teknologi penangkapan ikan

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di seluruh dunia jumlah alat tangkap sangat bervariasi. Sementara itu, dalam rangka pengendalian pemanfaatan perikanan yang berkelanjutan memerlukan statistik tertib. Sehingga keberadaan standarisasi alat tangkap mudah dikenal dan dipahami oleh masyarakat luas serta mudah untuk dilaksanakan. Dalam rangka mewujudkan perikanan tangkap yang berkelanjutan (sustainable fisheries cupture ) sesuai dengan ketentuan pelaksanaan perikanan yang bertanggung jawab (FAO Code of conduct for Responsible Fisheries /CCRF) maka eksploitasi sumberdaya hayati laut harus dapat dilakukan secara bertanggung jawab ( Responsible fisheries ). Data dari SOFIA ( The State of World Fisheries and Aquaculture ) menyatakan bahwa 5 % dari perikanan dunia dalam status deplesi atau penurunan produksi secara terus menerus, 16 % terlah dieksploitasi secara berlebihan dan melampaui batas optimim produksi, 52 % telah penuh eksploitasi, 23 % pada tahap moderat yang artinya produksinya masih dapat ditingkatkan meskipun dalam jumlah yang kecil, 3 % sumberdaya ikan masih dibawah tingkat eksploitasi optimumnya dan hanya 1 % yang dalam proses pemulihan melalui program- program konservasi. 1

Upload: shihatin

Post on 12-Nov-2014

1.161 views

Category:

Technology


4 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Teknologi penangkapan ikan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di seluruh dunia jumlah alat tangkap sangat bervariasi. Sementara itu,

dalam rangka pengendalian pemanfaatan perikanan yang berkelanjutan

memerlukan statistik tertib. Sehingga keberadaan standarisasi alat tangkap

mudah dikenal dan dipahami oleh masyarakat luas serta mudah untuk

dilaksanakan.

Dalam rangka mewujudkan perikanan tangkap yang berkelanjutan

(sustainable fisheries cupture) sesuai dengan ketentuan pelaksanaan perikanan

yang bertanggung jawab (FAO Code of conduct for Responsible

Fisheries/CCRF) maka eksploitasi sumberdaya hayati laut harus dapat dilakukan

secara bertanggung jawab (Responsible fisheries).

Data dari SOFIA (The State of World Fisheries and Aquaculture)

menyatakan bahwa 5 % dari perikanan dunia dalam status deplesi atau

penurunan produksi secara terus menerus, 16 % terlah dieksploitasi secara

berlebihan dan melampaui batas optimim produksi, 52 % telah penuh eksploitasi,

23 % pada tahap moderat yang artinya produksinya masih dapat ditingkatkan

meskipun dalam jumlah yang kecil, 3 % sumberdaya ikan masih dibawah tingkat

eksploitasi optimumnya dan hanya 1 % yang dalam proses pemulihan melalui

program-program konservasi.

Berdasarkan tersebut di atas, untuk menjaga kelestarian sumberdaya

ikan perlu dikaji penggunaan alat-alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan

dari segi pengoperasian alat penangkapan ikan, daerah penangkapan dan lain

sebagainya sesuai dengan tata laksana untuk perikanan yang bertanggungjawab

atau Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF). Juga perlu adanya

standarisasi alat tangkap. Kedepan, trend pengembangan teknologi

penangkapan ikan ditekankan pada teknologi penangkapan ikan yang ramah

lingkungan (environmental friendly fishing tecnology) dengan harapan dapat

memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan. Teknologi

penangkapan ikan ramah lingkungan adalah suatu alat tangkap yang tidak

1

Page 2: Teknologi penangkapan ikan

memberikan dampat negatif terhadap lingkungan, yaitu sejauh mana alat

tangkap tersebut tidak merusak dasar perairan, tidak berdampak negatif

terhadap biodiversity, target resources dan non target resources.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian standarisasi alat tangkap?

2. Bagaimana dasar penetapan standarisasi alat tangkap ikan dilakukan?

3. Mengapa standarisasi alat tangkap perlu di lakukan?

4. Apa manfaat standarisasi alat tangkap ikan, dan siapa penerima manfaat

terbesar dari adanya standarisasi?

