buku panduan guru - unesco

86
Sustainable Development Goals United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization Ministry of Education and Culture Republic of Indonesia Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Panduan Guru - UNESCO

SustainableDevelopmentGoals

United NationsEducational, Scientific and

Cultural Organization

Ministry of Education and CultureRepublic of Indonesia

Buku Panduan Guru:Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Page 2: Buku Panduan Guru - UNESCO
Page 3: Buku Panduan Guru - UNESCO

SustainableDevelopmentGoals

United NationsEducational, Scientific and

Cultural Organization

Ministry of Education and CultureRepublic of Indonesia

Buku Panduan Guru:Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Page 4: Buku Panduan Guru - UNESCO

Buku Panduan Guru:

Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

UNESCO Office, JakartaJl. Galuh II No. 5Kebayoran BaruJakarta 12110, Indonesia

©UNESCO 2020

Editor:

Mee Young Choi and Ade Ayu Kurnia; UNESCO Jakarta Office

Ucapan terima kasih kepada semua Penulis yang berkontribusi pada Buku Panduan Guru ini bersama dengan ucapan terima kasih khusus kepada Nadiem Makariem, B.A, M.B.A., Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Wikan Sakarinto, Ph.D. Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sabli, S.H., M.H. Direktur Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Guru dan Tenaga Kependidikan Bisnis dan Pariwisata (PPPPTK Bispar), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Peringatan:

UNESCO berada pada posisi netral pada semua masalah yang berkaitan dengan kebijakan publik. Oleh karena itu, kesimpulan yang dicapai dalam publikasi UNESCO harus dipahami sebagai milik penulis dan tidak dikaitkan dengan anggota staf, pejabat, direktur, wali amanat, penyandang dana, atau UNESCO sendiri

Page 5: Buku Panduan Guru - UNESCO

iBuku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

KATA PENGANTARPendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (ESD) adalah pendorong utama untuk pencapaian pembangunan berkelanjutan. Target 4.7 dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 4 adalah pada tahun 2030, menjamin semua peserta didik memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang siperlukan untuk meningktkan pembangunan berkelanjutan, termasuk antara lain, melakui pendidikan pembangunan berkelanjutan dan gaya hidup yang berkelanjutan, hak asasi manusia, kesetaraan gender, promosi budaya damai dan non kekerasan, kewarganegaraan global dan penghargaan terhadap keanekaragaman budaya dan

kontribusi budaya terhadap pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, upaya untuk mengintegrasikan ESD dalam pendidikan guru akan sangat diperlukan dalam mengubah masyarakat menuju keberlanjutan.

Dengan dukungan dari Swedish International Development Cooperation Agency (SIDA), UNESCO bekerja untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan dan untuk mempromosikan tindakan untuk perubahan kelembagaan, khususnya dalam pendidikan vokasi pariwisata. Buku Panduan Guru ini merupakan pencapaian dari proyek SIDA, “Pelatihan Pengembangan Kapasitas Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan yang berorientasi pada Aksi untuk Perubahan Kelembagaan dalam Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia dan Timor-Leste melalui kerjasama Selatan-Selatan” dan dikembangkan dengan memanfaatkan keahlian dan bantuan lembaga Indonesia. Buku pedoman guru ini dirancang untuk memberikan pelatihan peningkatan kapasitas bagi para pendidik guru dan pengembang kurikulum yang memungkinkan mereka untuk terlibat dalam implementasi lapangan dalam rangka mendidik siswa untuk belajar tentang apa itu ESD dan bagaimana hal itu dapat menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Tim Unit Pendidikan UNESCO Office Jakarta dan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bisnis Pariwisata (PPPPTK Bispar) yang telah mengembangkan Buku Pedoman Guru yang bermanfaat ini untuk Pelatihan Nasional Pengembangan Kapasitas Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan yang berorientasi Aksi untuk Perubahan Kelembagaan dalam Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan. Saya berharap buku panduan ini, dengan contoh-contoh kegiatan pendidikan dan rencana pelajaran, akan membantu para guru untuk mempromosikan ESD diwilayahnya.

Shahbaz KhanDirektur dan PerwakilanUNESCO Office, Jakarta

Page 6: Buku Panduan Guru - UNESCO

ii Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

KATA PENGANTAR

Arief RachmanExecutive ChairmanIndonesian National Commission for UNESCO

Page 7: Buku Panduan Guru - UNESCO

iiiBuku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR iKATA PENGANTAR iiDAFTAR GAMBAR iiiDAFTAR TABEL iiiDAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM vGLOSARIUM vi

BAB 1 PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 11.1 PENDAHULUAN 2 1.1.1 LATAR BELAKANG 2 1.1.2 TUJUAN PEMBELAJARAN 3 1.1.3 KONSEP PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 41.2 PENGGUNAAN BUKU PANDUAN 7

CHAPTER 2 PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: PENDEKATAN PEMBELAJARAN 92.1 PENDAHULUAN 102.2 TUJUAN PEMBELAJARAN 112.3 KETERAMPILAN ABAD 21 12 2.3.1 KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS 13 2.3.2 KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF 13 2.3.3 KETERAMPILAN BERKOLABORASI 14 2.3.4 KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI 142.4 KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS) 152.5 LPENDEKATAN PEMBELAJARAN 16

CHAPTER 3 PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN 193.1 PENDAHULUAN 203.2 TUJUAN PEMBELAJARAN 203.3 PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN 21 3.3.1 PARIWISATA DAN PARIWISATA KEBERLANJUTAN 21 3.3.2 PERHOTELAN 32 3.3.3 KULINER 39 3.3.4 KECANTIKAN RAMBUT DAN KULIT 48

CHAPTER 4 KESIMPULAN DAN RENCANA AKSI 664.1 KESIMPULAN 674.2 RENCANA AKSI 71

REFERENSI 72

Page 8: Buku Panduan Guru - UNESCO

iv Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

DAFTAR GAMBAR

Figure 1. Kolam Surya 4Figure 2. Integrasi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan 6Figure 3. 10 Keterampilan penting dalam pekerjaan 11Figure 4. Tiga Komponen Utama Keterampilan Abad 21 12Figure 5. Diagram Pendekatan Belajar Mengajar Berbasis ESD 16Figure 6. Produk Ekowisata dalam Pasar Wisata 29Figure 7. Produksi Kain di Desa Wisata Cigugur, Kuningan 31Figure 8. Simbol – Simbol Berbahaya 34Figure 9. Nasi Tumpeng 39Figure 10. Talam Singkong 40Figure 11. Siklus Cara Mengurangi Sisa Makanan 41Figure 12. Sampah Limbah Makanan 43Figure 13. Pemisahan Sampah Daun untuk Pembuatan Kompos 46Figure 14. SPemisahan Sampah Serutan Kayu untuk Pembuatan Kompos 47Figure 15. Postur Beautician dalam Bekerja 61Figure 16. Posisi Duduk yang Benar dan Salah 62Figure 17. Cara Mengangkat dan Menurunkan Benda yang Benar dan Salah 63Figure 18. Postur Tubuh Beuatician yang Benar dan Salah 63Figure 19. Postur Tubuh Hairdresser yang Benar dan Salah 64

DAFTAR TABEL

Table 1. Integrasi Elemen ESD 5Table 2. Klasifikasi Proses Berpikir Taksonomi Bloom 15Table 3. Limbah dapat Didaur Ulang dan Tidak dapat Didaur Ulang 44Table 4. Penanganan Pertama pada Kecelakaan di Area Salon 51Table 5. Kartu Kecelakaan Kerja 53Table 6. Alat Sterilisasi dan Cara Penggunaannya 55Table 7. Bahan Sanitasi dan Metode Sanitasi 56

Page 9: Buku Panduan Guru - UNESCO

vBuku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM

4Cs Critical thinking, creativity, collaboration, communication

CDETEP Center for the Development and Empowerment of Teachers and Education Personnel

ESD Education for Sustainable Development

FAO Food and Agriculture Organization

HOTS Higher Order Thinking Skills

IPAL Instalasi Pengelolaan Air Limbah

KNIU Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO

MSG Monosodium Glutamate

NA Nilai Akhir

NHT Numbered Head Together

NK Nilai Keterampilan

NS Nilai Sikap

pH Power of Hidrogen

RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

SDG Sustainable Development Goals

SMK Sekolah Menengah Kejuruan

TA Test Akhir

TNT Trinitrotoluena

TPA Tempat Pembuangan Akhir

TPS Think-Pair-Share

UNESCO United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization

UV Ultraviolet

WHO World Health Organization

Wisnus Wisatawan Nusantara

WTO World Trade Organization

Page 10: Buku Panduan Guru - UNESCO

vi Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

GLOSARIUMBahan Kimia Produk yang umumnya berbentuk cairan yang digunakan oleh tata

graha dalam proses pembersihan

Bahan Pembersih Kimia

Bahan kimia untuk pembersihan area hotel oleh bagian tata graha

Bakteri Kelompok mahluk hidup yang sangat kecil

Beautician Seseorang yang ahli dalam seni mempercantik penampilan pribadi

C1-C6. Tingkatan Taksonomi Bloom pada proses Kognitif Pembelajaran

(Kognitif 1 merujuk kepada kemampuan mengingat, Kognitif 2 merujuk kepada kemampuan memahami, Kognitif 3 merujuk kepada kemampuan menggunakan, Kognitif 4 merujuk kepada kemampuan menganalisis, Kognitif 5 merujuk kepada kemampuan mengevaluasi, dan Kognitif 6 merujuk kepada kemampuan menciptakan)

Daya Tampung Wisata

Bagaimana mengelola tingkat pengunjung yang ditetapkan dengan sumber daya lokal dan infrastruktur yang tersedia

Detergen Zat pembersih yang digunakan bagian tata graha untuk menghilangkan lemak dan bakteri dari pakaian, alat makan dsb

Disentri Penyakit peradangan usus

Esthetician Seorang spesialis yang bekerja untuk sebagai perawat kecantikan untuk membersihkan dan mempercantik kulit

Eye Lash Tint Kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bulu mata

Grease Trap Alat perangkap minyak

Hairdresser Seorang yang spesialis yang bekerja menata rambut laki-laki maupun perempuan

Homestay Rumah pribadi yang menawarkan akomodasi untuk tamu yang membayar

Hydrogen peroxide

Senyawa kimia dengan rumus H2O2

Industri Pariwisata

Kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata

Insektisida Obat pembasmi serangga, digunakan oleh bagian tata graha

Kepariwisataan Keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pengusaha

Kolera Penyakit diare akibat infeksi bakteri

Page 11: Buku Panduan Guru - UNESCO

viiBuku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Kompos Hasil penguraian dari campuran bahan-bahan organik

Limbah Hasil buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi

Nail Polish Kosmetika yang digunakan untuk mewarnai kuku

Organisme Mahluk hidup yang sangat kecil

Pariwisata Keberlanjutan

Pariwisata yang memperhitungkan penuh dampak ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat

Pariwisata Merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai macam fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan pemerintah

Patogen Organisme yang berukuran sangat kecil, mikroorganisme

Pemangku Kepentingan

Seluruh individu yang memiliki ketertarikan pada suatu kegiatan, pemangku kepentingan bisa terdiri dari organisasi bisnis, tamu, venddor, media, masyarakat, dan sebagainya

Pengomposan Proses dimana bahan organik mengalami penguraian

Pengusaha Pariwisata

Orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata

Postur Tubuh Bentuk tubuh atau sikap badan yang terlihat dari ujung kaki sampai kepala yang ada pada diri seseorang

Skin Peeling Kosmetika yang digunakan untuk menghaluskan kulit dengan cara penggosokan pada kulit bagian atas

Stock Air kaldu hasil dari perebusan tulang dan bumbu

Transportasi Pengangkutan barang oleh berbagai jenis kendaraan

Usaha Pariwisata Merupakan usaha yang menyediakan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata

Wisata Kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara

Wisatawan Orang yang melakukan wisata

Page 12: Buku Panduan Guru - UNESCO

viii Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Page 13: Buku Panduan Guru - UNESCO

1PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN | BAB 1

BAB 1

PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

1

Page 14: Buku Panduan Guru - UNESCO

2 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

1.1 PENDAHULUAN1.1.1 LATAR BELAKANGPendidikan untuk pembangunan berkelanjutan adalah suatu upaya menciptakan masyarakat yang mampu menghadapi tantangan global secara kreatif dan konstruktif, masyarakat yang tangguh dan dapat berkontribusi untuk menjamin kelangsungan kehidupan secara berkelanjutan. Melalui pendidikan yang berkualitas, pembangunan berkelanjutan akan dapat terus dipertahankan. Melalui pendidikan berkualitas, generasi muda memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang dapat diterapkan untuk keberlangsungan hidup.

Pendidikan yang bermutu merupakan faktor kunci untuk pembangunan berkelanjutan. Untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KNIU Kemdikbud, 2019) sangat memperhatikan beberapa hal penting di bawah ini, yaitu:

1. Sistem pendidikan yang relevan, yaitu membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kehidupan sosial yang sesuai dengan abad 21.

2. Transformasi pendidikan, yaitu pembelajaran yang inovatif, pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, sehingga peserta didik nantinya dapat berperan sebagai agen perubahan di dalam masyarakat.

3. Meningkatkan rasa keadilan dan saling menghormati, yaitu ikut memperhatikan, menghargai, dan memperbaiki situasi dan lingkungannya, bukan hanya pada orang di zaman sekarang tetapi juga bagi generasi mendatang.

4. Membantu mengatasi perubahan iklim, yaitu mengajar peserta didik ikut terlibat meminimalisir dampak bencana, dan mengurangi penyebab bencana.

5. Membangun masyarakat yang ramah lingkungan, yaitu menyiapkan peserta didik agar mampu membantu melestarikan dan mengembalikan kualitas lingkungan, meningkatkan kesejahteraan manusia, dan memiliki gaya hidup berkelanjutan.

UNESCO adalah pimpinan badan PBB untuk Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan dan bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen, koordinasi dan implementasi Program Aksi Global (Global Action Programme - GAP) tentang Pembangunan Berkelanjutan. Di Indonesia, kerjasama UNESCO dengan Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Bisnis dan Pariwisata dalam mengembangkan pendidikan kepariwisataan di Indonesia merupakan suatu upaya menghadirkan pendidikan berkualitas di bidang kepariwisataan dan dapat mendorong pembangunan berkelanjutan.

Kerjasama UNESCO dengan PPPPTK Bisnis dan Pariwisata diwujudkan dalam pembuatan modul belajar untuk meningkatkan kompetensi guru-guru di bidang kepariwisataan serta pelatihan peningkatan kualitas guru. Hasil dari kerjasama ini, diharapkan guru-guru dapat

Page 15: Buku Panduan Guru - UNESCO

3PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN | BAB 1

menghadirkan pendidikan berkualitas di sekolahnya, dan peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kehidupan yang dapat diterapkan untuk keberlangsungan hidupnya.

Bidang pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dalam kerjasama ini meliputi (1) pendidikan berkualitas, (2) menjaga ekosistem darat dan laut, dan (3) kesehatan yang baik dan kesejahteraan. Ketiga bidang pendidikan untuk berkelanjutan ini dikemas dalam satu paket pendidikan dan pelatihan guru-guru bidang kepariwisataan dan wakil kurikulum di sekolah.

1.1.2 OBJECTIVESBuku ini merupakan panduan bagi pengembang kurikulum (wakil kepala sekolah bidang kurikulum) dan guru-guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam rangka pembangunan berkelanjutan. Tujuan secara umum dari buku panduan ini adalah meningkatkan kompetensi wakil kepala sekolah (wakasek) bidang kurikulum dan para guru dalam:

1. Mengintegrasikan konsep dan prinsip pendidikan yang mendukung pembangunan berkelanjutan ke dalam kurikulum dan pembelajaran di dalam kelas;

2. Mengintegrasikan konsep keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill atau HOTS) dalam pembelajaran kepariwisataan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

Secara khusus, buku pedoman ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi unsur-unsur keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam proses pembelajaran kepariwisataan yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan (Pendidikan Bermutu).

2. Menjelaskan konsep ekowisata melalui pembelajaran yang berorientasi HOTS yang mendukung pembangunan berkelanjutan (Menjaga ekosistem darat dan laut).

3. Menjelaskan konsep pengelolaan makanan lokal, dan pengelolaan limbah makanan melalui pembelajaran berorientasi HOTS yang sekaligus mendukung pembangunan berkelanjutan (kesehatan yang baik dan kesejahteraan).

4. Menjelaskan konsep manajemen laundry dan penggunaan bahan pembersih non-kimia melalui pembelajaran berorientasi HOTS yang mendukung pembangunan berkelanjutan (kesehatan yang baik dan kesejahteraan).

5. Menjelaskan konsep keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja pada sektor kecantikan melalui pembelajaran berorientasi HOTS yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan (kesehatan yang baik dan kesejahteraan).

Page 16: Buku Panduan Guru - UNESCO

4 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

1.1.3 KONSEP PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTANSalah satu arah kebijakan pemerintah untuk pendidikan kejuruan bermutu adalah meningkatkan kualitas pendidikan vokasi serta pendidikan pelatihan keterampilan. Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Sumber Daya Manusia Indonesia merupakan tahapan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 dalam rangka pemenuhan 58 juta tenaga terampil sampai 2030 . Implementasi dari revitalisasi tersebut dilakukan oleh Direktorat Jenderal Guru melalui penyelenggaraan program revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yaitu Pemenuhan dan Peningkatan Profesionalitas Guru.

Figure 1. Surya Pool

Salah satu rencana kegiatan pada program revitalisasi SMK melalui pemenuhan dan peningkatan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan adalah pengembangan kompetensi pedagogik melalui program pendidikan dan latihan (diklat) dan diberikan secara tematik sesuai kebutuhan. Rencana kegiatan ini diantaranya dapat diwujudkan dengan mengintegrasikan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan pada pelatihan guru di PPPPTK Bidang Bisnis dan Pariwisata.

