangkap ini sebesar 3,5 Cm.

3.5.8. Alat Tangkap Lainnya

(1) Panah atau Tombak.

Alat tangkap panah atau tombak banyak digunakan oleh nelayan bajo di Tilamuta. Umumnya digunanakan untuk menangkap ikan-ikan dasar, mulai dari yang berukuran kecil maupun yang berukuran besar.

Dalam melakukan operasi penangkapan nelayan melakukan penyelaman dengan menggunakan alat atau tanpa menggunakan alat bantu. Alat bantu yang sering digunakan adalah kompressor. Alat tangkap ini rawan terhadap operator.

(2) Penggunaan illegal dan deskdtruktif FishingDari hasil wawancara dengan nelayan dan tokoh-tokoh masyarakat terungkap bahwa penggunaan alat penangkapan ikan yang illegal dan dekstruktif Fishing (bom dan cianida), pernah dilakukan oleh beberapa nelayan pada beberapa tahun yang lalu, Namun dalam dua tahun terakhir ini kegiatan itu tidak lagi dilakukan, kecuali oleh nelayan pendatang. Nampaknya kesadaran masyarakat akan dampak illegal dan dekstruktif fishing mulai meningkat sejalan dengan dampak menurunnya hasil tangkapan ikan-ikan demersal.3.6 Analisis Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap Yang Beroperasi Di Perairan Gorontalo.3.6.1 Kelayakan teknis dan Ekologisa. Pancing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sudut selektivitas alat tangkap, semua jenis pancing yang beroperasi di perairan Provinsi Gorontalo umumnya tingkat selektivitasnya tinggi, khususnya pancing ulur (hand line) dan huhate (pole and line). Hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya ukuran mata pancing yang digunakan dan ukuran ikan yang tertangkap dengan alat tangkap tersebut. Ukuran mata pancing pada alat tangkap pole and line adalah 4 cm, dimana yang dapat tertangkap dengan alat tangkap tersebut adalah ikan-ikan yang berukuran besar.

Menurut Burhanuddin dkk (1984), ikan cakalang memijah pada ukuran panjang 39,1 cm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umumnya ikan cakalang yang tertangkap dengan pancing ulur telah melakukan pemijahan (55%), sedangkan lebih dari 70% ikan cakalang yang tertangkap dengan pole and line adalah ikan ikan dewasa yang telah melakukan pemijahan. Dengan demikian adapat dikatakan bahwa pole and line dan jenis-jenis pancing lainnya yang beroperasi di perairan Provinsi Gorontalo tergolong ramah terhadap lingkungan.

Ukuran mata pancing yang digunakan berukuran besar dengan kisaran panjang antara 3 5 cm.

b. Pukat kantong

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran mesh size pada kantong payang sebesar 1 cm. Jika target utama adalah ikan selar dan ikan layang maka dari sudut selektivitas alat ini kurang ramah, dimana ukuran ikan layang yang tertangkap dengan payang berkisar antara 12-21,9 cm, dengan konsentrasi terbanyak pada ukuran 14- 15,9. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ikan layang jenis Decapterus ruselli memijah pada ukuran panjang total 18 Cm (Thiew, 1970; Sudirman, 2003). Jika dihubungkan dengan hal ini maka hanya 25% ikan layang yang tertangkap dengan layang telah melakukan pemijahan. Dari sudut ini dapat dikatakan bahwa alat tangkap payang kurang ramah terhadap lingkungan. Namun demikian alat tangkap payang yang beroperasi di perairan Provinsi Gorontalo hingga tahun 2003 hanya 93 unit sehingga tidak memberikan tekanan yang berarti terhadap kelestarian sumberdaya perikanan di Teluk Tomini.

Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan lingkungan alat tangkap payang dalam kaitan dengan selektivitas adalah sebabagai berikut;

1. Memperbesar ukuran mata jaring pada bagian kantong

2. Mengontrol dan mengendalikan jumlah alat tangkap payang yang beroperasi.

3. Meningkatkan kesadaran nelayan akan kelestarian ikan layang

4. Mengatur aktivitas penangkapan berdasarkan ukuran ikan.Dari hasil analisis hirarki dengan vektor prioritas relatif masing-masing ditunjukkan pada Tabel 6

.

Tabel 6. Hasil analisis hierarki yang menunjukkan tingkat pentingnya vektor prioritas dalam meningkatkan keramahan lingkungan alat tangkap payang. No1234Total nilaiVektor Prioritas relatif (%)

1199928,057,37

21/917715,130,93

31/91/7134,28,60

41/91/71/311,53,10

Jumlah48,8100%

c. Purse seine

Hasil pengamatan terhadap purse seine yang beroperasi di Perairan Gorontalo menunjukkan bahwa mesh size kantong purse seine sebesar 1 inchi. Ukuran ini merupakan merupakan ukuran minimun yang dipersyaratkan pada jaring, berdasarkan SK. Menteri Pertanian No.607/KPB/UM/9/1976 butir 3, ukuran mata jaring di bawah 25 mm dengan toleransi 5% dilarang untuk beroperasi.

Hasil pengukuran panjang total ikan layang Decapterus macrosoma (n = 2160) menunjukkan bahwa ukuran ikan yang tertangkap dari 14 - 25 Cm. Menurut Najamuddin (2004) ikan layang jenis ini pertama kali matang gonad pada ukuran panjang total 20 Cm. Jika ukuran ini dijadikan sebagai patokan, maka hanya sekitari 30 % dari hasil tangkapan adalah ikan telah siap atau sudah melakukan pemijahan. Namun demikian Purse seine juga menangkap ikan cakalang. Umumnya ikan cakalang yang tertangkap dengan purse seine adalah ikan-ikan yang belum pernah melakukan pemijahan.

Namun demikian sampai tahun 2003 jumlah purse seine yang beroperasi diperairan Gorontalo baru 121 Unit (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Gorontalo, 2004). Jika hal ini dibandingkan dengan potensi perikanan pelagis maka tidak memberikan tekanan eksploitasi yang berarti pada perairan Gorontalo.

d. Bagan Perahu

Hasil pengamatan terhadap alat tangkap bagan yang beroperasi di Perairan Gorontalo menunjukkan bahwa mesh size jaring yang digunakan sebesar 0,5 cm. Dengan demikian maka hampir seluruh jenis ikan yang tertarik oleh cahaya dapat tertangkap oleh bagan.