5. Apa saja contoh standarisasi selain alat tangkap?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian standarisasi alat tangkap.

2. Mengetahui dasar penetapan standarisasi alat tangkap ikan.

3. Mengetahui alasan perlunya dilakukan standarisasi alat tangkap.

4. Mengetahui manfaat standarisasi alat tangkap ikan serta penerima

manfaat terbesar dari adanya standarisasi.

5. Mengetahui contoh lain standarisasi selain alat tangkap.

2

Page 3: Teknologi penangkapan ikan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Standarisasi Alat Tangkap

Untuk memahami sub bab ini, terlebih dahulu kita perlu pahami tentang

dua faktor pentingnya. Yaitu, standarisasi serta alat tangkap.

Yang pertama tentang Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar

yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional.

Dokumen SNI berisi ketentuan teknis (aturan, pedoman atau karakteristik) dari

suatu kegiatan atau hasilnya yang dirumuskan secara konsensus dan ditetapkan

oleh BSN untuk dipergunakan oleh stakeholder dengan tujuan mencapai

keteraturan yang optimum ditinjau dari konteks keperluan tertentu (KKP, 2011).

Menurut Jauhari (2014), standarisasi adalah sebuah upaya melakukan

penyeragaman tentang spesifikasi desain dan kontruksi, kegunaan, daerah

penangkapan dan sasaran penangkapan ikan dari suatu unit alat tangkap ikan di

seluruh dunia.

Sedangkan alat penangkap ikan (fishing gear) adalah segala macam alat

yang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan, termasuk alat tangkap,

kapal dan alat bantu lainnya (Annafi, 2008).

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa standarisasi alat tangkap merupakan

standar yang ditetapkan oleh badan standarisasi tentang segala macam alat

yang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan.

Standarisasi alat tangkap adalah untuk menyatukan suatu effort ke dalam

bentuk satu ekonomi untuk melakukan pemodelan terhadap beberapa satuan

yang dianggap standar. Hal ini merupakan langkah yang harus dilakukan dan

dimaksudkan untuk mendapatkan satuan effort yang seragam sebelum dilakukan

pendugaan kondisi MSY (Maximum Sustainable Yield), yaitu suatu kondisi

dimana stok ikan dipertahankan pada kondisi keseimbangan (Setyohadi, 1995

dalam rediastuti, 2013).

3

Page 4: Teknologi penangkapan ikan

Standart Internasional untuk penggolongan secara statistik tentang alat

tangkap ikan atau international standart statistical classification on fishing gear

(ISSCFG), yang disusun tahun 1971 oleh FAO dengan dibantu oleh tenaga ahli

bidang penangkapan ikan antara lain, Prof. A. Von. Brandt dan A. I Threser,

ISSCFG banyak dipakai oleh organisasi yang bergerak dalam bidang perikanan.

ISSCFG dirancang dalam rangka meningkatkan performa kinerja statistik

perikanan, penggolongan ini juga sangat berguna untuk pengembangan

teknologi eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya perikanan dan pelatihan

nelayan untuk meningkatkan pemahaman teknologi dan skill penangkapan ikan.

Ketentuan teknis, merupakan konsolidasi iptek dan pengalaman, terus

dikaji ulang dan dalam bidang perikanan tangkap, meliputi:

(i) Alat Penangkapan Ikan (API), Alat Bantu Penangkapan Ikan (ABPI), Kapal,

dan lain-lain merupakan standar kesesuaian;

(ii) Bahan baku/material sarana API, ABPI, Kapal merupakan standard produk.

Standar produk merupakan acuan normative untuk standard kesesuaian

yang diupayakan mengadopsi standar internasional untuk acuan industry

dalam negeri.

(iii) Pelabuhan perikanan merupakan standard kesesuaian

(iv) Sumberdaya ikan (SDI) merupakan standar kesesuaian

(v) Pengendalian usaha penangkapan ikan merupakan standar kesesuaian

(vi) Skala usaha perikanan merupakan standar kesesuaian

(vii) Pengawakan kapal perikanan merupakan standar kesesuaian

(viii) Definisi perikanan lain (subsistence fishing, ILO Convention 188/ Work in

Fishing) merupakan standar kesesuaian.