Page 17: Buku Panduan Guru - UNESCO

5PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN | BAB 1

Berdasarkan pedoman integrasi pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan , kerangka integrasi pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dipengaruhi oleh 6 elemen yang terdiri dari: Materi, Metode, Kurikulum, Kebijakan, Komunitas dan Institusi.

Integrasi elemen-elemen tersebut adalah:

Tabel 1. Integrasi Elemen ESD

ELEMENTS

Praktik ESD

MATERI

1

Merupakan elemen pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dikaitkan dengan masalah dan tema spesifik yang mengidentifikasi titik awal untuk belajar tentang pembangunan berkelanjutan.

METODE

2Merupakan elemen pendekatan pembelajaran, sering digambarkan sebagai pembelajar-berpusat dan metode partisipatif.

KURIKULUM

3

Merupakan elemen yang mengidentifikasi praktik pembelajaran (mis. Mata pelajaran baru, pembelajaran lintas disiplin, pembelajaran berbasis proyek, dll.) diterapkan oleh universitas dan lembaga pendidikan guru untuk mengintegrasikan pendidikan untuk pengembangan berkelanjutan dalam tujuan perubahan kurikulum yang lebih besar.

Konteks ESD

KEBIJAKAN

4Elemen ini mencakup kebijakan di semua tingkatan (global, nasional, kementerian pendidikan dan kebudayaan, dan kebijakan berbasis sekolah)

KOMUNITAS

5

Elemen ini mencakup realitas lokal dan komunitas serta pemangku kepentingan utama (mis. Peserta didik, guru, orang tua, masyarakat, sektor swasta, masyarakat sipil)yang membentuk dan berkontribusi pada pendidikan dan keberlanjutan.

INSTITUSI

Merupakan elemen kepemimpinan transformatif yang mencakup pengembangan kebijakan, identifikasi dan penggunaan sumber daya secara bijak dan memupuk kemitraan yang mendukung integrasi ESD dalam tujuan transformasi kelembagaan yang lebih besar. Sebagai contoh institusi terkait adalah Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan bidang Bisnis dan Pariwisata.

Page 18: Buku Panduan Guru - UNESCO

6 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Berdasarkan elemen-elemen integrasi tersebut, buku panduan ini akan membahas integrasi pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan di bidang pariwisata dengan fokus pada materi, metode mengajar dan pembelajaran yang relevan yang merupakan bagian dari Praktik ESD. Sedangkan Konteks ESD akan digunakan sebagai dasar untuk pengembangan implementasi dari Praktik ESD.

Gambaran dari elemen integrasi di bidang pariwisata adalah sebagai berikut:

Pengelolaan Ekowisata.

Pengolahan Makanan Lokal beserta manfaat

tumbuhan lokal dan Pengelolaan Limbah

Makanan.

Manajemen Laundry dan Penggunaan bahan

kimia pembersih.

Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja

pada Bidang Kecantikan

Ekosistem Daratdan Laut, Kesehatan

yang Baik dan Kesejahteraan

Teori

Sosial

Ekonomi

Lingkungan

MetodePembelajaran

(HOTS)

Gambar 2. Integrasi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan Bidang Pariwisata

Aktivitas 1.1

Curah Pendapat

Deskripsikan dalam kelompok, contoh-contoh integrasi ESD pada bidang keahlian Usaha Perjalanan Wisata (UPW), Tata Boga dan Kecantikan yang telah tertuang pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Anda.

Page 19: Buku Panduan Guru - UNESCO

7PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN | BAB 1

1.2 PENGGUNAAN BUKU PANDUANBuku panduan ini memuat lima hal penting yang harus dikuasai oleh guru-guru kepariwisataan agar dapat menghadirkan pendidikan berkualitas bagi peserta didiknya. Kelima hal tersebut adalah:

1. Pembelajaran berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi.

2. Pengelolaan ekowisata.

3. Pengolahan makanan lokal dan pengelolaan limbah makanan.

4. Manajemen laundry dan penggunaan bahan kimia pembersih.

5. Keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja pada bidang kecantikan..

Peserta pada pendidikan dan pelatihan ini perlu mencermati petunjuk, uraian materi dan melakukan aktivitas pembelajaran sebagaimana diinstruksikan pada setiap bab. Setiap bab akan mempresentasikan konsep-konsep yang jelas dan menyediakan studi kasus, ilustrasi dan aktivitas, serta mengidentifikasikan sumber-sumber atau referensi sebagai acuan untuk menggali lebih mendalam melalui bacaan tersebut.

Page 20: Buku Panduan Guru - UNESCO

8

Page 21: Buku Panduan Guru - UNESCO

BAB 2

PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: PENDEKATAN PEMBELAJARAN

9

Page 22: Buku Panduan Guru - UNESCO

10 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

2.1. PENDAHULUANAktivitas 2.1

Curah Pendapat

1. Apa yang Saudara ketahui tentang pembangunan berkelanjutan?

2. Apa yang anda ketahui tentang pendidikan bermutu?

3. Bagaimana hubungan pendidikan bermutu dengan pembangunan berkelanjutan?

Salah satu tujuan dari pembangunan berkelanjutan adalah menyediakan pendidikan bermutu kepada masyarakat melalui pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran adalah sebuah proses untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan, yang ditunjukkan oleh adanya perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman belajar. Belajar juga dipandang sebagai suatu proses membangun pengetahuan melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar. Ketika pengalaman belajar dapat membawa perubahan perilaku pada peserta didik, maka pembelajaran tersebut dapat dikategorikan pembelajaran yang bermakna. Proses pembelajaran bermakna dipandang sebagai penyiapan peserta didik untuk memasuki dunia kerja. Oleh karena itu, sekolah dalam hal ini perancang kurikulum dan para guru perlu memberikan pembelajaran yang bermakna, salah satunya dengan melihat keterampilan apa yang dibutuhkan di dunia kerja, dan apa yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup di sekitarnya.

Gray (2016) memaparkan sepuluh keterampilan yang yang paling dibutuhkan di tempat kerja pada tahun 2020 sesuai world economic forum, yaitu:

1. Keterampilan menyelesaikan masalah kompleks2. Keterampilan berpikir kritis3. Kreativitas4. Keterampilan mengelola SDM5. Keterampilan berkoordinasi dengan orang lain6. Keterampilan emosional 7. Keterampilan menilai dan mengambil keputusan8. Keterampilan berorientasi melayani9. Keterampilan bernegosiasi10. Keterampilan fleksibilitas pengetahuan

Page 23: Buku Panduan Guru - UNESCO

11PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: PENDEKATAN PEMBELAJARAN | BAB 2

Gambar 3. 10 keahilan penting dalam pekerjaan

Sekolah perlu menyiapkan peserta didiknya dengan 10 keterampilan tersebut melalui pengalaman belajar yang bermakna, yaitu pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik untuk berpikir pada jenjang tingkat tinggi, dan pembelajaran yang bermutu yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan. Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan bagian dari kesepuluh keterampilan yang dibutuhkan tersebut.

2.2 TUJUAN PEMBELAJARANSetelah membaca dan menyelesaikan aktivitas pada pembelajaran ini, peserta diklat dapat:

1. Menjelaskan konsep keterampilan abad 21;

2. Menjelaskan konsep keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai bagian dari konsep pendidikan pembangunan berkelanjutan;

3. Menjelaskan pendekatan pembelajaran berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi;

4. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan memperhatikan pembelajaran bermakna dan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.

Page 24: Buku Panduan Guru - UNESCO

12 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

2.3 KETERAMPILAN ABAD 21Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan tiga komponen utama sebagai keterampilan abad 21, yaitu kualitas karakter, literasi dasar, dan kompetensi, sebagaimana dijelaskan pada gambar di bawah ini.

Gambar 4. Tiga Komponen Utama Keterampilan Abad 21

Kualitas karakter yang mencakup religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas, penting ditanamkan kepada peserta didik melalui pembelajaran di kelas. Dengan memiliki karakter seperti tersebut di atas, peserta akan lebih tangguh di dalam persaingan pasar kerja nasional, regional, maupun internasional.

Enam literasi dasar sebagai mana disebut pada gambar di atas juga menjadi faktor penting untuk dimiliki oleh peserta didik. Keenam literasi dasar ini menjadi bekal dasar siswa untuk mampu tumbuh, belajar, dan bersaing nanti di pasar global.

Pada keterampilan abad 21, proses pembelajaran yang berorientasi HOTS adalah proses pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk melakukan 4C yaitu critical thinking (berpikir kritis), creative (berpikir kreatif), communication (keterampilan berkomunikasi secara efektif), dan collaboration (keterampilan berkolaborasi). Bagian berikut ini membahas 4C ini untuk membantu guru memahami lebih dalam tentang konsep 4C di dalam pembelajaran.

Page 25: Buku Panduan Guru - UNESCO

13PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: PENDEKATAN PEMBELAJARAN | BAB 2

.2.3.1 KETERAMPILAN BERPIKIR KRITISBeberapa definisi dari berpikir kritis adalah seperti berikut ini:

1. Kemampuan untuk berpikir secara jernih dan rasional mengenai apa yang harus dilakukan atau apa yang harus dipercayai, dan mencakup kemampuan untuk berpikir reflektif dan independen (Lau & Chan, 2018).

2. Keterampilan menganalisis dan melihat/mengidentifikasi hubungan antara satu atau konsep dengan yang lainnya (Mulnix, 2012), dan merumuskan pendapat anda sendiri dan mengambil kesimpulan sendiri (Lee Watanabe-Crockett, 2017).

Orang yang berpikir kritis itu adalah seorang pemikir yang aktif, mengajukan pertanyaan untuk dapat memahami, mencari jawaban dan solusi, memiliki argumen untuk mendukung pendapatnya, menginterpretasi, menganalisis secara logis, dan mengevaluasi argumen orang lain (Cojocariu & Butnaru, 2014). Seseorang yang berpikir kritis tahu bagaimana memanfaatkan informasi untuk memecahkan masalah, dan mencari sumber-sumber informasi yang relevan untuk menambah pengetahuannya.

2.3.2 KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF Kreativitas dedefinisikan sebagai kemampuan menghasilkan ide atau gagasan yang orisinal dan yang memiliki nilai. Kreatif atau tidaknya suatu gagasan atau capaian harus dilihat dari segi nilai yang terkandung di dalamnya – orisinalitas dan manfaatnya (Csikszentmihalyi, 2014; Lai, Yarbro, DiCerbo, & Geest, 2018; Robinson, 2011), atau kemampuan menghasilkan respon, produk, atau solusi yang tepat dan orisinil terhadap suatu tugas atau pekerjaan.

Kreativitas itu dapat muncul atau tidak pada seseorang atau kelompok sangat tergantung kepada:

1. Kemampuan intelektual atau keahlian di bidang tertentu, termasuk kemampuan mensintesis dan menganalisis (Sternberg, 2006).

2. Pengetahuan faktual akan domain atau disiplin ilmu tertentu dan keterampilan teknis yang dimiliki (Amabile, 2012).

3. Faktor kepribadian - proses yang terkait dengan kreativitas, yang mencakup kemampuan untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda dan menerima ambiguitas serta keberanian mengambil resiko (Amabile, 2012; Smith, Nerantzi, & Middleton, 2014; Sternberg, 2006)

4. Motivasi intrinsik untuk terlibat dalam kegaiatn kreatif (Amabile, 2012; Sternberg, 2006)

5. Lingkungan sosial dimana proses kreativitas itu terjadi, misalnya sekolah, rumah, atau tempat kerja; motivasi eksternal yang datang dari faktor lingkungan, nilai-nilai yang berlaku di institusinya, atau penghalang lain yang mungkin muncul (Amabile, 2012; Sternberg, 2006).

6. Tingkat keyakinan akan kemampuan sendiri dan kemampuan untuk mengontrol pengaruh dari luar (Smith et al., 2014).

Page 26: Buku Panduan Guru - UNESCO

14 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

2.3.3 KETERAMPILAN BERKOLABORASI Sebagai seperangkat pengetahuan dan keterampilan, kolaborasi itu mengandung komponen seperti (1) bekerja efektif dan saling menghormati anggota kelompok; (2) berlatih untuk fleksibel; (3) membuat konsensus bersama untuk mencapai tujuan; (4) tanggung jawab bersama; dan (5) menghargai kontribusi dari setiap anggota kelompok.

Keterampilan berkolaborasi perlu diajarkan secara implisit pada semua mata pelajaran, dan diajarkan terus menerus pada setiap kegiatan pembelajaran. Pemberian tugas kelompok harus disertai dengan instruksi agar peserta didik belajar berbagi tugas dengan adil, mendorong anggota kelompoknya untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, menggunakan keterampilan sosial yang tepat, menolak gagasan teman dengan baik tanpa menjatuhkan atau merendahkan teman, memecahkan masalah, belajar mendengar teman anggota kelompok.

Berikut ini adalah beberapa strategi agar peserta didik saling berinteraksi mengkomunikasikan gagasannya dan berpartisipasi secara aktif menanggapi gagasan temannya:

1. Ciptakan kegiatan belajar yang kompleks yang membutuhkan interkasi, dengan demikian peserta didik akan berkolaborasi.

2. Tanamkan kepada setiap peserta didik bahwa mereka adalah sebagai bagian dari suatu kelompok, harus aktif berpartisipasi dalam kerja kelompok, dan membuat konsensus.

3. Fokus pada penguatan dan pengembangan keahlian, dan pada pemecahan masalah dan keterampilan berpikir (Clifford, 2018).

4. Manfaatkan teknologi karena teknologi dapat meningkatkan proses kolaborasi. Tetapi harus diingat dan ditekankan bahwa interaksi dan bertukar pikiran antar peserta didik lewat teknologi yang menjadi fokus utama, bukan interaksi peserta didik dengan teknologi (Arya, 2017; Clifford, 2018).

2.3.4 KETERAMPILAN BERKOMUNIKASISebagai suatu domain yang kompleks, komunikasi mencakup banyak hal, diantaranya keterampilan membaca, menulis, komunikasi orang-ke-orang, dan komunikasi publik. Komunikasi orang-ke-orang ini mencakup banyak keterampilan, termasuk keterampilan komunikasi (verbal, non verbal, dan mendengar), kecerdasan emosional, kemampuan bekerja dengan orang lain dalam team, keterampilan negosiasi, persuasi, dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai hasil saling menguntungkan, kemampuan mengatasi konflik dan ketidaksepahaman dengan cara positif, dan kemampuan mengidentifikasi dan memecahkan masalah (SkillsYouNeed.com, 2018).

Page 27: Buku Panduan Guru - UNESCO

15PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: PENDEKATAN PEMBELAJARAN | BAB 2

2.4 KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS)

Aktivitas 2.2

Curah Pendapat

Apa yang Saudara ketahui tentang keterampilan berpikir tingkat tinggi?

Keterampilan abad 21 menuntut peserta didik agar dapat memecahkan masalah kompleks. Oleh karena itu, mereka perlu dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Tabel berikut menjelaskan klasifikasi proses berpikir menurut taksonomi Bloom, yaitu mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).

Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagaimana pada taksonomi Bloom terjadi pada C4 hingga C6 yang mencakup keterampilan menganalisis, mensintesis, berargumen, memahami secara mendalam, menerapkan, mengevaluasi dan mencipta (Watson, 2019).

Table 2. Classification of Bloom’s Taxonomic Thinking Process

Kategori Definisi

MengingatMengambil pengetahuan yang relevan dari ingatan jangka panjang.

MengertiMengambil arti/makna dari instruksi yang diberikan, termasuk komunikasi secara oral/lisan, tulisan dan grafik.

MenerapkanMengikuti atau menggunakan prosedur di situasi yang berbeda/tidak lazim.

Menganalisis

Memisahkan bahan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana tiap bagian tersebut saling berhubungan satu sama lain dan terhadap suatu struktur atau fungsi secara keseluruhan.

Mengevaluasi Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar.

MenciptaMenyatukan elemen-elemen agar membentuk sebuah kesatuan yang logis atau fungsional; menyusun kembali elemen-elemen menjadi sebuah pola atau struktur baru.

Page 28: Buku Panduan Guru - UNESCO

16 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

2.5 PENDEKATAN PEMBELAJARANProses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Oleh karena itu perlu mempraktekkan esensi pendekatan saintifik di dalam pembelajaran yang memuat aktivitas: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasikan/mengolah informasi, dan mengomunikasikan. Beberapa aktivitas pembelajaran yang menunjukkan proses pembelajaran saintifik adalah sebagai berikut:1. Peserta didik bekerja dalam kelompok (berkolaborasi), berdiskusi untuk menyelesaikan

tugas yang menuntut mereka menganalisis suatu masalah, mengidentifikasi penyebab terjadinya suatu permasalahan, mencari solusi alternatif, mengujicoba solusi, mengevaluasi, dan menyimpulkan.

2. Tiap kelompok mengkomunikasikan hasil kerja kelompok kepada kelompok lainnya.3. Guru berperan sebagai fasilitator, dan tidak mendominasi kelas.

Beberapa pendekatan pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan diantaranya adalah model pembelajaran melalui penyingkapan/penemuan (Discovery/Inquiry Learning), model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning/PBL), model pembelajaran berbasis projek (Project- based Learning/PJBL), Cooperative Learning yang mempunyai berbagai metode seperti: Jigsaw, Numbered Head Together (NHT), Make a Match, Think-Pair-Share (TPS), Example not Example, Picture and Picture, dan lainnya.

Ndirahisha dan Shumba (2018) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran yang dapat mendukung pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan adalah pendekatan yang melibatkan partisipasi aktif peserta didik untuk berkolaborasi dalam proyek aksi yang menginvestigasi permasalahan-permasalahan dalam kehidupan nyata, memecahkan permasalahan, serta membuahkan perubahan ke arah yang lebih baik, seperti tampak pada diagram di bawah ini.

