pikiran rakyat - pustaka ilmiah universitas...

2
~®® Pikiran Rakyat (kOIOm)O~. o Selasa Rabu 0 Kamis 0 Jumat 12 13 14 15 16 27 28 29 30 31 4 5 6 7 8 9 10 11 20 21 22 23 24 25 26 o Sabtu 0 Minggu OSep OOkt ONov ODes o Mar OApr OMei .Jun OJul 0 Ags Perampasan Aset Korup Oleh ROMLI ATMASASMlTA P EMBUKTIAN terbalik dalam perkara pidana merupakan langkah hukum luar biasa. Doktrin hukum pidana dan konvensi in- ternasional perlindungan hak asasi manusia (HAM) melarang pembuktian terbalik karena bertentangan dengan asas hukum universal, yaitu larangan pemaksaan terhadap tersangka untuk memberikan keterangan yang merugikan dirinya k~l~ di persidangan (nonself z,!cnmz'?fl- tion evidence). Selam itu, setiap tersangka wajib dianggap tidak bersalah sampai ada putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap (pre- sumption of innocence). Namun, perkembangan or- ganisasi kejahatan transnasional pasca-Perang Dingin di seluruh negara telah meningkatkan ase~ organisasi kejahatan mencapai tiga kali lipat Anggaran Penda- patan dan Belanja Negara (AP- BN)negara berkembang, teruta- ma diperoleh dari kejahatan narkotika dan pencucian uang. Beranjak dari kenyataan ters:- but, terjadi perubahan drastis dalam kebijakan kriminal khu- susnya di negara maju yaitu, strategi perampasan aset organ- isasi kejahatan atau yang diduga berasal dari kejahatan telah ter- bukti sangat efektif untuk "me- matikan" kehidupan organisasi kejahatan. Pengalaman DEA menggunakan cara perampasan melalui sarana hukum perdata (civil based forfeiture) telah berhasil secara signifikan mem- bekukan dan merampas aset ke- jahatan. Perampasan aset keja- hatan tersebut diperkuat de- ngan proses hukum pembuktian terbalik, Perubahan paradigma pe- rampasan aset kejahatan de- ngan sarana hukum perdata dan praktik di dalam sistem hukum common law telah ditiru di ne- gara penganut sistem h~um civil law. Perubahan paradigma tersebut memperoleh justifikasi teoritik, yaitu teori balanced probability principle dan. ra- tional choice theory. Teori ke- dua menegaskan, setiap keja- hatan yang dilakukan dipastikan telah dipertimbangkan keun- tungan dan kerugiannya, dan telah terbukti bahwa keuntung- an harus melebihi kerugian dari perbuatannya. Teori pertama menegaskan, perlu ada keseim- bangan antara hak seseorang untuk dianggap tidak bersalah dan kewajiban seorang tersang- ka untuk membuktikan asal usul asetnya yang diduga ber- asal dari kejahatan. Prasyarat pembuktian terba- lik untuk tujuan perampasan aset melalui sarana hukum per- data adalah pertama, harta ke- kayaan harus berdasarkan du- gaan saja berasal dari kejahatan sudah cukup (primafacie evi- dence), tidak diperlukan bukti permulaan yang cukup. Ke-dua, harta kekayaan ditempatkan se- bagai subjek hukum sama de- ngan pemilik aset dimaksud; ada pemisahan status hukum antara "aset tindak pidana" dan "pemiliknya". Atas dasar teori tersebut, aset tindak.pidana telah diakui seba- gai subjek hukum yang dapat dipertanggungjawabkan se~a pidana. Status hukum aset tin- dak pidana tersebut memung- kinkan diterapkan sistem pem- buktian terbalik atau beban pembuktian terbalik, yaitu kepa- da tersangka diwajibkan mem- buktikan asal usul harta keka- yaannya. Jika tersangka tidak dapat membuktikan seluru~ aset yang diduga berasal dan Kliping Humas Onpad 20 tt tindak pfilana maka aset terse- but dirampas untuk negara. Na- mun, cara tuntutan perdata berdasarkan teori tersebut tidak dapat dilanjutkan dengan pe- nuntutan pidana terhadap ter- sangka "pemilik" harta kekayaan yang diduga berasal dari kejahatan karena terbentur prinsip ne bis in idem dan prin- sip non-self incrimination. Sebaliknya, langkah hukum penuntutan perampasan aset kejahatan melalui cara pidana yang telah lazim diberlak~kan terbukti menghambat. tujuan perampasan aset kejahatan karena menyita banyak waktu seperti dalam hukum acara pi- dana Indonesia memerlukan waktu 400 hari sampai pada putusan memperoleh kekuatan hukum tetap. Hambatan ini memberikan peluang aset keja- hatan disembunyikan ke negara lain atau berpindah-pindah ta ngan dengan cepat yang d~~u kung oleh sistem teknologi m formasi di bidang keuangan perbankan yang telah maju. Perampasan aset tindak pi dana melalui sarana huku perdata jauh le~i~ ~ingkat d lebih efisien dari SISI waktu d biaya yang diperlukan untu menuntaskan perkara kejahatan: dengan tujuan keuntung~ ~ nansial dan lebih menjarmn kepastian hukum pengembali aset tindak pidana. Konvens PBB Antikorupsi 2003 yan telah diratifikasi dengan DU Nomor 7 Tahun 2006 juga dalam praktik, cara penuntu perdata tersebut dilaksan . terhadap aset kejahatan yai "pemiliknya" melarikan .ken . gara lain meninggal durna, d tidak ~ hadir di persidan an atau aset diduga berasal kejahatan atau aset yang tid diketahui pemiliknya. Cara penuntutan perdata tuk tujuan perampasan aset k jahatan tidak melanggar h asasi tersangka/terdakwa d asas praduga tak bersalah, ~ bab, pembuktian ter~al khusus ditujukan terhadap 'h kepemilikan" atas aset y diduga berasal dari kejahat bukan ditujukan untuk mem- buktikan ''kesalahan'' tersang ka terdakwa. 1

