petunjuk teknis -...

78
PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2017

Upload: vankhue

Post on 27-Aug-2018

272 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian a

PETUNJUK TEKNISPENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN

KEMENTERIAN PERTANIANDIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

2017

Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Panganb

iDirektorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

ii Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

iiiDirektorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

iv Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

vDirektorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

vi Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

viiDirektorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

KATA PENGANTAR

Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2017 adalah Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan. Program tersebut dicanangkan dalam rangka pencapaian swasembada pangan dan upaya melakukan ekspor pangan. Kegiatan difokuskan pada komoditas padi, jagung dan kedelai. Dalam mewujudkan program tersebut memerlukan arah kebijakan, strategi dan sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Arah kebijakan dan strategi tersebut dilakukan dengan pendekatan kawasan untuk memadukan rangkaian rencana dan implementasi kebijakan, program dan anggaran pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan.

Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan ini disusun sebagai panduan Satuan Kerja Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan, agar pelaksanaan pengembangan kawasan dapat berjalan efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.

Sebagai acuan teknis pengembangan kawasan pertanian, Satker Provinsi wajib menyusun Masterplan sebagai acuan teknis di tingkat daerah Provinsi, sedangkan Satker Kabupaten/Kota menyusun Action Plan sebagai acuan teknis di tingkat Kabupaten/Kota.

Jakarta, April 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Panganviiiviii Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian ix

KATA PENGANTAR

Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2017 adalah Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan. Program tersebut dicanangkan dalam rangka pencapaian swasembada pangan dan upaya melakukan ekspor pangan. Kegiatan difokuskan pada komoditas padi, jagung dan kedelai. Dalam mewujudkan program tersebut memerlukan arah kebijakan, strategi dan sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Arah kebijakan dan strategi tersebut dilakukan dengan pendekatan kawasan untuk memadukan rangkaian rencana dan implementasi kebijakan, program dan anggaran pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan.

Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan ini disusun sebagai panduan Satuan Kerja Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan, agar pelaksanaan pengembangan kawasan dapat berjalan efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.

Sebagai acuan teknis pengembangan kawasan pertanian, Satker Provinsi wajib menyusun Masterplan sebagai acuan teknis di tingkat daerah Provinsi, sedangkan Satker Kabupaten/Kota menyusun Action Plan sebagai acuan teknis di tingkat Kabupaten/Kota.

Jakarta, April 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Panganx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... . DAFTAR ISI ................................................................................. DAFTAR TABEL ............................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................

1.1. Latar Belakang .................................................. 1.2. Maksud dan Tujuan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan ................................. 1.3. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Petunjuk Teknis ................................................ 1.4. Sasaran ............................................................ 1.5. Indikator ........................................................... 1.6. Ruang Lingkup Petunjuk Teknis ......................... 1.7. Dasar Hukum .................................................... 1.8. Pengertian ..........................................................

BAB II. PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN.. ......

2.1. Prinsip Dasar Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan .............................................. 2.2. Kriteria Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan .............................................. 2.3. Ciri-Ciri Kawasan Tanaman Pangan .................. 2.4. Syarat Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan ............................................... 2.5. Penetapan Kawasan Tanaman Pangan ................. 2.6. Strategi Pengembangan Kawasan ........................

BAB III. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB PROVINSI DAN KABUPATEN ......................................................

3.1. Tugas Dan Tanggungjawab Provinsi ....................

x Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian xi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... . DAFTAR ISI ................................................................................. DAFTAR TABEL ............................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................

1.1. Latar Belakang .................................................. 1.2. Maksud dan Tujuan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan ................................. 1.3. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Petunjuk Teknis ................................................ 1.4. Sasaran ............................................................ 1.5. Indikator ........................................................... 1.6. Ruang Lingkup Petunjuk Teknis ......................... 1.7. Dasar Hukum .................................................... 1.8. Pengertian ..........................................................

BAB II. PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN.. ......

2.1. Prinsip Dasar Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan .............................................. 2.2. Kriteria Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan .............................................. 2.3. Ciri-Ciri Kawasan Tanaman Pangan .................. 2.4. Syarat Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan ............................................... 2.5. Penetapan Kawasan Tanaman Pangan ................. 2.6. Strategi Pengembangan Kawasan ........................

BAB III. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB PROVINSI DAN KABUPATEN ......................................................

3.1. Tugas Dan Tanggungjawab Provinsi ....................

3.2. Tugas Dan Tanggungjawab Kabupaten .............. BAB IV. PEMBINAAN, PENGAWALAN, MONITORING EVALUASI DAN PELAPORAN ...................................

4.1. Pembinaan ........................................................ 4.2. Pengawalan dan Pendampingan ........................ 4.3. Monitoring dan Evaluasi .................................... 4.4. Pelaporan ..........................................................

BAB V. PENUTUP………….....................................................

ix

xiii

1

xi

xv

1

4

4

5

6

5

6

10

15

15

252528

333335

1624

Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Panganxii

DAFTAR TABEL

1. Tipologi lahan kawasan tanaman pangan berdasarkan kesesuaian lahan dan persyaratan agroklimat .......................................................... 2. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah

diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa) ............................................

3. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Padi Gogo (Oryza sativa) .........................................................

4. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Jagung (Zea mays) .....................................................

5. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Kedelai (Glycine max) .................................................

6. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Ubi Kayu (Manihot utilisima) .......................................

3.2. Tugas Dan Tanggungjawab Kabupaten .............. BAB IV. PEMBINAAN, PENGAWALAN, MONITORING EVALUASI DAN PELAPORAN ...................................

4.1. Pembinaan ........................................................ 4.2. Pengawalan dan Pendampingan ........................ 4.3. Monitoring dan Evaluasi .................................... 4.4. Pelaporan ..........................................................

BAB V. PENUTUP………….....................................................

3939394041

43

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian xiii

DAFTAR TABEL

1. Tipologi lahan kawasan tanaman pangan berdasarkan kesesuaian lahan dan persyaratan agroklimat .......................................................... 2. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah

diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa) ............................................

3. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Padi Gogo (Oryza sativa) .........................................................

4. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Jagung (Zea mays) .....................................................

5. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Kedelai (Glycine max) .................................................

6. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Ubi Kayu (Manihot utilisima) .......................................

15

19

20

21

22

23

Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Panganxiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lokasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional

Komoditas Priotiras Tanaman Pangan ………………………. 2. Sistematika atau Outline Masterplan ................................ 3. Contoh Matrik Tahunan Action Plan …………………………. 4. Matrik Rekapitulasi Rencana Pembiayaan Action Plan

Kawasan Pertanian ……………………………………………….. 5. Sistematika atau Outline Action Plan Kawasan Pertanian.

xiv Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lokasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional

Komoditas Priotiras Tanaman Pangan ………………………. 2. Sistematika atau Outline Masterplan ................................ 3. Contoh Matrik Tahunan Action Plan …………………………. 4. Matrik Rekapitulasi Rencana Pembiayaan Action Plan

Kawasan Pertanian ……………………………………………….. 5. Sistematika atau Outline Action Plan Kawasan Pertanian.

475558

5859

Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Panganxvi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan tanaman pangan pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya usaha tanaman pangan yang mampu menghasilkan produk mulai dari hulu sampai hilir. Pembangunan tanaman pangan berorientasi pada peningkatan produksi (ketersediaan) dan peningkatan pendapatan. Untuk itu, faktor optimalisasi efisiensi usaha, peningkatan produktivitas, peningkatan kapasitas usaha, serta peningkatan nilai tambah dan daya saing menjadi indikator penting dalam mewujudkan kedua orientasi tersebut.

Tahun anggaran 2017, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengelola satu program, yakni “Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Hasil Tanaman Pangan”. Program ini difokuskan pada penguatan aspek ketersediaan pangan bersumber dari produksi dalam negeri, baik dalam kuantitas (jumlah) maupun kualitas (mutu). Program peningkatan produksi difokuskan pada tanaman Padi, Jagung dan Kedelai. Dalam rangka peningkatan produksi Padi, Jagung, Kedelai sebagai komoditas unggulan nasional, pembangunan pertanian tanaman pangan berskala ekonomi harus dilakukan melalui perencanaan wilayah secara komprehensif dan terpadu. Sesuai amanat Nawa Cita yang dituangkan dalam RPJMN 2015-2019, pembangunan nasional dilakukan dengan pendekatan holistik-tematik, integrative dan spasial. Dalam konteks pembangunan pertanian, spasial dijabarkan sebagai pembangunan berbasis kawasan yang menjadi filosofi dasar pembangunan pertanian ke depan, untuk itu diperlukan kebijakan pengembangan kawasan pertanian yang telah diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56 Tahun 2016 sebagai revisi Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 tahun 2012 tentang Pedoman

xvi Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

1Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan tanaman pangan pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya usaha tanaman pangan yang mampu menghasilkan produk mulai dari hulu sampai hilir. Pembangunan tanaman pangan berorientasi pada peningkatan produksi (ketersediaan) dan peningkatan pendapatan. Untuk itu, faktor optimalisasi efisiensi usaha, peningkatan produktivitas, peningkatan kapasitas usaha, serta peningkatan nilai tambah dan daya saing menjadi indikator penting dalam mewujudkan kedua orientasi tersebut.

Tahun anggaran 2017, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengelola satu program, yakni “Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Hasil Tanaman Pangan”. Program ini difokuskan pada penguatan aspek ketersediaan pangan bersumber dari produksi dalam negeri, baik dalam kuantitas (jumlah) maupun kualitas (mutu). Program peningkatan produksi difokuskan pada tanaman Padi, Jagung dan Kedelai. Dalam rangka peningkatan produksi Padi, Jagung, Kedelai sebagai komoditas unggulan nasional, pembangunan pertanian tanaman pangan berskala ekonomi harus dilakukan melalui perencanaan wilayah secara komprehensif dan terpadu. Sesuai amanat Nawa Cita yang dituangkan dalam RPJMN 2015-2019, pembangunan nasional dilakukan dengan pendekatan holistik-tematik, integrative dan spasial. Dalam konteks pembangunan pertanian, spasial dijabarkan sebagai pembangunan berbasis kawasan yang menjadi filosofi dasar pembangunan pertanian ke depan, untuk itu diperlukan kebijakan pengembangan kawasan pertanian yang telah diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56 Tahun 2016 sebagai revisi Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 tahun 2012 tentang Pedoman

2 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

sehingga mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha tanaman pangan. Kawasan tanaman pangan dapat berupa kawasan yang telah eksis atau calon lokasi baru dan lokasinya dapat berupa hamparan atau spot partial (luasan terpisah) namun terhubung dengan aksesibilitas memadai. Pendekatan kawasan ini juga harus mengedepankan prinsip dan kriteria pembangunan berkelanjutan serta pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Untuk mendorong percepatan Pengembangan Kawasan Pertanian khususnya Kawasan Tanaman Pangan, perlu dilakukan koordinasi dan/atau kerja sama dengan Kementerian/Lembaga, lembaga penggerak swadaya masyarakat, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan/atau koperasi. Dalam operasionalnya tentu akan dihadapkan pada permasalahan teknis dan manajemen. Permasalahan teknis seperti perubahan iklim, bencana alam, gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), perbedaan kapasitas sumber daya antar wilayah yang bersifat alamiah. Permasalahan teknis ini dapat diatasi dengan fasilitasi kebijakan teknis. Sedangkan permasalahan manajemen meliputi perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kinerja. Permasalahan manajemen dapat diatasi dengan menyelaraskan arah kebijakan nasional dan daerah dengan aspirasi perencanaan masyarakat serta menggalang dukungan komitmen antar instansi lintas sektor, wilayah dan jenjang pemerintahan. Untuk menyelaraskan arah kebijakan perlu disusun Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Tahun 2017.

Petunjuk teknis ini dapat menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah Provinsi dalam menyusun Masterplan Pengembangan Kawasan berbasis komoditas tanaman pangan dan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menyusun Action Plan yang selaras dengan kebijakan nasional, peraturan perundangan yang berlaku, potensi daerah, kearifan lokal dan mengakomodir aspirasi para pemangku kepentingan pembangunan tanaman pangan di wilayah masing-masing.

Pengembangan Kawasan Pertanian. Untuk menindaklanjuti Peraturan Menteri Pertanian nomor 56 tahun 2016 tersebut, ditetapkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 830 Tahun 2016 tentang Lokasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional.

Sebagai tindak lanjut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56 tahun 2016 dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 830 tahun 2016, Pemerintah Provinsi harus menyusun Masterplan Kawasan Pertanian yang ditetapkan melalui SK Gubernur, sedangkan Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun Action Plan Kawasan Pertanian yang ditetapkan melalui SK Bupati/Walikota. Dokumen Masterplan dan Action Plan tersebut menjadi prasyarat dalam pengusulan program dan kegiatan pembangunan pertanian melalui E-Proposal Kementerian Pertanian mulai Tahun Anggaran 2018.

Pengembangan Kawasan Pertanian dimaksudkan untuk memadukan rangkaian rencana dan implementasi kebijakan, program, kegiatan dan anggaran pembangunan pertanian di daerah yang ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian agar menjadi suatu kesatuan yang utuh, baik dalam perspektif sistem agribisnis maupun pembangunan yang berdimensi kewilayahan, sehingga dapat menjamin ketahanan pangan nasional, mengembangkan dan menyediakan bahan baku bioindustri, serta menyediakan bahan bakar nabati melalui peningkatan produksi komoditas pertanian secara berkelanjutan, berdaya saing dan mampu mensejahterakan semua pelaku usaha yang terlibat di dalamnya secara berkeadilan. Kawasan Pertanian terdiri atas Kawasan Pertanian Nasional, Kawasan Pertanian Provinsi, dan Kawasan Pertanian Kabupaten/Kota.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56 Tahun 2016, yang dimaksud dengan Kawasan Tanaman Pangan adalah kawasan usaha tanaman pangan yang disatukan oleh faktor alamiah, sosial budaya, dan infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sedemikian rupa

3Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

sehingga mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha tanaman pangan. Kawasan tanaman pangan dapat berupa kawasan yang telah eksis atau calon lokasi baru dan lokasinya dapat berupa hamparan atau spot partial (luasan terpisah) namun terhubung dengan aksesibilitas memadai. Pendekatan kawasan ini juga harus mengedepankan prinsip dan kriteria pembangunan berkelanjutan serta pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Untuk mendorong percepatan Pengembangan Kawasan Pertanian khususnya Kawasan Tanaman Pangan, perlu dilakukan koordinasi dan/atau kerja sama dengan Kementerian/Lembaga, lembaga penggerak swadaya masyarakat, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan/atau koperasi. Dalam operasionalnya tentu akan dihadapkan pada permasalahan teknis dan manajemen. Permasalahan teknis seperti perubahan iklim, bencana alam, gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), perbedaan kapasitas sumber daya antar wilayah yang bersifat alamiah. Permasalahan teknis ini dapat diatasi dengan fasilitasi kebijakan teknis. Sedangkan permasalahan manajemen meliputi perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kinerja. Permasalahan manajemen dapat diatasi dengan menyelaraskan arah kebijakan nasional dan daerah dengan aspirasi perencanaan masyarakat serta menggalang dukungan komitmen antar instansi lintas sektor, wilayah dan jenjang pemerintahan. Untuk menyelaraskan arah kebijakan perlu disusun Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Tahun 2017.

Petunjuk teknis ini dapat menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah Provinsi dalam menyusun Masterplan Pengembangan Kawasan berbasis komoditas tanaman pangan dan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menyusun Action Plan yang selaras dengan kebijakan nasional, peraturan perundangan yang berlaku, potensi daerah, kearifan lokal dan mengakomodir aspirasi para pemangku kepentingan pembangunan tanaman pangan di wilayah masing-masing.

Pengembangan Kawasan Pertanian. Untuk menindaklanjuti Peraturan Menteri Pertanian nomor 56 tahun 2016 tersebut, ditetapkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 830 Tahun 2016 tentang Lokasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional.

Sebagai tindak lanjut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56 tahun 2016 dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 830 tahun 2016, Pemerintah Provinsi harus menyusun Masterplan Kawasan Pertanian yang ditetapkan melalui SK Gubernur, sedangkan Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun Action Plan Kawasan Pertanian yang ditetapkan melalui SK Bupati/Walikota. Dokumen Masterplan dan Action Plan tersebut menjadi prasyarat dalam pengusulan program dan kegiatan pembangunan pertanian melalui E-Proposal Kementerian Pertanian mulai Tahun Anggaran 2018.

Pengembangan Kawasan Pertanian dimaksudkan untuk memadukan rangkaian rencana dan implementasi kebijakan, program, kegiatan dan anggaran pembangunan pertanian di daerah yang ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian agar menjadi suatu kesatuan yang utuh, baik dalam perspektif sistem agribisnis maupun pembangunan yang berdimensi kewilayahan, sehingga dapat menjamin ketahanan pangan nasional, mengembangkan dan menyediakan bahan baku bioindustri, serta menyediakan bahan bakar nabati melalui peningkatan produksi komoditas pertanian secara berkelanjutan, berdaya saing dan mampu mensejahterakan semua pelaku usaha yang terlibat di dalamnya secara berkeadilan. Kawasan Pertanian terdiri atas Kawasan Pertanian Nasional, Kawasan Pertanian Provinsi, dan Kawasan Pertanian Kabupaten/Kota.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56 Tahun 2016, yang dimaksud dengan Kawasan Tanaman Pangan adalah kawasan usaha tanaman pangan yang disatukan oleh faktor alamiah, sosial budaya, dan infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sedemikian rupa

4 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

3. Memudahkan dalam pengendalian, monitoring, dan evaluasi sesuai sasaran yang sudah ditetapkan.

Tujuan Penyusunan Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Tahun 2017, untuk :

1. Mendukung kebijakan Kementerian Pertanian dalam mengimplementasikan kebijakan pengembangan kawasan berbasis komoditas tanaman pangan yang terpadu dari aspek hulu, hilir dan aspek penunjangnya; dan

2. Mengarahkan perencanaan kawasan tanaman pangan selaras dengan kebijakan nasional dalam menetapkan sasaran dan lokasi kegiatan untuk mendukung pencapaian target produksi dan produktivitas komoditas unggulan tanaman pangan.