Terdapat tiga spesies utama yang tertangkap oleh alat tangkap bagan perahu di perairan Gorontalo, masing-masing ikan teri (Stolephorus sp), ikan layang (Decapterus sp) dan sardin (Sardinella sp). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran ikan teri yang tertangkap dengan bagan perahu berkisar antara 2- 11 cm, dengan konsentrasi tertinggi pada ukuran panjang 6-9 cm.

Pada ukuran berapa sebenarnya ikan teri melakukan pemijahan di perairan Gorontalo? Belum diperoleh informasi dari hasil-hasil penelitian sebelumnya. Namum demikian berdasarkan hasil penelitian ditempat lain seperti di Selat Singapura yang dilaporkan oleh Tham (1965) bahwa Stolephorus heterolobus, memijah pada panjang baku 50 mm. Tiews et al. (1970) mengemukakan bahwa di Teluk Manila ikan teri memijah pada panjang 60 mm. Stolephorus devisi di perairan Papua New Gunea memijah pada ukuran 45 50 mm, S.heterolubus 50 55 mm dan pada S.insularis memijah pada panjang di atas 6,5 cm di Teluk Manila (Tiews et al. 1970).

Dari sudut selektivitas dapat dikatakan bahwa bagan perahu ramah terhadap ikan teri dan tidak ramah terhadap jenis layang dan sardin. Bagaimana solusi untuk meningkatkan keramahan lingkungan alat tangkap bagan rambo dilihat dari sudut selektivitasnya?. Ada beberapa solusi yang dapat ditawarkan antara lain:

1. Perbaikan mesh size (Improving of mesh selectivity)

2. Pengendalian jumlah alat tangkap (Control of unit number)

3. Pengaturan fishing ground (Arragement of fishing ground)

4. Pengaturan musim penangkapan (Management of fishing season)

5. Peningkatan kesadaran masyarakat nelayan terhadap lingkungan (Awareness of fisher for environmentally friendly)

Tabel 7. Hasil analisis hierarki yang menunjukkan tingkat pentingnya vektor

prioritas dalam meningkatkan keramahan lingkungan alat tangkap

bagan perahu dari sudut selektivitas.

No12345Total nilaiVektor Prioritas relatif (%)

11993729,056,53

21/9133310,119,68

31/91/31315,410,52

41/31/31/311/32,34,48

51/71/31315,510,72

Jumlah51,3100%

d. Jaring (Gill net)

Secara umum jaring yang beroperasi di perairan Provinsi Gorontalo mempunyai ukuran mata jaring yang besar. Masing-masing 4 Cm, 6,5 cm, 8,3 cm dan mesh size 15 cm (untuk ikan hiu).

Sehubungan dengan teknologi penangkapan dengan mempergunakan alat tangkap jaring insang (gillnet) misalnya ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar bisa memenuhi kriteria teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan antara lain sebagai berikut (Martasuganda, 2002).

1. Melakukan seleksi terhadap ikan yang akan dijadikan target tangkapan atau atau ikan layak tangkap baik dari jenis maupun ukuran, dengan cara membuat desain dan konstruksi alat yang disesuaikan dengan jenis dan ukuran dari habitat perairan yang akan dijadikan target tangkapan. Dengan demikian diharapkan bisa meminimumkan hasil tangkapan sampingan yang tidak diinginkan dari habitat perairan yang dilindungi.

2. Pengoperasian jaring insang disuatu kawasan perairan yang dioperasikan pada siang hari, harus dilengkapi dengan pelampung tanda yang dilengkapi dengan bendera atau bendera dan radar reflektor (pemantul gelombang radar), sedangkan untuk yang dioperasikan pada malam hari, maka pelampung tanda sebaiknya dilengkapi dengan cahaya (light bouy) atau pelampung cahaya dan radar reflector yang tujuannya agar kapal yang akan lewat bisa menghindari alat tangkap dipasang.

3. Tidak memakai mesh size yang dilarang (berdasarkan SK. Menteri Pertanian No.607/KPB/UM/9/1976 butir 3, ukuran mata jaring di bawah 25 mm dengan toleransi 5% dilarang untuk beroperasi).

4. Tidak melakukan kegiatan usaha penangkapan di perairan atau di daerah penangkapan ikan yang sudah dinyatakan lebih tangkap (over fishing), di daerah kawasan konservasi yang dilarang, di daerah penangkapan yang dinyatakan tercemar dengan logam berat dan kawasan perairan lainnya yang dinyatakan terlarang.

5. Tidak melakukan pencemaran lingkungan (memasukkan mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan) yang akan mengakibatkan berubahnya tatanan lingkungan sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Sebagai contoh tidak membuang alat tangkap (jaring bekas atau potongan-potongan jaring) atau benda lain (bahan bakar bekas pakai, seperti oli, bensin, bahan kimia dan benda lainnya).

Apabila karena sesuatu sebab jaring insang tertingal atau hilang diperairan, sebaiknya diusahakan dicari agar tidak menimbulkan atau terjadinya Ghost fishing yang akan berdampak terhadap potensi sumberdaya yang ada.Tingkat by-catch dan dicardsHasil wawancara dengan para nelayan diperoleh informasi bahwa semua jenis alat tangkap yang beroperasi di perairan Gorontalo by-catch dan discardnya sangat kecil. Hasil wawancara dengan nelayan didaerah penelitian mengemukakan bahwa jumlah by catch dan discard 1-2 % saja. Umumnya semua jenis tangkapan dapat laku dipasaran. Jenis-jenis ikan tertentu saja seperti ikan buntal biasa tertangkap dengan alat tangkap bagan dan purse seine tidak bernilai ekonomi dan umumnya dibuang ke laut.

Daya Rusak Terhadap Habitat dan Keamanan terhadap Spesies yang dilindungi.

Jenis alat tangkap purse seine dalam operasinya dilakukan didaerah laut dalam sehingga jaring yang digunakan tidak sampai ke dasar perairan sehingga tidak merusak habitat dasar. Demikian halnya alat tangkap payang dioperasikan di dekat rumpon dan tidak sampai kedasar perairan. Alat tangkap pancing, bagan, gill net aman terhadap habitat, termasuk habitat terumbu karang.

Dalam kaitannya dengan kerusakan habitat, maka alat tangkap yang tergolong kurang ramah adalah bubu. Alat tangkap ini dioperasikan di daerah karang. Biasanya nelayan menggunakan karang untuk menimbuni bubu agar dapat terpasang dengan baik di dasar perairan. Namun demikian jumlah bubu yang beroperasi di perairan Gorontalo sangat kecil dinali sampai saat ini belum memberikan dampak yang berarti terhadap habitat.

