piko 1

Upload: fajar-rahman

Post on 14-Jul-2015

591 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

laporan kerja praktek

TRANSCRIPT

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Ilmu keteknikan (Engineering) tidak hanya terbatas pada identifikasi masalah dan perumusan berbagai macam perhitungan. Namun juga meliputi bagaimana penerapan secara nyata dari ilmu yang sudah terumuskan secara jelas detail permasalahannya. Jadi dengan kata lain, seorang engineer sudah seharusnya tidak hanya mampu membuktikan secara teori dalam bentuk banyak rumus mengenai berbagai macam fenomena yang ingin diteliti. Namun juga harus mampu mengaplikasikan teori-teori yang telah ditemukan menjadi ilmu terapan (praktek) yang nantinya dapat berguna bagi lingkungan sekitarnya. Pemikiran ini menjadi alasan mengapa diadakan kerja praktek dalam proses untuk menjadi engineer yang mampu menerapkan ilmunya di kehidupan nyata. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka salah satu ilmu terapan yang paling tepat dalam kaitannya dengan kerja praktek adalah ilmu Proses Manufaktur. Manufaktur merupakan ilmu keteknikan yang memegang peranan penting dibidang industri. Oleh karenanya diperlukan kajian tersendiri terhadap hal-hal yang berhubungan dengan bidang manufaktur pada sebuah industri, misalnya adalah ketersediaan bahan baku, proses pembuatan produk, kontrol kualitas produk, dan lain sebagainya. Salah satu industri yang banyak menerapkan ilmu-ilmu manufaktur adalah PT Ispat Indo. PT Ispat Indo merupakan industri penghasil baja dengan produk utama adalah baja kawat (wire rod). Proses pembentukan wire rod sendiri berasal dari sejumlah scrap yang dilebur sedemikian rupa di sebuah tungku dapur EAF (Electric Arc Furnace) hingga menjadi billet (baja balok). Selanjutnya billet diproses hingga menjadi wire rod melalui mekanisme Rolling Mill. Jenis wire rod yang diproduksi oleh Ispat Indo adalah High Carbon Steel Wire Rod, Low Carbon Steel Wire Rod, Cold Heading Quality Steel Wire Rod, Welding Electrode Grades Wire Rod, dan Straight Bars for Concrete Reinforcement. PT Ispat Indo merupakan industri baja yang memiliki komitmen penuh dalam hal zero accident dan zero breakdown.KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

1

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

1.2

Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan pelaksanaan kerja praktek di PT Ispat Indo terbagi menjadi dua, yaitu : A. 1. 2. 3. Umum Terciptanya suatu hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara Meningkatkan kepedulian dan partisipasi dunia usaha dalam

dunia perguruan tinggi dan dunia kerja sebagai pengguna outputnya. memberikan kontribusinya pada sistem pendidikan nasional. Membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami aplikasi ilmunya di dunia industri pada umumnya serta mampu menyerap dan berasosiasi dengan dunia kerja secara utuh. 4. 5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja di dunia Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir konstruktif yang lebih industri sekaligus mampu mengadakan pendekatan masalah secara utuh. berwawasan bagi mahasiswa. B. Khusus 1. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (sks) yang harus ditempuh sebagai persyaratan akademis di Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS. 2. Mengetahui dan mempelajari secara khusus tentang proses proses produksi di PT. Ispat Indo. 3. Mengetahui bagaimana seleksi bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. 4. Mengetahui peralatan/mesin yang digunakan dalam proses produksi dan bagaimana perawatannya (maintenance-nya). 5. Mengetahui teknologi yang digunakan di perusahaan yang terkait dengan disiplin ilmu di Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. 1.3 Batasan Masalah Studi kasus yang dapat dijadikan bahan penelitian atau permasalahan khusus di PT Ispat Indo sangat banyak dan kompleks. Oleh sebab itu perlu adanya batasan masalah agar tema masalah yang dibahas dapat dijelaskan secaraKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

2

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

komprehensif dan koheren. Batasan masalah untuk pengerjaan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :1.

Bidang kerja yang ingin dipelajari selama kerja praktek di PT Ispat Rolling Mill Operation memiliki 2 line produksi yaitu line A dan line

Indo terletak pada sistem Rolling Mill. 2. B. Pada laporan ini, pembahasan lebih banyak pada line A karena meiliki kapasitas produksi yang besar dan tergolong baru. 1.4 Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Proses penyusunan laporan kerja praktek ini membutuhkan alur pemikiran yang runtut dan sistematis supaya hasil akhir yang didapat adalah hasil yang paling maksimal. Alur pemikiran ini sering disebut sebagai metodologi. Pokok-pokok permasalahan yang menjadi bahasan di dalam laporan ini adalah seluruhnya mengacu pada runtutan metodologi berikut : Metode Pelaksanaan

Studi Literatur

Observasi

Analisa Problem

Pembimbingan

Evaluasi

Pembuatan LaporanGambar 1.1 Flowchart Pelaksanaan Kerja Praktek

Metode Pelaksanaan kerja praktek tersusun atas : 1. Studi Literatur cara mempelajari berbagai macam referensi ilmiah yang Studi literatur adalah proses pembelajaran individual yang dilaksanakan dengan berhubungan dengan problem atau bidang kerja yang sedang dibahas.KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

3

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

2.

Observasi

Pengamatan langsung guna memperoleh dan mengumpulkan berbagai macam data yang diperlukan untuk selanjutnya diproses dan dianalisa. 3. Analisa Problem Adalah langkah pencarian kebenaran, pengolahan data, dan penelitian terkait permasalahan yang muncul dari hasil observasi yang telah dilakukan. 4. Evaluasi Langkah perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi ketika menganalisa problem yang pada saat itu sedang ditelusuri. 5. Pembimbingan Seluruh langkah pokok metode pelaksanaan dijalankan dan dibahas dengan cara berdiskusi bersama dosen dan pembimbing KP di perusahaan. 6. Pembuatan Laporan Dari hasil pembimbingan dari dosen maupun pembimbing dari perusahaan, dibuat laporan sebagai hasil kerja praktek. Sehingga pengetahuan mahasiswa dan hasil pembimbingan kerja praktek dapat tertuang dalam laporan kerja praktek ini. 1.5 Sistematika Penulisan Laporan

Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Bab II : Pendahuluan : Sejarah Perusahaan

Bab III : Struktur Organisasi Perusahaan Bab IV : Proses Produksi Bab V : Maintenance Bab VI : Tugas Umum Bab VII : Tugas Khusus

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

4

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

BAB II SEJARAH PERUSAHAAN Sejarah singkat PT ISPAT INDO PT. ISPAT INDO berlokasi di Desa Kedungturi Taman Sidoarjo Jawa Timur, pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun 1976 oleh foundingfathers (Pengusaha pendiri) berkebangsaan India. Perusahaan ini merupakan Perusahaan Modal Asing (PMA) yang bergerak dalam bidang peleburan besi baja dan menghasilkan produk berupa Billet dan Wire Rod. Lokasi pabrik sangat strategis karena berada dekat dengan jalur tol untuk akses antar kota dan akses ke pelabuhan laut. Sehingga transportasi bahan baku dan juga produk yang dihasilkan bisa berlangsung dengan mudah dan efisien. Pada tahun 1976 PT. ISPAT INDO didirikan dan hanya memproduksi 60.000 ton per tahunnya untuk hasil rolling (dengan pangsa pasar dalam negeri saja), namun saat ini total produksinya mencapai 700.000 ton lebih. Dan menjual 70% produknya untuk pasar domestic dan 30% produknya diekspor ke luar negeri. Pada tahun 1981 mulai menaikkan produksi wire rod, dan pada tahun 1984 PT. ISPAT INDO merupakan perusahan baja pertama di Indonesia yang berhasil mengekspor wire rod. Untuk meningkatkan kualitas produksi, pada tahun 1986 PT. ISPAT INDO melakukan perubahan pada system penuangan dapurnya, yaitu menggunakan Eccentric Bottom Tapping (EBT) dan mengganti system ladle furnace dengan system yang baru. Pada tahun 1992 perusahaan menambah satu line produksi (yang awalnya hanya Line A saja, sekarang menjadi Line A dan Line B) untuk wire rod yang dilengkapi dengan penampang yang lebih baik dimana menggunakan 10 stand wire rod block yang mampu memproduksi batangan baja 100 m/s. Adapun momen penting dan prestasi yang telah dicapai PT. ISPAT INDO dapat dilihat pada Tabel 2.1 dibawah ini. WAKTU (Tahun) 1976 1978 Ikhtisar Prestasi PT. Ispat Indo didirikan sebagai proyek Greenfield Indo Pabrik wire rod( batang kawat) menghasilkan 60.000 ton per tahun

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

5

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Steel melt shop dengan kapasitas 70 ton dengan Electric Arc furnace 1981 1984 (EAF) dari NKK Jepang dan Casting Machine dari Kobe Jepang untuk memasok billet pada pabrik batang kawat Perusahaan pertama yang ekspor kawat baja dari Indonesia Sistem Furnace diubah menjadi Electric Bottom Tapping (EBT) dan Ladle Furnace baru digunakan untuk meningkatkan kualitas produk. 1986 Menerima penghargaan bergengsi UPAKARTI dari Presiden Soeharto untuk usaha yang luar biasa dalam membantu mengembangkan industry local berskala kecil Mengadopsi total casting, submerged dan shrouded casting dengan 1991 kecepatan tinggi untuk meningkatkan kualitas casting yang bekerjasama dengan Hamburger Stahlwerke (HSW) Jerman. Mengekspor lebih dari 100.000 ton billet ke Jepang. Memodernisasi pabrik baja dengan computer control dan pemrosesan pengadukan bawah untuk peningkatan kualitas Menerima Penghargaan ISO 9002:1994 dari QMS Sertifikasi LRQA. 1994 Kegiatan kelompok Quality Control dimulai untuk peningkatan kualitas dan untuk menghilangkan penyebab cacat. Memperbarui dan memasang dust extraction baru tiap desain & 1995 konsultasi diperoleh dari Nikko Industries Company, Jepang pada melting shop. Menandatangani kontrak dengan Kawasaki Jepang untuk peningkatan produktivitas dan kualitas. Persetujuan dari MITI untuk menandai produk Wire Rod Karbon Rendah 1998 sesuai JIS G 3505 untuk, JIS G 3506 untuk High Carbon Wire Rod dan JIS G 3112 untuk Deformed Bar. Persetujuan dari MITI untuk menandai produk electrode Grade Wire 1999 Rod sesuai JIS G 3503. Produksi Billet dan wire rod melebihi setengah-juta ton. 2000 2001 Penambahan system feeding ferro alloy baru untuk meningkatkan kualitas dan kepuasan konsumen. Implementasi Bar Coded Identification Labels untuk kontrol dan manajemen gudang tiap coil.