1.4. Sasaran

Sasaran penyusunan Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Tahun 2017, sebagai berikut :

1. Tersedianya acuan bagi para perencana dan pengambil keputusan di provinsi, kabupaten dan pemangku kepentingan dalam menyusun masterplan dan action plan/rencana aksi pengembangan kawasan berbasis komoditas tanaman pangan;

2. Menyediakan informasi bagi pemangku kepentingan lain tentang masterplan dan action plan/rencana aksi pengembangan kawasan berbasis komoditas tanaman pangan sehingga dapat terlaksana koordinasi dengan baik.

1.5. Indikator

Indikator Output kinerja Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dari aspek teknis dan manajemen, sebagai berikut :

1.2. Maksud dan Tujuan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Maksud Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan sebagai upaya memadukan rangkaian rencana dan implementasi kebijakan, program, kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan di daerah yang ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian agar menjadi suatu kesatuan yang utuh, baik dalam perspektif sistem agribisnis maupun pembangunan yang berdimensi kewilayahan sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman pangan yang berkelanjutan, berdaya saing dan mampu mensejahterakan semua pelaku usaha yang terlibat di dalamnya secara berkeadilan.

Tujuan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan untuk melanjutkan keberhasilan dan meningkatkan kinerja pembangunan tanaman pangan yang telah dilaksanakan sebelumnya di daerah-daerah yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian melalui pengutuhan sistem dan usaha agribisnis di dalam maupun antar kawasan dalam rangka mendukung tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan tanaman pangan baik secara nasional maupun daerah.

1.3. Maksud dan Tujuan Penyusunan Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Tahun 2017

Maksud Penyusunan Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Tahun 2017, sebagai berikut : 1. Memberikan penjelasan secara umum tentang kebijakan

pengembangan kawasan berbasis komoditas tanaman pangan yang terpadu;

2. Mengarahkan perencanaan kawasan tanaman pangan selaras dengan kebijakan nasional dalam menetapkan sasaran dan lokasi kegiatan untuk mendukung pencapaian target produksi dan produktivitas komoditas unggulan tanaman pangan; dan

5Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

3. Memudahkan dalam pengendalian, monitoring, dan evaluasi sesuai sasaran yang sudah ditetapkan.

Tujuan Penyusunan Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Tahun 2017, untuk :

1. Mendukung kebijakan Kementerian Pertanian dalam mengimplementasikan kebijakan pengembangan kawasan berbasis komoditas tanaman pangan yang terpadu dari aspek hulu, hilir dan aspek penunjangnya; dan

2. Mengarahkan perencanaan kawasan tanaman pangan selaras dengan kebijakan nasional dalam menetapkan sasaran dan lokasi kegiatan untuk mendukung pencapaian target produksi dan produktivitas komoditas unggulan tanaman pangan.

1.4. Sasaran

Sasaran penyusunan Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Tahun 2017, sebagai berikut :

1. Tersedianya acuan bagi para perencana dan pengambil keputusan di provinsi, kabupaten dan pemangku kepentingan dalam menyusun masterplan dan action plan/rencana aksi pengembangan kawasan berbasis komoditas tanaman pangan;

2. Menyediakan informasi bagi pemangku kepentingan lain tentang masterplan dan action plan/rencana aksi pengembangan kawasan berbasis komoditas tanaman pangan sehingga dapat terlaksana koordinasi dengan baik.

1.5. Indikator

Indikator Output kinerja Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dari aspek teknis dan manajemen, sebagai berikut :

1.2. Maksud dan Tujuan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Maksud Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan sebagai upaya memadukan rangkaian rencana dan implementasi kebijakan, program, kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan di daerah yang ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian agar menjadi suatu kesatuan yang utuh, baik dalam perspektif sistem agribisnis maupun pembangunan yang berdimensi kewilayahan sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman pangan yang berkelanjutan, berdaya saing dan mampu mensejahterakan semua pelaku usaha yang terlibat di dalamnya secara berkeadilan.

Tujuan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan untuk melanjutkan keberhasilan dan meningkatkan kinerja pembangunan tanaman pangan yang telah dilaksanakan sebelumnya di daerah-daerah yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian melalui pengutuhan sistem dan usaha agribisnis di dalam maupun antar kawasan dalam rangka mendukung tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan tanaman pangan baik secara nasional maupun daerah.

1.3. Maksud dan Tujuan Penyusunan Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Tahun 2017

Maksud Penyusunan Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Tahun 2017, sebagai berikut : 1. Memberikan penjelasan secara umum tentang kebijakan

pengembangan kawasan berbasis komoditas tanaman pangan yang terpadu;

2. Mengarahkan perencanaan kawasan tanaman pangan selaras dengan kebijakan nasional dalam menetapkan sasaran dan lokasi kegiatan untuk mendukung pencapaian target produksi dan produktivitas komoditas unggulan tanaman pangan; dan

6 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

4. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);

8. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5214);

9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);

10. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5433);

1. Tersusunnya Masterplan dan Action Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan/Pertanian;

2. Meningkatnya produksi, produktivitas, dan mutu hasil tanaman pangan yang dikembangkan di Kawasan Tanaman Pangan;

3. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani.

1.6. Ruang Lingkup Petunjuk Teknis

Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini, meliputi :

1. Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan yang terdiri dari Prinsip, Kriteria, Ciri, Syarat, Penetapan dan Strategi Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan;

2. Tugas Dan Tanggungjawab Provinsi Dan Kabupaten; dan

3. Pembinaan, Pengawalan, Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan.

1.7. Dasar Hukum

Adapun dasar hukum penyusunan Petunjuk Teknis Penyusunan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Tahun 2017, adalah:

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

7Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

4. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);

8. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5214);

9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);

10. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5433);

1. Tersusunnya Masterplan dan Action Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan/Pertanian;

2. Meningkatnya produksi, produktivitas, dan mutu hasil tanaman pangan yang dikembangkan di Kawasan Tanaman Pangan;

3. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani.

1.6. Ruang Lingkup Petunjuk Teknis

Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini, meliputi :

1. Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan yang terdiri dari Prinsip, Kriteria, Ciri, Syarat, Penetapan dan Strategi Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan;

2. Tugas Dan Tanggungjawab Provinsi Dan Kabupaten; dan

3. Pembinaan, Pengawalan, Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan.

1.7. Dasar Hukum

Adapun dasar hukum penyusunan Petunjuk Teknis Penyusunan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Tahun 2017, adalah:

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

8 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Indonesia Tahun 2010 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5106);

17. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 80);

18. Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019;

19. Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2015 Tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

20. Peraturan Presiden Nomor 45 tahun 2015 Tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 85);

21. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000;

22. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 Tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja tahun 2014-2019;

23. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 Tentang Jenis Komoditas Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura;

24. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/ OT.140/ 9/2009 Tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian;

25. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 79 /Permentan/OT.140/8/2013 Tentang Pedoman Kesesuaian Lahan Pada Komoditas Tanaman Pangan.

11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tamabahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) yang telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 2 tahun 2015 Tentang Penetapan Perppu Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya diubah menjadi Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4406);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tatacara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Usaha Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik

9Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

Indonesia Tahun 2010 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5106);

17. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 80);

18. Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019;

19. Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2015 Tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

20. Peraturan Presiden Nomor 45 tahun 2015 Tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 85);

21. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000;

22. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 Tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja tahun 2014-2019;

23. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 Tentang Jenis Komoditas Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura;

24. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/ OT.140/ 9/2009 Tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian;

25. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 79 /Permentan/OT.140/8/2013 Tentang Pedoman Kesesuaian Lahan Pada Komoditas Tanaman Pangan.

11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tamabahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) yang telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 2 tahun 2015 Tentang Penetapan Perppu Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya diubah menjadi Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4406);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tatacara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Usaha Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik

10 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

sumber daya alam, kondisi sosial budaya, faktor produksi dan keberadaan infrastruktur penunjang.

2. Sentra Pertanian adalah bagian dari kawasan pertanian yang memiliki ciri tertentu yang di dalamnya terdapat kegiatan produksi suatu jenis produk komoditas unggulan pertanian tertentu yang ditunjang oleh prasarana dan sarana produksi dalam suatu kesatuan fungsional fisik lahan, geografis, agroklimat, infrastruktur dan kelembagaan serta sumber daya manusianya.

3. Kawasan Pertanian Nasional adalah kawasan pertanian yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian dan lokasinya dapat bersifat lintas Provinsi/Kabupaten/Kota untuk mengembangkan komoditas pertanian prioritas nasional yang sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pertanian.

4. Kawasan pertanian Provinsi adalah kawasan pertanian yang ditetapkan oleh Gubernur dan lokasinya dapat bersifat lintas Kabupaten/Kota untuk mengembangkan komoditas pertanian prioritas Provinsi dan atau mengembangkan komoditas pertanian prioritas nasional yang sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pertanian.

5. Kawasan Pertanian Kabupaten/Kota adalah kawasan pertanian di Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota untuk mengembangkan komoditas pertanian prioritas Kabupaten/Kota dan atau komoditas pertanian prioritas Provinsi dan atau komoditas pertanian prioritas Provinsi dan atau komoditas pertanian prioritas nasional yang sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pertanian.

6. Kawasan Tanaman Pangan adalah kawasan usaha pertanian tanaman pangan yang disatukan oleh faktor alamiah, sosial budaya, dan infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh kesamaan tipologi agroekosistem untuk

26. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/ OT.140/ 3/2014 Tentang Pedoman Perencanaan Pembangunan Pertanian Berbasis E-Planning (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 361);

27. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian (Berita Negara Republik Indonesia tahun 2015 Nomor 1243);

28. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/RC.020/3/2016 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019;

29. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/PW.160/10/2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian;

30. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56/Permentan/ RC.040/11/2016 Tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian (Berita Negara Republik Indonesia tahun 2016 Nomor 1832);

31. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 830/Kpts/RC.040/12/2016 Tentang Lokasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional.

1.8. Pengertian

Dalam Petunjuk Teknis Penyusunan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Tahun 2017 ada beberapa istilah yang diberi batasan :

1. Kawasan Pertanian adalah gabungan dari sentra-sentra pertanian yang memenuhi batas minimal skala ekonomi pengusahaan dan efektivitas manajemen pembangunan wilayah serta terkait secara fungsional dalam hal potensi

11Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

sumber daya alam, kondisi sosial budaya, faktor produksi dan keberadaan infrastruktur penunjang.

2. Sentra Pertanian adalah bagian dari kawasan pertanian yang memiliki ciri tertentu yang di dalamnya terdapat kegiatan produksi suatu jenis produk komoditas unggulan pertanian tertentu yang ditunjang oleh prasarana dan sarana produksi dalam suatu kesatuan fungsional fisik lahan, geografis, agroklimat, infrastruktur dan kelembagaan serta sumber daya manusianya.

3. Kawasan Pertanian Nasional adalah kawasan pertanian yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian dan lokasinya dapat bersifat lintas Provinsi/Kabupaten/Kota untuk mengembangkan komoditas pertanian prioritas nasional yang sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pertanian.

4. Kawasan pertanian Provinsi adalah kawasan pertanian yang ditetapkan oleh Gubernur dan lokasinya dapat bersifat lintas Kabupaten/Kota untuk mengembangkan komoditas pertanian prioritas Provinsi dan atau mengembangkan komoditas pertanian prioritas nasional yang sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pertanian.

5. Kawasan Pertanian Kabupaten/Kota adalah kawasan pertanian di Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota untuk mengembangkan komoditas pertanian prioritas Kabupaten/Kota dan atau komoditas pertanian prioritas Provinsi dan atau komoditas pertanian prioritas Provinsi dan atau komoditas pertanian prioritas nasional yang sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pertanian.

6. Kawasan Tanaman Pangan adalah kawasan usaha pertanian tanaman pangan yang disatukan oleh faktor alamiah, sosial budaya, dan infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh kesamaan tipologi agroekosistem untuk

26. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/ OT.140/ 3/2014 Tentang Pedoman Perencanaan Pembangunan Pertanian Berbasis E-Planning (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 361);

27. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian (Berita Negara Republik Indonesia tahun 2015 Nomor 1243);

28. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/RC.020/3/2016 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019;

29. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/PW.160/10/2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian;

30. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56/Permentan/ RC.040/11/2016 Tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian (Berita Negara Republik Indonesia tahun 2016 Nomor 1832);

31. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 830/Kpts/RC.040/12/2016 Tentang Lokasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional.

1.8. Pengertian

Dalam Petunjuk Teknis Penyusunan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Tahun 2017 ada beberapa istilah yang diberi batasan :

1. Kawasan Pertanian adalah gabungan dari sentra-sentra pertanian yang memenuhi batas minimal skala ekonomi pengusahaan dan efektivitas manajemen pembangunan wilayah serta terkait secara fungsional dalam hal potensi

12 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

13. Tim Teknis Pusat adalah tim yang bertugas menyelaraskan rencana dan pelaksanaan pengembangan kawasan pertanian secara nasional dengan dinamika implementasi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan pertanian di tingkat nasional.

14. Tim Pembina Provinsi adalah tim yang mengarahkan Tim Teknis Provinsi dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan kawasan pertanian secara regional Provinsi sesuai dinamika arah kebijakan, program dan kegiatan pembangunan pertanian di tingkat Provinsi.

15. Tim Pembina Kabupaten/Kota adalah tim yang bertugas mengarahkan Tim Teknis Kabupaten/Kota dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan kawasan pertanian di daerah Kabupaten/Kota sesuai dinamika program dan kegiatan pembangunan pertanian di tingkat lapangan.

16. Tim Teknis Kabupaten adalah tim yang bertugas menyelaraskan rencana dan pelaksanaan pengembangan kawasan pertanian di Kabupaten/Kota sesuai dinamika implementasi program dan kegiatan pembangunan pertanian di tingkat lapangan.

mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha tanaman pangan

7. Masterplan adalah dokumen rancangan pengembangan kawasan pertanian di tingkat provinsi yang disusun secara teknokratik, bertahap, dan berkelanjutan sesuai potensi dari aspek daya dukung dan daya tampung sumberdaya, sosial ekonomi dan tata ruang wilayah.

8. Action Plan adalah dokumen rencana operasional pengembangan kawasan pertanian di tingkat kabupaten/kota yang merupakan penjabaran rinci dari Masterplan untuk mengarahkan implementasi pengembangan dan pembinaan Kawasan Pertanian di tingkat kabupaten/kota.

9. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara untuk masa berlaku 20 tahun dengan tingkat ketelitian peta 1:1.000.000.

10. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi adalah tata ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi, yang merupakan panjabaran dari RTRW Nasional, mencakup: tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah provinsi. Masa berlaku 20 tahun dengan tingkat ketelitian peta 1:250.000.

11. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten adalah tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten. Masa berlaku 20 tahun dengan tingkat ketelitian peta 1:50.000.

12. Tim Pengarah Pusat adalah tim yang bertugas mengarahkan Tim Teknis Pusat dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan secara nasional.

13Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

13. Tim Teknis Pusat adalah tim yang bertugas menyelaraskan rencana dan pelaksanaan pengembangan kawasan pertanian secara nasional dengan dinamika implementasi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan pertanian di tingkat nasional.

14. Tim Pembina Provinsi adalah tim yang mengarahkan Tim Teknis Provinsi dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan kawasan pertanian secara regional Provinsi sesuai dinamika arah kebijakan, program dan kegiatan pembangunan pertanian di tingkat Provinsi.

15. Tim Pembina Kabupaten/Kota adalah tim yang bertugas mengarahkan Tim Teknis Kabupaten/Kota dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan kawasan pertanian di daerah Kabupaten/Kota sesuai dinamika program dan kegiatan pembangunan pertanian di tingkat lapangan.

16. Tim Teknis Kabupaten adalah tim yang bertugas menyelaraskan rencana dan pelaksanaan pengembangan kawasan pertanian di Kabupaten/Kota sesuai dinamika implementasi program dan kegiatan pembangunan pertanian di tingkat lapangan.

mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha tanaman pangan

7. Masterplan adalah dokumen rancangan pengembangan kawasan pertanian di tingkat provinsi yang disusun secara teknokratik, bertahap, dan berkelanjutan sesuai potensi dari aspek daya dukung dan daya tampung sumberdaya, sosial ekonomi dan tata ruang wilayah.

8. Action Plan adalah dokumen rencana operasional pengembangan kawasan pertanian di tingkat kabupaten/kota yang merupakan penjabaran rinci dari Masterplan untuk mengarahkan implementasi pengembangan dan pembinaan Kawasan Pertanian di tingkat kabupaten/kota.

9. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara untuk masa berlaku 20 tahun dengan tingkat ketelitian peta 1:1.000.000.

10. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi adalah tata ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi, yang merupakan panjabaran dari RTRW Nasional, mencakup: tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah provinsi. Masa berlaku 20 tahun dengan tingkat ketelitian peta 1:250.000.

11. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten adalah tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten. Masa berlaku 20 tahun dengan tingkat ketelitian peta 1:50.000.

12. Tim Pengarah Pusat adalah tim yang bertugas mengarahkan Tim Teknis Pusat dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan secara nasional.