Dari hasil pengamatan terhadap ikan-ikan yang didaratkan di TPI Tilamuta dan TPI lainnya di Provinsi Gorontalo, tidak didapatkan ikan-ikan yang dilindungi tertangkap dengan alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan di daerah tersebut.

Keamanan Terhadap Nelayan dan Keanekaragaman Hayati

Bahaya atau resiko yang diterima oleh nelayan dalam menoperasikan suatu alat tangkap secara umum dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor yaitu faktor internal (berhubungan dengan keahlian nelayan) dan faktor eksternal faktor alam dan jenis alat tangkap yang digunakan (Sarmintohadi, 2002).

Semua alat tangkap yang legal beroperasi di Perairan Gorontalo umumnya aman terhadap nelayan (kecuali yang menggunakan kompressor) dan keaneka ragaman hayati. Hasil wawancara dengan para nelayan terungkap bahwa keamanan terhadap operator hanya beresiko terhadap alat tangkap yang illegal, seperti penggunaan dinamik.

Demikian halnya terhadap keanekaragaman hayati. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan mengenai operasional jenis alat tangkap yang ada dalam kaitannya dengan keaneka ragaman hayati. Spesies-spesies yang tertangkap adalah spesies ekonomis yang sudah umum dikenal oleh masyarakat.

Aspek Legalitas

Aspek legalitas merupakan hal penting dalam setiap usaha, termasuk usaha penangkapan ikan. Adanya kepastian hukum dalam berusaha yang dilakukan oleh para nelayan akan memberikan jaminan ketenangan dalam berusaha. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua alat tangkap yang digunakan adalah legal. Alat-alat tangkap yang illegal dioperasikan secara sembunyi-sembunyi.

Penggunaan alat penangkapan ikan yang illegal dan dekstruktif (bom dan cianida), pernah dilakukan oleh beberapa nelayan pada beberapa tahun yang lalu, Namun dalam dua tahun terakhir ini kegiatan itu tidak lagi dilakukan, kecuali oleh nelayan pendatang. Nampaknya kesadaran masyarakat akan dampak illegal dan dekstruktif fishing mulai meningkat sejalan dengan dampak menurunnya hasil tangkapan ikan-ikan demersal. Kondisi Keramahan Lingkungan Alat Penangkapan ikan dan upaya keberlanjutannya yang beroperasi di Perairan Provinsi Gorontalo, dalam kaitannya dengan aspek sumberdaya ikan ditununjukkan padaTabel 8.Tabel 8. Tingkat keramahan lingkungan berbagai jenis alat tangkap

yang beroperasi di Perairan Gorontalo.Jenis alat tangkapTingkat Keramahan terhadap lingkunganPrioritas utama untuk meningkatkan keramahannya

A. Pelagis kecil

1. Purse seineSedangMemperbesar mesh size sesuai dengan jenis ikan

2. BaganTidak ramah kecuali terhadap ikan teriMenggunakan mesh size yang bervariasi sesuai dengan target spesies

3. Payang LayangSedangMemperbesar mesh size kantong

4.Pukat kantong untuk nikeiSedangPerlu kajian lebih dalam

B. Pelagis Besar

1. Pole and line Tinggi

2. Long lineTinggi

3. Pancing lainSedang-tinggiPengaturan ukuran mata pancing terkecil

C. Ikan Demersal

1. BubuSedangPerbesar ukuran mata bubu, Tanda harus jelas dan tidak dioperasikan di atas terumbu karang

2. Jaring insang dasarSedang sampai tinggiHindari daerah karang dan mesh size disesuaikan dengan target spesies

3. TombakTidak ramahPeningkatan pengetahuan operatornya

D. KompressorTidak ramahUsahakan tidak merusak karang; Penggunaan tabung oksigen yang terjamin kebersihannya

Tingkat Kesegaran Hasil Tangkapan

Semua jenis alat tangkap yang dioperasikan di perairan Gorontalo rata-rata mempunyai tingkat kesegaran yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil score sheet dengan nilai rata-rata 7-9. Tingkat kesegaran ikan akan menentukan kualitas ikan. Kualitas ikan yang baik akan menentukan harga jual yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Dengan meningkatnya kesejahteraan diharapkan nelayan mempunyai kesadaran untuk memelihara kondisi ekosistem sumberdaya hayati laut.3.6.2 Aspek Sosial dan Ekonomis

Seperti yang dikemukakan oleh FAO dalam Asian Produktivity Organisation (2002), bahwa sustainable development harus mencakup sosial acceptable, maka dalam bidang perikanan berkelanjutan faktor sosial harus menjadi perhatian penting.

Dalam bidang perikanan, khusus penangkapan ikan, konflik merupakan gejala sosial yang sering ditemukan diberbagai wilayah perairan. Gejala konflik tersebut dapat dilihat dari perspektif sumberdaya bahwa konflik antar nelayan sering terjadi untuk memperebutkan sumberdaya ikan yang jumlahnya terbatas. Perebutan ini muncul karena karakteristik sumberdaya perikanan yang bersifat open access (Satria, 2002).

Dengan kondisi sumberdaya bersifat open access, seolah-olah sumberdaya dapat dikuasai sembarang orang, disembarang waktu, dan dengan sembarang alat tangkap. Namun, jika ditelusuri lebih jauh, sebenarnya kondisi sumberdaya yang benar-benar terbuka hampir sulit ditemukan. Hal ini karena pemerintah pada umumnya telah memiliki regulasi pengelolaan sumberdaya. Belum termasuk masyarakat yang memiliki aturan main juga dalam pengelolaan sumberdaya.

Di perairan Gorontalo yang perlu diperhatikan dalam kaitan dengan konflik adalah alat tangkap bagan dengan alat tangkap purse seine. Pengaturan penangkapan perlu dilakukan untuk mencegah konflik. Kasus nelayan ini terjadi di perairan Kuandang menjadi pelajaran yang sangat berharga.

Solusinya adalah alat tangkap purse seine sebaiknya beroperasi di luar wilayah 4 mil dari pantai karena mempunyai mobilitas yang tinggi, sebaliknya nelayan bagan dapat beroperasi didekat pantai karena mobilitasnya rendah.

Dalam kaitan dengan aspek sosial dan ekonomi maka pengembangan jenis alat tangkap yang ada diperairan Gorontalo dapat memberikan dampak antara lain:1) Penyerapan tenaga kerja

Kenyataan di negara berkembang seperti di Indonesia, peningkatan jumlah penduduk tidak diimbangi oleh ketersediaan lapangan kerja. kegiatan perikanan tangkap ikan pelagis, pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyerap banyak tenaga kerja. Hal ini, karena didukung oleh wilayah perairan laut Indonesia khususnya perairan Provinsi Gorontalo. Dengan demikian tujuan pengembangan kegiatan perikanan tangkap ikan pelagis yang kedua diharapkan dapat menyerap tenaga kerja.