Upload: tranmien

Post on 30-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pikiran Rakyat - Pustaka Ilmiah Universitas Padjadjaranpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/pikiranrakyat... · pembuktian terbalik karena bertentangan dengan asas hukum

~®® Pikiran Rakyat(kOIOm)O~.

o Selasa • Rabu 0 Kamis 0 Jumat

12 13 14 15 1627 28 29 30 31

4 5 6 7 8 9 10 1120 21 22 23 24 25 26

o Sabtu 0 Minggu

OSep OOkt ONov ODesoMar OApr OMei .Jun OJul 0 Ags

Perampasan Aset KorupOleh ROMLI ATMASASMlTA

P EMBUKTIAN terbalikdalam perkara pidanamerupakan langkah

hukum luar biasa. Doktrinhukum pidana dan konvensi in-ternasional perlindungan hakasasi manusia (HAM) melarangpembuktian terbalik karenabertentangan dengan asashukum universal, yaitu laranganpemaksaan terhadap tersangkauntuk memberikan keteranganyang merugikan dirinya k~l~ dipersidangan (nonself z,!cnmz'?fl-tion evidence). Selam itu, setiaptersangka wajib dianggap tidakbersalah sampai ada putusanpengadilan yang memperolehkekuatan hukum tetap (pre-sumption of innocence).Namun, perkembangan or-

ganisasi kejahatan transnasionalpasca-Perang Dingin di seluruhnegara telah meningkatkan ase~organisasi kejahatan mencapaitiga kali lipat Anggaran Penda-patan dan Belanja Negara (AP-BN) negara berkembang, teruta-ma diperoleh dari kejahatannarkotika dan pencucian uang.Beranjak dari kenyataan ters:-but, terjadi perubahan drastisdalam kebijakan kriminal khu-susnya di negara maju yaitu,strategi perampasan aset organ-isasi kejahatan atau yang didugaberasal dari kejahatan telah ter-bukti sangat efektif untuk "me-matikan" kehidupan organisasikejahatan. Pengalaman DEAmenggunakan cara perampasanmelalui sarana hukum perdata(civil based forfeiture) telahberhasil secara signifikan mem-bekukan dan merampas aset ke-jahatan. Perampasan aset keja-hatan tersebut diperkuat de-ngan proses hukum pembuktianterbalik,Perubahan paradigma pe-

rampasan aset kejahatan de-ngan sarana hukum perdata danpraktik di dalam sistem hukumcommon law telah ditiru di ne-gara penganut sistem h~umcivil law. Perubahan paradigmatersebut memperoleh justifikasiteoritik, yaitu teori balancedprobability principle dan. ra-tional choice theory. Teori ke-

dua menegaskan, setiap keja-hatan yang dilakukan dipastikantelah dipertimbangkan keun-tungan dan kerugiannya, dantelah terbukti bahwa keuntung-an harus melebihi kerugian dariperbuatannya. Teori pertamamenegaskan, perlu ada keseim-bangan antara hak seseoranguntuk dianggap tidak bersalahdan kewajiban seorang tersang-ka untuk membuktikan asal