14 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

BAB II

PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN

2.1. Prinsip Dasar Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Prinsip dasar Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan, sebagai berkut :

1. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Pangan

Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan ditetapkan berdasarkan kesesuaian lahan dalam pengembangan komoditas tanaman pangan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk penggunaan tanaman tertentu baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Tipologi lahan Kawasan Tanaman Pangan berdasarkan kesesuaian lahan dan persyaratan agroklimat adalah sebagi berikut:

Tabel 1: Tipologi Lahan Kawasan Tanaman Pangan Berdasarkan Kesesuaian Lahan Dan Persyaratan Agroklimat

14 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

15Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

BAB II

PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN

2.1. Prinsip Dasar Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Prinsip dasar Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan, sebagai berkut :

1. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Pangan

Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan ditetapkan berdasarkan kesesuaian lahan dalam pengembangan komoditas tanaman pangan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk penggunaan tanaman tertentu baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Tipologi lahan Kawasan Tanaman Pangan berdasarkan kesesuaian lahan dan persyaratan agroklimat adalah sebagi berikut:

Tabel 1: Tipologi Lahan Kawasan Tanaman Pangan Berdasarkan Kesesuaian Lahan Dan Persyaratan Agroklimat

NO KAWASAN TANAMAN PANGAN KESESUAIAN LAHAN PERSYARATAN AGROKLIMAT1 Tanaman Pangan secara umum Dataran rendah dan dataran Pangan tinggi, dengan bentuk

lahan datar sampai berombak (lereng<8%), kesesuaian lahan tergolong S1, S2 atau S3, memiliki dan atau tidak memiliki prasarana irigasi untuk pengembangan.

Disesuaikan dengankomoditas yangdikembangkansesuai denganagropedoklimatsetempat

Keterangan: S1 = lahan sangat sesuai, S2 = lahan cukup sesuai, S3 = sesuai marjinal

16 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh kesamaan tipologi agroekosistem untuk mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha tanaman pangan. Kawasan Tanaman Pangan dapat berupa kawasan eksisting atau calon lokasi baru yang lokasinya dapat berupa satu hamparan atau hamparan parsial yang terhubung dengan aksesibilitas jaringan infrastruktur dan kelembagaan secara memadai.

Berdasarkan Pasal 66 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) diamanatkan tentang penyusunan Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian. Kawasan peruntukan pertanian meliputi kawasan yang mencakup kawasan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

Kriteria khusus Kawasan Tanaman Pangan ditentukan oleh total luas agregat kawasan untuk masing-masing komoditas unggulan tanaman pangan. Di samping aspek luas agregat, kriteria khusus Kawasan Tanaman Pangan juga mencakup berbagai aspek teknis lainnya yang bersifat spesifik komoditas. Kriteria khusus untuk komoditas padi, jagung, kedelai dan ubikayu, yaitu:

1. Memperhatikan Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi, Jagung, Kedelai dan Ubikayu Nasional Skala 1:250.000 dan atau Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi, Jagung, Kedelai dan Ubikayu Kabupaten Skala 1:50.000;

2. Memperhatikan luasan untuk mencapai skala ekonomi di 1 kawasan kabupaten/kota, yaitu: untuk padi, jagung dan ubikayu minimal 5.000 ha, lokasi yang diprioritaskan adalah kecamatan yang berdekatan yaitu maksimal 3 kecamatan. Sedangkan untuk kedelai minimal 2.000 ha, lokasi yang diprioritaskan adalah kecamatan yang berdekatan maksimal 2 Kecamatan.

3. Memperhatikan luasan gabungan lintas kabupaten/kota untuk mencapai skala ekonomi, yaitu:

2. Lahan Tanaman Pangan Berkelanjutan

Lokasi Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan yang telah ditentukan, selanjutnya akan ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. Dengan demikian mekanisme perencanaan, pemanfaatan, pengembangan, pengendalian dan pembiayaan kawasan peruntukan pertanian mengikuti peraturan perundang-undangan terkait yang berlaku.

3. Mendukung ketahanan pangan nasional

Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Kawasan Tanaman Pangan ditetapkan dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional. Dengan ditetapkannya Kawasan Tanaman Pangan, maka pengembangan pembangunan pertanian akan berorientasi dan fokus pada upaya peningkatan produksi dan produktivitas yang optimal.

4. Tingkat Ketersediaan Air

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor penentu yang mendasar untuk keberhasilan dan keberlanjutan kawasan tanaman pangan. Ketersediaan air tersebut terutama untuk menunjang sub sistem usahatani primer (on-farm agribusiness) dalam peningkatan produksi budidaya tanaman pangan. Dalam budidaya tanaman pangan, kendala yang sering dihadapi adalah ketersediaan air, hal ini terkait dengan adanya dampak perubahan iklim yang semakin ekstrim. Apabila tidak ada ketersediaan air dapat menyebabkan gagal panen/puso. Guna mewujudkan pertanian berkelanjutan maka sumber daya air perlu dikelola secara berdaya guna dan berhasil guna.

2.2. Kriteria Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Kawasan Tanaman Pangan merupakan kawasan usaha tanaman pangan yang disatukan oleh faktor alamiah, sosial budaya dan

17Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh kesamaan tipologi agroekosistem untuk mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha tanaman pangan. Kawasan Tanaman Pangan dapat berupa kawasan eksisting atau calon lokasi baru yang lokasinya dapat berupa satu hamparan atau hamparan parsial yang terhubung dengan aksesibilitas jaringan infrastruktur dan kelembagaan secara memadai.

Berdasarkan Pasal 66 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) diamanatkan tentang penyusunan Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian. Kawasan peruntukan pertanian meliputi kawasan yang mencakup kawasan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

Kriteria khusus Kawasan Tanaman Pangan ditentukan oleh total luas agregat kawasan untuk masing-masing komoditas unggulan tanaman pangan. Di samping aspek luas agregat, kriteria khusus Kawasan Tanaman Pangan juga mencakup berbagai aspek teknis lainnya yang bersifat spesifik komoditas. Kriteria khusus untuk komoditas padi, jagung, kedelai dan ubikayu, yaitu:

1. Memperhatikan Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi, Jagung, Kedelai dan Ubikayu Nasional Skala 1:250.000 dan atau Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi, Jagung, Kedelai dan Ubikayu Kabupaten Skala 1:50.000;

2. Memperhatikan luasan untuk mencapai skala ekonomi di 1 kawasan kabupaten/kota, yaitu: untuk padi, jagung dan ubikayu minimal 5.000 ha, lokasi yang diprioritaskan adalah kecamatan yang berdekatan yaitu maksimal 3 kecamatan. Sedangkan untuk kedelai minimal 2.000 ha, lokasi yang diprioritaskan adalah kecamatan yang berdekatan maksimal 2 Kecamatan.

3. Memperhatikan luasan gabungan lintas kabupaten/kota untuk mencapai skala ekonomi, yaitu:

2. Lahan Tanaman Pangan Berkelanjutan

Lokasi Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan yang telah ditentukan, selanjutnya akan ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. Dengan demikian mekanisme perencanaan, pemanfaatan, pengembangan, pengendalian dan pembiayaan kawasan peruntukan pertanian mengikuti peraturan perundang-undangan terkait yang berlaku.

3. Mendukung ketahanan pangan nasional

Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Kawasan Tanaman Pangan ditetapkan dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional. Dengan ditetapkannya Kawasan Tanaman Pangan, maka pengembangan pembangunan pertanian akan berorientasi dan fokus pada upaya peningkatan produksi dan produktivitas yang optimal.

4. Tingkat Ketersediaan Air

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor penentu yang mendasar untuk keberhasilan dan keberlanjutan kawasan tanaman pangan. Ketersediaan air tersebut terutama untuk menunjang sub sistem usahatani primer (on-farm agribusiness) dalam peningkatan produksi budidaya tanaman pangan. Dalam budidaya tanaman pangan, kendala yang sering dihadapi adalah ketersediaan air, hal ini terkait dengan adanya dampak perubahan iklim yang semakin ekstrim. Apabila tidak ada ketersediaan air dapat menyebabkan gagal panen/puso. Guna mewujudkan pertanian berkelanjutan maka sumber daya air perlu dikelola secara berdaya guna dan berhasil guna.

2.2. Kriteria Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Kawasan Tanaman Pangan merupakan kawasan usaha tanaman pangan yang disatukan oleh faktor alamiah, sosial budaya dan

18 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

mengalokasikan program dan anggaran pada lokasi yang tepat sehingga pelaksanaan budidaya dapat berjalan dengan baik. Berikut adalah tabel Kesesuaian lahan yang telah diusahakan untuk komoditas tanaman pangan Padi sawah irigasi (Oryza sativa).

Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan

untuk Komoditas Tanaman Pangan Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa)

a. Untuk kawasan padi, jagung dan ubikayu dapat berbentuk gabungan 2 kabupaten/kota dengan luas gabungan minimal 5.000 ha dan luas minimal per kabupaten/kota 2.500 ha;

b. Untuk kawasan padi, jagung dan ubikayu dapat berbentuk gabungan 3 kabupaten/kota dengan luas gabungan minimal 6.000 ha dan luas minimal per kabupaten/kota 2.000 ha;

c. Untuk kawasan kedelai dapat berbentuk gabungan 2 kabupaten/kota dengan luas gabungan minimal 2.000 ha dan luas minimal per kabupaten/kota 1.000 ha.

Untuk kawasan gabungan kabupaten, kawasan padi, jagung dan ubi kayu memprioritaskan kecamatan maksimal 3 kecamatan terdekat, sedangkan kawasan kedelai maksimal 2 Kecamatan.

4. Dalam Kawasan Tanaman Pangan, sistem budidaya menerapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48 tahun 2006 tentang Tentang Pedoman Budidaya Tanaman Pangan Yang Baik dan Benar (Good Agriculture Practices);

5. Memperhatikan apakah wilayah tersebut merupakan sentra produksi tanaman pangan atau tidak, serta kondisi Infrastruktur juga harus diperhatikan baik prapanen maupun pascapanen harus memadai;

6. Memperhatikan kesesuaian lahan spesifik lokasi sesuai dengan komoditas. Penggunaan lahan sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan lahan. Adapun kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas padi, jagung, kedelai dan ubi kayu masing-masing komoditas diuraikan sebagai berikut:

a. Padi

Wilayah yang akan dijadikan kawasan padi harus sesuai dengan kriteria kesesuaian lahan. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan perencana dalam

19Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

mengalokasikan program dan anggaran pada lokasi yang tepat sehingga pelaksanaan budidaya dapat berjalan dengan baik. Berikut adalah tabel Kesesuaian lahan yang telah diusahakan untuk komoditas tanaman pangan Padi sawah irigasi (Oryza sativa).

Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan

untuk Komoditas Tanaman Pangan Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa)

a. Untuk kawasan padi, jagung dan ubikayu dapat berbentuk gabungan 2 kabupaten/kota dengan luas gabungan minimal 5.000 ha dan luas minimal per kabupaten/kota 2.500 ha;

b. Untuk kawasan padi, jagung dan ubikayu dapat berbentuk gabungan 3 kabupaten/kota dengan luas gabungan minimal 6.000 ha dan luas minimal per kabupaten/kota 2.000 ha;

c. Untuk kawasan kedelai dapat berbentuk gabungan 2 kabupaten/kota dengan luas gabungan minimal 2.000 ha dan luas minimal per kabupaten/kota 1.000 ha.

Untuk kawasan gabungan kabupaten, kawasan padi, jagung dan ubi kayu memprioritaskan kecamatan maksimal 3 kecamatan terdekat, sedangkan kawasan kedelai maksimal 2 Kecamatan.

4. Dalam Kawasan Tanaman Pangan, sistem budidaya menerapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48 tahun 2006 tentang Tentang Pedoman Budidaya Tanaman Pangan Yang Baik dan Benar (Good Agriculture Practices);

5. Memperhatikan apakah wilayah tersebut merupakan sentra produksi tanaman pangan atau tidak, serta kondisi Infrastruktur juga harus diperhatikan baik prapanen maupun pascapanen harus memadai;

6. Memperhatikan kesesuaian lahan spesifik lokasi sesuai dengan komoditas. Penggunaan lahan sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan lahan. Adapun kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas padi, jagung, kedelai dan ubi kayu masing-masing komoditas diuraikan sebagai berikut:

a. Padi

Wilayah yang akan dijadikan kawasan padi harus sesuai dengan kriteria kesesuaian lahan. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan perencana dalam

S1 S2 S3 NTemperatur (tc)

Temperatur rata - rata ( *C) 24 - 29 22 - 24 18 - 22 < 1829 - 32 32 - 35 > 35

Ketersediaan air (wa) Irigasi irigasi irigasiKelembaban (%) 33 - 90 30 - 33 < 30 -

> 90 -

Media Perakaran (rc)Kriteria drainase agak

terhambat, sedang

terhambat, baik

sangat terhambat, agak cepat

cepat

Kelas Tekstur halus, agak halus sedang agak kasar kasar

Bahan Kasar (%) < 3 3 - 15 15 - 35 > 35Kedalaman tanah (cm) > 50 40 - 50 25 - 40 < 25

Gambut :Ketebalan (cm) < 40 40 - 100 100 - 140 > 140Kematangan Saprik saprik, hemik hemik fibrik

Retensi hara (nr)KTK tanah (cmol/kg) > 16 5 - 16 < 5 -Kejenuhan basa (%) > 50 35 - 50 < 35 -pH H2O 5,5 - 7,0 4,5 - 5,5 < 4,5 -

7,0 - 8,0 > 8,0C - organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8 -

Hara tersedia (nr0

N total (%) sedang rendahsangat rendah -

P2O5 (mg/100g) tinggi sedang

rendah - sangat rendah -

K2O (mg/100g) sedang rendahsangat rendah -

Toksisitas (xc)Salinitas (dS/m) < 2 2 - 4 4 - 6 > 6

Sodisitas (xn)Alkalinitas/ESP (%) < 20 20 - 30 30 - 40 > 40

Bahaya sulfidik (xs)Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40

Bahaya longsor (eh)

Lereng (%) < 3 3 - 8 (diteras)8 - 30

(diteras) > 30Bahaya longsor sangat ringan ringan sedang berat

Bahaya banjir/genangan pada masa tanam (fh)- Tinggi (cm) 25 25 - 50 50 - 75 > 75- Lama (hari) tanpa < 7 7 - 14 > 14

Penyiapan Lahan (Ip)Bantuan di permukaan (%) < 5 5 - 15 15 - 40 > 40Singkapan batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25

Kelas Kesesuaian Lahan *)Persyaratan penggunaan / Karakteristik Lahan

Keterangan : SI : sangat sesuai, S2 : cukup sesuai, S3 : sesuai marginal, N : tidak sesuai, (-) : tidak

diperhitungkan.

20 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

b. Jagung

Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan jagung harus memiliki kriteria kesesuaian lahan untuk menghindari tanam liar yang dapat berdampak terhadap kerusakan lingkungan seperti banjir, longsor dan lain sebagainya. Kriteria kesesuaian lahan yang telah diusahakan untuk komoditas jagung dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Jagung (Zea mays).

Tabel 3. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Padi Gogo (Oryza sativa)

S1 S2 S3 N

Temperatur (tc)Temperatur rata - rata (*C) 24 - 29 22 - 24 18 - 22 < 18

29 - 32 32 - 35 > 35Ketersediaan air (wa)

Zone agroklimat (Oldeman) C2, C3, D2, D3

A2, B2, B3 A1, B1, C1, D1, E1, D4,

E2, E3

E4

Kelembaban (%) 33 - 90 30 - 33 < 30 -> 90

Media perakaran (rc)Kriteria Drainase baik, sedang agak cepat,

agak terhambat

terhambat, sangat

terhambat

cepat

Kelas Tekstur halus, agak halus, sedang

halus, agak halus, sedang

agak kasar kasar

Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55Kedalaman tahah (cm) > 50 40 - 50 25 - 40 < 25Gambut :Ketebalan - - - -Kematangan - - - -

Retensi hara (nr)KTK tanah (cmol/kg) > 16 5 - 16 < 5 -Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20 -pH H2O 5,5 - 7,5 5,0 - 5,5 <5,0

7,5 - 7,9 > 7,9C - organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8

Hara tersedia (nr0

N total (%) sedang rendahsangat rendah

P2O5 (mg/100g) tinggi sedang

rendah - sangat rendah

K2O (mg/100g) sedang rendahsangat rendah

Toksisitas (xc)Salinitas (dS/m) < 2 2 - 4 4 - 6 > 6

Sodisitas (xn)Alkalinitas/ESP (%) < 20 20 - 30 30 - 40 > 40

Bahaya sulfidik (xs)Kedalaman sulfidik (cm) - - - -

Bahaya longsor (eh)Lereng (%) < 3 3 - 8 8 - 15 > 15Bahaya longsor sangat ringan ringan -

sedangberat -

sangat beratBahaya banjir/genangan pada masa tanam (fh)

- Tinggi (cm) - - - -- Lama (hari) - - - -

Penyiapan Lahan (Ip)Bantuan di permukaan (%) < 5 5 - 15 15 - 40 > 40Singkapan batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25

Kelas Kesesuaian Lahan *)Persyaratan penggunaan / Karakteristik Lahan

Keterangan : SI : sangat sesuai, S2 : cukup sesuai, S3 : sesuai marginal, N : tidak sesuai, (-) : tidak

diperhitungkan.

21Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

b. Jagung

Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan jagung harus memiliki kriteria kesesuaian lahan untuk menghindari tanam liar yang dapat berdampak terhadap kerusakan lingkungan seperti banjir, longsor dan lain sebagainya. Kriteria kesesuaian lahan yang telah diusahakan untuk komoditas jagung dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Jagung (Zea mays).