Kesesuaian antara kualitas tenaga kerja dan kapasitas usaha harus diselaraskan. Kualitas lebih diutamakan pada tingkat keterampilan dibandingkan dengan latar belakang formal, walaupun indikator yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya kualitas pekerja adalah tingkat pendidikan. Proses rekruitmen yang benar dan tepat akan sangat berpengaruh pada kualitas dan kemajuan kegiatan perikanan tangkap.

2) Peningkatan ekonomi masyarakat

Salah satu hal penting dalam pengembangan kegiatan perikanan ikan pelagis adalah peningkatan ekonomi masyarakat di Provinsi Gorontalo. Peningkatan ekonomi masyarakat harus dilihat sebagai unsur yang terpenting dalam pengembangan kegiatan perikanan tangkap. Hal ini, disebabkan karena masyarakat, khususnya nelayan bertindak sebagai pelaku utama atau subyek dari aktivitas pembangunan suatu daerah, disisi lain merupakan tujuan akhir dari pembangunan ekonomi itu sendiri dari sektor perikanan dan kelautan.

3) Pendapatan Asli daerah (PAD)

Dana PAD dibutuhkan oleh Pemerintah Daerah untuk pembangunan daerah Provinsi Gorontalo sehubungan dengan adanya pemberian otonomi daerah.

Pemberian otonomi daerah adalah untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna, penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Untuk dapat melaksanakan tujuan tersebut, maka kepada daerah perlu diberikan wewenang untuk melaksanakan berbagai urusan pemerintahan sebagai urusan rumah tangga.

Untuk itu, Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo berusaha menyusun rencana dan melaksanakan proyek-proyek layanan. Pengembangan daerah perlu ditingkatkan agar upaya untuk memungkinkan pemerintah, memikul tanggungjawab yang lebih besar atas program-program dimasa yang akan datang.

Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan kebijakasanaan memungut bayaran untuk barang dan layanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah atau yang memanfaatkan sumberdaya daerah

Salah satu objek yang dapat menyumbangkan dana bagi daerah adalah pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan, khususnya perikanan tangkap ikan pelagis. Dengan potensi perikanan tangkap diharapkan mampu lebih mendukung kemandirian daerah ke dalam kesatuan pola pengembangan daerah Provinsi Gorontalo.

Tabel 9 menunjukkan jumlah tangkapan pertrip, jumlah hari operasi serta jumlah Anak Buah Kapal (ABK) yang dapat diserap sebagai suatu gambaran aspek ekonomi dan sosial untuk jenis-jenis alat tangkap yang beroperasi di perairan Gorontalo.

Dari Tabel 9 tersebut terlihat bahwa alat tangkap purse seine dan pole and line menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak. Namun demikian alat tangkap jenis ini yang berperasi di Perairan Gorontalo masih tergolong sedikit. Berbeda halnya dengan alat tangkap bagan menyerap tenaga kerja banyak dan jumlah yang beroperasi juga banyak.

Berbeda halnya dengan alat tangkap pancing, walaupun jumlah tenaga kerja perunit alat sedikit tetapi alat tangkap ini jumlahnya besar, maka alat tangkap tersebut memberikan kontribusi yang besar kepada masyarakat Gorontalo baik kontribusi ekonomi maupun aspek sosial. Dari seluruh aspek lingkungan nampaknya semua jenis pancing yang beroperasi diperairan Gorontalo tergolong ramah terhadap lingkungan.

Usaha penangkapan masih menguntungkan

Yang sangat menentukan adalah potensi sumberdaya ikan yang terdapat dalam suatu perairan. Semakin melimpah suatu sumberdaya ikan berarti semakin menjamin kelangsungan usaha penangkapan. Oleh sebab itu data yang akurat mengenai potensi sumberdaya ikan di suatu kawasan perairan sangatlah penting, termasuk spesies, habitat dan musimnya. Ketersedian data ini akan meningkatkan efisiensi usaha penangkapan yang akan dikembangkan.Minim investasi

Investasi yang tinggi dalam pemanfaatan sumberdaya laut cenderung cenderung akan mengeksploitasi sumberdaya alam lainnya, sehingga akan berdampak pada sektor lain. Hasil wawancara dengan nelayan di Lokasi penelitian menunjukkan bahwa investasi yang tinggi hanyalah pada alat tangkap purse seine dan pole and line. Namun demikian hasil yang diperoleh jauh lebih besar.Sampai saat ini teknologi penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan diperairan Gorontalo, investasi yang dibutuhkan tergolong rendah sampai sedang.Tabel 9. Keragaman Jumlah hasil, Jumlah Hari Operasi dan Jumlah ABK yang digunakan dalam operasi penangkapannya.

NoJenis AlatTangkapan (Kg) pertripJumlah Hari Operasi/blnJumlah ABK

TerendahTertinggiRata-rata

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.Purse Seine

Pancing

a. Pancing Ulur

b. Pancing Layang

c. Pancing Vertical

d. Pancing Ikan Dasar

e. Pole and Line

Gill Net

a. Gillnet Hiu

b. Gillnet Bubara

c. Gillnet Lolosi

d. Gillnet Ik Batu

Bagan Perahu

Bubu

Panah

Komproser

Sero

Payang

500

6

20

15

-

400

5

10

15

10

30

10

10

1

10

10

3500300

500

350

-

3.5 ton

500

350

400

300

1000

250

250

70

30

300

700

150

100

80

-

1.5 ton

80

50

50

50

250

40

50

20

20

6020

25

25

20

-

25

25

20

20

20

20

20

25

20

30

2017-20

2

3

2

-

8-17

4

3

3

4

8

2

3

3

2

6

Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) minimum

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan jenis sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan cadangannya di alam terbatas. Dengan demikian maka aktivitas penangkapan ikan diharapkan dapat menggunakan bahan bakar minyak seminimum mungkin. Hal ini dilakukan untuk menjamin kelangsungan usaha penangkapan ikan.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa umumnya alat tangkap yang dioperasikan menggunakan BBM relatif rendah sampai sedang. Semua jenis alat tangkap pancing dan gill net menggunakan BBM yang sangat rendah. Jenis alat tangkap purse seine dan pole and line menggunakan BBM yang lebih banyak dibandingkan dengan alat tangkap lainnya.

