pilar pendidikan menurut unesco

13
EMPAT PILAR PENDIDIKAN MENURUT UNESCO Di susun oleh: Yusron Amin / PBI NIM : 0012083210 A. PENDAHULUAN Pendidikan adalah gerbang pintu utama menuju kualitas hidup suatu bangsa. Dalam rangka meningkatkan kualitas suatu bangsa, harus dilakukan dengan melakukan peningkatan mutu pendidikan. Kualitas pendidikan menjadi sangat penting karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa depan. Manusia yang dapat bergumul dalam masa dimana dunia semakin sengit tingkat kompetensinya adalah manusia yang berkualitas. Manusia yang demikian yang diharapkan dapat bersama-sama manusia yang lain turut bepartisipasi dalam percaturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka-teki. Mencermati pemikiran tersebut diatas maka Persarikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui salah satu sayap lembaga pendidikannya UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan, yakni: (1) Learning to know, (2) Learning to do, (3) Learning to live together, dan (4) Learning to be. B. MAKNA EMPAT PILAR PENDIDIKAN MENURUT UNESCO 1. Learning to Know (belajar untuk menguasai, belajar untuk mengerti) Dimaksudkan dalam hal ini bahwa yang disebut belajar tidak hanya memperoleh pengetahuan tapi juga menguasai,

Upload: micokelana

Post on 02-Jan-2016

205 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Pilar Pendidikan Menurut Unesco

TRANSCRIPT

Page 1: Pilar Pendidikan Menurut Unesco

EMPAT PILAR PENDIDIKAN MENURUT UNESCO

Di susun oleh:Yusron Amin / PBI

NIM : 0012083210

A. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah gerbang pintu utama menuju kualitas hidup suatu bangsa. Dalam

rangka meningkatkan kualitas suatu bangsa, harus dilakukan dengan melakukan peningkatan

mutu pendidikan. Kualitas pendidikan menjadi sangat penting karena hanya manusia yang

berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa depan. Manusia yang dapat bergumul

dalam masa dimana dunia semakin sengit tingkat kompetensinya adalah manusia yang

berkualitas. Manusia yang demikian yang diharapkan dapat bersama-sama manusia yang lain

turut bepartisipasi dalam percaturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka-teki.

Mencermati pemikiran tersebut diatas maka Persarikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui

salah satu sayap lembaga pendidikannya UNESCO (United Nations, Educational, Scientific

and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan, yakni: (1) Learning to

know, (2) Learning to do, (3) Learning to live together, dan (4) Learning to be.

B. MAKNA EMPAT PILAR PENDIDIKAN MENURUT UNESCO

1. Learning to Know (belajar untuk menguasai, belajar untuk mengerti)

Dimaksudkan dalam hal ini bahwa yang disebut belajar tidak hanya memperoleh

pengetahuan tapi juga menguasai, memahami tentang teknik memperoleh

pengetahuan tersebut. Pilar pertama ini berpotensi besar untuk mencetak generasi

anak bangsa agar memiliki kemampuan intelektual dan akademik yang tinggi.

Secara implisit, learning to know bermakna belajar sepanjang hayat (Life long

education). Asas belajar sepanjang hayat bertitik tolak atas keyakinan bahwa proses

pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup, baik didalam maupun diluar

sekolah. Sehubungan dengan asas pendidikan seumur hidup berlangsung seumur

hidup, maka peranan subjek manusia untuk mendidik dan mengembangkan diri

sendiri secara wajar merupakan kewajiban kodrati manusia itu sendiri.

Page 2: Pilar Pendidikan Menurut Unesco

Dengan pengertian bahwa belajar tidak mengenal batas usia, waktu dan lokasi

maka setiap pribadi yang dalam hal ini sebagai subjek pendidikan, diharapkan

memiliki kesadaran yang lebih dari cukup, bahwa:

1. Proses pendidikan dilaksanakan sejak dalam kandungan atau saat masih

dalam gendongan hingga mati.

2. Tidak ada lagi pengertian terlambat untuk belajar atau seseorang

dipersoalkan karena terlalu dini untuk belajar.