2.2. Dasar Penetapan Standarisasi Alat Tangkap Ikan

a. UU No. 31/ tahun 2004 tentang Perikanan jo. UU No. 45/ tahun 2009

tentang Perikanan

Undang-Undang tentang Perikanan, terutama Pasal 7 dan Pasal 9

mengamanatkan Menteri Kelautan dan Perikanan untuk melakukan pengaturan

lebih lanjut mengenai:

- jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikan (Pasal 7, huruf f);

4

Page 5: Teknologi penangkapan ikan

- jenis, jumlah, ukuran, dan penenmpatan alat bantu penangkapan ikan (Pasal 7,

huruf g);

- daerah, jalur, dan waktu atau musim penangkapan ikan (Pasal 7, huruf h);

- persyaratan atau standar prosedur operasional penangkapan ikan (Pasal 7,

huruf i);

- ukuran atau berat minimum jenis ikan yang boleh ditangkap (Pasal 7, huruf q);

- ketentuan mengenai alat penangkapan dan/atau alat bantu penangkapan ikan

yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumberdaya ikan (Pasal 9, ayat

(2).

b. Kepmen KP No. 06/MEN/2010 tentang Alat Penangkapan Ikan di

Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia

Diktum PERTAMA: Kepmen ini mengenali dan mengelompokkan jenis alat

penangkapan ikan di WPP RI, sehingga diharapkan dapat menanggulangi

isu Unregulated dan Unreported Fishing Menurut jenisnya, alat penangkapan

ikan digolongkan ke dalam 10 (sepuluh) kelompok:

1. Jaring lingkar (surrounding nets);

2. Pukat tarik (seine nets);

3. Pukat hela (trawl);

4. Penggaruk (dredges);

5. Jaring angkat (lift nets);

6. Alat yang dijatuhkan (falling gears);

7. Jaring insang (gillnets and entangling nets);

8. Perangkap (traps);

9. Pancing (hook and lines);

10. Alat penjepit dan melukai (grappling and wounding).

Diktum KETIGA: Penggunaan alat penangkapan ikan yang dikarenakan

perkembangan bentuk dan/atau model dengan cara operasi tertentu, pada

daerah tertentu, dan/atau sebutan nama lain, mengacu pada salah satu

kelompok jenis alat penangkapan ikan sebagaiman tersebut di atas.

Hal ini mengamanatkan setiap daerah untuk melakukan kegiatan

inventarisasi alat penangkapan ikan yang ada di wilayahnya dan

mengelompokkannya ke dalam 10 (jenis) alat penangkapan ikan tersebut;

5

Page 6: Teknologi penangkapan ikan

Diktum KEEMPAT: Karakteristik perairan dan potensi sumberdaya ikan

berbeda pada setiap WPP NRI, karenanya pengaturan lebih lanjut perlu

mempertimbangkan ukuran atau berat minimum jenis ikan yang boleh

ditangkap, kelestarian sumberdaya ikan dan kapasitas penangkapan

masing-masing skala usaha penangkapan ikan (kesetaraan akses) masing-

masing WPP yang ada. Ukuran dan jumlah serta pengoperasian alat

penangkapan ikan tiap-tiap WPP-NRI ditetapkan oleh Direktur Jenderal

Perikanan Tangkap.

c. Permen KP No. 02/MEN/2011 jo Permen KP No. 08/MEN/2011 tentang

jalur penangkapan ikan dan penempatan alat penangkapan ikan dan

alat bantu penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan

Negara Republik Indonesia

Pengaturan penempatan alat penangkapan ikan dan alat bantu

penangkapan ikan pada jalur penangkapan ikan disesuaikan dengan

karakteristik perairan (wilayah penangkapan ikannya) serta karakteristik alat

penangkapan ikannya (sifat API: statis/pasif/aktif), tingkat selektivitas dan

kapasitas API, jenis dan ukuran ABPI, ukuran kapal perikanan.

1. Tingkat selektivitas:

Ukuran yang menunjukkan kemampuan alat penangkap ikan untuk

melepaskan ikan pada ukuran tertentu yang ditetapkan untuk menjaga

kelangsungan dan pemulihan (recruitment) dari stock ikan. Pengaturan

selektivitas dilakukan melalui pembatasan ukuran mata jaring dan pancing.