Dalam satu trip penangkapan, jumlah BBM yang digunakan kurang dari 100 liter..

3.7 Arah Pengendalian dan Pengembangan Perikanan Tangkap

3.7.1 Rekomendasi Terhadap Modifikasi Alat Tangkap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam rangka meningkatkan keramahan lingkungan dan mengoptimalkan hasil tangkapan, maka ada beberapa jenis alat tangkap yang perlu dimodifikasi. Alat tangkap tersebut adalah Bottom long line, tuna long line dan alat tangkap payang. Namum demikian alat tangkap bottom long line sangat sedikit yang menggunakannya, dan umumnya skalanya kecil. Di lain pihak potensi ikan demersal di Perairan Gorontalo cukup besar. Dengan demikian perlunya memodifikasi sebagian jenis pancing menjadi Bottom long line. Alat tangkap ini sesuai untuk semua perairan di Provinsi Gorontalo.Demikian halnya dengan alat tangkap Tuna long line. Nelayan kebanyakan masih menggunakan pancing ulur dalam menangkap ikan-ikan tuna. Dalam rangka pengembangan perikanan tangkap ke depan di perairan Provinsi Gorontalo khususnya memanfaatkan potensi ikan tuna maka pengembangan alat tangkap tuna long line perlu dilakukan. Kabupaten Boalemo dan Gorontalo memungkinkan untuk pengembangannya.

3.7.2 Pengendalian Alat Tangkap Yang Kurang Ramah terhadap Lingkungani Alat TangkapHasil sementara menunjukkan bahwa alat tangkap Bagan, payang dan bubu perlu ditingkatkan keramahan lingkungannya. Pengendalian alat tangkap yang kurang ramah seperti ini dapat dilakukan melalui modifikasi alat dan perbaikan strategi penangkapan.

Peningkatan keramahan lingkungan alat tangkap bagan apung yang beroperasi di perairan Provinsi Gorontalo dapat dilakukan melalui beberapa alternatif.

1. Perbaikan mesh size (Improving of mesh selectivity)

Perbaikan mesh size dapat dilakukan memperbesar ukuran mata jaring, namun demikian memperbesar ukuran mata jaring akan mengakibatkan lolosnya ikan teri yang merupakan tujuan utama penangkapan alat tangkap bagan. Dengan demikian perlu strategi lain.

2. Pengendalian jumlah alat tangkap(Control of unit number)

Jika alternatif pertama kurang dapat diterapkan maka solusi lainnya adalah pengendalian jumlah alat tangkap bagan. Dengan mesh size seperti yang digunakan sekarang ini, namun jumlah harus dikendalikan. Berapa jumlah yang harus beroperasi, harus mengacu pada jumlah stock di daerah tersebut.

3. Pengaturan fishing ground (Arragement of fishing ground)

Peningkatan keramahan lingkungan alat tangkap bagan dengan mengatur fishing ground perlu dilakukan mengingat alat tangkap bagan sering mengalami konflik dengan alat tangkap lain seperti purse seine. Dengan mengatur fishing ground masing-masing maka konflik akan dapat diatasi.

4. Pengaturan musim penangkapan (Management of fishing season)

Pengaturan musim penangkapan dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada musim teri tetap menggunakan mesh size yang lebih kecil. Akan tetapi jika bukan musim teri maka sebaiknya menggunakan mesh size jaring yang lebih besar.

5. Peningkatan kesadaran masyarakat nelayan terhadap lingkungan (Awareness of fisher for environmentally friendly)

Solusi lain yang dapat ditawarkan dalam rangka peningkatan keramahan lingkungan adalah peningkatann kesadaran lingkungan masyarakat nelayan dalam hal kelestarian sumberdaya ikan. Hal ini harus kita sadarkan bahwa pengaturan ini akan berdampak kelestarian usahanya. Peningkatan kesadaran masyarakat akan lebih mudah dibandingkan dengan melalui pengawasan. Penyuluhan dan pelatihan secara berkala yang diberikan kepada masyarakat nelayan merupakan contoh konkrit dari solusi ini.

Peningkatan keramahan lingkungan untuk alat tangkap payang dapat dilakukan dengan mempebesar mesh size pada bagian kantong. Sampai saat ini mesh size kantong yang digunakan oleh nelayan adalah 1 cm. Mesh size seperti ini memungkinkan tertangkapnya ikan-ikan layang dan selar sebagai target spesiesnya pada ukuran yang belum layak tangkap. Dalam rangka peningkatan keramahan lingkungannya, maka memperbesar mesh size menjadi 1 inchi pada bagian kantonnya perlu menjadi perhatian.

3.7.3 Introduksi Alat Penangkapan Ikan

Dalam rangka pengembangan alat tangkap yang ramah lingkungan di perairan Gorontalo maka jenis alat tangkap Gill net cakalang/tongkol dan set net merupakan alat yang direkomendasikan untuk di introduksi dibeberapa daerah seperti Kabupaten Gorontalo, Bone Bolango dan Boalemo.

Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan tidak adanya alat tangkap gill net cakalang/tongkol yang digunakan oleh nelayan, dilain pihak populasi ikan tongkol dan cakalang di perairan gorontalo sangat potensil. Alat tangkap ini telah berhasil baik digunakan oleh para nelayan di Pelabuhan Ratu Jawa Barat.

Selain alat tangkap gill net cakalang, alat tangkap lain yang direkomendasikan untuk dintroduksi di perairan Gorontalo adalah alat tangkap set net. Perairan Pohuato, Boelemo dan Kuandang merupakan daerah yang cocok untuk alat tangkap set net. Alat tangkap ini dapat mengeksploitasi berbagai jenis ikan pelagis dan demersal termasuk ikan karang tanpa merusak karangnya. Di Jepang alat tangkap ini telah dimanfaatkan dengan baik di seluruh perairan pantainya, dan pada tahun 1997 memberikan kontribusi sebesar 11% dari total hasil tangkapan di Jepang.

Secara singkat set net dapat digambarkan sebagai alat tangkap yang memiliki penaju (leader net) yang berfungsi mengarahkan kelompok ikan masuk ke dalam serambi (play groung). Serambi berbentuk kerucut yang mempunyai fungsi sebagai tempat berkumpulnya kelompok ikan sebelum masuk kedalam kantong (bag net). Kantong adalah tempat terakhir kelompok ikan terkumpul, dimana pada bagian kantong inilah yang dihauling oleh nelayan untuk memanen hasil tangkapan (Gambar 12). Peneliti ingin memberikan masukan bagaimana memanfaatkan teknologi penangkapan ikan dan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan pemanfaatan sumberdaya hayati laut sehingga nelayan dapat meningkat kesejahteraanya tanpa merusak sumberdaya alam laut kita.

Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan pemasangan alat tangkap set net di pulau-pulau kecil, antara lain (1) dengan adanya aktivitas penangkapan yang dilakukan oleh nelayan kita di fishing ground pulau-pulau kecil, menutup ruang bagi negara lain untuk mengkapling bahwa daerah tersebut adalah bagian dari wilayahnya; (2) secara langsung pemerintah telah memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan di wilayah yang sangat terpencil yang selama ini sangat termarginalkan; (3) menjaga keutuhan wilayah perairan Indonesia dengan biaya yang relatif murah, karena keberadaan nelayan di daerah tersebut secara langsung atau tidak langsung membantu pihak Angkatan Laut RI menjaga wilayah negara kesatuan;(4) salah satu bentuk implimentasi dari pemberdayaan masyarakat nelayan di pulau-pulau kecil yang akhir-akhir ini sangat diprioritaskan oleh pemerintah melalui Departemen Kelautan dan Perikanan ( DKP) RI.

Mengapa sebaiknya alat tangkap set net dan bukan alat tangkap lainnya. Dalam hubungan ini alat tangkap set net memiliki beberapa kelebihan antara lain; (1) pengambilan hasil tangkapan dapat dilakukan dalam 2-3 hari sekali, sehingga nelayan tidak mesti tinggal menunggu pada fishing ground pulau-pulau kecil tersebut; (2) pemasangan alat tangkap set net dapat dilakukan pada jarak yang sangat dekat dengan pulau-pulau kecil sehingga nampak bahwa pulau tersebut dimanfaatkan oleh nelayan; (3) hasil tangkapan alat tangkap set net dalam keadaan segar sehingga nilai ekonominya bisa lebih tinggi; (4) dengan alat tangkap set net yang sederhana, investasinya bisa lebih rendah dan produksinya dapat lebih tinggi.3.7.4 Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap

Berdasarkan perhitungan CPUE menunjukkan bahwa CPUE di perairan Gorontalo masih cenderung naik, sehingga tidak memenuhi syarat untuk menghitung MSY dan effort oftimumnya. Namun demikian berdasarkan data yang ada di Dinas Perikanan Propinsi Gorontalo, menunjukkan bahwa pengembangan jenis alat tangkap masih memungkinkan.Demikian halnya dengan purse seine, dengan terget spesies yang tepat purse seine layak pula dikembangkan. Pengembangan alat tangkap tersebut sesuai untuk wilayah Kabupaten Boelemo, Pohuato, Gorontalo dan Bone Bolango. Khusus untuk Bone Bolango sesuai untuk jenis-jenis pancing, gill net dan purse seine.

Monintja (1996), mengemukakan bahwa profil penangkapan ikan yang ideal untuk dicapai antara lain perlu memiliki keragaan sebagai berikut; (1) mampu memberikan pendapatan yang layak bagi para nelayan, mulai dari pemilik sampai pada operator level terbawah, dalam arti setiap personnel memiliki kemampuan untuk menabung; (2) keuntungan usaha memberikan kemampuan bagi usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya;(3) Produk yang dihasilkan adalah exportable untuk menghasilkan devisa;(4) usaha dapat diselenggarang profitable secara berkelanjutan ; (5) tidak menimbulkan keresahan sosial. Jika sumberdaya perairan laut diusakan secara profitable secara berkelanjutan maka Teknologi penangkapan menjadi suatu keharusan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN4.1 Kesimpulan

Berdasarkan kajian yang dilakukan dengan melihat trend produksi perikanan tangkap dan jumlah unit alat di perairan Povinsi Gorontalo menunjukkan bahwa perikanan tangkap masih memungkinkan untuk dilakukan pengembangan.

Variasi alat penangkapan ikan yang beroperasi di perairan provinsi Gorontalo masih kecil. Dari segi jumlah dan jenis-jenis alat tangkap yang legal beroperasi menunjukkan bahwa status pengelolaan belum optimal. Kelayakan teknis dan ekologis menunjukkan belum ada yang terlalu menghawatirkan akan kelestarian sumberdaya ikan di Perairan tersebut. Dengan kata lain tingkat keramahan alat tangkap yang digunakan masih tergolong sedang sampai tinggi. Namun demikian dalam usaha menjaga kelestarian pemerintah Provinsi Gorontalo tetap mengontrol secara rutin beroperasinya alat tangkap yang illegal.

Aspek teknologi khususnya teknologi penangkapan ikan pelagis menunjukan bahwa peningkatan teknologi diarahkan pada perikanan purse seine untuk pelagis kecil, sedangkan untuk pelagis besar perlu adanya peningkatan teknologi penangkapan pelagis yang lebih efesien seperti alat tangkap pole and line. Ditinjau dari aspek sosial yaitu dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, maka pengembangan kegiatan perikanan tangkap ikan pelagis diarahkan pada perikanan purse seine dan pole and line.Untuk memanfaatkan jenis-jenis ikan demersal maka pengembangan jenis-jenis pancing dasar dan gill net dan gill net dasar sesuai untuk dikembangkan di seluruh perairan Provinsi Gorontalo.4.2 Saran

Dalam rangka pengembangan penangkapan ikan yang ramah lingkungan di perairan Provinsi Gorontalo, kesadaran nelayan akan pentingnya pelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan sangat penting. Oleh sebab itu sedini mungkin diperlukan peningkatan kesadaran lingkungan melalui pendidikan informal baik berupa penyuluhan maupun berupa pelatihan-pelatihan secara kontinyu yang dilaksanakan oleh instansi terkait. Dalam pengembangan kegiatan perikanan tangkap di Provinsi Gorontalo, maka yang terpenting adalah peningkatan SDM perikanan. Tercapainya SDM perikanan yang memadai, selanjutnya perlu adanya dukungan modal usaha. Dengan kesiapan SDM dan dukungan modal, strategi yang harus dilakukan adalah peningkatan teknologi, penyediaan sarana dan prasarana, kesediaan pasar serta keamanan dan kepastian hukum.

V. IMPLIKASI KEBIJAKANDari hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis alat tangkap telah memenuhi persyaratan ramah lingkungan, namun demikian adapula beberapa jenis masih perlu diperbaiki dan bahkan yang tidak ramah sama sekali.