3. Belajar artinya masuk sekolah dengan asumsi harus di dalam suatu komplek

yang diri dari gedung-gedung atau ruangan belajar, tetapi belajar bisa juga

dilakukan di alam terbuka tidak harus dipengaruhi persyaratan dalam

ruangan atau gedung tertentu..

Selanjutnya dalam proses pendidikan kehadiran guru menjadi orang yang

memiliki peranan identik dengan pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab

membentuk karakter generasi bangsa. Di tangan gurulah tunas-tunas bangsa ini

terbentuk sikap dan moralitasnya, sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk

anak negeri ini di masa yang akan datang.

Kualitas guru akan menadi faktor sangat dominan terhadap keberhasilan proses

pendidikan, artinya profesionalitas dan kompetensi pribadi guru akan sangat

berpengaruh dalam upaya meraih keberhasilan pendidikan di kemudian hari.

Konsep learning to know ini mengisyaratkan makna bahwa pendidik dalam hal ini

seorang guru harus mampu berperan sebagai berikut:

a. Guru sebagai sumber belajar

Peran ini berkaitan penting dengan penguasaan materi pembelajaran.

Dikatakan guru yang baik apabila ia dapat menguasai materi pembelajaran

dengan baik, sehingga benar-benar berperan sebagi sumber belajar bagi anak

didiknya.

b. Guru sebagai Fasilitator

Guru berperan memberikan pelayanan yang memudahkan siswa dalam

kegiatan proses pembelajaran.

Page 3: Pilar Pendidikan Menurut Unesco

c. Guru sebagai pengelola atau manajer

Guru harus mampu berperan menciptakan iklim blajar yang memungkinkan

siswa dapat belajar secara nyaman, bahkan menyenangkan.

Ada beberapa prinsip belajar yang harus diperhatikan oleh setiap guru dalam

pengelolaan pembelajaran, yaitu:

a. Sesuatu yang dipelajari siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri.

b. Setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing-masing.

c. Siswa akan belajar lebih banyak, apabila setiap selesai melaksanakan

tahapan kegiatan diberikan reinforcement.

d. Penguasaan secara penuh.

e. Siswa yang diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi untuk

belajar.

d. Guru sebagai demonstrator

Guru berperan untuk menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat

membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.

e. Guru sebagai pembimbing

Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap

perbedaan. Perbedaan inilah yang menuntut guru harus berperan sebagai

pembimbing.

f. Guru sebagai mediator

Guru selain dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang media pendidikan

juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan media dengan

baik.

g. Guru sebagai Evaluator

Dimaksudkan dalam hal ini adalah guru sebagai penilai hasil pembelajaran

siswa. Dengan penilaian tersebut, guru dapat mengetahui keberhasilan

pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta

ketepatan/keefektifan metode mengajar serta strategi pembelajaran untuk

langkah-langkah selanjutnya.

Page 4: Pilar Pendidikan Menurut Unesco

2. Learning to do (belajar untuk menerapkan, belajar untuk berbuat)

Pendidikan membekali manusia tidak sebatas agar ia mengetahui sesuatu, tetapi

juga bagaimana ia menjadi terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu yang bermakna

bagi kehidupan. Sasaran dari pilar kedua ini adalah kemampuan kerja anak bangsa

untuk mendukung dan memasuki ekonomi industry. Dalam masyarakat industri

seperti sekarang ini, pengembangan dan penguasaan keterampilan motorik seperti

tindakan “controlling, monitoring, designing, organizing” menjadi kebutuhan tang

tidak bisa dihindarkan. Dengan demikian berarti peserta didik mesti diajarkan untuk

melakukan sesuatu dalam situasi konkrit yang tidak hanya terbatas pada penguasaan

ketrampilan yang mekanitis melainkan juga terampil dalam berkomunikasi,

bekerjasama dengan orang lain, mengelola dan mengatasi suatu konflik. Melalui pilar

kedua ini, dimungkinkan mampu mencetak generasi muda yang intelligent dalam

bekerja dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi.

Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya

untuk mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar

“Learning to do” dapat direalisasikan secara proporsional. Menyinggung masalah

bakat, secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sedangkan minat adalah

kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Meskipun bakat dan minat anak dipengaruhi oleh faktor keturunan namun

tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan.

Lingkungan yang dimaksud terbagi menjadi dua yaitu:

1) Lingkungan sosial

Yang termasuk dalam lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga

juga teman-teman sepermainan di sekitar siswa tersebut. Dari lingkungan

sosial ini, diakui bahwa kegiatan belajar peserta didik banyak dipengaruhi oleh

keadaan lingkungan keluarganya sendiri.

2) Lingkungan nonsosial

Cakupan lingkungan nonsosial meiputi gedung sekolah dan lokasinya, tata

ruang dan nuansanya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-

Page 5: Pilar Pendidikan Menurut Unesco

alat belajar, dan keadaan cuaca keadaan penunjang transportasi peserta didik,

yang semua itu ikut berperan menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Tegasnya bahwa “learning to do” menginspirasikan agar hendaknya sekolah juga

berperan aktif menyadarkan peserta didik bahwa berbuat sesuatu itu sangat diperlukan

sehingga peserta didik mesti terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah.

Tujuannya adalah agar mereka terbiasa bertanggung jawab dan makin terampil

sehingga pada akhirnya terlatih dan nyata-nyata memiliki ketrampilan untuk

memecahkan masalah.

3. Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama)

Pengaruh kehidupan dunia dengan sebutan era globalisasi yang ditandai dengan

kemajuan dunia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta tatanan

ekonominya ternyata tidak menghapus konflik antar manusia yang selalu mewarnai

sejarah kehidupannya. Di zaman yang semakin kompleks ini, berbagai konflik makin

merebak seperti konflik nasionalis, ras dan konflik antar agama. Apapun

penyebabnya, semua konflik itu latar belakangnya selalu berkisar pada

ketidakmampuan beberapa individu atau kelompok untuk menerima suatu perbedaan.

Mencermati hal yang demikian maka pendidikan dituntut untuk tidak hanya

membekali generasi muda menguasai IPTEK dan kemampuan bekerja serta

memecahkan masalah, melainkan juga kemampuan untuk hidup bersama dengan

orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, dan pengertian.

Dalam kaitan ini adalah tugas pendidikan untuk memberikan pengetahuan dan

kesadaran bahwa hakekat manusia adalah beragam tetapi dalam keragaman tersebut

terdapat persamaan. Itulah sebabnya Learning to live together menjadi pilar belajar

yang penting untuk ditananamkan pada peserta didik agar nantinya tumbuh menjadi

generasi anak manusia yang mampu mengembangkan jiwa perdamaian.

4. Learning to be (belajar untuk menjadi)

Tiga pilar pertama ditujukan bagi lahirnya pesertra didik sebagai generasi muda

yang diharapkan nantinya akan mampu mencari informasi dan menemukan ilmu

pengetahuan, mampu melaksanakan tugas dan terampil dalam memecahkan masalah,

mampu bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleran terhadap perbedaan. Selanjutnya

Page 6: Pilar Pendidikan Menurut Unesco

dengan tiga pilar pendidikan tersebut bila berhasil dengan sendirinya akan

menimbulkan rasa percaya diri pada masing-masing peserta didik.

Pilar yang terakhir adalah konsep “learning to be”. Konsep pilar pendidikan ini

perlu dihayati oleh para praktisi pendidikan dengan sasaran agar peserta didik

memiliki rasa percaya diri yang tinggi, sensitif terhadap kemajuan diri dan

lingkungannya. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam

masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses

menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses

pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan

norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil,

belajar untuk senantiasa bisa menembatkan diri secara proporsional pada lingkungan

dimana ia berada, sesungguhnya merupakan proses pencapain aktualisasi diri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan menurut Djamal (2007:101)

yaitu:

1) Motivasi

Yaitu kondisi fisiologi dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang

mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan/

kebutuhan

2) Sikap

Yaitu kesiapan mental atau emosional dalam berbagai jenis tindakan pada

situasi yang tepat.

3) Minat

Yaitu kegairahan yang tinggi atas diri peserta didik untuk melakukan sesuatu

yang tumbuh dari dalam dirinya.