Tabel 3. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Padi Gogo (Oryza sativa)

S1 S2 S3 NTemperatur (tc)

Temperatur rata - rata (*C) 20 - 26 26 - 30 16 - 20 < 1630 - 32 > 32

Ketersediaan air (wa)Curah hujan tahunan (mm) 900 - 1.200 1.200 - 1.600 > 1.600

500 - 900 300 - 500 < 300Kelembaban (%) > 42 36 - 42 30 - 36 < 30

Ketersediaan oksigen (%)

Kriteria Drainase

baik, sedang agak cepat, agak

terhambat

terhambat sangat terhambat,

cepatMedia perakaran (rc)

Kelas Teksturhalus, agak

halus, sedanghalus, agak

halus, sedangagak kasar kasar

Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55Kedalaman tahah (cm) > 60 40 - 60 25 - 40 < 25Gambut :Ketebalan - < 40 40 - 100 > 100Kematangan - saprik saprik, hemik -

Retensi hara (nr)KTK tanah (cmol/kg) > 16 5 - 16 < 5 -Kejenuhan basa (%) > 50 35 - 50 < 35 -pH H2O 5,8 - 7,8 5,5 - 5,8 < 5,5 -

7,8 - 8,2 > 8,2 -C - organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 <0,8 -

Hara tersedia (na)

N total (%) sedang rendahsangat rendah -

P2O5 (mg/100g) tinggi sedang

rendah - sangat rendah -

K2O (mg/100g) sedang rendah sangat rendah -Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m) < 4 4 - 6 4 - 8 > 8Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) < 15 15 - 20 20 - 25 > 25Bahaya sulfidik (xs)

Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) < 3 3 - 8 8 - 15 > 15

Bahaya erosi - sangat ringanrungan - sedang

berat - sangat berat

Bahaya banjir/genangan pada masa tanam (fh)- Tinggi (cm) - - 25 > 25- Lama (hari) - - < 7 > 7

Penyiapan Lahan (Ip)Bantuan di permukaan (%) < 5 5 -15 15 - 40 > 40Singkapan batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25

Persyaratan penggunaan / Karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan *)

Keterangan : SI : sangat sesuai, S2 : cukup sesuai, S3 : sesuai marginal, N : tidak sesuai, (-) : tidak

diperhitungkan.

22 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

d. Ubi Kayu

Budidaya Ubi Kayu dalam kawasan harus memperhatikan kriteria kesesuaian lahan sesuai tabel berikut.

Tabel 6. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Ubi Kayu (Manihot utilisima)

c. Kedelai

Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Kedelai (Glycine max) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 5. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Kedelai (Glycine max).

S1 S2 S3 NTemperatur (tc)

Temperatur rata - rata (*C) 23 - 25 20 - 23 18 - 20 < 1825 - 28 28 - 32 > 32

Ketersediaan air (wa)Curah hujan pada masa pertumbuhan (mm) 350 - 1.100 250 - 350 180 - 250 <180

1.100 - 1.600 1.600 - 1.900 > 1.900Kelembaban (%) 24 - 80 20 -24 < 20 -

80 - 85 > 85Ketersediaan oksigen (oa)

Kriteria Drainase baik, sedang agak cepat, agak

terhambat

terhambat sangat terhambat,

cepatMedia perakaran (rc)

Kelas Tekstur halus, agak halus, sedang

halus, agak halus, sedang

agak kasar kasar

Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 >55Kedalaman tahah (cm) > 50 30 - 50 20 - 30 < 20Gambut :Ketebalan - - < 60 > 60Kematangan saprik, hemik fabrik

Retensi hara (nr)KTK tanah (cmol/kg) > 16 5 - 16 < 5 -Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20pH H2O 5,5 - 7,5 5,0 - 5,5 <5,0 -C - organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8 -

Hara tersedia (na)N total (%) sedang rendah sangat

rendahP2O5 (mg/100g) tinggi sedang rendah -

sangat rendah

K2O (mg/100g) sedang rendah sangat rendah

Toksisitas (xc)Salinitas (dS/m) <4 4 - 6 6 - 8 >8

Sodisitas (xn)Alkalinitas/ESP (%) < 15 15 - 20 20 - 25 >25

Bahaya sulfidik (xs)Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40

Bahaya erosi (eh)Lereng (%) <3 3 - 8 8 - 15 > 15

Bahaya erosi sangat ringanringan - sedang

berat - sangat berat'

- Tinggi (cm) 25 >25- Lama (hari) <7 >_7

Penyiapan Lahan (Ip)Bantuan di permukaan (%) < 5 5 - 15 15 - 40 > 40Singkapan batuan (%) <5 5 - 15 15 - 25 > 25

Persyaratan penggunaan / Karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan *)

Bahaya banjir/genangan pada masa tanam (fh)

Keterangan : SI : sangat sesuai, S2 : cukup sesuai, S3 : sesuai marginal, N : tidak sesuai, (-) : tidak diperhitungkan.

23Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

d. Ubi Kayu

Budidaya Ubi Kayu dalam kawasan harus memperhatikan kriteria kesesuaian lahan sesuai tabel berikut.

Tabel 6. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Ubi Kayu (Manihot utilisima)

c. Kedelai

Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Kedelai (Glycine max) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 5. Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Kedelai (Glycine max).

S1 S2 S3 NTemperatur (tc)

Temperatur rata - rata (*C) 22 - 28 28 - 30 18 - 20 <18

Ketersediaan air (wa)Curah hujan tahunan (mm) 1.000 - 2.000 600 - 1.000 500 - 600 < 500

2000 - 3000 3000 - 4000 >4000Lama bulan kering (bulan) 3,5 - 5 5 - 6 6 -7 >7

Ketersediaan oksigen (oa)Kriteria Drainase baik, sedang agak cepat,

agak terhambat

terhambat sangat terhambat,

cepatMedia perakaran (rc)

Kelas Tekstur agak halus, sedang

halus, agak kasar

sangat halus kasar

Bahan kasar (%) <15 15 - 35 35 - 55 >55Kedalaman tanah (cm) >100 75 - 100 50 - 75 <50Gambut :Ketebalan tanpa tanpa < 60 > 60Kematangan saprik, hemik fabrik

Retensi hara (nr)KTK tanah (cmol/kg) > 16 5 - 16 < 5 -Kejenuhan basa (%) 20 < 20 < 20 -pH H2O 5,2 - 7,0 4,8 - 5,2 <4,8 -

7,0 - 7,6 >7,6 -C - organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8 -

Hara tersedia (na)N total (%) sedang rendah sangat

rendah-

P2O5 (mg/100g) sedang rendah sangat rendah

-

K2O (mg/100g) sedang rendah sangat rendah

-

Toksisitas (xc)Salinitas (dS/m) <2 2 - 3 3 - 4 > 4

Sodisitas (xn)Alkalinitas/ESP (%) - - - -

Bahaya sulfidik (xs)Kedalaman sulfidik (cm) > 100 74 - 100 40 - 75 < 40

Bahaya erosi (eh)Lereng (%) < 3 3 - 8 8 - 15 > 15Bahaya erosi sangat ringan ringan -

sedangberat -

sangat berat

- Tinggi (cm) - 25 25 - 50 > 50- Lama (hari) - < 7 7 - 14 > 14

Penyiapan Lahan (Ip)Bantuan di permukaan (%) < 5 5 - 15 15 - 40 > 40Singkapan batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25

Bahaya banjir/genangan pada masa

Persyaratan penggunaan / Karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan *)

Keterangan : SI : sangat sesuai, S2 : cukup sesuai, S3 : sesuai marginal, N : tidak sesuai,

(-) : tidak diperhitungkan.

24 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

3. Dibangun dan dikembangkan oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan atau masyarakat sesuai dengan biofisik dan sosial ekonomi dan lingkungan.

4. Berbasis komoditas tanaman pangan nasional dan daerah dan atau komoditas lokal yang mengacu pada kesesuaian lahan

2.4. Syarat Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan 1. Lahan yang dipilih mempunyai kelas kesesuaian lahan S1

(sangat sesuai), S2 (cukup sesuai) atau S3 (sesuai marjinal). Diutamakan yang tergolong S1 atau S2.

2. Lahan pengembangan bukan merupakan lahan pertanian yang telah diusahakan, dan diutamakan pada lahan yang memiliki potensi, lahan terlantar atau lahan tidur

3. Letak kawasan pengembangan tidak jauh dari tempat tinggal petani dan potensi untuk pengembangan infrastruktur cukup mudah.

4. Pengembangan lahan tanaman pangan pada lahan basah mengikuti rencana pembangunan irigasi sebagai sumber air, sedangkan pengembangan lahan tanaman pangan di lahan kering harus mempertimbangkan jumlah curah hujan dan rencana pengembangan dan ketersediaan sumber air permukaan lainnya.

2.5. Penetapan Kawasan Tanaman Pangan Penetapan kawasan peruntukan pertanian ini diperlukan untuk memudahkan dalam penumbuhan dan pengembangan kawasan pertanian berbasis agribisnis mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, pengolahan pasca panen dan pemasaran serta kegiatan pendukungnya secara terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tata ruang, kawasan pertanian termasuk ke dalam kawasan budidaya yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi

2.2.1. Manfaat penetapan kriteria kawasan tanaman pangan

Manfaat penetapan kriteria kawasan tanaman pangan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan daya dukung lahan baik kawasan pertanian yang telah ada maupun melalui pembukaan lahan baru untuk pertanian tanaman pangan dan pendayagunaan investasi.

2. Meningkatkan sinergitas dan keterpaduan pembangunan lintas sektor dan sub sektor yang berkelanjutan.

3. Meningkatkan pelestarian dan konservasi sumber daya alam untuk pertanian dan mengendalikan alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian agar ketersediaan lahan tetap berkelanjutan;

4. Memberikan kemudahan dalam mengukur kinerja program dan kegiatan penumbuhan dan pengembangan kawasan tanaman pangan;

5. Mendorong tersedianya bahan baku industri hulu dan hilir dan/atau mendorong pengembangan sumber energi terbarukan, dan meningkatkan ketahanan pangan, kemandirian pangan dan kedaulatan pangan.

6. Menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pendapatan nasional dan daerah, melestarikan nilai sosial budaya dan daya tarik kawasan perdesaan sebagai kawasan agropolitan dan agrowisata.

2.3. Ciri-ciri Kawasan Tanaman Pangan

Ciri-ciri kawasan tanaman pangan sebagai berikut :

1. Lokasi mengacu pada RTRW provinsi dan kabupaten/kota, dan mengacu pada kesesuaian lahan baik pada lahan basah maupun lahan kering.

2. Pengembangan komoditas tanaman pangan pada lahan gambut mengacu pada kelas kesesuaian lahan gambut yang telah berlaku.

25Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

3. Dibangun dan dikembangkan oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan atau masyarakat sesuai dengan biofisik dan sosial ekonomi dan lingkungan.

4. Berbasis komoditas tanaman pangan nasional dan daerah dan atau komoditas lokal yang mengacu pada kesesuaian lahan

2.4. Syarat Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan 1. Lahan yang dipilih mempunyai kelas kesesuaian lahan S1

(sangat sesuai), S2 (cukup sesuai) atau S3 (sesuai marjinal). Diutamakan yang tergolong S1 atau S2.

2. Lahan pengembangan bukan merupakan lahan pertanian yang telah diusahakan, dan diutamakan pada lahan yang memiliki potensi, lahan terlantar atau lahan tidur

3. Letak kawasan pengembangan tidak jauh dari tempat tinggal petani dan potensi untuk pengembangan infrastruktur cukup mudah.

4. Pengembangan lahan tanaman pangan pada lahan basah mengikuti rencana pembangunan irigasi sebagai sumber air, sedangkan pengembangan lahan tanaman pangan di lahan kering harus mempertimbangkan jumlah curah hujan dan rencana pengembangan dan ketersediaan sumber air permukaan lainnya.

2.5. Penetapan Kawasan Tanaman Pangan Penetapan kawasan peruntukan pertanian ini diperlukan untuk memudahkan dalam penumbuhan dan pengembangan kawasan pertanian berbasis agribisnis mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, pengolahan pasca panen dan pemasaran serta kegiatan pendukungnya secara terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tata ruang, kawasan pertanian termasuk ke dalam kawasan budidaya yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi

2.2.1. Manfaat penetapan kriteria kawasan tanaman pangan

Manfaat penetapan kriteria kawasan tanaman pangan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan daya dukung lahan baik kawasan pertanian yang telah ada maupun melalui pembukaan lahan baru untuk pertanian tanaman pangan dan pendayagunaan investasi.

2. Meningkatkan sinergitas dan keterpaduan pembangunan lintas sektor dan sub sektor yang berkelanjutan.

3. Meningkatkan pelestarian dan konservasi sumber daya alam untuk pertanian dan mengendalikan alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian agar ketersediaan lahan tetap berkelanjutan;

4. Memberikan kemudahan dalam mengukur kinerja program dan kegiatan penumbuhan dan pengembangan kawasan tanaman pangan;

5. Mendorong tersedianya bahan baku industri hulu dan hilir dan/atau mendorong pengembangan sumber energi terbarukan, dan meningkatkan ketahanan pangan, kemandirian pangan dan kedaulatan pangan.

6. Menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pendapatan nasional dan daerah, melestarikan nilai sosial budaya dan daya tarik kawasan perdesaan sebagai kawasan agropolitan dan agrowisata.

2.3. Ciri-ciri Kawasan Tanaman Pangan

Ciri-ciri kawasan tanaman pangan sebagai berikut :

1. Lokasi mengacu pada RTRW provinsi dan kabupaten/kota, dan mengacu pada kesesuaian lahan baik pada lahan basah maupun lahan kering.

2. Pengembangan komoditas tanaman pangan pada lahan gambut mengacu pada kelas kesesuaian lahan gambut yang telah berlaku.

26 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

pendanaan dari APBN terutama dialokasikan untuk penyelenggaraan standar pelayanan teknis minimal di bidang pertanian.

3. Kawasan Tanaman Pangan Kabupaten/Kota yaitu kawasan yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan kriteria dan batasan sebagai berikut: a. Mengembangkan komoditas tanaman pangan

kabupaten/kota dan atau komoditas tanaman pangan prioritas provinsi dan atau komoditas pertanian nasional yang sesuai dengan arah dan kebijakan Kementerian Pertanian;

b. Memiliki kontribusi produksi eksisting yang signifikan atau berpotensi tinggi terhadap produksi kabupaten/kota;

c. Didukung oleh berbagai sumber pembiayaan, terutama dari swadaya masyarakat, investasi swasta, BUMN/BUMD dan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Fasilitasi dukungan pendanaan dari APBN terutama dialokasikan untuk penyelenggaraan standar pelayanan teknis minimal di bidang tanaman pangan.

Lokasi pengembangan kawasan tanaman pangan dapat berupa kawasan eksisting atau calon lokasi baru yang lokasinya dapat berupa satu hamparan atau hamparan parsial yang terhubung dengan aksesibilitas jaringan infrastruktur dan kelembagaan secara memadai. Komoditas prioritas pada Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan yaitu Padi, Jagung, Kedelai dan Ubi Kayu. Lokasi yang telah ditetapkan menjadi kawasan pengembangan padi sebanyak 31 Provinsi dan 284 Kabupaten. Lokasi pengembangan kawasan Jagung sebanyak 30 Provinsi dan 166 Kabupaten. Lokasi Pengembangan kawasan Kedelai sebanyak 21 Provinsi dan 107 Kabupaten. Sedangkan lokasi pengembangan Ubi Kayu sebanyak 18 Provins 70 Kabupaten. Adapun Lokasi masing-masing komoditas terlampir (lampiran 1).

dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

Penetapan kawasan tanaman pangan didasarkan pada hasil analisis potensi wilayah, prospek pengembangan komoditas, permasalahan dan kinerja pembangunan tanaman pangan di daerah serta dinamika kebijakan perencanaan dan penganggaran di tingkat nasional. Kawasan Pertanian terdiri dari sebagai berikut:

1. Kawasan Nasional yaitu kawasan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian dengan kriteria dan batasan sebagai berikut: a. Mengembangkan komoditas pertanian prioritas nasional

sesuai dengan arah dan kebijakan Kementerian Pertanian; b. Memiliki kontribusi produksi eksisting yang signifikan

atau berpotensi tinggi terhadap produksi nasional; c. Lokasi Kawasan Pertanian Nasional dapat bersifat lintas

provinsi/kabupaten/kota; d. Didukung oleh berbagai sumber pembiayaan, terutama

dari swadaya masyarakat, investasi swasta, BUMN/BUMN dan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Fasilitasi dukungan pendanaan dari APBN dialokasikan sebagai stimulan untuk mengakselerasi pengutuhan seluruh sub sistem agribisnis di Kawasan Pertanian.

2. Kawasan Provinsi yaitu kawasan yang ditetapkan oleh Gubernur dengan kriteria dan batasan sebagai berikut: a. Mengembangkan komoditas tanaman pangan provinsi dan

atau komoditas tanaman pangan prioritas nasional yang sesuai dengan arah dan kebijakan Kementerian Pertanian;

b. Memiliki kontribusi produksi eksisting yang signifikan atau berpotensi tinggi terhadap produksi provinsi;

c. Lokasi Kawasan Tanaman Pangan Provinsi dapat bersifat lintas kabupaten/kota;

d. Didukung oleh berbagai sumber pembiayaan, terutama dari swadaya masyarakat, investasi swasta, BUMN/BUMD dan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Fasilitasi dukungan

27Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

pendanaan dari APBN terutama dialokasikan untuk penyelenggaraan standar pelayanan teknis minimal di bidang pertanian.

3. Kawasan Tanaman Pangan Kabupaten/Kota yaitu kawasan yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan kriteria dan batasan sebagai berikut: a. Mengembangkan komoditas tanaman pangan

kabupaten/kota dan atau komoditas tanaman pangan prioritas provinsi dan atau komoditas pertanian nasional yang sesuai dengan arah dan kebijakan Kementerian Pertanian;

b. Memiliki kontribusi produksi eksisting yang signifikan atau berpotensi tinggi terhadap produksi kabupaten/kota;

c. Didukung oleh berbagai sumber pembiayaan, terutama dari swadaya masyarakat, investasi swasta, BUMN/BUMD dan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Fasilitasi dukungan pendanaan dari APBN terutama dialokasikan untuk penyelenggaraan standar pelayanan teknis minimal di bidang tanaman pangan.