Jenis alat tangkap yang sangat ramah seperti Pole and line dan jenis-jenis pancing ulur, gill net secara umum direkomendasikan untuk dikembangkan diperairan Provinsi Gorontalo karena tidak mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan.

Beberapa jenis alat tangkap sudah ramah namun masih perlu ditingkatkan keramahannya terhadap lingkungan seperti Purse seine dan payang Selanjutnya alat tangkap yang menggunakan kompressor sebagai alat bantunya seperti panah, sebagian kecil gill net (khususnya gill net dengan alat bantu kompressor) dan bagan perahu perlu dikontrol pemanfaatannya.

Dalam rangka tetap mempertahankan dan meningkatkan keramahan lingkungan alat tangkap dan mengembangkan perikanan bertanggung jawab maka perlu dilakukan peningkatan kesadaran masyarakat nelayan akan pentingnya pelestarian sumberdaya ikan. Program aksi yang dapat dilakukan adalah pendidikan singkat , penyuluhan secara berencana dan berkelanjutan mulai nelayan, pedagang dan unsur-unsur yang terkait dengannya.AFTAR PUSTAKA

Anonim., 1975. Ketentuan Kerja, Pengumpulan, Pengolahan dan Penyajian Data Statistik Perikanan(buku I). Derektorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian . Jakarta.

APO (Asian Productivity Organization), 2002. Sustainable Fishery Managementin Asia. Report of the APO Study Meeting on Sustainable Fishery Management. Tokyo. 324 p

Arimoto,T. 1999. Light Fishing. Paper in International Fisheries Training Center,

JICA, Tokyo. Pp15 (unpublished).

Arimoto, T., 1999. Trends Fishing Technology In the New Mellenium.

Sustainable Fishing Tecknology in Asia Toward the 21 st Century. Proceding of The International Seminar. Bali Indonesia .

Arimoto, T, 2000. Research and Education System of Fishing Technology in Japan. TUF-JSPS International Project. Vol. 8. March 2000. Proceeding the 3 rd JSPS International Seminar on Fisheries sciences in Tropical Area Sustainable Fishing Technology in Asia Towards the 21 st Century. Tokyo University of Fisheries. p 32-37.

Arimoto, T 2000. Capture Fisheries and Cage Culture in Japan. JSPS

International symposium on Fisheries Sciences in Tropical area. Bogor- Indonesia.

Burhanuddin, R.Mulyanto, S.Martosewojo dan A. Djamali. 1984. Suku

Scombridae. Tinjauan mengenai ikan tuna, cakalang dan tongkol. Lembaga Oseanologi Nasional LIPI.59 hal.

CCRF (FAO), 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries.. Rome , Italy.

Dinas Pertanian Kota Gorontalo 2003. Laporan Tahunan Perikanan Kota

Gorontalo, T.A. 2002.

Gorontalo 2003. Model Pengembangan Etalase Perikanan dan Kelautan

Gorontalo

Monintja, D.R. 1996. Teknologi Tepat Guna Dalam Pemanfaatan

Sumberdaya Hayati Laut: MenyambutEra Pasar Global. Makalah dalam seminar seharuiTeknologi Lingkungan dan pengembangan Bisnis Masa Depan, diselenggarakan oleh kantor Menteri negara Lingkungan Hidup. Jakarta. 13 hal. (Unpublish)

Tham, A. K., 1965. Notes on the Biology of the Anchovy, Stolephorus

pseudoheterolobus Handerberg. Bull. Nat. Mus. Singapura 33 (4):23-26.

Tiews, K. I.A.Ronquillo and L.M.Santos, 1970. On the Biology of Anchovies

(Stolephorus Lacepede) in Philippines waters. Proc.Indo.Indo.Facific.

Fish.Counc,12(2):1-25

EMBED Excel.Chart.8 \s

EMBED Excel.Chart.8 \s

EMBED Excel.Chart.8 \s

EMBED Excel.Chart.8 \s

PAGE 22

_1154541829.xlsSheet1

NOKab/KotaTahun 2001Tahun 2002

UtamaSambilanJumlahUtamaSambilanJumlah

VolumeNilaiVolume

(Ton)(Rp.1000)(Ton)

1Kota Gorontalo5,5161095,6255,5321095,641

2Kab. Gorontalo5,6201145,7345,5201145,634

3Kab. Boalemo5,6042255,8295,7211085,829

Jumlah16,74044817,18816,77333117,104

Satuan : Orang

Kabupaten/KotaJumlahKatagori Nelayan

Nelayan PenuhSambilan UtamaSambilan Tambahan

Jumlah$17,193$11,150$3,330$2,713

GORONTALOKOTA GORONTALO$3,495$2,466$659$370

KAB. GORONTALO$5,734$3,711$977$1,046

KAB. BOALEMO$2,021$975$600$446

KAB. POHUWATO$3,867$2,922$531$414

KAB. BONE BOLANGO$2,076$1,076$563$437

_1158481485.xlsChart1

20950.9

18745.1

19771.4

20409.9

22413

32170.5

33167.8

Tahun

Produksi (ton)

Alat

Jumlah Alat dan Effort di Provinsi Gorontalo

NoTahunPurse SeineEffortBagan PerahuEffortHand LineEffortPayangEffort

1199473197461573768038561858857722893

2199590209771573611043022880507620920

3199686147881373288043432935357520055

4199786173841353239244633665537619616Tongkol

51998861835513532386446377680576218001,508.6

61999861572213532400446324971576196961,591.1

720001352862016138640447437604586240801,741.0

820011352997026964560146290602150412501,557.4

Jumlah777165,5621,286307,04831,826692190,3101,621.0

1,487.2

1,566.6

2,704.4

13,777.3

TahunUnit alatTangkapanCPUE

(effort)(Catch)

20015,42322,4134.12

20025,53332,1705.81

2,0035,699.033,1686

Alat

0

0

0

Tahun

Unit Alat Tangkap

Prod. Peri. Laut

0

0

0

Tahun

Jumlah Unit Alat (Unit)

Ikan

0

0

0

Tahun

CPUE (Ton/Unit Alat)

Jumlah Alat

Jumlah produksi perikanan Laut Menurut Jenis Alat Tangkap Di Provinsi Gorontalo

Jenis Alat Tangkap200120022003Produksi Perikanan Laut Provinsi Gorontalo Menurut Kabupaten (2003)

Unit Alat TangkapVolume ProduksiUnit AlatVolume ProduksiUnit Alat TangkapVolume Produksi

(Buah)(Ton)Tangkap (Buah)(Ton)(Buah)(Ton)