2. Tingkat kapasitas penangkapan dan produktivitas:

Ukuran yang menunjukkan kemampuan alat penangkap ikan untuk

menangkap ikan pada setiap operasi penangkapan, dilakukan untuk mengatur

keseimbangan teknis antara ukuran kapal dan ukuran API serta keseimbangan

usaha perikanan kecil dan besar agar tidak terjadi benturan operasional di

lapangan.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap dan dinas provinsi atau dinas

kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang perikanan sesuai dengan

6

Page 7: Teknologi penangkapan ikan

kewenangannya melakukan monitoring dan evaluasi terhadap jalur

penangkapan, penempatan API dan ABPI pada jalur di WPP-NRI (Pasal 33);

Penggunaan API dan ABPI yang tidak sesuai dengan ukuran yang

menentukan tingkat selektivitas dan kapasitas API, jalur penangkapan ikan di

WPP-NRI dan WPP-NRI dikenakan sanksi pidana denda sesuai dengan

ketentuan Pasal 100 dan Pasal 100C UU No. 31/ tahun 2004 tentang Perikanan

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 45/ tahun 2009 (Pasal 34);

Keputusan/ Peraturan berikut dicabut dan dinyatakan tidak berlaku pada

saat Permen ini berlaku (Pasal 35):

(i)   Keputusan Menteri Pertanian No. 392/Kpts/IK.120/4/99 tentang Jalur-Jalur

Penangkapan Ikan;

(ii)  Keputusan Menteri KP No. KEP. 30/MEN/2004 tentang Pemasangan dan

Pemanfaatan Rumpon, khususnya yang terkait dengan wilayah pemasangan;

(iii) Peraturan Menteri KP No. PER.06/MEN/2008 tentang Penggunaan Alat

Penangkapan Ikan Pukat Hela di Perairan Kalimantan Timur Bagian Utara

sebagaimana telah diubah denganPermen KP No. PER.14/MEN/2008;

(iv) Peraturan Menteri KP No. PER.11/MEN/2009 tentang Penggunaan Pukat

Ikan (Fish Net).

2.2 Alasan Perlunya Standarisasi Alat Tangkap Dilakukan

Pemilihan alat penanggkapan ikan haruslah disesuaikan antara sifat API

tersebut dengan karakteristik perairannya (habitat beserta biota di didalamnya,

substrat dasar dan kedalaman perairannya. Disamping itu, penetapan jenis API-

nya harus pula disesuaikan dengan spesies target yang menjadi sasaran

tangkapannya. Hal ini penting agar operasi penanggkapan dapat efektif dan

berdampak seminimal mungkin terhadap habitat beserta biotanya.

2.3 Manfaat Standarisasi Alat Tangkap Ikan

7

Page 8: Teknologi penangkapan ikan

Dengan pendekatan tersebut, diharapkan bahwa kegiatan penangkapan

ikan memberikan kontribusi terhadap kaedah-kaedah responsible fisheries dalam

menjaga:

a. Keanekaragaman hayati (biodiversity)

b. Kelestarian stok yang menjadi tujuan/ target penangkapan.

Perbaikan penangkapan ikan ke arah yang lebih ramah (eco-friendly

fishing) melalui perbaikan-perbaikan pengaturan teknis dan metode

penangkapan API diharapkan dapat :

a. Mengurangi dampak terhadap lingkungan (reduction seabed destruction)

b. Mengurangi by-catch (reducation by-catch)

Keterkaitan penyusunan peraturan bidang alat penangkapan ikan

dengan standarisasi dapat dilihat sebagaimana figur berikut:

 

8

Page 9: Teknologi penangkapan ikan

Karenanya, dengan pendekatan MGT diharapkan dapat berjalan kegiatan

penangkapan yang sejalan dengan ketentuan dalam UU No.31 tahun 2004 jo.

UU No.45 tahun 2009 tentang Perikanan, utamanya Pasal 7 ayat (1) huruf (f),

(g), (h), dan (i) dan Pasal 9. Sehingga, kegiatan operasional penangkapan ikan

deiharapkan dapat mencapai tingkat yang optimal dan menyediakan kesetaraan

akses terhadap SDI bagi masyarakat nelayan (stake holder)skala kecil dan skala

industri.