Lokasi pengembangan kawasan tanaman pangan dapat berupa kawasan eksisting atau calon lokasi baru yang lokasinya dapat berupa satu hamparan atau hamparan parsial yang terhubung dengan aksesibilitas jaringan infrastruktur dan kelembagaan secara memadai. Komoditas prioritas pada Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan yaitu Padi, Jagung, Kedelai dan Ubi Kayu. Lokasi yang telah ditetapkan menjadi kawasan pengembangan padi sebanyak 31 Provinsi dan 284 Kabupaten. Lokasi pengembangan kawasan Jagung sebanyak 30 Provinsi dan 166 Kabupaten. Lokasi Pengembangan kawasan Kedelai sebanyak 21 Provinsi dan 107 Kabupaten. Sedangkan lokasi pengembangan Ubi Kayu sebanyak 18 Provins 70 Kabupaten. Adapun Lokasi masing-masing komoditas terlampir (lampiran 1).

dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

Penetapan kawasan tanaman pangan didasarkan pada hasil analisis potensi wilayah, prospek pengembangan komoditas, permasalahan dan kinerja pembangunan tanaman pangan di daerah serta dinamika kebijakan perencanaan dan penganggaran di tingkat nasional. Kawasan Pertanian terdiri dari sebagai berikut:

1. Kawasan Nasional yaitu kawasan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian dengan kriteria dan batasan sebagai berikut: a. Mengembangkan komoditas pertanian prioritas nasional

sesuai dengan arah dan kebijakan Kementerian Pertanian; b. Memiliki kontribusi produksi eksisting yang signifikan

atau berpotensi tinggi terhadap produksi nasional; c. Lokasi Kawasan Pertanian Nasional dapat bersifat lintas

provinsi/kabupaten/kota; d. Didukung oleh berbagai sumber pembiayaan, terutama

dari swadaya masyarakat, investasi swasta, BUMN/BUMN dan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Fasilitasi dukungan pendanaan dari APBN dialokasikan sebagai stimulan untuk mengakselerasi pengutuhan seluruh sub sistem agribisnis di Kawasan Pertanian.

2. Kawasan Provinsi yaitu kawasan yang ditetapkan oleh Gubernur dengan kriteria dan batasan sebagai berikut: a. Mengembangkan komoditas tanaman pangan provinsi dan

atau komoditas tanaman pangan prioritas nasional yang sesuai dengan arah dan kebijakan Kementerian Pertanian;

b. Memiliki kontribusi produksi eksisting yang signifikan atau berpotensi tinggi terhadap produksi provinsi;

c. Lokasi Kawasan Tanaman Pangan Provinsi dapat bersifat lintas kabupaten/kota;

d. Didukung oleh berbagai sumber pembiayaan, terutama dari swadaya masyarakat, investasi swasta, BUMN/BUMD dan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Fasilitasi dukungan

28 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Penguatan kemitraan bermaksud untuk membangun kerjasama dengan perusahaan, pemerintah dan organisasi yang mampu membawa sumber daya baru dan kredibilitas untuk pengembangan kawasan pertanian.

3. Strategi penguatan sarana dan prasarana Penguatan sarana dan prasarana pertanian harus ditingkatkan lagi untuk menunjang kebutuhan petani sebagai ujung tombak swasembada pangan. Dalam hal ini pemerintah telah mengalokasikan bantuan pemerintah berupa sarana dan prasarana pertanian yang bersumber dari anggaran APBN. Untuk selanjutnya diharapkan adanya kontribusi dari pemerintah daerah dengan bersumber APBD untuk menunjang sarana dan prasarana pertanian.

4. Strategi penguatan Sumber Daya Manusia (SDM)

Penguatan SDM merupakan usaha yang dilakukan untuk membentuk manusia yang berkualitas dengan memiliki keterampilan, kemampuan kerja dan loyalitas kerja. Penguatan SDM tidak hanya dilakukan kepada aparatur pemerintah tetapi juga terhadap petani/masyarakat. Strategi penguatan SDM dapat dilakukan dengan cara :

a. meningkatkan pendidikan b. melalui pelatihan budidaya dan agribisnis serta pelatihan

lainnya c. pembinaan d. rekruitmen yang bertujuan untuk memperoleh SDM sesuai

klasifikasi kebutuhan. 5. Strategi penguatan kelembagaan

Penguatan kelembagaan dilakukan tidak hanya sekedar mengkatifkan atau mengadakan kelembagaan tetapi perlu disempurnakan struktur kelembagaan, mekanisme kerjanya, semangatnya dan komitmennya. Pendekatan kelembagaan telah menjadi strategi penting dalam pembangunan pertanian. Pengembangan kelembagaan pertanian baik formal maupun informal harus memberikan

2.6. Strategi Pengembangan Kawasan Beberapa strategi yang perlu dijalankan dalam pengembangan kawasan tanaman pangan kedepan yaitu : 1. Strategi penguatan perencanaan pengembangan kawasan

Aspek penguatan perencanaan membutuhkan instrumen perencanaan yang mencakup : a. Peta Spasial Tematik Pertanian

Penyusunan kriteria teknis kawasan pertanian harus merujuk pada peta-peta spasial tematik pertanian yang tersedia atau telah diterbitkan oleh Kementerian Pertanian sebagai instrumen perencanaan yang berbasis spasial.

b. Masterplan Kawasan Pertanian Rencana strategis satuan kerja yang menyelenggarakan urusan pertanian di daerah provinsi membutuhkan penjabaran ke dalam Masterplan sebagai dokumen perencanaan strategis regional yang lebih terarah dan terukur. Hal tersebut dilakukan dalam rangka memperoleh gambaran utuh kondisi eksistig dan rencana pengembangan komoditas sekurang-kurangnya selama 5 (tahun) ke depan.

c. Action Plan Kawasan Pertanian Masterplan yang telah disusun dapat dijabarkan lebih lanjut ke dalam Action Plan sebagai dokumen perencanaan operasional yang lebih rinci serta fokus pada lokasi kegiatan dan pelaku.

2. Strategi penguatan kerjasama dan kemitraan

Penguatan kerjasama dapat dilakukan baik dengan kelompok yang lain maupun pihak – pihak lain misalnya : lembaga pemerintah, Bank, Perusahaan, LSM dan lain sebagainya baik nasional maupun internasional. Bentuk kerjasama yang dilakukan dapat bermacam-macam misalnya : penyediaan saprodi, kerjasama pemasaran hasil, penyediaan modal, penyediaan teknologi, transfer ilmu dan teknologi, dan masih banyak lagi bentuk – bentuk kerjasama lainnya yang bisa dilakukan.

29Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

Penguatan kemitraan bermaksud untuk membangun kerjasama dengan perusahaan, pemerintah dan organisasi yang mampu membawa sumber daya baru dan kredibilitas untuk pengembangan kawasan pertanian.

3. Strategi penguatan sarana dan prasarana Penguatan sarana dan prasarana pertanian harus ditingkatkan lagi untuk menunjang kebutuhan petani sebagai ujung tombak swasembada pangan. Dalam hal ini pemerintah telah mengalokasikan bantuan pemerintah berupa sarana dan prasarana pertanian yang bersumber dari anggaran APBN. Untuk selanjutnya diharapkan adanya kontribusi dari pemerintah daerah dengan bersumber APBD untuk menunjang sarana dan prasarana pertanian.

4. Strategi penguatan Sumber Daya Manusia (SDM)

Penguatan SDM merupakan usaha yang dilakukan untuk membentuk manusia yang berkualitas dengan memiliki keterampilan, kemampuan kerja dan loyalitas kerja. Penguatan SDM tidak hanya dilakukan kepada aparatur pemerintah tetapi juga terhadap petani/masyarakat. Strategi penguatan SDM dapat dilakukan dengan cara :

a. meningkatkan pendidikan b. melalui pelatihan budidaya dan agribisnis serta pelatihan

lainnya c. pembinaan d. rekruitmen yang bertujuan untuk memperoleh SDM sesuai

klasifikasi kebutuhan. 5. Strategi penguatan kelembagaan

Penguatan kelembagaan dilakukan tidak hanya sekedar mengkatifkan atau mengadakan kelembagaan tetapi perlu disempurnakan struktur kelembagaan, mekanisme kerjanya, semangatnya dan komitmennya. Pendekatan kelembagaan telah menjadi strategi penting dalam pembangunan pertanian. Pengembangan kelembagaan pertanian baik formal maupun informal harus memberikan

2.6. Strategi Pengembangan Kawasan Beberapa strategi yang perlu dijalankan dalam pengembangan kawasan tanaman pangan kedepan yaitu : 1. Strategi penguatan perencanaan pengembangan kawasan

Aspek penguatan perencanaan membutuhkan instrumen perencanaan yang mencakup : a. Peta Spasial Tematik Pertanian

Penyusunan kriteria teknis kawasan pertanian harus merujuk pada peta-peta spasial tematik pertanian yang tersedia atau telah diterbitkan oleh Kementerian Pertanian sebagai instrumen perencanaan yang berbasis spasial.

b. Masterplan Kawasan Pertanian Rencana strategis satuan kerja yang menyelenggarakan urusan pertanian di daerah provinsi membutuhkan penjabaran ke dalam Masterplan sebagai dokumen perencanaan strategis regional yang lebih terarah dan terukur. Hal tersebut dilakukan dalam rangka memperoleh gambaran utuh kondisi eksistig dan rencana pengembangan komoditas sekurang-kurangnya selama 5 (tahun) ke depan.

c. Action Plan Kawasan Pertanian Masterplan yang telah disusun dapat dijabarkan lebih lanjut ke dalam Action Plan sebagai dokumen perencanaan operasional yang lebih rinci serta fokus pada lokasi kegiatan dan pelaku.

2. Strategi penguatan kerjasama dan kemitraan

Penguatan kerjasama dapat dilakukan baik dengan kelompok yang lain maupun pihak – pihak lain misalnya : lembaga pemerintah, Bank, Perusahaan, LSM dan lain sebagainya baik nasional maupun internasional. Bentuk kerjasama yang dilakukan dapat bermacam-macam misalnya : penyediaan saprodi, kerjasama pemasaran hasil, penyediaan modal, penyediaan teknologi, transfer ilmu dan teknologi, dan masih banyak lagi bentuk – bentuk kerjasama lainnya yang bisa dilakukan.

30 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

kemitraan antara perusahaan dan petani, meningkatkan kapasitas dan kualitas produk antara yang dihasilkan dalam jangka pendek, dan mendorong pengembangan industri hilir tanaman pangan yang mampu menghasilkan produk - produk akhir yang bernilai tambah tinggi dalam jangka menengah dan panjang.

Aspek penguatan perencanaan pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dapat dibagi ke dalam tahap-tahap:

1. Penentuan Kriteria Teknis Kawasan; 2. Penyusunan Masterplan (disusun di tingkat provinsi

mencakup kabupaten/kota yang potensial untuk dikembangkan sebagai Kawasan Pertanian);

3. Penyusunan Action Plan (disusun di tingkat kabupaten/kota yang potensial untuk dikembangkan sebagai Kawasan Tanaman Pangan);

4. Sinkronisasi Rencana Pengembangan Kawasan Lingkup Provinsi

5. Sinkronisasi Rencana Pengembangan Kawasan Lingkup Eselon I Kementerian Pertanian.

peran berarti di perdesaan. Hal tersebut dapat dilakukan diantaranya dengan: a. Peran antar lembaga pendidikan dan pelatihan, Balai

Penelitian dan Penyuluhan (BPP) harus terkoordinasi dengan baik.

b. Fungsi dan keberadaan lembaga penyuluhan dimanfaatkan secara baik.

c. Meningkatkan koordinasi dan kinerja lembaga keuangan perbankan perdesaan.

d. Koperasi perdesaan yang bergerak di sektor pertanian dioptimumkan.

e. Keberadaan lembaga-lembaga tradisional di perdesaan dimanfaatkan secara optimal.

6. Strategi penguatan adopsi teknologi bioindustri dan bioenergi Upaya Kementerian Pertanian dalam rangka pengembangan dan penguatan bioindustri dan bioenergi diantaranya sebagai berikut: a. Menyusun peta jalan pengembangan bahan baku

bioindustri dan bioenergi; b. Penguatan pasokan hasil produksi komoditas bahan baku

bioindustri dan bioenergi melalui pola kawasan produksi; c. Mengembangkan industri pengolahan sederhana berbasis

di pedesaan; d. Mendorong industri menerapkan zero waste management; e. Mendorong berkembangnya pengolahan lanjutan di dalam

negeri dari komoditas pertanian dengan mengacu pohon industri yang ada dan berkembang.

f. Mendorong investasi PMA dan PMDN bidang pengolahan hasil pertanian terutama berteknologi menengah dan tinggi.

7. Strategi pengembangan industri hilir

Srategi pengembangan industri hilir tanaman pangan diantaranya sebagai berikut :

a. memperkuat pengembangan hulu - hilir industri tanaman pangan, yaitu dengan cara menggalakkan kembali sistem

31Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

kemitraan antara perusahaan dan petani, meningkatkan kapasitas dan kualitas produk antara yang dihasilkan dalam jangka pendek, dan mendorong pengembangan industri hilir tanaman pangan yang mampu menghasilkan produk - produk akhir yang bernilai tambah tinggi dalam jangka menengah dan panjang.

Aspek penguatan perencanaan pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dapat dibagi ke dalam tahap-tahap:

1. Penentuan Kriteria Teknis Kawasan; 2. Penyusunan Masterplan (disusun di tingkat provinsi

mencakup kabupaten/kota yang potensial untuk dikembangkan sebagai Kawasan Pertanian);

3. Penyusunan Action Plan (disusun di tingkat kabupaten/kota yang potensial untuk dikembangkan sebagai Kawasan Tanaman Pangan);

4. Sinkronisasi Rencana Pengembangan Kawasan Lingkup Provinsi

5. Sinkronisasi Rencana Pengembangan Kawasan Lingkup Eselon I Kementerian Pertanian.

peran berarti di perdesaan. Hal tersebut dapat dilakukan diantaranya dengan: a. Peran antar lembaga pendidikan dan pelatihan, Balai

Penelitian dan Penyuluhan (BPP) harus terkoordinasi dengan baik.

b. Fungsi dan keberadaan lembaga penyuluhan dimanfaatkan secara baik.

c. Meningkatkan koordinasi dan kinerja lembaga keuangan perbankan perdesaan.

d. Koperasi perdesaan yang bergerak di sektor pertanian dioptimumkan.

e. Keberadaan lembaga-lembaga tradisional di perdesaan dimanfaatkan secara optimal.

6. Strategi penguatan adopsi teknologi bioindustri dan bioenergi Upaya Kementerian Pertanian dalam rangka pengembangan dan penguatan bioindustri dan bioenergi diantaranya sebagai berikut: a. Menyusun peta jalan pengembangan bahan baku

bioindustri dan bioenergi; b. Penguatan pasokan hasil produksi komoditas bahan baku

bioindustri dan bioenergi melalui pola kawasan produksi; c. Mengembangkan industri pengolahan sederhana berbasis

di pedesaan; d. Mendorong industri menerapkan zero waste management; e. Mendorong berkembangnya pengolahan lanjutan di dalam

negeri dari komoditas pertanian dengan mengacu pohon industri yang ada dan berkembang.

f. Mendorong investasi PMA dan PMDN bidang pengolahan hasil pertanian terutama berteknologi menengah dan tinggi.

7. Strategi pengembangan industri hilir

Srategi pengembangan industri hilir tanaman pangan diantaranya sebagai berikut :

a. memperkuat pengembangan hulu - hilir industri tanaman pangan, yaitu dengan cara menggalakkan kembali sistem

32 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

BAB III TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB PROVINSI DAN KABUPATEN

3.1. Tugas dan Tanggungjawab Provinsi

Dalam penguatan perencanaan pengembangan kawasan pertanian, Provinsi menyusun Masterplan yang merupakan dokumen rancangan pengembangan kawasan pertanian ditingkat Provinsi yang disusun secara teknokratik, bertahap dan berkelanjutan sesuai potensi dari aspek daya dukung dan daya tampung sumberdaya, sosial ekonomi, dan tata ruang wilayah.

Penyusunan Masterplan melibatkan segenap pemangku kepentingan yang ada di tingkat provinsi dan di tingkat kabupaten/kota dengan memperhatikan tata ruang wilayah dan kebijakan strategis yang ada di daerah. Masterplan ditetapkan dengan keputusan gubernur.

3.1.1. Fungsi dan Manfaat Masterplan

Fungsi Masterplan sebagai acuan teknis dalam menyusun arah pengembangan kawasan pertanian yang berskala regional sesuai agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi di tingkat Provinsi.

Manfaat Masterplan kawasan pertanian di tingkat Provinsi adalah sebagai berikut: 1. Sebagai acuan bagi provinsi dalam merancang strategi dan

kebijakan serta merumuskan indikasi program dan kegiatan pengembangan kawasan pertanian secara terarah dan terfokus di tingkat Kabupaten/Kota.

2. Sebagai rujukan bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun Action Plan pengembangan kawasan pertanian yang menjabarkan indikasi program dan kegiatan di dalam Masterplan ke dalam rencana yang lebih operasional termasuk alokasi dana yang diperlukan.

32 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

33Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

BAB III TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB PROVINSI DAN KABUPATEN

3.1. Tugas dan Tanggungjawab Provinsi

Dalam penguatan perencanaan pengembangan kawasan pertanian, Provinsi menyusun Masterplan yang merupakan dokumen rancangan pengembangan kawasan pertanian ditingkat Provinsi yang disusun secara teknokratik, bertahap dan berkelanjutan sesuai potensi dari aspek daya dukung dan daya tampung sumberdaya, sosial ekonomi, dan tata ruang wilayah.