No.Kabupaten/KotaJumlah Produksi

Jumlah5423.022413.05533.032170.55699.033167.81Kab.Boelemo4894.02

Pukat Udang21.0510.518.0540.025.0822.12Kab.Bone Balango4245.00

Pukat KantongPayang150.01543.799.0533.193.0787.03Kota Gorontalo6137.00

Dogol0.00.00.00.00.00.04Pohunato2553.00

Pukat Pantai143.0453.0150.01781.1157.0856.35Kab. Gorontalo5970.00

Pukat Cincin70.08212.189.018395.5121.019585.8Sum23799.02

Jaring Insang475.0315.1522.0170.8530.0714.9Keterangan

Jaring Lingkar22.087.829.0231.137.0118.0* data tahun 2002

Jaring InsangJaring Klitik0.00.00.00.00.00.0

Jaring Insang Tetap670.01,259.30669.0718.7676.0746.3

Trammel Net42.04.840.04.346.06.9

Bagan Perahu/Rakit209.04,958.60179.04,326.40175.03,753.80200122413.0

Jaring AngkatBagan Tancap (Termasuk Kelong)0.00.00.00.00.00.0200232170.5

Sero0.00.000.00.00.00.02003.033167.8

Jaring Angkat Lainnya0.00.00.00.00.00.0

Rawai Tuna0.00.000.00.00.00.0

Rawai Hanyut Lain selain Rawai Tuna47.06.850.09.357.011.4,199720950.9

PancingRawai Tetap265.0394.7261.0371.0279.0418.5,199818745.1

Huhate2.0254.82.0286.44.0461.4,199919771.4

Pancing Ulur2,4074142.02442.04338.22534.04354.1,200020409.9

Pancing Tegak0.00.00.00.00.00.0200122413.0

Pancing yang lain258.0287.2328.0346.8376.0386.1200232170.5

Pancing Tonda79.06.976.07.382.08.3,200333167.8

Sero192.019.6207.024.1215.028.7

PerangkapJermal0.00.00.00.00.00.0

Bubu30.06.145.09.760.014.2

Perangkap lainnya0.00.00.00.00.00.0

Alat Pengumpul Kerang0.00.00.00.00.00.0

Alat pengumpul Rumput Laut0.00.00.00.00.00.0

Muro Ami (termasuk Mallalugis)0.00.00.00.00.00.0

Lain-lain (termasuk Tombak dan Jala)341.050.0327.076.7232.094.0

Jumlah Alat

0

0

0

Tahun

Produksi (ton)

0

0

0

0

0

0

0

Tahun

Produksi (ton)

NoTahunTunaCakalangTongkolTembangLayangTeri

119942,205.91,102.11,508.6478.53,997.74,557.2

219952,370.51,055.61,591.1507.53,638.94,237.7

319962,238.61,198.11,741.0622.13,205.44,539.6

419972,812.51,329.41,557.4748.43,138.53,030.2

519981,518.41,580.31,621.0839.82,551.43,542.4

619992,142.81,727.11,487.21,030.62,341.13,604.7

720001,659.31,789.21,566.61,039.12,346.93,529.1

820011,752.51,847.22,704.41,098.54,138.35,519.3

Jumlah6364.60025358.10032560.200

Jenis dan Jumlah Alat Tangkap di Provinsi Gorontalo Tahun 2003Jenis dan Jumlah Alat Tangkap di Perairan Provinsi Gorontalo Tahun 2003

(Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo)(Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo)

No.Nama AlatJenisJumlahKontribusi dalamNo.Kabupaten/KotaAlat Tangkap

Produksi (ton)Pancing danGil NetPayangPukatPurse SeineBaganSero danLain

1Pukat Udang25822.1Pole and LineBubu

2Pukat KantongPayang93787.01Kab. Gorontalo59308155623285214723

Pukat Pantai157856.62Kab. Bone Bolango2469370319003

3Pukat Cincin12119,585.803Kab. Poitu Watu72645802945710160

(Purse Seine)4Kab.Boelemo1,1961370068300

4JaringJaring Hanyut530714.95Kota Gorontalo1,4698415340000

( Gill Net )Jaring Lingkar37118(Tahun 2003)

Jaring Tetap676746.3Jumlah11790153171589719224886

Trammel Net466.9

5Jaring AngkatBagan Perahu1753,753.80

6PancingRawai Hanyut5711.4

Rawai Tetap270418.5

Huhate4461.4

Ulur25344354.1

Lain36728.7

7Serosero21514.2

8Lain-lainBubu326094

Sum856732773.7

_1158481527.xlsChart1

11484.1

4213.4

3816.9

3538.9

3342.2

0

254.7

240

131.3

116

Jenis ikan

Total Tangkapan (ton)

Sheet1

Jenis ikanProduksi (Ton)

Layang11,484.10

Selar4,213.40

Tongkol3,816.90

Teri3,538.90

Tuna3,342.20

Kerapu3,26.60

Kakap254.7

Kuwe240

Baronang131.3

Bawal116

Sheet1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

Jenis ikan

Total Tangkapan (ton)

Sheet2

Sheet3

_1160208218.xlsChart4

3.49

2.33

2.46

3.78

4.12

5.81

5.824

Tahun

CPUE (Ton/Unit)

Alat

Jumlah Alat dan Effort di Provinsi Gorontalo

NoTahunPurse SeineEffortBagan PerahuEffortHand LineEffortPayangEffort

1199473197461573768038561858857722893

2199590209771573611043022880507620920

3199686147881373288043432935357520055

4199786173841353239244633665537619616Tongkol

51998861835513532386446377680576218001,508.6

61999861572213532400446324971576196961,591.1

720001352862016138640447437604586240801,741.0

820011352997026964560146290602150412501,557.4

Jumlah777165,5621,286307,04831,826692190,3101,621.0

TahunUnit alatTangkapanCPUE1,487.2

(effort)(Catch)1,566.6

20015,42322,4134.122,704.4

20025,53332,1705.8113,777.3

2,0035,699.033,1686

TahunUnit alatTangkapanCPUE

(effort)(Catch)

20015,42322,4134.12

20025,53332,1705.81

2,0035,699.033,1686

,19975306.020950.93.5,19973.5

,19988048.018745.12.3,19982.3

,19998048.019771.42.5,19992.5

,20005425.020409.93.78,20003.78

,20015,42322,4134.12,20014.12

,20025,53332,1705.81,20025.81

,20035,699.033,1686,20036

Alat

0

0

0

Tahun

Unit Alat Tangkap

Prod. Peri. Laut

0

0

0