StudentEngagement

andParticipation

ESD Teachingand LearningApproaches

Collaboration

Action-orientedChange Projects

Real LifeInvestigationand Problem-

Solving

Figure 5. ESD Based Learning Approach Diagram

Page 29: Buku Panduan Guru - UNESCO

17PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: PENDEKATAN PEMBELAJARAN | BAB 2

Aktivitas 2.3

Curah Pendapat

Dalam kelompok kecil (4 orang), setiap kelompok menemukan informasi tetang satu model pembelajaran yang berbeda, dan presentasikan di kelas.

Agar pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan lebih bermakna, pembelajaran dengan pendekatan belajar berbasis project dipandang sangat tepat. Melalui pembelajaran berbasis project, secara berkolaborasi peserta didik akan belajar mengidentifikasi permasalahan yang ada di sekitarnya, berempati terhadap permasalahan tersebut, berdiskusi dan curah pendapat tentang berbagai kemungkinan project yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan, berkolaborasi membangun purwarupa, mengujicoba purwarupa, mengevaluasi, serta memperbaikai purwarupa. Di dalam membangun purwarupa, peserta didik akan mempertimbangkan dampak sosial, dampak ekonomi, dan dampak lingkungan dari purwarupa tersebut. Di akhir pembelajaran, peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya untuk mendapatkan umpan balik yang dari guru dan peserta didik di kelompok lainnya.

Berikut ini adalah sintaks dari Project Based Learning:

1. Pertanyaan mendasar2. Mendesain perencanaan produk3. Menyusun jadwal pembuatan4. Memonitoring keaktifan dan perkembangan proyek5. Menguji hasil6. Evaluasi pengalaman belajar

Aktivitas 2.4

Curah Pendapat

Di akhir pembelajaran modul ini, Saudara harus membuat RPP pada salah satu mata pelajaran yang ada di modul ini, dengan memperhatikan pembelajaran bermakna dan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Gunakan format RPP sebagaimana ditunjukkan pada Permendikbud nomor 22 tahun 2016.

Page 30: Buku Panduan Guru - UNESCO

18

Page 31: Buku Panduan Guru - UNESCO

BAB 3PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN

19

Page 32: Buku Panduan Guru - UNESCO

20 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

3.1 PENDAHULUANPendidikan kepariwisataan yang berkualitas perlu memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan, yang memperhatikan keseimbangan pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan. Sektor kepariwisataan yang dicakup dalam modul ini mencakup materi usaha perjalanan wisata, hospitality (tata graha dan binatu), kuliner, dan tata kecantikan rambut dan kulit.

Pada materi usaha perjalanan wisata, Saudara mempelajari konsep pariwisata yang berkelanjutan mencakup komponen pariwisata, jasa pendukung kepariwisataan, konsep sapta pesona dan ekowisata.

Pada materi hospitality, Saudara mempelajari bahan-bahan kimia pembersih dan cara penggunaannya untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan hotel.

Pada materi kuliner, Saudara mempelajari konsep pengolahan makanan lokal dan pengelolaan limbah makanan.

Pada materi tata kecantikan rambut dan kulit, Saudara mempelajari upaya keselamatan dan kesehatan kerja pada konteks salon kecantikan.

3.2 TUJUAN PEMBELAJARAN � Setelah mempelajari materi usaha perjalanan wisata, Saudara dapat:

9 Memahami konsep pariwisata, komponen pariwisata, dan jasa pendukung pariwisata untuk mendukung pembangunan berkelanjutan

9 Menerapkan konsep sapta pesona dalam konteks perjalanan wisata yang mendukung pembangunan berkelanjutan.

9 Menerapkan konsep ekowisata dalam pengembangan wisata berkelanjutan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

� Setelah mempelajari materi hospitality (tata graha dan binatu), Saudara dapat:

9 Menjelaskan konsep manajemen laundry sesuai dengan konsep pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.

9 Mengidentifikasi bahan pembersih yang ramah lingkungan.

9 Menggunakan bahan kimia pembersih dengan tepat dan aman sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan.

9 Menganalisis dampak penggunaan bahan kimia pembersih terhadap sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem lingkungan.

Page 33: Buku Panduan Guru - UNESCO

21PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

� Setelah mempelajari materi kuliner, Saudara dapat:

9 Menganalisis konsep pengolahan makanan lokal dan limbahnya sesuai konsep pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.

9 Menganalisis dampak pengolahan makanan lokal dan pengelolaan limbahnya terhadap sistem Lingkungan, sosial, dan ekonomi.

9 Membuat rancangan pengolahan makanan lokal sesuai dengan konsep pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.

9 Membuat rancangan pengelolaan limbah sesuai dengan konsep pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.

� Setelah mempelajari tata kecantikan rambut dan kulit, Saudara diharapkan dapat:

9 Menerapkan konsep keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja pada bidang kecantikan

9 Mengidentifikasi potensi bahaya yang terjadi di salon

9 Mendemonstrasikan persiapan kerja sesuai prosedur keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja.

3.3 PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN3.3.1 PARIWISATA DAN PARIWISATA KEBERLANJUTAN

3.3.1.1 Pengertian Pariwisata Dan Pariwisata BerkelanjutanPariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang- senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau waktu libur serta tujuan- tujuan lainnya.

Sedangkan menurut UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Page 34: Buku Panduan Guru - UNESCO

22 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Siapakah Wisatawan itu?

Seseorang atau lebih yang melakukan perjalanan wisata serta melakukan kegiatan yang terkait dengan wisata disebut Wisatawan. Wisatawan warga negara Indonesia yang melakukan perjalanan wisata disebut Wisatawan Nusantara (Wisnus). Sedangkan wisatawan warga negara asing yang melakukan perjalanan wisata disebut Wisatawan Mancanegara (Wisman).

3.3.1.2 Komponen Pendukung PariwisataWisatawan yang melakukan perjalanan wisata memerlukan berbagai kebutuhan dan pelayanan mulai dari keberangkatan sampai kembali lagi ke tempat tinggalnya. Aktivitas pariwisata sangat terkait dengan kehidupan kita sehari-hari. Sama seperti yang kita lakukan setiap hari, wisatawan juga butuh makan dan minum, tempat menginap, serta alat transportasi yang membawanya pergi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan dan pelayanan tersebut, pariwisata harus didukung oleh berbagai komponen yaitu:

� Obyek dan daya tarik wisata Ada banyak alasan mengapa orang berwisata ke suatu daerah. Beberapa yang paling umum adalah untuk melihat keseharian penduduk setempat, menikmati keindahan alam, menyaksikan budaya yang unik, atau mempelajari sejarah daerah tersebut. Intinya, wisatawan datang untuk menikmati hal-hal yang tidak dapat mereka temukan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Alam, budaya serta sejarah tersebut merupakan bagian dari obyek dan daya tarik wisata.

Obyek dan daya tarik wisata mencakup:

1. Obyek wisata alam Misalnya iklim, pantai dan laut, flora dan fauna, gua, air terjun, serta hutan yang indah.

2. Obyek wisata budaya Misalnya arsitektur rumah tradisional di desa, situs arkeologi, benda-benda seni dan kerajinan, ritual atau upacara budaya, festival budaya, kegiatan dan kehidupan masyarakat sehari-hari, keramah- tamahan, makanan.

3. Obyek wisata buatan Misalnya acara olahraga, berbelanja, pameran, konferensi, festival musik.

� Transportasi dan infrastruktur Wisatawan memerlukan alat transportasi baik itu transportasi udara, laut dan darat untuk mencapai daerah wisata yang menjadi tujuannya. Misalnya untuk menuju Nias Selatan, wisatawan harus naik pesawat udara dari Medan atau kapal laut dari Sibolga. Lalu perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan mobil ke Teluk Dalam. Tersedianya alat trasportasi adalah salah satu kunci sukses kelancaran aktivitas pariwisata.

Komponen pendukung lainnya adalah infrastruktur yang secara tidak langsung mendukung kelancaran kegiatan pariwisata misalnya: air, jalan, listrik, pelabuhan, bandara, pengolahan limbah dan sampah.

Page 35: Buku Panduan Guru - UNESCO

23PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

Namun, meskipun tidak semua daerah tujuan wisata memiliki komponen pendukung yang baik, suatu daerah tetap bisa menarik wisatawan untuk berkunjung karena ada hal-hal unik yang hanya bisa ditemui atau dilihat di tempat tersebut. .

� Akomodasi (tempat menginap) Akomodasi adalah tempat dimana wisatawan bermalam untuk sementara di suatu daerah wisata. Sarana akomodasi umumnya dilengkapi dengan sarana untuk makan dan minum. Sarana akomodasi yang membuat wisatawan betah adalah akomodasi yang bersih, dengan pelayanan yang baik (ramah, tepat waktu), harga yang pantas sesuai dengan kenyamanan yang diberikan serta lokasi yang relatif mudah dijangkau.

Jenis-jenis akomodasi berdasarkan bentuk bangunan, fasilitas, dan pelayanan yang disediakan, adalah sebagai berikut:

1. Hotel Hotel merupakan sarana akomodasi (menginap) yang menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan bagi tamunya seperti pelayanan makanan dan minuman, layanan kamar, penitipan dan pengangkatan barang, pencucian pakaian, serta pelayanan tambahan seperti salon kecantikan, rekreasi (contoh: sarana bermain anak), olahraga (contoh: kolam renang, lokasi senam, lapangan tenis, biliard dll.). Klasifikasi hotel dapat dilihat dari lokasi, jumlah kamar, ukuran, serta kegiatan yang dapat dilakukan tamu di hotel selama menginap. Klasifikasi hotel ditandai oleh tanda bintang (*), mulai dari hotel berbintang satu sampai dengan bintang lima. Semakin banyak bintangnya akan semakin banyak pula persyaratan, layanan dan fasilitas dengan tuntutan kualitas yang semakin tinggi.

2. Guest house Guest house, adalah jenis akomodasi yang bangunannya seperti tempat tinggal. Umumnya guest house hanya memiliki fasilitas dasar yaitu kamar dan sarapan tanpa fasilitas tambahan lainnya.

3. Homestay Berbeda dengan Guest House, Homestay, jenis akomodasi yang populer di wilayah perkotaan maupun pedesaan di Indonesia, menggunakan rumah tinggal pribadi sebagai tempat wisatawan menginap.

Umumnya homestay memberikan pelayanan kamar beserta makanan dan minuman. Salah satu kelebihan dari homestay adalah wisatawan bisa mendapatkan kesempatan untuk mengenal keluarga pemilik. Mereka bisa juga mengenal lebih jauh tentang alam dan budaya sekitar terutama bila si pemilik rumah memiliki banyak pengetahuan tentang itu.

4. Losmen Losmen merupakan jenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau keseluruhan bangunan sebagai tempat menginap. Losmen memiliki fasilitas dan pelayanan yang jauh lebih sederhana dibandingkan hotel. Losmen tidak dirancang menyerupai tempat tinggal seperti guest house.

Page 36: Buku Panduan Guru - UNESCO

24 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

5. PerkemahanTidak seperti jenis akomodasi lainnya, perkemahan merupakan sarana menginap yang memanfaatkan ruang terbuka dengan menggunakan tenda.

6. Villa Merupakan kediaman pribadi yang disewakan untuk menginap. Bedanya dengan homestay adalah tamu akan menyewa rumah secara keseluruhan dan pemilik rumah tidak berada pada rumah yang disewa tersebut. Sedangkan pada homestay, tamu hanya menyewa kamar dan berbaur bersama pemilik rumah.

� Usaha makanan dan minuman Usaha makanan dan minuman di daerah tujuan wisata merupakan salah satu komponen pendukung penting. Usaha ini termasuk di antaranya restoran, warung atau cafe. Wisatawan akan kesulitan apabila tidak menemui fasilitas ini pada daerah yang mereka kunjungi. Sarana akomodasi umumnya menyediakan fasilitas tambahan dengan menyediakan makanan dan minuman untuk kemudahan para tamunya.

Selain sebagai bagian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, makanan adalah nilai tambah yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Banyak wisatawan tertarik untuk mencoba makanan lokal, bahkan ada yang datang ke daerah wisata hanya untuk mencicipi makanan khas tempat tersebut sehingga kesempatan untuk memperkenalkan makanan lokal terbuka lebar. Bagi wisatawan, mencicipi makanan lokal merupakan pengalaman menarik.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam mengelola usaha makanan dan minuman adalah jenis dan variasi hidangan yang disajikan, cara penyajian yang menarik, kebersihan makanan dan minuman yang disajikan, kualitas pelayanan serta lokasi usaha tersebut. Penyedia jasa harus memperhatikan apakah lokasi usahanya menjadi satu dengan sarana akomodasi, atau dekat dengan obyek wisata sehingga mudah dikunjungi.

3.3.1.3 Jasa Pendukung Lainnya Jasa pendukung adalah hal-hal yang mendukung kelancaran berwisata misalnya biro perjalanan yang mengatur perjalanan wisatawan, penjualan cindera mata, pusat informasi pariwisata, jasa pemandu pariwisata, kantor pos, bank, sarana penukaran uang, internet, wartel, tempat penjualan pulsa, salon, dll.

Dari berbagai jasa pendukung yang disebutkan di atas, pusat informasi pariwisata dan jasa pemandu pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung kesuksesan suatu daerah tujuan wisata. Merekalah yang memberikan panduan kepada wisatawan mengenai daerah yang dikunjunginya.

Wisatawan bisa memperoleh informasi di pusat informasi wisata, baik berupa penjelasan langsung maupun bahan cetak seperti brosur, buku, leaflet, poster, peta dan lain sebagainya.

Page 37: Buku Panduan Guru - UNESCO

25PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

Jasa pendukung lainnya yang sangat penting adalah jasa pemandu. Pemandu harus memahami informasi mengenai daerah tempat ia bekerja. Pengetahuan tentang pelayanan dan keramah-tamahan juga sangat diperlukan. Pemandu tidak hanya sekedar memberikan informasi, tapi juga harus dapat meningkatkan kesadaran wisatawan untuk menghormati alam dan budaya setempat.

Jasa pendukung tersebut sangat tergantung pada daerah atau tujuan wisata, semakin terpencil, maka jasa pendukung akan semakin minim. Namun hal ini umumnya dapat dimaklumi karena wisatawan yang memilih pergi ke tempat terpencil sudah mempersiapkan diri dengan kondisi lapangan yang terbatas. .

� Sapta PesonaPerlu pemikiran bersama bagaimana membuat wisatawan betah dan ingin terus kembali ke tempat kita. Ada dua hal penting untuk menjawab pertanyaan di atas. Pertama, pelayanan yang baik. Bayangkan, bila wisatawan sudah datang jauh-jauh, merencanakan perjalanannya sedemikian rupa, serta mengeluarkan uang yang tidak sedikit, tapi ketika datang ke daerah kita ternyata mereka menemui supir yang kasar, tidak sopan dan menipu penumpang, atau pedagang asongan yang memaksa untuk membeli dagangan, atau akomodasi yang kotor serta warung makan dengan makanan dan minuman yang kotor dan tidak enak. Tentu kita tidak ingin hal ini terjadi di daerah kita. Kedua, menjaga keindahan dan kelestarian alam, serta budaya karena hal tersebut merupakan aset pariwisata kita.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia memiliki program yang disebut Sapta Pesona. Ada tujuh unsur yang penting kita terapkan untuk memberikan pelayanan yang baik serta menjaga keindahan dan kelestarian alam dan budaya di daerah kita, yaitu: aman, tertib, bersih, indah, ramah sejuk, dan kenangan

� AmanWisatawan akan selalu datang ke tempat yang menurut mereka aman. Yang berarti bebas dari perang, ancaman manusia, (seperti: kejahatan), serta bebas dari rasa takut. Untuk itu kita perlu menciptakan lingkungan dan rasa aman di daerah kita. Keadaan ini dapat tercermin dari keadaan seperti aman dari pedagang- pedagang asongan yang memaksa wisatawan untuk membeli, aman dari pencopetan, pencurian dan lain sebagainya. Kondisi aman juga dapat tercermin dari penggunaan peralatan keselamatan saat berwisata (misal: helm, pelampung, P3K, tali dll.), serta informasi yang jelas mengenai kondisi yang akan dihadapi oleh wisatawan (misal: jalan mendaki, terjal, trek dengan batu besar yang sulit, musim hujan yang mengakibatkan jalan licin, dll).

� TertibWisatawan akan merasa senang apabila tempat yang didatanginya berada dalam kondisi yang tenang dan teratur. Kondisi seperti ini bisa diciptakan dengan ketertiban. Lokasi yang dekat dengan keributan dan sumber suara akan mengurangi kenyamanan para wisatawan dalam berwisata.

Page 38: Buku Panduan Guru - UNESCO

26 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Selain itu, salah satu cara untuk menciptakan ketertiban adalah dengan menetapkan harga yang jelas karena wisatawan lebih senang dengan harga yang pasti. Wisatawan hanya memilih jasa dan barang dengan harga tetap dan/atau rasional (yaitu harga yang sesuai dengan kualitas jasa/barang yang diberikan).

� BersihBersih dalam segala hal: bersih diri, lingkungan, bebas sampah dan polusi lainnya. Tempat sampah harus disediakan di berbagai tempat untuk memudahkan pengunjung menjaga kebersihan. Tempat menginap yang kotor akan mempengaruhi kenyamanan bagi wisatawan. Kamar tidur dan kamar mandi yang digunakan oleh wisatawan juga haruslah bersih.