1992

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

6

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Morgan Water Cooling System untuk kontrol suhu sehingga mencapai properties metalurgi konsisten dalam wire versi terbaru ISO 9001:2000. Upgraded Sistem Manajemen Mutu ke rod. 2003 Penambahan Carbjet untuk mengatur Injeksi Karbon dalam tungku. Upgrade furnace dengan water Sistem di EAF EAF ditingkatkan dengan Oxyfuel Burners untuk peningkatan

2004 2005

produktivitas dalam tungku Perpanjangan EAF dengan dust collection system, pemasangan kanopi dan peningkatan kapasitas 1. Sertifikasi ulang ISO 9000: 2000. 2. Pemenang upaya terbaik PLN Jawa Timur untuk konservasi energi 3. Akuisisi 60% saham di PT. Ispat Bukit Baja (IBB) yang memproduksi baja dan PT. Ispat Panca Putera (IPP) yang mampu memproduksi round bars dan debars. 4. Pemasangan Charging Crane baru di Steel Melt Shop untuk

2006

peningkatan charging weight. 5. Perbaikan Sistem Peraturan 7ystem7de untuk mengoptimalkan konsumsi daya EAF. 6. Pengenalan api ganda dalam BRF untuk penggunaan IDO / Barol dengan gas. 7. Perusahaan baja pertama di Indonesia untuk menginstal Crusher untuk pengolahan terak. 1. Penghargaan Golden dari Departemen Tenaga Kerja untuk upaya keselamatan 2. Sertifikasi ISO 14001 3. Pengakuan oleh PDAM untuk efisiensi dalam pengelolaan air 4. Penyempurnaan concreting untuk daerah bekas penyimpanan. 5. Mengubah penarikan unit di Billet Kastor. 6. Konversi Finishing Area PLC dari S5 ke S7. 7. Industri baja terkemuka untuk mengembangkan penggunaan komersil dari terak baja, debu dan lumpur 1. Kick-Off untuk pelaksanaan Program TPM (dengan konsultasi dari JIPMs Jepang). 2. Pemenang Runner Up di Kabupaten Sidoarjo untuk CSR. 3. Pengawasan kepatuhan SMK3 dengan 95% untuk mempertahankan Gold Award. 4. Penyempurnaan akuisisi 100% PT. Ispat Bukit Baja dan PT. Ispat

2007

2008

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

7

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Panca Putera dengan total investasi US $ 31 Juta. 5. Perusahaan Indonesia pertama yang mendapatkan order ekspor untuk mengekspor sudut baja dari Indonesia (di bawah eksekusi). 6. Gas 8ystem pemotongan obor ditugaskan untuk menggantikan 8ystem hidrolik CCM geser. 7. Tahap proses untuk sertifikasi OSHAS 18.000 . 8. Tahap proses untuk sertifikasi ISO 17025 . 9. Tahap proses CMMS baru untuk memiliki 8ystem manajemen yang terintegrasi komputerisasi. 10. Menerima sertifikasi SNI untuk produksi d-bar dalam gulungan dan bentuk lurus. 11. Menerima sertifikasi SNI untuk produksi d-bar di Panca Putera. 12. Menerima sertifikasi ISO 9000 untuk Bukit Baja. 1. Mendapatkan ISO 9001:2008 versi terbaru untuk PT Ispat Bukit Baja 2. Mendapatkan ISO 9001:2008 versi terbaru untuk PT Ispat Panca 2010 Putera 3. Dianugerahi penghargaan kompetisi 5R Jawa Timur 2010 untuk kategori production,store, and office 4. Dalam tahap proses untuk TPM Excellence Award untuk Kategori 2 (Desember 2011) 1. Dalam tahap proses untuk TPM Excellence Award untuk Kategori 2011 1 (June 2011) 2. Dalam proses untuk mendapatkan sertifikat ISO 14001:2004 untuk PT Ispat Panca Putera Dalam tahap proses untuk Penghargaan Khusus untuk TPM Pencapaian (Desember 2012)Tabel 2.1 Riwayat PT. ISPAT INDO

2012

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

8

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

BAB III STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAANMANAGING DIRECTOR QC PROMOTOR & MANAGEMENT REPRESENTATIVE VICE PRESIDENT COMMERCIAL GM MANAGER MGR DOMESTIC MGR EKSPOR MGR SHIPING MGR ACCOUNT MGR MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM MGR PURCHASE MGR STEEL MELTING SHOP OPERATION HYDRAULIC & PNEUMATIC VICE PRESIDENT OPERATOR GM STEEL MELTING DGM ROLLING MILL OPERATION AGM MAINTENENCE

ELECTRICAL MAINTENENCE MECHANICAL MAINTENENCE CIVIL CONSTRUCTION DGM ADM SECURITY HR SAFETY, TRG CHEF SECURITY ASST. MOM ADM GM PRODUCT DEVELOPMENT

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT ISPAT INDO

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

9

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

3.1. Struktur Organisasi PT ISPAT INDO Suatu perusahaan tentunya mempunyai sebuah struktur organisasi, termasuk PT ISPAT INDO. Struktur organisasi merupakan skema job position yang bertanggung jawab secara utuh untuk menjalankan segala aktivitas demi kemajuan perusahaan itu sendiri. Seluruh bagian struktural pada PT. ISPAT INDO bekerja berdasarkan kontrak kerja yang telah disepakati bersama. Struktur organisasi perusahaan di PT. ISPAT INDO dipimpin oleh seorang Managing Director yang bertanggung jawab terhadap perusahaan secara keseluruhan. Seorang Managing Director membawahi Vice President Commercial dan Vice President Operation. Dimana Vice President Commercial dan Vice President Operation sendiri membawahi departemen departemen yang saling berhubungan satu dan yang lainya. 3.2. Job Descripition PT ISPAT INDO Deskripsi mengenai masing-masing departemen di PT. ISPAT INDO adalah sebagai berikut :

QC Promotor and Management Representative

Departemen ini bertanggung jawab penuh dalam hal pengendalian mutu serta menjaga kualitas penerapan sistem manajemen yang ada diperusahaan. Selain itu, QC Promoter and Managemant Representative mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut : Mampu menjamin dan mengatur proses yang ada agar teori Quality

Management dapat diterapkan. Mampu menjamin bahwa permintaan konsumen pada semua tingkatan

organisasi adalah terpenuhi. Vice President Commercial Vice President Commercial merupakan bagian dari struktur organisasi perusahaan yang tugas kerjanya adalah menjamin permintaan dan pemasaran produk kepada konsumen. Vice President Commercial membawahi empat departemen, sebagai berikut :1.

Departemen

Pemasaran

(Marketing

Department),

pekerjaannya berhubungan dengan pemasaran produk, yang berdasarkan dari permintaan pelanggan. Secara teknis, departeman ini membuat suatuKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

10

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

kesepakatan penjualan. Jika kesepakatan telah terpenuhi, maka dikeluarkan sebuah surat persetujuan atau SPA (Sell Product Agreement) untuk ditandatangani oleh pihak pembeli/pelanggan. Kemudian setelah itu barang akan dikirimkan kepada pihak pembeli. Marketing Departemen ini memiliki tiga sub departemen yaitu :

Sub Departemen Pemasaran Domestik (Domestic Marketing), Sub Departemen Eksport, berkontribusi dalam pemasaran Sub Departemen Pengapalan (Shipping), berkontribusi dalam Departemen Keuangan (Finance Department), memiliki

berkontribusi dalam pemasaran produk khusus untuk dalam negeri. produk khusus untuk eksport/luar negeri. hal transportasi untuk eksport dan impor.2.

kompetensi dalam hal mengatasi permasalahan keuangan dan mengatur perbelanjaan perusahaan secara efektif dan efisien.3.

Departemen Manajemen Sistem Informasi (Management

Information System Department), bertugas menyediakan perangkat pendukung berupa teknologi sistem informasi. Dengan sistem informasi ini diharapkan terjalinnya sistem penyampaian informasi antar sesama departemen maupun antar supplier dan customer. Informasinya dapat berupa data-data yang berkenaan dengan proses produksi, sistem management, maupun kualitas produk, serta data-data lain yang dianggap perlu. Sistem pertukaran informasinnya harus berjalan dengan cepat dan saling terhubung satu sama lain. Departemen ini juga menjaga semua data perusahaan dan semua data yang dimiliki oleh departemen yang ada. Keamanan data, penyalinan (Back Up) data serta pemulihan data yang rusak juga merupakan tugas dari departemen ini.4.

Departemen

Pembelian

(Purchasing

Department),

berkontribusi dalam mengatur pembelian bahan-bahan baku untuk diproses menjadi produk unggulan yang memiliki kualitas tinggi. Adapun departemen pembelian memiliki sub departemen yaitu :

Sub Departemen Gudang (Store), bertanggung jawab atas

transaksi keluar masuk barang dari gudang. Vice President Operation11

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Mempunyai tanggung jawab dan wewenang yaitu menjamin proses produksi agar berjalan dengan lancar untuk memenuhi permintaan konsumen. Selain itu mempunyai tanggung jawab terhadap berjalannya proses produksi, mulai dari proses produksinya sendiri (produksi baja), bangunan, dan mesin produksi, serta perawatan dan pemeliharaan semua sarana dan prasarana yang ada. Vice President Operation membawahi enam departemen. Adapun departemendepartemen tersebut yaitu :1.

Departemen Steel Melting Shop (SMS) Logistic

Departemen ini memiliki dua bagian yang saling mendukung yaitu : Berdasarkan rencana harian dan hubungan dengan suplier, proses pemindahan Scrap (bahan baku) dari Scrap Yard milik logistik ke daerah pengisian (charging pit) SMS dilakukan sesuai dengan permintaan secara kontinu dan berdasarkan waktu kemampuan furnace beroperasi. Logistik mengirimkan scrap sesuai dengan campuran yang akan dibuat pada hari tersebut. Steel Melting Shop Operation (SMSO) Pada bagian ini komposisi bahan produksi yang telah ditentukan oleh logistik dimasak sesuai permintaan konsumen. SMSO bertanggung jawab atas proses peleburan mulai dari scrap sampai menjadi logam cair yang siap dituang hingga menjadi billet.2.

Departemen Rolling Mill Mempunyai tanggung jawab terhadap proses produksi mulai dari

billet sampai menjadi wire rod. Di dalam departemen rolling mill dibagi lagi menjadi beberapa bagian. Salah satunya adalah divisi hidorolik dan pneumatik. Divisi hirdrolik pneumatik bertanggungjawab terhadap kinerja hirdrolik dan pneumatik di PT ISPAT INDO. Ranah kerja dari divisi ini adalah perawatan harian, schedule maintenance, dll. Divisi sangat berperan penting dalam proses produksi, karena dari awal hingga akhir proses produksi terdapat hidrolik dan pneumatik.

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

12

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

3.

Departemen Jaminan Mutu dan Pengembangan Produk ( Mempunyai tanggung jawab terhadap proses pengendalian

Product Development and Quality Assurance Department) pengembangan produk dan mutu produk. Quality Assurance melakukan pemeriksaan pada area scrap, gudang, SMS, dan Rolling Mill. Quality Assurance melakukan tes mekanik dan tes kimia pada produk atau material yang selanjutnya hasil pemeriksaan atau tes dibandingkan dengan spesifikasi standard perusahaan. Jika hasil yang didapatkan tidak memenuhi spesifikasi perusahaan, maka akan dilakukan pemeriksaan pada proses sebelumnya. Sistem Manajemen Kualitas akan diperiksa oleh Audit Kualitas Internal perusahaan sebanyak dua kali dalam satu tahun.4.

Departemen

Konstruksi

Sipil

(Civil

Construction

Department) mempunyai tanggung jawab :

Terhadap semua aktifitas sipil dalam konstruksi dan perawatan Terhadap pengelolaan departemen sipil dan mengawasi secara

gedung. berkelanjutan perkembangan aktifita sipil, kualitas, perencanaan dan penjadwalan.

Terjaminnya

tagihan

untuk

pembayaran,

mendapatkan

persetujuan untuk pekerjaan baru, negosiasi, penandatanganan kontrak.

Terhadap pelaksanaan proyek serta tim engineering yang akan Pelatihan (training) terhadap sumber daya manusia, khususnya Departemen Pemeliharaan (Maintenance Department)

menanganinya. untuk sipil.5.

Berfungsi sebagai pendukung dan pemberi pelayanan pada departemen Steel Melting Shop dan departemen Rolling Mill. Departemen pemeliharaan bertanggung jawab untuk menjaga peralatan yang ada agar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh departemen SMS dan Rolling Mill

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

13

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

dan juga sesuai dengan standard yang telah digariskan departemen. Departemen ini terbagi menjadi dua sub departemen yaitu :

Electrical maintenance bertugas memelihara peralatan yang Mechanical maitenance bertugas memelihara peralatan yang Departemen Keamanan, SDM, Keselamatan dan Pelatihan.

berhubungan dengan kelistrikan. berhubungan dengan mesin mesin yang digunakan. 6.

Adapun sub departemen ini adalah : Keamanan (security) yang mempunyai tugas untuk menjaga dan mengamankan aset perusahaan, menekan terjadinya pencurian, meningkatkan pengawasan dan pengaturan jalanya lalu lintas.

SDM (Human Resource) yang mempunyai tugas untuk

menjalankan semua sistem dan proses yang ada diperusahan agar mencapai hasil yang maksimal.

Safety Health and Environment (SHE) bertugas :1.

Menerapkan UU keselamatan No.1 tahun 1970 yang dari perlengkapan keselamatan, pemeriksaan

terdiri

keselamatan, menjaga keselamatan, P2K3 (Panitia Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja), keselamatan saat memasuki daerah kerja.2.

Menjaga lingkungan kerja sekitar perusahaan seperti

peraturan yang ditetapkan oleh UU Lingkungan dan menjaga agar efek yang ditimbulkan produksi seminimal mungkin berdampak pada lingkungan.3.

Melakukan kegiatan pencegahan dan pengandalian

dampak dari limbah produksi sesuai dengan yang telah digariskan oleh Analyser Dampak Lingkungan.4.

Untuk melanjutkan pertemuan bulanan dari P2K3 untuk Untuk mensosialisasikan dan menerapkan hasil dari

terus menghasilkan pengembangan.5.

seminar tentang keselamatan kerja. Pelatihan (training)

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

14

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Training

diperlukan

oleh

perusahaan

untuk

meningkatkan

produktivitas dan untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi, maka perusahan juga memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas baik dalam sektor teknis maupun manajerial.

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

15

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

BAB IV PROSES PRODUKSIIV.1 Proses Produksi Billet PT. ISPAT INDO merupakan perusahaan yang mengolah bahan baku berupa scrap yang akan diproses lagi, produk yang dihasilkan adalah billet baja dan batang kawat baja (wire rods). Billet baja diproduksi di departemen Steel Melting Shop (SMS) dengan bahan baku utama adalah besi tua dan juga DRI/Pig Iron yang dilebur dengan cara Electric Art Furnace (EAF) sampai temperatur kira-kira 1600oC. Ketika proses peleburan berlangsung, dihasilkan slag sekitar 6%-8% dari proses peleburan yang berlangsung antara 44-55 menit dalam satu kali proses peleburan. Kemudian dituangkan ke dalam ladle yang kemudian besi cair ini dibawa menuju ke LRF(Laddle Refining Furnace) untuk dipanaskan kembali dan ditambahkan komposisi lain agar menjadi produk yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,dari LRF proses berlanjut menuju ke CCM (Continous Casting Machine) yang bertujuan mencetak besi cair menjadi billet dan memotong dengan ukuran tertentu. Secara garis besar alur langkah produksi billet ini adalah sebagai berikut :SCRAP

EAF (ELECTRIC ARC FURNACE)

LRF (LADDLE REFINING FURNACE) CCM (CONTINOUS CUTTING MACHINE) BILLETGambar 4.1 Diagram Alir Produksi Billet

Billet-billet dari departemen SMS digunakan bahan baku untuk membuat wire rod melalui proses rolling, proses rolling di PT. ISPAT INDO dibagi menjadi 2 line yaitu line A dan Line B. Adapun perbedaan line A dan line B sebagai berikut :KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

16

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Faktor perbandingan Panjang billet Penampang bilet Berat billet Rolling rate

Line A 8,3 - 9,2 m

Line B 3,8 - 4,6 m (130x130)mm 0,54 ton 35 ton/jam

Tabel 4.1 Perbandingan Line A dan Line B

(150x150)mm 1,56 ton 68 ton/jam

BILLET BILLET REHEATING FURNACE MILL EQUIPMENT AREA COLLECTION AREA FINISHING WIRE RODGambar 4.2 Diagram alir pembuatan wire rod

Dalam laporan kerja praktek kami ini kami membatasi pembahasan proses produksi wire rod pada departemen rolling mill khususnya pada line A saja karena line A adalah line yang paling produktif saat ini dan produksinya lebih kompleks dari pada line B. Pada Line A terbagi atastiga area produksi, yang terdiri atas : 1. Billet Reheating Furnace (BRF) Area 2. Mill Equipment Area 3. Collection Area 4. Finishing. Di perusahaan Ispat Indo produksi billet dilaksanakan oleh bagian SMS (steel melting shop). Yang terbagi menjadi tiga sub bagian yaitu; EAF, LRF dan CCM.

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

17

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Gambar 4.3 Proses produksi Billet

EAF (electric arc furnace) bertanggung jawab melakukan peleburan scrap,pada bagian ini scrap dimasak dalam furnace bertemperatur 1600C.EAF yang digunakan oleh PT.Ispat Indo menggunakan tiga buah elektrode dan tiga burner. Pada bagian ini selain scrap dimasukkan pula bahan-bahan lain seperti dolomite, limes dan batu kapur. Serta dalam jangka waktu tertentu disuntikkan pula serbuk karbon dan oksigen untuk mendapatkan pembakaran yang optimum.

Gambar 4.4 Electric Arc Furnace

LRF (Laddle Refining Furnace) bertanggung jawab melakukan pemanasan ulang

material yang berada di laddle, dengan temperatur sekitar 1500C dan menambahkan unsur-unsur tambahan(C,Mn,P,S,Si) untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan suatu standar. Pada bagian ini material liquid yang telah diproses oleh LRF siap untuk dicetak menjadi billet. CCM bertanggung jawab atas proses penuangan material dari laddle ke tundish hingga menjadi billet.

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

18

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Gambar 4.5 Proses pada CCM

IV.2 Proses Produksi Wire Rod

Gambar 4.6 BRF (Billet Reheating Furnace)

Billet Reheating Furnace dalam proses pembuatan wire rod sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses produksi dan kualitas wire rodyang dihasilkan,. Secara singkat BRF adalah suatu tempat yang digunakan untuk proses pemanasan kembali billet, sampai suhu temperatur yang diinginkan untuk suatu proses atau pembuatan wire rod.Adapun cara kerja BRF yaitu, sebelum billet masuk ke dalam ruangpemanasan BRF, billet disusun terlebih dahulu di rak billet atau chargingbed yang bergerak secara eksentrik dengan menggunakan satu motor.Untuk mendorong billet dan charging bed masuk kedalam BRF digunakan peralatan yang disebut Billet Pusher dengan gerakan sistem dorong duasilinder,kemudian apabila ada letak billet yang tidak rata atau menonjol keluar bisa disejajarkan dengan alat pengatur posisi billet yang disebut charging positioner. Setelah billet masuk di BRF billet akan dipanaskan dengan suhu antara 1100C sampai dengan 1200C dengan kategori billet. Kapasitas BRF bisa menampung 82KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

19

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

buah billet, banyaknya alat pemanas dalam BRFadalah sebanyak 36 burner yang terbagi atas 12 burner pada shockingzone, 12 burner pada heating zone dan 12 burner pada pre heating zone. Bahan bakar yang digunakan disemua masing-masing zone berupa combustion air preheated to 450C, natural gas dan IDO. Setelah billet mengalami pemanasan yang cukup dengan suhu yangdiinginkan, maka digunakan alat yang disebut Kick Off Device yangberjumlah 3 buah yaitu untuk mengambil billet dari Walking Heart, setelah billet diambil oleh Kick Off Device kemudian diambil dari BRF dengan alat Discharge Roll.Billet Reheating Furnace area terdiri atas: Charging Bed, Charging Billet, Pusher, Charging Postioner, Billet Reheating Furnace, Kick Off Device, dan Discharge Roll Table. a) Charging Bed

Gambar 4.7 Charging Bed

Charging Bed adalah tempat billet yang akan dimasukkan ke BRF,Charging Bed dapat menampung kurang lebih 30 billet, bergerak secara eksentrik yang digerakkan satu motor elektrik. Pada Charging Bed terdapat sensor yang berguna untuk mendeteksi posisi billet. b) Charging Billet Pusher Charging Billet Pusher adalah peralatan untuk mendorong billet dari cueva menuju ruang BRF, dengan menggunakan gerakan system dorong dari dua silinder. c) Charging Positioner Charging Positioner adalah tempat untuk mengatur posisi ataumeluruskan salah satu ujung billet yang menonjol keluar, agar billetyang masuk ke BRF sejajar dengan yang lainnya. d) Billet Reheating Furnace

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

20

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Billet Reheating Furnace adalah tempat untuk menaikan dan menampung 82 billet dengan panjang billet 9,2 meter. Pemanasan berasal dari burner yang berjumlah 36 buah yang terbagi 12 burner pada setiap zone. e) Kick Off Device

Gambar 4.8 Kick off device

Kick Off Device digerakkan oleh dua motor penggerak dengandaya 18,5 Kw dan kuat arus 3,5 ampere. Kick Off Device berjumlah 3 buah yang bergerak secara pneumatic digunakan untuk mengambil billet satu per satu dari walking heart. f) Discharge Roll Table Discharge Roll Table adalah alat yang digunakan untukmentransver billet menuju rolling. Discharge Roll Table mempunyai roll yang berjumlah 7 buah. Sistem pendinginan menggunakan sistem indirect cooling water. IV.3 Mill Equipment Area Billet yang sudah keluar dari BRF, kemudian dibersihkan dengan alat yang disebut descaler. Descaler memiliki 8 nozzle yang berguna untuk menyemprotkan air dengan bantuan pompa guna mengurangi scale yang melekat pada billet. Setelah itu billet baru masuk pada roll table yang digerakkan oleh satu motor. Pada roll table terdapat stopper yang berguna untuk memindahkan billet out bila terjadi masalah pada equipment. Sebelum billet memasuki proses pengerolan kecepatan billet diatur oleh pinch roll yang bekerja dengan cara menekan ujung billet yang akan masuk sehingga ujung billet satu dengan ekor billet lain tidak saling bersentuhan. Secara garis besar proses rolling melewati 18 ESS stand (Cartliver Stand) yang berfungsi mereduksi billet dengan dimensi sesuai groove dari roll, dimana tiap-tiap stand mereduksi rata-rata 20% dari besar baja yangdi roll. Terdapat beberapa jenis groove yang dipakai untuk proses pengerolan yaitu jenis round, box, dan oval. UntukKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

21

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

lebih jelasnya dapat dilihat di dalam tabel. Roll tersusun secara horisontal dan vertikal. Pada roll yang vertikal terdapat guide roll pada entry hal ini digunakan agar bar tidak bergerak ke atas atau ke bawah saat akan masuk roll vertikal. Bar melewati setiap stand dengan kecepatan yang berbeda-beda dan setiap stand memiliki ukuran yang berbeda pula dengan ukuran yang berbeda maka tiap stand digerakkan oleh motor sendiri dan dengan gear box sendiri. Untuk menghindari tegangan berlebih yang diakibatkan coil yang ditarik maka terdapat vertical lopper yang terletak diantara stand. Tiap bar akan mengalami proses pemotongan (shear) pada ujung dan ekor bar. Hal ini dikarenakan sebagian besar bagian ujung dan ekor dari bar mengalami penurunan temperatur yang cepat dan hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan penambahan beban pada proses reduksi berikutnya. Posisi shear terdapat pada stand 4, stand 10, dan stand 16. Dari stand 16 masuk block mill area dimana tempat ini sangat menentukan kualitas dan diameter wire rods sesuai dengan grade yang diinginkan. Pada block mill terdapat 10 roll yang posisinya horizontal dan vertikal dan ada tempat yang khusus digunakan jika bar mengalami cobbel dalam block mill. Setelah masuk block mill area, bar mengalami proses pendinginan menggunakan 2 water cooling box sebelum masuk ke turn forming head. Setelah bar didinginkan, bar diukur diameternya dengan alat yang di beri nama Zumbach setelah itu bar memasuki pinch roll untuk mengurangi kecepatan sebelum masuk ke proses turn forming head. Turn forming head berfungsi untuk membentuk wire rods yang panjang menjadi coil of wire yang kemudian akan ditransfer ke collection area. Mill Equipment Area terdiri dari: Descaler, Roll Table BRF, PinchRoll, Stand,Vertikal Lopper, Shear, dan Fixed Control Cooling, Block Mill Area, serta Turn Forming Head. Berikut ini adalah karakteristik line A dari stand awal hingga akhir : i. Descaler Peralatan untuk menghilangkan scale pada permukaan billet dengan air yang disemprotkan. Pada descaler terhadap 8 nozzle untuk menyemprotkan air yang dipompa. Daya pompa air 110 KW, 191 Ampere, 1485 RPM. Sedangkan daya motor untuk menggerakkan roll adalah 45 KW, 77 Ampere. ii. Roller Table BRF

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

22

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Tempat mentransfer billet ke stand 1A, roll table digerakkan oleh motor dengan daya 1,1 KW, 2,9 Ampere dan1,45 Volt. Pada roll table terdapat stopper yang berguna untuk memindahkan billet ke hot out bila terjadi masalah pada equipment setelah roller table BRF dimana stopper bergerak secara hydraulic. iii. Pinch Roll Pada Line A terdapat 2 pinch roll. Pertama terletak sebelum stand 1A yang berfungsi untuk memperlambat kecepatan billet sedangkan yang kedua terletak sebelum Turn Forming Head (TFH) yang berfungsi mengatur ekor coil yang paling belakang.

Gambar 4.9 Pinch Roll

iv.

Stand Terdapat 18 ESS Stand ( Cantilever Stand ) yang berfungsi mereduksi billet dengan dimensi sesuai grove dari roll, dimana satu stand terdiri dari 2 roll yang tersusun secara horizontal dan vertikal, grove dan roll berupa box, round dan oval.

STAND NO. GAP GROOVE Square 1A H 2A V 1H 2V 3H 4V 15,0 15,0 10,0 8,0 8,0 8,0 Box Box Box Box Oval Round

STOCK 150,0 x 150,0 111,0 x 182,0 121,0 x 128,0 80,0 x 140,0 90,0 x 96,0 61,0 x 113,0 74,0 x 75,0

SPEED (m/s) R.FACTOR

0,11 0,13 0,18 0,23 0,33 0,44 1,182 1,385 1,278 1,435 1,33323

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

5H 6V 7H 8V 9H 10 V 11 H 12 V 13 H 14 V 15 H 16 V 17 H 18 V 19 H 20 V 21 H 22 V 23 H 24 V 25 H 26 V

6,7 6,5 5,0 5,0 5,0 3,5 6,2 4,6 4,1 2,0 3,0 2,4 2,0 1,5 1,9 1,1 1,2 1,4 6,2 4,6 1,0 1,2

Oval Round Oval Round Oval Round Oval Round Oval Round Oval Round Oval Round Oval Round Oval Round Oval Round Oval Round

45,0 x 88,0 54,5 x 56,5 30,0 x 68,5 40,0 x 41,0 23,5 x 49,0 31,0 x 31,0 18,0 x 40,0 24,6 x 23,0 16,8 x 29,5 20,3 x 20,3 13,3 x 25,8 16,8 x 16,8 20,3 x 11,2 13,8 x 13,7 17,0 x 8,9 11,0 x 11,1 13,9 x 6,6 8,8 x 8,6 11,0 x 5,3 6,9 x 7,1 8,8 x 4,2 5,6 x 5,6 5,3

0,61 0,81 1,12 1,52 2,08 2,61 3,16 4,09 6,52 8,06 9,6

1,386 1,328 1,383 1,357 1,36 1,225 1,211 1,294 1,296 1,23 1,236 1,191

Stand no. 17-26 ada di dalam Block mill

85,31

8,86

Tabel 4.2 Spesifikasi Tiap Stand pada line A

keterangan : Stand 17-26 berada dalam Block mill v. Vertikal Lopper Pada Mill equipment lopper berjumlah 6 buah, vertikal lopper berfungsi untuk mengatur tension (tarikan) dari bar yangdi rolling. Vertikal lopper terletak antara stand yang lainnya vi. Shear Berguna untuk memotong meterial pada kedua ujungnya,dikarenakan pada kedua ujungnya telah terjadi penurunan temperatur sehingga dikhawatirkan akanKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

24

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

merusak alat akibat material bila terjadi problem pada equipment selanjutnya agar tidak berlanjut dan kemudian dilakukan maintenance. Alat pemotongan ini menggunakan alat sensor yang disebut fotocell.Foto cell akan menyensor kedua ujung material dengan sensor cahaya dan material. Shear berjumlah 3 buah, pada shear pertama memotong barberdiameter 74,5 mm dan menggunakan daya motor 352 KW,600 volt, 648 Ampere dan putaran 390 rpm dengan sistem kerja motor bergerak jika akan memotong. Pada shear kedua memotong bar berdiameter 30 mm dan menggunakan dayamotor 45 kw, 440 volt, 114 Ampere dan putaran 690 rpm. vii. viii. Funnel Line Fungsi Funnel Line adalah untuk mempermudah bar sebelum masuk stand 15. Block Mill Area Dalam proses produksi rolling mill, proses finishing di area blockmill sangat berperan besar untuk menghasilkan produk dengan kualitas produk sesuai standart yang diminta oleh customer. Prinsip pembentukan wire rod diarea blockmill line A(stand 17 s/d 26) sama dengan standstand yang lain(mereduksi bar sesuai dengan ukuran yang akan diproduksi),yaitu bar dari stand 16 (bentuk round) masuk ke blockmill direduksi oleh stand 17 (bentuk oval), dan begitu seterusy sampai stand finish (sesuai ukuran wire rod yang diproduksi). Faktorfaktor yang mempengaruhi proses rolling di areablockmill adalah sebagai berikut : a) Proses pemasangan rolling ring / tc ring (tc ring clamping system) b) Proses pemasangan guide dan setting entry guide box c) System lubrikasi guide roll d) System cooling water untuk guide roll dan TC ring e) Setting stock size (clearence TC ring)f) Pemilihan material TC ring dan guide roll.

ix.

Water Cooling Box Water Cooling Box merupakan alat yang digunakan untuk membantu mendinginkan bar setelah melalui proses rolling pada block mill area. Terdapat 2 Water cooling box untuk mendinginkan bar.

x.

Turn Forming Head Fungsi turn forming head adalah membentuk wire rod yang memanjang menjadi coil of wire (gulungan berbentuk spiral).Cara kerja alat ini berputar dengan

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

25

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

dipandu oleh spiral pipa membentuk coil kawat baja yang kemudian ditransfer dicollection area. Pada turn forming head terdapat insert yang berguna mengurangi vibrasi dan menjaga bar agar tidakbersingungan dengan pipa. Pada akhir proses ini hasil yang didapatkan adalah wire rods yang siap untuk dijual kepada customer. IV.4 Collection Area Collection area terdiri dari : 1. Colling Conveyor Fungsi dari cooling convenyor adalah mentransfer coil kawat baja dari Turn Forming Head (TFH) ke trestle dan juga untuk menurunkan temperatur coil kawat baja dengan menggunakan hembusan angin dan blower. Pada cooling convenyor yang digunakan untuk mengatur temperatur coil kawat baja agar diperoleh struktur mikro yang diinginkan. Untuk menutup dan membuka hood diperlukan motor dengan daya 22 KW , 415 Volt , 0,5 Ampere. Roll pada convenyor berjumlah 456 buah yang digerakkan oleh 19 motor. 2. Easy Down Fork Berfungsi untuk menerima gulungan coil kawat baja dari cooling convenyor sementara bergerak vertikal dan horizontal. 3. Trestle Berfungsi untuk menerima dan mentransfer gulungan coil kawat baja dari cooling convenyor ke hook.

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

26

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Gambar 4.10 Water Cooling Box

Gambar 4.11 Turn Forming Head

Gambar 4.12 Cooling Conveyor

4. Discharge Truck Berfungsi untuk mentransfer coil kawat baja dengan cara mengangkat dari trestle ke hook convenyor dengan menggunakan satu motor yang bekerja secara hydraulic. 5. Hook Convenyor Berfungsi untuk menerima coil kawat baja dari discharge truck ke compacting untuk diikat. Jumlah hook sebanyak 36 buah yang gerakkannya diatur oleh terminal yang berjumlah 12 buah dan digerakkan oleh daya listrik. 6. Compacting Berfungsi untuk mengikat gulungan coil kawat baja agar menjadi lebih rapat dan rapi dengan 4 buah ikatan. Compacting saat ini menggunakan display monitor dengan menggunakan program Win CC, dengan menggunakan display monitor ini sebenarnya lebih memudahkan kita dalm mengoprasikan mesin tersebut, sebab dari tampilan yang ada pada monitor kita bisa tahu sinyal yang muncul, baik itu sinyal input yang berasal dari sensor seperti limit switch, proximity switch, pressure switch dan lain sebagainya. Selain sinyal input, kita juga bisa melihat sinyal output yaitu command untuk valve.KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

27

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

7. Storage Transfer Berfungsi untuk mengambil gulungan coil kawat baja yang sudah terikat dari hook transfer dan mempersiapkan untuk mengambil forklift untuk diletakkan di storange area. IV.5 Finishing Penyelesaian coil keluar dari turn forming head kemudian melewati cooling conveyor yang berfungsi untuk mendinginkan dan mentransfer coil menuju trustle. Trustle ini berbentik kerucut yang berfungsi menerima cooling dari conveyor. Trustle digerakkan oleh roll table yang bekerja secara electric kemudian memindahkan coil ke hook conveyor. Jumlah hook sebanyak 40 buah yang gerakkannya diatur oleh satu terminal pusat (operator) dengan system komputerisasi. Dari hook conveyor kumpulan coil wire rod disortir antara yang baik (good grade) atau reject (down grade), kemudian coil yang baik dibawa ke compacting untuk diikat (sebanyak 4 ikatan) dengan sistem hidrolis kemudian diambil oleh alat storage transfer yang dipersiapkan untuk diambil forklift dan diletakkan di storage area.

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

28

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

BAB V MAINTENANCEV.1 Maintenance Pada Mesin-Mesin Produksi Maintenance menjadi salah satu program kerja untuk suatu perusahaan industri dalam menjaga dan merawat berbagai macam peralatan yang secara langsung maupun tidak berkaitan dengan proses produksi. Tujuan dari adanya maintenance adalah agar proses produksi tetap berjalan dengan lancar. Dengan adanya maintenance yang baik, maka masing-masing produk yang dihasilkan akan lebih berkualitas. Dalam perbaikan dan perawatan mesin yang dilakukan secara berkala dengan cara melibatkan berbagai pihak diantaranya para teknisi ahli dari rolling mill mechanical electrical dan operasional, baru akan dapat dilaksanakan setelah mendapatkan laporan/informasi dari : 1. Departemen terkait sesuai diskusi antar departemen 2. Perbaikan BRF3. Pergantian pass atau roll sesuai usianya oleh operation department 4. Pergantian diameter wire rod sesuai permintaan pelanggan.

V.2 Fungsi dan Tujuan Maintenance Merupakan usaha dalam memelihara mesin-mesin atau peralatan teknik lain serta melakukan perbaikan pada mesin-mesin tersebut secara berkala dan terjadwal agar pada saat digunakan dapat menghasilkan barang produksi yang bermutu dan sesuai harapan. Tujuan maintenance adalah sebagai berikut :1. Merawat mesin-mesin pabrik yang ada agar dalam kondisi baik. 2. Menggaransi perbaikan yang dikerjakan dan melakukan perbaikan tersebut

dalam waktu yang sesegera mungkin.3. Menambah effisiensi mesin dan menghindari adanya pengeluaran biaya yang

tak perlu karena perbaikan dan kegagalan pemakaian. V.3 Alokasi Waktu Maintenance Dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :1. Idle Operating Hours :

Maintenance pergantian pass atau roll sesuai usianya atau sesuai lampiran dari PPC yang dilaksanakan setiap hari yang memakan waktu kurang lebih 45-90KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

29

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

menit. Pengecekan equipment sesaat pada shift sore dan malam termasuk alokasi waktu maintenance tersebut diatas. Setiap bulan maintenance ini dilakukan 5% dari operating hours. 2. Weekly Maintenance Disebut juga maintenance mingguan. Maintenance mingguan ini dilaksanakan sesuai diskusi antar bagian departemen yang biasanya memakan waktu 8-24 jam. Setiap bulan maintenance ini dilakukan 5% dari calendar hours available. 3. Annual Shut Down Disebut juga maintenance tahunan. Maintenance tahunan ini dilaksanakan sesuai diskusi antar departemen dan biasanya memakan waktu lebih dari 1 hari. Annual Shut Down biasanya dilakukan untuk BRF. Semua jenis maintenance di atas juga dilaksanakan bersamaan dengan preventive maintenance oleh mechanical and electrical. V.4 Preventive Maintenance Preventive Maintenance adalah perawatan yang sudah direncanakan sebelumnya dengan jadwal tertentu (mingguan, bulanan, tiga bulanan, tahunan,dst) sehingga waktu yang diperlukan untuk perbaikan maupun penggantian komponen-komponen mesin dapat terencana sesuai program. Preventive Maintenance meliputi:1. BRF Combustion System, yaitu:

Pengontrolan saluran aliran bahan bakar (IDO / residu) Pengecekan temperatur BRF Pembersihan sisa pembakaran2. Blower BRF, yaitu: Pengecekan aliran dan tekanan udara untuk pembakaran Pembersihan air filter Pemeriksaan motor blower 3. Charging Bed, yaitu:

Pelumasan pada roll mekanis Penggantian roda Pemeriksaan rantai Pengecekan motor4. Charging Fuser, yaitu:KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

30

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Pelumasan pada rol mekanis Pengecekan motor penggerak5. Kick Off Hydraulic System, yaitu:

Memeriksakan sistem hidrolik dari kerusakan Pengecekan level oil Pemeriksaan motor hidrolik Penggantian selang Penggantian silinder Penggantian oli Pencucian filter oli6. Kick Off Pneumatic System, yaitu:

Memeriksa sistem pneumatik dari kerusakan Pemeriksaan motor pneumatik Penggantian selang Penggantian silinder Pengecekan tekanan udara7. Camera BRF, yaitu:

Memeriksa kerja kamera Pembersihan lensa kamera dari kotoran8. Discharge Roll Table, yaitu:

Pelumasan mekanik Penggantian motor Penggantian rol Pembersihan dari kerak billet 9. Pinch Roll, yaitu: Pelumasan pada pinch roll Pemeriksaan kerja pinch roll

Pengecekan motor10. Cellar No.1, yaitu:

Pemeriksaan volume minyak pelumas Pemeriksaan aliran pelumasKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

31

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Penggantian minyak pelumas Pengecekan motor untuk pelumas Penggantian selang Pemeriksaan kebocoran oli Pencucian oil filter 11. Cellar No.2, yaitu:

Pemeriksaan volume minyak pelumas Pemeriksaan aliran pelumas Penggantian minyak pelumas Pengecekan motor untuk pelumas Penggantian selang Pemeriksaan kebocoran oli Pencucian oil filter 12. Cellar No.3, yaitu:

Pemeriksaan volume minyak pelumas Pemeriksaan aliran pelumas Penggantian minyak pelumas Pengecekan motor untuk pelumas Penggantian selang Pemeriksaan kebocoran oli Pencucian oil filter 13. Hydraulic and Pneumatic System, yaitu:

Pemeriksaan volume minyak pelumas Pemeriksaan aliran pelumas Penggantian minyak pelumas Pengecekan motor untuk pelumas Penggantian selang Pemeriksaan kebocoran oli Pencucian oil filter 14. Water Pass Colling Stand 5 12, yaitu:

Pemeriksaan tekanan airKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

32

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Pemeriksaan sistem aliran air Pemeriksaan water system 15. Water Pass Colling Stand 13 -14, yaitu:

Pemeriksaan tekanan air Pemeriksaan sistem aliran air Pemeriksaan water system 16. Descaler, yaitu: Pengecekan level oli pada gear box

Pemeriksaan tekanan air Pengecekan motor17. Flying Shear CVS, yaitu: Pemeriksaan panjang hasil potongan awal dan akhir coil Pemeriksaan ketajaman shear

Pengecekan motor Pemeriksaan gear box

Penggantian oli18. Crop Shear Before Block Mill, yaitu: Pemeriksaan panjang hasil pemotongan awal dan akhir coil Pemeriksaan ketajaman shear

Pengecekan motor Pemeriksaan gear box

Penggantian oli Pemeriksaan level oli Pencucian filter oli19. Vertical Looper 1, 2, dan 3, yaitu: Penggantian roll

Pemeriksaan sistem kerja20. Block Mill 100 m/s, yaitu: Penggantian roll untuk mendapatkan coil yang diinginkan

Pemeriksaan motor Pengecekan gear box

Pengganti oliKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

33

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Pemeriksaan level oli Pencucian filter oli21. Main Lubrication System, yaitu:

Pemeriksaan volume minyak pelumas Penggantian minyak pelumas Pencucian filter pelumas Pemeriksaan aliran pelumas22. Control Cooling, yaitu:

Pemeriksaan tekanan air Pemeriksaan sistem aliran air Pemeriksaan water filter 23. Coil Forming W. Finger, yaitu: Pemeriksaan kerja blower Pemeriksaan kerja motor penggerak cooling convenyor Pemeriksaan kerja hydraulic from finger

Penggantian selang Penggantian silinder Pemeriksaan kebocoran oli Pemeriksaan level oli24. Reel Lifting Table, yaitu: Pemeriksaan kerja hydraulic from lifting table

Penggantian selang Penggantian silinder Pemeriksaan kebocoran oli Pemeriksaan level oli Pencucian filter oli25. Tilting Table, yaitu: Pemeriksaan kerja motor dari titling table

Penggantian oli Pelumasan oli

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

34

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

35

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

BAB VI TUGAS UMUM VI.1 Tugas Umum 1 Mengikuti proses produksi mulai dari billet sampai barang jadi(wire rod) untuk semua ukuran.A. Billet Stacking Proses continuous casting mesin merupakan proses akhir pada keseluruhan proses billet casting. Hasil dari proses ini di dapat dua section billet yang selama ini di diproduksi di PT. Ispatindo, yaitu ukuran 125 x 125 x 460 cm dan 150 x 105 x 920 cm. Billet billet ini selanjutnya di simpan untuk proses selanjutnya, yaitu rolling mill proses. Dengan bantuan Crain, billet billet tersebut diletakkan pada bagian stock billet, yang sewaktu waktu digunakan untuk bahan baku rolling mills. Billet tersebut adalah seperti pada gambar 6.1 di bawah ini

15 0

920 150

12 5

460 12 5

Billet Gambar 6.1 Billet A(kiri) yang digunakan pada line produksi A A Billet Bdan billet B(kanan) untuk line produksi B

B. Billet Reheating Furnace (BRF) Dalam proses ini billet billet yang sudah disediakan diangkat kembali ke penampungan BRF (Charging Bed), yang mempunyai daya tampung kurang lebih 30 buah. Di PT. Ispatindo terdapat 2 line BRF : Line A Beberapa cirri utama dari Line ini adalah tahap proses charging yang menggunakan metode Walking Hert Type serta ukuran produk billet yang dihasilkan yaitu 150 x 150 x 920 cm. proses dalam line A dimulai dari

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

36

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

charging sampai dengan discharging zone. BRF pada line A adalah seperti gambar di bawah ini.

Gambar 6.2 Penampang BRF line A

Tahap tahap pada billet reheating furnace di line A adalah sebagai berikut : 1. Charging proses a. Tipe : walking heart type (lantai gerak) Kapasitas : 70 ton / jam b. Billet ditampung dalam charging bed kemudian satu persatu masuk ke kurva.KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

37

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

c. Sebelum masuk furnace, didorong oleh positioned agar billet dalm furnace posisinya lurus. d. Kemudian billet didorong kedalam furnace oleh charging pusher. e. Selanjutnya billet satu persatu ditrasfer ke discharging oleh Walking heart sesuai perjalanan rolling. 2. Recooperative zone Recooperative zone merupakan proses pemanasan awal billet dengan range temperature antara 27oC sampai dengan 950oC. dalam Recooperative zone tidak ada burner (pemanas), disini billet yang dipersiapkan di proses charging selanjutnya masuk ke Recooperative Zone. Satu satunya pemanas dalam recooperative zone adalah gas heating dari efek pemanasan berikutnya (reheating, heating dan sooking). Melalui recooperative zone gas buang tersebut keluar melalui gas outer sekaligus pemanasan awal (sampai 950o) sebelum billet masuk ke preheating zone. 3. Preheating zone Preheating zone merupakan pemanasan awal billet dengan menggunakan burner. Dalam preheating zone terdapat 12 burner, secara bertahap billet yang sudah mengalami pemanasan awal dal recooperative zone, selanjutnya masuk kedalam preheating xone. Pemanasan yang terjadi dalm zone ini berkisar antara temperatur 950oC 1100oC. Masing masing dari 12 burner tersebut mempunyai kapasitas 90 lt/jam, sedangkan distribusi pemanasan billet untuk tiap komposisi kadar karbon dapat dilihat pada table berikut: Kadar karbon billet Low carbon steel cold High carbon stell cold Low carbon steel hot High carbon stell hotKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

Range temperatur (oC) 1050 1060 1055 1060 1040 1050 1010 103038

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Tabel 6.1 distribusi pemanasan billet di daerah Preheating zone line A

4. Heating zone Heating zone merupakan daerah pemanasan billet dengan temperatur proses yang dikehendaki sebelum dikenai dengan proses rolling. Proses pemanasan awal pada billet di recooperative zone dan pre-heating zone sampai mencapai temperature 950oC mengurangi terjadinya heat dropping (kehilangan panas) pada proses di heating zone. Heating zone memiliki 12 burner dengan masing masing dengan kapasitas 90lt/jam. Sedangkan distribusi pemanasan billet di heating zone line A untuk tiap tiap komposi kadar karbon dapat dilihat pada table berikut Kadar karbon billet Low carbon steel cold High carbon stell cold Low carbon steel hot High carbon stell hot Range temperatur (oC) 1150 1165 1130 1150 1150 1160 1120 1130

Tabel 6.2 distribusi pemanasan billet di daerah Heating zone line A

Diharapkan dalam prosesini billet akan terpanasi dan keluar dari zone ini pada temperature diatas 1100oC selanjutnya billet akan masuk di socking zone. 5. Socking zone Socking zone merupakan daerah penyiapan billet agar temperature billet terjaga sebagaimana temperatur di heating zone sebelum memasuki proses rolling. Setelah melalui heating zone, selanjutnya billet billet akan memasuki daerah socking zone (daerah homogenisasi temperatur). Pada daerah ini billet akan mengalami homogenisasi temperatur pada tiap titik yang ada. Socking zone memiliki 12 burner dengan kapasitas masing masing 43 lt/jam. Sedangkan distribusi pemanasan pada zona ini, dimana temperatur pada billet akan sama pada tiap titik dan dapat dilihat pada table dibawah ini: Kadar karbon billetKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

Range temperatur (oC)39

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Low carbon steel cold High carbon stell cold Low carbon steel hot High carbon stell hot

1160 1170 1140 1170 1150 1165 1140 1170

Tabel 6.3 distribusi pemanasan billet di daerah socking zone line A

Proses di socking zone ini memrupakan proses terakhir yang terjadi pada BRF di line A, sedangkan seperti yang dijelaskan di atas bahwa cirri dari line ini adalah pengambilan billet billet yang akan dimasukkan ke recooperative zoneyang dilakukan oleh heart walking (lantai berjalan), dimana mesin akan mangangkat billet masuk keatas ke recooperative zone dan selanjutnya akan kembali pada posisi nirmal. Sedangkan waktu yang digunakan mulai dari tahap pengambilan sampai posisi normal disebut dengan cycle time working time, rata rata setiap billet 82 detik. Bahan bakar yang digunakan dalam BRF adalah gas alam (methan) dengan energy yang dihasilkan 9,100 Kkal/L. billet yang siap dikeluarkan oleh heating zone diambil oleh alat yang disebut kick off untuk dilakukan proses rolling mill selanjutnya. Line B Karakteristik dari proses line Bini adalah tahapcharging proses, dimana digunakan metode pusher type ( billet pendorong). Pada billet reheating furnace serta ukuran billet yang digunakan yaitu ukuran 125 x 125 mm. disamping itu pada line B ini arah burner yang digukan sejajar atas membentuk sudut 55o seperti terlihat pada gambar 6.3.

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

40

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Gambar 6.3 BRF pada line B

Beberapa tahap charging sampai dengan discharging pada line B sebagai berikut: 1. Charging Process Tahapan yang ada pada charging proses: a. Tipe : pusher (dorongan), dimana billet yang disediakan dalam bed untuk masuk pada zona awal (recooperative zone) digunakan proses dorong masuk ke kurva. Kapasitas pada line ini adalah 35 ton/jam. b. Setelah berada dalam kurva, selanjutnya billet didorong oleh positioned agar billet dalam furnace posisinya lurus. c. Kemudian satu persatu billet dimasukkan / dipindah ke discharging sesuidengan perjalanan rolling. 2. Recooperative zone Recooperative zone merupakan proses pemanasan awal billet dengan range temperatur 27oC 950oC. seperti halnya line A, dalam line B ini billet dipanaskan awal dengan menggunakan gas buang sampai dengan 950oC. sebelum siap dimasukkan dalam preheating zone, tidak ada burner dalam recooperative zone ini. Selanjutnya billet akan dipanaskan dalam heating zone. 3. Heating zone Daerah pemanasan (heating zone) ini merupakan proses pemanasan yang utama yang dikehendaki sebelum mengalami proses rolling. Proses pemanasan awal di recooperative zone dan preheating zonesampai mencapai temperaturKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

41

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

950oC mengurangi terjadinya heat dropping (kehilangan panas) pada proses heating zone. Dalam proses ini sebagaimana dalam proses line A, billet dari preheating zone diproses dalam heating zone. Heating zone sendiri memiliki 12 burner dengan masing masing burner berkapasitas 90 lt/jam. Sedangkan distribusi temperatur billet untuk tiap tiap komposisi kadar karbon di heating zone line B seperti pada table berikut. Kadar karbon billet Low carbon steel cold High carbon stell cold Low carbon steel hot High carbon stell hot Range temperatur (oC) 1220 - 1230 1220 1230 1190 1200 1190 1200

Tabel 6.4 distribusi pemanasan billet di daerah Heating zone line A

Setelah melalui zona ini bilet billet tersebut akan mencapai temperature diatas 1000oC, selanjutnya billet akann masuk pada socking zone. 4. Socking zone Selanjutnya billet yang telah mengalami pemanasan dalam heating zone memasuki daerah socking zone. Socking zone merupakan daerah penyiapan billet agar temperature terjaga sebagaimana temperatur di heating zone sebelum mengalami proses rolling. Pada daerah socking ini billet aklan mengalami proses homogenisasi temperature pada tiap tiap titik yang ada. Socking zone memiliki 12 burner dengan kapasitas masing masing 43 lt/jam. Sedangkan distribusi pemanasan pada zona ini seperti terlihat pada table berikut. Kadar karbon billet Low carbon steel cold High carbon stell cold Low carbon steel hot High carbon stell hot Range temperatur (oC) 1230 1240 1230 1240 1200 1210 1200 1210

Tabel 6.5 distribusi pemanasan billet di daerah socking zone line A KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

42

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Proses di socking zone ini merupakan proses terakhir yang terjadi pada BRF line B. seperti yang dijelaskan diatas cirri khusus pada line B ini yang membedakan dengan line A dismping jenis billet yang digunakan adalah 125 x 125 mm, mesin yang digunakan untuk memindhkan billet dari bed kerecooperative zone adalah pusher dengan kapasitas 35 otn/jam. C. Rolling proses a. Line A Billet yang sudah keluar dari BRF, kemudian dibersihkan dengan alat yang disebut descaler. Descaler memiliki 8 nozzle yang berguna untuk menyemprotkan air dengan bantuan pompa guna mengurangi scale yang melekat pada billet. Setelah itu billet baru masuk pada roll table yang digerakkan oleh satu motor. Pada roll table terdapat stopper yang berguna untuk memindahkan billet out bila terjadi masalah pada equipment. Sebelum billet memasuki proses pengerolan kecepatan billet diatur oleh pinch roll yang bekerja dengan cara menekan ujung billet yang akan masuk sehingga ujung billet satu dengan ekor billet lain tidak saling bersentuhan. Secara garis besar proses rolling melewati 18 ESS stand (Cartliver Stand) yang berfungsi mereduksi billet dengan dimensi sesuai groove dari roll, dimana tiap-tiap stand mereduksi rata-rata 20% dari besar baja yangdi roll. Terdapat beberapa jenis groove yang dipakai untuk proses pengerolan yaitu jenis round, box, dan oval. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di dalam tabel. Roll tersusun secara horisontal dan vertikal. Pada roll yang vertikal terdapat guide roll pada entry hal ini digunakan agar bar tidak bergerak ke atas atau ke bawah saat akan masuk roll vertikal. Bar melewati setiap stand dengan kecepatan yang berbedabeda dan setiap stand memiliki ukuran yang berbeda pula dengan ukuran yang berbeda maka tiap stand digerakkan oleh motor sendiri dan dengan gear box sendiri. Untuk menghindari tegangan berlebih yang diakibatkan coil yang ditarik maka terdapat vertical lopper yang terletak diantara stand. Tiap bar akan mengalami proses pemotongan (shear) pada ujung dan ekor bar. Hal ini dikarenakan sebagian besar bagian ujung dan ekor dari bar mengalami penurunan temperatur yang cepat dan hal ini dikhawatirkan akanKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

43

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

menyebabkan penambahan beban pada proses reduksi berikutnya. Posisi shear terdapat pada stand 4, stand 10, dan stand 16. Dari stand 16 masuk block mill area dimana tempat ini sangat menentukan kualitas dan diameter wire rods sesuai dengan grade yang diinginkan. Padablock mill terdapat 10 roll yang posisinya horizontal dan vertikal dan jugaterdapat tempat yang khusus digunakan apabila bar terjadi cobbel dalam block mill kemudian setelah masuk block mill area maka bar mengalami proses pendinginan yang menggunakan water cooling box yang terdapat 2 water cooling box yang digunakan untuk mendinginkan bar sebelum masuk ke turn forming head. Setelah bar didinginkan pada water coolingbox bar diukur diameternya dengan alat yang di beri nama Zumbach setelah itu bar memasuki pinch roll untuk mengurangi kecepatan sebelum masuk ke proses turn forming head. Turn forming head berfungsi untuk membentuk wire rods yang panjang menjadi coil of wire yang kemudian akan ditransfer ke collection area. Mill Equipment Area terdiri dari: Discaler, Roll Table BRF, PinchRoll, Stand,Vertikal Lopper, Shear, dan Fixed Control Cooling, Block MillArea, serta Turn Forming Head. i. Descaler Peralatan untuk menghilangkan scale pada permukaan billet dengan air yang disemprotkan. Pada descaler terhadap 8 nozzle untuk menyemprotkan air yang dipompa. Daya pompa air 110 KW, 191 Ampere, 1485 RPM. Sedangkan daya motor untuk menggerakkan roll adalah 45 KW, 77 Ampere. ii. Roller Table BRF Tempat mentransfer billet ke stand 1A, roll table digerakkan oleh motor dengan daya 1,1 KW, 2,9 Ampere dan1,45 Volt. Pada roll table terdapat stopper yang berguna untuk memindahkan billet ke hot out bila terjadi masalah pada equipment setelah roller table BRF dimana stopper bergerak secara hydraulic. iii. Pinch Roll Pada Line A terdapat 2 pinch roll. Pertama terletak sebelum stand 1A yang berfungsi untuk memperlambat kecepatan billet sedangkan yang kedua terletak sebelum Turn Forming Head (TFH) yang berfungsi mengatur ekor coil yang paling belakang. iv. Stand44

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Terdapat 18 ESS Stand ( Cartilever Stand ) yang berfungsi mereduksi billet dengan dimensi sesuai grove dari roll, dimana satu stand terdiri dari 2 roll yang tersusun secara horizontal dan vertikal, grove dan roll berupa box, round dan oval. v. Vertikal Lopper Pada Mill equipment lopper berjumlah 6 buah, vertikal lopper berfungsi untuk mengatur tension (tarikan) dari bar yang di rolling. Vertikal lopper terletak antara stand yang lainnya vi. Shear Berguna untuk memotong meterial pada kedua ujungnya,dikarenakan pada kedua ujungnya telah terjadi penurunan temperatur sehingga dikhawatirkan akan merusak alat akibat material bila terjadi problem pada equipment selanjutnya agar tidak berlanjut dan kemudian dilakukan maintenance. Alat pemotongan ini menggunakan alat sensor yang disebut fotocell.Foto cell akan menyensor kedua ujung material dengan sensor cahaya dan material. Shear berjumlah 3 buah, pada shear pertama memotong barberdiameter 74,5 mm dan menggunakan daya motor 352 KW,600 volt, 648 Ampere dan putaran 390 rpm dengan sistem kerja motor bergerak jika akan memotong. Pada shear kedua memotong bar berdiameter 30 mm dan menggunakan dayamotor 45 kw, 440 volt, 114 Ampere dan putaran 690 rpm. vii. viii. Funnel Line Fungsi Funnel Line adalah untuk mempermudah bar masuk stand 15. Block Mill Area Dalam proses produksi rolling mill, proses finishing di area blockmill sangat berperan besar untuk menghasilkan produk dengan kualitas produk sesuai standart yang diminta oleh customer. Prinsip pembentukan wire rod diarea blockmill line A (stand 17 s/d 26) sama dengan standstand yang lain(mereduksi bar sesuai dengan ukuran yang akan diproduksi),yaitu bar dari stand 16 (bentuk round) masuk ke blockmill direduksi oleh stand 17 (bentuk oval), dan begitu seterusy sampai stand finish (sesuai ukuran wire rod yang diproduksi). Faktor faktor yang mempengaruhi proses rolling di area blockmill adalah sebagai berikut: a) Proses pemasangan rolling ring / tc ring (tc ring clamping system)KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

45

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

b) Proses pemasangan guide dan setting entry guide box c) System lubrikasi guide roll d) System cooling water untuk guide roll dan TC ring e) Setting stock size (clearence TC ring) f) Pemilihan material TC ring dan guide roll. ix. Water Cooling Box Water Cooling Box merupakan alat yang digunakan untuk membantu mendinginkan bar setelah melalui proses rolling pada block mill area. Terdapat 2 Water cooling box untuk mendinginkan bar. x. Turn Forming Head Fungsi turn forming head adalah membentuk wire rod yang memanjang menjadi coil of wire (gulungan berbentuk spiral).Cara kerja alat ini berputar dengan dipandu oleh spiral pipa membentuk coil kawat baja yang kemudian ditransfer dicollection area. Pada turn forming head terdapat insert yang berguna mengurangi vibrasi dan menjaga bar agar tidakbersingungan dengan pipa. Pada akhir proses ini hasil yang didapatkan adalah wire rods yang siap untuk dijual kepada customer. PT. Ispatindo memproduksi wire rod dengan ukuran diameter 5.5-17 mm hal ini dikarenakan dari Stan 16 diameter maksimal adalah 17mm sebelum masuk menuju blok mill. Sedangkan dari blokmill sendiri diameter minimal yang dihasilkan adalah 5.5mm. untuk perubahan produksi diameter wire rod antara diameter 5.5-17mm yaitu dengan cara pelepasan, pergantian dan pengaturan gap pada rolling yang berada pada block mill area. Wire rod dengan diameter 17mm diproduksi dengan cara pengaturan gap pada stand 16 agar diameter yang dihasilkan pada proses roling terakhir berukuran 17mm kemudian dilakukan pelepasan rooling pada block mill. Rolling pada block mill tidak digunakan agar diameter tidak tereduksi kembali dan diganti dengan pipa yang langsung terhubung ke proses selanjutnya. Demikian pula untuk produksi wire rod dengan ukuran diameter 8.8mm yaitu dengan cara pengaturan gap rolling pada stan 22 yang berada pada block mill agar diameter keluarannya 8.8mm dan stan selanjutnya 23-26 diganti dengan pipa. Produksi ukuran diameter ditentukan oleh stan 16 dan stan genap pada block mill, dikarenakan pada stand 16 adalah stand terakhir sebelum memasuki blockmillKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

46

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

area dan pada stand rolling pada block mill area stand genap memiliki bentuk keluaran lingkaran sedangkan stand ganjil memiliki bentuk keluaran oval.

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

47

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Tugas Umum 2 ANALISA SUHU PEMANASAN SEBELUM PROSES ROLLING SAMPAI AKHIR PROSES. Line A Kadar karbon billet Low carbon steel cold High carbon stell cold Low carbon steel hot High carbon stell hot Range temperatur (oC) 1160 1170 1140 1170 1150 1165 1140 1170

Tabel 6.6 keadaan temperature billet sebelum proses rolling line A

+

Gambar 6.4 diagram keseimbangan besi karbida

besi

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

48

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Tabel 6.7 Komposisi Carbon pada low carbon steel

Tabel 6.8 Komposisi Carbon pada high carbon steel

Pada billet dengan kadar karbon rendah seperti terlihat pada tabel 6.8 sebelum proses rolling, billet tersebut dipanaskan terlebih dahulu di dalam BRF sampai temperature diatas 1100oC seperti terlihat pada tabel 6.7. Hal ini sesuai dengan gambar 6.7. Pada gambar tersebut warna kuning adalah daerah billet dengan kadar karbon rendah billet tersebut dijaga pada fase (Austenite), dimana austenite sendiri memiliki kekuatan tarik 1050 kg/cm2 dengan kekerasan 40 Rc dan memiliki ketangguhan tinngi. Dari sifat Austenite sendiri dapat dapat dianalisa bahwa billet di jaga pada temperature tersebut agar tidak mengalami kerusakan saat mengalami proses rolling sehingga hasil yang didapatkan akan lebih baik. Adapun penurunan temperatur pada saat proses rolling berlangsung sampai selesai proses hanya sekitar 200oC sehingga temperature keluaran setelah billet menjadi wire rod masih 1000oC. sehingga billet terjaga pada fase Austenite pada saat proses rolling berlangsung.

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

49

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Tugas Umum 3 PERAWATAN MESIN PRODUKSI(RUTIN DAN OVERHAUL) TERHADAP PELAKSANAANNYA(WAKTUNYA).Perawatan/maintenance merupakan aktivitas yang vital dalam menentukan kelangsungan suatu proses produksi. Hal ini karena berkaitan dengan kondisi alat-alat yang digunakan untuk produksi. Jika mesin-mesin produksi tidak dirawat maka mesin tersebut dapat cepat rusak bahkan harus diganti mesin-mesinnya. Hal ini tentu saja menyebabkan proses produksi terganggu. Perawatan produksi memerlukan penjadwalan untuk meminimalkan dan memprediksi kerusakan yang terjadi dan akan terjadi pada mesin produksi. Untuk alokasi waktu perawatan dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :1. Idle Operating Hours/daily Maintenance

Maintenance pergantian pass atau roll sesuai usianya atau sesuai lampiran dari PPC yang dilaksanakan setiap hari yang memakan waktu kurang lebih 45-90 menit. Pengecekan equipment sesaat pada shift sore dan malam termasuk alokasi waktu maintenance tersebut diatas. Setiap bulan maintenance ini dilakukan 5% dari operating hours. 2. Weekly Maintenance Disebut juga maintenance mingguan. Maintenance mingguan ini dilaksanakan sesuai diskusi antar bagian departemen yang biasanya memakan waktu 8-24 jam. Setiap bulan maintenance ini dilakukan 5% dari calendar hours available. 3. Annual Shut Down Disebut juga maintenance tahunan. Maintenance tahunan ini dilaksanakan sesuai diskusi antar departemen dan biasanya memakan waktu lebih dari 1 hari. Annual Shut Down biasanya dilakukan untuk BRF. Semua jenis maintenance di atas juga dilaksanakan bersamaan dengan preventive maintenance oleh mechanical and electrical. Preventive Maintenance adalah perawatan yang sudah direncanakan sebelumnya dengan jadwal tertentu (mingguan, bulanan, tiga bulanan, tahunan,dst) sehingga waktu yang diperlukan untuk perbaikan maupun penggantian komponenkomponen mesin dapat terencana sesuai program. Preventive Maintenance meliputi:1. BRF Combustion System, yaitu:KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

50

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Pengontrolan saluran aliran bahan bakar (IDO / residu) Pengecekan temperatur BRF Pembersihan sisa pembakaran2. Blower BRF, yaitu: Pengecekan aliran dan tekanan udara untuk pembakaran Pembersihan air filter Pemeriksaan motor blower 3. Charging Bed, yaitu:

Pelumasan pada roll mekanis Penggantian roda Pemeriksaan rantai Pengecekan motor4. Charging Fuser, yaitu:

Pelumasan pada rol mekanis Pengecekan motor penggerak5. Kick Off Hydraulic System, yaitu:

Memeriksakan sistem hidrolik dari kerusakan Pengecekan level oil Pemeriksaan motor hidrolik Penggantian selang Penggantian silinder Penggantian oli Pencucian filter oli6. Kick Off Pneumatic System, yaitu:

Memeriksa sistem pneumatik dari kerusakan Pemeriksaan motor pneumatik Penggantian selang Penggantian silinder Pengecekan tekanan udara7. Camera BRF, yaitu:

Memeriksa kerja kameraKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

51

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Pembersihan lensa kamera dari kotoran8. Discharge Roll Table, yaitu:

Pelumasan mekanik Penggantian motor Penggantian rol Pembersihan dari kerak billet 9. Pinch Roll, yaitu: Pelumasan pada pinch roll Pemeriksaan kerja pinch roll

Pengecekan motor10. Cellar No.1, yaitu:

Pemeriksaan volume minyak pelumas Pemeriksaan aliran pelumas Penggantian minyak pelumas Pengecekan motor untuk pelumas Penggantian selang Pemeriksaan kebocoran oli Pencucian oil filter 11. Cellar No.2, yaitu:

Pemeriksaan volume minyak pelumas Pemeriksaan aliran pelumas Penggantian minyak pelumas Pengecekan motor untuk pelumas Penggantian selang Pemeriksaan kebocoran oli Pencucian oil filter 12. Cellar No.3, yaitu:

Pemeriksaan volume minyak pelumas Pemeriksaan aliran pelumas Penggantian minyak pelumas Pengecekan motor untuk pelumasKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

52

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Penggantian selang Pemeriksaan kebocoran oli Pencucian oil filter 13. Hydraulic and Pneumatic System, yaitu:

Pemeriksaan volume minyak pelumas Pemeriksaan aliran pelumas Penggantian minyak pelumas Pengecekan motor untuk pelumas Penggantian selang Pemeriksaan kebocoran oli Pencucian oil filter 14. Water Pass Colling Stand 5 12, yaitu:

Pemeriksaan tekanan air Pemeriksaan sistem aliran air Pemeriksaan water system 15. Water Pass Colling Stand 13 -14, yaitu:

Pemeriksaan tekanan air Pemeriksaan sistem aliran air Pemeriksaan water system 16. Descaler, yaitu: Pengecekan level oli pada gear box

Pemeriksaan tekanan air Pengecekan motor17. Flying Shear CVS, yaitu: Pemeriksaan panjang hasil potongan awal dan akhir coil Pemeriksaan ketajaman shear

Pengecekan motor Pemeriksaan gear box

Penggantian oli18. Crop Shear Before Block Mill, yaitu: Pemeriksaan panjang hasil pemotongan awal dan akhir coilKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

53

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Pemeriksaan ketajaman shear

Pengecekan motor Pemeriksaan gear box

Penggantian oli Pemeriksaan level oli Pencucian filter oli19. Vertical Looper 1, 2, dan 3, yaitu: Penggantian roll

Pemeriksaan sistem kerja20. Block Mill 100 m/s, yaitu: Penggantian roll untuk mendapatkan coil yang diinginkan

Pemeriksaan motor Pengecekan gear box

Pengganti oli Pemeriksaan level oli Pencucian filter oli21. Main Lubrication System, yaitu:

Pemeriksaan volume minyak pelumas Penggantian minyak pelumas Pencucian filter pelumas Pemeriksaan aliran pelumas22. Control Cooling, yaitu:

Pemeriksaan tekanan air Pemeriksaan sistem aliran air Pemeriksaan water filter 23. Coil Forming W. Finger, yaitu: Pemeriksaan kerja blower Pemeriksaan kerja motor penggerak cooling convenyor Pemeriksaan kerja hydraulic from finger

Penggantian selang Penggantian silinderKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

54

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Pemeriksaan kebocoran oli Pemeriksaan level oli24. Reel Lifting Table, yaitu: Pemeriksaan kerja hydraulic from lifting table

Penggantian selang Penggantian silinder Pemeriksaan kebocoran oli Pemeriksaan level oli Pencucian filter oli25. Tilting Table, yaitu: Pemeriksaan kerja motor dari titling table

Penggantian oli Pelumasan oli Annual shutdown pada tahun ini ada beberapa bagian BRF yang akan diperbaiki adalah 1. Langkah pertama ketika maintenance bagian vital BRF adalah dengan mematikan BRF/cooling down yang bisa memakan waktu 2-3 hari untuk mendinginkan ruangan BRF yang temperaturnya tinggi dan mengosongkan isinya dari billet-billet yang ada di dalamnya. Cooling down dilakukan dengan membuka 10-12 pintu BRF dan diberi beberapa blower agar pendinginan lebih cepat. Jika temperatur tidak lebih dari 35 derajat celsius maka ruangan BRF siap dilakukan perbaikan. 2. Breacking, merupakan aktivitas yang dilakukan oleh kontraktor yang memenangkan tender. Waktu yang diperlukan untuk tahap ini antara 3-4 hari. Ada beberapa bagian yang diperbaiki diantaranya adalah roof soaking zone,roof heating zone, screen zone, hearth preheating dan recuperative diperbaiki dengan di casting, dan burner tile mendapat penggantian part yang baru. 3. Repair konstruksi diantaranya dengan melakukan penggantian konstruksikonstruksi yang rusak maupun konstruksi yang rawan rusak. Waktu yang diperlukan pada tahap ini antara 1-2 hari.

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

55

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

4. Bagasting, memperbaiki bagian penyangga dengan cara di casting. Waktu yang diperlukan pada tahap ini adalah 5-7 hari. 5. Ramming, perbaikan yang dilakukan dengan di casting. Waktu yang diperlukan pada tahap ini antara 5-7 hari. 6. Finishing, proses akhir pada maintenance dengan cara pembersihan. Waktunya menghabiskan 1 hari untuk proses ini. 7. Heating up merupakan proses pemanasan awal BRF sampai suhu antara 300500 derajat celsius selama 2-3 hari.

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

56

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Tugas Umum 4 SECARA UMUM, SKEDUL PPC DALAM PELAKSANAAN PRODUKSI, KUALITAS.Dalam proses produksi, perencanaan dalam memproduksi suatu barang perlu dilakukan supaya dihasilkan produk-produk yang berkualitas baik dan proses produksi dapat berlangsung lancar dan teratur sehingga pesanan dari pelanggan dapat dikirim sesuai kontrak yang telah disepakati. Untuk itu di setiap perusahaan/industry diperlukan suatu divisi ataupun departemen yang mengurusi dalam perencanaan produksi barang. Di PT. Ispatindo, PPC( Production Planning and Control) berada didalam Quality Assurance Product development Department(QAPDD) di bawah sub Billet Quality Control. Tugas dari PPC ini adalah membuat jadwal perencanaan produksi setelah menerima daftar pesanan dari divisi marketing dan selanjutnya dikoordinasikan dengan bagian produksi apakah rencana produksi yang disusun oleh PPC dapat dilaksanakan atau tidak. Bagian produksi yang dimaksud adalah SMSO( Sheet Melting Shop Operation) dan RMO ( Rolling Mill Operation). Setiap hari, bagian PPC harus berkoordinasi dengan marketing mengenai pesanan yang datang dari konsumen dan juga untuk mengetahui stok billet yang ada saat ini. Jika stok billet masih ada, PPC berkoordinasi dengan bagian produksi mengenai jadwal yang telah disusun. Dan jika stok billet habis, PPC membuat casting plan dan rolling plan untuk memproduksi jumlah billet sesuai kebutuhan. Dalam penyusunan jadwal produksi casting plan, PPC mempunyai aturan dalam menentukan produk yang terlebih dahulu akan diproduksi yaitu diurutkan sesuai grade dari yang rendah ke grade yang tinggi. Contohnya adalah produk grade 32A akan didahulukan produksinya daripada 42A dan grade-nya terus meningkat. Hal ini dimaksudkan agar kandungan karbon grade 32A yang tertinggal dalam electric arc furnace (EAF) tidak mempengaruhi grade produk yang akan diproduksi selanjutnya. produksinya harus urut dari grade yang rendah ke grade yang tinggi. Selain itu, koordinasi dengan bagian dispatch juga sangat diperlukan. Dimana bagian ini merupakan bagian yang bertugas mengirimkan produk ke konsumen melalui darat maupun laut. Produk yang akan dibuat, diusahakan untuk tidak Sehingga

SEHINGGA

TEPAT

WAKTU

DAN

TEPAT

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

57

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

menumpuk di areal terbuka karena tidak ada fasilitas gudang untuk menyimpan juga dikhawatirkan wire rod yang telah dibuat mengalami korosi akibat kontak dengan udara dan panas matahari secara langsung. Selain rapat harian, sebulan sekali dan setahun sekali diadakan rapat untuk menentukan rencana produksi ke depannya. Evaluasi juga diperlukan untuk mengetahui kualitas produksi yang telah dilakukan dan biasanya dilakukan setiap bulan dan tahun sekali. Tugas lain dari PPC adalah mengontrol kualitas wire rod sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen. Control yang dimaksud adalah melakukan pengujian hasil produksi diantaranya dengan melakukan uji visual dengan melihat langsung fisik dari wire rod, uji upset, mechanical testing(tensile dan bending test), metallography testing, dan chemical test pada SMS. Contoh dari pengujian dengan tensile test adalah dimana produk grade 1006 memiliki yield strength 331N/mm 2 dan tensile strength 409N/mm2. Sedangkan grade 1008 memiliki yield strength 343N/mm 2 dan tensile strength 449N/mm2. Untuk pengujian komposisi kimia biasa dilakukan di bagian SMS. Pada produk grade 1006, memiliki komposisi kimia C=0.082%, Mn=0.499%, P=0.005%, S=0.017%, Si=0.048%, Cu=0.242%, Ni=0.078 dan penyusun lainnya. Untuk produk grade 1008, memiliki komposisi kimia C=0.062%, Mn=0.447%, P=0.019%, S=0.027%, Si=0.094%, Cu=0.247%, Ni=0.067 dan penyusun kimia lainnya.

Gambar 6.5 Pengujian UPSET

Dimana gambar diatas mendeskripsikan suatu specimen yang telah diuji dengan tekanan tertentu sehingga akan menjadi seperti gambar diatas sesuai kualitas bahan yang diuji. Pada grade CHQ, hasil up set harus Good atau maximum very high seem karena barang tersebut akan dibuat mur atau baut.Jadi kalau hasil up setnya over lapsKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

58

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

atau crack maka akan menyebabkan mur dan kepala baut tersebut cacat/pecah dan akhirnya customer komplain.

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

59

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Tugas Umum 5 MATERIAL PROBLEM Secara garis besar, material problem ini dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama adalah cacat fisik pada material yang tampak secara makro baik berupa hole ataupun crack, sedangkan yang kedua adalah cacat pada komposisi kimia yang mengakibatkan perubahan struktur mikro dan sifat mekanis. Dua hal ini sering dapat dikatakan sebagai material problem. Bila diteliti satu persatu, tentunya penyebab material problem ini sangatlah beragam. Mulai dari proses di EAF hingga pada proses rolling di area RMA. 5.1 Cacat Mikro Adanya perubahan komposisi kimia material yang terjadi selama proses berlangsung menyebabkan adanya cacat mikro pada produk yang dihasilkan. Cacat ini berupa perbedaan antara komposisi kimia produk dengan standar yang telah ditetapkan. Adanya perbedaan ini memang tidak selalu mengakibatkan produk gagal yang tidak dapat dijual karena dapat dimungkinkan bahwa komposisi kimia produk masih memenuhi standar produk lain. Apabila terdapat kasus material problem yang semacam itu pihak PT. ISPAT INDO melakukan downgrade terhadap produk, downgrade adalah menurunkan standar suatu produk sesuai dengan komposisi kimianya. Semisal grade SWRH 42A yang seharusnya mempunyai kadar karbon sebesar 0,39/0,46 % tetapi dalam kenyataannya produk hanya memiliki kadar karbon sebesar 0,36 %, maka produk akan mengalami downgrade menjadi produk SWRH 37. Downgrade ini terus dapat dilakukan berdasarkan komposisi kimia yang sesuai dengan standar tertentu. Namun dalam kenyataanya terdapat produk yang sama sekali tidak cocok dengan standar yang telah ditetapkan. Apabila terjadi keadaan yang sedemikian maka terdapat dua kemungkinan , pertama produk akan direject dan dilebur kembali dengan material bahan baku lain di EAF.Untuk selanjutnya diproses kembali hingga didapatkan billet yang sesuai dengan standar. Sedangkan kemungkinan yang kedua adalah material dijual dengan harga sangat murah. Hal ini dilakukan demi menjaga kualitas mutu dan kepercayaan customer.Tabel 6.10 Komposisi Carbon pada high carbon steel

Grade SWRY 11

%C

% Mn

%P

%S

% Si 0,03

% Cu 0,2 (max)60

0,09 (max) 0,04/0,1

0,35/0,65

0,02 (max) 0,025

0,023 (max) 0,025

(max) 0,5

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

ER-70-S4

1,0/1,35

0,1

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa setiap produk memiliki suatu standar komposisi kimia tertentu. Adanya perbedaan komposisi kimia ini menyebabkan adanya perbedaan sifat mekanik yang dimiliki oleh produk. Berikut ini adalah pengaruh paduan :

Mangan (Mn) : Adanya unsur Mn pada suatu material berfungsi untuk mengurangi efek buruk yang ditimbulkan oleh sulfur. Selain itu Mn juga berfungsi sebagai carbide stabilizer. Dengan membentuk Mn3C bersama karbon meningkatkan nilai kekerasan. Dengan banyaknya jumlah Mn meningkatkan machineability.

Phospor (P) : Pada paduan baja unsur phospor sebagian besar kurang dari 0,04%. Unsur paduan ini larut dalam ferrite dan berfungsi meningkatkan nilai kekerasan dan kekuatan.

Sulfur (S) : Unsur paduan ini berfungsi sebagai carbide stabilizer. Pada sebagian besar baja paduan sulfur hanya terdapat dengan kadar kurang dari 0,05%. Membentuk FeS (besi sulfida) yang menyebabkan paduan eutectic temperatur rendah yang terkonsentrasi pada bagian batas butir, hal ini menyebabkan paduan menjadi getas. Tetapi jika pada paduan terdapat Mn, maka akan lebih cenderung terbentuk MnS dibanding FeS. Mangan Sulfida ini akan hilang keluar bersama slag atau menyisip pada struktur.

Silikon (Si) : Sebagian besar baja yang terdapat di pasar mengandung 0,05-0,3 silikon. Silikon larut dalam ferrite meningkatkan nilai kekerasan tanpa menyebabkan penurunan yang signifikan terhadap keuletan material.

Tembaga (Cu) :

Cu memiliki sifat sebagai konduktor yang bagus. Pada

paduan Cu berfungsi meningkatkan sifat konduktivitas material. Selain itu Cu juga berfungsi meningkatkan ketahanan material terhadap korosi. Cacat secara mikro memang tidak tampak secara visual namun saat dilakukan pengujian komposisi maka akan terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil tersebut tidak selalu merupakan penurunan, terkadang kenaikan juga tidak diharapkan. Sebagai contoh naiknya kadar karbon pada produk SWRY11 berdampak pada naiknya nilai kekerasan akan tetapi nilai keuletan mengalami penurunan. Hal tersebut mengakibatkan elongation (%) mengalami penurunan. Dimana seharusnya diharapkan sebesar 30% tetapi pada kenyataannya hanya berkisar antara 20-25%. PenurunanKERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

61

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

elongation ini tentu saja berdampak pada produk akhir yang akan diproduksi customer , karena produk SWRY11 pada umumnya akan digunakan sebagai electrode. Dan dengan diameter yang jauh lebih kecil dibandingkan wire rods. Apabila elongation pada wire rods tidak sesuai standart maka akan terjadi fracture pada saat wire rods diproses lebih lanjut. Selain itu, akibat adanya kenaikan kekerasan yang disebabkan karena perubahan komposisi kimia dapat merusak ring pada stand RMA. Hal itu memungkinkan nilai kekuatan dan kekerasan material lebih tinggi dibandingkan ring pada stand. Apabila hal ini terjadi maka ring lebih cepat aus atau bahkan mengalami kegagalan/patah. VI.3.2 Cacat Makro Cacat makro menunjukkan adanya ketidaksempurnaan material yang telah dibentuk dilihat dari segi dimensi maupun bentuk yang diinginkan. Cacat makro yang paling sering terjadi pada proses casting untuk pembentukan billet adalah retakan (crack). Semua material (termasuk billet) selalu mengandung sejumlah retak disebabkan oleh kemunculannya yang memang sukar untuk dihilangkan seluruhnya. Cacat ini bisa dianggap sebagai diskontinuitas yang terletak dalam bidang. Munculnya retak sangat berkaitan erat dengan dislokasi. Oleh sebab itu perlu adanya penjelasan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan dislokasi. Edge dan Screw merupakan jenis dari dislokasi yang paling mendasar. Gerakan dari edge dislocation dimulai dari tepi kristal dengan terbentuknya dislokasi garis sebagai akibat dari adanya gaya geser (shear force). Garis dislokasi ini berupa garis lurus sepanjang kristal dan tegak lurus terhadap arah gaya geser. Gaya geser seterusnya akan mendorong garis dislokasi ini dari satu baris atom ke baris atom berikutnya. Baris atom yang telah tergeser dikatakan telah mengalami slip dan bidang tempat terjadinya pergeseran ini dinamakan bidang slip (slip plane). Dari gambar juga tampak bahwa baris atom yang telah tergeser akan kembali memiliki ikatan antar atom seperti semula, namun dengan atom yang berbeda dari atom sebelumnya.

KERJA PRAKTEK - PT ISPAT INDO

62

JURUSAN TEKNIK MESIN FTI - ITS

Gambar 6.6 Pergerakan edge dislokasi

Gambar 6.7 Pergerakan screw dislokasi

Screw dislocation merupakan cacat garis yang menghasilkan susunan kristal yang tidak simetris dan cenderung miring (skewing). Dari gambar dapat dilihat bahwa pada suatu bidang slip tertentu (slip plane) terbentuk jalur atau jalan yang spiral atau mengulir (skrew) sebagai akibat dari ketidaksempurnaan susunan atom pada latticenya. Sedangkan distorsi regangan yang terjadi pada lattice-latticenya adalah murni karena shear. Distorsi yang terjadi pada lattice ini dapat dianggap sebagai bidang regangan yang menyebar dari garis dislokasi. Regangan ini