2.4 Contoh Lain Standarisasi

9

Page 10: Teknologi penangkapan ikan

Contoh-contoh standar di dunia industry :

IEEE 802.11 — Wifi, akses wireless LAN.

ASCII merupakan suatu standar internasional dalam kode huruf dan

simbol seperti Hex dan Unicode

Standard TIA 568A-B

ECMAScript, sebuah standard yang mengelola JavaScript.

ISO 9001 2008, tentang sistem manajemen

Produk SNI bidang Perikanan Tangkap

No Nomor SNI Judul SNI

Keputusan Kepala BSN Nomor: 15/KEP/BSN/02/2005 tanggal 28 Februari 2005

1 SNI 01-7088-2005 Bentuk konstruksi pukat tarik dasar kecil tipe 2 (dua) seam atau panel

2 SNI 01-7089-2005Bentuk baku konstruksi pukat tarik dasar kecil tipe 4 (empat) seam dengan

sayap atas

3 SNI 01-7090-2005 Bentuk baku konstruksi pukat kantong payang berbadan jaring panjang

4 SNI 01-7091-2005Bentuk konstruksi pukat tarik dasar kecil (small bottom trawl net) tipe 4

(empat) seam tanpa sayap atas

5 SNI 01-7092-2005 Bentuk baku konstruksi pukat kantong payang berbadan jaring pendek

6 SNI 01-7093-2005 Bentuk baku konstruksi pukat kantong dogol

Keputusan Kepala BSN Nomor: 177/KEP/BSN/12/2006 tanggal 28 Desember 2006

7 SNI 01-7214-2006 Bentuk baku konstruksi jaring insang dasar monofilamen

8 SNI 01-7215-2006 Bentuk baku konstruksi jaring insang pertengahan multifilamen tanpa saran

9 SNI 01-7216-2006 Bentuk baku konstruksi jaring insang pertengahan multifilamen lemuru

10 SNI 01-7217-2006 Bentuk baku konstruksi jaring insang pertengahan multifilamen dengan saran  

11 SNI 01-7218-2006 Bentuk baku konstruksi jaring insang permukaan multifilamen lemuru

12 SNI 01-7219-2006 Bentuk baku konstruksi jaring insang permukaan monofilamen lemuru

13 SNI 01-7220-2006 Bentuk baku konstruksi jaring insang dasar monofilamen bawal putih

14 SNI 01-7221-2006 Bentuk baku konstruksi jaring insang banyar  

Keputusan Kepala BSN Nomor: 19/KEP/BSN/2/2007 tanggal 20 Februari 2007

15 SNI 01-7232-2006 Bentuk baku konstruksi pukat hela ikan

16 SNI 01-7233-2006 Bentuk baku konstruksi pukat hela arad

17 SNI 01-7234-2006 Bentuk baku konstruksi pukat tarik lampara dasar

18 SNI 01-7235-2006 Bentuk baku konstruksi pukat hela ganda udang (double rigger shrimp trawl)

19 SNI 01-7236-2006 Bentuk baku konstruksi pukat tarik cantrang

20 SNI 01-7237-2006 Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net)

21 SNI 01-7238-2006 Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net)  induk udang

10

Page 11: Teknologi penangkapan ikan

22 SNI 01-7239-2006 Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiners) 75 – 150 GT

23 SNI 01-7240-2006 Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liners) 75 – 150 GT

Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor: 72/KEP/BSN/7/2008 tanggal  3 Juli 2008