� RamahKeramahan adalah salah satu kunci sukses pariwisata. Senyum ramah yang tulus dan tidak dibuat-buat saat menyambut wisatawan adalah salah satu hal yang membuat mereka betah di tempat kita. Keramah-tamahan rakyat Indonesia sudah sangat terkenal oleh para wisatawan mancanegara. Kita harus terus mempertahankan predikat ini.

Perilaku tidak sopan dan kasar dari penduduk setempat akan membuat perjalanan wisatawan tidak menyenangkan. Perbuatan memaksakan kehendak atau menipu dengan memberikan harga tinggi misalnya, akan membuat wisatawan kapok dan tidak ingin berkunjung lagi ke tempat kita.

� SejukTerciptanya lingkungan yang nyaman bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang nyaman dan rasa betah bagi wisatawan, shingga mendorong lamanya tinggal dan kunjungan yang lebih panjang.

� IndahIndah tidak berarti harus mewah. Meskipun sederhana, lokasi yang nyaman, rapi dan bersih dapat menciptakan keindahan tersendiri. Oleh karena itu, jagalah keindahan lingkungan sekitar kita.

� KenanganApa yang dinikmati oleh wisatawan selama di tempat yang dikunjunginya tidak bisa dibawa pulang, kecuali cenderamata dan kenangan indah. Keindahan ombak, pantai, dan segarnya udara di desa hanya bisa dinikmati di Indonesia. Namun wisatawan dapat membawa pulang kenangan indah dari daerah yang dikunjunginya. Kenangan indah, keramah- tamahan dan kepuasan adalah hal yang tidak terbeli dan selalu membuat wisatawan ingin kembali.

Page 39: Buku Panduan Guru - UNESCO

27PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pariwisata

Dalam mendukung penyelenggaraan pariwisata di daerah kita, sangat penting untuk:

1. Tetap mempertahankan nilai-nilai adat istiadat, norma dan agama yang berlaku; 2. Menjaga kelestarian budaya dan lingkungan sekitar; 3. Memastikan keberlanjutan kegiatan usaha pariwisata sehingga dapat meningkatkan

perekonomian.

Manfaat pariwisata

Melalui pariwisata kita dapat:

1. Memperkenalkan kebudayaan dan daerah kita. 2. Melestarikan alam dan lingkungan. 3. Meningkatkan kebanggaan pada daerah kita. 4. Meningkatkan kecintaan untuk menjaga budaya. 5. Menciptakan lapangan kerja dan peluang ekonomi sehingga dapat meningkatkan

pendapatan dan menciptakan kesejahteraan. 6. Menciptakan hubungan yang baik antar suku dan bangsa.

Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang:

1. Dapat memenuhi kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang;

2. Tidak merusak alam dan budaya masyarakat setempat agar dapat diwariskan pada generasi penerus. Pada prinsipnya, pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang aktivitasnya tetap memperhatikan keseimbangan alam, lingkungan, budaya dan ekonomi agar pariwisata tersebut terus berlanjut. Dengan kata lain, pengelolaannya haruslah dapat memberikan keuntungan secara ekonomi bagi seluruh pihak terkait baik itu pemerintah, sektor swasta, serta masyarakat setempat. Dalam pariwisata berkelanjutan, wisatawan yang datang tidak hanya untuk sekedar bersenang- senang, melainkan juga untuk mendapatkan pengalaman yang lebih agar mendapat wawasan dan pengembangan pengetahuan bagi dirinya. Sikap yang harus dilakukan ketika berkunjung ke suatu daerah untuk mendukung pariwisata berkelanjutan adalah:

3. Bertanggung jawab, dalam arti tidak mengakibatkan kerusakan alam dan budaya pada daerah yang dikunjunginya;

4. Menghormati adat istiadat dan budaya penduduk daerah tujuan wisata. Pariwisata berkelanjutan dapat diterapkan pada semua daerah tujuan wisata dan pada semua jenis aktivitas pariwisata. Pariwisata berkelanjutan harus mencakup kualitas, kesinambungan serta keseimbangan aspek-aspek lingkungan, budaya dan manusia. Untuk mewujudkannya, ada berbagai jenis pariwisata yang dapat kita pilih. Di antaranya adalah ekowisata.

Page 40: Buku Panduan Guru - UNESCO

28 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Aktivitas 3.1.1

Curah Pendapat

Saudara diminta mengidentifikasi alasan mengapa kelestarian lingkungan penting bagi wilayah Saudara. Berikan contoh bagaimana kelestarian lingkungan dapat memberi manfaat bagi wilayah Saudara.

Aktivitas 3.1.2

Curah Pendapat

Saudara diminta mencari contoh-contoh praktik ekowisata di Indonesia yang sederhana dan mudah diterapkan oleh siapa saja di berbagai daerah tujuan wisata.

3.3.1.4 EkowisataPengertian ekowisata Ekowisata harus dipahami melalui dua sisi yaitu 1) Ekowisata dari segi konsep dan 2) Ekowisata dari segi pasar.

Ekowisata dari segi konsep Ekowisata merupakan pariwisata bertanggung jawab yang dilakukan pada tempat-tempat alami, serta memberi kontribusi terhadap kelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat (TIES – The International Ecotourism Society dengan sedikit modifikasi).

Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2002), Ekowisata merupakan konsep pengembangan pariwisata yang berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah setempat.

Ekowisata memiliki banyak definisi yang seluruhnya berprinsip pada pariwisata yang kegiatannya mengacu pada lima elemen penting yaitu:

1. Memberikan pengalaman dan pendidikan kepada wisatawan yang dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Pendidikan diberikan melalui pemahaman akan pentingnya pelestarian lingkungan, sedangkan pengalaman diberikan melalui kegiatan-kegiatan wisata yang kreatif disertai dengan pelayanan yang prima.

2. Memperkecil dampak negatif yang bisa merusak karakteristik lingkungan dan kebudayaan pada daerah yang dikunjungi.

Page 41: Buku Panduan Guru - UNESCO

29PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

3. Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan pelaksanaannya. 4. Memberikankeuntungan ekonomi terutama kepada masyarakat lokal, untuk itu, kegiatan

ekowisata harus bersifat profit (menguntungkan). 5. Dapat terus bertahan dan berkelanjutan. Dalam ekowisata, prinsip tanggung jawab dan

menghormati alam dan budaya setempat menjadi sangat penting. Wisatawan harus menyesuaikan diri dengan budaya dan situasi setempat, bukan sebaliknya. Wisatawan juga harus menyadari pentingnya pelestarian lingkungan dan menghormati budaya dari kawasan yang dikunjunginya.

Ekowisata dari segi pasar Kata ekowisata selalu mengacu pada bentuk kegiatan wisata yang mendukung pelestarian. Ekowisata semakin berkembang tidak hanya sebagai konsep tapi juga sebagai produk wisata (misalnya: paket wisata). Akhir-akhir ini, paket wisata dengan konsep ”eko” atau ”hijau” menjadi trend di pasar wisata. Konsep”kembali ke alam” cenderung dipilih oleh sebagian besar konsumen yang mulai peduli akan langkah pelestarian dan keinginan untuk berpartipasi pada daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Akomodasi, atraksi wisata maupun produk wisata lainya yang menawarkan konsep kembali ke alam semakin diminati oleh pasar.

Namun sebaiknya para penyedia jasa pariwisata, daerah tujuan wisata maupun pemerintah setempat yang ingin berorientasi pada ekowisata harus memiliki kebijakan dan program tersendiri terkait pelestarian lingkungan, budaya setempat dan manfaat kepada masyarakat lokal. Karena pada banyak tempat, produk- produk wisata yang dijual kebanyakan menyematkan kata ”eko” atau ”kembali ke alam” hanya sebagai label untuk menarik konsumen, namun tidak disertai dengan semangat melestarikan atau melibatkan masyarakat setempat dalam produk wisata tersebut.

Produk Ekowisata dalam pasar wisata secara umum dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 6. Produk Ekowisata dalam Pasar Wisata

Page 42: Buku Panduan Guru - UNESCO

30 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Dari bagan tersebut dapat dilihat bahwa aktivitas ekowisata menjadi bagian dari wisata alam dan memiliki keterkaitan dengan wisata budaya dan rural. Ekowisata bahkan tidak berhubungan langsung dengan pariwisata yang bersifat tantangan/ petualangan atau adventure. Perbedaannya, pada ekowisata, aktivitas wisatawan lebih berfokus pada pengamatan dan pemahaman mengenai alam dan budaya pada daerah yang dikunjungi, dengan mendukung kegiatan pelestarian serta lebih mengutamakan fasilitas dan jasa yang disediakan oleh masyarakat setempat.

Pada pariwisata alam, wisatawan hanya sebatas menikmati aktivitasnya pada alam yang dikunjunginya dengan tidak memperhatikan dukungan terhadap pelestarian alam dan budaya serta penggunaan fasilitas dan jasa dari masyarakat setempat. Sedangkan pada pariwisata yang lebih bersifat tantangan/ petualangan (adventure), aktivitas yang dilakukan menonjolkan aktivitas fisik yang menantang untuk menunjukkan ego dan kemampuan menaklukkan kondisi tertentu pada alam yang dikunjungi.

Ekowisata di Indonesia Tahun 2002 adalah tahun dimana dicanangkannnya Tahun Ekowisata dan Pegunungan di Indonesia. Dari berbagai workshop dan diskusi yang diselenggarakan pada tahun tersebut di berbagai daerah di Indonesia baik oleh pemerintah pusat maupun daerah, dirumuskan 5 (lima) Prinsip dasar pengembangan ekowisata di Indonesia yaitu: 1. Pelestarian2. Pendidikan3. Pariwisata4. Perekonomian5. Partisipasi masyarakat setempat

Lima prinsip dasar pengembangan ekowisata di Indonesia

1. Pelestarian Prinsip pelestarian pada ekowisata adalah kegiatan ekowisata yang dilakukan tidak menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan dan budaya setempat. Salah satu cara menerapkan prinsip ini adalah dengan cara menggunakan sumber daya lokal yang hemat energi dan dikelola oleh masyarakat sekitar. Tak hanya masyarakat, tapi wisatawan juga harus menghormati dan turut serta dalam pelestarian alam dan budaya pada daerah yang dikunjunginya. Lebih baik lagi apabila pendapatan dari ekowisata dapat digunakan untuk kegiatan pelestarian di tingkat lokal. Misalnya dengan cara menyisihkan sekian persen dari keuntungan dikontribusikan untuk membeli tempat sampah dan membayar orang yang akan mengelola sampah.

2. PendidikanKegiatan pariwisata yang dilakukan sebaiknya memberikan unsur pendidikan. Ini bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan memberikan informasi menarik seperti nama dan manfaat tumbuhan dan hewan yang ada di sekitar daerah wisata, dedaunan yang dipergunakan untuk obat atau dalam kehidupan sehari-hari, atau kepercayaan dan adat istiadat masyarakat lokal. Kegiatan pendidikan bagi wisatawan ini akan mendorong

Page 43: Buku Panduan Guru - UNESCO

31PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

upaya pelestarian alam maupun budaya. Kegiatan ini dapat didukung oleh alat bantu seperti brosur, leaflet, buklet atau papan informasi.

3. PariwisataPariwisata adalah aktivitas yang mengandung unsur kesenangan dengan berbagai motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu lokasi. Ekowisata juga harus mengandung unsur ini. Oleh karena itu, produk dan jasa pariwisata yang ada di daerah kita juga harus memberikan unsur kesenangan agar layak jual dan diterima oleh pasar.

4. EkonomiEkowisata juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat terlebih lagi apabila perjalanan wisata yang dilakukan menggunakan sumber daya lokal seperti transportasi, akomodasi dan jasa pemandu. Ekowisata yang dijalankan harus memberikan pendapatan dan keuntungan (profit) sehingga dapat terus berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan hal itu, yang penting untuk dilakukan adalah memberikan pelayanan dan produk wisata terbaik dan berkualitas. Untuk dapat memberikan pelayanan dan produk wisata yang berkualitas, akan lebih baik apabila pendapatan dari pariwisata tidak hanya digunakan untuk kegiatan pelestarian di tingkat lokal tetapi juga membantu pengembangan pengetahuan masyarakat setempat, misalnya dengan pengembangan kemampuan melalui pelatihan demi meningkatkan jenis usaha/ atraksi yang disajikan di tingkat desa.

Gambar 7. Produksi Kain di Desa Wisata Cigugur, Kuningan

5. Partisipasi masyarakat setempat Partisipasi masyarakat akan timbul, ketika alam/budaya itu memberikan manfaat langsung/tidak langsung bagi masyarakat. Agar bisa memberikan manfaat maka alam/ budaya itu harus dikelola dan dijaga. Begitulah hubungan timbal balik antara atraksi wisata-pengelolaan-manfaat yang diperoleh dari ekowisata dan partisipasi.

Partisipasi masyarakat penting bagi suksesnya ekowisata di suatu daerah tujuan wisata. Hal ini bisa dimulai dari diri kita sendiri. Jangan terlalu berharap pemerintah akan melakukan semua hal karena kita juga memiliki peranan yang sama dalam melakukan pembangunan di daerah kita. Partisipasi dalam kegiatan pariwisata akan memberikan manfaat langsung bagi kita, baik untuk pelestarian alam dan ekonomi. Bila kita menjaga alam tetap lestari dan bersih, maka kita sendiri yang akan menikmati kelestarian alam tersebut, bila kita berperan dalam kegiatan pariwisata, maka kita juga yang akan mendapatkan manfaatnya secara ekonomi.

Page 44: Buku Panduan Guru - UNESCO

32 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Aktivitas 3.1.3

Curah Pendapat

Saudara diminta mencari contoh-contoh praktik ekowisata dan wisata massal di lokasi yang mudah diakses dari Sekolah Saudara.

Tipe wisata Nama Daerah Tujuan Wisata Lokasi Deskripsi

Ekowisata

Wisata masal

3.3.2 PERHOTELAN

3.3.2.1 Konsep Manajemen LaundryLaundry adalah bisnis jasa pencucian pakaian dengan menggunakan mesin cuci maupun dengan mesin pengeringnya secara otomatis bekerja dan dengan cairan pembersih dan pewangi yang khusus untuk pakaian. Laundry merupakan departemen housekeeping yang bertugas dan bertanggung jawab memproses semua aktivitas pencucian baik untuk operasional hotel dan tamu hotel. (Muhammad Syawal Ainul Yaqin, 2016 & Muhammad Yasin Simargolang, 2018).

Terkait dengan usaha laundry dewasa ini tidak sekedar mencuci dan mengeringkan cucian namun harus memperhatikan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan. Hal ini harus dilakukan sesuai dengan konsep pendidikan berorientasi ESD.

Contoh:1. S1. Dampak sosial dimaksud adalah, usaha laundry sesuai konsep ESD mesti melibatkan

masyarakat setempat.2. Dampak ekonomi seperti penggunaan air yang berlebihan tidak disarankan, penggunaan

chemical yang tidak sesuai dengan ukuran dihindari, bekas kemasan botol harus dimanfaatkan kembali supaya bernilai ekonomis

3. Dampak lingkungan misalnya penggunaan bahan kimia yang tidak ramah lingkungan mesti dihindari, pembuangan limbah cucian mesti diolah terlebih dahulu apakah sudah aman sebelum dibuang.

3.3.2.2 Penggunaan Bahan Kimia PembersihKebersihan dan kenyamanan di hotel merupakan hal utama yang diinginkan oleh tamu. Proses pembersihan hotel dilakukan setiap hari. Berbagai macam jenis bahan kimia pembersih yang digunakan dan ,sangat penting bahwa menggunakan bahan kimia pembersih sesuai dengan permukaan yang akan dibersihkan.

Page 45: Buku Panduan Guru - UNESCO

33PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

Aktivitas 3.2.1

RefleksiProses pembersihan dilakukan setiap hari di hotel dengan menggunakan bahan kimia pembersih. Bagaimana upaya menguranginya?

Tiga tujuan utama penggunaan bahan kimia pembersih di bagian tata graha yaitu menghilangkan kotoran, menghancurkan mikroorganisme berbahaya, memelihara perabot, perlengkapan dan pemukaannya. Bahan pembersih kimia dibuat untuk menghilangkan tanah dari permukaan melalui aksi kimianya. Semakin kuat bahan kimia yang digunakan, semakin besar efeknya pada pekerjaan yang dilakukan. Kekuatan bahan kimia pembersih diukur pada skala pH.

Membersihkan bahan kimia yang telah ditingkatkan dengan alkali atau asam untuk memperkuat daya pembersihannya dapat berbahaya bagi manusia dan seringkali tidak dapat digunakan pada permukaan tertentu. Pembersih netral dapat digunakan untuk semua jenis pekerjaan tetapi daya pembersihnya terbatas.

Bagian Housekeeping telah menggunakan bahan kimia yang efektif untuk tujuan tertentu, tetapi jika disalahgunakan dapat membahayakan langsung bagi karyawan yang menggunakannya dan untuk orang lain (misalnya, staf dan tamu) yang melakukan kontak langsung dengan zat tersebut.

Waktu telah berubah. Prioritas utama adalah kesehatan karyawan, tamu, anak-anak, di bumi ini dan generasi yang belum lahir yang akan mengikuti kita. Kabar baiknya adalah hotel-hotel tersebut dengan cepat dimana hotel tersebut dapat melindungi lingkungan. Hotel membuat perubahan dengan cara mereka yaitu melindungi lingkungan dengan metode baru dan dengan mendidik staf teknik

Activity 3.2.2

Mengidentifikasi bahan kimia pembersihSetiap saat Saudara berhubungan dengan penggunaan bahan kimia pembersih, hal yang penting diperhatikan yaitu: a. Pemberian informasi dan pelatihan yang tepat.b. Pemantauan dan pengawasan yang memadai.c. Peralatan keamanan dan perlindungan diri.