Penyusunan Masterplan melibatkan segenap pemangku kepentingan yang ada di tingkat provinsi dan di tingkat kabupaten/kota dengan memperhatikan tata ruang wilayah dan kebijakan strategis yang ada di daerah. Masterplan ditetapkan dengan keputusan gubernur.

3.1.1. Fungsi dan Manfaat Masterplan

Fungsi Masterplan sebagai acuan teknis dalam menyusun arah pengembangan kawasan pertanian yang berskala regional sesuai agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi di tingkat Provinsi.

Manfaat Masterplan kawasan pertanian di tingkat Provinsi adalah sebagai berikut: 1. Sebagai acuan bagi provinsi dalam merancang strategi dan

kebijakan serta merumuskan indikasi program dan kegiatan pengembangan kawasan pertanian secara terarah dan terfokus di tingkat Kabupaten/Kota.

2. Sebagai rujukan bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun Action Plan pengembangan kawasan pertanian yang menjabarkan indikasi program dan kegiatan di dalam Masterplan ke dalam rencana yang lebih operasional termasuk alokasi dana yang diperlukan.

34 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

e. Lay out atau tata letak jaringan infrastruktur dan kelembagaan di lingkup Provinsi serta keterkaitannya dengan struktur dan pola ruang wilayah Provinsi (dalam bentuk spasial);

f. Road Map atau peta jalan pengembangan kawasan pertanian di lingkup Provinsi sebagai acuan penyusunan Action Plan Kabupaten/ Kota untuk sekurang-kurangnya selama 5 (lima) tahun ke depan.

Sistematika atau outline Masterplan dapat dilihat pada lampiran 2.

3.2. Tugas dan Tanggungjawab Kabupaten

Masterplan dan rencana strategis satuan kerja yang melaksanakan urusan pertanian di daerah kabupaten/kota membutuhkan penjabaran lebih lanjut ke dalam Action Plan sebagai dokumen perencanaan operasional yang lebih rinci serta fokus pada lokasi, kegitan dan pelaku. Penyusunan Action Plan melibatkan segenap pemangku kepentingan yang ada di tingkat kabupaten/kota dengan memperhatikan tata ruang wilayah dan kebijakan strategi yang ada di daerah; Action Plan ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.

3.2.1. Fungsi dan Manfaat Action Plan

Action Plan disusun sebagai acuan teknis dalam menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan pengembangan Kawasan Pertanian di tingkat kabupaten/kota. Substansi kegiatan yang dituangkan di dalam Action Plan menjadi rujukan utama dalam perencanaan tahunan yang diusulkan melalui mekanisme e-proposal. Manfaat Action Plan Kawasan Pertanian di tingkat kabupaten/kota meliputi: 1. Sebagai acuan operasional di tingkat lapangan dalam

melaksanakan program dan kegiatan pengembangan

3. Sebagai acuan untuk mengevaluasi implementasi pengembangan kawasan pertanian.

3.1.2. Proses Penyusunan Masterplan

Penyusunan Masterplan dilakukan dengan pendekatan politik, teknokratis, keterpaduan top down policy-bottom up planning, dan partisipatif. Proses penyusunan Masterplan sebagai berikut :

1. Masterplan disusun di tingkat Provinsi untuk satu komoditas atau beberapa komoditas yang disusun dan dikoordinasikan oleh Tim Teknis Provinsi. Masterplan dapat disusun dalam bentuk :

a. gabungan semua komoditas yang ada di dalam satu sub sektor (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan atau peternakan);

b. gabungan beberapa komoditas dalam satu sub sektor;

c. secara khusus hanya untuk satu jenis komoditas tergantung dari kontribusi komoditas tersebut terhadap perekonomian wilayah.

2. Penyusunannya memperhatikan dokumen perencanaan jangka menengah nasional di bidang pertanian, yaitu Renstra Kementerian Pertanian, RPJMD dan Renstra satuan kerja yang menyelenggarakan urusan pertanian dan satuan kerja penunjangnya di tingkat Provinsi.

3. Masterplan kawasan pertanian memuat substansi pokok sebagai berikut:

a. Visi, misi, tujuan dan sasaran pengembangan kawasan; b. Isu-isu strategis terkait pengembangan kawasan; c. Arah kebijakan pengembangan kawasan di Kabupaten/

Kota yang potensial; d. Keterkaitan program dan kegiatan pengembangan

kawasan pada aspek hulu, on farm, hilir dan penunjang serta terintegrasi dengan sektor pendukung lainnya;

35Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

e. Lay out atau tata letak jaringan infrastruktur dan kelembagaan di lingkup Provinsi serta keterkaitannya dengan struktur dan pola ruang wilayah Provinsi (dalam bentuk spasial);

f. Road Map atau peta jalan pengembangan kawasan pertanian di lingkup Provinsi sebagai acuan penyusunan Action Plan Kabupaten/ Kota untuk sekurang-kurangnya selama 5 (lima) tahun ke depan.

Sistematika atau outline Masterplan dapat dilihat pada lampiran 2.

3.2. Tugas dan Tanggungjawab Kabupaten

Masterplan dan rencana strategis satuan kerja yang melaksanakan urusan pertanian di daerah kabupaten/kota membutuhkan penjabaran lebih lanjut ke dalam Action Plan sebagai dokumen perencanaan operasional yang lebih rinci serta fokus pada lokasi, kegitan dan pelaku. Penyusunan Action Plan melibatkan segenap pemangku kepentingan yang ada di tingkat kabupaten/kota dengan memperhatikan tata ruang wilayah dan kebijakan strategi yang ada di daerah; Action Plan ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.

3.2.1. Fungsi dan Manfaat Action Plan

Action Plan disusun sebagai acuan teknis dalam menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan pengembangan Kawasan Pertanian di tingkat kabupaten/kota. Substansi kegiatan yang dituangkan di dalam Action Plan menjadi rujukan utama dalam perencanaan tahunan yang diusulkan melalui mekanisme e-proposal. Manfaat Action Plan Kawasan Pertanian di tingkat kabupaten/kota meliputi: 1. Sebagai acuan operasional di tingkat lapangan dalam

melaksanakan program dan kegiatan pengembangan

3. Sebagai acuan untuk mengevaluasi implementasi pengembangan kawasan pertanian.

3.1.2. Proses Penyusunan Masterplan

Penyusunan Masterplan dilakukan dengan pendekatan politik, teknokratis, keterpaduan top down policy-bottom up planning, dan partisipatif. Proses penyusunan Masterplan sebagai berikut :

1. Masterplan disusun di tingkat Provinsi untuk satu komoditas atau beberapa komoditas yang disusun dan dikoordinasikan oleh Tim Teknis Provinsi. Masterplan dapat disusun dalam bentuk :

a. gabungan semua komoditas yang ada di dalam satu sub sektor (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan atau peternakan);

b. gabungan beberapa komoditas dalam satu sub sektor;

c. secara khusus hanya untuk satu jenis komoditas tergantung dari kontribusi komoditas tersebut terhadap perekonomian wilayah.

2. Penyusunannya memperhatikan dokumen perencanaan jangka menengah nasional di bidang pertanian, yaitu Renstra Kementerian Pertanian, RPJMD dan Renstra satuan kerja yang menyelenggarakan urusan pertanian dan satuan kerja penunjangnya di tingkat Provinsi.

3. Masterplan kawasan pertanian memuat substansi pokok sebagai berikut:

a. Visi, misi, tujuan dan sasaran pengembangan kawasan; b. Isu-isu strategis terkait pengembangan kawasan; c. Arah kebijakan pengembangan kawasan di Kabupaten/

Kota yang potensial; d. Keterkaitan program dan kegiatan pengembangan

kawasan pada aspek hulu, on farm, hilir dan penunjang serta terintegrasi dengan sektor pendukung lainnya;

36 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

sebagai lampiran dokumen Action Plan. Matrik Tahunan Action Plan terlampir (lampiran 3). Untuk mengisi substansi dari matrik Action Plan dilakukan melalui proses perencanaan partisipatif guna menggali permasalahan dan kebutuhan nyata dilapangan yang dirumuskan menjadi serangkaian daftar rencana kegiatan yang disepakati para pemangku kepentingan. Contoh matrik rekapitulasi rencana pembiayaan Action Plan Kawasan Pertanian dapat dilihat pada lampiran 4.

Metode yang dapat digunakan dalam menggali permasalahan antara lain metode analisis pohon masalah (problem tree analysis), metode Important Performance Analysis (IPA) atau metode-metode lainnya. Untuk sistematika atau outline Action Plan kawasan pertanian dapat dilihat pada lampiran 5.

Kawasan Pertanian secara terarah, fokus, bertahap dan berkesinambungan;

2. Sebagai rujukan bagi daerah kabupaten/kota dalam menigkatkan kualitas usulan e-proposal;

3. Sebagai acuan untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan Kawasan Pertanian sesuai tahapan dan sasaran yang direncanakan.

3.2.2. Proses Penyusunan Action Plan

Penyusunan Action Plan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif dengan melibatkan para pemangku kepentingan mulai dari petani, aparatur pembina teknis terutama penyuluh pertanian serta pelaku usaha. Proses penyusunan Action Plan sebagai berikut: 1. Disusun disetiap Kabupaten/Kota lokasi Kawasan Pertanian

oleh tim penyusun Action Plan yang dikoordinasikan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota dengan didampingi oleh Tim Teknis Provinsi;

2. Memperhatikan Masterplan yang disusun di Provinsi dan dokumen perencanaan jangka menengah daerah di bidang pertanian, yaitu RPJMD dan rencana strategis satuan kerja yang melaksanakan urusan pertanian di Kabupaten/Kota dan satuan kerja penunjangnya.

3. Dokumen utama Action Plan disusun dalam bentuk matrik tahunan yang mencakup : a. Program kegiatan; b. Indikator; c. Sasaran; d. Lokasi kegiatan di Kecamatan dan Desa; e. Satuan kerja pelaksana kegiatan; f. Rencana kebutuhan dan sumber pendanaan.

4. Keseluruhan matrik-matrik tahunan tersebut selanjutnya direkapitulasi ke dalam satu matrik induk untuk kegiatan selama 5 tahun, adapun matrik-matrik tahunannya dijadikan

37Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

sebagai lampiran dokumen Action Plan. Matrik Tahunan Action Plan terlampir (lampiran 3). Untuk mengisi substansi dari matrik Action Plan dilakukan melalui proses perencanaan partisipatif guna menggali permasalahan dan kebutuhan nyata dilapangan yang dirumuskan menjadi serangkaian daftar rencana kegiatan yang disepakati para pemangku kepentingan. Contoh matrik rekapitulasi rencana pembiayaan Action Plan Kawasan Pertanian dapat dilihat pada lampiran 4.

Metode yang dapat digunakan dalam menggali permasalahan antara lain metode analisis pohon masalah (problem tree analysis), metode Important Performance Analysis (IPA) atau metode-metode lainnya. Untuk sistematika atau outline Action Plan kawasan pertanian dapat dilihat pada lampiran 5.

Kawasan Pertanian secara terarah, fokus, bertahap dan berkesinambungan;

2. Sebagai rujukan bagi daerah kabupaten/kota dalam menigkatkan kualitas usulan e-proposal;

3. Sebagai acuan untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan Kawasan Pertanian sesuai tahapan dan sasaran yang direncanakan.

3.2.2. Proses Penyusunan Action Plan

Penyusunan Action Plan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif dengan melibatkan para pemangku kepentingan mulai dari petani, aparatur pembina teknis terutama penyuluh pertanian serta pelaku usaha. Proses penyusunan Action Plan sebagai berikut: 1. Disusun disetiap Kabupaten/Kota lokasi Kawasan Pertanian

oleh tim penyusun Action Plan yang dikoordinasikan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota dengan didampingi oleh Tim Teknis Provinsi;

2. Memperhatikan Masterplan yang disusun di Provinsi dan dokumen perencanaan jangka menengah daerah di bidang pertanian, yaitu RPJMD dan rencana strategis satuan kerja yang melaksanakan urusan pertanian di Kabupaten/Kota dan satuan kerja penunjangnya.

3. Dokumen utama Action Plan disusun dalam bentuk matrik tahunan yang mencakup : a. Program kegiatan; b. Indikator; c. Sasaran; d. Lokasi kegiatan di Kecamatan dan Desa; e. Satuan kerja pelaksana kegiatan; f. Rencana kebutuhan dan sumber pendanaan.

4. Keseluruhan matrik-matrik tahunan tersebut selanjutnya direkapitulasi ke dalam satu matrik induk untuk kegiatan selama 5 tahun, adapun matrik-matrik tahunannya dijadikan

38 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

BAB IV

PEMBINAAN, PENGAWALAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

4.1. Pembinaan

Pembinaan kegiatan dilaksanakan secara struktural organisasi untuk kelancaran dan ketertiban pelaksanaan program. Di tingkat Pusat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang didukung oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Badan Litbang Pertanian serta Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Di tingkat Provinsi dilakukan oleh Tim Pembina dan Tim Teknis Provinsi, sedangkan di tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Tim Pembina dan Tim teknis Kabupaten/ Kota.

Pembinaan dilakukan melalui koordinasi, sinkronisasi, persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap rencana dan hasil implementasi pengembangan kawasan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/ kota.

4.2. Pengawalan dan Pendampingan

Pengawalan dan pendampingan di tingkat Provinsi dilaksanakan secara koordinatif lintas sub sektor dan lintas sektor oleh Gubernur dengan memperhatikan kesinambungan kegiatan Provinsi dan Kabupaten/Kota serta mengupayakan sinergitas antar kegiatan pembangunan.

Pengawalan dan pendampingan di tingkat Kabupaten/Kota dilakukan secara koordinatif oleh Bupati/Walikota dalam rangka menjamin keterkaitan dan keharmonisan antar kegiatan sehingga dapat secara efektif dan efisien mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

38 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

39Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

BAB IV

PEMBINAAN, PENGAWALAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

4.1. Pembinaan

Pembinaan kegiatan dilaksanakan secara struktural organisasi untuk kelancaran dan ketertiban pelaksanaan program. Di tingkat Pusat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang didukung oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Badan Litbang Pertanian serta Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Di tingkat Provinsi dilakukan oleh Tim Pembina dan Tim Teknis Provinsi, sedangkan di tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Tim Pembina dan Tim teknis Kabupaten/ Kota.

Pembinaan dilakukan melalui koordinasi, sinkronisasi, persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap rencana dan hasil implementasi pengembangan kawasan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/ kota.

4.2. Pengawalan dan Pendampingan

Pengawalan dan pendampingan di tingkat Provinsi dilaksanakan secara koordinatif lintas sub sektor dan lintas sektor oleh Gubernur dengan memperhatikan kesinambungan kegiatan Provinsi dan Kabupaten/Kota serta mengupayakan sinergitas antar kegiatan pembangunan.

Pengawalan dan pendampingan di tingkat Kabupaten/Kota dilakukan secara koordinatif oleh Bupati/Walikota dalam rangka menjamin keterkaitan dan keharmonisan antar kegiatan sehingga dapat secara efektif dan efisien mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

40 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

4. Guna menjamin obyektivitas hasil evaluasi, proses evaluasi dilakukan secara partisipatif dengan menggunakan metode Project Performance Management System (PPMS) yang melibatkan petani dan pelaku usaha sebagai penerima manfaat.

5. Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan: (1) membandingkan realisasi program/kegiatan dibandingkan dengan targetnya; (2) menyusun check list kriteria keberhasilan pada aspek manajerial dan teknis; (3) mengukur progress dari tahapan pengembangan kawasan; dan (4) mengidentifikasi masalah dan solusi serta usulan tindak lanjut.

4.4. Pelaporan

Pelaporan pengembangan Kawasan Tanaman Pangan difokuskan pada aspek teknis kinerja pengembangan sesuai Masterplan dan Action Plan di masing-masing daerah. Adapun laporan administrasi keuangan dan aset dilaksanakan masing-masing satuan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Laporan teknis kinerja pengembangan kawasan merupakan laporan yang bersifat substantif dan komprehensif berbentuk laporan tinjauan hasil (tengah tahunan) dan laporan tahunan. Substansi pelaporan menyajikan hasil pemantauan dan evaluasi pengembangan kawasan, mencakup: (1) jenis-jenis kegiatan yang telah dilaksanakan; (2) hasil dari kegiatan berupa output dan outcome sesuai indikator kinerja; (3) check list kriteria keberhasilan baik aspek manajemen dan aspek teknis; (4) capaian tahapan pengembangan kawasan; dan (5) permasalahan, solusi dan usulan tindak lanjut.

Proses dan metode pelaksanaan pelaporan pengembangan Kawasan Tanaman Pangan sebagai berikut:

4.3. Monitoring dan Evaluasi

Secara umum pelaksanaan monitoring dimaksudkan untuk menjamin pelaksanaan kegiatan pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dapat berjalan sesuai dengan Action Plan yang telah disusun. Adapun hasil evaluasi dimaksudkan untuk digunakan sebagai umpan balik dan masukan dalam penyempurnaan dan tindak lanjut perencanaan sesuai tahap-tahap rencana yang tertuang dalam Action Plan. Prinsip-prinsip umum dari pemantauan dan evaluasi sebagai berikut:

1. Ruang lingkup waktu pelaksanaan monitoring dan evaluasi mulai dari tahap pra pelaksanaan, pelaksanaan dan hasil pelaksanaan yang dilakukan secara reguler tiga bulanan, insidentil dan berjenjang.

2. Ruang lingkup substansi pemantauan dan evaluasi kegiatan pengembangan kawasan dilakukan terhadap rencana dan realisasi tahapan-tahapan yang tertuang dalam Action Plan.