24 SNI 7277.1:2008 Istilah dan definisi – bagian 1: Sarana penangkapan ikan

25 SNI 7277.2:2008 Istilah dan definisi – bagian 2: Kapal perikanan

26 SNI 7277.3:2008 Istilah dan definisi – bagian 3: Jaring lingkar

27 SNI 7277.4:2008 Istilah dan definisi – bagian 4: Pancing

28 SNI 7277.5:2008 Istilah dan definisi – bagian 5: Pukat Hela (trawl)

29 SNI 7277.6:2008 Istilah dan definisi – bagian 6: Pukat tarik

30 SNI 7277.7:2008 Istilah dan definisi – bagian 7: Penggaruk

31 SNI 7277.8:2008 Istilah dan definisi – bagian 8: Jaring insang

32 SNI 7277.9:2008 Istilah dan definisi – bagian 9: Jaring angkat

33 SNI 7277.10:2008 Istilah dan definisi – bagian 10: Alat perangkap ikan

34 SNI 7277.11:2008Istilah dan definisi – bagian 11: Alat penangkap ikan pengait/penjepit dan

melukai

35 SNI 7277.12:2008Istilah dan definisi – bagian 12: Alat penangkap ikan yang

dijatuhkan/ditebarkan

36 SNI 7277.13:2008 Istilah dan definisi – bagian 13: Alat bantu penangkapan ikan

37 SNI 7277.14:2008 Istilah dan definisi – bagian 14: Keselamatan kapal perikanan

Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor: 119/KEP/BSN/10/2010tanggal     29

Oktober2010

38 SNI ISO 858:2010Alat penangkap ikan berbahan jaring – Penomoran benang jaring dalam

Sistem Tex

39 SNI ISO 1531:2010Alat penangkap ikan berbahan jaring – Penggantungan jaring – Istilah dasar

dan definisi

40 SNI ISO 1532:2010Alat penangkap ikan berbahan jaring – Pemotongan jarring bersimpul untuk

membentuk pola potongan (“rumus potongan”)

41 SNI ISO 1805:2010Alat penangkap ikan berbahan jaring – Penentuan gaya putus dan gaya putus

simpul benang jaring

42 SNI ISO 1806:2010 Alat penangkap ikan berbahan jaring – Penentuan gaya putus mata jaring

43 SNI ISO 3660:2010Alat penangkap ikan  berbahan jaring – Pemasangan dan penyambungan

jaring – Istilah dan ilustrasi

11

Page 12: Teknologi penangkapan ikan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Standarisasi adalah sebuah upaya melakukan penyeragaman tentang

spesifikasi desain dan kontruksi, kegunaan, daerah penangkapan dan

sasaran penangkapan ikan dari suatu unit alat tangkap ikan di seluruh

dunia.

Dasar standarisasi alat tangkap, yaitu :

UU No. 31/ tahun 2004 tentang Perikanan jo. UU No. 45/ tahun 2009

tentang Perikanan.

Kepmen KP No. 06/MEN/2010 tentang Alat Penangkapan Ikan di

Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

Permen KP No. 02/MEN/2011 jo Permen KP No. 08/MEN/2011

tentang jalur penangkapan ikan dan penempatan alat penangkapan

ikan dan alat bantu penangkapan ikan di wilayah pengelolaan

perikanan Negara Republik Indonesia.

Perlunya standarisasi alat tangkap yaitu agar operasi penanggkapan

dapat efektif dan berdampak seminimal mungkin terhadap habitat beserta

biotanya.

3.2 Saran

Standarisasi alat tangkap memang sangat perlu dilaksanakan. Apalagi

melihat variasi alat tangkap sendiri jumlahnya sangat banyak. Dan masyarakat

pun belum mengetahui tentang standarisasi alat tangkap. Sehingga mereka

dengan mudah mengoperasikan alat tangkap mereka tanpa mempertimbangkan

dampaknya. Untuk itu, perlu adanya kejelasan mengenai standarisasi alat

tangkap dan penyuluhan serta pelatihan tentang standarisasi dan pengoperasian

alat tangkap. Sehingga akan tercipta sumberdaya perikanan yang berkelanjutan.

12

Page 13: Teknologi penangkapan ikan

DAFTAR PUSTAKA

Annafi. 2008. Pengertian Bahan atau Alat Penangkap Ikan

http://myannafi.blogspot.com/2008/11/pengertian-bahan-atau-alat-

penangkapan.html diakses pada Senin, 07 April 2014 pukul 20.43 WIB

Jauhari, Alfan. 2014. Standarisasi Alat Penangkapan Ikan. Modul Mata Kuliah

Teknologi Penangkapan Ikan. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang

KKP. 2011. Pengelolaan Alat Tangkap di Indonesia.

http://kapi.kkp.go.id/blog/2011/11/pengelolaan-alat-penangkapan-ikan-di-

indonesia-indonesia-fishing-gears-managemen

Rediastuti, Wira., Sahri Muhammad dan Anthon Efani. 2005. Studi Bioekonomi

Perikanan Pelagis di Perairan Selat Madura. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Universitas Brawijaya, Malang.

13