Bahan kima pembersih Kegunaan Bahaya bagi lingkungan

Deterjen

Desinfektan

Pembersih

Page 46: Buku Panduan Guru - UNESCO

34 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Aturan umum ketika menggunakan bahan kimia pembersih:

1. Selalu mengikuti instruksi yang dibuat oleh pabrik.2. Jangan pernah menyampur bahan kimia.3. Membaca label.4. Menghubungi pemasok atau penyelia, jika tidak yakin dengan penggunaan bahan kimia.5. Hindari kontak langsung dengan kulit, mata dan mulut.6. Gunakan bahan kimia pada ruangan yang mempunyai ventilasi baik.7. Hindari kontak langsung dengan makanan.8. Selalu menggunakan pakaian pelindung diri dan perlengkapan.9. Setiap bahan kimia harus disimpan di tempat khusus dengan diberi tanda “Gudang Bahan

Kimia”.10. Penggunaan bahan kimia dilakukan dengan layak.11. Memastikan jenis bahan kimia yang sesuai dengan tempat penyimpanan.

Agar laundry attendant tidak salah dalam pengggunaan bahan kimia dan aman dalam pemakaian maka harus memahami arti dari simbol-simbol bahan kimia berbahaya, seperti tabel dibawah ini:

.

Bahaya Iritasi Mudah Meledak Beracun

Sangat Mudah Terbakar Korosif Bahaya Bagi Lingkungan

Gambar 8. Simbol – Simbol Berbahaya

Keterangan:

1. Explosive (Mudah Meledak) Bahan kimia dengan simbol explosive merupakan bahan kimia yang mudah meledak ketika terdapat panas atau sumber api kecil, bahkan gesekan juga dapat menyebabkan bahan ini meledak. Contoh bahan kimia yang mudah meledak yaitu trinitro toluena (TNT).

Page 47: Buku Panduan Guru - UNESCO

35PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

2. Oxidizing (Pengoksidasi) Simbol selanjutnya yaitu simbol oxidizing dimana bahan kimia dengan label ini dapat bersifat sebagai oksidator atau pengoksidasi. Dengan kata lain bahan ini mudah terbakar pada kenaikan suhu ketika terjadi kontak dengan bahan yang mudah terreduksi.

Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kebakaran, biasanya bahan semacam ini disimpan dalam wadah tertutup dan terhindar dari suhu tinggi. Contoh bahan kimia pengoksidasi yaitu hidrogen peroksida

3. Extremely Flammable (Sangat Mudah Terbakar)The extremely flammable symbol is intended for materials with the highest degree of flammability. Even when in contact with air, this material can burn. Store this material in a closed place that is protected from air and heat. Examples of extremely flammable chemicals are diethyl ether.

4. Corrosive (Korosif)Bahan kimia dengan simbol korosif berarti dapat merusak jaringan pada makhluk hidup, iritasi, memar, bahkan hingga kulit mengelupas. Bahan korosif ini sangat berbahaya jika terkena kontak dengan kulit. Contoh bahan kimia korosif yaitu asam sulfat pekat.

5. Environmental Hazard (Bahaya untuk Lingkungan)Bahan kimia dapat berbahaya bagi lingkungan dimana bahan tersebut dapat menyebabkan kematian suatu makhluk hidup. Bahan dengan simbol kimia ini sebaiknya tidak dibuang pada limbah yang mengarah ke lingkungan dan membahayakan makhluk hidup lain. Contoh bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan yaitu petroleum eter.

6. Harmfull Irritant (Bahaya Iritasi)Simbol bahan kimia ini sama dengan simbol irritant dimana bahan kimia dapat menyebabkan iritasi, gatal dan luka bakar ketika terjadinya paparan pada kulit. Contoh bahan kimia ini yaitu fenol.

7. Highly Flammable (Sangat Mudah Terbakar) Sesuai namanya, bahan highly flammable merupakan bahan kimia yang sangat mudah terbakar dengan tingkat lebih tinggi dari bahan flammable. Titik nyala bahan ini sangat rendah bahkan dibawah 21. Oleh karena itu sebaiknya bahan highly flammable dijauhkan dari sumber panas tertentu. Contoh bahan ini yaitu logam natrium.

8. Toxic (Beracun)Simbol toxic atau beracun menunjukkan bahwa bahan tersebut merupakan bahan yang sifatnya akan menyebabkan sakit bahkan kematian akibat racun, terutama jika bahan tersebut terhirup atau tertelan. Bahan kimia dengan simbol ini sebaiknya dihindari untuk dihirup dan ditelan. Hindari juga terjadinya paparan pada kulit. Contoh bahan kimia beracun yaitu metanol.

Page 48: Buku Panduan Guru - UNESCO

36 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

9. Irritant (Iritasi) Sesuai namanya, simbol irritant ini merupakan bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi ketika terjadinya paparan pada tubuh.

Efek yang ditimbulkan yaitu seperti gatal bahkan hingga luka bakar kecil pada kulit. Tindakan pencegahan yang harus dilakukan adalah dengan mencegah terjadinya kontak kulit dengan bahan ini. Contoh bahan kimia irritant yaitu natrium hidroksida.

10. Very Toxic (Sangat Beracun) Bahan ini bersifat sangat beracun dan sangat berbahaya bagi kesehatan yang juga mampu menyebabkan sakit kronis bahkan menyebabkan kematian. Hindari kontak langsung pada tubuh dan sistem pernapasan. Contoh : Kalium sianida, Hydrogensulfida, Nitrobenzene dan Atripin.

Aktivitas 3.2.3

Mengidentifikasi permasalahan penggunaan bahan kimia pembersih (diskusi kelompok)

Tipe Bahaya PenggunaDampak terhadap

kesehatan

Proses pembersihanMenggunakan detergen dan bahan pembersih untuk mencuci, desinfektan, pembersihan umum & khusus, pembersihan kolam renang

Insektisidan dan PestisidaMengendalikan hama & tikus

3.3.2.3 Isu-Isu Lingkungan Penggunaan Bahan Kimia Pembersih

Manusia memerlukan lingkungan yang baik untuk bertahan hidup, oleh sebab itu peran manusia dalam menjaga lingkungan sangat diperlukan. Beberapa definisi bidang hospitaliti yang berkaitan dengan lingkungan:

1. Pengontrolan dan Pengelolaan Lingkungan2. Pengontrolan dan pengelolaan lingkungan adalah suatu sistem yang dilakukan

berdasarkan prosedur dan standar yang ada, contohnya standar kebersihan dan perawatan rutin.

3. Kesehatan lingkungan adalah pola kesehatan lingkungan dimana terdapat proses menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan kerja yang dapat menyenangkan tamu.

4. Kebersihan lingkungan adalah pola kesehatan lingkungan dimana terdapat proses

Page 49: Buku Panduan Guru - UNESCO

37PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan kerja yang dapat menyenangkan tamu.5. Solusi pembersihan adalah larutan pembersih yang didapatkan dari campuran sabun atau

deterjen dan air, baik menggunakan bahan kimia atau tidak.6. Disinfektan adalah bahan kimia yang menghancurkan mikroorganisme.7. Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang

memenuhi persyaratan kesehatan. Sanitasi merupakan perilaku yang dilakukan secara sadar untuk mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya agar tecipta hidup bersih dan sehat. Ruang lingkup sanitasi diantaranya; pengelolaan air bersih (safe water control), pembuangan limbah (sewage control), pengendalian hama (pest control), pengelolaan limbah (refuse disposal control), pengendalian pencemaran lingkungan(pollution disposal control).

8. Sanitizer adalah larutan kima pembersih yang dapat mengurangi jumlah bakteri pada tingkat aman berdasarkan kebutuhan kesehatan masyarakat

Beberapa industri perhotelan di Indonesa sudah berupaya mengurangi dampak lingkungan terhadap tingkat polusi, penggunaan energi keseluruhan dan penggunaan bahan kimia yang banyak. Upaya yang dilakukan dengan beberapa cara untuk menjaga keseimbangan lingkungan hidup,diantaranya::

1. Menyarankan tamu penghematan energi di kamar2. Menyarankan tamu penghematan penggunaan towel3. Melakukan pelatihan berkaitan dengan penggunaan bahan pembersih4. Membuang sisa bahan kimia sesuai dengan memperhatikan lingkungan.

3.3.2.4 Green Hotel

Green hotel adalah upaya hotel menerapkan praktik ramah lingkungan yang dilakukan dengan cara hemat energy, pengendalian dan pengolahan limbah, pemanfaatan air dengan benar dan pelaksanaan program daur ulang. Beberapa cara yang dilakukan antara lain:

1. Program reuse linen dikamar, seperti handuk atau sprei.2. Lampu hemat energy dengan menggunakan sensor dan/atau pengatur waktu.3. Keran dengan aliran rendah atau menggunakan mouser.4. Toilet aliran rendah dengan menggunakan dual flush.5. Tempat pendaur ulang sampah.6. Sabun dan sampo dengan sistem dispenser.7. Kaca film untuk mengurangi pemanasan dan mempercepat pendinginan di kamar atau

ruang kerja.8. Bahan pembersih yang tidak berbahaya dan ramah lingkungan

Page 50: Buku Panduan Guru - UNESCO

38 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

3.3.2.5 Green Cleaning

Green cleaning adalah cara membersihkan menggunakan larutan pembersih alami, bahan yang dapat digunakan seperti cuka dan jeruk nipis. Cuka alami atau asam asetat dihasilkan dari beberapa bakteri penghasil asam asetat yang dapat digunakan sebagai bahan pembersih serba guna. Asam asetat pekat bersifat korosif, itu harus digunakan secara hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar dan iritasi pada mata.

Cuka putih merupakan bahan yang baik untuk membersihkan jamur dan noda oli. Cuka putih juga dapat membersihkan jendela dan membuat permukaan logam mengkilap.

Jeruk nipis dapat dilakukan untuk melarutkan kotoran akibat sabun, titik air yang mengeras dan kuningan tembaga. Jeruk nipis bersifat asam dan antibakteri. Air perasan jeruk nipis (natrium bicarbonat) dapat membersihkan noda oli dan noda lainnya terutama bahan alumunium dan porselin. Kombinasi antara minyak zaitun dengan jeruk nipis atau cuka putih dapat digunakan untuk mengkilapkan porselin.

Soda kue dapat menghilangkan noda air, memoles logam dan menghilangkan bau. Borak atau bleng dapat mebersihkan noda di karpet, sedangkan blimbing wuluh dapat membersihkan keramik.

Aktivitas 3.2.4

Alternatif green cleaning dalam pembersihan

Bahan Alami KandunganObjek Pembersihan

dan Cara Pembersihan

Cuka

Jeruk Nipis

Soda Kue

Borak

Garam

Page 51: Buku Panduan Guru - UNESCO

39PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

3.3.3 KULINER

3.3.3.1 Konsep Pengolahan Makanan Lokal

Gambar 9. Nasi Tumpeng

Sebagai negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari barat ke timur, Indonesia mempunyai keragaman dalam adat, tradisi dan budaya. Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam makanan lokal khas masing-masing daerah sehingga menjadi aset kekayaan bangsa.

Indonesia sebagai negara tropis kaya dengan bahan pangan lokal yang tumbuh subur. Masyarakat Indonesia umumnya amat meyakini khasiat aneka pangan lokal dengan

bahan makanan seperti tempe, tahu, madu, ikan, ketela dan lain-lain serta bumbu dan rempah. Bahan-bahan ini alami, bergizi tinggi, sehat dan aman, murah dan mudah didapat.

Makanan sangat penting untuk kehidupan dan keberlangsungan hidup. Hal ini juga merupakan bagian penting dari identitas budaya kita, dan memainkan peran penting dalam perekonomian. Banyak orang menyadari bahwa makanan yang mereka makan adalah faktor penting yang mempengaruhi kesehatan, namun belum mengetahui dampak dari makanan yang kita konsumsi terhadap faktor produksi, lingkungan, sosial dan ekonomi yang perlu kita perhatikan untuk melindungi generasi yang akan datang terhadap kelanjutan pangan yang tersedia.

Konsep pangan berkelanjutan yang dikembangkan FAO (Food and Agriculture Organization) merupakan upaya melindungi konsumen sekaligus menjaga kelestarian bumi secara bersamaan dengan cara memperhatikan bahan makanan, proses pembuatannya, serta limbah yang dihasilkan. Dengan menerapkan sistem pangan berkelanjutan, kita dapat memastikan bahwa ketersediaan pangan terjamin, bahan pangan diolah melalui proses yang baik serta berdampak baik pada kesehatan dan lingkungan serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Karena itulah melalui jalur pendidikan akan disosialisasikan mengenai pendidikan pembangunan berkelanjutan yang harus diketahui dan menjadi perhatian kita semua. Kemudian mengenalkan dan mengintegrasikan konsep pangan berkelanjutan dengan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (ESD) dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Pengertian pangan berkelanjutanPangan berkelanjutan merupakan produksi bahan pangan, serat, atau produk hewani serta nabati lain yang diolah dengan teknik khusus agar lingkungan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dapat terpelihara. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar nantinya bahan pangan tersebut tetap tersedia dan melimpah bagi generasi mendatang.

Page 52: Buku Panduan Guru - UNESCO

40 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Pangan berkelanjutan secara luas dapat dirumuskan sebagai kegiatan produksi makanan yang ramah lingkungan, mempunyai nilai gizi, teknik pengolahan yang baik serta mampu mensejahterakan masyrakat. Pangan berkelanjutan dapat juga diartikan sebagai ketahanan pangan, yaitu menjaga ketersediaan pangan dan dimanfaatkan agar bernilai ekonomi.

Selain kualitasnya lebih terpercaya, bahan pangan lokal juga tidak membutuhkan jarak pengiriman yang jauh, sehingga meminimalisir penggunaan bahan kimia seperti pengawet dan polusi yang dihasilkan saat distribusi barang. Pada dasarnya sustainable food tidak fokus terhadap jenis makanannya, namun lebih kepada bagaimana makanan tersebut dihasilkan dan diolah. Konsep pangan berkelanjutan ini cukup luas, karena tak hanya menyangkut makanan yang ramah lingkungan saja, namun juga nilai gizi dan bagaimana pengolahan dari limbah makanan agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan, nilai sosial maupun ekonominya. Sebagai contoh adalah kentang, penanaman kentang yang dilakukan secara organik dan ramah lingkungan, lalu diolah dengan teknik memasak yang sebisa mungkin memanfaatkan seluruh bagiannya bahkan kulitnya, hingga tidak menyisakan limbah.

Aktivitas 3.3.1

Curah PendapatSilahkan diskusikan jawaban dari pertanyaan berikut :1. Apakah hubungan pangan lokal dengan pangan berkelanjutan?2. Menurut Saudara, adakah dampak yang ditimbulkan dari pangan yang berkelanjutan

secara sosial, ekonomi dan budaya? Sebutkan contohnya dan berikan uraian yang lengkap!

3. Dapatkah kita mendukung atau membantu konsep pangan berkelanjutan baik di rumah ataupun di sekolah? Sebutkan bentuk dukungan tersebut!

Pengolahan makanan lokal dengan konsep pangan berkelanjutan

Figure 10. Steamed Cassava Cake

IMakanan lokal atau makanan tradisional Indonesia adalah makanan yang membudaya dimasyarakat Indonesia dari generasi ke generasi. Makanan lokal sangat sesuai dengan selera masyarakatnya, tidak bertentangan dengan keyakinan agama masyarakat lokal, lantas dibuat dari bahan-bahan rempah yang tersedia dari lokal. Biasanya makanan tradisional diolah dari resep yang sudah dikenal masyarakat setempat dengan bahan-bahan yang diperoleh dari sumber lokal yang memiliki citarasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat.

Page 53: Buku Panduan Guru - UNESCO

41PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

Gambar 11. Siklus Cara Mengurangi Sisa Makanan

Makanan tradisional Indonesia banyak memiliki nilai filosofi di dalamnya, baik dari awal pembuatan, makna, dan sifatnya yang bersahabat dengan alam. Makanan lokal Indonesia didapat dari hasil alam, diperuntukkan bagi keberlangsungan alam, dan kembali lagi pada alam.

Dengan bervariasinya bahan dasar, maka dapat dihasilkan bermacam-macam jenis makanan tradisional yang sedemikian rupa sehingga menjadi makanan yang lezat, sehat dan gizi seimbang. Demikian juga teknik pengolahannya dilakukan dengan bervariasi seperti membakar/memanggang, pengasapan, pemepesan, pengukusan, menggoreng dan menumis, dan lain-lain

Proses pengolahan makanan Indonesia dimulai dari persiapan bahan, pengolahan dan penyajian perlu memperhatikan konsep keberlangsungan pangan. Penggunaan bahan lokal seperti bumbu dan rempah yang segar akan menghasilkan makanan Indonesia yang bercita rasa otentik dan sehat. Adanya pemahaman terhadap penggunaan bahan yang sehat akan menghindari penggunaan bahan-bahan tambahan makanan kimia seperti pengawet, pewarna dan penambah rasa seperti penggunaan MSG.

Dalam upaya mendukung konsep pangan berkelanjutan selain hal di atas yang bisa kita lakukan sebagai pendidik misalnya saat kita mengajarkan materi praktek makanan Indonesia, sesungguhnya tanpa kita sadari selama ini mungkin kita sudah menerapkan konsep pangan berkelanjutan, mengajarkan kepada peserta didik kita seperti:

1. Mengenalkan bermacam-macam makanan lokal dari berbagai daerah di Indonesia dan filosofi yang terkandung di dalamnya

2. peserta didik sebelum praktek diminta membuat perancanaan (job sheet), mereka merencanaakan bahan yang harus dibeli apa saja, berapa banyak dan biaya untuk praktek tersebut, ajarkan untuk membeli bahan praktek di pasar terdekat dengan membawa tas belanja atau plastik sendiri. Hal ini dimaksudkan mengurangi limbah plastik dan menghemat biaya.

3. Membeli dan memasak berdasarkan perencanaan yang mereka buat sesuai resep yang digunakan dan jumlah porsi yang dibuat.

4. Menyajikan ataupun mengemasnya dengan bahan yang ramah lingkungan, seperti kotak makan, kertas roti, ataupun kertas coklat, hindari penggunaan sterefoam karena sangat sulit di daur ulang.

5. Menyimpan bahan dengan benar, sehingga bahan tidak mudah rusak dan akhirnya terbuang percuma.

6. Membuang sampah pada tempatnya, memisahkan sampah yang dapat didaur ulang dengan sampah yang tidak dapat didaur ulang.dan tidak membuang dilubang cucian piring atau selokan yang menyebabkan mampet dan kotor.

7. Biji-bijian, akar atau batang dari sayur-sayuran yang tidak digunakan dalam pengolahan makanan dapat disisihkan atau dipisahkan untuk ditanam di kebun sekolah.

Page 54: Buku Panduan Guru - UNESCO

42 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

8. Menyimpan makanan yang tersisa dengan tepat.9. Jika memungkinkan mendaur ulang makanan menjadi hidangan baru, sebagai contoh jika

tersisa sambal goreng kentang bisa dibuat arem-arem dengan isian sambal goreng atau potongan bahan makanan yang tidak terpakai dapat digunakan untuk membuat hidangan lain seperti untuk bahan isian, atau lainnya

Hal ini perlu ditanamkan oleh para pendidik secara terus menerus dan diingatkan berulang-ulang sehingga peserta didik sudah terbiasa melakukannya dan akhinya menjadi budaya. Sehingga kita yang bergerak dalam dunia pendidikan dalam bidang kuliner dapat membantu program pangan berkelanjutan dan juga membantu meminimalkan sampah atau limbah makanan, karena mengurangi limbah makanan merupakan hal menantang, bagaimana sisa makanan dapat dikreasikan menjadi hal baru dapat berupa hidangan baru atau pun jika tidak dibuat hidangan baru dapat dijadikan kompos, yang digunakan untuk membuat pupuk bagi tanaman sekolah atau dijual sehingga bernilai ekonomi.

Aktivitas 3.3.2

Curah PendapatDiskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:a. Jika mengacu pada konsep keberlanjutan pangan, menurut Saudara, lima puluh

tahun dari sekarang, apa yang akan terjadi pada pangan lokal di negeri ini?b. Menurut Saudara, apakah hubungan antara mengkonsumsi pangan lokal dengan

melestarikan makanan tradisional di negara ini?c. Sebagai seorang guru, peran apa yang bisa Saudara lakukan untuk mempromosikan

makanan lokal ke peserta didik dalam upaya melestarikan budaya makanan tradisional?

d. Bagaimana menurut Saudara, dengan pendapat yang menyatakan “bahwa banyak masakan lokal saat ini didominasi pada penggunaan bahan-bahan impor”?

e. Buatlah rancangan satu masakan unggulan lokal/daerah Saudara, sesuai dengan konsep pangan berkelanjutan, mulailah dengan membuat perencanaan: resep, alat dan bahan yang digunakan, metode pengolahan dan bagaimana penyajiannya.

Presentasikan hasil diskusi Saudara!f. Mungkin tidak kita sadari sebenarnya kita sudah menerapkan konsep pangan

berkelanjutan, sudah mengajarkan kepada peserta didik kita, untuk itu analisislah apakah dalam Rencana Pembelajaran (RPP) yang Saudara buat telah menerapkan atau menggambarkan konsep pangan berkelanjutan:

• jika sudah, berilah tanda dalam rencana pembelajaran tersebut bagian yang Saudara telah terapkan

• jika belum, Saudara menambahkankan dan memasukkan konsep pangan berkelanjutan

Page 55: Buku Panduan Guru - UNESCO

43PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

3.3.3.2 Strategi Pengelolaan Limbah Makanan

? Tahukah Anda berapa banyak limbah makanan yang dibuang setiap harinya di sekolah?

FGambar 12. Sampah Limbah Makanan

Limbah makanan yang berasal dari dapur praktik pengolahan makanan perlu ditangani dengan baik, karena akan berdampak pada pencemaran lingkungan. Dapur praktik pengolahan makanan di sekolah menghasilkan jumlah limbah yang banyak dan akan menimbulkan bau dan pencemaran pada air di lingkungan sekitar. Tercemarnya air bersih salah satunya dikarenakan mikro organisme yang tumbuh dalam limbah cair terserap kedalam tanah tanpa pengolahan yang baik dan benar. Akibatnya sumber air lingkungan berbau, berubah warna, mengandung bakteri patogen, kolera dan disentri serta akan menimbulkan sumber penyakit.

Rantai pencemaran limbah makanan perlu diputus agar tidak menimbulkan dampak yang lebih panjang. Oleh sebab itu untuk menanggulangi masalah limbah makanan di sekolah perlu adanya peran sekolah, yaitu kepala sekolah dan warga sekolah untuk bertanggung jawab menyelesaikan masalah limbah makanan.

Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi, memisahkan, mengumpulkan dan mendaur ulang limbah makanan di sekolah melalui aktivitas-aktivitas yang mendidik pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Peran sekolah adalah mengkoordinir dan mendorong partisipasi semua warga sekolah. Setiap individu harus bertindak aktif dalam mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse), dan daur ulang (recycle) limbah makanan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi apabila kita melakukan pengelolaan limbah makanan di sekolah, itu artinya kita turut mensukseskan target program pemerintah Indonesia pada Peraturan Presiden No.59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan target global dunia yang tertuang pada Educational for Sustainable Development, UNESCO. Dalam Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Page 56: Buku Panduan Guru - UNESCO

44 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Pengurangan limbah makananStrategi pencegahan dan pengurangan timbulnya limbah makanan di sekolah dapat dilakukan dengan pendidikan, kampanye kepada warga sekolah dan kegiatan pemilahan sampah. Warga sekolah diajak untuk merubah pola pikir dan pola perilakunya bahwa makanan adalah barang yang berharga sehingga tidak mudah membuang makanan begitu saja.

Pada saat mempersiapkan bahan makanan untuk dimasak harus dilakukan bijaksana sehingga tidak banyak bagian yang terbuang sebelum dimasak seperti pada proses pengupasan wortel, pengupasan kentang, memilih bagian sayuran dan sebagainya.

Pada saat memasak juga perlu dilakukan secara bijaksana, yaitu memasak secukupnya, diupayakan makanan tidak hangus dan dimasak dengan rasa yang lezat sehingga habis ketika dikonsumsi.

Bagaimana menghindari dan mengurangi limbah makanan?Langkah pertama menangani masalah limbah makanan adalah dengan menghindari dan mengurangi limbah tersebut. Hal ini dapat dilakukan pada praktik pengolahan makanan di sekolah, melalui:

a. Menyiapkan bahan makanan dengan jumlah yang tepat untuk menghindari kelebihan makanan.

b. Memeriksa tanggal kadaluwarsa sebelum membeli bahan makanan kemasan dan menggunakannya sebelum tanggal tersebut untuk mengurangi kelebihan bahan makanan kadaluarsa.

c. Menyimpan kelebihan bahan makanan diruang pendingin untuk menghindari pembuangan.

Pemisahan LimbahPenanganan limbah makanan sebelum didaur ulang perlu dilakukan pemilihan, pewadahan dan pengumpulan. Pemilihan adalah langkah pertama yang sangat penting sebelum limbah didaur ulang. Sampah makanan harus dipisahkan dari jenis sampah lainnya agar proses daur ulang berjalan dengan baik.

Limbah yang dapat dan tidak dapat didaur ulang dapat diperlihatkan dalam tabel berikut:

Tabel 3. Limbah dapat Didaur Ulang dan Tidak dapat Didaur Ulang

No Dapat Didaur Ulang Tidak Dapat Didaur Ulang1 Buah Bahan cair2 Sayur Tulang besar3 Padi Peralatan plastik4 Mie Produk plastik5 Kacang Kardus6 Daging Produk logam7 Kebun Produk kaca8 Residu Bahan kimia

Page 57: Buku Panduan Guru - UNESCO

45PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

Bagaimana membuat pemisahan limbah yang tepat?Setelah praktik pengolahan makanan di sekolah bisa saja akan terdapat beberapa sisa makanan yang tidak dapat dihindarkan dan perlu dibuang. Sampah tersebut harus dipisahkan sesuai jenisnya untuk memudahkan proses daur ulang. Pemisahan sumber limbah makanan adalah langkah awal yang penting. Sisa makanan yang bisa didaur ulang dapat dipisahkan dengan limbah yang tidak dapat didaur ulang. Pada proses mendaur ulang limbah makanan, perlu dilakukan pemisahan jenis-jenis limbah makanan. Cara untuk memisahkan limbah makanan dapat dilakukan dengan menandai tempat penyimpanan limbah makanan dan meletakkan limbah makanan yang dapat didaur ulang kedalamnya. Kemudian sampah terpilih ditempatkan dalam wadah yang sesuai. Spesifikasi dari wadah yang digunakan disesuaikan berdasarkan volume dan material wadah. Material wadah terbuat dari bahan yang tidak korosif dan kuat, tertutup dan mudah dibersihkan.

Limbah makanan yang berukuran besar seperti tulang sisa praktik pembuatan kaldu (stock) perlu dipotong-potong menjadi potongan-potongan kecil. Agar mudah didaur ulang.

Limbah makanan kemasan yang sudah kadaluwarsa sebaiknya dikeluarkan dari kemasan sebelum dimasukkan kedalam tempat penyimpanan limbah.

Sebelum melakukan pemisahan limbah sekolah, perlu diketaui jenis-jenis limbah yang dihasilkan. Berdasarkan limbah praktik di sekolah, maka dapat dibedakan menjadi empat jenis limbah.

Jenis Limbah dari Kegiatan Praktik Pengolahan Makanan:

1. Limbah organik adalah limbah padat dari sisa makanan, sayur, buah dan daging, dimana limbah tersebut akan sangat mudah membusuk dan mudah terurai. Limbah ini dapat menjadi media tumbuhnya organisme bakteri dan menyebabkan bau tak sedap dilingkungan sekolah serta merupakan sumber bakteri penyakit.

2. Limbah anorganik iadalah limbah padat non organik, seperti kertas dan plastik. Beberapa limbah padat ini membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat terurai. Limbah anorganik seperti kertas, logam, dan plastik harus dipisahkan dari limbah lainnya untuk dibuang ditempat sampah yang semestinya atau dimanfaatkan sebagai produk kreatif sekolah.

3. Limbah cair adalah air kotor sisa proses kegiatan praktik dapur sekolah, seperti air deterjen mencuci peralatan praktik dan siraman air pencucian bahan makanan ketika proses memasak. Limbah cair ini jika mengendap akan menyebabkan bau tidak sedap dan berwarna. Limbah cair tersebut dapat meresap dalam tanah dan akan menyebabkan pencemaran sumber air lingkungan sekitarnya.

4. Limbah minyak adalah sisa buangan lemak dalam bentuk air dan mengandung minyak sisa memasak serta lemak dari cucian daging hewan. Limbah minyak atau lemak jika dibiarkan mengalir dalam drainase dapat mencemari sumber air lingkungan karena dalam limbah cair minyak atau lemak terdapat polutan yang cukup berbahaya dan menjadikan sumber berkembang biak bakteri patogen.

Page 58: Buku Panduan Guru - UNESCO

46 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan praktik di sekolah dapat diolah secara mandiri dalam sistem pengolahan air limbah. Misalnya sekolah dapat mengadakan grease trap pada saluran pembuangan limbah cair di sekolah. Grease trap berfungsi untuk menyaring limbah cair dan limbah minyak hasil buangan yang berasal dari dapur praktik sekolah. Limbah cair yang tidak tersaring pada grease trap perlu diendapkan pada bak pengedapan lemak lalu masuk kedalam bak penampungan air yang selanjutnya dilakukan pengolahan air limbah melalui Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) di Sekolah.

Daur Ulang Limbah MakananDaur ulang limbah makanan secara langsung dapat mengurangi jumlah limbah yang dibuang di Tempat Pembuagan Akhir (TPA). Selain itu, limbah makanan dapat didaur ulang menjadi kompos melalui peralatan kompos di sekolah. Kompos dapat digunakan sebagai pupuk organik atau pelembab tanah. Tanah yang diberi kompos akan lebih banyak memiliki kandungan nutrisi seimbang dibandingkan pupuk kimia. Sekolah dapat menggunakan kompos untuk tanaman di sekolah dan atau dijadikan pendapatan sekolah dengan cara menjual kompos kepada warga dilingkungan sekolah, lingkungan sekolah atau konsumen lainnya.

Gambar 13. Pemisahan Sampah Daun untuk Pembuatan Kompos

Page 59: Buku Panduan Guru - UNESCO

47PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

Gambar 14. Pemisahan Sampah Serutan Kayu untuk Pembuatan Kompos

Aktivitas 3.3.3

Curah Pendapat

Pengomposan merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah limbah makanan di sekolah. Buatlah rancangan pengomposan yang bisa diterapkan di sekolah Saudara dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Rancangan pengomposan berisi penjelasan dan analisis tentang:a. Jenis limbah makanan di sekolahb. Pemisahan limbah makananc. Sarana dan prasarana pengomposand. Cara pengomposan limbah makanane. Pemanfaatan kompos di sekolah

Page 60: Buku Panduan Guru - UNESCO

48 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

3.3.4 KECANTIKAN RAMBUT DAN KULITPembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan yang berkelanjutan tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi yang akan datang.

Keseimbangan yang berkelanjutan artinya mempertahankan sumber daya dengan mengatur penggunaannya dan perlindungan terhadap sumber daya yang ada agar terpelihara untuk jangka waktu yang panjang.

Generasi masa depan harus dapat menikmati dan menggunakan sumber daya yang tersedia saat ini. Agar sumber daya dapat terjaga dengan baik maka perlu dilakukan penggunaan sumber daya seperti air dan energi secara efektif dan efisien, serta penggunaan bahan yang ramah lingkungan sehingga akan berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta kesehatan lingkungan untuk kehidupan berkelanjutan.

Bagaimanakah kaitan pembangunan keberlanjutan dengan bidang kecantikan ? Bidang kecantikan mencakup perawatan rambut, perawatan kulit dan spa. Bidang kecantikan sudah menjadi kebutuhan di masyarakat yang akan terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi, perkembangan trend mode kecantikan dan kesadaran masyarakat untuk merawat diri yang semakin tinggi.

Namun masyarakat perlu memahami bahwa kebutuhan akan kecantikan berkaitan dengan keselamatan keamanan dan kesehatan kerja seperti penggunaan kosmetika dan produk yang aman dan ramah lingkungan serta dampaknya bagi kesehatan, penggunaan alat-alat yang bersih dan profesionalisme hairdresser dan beautician/ aestetician.

3.3.4.1 Keselamatan dan Keamanan di Lingkungan Kerja pada Bidang Kecantikan Rambut dan KulitKegiatan praktik pada bidang kecantikan merupakan kegiatan yang sangat berkaitan erat dengan keselamatan dan keamanan kerja. Hal tersebut dikarenakan bidang kecantikan berhubungan dengan aktifitas kerja yang dilakukan pada orang lain dan dilakukan dengan menggunakan layanan jasa seorang hairdresser dan beautician/aestetician.

Kegiatan pada bidang kecantikan ini dilakukan di salon-salon / spa, baik itu untuk perawatan rambut, kulit dan tubuh. Karena salon kecantikan selalu menggunakan alat, bahan dan kosmetika untuk melakukan perawatan atau layanan jasanya

Keselamatan dan keamanan di lingkungan kerja merupakan hal dasar yang harus dilakukan dan dikuasai sebelum melakukan aktivitas atau praktik di tempat kerja. Kesalahan dan kecorobohan dalam melakukan aktivitas kerja akan mengakibatkan kecelakaan kerja yang merugikan baik secara materi, fisik dan psikologis.

Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka pemahaman dan penerapan keselamatan dan keamanan kerja sangat penting dilakukan, dimulai dari lingkup pendidikan, dunia industri sampai ke masyarakat.

Page 61: Buku Panduan Guru - UNESCO

49PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

Keamanan penggunaan alat, kosmetika dan bahan disinfektan untuk penerapan kebersihan harus diperhatikan, termasuk di dalamnya memperhatikan kandungan bahan dan cara penggunaan yang sesuai prosedur. Oleh sebab itu maka seorang hairdresser, beautician dan aestetician harus melakukan pekerjaan profesinya secara bertanggung jawab dan menguasai konsep keselamatan dan keamanan kerja untuk menghindari terjadinya bahaya kecelakaan kerja. Apabila terjadi kecelakaan kerja maka seorang hairdresser, beautician dan aestetician harus memahami dan melakukan tindakan penanganan pertolongan pertama

.

SAFETY FIRST AND HEALTHY

IN SALON

Kebijakan keselamatan dan keamanan kerja berlaku untuk semua orang yang terlibat di tempat kerja, pengusaha, pegawai, pelanggan, pengunjung maupun tamu salon. Baik pengusaha dan karyawan memiliki tanggung jawab bersama untuk menjaga kesehatan dan keamanan bekerja secara efisien, professional, bersih dan aman, sehingga tidak terjadi hal-hal yang membahayakan. Seperti kecelakaan kerja dan penularan penyakit.

Topik yang akan dibahas pada lingkup keamanan dan keselamatan kerja mencakup:

1. Faktor Fisik mencakup ruangan dan alat listrik2. Faktor Kimia mencakup kosmetika dan produk pembersih atau sanitasi3. Faktor Biologi : mencakup mikroorganisme, antropoda, hewan maupun tumbuhan produk

dan alergi4. Faktor Ergonomi : (Cara kerja, posisi kerja dan postur yang tidak sesuai, penataan alat kerja

dan area kerja)

Salon kecantikan banyak menggunakan energi listrik dalam melakukan perawatan dan layanan jasanya. Sehingga apabila tidak memahami penggunaannya dengan benar dapat berpotensi terjadinya bahaya.

Berikut hal yang harus dilakukan untuk mencegah bahaya penggunaan alat listrik :

1. Memastikan kabel listrik yang digunakan tidak ada yang terbuka. 2. Jangan menggunakan saluran multi kabel yang melebih kapasitas daya yang disarankan.3. Patuhi aturan penggunaan alat listrik sesuai prosedur masing-masing alat yang memiliki

fungsi yang berbeda seperti hairdryer, steamer, curling tang, mobile skin treatment, waxing warmer dan alat lainnya yang berbeda cara penggunaannya.

4. Mengecek fungsi dan kelayakan alat listrik sebelum di gunakan pada klien, seperti current pada alat listrik galvanic yang digunakan pada perawatan wajah.

5. Pastikan semua alat yang akan digunakan berfungsi dengan baik sebelum digunakan.6. Lakukan pengecekan alat setiap enam bulan sekali untuk memastikan kualitas alat tetap

terjaga.7. Rapikan kembali alat listrik yang telah selesai digunakan, dan lepaskan kontak sesudah

pemakaian.8. Radiasi sinar dari pemakaian alat-alat, sebaiknya diperhatikan dengan pemakaian alat

pelindung diri yang tepat seperti penggunakan kacamata pelindung bagi klien. Selain itu perhatikan jarak pengunaan alat yang tepat

Page 62: Buku Panduan Guru - UNESCO

50 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Selain penggunaan listrik, salon kecantikan juga harus memperhatikan penggunaan bahan-bahan kimia dan efek sampingnya seperti:

1. Hydrogen peroxide: bahan kimia ini sering digunakan dalam praktik kecantikan . Perhatikan presentase atau takaran dalam penggunaannya karena dapat menyebabkan korosif apabila digunakan berlebihan.

2. Pewarna rambut: pastikan kandungan kosmetika pewarna rambut aman karena dapat menyebabkan kerusakan pada kulit kepala dan rambut. Selain itu dapat menimbulkan alergi dan sensitifitas pada kulit kepala dan rambut apabila kandungan kosmetika tidak aman.

3. Maskara : pastikan kandungan kosmetika yang terkandung aman bagi bulu mata dan tidak menyebabkan iritasi pada mata.

4. Hairspray: hairspray dalam kemasan kaleng (aerosol) merupakan bahan yang mudah meledak pada suhu yang tinggi. Oleh karena itu pastikan penyimpanan yang aman dengan temperatur suhu ruang. Selain itu cara penggunaan hairspray harus memperhatikan jarak yang tepat pada saat menyemprotkan kearah rambut klien dan jangan mengenai mata.

5. Skin peeling: dapat menyebabkan iritasi apabila digunakan dan digosok terlalu keras dengan merotasi terlalu lama pada kulit.

6. Nail polish dan nail remover : kandungan bahan kimia didalamnya dapat menyebabkan kerusakan pada kuku seperti perubahan warna dan rapuh pada kuku apabila penggunaannya yang berlebihan. Perhatikan prosedur penggunaannya dan pilihlah kosmetika yang memiliki kandungan bahan kimia yang aman dan memiliki ijin Depkes.

7. Bahan pembersih untuk sanitasi/higiene: dapat bersifat korosif apabila terkena kulit. Jadi sebaiknya dapat memilih yang tepat guna dan gunakan sesuai prosedur yang tepat.

Setelah mengetahui bahan-bahan kimia yang berpotensi bahaya maka seorang hairdresser dan beautician/aesthetician harus melakukan penyimpanan produk dengan baik, menggunakan alat pelindung diri dan menggunakannya sesuai prosedur yang tertulis pada label kemasan. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif penggunaan produk bahan atau kosmetika maka perlu diperhatikan bahan – bahan atau kosmetik agar tidak tertelan, terkena kontak langsung dengan mata atau terkena kontak lansung dengan bagian tubuh lainnya yang sensitif.

! Apakah yang harus dilakukan seorang hairdresser atau beautician/asthetician apabila terjadi kasus kecelakaan ?

Dibawah ini terdapat ilustrasi bagaimana penanganan pertama apabila terjadi kecelakan yang dapat terjadi di area salon:

Page 63: Buku Panduan Guru - UNESCO

51PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

Tabel 4. Penanganan Pertama pada Kecelakaan di Area Salon

Kasus Tindakan

Bahan kosmetika yang terkena mata

Segera basuh mata dengan menggunakan air hangat kuku.

Terkena panas atau luka bakar

Ambil air dingin segera, dan dinginkan area yang terkena panas

dengan air dingin.

Kemudian dapat dioleskan dengan salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit.

Tersengat listrik

• Segera matikan sumber listrik sebelum • menolong korban.• Jangan menyentuh korban sampai aliran listrik terputus.• Jika arus listrik tidak bisa dihentikan, dorong korban

dengan alat yang tidak menghantarkan listrik, misalnya sapu, kursi, atau tongkat kayu.

• Gunakan alas kaki atau berdirilah di atas bahan yang tidak menghantarkan listrik seperti matras karet atau tumpukan koran.

• Setelah pasien aman, cek pernapasan dan denyut jantung pasien.

• Jika napas atau jantung tidak berdetak, hubungi klinik kesehatan terdekat untuk penanganan pertolongan selanjutnya.

Page 64: Buku Panduan Guru - UNESCO

52 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Terpotong atau luka tergores

• Bersihkan luka dengan kain kasa steril yang lembut dan hentikan pendarahan dengan cara menekan bagian luka dengan kain kasa steril yang lembut.

• Berikan obat luka seperti obat merah/iodium untuk mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan.

• Tutup luka dengan mengunakan plaster steril.

Pingsan

• Pingsan dapat terjadi kapan saja karena kondisi tertentu seperti berkurangnya aliran oksigen dan gula darah ke otak, pingsan juga bisa disebabkan oleh kelelahan.

• Penanganan dapat dilakukan dengan cara merebahkan badan klien dan longgarkan pakaian kemudian angkat kaki ke atas untuk melancarkan peredaran ke arah kepala dan jangan memberikan sandaran pada punggung.

Reaksi alergi terhadap produk kimia

Tindakan pencegahan : lakukan tes alergi setiap/sebelum menggunakan bahan atau kosmetika kimia, dengan cara oleskan sedikit produk yang akan dipakai pada area belakang telinga klien.

Apabila timbul reaksi alergi (gatal/kemerahan) segera bilas dengan air sampai bersih dan jangan dilanjutkan untuk proses kimia.

Apabila terjadi reaksi alergi saat produk sudah terlanjur diaplikasikan, segera bilas/keramas sampai bersih dan segera hubungi medis apabila alergi tidak dapat ditangani.

Ketika terjadi kecelakaan maka lakukan pencatatan dan masukkan ke dalam form accident. Hal ini dilakukan agar salon dapat merekam kejadian dan apabila ada pihak-pihak yang ingin menanyakan kejadian sudah terdata dengan baik.

Page 65: Buku Panduan Guru - UNESCO

53PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

Tabel 5. Kartu Kecelakaan Kerja

Kartu Laporan Kecelakaan Kerja :

Nama staff yang melapor :

Tanggal dan waktu :

Lokasi :

Detail kejadian :

Nama dan alamat klien yang mengalami kecelakaan :

Nama dan alamat saksi (bila ada) :

Aktivitas 3.3.3

Curah Pendapat

Lakukan diskusi dalam kelompok untuk menjawab soal berikut ini ! 1. Apakah yang dimaksud dengan pertolongan pertama pada kecelakaan?2. Apakah perbedaan luka bakar tingkat 1 dan luka bakar tingkat 2? Bagaimanakah

cara penanganannya?3. Apakah efek samping hydrogen peroxide apabila terkena kulit?4. Apakah yang saudara lakukan ketika dengan tidak sengaja, tangan saudara terkena

logam panas dari penggunaan curling tang ?

3.3.4.2 Penerapan Kesehatan Kerja pada Bidang Kecantikan Rambut dan Kulit

Setiap hari sebuah tempat perawatan kecantikan atau salon akan didatangi oleh klien atau pelanggan yang membutuhkan layanan perawatan yang berbeda-beda pula sesuai kebutuhannya.

Oleh karena itu tempat perawatan salon harus dijaga agar salon tetap bersih dan tidak menyebabkan terjadinya penularan kuman atau bakteri. Salon yang bersih dan rapi akan mempengaruhi kenyaman costumer yang datang.

Salon kecantikan dan Spa akan selalu melakukan layanannya secara kontak langsung dengan klien atau pelanggan yang akan dirawat. Peralatan yang tidak bersih dan higienis, bila digunakan, akan menjadi media penularan penyakit dan kuman yang berbahaya.

Page 66: Buku Panduan Guru - UNESCO

54 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

? APAKAH PERBEDAAN STERILISASI DAN DESIFEKTAN ?

Sterilisasi adalah membunuh semua jenis kuman (pathogen dan non pathogen). Sedangkan desinfektan adalah membunuh kuman pathogen.

Penerapan prinsip sanitasi dan higienis harus dilakukan dengan tepat oleh seorang hairdresser dan beautician/ aesthetician di salon dan spa. Salon yang tidak menerapkan sanitasi dan higienis yang benar akan membahayakan klien atau pelanggan yang datang. Hal ini dapat mengakibatkan bahaya penularan penyakit yang disebabkan oleh penyebaran kuman, virus atau bakteri.

Berikut alat sterilisasi dan metode sterilisasi yang dilakukan :

Tabel 6. Alat Sterilisasi dan Cara Penggunaannya

Alat Sterilisasi Peralatan Salon

Cara Penggunaan

Autoclaves Gunting, tweezer, alat-alat kecil terbuat dari stainless

• Cek dahulu volume air dalam Autoclave, pastikan tinggi air pada batas yang telah ditentukan.

• Masukkan peralatan dan bahan.• Tutup Autoclave dengan rapat

dan kencang agar uap tidak keluar.

• Nyalakan Autoclave, lalu atur timer minimal 15 menit dengan suhu 121ºC

Autoclaves Semua alat – alat baik dari stainless maupun bahan lainnya yang terbuat dari plastik dan melamin

• Sinar ultraviolet berfungsi untuk membasmi kuman atau mikroorganisme.

• Masukan peralatan ke dalam sterilizer sebelum digunakan.

• Lakukan kurang lebih 20 menit pada tiap sisi permukaan agar terpapar sinar UV.

Page 67: Buku Panduan Guru - UNESCO

55PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

Natural heating or machine

Handuk dan lenan • Setelah dicuci dapat dikeringkan atau dipanaskan baik dengan sinar matahari atau menggunakan setrika panas untuk membasmi kuman.

Berikut bahan sanitasi dan metode yang dilakukan :

Tabel 7. Bahan Sanitasi dan Metode Sanitasi

Bahan Sanitasi Peralatan Salon Cara Penggunaan

Bahan Detergent atau Pembersih

Membersihkan permukaan lantai, kaca dan bahan lainnya.

Perhatikan komposisi campuran bahan dan air sesuai petunjuk penggunaan dan kebutuhanded

Sterilisasi Secara Kimia

Alkohol

Gunting, tweezer, alat-alat kecil terbuat dari stainless.

• Alkohol digunakan untuk membunuh semua bakteri

• Alkohol bersifat Flammable sehingga perlu penyimpanan khusus.

• Alat dapat dibersihkan dengan menggunakan kapas yang telah diberi larutan alkohol.

• Reaksi awal pemakaian cepat sehingga bertahan singkat (alkohol menguap 2 menit ) selanjutnya permukaan mudah terkontaminasi lagi.

Aktivitas 3.4.2

Refleksi

1. Apakah Saudara sudah melakukan persiapan kerja dengan melakukan sanitasi higiene dengan benar dan sesuai standar operasional prosedur !

2. Lakukan persiapan kerja sesuai list dibawah ini dan lakukan cek list persiapan yang sudah saudara lakukan sesuai daftar instrumen berikut ini !

Page 68: Buku Panduan Guru - UNESCO

56 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Instrumen Persiapan Kerja di Lingkungan Area Kerja Salon

Hari / tanggal : _________________________________________

Dikerjakan oleh : _________________________________________

No Kegiatan Ya Tidak1 Membersihkan lantai setelah selesai melayani klien,

terutama setelah melakukan pemangkasan rambut2 Buanglah limbah pada wadah sampah dengan penutup

yang berpedal. 3 Lantai dipel dan karpet dibersihkan dan divakum setiap

hari. 4 Membersihkan debu diruangan 5 Jaga kebersihan jendela, layar, dan gorden.6 Membersihkan AC dan ventilasi secara teratur 7 Pastikan semua alat yang akan digunakan kerja berfungsi

dengan baik. 8 Selalu membersihkan gagang shower dan meletakkannya

dengan benar di wasbak 9 Sediakan sabun cair pencuci tangan dengan botol jenis

pompa pada wastafel 10 Bersihkan wastafel dan pancuran airnya secara teratur. 11 Hindari menyentuh area wajah, mulut, atau mata Saudara

selama melakukan perawatan 12 Jika Saudara menjatuhkan alat di lantai, bersihkan dengan

disinfektan sebelum menggunakannya lagi 13 Bersihkan dan disinfeksi semua alat dan peralatan dengan

benar sesuai prosedur setiap kali akan digunakan dan selesai digunakan serta simpan dalam wadah yang bersih dan tertutup

14 Jangan letakkan peralatan pada sembarang tempat, alat-alat yang kecil seperti jepit rambut, pinset dan peralatan kecil lainnya tidak boleh gigit di mulut

15 Pastikan semua wadah ditandai dan diberi kode, ditutup rapat dan disimpan dengan benar

16 Kosongkan tempat sampah dan membuang sampah didalamnya secara teratur sepanjang hari

17 Melarang makan, minum, dan merokok di area di mana layanan dilakukan

18 Jangan menempatkan makanan pada lemari es yang digunakan untuk menyimpan produk atau kosmetika salon

Page 69: Buku Panduan Guru - UNESCO

57PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

19 Jangan menggunakan salon untuk kegiatan memasak atau tempat tinggal.

20 Hewan peliharaan atau hewan apa pun tidak diperkenankan ada didalam salon

21 Bersihkan dan disinfeksi semua permukaan area kerja yang telah digunakan seperti meja manikur, facial/massage bed, trolly dan kursi yang digunakan untuk layanan klien.

22 Cawan atau mangkuk kosmetika dibersihkan dan di disinfeksi setiap selesai digunakan klien.

23 Gunakan lenan atau handuk yang bersih dan hanya sekali pakai pada klien.

24 Gunakan wadah yang tertutup terpisah untuk lenan kotor. 25 Gunakan cape atau handuk untuk melindungi kulit dan

baju klien. 26 Desinfeksi semua linen selama pencucian dengan

deterjen dan pemutih 27 Pantau kualitas udara di salon dan bebas asap rokok28 Mencuci tangan dengan sabun sebelum melakukan

perawatan di salon. 29 Kenakan sarung tangan dan masker penutup mulut

selama melakukan perawatan disalon 30 Campurkan disinfektan sesuai dengan petunjuk

penggunaan secara tepat dan menambahkan air ke dalam bahan disinfektan

31 Gunakan sarung tangan atau penjepit untuk mengambil alat yang telah di sterilisasi

32 Tempatkan alat yang sudah di desinfeksi dalam wadah yang bersih, tertutup, kering dan bebas kuman

33 Mentaati semua prinsip sanitasi dan higienis dengan baik dan melakukan desinfeksi peralatan dan diri pribadi

34 Mentaati semua prinsip sanitasi dan higienis dengan baik dan melakukan desinfeksi peralatan dan diri pribadi

Page 70: Buku Panduan Guru - UNESCO

58 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Aktivitas 3.4.2

DiskusiDiskusi dalam kelompok

1. Dari 15 point di bawah ini, pilihlah 5 kesalahan yang paling sering dilakukan!2. Berikan alasan mengapa hal tersebut tidak boleh dilakukan!3. Presentasikan hasil diskusi dengan metode pembelajaran windows shopping!

a. Menyimpan sisir untuk pelangan dalam sakub. Menggigit jepit di mulutc. Tidak memberikan handuk atau cape pada pundak atau leher klien d. Menjatuhkan handuk dan kapas di lantaie. Membersihkan sikat rambut yang kotor di depan klien f. Menjatuhkan sisir dan langsung menggunakannya pada klien g. Terlalu banyak kabel listrik yang dicolokkan ke soket h. Menggunakan produk kosmetik kadaluwarsa i. Membiarkan nyamuk dan serangga di dalam ruangan salonj. Menggunakan cape atau handuk kotor dan terdapat sisa rambut dari klien

sebelumnya k. Ada hewan peliharaan di salon l. Keranjang sampah meluapm. Stylist/beautician minum atau makan pada saat perawatan pada klien belum

selesain. Melakukan prosedur yang tidak benar yang menyebabkan terjadinya tumpahan

air atau produk kosmetiko. Tangan stylist/beautician masih berbau kosmetika atau produk yang digunakan

oleh klien sebelumnya

3.3.4.3 Sterilisasi, Higiene dan Sanitasi

HigieneSegala upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subyek / manusia misalnya mencuci tangan.

Contoh Mencuci Tangan / Higiene menurut standar WHO (World Health Organization)

! Teknik Mencuci Tangan dengan Air dan Sabun

Page 71: Buku Panduan Guru - UNESCO

59PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

Basahi terlebih dahulu kedua tangan dengan air

Beri sabun secukupnyaGosok kedua telapak tangan

dan punggung tangan

Gosok kedua sela-sela jari tangan

Gosok kedua telapak tangan dengan jari-jari rapat

Jari-jari tangan dirapatkan sambil digosok ke telapak

tangan. Tangan kiri ke kanan dan sebaliknya

Gosok ibu jari secara berputar dalam genggaman

tangan kanan. Lakukan tangan sebaliknya

Gosokan kuku jari tangan memutar ke telapak tangan.

Lakukan sebaliknyaBasuh dengan air

Page 72: Buku Panduan Guru - UNESCO

60 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Keringkan tangan dengan handuk

Matikan kran air dengan handuk

Sekarang tangan anda bersih

SanitasiSegala upaya pengendalian seluruh faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang menimbulkan hal-hal yang dapat merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan serta daya tahan hidup manusia.

Manfaat Higiene dan Sanitasi1. Memastikan lingkungan (klinik atau salon) bersih.

2. Melindungi setiap individu dari faktor lingkungan yang dapat merusak kesehatan fisik dan mental.

3. Tindakan pencegahan terhadap penyakit menular.

4. Tindakan pencegahan terhadap keselamatan kerja.

Aktivitas 3.4.4

Refleksi

1. Lengkapi tabel berikut dibawah ini ! 2. Jelaskan metode sanitasi untuk alat berikut ini !

Page 73: Buku Panduan Guru - UNESCO

61PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

Alat Metode Sanitasi

Handuk

Sisir

Waskom

Pencabut alis

Emery board

Kamisol

Spatula waxing

Kuas make up

Trolly

3.3.4.4 Personal Higiene dan Postur Tubuh dalam Bekerja

Figure 15. Postur Beautician dalam Bekerja

Personal higiene sangat penting dilakukan dalam bekerja di bidang kecantikan. Hal ini sangat penting karena seorang hairdresser atau beautician akan melakukan kontak langsung selama perawatan dilakukan. Oleh karena itu, standar personal higiene seorang beautician dan hairdresser harus diperhatikan dan diterapkan selama bekerja secara professional..

Personal higiene meliputi:

1. Mencegah bau badan dengan menggunakan deodorant atau antiperspirant. Bau badan disebabkan oleh keringat dan bakteri yang akan membuat klien maupun orang disekitar tidak nyaman.

2. Kebersihan gigi dan mulut. Mencegah bau mulut dengan menyikat gigi, menggunakan obat kumur, dental flost untuk membuang partikel yang tertinggal pada gigi. Gunakan masker penutup mulut untuk melakukan perawatan wajah dan badan.

Page 74: Buku Panduan Guru - UNESCO

62 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

3. Kebersihan kuku dan tangan. Kebersihan kuku dan tangan sangat penting dilakukan karena tangan digunakan untuk melakukan perawatan pada klien. Bakteri dapat tersebar melalui kuku dan tangan yang kotor. Hal penting yang harus dilakukan :

a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan.b. Kuku harus bersih dan tidak boleh panjang.c. Gunakan sarung tangan untuk jenis perawatan tertentu.

4. Menggunakan baju kerja yang nyaman dan bersih, tidak menggunakan asesoris berlebihan yang mengganggu dan tidak menggunakan sepatu hak tinggi pada saat melakukan perawatan..

5. Menata rambut dengan rapih dan menggunakan rias wajah sehari-hari yang tidak berlebihan.

?Selain higiene dan sanitasi apakah seorang hairdresser atau beautician perlu memperhatikan postur yang baik dalam bekerja?

Postur adalah sikap atau posisi pada saat duduk, berdiri dan berjalan. Sikap postur tubuh yang baik akan mendukung seseorang bekerja dalam waktu lama sehingga tidak cepat lelah. Hal ini juga menunjukan seorang hairdresser dan beautician tidak ceroboh dan menunjukan profesionalisme kepada pelanggan.

Posisi postur tubuh yang salah akan menyebabkan cepat Lelah dan cedera otot atau tulang. Posisi postur yang baik akan menjaga kesehatan dan kekuatan tubuh dalam jangka panjang

Contoh posisi duduk yang benar dan salah:

Gambar 16. Posisi Duduk yang Benar dan Salah

Page 75: Buku Panduan Guru - UNESCO

63PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

Contoh posisi yang benar dan salah pada saat mengangkat dan menurunkan benda.

Gambar 17. Cara Mengangkat dan Menurunkan Benda yang Benar dan Salah

Contoh yang salah dan benar posisi tubuh beautician dan hairdresser pada saat melakukan perawatan.

Gambar 18. Postur Tubuh Beuatician yang Benar dan Salah

Page 76: Buku Panduan Guru - UNESCO

64 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

Gambar 19. Postur Tubuh Hairdresser yang Benar dan Salah

Aktivitas 3.4.5

DiskusiDiskusikan dalam kelompok pertanyaan berikut ini!

1. Jelaskan mengapa personal higiene disalon sangat penting dilakukan!

2. Apakah penyebab bau badan dan bagaimana penanggulangannya!

3. Jelaskan fungsi penggunaan sarung tangan oleh beautician dan hairdresser pada saat perawatan tertentu?

4. Mengapa seorang beautician atau hairdresser harus menjaga kebersihan mulut, tangan dan kuku?

5. Menurut saudara apakah posisi postur tubuh sangat penting? Jelaskan alasannya!

6. Jelaskan 3 sikap postur tubuh yang baik pada saat bekerja!

Presentasikan hasil diskusi dengan metode jigsaw!

Aktivitas 3.4.6

Curah PendapatSetelah mempelajari uraian materi diatas ini, Saudara diminta untuk menganalisis tiga komponen yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan1. Bagaimana pengintegrasian pembangunan berkelanjutan kedalam pembelajaran

kepariwisataan khususnya bidang kecantikan dengan memperhatikan 3 komponen utama yang mendukung pembangunan berkelanjutan, yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan.

2. Berikan contoh dari masing-masing komponen dalam tabel dibawah ini !

Diskusikanlah dalam kelompok.

Page 77: Buku Panduan Guru - UNESCO

65PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN UNTUK PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN | BAB 3

Sosial Ekonomi Lingkungan

Page 78: Buku Panduan Guru - UNESCO

66

Page 79: Buku Panduan Guru - UNESCO

BAB 4

KESIMPULAN DAN RENCANA AKSI

67

Page 80: Buku Panduan Guru - UNESCO

68 Buku Panduan Guru: Pendidikan Vokasi Pariwisata untuk Pembangunan Berkelanjutan

4.1 KESIMPULANPembangunan berkelanjutan adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan lingkungannya. Pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan agar keberlangsungan hidup berkualitas manusia dapat dipertahankan. Untuk menyiapkan pembangunan berkelanjutan, pendidikan yang mengintegrasikan konsep pembangunan berkelanjutan menjadi sangat penting. Pendidikan harus memberikan peluang kepada peserta didik untuk membangun pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dapat diterapkan untuk keberlangsungan hidup dan lingkungannya.

Pada sektor pendidikan pariwisata, khususnya usaha perjalanan wisata, akomodasi perhotelan, kuliner, dan tata kecantikan, peningkatan keterampilan vokasi saja tidak cukup. Kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian dan kesehatan lingkungan menjadi sangat penting. Generasi muda perlu dibekali dengan keterampilan abad 21, yang mencakup kualitas karakter, literasi dasar, dan kompetensi, sebagaimana digariskan pada konsep keterampilan abad 21 yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pada modul ini, peserta dapat mempelajari pendidikan kepariwisataan yang mendukung pembangunan berkelanjutan, yang mencakup (1) pengelolaan usaha perjalanan wisata; (2) pengolahan makanan lokal serta pengelolaan limbah makanan, (3) hospitality (tata graha dan binatu), dan (4) keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja pada bidang kecantikan. Pengetahuan dan keterampilan kepariwisataan ini perlu disampaikan dan dilatih kepada peserta didik dengan memperhatikan pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk menjadi warga negara yang mandiri, berpikir kritis, peduli dan bertanggungjawab terhadap lingkungannya, mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi, serta berkarakter.

Pada materi pendekatan pembelajaran, hal yang menjadi fokus utama adalah bahwa pembelajaran itu harus kontekstual dan bermakna, yang mampu menginvestigasi permasalahan kehidupan sehari-hari dan mampu memecahkan permasalahannya. Peserta didik perlu terlibat/berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilannya. Oleh karena itu teori dan prinsip konstruktivisme penting dipahami, dan pembelajaran berorientasi aksi yang mengarah pada perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam proses belajar, peserta didik dilatih untuk berkolaborasi, berkomunikasi dengan baik, berpikir kritis dan kreatif.

Pada materi usaha perjalanan wisata, melalui diskusi dan kerja kelompok, peserta diklat mempelajari konsep sapta pesona dan ekowisata yang mencakup objek wisata, akomodasi, transportasi, serta pendukung ekowisata lain seperti usaha makanan dan minuman. Dan yang lebih penting lagi adalah pemahaman akan konsep pariwisata berkelanjutan yang menekankan pada kelestarian lingkungan dan keseimbangan antara pembangunan social, ekonomi, dan lingkungan di sektor pariwisata. Lima prinsip pembangunan ekowisata merupakan isu penting yang harus dijaga, yaitu pelestarian, pendidikan, pariwisata, perekonomian, dan partisipasi masyarakat setempat.

Pada materi hospitaliy, khususnya tata graha dan binatu, peserta diklat mempelajari tentang bahan-bahan kimia pembersih serta cara penggunaannya. Pemahaman akan simbol-simbol kimia berbahaya serta istilah-istilah yang sering dipakai juga penting untuk dipahami agar dampak negative dapat diminimalisir. Konsep “green hotel” dan “green cleaning” dalam manajemen hotel merupakan isu penting yang mendukung konsep pembangunan berkelanjutan.

Page 81: Buku Panduan Guru - UNESCO

69KESIMPULAN DAN RENCANA AKSI | BABR 4

Pada materi kuliner, peserta diklat mempelajari konsep pengolahan makanan lokal serta konsep pengelolaan limbah makanan. Konsep pangan berkelanjutan atau ketahanan pangan erat kaitannya dengan ketersediaan makanan, kualitas makanan, dan nilai ekonomisnya. Konsumsi makanan lokal dipercaya sebagai tindakan yang tepat karena makanan lokal lebih segar. Tidak perlu bahan pengawet karena transportasi yang panjang dan lama. Oleh karena itu, pengetahuan tentang bahan makanan lokal, pengolahan makanan lokal, serta manajemen limbah makanan lokal menjadi sangat penting untuk mendorong pembangunan berkelanjutan.

Pada materi tata kecantikan rambut dan kulit, peserta diklat mempelajari konsep pembangunan berkelanjutan dalam lingkup kerja salon kecantikan, yang mencakup keamanan dan kesehatan kerja. Peserta diklat melakukan studi kasus untuk dapat memahami konsep keamanan dan kesehatan kerja di tempat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk melindungi klien, pekerja (beautician), serta lingkungan kerjanya

.4.2 RENCANA AKSI Setelah mengikuti pelatihan, peserta diharapkan menerapkan pembelajaran pada bidang terkait kepariwisataan dengan mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah dikembangkan. Pembelajaran yang akan dikembangkan adalah pembelajaran yang mendukung konsep pembangunan berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran aktif, pembelajaran kontekstual dan bermakna, dan pembelajaran yang memecahkan permasalahan yang ada di sekitar peserta didik. Melalui pendekatan pembelajaran tersebut, peserta didik belajar berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi, dan berkomunikasi, serta membangun karakter yang positif.

Rencana aksi dituangkan dalam format seperti Tabel di bawah ini:

No Kegiatan Waktu Tempat Sumber Daya

Page 82: Buku Panduan Guru - UNESCO

REFERENCESAmabile, T.M. 2012. Componential theory of creativity. Retrieved from https://pdfs.semanticscholar.org/6188/5f52d813d518b4ed5b833b4022990211f063.pdf

Arya, A. 2017. The role of technology in collaborative learning. Retrieved March 2, 2018, from Education Technology website: https://edtechnology.co.uk/Article/the-role-of-technology- in-collaborative-learning

Bantacut, T. 2014. Indonesian Staple Food Adaptations For Sustainability in Continuously Changing Climates, Journal of Environment and Earth Science, IPB Dramaga Campus.

Biel, R. 2016. Sustainable Food Systems the Role of the City, UCL Press, London.

Clifford, M. 2018. 20 collaborative learning tips and strategies for teachers. Retrieved March 2, 2018, from Teachthought: We grow teachers website: https://www.teachthought.com/ pedagogy/20- collaborative-learning-tips-and-strategies/

Cojocariu, V.M. and Butnaru, C.E. 2014. Asking questions-Critical thinking tools. Procedia-Social Behavioral Sciences, 128, 22–28.

Colleti, A.B. 1978. Cosmetology The Keystone Guide To Beauty Culture. Keystone Publication, USA.

Csikszentmihalyi, M. 2014. The systems model of creativity: The collected works of Mihaly Csikszentmihalyi. Springer.

Damanik, J. and Weber, H.F. 2006. Perencanaan Ekowisata, Dari Teori ke Aplikasi. Pusat Studi Pariwisata UGM dan Penerbit Andi, Yogyakarta.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan. (2009). Panduan Dasar Pelaksanaan Ekowisata.

Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan. 2018. Revitalisasi SMK, Pemenuhan dan Peningkatan Profesionalitas Guru. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Gerson, J. 1990. Standar textbook for professional Estheticians. Milady Publishing Corporation, USA.

Gray, A. 2016. The 10 skills you need to thrive in the fourth industrialrevolution. Retrieved from World Economic Forum website: https://www.weforum.org/agenda/2016/01/the-10-skills-you-need- to-thrive-in-the-fourth-industrial-revolution/

Inskeep, E. 1991. Tourism Planning, an integrated and sustainable development approach. VNR, New York.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2009. Undang Undang Pariwisata Republik Indonesia No.10/2009 tentang Pariwisata.

Page 83: Buku Panduan Guru - UNESCO

Lai, E.R., Yarbro, J., DiCerbo, K., and Geest, E.de. 2018. Skills for today: What we know about teaching and assessing creativity. Retrieved March 6, 2018, from P21 Partnership for 21st century learning website: http://www.p21.org/our-work/4cs-research-series/creativity

Lau, J. and Chan, J. 2018. What is critical thinking? Retrieved February 14, 2018, from Critical thinking web website: http://philosophy.hku.hk/think/critical/ct.php

Lee Watanabe-Crockett. 2017. 12 strong strategies for effectively teaching critical thinking skills. Retrieved February 15, 2018, from Global Digital Citizen Foundation website: https:// globaldigitalcitizen.org/12-strategies-teaching-critical-thinking-skills

Lindberg, K. and Hawkins, D.E. 1993. Ecotourism, A guide for Planners and Managers. The Ecotourism Society, North Bennington.

Mulnix, J.W. 2012. Thinking critically about critical thinking. Educational Philosophy and Theory, 44(5), 464–479.

Mulyono. 2018. Membuat Mikroorganisme Lokal (MOL) dan Kompos dari Sampah Rumah Tangga, Jakarta.

Muraya, C. and Richardson, A.M. 2008. Maintain a Safe, Secure and Hygienic Salon. Francistown College of Technical and Vocational Education.

Ndirahisha, J. and Shumba, O. 2018. Teaching and learning approaches for sustainable development. In Guidebook on Education for Sustainable Development for Educators: Effective teaching and learning in teacher education institutions in Africa (pp. 115–129). Paris, France: UNESCO.

Pivot Point International and Clif St. Germain, Ph.D. 2010. Salon Fundamental “A Resource For Your Cosmetology Career”. Teacher’s Support Material, USA.

Robinson, K. 2011. Out of our minds: Learning to be creative (2nd ed.). West Sussex, UK: Capstone Publishing.

SkillsYouNeed.com. 2018. Interpersonal skills. Retrieved March 14, 2018, from https://www. skillsyouneed.com/interpersonal-skills.html

Smith, C., Nerantzi, C., and Middleton, A. 2014. Promoting creativity in learning and teaching. Presented at the ICED 2014: Educational Development in a Changing World, Stockholm, Sweden. Retrieved from http://www.iced2014.se/proceedings/1120_Smith.pdf

Sternberg, R.J. 2006. The nature of creativity. Creativity Research Journal, 18(1), 87–98.

UNESCO Educational, Scientific and Cultural Organization. 2018 Integrating Education for Sustainable Development (ESD) in Teacher Education in South-East Asia – A Guide for Teacher Educators.

UNESCO. 2006. Education for Sustainable Development Toolkit. Learning & Training Tools No 1.

Vtct. 2016. Healthy and Safety in The Salon, Beauty Theraphy Learner Manual, Vtct.

Page 84: Buku Panduan Guru - UNESCO

Ward, D.M., and Cartwright, J. 2004. Health and Beauty Therapy, A Pratical Approach for NVQ Level 3, Nelson Thornes Ltd; 3dr edition 2004 USA

Watson, S. 2019. Higher-Order Thinking Skills (HOTS) in Education: Teaching students to think critically. Retrieved November 11, 2018, from ThoughtCo. website: https://www.thoughtco. com/higher-order-thinking-skills-hots-education-3111297

Willett, W. Pangan, Planet Bumi, Kesehatan. Jakarta.

Wood, M.E. 2002. Ecotourism, Principles, Practises and Policies for Sustainability. UNEP and TIES Publication.

WTO Tourism Education and Training Series. 1997. International Tourism: A Global Perspective. World Tourism Organization, Spanyol.

Page 85: Buku Panduan Guru - UNESCO
Page 86: Buku Panduan Guru - UNESCO

UNESCO Office JakartaRegional Bureau for Sciences in Asia and the Pacificand Cluster Office to Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, the Philippines, and Timor Leste.

Jalah Galuh II No. 5, Kebayoran Baru,Jakarta, Indonesia 12110Tel.: +62-21-7399818Fax: +62-21-72796489Email: [email protected]: http://www.unesco.org/jakarta