4) Kebiasaan belajar

Berbagai hasil penelitian menunjukkan, bahwa hasil belajar seorang peserta

didik mempunyai korelasi positif dengan kebiasaan belajarnya atau study

habit. Kebiasan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar

Page 7: Pilar Pendidikan Menurut Unesco

secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat

otomatis.

5) Konsep diri

Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang

menyangkut perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh

terhadap orang lain.

Ringkasnya dapat difahami bahwa pada hakekatnya makna pilar ke empat ini adalah

muara akhir dari tiga pilar pendidikan yang sidah dijabarkan sebelumnya. Dengan

pilar ini , peserta didik diharapkan akan memiliki potensi menjadi generasi baru yang

berkepribadian mantap dan mandiri (Aezacan, 2011).

C. KESIMPULAN

1. Pada prinsipnya empat pilar pendidikan yang digariskan oleh UNESCO adalah

fondasi dasar yang positif menuju tegakkan system pendidikan anak bangsa yang

berkualitas. Sasarannya tentu bukan hanya bagaimana negeri ini (Indonesia) menjadi

semakin maju tetapi juga masyarakat di seluruh dunia diharapkan semakin

berperadapan mulia.

2. Mencermati empat pilar pendidikan yang digariskan oleh UNESCO di atas berarti

pemahaan tentang mendidik yang selalu diasumsikan bagaimana gurunya, perangkat

pendidikannya, peserta didiknya serta hasil pendidikannya perlu dipertegas lagi sejak

dini harus ada kejelasan visi dan misi pendidikan sekaligus mengingatkan bagi para

pelaku pendidikan untuk menyadari bahwa semua unsur penunjang pendidikan

merupakan satu kesatuan yang saling berkait.

3. Dalam takaran konsep diatas kertas empat pilar pendidikan yang ditawarkan oleh

UNESCO memang bagus, akan tetapi aplikasi di lapangan harus diakui kalau masih

banyak kendala terutama mengenai pemahaman arti pentingnya pendidikan, seperti

keterbatasan sumberdaya manusia (SDM), fasilitas pendukungnya, perbedaan kultur

dan pola berfikir masyarakat atau daerah, pengaruh pemahaman ideologi masing-

masing individu, bahkan kultur politik yang berkembang di lingkungan masyarakat.

Page 8: Pilar Pendidikan Menurut Unesco

4. Apapun alasan dan kendalanya, persoalan pendidikan adalah persoalan bersama bagi

umat manusia yang secara langsung dan berkelanjutan menyangkut dinamika hidup

manusia. Kendala bukanlah alasan untuk akhirnya pasrah tanpa dilakukan usaha-

usaha penyelesaian, kesulitan bukanlah identik dengan kunci mati yang menjadikan

dunia pendidikan tidak boleh maju, tetapi bagaimana kendala bisa dijadikan aset

untuk mau belajar dan mengukur diri atas kemampuan yang dimiliki sedangkan

kesulitan bisa dijadikan acuan pembelajaran bahwa dibalik kesulitan ada kemudahan

yang harus dijabarkan.

5. Melalui pintu gerbang pendidikan di negeri ini, masing-masing anak negeri, terlebih

bagi siapapun yang peduli terhadap kemajuan bangsa, peduli terhadap dunia

pendidikan, berkewajiban untuk introspeksi diri dan menyusun langkah-langkah

proporsional strategis agar keadaan bangsa Indonesia ini semakin hari seakin baik.

6. Persoalan pendidikan adalah tanggungjawab bagi setiap individu. Senantiasa

dibutuhnya pemikiran-pemikiran yang cerdas, strategis dan tepat sasaran. Melalui

empat pilar pendidikan yang ditawarkan oleh UNESCO diharapkan masyarakat dunia

akan memperoleh pencerahan dengan tata kehidupan yang lebih berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Djamal. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Atika Aziz (2010) “4 Pilar Pendidikan Menurut UNESCO” (online) tersedia:

Http://Atikatikaaziz.Blogspot.com.2010/09/4-pilar-pendidikan-menurut-unesco.html?m=1

(12 Maret 2012)

Aezacan (2011) “4 Pilar Pendidikan Menurut UNESCO” (online) tersedia:

http://aezacan.wordpress.com (15 Maret 2012)