3. Pelaksana pemantauan dan evaluasi sesuai dengan tanggung jawab tugas dan fungsi organisasi yang telah dibentuk.

Proses dan metode pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi pengembangan Kawasan Tanaman Pangan sebagai berikut:

1. Tim Teknis Pusat menyusun format acuan dan kuesioner umum dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi pengembangan Kawasan Tanaman Pangan di lingkup Nasional.

2. Tim Teknis Provinsi menjabarkan format acuan dan kuesioner di masing-masing provinsi dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi pengembangan Kawasan Tanaman Pangan di lingkup provinsi.

3. Tim Teknis Kabupaten/Kota mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi pengembangan Kawasan Pertanian di lingkup kabupaten/kota sesuai format acuan dan kuesioner yang disusun oleh Tim Teknis Provinsi.

41Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

4. Guna menjamin obyektivitas hasil evaluasi, proses evaluasi dilakukan secara partisipatif dengan menggunakan metode Project Performance Management System (PPMS) yang melibatkan petani dan pelaku usaha sebagai penerima manfaat.

5. Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan: (1) membandingkan realisasi program/kegiatan dibandingkan dengan targetnya; (2) menyusun check list kriteria keberhasilan pada aspek manajerial dan teknis; (3) mengukur progress dari tahapan pengembangan kawasan; dan (4) mengidentifikasi masalah dan solusi serta usulan tindak lanjut.

4.4. Pelaporan

Pelaporan pengembangan Kawasan Tanaman Pangan difokuskan pada aspek teknis kinerja pengembangan sesuai Masterplan dan Action Plan di masing-masing daerah. Adapun laporan administrasi keuangan dan aset dilaksanakan masing-masing satuan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Laporan teknis kinerja pengembangan kawasan merupakan laporan yang bersifat substantif dan komprehensif berbentuk laporan tinjauan hasil (tengah tahunan) dan laporan tahunan. Substansi pelaporan menyajikan hasil pemantauan dan evaluasi pengembangan kawasan, mencakup: (1) jenis-jenis kegiatan yang telah dilaksanakan; (2) hasil dari kegiatan berupa output dan outcome sesuai indikator kinerja; (3) check list kriteria keberhasilan baik aspek manajemen dan aspek teknis; (4) capaian tahapan pengembangan kawasan; dan (5) permasalahan, solusi dan usulan tindak lanjut.

Proses dan metode pelaksanaan pelaporan pengembangan Kawasan Tanaman Pangan sebagai berikut:

4.3. Monitoring dan Evaluasi

Secara umum pelaksanaan monitoring dimaksudkan untuk menjamin pelaksanaan kegiatan pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dapat berjalan sesuai dengan Action Plan yang telah disusun. Adapun hasil evaluasi dimaksudkan untuk digunakan sebagai umpan balik dan masukan dalam penyempurnaan dan tindak lanjut perencanaan sesuai tahap-tahap rencana yang tertuang dalam Action Plan. Prinsip-prinsip umum dari pemantauan dan evaluasi sebagai berikut:

1. Ruang lingkup waktu pelaksanaan monitoring dan evaluasi mulai dari tahap pra pelaksanaan, pelaksanaan dan hasil pelaksanaan yang dilakukan secara reguler tiga bulanan, insidentil dan berjenjang.

2. Ruang lingkup substansi pemantauan dan evaluasi kegiatan pengembangan kawasan dilakukan terhadap rencana dan realisasi tahapan-tahapan yang tertuang dalam Action Plan.

3. Pelaksana pemantauan dan evaluasi sesuai dengan tanggung jawab tugas dan fungsi organisasi yang telah dibentuk.

Proses dan metode pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi pengembangan Kawasan Tanaman Pangan sebagai berikut:

1. Tim Teknis Pusat menyusun format acuan dan kuesioner umum dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi pengembangan Kawasan Tanaman Pangan di lingkup Nasional.

2. Tim Teknis Provinsi menjabarkan format acuan dan kuesioner di masing-masing provinsi dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi pengembangan Kawasan Tanaman Pangan di lingkup provinsi.

3. Tim Teknis Kabupaten/Kota mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi pengembangan Kawasan Pertanian di lingkup kabupaten/kota sesuai format acuan dan kuesioner yang disusun oleh Tim Teknis Provinsi.

42 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

BAB V

PENUTUP

Keberhasilan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran berbasis kinerja sangat tergantung pada komitmen dan konsistensi baik aparatur negara, kepercayaan masyarakat serta motivasi peningkatan kualitas kinerja pemerintah. Untuk itu, perlu terus ditingkatkan keterpaduan pelaksanaan pembangunan tanaman pangan melalui pemantapan sistem dan metoda perencanaan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penataan kelembagaan, dan peningkatan koordinasi antar instansi terkait.

Penetapan kawasan tanaman pangan ini diperlukan untuk memudahkan dalam penumbuhan dan pengembangan kawasan tanaman pangan berbasis agribisnis mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, pengolahan pasca panen dan pemasaran serta kegiatan pendukungnya secara terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan. Kawasan tanaman pangan akan menjadi suatu wilayah yang akan terus berkembang, oleh karena itu perlu ada proses perencanaan dan pengembangan yang berkelanjutan, terintegrasi dan sinergitas.

Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi perencana dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan baik di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota.

1. Tim Teknis Kabupaten/Kota melaporkan pelaksanaan kegiatan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta kinerja pengembangan Kawasan Tanaman Pangan di lingkup kabupaten/kota dalam bentuk laporan tinjauan hasil (tengah tahunan) dan laporan tahunan kepada Tim Teknis Provinsi dan Bupati/Walikota melalui Tim Pembina Kabupaten/Kota.

2. Tim Teknis Provinsi melaporkan pelaksanaan kegiatan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta kinerja pengembangan Kawasan Tanaman Pangan seluruh kabupaten/kota di lingkup provinsi dalam bentuk laporan tinjauan hasil (tengah tahunan) dan laporan tahunan kepada Tim Teknis Pusat dan Gubernur/Kepala Daerah melalui Tim Pembina Provinsi.

3. Tim Teknis Pusat melaporkan pelaksanaan kegiatan pembinaan, pemantauan dan evaluasi serta kinerja pengembangan Kawasan Tanaman Pangan di lingkup nasional dalam bentuk laporan tinjauan hasil (tengah tahunan) dan laporan tahunan kepada Menteri Pertanian melalui Tim Pengarah Pusat.

43Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

BAB V

PENUTUP

Keberhasilan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran berbasis kinerja sangat tergantung pada komitmen dan konsistensi baik aparatur negara, kepercayaan masyarakat serta motivasi peningkatan kualitas kinerja pemerintah. Untuk itu, perlu terus ditingkatkan keterpaduan pelaksanaan pembangunan tanaman pangan melalui pemantapan sistem dan metoda perencanaan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penataan kelembagaan, dan peningkatan koordinasi antar instansi terkait.

Penetapan kawasan tanaman pangan ini diperlukan untuk memudahkan dalam penumbuhan dan pengembangan kawasan tanaman pangan berbasis agribisnis mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, pengolahan pasca panen dan pemasaran serta kegiatan pendukungnya secara terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan. Kawasan tanaman pangan akan menjadi suatu wilayah yang akan terus berkembang, oleh karena itu perlu ada proses perencanaan dan pengembangan yang berkelanjutan, terintegrasi dan sinergitas.

Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi perencana dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan baik di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota.

1. Tim Teknis Kabupaten/Kota melaporkan pelaksanaan kegiatan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta kinerja pengembangan Kawasan Tanaman Pangan di lingkup kabupaten/kota dalam bentuk laporan tinjauan hasil (tengah tahunan) dan laporan tahunan kepada Tim Teknis Provinsi dan Bupati/Walikota melalui Tim Pembina Kabupaten/Kota.

2. Tim Teknis Provinsi melaporkan pelaksanaan kegiatan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta kinerja pengembangan Kawasan Tanaman Pangan seluruh kabupaten/kota di lingkup provinsi dalam bentuk laporan tinjauan hasil (tengah tahunan) dan laporan tahunan kepada Tim Teknis Pusat dan Gubernur/Kepala Daerah melalui Tim Pembina Provinsi.

3. Tim Teknis Pusat melaporkan pelaksanaan kegiatan pembinaan, pemantauan dan evaluasi serta kinerja pengembangan Kawasan Tanaman Pangan di lingkup nasional dalam bentuk laporan tinjauan hasil (tengah tahunan) dan laporan tahunan kepada Menteri Pertanian melalui Tim Pengarah Pusat.

44 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan4444 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

45Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

Lampiran

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian 45

46 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Lampiran 1. Lokasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Komoditas Prioritas Tanaman Pangan

NO. PROVINSI Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu1 Aceh 1 Aceh Barat v

2 Aceh Barat Daya v3 Aceh Besar v v4 Aceh Jaya v5 Aceh Selatan v v6 Aceh Tamiang v v v v7 Aceh Tenggara v v8 Aceh Timur v v v v9 Aceh Utara v v v10 Bireuen v v v11 Gayo Lues v v12 Nagan Raya v13 Pidie v v14 Pidie Jaya v v15 Simeuleu v

2 Sumatera Utara 16 Asahan v17 Batu Bara v18 Padang Lawas v19 Deli Serdang v20 Gunung Sitoli v21 Humbang Hasundutan v22 Labuhan Batu v23 Labuhan Batu Utara v24 Langkat v25 Mandailing Natal v26 Nias v27 Nias Barat v28 Nias Selatan v29 Nias Utara v30 Padang Lawas Utara v31 Serdang Bedagai v32 Simalungun v33 Tapanuli Selatan v34 Tapanuli Tengah v35 Tapanuli Utara v36 Toba Samosir v37 Binjai v38 Dairi v39 Karo v40 Labuhan Batu Selatan v41 Padang Sidempuan v42 Pakpak Bharat v43 Samosir v44 Tebing Tinggi v45 Pematang Siantar v

KABUPATEN/KOTA

46 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

47Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

Lampiran 1. Lokasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Komoditas Prioritas Tanaman Pangan

NO. PROVINSI Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu1 Aceh 1 Aceh Barat v

2 Aceh Barat Daya v3 Aceh Besar v v4 Aceh Jaya v5 Aceh Selatan v v6 Aceh Tamiang v v v v7 Aceh Tenggara v v8 Aceh Timur v v v v9 Aceh Utara v v v10 Bireuen v v v11 Gayo Lues v v12 Nagan Raya v13 Pidie v v14 Pidie Jaya v v15 Simeuleu v

2 Sumatera Utara 16 Asahan v17 Batu Bara v18 Padang Lawas v19 Deli Serdang v20 Gunung Sitoli v21 Humbang Hasundutan v22 Labuhan Batu v23 Labuhan Batu Utara v24 Langkat v25 Mandailing Natal v26 Nias v27 Nias Barat v28 Nias Selatan v29 Nias Utara v30 Padang Lawas Utara v31 Serdang Bedagai v32 Simalungun v33 Tapanuli Selatan v34 Tapanuli Tengah v35 Tapanuli Utara v36 Toba Samosir v37 Binjai v38 Dairi v39 Karo v40 Labuhan Batu Selatan v41 Padang Sidempuan v42 Pakpak Bharat v43 Samosir v44 Tebing Tinggi v45 Pematang Siantar v

KABUPATEN/KOTA

NO. PROVINSI Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu

1 Aceh 1 Aceh Barat v2 Aceh Barat Daya v3 Aceh Besar v v4 Aceh Jaya v5 Aceh Selatan v v6 Aceh Tamiang v v v v7 Aceh Tenggara v v8 Aceh Timur v v v v9 Aceh Utara v v v10 Bireuen v v v11 Gayo Lues v v12 Nagan Raya v13 Pidie v v14 Pidie Jaya v v15 Simeuleu v

2 Sumatera Utara 16 Asahan v17 Batu Bara v18 Padang Lawas v19 Deli Serdang v20 Gunung Sitoli v21 Humbang Hasundutan v22 Labuhan Batu v23 Labuhan Batu Utara v24 Langkat v25 Mandailing Natal v26 Nias v27 Nias Barat v28 Nias Selatan v29 Nias Utara v30 Padang Lawas Utara v31 Serdang Bedagai v32 Simalungun v33 Tapanuli Selatan v34 Tapanuli Tengah v35 Tapanuli Utara v36 Toba Samosir v37 Binjai v38 Dairi v39 Karo v40 Labuhan Batu Selatan v41 Padang Sidempuan v42 Pakpak Bharat v43 Samosir v44 Tebing Tinggi v45 Pematang Siantar v

KABUPATEN/KOTA

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian 47

48 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

NO. PROVINSI Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu3 Riau 46 Indragiri Hilir v

47 Indragiri Hulu v48 Kuantan Singingi v49 Bengkalis v50 Kampar v51 Kepulauan Meranti v52 Pelalawan v v53 Rokan Hilir v v54 Rokan Hulu v v55 Siak v

4 Jambi 56 Bungo v57 Kerinci v v58 Kota Sungai Penuh v59 Merangin v v v60 Sarolangun v61 Tanjung Jabung Barat v62 Tanjung Jabung Timur v v v v63 Tebo v v64 Muaro Jambi v v v65 Tanjung Jabung Timur v

5 Sumatera Barat 65 Agam v v v66 Dharmasraya v67 Padang Pariaman v v68 Pasaman v69 Pasaman Barat v70 Pesisir Selatan v v71 Sijunjung v72 Solok v73 Solok Selatan v v74 Lima Puluh Kota v v v75 Tanah Datar v v v

6 Sumatera Selatan 76 Banyuasin v v v v77 Empat Lawang v78 Lahat v v79 Muara Enim v80 Musi Banyuasin v v81 Musi Rawas v82 Ogan Ilir v83 Ogan Komering Ilir v84 Ogan Komering Ulu Selatan v85 Ogan Komering Ulu Timur v v86 Ogan Komering Ulu v

KABUPATEN/KOTANO. PROVINSI Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu

3 Riau 46 Indragiri Hilir v47 Indragiri Hulu v48 Kuantan Singingi v49 Bengkalis v50 Kampar v51 Kepulauan Meranti v52 Pelalawan v v53 Rokan Hilir v v54 Rokan Hulu v v55 Siak v

4 Jambi 56 Bungo v57 Kerinci v v58 Kota Sungai Penuh v59 Merangin v v v60 Sarolangun v61 Tanjung Jabung Barat v62 Tanjung Jabung Timur v v v v63 Tebo v v64 Muaro Jambi v v v65 Tanjung Jabung Timur v

5 Sumatera Barat 65 Agam v v v66 Dharmasraya v67 Padang Pariaman v v68 Pasaman v69 Pasaman Barat v70 Pesisir Selatan v v71 Sijunjung v72 Solok v73 Solok Selatan v v74 Lima Puluh Kota v v v75 Tanah Datar v v v

6 Sumatera Selatan 76 Banyuasin v v v v77 Empat Lawang v78 Lahat v v79 Muara Enim v80 Musi Banyuasin v v81 Musi Rawas v82 Ogan Ilir v83 Ogan Komering Ilir v84 Ogan Komering Ulu Selatan v85 Ogan Komering Ulu Timur v v86 Ogan Komering Ulu v

KABUPATEN/KOTA

49Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

NO. PROVINSI Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu7 Lampung 88 Lampung Barat v v

89 Lampung Selatan v v v v90 Lampung Tengah v v v v91 Lampung Timur v v v v92 Lampung Utara v v v93 Mesuji v v v94 Pesawaran v v v95 Pesisir Barat v96 Pringsewu v v97 Tanggamus v98 Tulang Bawang v v v99 Tulang Bawang Barat v v

100 Way Kanan v v101 Kota Metro v

8 Bengkulu 102 Bengkulu Selatan v v103 Bengkulu Tengah v104 Bengkulu Utara v105 Kaur v106 Kepahiang v107 Lebong v108 Muko-Muko v v109 Rejang Lebong v110 Seluma v

9 Bangka Belitung 111 Bangka Selatan v v10 Jawa Barat 112 Bandung v v v

113 Bandung Barat v v114 Bekasi v115 Bogor v v116 Ciamis v v v117 Cianjur v v v v118 Cirebon v119 Garut v v v v120 Indramayu v v v121 Karawang v122 Kota Banjar v123 Kota Tasikmalaya v v124 Kuningan v125 Majalengka v v v126 Pangandaran v v127 Purwakarta v v v128 Subang v v129 Sukabumi v v v v130 Sumedang v v v v131 Tasikmalaya v v v v

KABUPATEN/KOTA

50 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

NO. PROVINSI Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu11 Jawa Tengah 132 Blora v v v

133 Boyolali v v134 Brebes v v v135 Cilacap v v136 Demak v v137 Grobogan v v v138 Karanganyar v139 Kebumen v v140 Klaten v v141 Pati v v v v142 Pemalang v143 Sragen v v v144 Sukoharjo v v145 Temanggung v146 Wonogiri v v v147 Purworejo v v148 Kendal v v149 Rembang v v150 Tegal v151 Banyumas v152 Wonosobo v

12 D.I.Y 153 Bantul v v v154 Gunung Kidul v v v155 Kulon Progo v v v156 Sleman v v

13 Jawa Timur 157 Bangkalan v v158 Banyuwangi v v v159 Blitar v v160 Bojonegoro v161 Bondowoso v162 Gresik v v163 Jember v v v164 Jombang v v v165 Kediri v v166 Lamongan v v v167 Lumajang v v v168 Madiun v v v169 Magetan v v v170 Malang v v v171 Mojokerto v v v172 Nganjuk v v v173 Ngawi v v v174 Pacitan v v v175 Pamekasan v v176 Pasuruan v v177 Ponorogo v v v v178 Probolinggo v v179 Sampang v v v v180 Sidoarjo v181 Situbondo v v182 Sumenep v v v183 Trenggalek v v v v184 Tuban v v185 Tulungagung v v v

