pikiran rakyat -...

1
o Sabtu Pikiran Rakyat .Senin o Minggu OSelasa 0 Rabu o Kamis o Jumat 23 17 18 19 4 S 6 @ 8 9 10 11 20 21 22 23 24 2S 26 12 13 27 28 14 1S 2930 31 OJan OPeb ONov ODes o Mar OApr Me; OJun OJul 0 Ags Kekuasaan komunikatif Pembaruan kesepakatan bersama mengandaikan suatu tin- dakan komunikatif (diskursus) dari semua rakyatnya -- pe- ngandaian ini dipaparkan secara detil oleh pemikir Jerman, Jiir- gen Habermas. Tujuannya adalah mencapai kesepakatan yang bebas kekerasan. Untuk mencapai tujuan tesebut, diperlukan persetujuan secara intersubjektifbercirikan penjelasan dan pem- berian alasan yang rasional. Dalam konteks kita, diskursus terse- but diejawantahkan secara formal melalui wakil-wakil rakyat yang berada di dewan. Salah satu hasilnya adalah (rancangan) undang-undang sebagai dasar kesepakatan bersama yang memi- liki kekuatan hukum mengikat seluruh rakyat. Dengan demikian, tindakan komunikatifbertransformasi menjadi kekuasaan ko- munikatif ketika dilegitimasikan. Sayangnya, tidak semua pendapat dan aspirasi politis rakyat terwakili DPR. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari kehi- dupan rakyat yang makin kompleks dan keterbatasan fungsi per- wakilan rakyat secara formal. Oleh karena itu, perlu ada ke- ~, kuasaan komunikatif alternatif yang menjamin hak rakyat untuk 1-..>;'\ menyatakan kepentingan mereka serta berpartisipasi dalam ,~) membentuk opini dan aspirasi secara demokratis. Alternatif ini :;;;:;;;.,/ '. '1 __ ' mengembalikan kekuasaan politis di tangan rakyat sekaligus me- . negaskan bahwa kekuasaan tersebut bukan milik kelas sosial ~ """.. I atau aktor politik tertentu. .... ::~ / Dengan kata lain, percakapan di warung tentang masalah-ma- V. >/ salah publik, inisiatif warga untuk menyediakan air bersih, ., ; .' kepedulian terhadap minoritas etnis atau religius yang terancam kebijakan, tidaklah kurang politis daripada perdebatan di DPR. Ketika kekuasaan politis berada di tangan rakyat berarti kita mengembalikan "kedaulatan rakyat" pada rakyat. Kedaulatan rakyat tidak hanya terdapat secara eksklusif di DPR -- tempat para wakil rakyat menyatakan kehendaknya -- tetapi dapat juga ditemukan dalam gerakan-gerakan sosial, aksi peduli, organisasi nonpemerintah, dan forum-forum penyadaran (termasuk media sosial) di mana diskursus terjadi secara rasional, bebas, dan adil. Kekuasaan komunikatif alternatif tersebut sejalan dengan prinsip kedaulatan rakyat yang dirumuskan Habermas bahwa se- mua kekuasaan politis berasal dari kekuasaan komunikatif para warga negara. Prinsip ini menyiratkan bahwa diskursus kehen- dak rakyat yang ingin ditemukan oleh para wakil rakyat dalam DPR digantikan oleh gagasan tentang sambungan antara "pen- dapat dan aspirasi formal dalam DPR" dan "pendapat dan aspi- rasi informal dalam ruang publik". Tentu dalam tahap se- lanjutnya kekuasaan komunikatif yang tetap terbuka untuk dire- visi ini perlu didukung oleh kekuasaan eksekutif maupun yudikatif secara legitim. Jadi, pendapat dan aspirasi rakyat dalam media-media sosial mendapat legitimasinya dari rakyat itu sendiri dengan diskursus- nya yang rasional, bebas, dan adil. Secara prinsip, DUD 1945 Pasal 28 dan 28F menjamin kemerdekaan rakyat untuk menyua- rakan pendapat dan aspirasi politisnya secara legitim. Oleh kare- na itu, kita perlu melantangkan suara rakyat dalam media-media sosial dan kanal-kanal komunikasi yang tersedia demi mewujud- kan keadilan bersama. Untuk publik Indonesia, untuk Republik Indonesia! *** Legitimitas Suara Media Sosial Oleh YULIUS TANDYANTO OSep OOId S EKITAR dua pekan lalu, gabungan bebera- pa komunitas mengge- Jar Festival Jurnalisme Warga di Museum Nasional, Jakarta. Meski beberapa kalangan -- termasuk akademisi -- memili- ki konsep jurnalisme warga yang berbeda, ada titik temu bahwa jurnalisme warga mengutamakan pada pember- dayaan rakyat. Praktisnya, rakyatdapatmenyuarakan soal pemenuhan hak dan ke- pentingannya lewat media, khususnya media-media •. sosial. Persoalannya adalah sejauh mana legitimitas suara rakyat melalui media-media sosial tersebut? Memang ada beberapa gerakan yang dimotori media sosial berpengaruh besar pada pendapat rakyat dan menjadi kekuatan sosial, misalnya gerakan "Koin untuk Prita", "Cicak vs Buaya", dan "Sandal AAL".Namun, gerakan serupa yang meniru contoh- contoh tersebut belum tentu berhasil, malah menuai respons se- baliknya, kegagalan. Barangkali perbedaan respons ini karena karakteristik media sosial yang anonim, cepat, dan cenderung lemah komitmen. Oleh karena itu, salah satu cara untuk melantangkan suara rakyat adalah dengan mengomitmenkan diri dalam komunitas dan saling berjejaring. Desa Dermaji (www.dermaji.or.id) yang berlokasi di Kabupaten Banyumas, Desa Mandala Mekar (man- dalamekar.or.id) yang berada di Kabupaten Tasikmalaya, Jati- wangi Art Factory (jatiwangiartfactory.wordpress.com) yang berbasis di Majalengka, Forum Lenteng (forumlenteng.org) yang berdomisili di Jakarta merupakan komunitas-komunitas yang telah memanfaatkan media sosial untuk pemberdayaan rakyat. Kita dapat bayangkan dampak positiflainnyajika muncul komu- nitas-komunitas serupa yang menyorot kualitas pelayanan pu- blik, terutama yang terkait dengan strategi pengentasan ke- miskinan. Misalnya, dana BOS,Jamkesmas, Raskin, Bantuan Langsung Tunai, dan ketersediaan air bersih. Kendati demikian, suara-suara rakyat tersebut tidak serta- merta terlegitimasi baik secara nonformal -- karena telah berje- jaring dalam komunitas -- maupun formal. Saat ini, perlin- dungan hukum terhadap "jurnalis warga" dan kegiatan jurnalis- tiknya masih belum memadai. Jika ada delik aduan, DU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, UU No. 11Tahun 2008 tentang Infor- masi dan Transaksi Elektronik, serta UU No. 14Tahun 2008 ten- tang Keterbukaan Informasi Publik tidak dapat memberi kepas- tian hukum pada jurnalis warga meski Dewan Pers bersedia memediasi. Namun, semangat rakyat seharusnya tidak kendur karena kanal-kanal komunikasi yang kian terbuka di era sekarang memungkinkan terjadinya pembaruan kesepakatan bernama. =-__~ __ -= ~ __~~~~~ __~ Penulis, alumnus Universitas Padjadjaran, bekerja sebagai editor. L Kllplnl Humas Un pad 2012

Upload: lamngoc

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/pikiranrakyat... · Kedaulatan rakyat tidakhanya terdapat secara eksklusifdiDPR--tempat para wakilrakyat

o Sabtu

Pikiran Rakyat.Senin o MingguOSelasa 0 Rabu o Kamis o Jumat2 3

17 18 194 S 6 @ 8 9 10 1120 21 22 23 24 2S 26

12 1327 28

14 1S2930 31

OJan OPeb ONov ODesoMar OApr • Me; OJun OJul 0 Ags

Kekuasaan komunikatifPembaruan kesepakatan bersama mengandaikan suatu tin-

dakan komunikatif (diskursus) dari semua rakyatnya -- pe-ngandaian ini dipaparkan secara detil oleh pemikir Jerman, Jiir-gen Habermas. Tujuannya adalah mencapai kesepakatan yangbebas kekerasan. Untuk mencapai tujuan tesebut, diperlukanpersetujuan secara intersubjektifbercirikan penjelasan dan pem-berian alasan yang rasional. Dalam konteks kita, diskursus terse-but diejawantahkan secara formal melalui wakil-wakil rakyatyang berada di dewan. Salah satu hasilnya adalah (rancangan)undang-undang sebagai dasar kesepakatan bersama yang memi-liki kekuatan hukum mengikat seluruh rakyat. Dengan demikian,tindakan komunikatifbertransformasi menjadi kekuasaan ko-munikatif ketika dilegitimasikan.Sayangnya, tidak semua pendapat dan aspirasi politis rakyat

terwakili DPR. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari kehi-dupan rakyat yang makin kompleks dan keterbatasan fungsi per-wakilan rakyat secara formal. Oleh karena itu, perlu ada ke-

~ , kuasaan komunikatif alternatif yang menjamin hak rakyat untuk1-..>;'\ menyatakan kepentingan mereka serta berpartisipasi dalam,~) membentuk opini dan aspirasi secara demokratis. Alternatif ini

:;;;:;;;.,/ '. '1 __ ' mengembalikan kekuasaan politis di tangan rakyat sekaligus me-. negaskan bahwa kekuasaan tersebut bukan milik kelas sosial

~""".. I atau aktor politik tertentu..... ::~ / Dengan kata lain, percakapan di warung tentang masalah-ma-V. >/ salah publik, inisiatif warga untuk menyediakan air bersih,., ; .' kepedulian terhadap minoritas etnis atau religius yang terancam

kebijakan, tidaklah kurang politis daripada perdebatan di DPR.Ketika kekuasaan politis berada di tangan rakyat berarti kitamengembalikan "kedaulatan rakyat" pada rakyat. Kedaulatanrakyat tidak hanya terdapat secara eksklusif di DPR -- tempatpara wakil rakyat menyatakan kehendaknya -- tetapi dapat jugaditemukan dalam gerakan-gerakan sosial, aksi peduli, organisasinonpemerintah, dan forum-forum penyadaran (termasuk mediasosial) di mana diskursus terjadi secara rasional, bebas, dan adil.Kekuasaan komunikatif alternatif tersebut sejalan dengan

prinsip kedaulatan rakyat yang dirumuskan Habermas bahwa se-mua kekuasaan politis berasal dari kekuasaan komunikatif parawarga negara. Prinsip ini menyiratkan bahwa diskursus kehen-dak rakyat yang ingin ditemukan oleh para wakil rakyat dalamDPR digantikan oleh gagasan tentang sambungan antara "pen-dapat dan aspirasi formal dalam DPR" dan "pendapat dan aspi-rasi informal dalam ruang publik". Tentu dalam tahap se-lanjutnya kekuasaan komunikatif yang tetap terbuka untuk dire-visi ini perlu didukung oleh kekuasaan eksekutif maupunyudikatif secara legitim.Jadi, pendapat dan aspirasi rakyat dalam media-media sosial

mendapat legitimasinya dari rakyat itu sendiri dengan diskursus-nya yang rasional, bebas, dan adil. Secara prinsip, DUD 1945Pasal 28 dan 28F menjamin kemerdekaan rakyat untuk menyua-rakan pendapat dan aspirasi politisnya secara legitim. Oleh kare-na itu, kita perlu melantangkan suara rakyat dalam media-mediasosial dan kanal-kanal komunikasi yang tersedia demi mewujud-kan keadilan bersama. Untuk publik Indonesia, untuk RepublikIndonesia! ***

Legitimitas SuaraMedia Sosial

Oleh YULIUS TANDYANTO

OSep OOId

SEKITAR dua pekanlalu, gabungan bebera-pa komunitas mengge-

Jar Festival Jurnalisme Wargadi Museum Nasional, Jakarta.Meski beberapa kalangan --termasuk akademisi -- memili-ki konsep jurnalisme wargayang berbeda, ada titik temubahwa jurnalisme wargamengutamakan pada pember-dayaan rakyat. Praktisnya,rakyatdapatmenyuarakansoal pemenuhan hak dan ke-pentingannya lewat media,khususnya media-media •.sosial. Persoalannya adalah sejauh mana legitimitas suara rakyatmelalui media-media sosial tersebut?Memang ada beberapa gerakan yang dimotori media sosial

berpengaruh besar pada pendapat rakyat dan menjadi kekuatansosial, misalnya gerakan "Koin untuk Prita", "Cicak vs Buaya",dan "Sandal AAL".Namun, gerakan serupa yang meniru contoh-contoh tersebut belum tentu berhasil, malah menuai respons se-baliknya, kegagalan. Barangkali perbedaan respons ini karenakarakteristik media sosial yang anonim, cepat, dan cenderunglemah komitmen.Oleh karena itu, salah satu cara untuk melantangkan suara

rakyat adalah dengan mengomitmenkan diri dalam komunitasdan saling berjejaring. Desa Dermaji (www.dermaji.or.id) yangberlokasi di Kabupaten Banyumas, Desa Mandala Mekar (man-dalamekar.or.id) yang berada di Kabupaten Tasikmalaya, Jati-wangi Art Factory (jatiwangiartfactory.wordpress.com) yangberbasis di Majalengka, Forum Lenteng (forumlenteng.org) yangberdomisili di Jakarta merupakan komunitas-komunitas yangtelah memanfaatkan media sosial untuk pemberdayaan rakyat.Kita dapat bayangkan dampak positiflainnyajika muncul komu-nitas-komunitas serupa yang menyorot kualitas pelayanan pu-blik, terutama yang terkait dengan strategi pengentasan ke-miskinan. Misalnya, dana BOS, Jamkesmas, Raskin, BantuanLangsung Tunai, dan ketersediaan air bersih.Kendati demikian, suara-suara rakyat tersebut tidak serta-

merta terlegitimasi baik secara nonformal -- karena telah berje-jaring dalam komunitas -- maupun formal. Saat ini, perlin-dungan hukum terhadap "jurnalis warga" dan kegiatan jurnalis-tiknya masih belum memadai. Jika ada delik aduan, DU No. 40Tahun 1999 tentang Pers, UU No. 11Tahun 2008 tentang Infor-masi dan Transaksi Elektronik, serta UU No. 14Tahun 2008 ten-tang Keterbukaan Informasi Publik tidak dapat memberi kepas-tian hukum pada jurnalis warga meski Dewan Pers bersediamemediasi. Namun, semangat rakyat seharusnya tidak kendurkarena kanal-kanal komunikasi yang kian terbuka di erasekarang memungkinkan terjadinya pembaruan kesepakatanbernama. =-__~ __-= ~ __~~~~~ __~

Penulis, alumnus Universitas Padjadjaran, bekerja sebagaieditor. L

Kllplnl Humas Un pad 2012