usul asetnya yang diduga ber-asal dari kejahatan.Prasyarat pembuktian terba-

lik untuk tujuan perampasanaset melalui sarana hukum per-data adalah pertama, harta ke-kayaan harus berdasarkan du-gaan saja berasal dari kejahatansudah cukup (primafacie evi-dence), tidak diperlukan buktipermulaan yang cukup. Ke-dua,harta kekayaan ditempatkan se-bagai subjek hukum sama de-ngan pemilik aset dimaksud;ada pemisahan status hukumantara "aset tindak pidana" dan"pemiliknya".Atas dasar teori tersebut, aset

tindak.pidana telah diakui seba-gai subjek hukum yang dapatdipertanggungjawabkan se~apidana. Status hukum aset tin-dak pidana tersebut memung-kinkan diterapkan sistem pem-buktian terbalik atau bebanpembuktian terbalik, yaitu kepa-da tersangka diwajibkan mem-buktikan asal usul harta keka-yaannya. Jika tersangka tidakdapat membuktikan seluru~aset yang diduga berasal dan

Kliping Humas Onpad 20 t t

tindak pfilana maka aset terse-but dirampas untuk negara. Na-mun, cara tuntutan perdataberdasarkan teori tersebut tidakdapat dilanjutkan dengan pe-nuntutan pidana terhadap ter-sangka "pemilik" hartakekayaan yang diduga berasaldari kejahatan karena terbenturprinsip ne bis in idem dan prin-sip non-self incrimination.Sebaliknya, langkah hukum

penuntutan perampasan asetkejahatan melalui cara pidanayang telah lazim diberlak~kanterbukti menghambat. tujuanperampasan aset kejahatankarena menyita banyak waktuseperti dalam hukum acara pi-dana Indonesia memerlukanwaktu 400 hari sampai padaputusan memperoleh kekuatanhukum tetap. Hambatan inimemberikan peluang aset keja-

hatan disembunyikan ke negaralain atau berpindah-pindah tangan dengan cepat yang d~~ukung oleh sistem teknologi mformasi di bidang keuanganperbankan yang telah maju.Perampasan aset tindak pi

dana melalui sarana hukuperdata jauh le~i~ ~ingkat dlebih efisien dari SISI waktu dbiaya yang diperlukan untumenuntaskan perkara kejahatan:dengan tujuan keuntung~ ~nansial dan lebih menjarmnkepastian hukum pengembaliaset tindak pidana. KonvensPBB Antikorupsi 2003 yantelah diratifikasi dengan DUNomor 7 Tahun 2006 jugadalam praktik, cara penuntuperdata tersebut dilaksan .terhadap aset kejahatan yai"pemiliknya" melarikan .ke n .gara lain meninggal durna, dtidak ~ hadir di persidanan atau aset diduga berasalkejahatan atau aset yang tiddiketahui pemiliknya.Cara penuntutan perdata

tuk tujuan perampasan aset kjahatan tidak melanggar hasasi tersangka/terdakwa dasas praduga tak bersalah, ~bab, pembuktian ter~alkhusus ditujukan terhadap 'hkepemilikan" atas aset ydiduga berasal dari kejahatbukan ditujukan untuk mem-buktikan ''kesalahan'' tersangka terdakwa.

1

Page 2: Pikiran Rakyat - Pustaka Ilmiah Universitas Padjadjaranpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/pikiranrakyat... · pembuktian terbalik karena bertentangan dengan asas hukum

Langkah hukum pembuktianterbalik dengan cara keper-dataan ini terbukti sukses dalammemerangi kejahatan narkotikadan pencucian uang hasil keja-hatan narkotika di AmerikaSerikat dan Inggris. Kini, lang-kah hukum itu diikuti Belanda,Prancis, dan Belgia. DiAS digu-nakan UU Pembaruan tentangPerampasan Aset melalui Ke-perdataan (CivilAsset ForfeitureReform Act/CAFRA) Tahun2000 dan di Inggris dengan DUTindak Pidana Pencucian Uang(Proceed of Crime Act) Tahun2002. Di Indonesia DU No.15/2003 yang kemudian digan-ti dengan DU No. 8/2010 Tin-dak Pidana Pencucian Uangtelah mengatur ketentuan pem-buktian terbalik terhadap seo-rang terdakwa (di persidangan)untuk membuktikan asal usulharta kekayaan yang diduga ku-at berasal dari kejahatan. Akantetapi sejak 2003, dari 37perkara pencucian uang, barusatu perkara diputus dengan ke-tentuan pembuktian terbalik.Hal yang relevan dengan lang-kah hukum perampasan asettindak pidana adalah pelaporanharta kekayaan penyelenggaranegara. Kewajiban untuk mela-porkan harta kekayaan bagi

penyelenggara negara diaturdalam DU No. 28/1999 tentangPenyelenggara Negara yangBersih dan Bebas dari KKN.Na-mun, DU tersebut hanya bersi-fat regulatif bukan represif se-hingga belum efektif untukmemperkuat DU RI No.31/1999 dan DU RI No. 8/2010.Kasus Gayus Tambunan me-

rupakan momentum untukmendorong pemerintah mem-pertimbangkan serius RDU Pe-rampasan Aset Kejahatan (RDUPAl. Namun model perampasanaset dalam RDU tersebut masihmenggunakan pola lama, yaituperampasan aset diduga berasaldari kejahatan dengan pembuk-tian terbalik melalui cara pe-nuntutan pidana, merupakanprimum remedium dan caraperampasan aset melalui keper-dataan, digunakan sebagai ulti-mum remedium. RDU PAtidakmenggunakan kedua cara terse-but secara parale1 (bersamaan)sehingga dikhawatirkan tidakakan berhasil menyelamatkanaset negara dan melindungi pi-hak ketiga sebagai dampak darikorupsi dan pencucian uang.Perubahan sikap politik peme-rintah untuk mengatasi kelema-han hukum tadi telah diaturmekanisme pembuktian terbalikdi dalam DU RI No. 8/2010 ten-tang Pencegahan dan Pem-berantasan Tindak Pidana Pen-cucian Uan ,Pasal87 dan 88.

Untuk memperkuat peram-pasan aset melalui jalur penun-tutan pidana dan perdata, lapor-an harta kekayaan penyeleng-gara negara sangat relevan jikadilaksanakan dengan intensifditindaklanjuti dengan klari-fikasi dan verifikasi di lapangan.Langkah ini memerlukan du-kungan sumber daya manusiadan anggaran yang memadai.Jika tidak, jangan diharapkanaspirasi masyarakat terhadappenerapan pembukti-an terbalikterhadap aset diduga berasaldari kejahatan, efektif dan efi-sien untuk "memiskinkan ko-ruptor". Untuk perampasan asettindak pidana melalui pembuk-

• tian terbalik, baik cara kepi-danaan maupun keperdataan,sangat diperlukan basis dataharta kekayaan penyelenggaranegara yang akurat.

PenutupPertama, perampasan aset

tindak pidana melalui prosedurpembuktian terbalik merupakansarana hukum yang dipandangampuh dan dibolehkan baikmenurut konvensi internasionalmaupun peraturan perundang-undangan di Indonesia.Kedua, pembuktian terbalik

dengan tujuan perampasan asettindak pidana melalui cara pe-

nuntutan .pidana tidak efisiendan tidak efektif untuk me-ngembalikan/menyelamatkanasetnegaraKetiga,pembuktiant~

dengan tujuan perampasan asettindak pidana melalui carakeperdataan terbukti lebih efek-tif dan efisien di beberapa Be-gara. Namun, itu hanya ditu-jukan terhadap tersangka yangtidak dapat membuktikan asalusul harta kekayaannya, yangburon atau meninggal duniaatau sakit permanen. Pembuk-tian terbalik ini tidak ditujukanuntuk membuktikan kesalahantersangka/terdakwa, melainkanmembuktikan keabsahan hakkepemilikan yang bersangkutanatas harta kekayaannya.Keempat, pembuktian terba-

lik untuk tujuan perampasanaset tindak pidana telah diaturdalam DU RI No. 8/2011. Akantetapi, dari sudut teknis yuridismasih belum memberikanjaminan kepastian hukum dankeadilan sejalan dengan prinsipdue process of law dan prinsippraduga tak bersalah.Kelima, penerapan ketentuan

perampasan aset tindak pidanamelalui pembuktian terbalikharus dilaksanakan secara hati-hati dengan mempertim-bangkan prinsip kepastianhukum dan keadilan sehinggatidak terjebak ke dalam adagi-urn politik, "tujuan mengha-lalkan cara".***

Penulis, Guru Besar HukumPidana Internasional Unpad.Artikel disampaikan dalamdiskusi terbatas kerja samaPeradi Bandung dengan "Pikir-an Rakyat", Selasa (31/5).