KABUPATEN/KOTA

51Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

NO. PROVINSI Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu14 Banten 186 Kota Serang v

187 Lebak v v188 Pandeglang v v v189 Serang v v190 Tangerang v

15 Bali 191 Badung v192 Bangli v193 Buleleng v v194 Gianyar v195 Jembarana v196 Karangasem v v197 Klungkung v198 Kota Denpasar v199 Tabanan v

16 NTB 200 Dompu v v v201 Bima v v v202 Kota Mataram v203 Lombok Barat v v v204 Lombok Tengah v v205 Lombok Timur v v v206 Lombok Utara v v207 Sumbawa v v v208 Sumbawa Barat v v v209 Kota Bima v

17 NTT 210 Manggarai v211 Manggarai Barat v v212 Manggarai Timur v213 Nagekeo v v214 Ngada v v215 Rote Ndao v216 Sumba Barat v217 Sumba Barat Daya v218 Sumba Tengah v219 Sumba Timur v220 Belu v221 Flores Timur v222 Kupang v223 Lembata v224 Malaka v225 Sikka v v226 Timor Tengah Selatan v227 Timor Tengah Utara v228 Ende v

18 Kalimantan Barat 229 Kapuas Hulu v230 Kubu Raya v231 Sambas v232 Sanggau v233 Bengkayang v

KABUPATEN/KOTA

52 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

NO. PROVINSI Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu19 Kalimantan Tengah 234 Barito Selatan v

235 Barito Timur v236 Barito Utara v237 Kapuas v238 Katingan v239 Kota Waringin Barat v v240 Kota Waringin Timur v v241 Lamandau v v242 Pulang Pisau v243 Seruyan v v244 Sukamara v v

20 Kalimantan Selatan 245 Balangan v246 Banjar v v247 Barito Kuala v248 Hulu Sungai Selatan v249 Hulu Sungai Tengah v250 Hulu Sungai Utara v251 Kotabaru v v252 Tabalong v253 Tanah Bumbu v254 Tanah Laut v v v v255 Tapin v

21 Kalimantan Timur 256 Kutai Kertanegara v v257 Paser v258 Penajam Paser Utara v259 Berau v260 KutaI Barat v261 Kutai Timur v

22 Sulawesi Utara 262 Bolaang Mongondow v v v263 Bolaang Mongondow Utara v v264 Bolaang Mongondow Timur v265 Minahasa Selatan v v v266 Minahasa Utara v267 Minahasa Tenggara v v268 Bolaang Mongondow Selatan v269 Kota Tomohon v270 Minahasa v v v271 Kota Kotamobagu v

KABUPATEN/KOTA

53Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

NO. PROVINSI Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu23 Sulawesi Selatan 272 Barru v

273 Bone v v v274 Bulukumba v v v275 Gowa v v v276 Luwu v v277 Luwu Timur v v278 Luwu Utara v v279 Maros v v v280 Pangkajene Kepulauan v281 Pinrang v282 Sidenreng Rappang v283 Sinjai v284 Soppeng v v285 Takalar v v286 Wajo v v287 Bantaeng v288 Kota Palopo v289 Jeneponto v v

24 Sulawesi Tengah 290 Banggai v v v291 Buol v v292 Donggala v v293 Morowali v294 Morowali Utara v v295 Parigi Moutong v v v296 Poso v v v v297 Sigi v v v298 Toli-toli v299 Tojo Una-Una v v

25 Sulawesi Tenggara 300 Konawe v v301 Konawe Selatan v v v v302 Bombana v v v303 Kolaka Timur v v v304 Kolaka v v v305 Kolaka Utara v v306 Buton v v v307 Buton Utara v v v308 Kota Bau-bau v v309 Kota Kendari v310 Muna v v v311 Muna Barat v v312 Konawe Utara v313 Wakatobi v

26 Gorontalo 314 Boalemo v v315 Gorontalo v v316 Pohuwato v v v317 Gorontalo Utara v v318 Bone Bolango v

KABUPATEN/KOTA

54 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Lampiran 2. Sistematika atau outline Masterplan

OUTLINE PENYUSUNAN MASTERPLAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN Berisi uraian mengenai latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, dasar hukum, konsep dan definisi serta ruang lingkup. 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran 1.3. Dasar Hukum 1.4. Konsep dan Definisi 1.5. Ruang Lingkup

II. ARAH DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN

Uraian ini bertujuan untuk menjabarkan gambaran umum kawasan, isu-isu strategis terkait pengembangan kawasan tanaman pangan. Selanjutnya dibahas pula sinergitas program dan kegiatan antara pusat dan daerah. 2.1. Gambaran Umum Kawasan 2.2. Isu Strategis dalam Pengembangan Kawasan

Tanaman Pangan 2.3. Arah dan Kebijakan (pusat dan daerah)

a. Visi Pengembangan Kawasan b. Misi Pengembangan Kawasan (dalam rangka

mencapai visi) c. Keterkaitan Dengan Program Prioritas (RPJMN,

Renstra K/L dan RPJMD)

III. KERANGKA PIKIR Menjelaskan kerangka dasar penyusunan Masterplan pengembangan Kawasan Tanaman Pangan mulai dari

NO. PROVINSI Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu27 Sulawesi Barat 319 Polewali Mandar v v v

320 Mamasa v v321 Mamuju v v322 Mamuju Tengah v v v323 Mamuju Utara v v v324 Majene v v

28 Maluku 325 Buru v326 Maluku Tengah v v327 Seram Bagian Barat v v328 Seram Bagian Timur v v329 Maluku Barat Daya v330 Maluku Tenggara Barat v

29 Maluku Utara 331 Halmahera Timur v332 Halmahera Utara v v v333 Halmahera Barat v v v334 Halmahera Selatan v v v335 Halmahera Tengah v336 Kota Tidore v

30 Papua Barat 337 Manokwari v31 Papua 338 Merauke v v

339 Nabire v340 Keerom v341 Jayapura vv

KABUPATEN/KOTA

55Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

Lampiran 2. Sistematika atau outline Masterplan

OUTLINE PENYUSUNAN MASTERPLAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN Berisi uraian mengenai latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, dasar hukum, konsep dan definisi serta ruang lingkup. 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran 1.3. Dasar Hukum 1.4. Konsep dan Definisi 1.5. Ruang Lingkup

II. ARAH DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN

Uraian ini bertujuan untuk menjabarkan gambaran umum kawasan, isu-isu strategis terkait pengembangan kawasan tanaman pangan. Selanjutnya dibahas pula sinergitas program dan kegiatan antara pusat dan daerah. 2.1. Gambaran Umum Kawasan 2.2. Isu Strategis dalam Pengembangan Kawasan

Tanaman Pangan 2.3. Arah dan Kebijakan (pusat dan daerah)

a. Visi Pengembangan Kawasan b. Misi Pengembangan Kawasan (dalam rangka

mencapai visi) c. Keterkaitan Dengan Program Prioritas (RPJMN,

Renstra K/L dan RPJMD)

III. KERANGKA PIKIR Menjelaskan kerangka dasar penyusunan Masterplan pengembangan Kawasan Tanaman Pangan mulai dari

56 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

6.3. Peningkatan produksi/populasi melalui: produktivitas, perluasan areal, perluasan tanam/panen dan diversifikasi.

6.4. Pengembangan pasca panen, pengolahan dan pemasaran.

6.5. Pengembangan dan pembinaan teknologi dan sumber daya manusia.

6.6. Skenario kerjasama pembiayaan (swadaya dan APBD/APBN) dan investasi.

VII. ROAD MAP PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN Berisi simulasi garis-garis besar: kondisi saat ini, kebijakan dan strategi, tahapan dan sasaran akhir pengembangan kawasan di tingkat provinsi selama 5 (lima) tahun ke depan (dalam bentuk bagan alir/skema)

VIII. INDIKATOR KEBERHASILAN Berisi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dari pengembangan kawasan terhadap pembangunan wilayah (NTP, produksi/populasi, diversifikasi produk, perdangann, investasi, penyerapan tenaga kerja, PDRB, dll)

IX. SISTEM PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN 9.1. Pemantauan dan Evaluasi 9.2. Pelaporan

X. RANCANGAN TATA LETAK KAWASAN TANAMAN PANGAN

Berisi gambaran simulasi peta tata letak jaringan infrastruktur dan kelembagaan (di dalam struktur dan pola ruang wilayah).

LAMPIRAN 1. Tabel target produksi/populasi di tiap kabupaten/kota 2. Tabel target perluasan areal di tiap kabupaten/kota 3. Peta-peta Kawasan Tanaman Pangan skala 1:250.000 s/d 1:50.000 4. Lampiran lainnya

kondisi eksisting, analisis potensi, analisis kesenjangan dan peluang peningkatan, hingga Road Map pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dalam bentuk bagan alur pikir pembentukan atau pengembangan kawasan.

IV. METODOLOGI Mencakup jenis data yang diperlukan dan sumbernya, metode pengumpulan serta pengolahan dan analisisnya sesuai dengan kerangka pikir pengembangan Kawasan Tanaman Pangan. 4.1. Data teknis, data sosial ekonomi dan data

pendukung lainnya. 4.2. Metode pengumpulan, pengolahan dan analisis

data.

V. ANALISIS PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN Menjelaskan pembahasan analisis mengenai kondisi kawasan saat ini, potensi pengembagnan Kawasan Tanaman Pangan dan senjang antara kondisi saat ini dan potensi. 5.1. Kondisi kawasan saat ini 5.2. Potensi kapasitas daya dukung dan daya tampung

kawasan 5.3. Senjang (gap) antara kondisi saat ini dan potensi

yang mencakup: luas baku lahan, luas tanam/populasi, produksi, produktivitas, prasarana dan sarana penunjang, kondisi sosial ekonomi, SDM (petani dan aparatur lapangan), pasca panen dan pengolahan, pemasaran dan kebutuhan investasi.

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN Menjelaskan formulasi strategi dan indikasi program pengembangan Kawasan Pertanian, mencakup: 6.1. Pengembangan infrastruktur dasar yang relevan

(transportasi, perumahan, pendidikan, energi, industri, komunikasi, dll.

6.2. Penyediaan saranda dan prasarana pertanian.

57Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

6.3. Peningkatan produksi/populasi melalui: produktivitas, perluasan areal, perluasan tanam/panen dan diversifikasi.

6.4. Pengembangan pasca panen, pengolahan dan pemasaran.

6.5. Pengembangan dan pembinaan teknologi dan sumber daya manusia.

6.6. Skenario kerjasama pembiayaan (swadaya dan APBD/APBN) dan investasi.

VII. ROAD MAP PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN Berisi simulasi garis-garis besar: kondisi saat ini, kebijakan dan strategi, tahapan dan sasaran akhir pengembangan kawasan di tingkat provinsi selama 5 (lima) tahun ke depan (dalam bentuk bagan alir/skema)

VIII. INDIKATOR KEBERHASILAN Berisi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dari pengembangan kawasan terhadap pembangunan wilayah (NTP, produksi/populasi, diversifikasi produk, perdangann, investasi, penyerapan tenaga kerja, PDRB, dll)

IX. SISTEM PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN 9.1. Pemantauan dan Evaluasi 9.2. Pelaporan

X. RANCANGAN TATA LETAK KAWASAN TANAMAN PANGAN

Berisi gambaran simulasi peta tata letak jaringan infrastruktur dan kelembagaan (di dalam struktur dan pola ruang wilayah).

LAMPIRAN 1. Tabel target produksi/populasi di tiap kabupaten/kota 2. Tabel target perluasan areal di tiap kabupaten/kota 3. Peta-peta Kawasan Tanaman Pangan skala 1:250.000 s/d 1:50.000 4. Lampiran lainnya

kondisi eksisting, analisis potensi, analisis kesenjangan dan peluang peningkatan, hingga Road Map pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dalam bentuk bagan alur pikir pembentukan atau pengembangan kawasan.

IV. METODOLOGI Mencakup jenis data yang diperlukan dan sumbernya, metode pengumpulan serta pengolahan dan analisisnya sesuai dengan kerangka pikir pengembangan Kawasan Tanaman Pangan. 4.1. Data teknis, data sosial ekonomi dan data

pendukung lainnya. 4.2. Metode pengumpulan, pengolahan dan analisis

data.

V. ANALISIS PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN Menjelaskan pembahasan analisis mengenai kondisi kawasan saat ini, potensi pengembagnan Kawasan Tanaman Pangan dan senjang antara kondisi saat ini dan potensi. 5.1. Kondisi kawasan saat ini 5.2. Potensi kapasitas daya dukung dan daya tampung

kawasan 5.3. Senjang (gap) antara kondisi saat ini dan potensi

yang mencakup: luas baku lahan, luas tanam/populasi, produksi, produktivitas, prasarana dan sarana penunjang, kondisi sosial ekonomi, SDM (petani dan aparatur lapangan), pasca panen dan pengolahan, pemasaran dan kebutuhan investasi.

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN Menjelaskan formulasi strategi dan indikasi program pengembangan Kawasan Pertanian, mencakup: 6.1. Pengembangan infrastruktur dasar yang relevan

(transportasi, perumahan, pendidikan, energi, industri, komunikasi, dll.

6.2. Penyediaan saranda dan prasarana pertanian.

58 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Lampiran 3. Contoh Matrik Tahunan Action Plan

Tahun Pelaksanaan :

Rencana Pembiayaan

APBNAPBD Prov

APBD Kab/Kota

Hulu

Produksi

Hilir

PenunjangJumlah Kebutuhan Anggaran

NOProgram, Kegiatan

IndikatorSasaran (ton, ha, unt, dll)

Lokasi Kec/Desa

Satker Pelaksana

Lampiran 4. Matrik Rekapitulasi Rencana Pembiayaan Action Plan Kawasan Pertanian

I II III IV V I II III IV V I II III IV V

Total Anggaran

APBN APBD Prov APBD KabTotal Kebutuhan Anggaran Tahun I s/d Tahun V

NOProgram, Kegiatan

Total Sasaran Program, Kegiatan

Lampiran 5. Sistematika atau outline Action Plan Kawasan Pertanian

OUTLINE PENYUSUNAN ACTION PLAN KAWASAN TANAMAN PANGAN

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran 1.3. Dasar Hukum

II. RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN

2.1. Sasaran Program dan Kegiatan 2.2. Rencana Pelaksanaan Kegiatan

a. Lokasi (Kec/Desa) b. Waktu c. Satker Pelaksana d. Rencana Pembiayaan

2.3. Indikator

III. MANAJEMEN PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN 3.1. Koordinasi Implementasi Kawasan 3.2. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

LAMPIRAN Matrik Program Action Plan Rekapitulasia Matrik Program Action Plan Peta Kawasan Pertanian Skala 1:50.000

Lampiran 3. Contoh Matrik Tahunan Action Plan

Tahun Pelaksanaan :

Rencana Pembiayaan

APBNAPBD Prov

APBD Kab/Kota

Hulu

Produksi

Hilir

PenunjangJumlah Kebutuhan Anggaran

NOProgram, Kegiatan

IndikatorSasaran (ton, ha, unt, dll)

Lokasi Kec/Desa

Satker Pelaksana

Lampiran 4. Matrik Rekapitulasi Rencana Pembiayaan Action Plan Kawasan Pertanian

I II III IV V I II III IV V I II III IV V

Total Anggaran

APBN APBD Prov APBD KabTotal Kebutuhan Anggaran Tahun I s/d Tahun V

NOProgram, Kegiatan

Total Sasaran Program, Kegiatan

Lampiran 3. Contoh Matrik Tahunan Action Plan

Tahun Pelaksanaan :

Rencana Pembiayaan

APBNAPBD Prov

APBD Kab/Kota

Hulu

Produksi

Hilir

PenunjangJumlah Kebutuhan Anggaran

NOProgram, Kegiatan

IndikatorSasaran (ton, ha, unt, dll)

Lokasi Kec/Desa

Satker Pelaksana

Lampiran 4. Matrik Rekapitulasi Rencana Pembiayaan Action Plan Kawasan Pertanian

I II III IV V I II III IV V I II III IV V

Total Anggaran

APBN APBD Prov APBD KabTotal Kebutuhan Anggaran Tahun I s/d Tahun V

NOProgram, Kegiatan

Total Sasaran Program, Kegiatan

59Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian

Lampiran 3. Contoh Matrik Tahunan Action Plan

Tahun Pelaksanaan :

Rencana Pembiayaan

APBNAPBD Prov

APBD Kab/Kota

Hulu

Produksi

Hilir

PenunjangJumlah Kebutuhan Anggaran

NOProgram, Kegiatan

IndikatorSasaran (ton, ha, unt, dll)

Lokasi Kec/Desa

Satker Pelaksana

Lampiran 4. Matrik Rekapitulasi Rencana Pembiayaan Action Plan Kawasan Pertanian

I II III IV V I II III IV V I II III IV V

Total Anggaran

APBN APBD Prov APBD KabTotal Kebutuhan Anggaran Tahun I s/d Tahun V

NOProgram, Kegiatan

Total Sasaran Program, Kegiatan

Lampiran 5. Sistematika atau outline Action Plan Kawasan Pertanian

OUTLINE PENYUSUNAN ACTION PLAN KAWASAN TANAMAN PANGAN

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran 1.3. Dasar Hukum

II. RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN

2.1. Sasaran Program dan Kegiatan 2.2. Rencana Pelaksanaan Kegiatan

a. Lokasi (Kec/Desa) b. Waktu c. Satker Pelaksana d. Rencana Pembiayaan

2.3. Indikator

III. MANAJEMEN PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN 3.1. Koordinasi Implementasi Kawasan 3.2. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

LAMPIRAN Matrik Program Action Plan Rekapitulasia Matrik Program Action Plan Peta Kawasan Pertanian Skala 1:50.000

60 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan60 Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan