petunjuk teknis beberapa komoditas pertanian

603

Upload: ivan-ara

Post on 15-Jun-2015

4.809 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian
Page 2: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

ALPUKAT / AVOKAD( Persea americana Mill / Persea gratissima Gaerth )

1. SEJARAH SINGKAT

Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket(Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak),advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain.

Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dandiperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah danAmerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna meningkatkankesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi.

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut:Divisi : SpermatophytaAnak divisi : AngiospermaeKelas : DicotyledoneaeBangsa : RanalesKeluarga : LauraceaeMarga : PerseaVarietas : Persea americana Mill

Berdasarkan sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri dari 3 tipe keturunan/ras, yaitu:

Page 3: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Ras MeksikoBerasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi tropis denganketinggian antara 2.400-2.800 m dpl. Ras ini mempunyai daun dan buahnya yangberbau adas. Masa berbunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang 6 bulan.Buah kecil dengan berat 100-225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek,kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyaikandungan minyak/lemak yang paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin.

2) Ras GuatemalaBerasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dengan ketinggiansekitar 800-2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu dingin (toleransisampai -4,5 derajat C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuranyang cukup besar, berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras,mudah rusak dan kasar (berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12 bulan sesudahberbunga. Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam rongga,dengan kulit biji yang melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yangsedang.

3) Ras Hindia BaratBerasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklimtropis, dengan ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat peka terhadapsuhu rendah, dengan toleransi sampai minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbauadas, warna daunnya lebih terang dibandingkan dengan kedua ras yang lain.Buahnya berukuran besar dengan berat antara 400-2.300 gram, tangkai pendek,kulit buah licin agak liat dan tebal. Buah masak 6-9 bulan sesudah berbunga. Bijibesar dan sering lepas di dalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak daridaging buahnya paling rendah.

Varietas-varietas alpukat di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1) Varietas unggulSifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap hamadan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buahberkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, sertakulit buahnya licin. Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertaniantelah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang dan ijobundar. Sifat-sifat kedua varietas tersebut antara lain:a. Tinggi pohon: alpukat ijo panjang 5-8 m, alpukat ijo bundar 6-8 m.b. Bentuk daun: alpukat ijo panjang bulat panjang dengan tepi rata, alpukat ijo

bundar bulat panjang dengan tepi berombak.c. Berbuah: alpukat ijo panjang terus-menerus, tergantung pada lokasi dan

kesuburan lahan, alpukat ijo bundar terus-menerus, tergantung pada lokasi dankesuburan lahan.

d. Berat buah: alpukat ijo panjang 0,3-0,5 kg, alpukat ijo bundar 0,3-0,4 kg

Page 4: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

e. Bentuk buah: alpukat ijo panjang bentuk pear (pyriform), alpukat ijo bundarlonjong (oblong).

f. Rasa buah: alpukat ijo panjang enak, gurih, agak lunak, alpukat ijo bundarenak, gurih, agak kering.

g. Diameter buah: alpukat ijo panjang 6,5-10 cm (rata-rata 8 cm), alpukat ijobundar 7,5 cm.

h. Panjang buah: alpukat ijo panjang 11,5-18 cm (rata-rata 14 cm), alpukat ijobundar 9 cm.

i. Hasil: alpukat ijo panjang 40-80 kg /pohon/tahun (rata-rata 50 kg), alpukat ijobundar 20-60 kg/pohon/tahun (rata-rata 30 kg).

2) Varietas lainVarietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi Penelitian danPengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas alpukat yang terdapatdi kebun percobaan Tlekung, Malang adalah alpukat merah panjang, merahbundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete, collinson, waldin,ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen dan edranol.

3. MANFAAT TANAMAN

Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya sebagaimakanan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang biasadilakukan masyarakat Eropa adalah digunakan sebagai bahan pangan yang diolahdalam berbagai masakan. Manfaat lain dari daging buah alpukat adalah untuk bahandasar kosmetik.

Bagian lain yang dapat dimanfaatkan adalah daunnya yang muda sebagai obattradisional (obat batu ginjal, rematik).

4. SENTRA PENANAMAN

Negara-negara penghasil alpukat dalam skala besar adalah Amerika (Florida,California, Hawaii), Australia, Cuba, Argentina, dan Afrika Selatan. Dari tahun ketahun Amerika mempunyai kebun alpukat yang senantiasa meningkat.

Di Indonesia, tanaman alpukat masih merupakan tanaman pekarangan, belumdibudidayakan dalam skala usahatani. Daerah penghasil alpukat adalah Jawa Barat,Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara.

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

Page 5: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Angin diperlukan oleh tanaman alpukat, terutama untuk proses penyerbukan.Namun demikian angin dengan kecepatan 62,4-73,6 km/jam dapat dapatmematahkan ranting dan percabangan tanaman alpukat yang tergolong lunak,rapuh dan mudah patah.

2) Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun. RasHindia Barat dan persilangannya tumbuh dengan subur pada dataran rendahberiklim tropis dengan curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dengan curahhujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat masihdapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m.

3) Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80 %.Untuk ras Meksiko dan Guatemala lebih tahan terhadap cuaca dingin dan iklimkering, bila dibandingkan dengan ras Hindia Barat.

4) Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat C.Mengingat tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai datarantinggi, tanaman alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C ataulebih. Besarnya suhu kardinal tanaman alpukat tergantung ras masing-masing,antara lain ras Meksiko memiliki daya toleransi sampai –7 derajat C, Guatemalasampai -4,5 derajat C, dan Hindia Barat sampai 2 derajat C.

5.2. Media Tanam

1) Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak mudahtergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yang baik), subur dan banyakmengandung bahan organik.

2) Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempungberpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) dan lempung endapan(aluvial loam).

3) Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara pHsedikit asam sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akanmenderita keracunan karena unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang cukupbanyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe,Mg, dan Zn akan berkurang.

5.3. Ketinggian Tempat

Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai datarantinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur dengan hasil yangmemuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman alpukat ras Meksikodan Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 1000-2000 m dpl.,sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl.

Page 6: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Bibit

Bibit yang baik antara lain yang berasal daria) Buah yang sudah cukup tua.b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya

persarian bersilang.

2) Penyiapan Bibit

Sampai saat ini bibit alpukat hanya dapat diperoleh secara generatif (melalui biji)dan vegetatif (penyambungan pucuk/enten dan penyambungan mata/okulasi).Dari ketiga cara itu, bibit yang diperoleh dari biji kurang menguntungkan karenatanaman lama berbuah (6-8 tahun) dan ada kemungkinan buah yang dihasilkanberbeda dengan induknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun enten lebihcepat berbuah (1-4 tahun) dan buah yang didapatkannya mempunyai sifat yangsama dengan induknya.

3) Teknik Penyemaian Bibit

a) Penyambungan pucuk (enten)

Pohon pokok yang digunakan untuk enten adalah tanaman yang sudahberumur 6-7 bulan/dapat juga yang sudah berumur 1 tahun, tanaman berasaldari biji yang berasal dari buah yang telah tua dan masak, tinggi 30 cm/kurang,dan yang penting jaringan pada pangkal batang belum berkayu. Sebagaicabang sambungannya digunakan ujung dahan yang masih muda danberdiameter lebih kurang 0,7 cm. Dahan tersebut dipotong miring sesuaidengan celah yang ada pada pohon pokok sepanjang lebih kurang 10 cm,kemudian disisipkan ke dalam belahan di samping pohon pokok yangdiikat/dibalut. Bahan yang baik untuk mengikat adalah pita karet, plastik,rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok dilakukanserendah mungkin supaya tidak dapat kuncup pada tanaman pokok.

Enten-enten yang telah disambung diletakkan di tempat teduh, tidak berangin,dan lembab. Setiap hari tanaman disiram, dan untuk mencegah seranganpenyakit sebaiknya tanaman disemprot fungisida. Pada musim kering hama

Page 7: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

tungau putih sering menyerang, untuk itu sebaiknya dicegah dengan semprotankelthane.

Bibit biasanya sudah dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan,dan pemindahannya dilakukan pada saat permulaan musim hujan

b) Penyambungan mata (okulasi)Pembuatan bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8-10bulan. Sebagai mata yang akan diokulasikan diambil dari dahan yang sehat,dengan umur 1 tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu yang paling baikuntuk menempel yaitu pada saat kulit batang semai mudah dilepaskan darikayunya. Caranya adalah kulit pohon pokok disayat sepanjang 10 cm danlebarnya 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan dari kayunya dan ditarik ke bawah laludipotong 6 cm. Selanjutnya disayat sebuah mata dengan sedikit kayu daricabang mata (enthout), kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata. Kulityang bermata dimasukkan di antara kulit dan kayu yang telah disayat padapohon pokok dan ditutup lagi, dengan catatan mata jangan sampai tertutup.Akhirnya balut seluruhnya dengan pita plastik. Bila dalam 3-5 hari matanyamasih hijau, berarti penempelan berhasil.

Selanjutnya 10-15 hari setelah penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohonpokok dikerat melintang sedalam setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm diatas okulasi, lalu dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata dapat lebih cepat.Setelah batang yang keluar dari mata mencapai tinggi 1 m, maka bagian pohonpokok yang dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi dan lukanya diratakan,kemudian ditutup dengan parafin yang telah dicairkan. Pohon okulasi ini dapatdipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan dan pemindahan yang palingbaik adalah pada saat permulaan musim hujan.

Dalam perbanyakan vegetatif yang perlu diperhatikan adalah menjagakelembaban udara agar tetap tinggi (+ 80%) dan suhu udara di tempatpenyambungan jangan terlalu tinggi (antara 15-25 derajat C). Selain itu jugajangan dilakukan pada musim hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinarmatahari langsung. Bibit yang berupa sambungan perlu disiram secara rutindan dipupuk 2 minggu sekali. Pemupukan bisa bersamaan dengan penyiraman,yaitu dengan melarutkan 1-1,5 gram urea/NPK ke dalam 1 liter air. Pupuk daunbisa juga diberikan dengan dosis sesuai anjuran dalam kemasan. Sedangkanpengendalian hama dan penyakit dilakukan bila perlu saja.

6.2. Pengolahan Media Tanam

Lahan untuk tanaman alpukat harus dikerjakan dengan baik; harus bersih daripepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-batu yangmengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau ditraktor, lalu dicangkul halus2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat musim kering sehinggapenanaman nantinya dapat dilakukan pada awal atau saat musim hujan.

Page 8: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.3. Teknik Penanaman

1) Pola Penanaman

Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara varietas-varietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas tanaman alpukat tidakdapat melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang yang memilikitipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaitutipe A dan tipe B. Varietas yang tergolong tipe bunga A adalah ijo panjang, ijobundar, merah panjang, merah bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla,taft, dan hass. Sedangkan yang tergolong tipe B adalah collinson, itszamma,winslowsaon, fuerte, lyon, nabal, ganter, dan queen. Penyerbukan silang hanyaterjadi antara kedua tipe bunga. Oleh karena itu, penanaman alpukat dalam suatulahan harus dikombinasi antara varietas yang memiliki tipe bunga A dan tipebunga B sehingga bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain.

2) Pembuatan Lubang Tanam

a) Tanah digali dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm.Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.

b) Tanah bagian atas dan bawah dipisahkan.c) Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian

atas dicampur dulu dengan 20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan kedalam lubang.

d) Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkanmengingat letak lubang tanam.

3) Cara Penanaman

Waktu penanaman yang tepat adalah pada awal musim hujan dan tanah yang adadalam lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yang perlu diperhatikanadalah tanah yang ada dalam lubang tanam harus lebih tinggi dari tanahsekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air bila disirami atau turunhujan. Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut:a) Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah

bibit.b) Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar

gumpalan tanah tetap utuh.c) Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang setinggi

leher batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir.

Page 9: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d) Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secaralangsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuatmiring dengan bagian yang tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsisampai tumbuh tunas-tunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyiangan

Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu banyak terdapatzat hara. Selain merupakan saingan dalam memperoleh makanan, gulma jugamerupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh karena itu, agartanaman dapat tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi(dicabut) secara rutin.

2) Penggemburan Tanah

Tanah yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat dan udara didalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak dapat leluasa menyerapunsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkandengan hati-hati agar akar tidak putus.

3) Penyiraman

Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perludilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah pagi/sore hari,dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.

4) Pemangkasan Tanaman

Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh terlalu rapatatau ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar lukabekas pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan luka bekas pemangkasansebaiknya diberi fungisida/penutup luka.

5) Pemupukan

Dalam pembudidayaan tanaman alpukat diperlukan program pemupukan yangbaik dan teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman alpukat, khususnya akar-akar rambutnya, hanya sedikit dan pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupukharus diberikan agak sering dengan dosis kecil.

Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila programpemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), dan KCl

Page 10: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

(60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP, danKCl masing-masing sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon dan 0,2-0,83kg/pohon. Untuk tanaman umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, danKCl masing-masing sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, dan 4 kg/pohon.Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun.

Mengingat tanaman alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, makasebaiknya pupuk diletakkan sedekat mungkin dengan akar. Caranya denganmenanamkan pupuk ke dalam lubang sedalam 30-40 cm, di mana lubang tersebutdibuat tepat di bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama pada Daun

1) Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)

Ciri: Panjang tubuh 6 cm, berwarna hitam bercak-bercak putih dan dipenuhirambut putih. Kepala dan ekor berwarna merah menyala. Gejala: Daun-daun tidakutuh dan terdapat bekas gigitan. Pada serangan yang hebat, daun habis samasekali tetapi tanaman tidak akan mati, dan terlihat kepompong bergelantungan.Pengendalian: Menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktifmonokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dengan dosis 1-3 cc/literatau Azodrin 15 WSC dengan dosis 2-3 cc/liter.

2) Ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.)

Ciri: Sayap kupu-kupu dapat mencapai ukuran 25 cm dengan warna coklatkemerahan dan segitiga tansparan. Ulat berwarna hijau tertutup tepung putih,panjang 15 cm dan mempunyai duri yang berdaging. Pupa terdapat di dalamkepompong yang berwarna coklat. Gejala: Sama dengan gejala serangan ulatkipat, tetapi kepompong tidak bergelantungan melainkan terdapat di antara daun.Pengendalian: Sama dengan pemberantasan ulat kipat.

3) Aphis gossypii Glov/A. Cucumeris, A. cucurbitii/Aphis kapas.

Ciri: Warna tubuh hijau tua sampai hitam atau kunig coklat. Hama inimengeluarkan embun madu yang biasanya ditumbuhi cendawan jelaga sehinggadaun menjadi hitam dan semut berdatangan. Gejala: Pertumbuhan tanamanterganggu. Pada serangan yang hebat tanaman akan kerdil dan terpilin.Pengendalian: Disemprot dengan insektisida berbahan aktif asefat/dimetoat,misalnya Orthene 75 SP dengan dosis 0,5-0,8 gram/liter atau Roxion 2 cc/liter.

4) Kutu dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus citri Risso

Page 11: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Ciri: Bentuk tubuh elips, berwarna coklat kekuningan sampai merah oranye,tertutup tepung putih, ukuran tubuh 3 mm, mempunyai tonjolan di tepi tubuhdengan jumlah 14-18 pasang dan yang terpanjang di bagian pantatnya. Gejala:Pertumbuhan tanaman terhambat dan kurus. Tunas muda, daun, batang, tangkaibunga, tangkai buah, dan buah yang terserang akan terlihat pucat, tertutup massaberwarna putih, dan lama kelamaan kering. Pengendalian: Disemprot denganinsektisida yang mengandung bahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat, ataukarbaril. Misalnya anthion 30 EC dosis 1-1,5 liter/ha, Sevin 85 S dosis 0,2% darikonsentrasi fomula.

5) Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd)

Ciri: Tubuh tungau betina berwarna merah tua/merah kecoklatan, sedangkantungau jantan hijau kekuningan/kemerahan. Terdapat beberapa bercak hitam, kakidan bagian mulut putih, ukuran tubuh 0,5 mm. Gejala: Permukaan daun berbintik-bintik kuning yang kemudian akan berubah menjadi merah tua seperti karat. Dibawah permukaan daun tampak anyaman benang yang halus. Serangan yanghebat dapat menyebabkan daun menjadi layu dan rontok. Pengendalian:Disemprot dengan akarisida Kelthan MF yang mengandung bahan aktifdikofoldan, dengan dosis 0,6-1 liter/ha.

7.2. Hama pada Buah

1) Lalat buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.)

Ciri: Ukuran tubuh 6 - 8 mm dengan bentangan sayap 5 - 7 mm. Bagian dadaberwarna coklat tua bercak kuning/putih dan bagian perut coklat muda denganpita coklat tua. Stadium larva berwarna putih pada saat masih muda dankekuningan setelah dewasa, panjang tubuhnya 1 cm. Gejala: Terlihat bintikhitam/bejolan pada permukaan buah, yang merupakan tusukan hama sekaligustempat untuk meletakkan telur. Bagian dalam buah berlubang dan busuk karenadimakan larva. Pengendalian: Dengan umpan minyak citronella/umpan proteinmalation akan mematikan lalat yang memakannya. Penyemprotan insektisidadapat dilakukan antara lain dengan Hostathion 40 EC yang berbahan aktiftriazofos dosis 2 cc/liter dan tindakan yang paling baik adalah memusnahkansemua buah yang terserang atau membalik tanah agar larva terkena sinarmatahari dan mati.

2) Codot (Cynopterus sp)

Ciri: Tubuh seperti kelelawar tetapi ukurannya lebih kecil menyerang buah-buahan pada malam hari. Gejala: Terdapat bagian buah yang berlubang bekasgigitan. Buah yang terserang hanya yang telah tua, dan bagian yang dimakanadalah daging buahnya saja. Pengendalian: Menangkap codot menggunakan

Page 12: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

jala/menakut-nakutinya menggunakan kincir angin yang diberi peluit sehinggadapat menimbulkan suara.

7.3. Hama pada Cabang/Ranting

1) Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth / Xylosandrus morigerus Bldf).

Ciri: Kumbang yang lebih menyukai tanaman kopi ini berwarna coklat tua danberukuran 1,5 mm. Larvanya berwarna putih dan panjangnya 2 mm. Gejala:Terdapat lubang yang menyerupai terowongan pada cabang atau ranting.Terowongan itu dapat semakin besar sehingga makanan tidak dapat tersalurakanke daun, kemudian daun menjadi layu dan akhirnya cabang atau ranting tersebutmati. Pengendalian: Cabang/ranting yang terserang dipangkas dan dibakar.Dapat juga disemprot insektisida berbahan aktif asefat atau diazinon yangterkandung dalam Orthene 75 SP dengan dosis pemberian 0,5-0,8 gram/liter danDiazinon 60 EC dosis 1-2 cc/liter.

7.4. Penyakit yang disebabkan Jamur

1) Antraknosa

Penyebab: Jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) sacc. Yang mempunyaimiselium berwarna cokleat hijau sampai hitam kelabu dan sporanya berwarnajingga. Gejala: Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman, kecuali akar.Bagian yang terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian daun, bunga,buah/cabang tanaman yang terserang akan gugur. Pengendalian: Pemangkasanranting dan cabang yang mati. Penelitian buah dilakukan agak awal (sudah tuatapi belum matang). Dapat juga disemprot dengan fungisida yang berbahan aktifmaneb seperti pada Velimex 80 WP. Fungisida ini diberikan 2 minggu sebelumpemetikan dengan dosis 2-2,5 gram/liter.

2) Bercak daun atau bercak cokelat

Penyebab: cercospora purpurea Cke./dikenal juga dengan Pseudocercosporapurpurea (Cke.) Derghton. Jamur ini berwarna gelap dan menyukai tempatlembab. Gejala: bercak cokelat muda dengan tepi cokelat tua di permukaan daunatau buah. Bila cuaca lembab, bercak cokelat berubah menjadi bintik-bintikkelabu. Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang yang dapat dimasukiorganisme lain. Pengendalian: Penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP yangmengandung benomyl, dengan dosis 1-2 gram/liter atau dapat juga denganmengoleskan bubur Bordeaux.

3) Busuk akar dan kanker batang

Penyebab: Jamur Phytophthora yang hidup saprofit di tanah yang mengandungbahan organik, menyukai tanah basah dengan drainase jelek. Gejala: Bila

Page 13: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

tanaman yang terserang akarnya maka pertumbuhannya menjadi terganggu,tunas mudanya jarang tumbuh. Akibat yang paling fatal adalah kematian pohon.Bila batang tanaman yang terserang maka akan tampak perubahan warna kulitpada pangkal batang. Pengendalian: drainase perlu diperbaiki, jangan sampaiada air yang menggenang/dengan membongkar tanaman yang terserangkemudian diganti dengan tanaman yang baru.

4) Busuk buah

Penyebab: Botryodiplodia theobromae pat. Jamur ini menyerang apabila ada lukapada permukaan buah. Gejala: Bagian yang pertama kali diserang adalah ujungtangkai buah dengan tanda adanya bercak cokelat yang tidak teratur, yangkemudian menjalar ke bagian buah. Pada kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolankecil. Pengendalian: Oleskan bubur Bordeaux/ semprotkan fungisida Velimex 80WP yang berbahan aktif Zineb, dengan dosis 2-2,5 gram/liter.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Ciri-ciri buah yang sudah tua tetapi belum masak adalah:a) warna kulit tua tetapi belum menjadi cokelat/merah dan tidak mengkilap;b) bila buah diketuk dengan punggung kuku, menimbulkan bunyi yang nyaring;c) bila buah digoyang-goyang, akan terdengar goncangan biji.

Penetapan tingkat ketuaan buah tersebut memerlukan pengalaman tersendiri.Sebaiknya perlu diamati waktu bunga mekar sampai enam bulan kemudian, karenabuah alpukat biasanya tua setelah 6-7 bulan dari saat bunga mekar. Untukmemastikannya, perlu dipetik beberapa buah sebagai contoh. Bila buah-buah contohtersebut masak dengan baik, tandanya buah tersebut telah tua dan siap dipanen.

8.2. Cara Panen

Umumnya memanen buah alpukat dilakukan secara manual, yaitu dipetikmenggunakan tangan. Apabila kondisi fisik pohon tidak memungkinkan untukdipanjat, maka panen dapat dibantu dengan menggunakan alat/galah yang diberitangguk kain/goni pada ujungnya/tangga. Saat dipanen, buah harus dipetik/dipotongbersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar, luka/infeksi padabagian dekat tangkai buah.

8.3. Periode Panen

Biasanya alpukat mengalami musim berbunga pada awal musim hujan, dan musimberbuah lebatnya biasanya pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Di

Page 14: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Indonesia yang keadaan alamnya cocok untuk pertanaman alpukat, musim panendapat terjadi setiap bulan.

8.4. Prakiraan Produksi

Produksi buah alpukat pada pohon-pohon yang tumbuh dan berbuah baik dapatmencapai 70-80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata yang dapat diharapkan darisetiap pohon berkisar 50 kg.

9. PASCAPANEN

9.1. Pencucian

Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran yangmenempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara pencuciantergantung pada kotoran yang menempel.

9.2. Penyortiran

Penyortiran buah dilakukan sejak masih berada di tingkat petani, dengan tujuanmemilih buah yang baik dan memenuhi syarat, buah yang diharapkan adalah yangmemiliki ciri sebagai berikut:1. Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.2. Cukup tua tapi belum matang.3. Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dalam 1 kg terdiri dari 3 buah

atau berbobot maksimal 400 g.4. Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalah yang berbentuk lonceng.

Buah yang banyak diminta importir untuk konsumen luar negeri adalah buah alpukatyang dagingnya berwarna kuning mentega tanpa serat. Sedangkan untuk memenuhikebutuhan dalam negeri, semua syarat tadi tidak terlalu diperhitungkan.

9.3. Pemeraman dan Penyimpanan

Alpukat baru dapat dikonsumsi bila sudah masak. Untuk mencapai tingkat kemasanini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik (bila buah dipetik pada saat sudahcukup ketuaannya). Bila tenggang waktu tersebut akan dipercepat, maka buah harusdiperam terlebih dulu. Untuk keperluan ekspor, tidak perlu dilakukan pemeramankarena tenggang waktu ini disesuaikan dengan lamanya perjalanan untuk sampai ditempat tujuan.

Page 15: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Cara pemeraman alpukat masih sangat sederhana. Pada umumnya hanya denganmemasukkan buah ke dalam karung goni, kemudian ujungnya diikat rapat. Setelahitu karung diletakkan di tempat yang kering dan bersih.

Karena alpukat mempunyai umur simpan hanya sampai sekitar 7 hari (sejak petiksampai siap dikonsumsi), maka bila ingin memperlambat umur simpan tersebutdapat dilakukan dengan menyimpannya dalam ruangan bersuhu 5 derajat C. Dengancara tersebut, umur penyimpanan dapat diperlambat samapai 30-40 hari.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Kemasan adalah wadah/tempat yang digunakan untuk mengemas suatu komoditas.Kemasan untuk pasar lokal berbeda dengan yang untuk diekspor. Untuk pemasarandi dalam negeri, buah alpukat dikemas dalam karung-karung plastik/keranjang, laludiangkut dengan menggunakan truk. Sedangkan kemasan untuk ekspor berbedalagi, yaitu umumnya menggunakan kotak karton berkapasitas 5 kg buah alpukat.Sebelum dimasukkan ke dalam kotak karton, alpukat dibungkus kertas tissue,kemudian diatur sususannya dengan diselingi penyekat yang terbuat dari potongankarton.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1 Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya tanaman alpukat dengan luas lahan 1 hektar selama 10tahun di daerah Jawa Barat pada tahun 1999.

1) Biaya produksi1. Bibit okulasi: 121 batang @ Rp.10.000,- Rp. 1.210.000,-2. Pupuk

- Pupuk kandang 3 ton@ Rp. 150.000,-/ton Rp. 450.000,-- UreaTahun ke-1-4, 1.936 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 2.904.000,-Tahun ke-5-10, 9.801 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 14.701.500,-- TSPTahun ke-1-4, 1.936 kg @ Rp. 1.600,- Rp. 3.097.600,-Tahun ke-5-10, 9.317 kg @ Rp.1.600,- Rp. 14.907.200,-- KClTahun ke-1-4, 1.694 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 2.795.100,-Tahun ke-5-10, 11.616 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 19.166.400,-

4. Pestisida dan fungisida Rp. 240.000,-5. Peralatan

- Cangkul Rp. 70.000,-- Sprayer Rp. 250.000,-

Page 16: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6. Tenaga kerja- Pembajakan lahan dan pupuk dasar (borongan) Rp. 400.000,-- Penyiraman 15 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 105.000,-- Pemangkasan 4 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 28.000,-- Pembuatan lubang tanam 15 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 105.000,-- Penanaman 7 HOK @ RP. 7.000,- Rp. 49.500,-- Penyiangan 20 HOK/tahun @ Rp. 7.000,- Rp. 1.400.000,-- Pemupukan 10 HOK/tahun @ Rp. 7.000,- Rp. 700.000,-- Perlindungan tanaman 4HOK/tahun @ Rp. 7.000,- Rp. 280.000,-

7. Panen dan pascapanenTahun ke-4, 18 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 126.000,-Tahun ke-5, 22 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 154.000,-Tahun ke-6, 35 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 245.000,-Tahun ke-7, 48 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 336.000,-Tahun ke-8, 48 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 336.000,-Tahun ke-9, 48 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 336.000,-Tahun ke-10, 48HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 336.000,-

Jumlah biaya produksi dalam 10 tahun Rp. 64.841.300,-

2) Pendapatan1. Tahun ke-4, 3.300 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 11.550.000,-2. Tahun ke-5, 6.500 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 22.750.000,-3. Tahun ke-6, 9.800 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 34.300.000,-4. Tahun ke-7, 12.000 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 42.000.000,-5. Tahun ke-8, 12.200 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 42.700.000,-6. Tahun ke-9, 12.500 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 43.750.000,-7. Tahun ke-10, 12.500 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 43.750.000,-Jumlah pendapatan dalam 10 tahun Rp.240.800.000,-

3) Keuntungan dalam 10 tahun Rp.175.958.700,-

Tanaman alpukat yang berasal dari bibit okulasi atau sambung akan mulai berbuahpada umur 4 tahun dengan produksi 3.300 kg/ha. Produksi ini akan terus bertambahhingga mencapai kestabilan pada tahun ke-7 (panen keempat) dengan jumlahproduksi rata-rata 12.000 kg/ha. Keuntungan baru dapat diperoleh pada panenkedua (tahun ke-5) dan akan stabil pada panen keempat (tahun ke-7). Namunanalisis tersebut belum termasuk biaya sewa tanah.

10.2 Gambaran Peluang Agribisnis

Walaupun keuntungan bertanam alpukat di Indonesia belum begitu bisa dirasakankarena pengelolaannya tidak intensif, namun karena permintaannya naik makapertanaman alpukat dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Prospek ke depanbisnis alpukat semakin cerah sehubungan dengan semakin terbukanya peluangpasar. Tetapi sayangnya masih banyak wilayah yang merupakan sentra produksi

Page 17: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

belum tergali, sehingga kesulitan mendapatkan buah masih tetap dirasakan olehpara pedagang, baik di pasar lokal maupun eksportir.

Alpukat merupakan salah satu jenis buah bergizi tinggi yang semakin banyakdiminati. Hal ini terlihat dari banyaknya permintaan alpukat di pasaran. Sebagaicontoh, seorang grosir membutuhkan alpukat 12-20 ton/minggu untuk pedagangpengecer di Bogor.

Selain di pasar lokal, pasar luar negeri pun berhasil ditembusnya. Mula-mula hanyaSingapura dan Belanda, kemudian menyusul Saudi Arabia, Perancis, dan BruneiDarussalam. Impor Perancis pada tahun 1989 sebanyak 3.790 kg dengan nilai 379US$, dan pada tahun 1990 meningkat menjadi 5.749 kg dengan nilai 10.876 US$.

Situasi harga di tingkat petani memang relatif bervariasi dibandingkan dengan ditingkat pengecer. Harga setiap kilogram di tingkat petani di daerah Garut pada tahun1991 berkisar antara Rp 200,- sampai Rp 600,-. Seangkan di tingkat pengecerbiasanya lebih stabil, dan harga bisa mencapai Rp 700,- sampai Rp 1.750,-/kg.Adanya perbedaan harga yang cukup besar tersebut antara lain disebabkan karenadi tingkat pengecer risiko kerusakannya lebih tinggi.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilancontoh dan cara pengemasan.

11.2.Diskripsi

Alpukat adaalah buah tanaman apaokat (Persea Americana MILL) dalam keadaancukup tua, utuh, segar dan bersih.

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Alpokat digolongkan dalam 3 macam ukuran berdasarkan berat, yaitu:a) Alpokat besar : 451-550 gram/buahb) Alpokat sedang : 351-450 gram/buahc) Alpokat kecil : 250-350 gram/buah

Sedangkan syarat mutu adalah sebagai berikut:a) Kesamaan sifat varietas: mutu I seragam; mutu II seragam; cara pengujian

organoleptikb) Tingkat ketuaan: mutu I tua tapi tidak terlalu matang; mutu II tua tapi tidak terlalu

matang; cara pengijian organoleptik

Page 18: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 17/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c) Bentuk: mutu I normal; mutu II kurang normal; cara pengujian organoleptikd) Kekerasan: mutu I keras; mutu II keras; cara pengujian Organoleptike) Ukuran: mutu I seragam; mutu II kurang seragam; cara pengujian SP-SMP-309-

1981f) Kerusakan (bobot/bobot): mutu I maks 5%; mutu II 10%; cara pengujian SP-SMP-

310-1981g) Busuk (bobot/bobot): mutu I maks 1%; mutu II 2%; cara pengujian SP-SMP-311-

1981h) Kotoran: mutu I bebas; mutu II bebas; cara pengujian organoleptik

11.5.Pengambilan Contoh

Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah danbawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudiandibagi 4 dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kalisampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.a) Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yang

diambil 5.b) Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum jumlah contoh yang

diambil 7.c) Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum jumlah contoh yang

diambil 9.d) Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah contoh yang

diambil 10.e) Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah contoh yang

diambil 15.

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yangberpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badanhukum.

11.6.Pengemasan

Buah alpukat disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dalam keranjangbambu/bahan lain yang sesuai dengan/tanpa bahan penyekat, ditutup dengananyaman bambu/bahan lain, kemudian diikat dengan tali bambu/bahan lain. Isikemasan tidak melebihi permukaan kemasan dengan berat bersih maksimum 20 kg.Di bagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang,golongan ukuran, jenis mutu, daerah asal, nama/kode perusahaan/eksportir, beratbersih, hasil Indonesia dan tempat/negara tujuan.

12. DAFTAR PUSTAKA

Page 19: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 18/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi (1978). "Pedoman penanaman jenistanaman hortikultura dan rerumputan". Jakarta: Direktorat Reboisasi danRehabilitasi, Departemen pertanian.

2) Hodson, R.W. (1950). "The avocado a gift from the middle Americas". EconomicBotany, (4) hal. 253

3) Indriani, Y. Hetty; Suminarsih, Emi (1997). "Alpukat". Jakarta: Penebar Swadaya.96 hal.

4) Kalie, Moehd. Baga (1997). "Alpukat: budidaya dan pemanfaatannya".Yogyakarta: Kanisius. 112 hal.

5) Lawrence, G.H.M. (1951). "Taxonomy of vasculer plants" New York: The MacMillan Company. 512 hal.

6) Mardisiswojo, S.; Mangunsudarso, H.R. (1968). "Cabe puyang warisan nenekmoyang" jilid III, Jakarta: Karya Wreda. Hal. 24.

7) Ochse, J.J. (1931). "Fruit an fruits culture in the Dutch East Indies". Batavia: G.Kolff and Co. 55 hal.

8) Ochse, J.J. (1961). "Tropical and subtropicak agriculture". Vol. I. New York : TheMac Millan Company, 617 hal.

9) Palmer, D.F. (1937). "Avocado fertilization. Cal. Avocado Ass'n. 20th ed., Coit, J.E.(ed.), Year Book. 235 hal.

10) Purseglove, J.W. (1974). "Tropical crops dicotyledons". London: Longman. 192hal.

11) Rismunandar (1981). "Memperbaiki lingkungan dengan bercocok tanam jambumede dan alpukat". Bandung: Sinar Baru 39 hal.

12) Sunaryo, H.; Rismunandar (1981). "Pengantar pengetahuan dasar hortikultura".I. Bandung: Sinar Baru. 31 hal.

13) Supriyanto, Arry (1989). "Bibit alpukat sambung dini." Trubus, (Nov.) hal. 192.14) Tohir, K.A. (1978). "Tropical agriculture. The climate, soils, cultural methods,

crops, live stock, commercial importance and opportunities of tropics". New York:D. Appleton and company, 112 hal.

15) Wirasmanto (1971). "Penggunaan alpukat". Warta Pertanian (10) hal. 19.16) Zentmeyer, G.A. (1953). "Diseases of the avocado". Dalam: The year book of

agriculture United States Departement of Agriculture, Washington, D.C., hal. 875

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 20: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

ANGGREK

1. SEJARAH SINGKAT

Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya indah.Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir mulaidibudidayakan secara luas di Indonesia.

2. JENIS TANAMAN

Jenis anggrek yang terdapat di Indonesia termasuk jenis yang indah antara lain:Vanda tricolor terdapat di Jawa Barat dan di Kaliurang, Vanda hookeriana, berwarnaungu berbintik-bintik berasal dari Sumatera, anggrek larat/Dendrobium phalaenopis,anggrek bulan/Phalaenopsis amabilis, anggrek Apple Blossom, anggrekPaphiopedilun praestans yang berasal dari Irian Jaya serta anggrek Paphiopedilunglaucophyllum yang berasal dari Jawa Tengah.

Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu:1) Anggrek Ephytis adalah jenis anggrek yang menupang pada batang/pohon lain

tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Alat yang dipakai untukmenempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencarimakanan adalah akar udara.

Page 21: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada pohon/tanamanlain yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya akar lekatnya juga berfungsiseperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang.

3) Anggrek tanah/anggrek Terrestris adalah jenis anggrek yang hidup di atas tanah.

3. MANFAAT TANAMAN

Manfaat utama tanaman ini adalah sebagai tanaman hias karena bunga anggrekmempunyai keindahan, baunya yang khas. Selain itu anggrek bermanfaat sebagaicampuran ramuan obat-obatan, bahan minyak wangi/minyak rambut.

4. SENTRA PENANAMAN

Sentra tanaman anggrek di Eropa adalah Inggris, sedangkan di Asia adalahMuangthai. Di Indonesia, anggrek banyak terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah,Sumatra ataupun di Irian Jaya.

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

1) Angin tidak dan curah hujan terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanamananggrek.

2) Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman ini. Kebutuhan cahayaberbeda-beda tergantung pada jenis tanaman anggrek.

3) Suhu minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 12,7 derajat C. Jika suhuudara malam berada di bawah 12,7 derajat C, maka daerah tersebut tidakdianjurkan untuk ditanam anggrek (di dataran tinggi Dieng).

4) Tanaman anggrek tidak cocok dalam suasana basah terus menerus, akan tetapimenyukai kelembaban udara di siang hari 65-70 %.

5.2. Media Tanam

Terdapat 3 jenis media untuk tanaman anggrek, yaitu:

1) Media untuk anggrek Ephytis dan Semi Ephytis terdiri dari:1. Serat Pakis yang telah digodok.2. Kulit kayu yang dibuang getahnya.3. Serabut kelapa yang telah direndam air selama 2 minggu.4. Ijuk.5. Potongan batang pohon enau.6. Arang kayu .7. Pecahan genting/batu bata.

Page 22: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8. Bahan-bahan dipotong menurut ukuran besar tanaman dan akarnya.Untuk anggrek Semi Epirit yang akarnya menempel pada media untuk mencarimakanan, perlu diberi makanan tambahan seperti kompos, pupuk kandang/daun-daunan.

2) Media untuk anggrek TerrestriaJenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu ditambah pupuk kompos, sekam,pupuk kandang, darah binatang, serat pakis dan lainnya.

3) Media untuk anggrek semi TerrestriaBahan untuk media anggrek ini perlu pecahan genteng yang agak besar,ditambah pupuk kandang sekam/serutan kayu. Dipakai media pecahan genting,serabut kayu, serat pakis dan lainnya. Derajat keasaman air tanah yang dipakaiadalah 5,2.

5.3. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang cocok bagi budidaya tanaman ini dapat dibedakan menjadi 3macam yaitu:

1) Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl)Anggrek panas memerlukan suhu udara 26-30 derajat C pada siang hari, 21derajat C pada malam hari, dengan daerah ketinggian 0-650 meter dpl. Contohjenis anggrek ini adalah:1. Dendrobium phalaenopsis2. Onchidium Papillo3. Phaphilopedillum Bellatum

2) Anggrek sedang (ketinggian 150-1500 m dpl)Anggrek sedang pada suhu udara siang hari 21 derajat C dan 15–21 derajat C,pada malam hari, dengan ketinggian 150-1500 m dpl.

3) Anggrek dingin (lebih dari 1500 m dpl)Anggrek dingin jarang tumbuh di Indonesia, tumbuh baik pada suhu udara 15-21derajat C di siang hari dan 9–15 derajat C pada malam hari, dengan ketinggian ≥1500 m dpl. Contoh: anggrek jenis Cymbidium.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Bibit

Bibit anggrek yang baik, sehat dan unggul mempunyai beberapa ciri, yaitu: bentukbatang kuat, pertumbuhan pesat, daun subur, bunga lebat dan indah.

Page 23: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Penyebaran Biji

Bibit anggrek berasal dari biji yang disemaikan. Adapun penyebaran biji anggreksebagai berikut:a) Peralatan yang digunakan untuk penyebaran biji harus bersih.b) Mensterilkan biji

Sebelum biji disebar harus disterilkan dulu dengan 10 gram kaporit dilarutkandalam 100 cc air kemudian saring kertas filter, dimasukkan ke dalam botol. Bijidimasukan dalam botol dan digojog 10 menit. (biji anggrek yang semula kuningkecoklatan berubah warna menjadi kehijauan). Kemudian air dibuang dandiganti dengan aquades, digojog berulang kali (2–3 kali).

c) Penyebaran biji anggrekBotol-botol yang telah disterilkan dapat digunakan untuk menyebaran bijianggrek. Sebelum botol dibuka, leher botol dipanaskan di atas lampu spritusuntuk menghilangkan kuman. Untuk memasukan biji anggrek ke dalam botoldigunakan pipet yang dibersihkan dulu dengan cara pemanasan di atas lampuspritus sampai merah kemudian dicelup kedalam spritus. Botol yang telahterbuka kemudian diisi biji anggrek dan diratakan keseluruh permukaan alasmakanan yang telah disediakan. Sebelum botol ditutup kita panaskan lagi diatas spritus kemudian ditutup kembali.

3) Teknik Penyemaian Benih

a) Memeriksaan dengan mikroskop, baik atau tidaknya biji anggrek, yang kosongberwarna putih dan yang isi kuning coklat/warna lain.

b) Mempersiapkan botol yang bermulut lebar bersih dan tidak berwarna agardapat meneruskan cahaya matahari yang dibutuhkan dan mudah dilihat.

c) Tutup botol dari kapas digulung-gulung sampai keras, ujung diikat tali untukmemudahkan dicopot kembali, atau kain sisa yang dipotong potong. Kerapatantutup botol menjaga agar bakteri/jamur tidak masuk sehingga tidak terinfeksiatau terkontaminasi.

d) Mempersiapkan lemari kaca (ent-kas) yang bersih dari bakteri/jamur dengankain yang sudah dicelup formalin udara dalam lemari disterilkan dengan kapasdipiring dituangi formalin supaya menguap mensterilkan kaca (ent-kas).

e) Pembuatan sterilsasi alas makanan dan untuk membuat alas makanan anggrekbiasanya dipakai resep Khudson C (NORTHEN) 12 yaitu:1. Ca(NO3)2H2O : 1,00 gram2. KH2PO4 : 0,25 gram3. MgSO47H2O : 0,25 gram4. (NH4)2SO4 : 0,25 gram5. Saccharose : 20 gram6. FeSO4 4H2O : 0,25 gram7. MnSO4 : 0,0075 gram8. Agar-agar : 15–17,5 gram9. Aquadest : 1000 cc

Page 24: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Pembuatan alas makanan diperlukan pH 5,2, dipergunakan pH meter/kertas pHtekstil/Indikator Paper.Sterilisasi dengan cara dipanaskan dalam Autoclaf yang sampai 110 derajat Cselama setengah jam atau dengan dandang kemudian diletakan pada tempatbersih, dengan posisi miring, sehingga makanan setinggi 1/2–2/3 tinggi botol(dari alas sampai ke leher botol) dan didiamkan selama 5–7 jam untukmengetahui sterilisasi yang sempurna.

4) Pemindahan Bibit

Setelah tanaman di dalam botol berumur 9–12 bulan terlihat besar, tumbuh akar.Dalam tingkat ini bibit sudah dapat dipindahkan kedalam pot penyemaian yangberdiameter 7 cm, 12 cm atau 16 cm yang berlubang.

Siapkan pecahan genting, dan akar pakis warna coklat, di potong dengan panjang5–30 mm sehingga serabutnya terlepas satu sama lainnya. Sebelum dipakaiterlebih dulu dicuci bersih dan biarkan airnya hilang. Akar pakis setelah dicuci,direndam dulu dalam alas makanan selama 24 jam yang berupa:a) Urea atau ZA : 0,50 mgb) DS, TS atau ES : 0,25 mgc) Kalium sulfat atau K2SO4 : 0,25 mgd) Air : 1000 cc

Alaternatif lain sebagai alas makanan, dapat juga dipakai pupuk buatan campuranunsur N, P, K perbandingan 60:30:10 atau dapat juga digunakan pupuk kandangyang telah dicampur pakis dengan perbandingan pakis: pupuk kandang = 4:1.Selain itu dapat digunakan kulit Pinus yang di potong kecil sebesar biji kacangtanah, yang telah direndam dalam alas makanan seperti akar pakis selama 24jam. Untuk isian pot ini dapat juga digunakan arang kayu bakar/serabut kelapayang dipotong-potong sebesar ibu jari.

Pot yang disiapkan diisi dengan pecahan genting 1/3 tinggi pot/layah, kemudian isiremukan pakis tersebut setinggi 1 cm di bawah tepi pot/layah (tidak perludipadatkan).

Pemindahan bibit ke dalam pot dilakukan dengan mengeluarkan tanaman di botoldengan memasukkan air bersih ke dalam botol. Dengan kawat bersih berujungseperti huruf U, tanaman dikeluarkan satu persatu (akar lebih dahulu). Setelahkeluar tanaman dicuci kaporit 1 % kemudian dengan air bersih. Seedlings(semaian) ditanam dalam pot dengan rapat. Apabila di dalam botol sudah terjadikontaminasi jamur sebaik lebih dulu direndam di dalam antibiotic (penicillin,streptomycin yang telah lewat expirydatenya) 10 menit baru ditanam.

5) Pemindahan dari Pot Penyemaian

Setelah tanaman pada pot penyemaian cukup tinggi, maka tanaman dipindahkanke pot biasa yang berdiamater 4–6 cm, yang berisi potongan genting/batu bata

Page 25: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

merah, kemudian beri pakis/kulit pinus yang telah direndam dalam alas makanansampai 1 cm di bawah tepi pot.

6.2. Pengolahan Media Tanam

Media tanam untuk tanaman anggrek tanah dibedakan:a) Tanaman dalam pot (dengan diameter 7-30 cm tergantung dari jenis tanaman).

Apabila diameter pot dipilih 25-30 cm maka perlu dipasang tiang di tengah-tengahpot, kemudian pot diisi pecahan genting. Anggrek di letakkan di tengah danakarnya disebar merata dalam pot, kemudian batang anggrek diikat pada tiang.Pot diisi pupuk kandang yang telah dicampur sesuai dengan komposisi kira-kira2/3 dari pot.

b) Media tanam dalam tanah dengan sistim bak-bak tanam.Bak terbuat dari batu bata merah panjang 2 m lebar 40 cm dan tinggi bak 2 lapisbatu bata merah. Pembuatan bak ini di atas tanah untuk menghindari darikebecekan, di tanah kering digali sedalam 10-20 cm kemudian diberi bata ukuran40 cm x 2 m dan jarak antara pembantas dengan yang lain 3 cm. Tiang penahandibuat 4 buah yang ditancapkan ke dalam tanah dengan ketinggian masing-masing 1,5 m. Antara tiang satu dengan yang lain dihubungkan dengan kayusehingga keempat tiang tersebut merupakan suatu rangkaian.

6.3. Teknik Penanaman

Penanaman tanaman anggrek, disesuaikan dengan sifat hidup tanaman anggrek,yaitu:1) Anggrek Ephytis adalah anggrek yang menupang pada batang/pohon lain tetapi

tidak merusak/merugikan yang ditumpangi atau ditempelin. Alat yang dipakaiuntuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencarimakanan adalah akar udara.

2) Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada pohon/tanamanlain yang tidak merusak yang ditempel, hanya akar lekatnya juga berfungsi sepertiakar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang.

3) Anggrek tanah/anggrek Terrestris.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan dan penyulaman dilakukan pada tempat yang disesuaikan denganjenis anggrek, yang sifatnya epphytis atau anggrek tanah.

2) Penyiangan

Untuk tanaman anggrek pada penyiangan pada waktu pada kondisi di dalam botolkemudian dipisahkan ke dalam pot-pot yang sudah disediakan sesuai jenisanggrek.

Page 26: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Pemupukan

Unsur makro yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah besar yang meliputi: C, H,O, N, S, P, K, Ca, Mg. Untuk unsur mikro yaitu unsur yang dibutuhkan dalamjumlah yang sedikit, antara lain: Cu, Zn, Mo, Mn, V, Sc, B, Si, dst. Unsur makrodan unsur mikro dapat diambil dari udara atau dari tanah, berupa gas atau air dangaram-garam yang terlarut di dalamnya.

Pemupukan pada tanaman anggrek dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:a) Pemupukan untuk bibit (seedlings) dengan N, P, K.

Perbandingan N:P:K=6:3:1. Unsur N lebih banyak dibutuhkan untukpembentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur N diambil daripupuk ZA/urea, untuk P dipakai pupuk ES; DS; TS, dan K dari Kalium Sulfat(K2SO4).Pupuk-pupuk buatan yang mengandung N, P, K:1. Urea : 0,6 gram untuk 1 liter air2. ES : 0,3 gram untuk 1 liter air3. ZK : 0,1 gram untuk 1 liter air

b) Pemupukan untuk ukuran sedang (mid-size) dengan N, P, K.Perbandingan N:P:K=3:3:3 yang sama banyak disini tidak memerlukantambahan pupuk, maka dapat dususun sendiri pupuk yang mengandung N, P,K dengan cara misalnya :1. Urea : 0,3 gram untuk 1 liter air2. DS : 0,3 gram untuk 1 liter air3. K2SO4 : 0,3 gram untuk 1 liter air

c) Pemupukan untuk ukuran berbunga (flowerings-size)Tanaman yang sudah berbunga dipupuk dengan perbandingan N:P:K= 1:6:1.

Teknik pemberian pupuk buatan adalah:a) Dalam bentuk padat/powder yang dilakukan dengan menaburkan secara hati-

hati, jangan tersangkut pada daun/batangnya yang menyebabkan daun/batangtadi dapat terbakar.

b) Disiramkan, yang mana anggrek dapat menyerap air dan garam-garam yangterlarut di dalamnya. Cara ini banyak dilakukan dimana-mana.

c) Penyemprotan, cara ini sangat baik apabila terjadi pembusukan akardidalamnya, maka akarnya ditutup plastik.

Pupuk kandang yang sering digunakan adalah kotoran kuda, sapi, kerbau,kambing, ayam dan lain-lain. Kebaikan pemakaian pupuk kandang selainmengandung bermacam-macam unsur yang dibutuhkan oleh tanaman jugasangat membantu dalam penyimpanan air, apalagi pada musim kemarau.Keburukan dari pupuk kandang ini adalah di dalam kotoran banyak bateri yangmengandung jamur. Untuk itu dianjurkan disangan lebih dahulu untukmenghilangkan jamur/bakteri di dalamnya. Pemupukan tanaman lebih baikdilakukan pada waktu pagi-pagi atau pada sore hari sekitar pukul 5.00 sore.

Page 27: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Pengairan dan Penyiraman

Sumber air untuk penyiraman tanaman anggrek dapat berasal dari:a) Air Ledeng, baik untuk menyiram karena jernih dan steril, tetapi pHnya tinggi

maka perlu diturunkan dengan menambah suatu asam misalnya HCl. PH yangbaik sekitar 5,6-6.

b) Air sumur, baik untuk menyiram karena banyak mengandung mineral daritanah yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Air sumur di daerah kapur harusdiperhatikan pHnya.

c) Air hujan, yang ditampung didalam tong-tong/bak sangat baik untukmenyiraman.

d) Air kali/air selokan, tetapi kita tidak tahu pasti apakah air itu mengandung jamur,bakteri/lumut yang bisa mengganggu anggrek/tidak. Kalau dilihat dari sudut isimakanan mungkin cukup baik.

Hal perlu diperhatikan bagi petani anggrek adalah mengetahui sifat-sifat dari isianpot supaya bisa mengatur banyaknya air untuk menyiram. Adapun macam isianpot dan sifat diuraikan sebagai berkut:a) Pecahan genting/pecahan batu merah, yang mana mudah menguapkan air dan

sifat anggrek yang tidak begitu senang dengan air sehingga tidak mudah untuklumutan. Untuk pecahan genting lebih kecil daya serapnya lebih banyak danuntuk siraman lebih sedikit.

b) Potongan sabut kelapa, pemakaian serabut kelapa lebih baik untuk digunakandi daerah panas karena menyimpan air, tetapi kalau penggunaan di daerahdingin tidak menguntungkan karena mudah busuk.

c) Remukan akar pakis yang hitam, keras dan baru tidak mudah untuk menyerapair, setelah beberapa bulan banyak menyerap air. Akar pakis yang coklat danlunak lebih mudah menyerap dan menahan air.

d) Potongan kulit pakis, dimana media ini sukar sekali untuk penyerapan air,mudah terjadi penguapan. Jika potongannya besar, penyerapan kecil dan jikapotongan kecil penyerapan air lebih banyak.

Bagi tanaman yang sudah besar pedoman penyiramannya 3-7 hari sekali musimhujan dan 1-3 hari sekali pada musim hujan.

5) Waktu Penyemprotan Pestisida

Obat-obatan sebaiknya disemprotkan pada waktu pagi hari, lebih baik pada sorehari sekitar jam 5.00. Penyemprotan bagi tanaman anggrek sehat, dilakukan rutinkurang lebih 3 bulan sekali. Penyemprotan bagi tanaman anggrek terserang hamaperlu dilakukan berulang-ulang 3 kali dengan jangka waktu tertentu (untuk kutu)daun seminggu sekali. Adapun jenis insektisida dan dosis yang digunakan untukhama antara lain:a) Orthene 75 SP dosis 5-10 gram/10 liter air untuk ulat pemakan daunb) Bayrusil 250 EC dosis 2 cc/liter air untuk ulat pemakan daunc) Malathion dosis 3 gram/liter air untuk ulat, kumbang, kutud) Kelthane dosis 2 gram/liter air, untuk kutu

Page 28: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

e) Metadeks dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keong danbekicot air

f) Falidol E.605 dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keongdan bekicot air

Untuk hama bekicot ada 2 cara pengendaliannya yaitu:a) Menyebarkan obat sekitar pot anggrek dengan mencampur antara obat

Metadeks ke dedak halus di tambah air sedikit.b) Membuat larutan 1 cc Dieldrin 50% 25 EP dicampur dengan 1 liter air atau 6–8

cc Folediol E 605 kedalam air 10 liter. Kemudian pot tanaman anggrekdirendam dalam larutan tersebut selama beberapa waktu dan diulang satuminggu sekali.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Tungau/kutu perisaiGejala: menempel pada pelepah daun; berwarna kemerahan jumlahnya banyak;bekas serangan berupa bercak hitam dan merusak daun. Pengendalian: digosokdengan kapas dan air sabun; apabila serangan sudah parah, harus disemprot olehinsektisida dengan dosis 2 cc/liter.

2) SemutGejala: merusak akar dan tunas muda yang disebabkan oleh cendawan.Pengendalian: pot direndam dalam air dan ciptakan lingkungan bersih di sekitarrak/sebaiknya pot digantung.

3) BelelangGejala: pinggiran daun rusak dengan luka bergerigi tak beraturan. Untuk jenisbelalang berukuran kecil, perlu pengamatan cermat. Pengendalian: segerasemprotkan insektisida yang bersifat racun kontak/yang sistematik; bila jumlahnyasedikit bisa langsung dimusnahkan/dibunuh.

4) TripsGejala: menempel pada buku-buku batang dan daun muda; menimbulkan bercakabu-abu dipermukaan daun dan merusak bunga hingga bentuk bunga tidakmenarik. Pengendalian: secara periodik dan teratur pot anggrek disemprotinsektisida.

5) Kutu babiGejala: kerusakan yang ditimbulkan seperti akibat semut; tapi tidak menyerangtunas daun. Pengendalian: perendaman dapat mengusir kutu babi dari potanggrek.

Page 29: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6) KeongGejala: menyerang lembaran daun anggrek. Pengendalian: dalam jumlah sedikitcukup diambil/dibunuh; bila jumlah banyak perlu memakai insektisida/dijebakdengan bubuk prusi.

7) Red SpinderGejala: bercak putih di bagian bawah daun; permukaan atas menjadi kuning danlama kelamaan daun mati. Pengendalian: bila sedikit cukup diambil denganmenggunakan isolatip lalu dibakar/menggosok daun dengan alkohol; apabilabanyak maka perlu menggunakan insektisida dengan bahan aktif diazinon, dicofol.

8) KumbangGejala: yang terserang akan berlubang-lubang khusus kumbang penggerekbatang kerusakannya berupa lubang di tengah batang dan tidak nampak dari luar;Larvanya yang menetas dari telur merusak daun anggrek. Pengendalian:menyemprotkan tanaman yang diserang dengan menggunakan insektisidasistemik secara rutin; bersihkan pot dari kepompong dan telur kumbang denganjalan memindahkannya ke pot baru dan media tanam yang baru pula.

9) Ulat daunGejala: menyerang daun, kuncup bunga, tunas daun maupun bunga yang sedangmekar. Pengendalian: kalau jumlahnya sedikit (2–5 ekor) dapat dibunuh dengantangan; bila banyak dapat menggunakan insektisida sistemik; tanaman yang telahdiserang sebaiknya dipisahkan dengan tanaman yang masih sehat.

10) KepikGejala: menghisap cairan daun tanaman anggrek, sehingga menyebabkan bintikputih/kuning; tanaman yang diserang lama kelamaan akan gundul dan tidakberhijau daun lagi. Pengendalian: semprotkan insektisida yang sama seperti untukmembasmi serangga lainnya, seperti ulat, kumbang dan trips.

11) Kutu tudungGejala: daun menjadi kuning, tidak sehat, lalu berwarna coklat dan mati.Pengendalian: seperti halnya membasmi ulat kumbang dan trips.

7.2. Penyakit

1) Penyakit bulukSering terdapat di dalam media tanam, kultur spora cendawan ini terbawa oleh bijianggrek karena tutup botol tidak steril. Gejala: biji anggrek tidak mampuberkecambah dan persemaian dalam botol akan gagal; kecambah yang telahtumbuh kalau diserang cendawan ini akan mati/layu. Pengendalian: pada awalserangan media agar dikeluarkan dari botol, lalu botol ditutup kembali, dilakukandengan steriil; kalau kecambah anggrek terlanjur besar, segera dikeluarkan daribotol dan dicuci dengan fungisida lalu kecambah ditanam dalam pot.

Page 30: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Penyakit rebah kecambahMerupakan penyakit anggrek selama masih dalam persemaian. Penyebaranpenyakit ini lewat air. Gejala: semula berupa bercak kecil bening pada permukaandaun, lalu melebar, menulari ke atas sampai pada titik tumbuh pada tunas serta kebawah hingga ujung akar, kecambah anggrek akan membusuk dan mati.Pengendalian: bibit yang sakit sebaiknya segera dibuang, dibakar sampaimusnah. Pot dan kumpulan kecambah dikeringkan dan disemprot denganfungisida.

3) Penyakit bercak coklatKecambah jenis Phalae-nopsis sangat peka terhadap bakteri ini, terutama padacuaca sangat lembab. Infeksi melalui daun basah atau di bekas luka pada daun.Sentuhan daun yang sakit pada daun sehat dapat menularkan penyakit ini.Gejala: bercak kecil bening pada pucuk daun. Dalam beberapa hari dapat meluaske seluruh kompot, daun kecambah anggrek menjadi rusak dan mati. Penyakit inisangat ganas, karena mematikan dan cepat menular. Pengendalian: sangat sulitpenyakit ini pada awal serangan. Pada serangan yang parah, tidak ada jalan lainkecuali memusnahkan seluruh kecambah anggrek.

4) Penyakit bercak hitamPada tanaman anggrek yang, penyakit ini cepat menular malalui akar dan alatyang tidak sterill Gejala: timbul warna coklat kehitaman pada bagian tanamanyang terserang. Mulai dari daun ke atas sampai ke tunas dan ke bawah hinggaujung akar. Tanaman terlambat tumbuh, kerdil dan mengakibatkan kematian.Pengendalian: bagian yang terserang dipotong dan dibuang atau disemprotkanfungisida; alat-alat potong disiram alkohol/dibakar sebelum digunakan.

5) Penyakit busuk akarPenyebab: cendawan Rhizoctonia Solani. Gejala: akar leher membusuk mencapairhizoma dan umbi batang, daun dan umbi batang menguning, berkeriput, tipis danbengkok, tanaman kerdil dan tidak sehat. Pengendalian: semua bagian tanamanyang sakit dipotong dan dibuang; bekasnya disemprot dengan fungisida (Benlate).

6) Penyakit layuPenyebab: cendawan Fusarium Oxyporium. Gejala: mirip serangan penyakitbusuk akar, namun pada rhizoma terdapat garis-garis, atau lingkaran berwarnaungu. Pada serangan berat, seluruh rizhoma menjadi ungu, diikuti pembusukanpada umbi batang, tanaman sangat tidak sehat. Pengendalian: bagian yangterserang dibuang lalu bekasnya disemprotkan Benlate. Tanaman segeradipindahkan ke media tanam baru, yang masih segar dan bersih. Usahakanterdapat aliran udara yang lancar di sekitar tanaman.

7) Penyakit busukPenyebab: cendawan Sclerotium Rolfsi. Gejala: terdapat bintil-bintil kecil berwarnacoklat pada bagian tanaman yang terkena penyakit. Pengendalian: bagiantanaman yang sakit dipotong dan dibuang. Media tanaman dan seluruh pot

Page 31: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

didesinfektan dengan larutan formalin 4 % ataupun fungisida/antibiotik Natrippene0,5 % selama 1 jam.

8) Penyakit bercak coklatGejala: bercak coklat pada permukaan daun, lalu menyebar keseluruh bagiantanaman. Pengendalian: membuang semua bagian yang sakit, lalu semprotkanfungisida/ antibiotika Streptomycin atau Physan 20.

9) Penyakit busuk lunakPenyebab: bakteri Erwinia Cartovora. Gejala: daun dan akar membusuk sertaberbau. Penyakit ini cepat sekali meluas namun khusus pada rhizoma dan umbibatang, penyebarannya agak lambat. Penanggulangan: peralatan kebun harussteril, bagian yang sakit dipotong dan dibuang. Semprotkan Physan 20, pottanaman disemprot dengan formalin 4 %.

10) Penyakit bercak bercincinPenyebab: virus TMVO (Tobacco Mozaic Virus Odontoglos-sum). Gejala: timbullingkaran atau garis-garis kekuningan pada permukaan daun. Pengendalian:hanya dengan pencegahan yakni membuang bagian tanaman yang sakit sertamenstrerilkan semua alat potong.

11) Penyakit CymbidiumPenyebab: virus Mozaic Cymbidium. Gejala: semula berupa bercak kekuninganlalu muncul jaringan mati berbintik, bergaris atau lingkaran. Khusus pada Cattleya,bercak tadi berwarna coklat atau hitam cekung. Kadang ada gejala kematianjaringan di tengah daun yang dilingkari jaringan normal. Daun tua banyak sekalimenunjukkan adanya bintik jaringan yang mati. Pengendalian: hanya bersifatpencegahan yaitu membuang bagian tanaman yang sakit, serta mensterilkansegala alat yang dipakai.

12) Penyakit busuk hitamPenyebab: cendawan Phytopytora Omnivora. Gejala: muncul warna kehitamanpada pangkal daun, lalu melunak dan busuk, akhirnya daun mati. Pengendalian:semprotkan fungisida seperti Baycor Dithane M-45, Benlate, Ferban, Physan,Truban atau Banrot. Untuk yang berbentuk tepung gunakan dosis 2 gram/2 literair.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Tanaman Berbunga

Umur tanaman anggrek berbunga, tergantung jenisnya. Umumnya tanaman angrekdewasa berbunga setelah 1-2 bulan ditanam. Tangkai bunga yang dihasilkan kira-kira 2 tangkai dengan jumlah kuntum sebanyak 20-25 kuntum pertangkai.

Page 32: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8.2. Cara Pemetikan Bunga

Untuk panen bunga anggrek perlu diperhatikan, pemotongan dilakukan pada jarak 2cm dari pangkal tangkai bunga dengan menggunakan alat potong yang bersih.

8.3. Prakiraan Produksi

Bibit anggrek yang sudah dewasa dan sesudah 2 bulan tangkai bunga akanmenghasilkan 2 tangkai dengan jumlah kuntum 20-25 kuntum/tangkai.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Pengumpulan bunga anggrek dilakukan berdasarkan permintaan pasar. Jenisanggrek Dendrobium dapat dipanen dalam bentuk:a) Tanaman muda untuk bibitb) Tanaman dewasa untuk tanaman hiasc) Bunga potong

Tanaman muda untuk bibit biasa dijual dalam bentuk pot kecil, sedangkan tanamandewasa biasanya tanaman sudah berbunga. Untuk bunga potong dipilih tangkaiyang kuntumnya paling banyak sudah mekar (kuncup tersisa 1–3 kuntum).

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Bunga dipilih yang bagus, tidak kena penyakit ataupun luka. Selanjutnya bungadikelompokan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan tingkat kesegaran atau ukuranbunga dengan maksud untuk mempertahanankan nilai jual sehingga bunga yangbagus tidak turun harganya.

9.3. Penyimpanan

Penyimpanan bertujuan untuk memperlambat proses kelayuan bunga, sehinggadilakukan pada saat:a) Bunga baru saja dipetik sambil menunggu pemanen selesai.b) Bunga yang telah dipanen tidak segera dijual atau diangkut.c) Bunga mengalami perjalanan sebelum sampai ke konsumen.

Agar bunga tetap segar perlu adanya pengawetan dengan tujuan agar penurunanmutu lebih lambat bunga tetap segar. Usaha pengawetan bunga dillakukan dengancara penempatan bunga dalam larutan pengawet atau air hangat (38–43 derajat C)selama 2 jam. Larutan bahan pengawet tersebut antara lain:

Page 33: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

a) Larutan seven up dengan kadar 30 %.b) 2 % larutan gula ditambah 2 gram physan (termasuk fungisida) dan 1 gram asam

sitrat per 10 liter.c) 2 % larutan gula ditambah 2 gram 8-hydroquinoline sulfat dan 1 gram asam sitrat

per 10 liter.d) Larutan gula kadar 4–5 % ditambah 0,2 gram quinolin per liter.

Pengawetan untuk bunga yang dikirim jauh adalah dengan merendam tangkainyadalam larutan gula dengan kadar 6–8 % selama 24 jam atau dimasukan dalamkantong plastik dan kadar karbon dioksida (CO2) dinaikkan dengan menggunakan eskering atau disimpan pada ruangan dengan kondisi udara antara 0–5 derajat C.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Setelah dilakukan pembersihan, pemilihan dan pengawetan bunga dendrobiumpotong dipak melalui cara:1) Setiap sepuluh tangkai dibungkus bagian pucuk dengan menggunakan kantong

plastik tipis, ukuran disesuaikan tergantung panjang tangkai.2) Setiap pangkal tangkai dibalut kapas basah, kemudian dibungkus kantong plastik

ukuran panjang 8 cm dan lebar 4 cm.3) Pembungkus bunga dan pembungkus pangkal tangkai digabungkan selanjutnya

diikat dengan karet gelang.4) Bungkusan-bungkusan bunga disusun bersilang di dalam kotak karton yang

berlubang sampai cukup padat.5) Kotak karton ditutup rapat dengan menggunakan carton tape.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya bunga anggrek Dendrobium dengan luas lahan 1,25 m x12 m; Untuk satu pohon/pot dapat menghasilkan bunga sebanyak 2–3 tangkai bungadimana anggrek dalam pot mulai berbunga pada umur 3-5 bulan dan menjadi bungapotong pada umur 6–7 bulan dengan masa panen optimal 4 kali. Pada panen ke 2s.d. ke 4 di atas umur 8 bulan; dalam satu tangkai bunga terdapat 10-15 kuntumbunga. Analisis dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor. Harga 1 kuntum bungamencapai harga Rp. 750,- sampai Rp. 1000,-.

1) Biaya produksi1. Bibit

- Bibit: 8 botol @ Rp. 40.000,- Rp. 320.000,-- Akar pakis: 5 ikat (42 lempeng /ikat) Rp. 75.000,-

2. Perlengkapan- Arang: 80 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 100.000,-- Pot ukuran 15 cm: 400 bh @ Rp. 750,- Rp. 4.500.000,-

Page 34: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Gandasil: 2 pak @ Rp. 7.500,- Rp. 15.000,-- Kerangka: 1 unit bambu Rp. 150.000,-

3. Pupuk- Furadan Rp. 20.000,-- Azodrin: 1 botol Rp. 12.500,-- Pupuk Urea: 5 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 10.000,-- NPK: 2,5 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 5.000,-

Jumlah biaya produksi Rp. 5.207.000,-2) Pendapatan: 3 tangkai x 10 kuntum x 400 pot x Rp.750,- Rp. 9.000.000,-3) Keuntungan Rp. 3.793.000,-4) Parameter kelayakan usaha

1. Rasio output/input = 1,73

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Dalam usaha anggrek ini sangat visibel dan modal akan kembali dalam waktu kuranglebih 8 bulan sejak penaman dan apabila penjualan dimulai dari sejak dalam botol,maka akan dapat mengurangi biaya operasional.

Selain dari segi biaya modal, kebutuhan bunga potong dalam negeri per tahun untukberbagai jenis anggrek diperkirakan sekitar 5 juta tangkai. Jumlah tersebut diluaradanya permintaan akan kebutuhan komoditi ekspor.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar meliputi klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syaratpenandaan dan pengemasan.

11.2.Diskripsi

Standar mutu bunga angrek potong ini di Indonesia tercantum dalam SNI 01–3171–1992.

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Bunga angrek potongan antara lain terdiri dari 3 jenis “Arathera James Storie” yangdigolongkan dalam empat jenis mutu, “Arachin Maggie Oie” dan “Oncidium GoldenShower” yang masing-masing digolongkan dalam tiga jenis mutu.

a) Aranthera James Storie1. Panjang tangkai: mutu I=75 cm; mutu II=67,5 cm; mutu III=60 cm; cara uji

dengan SP-SMP-287-1980.

Page 35: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2. Minimum jumlah bunga: mutu I=7; mutu II=6; mutu III=6; cara uji denganorganoleptik.

3. Minimum jumlah kuncup: mutu I=2; mutu II=2; mutu III=2; cara uji denganorganoleptik.

4. Minimum jumlah cabang: mutu I=3; mutu II=2; mutu III=1 ; cara uji denganorganoleptik.

5. Susunan bunga dalam tangkai: mutu I=lengkap; mutu II=lengkap; mutuIII=lengkap; cara uji dengan organoleptik.

6. Bunga rusak karena serangga/jamur/mekanis: mutu I=tidak ada; mutu II=tidakada; mutu III=tidak ada; cara uji organoleptik.

b) Arachnis Maggie Oei1. Panjang tangkai: mutu I=60 cm; mutu II=42,5 cm; mutu III=32,5 cm; cara uji

dengan SP-SMP-287-1980.2. Minimum jumlah bunga: mutu I=8; mutu II=8; mutu III=8; cara uji dengan

organoleptik.3. Minimum. jumlah kuncup: mutu I=2; mutu II=2; mutu III=2; cara uji dengan

organoleptik.4. Susunan bunga dalam tangkai: mutu I=lengkap; mutu II=lengkap; mutu

III=lengkap; cara uji dengan organoleptik.5. Bunga rusak karena serangga/jamur/mekanis: mutu I=tidak ada; mutu II=tidak

ada; mutu III=tidak ada; cara uji organoleptik.

c) Onchidium Goldian Varientas Golden Shower1. Panjang tangkai: mutu I=67,5 cm; mutu II=60 cm; mutu III=35 cm; cara uji

dengan SP-SMP-287-1980.2. Minimum jumlah bunga: mutu I=7; mutu II=7; mutu III=7; cara uji dengan SP-

SMP-288-1980.3. Minimum jumlah kuncup: mutu I=5; mutu II=5; mutu III=5; cara uji dengan SP-

SMP-288-1980.4. Minimum jumlah cabang: mutu I=9; mutu II=7; mutu III=27; cara uji dengan

organoleptik.

11.4.Pengambilan Contoh

Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan terkecil dalam lot dan contohdengan rincian sebagai berikut:a) Contoh yang diambil 1, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 1 – 3.b) Contoh yang diambil 3, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 4 – 25.c) Contoh yang diambil 6, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 26 – 50.d) Contoh yang diambil 8, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 51 – 100.e) Contoh yang diambil 10, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 101 – 150.f) Contoh yang diambil 12, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 151 – 200.g) Contoh yang diambil 15, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 201 – lebih.

Page 36: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 17/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Sedangkan untuk petugas pengambil contoh adalah orang yang telahberpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dalam suatu badanhukum.

11.5.Pengemasan

1) Cara pengemasanPangkal tangkai bunga angrek potongan dimasukan ke dalam tube berisi cairanpengawet/dibungkus dengan kapas kemudian dimasukan ke dalam kantongplastik berisi cairan pengawet lalu dikemas dalam kotak karton/kemasan lain yangsesuai.

2) Pemberian merekPada bagian luar kemasan diberi tulisan:1. Nama barang/varietas anggrek.2. Jenis mutu.3. Nama atau kode produsen/eksportir.4. Jumlah isi.5. Negara/tempat tujuan.6. Produksi Indonesia.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Osman, Fiyanti, Indah Prasasti (1989) Anggrek Dendrobium, Jakarta PenebarSwadaya IKAPI 219 hal.

2) Tim Red. Trubus (1997) Jakarta. Anggrek Potong Penebar Swadaya 34 hal.3) Agribisnis Tanaman Hias, F.Rahardi, Sri Wahyuni, Eko M. Nurcahyo, Penerbar

Swadaya 19934) Budidaya Tanaman Anggrek – Departemen Pertanian 1987, 63 hal.5) Merawat Anggrek , Sutarni M. Soeryowinoto, Penerbit Yayasan Kanisius, 87 hal.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 37: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

A N G G U R( Vitis )

1. SEJARAH SINGKAT

Anggur merupakan tanaman buah berupa perrdu yang merambat. Anggur berasaldari Armenia, tetapi budidaya anggur sudah dikembangkan di Timur Tengah sejak4000 SM. Sedangkan teknologi pengolahan anggur menjadi wine pertama kalidikembangkan orang Mesir pada 2500 SM. Dari Mesir budidaya dan teknologipengolahan anggur masuk ke Yunani dan menyebar ke daerah Laut Hitam sampaiSpanyol, Jerman, Prancis dan Austria. Sejalan dengan perjalanan Columbus anggurdari asalnya ini mulai menyebar ke Mexico, Amerika Selatan, Afrika selatan, Asiatermasuk Indonesia dan Australia. Penyebaran ini juga menjadikan Anggur punyabeberapa sebutan seperti Grape di Eropa dan Amerika, orang China menyebut Putao dan di Indonesia disebut anggur.

2. JENIS TANAMAN

Anggur termasuk tanaman marga Vitis. Tidak semua jenis dari marga ini dapatdimakan, yang bisa dimakan hanya dua jenis yaitu Vitis vinifera dan Vitis labrusca.

Tanaman anggur jenis Vitis vinifera mempunyai ciri:a) Kulit tipis, rasa manis dan segar.b) Kemampuan tumbuh dari dataran rendah hingga 300 m dari permukaan laut

beriklim kering.

Page 38: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c) Termasuk jenis ini adalah Gros Colman, Probolinggo Biru dan Putih, SitubondoKuning, Alphonso Lavalle dan Golden Champion.

Tanaman anggur jenis Vitis labrusca mempunya ciri:a) Kulit tebal, rasa masam dan kurang segar.b) Kemampuan tumbuh dari dataran rendah hingga 900 m dpl.c) Termasuk jenis ini adalah Brilliant, Delaware, Carman, Beacon dan Isabella.

Dari kedua jenis ini yang banyak dikembangkan di Indonesia dan direkomendasi olehDepartemen Pertanian sebagai jenis unggul adalah jenis Vitis vinifera dari varietasAnggur Probolinggo Biru dan Alphonso Lavalle. Namun ada juga yang dianjurkanditanam antara lain Gross Collman, Probolinggo Putih, Isabella, Delaware, Chifungdan Australia.

3. MANFAAT TANAMAN

Anggur dimanfaatkan sebagai buah segar maupun untuk diolah sebagai jadi produklain seperti minuman fermentasi hasil perasan anggur yang mengandung alkoholbiasa disebut Wine, dikeringkan menjadi kismis dan untuk keperluan industri selaidan jeli.

4. SENTRA PENANAMAN

Di Indonesia sentra anggur terdapat di Jawa Timur (Probolinggo, Pasuruan,Situbondo), Bali dan Kupang (NTT).

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1) Tanaman anggur dapat tumbuh baik di daerah dataran rendah, terutama di tepi-tepi pantai, dengan musim kemarau panjang berkisar 4-7 bulan.

2) Angin yang terlalu kencang kurang baik bagi anggur.3) Curah hujan rata-rata 800 mm per tahun. Dan keadaan hujan yang terus menerus

dapat merusak premordia/ bakal perbungaan yaitu tengah berlangsung sertadapat menimbulkan serangan hama dan penyakit.

4) Sebaiknya sinar matahari yang banyak/udara kering sangat baik bagipertumbuhan vegetatif dan pembuahannya.

5) Suhu rata-rata maksimal siang hari 31 derajat C dan suhu rata-rata minimalmalam hari 23 derajat C dengan kelembaban udara 75-80 %.

Page 39: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5.2. Media Tanam

1) Tanah yang baik untuk tanaman anggur adalah mengandung pasir, lempungberpasir, subur dan gembur, banyak mengandung humus dan hara yangdibutuhkan.

2) Derajat keasaman tanah yang cocok untuk budidaya anggur adalah 7 (netral).

5.3. Ketinggian Tempat

Anggur akan tumbuh baik bila ditanam antara 5-1000 m dpl atau di daerah dataranrendah. Perbedaan ketinggian akan mempengaruhi pertumbuhan danperkembangannya. Jenis Vitis vinifera menghendaki ketinggian 1-300 m dpl.Jenis Vitis labrusca menghendaki ketinggian 1-800 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Pengadaan Benih

Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara generatif (biji) dan vegetatif(cangkok, stek cabang, stek mata, penyambungan).

Perbanyakan tanaman yang paling efektif anggur adalah dengan menggunakanstek. Bibit stek yang baik adalah :a) Panjang stek sekitar 25 cm terdiri atas 2-3 ruas dan diambil dari pohon induk

yang sudah berumur di atas satu tahun.b) Bentuknya bulat berukuran sekitar 1 cm.c) Kulitnya berwarna coklat muda dan cerah dengan bagian bawah kulit telah

hijau, berair dan bebas dari noda-noda hitam.d) Mata tunas sehat berukuran besar dan tampak padat. Mata tunas yang tidak

sehat ukurannya kecil dan ujungnya tampak memutih seperti kapuk.

2) Teknik Penyemaian Benih

Cara generatif bibit disemai di tempat yang telah disediakan. Cara vegetatif (stek)yaitu :a) Pembibitan dikerjakan dengan menyemaikan lebih dulu dalam pot /keranjang

sempai kira-kira selama 5 harib) Setelah itu dipindah ke media semai berupa campuran tanah, pupuk kandang

dan pasir dengan perbandingan 1:1:1. Media semai ini berupapolybag/keranjang yang lebih besar dari tempat awal.

Page 40: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

a) Selama di persemaian selalu disiram dan jangan sampai tergenang.b) Penyemaian bibit di tempat teduh dan lembab selama sekitar 2 bulan.

4) Pemindahan Bibit

a) Sekitar 2 bulan tersebut bibit sudah tumbuh dan berakar banyak siap untukdipindah ke lapangan dengan memilih yang segar dan sehat kondisinya.

b) Penanaman dilakukan di awal musim kemarau/saat panas tertinggi.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Persiapan yang perlu dilakukan adalah:a) Menentukan lokasi penanaman.b) Menentukan luas areal tanam.c) Mengatur jarak tanam.d) Membuat lubang tanam.e) Menentukan dosis pupuk kandang yang diperlukan.

2) Pembukaan Lahan

Lahan yang digunakan dibersihkan dan tidak terlindung dari sinar matahari.Pencangkulan untuk pembuatan lubang tanam dilakukan setelah ada pengaturanjarak tanam yang sesuai dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm. Lubang dibiarkanterkena sinar matahari selama 2-4 minggu.

3) Pengapuran

Pengapuran hanya dilakukan bila pH tanah rendah/terlalu asam.

4) Pemupukan

Setelah 2-4 minggu lubang tanam diisi pupuk kandang, pasir dan tanah denganperbandingan 2:1:1.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Tanaman anggur merupakan tanaman monokultur. Pengaturan jarak tanampenting diperhatikan dan juga sesuai dengan larikan karena arah datangnya anginsangat besar pengaruhnya. Jarak tanam bisa diatur dengan pola: 3 x 3 m, 4 x 4 m,3 x 5 m, 3 x 4 m, 4 x 5 m, 4 x 5 m, 3 x 5 m dan 4 x 6 m

Page 41: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Jarak tanam mempengaruhi jumlah tanaman persatuan luas :a) 3 x 3 m untuk 1 Ha = 1.111 pohonb) 3 x 4 m untuk 1 Ha = 833 pohonc) 3 x 5 m untuk 1 Ha = 666 pohond) 4 x 4 m untuk 1 Ha = 625 pohone) 4 x 5 m untuk 1 Ha = 500 pohonf) 4 x 6 m untuk 1 Ha = 416 pohon

2) Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam yang diperlukan berukuran 60 x 60 x 60 cm yang disesuaikandengan jarak tanam, isi lubang berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandangdengan perbandingan 1:1:1 atau 1:1:2.

3) Cara Penanaman

Penanaman bibit anggur terbaik pada saat musim kemarau, sekitar Juni dan Juli.Setiap tanaman perlu lahan 20 m² termasuk para-paranya yang harusdipersiapkan sebelum tanamannya tumbuh. Para-para ini berguna untukmerayapkan batang dan cabangnya secara mendatar pada ketinggian 2 m. Setiaptanaman juga diberi ajir bambu untuk titian setelah bibit ditanam, agarpertumbuhannya dapat menjalar ke atas menuju para-para.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyulaman dan Penjarangan

Penyulaman hanya dilakukan bila terdapat tanaman yang tidak sehat/mati.Pengontrolan dilakukan rutin bersamaan saat penyiraman karena anggur perluperhatian kontinyu.

Penjarangan buah sangat penting karena buah yang terlalu rapat justru merusakperkembangan buah dan menurunkan kualitas buah. Dalam penjarangan buah-buah yang perlu dibuang adalah: (1) yang bertangkai panjang; (2) tidak sempurnabentuknya; (3) buah yang ada di sebelah dalam; (4) buah yang terbentuk tanpaadanya persarian.

Penjarangan dilakukan dalam dua tahap, tahap satu saat umur satu bulan setelahpembungaan dan buah masih pentil, tahap dua dilakukan dua minggu setelahtahap satu dan buah sebesar biji jagung. Untuk menjaga kualitas buah, juga perludilakukan pembrongsongan (pembungkusan) buah. Pembungkusan dilakukan biladalam satu dompol buah sudah ada dua atau tiga buah yang masak. Bahan yangumum dipakai bungkus adal kertas semen dan kertas koran.

2) Penyiangan

Penyiangan dilakukan bila terdapat tanaman pengganggu sekitar tanaman anggur.

Page 42: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Perempalan

a) Perempalan bentuk pada anggur dilakukan mulai tanam sampai umur 1 tahun,bertujuan untuk mendapat pertumbuhan yang baik, dengan cara membuangtunas yang tidak perlu dan membiarkan satu tunas yang baik sebagai batangpokok.

b) Perempalan untuk pembuahan dilakukan setelah anggur berumur 1 tahun.Sebelum perempalan diperiksa dahulu dengan memotong ujung salah satucabang, bila meneteskan air perempalan dilaksanakan, tetapi bila tidak harusditunda. Perempalan dilakukan dengan memotong ranting-ranting, denganmeninggalkan 2-4 mata tunas dan semua daun dibuang sehingga tanaman jadigundul. Dalam 1 tahun dilakukan 3 kali perempalan:1. Tahap I : Maret-April, 90-110 hari2. Tahap II : Juli-Agustus, 90-110 hari3. Tahap III : Nov-Des, tahap ini sering gagalPerempalan antara bulan November-Desember, tidak memperoleh hasil.Tujuannya hanya untuk memelihara tingkat kesuburan tanaman sampai musimhujan berakhir dan tanaman tidak rusak.

4) Pemupukan

Ada dua masa pemupukan:a) Pemupukan tanaman muda (0-1 tahun)

1. Umur 0-3 bulan, 10 gram urea, interval 10 hari2. Umur 3-6 bulan, 15 gram urea, interval 15 hari3. Umur 6-12 bulan, 50 gram ureaCara pemberian dengan membuat larikan melingkar sekeliling tanamandiameter 10-20 cm sedalam 5 cm.

b) Pemupukan tanaman dewasa (1-seterusnya)1. Umur 21 hari sebelum perempalan, 5 kaleng pupuk kandang2. Umur 11 hari sebelum perempalan, 80 gram TSP/100 gram ZK3. Umur 7 hari sebelum perempalan, 100 gram ureaPupuk kandang diberikan sekali setahun, tahun kedua dosis dinaikkan jadi 10kaleng. Pupuk buatan dinaikkan dosisnya urea 600 gram, TSP 300 gram, ZK450 gram. Cara pemberian dengan pembuatan larikan sekitar tanaman dengandiameter 1,5 m.

5) Pengairan dan Penyiraman

Yang perlu diperhatikan adalah:a) Anggur tidak tahan pada air yang tergenang.b) Anggur butuh pengairan yang harus dilakukan mulai tanam sampai

pemangkasan.c) Menjelang pemangkasan, 3-4 minggu sebelumnya pemberian air harus

dihentikan.

Page 43: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d) Setelah masa pemangkasan, 2-3 hari sebelumnya diberi air kembali sampaiujung ranting mengeluarkan air.

e) Pemberian dilakukan sampai buahnya hampir masak, setelah mulai tuapemberian air dihentikan supaya buah tidak pecah dan busuk.

6) Waktu Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan insektisida dilakukan sebagai pencegahan terhadap hama yangmengganggu pada anggur. Penyemprotan harus dihentikan 15 hari sebelumpanen. Khusus untuk hama Phyiloxera Vitifolia digunakan insektisida Furadan3G/Temik 1 OG.

7) Pengaturan Bunga

Setelah dua minggu pemangkasan pembuahan, cabang tersier yang baru tumbuhmengeluarkan sulur-sulur pembentukan bunga yang keluar dari mata ke 3, 4 dan5. Bila ada cabang tersier yang tidak mengeluarkan sulur dapat diadakanpemotongan dengan meninggalkan 3 mata bertujuan untuk merangsangpertumbuhan sulur. Cabang tersier yang baru muncul disisakan satu sulur saja,agar menghasilkan dompol bunga yang besar dan buahnya bisa bermutu tinggi.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Phylloxera Vitifolia

Menyerang tanaman anggur baik muda maupun tua berakibat anggur jadi keringdan mati. Yang diserang adalah daun dan akar tanaman secara langsung. Gejalaumum pada daun terbentuk bisul-bisul kecil dan akar membengkak seperti kutil.Hama ini menetap di bawah kulit batang yang terkelupas dan dalam jaringan akar.

2) Kumbang Apogonia destructor

Bentuk kumbang kecil dan warna hitam mengkilat. Menyerang daun anggur padamalam hari dan kumbang ini mudah tertarik oleh sinar lampu.

3) Wereng daun

Serangan wereng ini menyebabkan daun anggur berbintik putih, kemudianmenjadi kuning coklat dan gugur.

4) Kutu putih

Dapat menyebabkan pucuk/tunas menjadi kerdil.

Page 44: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) Ulat daun

Menyerang daun untuk dijadikan makanannya.

6) Rayap

Serangan yang paling parah bila menggerogoti akar tanaman yang masih mudasehingga membuat jadi layu dan akhirnya mati.

7) Burung, kalong, bajing dan musang

Menyerang buah yang mulai masak untuk dijadikan makanannya.

Cara untuk memberantas hama anggur dilakukan dengan menyemprotkaninsektisida pada bagian yang terkena serangan. Penyemprotan dilakukan secararutin dan dihentikan menjelang masa petik. Khusus hama Phyloxera vitifoliadilakukan dengan menyiramkan insektisida di sekeliling tanaman. Penyiraman bisadilakukan sebelum tanam, setelah tanam/setelah panen. Sedangkan untukmenanggulangi hama dari hewan besar dapat memakai jebakan.

7.2. Penyakit

1) Downy Mildew (jamur)Gejalanya daun nampak kuning bagian bawah terlihat ada tepung warna putih-kuning. Daun, bunga maupun tandan muda bisa mati bila terkena penyakit initerutama saat musim penghujan atau kelembaban yang tinggi.

2) Powdery MildewPada permukaan daun terdapat bedak tipis putih kelabu. Menyerang pucuk,bunga dan buah muda bahkan dapat merusak ranting sehingga jadi kerdil danrusak.

3) Penyakit busuk hitamMenyebabkan buah jadi keriput, busuk dan gugur.

4) Phakospora VitisDaun sebelah bawah tertutup tepung berwarna orange (massa sporanya).

5) PeronosporaBila udara terlalu lembab jamur ini menyerang daun anggur dan dapat dikenalikarena spora berwarna kuning di bawah daun.

Untuk memberantas penyakit anggur dilakukan dengan menyemprotkan fungisidadengan waktu a sebelum masa berbunga, setelah berbunga dan 8-12 hari sesudahpenyemprotan kedua setelah berbunga. Sedang untuk penyakit busuk hitam

Page 45: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

penyemprotan dilakukan sebelum masa berbunga, saat berbunga dan 2 minggusebelum masa petik.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Umur panen anggur tergantung jenis yang ditanam, iklim dan tinggi tempat. Untukdaerah rendah umur buah 90-100 hari setelah pangkas, daerah dataran tinggi umurbuah antara 105–110 hari. Tingkat kemasakan buah yang baik untuk dipanen adalahwarna dalam satu tandan telah rata, butir buah mudah lepas dari tandan dankeadaan buah kenyal serta lunak.

8.2. Cara Panen

Cara panen dilakukan dalam cuaca yang cerah dan di pagi hari dengan pemetikanyang hati-hati (jangan sampai bedak hilang). Hasil pemetikan dimasukkankeranjang/dos karton diusahakan penempatannya tidak menumpuk, agar buah yangterletak di bawah tidak rusak dan pecah.

8.3. Periode Panen

Tanaman anggur dalam satu tahun mengalami dua kali panen.

8.4. Prakiraan Produksi

Dari areal tanaman anggur 1 ha dengan rasio jarak tanam 4 x 5, jumlah tanaman 500batang dengan hasil panen per tahun rata-rata 7.500 kg anggur.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Pengumpulan anggur tidak boleh ditumpuk karena dapat merusak buah dibawahnya. Hal yang penting bedak yang terdapat pada anggur dijaga agar tidakhilang.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Penyortiran dilakukan dengan menyingkirkan buah yang rusak dan buah yang masihterlalu muda dalam satu dompolan. Kemudian anggur digolongkan menurut ukurandompolan dan keseragaman besar buah.

Page 46: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9.3. Penyimpanan

Cara terbaik dalam penyimpanan adalah dengan memasukkan dalam ruangpendingin untuk mengurangi penguapan, tetapi cara yang mudah, ringkas dankapasitas penyimpanan besar adalah dengan menggantung anggur untuk diangin-anginkan dalam ruang yang sejuk.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Cara menggunakan keranjang bambu dilapisi kertas koran. cara ini kurang baikkarena banyak buah yang rusak. Cara terbaik dengan menggunakan kotak kayuyang diisi dengan serbuk gergaji sehingga kerusakan buah dapat ditekan saatpengangkutan.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Analisis biaya budidaya anggur dengan rasio jarak tanam 4 x 5 luas (500 pohon) danluas lahan 1 ha di daerah Malang tahun 1999.

1) Biaya produksi tahun pertama1. Lahan

- Sewa tanah 5 tahun @ Rp.2.000.000,- Rp. 10.000.000,-- Pembuatan Para-para dan pagar keliling :

Pembelian ajir dan upah Rp. 60.000,-Bambu tunggakan 1558 batang @ Rp. 5.000,- Rp. 7.790.000,-Tutu kayu jaran 412 batang @ Rp. 3.500,- Rp. 1.442.000,-Bambu duri/atap para-para 1396 batang @ Rp. 9.000,- Rp. 12.564.000,-Upah menanam kayu jaran 412 batang @ Rp. 500,- Rp. 206.000,-Menanam bambu tunggakan 1558 batang @ Rp. 500,- Rp. 779.000,-Tali ijuk 200bendel @ Rp. 4.500,- Rp. 900.000,-Kawat tali para-para 2 ton @ Rp. 3.500.000,- Rp. 7.000.000,-Ongkos pasang para-para Rp. 1.470.000,-Pembuatan pagar keliling Rp. 2.000.000,-

- Pengolahan tanah/penanamanBuat lubang tanam 500 pohon @ Rp. 2.000,- Rp. 1.000.000,-Pupuk Kandang untuk 500 pohon@ Rp. 2.000,- Rp. 1.000.000,-Mencampur pupuk untuk lubang tanam @Rp. 1000,- Rp. 500.000,-Upah menanam pohon @ Rp. 500,- Rp. 250.000,-

2. Bibit 500 pohon @ Rp 5000,- Rp. 2.500.000,-3. Pupuk

- Urea tiap pohon 1kg @ Rp. 1.500,- Rp. 750.000,-- TSP tiap pohon 0,5 kg @ Rp. 1.700,- Rp. 425.000,-- Pupuk kandang @ Rp. 3.000,- Rp. 1.500.000,-

Page 47: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4. Obat dan pestisida- Insektisida 5 liter Rp. 280.000,-- Fungisida Profit 8 kg @ Rp. 250.000,- Rp. 2.000.000,-- Fungisida Antracol 16 kg @ Rp. 65.000,- Rp. 1.040.000,-- Fungisida Cobox 16 kg @ Rp. 35.000,- Rp. 560.000,-

5. Penyiraman- BBM untuk pompa air 972 l @ Rp. 1000,- Rp. 972.000,-- Oli pompa air 24 l @ Rp. 8.000,- Rp. 192.000,-

6. Peralatan- Pipa air 2 batang @ Rp. 50.500,- Rp. 101.000,-- Pasang Pipa air @ Rp. 70.000,- Rp. 140.000,-- Pompa air 3,5 Pk Merk Honda Rp. 2.000.000,-- Paralon 20 buah @ Rp. 35.000,- Rp. 700.000,-

7. Tenaga kerja- Upah tenaga kerja 3 orang @ Rp. 250.000,-/bulan Rp. 9.000.000,-- Pengawas 1 orang @ Rp. 240.000,-/bulan Rp. 2.880.000,-

8. Lain-lain/Ipeda Rp. 400.000,-Jumlah biaya produksi tahun ke-1 Rp. 72.401.000,-

2) Biaya produksi tahun kedua, ketiga, keempat dan kelima1. Pupuk

- Urea tiap pohon 1kg @ Rp. 1.500,- Rp. 750.000,-- TSP tiap pohon 0,5 kg @ Rp. 1.700,- Rp. 425.000,-- Pupuk kandang @ Rp. 3.000,- Rp. 1.500.000,-

2. Obat dan Pestisida :- Insektisida 5 liter Rp. 280.000,-- Fungisida Profit 8 kg @ Rp. 250.000,- Rp. 2.000.000,-- Fungisida Antracol 16 kg @ Rp. 65.000,- Rp. 1.040.000,-- Fungisida Cobox 16 kg @ Rp. 35.000,- Rp. 560.000,-

3. Penyiraman- BBM untuk pompa air 972 l @ Rp. 1000,- Rp. 972.000,-- Oli pompa air 24 l @ Rp. 8.000,- Rp. 192.000,-

4. Tenaga kerja- Upah tenaga kerja 3 orang @ Rp. 250.000,-/bulan Rp. 9.000.000,-- Pengawas 1 orang @ Rp. 240.000,-/bulan Rp. 2.880.000,-

5. Lain-lain /Ipeda Rp. 400.000,-Jumlah biaya produksi/tahun untuk tahun ke-2 - 5 Rp. 19.999.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 152.397.000,-

3) Pendapatan ( hasil panen 1 tahun 2 kali )1. Tahun ke-1: 500 pohon x 2 x 4 kg x Rp. 7.000,- Rp. 28.000.000,-2. Tahun ke-2: 500 pohon x 2 x 6 kg x Rp. 7.000,- Rp. 42.000.000,-3. Tahun ke-3: 500 pohon x 2 x 7,5 kg x Rp. 7.000,- Rp. 52.500.000,-4. Tahun ke-4: 500 pohon x 2 x 8 kg x Rp. 7.000,- Rp. 56.000.000,-5. Tahun ke-5: 500 pohon x 2 x 9 kg x Rp. 7.000,- Rp. 63.500.000,-Jumlah pendapatan Rp. 241.500.000,-

Page 48: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Keuntungan1. Keuntungan dalam 5 tahun Rp. 89.103.000,-2. Keuntungan/tahun Rp. 17.820.600,-

5) Parameter kelayakan usaha1. B/C rasio = 1,58

Catatan :- Dalam kenyataan produksi 1 pohon dapat mencapai 20–30 kg dan dalam 1 tahun

bisa 3 kali panen.- Umur tanaman anggur semakin lama semakin produktif dan dapat mencapai 25–

30 tahun.

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Indonesia telah mengeksport buah-buahan, namun untuk beberapa jenis tertentumasih mengimpor. Dalam tahun 1991-1995, Indonesia mengimport lima jenis buah-buahan, meliputi apel, jeruk, pir, kurma dan anggur. Import buah tersebut sebesar17.418.325 kg senilai US $ 13.973.604 (1991), 40.746.029 kg senilai US $33.032.612 (1992), 68.525.578 kg senilai US $ 50.846.270. (1993), 77.797.878 kgsenilai US $ 60.374.141 (1994), dan 116.557.231 kg senilai US $ 81.937.365 (1995).

Jenis buah import yang telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia antaralain anggur. Produk anggur dalam negeri belum mengimbangi permintaan pasar(konsumen) domestik, sehingga tiap tahun masih mengimpor. Berdasarkan dataBPS (Badan Pusat Statistik) Impor anggur Indonesia tahun 1991-1995 mencapai26.501.977 kg senilai US $ 36.527.300 atau rata-rata pertahun sebesar 5.300.395,4kg senilai US $ 7.305.406.

Dengan kondisi tersebut maka pada masa kini dan yang akan datang budidayaanggur sangat menjanjikan bagi para produsen. Sehingga saat ini telah mulaidikembangkan budidaya anggur dengan skala besar dan pengolahan yang intensif.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar mutu anggur di Indonesia masih belum, namun ditingkat petani sudah adastandar mutu berdasar dompolan, ukuran buah dan rasa.

11.2.Diskripsi

Banyaknya buah dalam dompolan menjadi ukuran mutu yang menunjukkan tingginyaproduksi. Sedang ukuran buah yang seragam dan rasa akan menaikkan nilai jualdalam pemasaran.

Page 49: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Standar mutu yang berlaku di petani:1) Mutu A: dompolan rapat, buah besar dan seragam, rasa manis.2) Mutu B: dompolan renggang, buah kecil, rasa manis.3) Mutu C: di luar ketentuan mutu A dan B.

11.4.Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh yang berfungsi untuk penanganan berikutnya diambil saatdilakukan pemanenan. Anggur yang diambil sebelum umur panen mempunyai muturendah.

11.5.Pengemasan

Standar pengemasan anggur adalah buah dalam baik saat pengangkutan sampai ketempat tujuan. Pengemasan terbaik dengan menggunakan kotak kayu yang diisiserbuk gergaji sehingga anggur tetap terjaga keutuhannya.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Sauri H dan Martulis, 1991, Budidaya Anggur, Usaha Nasional, Surabaya.2) Trubus 33, 1990, Perjalanan Anggur Bali, Penebar Swadaya, Jakarta.3) Trubus 272, 1992, Anggur impor Menyerbu Indonesia, penebar Swadaya, Jakarta.4) _______________, Vitis vinifera Terbaik Untuk Wine, Penebar Swadaya, Jakarta.5) _______________, Mengunjungi Sentra Anggur Di RRC, Penebar Swadaya,

Jakarta.6) _______________, Membuat Anggur Berbiji Menjadi Tak Berbiji, Penebar

Swadaya, Jakarta.7) Trubus 274, 1992, Perbanyakan Anggur dengan Stek Satu Mata, Penebar

Swadaya, Jakarta.8) Trubus 275,1992, Cara Mengepak Anggur yang Benar, Penebar Swadaya,

Jakarta.9) ______________, Chip Budding Untuk Membibitkan Anggur, Penebar Swadaya,

Jakarta.10) Widyastuti YE dan Paimin FB, 1993, Mengenal Buah Unggul Indonesia,

Penebar Swadaya, Jakarta.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 50: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

A P E L( Malus sylvestris Mill )

1. SEJARAH SINGKAT

Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Baratdengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hinggasaat ini.

2. JENIS TANAMAN

Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam:1) Divisio : Spermatophyta2) Subdivisio : Angiospermae3) Klas : Dicotyledonae4) Ordo : Rosales5) Famili : Rosaceae6) Genus : Malus7) Spesies : Malus sylvestris Mill

Dari spesies Malus sylvestris Mill ini, terdapat bermacam-macam varietas yangmemiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. Beberapa varietas apel unggulan antaralain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo.

Page 51: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. MANFAAT TANAMAN

Apel mengandung banyak vitamin C dan B. Selain itu apel kerap menjadi pilihanpara pelaku diet sebagai makanan substitusi.

4. SENTRA PENANAMAN

Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentraproduksi apel di adalah Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan(Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun 1950, danberkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah lain yangbanyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi), JawaTengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa Tenggara Barat, NusaTenggara Timur dan Sulawesi Selatan.

Sedangkan sentra penanaman dunia berada di Eropa, Amerika, dan Australia.

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1) Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulankering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkanbunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah.

2) Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiapharinya, terutama pada saat pembungaan.

3) Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.4) Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.

5.2. Media Tanam

1) Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyailapisan organik tinggi, dan struktur tanahnya remah dan gembur, mempunyaiaerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran oksigen,pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.

2) Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol.3) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7 dan

kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia.4) Dalam pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang

cukup.5) Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga

bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.

Page 52: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5.3. Ketinggian Tempat

Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl.dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakanyang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan vegetatif, sebab perbanyakangeneratif memakan waktu lama dan sering menghasilkan bibit yang menyimpangdari induknya.

Teknik perbanyakan generatif dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakanvegetatif dilakukan dengan okulasi atau penempelan (budding), sambungan(grafting) dan stek.

1) Persyaratan Benih

Syarat batang bawah: merupakan apel liar, perakaran luas dan kuat, bentukpohon kokoh, mempunyai daya adaptasi tinggi. Sedangkan syarat mata tunasadalah berasal dari batang tanaman apel yang sehat dan memilki sifat-sifatunggul.

2) Penyiapan Benih

Penyiapan benih dilakukan dengan cara perbanyakan batang bawah dilakukanlangkah-langkah sebagai berikut:

a) Anakan / siwilan1. Ciri anakan yang diambil adalah tinggi 30 cm, diameter 0,5 cm dan kulit

batang kecoklatan.2. Anakan diambil dari pangkal batang bawah tanaman produktif dengan cara

menggali tanah disekitar pohon, lalu anakan dicabut beserta akarnya secaraberlahan-lahan dan hati-hati.

3. Setelah anakan dicabut, anakan dirompes dan cabang-cabang dipotong, laluditanam pada bedengan selebar 60 cm dengan kedalaman parit 40 cm.

b) Rundukan (layering)1. Bibit hasil rundukan dapat diperoleh dua cara yaitu:

- Anakan pohon induk apel liar: anakan yang agak panjang direbahkanmelekat tanah, kemudian cabang dijepit kayu dan ditimbun tanah;penimbunan dilakukan tiap 2 mata; bila sudah cukup kuat, tunas dapatdipisahkan dengan cara memotong cabangnya.

Page 53: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Perundukan tempelan batang bawah: dilakukan pada waktu tempelandibuka (2 minggu) yaitu dengan memotong 2/3 bagian penampang batangbawah, sekitar 2 cm diatas tempelan; bagian atas keratan dibenamkandalam tanah kemudian ditekuk lagi keatas. Pada tekukan diberi penjepitkayu atau bambu.

2. Setelah rundukan berumur sekitar 4 bulan, dilakukan pemisahan bakal bibitdengan cara memotong miring batang tersebut dibawah keratan atautekukan. Bekas luka diolesi defolatan.

c) StekStek apel liar berukuran panjang 15-20 cm ( diameter seragam dan lurus),sebelum ditanam bagian bawah stek dicelupkan ke larutan Roton F untukmerangsang pertumbuhan akar. Jarak penanaman 30 x 25 cm, tiap bedenganditanami dua baris. Stek siap diokulasi pada umur 5 bulan, diameter batang ± 1cm dan perakaran cukup cukup kuat.

3) Teknik Pembiitan

a) Penempelan1. Pilih batang bawah yang memenuhi syarat yaitu telah berumur 5 bulan,

diameter batang ± 1 cm dan kulit batangnya mudah dikelupas dari kayu.2. Ambil mata tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal dari pohon

apel varietas unggul yang telah terbukti keunggulannya. Caranya adalahdengan menyayat mata tempel beserta kayunya sepanjang 2,5-5 cm(Matanya ditengah-tengah). Kemudian lapisan kayu dibuang dengan hati-hatiagar matanya tidak rusak

3. Buat lidah kulit batang yang terbuka pada batang bawah setinggi ± 20 cmdari pangkal batang dengan ukuran yang disesuaikan dengan mata tempel.Lidah tersebut diungkit dari kayunya dan dipotong setengahnya.

4. Masukkan mata tempel ke dalam lidah batang bawah sehingga menempeldengan baik. Ikat tempelan dengan pita plastik putih pada seluruh bagiantempelan.

5. Setelah 2-3 minggu, ikatan tempelan dapat dibuka dan semprot/ kompresdengan ZPT. Tempelan yang jadi mempunyai tanda mata tempel berwarnahijau segar dan melekat.

6. Pada okulasi yang jadi, kerat batang sekitar 2 cm diatas okulasi denganposisi milintang sedikit condong keatas sedalam 2/3 bagian penampang.Tujuannya untuk mengkonsentrasikan pertumbuhan sehingga memacupertumbuhan mata tunas.

b) Penyambungan1. Batang atas (entres) berupa cabang (pucuk cabang lateral).2. Batang bawah dipotong pada ketinggian ± 20 cm dari leher akar.3. Potong pucuknya dan belah bagian tengah batang bawah denngan panjang

2-5 cm.

Page 54: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4. Cabang entres dippotong sepanjang ± 15 cm (± 3 mata), daunnya dibuang,lalu pangkal batang atas diiris berbentuk baji. Panjang irisan sama denganpanjang belahan batang bawah.

5. Batang atas disisipkan ke belahan batang bawah, sehingga kambiumkeduanya bisa bertemu.

6. Ikat sambungan dengan tali plastik serapat mungkin.7. Kerudungi setiap sambungan dengan kantung plastik. Setelah berumur 2-3

minggu, kerudung plastik dapat dibuka untuk melihat keberhasilansambungan.

4) Pemeliharaan pembibitan

Pemeliharaan batang bawah meliputia) Pemupukan: dilakukan 1-2 bulan sekali dengan urea dan TSP masing-masing 5

gram per tanaman ditugalkan (disebar mengelilingi) di sekitar tanaman.b) Penyiangan: waktu penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma.c) Pengairan: satu minggu sekali (bila tidak ada hujan)d) Pemberantasan hama dan penyakit: disemprotkan pestisida 2 kali tiap bulan

dengan memperhatikan gejala serangan. Fungisida yang digunakan adalahAntracol atau Dithane, sedangkan insektisida adalah Supracide atau Decis.Bersama dengan ini dapat pula diberikan pupuk daun, ditambah perekatAgristic.

5) Pemindahan Bibit

Bibit okulasi grafting (penempelan dan sambungan) dapat dipindahkan ke lapangpada umur minimal 6 bulan setelah okulasi, dipotong hingga tingginya 80-100 cmdan daunnya dirompes.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Persiapan yang diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaansurvai. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaantanah, menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan paralatan dan biaya yangdiperlukan.

2) Pembukaan Lahan

Tanah diolah dengan cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisatanaman yang masih tertinggal

3) Pembentukan Bedengan

Pada tanaman apel bedeng hampir tidak diperlukan, tetapi hanya peninggian alurpenanaman.

Page 55: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Pengapuran

Pengapuran bertujuan untuk menjaga keseimbangan pH tanah. Pengapuranhanya dilakukan apabila ph tanah kurang dari 6.

5) Pemupukan

Pupuk yang diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak20 kg per lubang tanam yang dicampur merata dengan tanah, setelah itu dibiarkanselama 2 minggu.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Tanaman apel dapat ditanam secara monokultur maupun intercroping.Intercroping hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk daunatau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa penelitianintercroping pada tanaman apel dapat dilakukan dengan tanaman yang berhabitatrendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain.

Tanaman apel tidak dapat ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akanmenjadi sangat rimbun yang akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasiudara kurang, sinar matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit.

Jarak tanam yang ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietasManalagi dan Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas RomeBeauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3 x 2.5-3 m.

2. Pembuatan Lubang Tanam

Ukuran lubang tanam antara 50 x 50 x 50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah atas dantanah bawah dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang sekurang-kurangnya 20 kg. Setelah itu tanah dibiarkan selama ± 2 minggu, dan menjelangtanam tanah galian dikembalikan sesuai asalnya.

3. Cara Penanaman

Penanaman apel dilakukan baik pada musim penghujan atau kemarau (di sawah).Untuk lahan tegal dianjurkan pada musim hujan.

Cara penanaman bibit apel adalah sebagai berikut:a. Masukan tanah bagian bawah bibit kedalam lubang tanam.b. Masukan bibit ditengah lubang sambil diatar perakarannya agar menyebar.c. Masukan tanah bagian atas dalam lubang sampai sebatas akar dan ditambah

tanah galian lubang.

Page 56: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d. Bila semua tanah telah masuk, tanah ditekan-tekan secara perlahan dengantangan agar bibit tertanam kuat dan lurus. Untuk menahan angin, bibit dapatditahan pada ajir dengan ikatan longgar.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan penyulaman

Penjarangan tanaman tidak dilakukan, sedangkan penyulaman dilakukan padatanaman yang mati atau dimatikan kerena tidak menghasilkan dengan caramenanam tanaman baru menggantikan tanaman lama. Penyulaman sebaiknyadilakukan pada musim penghujan.

2) Penyiangan

Penyiangan dilakukan hanya bila disekitar tanaman induk terdapat banyak gulmayang dianggap dapat mengganggu tanaman. Pada kebun yang ditanami apeldengan jarak tanam yang rapat (± 3x3 m), peniangan hampir tidak perlu dilakukankarena tajuk daun menutupi permukaan tanah sehingga rumput-rumput tidakdapat tumbuh.

3) Pembubunan

Penyiangan biasanya diikuti dengan pembubunan tanah. Pembubunandimaksudkan untuk meninggikan kembali tanah disekitar tanaman agar tidaktergenang air dan juga untuk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanyadilakukan setelah panen atau bersamaan dengan pemupukan.

4) Perempalan/Pemangkasan

Bagian yang perlu dipangkas adalah bibit yang baru ditanam setinggi 80 cm, tunasyang tumbuh di bawah 60 cm, tunas-tunas ujung beberapa ruas dari pucuk, 4-6mata dan bekas tangkai buah, knop yang tidak subur, cabang yang berpenyakitdan tidak produkrif, cabang yang menyulitkan pelengkungan, ranting atau daunyang menutupi buah. Pemangkasan dilakukan sejak umur 3 bulan sampai didapatbentuk yang diinginkan(4-5 tahun).

5) Pemupukan

a) Pada musim hujan/tanah sawah1. Bersamaan rompes daun (< 3 minggu). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau

campuran Urea, TSP, KCl/ZK ± 3 kg/pohon (4:2:1).2. Melihat situasi buah, yaitu bila buah lebat (2,5-3 bulan setelah rompes. NPK

(15-15-15) 1 kg/pohon atau campuran Urea, TSP dan KCl/ZK ± 1 kg/pohon(1:2:1)

Page 57: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b) Musim kemarau/tanah tegal1. Bersamaan rompes tidak diberi pupuk (tidak ada air).2. 2-3 bulan setelah rompes (ada hujan). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau

campuran Urea, TSP, dan KCl/ZK ± 3 kg/pohon (4:2:1).

Cara pemupukan disebar di sekeliling tanaman sedalam ± 20 cm sejauh lebardaun, lalu ditutup tanah dan diairi.Untuk pupuk kandang cukup diberikan sekali setahun (2 x panen) 1-2 pikul setiappohon pada musim kemarau setelah panen.Untuk meningkatkan pertumbuhan perlu diberikan pupuk daun dan ZPT pada 5-7hari sampai menjelang bunga setelah rompes (Gandasil B 1 gram/liter) +Atonik/Cepha 1 cc/liter diselingi dengan Metalik-Multi Mikro dan 5-7 hari sekalisampai menjelang panen (2,5 bulan) dari rompes Gandasil D (1 gram/liter).Selain itu perlu digunakan zat pengatur tumbuh Dormex sekali setahun setelahrompes (jangan sampai 10 hari setelah rompes) sebanyak 2600 liter larutandengan dosisi 3 liter/200 literair.

6) Pengairan dan Penyiraman

Untuk pertumbuhannya, tanaman apel memerlukan pengairan yang memadaisepanjang musim. Pada musim penghujan, masalah kekurangan air tidak ditemui,tetapi harus diperhatikan jangan sampai tanaman terendam air. Krena itu perludrainase yang baik. Sedangkan pada musim kemarau masalah kekurangan airharus diatasi dengan cara menyirami tanaman sekurang-kurangnya 2 minggusekali dengan cara dikocor.

7) Penyemprotan Pestisida

Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang tanamanatau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan. Untuk penanggulangan,penyemprotan dilakukan sedini mungkin dengan dosis tepat, agar hama dapatsegera ditanggulangi. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari.

Jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam menanggulangi hama sangatberagam tergantung dengan hama yang dikendalikan dan tingkat populasi hamatersebut, pengendalian secara lebih terinci akan dijelaskan pada poin hama danpenyakit.

8) Pemeliharaan Lain

a) PerompesanPerompesan dilakukan untuk mematahkan masa dorman didaerah sedang. Didarah tropis perompesan dilakukan untuk menggantikan musim gugur di daerahiklim sedang baik secara manual oleh manusia (dengan tangan) 10 hari setelahpanen maupun dengan menyemprotkan bahan kimia seperti Urea 10%+Ethrel5000 ppm 1 minggu setelah panen 2 kali dengan selang satu minggu).

Page 58: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b) Pelengkungan cabangSetelah dirompes dilakukan pelengkungan cabang untuk meratakan tunaslateral dengan cara menarik ujung cabang dengan tali dan diikatkan ke bawah.Tunas lateral yang rata akan memacu pertumbuhan tunas yang berarti mamacuterbentuknya buah.

c) Penjarangan buahPenjarangan dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah yaitu besar seragam,kulit baik, dan sehat, dilakukan dengan membuang buah yang tidak normal(terserang hama penyakit atau kecil-kecil). Untuk memdapatkan buah yang baiksatu tunas hendaknya berisi 3-5 buah.

d) Pembelongsongan buahDilakukan 3 bulan sebelum panen dengan menggunakan kertas minyakberwarna putih sampai keabu-abuan/kecoklat-cokltan yang bawahnyaberlubang. Tujuan buah terhindar dari serangan burung dan kelelawar danmenjaga warna buah mulus.

e) Perbaikan kualitas warna buahPeningkatan warna buah dapat dilakukan dengan bahan kimia Ethrel,Paklobutrazol, 2,4 D baik secara tunggal maupun kombinasi.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Kutu hijau (Aphis pomi Geer)

Ciri: kutu dewasa berwarna hijau kekuningan, antena pendek, panjang tubuh 1,8mm, ada yang bersayap ada pula yang tidak; panjang sayap 1,7 mm berwarnahitam; perkembangbiakan sangat cepat, telur dapat menetas dalam 3-4 hari.Gejala: (1) nimfa maupun kutu dewasa menyerang dengan mengisap cairan sel-sel daun secara berkelompok dipermukaan daun muda, terutama ujung tunasmuda, tangkai cabang, bunga, dan buah; (2) kutu menghasilkan embun maduyang akan melapisi permukaan daun dan merangsang tumbuhnya jamur hitam(embun jelaga); daun berubah bentuk, mengkerut, leriting, terlambat berbunga,buah-buah muda gugur,jika tidak mutu buahpun jelek. Pengendalian: (1) sanitasikebun dan pengaturan jarak tanam (jangan terlalu rapat); (2) dengan musuh alamicoccinellidae lycosa; (3) dengan penyemprotan Supracide 40 EC (ba Metidation)dosis 2 cc/liter air atau 1-1,6 liter; (4) Supracide 40 EC dalam 500-800 liter/ha airdengan interval penyemprotan 2 minggu sekali; (5) Convidor 200 SL (b.a.Imidakloprid) dosis 0,125-0,250 cc/liter air; (6) Convidor 200 SL dalam 600 liter/haair dengan interval penyemprotan 10 hari sekali (7) Convidor ini dapat mematikansampai telur-telurnya; cara penyemprotan dari atas ke bawah. Penyemprotan

Page 59: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

dilakukan 1-2 minggu sebelum pembungaan dan dilanjutkan 1-1,5 bulan setelahbunga mekar sampai 15 hari sebelum panen.

2) Tungau, Spinder mite, cambuk merah (panonychus Ulmi)

Ciri: berwarna merah tua, dan panjang 0,6 mm. Gejala: (1) tungau menyerangdaun dengan menghisap cairan sel-sel daun; (2) pada serangan hebatmenimbulkan bercak kuning, buram, cokelat, dan mengering; (3) pada buahmenyebabkan bercak keperak-perakan atau coklat. Pengendalian: (1) denganmusah alami coccinellidae dan lycosa; (2) penyemprotan Akarisida Omite 570 ECsebanyak 2 cc/liter air atau 1 liter Akarisida Omite 570 EC dalam 500 liter air perhektar dengan interval 2 minggu.

3) Trips

Ciri: berukuran kecil dengan panjang 1mm; nimfa berwarna putih kekuning-kuningan; dewasa berwarna cokelat kehitam-hitaman; bergerak cepat dan bilatersentuh akan segera terbang menghindar. Gejala: (1) menjerang daun,kuncup/tunas, dan buah yang masih sangat muda; (2) pada daun terlihat berbintik-bintik putih, kedua sisi daun menggulung ke atas dan pertumbuhan tidak normal;(3) daun pada ujung tunas mengering dan gugur (4) pada daun meninggalkanbekas luka berwarna coklat abu-abu. Pengendalian: (1) secara mekanis denganmembuang telur-telur pada daun dan menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidkterlalu rapat; (2) penyemprotan dengan insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a.Methomyl) dengan dosis 2 cc/liter air atau Lebaycid 550 EC (b.a. Fention) dengandosis 2 cc/liter air pada sat tanaman sedang bertunas, berbunga, danpembentukan buah.

4) Ulat daun (Spodoptera litura)

Ciri: larva berwarna hijau dengan garis-garis abu-abu memanjang dari abdomensampai kepala.pada lateral larva terdapat bercak hitam berbentuk lingkaran atausetengah lingkaran, meletakkan telur secara berkelompok dan ditutupi denganrambut halus berwarna coklat muda. Gejala: menyerang daun, mengakibatkanlubang-lubang tidak teratur hingga tulang-tulang daun. Pengendalian: (1) secaramekanis dengan membuang telur-telur pada daun; (2) penyemprotan denganpenyemprotan seperti Tamaron 200 LC (b.a Metamidofos) dan Nuvacron 20 SCW(b.a. Monocrotofos).

5) Serangga penghisap daun (Helopelthis Sp)

Ciri: Helopelthis Theivora dengan abdomen warna hitam dan merah, sedangHelopelthisAntonii dengan abdomen warna merah dan putih. Serabgga berukurankecil. Penjang nimfa yang baru menetas 1mm dan panjang serangga dewasa 6-8mm. Pada bagian thoraknya terdapat benjolan yang menyerupai jarum. Gejala:menyerang pada pagi, sore atau pada saat keadaan berawan; menyerang daunmuda, tunas dan buah buah dengan cara menhisap cairan sel; daun yang

Page 60: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

terserang menjadi coklat dan perkembanganya tidak simetris; tunas yangterserang menjadi coklat, kering dan akhirnya mati; serangan pada buahmenyebabkan buah menjadibercak-bercak coklat, nekrose, dan apabila buahmembesar, bagian bercak ini pecah yang menyebebkan kualitas buah menurun.Pengendalian: (1) secara mekanis dengan cara pengerondongan atapplastik/pembelongsongan buah. (2) Penyemprotan dengan insektisida sepertiLannate 25 WP (b.a. Metomyl), Baycarb 500 EC (b.a. BPMC), yang dilakukanpada sore atau pagi hari.

6) Ulat daun hitam (Dasychira Inclusa Walker)

Ciri: Larva mempunyai dua jambul dekat kepala berwarna hitam yang mengarahkearah samping kepala. Pada bagian badan terdapat empat jambul yangmerupakan keumpulan seta berwarna coklat kehitam-hitaman. Disepanjang keduasisi tubuh terdapat rambut berwarna ab-abu. Panjang larva 50 mm. Gejala:menyerang daun tua dan muda; tanaman yang terserang tinggal tulang daun-daunnya dengan kerusakan 30%; pada siang hari larva bersembunyi di balikdaun. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur yangbiasanya diletakkan pada daun; (2) penyemprotan insektisida seperti: Nuvacron20 SCW (b.a. Monocrotofos) dan Matador 25 EC.

7) Lalat buah (Rhagoletis Pomonella)

Ciri: larva tidak berkaki, setelah menetas dari telur (10 hari) dapat segeramemakan daging buah. Warna lalat hitam, kaki kekuningan dan meletakkan telurpada buah. Gejala: bentuk buah menjadi jelek, terlihat benjol-benjol.Pengendalian: (1) penyemprotan insektisida kontak seperti Lebacyd 550 EC; (2)membuat perangkat lalat jantan dengan menggunakan Methyl eugenol sebanyak0,1 cc ditetesan pad kapas yang sudah ditetesi insektisida 2 cc. Kapastersebutkapas tersebut dimasukkan ke botol plastik (bekas air mineral) yangdigantungkan ketinggian 2 meter. Karena aroma yang mirip bau-bau yangdikeluarkan betina, maka jantan tertarik dan menhisap kapas.

7.2. Penyakit

1) Penyakit embun tepung (Powdery Mildew)

Penyebab: Padosphaera leucotich Salm. Dengan stadia imperfeknya adalahoidium Sp. Gejala: (1) pada daun atas tampak putih, tunas tidak normal, kerdil dantidak berbuah; (2) pada buah berwarna coklat, berkutil coklat. Pengendalian: (1)memotong tunas atau bagian yang sakit dan dibakar; (2) dengan menyemprotkafungisida Nimrod 250 EC 2,5-5 cc/10 liter air (500liter/Ha) atau Afugan 300 EC0,5-1 cc/liter air (pencegahan) dan 1-1,5 cc/liter air setelah perompesan sampaitunas berumur 4-5 minggu dengan interval 5-7 hari.

Page 61: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Penyakit bercak daun (Marssonina coronaria J.J. Davis)

Gejala: pada daun umur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak putihtidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari dauntua, daun muda hingga seluruh bagian gugur. Pengendalian: (1) jarak tanamtidak terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan dibakar; (2) disemprotfungisida Agrisan 60 WP 2 gram/liter air, dosis 1000-2000 gram/ha sejak 10 harisetelah rompes dengan interval 1 minggu sebanyak 10 aplikasi atau Delseme MX200 2 gram/liter air, Henlate 0,5 gram/liter air sejak umur 4 hari setelah rompesdengan interval 7 hari hingga 4 minggu.

3) Jamur upas (Cortisium salmonicolor Berk et Br)

Pengendalian: mengurangi kelembapan kebun, menghilangkan bagian tanamanyang sakit.

4) Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.)

Gejala: menyerang batang/cabang (busuk, warna coklat kehitaman, terkadangmengeluarkan cairan), dan buah (becak kecil warna cokelat muda, busuk,mengelembung, berair dan warna buah pucat. Pengendalian: (1) tidak memanenbuah terlalu masak; (2) mengurangi kelembapan kebun; (3) membuang bagianyang sakit; (4) pengerokkan batang yang sakit lalu diolesi fungisida Difolatan 4 F100 cc/10 liter air atau Copper sandoz; (5) disemprot Benomyl 0,5 gram/liter air,Antracol 70 WP 2 gram/liter air.

5) Busuk buah (Gloeosporium Sp.)

Gejala: bercak kecil cokelat dan bintik-bintik hitam berubah menjadi orange.Pengendalian: tidak memetik buah terlalu masak dan pencelupan denganBenomyl 0,5 gram/liter air untuk mencegah penyakit pada penyimpanan.

6) Busuk akar (Armilliaria Melea)

Gejala: menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layudaun, gugur, dan kulit akar membusuk. Pengendalian: dengan eradifikasi, yaitumembongkar/mencabut tanaman yang terserang beserta akar-akarnya, bekaslubang tidak ditanami minimal 1 tahun.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Pada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar,tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar

Page 62: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelahbunga mekar dan Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebihtinggi, umur buah lebih panjang.

Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masakfisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana buah mempunyai kemampuan untukmenjadi masak normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuranbuah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar danbila ditekan terasa kres.

8.2. Cara Panen

Pemetikan apel dilakukan dengan cara memetik buah dengan tangan secaraserempak untuk setiap kebun.

8.3. Periode Panen

Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yangtelah dilakukan.

8.4. Prakiraan Produksi

Produksi buah apel sangat tergantung dengan varietas, secara umum produksi apeladalah 6-15 kg/pohon.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Setelah dipetik, apel dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinarmatahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan apel yangtinggi kualitas dan kuantitasnya. Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati danjangan ditumpuk dan dilempar-lempar, lalu dibawa dengan keranjang ke gudanguntuk diseleksi.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara buah yang baik dan bebas penyakitdengan buah yang jelek atau berpenyakit, agar penyakit tidak tertular keseluruh buahyang dipanen yang dapat menurunkan mutu produk.

Penggolongan dilakukan untuk mengklasifikasikan produk berdasarkan jenisvarietas, ukuran dan kualitas buah.

Page 63: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9.3. Penyimpanan

Pada dasarnya apel dapat disimpan lebih lama dibanding dengan buahan lain, misalRome Beauty 21-28 hari (umur petik 113-120 hari) atau 7-14 hari (umur petik 127-141 hari). Untuk penyimpanan lebih lama (4-7 bulan), harus disimpan pada suhuminus 6-0 derajat C dengan precooling 2,2 derajat C.

9.4. Pengemasan dan Transportasi

Kemasan yang digunakan adalah kardus dengan ukuran 48 x 33 x 37 cm denganberat 35 kg buah apel. Dasar dan diatas susunan apel perlu diberi potongan kertasdan disusun miring (tangkai sejajar panjang kotak). Dasar kotak diisai 3-3 atau 2-2atau berselang 3-2 saling menutup ruang antar buah.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya apel skala 1 hektar selama masa tanam 6 tahun didaerah Jawa Timur tahun 1999.

a) Biaya produksi1. Sewa lahan 10 tahun @ Rp. 1.000.000,- Rp. 10.000.000,-2. Bibit 400 tanaman @ Rp. 3.500,- Rp. 1.400.000,-3. Pupuk kandang

- Tahun ke-1, 67 m3 @ Rp. 15.000,- Rp. 1.005.000,-- Tahun ke-2, 83 m3 Rp. 1.245.000,-- Tahun ke-3, 100 m3 Rp. 1.500.000,-- Tahun ke-4, 125 m3 Rp. 1.875.000,-- Tahun ke-5, 150 m3 Rp. 2.250.000,-- Tahun ke-6, 175 m3 Rp. 2.625.000,-

4. Pupuk Urea- Tahun ke-1, 80 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 112.800,-- Tahun ke-2, 100 kg Rp. 141.000,-- Tahun ke-3, 145 kg Rp. 204.450,-- Tahun ke-4, 152 kg Rp. 214.320,-- Tahun ke-5, 222 kg Rp. 313.020,-- Tahun ke-6, 333 kg Rp. 469.530,-

5. Pupuk SP 36- Tahun ke-1, 65 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 133.575,-- Tahun ke-2, 85 kg Rp. 174.675,-- Tahun ke-3, 100 kg Rp. 205.500,-- Tahun ke-4, 100 kg Rp. 205.500,-- Tahun ke-5, 111 kg Rp. 228.105,-- Tahun ke-6, 166 kg Rp. 341.130,-

Page 64: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6. Pupuk KCl- Tahun ke-1, 26 kg @ Rp. 2.550,- Rp. 66.300,-- Tahun ke-2, 50 kg Rp. 127.500,-- Tahun ke-3, 73 kg Rp. 186.150,-- Tahun ke-4, 152 kg Rp. 387.600,-- Tahun ke-5, 333 kg Rp. 849.150,-- Tahun ke-6, 500 kg Rp. 1.275.000,-

7. Pupuk daun- Tahun ke-1, 3 liter @ Rp. 54.000,- Rp. 162.000,-- Tahun ke-2, 6 liter Rp. 324.000,-- Tahun ke-3, 8 liter Rp. 432.000,-- Tahun ke-4, 10 liter Rp. 540.000,-- Tahun ke-5, 10 liter Rp. 540.000,-- Tahun ke-6, 10 liter Rp. 540.000,-

8. Obat dan Pestisida (Antracol, Karathane,Nimrod, Dimecron, dll)- Tahun ke-1 Rp. 3.000.000,-- Tahun ke-2 Rp. 4.400.000,-- Tahun ke-3 Rp. 4.840.000,-- Tahun ke-4 Rp. 5.668.000,-- Tahun ke-5 Rp. 8.400.000,-- Tahun ke-6 Rp. 11.104.000,-

9. Peralatan- Cangkul 20 buah @ Rp. 15.000,- Rp. 300.000,-- Sprayer 3 buah @ Rp. 300.000,- Rp. 900.000,-- Gunting Pangkas 5 buah @ Rp. 50.000,- Rp. 250.000,-

10. Tenaga kerja- Tenaga tetap 1 orang Rp. 960.000,- Rp. 5.760.000,-- Pengolahan lahan tahun ke-1 15 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 75.000,-- Pengolahan lahan tahun ke-2-6, 40 HOK @ Rp. 200.000,- Rp. 1.000.000,-- Buat lubang tanam 70 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 350.000,-- Penanaman 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-- Penyiangan 20 HOK/thn @ Rp. 100.000,- Rp. 600.000,-- Pemupukan

- Tahun ke-1 dan ke-2, 30 HOK @ Rp. 150.000,- Rp. 300.000,-- Tahun ke-3 40 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 200.000,-- Tahun ke-4, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-- Tahun ke 5, 65 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 325.000,-- Tahun ke-6, 75 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 375.000,-

- Pengendalian HPT- Tahun ke-1, 24 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 120.000,-- Tahun ke-2, 36 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 180.000,-- Tahun ke-3, 48 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 240.000,-

- Penyemprotan Hama- Tahun Ke-1, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-- Tahun ke-2, 65 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 325.000,-- Tahun ke-3, 60 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 300.000,-

- Penyemprotan penyakit

Page 65: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Tahun ke-1, 20 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 100.000,-- Tahun ke-2, 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-- Tahun ke-3, 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-

- Penyabutan batang- Tahun ke-2, 16 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 80.000,-- Tahun ke-3, 20 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 100.000,-- Tahun ke-4, 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-- Tahun ke-5, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-- Tahun ke-6, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-

- Pengairan- Tahun ke-1, 2, 3: 30 HOK/tahun @ Rp. 150.000,- Rp. 450.000,-- Tahun ke-4, 5, 6: 40 HOK @ Rp. 200.000,- Rp. 600.000,-

- Pemangkasan- Tahun ke-2, 22 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 110.000,-- Tahun ke-3, 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-- Tahun ke-4, 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-- Tahun ke-5, 60 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 300.000,-- Tahun ke-6, 60 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 300.000,-

Jumlah biaya produksi selama 6 tahun Rp. 83.125.305,-

2) Pendapatan (mulai produksi tahun ke-3)1. Tahun ke-3: 2.900 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 14.500.000,-2. Tahun ke-4: 3.825 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 19.125.000,-3. Tahun ke-5: 4.990 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 24.950.000,-4. Tahun ke-6: 6.760 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 33.800.000,-Total pendapatan Rp. 92.375.000,-

3) Keuntungan dalam 6 tahun Rp. 9.249.695,-

4) Parameter kelayakan usaha1. B/C ratio = 1,1

Menurut analisis Pudji Santoso dkk (1988) dalam Bambang Sularso menunjukanbahwa BEP usaha tani apel pada tanah sawah Rp. 33.916.000 dan untuk tanah tegalRp. 45.034.000 dapat dicapai pada skala minimum seluas 0,164 ha (sawah) dan0,39 ha (tegal). Hal ini berarti bahwa bila petani menanam apel lebih dari skalaminimum tersebut, petani telah mendapatkan keuntungan.

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Dari segi agribisnis, apel tergolong tanaman yang sangat komersial. Hal ini didukungoleh beberapa alasan yaitu:1) Iklim: Apel merupakan tanaman yang selektif. Artinya apel merupakan tanaman

yang hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada daerah-daerahtertentu yang iklimnya menunjang. Di dunia tanaman apel banyak diproduksi olehnegara-negara empat musim, sedangkan didaerah tropis hanya beberapa daerahyang berhasil misalnya Malang.

Page 66: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 17/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Pasar apel Indonesia; selama ini pasar apel Indonesia dipenuhi melalui impor darinegara-negara Eropa dan Australia. Sejak bekembangnya apel di Indonesia pasarini sedikit demi sedikit diambil alih oleh produksi dalam negeri. Hal ini dapat dilihatdata BPS yang menunjukkan peningkatan produksi apel nasional 7.303.372 ton(1984) menjadi 9.046.276 ton (1988) atau meningkat 17,5%. Target akhir adalahpemenuhan konsumsi nasional dan ekspor.

3) Faktor lain; yaitu pengembangan apel sebagai komoditi agrowisata danpengembangan makanan olahan dari apel seperti jenang apel dan jelli apel.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilancontoh dan cara pengemasan.

11.2.Diskripsi

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Standar mutu yang selama ini berlaku:a) Grade A = 15,9% (31-4 buah/kg)b) Grade B = 45,2% (5-7 buah/kg)c) Grade C = 29,6% (8-10 buah/kg)d) Grade D = 7,0% (11-15 buah/kg)

11.4.Pengambilan Contoh

Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Darisetiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah danbawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampaidiperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.a. Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.b. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil

7.c. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.d. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.e. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15

(minimum).

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalamanatau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.

Page 67: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 18/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.5.Pengemasan

Buah apel dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersihmaksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain:nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih,negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Notodimedjo. Soewarno, 1995, “Budidaya Tanaman Hortikultura” KhususnyaTanaman Buah-Buahan, Fak. Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

2) Soelarso. R bambang, 1996, Budidaya Apel, Kanisius, Yogyakarta.3) Sunarjono. Hendro, 1987, ILMU Produksi Tanaman dan Buah-Buahan, Sinar

Baru, Bandung.4) Widyastuti. YE dan Paimin. FB, 1993, Mengenal Buah Unggul Indonesia, PT.

Penebar Swadaya dan Trubus, Jakarta.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 68: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

DAHLIA( Dahlia spp. L. )

1. SEJARAH SINGKAT

Dahlia merupakan tanaman bunga hias berupa tumbuhan tahunan yang tegak.Tanaman ini berasal dari pegunungan Meksiko. Dahlia termasuk tanaman hias yangterlambat dibudidayakan. Di Eropa budidaya dimulai tahun 1789, dari RoyalBotanical Garden di Madrid, Spanyol dan menyebar ke seluruh Eropa Barat.Walaupun perkembangannya sangat lambat, pada tahun 1841 sudah terdapat 1.200varietas. Dahlia didatangkan ke Jawa Barat dari negeri Belanda pada masapenjajahan di abad ke 19.

Saat ini dahlia menjadi komoditi bunga potong/bunga pot yang penting di berbagaibelahan dunia. Di luar negeri, bunga ini mempunyai prospektif sehingga dibentukkelompok pemerhati bunga dahlia seperti Dahlia Society of India, National DahliaSociety of United kingdom dan American Dahlia Society.

Page 69: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi botani tanaman dahlia adalah sebagai berikut:Divisi : SpermatophytaSub divisi : AngiospermaeKelas : DicotyledonaeKeluarga : CompositaeGenus : DahliaSpesies : Dahlia spp. L.

Tanaman Dahlia yang dibudidayakan terdiri atas Dahlia pohon yang tingginya bisamencapai beberapa meter dan berupa tanaman perdu (tanaman berkayu namuntetap rendah). Bunga dahlia memiliki warna : putih, kuning, jingga, violet, merah,ungu atau campurannya. Diameter bunga terkecil sekitar 5 cm sedangkan yangterbesar sekitar 30 cm. Spesies dahlia yang ada saat ini adalah D. pinnata, D.variabilis, D. coccinea, D. juarezii.

3. MANFAAT TANAMAN

Bunga dahlia kaktus yang berwarna putih selalu diperdagangkan karena merupakanjenis bunga yang banyak dipakai untuk merangkai bunga dukacita. Jenis Dahlia lainyang kaya warna (dahlia besar dan dahlia kecil) dijual di dalam polibag untukdigunakan sebagai tanaman di luar rumah.

Dahlia adalah tanaman berubi. Ubi dahlia mengandung hampir 70 prosen pati dalambentuk inulin. Inulin murni hasil ekstraksi dari ubi dahlia dimanfaatkan di bidangkedokteran. Jika inulin difermentasi oleh enzim tertentu atau oleh jamur tanah, inulinakan berubah menjadi fruktosa, suatu gula yang banyak digunakan dalampengawetan makanan atau pembuatan sirup. Karena itu, pemanfaatan inulin daridahlia melalui biokonversi menjadi gula fruktosa.

4. SENTRA PENANAMAN

Di Indonesia untuk tujuan komersil, dahlia dibudidayakan di dataran tinggi Lembangdan Cianjur (Jawa Barat).

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

Tanaman ini memerlukan sinar matahari yang berlimpah tanpa naungan.

Page 70: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5.2. Media Tanam

1) Tanaman dapat tumbuh di setiap tanah lempung berpasir yang mengandunghumus, memiliki tata udara baik dan gembur.

2) Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini antara pH=6,0-8,0.

5.3. Ketinggian Tempat

Tanaman dapat tumbuh baik pada daratan tinggi dengan ketinggian optimum 700-1.000 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Teknik Penyemaian Bibit

a) Perbanyakan generatif dengan benihDilakukan pada dahlia mini untuk mendapatkan warna bunga yang baru danlebih bervariasi. Benih berasal dari tanaman dahlia yang sehat berumur 5bulan. Benih langsung disemai di atas persemaian yang telah disiapkan.Bedengan persemaian dibuat di atas tanah dengan lebar 1 m dan panjangtergantung besar lahan dengan arah Utara-Selatan. Bedengan dibuat daricampuran humus, pupuk kandang sapi dan tanah yang subur denganperbandingan 1:1:1. Tinggi bedengan 5 cm. Bibit disebarkan merata di atasbedengan dan ditutup tipis-tipis dengan tanah. Pada musim kemarau bedenganditutup dengan daun pisang yang telah dicuci atau karung goni yang bersihagar kelembaban bedengan terjaga. Bedengan perlu diberi naungan bilapersemaian dilakukan pada musim hujan. Naungan berupa plastik transparansetinggi 80 cm di sisit timur dan 60 cm di sisi barat. Setelah benih berkecambahdan berdaun dua helai, penutup (daun pisang/karung goni) dibuka. Bibitdipelihara dipersemaian sampai berdaun sempurna 2 buah, pada stadia ini akartanaman belum menyentuh dasar bedengan dan dipindahtanamkan ke polibagtransparan 18x15 cm berisi campuran sekam dan pupuk kandang sapi (6:1).Setelah tanaman berdaun 6 helai, dilakukan pindahtanam kedua ke dalampolybag transparan 30x20 cm berisi media yang sama. Di dalam polybag initanaman dipelihara sampai berbunga selama 1,5-2 bulan dan siap untuk dijual.

b) Perbanyakan vegetatif dengan stekDilakukan pada dahlia mini untuk mendapatkan bunga dengan warna danbentuk yang sama dan untuk dahlia besar yang tidak dapat berbiji. Bahan stekdiambil dari tunas ketiak yang berukuran 7-10 cm. Untuk menghindari penyakit,gunakan pisau stek/pisau tajam yang bersih untuk memotong tunas.Pembibitan dilakukan di polybag transparan 30x20 cm berisi campuran sekam

Page 71: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

padi dan pupuk kandang (6:1) dan dipelihara sampai siap jual tanpadipindahtanam selama 3 hari.

c) Perbanyakan vegetatif dari ubiDilakukan pada dahlia kaktus dan semi kaktus. Ubi diambil dari tanamanberumur 7 bulan. Untuk mendapatkan ubi, batang tanaman yang telah habismasa berbunga pertamanya dipotong sampai 10 cm dari permukaan tanah.Tanah digali dan ubi diangkat bersama dengan batang utamanya.

2) Pemeliharaan Penyemaian

a) Tanaman di PersemaianSelama persemaian tanaman disiram satu hari sekali dan tidak diberi pupukkarena makanan sudah cukup banyak didapatkan dari bedengan. Penyiangangulma harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak merusak bibit yangmasih mudah rusak.

b) Tanaman di dalam polibagTanaman disiram 1-2 hari sekali (pagi-sore) kecuali jika hari hujan. Gulmajarang tumbuh, jika ada disiangi dengan cara dicabut atau diambil dengancangkul kecil Untuk mencegah hama/penyakit, tanaman disemprot denganpestisida antracol/Basudin 2 minggu sekali di saat pergantian musim kemarau-hujan dan musim hujan. Pupuk daun Gandasil dan 1 gram NPK diberikan 1minggu sekali.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Penanaman di Polybag (dahlia mini dan dahlia besar)

a) Media tanam berupa sekam dan pupuk kandang (6:1) dicampur merata.b) Masukkan media ke dalam polybag 30 x 20 cm sampai mengisi 90 prosen

volume.c) Buat lubang tanam ditengah media, tambahkan 1 gram pupuk NPK.d) Masukkan bibit dari polybag kecil dan padatkan media di sekitar batang. Siram

sampai lembab.e) Selanjutnya tanaman diberi pupuk NPK sebanyak 1 gram setiap dua minggu.

Penyemprotan dengan pestisida Antracol dan Basudin dilakukan jika terlihatgejala serangan penyakit.

f) Pemangkasan daun perlu dilakukan agar bunga yang dihasilkan berkualitasbaik. penjarangan bunga bertujuan untuk mendapatkan bunga dengan ukuranmaksimal. Kriteria penjarangan bunga adalah:1. Di setiap pucuk lateral hanya terdapat 6 kuntum bunga dihitung sampai buku

ke tiga untuk tanaman Dahlia mini.2. Di setiap pucuk utama dan pucuk lateral hanya terdiri atas 3 kuntum bunga

untuk tanaman Dahlia yang besar.

Page 72: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Pembentukan Bedengan

Bedengan dibuat dengan lebar 70 cm, tinggi 15 cm dan panjang sesuai dengankondisi lahan dan jarak antar bedengan 55 cm. Setelah bedengan terbentuk,tanah diolah sedalam 45 cm beberapa kali dengan cangkul. Tambahkan pupukkandang setebal 15 cm (10-15 ton/ha) dan campur dengan 45 cm tanahbedengan. Haluskan tanah bedengan sampai kedalaman 15 cm. Rapikan kembalibedengan.

6.3. Teknik Penanaman

1) Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat sedalam 20 x 20 x 20 cm pada jarak tanam 65-75 cm.

2) Cara Penanaman Ubi

Ubi diletakkan mendatar di dasar lubang dan tutup dengan tanah setebal 5 cm.Dari tunas yang tumbuh hanya satu atau dua yang dibiarkan tetap tumbuh.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam dapat dilakukan sampaitanaman berumur 3 minggu. Biasanya bibit tidak tumbuh sempurna jika pengairanterlambat dilakukan terutama jika udara panas. Penjarangan bunga perludilakukan terutama jika jumlah bunga dalam satu tangkai terlalu banyak supayadiameter bunga mencapai maksimum. Pada dahlia kaktus (putih) hanya satubunga yang dibiarkan hidup pada satu tangkai, sedangkan pada dahlia semikaktus dapat 5 - 6 bunga.

2) Penyiangan

Dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma dan pada saat pemupukan sertpembumbunan. Pencegahan tumbuhnya gulma dapat dilakukan denganmenghamparkan mulsa organik di antara tanaman. Ketika tanaman mencapai 1m, tanaman dibumbun dan disangga dengan 2 batang bambu agar tidak rebah.

3) Pemupukan

Dilakukan setiap 10 hari dengan urea, SP-36 dan KCl masing-masing 2 gram atauNPK sebanyak 5 gram. Pemberian pertama 10 hari setelah pindah tanam. Pupukdiberikan di dalam larikan sejauh 15 cm dari pangkal batang. Tutup pupuk dengantanah.

Page 73: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Pengairan dan penyiraman

Dilakukan sesuai pertumbuhan tanaman. Di awal pertumbuhannya, tanah disekitar pangkal batang sampai titik terluar tajuk jangan sampai mengering. Padasaat itu, jika perlu tanaman disiram 2-3 kali sehari tergantung dari keadaan cuaca.Setelah itu penyiraman dapat dilakukan setiap 5 hari. Penyiraman juga perludilakukan setelah pemberian pupuk.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

a) Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.)Gejala: ulat menyerang tanaman ubi dan batang. Ulat memotong titik tumbuh ataupangkal batang tanaman sehingga tangkai daun atau batang rebah dan layuterutama di siang hari. Pengendalian: dilakukan dengan membunuh ulatbersamaan dengan pembubunan dan penyiangan gulma, pemberian furadanwalau tidak selalu efektif dan penyemprotan insektisida Indofuran 3G atauHostathion.

7.2. Penyakit

1) Embun tepung/Powdery mildewPenyebab: jamur Oidium tingitanium Sphaetotheca mascularis atau Uncinulanecator). Gejala: bagian yang terserang, terutama daun, tertutup lapisan putihtipis seperti tepung, daun akan mengering dan gugur. Pengendalian: fungisidaBenlate atau Rubigan 120 EC. Serangan terjadi pada masa perpindahan musimdari hujan ke kemarau.

2) VirusPenyebab: jenis virus CMV, TSV, TSWV dan DMV. Gejala: pertumbuhantanaman abnormal sehingga tanaman kerdil. Pengendalian: mengendalikanperkembangan vektor serangga seperti aphid atau trips, merendam benih dalamair panas, menghancurkan tanaman terinfeksi dan menyemprotkan insektisida.Metode yang lebih baik untuk mengeliminasi virus adalah menggunakan bibit darikultur jaringan dan mendeteksi keberadaan virus dengan test ELISA.

8. PANEN

Panen tanaman dahlia dapat berupa bunga dan ubi Ubi yang dijadikan bahanpemanis diambil dari dahlia besar, dahlia kaktus atau semi kaktus.

Page 74: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8.1. Ciri dan Umur Panen

1) Bunga: tiga bulan setelah tanam, bunga pertama dapat dipetik 2 kali seminggusampai 4 bulan kemudian. Bunga yang siap dipetik telah mekar penuh dengandiameter 10 cm.

2) Ubi: ubi dipanen pada waktu tanaman berumur 7 bulan setelah tanam.

8.2. Cara Panen

1) Bunga: bunga dahlia kaktus (ungu muda) dipetik dengan cara memotong tangkaibunga sepanjang 20 cm dari dasar bunga. Bunga dahlia semi kaktus dipanendengan cara memotong tangkai bunga sepanjang 50 cm dari dasar bunga.

2) Ubi: seluruh tanaman dibiarkan tumbuh beberapa hara supaya sisa-sisa makanandi dalam batang utama dapat diserap oleh umbi. Batang dipotong sampaiketinggian 10 cm dari pangkal batang, tanah di sekitar batang digali dan ubidiangkat bersama-sama dengan batangnya.

8.3. Prakiraan Produksi

1) Bunga: untuk areal tanam 1 tumbak (14 m2), dihasilkan bunga sebanyak 1500kuntum setiap minggu selama 4 bulan panen.

2) Ubi: besar ubi dan produksi ubi per batang tergantung dari jenis dahlia. Dahliakaktus menghasilkan ubi yang besar dan dapat mencapai 2 kg/tanaman. Dalam10 tumbak (140 m2) dihasilkan 400 kg ubi.

9. PASCAPANEN

1) BungaSetiap 50 tangkai diikat dan dibungkus daun pisang, biasanya bunga langsungdijual ke pasar bunga (konsumen).

2) UbiUntuk mendapatkan gula fruktosa dari ubi dahlia dilakukan perlakuan sebagaiberikut:1. Ubi dicuci bersih, dikupas dan dipotong-potong setebal 1 cm.2. Potongan ubi digodog dengan air selama 20 menit.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya dahlia didasarkan pada luas lahan 30 tumbak (420 m2)pada tahun 1999 di Lembang, Jawa Barat.

Page 75: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Biaya produksi1. Sewa lahan 420 m2 untuk 1 musim tanam Rp. 100.000,-2. Bibit: 2000 @ Rp. 1.000,- Rp. 2.000.000,-3. Pupuk

- Pupuk kandang Rp. 45.000,-- Pupuk buatan Rp. 525.000,-

4. Pestisida Rp. 750.000,-5. Alat (polibag, sekam dll) Rp. 2.750.000,-6. Tenaga kerja Rp. 2.625.000,-7. Lain-lain Rp. 500.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 9.295.000,-

2) Pendapatan: 25.000 kuntum x 16 minggu @ Rp.35,- Rp. 14.000.000,-3) Keuntungan Rp. 4.705.000,-4) Parameter kelayakan usaha

1. rasio output/input = 1,506

Harga dahlia mini di dalam polibag antara Rp. 600,- sampai Rp. 1.000,- dan dahliabesar di dalam polibag antara Rp.1.000,- sampai Rp.1.500,-. Tanaman dijual dikebun dan selalu habis sebelum bunganya mekar. Dengan biaya produksi termasukburuh sekitar Rp. 350,- sampai Rp. 400,- per polibag, penjualan dahlia sebagaitanaman pot atau tanaman di luar rumah akan menguntungkan.

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Dahlia adalah tanaman hias yang sangat digemari di manca negara tetapi diIndonesia belum terlalu populer. Berbagai festival Dahlia sering dilaksanakan diInggris, Amerika atau India. Masa depan bunga ini di Indonesia akan lebih baikseiring dengan minat masyarakat untuk menjadikan bunga sebagai salah satukebutuhan.

Sebenarnya, potensi dahlia yang sangat menjanjikan adalah tingginya kandunganinulin di dalam ubi. Inulin ini dapat diubah menjadi gula fruktosa. Saat ini Indonesiamasih mengimpor gula fruktosa. Agribisnis bunga dahlia dengan tujuanmenjadikannya sebagai tanaman penghasil inulin atau gula akan menghadapi masayang cerah. Harga inulin, harga sirup fruktosa Rp. 3.100,-/kg (1990).

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi meliputi: klasifikasi dan standar mutu, cara pengambilan contohdan pengemasan.

Page 76: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.2.Deskripsi

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Mutu dan pengepakan bunga untuk ekspor ke pasaran Internasional sangatditentukan oleh negara pengimpor.

11.4.Pengambilan Contoh

Dari satu partai atau lot bunga dahlia yang terdiri atas maksimum 1.000 kemasan,contoh diambil secara acak sejumlah seperti tersebut dalam data di atas:a) Contoh yang diambil semua, jumlah kemasan bunga dalam partai 1–5.b) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 5, jumlah kemasan bunga dalam partai

6–100.c) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 7, jumlah kemasan bunga dalam partai

101–300.d) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 9, jumlah kemasan bunga dalam partai

301–500.e) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 10, jumlah kemasan bunga dalam partai

501–1001.

Dari setiap kemasan contoh yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnyatiga tangkai bunga. Untuk kemasan contoh dengan isi kurang dari tiga tangkai,diambil satu tangkai. Dari sejumlah tangkai yang terkumpul kemudian diambil secaraacak contoh yang berjumlah sekurang-kurang lima tangkai diuji. Petugas pengambilcontoh harus memenuhi syarat, yaitu orang yang telah dilatih terlebih dahulu dandiberi wewenang untuk melakukan hal tersebut.

11.5.Pengemasan

1) Pangkal tangkai bunga dahlia potongan dimasukan ke dalam tube berisi cairanpengawet/dibungkus dengan kapas kemudian dimasukan ke dalam kantongplastik berisi cairan pengawet lalu dikemas dalam kotak karton/kemasan lain yangsesuai.

2) Satu ikatan terdiri dari 20 tangkai bunga dan dibungkus dengan pembungkus darikertas khusus Sleeves. Kuntum tidak tertutup seludang, pangkal bunga diberikapas basah.

3) Pengepakan dilakukan dalam kotak kardus dengan kapasitas 10 ikatan. Padabagian luar kemasan diberi tulisan:1. Nama barang.2. Jenis mutu.3. Nama atau kode produsen/eksportir.4. Jumlah isi.5. Negara tujuan.

Page 77: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Pengangkutan dilakukan dengan alat angkut bersuhu udara 7-8 derajat C dengankelembaban udara 60-65 %.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Bailey, L. H. 1937. The Standard Cyclopedia of Horticulture. Macmillan Company.New York.

2) Fisher, A. A. Virus Infection in Dahlia-Part II. Indian Dahlia Annual 1998:57-603) Lutony, T.L. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. Penebar Swadaya. Jakarta4) Molzer, V. 1986. Flore des Jardins. GRÜND. Paris5) Vinayananda, S. 1998. Flowerbad Dahlias. Indian Dahlia Annual 1998:22-24

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 78: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

D U K U( Lansium domesticum Corr. )

1. SEJARAH

Duku (Lansium domesticum Corr) merupakan tanaman buah berupa pohon yangberasal dari Indonesia. Sekarang populasi duku sudah tersebar secara luas diseluruh pelosok nusantara. Selain itu ada yang menyebutkan duku berasal dari AsiaTenggara bagian Barat, Semenanjung Thailand di sebelah Barat sampai Kalimantandi sebelah Timur. Jenis ini masih dijumpai tumbuh liar/meliar kembali di wilayahtersebut dan merupakan salah satu buah-buahan budidaya utama.

2. JENIS TANAMAN

Jenis duku yang banyak ditanam di Indonesia adalah jenis duku unggul seperti dukukomering, duku metesih dan duku condet.

3. MANFAAT TANAMAN

Manfaat utama tanaman duku sebagai makanan buah segar atau makanan olahanlainnya. Bagian lain yang bermanfaat adalah kayunya yang berwarna coklat mudakeras dan tahan lama, digunakan untuk tiang rumah, gagang perabotan dansebagainya. Kulit buah dan bijinya dapat pula dimanfaatkan sebagai obat anti diaredan obat menyembuhkan demam. Sedangkan kulit kayunya yang rasanya sepet

Page 79: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

digunakan untuk mengobati disentri, sedangkan tepung kulit kayu digunakan untukmenyembuhkan bekas gigitan kalajengking.

4. SENTRA PENANAMAN

Di Indonesia duku terutama ditanam di daerah Jawa (Surakarta), Sumatera(Komering, Sumatera Selatan) dan Jakarta (Condet).

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1) Angin tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan dari tanaman duku tetapi tidakdapat tumbuh optimal di daerah yang kecepatan anginnya tinggi.

2) Tanaman duku umumnya dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya tinggi danmerata sepanjang tahun. Tanaman duku tumbuh secara optimal di daerah denganiklim basah sampai agak basah yang bercurah hujan antara 1500-2500 mm/tahun.

3) Tanaman duku tumbuh optimal pada intensitas cahaya matahari tinggi.4) Tanaman duku dapat tumbuh subur jika terletak di suatu daerah dengan suhu

rata-rata 19 derajat C.5) Kelembaban udara yang tinggi juga dapat mempercepat pertumbuhan tanaman

duku, sebaliknya jika kelembaban udara rendah dapat menghambat pertumbuhantanaman duku.

5.2. Media Tanam

1) Tanaman duku dapat tumbuh baik sekali pada tanah yang banyak mengandungbahan organik, subur dan mempunyai aerasi tanah yang baik. Sebaliknya padatanah yang agak sarang/tanah yang banyak mengandung pasir, tanaman dukutidak akan berproduksi dengan baik apabila tidak disertai dengan pengairan yangcukup.

2) Derajat keasaman tanah (pH) yang baik untuk tanaman duku adalah 6–7,walaupun tanaman duku relatif lebih toleran terhadap keadaan tanah masam.

3) Di daerah yang agak basah, tanaman duku akan tumbuh dan berproduksi denganbaik asalkan keadaan keadaan air tanahnya kurang dari 150 m di bawahpermukaan tanah (air tanah tipe a dan tipe b). Tetapi tanaman duku tidakmenghendaki air tanah yang menggenang karena dapat menghambatpertumbuhan dan produksi tanaman.

4) Tanaman duku lebih menyukai tempat yang agak lereng karena tanaman dukutidak dapat tumbuh optimal pada kondisi air yang tergenang. Sehingga jikatempatnya agak lereng, air hujan akan terus mengalir dan tidak membentuk suatugenangan air.

Page 80: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5.3. Ketinggian Tempat

Umumnya tanaman duku menghendaki lahan yang memiliki ketinggian tidak lebihdari 650 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Benih

Kualitas bibit tanaman duku yang akan ditanam sangat menentukan produksiduku. Oleh sebab itu bibit duku harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :a) Bebas dari hama dan penyakitb) Bibit mempunyai sifat genjahc) Tingkat keseragaman penampakan fisik seperti warna, bentuk dan ukuran lebih

seragam dari bibit lain yang sejenisd) Bibit cepat tumbuh.

2) Penyiapan Benih

Perbanyakan dan penanaman duku umumnya masih diperbanyak dengan benihatau dari semai yang tumbuh spontan di bawah pohonnya, kemudian dipeliharadalam pot sampai tinggi hampir 1 meter dan sudah dapat ditanam di lapangan.Sehingga tingkat keberhasilan perbanyakan generatif cukup tinggi walaupunmemerlukan waktu yang relatif lama. Daya perkecambahan dan daya tahan semaiakan lebih baik sejalan dengan ukuran benih dan hanya benih-benih yangberukuran besar yang hendaknya digunakan dalam usaha pembibitan.

Pertumbuhan awal semai itu lambat sekali, dengan pemilihan yang intensifdiperlukan waktu 10–18 bulan agar batang duku berdiameter sebesar pensil, yaituukuran yang cocok untuk usaha penyambungan atau penanaman di lapangan,tetapi di kebanyakan pembibitan untuk sampai pada ukuran tersebut diperlukanwaktu 2 kali lebih lama. Perbanyakan dengan stek dimungkinkan denganmenggunakan kayu yang masih hijau, namun memerlukan perawatan yang teliti.Terkadang cabang yang besar dicangkok, sebab pohon ynag diperbanyak dengancangkokan ini dapat berbuah setelah beberapa tahun saja, tetapi kematian setelahcangkokan dipisahkan dari pohon induknya cenderung tinggi presentasenya.

3) Teknik Penyemaian Benih

Waktu penyemaian benih sebaiknya pada musim hujan agar diperoleh keadaanyang selalu lembab dan basah.

Page 81: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Cara pembuatan media penyemaian dapat berupa tanah yang subur/campurantanah dan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dengan perbandingansama (1:1). Jika perlu media tanam dapat ditambahkan sedikit pasir. Tempatpersemaian bisa berupa bedengan, keranjang/kantong plastik atau polybag.Tetapi sebaiknya tempat untuk persemaian menggunakan kantong plastik agarmempermudah dalam proses pemindahan bibit.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Bibit duku tidak memerlukan perawatan khusus kecuali pemberian air yang cukupterutama pada musim kemarau. Selama 2 atau 3 minggu sejak bibit duku ditanamperlu dilakukan penyiraman dua kali setiap hari yaitu pagi dan sore hari, terutamapada saat tidak turun hujan. Selanjutnya cukup disiram satu kali setiap hari. Kalaupertumbuhannya sudah benar-benar kokoh, penyiraman cukup dilakukanpenyiraman secukupnya jika media penyemaian kering.

Penyulaman pada bibit diperlukan jika ada bibit yang mati maupun bibit yangpertumbuhannya terhambat. Rumput liar yang mengganggu pertumbuhan bibitjuga hrus dihilangkan. Untuk meningkatkan pertumbuhan bibit perlu diberi pupukbaik pupuk organik berupa pupuk kandang dan kompos maupun pupuk anorganikberupa pupuk TSP dan ZK sesuai dengan dosis dan kadar yang dianjurkan.

5) Pemindahan Bibit

Umur bibit yang siap tanam adalah sekitar 2-3 bulan dengan tinggi bibit 30-40 cm.Kegiatan pemindahan bibit harus memperhatikan kondisi fisik bibit waktu yangtepat

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Sebelum dilakukan pengolahan lahan perlu diketahui terlebih dahulu tingkat pHtanah yang sesuai untuk tanaman duku, yaitu sebesar 6-7. Selain itu kondisi tanahyang akan diolah juga harus sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman dukuyaitu tanah yang mengandung banyak bahan organik serta airase tanah yangbaik.

2) Pembukaan Lahan

Kegiatan pembukaan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantuseperti traktor maupun cangkul. Pembukaan laahan sebaiknya dilakukan padawaktu musim kering agar pada awal waktu musim hujan kegiatan penanamandapat dilakukan segera.

Page 82: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Pembentukan Bedengan

Pembentukan bedengan tidak terlalu diperlukan delam pengolahan lahan untuktanaman duku, sehingga bedengan jarang dijumpai pada lahan tanaman duku.

4) Pengapuran

Kegiatan pengapuran sangat diperlukan jika kondisi pH tanah tidak sesuai denganpersyaratan pH tanah untuk tanaman duku. Cara pengapuran dapat dilakukandengan penyiraman di sekitar tanaman duku. Jumlah dan dosis pengapuran harussesuai dengan kadar yang dianjurkan.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Pohon duku umumnya di tanam di pekarangan, tetapi sering pula ditanamtumpang sari di bawah pohon kelapa (di Filipina) atau ditumpang sarikan dengantanaman lain seperti pohon manggis dan durian (di Indonesia dan Thailand). Jaraktanam yang dianjurkan sangat bervariasi dari jarak 8x8 m (kira-kira 150 pohon/ha,di Philipina) sampai jarak 12x12 m untuk tipe longkong yang tajuknya memencardi Thailand bagian selatan (50-60 pohon/hektar). Jarak tanam ini ditentukandengan memperhatikan adanya pohon-pohon pendampingnya.

Variasi jarak tanam yang lain adalah ukuran 7x8 m, 8x9 m, 9x9 m, 9x10 m.Namun hal yang perlu diperhatikan adalah jarak tanam harus cukup lebar, karenajika tanamannya sudah dewasa tajuknya membutuhkan ruangan yang cukup luas.Salah satu variasi tersebut dapat diterapkan tergantung kondisi tanah terutamatingkat kesuburannya. Seandainya diterapkan jarak tanam 10x10 m, berarti untuklahan yang luasnya satu hektar akan dapat ditanami bibit duku sebanyak 100pohon.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Setelah jarak tanam ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah pembuatanlubang tanam. Waktu yang terbaik untuk membuat lubang tanam adalah sekitar 1-2 bulan sebelum penanaman bibit. Lubang tanam minimal yang dibuat adalahberukuran 0,6 x 0,6 x 0,6 meter. Namun akan lebih baik apabila ukurannya lebihbesar yaitu 0,8 x 0,8 x 0,7 meter. Jika bibit duku yang akan ditanam berakarpanjang (bibit dari biji), maka lubang yang dibuat harus lebih dalam. Tetapi jikabibit duku berakar pendek (bibit hasil cangkok), penggalian lubang diusahakanlebih lebar dan lebih luas.

3) Cara Penanaman

Penanaman bibit duku sebaiknya menunggu sampai tanah galian memadat atautampak turun dari permukaan tanah sekitarnya. Sebelum penanaman dilakukan,

Page 83: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

maka tanah pada lubang tanam digali terlebih dahulu dengan ukuran kira-kirasebesar kantung yang dibuat untuk membungkus bibit. Setelah itu pembungkusbibit dibuka dan tanaman dimasukkan dlam lubang tanam. Hal yang perludiperhatikan adalah posisi akar tidak boleh terbelit sehingga nantinya tidakmengganggu proses pertumbuhan. Pada saat penanaman bibit, kondisi tanahharus basah/disiram dahulu.

Penanaman bibit duku jangan terlalu dangkal. Selain itu permukaan tanah yangdibawa oleh bibit dari kantung pembungkus harus tetap terlihat. Setelah bibittanam, maka tanah yang ada disekitarnya dipadatkan dan disiram dengan airsecukupnya. Disekitar permukaan atas lubang tanam dapat diberi bonggol pisang,jerami, atau rumput-rumputan kering untuk menjaga kelembaban dan menghindaripengerasan tanah.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Kegiatan penjarangan pada dasarnya adalah untuk mengurangi persaingan antaratanaman pokok (tanaman duku) dan tanaman lain (tanaman pelindung).Persaingan yang terjadi adalah untuk mendapatkan unsur hara, air, sinarmatahari, dan ruang tumbuh. Tanaman selain duku yang dijarangi sebaiknyamerupakan tanaman yang memang tidak dikehendaki dan menggangupertumbuhan tanaman duku.

Penyulaman tanaman duku juga perlu dilakukan jika ada tanaman duku yang mati.Tumbuhan liar atau gulma juga harus dibersihkan secara rutin. Radius 1-2 meterdari tanaman duku harus bersih.

2) Penyiangan

Kegiatan penyiangan diperlukan untuk menghilangkan rumput dan herba kecilyang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman duku. Penyiangan dapatdilakukan dengan tangan maupun dengan bantuan beberapa alat pertaniannyalainnya.

3) Pemupukan

Pemupukan sangat diperlukan untuk meningkatkan ketersediaan hara tanah.Meskipun tidak ada pedoman baku untuk pemupukan duku, tetapi agar tidakmembingungkan dapat menggunakan patokan sebagai berikut:a) Tahun kedua dan ketiga untuk setiap pohon duku bisa diberikan pupuk 15-30

kg pupuk organik, urea 100 gram, TSP 50 gram dan ZK 20 gram.b) Tahun keempat, kelima dan keenam, dosis pupuk dinaikan menjadi 25-40 kg

pupuk organik, urea 150 gram, TSP 60 gram dan juga pupuk ZK sebanyak 40gram.

Page 84: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c) Tahun-tahun berikutnya dosis pupuk dinaikkan lagi. Namun pemberian pupuksebaiknya disesuaikan pula dengan tingkat pertumbuhan tanaman duku dankesuburan tanah.

Pemupukan duku dilakukan dengan cara menggali tanah di sekitar tanaman dukusedalam 30-50 cm dengan lebar yang sama. Lubang pupuk tersebut dibuatmelingkar yang letaknya tepat disekeliling tajuk tanaman.

4) Pengairan dan Penyiraman

Tanaman duku hanya memerlukan pemberian air yang cukup terutama padamusim kemarau. Selain itu juga tanaman duku sudah cukup kuat dan kokoh makapenyiraman dilakukan seperlunya saja. Di sekitar lubang tanam sebaiknya dibuatsaluran air untuk mencegah air yang tergenang baik yang berasal dari hujanmaupun air penyiraman.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Kelelawar

Buah duku yang diincar kelelawar adalah buah duku yang matang dan siapdipanen. Pengendalian: untuk mencegah gangguan kelelawar ini adalah denganmembungkus buah duku sejak buah itu berukuran kecil. Bahan pembungkusdapat berupa ijuk tanaman aren, kain bekas, bongsang yang terbuat dari anyamanbambu.

2) Kutu perisai (Asterolecantium sp.)

Hama ini menyerang daun dan batang duku. Pengendalian: (1) dengan carapemeliharaan dan perawatan tanaman sebaik mungkin; (2) menggunakaninsektisida yang sesuai dengan jenis hama yang mengganggunya.

3) Kumbang penggerak buah (Curculio sp.)

Gejala: menyerang buah duku yang sudah matang, sehingga buah dukuberlubang dan busuk bila air hujan masuk ke dalamnya. Pengendalian: sama kutuperisai.

4) Kutu putih (Psedococcus lepelleyi)

Hama yang menutupi kuncup daun dan daun muda buah duku. Pengendalian:sama kutu perisai.

Page 85: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7.2. Penyakit

1) Penyakit busuk akar

Merupakan penyakit yang berbahaya karena menyerang pohon dan buah duku.Pengendalian: (1) dengan pemeliharaan tanaman yang baik; (2) disemprotdengan fungisida sesuai dengan peruntukannya masing-masing obat.

2) Penyakit antraknosa (Colletotrichum gloeosporiods)

Gejala: adanya bintik kecoklatan pada rangkaian buah, serangan inimenyebabkan buah berguguran lebih awal dan juga menyebabkan kerugianpasca panen. Pengendalian: (1) dengan pemeliharaan tanaman yang baik; (2)disemprot dengan fungisida sesuai dengan peruntukannya masing-masing obat.

3) Penyakit mati pucuk

Penyebab: cendawan Gloeosporium sp. menyerang ujung cabang dan rantingyang nampak kering. Pengendalian: (1) dengan pemeliharaan tanaman yangbaik; (2) dilakukan dengan disemprot dengan fungisida seperti Manzate, Zerlate,Fermate, Dithane D-14 atau pestisida lain. Dosis untuk obat pemberantasanpenyakit ini harus disesuaikan dengan anjuran pada label masing-masing obat.

7.3. Gulma

Adanya gulma seperti rumput liar dan alang-alang dapat menghambat pertumbuhantanaman duku. Gulma ini harus dihilangkan dengan cara penyiangan dan untukmencegah gulma ini dapat digunakan obat-obatan kimia.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Umur tanaman duku dapat mencapai 300 tahun atau lebih, tergantung dari sifat ataujenisnya, cara pemeliharaan dan kondisi lingkungan tempat tumbuh. Produktivitasbuahnya yang siap panen juga sangat dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut. Buahduku yang siap dipanen biasanya kulit buah berwarna kuning kehijau-hijauan bersihdan bahkan telah menjadi kuning keputih-putihan serta buah agak lunak. Tanda-tanda lainnya adalah getah pada kulit buahnya sudah tampak berkurang atau tidakada getah sama sekali pada kulit buah duku, jika buah masih berwarna hijau berartibuah belum matang dan tidak siap dipanen.

Tanaman duku yang diperbanyak dengan biji, biasanya mulai berbunga sekaligusberbuah pada umur tanaman 12 tahun bahkan lebih. Sedangkan untuk tanaman

Page 86: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

duku yang pembibitannya secara vegetatif seperti pencangkokkan atau sambungandapat berbuah lebih cepat yaitu pada umur 8 tahun.

8.2. Cara Panen

Buah duku biasanya dipanen dengan cara dipanjat pohonnya dan dipotongi tandan–tandan buahnya yang matang dengan pisau atau gunting pangkas. Hendaklahberhati-hati agar tidak melukai bagian batang tempat menempelnya gagang tandan,sebab perbungaan berikutnya juga akan muncul disitu juga.

Kenyataannya, daripada memanjat pohonnya lebih baik menggunakan tangga,sebab tindakan demikian akan mengurangi kerusakan kuncup-kuncup bunga yangmasih dominan. Diperlukan 4 atau 5 kali pemanenan sampai semua buah habisdipetik dari pohon. Hanya pemetikan buah yang matang, yang ditaksir dariperubahan warna, yang akan sangat memperbaiki kualitas buah. Umumnya buahyang berada dalam satu tandan akan matang hampir bersamaan, tetapi jika prosespematangan tidak bersamaan, akan sangat menyulitkan pemanenan. Buah dukuharus dipanen dalam kondisi kering, sebab buah yang basah akan berjamur jikadikemas.

8.3. Periode Panen

Pada umumnya, tanaman duku mulai berbunga sekitar bulan September danOktober setiap tahunnya dan buahnya yang masak mulai dapat dipungut setelah 6bulan kemudian sejak keluarnya bunga, yaitu sekitar bulan Februari atau Maret.Penyerbukan bunga duku biasanya terjadi secara silang oleh perantaraan seranggaseperti lebah madu, walupun penyerbukan sendiri sering pula terjadi. Masakeluarnya bunga duku yang pertama tergantung pada kondisi lingkungan dansifat/jenis dari tanaman duku tersebut.

Musim panen duku pendek sekali, buah langsat matang sedikit lebih awal dari buahduku. Di daerah tertentu tipe buah duku-langsat menghasilkan 2 kali panen pertahun(walupun tidak jelas apakah masing-masing pohon berbuah lebih dari sekali setiaptahunnya), dan waktu panen itu juga bervariasi untuk berbagai daerah, sehingga dipasar-pasar induk buah duku dapat diperoleh selama 4 bulan (di Thailand danFiliphina pada bulan Juli sampai Oktober) sampai 8 bulan (di Semenanjung Malaysiapada bulan Juni sampai Februari).

8.4. Prakiraan Produksi

Hasil Panen buah duku agak bervariasi. Suatu kecenderungan adanya 2 kaliberbuah telah dilaporkan di Filiphina. Pohon duku yang berumur 10 tahun dapatmenghasilkan 40-50 kg, buah duku meningkat menjadi 80–150 kg pada umur pohon30 tahun, hasil maksimumnya menurut laporan yang ada mencapai 300 kg perpohon. Angka-angka mengenai luasan lahan dan produksi tersebut di atas jikadihitung menjadi hasil rata-rata akan diperoleh angka 2,5 ton per hektar untuk negara

Page 87: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Filiphina dibandingkan dengan 3,6 ton per hektar untuk langsat dan 5,6 ton perhektar untuk duku di Thailand.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Setelah buah dipanen, maka buah duku tersebut dikumpulkan disuatu tempat yangkering dan tidak berair.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Dalam skala usaha komersial, buah duku yang sudah dipanen sudah barang tentuharus disortir terlebih dahulu. Sortasi terutama dilakukan berdasarkan ukuran besarkecilnya buah duku, sekaligus membuang buah yang busuk atau cacat danmenyingkirkan tandannya. Buah duku tidak biasa dijual bersama dengan tandannya,karena ada orang yang senang membeli buah duku tanpa disertai tandannya.

9.3. Penyimpanan

Duku merupakan buah yang sangat mudah rusak karena kulit buahnya akanberubah menjadi coklat dalam 4 atau 5 hari setelah dipanen. Buah dapat dibiarkandipohonnya selama beberapa hari menunggu sampai tandan-tandan lainnya jugamatang, tetapi walau masih berada dipohonnya buah-buah itu tetap berubah menjadicoklat dan dalam waktu yang pendek tidak akan laku dijual di pasar. Sehinggadiperlukan adanya proses penyimpanan dalam kamar pendingin dengan suhu 150 Cdan kelembaban nisbi 85-90 % dapat memungkinkan buah bertahan sampai 2minggu, jika buah-buah itu direndam dulu dalam larutan Benomil.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Buah duku mudah sekali mengalami kerusakan yang tidak berbeda dengan buah-buahan lain pada umumnya. Untuk mengatasi kemungkinan adanya kerusakan padabuah duku, terutama kerusakan pada waktu perjalanan, maka buah duku itu harusdikemas sedemikian rupa dengan menggunakan kemasan yang kuat. Jenis kemasanyang paling baik untuk buah duku adalah peti kayu. Ukuran kemasan jangan terlalukecil atau besar, tetapi sebaiknya berukuran lebih kurang 30 x 30 x 50 cm yangdapat memuat buah duku sekitar 20 kg per peti. Setelah buah duku dikemas dalamkemasan yang baik maka kemasan itu dikumpulkan pada suatu tempat atau gudanguntuk kemudian diangkut dengan alat transportasi.

Page 88: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Prospek agrobisnis tanaman duku masih sangat cerah. Untuk pasaran dalam negeribiasanya para pedagang musiman yang menjajakan buah duku bermunculan di kota-kota besar pada musim panen hanya terjadi sekali setahun. Hal ini membuktikanbahwa duku sangat digemari oleh masyarakat yang tentu saja mengundang minatbanyak orang untuk menjadi penjualnya. Selain itu penjualan buah duku dapatmendatangkan keuntungan lumayan sekaligus dapat menjadi sumber usaha bagipedagang musiman yang sifatnya hanya sementara itu. Tingginya minat masyarakatuntuk membeli buah duku merupakan indikasi bahwa masa depan buah dukumempunyai peluang pasar yang prospektif. Oleh karena itu pemasran buah dukubisa menjadi salah satu andalan sebagai sumber lapangan kerja bagi mereka yangberjiwa bisnis tetapi tidak memiliki jenis usaha yang tetap, yaitu menjadi pedagangmusiman.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilancontoh dan cara pengemasan.

11.2.Diskripsi

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

11.4.Pengambilan Contoh

Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah danbawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudiandibagi 4 dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kalisampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.1) Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yang

diambil 5.

Page 89: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum jumlah contoh yangdiambil 7.

3) Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum jumlah contoh yangdiambil 9.

4) Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah contoh yangdiambil 10.

5) Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah contoh yangdiambil 15.

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yangberpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badanhukum.

11.5.Pengemasan

Buah alpukat disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dalam keranjangbambu/bahan lain yang sesuai dengan/tanpa bahan penyekat, ditutup dengananyaman bambu/bahan lain, kemudian diikat dengan tali bambu/bahan lain. Isikemasan tidak melebihi permukaan kemasan dengan berat bersih maksimum 20 kg.Di bagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang,golongan ukuran, jenis mutu, daerah asal, nama/kode perusahaan/eksportir, beratbersih, hasil Indonesia dan tempat/negara tujuan.

Page 90: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. DAFTAR PUSTAKA

1) AAK. 1991. Bertanam Pohon Buah-buahan 2. Kanisius. Yogyakarta2) Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1991. Invertasi Agribisnis Komoditas

Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Kanisius. Yogyakarta.3) Daryanto. 1985. Bercocok Tanam Buah-buahan. Aneka Ilmu. Semarang.4) Lutony, Tony Luqman. 1993. Duku Potensi dan Peluangnya, kanisius.5) , 1990. Tanamn Duku Menunggu Pengembangan, Dalam Rubrik

Informasi Wiraswasta harian umum Pikiran Rakyat Granesia. Bandung.6) Majalah Salera, 1991. Mengenal Duku yang Sedang Laku, Edisi Februari 1991.

Sarana Vida Widya. Jakarta.7) Natawidjaja, P. Suparman. 1983. Mengenal Buah-buahan Yang Bergizi. Pustaka

Dian. Jakarta8) Tohir, A.K. 1983. Pedoman Bercocok Tanamn Buah-buahan. Pradyaoaramita.

Jakarta.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 91: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

GLADIOL(Gladiolus hybridus)

1. SEJARAH SINGKAT

Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herbatermasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari bahasa latin “Gladius” yangberarti pedang kecil, seperti bentuk daunnya. Berasal dari Afrika Selatan danmenyebar di Asia sejak 2000 tahun. Tahun 1730 mulai memasuki daratan Eropa danberkembang di Belanda.

Tanaman gladiol yang termasuk subklas Monocotyledoneae, berakar serabut, dantanaman ini membentuk pula akar kontraktil yang tumbuh pada saat pembentukansubang baru. Kelebihan dari bunga potong gladiol adalah kesegarannya dapatbertahan lama sekitar 5-10 hari dan dapat berbunga sepanjang waktu.

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi tanaman gladiol adalah sebagai berikut:Divisi : TracheophytaSubdivisi : PteropsidaKlas : AngiospermaeSubklas : MonocotyledoneaeOrdo : IridalesFamili : IridaceaeGenus : GladiolusSpesies : Gladiolus hybridus

Hasil penelitian tahun 1988, Indonesia mengenal 20 varietas gladiol dari Belandakemudian diuji multi lokasi di kebun percobaan Sub Balai Penelitian HortikulturaCipanas. Tiga varietas diantaranya memiliki penampilan yang paling indah, (warnadan bentuknya berbeda dengan gladiol lama), yaitu: White godness (putih),Tradehorn (merah jingga), dan Priscilla (putih). Ragam jenis bunga gladiol adalah :a) Gladiolus gandavensis, berukuran besar, susunan bunga terlihat bertumpang

tindih, panjang 90-150 cm.b) Gladiolus primulinus. berukuran kecil, sangat menarik. Bertangkai halus tetapi

kuat dan panjangnya mencapai 90 cm.c) Gladiolus ramosus. Panjang tangkai bunga 100-300 cm.d) Gladiolus nanus. Tangkai bunga melengkung, dan panjang hanya 35 cm.

Page 92: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Beberapa kultivar bunga gladiol lainnya yang telah di uji di Indonesia adalah: RedMajesty, Priscilla, Oscar, Rose Supreme, Sanclere, Dr. Mansoer, Albino, Salem,Marah Api, Queen Occer, Ceker dan lain sebagainya

3. MANFAAT TANAMAN

Gladiol di produksi sebagai bunga potong yang mempunyai nilai ekonomi. Danmemiliki nilai estetika. Bunga potong juga merupakan sarana peralatan tradisional,agama, upacara kenegaraan dan keperluan ritual lainnya.

4. SENTRA PENANAMAN

Sentra produksi bunga gladiol di Indonesia untuk daerah Jawa Barat terdapat diParongpong (Bandung), Salabintana (Sukabumi) dan Cipanas (Cianjur). Di Jawatengah terdapat di daerah Bandungan (Semarang) sedangkan di Jawa Timur beradadi daerah Batu (Malang).

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

1) Gladiol membutuhkan curah hujan rata-rata 2.000-2500 mm/tahun. Di Indonesiagladiol dapat ditanam sepanjang tahun, baik pada musim kemarau maupun musimhujan.

2) Tanaman gladiol membutuhkan sinar matahari penuh untuk pertumbuhan danperkembangannya. Keadaan kurang optimal akan menyebabkan bungamengering dan floret tidak terbentuk secara normal. Kekurangan cahaya terjadipada waktu pembentukan daun ke 5, 6, dan 7, yang menyebabkan kekeringantampak pada kuncup bunga saja. Kultifat Eurovision, Peter, Friendship, Jessica,dan Mascagni kurang peka terhadap cahaya matahari.

2) Tanaman gladiol tumbuh baik pada suhu udara 10-25 derajat C. Suhu udara rata-rata kurang dari 10 derajat C akan menyebabkan pertumbuhan danperkembangan tanaman terhambat, jika berlangsung lama pertumbuhan tanamandapat terhenti. Suhu udara maksimum pertumbuhan gladiol adalah 27 derajat C,kadang-kadang dapat menyesuaikan diri sampai suhu udara 40 derajat C, bilakelembaban tanah dan tanaman relatif tinggi.

5.2. Media Tanam

1) Jenis tanah yang cocok untuk tanaman gladiol adalah andosol dan latosol yangsubur, gembur dan banyak mengandung bahan organik.

Page 93: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Tanaman bunga gladiol dapat tumbuh subur diatas tanah yang memiliki pH 5,5-5,9.

5.3. Ketinggian Tempat

Tanaman gladiol dapat tumbuh dengan baik di daerah ketinggian 500-1500 m dpldan beriklim sejuk.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

Bibit dapat berasal dari pembiakan generatif, vegetatif, dan kultur jaringan.Umumnya, pembibitan yang berasal dari vegetatif dan kultur jaringan lebih cepatdapat dipetik hasilnya dari pada pembibitan dengan cara generatif.

1) Persyaratan Benih

Bibit dari subang bibit yang baik menghasilkan bunga berdiameter minimum 2,5cm, kecuali untuk kultivar Golden Boy yang cukup berdiameter 1 cm. Bibit harusdipilih yang sehat, tidak cacat. Bibit vegetatif yang baik yang mempunyai dayakecambah lebih dari 90%. Bibit generatif harus berasal dari induk denganpertumbuhan baik dan cukup umur.

2) Penyiapan Benih

Perbanyakan generatif gladiol dengan biji, digunakan untuk mendapatkan kultivarbaru bukan untuk tujuan bibit produksi. Biji didapat dengan cara penyerbukanbuatan dibantu manusia.

Perbanyakan vegetatif gladiol dilakukan dengan menggunakan umbi (anaksubang), bibit belah (subang belah), kultur jaringan maupun suspensi sel. Umbidan anakan umbi diambil dari tanaman yang sudah dipanen. Teknik kultur jaringanmerupakan salah satu cara alternatif untuk menanggulangi kendala-kendaladalam perbanyakan secara konvensional. Bibit (subang) yang dibutuhkan untuk 1hektar lahan adalah sekitar 213.063 buah.

Subang dan anak subang yang akan dijadikan bibit tidak dapat segera tumbuh biladitanam meskipun pada lingkungan tumbuh yang cocok dan optimal, karenamemerlukan masa dormansi. Selama masa dormansi subang dan anak subangyang telah kering disimpan ditempat yang beraliran udara baik dan terhindar daricahaya matahari langsung. Subang yang telah dipisahkan dari batangnyadisimpan selama ± 2 minggu.

Page 94: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Teknik Penyemaian Benih

Biji gladiol dapat langsung disemai, tanpa mengalami masa dormansi, biji akanberkecambah setelah 7-12 hari. Daun yang tumbuh dari biji hanya berjumlah 1-2helai. Tanaman tumbuh sampai kira-kira 5 bulan dan menghasilkan anak subangyang berdiameter kurang dari 1 cm. Anak subang ini kemudian memasuki masadormansi.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Penanaman gladiol dengan bibit anak subang yang baru muncul dari stolon yangmenghubungkan subang induk dengan subang baru. Perbanyakan denganmenggunakan anak subang yang berdiameter sekitar 1,0 cm memerlukan 2 kalipenanaman untuk mencapai ukuran subang yang dapat menghasilkan bunga.Penanaman pertama dari anak subang tersebut memerlukan waktu sekitar 4bulan hingga panen subang kecil.

Subang kecil hasil panen pertama akan berdiameter sekitar 2 cm. Subang kecilsetelah dipanen akan mengalami masa dormansi minimal 3,5 bulan. Setelah masadormansi terlewati, subang kecil dapat ditanam kembali. Waktu yang diperlukanuntuk penanaman kedua kira-kira sama dengan waktu penanaman pertama.Subang dari panenan kedua akan berdiameter 3 cm dan merupakan bibit yangsiap berbunga. Untuk rata-rata setiap kultivar gladiol, anak subang yangberdiameter sekitar 1 cm akan menjadi subang bibit yang siap berbunga dalamwaktu 16 bulan.

5) Pemindahan Bibit

Bibit gladiol siap ditanam bila sudah melewati masa dormansinya dengan cirimunculnya akar berupa tonjolan kecil berwarna putih melingkar dibagian bawahsubang. Pecahnya dormansi juga ditandai dengan munculnya mata tunas. Bilatunas mencapai tinggi 1 cm, maka subang siap ditanam. Penanaman yangterlambat menyebabkan tunas semakin tinggi dan akar semakin panjang,sehingga akan terjadi kerusakan akar pada waktu penanaman,

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Lahan yang akan di tanami gladiol perlu di ukur pH tanahnya. Bila sesuai denganpH tanah yang disyaratkan, lakukan pengukuran luas lahan yang akan ditanami.Kemudian analisa jenis tanah, apa bila lahan tersebut sebelumnya pernahditanami gladiol sebaiknya tanah didiamkan minimal selama satu tahun.

Page 95: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Pembukaan Lahan

Lahan yang telah dianalisa, diukur dan dibersihkan dari gulma, batu-batuan, sertatanaman liar lain, kemudian bajak dan dicangkul sampai gembur. Pengolahanlahan sebaiknya dilakukan 2 minggu sebelum tanam.

3) Pembentukan Bedengan

Bila pemanenan bunga dilakukan setiap saat, maka lahan yang digunakansebaiknya dibuat beberapa petak. Pemetakan lahan dimaksudkan agar dapatdiatur mana untuk lahan yang akan diolah, ditanami, dan dipanen. Pada setiappetakan dibuat selokan (saluran air), agar drainase baik dan tanaman dapattumbuh dengan subur. Lahan selanjutnya diberi pupuk dasar agar tanah tidakkekurangan unsur haranya. Luas arel petakan dibuat sesuai dengan kebutuhan,Bila kebutuhan pasar sebanyak 1.000 tangkai setiap dua minggu, makadibutuhkan lahan seluas 600 m2. Lahan dibuat menjadi 7 petak dengan luas setiappetak 72 m2.

4) Pengapuran

Pengapuran dilakukan pada tanah yang memiliki derajat kemasaman tanah (pH)kurang dari 5,5.

5) Pemupukan

Pemberian pupuk dasar dilakukan pada saat tanam. Pupuk yang diberikan adalahyang mengandung unsur N, K, Ca dan P, yang diberikan sesuai dosis yangdianjurkan.

3.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Tanaman gladiol dapat ditanam dengan sistem guludan atau tanpa guludan. Jikapengairan menggunakan cara leb, maka penanaman sebaiknya dengan guludanagar air irigasi tidak merusak struktur tanah. Beberapa hal yang perlu diketahuidalam cara penanaman adalah tempat dan waktu penanaman serta jarak dankedalaman tanaman. Tempat penanaman gladiol harus terkena cahaya mataharilangsung. Atap plastik yang tembus cahaya dan bersih digunakan untukmenghindari kerusakan akibat hujan. Jadwal penanaman disesuaikan dengankebutuhan berkisar antara 60-80 hari, karena umur tanaman tergantung padakultivarnya.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Page 96: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Lubang tanam dibuat dengan mencangkul lahan sedalam 10-15 cm, untuk subangberdiameter ≥ 2,5 cm.

3) Cara Penanaman

Subang ditanam setelah masa dormansi sekitar 3,5 bulan. Cara penanamandengan guludan, yang disesuaikan dengan kedalaman tanam subang gladiol. Bilakedalaman 10-15 cm, maka tinggi guludan dibuat ≥ 15 cm dengan anggapanbahwa lapisan tanah atas lambat laun akan menurun. Bila dilakukan tanpaguludan maka sering kali tanaman rebah atau tangkai bunga bengkok yangmenyebabkan turunnya kualitas bunga.

Kerapatan tanaman perlu diperhatikan karena menentukan kekekaran tanamandan kualitas bunga. Jika jumlah tanaman per meter persegi terlalu banyak, makatanaman akan menjadi lemah dan panjang. Semakin kecil diameter subang makakerapatan tanam semakin besar. Untuk anak subang berdiameter kurang dari 1cm, biasanya ditanam dalam barisan pada guludan. Jarak tanam untuk subangberdiameter ≥ 4 cm adalah 20 x 20 cm sedangkan untuk subang yang berdiameterlebih kecil ditanam lebih rapat.

Dalam menentukan kedalaman tanam yang perlu diperhatikan adalah teksturtanah dan waktu tanam. Pada tekstur tanah yang berat, (tanah liat danberlempung) subang harus ditanam lebih dangkal dari pada tanah yang ringandan berpasir. Pada musim kemarau subang ditanami lebih dalam dibandingmusim penghujan. Suhu tanah akan lebih rendah pada tempat yang lebih dalam.Letak bibit yang dangkal, terutama pada tanah berpasir, akan mengakibatkantanaman mudah rebah.

4) Pemberian Ajir

Pemberian ajir pada tanaman bunga gladiol dilakukan apabila tanaman rebah atautangkai bunga bengkok yang menyebabkan turunnya kualitas bunga. Hal ini dapatterjadi bila penanaman bunga dilakukan tanpa menggunakan guludan.

3.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyiangan

Penyiangan gulma pada pertanaman anak subang penting karena gulma dapatmenutupi pertumbuhan anak subang sehingga pertumbuhan terhambat danmenyulitkan dalam pemanenan. Penyiangan biasa dilakukan sebelum pemberianpupuk N (saat berumur sekitar 25 hari setelah tanam) dan dilakukan tiga kalidalam satu siklus tanaman.

Page 97: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Pembubunan

Pembubunan dilakukan bersamaan waktunya dengan penyiangan, untuk menjagaagar subang baru yang tumbuh tidak terlihat di atas tanah.

3) Pemupukan

Tanaman gladiol memerlukan pemupukan agar tanaman tumbuh cepat danberproduksi dengan baik. Jumlah pupuk yang diberikan sangat bervariasitergantung pada tekstur tanah, keadaan lingkungan, curah hujan, pengairan dankandungan hara di dalam tanah. Pada tanah berpasir, diperlukan pemupukanlebih sering terutama pada musim penghujan. Pemupukan dilakukan dua kali(umur 20 hari dan 45 hari setelah penanaman).

Dosis pemupukan gladiol 90-135 kg N (diberikan sebagian dalam bentuk nitrat,sebagian lagi amonium), 90-180 kg P (sebagai P2O5) dan 110-180 kg K (sebagaiK2O) per hektar pada tanah berpasir. Pupuk diberikan tidak sekaligus, pertamasaat tanam, ( pupuk K dan P), setelah tanam membentuk 2-3 helai daun diberikanpupuk N sepertiga dosis. Pemberian pupuk N kedua dan ketiga masing-masingdilakukan pada saat mulai terbentuknya primordia bunga dan setelah panenbunga. Pemupukan terakhir sangat penting guna pembesaran subang danpembentukan anak subang. Pupuk yang digunakan biasanya TSP dan Urea,masing-masing sebanyak satu sendok teh untuk setiap tanam.

4) Pengairan dan penyiraman

Pengairan harus diperhatikan karena drainase berpengaruh terhadap tanaman.Penyiraman dilakukan hanya apabila tanah mulai kering (musim kemarau).

5) Waktu Penyemprotan Pestisida

Kerusakan tanaman gladiol dapat disebabkan oleh hama atau penyakit, yangdapat diatasi dengan pestisida yang tepat. Penanggulangan serangan hamadigunakan pestisida padat (Aldikarb), dengan dosis 300 gram/100 m2 air.Digunakan pestisida cair (Permetrin dan deltametrin) dosis 5 cc per 100 m2.Pemberantasan penyakit digunakan pestisida Procymidon, dosis 5 gram/100 m2,atau Kaptofol, dosis 400 gram/100 liter air. Pemberian pestisida sebaiknya setelahtanaman berumur 50 hari.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Thrips gladiol (Taeniothrips simplex / Mor)

Page 98: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Hama ini sering dijumpai disetiap area pertanaman gladiol di seluruh dunia, yangdapat menimbulkan kerusakan berat (di lapangan). Gejala: bercak-bercakberwarna keperak-perakan pada permukaan daun, merusak jaringan daun/bungadan mengisap cairan yang keluar dari bagian tanaman dengan menggunakan alatmulutnya. Tanaman yang terserang hama ini akan timbul bercak-bercak putih danakhirnya menjadi coklat dan mati. Serangga muda (nimfa) berwarna kuning pucatdan lebih suka makan pada bagian bunga dan kuncup. Panjang tubuh hamadewasa ± 2,5 mm, berbentuk ramping, pipih, berwarna coklat tua atau hitam.Pengendalian: dapat dilakukan dengan penyiangan gulma atau denganmenggunakan insektisida yang mengandung dimetoat, endusolfan, formothion,karbaril, merkaptodimetur dan metomil.

2) Kutu putih (Pseudococcus sp.)Gejala: menyerang umbi gladiol saat penyimpanan, dan di lapangan, denganmenusukan alat mulutnya kedalam umbi untuk menghisap cairan tanaman,sehingga tunas/akar terhambat pertumbuhannya dan gagal panen. Padaserangan berat umbi jadi keriput, kering dan mati. Ukuran tubuh serangga dewasabetina 4 mm dan mampu bertelur sampai 200 butir (diletakan berkelompok).Pengendalian: merendam subang dalam larutan insektisida 30-60 menit, yangmengandung bahan aktif asefat, nikotin, triazofos, kuinalfos dan lainnya.

3) Ulat pemakan daun (Larva Lepidoptera)Gejala: hama ini menyerang dengan membuat lubang-lubang pada permukaandaun dan bunga. Bentuk, warna, ukuran larva-larva sebagai minor pest padatanaman gladiol sangat bervariasi, tergantung pada spesiesnya. Panjang ulatfamili Lymantriidae mencapai 3,5-4,0 cm. Penanggulangan: menyemprotinsektisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis.

7.2. Penyakit

1) Layu fusarium (Penyakit busuk kering fusarium)Penyebab: cendawan F. oxysporum var. gladiol atau F. orthoceras var gladiol.Gejala: daun gladiol yang terserang menguning, agak memilin. Pada seranganyang lebih lanjut, pertumbuhan tanaman kerdil dan mudah patah. Pada subangyang terserang tampak bercak dan dalam keadaan lembab hifa patogen yangberwarna putih seperti kapas menutupi permukaan bercak tadi dan menjalarkebagian tanaman lainnya. Pengendalian: menyimpan subang ditempat tidaklembab serta merendam sebelum ditanam, kedalam larutan suspensi fungisidabenlate selama 30 menit.

2) Busuk keringPenyebab: cendawan Botrytis cinerea atau B. gladiolorum. Gejala: bungaberbintik-bintik, berkembang menjadi bercak-bercak, subang yang terserangbusuk daun bintik-bintik agak kelabu, kemudian berkembang menjadi bercak-bercak berwarna hitam keabu-abuan. Pengendalian: menganginkan

Page 99: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

(mengeringkan) subang yang dipanen sebelum disimpan pada tempat yang keringatau dengan menyemprotkan fungisida captan, zineb atau nabam.

3) Busuk kerasPenyebab: Septoria gladioli, Gejala: sama dengan gejala busuk kering, tetapiberbeda pada tubuh buah patogennya. Bintik-bintik kecil coklat tampak padapermukaan bagian bawah/bagian atas daun yang terserang patogen.Tanaman/bibit yang terserang patogen tersebut umumnya berasal dari anaksubang, sedang yang berasal dari subang jarang terserang. Pengendalian: samaseperti untuk busuk kering.

4) Busuk kubang (Busuk kapang biru)Penyebab: cendawan Penicillium gladioli yang termasuk patogen lemah. Patogenmasuk dan menginfeksi subang gladiol bila di bagian subang terdapat luka yangdisebabkan oleh serangga, alat-alat pertanian dan sebagainya. Gejala: padasubang yang terserang patogen tersebut terdapat lesio berwarna merahkecoklatan yang dalam waktu singkat bagian tersebut akan ditutupi kolonicendawan berwarna biru dan subang membusuk. Pengendalian: menyimpansubang dengan baik, setelah dikering udarakan dahulu, serta mencegah subangluka.

5) Hawar bakteriPenyebab: Xanthomonas gummisudan. Yang berkembang dengan cepat padakeadaan lingkungan yang basah atau drainase kurang baik. Gejala: ada bercak-bercak horizontal cekung berair berwarna hijau tua yang berubah menjadi coklatdan berkembang sampai menutupi hampir seluruh permukaan daun sampai daunkering. Patogen ditularkan melalui subang atau percikan air hujan. Pengendalian:memilih subang yang sehat dan merendam subang tanpa kulit selama 2 jamdalam suspensi larutan bakterisida.

8. PANEN

Budidaya bunga gladiol dapat diatur sedemikian rupa sehingga panen dapatdilakukan setiap minggu. Biasanya budidaya tanaman gladiol dilakukan berdasarkanpesanan pasar, sehingga panen dapat terus dilakukan pada waktu yang telahditentukan.

8.1. Ciri dan Umur Panen

Tanaman gladiol berbunga pada umur 60 - 80 hari setelah tanam, tergantung padakultivarnya. Bunga pertama akan mekar sekitar 10 hari setelah primordia bungamuncul.

Bunga dapat dipetik setelah warna dari 1 atau 2 floret terbawah telah dapat dilihatdengan jelas tetapi belum mekar. Jika kuncup bunga dibiarkan sampai mekar penuh,

Page 100: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

kerusakan akan mudah terjadi terutama selama pengemasan dan pengangkutan.Bila bunga dipanen terlalu awal, (sebelum floret terbawah menampakan warnabunga), maka akan ada kemungkinan bunga tidak dapat mekar dengan sempurna.

8.2. Cara Panen

Pemanenan dilakukan secara hati-hati dengan menyertakan 2-3 daun pada tangkaibunga dan menyisakan daun-daun pada tanaman sebanyak mungkin minimum 4daun. Pemotongan tangkai bunga dengan pisau tajam dan bersih supaya terhindardari kontaminasi jasad renik Jika menggunakan pisau tumpul, terjadi luka lebih lebarpada permukaan dasar tangkai bunga, memungkinkan terjadi infeksi.

8.3. Periode Panen

Bunga gladiol tergolong bunga yang mudah kehilangan air. Sebaiknya panen bungadilakukan pagi hari, karena saat tersebut bunga gladiol berturgor optimum.Kandungan karbohidrat yang rendah dapat diperbaiki dengan larutan pengawet yangmengandung gula.

Panen bunga tidak dianjurkan pada saat suhu udara tinggi (siang hari) atau padaturgor rendah, bunga basah oleh embun, hujan atau sebab lain. Bunga yang basahakan mudah terserang oleh cendawan Botrytis gladiolorum (blight), walaupun padakondisi suhu udara yang rendah.

8.4. Prakiraan Produksi

Untuk seluas 1 hektar akan menghasikan panen bunga ± sebanyak 200.000 potong.Budidaya bunga potong gladiol dapat diatur sedemikian rupa sehingga panen bunga(pemanenan terbanyak) dilakukan setiap minggu. Secara teknis dapat diatur denganpemetakan lahan, sehingga dalam satu saat terdapat lahan siap olah, siap tanam,dan siap panen.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Bunga gladiol sangat peka terhadap kekuatan gaya berat dan akan selalu cenderungmelengkung pada suhu udara tinggi, sehingga berakibat terjadinya perubahanbentuk dan penurunan kualitas. Oleh karena itu bunga potong gladiol yang dipanendikumpulkan dan diletakan tegak lurus diruangan pada suhu udara rendah (selamapenyimpanan/pengangkutan).

Page 101: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Setelah dipanen, dilakukan penyortiran dan penggolongan sesuai dengan ukuran.Bunga dibersihkan dari kotoran yang menempel, dengan hati-hati,(bila perlu) cukupdiperciki atau disemprot air saja. Hal ini menjaga agar mahkota bunga tidak rusak.

Bunga dipilih yang bagus bentuknya, tidak terkena penyakit atau luka, dikelompokansesuai dengan kebutuhan, (berdasarkan tingkat kesegaran/ukuran bunga).Penggolongan ini dimaksudkan untuk mempertahankan nilai jual sehingga bungayang bagus tidak turun harganya akibat tercampur dengan yang bunga gladiol yangberkualitas rendah.

9.3. Penyimpanan

Penyimpanan bertujuan untuk memperlambat proses kelayuan bunga sebelumsampai kekonsumen, biasanya dilakukan pada saat bunga:a) Baru saja dipetik, menunggu pemanenan selesai.b) Setelah dipanen tidak segera dijual/diangkut.c) Diperjalanan sebelum sampai kekonsumen.

Dalam tahap ini, bunga dikondisikan agar tetap segar, karena bunga potong sangatsensitif terhadap dehidrasi maka air yang hilang harus diimbangi dengan larutanperendam yang mengandung air dan senyawa lain yang diperlukan. Penyimpananberkaitan erat dengan suhu udara. Makin rendah suhu udara, makin lambat terjadipenurunan mutu. Suhu udara penyimpanan bunga yang berasal dari daerah tropikarelatif lebih tinggi, umumnya berkisar antara 0-5 derajat C.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Sistem pengemasan yang baik bertujuan melindungi bunga selama pengangkutandan sebagai sarana promosi yang dapat meningkatkan harga jual. Carapengemasan yang paling sederhana yaitu dengan membungkus tangkai bungadengan daun pisang, kemudian memasukan kedalam ember berisi air sehinggatangkai bunga tercelup dan membungkus bagian atas bunga dengan plastik yangsebelumnya sudah dilubangi. Pengemasan seperti ini umum dilakukan olehpedagang pengecer yang langsung berhubungan dengan konsumen. Pengemasanyang lebih baik biasa untuk bunga yang akan menempuh perjalanan atau untukpromosi, digunakan bahan pengawet adalah sukrosan dan 8-hydroxyquinolinecitrate.

Mengingat sifat bunga yang selalu dikonsumsi dalam keadaan segar dan bagusberpenampilan maka dituntut sistem pengangkutan yang bisa bergerak cepat. Faktoryang perlu diperhatikan yaitu suhu udara selama pengangkutan dan susunankemasan agar tidak terlalu tinggi serta tahan goncangan. Sarana pengangkutanbiasa menggunakan mobil box yang dilengkapi alat pengatur suhu udara.

Page 102: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya gladiol luas lahan 1 ha dalam 1 musim tanam yangdilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor.

1) Biaya produksi:1. Bibit: umbi bibit (subang) 190.000 bh @ Rp. 50,- Rp. 9.500.000,-2. Pupuk

- Pupuk buatan NPK: 100 kg @ Rp. 2000,- Rp. 200.000,-- (Urea, TSP, KCL): 834 kg @ Rp. 4.500,- Rp. 3.753.000,-

3. Tenaga kerja- Tenaga kerja sewa 120 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 1.200.000,-- Tenaga kerja keluarga 120 OH @ Rp. 15.000,- Rp. 1.800.000,-

4. Pestisida: 15 kg @ Rp. 75.000,- Rp. 1.125.000,-5. Sewa lahan/ha Rp. 1.500.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 19.078.000,-

2) Pendapatan: bunga potong (tangkai) 214.000 @ Rp. 100,- Rp. 21.400.000,-3) Keuntungan Rp. 2.322.000,-4) Parameter kelayakan usaha

1. Rasio output/input = 1,122

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Usaha tani gladiol merupakan usaha komersial karena sebagian besar produksinyaditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar atau konsumen. Berdasarkan haltersebut, pengkajian aspek Agro Ekonomi usaha tani gladiol mencakup kegiatanproduksi, konsumsi dan pemasaran.

Kebanyakan usaha tani gladiol dilakukan di daerah dataran tinggi sesudah tanamansayuran, tanaman padi dan tanaman hias lainnya (Warsito dan Sutater, 1889).Produksi per hektar bunga potong gladiol di tingkat petani baru mencapai 169.189tangkai dan produksi bibit (subang) mencapai 136.406 umbi (Ameriana, dkk., 1991).

Volume permintaan dalam negeri 127.200 tangkai per minggu (BCI dan Nehem,1987), terdapat kecenderungan bahwa permintaan terus meningkat. Untukmengimbangi permintaan konsumen, rumpang hasil produksi bunga harusditingkatkan demikian juga mutu bunga potongnya. Sampai saat ini DKI Jakartamasih merupakan pasar bunga potong terbesar dengan volume penjualanperminggu mencapai 54.700 tangkai dibandingkan dengan kota lainnya. Hal inisejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat, pembangunan, komplekperumahan, perkotaan, dan perkembangan pariwisata (Sutater dan Asandhi, 1991).

Page 103: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Pasar bunga potong asal Indonesia akhir-akhir ini cukup menggembirakan. TimDirektorat Bina Produksi Hortikultura (1988) mencatat bahwa peringkat ekspor bungake Eropa adalah bunga potong (43,38%), tanaman hias (38,65%), dan umbi bunga(12,26%). Dalam artikel “Indonesia Belum Tanggapi Dunia akan Permintaan BungaPotong Tropis” (1992) dicatat bahwa konsumsi bunga potong untuk kota-kota besarhingga kini masih didominasi oleh Jakarta, menyerap 60% dari total produksi bunganasional. Bisnis bunga mencapai Rp. 2,15 milyar per bulan atau 25,8 milyar pertahun di Jakarta terdapat 327 florist dan 227 kios penjual bunga. Dalam artikel “DariBisnis Asalan Menuju Industri Bunga “ (1993) dilaporkan bahwa konsumsi bungapotong 1992 di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang,Denpasar, Semarang, dan Ujung Pandang 1.928.000 tangkai, 1.283.250 tangkaiuntuk Jakarta, karena hotel-hotel di Jakarta sebulan menghabiskan biaya sebesarRp. 75.000 - Rp. 85 juta untuk pembelian bunga.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi meliputi: klasifikasi dan standar mutu, cara pengambilan contohdan pengemasan.

11.2.Diskripsi

Standar mutu bunga gladiol potong di Indonesia tercantum dalam standar NasionalIndonesia SNI 01–4479–1998

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Berdasarkan panjang tangkainya, bunga gladiol dikelompokan dalam lima kelas yaituSuper, Panjang, Medium, Pendek dan Mini.a) Kelas super: panjang tangkai > 95 cmb) Kelas panjang: panjang tangkai 76–94 cmc) Kelas medium: panjang tangkai 61–75 cmd) Kelas pendek: panjang tangkai 51–60 cme) Kelas mini: panjang tangkai 30–50 cm

Selain berdasarkan panjang tangkai, bunga gladiol dikelompokan berdasarkanpenampilan dan kondisi fisik lainnya sehingga terdapat bunga gladiol potong denganmutu kelas AA, A, B dan C.a) Panjang tangkai (cm): kelas AA>95; kelas A=76–94; kelas B=61-75; kelas C=51-

60.b) Jumlah minimum floret pertangkai: kelas AA=16; kelas A=14; kelas B=12; kelas

C=10.c) Keseragaman (%): kelas AA=100; kelas A=95: kelas B=95; kelas C<95.

Page 104: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d) Warna spesifik (%): kelas AA=100; kelas A=95; kelas B=95; kelas C<95.e) Bebas hama/penyakit (proses): kelas AA=100; kelas A=95; kelas B=95; kelas

C<95.f) Kelurusan tangkai: kelas AA lurus; kelas A lurus; kelas B sedang; kelas C kurang.g) Jumlah floret mulai mekar: kelas AA=1-2; kelas A=1–2; kelas B=2-3; kelas C=2–3.h) Kerusakan mekanis (%): kelas AA=0; kelas A=5; kelas B=10; kelas C>10.i) Benda asing/kotoran (%): kelas AA=0; kelas A=1; kelas B=2; kelas C=3.

Untuk mendapatkan jenis dan mutu yang sesuai dengan standar maka harusdilakukan pengujian yang meliputi:a) Penetapan panjang tangkai bunga

Hitung jumlah seluruh bunga contoh, ukur satu persatu bunga contoh, kemudianpisahkan bunga yang panjangnya tidak memenuhi syarat kelas yang disebutkandalam kemasan. Hitung jumlah seluruh bunga contoh yang panjangnya memenuhisyarat. Hitung presentase bunga yang panjangnya memenuhi syarat terhadapseluruh bunga contoh.

b) Penetapan jumlah floret per tangkai, jumlah floret mulai mekar, kerusakanmekanikHitung jumlah seluruh bunga contoh, hitung satu persatu jumlah floret per tangkaidari seluruh bunga contoh kemudian pisahkan tangkai bunga yang jumlahfloretnya tidak memenuhi syarat kelas yang disebutkan dalam kemasan. Hitungjumlah seluruh bunga contoh yang jumlah floret per tangkainya memenuhi syarat.Hitung prosentase bunga yang memenuhi syarat terhadap jumlah seluruh bungacontoh.

c) Penetapan keseragaman, warna spesifik dan bebas hamaHitung jumlah seluruh bunga contoh, amati satu per satu bunga contoh, lalupisahkan bunga yang tampak tidak seragam. Hitung jumlah bunga seragam danhitung prosentase bunga yang seragam terhadap jumlah seluruh bunga contoh.

d) Penetapan kelurusan tangkaiLetakan bunga gladiol yang diuji diatas meja kerja yang telah diberi garis lurussepanjang 1 meter atau lebih. Bagian pangkal tangkai yang lurus diletakan padagaris lurus tersebut, sementara itu bagian ujung tangkai yang melengkung akanmenjauhi garis lurus tadi. Ukur jarak ujung tangkai bunga terhadap garis lurusdiatas meja menggunakan mistar yang tersedia. Deviasi atau kurvaktur maksimal7,5 cm tergantung kelas.

e) Penetapan benda asingPisahkan dan kumpulkan benda asing yang dijumpai pada bunga atau dalamkemasan bunga contoh. Selanjurtya timbang benda asing tersebut dan jugaseluruh bunga contoh. Hitung presentase berat benda asing terhadap beratseluruh bunga contoh.

11.4.Pengambilan Contoh

Dari satu partai atau lot bunga gladiol yang terdiri atas maksimum 1.000 kemasan,contoh diambil secara acak sejumlah seperti tersebut berikut ini:a) Contoh yang diambil semua, jumlah kemasan bunga dalam partai 1–5.

Page 105: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 5, jumlah kemasan bunga dalam partai6–100.

c) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 7, jumlah kemasan bunga dalam partai101–300.

d) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 9, jumlah kemasan bunga dalam partai301–500.

e) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 10, jumlah kemasan bunga dalam partai501–1001.

Dari setiap kemasan contoh yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnyatiga tangkai bunga. Untuk kemasan contoh dengan isi kurang dari tiga tangkai,diambil satu tangkai. Dari sejumlah tangkai yang terkumpul kemudian diambil secaraacak contoh yang berjumlah sekurang-kurang lima tangkai diuji. Petugas pengambilcontoh harus memenuhi syarat, yaitu orang yang telah dilatih terlebih dahulu dandiberi wewenang untuk melakukan hal tersebut.

11.5.Pengemasan

Untuk pasar lokal, bunga gladiol boleh tidak dikemas, bunga diletakkan berdiri dalamember plastik yang diberi air perendam tangkai. Kedalam air perendam seyogyanyaditambahkan bahan pengawet bunga. Untuk pasar jarak jauh, bunga gladiolsebaiknya dikemas dengan keranjang bambu yang diberi lapisan daun pisang,lembaran plastik atau kertas. Untuk eksport bunga gladiol harus dikemas dengankotak karton yang sesuai dengan diberi lapisan plastik tipis atau kertas dibagiandalamnya. Ujung tangkai bunga diberi kapas yang dibasahi dengan larutanpengawet kemudian ditutup plastik. Jumlah bunga dalam tiap kemasan disesuaikandengan permintaan pasar.

Label atau gantungan (tag) yang menyertai setiap kemasan harus mudahdilihat/diambil dan berisi informasi.a) Produksi Indonesia.b) Nama perusahaan/eksportir.c) Nama kultivar.d) Kelas mutu.e) Jumlah bunga dalam kemasan.f) Berat kotor.g) Berat bersih.h) Identitas pembelian ditempat tujuan.i) Tanggal panen dan perkiraan daya tanah.j) Petunjuk penanganan (suhu udara, kelembaban) yang dianjurkan.

Page 106: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Rosa Widyawan, Bunga Potong (Tinjauan Literatur), Pusat Dokumentasi danInformasi Ilmiah (LIPI), Jakarta, 1994.

2) Rahardi, F., dan Sriwahyuni, Agribisnis Tanaman Hias, Penebar Swadaya, 19933) Agus Muharan dkk., Gladiol, Balai Penelitian Tanaman Hias (Badan Penelitian

dan Pengembangan), Jakarta, 1995

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 107: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

GERBERA / HEBRAS( Gerbera jamensonii )

1. SEJARAH SINGKAT

Gerbera merupakan tanaman bunga hias berupa herba tidak berbatang. MasyarakatIndonesia menyebut gerbera sebagai gebras atau hebras. Tanaman ini merupakansalah satu tanaman hias pendatang dari luar negri (introduksi) dan diduga berasaldari Afrika Selatan, Afrika Utara dan Rusia. Penemu tanaman gerbera adalah TraugGerber, seorang naturalis berkebangsaan Jerman yang melakukan ekspedisi keAfrika Selatan. Selanjutnya diketemukan gerbera hibrida oleh Jamenson. Berawaldari kedua penemu tersebut, tanaman gerbera dikukuhkan dengan nama Gerberajamessonii Bolus. Tanaman hias ini masuk ke Indonesia sekitar abad XIX bersamaandengan lintas perdagangan komoditi pertanian.

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi botani tanaman hias gerbera adalah sebagai berikut:Divisio : SpermatophytaSub Divisio : AngiospermaeFamili : Compositae/AsteraceaeGenus : Gerbera

Page 108: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Spesies : Gerbera jamensonii

Dari keragaman bentuk bunga, terutama struktur helai mahkota bunganya dikenalempat jenis gerbera yang telah dibudidayakan di Indonesia yaitu:a) Gerbara berbunga selapis: helai mahkota bunga tersusun selapis dan umumnya

berwarna merah, kuning dan merah jambu.b) Gerbera berbunga dua: helai mahkota tersusun bervariasi lebih dari satu. Lapis

helai mahkota bagian luar nampak sekali perbedaan susunannya. Contohberbunga lapis dua yaitu Gerbera jamensonii Fantasi Double Purple yangberwarna merah.

c) Gerbera berbunga tiga lapis: contoh dari bunga jenis ini adalah Gerberajamensonii Fantasi Triple Red yang berbunga dominan merah, kemudianbervariasi kuning atau hijau kekuningan.

d) Jenis gerbera yang dihasilkan oleh Holand Asia Flori Net di Belanda, denganukuran yang lebih besar dari ke tiga jenis di atas. Varitas yang ditanam adalahGerbara yustika (pink merah), Orange Jaffa (oranye cerah), Ventury (oranye tua).

3. MANFAAT TANAMAN

Selain sebagai bunga potong yang dapat tahan sampai 3 minggu, Tanaman hiasgerbera merupakan salah satu penghasil minyak atsiri untuk bahan baku industriminyak wangi, sabun dan kosmetik.

4. SENTRA PENANAMAN

Sentra penanaman bunga potong tanaman gerbera di Indonesia yaitu di daerahKaban Jahe, Barus Jahe, dan Simpang Empat (Sumatra Utara, Brastagi), Cipanas,Lembang dan Sukabumi (Jabar), Bandungan (Jateng), Batu dan Pujon (MalangJatim). Sentra produksi tanaman gerbera di dunia adalah negara Belanda danThailand.

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

1) Curah hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara1.900-2.800 mm/tahun.

2) Daerah yang paling baik adalah daerah yang beriklim sejuk dengan suhu udaraminimum 13,7-18 derajat C dan maksimum 19,5-30 derajat C. Suhu udara ideal diawal pertumbuhan 22 derajat C. Jika melebihi 35 derajat C, perkecambahan benihakan terganggu.

Page 109: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5.2. Media Tanam

1) Tanah yang baik untuk tanaman hias gerbera yaitu tanah lempung yang berpasir,subur dan banyak mengandung bahan organik atau humus.

2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya hebras berkisar5,5-6,0.

5.3. Ketinggian Tempat

Di Indonesia di tanam mulai dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggiantempat antara 560-1.400 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Benih

Tanaman diperbanyak dengan cara generatif dan vegetatif. Benih diseleksi daribiji yang memiliki daya kecambah atau daya tumbuh yang tinggi danberpenampilan bernas. Jika bibit dibeli dari toko, perhatikan tanggalkadaluarsanya.

Perbanyakan vegetatif menggunakan cara kultur jaringan/anakan. Bahan kulturjaringan menggunakan mata tunas lateral dari pohon atau batang tanamangerbera yang sehat dan dari jenis yang unggul.

Bibit anakan didapatkan dari rumpun tanaman gerbera yang anakannya banyak,induknya produktif berbunga, tumbuhnya normal, sehat dan berasal dari tanamanjenis unggul. Keperluan bibit anakan untuk ditanam di lahan terbuka 1 ha sekitar80.000-90.000 bila jarak tanam 25 x 40 cm.

2) Penyiapan Benih

Benih yang berasal dari biji disemaikan dahulu sebelum dipindahtanamkan kelapangan. Penyemaian dapat dilakukan pada bak-bak penyemaian atau pot-potkecil maupun pot yang berdiameter cukup besar. Sebaiknya media semai diberisungkup plastik agar kelembaban dan suhu udara tetap stabil serta terlindung darimatahari langsung.

Bibit yang didapat dari kultur jaringan yaitu mata tunas yang diambil dari jenisunggul segera dimasukan ke dalam wadah yang mengandung bahan sterilisasi

Page 110: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

yaitu Clorax 30 %. Lakukan sterilisasi selama 20 menit. Seusai sterilisasi denganClorax segera disterilisasi ulang dengan HgCL2 20 % selama 5 menit, kemudianbilas dengan air aquades steril 5 X.

Bibit yang dari anakan dipisahkan dari rumpun gerbera yang sudah dibersihkandari tanah, sebagian akar tangkai dan daun tua dibuang. Tiap bagian minimal satuanakan.

3) Teknik Penyemaian Benih

a) Penyemaian di bak persemaianPilihlah lokasi tempat semai yang mendapat sinar matahari pagi atau di dalamsuatu ruangan yang mendapat cahaya buatan 40 watt/m2. Siapkan mediasemai berupa campuran tanah yang subur halus, pasir dan pupuk kandangyang telah matang dengan perbandingan 1:1:1. Beri sungkup plastik putih tipisagar kelembaban mencapai 98%. Sebelum dimasukkan media semaimasukkan selapis pecahan batu bata atau genting kira-kira 1/3 bak pesemaian.Lalu isikan media semai 90 %.Semaikan benih gerbera secara merata. Setelah 5-7 hari, sungkup dibukaselama 1 jam pada pagi hari. Dari 7-10 hari setelah semai sungkup dibukaselama 3 jam/hari, kemudain bagian atas sungkup dibuka sampai 20 cm daripuncak untuk mendapatkan kelembaban 90 %. Pada saat umur bibit mencapai21 hari, di sore hari sungkup diangkat.

b) Penyemaian secara kultur jaringanSiapkan media dasar yaitu medium Murashige Skoog ditambah gula 30gram/liter, Vitamin B dan zat pengatur tumbuh kinetin 5 mg ditambah IAA 0,5mg/liter. PH sebelum dipanaskan diatur sekitar pH 5,7 dengan penambahanNaOH atau HCl 0,1 N. Medium dibuat padat dengan Difco Bacto Agar (DBA)sebanyak 7,5 gram/liter. Tanamkan mata tunas lateral, pada umur 45 hari matatunas majemuk mulai terbentuk. Bibit hasil kultur jaringan dipindahkan kepersemaian steril dan dipelihara sampai cukup besar. Selanjutnya bibitdipindahtanamkan ke persemaian biasa dengan komposisi media yang samadengan persemaian benih.

c) Penyemaian dengan anakanTanaman atau bibit anakan yang sudah dibersihkan dari tanah, akar-akar jugadaun tua ditanamkan di lahan pembibitan dengan jarak 5 X 10 Cm.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Pesemaian

Siram setiap hari 1 atau 2 kali tergantung cuaca. Pemupukan dilakukan 3 minggusetelah semai. Larutan pupuk terdiri dari 5-10 gram NPK dalam larutan air 10 liter,sedangkan pupuk daun konsentrasinya disesuaikan dengan anjuran.Penjarangan setelah umur 5-6 minggu.

Page 111: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) Pemindahan Bibit

Bibit yang berasal biji siap dipindahtanamkan setelah tanaman berdaun 3-5 helai.Bibit yang berasal dari kultur jaringan siap tanam apabila ukurannya cukup besar,sedangkan bibit yang dari anakan siap dipindahtanamkan setelah bibit cukup kuat.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Tentukan lahan yang strategis dan serasi, bersihkan dari gulma, kemudian olahtanah cukup dalam 30 cm hingga struktur tanah gembur. Biarkan tanah selama10-15 hari.

2) Pembukaan Lahan

Tanah diolah dengan teknik yang sama dengan persiapan di atas. Pasang tiangsetinggi 100-150 cm di sisi timur dan 80-100 cm di sisi barat. Naungi denganplastik bening.

3) Pembentukan Bedengan

Bentuk bedengan selebar 60-80 cm, tinggi 30 cm dan jarak antara bedengan 40-60 cm. Buat parit keliling untuk saluran pembuangan kelebihan air dan sekaligussebagai saluran irigasi waktu mengairi tanaman.

Naungan juga dapat dibuat sekaligus untuk 2 bedengan dengan tinggi sisi timurdan barat yang sama dengan naungan 1 bedengan. Di antara bedengan dipasangtiang setinggi 150-200 m sehingga atap berbentuk segi tiga.

4) Pengapuran

Pada tanah yang kemasaman tanahnya rendah (di bawah 5) perlu ditambahkankapur pertanian seperti dolomit, kalsit, atau Zeagro. Dosis kapur pertanianberkisar 1-4 ton/ha tergantung pH dan jenis tanahnya.

5) Pemupukan

Pada saat pembuatan bedengan tambahkan pupuk kandang sebanyak 20-30ton/ha yang disebar merata, kemudian dicampur dengan tanah sambil dibalikkan.Pemberian pupuk kandang dapat pula dengan cara per lubang tanam rata-rata200 gram per lubang atau 2-3 kg/m2 luas lahan.

Page 112: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Media pertumbuhan adalah campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang atausekam padi (1:1:1). Siapkan polybag berdiameter 15, 20, 25 dan 30 cm untukmenanam bibit sesuai dengan ukuran dan umurnya. Isi dasar polybag denganselapis pecahan bata merah/sekam, lalu diisi dengan media sampai 90 %. Pupukdasar berupa NPK yang diberikan sebanyak 2-4 gram/tanaman pada saat tanam.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Lubang tanam selebar dan sedalam daun cangkul pada jarak tanam 20-25 Cmdalam barisan dan 35-40 cm antar barisan. Waktu yang terbaik di pagi hari antarajam 06.00-09.00 atau sore antara 15.00-17.00.

2) Cara Penanaman

Basahi lubang tanam sampai lembab, tanamkan bibit secara tegak ditengah-tengah lubang tanam, sambil memadatkan tanah di sekitar pangkal tanaman.Siramlah bedengan sampai cukup basah.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Jika ada tanaman yang mati/rusak seawal mungkin segera disulam atau digantidengan tanaman yang baik pada lubang yang sama. Periode penyulamansebaiknya tidak melebihi umur 30 hari setelah tanam. Waktu penyulaman yangbaik pagi/sore hari .

2) Penyiangan

Ditujukan untuk membersihkan sekitar tanaman dari gulma dan sambilmenggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan pada 7-10 hari setelah tanam dan30-35 hari setelah tanam.

3) Perempalan

Perempalan dilakukan untuk membuang tunas/cabang yang sudah tua, mengeringmaupun yang terserang penyakit.

4) Pemupukan

Dilakukan secara rutin sebulan sekali. Jenis pupuk yang dianjurkan NPK sertaunsur mikro lainnya. Jumlah pupuk NPK diberikan 2-4 gram/tanaman denganperiode 1 kali dalam sebulan, sehingga untuk setiap hektarnya antara 200-400 kg.Cara pemberiannya dengan cara dibenamkan dalam larikan atau lubang diantara

Page 113: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

tanaman. Pupuk NPK dapat diberikan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi10 gram/10 liter air dan diberikan sebanyak 200-250 cc/tanaman dengan periodepemberian 10 hari sekali. Pupuk daun dapat diberikan sesuai anjuran.

5) Pengairan dan Penyiraman.

Pada fase awal pertumbuhan tanaman gerbera penyiraman dilakukan 1-2 kali.Pemberian air selanjutnya berangsur-angsur berkurang.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Ulat daun dan belalangPengendalian: dapat disemprot dengan insektisida seperti Decis 2,5 EC atauAgrimec 18 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.

7.2. Penyakit

1) Bercak daunPenyebab: jamur Cercospora gerberae Chuup et Viegas). Gejala: timbul bercak-bercak berwarna coklat, terbentuk bulat/tidak beraturan. Pengendalian:memotong/memangkas bagian-bagian yang terkena penyakit, memelihara sanitasikebun dan penyemprotan dengan fungisida seperti Dithane M-45, Antracol 70 WPdan Daconil 75 WP.

2) Kapang kelabu/grey MouldPenyebab: jamur Botrytis cinere Pers ex Fr.). Gejala: timbul busuk bunga, hinggakusut dan diliputi kapang yang berwarna kelabu. Pengendalian: sama denganpenyakit bercak daun.

3) Penyakit tepungPenyebab: jamur Erysiphe cichoracearum DC). Gejala: daun gerbera diliputi olehlapisan tepung, daun mengering dan gugur. Pengendalian: sama denganpenyakit bercak daun.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Bunga gerbera yang siap dipanen adalah kuntum bunganya telah mekar penuh atauketika bunga setengah sampai ¾ mekar. Pemanenan sekitar umur 6-8 bulan setelahtanam bibit asal dari biji, atau 3-5 bulan bila bibitnya berasal dari anakan.

Page 114: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8.2. Perkiraan Produksi

Pada pertanaman gerbera yang baik dan jenisnya unggul, tiap rumpun gerbera dapatmenghasilkan 5-15 kuntum atau sekitar 140 kuntum bunga per meter luas lahan pertahun.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Setelah bunga gerbera dipanen, dimasukkan ke dalam ember berisi air. Kemudiandisimpan di tempat yang teduh untuk melakukan sortasi.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Sortasi dilakukan pada tangkai bunga yang ukurannya abnormal dipisahkan secarasendiri. Ikat tangkai bunga dengan karet/tali lentur. Tiap ikatan 10-15 tangkai bungaatau menurut permintaan pasar maupun mempertimbangkan segi praktisnya dalampengangkutan serta penyimpanan.

9.3. Pengemasan dan Pengangkutan

Kemas ikatan bunga dalam wadah kotak karton ataupun keranjang plastik dan tutupluka bekas potongan dengan kapas untuk mempertahankan kesegaran. Simpandikontainer dan siap untuk diangkut.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan budidaya bunga gerbera seluas 1.000 m2 yang dilakukan pada tahun 1999di daerah Bandung.

1) Biaya produksi1. Sewa lahan 1.000 m2 selama 1 tahun Rp. 150.000,-2. Bangunan dengan naungan Rp. 3.000.000,-3. Bibit

- Bibit anakan 10.000 tanaman Rp. 2.500.000,-4. Pupuk

- Pupuk kandang 2.000 kg @ Rp. 100,- Rp. 200.000,-- NPK 400 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 800.000,-- Pupuk daun dan bunga Rp. 400.000,-

Page 115: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. Tenaga kerja- Pengolahan tanah dan pemupukan kandang 20 HKP Rp. 200.000,-- Pembuatan bangunan naungan 20 HKP Rp. 200.000,-- Penanaman 5 HKW Rp. 37.500,-- Pemeliharan tanaman 1 tahun 50 HKW + 5 HKP Rp. 425.000,-- Panen dan pasca panen 20 HKW + 5 HKP Rp. 200.000,-

6. Biaya cadangan Rp. 1.000.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 9.112.500,-

2) Pendapatan 8.000 tangkai, 10 bunga/th.x Rp.200,- Rp. 16.000.000,-3) Keuntungan per bulan Rp. 573.950,-4) Parameter kelayakan usaha

1. Rasio output/input = 1,756

Keterangan: HKP Hari kerja pria, HKW Hari kerja wanita.

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Di Indonesia tanaman hias gerbera belum berkembang pesat sebagai komoditaskomersial. Dalam program penelitian dan pengembangan hortikultura di Indonesiamengklasifikasikan tanaman hias gerbera adalah tanaman introduksi dari luar negri.Namun apabila tanaman hias gerbera berkembang baik di Indonesia pasti akandapat menjadi komoditas potensial/komoditas utama.

Prospek pengembangan budidaya tanaman gerbera dapat diandalkan karenapeminatnya di dalam negeri semakin banyak. Hal ini dapat dilihat dengandominannya bunga ini di dalam rangkaian bunga. Harga satu kuntum bunga gerberatermasuk mahal. 12 tangkai Gerbera berbunga dua lapis (introduksi luar negeri) yangsudah banyak dibudidayakan berharga Rp. 10.000,- di tingkat petani, sedangkan 10tangkai gerbera ex Holland berharga Rp. 15.000,- di tingkat petani.

Tanaman ini juga dapat menjadi komoditas ekspor, selain sebagai bunga potong,bahan baku industri minyak wangi, sabun dan kosmetik.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar meliputi klasifikasi , syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syaratpenandaan dan pengemasan.

11.2.Deskripsi

Page 116: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.3.Klasifikasi dan Mutu Standar

Mutu dan pengepakan bunga untuk ekspor ke pasaran Internasional sangatditentukan oleh negara pengimpor.

11.4.Pengambilan Contoh

Dari satu partai atau lot bunga gerbera yang terdiri atas maksimum 1.000 kemasan,contoh diambil secara acak sejumlah seperti tersebut dalam data di atas:a) Contoh yang diambil semua, jumlah kemasan bunga dalam partai 1–5.b) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 5, jumlah kemasan bunga dalam partai

6–100.c) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 7, jumlah kemasan bunga dalam partai

101–300.d) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 9, jumlah kemasan bunga dalam partai

301–500.e) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 10, jumlah kemasan bunga dalam partai

501–1001.

Dari setiap kemasan contoh yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnyatiga tangkai bunga. Untuk kemasan contoh dengan isi kurang dari tiga tangkai,diambil satu tangkai. Dari sejumlah tangkai yang terkumpul kemudian diambil secaraacak contoh yang berjumlah sekurang-kurang lima tangkai diuji. Petugas pengambilcontoh harus memenuhi syarat, yaitu orang yang telah dilatih terlebih dahulu dandiberi wewenang untuk melakukan hal tersebut.

11.5.Pengemasan

Ikatan bunga diselubungi dengan kertas khusus sleeves yang menutupi seluruhbagian bunga kecuali kuntum bunga bagian atas. Pangkal tangkai bunga diremdamdalam larutan pengawet misalnya larutan gula 6%. Tempat perendaman bersuhuudara dingin yaitu sekitar 14-25 derajat C selama 4 jam.

Bunga yang telah diselubungi dikemas di dalam kardus karton/keranjang plastikdengan posisi tegak. Pengangkutan dilakukan dengan kendaraan berpendingin padasuhu udara 7-8 derajat C dengan kelembaban udara 60-65%.

Page 117: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Rahmat Rukmana, Ir,. 1995. Gerbera. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.2) Bonus Trubus No. 327. 1997. Bunga-bunga Pot Populer.3) Trubus No. 293. 1994.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 118: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

JAGUNG( Zea mays L. )

1. SEJARAH SINGKAT

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian darikeluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrikamelalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orangPortugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belandamenamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.

2. JENIS TANAMAN

Sistimatika tanaman jagung adalah sebagai berikut:Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)Classis : Monocotyledone (berkeping satu)Ordo : Graminae (rumput-rumputan)Familia : GraminaceaeGenus : ZeaSpecies : Zea mays L.

Jenis jagung dapat dikelompokkan menurut umur dan bentuk biji.

a) Menurut umur, dibagi menjadi 3 golongan:

Page 119: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1. Berumur pendek (genjah): 75-90 hari, contoh: Genjah Warangan, GenjahKertas, Abimanyu dan Arjuna.

2. Berumur sedang (tengahan): 90-120 hari, contoh: Hibrida C 1, Hibrida CP 1dan CPI 2, Hibrida IPB 4, Hibrida Pioneer 2, Malin,Metro dan Pandu.

3. Berumur panjang: lebih dari 120 hari, contoh: Kania Putih, Bastar, Kuning,Bima dan Harapan.

b) Menurut bentuk biji, dibagi menjadi 7 golongan:1. Dent Corn2. Flint Corn3. Sweet Corn4. Pop Corn5. Flour Corn6. Pod Corn7. Waxy Corn

Varietas unggul mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek, tahan seranganpenyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul ini dapatdibedakan menjadi dua, yaitu: jagung hibrida dan varietas jagung bersari bebas.

Nama beberapa varietas jagung yang dikenal antara lain: Abimanyu, Arjuna, Bromo,Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru, Hibrida C 1 (HibridaCargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin, Metro, Nakula, Pandu,Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor Composite-2.

3. MANFAAT TANAMAN

Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. DiIndonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelahpadi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutanke 3 setelah gandum dan padi. Di Daerah Madura, jagung banyak dimanfaatkansebagai makanan pokok.

Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya. Tanamanjagung banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapatdimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan antara lain:a) Batang dan daun muda: pakan ternakb) Batang dan daun tua (setelah panen): pupuk hijau atau komposc) Batang dan daun kering: kayu bakard) Batang jagung: lanjaran (turus)e) Batang jagung: pulp (bahan kertas)f) Buah jagung muda (putren, Jw): sayuran, bergedel, bakwan, sambel goreng

Page 120: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

g) Biji jagung tua: pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun,bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan bakuindustri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri textil.

4. SENTRA PENANAMAN

Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah,Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, SulawesiUtara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus di Daerah Jawa Timur dan Madura,budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah daniklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya.

5. SYARAT PERTUMBUHAN

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri denganlingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkunganyang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisitanah yang agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendakibeberapa persyaratan.

5.1. Iklim

a) Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah.Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40derajat LS.

b) Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curahhujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaandan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknyajagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau.

c) Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanamanjagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, danmemberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.

d) Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagipertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 derajatC. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocoksekitar 30 derajat C.

e) Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripadamusim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji danpengeringan hasil.

Page 121: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5.2. Media Tanam

a) Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapattumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus.

b) Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunungberapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat(grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik denganpengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan teksturlempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya.

b) Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur haratanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalahpH antara 5,6 - 7,5.

c) Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalamkondisi baik.

d) Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena disanakemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengantingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu.

5.3. Ketinggian Tempat

Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerahpegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah denganketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagipertumbuhan tanaman jagung.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Benih

Benih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisikmaupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidaktercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hamadan penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benihbersertifikat. Pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung padakesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih.

Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yanglebih tinggi. Tetapi jagung hibrida mempunyai beberapa kelemahan dibandingkanvarietas bersari bebas yaitu harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapatdigunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapavarietas unggul jagung untuk dipilih sebagai benih adalah: Hibrida C 1, Hibrida C2, Hibrida Pioneer 1, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, Arjuna, Baster

Page 122: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit,Sadewa, Nakula. Selain itu, jenis-jenis unggul yang belum lama dikembangkanadalah: CPI-2, BISI-1, BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1 dan Semar 2(semuanya jenis Hibrida).

2) Penyiapan Benih

Benih dapat diperoleh dari penanaman sendiri yang dipilih dari beberapa tanamanjagung yang sehat pertumbuhannya. Dari tanaman terpilih, diambil yangtongkolnya besar, barisan biji lurus dan penuh tertutup rapat oleh klobot,dan tidak terserang oleh hama penyakit. Tongkol dipetik pada saat lewat fasematang fisiologi dengan ciri: biji sudah mengeras dan sebagian besar daunmenguning. Tongkol dikupas dan dikeringkan hingga kering betul. Apabila benihakan disimpan dalam jangka lama, setelah dikeringkan tongkol dibungkus dandisimpan dan disimpan di tempat kering. Dari tongkol yang sudah kering, diambilbiji bagian tengah sebagai benih. Biji yang terdapat di bagian ujung dan pangkaltidak digunakan sebagai benih. Daya tumbuh benih harus lebih dari 90%, jikakurang dari itu sebaiknya benih diganti. Benih yang dibutuhkan adalahsebanyak 20-30 kg untuk setiap hektar.

3) Pemindahan Benih

Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida sepertiBenlate, terutama apabila diduga akan ada serangan jamur. Sedangkan biladiduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkanke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik sepertiFuradan 3 G.

6.2. Pengolahan Media Tanam

Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikankondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainasedan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembabtetapi tidak terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum.

1) Persiapan

Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agardiperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akanditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudiandiratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak.Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.

Page 123: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Pembukaan Lahan

Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanamansebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunyadikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan danpengolahan tanah dengan bajak.

3) Pembentukan Bedengan

Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisantanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuatterutama pada tanah yang drainasenya jelek.

4) Pengapuran

Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yangdiberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberiandilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisantanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/haper musim tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman.

5) Pemupukan

Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukupmaka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangatbergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosisrata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha.Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:a) Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan

saat tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutuptanah;

b) Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikansetelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanamsedalam 10 cm lalu di tutup tanah;

c) Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanaman

Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan polatanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yangtersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosialekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusunselama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan

Page 124: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yangditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curahhujan. Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut:

a) Tumpang sari (Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umursama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai;tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.

b) Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahundengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntunganmaksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kacang tanah, ubi kayu.

c) Tanaman Bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan cara menyisipkan satuatau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yangbersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah,waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.

d) Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanamandan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadisatu Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh:tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan agarbenih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm,dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih.

Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjangumurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas.Jagung berumur dalam/panjang dengan waktu panen ≥ 100 hari sejakpenanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagungberumur sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1tanaman/lubang). Sedangkan jagung berumur pendek (panen < 80 hari), jaraktanamnya 20x50 cm (1 tanaman/lubang). Kedalaman lubang tanam yaitu antara 3-5 cm.

3) Cara Penanaman

Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat jugadigunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman.

Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat airberlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampirberakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersediaselama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanahdalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairidahulu, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubangtanaman dan penanaman biasanya memerlukan 4 orang (2 orang membuatlubang, 1 orang memasukkan benih, 1 orang lagi memasukkan pupuk dasar dan

Page 125: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

menutup lubang). Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yangdikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan3 biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yangdimasukkan 2 butir benih per lubang.

4) Lain-lain

Di lahan sawah irigasi, jagung biasanya ditanam pada musim kemarau. Di sawahtadah hujan, ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awalmusim hujan dan akhir musim hujan.

6.4. Pemeliharaan

1) Penjarangan dan Penyulaman

Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuaidengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkanyang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi.Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau guntingyang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsungtidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkantumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati.Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih sertaperlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulamanhendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman palinglambat dua minggu setelah tanam.

2) Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu(gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanamanjagung yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dansebagainya. Yang penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakarantanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah.Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

3) Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untukmemperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itujuga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karenaadanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu,bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiribarisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga

Page 126: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

biasanya pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitusetelah tanaman berumur 1 bulan.

4) Pemupukan

Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50-100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama(pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahapkedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikansetelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.

5) Pengairan dan Penyiraman

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telahlembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agartanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukanlebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunantanaman jagung.

6) Waktu Penyemprotan Pestisida

Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yangdapat membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakanyaitu pestisida yang dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaanpenyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkatpopulasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

a) Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)Gejala: daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitanatau bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadilayu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibitdengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan dabbergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjanglalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergilirantanaman akan sangat membantu memutus siklus hidup lalat bibit, terutamasetelah selesai panen jagung; (2) tanaman yang terserang lalat bibit harus segeradicabut dan dimusnahkan, agar hama tidak menyebar; (3) kebersihan di sekitarareal penanaman hendaklah dijaga dan selalu diperhatikan terutama terhadaptanaman inang yang sekaligus sebagai gulma; (4) pengendalian secara kimiawi

Page 127: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

insektisida yang dapat digunakan antara lain: Dursban 20 EC, Hostathion 40 EC,Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan Promet 40 SD sedangkan dosispenggunaan dapat mengikuti aturan pakai.

b) Ulat pemotongGejala: tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm diataspermukaan tanah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batangnya,akibatnya tanaman jagung yang masih muda itu roboh di atas tanah. Penyebab:beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A. ipsilon); Spodoptera litura,penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung(Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) bertanam secara serentak pada arealyang luas, bisa juga dilakukan pergiliran tanaman; (2) dengan mencari danmembunuh ulat-ulat tersebut yang biasanya terdapat di dalam tanah; (3) sebelumlahan ditanami jagung, disemprot terlebih dahulu dengan insektisida.

7.2. Penyakit

a) Penyakit bulai (Downy mildew)Penyebab: cendawan Peronosclero spora maydis dan P. spora javanica serta P.spora philippinensis. yang akan merajalela pada suhu udara 27 derajat C ke atasserta keadaan udara lembab. Gejala: (1) pada tanaman berumur 2-3 minggu,daun runcing dan kecil, kaku dan pertumbuhan batang terhambat, warnamenguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2)pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman yang terserang mengalamigangguan pertumbuhan, daun berubah warna dan perubahan warna ini dimulaidari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanamandewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1)penanaman dilakukan menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam danpola pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul; (3) dilakukan pencabutantanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan.

b) Penyakit bercak daun (Leaf bligh)Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampakbercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat,bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semulabercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaandaun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman hendaknya selaludilakukan guna menekan meluasnya cendawan; (2) mekanis dengan mengaturkelembaban lahan agar kondisi lahan tidak lembab; (3) kimiawi dengan pestisidaantara lain: Daconil 75 WP, Difolatan 4 F.

c) Penyakit karat (Rust)Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan Puccinia polypora Underw.Gejala: pada tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah tua terdapat titik-titiknoda yang berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk yang

Page 128: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini kemudian berkembang danmemanjang, kemudian akhirnya karat dapat berubah menjadi bermacam-macambentuk. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban pada areal tanam; (2)menanam varietas unggul atau varietas yang tahan terhadap penyakit; (3)melakukan sanitasi pada areal pertanaman jagung; (4) kimiawi menggunakanpestisida seperti pada penyakit bulai dan bercak daun.

d) Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung,Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: pada tongkol ditandai denganmasuknya cendawan ini ke dalam biji sehingga terjadi pembengkakan danmengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkusterdesak hingga pembungkus rusak dan kelenjar keluar dari pembungkus danspora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban areal pertanamanjagung dengan cara pengeringan dan irigasi; (2) memotong bagian tanamankemudian dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur dengan fungisidasecara merata hingga semua permukaan benih terkena.

e) Penyakit busuk tongkol dan busuk bijiPenyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae(Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapatdiketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merahjambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawomatang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas unggul, dilakukan pergilirantanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) penyemprotan denganfungisida setelah ditemukan gejala serangan.

8. PANEN

Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung daritujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung jugadapat dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masakkering/masak mati.

8.1. Ciri dan Umur Panen

Ciri jagung yang siap dipanen adalah:a) Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.b) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai

dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.c) Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.

Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh.Saat itu diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar,dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila

Page 129: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

biji dipijit tidak terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untukmakanan pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung dan berbagai keperluanlainnya dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya: sebagian besar daundan kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklatkehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijitdengan kuku, tidak meninggalkan bekas.

8.2. Cara Panen

Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar tongkolberikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung.Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat mesinpemetikan.

8.3. Periode Panen

Pemetikan jagung pada waktu yang kurang tepat, kurang masak dapatmenyebabkan penurunan kualitas, butir jagung menjadi keriput bahkan setelahpengeringan akan pecah, terutama bila dipipil dengan alat. Jagung untuk keperluansayur, dapat dipetik 15 sampai dengan 21 hari setelah tanaman berbunga.Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus, tidak harus menunggusampai biji masak, tetapi dapat dilakukan ± 4 minggu setelah tanaman berbungaatau dapat mengambil waktu panen antara umur panen jagung sayur dan umurpanen jagung masak mati.

8.4. Prakiraan Produksi

Produksi jagung di suatu negara sering mengalami pasang surut. Hal ini dapat terjadisebagai akibat perubahan areal penanaman jagung. Namun demikian denganditemukannya varietas-varietas unggul sebagai imbangan berkurangnya lahan, makatotalitas produksi tidak akan terlalu berubah. Irigasi dan pemupukan sangat pentinguntuk mendapatkan produksi yang baik. Walaupun potensi hasil cukup tinggi, carauntuk mendapatkan produksi pada tingkat optimal yang dilakukan oleh petani, barumemberikan hasil 17 ton/ha.

9. PASCAPANEN

Setelah jagung dipetik biasanya dilakukan proses lanjutan yang merupakanserangkaian pekerjaan yang berkaitan dan akhirnya produk siap disimpan ataudipasarkan.

Page 130: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9.1. Pengupasan

Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikanselesai. Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkoldapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan bijiatau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan ataumemperingan pengangkutan selama proses pengeringan. Untuk jagung masak matisebagai bahan makanan, begitu selesai dipanen, kelobot segera dikupas.

9.2. Pengeringan

Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisionaljagung dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9–11 %.Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukandi lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung.

Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk menghemat tenagamanusia, terutama pada musim hujan. Terdapat berbagai cara pengeringan buatan,tetapi prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air di dalam biji dengan panaspengeringan sekitar 38-43 derajat C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13 %.Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhusesuai dengan kadar air biji jagung yang diinginkan.

9.3. Pemipilan

Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat menggunakan tanganatau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada dasarnya “memipil”jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-bijidari tempat pelekatan. Jagung melekat pada tongkolnya, maka antara biji dantongkol perlu dipisahkan.

9.4. Penyortiran dan Penggolongan

Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoranatau apa saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan kualitas jagung.Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah,biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu pengumpilan. Tindakan inisangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan serangan jamur dan hamaselama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat memperbaiki peredaranudara.

Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sebagai benih terutama untukpenanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan keseragaman bentukdan ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat penting untuk menambah efisiensipenanaman dengan mesin. Ada berbagai cara membersihkan atau memisahan

Page 131: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara ditampi seperti padaproses pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya dengan luas lahan penanaman 1 ha, jenis jagungHibrida C1 pada tahun 1999 per musim tanam (3 bulan) di daerah Jawa Barat:

a) Biaya produksi1. Sewa 1 hektar per musim tanam Rp. 375.000,-2. Bibit: benih jagung 20 kg @ Rp. 15.000,- Rp. 300.000,-3. Pupuk

- Urea: 300 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 450.000,-- SP 36: 100 kg @ Rp.1.900,- Rp. 190.000,-- KCl: 50 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 82.500,-

4. Pestisida- Insektisida: 2 liter @ Rp. 50.000,- Rp. 100.000,-

5. Tenaga kerja- Pengolahan lahan Rp. 450.000,-- Penanaman: 20 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 200.000,-- Penyiangan dan pembumbunan (borongan) Rp. 50.000,-- Pemupukan: 20 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 200.000,-- Pemeliharaan lain Rp. 50.000,-

6. Panen Rp. 150.000,-7. Biaya lain-lain Rp. 100.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 2.697.500,-

b) Pendapatan: 5.500 kg.@ Rp. 650,- Rp. 3.575.000,-

c) Keuntungan bersih Rp. 877.500,-

d) Parameter kelayakan usaha1. Rasio B/C = 1,325

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Berdasarkan statistik yang ada permintaan produk jagung nasional belum dapatmemenuhi kebutuhan industri di dalam negeri. Impor jagung jumlahnya sudah cukupbesar terutama dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak yangsedang berkembang dewasa ini.

Page 132: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi tanaman jagung meliputi: standar klasifikasi, syarat mutu, carapengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, pengemasan dan rekomondasi.

11.2.Diskripsi

Standar mutu jagung di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI01-03920-1995.

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Berdasarkan warnanya, jagung kering dibedakan menjadi jagung kuning (bilasekurang-kurangnya 90% bijinya berwarna kuning), jagung putih (bila sekurang-kurangnya bijinya berwarna putih) dan jagung campuran yang tidak memenuhisyarat-syarat tersebut. Dalam perdagangan internasional, komoditi jagung keringdibagi dalam 2 nomor HS dan SITC berdasarkan penggunaannya yaitu jagung benihdan non benih.

a) Syarat Umum1. Bebas hama dan penyakit.2. Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya.3. Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida.4. Memiliki suhu normal.

b) Syarat Khusus1. Kadar air maksimum (%): mutu I=14; mutu II=14; mutu III=15; mutu IV=17.2. Butir rusak maksimum (%): mutu I=2; mutu II=4; mutu III=6; mutu IV=8.3. Butir warna lain maksimum (%): mutu I=1; mutu II=3; mutu III=7; mutu IV=10.4. Butir pecah maksimum (%): mutu I=1; mutu II=2; mutu III=3; mutu IV=3.5. Kotoran maksimum (%): mutu I=1; mutu II=1; mutu III=2; mutu IV=2.

Untuk mendapatkan standar mutu yang disyaratkan maka dilakukan beberapapengujian diantaranya:a) Penentuan adanya hama dan penyakit, baru dilakukan dengan cara organoleptik

kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera pengelihatan danpenciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperbolehkan.

b) Penentuan adanya rusak, butir warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukandengan cara manual dengan pinset dengan contoh uji 100 gram/sampel.Persentase butir-butir warna lain, butir rusak, butir pecah, kotoran ditetapkanberdasarkan berat masing-masing komponen dibandingkan dengan berat contohanalisa x 100 %

Page 133: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c) Penentuan kadar air biji ditentukan dengan moisturetester electronic atau “AirOven Methode” (ISO/r939-1969E atau OACE 930.15). Penentuan kadar aflatoxinadalah racun hasil metabolisme cendawan Aspergilus flavus, Aflatoxin disiniadalah jumlah semua jenis aflatoxin yang terkandung dalam biji-biji kacang tanah.

11.4.Pengambilan Contoh

Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karungmaksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung diambilcontoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehinggamerata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara inidilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh inidisegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram.

11.5 Pengemasan

Pengemasan dengan karung harus mempunyai persyaratan bersih dan dijahitmulutnya, berat netto maksimum 75 kg. dan tahan mengalami “handling” baik waktupemuatan maupun pembongkaran.

Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang amanyang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain:a) Produce of Indonesia.b) Daerah asal produksi.c) Nama dan mutu barang.d) Nama perusahaan/pengekspor.e) Berat bruto.f) Berat netto.g) Nomor karung.h) Tujuan.

12. DAFTAR PUSTAKA

a) AAK. (1993). Teknik Bercocok Tanam Jagung. Yogyakarta. Kanisius.b) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (1998). Budidaya Kedelai dan Jagung.

Palangkaraya. Departemen Pertanian.c) Capricorn Indo Consult. (1998). Studi Tentang Agroindustri & Pemasaran

JAGUNG & KEDELAI di Indonesia.d) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (1988). Jagung Bogor.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertaniane) Saenong, Sania. (1988). Teknologi Benih Jagung. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian.

Page 134: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 17/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

f) Sutoro; Yogo Sulaeman; Iskandar. (1988). Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan. Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

g) Warisno (1998). Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta. Kanisius.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, ProyekPEMD, BAPPENAS

Editor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 135: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

JAHE ( Zingiber Officinale )

1. SEJARAH SINGKAT Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain.

Nama daerah jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.

2. URAIAN TANAMAN 2.1 Klasifikasi Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Zingiber Species : Zingiber officinale

2.2 Deskripsi

Page 136: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 – 4 mm ; bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 – 10 mm, dan tidak berbulu; seludang agak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 – 3 kali lebarnya, sangat tajam ; panjang malai 3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm ; gagang bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang terdapat 5 – 7 buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 – 5 cm; daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 – 1,75 cm ; mahkota bunga berbentuk tabung 2 – 2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 – 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 – 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai putik 2 2.3 Jenis Tanaman Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu : 1) Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak

Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.

2) Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.

3) Jahe merah Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil. sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.

3. MANFAAT TANAMAN Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai

Page 137: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri dan koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain-lain. Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu. 4. SENTRA PENANAMAN Terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun dan di pekarangan. Pada saat ini jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia.

5. SYARAT PERTUMBUHAN 5.1. Iklim 1) Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara

2.500-4.000 mm/tahun. 2) Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar

matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.

3) Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20-35 oC. 5.2. Media Tanam 1) Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan

banyak mengandung humus. 2) Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah

laterik. 3) Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4.

Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0. 5.3. Ketinggian Tempat 1) Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-

2.000 m dpl.

Page 138: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

2) Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl. 6. PEDOMAN BUDIDAYA 6.1. Pembibitan 1) Persyaratan Bibit

Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain: a. Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar). b. Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan). c. Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka

atau lecet. 2) Teknik Penyemaian Bibit

Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan. a. Penyemaian pada peti kayu

Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.

b. Penyemaian pada bedengan Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah.

Page 139: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.

3) Penyiapan Bibit

Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.

6.2. Pengolahan Media Tanam 1) Persiapan Lahan

Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syarat-syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.

2) Pembukaan Lahan Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.

3) Pembentukan Bedengan Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.

4) Pengapuran Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji. a. Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha. b. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha. c. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.

6.3. Teknik Penanaman

Page 140: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

1) Penentuan Pola Tanaman

Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi dan produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut: a. Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga. b. Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman. c. Meningkatkan produktivitas lahan. d. Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya

pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu). Praktek di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.

2) Pembutan Lubang Tanam Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.

3) Cara Penanaman Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.

4) Perioda Tanam

Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.

6.4. Pemeliharaan Tanaman 1) Penyulaman

Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.

2) Penyiangan

Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.

Page 141: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

3) Pembubunan

Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.

4) Pemupukan

a. Pemupukan Organik Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.

b. Pemupukan Konvensional

Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman

Page 142: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

5) Pengairan dan Penyiraman Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;

6) Waktu Penyemprotan Pestisida Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.

7. HAMA DAN PENYAKIT 7.1. Hama Hama yang dijumpai pada tanaman jahe adalah: 1) Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang. 2) Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan

tanaman jahe menjadi kering dan mati. 3) Kumbang. 7.2. Penyakit 1) Penyakit layu bakeri

Gejala: Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat dan menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk dan akhirnya tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yang sakit itu berwarna gelap dan sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan dan yang paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yang dingin, genangan air dan kondisi tanah yang terlalu lembab. Pengendalian: § jaminan kesehatan bibit jahe; § karantina tanaman jahe yang terkena penyakit; § pengendalian dengan pengolahan tanah yang baik; § pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)

2) Penyakit busuk rimpang

Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C dan terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk. Gejala: Daun bagian bawah yang berubah menjadi kuning lalu layu dan akhirnya tanaman mati. Pengendalian:

Page 143: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

§ penggunaan bibit yang sehat; § penerapan pola tanam yang baik; § penggunaan fungisida.

3) Penyakit bercak daun

Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka. Gejala: Pada daun yang bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercak-bercak itu berwarna abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yang terserang bisa mati. Pengendalian: baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan di atas.

7.3. Gulma Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya. 7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organik Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb: 1) Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit

unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman

2) Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami 3) Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan

hama dan penyakit. 4) Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia. 5) Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya

tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.

6) Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.

Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:

Page 144: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

1) Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.

2) Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.

3) Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.

4) Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.

5) Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.

6) Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.

8. PANEN 8.1. Ciri dan Umur Panen Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua. Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 15 hari atau lebih. 8.2. Cara Panen Cara panen yang baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar. 8.3. Periode Panen

Page 145: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya. 8.4. Perkiraan Hasil Panen Produksi rimpang segar untuk klon jahe gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan untuk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar. 9. PASCAPANEN 9.1. Penyortiran Basah dan Pencucian

Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

9.2. Perajangan

Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong. 9.3. Pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi.

Page 146: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan

9.4. Penyortiran Kering.

Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya). 9.5. Pengemasan

Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

9.6. Penyimpanan

Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang. 10.ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN 10.1. Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis usaha budidaya jahe seluas 1 ha; yang dilakukan petani pada tahun 1999 di daerah Bogor. 1) Biaya produksi

2) Bibit: 2.000 bh @ Rp. 1.700,- = Rp. 3.400.000,- b. Pupuk § Pupuk buatan:

Urea 165 kg @ Rp. 1.100, = Rp. 181.500,- TSP 160 kg @ Rp. 1800,- = Rp. 288.000,- KCl 160 kg @ Rp. 1.600,- = Rp. 256.000,-

§ Pupuk kandang 3.000 kg @ Rp. 150,- = Rp. 750.000,- c. Obat 20 kg @ Rp. 15.000,- Rp. 300.000,- d. Alat Rp. 180.000, e. Bahan (mulsa) 20.000 m @ Rp. 150,- Rp. 3.000.000,- f. Tenaga kerja 200 OH Rp. 2.000.000,- g. Biaya Lain-lain Rp. 1.000.000,- Jumlah biaya produksi Rp. 11.355.500,-

Page 147: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

2) Penerimaan: 10.000 bh @ 1.500,-= Rp. 15.000.000,- 3) Keuntungan usaha tani Rp. 3.644.500,- 4) Parameter kelayakan usaha

a. B/C rasio = 1,321 10.2. Gambaran Peluang Agribisnis Saat ini permintaan akan jahe oleh negara importir terus mengalami peningkatan, akan tetapi permintaan tersebut belum semuanya dapat dipenuhi mengingat produksi jahe masih terserap oleh kebutuhan dalam negeri. Dilihat dari segi harga, dari tahun 1991 hingga saat ini fluktuasi harga jahe basah maupun kering boleh dikatakan stabil. Dilihat dari segi permintaan, stabilitas harga serta produksi jahe dalam negeri prosepek agrobisnis jahe sangat cerah. 11.STANDAR PRODUKSI 11.1. Ruang Lingkup Standar meliputi jenis dan standar mutu, cara pengambilan contoh dan syarat pengemasan. 11.2. Deskripsi Standar mutu jahe di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI– 01–3179–1992. 11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu Jahe diklasifikasikan menjadi 3 jenis mutu, yaitu: mutu I, II, III. 1) Syarat umum

a. Kesegaran jahe: segar b. Rimpang bertunas: tidak ada c. Kenampakan irisan melintang: cerah c. Bentuk rimpang: utuh d. Serangga hidup: bebas

2) Syarat Khusus

a. Ukuran berat: § mutu I > 250 gram/rimpang; § mutu II 150-249 gram/rimpang; § mutu III dicantumkan sesuai hasil analisa <10%.

b. Rimpang yang terkelupas kulitnya (rimpang/jumlah rimpang): § mutu I=0 %; § mutu II=0 %;

Page 148: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

§ mutu III<10 %. c. Benda asing: § mutu I=0 %; § mutu II=0 %; § mutu III<3 %

d. Rimpang berkapang (rimpang/jumlah rimpang): § mutu I=0%; § mutu II=0%; § mutu III <10%

Untuk mendapatkan jenis jahe yang sesuai dengan standar mutu dilakukan pengujian,yang meliputi:

1) Penentuan benda-benda asing

Timbanglah sejumlah contoh yang beratnya diantara 100–200 gram. Pisahkan benda-benda yang akan ditentukan persentase bobotnya dan dipindahkan pada kaca arloji yang telah ditera. Kaca arloji beserta benda asing tersebut ditimbang pada neraca analitik. Perbedaan kedua penimbang tersebut menunjukan jumlah benda asing dalam cuplikan yang diuji.

2) Penentuan kadar serat Keringkan kira-kira 5 gram cuplikan untuk pengujian didalam sebuah oven udara listrik 105 + �1 derajat C, sampai berat tetap. Timbanglah dengan teliti kira-kira 2,5 gram bahan yang telah dikeringkan itu ke dalam sebuah thimble dan ekstraklah dengan petroleum eter (titik didih 40-60 derajat C) selama kira-kira 1 jam dengan menggunakan sebuah alat soxhlet. Pindahkan bahan yang telah bebas lemak tersebut kedalam sebuah labu berkapasitas 1 liter. Ambillah 200 ml asam sulfat encer, tempatkanlah dalam sebuah gelas piala, didihkanlaah seluruh asam yang mendidih itu kedalam labu yang telah berisi bahan bebas lemak tersebut di atas. Lengkapilah segera labu itu dengan pendingin balik yang dialiri air, dan panaskanlah sedemikian rupa sehingga labu mendidih setelah satu menit. Goyang-goyanglah labu agak sering sambil menghindari tertinggalnya bahan pada dinding labu yang tak bersentuhan dengan asam. Lanjutkanlah pendidihan selama tepat 30 menit. Tanggalkanlah labu dan saringlah melalui kain halus (kira-kira 18 serat untuk setiap sentimeter) yang ditempatkan dalam sebuah corong penyaring dan cucilah dengan air mendidih sampai cucian tidak lagi bersifat asam terhadap lakmus. Didihkanlah sejumlah larutan natrium hidroksida dengan menggunakan pendingin balik dan didihkanlah selama tepat 30 menit. Tanggalkanlah labu itu dan saringlah dengan segera dengan kain penyaring. Cucilah residum dengan baik dengan iar mendidih dan pindahkanlah kedalam krus gooch yang telah berisi lapisan tipis dan kompak asbes yang telah dipijarkan. Cucilah residu dengan baik pertama-tama dengan air panas kemudian dengan kira-kira 15 ml etil alkohol 95%. Keringkanlah Krus Gooch dan

Page 149: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

isinya pada 105 +� 1 derajat C dalam oven udara sampai berat tetap. Dinginkan dan timbanglah. Pijarkan krus Gooch tersebut pada 600 + �20 derajat C dalam tanur suhu udara tinggi sampai seluruh bahan menngandung karbon terbakar. Dinginkanlah krus Gooch yang berisi abu tersebut dalam sebuah eksikator dan timbanglah.

3) Penentuan kadar minyak

a. Timbanglah dengan teliti, mendekati 1 gram, kira-kira 35–40 gram cuplikan yang telah dipotong kecil-kecil sebelum dimasukan kedalam labu didih.

b. Tambahkanlah air sampai seluruh cuplikan tersebut terendam dan tambahkan pula ke dalamnya sejumlah batu didih.

c. Sambunglah labu didih dengan alat “Dean-Stark” sehingga dapat digunakan untuk pekerjaan destilasi dan panaskanlah labu didih tersebut beserta isinya.

Penyulingan dihentikan bila tidak ada lagi butir-butir minyak yang menetes bersama-sama air atau bila volume minyak dalam penampung tidak berubah dalam beberapa waktu. Biasanya penyulingan ini memerlukan waktu lebih kurang 6 jam. Rendamlah penampung beserta isinya kedalam air sehingga cairan didalamnya mencapai suhu udara kamar dan ukurlah volume minyak yang tertampung. 11.4. Pengambilan Contoh 1) Pengambilan contoh

Dari jumlah kemasan dalam satu partai jahe segar siap ekspor diambil sejumlah kemasan secara acak seperti dibawah ini, dengan maksimum berat tiap partai 20 ton. a. Untuk jumlah kemasan dalam partai 1–100, contoh yang diambil 5. b. Untuk jumlah kemasan dalam partai 101–300, contoh yang diambil

adalah 7 c. Untuk jumlah kemasan dalam partai 301–500, contoh yang diambil

adalah 9 d. Untuk jumlah kemasan dalam partai 501-1000, contoh yang diambil

adalah 10 e. Untuk jumlah kemasan dalam partai di atas 1000, contoh yang diambil

minimum 15.

Kemasan yang telah diambil, dituangkan isinya, kemudian diambil secara acak sebanyak 10 rimpang dari tiap kemasan sebagai contoh. Khusus untuk kemasan jahe segar berat 10 kg atau kurang, maka contoh yang diambil sebanyak 5 rimpang. Contoh yang telah diambil kemudian diuji untuk ditentukan mutunya.

2) Petugas pengambil contoh

Page 150: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.

11.5. Pengemasan Jahe segar disajikan dalam bentuk rimpang utuh, dikemas dengan jala plastik yang kuat, dengan berat maksimum 15 kg tiap kemasan, atau dikemas dengan keranjang bambu dengan berat sesuai kesepakatan anatara penjual dan pembeli. Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan bahan yang tidak luntur, jelas terbaca antara lain: § Produk asal Indonesia § Nama/kode perusahaan/eksportir § Nama barang § Negara tujuan § Berat kotor § Berat bersih § Nama pembeli

12.DAFTAR PUSTAKA 1) Anonimous. 1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida

Nabati. Prosiding Seminar di Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 311 Hal.

2) Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal.

3) Anonim, Mengenal Budidaya Jahe dan Prospek Jahe, Koperasi Daar El-Kutub, Jakarta, 1999

4) ----------, Ekspor Jahe Terbentur Musim, Info Agribisnis Trubus, Nomor. 335 Hal. 32, Juni 1999

5) ----------, Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura, Kanisius, Yogyakarta, 1999

6) Paimin, FB. Budidaya, Pengolahan, Perdagangan Jahe, Penebar Swadaya, Jakarta, 1999

7) Koswara, S. Jahe dan Hasil Olahannya, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995

8) Santoso, HB. Jahe Gajah, Kanisius, Yogyakarta, 1994 9) Yoganingrum, A.Paket Informasi Teknologi Budidaya dan Pasca Panen,

Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-LIPI, Jakarta, 1999 10) Paimin F.B., Murhananto, Budidaya Pengolahan Perdagangan Jahe,

Penebar Swadaya, Jakarta, 1998.

KEMBALI KE MENU

Page 151: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

JAMBU AIR( Eugenia aquea Burm )

1. SEJARAH SINGKAT

Jambu air berasal dari daerah Indo Cina dan Indonesia, tersebar ke Malaysia danpulau-pulau di Pasifik. Selama ini masih terkonsentrasi sebagai tanaman pekaranganuntuk konsumsi keluarga. Buah Jambu air tidak hanya sekedar manis menyegarkan,tetapi memiliki keragaman dalam penampilan.

Jambu air (Eugenia aquea Burm) dikategorikan salah satu jenis buah-buahanpotensial yang belum banyak disentuh pembudidayannya untuk tujuan komersial.Sifatnya yang mudah busuk menjadi masalah penting yang perlu dipecahkan.Buahnya dapat dikatakan tidak berkulit, sehingga rusak fisik sedikit saja pada buahakan mempercepat busuk buah.

2. JENIS TANAMAN

Sistematika tanaman jambu air adalah sebagai berikut:Kingdom : PlantarumSub Kingdom : KormophytaSuper Divisio : Kormophyta bijiDivisio : SpermatophytaSub Divisio : Angiospermae

Page 152: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Classis : DycotyledoneaeOrdo : MyrtalesFamilia : MyrtaceaeGenus : SyzygiumSpecies : Eugenia aquea

Selain itu juga terdapat 2 jenis jambu air yang banyak ditanam, tetapi keduanya tidakbegitu menyolok perbedaannya. Ke dua jenis tersebut adalah Syzygium quaeum(jambu air kecil) dan Syzygium samarangense (jambu air besar). Varietas jambu airbesar yakni: jambu Semarang, Madura, Lilin (super manis), Apel dan Cincalo (merahdan hijau/putih) dan Jenis-jenis jambu air lainnya adalah: Camplong (Bangkalan),Kancing, Mawar (jambu Keraton), Sukaluyu, Baron, Kaget, Rujak, Neem, Lonceng(super lebat), dan Manalagi (tanpa biji). Sedangkan varietas yang paling komersiladalah Cincalo dan Semarang, yang masing-masing terdiri dari 2 macam (merah danputih).

3. MANFAAT TANAMAN

Pada umumnya jambu air dimakan segar, tetapi dapat juga dibuat puree, sirop, jeli,jam/berbentuk awetan lainnya. Selain sebagai “buah meja” jambu air juga telahmenjadi santapan canggih dengan dibuat salada dan fruit coctail. Kandungan kimiayang penting dari jambu air adalah gula dan vitamin C.

Buah jambu air masak yang manis rasanya, selain disajikan sebagai buah meja jugauntuk rujak dan asinan. Kadang-kadang kulit batangnya dapat digunakan sebagaiobat.

4. SENTRA PENANAMAN

Menurut data statistik dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Jawa Barat,Kabupaten Karawang, Tangerang, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut,Cirebon, Subang dan Bekasi termasuk 10 besar sentra penanaman pohon jambu.Jambu air Cincalo merah banyak terdapat di Karawang dan terkenal dengan jambuBolang yang bila matang benar berwarna merah tua kebiruan dengan rasa manis-asam segar sedangkan Jambu air Semarang (merah dan putih) banyak terdapat diIndramayu.

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1) Angin sangat berperan dalam pembudidayaan jambu air. Angin berfungsi dalammembantu penyerbukan pada bunga.

Page 153: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Tanaman jambu air akan tumbuh baik di daerah yang curah hujannyarendah/kering sekitar 500–3.000 mm/tahun dan musim kemarau lebih dari 4 bulan.Dengan kondisi tersebut, maka jambu air akan memberikan kualitas buah yangbaik dengan rasa lebih manis.

3) Cahaya matahari berpengaruh terhadap kualitas buah yang akan dihasilkan.Intensitas cahaya matahari yang ideal dalam pertumbuhan jambu air adalah 40–80 %.

4) Suhu yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu air adalah 18-28 derajat C.5) Kelembaban udara antara 50-80 %.

5.2. Media Tanam

1) Tanah yang cocok bagi tanaman jambu air adalah tanah subur, gembur, banyakmengandung bahan organik.

2) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok sebagai media tanam jambu air adalah5,5–7,5.

3) Kedalaman kandungan air yang ideal untuk tempat budidaya jambu air adalah 0-50 cm; 50-150 cm dan 150-200 cm.

4) Tanaman jambu air sangat cocok tumbuh pada tanah datar.

5.3. Ketinggian Tempat

Tanaman jambu air mempunyai daya adaptasi yang cukup besar di lingkungan tropisdari dataran rendah sampai tinggi yang mencapai 1.000 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Benih/Bibit

Biji berasal dari varietas unggul, berumur lebih dari 15 tahun, produktif danproduksi stabil. Biji berasal dari buah masak pohon, yang besarnya normal danmulus. Biji dikeringanginkan selama 1-3 hari di tempat teduh. Biji-biji yangmemenuhi syarat adalah berukuran relatif besar, ukuran seragam, bernas dantidak cacat, dianjurkan dalam meggunakan bibit jambu air hasilcangkokan/okulasi. Selain lebih mudah dilakukan, cara ini lebih cepatmenghasilkan buah.

2) Persiapan Benih

a. Bibit Enten (Grafting)Model sambungan yang terbaik adalah sambungan celah. Batang bawahberasal dari bibit hasil perbanyakan dengan biji yang berumur 10 tahun,

Page 154: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

sedangkan pucuk berasal dari pohon induk unggul. Setelah disambung bibitdipelihara selama 2-3 bulan

b. Bibit CangkokCabang yang akan dicangkok berada pada tanaman yang unggul dan produktif.Cabang yang dipilih tidak telalu tua/muda, berwarna hijau keabu-abuan/kecoklat-coklatan dengan diameter sedikitnya 1.5 cm. Setelah 2-2.5bulan (sudah berakar), bibit segera dipotong dan ditanam dipolibag denganmedia campuran : pupuk kandang 1 : 1. Bibit dipelihara selama 1 bulan.

3) Teknik Penyemaian Benih

Persemaian dapat dilakukan di dalam bedengan atau di polibag.a) Bedengan

1. Olah tanah sedalam 30-40 cm dengan cangkul kemudian keringkan selama15-30 hari.

2. Buat bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang sesuailahan dan jarak antar bedengan 60 cm.

3. Campurkan 2 kg/m2 pupuk kandang dengan tanah bedengan.4. Buat sungkup bedengan berbentuk setengah lingkaran dengan tinggi pusat

lingkaran minimal 50 cm. Naungi sungkup dengan plastik bening.b) Polybag

1. Lubangi dasar polybag diameter 10-15 cm.2. Isi polibag dengan media berupa campuran tanah, pupuk kandang (2 : 1).3. Simpan polybag di dalam sungkup.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Pemeliharaan pembibitan dilakukan dengan cara sebagai berikut:a) Penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari, terutama jika kemarau.b) Penyiangan dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma.c) Pemupukan setiap 3 bulan dengan urea, SP-36 dan KCl (2:1) sebanyak 50-100

gram/m2 atau 4 gram/polibag.d) Penyemprotan pestisida dengan konsentrasi 30-50% dari dosis anjuran.e) Membuka sungkup jika cuaca cerah secara berangsur-angsur agar tanaman

dapat beradaptasi dengan lingkungan kebun.

5) Pemindahan Bibit

Bibit di bedengan dipindahkan ke polybag setelah berumur 6 bulan. Pindah tanamke lapangan dilakukan setelah bibit berumur 10-12 bulan di persemaian.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Calon tempat tumbuh tanaman jambu air harus dibersihkan dahulu dari berbagaipengganggu seperti: rerumputan, semak/onak dan binatang. Lahan hanya diolah

Page 155: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

di lubang tanam dan dilaksanakan 15-30 m hari sebelum tanam. Jarak tanamjambu air adalah 8 x 8 m dengan lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm.

2) Pembukaan Lahan

Tanah yang akan dipergunakan untuk Tanaman jambu air dikerjakan semuasecara bersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak dan rerumputandibuang, dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak ataudicangkul sampai dalam, dengan mempertimbangkan bibit yang akan ditanam.Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam tetapibila hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam. Kemudian dibuatkansaluran air selebar 1 m dan kedalam disesuaikan dengan kedalaman air tanah,guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. Tanah yang kurusdan kurang humus/tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat dengan caramengubur ranting-ranting dan dedaunan, dengan kondisi seperti ini dibiarkanselama kurang lebih 1 tahun kemudian dilanjutkan pembuatan bedengan sesuaidengan kebutuhan.

3) Pengapuran

Pengapuran tanah sebaiknya dilakukan 1 atau 2 bulan menjelang hujan.

4) Pemupukan

Sebelum penanaman kedalam lubang tanam perlu dimasukkan pupuk kandangsekitar 1 blek minyak tanah. Jika perlu ditambah 2 genggam pupuk NPK. Setelahitu perlu diberi pelindung

6.3. Teknik Penanaman

Penanaman jambu air dapat dilakukan di pot/di kebun, Jika yang digunakan adalahbibit cangkokan maka penanaman batang lebih dalam agar pohon bisa tumbuhsecara kuat.

1) Penentuan Pola Tanam

Bibit jambu air dikebun dapat ditanam dengan pola tanam/jarak tanam 8 x 8 m.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam sebaiknya dibuat pada akhir musim kemarau/menjelang musimhujan, agar pada saat mendekati musim hujan, tanaman sudah berdiri. Dengandemikian tanaman baru (pada musim hujan) tidak perlu disiram 2 kali sehari.Penyiapan lubang tanaman terdiri dari:a) mula-mula tanah digali di tempat yang sudah ditentukan;b) ukuran lubang ukuran lubang: panjang x lebar x dalam = 60 x 60 x 60 cm. atau

panjang x lebar x dalam = 1 x 1 x 0,5 m.

Page 156: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Cara Penanaman

Bibit jambu air ditanam ke dalam lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm. Perlumemperhatikan kedalaman penanaman dan waktu penanaman sebaiknyadilaksanakan persis pada awal musim hujan dan pada sore hari.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 1 bulan. Bibit yang tidaktumbuh diganti dengan bibit baru yang ditanam pada lubang tanam yang sama.

2) Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan maksud menyuburkan tanah, membuang rumputliar/tanaman liar (kalau ada) atau binatang yang mendekap diantara tanah.Dengan penyiangan dapat memeriksa keadaan lapisan tanah.

3) Pemupukan

Pemupukan jambu air dapat diberikan sebelum berbuah dan sesudah berbuah,sebaiknya setelah dilakukan penyiangan.a) Tanaman belum berbuah

1. Pupuk kandang diberikan sekali gus pada awal musim hujan.2. Pupuk urea diberikan 1/3 bersamaan dengan pupuk kandang.3. 2 minggu setelah itu, sisa urea diberikan bersamaan dengan TSP dan KCl.

b) Tanaman sudah berbuah1. Pupuk kandang diberikan sekaligus pada awal musim hujan.2. Pupuk urea 2/3, TSP 1/2, KCl 1/3 diberikan pada saat tanaman belum

berbunga (bersamaan dengan pemberian pupuk kandang dan saat hujanpertama mulai turun).

3. Sisa pupuk diberikan setelah buah membesar (umur buah sekitar 1-2 bulansejak berbunga dan ukuran buah ± sebesar telur puyuh). Cara pemberianpupuk tersebut sebaiknya dibenam dalam Rorak (got) sedalam 20-30 cmmengelilingi tajuk pohon. Dosis pupuk bagi pohon jambu air umur ≥ 15 tahun.

4. Pupuk kandang: maksimal 30 kaleng minyak tanah.5. Pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCl (masing-masing) : 2500 gram.

Kenaikan takaran pupuk tersebut setiap tahun setelah jambu air berumur ≥ 10tahun ialah:a) Pupuk kandang: 2 kaleng minyak tanah.b) Pupuk Urea: 100 gram.c) Pupuk TSP: 50 gram.d) Pupuk KCl: 50-100 gram.

Page 157: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Pengairan dan Penyiraman

Tanaman jambu air yang hidup pada tanah dengan kedalaman air tanah 150-200cm, pada musim kemarau sangat memerlukan penyiraman, agar tanah tetaplembab. Ketika masih muda, selama 2 minggu pertama tanaman muda perlu diairi1-2 kali sehari. Jika sudah cukup besar dan perakarannya dalam, tanamandisirami 10-12 kali sebulan.

5) Waktu Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan dilakukan secara teratur 1-2 kali seminggu. Awal penyemprotandilakukan saat buah jambu air sebesar telur puyuh (umur ± 1-2 bulan sejakberbunga). Akhir penyemprotan dilakukan saat buah jambu air akan dipetik(sebulan sebelum dipetik dan warna buah sudah berubah) atau sampai gejalaserangannya hilang. Ketika hendak melakukan penyemprotan pestisida, ataupupuk daun/hormon, kita harus memperhatikan cuaca waktu itu. Kalau langitmendung dan kemungkinannya akan turun hujan, sebaiknya penyemprotanditunda dulu.

6) Pemeliharaan Lain

Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk membentuk pohon, pemeliharaandan peremajaan. Membentuk pohon: dilakukan setelah mencapai ketinggian 2meter, dengan ketinggian 1,35-1,5 m dari permukaan tanah dan bagian yangdipangkas adalah cabang/tunas. Untuk pemeliharaan: dilakukan setiap saatkecuali ketika tanaman sedang berbunga, bagian yang ditanam adalah dahan-dahan yang tua, yang mati kering, luka serta tidak sempurna. Untuk peremajaan:memangkas seluruh bagian tanaman yang sudah kelewat tua, tidak berproduksiatau diserang hama.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Ulat kupu-kupu gajah

Ciri: panjang 12 cm, warna hijau muda kebiru-biruan, bertubuh gemuk dan lunak,tertutup lapisan lilin keputih-putihan. Telur-telurnya ditaruh di tepi daun, 2-3 butirbersama-sama, warna merah muda. Kepompong berada di antara beberapa daunatau di sebelah bawah daun. Ulat-ulat tersebut sangat rakus memakan daun.Pengendalian: dengan cara mengumpulkan telur, ulat, dan kepompong untukdimusnahkan.

Page 158: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Kutu perisai hijau

Ciri: panjang kutu 3-5 mm, warna hijau (kadang agak kemerahan). Melekat padabagian-bagian pohon yang hijau dan di bagian bawah daun. Menyebabkanterjadinya cendawan hitam seperti jelaga. Pengendalian: cara alami dimakan olehbeberapa macam kepik (merah tua, panjang 5 mm dan biru panjang 6 mm) danulat (warna merah muda, panjang 13 mm). Kutu ini di musim penghujan bisamusnah oleh serangan beberapa macam cendawan.

3) Keluang dan codot

Pengendalian: buah-buahan yang hampir tua dibungkus kantong kertas/kain-kainbekas.

4) Pasilan atau benalu

Pengendalian: dibuang dan dibersihkan.

5) Lalat buah (dacus pedestris)

Buah dan daun yang terserang oleh ulat ini. Lalat ini meletakkan telurnya padadaging buah, sehingga setelah menetas larvanya memakan buah jambu air.Pengendalian: dengan insektisida Diazinon atau Bayrusil yang disemprotkan kepohon, daun dan buah yang masih pentil dengan dosis sesuai anjuran.

6) Penggerek batang

Pengendalian: dengan cara menyumbatkan kapas yang telah direndaminsektisida Diazinon atau Bayrusil kedalam lubang batang yang digerek.

7) Ulat penggulung/pemakan daun

7.2. Penyakit

1) Gangguan pada akar

Pemupukan yang kurang hati-hati pada jambu air yang sedang berbuah dapatmenyebabkan akar tanaman luka, maka bunga atau buah jambu air bisa rontok.Semua ini terjadi karena tanaman tidak mendapat suplai air dan zat makanansebagaimana mestinya akibat rusaknya akar tersebut. Selain itu tanah yangberlebihan supali air juga dapat merontokkan bunga/buah, sebab sebab air yangmenggenang membuat akar susah bernafas dan mengundang cendawan yangbisamembusukkan akar.

Page 159: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Gangguan pada buah

Penyebab: ulat (lalat) buah dan sejenis cendawan yang mengakibatkan buahrontok, busuk. Serangga ini langsung menyerang buah dengan ciri noda berwarnakecoklatan atau kehitaman pada permukaan buah. Pengendalian: (1) caramembungkus buah sewaktu masih dipohon (2) dengan penyemprotan insektisidathioda (2-3 cc/liter air) dan fungisida dithane (3 cc/liter air)

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Tanaman jambu air dapat berbuah setelah berumur 3-4 tahun, berbunga sebanyak 2kali dalam setahun (Juli dan September) dan buahnya masak pada Agustus danNopember. Ciri-ciri buah yang dapat dipanen dinilai dari tingkat kematanganberdasarkan warna kulit buah, yaitu hijau muda, hijau tua, hijau sedikit merah hijau-merah dan merah hijau. Keadaan fisik buah juga menjadi kriteria dalam panen yaitusemakin terlihat matang buah yang nampak, maka semakin merah warna kulitnyadan makin besar pula ukuran fisiknya.

8.2. Cara Panen

Buah dipetik dari rangkaiaanya dengan hati hati jangan sampai rusak, apalagi jatuh.

8.3. Periode Panen

Masa berbuah jambu air bisa lebih dari 1 kali dalam setahun, tergantung padakeadaan lingkungan.

8.4. Prakiraan Produksi

Buah jambu air jenis merah–hijau dapat dipanen bila warna merah pada buah jambulebih banyak dari pada warna hijaunya, Pada saat tersebut nisbah TPT/asam danVitamin C-nya masing-masing adalah 80,8 dan 48 kg/100 gram

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Buah hasil panen dikumpulkan dimasukan kedalam keranjang plastik dan disimpansementara di ruangan yang sejuk. Buah dari jenis yang berbeda tidak disatukandengan jenis yang lain.

Page 160: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Pisahkan buah yang cacat dari yang baik, kemudian klasifikasikan buah berdasarkanukurannya. Buah dicuci bersih dengan air mengalir atau dialiri air kemudian ditiriskandi rak pengeringan.

9.3. Penyimpanan

Buah yang telah dikemas disimpan di daerah yang teduh kering dan sejuk.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Buah dikemas dalam keranjang plastik dan disusun rapi agar tidak berpindah tempatselama dalam pengangkutan. Sebaiknya bauh disimpan dalam cold storage jika tidaklangsung diangkut ke pasar.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya jambu air seluas 1 hektar dengan jarak tanam 8 x 8 m,populasi 156 pohon di Jawa Barat pada tahun 1999.

1) Biaya produksi tahun ke-11. Sewa Lahan Rp. 30.000.000,-2. Bibit 160 batang @ Rp. 3.000,- Rp. 480.000,-3. Pupuk

- Pupuk kandang 6 ton @ Rp. 150.000,-/ton Rp. 900.000,-- Urea 25 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 37.500,-- SP-36 25 kg @ Rp.1.900,- Rp. 47.500,-- KCl 25 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 45.000,-

4. Pestisida 4 liter Rp. 625.000,-5. Tenaga kerja

- Lubang tanam, ajir 15 HKP @ Rp. 7.500,- Rp. 112.500,-- Beri pupuk 5HKP + 10 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 87.500,-- Tanam 5 HKP + 6 HKW Rp. 67.500,-- Pemeliharaan 40 HKP+20 HKW Rp. 400.000,-

2) Biaya produksi tahun ke-2 s.d. ke-41. Pupuk

- Pupuk kandang 10 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 1.500.000,-- Urea 75 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 112.500,-- SP-36 50 kg @ Rp.1.900,- Rp. 95.000,-- KCl 50 kg @ Rp.1.800,- Rp. 90.500,-

2. Pestisida 5 liter Rp. 781.250,-

Page 161: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. Tenaga kerja- Tenaga pemeliharaan 50 HKP+50 HKW Rp. 625.000,-

4. Alat Rp. 600.000,-

3) Biaya produksi tahun ke-5 s.d. ke-151. Pupuk

- Pupuk kandang 24 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 3.600.000,-- Urea 125 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 187.500,-- SP-36 300 kg @ Rp.1.900,- Rp. 570.000,-- KCl 150 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 270.000,-

2. Pestisida 7 liter Rp. 1.093.750,-3. Alat Rp. 450.000,-4. Tenaga kerja

- Pemeliharaan 50 HKP + 60 HKW Rp. 675.000,-- Panen & pasca panen 40 HKP + 50 HKW Rp. 550.000,-

Jumlah biaya produksi dalam 15 tahun Rp. 125.574.000,-

4) Pendapatan dari hasil produksi (15 tahun) : 73,32 ton Rp. 219.960.000,-

5) Keuntungan bersih 15 tahun Rp. 94.386.000,-

6) Parameter kelayakan usaha1. B/C rasio = 1,752

Panen dimulai pada tahun ke 5 dan keuntungan mulai diraih pada tahun ke enam.

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Prospek komoditi jambu air cukup cerah, sebab permintaan terhadap komoditi initerus meningkat dari tahun ke tahun. Hanya dalam membudidayakan tanaman jambuair perlu memilih jenis yang tepat, yakni yang banyak digemari masyarakat, seperticincalo.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilancontoh dan cara pengemasan.

11.2.Diskripsi

Page 162: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

11.4.Pengambilan Contoh

Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Darisetiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah danbawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampaidiperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.a. Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.b. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil

7.c. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.d. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.e. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15

(minimum).

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalamanatau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.

11.5.Pengemasan

Jambu air dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersihmaksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain:nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih,negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Sarwono B. (1990). Jenis-jenis Jambu Air Top. Jakarta, Trubus.2) Guntur, Henny. (1985). Jambu Baron. Jakarta, Asri.3) Kanisius, Aksi agraris. (1980). Bertanam Pohon Buah-buahan I.4) Yayasan Kanisius, Yogyakarta.(1987). Bertanam Jambu Air. Jakarta, Trubus.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 163: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

JAMBU BIJI / JAMBU BATU( Psidium guajava L. )

1. SEJARAH SINGKAT

Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa Inggrisdisebut Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebarke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini telahdibudidayakan dan menyebar luas di daerah-daerah Jawa. Jambu biji sering disebutjuga jambu klutuk, jambu siki, atau jambu batu. Jambu tersebut kemudian dilakukanpersilangan melalui stek atau okulasi dengan jenis yang lain, sehingga akhirnyamendapatkan hasil yang lebih besar dengan keadaan biji yang lebih sedikit bahkantidak berbiji yang diberi nama jambu Bangkok karena proses terjadinya dariBangkok.

2. JENIS TANAMAN

Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang digemariorang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomisnya yang relatif lebih tinggidiantaranya:1) Jambu sukun (jambu tanpa biji yang tumbuh secara partenokarpi dan bila tumbuh

dekat dengan jambu biji akan cenderung berbiji kembali).

Page 164: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Jambu bangkok (buahnya besar, dagingnya tebal dan sedikit bijinya, rasanyaagak hambar). Setelah diadakan percampuran dengan jambu susu rasanyaberubah asam-asam manis.

3) Jambu merah.4) Jambu pasar minggu.5) Jambu sari.6) Jmabu apel.7) Jambu palembang.8) Jambu merah getas.

3. MANFAAT TANAMAN

1) Sebagai makanan buah segar maupun olahan yang mempunyai gizi danmengandung vitamin A dan vitamin C yang tinggi, dengan kadar gula 8%. Jambubiji mempunyai rasa dan aroma yang khas disebabkan oleh senyawa eugenol.

2) Sebagai pohon pembatas di pekarangan dan sebagai tanaman hias.3) Daun dan akarnya juga dapat digunakan sebagai obat tadisional.4) Kayunya dapat dibuat berbagai alat dapur karena memilki kayu yang kuat dan

keras.

4. SENTRA PENANAMAN

Jambu biji dibudidayakan di negara-negara seperti Jepang, Malaysia, Brazilia danlain-lain. Di Indonesia, Pulau Jawa merupakan sentra penanaman buah jambuterbesar antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah DIYogyakarta, dan Jawa Timur. Sentra produksi yang lain adalah Sumatera danKalimantan. Pada tahun-tahun terakhir ini jambu biji telah berkembang dan kemudianmuncul jambu Bangkok yang dibudidayakan di kota Kleri, Kabupaten Karawang,Jawa Barat.

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1) Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namunangin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga.

2) Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh didaerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.

3) Tanaman jambu biji dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimalpada suhu sekitar 23-28 derajat C di siang hari. Kekurangan sinar matahari dapatmenyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), yang ideal musimberbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli-

Page 165: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

September sedang musim buahnya terjadi bulan Nopember-Februari bersamaanmusim penghujan.

4) Kelembaban udara sekeliling cenderung rendah karena kebanyakan tumbuh didataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yang rendah,berarti udara kering karena miskin uap air. Kondisi demikian cocok untukpertumbuhan tanaman jambu bij.

5.2. Media Tanam

1) Tanaman jambu biji sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah.2) Jambu biji dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta banyak

mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah yang keadaan liatdan sedikit pasir.

3) Derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman lainnya,yaitu antara 4,5-8,2 dan bila kurang dari pH tersebut maka perlu dilakukanpengapuran terlebih dahulu.

5.3. Ketinggian Tempat

Jambu biji dapat tumbuh subur pada daerah tropis dengan ketinggian antara 5-1200m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem pencangkokan dan okulasi,walaupun dapat juga dilakukan dengan cara menanam biji dengan secara langsung.

1) Persyaratan Benih

Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakatkonsumen yang merupakan bibit unggulan seperti jambu bangkok. Bibit yang baikantara lain yang berasal dari:a) Buah yang sudah cukup tua.b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya

persarian bersilang.

2) Penyiapan Benih

Setelah buah dikupas dan diambil bijinya, lalu disemaikan dengan jalan fermentasibiasa (ditahan selama 1-2 hari) sesudah itu di angin-anginkan selama 24 jam(sehari semalam). Biji tersebut direndam dengan larutan asam denganperbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chlorida (HCl)

Page 166: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

25% Asam Sulfat (H2S04) BJ : 1.84, caranya direndam selama 15 menitkemudian dicuci dengan air tawar yang bersih sebanyak 3 kali berulang/denganair yang mengalir selama 10 menit, kemudian dianginkan selama 24 jam. Untukmenghidari jamur, biji dapat dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 WPatau fungisida lainnya. Setelah batang pokok telah mencapai ketinggia 5-6 meterbibit yang disemaikan baru dapat dilakukan okulasi /cangkok yang kira-kira telahbergaris tengah 1cm dan tumbuh lurus, kemudian dengan menggunakan pisauokulasi dilakukan pekerjaan okulasi dan setelah selesai pencangkokan ditaruhdalam media tanah baik dalam bedengan maupun didalam pot/kantong plastik,setelah tanaman sudah cukup kuat baru dipindah kelokasi yang telah disiapkan.

3) Teknik Penyemaian Benih

Pilih lahan yang gembur dan sudah mendapat pengairan serta mudah dikeringkandisamping itu mudah diawasi untuk penyemaian. Cara penyemaian adalahsebagai berikut: tanah dicangkul sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan darirumput-rumput, batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya,kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi gembur dan dibuat bedengan yangberukuran lebar 3-4 m dan tinggi sekitar 30 cm, panjang disesuaikan denganlahan yang idel sekitar 6-7 m, dengan keadaan bedengan membujur dari utara keselatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari, dengan jarak antara bedeng1 m, dan untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupukkandang sebanyak 40 kg dengan keadaan sudah matang dan benih siapdisemaikan. Selain melalui proses pengecambahan biji juga dapat langsungditunggalkan pada bedeng-bedang yang sudah disiapkan, untuk menyiapkanpohon pangkal lebih baik melalui proses pengecambahan, biji-biji tersebut ditanampada bedeng-bedeng yang berjarak 20-30 cm setelah berkecambah sekitar umur1-2 bulan, sudah tumbuh daun sekitar 2-3 helai maka bibit dapat dipindahkan daribedeng persemaian ke bedeng penanaman. Setelah mencapai keinggian 5-6 m,kurang lebih telah berumur 6-9 bulan pencangkokan atau okulasi dapat dimulaidengan mengerat cabang sepanjang 10-15 cm kemudian diberi media tanah yangtelah diberi pupuk kandang, kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastikyang telah diberi lubang-lubang sirkulasi, kemudian diikat dengan tali plastiksupaya menjaga petumbuhan akar tidak mengalami hambatan. Akar akan tumbuhdengan cepat, sekitar 2-3 bulan. Mulai dlakukan okulasi dengan mata tangkaiyang telah berumur 1 th, melalui cara Forkert yng disempurnakan, dengan lebar0,8 cm setinggi 10 cm dari permukaan tanah, setelah dikupas kulitya sebesar 2/3pada bagian bibir kulit dan setelah berumur 2-3 minggu tali dilepas jika kelihatanmata tetap konndisi hijau, okulasi dianggap berhasil dan pohon pangkal diatasokulasi setinggi 5 cm direndahakan supaya memberi kesempatan mata terebutuntuk berkembang dan setelah itu pohon pangkal dipotong, bibit hasil okulasidapat dipindah pada pot-pot atau kantong plastik, kemudian dilakukanpemotongan pada akar tunggang sedikit supaya akar akan lebih cepat berkebang.Setelah itu baru dilakukan penanaman dalam lobang-lobang bedengan yang telahdipersiapkan.

Page 167: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Pemberian pupuk kandang sebelum disemaikan akan lebih mendorongpertumbuhan benih secara cepat dan merata, setelah bibit mulai berkecambahsekitar umur 1-1,5 bulan dilakukan penyiraman dengan menggunakan larutanAtoik 0,05-0,1% atau Gandasil D 0,2%, untuk merangsang secara langsung padadaun dan akar, sehingga memberikan kekuatan vital untuk kegiatan pertumbuhansel. Setelah itu dilakukan penyiraman pagi-sore secara rutin, hingga kecambahdipindah ke bedeng pembibitan, penyiraman dilakukan cukup 1 kali tiap pagi harisampai menjelang mata hari terbit, alat yang digunakan "gembor" supayapenyiraman dapat merata dan tidak merusak bedengan, diusahakan supaya airdapat menembus sedalam 3-4 cm dari permukaan. Selanjutnya dilakukanpendangiran bedengan supaya tetap gembur, dilakukan setiap 2-3 minggu sekali,rumput yang tumbuh disekitarnya supaya disiangi, hindarkan dari serangan hamadan penyakit, sampai umur kurang lebih 1 tahun, baru setelah itu dapat dilakukanpengokulasian dengan sistem Fokert yang sudah disempurnakan, sebelumdilakukan okulasi daun-daun pohon induk yang telah dipilih mata kulitnyadirontokkan, kemudian setelah penempelan mata kulit dilakukan, ditunggu sampaimata kulit itu tumbuh tunas, setelah itu batang diatas tunas baru pada pohon indukdi pangkas, kemudian rawat dengan penyiraman 2 kali sehari dan mendangirserta membersihkan rumput-rumput yang ada disekitarnya. pemberian pupukdaun dengan Gundosil atau Atonik diberikan setiap 2 minggu sekali selama 4bulan dengan cara disemprotkan melalui daun, tiap tanaman disemprot 50 cclarutan.

5) Pemindahan Bibit

Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah atau telah di cangkok maupundiokulasi dapat dengan mencungkil atau membuka plastik yang melekat padamedia penanaman dengan cara hati-hati jangan sampai akar menjadi rusak, danpencungkilan dilakukan dengan kedalaman 5 cm, agar tumbuh akar lebih banyakmaka dalam penanaman kembali akar tunggangnya dipotong sedikit untukmenjaga terjadinya penguapan yang berlebihan, kemudian lebar daun dipotongseparuh. Ditanam pada bedeng pembibitan dengan jarak 6-7 m dan ditutupidengan atap yang dipasang miring lebih tinggi di timur, dengan harapan dapatlebih banyak kena sinar mata hari pagi. Dan dilakukan penyiraman secara rutintiap hari 2 kali, kecuali ditanam pada musim penghujan.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Sebagai salah satu syarat dalam mempersiapkan lahan kebun buah-buahankhususnya Jambu biji dipilih tanah yang subur, banyak mengandung unsurnitrogen, meskipun pada daerah perbukitan tetapi tanahnya subur, dilakukandengan cara membuat sengkedan (teras) pada bagian yang curam, kemudianuntuk menggemburkan tanah perlu di bajak atau cukup dicangkul dengan

Page 168: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

kedalaman sekitar 30 cm secara merata. Selanjutnya diberi pupuk kandangdengan dosis 40 kg/m persegi, kemudian dibuatkan bedengan dengan ukuran1,20 m yang panjangnya disesuaikan dengan ukuran yang diperlukan.

2) Pembukaan Lahan

Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun jambu biji dikerjakan semua secarabersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak dan rerumputan dibuang,dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak atau dicangkuldalam, dengan mempertimbangkan bibit yang mau ditanam. Bila bibit berasal daricangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam (30 cm), tetapi bila hasilokulasi perlu pengolahan yang cukup dalam (50 cm). Kemudian dibuatkan saluranair selebar 1 m dan ke dalam disesuaikan dengan kedalaman air tanah, gunamengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. Tanah yang kurus dankurang humus/ tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat dengan caramengubur ranting-ranting dan dedaunan dengan kondisi seperti ini dibiarkanselama kurang lebih 1 tahun sebelumnya. Kemudian dilakukan pemupukansebanyak 2 kaleng minyak tanah (4 kg) per meter persegi. Dilanjutkan pembuatanbedengan sesuai dengan kebutuhan.

3) Pembentukan Bedengan

Tanah yang telah gembur, dibuatkan bedang-bedang yang berukuran 3 m lebar,panjang sesuai dengan kebutuhan, tinggi sekitar 30 cm. Bagian atas tanahdiratakan guna menopang bibit yang akan ditanam. Idealnya jarak barispenanaman benih sekitar 4 m, dipersiapakan jarak didalam baris bedengansepanjang 2,5 m dengan keadaan membujur dari utara ke selatan, supayamendapatkan banyak sinar matahari pagi, setelah diberi atap pelindung denganjarak antara bedeng 1 m, untuk sarana lalu-lintas para pekerja dan dapatdigunakan sebagai saluran air pembuangan, untuk menambah kesuburan dapatdiberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang yang sudah matang. Terkecualiapabila penanaman jenis jambu Bangkok menggunakan jarak tanaman antara 3x 2 m.

4) Pengapuran

Pengapuran dilakukan apabila dataran yang berasal dari tambak dan juga dataranyang baru terbentuk tidak bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam jugabelum terlalu subur. Caranya dengan menggali lobang-lobang dengan ukuran 1 x1 m, dasar lobang ditaburkan kapur sebanyak 0,5 liter untuk setiap lobang, gunamenetralkan pH tanah hingga mencapai 4,5-8,2. Setelah 1 bulan dari penaburankapur diberi pupuk kandang.

5) Pemupukan

Setelah jangka waktu 1 bulan dari pemberian kapur pada lubang-lubang yangditentukan kemudian diberikan pupuk kandang dengan urutan pada bulan pertama

Page 169: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

diberi NPK dengan dosis 12:24:81 ons/pohon, bulan kedua dilakukan samadengan bulan pertama, pada bulan ketiga diberi NPK dengan dosis 15:15:15ons/pohon dan bulan ke 4 sampai tanaman berbuah, supaya jambu tetap bebuahgunakan pupuk kandang yang sudah matang dan ditanamkan sejauh 30 cm daribatang tanaman. Pemupukan merupakan bagian terpenting yang peggunaannyatidak dapat sembarangan, terlebih-lebih kalau menggunakan pupuk buatan sepertiNPK, kalau dilakukan berlebihan akan berakibat adanya perubahan sifat daripupuk menjadi racun yang akan membahayakan tanaman itu sendiri.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanaman

Setelah terjadi proses perkecambahan biji yang telah cukup umur ditempatanpada bedeng-bedang yang telah siap. Juga penyiapan pohon pangkal sebaiknyamelalui proses perkecambahan kemudian ditanam dengan jarak 20 x 30 cmsetelah berkecambah dan berumur 1-2 bulan atau telah tumbuh daun sebanyak 2-3 helai maka bibit/zaeling dapat dipindahkan pada bedeng ke dua yang telahdibentuk selebar 3-4 m dengan jarak tanam 7-10 m dengan kedalaman sekitar 30-40 cm, jarak antara bedeng selebar 1 m, didahului perataan tanah ditengahbedengan guna pembuatan lubang-lubang penanaman. Untuk menghindarisengatan sinar matahari secara langsung dibuat atap yang berbentuk miring lebihtinggi ke timur dengan maksud supaya mendapatkan sinar matahari pagi harisecara penuh.

2) Pembuatan Lubang Tanaman

Pembuatan lubang pada bedeng-bedeng yang telah siap untuk tempatpenanaman bibit jambu biji yang sudah jadi dilakukan setelah tanah diolah secaramatang kemudian dibuat lobang-lobang dengan ukuran 1 x 1 x 0,8 m yangsebaiknya telah dipersiapkan 1 bulan sebelumnya dan pada waktu penggaliantanah yang diatas dan yang dibawah dipisahkan, nantinya akan dipergunakanuntuk penutup kembali lubang yang telah diberi tanaman, pemisahan tanah galiantersebut dibiarkan selama 1 minggu dimaksudkan agar jasad renik yang akanmengganggu tanaman musnah; sedangkan jarak antar lubang sekitar 7-10 m.

3) Cara Penanaman

Setelah berlangsung selama 1 pekan lubang ditutup dengan susunan tanahseperti semula dan tanah di bagian atas dikembalikan setelah dicampur dengan 1blek (1 blek ± 20 liter) pupuk kandang yang sudah matang, dan kira-kira 2 pekantanah yang berada di lubang bekas galian tersebut sudah mulai menurun barubibit jambu biji ditanam, penanaman tidak perlu terlalu dalam, secukupnya,maksudnya batas antara akar dan batang jambu biji diusahakan setinggipermukaan tanah yang ada disekelilingnya. Kemudian dilakukan penyiramansecara rutin 2 kali sehari (pagi dan sore), kecuali pada musim hujan tidak perludilakukan penyiraman.

Page 170: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Lain-lain

Pada awal penanaman di kebun perlu diberi perlindungan yang rangkanya dibuatdari bambu/bahan lain dengan dipasang posisi agak tinggi disebelah timur, agartanaman mendapatkan lebih banyak sinar matahari pagi dari pada sore hari, danuntuk atapnya dapat dibuat dari daun nipah, kelapa/tebu. Sebaiknya penanamandilakukan pada awal musim penghujan, agar kebutuhan air dapat dipenuhi secaraalamiah.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

Meskipun penanaman jambu biji mampu tumbuh dan menghasilkan tanpa perludiperhatikan keadaan tanah dan cuaca yang mempengaruhinya tetapi akan lebihbaik apabila keberadaannya diperhatikan, karena tanaman yang diperhatikandengan baik akan memberikan imbalan hasil yang memuaskan.

1) Penjarangan dan Penyulaman

Karena kondisi tanah telah gembur dan mudah tanaman lain akan tumbuh kembaliterutama Gulma (tanaman pengganggu), seperti rumput-rumputan dan harusdisiangi sampai radius 1,5-2 m sekeliling tanaman rambutan. Apabila bibit tidaktumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan. Danapabila tumbuh tanaman terlalu jauh jaraknya maka perlu dilakukan penyulamandan sebaliknya apabila tumbuhnya sangat berdekatan penjarangan.

2) Penyiangan

Selama 2 minggu setelah bibit yang berasal dari cangkokan/ okulasi ditanam dilahan perlu penyiangan dilakukan hanya pada batang dahan tua (warna coklat)dengan dahan muda (warna hijau) dan apabila buah terlalu banyak, tunas yangada dalam satu ranting bisa dikurangi, dengan dikuranginya tunas yang tidakdiperlukan akan berakibat buah menjadi besar dan menjadi manis rasanya.Khusus jambu non biji dengan membatasi percabangan buahnya maksimal 3buah setelah panjang 30-50 cm dilakukan pangkasan, dan setelah tumbuhcabang tersier segera dilenturkan ke arah mendatar, guna untuk merangsangtunas bunga dan buah yang akan tumbuh.

3) Pembubunan

Supaya tanah tetap gembur dan subur pada lokasi penanaman bibit jambu bijiperlu dilakukan pembalikan dan penggemburan tanah supaya tetap dalamkeadaan lunak, dilakukan setiap 1 bulan sekali hingga tanaman bisa dianggaptelah kuat betul.

Page 171: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Perempalan

Agar supaya tanaman jambu biji mendapatkan tajuk yang rimbun, setelahtanaman berumur 2 tahun segera dilakukan perempelan/ pemangkasan padaujung cabang-cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbangjuga berguna memberi bentuk tanaman, juga memperbanyak dan mengaturproduksi agar tanaman tetap terpelihara dan pemangkasan juga perlu dilakukansetelah masa panen buah berakhir, dengan harapan agar muncul tajuk-tajuk barusebagai tempat munculnya bunga baru pada musim berikutnya dengan hasil lebihmeningkat atau tetap stabil keberadaannya.

5) Pemupukan

Untuk menjaga agar kesuburan lahan tanaman jambu biji tetap stabil perludiberikan pupuk secara berkala dengan aturan:a) Pada tahun 0-1 umur penanaman bibit diberikan pada setiap pohon dengan

campuran 40 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea dan 20 gram ZKdengan cara ditaburkan disekeliling pohon atau dengan jalan menggali disekeliling pohon sedalam 30 cm dan lebar antara 40-50 cm, kemudianmasukkan campuran tersebut dan tutup kembali dengan tanah galiansebelumnya. Tanaman bisa berbuah 2 kali setahun.

b) Pemupukan tanaman umur 1-3 tahun, setelah tanaman berbuah 2 kali.Pemupukan dilakukan dengan NPK 250 gram/pohon, dan TSP 250gram/pohon, dan seterusnya cara seperti ini dilakukan setiap 3 bulan sekalidengan TSP dan NPK dengan takaran sama.

c) Pemupukan tanaman umur 3 tahun keatas, Kalau pertumbuhan tanamankurang sempurna, terutama terlihat pada pertumbuhan tuas hasil pemangkasanraning, berarti selain TSP dan NPK dengan ukuran yang sama tanamanmemerlukan pupuk kandang sebanyak 2 kaleng minyak per pohon.

Cara pemupukan dilakukan dengan membuat torakan yang mengelilingi tanamanpersis di bawah ujung tajuk dengan kedalaman sekitar 30-40 cm dan pupuksegera di tanam dalam torakan tersebut dan ditutup kembali dengan bekas galianterdahulu.

6) Pengairan dan Penyiraman

Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan atauokulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore.Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kalisehari. Apabila tanaman jambu biji telah tumbuh benar-benar kuat frekuensipenyiraman bisa dikurangi lagi yang dapat dilakukan saat-saat diperlukansaja.Dan bila turun hujan terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidaktegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air.Sebaliknya pada musim kemarau tanah kelihatan merekah maka diperlukanpenyiraman dengan menggunakan pompa air 3 PK untuk lahan seluas kuranglebih 3000 m2 dan dilakukan sehari sekali tiap sore hari.

Page 172: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7) Waktu Penyemprotan Pestisida

Guna menjaga kemungkinan tumbuhnya penyakit atau hama yang ditimbulkanbaik karena kondisi cuaca dan juga dari hewan-hewan perusak, maka perludilakukan penyemprotan pestisida pada umumnya dengan nogos, antara 15-20hari sebelum panen dan juga perlu disemprot dengan sevin atau furadan terutamauntuk menghindarkan adanya ulat jambu, tikus atau jenis semut-semutan,disamping itu penyemprotan dilakukan dengan fungisida jenis Delsene 200 MXguna memberantas cendawan yang akan mengundang hadirnya semut-semut.Disamping itu juga digunakan insektisida guna memberantas lalat buah dan kutudaun disemprot 2 x seminggu dan setelah sebulan sebelum panen penyemprotandihentikan.

8) Pemeliharaan Lain

Untuk memacu munculnya bunga Jambu biji diperlukan larutan KNO3 (KalsiumNitrat) yang akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tidak diberi KNO3 danjuga mempunyai keunggulan memperbanyak "dompolan" bunga (tandan) jambubiji pada setiap stadium (tahap perkembangan) dan juga mempercepatpertumbuhan buah jambu biji, cara pemberian KNO3 dengan jalanmenyemprotkan pada pucuk-pucuk cabang dengan dosis antara 2-3 liter larutanKNO3 untuk setiap 10 pucuk tanaman dengan ukuran larutan KNO3 adalah 10gram yang dilarutkan dengan 1 liter pengencer teknis.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Ulat daun (trabala pallida)

Pengendalian: dengan menggunakan nogos.

2) Ulat keket (Ploneta diducta)

Pengendalian: sama dengan ulat daun.

3) Semut dan tikus

Pengendalian: dengan penyemprotan sevin dan furadan.

Page 173: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Kalong dan Bajing

Keberadaan serangga ini dipengaruhi faktor lingkungan baik lingkungan biotikmaupun abiotik. Yang termasuk faktor biotik seperti persediaan makanan,Pengendalian: dengan menggunakan musuh secara alami.

5) Ulat putih

Gejala: buah menjadi berwarna putih hitam, Pengendalian: dilakukanpenyemprotan dengan insektisida yang sesuai sebanyak 2 kali seminggu hinggasatu bulan sebelum panen penyemprotan dihentikan.

6) Ulat penggerek batang (Indrabela sp)

Gejala: membuat kulit kayu dan mampu membuat lobang sepanjang 30 cm;Pengendalian: sama dengan ulat putih.

7) Ulat jengkal (Berta chrysolineate)

Ulat pemakan daun muda, berbentuk seperti tangkai daun berwarna cokelat danberuas-ruas Gejala: pinggiran daun menjadi kering, keriting berwarna cokelatkuning. Pengendalian: sama dengan ulat putih.

7.2. Penyakit

1) Penyakit karena ganggang (Cihephaleusos Vieccons)

Menyerang daun tua dan muncul pada musim hujan. Gejala: adanya bercak-bercak kecil dibagian atas daun disertai serat-serat halus berwarna jingga yangmerupakan kumpulan sporanya. Pengendalian: dengan menyempotakanfungisida seperti Dlsene 200 MX.

2) Jamur Ceroospora psidil , Jamur karat poccinia psidil, Jamur allola psidil

Gejala: bercak pada daun berwarna hitam. Pengendalian: denganmenyempotakan fungisida seperti Dlsene 200 MX.

3) Penyakit karena cendawan (jamur) Rigidoporus Lignosus

Gejala: rizom berwarna putih yang menempel pada akar dan apabila akar yangkena dikupas akan nampak warna kecoklatan. Pengendalian: denganmenyempotakan fungisida seperti Dlsene 200 MX.

7.3. Gulma

Segala macam tumbuhan pengganggu tanaman jambu biji yang berbentukrerumputan yang berada disekitar tanaman jambu biji yang mengganggu

Page 174: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

pertumbuhan dan perkembangan bibit tanaman, oleh sebab itu perlu dilakukanpenyiangan secara rutin.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Buah jambu biji umumnya pada umur 2-3 tahun akan mulai berbuah, berbedadengan jambu yang pembibitannya dilakukan dengan cangkok/stek umur akan lebihcepat kurang lebih 6 bulan sudah bisa buah, jambu biji yang telah matang denganciri-ciri melihat warna yang disesuikan dengan jenis jambu biji yang ditanam dan jugadengan mencium baunya serta yang terakhir dengan merasakan jambu biji yangsudah masak dibandingkan dengan jambu yang masih hijau dan belum masak,dapat dipastikan bahwa pemanenan dilakukan setelah jambu bewarna hijau pekatmenjadi muda ke putih-putihan dalam kondisi ini maka jambu telah siap dipanen.

8.2. Cara Panen

Cara pemanenan yang terbaik adalah dipetik beserta tangkainya, yang sudahmatang (hanya yang sudah masak) sekaligus melakukan pemangkasan pohon agartidak menjadi rusak, waktunya setelah 4 bulan umur buah kemudian dimasukkan kedalam keranjang yang dibawa oleh pemetik dan setelah penuh diturunkan dengantali yang telah disiapkan sebelumnya, hingga pemanenan selesai dilakukan.Pemangkasan dilakukan sekaligus panen supaya dapat bertunas kembali denganbaik dengan harapan dapat cepat berbuah kembali.

8.3. Periode Panen

Periode pemanenan setelah buah jambu biji dilakukan pembatasan buah dalam saturantingnya kurang lebih 2-3 buah, hal ini dimaksudkan agar buah dapat berkembangbesar dan merata. Dengan sistem ini diharapkan pemanenan buah dapat dilakukandua kali dalam setahun (6 bulan) atau sekitar 2-3 bulan setelah berbuah, dengandicari buah yang masak, dan yang belum masak supaya ditinggal dan kemudiandipanen kembali, catatan apabila buah sudah masak tetapi tidak dipetik maka akanberakibat datangnya binatang pemakan buah seperti kalong, tupai dll.

8.4. Prakiraan Produksi

Apabila penanganan dan pemeliharaan semenjak pembibitan hingga panendilakukan secara baik dan benar serta memenuhi aturan yang ada maka dapatdiperkirakan mendapatkan hasil yang diharapkan. Pada penanaman 400 pohonsetelah 2-3 bulan dari pohon cangkokan setelah tanam sudah mulai berbunga dan 6bulan sudah mulai dipanen, pemanenan dilakukan setiap 4 hari sekali dengan hasilsetiap panenan seberat 100 kg buah jambu. Di Indonesia per tahunnya dapat

Page 175: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

mencapai 53.200 ton dengan luas tanaman selebar 17.100 hektar. Harga jualsekarang ke konsumen mencapai Rp. 650,- per ikat atau sampai Rp.750/ kg.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Setelah dilakukan pemanenan yang benar buah jambu biji harus dikumpulkan secarabaik, biasanya dikumpulkan tidak jauh dari lokasi pohon sehingga selesaipemanenan secara keseluruhan. Hasil panen selanjutnya dimasukkan dalamkeranjang dengan diberi dedauan menuju ke tempat penampungan yaitu dalamgudang/gubug.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Tujuan penyortiran buah jambu biji dimaksudkan jambu yang bagus mempunyaiharga jualnya tinggi, biasanya dipilih berdasarkan ukuran dan mutunya, buah yangkecil tetapi baik mutunya dapat dicampur dengan buah yang besar dengan mutusama, yang biasanya dijual dalam bentuk kiloan atau bijian dan perlu diingat bahwadalam penyortiran diusahakan sama besar dan sama baik mutunya. Dan dilakukansesuai dengan jenis jambu biji, jangan dicampur adukkan dengan jenis yang lain.

9.3. Penyimpanan

Penyimpanan jambu biji biasanya tidak terlalu lama mengingat daya tahan jambu bijitidak bisa terlalu lama dan sementara belum dapat dijual ke pasar ditampung duludalam gubug-gubug atau gudang dengan menggunakan kantong PE, suhu sekitar23-25 derajat C dan jambu dapat bertahan hingga 15 hari dalam kantong PE danditambah 7 hari setelah dikeluarkan dari kantong PE, sehingga dapat meningkatkandaya simpan 4,40 kali dibandingkan tanpa perlakuan. Tekanan yang baik adalah -1013 mbar dan dapat menghasilkan kondisi PE melengket dengan sempurna padapermukaan buah, konsentrasi C0² sebesar 5,21% dan kerusakan 13,33% setelahpenyimpanan dalam kantong PE. Jalan yang terbaik untuk penyimpanan buah jambudengan jalan diawetkan, biasanya dilakukan dengan jalan dibuat asinan ataumanisan dan dimasukkan dalam kaleng atau botol atau dapat juga denganmenggunakan kantong plastik. Hal ini dapat menjaga kesterilan dan ketahanansehingga dapat lama dalam penyimpanannya. Serta biasanya dibuat minuman ataukoktail.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Jambu biji dengan hasil jual dapat tinggi tidak tergantung dari rasanya saja, tetapipada kenampakan dan cara pengikatannya, apa bilaakan di jual tidak jauh dari lokasimaka cukup dibawa dengan dimasukkan dalam keranjang dengan melalui saranasepeda atau kendaraan bermotor. Untuk pengiriman dengan jarak yang agak jauh

Page 176: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

(antar pulau) yang membutuhkan waktu hingga 2-3 hari lamanya perjalanan buahjambu batu dilakukan dengan cara di pak dengan menggunakan peti yang berukuranpersegi panjang 60 x 28,5 x 28,5 cm, keempat sudutnya yang panjang dengan jarak1 cm, sisi yang pendek sebaiknya dibuat dari 1atau 2 lembar papan setebal 1cm,karena sisi ini dalam pengangkutan akan diletakkan di bagian bawah, sebaiknyapembuatan peti dilakukan jarang-jarang guna untuk memberi kebebasan udara untukkeluar masuk dalam peti. Sebelumnya buah jambu dipilih dan di pak. Setelah itudisusun berderet berbentuk sudut terhadap sisi peti, yang sebelumnya dialasidengan lumut/sabut kelapa, atau bahan halus dan lembut lainnya. Kemudian setelahpenuh lapisan atas dilapisi lagi dengan sabut kelapa yang terakhir ditutup denganpapan, sebaiknya kedua sisi panjang dibentuk agak gembung, biasanya penempatanpeti bagian yang pendek ditempatkan dibawah didalam perjalanan.

9.5. Penanganan Lain

Agar hasil penyimpanan dapat bernilai tinggi maka perlu dilakukan pengolahanterlebih dulu. dan biasanya dengan cara pengawetan yang kemudian disimpan ataudikemas dalam botol/kaleng atau juga dengan kantong plastik, guna menghambatproses pembusukan buah didalam botol, dan dapat membuka peluang untukmenikmati buah jambu biji pada setiap saat tanpa menunggu musim berbuahberikutnya. Seperti berbentuk koktail jambu, manisan jambu dan jambu biji kalengan.Dengan membuka peluang untuk dilakukan eksport buah olahan dari buah jambubiji. Seperti jus jambu biji berbentuk cairan agak kental atau sirup.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya jambu biji seluas 1 hektar dengan jarak tanam 8 x 8 m,populasi 156 pohon di Jawa Barat pada tahun 1999.

1) Biaya produksi tahun ke-11. Sewa lahan Rp. 30.000.000,-2. Bibit 800 batang @ Rp. 3.000,- Rp. 2.400.000,-3. Pupuk

- Pupuk kandang 6 ton @ Rp. 150.000,-/ton Rp. 900.000,-- Urea 25 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 37.500,-- SP-36 25 kg @ Rp.1.900,- Rp. 47.500,-- KCl 25 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 45.000,-

4. Pestisida dan fungisida Rp. 800.000,-5. Tenaga kerja

- Lubang tanam, ajir 23 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 161.000,-- Beri pupuk 8 HKP + 15 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 131.000,-- Tanam 8 HKP + 10 HKW Rp. 106.000,-- Pemeliharaan 40 HKP+20 HKW Rp. 400.000,-

Page 177: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Biaya produksi tahun ke-2 s.d. ke-41. Pupuk

- Pupuk kandang 10 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 1.500.000,-- Urea 75 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 112.500,-- SP-36 50 kg @ Rp.1.900,- Rp. 95.000,-- KCl 50 kg @ Rp.1.800,- Rp. 90.500,-

2. Pestisida dan fungisida Rp. 781.250,-3. Tenaga kerja

- Tenaga pemeliharaan 50 HKP+50 HKW Rp. 625.000,-4. Alat Rp. 600.000,-

3) Biaya produksi tahun ke-5 s.d. ke-151. Pupuk

- Pupuk kandang 24 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 3.600.000,-- Urea 125 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 187.500,-- SP-36 300 kg @ Rp.1.900,- Rp. 570.000,-- KCl 150 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 270.000,-

2. Pestisida dan fungisida Rp. 1.093.750,-3. Alat Rp. 450.000,-4. Tenaga kerja

- Pemeliharaan 50 HKP + 60 HKW Rp. 675.000,-- Panen & pasca panen 40 HKP + 50 HKW Rp. 550.000,-

Jumlah biaya produksi dalam 15 tahun Rp. 127.799.500,-

4) Pendapatan dari hasil produksi (15 tahun) : 70 ton Rp. 245.000.000,-

5) Keuntungan bersih 15 tahun Rp. 117.200.500,-

6) Parameter kelayakan usaha1. B/C rasio = 1,917

Panen dimulai pada tahun ke 6 dan keuntungan mulai diraih pada tahun ke enam.Analisis biaya dan pendapatan ini tidak bersifat tetap, tergantung pada besarnyasewa lahan, upah pekerja, fluktuasi harga saprodi,dan harga produksi buah yangdidapatkan.

10.2.Gambaran Peluang Agrobisnis

Prospek komoditi jambu biji cukup cerah, sebab permintaan terhadap komoditi initerus meningkat dari tahun ke tahun. Hanya dalam membudidayakan tanaman jambuair perlu memilih jenis yang tepat, yakni yang banyak digemari masyarakat, sepertijambu biji bangkok.

Page 178: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilancontoh dan cara pengemasan.

11.2.Diskripsi

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

11.4.Pengambilan Contoh

Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Darisetiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah danbawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampaidiperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.a. Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.b. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil

7.c. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.d. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.e. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15

(minimum).

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalamanatau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.

11.5.Pengemasan

Jambu biji dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersihmaksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain:nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih,negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Pusat Informasi Pertanian, Trubus Kumpulan Kliping Jambu Biji: Jenis danManfaat Budidaya Panen dan Pasca Panen. Jakarta: 1993. 108p: gamb.

2) Rahardi F.; Rina Nirwan S. dan Iman Satyawibawa Agribisnis tanamanperkebunan. Jakarta: Penebar Swadaya, 1994. Vi + 67p; ilus.; 21 p.

Page 179: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 17/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Ensiklopedi nasional Indonesia. Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1989. Jilid 7: hal 325.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 180: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

JAMBU METE( Anacardium occidentale L. )

1. SEJARAH SINGKAT

Jambu mete merupakan tanamnan buah berupa pohon yang berasal dari BrasilTenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun yang lalu,kemudian menyebar ke daerah tropis dan subtropis lainnya seperti Bahana, Senegal,Kenya, Madagaskar, Mozambik, Srilangka, Thailand, Malaysia, Filipina, danIndonesia. Di antara sekian banyak negara produsen, Brasil, Kenya, dan Indiamerupakan negara pemasok utama jambu mete dunia.

Jambu mete tersebar di seluruh Nusantara dengan nama berbeda-beda (diSumatera Barat: jambu erang/jambu monye, di Lampung dijuluki gayu, di daerahJawa Barat dijuluki jambu mede, di Jawa Tengah dan Jawa Timur diberi nama jambumonyet, di Bali jambu jipang atau jambu dwipa, dan di Sulawesi Utara disebut buahyaki.

Page 181: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2. JENIS TANAMAN

Jambu mete mempunyai puluhan varietas, di antaranya ada yang berkulit putih,merah, merah muda, kuning, hijau kekuningan dan hijau.

3. MANFAAT TANAMAN

Tanaman jambu mete merupakan komoditi ekspor yang banyak manfaatnya, mulaidari akar, batang, daun, dan buahnya. Selain itu juga biji mete (kacang mete) dapatdigoreng untuk makanan bergizi tinggi. Buah mete semu dapat diolah menjadibeberapa bentuk olahan seperti sari buah mete, anggur mete, manisan kering, selaimete, buah kalengan, dan jem jambu mete.

Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna coklat. Apabila terkena udara,cairan tersebut berubah menjadi hitam. Cairan ini dapat digunakan untuk bahan tinta,bahan pencelup, atau bahan pewarna. Selain itu, kulit batang pohon jambu metejuga berkhasiat sebagai obat kumur atau obat sariawan. Batang pohon metemenghasilkan gum atau blendok untuk bahan perekat buku. Selain daya rekatnyabaik, gum juga berfungsi sebagai anti gengat yang sering menggerogoti buku.

Akar jambu mete berkhasiat sebagai pencuci perut. Daun Jambu mete yang masihmuda dimanfaatkan sebagai lalap, terutama di daerah Jawa Barat. Daun yang tuadapat digunakan untuk obat luka bakar.

4. SENTRA PENANAMAN

Tanaman jambu mete banyak tumbuh di Jawa Tengah (Jepara, Wonogiri), JawaTimur (Bangkalan, Sampang, Sumenep, Pasuruan, dan Ponorogo), dan diYogyakarta (Gunung Kidul, Bantul, dan Sleman). Di luar Pulau Jawa, Jambu metebanyak ditanam di Bali (Karangasem), Sulawesi Selatan (Kepulauan Pangkajene,Sidenreng, Soppeng, Wajo, Maros, Sinjai, Bone, dan Barru), Sulawesi Tenggara(Muna). dan NTB (Sumbawa Besar, Dompu, dan Bima).

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1) Tanaman jambu mete sangat menyukai sinar matahari. Apabila tanaman jambumete kekurangan sinar matahari, maka produktivitasnya akan menurun atau tidakakan berbuah bila dinaungi tanaman lain.

2) Suhu harian di sentra penghasil jambu mete minimun antara 15-25 derajat C danmaksimun antara 25-35 derajat C. Tanaman ini akan tumbuh baik dan produktifbila ditanam pada suhu harian rata-rata 27 derajat C.

Page 182: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Jambu mete paling cocok dibudidayakan di daerah-daerah dengan kelembabannisbi antara 70-80%. Akan tetapi tanaman jambu mete masih dapat bertoleransipada tingkat kelembaban 60-70%.

4) Angin kurang berperan dalam proses penyerbukan putik tanaman jambu mete.Dalam penyerbukan bunga jambu mete, yang lebih berperan adalah seranggakarena serbuk sari jambu mete pekat dan berbau sangat harum.

5) Daerah yang paling sesuai untuk budi daya jambu mete ialah di daerah yangmempunyai jumlah curah hujan antara 1.000-2.000 mm/tahun dengan 4-6 bulankering (<60 mm).

5.2. Media Tanam

1) Jenis tanah paling cocok untuk pertanaman jambu mete adalah tanah berpasir,tanah lempung berpasir, dan tanah ringan berpasir.

2) Jambu mete paling cocok ditanam pada tanah dengan pH antara 6,3 - 7,3, tetapimasih sesuai pada pH antara 5,5 - 6,3.

5.3. Ketinggian Tempat

Di Indonesia tanaman jambu mete dapat tumbuh di ketinggian tempat 1-1.200 m dpl.Batas optimum ketinggian tempat hanya sampai 700 m dpl, kecuali untuk tujuanrehabilitasi tanah kritis.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

Budidaya jambu mete dapat diperbanyak secara generatif melalui biji dan secaravegetatif dengan cara pencangkokan, okulasi, dan penyambungan.

Biji yang akan ditanam harus berasal dari pohon induk pilihan. Cara penanganan bijimete untuk benih adalah :a) Buah mete/calon bibit dipanen pada pertengahan musim panen.b) Buah mete tersebut harus sudah matang dan tidak cacat.c) Biji mete segera dikeluarkan dari buah semu lalu dicuci bersih, kemudian disortir.d) Biji mete dijemur sampai kadar air 8-10%.e) Bila dikemas dalam kantong plastik, aliran udara di ruang penyimpanan harus

lancar dengan suhu antara 25-30 derajat C dan kelembaban: 70 -80%.f) Lama penyimpanan bibit ± 6 bulan, paling lama 8 bulan.g) Sebelum ditanam, benih (biji mete) harus disemai dahulu.

Page 183: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Sebelum ditanami lahan harus dibersihkan dahulu, pH harus 4-6, tanah tanamanjambu mete sangat toleran terhadap lingkungan yang kering ataupun lembab, jugaterhadap tanah yang kurang subur. Daerah dengan tanah liat pun jambu metedapat tetap bisa hidup dan berproduksi dengan baik. saat tanam jambu meteadalah awal musim hujan, pengolahan tanah sudah dimulai di musim kemarau.

2) Pembukaan lahan

Lahan yang akan ditanami jambu mete harus terbuka atau terkena sinar mataharidan disiapkan sebaik-baiknya.Tanah dibajak/dicangkul sebelum musim hujan.Batang-batang pohon disingkirkan dan dibakar, untuk tanah yang pembuanganairnya kurang baik dibuatkan parit-parit drainase.

3) Pemupukan

Pemberian pupuk kandang dimulai sejak sebelum penanaman. Sebaiknya disaattanaman masih kecil, pemupukan dengan pupuk kandang itu diulangi barang duakali setahun. Caranya dengan menggali lubang sekitar batang, sedikit diluarlingkaran daun. pupuk atau kompos dimasukkan kedalam lubang galian itu.Pemupukan berikutnya dilakukan dengan menggali lubang, diluar lubangsebelumnya. Pemberian pupuk kandang dan kompos, kecuali dimaksudkan untukmemperbaiki keadaan fisik tanah.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola dan Jarak Tanam

Pada budi daya monokultur jarak tanam dianjurkan 12 x 12 m. Maka dalam setiapsatu ha lahan jumlah total tanaman yang dibutuhkan sebanyak 69 batang. Jaraktanam dapat dibuat dengan ukuran 6 X 6 m sehingga jumlah total tanaman yangdibutuhkan adalah 276 batang/ha. Kerapatan tanaman kemudian dijarangkanpada umur 6-10 tahun.

Untuk efisiensi lahan, dapat diterapkan budidaya polikultur. Beberapa jenistanaman bernilai ekonomis dapat dimanfaatkan sebagai tanaman sela. Sebagaicontoh adalah tanaman palawija, rumput setaria, dan jambu mete. Bibit jambumete yang berasal dari pencangkokan dapat ditanam dengan jarak 5 x 5 m, bilajarak tanam jambu mete 10 x 10 m. Kedua bentuk ini hanya dapat diterapkan dilahan datar. Di lahan miring harus disesuaikan dengan garis kontur.

Page 184: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Pembuatan Lubang Tanam

Cara membuat lubang tanam:a) Tanah digali dengan ukuran : 30 x 30 x 30 cm. Bila jenis tanahnya sangat liat,

ukuran lubang tanam dibuat: 50 x 50 x 50 cm. Bila di lubang tanam terdapatlapisan cadas, harus ditembus, agar akar dapat tumbuh sempurna danterhindar dari genangan air.

b) Pada waktu penggalian lubang, lapisan tanah bagian atas dipisahkan ke arahUtara dan Selatan serta lapisan bawah ke arah Timur dan Barat.

d) Lubang tanam dibiarkan terbuka ± 4 minggu. Pada waktu penutupan lubang,tanah lapisan bawah dikembalikan ke tempat semula, disusul lapisan atas yangtelah bercampur dengan pupuk kandang ± 1 pikul.

e) Di lubang tanam yang telah ditimbun dibuat ajir agar lubang tanam mudahditemukan kembali.

3) Cara Penanaman

Penanaman dapat dilakukan 4–6 minggu setelah lubang tanam disiapkan. Untukmengurangi keasaman tanah, pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukanpada musim kemarau.Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:a) Bibit yang akan ditanam dilepas dari polybag. Tanah yang melekat pada akar

dijaga jangan sampai berantakan agar perakaran bibit tidak rusak.b) Penanaman dilakukan sampai sebatas leher akar atau sama dalamnya seperti

sewaktu masih dalam persemaian. Bila menggunakan bibit dari okulasi dansambung, diusahakan akar tunggangnya tetap lurus. Letak akar cabangdiusahakan tersebar kesegala arah. Ujung-ujungnya yang patah/rusaksebaiknya dipotong.

c) Tanah disekitar batang dipadatkan dan diratakan agar tidak dapat terdapatrongga-rongga udara diantara akar dan tidak terjadi genangan air. Tanamanperlu diberi penyangga dari bambu agar dapat tumbuh tegak.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyiraman

Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air. Oleh karena itu tanaman perludisiram pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan secukupnya dan airsiraman jangan sampai menggenangi tanaman.

2) Penyulaman

Penyulaman dilakukan setalah tanaman berumur 2-3 tahun. Apabila tanamanberumur ≥ 3 tahun maka pertumbuhan tanaman sulaman umumnya kurang baikatau akan terhambat.

Page 185: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Penyiangan dan Penggemburan

Bibit jambu mete mulai berdaun dan bertunas setelah 2-3 bulan ditanam.Pembasmian gulma sebaiknya dilakukan sekali dalam 45 hari. Tanah yangdisiram setiap hari tentu semakin padat dan udara di dalamnya semakin sedikit.Akibatnya, akar tanaman tidak leluasa menyerap unsur hara. Untuk itu tanah disekitar tanaman perlu digemburkan.

4) Pemupukan

Tanaman jambu mete dipupuk dengan pupuk kandang, kompos, atau pupukbuatan. Pemberian pupuk kandang/ kompos dilakukan dengan cara menggali paritmelingkar, di luar tajuk sebanyak ± 2 blek minyak tanah (± 20 kg). Pupukdituangkan ke dalam parit dan ditutup dengan tanah. Pemupukan berikutnyadilakukan dengan pupuk buatan.

5) Pemangkasan

Cara pemangkasan tanaman jambu mete dilakukan sebagai berikut:a) Tunas-tunas samping pada bibit terus-menerus dipangkas sampai tinggi

cabang mencapai 1 - 1,5 m dari tanah.b) Pilih 3 - 5 cabang sehat dan baik posisinya terhadap batang pokok .c) Pemangkasan ini dilakukan sebelum tanaman berbunga. Pemangkasan untuk

pemeliharaan dilakukan setelah tanaman berbuah.

6) Penjarangan

Penjarangan dilakukan bertahap pada saat tajuk tanaman saling menutupi.Apabila jarak tanaman 6 x 6 m dan ditanam secara monokultur maka tajuktanaman diperkirakan sudah bersentuhan pada tahun 6 - 10 tahun. Pada saat itupenjarangan mulai dilakukan.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

Hama yang sering menyerang tanaman jambu mete adalah hama pengisap daun,nyamuk daun, penggerek daun, penggulung daun, ulat kipat, ulat hijau, dan ulatperusak bunga. Insektisida yang dianjurkan antara lain: Tamaron, Folidol, Lamnate,Basudin dan Dimecron dengan dosis 2cc atau 2 gram/liter air.

1) Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)

Pada tanaman terlihat kepompong bergelantungan. Ulat berwarna hitam bercak-bercak putih, kepala dan ekor warna merah nyala, seluruh tubuhnya ditumbuhi

Page 186: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

rambut putih. Telurnya berwarna putih, oval. Fase pupa berlangsung 4 minggu,fase kepompong 3-5 minggu. Gejala: daun-daun tidak utuh dan terdapat bekasgigitan; pada serangan yang hebat, daun dapat habis sama sekali, tetapi tanamantidak mati; tanaman tidak akan menghasilkan buah, dan baru pulih setelah 18bulan. Pengendalian: dengan menyemprotkan insektisida Symbush 50 EC atauPumicidin dengan dosis 1,0 - 1,5 ml/liter air.

2) Helopeltis sp.

Tubuh imago berwarna hitam, kecuali abdomen bagian belakang sebelah bawahberwarna putih. Gejala: pada tunas-tunas daun muda, tangkai daun terdapatbercak-bercak hitam tidak merata; daun dan ranting segera mengering dan diikutidengan gugurnya daun. Pengendalian: (1) melalui teknik bercocok tanam,misalnya dengan mengurangi tanaman inang atau tanaman peneduh; (2) denganinsektisida Agroline dengan dosis 0,2 % atau Thiodan dengan dosis 0,02 %.

3) Ulat penggerek batang (Plocaederus feeeugineus L)

Gejala: mula-mula daun berubah warna menjadi kuning; lama-kelamaan daunakan gugur/rontok dan tanaman dapat mati. Pengendalian: (1) denganmenangkap ulat penggerek tersebut; (2) dengan mengolesi sekitar permukaanbatang/akar dengan larutan BMC 1-2% (20 gram/liter air).

4) Hama penggerek buah dan biji (Nephoteryx sp.)

Gejala: buah muda yang diserang hama ini akan berjatuhan dan kering, sedangbuah tua isinya belum penuh. Pengendalian: belum didapatkan cara yang tepat,sebab larva instar yang jatuh terakhir dan menjadi pupa di tanah, maka hamadapat diberantas secara mekanis atau kimiawi, yaitu dengan menggunakanKarbaril 0,15%.

7.2. Penyakit

Penyakit yang sering menyerang adalah penyakit busuk batang dan akar, penyakitbunga dan putik, dan Antracnossis. Penyakit ini dapat dibasmi dengan FungisidaZinc Carmamate, Captacol dan Theophanatea.

1) Penyakit layu

Penyakit ini muncul bila tempat pembibitan terlalu lembab dan jenuh air.Penyebab: jamur Phytophthora palmivora, Fusarium sp. dan Phytium sp. Gejala:bila tanaman tiba-tiba menjadi layu. Pengendalian: (1) dengan memperbaikilingkungan pembibitan, seperti memperdalam parit pembuangan air danmengurangi naungan yang terlalu rapat; (2) dengan penyemprotan Dithane M 45secara teratur dan terencana.

Page 187: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Daun layu dan kering

Penyebab: bakteri Phytophthora solanacearum. Gejala: secara mencolok daun-daun berubah warna dari hijau menjadi kuning lalu gugur; beberapa cabangmeranggas dan tanaman akhirnya mati; jaringan kayu pada batang yangterserang di bawah kulit berwarna hitam atau biru tua dan berbau busuk.Pengendalian: tanaman yang terserang penyakit ini harus dibongkar sampai keakar-akarnya supaya penyakit tidak menular ke tanaman lain; pencegahan harussecara terpadu; bibit dan alat-alat pertanian harus bebas dari kontaminasi bakteridan karantina tanaman dilakukan secara konsekuen.

3) Bunga dan buah busuk

(1) Penyebab: Colletrichum sp., Botryodiplodia sp., Pestalotiopsis sp. Gejala: kulitbuah hitam dan busuk. (2) Penyebab: Pestalotiopsis sp, Colletrichum sp,Pestalotiopsis sp., Botryodiplodia sp., Fusarium sp. Gejala: permukaan kulit buah& kulit biji, kering kecoklatan & pecah-pecah, bunga & tangkainya busuk. (3)Penyebab : Botryodiplodia sp. , Fusarium sp., Pestalotiopsis sp. Gejala: kulit bijibusuk dan hitam. Pengendalian: (1) perlu dilakukan secara terpadu; (2) untukmemberantas jamur parasit ini beberapa fungisida yang efektif adalah Dithane M-45, Delsene MX 200, Difolan 4F, Cobox, dan Cuproxy Chloride.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Ciri-ciri buah jambu mete yang sudah tua adalah sebagai berikut:a) Warna kulit buah semu menjadi kuning, oranye, atau merah tergantung pada

jenisnya.b) Ukuran buah semu lebih besar dari buah sejati.c) Tekstur daging semu lunak, rasanya asam agak manis, berair, dan aroma

buahnya mirip aroma stroberi.d) Warna kulit bijinya menjadi putih keabu-abuan dan mengilat.

Ketepatan masa panen dan penanganan buah mete selama masa pemanenanmerupakan faktor penting. Tanaman jambu mete dapat dipanen untuk pertama kalipada umur 3-4 tahun. Buah mete biasanya telah dapat dipetik pada umur 60-70 harisejak munculnya bunga. Masa panen berlangsung selama 4 bulan, yaitu pada bulanNovember sampai bulan Februari tahun berikutnya. Agar mutu gelondong/kacangmete baik, buah yang dipetik harus telah tua.

8.2. Cara Panen

Sampai saat ini ada dua cara panen yang lazim dilakukan di berbagai sentra jambumete di dunia, yaitu cara lelesan dan cara selektif.

Page 188: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

a) Cara lelesanDilakukan dengan membiarkan buah jambu mete yang telah tua tetap di pohondan jatuh sendiri atau para petani menggoyang-goyangkan pohon agar buah yangtua berjatuhan.

b) Cara selektifDilakukan secara selektif (buah langsung dipilih dan dipetik dari pohon). Apabilabuah tidak memungkinkan dipetik secara langsung, pemanenan dapat dibantudengan galah dan tangga berkaki tiga.

8.3. Prakiraan Produksi

Banyaknya hasil panen tergantung dari umur tanam. Jambu mete yang berumur 3-4tahun dapat menghasilkan gelondong kering 2-3 kg/pohon. Hasil ini meningkatmenjadi 15-20 kg/pohon pada umur 20-30 tahun. Tanaman jambu mete sebenarnyamasih dapat berproduksi sampai umur 50 tahun, tetapi masa paling produktifnyaadalah pada umur 25-30 tahun.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Mutu kacang mete di pasaran cukup bervariasi. Variasi mutu kacang mete tersebutantara lain dipengaruhi oleh varietas tanaman jambu mete yang berbeda danperlakuan serta pengawasan selama proses pengolahan berlangsung. Banyaknyavarietas tanaman jambu mete yang ditanam oleh para petani indonesiamenyebabkan mutu mete yang dihasilkan sangat beragam baik mengenai ukurangelondong, warna, rasa, maupun rendamen kacang metenya.

9.2. Pengolahan Gelondong Mete

Pengolahan gelondong mete dapat dilakukan melalui tahapan berikut ini:a) Pemisahan gelondong dengan buah semub) Pencucianc) Sortasi dan pengelasan mutud) Pengeringane) Penyimpanan

9.3. Pengolahan Kacang Mete

Urutan pengolahan kacang mete adalah:a) Pelembaban gelondong meteb) Penyangraian gelondong metec) Pengupasan kulit gelondong meted) Pelepasan kulit ari

Page 189: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

e) Sortasi dan pengelasan mutuf) Pengemasan

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Jambu mete mulai berbuah pada umur ± 5 tahun. Panen setiap tahun, hasilnyameningkat mulai umur 8 - 10 tahun. Setelah itu berbuah lebat hingga lebih dari 20tahun. Dengan menanam jambu mete, disamping menjaga kelestarian tanah dan air,setiap hektar akan diperoleh 100 pohon x 5 kg/pohon x Rp. 500,- = Rp. 250.000,-(tahun 1988)

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Mutu kacang mete dinilai dari bentuk, ukuran biji, bobot biji dan warna. Selain itu jugafaktor rasa, bau, dan tekstur ikut mem-pengaruhi mutu kacang mete, terutama dalamhubungannya dengan penerimaan konsumen. Rasa kacang mete dipengaruhi olehfaktor intrinsik alami, varietas tanaman dan faktor ekstrinsik seperti tumbuhnya jamurpada kacang dan proses pengolahannya.

11.2.Diskripsi

Biji Mete kupas (Cashew Kernels) adalah biji dari buah tanaman jambu mete yangtelah dikupas kulitnya dan telah dikeringkan. Standar mutu kacang mete di Indonesiatercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-2906-1992.

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Jenis/kelas mutu kacang mete terbagi menjadi 4 kelas (I, II, III dan IV). Adapunstandar atau syarat mutu kacang mete dilihat dari:a) Kulit arib) Biji terkena CNSLc) Seranggac) Biji berulatd) Biji busuke) Biji bercendawan/jamurf) Benda-benda asing

Page 190: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

g) Warna (Kelas I: ke-putih-putihan)h) Bobot maksimum dalam gram/biji: I = 5 gram/biji; II = 5 gram/biji; III = 10 gram/biji.h) Kadar air dalam maksimum %: I = 16%; II = 15% ; III = 15%.i) Keutuhan biji mete ( utuh, belah, pecah, tidak termasuk biji utuh)

11.4.Pengambilan Contoh

Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah peti/kartondengan maksimum 30 peti/karton dari tiap partai barang, kemudian tiap peti/kartondiambil contoh kurang lebih 500 gram Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampursehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal.Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 1000 gramContoh kemudian disegel dan diberi label.

11.5.Pengemasan

Pengemasan tidak dapat meningkatkan atau memperbaiki mutu, tetapi hanyamempertahankan atau melindungi mutu produk yang dikemas. Oleh karena itu hanyaproduk yang baik yang perlu dikemas. Produk yang rusak atau busuk yang adadalam kemasan akan menjadi kontaminasi dan infeksi bagi produk yang masihsehat. Akibatnya produk tidak akan laku di pasaran.

Kacang mete yang diekspor biasanya dalam bentuk mentah dengan kadar air antara4-6%, yang dikemas dalam kaleng hampa udara dan diisi dengan karbondioksida.Kaleng kemasan yang digunakan sama dengan kaleng minyak tanah atau minyakgoreng, tetapi sebaiknya yang masih baru, bersih, kering, kedap udara dan tidakbocor, serta harus bebas dari infeksi serangga dan jamur serta tidak karatan.

Bagian luar peti/karton pembungkus ditulis dengan cat yang tidak mudah luntur danjelas terbaca antara lain:a) Produksi Indonesia.b) Nama barang.c) Nama perusahaan/eksportir.d) Jenis mutu.e) Nomor kemasan.f) Berat kotor.g) Berat bersih.h) Negara/tempat tujuan.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Liptan (1988). Jambu Mete Sebagai tanaman penghijauan. Balai InformasiPertanian Banjarbaru.

Page 191: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Liptan. (1990). Budidaya Jambu Mete. Lembar Informasi Pertanian. ProyekInformasi Pertanian Kalimantan Tengah. 2 hal.

3) Saragih, Yan Pieter; Haryadi, Yadi. (1994). METE. Budidaya Jambu Mete.Pengupasan Gelondong. Bogor, Penebar Swadaya. 86 halaman

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 192: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1 / 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

J E R U K( Citrus sp. )

1. SEJARAH SINGKAT

Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cinadipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu,jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanamanjeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkanjeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut:Divisi : SpermatophytaSub divisi : AngiospermaeKelas : DicotyledonaeOrdo : RutalesKeluarga : RutaceaeGenus : CitrusSpesies : Citrus sp.

Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok (Citrusreticulata/nobilis L.), jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atasSiem Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. danC.sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yangterdiri atas jeruk Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yang

Page 193: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2 / 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

terdiri atas jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C.hystix ABC).

Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon dan Grapefruit.Sedangkan varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan, bali, nipis danpurut.

3. MANFAAT TANAMAN

1) Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan,dimana kandungan vitamin C yang tinggi.

2) Di Beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes,alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untukmembuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk campuran kue.

3) Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisionalpenurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radangmata.

4. SENTRA PENANAMAN

Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi: Garut (Jawa Barat), Tawangmangu(Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan),Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera Utara). Karena adanyaserangan virus CVPD (Citrus Vein Phloen Degeneration), beberapa sentrapenanaman mengalami penurunan produksi yang diperparah lagi oleh sistemmonopoli tata niaga jeruk yang saat ini tidak berlaku lagi.

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1) Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah.Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahanangin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin.

2) Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah(musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buahagar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan airyang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.

3) Temperatur optimal antara 25-30 derajat C namun ada yang masih dapat tumbuhnormal pada 38 derajat C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20 derajat C.

4) Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari.5) Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.

Page 194: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3 / 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5.2. Media Tanam

1) Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7-27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.

2) Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.3) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5–

6,5 dengan pH optimum 6.4) Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan

tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanamanjeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.

5) Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringansekitar 300.

5.3. Ketinggian Tempat

Tinggi tempat dimana jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran rendahsampai tinggi tergantung pada spesies:1) Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl.2) Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl.3) Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl.4) Jenis Siem: 1–700 m dpl.5) Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl.6) Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl.7) Jenis Purut: 1–400 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Bibit

Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupapenyambungan tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit, miripdengan induknya (true to type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaanbatang halus, akar serabut banyak, akar tunggang berukuran sedang dan memilikisertifikasi penangkaran bibit.

2) Penyiapan Bibit

Bibit yang biasa digunakan untuk budidaya jeruk didapatkan dengan carageneratif dan vegetatif.

Page 195: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4 / 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Teknik Penyemaian Bibit

a) Cara generatif

Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Bijidikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnyahilang.

Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30-4- cmdan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara keselatan. Jarak petakan 0,5-1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang1 kg/m2.

Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram.Setelah tanam, persemaian diberi atap. Bibit dipindahtanam ke dalam polibag15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalampolibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupukkandang, sekam, pasir (1:1:1).

b) Cara Vegetatif

Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk danpenempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batangbawah (onderstam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakarankuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleranterhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawahyang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese citroen, Rough lemon,Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange.

6.2. Pengolahan Media Tanam

Tanaman jeruk ditanam di tegalan tanah sawah/di lahan berlereng. Jika ditanam disuatu bukit perlu dibuat sengkedan/teras. Lahan yang akan ditamani dibersihkan daritanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jerukdapat dilihat pada data berikut ini:1) Keprok dan Siem : jarak tanam 5 x 5 m2) Manis : jarak tanam 7 x 7 m3) Sitrun (Citroen) : jarak tanam 6 x 7 m4) Nipis : jarak tanam 4 x 4 m5) Grape fruit : jarak tanam 8 x 8 m6) Besar : jarak tanam (10-12) x (10-12) m

Lubang tanam hanya dibuat pada tanah yang belum diolah dan dibuat 2 minggusebelum tanah. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atastanah (25 cm). Tanah berasal dari lapisan atas dicampur dengan 20 kg pupukkandang. Setelah penanaman tanah dikembalikan lagi ke tempat asalnya. Bedengan(guludan) berukuran 1 x 1 x 1 m hanya dibuat jika jeruk ditanam di tanah sawah.

Page 196: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5 / 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.3. Teknik Penanaman

Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia airuntuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam,perlu dilakukan:1) Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan.2) Pengurangan akar.3) Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.

Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun kelapa ataudaun-daun yang bebas penyakit di sekitarnya. Letakkan mulsa sedemikian rupa agartidak menyentuh batang untuk menghindari kebusukan batang.

Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanamtanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi,tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang sekaligusberfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyulaman

Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.

2) Penyiangan

Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya, pada saatpemupukan juga dilakukan penyiangan.

3) Pembubunan

Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah di sekitarperakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan jika pangkal akarsudah mulai terlihat.

4) Pemangkasan

Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan menghilangkancabang yang sakit, kering dan tidak produktif/tidak diinginkan.

Dari tunas-tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yangkelak akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiapcabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya.

Page 197: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6 / 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegahpenyakit. Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas ke dalam Klorox/alkohol.Ranting yang sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.

5) Pemupukan

Pemberian jenis pupuk dan dosis (gram/tanaman) setelah penanaman adalahsebagai berikut:a) 1 bulan: Urea=100; ZA=200; TSP=25; ZK=100; Dolomit=20; P.kandang=20

kg/tan.b) 2 bulan: Urea=200; ZA=400; TSP=50; ZK=200; Dolomit=40; P.kandang=40

kg/tan.c) 3 bulan: Urea=300; ZA=600; TSP=75; ZK=300; Dolomit=60; P.kandang=60

kg/tan.d) 4 bulan: Urea=400; ZA=800; TSP=100; ZK=400; Dolomit=80; P.kandang=80

kg/tan.e) 5 bulan: Urea=500; ZA=1000; TSP=125; ZK=500; Dolomit=100;

P.kandang=100 kg/tan.f) 6 bulan: Urea=600; ZA=1200; TSP=150; ZK=600; Dolomit=120;

P.kandang=120 kg/tan.g) 7 bulan: Urea=700; ZA=1400; TSP=175; ZK=700; Dolomit=140;

P.kandang=140 kg/tan.;h) 8 bulan: Urea=800; ZA=1600; TSP=200; ZK=800; Dolomit=160;

P.kandang=160 kg/tan.i) >8 bulan: Urea >1000; ZA=2000; TSP=200; ZK=800; Dolomit=200;

P.kandang=200 kg/tan.

6) Pengairan dan Penyiraman

Penyiraman jangan menggenangi batang akar. Tanaman diairi sedikitnya satu kalidalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitartanaman digemburkan dan ditutup mulsa.

7) Penjarangan Buah

Pada tahun di mana pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan penjarangansupaya pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah serta kualitasbuah terjaga. Buah yang dibuang meliputi buah yang sakit, yang tidak terkenasinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satutangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utamaterdapat dan sisakan hanya 2-3 buah.

Page 198: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7 / 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Kutu loncat (Diaphorina citri.)

Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala:tunas keriting, tanaman mati. Pengendalian: menggunakan insektisida bahanaktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos (Azodrin 60 WSC)dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC). Penyemprotandilakukan menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yang terserang.

2) Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)

Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga. Gejala: daun menggulungdan membekas sampai daun dewasa. Pengendalian: menggunakan insektisidadengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion,Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).

3) Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)

Bagian yang diserang adalah daun muda. Gejala: alur melingkar transparan ataukeperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok. Pengendalian:semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC,Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP)< Diazinon (Basazinon45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.

4) Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)

Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah. Gejala: bercak keperak-perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun.Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite (Omite), Cyhexation (Plictran),Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam 50 WP).

5) Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)

Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: lubang yang mengeluarkan getah.Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan insektisidaMethomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC)yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.

6) Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)

Bagian yang diserang Helopeltis antonii. Gejala: bercak coklat kehitaman denganpusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai

Page 199: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8 / 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis. Pengendalian: semprotkaninsektisida Fenitrotionmothion (Sumicidine 50 EC), Fenithion (Lebaycid),Metamidofos (Tamaron), Methomil (Lannate 25 WP).

7) Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)

Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes. Gejala:bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buahmuda gugur sebelum tua. Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktifMethomyl (Lannate 25 WP) dan Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudianbuang bagian yang diserang.

8) Thrips (Scirtotfrips citri.)

Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda. Gejala: helai daunmenebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam,kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadangdisertai nekrotis. Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapatdan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami.Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane) atau Z-Propargite(Omite) pada masa bertunas.

9) Kutu dompolon (Planococcus citri.)

Bagian yang diserang adalah tangkai buah. Gejala: berkas berwarna kuning,mengering dan buah gugur. Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl(Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S),Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian cegah datangnya semut yang dapatmemindahkan kutu.

10) Lalat buah (Dacus sp.)

Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak. Gejala: lubang kecil dibagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah. Pengendalian:gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC), Dimethoathe (Roxion 40 EC,Rogor 40 EC) dicampur dengan Feromon Methyl-Eugenol atau proteinHydrolisate.

11) Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)

Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai. Gejala: daun berwarna kuning,bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dancabang kering dan kulit retak buah gugur. Pengendalian: gunakan pestisidaDiazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC), Methidhation (Supracide 40 EC).

Page 200: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9 / 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12) Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.)

Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah.Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati. Pengendalian: perbaikisanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisidaCarbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).

7.2. Penyakit

1) CVPD

Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri.Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang. Gejala: daun sempit, kecil,lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye. Pengendalian:gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebunminimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untukvektor dan perhatikan sanitasi kebun yang baik.

2) Tristeza

Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserangjeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen. Gejala: lekukbatang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat.Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yangterserang, kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atauCascade.

3) Woody gall (Vein Enation)

Penyebab: virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphisgossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan SourOrange. Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun dipermukaan daun. Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus danperhatikan sanitasi lingkungan.

4) Blendok

Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang ataucabang. Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatiankumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas.Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberikarbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.

Page 201: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10 / 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) Embun tepung

Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dantangkai muda. Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda.Pengendalian: gunakan fungisida Pyrazophos (Afugan) dan Bupirimate (Nimrot25 EC).

6) Kudis

Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun,tangkai atau buah. Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabusberwarna kuning atau oranye. Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudiangunakan Fungisida Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate).

7) Busuk buah

Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae.Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: terdapat tepung-tepung padatberwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit. Pengendalian: hindari kerusakanmekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benpmyl, pelilinan buahdan pemangkasan bagian bawah pohon.

8) Busuk akar dan pangkal batang

Penyebab: jamur Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah akar danpangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning. Gejala: tunastidak segar, tanaman kering. Pengendalian: pengolahan dan pengairan yangbaik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20cm dari permukaan tanah.

9) Buah gugur prematur

Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yangdiserang: buah dan bunga Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buahgugur. Pengendalian: Fungisida Benomyl (Benlate) atau Caprafol.

10) Jamur upas

Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang. Gejala:retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulitdikelupas. Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisidacarbolineum. Kemudian potong cabang yang terinfeksi.

Page 202: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11 / 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11) Kanker

Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserangadalah daun, tangkai, buah. Gejala: bercak kecil berwarna hijau-gelap ataukuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecahdengan diameter 3-5 mm. Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux,Copper oxychlorida. Selain itu untuk mencegah serangan ulat peliang daunadalah dengan mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycinselama 1 jam.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28–36minggu, tergantung jenis/varietasnya.

8.2. Cara Panen

Buah dipetik dengan menggunakan gunting pangkas.

8.3. Perkiraan Produksi

Rata-rata tiap pohon dapat menghasilkan 300-400 buah per tahun, kadang-kadangsampai 500 buah per tahun. Produksi jeruk di Indonesia sekitar 5,1 ton/ha masih dibawah produksi di negara subtropis yang dapat mencapai 40 ton/ha.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan buah yangmutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi dilakukan berdasarkandiameter dan berat buah yang biasanya terdiri atas 4 kelas. Kelas A adalah buahdengan diameter dan berat terbesar sedangkan kelas D memiliki diameter dan beratterkecil.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Setelah buah dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya buah disortasi/dipisahkan daribuah yang busuk. Kemudian buah jeruk digolongkan sesuai dengan ukuran danjenisnya.

Page 203: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12 / 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9.3. Penyimpanan

Untuk menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengantemperatur ruangan 8-10 derajat C.

9.4. Pengemasan

Sebelum pengiriman, buah dikemas di dalam keranjang bambu/kayu tebal yangtidak terlalu berat untuk kebutuhan lokal dan kardus untuk ekspor. Pengepakanjangan terlalu padat agar buah tidak rusak. Buah disusun sedemikian rupa sehinggadi antara buah jeruk ada ruang udara bebas tetapi buah tidak dapat bergerak.Wadah untuk mengemas jeruk berkapasitas 50-60 kg.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Analisis budidaya jeruk manis (Jaffa) skala 1 hektar selama masa tanam 6 tahun didaerah Batu (Malang) tahun 1999.

1) Biaya produksia. Sewa lahan 15 tahun @ Rp. 1.000.000,- Rp. 15.000.000,-b. Bibit 400 tanaman @ Rp. 2.500,- Rp. 100.000,-c. Pupuk kandang

- Tahun ke-1, 67 m3 @ Rp. 15.000,- Rp. 1.005.000,-- Tahun ke-2, 83 m3 @ Rp. 15.000,- Rp. 1.245.000,-- Tahun ke-3, 100 m3 @ Rp. 15.000,- Rp. 1.500.000,-- Tahun ke-4, 125 m3 @ Rp. 15.000,- Rp. 1.875.000,-- Tahun ke-5, 150 m3 @ Rp. 15.000,- Rp. 2.250.000,-- Tahun ke-6, 175 m3 @ Rp. 15.000,- Rp. 2.625.000,-

d. Pupuk Urea- Tahun ke-1, 80 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 112.800,-- Tahun ke-2, 100 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 141.000,-- Tahun ke-3, 145 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 204.450,-- Tahun ke-4, 152 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 214.320,-- Tahun ke-5, 222 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 313.020,-- Tahun ke-6, 333 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 469.530,-

e. Pupuk SP 36- Tahun ke-1, 65 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 133.575,-- Tahun ke-2, 85 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 174.675,-- Tahun ke-3, 100 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 205.500,-- Tahun ke-4, 100 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 205.500,-- Tahun ke-5, 111 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 228.105,-- Tahun ke-6, 166 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 341.130,-

f. Pupuk ZK

Page 204: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13 / 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Tahun ke-1, 26 kg @ Rp. 2.550,- Rp. 66.300,-- Tahun ke-2, 50 kg @ Rp. 2.550,- Rp. 127.500,-- Tahun ke-3, 73 kg @ Rp. 2.550,- Rp. 186.150,-- Tahun ke-4, 152 kg @ Rp. 2.550,- Rp. 387.600,-- Tahun ke-5, 333 kg @ Rp. 2.550,- Rp. 849.150,-- Tahun ke-6, 500 kg @ Rp. 2.550,- Rp. 1.275.000,-

g. Pupuk Daun- Tahun ke-1: 3 liter @ Rp. 54.000,- Rp. 162.000,-- Tahun ke-2: 6 liter @ Rp. 54.000,- Rp. 324.000,-- Tahun ke-3: 8 liter @ Rp. 54.000,- Rp. 432.000,-- Tahun ke-4: 10 liter @ Rp. 54.000,- Rp. 540.000,-- Tahun ke-5: 10 liter @ Rp. 54.000,- Rp. 540.000,-- Tahun ke-6: 10 liter @ Rp. 54.000,- Rp. 540.000,-

h. Obat dan Pestisida (Antracol, Karathane,Nimrod, Dimecron, dll)- Tahun ke-1: Rp. 3.000.000,-- Tahun ke-2: Rp. 4.400.000,-- Tahun ke-3: Rp. 4.840.000,-- Tahun ke-4: Rp. 5.668.000,-- Tahun ke-5: Rp. 8.400.000,-- Tahun ke-6: Rp. 11.104.000,-

i. Peralatan- Cangkul 20 buah @ Rp. 15.000,- Rp. 300.000,-- Sprayer 3 buah @ Rp. 300.000,- Rp. 900.000,-- Gunting pangkas 5 bh @ Rp. 50.000,- Rp. 250.000,-

j. Tenaga kerja :- Tenaga tetap 1 or, Rp. 960.000,-/th Rp. 5.760.000,-- Pengolahan lahan

Tahun ke-1: 15 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 75.000,-Tahun ke-2-6: 40 HOK, Rp. 200.000/th Rp. 1.000.000,-

- Buat lubang tanam: 70 HOK @ Rp.5.000 Rp. 350.000,-- Penanaman: 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-- Penyiangan: 20 HOK, Rp. 100.000/th Rp. 600.000,-- Pemupukan

Tahun ke-1-2: 30 HOK, Rp. 150.000,-/th Rp. 300.000,-Tahun ke-3: 40 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 200.000,-Tahun ke-4: 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-Tahun ke 5: 65 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 325.000,-Tahun ke-6: 75 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 375.000,-

- Pengendalaian HPTTahun ke-1: 24 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 120.000,-Tahun ke-2: 36 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 180.000,-Tahun ke-3: 48 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 240.000,-

- Penyemprotan HamaTahun Ke-1: 50 Hok @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-Tahun ke-2: 65 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 325.000,-Tahun ke-3: 60 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 300.000,-

- Penyemprotan penyakit

Page 205: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14 / 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Tahun ke-1: 20 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 100.000,-Tahun ke-2: 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-Tahun ke-3: 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-

- Penyabutan batangTahun ke-2: 16 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 80.000,-Tahun ke-3: 20 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 100.000,-Tahun ke-4: 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-Tahun ke-5: 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-Tahun ke-6: 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-

- PengairanTahun ke-1-3: 30 HOK, Rp. 150.000,-/th Rp. 450.000,-Tahun ke-4-6: 40 HOK, Rp. 200.000,-/th Rp. 600.000,-

- PemangkasanTahun ke-2: 22 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 110.000,-Tahun ke-3: 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-Tahun ke-4: 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-Tahun ke-5: 60 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 300.000,-Tahun ke-6: 60 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 300.000,-

Jumlah biaya produksi selama 6 tahun Rp. 86.825.305,-

2) Pendapatan (mulai produksi tahun ke-3)a. Tahun ke-3: 1.665 kg @ Rp. 5.000,-/kg Rp. 8.325.000,-b. Tahun ke-4: 4.995kg @ Rp. 5.000,-/kg Rp. 24.975.000,-c. Tahun ke-5: 9.990 kg @ Rp. 5.000,-/kg Rp. 49.950.000,-d. Tahun ke-6: 19.960 kg @ Rp. 5.000,-/kg Rp. 99.800.000,-Jumlah pendapatan Rp.183.050.000,-

3) Keuntungan dalam 6 tahun Rp. 96.224.695,-Keuntungan rata-rata per tahun Rp. 16.037449,17,-

4) Parameter kelayakan usahaa. B/C ratio = 2,1

Catatan:Dalam budidaya jeruk manis (Jaffa), tanaman mulai berproduksi pada tahun ke 3dan keuntungan mulai didapat mulai tahun ke-4.

10.2 Gambaran Peluang Agribisnis

Di luar negeri jeruk merupakan komoditi buah-buahan yang sangat penting dengannilai ekonomi tinggi. Tendensi permintaan buah-buah internasional termasuk jerukakan meningkat, selain itu diperkiraan permintaan pasar dalam negeri akanmeningkat sebesar 10 % per tahun.

Konsumsi jeruk di Indonesia hanya 2,7 kg/orang/tahun, masih jauh dari konsumsiideal sebesar 6,4 kg/orang/tahun. Dengan konsumsi ideal, diperlukan 1,3 juta tonjeruk/tahun, padahal produksi jeruk di tahun 1996 hanya 793.810 ton/tahun yang

Page 206: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15 / 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

saat ini tidak bergerak banyak. Untuk itu masih diperlukan penambahan 50.129 hakebun jeruk.

Prospek agribisnis jeruk di Indonesia semakin baik karena lahan pertanian untukbuah-buahan meliputi areal jutaan hektar dan potensi peningkatan produksi jerukjuga tinggi karena selama ini kebun jeruk umumnya diusahakan secara tradisional.Selain itu, jeruk merupakan komoditas buah-buahan yang harganya relatif stabil.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilancontoh dan cara pengemasan.

11.2.Diskripsi

Jeruk keprok adalah buah dari tanaman jeruk keprok (Citrus reticulata LOUR) yangberkulit mudah dikupas, dalam keadaan cukup tua, utuh segar dan bersih.

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Jeruk keprok digolongkan dalam 4 (empat) ukuran yaitu kelas A, B, C dan D,berdasarkan berat tiap buah, yang masing-masing digolongkan dalam 2 (dua) jenismutu, yaitu Mutu I dan Mutu II.Kelas A: diameter � 7,1 cm atau � 151 gram/buah.Kelas B: diameter 6,1–7,0 cm atau 101–150 gram/buahKelas C: diameter 5,1–6,0 cm atau 51–100 gram/buahKelas D: diameter 4,0–5,0 cm atau � 50 gram/buah

Adapun syarat mutu buah jeruk keprok adalah sebagai berikut :1) Keasamaan sifat varietas: Seragam, cara uji organoleptik2) Tingkat ketuaan: Tua, tidak terlalu matang, cara uji organoleptik3) Kekerasan: Cukup keras, cara uji organoleptik4) Ukuran: Kurang seragam, cara uji SP-SMP-309-19815) Kerusakan, % (jml/jml): maks 5-10, cara uji SP-SMP-310-19816) Kotoran: bebas, bebas, cara uji organoleptik7) Busuk % (jml/jml): maks.1-2, cara uji SP-SMP-311-1981

11.4.Pengambilan Contoh

Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Darisetiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah danbawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampaidiperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.

Page 207: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16 / 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.2) Jumlah kemasan dalam partai (lot)101 sampai dengan 300, contoh yang diambil

7.3) Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.4) Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.5) Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15

(minimum).

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalamanatau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.

11.5.Pengemasan

Buah jeruk dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersihmaksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain:nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih,negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) AAK. 1992. Bertanam Pohon Buah-buahan 2. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta.2) Rahardi, Yovita H. Indriani & Haryono. 1999. Agribisnis Tanaman Buah. Penebar

Swadaya. Jakarta.2) Trubus no 340. 1998. Masih Diperlukan Penambahan 50.129 ha Kebun Jeruk.3) R. Bambang Soelarso, Ir. 1996. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit. Penerbit

Kanisisus. Yogyakarta.4) Bonus Trubus No. 345. 1998. Celah-celah Usaha Terpilih.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 208: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

KACANG TANAH( Arachis hypogeae L.)

1. SEJARAH SINGKAT

Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dariAmerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukanoleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanamanberkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang Tanah ini pertamakali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina danPortugis.

Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacangbandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacangtanah adalah “peanut” atau “groundnut”.

2. JENIS TANAMAN

Sistematika kacang tanah adalah sebagai berikut:Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhanDivisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbijiSub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutupKlas : Dicotyledoneae atau biji berkeping duaOrdo : Leguminales

Page 209: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Famili : PapilionaceaeGenus : ArachisSpesies : Arachis hypogeae L.; Arachis tuberosa Benth.; Arachis guaramitica

Chod & Hassl.; Arachis idiagoi Hochne.; Arachis angustifolia (Chod &Hassl) Killip.; Arachis villosa Benth.; Arachis prostrata Benth.; Arachishelodes Mart.; Arachis marganata Garden.; Arachis namby quaraeHochne.; Arachis villoticarpa Hochne.; Arachis glabrata Benth.

Varietas-varietas kacang tanah unggul yang dibudidayakan para petani biasanyabertipe tegak dan berumur pendek (genjah). Varietas unggul kacang tanahditandai dengan karakteristik sebagai berikut:a) Daya hasil tinggi.b) Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari.c) Hasilnya stabil.d) Tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun).e) Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.

Varietas kacang tanah di Indonesia yang terkenal, yaitu:a) Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan).b) Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan).c) Kacang Holle, merupakan tipe campuran hasil persilangan antara varietas-

varietas yang ada. Kacang Holle tidak bisa disamakan dengan kacang “Waspada”karena memang berbeda varietas.

3. MANFAAT TANAMAN

Di bidang industri, digunakan sebagai bahan untuk membuat keju, mentega, sabundan minyak goreng. Hasil sampingan dari minyak dapat dibuat bungkil (ampaskacang yang sudah dipipit/diambil minyaknya) dan dibuat oncom melalui fermentasijamur. Manfaat daunnya selain dibuat sayuran mentah ataupun direbus, digunakanjuga sebagai bahan pakan ternak serta pupuk hijau. Sebagai bahan pangan danpakan ternak yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40,50%), protein(27%), karbohidrat serta vitamin (A, B, C, D, E dan K), juga mengandung mineralantara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium, Phospor, Kalium dan Sulphur.

4. SENTRA PENANAMAN

Di tingkat Internasional mula-mula kacang tanah terpusat di India, Cina, Nigeria,Amerika Serikat dan Gombai, kemudian meluas ke negara lain. Di Indonesia kacangtanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatra Utara, Sulawesi dan kini telah ditanam diseluruh Indonesia.

Page 210: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

a) Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidakterserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkankelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.

b) Suhu udara bagi tanaman kacang tanah tidak terlalu sulit, karena suhu udaraminimal bagi tumbuhnya kacang tanah sekitar 28–32 derajat C. Bila suhunya dibawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat,bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.

c) Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65-75 %. Adanyacurah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitarpertanaman.

d) Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacangtanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.

5.2. Media Tanam

a) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis tanah yanggembur/bertekstur ringan dan subur.

b) Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pHantara 6,0–6,5.

c) Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang adadisekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan berserasi baik atau lahanyang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacangtanah.

5.3. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman kacang tanah adalah padaketinggian antara 500 m dpl. Jenis kacang tanah tertentu dapat ditanam padaketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Benih

Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:a) Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.

Page 211: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b) Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.c) Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.d) Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.e) Kadar air benih berkisar 9-12 %.

2) Penyiapan Benih

Penyiapan benih kacang tanah meliputi hal-hal sebagai berikut:a) Benih dilakukan secara generatif (biji).b) Benih sebaiknya tersimpan dalam kaleng kering dan tertutup rapat.c) Benih yang baik tersimpan dalam keadaan kering yang konstan.d) Benih diperoleh dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh

Balai Sertifikasi Benih.e) Perkiraan kebutuhan benih dapat mengikuti rumus sebagai berikut:

B = a x b x c kg100 x p x q

B = bobot benih (kg)a = Jumlah benih/lubang;b = Bibit per-1000 biji (g)c = Lokasi yang akan ditanam (hektar)p = Jarak antar barisan (m)q = Jarak dalam barisan (m)

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Pengukuran luas lahan sangat berguna untuk mengetahui berapa jumlah benihyang dibutuhkan. Kondisi lahan yang terpilih harus disesuaikan denganpersyaratan tanaman kacang tanah.

2) Pembukaan Lahan

Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macamgulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuanpembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang danmenghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pundengan mesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkauoleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.

3) Pembentukan Bedengan

Untuk memudahkan pengaturan penanaman dilakukan pembedengan sesuaidengan ukuran yang telah ditentukan, yaitu untuk lereng agak curam jarak tanamcukup 0,5 m dan untuk lahan yang tidak begitu miring bisa antara 30–40 meter.

Page 212: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Sedangkan untuk tanah datar, luas bedengan adalah 10 – 20 meter atau 2 x 10meter. Ketebalan bedengan antara 20–30 cm.

4) Pengapuran

Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam,perlu dilakukan pengapuran. Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran padasaat pembajakan adalah 1-2,5 ton/ha dicampurkan dan diaduk hingga merata.Selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.

5) Pemupukan

Pemupukan adalah untuk menambah unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.Jenis dan dosis pupuk setiap hektar yang dianjurkan adalah Urea=60–90 kgditambah TSP=60–90 kg ditambah KCl=50 kg. Semua dosis pupuk diberikan padasaat tanam. Pupuk dimasukkan di kanan dan kiri lubang tugal dan tugal dibuatkira-kira 3 cm.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yangsubur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cmatau 30 x 20 cm. Pada tanah yang kurang subur dapat ditanam lebih rapat yaitu40 x 10 cm atau 20 x 20 cm.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm dengan tugal dengan jarak seperti yang telahditentukan di atas.

3) Cara Penanaman

Pilih benih kacang yang telah memenuhi syarat benih bermutu tinggi. Masukanbenih satu atau dua butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanamyang paling baik dilahan kering adalah pada awal musim hujan, di lahan sawahdapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September(palawija II). Sedangkan untuk lahan bukaan terlebih dahulu dilakukan inokulasirhizobium (benih dicampur dengan inokulan dengan dosis 4 gram/kg) kemudianbenih langsung ditanam paling lambat 6 jam.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyulaman

Page 213: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Penyulaman dilakukan bila ada benih yang mati atau tidak tumbuh, untukpenyulaman waktunya lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ±3-7 hari setelah tanam).

2) Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk menghindari hama dan penyakit tanaman. Juga agartanaman yang ditanam tidak bersaing dengan tanaman liar (gulma) pada umur 5-7hari.

3) Pembubunan

Pembubunan dilakukan dengan cara mengumpulkan tanah di daerah barisansehingga membentuk gundukan yang membentuk memanjang sepanjang barisantanaman.

4) Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan yaituUrea=60-90 kg/ha ditambah TSP=60-90 kg/ha ditambah KCl=50 kg/ha. Semuadosis pupuk diberikan pada saat tanam dan pupuk dimasukan dikanan kiri lubangtunggal.

5) Pengairan dan Penyiraman

Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban padamusim kemarau diberikan mulsa dan pada saat tanaman berbunga tidak dilakukanpenyiraman, karena dapat menggganggu penyerbukan.

6) Waktu Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan untuk mengusir ataupun memberantas hama tanaman hendaknyadilakukan pada sore atau malam hari. Obat yang digunakan maupun dosis sesuaidengan jenis hama yang menyerang tanaman tersebut.

7) Pemeliharaan Lain

Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, asalkantidak memerlukan biaya yang berarti, misalnya pemangkasan, perambatan,pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agarmenunjang kesehatan tanaman).

Page 214: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

a) UretGejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong akhirnya tanaman layudan mati. Pengendalian: menanam serempak, penyiangan intensif, tanamanterserang dicabut dan uret dimusnahkan.

b) Ulat berwarnaGejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian:penyemprotan insektisida Azodrin 15 W5C, Sevin 85 S atau Sevin 5 D.

c) Ulat grapyakGejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok.Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2)penyemprotan insektisida lannate L, Azodrin 15 W5C.

d) Ulat jengkalGejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan insektisidaBasudin 60 EC Azodrin 15 W5C, Lannate L Sevin 85 S.

e) SikadaGejala: menghisap cairan daun. Pengendalian: (1) penanaman serempak,pergiliran tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate 25 WP, Lebaycid 500EC, Sevin 5D, Sevin 85 S, Supraciden 40 EC.

f) Kumbang daunGejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga.Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan Agnotion 50 EC,Azodrin 15 W5C, Diazeno 60 EC.

7.2. Penyakit

a) Penyakit layuPengendalian: penyemprotan Streptonycin atau Agrimycin, 1 ha membutuhkan0,5-1 liter. Agrimycin dalam kelarutan 200-400 liter/ha.

b) Penyakit sapu setanPengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanamaninang dibersihkan (sanitasi lingkungan).

Page 215: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c) Penyakit bercak daunPengendalian: penyemprotan dengan bubur Bardeaux 1 % atau Dithane M 45,atau Deconil pada tanaman selesai berbunga, dengan interval penyemprotan 1minggu atau 10 hari sekali.

d) Penyakit mozaikPengendalian: penyemprotan dengan fungisida secara rutin 5-10 hari sekali sejaktanaman itu baru tumbuh.

e) Penyakit gapongPengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya, kemudian baru diberiDD (Dichloropane Dichloropene 40-800 liter/ha per aplikasi.

f) Penyakit SclertiumPengendalian: membakar tanaman yang terserang cendawan.

g) Penyakit karatPengendalian: tanaman yang terserang dicabut dan dibakar serta semua vektorpenularan harus dibasmi.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siapdipanen antara lain:a) Batang mulai mengeras.b) Daun menguning dan sebabian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan

keras.c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.

8.2. Cara Panen

Pencabutan tanaman, lalu memetik polong (buahnya) terus bersihkan dan dijemurmatahari, memilih bila diperlukan untuk benih dan seterusnya dilakukanpenyimpanan, untuk konsumsi bisa di pasarkan langsung atau bisa langsung dibuatberbagai jenis produk makanan.

8.3. Perkiraan Produksi

Jumlah produksi panen yang normal dalam satuan luas, misalnya untuk lahan seluassatu hektar produksi normal berkisar antara 1,5-2,5 ton polong kering.

Page 216: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Kumpulkan brangkasan tanaman kacang tanah ditempat strategis.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Pilah-pilah polong yang tua dan polong yang muda untuk dipisahkan berdasarkanderajat ketuaannya, lalu seleksi polong yang rusak atau busuk untuk dibuang.

9.3. Penyimpanan

a) Penyimpanan dalam bentuk polong kering, masukan polong kering kedalamkarung goni atau kaleng tertutup rapat lalu disimpan digudang penyimpanan yangtempatnya kering.

b) Penyimpanan dalam bentuk biji kering.c) Kupas polong kacang tanah kering dengan tangan atau alat pengupas kacang

tanah. Jemur (keringkan) biji kacang tanah hingga berkadar air 9% lalu masukanke dalam wadah.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Pengemasan bisa dilakukan untuk produk mentah/polong mentah dalam bungkusplastik per 10 kg. Dapat juga berupa kemasan kue atau bentuk makanan yang sudahdimasak seperti kacang rebus, kacang goreng dan berbagai jenis kue dari kacangtanah.

Untuk pengangkutan pada prinsipnya yang pentuing kondisi komoditi tersebut tidakrusak atau tidak berubah dari kualitas yang sudah disiapkan.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

4.1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis usaha tani kacang tanah seluas 1 hektar per musim tanam (3bulan) pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat dapat dirinci berikut ini:

a) Biaya produksi1. Sewa lahan 1 musim tanam Rp. 500.000,-2. Bibit: benih 200 kg @ Rp 4.000,- Rp. 800.000,-3. Pupuk

- Urea: 100 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 150.000,-

Page 217: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- TSP: 100 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 180.000,-- KCL: 50 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 82.500,-

4. Pestisida: 2 liter @ Rp. 50.000,- Rp. 100.000,-5. Peralatan Rp. 200.000,-6. Tenaga kerja

- Pengolah tanah 50 HKP @ Rp 10.000,- Rp. 500.000,-- Penanaman dan pemupukan 5 HKP + 15 HKW Rp. 112.500,-- Penyiangan dan pembubutan 4 HKP + 5 HKW Rp. 77.500,-

7. Panen dan pasca panen 4 HKP + 10 HKW Rp. 115.000,-8. Lain-lain Rp. 150.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 2.967.500,-

b) Pendapatan1. Berupa polong kering 2.000 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 4.000.000,-2. Berupa biji kering (rendemen 0,6): 2.000 kg @ Rp. 4.000,- Rp. 4.800.000,-

c) Keuntungan bersih1. Berupa polong kering Rp. 1.032.500,-2. Berupa biji kering Rp. 1.832.500,-

d) Parameter kelayakan usaha1. O/I berupa polong kering = 1,3482. O/I berupa biji = 1,618

Catatan : HKP : Hari kerja pria, HKW : Hari kerja wanita.

4.2. Gambaran Peluang Agribisnis

Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yangmaksimum, meskipun bibit unggul yang berproduksi tinggi sudah diciptakan, namundalam praktek produksinya belum memenuhi harapan. Hal ini merupakan daya tariktersendiri bagi konsumen. Yang terjadi di lapangan, sebelum panen tiba, paratengkulak mulai melakukan pembelian di areal pertanaman secara besar-besaran(Jawa: ditebas) dan para tengkulak kemudian menjual ke pabrik-pabrik minyakgoreng.

Hal yang paling mendapat sorotan pemerintah, selama tahun 1969-1991, produksidan produktivitas kacang tanah nasional meningkat terus. Di Indonesia, angkaproduksi kacang tanah diantara jenis kacang-kacangan lainnya, menempati urutanke-2 setelah kedelai.

Page 218: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi kacang tanam meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilancontoh, cara uji, syarat penandaan, pengemasan dan rekomondasi.

11.2.Diskripsi

Standar mutu kacang tanah di Indonesia tercantum dalam Standar NasionalIndonesia SNI 01-3921-1995.

11.3.Klasifikasi dan Syarat Mutu

Kacang tanah digolongkan dalam 3 jenis mutu: mutu I, mutu II dan mutu III

a) Syarat umum1. Bebas hama penyakit.2. Bebas bau busuk, asam, apek dan bau asing lainnya.3. Bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida.4. Memiliki suhu normal.

b) Syarat khusus mutu kacang tanah biji (wose)1. Kadar air maksimum (%): mutu I=6; mutu II=7; mutu III=8.2. Butir rusak maksimum (%): mutu I=0; mutu II=1; mutu III=2.3. Butir belah maksimum (%): mutu I=1; mutu II=5; mutu III=10.4. Butir warna lain maksimum (%): mutu I=0; mutu II=2; mutu III=3.5. Butir keriput maksimum (%): mutu I=0; mutu II=2; mutu III=4.6. Kotoran maksimum (%): mutu I=0; mutu II=0,5; mutu III=3.7. Diameter : mutu I minimum 8 mm; mutu II minimum 7 mm; mutu III maksimum

6mm.

c) Syarat khusus mutu kacang tanah polong (gelondong)1. Kadar air maksimum (%): mutu I=8; mutu=9; mutu=9.2. Kotoran maksimum (%): mutu I=1; mutu II=2; mutu III=3.3. Polong keriput maksimum (%): mutu I=2; mutu II=3; mutu III=4.4. Polong rusak maksimum (%): mutu I=0,5; mutu II=1; mutu III=2.5. Polong biji satu maksimum (%): mutu I=3; mutu II=4; mutu III=5.6. Rendemen minimum (%): mutu I=65; mutu II=62,5; mutu III=60.

Untuk mendapatkan hasil kacang tanah yang sesuai dengan syarat, maka harusdilakukan beberapa pengujian, yaitu:a) Penentuan adanya hama dan penyakit, bau dilakukan dengan cara organoleptik

kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera penglihatan danpenciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperoleh.

Page 219: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b) Penentuan adanya butir rusak, butir warna lain, kotoran dan butir belah dilakukandengan cara manual dengan pinset. Presentase butir warna lain, butir rusak, butirbelah, butir keriput, dan kotoran ditetapkan berdasarkan berat masing-masingkomponen dibandingkan dengan berat 100 %.

c) Penentuan diameter dengan menggunakan alat pengukur dial caliper.d) Penentuan kadar air biji harus ditentukan dengan alat mouture tester electronic

yang telah dikalibrasi atau dengan distilasi dengan toulen (AOAC 9254). Untukmengukur kadar air, kacang tanah polong harus dikupas dahulu kulitnya,selanjutnya biji kacang tanahnya diukur kadar airnya.

e) Penentuan suhu dengan alat termometer.f) Penentuan kadar aflatoksin.

11.4.Pengambilan Contoh

Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung, denganmaksimum 30 karung dari tiap partai barang. Kemudian dari tiap-tiap karung diambilcontoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehinggamerata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal, cara inidilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh inidisegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa untuk kacang wose 100gram dan kacang tanah gelondong 200 gram.

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telahberpengalaman atau dilatih lebih dahulu, dan mempunyai ikatan dengan suatu badanhukum dan mempunyai sertifikat yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang.

11.5.Pengemasan

Kacang tanah dikemas dalam karung goni atau dari bahan lain yang sesuai kuat danbersih dan mulutnyadijahit, berat netton setiap karung maksimum 75 kg, dan tahanmengalami handing baik pada pemuatan maupun pembongkaran.

Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang amanyang tidak luntur dengan jelas terbaca antara lain:a) Produksi Indonesia.b) Daerah asal produksi.c) Nama dan mutu barang.d) Nama perusahaan/pengekspor.e) Berat bruto.f) Berat netto.g) Nomor karung.h) Tujuan.

Page 220: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. DAFTAR PUSTAKA

a) Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis KomoditasUnggulan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kanisius. Yogyakarta.

b) Danarti dan Sri Najiyati. 1998. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani.Penerbit Swadaya, Jakarta.

c) Rahmat Rukmana, H. Ir. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. PenerbitKanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, ProyekPEMD, BAPPENAS

Editor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 221: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

KEDELAI( Glycine max L )

1. SEJARAH SINGKAT

Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelaijenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelaiyang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Berasal dari daerah Manshukuo(Cina Utara). Di Indonesia, yang dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanamanmakanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal daridaerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria: Jepang (Asia Timur) dan kenegara-negara lain di Amerika dan Afrika.

2. JENIS TANAMAN

Sistematika tanaman kedelai adalah sebagai berikut:Familia : LeguminosaeSubfamili : PapilionoidaeGenus : GlycineSpecies : Glycine max L

Kedelai yang tumbuh secara liar di Asia Tenggara meliputi sekitar 40 jenis.Penyebaran geografis dari kedelai mempengaruhi jenis tipenya. Terdapat 4 tipekedelai yakni: tipe Mansyuria, Jepang, India, dan Cina.

Dasar-dasar penentuan varietas kedelai adalah menurut: umur, warna biji dan tipebatang. Varietas kedelai yang dianjurkan yaitu: Otan, No. 27, No.29, Ringgit 317,Sumbing 452, Merapi 520, Shakti 945, Davros, Economic Garden, Taichung 1290,

Page 222: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

TKG 1291, Clark 1293, Orba 1343, Galunggung, Lokon, Guntur, Wilis, Dempo,Kerinci, Raung, Merbabu, Muria dan Tidar.

3. MANFAAT TANAMAN

Kacang kedelai yang diolah menjadi tepung kedelai secara garis besar dapat dibagimenjadi 2 kelompok manfaat utama, yaitu: olahan dalam bentuk protein kedelai danminyak kedelai. Dalam bentuk protein kedelai dapat digunakan sebagai bahanindustri makanan yang diolah menjadi: susu, vetsin, kue-kue, permen dan dagingnabati serta sebagai bahan industri bukan makanan seperti : kertas, cat cair, tintacetak dan tekstil.

Sedangkan olahan dalam bentuk minyak kedelai digunakan sebagai bahan industrimakanan dan non makanan. Industri makanan dari minyak kedelai yang digunakansebagai bahan industri makanan berbentuk gliserida sebagai bahan untukpembuatan minyak goreng, margarin dan bahan lemak lainnya. Sedangkan dalambentuk lecithin dibuat antara lain: margarin, kue, tinta, kosmetika, insectisida danfarmasi.

4. SENTRA PENANAMAN

Di salah satu negara bagian Amerika Serikat, terdapat areal pertumbuhan kedelaiyang sangat luas sehingga menghasilkan 57 % produksi kedelai dunia. Di Indonesia,saat ini kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandungair, seperti di pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Utara(Gorontalo), Lampung, Sumatera Selatan dan Bali.

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

a) Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dansubtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagitanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklimkering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab.

b) Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanamankedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan.

c) Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 derajat C, akan tetapi suhuoptimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 derajat C. Pada prosesperkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C.

Page 223: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d) Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari padamusim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji danpengeringan hasil.

5.2. Media Tanam

a) Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapiair tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman indikator yang baik bagi kedelai.Tanah yang baik ditanami jagung, baik pula ditanami kedelai.

b) Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratantumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam punkedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akanmenyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenistanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik.

c) Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol.Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyakpasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahanpupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup.

d) Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai, sebelumnya perlu diberi bakteriRhizobium, kecuali tanah yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis (kacangpanjang). Kedelai yang ditanam pada tanah berkapur atau bekas ditanami padiakan lebih baik hasilnya, sebab tekstur tanahnya masih baik dan tidak perlu diberipemupukan awal.

e) Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik.Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan jugamerupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskanunsur hara untuk pertumbuhan tanaman.

f) Tanah berpasir dapat ditanami kedelai, asal air dan hara tanaman untukpertumbuhannya cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi, sebaiknya diadakanperbaikan drainase dan aerasi sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen dantidak tergenang air waktu hujan besar. Untuk memperbaiki aerasi, bahan organiksangat penting artinya.

g) Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH= 5,8-7,0tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhanbakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atauproses pembusukan) akan berjalan kurang baik.

h) Dalam pembudidayaan tanaman kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang topografitanahnya datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul.

5.3. Ketinggian Tempat

Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5-300 m dpl. Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan denganketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidaklebih dari 500 m dpl.

Page 224: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Benih

Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, maka benih yang digunakan harusyang berkualitas baik, artinya benih mempunyai daya tumbuh yang besar danseragam, tidak tercemar dengan varietas-varietas lainnya, bersih dari kotoran, dantidak terinfeksi dengan hama penyakit. Benih yang ditanam juga harus merupakanvarietas unggul yang berproduksi tinggi, berumur genjah/pendek dan tahanterhadap serangan hama penyakit. Beberapa varietas unggul kedelai adalah:Ainggit (137), Clark 63, Davros, Economic Garden, Galunggung, Guntur, Lakon,Limpo Batang, Merbabu, No.27, No.29, No.452, Orba, Peter, Raung, Rinjani,Shakti, Taichung, Tambora, Tidar, TK 5, Wilis.

2) Penyiapan Benih

Pada tanah yang belum pernah ditanami kedelai, sebelum benih ditanam harusdicampur dengan legin, (suatu inokulum buatan dari bakteri atau kapang yangditempatkan di media biakan, tanah, kompos untuk memulai aktifitas biologinyaRhizobium japonicum). Pada tanah yang sudah sering ditanam dengan kedelaiatau kacang-kacangan lain, berarti sudah mengandung bakteri tersebut. Bakteri iniakan hidup di dalam bintil akar dan bermanfaat sebagai pengikat unsur N dariudara.

Cara pemberian legin: (1) sebanyak 5-10 gram legin dibasahi dengan air sekitar10 cc; (2) legin dicampur dengan 1 kg benih dan kocok hingga merata (agarseluruh kulit biji terbungkus dengan inokulum; (3) setelah diinokulasi, benihdibiarkan sekitar 15 menit baru dapat ditanam. Dapat juga benih diangin-anginkanterlebih dahulu sebelum ditanam, tetapi tidak lebih dari 6 jam.

Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam hal memilih benih yang baik adalah:kondisi dan lama penyimpanan benih tersebut. Biji kedelai mudah menurun dayakecambah/daya tumbuhnya (terutama bila kadar air dalam biji ≥ 13% dandisimpan di ruangan bersuhu ≥ 25 derajat C, dengan kelembaban nisbi ruang ≥80%.

3) Teknik Penyemaian Benih

Penanaman dengan benih yang mempunyai daya tumbuh agak rendah dapatdiatasi dengan cara menanamkan 3-4 biji tiap lubang, atau denganmemperpendek jarak tanam. Jarak tanam pada penanaman benih berdasarkan

Page 225: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

tipe pertumbuhan tegak dapat diperpendek, sebaliknya untuk tipe pertumbuhanagak condong (batang bercabang banyak) diusahakan agak panjang, supayapertumbuhan tanaman yang satu dengan lainnya tidak terganggu.

4) Pemindahan Bibit

Ketika memindah yaitu menunjuk akar tanaman di kebun, perlu memperhatikancara-cara yang baik dan benar. Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusakperakaran tanaman, sehingga pada saat bibit telah ditanam maka akanmengalami hambatan dalam pertumbuhan bahkan mati.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Terdapat 2 cara mempersiapkan penanaman kedelai, yakni: persiapan tanpapengolahan tanah (ekstensif) di sawah bekas ditanami padi rendheng danpersiapan dengan pengolahan tanah (intensif). Persiapan tanam pada tanahtegalan atau sawah tadah hujan sebaiknya dilakukan 2 kali pencangkulan.Pertama dibiarkan bongkahan terangin-angin 5-7 hari, pencangkulan ke 2sekaligus meratakan, memupuk, menggemburkan dan membersihkan tanah darisisa-sia akar. Jarak antara waktu pengolahan tanah dengan waktu penanamansekitar 3 minggu.

2) Pembentukan Bedengan

Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan ataupun denganbajak lebar 50-60 cm, tinggi 20 cm. Apabila akan dibuat drainase, maka jarakantara drainase yang satu dengan lainnya sekitar 3-4 m.

3) Pengapuran

Tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-kuning,harus dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang baik. Kapurdapat diberikan dengan cara menyebar di permukaan tanah, kemudian dicampursedalam lapisan olah tanah sekitar 15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelummusim tanam, dengan dosis 2-3 ton/ha. Diharapkan pada saat musim tanamkapur sudah bereaksi dengan tanah, dan pH tanah sudah meningkat sesuaidengan yang diinginkan.

Kapur halus memberikan reaksi lebih cepat daripada kapur kasar. Sebagaisumber kapur dapat digunakan batu kapur atau kapur tembok. Pemberian kapurtidak harus dilakukan setiap kali tanam, tetapi setiap 3-4 tahun sekali. Denganpengapuran, tanah menjadi kaya akan Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) danpH-nya meningkat. Selain itu peningkatan pH dapat menaikkan tingkat persediaanMolibdenum (Mo) yang berperan penting untuk produksi kedelai dan golongan

Page 226: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

tanaman kacang-kacangan, karena erat hubungannya dengan perkembanganbintil akar.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanaman

Jarak tanam pada penanaman dengan membuat tugalan berkisar antara 20-40cm. Jarak tanam yang biasa dipakai adalah 30 x 20 cm, 25 x 25 cm, atau 20 x 20cm.

Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yangseragam dan mudah disiangi. Jarak tanam kedelai tergantung pada tingkatkesuburan tanah dan sifat tanaman yang bersangkutan. Pada tanah yang subur,jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapatdirapatkan.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Jika areal luas dan pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan, penanamanbenih dilakukan menurut alur bajak sedalam kira-kira 5 cm. Sedangkan jarak jarakantara alur yang satu dengan yang lain dapat dibuat 50-60 cm, dan untuk alurganda jarak tanam dibuat 20 cm.

3) Cara Penanaman

Sistem penanaman yang biasa dilakukan adalah:a) Sistem tanaman tunggal

Dalam sistem ini, seluruh lahan ditanami kedelai dengan tujuan memperolehproduksi kedelai baik mutu maupun jumlahnya. Kedelai yang ditanam dengansistem ini, membutuhkan lahan kering namun cukup mengandung air, sepertitanah sawah bekas ditanami padi rendeng dan tanah tegalan pada permulaanmusim penghujan. Kelebihan lainnya ialah memudahkan pemberantasan hamadan penyakit. Kelemahan sistem ini adalah: penyebaran hama dan penyakitkedelai relatif cepat, sehingga penanaman kedelai dengan sistem inimemerlukan perhatian khusus. Jarak tanam kedelai sebagai tanaman tunggaladalah: 20 x 20 cm; 20 x 35 cm atau 20 x 40 cm.

b) Sistem tanaman campuranDengan sistem ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:1. Umur tanaman tidak jauh berbeda.2. Tanaman yang satu tidak mempunyai sifat mengalahkan tanaman yang liar.3. Jenis hama dan penyakit sama atau salah satu tanaman tahan terhadap

hama dan penyakit.4. Kedua tanaman merupakan tanaman palawija, misalnya kedelai dengan

kacang tunggak/ kacang tanah, kedelai dengan jagung, kedelai denganketela pohon.

Page 227: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c) Sistem tanaman tumpangsariSistem ini biasa diterapkan pada tanah yang mendapat pengairan terusmenerus sepanjang waktu, misalnya tanah sawah yang memiliki irigasi teknis.Untuk mendapatkan kedelai yang bermutu baik, biasanya kedelai ditanambersamaan.

4) Waktu Tanam

Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih mudatidak terkena banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yangdianjurkan berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanammenjelang akhir musim penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi masihmengandung cukup air.

Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda. Sebagaipedoman: bila ditanam di tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaanmusim penghujan. Bila ditanam di tanah sawah, waktu tanam paling tepat adalahmenjelang akhir musim penghujan. Di lahan sawah dengan irigasi, kedelai dapatditanam pada awal sampai pertengahan musim kemarau.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam kenyataannya tidak semuabiji yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga akan terlihat tidakseragam. Untuk menjaga agar produksi tetap baik, benih kedelai yang tidaktumbuh sebaiknya segera diganti dengan biji-biji yang baru yang telah dicampurLegin atau Nitrogen. Hal ini perlu dilakukan apabila jumlah benih yang tidaktumbuh mencapai lebih dari 10 %. Waktu penyulaman yang terbaik adalah sorehari.

2) Penyiangan

Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu.Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan denganpemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan caramengikis gulma yang tumbuh dengan tangan atau kuret. Apabila lahannya luas,dapat juga dengan menggunakan herbisida. Sebaiknya digunakan herbisidaseperti Lasso untuk gulma berdaun sempit dengan dosis 4 liter/ha.

Page 228: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Pembubunan

Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidakmerusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yangberbahaya.

4) Pemupukan

Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondisitanah. Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuktinggi, pemupukan tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukandapat menaikkan hasil. Dosis pupuk secara tepat adalah sebagai berikut:a) Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.b) Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan

KCl=100 kg/ha.c) Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan

KCl=100 kg/ha.d) Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang=2000-5000 kg/ha;

Urea=50-100 kg/ha, TSP=50-75 kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.

5) Pengairan dan Penyiraman

Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisiseperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saatmenjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering. Kekurangan air padamasa pertumbuhan akan menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapatmenyebabkan kematian apabila kekeringan telah melalui batas toleransinya.kekeringan pada masa pembungaan dan pengisian polong dapat menyebabkankegagalan panen.

Di lahan sawah irigasi, pemberian air di sawah bisa diatur. Namun bila tidak adairigasi, penyediaan air hanya hanya dapat dilakukan dengan mengatur waktutanamnya dan pemberian mulsa. Mulsa berupa jerami atau potongan-potongantanaman lainnya yang dihamparkan pada permukaan tanah. Mulsa ini akanmencegah penguapan air secara berlebihan.

Apabila ada irigasi dan tidak ada hujan selama lebih dari 7 hari, tanah harus diairi.Caranya tanaman digenangi air selama 30-60 menit. Pengairan seperti ini diulangisetiap 7-10 hari. Pengairan tidak dilakukan lagi apabila polong telah terisi penuh.

Pada tanah yang keras (drainase buruk) kelebihan air akan meyebabkan akarmembusuk. Di tanah berdrainase buruk harus dibuat saluran drainase di setiap 3-4 meter lahan memanjang sejajar dengan barisan tanam. Hal ini terutamadilakukan pada saat musim hujan.

Page 229: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6) Waktu Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan pestisida dilakukan pada waktu yang berbeda-beda tergantungjenis hama dan pola penyerangannya.a) Lalat bibit, diberi insektisida Marshal 200 EC, dicampur dengan benih,

dilakukan sebelum benih ditanam.b) Ulat prodenia dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC,

Huslation 40 EC, Thiodon 35 EC dan Barudin 60 EC sebanyak 2 kali seminggusetelah ditemukan telur.

c) Wereng kedelai atau kumbang daun, disemprot dengan insektisida Surecide25 EC, Kharpos 50 EC, Hosthathion 40 EC, Azodrin 15 WSC, Sevin 85 SP atauTamaron pada tanaman setelah berumur di atas 20 hari.

d) Kepik coklat disemprot dengan Azodrin 15 WSC, Diazinois 60 EC dan Dusban20 EC atau Bayrusil setiap 1-2 minggu, setelah tanam 50 hari.

e) Ulat penggerek polong, disemprot dengan insektisida Agrothion 50 EC,Dursban 20 EC, Azodrin 115 WSC, Thiodan 35 EC pada waktu pembentukanpolong.

7) Pemeliharaan Lain

Kedelai termasuk tanaman yang membutuhkan banyak sinar matahari makamembutuhkan tanaman pelindung. Tanaman kedelai yang terlindung akan selalumuda sehingga proses pembentukan buah kurang baik, dan hasilnya akan sedikit,bahkan tidak berbuah sama sekali. Tanaman kedelai akan rusak bila tertimpacabang -cabang kering tanaman pelindung yang jatuh.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

a) Aphis SPP (Aphis Glycine)Kutu dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada yang bersayap dantidak. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus).Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong.Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian: (1) menanam kedelaipada waktunya, mengolah tanah dengan baik, bersih, memenuhi syarat, tidakditumbuhi tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacang-kacangan; (2) membuang bagian tanaman yang terserang hama danmembakarnya; (3) menggunakan musuh alami (predator maupun parasit); (4)penyemprotan insektisida dilakukan pada permukaan daun bagian atas danbawah.

Page 230: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b) Melano Agromyza Phaseoli, kecil sekali (1,5 mm)Lalat bertelur pada leher akar, larva masuk ke dalam batang memakan isi batang,kemudian menjadi lalat dan bertelur. Lebih berbahaya bagi kedelai yang ditanamdi ladang. Pengendalian: (1) waktu tanam pada saat tanah masih lembab dansubur (tidak pada bulan-bulan kering); (2) penyemprotan Agrothion 50 EC, Azodrin15 WSC, Sumithoin 50 EC, Surecide 25 EC

c) Kumbang daun tembukur (Phaedonia Inclusa)Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun. Gejala:larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruhtanaman. Pengendalian: penyemprotan Agrothion 50 EC, Basudin 50 EC,Diazinon 60 EC, dan Agrothion 50 EC.

d) Cantalan (Epilachana Soyae)Kumbang berwarna merah dan larvanya yang berbulu duri, pemakan daun danmerusak bunga. Pengendalian: sama dengan terhadap kumbang daun tembukur.

e) Ulat polong (Etiela Zinchenella)Ulat yang berasal dari kupu-kupu ini bertelur di bawah daun buah, setelahmenetas, ulat masuk ke dalam buah sampai besar, memakan buah muda. Gejala:pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luarberubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya.Pengendalian: (1) kedelai ditanam tepat pada waktunya (setelah panen padi),sebelum ulat berkembang biak; (2) penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15hari sebelum panen.

f) Kepala polong (Riptortis Lincearis)Gejala: polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa. Pengendalian:penyemprotan Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC.

g) Lalat kacang (Ophiomyia Phaseoli)Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh. Pengendalian: Saat benihditanam, tanah diberi Furadan 36, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutupdengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukanpenyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter air,volume larutan 1000 liter/ha. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur1 bulan.

h) Kepik hijau (Nezara Viridula)Panjang 16 mm, telur di bawah permukaan daun, berkelompok. Setelah 6 haritelur menetas menjadi nimfa (kepik muda), yang berwarna hitam bintik putih. Pagihari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakanpolong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6bulan. Gejala: polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulitpolong berbintik coklat. Pengendalian: Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC,Fomodol 50 EC.

Page 231: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

i) Ulat grayak (Prodenia Litura)Seranggan: mendadak dan dalam jumlah besar, bermula dari kupu-kupu berwarnakeabu-abuan, panjang 2 cm dan sayapnya 3-5 cm, bertelur di permukaan daun.Tiap kelompok telur terdiri dari 350 butir. Gejala: kerusakan pada daun, ulat hidupbergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain.Pengendalian: (1) dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam hari(saat ulat menyerang tanaman) beberapa insektisida yang efektif seperti Dursban20 EC, Azodrin 15 WSC dan Basudin 50 EC.

7.2. Penyakit

a) Penyakit layu lakteri (Pseudomonas solanacearum)Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada saat tanamanberumur 2-3 minggu. Penularan melalui tanah dan irigasi. Gejala: layu mendadakbila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian: (1) biji yangditanam sebaiknya dari varietas yang tahan layu dan kebersihan sekitar tanamandijaga, pergiliran tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan merupakantanaman inang penyakit tersebut. Pemberantasan: belum ada.

b) Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii)Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dantanaman berjarak tanam pendek. Gejala: daun sedikit demi sedikit layu,menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi. Pengendalian: (1) varietas yangditanam sebaiknya yang tahan terhadap penyakit layu; (2) menyemprotkanDithane M 45, dengan dosis 2 gram/liter air.

c) Penyakit lapu (Witches Broom: Virus)Penyakit ini menyerang polong menjelang berisi. Penularan melalui singgungantanam karena jarak tanam terlalu dekat. Gejala: bunga, buah dan daun mengecil.Pengendalian: menyemprotkan Tetracycline atau Tokuthion 500 EC.

d) Penyakit anthracnose (Cendawan Colletotrichum Glycine Mori)Penyakit ini menyerang daun dan polong yang telah tua. Penularan denganperantaraan biji-biji yang telah kena penyakit, lebih parah jika cuaca cukuplembab. Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yangpaling rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi kosong dan isipolong tua menjadi kerdil. Pengendalian: (1) perhatikan pola pergiliran tanamyang tepat; (2) penyemprotan Antracol 70 WP, Dithane M 45, Copper Sandoz.

e) Penyaklit karat (Cendawan phakospora Phachyrizi)Penyakit ini menyerang daun. Penularan dengan perantaraan angin yangmenerbangkan dan menyebarkan spora. Gejala: daun tampak bercak dan bintikcoklat. Pengendalian: (1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit;(2) menyemprotkan Dithane M 45.

Page 232: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

f) Penyakit bercak daun bakteri (Xanthomonas phaseoli)Penyakit ini menyerang daun. Gejala: permukaan daun bercak-bercak menembuske bawah. Pengendalian: menyemprotkan Dithane M 45.

g) Penyakit busuk batang (Cendawan Phytium Sp)Penyakit ini menyerang batang. Penularan melalui tanah dan irigasi. Gejala:batang menguning kecokllat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati.Pengendalian: (1) memperbaiki drainase lahan; (2) menyemprotkan Dithane M45.

h) Virus mosaik (virus)Penyakit ini menyerang Yang diserang daun dan tunas. Penularan vektorpenyebar virus ini adalah Aphis Glycine (sejenis kutu daun). Gejala:perkembangan dan pertumbuhan lambat, tanaman menjadi kerdil. Pengendalian:(1) penanaman varietas yang tahan terhadap virus; (2) menyemprotkan Tokuthion500 EC.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapibukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warnadari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatantua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akanmerugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polongretak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan. Disamping itu, buah akan gugurakibat tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya.

Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari,tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai yangakan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkanuntuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betul-betul sempurna dan merata.

8.2. Cara Panen

Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segeradapat dijemur.a) Pemungutan dengan cara mencabut

Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih dulu. Padatanah ringan dan berpasir, proses pencabutan akan lebih mudah. Carapencabutan yang benar ialah dengan memegang batang poko, tangan dalam

Page 233: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harusdilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bilatersentuh tangan.

b) Pemungutan dengan cara memotongAlat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup tajam,sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping itu denganalat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlahbuah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Pemungutan dengan caramemotong bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan bintil-bintilnya yang menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggaldi dalam tanah. Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara mencabutsukar dilakukan, maka dengan memotong akan lebih cepat.

8.3. Periode Panen

Mengingat kemasakan buah tidak serempak, dan untuk menjaga agar buah yangbelum masak benar tidak ikut dipetik, pemetikan sebaiknya dilakukan secarabertahap, beberapa kali.

8.4. Prakiraan Produksi

Produksi kedelai yang didasilkan para petani Indonesia rata-rata 600-700 kg/ha.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan dan Pengeringan

Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur.Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu, atau di lantaisemen selama 3 hari. Sesudah kering sempurna dan merata, polong kedelai akanmudah pecah sehingga bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna,pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali. Pembalikanjuga menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan banyakbiji lepas dari polongnya. Sedangkan biji-biji masih terbungkus polong denganmudah bisa dikeluarkan dari polong, asalkan polong sudah cukup kering.

Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih, dijemur secara terpisah. Bijitersebut sebenarnya telah dipilih dari tanaman-tanaman yang sehat dan dipanentersendiri, kemudian dijemur sampai betul-betul kering dengan kadar air 10-15 %.Penjemuran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dari pukul 10.00 hingga 12.00siang.

Page 234: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan. Diantaranyadengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengankayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung,atau dirontokkan dengan alat pemotong padi.

Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan. Biji yang terpisah kemudian ditampiagar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Bijiyang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-11 %. Biji yangsudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan.Sebagai perkiraan dari batang dan daun basah hasil panen akan diperoleh bijikedelai sekitar 18,2 %.

9.3. Penyimpanan dan pengemasan

Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama.Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Karung-karung kedelai iniditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanahatau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulansekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 %.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya Kedelai di lahan pasang surut untuk luas lahan 1hektar per musim tanam (4 bulan) di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalahsebagai berikut:

a) Biaya produksi1. Sewa lahan 1 ha, 1 musim tanam Rp. 400.000,-2. Bibit: benih 40 kg @ Rp. 6000,- Rp. 240.000,-3. Pupuk dan kapur

- Urea: 50 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 35.000,-- SP-36: 125 @ Rp. 1.900,- Rp. 125.000,-- KCl: 50 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 100.000,-- Kapur: 1.000 kg @ Rp. 300,- Rp. 300.000,-

4. Pestisida- Pestisida 2 liter @ Rp. 100.00,- Rp. 200.000,-- Legin Rp. 180.000,-

5. Tenaga kerja- Pengolahan tanah 30 OH Rp. 300.000,-

Page 235: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Penanaman 60 OH Rp. 600.000,-- Pemeliharaan 30 OH Rp. 300.000,-

6. Panen dan pasca panen Rp. 1.000.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 3.780.000,-

b) Pendapatan 1.800 kg @ Rp. 3000,- Rp. 5.400.000,-

c) Keuntungan Rp. 1.620.000,-

d) Parameter kelayakan usaha1. B/C Ratio = 1,429

Sedangkan perkiraan analisis budidaya kedelai di lahan kering beriklim basah perhektar dalam 1 musim tanam (4 bulan) di daerah Jawa Barat pada tahun 1999sebagai berikut:

a) Biaya produksi1. Sewa lahan 1 ha, 1 musim tanam Rp. 500.000,-2. Bibit: benih 40 kg @ Rp. 6.000,- Rp. 240.000,-3. Pupuk dan kapur

- Urea: 50 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 75.000,-- SP-36: 125 @ Rp. 1.900,- Rp. 237.500,-- Kapur: 1000 kg @ Rp. 300,- Rp. 300.000,-

4. Pestisida- Pestisida 2 liter @ Rp. 100.00,- Rp. 200.000,-- Legin Rp. 180.000,-

5. Tenaga kerja- Pengolahan tanah 60 OH Rp. 600.000,-- Penanaman 60 OH Rp. 600.000,-- Pemeliharaan 50 OH Rp. 500.000,-

6. Panen dan pasca panen Rp. 450.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 3.882.500,-

b) Pendapatan 1.800 kg @ Rp. 3.000,- Rp. 5.400.000,-

c) Keuntungan Rp. 1.517.500,-

d) Parameter kelayakan usaha1. B/C Ratio = 1.391

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Bila dibandingkan dengan produksi kedelai Amerika yang mencapai 1800 kg/ha,produksi kedelai yang dihasilkan para petani Indonesia masih tergolong rendah yaiturata-rata 600-700 kg/ha. Hal ini dapat dipecahkan dengan cara menanam varietasunggul secara intensif, yang dapat mencapai 20 kuintal/ha. Maka diharapkan

Page 236: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

produksi kedelai di Indonesia dapat ditingkatkan lagi, agar impor kacang kedelaidapat dihentikan.

Di pasaran umum harga kedelai disesuaikan dengan warna dan besar kecilnya biji.Harga kedelai putih lebih mahal sebab mudah dan baik sekali digunakan sebagaibahan pembuat tempe dan tahu yang sudah memasyarakat di Indonesia, sertabahan pembuat susu sari kedelai. Sebagai gambaran: pada saat harga kedelai putihbiji besar Rp 500,-/kg; kedelai putih biji sedang dan kecil Rp 400,-/kg; kedelai hitambiji besar Rp 450,-/kg dan kedelai hitam biji sedang atau kecil Rp 375,- (tahun 1992).Patokan harga kedelai ini bisa bertahan dalam jangka waktu relatif lama, jadi dapatdikatakan harga kedelai agak stabil, jarang mengalami perubahan.

Di Indonesia, hasil panen kedelai dalam partai besar pada umumnya dijual melaluiKUD, meskipun sementara petani masih menjual produksinya kepada tengkulakyang kemudian meneruskannya kepada pedagang besar (pengumpul) dan akhirnyadisalurkan ke pabrik-pabrik. Sedangkan partai kecil pada umumnya dijual sendiri dipasar oleh para petani yang bersangkutan atau disalurkan ke industri rumah tanggayang mengusahakan tahu dan tempe. Jadi pada hakekatnya pemasaran kedelaitidak sulit, bahkan permintaan dari konsumen semakin meningkat.

Walaupun produktifitas tanaman kedelai cenderung mengalami peningkatan selamaperiode 1993-1997, Meningkatnya produksi kedelai pada periode tersebutmerupakan hasil upaya intensifikasi dan ekstensifikasi yang telah dilaksanakandengan didorong oleh adanya Program Upaya Khusus Peningkatan Produksi Kedelaidi berbagai wilayah.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh,carauji, syarat penandaan dan pengemasan.

11.2.Diskripsi

Standar mutu kedelai di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI01-3922-1995

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

a) Syarat umum1. Bebas hama dan penyakit.2. Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya.3. Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida.

Page 237: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 17/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4. Memiliki suhu normal.

b) Syarat khusus1. Kadar air maksimum (%): mutu I=13; mutu II=14; mutu III=14 dan mutu IV=16.2. Butir belah maksimum (%): mutu I=1; mutu II=2; mutu III=3 dan mutu IV=5.3. Butir rusak maksimum (%): mutu I=1; mutu II= 4; mutu III=3 dan mutu IV=5.4. Butir warna lain maksimum (%): mutu I=1; mutu II=3; mutu III=5 dan mutu

IV=10.5. Kotoran maksimum (%): mutu I=0; mutu II=1; mutu III=2 dan mutu IV =36. Butir keriput maksimum (%): mutu I=0; mutu II=1; mutu III=3 dan mutu IV=5.

Untuk mendapatkan hasil produksi kedelai yang sesuai dengan yang telahdisyaratkan maka perlu dilakukan beberapa pengujian yang diantaranya:a) Penentuan adanya hama dan penyakit, baru dilakukan dengan cara organoleptik

kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera pengelihatan danpenciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperbolehkan.

b) Penentuan adanya rusak, butir warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukandengan cara manual dengan pinset dengan contoh uji 100 gram/sampel.Persentase butir-butir warna lain, butir rusak, butir pecah, kotoran ditetapkanberdasarkan berat masing-masing komponen dibandingkan dengan berat contohanalisa x 100 %.

c) Penentuan kadar air biji ditentukan dengan moisturetester electronic yang telahdikalibrasiatau dengan Toluen AOAC 9254 dan Penentuan suhu dengantermometer.

11.4.Pengambilan Contoh

Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karungmaksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung diambilcontoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehinggamerata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara inidilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh inidisegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram.

11.7 Pengemasan

Pengemasan dengan karung harus mempunyai persyaratan bersih dan dijahitmulutnya, berat netto maksimum 75 kg dan tahan mengalami “handling” baik waktupemuatan maupun pembongkaran.

Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang amanyang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain:a) Produksi Indonesia.b) Daerah asal produksi.c) Nama dan mutu barang.d) Nama perusahaan /pengekspor.

Page 238: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 18/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

e) Berat bruto.f) Berat netto.g) Nomor karung.h) Tujuan.

12. DAFTAR PUSTAKA

a) AAK. (1989). Kedelai. Yogyakarta. Kanisius.b) Balai Informasi Pertanian (1983/84). Kedele. Departemen Pertanian Banjarbaruc) Capricorn Indo Consult. (1998). Studi Tentang Agroindustri dan Pemasaran

JAGUNG & KEDELAI di Indonesia.d) Marwanto. (1992). Intensitas Serangan Jamur Selama Penundaan Saat Panen

dan Mutu Benih Kedelai (Glycine max L. Merill). Akata Agrosia, 1 (1):10-14.e) Pasaribu, Askip. (1995). Respon Tanaman Kedelai (Glycine max) terhadap

Herbisida dan Inokulasi Beberapa Strain Bradyrhizobium japonicum. JurnalPenelitian Pertanian, 14 (3): 128-136

f) Wiroatmodjo; Sulistyono, Eko. (1991). Perbaikan Budidaya Basah Kedelai. BuletinAgronomi, 10 (1): 27-37

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, ProyekPEMD, Proyek PEMD, BAPPENAS.

Editor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 239: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

KEDONDONG(Spondias dulcis Forst.)

1. SEJARAH SINGKAT

Kedondong merupakan tanaman buah berupa pohon yang dalam bahasa inggrisdisebut ambarella, otaheite apple, atau great hog plum. Sedang di Asia Tenggaradisebut : kedondong (Indonesia & Malaysia), hevi (Filipina), gway (Myanmar), mokah(Kamboja), kook kvaan (Laos), makak farang (Thailand), dan co'c (Vietnam).Kedondong berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Tanaman ini telah tersebarke seluruh daerah tropik.

2. JENIS TANAMAN

Kedondong merupakan tanaman buah yang berasal dari famili Anacardiaceae.Jenis-jenis kedondong unggul yang potensial dan banyak ditanam oleh para petanidiantaranya adalah kedondong karimunjawa, kedondong bangkok, dan kedondongkendeng. Kedondong karimunjawa merupakan kedondong yang buahnya berukuran

Page 240: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

raksasa/super. Produksi kedondong ini dapat terjadi sepanjang tahun. Bentukbuahnya lonjong dengan berat 0,7-1 kg/buah.

3. MANFAAT TANAMAN

Manfaat buah kedondong manis kultivar unggul dimakan dalam keadaan segar,tetapi sebagian buah matang diolah menjadi selai, jeli, dan sari buah. Buah yangdirebus dan dikeringkan dapat disimpan untuk beberapa bulan. Buah mentahnyabanyak digunakan dalam rujak dan sayur, serta untuk dibuat acar (sambalkedondong). Daun mudanya yang dikukus dijadikan lalapan. Buah dan daunnya jugadijadikan pakan ternak. Kayunya berwarna coklat muda dan mudah mengambang,tidak dapat digunakan kayu pertukangan, tetapi kadang-kadang dibuat perahu.Dikenal di berbagai pelosok dunia berbagai manfaat obat dari buah, daun, dan kulitbatangnya, dan dari beberapa negara dilaporkan adanya pengobatan borok, kulitperih, dan luka bakar. Tiap 100 gram bagian buah yang dapat dimakan mengandung60-85 gram air, 0,5-0,8 gram protein, 0,3-1,8 gram lemak, 8-10,5 gram sukrosa, 0,85-3,60 gram serat. Daging buahnya merupakan sumber vitamin C dan besi; buah yangbelum matang mengandung pektin sekitar 10%.

4. SENTRA PENANAMAN

Tanaman kedondong banyak ditanam di negara-negara Asia Tenggara. Salah satunegara yang menjadi sentra penanaman kedondong ialah Filipina yang memiliki satujenis kedondong unggul yaitu jenis Spondias purpurea L. Di Indonesia daerahpenghasil kedondong salah satu diantaranya adalah Karimunjawa (Jepara, JawaTengah).

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1) Pohon kedondong cabang-cabangnya rapuh dan mudah patah sehingga keadaanangin yang terlalu kencang dapat merusak pohon ini.

2) Curah hujan yang diinginkan antara 1.000-1.500 mm/tahun. Pada saat musimkemarau daun kedondong rontok seluruhnya dan pada musim penghujan akantumbuh kembali dengan cepat.

3) Pohon kedondong memerlukan banyak cahaya; pohon yang ternaungimenghasilkan buah sedikit/tidak dapat berbuah sama sekali.

4) Suhu yang hangat sekitar 30 derajat C sangat cocok untuk tanaman kedondong.5) Kelembaban udara sekitar 14%.

Page 241: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5.2. Media Tanam

1) Tanaman kedondong mampu tumbuh sama baiknya pada tanah batu kapur dantanah pasir asam, asalkan tanah itu memiliki sistem pengaliran air yang baik.Tanah yang disukai adalah tanah yang porous, gembur, dan mengandung bahanorganik.

2) Derajat Keasaman tanah (pH) yang sesuai untuk tanaman kedondong ialah antara5,5-6,2. Apabila tanah terlalu asam maka untuk menaikkan pH perlu dilakukanpengapuran.

3) Tanaman kedondong tidak suka pada genangan air. Akan tetapi pohon ini jugatoleran terhadap kekeringan, dalam keadaan stres dedaunannya akan rontokuntuk sementara saja. Sistem pengairan yang baik akan menunjang pertumbuhankedondong sehingga produksinya melimpah. Permukaan air tanah yang dapatdicapai oleh tanaman kedondong ialah antara 50-200 cm.

4) Kelerengan tidak terlalu mempengaruhi tanaman kedondong, namun tanamankedondong paling baik ditanam pada daerah yang datar dengan kelerenganantara 0-10 derajat.

5.3. Ketinggian Tempat

Tanaman kedondong tumbuh baik pada dataran rendah yang kering sampaiketinggian 700 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Benih

Benih yang akan ditanam harus memenuhi syarat-syarat pertumbuhan, yaitu:a) Benih berasal dari tanaman induk yang sehat.b) Benih yang dibeli di toko atau distributor harus yang memiliki persen kecambah

sekitar 80% dan persen kemurniannya juga perlu diperhatikan.c) Benih yang berasal dari pembiakan vegetatif harus dari bagian tanaman yang

sehat dan dewasa.d) Benih dapat disemaikan terlebih dahulu sebelum ditanam agar benih dapat

tahan terhadap keadaan lingkungan.

2) Penyiapan Benih

Pengadaan benih kedondong dapat dilakukan secara generatif atau denganvegetatif. Secara generatif adalah dengan menggunakan biji. Biji dapat terjadi daripenyerbukan sendiri maupun dari penyerbukan silang. Oleh karena itu benih yangberasal dari biji, setelah tumbuh dewasa sifat-sifat dari induknya akan berbeda.Sehingga kebanyakan orang menggunakan pembiakan vegetatif untuk

Page 242: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

memperbanyak tanaman kedondong. Pembiakan vegetatif dapat dilakukandengan cara cangkok, stek batang/dengan okulasi sambungan. Benih biasanyatidak disimpan akan tetapi langsung ditanam di lapangan setelah dilakukanpembiakan baik pembiakan secara vegetatif maupun generatif.

3) Teknik Penyemaian Benih

Benih dapat disemai terlebih dahulu pada tempat pesemaian khusus. Tempatpesemaian ini biasanya dibuat dengan naungan dan pinggirnya ditutup denganjaring kawat untuk melindungi benih dari gangguan hewan. Penyemaian dilakukandengan menggunakan tanah humus atau tanah dicampur dengan kotoran hewan,setelah tumbuh 4-5 daun dapat dipindahkan ke dalam polybag. Pemindahannyadilakukan dengan hati-hati karena akar tanaman dapat rusak. Benih disemai padawaktu 2-3 minggu sebelum tanam.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Semai sebaiknya disiram setiap pagi dan sore hari. Penyiraman menggunakangembor yang lubang-lubangnya kecil sehingga kucuran air tidak merusak tanahpesemaian. Apabila biji yang tumbuh terlalu banyak dan rapat maka perludijarangi. Apabila ada gejala-gejala benih yang terkena serangan hama makapenyemprotan pestisida dapat dilakukan dengan dosis yang rendah.

5) Pemindahan Bibit

Setelah bibit sudah mencapai pertumbuhan yang baik dengan pertumbuhan daunantara 10-15 helai maka bibit siap ditanam dilapangan. Waktu pemindahan bibitdilakukan pada pagi hari/sore hari ketika udara masih sejuk. Setelah bibitdipindahkan dapat dilakukan penyiraman.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Sebelum membuka kebun, harus direncanakan dahulu. Kondisi tanah sepertihalnya pH tanah perlu diukur dahulu dengan menggunakan pH-tester. Denganmengetahui pH tanah maka dapat diketahui apakah tanah perlu pengapuran atautidak. Selain pH tanah, perlu juga dilakukan analisis tanah dengan mengamatijenis tanah dan kesuburannya. Apabila tanah kurang subur maka perlu dilakukanpemupukan awal. Pemupukan awal biasanya dengan menggunakan pupukkandang. Penetapan waktu penanaman juga sangat penting, untuk tanamankedondong diusahakan ditanam pada awal musim hujan. Kemudian melakukanpengukuran luas areal penanaman sehingga dapat diketahui kebutuhan benihyang akan ditanam. Tanaman kedondong dapat berbuah lebat dan tajuknyamenyebar sehingga jarak tanam antar pohon juga harus lebar. Produksi untuksetiap pohon bisa bermacam-macam tergantung jenis/varietas kedondong yangditanam.

Page 243: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Pembukaan Lahan

Supaya tanaman kedondong tumbuh subur, maka hendaklah seluruh kebundibajak atau dicangkul. Biayanya memang cukup banyak, tetapi biaya ini tidakakan sia-sia dibandingkan dengan hasil kebun yang akan didapat. Bagi tanahyang kurang baik pembuangan airnya, hendaklah dibuat saluran-saluranpembuangan air, umpamanya bagi tanah yang rendah, padat, dan sebagainya.

3) Pembentukan Bedengan

Pada umumnya penanaman kedondong tidak perlu menggunakan bedengan-bedengan. Akan tetapi, bila lahan sering digenangi air maka pembuatan bedengansangat diperlukan.

4) Pengapuran

Kondisi pH tanah yang terlalu asam akan menghambat pertumbuhan tanamankedondong. Untuk manaikkan pH tanah maka perlu dilakukan pengapuran. Jeniskapur yang diberikan biasa adalah dolomit. Mengenai jumlah kapur yang diberikandisesuaikan dengan besarnya keasaman tanah. Cara pengapuran dilakukandengan penaburan pada waktu setelah pembajakan atau pada waktu pembuatanlubang tanam (diberikan untuk setiap lubang).

5) Pemupukan

Pada tanah yang kurang subur akibat kandungan humus hanya sedikit, atau tanahitu padat, maka hendaklah tanah tersebut ditanami pupuk hijau terlebih dahulu.Tanaman yang ditanam sebagai pupuk adalah tanaman yang dapatmengahasilkan unsur hara nitrogen (N) dan unsur-unsur hara lainnya yang sangatdiperlukan tanaman kedondong. Pemakaian pupuk kimia seperti urea, TSP, ZAdan lainnya juga dapat diberikan dengan dosis yang sesuai. Pemupukandilakukan pada setiap lubang tanam pada waktu pembuatan lubang.

6) Pemasangan Ajir

Setelah tanah selesai dikerjakan, maka mulailah dipasang ajir pada tempat-tempatyang akan ditanami pohon kedondong. Kegunaan ajir tersebut ialah agar bibitpohon yang ditanam dapat berjajar dengan teratur.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Jarak tanam untuk tanaman kedondong adalah 7,5-12 m. Jarak tanam untuktanaman kedondong memang harus cukup lebar, sebab tanaman ini memiliki tajukyang menyebar. Pola tanam ada dua macam, yaitu secara bujur sangkar atau segi

Page 244: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

tiga. Menurut aturan bujur sangkar, pohon ditanam pada tiap-tiap sudut bujursangkar, sedangkan menurut aturan segi tiga kedua pohon ditanam pada tiap-tiapsudut segi tiga. Supaya kita dapat memasang dengan baik, maka dugunakanlahalat yang dianamakan square atau boleh juga dipakai hoekspiegel. Kalau keduaalat tersebut tidak ada, dapatlah dibuat alat sendiri.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Dua atau tiga minggu sebelum menanam pohon kedondong, lubang harus dibuatterlebih dahulu di tempat ajir-ajir yang sudah dipasang. Ukurannya 1 X 1 X 0,50 matau 1,80 X 0,80 X 0,50 m pada kebun yang telah dibajak atau dicangkul.

Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan menggali lapisan tanah atas dandinaikkan ke depan atau kanan kiri lubang. Kemudian tanah lapisan bawah digalidan dinaikkan ke belakang atau diratakan disekitar, maksudnya agar tanah bawahitu tidak bercampur dengan tanah disekitarnya. Pada permulaan musimpenghujan, lebih kurang 15-30 hari sebelum menanam, lubang-lubang tanamanharus sudah selesai ditutup. Tutup lubang sekali-kali tidak boleh dipadatkan,biarkan saja supaya turun sendiri. Waktu menutup lubang, tanah galian darilapisan bawah sedapat mungkin jangan dikembalikan. Untuk menutup, pakailahlapisan atas dan tanah di sekelilingnya. Akan lebih baik lagi kalau tanah itudicampur dengan pupuk organis dan pasir dengan perbandingan 2:1:1. Apabilasaat membuat lubang itu di dalamnya terdapat air, maka hal itu membuktikanbahwa pembuangan air kurang lancar, sehingga perlu dibuat saluran-saluranpembuangan lagi. Lubang tanam tidak perlu dibuat terlalu dalam, sebab akanberakibat akar pohon itu terlalu dalam masuk ke dalam tanah dan yang menjalarpada lapisan tanah sebelah atas menjadi kurang.

3) Cara Penanaman

Waktu terbaik untuk menanam pohon kedondong ialah pada permulaan musimhujan, sebab selama musim hujan akan tumbuh banyak akar, sehingga dalammusim kemarau tidak akan kekurangan air. Bibit yang berasal dari pesemaianlebih baik dari pada yang berupa stump, sebab lekas tumbuh dan tidak mudahdihinggapi penyakit. Bibit yang berasal dari semai, sebelum ditanam polybagnya(dari keranjang bambu) harus dibuang; bila tidak maka akan mudah untuk menjadisarang rayap dan akar-akarnya terganggu menembusnya. Pada waktu menanam,batas akar dengan batang harus setinggi permukaan tanah. Apabila tidak hujanmaka hendaklah disiram tiap-tiap hari selama 1 minggu.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman.

Pohon yang terlihat lambat pertumbuhannya dapat disulam dan digantikan bibityang baru dan sehat. Penyulaman dilakukan pada 1-2 minggu setelah tanam.Penyulaman dilakukan dengan menggali tanah disekelilingnya dan mencabutnya

Page 245: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

kemudian tanah bekas lubang tanam dibiarkan lagi seperti halnya ketika sebelumpenanaman dilakukan.

2) Penyiangan

Penyiangan dilakukan setelah pohon berumur 2-4 minggu setelah tanam. Gulmayang ada di sekeliling tanaman muda segera di cabut sampai akar-akarnya dandapat dimasukkan dalam lubang khusus untuk dibuat kompos. Pencabutan harushati-hati jangan sampai merusak akar pohon kedondong.

3) Pembubunan

Pembubunan jarang dilakukan karena pohon kedondong ditanam cukup dalamsehingga akar tidak terlihat dipermukaan. Pembubunan dapat dilakukan apabilamusim hujan yang lebat sehingga air melimpah, tanah dapat dinaikkan kesekeliling pohon agar air hujan tidak menggenang.

4) Perempalan

Bagi pohon yang hanya untuk sementara ditanam, lebih baik kalau tidak dirempalatau hanya sedikit yang dirempal, supaya lekas berbuah. Tetapi bagi tanamanuntuk jangka panjang, haruslah diadakan perempalan beberapa kali, supayapohon menjadi kuat dan bagus bentuknya. Pada saat pohon kedondong berbuah,sekali-kali jangan dilakukan perempalan. Tujuan perempalan adalah untukmembentuk pohon, pemeliharan, dan untuk mempermuda pohon. Perempalandahan yang besar hendaklah dilakukan dengan hati-hati; jagalah agar dahantersebut jangan sampai pecah. Luka bekas perempalan harus dilicinkan denganpisau, kemudian dilumasi dengan parafin supaya jangan kemasukan air ataudihinggapi cendawan.

5) Pemupukan

Jika pohon ditanami pohon yang tetap, maka hanya tanah sekeliling pohon yangdipupuk. Tetapi jika tanah yang terluang diantara pohon-pohon tersebut jugaditanami dengan tanaman sela, maka tanah kebun itu harus dipupuk seluruhnya,setelah setahun ditanami. Cara memupuk pohon kedondong yang tetap adalahdengan menyebar pupuk di tanah sekeliling pohon itu. Luas lingkaran itu adalahsebesar lingkaran mahkota daun. Lebih baik kalau lingkaran pupuk itu lebih besardaripada lingkaran mahkota daun, sebab biasanya akar-akar yang mencarimakanan, panjangnya sampai melampaui lingkaran mahkota daun. Untuk pupukkandang lebih baik dibuat lubang sekeliling pohon dengan ukuran 40x40x30 cm.Pupuk dimasukkan ke dalamnya dan kemudian ditutup kembali. Untuk menjagaagar akar pohon tidak rusak, sebaiknya digali lubang yang mengelilingi pohonkearah luar (sejajar akar pohon). Macam pupuk yang baik bagi pohon buah-buahan ialah pupuk organis. Pupuk organis dapat berupa pupuk kandang,kompos, sampah, pupuk hijau. Penggunaan pupuk kimia dianjurkan jenis N :

Page 246: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

P2O5 : K2O = 2:1:1 untuk tanah yang subur, sedangkan untuk tanah yang kurusperbandingannya ialah 1:2:2.

6) Pengairan dan Penyiraman

Pengairan dilakukan pada saat musim kemarau. Apabila pengairannya sulit makadapat dilakukan penyiraman pada waktu pagi dan sore hari. Penyiraman dapatdilakukan dengan menggunakan gembor atau menggunakan penyedot diesel bilalokasi pengambilan air agak sulit.

7) Waktu Penyemprotan Pestisida

Penggunaan pestisida harus hati-hati sebab salah-salah dapat membuat seranggayang menguntungkan akan ikut mati. Penyemprotan dilakukan pada pagi buta(pagi sekali) ketika udara masih tenang dan serangga-serangga yangmenguntungkan belum datang seperti halnya lebah.

8) Pengurangan Buah

Buah yang terlalu lebat dapat menurunkan kualitas buah itu sendiri. Selainbuahnya akan berukuran kecil-kecil tetapi juga bentuknya akan jelek dan dahan-dahannya mudah patah. Sehingga penjarangan buah perlu dilakukan pada waktubunga menjadi buah, hendaknya sudah mulai dilakukan penjarangan. Pertama-tama buah yang sakit dan rusak dibuang, kemudian yang dipandang perlu saja.Buah yang akan dibuang digunting tangkainya dengan gunting kecil atau dirompes(diuntir) dengan tangan.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Ulat perusak daun (Cricula trifenestrata Helf.)

Ciri: ulat yang berwarna hitam dengan bintik putih dan bulunya berwarnaberwarna putih, kepala dan perut berwarna merah-cerah. Panjang ulat sekitar 60mm, dan pupanya berada di dalam kokon berwarna emas dan sering dijumpaibergerombol pada daun. Kupu betina berwarna coklat dengan rentangan sayapsekitar 75 mm. Telur berwarna putih keabu-abuan yang diletakkan secaraberderet pada tepi daun atau cabang. Pengendalian: secara alami populasinyadan penyemprotan insektisida.

2) Kumbang (Podontia affinis Grond.)

Ciri: kumbang berukuran besar, dengan kaki berwarna kuning. Sayapnya dengan8 bintik gelap, panjang 10-12 mm. Pupa berada dalam tanah. Dewasanya bila

Page 247: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

terganggu akan menjatuhkan diri ke tanah. Telur berukuran 1,6 mm yangdiletakkan pada permukaan bawah daun dan tertutup oleh substansi gelap. Betinahidupnya sekitar 3 bulan dan menghasilkan telur sekitar 500 butir.Perkembangannya 38-42 hari. Musuh alaminya berupa parasit telur Ooencyrtuspodontiae. Pengendalian: populasinya secara alami dan penyemprotaninsektisida.

7.2. Penyakit

Penyakit pada pohon kedondong sama seperti pada tanaman buah-buahan lainnya.Jenis penyakit yang sering muncul ialah penyakit kulit (Phytopthora), Fusarium,Diplodia, Gloeosporium, Phoma, dll yang disebabkan oleh cendawan, bakteri atauvirus. Penyakit biasanya menyerang bagian daun, buah, dan batang. Pengendalian:menggunakan fungisida zat-zat aditif lainnya seperti bubur bordo dan buburbelerang.

7.3. Gulma

Alang-alang, rumput-rumputan benalu dan lainnya yang tumbuh pada tanamansering mengganggu pertumbuhan. Pemberantasan dilakukan dengan manual yaitupenyiangan dan dapat pula menggunakan herbisida.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Buah kedondong siap panen ialah yang sudah masak dengan warna hijaukekuningan dan berukuran cukup besar. Buahnya matang setelah 6-8 bulan setelahbunga mekar. Waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari ketika buah masih segar.

8.2. Cara Panen

Dalam pemanenan haruslah diketahui cara yang baik agar tidak merusak buah.Untuk pohon kedondong pemanenan dilakukan dengan cara memanjat pohon danmemasukkan buah yang dipetik ke dalam keranjang. Dan kalau terlalu jauh letaknyadapat mempergunakan galah yang ujungnya diberi jaring. Buah dipetik dandimasukkan ke dalam keranjang yang alasnya diberi sabut atau lumut. Memanenbuah haruslah dipegang dalam telapak tangan, tidak di antara ujung jari. Sebab jikabuah terkena kuku dapat rusak; apalagi kalau jari-jarinya berkuku panjang.

8.3. Periode Panen

Pemanenan dapat dilakukan secara bertahap dengan memetik buah yang matang,sedangkan yang belum matang dan masih kecil tidak dipetik. Dengan cara ini buahyang belum matang dan masih kecil akan bertambah besar. Pemanenan dapat

Page 248: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

dilakukan pada bulan Januari-April karena pembungaan biasanya pada bulan Juli -Agustus.

8.4. Prakiraan Produksi

Buah kedondong pada jenis karimunjawa beratnya dapat mencapai 1 kg. Sehinggaperkiraan produksi dalam satiap pohon dapat dihitung dengan rata-rata banyaknyabuah per pohon per hektar. Perhitungannnya kadang-kadang tidak merata untuksetiap pohon, karena perbedaan jenis juga akan berbeda pula ukuran buahnya danjumlah buah yang dihasilkan.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Setelah dipetik buah dikumpulkan dalam keranjang kemudian setelah keranjangpenuh dapat dikumpulkan pada tempat yang beralas daun-daun pisang atau alaslain. Pengumpulan dilakukan di tempat yang teduh sehingga buah tetap terjagakesegarannya. Dalam mengumpulkan buah harus hati-hati jangan terlalu kasarsehingga buah tidak memar atau luka. Sebab kalau luka akan cepat membusuk.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Setelah dikumpulkan kemudian buah disortir dan kemudian digolongkan menurutkematangan dan ukuran buahnya. Buah yang bagus akan dikirik kepada penjualbesar (supermarket), sedangkan buah yang kecil untuk pasar lokal. Buah yang akandikirim jauh, sebaiknya buah yang belum kelihatan masak, karena jika sudah masakakan terjadi pembusukan setelah sampai di tempat pengiriman. Buah yang masaksebaiknya langsung dikonsumsi.

9.3. Penyimpanan

Buah kedondong dapat disimpan ditempat yang dingin dengan menggunakan alatpendingin. Pendinginan dapat mengawetkan buah sampai beberapa minggu. Tempatpenyimpanan harus bersih dan buah yang akan disimpan juga dicuci terlebih dahulusampai bersih betul.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Setelah penyortiran, langkah selanjutnya ialah buah kedondong dikemas dengandimasukkan ke dalam karung goni khusus yang berlubang atau dikemas dengan bokkardus atau juga dengan kayu yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapatterhindar dari benturan langsung dengan benda keras lain. Setelah dikemaskemudian diangkut dengan alat transportasi.

Page 249: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

10.2.Gambaran Peluang Agrobisnis

Di dalam negeri kedondong tetap menjadi buah favorit pada saat musimnya. Buahyang berkualitas tetap memiliki harga yang jauh lebih baik dan dapat menembuspasar untuk kalangan menengah atas. Di luar negeri kedondong adalah buah eksotikyang banyak penggemarnya dan termasuk buah impor yang mahal. PotensiIndonesia untuk mengekspor kedondong begitu besar, tetapi pemanfaatannya tidakmaksimal. Untuk mensuplai kebutuhan kedondong luar negeri yang harus kontinyudan standard mutu tidak berubah, diperlukan pengembangan agribisnis kedondongyang mencakup areal tanam luas dengan kultur teknis dan pasca panen yangterkendali.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, carauji, syarat penandaan dan pengemasan.

11.2.Diskripsi

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

11.4.Pengambilan Contoh

Satu partai/lot kedondong terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh diambilsecara acak dari jumlah kemasan dalam 1 partai/lot seperti terlihat dibawah ini:a) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot sampai dengan 100 : contoh yang diambil 5.b) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 101 – 300: contoh yang diambil 7.c) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 301 – 500: contoh yang diambil 9.d) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 501 – 1000: contoh yang diambil 10.

Page 250: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.5.Pengemasan

Pengemasan buah kedondong dalam peti kayu, berat bersih setiap peti kayumaksimum 25 kg, susunan buah dalam peti kayu kompak dengan setiap buah yangdiberi pembungkus/ penyekat, atau kotak kotoran diberi penyekat dan lobang udara,susunan buah dalam kotak karton satu lapis dengan berat bersih kotak kartonmaksimum 10 kg.

Untuk pemberian merek di bagian luar kotak kayu di beri label yang dituliskan antaralain :a) Nama barang.b) Jenis mutu.c) Nama/kode perusahaan/eksportir.d) Berat bersih.e) Produksi Indonesia.f) Tempat/negara tujuan.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) AAK. 1998. Bertanam Pohon Buah-Buahan 1. Kanisius. Yogyakarta2) Najiyati, Sri & Danarti. 1993. Memilih dan Merawat Tanaman Buah di Pekarangan

Sempit. Penebar Swadaya. Jakarta.3) Prasojo, B. Joko. 1984. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya.

Jakarta.4) Rismunandar. 1986. Penyakit Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Sinar Baru.

Bandung.5) Sudarmo, Subiyakto. 1995. Pengendalian Serangga Hama Tanaman Buah-

buahan. Kanisius. Yogyakarta.6) Verheij, E.W.M. & R.E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2;

Buah-buahan yang dapat Dimakan (Terjemahan). PT Gramedia Pustaka Utama &Prosea Indonesia & European Commission. Jakarta.

7) Widyastuti, Yustina Erna & Farry B. Paimin. 1993. Mengenal Buah UnggulIndonesia. Penebar Swadaya. Jakarta.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 251: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

KINA ( Chinchona spp. )

1. SEJARAH SINGKAT Kina merupakan tanaman obat berupa pohon yang berasal dari Amerika Selatan di sepanjang pegunungan Andes yang meliputi wilayah Venezuela, Colombia, Equador, Peru sampai Bolivia. Daerah tersebut meliputi hutan-hutan pada ketinggian 900-3.000 m dpl. Bibit tanaman kina yang masuk ke Indonesia tahun 1852 berasal dari Bolivia, tetapi tanaman kina yang tumbuh dari biji tersebut akhirnya mati. Pada tahun 1854 sebanyak 500 bibit kina dari Bolivia ditanam di Cibodas dan tumbuh 75 pohon yang terdiri atas 10 klon. Nama daerah : kina, kina merah, kina kalisaya, kina ledgeriana 2. URAIAN TANAMAN 2.1 Klasifikasi Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Keluarga : Rubiaceae Genus : Chinchona Spesies : Chinchona spp.

Page 252: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

2.2 Deskripsi § C. succirubra Tanaman berupa pohon dengan tinggi hingga 17m, cabang berbentuk galah yang bersegi 4 pada ujungnya, mula-mula berbulu padat dan pendek kemudian agak gundul dan berwarna merah. Daun letaknya berhadapan dan berbentuk elips, lama kelamaan menjadi lancip atau bundar, warna hijau sampai kuning kehijauan, daun gugur berwarna merah. Tulang daun terdiri dari 11 – 12 pasang, agak menjangat, berbentuk galah, daun penumpu sebagian berwarna merah, sangat lebar. Ukuran daun panjang 24 – 25cm, lebar 17 –19cm. Kelopak bunga berbentuk tabung, bundar, bentuk gasing, bergigi lebar bentuk segitiga, lancip. Bunga wangi, bentuk bulat telur sampai gelendong. § C. calisaya Letak daun berhadapan, bentuk bundar sungsang lonjong, panjang 8 –15cm, lebar 3 – 6cm, permukaan bagian bawah berbulu halus seperti beludru terutama pada daun yang masih muda, panjang tangkai 1 – 1.5cm. Daun penumpu lebih panjang dari tangkai daun, bila sudah terbuka daun penumpu akan gugur. Bunga bentuk malai, berbulu halus, bunga mengumpul di setiap ujung perbungaan, kelopak bentuk tabung dan bergigi pada bagian atasnya. Bunga bentuk bintang, berbau wangi dengan ukuran panjang 9mm, helaian mahkota bunga bagian dalam berwarna merah menyala, berbulu rapat dan pendek, panjang benang sari setengan bagian tabung bunga. Buah berwarna kemerahan bila masak, bentuk seperti trelur panjang 4mm dan bersayap. § C. ledgeriana Tinggi pohon antara 4 – 10m, cabang bentuk segi empat, berbulu halus atau lokos. Daun elip sampai lanset, bagian pangkal lancip dan tirus, ujung daun lancip dan jorong, helaian tipis, berwarna ungu terang tetapi daun muda berwarna kemerahan, tangkai daun tidak berbulu, berwarna hijau atau kemerahan, panjang tangkai 3 – 6mm. Ukuran daun panjang 25.5 – 28.5cm, lebar 9 – 13cm, namun adakalanya panjang 7cm dan lebar 2cm. Daun penumpu bundar sampai lonjong panjang 17 – 32mm dan tidak berbulu. Mahkota bunga berwarna kuning agak putih dan berbau wangi, bentuk melengkung dengan ukuran panjang 8 – 12mm. Panjang malai 7 – 18cm dan gagang segi empat sangat pendek dan berbulu rapat. Kelopak bunga bentuk limas sungsang 3 – 4mm, tabung tebal ditutupi bulu warna putih, tabung mahkota bunga bagian luarnya berbulu pendek tapi bagian dalamnya gundul dengan 5 sudut. Tangkai sari tidak ada. Buah lanset sampai bulat telur denga ukuran panjang 8 – 12mm dan lebar 3 – 4mm. Biji lonjong sampai lanset panjang 4 – 5mm. 2.3 Jenis Tanaman Dari sekian banyaknya spesies kina di Indonesia, hanya 2 spesies yang penting yaitu C. succirubra Pavon (kina succi) yang dipakai sebagai batang bawah dan C. ledgriana (kina ledger) sebagai bahan tanaman batang atas.

Page 253: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Klon-klon unggul yang dianjurkan adalah antara lain: Cib 6, KP 105, KP 473, KP 484dan QRC. C. calisaya Wedd. (kina kalisaya) juga banyak dikenal dan ditanam oleh masyarakat. 3. MANFAAT TANAMAN Kulit kina banyak mengandung alkaloid-alkaloid yang berguna untuk obat. Di antara alkaloid tersebut ada dua alkaloid yang sangat penting yaitu kinine untuk penyakit malaria dan kinidine untuk penyakit jantung. Manfaat lain dari kulit kina ini antara lain adalah untuk depuratif, influenza, disentri, diare, dan tonik. 4. SENTRA PENANAMAN Sentra produksi kina di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatra Barat.

5. SYARAT PERTUMBUHAN 5.1. Iklim 1) Angin yang kencang dan lama menyebabkan banyak kerusakan karena

patahnya cabang dan gugurnya daun. 2) Curah hujan tahunan untuk lokasi budidaya kina yang ideal adalah 2.000-

3.000mm/tahun dan merata sepanjang tahun. 3) Tanaman ini memerlukan penyinaran matahari yang tidak terlalu terik. 4) Tanaman tumbuh baik pada temperatur antara 13,5-21 derajat C. 5) Tanaman menghendaki daerah beriklim lembab dengan kelembaban relatif

harian minimum dalam satu tahun 68 % dan 97 %. 5.2. Media Tanam 1) Tanah yang cocok untuk tanaman kina adalah subur, gembur, banyak

mengandung bahan organik, tidak bercadas dan berbatu. 2) Derajat keasaman (pH) antara 4,6-6,5 dengan pH optimum 5,8. 5.3. Ketinggian Tempat Di daerah asalnya di pegunungan Andes tanaman ini tumbuh pada ketinggian 1050 – 1500 m diatas permukaan laut (dpl). Di Indonesia tanaman ini menyukai daerah dengan ketinggian 800-2.000 m dpl dengan ketinggian optimum untuk budidaya tanaman kina adalah 1.400-1.700 m dpl. 6. PEDOMAN BUDIDAYA 6.1. Pembibitan

Page 254: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Pada kebun produksi, kina diperbanyak dengan cara vegetatif. Penyediaan bahan tanaman dilaksanakan dengan semai sambung, stek sambung, semai ledger, dan stek ledger. Di Indonesia penyiapan dilakukan dengan cara stek sambung. 1) Pembibitan Semai Sambung

a. Batang bawah

Batang bawah adalah semai kina succi yang ditanam di kebun dan batang atas entres kina ledger. Penyambungan dilaksanakan pada saat bibit bawah berumur 8-12 bulan, tinggi 30-40 cm dan diameter batang 1 cm. Satu-dua minggu sebelum penyambungan daun semai succi dirempel sampai ketinggian 20-25 cm dari permukaan tanah.

b. Entres batang atas Didapat dari tanaman berumur 3-5 tahun dengan daya regenerasi optimal. Setiap 5 tahun pohon induk entres dipangkas setinggi 1 m dari permukaan tanah agar ranting entres selalu muda.

c. Penyambungan

Batang bawah, pada ketinggian 4-5 cm dari permukaan tanah, disayat dari atas ke bawah sepanjang 1,5 cm. Siapkan entres kina ledger (1 cm) yang daunnya sudah dibuang dan runcingkan bagian bawah entres. Selipkan entres ke sayatan di batang bawah, ikat dengan tali bambu dan oleskan lilin sambungan penutup luka (lilin dicairkan dulu) sampai tertutup rapat. Penyambungan dilakukan sekitar pukul 12.00, jika cuaca tidak terik dapat dilakukan sampai pukul 14.00. Setelah sambungan berumur 3 minggu tunas entres telah tumbuh, pucuk batang bawah succi dipotong. Pada saat umur 7-8 minggu panjang tunas 3-4 cm batang bawah dipotong setengahnya. Setelah berumur 12 minggu dan panjang tunas sambungan 12 cm, batang suci dipotong kira-kira 1 cm dari sambungan.

d. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan selama periode persemaian bibit ini (disebut persemaian II) adalah penyiangan, pemberantasan hama-penyakit dan pemupukan. Pupuk diberikan setiap 3 bulan dimulai pada waktu bibit sambungan berumur 2 bulan dan berakhir 1 bulan sebelum dicabut (dipindahtanam). Pupuk berupa 160-200 g Urea, 80-100 g TSP dan 160-200 g KCl yang diberikan dalam larikan sedalam 2-3 cm di antara barisan bibit setelah disiangi.

e. Pindah tanam Bibit dipindahkan ke kebun produksi saat berumur 1 tahun di persemaian II, tinggi 40 - 50 cm dan akar tunggang 50 cm. Seminggu sebelum bibit dibongkar 2/3 bagian daun dibuang dan sehari sebelum dibongkar tanah pembibitan disiram air sampai basah. 50 bibit diikat menjadi satu.

2) Pembibitan Stek Sambung

Page 255: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

a. Batang bawah Succi Berasal dari batang muda atau tunas-tunas dari bekas tebangan, bukan dari cabang. Pohon induk yang baik dipilih dari pohon yang pertumbuhannya cepat dan mudah berakar dalam penyetekan. Bahan stek diambil setelah tunas berumur 8-12 bulan dan, mempunyai ukuran sebesar pinsil.

b. Batang atas ledger Pohon induk batang atas ledger dipilih dari klon-klon yang dianjurkan. Pohon induk ditanam pada jarak 1,25 cmx1,25 cm, lokasi kebun dipilih datar, dekat tempat pembibitan. Pohon induk yang siap diambil steknya pada umur 3-5 tahun.

c. Bahan tanaman dan penyambungan Batang bawah succi yang baik diambil dari pertumbuhan tunas berumur 10-12 bulan yang dipotong pada pohon induk sampai pangkal pangkasan. Semua daun dibuang, batang dibungkus dengan batang pisang dan disimpan di tempat teduh. Bahan stek diambil dari bagian batang yang masih berair, berwarna coklat muda dan agak tua. Batang dipotong miring 45-60o menjadi stek-stek berukuran 10 cm dengan satu mata tunas. Bagian sisi ujung atas batang bawah dibelah sedalam 1,5-2,0 cm untuk menyelipkan batang atas. Pohon induk batang atas ledger terbaik berumur 3-5 tahun setelah pemangkasan. Batang atas hanya diambil pucuknya sekitar 12 cm, terdiri dari 3-4 ruas paling ujung. Pangkal pucuk dipotong runcing sepanjang 2 cm. Batang atas diselipkan ke belahan batang bawah, diikat dengan tali bambu.

d. Media tanam Pembibitan stek sambung dilakukan di kantung plastik/polibag ukuran 12x25 cm. Pada sekeliling dan di tengah polibag bagian bawah diberi luang-lubang. Media tanaman berupa tanah andosol dengan pH 4,6- 6,0 yang diisikan ke dalam polibag sebanyak 2/3 bagiannya. Sebelumnya tanah disterilkan dengan larutan Trimaton 150 ml/15 l atau Vapam 250 ml/15 l untuk 1 m3 .

e. Penanaman stek Media dalam polibag disiram sampai lembab, oleskan Rootone (perangsang akar) pada ujung tanaman stek sambung lalu tanamkan pada media sedalam 5 cm. Padatkan tanah di sekitar stek supaya tanaman tegak.

f. Penyungkupan Bedengan diberi sungkup plastik dengan rangka dari bambu, besi atau kawat dengan jari-jari 50-70 cm dengan tinggi puncak 70 cm. Sungkup jangan bocor dan air hujang yang menggenangi plastik harus dibuang.

g. Pemeliharaan Penyiraman dilakukan 3-4 minggu sekali. Sungkup dibuka setelah stek berumur 3-4 bulan dan tinggi 20-25 cm. Pembukaan dilakukan secara bertahap. Jika hujan, sungkup ditutup. Pada bulan ke 6 sungkup dibuka sama sekali dan pada bulan ke 7 dilakukan seleksi bibit. Tanaman diberi pupuk daun Gandasil atau Bayfolan 0,2-0,3% setiap minggu atau urea 0,2%. Pemupukan hanya dilakukan pada bibit yang tumbuhnya lambat sebanyak 1-5 g NPK 15-15-15/polibag. Penyiangan

Page 256: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

dilakukan dengan tangan, penyemprotan insektisida dilakukan jikaada gejala serangan.

h. Pindah tanam Bibit dipindahkan ke kebun setelah berumur 10-12 bulan, tinggi 40-50 cm. Dan akar telah mencapai dasar polibag.

3) Pembibitan Semai Ledger

a. Bibit semai kina ledger Adalah bibit semai dari biji kina ledger yang berasal dari poliklonal dengan klon-klon yang terpilih dan dipelihara khusus. Penyiapan bibit relatif singkat hanya 1,5 tahun karena tidak perlu penyambungan.

b. Persemaian Dilakukan langsung pada bedengan atau dengan memakai polibag berukuran 12 x 25 cm berisi tanah hutan.

c. Pindah tanam Bibit dipindahtanamkan pada umur 1 tahun dan tinggi 40-50 cm. Bibit dari bedengan dipindahkan dengan cara dicabut sedangkan bibit dari polibag dipindahkan dengan tanahnya setelah polibag disobek dengan hati-hati.

4) Pembibitan Stek Ledger

a. Stek ledger Setek ledger adalah bibit kina dari pucuk ledger. Tanaman kina ledger umumnya sulit dikembangbiakan dengan stek. Bahan stek yang digunakan adalah pucuk, dari pohon induk yang telah berumur 3-5 tahun, dan setiap 3-5 tahun harus dipangkas setinggi 25-30 cm dari sambungan. Pohon induk ditanam dari bibit semai sambung dengan jarak tanam 1,25x1,25 m. Bahan stek dipilih dari pucuk yang coklat muda, masih berair tetapi sudah agak tua dengan panjang 20-25 cm dan dipetik di pagi hari. Panjang stek 12-15 cm terdiri dari 3-4 ruas. Sebelum ditanam daun dibuang /dirompes setengahnya.

b. Pembibitan Persiapan pembibitan, media, bedengan, penanaman stek, penyungkupan dan pemeliharaan sama dengan pembibitan stek sambung. Bibit dipindahtanamkan ke lapangan umur 10-12 bulan, tinggi rata-rata 40-50 cm.

6.2. Pengolahan Media Tanam Pengolahan tanah dimaksudkan untuk mendapatkan tanah yang gembur, bersih dari tunggul sisa-sisa akar dan gulma. Pengolahan tanah pertama dilakukan dengan pencangkulan tanah sedalam 60 cm, dan pengolahan tanah ke dua sedalam 40 cm dilakukan 2-3 minggu setelah pengolahan tanah pertama. Pada pertanian organic saat pengolahan tanah yang kedua yaitu menghancurkan bongkahan dan membuat struktur tanah lebih remah dan gembur, juga dilakukan penebaran pupuk kandang atau kompos sekitar 50 – 60 ton per hektar sebagai pupuk dasar.

Page 257: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

1) Persiapan Lahan

Setelah pengolahan tanah dilakukan pengukuran dan pematokan dengan memberi tanda, setiap 20 m ke arah mendatar, ke arah kemiringan atas dan bawah. Dengan demikian terbentuk petakan-petakan areal seluas 20 x 20 m2 = 400m 2 yang disebut satu patok. Tanda-tanda patok berupa hanjuang dipelihara dengan baik dan mati segera diganti.

2) Pengapuran Pengapuran hanya dilakukan jika pH tanah lebih rendah dari 4,5 dengan dosis kapur yang sesuai dengan keperluan. Kapur berupa dolomit, kalsit, dicampurkan merata 100gram/lubang.

3) Pemupukan (sebelum tanam) Pupuk untuk memacu pertumbuhan bibit diberi 50 gram TSP. Diberikan dalam larikan sekitar tanaman.

6.3. Teknik Penanaman 1) Penentuan Pola Tanaman

Pola penanaman tergantung tofografi lahan. Tiga macam jarak tanam yaitu jarak tanam rapat 75 cm x 75 cm, jarak tanam menengah 100 cm x 100 cm, dan jarak tanam lebar yaitu 1,25 cm x 1,25 cm. PTP Nusantara VIII di Bukit Tunggul menerapkan jarak tanam 100 x 150 cm dengan populasi tanaman per hektar sekitar 6.500.

2) Pembutan Lubang Tanam

Pengajiran untuk pedoman penanaman sehingga sesuai dengan pola dan jarak tanam yang dibuat. Lubang tanam dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 40 cm (untuk bibit dari polibag) dan 30 cm x 30 cm x 40 cm (untuk bibit cabutan).

3) Cara Penanaman a. Bibit cabutan

Panjang akar bibit sekitar 30 cm, tinggi bibit 40-50 cm dan 2/3 daunnya dirompes. Masukkan bibit dengan tegak jangan miring. Tanah timbunan dipadatkan dengan cara diinjak dengan kaki, kemudian diratakan.

b. Bibit dalam Polibag Polibag dibuka dengan cara menyobeknya lalu bibit ditanam bersama medianya, disangga dengan belahan bambu, ditimbun dengan tanah. Tanah di sekitar batang dipadatkan dan tanaman disiram.

c. Tanaman pelindung Tanaman ini berfungsi sebagai penutup tanah dan memperbaiki iklim mikro agar lebih segar. Tanaman berupa legum Crotalaria atauTephrosia yang ditanam selama 3 tahun.

4) Perioda Tanam

Page 258: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Masa penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan yaitu pada bulan September dan biasanya di saat kondisi tidak terlalu terik untuk menghindari penguapan yang terlalu banyak dari bibit yang akan ditanam. Dengan menentukan masa tanam secara tepat maka akan menentukan keberhasilan pertumbuhan tanaman.

6.4. Pemeliharaan Tanaman 1) Penyulaman

Penyulaman dilakukan satu bulan setelah penanaman, dilakukan secara terus-menerus sampai 3 bulan, menjelang kemarau. Penyulaman pada tahun ke tiga tidak dianjurkan. Kebutuhan bibit sulaman maksimum 10% dan pada tahun kedua 5%

2) Penyiangan

Penyiangan dimaksudkan untuk penggemburan tanah sedalam 10 cm dengan menggunakan cangkul. Penyiangan dilakukan 1,5–2 bulan sekali. Kegiatan penyiangan sampai umur 2-3 tahun.

3) Pembubunan

Untuk pertanaman kina sebenarnya tidak diperlukan kegiatan pembubunan karena memang tanaman ini merupakan tanaman pohon yang berumur dalam. Namun demikian pada tanaman muda dapat dilakukan kegiatan ini untuk menimbun kembali tanah di sekitar daerah perakaran yang terbawa air dan dilakukan sekaligus pada saat pemberian pupuk organic kompos setiap 3 – 4 bulan sekali agar pertumbuhan perakarannya lebih baik.

4) Pemupukan

a. Pemupukan Organik Pemupukan secara organic dengan menggunakan pupuk kompos yang merupakan pupuk organic komplek bias diberikan sbb: Untuk tanaman muda dilakukan pemupukan secara rutin setiap 2 – 3 bulan sekali sebanyak 5 – 7 kg per tanaman. Sedangkan untuk tanaman yang telah tua (diatas 3 tahun) bias dilakukan pemupukan kompos organic setiap 6 bulan sekali sebanyak 10 – 12 kg pertanaman. Adapun pemberian pupuk di sekitar batang tanaman di daerah perakaran dilakukan sekaligus dengan pekerjaan dangir dan penyiangan.

b. Pemupukan Konvensional

o Tanaman muda - 1 tahun: Urea 108 kg, TSP 62 kg, KCl 30 kg dan Kieserit 19 kg. - 2 tahun: Urea 173 kg, TSP 83 kg, KCl 40 kg dan Kieserit 37 kg.

Page 259: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

- 3 tahun: Urea 217 kg, TSP 124 kg, KCl 60 kg dan Kieserit 37 kg. - 4 tahun: Urea 325 kg, TSP 165 kg, KCl 80 kg dan Kieserit 56 kg.

o Tanaman dewasa - 5 tahun: Urea 390 kg, TSP 186 kg, KCl 80 kg dan Kieserit 56 kg. - 6 tahun: Urea 390 kg, TSP 186 kg, KCl 80 kg dan Kieserit 56 kg. - 7 tahun keatas: Urea 433 kg, TSP 207 kg, KCl 100 kg dan Kieserit

75 kg. Catatan : Kieserit iberikan jika ada gejala kekurangan Mg.

Pemupukan dilakukan saat curah hujan terakhir antara 100-300 mm, dilaksanakan dua kali setahun. Cara pemberian pupuk diberikan secara setempat.

7. HAMA DAN PENYAKIT 7.1. Hama 1) Ulat

Ulat yang menyerang daun atau ranting muda adalah: (1) Ulat jeungkal (Boarmia bhurmitra, Antitrygoides divisaria, Hyposidra talaca) dikendalikan dengan insektisida Thiodan 35 EC; (2) Ulat sinanangkeup (Paralebeda plagifera) dikendalikan dengan Dedevap 650 EC; (3) Ulat bugrug (Metanastria hirtaca) dikendalikan dengan Lebaycid 550 EC; (4) Ulat badori (Attacus atlas), dikendalikan dengan Baythroid 50 EC; (5) Ulat kaliki (Samia cyntia) dikendalikan dengan Bayrusil 250 EC; (6) Ulat kenari (Cricula trifenestrata) dikendalikan dengan Karphos 25 EC; (7) Ulat bajra (Setora nitens) dikendalikan dengan Lannate L; (8) Ulat kantong (Clania variegata) dikendalikan dengan Decis 2,5 EC, Thuricide, Ripcord 5 EC; (9) Ulat merang (Euproctis flexuosa) dikendalikan dengan Lannate 25 WP; Pengendalian mekanis: dilakukan dengan mengumpulkan telur, kupu serta telur-telurnya, kemudian dimusnahkan dengan cara dikubur atau dibakar.

2) Penggerak cabang merah (Zeuzera coffeae)

Gejala: menyerang cabang dan ranting hingga layu dan mudah patah. Pada ranting patah ada lubang gerekan. Pengendalian: memangkas cabang atau ranting yang terserang.

3) Penggerek pangkal batang (Phasus damor)

Gejala: kerusakan pada leher akar, daun kuning atau kemerahan, layu, kering, rontok dan tanaman mati. Pengendalian: menanam bibit yang sehat dan insektisida.

4) Penggerek cabang (Xyleberus. Sp)

Page 260: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Gejala: pada ranting, cabang atau batang terlihat adanya tahi gergaji yang halus. Hama ini berasosiasi dengan jamur ambrosia. Pengendalian: menyemprot larutan fungisida sistemik dan insektisida Gusadrin 150 ESC, Benlate 50 W).

5) Penggerek pucuk (Alcalides cinchonae)

Gejala: bekas serangan menyebabkan pucuk berwarna coklat dan mati. Pengendalian: penyemprotan dengan insektisida Gusadrin 150 ESC, Benlate 50 WP.

6) Kutu putih (Pseudaulacaspis pentagona)

Gejala: menyerang ranting dan mengisap cairan selnya, ranting menjadi berwarna putih dan dihuni oleh hewan kecil lonjong. Hama ini tidak menimbulkan kerugian dan serangan akan hilang dengan datangnya musim hujan.

7) Helopeltis (Helopeltis theivora, H. antonii)

Gejala: daun dan pucuk yang terserang menjadi salah bentuk. Pada serangan berat tanaman mati dan dari jauh bagian daun kebun kina kelihatan warna kehitam-hitaman. Pengendalian: dengan penyemprotan insektisida Lannate L, Lannate 25 WP, Lebaycid 550 WP.

7.2. Penyakit 1) Kanker batang

Penyebab: jamur Phytophthora Sp. Terdapat tiga spesies jamur kanker batang yaitu: (1) P. cinnamomi penyebab kanker garis, serangannya di Indonesia sangat luas. (2) P. parasitica penyebab kanker gelang, serangannya relatif sedikit. (3) P. citricola hanya menyerang tunas-tunas kina muda, serangannya juga terbatas. Kanker garis membentuk jalur sempit yang mengendap pada kulit batang. Gejala: berbeda-beda tergantung umur dan klon. Kanker gelang membentuk warna karat pada permukaan kulit batang. Jika kulit luar dikupas tanpak bahwa kulit bagian dalam membusuk. Pembusukan ini berkembang melingkari batang yang dapat menyebabkan tanaman mati. Pengendalian: kulit yang sakit dikorek, jaringan busuk dipotong sampai ke bagian sehat dan dilumasi Antimucin WBR 0,5% dan Difolatan 4F 3%. Setelah obat mengering luka ditutupi dengan petrolatum 2295 A, Shell Tapflux atau

Page 261: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Shell Otina Compound. Permukaan kayu yang terbuka ditutup ter untuk mencegah masuknya kumbang penggerek.

2) Penyakit jamur upas (Upasia salmonicolor)

Gejala: sebelum mengering daun-daun dari cabang yang sakit berwarna kuning kemerahan. Pada batang atau cabang terdapat benang-benang jamur yang belum masuk ke dalam kulit, dan mirip dengan sarang laba-laba. Pengendalian: menyemprotkan bubur Bordeaux. Dapat juga dilakukan pelumasan dengan bubur bordeaux pekat, Perenox 3%, Calixin Ready mix atau Calixin RM (tridemorf) dengan menggunakan kuas.

4) Penyakit mopog (Rhizoctonia solani)

Gejala: di bedengan-bedengan pesemaian terdapat kelompok-kelompok semai yang mati seperti tersiram air panas. Pengendalian: dengan mengurangi kelembaban persemaian, menyemprotkan fungisida pada tanah bedengan berupa Brassicol sebanyak 30 g/m 2 dan mengurangi penyiraman. Persemaian dapat disemprot dengan Dithane M-45 atau Brestan 0,05%.

7.3. Gulma Gulma di areal tanam terdiri atas golongan rumput-rumputan seperti lempuyangan (Panicum repens) dan paparean (Phalaris arundinaceae); golongan berdaun lebar seperti sintrong (Crassocephalum crepidioides) dan babadotan (Ageratum conyzoides). Pengendalian: dengan memperbaiki kultur teknis, menyiangi/mencabut, menggunakan tanaman penutup tanah lebum dan dengan herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh. 7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organic Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb: 1) Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat 2) Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami 3) Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan

hama dan penyakit. 4) Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia. 5) Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya

tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta

Page 262: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.

6) Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.

Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah: 1) Tembakau (Nicotiana tabacum ) yang mengandung nikotin untuk

insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.

2) Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.

3) Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.

4) Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.

5) Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.

6) Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.

8. PANEN 8.1. Ciri dan Umur Panen Bagian tanaman kina yang biasa diambil hasilnya adalah bagian kulit batang, dahan, cabang dan ranting. Produk ranting dapat dimulai saat tanaman berumur 6-7 tahun tahun (sebelum tebangan), dengan bagian yang terkecil yang diambil adalah kulit cabang yang diameternya lebih 1 cm. Ranting yang diameternya kurang dari 1 cm memiliki kadar kinin sulfat (SQ) yang rendah, dan biaya pengambilannya relatif mahal. Umur tanaman yang siap panen untuk panen cara tebangan adalah 9-11 tahun dan untuk panen cara penjarangan adalah 3,5, 5, 6, 7, 8,12, 18 dan 24 tahun dengan jumlah tanaman yang dicabut untuk masing-masing penjarangan adalah 12,5% dari total tanaman. 8.2. Cara Panen 1) Cara penebangan

Page 263: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Tanaman kina ditebang hati-hati dengan gergaji pada ketinggian 20-30 cm dari sambungan, atau leher akar dengan kemiringan 45 derajat. Batang kina dari batas ini dipotong sampai ketinggian 2 meter. Kulit kina dilepaskan dari batang dengan cara dipukul-pukul. Panen tebangan pertama disebut Stumping 1. Dari tunggul diharapkan tumbuh tunas-tunas baru, dan dipelihara maksimum 4 tunas untuk dipanen berikutnya. Penen berikutnya disebut stumping 2 dst. Setelah 4 kali stumping tanaman dibongkar. Panen tebangan yang baik pada awal musim penghujan, hindari terik matahari.

2) Cara penjarangan

Dilakukan dengan cabutan untuk memanen secara bertahap dalam persentase yang telah direncanakan. Pemilihan tanaman yang akan dibongkar tergantung persentase panenan setiap periode. Apabila tanaman akan dibongkar adalah 10%, maka dari 10 tanaman diambil 1 tanaman secara rata-rata.

8.3. Periode Panen Pemanenan biasanya dilakukan secara bertahap yaitu pada saat dilakukan pemangkasan cabang dan ranting dan pemangkasan batang utama. Pemanenan dilakukan pada ranting/cabang yang telah memenuhi ukuran standar yaitu lebih dari 1cm (diameter). Pemanenan sebaiknya dilakukan saat musim kemarau pada pagi hari. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengelola hasil panen secara langsung terutama masalah pengeringan. Untuk menghindari cemaran cendawan karena kadar air yang tinggi pada kulit batang maka sebaiknya setelah panen/pengulitan segera dilakukan pengeringan dengan jalan menjemur di bawah terik matahari. 8.4. Perkiraan Hasil Panen Dari 1 batang utama kina (2 meter) didapatkan 1-1,5 kg kulit. Hasil kulit kina diperhitungkan dalam kadar SQ7 maupun besarnya produksi kulit, sehingga hasilnya diperhitungkan dari perkalian kadar SQ7 dengan berat kulit kering dalam kg yang disebut potensi produksi. Pola produksi kulit kering dan kadar kinine sulfat (SQ7) hasil panenan cara penjarangan dapat dilihat berikut ini: a) Umur 3,5 tahun, sistim panenan: penjarangan I (12,5% panenan) dengan

produksi kulit kering 500 kg/ha pada kadar SQ7 3 proses. Potensi produksi SQ7 adalah 15,00 kg/ha.

b) Umur 5,0 tahun, sistim panenan: penjarangan II (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering 700 kg/ha pada kadar SQ7 5 proses. Potensi produksi SQ7 adalah 37,50 kg/ha.

c) Umur 6,0 tahun, sistim panenan: penjarangan III (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering 1.000 kg/ha pada kadar SQ7 6 proses. Potensi produksi SQ7 adalah 60,00 kg/ha.

d) Umur 7,0 tahun, sistim panenan: penjarangan IV (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering 1.375 kg/ha pada kadar SQ7 6 proses. Potensi produksi SQ7 adalah 82,50 kg/ha.

Page 264: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

e) Umur 8,0 tahun, sistim panenan: penjarangan V (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering 1.750 kg/ha pada kadar SQ7 7 proses. Potensi produksi SQ7 adalah 122,50 kg/ha.

f) Umur 12,0 tahun, sistim panenan: penjarangan VI (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering 3.125 kg/ha pada kadar SQ7 8 proses. Potensi produksi SQ7 adalah 250,00 kg/ha.

g) Umur 18,0 tahun, sistim panenan: penjarangan VII (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering 6.250 kg/ha pada kadar SQ7 6 proses. Potensi produksi SQ7 adalah 375,00 kg/ha.

h) Umur 24,0 tahun, sistim panenan: penjarangan VIII (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering 9.375 kg/ha pada kadar SQ7 5 proses. Potensi produksi SQ7 adalah 468,75 kg/ha.

9. PASCAPANEN 9.1. Penyortiran Basah dan Pencucian

Batang yang akan diambil kulitnya dikumpulkan di suatu tempat yang teduh. Cabang dan ranting dipotong tepat pada pertautan cabang dengan batang, Cabang atau ranting yang ukuran garis tengahnya di atas 1 cm dibersihkan dari ranting kecil dan daun-daun. Setelah itu batang tersebut dibersihkan, kemudian dipotong sepanjang 40 - 50 cm untuk diambil kulitnya. Pencucian pada kulit batang dilakukan dengan air bersih, jika air bilasannya masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

9.2. Pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. Pengeringan kulit batang dilakukan selama kira-kira 2 - 3 hari atau setelah kadar airnya dibawah 8%. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan di atas tikar atau rangka pengering, pastikan bahan tidak saling menumpuk. Selama pengeringan kulit batang harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi bahan tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Kulit batang yang akan dikeringkan ditaruh diatas tray oven dan alasi dengan kertas Koran dan pastikan bahwa tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah yang dihasilkan.

9.3. Penyortiran Kering.

Page 265: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang dikeringkan dengan memisahkannya dari benda-benda asing atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah bahan hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).

9.4. Pengemasan Setelah bersih, bahan yang kering dikumpulkan dalam wadah yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya), dapat berupa kantong plastik atau karung. Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

9.5. Penyimpanan Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC, dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang. 10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN 10.1 Analisis Usaha Budidaya

- -

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis Pada tahun 1939 Indonesia merupakan pemasok 90 % kebutuhan kina dunia dengan luas areal tanam 17.000 ha dengan produksi 11.000 ton kulit kering/tahun. Akibat terlantarnya kebun kina dan terjadinya penebangan besar-besaran sejak Perang Dunia II sampai tahun enam puluhan, areal dan produksi kina Indonesia menurun Kebutuhan kulit kina dirasakan semakin meningkat, seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat pula. Kulit kina merupakan bahan baku obat penyakit malaria dan penyakit jantung. Obat tersebut sangat diperlukan untuk kesehatan manusia. Di samping sebagai bahan obat, kina sebagai bahan baku kosmetika, minuman penyegar dan industri penyamakan. Beberapa dekade yang lalu produksi kina Indonesia kalah oleh pordusen dari Afrika. Tetapi saat ini produksi di Afrika mengalami penurunan. Saat ini adalah saat yang dianggap tepat untuk melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi perkebunan kina. Prospek agribisnis kulit kina sangat cerah, dan permintaan pasar internasionalpun semakin meningkat tetapi belum bisa terpenuhi. Dengan mengingat mutu kina Indonesia yang sangat prima, Perkebunan kina kita akan menjadi sektor agribisnis yang diperhitungkan.

11. STANDAR PRODUKSI

Page 266: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

11.1. Ruang Lingkup Standar produksi meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan. 11.2. Deskripsi … 11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu Kulit kina kering jemur dari batang utama di perkebunan kina Indonesia mempunyai standar mutu yang memenuhi persyaratan Internasional yaitu memiliki kadar kinin sulfat pada kelas SQ7. Kelas kualitas ini bahkan lebih besar daripada yang dihasilkan di Afrika. 11.4. Pengambilan Contoh Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung maksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung diambil contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh ini disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram. 11.5. Pengemasan Kina dikemas dalam karung goni atau dari bahan lain yang sesuai kuat dan bersih dan mulutnyadijahit, berat netton setiap karung maksimum 75 kg, dan tahan mengalami handling baik pada pemuatan maupun pembongkaran. Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman yang tidak luntur dengan jelas terbaca antara lain: § Produk asal Indonesia § Nama/kode perusahaan/eksportir § Nama barang § Negara tujuan § Berat kotor § Berat bersih § Nama pembeli

12. DAFTAR PUSTAKA 1) Sultoni, A. 1995. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Kina. Asosiasi Penelitian

dan Pengembangan Perkebunan Indonesia. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Jakarta, Februari 2000 Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS Editor : Kemal Prihatman

Page 267: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

2) Anonimous. 1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Prosiding Seminar di Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 311 Hal.

3) Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal.

KEMBALI KE MENU

Page 268: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

KRISAN( C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy )

1. SEJARAH SINGKAT

Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruniatau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasaldari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C. morifolium(ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4 mulaimembudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbolkekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East.

Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancistahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan diInggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17.Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisandikembangkan secara komersial.

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi botani tanaman hias krisan adalah sebagai berikut:Divisi : SpermathophytaSub Divisi : AngiospermaeFamili : Asteraceae

Page 269: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Genus : ChrysanthemumSpecies : C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy dll

Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dariBelanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas:a) Krisan lokal (krisan kuno)

Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indoenesia makadianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dansiklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximumberbunga kuning banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas(Cianjur).

b) Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida)Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan iniadalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis(berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal(berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink).

c) Krisan produk IndonesiaBalai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatanIndonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.

3. MANFAAT TANAMAN

Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lainadalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagaibunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai:a) Bunga pot

Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dancocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameterbunga kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan),Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putihkehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dariBelanda).Krisan introduksi berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot,terdapat 12 varitas krisan pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam adalahvarietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning).

b) Bunga potongDitandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyaitangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnyaditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contohbunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Greenpeas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll.

Page 270: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4. SENTRA PENANAMAN

Daerah sentra produsen krisan antara lain: Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang(Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera Utara).

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

1) Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadapterpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi,penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik.

2) Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuancahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baikadalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal9 m2 dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periodepemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untukmendorong pembentukan bunga.

3) Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26derajat C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat C.

4) Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukanakar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70-80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai.

5) Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacufotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalambangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2,hingga mencapai kadar yang dianjurkan.

5.2. Media Tanam

1) Tanah yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur liat berpasir, subur,gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan penyakit.

2) Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar 5,5-6,7.

5.3. Ketinggian Tempat

ketinggian tempat yang ideal untuk budidaya tanaman ini antara 700–1200 m dpl.

Page 271: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Bibit

Bibit diambil dari induk sehat, berkualitas prima, daya tumbuh tanaman kuat,bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar.

2) Penyiapan Bibit

Pembibitan krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan anakan, setekpucuk dan kultur jaringan.a) Bibit asal anakanb) Bibit asal stek pucuk

Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk yang tumbuhsehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai daundewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut, langsung semaikan ataudisimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4 derajat C, dengan kelembaban30 % agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara penyimpanan stekadalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu, kemudian dimasukan kedalam kantong plastik rata-rata 50 stek.

c) Penyiapan bibit dengan kultur jaringanTentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan pisau silet, stelisasi matatunas dengan sublimat 0,04 % (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas denganair suling steril. Lakukan penanaman dalam medium MS berbentuk padat. Hasilpenelitian lanjutan perbanyakan tanaman krisan secara kultur jaringan:1. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter

ditambah 1,5 mg kinetin/liter, paling baik untuk pertumbuhan tunas dan akareksplan. Pertunasan terjadi pada umur 29 hari, sedangkan perakaran 26hari.

2. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/literditambah 0,5 BAP/liter, kalus bertunas waktu 26 hari, tetapi medium tidakmerangsang pemunculan akar.

3. Medium MS padat ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mgkinetin/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter padaeksplan varietas Sandra untuk membentuk akar pada umur 21-31 hari.

Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:a) Stok tanaman induk

Fungsinya untuk memproduksi bagian vegetatif sebanyak mungkin sebagaibahan tanaman Ditanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya. Jumlahstok tanaman induk disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang telahdirencanakan. Tiap tanaman induk menghasilkan 10 stek per bulan, danselama 4-6 bulan dipelihara memproduksi sekitar 40-60 stek pucuk.

Page 272: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Pemeliharaan kondisi lingkungan berhari panjang dengan penambahan cahaya4 jam/hari mulai 23.30–03.00 lampu pencahayaan dapat dipilih Growlux SL 18Philip.

b) Perbanyakan vegetatif tanaman induk.1. Pemangkasan pucuk, dilakukan pada umur 2 minggu setelah bibit ditanam,

dengan cara memangkas atau membuang pucuk yang sedang tumbuhsepanjang 0,5-1 cm.

2. Penumbuhan cabang primer. Perlakuan pinching dapat merangsangpertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkantumbuh sepanjang 15-20 cm atau disebut cabang primer.

3. Penumbuhan cabang sekunder. Pada tiap ujung primer dilakukanpemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap cabang sekunderhingga tumbuh sepanjang 10-15 cm.

3) Teknik Penyemaian Bibit

a) Penyemaian di bakSiapkan tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak berukuran lebar 80 cm,kedalaman 25 cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan dan sebaiknya bakberkaki tinggi. Bak dilubangi untuk drainase yang berlebihan. Medium semaiberupa pasir steril hingga cukup penuh. Semaikan setek pucuk dengan jarak 3cm x 3 cm dan kedalaman 1-2 cm, sebelum ditanamkan diberi Rotoon (ZPT).Setelah tanam pasang sungkup plastik yang transparan di seluruh permukaan.

b) Penyemaian kultur jaringanBibit mini dalam botol dipindahkan ke pesemaian beisi medium berpasir sterildan bersungkup plastik tembus cahaya.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Pemeliharaan untuk stek pucuk yaitu penyiraman dengan sprayer 2-3 kali sehari,pasang bola lampu untuk pertumbuhan vegetatif, penyemprotan pestisida apabilatanaman di serang hama atau penyakit. Buka sungkup pesemaian pada sore haridan malam hari, terutama pada beberapa hari sebelum pindah ke lapangan.

Pemeliharaan pada kultur jaringan dilakukan di ruangan aseptik, setelah bibirberukuran cukup besar, diadaptasikan secara bertahap ke lapangan terbuka.

5) Pemindahan Bibit

Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada umur 10-14 hari setelahsemai dan bibit dari kultur jaringan bibit siap pindah yang sudah berdaun 5-7 helaidan setinggi 7,5-10 cm.

Page 273: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Pembentukan Bedengan

Olah tanah dengan menggunakan cangkul sedalam 30 cm hingga gembur,keringanginkan selama 15 hari. Gemburkan yang kedua kalinya sambildibersihkan dari gulma dan bentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 20-30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antara bedengan 30-40 cm.

2) Pengapuran

Tanah yang mempunyai pH > 5,5, perlu diberi pengapuran berupa kapur pertanianmisalnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis tergantung pH tanah. Kebutuhandolomit pada pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH 5,3 = 3,60 ton/ha, pH5,4 = 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan dengan cara disebar merata padapermukaan bedengan.

6.3. Teknik Penanaman

1) Teknik Penanaman Bunga Potong

a) Penentuan Pola Tanam.Tanaman bunga krisan merupakan tanaman yangdapat dibudidayakan secaramonokultur.

b) Pembuatan Lubang TanamJarak lubang tanam 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Lubang tanam dengan caraditugal. Penanaman biasanya disesuaikan dengan waktu panen yaitu padahari-hari besar. Waktu tanam yang baik antara pagi atau sore hari.

c) Pupuk DasarFuradan 3G sebanyak 6-10 butir perlubang. Campuran pupuk ZA 75 gramditambah TSP 75 gram ditambah KCl 25gram (3:3:1)/m2 luas tanam, diberikanmerata pada tanah sambil diaduk.

d) Cara PenanamanAmbil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit, urug dengan tanahtipis agar perakaran bibit krisan tidak terkena langsung dengan furadan 3G.Tanamkan bibit krisan satu per satu pada lubang yang telah disiapkan sedalam1-2 cm, sambil memadatkan tanah pelan-pelan dekat pangkal batang bibit.Setelah penanaman siram dengan air dan pasang naungan sementara darisungkup plastik transparan.

2) Teknik Penanaman untuk Memperpendek Batang

Penanaman dilakukan sama dengan untuk bunga potong biasa, tetapi denganmenambah cahaya agar tangkai menjadi pendek.a) Pengaturan dan Penambahan Cahaya

Page 274: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Dilakukan sampai batas tertentu dengan ketinggian tanaman yang dinginkan.Misalnya, bila diinginkan bunga krisan bertangkai 70 cm, maka penambahancahaya sejak ketinggian 50-60 cm. Lampu dimatikan. Periode berikutnyaberalih ke generatif. Tangkai bunga memanjang mencapai 80 cm. Bila dipanentangkainya 70 cm, maka tangkai bunga yang tersisa adalah 10 cm padatanaman. Total lama penyinaran sejak bibit ditanam sampai periode generatifantara 12-15 minggu tergantung varietas krisan.Cara pengaturan dan penambahan cahaya yaitu dengan pola byarpet, yaitupencahayaan malam selama 5 menit lalu dimatikan selama 1 menit dilakukansecara berulang-ulang hingga mencapai 30 menit. Cara lain pengaturan danpenambahan cahaya adalah dengan memasang lampu TL pada tengah malammulai pukul 22.30-01.00.

b) PemupukanWaktu pemupukan dimulai umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulangkontinue dan periodik seminggu sekali, dan akhirnya sebulan sekali. Jenis dandosis pupuk yang diberikan pada fase vegetatif yaitu Urea 200 gram ditambahZA 200 gram ditambah KNO3 100 gram per m2 luas lahan. Pada fase Generatifdigunakan pupuk Urea 10 gram ditambah TSP 10 gram ditambah KNO3 25gram per m2 luas lahan, cara pemberiannya dengan disebar dalam larikan ataulubang ditugal samping kiri dan samping kanan.

c) Pembuangan Titik TumbuhWaktu pembuangan titik tumbuh adalah pada umur 10-14 hari setelah tanam,dengan cara memotes ujung tanam sepanjang 5 cm.

d) Penjarangan BungaJika ingin mendapatkan bunga yang besar, dalam 1 tangkai bunga hanyadibiarkan satu bakal bunga yang tumbuh.

3) Teknik Penanaman untuk Bunga Pot

Sebanyak 5-7 Bibit yang telah berakar ditanam di dalam pot yang berisi mediasabut kelapa (hancur) atau campuran tanah dan sekam padi (1:1). Untukmemperpendek batang, pot-pot ini ditumbuhkan selama 2 minggu denganpenyinaran 16 jam/hari.

Untuk merangsang pembungaan, pot-pot kemudian diberi pencahayaan pendekdengan cara menutupnya di dalam kubung dari jam 16.00-22.00. Selamapertumbuhan tanaman diberi pupuk cir multihara lengkap. Pembungaan ini dapatpula dipacu dengan menambahkan hormon tumbuh giberelin sebanyak 500 ppmpada saat penyinaran pendek.

Untuk mendapatkan bunga yang besar dan jumlahnya sedikit, bakal bunga darisetiap batang perlu diperjarang dengan hanya menyisakan satu kuncup bunga.Dengan cara ini akan didapatkan krisan pot dengan 5-7 bunga yang mekarbersamaan.

Page 275: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu 10-15 hari setelah tanam. Penyulamandilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau layu permanen dengan bibityang baru.

2) Penyiangan

Waktu penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2 minggu setelah tanam.Penyiangan dengan cangkul atau kored dengan hati-hati membersihkan rumput-rumput liar.

3) Pengairan dan Penyiraman

Pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari, pengairan dilakukankontinu 1-2 kali sehari, tergantung cuaca atau medium tumbuh. Pengairandilakukan dengan cara mengabutkan air atau sistem irigasi tetes hingga tanahbasah.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Ulat tanah (Agrotis ipsilon)Gejala: memakan dan memotong ujung batang tanaman muda, sehingga pucukdan tangkai terkulai. Pengendalian: mencari dan mengumpulkan ulat pada senjahari dan semprot dengan insektisida.

2) Thrips (Thrips tabacci)Gejala: pucuk dan tunas-tunas samping berwarna keperak-perakan ataukekuning-kuningan seperti perunggu, terutama pada permukaan bawah daun.Pengendalian: mengatur waktu tanam yang baik, memasang perangkap berupalembar kertas kuning yang mengandung perekat, misalnya IATP buatan Taiwan.

3) Tungau merah (Tetranycus sp)Gejala: daun yang terserang berwarna kuning kecoklat-coklatan, terpelintir,menebal, dan bercak-bercak kuning sampai coklat. Pengendalian: memotongbagian tanaman yang terserang berat dan dibakar dan penyemprotan pestisida.

Page 276: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Penggerek daun (Liriomyza sp)Gejala: daun menggulung seperti terowongan kecil, berwarna putih keabu-abuanyang mengelilingi permukaan daun. Pengendalian: memotong daun yangterserang, penggiliran tanaman, dengan aplikasi insektisida.

7.2. Penyakit

1) Karat/RustPenyebab: jamur Puccinia sp. karat hitam disebakan oleh cendawan Pchrysantemi, karat putih disebabkan oleh P horiana P.Henn. Gejala: pada sisibawah daun terdapat bintil-bintil coklat/hitam dan terjadi lekukan-lekukanmendalam yang berwarna pucat pada permukaan daun bagian atas. Bilaserangan hebat meyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga. Pengendalian:menanam bibit yang tahan hama dan penyakit, perompesan daun yang sakit,memperlebar jarak tanam dan penyemprotan insektisida.

2) Tepung oidiumPenyebab: jamur Oidium chrysatheemi. Gejala: permukaan daun tertutup denganlapisan tepung putih. Pada serangan hebat daun pucat dan mengering.Pengendalian: memotong/memangkas daun tanaman yang sakit danpenyemprotan fungisida.

3) Virus kerdil dan mozaikPenyebab: virus kerdil krisan, Chrysanhenumum stunt Virus dan Virus MozaoikLunak Krisan (Chrysanthemum Mild Mosaic Virus). Gejala: tanaman tumbuhnyakerdil, tidak membentuk tunas samping, berbunga lebih awal daripada tanamansehat, warna bunganya menjadi pucat. Penyakit kerdil ditularkan oleh alat-alatpertanian yang tercemar penyakit dan pekerja kebun. Virus mosaik menyebabkandaun belang hijau dan kuning, kadang-kadang bergaris-garis. Pengendalian:menggunakan bibit bebas virus, mencabut tanaman yang sakit, menggunakanalat-alat pertanian yang bersih dan penyemprotan insektisida untuk pengendalianvektor virus.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Penentuan stadium panen adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 harisebelum mekar penuh. Tipe spray 75-80% dari seluruh tanaman. Umur tanamansiap panen yaitu setelah 3-4 bulan setelah tanam.

8.2. Cara Panen

Page 277: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Panen sebaiknya dilakukan pagi hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi dan saatbunga krisan berturgor optimum. Pemanenan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitudipotong tangkainya dan dicabut seluruh tanaman. Tata cara panen bunga krisan:tentukan tanaman siap panen, potong tangkai bunga dengan gunting sterilsepanjang 60-80 cm dengan menyisakan tunggul batang setinggi 20-30 cm daripermukaan tanah.

8.3. Prakiraan Produksi

Perkiraan hasil bunga krisan pada jarak 10 x 10 cm seluas 1 ha yaitu 800.000tanaman.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Kumpulkan bunga hasil panen, lalu ikat tangkai bunga berisi sekitar 50-1000 tangkaisimpan pada rak-rak.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Pisahkan tangkai bunga berdasarkan tipe bunga, warna dan varietasnya. Lalubersihkan dari daun-daun kering atau terserang hama. Buang daun-daun tua padapangkal tangkai.

Kriteria utama bunga potong meliputi penampilan yang baik, menarik, sehat danbebas hama dan penyakit. Kriteria ini dibedakan menjadi 3 kelas yaitu:a) Kelas I untuk konsumen di hotel dan florist besar, yaitu panjang tangkai bunga

lebih dari 70 cm, diameter pangkal tangkai bunga lebih 5 mm.b) Kelas II dan III untuk konsumen rumah tangga, florits menengah dan dekorasi

massal yaitu panjang tangkai bunga kurang dari 70 cm dan diameter pangkaltangkai bunga kurang dari 5 mm.

9.3. Pengemasan dan Pengangkutan

Tentukan alat angkutan yang cocok dengan jarak tempuh ke tempat pemasaran dansusunlah kemasan berisi bunga krisan secara teratur, rapi dan tidak longgar, dalambak atau box alat angkut.

Page 278: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya tanaman krisan seluas 0,5 ha dengan jarak tanam 10 x10 cm. Analisis dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bandung.

1) Biaya produksi1. Sewa lahan 1 tahun Rp. 1.500.000,-2. Bibit : 500.000 batang @ Rp. 50,- Rp. 25.000.000,-3. Pupuk dan kapur

- Pupuk kandang: 15.000 kg @ Rp. 150,- Rp. 2.250.000,-- Urea: 4.150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 6.225.000,-- ZA: 4.600 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 5.750.000,-- SP-36: 525 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 1.050.000,-- KCl: 125 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 206.250,-- KNO3: 2.375 kg @ Rp. 4.000,- Rp. 9.500.000,-- Kapur pertanian: 2000 kg @ Rp.200,- Rp. 400.000,-

4. Pestisida Rp. 1.500.000,-5. Biaya tenaga kerja

- Penyiapan lahan 50 HKP @ Rp. 10.000,- Rp. 500.000,-- Pemupukan 10 HKP + 20 HKW Rp. 250.000,-- Penanaman 5 HKP + 50 HKW Rp. 425.000,-- Pemeliharaan 5 HKP + 100 HKW Rp. 800.000,-

6. Biaya lain-lain (pajak, iuran, alat) Rp. 500.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 55.856.250,-

2) Pendapatan 400.000 tanaman @ Rp. 225,- Rp. 90.000.000,-3) Keuntungan Rp. 34.143.750,-4) Parameter kelayakan usaha

1. Rasio Output/Input =1,611

Keterangan: HKP Hari Kerja Pria, HKW Hari Kerja Wanita

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Tanaman hias krisan merupakan bunga potong yang penting di dunia. Prospekbudidaya krisan sebagai bunga potong sangat cerah, karena pasar potensial yangdapat berdaya serap tinggi sudah ada. Diantara pasar potensial tersebut adalahJerman, Inggris, Swiss, Italia, Austria, America Serikat, Swedia dsb.

Saat ini krisan termasuk bunga yang paling populer di Indonesia karena memilikikeunggulan yaitu bunganya kaya warna dan tahan lama, bunga krisan pot bahkandapat tetap segar selama 10 hari. Peluang untuk mengembangkan budidayatanaman krisan, guna memenuhi kebutuhan baik dalam maupun luar negri agaknya

Page 279: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

tetap terbuka. Seiring dengan permintaan bunga potong krisan yang semakinmeningkat maka peluang agribisnis perlu terus dikembangkan.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar meliputi klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syaratpenandaan dan pengemasan.

11.2.Deskripsi

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Mutu dan pengepakan bunga untuk ekspor ke pasaran Internasional sangatditentukan oleh negara pengimpor. Untuk Jepang standar yang berlaku adalahsebagai berikut:a) Varietas adalah Kiku berwarna putih atau kuning yang dipanen saat bunga belum

mekar penuh, panjang tangkai 70 cm, lurus dan tunggal. Duapertiga daun masihlengkap, utuh serta berukuran seragam dan bebas hama penyakit.

b) Satu ikatan terdiri dari 20 tangkai bunga dan dibungkus dengan pembungkus darikertas khusus Sleeves. Kuntum tidak tertutup seludang, pangkal bunga diberikapas basah.

c) Pengepakan dilakukan dalam kotak kardus dengan kapasitas 10 ikatan.d) Pengangkutan dilakukan dengan alat angkut bersuhu udara 7-8 derajat C dengan

kelembaban udara 60-65%.

11.4.Pengambilan Contoh

Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan terkecil dalam lot dan contohdengan rincian sebagai berikut:a) Contoh yang diambil 1, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 1–3.b) Contoh yang diambil 3, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 4–25.c) Contoh yang diambil 6, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 26–50.d) Contoh yang diambil 8, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 51–100.e) Contoh yang diambil 10, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 101–150.f) Contoh yang diambil 12, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 151–200.g) Contoh yang diambil 15, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 201–lebih.

Sedangkan untuk petugas pengambil contoh adalah orang yang telahberpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dalam suatu badanhukum.

Page 280: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.5.Pengemasan

1) Cara pengemasanPangkal tangkai bunga krisan potongan dimasukan ke dalam tube berisi cairanpengawet/dibungkus dengan kapas kemudian dimasukan ke dalam kantongplastik berisi cairan pengawet lalu dikemas dalam kotak karton/kemasan lain yangsesuai.

2) Pemberian merekPada bagian luar kemasan diberi tulisan:1. Nama barang/varietas krisan.2. Jenis mutu.3. Nama atau kode produsen/eksportir.4. Jumlah isi.5. Negara tujuan.6. Hasil Indonesia.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) H Rahmat Rukmana , Ir.1997. Krisan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.2) Trubus no. 338. 1998. Kebun bunga Potong Ciputri.3) Dewi Sartika. 1998. Krisan Baru Produk Indonesia. Trubus no. 342.4) Lukito AM. 1998. Rekayasa Pembungaan Krisan dan Bunga Lain. Trubus no. 348.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 281: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

KUMIS KUCING ( Orthosiphon spp. )

1. SEJARAH SINGKAT Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang tegak. Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea plants/java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan songot koneng (Madura). Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia. Nama daerah: Kumis kucing (Melayu – Sumatra), kumis kucing (Sunda), remujung (Jawa), se-salaseyan, songkot koceng (Madura).

2. URAIAN TANAMAN 2.1 Klasifikasi Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Lamiaceae Genus : Orthosiphon Spesies : Orthosiphon spp.

Page 282: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

2.2 Deskripsi Tanaman terna yang tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar tetapi tidak tampak nyata, tinggi tanaman sampai 2m. Batang bersegi empat agak beralur. Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lanset, lancip atau tumpul pada bagian ujungnya, ukuran daun panjang 1 – 10cm dan lebarnya 7.5mm – 1.5cm, urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7 – 29cm. Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih, dengan ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek yang berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 – 18mm, panjang bibir 4.5 – 10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm. 2.3 Jenis Tanaman Spesies kumis kucing yang terdapat di Pulau Jawa adalah O. aristatus, O. thymiflorus, O. petiolaris dan O. tementosus var. glabratus. Klon kumis kucing yang ditanam di Indonesia adalah Klon berbunga putih dan ungu. 3. MANFAAT TANAMAN Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai bahan obat-obatan. Di Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit syphilis. 4. SENTRA PENANAMAN Hingga saat ini, sentra penanaman kumis kucing banyak terdapat di Pulau Jawa. Baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.

5. SYARAT PERTUMBUHAN 5.1. Iklim

Page 283: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

1) Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman ini adalah lebih dari 3.000 mm/tahun.

2) Dengan sinar matahari penuh tanpa ternaungi. Naungan akan menurunkan kadar ekstrak daun.

3) Keadaan suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini adalah panas sampai sedang.

5.2. Media Tanam 1) Tanaman ini dapat dengan mudah tumbuh di lahan-lahan pertanian, untuk

produksi sebaiknya dipilih tanah yang gembur, subur, banyak mengandung humus/bahan organik dengan tata air dan udara yang baik.

2) Tanah Andosol dan Latosol sangat baik untuk budidaya kumis kucing. 5.3. Ketinggian Tempat Ketinggian tempat optimum tanaman kumis kucing 500 - 1.200 m dpl. 6. PEDOMAN BUDIDAYA 6.1. Pembibitan 1) Penyiapan Bibit

Cara yang paling mudah dan biasa untuk mengembangkan kumis kucing adalah perbanyakan vegetatif dengan stek batang/cabang. Bahan tanaman diambil dari rumpun yang tumbuhnya normal, subur dan sehat. a. Pilih batang/cabang yang tidak terlalu tua atau muda dan sudah

berkayu. b. Potong batang dengan pisau tajam/gunting pangkas yang bersih. c. Potong-potong batang menjadi stek berukuran 15–20 cm berbuku 2-3. d. Buang sebagian daun untuk mengurangi penguapan air. Adapun kebutuhan bibit untuk 1 hektar dengan jarak tanam 40 x 40 cm diperlukan 50.000-62.500 stek/ha.

2) Teknik Penyemaian Bibit

Stek dapat langsung ditanam di kebun produksi atau ditanam dulu di persemaian. Di dalam persemaian stek ditanam dengan jarak tanam 10x10 cm. Stek yang masih segar langsung ditanam di lahan yang telah diolah sedalam 20 cm. Setelah itu disirami 1-2 kali sehari tergantung dari cuaca dan hujan yang turun. Bila perlu persemaian dinaungi dengan naungan plastik transparan atau jerami/daun kering. Setelah timbul tunas baru, bibit dipindahkan ke kebun produksi.

Page 284: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

6.2. Pengolahan Media Tanam 1) Persiapan

Tanah diolah 30-40 cm, gulma dan tanaman lain dibuang. Setelah diolah, tanah dibiarkan 15 hari.

2) Pembentukan Bedengan Pembuatan bedengan dilakukan setelah pengolahan tanah yang kedua yaitu dengan menghancurkan bongkahan tanah pada pengolahan tanah yang pertama hingga mendapatkan struktur tanah yang remah dan gembur. Pada saat pengolahan tanah kedua ini juga dianjurkan memberikan pupuk dasar berupa pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 50 – 60 ton per hektar bersamaan pada saat pembuatan bedengan. Bedengan dibuat selebar 100-120 cm tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 40-50 cm. Panjang bedengan disesuaikan dengan keperluan dan lahan

3) Pemupukan (sebelum tanam) Buat lubang tanam berukuran 30x30x30 cm dengan jarak tanam 40 x 60 cm. Masukkan pupuk kandang sebanyak 2,4-3,2 kg/lubang dan tutup lubang tanah. Campur tanah bedengan dengan 15-20 kg/ha pupuk kandang sapi.

6.3. Teknik Penanaman 1) Penentuan Pola Tanaman

Waktu tanam terbaik adalah di awal musim hujan (Oktober-Desember) kecuali jika air tersedia sepanjang tahun, waktu tanam bisa dilaksanakan kapan saja.

2) Pembuatan Lubang Tanam Buat lubang tanam berukuran 30x30x30 cm dengan jarak tanam 40 x 40 cm

3) Cara Penanaman a) Pilih bibit yang baik dari pembibitan. b) Buat lubang kecil di tempat lubang tanam. c) Tanamkan bibit/stek tegak lurus sedalam 5 cm atau 1/3 bagian dari

pangkal batang stek. Setiap lubang diisi 4-6 bibit/stek. d) Padatkan tanah di sekitar bibit. e) Sirami sampai cukup basah.

4) Perioda Tanam

Penanaman tanaman ini bias dilakukan sepanjang tahun yaitu dengan membongkar tanaman tua yang telah mengeras berkayu dan tidak produktif lagi atau daunnya jarang dan kecil-kecil, kemudian menanam ulang dengan tanaman baru yang masih muda

Page 285: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

6.4. Pemeliharaan Tanaman 1) Penyulaman

Dilakukan antara 1-15 hari setelah tanam untuk tetap menjaga pertanaman pada jarak tanam yang telah ditentukan (40 x 40cm). Penyulaman dilakukan terutama pada tanaman yang mati atau tumbuh tidak normal dengan tanaman baru yang umurnya tidak berbeda jauh, sehingga pertumbuhan selanjutnya akan tetap sama dan seragam.

2) Penyiangan

Gulma disiangi secara kontinyu untuk mengurangi persaingan unsur hara. Penyiangan biasanya dilakukan agak sering saat tanaman masih muda sehingga lahan di atara tanaman masih terbuka karena kanopi tanaman belum tumbuh besar. Tetapi pada tanaman dewasa periode penyiangan sudah agak jarang karena kanopi pada masing-masing tanaman akan saling menutup permukaan tanah, sehingga akan menekan pertumbuhan gulma di bawahnya.

3) Pemupukan

a. Pemupukan Organik

Pemupukan secara organic dengan menggunakan pupuk kompos yang merupakan pupuk organic komplek dapat diberikan sbb: Sebagai pupuk dasar telah diuraikan di atas yang diberikan pada saat penyiapan media tanam. Selanjutnya pupuk kompos organic dapat diberikan setiap bulan sekali sebanyak 1 – 2kg setiap tanaman. Pemupukan pada tanaman dewasa bisa lebih sering yaitu setiap 2 – 3 minggu sekali sebesar 1.5 – 3kg per tanaman dan terutama diberikan setelah dilakukan pemanenan/perompesan daun sehingga pertumbuhan selanjutnya akan lebih baik.

b. Pemupukan Konvensional

Dosis pupuk anjuran adalah 75 kg/ha urea yang diberikan setiap 3 kali panen atau 6-9 minggu sekali. Pupuk disebar di dalam larikan dangkal antara baris tanaman dan segera ditutup tanah.

4) Pengairan dan Penyiraman

Pada awal pertumbuhan, tanaman diairi/disiram 1-2 kali sehari. Setelah tanaman terlihat kokoh dan rimbun, penyiraman dikurangi. Frekuensi penyiraman selanjutnya tergantung cuaca, yang penting tanah tidak sampai kering. Penambahan air dapat dilakukan dengan cara disiram atau menggenangi saluran di antara bedengan dengan air.

5) Waktu Penyemprotan Pestisida Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.

Page 286: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

7. HAMA DAN PENYAKIT 7.1. Hama Selama ini tidak ada hama atau penyakit yang benar-benar merusak tanaman kumis kucing. Hama yang sering ditemukan adalah kutu daun dan ulat daun. 7.2. Penyakit Penyakit yang menyerang disebabkan oleh jamur upas (Upsia salmonicolor atau Corticium salmonicolor). Jamur ini menyerang batang atau cabang tanaman yang berkayu. Pengendalian dilakukan dengan perbaikan tata air, meningkatkan kebersihan kebun, memotong bagian yang sakit, pergiliran tanaman dan penyemprotan pestisida selektif. 7.3. Gulma Gulma yang banyak tumbuh di lahan pertanaman kumis kucing cukup bervariasi dan kebanyakan dari jenis gulma kebun seperti rumput teki, lulangan, ageratum, alang-alang, dan rumput-rumput lainnya 7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organic Sama seperti pada tanaman obat lainnya bahwa pengendalian hama/penyakit secara organic pada pertanaman kumis kucing lebih diusahakan secara PHT (pengendalian hama secara terpadu). Termasuk di dalamnya system bercocok tanam secara tumpang sari akan dapat menghambat serangan hama/penyakit. Untuk pengendalian gulma sebaiknya dilakukan secara manual dengan cara penyiangan seperti telah dijelaskan di atas. Namun demikian apabila diperlukan dapat diterapkan penyemprotan dengan insektisida maupun pestisida nabati. Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah: 1) Tembakau (Nicotiana tabacum ) yang mengandung nikotin untuk

insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.

2) Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.

3) Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.

4) Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti

Page 287: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.

5) Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.

6) Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.

8. PANEN 8.1. Ciri dan Umur Panen Tanaman berumur 1 bulan setelah tanam, tangkai bunga belum muncul dan tinggi tanaman sekitar 50 cm. Panen pertama jangan sampai terlambat karena akan mempengaruhi produksi. 8.2. Cara Panen Daun dipanen dengan cara memetik pucuk bedaun 3-5 helai kemudian merempal daun-daun tua di bawahnya sampai helai ke 10. 8.3. Periode Panen Panen dilaksanakan dalam periode 2-3 minggu sekali yaitu pada pertumbuhan optimum dari daun. Saat panen yang tepat adalah pada saat awal pertumbuhan bunga tetapi belum tumbuh bunga. Karena yang dimanfaatkan adalah daunnya maka bunga yang tumbuh sebaiknya dirompes untuk dapat memaksimalkan pertumbuhan daun pada panen berikutnya. 8.4. Perkiraan Hasil Panen Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak Dengan pemeliharaan yang intensif, akan dihasilkan daun basah 6-9 ton/ha yang setara dengan 1-2 ton/ha daun kering. 9. PASCAPANEN Setelah pemetikan, daun-daun hasil panen dikumpulkan di dalam karung dan dibawa ke tempat pengumpulan hasil. Proses pasca panen untuk mendapatkan daun kering kualitas ekspor adalah sbb: 9.1. Penyortiran Basah dan Pencucian

Sortasi basah dilakukan pada bahan segar dengan cara memisahkan daun dari kotoran atau bahan asing lainnya. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian.

Page 288: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika air bilasannya masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

9.2. Pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. Pengeringan daun dilakukan selama kira-kira 1 - 2 hari atau setelah kadar airnya dibawah 5%. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan daun tidak saling menumpuk. Selama pengeringan daun harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi daun tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan didalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Daun yang akan dikeringkan ditaruh diatas tray oven dan alasi dengan kertas Koran dan pastikan bahwa daun tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah daun yang dihasilkan.

9.3. Penyortiran Kering

Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah mengalami pengeringan dengan memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah bahan hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).

9.4. Pengemasan

Setelah bersih, daun yang kering dikumpulkan dalam wadah yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya), dapat berupa kantong plastik atau karung. Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

9.5. Penyimpanan

Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC, dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang. 10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

Page 289: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

10.1 Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya kunyit seluas 1000 m2 yang dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor. 1) Biaya produksi

a. Sewa lahan 1 musim tanam Rp. 150.000,- b. Bibit 6000 bh @ Rp. 100,- Rp. 600.000,- c. Pupuk

- Pupuk kandang 4.000 kg @ Rp. 150,- Rp. 600.000,- - Pupuk buatan: Urea 25 kg @ Rp. 1.100,- Rp. 27.500,-

d. Pestisida Rp. 100.000,- e. Alat Rp. 60.000,- f. Tenaga kerja Rp. 200.000,- g. Panen dan pasca panen Rp. 100.000,- h. Lain-lain Rp. 100.000,- Jumlah biaya produksi Rp.1.937.500,-

2) Pendapatan 700 kg @ Rp. 3.500,- Rp.2.450.000,- 3) Keuntungan Rp. 512.500,- 4) Parameter kelayakan usaha

a. Rasio output/input = 1,265 10.2. Gambaran Peluang Agribisnis Semakin tingginya minat masyarakat Indonesia dan dunia terhadap pemakaian obat bahan alam memberikan peluang pada kita untuk membudidayakan kumis kucing untuk kepentingan lokal atau ekspor. Ekspor kumis kucing dari Indonesia telah dimulai pada awal tahun 30-an sebanyak 23.296-47.414 ton. Pada tahun 1987 ekspor meningkat sampai 8.791.468 ton dengan tujuan negara di Eropa Barat, Amerika dan Singapura. Dengan adanya peningkatan perminataan dunia akan bahan kering tanaman obat, agribisnis kumis kucing agaknya perlu didukung terutama dukungan teknik penanaman dan pasca panen untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil. 11. STANDAR PRODUKSI 11.1. Ruang Lingkup Standar produksi meliputi: jenis dan standar mutu, cara pengambilan contoh dan syarat pengemasan. 11.2. Deskripsi … 11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu -----

Page 290: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

11.4. Pengambilan Contoh Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum. 11.5. Pengemasan Daun kering dimasukan ke dalam kotak kayu persegi empat dan dipadatkan. Pemadatan dilakukan dengan alat pemadat dengan panjang dan lebar sedemikian rupa sehingga alat bisa tepat masuk ke dalam kotak. Setelah pemadatan berat daun kering di dalam kemasan adalah 20-40 kg tergantung dari ukuran kotak dan permintaan pasar. Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan bahan yang tidak luntur, jelas terbaca antara lain:

§ Produk asal Indonesia § Nama/kode perusahaan/eksportir § Nama barang § Negara tujuan § Berat kotor § Berat bersih § Nama pembeli

12. DAFTAR PUSTAKA 1) Rahmat Rukmana, Ir. Kumis Kucing. Penerbit Kanisius. Yogyakarta,

Februari 2000 Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS Editor : Kemal Prihatman

2) Anonimous. 1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Prosiding Seminar di Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 311 Hal.

3) Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal

KEMBALI KE MENU

Page 291: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

KUNYIT ( Curcuma domestica Val. )

1. SEJARAH SINGKAT Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina. 2. URAIAN TANAMAN 2.1 Klasifikasi Divisio : Spermatophyta

Page 292: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Sub-diviso : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zungiberaceae Genus : Curcuma Species : Curcuma domestica Val. 2.2 Deskripsi Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan. 2.3 Jenis Tanaman Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C. longa Linn, Amomum curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling terkenal dari jenis kunyit lainnya.

3. MANFAAT TANAMAN Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah. 4. SENTRA PENANAMAN Di Indonesia, sentra penanaman kunyit di Jawa Tengah, dengan produksi mencapai 12.323 kg/ha. Di India, Srilanka, Cina, Haiti, dan Jamaika dengan produksi mencapai > 15 ton/ha.

5. SYARAT PERTUMBUHAN 5.1. Iklim

Page 293: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

a. Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan.

b. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka system pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah pada penanaman awal musim hujan.

c. Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30 oC. 5.2. Media Tanam 2) Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul

dengan baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah. 3) Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah ringan dengan bahan organik

tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit basa.

5.3. Ketinggian Tempat Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m dpl. 6. PEDOMAN BUDIDAYA 6.1. Pembibitan 1) Persyaratan Bibit

Bibit kunyit yang baik berasal dari pemecahan rimpang, karena lebih mudah tumbuh. Syarat bibit yang baik : berasal dari tanaman yang tumbuh subur, segar, sehat, berdaun banyak dan hijau, kokoh, terhindar dari serangan penyakit; cukup umur/berasal dari rimpang yang telah berumur > 7-12 bulan; bentuk, ukuran, dan warna seragam; memiliki kadar air cukup; benih telah mengalami masa istirahat (dormansi) cukup; terhindar dari bahan asing (biji tanaman lain, kulit, kerikil).

2) Penyiapan Bibit

Rimpang bahan bibit dipotong agar diperoleh ukuran dan dengan berat yang seragam serta untuk memperkirakan banyaknya mata tunas/rimpang. Bekas potongan ditutup dengan abu dapur/sekam atau merendam rimpang yang dipotong dengan larutan fungisida (benlate dan agrymicin) guna menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang maksimum memiliki 1-3 mata tunas, dengan berat antara 20-30 gram dan panjang 3-7 cm.

3) Teknik Penyemaian Bibit

Page 294: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Pertumbuhan tunas rimpang kunyit dapat dirangsang dengan cara: mengangin-anginkan rimpang di tempat teduh atau lembab selama 1-1,5 bulan, dengan penyiraman 2 kali sehari (pagi dan sore hari). Bibit tumbuh baik bila disimpan dalam suhu kamar (25-28 oC). Selain itu menempatkan rimpang diantara jerami pada suhu udara sekitar 25-28 oC. dan merendam bibit pada larutan ZPT (zat pengatur tumbuh) selama 3 jam. ZPT yang sering digunakan adalah larutan atonik (1 cc/1,5 liter air) dan larutan G-3 (500-700 ppm). Rimpang yang akan direndam larutan ZPT harus dikeringkan dahulu selama 42 jam pada suhu udara 35 oC. Jumlah anakan atau berat rimpang dapat ditingkatkan dengan jalan direndam pada larutan pakloburazol sebanyak 250 ppm.

4) Pemindahan Bibit Bibit yang telah siap lalu ditempatkan pada persemaian, dimana rimpang akan muncul tunas telah tanaman berumur 1-1,5 bulan. Setelah tunas tumbuh 2-3 cm maka rimpang sudah dapat ditanam di lahan. Pemindahan bibit yang telah bertunas harus dilakukan secara hati-hati guna menghindari agar tunas yang telah tumbuh tidak rusak. Bila ada tunas/akar bibit yang saling terkait maka akar tersebut dipisahkan dengan hati-hati lalu letakkan bibit dalam wadah tertentu untuk memudahkan pengangkutan bibit ke lokasi lahan. Jika jarak antara tempat pembibitan dengan lahan jauh maka bibit perlu dilindungi agar tetap lembab dan segar ketika tiba di lokasi. Selama pengangkutan, bibit yang telah bertunas jangan ditumpuk.

6.2. Pengolahan Media Tanam 1) Persiapan Lahan

Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun kunyit sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.

2) Pembukaan Lahan Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma dan dicangkul secara manual atau menggunakan alat mekanik guna menggemburkan lapisan top soil dan sub soil juga sekaligus mengembalikan kesuburan tanah. Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm kemudian diistirahatkan selama 1-2 minggu agar gas-gas beracun yang ada dalam tanah menguap dan bibit penyakit/hama yang ada mati karena terkena sinar matahari.

3) Pembentukan Bedengan Lahan kemudian dibedeng dengan lebar 60-100 cm dan tinggi 25-45 cm dengan jarak antar bedengan 30-50 cm.

4) Pemupukan (sebelum tanam) Untuk mempertahankan kegemburan tanah, meningkatkan unsur hara dalam tanah, drainase, dan aerasi yang lancar, dilakukan dengan

Page 295: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

menaburkan pupuk dasar (pupuk kandang) ke dalam lahan/dalam lubang tanam dan dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam membutuhkan pupuk kandang 2,5-3 kg.

6.3. Teknik Penanaman Kebutuhan bibit kunyit/hektar lahan adalah 0,50-0,65 ton. Maka diharapkan akan diperoleh produksi rimpang sebesar 20-30 ton/ha. 1) Penentuan Pola Tanaman

Bibit kunyit yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam lubang berukuran 5-10 cm dengan arah mata tunas menghadap ke atas. Tanaman kunyit ditanam dengan dua pola, yaitu penanaman di awal musim hujan dengan pemanenan di awal musim kemarau (7-8 bulan) atau penanaman di awal musim hujan dan pemanenan dilakukan dengan dua kali musim kemarau (12-18 bulan). Kedua pola tersebut dilakukan pada masa tanam yang sama, yaitu pada awal musim penghujan. Perbedaannya hanya terletak pada masa panennya.

2) Pembutan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm.

3) Cara Penanaman Teknik penanaman dengan perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatik sebanyak 1 ml/liter pada media yang diberi mulsa ternyata berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan vegetatif kunyit, sedangkan penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (indolebutyric acid) sebanyak 200 mg/liter pada media yang sama berpengaruh nyata terhadap pembentukan rimpang kunyit.

4) Perioda Tanam

Masa tanam kunyit yaitu pada awal musim hujan sama seperti tanaman rimpang-rimpangan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya. Walaupun rimpang tanaman ini nantinya dipanen muda yaitu 7 – 8 bulan tetapi pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal musim hujan.

6.4. Pemeliharaan Tanaman 1) Penyulaman

Apabila ada rimpang kunyit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya buruk, maka dilakukan penanaman susulan (penyulaman) rimpang lain yang masih segar dan sehat.

2) Penyiangan

Page 296: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Penyiangan dan pembubunan perlu dilakukan untuk menghilangkan rumput liar (gulma) yang mengganggu penyerapan air, unsur hara dan mengganggu perkembangan tanaman. Kegiatan ini dilakukan 3-5 kali bersamaan dengan pemupukan dan penggemburan tanah. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur ½ bulan dan bersamaan dengan ini maka dilakukan pembubunan guna merangsang rimpang agar tumbuh besar dan tanah tetap gembur.

3) Pembubunan Seperti halnya tanaman rimpang lainnya, pada kunyit pekerjaan pembubunan ini diperlukan untuk menimbun kembali daerah perakaran dengan tanah yang melorot terbawa air. Pembubunan bermanfaat untuk memberikan kondisi media sekitar perakaran lebih baik sehingga rimpang akan tumbuh subur dan bercabang banyak. Pembubunan biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan biasanya dilakukan secara rutin setiap 3 – 4 bulan sekali.

4) Pemupukan

a. Pemupukan Organik

Penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan jumlah anakan, jumlah daun, dan luas area daun kunyit secara nyata. Kombinasi pupuk kandang sebanyak 45 ton/ha dengan populasi kunyit 160.000/ha menghasilkan produksi sebanyak 29,93 ton/ha.

b. Pemupukan Konvensional

Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman kunyit perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Dengan pemberian pupuk ini diperoleh peningkatan hasil sebanyak 38% atau 7,5 ton rimpang segar/ha. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.

5) Pengairan dan Penyiraman

Tanaman kunyit termasuk tanaman tidak tahan air. Oleh sebab itu drainase dan pengaturan pengairan perlu dilakukan secermat mungkin, agar tanaman terbebas dari genangan air sehingga rimpang tidak

Page 297: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

membusuk. Perbaikan drainase baik untuk melancarkan dan mengatur aliran air serta sebagai penyimpan air di saat musim kemarau.

6) Waktu Penyemprotan Pestisida Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.

7) Pemulsaan

Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang tanaman.

7. HAMA DAN PENYAKIT 7.1. Hama 1) Ulat penggerek akar (Dichcrosis puntifera.)

Gejala: pada pangkal akar dimana tunas daun menjadi layu dan lama kelamaan tunas menjadi kering lalu membusuk. Pengendalian: tanaman disemprot/ditaburkan insektisida furadan G-3.

7.2. Penyakit 1) Busuk bakteri rimpang

Penyebab: oleh kurang baik sistem pengairan (drainase) atau disebabkan oleh rimpang yang terluka akibat alat-alat pertanian, sehingga luka rimpang kemasukan cendawan. Gejala: kulit akar tanaman menjadi keriput dan mengelupas, kemudian rimpang lama kelamaan membusuk dan keropos. Pengendalian: a. mencegah terjadi genangan air pada lahan, mencegah terlukanya

rimpang; b. penyemprotanfungisida dithane M-45.

2) Karat daun kunyit

Penyebab: Taphrina macullans Bult dan Colletothrium capisici atau oleh kutu daun yang disebut Panchaetothrips. Gejala: timbulnya warna coklat (karat) pada helaian daun; bila penyakit ini menyerang tanaman dewasa/daun yang tua maka tidak akan

Page 298: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

mempengaruhi produksinya sebaliknya jika menyerang tanaman/daun muda, menyebabkan tanaman tersebut menjadi mati. Pengendalian: a. Dilakukan dengan mengurangi kelembaban; b. Penyemprotan insektisida, seperti dengan agrotion 2 cc/liter atau

dengan fungisida dithane M-45 secara teratur selama seminggu sekali

7.2. Gulma Gulma potensial pada pertanaman kunyit ini adalah gulma kebun yang umum yaitu alang-alang, rumput teki, rumput lulangan, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya. 7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organik Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb: 1) Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit

unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman

2) Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami 3) Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan

hama dan penyakit. 4) Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia. 5) Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya

tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.

6) Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.

Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah: 1) Tembakau (Nicotiana tabacum ) yang mengandung nikotin untuk

insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.

2) Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.

Page 299: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

3) Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.

4) Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.

5) Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.

6) Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.

8. PANEN 8.1. Ciri dan Umur Panen Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8-18 bulan, saat panen yang terbaik adalah pada umur tanaman 11-12 bulan, yaitu pada saat gugurnya daun kedua. Saat itu produksi yang diperoleh lebih besar dan lebih banyak bila dibandingkan dengan masa panen pada umur kunyit 7-8 bulan. Ciri-ciri tanaman kunyit yang siap panen ditandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetatif, seperti terjadi kelayuan/perubahan warna daun dan batang yang semula hijau berubah menjadi kuning (tanaman kelihatan mati). 8.2. Cara Panen Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang dengan cangkul/garpu. Sebelum dibongkar, batang dan daun dibuang terlebih dahulu. Selanjutnya rimpang yang telah dibongkar dipisahkan dari tanah yang melekat lalu dimasukkan dalam karung agar tidak rusak. 8.3. Periode Panen Panen kunyit dilakukan dimusim kemarau karena pada saat itu sari/zat yang terkandung didalamnya mengumpul. Selain itu kandungan air dalam rimpang sudah sedikit sehingga memudahkan proses pengeringannya. 8.4. Perkiraan Hasil Panen Berat basah rimpang bersih/rumpun yang diperoleh dari hasil panen mencapai 0,71 kg. Produksi rimpang segar/ha biasanya antara 20-30 ton. 9. PASCAPANEN

Page 300: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

9.1. Penyortiran Basah dan Pencucian

Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

9.2. Perajangan

Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong. 9.3. Pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan

9.4. Penyortiran Kering Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya). 9.5. Pengemasan

Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang

Page 301: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

9.6. Penyimpanan

Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang. 10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN 10.1. Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya kunyit seluas 1000 m2 yang dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor. 1) Biaya produksi

a. Sewa lahan 1 musim tanam Rp. 150.000,- b. Bibit 50 kg @ Rp. c. Pupuk

- Pupuk kandang 4.000 kg @ Rp. 150,- Rp. 600.000,- - Pupuk buatan: Urea 32 kg @ Rp. 1.100,- Rp. 35.200,- - TSP 16 kg @ Rp. 1800,- Rp. 28.800,- - KCl 16 kg @ Rp. 1.600,- Rp. 25.600,-

d. Pestisida Rp. 100.000,- e. Alat Rp. 60.000,- f. Tenaga kerja Rp. 200.000,- g. Panen dan pasca panen Rp. 100.000,- h. Lain-lain Rp. 100.000,- Jumlah biaya produksi Rp.1.399.600,-

2) Pendapatan 2.500 kg @ Rp. 750,- Rp.1.875.000,- 3) Keuntungan Rp. 475.400,- 4) Parameter kelayakan usaha

a. Rasio output/input = 1,399

Usaha budidaya tanaman kunyit skala besar (komersial) atau yang dilakukan secara intensif, di Indonesia belum ada dan sebagian besar petani cenderung menanam tanaman ini sebagai tanaman sampingan saja. 10.2. Gambaran Peluang Agribisnis Dewasa ini rata-rata kebutuhan bahan baku kunyit untuk industri kosmetik/ jamu tradisional yang ada di Indonesia antara 1,5-6 ton/bulan. Tingkat kebutuhan pasar dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan persentase peningkatan 10-25% per tahunnya. Kebutuhan lebih tinggi pada saat menjelang hari-hari besar/hari raya. Permintaan kebutuhan industri di atas sebagian besar berasal dari pasokan para petani. Melihat dari kebutuhan rata-

Page 302: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

rata industri jamu dan kosmetik yang ada di dalam negeri, suplai dan permintaan terhadap kunyit tidak seimbang, apalagi memenuhi permintaan pasar luar negeri. Sementara kebutuhan kunyit dunia hingga saat ini mencapai ratusan ribu ton/tahun. Sebagian kecil dari jumlah tersebut dipenuhi oleh negara India, Haiti, Srilanka, Cina, dan negara-negara lainnya. Indonesia kini sudah selayaknya membudidayakan tanaman ini, terutama dengan sistem monokultur/tumpang sari sehingga produksi yang dicapai lebih cepat dan tinggi, agar kebutuhan minimal dalam negeri terpenuhi secara optimal. Walaupun di daerah Jawa Tengah kini sudah diupayakan sistem penanaman tersebut, juga diperhitungkan dari sudut produktivitas dan jalur tata niaganya, namun luas lahan tanam yang ada belum maksimal untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri yang mencapai ratusan ribu ton/ha-nya. Indonesia sebenarnya mulai mengekspor kunyit. Negara yang dituju antara lain Asia (Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Jepang), Amerika, dan Eropa (Jerman Barat dan Belanda). Pada tahun 1987, nilai ekspor tanaman kunyit Indonesia menyumbangkan devisa yang besar bagi negara. Namun pada tahun berikutnya jumlah ekspor tersebut mulai mengalami penurunan dan sempat terhenti pada tahun 1989. Negara India, Cina, Haiti, Srilanka, dan Jamaika kini mulai membudidayakan tanaman kunyit secara besar-besaran dan mereka sudah dapat mengestimasikan produksinya hingga +20 ton/ha. Dari segi jalur tata niaga, kunyit tergolong efisien, karena dari petani langsung disalurkan ke pedagang pengumpul, lalu ke pabrik/pedagang besar. Maka harga yang diterima petani mencapai 70% dari harga tingkat pabrik, dimana 30% merupakan marjin tata niaga yang terdiri atas 12% marjin biaya dan 18% merupakan marjin keuntungan. Berdasarkan kondisi ini, tata niaga kunyit bisa ditingkatkan lagi, karena marjin terbesar berada pada keuntungan pedagang. Peluang agribisnis kunyit di Indonesia dapat dikembangkan. Kenyataan ini dilandaskan pada tingkat produktivitas, jalur tata niaga, dan kebutuhan kunyit dari berbagai industri yang membutuhkannya.

11. STANDAR PRODUKSI 11.1. Ruang Lingkup Standar produksi meliputi: jenis dan standar mutu, cara pengambilan contoh dan syarat pengemasan. 11.2. Deskripsi … 11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu Standard mutu temulawak untuk pasaran luar negeri dicantumkan berikut ini: 1) Warna : kuning-jingga sampai coklat kuning-jingga 2) Aroma : khas wangi aromatis 3) Rasa : mirip rempah dan agak pahit

Page 303: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

4) Kadar air maksimum : 12 % 5) Kadar abu : 3-7 % 6) Kadar pasir (kotoran) : 1 % 7) Kadar minyak atsiri (minimal) : 5 % 11.4. Pengambilan Contoh Dari jumlah kemasan dalam satu partai temulawak siap ekspor diambil sejumlah kemasan secara acak seperti dibawah ini, dengan maksimum berat tiap partai 20 ton. 1) Untuk jumlah kemasan dalam partai 1–100, contoh yang diambil 5. 2) Untuk jumlah kemasan dalam partai 101–300, contoh yang diambil 7 3) Untuk jumlah kemasan dalam partai 301–500, contoh yang diambil 9 4) Untuk jumlah kemasan dalam partai 501-1000, contoh yang diambil 10 5) Untuk jumlah kemasan dalam partai di atas 1000, contoh yang diambil

minimum 15 Kemasan yang telah diambil, dituangkan isinya, kemudian diambil secara acak sebanyak 10 rimpang dari tiap kemasan sebagai contoh. Khusus untuk kemasan temulawak berat 20 kg atau kurang, maka contoh yang diambil sebanyak 5 rimpang. Contoh yang telah diambil kemudian diuji untuk ditentukan mutunya. Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum. 11.5. Pengemasan Kunyit disajikan dalam bentuk rimpang utuh, dikemas dengan jala plastik yang kuat, dengan berat maksimum 15 kg tiap kemasan, atau dikemas dengan keranjang bambu dengan berat sesuai kesepakatan anatara penjual dan pembeli. Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan bahan yang tidak luntur, jelas terbaca antara lain: § Produk asal Indonesia § Nama/kode perusahaan/eksportir § Nama barang § Negara tujuan § Berat kotor § Berat bersih § Nama pembeli

12.DAFTAR PUSTAKA 1) Anonimous. 1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida

Nabati. Prosiding Seminar di Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 311 Hal.

2) Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal.

Page 304: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

3) Darwis SN. 1991. Tumbuhan obat famili Zingiberaceae. Bogor, Puslitbang Tanaman Industri: 39-61.

4) Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya tanaman berkhasiat obat: kunyit (kunir). Jakarta, PT. Rineka Cipta: 60.

5) Kloppenburg-Versteegh, J. 1988. Petunjuk lengkap mengenai tanaman-tanaman di Indonesia dan khasiatnya sebagai obat-obatan tradisional (kunir atau kunyit-Curcuma domestica Val.). Jilid 1: bagian Botani. Yogyakarta, CD.RS. Bethesda: 102-103.

6) Moko, Hidayat; Mulyoto; Ismiyatiningsih. 1993. Pengaruh beberapa zat pengatur tumbuh dan mulsa terhadap pertumbuhan tanaman kunyit. Buletin Pertanian Tanaman Rempah dan Obat, 8 (1) 1993: 30-38.

7) Muhlisah, Fauziah. 1996. Tanaman obat keluarga (toga): kunyit. Cet.2. Jakarta, Penebar Swadaya: 40-41.

8) Nugroho, Nurfina A. 1998. Manfaat dan prospek pengembangan kunyit. Ungaran,Trubus Agriwidya. 86 hal.

9) Soedibyo, BRA Mooryati. 1998. Alam sumber kesehatan, manfaat dan kegunaan: kunyit. Cet.1. Jakarta, Balai Pustaka: 230-231.

10)Wijayakusuma, H.M. Hembing; Dalimartha, Setiawan; Wirian, A.S. 1992. Tanaman berkhasiat obat di Indonesia: kunyit; Curcuma longa Linn (Jiang Huang). Jilid 4. Jakarta, Pustaka Kartini: 93-94.

11)Wiroatmodjo, Joedojono; Lontoh, A.P.; Nurdin. 1993. Kajian pemberian pupuk kandang dan tingkat populasi terhadap pertumbuhan produksi kunyit (Curcuma domestica Val.) yang ditumpangsarikan dengan jagung manis (Zea mays Soccharata). Buletin Agronomi, 21 (2) 1993: 59-63. Jakarta, Februari 2000

KEMBALI KE MENU

Page 305: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

M A N G G A( Mangifera spp. )

1. SEJARAH SINGKAT

Mangga merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari negaraIndia. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasukMalaysia dan Indonesia.

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut:Divisi : SpermatophytaSub divisi : AngiospermaeKelas : DicotyledonaeKeluarga : AnarcadiaceaeGenus : MangiferaSpesies : Mangifera spp.

Jenis yang banyak ditanam di Indonesia Mangifera indica L. yaitu mangga arumanis,golek, gedong, manalagi dan cengkir dan Mangifera foetida yaitu kemang dan kweni.

Page 306: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. MANFAAT TANAMAN

Buah mangga yang matang merupakan buah meja yang banyak digemari. Manggayang muda dapat diawetkan dengan kadar gula tinggi menjadi manisan baik dalambentuk basah atau kering.

4. SENTRA PENANAMAN

Pusat penanaman mangga di Pulau Jawa adalah Probolinggo, Indramayu, Cirebon.Tahun 1994 jumlah tanaman yang menghasilkan adalah 8.901.309 tanaman denganproduksi 668.048 ton.

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

Tanaman mangga cocok untuk hidup di daerah dengan musim kering selama 3bulan. Masa kering diperlukan sebelum dan sewaktu berbunga. Jika ditanam didaerah basah, tanaman mengalami banyak serangan hama dan penyakit serta gugurbunga/buah jika bunga muncul pada saat hujan.

5.2. Media Tanam

1) Tanah yang baik untuk budidaya mangga adalah gembur mengandung pasir danlempung dalam jumlah yang seimbang.

2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok adalah 5.5-7.5. Jika pH di bawah5,5 sebaiknya dikapur dengan dolomit.

5.3. Tempat Ketinggian

Mangga yang ditanam didataran rendah dan menengah dengan ketinggian 0-500 mdpl menghasilkan buah yang lebih bermutu dan jumlahnya lebih banyak dari pada didataran tinggi.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Perbanyakan dengan Biji

a) Biji dipilih dari tanaman yang sehat, kuat dan buahnya berkualitas. Bijidikeringanginkan dan kulitnya dibuang.

Page 307: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b) Siapkan kotak persemaian ukuran 100 x 50 x 20 cm3 dengan media tanahkebun dan pupuk kandang (1:1), biji ditanam pada jarak 10-20 cm. Dapat pulamangga disemai dikebun dengan jarak tanam 30 x 40 atau 40 x 40 cm di atastanah yang gembur. Persemaian diberi naungan dari plastik/sisa-sisa tanaman,tetapi jangan sampai udara di dalam persemaian menjadi terlalu lembab.

Biji ditanam dengan perut ke arah bawah supaya akar tidak bengkok. Selamapenyemaian, bibit tidak boleh kekurangan air. Pada umur 2 minggu bibit akanberkecambah. Jika dari 1 biji terdapat lebih dari 1 anakan, sisakan hanya satuyang benar-benar kuat dan baik.

Bibit di kotak persemaian harus dipindahtanamkan ke dalam polybag jika tingginyasudah mencapai 25-30 cm.

Seleksi bibit dilakukan pada umur 4 bulan, bibit yang lemah dan tumbuh abnormaldibuang. Pindahtanam ke kebun dilakukan jika bibit telah berumur 6 bulan.

2) Okulasi

Perbanyakan terbaik adalah dengan okulasi (penempelan tunas dari batang atasyang buahnya berkualitas ke batang bawah yang struktur akar dan tanamannyakuat). Batang bawah untuk okulasi adalam bibit di persemaian yang sudahberumur 9-12 bulan. Setelah penempelan, stump (tanaman hasil okulasi)dipindahkan ke kebun pada umur 1,5 tahun. Okulasi dilakukan di musim kemarauagar bagian yang ditempel tidak busuk.

3) Pencangkokan

Batang yang akan dicangkok memiliki diameter 2,5 cm dan berasal dari tanamanberumur 1 tahun. Panjang sayatan cangkok adalah 5 cm. Setelah sayatan diberitanah dan pupuk kandang (1:1), lalu dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Penetapan areal untuk perkebunan mangga harus memperhatikan faktorkemudahan transportasi dan sumber air.

2) Pembukaan Lahan

a) Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan alang-alang sertamenghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam.

b) Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar.

Page 308: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Pengaturan Jarak Tanam

Pada tanah yang kurang subur, jarak tanam dirapatkan sedangkan pada tanahsubur, jarak tanam lebih renggang. Jarak tanam standar adalah 10 m dan diaturdengan cara:a) segi tiga sama kaki.b) diagonal.c) bujur sangkar (segi empat).

6.3. Teknik Penanaman

1) Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan panjang, lebar dan kedalaman 100 cm. Pada waktupenggalian, galian tanah sampai kedalaman 50 cm dipisahkan dengan galian darikedalaman 50-100 cm. Tanah galian bagian dalam dicampur dengan pupukkandang lalu dikeringanginkan beberapa hari. Masukkan tanah galian bagian atas,diikuti tanah galian bagian bawah. Pembuatan lubang tanam dilakukan padamusim kemarau.

2) Cara Penanaman

Lubang tanam yang telah ditimbun digali kembali dengan ukuran panjang danlebar 60 cm pada kedalaman 30 cm, taburi lubang dengan furadan 10-25 gram.Polibag bibit digunting sampai ke bawah, masukkan bibit beserta tanahnya danmasukkan kembali tanah galian sampai membentuk guludan. Tekan tanah disekitar batang dan pasang kayu penyangga tanaman.

3) Penanaman Pohon Pelindung

Pohon pelindung ditanam untuk menahan hembusan angin yang kuat. Jenis yangbiasa dipakai adalah pohon asam atau trembesi.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyiangan

Penyiangan tidak dapat dilakukan sembarangan, rumput/gulma yang telah dicabutdapat dibenamkan atau dibuang ke tempat lain agar tidak tumbuh lagi.Penyiangan juga biasa dilakukan pada waktu penggemburan dan pemupukan.

2) Penggemburan/Pembubunan

Tanah yang padat dan tidak ditumbuhi rumput di sekitar pangkal batang perludigemburkan, biasanya pada awal musim hujan. Penggemburan tanah di kebunmangga cangkokan jangan dilakukan terlalu dalam.

Page 309: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Perempelan/Pemangkasan

Pemangkasan bertujuan untuk membentuk kanopi yang baik dan meningkatkanproduksi. Ketika tanaman telah mulai bertunas perlu dilakukan pemangkasantunas agar dalam satu cabang hanya terdapat 3–4 tunas saja. Tunas yang dipilihjangan terletak sama tinggi dan berada pada sisi yang berbeda. Tunas dipeliharaselama kurang lebih 1 tahun saat tunas-tunas baru tumbuh kembali. Pada saat inidilakukan pemangkasan kedua dengan meninggalkan 2-3 tunas. Pemangkasanketiga, 1 tahun kemudian, dilakukan dengan cara yang sama denganpemangkasan ke-2.

4) Pemupukan

a) Pupuk organik1. Umur tanaman 1-2 tahun: 10 kg pupuk kandang, 5 kg pupuk kandang.2. Umur tanaman 2,5–8 tahun: 0,5 kg tepung tulang, 2,5 kg abu.3. Umur tanaman 9 tahun: tepung tulang dapat diganti pupuk kimia SP-36, 50

kg pupuk kandang, 15 kg abu.4. Umur tanaman > 10 tahun: 100 kg pupuk kandang, 50 kg tepung tulang, 15

kg abu.Pupuk kandang yang dipakai adalah pupuk yang sudah tercampur dengantanah. Pemberian pupuk dilakukan di dalam parit keliling pohon sedalamsetengah mata cangkul (5 cm).

b) Pupuk anorganik1. Umur tanaman 1-2 bulan : NPK (10-10-20) 100 gram/tanaman.2. Umur tanaman 1,5-2 tahun: NPK (10-10-20) 1.000 kg/tanaman.3. Tanaman sebelum berbunga: ZA 1.750 gram/tanaman, KCl 1.080

gram/tanaman.4. Tanaman waktu berbunga : ZA 1.380 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 970

gram/tanaman, KCl 970 gram/tanaman.5. Tanaman setelah panen: ZA 2700 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 1.940

gram/tanaman, KCl 1.940 gram/tanaman.

5) Peningkatan Kuantitas Buah

Dari sejumlah besar bunga yang muncul hanya 0,3% yang dapat menjadi buahyang dapat dipetik. Untuk meningkatkan persentase ini dapat disemprotkanpolinator maru atau menyemprotkan serbuk sari diikuti pemberian 300 ppmhormon giberelin. Dengan cara ini, persentase pembentukan buah yang dapatdipanen dapat ditingkatkan menjadi 1,3%.

Page 310: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Kepik mangga (Cryptorrhynoccus gravis)

Menyerang buah dan masuk ke dalamnya. Pengendalian: dengan semut merahyang menyebabkan kepik tidak bertelur.

2) Bubuk buah mangga

Menyerang buah sampai tunas muda. Kulit buah kelihatan normal, bila dibelahterlihat bagian dalamnya dimakan hama ini. Pengendalian: memusnahkan buahmangga yang jatuh akibat hama ini, menggunakan pupuk kandang halus,mencangkul tanah di sekitar batang pohon dan menyemprotkan insektisida ketanah yang telah dicangkul.

3) Bisul daun(Procontarinia matteiana.)

Gejala: daun menjadi berbisul dan daun menjadi berwarna coklat, hijau dankemerahan. Pengendalian: penyemprotan buah dan daun dengan Ripcord,Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu, membakar daun yangterserang, menggemburkan tanah untuk mengeluarkan kepompong danmemperbaiki aerasi.

4) Lalat buah

Gejala: buah busuk, jatuh dan menurunkan produktivitas. Pengendalian: denganmemusnahkan buah yang rusak, memberi umpan berupa larutan sabun atau metileugenol di dalam wadah dan insektisida.

5) Wereng ( Idiocerus clypealis, I. Niveosparsus, I. Atkinsoni)

Jenis wereng ini berbeda dengan yang menyerang padi. Wereng ini menyerangdaun, rangkaian bunga dan ranting sambil mengeluarkan cairan manis sehinggamengundang semut api untuk memakan tunas atau kuncup. Cairan yangmembeku menimbulkan jamur kerak hitam. Pengendalian dengan insektisidaDiazinon dan pengasapan seminggu empat kali.

6) Tungau (Paratetranychus yothersi, Hemitarsonemus latus)

Tungau pertama menyerang daun mangga yang masih muda sedangkan yangkedua menyerang permukaan daun mangga bagian bawah. Keduanya menyerangrangkaian bunga. Pengendalian dengan menyemprotkan tepung belerang,insektisida Diazinon atau Basudin.

Page 311: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7) Codot

Memakan buah mangga di malam hari. Pengendalian: dengan membiarkansemut kerangkeng hidup di sela daun mangga, memasang kitiran angin berpeluitdan melindungi pohon dengan jaring.

7.2. Penyakit

1) Penyakit mangga

Penyebab: jamur Gloeosporium mangifera. Jamur ini menyebabkan bungamenjadi layu, buah busuk, daun berbintik-bintik hitam dan menggulung.Pengendalian: fungisida Bubur Bordeaux.

2) Penyakit diplodia

Penyebab: jamur Diplodia sp. Tumbuh di luka tanaman muda hasil okulasi.Pengendalian: dengan bubur bordeaux. Luka diolesi/ditutup parafin-carbolineum.

3) Cendawan jelaga

Penyebab: virus Meliola mangifera atau jamur Capmodium mangiferum. Daunmangga yang diserang berwarna hitam seperti beledu. Warna hitam disebabkanoleh jamur yang hidup di cairan manis. Pengendalian: dengan memberantasserangga yang menghasilkan cairan manis dengan insektisida atau tepungbelerang.

4) Bercak karat merah

Penyebab: jamur Colletotrichum gloeosporiodes. Menyerang daun, ranting, bungadan tunas sehingga terbentuk bercak yang berwarna merah. Penyakit ini sangatmempengaruhi proses pembuahan. Pengendalian: pemangkasan dahan, cabang,ranting, menyemprotkan fungisida bubuk bordeaux atau sulfat tembaga.

5) Kudis buah

Menyerang tangkai bunga, bunga, ranting dan daun. Gejala: adanya bercakkuning yang akan berubah menjadi abu-abu. Pembuahan tidak terjadi, bungaberjatuhan. Pengendalian: fungisida Dithane M-45, Manzate atau Pigone tiga kaliseminggu dan memangkas tangkai bunga yang terserang.

6) Penyakit Blendok

Penyebab: jamur Diplodia recifensis yang hidup di dalam lubang yang dibuat olehkumbang Xyleborus affinis). Lubang mengeluarkan getah yang akan berubah

Page 312: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

warna menjadi coklat atau hitam. Pengendalian: memotong bagian yang sakit,lubang ditutupi dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam insektisida danmenyemprot pohon dengan bubur bordeaux.

7.3. Gulma

Benalu memberikan kerusakan dalam waktu pendek karena menyebabkan makanantidak diserap tanaman secara sempurna. Pengendalian dengan memotong cabangyang terserang, menebang tanaman yang diserang benalu dengan berat.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Mangga cangkokan mulai berbuah pada umur 4 tahun, mangga okulasi pada umur5-6 tahun. Banyaknya buah panen pertama hanya 10-15 buah, pada tahun ke 10jumlah buah dapat mencapai 300-500 buah/pohon. Panen besar biasanya jatuh dibulan September-Oktober.

Tanda buah sudah dapat dipanen adalah adanya buah yang jatuh karena matangsedikitnya 1 buah/pohon, warna buah arumanis/manalagi berubah menjadi hijau tuakebiruan, warna buah mangga golek/gedok berubah menjadi kuning/merah Buahyang dipetik harus masih keras.

8.2. Cara Panen

Pada saat pemetikan, buah jangan sampai terpotong, tercongkel atau jatuh sampaimemar. Buah dipetik di sore hari dengan menggunakan pisau tajam atau dengangalah yang diujungnya terdapat pisau dan keranjang penampung buah.

8.3. Periode Panen

Di Indonesia pohon mangga berbunga satu tahun sekali sehingga panen dilakukansatu periode dalam satu tahun. Dari satu pohon, buah tidak akan masak bersamaansehingga dilakukan beberapa kali panen.

8.4. Perkiraan Produksi

Pohon muda okulasi menghasilkan 50-100 buah/tahun, meningkat sampai 300-500buah pada umur 10 tahun, 1.000 buah pada umur 15 tahun dan 2.000 buah padawaktu produksi maksimum di umur 20 tahun.

Page 313: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Buah hasil panen dikumpulkan di tempat yang teduh.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Mangga yang rusak dipisahkan dengan mangga yang mulus. Setelah sortasi buahmangga dilap untuk menghilangkan getah yang dapat menurunkan mutu terutamajika buah akan dipasarkan ke pasar swalayan atau luar negeri.

Buah yang akan dipasarkan di dalam negeri dapat diperam untuk mempercepatpemasakan. Sortasi didasarkan berat buah atau ukuran buah. Kelas berdasarkanberat buah antara lain:a) Kelas I: > 320 gram/buahb) Kelas II: 270 - 320 gram/buahc) Kelas III: 200 - 270 gram/buah

Sedangkan berdasarkan ukuran buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:a) Klasifikasi Besar: arum manis > 17,5 cm, golek > 20 cmb) Klasifikasi Sedang: arum manis 15 - 17,5 cm, golek 17,5 - 20 cmc) Klasifikasi Kecil: arum manis < 15 cm, golek < 17,5 cm

9.3. Penyimpanan

Buah mangga yang telah dipetik disimpan ditempat yang kering, teduh dan sejuk.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Analisis biaya budidaya tanaman mangga dengan luas lahan 1 hektar selama 10tahun di daerah Jawa Barat pada tahun 1999.

1) Biaya produksi1. Sewa lahan kebun 10 tahun @ Rp. 1.500.000,- Rp. 15.000.000,-2. Bibit 121 batang @ Rp.10.000,- Rp. 1.210.000,-3. Pupuk

- Pupuk kandang 3 ton/tahun @ Rp. 60.000,- Rp. 1.800.000,-- Urea 28 kg @ Rp. 1.115

Tahun ke 1 dan 2 @ Rp. 31.220,- Rp. 62.440,-Tahun ke-3 Rp. 49.060,-Tahun ke-4 Rp. 61.325,-Tahun ke-5 s/d ke-10 @ Rp. 92.545,- Rp. 555.270,-

Page 314: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- TSP 11 kg @ Rp. 1.600,-Tahun ke-1 Rp. 17.600,-Tahun ke-2 Rp. 26.400,-Tahun ke-3 Rp. 52.800,-Tahun ke-4 Rp. 61.600,-Tahun ke-5 s/d ke-10 @ Rp. 88.000,- Rp. 528.000,-

- KCl 11 kg @ Rp. 1.650,-Tahun ke-1 Rp. 18.150,-Tahun ke-2 Rp. 27.225,-Tahun ke-3 Rp. 36.300,-Tahun ke-4 Rp. 45.305,-Tahun ke-5 s/d ke-10 @ Rp. 72.600,- Rp. 435.600,-

4. Pestisida- Furadan 3 kg @ Rp. 12.500,- Rp. 370.500,-

5. Peralatan- Cangkul 2 buah @ Rp. 10.000,- Rp. 20.000,-- Koret 2 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 10.000,-- Parang 1 buah @ Rp. 7.000,- Rp. 7.000,-- Sprayer 0,1 buah @ Rp. 25.000,- Rp. 25.000,-

6. Tenaga kerja- Pembersihan lahan 30 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 225.000,-- Pembuatan drainase 25 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 187.500,-- Pengajiran 4 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 30.000,-- Pembuatan teras piringan 20 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 150.000,-- Pembuatan lubang tanam 15 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 112.500,-- Pemupukan dasar 5 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 37.500,-- Penanaman 7 HOK @ RP. 7.500,- Rp. 52.500,-- Penyulaman 6 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 45.000,-- Penyiangan 20 HOK/tahun @ Rp. 7.500,- Rp. 1.500.000,-- Pemupukan 10 HOK/tahun @ Rp. 7.500,- (ke 2 -10) Rp. 675.000,-- Perlindungan tanaman 4HOK/tahun @ Rp. 7.500,- Rp. 300.000,-- Perbaikan drainase 12 HOK/tahun @ Rp. 7.500,- (2-9) Rp. 810.000,-- Pemangkasan 10 HOK/th @ Rp. 7.500,- (ke-5 - 10) Rp. 450.000,-

7. Panen dan pasca panen- Pemanenan

Tahun ke-5, 22 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 165.000,-Tahun ke-6, 35 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 264.000,-Tahun ke-7, 48 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 363.000,-Tahun ke-8, 62 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 462.000,-Tahun ke-9, 75 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 561.000,-Tahun ke-10, 84 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 627.000,-

- Kemasan dan pemasaranTahun ke-5 Rp. 330.000,-Tahun ke-6 Rp. 528.000,-Tahun ke-7 Rp. 686.000,-Tahun ke-8 Rp. 892.000,-Tahun ke-9 Rp. 1.160.000,-

Page 315: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Tahun ke-10 Rp. 1.508.000,-Jumlah biaya produksi dalam 10 tahun Rp. 32.479.675,-

2) Pendapatan- Tahun ke-5: 5.500 buah @ Rp. 500,- Rp. 2.750.000,-- Tahun ke-6: 8.800 buah @ Rp. 500,- Rp. 4.400.000,-- Tahun ke-7: 12.100 buah @ Rp. 500,- Rp. 6.050.000,-- Tahun ke-8: 15.400 buah @ Rp. 500,- Rp. 7.700.000,-- Tahun ke-9: 18.700 buah @ Rp. 500,- Rp. 9.350.000,-- Tahun ke-10: 20.900 buah @ Rp. 500,- Rp. 10.450.000,-Jumlah Pendapatan Rp. 40.700.000,-

3) Keuntungan :1. Dalam 10 tahun Rp. 8.220.325,-

4) Parameter kelayakan usaha1. B/C rasio = 1,25

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Di dalam negeri mangga tetap menjadi buah favorit pada saat musimnya. Buah yangberkualitas tetap memiliki harga yang jauh lebih baik dan dapat menembus pasaruntuk kalangan menengah atas. Di luar negeri mangga adalah buah eksotik yangbanyak penggemarnya dan termasuk buah impor yang mahal. Potensi Indonesiauntuk mengekspor mangga begitu besar, tetapi pemanfaatannya tidak maksimal.Untuk mensuplai kebutuhan mangga luar negeri yang harus kontinyu dan standardmutu tidak berubah, diperlukan pengembangan agribisnis mangga yang mencakupareal tanam luas dengan kultur teknis dan pasca panen yang terkendali.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, carauji, syarat penandaan dan pengemasan.

11.2.Diskripsi

Standar mutu mangga tercantum dalam standar Nasional Indonesia SNI 01-3164-1992.

Page 316: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Mangga digolongkan dalam 4 ukuran menurut kultifarnya yaitu besar sedang kecildan sangat kecil yang masing-masing digolongkan dalam 2 jenis mutu yaitu mutu Idan mutu IIa) Arum manis: besar>400 gram, sedang 350-400 gram, kecil 300-349 gram, sangat

kecil 250-299 gramb) Golek: besar>500 gram, sedang 450-500 gram, kecil 400-449 gram, sangat kecil

350-399 gramc) Gedog: besar>250 gram, sedang 200-250 gram, kecil 150-199 gram, sangat kecil

100-149 gramd) Manalagi: besar>400 gram, sedang 350-400 gram, kecil 300-349 gram, sangat

kecil 250-299 gram

Syarat mutu yang diterapkan untuk keempat golongan tersebut:a. Karakteristik keasaman sifat varietas: mutu I seragam; mutu II seragamb. Karakteristik tingkat ketuaan: mutu I tua tapi tidak terlalu matang; mutu II tua tapi

tidak terlalu matangc. Karakteristik kekerasan: mutu I=keras; mutu II=cukup kerasd. Karakteristik ukuran: mutu I=seragam; mutu II=kurang seragame. Karakteristik kotoran: mutu I=bebas; mutu II=bebasf. Karakteristik kerusakan: mutu I=5%; mutu II=10 %g. Karakteristik busuk : mutu I=1%; mutu II=1%

11.4.Pengambilan Contoh

Satu partai/lot mangga terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh diambil secaraacak dari jumlah kemasan dalam 1 partai/lot seperti terlihat dibawah ini:a) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot sampai dengan 100 : contoh yang diambil 5.b) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 101 – 300: contoh yang diambil 7.c) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 301 – 500: contoh yang diambil 9.d) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 501 – 1000: contoh yang diambil 10.

11.5.Pengemasan

Pengemasan buah manga dalam peti kayu, berat bersih setiap peti kayu maksimum25 kg, susunan buah dalam peti kayu kompak dengan setiap buah yang diberipembungkus/ penyekat, atau kotak kotoran diberi penyekat dan lobang udara,susunan buah dalam kotak karton satu lapis dengan berat bersih kotak kartonmaksimum 10 kg.

Untuk pemberian merek di bagian luar kotak kayu di beri label yang dituliskan antaralain :a) Nama barang.b) Jenis mutu.c) Nama/kode perusahaan/eksportir.d) Berat bersih.

Page 317: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

e) Produksi Indonesia.f) Tempat/negara tujuan.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Bambang Marhijanto, Drs & Setiyo Wibowo. 1994. Bertanam Mangga. Arkola.Surabaya.

2) Bonus Trubus No. 345. 1998. Celah-celah Usaha Terpilih3) Pracaya, Ir. 1998. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta4) Rismunandar. 1990. Membudayakan Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru

Bandung5) Trubus No. 345. 1998. Memperbanyak Mangga di Pohon.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 318: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

M A N G G I S( Garcinia mangostana L. )

1. SEJARAH SINGKAT

Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropisyang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atauIndonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengahdan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan AustraliaUtara. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal sepertimanggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), Manggista(Sumatera Barat).

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi botani pohon manggis adalah sebagai berikut:Divisi : SpermatophytaSub divisi : AngiospermaeKelas : DicotyledonaeKeluarga : GuttiferaeGenus : GarciniaSpesies : Garcinia mangostana L.

Page 319: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Balai Penelitian Pohon Buah-buahan Solok merekomendasikan tiga klon manggis,yaitu:1) Kelompok besar: panjang daun>20 cm; lebar>10 cm; ketebalan kulit buah>9 mm;

diameter buah>6,5 cm; berat buah>140 gram; buah tiap tandan 1 butir.2) Kelompok sedang: panjang daun 17-20 cm; lebar 8,5-10 cm; ketebalan kulit buah

6-9 mm; diameter buah 5,5-6,5 cm; berat buah 70-140 gram; buah tiap tandan 1-2butir.

3) Kelompok kecil: panjang daun<17 cm; lebar<8,5 cm; ketebalan kulit buah<6 mm;diameter buah<5,5, cm; berat buah<70 gram; buah tiap tandan>2 butir.

Klon yang dikembangkan adalah MBS1, MBS2, MBS3, MBS4, MBS5, MBS6 danMBS 7.

3. MANFAAT TANAMAN

Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuatsirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir danluka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan airrebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagaibahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan.

4. SENTRA PENANAMAN

Pusat penanaman pohon manggis adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah,Jawa Barat (Jasinga, Ciamis, Wanayasa), Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau,Jawa Timur dan Sulawesi Utara.

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1) Dalam budidaya manggis, angin berperan dalam penyerbukan bunga untuktumbuhnya buah. Angin yang baik tidak terlalu kencang.

2) Daerah yang cocok untuk budidaya manggis adalah daerah yang memiliki curahhujan tahunan 1.500–2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.

3) Temperatur udara yang ideal berada pada kisaran 22-32 derajat C.

5.2. Media Tanam

1) Tanah yang paling baik untuk budidaya manggis adalah tanah yang subur,gembur, mengandung bahan organik.

2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) ideal untuk budidaya manggis adalah 5–7.3) Untuk pertumbuhan tanaman manggis memerlukan daerah dengan drainase baik

dan tidak tergenang serta air tanah berada pada kedalaman 50–200 m.

Page 320: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5.3. Ketinggian Tempat

Pohon manggis dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai di ketinggian dibawah 1.000 m dpl. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian dibawah 500-600 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

Pohon manggis dapat diperbanyak dengan biji/bibit hasil penyambungan pucuk dansusuan. Pohon yang ditanam dari biji baru berbunga pada umur 10-15 tahunsedangkan yang ditanam dari bibit hasil sambungan dapat berbunga pada umur 5-7tahun.

1) Persyaratan Benih

a) Perbanyakan dengan biji untuk batang bawahBiji yang akan dijadikan benih diambil dari buah tua yang berisi 5-6 segmendaging buah dengan 1-2 segmen yang berbiji, tidak rusak, beratnya minimalsatu gram dan daya kecambah sedikitnya 75%. Buah diambil dari pohon yangberumur sedikitnya 10 tahun.

b) Untuk pembuatan bibit dengan cara sambungan diperlukan batang bawah danpucuk (entres) yang sehat. Batang bawah adalah bibit dari biji berumur lebihdari dua tahun dengan diameter batang 0.5 cm dan kulitnya berwarna hijaukecoklatan.

2) Penyiapan Benih

a) Perbanyakan dengan biji untuk batang bawahUntuk menghilangkan daging buah, rendam buah dalam air bersih selama 1minggu (dua hari sekali air diganti) sehingga lendir dan jamur terbuang. Bijiakan mengelupas dengan sendirinya dan biji dicuci sampai bersih. Celupkan bijikedalam fungisida Benlate dengan konsentrasi 3 g/L selama 2-5 menit.Keringanginkan biji di tempat teduh selama beberapa hari sampai kadar airnya12-14%.

b) Pucuk untuk sambungan berupa pucuk (satu buku) yang masih berdaun mudaberasal dari pohon induk yang unggul dan sehat. Dua minggu sebelumpenyambungan bagian bidang sayatan batang bawah dan pucuk diolesi zatpengatur tumbuh Adenin/Kinetin dengan konsentrasi 500 ppm untuk lebihmemacu pertumbuhan.

Page 321: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Teknik Penyemaian Benih

a) Perbanyakan dengan biji dalam bedenganBedengan dibuat dengan ukuran lebar 100-120 cm dengan jarak antarbedengan 60-100 cm. Tanah diolah sedalam 30 cm, kemudian campurkanpasir, tanah dan bahan organik halus (3:2:1) dengan merata. Persemaian diberiatap jerami/daun kelapa dengan ketinggian sisi Timur 150-175 cm dan sisiBarat 10-125 cm. Benih ditanam di dalam lubang tanam berukuran 10 x 10 cmdengan jarak tanam 3 x 3 cm dan jarak antar baris 5 cm pada kedalaman 0,5-1,0 cm. Tutup benih dengan tanah dan selanjutnya bedengan ditutup dengankarung goni basah atau jerami setebal 3 cm. Persemaian disiram 1-2 kalisehari, diberi pupuk urea dan SP-36 masing-masing 2 g/tanaman setiap bulan.Setelah berumur 1 tahun, bibit dipindahkan ke dalam polybag ukuran 20 x 30cm berisi campuran tanah dan kompos/pupuk kandang (1:1). Bibit ini dipeliharasampai berumur 2 tahun dan siap ditanam dilapangan/dijadikan batang bawahpada penyambungan.

b) Penyemaian dan pembibitan di dalam polybag berukuran 20 x 30 cm.Satu/dua benih disemai di dalam polybag 20 x 30 cm yang dasarnya dilubangikecil-kecil pada kedalaman 0.5-1.0 cm. Media tanam berupa campuran tanahhalus, kompos/pupuk kandang halus dan pasir (1:1:1). Simpan polybag dibedengan yang sisinya dilingkari papan/bilah bambu agar polybag tidak roboh.Persemaian disiram 1-2 hari sekali dan diberi urea dan SP-36 sebanyak 2-3g/tanaman setiap bulan. Bibit ini dipelihara sampai berumur 2 tahun dan siapditanam di lapangan atau dijadikan batang bawah pada penyambungan.

c) Perbanyakan dengan penyambungan pucukAdapun cara penyambungan pucuk adalah sebagai berikut:1. Potong bahan bawah setinggi 15-25 cm dari pangkal leher lalu buat celah di

ujung batang sepanjang 3-5 cm.2. Runcingkan pangkal batang atas sepanjang 3-5 cm.3. Selipkan bagian runcing batang atas (pucuk) ke dalam celah batang bawah.4. Balut bidang pertautan batang bawah dan atas dengan tali rafia. Pembalutan

dimulai dari atas, lalu ikat ujung balutan dengan kuat.5. Tutupi hasil sambungan dengan kantung plastik transparan dan simpan di

tempat teduh. Setelah 2-3 minggu penutup dibuka dan bibit dibiarkan tumbuhselama 3-4 minggu. Balutan dapat dilepas setelah berumur 3 bulan yaitupada saat bibit telah bertunas. Setelah berumur 6 bulan bibit siapdipindahtanamkan ke kebun.

6. Selama penyambungan siram bibit secara rutin dan siangi gulma.

d) Perbanyakan dengan penyambungan susuanAdapun cara penyambungan susuan adalah sebagai berikut:1. Pilih pohon induk yang produktif sebagai batang atas.2. Siapkan batang bawah di dalam polibag dan letakan di atas tempat yang

lebih tinggi daripada pohon induk.

Page 322: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. Pilih satu cabang (entres) dari pohon induk untuk bahan cabang atas.Diameter cabang lebih kecil atau sama dengan batang bawah.

4. Sayat batang bawah dengan kayunya kira-kira 1/3-1/2 diameter batangsepanjang 5-8 cm.

5. Sayat pula cabang entres dengan cara yang sama.6. Satukan bidang sayatan kedua batang dan balut dengan tali rafia.7. Biarkan bibit susuan selama 5 - 6 bulan.8. Pelihara pohon induk dan batang bawah di dalam polibag dengan intensif.9. Susuan berhasil jika tumbuh tunas muda pada pucuk batang atas (entres)

dan ada pembengkakan (kalus) di tempat ikatan tali.10. Bibit susuan yang baru dipotong segera disimpan di tempat teduh dengan

penyinaran 30% selama 3-6 bulan sampai tumbuh tunas baru. Pada saat inibibit siap dipindahtanamkan.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Penetapan areal untuk perkebunan mangga harus memperhatikan faktorkemudahan transportasi dan sumber air.

2) Pembukaan Lahan

a) Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan alang-alang sertamenghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam.

b) Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar.

3) Pengaturan Jarak Tanam

Pada tanah yang kurang subur, jarak tanam dirapatkan sedangkan pada tanahsubur, jarak tanam lebih renggang. Jarak tanam standar adalah 10 m dan diaturdengan cara:a) segi tiga sama kaki.b) diagonal.c) bujur sangkar (segi empat).

4) Pemupukan

Bibit ditanam di musim hujan kecuali di daerah yang beririgasi sepanjang tahun.Sebelum tanam taburkan campuran 500 gram ZA, 250 gram SP-36 dan 200 gramKCl ke dalam lubang tanam dan tutup dengan tanah.

Page 323: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.3. Teknik Penanaman

1) Pembuatan Lubang Tanam

Buat lubang tanam ukuran 50 x 50 cm sedalam 25 cm dan tempatkan tanah galiantanah di satu sisi. Perdalam lubang tanam sampai 50 cm dan tempatkan tanahgalian di sisi lain. Keringanginkan lubang tanam 15-30 hari sebelum tanam.Kemudian masukkan tanah bagian dalam (galian ke dua) dan masukkan kembalilapisan tanah atas yang telah dicampur 20-30 kg pupuk kandang.

Jarak antar lubang 8 x 10 m atau 10 x 10 m dihitung dari titik tengah lubang. Untuklahan berlereng perlu dibuat teras, tanggul dan saluran drainase untuk mencegaherosi.

2) Cara Penanaman

Dengan jarak tanam 10x 10 m atau 8 x 10 m diperlukan 100-125 bibit per hektar.Cara menanam bibit yang benar adalah sebagai berikut:a) Siram bibit di dalam polybag dengan air sampai polibag dapat dilepaskan

dengan mudah.b) Buang sebagian akar yang terlalu panjang dengan pisau/gunting tajam.c) Masukkan bibit ke tengah-tengah lubang tanam, timbun dengan tanah sampai

batas akar dan padatkan tanah perlahan-lahan.d) Siram sampai tanah cukup lembab.e) Beri naungan yang terbuat dari tiang-tiang bambu beratap jerami. Jika sudah

ada pepohonan di sekitarnya, pohon-pohon ini bisa berfungsi sebagaipelindung alami. Pohon pelindung harus bersifat alami dan mengubah iklimmikro, misalnya tanaman Albisia dan Lamtoro.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyiangan

Lakukan penyiangan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan bersamaandengan pemupukan dan penggemburanyaitu dua kali dalam setahun.

2) Perempalan/Pemangkasan

Ranting-ranting yang tumbuh kembar dan sudah tidak berbuah perlu dipangkasuntuk mencegah serangan hama dan penyakit. Gunakan gunting pangkas yangbersih dan tajam untuk menghindari infeksi dan lapisi bekas pangkasan denganter.

Page 324: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Pemupukan

Jenis dan dosis pemupukan anjuran adalah:a) Pohon berumur 6 bulan dipupuk campuran urea, SP-36 dan KCl (3:2:1)

sebanyak 200-250 gram/pohon.b) Pohon berumur 1-3 tahun dipupuk campuran 400-500 gram Urea, 650-700

gram SP-36 dan 900-1000 gram KCl (3:1:2) yang diberikan dalam dua sampaitiga kali.

c) Pohon berumur 4 tahun dan seterusnya dipupuk campuran urea, SP-36 danKCl (1:4:3) sebanyak 3-6 kg.pohon ditambah 40 kg/pohon pupuk kandang.

Pupuk ditaburkan di dalam larikan/di dalam lubang-lubang di sekeliling batangdengan diameter sejauh ukuran tajuk pohon. Dalam larikan dan lubang sekitar 10-20 cm sedangkan jarak antar lubang sekitar 100-150 cm.

4) Pengairan dan Penyiraman

Tanaman yang berumur di bawah lima tahun memerlukan ketersediaan air yangcukup dan terus menerus sehingga harus disiram satu sampai dua hari sekali.Sedangkan pada pohon manggis yang berumur lebih dari lima tahun, frekuensipenyiraman berangsur-angsur dapat dikurangi. Penyiraman dilakukan pagi haridengan cara menggenangi saluran irigasi atau disiram.

5) Pemberian Mulsa

Mulsa jerami dihamparkan setebal 3-5 cm menutupi tanah di sekeliling batangyang masih kecil untuk menekan gulma, menjaga kelembaban dan aerasi danmengurangi penguapan air.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Ulat buluHama ini melubangi daun. Pengendalian: (1) menjaga sanitasi lingkungan danpemeliharaan tanaman yang baik; (2) penyemprotan insektisida Bayrusil 250EC/Cymbush 50 EC dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.

7.2. Penyakit

1) Bercak daun

Penyebab: jamur Pestalotia sp., Gloesporium sp. dan Helminthosporium sp.Gejala: bercak pada daun yang tidak beraturan berwarna abu-abu pada pusatnya(Pestalotia sp.), coklat (Helminthosporium sp.) dan hitam pada sisi atas dan

Page 325: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

bawah daun (Gloesporium sp.). Pengendalian: mengurangi kelembaban yangberasal dari tanaman pelindung, memotong bagian yang terserang danmenyemprotkan fungisida Bayfidan 250 EC/Baycolar 300 EC dengan konsentrasi0.1-0.2 %.

2) Jamur upas

Penyebab: Corticium salmonicolor Berk.et Br. Gejala: cabang/ranting mati karenajaringan kulit mengering. Pengendalian: memotong cabang/ranting, mengerokkulit dan kayu yang terserang parah dan mengolesi bagian yang dipotong dengancat, atau disemprot dengan Derosal 60 WP 0.1-0.2 %.

3) Hawar benang

Penyebab: jamur Marasmius scandens Mass Dennis et Reid. Gejala: miseliumjamur tumbuh pada permukaan cabang dan ranting membentuk benang putihyang dapat meluas sampai menutupi permukaan bawah daun. Pengendalian:menjaga kebersihan dan memangkas daun yang terserang.

4) Kanker batang

Penyebab: jamur Botryophaerisa ribis. Gejala: warna kulit batang dan cabangberubah dan mengeluarkan getah. Pengendalian: (1) perbaikan drainase,menjaga kebersihan kebun, pemotongan tanaman yang sakit; (2) penyemprotanfungisida Benlate untuk kanker batang, Cobox atau Cupravit bagi penyakit lainnya.

5) Hawar rambut

Penyebab: jamur Marasmius equicrinis Mull. Gejala: permukaan tanamanmanggis ditutupi bentuk serupa benang berwarna coklat tua kehitaman mirip ekorkuda. Pengendalian: sama dengan kanker batang.

6) Busuk buah

Penyebab: jamur Botryodiplodia theobromae Penz. Gejala: diawali dengandengan membusuknya pangkal buah dan meluas ke seluruh bagian buahsehingga kulit buah menjadi suram. Pengendalian: sama dengan kanker batang.

7) Busuk akar

Penyebab: jamur Fomes noxious Corner. Gejala: akar busuk dan berwarnacoklat. Pengendalian: sama dengan kanker batang.

Page 326: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan manggis.Buah dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar (SBM). Umur panen danciri fisik manggis siap panen dapat dilihat berikut ini :a) Panen 104 hari: warna kulit hijau bintik ungu; berat 80-130 gram; diameter 55-60

mm.b) Panen 106 hari: warna kulit ungu merah 10-25%; berat 80-130 gram; diameter 55-

60 mm.c) Panen 108 hari: warna kulit ungu merah 25-50%; berat 80-130 gram; diameter 55-

60 mm.d) Panen 110 hari: warna kulit ungu merah 50-75%; berat 80-130 gram; diameter 55-

60 mm.e) Panen 114 hari: warna kulit ungu merah; berat 80-130 gram; diameter 55-65 mm.

Untuk konsumsi lokal, buah dipetik pada umur 114 SBM sedangkan untuk eksporpada umur 104-108 SBM.

8.2. Cara Panen

Pemanenan dilakukan dengan cara memetik/memotong pangkal tangkai buahdengan alat bantu pisau tajam. Untuk mencapai buah di tempat yang tinggi dapatdigunakan tangga bertingkat dari kayu/galah yang dilengkapi pisau dan keranjang diujungnya. Pemanjatan seringkali diperlukan karena manggis adalah pohon hutanyang umurnya dapat lebih dari 25 tahun.

8.3. Periode Panen

Pohon manggis di Indonesia dipanen pada bulan November sampai Maret tahunberikutnya.

8.4. Perkiraan Produksi

Produksi panen pertama hanya 5-10 buah/pohon, kedua rata-rata 30 buah/pohonselanjutnya 600-1.000 buah/pohon sesuai dengan umur pohon. Pada puncakproduksi, tanaman yang dipelihara intensif dapat menghasilkan 3.000 buah/pohondengan rata-rata 2.000 buah/pohon. Produksi satu hektar (100 tanaman) dapatmencapai 200.000 butir atau sekitar 20 ton buah.

Page 327: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Buah dikumpulkan di dalam wadah dan ditempatkan di lokasi yang teduh dannyaman.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Tempatkan buah yang baik dengan yang rusak dan yang busuk dalam wadah yangberbeda. Lakukan penyortiran berdasarkan ukuran buah hasil pengelompokan dariBalai Penelitian Pohon Buah-buahan Solok yaitu besar, sedang dan kecil.

9.3. Penyimpanan

Pada ruangan dengan temperatur 4-6 derajat C buah dapat tetap segar selama 40hari sedangkan pada 9-12 derajat C tahan sampai 33 hari.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya manggis seluas 1 hektar pada populasi 100-125tanaman untuk inventasi selama 20 tahun. Analisis dilakukan pada tahun 1999 diJawa Barat.

1) Biaya produksi tahun ke-01. Bibit stek sambung 125 batang Rp. 1.875.000,-2. Pupuk

- Pupuk kandang 3 ton @ Rp 150.000,- Rp. 450.000,-- Urea 50 kg @ Rp 1.500,- Rp. 75.000,-- SP-36 25 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 45.000,-- KCl 20 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 33.000,-

3. Tanam- Pembuatan lubang tanam 10 HKP @ Rp. 7000,- Rp. 70.000,-- Penanaman 5 HKP @ Rp. 7000,- Rp. 35.000,-

2) Biaya produksi tahun ke-1 s.d. ke-61. Sewa lahan 6 tahun Rp. 12.000.000,-2. Pupuk

- Urea 375 kg @ Rp 1.500,- Rp. 562.500,-- SP-36 300 kg @ Rp 1.800,- Rp. 540.000,-- KCl 240 kg @ Rp. 1 650,- Rp. 396.000,-

3. Pestisida- Insektisida 120 kg @ Rp. 50.000,- Rp. 6.000.000,-

Page 328: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Fungisida 120 liter @ Rp. 65.000,- Rp. 7.800.000,-4. Alat

- Keranjang 50 buah Rp. 150.000,-- Cangkul 10 buah Rp. 100.000,-- Hand sprayer 2 buah @ Rp 350.000,- Rp. 700.000,-

5. Tenaga kerja- Penyiangan 60 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 420.000,-- Pemupukan 90 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 630.000,-- Penyemprotan 480 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 3.360.000,-- Panen/pasca panen pertama 50 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 350.000,-

6. Biaya tak terduga 10% Rp. 3.559.150,-

3) Biaya produksi tahun ke-7 s.d. ke-201. Sewa lahan selama 14 tahun Rp. 28.000.000,-2. Pupuk

- Urea 875 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 1.312.500,-- TSP 700 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 2.450.000,-- KCl 560 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 924.000,-- NPK 350 kg @ Rp 2.400,- Rp. 840.000,-- Pupuk kandang 42 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 6.300.000,-

3. Pestisida- Insektisida 140 kg @ Rp. 50.000,- Rp 7.000.000,-- Fungisida 140 liter @ Rp. 65.000,- Rp. 9.100.000,-

4. Alat- Keranjang 200 buah Rp. 600.000,-

5. Tenaga kerja- Penyiangan 140 HKP @ Rp 7.000,- Rp. 980.000,-- Pemupukan 210 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 1.470.000,-- Penyemprotan 1.120 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 7.840.000,-- Panen dan pasca panen 10.000 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 70.000.000,-

6. Biaya tak terduga 10% Rp. 13.436.650,-Jumlah biaya produksi 20 tahun Rp. 186.953.800,-Rata-rata biaya produksi/tahun Rp. 9.347.690,-

4) Pendapatan:1. Panen perdana tahun ke 6, Hasil rata-rata 30 buah/pohon Rp. 562.500,-2. Panen tahun ke 7 Hasil rata-rata 200 buah/pohon Rp. 3.750.000,-3. Panen tahun ke 8 Hasil rata-rata 800 buah/pohon Rp. 15.000.000,-4. Panen tahun ke 9 Hasil rata-rata 900 buah/pohon Rp. 16.875.000,-5. Panen tahun ke 10 Hasil rata-rata 1.500 buah/pohon Rp. 28.125.000,-6. Panen tahun ke 11 Hasil rata-rata1.750 buah/pohon Rp 32.812.000,-7. Panen tahun ke 12 – 18 Hasil rata-rata 2.000 buah/pohon Rp. 37.500.000 -8. Panen tahun ke 19 Hasil rata-rata 1.750 buah/pohon Rp. 10.500.000 -9. Panen tahun ke 20 Hasil rata-rata 1.500 buah/pohon Rp. 32.812.000,-10Produksi selama 20 th hasil dari 100 ph 2.243.000 buah Rp. 336.450.000 -

Page 329: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) Keuntungan1. Keuntungan selama 20 tahun Rp. 149.496.200 -2. Keuntungan per tahun Rp. 7.474.810,-

6) Parameter kelayakan usaha1. Output/Input rasio = 1,8

Keterangan: HKP hari kerja pria, Keuntungan baru diraih tahun ke 11. Perkiraantanaman produktif adalah 100 pohon/tahun, Harga jual rata-rata Rp. 60/buah.(tingkat petani, tahun 1999).

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Masyarakat dunia mengenal manggis sebagai Queen of fruits karena rasanya yangexotic yaitu manis, asam berpadu dengan sedikit sepat. Prospek pengembanganagribisnis manggis sangat cerah meningkat perminat buah ini di luar negeri banyakdan harganya relatif mahal.

Taiwan adalah pasar terbesar manggis Indonesia, selama tahun 1994, Taiwanmengimpor manggis Indonesia sebanyak 2.235.177 kg atau 83% dari total eksporbuah Indonesia. Negara lain yang mengimpor manggis adalah a.l. Jepang, Brunei,Hongkong, Arab Saudi, Kuwait, Oman, Belanda, Perancis, Swis, Amerika Serikat.Peluang pasar luar negeri diperkirakan terus meningkat dengan penambahanvolume 10,7% per tahun.

Harga manggis di pasar tradisional relatif murah karena manggis yang dipasarkan didalam negeri adalah sisa ekspor, jadi mutunya sudah tidak baik. Jika produsen dapatmenghasilkan buah manggis dengan mutu yang merata dan konstan, sudah pastiharga tersebut akan jauh meningkat.

Kendala agribisnis manggis adalah umur panen tanaman yang bisa mencapai 6tahun, sehingga pengembalian modal tidak dapat berlangsung cepat. Karena itudiperlukan para pemodal kuat yang tetap dapat bertahan sampai modal agribisnismanggisnya kembali setelah menunggu 11 tahun sejak tanam.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar ini meliputi diskripsi,klasifikasi dan standar mutu, cara pengambilan contoh,cara uji, syarat penandaan, cara pengemasan.

Page 330: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.2.Diskripsi

Standar mutu buah manggis tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01–3211-1992.

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Terdiri dari 3 jenis mutu, yaitu mutu super, mutu I, mutu II.a) Keseragaman: mutu super=seragam; mutu I=seragam; mutu II=seragam.b) Diameter: mutu super>65 mm; mutu I=55–56 mm; mutu II<55 mm.c) Tingkat keseragaman: mutu super=segar; mutu I=segar; mutu=II segar.d) Warna kulit: mutu super hijau; mutu I=kemerahan s/d merah; mutu II=muda

mengkilate) Buah cacat atau busuk (jumlah/jumlah): mutu super=0%; mutu I=0%; mutu II=0%f) Tangkai dan atau kelopak: mutu super utuh, mutu I utuh, mutu II utuhg) kadar kotoran (b/b): mutu super=0%; mutu I=0%; mutu II=0%h) Serangga hidup dan atau mati :mutu super=tidak ada; mutu I=tidak ada; mutu=II

tidak ada.i) Warna daging buah: mutu super=putih bersih; mutu I=khas manggis putih; mutu

II=bersih khas manggis

Untuk pengklasifikasian dilakukan pengujian diantaranya adalah:a) Penentuan ukur diameter

Ukur setiap panjang garis tengah yang tegak lurus pada tinggi buah manggissegar dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat pengukur diameter yangsesuai. Pisahkan sesuai dengan ketentuan penggolongan yang dinyatakan dalamstandar yaitu>65 mm; 55–65 mm; <55 mm.

b) Penentuan buah cacat dan atau busuk pada buah manggis segar.Hitung jumlah seluruh contoh uji buah segar, amati satu persatu dari buah yangbersangkutan dari secara visual dan organoleptik serta pisahkan buah yangcacat/busuk sesuai dengan jenis cacat dan batasan busuk sebagai berikut:1. Buah cacat cuaca dan mekanis yang rusak memar, luka pada kulit dan daging

buah akibat tekanan, benturan dan getaran.2. Buah cacat fisiologis yaitu buah yang tingkat kematangannya sudah berlanjut.3. Buah cacat fisiologis yaitu buah yang tingkat kematangannya sudah berlanjut4. Buah cacat karena hama dan penyakit yaitu buah yang sudah tercemar oleh

serangga dan pathogen perusak.5. Buah dinyatakan busuk apabila daging/kulit buah telah terlihat pembusukan

yang dapat diidentifikasikan secara visual.c) Penentuan kadar kotoran

Timbang seluruh contoh uji buah manggis segar, amati secara visual adanyakotoran yaitu semua bahan bukan buah manggis segar seperti tanah, bahantanaman yang nampak menempel pada buah manggis segar/berada padakemasan yang tampak secara visual. Pisahkan kotoran yang terdapat pada buahmanggis segar dan kemasan, seperti tanah, potongan daun/benda lain yangtermasuk kotoran yang menempel pada buah manggis segar dan timbanglah.

Page 331: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d) Penentuan kesegaranHitung jumlah seluruh contoh uji buah manggis segar, amati satu persatu buahsegar secara visual dan pisahkan buah yang dinyatakan tidak segar yaitu denganmemperhatikan kondisi kulit buah. Hitung jumlah satuan buah yang dinilai kurangsegar dan hitung pula presentase jumlah satuan buah yang dinilai kurang segarterhadap jumlah seluruh contoh uji.

e) Penentuan adanya serangga hidup atau matiAmati secara visual adanya serangga hidup dan mati pada buah dan kemasan.

11.4.Pengambilan Contoh

Suatu partai/lot buah manggis segar terdiri dari maksimum 1.000 kemasan. Contohdiambil secara acak dari jumlah kemasan seperti pada data dibawah ini :a) Jumlah kemasan dalam partai/lot 1–5: contoh yang diambil 5.b) Jumlah kemasan dalam partai/lot 6–100: contoh yang diambil 7.c) Jumlah kemasan dalam partai/lot 101–300: contoh yang diambil 9.d) Jumlah kemasan dalam partai/lot 301–500: contoh yang diambil 10.e) Jumlah kemasan dalam partai/lot 501–1000 : contoh yang diambil semua.

Dari setiap kemasan yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnya 3 kgkemudian dicampur. Untuk kemasan dengan berat kurang dari 3 bungkus harusdiambil contoh sekurang-kurangnya dari dua kemasan. Dari jumlah buah yangterkumpul kemudian secara acak contoh sekurang-kurangnya 3 kg untuk diuji.Petugas pengambil contoh harus yang memenuhi persyarat, yaitu orang yang telahberpengalaman/telah dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatubadan hukum.

11.5.Pengemasan

Buah manggis segar dikemas dengan kotak karton baru/keranjang plastik yangkokoh, baik, bersih dan kering, berventilasi, dengan berat bersih setiap kemasansebesar 2 kg untuk kemasan karton dan 10 kg untuk kemasan keranjang plastik. Danjuga digunakan kemasan yang berat berdasarkan kesepakatan antara penjual danpembeli.

Page 332: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 15Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Rahmat Rukmana, Ir. 1995. Budidaya Manggis. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.2) Rismunandar. 1986. Mengenal Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru. Bandung3) Suyanti Satuhu. 1997. Penanganan Manggis Segar untuk Ekspor. Penebar

Swadaya. Jakarta.4) Reza Tirtawinata, Ir. 1997. Memilih Biji Manggis untuk Bibit. Trubus No. 335.5) Reza Tirtawinata, Ir. 1998. Pohon Pelindung untuk Tanaman Manggis Muda.

Trubus no. 342.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 333: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

M A W A R( Rosa damascena Mill. )

1. SEJARAH SINGKAT

Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri.Mawar yang dikenal nama bunga ros atau "Ratu Bunga" merupakan simbol ataulambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Mawar berasal dari dataranCina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya, menyebar luas didaerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas (tropis).

2. JENIS TANAMAN

Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), mawar diklasifasikan sebagai berikut:Kingdom : PlantaeDivisi : SpermatophytaSub-Divisi : AngiospermaeKelas : DicotyledonaeOrdo : RosanalesFamili : RosaceaeGenus : RosaSpecies : Rosa damascena Mill., R. multiflora Thunb., R. hybrida Hort., dan

lain-lain.

Di Indonesia berkembang aneka jenis mawar hibrida yang berasal dari Holand(Belanda). Mawar yang banyak peminatnya adalah tipe Hybrid Tea dan Medium,

Page 334: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

memiliki variasi warna bunga cukup banyak, mulai putih sampai merah padam dantingkat produktivitas tinggi: 120-280 kuntum bunga/m2 /tahun.

Varietas-varietas mawar hibrida (Hybrid Tea) yang telah ditanam di Indonesia olehPT. Perkebunan Mangkurajo adalah: Coctail, Diplomat, Idole, Jacaranda,Laminuette, Osiana, Pareo, Samorai, Sonate de Meilland, Sonia, Sweet Sonia,Tineke, Vivaldi, White Success dan Yonina. Sedangkan mawar tipe Medium antaralain adalah Golden Times, Jaguar, Sissel, Laser, dan Kiss. Kelebihan varietas mawarhibrida adalah tahan lama dan warna-warninya menarik. Mawar tipe Hybrid Teabertangkai bunga 80-120 cm, tipe Medium 40-60 cm.

Beberapa varietas mawar introduksi yang dianjurkan didataran rendah: Cemelot,Frad Winds, Mr. Lincoln, dan Golden Lustee sebagai mawar bunga potong.Sedangkan varietas Folk Song, Khatherina Zeimet, Woborn Abbey dan CimacanSalem untuk tanaman taman.

3. MANFAAT TANAMAN

1) Tanaman hias di taman/halaman terbuka (out doors).2) Tanaman hias dalam pot pengindah dan penyemarak ruang tamu ataupun koridor.3) Dijadikan bunga tabur pada upacara kenegaraan atau tradisi ritual.4) Diekstraksi minyaknya sebagai bahan parfum atau obat-obatan (pada skala

penelitian di Puslitbangtri).

4. SENTRA PENANAMAN

Daerah pusat tanaman mawar terkonsentrasi di kawasan Alaska atau Siberia, India,Afrika Utara dan Indonesia. Sentra penanaman bunga potong, tabur dan tanamanpot di Indonesia dihasilkan dari daerah Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah,Jawa Timur dan Jakarta.

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

1) Angin tidak mempengaruhi dalam pertumbuhan bunga mawar.2) Curah hujan bagi pertumbuhan bunga mawar yang baik adalah 1500-3000

mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 5-6 jam per hari. Di daerah cukup sinarmatahari, mawar akan rajin dan lebih cepat berbunga serta berbatang kokoh.Sinar matahari pagi lebih baik dari pada sinar matahari sore, yang menyebabkanpengeringan tanaman.

Page 335: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap lingkungantumbuh, dapat ditanam di daerah beriklim dingin/sub-tropis maupun di daerahpanas/tropis. Suhu udara sejuk 18-26 derajat C dan kelembaban 70-80 %.

5.2. Media Tanam

1) Penanaman dilakukan secara langsung pada tanah secara permanen di kebunatau di dalam pot. Tanaman mawar cocok pada tanah liat berpasir (kandungan liat20-30 %), subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik.

2) Pada tanah latosol, andosol yang memiliki sifat fisik dan kesuburan tanah yangcukup baik.

3) Derajat keasaman tanah yang ideal adalah PH=5,5-7,0. Pada tanah asam (pH5,0) perlu pengapuran kapur Dolomit, Calcit atupun Zeagro dosis 4-5 ton/hektar.Pemberian kapur bertujuan untuk menaikan pH tanah, menambah unsur-unsur Cadan Mg, memperbaiki kehidupan mikroorganisme, memperbaiki bintil-bintil akar,mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al, serta menambah ketersediaan unsur-unsur P dan Mo. Tanah berpori-pori sangat dibutuhkan oleh akar mawar.

5.3. Ketinggian Tempat

Mawar tumbuh baik pada:1) Ketinggian 560-800 m dpl, suhu udara minimum 16-18 derajat C dan maksimum

28–30 derajat C.2) Ketinggian 1100 m dpl, suhu udara minimum 14-16 derajat C, maksimum 24–27

derajat C.3) Ketinggian 1400 m dpl, suhu udara minimum 13,7-15,6 derajat C dan maksimum

19,5-22,6 derajat C.

Di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman mawar dapat tumbuh dan produktifberbunga di dataran rendah sampai tinggi (pegunungan) rata-rata 1500 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Benih

Supaya biji tumbuh dengan baik, pilih biji yang sehat dengan memasukan kedalam air (yang baik akan tenggelam, yang mengapung dibuang).

Page 336: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Penyiapan Benih

Tahap-tahap penyiapan benih tanaman dari biji:a) Pemilihan buah

- Pilih buah mawar dari tanaman induk yang sudah produktif berbunga danjenis unggul sesuai keinginan.

- Petik buah mawar terpilih yang sudah matang (masak) di pohon.b) Perlakuan After Ripening

- Siapkan media semai berupa tanah berhumus dan berpasir (1:1).- Masukkan (isikan) media tadi ke dalam bak persemaian atau wadah yang

praktis dan layak digunakan untuk tempat semai.- Siram media semai dengan air bersih hingga cukup basah (lembab).- Tanamkan buah mawar satu persatu kedalam media semai hingga cukup

terkubur sedalam 0,5-1,0 cm.- Biarkan buah mawar hingga kulit luarnya membusuk pada kondisi media

yang lembab, beraerasi baik, dan suhu udaranya sekitar 5 derajat C. Waktuyang diperlukan pada perlakuan After Ripening berkisar antara 50-270 hari(tergantung jenis mawar).

3) Teknik Penyemaian Benih

a) Ambil (angkat) biji-biji mawar dari buah yang telah membusuk dalam mediasemai.

b) Pilih biji-biji mawar yang baik, yaitu bernas yang tenggelam bila dimasukkan kedalam air

c) Cuci biji mawar dengan air bersih.d) Tiriskan biji-biji mawar terpilih ditempat teduh untuk segera disemaikan pada

bak persemaian.e) Semaikan biji mawar secara merata menurut barisan pada jarak antar-baris 5-

10 cm. Biji akan berkecambah pada umur empat minggu setelah semai.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

a) Siram media persemaian mawar secara kontinu 1-2 kali sehari.b) Sapih (perjarang) bibit mawar yang sudah cukup besar ke dalam polybag kecil

yang sudah diisi media campuran tanah, pasir dan pupuk organik (1:1:1).

5) Pemindahan Bibit

Pindahkan tanam bibit mawar yang sudah berumur 22 bulan ke kebun/tempatpenanaman yang tetap (permanen)

6.2. Pengolahan Media Tanam

Page 337: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Tempat penanaman mawar dapat dilakukan di lahan kebun, taman dan dalam pot.Tata cara penyiapan lahan untuk kebun mawar agak berbeda dengan dalampot/polybag.

1) Persiapan

a) Penyiapan lahan kebun/taman- Lahan untuk kebun/taman mawar dipilih tanah gembur, subur dan mendapat

sinar matahari langsung (terbuka).- Bersihkan lokasi kebun dari rumput-rumput liar/batu kerikil.

b) Penyiapan media dalam pot- Siapakan media tanam berupa tanah subur, pupuk organik (pupuk kandang,

kompos, Super TW Plus) dan pasir. Komposisi media campuran tanah,pupuk kandang, kompos dan pasir, 1:1:1. Campuran tanah dengan SuperTW Plus perbandingan 6:1.

- Sediakan pot yang ukurannya disesuaikan dengan besar kecilnya tanamanmawar. Pot yang paling baik adalah pot yang terbuat dari bahan tanah dantidak dicat.

- Siapkan bahan-bahan penunjang lainnya seperti pecahan bata merah ataugenteng atau arang. Bahan tersebut dapat berfungsi sebagai pengisapkelebihan air (drainase) dan memudahkan sewaktu pemindahan tanaman kepot atau tempat tanam yang baru.

c) Pengisian media tanam ke dalam pot- Dasar pot dilubangi untuk kelebihan air.- Basahi pot dengan air hingga cukup basah.- Isikan pecahan bata merah/genting/arang pada dasar pot setebal ±1 cm

sampai sepertiga bagian pot, lubang pembuangan air di dasar pot jangantersumbat.

- Isikan serasah (humus) secara merata setebal ± 1cm di atas lapisan batamerah/genting.

- Isikan media tanam campuran tanah, pasir dan pupuk kandang/ kompos(1:1:1) atau campuran tanah dengan pupuk organik Super TW Plus (6:1)ditambah sedikit abu dapur. Pengisian media sampai 90 % penuh atau 0,5-1,0 cm di bawah batas permukaan pot sebelah atas. Pot siap ditanami bibit(tanaman) mawar.

2) Pembukaan Lahan

a) Tanah dicangkul/dibajak sedalam ± 30 cm hingga gembur.b) Biarkan tanah dikeringanginkan selama 15–30 hari agar matang dan bebas dari

gas-gas beracun.

3) Pembentukan Bedengan

Page 338: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Buat bedengan-bedengan dengan ukuran lebar 100-120 cm, tinggi 30 cm, jarakantar bedengan 30-40 cm, dan panjangnya tergantung keadaan lahan. Bila akandirancang taman mawar yang asimetris, maka penyiapan lahannya dibuat bentuk-bentuk yang diinginkan, misalnya lingkaran (bulat) atau guludan-guludan yangserasi dengan lingkungan sekitarnya.

4) Pemupukan

Pupuk organik (pupuk kandang/kompos) 20-30 ton/hektar atau Super TW Plus 4-5ton/hektar diberikan secara disebar dan dicampur merata bersama tanah sambilmerapikan lahan (bedengan). Pemberian pupuk organik dengan dimasukkan(diisikan) ke dalam lubang tanam rata-rata 1-2 kg/tanaman.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanaman

Buat lubang tanam pada jarak 60×60 cm atau 70×70 cm, tergantung jenis mawardan kesuburan tanahnya.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Untuk membuat lubang diperlukan sekop melengkung supaya diperoleh lubangberbentuk silindris. Ukuran lubang 45×45×45 cm. Kedalaman yang baik yaitu bilatanaman diletakkan dalam lubang, kedudukan bagian percabangan utama (budunion) letaknya sejajar dengan permukaan tanah. Akar mawar tidak dapatmenembus tanah terlalu dalam, maka tidak perlu mencangkul tanah terlalu dalam,cukup 45–55 cm.

Pada saat membuat lubang, tanah di permukaan (top soil), sub-soil dikumpulkanterpisah, karena akan digunakan untuk menutup lubang kembali. Bila daerah itutertutup rumput, harus diambil dalam bentuk lempengan-lempengan dandiletakkan di tempat teduh, untuk digunakan sebagai pupuk, denganmemasukkannya ke dalam lubang. Lempengan rumput diletakkan terbalik. Topsoil dicampur dengan bahan organik (seperti kompos, pupuk hijau, pupuk kandangdan sebagainya) perbandingan 4 bagian tanah dan 1 bagian bahan organik.Lubang ditimbuni sub-soil dicampur dengan bahan organik (dalam jumlah lebihbanyak dari pada campuran untuk top soil) dan super fosfat (dapat juga dipakaitepung tulang) 20%. Jumlah super fosfat 1,5-2 kg per 10 m2 tanah, tepung tulang1,5-3 kg per 10 m2. Lubang diisi top soil dan bahan organik sampai membentukgundukan.

3) Cara Penanaman

Page 339: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Waktu tanam mawar adalah pada awal musim hujan (bila keadaan airnyamemadai dapat dilakukan sepanjang musim/tahun. Tanaman mawar yangditanam berupa bibit cabutan (tanpa tanah), dan bibit yang berasal dari polybag.

Cara penanaman bibit mawar cabutan :a) Bongkar bibit tanaman mawar dari kebun pembibitan secara cabutan.b) Potong sebagian batang dan cabang-cabangnya, sisakan 20–25 cm agar

habitus tanaman menjadi perdu (pendek).c) Potong sebagian akar-akarnya dengan gunting pangkas tajam dan steril.d) Rendam bibit mawar dalam air atu larutan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) seperti

Dekamon 1–2 cc/liter selama 15–30 menit.e) Tanam bibit mawar di tengah-tengah lubang tanam dan akarnya diatur

menyebar ke semua arah. Timbun (urug) dengan tanah hingga batas pangkalleher batang.

f) Padatkan tanah di sekeliling batang tanaman mawar pelan-pelan agar akar-akarnya dapat kontak langsung dengan air tanah.

g) Siram tanah di sekeliling perakaran tanaman hingga basah.h) Pasang naungan sementara dari anyaman bambu/bahan lain untuk melindugi

tanaman mawar dari teriknya sinar matahari sore hari.

Penanaman bibit mawar dari polybag berbeda dengan penanaman bibit mawarcabutan. Bibit mawar dari polybag dipindahtanamkan secara lengkap bersamatanah dan akar-akarnya. Tata cara penanaman bibit mawar dari polybag adalahsebagai berikut:a) Siram media dalam polybag yang berisi bibit mawar hingga cukup basah.b) Angkat polybag kemudian balikkan posisinya sambil ditekuk-tekuk bagian

dasarnya agar bibit mawar bersama tanah dan akar-akarnya terlepas (keluar)dari polybag. Bila polybag berukuran besar, maka pengeluaran bibit mawardapat dengan cara menyobek atau menyayat polybag tersebut.

c) Tanamkan bibit mawar ke dalam lubang tanam yang telah disiapkan jauh harisebelumnya. Letak bibit mawar tepat di tengah-tengah lubang tanam, kemudianurug dengan tanah sampai penuh sambil dipadatkan pelan-pelan

d) Siram tanah di sekeliling perakaran tanaman mawar hingga cukup basah. Bibitmawar akan langsung segar dan tumbuh tanpa melalui pelayuan atau istirahatdulu.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyiangan

Kegiatan penyiangan biasanya bersamaan dengan pemupukan agar dapatmenghemat biaya dan tenaga kerja. Rumput liar yang tumbuh pada selokan/paritantar bedengan dibersihkan agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit.

Page 340: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Penyiangan sebulan sekali (tergantung pertumbuhan gulma), dengan mencabutrumput-rumput liar (gulma) secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman ataumembersihkan dengan alat bantu kored/cangkul.

2) Pemupukan

Jenis dan dosis (takaran) pupuk yang dianjurkan untuk tanaman mawar adalahpupuk NPK (5-10-5) sebanyak 5 gram/tanaman. Bila pertumbuhan tunas lambatdipupuk NPK pada perbandingan 10:10:5, bila tangkainya lemah perbandinganpupuk NPK 5:15:5.

Jenis dan dosis pupuk lain adalah campuran pupuk yang terdiri atas: 90–135 kg Nditambah 400 kg P2O5 ditambah 120 kg K2O/ha/tahun atau setara dengan 200–300 kg Urea ditambah 840 kg TSP ditambah 250 kg KCL/ha/tahun. Berdasarkanhasil penelitian Balai Penelitian Hortikultura (Balitro), tanaman mawar perludipupuk pupuk NPK 5 gram/pohon pada saat tanam atau 7–15 hari setelah tanam.Pemupukan berikutnya secara kontinu tiap 3–4 bulan sekali, tergantung keadaanpertumbuhan tanaman. Dosis dan jenis pupuk yang dianjurkan adalah campuranpupuk Nitrogen 600 kg N ditambah Fosfat 1000 kg P2O5 ditambah Kalium 400 kgK2O/ha/tahun atau setara dengan urea ± 1350 kg ditambah TSP 2100 kgditambah KCL 800 kg/ha/tahun. Tiap kali pemupukan diberikan 1/4 - 1/3 dosispupuk 337,5–450 kg Urea ditambah 525–700 kg TSP ditambah 100–133 kg KClper hektar.

Pemberian pupuk sebaiknya pada saat sebelum berbunga, sedang berbunga, dansetelah kuntum bunga layu. Cara pemberian pupuk dengan ditabur dalam parit-parit kecil dan dangkal diantara barisan tanaman atau di sekeliling tajuk tanaman,kemudian ditutup dengan tanah tipis dan segera disiram hingga cukup basah.

3) Pengairan dan Penyiraman

Pengairan dan penyiraman dilakukan:a) Pada fase awal pertumbuhan (sekitar umur 1-2 bulan setelah tanam), dilakukan

secara kontinu tiap hari 1-2 kali. Pengairan berikutnya berangsur-angsurdikurangi atau tergantung keadaan cuaca dan jenis tanah (media).

b) Waktu pemberian air yang baik pada pagi dan sore hari, saat suhu udara danpenguapan air dari tanah tidak terlalu tinggi.

c) Cara pengairan adalah dengan disiram secara merata menggunakan alat bantuemrat (gembor).

Page 341: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Kutu daun (Macrosiphum rosae Linn., Aphids)Kutu daun, kecil, panjang ±0,6 mm, berwarna hijau, kadang-kadang tidakbersayap. Menyerang pucuk, sering menempel pada ranting dan kuncup bunga.Gejala: mengisap cairan (sel) tanaman, sehingga menyebabkan gejala abnormal,pada daun atau pucuk jadi keriting/mengkerut. Dapat berperan sebagai vektorvirus dan sering meninggalkan cairan madu manis yang menempel padapermukaan daun, sehingga menjadi penyebab penyakit embun jelaga (Capnodiumsp.). Pengendalian: menjaga kebersihan (sanitasi) kebun dan disemprotinsektisida Decis 2,5 EC atau Buldok 25 EC, Confidor 200 LC, Curacron 500 EC,Fastac 15 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.

2) KumbangTiga jenis kumbang penyerang tanaman mawar: kumbang Chafer (Macrodactylissubspinosus), Fuller (Autoserica castanca) dan Curculio (Rhyncite bicolor).Kumbang Chafer warna coklat kekuning-kuningan panjang tubuh sekitar 12 mm,kumbang Fuller warna coklat keabu-abuan, panjang 10 mm. Kumbang Curculioberwarna merah bergaris hitam ± 5 mm. Gejala: memakan daun, tangkai dankuntum bunga, sehingga bolong-bolong/rusak pada bagian yang diserang. Larvasering memakan perakaran tanaman. Pengendalian: mengumpulkan danmemusnahkan hama tersebut dan cara kimia disemprot dengan insektisidaHostathion 40 EC, Decis 2,5 EC, Ambush 2 EC, Elsan 60 EC, dan lain-lain padakonsentrasi yang dianjurkan.

3) Siput berbuluTubuh berwarna putih kehijau-hijauan, panjang ± 12 mm, ditutupi bulu-bulu kasar.Gejala: pada stadium larva, menyerang tanaman dengan cara memakan daunsebelah bawah yang menyebabkan daun berlubang tinggal tulang daun.Pengendalian: merontokkan kepompong yang menempel pada tanaman, dandisemprot dengan insektisida Brestan 60 (Moluskasida) pada konsentrasi yangdianjurkan.

4) Tungau (Tetranychus telarius)Tungau mirip laba-laba, sangat kecil ± 0,3 mm, berwarna merah/hijau/kuning.Berkembangbiak dengan cepat bila cuaca lembab dan panas, serta sirkulasiudara kurang baik. Gejala: menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan seltanaman, pada bagian daun/pucuk, sehingga menyebabkan titik-titik merahberwarna kuning/abu-abu kecoklat-coklatan. Pengendalian: disemprotinsektisida-akarisida seperti Omite 570 EC atau Kelthane 200 EC atau Mitac 200EC Meothrin 50 EC, Nissuron 50 EC dan lain-lain pada konsentrasi yangdianjurkan.

Page 342: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) ThripsHama ini berukuran sangat kecil ± 1 mm, berwarna kuning-oranye/kuningkecoklat-coklatan. Gejala: merusak/mengisap cairan sel tanaman, terutamabunga, daun, dan cabang. Menyenangi mawar bunga berwarna kuning/teranglainnya. Pengendalian: pemangkasan bagian tanaman yang terserang berat dandisemprot dengan insektisida Mesurol 50 WP, Tokuthion 500 EC, Pegasus 500SC, Decis 2,5 EC dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.

6) Nematoda akar (Meloidgyne sp.)Nematoda akar ukurannya sangat kecil (hanya dapat dilihat dengan mikroskop).Gejala: menyerang akar tanaman mawar, dapat menembus ke bagian batangsehingga menyebabkan gejala pertumbuhan kerdil, kadang layu (kehilangankekuatan tumbuh) dan terdapat bintil-bintil pada akar. Pengendalian: pergilirantanaman, sterilisasi media tanam, dan menggunakan bahan kimiawi (nematisida) :Furadan 3 G, Rugby 10 G atau Indofuran pendidikan G pada saat tanam.

7) Hama-hama lain:a. Ulat daun (Udea rubigalis), menyerang daun dan kuncup bunga sehingga

menjadi rusak/bolong-bolong. Pengendalian: disemprot insektisida Hostathion40 EC, Decis 2,5 EC, Dekasulfan 350 EC, Nomolt 50 EC atau Confidor 70 WSpada konsentrasi yang dianjurkan.

b. Serangga malam (Night feeding insect), menyerang daun dan bunga.Pengendalian: disemprot dengan insektisida yang digunakan padapengendalian ulat daun.

c. Serangga pengisap sel tanaman (Leaf hoppers), menyerang daun hinggabintik-bintik putih membentuk lingkaran. Pengendalian: disemprot denganinsektisida yang digunakan pada pengendalian ulat daun.

d. Lalat (Dasyncura rhodophaga), ukuran tubuh kecil 1,2 mm, warna coklatkemerah-merahan/kekuning-kuningan. Telur diletakkan pada tunas baru,setelah menjadi larva akan merusak/memakan tunas. Larva menjatuhkan diri ketanah, kemudian dalam waktu satu minggu berubah menjadi lalat.Pengendalian: memusnahkan tanaman yang terserang berat dengan dibakar,menjaga kebersihan kebun, dan penyemprotan insektisida Agrohion 50 EC,Meothrin 50 EC atau Ofunack 40 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.

e. Kutu batang (Aulacaspis rosae) dari famili Coccidae, berukuran kecil 3 mm,Gejala: mengisap cairan sel tanaman, bagian daun dan batang. Bagian yangterserang akan layu, lambat laun mengering (mati). Pengendalian: memangkasbagian tanaman yang terserang untuk dimusnahkan/dibakar dan disemprotdengan insektisida Decis 2,5 EC, Mitac 200 EC, Monitor 200 LC atau Orthene75 SP pada konsentrasi yang dianjurkan.

f. Kumbang kecil (Small carpenter bees), ukuran tubuh kecil panjang 8 mm,warna hitam-metalik, Gejala: melubangi sekaligus merusak batang bagiandalam. Tanaman yang diserang menjadi layu. Pengendalian: memangkasbagian tanaman yang diserang untuk dibakar atau disemprot denganinsektisida : Decis 2,5 EC, Atabron 50 EC, Buldok 25 EC atau Bassa 50 ECpada konsentrasi yang dianjurkan.

Page 343: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7.2. Penyakit

1) Bercak hitamPenyebab: cendawan (jamur) Marsonina rosae (Lib.) Lind. (“Black spot”). Gejala:daun bercak hitam-pekat yang tepinya bergerigi. Lambat laun bercak-bercakberdiameter ± 1 cm menyatu, sehingga jaringan daun di sekitarnya menjadikuning. Dapat pula terjadi pada tangkai daun, batang, dasar bunga, kelopak dantajuk bunga. Daun yang terserang akan mudah berguguran. Pengendalian non-kimiawi: memangkas bagian tanaman yang sakit dan menjaga kebersihan kebun(sanitasi). Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida yang berbahan aktifPropineb dan Mankozeb pada konsentrasi yang dianjurkan.

2) Karat daunPenyebab: cendawan (jamur) Phragmidium mucronatum (Pers. ex Pr.) Schlecht.Gejala: bintik-bintik warna jingga kemerah-merahan pada sisi bawah daun, padasisi daun atas terdapat bercak bersudut warna kemerah-merahan. Daun yangterserang berat akan mudah gugur (rontok). Pengendalian non-kimiawi:pemotongan/pemangkasan daun sakit kemudian dimusnahkan. Pengendaliankimiawi: disemprot fungisida yang berbahan aktif Zineb atau Maneb padakonsentrasi yang dianjurkan.

3) Tepung mildewPenyebab: cendawan Oidium sp. Gejala: terdapat tepung/lapisan putih padapermukaan daun sebelah bawah dan atas. Daun/bagian tanaman yang terserangakan berubah warna dari hijau menjadi kemerah-merahan, lambat laun kekuning-kuningan dan akhirnya daun-daun cepat rontok (gugur). Pengendalian non-kimiawi: memetik daun yang terserang untuk dimusnahkan dan menjagakebersihan kebun (sanitasi). Pengendalian kimiawi: disemprot fungisidaBelerang, atau mengandung bahan aktif Pirazifos.

4) Bengkak pangkal batangPenyebab: bakteri Agrobacterium tumefacien (E.F Sm et Town.) Conn. Gejala:terjadi pembengkakan pada pangkal batang dekat permukaan tanah, sehinggatanaman menjadi kerdil dan akhirnya mati. Pengendalian non-kimiawi: mencabuttanaman yang sakit untuk dimusnahkan dan sewaktu pemeliharaan tanaman(pemangkasan) menggunakan gunting pangkas yang bersih dan steril.Pengendalian kimiawi: disemprot oleh bakterisida yang berbahan aktifStreptomisin atau Oksitetrasikin.

5) Mosaik (belang-belang)Penyebab: virus (Virus Mosaik Mawar) (Rose mosaic Virus). Gejala: daunmenguning dan belang-belang, tulang-tulang daunnya seperti jala. Pengendalian:penanaman bibit yang sehat, pemeliharaan tanaman secara intensif,penyemprotan insektisida untuk pengendalian serangga vektor, dan membongkar

Page 344: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

(eradikasi) tanaman yang sakit untuk dimusnahkan agar tidak menular kepadatanaman yang lainnya.

6) Bercak daunPenyebab: dua patogen, yaitu cendawan Cercospora rosicola Pass. danAlternaria sp. Gejala: serangan cercospora bercak-bercak coklat pada daun-dauntua, sedangkan bercak alternaria berwarna kehitam-hitaman. Pengendalian non-kimiawi: memotong/memetik daun yang sakit untuk dimusnahkan dan menjagakebersihan kebun (sanitasi). Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida yangmengandung bahan aktif Tembaga (Cu).

7) Jamur upasPenyebab: cendawan Corticium salmonicolor (Berk. et Br.) Tjokr. Gejala: terdapatlapisan kerak berwarna merah pada batang, dan lambat laun batang akanmembusuk serta mati. Pengendalian non-kimiawi: mengelupaskan kulit danmengerok bagian tanaman yang sakit, kemudian diolesi cat/ter, dapat pulasekaligus memotong bagian batang yang terinfeksi berat. Pengendalian kimiawi:disemprot fungisida yang berbahan aktif Tridemorf.

8) Busuk bungaPenyebab: cendawan Botrytis cinerea Pers. Fr. Gejala: kuntum bunga yang telahmembuka membusuk berwarna coklat, dan berbintil-bintil hitam. Pengendaliannon-kimiawi: membungkus bunga yang mulai mekar dengan kantong kertasminyak/plastik dan penanganan pasca panen bunga sebaik mungkin.Pengendalian kimiawi: penyemprotan fungisida yang berbahan aktif Benomil.

9) Penyakit FisiologisPenyebab: kekurangan unsur hara (defisiensi), kurang Nitrogen, Phosfor, danKalium. Gejala: kekurangan nitrogen menyebabkan warna daun hujau-muda(pucat) kekuning-kuningan dan pertumbuhan tanaman menjadi lambat (kerdil).Kekurangan phosfor menyebabkan tanaman menjadi kurus dan kerdil, sedangkankurang kalium daun-daun menjadi mengering di sepanjang tepi/pinggirannya.Pengendalian: pemberian pupuk berimbang, terutama unsur N, P2O5, dan K2Oataupun disemprot pupuk daun yang kandungan unsur haranya tinggi sesuaidengan gejala defisiensi.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Ciri-ciri bunga mawar siap dipetik (dipanen) untuk tujuan sebagai bunga potong :kuntum bunganya belum mekar penuh dan berukuran normal. Untuk tujuan bungatabur pemetikan bunga pada stadium setelah mekar penuh.

Page 345: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Waktu panen yang ideal adalah pagi atau sore hari (saat suhu udara dan penguapanair tidak terlalu tinggi). Di beberapa sentra produsen bunga potong melakukanpemetikan bunga mawar pada malam hari.

8.2. Cara Panen

Cara panen bunga mawar adalah dengan memotong tangkai bunga pada bagiandasar (pangkal) atau disertakan dengan beberapa tangkai daun. Alat pemotongbunga mawar dapat berupa pisau ataupun gunting pangkas yang tajam, bersih dansteril.

8.3. Periode Panen

Tanaman mawar yang bibitnya berasal dari stek ataupun okulasi dapat dipanen padaumur 4-5 bulan setelah tanam atau tergantung varietas dan kesuburanpertumbuhannya. Pembuangan ini akan produktif bertahun-tahun berkisar 3-5 tahun.

8.4. Prakiraan Produksi

Tanaman mawar yang dipelihara secara intensif dari jenis/varietas unggul dapatmenghasilkan 120.000–280.000 kuntum/hektar/tahun. Tingkat produksi initergantung pada varietas mawar, kesuburan tanah, jarak dan tingkat perawatantanaman selama di kebun.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

1) Pengumpulan pascapanen bunga potong mawar:a. Kumpulkan bunga segera seusai panen dan masukkan ke dalam wadah

(ember) yang berisi air bersih. Posisi tangkai bunga diatur sebelah bawahterendam air.

b. Angkut seluruh hasil panen ke tempat pengumpulan hasil untuk memudahkanpenanganan berikutnya.

2) Pengumpulan pascapanen bunga mawar tabur:Kumpulkan kuntum bunga mawar yang baru dipetik ke dalam suatu wadah(keranjang plastik, tampah/ember berisi air bersih).

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

1) Sortir bunga yang rusak, layu dan busuk pisahkan secara tersendiri.2) Klasifikasikan bunga berdasarkan jenis, ukuran bunga, panjang tangkai bunga dan

warna bunga yang seragam. Pengklasifikasian berdasarkan panjang tangkai

Page 346: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

bunga dipisahkan ke dalam dua grade. Grade A bunga dengan panjang tangkailebih dari 60 cm, grade B panjang tangkai kurang dari 60 cm.

9.3. Penyimpanan

1) Untuk bunga potong mawar, simpan bunga yang telah dikemas ke dalam ruangpenyimpanan bersuhu dingin (cold storage) dengan kelembaban relatif stabil 90%.

2) Untuk bunga mawar tabur, simpan di tempat/ruangan teduh, dingin, lembab, dansirkulasi udara baik.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

1) Ikat bunga yang telah diklasifikasikan dan disatukan menjadi suatu ikatan-ikatan.Tiap ikatan berisi 20 tangkai bunga.

2) Kemas ikatan-ikatan bunga tadi ke dalam keranjang/dos karton dan sirkulasiudara baik.

3) Angkut bunga mawar ke tempat sasaran pasar.4) Alasi pangkai tangkai bunga dengan kapas basah atau masukkan ke dalam botol

plastik berisi air, terutama untuk tujuan pengiriman jarak jauh.5) Tambahkan remukan es di sekitar wadah (kontainer) bunga mawar agar kondisi

ruangan alat angkut cukup dingin dan lembab.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis usaha budidaya mawar seluas 1100 m2 selama 1 tahun yangdilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor. Produksi per m2/tahun minimal 50kuntum bunga dan harga penjualan terendah Rp. 200,-/kuntum.

1) Biaya produksia. Sewa lahan Rp. 175.000,-b. Bibit : ± 3300 batang Rp. 1.750.000,-c. Pupuk

- Pupuk kandang 2.000 kg @ Rp.150,- Rp. 300.000,-- Urea 30 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 45.000,-- NPK 20 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 40.000,-- TSP 100 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 180.000,-- KCL 30 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 49.500,-- Pupuk daun ± 5 liter @ Rp. 40.000,- Rp. 200.000,-

d. Pestisida- Furadan 2 kg @ Rp. 16.000,- Rp. 32.000,-- Insektisida 4 kg @ Rp. 25.000,- Rp. 100.000,-

Page 347: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Fungisida 4 liter @ Rp. 50.000,- Rp. 200.000,-e. Tenaga kerja

- Pengolahan tanah borongan Rp. 100.000,-- Pembuatan bedengan 10 HKP Rp. 100.000,-- Pemasangan pupuk kandang Rp. 60.000,-- Penanaman 10 HKW Rp. 75.000,-- Pengairan selama 1 tahun Rp. 100.000,-- Penyiangan & pemupukan susulan 1 th. Rp. 120.000,-- Pemangkasan Rp. 30.000,-- Penyemprotan selama 1 tahun Rp. 300.000,-- Panen dan pascapanen Rp. 300.000,-- Penunggu 1 orang 1 tahun Rp. 1.500.000,-

f. Biaya cadangan Rp. 500.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 5.756.500,-

2) Pendapatan : 55.000 x Rp 200,- Rp. 11.000.000,-

3) Keuntungan Rp. 5.243.500,-

4) Keuntungan per bulan Rp. 436.950,-

5) Parameter kelayakan usaha1. Rasio output/input = 1,911

Catatan : HKP = Hari kerja Pria, HKW = Hari Kerja Wanita

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Bunga mawar mempunyai potensi ekonomi dan sosial yang tinggi. Salah satu negaraprodusen bunga-bungaan terbesar di dunia adalah Belanda. Diantara 10 jenis bungapotong Belanda, ternyata mawar menempati urutan teratas dan paling besar dalamperaihan (perolehan) devisa negara tersebut.

Peningkatan permintaan bunga potong dan tanaman hias terjadi di Indonesia, karenaselama periode tahun 1985–1991 ekspor komoditas ini meningkat dari 476 tonmenjadi 4.881 ton.Berarti prospek pengembangan budidaya mawar di negeri kitadiperkirakan sangat cerah. Mawar diperdagangkan sebagai bunga potong, tabur dantanaman pot.

Mengingat kepentingan nilai ekonomi dan meningkatnya permintaan bunga potongatupun tanaman hias di dalam dan luar negeri, maka pengembangan budidayamawar perlu diarahkan untuk skala agribisnis yang sesuai dengan permintaan pasar.

Permintaan bunga mawar di pasar dalam negeri (domestik) cenderung meningkat,terutama di kota-kota besar. Jakarta menyerap bunga-bunga terbesar dengan omzetdan peredaran uang mencapai Rp 25,8 miliar per tahun. Permintaan bunga mawar ±

Page 348: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

20.000 kuntum per hari hal ini memberikan gambaran cerah bagi kalanganwirausahawan di berbagai daerah (wilayah) di Indonesia untuk mengelola agribisnisbunga mawar, terutama yang lokasinya strategis dekat dengan kota-kota besar.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar mawar bunga potong meliputi ruang lingkup, deskripsi, klasifikasi, syaratmutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.

11.2.Diskripsi

Standar mutu mawar bunga potong di Indonesia tercantum dalam Standar NasionalIndonesia SNI–01-4491-1998.

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Berdasarkan kualitasnya,mawar bunga potong diklasifikasikan dalam 4 kelas, yaitu:a) Mutu AA: sempurna, bunga dipanen pada stadia kuncup setengah mekar dan

berwarna, ditandai dengan kelopak bunga mekar 2 lembar, ukuran seragam,bebas organisme pengganggu tumbuhan, tidak terjadi kerusakan mekanis/fisik,tidak mengandung sisa pestisida serta kotoran dan duri telah dibersihkan daritangkai bunga.

b) Mutu A: sama dengan ciri AA dengan toleransi 5 % boleh menyimpang.c) Mutu B: sama dengan ciri AA dengan toleransi 10 % boleh menyimpangd) Mutui C: selain AA, A dan B

Adapun spesifikasi syarat dan mutu untuk mawar bunga potong adalah sebagaiberikut:1) Panjang tangkai

a. Tipe standar (cm): mutu AA>65; mutu A=55-64; mutu B=40-54; mutu C=25-39b. Type spray (cm): mutu AA>55; mutu A=46-55; mutu B=35-45; mutu C< 35

2) Diameter kuncup bunga 1/2 mekara. Type standar (cm): mutu AA>2.5; mutu A>2.5; mutu B>2.5; mutu C>2.0b. Tipe spray (cm): mutu AA>1.5; mutu A>1.5; mutu B>1.5; mutu C>1.2

3) Jumlah Kuntum bunga ½ mekar per tangkaia. Tipe spray (kuntum): mutu AA> 6; mutu A> 6; mutu B> 6; mutu C<6

4) Benda asing/kotoran (%):mutu AA=0; mutu A=0; mutu B=0; mutu C<55) Kesegaran bunga: mutu AA=segar toleransi 3; mutu A=idem; mutu B=idem; mutu

C=idem6) Keseragaman kultivar: mutu AA=seragam; mutu A=idem; mutu B=idem; mutu

C=idem7) Warna Bunga: mutu AA=seragam; mutu A=idem; mutu B=idem; mutu C=idem

Page 349: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 17/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8) Keadaan minimun tangkai bunga: mutu AA=kuat/lurus,tdk pecah, tdk bercabang;mutu A=idem; mutu B=idem; mutu C=kurang kuat/lurus, tdk pecah, tidakbercabang

9) Daun pada 2/3 bagian tangkai: mutu AA=lengkap & sehat; mutu A=idem; mutuB=idem; mutu C=idem

10) Kerusakan/cacat (%):mutu AA= 0; mutu A=0; mutu B=0; mutu C<511) Organisme penggangu (%):mutu AA= 0; mutu A=0; mutu B=0; mutu C<512) Toleransi; (kualitas dan ukuran jumlah atau panjang) (%): mutu AA=3; mutu A=5;

mutu B=10; mutu C<15

11.4.Pengambilan Contoh

Satu partai/lot bunga mawar segar terdiri atas maksimum 1.000 kemasan. Contohdiambil secara acak dari jumlah kemasan.a) Jumlah kemasan dalam partai 1 – 5, contoh yang diambil semua.b) Jumlah kemasan dalam partai 6 – 100, contoh yang diambil sekurang-kurangnya

5.c) Jumlah kemasan dalam partai 101 – 300, contoh yang diambil sekurang-

kurangnya 7.d) Jumlah kemasan dalam partai 301 – 500, contoh yang diambil sekurang-

kurangnya 9.e) Jumlah kemasan dalam partai 501 – 1000, contoh yang diambil sekurang-

kurangnya 10.

11.5.Pengemasan

Bunga mawar segar dikemas dengan kotak karton yang baru dan kokoh, baik, bersihdan kering serta berventilasi. Jumlah tangkai sebanyak 15-20 tangkai diikat dandibungkus. Kemudian dimasukkan ke dalam kemasan karton. Kemasan lain denganbobot dan jumlah tangkai tertentu dapat digunakan atasdasar kesepakatan antarapihak penjual dan pihak pembeli. Ujung tangkai bunga dimasukkan ke dalamkantong plastik berisi kapas basah mengandung bahan pengawet.

Page 350: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 18/ 18Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Rukmana, Rahmat. 1995. Mawar. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.2) Soekarno dan Nampiah. 1990. Mawar. Jakarta : Penebar Swadaya.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 351: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

MELATI( Jasmine officinalle )

1. SEJARAH SINGKAT

Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidupmenahun. Di Italia melati casablanca (Jasmine officinalle), yang disebut SpansishJasmine ditanam tahun 1692 untuk di jadikan parfum. Tahun 1665 di Inggrisdibudidayakan melati putih (J. sambac) yang diperkenalkan oleh Duke Casimo de’Meici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati J. parkeri di kawasan India Barat Laut,Kemudian dibudidayakan di Inggris pada tahun 1923.

Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah Nusantara.Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut atau Meulu Cina(Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), Mundu(Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta Malete (Madura).

2. JENIS TANAMAN

Diantara 200 jenis melati yang telah diidentifikasi oleh para ahli botani baru sekitar 9jenis melati yang umum dibudidayakan dan terdapat 8 jenis melati yang potensialuntuk dijadikan tanaman hias. Sebagian besar jenis melati tumbuh liar di hutan-hutankarena belum terungkap potensi ekonomis dan sosialnya. Tanaman melati termasuksuku melati-melatian atau famili Oleaceae.

Page 352: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Kedudukan tanaman melati dalam sistematika/taksonomi tumbuhan adalah sebagaiberikut:Kingdom : PlantaeDivisi : SpermatophytaSubdivisi : AngiospermaeKelas : DicotyledonaeOrdo : OlealesFamili : OleaceaeGenus : JasminumSpesies : Jasminum sambac (L) W. Ait..

Jenis, Varietas dan Ciri-ciri penting (karakteristik) tanaman melati adalah sebagaiberikut:a) Jasmine sambac Air (melati putih, puspa bangsa)b) Jasmine multiflora Andr (melati hutan:melati gambir, poncosudo, Star Jasmine, J,.

pubescens willd).c) Jasmine officinale (melati casablanca, Spanish Jasmine) sinonim dengan J.

floribundum=Jasmine grandiflorum).perdu setinggi 1, 5 meter.d) Jasmine rex (melati Raja, King Jasmine).e) Jasmine parkeri Dunn (melati pot).f) Jasmine mensyi (Jasmine primulinum, melati pimrose).g) Jasmine revolutum Sims (melati Italia)h) Jasmine simplicifolium ( melati Australia, J. volibile, m. bintang)i) Melati hibrida. Bunga pink dan harum.

Adapun jenis dan varietes Melati yang ada di Pulau Jawa antara lain:a) Jasmine. Sambac (melati Putih), antara lain varietas: Maid of Orleans, Grand

Duke of Tuscany, Menur dan Rose Pikekeb) Jasmine. multiflorum (Star Jasmine)c) Jasmine officinale (melati Gambir)

3. MANFAAT TANAMAN

Bunga melati bermanfaat sebagai bunga tabur, bahan industri minyak wangi,kosmetika, parfum, farmasi, penghias rangkaian bunga dan bahan campuran ataupengharum teh.

4. SENTRA PENANAMAN

Di Indonesia Pusat penyebaran tanaman melati terkonsentrasi di Jawa Tengah,terutama di Kabupaten Pemalang, Purbalingga dan Tegal.

Page 353: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

1) Curah hujan 112–119 mm/bulan dengan 6–9 hari hujan/bulan, serta mempunyaiiklim dengan 2–3 bulan kering dan 5–6 bulan basah.

2) Suhu udara siang hari 28-36 derajat C dan suhu udara malam hari 24-30 derajatC,

3) Kelembaban udara (RH) yang cocok untuk budidaya tanaman ini 50-80 %.4) Selain itu pengembangan budi daya melati paling cocok di daerah yang cukup

mendapat sinar matahari.

5.2. Media Tanam

1) Tanaman melati umumnya tumbuh subur pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning(PMK), latosol dan andosol.

2) Tanaman melati membutuhkan tanah yang bertekstur pasir sampai liat, aerasi dandrainase baik, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan memiliki.

3) Derajat keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman ini adalah pH=5–7.

5.3. Ketinggian Tempat

Tanaman melati dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendahsampai dataran tinggi pada ketinggian 10-1.600 m dpl. Meskipun demikian, tiap jenismelati mempunyai daya adaptasi tersendiri terhadap lingkungan tumbuh. Melatiputih (J,sambac) ideal ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl,sedangkan melati Star Jasmine (J.multiflorum) dapat beradaptasi dengan baikhingga ketinggian 1.600 m dpl. Di sentrum produksi melati, seperti di KabupatenTegal, Purbalingga dan Pemalang (Jawa Tengah), melati tumbuh dengan baik didataran rendah sampai dataran menengah (0-700 m dpl).

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Teknik Penyemaian Benih

Tancapkan tiap stek pada medium semai 10–15 cm/sepertiga dari panjang stek.Tutup permukaan wadah persemaian dengan lembar plastik bening (transparan)agar udara tetap lembab.

2) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

a) Penyiapan tempat semai:

Page 354: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Siapkan tempat/wadah semai berupa pot berukuran besar/polybag, mediumsemai (campuran tanah, pasir steril/bersih).

- Periksa dasar wadah semai dan berilah lubang kecil untuk pembuangan airyang berlebihan.

- Isikan medium semai ke dalam wadah hingga cukup penuh/setebal 20–30cm. Siram medium semai dengan air bersih hingga basah.

b) Pemeliharaan bibit stek:- Lakukan penyiraman secara kontinu 1–2 kali sehari.- Usahakan bibit stek mendapat sinar matahari pagi.- Pindahkan tanaman bibit stek yang sudah berakar cukup kuat (umur 1–23

bulan) ke dalam polybag berisi medium tumbuh campuran tanah, pasir danpupuk organik (1:1:1).

- Pelihara bibit melati secara intensif (penyiraman, pemupukan danpenyemprotan pestisida dosis rendah) hingga bibit berumur 3 bulan.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Pembukaan Lahan

a) Bersihkan lokasi untuk kebun melati dari rumput liar (gulma), pepohonan yangtidak berguna/batu-batuan agar mudah pengelolaan tanah.

b) Olah tanah dengan cara di cangkul/dibajak sedalam 30-40 cm hingga gembur,kemudian biarkan kering angin selama 15 hari

2) Pembentukan Bedengan

Membentuk bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antara bedeng40–60 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.

3) Pengapuran

Tanah yang pH-nya masam dapat diperbaiki melalui pengapuran, misalnyadengan kapur kalsit (CaCO3) dolomit {CaMg (CO3)2}, kapur bakar (Quick lime,CaO)/kapur hidrat (Slakked lime,{Ca(OH)2}. Fungsi/kegunaan pengapuran tanahmasam adalah untuk menaikan pH tanah, serta untuk menambah unsur-unsur Cadan Mg.

4) Pemupukan

Tebarkan pupuk kandang di atas permukaan tanah, kemudian campurkan secaramerata dengan lapisan tanah atas. Pupuk kandang dimasukkan pada tiap lubangtanam sebanyak 1-3 kg. Dosis pupuk kandang berkisar antara 10-30 ton/hektar.Lubang tanam dibuat ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak antar lubang 100-150cm. Penyiapan lahan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau/1-2 bulansebelum musim hujan.

Page 355: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Sebulan sebelum tanam, bibit melati diadaptasikan dulu disekitar kebun. Lahankebun yang siap ditanami diberi pupuk dasar terdiri atas 3 gram TSP ditambah 2gram KCI per tanaman. Bila tiap hektar lahan terdapat sekitar 60.000 lubangtanam (jarak tanam 1,0 m x 1,5 m), kebutuhan pupuk dasar terdiri atas 180 kgTSP dan 120 kg KCI. Bersama pemberian pupuk dasar dapat ditambahkan“pembenah dan pemantap tanah “ misalnya Agrovit, stratos/asam humus Gro-Mate .

2) Pembuatan Lubang Tanam

Bibit melati dalam polybag disiram medium tumbuh dan akar-akarnya. Tiap lubangtanam ditanami satu bibit melati. Tanah dekat pangkal batang bibit melatidipadatkan pelan-pelan agar akar-akarnya kontak langsung dengan air tanah.

3) Cara Penanaman

Jarak tanam dapat bervariasi, tergantung pada bentuk kultur budidaya, kesuburantanah dan jenis melati yang ditanam, bentuk kultur perkebunan jarak tanamumumnya adalah 1 x 1,5 m, sedang variasi lainnya adalah 40 x 40 cm, 40 x 25cm dan 100 x 40 cm.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman.

Cara penyulaman adalah dengan mengganti tanaman yang mati/tumbuhanabnormal dengan bibit yang baru. Teknik penyulaman prinsipnya sama dengantata laksana penanaman, hanya saja dilakukan pada lokasi/blok/lubang tanamyang bibitnya perlu diganti. Periode penyulaman sebaiknya tidak lebih dari satubulan setelah tanam. Penyulaman seawal mungkin bertujuan agar tidakmenyulitkan pemeliharaan tanam berikutnya dan pertumbuhan tanam menjadiseragam. Waktu penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari, saat sinarmatahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas.

2) Penyiangan

Pada umur satu bulan setelah tanam, kebun melati sering ditumbuhi rumput-rumput liar (gulma). Rumput liar ini menjadi pesaing tanaman melati dalampemenuhan kebutuhan sinar matahari, air dan unsur hara.

Page 356: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Pemupukan

Pemupukan tanaman melati dilakukan tiap tiga bulan sekali. Jenis dan dosispupuk yang digunakan terdiri atas Urea 300-700 kg, STP 300-500 kg dan KCI100-300 kg/ha/tahun.

Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara disebar merata dalam parit diantara barisan tanaman/sekeliling tajuk tanaman sedalam 10-15 cm, kemudianditutup dengan tanah. Pemupukan dapat pula dengan cara memasukan pupuk kedalam lubang tugal di sekeliling tajuk tanaman melati. Waktu pemupukan adalahsebelum melakukan pemangkasan, saat berbunga, sesuai panen bunga dan padasaat pertumbuhan kurang prima.

Pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi melati, terutama jenis pupuk yangkaya unsur fosfor (P), seperti Gandasil B (6-20-30)/Hyponex biru (10-40-15) danwaktu penyemprotan pupuk daun dilakukan pada pagi hari (Pukul 09.00) atau sorehari (pukul 15.30-16.30) atau ketika matahari tidak terik menyengat.

4) Pengairan dan Penyiraman

Pada fase awal pertumbuhan, tanaman melati membutuhkan ketersediaan airyang memadai. Pengairan perlu secara kontinyu tiap hari sampai tanamanberumur kurang lebih 1 bulan. Pengairan dilakukan 1-2 kali sehari yakni pada pagidan sore hari. Cara pengairan adalah dengan disiram iar bersih tiap tanam hinggatanah di sekitar perakaran cukup basah.

5) Waktu Penyemprotan Pestisida

Zat perangsang/zat pengatur Tumbuh (ZPT) dapat digunakan untukmempertahankan dan meningkatkan produksi bunga, zat perangsang bunga yangberpengaruh baik terhadap pembungaan melati adalah Cycocel (Chloromiguat)dan Etherel. Tanaman melati yang di semprot dengan Cycocel berkonsentrasi5.000 ppm memberikan hasil bunga yang paling tinggi, yakni 1,45 kg/ tanaman.

Cara pemberiannya: zat perangsang bunga disemprotkan pada seluruh bagiantanaman, terutama bagian ujung dan tunas-tunas pembungaan. Konsentrasi yangdianjurkan 3.000 ppm–5.000 ppm untuk Cycocel atau 500-1.500 ppm biladigunakan Ethrel.

6) Lain-lain

Tanaman melati umumnya tumbuh menjalar, kecuali pada beberapa jenis melati,seperti varietas Grand Duke of tuscany yang tipe pertumbuhannya tegak. Tinggipemangkasan amat tergantung pada jenis melati, jenis melati putih (J.sambac)dapat di pangkas pada ketinggian 75 cm dari permukaan tanah, sedangkan jenis

Page 357: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

melati Spnish Jasmine (J. officinale var. grandiflorum) setinggi 90 cm daripermukaan tanah.

7. HAMA DAN PENYAKIT

Tanaman melati tidak luput dari gangguan hama dan penyakit, prinsip pokok danprioritas teknologi pengendalian hama/penyakit .a. Pengendalian hayati dilakukan secara maksimal dengan memanfaatkan musuh-

musuh alami hama (parasitoid, perdator, patogen) dengan cara:- memasukan, memelihara, memperbanyak, melepaskan musuh alami- mengurangi penggunaan pestisida organik sintetik yang berspektrum

lebar/menggunakan pestisida selektif.b. Ekosistem pertanian dikelola dengan cara:

- penggunaan bibit sehat- sanitasi kebun- pemupukan berimbang- pergiliran tanaman yang baik- penggunaan tanaman perangkap,

c. Pestisida digunakan secara selektif berdasarkan hasil pemantauan dan analisisekosistem.

7.1. Hama

1) Ulat palpita (Palpita unionalis Hubn)Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae, Stadium hama yangmerusak tanaman melati adalah larva (ulat). Pengendalian: dilakukan dengancara memotong bagian tanaman yang terserang berat dan menyemprotkaninsektisida yang mangkus dan sangkil, misalnya Decis 2,5 EC, Perfekthion 400E/Curacron 500 EC .

2) Penggerek bunga (Hendecasis duplifascials)Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae. Gejala: menyerangtanaman melati dengan cara menggerek/melubangi bunga sehingga gagal mekar.Kuntum bunga yang terserang menjadi rusak dan kadang-kadang terjadi infeksisekunder oleh cendawan hingga menyebabkan bunga busuk. Pengendalian:disemprot dengan insektisida yang mangkus, misalnya Decis 2,5 EC, Cascade 50EC/Lannate L .

3) Thips (Thrips sp)Thrips termasuk ordo Thysanoptera dan famili Thripidae. Hama ini bersifatpemangsa segala jenis tanaman (polifag). Gejala: menyerang dengan caramengisap cairan permukaan daun, terutama daun-daun muda (pucuk).Pengendalian: dilakukan dengan cara mengurangi ragam jenis tanaman inang di

Page 358: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

sekitar kebun melati dan menyemprotkan insektisida yang mangkus : Mesurol 50WP, Pegasus 500 SC/Dicarzol 25 SP .

4) Sisik peudococcus (Psuedococcus longispinus)Hama ini termasuk ordo Pseudococcidae dan famili Homoptera yang hidup secaraberkelompok pada tangkai tunas dan permukaan daun bagian bawah hinggamenyerupai sisik berwarna abu-abu atau kekuning-kuningan. Gejala: menyerangtanaman dengan cara mengisap cairan sel tanaman dan mengeluarkan cairanmadu. Pengendalian: dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yangmangkus, misalnya Bassa 500 EC/Nogos 50 EC.

5) Ulat nausinoe (Nausinoe geometralis)Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae. Ciri: ngengat berwarnacoklat dengan panjang badan rata-rata 12 mm dan panjang rentang sayap kuranglebih 24 mm berwarna coklat dan berbintik-bintik transparan. Gejala: menyerangdaun tanaman melati identik (sama) dengan serangan ulat P. unionalis.

6) Hama Lain.Hama lain yang sering ditemukan adalah kutu putih (Dialeurodes citri) dan kututempurung (scale insects). Bergerombol menempel pada cabang, ranting danpucuk tanaman melati, menyerang dengan cara mengisap cairan sel, sehinggaproses fotosintesis (metabolisme). Pengendalian dilakukan denganmenyemprotkan insektisida yang mangkus, seperti Perfekthion 400 EC/Decis 2,5EC.

7.2. Penyakit

1) Hawar daunPenyebab: cendawan (jamur) Rhizcotonia solani Kuhn. Gejala: menyerang daunyang letaknya dekat permukaan tanah.

2) Hawar benang (Thread Blight)Penyebab: jamur Marasmiellus scandens (Mass). Gejala: menyerang bagiancabang tanaman melati.

3) Hawar bunga (Flower Blight)Penyebab: cendawan (jamur) Curvularia sp. Fusarium sp dan Phoma sp,. Gejala:bunga busuk, berwarna coklat muda dan kadang-kadang bunga berguguran.

4) Jamur upasPenyebab: jamur Capnodium salmonicolor. Penyakit ini menyerang batang dancabang tanaman melati yang berkayu. Gejala: terjadi pembusukan yang tertutupoleh lapisan jamur berwarna merah jambu pada bagian tanaman terinfeksiapnodium sp. dan Meliola jasmini Hansf. et Stev. Gejala serangan capnodiumadalah permukaan atas daun tertutup oleh kapang jelaga berwarna hitam merata.

Page 359: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) Bercak daunPenyebab: jamur Pestaloita sp. Gejala: bercak-bercak berwarna coklat sampaikehitam-hitaman pada daun.

6) Karat daun (Rust)Penyebab: ganggang hijau parasit (Cephaleuros virescens Kunze). Gejala: padapermukaan daun yang terserang tampak bercak-bercak kemerah-merahaan danberbulu. Penyakit ini umumnya menyerang daun-daun yang tua.

7) AntraknosaPenyebab: jamur Colletotrichum gloesporoides. Gejala : terbentuk bintik-bintikkecil berwarna kehitam-hitaman. Bintik-bintik tersebut membesar dan memanjangberwarna merah jambu, terutama pada bagian daun. Serangan berat dapatmenyebabkan mati ujung (die back).

8) Penyakit lainBusuk bunga oleh bakteri Erwinia tumafucuens. Bintil akar oleh nematodaMeloidogyne incognito, penyebab abnormilitas perakaran tanaman. Virus kerdilpenyebab terhambatnya pertumbuhan tanaman melati, belang-belang daun dankadang-kadang seluruh ranting dan pucuk menjadi kaku.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Ciri-ciri bunga melati yang sudah saatnya dipanen adalah ukuran kuntum bungasudah besar (maksimal) dan masih kuncup/setengah mekar. Produksi bunga melatidi Indoensia masih rendah yakni berkisar antara 20-25 kg/hektar/hari.

Tanaman melati mulai berbunga pada umur 7-12 bulan setelah tanam. Panen bungamelati dapat dilakukan sepanjang tahun secara berkali-kali sampai umur tanamanantara 5-10 tahun. Setiap tahun berbunga tanaman melati umumnya berlangsungselama 12 minggu (3 bulan).

8.2. Cara Panen

Pemetikan bunga melati sebaiknya dilakukan pada pagi sore, yakni saat sinarmatahari tidak terlalu terik/suhu udara tidak terlalu panas.

8.3. Periode Panen

Hasil panen bunga melati terbanyak berkisar antara 1-2 minggu. Selanjutnya,produksi bunga akan menurun dan 2 bulan kemudian meningkat lagi

Page 360: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8.4. Prakiraan Produksi

Produksi bunga melati paling tinggi biasanya pada musim hujan, di Jawa Tengah,panen bunga melati pada musim kemarau menghasilkan 5–10 kg/hektar, sedangkanpanen pada musim hujan mencapai 300-1.000kg/ha. Data produksi bunga melati diIndonesia berkisar 1,5–2 ton/ha/th pada musim hujan dan 0,7-1 ton/ha/th padamusim kemarau.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Di tempat terbuka bunga melati akan cepat layu untukmempertahankan/memperpanjang kesegaran bunga tersebut dihamparkan dalamtampah beralas lembar plastik kemudian disimpan di ruangan bersuhu udara dinginantara 0-5 derajat C.

9.2. Lain-lain

Salah satu produk pengolahan pascapanen bunga melati adalah Jasmine Oil.a) Minyak melati istimewa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati dengan

pelarut ether minyak bumi, sebagai bahan baku minyak wangi mutu tinggi.b) Minyak melati biasa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati dengan

pelarut benzole, sebagai bahan baku minyak wangi mutu sedang.c) Minyak pomade istimewa, yakni minyak yang diperoleh dengan teknik enfleurage

bunga melati, sebagai bahan baku minyak rambut.d) Minyak pomade biasa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati bekas

enfleurage, sebagai pewangi teknis.

Teknik enfleurage disebut teknik olesan. Prinsip kerja ekstraksi bunga melati denganteknik olesan adalah sebagai berikut:a) Oleskan lemak muri pada permukaan kaca tipis.b) Letakan bunga melati yang masih segar (baru petik) diatas permukaan kaca .c) Simpan kaca tipis bersama bunga melati dalam rak-rak penyimpanan yang terbuat

dari plastik, kayu/logam tahan karat.d) Biarkan bunga melati selama 3-4 hari sampai bunga tersebut layu.e) Bunga melati yang telah layu segera dibuang untuk diganti dengan bunga-bunga

baru/masih segar.f) Lakukan cara tadi secara berulang-ulang selama 2-3 bulan hingga lemak dipenuhi

minyak wangi bunga melati.

Teknik ekstraksi minyak melati dapat dilakukan dengan teknik tabung hampa.

Page 361: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

a) Masukan bunga melati segar ke dalam tabung, kemudian alirkan bahan pelarut(alkohol, ether, chlorofrom, ecetone, lemak murni, ether minyak bumi) secaraberkesinambungan.

b) Salurkan cairan ekstrak yang mengandung bahan pelarut dan unsur-unsur bungamelati ke tabung hampa udara yang dipanaskan sekedarnya untuk menguapkanbahan pelarut. Uap pelarut diallirkan kembali ke kondensor agar menjadi cairan.

c) Tambahkan ethanol ke dalam unsur bunga melati. Unsur bunga melati biasanyaberupa lilin padat (concrete) yang masih mengandung zat pewarna, damar danunsur lain yang tidak menguap.

d) Campurkan minyak tadi dengan alkohol kemudian saring kembali untukmenghilangkan kandungan damar.

e) Lakukan penyulingan absolut dengan menggunakan sthlene glycol penyinarandengan sinar ultra violet untuk menghilangkan zat pewarna.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisa budidaya tanaman melati seluas 0,5 ha yang dilakukan pada tahun1999 di daerah Bogor.

1) Biaya produksi1. Sewa lahan 0,5 ha Rp. 750.000,-2. Bibit Rp. 190.000,-3. Pupuk Rp. 325.000,-4. Pestisida Rp. 50. 000,-5. Tenaga kerja Rp. 6.425.000,-6. Alat (penyusunan alat-alat) Rp. 50.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 7.790.000,-

2) Pendapatan 15.555 kg @ Rp. 850,- Rp.12.750.000,-

3) Keuntungan bersih Rp. 4.960.000,-

4) Parameter kelayakan usaha1. O/I Ratio = 1,6372. ROI = 0,6983. BEP Rp. 1.696.352,84,-

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Pengembangan usaha tani melati skala komersial mempunyai prospek cerahdanpeluang pasarnya bagus. Tiap hari untuk keperluan tabur bunga dibutuhkan 600

Page 362: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

kilogram bunga melati. Pasar potensial bunga melati adalah Jepang, Korea,Thailand, Taiwan dan Hongkong. Nilai ekonomi bunga melati semakin dibutuhkandalam kehidupan maju (modern) untuk bahan baku industri minyak wangi, kosmetik,pewangi, penyedap the, cat, tinta, pestisida, pewangi sabun dan industri tekstil.

Meski peluang pasar bunga melati di dalam dan luar negeri cukup besar, produksibunga melati Indonesia baru mampu memenuhi sekitar 2% dari kebutuhan melatipasar dunia. Penomena ini menunjukan peluang yang perlu dimanfaatkan denganbaik di Indonesia karena potensi sumber daya lahan amat luas dan agroekologinyacocok untuk tani melati.

Hasil studi agribisnis melati yang dilakukan oleh pusat Penelitian danPengembangan Hortikultura di daerah setrum produksi Tegal (Jawa Tengah)menunjukan bahwa usaha tani melati menguntungkan dan layak dikembangkan.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar melati meliputi ruang lingkup, deskripsi, klasifikasi, syarat mutu, carapengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.

11.2.Diskripsi

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Mutu dan pengepakan bunga untuk ekspor ke pasaran Internasional sangatditentukan oleh negara pengimpor.

11.4.Pengambilan Contoh

Satu partai/lot bunga melati segar terdiri atas maksimum 1.000 kemasan. Contohdiambil secara acak dari jumlah kemasan.a) Jumlah kemasan dalam partai 1 – 5, contoh yang diambil semua.b) Jumlah kemasan dalam partai 6 – 100, contoh yang diambil sekurang-kurangnya

5.c) Jumlah kemasan dalam partai 101 – 300, contoh yang diambil sekurang-

kurangnya 7.d) Jumlah kemasan dalam partai 301 – 500, contoh yang diambil sekurang-

kurangnya 9.e) Jumlah kemasan dalam partai 501 – 1000, contoh yang diambil sekurang-

kurangnya 10.

Page 363: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.5.Pengemasan

Bunga melati segar dikemas dengan kotak karton yang baru dan kokoh, baik, bersihdan kering serta berventilasi. Jumlah tangkai sebanyak 15-20 tangkai diikat dandibungkus. Kemudian dimasukkan ke dalam kemasan karton. Kemasan lain denganbobot dan jumlah tangkai tertentu dapat digunakan atasdasar kesepakatan antarapihak penjual dan pihak pembeli. Ujung tangkai bunga dimasukkan ke dalamkantong plastik berisi kapas basah mengandung bahan pengawet.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Rukmana H. Rahmat (1997). Usaha Tani Melati, Yogyakarta, Kanisus

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 364: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

M E L O N( Cucumis melo L.)

1. SEJARAH SINGKAT

Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili Cucurbitaceae,banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas Persia ataudaerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropadan Afrika. Dan tanaman ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa.Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh Colombus dan akhirnya ditanamluas di Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar keseluruh penjurudunia terutama di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia.

2. JENIS TANAMAN

Jenis-jenis melon yang terkenal adalah: melon Christianism (1850); melon Sill Hybrid(1870); melon Surprise (1876); melon Ivondequoit, Miller Cream, Netted Gem,Hacken Sack dan Osage (1881–1890); melon Honey Rock dan Improved Perfecto(1933); melon Imperial (1935); melon Queen of Colorado dan Honey Gold (1939).Untuk memudahkan sistem penanaman dan pengelompokan melon, para ahlimengklasifikasikan melon dalam dua tipe, yaitu:

Page 365: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Tipe Netted-Melona. Ciri-ciri: kulit buah keras, kasar, berurat dan bergambar seperti jala (net); aroma

relatif lebih harum dibanding dengan winter–melon; lebih cepat masak antara75–90 hari; awet dan tahan lama untuk disimpan.

b. Varietas: (1) Cucumis melo var. reticulatus, buah kecil, berurat seperti jala danharum; (2) Cucumis melo var. cantelupensis, buah besar, kulit bersisik danharum.

2) Tipe Winter-Melona. Ciri-ciri: kulit buah halus, mengkilat dan aroma buah tidak harum; buah lambat

untuk masak antara 90–120 hari; mudah rusak dan tidak tahan lama untukdisimpan; tipe melon ini sering digunakan sebagai tanaman hias.

b. Varietas: (1) Cucumis melo var. inodorous, kulit buah halus, buah memanjangdengan diameter 2,5–7,5 cm; (2) Cucumis melo var. flexuosus, permukaanbuah halus, buah memanjang antar 35–70 cm; (3) Cucumis melo var. dudain,ukuran kecil-kecil, sering untuk tanaman hias; (4) Cucumis melo var. chito,ukuran buah sebesar jeruk lemon, sering digunakan sebagai tanaman hias.

3. MANFAAT TANAMAN

Buah melon dimanfaatkan sebaga makanan buah segar dengan kandungan vitaminC yang cukup tinggi.

4. SENTRA PENANAMAN

Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah impor. Kemudianbanyak perusahaan agribisnis yang mencoba menanam melon untuk dibudidayakandaerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) dengan varietas melon dariAmerika, Taiwan, Jepang, Cina, Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman.

Kemudian melon berkembang di daerah Ngawi, Madiun, Ponorogo sampai wilayaheks-keresidenan Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten).Daerah-daerah tersebut merupakan pemasok buah melon terbesar dibandingkandengan daerah asal melon pertama.

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1) Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon, dapatmematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.

2) Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentukdan dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi

Page 366: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

patogen. Saat tanaman melon menjelang panen, akan mengurangi kadar guladalam buah.

3) Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari penuh selamapertumbuhannya.

4) Tanaman melon memerlukan suhu yang sejuk dan kering untuk pertumbuhannya.Suhu pertumbuhan untuk tanam melon antara 25–30 derajat C. Tanaman melontidak dapat tumbuh apabila kurang dari 18 derajat C.

5) Kelembaban udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanamanmelon. Dalam kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit.

5.2. Media Tanam

1) Tanah yang baik untuk budidaya tanaman melon ialah tanah liat berpasir yangbanyak mengandung bahan organik untuk memudahkan akar tanaman melonberkembang. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah.

2) Tanaman melon akan tumbuh baik apabila pH-nya 5,8–7,2.3) Tanaman melon pada dasarnya membutuhkan air yang cukup banyak. Tetapi,

sebaiknya air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujan.

5.3. Ketinggian Tempat

Tanaman melon dapat tumbuh dengan cukup baik pada ketinggian 300–900 meterdpl. Apabila ketinggian lebih dari 900 meter dpl tanaman tidak berproduksi denganoptimal.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Benih

Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit tanamanyang sehat, kuat dan terawat baik pada awalnya. Benih direndam kedalam larutanFuradam dan Atonik selama 2 (dua) jam. Benih yang baik berada di dasar air, danbenih yang kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh sebab itupembibitan merupakan kunci keberhasilan suatu agribisnis melon.

2) Penyiapan Benih

a) Pengadaan benih secara generatifFase generatif ditandai dengan keluarnya bunga. Pada fase ini tanamanmemerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk bijipada buah. Pada fase ini apabila tanaman dalam kondisi sehat maka jaring-jaring pada buah diharapkan muncul secara merata. Untuk mendukungpertumbuhan generatif, tanaman disemprot dengan pupuk daun Complesal

Page 367: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

super tonic (merah) dengan konsentrasi 2 gram/liter seminggu sekali. Untukmencegah kekurangan unsur kalsium dan boron maka tanaman disemprotdengan pupuk daun Ferti-cal dengan konsentrasi 2 ml/liter atau CaB dengankonsentrasi 2 ml/liter.

b) Pengadaan benih secara vegetatif (Kultur Jaringan)Dengan metoda kultur jaringan, pemilihan media tanam dan sumber eksplanyang digunakan haruslah tepat agar memberikan hasil yang maksimal. Mediadasar yang dipakai tersusun dari garam-garam berdasarkan susunanMurashige & Skoog (1962) dengan penambahan thiamin 0,04 mg/liter, myo-inositol 100 mg/liter, surkosa 30 gram/liter berbagai kombinasi hormon tanamanyang ditambahkan sesuai dengan perlakuan. Media dibuat dalam bentuk padatdengan penambahan agar bacto 8 gram/liter, pH media dibuat 5,7 denganpenambahan NaOH atau HCl 0,1 N. sterilisasi media dilakukan dengan autoklafbertekanan 17,5 psi, suhu 120 derajat C selama 30 menit.Tanaman yangdidapat dari kultur jaringan membentuk bunga jantan dan bunga betina separtihalnya tanaman yang didapat dari biji.

c) Sumber benihUntuk menanam melon kita harus mengetahui sumber benihnya terlebihdahulu. Sebaiknya selalu menggunakan benih asli (F1 hibrid).

d) Cara penyimpanan benihBenih harus disimpan ditempat yang kering dan tempat untuk menyimpan benihdapat dibuatkan rumah pembibitan yang sederhana karena mengingat umurbenih hanya selama 10–14 hari, karena untuk melindungi benih tanaman yangmasih muda dari terik sinar matahari, air hujan, dan serangan hama maupunpenyakit. Alas rumah pembibitan, tempat polibag diletakkan dilapisi kertaskoran agar perakaran bibit tidak menembus ke dalam tanah.

e) Kebutuhan benihBenih yang dibutuhkan sesuai dengan luas tanam ditambah 10% untukcadangan penyulaman.

f) Perlakuan benihBenih melon memerlukan perlakuan yang lebih sederhana dibandingkandengan benih semangka non-biji. Hal ini karena kulit melon cukup tipissehingga tidak memerlukan perlakuan ekstra. Perlakuan untuk benih melonadalah pencucian, perendaman, serta pemeraman benih.

3) Teknik Penyemaian Benih

a) Cara dan Waktu PenyemaianBenih melon yang akan disemaikan, direndam terlebih dahulu di dalam airselama 2–4 jam. Kemudian benih disemaikan pada kantong plastik, yang telahdiisi tanah dan pupuk kandang yang dicampur dengan perbandingan 5:1. Benihdisemaikan dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke

Page 368: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

bawah. Benih ditutup dengan campuran abu sekam dan tanah denganperbandingan 2:1 yang telah disiapkan, agar tanaman dapat tumbuh denganbaik, tidak mudah rebah. Untuk merangsang perkecambahan benih denganmenciptakan suasana hangat maka tutuplah permukaan persemaian dengankarung goni basah. Apabila kecambah telah muncul kepermukaan mediasemai (pada hari ke-3 atau ke-4) maka karung goni dapat dibuka.

b) Pembuatan Media SemaiMelon termasuk tanaman yang tidak terlalu menuntut media semai yang khususuntuk pembibitannya. Medianya dapat dibuat dengan berbagai variasi,contohnya dengan mencampurkan tanah, pasir dan pupuk kandang ataukompos, asal perbandingannya sesuai misalnya 1:1:1. Untuk mendapatkanhasil bibit melon yang kekar dan sehat maka komposisi media semai yang tepatterdiri dari campuran tanah, pupuk kandang, pupuk SP-36 atau NPK ditambahdengan insektisida karbofuran.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Setelah benih disemai di polybag akan tumbuh menjadi calon bibit, dan harusmendapatkan pemeliharaan yang baik agar menjadi bibit melon yang sehat dankekar.

a) Cara dan Waktu PenyiramanBibit dipersemaian di siram setiap pagi hari. Mulai dari kecambah belum munculsampai bibit muncul kepermukaan tanah. Untuk penyiraman digunakan tangkisemprot. Saat menyemprot untuk penyiraman jangan terlalu kuat karena akanmengikis tanah media dan melemparkan benih atau kecambah keluar daripolibag. Apabila daun sejati keluar, penyiraman bibit baru dapat dilakukanembrat atau gembor. Saat cuaca panas, tanah pada polybag kering danpenyiraman perlu diulangi pada sore hari, jangan menyiram bibit tanaman padasiang hari karena akan menyebabkan air dan zat-zat makanan tidak dapatterserap akibatnya bibit menjadi kurus, kering dan layu.

b) PenjaranganPenjarangan dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan bibit-bibit yang sehatdan kekar untuk ditanam. Penjarangan ini mulai dilakukan 3 hari sebelumpenanaman bibit ke lapangan. Bibit yang mempunyai pertumbuhan seragamdikumpulkan menjadi satu. Bibit-bibit yang pertumbuhannya meranadisingkirkan dan tidak ditanam.

c) PemupukanUntuk pertumbuhan vegetatif bibit dapat dipacu dengan penyemprotan pupukdaun yang mengandung unsur nitrogen tinggi. Pupuk daun cukup dilakukansatu kali, yaitu pada saat umur bibit 7–9 HSS dengan konsentrasi 1,0–1,5gram/liter. Pupuk akar berupa pupuk kimia maupun pupuk organik tidak perluditambahkan selama pembibitan karena pupuk akar yang diberikan pada mediasemai telah mencukupi.

Page 369: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d) Pemberian Pestisida Pada Masa PembibitanPada masa pembibitan penyemprotan pestisida dilakukan apabila dianggapperlu. Konsentrasi penuh akan menyebabkan daun-daun bibit melon initerbakar (plasmolisis). Penyomprotan ini dilakukan terutama pada saat 2-3 harisebelum bibit ditanam dilapangan. Contoh pestisida yang digunakan adalahInsektisida Dicarzol 0,5 g/liter dan fungisida Previcur N 1,0 ml/liter.

5) Pemindahan Bibit

Bibit melon dipindahkan ke lapangan apabila sudah berdaun 4–5 helai atautanaman melon telah berusia 10–12 hari. Cara pemindahan tidak berbeda dengancara pemindahan tanaman lainnya, yaitu kantong plastik polibag dibuang secarahati-hati lalu bibit berikut tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangisebelumnya, bedenganpun jangan sampai kekurangan air.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

a) Pengukuran pH TanahPengukuran pH tanah dengan menggunakan alat pH meter. Tanah yang akandi ukur dibasahi terlebih dahulu. Pengambilan sampel dilakukan di 10 titik yangberbeda, kemudian dihitung pH rata-rata.

b) Analisis TanahBerdasarkan fakta di lapangan tanaman melon dapat ditanam pada berbagaijenis tanah terutama tanah andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkankekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi denganpengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan.

c) Penetapan Waktu/Jadwal TanamPenetapan waktu tanam berkaitan dengan perkiraan waktu panen suatuvarietas melon yang ditanam dan waktu panen varietas melon lainnya. Misalnyawaktu tanam melon pada bulan Maret adalah varietas ten me, April varietasaroma, Mei varietas new century (hamiqua) dan seterusnya sehinggapetani/pengusaha agribisnis perlu menjadwal waktu tanaman varietas melonyang dikehendaki pelanggan.

d) Penetapan Luas Areal PenanamanPenetapan luas penanaman berkaitan erat dengan pemilikan modal, luas lahanyang tersedia, musim dan permintaan pasar. Tanaman melon yang diusahakandi lahan terbuka di musim hujan akan rusak terserang penyakit karena terguyurhujan terus-menerus. Maka penanaman melon di musim hujan lebih diarahkandengan sistem hidroponik.

Page 370: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

e) Pengaturan Volume ProduksiPengaturan volume produksi berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saatpanen dan permintaan pasar. Cara penanaman melon dilakukan secarabertahap. Misalnya penanaman pertama 20% di lokasi A, kedua 40% di lokasiB, dan ketiga 40% di lokasi C. Interval penanaman berkisar 2 minggu.Pengaturan ini lazim dilakukan pada agribisnis melon dengan sistemhidroponik. Untuk menjaga kontinuitas produksi, biasanya interval tanamnyaberselang 1-2 minggu.

2) Pembukaan Lahan

a) PembajakanUntuk penanaman melon di dataran menengah-tinggi, struktur tanah biasanyasudah sangat remah sehingga tidak memerlukan pembajakan. Lahan yangdibajak harus digenangi air lebih dahulu selama semalam, kemudian keesokanharinya dilakukan pembajakan ini cukup untuk membalik tanah sehingga cukupdilakukan sekali dengan kedalaman balikan sekitar 30 cm.

b) Penggarukan dan Pencangkulan Lahan Serta Waktu Lahan Siap TanamUntuk pencangkulan dan penggarukan, keadaan tanahnya harus cukup kering.Karena kita bisa mudah membentuk tanah yang semula berbongkah-bongkahdan cukup liat, tanah yang beremah-remah dan cukup sarang (mudah diserapair). Dengan tanah tersebut akan menguntungkan tanaman. Selainperakarannya mudah menembus tanah, juga akan mudah bernapas.Cara-cara pencangkulan adalah sebagai berikut:1. Mula-mula lakukan pembalikan tanah (tanahnya masih berbongkah-bongkah.2. Tanah dari hasil pencangkulan pertama dihaluskan atau dihancurkan,

dengan kedalaman ± 30–50 cm. (untuk dua kali cangkulan)3. Pencangkulan dilakukan kalau keadaan tanahnya betul-betul sudah

dikategorikan ke dalam tanah berat. Jika tidak, sekali cangkul tanah sudahcukup beremah dan kita dapat mengerjakan pekerjaan yang lain.

3) Pembentukan Bedengan

a) Cara PembuatanSelama 5–7 hari lahan dibiarkan kering setelah dibajak (atau dibalik). Proses iniakan membuat tanah menjadi lengket dan berbongkah sehabis dibajak menjadiagak hancur karena mengalami proses pengeringan matahari danpenganginan. Selama proses tersebut beberapa senyawa kimia yang beracundan merugikan tanaman dan akan hilang perlahan-lahan. Setelah kering,bongkahan tanah dibuat petakan dengan tali rafia untuk membentuk bedengandengan ukuran panjang bedengan maksimum 12–15 m; tinggi bedengan 30–50cm; lebar bedengan 100–110 cm; dan lebar parit 55–65 cm.

b) Bentuk BedenganBedengan dibentuk dengan cara mencangkuli bongkahan tanah menjandistruktur tanah yang remah/gembur. Bila telah bentuk bedengan terlihat, baik itu

Page 371: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

bedengan kasar/setengah jadi bedengan tersebut dikeringanginkan lagi selamaseminggu agar terjadi proses oksidasi/penguapan dari unsur-unsur beracunada hingga menghilang tuntas.

c. Ukuran dan Jarak BedenganDengan panjang maksimum 15 m tersebut akan memudahkan perawatantanaman dan mempercepat pembuangan air, terutama di musim hujan. Tinggibedengan dibuat sesuai dengan musim dan kondisi tanah. Pada musim hujantinggi bedengan 50 cm agar perakaran tanaman tidak terendam air jika hujanderas. Dan pada musim kemarau tinggi bedengan cukup 30 cm, karena untukmemudahkan perawatan pada saat bedengan digenangi. Parit dibuat denganlebar 55–65 cm adalah untuk memudahkan perawatan pada saatpenyemprotan, pemasangan ajir, maupun penalian.

4) Pengapuran

Dengan pengapuran akan menambah unsur hara kalsium yang diperlukan untukdinding sel tanaman. Pengapuran dapat menggunakan dolomit/calmag (CaCO3

MgCO3) kalsit/kaptan (CaCO3). Setelah diperoleh pH rata-rata, penentuankebutuhan dapat dilakukan dengan menggunakan data berikut ini :a) < 4,0 (paling asam): jumlah kapur >10,24 ton/hab) 4,2 (sangat asam): jumlah kapur 9,28 ton/hac) 4,6 (asam): jumlah kapur 7,39 ton/had) 5,4 (asam): jumlah kapur 3,60 ton/hae) 5,6 (agak asam): jumlah kapur 2,65 ton/haf) 6,1 – 6,4 (agak asam): jumlah kapur <0,75 ton/ha

5) Pemasangan Mulsa Plastik Hitam-Perak (PHP)

Mulsa PHP yang terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di bagianatas dan warna hitam dibagian bawah dengan berbagai keuntungan. Warna perakpada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesismenjadi lebih optimal, kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, mengurangiserangan penyakit, dan mengusir serangga-serangga penggangu tanaman sepertiThirps dan Aphids. Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panassehingga suhu di perakaran tanaman menhadi hangat. Akibatnya, perkembanganakar akan optimal. Selain itu warna hitam juga mencegah sinar mataharimenembus ke dalam tanah sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh(kecuali teki dan anak pisang).

Pemasangan mulsa PHP sebaiknya dilakukan pada saat panas matahari terikagar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Teknispemasangannya cukup oleh 2 orang untuk satu bedengan. Caranya tariklahkedua ujung mulsa pada bedengan, kaitkan salah satu ujungnya pada bedenganmenggunakan pasak penjepit mulsa kemudian ujung yang satunya. Setelah keduaujung mulsa PHP terkait erat pada bedengan, dengan cara bersamaan tariklahmulsa pada kedua sisi bedengan setiap meternya secara bersamaan. Kaitkan

Page 372: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

kedua sisi mulsa dan bedengan dengan pasak penjepit tadi sehingga seluruh sisimulsa terkait rapat pada bedengan. Setelah selesai pemasangan, bedengan-bedengan dibiarkan tertutup mulsa PHP selama 3–5 hari sebelum dibuat lubangtanam. Tujuan agar pupuk kimia yang diberikan dapat berubah menjadi bentuktersedia sehingga dapat diserap tanaman.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Tanaman melon merupakan tanaman semusim yang biasa ditanam dengan polamonokultur.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Untuk membuat lubang tanam dengan menggunakan pelat pemanas ataumemanfaatkan bekas kaleng susu kental. Plat pemanas yang berupa potonganbesi dengan diameter 10 cm, dibuat sedemikian rupa hingga panas yangditimbulkan dari arang yang dibakar mampu melubangi mulsa PHP dengan cepat.Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segiempat ati dia baros berhadap-hadapan membentuk segi tiga.

3) Cara Penanaman

Bibit yang telah di semai + 3 minggu dipindahkan kedalam besar besertamedianya. Akar tanaman diusahakan tidak sampai rusak saat menyobek polibagkecil. Cetakan tanah yang telah berisi bibit melon, diletakkan pada lubang yangtelah ditugal dan diusahakan agar tidak pecah/hancur karena bisa mengakibatkankerusakan akar dan tanaman akan layu jika hari panas.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan dan penyulaman dilakukan bila dalam waktu 2 (dua) minggu setelahtanam bibit tidak menunjukkan pertumbuhan normal. Tanaman dicabut besertaakarnya kemudian diganti dengan bibit/tanaman baru. Hal ini sebaiknya dilakukanpada sore hari agar tanaman muda ini dapat lebih beradaptasi dengan lingkunganbarunya. Penyulaman dan penjarangan biasanya dilakukan selama 3 – 5 hari,karena kemungkinan dalam seminggu pertama masih ada tanaman lainnya yangperlu disulam. Saat setelah selesai penjarangan dan penyulaman tanaman baruharus disiram air.

2) Penyiangan

Pada budidaya melon sistem mulsa PHP penyiangannya dilakukan pada lubangtanam dan parit di antara dua bedengan. Gulma yang tidak dibersihkan

Page 373: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

menyebabkan lingkungan pertanaman lembab sehingga merangsang penyakit.Gulma juga dapat sebagai inang hama dan nematoda yang merugikan.

3) Pembubunan

Untuk pembubunan pertama-tama kita lakukan adalah pemupukan awal danmensterilkan lahan di situ. Tujuannya adalah setelah tanah diolah dan dipupuk,tanah akan menjadi subur dan akan terbebas dari hama dan penyakit. Saatmelakukan pemupukan, tanah yang sebelumnya sudah diolah, telah dikelentangselama 2 minggu. Dengan begitu, diharapkan tanah yang cukup lama terkena terikmatahari tersebut, cukup sehat untuk ditanami.

4) Perempalan

Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang bukan merupakan cabangutama.

5) Pemupukan

Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 20 hari setelah ditanam, tanamanberusia 40 hari (ketika akan melakukan penjarangan buah) dan pada saattanaman berusia 60 hari (saat menginjak proses pematangan). Caranya sebarkansecara merata di atas tanah bedengan pada pinggiran kiri dan kanannya (10–15cm). Kemudian tanah dibalik dengan hati-hati supaya tidak merusak perakarantanaman, dan agar pupuk tersebut bisa aman terpendam dalam tanah. Untukmemudahkan dalam pemupukan, dibuat data mengenai rangkaian pemupukansejak awal.a) Pupuk kandang/kompos: pupuk dasar=10–20 ton/ha.b) Urea: pupuk dasar=440 kg/ha; pupuk susulan I=330 kg/ha; pupuk susulan

II=220 kg/ha; pupuk susulan III=440 kg/ha.c) TSP: pupuk dasar=1.200 kg/ha; pupuk susulan I=220 kg/ha; pupuk susulan

II=550 kg/ha.d) KCl: pupuk dasar=330-440 kg/ha; pupuk susulan II=160 kg/ha.

Keterangan pupuk dasar: pemupukan pada pengolahan tanah (sebelum tanam);pupuk susulan I : umur ± 20 hari; pupuk susulan II: umur + 40 hari; pupuk susulanIII: umur + 60 hari.

6) Pengairan dan Penyiraman

a) PengairanTanaman melon menghendaki udara yang kering untuk pertumbuhannya, tetapitanah harus lembab. Pengairan harus dilakukan jika hari tidak hujan. Pengairandilakukan pada sore atau malam hari.

b) PenyiramanTanaman di siram sejak masa pertumbuhan tanaman, sampai tanaman akandipetik buahnya. Saat menyiram jangan sampai air siraman membasahi daun

Page 374: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

dan air dari tanah jangan terkena daun dan buahnya. Tujuannya adalah supayatanaman tidak dijangkiti penyakit yang berasal dari percikan tersebut, kalaudaun basah kuyup akan mengundang jamur sangat besar. Penyiramandilakukan pagi-pagi sekali atau malam hari. Oleh karena itu ada pengairan disekitar kebun besar sekali manfaatnya.

7) Waktu Penyemprotan Pestisida

a) Tindakan preventif, benih direndam dalam larutan bakterisida Agrimycin(oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate)dengan konsentrasi 1,2 gram/liter dan penyemprotan bakterisida pada umur 20HST.

b) Penyemprotan fungisida Previcur N (propamocarb hydrochloride) dengankonsentrasi 2–3 ml/liter apabila serangan telah melewati ambang ekonomi.

c) Fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan konsentrasi 1–2 ml/liter.Pangkal batang yang terserang dioles dengan larutan fungisida Calixin 750 EC(tridemorph) dengan konsentrasi 5 ml/liter.

8) Pemeliharaan Lain

a) Pemasangan AjirAjir atau tongkat dari kayu atau bilahan bambu, untuk rambatan dapat dipasang setelah selesai membuat pembubunan dan selesai mensterilkan kebun.Atau dapat juga ajir dipasang sesudah bibit ditanam, dan bibit sudahmengeluarkan sulur-sulurnya kira-kira tingginya adalah 50 cm. Ajir harusterbuat dari bahan yang kuat sehingga mampu menahan beban buah denganbobot kira-kira 2–3 kg. Tempat ditancapkannya ajir dengan jarak kira-kira 25 cmdari pinggir guludan baik kanan maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh lagi, kitabisa menambahkan bambu panjang yang diletakkan di bagian pucuk segitigaantara bambu atau kayu yang menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir dibelakangnya.

b) PemangkasanPemangkasan yang dilakukan pada tanaman melon bertujuan untukmemelihara cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Tinggi tanaman dibuatrata-rata antara titik ke-20 sampai ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku daritanaman tersebut). Pemangkasan dilakukan kalau udara cerah dan kering,supaya bekas luka tidak diserang jamur. Waktu pemangkasan dilakukan setiap10 hari sekali, yang paling awal dipangkas adalah cabang yang dekat dengantanah dan sisakan dua helai daun, kemudian cabang-cabang yang tumbuh laludipangkas dengan menyisakan 2 helai daun. Pemangkasan dihentikan, jikaketinggian tanamannya sudah mencapai pada cabang ke-20 atau 25.

Page 375: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Kutu aphids (Aphis gossypii Glover )

Ciri: Hama ini mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat darikejauhan mengkilap. Hama ini menyerang tanaman melon yang ada di lahanpenanaman. Aphids muda yang menyerang melon berwarna kuning, sedangkanyang dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. Gejala: dauntanaman menggulung dan pucuk tanaman menjadi kering akibat cairan daun yangdihisap hama. Pengendalian: (1) gulma harus selalu dibersihkan agar tidakmenjadi inang hama; (2) tanaman yang terserang parah harus disemprot secaraserempak dengan insektisida Perfekthion 400 EC (dimethoate) dengankonsentrasi 1,0–2,0 ml/liter; (3) tanaman yang telah terjangkit virus harus dicabutdan dibakar (dimusnahkan).

2) Thirps (Thirps parvispinus Karny)

Ciri: Hama ini menyerang saat fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfathirps berwarna kekuning-kuningan dan thirps dewasa berwarna coklat kehitaman.Thirps berkembang biak sangat cepat secara partenogenesis (mampu melahirkanketurunan meskipun tidak kawin). Serangan dilakukan di musim kemarau. Gejala:daun-daun muda atau tunas-tunas baru menjadi keriting, dan bercaknyakekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buahsecara normal. Kalau gejala ini timbul harus diwaspadai karena telah tertular virusyang dibawa hama thirps. Pengendalian: menyemprot dengan racun kontak, 3–4hari sekali.

7.2. Penyakit

1) Layu bakteri

Penyebab: bakteri Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit ini dapat disebarkandengan perantara kumbang daun oteng-oteng (Aulacophora femoralisMotschulsky). Gejala: daun dan cabang layu dan terjadi pengkerutan pada daun,warna daun menguning, mengering dan akhirnya mati; daun tanaman layu satuper satu, meskipun warnanya tetap hijau, kemudian tanaman layu secarakeseluruhan. Apabila batang tanaman yang dipotong melintang akanmengeluarkan lendir putih kental dan lengket bahkan dapat ditarik seperti benang.Pengendalian: (1) sebelum ditanami, lahan disterilisasi dengan Basamid Gdengan dosis 40 g/m2; (2) benih di rendam dalam bakterisida Agrimyciin(oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate)dengan konsentrasi 1,2 gram/liter ; (3) penyemprotan bakterisida ini pada umur 20HST.

Page 376: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Penyakit busuk pangkal batang (gummy stem bligt)

Penyebab: Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker. Gejala:pangkal batang yang terserang mula-mula seperti tercelup minyak kemudian keluarlendir berwarna merah coklat dan kemudian tanaman layu dan mati; daun tanamanyang terserang akan mengering apabila diremas seperti kerupuk dan berbunyikresek-kresek apabila diterpa angin. Pengendalian: (1) penggunaan mulsa PHPuntuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal batang dan mencegah luka diperakaran maupun pangkal batang karena penyiangan; (2) daun-daun tanaman yangterserang dibersihkan lalu disemprot dengan fungisida Derasol 500 SC(carbendazim) dengan konsentrasi 1–2 ml/liter; (3) pangkal batang yang terserangdioles dengan larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5m/liter.

7.3. Gulma

Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, karena bersaing zat hara,tempat tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus dilakukan sejak tumbuhanmasih kecil, karena jika sudah besar akan merusak perakaran tanaman melon.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

a) Tanda/ciri Penampilan Tanaman Siap Panen1) Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal2) Serat jala pada kulit buah sangat nyata/kasar3) Warna kulit hijau kekuningan.

b) Umur Panen + 3 bulan setelah tanam.

c) Waktu Pemanenan yang baik adalah pada pagi hari.

8.2. Cara Panen

1) Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm untukmemperpanjang masa simpan buah.

2) Tangkai dipotong berbentuk huruf “T”, maksudnya agar tangkai buah utuh dankedua sisi atasnya merupakan tangkai daun yang telah dipotong daunnya.

3) Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap dipanen.

4) Buah yang telah dipanen dikumpulkan disuatu tempat untuk disortir. Kerusakanbuah akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya dihindari karena akanmengurangi harga jual terutama di swalayan.

Page 377: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8.3. Periode Panen

Panen dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benartelah siap panen. Seandainya dalam jangka waktu 3-5 bulan mendatang hargamelon diramalkan jatuh. Maka alternatif untuk rotasi tanaman yang dapatmenggunakan lahan bekas menanam melon adalah cabai. Karena lahan yangtersedia tidak perlu diubah. Hanya mulsa PHP dibuka dan dosis pemupukanditambahkan 50%.

Bila dalam jangka waktu 4 bulan berikutnya dinyatakan harga melon meningkat,maka lahan bekas sawah ditanami padi terlebih dahulu untuk satu musim tanam.Alasannya adalah dari segi kormesial tanaman padi kurang menguntungkan, tapidari segi pemutusan siklus hidup hama dan penyakit sangat menguntungkan. Hal inidisebabkan karena hama dan penyakit yang mengisap oksigen (aerob) akan matidengan kondisi tanah yang terendam air (anaerob). Setelah menanam padi selesai,tanaman melon yang ditanam akan berproduksi tinggi dengan risiko serangan hamadan penyakit yang lebih rendah.

8.4. Prakiraan Produksi

Untuk mengetahui jumlah produksi yang akan dihasilkan bagian pemasaran harusmelakukan penelitian pasar. Untuk luas satu hektar tanaman melon diperkirakanakan menghasilkan buah melon 10–15 ton, maka memanennya harus dilakukansecara bertahap. Misalnya minggu I menanam seluas 2.000 m2, minggu II menanamseluas 2.000 m2, dan seterusnya. Hal ini untuk tingkat kontinuitas produksi akantercapai dan resiko tidak terjualnya buah melon akan terhindar.

9. PASCAPANEN

Pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah melondipanen. Kesalahan penanganan dalam pascapanen akan mempengaruhikwalitas/penampilan buah melon.

9.1. Pengumpulan

Buah-buah melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu tempat untuk segeradisortir. Saat panen kerusakan buah sebaiknya dihindari akibat terbentur atau cacarfisik lainnya, karena akan mengurangi harga jual terutama untuk konsumsi pasarswalayan.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Melon yang telah dipanen, diangkut dan dikumpulkan di suatu tempat kemudian disortasi. Buah yang sehat dan utuh dipisahkan dari buah yang cacat fisik maupun

Page 378: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

cacat karena serangan hama dan penyakit. Buah melon yang berkualitas baguskemudian di lakukan penggolongan melon berdasarkan tiga kelas.1) Kelas M1 yaitu melon berbobot 1,5 kg/lebih jaring berbentuk sempurna.2) Kelas M2 yaitu melon berbobot 1–1,5 kg jaringnya terbentuk hanya 70% saja.3) Kelas M3 yaitu bobot buahnya bervariasi dengan jaring sedikit atau tidak

berbentuk sama sekali. Hal ini terjadi karena tanaman belum saatnya dipanen tapitelah mati terlebih dahulu akibat serangan hama.

9.3. Penyimpanan

Buah melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk satu sama lain, dan buah yangbelum terangkut dapat disimpan dalam gudang penyimpanan. Buah ditata secararapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan buah harus bersih, keringdan bebas dari hama seperti kecoa atau tikus. Melon yang sudah terlalu masakjangan disatukan dengan buah yang setengah masak (mengkal). Bila ada buah yangmulai busuk harus di jauhkan dari tempat penyimpanan.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Kemasan untuk melon dapat dibuat dari kayu biasa dan banyak memiliki lubangangin. Cara menyusunnya, bagian dasar kotak diberi jerami kering yang cukup tebal,kemudian melon diberikan jerami juga dibagian atas buahnya. Sebelum kotakditutup, buah melon diberi lapisan jerami lagi.

Selain dari kotak, pengemasan bisa juga menggunakan rajutan benang yang miripjala, kemudian dimasukkan dalam kemasan karton. Dalam karton masih dilapisidengan jerami kering atau kertas hancuran. Dengan kemasan seperti ini akan lebihterjamin dibanding dengan menggunakan kotak dari kayu (cara tradisional).

Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut buah melon yang akan dibawa kepasar tergantung jarak yang ditempuh. Buah yang akan di ekspor biasanya dipaksecara khusus dengan peti kemas yang terbuat dari kayu, karton atau kotak plastik.Di kargo pesawat, peti kemas melon dimasukkan ke dalam kontainer pendingin agarbuah tetap segar jika sampai ke tempat tujuan.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Contoh analisis pasar pada penanaman melon dilahan terbuka denganmenggunakan mulsa PHP. Luas lahan 1 ha, populasi 3.000 tanaman di daerah JawaBarat pada tahun 1999.

Page 379: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Biaya produksi1. Penyiapan lahan/pembentukan bedengan

- Sewa tanah 1 musim tanam (4 bulan) Rp. 850.000,-- Pembukaan/pembersihan lahan 50 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 350.000,-- Pembentukan bedengan kasar 100 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 700.000,-- Tenaga pengapuran 20 HKP @ Rp.7.000,- Rp. 140.000,-- Penebaran pupuk kandang 45 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 315.000,-- Penebaran pupuk kimia,pasang. mulsa 65 HKP @ Rp. 5.000,- Rp. 455.000,-

2. Benih dan mulsa PHP- Benih melon 500 g Rp. 2.301.350,-- Mulsa PHP 10 rol (200 kg) @ Rp. 5.725,- Rp. 1.145.000,-

3. Pupuk dan kapur pertanian- Pupuk kandang 27 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 4.050.000,-- ZA 630 kg @ Rp. 1.250,-,- Rp. 787.500,-- Urea 450 kg @ Rp. 1.500,-,- Rp. 675.000,-- TSP/SP-36 900 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 1.620.000,-- KCl 720 kg @ Rp. 1.650,-,- Rp. 1.188.000,-- Borate/Fertibor 18 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 90.000,-- Kapur pertanian 1.800 kg @ Rp. 300,- Rp. 540.000,-

4. Penyiapan bibit dan penanaman- Plastik semai polibag 5 kg @ Rp. 10.000,- Rp. 50.000,-- Plastik transparan 50 m @ Rp. 1.800,- Rp. 90.000,-- Tenaga kerja semai 75 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 375.000,-- Penanaman 50 HKW @ Rp. 5.000,- + 30 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 460.000,-

5. Pestisida dan pupuk daun- Karbofuran 36 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 180.000,-- Insektisida semprot 15 liter @ Rp. 80.000,- Rp. 1.200.000,-- Fungisida 25 kg @ Rp. 50.000,- Rp. 1.250.000,-- Pupuk daun 10 kg @ Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-- Perekat-perata 10 liter @ Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-

6. Pemeliharaan tanaman- Tenaga semprot 60 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 420.000,-- Pemupukan NPK/KNO3 80 kg @ Rp. 2.400,- Rp. 108.000,-- Tenaga pemupukan kocoran & penyiangan 25 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 96.250,-- Pemangkasan cabang 15 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 75.000,-

7. Panen- Tenaga panen 20 HKP @ Rp. 7.000,- + 10 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 190.000,-

8. Lain-lain- Belanja peralatan (3 sprayer, embrat, drum, dsb) Rp. 900.000,-- Gubuk tempat tinggal dan penyimpanan alat Rp. 375.100,-- Tenaga keamanan (1 bulan) Rp. 150.000,-

Biaya tak terduga sebesar 5% Rp. 1.066.310,-Jumlah biaya produksi Rp. 22.392.510,-

2) Penerimaan1. Misalnya rata-rata produksi tanaman 2,25 kg (rata-rata dipelihara 1 buah) maka

produksi per 1.000 m2 ditaksir mencapai 6.750 kg.

Page 380: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 17/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2. Jika diperhitungkan tingkat kerusakan tanaman (loss) 5% maka hasil yanghilang sebesar 337.5 kg melon sehingga produksi bersih melon menjadi 6750kg – 337.5 kg = 6412.5 kg.

3. Sebagai contoh hasil yang diperoleh terdiri dari 65% kelas M1 ; 25% kelas M2

dan 10% kelas M3. Jika harga melon kelas M1. Rp. 4.000,-; kelas M2 Rp. 3.000,-; kelas M3 Rp. 2.500,- maka penerimaan penjualan melon.Kelas M1 = 65% x 6412.5 kg x Rp. 5.000,- Rp. 20.840.625,-Kelas M2 = 25% x 6412.5 kg x Rp. 4.000,- Rp. 6.412.500,-Kelas M3 = 10% x 6412.5 kg x Rp. 3.000,- Rp. 1.923.750,-Jumlah penerimaan Rp. 29.176.875,-

3) Keuntungan Rp. 6.748.365,-

4) Parameter kelayakan usaha1. Rasio biaya dan Pendapatan (Benefit Cost Ratio/BCR) = 1,30

Catatan: HKP = hari kerja pria (8 jam sehari), HKW = hari kerja wanita (6 jam sehari).

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Agribisnis melon harus dilakukan secara cermat dan tetap selalu waspada. Walauberdasarkan analisis budidaya agribisnis melon menunjukkan prospek yangmenjanjikan, tapi suatu ketika penyemprotan tertunda atau hal-hal sepele lainnyatidak diperhatikan maka keuntungan yang sudah dapat dibayangkan akan menjadisirna seketika.

Di era perdagangan menuju pasar bebas, persaingan semakin ketat. Perlu dicarikanpasar khusus untuk dapat mendongkrak harga jual. Buah yang berkualitas tinggiyang ditawarkan akan layak mendapatkan harga jual yang tinggi pula. Informasiharga pasar dicari sebanyak-banyaknya sebelum panen berlangsung. Rantai tataniaga dipelajari seteliti mungkin. Diusahakan rantai teRp.endek untuk mendapatkanharga jual tertinggi.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, khususnya petanimelon, Pemerintah menetapkan kebijaksanaan dalam memilih urutan jenis tanamanpertanian/hortikultura. Dalam ruang lingkup berikut telah disusun beberapa pedomansebagai berikut:1) Mengutamakan jenis tanaman melon yang bernilai ekonomi tinggi, untuk

meningkatkan pendapatan petani melon, baik untuk konsumsi dalam maupun luarnegeri.

Page 381: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 18/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Mengutamakan jenis tanaman yang dapat memberi kesempatan tenaga kerjalebih banyak.

3) Mengutamakan jenis tanaman melon yang mempunyai prospek pasar danpemasaran yang baik.

4) Mengutamakan jenis tanaman melon yang dapat mempertinggi nilai gizimasyarkat.

11.2.Diskripsi

Berdasarkan uraian diatas, tanaman melon merupakan salah satu tanaman prioritasutama yang perlu mendapatkan perhatian diantara tanaman-tanaman hortikultura.Buah melon mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding tanamanhortikultura pada umumnya. Hal ini memberi banyak keuntungan kepada petani ataupengusaha pertanian tanaman melon. Dan ini memungkinkan adanya perbaikan tataperekonomian Indonesia, khususnya dari bidang pertanian.

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Untuk klasifikasi standar mutu dan syarat produk yang berlaku dipasaran maka kitaharus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:1) Melon yang diproduksi harus diberi merek, yaitu dengan menempelkan stiker pada

buah;2) Kepercayaan yang telah diberikan oleh pelanggan harus dijaga;3) Pangsa pasar harus diperkuat, dan kontinuitas (keberlanjutan) produksi melon

harus dijaga;4) Buah melon yang berkualitas (kelas M1) harus dikemas sedemikian rupa untuk

memberikan kepuasan pelanggan.

11.4.Pengambilan Contoh

Dalam pengambilan contoh untuk penanganan produksi selanjutnya, umur melonkurang lebih 56–65 HST, buah melon yang berukuran besar mempunyai berat rata-rata 2,5 kg, ukuran sedang 1,0–2,5 kg, dan ukuran kecil berat buah sekitar 400 gram.

11.5.Pengemasan

Untuk pengemasan yang standar dapat menggunakan kotak kayu atau dapat jugamenggunakan rajutan benang yang mirip dengan jala. Dengan kemasan rajutanbenang akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak kayu.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Final, Prajnanta, Ir., Melon Pemeliharaan Secara Intensif Kiat SuksesBeragribisnis Cetakan ke-2, (Jakarta: Penebar Swadaya, 1998).

2) Setiadi, Bertanam Melon, Cetakan ke-4, (Jakarta: Penebar Swadaya, 1998)

Page 382: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 19/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Sudarsono dan Winata, Livy, Fakultas Pertanian IPB. Pemakaian Teknik KulturJaringan Sebagai Perbanyakan Melon (Cucumis melo L.)

4) Tjahjadi, Nur, Ir.,Bertanam Melon, 24352, (Jakarta: Kanisius, 1987).5) Fakultas Pertanian IPB, Bogor, 1984. Karya Ilmiah Mahasiswa Jurusan Budidaya

Pertanian.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 383: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

NANAS( Ananas comosus )

1. SEJARAH SINGKAT

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananascomosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalambahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina.Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disanasebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini keFilipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599).Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluasdikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kinidipelihara di daerah tropik dan sub tropik.

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi tanaman nanas adalah:Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)Ordo : Farinosae (Bromeliales)Famili : Bromiliaceae

Page 384: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Genus : AnanasSpecies : Ananas comosus (L) Merr

Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama nanas liar yang biasadijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A. Fritzmuelleri, A.erectifolius L.B. Smith, dan A. ananassoides (Bak) L.B. Smith.

Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenisgolongan nanas, yaitu : Cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen(daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daunpanjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) danAbacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietascultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene danQueen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico,Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Dewasa iniragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan unggul adalah nanas Bogor,Subang dan Palembang.

3. MANFAAT TANAMAN

Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya.Buah nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanandan minuman, seperti selai, buah dalam sirop dan lain-lain. Rasa buah nanas manissampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Disamping itu, buahnanas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah nanas mengandung enzimbromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease ataupeptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering puladimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga Berencana.

Buah nanas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh penyakitsembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir dan kurang darah.Penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati dengan diolesi sari buahnanas. Kulit buah nanas dapat diolah menjadi sirop atau diekstrasi cairannya untukpakan ternak.

4. SENTRA PENANAMAN

Penanaman nanas di dunia berpusat di negara-negara Brazil, Hawaii, Afrika Selatan,Kenya, Pantai Gading, Mexico dan Puerte Rico. Di Asia tanaman nanas ditanam dinegara-negara Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesia terdapat di daerahSumatera utara, Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Pada masamendatang amat memungkinkan propinsi lain memprioritaskan pengembangannanas dalam skala yang lebih luas dari tahun-tahun sebelumnya.

Page 385: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Luas panen nanas di Indonesia + 165.690 hektar atau 25,24% dari sasaran panenbuah-buahan nasional (657.000 hektar). Beberapa tahun terakhir luas areal tanamannanas menempati urutan pertama dari 13 jenis buah-buahan komersial yangdibudidayakan di Indonesia.

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1) Tanaman nanas dapat tumbuh pada keadaan iklim basah maupun kering, baiktipe iklim A, B, C maupun D, E, F. Tipe iklim A terdapat di daerah yang amatbasah, B (daerah basah), C (daerah agak basah), D (daerah sedang), E (daerahagak kering) dan F (daerah kering).

2) Pada umumnya tanaman nanas ini toleran terhadap kekeringan serta memilikikisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanamannanas tidak toleran terhadap hujan salju karena rendahnya suhu.

3) Tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-71% dari kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2000jam.

4) Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 23-32 derajat C, tetapijuga dapat hidup di lahan bersuhu rendah sampai 10 derajat C.

5.2. Media Tanam

1) Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocokuntuk tanaman nanas. Meskipun demikian, lebih cocok pada jenis tanah yangmengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik sertakandungan kapur rendah.

2) Derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang banyakmengandung kapur (pH lebih dari 6,5) menyebabkan tanaman menjadi kerdil danklorosis. Sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih rendah) mengakibatkanpenurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium, dan Molibdinumdengan cepat.

3) Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nanas untuk penyerapanunsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Akan tetapi kandungan air dalamtanah jangan terlalu banyak, tidak becek (menggenang). Hal yang harusdiperhatian adalah aerasi dan drainasenya harus baik, sebab tanaman yangterendam akan sangat mudah terserang busuk akat.

4) Kelerengan tanah tidak banyak berpengaruh dalam penanaman nanas, namunnanas sangat suka jika ditanam di tempat yang agak miring, sehingga begitu adaair yang melimpah, begitu cepat pula tanah tersebut menjadi kering.

Page 386: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5.3. Ketinggian Tempat

Nanas cocok ditanam di ketinggian 800-1200 m dpl. Pertumbuhan optimum tanamannanas antara 100-700 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

Keberhasilan penanaman nanas sangat ditentukan oleh kualitas bibit. Nanas dapatdikembangbiakan dengan cara vegetatif dan generatif. Cara vegetatif digunakanadalah tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek batang. Carageneratif dengan biji yang ditumbuhkan dengan persemaian, (jarang digunakan).Kualitas bibit yang baik harus berasal dari tanaman yang pertumbuhannya normal,sehat serta bebas dari hama dan penyakit.

1) Persyaratan Benih

Bibit yang baik harus mempunyai daun-daun yang nampak tebal-tebal penuhberisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah banyak,pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama untukbibit stek batang. Tunas batang dan stek batang.

2) Penyiapan Benih

Benih nanas dari biji (generatif) jarang digunakan karena membutuhkan teknikkhusus dan beberapa jenis nanas tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri dantidak menghasilkan biji. Cara perbanyakan secara vegetatif (tunas akar)mempunyai ciri khusus: tunas yang tumbuh dari bagian batang yang terletak didalam tanah, jumlah tunas akar per rumpun relatif sedikit, bentuk daun lebihlangsing, masa remaja tunas akar relatif pendek. Cara vegetatif lain (tunasbatang) mempunyai ciri-ciri tunas yang tumbuh dari batang dan jumlah tunas perrumpun relatif sedikit. Tunas batang mempunyai ciri-ciri tunas yang tumbuh padatangkai buah di bawah tangkai buah dan di atas tunas batang, jumlah tunas buahper tanaman relatif banyak hingga mencapai 10 tunas dan ukuran tunas yangbervariasi tergantung dari pertumbuhan tanaman. Untuk cara vegetatif denganmahkota buah ciri-cirinya adalah tunas yang ditumbuhkan dari mata tunas yangnon-aktif pada batang, kemudian disemaikan dalam media steril dengan perlakuankhusus serta jumlah bibit yang dihasilkan banyak, seragam, dan mudah dalampengangkutan.

Penyiapan benih (bibit) untuk tanaman nanas dibedakan menjadi bibit tunasbatang dan bibit nanas dari stek. Penyiapan bibit tunas batang: memilih tunasbatang pada pohon induk yang sedang berbuah/setelah panen. Tunas batangyang baik adalah panjang 30-35 cm. Daun-daun dekat pangkal pohon dipotong

Page 387: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

untuk mengurangi penguapan dan mempermudah pengangkutan, setelah itubiarkan selama beberapa hari di tempat teduh dan bibit siap angkut ke tempatpenanaman langsung segera ditanam.

Untuk penyiapan bibit nanas dari stek, langkah pertama yang dilakuakan adalahmemotong batang nanas yang sudah dipanen buahnya sepanjang 2,5 cm,kemudian potongan dibelah menjadi 4 bagian yang mengandung mata tunas.Media semai berupa pasir bersih dalam bak tanam. Bibit yang dihasilkan dengantinggi 25-35 cm atau berumur 3-5 bulan dicabut, ditanam di kebun. Bila bibit akandiangkut dalam jarak jauh, akar-akarnya dibungkus dengan humus lembab.

Benih yang disiapkan harus disesuaikan dengan luas areal penanaman.Kepadatan tanaman yang ideal berkisar antara 44.000-77.000 bibit tanaman perHa, tergantung jarak tanam, jenis nanas, kesuburan tanah, sistem tanam dan jenisbibit. Penanaman dengan sistem persegi (jarak tanam 150 x 150 cm)membutuhkan sekitar 3556 bibit bila lahan yang mangkus ditanami 80%. Atau12.698 - 15.875 bibit pada sistem tanam kereta api dengan jarak tanam 60 x 60cm dan jarak antar barisan sebelah kanan/kiri dari kereta api adalah 150 cm.

3) Teknik Penyemaian

Persemaian untuk nanas memerlukan perlakuan khusus. Langkah dalammenyiapkan media semai dalam bak persemaian berupa tepung (misalnyaRootone) pada permukaan belahan batang untuk mempercepat pertumbuhanakar. Belahan batang pada bak persemaian disemaikan sedalam 1,5 - 2,5 cm danjarak tanam 5-10 cm. Kondisi media persemaian dijaga agar tetap lembab dansirkulasi udara baik, dengan menutup bak persemaian dengan lembar plastiktembus cahaya (bening).

Stek batang nanas dibiarkan bertunas dan berakar. Tempat persemaian baruyang medianya disuburkan dengan pupuk kandang disiapkan. Campuran mediaberupa tanah halus, pasir dan pupuk kandang halus (1:1:1) atau pasir denganpupuk kandang halus (1:1). Langkah terakhir adalah memindahtanamkan bibitnanas dari persemaian perkecambahan ke persemaian pembesaran bibit.

4) Pemeliharan Pembibitan

Pemeliharaan pembibitan/persemaian penyiraman dilakukan secara berkaladijaga agar kondisi media tanam selalu lembab dan tidak kering supaya bibit tidakmati. Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk kandang denganperbandingan kadar yang sudah ditentukan. Penjarangan dan pemberianpestisida dapat dilakukan jika diperlukan.

5) Pemindahan Bibit

Pemindahan bibit dapat dilakukan jika ukuran tinggi bibit mencapai 25-30 cm atauberumur 3-5 bulan.

Page 388: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Penanaman nanas dapat dilakukan pada lahan tegalan atau ladang. Waktupersiapan dan pembukaan lahan yang paling baik adalah disaat waktu musimkemarau, dengan membuang pepohonan yang tidak diperlukan. Pengolahantanah dapat dilakukan pada awal musim hujan. Derajat keasaman tanah perludiperhatikan karena tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik pada pH sekitar5,5. Jumlah bibit yang diperlukan untuk suatu lahan tergantung dari jenis nanas,tingkat kesuburan tanah dan ekologi pertumbuhannya.

2) Pembukaan Lahan

Untuk membuka suatu lahan, perlu dilakukan: membuang dan membersihkanpohon-pohon atau batu-batuan dari sekitar lahan kebun ke tempat penampunganlimbah pertanian. Mengolah tanah dengan dicangkul/dibajak dengan traktorsedalam 30-40 cm hingga gembur, karena, bisa berakibat fatal pada produksitanaman. Biarkan tanah menjadi kering minimal selama 15 hari agar tanah benar-benar matang dan siap ditanami.

3) Pembentukan Bedengan

Pembentukan bedengan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanahuntuk kedua kalinya yang sesuai dengan sistem tanam yang dipakai. Sistempetakan cukup dengan cara meratakan tanah, kemudian di sekililingnya dibuatsaluran pemasukan dan pembuangan air. Sistem bedengan dilakukan dengancara membuat bedengan-bedengan selebar 80-120 cm, jarak antar bedengan 90-150 cm atau variasi lain sesuai dengan sistem tanam. Tinggi petakan ataubedengan adalah antara 30-40 cm.

4) Pengapuran

Derajat kemasaman tanah yang sesuai untuk tanaman nanas adalah 4,5-6,5.Pengapuran tanah dilakukan dengan Calcit atau Dolomit atau Zeagro atau bahankapur lainnya dengan cara ditaburkan merata dan dicampurkan dengan lapisantanah atas terutama tanah-tanah yang bereaksi asam (pH dibawah 4,5). Dosiskapur disesuaikan dengan pH tanah, namun umumnya berkisar antara 2-4 ton/ha.Bila tidak turun hujan, setelah pengapuran segera dilakukan pengairan tanah agarkapur cepat melarut.

5) Pemupukan

Dalam penanaman nanas dilakukan pemberian pupuk kandang dengan dosis 20ton per hektar. Cara pemberian: dicampurkan merata dengan lapisan tanah atasatau dimasukkan per lubang tanam. Juga digunakan pupuk anorganik NPK dan

Page 389: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

urea. Nitrogen (N) sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, fosfordiperlukan selama beberapa bulan pada awal pertumbuhan sedangkan Kaliumdiperlukan untuk perkembangan buah, khususnya nanas. Pupuk ureapenggunaannya dikombinasikan dengan perangsang pembungaan.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Pola tanam merupakan pengaturan tata letak tanaman dan urutan jenis tanamandengan waktu tertentu, dalam kurun waktu setahun. Dalam teknik penanamannanas ada beberapa sistem tanam, yaitu: sistem baris tunggal atau persegidengan jarak tanam 150 x 150 cm baik dalam maupun antar barisan; 90 x 30 cmjarak dalam barisan 30 cm, dan jarak antar barisan adalah 90 cm. Sistem barisrangkap dua dengan jarak tanam 60 x 60 cm, dan jarak antar barisan sebelah kiridan kanan dari 2 barisan adalah 150 cm dan jarak tanam 45 x 30 cm, dan jarakantar barisan tanaman sebelah kiri dan kanan dari 2 barisan tanaman adalah 90cm. Sistem baris rangkap tiga dengan jarak tanam 30 x 30 cm membentuksegitiga sama sisi dengan jarak antar barisan sebelah kiri/ kanan dari 3 barisantanaman: 90 cm dan jarak tanam 40 x 30 cm dengan jarak antar barisan sebelahkiri/kanan dari 3 barisan adalah 90 cm serta sisitem baris rangkap empat denganjarak 30 x 30 cm dan jarak antar barisan sebelah kiri/kanan dari 4 barisantanaman 90 cm.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Pembuatan lubang tanam pada jarak tanam yang dipilih sesuai dengan sistemtanam. Ukuran lubang tanam: 30 x 30 x 30 cm. Untuk membuat lubang tanamdigunakan pacul, tugal atau alat lain.

3) Cara Penanaman

Penanaman yang baik dilakukan pada awal musim hujan. Langkah-langkah yangdilakukan: (1) membuat lubang tanam sesuai dengan jarak dan sistem tanamyang dipilih; (2) mengambil bibit nanas sehat dan baik dan menanam bibit padalubang tanam yang tersedia masing-masing satu bibit per lubang tanam; (3) tanahditekan/dipadatkan di sekitar pangkal batang bibit nanas agar tidak mudah robohdan akar tanaman dapat kontak langsung dengan air tanah; (4) dilakukanpenyiraman hingga tanah lembab dan basah; (5) penanaman bibit nanas janganterlalu dalam, 3-5 cm bagian pangkal batang tertimbun tanah agar bibit mudahbusuk.

Page 390: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan nanas tidak dilakukan karena tanaman nanas spesifik dan tidakberbentuk pohon. Kegiatan penyulaman nanas diperlukan, sebab ceding-cedingbibit nanas tidak tumbuh karena kesalahan teknis penanaman atau faktor bibit.

2) Penyiangan

Penyiangan diperlukan untuk membersihkan kebun nanas dari rumput liar dangulma pesaing tanaman nanas dalam hal kebutuhan air, unsur hara dan sinarmatahari. Rumput liar sering menjadi sarang dari dan penyakit. Waktupenyiangan tergantung dari pertumbuhan rumput liar di kebun, namun untukmenghemat biaya penyiangan dilakukan bersamaan dengan kegiatanpemupukan.

Cara penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput dengantangan/kored/cangkul. Tanah di sekitar bedengan digemburkan dan ditimbunkanpada pangkal batang nanas sehingga membentuk guludan.

3) Pembubunan

Pembubunan diperlukan dalam penanaman nanas, dilakukan pada tepi bedenganyang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan sebaiknya mengambil tanahdari selokan atau parit di sekeliling bedengan, agar bedengan menjadi lebih tinggidan parit menjadi lebih dalam, sehingga drainase menjadi normal kembali.Pembubunan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar dipermukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman nanas berdiri kuat.

4) Pemupukan

Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk buatan.Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai tanamanberbunga dan berbuah. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah:a) Pupuk NPK tablet (Pamafert)

1. Komposisi kandungan N-P2O5-K2O-MgO-CaO adalah 17-8-12-0-2+mikro2. Bentuk pupuk berupa tablet, berat 4 gram setiap tablet3. Dosisi anjuran satu tablet tiap tanaman

b) Pupuk tunggal berupa campuran ZA, TSP, atau SP-36 dan KCl1. Dosis anjuran 1: ZA 100 kg + TSP atau SP-36 60 kg + KCl 50 kg per hektar.

Pupuk susulan diulang setiap 4 bulan sekali dengan dosis yang sama.2. Dosis anjuran 2: mulai umur 3 bulan setelah tanam dipupuk dengan ZA 125

kg atau urea 62,5 kg + TSP atau SP-36 75 kg/ha. Pada umur 6 bulandipupuk kandang 10 ton/ha.

Page 391: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Cara pemberian pupuk dibenamkan/dimasukkan ke dalam parit sedalam 10-15 cmdiantara barisan tanaman nanas, kemudian tutup dengan tanah. Cara lain:disemprotkan pada daun terutama pupuk Nitrogen dengan dosis 40 gram Ureaper liter atau ± 900 liter larutan urea per hektar.

5) Pengairan dan Penyiraman

Sekalipun tanaman nanas tahan terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhantanaman yang optimal diperlukan air yan cukup. Pengairan /penyiraman dilakukan1-2 kali dalam seminggu atau tergantung keadaan cuaca. Tanaman nanasdewasa masih perlu pengairan untuk merangsang pembungaan dan pembuahansecara optimal. Pengairan dilakukan 2 minggu sekali. Tanah yang terlalu keringdapat menyebabkan pertumbuhan nanas kerdil dan buahnya kecil-kecil. Waktupengairan yang paling baik adalah sore dan pagi hari dengan menggunakanmesin penyemprot atau embrat.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Penggerak buah (Thecla basilides Geyer)

Ciri: kupu-kupu berwarna coklat dan kupu-kupu betina meletakkan telurnya padapermukaan buah, kemudian menetas menjadi larva; bentuk larva pada bagiantubuh atas cembung, bagian bawah datar dan tubuh tertutup bulu-bulu haluspendek. Gejala: menyerang buah dengan cara menggerek/melubangi dagingbuah; buah nanas yang diserang hama ini berlubang dan mengeluarkan getah,kemudian membusuk karena diikuti serangan cendawan atau bakteri.Pengendalian: (1) non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun sertamembuang bagian tanaman yang terserang hama; (2) kimiawi denganmenyemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Basudin 60 EC atauThiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.

2) Kumbang (Carpophilus hemipterus L.)

Ciri: berupa kumbang kecil, berwarma coklat/hitam; larva berwarna putihkekuningan, berambut tipis, bentuk langsing berkaki 6. Gejala: menyerangtanaman nanas yang gluka sehingga bergetah dan busuk oleh mikroorganismelain (cendawan dan bakteri). Pengendalian: dilakukan dengan menjagakebersihan kebun dan pemberian insektisida.

3) Lalat buah (Atherigona sp.)

Ciri: Lalat berukuran kecil, meletakkan telur pada bekas luka bagian buah,kemudian menjadi larva berwarna putih. Gejala: merusak/ memakan daging buah

Page 392: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

hingga menyebabkan busuk lunak. Pengendalian: (1) non kimiawi denganmenjaga kebersihan kebun, membuang buah yang terserang lalat buah; (2)kimiawi dengan cara disemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, sepertiThiodan 35 EC atau Basudin EC pada konsentrasi yang dianjurkan.

4) Thrips (Holopothrips ananasi Da Costa Lima)

Ciri: Tubuh thrips berukuran sangat kecil panjang sekitar 1,5 mm, berwarnacoklat, dan bermata besar. Gejala: menyerang tanaman dengan cara menghisapcairan sel daun sehingga menimbulkan bintik-bintik berwarna perak; pada tingkatserangan yang berat menyebabkan pertumbuhan tanaman muda terhambat.Pengendalian: (1) secara non kimiawi dapat dilakukan dengan menjagakebersihan kebun dan mengurangi ragam tanaman inang; (2) secara kimiawidilakukan dengan penyemprotan insektisida: Mitac 200 EC atau Dicarol 25 SPpada konsentrasi yang dianjurkan.

5) Sisik (Diaspis bromeliae Kerne)

Ciri: Serangga berukuran kecil diameter ± 2,5 mm, bulat dan datar, berwarnaputih kekuningan/keabu-abuan, bergerombol menutupi buah dan daun, sehinggamenyebabkan ukuran buah kecil dan pertumbuhan tanaman terhambat.Pengendalian: dapat disemprot dengan insektisida Decis 2,5 EC atau Curacron500 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.

6) Ulat buah (Tmolus echinon L)

Ciri: Serangga muda/dewasa berupa kupu-kupu berwarna coklat serta larva/ulattertutup rambut halus dan kepalanya kecil. Gejala: menyerang buah nanasdengan cara menggerek dan membuat lubang yang menyebabkan buahberlubang, bergetah dan sebagian buah memotong bagian tanaman yangterserang berat. Pengendalian dilakukan dengan mengumpulkan/membunuh ulatsecara mekanis, serta disemprot insektisida: Buldok 25 EC atau Thiodan 35 ECpada konsentrasi yang dianjurkan

7) Hama lain: rayap, tikus, nematoda, bintil akar dan kutu tepung jeruk juga kadang-kadang menyerang tanaman nanas.

7.2. Penyakit

1) Busuk hati dan busuk akar

Penyebab: cendawan Phytophthora parasitica Waterh dan P. cinnamomi Rands.Penyakit busuk hati disebut hearth rot, sedangkan busuk akar dinamakan root rot.Penyebaran penyakit dibantu bermacam-macam tanaman inang, air yangmengalir, alat-alat pertanian, curah hujan tinggi, tanah yang mengandung bahanorganik dan kelembaban tanah tinggi antara 25-35 derajat C. Gejala: pada daunterjadi perubahan warna menjadi hijau belang-belang kuning dan ujungnya

Page 393: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

nekrotis; daun-daun muda mudah dicabut bagian pangkalnya membusuk denganbau busuk berwarna coklat, dan akhirnya tanaman mati; pembusukan pada sistemperakaran. Pengendalian: (1) non kimiawi dilakukan dengan cara perbaikandrainase tanah, mengurangi kelembapan sekitar kebun, dan memotong/mencabuttanaman yang sakit; (2) kimiawi dengan pencelupan bibit dalam larutan fungisidasebelum tanam, seperti Dithane M-45 atau Benlate.

2) Busuk pangkal

Penyebab: cendawan Thielaviopsis paradoxa (de Seyn) Hohn atau Ceratocystisparadoxa (Dade) C. Moreu. Penyakit ini sering disebut base rot. Penyebaranpenyakit dibantu tanaman inangnya, adanya luka-luka mekanis pada tanaman,angin, hujan dan tanah. Gejala: pada bagian pangkal batang, daun, buah dan bibitmenampakkan gejala busuk lunak berwarna coklat atau hitam, berbau khas, ataubercak-bercak putih kekuning-kuningan. Pengendalian: (1) non kimiawi denganmelakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn agar luka cepatsembuh, menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari luka-luka mekanis;(2) kimiawi dengan perendaman bibit dalam larutan fungisida Benlate.

3) Penyakit Lain

Penyakit adalah busuk bercak gabus pada buah disebabkan oleh cendawanPinicillium funiculosum Thom, busuk bibit oleh cendawan Pythium sp., layu danbercak kuning oleh virus yang belum diketahui secara pasti jenisnya.Pengendalian: harus dilakukan secara terpadu, meliputi penggunaan bibit yangsehat, perbaikan kultur teknik budidaya secara intensif, pemotongan/pencabutandan pemusnahan tanaman yang sakit.

7.3. Gulma

Penurunan produksi nanas dapat disebabkan oleh banyak dan dominannya gulmakarena pemberian mulsa yang kurang baik sehingga pertumbuhan rumput subur.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung darijenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah padaumur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yangberasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akarsetelah berumur 12 bulan. Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen:a) Mahkota buah terbuka.b) Tangkai ubah mengkerut.c) Mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat.

Page 394: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d) Warna bagian dasar buah kuning.e) Timbul aroma nanas yang harum dan khas.

8.2. Cara Panen

Tata cara panen buah nanas: memilih buah nanas yang menunjukkan tanda-tandasiap panen. Pangkal tangkai buah dipotong secara mendatar/miring dengan pisautajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak dan memar.

8.3. Periode Panen

Tanaman nanas dipanen setelah berumur 12-24 bulan. Pemanenan buah nanasdilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, kedua 50%, danketiga 25% dari jumlah yang ada. Tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun perludiremajakan karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara peremajaanadalah membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit yang baru.Penyiapan lahan sampai penanaman dilakukan seperti cara bercocok tanam padalahan yang baru.

8.4. Prakiraan Produksi

Potensi produksi per hektar pada tanaman nanas yang dibudidayakan intensif dapatmencapai 38-75 ton/hektar. Pada umumnya rata-rata 20 ton/hektar, tergantung jenisnanas dan sistem tanam.

9. PASCAPANEN

Buah nanas termasuk komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat busuk.Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yangmemadai.

9.1. Pengumpulan

Setelah panen dilakukan pengumpulan buah ditempat penampungan hasil ataugudang sortasi.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Kegiatan sortasi dimulai dengan memisahkan buah yang rusak, memar, busuk, ataumentah secara tersendiri dari buah yang bagus dan normal. Klasifikasi buahberdasarkan bentuk dan ukuran yang seragam, jenis maupun tingkatkematangannya.

Page 395: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9.3. Penyimpanan

Penyimpanan dilakukan jika harga turun, sehingga untuk menunggu harga naikmaka dilakukan penyimpanan. Buah nanas biasanya disimpan dalam peti kemasdalam ruangan dingin yang suhunya sekitar 5 derajat C.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Kegiatan pengemasan dimulai dengan mengeluarkan buah nanas dari lemaripemeraman, lalu dipilih (sortasi) berdasarkan tingkat kerusakannya agar seragam.Kemudian buah nanas dibungkus dengan kertas pembungkus lalu dikemas dalamkeranjang bambu atau peti kayu atau dos karton bergelombang. Ukuran wadahpengemasan 60 x 30 x 30 cm yang diberi lubang ventilasi. Proses pengangkutandimulai dengan memasukkan peti kemas secara teratur pada alat pengangkutan,buah nanas diangkut dan dipasarkan ke tempat pemasaran.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya nanas dengan luas lahan 1 hektar di daerah Jawa Baratpada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Biaya produksi1. Nilai sewa tanah per tahun Rp. 2.500.000,-2. Sprayer dan alat pertanian Rp. 600.000,-3. Bibit 45.000 batang @ Rp. 150,- Rp. 6.750.000,-4. Pupuk

- Pupuk kandang 20 ton @ RP. 150.000,- Rp. 3.000.000,-- ZA 300 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 375.000,-- TSP (SP-36) 200 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 360.000,-- KCl 150 Kg @ Rp. 1.650,- Rp. 247.500,-

5. Pestisida Rp. 400.000,-6. Pengolahan tanah borongan Rp. 1.500.000,-7. Pemupukan & penanaman 10 HKP @ Rp.7.000,- +100 HKW Rp. 570.000,-8. Pemeliharaan tanaman 200 HKW @ RP. 5.000,- +20 HKP Rp. 1.140.000,-9. Panen dan pascapanen 100 HKW +10 HKP Rp. 570.000,-10.Biaya lain-lain (tidak terduga 10%) Rp. 1.801.250,-Jumlah biaya produksi Rp. 19.813.750,-

2) Hasil penjualan dan laba (keuntungan)1. Produksi tahun ke-1: 75% x 45.000 x Rp 750,- /buah Rp. 25.312.500,-2. Biaya produksi tahun ke-1 Rp. 19.813.750,-3. Keuntungan tahun ke-1 Rp. 5.498.750,-4. Produksi tahun ke-2: 80% x 45.000 x Rp. 750,-/buah Rp. 27.000.000,-

Page 396: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. Biaya produksi tanpa dihitung bibit & alat pertanian tahun ke-2 Rp. 12.463.750,-6. Keuntungan ke-2 Rp. 7.350.000,-

3) Parameter kelayakan usaha1. B/C ratio = 1,28

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Prospek komoditas buah nanas sangat besar, terutama bila nanas diolah menjadimakanan kaleng seperti selai nanas, sirup buah nanas dan sirup kulit buah nanas.Pabrik pengalengan buah nanas sudah banyak di bangun, diantarnya dilakukan olehPT Great Giant Pineapple di Lampung. Negara tujuan ekspor adalah Perancis,Jerman, dan Amerika Serikat. Walaupun daerah penghasil nanas sudah menyebarmerata, Indonesia hingga saat ini hanya mampu mengekspor sebagian kecil sajadari kebutuhan dunia, 5%. Padahal menurut proyeksi, kebutuhan nanas dunia tahun1996 akan naik sebesar 5% kebutuhan dunia saat ini. Sehingga untuk memenuhikebutuhan ini diperlukan pasokan nanas yang sangat besar. Tentu saja hal ini akanmenjadi prospek yang baik bagi Indonesia.

Hal yang perlu untuk dicermati adalah ekspor buah nanas Indonesia meningkatdalam 10 tahun terakhir. Ekspor Indonesia tahun 1987 sebesar 26.952 tonmeningkat menjadi 83.997 ton pada tahun 1996. Dari segi nilai, Ekspor Indonesiapada tahun 1987 sebesar US$ 60.766 ribu pada tahun 1996. Sedangkan untuk impornanas Indonesia mengalami peningkatan namun dalam jumlah kecil. Impor nanasmeningkat dari 0,16 ton pada tahun 1987, meningkat menjadi 10,36 ton pada tahun1995.

Dalam era globalisasi ini, peluang pasar dunia semakin terbuka lebar untuk semuakomoditas. Demikian juga komoditi nanas cukup besar peluang untuk memasukipasar dunia baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk buah kaleng. Negara-negara di Asia Tenggara merupakan eksportir utama buah nanas dunia. Thailandmerupakan negara eksportir terbesar pada tahun 1995, yaitu sekitar 39% dari ekspornanas dunia.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar ini meliputi syarat mutu, cara uji, cara pengambilan contoh dan carapengemasan nanas.

11.2.Diskripsi

Standar mutu buah nanas sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI 01-3166-1992.

Page 397: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Nanas digolongkan dalam dua jenis mutu, yaitu mutu I dan II.a) Kesamaan sifat varientas: mutu I=seragam; mutu II=seragam; cara uji

organoleptik.b) Tingkat ketuaan: mutu I=tua, tidak terlalu matang dan tidak lunak; mutu II=tua,

tidak terlalu matang dan tidak lunak; cara uji organoleptik.c) Kekerasan: mutu I=keras, mutu II=keras; cara uji organoleptik.d) Ukuran: mutu I=seragam, diameter min. 9,5 cm; mutu II=kurang seragam; cara uji

SP-SMP-309-1981.e) Gagang: mutu I=teropong rapi; mutu II=teropong rapi; cara uji organoleptik.f) Mahkota: mutu I=satu, utuh rapi, ukuran normal; mutu II=tidak dipersyaratkan;

cara uji organoleptik.g) Kerusakan (%): mutu I=maksimum 5; mutu II=maksimum 10; cara uji SP-SMP-

310-1981.h) Busuk (%): mutu I=maksimum 1; mutu II=maksimum 2; cara uji SP-SMP-311-

1981.i) Kadar total padatan terlarut (%): mutu I=minimum 12; mutu II=minimum 12; cara

uji SP-SMP-321-1981j) Kotoran: mutu I=bebas kotoran; mutu II=bebas kotoran; cara uji organoleptik.

11.4.Pengambilan Contoh

1) Produk dalam ikatan/kemasanContoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Darisetiap kemasan/ikatan diambil contohnya sebanyak 5 buah nanas, dari bagianatas, tengah dan bawah. Contoh-contoh tersebut diacak bertingkat (stratifiedrandom sampling) sampai diperoleh minimum 5 buah untuk dianalisis.1. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah sampai dengan 100 : jumlah

contoh 52. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah 101 sampai 300 : jumlah contoh 73. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah 301 sampai 500 : jumlah contoh 94. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah 501 sampai 20 : jumlah contoh 105. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah Lebih dari 1000 : jumlah contoh 15

(min)Catatan: Khusus untuk pengujian kerusakan dan busuk, jumlah contoh akhirsebanyak 100 buah. Pengujian dapat dilakukan di lapangan.

2) Produk dalam curah (in bulk)Sekurang-kurangnya 5 contoh diambil secara acak sesuai dengan jumlah berattotal seperti terlihat di bawah ini. Contoh-contoh tersebut yang diambil dari bagianatas, tengah dan bawahserta berbagai sudut dicampur, kemudian diacakbertingkat (stratified random sampling) sampai diperoleh minimum 10 kg untukdianalisa. Dalam hal berat nanas yang diambil contohnya lebih dari 2 kg/buah,setiap pengambilan contoh sekurang-kurangnya terdiri dari 5 buah nanas.1. Jumlah berat lot s/d 200 kg berat : contoh minimal yang diambil 10 kg

Page 398: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2. 201 s/d 500 kg berat : contoh minimal yang diambil 20 kg3. 501 s/d 1000 kg berat : contoh minimal yang diambil 30 kg4. 1001 s/d 5000 kg berat : contoh minimal yang diambil 60 kg5. Lebih dari 5000 kg berat : contoh minimal yang diambil 100 kgCatatan: Khusus untuk pengujian kerusakan dan busuk, jumlah contoh akhirsebanyak 100 buah. Pengujian dapat dilakukan dilapangan.

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telahberpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatubadan hukum.

11.5.Pengemasan

Nanas dikemas dalam keranjang bambu, peti kayu ataupun karton dengan atautanpa bahan penyakit dengan berat bersih maksimum 40 kg. Atau diikat dengan tali,masing-masing ikatan terdiri dari maksimum 10 buah nanas.

Pemberian merek untuk nanas yang dikemas dalam kemasan pada bagian luarkemasan diberi label yang bertuliskan:a) Nama barang.b) Jenis mutu.c) Nama/kode perusahaan/eksportir.d) Berat bersih.e) Jumlah nanas/kemasan.f) Daerah asal.g) Produksi Indonesia.h) Tempat/negara tujuan.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) AAK. 1998. Bertanam Pohon Buah-buahan. Kanisius. Yogyakarta2) Ashari, Semeru. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press

(UI-Press). Jakarta3) Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas

Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Kanisius. Yogyakarta4) E.W.M., Verheij & R.E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara II;

Buah-buahan Yang Dapat Dimakan. PT. Gramedia Pustaka Utama dan ProseaIndonesia & European Commission. Jakarta.

5) Natawidjaja, P. Suparman. 1983. Mengenal Buah-buahan yang Bergizi. PustakaDian. Jakarta.

Page 399: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 17/ 17Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6) Rukmana, Rahmat. 1996. Nanas Budidaya dan Pascapanen. Kanisius.Yogyakarta.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 400: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PADI( Oryza Sativa )

1. SEJARAH SINGKAT

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertaniankuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Buktisejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulaipada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur UttarPradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asalpadi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.

Page 401: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:Divisi : SpermatophytaSub divisi : AngiospermaeKelas : MonotyledonaeKeluarga : Gramineae (Poaceae)Genus : OryzaSpesies : Oryza spp.

Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua subspesiesyaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padidibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggidan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan.

Varitas unggul nasional berasal dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan Makmur(dataran tinggi), Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran rendah). Varitasunggul introduksi dari International Rice Research Institute (IRRI) Filipina adalahjenis IR atau PB yaitu IR 22, IR 14, IR 46 dan IR 54 (dataran rendah); PB32, PB 34,PB 36 dan PB 48 (dataran rendah).

3. MANFAAT TANAMAN

Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan negaraAsia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerikamengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia.Selain itu jerami padi dapat digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usahatani.

4. SENTRA PENANAMAN

Pusat penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur), Bali,Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen padimencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi padinasional adalah 47.293.000 ton. Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padinasional dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi JawaBarat seperti Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang berarti.

Produksi padi nasional sampai Desember 1997 adalah 46.591.874 ton yang meliputiareal panen 9.881.764 ha. Karena pemeliharaan yang kurang intensif, hasil padigogo hanya 1-3 ton/ha, sedangkan dengan kultur teknis yang baik hasil padi sawahmencapai 6-7 ton/ha.

Page 402: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

a) Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LSdengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.

b) Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun.Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau produksimeningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun airmelimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif.

c) Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur19-23 derajat C.

d) Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan.e) Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang

akan merobohkan tanaman.

5.2. Media Tanam

a) Padi gogo1. Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup

mengandung air dan udara.2. Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang cocok bervariasi mulai dari

yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan air yangtersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika adaharus < 50%.

3. Keasaman tanah bervariasi dari 4,0 sampai 8,0.

b) Padi sawah1. Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki

lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah.2. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm.3. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan

mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapurdengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalamipenggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandungoksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkantanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus.

Page 403: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5.3. Ketinggian Tempat

Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai dari daratan rendah sampai daratan tinggi.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Benih

Syarat benih yang baik:a) Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama

gudang.b) Warna gabah sesuai aslinya dan cerah.c) Bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya.d) Daya perkecambahan 80%.

2) Penyiapan Benih

Benih dimasukkan ke dalam karung goni dan direndam 1 malam di dalam airmengalir supaya perkecambahan benih bersamaan.

3) Teknik Penyemaian Benih

a) Padi sawahUntuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-40 kg benih tergantung pada jenispadinya. Lahan persemaian dipersiapkan 50 hari sebelum semai. Luaspersemaian kira-kira 1/20 dari aeral sawah yang akan ditanami. Lahanpersemaian dibajak dan digaru kemudian dibuat bedengan sepanjang 500-600cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Sebelum penyemaian, taburi pupuk ureadan SP-36 masing-masing 10 gram/meter persegi. Benih disemai dengankerapatan 75 gram/meter persegi.

b) Padi GogoBenih langsung ditanam di ladang.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 5 cm. Semprotkan pestisidapada hari ke 7 dan taburi pupuk urea 10 gram/meter persegi pada hari ke 10.

Page 404: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) Pemindahan benih

Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 25-40 hari, berdaun 5-7helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terseranghama dan penyakit.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Pengolahan Lahan Padi Sawah

a) Bersihkan saluran air dan sawah dari jerami dan rumput liar.b) Perbaiki pematang serta cangkul sudut petak sawah yang sukar dikerjakan

dengan bajak.c) Bajak sawah untuk membalik tanah dan memasukkan bahan organik yang ada

di permukaan. Pembajakan pertama dilakukan pada awal musim tanam dandibiarkan 2-3 hari setelah itu dilakukan pembajakan ke dua yang disusul olehpembajakan ketiga 3-5 hari menjelang tanam.

d) Ratakan permukaan tanah sawah, dan hancurkan gumpalan tanah dengan caramenggaru. Permukaan tanah yang rata dapat dibuktikan dengan melihatpermukaan air di dalam petak sawah yang merata.

e) Lereng yang curam dibuat teras memanjang dengan petak-petak yang dibatasioleh pematang agar permukaan tanah merata.

3) Pengolahan Lahan Padi Gogo

Waktu yang tepat adalah di akhir musim kemarau atau menjelang musim hujan.Cara pengolahan tanah adalah sebagai berikut:a) Lahan dibersihkan dari tanaman penggangu dan rumput sambil memperbaiki

pematang dan saluran drainase.b) Tanah dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm, tanah dibalik.c) Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan yang kedua sebanyak

20 ton/ha.d) Untuk menghaluskan tanah, tanah digaru lalu diratakan.e) Tanah dibiarkan sampai hujan turun.

6.3. Teknik Penanaman

1) Pola Tanam

Pada areal beririgasi, lahan dapat ditanami padi 3 x setahun, tetapi pada sawahtadah hujan harus dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija. Pergilirantanaman ini juga dilakukan pada lahan beririgasi, biasanya setelah satu tahunmenanam padi.

Page 405: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Untuk meningkatkan produktivitas lahan, seringkali dilakukan tumpang saridengan tanaman semusim lainnya, misalnya padi gogo dengan jagung atau padigogo di antara ubi kayu dan kacang tanah. Pada pertanaman padi sawah,tanaman tumpang sari ditanam di pematang sawah, biasanya berupa kacang-kacangan.

2) Penanaman Padi Sawah

Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 22 x 22cm atau 30 x 20 cm tergantung pada varitas padi, kesuburan tanah dan musim.Padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebihlebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih lebar. Jarak tanam di daerahpegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih lambat. 2-3 batang bibit ditanampada kedalaman 3-4 cm.

3) Penanaman Padi Gogo

Penanaman dilakukan pada awal musim hujan setelah dua atau tiga kali turunhujan di bulan Oktober-November. Penanaman dilakukan dengan cara:a) Di dalam lubang tanam

Kedalaman lubang 3-5 cm dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Satu lubang diisidengan 5-7 butir benih dan ditutup dengan pupuk kandang dan abu, debu atautanah halus.

b) Di dalam larikanTerlebih dahulu dibuat alur tanam dengan bantuan kayu berujung runcingdengan jarak antar aluran 60 cm dan kedalaman 3 cm. Benih ditaburkan kedalam aluran.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman Padi Sawah

Penyulaman tanaman yang mati dilakukan paling lama 14 hari setelah tanam.Bibit sulaman harus dari jenis yang sama yang merupakan bibit cadangan padapersemaian bibit.

2) Penyiangan Padi Sawah

Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang dikerjakansekaligus dengan menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitupada saat berumur 3 dan 6 minggu dengan menggunakan landak (alat penyiangmekanis yang berfungsi dengan cara didorong) atau cangkul kecil.

Page 406: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Pengairan Padi Sawah

Syarat penggunaan air di sawah:a) Air berasal dari sumber air yang telah ditentukan Dinas Pengairan/ Dinas

Pertanian dengan aliran air tidak deras.b) Air harus bisa menggenangi sawah dengan merata.c) Lubang pemasukkan dan pembuangan air letaknya bersebrangan agar air

merata di seluruh lahan.d) Air mengalir membawa lumpur dan kotoran yang diendapkan pada petak

sawah. Kotoran berfungsi sebagai pupuk.e) Genangan air harus pada ketinggian yang telah ditentukan.

Setelah tanam, sawah dikeringkan 2-3 hari kemudian diairi kembali sedikit demisedikit. Sejak padi berumur 8 hari genangan air mencapai 5 cm. Pada waktu padiberumur 8-45 hari kedalaman air ditingkatkan menjadi 10 sampai dengan 20 cm.

Pada waktu padi mulai berbulir, penggenangan sudah mencapai 20-25 cm, padawaktu padi menguning ketinggian air dikurangi sedikit-demi sedikit.

4) Pemupukan Padi Sawah

Pupuk kandang 5 ton/ha diberikan ke dalam tanah dua minggu sebelum tanampada waktu pembajakan tanah sawah. Pupuk anorganik yang dianjurkanUrea=300 kg/ha, TSP=75-175 kg/ha dan KCl=50 kg/ha.

Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4 minggu, 6-8 minggu setelah tanam.Urea disebarkan dan diinjak agar terbenam. Pupuk TSP diberikan satu harisebelum tanam dengan cara disebarkan dan dibenamkan. Pupuk KCl diberikan 2kali yaitu pada saat tanam dan saat menjelang keluar malai.

5) Penyiangan dan Pembumbunan Padi Gogo

Dilakukan secara mekanis dengan cangkul kecil, sabit atau dengan tangan waktutanaman berumur 3-4 minggu dan 8 minggu. Pembumbunan dilakukanbersamaan dengan penyiangan pertama dan 1-2 minggu sebelum muncul malai.

6) Penyulaman Padi Gogo

Dilakukan pada umur 1-3 minggu setelah tanam.

7) Pemupukan Padi Gogo

a) Pupuk organikBerasal dari tanaman pupuk hijau seperti Crotalaria juncea yang berumur 4-6bulan atau dari pupuk kandang yang telah matang. Pupuk organik dibenamkanke tanah dengan dosisi 10-30 ton/ha.

Page 407: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b) Pupuk anorganikPupuk yang diberikan berupa 150-200 kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 50 kg/haKCl. Pupuk TSP dan KCl diberikan saat tanam dan urea pada 3-4 minggu dan 8minggu setelah tanam.

8) Waktu Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan pestisida dilakukan 1-2 minggu sekali tergantung dari intensitasserangan.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama Hama di Persemaian Basah (untuk padi sawah)

a) Hama di Persemaian Basah (untuk padi sawah)

1. Hama putih (Nymphula depunctalis)Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjangsejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi. Pengendalian: (1) pengaturanair yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami,menggugurkan tabung daun; (2) penyemprotan insektisida Kiltop 50 EC atauTomafur 3G.

2. Padi trip (Trips oryzae)Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan,pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi.Pengendalian: insektisida Mipein 50 WP atau Dharmacin 50 WP.

3. Ulat tentara (Pseudaletia unipuncta, berwarna abu-abu; Spodoptera litura,berwarna coklat hitam; S. exempta, bergaris kuning)Gejala: ulat memakan helai daun, tanaman hanya tinggal tulang-tulang daun.Pengendalian: cara mekanis dan insektisida Sevin, Diazenon, Sumithion danAgrocide.

7.2. Hama di Sawah

a) Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), werengpadi berpunggung putih (Sogatella furcifera).Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi. Saat ini hama wereng palingditakuti oleh petani di Indonesia. Wereng ini dapat menularkan virus. Gejala:tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tnaman sepertiterbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1)bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR

Page 408: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alamiseperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) penyemportan insektisidaApplaud 10 WP, Applaud 400 FW atau Applaud 100 EC.

b) Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N.impicticep).Merusak dengan cara mengisap cairan daun. Gejala: di tempat bekas hisapanakan tumbuh cendawan jelaga, daun tanaman kering dan mati. Tanaman adayang menjadi kerdil, bagian pucuk berwarna kuning hingga kuning kecoklatan.Malai yang dihasilkan kecil.

c) Walang sangit (Leptocoriza acuta)Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala: dan menyebabkan buah hampaatau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; padadaun terdapat bercak bekas isapan dan buah padi berbintik-bintik hitam.Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatan kebersihan, mengumpulkandan memunahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik; (2)menyemprotkan insektisida Bassa 50 EC, Dharmabas 500 EC, Dharmacin 50 WP,Kiltop 50 EC.

d) Kepik hijau (Nezara viridula)Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat bekastusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhantanaman terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan insektisida Curacron 250 ULV, Dimilin 25 WP, Larvin 75WP.

e) Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyzainnotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu(Sesamia inferens).Dapat menimbulkan kerugian besar. Menyerang batang dan pelepah daun.Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut,daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman mudadisebut hama “sundep” dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut “beluk”.Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihanlingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompongmati, membakar jerami; (2) menggunakan insektisida Curaterr 3G, Dharmafur 3G,Furadan 3G, Karphos 25 EC, Opetrofur 3G, Tomafur 3G.

f) Hama tikus (Rattus argentiventer)Tanaman padi akan mengalami kerusakan parah apabila terserang oleh hamatikus dan menyebabkan penurunan produksi padi yang cukup besar. Menyerangbatang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tanaman padi yang robohpada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman.

Page 409: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Pengendalian: pergiliran tanaman, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alamiseperti ular dan burung hantu, penggunaan pestisida dengan tepat, intensif danteratur, memberikan umpan beracun seperti seng fosfat yang dicampur denganjagung atau beras.

g) Burung (manyar Palceus manyar, gelatik Padda aryzyvora, pipit Lonchuralencogastroides, peking L. puntulata, bondol hitam L. ferraginosa dan bondol putihL. ferramaya).Menyerang padi menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan.Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.

7.3. Penyakit

a) Bercak daun coklatPenyebab: jamur Helmintosporium oryzae). Gejala: menyerang pelepah, malai,buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercakcoklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dankecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih di dalam air panas,pemupukan berimbang, menanam padi tahan penyakit ini, menaburkan serbuk airraksa dan bubuk kapur (2:15); (2) dengan insektisida Rabcide 50 WP.

b) BlastPenyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malaidan ujung tangkai malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkaimalai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakanmakanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1)membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani,Cimandirim IR 48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase vegetatifdan fase pembentukan bulir; (2) menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC,Fongorene 50 WP, Kasumin 20 AS atau Rabcide 50 WP.

c) Penyakit garis coklat daun (Narrow brown leaf spot,)Penyebab: jamur Cercospora oryzae. Gejala: menyerang daun dan pelepah.Tampak gari-garis atau bercak-bercak sempit memanjang berwarna coklatsepanjang 2-10 mm. Proses pembungaan dan pengisian biji terhambat.Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini seperti Citarum,mencelupkan benih ke dalam larutan merkuri; (2) menyemprotkan fungisidaBenlate T 20/20 WP atau Delsene MX 200.

d) Busuk pelepah daunPenyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun,gejala terlihat pada tanaman yang telah membentuk anakan dan menyebabkanjumlah dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak terlalu merugikan secaraekonomi. Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini; (2)menyemprotkan fungisida pada saat pembentukan anakan seperti Monceren 25WP dan Validacin 3 AS.

Page 410: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

e) Penyakit fusariumPenyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda,malai dan biji menjadi kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akarmembusuk, tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah.Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih pada larutanmerkuri.

f) Penyakit noda/api palsuPenyebab: jamur Ustilaginoidea virens. Gejala: malai dan buah padi dipenuhispora, dalam satu malai hanya beberap butir saja yang terserang. Penyakit tidakmenimbulkan kerugian besar. Pengendalian: memusnahkan malai yang sakit,menyemprotkan fungisida pada malai sakit.

g) Penyakit kresek/hawar daunPenyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daundan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh danberisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Serangan menyebabkangagal panen. Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2)pengendalian kimia dengan bakterisida Stablex WP.

h) Penyakit bakteri daun bergaris/Leaf streakPenyebab: bakteri X. translucens. Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh.Terdapat garis basah berwarna merah kekuningan pada helai daun sehinggadaun seperti terbakar. Pengendalian: menanam varitas unggul, menghindari lukamekanis, pergiliran varitas dan bakterisida Stablex 10 WP.

i) Penyakit kerdilPenyebab: virus ditularkan oleh serangga Nilaparvata lugens. Gejala: menyerangsemua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil.Penyakit ini sangat merugikan. Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahandilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada memberantasvektor.

j) Penyakit tungroPenyebab: virus yang ditularkan oleh wereng Nephotettix impicticeps. Gejala:menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna,daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda,malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng sepertiKelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42.

Page 411: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7.4. Gulma

Gulma yang tumbuh di antara tanaman padi adalah rumput-rumputan seperti rumputteki (Cytorus rotundus) dan gulma berdaun lebar. Pengendalian dengan caramekanis (mencabut, menyiangi), jarak tanam yang tepat dan penyemprotanherbisida Basagran 50 ML, Difenex 7G, DMA 6 dll.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Padi siap panen: 95 % butir sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagianbawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijaurendah.

8.2. Cara Panen

Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotongpangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi.

Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaperbinder, panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar sedangkan denganReaper harvester panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar.

8.3. Perkiraan Produksi

Dengan penanaman dan pemeliharaan yang intensif, diharapkan produksi mencapai7 ton/ha. Saat ini hasil yang didapat hanya 4-5 ton/ha.

9. PASCAPANEN

a) Perontokan. Lakukan secepatnya setelah panen, gunakan cara diinjak-injak (±60jam orang untuk 1 hektar), dihempas/dibanting (± 16 jam orang untuk 1 hektar)dilakukan dua kali di dua tempat terpisah. Dengan menggunakan mesin perontok,waktu dapat dihemat. Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanyamemerlukan 7,8 jam orang untuk 1 hektar hasil panen.

b) Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara diayak/ditapi atau dengan blowermanual. Kadar kotoran tidak boleh lebih dari 3 %.

c) Jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari sampai kadar airnya 14 %.Secara tradisional padi dijemur di halaman. Jika menggunakan mesin pengering,kebersihan gabah lebih terjamin daripada dijemur di halaman.

Page 412: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d) Penyimpanan. Gabah dimasukkan ke dalam karung bersih dan jauhkan dari beraskarena dapat tertulari hama beras. Gabah siap dibawa ke tempat penggilinganberas (huller).

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Harga padi yang sangat ditentukan pemerintah menyebabkan petani sering kalimerugi karena modal dasar tidak seimbang dengan harga gabah. Keadaan inisemakin memburuk dengan dihilangkannya subsidi pupuk. Petani menjual padi keBulog dengan harga yang ditentukan pemerintah (saat ini seharga Rp. 2.100-1.500/kg). Pada saat penen raya, bulog tidak memiliki cukup uang untuk membelipadi rakyat sehingga menunggak pembayaran ke petani. Keadaan ini sangatmerugikan petani. Budidaya padi untuk mencapai keuntungan yang layak sulitdiwujudkan.

Perkiraan analisis budidaya padi (nasional) permusim panen dengan luas lahan 1hektar masa tanam tahun 1999. (sumber: Departemen Pertanian)

a) Biaya produksi1. Sewa lahan Rp. 600.000,-2. Bibit: benih 25 kg @ Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-3. Pupuk

- Urea: 200 kg @ Rp. 1.115,- Rp. 223.000,-- ZA: 50 kg @ Rp. 1.000,- Rp. 50.000,-- SP-35: 100 kg @ Rp. 1.600,- Rp. 160.000,-- KCl: 75 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 123.750,-- PPC/ZPT Rp. 64.000,-

4. Pestisida Rp. 600.000,-5. Tenaga kerja

- Persemaian 5 HOK @ Rp. 8.000,- Rp. 40.000,-- Pengolahan tanah dgn mesin 15 HOK @ Rp. 15.000 Rp. 220.000,-- Menanam 20 HOK @ Rp. 6.000,- Rp. 120.000,-- Penyiangan 15 HOK @ Rp. 8.000,- Rp. 120.000,-- Pemupukan 9 HOK @ Rp. 8.000,- Rp. 72.000,-- Pemberantasan OPT 4 HOK @ Rp. 8.000,- Rp. 32.000,-

6. Panen dan pascapanen- Merontok, keringkan, angkut 72 HOK @ Rp. 8.000,- Rp. 576.000,-- Ongos angkut ke pasar Rp. 26.918,-

7. Bunga bank Rp. 148.037,-Jumlah biaya produksi Rp. 2.994.705,-

b) Pendapatan 4.201 kg (GKG) @ Rp.1.450,- Rp. 6.091.450,-

Page 413: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c) Keuntungan Rp. 3.096.745,-

d) Parameter kelayakan usaha1. B/C Ratio = 1,03

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Beras adalah makanan pokok sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi didunia. Kebutuhan beras nasional tidak terpenuhi oleh produksi beras dalam negerikarena itu kita masih selalu mengimpor beras. Pemerintah, pada tahun 1998mengimpor 3,1 juta ton beras untuk mengantisipasi kebutuhan beras masyarakat.

Dengan memperhatikan hal di atas seharusnya agribisnis padi dapat menarik banyakpara investor. Namun demikiaan, dilain pihak, harga beras sangat ditentukanpemerintah dan tidak dinamis seperti halnya tanaman hortikultur atau perkebunansehingga umumnya petani padi sering merugi. Tanpa perubahan tata niaga berasdan pengurangan campur tangan pemerintah, agribisnis padi akan tetap tidakbanyak diperhitungkan dan diminati oleh investor di bidang pertanian.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang lingkup

Standar produksi meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,syarat penandaan dan pengemasan.

11.2.Diskripsi

Standar mutu gabah di Indonesia tercantum dalam SNI 0224-1987-0.

11.3.Klasifikasi dan Standar mutu

a) Persyaratan kualitatif1. Bebas hama dan penyakit.2. Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya.3. Bebas dari bahan-bahan kimia seperti sisa-sisa pupuk, insektisida, fungisida

dan bahan kimia lainnya.4. Gabah tidak boleh panas.

b) Persyaratan kuantitatif1. Kadar air maksimum (%): mutu I=14,0; mutu II=14,0; mutu III=14,0.2. Gabah hampa maksimum (%): mutu I=1,0; mutu II=2,0; mutu III=3,0.

Page 414: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. Butir rusak dan butir kuning maksimum (%): mutu I=2,0; mutu II=5,0; mutuIII=7,0.

4. Butir rusak dan gabah muda maksimum (%): mutu I=1,0; mutu II=5,0; mutuIII=10,0.

5. Butir merah maksimum (%): mutu I=1,0; mutu II=2,0; mutu III=4,0.6. Benda asing maksimum (%): mutu I tidak ada; mutu II=0,5; mutu III=1,0.7. Gabah varientas lain maksimum (%): mutu I=2,0; mutu II=5,0; mutu III=10,0.

Tingkat mutu gabah rendah (sample grade) adalah tingkat mutu gabah tidakmemenuhi persyaratan tingkat mutu I,II dan III tidak memenuhi persyaratan kualitatif.

11.4.Pengambilan Contoh

Sedangkan untuk cara pengujian mutu dan pengambilan contoh terdapat dalam“Petunjuk pengujian mutu dan pengambilan contoh “ yang disajikan tersendiri dalampelaksanaan standar (implementasi).

11.5.Pengemasan

Pengemasan dengan karung harus mempunyai persyaratan bersih dan dijahitmulutnya, berat netto maksimum 75 kg dan tahan mengalami “handling” baik waktupemuatan maupun pembongkaran.

Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang amanyang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain:a) Produksi Indonesia.b) Daerah asal produksi.c) Nama dan mutu barang.d) Nama perusahaan/pengekspor.e) Berat bruto.f) Berat netto.g) Nomor karung.h) Tujuan.

12. DAFTAR PUSTAKA

a) AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.b) Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat. 1982. Petunjuk Perlakuan Pasca Panen

Tanaman Padi.c) Griest, D.H. Rice. Longman. Singapore

Page 415: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d) Suparyono, Dr & Agus Setyono, Dr. 1994. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, ProyekPEMD, BAPPENAS

Editor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 416: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

P A L A( Myristica Fragan Haitt )

1. SEJARAH SINGKAT

Pala (Myristica Fragan Haitt) merupakan tanaman buah berupa pohon tinggi asliIndonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman palamenyebar ke Pulau Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yangmelewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman palaterus meluas sampai Sumatera.

2. JENIS TANAMAN

Tanaman pala memiliki beberapa jenis, antara lain: 1) Myristica fragrans Houtt, 2)Myristica argentea Ware, 3) Myristica fattua Houtt, 4) Myristica specioga Ware, 5)Myristica Sucedona BL, 6) Myristica malabarica Lam.

Page 417: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Jenis pala yang banyak diusahakan adalah terutama Myristica fragrans, sebabjenis pala ini mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi daripada jenis lainnya. Disusuljenis Myristica argentea dan Myristica fattua. Jenis Myristica specioga, Myristicasucedona, dan Myristica malabarica produksinya rendah sehingga nilai ekonomisnyapun rendah pula.

3. MANFAAT TANAMAN

Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasilminyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dankosmetik.1) Kulit batang dan daun

Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagaikayu bakar. Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri

2) FuliFuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk sepertianyaman pala, disebut “bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyakdijual didalam negeri.

3) Biji palaBiji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah-rempah. Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasanyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung danusus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah dan lain-lainya.

4) Daging buah palaDaging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telahdiproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala,marmelade, selai pala, kKristal daging buah pala.

4. SENTRA PENANAMAN

Jika dilihat data pada tahun 1971 lalu, luas tanaman pala di Indonesia sekitar 22.809hektar dengan daerah penyebaran yang terpusat di Sulawesi, Irian Jaya. Aceh danMaluku.

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1) Tanaman pala juga membutuhkan iklim yang panas dengan curah hujan yangtinggi dan agak merata/tidak banyak berubah sepanjang tahun.

Page 418: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Suhu udara lingkungan 20-30 derajat C sedangkan, curah hujan terbagi secarateratur sepanjang tahun. Tanaman pala tergolong jenis tanaman yang tahanterhadap musim kering selama beberapa bulan.

5.2. Media Tanam

1) Tanaman ini membutuhkan tanah yang gembur, subur dan sangat cocok padatanah vulkasnis yang mempunyai pembuangan air yang baik. Tanaman palatumbuh baik di tanah yang bertekstur pasir sampai lempung dengan kandunganbahan organis yang tinggi.

2) Sedangkan pH tanah yang cocok untuk tanaman pala adalah 5,5 – 6,5. Tanamanini peka terhadap gangguan air, maka untuk tanaman ini harus memiliki salurandrainase yang baik.

3) Pada tanah-tanah yang miring seperti pada lereng pegunungan, agar tanah tidakmengalami erosi sehingga tingkat kesuburannya berkurang, maka perlu dibuatteras-teras melintang lereng.

5.3. Ketinggian Tempat

Tanaman pala dapat tumbuh baik di daerah yang mempunyai ketinggian 500-700 mdpl. Sedangkan pada ketinggian di atas 700 m, produksitivitas tanaman akan rendah.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Perbanyakan Cara Generatif (Biji)

a) Pemilihan Biji

Perbanyakan dengan biji dapat dilakukan dengan mengecambahkan biji. Dalamhal ini biji yang digunakan berasal dari:1. Biji sapuan: biji yang dikumpulkan begitu saja tanpa diketahui secara jelas

dan pasti mengenai pohon induknya.2. Biji terpilih: biji yang asalnya atau pohon induknya diketahui dengan jelas.

Dalam hal ini ada 3 macam biji terpilih, yaitu: (1) biji legitiem, yaitu biji yangdiketahui dengan jelas pohon induknya (asal putiknya jelas diketahui); (2) bijiillegitiem, yaitu biji yang berasal dari tumpang sari tidak diketahui, tetapi asalputiknya jelas diketahui; (3) biji Propellegitiem, yaitu biji yang terjadi hasilpersilangan dalam satu kebun yang terdiri dua klon atau lebih.

Biji-biji yang akan digunakan sebagai benih harus berasal dari buah pala yangbenar-benar masak. Buah pala bijinya akan digunakan sebagai benihhendaknya berasal dari pohon pala yang mempunyai sifat-sifat: (1) pohon

Page 419: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

dewasa yang tumbuhnya sehat; (2) mampu berproduksi tinggi dan kwalitasnyabaik.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor: KB.010/42/SK/ DJ. BUN/9/1984, telah ditetapkan dan dipilih pohon induk yangdapat dipergunakan sebagai sumber benih yang tersebar di 4 propinsi, yaitu:Sumatera Barat, Jawa Barat, Sulawesi Utara dan Maluku. Biji-biji dari pohoninduk terpilih yang akan digunakan sebagai benih harus diseleksi, yaitu dipilihbiji-biji yang ukurannya besar dengan bobot minimum 50 gram/biji, berbentukagak bulat dan simetris, kulit biji berwarna coklat kehitam-hitaman danmengkilat, tidak terserang oleh hama dan penyakit.

Buah pala yang dipetik dari pohon dan akan dijadikan benih harus segeradiambil bijinya, paling lambat dalam waktu 24 jam biji-biji tersebut harus sudahdisemaikan. Hal ini disebabkan oleh sifat biji pala yang daya berkecambahnyadapat cepat menurun.

b) Penyemaian

Tanah tempat penyemaian harus dekat sumber air untuk lebih memudahkanmelakukan penyiraman pesemaian. Tanah yang akan dipakai untukpenyemaian harus dipilih tanah yang subur dan gembur. Tanah diolah dengancangkul dengan kedalaman olakan sekitar 20 cm dan dibuat bedengan denganukuran lebar sekitar 1,5 cm dan panjangnya 5-10 cm, tergantung biji pala yangakan disemaikan. Bedengan dibuat membujur Utara-Selatan. Kemudian tanahyang sudah diolah tersebut dicampuri dengan pupuk kandang yang sudah jadi(sudah tidak mengalami fermentasi) secara merata secukupnya supaya tanahbedengan tersebut menjadi gembur. Sekeliling bedengan dibuka selokan kecilyang berfungsi sebagai saluran drainase.

Bedengan diberi peneduh dari anyaman daun kelapa/jerami dengan ukurantinggi sebelah Timur 2 m dan sebelah Barat 1 m. maksud pemberian peneduhini adalah agar pesemaian hanya terkena sinar matahari pada pagi sampaimenjelang siang hari dan pada siang hari yang panas terik itu persemaian ituterlindungi oleh peneduh.

Tanah bedengan disiram air sedikit demi sedikit sehingga kebasahannyamerata dan tidak sampai terjadi genangan air pada bedengan. Kemudian biji-bijipala disemaikan dengan membenamkan biji pala sampai sedalam sekiat 1 cmdi bawah permukaan tanah bedengan. Jarak persemaian antar-biji adalah15X15 cm. Posisi dalam membenamkan biji/benih harus rapat, yakni garis putihpada kulit biji terletak di bawah. Pemeliharaan pesemaian terutama adalahmenjaga tanah bedengan tetap dalam keadaan basah (disiram dengan air) danmenjaga agar tanah bedengan tetap bersih dari gulma).

Setelah biji berkecambah yaitu sudah tumbuh bakal batangnya. Maka bibitpada pesemaian tersebut dapat dipindahkan ke kantong polybag yang berisi

Page 420: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

media tumbuh berupa tanah gembur yang subur dicampur dengan pupukkandang. Pemindahan bibit dari pesemaian ke kantong polybag harusdilakukan secara hati-hati agar perakarannya tidak rusak.

Polybag yang sudah berisi bibit tanaman harus diletakkan pada tempat yangterlindung dari sinar matahari/diletakkan berderet-deret dan diatasnya diberiatap pelindung berupa anyaman daun kelapa/jerami.

Pemeliharaan dalam polybag terutama adalah menjaga agar media tumbuhnyatetap bersih dari gulma dan menjaga media tumbuh dalam keadaan tetapbasah namun tidak tergantung air. Agar tidak tergenang air, bagian bawahnyadari polybag harus diberi lubang untuk jalan keluar air siraman/air hujan.

Bibit-bibit tersebut dapat dilakukan pemupukan ringan, yakni dengan pupukTSP dan urea masing-masing sektar 1 gram tiap pemupukan. Pupuk ditaruh diatas permukaan media tumbuh kemudian langsung disiram. Pemupukandilakukan 2 kali dalam setahun, yakni pada awal musim hujan dan pada akhirmusim hujan. Setelah bibit tanaman mempunyai 3–5 batang cabang, maka bibitini dapat dipindahkan/ditanam di lapangan.

2) Perbanyakan Cara Cangkok (Marcoteren)

Perbanyakan tanaman pala dengan cara mencangkok bertujuan untukmendapatkan tanaman yang mempunyai sifat-sifat asli induknya (pohon yangdicangkok).

Hal yang diperhatikan dalam memilih batang/cabangyang akan dicangkok adalahdari pohon yang tumbuhnya sehat dan mampu memproduksi buah cukup banyak,pohon yang sudah berumur 12–15 tahun. Batang/cabang yang sudah berkayu,tetapi tidak terlalu tua/terlalu muda.

Cara mencangkok (marcotern):a) Batang/cabang dikelupas kulitnya dengan pisau tajam secara melingkar

sepanjang 3–4 cm. Posisi cangkokan sekitar 25 cm dari pangkalbatang/cabang. Lendir/kambium yang melapisi kayu dihilangkan dengan caradisisrik kambiumnya, batang yang akan dicangkok tersebut dibiarkan selamabeberapa jam sampai kayunya yang tampak itu kering benar.

b) Ambillah tanah yang gembur dan sudah dicampuri dengan pupuk kandangdalam keadaan basah dan menggumpal. Kemudian tanah tersebutditempelkan/dibalutkan pada bagian batang yang telah dikuliti berbentukgundukan tanah. Gundukan tanah tersebut kemudian dibalut dengan sabutkelapa/plastik. Agar tanah dapat melekat erat pada batang yang sudah dikuliti,maka sabut kelapa/plastik pembalut itu diikat dengan tali secara kuat padabagian bawa, bagian tengah dan bagian atas. Bila menggunakan pembalut daripalstik, maka bagian atas dan bagian bawah harus diberi lubang kecil untukmemasukkan air siraman (lubang bagian atas) dan sebagai saluran drainase(lubang bagian bawah).

Page 421: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Bila pencangkokkan ini berhasil dengan baik, maka setelah 2 bulan akan tumbuhperakarannya. Jika perakaran cangkokkan itu sudah siap untuk dipotong dandipindahkan keranjang atau ditanam langsung di lapangan.

3) Perbanyakan Cara Peyambungan (Enten Dan Okulasi)

Sistem penyambungan ini adalah menempatkan bagian tanaman yang dipilihpada bagian tanaman lain sebagai induknya sehingga membentuk satu tanamanbersama. Sistem penyambungan ini ada dua cara, yakni:a) Penyambungan Pucuk (entern, grafting)

Penyambungan pucuk ini ada tiga macam yaitu :1. Enten celah (batang atas dan batang bawah sama besar)2. Enten pangkas atau kopulasi3. Enten sisi (segi tiga)

b) Penyambungan mata (okulasi)Penyambungan mata ada tiga macam yaitu :1. Okulasi biasa (segi empat)2. Okulasi “T”3. Forkert

Setelah 3-4 bulan sejak penyambungan dengan sistem enten atau okulasi itudilakukan dan jika telah menunjukkan adanya pertumbuhan batang atas (padapenyambungan enten) dan mata tunas (pada penyambungan okulasi), tanamansudah dapat ditanam di lapangan.

4) Perbanyakan Cara Penyusuan (Inarching Atau Approach Grafting)

Dalam sistem penyusuan ini, ukuran batang bawah dan batang atas harus samabesar (kurang lebih besar jari tangan orang dewasa). Cara melakukannya adalahsebagai berikut:a) Pilihlah calon bawah dan batang atas yang mempunyai ukuran sama.b) Lakukanlah penyayatan pada batang atas dan batang bawah dengan bentuk

dan ukuran sampai terkena bagian dari kayu.c) Tempelkan batang bawah tersebut pada batang atas tepat pada bekas sayatan

tadi dan ikatlah pada batang atas tepat pada bekas sayatan dan ikat dengankuat tali rafia.

Setelah beberapa waktu, kedua batang tersebut akan tumbuh bersama-samaseolah-olah batang bawah menyusu pada batang atas sebagai induknya. Dalamwaktu 4–6 minggu, penyusuan ini sudah dapat dilihat hasilnya. Jika batang atasdaun-daunnya tidak layu, maka penyusuan itu dapat dipastikan berhasil. Setelah 4bulan, batang bagian bawah dan bagian atas sudah tidak diperlukan lagi danboleh dipotong serta dibiarkan tumbuh secara sempurna. Jika telah tumbuhsempurna, maka bibit dari hasil penyusuan tersebut sudah dapat ditanam dilapangan.

Page 422: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) Perbanyakan Cara Stek

Tanaman pala dapat diperbanyak dengan stek tua dan muda yang dengan 0,5%larutan hormaon IBA. Penyetekan menggunakan hormon IBA 0,5%, biasanyapada umur 4 bulan setelah dilakukan penyetekan sudah keluar akar-akarnya.Kemudian tiga bulan berikutnya sudah tumbuh perakaran yang cukup banyak.Percobaan lain adalah dengan menggunakan IBA 0,6% dalam bentuk kapur.Penyetekan dengan menggunakan IBA 0,6%, biasanya setelah 8 minggu sudahterbentuk kalus di bagian bawah stek. Kemudian jika diperlukan untuk keduakalinya dengan larutan IBA 0,5%, maka setelah 9 bulan kemudian sudah tampakperakaran.

6.2. Pengolahan Media Tanam

Kebun untuk tanaman pala perlu disiapkan sebaik-baiknya, di atas lahan masihterdapat semak belukar harus dihilangkan. Kemudian tanah diolah agar menjadigembur sehingga aerasi (peredaran udara dalam tanah) berjalan dengan baik.Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada musim kemarau supaya prosespenggemburan tanah itu dapat lebih efektif.

Pengolahan tanah pada kondisi lahan yang miring harus dilakukan menurut arahmelintang lereng. Pengolahan tanah dengan cara ini akan membentuk alur yangdapat mencegah aliran permukaan tanah/menghindari erosi.

Pada tanah yang kemiringan 20% perlu dibuat teras-teras dengan ukuran lebarsekitar 2 m, dapat pula dibuat teras tersusun dengan penanaman sistem kountur,yaitu dapat membentuk teras guludan, teras kredit/teras bangku.

6.3. Teknik Penanaman

Penanaman bibit dilakukan pada awal musim hujan. Hal ini untuk mencegah agarbibit tanaman tidak mati karena kekeringan, bibit tanaman yang berasal dari biji dansudah mempunyai 3–5 batang cabang biasanya sudah mampu beradaptasi dengankondisi lingkungan sehingga pertumbuhannya dapat baik.

Penanaman yang berasal dari biji dilakukan dengan cara sebagai berikut: polybag(kantong pelastik) di lepaskan terlebih dahulu, bibit dimasukkan kedalam lubangtanam dan permukaan tanah pada lubang tanam tersebut dibuat sedikit dibawahpermukaan lahan kebun. Setelah bibit-bibit tersebut ditanam, kemudian lubangtanam tersebut disiram dengan air supaya media tumbuh dalam lubang menjadibasah.

Bila bibit pala yang berasal dari cangkok, maka sebelum ditanam daun-daunnyaharus dikurangi terlebih dahulu untuk mencegah penguapan yang cepat. Lubangtanam untuk bibit pala yang berasal dari cangkang perlu dibuat lebih dalam. Hal inidimaksudkan agar setelah dewasa tanaman tersebut tidak roboh karena sistem

Page 423: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

akaran dari bibit cangkokan tidak memiliki akar tunggang. Setelah bibit di tanam,lubang tanam harus segera disiram supaya media tumbuhan menjadi basah.

Penanaman bibit pala yang berasal dari enten dan okulasi dapat dilakukan sepertimenanam bibit-bibit pala yang berasal dari biji. Lubang tanaman perlu dipersiapkansatu bulan sebelum bibit ditanam. Hal ini bertujuan agar tanah dalam lubanganmenjadi dayung (tidak asam), terutama jika pembuatannya pada musim hujan,lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm untuk jenis tanah ringan danukuran 80x80x80 cm untuk jenis tanah liat.

Dalam menggali lubang tanam, lapisan tanah bagian atas harus dipisahkan denganlapisan tanah bagian bawah, sebab kedua lapisan tanah ini mengandung unsur yangberbeda. Setelah beberapa waktu, tanah galian bagian bawah di masukkan lebihdahulu, kemudian menyusul tanah galian bagian atas yang telah dicampur denganpupuk kandang secukupnya.

Jarak tanam yang baik untuk tanaman pala adalah: pada lahan datar adalah 9x10m. Sedangkan pada lahan bergelombang adalah 9x9 m.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

Untuk mencegah kerusakan atau bahkan kematian tanaman, maka perlu diusahakan tanaman pelindung yang pertumbuhannya cepat, misalnya tanaman jenisClerisidae atau jauh sebelumnya bibit pala di tanam, lahan terlebih dahulu di tanamijenis tanaman buah-buahan/tanaman kelapa.

1) Penyulaman harus dilakukan dilakukan jika bibit tanaman pala itumati/pertumbuhannya kurang baik.

2) Pada akhir musim hujan, setelah pemupukan sebaiknya segera dilakukanpenyiraman agar pupuk dapat segera larut dan diserap akar. Pada waktu tanamanmasih muda, pemupukan dapat dilakukan dengan pupuk organik (pupuk kandang)dan pupuk anorganik ( pupuk kimia sama dengan pupuk buatan) yaitu berupaTSP, Urea dan KCl. Namun jika tanaman sudah dewasa/sudah tua, pemupukanyang dan lebih efektif adalah pupuk anorganik. Pemupukan dilakukan dua kalidalam setahun, yaitu pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan.

3) Sebelum pemupukan dilakukan, hendaknya dibuat parit sedalam 10 cm dan lebar20 cm secara melingkar di sekitar batang pokok tanaman selebar kanopi (tajukpohon), kemudian pupuk TSP, Urea dan KCl ditabur dalam parit tersebut secaramerata dan segera ditimbun tanah dengan rapat. Jika pemupukan di lakukan padaawal musim hujan, setelah dilakuakan pada akhir musim hujan, maka untukmembantu pelarutan pupuk dapat dilakukan penyiraman, tetapi jika kondisinyamasih banyak turun hujan tidak perlu dilakukan penyiraman.

Page 424: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Penggerek batang (Batocera sp)

Tanaman pala yang terserang oleh hama ini dalam waktu tertentu dapatmengalami kematian. Gejala: terdapat lubang gerekan pada batang diameter 0,5–1 cm, di mana didapat serbuk kayu. Pengendalian: (1) menutup lubang gerekandengan kayu/membuat lekukan pada lubang gerekan dan membunuh hamanya.(2) memasukkan/menginjeksikan (menginfuskan) racun serangga seperti Dimicron199 EC dan Tamaran 50 EC sistemik ke dalam batang pohon pala menggunakanalat bor, dosis yang dimasukkan sebanyak 15–20 cc dan lubang tersebut segeraditutup kembali.

2) Anai-Anai / Rayap

Hama anai-anai mulai menyerang dari akar tanaman, masuk ke pangkal batangdan akhirnya sampai ke dalam batang. Gejala: terjadinya bercak hitam padapermukaan batang, jika bercak hitam itu dikupas, maka sarang dan saluran yangdibuat oleh anai-anai (rayap) akan kelihatan. Pengendalian: menyemprotkanlarutan insektisida pada tanah di sekitar batang tanaman yang diserang,insektisida disemprotkan pada bercak hitam supaya dapat merembes kedalamsarang dan saluran-saluran yang dibuat oleh anai-anai tersebut.

3) Kumbang Aeroceum fariculatus

Hama kumbang berukuran kecil dan sering menyerang biji pala. Imagonnyamenggerek biji dan meletakkan telur di dalamnya. Di dalam biji tersebut, telur akanmenetas dan menjadi larva yang dapat menggerek biji pala secara keseluruhan.Pengendalian: mengeringkan secepatnya biji pala setelah diambil dari buahnya.

7.2. Penyakit

1) Kanker batang

Gejala: terjadinya pembengkakan batang, cabang atau ranting tanaman yangdiserang. Pengendalian: membersihkan kebun dari semak belukar, memangkasbagian yang terserang dan dibakar.

2) Belah putih

Penyebab: cendawan coreneum sp. yang dapat menyebabkan buah terbelah dangugur sebelum tua. Gejala: terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecoklat-coklatan pada bagian kuliat buah. Bercak-bercak tersebut membesar danberwarna hitam. Pengendalian: (1) membuat saluran pembuangan air (drainase)

Page 425: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

yang baik; (2) pengasapan dengan belerang di bawah pohon dengan dosis 100gram/tanaman.

3) Rumah Laba-Laba

Menyerang cabang, ranting dan daun. Gejala: daun mengering dan kemudiandiikuti mengeringnya ranting dan cabang. Pengendalian: memangkas cabang,ranting dan daun yang terserang, kemudian dibakar.

4) Busuk buah kering

Penyebab: jamur Stignina myristicae. Gejala: berupa bercak berwarna coklat,bentuk bulat dan cekung dengan ukuran bercak bervariasi, yakni dari yangberukuran sangat kecil sampai sekitar 3 cm; pada kulit buah tampak gugusan-gugusan jamur berwarna hijau kehitam-hitaman dan akhirnya bercak-bercaktersebut terjadi kering dan keras. Pengendalian: (1) kondisi kelembaban di sekitarpohon pala perlu dikurangi, misalnya dengan mengurang kerimbunan pohon-pohon lain di sekitar pala dengan memangkas sebagian cabang-cabangnya yangberdaun rimbun, kemudian tanah di sekitar pohon dibersihkan, tidak terdapatgulma atau tanaman-tanaman perdu lainnya; (2) buah pala dan daun yangterserang penyakit ini segera dipetik dan dipendam dalam tanah; (3) dapatdilakukan dengan penyemprotan fungisida secara yang rutin, yakni 2–4 minggusekali, baik pada saat ada serangan maupun tidak ada serangan dari penyakit ini,fungsida yang dapat digunakan adalah yang mengandung bahan aktif mancozeb,karbendazim dan benomi.

5) Busuk buah basah

Penyebab: jamur Collectotrichum gloeosporiodes, yang menyerang ataumenginfeksi buah yang luka. Gejala: buah pala tampak busuk warna coklat yangsifatnya lunak dan basah; gejala ini timbul pada sekitar tangkai buah yang melekatpada buah sehingga buah mudah gugur. Pengendalian: dengan busuk buahkering.

6) Gugur buah muda

Gejala: adanya buah muda yang gugur. Penyebab: penyakit ini belum diketahuidengan jelas. Pengendalian: dengan mengkombinasikan (memadukan) antarapemupukan dan pemberian fungisida.

Page 426: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Umumnya pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada umur 10 tahuntelah berproduksi secara menguntungkan. Produksi pada akan terus meningkat danpada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Pohon pala terus berproduksisampai umur 60–70 tahun. Buah pala dapat dipetik (dipanen) setelah cukup masak(tua), yakni yaitu sekitar 6–7 bulan sejak mulai bunga dengan tanda-tanda buah palayang sudah masak adalah jika sebagian dari buah tersebut tersebut murai merekah(membelah) melalui alur belahnya dan terlihat bijinya yang diselaputi fuli warnamerah. Jika buah yang sudah mulai merekah dibiarkan tetap dipohon selama 2-3hari, maka pembelahan buah menjadi sempurna (buah berbelah dua) dan bijinyaakan jatuh di tanah.

Di Daerah Banda, dikenal 3 macam waktu panen tiap tahun, yaitu: (1) panenraya/besar (pertengahan musim hujan); panen lebih sedikit (awal musim hujan) danpanen kecil (akhir musim hujan). Panen buah pala pada permulaan musim hujanmemberikan hasil paling baik (berkualitas tinggi) dan bunga pala (fuli) yang palingtebal.

8.2. Cara Pemetikan

Pemetikan buah pala dapat dilakukan dengan galah bambu yang ujungnyadiberi/dibentuk keranjang (jawa: sosok). Selain itu dapat pula dilakukan denganmemanjat dan memilih serta memetik buah-buah pala yang sudah masak benar.

9. PASCAPANEN

9.1. Pemisahan Bagian Buah

Setelah buah-buah pala masak dikumpulkan, buah yang sudah masak dibelah danantara daging buah, fuli dan bijinya dipisahkan. Setiap bagian buah pala tersebutditaruh pada wadah yang kondisinya bersih dan kering. Biji-biji yang terkumpul perludisortir dan dipilah-pilahkan menjadi 3 macam yaitu: (1) yang gemuk dan utuh; (2)yang kurus atau keriput; dan (3) yang cacat.

9.2. Pengeringan Biji

Biji pala yang diperoleh dari proses ke-I tersebut segera dijemur untuk menghindariserangan hama dan penyakit. Biji dijemur dengan panas matahari pada lantaijemur/tempat lainnya. Pengeringan yang terlalu cepat dengan panas yang lebihtinggi akan mengakibatkan biji pala pecah. Biji pala yang telah kering ditandaidengan terlepas bagian kulit biji (cangkang), jika digolongkan akan kocak dan kadarairnya sebesar 8–10 %.

Page 427: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Biji-biji pala yang sudah kering, kemudian dipukul dengan kayu supaya kulit buijinyapecah dan terpisah dengan isi biji. Isi biji yang telah keluar dari cangkangnyatersebut disortir berdasarkan ukuran besar kecilnya isi biji:a) Besar: dalam 1 kg terdapat 120 butir isi biji.b) Sedang: dalam 1 kg terdapat sekitar 150 butir isi biji.c) Kecil: dalam 1 kg terdapat sekitar 200 butir isi biji.

Isi biji yang sudah kering, kemudian dilakukan pengapuran. Pengapuran biji palayang banyak dilakukan adalah pengapuran secara basah, yaitu:a) Kapur yang sudah disaring sampai lembut dibuat larutan kapur dalam bak

besar/bejana (seperti yang digunakan untuk mengapur atau melaburdinding/tembok).

b) Isi biji pala ditaruh dalam keranjang kecil dan dicelupkan dalam larutan kapursampai 2–3 kali dengan digoyang-goyangkan demikian rupa sehingga air kapurmenyentuh semua isi biji.

c) Selanjutnya isi biji itu diletakkan menjadi tumpukan dalam gudang untuk diangin-anginkan sampai kering.

Setelah proses pengapuran perlu diadakan pemeriksaaan terakhir untuk mencegahkemungkinan biji-biji pala tersebut cacat, misalnya pecah yang sebelumnya tidakdiketahui.

Pengawetan biji pala juga dapat dilakukan dengan teknologi baru, yakni denganfumigasi dengan menggunakan zat metil bromida (CH3 B1) atau karbon bisulfida(CS2)

9.3. Pengeringan Bunga Pala (Fuli)

Fuli dijemur pada panas matahari secara perlahan-lahan selama beberapa jam,kemudian diangin-anginkan. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai fuli itu kering.Warna fuli yang semula merah cerah, setelah dikeringkan menjadi merah tua danakhirnya menjadi jingga. Dengan pengeringan seperti ini dapat menghasilkan fuliyang kenyal (tidak rapuh) dan berkualitas tinggi sehingga nilai ekonomisnya puntinggi pula.

9.4. Pemecahan Tempurung Biji

Pemecahan tempurung biji pala dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:a) Dengan tenaga manusia

Cara memecah tempurung dari biji pala dilakukan dengan cara memukulnyadengan kayu sampai tempurung tersebut pecah. Cara memecah tempurung bijipala memerlukan keterampilan khusus, sebab kalau tidak isi biji akan banyak yangrusak (pecah) sehingga kulitasnya turun.

b) Dengan mesinCara ini banyak digunakan petani pala. Secara sederhana dapat diterangkanbahwa mekanisme kerja dan alat ini sama dengan yang dilakukan oleh manusia,

Page 428: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

yakni bagian tertentu dari mesin menghancurkan kulit buah pala sehingga yangtinggal adalah isi bijinya. Keuntungan dari penggunaan mesin adalah tenaga,waktu dan biaya operasionalnya dapat ditekan. Disamping itu kerusakan mekanisdari isi biji juga lebih kecil.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Produksi pala (biji dan fuli) setiap tahun terus meningkat. Produksi pala pada tahun1962 sebesar 3.200 ton meningkat menjadi 10.327 ton pada tahun 1971. Dalamjangka waktu 10 tahun tersebut, kenaikan produksi pada rata-rata 22% pertahun luasareal pala nasional pada tahun 1985 diperkirakan 70,192 hektar dengan jumlahproduksi sekitar 18.649 ton pertahun kenaikan produksi itu terutama disebabkanuntuk perluasan tanaman pala yang sekiatar 90% merupakan pertanaman rakyat.Peranan ekspor pala itu cukup besar bagi petani, terutama di daerah-daerah Maluku,Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Irian Jaya. Jawa Barat dan Aceh.

Hasil pala Indonesia mempunyai keunggulan dipasaran dunia karena memiliki aromayang khas dan memiliki rendaman minyak yang tinggi. Hanya sekitar 40% kebutuhanpala dunia dipenuhi dari Granada, India dan beberapa negara penghasil pala lainyasedangkan 60% kebutuhan pala dunia dipenuhi Indonesia, yakni berupa biji pala danselaput biji (fuli) kering yang dapat menghasilkan devisa cukup besar.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilancontoh dan cara pengemasan.

11.2.Diskripsi

Page 429: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Untuk menentukan kualitas dari inti biji pala yang dihasilkan, kriteria yang harusdiperhatikan adalah sebagai berikut:1) Pala kupas ABCD:

1. bji relatif berat2. bentuknya sempurna dan tidak keriput3. tidak diserang hama/penyakit4. tidak pecah/rusak mekanis.

2) Pala kupas RIMPEL:1. biji relatif berat2. berkeriput3. tidak pecah4. tidak diserang hama/penyekit

3) Pala kupas B.W.P.1. berkeriput2. ada kerusakan mekanis3. diserang hama dan penyakit4. ringan

Dari hasil penyortiran kualitas biji tersebut, kita akan mendapatkan berat rata-ratayang berbeda, yakni:a) Pala kupas ABCD dalam satu sak berat (90 kg).b) Pala kupas RIMPEL dalam satu sak berat (80 kg).c) Pala kupas B.W.P. dalam satu sak berat (75 kg).

Kriteria untuk menentukan standar kualitas fuli didasarkan pada warna, bentuk sertakematangan dari fuli. Kriteria kualitas fuli adalah:a) Fuli I (moce one): dari buah yang sudah tua; keadaan fuli utuh; warnanya bagus

(merah).b) Fuli II (moce two): dari buah yang sudah tua; keadaan fuli tidak utuh lagi;c) Gruis I dan II: fuli hancur; lapuk dan mudah pecah; warnanya hitam.

Khusus untuk Gruise II digunakan mesin penghancur untuk lebih menghaluskanfuli.

Kualitas biji pala ditentukan oleh:a) Jarak tanam: jarak tanam bukan saja mempengaruhi kuantitas, tetapi menentukan

kualitas pala yang dihasilkan. Dengan jarak tanam yang rapat biasanya kita akandapatkan buah-buah yang kecil.

b) Pemeliharaan: pemeliharaan juga mempengaruhi kualitas pala yang dihasilkan.Akibat dari pemeliharaan yang tidak baik buah pala mudah diserang oleh hamaatau penyakit (terbelah putih) sehingga kualitas buah kurang baik.

c) Cara pemetikan dan prosesing: buah yang dipetik pada waktu masih muda, bijidan fuli yang kita dapatkan kualitasnya akan rendah. Demikian pula denganprosesing yang kurang baik, misalnya penjemuran yang dilakukan secara tergesa-gesa, biji pala yang dihasilkan tentu akan banyak yang pecah.

Page 430: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.4.Pengambilan Contoh

Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah danbawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudiandibagi 4 dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kalisampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.a) Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yang

diambil 5.b) Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum jumlah contoh yang

diambil 7.c) Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum jumlah contoh yang

diambil 9.d) Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah contoh yang

diambil 10.e) Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah contoh yang

diambil 15.

Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yangberpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badanhukum.

11.5.Pengemasan

Tujuan pengemasan adalah mencegah kerusakan produk hingga ke tangankonsumen. Pengemasan yang umum adalah dengan karung plastik karena dapatmencegah kerusakan dalam waktu yang relatif lama.

Pengepakan biji dan fuli pala dilakukan secara sederhana. Pala yang telah disortirdipak dengan menggunakan karung goni berlapis dua. Rata-rata dari setiap kualitaspala adalah sebagai berikut:a) Pala kupas ABCD dalam satu sak berat 90 kg.b) Pala kupas RIMPEL dalam satu sak berat 80 kg.c) Pala kupas B.W.P. dalam satu sak berat 75 kg.

Khusus untuk pengepakan fuli biasanya dilakukan dalam peti kayu (triplek) denganberat rata-rata 70-75 kg/peti. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukanpengepakan adalah: fuli yang akan dipak harus difumigasi terlebih dahulu.Pemberian fumigant pada biji pala dan fuli harus dilakukan di suatu ruang yangtertutup rapat selama 2 x 24 jam. Fumigant yang biasa digunakan adalah MethylBromida.

Page 431: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Sunanto,Hatta. Budidaya Pala Komoditas Ekspor . Yogyakarta: kanisius.1993.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 432: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1 / 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PEPAYA(Cacarica papaya, L)

1. SEJARAH SINGKAT

Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yangberasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko danCoasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daeah tropis maupunsub tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran danpegunungan (sampai 1000 m dpl). Buah pepaya merupakan buah meja bermutu danbergizi yang tinggi.

2. JENIS TANAMAN

1) Pepaya JantanPohon pepaya ini memiliki bunga majemuk yang bertangkai panjang danbercabang-cabang. Bunga pertama terdapat pada pangkal tangkai. Ciri-ciri bungajantan ialah putih/bakal buah yang rundimeter yang tidak berkepala, benang saritersusun dengan sempurna.

2) Pepaya BetinaPepaya ini memiliki bunga majemuk artinya pada satu tangkai bunga terdapatbeberapa bunga. Tangkai bunganya sangat pendek dan terdapat bunga betinakecil dan besar. Bunga yang besar akan menjadi buah. Memiliki bakal buah yangsempurna, tetapi tidak mempunyai benang sari, biasanya terus berbungasepanjang tahun.

Page 433: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2 / 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Pepaya SempurnaMemiliki bunga yang sempurna susunannya, bakal buah dan benang sari dapatmelakukan penyerbukan sendiri maka dapat ditanam sendirian. Terdapat 3 jenispepaya sempurna, yaitu:1. Berbenang sari 5 dan bakal buah bulat.2. Berbenang sari 10 dan bakal buah lonjong.3. Berbenang sari 2 - 10 dan bakal buah mengkerut.Pepaya sempurna mempunyai 2 golongan:1. Yang dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun.2. Yang berbuah musiman.

Jenis pepaya yang banyak dikenal orang di Indonesia, yaitu:1 Pepaya semangka, memiliki daging buah berwarna merah semangka, rasanya

manis.2) Pepaya burung, warna daging buah kuning, harum baunya dan rasanya manis-

asam.

3. MANFAAT TANAMAN

1) Buah masak yang populer sebagai “buah meja”, selain untuk pencuci mulut jugasebagai pensuplai nutrisi/gizi terutama vitamin A dan C. Buah pepaya masak yangmudah rusak perlu diolah dijadikan makanan seperti sari pepaya, dodol pepaya.Dalam industri makanan buah pepaya sering dijadikan bahan baku pembuatan(pencampur) saus tomat yakni untuk penambah cita rasa, warna dan kadarvitamin.

2) Dalam industri makanan, akarnya dapat digunakan sebagai obat penyembuh sakitginjal dan kandung kencing.

3) Daunnya sebagai obat penyembuh penyakit malaria, kejang perut dan sakitpanas. Bahkan daun mudanya enak dilalap dan untuk menambah nafsu makan,serta dapat menyembuhkan penyakit beri-beri dan untuk menyusun ransum ayam.

4) Batang buah muda dan daunnya mengandung getah putih yang berisikan enzimpemecah protein yang disebut “papaine” sehingga dapat melunakan daging untukbahan kosmetik dan digunakan pada industri minuman (penjernih), industrifarmasi dan textil.

5) Bunga pepaya yang berwarna putih dapat dirangkai dan digunakan sebagai“bunga kalung” pengganti bunga melati atau sering dibuat urap. Batangnya dapatdijadikan pencampur makanan ternak melalui proses pengirisan danpengeringanu.

4. SENTRA PENANAMAN

Di Indonesia tanaman pepaya tersebar dimana-mana bahkan telah menjadi tanamanperkarangan. Senrta penanaman buah pepaya di Indonesia adalah daerah Jawabarat (kabupaten Sukabumi), Jawa Timur (kabupaten Malang), Pasar Induk Kramat

Page 434: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3 / 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Jati DKI, Yogyakarta (Sleman), Lampung Tengah, Sulawesi Selatan (Toraja),Sulawesi Utara (Manado).

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1) Angin diperlukan untukpenyerbukan bunga. Angin yang tidakterlalu kencangsangat cocok bagi pertumbuhan tanaman.

2) Tanaman pepaya tumbuh subur pada daerah yang memilki curah hujan 1000-2000 mm/tahun.

3) Suhu udara optimum 22-26 derajat C.4) Kelembaban udara sekitar 40%.

5.2. Media Tanam

1) Tanah yang baik untuk tanaman pepaya adalah tanah ynag subur dan banyakmengandung humus. Tanah itu harus banyak menahan air dan gembur.

2) Derajat keasaman tanah ( pH tanah) yang ideal adalah netral dengan pH 6-7.3) Kandungan air dalam tanah merupakan syarat penting dalam kehidupan tanaman

ini. Air menggenang dapat mengundang penyakit jamur perusak akar hinggatanaman layu (mati). Apabila kekeringan air, nama tamanan akan kurus, daun,bunga dan buah rontok. Tinggi air yang ideal tidak lebih dalam daripada 50–150cm dari permukaan tanah.

5.3. Ketinggian Tempat

Pepaya dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 700 m–1000 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Bibit/Benih

Sebagai bibit dipergunakan biji, meskipun pohon pepaya dapat di okulasi. Untukmemperoleh biji bakal bibit yang baik dan murni dilakukan melalui pembijiansendiri dengan jalan perkawinan buatan. Cara perkawinan buatan ada 2 yaitu:a) Bunga-bunga dari tanaman betina ambil yang besar, dibungkus dengan kertas

plastik selama 2 hari, sebelumnya bunga-bunga betina membuka. Pada waktubunga-bunga itu membuka lakukan penyerbukan dengan bungan-bunga jantanyang di kepyok-kepyokan di atas bunga betina. Perkawinan di lakukan hingga 3kali.

Page 435: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4 / 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b) Cari pepaya yang berbunga dan berbuah terus menerus pilihlah bungaelongata yang terbesar yang hampir mekar dan terletak pada ujung tangkai.Kemudian bunga tersebut dibungkus dengan kantung agar tidak diserbukisecara alami oleh bunga lain selama 10 hari.

Biji-biji yang digunakan sebagai bibit diambil dari buah-buah yang telah masakbenar dan berasal dari pohon pilihan. Buah pilihan tersebut di belah dua untukdiambil biji-bijinya. Biji yang dikeluarkan kemudian dicuci bersih hingga kulit yangmenyelubungi biji terbuang lalu dikeringkan ditempat yang teduh.

Biji yang segar digunakan sebagai bibit. Bibit jangan diambil dari buah yang sudahterlalu masak/tua dan jangan dari pohon yang sudah tua.

2) Penyiapan Benih

Kebutuhan benih perhektar 60 gram (± 2000 tanaman). Benih direndam dalamlarutan fungisida benomyl dan thiram ( Benlate T) 0,5 gram/liter kemudian disemaidalam polybag ukuran 20 x 15 cm. Media yang digunakan merupakan campuran 2ember tanah yang di ayak ditambah 1 ember pupuk kandang yang sudah matangdan diayak ditambah 50 gram TSP dihaluskan ditambah 29 gram curater/petrofar.Biji-biji yang sudah dikeringkan, jika hendak ditanam harus diuji terlebih dahulu.Caranya biji-biji, yang ditangguhkan dipergunakan sebagai bibit.

3) Teknik Penyemaian Benih

Benih dimasukan pada kedalaman 1 cm kemudian tutup dengan tanah. Disiramsetiap hari. Benih berkecambah muncul setelah 12-15 hari. Pada saatketinggiannya 15-20 cm atau 45-60 hari bibit siap ditanam.

Biji-biji tersebut bisa langsung ditanam/disemai lebih dahulu. Penyemaiandilakukan 2 atau 3 bulan sebelum bibit persemaian itu dipindahkan kekebun.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Pada persemaian biji-biji ditaburkan dalam larikan (barisan ) dengan jarak 5-10cm. Biji tidak boleh dibenam dalam-dalam, cukup sedalam biji, yakni 1 cm.Dengan pemeliharaan yang baik, biji-biji akan tumbuh sesudah 3 minggu ditanam.

5) Pemindahan Bibit

Bibit-bibit yang sudah dewasa, siktar umur 2-3 bulan dapat dipindahkan padapermulaan musim hujan.

Page 436: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5 / 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Lahan dibersihkan dari rumput, semak dan kotoran lain, kemudiandicangkul/dibajak dan digemburkan.

2) Pembentukan Bedengan

Bentuk bedengan berukuran lebar 200-250 cm, tinggi 20-30 cm, panjangsecukupnya, jarak antar bedengan 60 cm. Buat lobang ukuran 50 x 50 x 40 cm diatas bedengan, dengan jarak tanam 2 x 2,5 m.

3) Pengapuran

Apabila tanah yang akan ditanami pepaya bersifat asam (pH kurang dari 5),setelah diberi pupuk yang matang, perlu ditambah ± 1 kg dolomit dan biarkan 1-2minggu.

4) Pemupukan

Sebelum diberi pupuk, tanah yang akan ditanami pepaya harus dikeringkan satuminggu, setelah itu tutup dengan tanah campuran 3 blek pupuk kandang yangtelah matang.

6.3. Teknik Penanaman

1) Pembuatan Lubang Tanam

Untuk biji yang disemai, sebelum bibit ditanamkan bibit, terlebih dahulu harusdibuatkan lubang tanaman. Lubang-lubang berukuran 60 x 60 x 40 cm, yang digalisecara berbaris. Selama lubang-lubang dibiarkan kosong agar memperoleh cukupsinar matahari. Setelah itu lubang-lubang diisi dengan tanah yang telah dicampuridengan pupuk kandang 2-3 blek. Lubang-lubang yang ditutupi gundukan tanahyang cembung dibiarkan 2-3 hari hingga tanah mengendap. Setelah itu barulubang-lubang siap ditanami. Lubang-lubang tersebut diatas dibuat 1-2 bulanpenanaman.

Apabila biji ditanam langsung ke kebun, maka lubang-lubang pertanaman harusdigali terlebih dahulu. Lubang-lubang pertanaman untuk biji-biji harus selesai ± 5bulan sebelum musim hujan.

2) Cara Penanaman

Tiap-tiap lubang diisi dengan 3-4 buah biji. Beberapa bulan kemudian akan dapatdilihat tanaman yang jantan dan betina atau berkelamin dua.

Page 437: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6 / 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan tanaman dilakukan untuk memperoleh tanaman betina disampingbeberapa batang pohon jantan. Hal ini dilakukan pada waktu tanaman mulaiberbunga.

2) Penyiangan

Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukanpenyiangan (pembuangan rumput). Kapan dan berapa kalli kebun tersebut harusdisiangi tak dapat dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.

3) Pembubunan

Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukanpendangiran tanah. Kapan dan berapa kalli kebun tersebut harus didangiri takdapat dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.

4) Pemupukan

Pohon pepaya memerlukan pupuk yang banyak, khususnya pupuk organik,memberikan zat-zat makanan yang diperlukan dan dapat menjaga kelembabantanah. Cara pemberian pupuk:a) Tiap minggu setelah tanam beri pupuk kimia, 50 gram ZA, 25 gram Urea, 50

gram TSP dan 25 gram KCl, dicampur dan ditanam melingkar.b) Satu bulan kemudian lakukan pemupukan kedua dengan komposisi 75 gram

ZA, 35 gram Urea, 75 gram TSP, dan 40 gram KCl.c) Saat umur 3-5 bulan lakukan pemupukan ketiga dengan komposisi 75 gram

ZA, 50 gram Urea, 75 gramTSP, 50 gram KCl.d) Umur 6 bulan dan seterusnya 1 bulan sekali diberi pupuk dengan 100 gram ZA,

60 gram Urea, 75 gramTSP, dan 75 gram KCl.

5) Pengairan dan Penyiraman

Tanaman pepaya memerlukan cukup air tetapi tidak tahan air yang tergenang.Maka pengairan dan pembuangan air harus diatur dengan seksama. Apalagi didaerah yang banyak turun hujan dan bertanah liat, maka harus dibuatkan parit-parit. Pada musim kemarau, tanaman pepaya harus sering disirami.

Page 438: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7 / 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Kutu tanaman (Aphid).

Ciri: badan halus panjang 2-3 mm berwarna hijau, kuning atau hitam. Memilikisepasang tonjolan tabung pada bagian belakang perut, bersungut dan kakipanjang. Kutu dewasa, ada yang bersayap dan tidak. Merusak tanaman dengancara menghisap cairan dengan pencucuk penghisap yang panjang di bagianmulut. Pemberantasan: tungau tungau daun diberantas dengan penyemprotantepung derris atau tepung belerang.

7.2. Penyakit

Penyakit yang sering merugikan tanaman pepaya adalah penyakit yang disebabkanoleh jamur, virus mosaik, roboh semai, busuk buah,leher akar, pangkal batangdannematoda.

Penyaklit mati bujang diisebabkan oleh jamur Phytphthora parasitica, P. palmivoradan Pythium aphanidermatum. Menyerang buah dan batang pepaya. Carapencegahan: perawatan kebun yang baik, menjaga kebersihan, dan drainasesedangkan penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur Meloidogyne incognita.

Nematoda. Apabila lahan telah ditanami pepaya, disarankan agar tidak menanampepaya kembali, untuk mencegah timbulnya serangan nematoda. Tanaman yangterinfeksi oleh nematoda menyebabkan daun menguning, layu dan mati.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Tanaman pepaya dapat dipanen setelah berumur 9-12 bulan. Buah pepaya dipetikharus pada waktu buah itu memberikan tanda-tanda kematangan: warna kulit buahmulai menguning. Tetapi masih banyak petani yang memetiknya pada waktu buahbelum terlalu matang.

8.2. Cara Panen

Panen dilakukan dengan berbagai macam cara, pada umumnya panen/pemetikandilakukan denggan menggunakan “songgo” (berupa bambu yang pada ujungnyaberbentuk setengah kerucut yang berguna untuk menjaga agar buah tersebut tidakjatuh pada saat dipetik).

Page 439: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8 / 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8.3. Periode Panen

Panen dilakukan setiap 10 hari sekali.

8.4. Prakiraan Produksi

Tiap pohon kira-kira dapat menghasilkan 30 buah, bahkan sampai 150 buah. Setelahpanen pertama, pohon pepaya akan terus menerus berbuah. Tetapi sebaiknyasesudah 4 tahun kebun itu harus dibongkar.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Setelah dipanen buah diletakan disuatu tempat yang cukup, dekat dari lokasi dandiberi alas plastik/ koran atau apa saja hingga buah terhindar dari kerusakan.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Pilihlah buah secara selektif, perhatikan bentuk, warna dan ukuran. Tempatkan buahpada kelompoknya masing-masing, misalnya: kelompok A adalah buah yang belummasak, kelompok B buah yang sudah siap dimasak, kelompok C buah yang cacatdan seterusnya. Sehingga akan mempermudah mengklasifikasikan.

9.3. Penyimpanan

Supaya buah itu matang petani perlu melakukan pengemposan (buah disimpanditempat yang mempunyai suhu yang tinggi).

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Biasanya buah dikemas dengan keranjang dalam jumlah banyak yang dilapisikertas/kantong bekas semen untuk menghindari luka pada buah /pada peti yang jugadilapisi dengan kantong semen dan sejenisnya, setelah itu dimasukan kedalam trukuntuk diangkut.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Analisis budidaya pepaya selama masa tanam 4 tahun dengan luas lahan 1 hektar didaerah Bogor tahun 1999.

Page 440: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9 / 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Biaya produksi1. Sewa lahan 1 ha selama 4 tahun Rp. 8.000.000,-2. Bibit 2.000 pohon @ Rp. 300,- Rp. 600.000,-3. Pupuk

- Pupuk kandang 500 karung @ Rp. 1.500,-Tahun ke-1 Rp. 750.000,-Tahun ke-2 s/d ke-4 @ Rp. 3.000.000,- Rp. 9.000.000,-

- NPK 2000 pohon @ Rp. 4.000,-Tahun ke-1 Rp. 240.000,-Tahun ke-2 s/d ke-4 @ Rp. 8.000.000,- Rp. 24.000.000,-

- Tatal Tanduk 2.000 kg @ Rp. 400,-Tahun ke-3 dan ke-4 @ Rp. 800.000,- Rp. 1.600.000,-

- Pengangkutan tahun ke 1 s/d ke-4 @ Rp. 70.000,- Rp.. 280.000,-4. Pestisida

- Dithene 2 liter/tahun @ Rp. 88.600,- Rp. 708.800,-5. Peralatan

- Cangkul 5 buah @ Rp. 10.000,- Rp. 50.000,-- Koret 5 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 25.000,-- Arit 5 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 25.000,-

6. Pemeliharaan- Pemupukan 10 HKP/tahun @ Rp. 7.500,- Rp. 300.000,-- Pengendalian HPT 4 HKP/tahun @ Rp. 7.500,- Rp. 120.000,-- Penyiangan rumput 30 HKW /tahun @ Rp. 5000,- Rp. 600.000,-- Pembubunan 50 HKP/tahun, @ Rp. 7.500,- (th ke-2s/d ke4) Rp. 1.125.000,-

7. Tenaga kerja- Pengolahan lahan 30 HKP @ Rp. 7.500,- Rp. 225.000,-- Pembuatan lubang tanam 200 HKP @ Rp. 7.500,- Rp. 1.500.000,-- Penanaman 10 HKP @ Rp. 7.500,- Rp. 75.000,-- Lain-lain 10 HKP/tahun @ Rp. 7.500,- Rp. 300.000,-

8. Panen dan pascapanen- Panen 75 HKP. @ Rp. 7.500,-

Tahun Ke-1 Rp. 45.000,-Tahun ke-2 s/d ke-4 @ Rp. 562.500,- Rp. 2.250.000,-

- Biaya lain @ Rp. 150.000,-/tahun Rp. 600.000,-Total biaya produksi Rp. 52.418.800,-

2) Pendapatan1. Tahun ke-1, 6.000 kg @ Rp. 700,- Rp. 4.200.000,-2. Tahun ke-2, 45.000 kg @ Rp. 700,- Rp. 31.500.000,-3. Tahun ke-3, 45.000 kg @ Rp. 700,- Rp. 31.500.000,-4. Tahun ke-4, 45.000 kg @ Rp. 700,- Rp. 31.500.000,-Total Pendapatan selama 4 tahun Rp. 98.700.000,-

3) Keuntungan1. Keuntungan selama 4 tahun Rp. 46.281.200,-2. Keuntungan rata-rata per tahun Rp. 11.570.300,-

Page 441: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10 / 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Parameter kelayakan usaha1. B/C ratio = 1,88

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Selama periode 1989-1991, ekspor pepaya Indonesia masih berfluktuasi. Prospekekspor pepaya ke pasar dunia sesungguhnya cukup cerah, terutama untuk melayanipermintaan Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Swedia, yang mencapai 1000 tonper tahun.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar ini meliputi diskripsi, klasifikasi dan syarat mutu, cara pengambilan contoh,cara uji, cara pengemasan.

11.2.Diskripsi

Standar buah pepaya sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI 01–4230–1996.

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Pepaya malang segar digolongkan dalam 4 ukuran yaitu kelas A, B, C dan Dberdasarkan berat tiap buah, yang masing masing digolongkan dalam 3 jenis mutu.Kelas A : Berat per buah 2,5 kg – 3,0 kgKelas B : Berat per buah 1,8 kg – 2,4 kgKelas C : Berat per buah 1,5 kg – 1,7 kgKelas D : Berat per buah < 1,5 kg atau > 3 kg

Kriteria dalam menentukan jenis mutu buah pepaya Malang segar dinilai dari tingkatketuaan dimana jumlah strip berwarna jingga pada permukaan kulit buah yangberwarna hijau botol saat dipanen, kebenaran kultivar. Keseragaman ukuran berat,tingkat kerusakan, kebusukan dan kadar kotoran serta tingkat kesegaran.a) Tingkat ketuaan warna kulit (jumlah strip warna jingga): Mutu I 3 strip, Mutu II 2-3

strip, Mutu III 1 strip.b) Kebenaran kulrivar : mutu I benar 97%, mutu II benar 95% , Mutu III benar 90%c) Keseragaman ukuran berat: mutu I seragam 97%, mutu II seragam 95%, mutu III

seragam 90%.d) Keseragaman ukuran bentuk: mutu I seragam 97%, mutu II seragam 95%, mutu III

seragam 90%.e) Buah cacat dan busuk : mutu I 0%, mutu II 0%, mutu III 0%f) Kadar kotor: mutu I 0%, mutu II 0%, mutu III 0%g) Serangga hidup/mati: mutu I 0%, mutu II 0%, mutu III 0%.

Page 442: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11 / 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

h) Tingkat kesegaran: mutu I segar 100%, mutu II segar < 25%, mutu III segar > 25%

11.4.Pengambilan Contoh

Satu partai buah Pepaya Malang Segar terdiri dari maksimum 1000 kemasan, contohdiambil secara acak.a) Jumlah kemasan dalam partai/lot 1 s/d 5: contoh yang diambil semuab) Jumlah kemasan dalam partai/lot 6 s/d 100: contoh yang diambil sekurang-

kurangnya 5c) Jumlah kemasan dalam partai/lot 101 s/d 300: contoh yang diambil sekurang-

kurangnya 7d) Jumlah kemasan dalam partai/lot 301 s/d 500: contoh yang diambil sekurang-

kurangnya 9e) Jumlah kemasan dalam partai/lot 501 s/d 1000: contoh yang diambil sekurang-

kurangnya 10

Dari kemasan yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnya 3 buah pepayakemudian dicampur. Dari jumlah buah yang terkumpul kemudian diambil secara acakcontoh sekurang-kurangnya 5 buah untuk diuji.

Petugas pengambil contoh adalah orang yang telah berpengalaman atau dilatihterlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.

11.5.Pengemasan

Untuk pasaran ekspor masing-masing buah Pepaya Malang Segar dibungkusdengan kantong terbuat dari bahan yang empuk untuk mengcegah cacat karenabenturan selama transportasi.Buah kemudian dikemas ke dalam kotak karton dengan ujung tangkai menghadapkebawah. Berat bersih masing-masing kemasan 10 kg berisikan ± 4 s/d 6 buahPepaya Malang segar.

Untuk pasaran lokal masing-masing buah pepaya malang segar dibungkus dengankertas koran mulai dari ujung tangkai dikemas dalam keranjang bambu atau plastikdengan berat masing-masing 30 kg berisikan 12 s/d 20 buah Papaya Malang Segar.Dapat juga digunakan peti kayu.

Page 443: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12 / 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. DAFTAR PUSTAKA

1) AAK. 1975. Bertanam Pohon Buah-Buahan. Yogyakarta : Kanisius.2) Suwarno. Pengaruh Cahaya dan Perlakuan Benih Terhadap Perkecambahan

Benih Pepaya. Dalam Buletin Agricultural Vol. XV No. 33) Tohir, Kaslan A. 1978. Bercocok Tanam Pohon Buah-Buahan. Jakarta : Pradnya

Paramita.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 444: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PISANG( Musa spp )

1. SEJARAH SINGKAT

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di AsiaTenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika(Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut denganCau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang.

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut:Divisi : SpermatophytaSub divisi : AngiospermaeKelas : MonocotyledonaeKeluarga : MusaceaeGenus : MusaSpesies : Musa spp.

Jenis pisang dibagi menjadi tiga:1) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var

Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnyapisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.

Page 445: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca formatypicaatau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tandukdan kepok.

3) Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya.Misalnya pisang batu dan klutuk.

4) Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).

3. MANFAAT TANAMAN

Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineraldan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dantepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui prosesfermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkusberbagai macam makanan trandisional Indonesia.

Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisangyang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternakruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumputtidak/kurang tersedia.

Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentridan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obatsakit kencing dan penawar racun.

4. SENTRA PENANAMAN

Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusatproduksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon.Tidak diketahui dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di Indonesia. Walaupundemikian Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisangsegar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, NegeriBelanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 1997adalah ke Cina.

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1) Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namundemikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air,pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapiproduksinya tidak dapat diharapkan.

Page 446: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun danmempengaruhi pertumbuhan tanaman.

3) Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasicurah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidaktergenang.

5.2. Media Tanam

1) Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanahberat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanahberhumus dengan pemupukan.

2) Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanamanpisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50- 200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 - 150cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisangyang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanahyang mengandung garam 0,07%.

5.3. Ketinggian Tempat

Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapattumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon,nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan).

1) Persyaratan Bibit

Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. Tinggi bibitakan berpengaruh terhadap produksi pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan). Bibitanakan ada dua jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baikdigunakan karena sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan didalam bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daunmasih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripadabibit dengan daun yang lebar.

2) Penyiapan Bibit

Bibit dapat dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di kebun sendiri.Tanaman untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2 m. Satu

Page 447: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari terlalubanyaknya jumlah tunas anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan tunas.

3) Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam

Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam bibit diberiperlakuan sebagai berikut:a) Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.b) Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi

mengering. Buang daun-daun yang lebar.c) Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam insektisida 0,5–1% selama

10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.d) Jika tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam.e) Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air

panas beberapa menit.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Pembukaan Lahan

Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi danletak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanansosial.

Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma, rumputatau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat; pembuatansengkedan dan pembuatan saluran pengeluaran air.

2) Pembentukan Sengkedan

Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedantergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan denganrerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanamanlegum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi,pemasuk unsur hara N dan juga penahan angin.

3) Pembuatan Saluran Pembuangan Air

Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanahdatar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosidari landasan saluran itu sendiri.

Page 448: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanaman

Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertamamemungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di antaratanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atautanaman pangan semusim.

Di kebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi,pisang ditanam bersama-sama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao, kelapadan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara permanendengan kelapa.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm atau40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanahsedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.

3) Cara Penanaman

Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober). Sebelumtanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15–20 kg. Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa buah.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan

Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang.Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpunterdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru.

2) Penyiangan

Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak danjuga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan danpenimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak.Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawahpermukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.

3) Perempalan

Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dansanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.

Page 449: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Pemupukan

Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisangmemerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapursebagai sumber kalsium.

Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikanyang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah.Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalamsetahun).

5) Pengairan dan Penyiraman

Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannyaterjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran airyang berada di antara barisan tanaman pisang.

6) Pemberian Mulsa

Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah.Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma,tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkalsehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu mulsa tidak bolehdipasang terus menerus.

7) Pemeliharaan Buah

Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotongagar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang mengembangsempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantungplastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupasehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawahujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibatberatnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkansedalam 30 cm ke dalam tanah.

Page 450: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Ulat daun (Erienota thrax.)

Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun menggulung seperti selubun gdan sobek hingga tulang daun. Pengendalian: dengan menggunakan insektisidayang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.

2) Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)

Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong keatas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian:sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibityang telah disucihamakan.

3) Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis).

Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman kelihatan merana, terbentukrongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakanbibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahandengan kadar lempung kecil.

4) Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)

Bagian yang diserang adalah bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buahabnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang.Pengendalian: dengan menggunakan insektisida.

7.2. Penyakit

1) Penyakit darah

Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yang diserang adalahjaringan tanaman bagian dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahanseperti berdarah. Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tanamanyang sakit.

2) Panama

Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun.Gejala: daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu daun di bagian dalam,pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam.Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.

Page 451: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Bintik daun

Penyebab: jamur Cercospora musae. Bagian yang diserang adalah daun dengangejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian: denganmenggunakan fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur Bordeaux(BB).

4) Layu

Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanamanlayu dan mati. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.

5) Daun pucuk

Penyebab: virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagianyang diserang adalah daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secaraberkelompok. Pengendalian: cara membongkar dan membakar tanaman yangsakit.

7.3. Gulma

Tidak lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akanmenjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan dengan:1) Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup dan dalapon.2) Menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan,

tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. MisalnyaGeophila repens.

3) Menutup tanah dengan plastik polietilen.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan olehumur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera.Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buahyang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkanpada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualansehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnyabuah pisang masih tahan disimpan 10 hari setelah diterima konsumen.

8.2. Cara Panen

Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yangdiambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan

Page 452: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbaliksupaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah.Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan olehpergesekan buah dengan tanah.

Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali.Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m daripermukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhantunas.

8.3. Periode Panen

Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekalitergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.

8.4. Perkiraan Produksi

Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia produksi 28ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untukperkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha), produksi yangekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.

9. PASCAPANEN

Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untukmengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakankendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskandari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakandilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan kedos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan diujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1 Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya pisang dengan luasan 1 ha di daerah Jawa Barat padatahun 1999.

1) Biaya produksi 1 ha pisang dari tahun ke-1 sampai ke-4 adalah:1. Tahun ke-1 Rp. 5.338.000,-2. Tahun ke-2 Rp. 4.235.000,-3. Tahun ke-3 Rp. 4.518.000,-4. Tahun ke-4 Rp. 4.545.300,-

Page 453: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Penerimaan tahun ke I sampai IV *)1. Tahun ke-1: 0,8 x 1.000 tandan Rp. 6.000.000,-2. Tahun ke-2: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-3. Tahun ke-3: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-4. Tahun ke-4: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-

3) Keuntungan1. Keuntungan selama 4 tahun penanaman Rp. 23.363.700,-2. Keuntungan/tahun Rp. 5.840.925,-

4) Parameter kelayakan usaha1. Output/Input rasio = 2,150

Keterangan : *) perkiraan harga 1 tandan Rp. 7.500,-

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Perkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan mudahdapat ditemukan di Meksiko, Jamaika, Amerika Tengah, Panama, Kolombia,Ekuador dan Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah merupakan suatuindustri yang didukung oleh kultur teknis yang prima dan stasiun pengepakan yangmodern dan pengepakan yang memenuhi standard internasional. Hal tersebutmenunjukkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat tidakmungkin diabaikan. Permintaan pisang dunia memang sangat besar terutama jenispisang Cavendish yang meliputi 80% dari permintaan total dunia.

Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat ini ekspor pure pisang jugamemberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibuat dari pisang cavendishdengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya dengan kadar gula < 21%.

Di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau kebun yangsangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil adalah 10-30 ha.Angka ini belum dicapai di Indonesia. Tanah dan iklim kita sangat mendukungpenanaman pisang, karena itu secara teknis pendirian perkebunan pisang mungkindilakukan.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar ini meliputi: klasifikasi dan, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,syarat penandaan dan cara pengemasan.

Page 454: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.2.Diskripsi

Standar buah pisang ini mengacu kepada SNI 01-4229-1996.

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

a) Tingkat Ketuaan Buah (%): Mutu I=70-80; Mutu II <70 & >80b) Keseragaman Kultivar: Mutu I=seragam; Mutu II=seragamc) Keseragaman Ukuran: Mutu I=seragam; Mutu II=seragamd) Kadar kotoran (% dalam bobot kotoran/bobot): Mutu I=0; Mutu II= 0e) Tingkat kerusakan fisik/mekanis (% Bobot/bobot): Mutu I=0; Mutu II=0f) Kemulusan Kulit (Maksimum): Mutu I=Mulus; Mutu II=Mulusg) Serangga: Mutu I=bebas; Mutu II=bebash) Penyakit: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas

Adapun persyaratan berdasarkan klasifikasi pisang adalah sebagai berikut:a) Panjang Jari (cm): Kelas A 18,1-20,0; Kelas B 16,1-18,0; Kelas C 14,1-16,0b) Berat Isi (kg): Kelas A > 3,0; Kelas B 2,5-3,0; Kelas C < 2,5c) Dimeter Pisang (cm): Kelas A 2,5; Kelas B > 2,5; Kelas C < 2,5

Untuk mencapai dan mengetahui syarat mutu harus dilakukan pengujian yangmeliputi :a) Penentuan Keseragaman Kultivar.

Cara kerja dari pengujian adalah ; Hitung jumlah dari seluruh contoh buah pisangsegar, amati satu persatu secara visual dan pisahkan buah yang tidak sesuaidengan untuk kultivar ang besangkutan. Hitung jumlah jari buah pisang yang tidaksesuai dengan kultivar tersebut. Hitung persentase jumlah jari buah pisang yangdinilai mempunyai bentuk dan warna yang tidak khas untuk kultivar yangbersangkutan terhadap jumlah jari keseluruhannya.

b) Penentuan Keseragaman Ukuran Buah.Ukur panjang dari setiap buah contoh dan dihitung mulai dari ujung buah sampaipangkal tangkai dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat pengukur yangsesuai. Ukur pula garis tengah buah dengan menggunakan mistar geser.Pisahkan sesuai dengan penggolongan yang dinyatakan pada label di kemasan.

c) Penentuan Tingkat Ketuaan.Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar. Buah yang tidsak bersudutlagi (hampir bulat) berati sudah tua 100%, sedangkan yang masih sangat nyatasudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau kurang.

d) Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/MekanisHitung jumlah jari dari seluruh contoh buah pisang. Amati satu persatu jari buahsecara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami kerusakan mekanis/fisikberupa luka atau memar. Hitung jumlah yang rusak lalu bagi dengan jumalhkeseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.

e) Penentuan Kadar KotoranTimbang seluruh contoh buah yang diuji, amati secara visual kotorang yang ada,pisahkan kotoran yang ada pada buah dan kemasannya seperti tanah, getah,batang, potongan daun atau benda lain yang termasuk dalam istilah kotoran yang

Page 455: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

menempel pada buah dan kemasan, lalu timbang seluruh kotorannya. Beratkotoran per berat seluruh contoh buah yang diuji kali dengan 100%.

11.4.Pengambilan Contoh

Satu partai/lot buah pisang segar terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contohdiambil secara acak sebanyak jumlah kemasan.

a) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 1–5 : contoh semuab) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 6–100 : contoh : sekurang-

kurangnya 5c) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 101–300 : contoh sekurang-

kurangnya 7d) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 301–500 : contoh sekurang-

kurangnya 9e) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 501–1000 : contoh sekurang-

kurangnya 10

11.5.Pengemasan

Untuk pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg atau 12 kg.Kardus dapat dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa pembagian ruang.Sebelum pisang dimasukkan, alasi/lapisi bagian bawah dan sisi dalam kardusdengan lembaran plastik/kantung plastik. Setelah pisang disusun tutup pisangdengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok (cluster) pisang dibungkus denganplastik lembaran/kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam kardus karton.

Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain:a) Produksi Indonesiab) Nama kultivar pisangc) Nama perusahaan/ekspotird) Berat bersihe) Berat kotorf) Identitas pembelig) Tanggal panenh) Saran suhu penyimpanan/pengangkutan

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru. Bandung2) Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan. C.V. Sinar Baru.

Bandung.3) Stover, R.H & N.W. Simmonads. 1993. Banana. Tropical Agriculture Series.

Longman Scientific ang Technical. New York.

Page 456: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13 / 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Hendro Soenarjono. 1998. Teknik Memanen Buah Pisang agar Berkualitas Baik.Trubus no. 341.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 457: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

RAMBUTAN( Nephelium sp. )

1. SEJARAH SINGKAT

Rambutan (Nephelium sp.) merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohondengan famili Sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa Inggrisnyadisebut Hairy Fruit berasal dari Indonesia. Hingga saat ini telah menyebar luar didaerah yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara Amerika Latin danditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis.

2. JENIS TANAMAN

Dari survey yang telah dilakukan terdapat 22 jenis rambutan baik yang berasal darigalur murni maupun hasil okulasi atau penggabungan dari dua jenis dengan galuryang berbeda. Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis rambutan dilihat dari sifatbuah (dari daging buah, kandungan air, bentuk, warna kulit, panjang rambut). Darisejumlah jenis rambutan diatas hanya beberapa varietas rambutan yang digemariorang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomis relatif tinggi diantaranya:

1) Rambutan Rapiah buah tidak terlalu lebat tetapi mutu buahnya tinggi, kulitberwarna hijau-kuning-merah tidak merata dengan beramut agak jarang, dagingbuah manis dan agak kering, kenyal, ngelotok dan daging buahnya tebal, dengandaya tahan dapat mencapai 6 hari setelah dipetik.

2) Rambutan Aceh Lebak bulus pohonnya tinggi dan lebat buahnya dengan hasilrata-rata 160-170 ikat per pohon, kulit buah berwarna merah kuning, halus,

Page 458: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

rasanya segar manis-asam banyak air dan ngelotok daya simpan 4 hari setelahdipetik, buah ini tahan dalam pengangkutan.

3) Rambutan Cimacan, kurang lebat buahnya dengan rata-rata hasil 90-170 ikat perpohon, kulit berwarna merah kekuningan sampai merah tua, rambut kasar danagak jarang, rasa manis, sedikit berair tetapi kurang tahan dalam pengangkutan.

4) Rambutan Binjai yang merupakan salah satu rambutan yang terbaik di Indonesiadengan buah cukup besar, dengan kulit berwarna merah darah sampai merah tuarambut buah agak kasar dan jarang, rasanya manis dengan asam sedikit,hasilbuah tidak selebat aceh lebak bulus tetapi daging buahnya ngelotok.

5) Rambutan Sinyonya, jenis rambutan ini lebat buahnya dan banyak disukaiterutama orang Tionghoa, dengan batang yang kuat cocok untuk diokulasi, warnakulit buah merah tua sampai merah anggur, dengan rambut halus dan rapat,rasabuah manisa sam, banyak berair, lembek dan tidak ngelotok.

3. MANFAAT TANAMAN

Tanaman buah rambutan sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya yangmempunyai gizi, zat tepung, sejenis gula yang mudah terlarut dalam air, zat proteindan asam amino, zat lemak, zat enzim-enzim yang esensial dan nonesensial, vitamindan zat mineral makro, mikro yang menyehatkan keluarga, tetapi ada pulasementara masyarakat yang memanfaatkan sebagai pohon pelindung dipekarangan, sebagai tanaman hias.

4. SENTRA PENANAMAN

Di Indonesia yang menjadi sentra penanaman rambutan adalah di Jawa khususnyayang sangat besar produksi buah rambutan antara lain di Bekasi, Kuningan, Malang,Probolinggo, Lumajang dan di Garut.

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

1) Dalam budidaya rambutan angin berperan dalam penyerbukan bunga.2) Intensitas curah hujan yang dikehendaki oleh pohon rambutan berkisar antara

1.500-2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun3) Sinar matahari harus dapat mengenai seluruh areal penanaman sejak dia terbit

sampai tenggelam, intensitas pancaran sinar matahari erat kaitannya dengansuhu lingkungan.

Page 459: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Tanaman rambutan akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah denganoptimal pada suhu sekitar 25 derajat C yang diukur pada siang hari. Kekurangansinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna(kempes).

5) Kelembaban udara yang dikehendaki cenderung rendah karena kebanyakantumbuh di dataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembabanyang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air. Kondisi demikian cocokuntuk pertumbuhan tanaman rambutan.

5.2. Media Tanam

1) Rambutan dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta sedikitmengandung pasir, juga dapat tumbuh baik pada tanah yang banyak mengandungbahan organik ataui pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir.

2) Pada dasarnya tingkat/derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbedadengan tanaman perkebunan lainnya di Indonesia yaitu antara 6-6,7 dan kalaukurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.

3) Kandungan air dalam tanah idealnya yang diperlukan untuk penanaman pohonrambutan antara 100-150 cm dari permukaan tanah.

4) Pada dasarnya tanaman rambutan tidak tergantung pada letak dan kondisi tanah,karena keadaan tanah dapat dibentuk sesuai dengan tata cara penanaman yangbenar (dibuatkan bedengan) sesuai dengan petunjuk yang ada.

5.3. Ketinggian Tempat

Rambutan dapat tumbuh subur pada dataran rendah dengan ketinggian antara 30-500 m dpl. Pada ketinggian dibawah 30 m dpl rambutan dapat tumbuh namun tidakbegitu baik hasilnya.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Benih

Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakatkonsumen antara lain: Rambutan Rapiah, Rambutan Aceh, Lebak bulus,Rambutan Cimacan, Rambutan, Rambutan Sinyonya.

2) Penyiapan Benih

Persiapan benih biji yang dipergunakan sebagai pohon pangkal setelah buahdikupas dan diambil bijinya dengan jalan fermentasi biasa (ditahan selama 1-2hari) sesudah itu di angin-anginkan selama 24 jam (sehari semalam) dan biji siapdisemaikan. Disamping itu dapat pula direndamdengan larutan asam dengan

Page 460: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chlorida (HCl)25% atau Asam Sulfat (H2S04) BJ = 1.84, caranya direndam selama 15 menitkemudian dicuci dengan air tawar yang bersih sebanyak 3 kali berulang denganair yang mengalir selama 10 menit dan dianginkan selama 24 jam. Untukmenghidari jamur biji dapat dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 WPatau fungisida lainnya.

3) Teknik Penyemaian Benih

Teknik penyemaian benih dipilih lahan yang gembur dan mudah mendapatpengairan serta mudah dikeringkan disamping itu mudah diawasi seperti:mencangkul tanah sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari rumput-rumput,batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya. Kemudian tanahdihaluskan sehingga menjadi gembur dan buatkan bedang-bedeng yangberukuran 1-1,5 m lebar dan tinggi sekitar 30 cm, panjang disesuaikan denganluas pekarangan/persawahan. Tetapi idealnya panjang bedengan sekitar 10 m,dengan keadaan arah membujur dari Utara ke Selatan, supaya mendapatkanbanyak sinar matahari walaupun setelah diberi atap pelindung, dengan jarakantara bedeng 30 cm dan untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau,kompos/pupuk kandang yang sudah matang dan benih siap disemaikan. Selaindengan melalui proses pengecambahan juga biji dapat langsung ditunggalkanpada bedeng-bedeng yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan pohon pangkallebih baik melalui proses pengecambahan, biji-biji tersebut ditanam pada bedeng-bedeng yang berjarak 10 X 10 cm setelah berkecambah dan berumur 1-1,5 bulandan sudah tumbuh daun sekitar 2-3 helai maka bibit dapat dipindahkan daribedeng persemaian ke bedeng penanaman.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Setelah bibit berkecambang dan telah berumur 1-1,5 bulan disiram pagi sore,setelah kecambah dipindah ke bedeng pembibitan penyiraman cukup 1 kali tiappagi hari sampai menjelang mata hari terbit, dengan menggunakan "gembor"supaya merata dan tidak merusak bedengan dan diusahakan air dapat menembussedalam 3-4 cm dari permukaan. Kemudian dilakukan pendangiran bedengansupaya tetap gembur dan dilakukan setiap 2-3 minggu sekali, rumput yangtumbuh disekitarnya supaya disiangi, hindarkan dari serangan hama dan penyakit,sampai umur kurang lebih 1 tahun persemaian yang dilakukan terhadap pohonbaru setelah itu dapat dilakukan pengokulasian yang ditentukan dengan sistemFokkert yang sudah disempurnakan yang sebelumnya daun-daun dirontokkanpada pohon induk yang telah dipilih mata kulitnya dan kemudian setelah disiapkantempat untuk penempelan mata kulit tersebut sampai mata kulit itu tumbuh tunas,setelah itu tunas asli pada pohon induk yang telah ditempel dipangkas, kemudianrawat dengan penyiraman 2 kali sehari dan mendangir serta membersihkanrumput-rumput yang ada disiangi, kemudian dapat juga diberi pupuk urea 10 gramuntuk tiap 1 m² untuk 25 tanaman rambutan.

Page 461: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) Pemindahan Bibit

Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah atau di cangkok maupundiokulasi dapat dengan mencungkil/membuka plastik yang melekat pada mediapenanaman dengan cara hati-hati jangan sampai akar menjadi rusak dandilakukan penyungkilan sekitar 5 cm dan agar tumbuh akar lebih banyak makadalam penanaman kembali akar tunggangnya dapat dipotong sedikit untukmenjaga penguapan kemudian lebar daun dipotong separuh serta keping yangmenempel dibiarkan sebab berfungsi sebagai cadangan makanan sebelum dapatmenerima makanan dari tanah yang baru. Dan ditanam pada bedeng pembibitandengan jarak 30-40 cm dan ditutupi dengan atap yang dipasang miring lebih tinggidi Timur dengan harapan dapat lebih banyak kena sinar mata hari pagi.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Pilihlah tanah yang subur, hindari daerah yang berkondisi tanahnya terlampau liatdan tidak memiliki sirkulasi yang baik, meskipun pada daerah perbukitan tetapitanahnya subur dengan cara membuat sengkedan (teras) pada bagian yangcuram, kemudian untuk menggemburkan tanah perlu dibajak atau cukup dicangkuldengan kedalaman sekitar 30 cm secara merata.

2) Pembukaan Lahan

Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun rambutan dikerjakan semua secarabersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak dan rerumputan dibuangdan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak/dicangkul. Bila bibitberasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam tetapi kalaudari hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam. Kemudian dibuatkansaluran air selebar 1 meter dan kedalam disesuaikan dengan kedalaman airtanah, guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. Tanah yangkurus dan kurang humus atau tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuatdengan cara mengubur ranting-ranting dan dedaunan dan kondisi ini dibiarkanselama kurang lebih 1 tahun sebelumnya.

3) Pembentukan Bedengan

Setelah tanah keadaan gembur dan buatkan bedeng-bedengan yang berukuran 8m lebar dan tinggi sekitar 30 cm dengan perataan dasar atasnya guna menopangbibit yang akan ditanam, panjang disesuaikan dengan luaspekarangan/persawahan. Tetapi idealnya panjang bedengan sekitar 10 m, dengankeadaan arah membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinarmatahari pagi walaupun setelah diberi atap pelindung, dengan jarak antarabedeng 1 m yang diharapkan untuk lalu-lintas para pekerja dan dapatdipergunakan sebagai saluran air pembuangan, dan untuk menambah kesuburandapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang yang sudah matang

Page 462: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Pengapuran

Pengapuran pada dataran yang berasal dari tambak dan juga dataran yang baruterbentuk tidak bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam juga belum terlalusubur, setelah lobang-lobang itu digali dengan ukuran penanaman di pekarangandan dasarnya ditaburkan kapur sebanyak 0,5 liter untuk setiap lobang gunamenetralkan pH tanah hingga mencapai 6-6,7 sebagai syarat tumbuhnya tanamanrambutan, setelah 1 minggu dari penaburan kapur diberi pupuk kandang supayatanah menjadi subur.

5) Pemupukan

Setelah jangka waktu 1 minggu dari pemberian kapur pada lubang-lubang yangditentukan kemudian diberikan pupuk kandang sebanyak 25 kg (kurang lebih 1blek) dan setelah 1 minggu lahan baru siap untuk ditanami bibit rambutan yangtelah jadi.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanaman

Penyiapan pohon pangkal sebaiknya melalui proses perkecambahan kemudianditanam dengan jarak 10 x 10 cm setelah berkecambah dan berumur 1-1,5 bulanatau telah tumbuh daun sebanyak 3 helai maka bibit/zaeling dapat dipindahkanpada bedeng ke dua dengan jarak 1-14 meter. Untuk menghindari sengatan sinarmatahari secara langsung dibuat atap yang berbentuk miring lebih tinggi ke Timurdengan maksud supaya mendapatkan sinar matahari pagi hari secara penuh.

2) Pembuatan Lubang Tanaman

Pembuatan lubang pada bedeng-bedeng yang telah siap untuk tempatpenanaman bibit rambutan yang sudah jadi dilakukan setelah tanah diolah secaramatang kemudian dibuat lobang-lobang dengan ukuran 1 x 1 x 0,5 m yangsebaiknya telah dipersiapkan 3-4 pekan sebelumnya dan pada waktu penggaliantanah yang diatas dan yang dibawah dipisahkan yang nantinya dipergunakanuntuk penutup kembali lubang yang telah diberi tanaman, sedangkan jarak antarlubang sekitar 12-14 m.

3) Cara Penanaman

Setelah berlangsung selama 2 pekan lubang ditutup dengan susunan tanahseperti sedia kala dan tanah yang bagian atas dikembalikan setelah dicampurdengan 3 blek (1 blek kurang lebih 20 liter) pupuk kandang yang sudah matang,dan kira-kira 4 pekan dan tanah yang berada di lubang bekas galian tersebutsudah mulai menurun baru rambutan ditanam dan tidak perlu terlalu dalam

Page 463: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

secukupnya, maksudnya batas antara akar dan batang rambutan diusahakansetinggi permukaan tanah yang ada disekelilingnya.

4) Lain-lain

Pada awal penanaman di kebun perlu diberi perlindungan yang rangkanya dibuatdari bambu/bahan lain dengan dipasang posisi agak tinggi disebelah Timur, agartanaman mendapatkan lebih banyak sinar matahari pagi dari pada sore hari, danuntuk atapnya dapat dibuat dari daun nipah, kelapa/tebu. Sebaiknya penanamandilakukan pada awal musim penghujan, agar kebutuhan air dapat dipenuhi secaraalamiah.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Karena kondisi tanah telah gembur dan mudah tanaman lain akan tumbuh kembaliterutama Gulma (tanaman pengganggu), seperti rumput-rumputan dan harusdisiangi sampai radius 1-2 m sekeliling tanaman rambutan. Apabila bibit tidaktumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan.

2) Perempalan

Agar supaya tanaman rambutan mendapatkan tajuk yang rimbun, setelahtanaman berumur 2 tahun segera dilakukan peempelan/ pemangkasan padaujung cabang-cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbangjuga berguna memberi bentuk tanaman, memperbanyak dan mengatur produksiagar tanaman tetap terpelihara. Pemangkasan juga perlu dilakukan setelah masapanen buah berakhir dengan harapan muncul tajuk-tajuk baru sebagai tempatmunculnya bunga baru pada musim berikutnya dan hasil berikutnya dapatmeningkat.

3) Pemupukan

Untuk menjaga agar kesuburan lahan tanaman rambutan tetap stabil perludiberikan pupuk secara berkala dengan aturan:a) Pada tahun ke 2 setelah penanaman bibit diberikan pada setiap pohon dengan

campuran 30 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea dan 20 germ ZKdengan cara ditaburkan disekeliling pohon/dengan jalan menggali disekelilingpohon sedalam 30 cm selebar antara 40-50 cm, kemudian masukkan campurantersebut dan tutup kembali dengan tanah galian sebelumnya.

b) Tahun berikutnya perlu dosis pemupukan perlu ditambah dengan komposisi 50kg pupuk kandang, 60 kg TSP, 150 gr Urea dan 250 gr ZK dengan carapemupukan yang sama, apabila menggunakan pupuk NPK makaperbandingannya 15:15:15 dengan ukuran diantara 75-125 kg untuk setiap ha,dan bila ditabur dalam musim hujan dan dengan komposisi 250-350 kg apabiladilakukan saat awal musim penghujan.

Page 464: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Pengairan dan Penyiraman

Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan/okulasiditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Danminggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali sehari.Apabila tanaman rambutan telah tumbuh benar-benar kuat frekuensi penyiramanbisa dikurangi lagi yang dapat dilakukan saat-saat diperlukan saja. Dan bilaturunterlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang air dengancara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air.

5) Waktu Penyemprotan Pestisida

Guna mencegah kemungkinan tumbuhnya penyakit/hama karena kondisicuaca/hewan-hewan perusak maka perlu dilakukan penyemprotan pestisidaumumnyadilakukan antara 15-20 hari sebelum panen dan juga apabilakelembaban udara terlalu tinggi akan tumbuh cendawan, apabila musimpenghujan mulai tiba perlu disemprot fungisida beberapa kali selama musim hujanpestisida dan insektisida

6) Pemeliharaan Lain

Untuk memacu munculnya bunga rambutan diperlukan larutan KNOƒ (KalsiumNitrat) yang akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tidak diberi KNOƒ danjuga mempunyai keunggulan memperbanyak "dompolan" bunga (tandan)rambutan pada setiap stadium (tahap perkembangan) serta mempercepatpertumbuhan buah rambutan.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama pada Daun

Hama tanaman rambutan berupa serangga seperti semut, kutu, kepik, kalong danbajing serta hama lainya seperti, keberadaan serangga ini dipengaruhi faktorlingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik. misal: ulat penggerek buah(Dichocricic punetiferalis) warna kecoklat-coklatan dengan ciri-ciri buah menjadikering dan berwarna hitam, Ulat penggerek batang (Indrabela sp) membuat kulitkayu dan mampu membuat lobang sepanjang 30 cm, Ulat pemakan daun (Plonetadiducta/ulat keket) memakan daun-daun terutama pada musim kemarau. UlatJengkal (Berta chrysolineate) pemakan daun muda sehingga penggiran daunmenjadi kering, keriting berwarna cokelat kuning.

Page 465: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7.2. Penyakit

Penyakit tanaman rambutan disebabkan organisme semacam ganggang(Cjhephaleusos sp) yang diserang umumnya daun tua dan muncul pada musimhujan dengan ciri-ciri adanya bercak-bercak kecil dibagian atas daun disertai serat-serat halus berwarna jingga yang merupakan kumpulan sporanya. GanggangChaphaleuros kesimbiose dengan lumut kerek (lichen) dan dapat dijumpai padadaun dan batang rambutan, yang nampak seperti panu sehingga ranting yangdiserang dapat mati; Penyakit akar putih disebabkan oleh cendawan (jamur)Rigidoporus Lignosus dengan tanda rizom berwarna putih yang menempel pada akardan apabila akar yang kena dikupas akan nampak warna kecoklatan.

7.3. Gulma

Segala macam tumbuhan pengganggu tanaman rambutan yang berbentukrerumputan yang berada disekitar tanaman rambutan yang akan mengganggupertumbuhan perkembangan bibit rambutan oleh sebab itu perlu dilakukanpenyiangan secara rutin.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Buah rambutan yang telah matang dengan ciri-ciri melihat warna yang disesuikandengan jenis rambutan yang ada juga dengan mencium baunya serta yang terakhirdengan merasakan rambutan yang sudah masak dibandingkan dengan rambutanyang belum masak, dapat dipastikan bahwa pemanenan dilakukan sekitar bulanNopember sampai Februari, juga dapat dipengaruhi musim kemarau atau musimpenghujan.

8.2. Cara Panen

Cara pemanenan yang terbaik adalah dipetik beserta tungkalnya yang sudah matang(hanya yang sudah masak) sekaligus melakukan pemangkasan pohon agar tidakmenjadi rusak. Pemangkasan dilakukan sekaligus panen agar dapat bertunaskembali cepat berbuah apabila pemetikan tidak terjangkau dapat dilakukan denganmenggunakan galah untuk mengkait tangkai buah rambutan secara benar.

8.3. Periode Panen

Periode pemanenan buah rambutan dilakukan pada sekitar bulan Nopember sampaidengan Februari (masa musim penghujan). Dengan dicari buah yang masak danyang belum masak supaya ditinggal dulu dan kemudian dipanen kembali

Page 466: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8.4. Prakiraan Produksi

Apabila penanganan dan pemeliharaan semenjak pembibitan hingga panendilakukan secara baik dan benar serta memenuhi aturan yang ada maka dapatdiperkirakan mendapatkan hasil yang maksimal. Setiap pohonnya dapat mencapaihasil minimal 0,10 kuintal, dan maksimal dapan mencapai 1,75 kuintal setiappohonnya.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Setelah dilakukan pemanenan yang benar buah rambutan harus diikat secara baik,biasanya dikumpulkan tidak jauh dari lokasi pohon sehingga selesai pemanenansecara keseluruhan.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Tujuan penyortiran buah rambutan yang bagus agar harga jualnya tinggi, biasanyadipilih berdasarkan ukuran dan mutunya, buah yang kecil tetapi baik mutunya dapatdicampur dengan buah yang besar dengan sama mutunya, yang biasanya dijualdalam bentuk ikatan dan perlu diingat bahwa dalam 1 ikatan diusahakan sama besardan sama baik mutunya. Dan dilakukan sesuai dengan jenis rambutan, jangandicampur adukkan dengan jenis yang lain.

9.3. Penyimpanan

Penyimpanan yang terbaik untuk mengawetkan buah rambutan biasanya dilakukandengan jalan dibuat asinan/manisan dan dimasukkan dalam kaleng/botol atau dapatjuga dengan menggunakan kantong plastik. Hal ini dapat menjaga kesterlilan danketahanan serta lama penyimpanannya.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Hasil jual dapat tinggi tidak tergantung dari rasanya saja,tetapi pada kenampakandancara pengikatannya,apabilaakan dijual tidak jauh dari lokasi maka cukup diikat dankemudian di angkut dengan kendaraan/dimasukkan dalam karung. Untuk pengirimandengan jarak yang agak jauh (antar pulau) yang membutuhkan waktu hingga 2-3 harilamanya perjalanan rambutan. Caranya di pak dengan menggunakan peti sebelumdipilih dan di pak sebaiknya dicuci terlebih dahulu dengan air sabun dan dibilaskemudian dikeringkan, setelah dipisah dari tangkainya, apabila ada yang terkenajamur sebaiknya direndam dulu dengan larutan soda 1,5% selama 3-5 menitkemudian disikat dengan sikat yang lunak. Setelah itu disusun berderet berbentuksudut terhadap sisi peti, yang sebelumnya dialasi dengan lumut/ sabut kelapa,setelah itu dilapisi dengan kertas minyak. Setelah penuh lapisan atas dilapisi lagi

Page 467: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

dengan kertas minyak dan dengan sabut kelapa yang terakhir ditutup dengan papan,sebaiknya kedua sisi panjang dibentuk agak gembung, biasanya penempatan petibagian yang pendek ditempatkan dibawah didalam perjalanan.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1 Analisis Usaha Budidaya

Untuk mendukung perhitungan analisis usaha tani rambutan secara konvensionalada beberapa hal yang perlu diketahui antara lain:1) Tanaman rambutan dibudidayakan secara pencangkokan atau mengokulasi

dengan jarak tanam 12-14 m sehingga populasi tanaman setiap hektar mencapai1000 tanaman.

2) Varietas tanaman rambutan yang dibudidayakan merupakan jenis yang disukaikonsumen.

3) Di lokasi penanaman diusahakan yang dekat dengan sumber air, dekat dengansipekerja.

4) Tenaga kerja dibedakan menjadi dua yakni tenaga kerja pria (HKP) dan tenagakerja wanita (HKW), dengan ongkostenaga kerja pria lebih tinggi dari pada tenagakerja wanita dengan jam kerja per harinya 8 jam.

5) Budidaya rambutan dilakukan pada musim (Maret-September).

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Buah rambutan merupakan buah populer di kawasan ASEAN, khususnya di tanh airdn di negara Jiran Malaysia tempat asal buah rambutan. Buah rambutan dapatdikonsumsi langsung (buah segar) ataupun diolah menjadi buah kalen dan manisanbuah rambutan.

Rambutan selain sebagai buah segar yang digemari, hasil olahannya pun menjadikomoditi primadona yang memiliki prospek cukup cerah di Asia dan di negara-negaralainnya. Pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri masih merupakan lahanpemasaran yang menjanjikan. Sehingga sangat tepat untuk membudidayakan buahrambutan secara intensif dengan didukung kondisi alam yang ada.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standard produksi ini meliputi: klasifikasi/penggolongan dan syarat mutu, carapengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan.

Page 468: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.2.Diskripsi

Buah rambutan segar adalah buah dari tanaman rambutan (Nephelium lappaceumLinn) dalam tingkat ketuaan optimal, utuh, segar dan bersih. Standar buah rambutandi Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3210-1992.

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Buah rambutan segar untuk masing-masing kultvar, digolongkan dalam 2 buah jenis,yaitu: Mutu I dan Mutu II.

Klasifikasi berdasarkan ukuran berat adalah sebagai berikut:a) Binjai: besar maksimum 20 kg; kecil : > 20 kgb) Lebak Bulus: besar maksimum 35 kg; kecil > 35 kgc) Rapiah: besar maksimum 30 kg; kecil > 30 kgd) Simacan: besar maksimum 40 kg; kecil > 40 kg

Persyaratan mutu untuk buah rambutan adalah sebagai berikut:a) Keseragaman Kultivar: mutu I seragam; mutu II seragamb) Keseragaman Ukuran: mutu I seragam; mutu II kurang seragamb) Tingkat Kesatuan Buah: mutu I tepat; mutu II kurang Tepatc) Tingkat Kesegaran Buah: mutu I segar; mutu II kurang segard) Buah cacat/busuk: mutu I 0%; mutu II 0%e) Bentuk ikatan: mutu I maksimum 10 cm; mutu II maksimum 10 cmf) Bentuk buah lepas: mutu I maksimum. 0,5 cm; mutu II maksimum 0,5 cmg) Kadar Kotoran: mutu I 0%; mutu II 0%h) Serangga hidup/mati: mutu I tidak ada; mutu II tidak ada

11.4.Pengambilan Contoh

Satu partai/lot buah rambutan segar terdiri dari maksimum 1.000 kemasan. Contohdiambil secara acak dari jumlah kemasan dalam 1 (satu) partai/lot.a) Jumlah kemasan dalam partai/lot 1 s/d 5, contoh pengambilan semuab) Jumlah kemasan dalam partai/lot 6 s/d 100, contoh pengambilan sekurang-

kurangnya 5c) Jumlah kemasan dalam partai/lot 101 s/d 300, contoh pengambilan sekurang-

kurangnya 7d) Jumlah kemasan dalam partai/lot 301 s/d 500, contoh pengambilan sekurang-

kurangnya 9e) Jumlah kemasan dalam partai/lot 501 s/d 1000, contoh pengambilan sekurang-

kurangnya 10

Petugas pengambil contoh harus orang yang memenuhi persyaratan yaitu orangyang telah berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengansuatu badan hukum.

Page 469: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.5.Pengemasan

Buah rambutan segar disajikan dalam bentuk ikatan atau lepas, dibungkus bahankertas, jaring plastik atau bahan laian yang sesuai, lalu dikemas dengan keranjangbambu atau kotak karton/kayu/bahan lain yang sesuai dengan atau tanpapenyangga, dengan berat bersih maksimum 10 kg.

Pada bagian luar kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain :a) Dihasilkan di Indonesia.b) Nama barang/kultivar.c) Golongan ukuran.d) Jenis mutu.e) Nama perusahaan/eksportir.f) Berat bersih/kotor.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Mahisworo, Kusno Susanto dan Agustinus Anung, Bertanam Rambutan; Jakarta:Penebar Swadaya, 1991, cet ke-3. 80p; 21 cm.

2) Rahardi F.; Rina Nirwan S. dan Iman Satyawibawa, Agribisnis tanamanperkebunan. Jakarta: Penebar Swadaya, 1994. Vi + 67p; ilus.; 21 p.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 470: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

SAGU( Metroxylon sp. )

1. SEJARAH SINGKAT

Sagu diduga berasal dari Maluku dan Irian. Hingga saat ini belum ada data yangpasti yang mengungkapkan kapan awal mula sagu ini dikenal. Di wilayah IndonesiaBagian Timur, sagu sejak lama dipergunakan sebagai makanan pokok oleh sebagianpenduduknya, terutama di Maluku dan Irian Jaya. Teknologi eksploitasi, budidayadan pengolahan sagu yang paling maju saat ini adalah di Malaysia.

Tanaman sagu dikenal dengan nama Kirai di Jawa Barat, bulung, kresula, bulu,rembulung, atau resula di Jawa Tengah; lapia atau napia di Ambon; tumba diGorontalo; Pogalu atau tabaro di Toraja; rambiam atau rabi di kepulauan Aru.

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi tanaman sagu:Ordo : SpadicifloraeFamili : Palmae

Di kawasan Indo Pasifik terdapat 5 marga (genus) Palmae yang zat tepungnya telahdimanfaatkan, yaitu Metroxylon, Arenga, Corypha, Euqeissona, dan Caryota. Genus

Page 471: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

yang banyak dikenal adalah Metroxylon dan Arenga, karena kandungan acinyacukup tinggi.

Sagu dari genus Metroxylon, secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu:yang berbunga/berbuah dua kali (Pleonanthic) dan berbunga/berbuah sekali(Hapaxanthic) yang mempunyai nilai ekonomis penting, karena kandungankarbohidratnya lebih banyak. Golongan ini terdiri dari 5 varietas penting, yaitu:a) Metroxylon sagus, Rottbol atau sagu Molat.b) Metroxylon rumphii, Martius atau sagu Tuni.c) Metroxylon rumphii, Martius varietas Sylvestre Martius atau sagu Ihur.d) Metroxylon rumphii, Martius varietas Longispinum Martius atau sagu Makanaru.e) Metroxylon rumphii, Martius varietas Microcanthum Martius atau sagu Rotan.

Dari kelima varietas tersebut, yang memiliki arti ekonomis penting adalah Ihur, Tuni,dan Molat.

3. MANFAAT TANAMAN

a) Pelepahnya dipakai sebagai dinding atau pagar rumah.b) Daunnya untuk atap.c) Kulit atau batangnya merupakan kayu bakar yang bagus.d) Aci sagu (bubuk yang dihasilkan dengan cara mengekstraksi pati dari umbi atau

empulur batang) dapat diolah menjadi berbagai makanan.e) Sebagai makanan ternak.f) Serat sagu dapat dibuat hardboard atau bricket bangunan bila dicampur semen.g) Dapat dijadikan perekat (lem) untuk kayu lapis.h) Apabila rantai glukosa dalam pati dipotong menjadi 3-5 rantai glukosa (modifief

starch) dapat dipakai untuk menguatkan daya adhesive dari proses pewarnaankain pada industri tekstil.

i) Dapat diolah menjadi bahan bakar metanol-bensin.

4. SENTRA PENANAMAN

Sentra penanaman sagu di dunia adalah Indonesia dan Papua Nugini, yangdiperkirakan luasan budi daya penanamannya mencapai luas 114.000 ha dan 20.000ha. Sedangkan luas penanaman sagu sebagai tanaman liar untuk kedua negaratersebut diperkirakan mencapai 2.000.000 ha. Adapun sentra penanaman tanamansagu di Indonesia adalah Irian Jaya, Maluku, Riau, Sulawesi Tengah danKalimantan.

Page 472: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

a) Jumlah curah hujan yang optimal bagi pertumbuhan sagu antara 2000-4000mm/tahun, yang tersebar merata sepanjang tahun.

b) Sagu dapat tumbuh baik di daerah 10 derajat LS – 15 derajat LU dan 90 – 180derajat BT, yang menerima energi cahaya matahari sepanjang tahun.

c) Sagu dapat ditanam di daerah dengan kelembaban nisbi udara 40 prosen.Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhannya adalah 60 prosen.

d) Suhu yang optimal bagi pertumbuhan sagu adalah rata-rata 24-30 derajat C.

5.2. Media Tanam

a) Sagu tumbuh di daerah rawa yang berair tawar atau daerah rawa yang bergambutdan di daerah sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air, atau di hutan rawayang kadar garamnya tidak terlalu tinggi. Tanah mineral di rawa-rawa air tawardengan kandungan tanah liat > 70 prosen dan bahan organik 30 prosen.

b) Pertumbuhan sagu yang paling baik adalah pada tanah liat kuning coklat atauhitam dengan kadar bahan organis tinggi. Sagu dapat tumbuh pada tanahvulkanik, latosol, andosol, podsolik merah kuning, alluvial, hidromorfik kelabu dantipe-tipe tanah lainnya.

c) Sagu mampu tumbuh pada lahan yang memiliki keasaman tinggi. Pertumbuhanyang paling baik terjadi pada tanah yang kadar bahan organisnya tinggi danbereaksi sedikit asam pH =5,5-6,5.

d) Sagu paling baik bila ditanam pada tanah yang mempunyai pengaruh pasangsurut, terutama bila air pasang tersebut merupakan air segar. Lingkungan yangpaling baik untuk pertumbuhannya adalah daerah yang berlumpur, dimana akarnafas tidak terendam. Pertumbuhan sagu juga dipengaruhi oleh adanya unsurhara yang disuplai dari air tawar, terutama potasium, fosfat, kalsium, danmagnesium.

5.3. Ketinggian Tempat

Sagu dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai dengan ketinggian 700 m dpl.Ketinggian tempat yang optimal adalah 400 m dpl.

Page 473: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Benih/Bibit

Syarat bibit untuk pembibitan cara generatif: biji yang digunakan sudah tua, tidakcacat fisik, besarnya rata-rata dan bertunas.

Syarat bibit untuk pembibitan cara vegetatif: berasal dari tunas atau anakan yangumurnya kurang dari 1 tahun, dengan diameter 10-13 cm dan berat 2-3 kg. Tinggianakan ±1 meter dan punya pucuk daun 3-4 lembar.

2) Penyiapan Benih/Bibit

a) Cara generatifBiji yang digunakan berasal dari buah yang sudah tua dan jatuh/rontok dari pohoninduk yang baik, yaitu subur dan produksinya tinggi, tumbuh pada lahan yang wajarserta produksi klon rata-rata tinggi. Biji/buah yang diambil tersebut adalah buah yangtidak cacat fisik, besarnya rata-rata, dan bernas.b) Cara vegetatifPembiakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan bibit berupaanakan yang melekat pada pangkal batang induknya yang disebut dangkel atau abut(jangan yang berasal dari stolon). Adapun cara pengadaan dangkel adalah:1. Pengambilan dangkel dipilih yang terletak di permukaan atas.2. Pemotongan dilakukan di sisi kiri dan kanan sedalam 30 cm, tanpa membuangakar serabutnya.3. Dangkel yang telah dipotong, dibersihkan dari daun-daun dan ditempatkanpada tempat yang mendapat cahaya matahari langsung dengan bagian permukaanbelahan tepat pada tempat di mana cahaya matahari jatuh, selama 1 jam.4. Luka bekas irisan dangkel yang masih tertanam segera dilumuri dengan zatpenutup luka (seperti: TB-1982 atau Acid Free Coalteer) untuk mencegah hama danpenyakit.5. Bibit sagu direndam dalam air aerobik selama 3-4 minggu. Setelah itu bibitditanam.6. Penyiapan dangkel sebaiknya dilakukan pada waktu menjelang sore hari,kemudian pada sore hari dangkel dikumpulkan dan pada waktu malam hari dangkeldiangkut ke lahan, untuk menghindari kerusakan dangkel oleh cahaya matahari.

3) Teknik Penyemaian Benih

a) Cara generatif:1. Perkecambahan tak langsung:

Page 474: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Penyiapan media: Wadah/bak dari bata/bambu berukuran tinggi 30-40 cm,panjang tidak lebih dari 2 meter dan lebar 1,2-1,5 cm. Selanjutnya sepertiga bagianbawah diisi pasir dan atasnya serbuk gergaji basah.- Penataan bibit: Bibit ditata dengan jarak 10x10 cm; 10x15 cm; atau 15x15 cmdengan posisi miring/tegak, bagian lembaga diletakkan di bawah, ¾ bagian bibitditekan dalam serbuk gergaji. Kelembaban media dijaga antara 80-90 %. Setelahumur 1-2 bulan dan sudah berdaun 2-3 lembar, bibit dipindah ke bedeng pembibitan.2. Pembibitan (Perkecambahan tak langsung di media pembibitan):- Penyiapan media: Tanah diolah sedalam 45-60 cm, digemburkan dan ditambahpupuk dasar. Ukuran bedeng tinggi 30 cm; lebar 1,25 m; dan panjang ± 8-10 denganjarak antar bedengan 30-50 cm.- Pengaturan pembibitan tanpa penjarangan: Bibit ditanam dengan jarak 25x25cm sampai dengan 40x40 cm.- Pengaturan pembibitan dengan penjarangan: Pada mulanya bibit ditanamdengan jarak rapat, yaitu 12,5x12,5 cm; 15x15 cm; atau 20x20 cm.

4) Pemeliharaan Penyemaian

Cara generatif dengan penjarangan:a) Dilakukan setelah satu bulan, yaitu menjadi 25x25 cm; 30x30 cm; atau 40x40cm.b) Selama masa penyemaian kelembaban dipertahankan 80-90%.c) Diberi naungan agar tidak kena cahaya matahari langsung.d) Penyiraman dilakukan setiap saat.

5) Pemindahan Bibit

a) Cara generatif:Bibit yang berumur 6-12 bulan dapat dipindahkan atau ditanam. Carapengangkatannya ke kebun atau tempat penanaman mudah dan murah.b) Cara vegetatif:Setelah diambil dapat langsung ditanam.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

a) Lahan dipilih yang sesuai dengan ketentuan.b) Menurut kebiasaan petani sagu Riau dan Maluku, penanaman sagu dilakukanpada awal musim hujan.

2) Pembukaan Lahan

a) Lahan dibersihkan dari semua vegetasi di bawah diameter 30 cm dekatpermukaan tanah dan semua pohon yang tinggal.

Page 475: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b) Vegetasi bawah dan ranting-ranting kecil tersebut dibakar dan abunya untukpupuk.c) Pokok-pokok batang yang besar, yang sulit penggaliannya dapat ditinggalkanbegitu saja di lahan, kecuali pokok-pokok yang berada pada calon baris tanamanharus dibersihkan.

3) Pembentukan Bedengan

Dilakukan untuk penanaman dengan cara blok (biasanya dilakukan perusahaanperkebunan sagu). Adapun tata cara pembangunan blok adalah:a) Ukuran blok 400x400 m, jadi satu blok luasnya 16 ha. Biasanya di tengah-tengah blok dibangun kanal tersier.b) Kanal yang harus dibangun ada 3 macam, yaitu: kanal utama, kanal sekunder,dan kanal tersier.c) Kanal utama adalah kanal yang digali tegak lurus terhadap sungai, dibangun disetiap dua blok kebun sagu, jaraknya dari kanal utama satu dengan yang lain adalah800 m. Fungsinya sebagai pengaliran air dari sungai ke dalam blok-blok sagu, dansebagai jalur transportasi utama dari kebun ke sungai dan sebaliknya, serta untukpenyanggah pengaruh air pasang. Kanal utama ini lebarnya 2,5 m.d) Kanal sekunder adalah kanal yang digali tegak lurus terhadap kanal utama(melintang pada blok dan kanal utama). Kanal ini berfungsi sebagai pembatas antaraempat blok sagu di sebelahnya; sebagai jalur transportasi sagu dari kebun dan ataukanal tersier ke kanal utama. Lebar kanal sekunder adalah 2 m.e) Kanal tersier adalah kanal yang digali pada pertengahan blok atau di antaradua blok atau melintangi di antara blok-blok yang saling berseberangan. Fungsinya :drainase per blok; batas antar blok yang saling berseberangan dan sebagai jalurtransportasi dari kebun sagu bagian dalam, ke sungai atau kanal utama, atau kekanal sekunder atau juga ke kanal tersier melintang dan sebaliknya. Lebar kanaltersier adalah 1,5 m.f) Saluran drainase lebarnya 0,75-1,00 m.

4) Lain-lain

a) Menentukan sistem dan alat transportasi, karena lahan penanaman sagudidominasi oleh lahan yang berupa rawa dan lahan pantai yang sering dipengaruhipasang surut.b) Lahan sebagian merupakan daerah berair, maka infrastruktur harus terdiri atassistem kanal sebagai pengganti jalan darat.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

a) Penanaman dengan sistem blok: Jarak tanam/jarak lubang antar bervariasiantara 8-10 meter, sehingga satu hektar hanya menampung ± 150 buah.b) Jarak tanam yang dianggap ideal adalah:

Page 476: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1. Sagu Tuni 8x8 m atau 9x9 m, hubungan segitiga sama sisi, sehingga 1 hektarakan memuat 143 tanaman.2. Sagu Ihur 9x9 m, hubungan segitiga sama sisi, sehingga 1 hektar akan memuat143 tanaman.3. Sagu Molat 7x7 m, hubungan segi empat, sehingga 1 hektar akan memuat2043 tanaman.4. Jika ketiga varietas ditanam secara bersama-sama, maka ditanam secaraterpisah menurut blok.

2) Pembuatan Lubang Tanam

a) Lubang tanam digali sebulan/selambat-lambatnya 1 minggu sebelumpenanaman dengan ukuran lubang 30x30x30 cm.b) Hasil galian tanah bagian atas dipisahkan dari tanah lapisan bawah dandibiarkan beberapa hari.c) Pada lubang tanaman itu ditempatkan pancang-pancang bambu, tiap lubang 2pacang.

3) Cara Penanaman

a) Membenamkan dangkel ke dalam lubang tanaman.b) Bagian pangkal dangkel ditutup dengan tanah remah bercampur gambut.Tanah penutup jangan ditekan tapi dangkel jangan sampai bergerak.c) Tanah lapisan atas dimasukkan sampai separuh lubang apabila mungkindicampur puing-puing.d) Akar-akar dibenamkan pada tanah penutup lubang dan pangkalnya agakditekan sedikit ke dalam tanah.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

a) Dapat dilakukan setiap waktu, agar tidak terjadi kekosongan dalam areal.Kesulitan penyulaman sering terjadi bila lahan kekurangan air sebab akan gagal.b) Penyulaman menggunakan bibit cadangan yang sudah ditanam di lahanbersamaan dengan waktu tanam, pada salah satu ujung barisan tanaman ataudangkel.c) Penyulaman dapat dilakukan sampai umur 3 tahun. Lebih dari 3 tahun hasilnyakurang baik, sebab sulaman sudah akan dilindungi oleh canopy sagu yang sudahmulai meluas, sehingga kesulitan untuk mendapatkan cahaya matahari.d) Penjarangan idealnya dilakukan sekali dalam setahun.e) Jumlah pohon yang disisakan tergantung dari jenis dan spesies sagu dantingkat pertumbuhan.f) Jumlah tegakan(jumlah pohon dalam satu rumpun) yang ideal adalah sebagaiberikut:1. Ihur: semai=3; sapihan=2-3; tiang=1-2; pohon=1; jumlah=7-9

Page 477: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2. Tuni: semai=3-4; sapihan=2-3; tiang=1-2; pohon=1-2; jumlah=7-113. Molat: semai=1-2; sapihan=1; tiang=1; pohon=1; jumlah=4-5Catatan:Semai: anakan sagu kecil dengan batang bebas daun 0-0,5 mSapihan: anakan sagu kecil dengan batang bebas daun 0,5-1,5 m.Tiang: anakan sagu kecil dengan batang bebas daun 1,5-5 m.Pohon: anakan sagu kecil dengan batang bebas daun >5 m.

2) Penyiangan

a) Penyiangan dilakukan terhadap gulma dan dilakukan pada sagu muda (3-5tahun), sebab rawan terhadap serangan hama. Gulma juga akan memperbesarpeluang kebun dilanda kebakaran.b) Penyiangan dapat menggunakan tangan, sabit, parang, cangkul dansebagainya.c) Hasilnya dipendam/dikomposkan. Bila gulma mengandung hama/vektor dankayu, dibakar dan abunya dijadikan pupuk.

3) Pemupukan

a) Unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman sagu, yaitu Kalsium,Kalium dan Magnesium.b) Macam dan dosis pupuk:1. Umur 0: Urea=0; PA=300; TSP=0; KCl=0; KIES=02. Umur 1: Urea=100; PA=0; TSP=100; KCl=50; KIES=03. Umur 2: Urea=150; PA=0; TSP=150; KCl=100; KIES=04. Umur 3: Urea=200; PA=0; TSP=200; KCl=150; KIES=305. Umur 4: Urea=250; PA=250; TSP=0; KCl=250; KIES=406. Umur 5: Urea=300; PA=0; TSP=300; KCl=250; KIES=507. Umur 6: Urea=400; PA=400; TSP=0; KCl=400; KIES=808. Umur 7: Urea=500; PA=0; TSP=500; KCl=500; KIES=1009. Umur 8: Urea=500; PA=500; TSP=0; KCl=600; KIES=12010. Umur ≥ 9: Urea=500; PA=0; TSP=500; KCl=700; KIES=140Keterangan: PA = Phosphat Alam ; KIES = Kieserite (mg)c) Cara pemupukan:1. Dibenamkan dalam tanah, agar tidak terbawa air sebelum terabsorbsi oleh akartanaman, terutama lahan yang berada di daerah rawa/dataran rendah dan pasangsurut yang sering terjadi luapan air.2. Pemupukan dapat dilaksanakan secara lingkaran di sekeliling rumpun atausecara lokal di dau sisi rumpun pada jarak sejauh pertengahan antara ujung tajukdengan pohon/rumpun sagu.d) Waktu pemupukan:1. Untuk sagu muda sampai 1 tahun menjelang panen, pemupukan dilakukan 1-2kali setahun.2. Pemupukan sekali setahun, dilakukan pada awal musim hujan.

Page 478: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. Pemupukan dua kali setahun, dilakukan pada awal dan akhir musim hujan,masing-masing dengan 1/2 dosis.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

a) Kumbang (Oryctes rhinoceros sp.)Ciri: Tubuhnya berbulu pendek dan sangat rapat pada bagian ekornya.Kepompong berwarna kuning dengan ukuran yang lebih kecil daripada lundi,terbungkus dalam bahan yang terbuat dari tanah. Kumbang dewasa berwarnamerah sawo, berukuran 3-5 cm. Imago (kumbang dewasa) meninggalkan rumahkepompongnya pada malam hari dan terbang ke pohon sagu. Gejala: terdapatlubang pada pucuk daun bekas gerekan kumbang, setelah berkembang tampakterpotong seperti digunting dalam bentuk segitiga. Bila titik tumbuhnya rusak, sagutidak mampu membentuk daun lagi dan akhirnya mati. Pengendalian mekanis:pohon-pohon sagu yang mendapat serangan ditebang dan dibakar, sedangkanpucuknya dibelah-belah, kemudian diberi Aldrin 40% WP yang dipakai sebagaiperangkap. Penebangan pohon menggunakan gergaji mekanis atau kapak. Bilamenyerang sagu muda, maka Oryctes dapat dimatikan dengan kawat runcingyang ditusukkan ke Oryctes pada lubang gerekan sampai tembus badannya danditarik keluar. Pengendalian: pada pucuk pohon diberi Heptachlor 10 gram,Diazinon 10 gram, dan BHC. Sedang cara biologis adalah dengan Oryctes dapatdiserang oleh cendawan (Meterrhizium anisopliae) yang sifatnya sebagai parasitpada stadium larva, tetapi daya bunuhnya terlalu rendah.

b) Kumbang sagu (Rhynchophorus sp)Terdapat beberapa jenis, yaitu: (1) Rhynchophorus ferrugineus, Oliv (kumbangsagu); (2) Rhynchophorus ferrugineus, Oliv varietas Schach, F dan (3)Rhynchophorus ferrugineus, Oliv varietas Papuanus, Kirsch. Perbedaannyaterletak pada bentuk, ukuran dan rupa kumbang dewasa. Ciri serangan sekundersetelah kumbang Oryctes biasanya meletakkan telur di luka bekas Oryctes. Bilaserangan terjadi pada titik tumbuh dapat menyebabkan kematian pohon.Pengendalian: sama dengan kumbang Oryctes.

c) Ulat daun Artona (Artona catoxantha, Hamps. atau Brachartona catoxantha)Ciri: (1) kupu-kupu Artona catoxantha, Hamps. berukuran panjang 10-15 mm,dengan jarak sayap 13-16 mm, sayapnya berwarna hitam merah kecoklatan. Padapunggung depan, bagian perut dan pinggir sayap depannya bersisik kuning. Kupu-kupu Artona bergerak aktif siang hari dan malam hari; (2) Ulat Artona berwarnaputih kuning berukuran sampai 11 mm. Pada pungungnya terdapat garis lebarberwarna kemerah-merahan. Bagian depan badannya lebih besar dibandingbagian balakang. Stadium ulat ini berlangsung selama 17-22 hari. Pada stadiuminilah kerusakan tanaman sagu terjadi, yaitu dengan menggerek anak daun sagu.

Page 479: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Gejala: (1) tingkat serangan titik adalah ulat/larva yang baru menetas masukdalam jaringan daun dan memakan daging anak daun, bekas serangan ini daribawah tampak sebagai bintik-bintik kecil yang tidak tembus; (2) tingkat serangangaris adalah ulat Artona yang lebih besar menyusup lebih meluas, sehingga bekasserangga tampak seperti garis-garis; (3) tingkat serangan pinggir adalah yangmenggerek daun sagu adalah ulat Artona yang lebih besar/tua, berpindah tempatke bagian pinggir dan memakan bagian anak daun pinggir; (4) tingkat seranganakhir adalah pada tingkatan ini daun-daun menjadi sobek-sobek. Daun yangpaling disenangi adalah daun tua. Daun bekas serangan seperti terbakar.Pengendalian mekanis: daun-daun yang diserang Artona dipangkasi, seranganArtona yang berat akan mengakibatkan pelepah daun tinggal memliki 2/3 daunsaja. Waktu pemangkasan daun-daun yang diserang Artona adalah bilamanadalam 200-300 daun sagu yang diambil secara acak, mengandung lima atau lebihstadium hidup Artona (telur, larva, kepompong, atau kupu-kupu). Pemangkasanharus sudah dilakukan dua minggu sesudah Artona memiliki panjang 8 mm,sehingga banyak Artona yang gagal menjadi kupu-kupu. Pengendalian biologis:menggunakan parasit, antara lain: (1) taburkan (Apanteles artonae) yang biasanyamenyerang ulat Artona pada instar kedua; (2) Lalat Ptychomyia remota atauCaudurcia leefmansii yang menyerang ulat Artona pada instar berikutnya.Pengendalian kimiawi: menggunakan bahan kimia Arcotine D-25 - EC, dengandosis 4 kg/ha.

d) Babi hutanBinatang ini merusak sagu tingkat semai dan sapihan (umur 1-3 tahun), memakanumbut (pucuk batang yang masih muda). Pengendalian: memburu danmembunuhnya agar populasi terkendali, sehingga kerusakan yang ditimbulkanberkurang. Selain itu dengan umpan yang diberi racun fosfor sebanyak 2-5 gram.

e) Kera (Macaca irus)Kera yang hanya terdapat di daerah pegunungan dengan 1500 m dpl, merusakbagian sagu muda, yaitu umbutnya. Binatang ini mempunyai kebiasaan selalumerusak lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Pengendalian: sama denganpengendalian babi hutan.

7.2. Penyakit

a) Bercak keringPenyebab: cendawan Cercospora. Gejala: daun berbercak-bercak coklat dandapat mengakibatkan seluruh daun berbercak-bercak kering atau berlubang-lubang. Bila serangan cukup hebat, kanopi tanaman sagu nampak meranggas.Pengendalian: belum ada secara khusus, hanya pemakaian fungisida dansanitasi lingkungan.

Page 480: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7.3. Gulma

Pengendalian gulma dapat diperjarang atau dihentikan sama sekali bila sagu sudahberumur lima tahun ke atas. Pengendalian secara mekanis adalah gulma dibersihkandan dimatikan dengan sabit, parang, cangkul, dan sebagainya. Gulma hasilpenyiangan dijadikan pupuk kompos. Sedangkan secara kimiawi adalah dengan carapenyemprotan herbisida yang dilakukan secara teratur, misalnya 2-4 minggu sekali,disesuaikan dengan kondisi gulmanya. Herbisida yang dianjurkan adalah herbisidakontak, seperti PARACOL.

Pengendalian secara kultur teknis dilakukan jika lahan tidak diganggu banjir dankondisi tanah tidak terlalu basah. Caranya dengan menanam tanaman penutuptanah leguminosa (Leguminosa Ground Cover=LCG). Dengan penanaman LCG,maka akan diperoleh manfaat ganda, yaitu pertumbuhan gulma dapat ditekansemaksimal mungkin dan tanah mendapat perbaikan kondisi kimiawi, biologis, danfisis. LCG yang dapat digunakan adalah: Calopogonium sp.; Centrocema sp.; Vignahusei.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Panen dapat dilakukan mulai umur 6-7 tahun, atau bila ujung batang mulaimembengkak disusul keluarnya selubung bunga dan pelepah daun berwarna putihterutama pada bagian luarnya. Tinggi pohon 10-15 m, diameter 60-70 cm, tebal kulitluar 10 cm, dan tebal batang yang mengandung sagu 50-60 cm. Ciri pohon sagusiap panen pada umumnya dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada daun, duri,pucuk dan batang.

Cara penentuan pohon sagu yang siap panen di Maluku:a) Tingkat Wela/putus duri, yaitu suatu fase di mana sebagian duri pada pelepah

daun telah lenyap. Kematangannya belum sempurna dan kandungan acinyamasih rendah, tetapi dalam keadaaan terpaksa pohon ini dapat dipanen.

b) Tingkat Maputih, ditandai dengan menguningnya pelepah daun, duri yang terdapatpada pelepah daun hampir seluruhnya lenyap, kecuali pada bagian pangkalpelepah masih tertinggal sedikit. Daun muda yang terbentuk ukurannya semakinpendek dan kecil. Pada tingkat ini sagu jenis Metroxylon rumphii Martius sudahsiap dipanen, karena kandungan acinya sangat tinggi.

c) Tingkat Maputih masa/masa jantung, yaitu fase di mana semua pelepah dauntelah menguning dan kuncup bunga mulai muncul. Kandungan acinya telah padatmulai dari pangkal batang sampai ujung batang merupakan fase yang tepat untukpanen sagu Ihur (Metroxylon sylvester Martius).

d) Tingkat Siri buah, merupakan tingkat kematangan terakhir, di mana kuncup bungasagu telah mekar dan bercabang menyerupai tanduk rusa dan buahnya mulai

Page 481: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

terbentuk. Fase ini merupakan saat yang paling tepat untuk memanen sagu jenisMetroxylon longispium Martius.

Ciri-ciri pohon yang sagu yang siap dipanen menurut masyarakat Irian Jaya adalah:a) Pelepah daun menjadi lebih pendek.b) Kuncup bunga mulai tampak dan pucuk pohon mendatar bila dibandingkan

dengan pohon sagu yang lebih muda.c) Batang sagu dilubangi kira-kira 1 m di atas tanah, kemudian diambil empulurnya

dan dikunyah serta diperas. Apabila air perasannya keruh berarti kandunganacinya sudah cukup dan pohon siap dipanen.

8.2. Cara Panen

a) Dilakukan pembersihan untuk membuat jalan masuk ke rumpun dan pembersihanbatang yang akan dipotong untuk memudahkan penebangan dan pengangkutanhasil tebangan.

b) Sagu dipotong sedekat mungkin dengan akarnya. Pemotongan menggunakankampak/mesin pemotong (gergaji mesin).

c) Batang dibersihkan dari pelepah dan sebagian ujung batangnya karena acinyarendah, sehingga tinggal gelondongan batang sagu sepanjang 6-15 meter.Gelondongan dipotong-potong menjadi 1-2 meter untuk memudahkanpengangkutan. Berat 1 gelondongan adalah ± 120 kg dengan diameter 45 cm dantebal kulit 3,1 cm.

8.3. Periode Panen

Pemanenan kedua dilakukan dengan jangka waktu ± 2 tahun.

8.4. Prakiraan Produksi

Perkiraan hasil yang paling mendekati kenyataan pada kondisi liar dengan produksi40-60 batang/ha/tahun dengan jumlah empulur 1 ton/batang, dengan kandungan acisagu 18,5 prosen, dapat diperkirakan hasil per hektar per tahun adalah 7-11 ton acisagu kering. Secara teoritis, dari satu batang pohon sagu dapat dihasilkan 100-600kg aci sagu kering. Rendemen total untuk pengolahan yang ideal adalah 15 prosen.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

a) Gelondongan yang telah dipotong dapat langsung dibawa ke parit/sumber airterdekat, kemudian langsung ditokok/diekstraksi.

b) Atau gelondongan dialirkan lewat kanal lalu dihalau/dihanyutkan menuju tempatpengolahan.

Page 482: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c) Sagu-sagu yang dihanyutkan ditangkap dengan jala-jala yang diletakkan padasebuah ban pengangkut barang.

d) Ban tersebut akan membawa gelondongan ke pabrik.e) Kalau ada jalan darat yang memadai, pengangkutan menggunakan truk atau

gerobak.

9.2. Pengambilan Aci Sagu

a) Cara Maluku:1. Potongan pohon sagu dibelah dua.2. Belahan pohon sagu ditokok dengan suatu alat yang disebut "nani". Caranya

empulur ditetak-tetak sedikit demi sedikit dari salah satu ujung sampai kepangkalnya. Empulur dijaga jangan sampai kering.

3. Hasil tokokan empulur yang disebut "ela", dikumpulkan, kemudian disaring.4. Di tempat penyaringan, ela disiram dengan air bersih, maka aci akan keluar

bersamaan dengan air siraman, selanjutnya disaring dalam "goti".5. Air siraman ela yang diperoleh, diendapkan. Hasil endapan dipisahkan dari air

yang sudah mulai jernih, sehingga diperoleh aci sagu basah.6. Aci sagu dimasukkan dalam "tumang" atau "tappiri" (suatu wadah dari batang

sagu), untuk disimpan atau diproses lebih lanjut.b) Cara Fabrikasi:

Semua pabrik pengambil empulur mengguankan pemarut silinder yangdisambungkan pada motor, sedangkan di Serawak digunakan pemarut Cakera(dari Jerman) yang besar. Setelah diperoleh “ela”, lalu diproses menjadi zattepung seperti pengambilan pati yang dilakukan pabrik tapioka biasa, yaitudengan menggunakan sistem pemisah zat tepung dari ampas secara sentrifugal.Kapasitas produksi pabrik tersebut berkisar antara 1-10 pokok/hari.

9.3. Pemutihan Aci Sagu

a) Dibuat larutan kaporit 3 prosen, caranya 300 gram kaorit dilarutkan dalam 10 literair bersih.

b) Aci sagu dimasukkan dalam larutan kaporit dengan perbandingan 1 bagian tepung2 bagian larutan kaporit.

c) Larutan diaduk sampai homogen, kira-kira selama 1 menit, kemudian diendapkandan didiamkan selama 1/2 jam.

d) Cairan bening yang terdapat pada bagian atas tepung dikeluarkan dan ditampungpada ember lain, cairan ini masih dapat digunakan untuk mencuci 2-3 kali lagi.

e) Netralkan aci sagu tersebut dengan memasukkan air bersih dalam aci lalu diaduksampai rata kira-kira selama 1 menit.

f) Sebelum larutan aci dalam ember tenang, larutan itu segera disaring laludiendapkan. Cairan bagian atas dibuang kemudian ditambah air lagi, diaduk,diendapkan, cairan bening dibuang. Pekerjaan ini diulang 3-4 kali sampai baukaporit hilang.

g) Aci sagu yang sudah tampak putih dan tidak berbau kaporit segera dikeringkanpada para-para yang dialasi plastik, sampai kering.

Page 483: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Pada pertengahan tahun 1989 didirikan industri pengolahan sagu oleh PT. SagindoSari Lestari di Arandai, Bintuni, Manokwari, Irian Jaya dengan kapasitas produksiberkisar antara 36-150 ribu ton/tahun

Propek pasar sagu sebenarnya cukup baik. Permintaan terus meningkat baik untukkebutuhan ekspor maupun domestik. Secara nasional permintaan diperkirakanmencapai ±300.000 ton, sedangkan produksi hanya 48.822 ton pada tahun 1988 dan70.000 ton pada tahun 1989. Permintaan pasar baik luar maupun dalam negeri terusmeningkat. Pasar ekspor yang potensial adalah Jepang, Kanada, Amerika Serikat,Inggris, Thailand dan Singapura. Permintaan dalam negeri meningkat, karenaperkembangan industri makanan, farmasi, maupun industri lainnya.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,syarat penandaan dan cara pengemasan.

11.2.Diskripsi

Standar mutu tepung sagu di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional IndonesiaSNI 01-3729-1995.

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Klasifikasi dan standar mutu tepung sagu adalah sebagai berikut:a) Keadaan

1. Bau: normal2. Warna: normal3. Rasa: normal

b) Benda asing: tidak boleh adac) Serangga (bentuk stadia dan potongannya): tidak boleh adad) Jenis pati selain pati sagu : tidak boleh ada

Page 484: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

e) Air (%) : maksimum 13f) Abu (%): maksimum 0,5g) Serat kasar (%): maksimum 0,1h) Derajat asam (Ml NaOH 1N/100 gram): maksimum 4i) SO2 (Mg/kg): maksimum 30j) Bahan tambahan makanan (bahan pemutih): sesuai SNI 01-0222-1995k) Kehalusan,lolos ayakan 100 mesh (%):minimum 95l) Cemaran logam

1. Timbal (Pb) Mg/kg: maksimum 1,02. Tembaga (Cu)Mg/kg: maksimum 10,03. Seng (Zn)Mg/kg: maksimum 40,04. Raksa (Hg)Mg/kg: maksimum 0,05

m)Cemaran arsen (As)Mg/kg: maksimum 0,5n) Cemaran mikroba

1. Angka lempengan total koloni/gram: maksimum 106

2. E. Coli APM/gram: maksimum 103. Kapang koloni: maksimum 104

Untuk mendapatkan mutu sagu yang sesuai dengan standar maka harus dilakukanbebrapa pengujian mutu, yaitu:a) Cara uji serangga: timbang lebih kurang 25 gram contoh kemudian tekan sampai

ketebalan 2-5 mm dengan menggunakan 2 lempeng kaca. Setelah itu diamkanselama 24 jam dan amati permukaan kaca dengan menggunakan kaca pembesar,apakah ada jejak-jejak bekas ulat. Larva, kepompong atau serangga danpotongan-potongannya dengan mengayak contoh, sedang telurnya dilihatmikroskop.

b) Cara uji jenis pati selain pati sagu (granula pati sagu): taburkan sedikit contohpada kaca obyek tambahkan sedikit air, kemudian ratakan, tutup dengan kacapenutup dan amati dengan kaca mikroskop pada pembesaran tertentu.Bandingkan bentuk granula pati contoh dengan standar bentuk granula pati sagu.Adanya pati selain pati sagu menandakan tepung sagu tersebut dicampur dengantepung lainnya.

c) Sedangkan cara uji dengan benda asing, air, SO2, abu, serat kasar dankehalusan sesuai dengan cara uji makanan dan minuman SNI 01-289-1992; carauji derajat asam SNI 01-3555-1992; cara uji minyak dan lemak; cara uji cemaranlogam dirinci, cemaran logam, cemaran logam raksa (Hg) dan cemaran arsensesuai dengan SNI 19-2896-1992; cara uji cemaran logam dan cemaran mikrobasesuai dengan SNI 19-2897-1992.

11.4.Pengambilan Contoh

Cara pengambilan contoh sesuai dengan SNI 19-04528-1989, petunjukpengambilan contoh.

Page 485: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.5.Pengemasan

Produk dikemas dalam wadah yang tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi,selama penyimpanan dan pengangkutan. Sedangkan penandaan sesuai denganUndang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

12. DAFTAR PUSTAKA

a) Anonimous. 1994. Sagu, Komoditi Pertanian yang Dilupakan. Dalam KumpulanKliping Sagu. Trubus.

b) Anwar, I. 1994. Sagu Tulehu. Dalam Kumpulan Kliping Sagu. Trubus.c) Harsanto, 1990. Budidaya dan pengolahan sagu. Kanisius. Yogyakarta.d) Haryanto, B. dan Panglali, P. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Kanisius.

Yogyakarta.e) Hiberna, N. 1994. Sagu sebagai Sumber Karbohidrat dan Pembudidayaannya.

Dalam Kumpulan Kliping Sagu. Trubus.f) Karyanto dan Soemodipoero, B. 1994. Formula Makanan Bayi Sagu dan Tepung

Tempe ? Dalam Kumpulan Kliping Sagu. Trubus.g) Rukmana, R. 1994. Cerah, Prospek Budidaya Sagu. Dalam Kumpulan Kliping

Sagu. Trubus.h) Sundoro, S. 1994. Sagu Kalsel jadi Lem Kayu Lapis. Dalam Kumpulan Kliping

Sagu. Trubus.i) Suparto, T.I. 1994. Hutan Sagu dan Nipah masih merupakan Potensi Tidur. Dalam

Kumpulan Kliping Sagu. Trubus.j) Surenggan, S. 1994. Sagu sebagai Sumber Pakan Ternak. Dalamk) Kumpulan Kliping Sagu. Trubus.Suriawiria, U. 1994. Sagu, Sumber Pangan yang

Digalakkan. Dalam Kumpulan Kliping Sagu. Trubus.l) Susanta, J. 1994. Manfaatkan Sagu sebagai Media Tumbuh Jamur. Dalam

Kumpulan Kliping Sagu. Trubus.m)Wisastro, S.J. 1994. Sagu Bengkalis. Dalam Kumpulan Kliping Sagu. Trubus.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, ProyekPEMD, BAPPENAS

Editor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 486: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

S A L A K( Salacca edulis )

1. SEJARAH SINGKAT

Tanaman salak merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan mempunyaiprospek baik untuk diusahakan. Daerah asal nya tidak jelas, tetapi diduga dariThailand, Malaysia dan Indonesia. Ada pula yang mengatakan bahwa tanaman salak(Salacca edulis) berasal dari Pulau Jawa. Pada masa penjajahan biji-biji salakdibawa oleh para saudagar hingga menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan sampaike Filipina, Malaysia, Brunei dan Muangthai.

2. JENIS TANAMAN

Di dunia ini dikenal salak liar, seperti Salacca dransfieldiana JP Mo-gea; S.magnifera JP Mogea; S. minuta; S. multiflora dan S. romosiana. Selain salak liar itu,masih dikenal salak liar lainnya seperti Salacca rumphili Wallich ex. Blume yangjuga disebut S. wallichiana, C. Martus yang disebut rakum/kumbar (populer diThailand) sebagai pembuat masam segar pada masakan. Kumbar ini tidak berduri,bunganya berumah 2 (dioeciious). Salak termasuk famili: Palmae (palem-paleman),

Page 487: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

monokotil, daun-daunnya panjang dengan urat utama kuat seperti pada kelapa yangdisebut lidi. Seluruh bagian daunnya berduri tajam Batangnya pendek, lama-kelamaan meninggi sampai 3 m atau lebih, akhirnya roboh tidak mampu membawabeban mahkota daun terlalu berat (tidak sebanding dengan batangnya yang kecil).

Banyak varietas salak yang bisa tumbuh di Indonesi. Ada yang masih muda sudahterasa manis, Varietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah untukdikembangkan ialah: salak pondoh, swaru, nglumut, enrekang, gula batu (Bali), danlain-lain. Sebenarnya jenis salak yang ada di Indonesia ada 3 perbedaan yangmenyolok, yakni: salak Jawa Salacca zalacca (Gaertner) Voss yang berbiji 2-3 butir,salak Bali Slacca amboinensis (Becc) Mogea yang berbiji 1- 2 butir, dan salakPadang Sidempuan Salacca sumatrana (Becc) yang berdaging merah. Jenis salakitu mempunyai nilai komersial yang tinggi.

3. MANFAAT TANAMAN

Buah salak hanya dimakan segar atau dibuat manisan dan asinan. Pada saat inimanisan salak dibuat beserta kulitnya, tanpa dikupas. Batangnya tidak dapatdigunakan untuk bahan bangunan atau kayu bakar. Buah matang disajikan sebagaibuah meja. Buah segar yang diperdagangkan biasanya masih dalam tandan atautelah dilepas (petilan). Buah salak yang dipetik pada bulan ke 4 atau ke 5 biasanyauntuk dibuat manisan.

4. SENTRA PENANAMAN

Tanaman salak banyak terdapat di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,Maluku, Bali, NTB dan Kalimantan Barat.

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

1) Tanaman ssalak sesuai bila ditanam di daerah berzona iklim Aa bcd, Babc danCbc. A berarti jumlah bulan basah tinggi (11-12 bulan/tahun), B: 8-10 bulan/tahundan C : 5-7 bulan/tahun.

2) Salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun200-400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudahtergolong dalam bulan basah. Berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan ataukelembaban yang tinggi.

3) Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup50-70%, karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh.

Page 488: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Suhu yang paling baik antara 20-30°C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi,tetapi tidak tahan genangan air.

5.2. Tanah

1) Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab.2) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak adalah 4,5 - 7,5.

Kebun salak tidak tahan dengan genangan air. Untuk pertumbuhannyamembutuhkan kelembaban tinggi.

5.3. Ketinggian Tempat

Tanaman salak tumbuh pada ketinggian tempat 100-500 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman salakadalah penggunaan bibit unggul dan bermutu. Tanaman salak merupakan tanamantahunan, karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan berakibat buruk dalampengusahaannya, walaupun diberi perlakuan kultur teknis yang baik tidak akanmemberikan hasil yang diinginkan, sehingga modal yang dikeluarkan tidak akankembali karena adanya kerugian dalam usaha tani. Untuk menghindari masalahtersebut, perlu dilakukan cara pembibitan salak yang baik. Pembibitan salak dapatberasal dari biji (generatif) atau dari anakan (vegetatif).

Pembibitan secara generatif adalah pembibitan dengan menggunakan biji yang baikdiperoleh dari pohon induk yang mempunyai sifat-sifat baik, yaitu: cepat berbuah,berbuah sepanjang tahun, hasil buah banyak dan seragam, pertumbuhan tanamanbaik, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta pengaruh lingkungan yangkurang menguntungkan.

Keuntungan perbanyakan bibit secara generatif:a) dapat dikerjakan dengan mudah dan murahb) diperoleh bibit yang banyakc) tanaman yang dihasilkan tumbuh lebih sehat dan hidup lebih lamad) untuk transportasi biji dan penyimpanan benih lebih mudahe) tanaman yang dihasilkan mempunyai perakaran kuat sehingga tahan rebah dan

kekeringanf) memungkinkan diadakan perbaikan sifat dalam bentuk persilangan.

Kekurangan perbanyakan secara generatif:a) kualitas buah yang dihasilkan tidak persis sama dengan pohon induk karena

mungkin terjadi penyerbukan silang

Page 489: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b) agak sulit diketahui apakah bibit yang dihasilkan jantan atau betina.

1) Persyaratan Bibit

Untuk mendapatkan bibit yang baik harus dilakukan seleksi terhadap biji yangakan dijadikan benih. Syarat-syarat biji yang akan dijadikan benih :a) Biji berasal dari pohon induk yang memenuhi syarat.b) Buah yang akan diambil bijinya harus di petik pada waktu cukup umur.c) Mempunyai daya tumbuh minimal 85 %.d) Besar ukuran biji seragam dan tidak cacat.e) Biji sehat tidak terserang hama dan penyakit.f) Benih murni dan tidak tercampur dengan kotoran lain.

2) Penyiapan Bibit

a) Bibit dari Biji:1. Biji salak dibersihkan dari sisa-sisa daging buah yang masih melekat.2. Rendam dalam air bersih selama 24 jam, kemudian dicuci.

b) Bibit dari Anakan:1. Pilih anakan yang baik dan berasal dari induk yang baik2. Siapkan potongan bambu, kemudian diisi dengan media tanah

3) Teknik Penyemaian Bibit

a) Bibit dari Biji:1. Biji salak yang telah direndam dan dicuci, masukkan kedalam kantong plastik

yang sudah dilubangi (karung goni basah), lalu diletakkan di tempat teduhdan lembab sampai kecambah berumur 20-30 hari

2. Satu bulan kemudian diberi pupuk Urea, TSP dan KCl, masing-masing 5gram, tiap 2-3 minggu sekali

3. Agar kelembabannya terjaga, lakukan penyiraman setiap hari

b) Bibit dari Anakan dengan pesemaian bak kayu:1. Buat bak kayu dengan ukuran tinggi 25 cm, lebar dan panjang disesuaikan

dengan kebutuhan2. Diisi dengan tanah subur dan gembur setebal 15-20 cm3. Diatas tanah diiisi pasir setebal 5-10 cm4. Arah pesemaian Utara Selatan dan diberi naungan menghadap ke Timur5. Benih direndam dalam larutan hormon seperti Atonik selama 1 jam,

konsentrasi larutan 0,01-0,02 cc/liter air6. Tanam biji pada bak pesemaian dengan jarak 10 x 10 cm7. Arah biji dibenamkan dengan posisi tegak, miring/rebah dengan mata tunas

berada dibawah.

Page 490: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Untuk pembibitan dari biji, media pembibitan adalah polybag dengan ukuran 20 x25 cm yang diisi dengan tanah campur pupuk kandang dengan perbandingan 2:1.Setelah bibit atau kecambah berumur 20-30 hari baru bibit dipindahkan ke polibag.

Pembibitan dengan sistem anakan, bambu diletakkan tepat di bawah anakansalak, kemudian disiram setiap hari. Setelah 1 bulan akar telah tumbuh dananakan dipisahkan dari induknya, kemudian ditanam dalam polybag. Pupuk Urea,TSP, KCl diberikan 1 bulan sekali sebanyak 1 sendok teh.

5) Pemindahan Bibit

Untuk bibit dari biji, setelah bibit salak berumur 4 bulan baru dipindahkan ke lahanpertanian. Untuk persemaian dari anakan, setelah 6 bulan bibit baru bisadipindahkan ke lapangan.

6.2. Pengolahan Lahan

1) Persiapan

Penetapan areal untuk perkebunan salak harus memperhatikan faktor kemudahantransportasi dan sumber air.

2) Pembukaan Lahan

a) Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan alang-alang sertamenghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam.

b) Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar.

6.3. Teknik Penanaman

1) Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dengan jarak tanam 1 x 4m; 2 x 2 m atau 1,5 x 2,5 m. Ukuran lubang dapat juga dibuat 50 x 50 x 40 cm,dengan jarak antar 2 x 4 m atau 3 x 4 m. Setiap lubang diberi pupuk kandangyang telah jadi sebanyak 10 kg.

2) Cara Penanaman

Biji ditanam langsung dalam lubang sebanyak 3- 4 biji per lubang. Sebulankemudian biji mulai tumbuh

3) Lain-lain

Page 491: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Untuk menghindari sinar matahari penuh, tanaman salak ditanam di bawahtanaman peneduh seperti tanaman kelapa, durian, lamptoro dan sebagainya.Apabila lahan masih belum ada tanaman peneduh, dapat ditanam tanamanpeneduh sementara seperti tanaman pisang. Jarak tanam pohon peneduhdisesuaikan menurut ukuran luas tajuk misalnya kelapa ditanam dengan jarak 10 x10 m, durian 12 x 12 m dan lamtoro 12 x 12 m.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

Setelah selesai ditanam, tanaman salak perlu dipelihara dengan benar dan teratursehingga diperoleh produksi kebin yang baik dan produktif. Pemeliharaan inidilakukan sampai berakhirnya masa produksi tanaman salak.

1) Penjarangan dan Penyulaman

Untuk memperoleh buah yang berukuran besar, maka bila tandan sudah mulairapat perlu dilakukan penjarangan. Biasanya penjarangan dilakukan pada bulanke 4 atau ke 5.

Penyulaman dilakukan pada tanaman muda atau yang baru ditanam, tetapi matiatau pertumbuhannya kurang bagus atau kerdil, atau misalnya terlalu banyaktanaman betinanya. Untuk keperluan penyulaman kita perlu tanaman cadangan(biasanya perlu disediakan 10%) dari jumlah keseluruhan, yang seumur dengantanaman lainnya. Awal musim hujan sangat tepat untuk melakukan penyulaman.Tanaman cadangan dipindahkan dengan cara putaran, yaitu mengikutsertakansebagian tanah yang menutupi daerah perakarannya. Sewaktu membongkartanaman, bagian pangkal serta tanahnya kita bungkus dengan plastik agar akar-akar di bagian dalam terlindung dari kerusakan, dilakukan dengan hati-hati.

2) Penyiangan

Penyiangan adalah membuang dan memebersihan rumput-rumput atau tanamanpengganggu lainnya yang tumbuh di kebun salak. Tanaman pengganggu yanglazim di sebut gulma ini bila tidak diberantas akan menjadi pesaing bagi tanamansalak dalam memperebutkan unsur hara dan air.

Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2 bulan setelah bibitditanam, penyiangan berikutnya dilakukan tiap 3 bulan sekali sampai tanamanberumur setahun. Setelah itu penyiangan cukup dilakukan setiap 6 bulan sekaliatau 2 kali dalam satu tahun, dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan.

3) Pembubunan

Sambil melakukan penyiangan, dilakukan pula penggemburan dan pembumbunantanah ke pokok tanaman salak. Hal ini dilakukan untuk menghemat ongkos kerjajuga untuk efisiensi perawatan. Tanah yang digemburkan dicangkul membentukgundukan atau bumbunan yang berfungsi untuk menguatkan akar dan batang

Page 492: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

tanaman salak pada tempatnya. Bumbunan jangan sampai merusak parit yangada.

4) Perempalan dan Pemangkasan

Daun-daun yang sudah tua dan tidak bermanfaat harus dipangkas. Juga daunyang terlalu rimbun atau rusak diserang hama. Tunas-tunas yang terlalu banyakharus dijarangkan, terutama mendekati saat-saat tanaman berbuah (perempalan).Dengan pemangkasan, rumpun tanaman salak tidak terlalu rimbun sehinggakebun yang lembab serta pengap akibat sirkulasi udara yang kurang lancardiperbaiki. Pemangkasan juga membantu penyebaran makanan agar tidak hanyake daun atau bagian vegetatif saja, melainkan juga ke bunga, buah atau bagiangeneratif secara seimbang.

Pemangkasan dilakukan setiap 2 bulan sekali, tetapi pada saat mendekati masaberbunga atau berbuah pemangkasan kita lakukan lebih sering, yaitu 1 bulan 1kali.

Apabila dalam rumpun salak terdapat beberapa anakan, lakukanlah pengurangananakan menjelang tanaman berbuah. Satu rumpun salak cukup kita sisakan 1atau 2 anakan. Jumlah anakan maksimal 3-4 buah pada 1 rumpun. Bila lebih dariitu anakan akan mengganggu produktivitas tanaman.

Pemangkasan daun salak sebaiknya sampai pada pangkal pelepahnya. Janganhanya memotong setengah atau sebagian daun, sebab bagian yang disisakansebenarnya sudah tidak ada gunanya bagi tanaman.

Pemangkasan pada saat lewat panen harus tetap dilakuakan. Alat pangkassebaiknya menggunakan golok atau gergaji yang tajam. Pemangkasan yangdilaksanakan pada waktu dan cara yang tepat akan membantu tanaman tumbuhbaik dan optimal.

5) Pemupukan

Semua bahan yang diberikan pada tanaman dengan tujuan memberi tambahanunsur hara untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman disebutpupuk. Ada pupuk yang diberikan melalui daerah perakaran tanaman (pupukakar). Pupuk yang diberikan dengan cara penyemprotan lewat daun tanaman(pupuk daun). Jenis pupuk ada 2 macam: pupuk organik dan anorganik. Pupukorganik adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, abu tanaman, tepung darahdan sebagainya. Pupuk anorganik adalah: Ure, TSP, Kcl, ZA, NPK Hidrasil,Gandasil, Super Fosfat, Bay folan, Green Zit, dan sebagainya. Pupuk organikyang sering diberikan ke tanaman salak adalah pupuk kandang.

Umur tanaman :a) 0-12 bulan (1 x sebulan): Pupuk kandang 1000, Urea 5 gram, TSP 5 gram, KCl

5 gram.

Page 493: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b) 12-24 bulan (1 x 2 bulan): Urea 10 gram, TSP 10 gram, KCl 10 gram.c) 24-36 bulan (1 x 3 bulan): Urea 15 gram, TSP 15 gram, KCl 15 gram.d) 36–dst (1 x 6 bulan): Urea 20 gram, TSP 20 gram, KCl 20 gram.

6) Pengairan dan Penyiraman

Air hujan adalah siraman alami bagi tanaman, tetapi sulit untuk mengatur air hujanagar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Air hujan sebagian besar akanhilang lewat penguapan, perkolasi dan aliran permukaan. Sebagian kecil sajayang tertahan di daerah perakaran, air yang tersisa ini sering tidak memenuhikebutuhan tanaman. Dalam budidaya salak, selama pertumbuhan, kebutuhanakan air harus tercukupi, untuk itu kita perlu memberi air dengan waktu, cara danjumlah yang sesuai.

7) Pemeliharaan Lain

Setelah ditanam di kebun kita buatkan penopang dari bambu atau kayu untukmenjaga agar tanaman tidak roboh.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Kutu wol /putih (Cerataphis sp.)

Hama ini bersembunyi di sela-sela buah.

2) Kumbang penggerek tunas (Omotemnus sp..)

3) Kumbang penggerek batang

Menyerang ujung daun yang masih muda (paling muda), kemudian akan masukke dalam batang. Hal ini tidak menyebabkan kematian tanaman, tetapi akantumbuh anakan yang banyak di dalam batang tersebut. Pengendalian: dimatikanatau dengan cara meneteskan larutan insektisida (Diazenon) dengan dosis 2 ccper liter pada ujung daun yang terserang atau dengan cara menyemprot. Dalamhal ini diusahakan insektisida dapat masuk ke dalam bekas lubang yang digerek.Memasukkan kawat yang ujungnya lancip ke dalam lubang yang dibuat kumbanghingga mengenai hama.

4) Babi hutan, tupai, tikus dan luwak

Pengendalian: (1) untuk memberantas babi hutan, dilaksanakan denganpenembakan khusus, atau memagari kebun salak dengan salak-salak jantanyang rapat. Akan lebih baik lagi kalau memagari kebun salak dengan kawat

Page 494: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

berduri; (2) untuk memberantas Tikus, digunakan Zink phosphit, klerat dan lain-lain; (3) untuk memberantas Luwak dan Tupai, dapat digunakan umpan buahpisang yang dimasuki Furadan 3 G. Caranya: buah pisang dibelah, kurang lebih0,5 gram Furadan dimasukkan ke dalamnya, kemudian buah pisang tersebutdijahit dan dijadikan umpan.

7.2. Penyakit

1) Penyakit yang sering menyerang salak adalah sebangsa cendawan putih,

Gejala: busuknya buah. Buah yang terserang penyakit ini kualitasnya jadimenurun, karena warna kulit salak jadi tidak menarik. Pengendalian: mengurangikelembaban tanah, yaitu mengurangi pohon-pohon pelindung.

2) Noda hitam

Penyebab: cendawan Pestalotia sp. Gejala: adanya bercak-bercakhitam padadaun salak.

3) Busuk merah (pink)

Penyebab: cendawan Corticium salmonicolor. Gejala: adanya pembusukan padabuah dan batang. Pengendalian: tanaman yang sakit dan daun yang terserangharus dipotong dan dibakar di tempat tertentu.

7.3. Gulma

Di beberapa tempat di Pulau Jawa, lahan salak dibangun di bekas persawahan.Sehingga otomatis gulma yang merajai kebun adalah gulma-gulma yang biasaterdapat di sawah. Karena lahan sawah yang biasa tergenang air dikeringkan dandibumbun tanahnya maka gulma yang mampu bertahan adalah gulma berdaunsempit dan tumbuh menjalar yang sedikit sekali terdapat di sawah. Gulma yangberbatang kurus tegak, berdaun panjang yang umumnya di persawahan kurangmampu bertahan. Itulah sebabnya mengapa gulma di lahan bekas persawahanrelatif lebih sedikit. Pengendalian secara manual dengan dikored atau dicangkul punsudah memadai.

Pemberantasan gulma secara kimia di kebun-kebun salak belum lazim dilaksanakan.Untuk lahan yang tidak seberapa luas, para petani masih menggunakan cara manual(mencabuti rumput-rumputan dengan tangan, dikored atau dicangkul). Bila lahansalak cukup luas, serta baru dibuka, gulma yang terdapat tentu banyak sekali dansulit diberantas hanya dengan cara manual. Untuk situasi seperti ini perlumenggunakan herbisida, sebab biaya tenaga kerja relatif murah dan hasilnya lebihcepat. Reaksi bahan kimia dalam membunuh tanaman liar juga sangat cepat.Herbisida memiliki pengruh negatif, sebab racun yang dikandungnya dapatmembahayakan mahluk hidup lain termasuk ternak dan manusia. Herbisida yangakan digunakan perlu sesuai dengan jenis gulma yang akan diberantas. Pilihan yang

Page 495: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

kurang tepat akan memboroskan biaya. Gulma dari golongan rumput-rumputandapat dibasmi dengan herbisida Gramoxone, Gesapas, Basta atau Diuron. Darigolongan teki-tekian dapat diberantas dengan Goal. Alang-alang dapat dibasmidengan Round-up atau Sun-up. Sedangkan tanaman yang berdaun lebar dapatdiatasi dengan Fernimine. Ada juga herbisida yang dapat memberantas beberapajenis gulma.

8. PANEN

Mutu buah salak yang baik diperoleh bila pemanenan dilakukan pada tingkatkemasakan yang baik. Buah salak yang belum masak, bila dipungut akan terasasepet dan tidak manis. Maka pemanenan dilakukan dengancara petik pilih, disinilahletak kesukarannya. Jadi kita harus benar-benar tahu buah salak yang sudah tuatetapi belum masak.

8.1. Ciri dan Umur Panen

Buah salak dapat dipanen setelah matang benar di pohon, biasanya berumur 6 bulansetelah bunga mekar (anthesis). Hal ditandai oleh sisik yang telah jarang, warna kulitbuah merah kehitaman atau kuning tua, dan bulu-bulunya telah hilang. Ujung kulitbuah (bagian buah yang meruncing) terasa lunak bila ditekan. Tanda buah yangsudah tua, menurut sumber lain adalah: warnanya mengkilat (klimis), bila dipetikmudah terlepas dari tangkai buah dan beraroma salak.

8.2. Cara Panen

Cara memanen: karena buah salak masaknya tidak serempak, maka dilakukan petikpilih. Yang perlu diperhatikan dalam pemetikan apakah buah salak tersebut akandisimpan lama atau segera dimakan. Bila akan disimpan lama pemetikan dilakukanpada saat buah salak tua (Jawa: gemadung), jadi jangan terlalu tua dipohon. Buahsalak yang masir tidak tahan lama disimpan. Pemanenan buah dilakukan dengancara memotong tangkai tandannya.

8.3. Periode Panen

Tanaman salak dalam masa panennya terdapat 4 musim:1) Panen raya pada bulan Nopember, Desember dan Januari2) Panen sedang pada bulan Mei, Juni dan Juli3) Panen kecil pada bulan-bulan Pebruari, Maret dan April.4) Masa kosong/istirahat pada bulan-bulan Agustus, September dan Oktober. Bila

pada bulan-bulan ini ada buah salak maka dinamakan buah slandren. Menurutsumber lain panen besar buah salak adalah antara bulan Oktober - Januari.

Page 496: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8.4. Prakiraan Produksi

Dalam budidaya tanaman salak, hasil yang dapat dicapai dalam satu musim tanamadalah 15 ton per hektar.

9. PASCAPANEN

Seperti buah-buahan lainnya, buah salak mudah rusak dan tidak tahan lama.Kerusakan ditandai dengan bau busuk dan daging buah menjadi lembek sertaberwarna kecoklat-coklatan. Setelah dipetik buah salak masih meneruskan proseshidupnya berupa proses fisiologi (perubahan warna, pernafasan, proses biokimia danperombakan fungsional dengan adanya pembusukan oleh jasad renik). Sehinggabuah salak tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar, maka diperlukanpenanganan pascapanen.

9.1. Pengumpulan

Gudang pengumpulan berfungsi sebagai tempat penerima buah salak yang berasaldari petani atau kebun. Dalam gudang pengumpulan ini dilakukan: sortasi, gradingdan pengemasan.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Sortasi/pemilihan bertujuan untuk memilih buah yang baik, tidak cacat, dan layakekspor. uga bertujuan untuk membersihkan buah-buah dari berbagai bahan yangtidak berguna seperti tangkai, ranting dan kotoran. Bahan-bahan tersebut dipotongdengan pisau, sabit, gunting pangkas tajam tidak berkarat sehinga tidakmenimbulkan kerusakan pada buah.

Grading/penggolongan bertujuan untuk:a).mendapat hasil buah yang seragam (ukuran dan kualitas)b).mempermudah penyusunan dalam wadah/peti/alat kemasc).mendapatkan harga yang lebih tinggid).merangsang minat untuk membelie).agar perhitungannya lebih mudahf). untuk menaksir pendapatan sementara.

Penggolongan ini dapat berdasarkan pada : berat, besar, bentuk, rupa, warna, corak,bebas dari penyakit dan ada tidaknya cacat/luka. Semua itu dimasukkan kedalamkelas dan golongan sendiri-sendiri.a. Salak mutu AA (betul-betul super, kekuningan, 1kg= 12 buah)b. Salak mutu AB (tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil, dan sehat)c. Salak mutu C (untuk manisan, 1kg = 25 - 30 buah)d. Salak mutu BS (busuk atau 1/2 pecah), tidak dijual.

Page 497: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9.3. Pengemasan dan Pengangkutan

Tujuan pengemasan adalah untuk melindungi buah salak dari kerusakan,mempermudah dalam penyusunan, baik dalam pengangkutan maupun dalamgudang penyimpanan dan untuk mempermudah perhitungan. Ada pengemasanuntuk buah segar dan untuk manisan salak.

Pengemasan untuk buah segar:a).alat pengemas harus berlubangb).harus kuat, agar buah salak terlindung tekanan dari luarc).dapat diangkut dengan mudahd).ukuran pengemas harus disesuaikan dengan jumlah buah.

Pengemasan untuk manisan salak: dikemas dalam kaleng yang ditutup rapat yangtelah dipastursasi sehingga semua mikroba seperti jamur, ragi, bakteri dan enzimdapat mati dan tidak akan menimbulkan proses pembusukan. Untuk manisan yangdikeringkan, umumnya dikemas dalam plastik.

Pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam penanganan, penyimpanandan distribusi buah-buahan. Syarat-syarat pengangkutan untuk buah-buahan:a) Pengangkutan harus dilakukan dengan cepat dan tepat.b) Pengemasan dan kondisi pengangkutan yang tepat untuk menjamin terjaganya

mutu yang tinggi.d) Harapan adanya keuntungan yang cukup dengan menggunakan fasilitas

pengangkutan yang memadai.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1 Analisis Usaha Budidaya

Prakiraan anilisis budidaya salak dengan luas lahan 1 ha selama masa produksi 5tahun di daerah Jawa Barat tahun 1999.

1) Biaya produksi1. Bibit

- Bibit salak 2.000 pohon/ha @ Rp 15.000,- Rp. 30.000.000,-2. Pupuk

- Pupuk kandang 20 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 3.000.000,-- Urea tahun ke-1, 150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 225.000,-- Urea tahun ke-2, 150 kg Rp. 225.000,-- Urea tahun ke-3, 150 kg Rp. 225.000,-- Urea tahun ke-4, 100 kg Rp. 150.000,-- Urea tahun ke-5, 100 kg Rp. 150.000,-- TSP tahun ke-1, 150 kg @ Rp.1.800,- Rp. 270.000,-- TSP tahun ke-2, 150 kg Rp. 270.000,-

Page 498: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- TSP tahun ke-3, 150 kg Rp. 270.000,-- TSP tahun ke-4, 100 kg Rp. 180.000,-- TSP tahun ke-5, 100 kg Rp. 180.000,-- KCl tahun ke-1, 150 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 247.500,-- KCl tahun ke-2, 150 kg Rp. 247.500,-- KCl tahun ke-3, 150 kg Rp. 247.500,-- KCl tahun ke-4, 100 kg Rp. 165.000,-- KCl tahun ke-5, 100 kg Rp. 165.000,-

3. Obat dan pestisida : tahun ke-1 s.d. tahun ke-5 Rp. 500.000,-4. Peralatan Rp. 600.000,-5. Tenaga kerja

- Penanaman Rp. 700.000,-- Pengolahan tanah Rp. 1.400.000,-- Penyulaman Rp. 105.000,-- Penyiangan: tahun ke-1 s.d. tahun ke-5 Rp. 315.000,-- Pemangkasan tahun ke-1 s.d. tahun ke-5 Rp. 210.000,-- Pemberantasan hama/penyakit tahun ke-1 s.d. th ke-5 Rp. 210.000,-- Pemupukan tahun ke-1 s.d. tahun ke-5 Rp. 420.000,-- Panen dan pascapanen tahun ke-2 Rp. 525.000,-- Panen dan pascapanen tahun ke-3 Rp. 700.000,-- Panen dan pascapanen tahun ke-4 Rp. 700.000,-- Panen dan pascapanen tahun ke-5 Rp. 875.000,-

Jumlah biaya produksi selama 5 tahun Rp. 43.477.500,-

2) Pendapatan1. Produksi tahun ke-2 rata-rata 1 kg/pohon @ Rp. 4.250,- Rp. 8.500.000,-2. Produksi tahun ke-3 rata-rata 1,5 kg/pohon Rp. 12.750.000,-3. Produksi tahun ke-4 rata-rata 1,5 kg/pohon Rp. 12.750.000,-4. Produksi tahun ke-2 rata-rata 2 kg/pohon Rp. 17.000,000,-Jumlah pendapatan selama 5 tahun Rp. 51.000.000,-

3) Keuntungan1. Keuntungan dalam 5 tahun Rp. 7.522.500,-2. Keuntungan rata-rata per tahun Rp. 1.504.500,-

4) Parameter kelayakan usaha1. B/C ratio = 1,17

10.2.Analisis Agrobisnis

Sebagai tanaman asli Indonesia salak mempunyai masa depan yang cerah untukdikembangkan baik untuk memenuhi pasaran lokal ataupun pasaran luar negeri. DiIndonesia produksi buah ini mengalami peningkatan yang tajam dari tahun 1983-1987. Bila di tahun 1983 produksinya hanya 52.014 ton dan menurun sedikit di tahun1984 menjadi 46.456 ton, maka tahun-tahun berikutnya produksi buah salakmelonjak dengan sangat pesat. Produksi tahun 1987 tiga kali lipat lebih banyak dari

Page 499: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

produksi tahun 1983. Akan tetapi, produksi pada tahun 1988 dan tahun 1989mengalami penurunan. Data pada tabel di bawah ini.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar ini meliputi syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dancara pengemasan salak.

11.2.Diskripsi

Salak adalah buah dari tanamn salak (Salacca adulia Reinw) dalam keadaan cukuptua, utuh, segar dan bersih. Standar mutu salak di Indonesia tercantum dalamStandar Nasional Indonesia SNI 01-3167-1992.

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Jenis mutu salak dalam tiga ukuran, yaitu ukuran besar, sedang dan kecil.Berdasarkan berat, masing-masing digolongkan menjadi dua jenis mutu yaitu Mutu Idan Mutu II, ukuran besar, berat 61 gram atau lebih per buah, ukuran sedang, berat33 – 60 gram per buah dan ukuran kecil, berat 32 gram atau kurang per buah.a) Tingkat Ketuaan: mutu I seragam tua, mutu II tidak terlalu matang, cara uji

organoleptikb) Kekerasan: mutu I keras, mutu II keras, cara uji organoleptikc) Kerusakan Kulit Buah: mutu I kulit buah utuh, mutu II utuh , cara uji Organoleptikd) Ukuran: mutu I seragam, mutu II seragam, cara uji SP-SMP-310-1981e) Busuk (bobot/bobot) : mutu I 1%, mutu II 1 %, cara uji SP-SMP-311-1981f) Kotoran: mutu I bebas, mutu II bebas, cara uji organoleptik

11.4.Pengambilan Contoh

1) Salak Dalam Kemasan

Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat d bawah ini. Darisetiap kemasan diambil contoh sebanyak 2 kg dari bagian atas,tengah danbawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (stratified random sampling) sampaidiperoleh minimum 2 kg untuk dianalisa.1. Jumlah kemasan dalam partai (lot): s/d100, contoh yang diambil 5.2. Jumlah kemasan dalam partai (lot): 101-300 contoh yang diambil 7.3. Jumlah kemasan dalam partai (lot): 301-500 contoh yang diambil 9.4. Jumlah kemasan dalam partai (lot): 501-1000 contoh yang diambil 10.5. Jumlah kemasan dalam partai (lot) >1000 contoh yang diambil min 15.

Page 500: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Salak dalam Curah (in bulk)

Contoh diambil secara acak sesuai dengqan jumlah berat total seperti terlihat dibawah ini. Contoh-contoh tersebut yang diambil bagian atas, tengah, bawah sertaberbagai sudut dicampur, kemudian diacak bertingkat (stratified random sampling)sampai diperoleh minimum 2 kg untuk dianalisa.1. Jumlah berat lot (kg): < 200, contoh yang diambil <10.2. Jumlah berat lot (kg): 201–500, contoh yang diambil 20.3. Jumlah berat lot (kg): 501–1000, contoh yang diambil 30.4. Jumlah berat lot (kg): 1.001–5.000, contoh yang diambil 60.5. Jumlah berat lot (kg): > 5.000, contoh yang diambil min. 100.

11.5.Pengemasan

Salak dikemas dalam besek, keranjang bambu, peti kayu ataupun kemasan lainyang sesuai dengan berat bersih maksimum 40 kg. Daun kering, kertas atau bahanlain dapat dipakai sebagai penyekat. Isi dari kemasan tidak melebihi tutupnya

Dibagian luar keranjang/kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain :a) Nama barangb) Jenis mutuc) Nama/kode perusahaan/eksportird) Golongan ukurane) Berat bersihf) Produksi Indonesiag) Negara/tempat tujuanh) Daerah asal

Page 501: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Balai Informasi Pertanian. (1992). Budidaya Tanaman Salak. LIPTAN LembarInformasi Pertanian. Palangkaraya-Kalimantan Tengah. Nopember.

2) Balai Informasi Pertanian (1994-1995). Pembibitan Tanaman Salak. LIPTAN.Lembar Informasi Pertanian. Sumatera Barat.

3) Departemen Pertanian. (1995). Salak Pondoh. Proyek Informasi Pertanian.Daerah Istimewa Yogyakarta.

4) Sunarjono, Hendro. (1998). Prospek Berkebun Buah. Jakarta, Penebar Swadaya.5) Tim Penulis Penebar Swadaya. (1998). 18 Varietas Salak: Budidaya, Prospek

Bisnis, Pemasaran. Jakarta, Penebar Swadaya.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 502: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

S A W O( Acrhras zapota. L )

1. SEJARAH SINGKAT

Sawo yang disebut neesbery atau sapodilas adalah tanaman buah berupa yangberasal dari Guatemala (Amerika Tengah), Mexico dan Hindia Barat. Namun diIndonesia, tanaman sawo telah lama dikenal dan banyak ditanam mulai dari dataranrendah sampai tempat dengan ketinggian 1200 m dpl, seperti di Jawa dan Madura.

2. JENIS TANAMAN

Tanaman sawo dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)Sub Divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)Ordo : EbenalesFamili : SapotaceaeGenus : Achras atau ManilkaraSpesies : Acrhras zapota. L sinonim dengan Manilkara achras

Kerabat dekat sawo dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1) Sawo Liar atau Sawo HutanKerabat dekat sawo liar antara lain: sawo kecik dan sawo tanjung. Sawo kecikatau sawo jawa (Manilkara kauki L. Dubard.) Sawo kecik dimanfaatkan sebagaitanaman hias atau tanaman peneduh halaman. Tinggi pohon mencapai 15 - 20meter, merimbun dan tahan kekeringan. Kayu pohonnya sangat bagus untukdibuat ukiran dan harganya mahal. Sawo tanjung (Minusops elingi) memiliki buah

Page 503: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

kecil-kecil berwarna kuning keungu-unguan, jarang dimakan, sering digunakansebagai tanaman hias, atau tanaman pelindung di pinggir-pinggir jalan.

2) Sawo BudidayaBerdasarkan bentuk buahnya, sawo budidaya dibedakan atas dua jenis, yaitu:a. Sawo Manilas

Buah sawo manila berbentuk lonjong, daging buahnya tebal, banyakmengandung air dan rasanya manis. Termasuk dalam kelompok sawo manilaantara lain adalah: sawo kulon, sawo betawi, sawo karat, sawo malaysia, sawomaja dan sawo alkesa.

b. Sawo ApelSawo apel dicirikan oleh buahnya yang berbentuk bulat atau bulat telur miripbuah apel, berukuran kecil sampai agak besar, dan bergetah banyak. Termasukdalam kelompok sawo apel adalah: sawo apel kelapa, sawo apel lilin dan sawoDuren

3. MANFAAT TANAMAN

Manfaat tanaman sawo adalah sebagai makanan buah segar atau bahan makanolahan seperti es krim, selai, sirup atau difermentasi menjadi anggur atau cuka.Selain itu, manfaat lain tanaman sawo dalam kehidupan manusia adalah:1) Tanaman penghijauan di lahan-lahan kering dan kritis.2) Tanaman hias dalam pot dan apotik hidup bagi keluarga;3) Tanaman penghasil buah yang bergizi tinggi; dan dapat dijual di dalam dan luar

negeri yang merupakan sumber pendapatan ekonomi bagi keluarga dan negara;4) Tanaman penghasil getah untuk bahan baku industri permen karet;5) Tanaman penghasil kayu yang sangat bagus untuk pembuatan perabotan rumah

tangga.

4. SENTRA PENANAMAN

Pengembangan budidaya sawo sudah meluas hampir di seluruh Indonesia. Padatahun 1990 areal penanaman sawo terdapat di 22 propinsi, kecuali N.T.T, Maluku,Irian Jaya, dan Timor Timur. Provinsi yang termasuk katagori lima besar sentraprodusen sawo pada tahun 1993 adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I.Yogyakarta, dan Kalimantan Barat.

Produksi dan perdagangan mancanegara sawo manila sangat populer di AsiaTenggara. Data statistik menunjukkan bahwa wilayah Asia Tenggara merupakanprodusen utama buah sawo manila ini. Pada tahun 1987, Thailand menghasilkan53.650 ton dari jumlah 18.950 ha, Filipina menghasilkan 11.900 ton dari lahan 4.780ha, dan Semenanjung Malaysia menghasilkan 15.000 ton dari lahan 1.000 ha.

Page 504: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

1) Tanaman ini optimal dibudidayakan pada daerah yang beriklim basah sampaikering.

2) Curah hujan yang dikehendaki yaitu 12 bulan basah atau 10 bulan basah dengan2 bulan kering atau 9 bulan basah dengan 3 bulan kering atau 7 bulan basahdengan 5 bulan kering dan 5 bulan basah dengan 7 bulan kering ataumembutuhkan curah hujan 2.000 sampai 3.000 mm/tahun.

3) Tanaman sawo dapat berkembang baik dengan cukup mendapat sinar mataharinamun toleran terhadap keadaan teduh (naungan).

4) Tanaman sawo tetap dapat berkembang baik pada suhu antara 22-32 derajat C.

5.2. Media Tanam

1) Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman sawo adalah tanah lempung berpasir(latosol) yang subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik.Tetapi hampir semua jenis tanah yang diginakan untuk pertanian cocok untukditanami sawo, seperti jenis tanah andosol (daerah vulkan), alluvial loams (daerahaliran sungai), dan loamy soils (tanah berlempung).

2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk perkembangan tanamansawo adalah antara 6–7.

3) Kedalaman air tanah yang cocok untuk perkembangan tanaman sawo, yaituantara 50 cm sampai 200 cm.

5.3. Ketinggian Tempat

Tanaman sawo dapat hidup baik di dataran rendah maupun dataran tinggi sampaidengan ketinggian 1.200 m dpl. Tetapi ada daerah-daerah yang cocok sehinggatanaman sawo dapat berkembang dan berproduksi dengan baik, yaitu dari dataranrendah sampai dengan ketinggian 700 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Bibit

Saat ini tanaman sawo sudah dapat dikembangkan dalam dua tempat, yaitu dikebun dan di dalam pot. Bibit yang dipilih sebaiknya bibit yang berasal daricangkok atau sambung, sebab bibit yang berasal dari biji lambat dalammenghasilkan buah. Bibit dipilih yang sehat dengan daun yang kelihatan hijausegar dan mengembang sempurna serta bebas hama dan penyakit. Bibit daricangkok dipilih yang memiliki cabang atau ranting yang bagus dan sehat.

Page 505: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Penyiapan Bibit

Untuk memperoleh bibit tanaman sawo ada beberapa cara, misalnya dari biji,sambung, dan cangkok.

a) Pembenihan bijiPerbanyakan tanaman sawo secara generatif dengan biji memiliki keunggulandan kelemahan. Bibit yang berasal dari biji memiliki perakaran yang kuat dandalam. Akan tetapi perbanyakan secara generatif hampir selalu memberikanketurunan yang berbeda dengan induknya karena ada pencampuran sifatkedua tetua atau terjadi proses segregasi genetis. Tanaman sawo yang berasaldari biji mulai berbuah pada umur ± 7 tahun. Teknik pembibitan tanaman sawodari biji melalui tahap tahap sebagai berikut:1. Pemilihan buah

Pilih buah tua yang matang di pohon, sehat, bentuknya normal dan berasaldari pohon induk varietas unggul yang telah berbuah.

2. Pengambilan biji- Belah buah menjadi beberapa bagian.- Ambil dan kumpulkan biji-biji sawo yang baik saja, kemudian tampung

dalam wadah.- Cuci dalam air yang mengalir atau air yang disemprotkan sampai biji

benar-benar bersih.- Keringkan biji selama 3 hari sampai 7 hari agar kadar air biji berkisar

antara 12-14%.- Masukkan biji ke dalam wadah tertutup rapat untuk disimpan beberapa

waktu.3. Pengecambahan benih

- Siapkan bak pengecambahan yang telah diisi media pasir bersih setebal10–15 cm.

- Sebarkan biji sawo pada permukaan media, kemudian tutup dengan pasirsetebal 1–2 cm.

- Siram media dalam bak pengecambahan dengan air bersih hingga cukupbasah.

- Tutup permukaan bak pengecambahan dengan lembaran plastik bening(tembus cahaya) untuk menjaga kestabilan kelembaban media.

- Biarkan biji berkecambah ditempat yang teduh selama 7 hari sampai 15hari. Biji sawo yang telah berkecambah atau keluar akar sepanjang 2-5mm dapat segera dipindahsemikan.

b) Bibit Asal Enten (Grafting)Penyambungan tanaman sawo sebagai batang atas dilakukan dengan tanamanketiau atau melali (Bassia sp.) sebagai batang bawahnya. Metodapenyambungan yang dilakukan adalah metoda sambung pucuk (top grafting).Tata laksana memproduksi bibit sawo dengan cara sambung pucuk (topgrafting) adalah sebagai berikut:

Page 506: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1. PersiapanSiapkan alat dan bahan berupa pisau tajam, tali rafia atau lembar plastik,gunting, kantong plastik bening, batang bawah melali atau bassia umur 3-6bulan atau berdiameter batang 0,3–0,7 cm, dan cabang atau tunas entres.

2. Pelaksanaan sambung pucuk- Potong ujung batang tanaman bassia pada ketinggian 15–20 cm dari

permukaan tanah.- Sayat batang bawah membentuk celah atau huruf V sepanjang 3–5 cm.- Sayat cabang entres sepanjang 4 cm membentuk baji seukuran sayatan

batang bawah dan buang sebagian daunnya.- Masukkan pangkal cabang entres ke celah batang bawah hingga pas

benar.- Ikat erat-erat hasil sambungan tadi dengan tali rafia atau lembaran plastik.- Kerudungi hasil sambungan dengan kantong plastik bening selama 10-15

hari.3. Pengakhiran

Hasil sambungan dapat diperiksa setelah 10 hari sampai 15 hari kemudian.Caranya adalah dengan membuka kerudung kantong plastik, kemudian mataentres atau bidang sambungan diperiksa. Jika mata entres berwarna hijaudan segar berarti penyambungan berhasil. Sebaliknya, bila mata entresberwarna coklat dan kering berarti penyambungan gagal.

c) Bibit CangkokPerbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cangkok paling umumdipraktekkan oleh pembibit tanaman tahunan, khususnya buah-buahan.Kelemahan bibit cangkok adalah sistem perakaran kurang kuat karena tidakmemiliki akar tunggang. Keuntungan perbanyakan tanaman dengan cangkok,antara lain adalah sebagai berikut: (1) cangkok mempercepat kemampuanberbuah karena pada umur kurang dari satu tahun tanaman sudah mulaiberbunga atau berbuah; (2) cangkok memperoleh kepastian kelamin serta sifatgenetiknya sama dengan pohon induk; (3) Habitus tanaman pada umumnyapendek (dwarfing) sehingga memudahkan pemeliharaan dan panen. Tatalaksana pembibitan tanaman sawo dengan cangkok adalah sebagai berikut:1. Persiapan

Siapkan alat dan bahan yang terdiri dari pisau, sabut kelapa atau lembaranplastik, tali pembalut, kotak alat, tali, media atau campuran tanah suburdengan pupuk kandang (1:1), dan cabang yang cukup umur.

2. Pelaksanaan mencangkok- Pilih cabang yang memenuhi persyaratan, yaitu berukuran cukup besar,

tidak terlalu muda ataupun tua, pertumbuhannya baik, sehat dan tidakcacat, serta lurus.

- Tentukan tempat untuk keratan pada bagian cabang yang licin.- Buat dua keratan (irisan) melingkar cabang dengan jarak antara 3–5 cm.- Lepaskan kulit cabang bidang keratan tadi.- Kerik kambium hingga tampak kering.- Biarkan bekas keratan mengering antara 3 hari sampai 5 hari.

Page 507: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Olesi bidang sayatan dengan zat pengatur tumbuh akar, seperti RootoneF.

- Ikat pembalut cangkok pada bagian bawah keratan.- Letakkan media pada bidang karatan sambil dipadatkan membentuk

bulatan setebal ± 6 cm.- Bungkus media dengan pembalut sabut kelapa atau lembaran plastik.- Ikat ujung pembalut (pembungkus) di bagian ujung keratan.- Ikat bagian tengah pembungkus cangkok, dan buat lubang-lubang kecil

dengan cara ditusuk-tusuk lidi.3. Pemotongan bibit cangkok

Setelah bibit cangkok menunjukkan perakarannya (1,5–3,5 bulan daripencangkokan), potong bibit cangkok dari pohon tepat dibawah bidangkeratan.

4. Pendederan bibit cangkok- Siapkan polybag berdiameter antara 15-25 cm atau sesuai dengan ukuran

bibit cangkok.- Isi polybag dengan media berupa campuran tanah dan pupuk kandang

matang (1:1) hingga mencapai setengah bagian polybag.- Lepaskan (buka) pembalut bibit cangkok.- pangkas sebagian dahan, ranting, dan daun yang berlebihan untuk

mengurangi penguapan.- Tanamkan bibit cangkok tepat di tengah-tengah polybag sambil mengatur

perakarannya secara hati-hati.- Penuhi polybag dengan media hingga cukup penuh sambil memadatkan

pelan-pelan pada bagian pangkal batang bibit cangkok.- Siram media dalam polybag dengan air bersih hingga cukup basah.- Simpan bibit cangkok di tempat yang teduh dan lembab.- Biarkan dan pelihara bibit cangkok selama 1-1,5 bulan agar beradaptasi

dengan lingkungan setempat dan tumbuh tunas-tunas dan akar baru.- Pindah tanamkan bibit cangkok yang sudah tumbuh cukup kuat ke kebun

atau dalam pot.5. Pengakhiran

Berhasil tidaknya cangkok dapat diketahui setelah 1,5-3,5 bulan kemudian.Berdasarkan pengalaman para pembibit tanaman buah-buahan,pembungkus (pembalut) cangkok yang berupa lembaran plastik lebih cepatmenumbuhkan akar dibandingkan sabut kelapa.

3) Teknik Penyemaian Benih

a) Pembuatan media persemaianPersemaian dapat dilakukan pada bedengan persemaian atau menggunakanpolybag. Tata laksana penyiapan lahan persemaian berupa bedengan adalahsebagai berikut:1. Buat bedengan persemaian berukuran 100-150 cm, tinggi 30-40 cm, panjang

tergantung keadaan lahan, dan jarak tanam antar bedengan 50-60 cm.2. Sebarkan pupuk kandang sebanyak 2 kg/m2 sampai 3 kg/m2 luas bedengan,

lalu campurkan merata dengan lapisan tanah atas.

Page 508: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. Buat tiang-tiang persemaian setinggi 100-150 cm di sebelah dan 75-100 cmdi sebelah barat, kemudian pasang palang-palang dan atap persemaianyang terbuat dari plastik atau daun kering.

4. Ratakan dan rapikan bedengan persemaian, lalu siram dengan air bersihhingga cukup basah.

Tata cara penyiapan tempat semai dalam polybag adalah sebagai berikut:1. Siapkan polybag berdiameter 10-15 cm, media campuran tanah subur,

pupuk kandang halus (diayak), dan pasir (1:1:1), atau campuran tanahdengan pupuk kandang (1:1).

2. Lubangi bagian dasar polybag untuk pembuangan air.3. Isikan media ke dalam polybag hingga cukup penuh.4. Simpan polybag yang telah diisi media di tempat yang rata mirip bedengan

dan diberi naungan.

b) Penyemaian1. Semaikan biji sawo yang sudah berkecambah (7-15 hari setelah tahap

pengecambahan biji) pada bedengan penyemaian atau dalam polybagsedalam 1-2 cm. Jarak semai antar biji yang disemai pada bedenganpenyemaian diatur 10 cm x 10 cm atau 15 cm x 15 cm. Penyemaian dalampolybag cukup diisi satu butir biji sawo tiap polybag.

2. Siram media dengan air bersih hingga cukup basah.3. Biarkan biji tumbuh menjadi bibit muda.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Tata laksana pemeliharaan bibit dalam tempat penyemaian adalah sebagaiberikut:a) Lakukan penyiraman secara kontinu tiap hari 1 kali sampai 2 kali, atau

tergantung pada cuaca dan keadaan media.b) Pupuklah tanaman muda tiap 1 bulan sampai 3 bulan sekali dengan pupuk NPK

(15-15-15 atau 16-16-16) sebanyak 10 gram sampai 25 gram, yang dilarutkandalam 10 liter air untuk disiramkan pada media.

c) Lakukan penyemprotan pestisida bila ditemukan serangan hama dan penyakitdengan menggunakan dosis rendah (30-50% dari dosis anjuran).

d) Pindah tanamkan bibit dari bedengan persemaian secara cabutan ke dalampolybag, atau dari polybag lama ke polybag baru yang ukurannya lebih besar.

e) Pelihara bibit sawo sampai cukup besar atau setinggi 50-100 cm untuk siapditanam.

5) Pemindahan Bibit

Bibit sawo yang telah siap dipindahkan adalah bibit yang telah mencapaiketinggian 50-100 cm.

Page 509: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Penetapan areal untuk perkebunan sawo harus memperhatikan faktor kemudahantransportasi dan sumber air.

2) Pembukaan Lahan

a) Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan alang-alang sertamenghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam.

b) Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Untuk tujuan mendapatkan buah yang banyak, menanam sawo di kebun memanglebih tepat. Penanaman tidak hanya dilakukan dengan satu atau dua buah pohon,tetapi dalam jumlah yang banyak.

Tanaman sawo di kebun dapat tumbuh besar dengan tajuk yang lebar. Mengingathal ini maka penanaman sawo harus dilakukan dengan jarak yang tidak terlalurapat antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lain. Jarak tanam untuksawo yang dianggap cukup adalah 12 m x 12 m. Dengan jarak tanam seperti ini,antara tanaman sawo yang satu dengan yang lain tidak bersentuhan yang dapatmengakibatkan terganggunya pertumbuhan. Penanaman sebaiknya dilakukanpada waktu musim penghujan.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Pembuatan lubang tanam dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan yang lebihbaik bagi bibit yang akan ditanam. Untuk itu tanah tempat penanaman dalamlubang tanam haru gembur karena sistem perakaran bibit yang masih lemah.

Lubang tanam untuk sawo dapat dibuat dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm.Tanah galian bagian atas ± 30 cm dipisah dengan tanah bagian bawah. Keduanyakemudian dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 20 kg sampai rata. Pupukkandang ini berfungsi sebagai pupuk dasar. Selama dua minggu lubang tanam inidibiarkan terjemur sinar matahari.

Bila bibit telah siap, bisa langsung ditanam di lubang tanam. Tetapi bila bibit belumsiap tanam, maka tanah galian bagian bawah dikembalikan ke bawah dan tanahgalian atas dikembalikan ke bagian atas. Sebagai tanda bahwa di tempat itu adalubang tanam, dapat ditandai dengan kayu yang ditancapkan pada lubangtersebut. Setelah bibit siap tanam maka lubang tanam digali lagi.

Page 510: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Cara Penanaman

Sebelum ditanam, pembungkus (polybag) harus dilepas dengan hati-hati agartanahnya tidak berantakan dan perakaran tidak rusak. Penanaman dilakukansedalam leher akar tegak di tengah lubang tanam.Masukkan tanah bagian atasbekas galian lebih dahulu, baru disusul tanah bagian bawah bekas galian. Tanahdi sekeliling akar tanaman dipadatkan agar tidak terjadi rongga-rongga udara yangdapat menyulitkan akar mencari makan.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyiangan

Setelah satu bulan sampai dua bulan tanam, perlu dilakukan penyiangan tanamansawo untuk membersihkan rumput dan gulma yang menggangu. Jika tanamansudah tumbuh besar gangguan tersebut tidak berarti, tetapi jika tanaman masihkecil akan sangat berarti karena akan mengganggu pertumbuhan tanaman sawo.

Gangguan tumbuhan parasit seperti benalu juga harus diperhatikan. Jika kelihatanpada ranting pohon sawo terdapat benalu atau parasit agar segera dibersihkandengan cara memotong ranting tempat benalu menempel. Pemotongan sebaiknyadilakukan sebelum benalu berbunga. Perlu pula dilakukan pemberantasan benalupada pohon lain di dekat tanaman sawo untuk mencegah penularan.

2) Pembubunan

Pada saat melakukan penyiangan tanaman sawo, dapat juga dilakukanpembubunan tanah di sekitar tanaman. Pembubunan dilakukan untukmenggemburkan tanah di sekitar tanaman sawo dan untuk memperkokoh batangtumbuhnya.

3) Pemupukan

Sebagai pedoman pemupukan dapat diberikan 250-500 gram urea/pohon/tahunsebelum tanaman sawo berbuah. Pemupukan ini dimaksudkan untuk merangsangpertumbuhan batang dan daun, karena urea adalah sumber N yang berfungsiuntuk merangsang pertumbuhan batang dan daun.

Bila tanaman sudah waktunya berbuah, kurang lebih berumur 4 tahun, dilakukanpemupukan dengan menggunakan pupuk majemuk NPK (10-20-15) yangkandungan fosfor (P) dan kaliumnya (K) tinggi sebanyak 500 gram per pohon tiaptahun. Bila tidak ada NPK bisa diganti dengan pupuk urea, DS, dan KCl sebanyak108 gram, 277 gram, dan 144 gram. Unsur P bagi tanaman berfungsi untukmempercepat pembungaan, sedangkan unsur K berfungsi untuk menjaga bungadan buah supaya tidak mudah gugur.

Page 511: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Jumlah pupuk tersebut secara bertahap ditingkatkan sampai 2 kg/pohon tiaptahun untuk tanaman sawo yang telah berumur 15 tahun. Selain urea dan NPKyang diberikan, perlu juga diberikan pupuk kandang sebanyak 10 kg/pohon untukmemperbaiki struktur tanah. Pemberian pupuk lanjutan tersebut dilakukan dua kalidalam setahun, yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Dosis yang diberikansetengah dari yang disebutkan di atas.

Cara pemberian pupuk dengan menaburkan pupuk ke dalam parit yang digali dibawah pohon mengelilingi lingkaran tajuk dengan lebar dan kedalaman ± 10 cm.Dapat juga ditanam pada empat lubang di bawah tajuk pohon dengan ukuran 20cm x 20 cm x 20 cm untuk tiap lubang.

4) Penyiraman

Pada awal tanaman sawo memulai kehidupannya, perlu dilakukan penyiramanpaling sedikit dua minggu sekali jika tidak ada hujan. Pemberian air pada tanamansawo perlu dilakukan sampai tanaman berumur 3-4 tahun. Semakin tua tanaman,semakin tahan terhadap kekeringan.

Kekurangan air pada waktu tanaman sawo sedang berbunga atau berbuah dapatmenyebabkan bunga atau buah mudah gugut. Pemberian air yang baik danteratur akan menghasilkan buah dengan jumlah dan kualitas yang baik.

5) Waktu Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan dengan pestisida atau insektisida dapat dilakukan jika padatanaman sawo terdapat hama dan penyakit yang menyerangnya, yaitu:a) Penyemprotan dengan insektisida jenis Agrothion 50 EC dengan dosis 3-4

cc/liter air untuk membunuh lalat buah (Ceratitis capitata atau Dacus sp.).b) Penyemprotan dengan insektisida jenis Diasinon 60 EC dengan dosis 1-2

cc/liter air atau Basudin 50 EC dengan dosis 2 cc/liter air untuk membunuh kutuhijau (Lecanium viridis atau Coccus viridis) dan kutu coklat (Saissetia nigra)yang menyerang ranting muda dan daun-daun tanaman sawo yangmenyebabkan ranting dan daun mengkerut, layu, kering, dan terhambatpertumbuhannya.

c) Penyemprotan dengan fungisida Cuspravit OB 21 dengan dosis 4 gram/liter airsetiap tiga minggu sekali untuk mengatasi dan mencegah serangan jamur upasyang disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor.

d) Penyemprotan dengan fungisida Antracol 70 WP dengan dosis 2 gram/liter airatau Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8-2,4 gram/liter air untuk mengatasipenyakit jamur jelaga yang disebabkan oleh jamur Capnodium sp.

Penyemprotan dengan fungisida Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8-2,4gram/liter air untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh jamurPhytopthora valmivora Butl. Yang menyebabkan busuk buah sawo.

Page 512: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6) Pemangkasan

Jika dibiarkan tumbuh secara alami, tanaman sawo dapat mencapai ketinggian 20m. Pohon dengan ketinggian seperti itu akan menyulitkan dalam pemetikan buah.Agar tanaman sawo tidak terlalu tinggi, maka dilakukan pemangkasan.Pemangkasan juga bertujuan membentuk sistem percabangan yang baik dankuat.

Ada dua tahap pemangkasan pada tanaman sawo, yaitu pemangkasan bentukdan pemangkasan pemeliharaan.

a) Pemangkasan BentukPemangkasan bentuk ditujukan untuk mengatur tinggi rendah dan bentuk tajukuntuk memudahkan dalam pemetikan buah serta pengontrolan terhadap hamadan penyakit.Pemangkasan pertama dilakukan ketika tanaman telah mencapai tinggi 100-160 cm. Pemangkasan dilakukan pada musim penghujan dengan memotongujung batang hingga ketinggiannya tinggal 75-150 cm. Tempat pemangkasanharus sedikit di atas ruas batang. Untuk mencegah penyakit, luka bekaspangkasan dapat ditutup dengan cat meni atau parafin. Beberapa hari setelahpemangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru. Tiga dari tunas yang tumbuhsehat dan tidak saling berdekatan dipilih sebagai cabang primer dan tunaslainnya dibuang.Pemangkasan ke dua dilakukan pada awal musim penghujan berikutnya, tunasyang telah berumur satu tahun dipangkas lagi hingga panjangnya tinggal 25-40cm. Pemangkasan ini dilakukan tepat di atas mata tunas. Akibat pemangkasanini akan muncul tunas-tunas baru. Tiga sampai empat tunas yang sehatdibiarkan tumbuh menjadi cabang sekunder dan tunas yang lain dipotong.Pemangkasan ke tiga yang merupakan pemangkasan terakhir dilakukan padaawal musim penghujan berikutnya, cabang-cabang sekunder dipotong untukmembentuk cabang-cabang tersier. Pemotongan dilakukan sampai jumlahcabang-cabang sekunder tinggal dua pertiganya. Setelah pemangkasan iniakan muncul tunas-tunas baru. Dua atau tiga tunas dari masing-masing cabangsekunder dibiarkan tumbuh, yang lainnya dibuang setelah tumbuh sepanjang10 cm.

b) Pemangkasan PemeliharaanPemangkasan pemeliharaan ditujukan untuk mencegah serangan penyakit,menumbuhkan tunas baru untuk mengganti cabang tua yang tidak berproduktiflagi, serta mengurangi kerimbunan sehingga sinar matahari dapat dimasukkanke mahkota tajuk.Dalam pemangkasan ini yang perlu dipangkas adalah cabang-cabang air yaitucabang-cabang yang tumbuh lurus ke atas dengan kecepatan pertumbuhanlebih besar dibandingkan cabang-cabang lain. Warna cabang air ini lebih mudadengan jarak antar ruas cabang yang lebih panjang. Selain cabang air yangperlu dihilangkan adalah cabang yang tumbuh liar, cabang yang sakit atau

Page 513: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

rusak, dan cabang yang terlalu rendah. Pemangkasan pemeliharaan ini dapatdilakukan setiap saat jika diperlukan.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Lalat buah(Dacus sp.)

Gejala: terdapat bintik-bintik kecil berwarna hitam atau cokelat pada permukaankulit, tetapi dagin buah sudah membusuk. Pengendalian: (1) membersihkan(sanitasi) sisa-sisa tanaman di sekitar tanaman dan kebun; (2) membungkus buahsejak stadium muda; (3) memasang perangkap lalat buah yang mengandungbahan metyl eugenol, misalnya M-Atraktan, dalam botol plastik bekas; (4)menyemprotkan perangkap lalat buah, seperti Promar yang dicampur denganinsektisida kontak atau sistemik; (5) menginfus akar tanaman dengan larutaninsektisida sistemik, seperti Tamaron, dengan konsentrasi 3-5% pada fasesebelum berbunga; (6) menyemprot tanaman dengan insektisida kontak, sepertiAgrothion 50 EC dengan dosis 3-4 cc/liter air.

2) Kutu hijau (Lecanium viridis atau Coccus viridis) dan Kutu cokelat(Saissetia nigra)

Menyerang ranting muda dan daun tanaman sawo dengan cara menghisap cairanyang terdapat di dalamnya. Selain menghisap cairan, kutu-kutu ini jugamenghasilkan embun madu yang dapat mengundang kehadiran cendawan jelaga.Pengendalian: dengan penyemprotan insektisida, seperti Diasinon 60 EC dengandosis 1-2 cc/liter air atau Basudin 50 EC dengan dosis 2 cc/liter air yangdisemprotkan langsung ke kutu-kutu tersebut.

7.2. Penyakit

1) Jamur upas

Penyebab: jamur Corticium salmonocolor. Spora dari jamur ini menular kemana-mana oleh hembusan angin. Gejala: (1) Stadium rumah laba-laba, yaitu ditandaidengan munculnya meselium tipis berwarna mengkilat seperti sutera atau perak.pada stadium ini jamur belum masuk ke dalam kulit tanaman sawo; (2) Stadiumbongkol, yaitu stadium dimana jamur membentuk gumpalan-gumpalan hifa didepan lentisel; (3) Stadium corticium, yaitu stadium dimana jamur membentukkerak berwarna merah muda yang berangsur-angsur berubah menjadi lebih mudalalu menjadi putih. Kerak yang terbentuk terdiri dari lapisan basidium yang padasetiap basidiumnya terdapat basidiospora. Kulit tanaman sawo yang terdapat dibawah kerak tersebut akhirnya busuk; (4) Stadium necator, yaitu stadium dimanajamur membentuk banyak piknidium yang berwarna merah. Piknidium ini terdapatpada sisi cabang atau ranting yang lebih kering. Pengendalian: (1) Pada stadium

Page 514: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

laba-laba, penyakit ini dapat diatasi dengan cara menggosok tempat yangterserang jamur sampai hilang. Bekas luka gosokan diolesi dengan cat meni, ter,atau carbolineum; (2) Penyemprotan dengan fungisida yang mengandungtembaga berkadar tinggi seperti Cupravit OB 21 dengan dosis 4 gram/liter airsetiap tiga minggu sekali untuk menghindari munculnya serangan lagi; (3)Pemotongan pada bagian tanaman yang terserang apabila jamur sudah mencapaistadium bongkol, corticium, atau necator. Pemotongan dilakukan pada bagianyang sehat jauh dari batas bagian yang sakit. Bagian yang dipotong kemudiandiolesi dengan fungisida dan dibakar.

2) Jamur jelaga

Penyebab: jamur Capnodium sp. Gejala: serangan jamur ini berupa warna hitamseperti beludru yang menutupi permukaan daun sawo. Serangan lebih lanjut dapatmenutupi seluruh daun dan ranting tanaman sawo.Jika serangan jamur iniberjumlah banyak, proses fotosintesa tanaman sawo akan terganggu sehinggapertumbuhan terhambat. Serangan yang terjadi pada saat tanaman berbungadapat mengakibatkan buah yang terbentuk hanya sedikit. Jika yang terserangadalah buah, dapat menyebabkan kerontokan atau berkurangnya kualitas buah.Pengendalian: (1) melenyapkan serangga yang menghasilkan embun maduterlebih dahulu dengan insektisida; (2) dilakukan penyemprotan dengan fungisidaseperti Antracol 70 WP dengan dosis 2 gram/liter air atau Dithane M-45 80 WPdengan dosis 1,8-2,4 gram/liter air.

3) Busuk buah

Penyebab: jamur Phytopthora palmivora Butl. Gejala: mula-mula kulit buahberbercak-bercak kecil berwarna hitam atau cokelat, kemudian melebar danmenyatu secara tidak beraturan, daging buah membusuk dan berair, sertakadang-kadang buah berjatuhan (gugur). Pengendalian: (1) dengan carapemotongan buah yang sakit berat, pengumpulan dan pemusnahan buah yangterserang; (2) penyemprotan fungisida, seperti Dithane M-45 80 WP dengan dosis1,8 gr – 2,4 gram/liter air.

4) Hawar benang putih

Penyebab: jamur (cendawan) Marasmius scandens Mass, yang tumbuh padapermukaan batang dan cabang tanaman sawo. Gejala: daun-daun mengering danberguguran. Pada ranting yang mengering terdapat benang-benang jamurberwarna putih. Pengendalian: (1) dengan cara mengurangi kelembaban kebun,memotong bagian tanaman yang sakit berat; (2) mengoleskan ataumenyemprotkan fungisida, seperti Benlate dengan dosis 2 gr/1 air.

Page 515: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Tanaman sawo yang dikembangbiakkan dengan pencangkokan dapatmenghasilakan buah hanya sampai 3-5 tahun, sedangkan yang melaluipenyambungan antara 5-6 tahun.

Buah sawo kadang-kadang matang tidak serempak sehingga pemanenan dilakukandengan bertahap dengan cara memilih buah yang sudah menunjukkan ciri fisiologisuntuk dipanen (tua). Ciri-ciri buah sawo yang sudah tua adalah ukuran buahmaksimal, kulit berwarna cokelat muda, daging buah agak lembek, bila dipetikmudah terlepas dari tangkainya, serta bergetah relatif sedikit. Pemetikan buah yangmasih muda sebaiknya dihindari karena memerlukan waktu yang lama untukpemeramannya dan rasa buah tidak manis (sepat).

8.2. Cara Panen

Umumnya pohon sawo cukup tinggi, buahnya terdapat di ujung batang muda yangjumlahnya hanya sedikit, sehingga untuk mengetahui buah yang cukup tua sangatsulit. Oleh karena itu, pemanenan dilakukan dengan cara memanjat pohon. Apabilabelum mencapai buahnya, dapat disambung dengan galah. Namun penggunaangalah ini sering menyebabkan buah jatuh dan pecah.

Pada buah yang jatuh tetapi tidak pecah, akan terjadi penggumpalan getah di sekitarbijinya. Ada anggapan bahwa penggumpalan getah ini disebabkan karena buahterserang penyakit. Walapun terdapat gumpalan getah di sekitar biji, tetapi tidakmengurangi rasa manis buah sawo tersebut.

Untuk menjaga agar buah tidak pecah sewaktu dipetik, sebaiknya sebelumpemetikan, pada bagian bawah pohon diberi jaring agar buah tidak langsung jatuh ketanah dan sebaiknya pemetikan dilakukan sebelum buah terlalu tua.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Setelah semua buah yang sudah tua dipanen, kemudian dilakukan pengumpulanbuah-buah tersebut. Kumpulkan buah-buah tersebut dalam suatu wadah atautempat, setelah semua terkumpul, kemudian dilakukan pencucian untukmenghilangkan kulit yang kasar atau kulit gabusnya.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Page 516: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Penyortiran dan penggolongan buah sawo hasil panen dilakukan untuk memisahkanbuah yang baik dari yang jelek dan memisahkan buah yang berukuran sama. Untukbuah yang sudah sangat rusak, sebaiknya dibuang, tetapi buah yang rusak sedikitdapat dipisahkan untuk dijual ketempat yang dekat dengan harga murah.

9.3. Penyimpanan

Buah sawo yang sudah diberi perlakuan (pencucian dan pengasapan) mempunyaikulit yang sangat tipis sehingga mudah rusak dan tidak tahan lama dalampenyimpanannya. Ada beberapa cara penyimpanan agar buah lebih tahan lama,salah satunya dengan mengatur temperatur ruang penyimpanan.

Buah sawo yang masak bila disimpan dalam temperatur ruang hanya tahan 2 harisampai 3 hari, tetapi bila dalam ruangan yang mempunyai temperatur 0 derajat C,buah sawo tetap dalam keadaan baik selama 12 hari sampai 14 hari. Kelembaban(nisbi) yang dibutuhkan dalam ruang penyimpanan adalah 85-90%. Buah sawo yangyang belum masak akan tahan disimpan selama 17 hari dalam ruangan yangbertemperatur 15 derajat C.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

1) PengemasanPengemasan buah-buahan di Indonesia, masih menggunakan keranjang bambu.Bentuk dan kapasitasnya bervariasi, biasanya kapasitas kemasan antara 40 kgsampai 100 kg. Dalam pengemasan buah digunakan bahan-bahan pembantu,misalnya daun kering, daun pisang, merang, dan kertas koran.

2) PengangkutanUmumnya, petani penghasil buah di Indonesia mengangkut hasil panennyadengan kreativitas sendiri. Pengangkutan hasil ini dalam volume kecil, yaitu dariladang ke tempat penampungan, pembeli, atau ke pusat-pusat pengumpulsehingga pemasaran tahap pertama dapat berlangsung.

9.5. Pengasapan dan Pemeraman

Pengasapan dan pemeraman dilakukan agar buah cepat masak dan empuk. Tatalaksana pengasapan dan pemeraman adalah sebagai berikut:1) Buat lubang pada tanah berbentuk segi empat. Ukuran lubang disesuaikan

dengan jumlah buah sawo.2) Hamparkan dan gamal (Glyricidae) atau daun pisang di bagian dasar dan semua

sisi lubang.3) Masukkan buah sawo secara teratur ke dalam lubang, kemudian tutup dengan

daun gamal atau daun pisang.4) Masukkan potongan bambu gelondongan untuk menghembuskan asap ke dalam

lubang.5) Timbun lubang tanah hingga cukup tebal.

Page 517: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6) Bakar dedaunan kering, lalu asapnya diarahkan ke dalam lubang melaluipotongan bambu.

7) Tutup atau ambil gelondongan bambu.8) Biarkan buah sawo diperam selama sehari semalam.

9.6. Penanganan Lain

Buah sawo dapat diawetkan dalam air gula atau dibuat selai untuk pengoles roti, dandapat juga dibuat serbat atau dicampur ke dalam es krim. Sari buah sawo dapatdigodok menjadi sirup dan difermentasikan menjadi anggur dan cuka.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya sawo dalam lima tahun pertama seluas 0,5 ha di daerahBogor pada tahun 1999.

1) Biaya produksi lima tahun pertama1. Nilai tanah : 1/2 ha, @ m2 x Rp. 10.000,- Rp. 5.000.000,-2. Nilai sarana produksi

- Bibit: 35 batang @ Rp. 12.000,- Rp. 420.000,-- Pupuk kandang: 1500 kg @ Rp. 100,- Rp. 150.000,-- Urea: 150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 240.000,-- NPK: 150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 240.000,-- Hormon/mineral: 40 liter @ Rp. 3.500,- Rp. 140.000,-- Insektisida: 35 liter @ Rp. 5.000,- Rp. 175.000,-- Fungisida: 35 liter @ Rp. 5.000,- Rp. 175.000,-

3. Nilai bangunan dan alat/perkakas- Bangunan dan sumur @ Rp. 7.500,- Rp. 2.000.000,-- Alat semprot: 2 unit @ Rp. 4.000,- Rp. 150.000,-- Cangkul: 2 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 10.000,-- Sabit: 2 buah @ Rp. 3.500,- Rp. 7.000,-- Garpu: 2 buah @ Rp. 3.000,- Rp. 6.000,-- Golok: 2 buah @ Rp. 7.500,- Rp. 15.000,-- Gunting pangkas: 3 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 15.000,-- Gergaji pangkas: 2 buah @ Rp. 6.000,- Rp. 12.000,-- Ember: 5 buah @ Rp. 3.000,- Rp. 15.000,-

4. Tenaga kerja tetap- Upah 12 x 2 orang @ Rp. 250.000,- Rp. 6.000.000,-- Pakaian 2 x 2 x Rp. 100.000,- Rp. 400.000,-- THR 2 x Rp. 250.000,- Rp. 500.000,-

5. Tenaga kerja lepas- Buat lubang tanam 15 OH Rp 10.000,- Rp. 150.000,-- Pupuk dan tanam 25 OH Rp 10.000,- Rp. 250.000,-

Page 518: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 17/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Jumlah seluruh investasi Rp. 16.070.000,-

2) Penerimaan dan keuntungan1. Penerimaan th. ke-4 produk ke-1: 50%x35x60 kg x Rp.6.000,- Rp. 6.300.000,-

Keuntungan: - Rp. 15.770.000,-2. Penerimaan th. ke-5 produk ke-2: 50%x 35 x 80 kg x Rp.6.000,-Rp. 8.400.000,-

Keuntungan: - Rp. 8.870.000,-3. Penerimaan th. ke-6 produk ke-3: 50%x 35 x 120 kgx Rp.6.000 Rp. 12.600.000,-

Keuntungan: Rp. 2.230.000,-

3) Break Event Point BEP Rp. 166.666.666.7

4) R/C Rasio = Jumlah Penerimaan / Jumlah Biaya = 0,33

Catatan:Biaya perawatan setiap tahun kurang lebih sekitar = Rp 1.500.000,-Pada tahun ke-6 keuntungan sudah dapat menutupi investasi yang dikeluarkan

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Permintaan buah-buahan umumnya meningkat dengan makin meningkatnyapendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa pertanaman buah-buahan memberikankeuntungan dan peluang bisnis yang baik. Beberapa hal yang mendorong usahapengembangan pertanaman buah-buahan antara lain sebagai berikut:a) Harga buah cukup baik, terutama di kota-kota besar dan jarang mengalami

penurunan harga.b) Makin banyak sarana perhubungan, maka jalur pemasarannya makin lancar.c) Adanya pengembangan industri pengolahan buah-buahan.d) Sarana teknologi yang tersedia, misalnya pupuk dan obat-obatan.

Buah sawo di Indonesia sampai saat ini belum banyak diekspor ke luar negeri. Hasilpanennya hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri saja. Sebenarnyaperkembangan produksi buah sawo cenderung mengalamai peningkatan, tetapisemua itu belum dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan masyarakat. Dengandemikian masih dibutuhkan investor yang mau menanamkan modalnya untukperluasan tanaman sawo.

Peluang bisnis buah sawo sangat besar karena konsumsi buah-buahan berkembangdengan pesatnya. Untuk penduduk DKI Jakarta saja, konsumsi buah pada tahun1988 sebanyak 8.438 orang dan telah berkembang menjadi 13.745 orang padatahun 1993. Apalagi begitu mudahnya menanam sawo dan dapat menghasilkanbuah sepanjang tahun.

Page 519: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 18/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar mutu: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syaratpenandaan dan pengemasan.

11.2.Diskripsi

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

11.4.Pengambilan Contoh

Satu Partai/lot mangga terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh diambil secaraacak dari jumlah kemasan dalam 1 partai/lot seperti terlihat dibawah ini:a) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot sampai dengan 100 : contoh yang diambil 5.b) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 101–300: contoh yang diambil 7.c) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 301–500: contoh yang diambil 9.d) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 501–1000: contoh yang diambil 10.

11.5.Pengemasan

Pengemasan buah sawo dalam peti kayu, berat bersih setiap peti kayu maksimum25 kg, susunan buah dalam peti kayu kompak dengan setiap buah yang diberipembungkus/ penyekat, atau kotak kotoran diberi penyekat dan lobang udara,susunan buah dalam kotak karton satu lapis dengan berat bersih kotak kartonmaksimum 10 kg.

Untuk pemberian merek di bagian luar kotak kayu di beri label yang dituliskan antaralain:a) Nama barang.b) Jenis mutu.c) Nama/kode perusahaan/eksportir.d) Berat bersih.e) Produksi Indonesia.f) Tempat/negara tujuan.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta : PT. Penebar Swadaya

Page 520: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 19/ 19Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Rahardi, F. 1990. ‘Trend Baru Pohon Sawo dalam Pot’, Trubus (Agustus) No. 249Th. XXI

3) Tim Penulis PS. 1993. Menanam Sawo di Pot dan di Kebun. Jakarta : PT.Penebar Swadaya

4) Wudianto, Rini. 1987. Membuat Cangkok, Stek, dan Okulasi . Jakarta : PT.Penebar Swadaya

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 521: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

SEMANGKA(Citrullus vulgaris)

1. SEJARAH SINGKAT

Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat yangdalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari daerah kering tropis dansubtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara seperti:Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk dalam keluargabuah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya sangat disukai olehmanusia/binatang yang ada di benua tersebut, karena banyak mengandung air,sehingga penyebarannya menjadi cepat.

2. JENIS TANAMAN

Terdapat puluhan varietas/jenis semangka yang dibudidayakan, tetapi hanyabeberapa jenis yang diminati para petani/konsumen. Di Indonesia varietas yangcocok dibudidayakan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: Semangka Lokal (Semangkahitam dari Pasuruan, Semangka Batu Sengkaling dan Semangka Bojonegoro) danSemangka Hibrida Impor (dari hasil silangan Hibridasi) yang mempunyai keunggulantersendiri. Semangka tersebut diklasifikasikan menurut benih murni negara asalnya:benih Yamato, Sugar Suika, Cream Suika dan lainnya.

Page 522: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. MANFAAT TANAMAN

Tanaman semangka dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai buah segar, tetapiada yang memanfaatkan daun dan buah semangka muda untuk bahan sayur-mayur.Semangka yang dibudidayakan untuk dimanfaatkan bijinya, yang memiliki aroma danrasa tawar, bijinya diolah menjadi makanan ringan yang disebut "kuwaci" (disukaimasyarakat sebagai makanan ringan). Kulit semangka juga dibuat asinan/acarseperti buah ketimun atau jenis labu-labuan lainnya.

4. SENTRA PENANAMAN

Semangka banyak dibudidayakan di negara-negara seperti Cina, Jepang, India dannegera-negara sekitarnya. Sentra penanaman di Indonesia terdapat di Jawa Tengah(D.I. Yogyakarta, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulonprogo); di Jawa Barat(Indramayu, Karawang); di Jawa Timur ( Banyuwangi, Malang); dan di Lampung,dengan rata-rata produksi 30 ton/ha/tahun.

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

1) Secara teoritis curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah40-50 mm/bulan.

2) Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar matahari sejak terbit sampaitenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya kemunduranwaktu panen.

3) Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah denganoptimal pada suhu ± 25 derajat C (siang hari).

4) Suhu udara yang ideal bagipertumbuhan tanaman semangka adalah suhu harianrata-rata yang berkisar 20–30 mm.

5) Kelembaban udara cenderung rendah bila sinar matahari menyinari arealpenanaman, berarti udara kering yang miskin uap air. Kondisi demikian cocokuntuk pertumbuhan tanaman semangka, sebab di daerah asalnya tanamansemangka hidup di lingkungan padang pasir yang berhawa kering. Sebaliknya,kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya jamur perusaktanaman.

5.2. Media Tanam

1) Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah yang cukupgembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah kebun/persawahanyang telah dikeringkan.

2) Keasaman tanah (pH) yang diperlukan antara 6-6,7. Jika pH < 5,5 (tanah asam)maka diadakan pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan tingkat keasamantanah tersebut.

Page 523: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah porous (sarang)sehingga mudah membuang kelebihan air, tetapi tanah yang terlalu mudahmembuang air kurang baik untuk ditanami semangka.

5.3. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah: 100-300 mdpl. Kenyataannya semangka dapat ditanam di daerah dekat pantai yangmempunyai ketinggian di bawah 100 m dpl dan di atas perbukitan dengan ketinggianlebih dari 300 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Benih

Pemilihan jenis benih semangka yang disemaikan adalah: Hibrida import,terutama benih jenis Triploid (non biji) yang mempunyai kulit biji yang sangat kerasdan jenis Haploid (berbiji).

2) Penyiapan Benih

Jenis benih Hibrida impor, terutama jenis bibit triploid setelah dipilih disiapkan alatbantu untuk menyayat/merenggangkan sedikit karena tanpa direnggangkan bijitersebut sulit untuk berkecambah, alat bantu tersebut berbentuk gunting kukuyang mempunyai bentuk segitiga panjang berukuran kecil dan disediakan tempatkecil yang mempunyai permukaan lebar. Jenis Haploid dengan mudah disemaikarena bijinya tidak keras sehingga mudah membelah pada waktu berkecambah.

3) Teknik Penyemaian Benih

Teknik penyemaian benih semangka dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :a) Perenggangan bibit biji semangka terlebih dahulu supaya untuk mempermudah

dalam proses pertumbuhannya;b) Perendaman biji dalam suatu satuan obat yang diramu dari bahan-bahan: 1 liter

air hangat suhu 20-25 derajat C; 1 sendok teh hormon (Atornik, Menedael,Abitonik); 1 sendok peres fungisida (obat anti jamur) seperti: Difoldhan 4T,Dacosnil 75 WP, Benlate; 0,5 sendok teh peres bakterisida (Agrept 25 WP).Setelah direndam 10-30 menit, diangkat dan ditiriskan sampai air tidak mengalirlagi dan bibit siap dikecambahkan.

Page 524: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Kantong-kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar mataharipenuh sejak terbit hingga tenggelam. Diberi perlindungan plastik transparanserupa rumah kaca mini dan untuk salah satu ujungnya terbuka dengan pinggiranyang terbuka. Pemupukan dilakukan lewat daun untuk memacu perkembanganbibit dicampur dengan obat, dilakukan rutin setiap 3 hari sekali. Pada usia 14 hari,benih-benih dipindahkan ke lapangan yang telah matang dan siap ditanami benihtersebut.

5) Pemindahan Bibit

Setelah pengecambahan dilakukan penyemaian bibit menggunakan kantong-kantong plastik berukuran : 12 cm x (0,2 - 0,3 )mm. Satu kantong ditanam satubenih (sudut kantong dipotong secukupnya untuk pengurangan sisa air) dan diisicampuran tanah dengan pupuk organik komposisi: 1 bagian tanah kebun, 1bagian kompos/humus, 1 bagian pupuk kandang yang sudah matang. Setelahbibit berumur 12-14 hari dan telah berdaun 2-3 helai, dipindahkan ke arealpenanaman yang telah diolah.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Bila areal bekas kebun, perlu dibersihkan dari tanaman terdahulu yang masihtumbuh. Bila bekas persawahan, dikeringkan dulu beberapa hari sampai tanah itumudah dicangkul, kemudian diteliti pH tanahnya.

2) Pembukaan Lahan

Lahan yang ditanami dilakukan pembalikan tanah untuk menghancurkan tanahhingga menjadi bongkahan-bongkahan yang merata. Tunggul bekasbatang/jaringan perakaran tanaman terdahulu dibuang keluar dari areal, dan jugasegala jenis batuan yang ada dibuang, sehingga tidak mempengaruhiperkembangan tanaman semangka yang akan ditanam di areal tersebut.

3) Pembentukan Bedengan

Tanaman semangka membutuhkan bedengan supaya air yang terkandung didalam tanah mudah mengalir keluar melalui saluran drainase yang dibuat. Jumlahbedengan tergantung jumlah baris tanam yang dikehendaki oleh si penanam(bentuk bedengan baris tanaman ganda, bedengan melintang pada arealpenanaman). Lebar bedengan 7-8 meter, tergantung tebal tipis dan tinggibedengan (tinggi bedengan minimum 20 cm).

Page 525: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Pengapuran

Dilakukan dengan pemberian jenis kapur pertanian yang me-ngandung unsurCalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang bersifat menetralkan keasaman tanahdan menetralkan racun dari ion logam yang terdapat didalam tanah. Dengan kapurKarbonat/kapur dolomit. Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5diperlukan 150-200 kg dolomit , untuk antara pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomitdan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.

5) Pemupukan

Pupuk yang dipakai adalah pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk kandangyang digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari hewan sapi/kerbau dandipilih pupuk kandang yang sudah matang. Pupuk kandang berguna untukmembantu memulihkan kondisi tanah yang kurang subur, dengan dosis 2 kg/bedengan. Caranya, ditaburkan disekeliling baris bedengan secara merata.Pupuk tersebut terdiri atas: (a) Pupuk Makro yang terdiri dari unsur Nitrogen,Phospor, Kalsium (dibuat dari pupuk ZA, TSP dan KCl); (b) Pupuk Mikro yangterdiri dari Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Mangaan (Mn), Besi (Fe), Belerang (S),Tembaga (Cu), Seng (Zn) Boron (Bo) dan Molibden (Mo). Pupuk tersebut, dijualdengan beberapa merek seperti Mikroflex, Microsil dll. Penggunaannya, dicampur1% obat anti hama penggerek batang.

6) Lain-lain

Tahap penghalusan dan perataan bongkahan tanah pada sisi bedengan padatempat penanaman semangka dilakukan dengan cangkul. Di bagian tengah,sebagai landasan buah pada bedengan, diratakan dan diatas lapisan ini diberijerami kering untuk perambatan semangka dan peletakan buah. Bedengan perludisiangi, disiram dan dilapisi jerami kering setebal 2-3 cm dan plastik mulsadengan lebar plastik 110-150 cm agar menghambat penguapan air dan tumbuhtanaman liar. Pemakaian plastik lebih menguntungkan karena lebih tahan lama,sampai 8-12 bulan pada areal terbuka (2 - 3 kali periode penanaman). Plastik sisayang berwarna perak yang memantulkan sinar matahari dan secara tidaklangsung membantu tanaman banyak mendapat sinar matahari untukpertumbuhannya.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanaman

Tanaman semangka merupakan tanaman semusim dengan pola tanammonokultur.

Page 526: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Pembuatan Lubang Tanaman

Penanaman bibit semangka pada lahan lapangan, setelah persemaian berumur14 hari dan telah tumbuh daun ± 2-3 lembar. Sambil menunggu bibit cukup besardilakukan pelubangan pada lahan dengan kedalaman 8-10 cm.

Persiapan pelubangan lahan tanaman dilakukan 1 minggu sebelum bibit dipindahke darat. Berjarak 20-30 cm dari tepi bedengan dengan jarak antara lubang sekitar80-100 cm/tergantung tebal tipisnya bedengan. Lahan tertutup dengan plastikmulsa, maka diperlukan alat bantu dari kaleng bekas cat ukuran 1 kg yang diberilubang-lubang disesuaikan dengan kondisi tanah bedengan yang diberi lobang.

3) Cara Penanaman

Setelah dilakukan pelubangan, areal penanaman disiram secara massal supayatanah siap menerima penanaman bibit sampai menggenangi areal sekitar ¾ tinggibedengan, dan dibiarkan sampai air meresap. Sebelum batang bibit ditanamdilakukan perendaman, agar mudah pelepasan bibit menggunakan kantong plastikyang ada. Langkah imunisasi dilakukan dengan perendaman selama 5-10 menitdisertai campuran larutan obat obatan. Susunan obat terdiri dari: 1 sendok tehhormon Atonik, Abitonik, dekamon, menedael, 1 sendok teh peres bakterisidatepung, 1 sendok teh peres fungisida serbuk/tepung (Berlate, dithane M-45,Daconiel).

Urutan penanaman adalah sebagai berikut:a) Kantong plastik diambil hati-hati supaya akar tidak rusak.b) Tanam dengan tanah posisi kantong dan masukkan ke lubang yang sudah

disiapkanc) Celah-celah lubang ditutup dengan tanah yang telah disiapkand) Lubang tanaman yang tersisa ditutup dengan tanah dan disiram sedikit air agar

media bibit menyatu dengan tanah disekeliling dapat bersatu tanpa tersisa.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Tanaman semangka yang berumur 3-5 hari perlu diperhatikan, apabila tumbuhterlalu lebat/tanaman mati dilakukan penyulaman/diganti dengan bibit baru yangtelah disiapkan dari bibit cadangan. Dilakukan penjarangan bila tanaman terlalulebat dengan memangkas daun dan batang yang tidak diperlukan, karenamenghalangi sinar matahari yang membantu perkembangan tanaman.

2) Penyiangan

Tanaman semangka cukup mempunyai dua buah saja, dengan pengaturancabang primer yang cenderung banyak. Dipelihara 2-3 cabang tanpa memotongranting sekunder. Perlu penyiangan pada ranting yang tidak berguna, ujung

Page 527: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

cabang sekunder dipangkas dan disisakan 2 helai daun. Cabang sekunder yangtumbuh pada ruas yang ada buah ditebang karena mengganggu pertumbuhanbuah. Pengaturan cabang utama dan cabang primer agar semua daun pada tiapcabang tidak saling menutupi, sehingga pembagian sinar merata, yangmempengaruhi pertumbuhan baik pohon/buahnya.

3) Pembubunan

Lahan penanaman semangka dilakukan pembubunan tanah agar akar menyerapmakanan secara maksimal dan dilakukan setelah beberapa hari penanaman.

4) Perempalan

Dilakukan melalui penyortiran dan pengambilan tunas-tunas muda yang tidakberguna karena mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah semangka yang sedangberkembang. Perempelan dilakukan untuk mengurangi tanaman yang terlalu lebatakibat banyak tunas-tunas muda yang kurang bermanfaat.

5) Pemupukan

Pemberian pupuk organik pada saat sebelum tanam tidak akan semuanyaterserap, maka dilakukan pemupukan susulan yang disesuaikan dengan fasepertumbuhan. Pada pertumbuhan vegetative diperlukan pupuk daun (Topsil D),pada fase pembentukan buah dan pemasakan diperlukan pemupukan Topsis Buntuk memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan. Pemberian pupuk daundicampur dengan insekstisida dan fungisida yang disemprotkan bersamaansecara rutin. Adapun penyemprotan dilakukan sebagai berikut:a) Pupuk daun diberikan pada saat 7, 14, 21, 28 dan 35 hari setelah tanam;b) Pupuk buah diberikan pada saat 45 dan 55 hari setelah tanam;c) ZA dan NPK (perbandingan 1:1) dilakukan 21 hari setelah tanam sebanyak 300

ml, 25 hari setelah tanam sebanyak 400 ml dan 55 hari setelah tanamsebanyak 400 ml.

6) Pengairan dan Penyiraman

Sistim irigasi yang digunakan sistem Farrow Irrigation: air dialirkan melalui salurandiantara bedengan, frekuensi pemberian air pada musim kemarau 4-6 hari denganvolume pengairan tidak berlebihan. Bila dengan pompa air sumur (diesel air)penyiraman dilakukan dengan bantuan slang plastik yang cukup besar sehinggalebih cepat. Tanaman semangka memerlukan air secara terus menerus dan tidakkekurangan air.

7) Waktu Penyemprotan Pestisida

Selain pupuk daun, insktisida dan fungisida, ada obat lain yaitu ZPZ (zatperangsang tumbuhan); bahan perata dan perekat pupuk makro (Pm) berbentukcairan. Dosis ZPT: 7,5 cc, Agristik: 7,5 cc dan Metalik (Pm): 10 cc untuk setiap 14-

Page 528: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

17 liter pelarut. Penyemprotan campuran obat dilakukan setelah tanaman berusia>20 hari di lahan. Selanjutnya dilakukan tiap 5 hari sekali hingga umur 70 hari.Penyemprotan dilakukan dengan sprayer untuk areal yang tidak terlalu luas danmenggunakan mesin bertenaga diesel bila luas lahan ribuan hektar.Penyemprotan dilakukan pagi dan sore hari tergantung kebutuhan dan kondisicuaca.

8) Pemeliharaan Lain

Seleksi calon buah merupakan pekerjaan yang penting untuk memperoleh kualitasyang baik (berat buah cukup besar, terletak antara 1,0-1,5 m dari perakarantanaman), calon buah yang dekat dengan perakaran berukuran kecil karena umurtanaman relatif muda (ukuran sebesar telur ayam dalam bentuk yang baik dantidak cacat). Setiap tanaman diperlukan calon buah 1-2 buah, sisanya di pangkas.Setiap calon buah ± 2 kg sering dibalik guna menghindari warna yang kurang baikakibat ketidak-merataan terkena sinar matahari, sehingga warna kurang menarikdan menurunkan harga jual buah itu sendiri.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

Hama tanaman semangka dapat digolongkan dalam 2 kelompok: hama yang tahandan tidak tahan terhadap peptisida.

Hama yang tidak tahan terhadap pestisida (Kutu daun, bentuk seperti kutu),umumnya berwarna hijau pupus, hidup bergelombol, tidak bersayap, dan mudahberkembang biak. Gejala yang terjadi daun berberecak kuning, pertumbuhannyaterhambat. Pengendalian dilakukan secara non kimiawi dan kimiawi dengan obat-obatan. Hama kedua adalah hama yang tahan terhadap pestisida seperti: tikus,binatang piaraan (kucing, anjing dan ayam). Pengendallian: menjaga pematangselalu bersih, mendirikan pagar yang mengelilingi tanaman, pemasangan suatu alatyang menghasilkan bunyi-bunyian bila tertiup angin dan diadakan pergiliran jaga.

1) Thrips

Berukuran kecil ramping, warna kuning pucat kehitaman, mempunyai sungutbadan beruas-ruas. Cara penularan secara mengembara dimalam hari, menetapdan berkembang biak. Pengendalian: menyemprotkan larutan insektisida sampaitanaman basah dan merata.

Page 529: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Ulat perusak daun

Berwarna hijau dengan garis hitam/berwarna hijau bergaris kuning, tandaserangan daun dimakan sampai tinggal lapisan lilinnya dan terlihat dari jauhseperti berlubang. Pengendalian: dilakukan secara non kimiawi dan secarakimiawi.

3) Tungau

Binatang kecil berwarna merah agak kekuningan/kehijauan berukuran kecilmengisap cairan tanaman, membela diri dengan menggigit dan menyengat.Tandanya, tampak jaring-jaring sarang binatang ini di bawah permukaan daun,warna dedaunan akan pucat. Pengendalian: dilakukan secara non-kimiawi dandengan pestisida.

4) Ulat tanah

Berwarna hitam berbintik-bintik/bergaris-garis, panjang tubuh 2-5 cm, aktifmerusak dan bergerak pada malam hari. Menyerang daun, terutama tunas-tunasmuda, ulat dewasa memangsa pangkal tanaman. Pengendalian: (1) penanamansecara serempak pada daerah yang berdekatan untuk memutus siklus hiduphama dan pemberantasan sarang ngengat disekitarnya; (2) pengendalian secarakimiawi, dengan obat-obatan sesuai dengan aturan penanaman buah semangka.

5) Kutu putih dan Lalat buah

Ciri-ciri mempunyai sayap yang transparan berwarna kuning dengan bercak-bercak dan mempunyai belalai. Tanda-tanda serangan : terdapat bekas luka padakulit buah (seperti tusukan belalai), daging buah beraroma sedikit masam danterlihat memar. Pengendalian : dilakukan secara non kimiawi (membersihkanlingkungan terutama pada kulit buah, tanah bekas hama dibalikan dengandibajak/dicangkul). Secara kimiawi : dengan obat-obatan.

7.2. Penyakit

1) Layu Fusarium

Penyebab: lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh jamur (hawa yangterlalu lembab). Gejala: timbul kebusukan pada tanaman yang tadinya lebat dansubur, lambat laun akan. Pengendalian: (1) secara non kimiawi dengan pergiliranmasa tanam dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal baru yangbelum ditanami, atau menanam benih yang sudah direndam obat; (2) secarakimiawi dilakukan penyemprotan bahan fungisida secara periodik.

Page 530: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Bercak daun

Penyebab: spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang terserang.Gejala: permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan selanjutnya menjadicoklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus berwarnaabu-abu/ungu. Pengendalian: (1) secara non kimiawi seperti pada penyakit layufusarium; (2) tanaman disemprot dengan fungisida yang terdiri dari Dithane M 45dosis 1,8-2,4 gram/liter; Delsene MX 200 dengan dosis 2-4 gram/liter, Trimoltix 65Wp dosis 2-3 gram/liter dan Daconil 75 Wp dosis 1-1,5 gram/liter.

3) Antraknosa

Penyebab: seperti penyakit layu fusarium. Gejala: daun terlihat bercak-bercakcoklat yang akhirnya berubah warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bilamenyerang buah, tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaansemakin meluas. Pengendalian: (1) dilakukan secara non kimia sepetipengendalian penyakit layu fusarium; (2) menggunakan fungisida Velimex 80 WPdosis 2-2,5 gram/liter air.

4) Busuk semai

Menyerang pada benih yang sedang disemaikan. Gejala: batang bibit berwarnacoklat, merambat dan rebah kemudian mati. Pengendalian: benih direndam didalam obat Benlate 20 WP dosis 1-2 gram/liter air dan Difolathan 44 FF dosis 1-2cc/liter air.

5) Busuk buah

Penyebab: jamur/bakteri patogen yang menginfeksi buah menjelang masak danaktif setelah buah mulai dipetik. Pengendalian: hindari dan cegah terjadinyakerusakan kulit buah, baik selama pengangkutan maupun penyimpanan,pemetikan buah dilakukan pada waktu siang hari tidak berawan/hujan.

6) Karat daun

Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada dauntanaman. Gejala: daun melepuh, belang-belang, cenderung berubah bentuk,tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang. Pengendalian: samaseperti penyakit layu fusarium. Belum ditemukan obat yang tepat, sehinggatanaman yang terlanjur terkena harus, supaya tidak menular pada tanaman sehat.

7.3. Gulma

Selain gangguan oleh hama dan penyakit, gangguan juga disebabkankekurangan/kelebihan unsur hara yang mempengaruhi pertumbuhan danperkembangan tanaman. Pohon semangka yang kekurangan dan kelebihan unsurhara tersebut, menderita akibat adanya gulma (tanaman pengganggu).

Page 531: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman. Ciri-cirinya: setelah terjadiperubahan warna buah, dan batang buah mulai mengecil maka buah tersebut bisadipetik (dipanen). Masa panen dipengaruhi cuaca, dan jenis bibit (tipe hibrida/jenistriploid, maupun jenis buah berbiji).

8.2. Cara Panen

Dalam pemetikan buah yang akan dipanen sebaiknya dilakukan pada saat cuacacerah dan tidak berawan sehingga buah dalam kondisi kering permukaan kulitnya,dan tahan selama dalam penyimpananan ataupun ditangan para pengecer.Sebaiknya pemotongan buah semangka dilakukan beserta tangkainya.

8.3. Periode Panen

Panen dilakukan dalam beberapa periode. Apabila buah secara serempak dapatdipanen secara sekaligus, tetapi apabila tidak bisa bersamaan dapat dilakukan 2 kali.Pertama dipetik buah yang sudah tua, ke-dua semuanya sisanya dipetik semuanyasekaligus. Ke-tiga setelah daun-daun sudah mulai kering karena buah sudah tidakdapat berkembang lagi maka buah tersebut harus segera dipetik.

8.4. Prakiraan Produksi

Hasil produksi dari masing-masing pohon semangka perlu diadakan pembatasanhasil buahnya, sehingga dapat diperkirakan jumlah produksinya. Secara wajar,jumlah buah berkisar antara 2-3 buah setiap pohon (1 buah pada cabang pohon dan2 buah pada batang utama dari pohon), dengan berat buahnya ± 6-8 kg per pohon.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Pengumpulan hasil panen sampai siap dipasarkan, harus diusahakan sebaikmungkin agar tidak terjadi kerusakan buah, sehingga akan mempengaruhi mutubuah dan harga jualnya. Mutu buah dipengaruhi adanya derajat kemasakan yangtepat, karena akan mempengaruhi mutu rasa, aroma dan penampakan daging buah,dengan kadar air yang sempurna.

Page 532: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Penggolongan ini biasanya tergantung pada pemantauan dan permintaan pasaran.Penyortiran dan penggolongan buah semangka dilakukan dalam beberapa klasantara lain:1) Kelas A: berat ≥ 4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.2) Kelas B: berat ± 2-4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.3) Kelas C: berat < 2 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.

9.3. Penyimpanan

Penyimpanan buah semangka di tingkat pedagang besar (sambil menunggu hargalebih baik) dilakukan sebagai berikut:1) Penyimpanan pada suhu rendah sekitar 4,4 derajat C, dan kelembaban udara

antara 80-85%;2) Penyimpanan pada atmosfir terkontrol (merupakan cara pengaturan kadar O2 dan

kadar CO2 dengan asumsi oksigen atau menaikan kadar karbon dioksida (CO2),dapat mengurangi proses respirasi;

3) Penyimpanan dalam ruang tanpa pengatur suhu: merupakan penyimpanan jangkapendek dengan cara memberi alas dari jerami kering setebal 10-15 cm dengandisusun sebanyak 4-5 lapis dan setiap lapisnya diberi jerami kering.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Di dalam mempertahankan mutu buah agar kondisi selalu baik sampai pada tujuanakhir dilakukan pengemasan dengan proses pengepakan yang secara benar danhati-hati.1).Menggunakan tempat buah yang standar untuk mempermudah pengangkutan.2).Melindungi buah saat pengangkutan dari kerusakan mekanik dapat dihindari.3).Dibubuhi label pada peti kemas terutama tentang mutu dan berat buah.

9.5. Penanganan Lain

Pemasaran merupakan salah satu faktor penting, maka perlu diperhatikan nilai hargadan jalur-jalur pemasaran mulai dari produsen (petani) sampai konsumen. Semakincepat dikonsumsi semakin tinggi harga jualnya. Pemasaran biasa dilakukan melaluisistem borongan dengan harga yang lebih rendah, atau melalui beberapa tahapan(seperti produsen, pengumpul, pengecer).

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1 Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya tanaman semangka dengan luas 1 hektar permusimtanam (4 bulan) di daerah Jawa Barat tahun 1999.

Page 533: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Biaya produksi1. Lahan

- Sewa lahan 1 ha per musim tanam Rp. 800.000,-- Pembuatan bedengan 50 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 350.000,-- Pupuk kotoran ayam 9 ton @ Rp. 75.000,- Rp. 675.000,-- Dolomit 500 kg @ Rp. 250 Rp. 125.000,-- Mulsa plastik 100 kg @ Rp. 7.500,- Rp. 750.000,-- Pupuk kandang dan dolomit 11 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 77.000,-

2. Persemaian- Benih semangka biji 20 gr 2 pak @ Rp. 20.000,- Rp. 40.000,-- Benih semangka tanpa biji 200 gram 10 pak Rp. 800.000,-- Polybang semai 3 kg @ Rp. 10.000,- Rp. 30.000,-- Plastik transparan 20m @ Rp. 1.500,-,- Rp. 30.000,-- Tenaga persemaian 12 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 60.000,-

3. Kebutuhan pupuk- Urea 210 kg @ Rp.1.500,- Rp. 315.000,-- ZA 520 kg @ Rp. 1.500,-,- Rp. 780.000,-- TSP 140 kg @ Rp. 1.800,-,- Rp. 252.000,-- KC1 455 kg @ Rp. 1.650,-,- Rp. 750.750,-- Pupuk susulan NPK 60 kg @ Rp 2.400,- Rp. 144.000,-

4. Penanaman- Penebaran pupuk dan mulsa plastik 40 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 280.000,-- Furadan 10 kg @ Rp. 6.500,- Rp. 65.000,-- Pindah tanam 23 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 161.500,-

5. Pemeliharaan- Pengairan 14 HKP @ Rp. 7.000 Rp. 98.000,-- Pengukuran ranting 9 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 63.000,-- Pemupukan susulan dan penyemprotan 33 HKP @ Rp. 7.000 Rp. 231.000,-- Penyerbukan 27 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 189.000,-- Seleksi buah 8 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 56.000,-- Pembalikan tanah 10 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 70.000,-- Pemangkasan ranting 12 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 84.000,-

6. Tenaga kerja- Tenaga jaga kebun 10 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 70.000,-

7. Pembuatan gubug 1 lokasi @ Rp. 100.000,- Rp. 100.000,-8. Panen dan pascapanen 22 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 154.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 7.600.250,-

2) Pendapatan1. Semangka tanpa biji (22.872 kg x Rp.525,-) Rp. 12.007.800,-2. Semangka berbiji (2.977 kg x Rp. 475,-) Rp. 1.414.075,-Jumlah pendapatan Rp. 13.421.875,-

3) Keuntungan per hektar (dalam 1 musim) Rp. 5.821.625,-Keuntungan per bulan Rp. 1.455.406,25

Page 534: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Parameter kelayakan usaha1. Rasio pendapatan dan biaya: B/C ratio = 1,76

Berdasarkan analisis kelayakan usaha tani diperoleh B/C ration = 1,76 berartidengan biaya produksi yang dikeluarkan sebesar 3.699.750 akan memperolehpendapatan 1,76 kali lipat.

10.2.Gambaran Peluang Agrobisnis

Teknik budidaya semangka secara konvensional telah dipahami. Akan lebihsempurna bila diketahui pula nilai ekonominya. Hal ini penting untuk mengetahuitingkat kelayakan usaha yang menyangkut biaya produksi dan pendapatan dalamsetiap hektarnya. Selain petani dapat memperkirakan luas areal penanamansemangka yang dikehendaki, juga akan diusahakan sesuai modal yang dimiliki.

Untuk mendukung perhitungan analisis usaha tani semangka konvensional adabeberapa hal yang perlu dikemukakan antara lain:a) Tanaman semangka dibudidayakan secara monokultur dengan jarak tanam 5.0 m

x 0,8 m sehingga populasi tanaman setiap hektar mencapai 3.500 tanaman.b) Varietas tanaman semangka yang dibudidayakan merupakan jenis unggul (F1

hibrid), yakni varietas mindful.c) Di lokasi penanaman terdapat diesel air sebagai sumber air apabila diperlukan.d) Tenaga kerja dibedakan menjadi dua yakni tenaga kerja pria (HKP) dan tenaga

kerja wanita (HKW), dengan ongkos tenaga kerja pria lebih tinggi dari pada tenagakerja wanita, dengan jam kerja/hari : 8 jam.

e) Budidaya semangka dilakukan pada musim kemarau (Maret-September).

Analisis biaya dan pendapatan ini tidak bersifat tetap, tergantung pada besarnyasewa lahan, upah pekerja, fluktuasi harga saprodi,dan harga produksi buah yangdidapatkan.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, khususnya petanisemangka, Pemerintah menetapkan kebijaksanaan dalam memilih urutan jenistanaman pertanian/hortikultura. Dalam ruang lingkup berikut telah disusun beberapapedoman sebagai berikut:a) Mengutamakan jenis tanaman semangka yang bernilai ekonomi tinggi, untuk

meningkatkan pendapatan petani semangka, baik untuk konsumsi dalam maupunluar negeri.

b) Mengutamakan jenis tanaman yang dapat memberi kesempatan tenaga kerjalebih banyak.

Page 535: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c) Mengutamakan jenis tanaman semangka yang mempunyai prospek pasar danpemasaran yang baik.

d) Mengutamakan jenis tanaman semangka yang dapat mempertinggi nilai gizimasyarkat.

11.2.Diskripsi

Berdasarkan uraian diatas, tanaman semangka merupakan salah satu tanamanprioritas utama yang perlu mendapatkan perhatian diantara tanaman-tanamanhortikultura. Buah semangka mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibandingtanaman hortikultura pada umumnya. Hal ini memberi banyak keuntungan kepadapetani atau pengusaha pertanian tanaman semangka. Dan ini memungkinkanadanya perbaikan tata perekonomian Indonesia, khususnya dari bidang pertanian.

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Untuk klasifikasi standar mutu dan syarat produk yang berlaku dipasaran maka kitaharus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:a) Semangka yang diproduksi harus diberi merek, yaitu dengan menempelkan stiker

pada buah;b) Kepercayaan yang telah diberikan oleh pelanggan harus dijaga;c) Pangsa pasar harus diperkuat, dan kontinuitas (keberlanjutan) produksi semangka

harus dijaga;d) Buah semangka yang berkualitas (kelas M1) harus dikemas sedemikian rupa

untuk memberikan kepuasan pelanggan.

11.4.Pengambilan Contoh

Dalam pengambilan contoh untuk penanganan produksi selanjutnya, umursemangka kurang lebih 56–65 HST, buah semangka yang berukuran besarmempunyai berat rata-rata 2,5 kg, ukuran sedang 1,0–2,5 kg, dan ukuran kecil beratbuah sekitar 400 gram.

11.5.Pengemasan

Untuk pengemasan yang standar dapat menggunakan kotak kayu atau dapat jugamenggunakan rajutan benang yang mirip dengan jala. Dengan kemasan rajutanbenang akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak kayu.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) BUDI SAMADI (1996). Semangka Tanpa Biji. Yogyakarta, Kanisius. 76 halaman.2) WIHARDJO, Suwandi. (1993). Bertanam Semangka. Yogyakarta, Kanisius, 107

halaman.

Page 536: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) WINARTI, M.G. (1992). Pengaruh Pupuk dan OST Terhadap Pertumbuhan danProduksi Tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schrd)

4) Matarani, Jawaller. (1997). Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Kompos TerhadapPertumbuhan dan Produjsi Semangka. Media Unika.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 537: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

KETELA POHON / SINGKONG( Manihot utilissima Pohl )

1. SEJARAH SINGKAT

Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubikayu, singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya darinegara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika,Madagaskar, India, Tiongkok. Ketela pohon berkembang di negara-negara yangterkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852.

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhanDivisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbijiSub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutupKelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping duaOrdo : EuphorbialesFamili : EuphorbiaceaeGenus : ManihotSpesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin.

Varietas-varietas ketela pohon unggul yang biasa ditanam, antara lain: Valenca,Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2,Malang 1, Malang 2, dan Andira 4

Page 538: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. MANFAAT TANAMAN

Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah berasdan jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki proteincukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunyabisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagaikayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ketela pohondijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selainitu digunakan pula pada industri obat-obatan.

4. SENTRA PENANAMAN

Di dunia ketela pohon merupakan komoditi perdagangan yang potensial. Negara-negara sentra ketela pohon adalah Thailand dan Suriname. Sedangkan sentrautama ketela pohon di Indonesia di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

a) Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon antara 1.500-2.500mm/tahun.

b) Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10 derajat C. Bilasuhunya di bawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikitterhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.

c) Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 60-65%.d) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari

terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.

5.2. Media Tanam

a) Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstrukturremah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik.Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebihmudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohonyang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makromaupun mikronya.

b) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol,podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.

c) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisarantara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH

Page 539: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netralbagi suburnya tanaman ketela pohon.

5.3. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 mdpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentudapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Persyaratan Bibit

Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagaiberikut:a) Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).b) Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta

seragam.c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.

2) Penyiapan Bibit

Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut:a) Bibit berupa stek batang.b) Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara

25–30 batang stek.d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:a) Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH

meter dan cairan pH tester.b) Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami

untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.c) Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu

diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman

Page 540: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

lainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapavariasi tanaman yang sejenis.

d) Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petaniketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karenaberkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan pasar. Apabilapada saat panen nantinya harga akan anjlok karena di daerah sentrapenanaman terjadi panen raya maka volume produksi diatur seminimalmungkin.

2) Pembukaan dan Pembersihan Lahan

Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macamgulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuanpembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang danmenghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pundengan mesin traktor.

Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau, pada tanah tegalanyang arealnya relatif lebih sempit oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siapuntuk ditanami.

3) Pembentukan Bedengan

Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedenganatau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuranyang dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkandalam pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupunsehatnya pertumbuhan tanaman.

4) Pengapuran

Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangatmasam/tanah gembut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakanadalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa digunakan untukpengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakanatau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberianpupuk kandang.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahantegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atausetelah penanaman padi. Jarak tanam yang umum digunakan pada pola

Page 541: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150X 100 cm atau 300 X 150 cm.

2) Cara Penanaman

Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohonkemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stektertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanamdangkal saja.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyulaman

Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan caramencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau tanaman mudayang mati harus diganti atau disulam. Pada umumnya petani maupun pengusahamengganti tanaman yang mati dengan sisa bibit yang ada. Bibit sulaman yangbaik seharusnya juga merupakan tanaman yang sehat dan tepat waktu untukditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidakterlalu panas. Waktu penyulaman adalah minggu pertama dan minggu keduasetelah penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu ketiga setelahpenanaman mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok antaratanaman pertama dan tanaman sulaman.

2) Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanamanliar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu musimpenanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan.

3) Pembubunan

Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanamandan setelah itu dibuat seperti guludan. Waktu pembubunan dapat bersamaandengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitartanaman Ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehinggaperlu dilakukan pembubunan/di tutup dengan tanah agar akar tidak kelihatan.

4) Perempelan/Pemangkasa

Pada tanaman Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunaskarena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal iniagar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanammendatang.

Page 542: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, Kdengan dosis Urea=133–200 kg; TSP=60–100 kg dan KCl=120–200 kg. Pupuktersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukandasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosisN:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.

6) Pengairan dan Penyiraman

Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknyaselalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perludilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairandilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapicara ini dapat merusak tanah. Sistem yang baik digunakan adalah sistemgenangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan.Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untukseterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.

7) Waktu Penyemprotan Pestisida

Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotanpestisida paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau padasore hari. Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit, bacadengan baik penggunaan dosis pada label merk obat yang digunakan. Apabilahama dan penyakit menyerang dengan ganas maka dosis pestisida harus lebihakan tetapi penggunaannya harus hati-hati karena serangga yangmenguntungkan dapat ikut mati.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

a) Uret (Xylenthropus)Ciri: berada dalam akar dari tanaman. Gejala: tanaman mati pada yg usia muda,karena akar batang dan umbi dirusak. Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahanorganik pada saat tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.

b) Tungau merah (Tetranychus bimaculatus)Ciri: menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan dauntersebut. Gejala: daun akan menjadi kering. Pengendalian: menanam varietastoleran dan menyemprotkan air yang banyak.

Page 543: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7.2. Penyakit

a) Bercak daun bakteriPenyebab: Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG . Gejala:bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daunkering dan akhirnya mati. Pengendalian: menanam varietas yang tahan,memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergilirantanaman dan sanitasi kebun

b) Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith)Ciri: hidup di daun, akar dan batang. Gejala: daun yang mendadak jadi layuseperti tersiram air panas. Akar, batang dan umbi langsung membusuk.Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahanseperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahantanaman yang sakit berat.

c) Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)Penyebab: cendawan yang hidup di dalam daun. Gejala: daun bercak-bercakcoklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun mati.Pengendalian: melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yangtahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.

d) Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica)Penyebab: cendawan yang hidup pada daun. Gejala: adanya bercak kecil dantitik-titik, terutama pada daun muda. Pengendalian: memperlebar jarak tanam,mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit .

7.3. Gulma

Sistem penyiangan/pembersihan secara menyeluruh dan gulmanya dibakar/dikuburdalam seperti yang dilakukan umumnya para petani Ketela pohon dapat menekanpertumbuhan gulma. Namun demikian, gulma tetap tumbuh di parit/got dan lubangpenanaman.

Khusus gulma dari golongan teki (Cyperus sp.) dapat di berantas dengan caramanual dengan penyiangan yang dilakukan 2-3 kali permusim tanam. Penyiangandilakukan sampai akar tanaman tercabut. Secara kimiawi dengan penyemprotanherbisida seperti dari golongan 2,4-D amin dan sulfonil urea. Penyemprotan harusdilakukan dengan hati-hati.

Sedangkan jenis gulma lainnya adalah rerumputan yang banyak ditemukan di lubangpenanaman maupun dalam got/parit. Jenis gulma rerumputan yang sering dijumpaiyaitu jenis rumput belulang (Eleusine indica), tuton (Echinochloa colona), rumputgrintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit (Paspalum distichum), dan rumputsunduk gangsir (digitaria ciliaris). Pembasmian gulma dari golongan rerumputan

Page 544: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

dilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan dan penyemprotan herbisidaberspektrum sempit misalnya Rumpas 120 EW dengan konsentrasi 1,0-1,5 ml/liter.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang.Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketelapohon telah mencapai 6–8 bulan untuk varietas Genjah dan 9–12 bulan untukvarietas Dalam.

8.2. Cara Panen

Ketela pohon dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggaldiambil dengan cangkul atau garpu tanah.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkauoleh angkutan.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Pemilihan atau penyortiran umbi ketela pohon sebenarnya dapat dilakukan padasaat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi ketela pohon dapatdilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat.Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulitumbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi sertabercak hitam/garis-garis pada daging umbi.

9.3. Penyimpanan

Cara penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon dilakukan dengan cara sebagaiberikut:a) Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon

tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.b) Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka

atau daun ketela pohon itu sendiri.

Page 545: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

c) Masukkan umbi ketela pohon secara tersusun dan teratur secara berlapiskemudian masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut diatas atau jerami.

d) Terakhir timbun lubang berisi umbi ketela pohon tersebut sampai lubangpermukaan tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan seperti inicukup awet dan membuat umbi tetap segar seperti aslinya.

9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Pengemasan umbi ketela pohon bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakanselama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/ dalam negeri dikemas dandimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetapsegar. Khusus untuk pemasaran antar pulau maupun diekspor, biasanya umbi ketelapohon ini dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan tepung tapioka. Kemasanselanjutnya dapat disimpan dalam karton ataupun plastik-plastik dalam pelbagaiukuran, sesuai permintaan produsen.

Setelah dikemas umbi ketela pohon dalam bentuk segar maupun dalam bentukgaplek ataupun tapioka diangkut dengan alat trasportasi baik tradisional maupunmodern ke pihak konsumen, baik dalam maupun luar negeri.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya singkong seluas 1 hektar pola monokultur dalam satumusim tanam (8 bulan), dengan jarak tanam 100 X 100 cm (populasi + 9.998tanaman) untuk daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah:

a) Biaya produksi1. Sewa lahan per musim (lahan kering) Rp. 500.000,-2. Bibit + 11.000 stek @ Rp 30,- Rp. 330.000,-3. Pupuk

- Urea: 200 kg @ Rp 1.000,- Rp. 200.000,-- TSP: 100 kg @ Rp 1.800,- Rp. 180.000,-- KCl: 200 kg @ Rp 1.650,- Rp. 330.000,-

4. Pestisida: 2 kg (liter) @ Rp 50.000,- Rp. 100.000,-5. Pajak dan peralatan Rp. 300.000,-6. Tenaga kerja

- Pengolahan lahan 70 HKP @ Rp 10.000,- Rp. 700.000,-- Penanaman 5 HKP + 10 HKW Rp. 125.000,-- Pemupukan 10 HKP +25 HKW Rp. 287.500,-- Penyiangan dan pembubunan 20 HKP + 20 HKW Rp. 350.000,-

7. Panen dan pasca panen Rp. 250.000,-

Page 546: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Jumlah biaya produksi Rp. 3.652.500,-

b) Pendapatan 30.000 kg @ Rp 125,- Rp. 4.500.000,-

c) Keuntungan Rp. 847.500,-

d) Parameter kelayakan usaha1. Rasio Output/Input = 1,232

Catatan : HKP (Hari Kerja Pria); HKW (Hari Kerja Wanita)

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Di pasar Indonesia, produksi Ketela pohon rata-rata mencapai 8,24 ton/ha (datatahun 1969-1978). Tahun 1983-1991 rata-rata mencapai 11,43 ton/ha.

Peningkatan produksi umbi ketela pohon kurun waktu 1988-1992 terjadi karenaadanya peningkatan rata-rata hasil per hektar. Walaupun demikian, rata-rataproduktivitas usaha tani ketela pohon ditingkat petani (3 ton/ha) masih lebih rendahdibandingkan dengan potensi hasilnya (6-10 ton/ha). Luas panen komoditas ketelapohon yang cenderung terus menurun selama kurun waktu tersebut ternyata tidakberpengaruh terhadap produksi total. Sementara itu, sekitar 58% dari total luaspanen per tahun masih tersebar di Pulau Jawa.

Dari segi ekspor, selama periode 1990-1994 ekspor ketela pohon Indonesiamengalami peningkatan yang cukup besar. Bila pada tahun 1990, ekspor ketelapohon adalah sebanyak 100 ton, maka pada tahun 1994 jumlah tersebut sudahmenjadi 500 ton. Permintaan ketela pohon dalam bentuk tapioka maupun gaplekpada tahun-tahun yang akan datang diperkirakan akan terus meningkat. Hal inimerupakan peluang besar bagi Indonesia untuk usaha agribisnis ketela pohon.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, carauji, syarat penandaan, cara pengemasan dan rekomendasi untuk tapioka.

11.2.Diskripsi

Standar mutu ketela pohon (tepung tapioka) di Indonesia tercantum dalam StandarNasional Indonesia SNI 01-345-1994.

Page 547: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Syarat mutu terdiri dari dua bagian :a) Syarat organoleptik

1. Sehat (sound).2. Tidak berbau apek atau masam.3. Murni.4. Tidak kelihatan ampas dan/atau bahan asing.

b) Syarat Teknis1. Kadar air maksimum (%): mutu I=15; mutu II=15; mutu III=15.2. Kadar abu maksimum (%): mutu I=0,60; mutu II=0,60; mutu III=0,60.3. Serat dan benda asing maksimum (%): mutu I=0,60; mutu II=0,60; mutu

III=0,60.4. Derajat putih minimum (BaSO4=100%) (%): mutu I=94,5; mutu II=92,0; mutu

III=92.5. Kekentalan (Engler): mutu I=3-4; mutu II=2,5-3; mutu III<2,5.6. Derajat asam maksimum (Ml IN Na): mutu I=3; mutu II=3; mutu III=3.7. Cemaran logam: ** OH/100 gram

- Timbal (Pb) (mg/kg): mutu I=1,0; mutu II=1,0; mutu III=1,0.- Tembaga (Cu) (mg/kg): mutu I=10,0; mutu II=10,0; mutu III=10,0.- Seng (Zn) (mg/kg): mutu I=40; mutu II=40; mutu III=40.- Raksa (Hg) (mg/kg): mutu I=0,05; mutu II=0,05; mutu III=0,05.

8. Arsen (AS) ** (mg/kg): mutu I=0,5; mutu II=0,5; mutu III=0,5.9. Cemara Mikroba:**

- Angka lempeng total maksimum (koloni/gram): mutu I=1,0 x100; mutuI=1,0x100; mutu III=1,0x100.

- E. Coli maksimum(koloni/gram): mutu I=10; mutu II=10; mutu III=10.- Kapang maksimum (koloni/gram): mutu I=1,0x104 ; mutu II=1,0x104; mutu

III=1,0x104.

Keterangan:** Dipersyaratkan bila dipergunakan sebagai bahan makanan.1. Kadar air ialah jumlah kandungan air yang terdapat dalam ketela pohon

dinyatakan dalam persen dari berat bahan.2. Kadar abu ialah banyaknya abu yang tersisa apabila tapioka dipijar pada suhu 500

derajat C yang dinyatakan dalam persen berat bahan.3. Serat, ialah bagian dari tapioka dalam bentuk cellulosa dan dinyatakan dalam

persen berat bahan.4. Benda asing ialah semua benda lain (pasir, kayu, kerikil, logam-logam kecil) yang

tercampur pada ketela pohon, dinyatakan dalam persen dari berat bahan.5. Derajat putih, ialah tingkat atau derajat keputihan dari pada ketela pohon yang

dibandingkan dengan derajat putih BaSO4 = 100 % dinyatakan dalam angka.6. Kekentalan ialah derajat kekentalanm dari pada larutan ketela pohon dinyatakan

dengan derajat Elger.

Page 548: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. Derajat asam ialah derajat asam pada ketela pohon yang dinyatakan dalammililiter per gram.

Untuk mendapatkan mutu singkong yang sesuai dengan standar maka harusdilakukan pengujian mutu singkong yang diantaranya adalah :a) Kadar air: timbang dengan teliti kira-kira 5 gram contoh, tempatkan dalam cawan

porselen/silika/platina panaskan dalam oven dengan suhu 105 ± 1 derajat Cselama 5 jam. Dinginkan dalam eksikator sampai tercapai suhu kamar, lalutimbang. Panaskan lagi 30 menit lalu dinginkan dalam eksikator. Ulangipengerjaan tersebut 3-4 kali sampai diperoleh berat antara 2 penimbanganberturut-turut lebih kecil dari 0,001 gram.

b) Kadar abu: timbang 5 gram contoh kedalam cawan porselen,/silika/platina yangsudah ditimbang beratnya. Pijarkan cawan berisi contoh diatas pembakar mecerkira-kira 1 jam, mula-mula api kecil lalu api dibesarkan sampai terjadi perubahancontoh menjadi arang. Sempurnakan pemijaran arang didalam tanur pada suhu580-620 derajat C sampai menjadi abu. Pindahkan cawan dalam tanur kedalamoven pada pada suhu sekitar 100 derajat C, selama 1 jam. Dinginkan cawan berisiabu dalam eksikator sampai tercapai suhu kamar antara 15-30 derajat C, lalutimbang. Ulangi pengerjaan pemijaran dan pendinginan, sehingga diperolehperbedaan berat antara dua pertimbangan berturut-turut lebih kecil daripada 0,001gram.

c) Kadar serat dan benda asing: timbang kira-kira 2,5 gram contoh yang telahdikeringkalalu dituangkan kedalam labu dengan ditambah asam sulfat encer1,25% yang telah dididih sebanyak 200 ml, pasangkan segera labu denganpendingin balik yang dialiri air. Panaskan abu hingga mendidih selama 30 menit,pada saat mendidih sesekali labu digoyangkan agar semua contoh terasam dantidak terjadi gosong pada dinding dalam labu. Tanggalkan labu, lalu saring dengankain halus 18 serat/cm yang dipasang pada corong penyaring. Cuci residu denganair mendidih sampai filtrat bersifat netral dan 200 ml larutan natrium hidroksidalalu pindahkan residu di atas kain kedalam labu. Didihkan kembali labu selama 30menit, lalu tanggalkan labu dan segera saring dengan kain saring kemudian cuciresidu dengan air mendidih sampai filtrat bersifat netral. Pindahkan residukedalam cawan Gooch yang telah dilapisi serat asbes dibantu pompa air, cuciresidu dengan air panas dan dibilas dengan 15 ml etil alkohol 95 %. Keringkancawan dan isinya pada suhu 104-106 derajat C dalam oven, kemudian dinginkanhingga tercapai suhu kamar, lalu ditimbang. Ulangi pengeringan dan penurunansuhu dalam eksikator 2-3 kali masing-masing 30 menit hingga mencapai bobottetap. Pijarkan cawan gooch dan isinya pada suhu 580–620 derajat C sampaimenjadi abu lalu tempatkan dalam oven (suhu ± 100 derajat C) selama 30 menit,dinginkan dalam eksikator sampai suhu kamar, lalu timbang. Ulangi pengeringandan penurunan suhu dalam eksikator 2-3 kali, masing masing 30 menit hinggadiperoleh bobot tetap (W2).

d) Derajat Putih: tuangkan BaSO4 murni kedalam cuvet dan tentukan reflaktan padaskala 100, lalu tuangkan contoh kedalam cuvet lainnya.

e) Derajat kekentalan Engler: timbang 10 gram bahan, tuangkan edalam gelas piala(500 ml) lalu tambahkan 100 ml etanol 70 % yang sudah dinetralkan dengan

Page 549: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

indikator phenol ptalein, lalu kocok selama 1 jam pada alat penggosok mekaniknatrium hidroksida 0,1 N. Saring dengan cepat melalui kertas saring kering, pipet50 ml saring, tuangkan kedalam erlenmeyer 500 ml dan titar saringan denganlarutan natrium hidroksida 0,1 N dengan indikator phenol ptalein.

f) Cemaran logam: masukan contoh kedalam erlenmeyer 250 ml, 10 ml H2SO4, 0,5gram KMn04 dan direfluks hingga mendidih serta warna violet hilang. Tamabah0,2 gram KMn04 dan pemanas diteruskan hingga KMn04 1,5 gram. Didihkankembali selama 5 menit, dinginkan dan tambahkan Hydroxylamine Hydrochoridesamapi warna hilang, setelah itu tambahkan 1 ml Hydroxylamine hydrochoride dan2 ml asam asetan, pindahkan larutan kedalam labu pemisah tambahkan 10 mllarutan Dhitizone, kocok selama 2 menit. Pindahkan lapisan chloroform ke dalamcorong pemisah yang mengandung 25 ml NH40H kemudian kocok, cuci dengan10 ml H2S04 IN dan buat larutan baku (larutkan 0,9155 grm Pb Ac2 3H20 dalamair, tambahkan 5 ml HNO3 encerkan 500 ml dengan air), dari larutan ini diambil 1ml diencerkan menjadi 100 ml.

Sedangkan cara uji tembaga dan seng, raksa, arsen, angka lempeng total, baktericoliform dan eschericia coli sesuai dengan SNI 01–3451–1994, tapioka.

11.4.Pengambilan Contoh

Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung denganmaksimum maksimum 30 karung. Pengambilan contoh dilakukan beberapa kali,sampai mencapai berat 500 gram. Contoh kemudian disegel dan diberi label.Petugas pengambil contoh harus orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebihdahulu.

11.5.Pengemasan

Tapioka dikemas dengan karung goni baru jenis ATWILL/Blacu yang baik, bersih,cukup memenuhi syarat eksport, mulutnya dijahit dengan kuat. Isi paling banyakuntuk karung blacu 50 kg bersih, atau karung goni maksimum 100 kg/bersih.

Dibagian luar kemasan ditulis dengan bahan yang tidak mudah luntur, jelas terbaca,antara lain:a) Produksi Indonesia.b) Nama barang atau jenis barang.c) Nama perusahaan atau ekspiortir.d) Berat bersih.e) Berat kotor.f) Negara/tempat tujuan.

Page 550: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. DAFTAR PUSTAKA

a) Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis KomoditasUnggulan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kanisius. Yogyakarta.

b) Danarti dan Sri Najiyati. 1998. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani.Penerbit Swadaya, Jakarta.

c) Rahmat Rukmana, H. Ir. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. PenerbitKanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, ProyekPEMD, BAPPENAS

Editor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 551: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

STROBERI( Fragaria chiloensis L. / F. vesca L. )

1. SEJARAH SINGKAT

Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali diChili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis Lmenyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain,yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi inipula yang pertama kali masuk ke Indonesia.

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi botani tanaman stroberi adalah sebagai berikut:Divisi : SpermatophytaSub divisi : AngiospermaeKelas : DicotyledonaeKeluarga : RosaceaeGenus : FragariaSpesies : Fragaria spp.

Stroberi yang kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan daripersilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan F. chiloensis L.var Duchesne asal Chili. Persilangan itu menghasilkan hibrid yang merupakanstroberi modern (komersil) Fragaria x annanassa var Duchesne.

Page 552: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Varitas stroberi introduksi yang dapat ditanam di Indonesia adalah Osogrande,Pajero, Selva, Ostara, Tenira, Robunda, Bogota, Elvira, Grella dan Red Gantlet. DiCianjur ditanam varitas Hokowaze asal Jepang yang cepat berbuah. PetaniLembang (Bandung) yang sejak lama menanam stroberi, menggunakan varitas lokalBenggala dan Nenas yang cocok untuk membuat makanan olahan dari stroberiseperti jam.

3. MANFAAT TANAMAN

Buah stroberi dimanfaatkan sebagai makanan dalam keadaan segar atau olahannya.Produk makanan yang terbuat dari stroberi telah banyak dikenal misalnya sirup, jam,ataupun stup (compote) stroberi.

4. SENTRA PENANAMAN

Dapat dikatakan bahwa budidaya stroberi belum banyak dikenal dan diminati.Karena memerlukan temperatur rendah, budidaya di Indonesia harus dilakukan didataran tinggi. Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah sentra pertanian dimana petani sudah mulai banyak membudidayakan stroberi. Dapat dikatakan bahwauntuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah sentra penanaman stroberi.

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

1) Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun.

2) Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhanadalah 8–10 jam setiap harinya.

3) Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di datarantinggi tropis yang memiliki temperatur 17–20 derajat C.

4) Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-90%.

5.2. Media Tanam

1) Jika ditanam di kebun, tanah yang dibutuhkan adalah tanah liat berpasir, subur,gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara baik.

2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi di kebunadalah 5.4-7.0, sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6.5–7,0.

Page 553: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Jika ditanam dikebun maka kedalaman air tanah yang disyaratkan adalah 50-100cm dari permukaan tanah. Jika ditanam di dalam pot, media harus memiliki sifatporos, mudah merembeskan airdan unsur hara selalu tersedia.

5.3. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000-1.500 meterdpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

Stroberi diperbanyak dengan biji dan bibit vegetatif (anakan dan stolon atau akarsulur). Adapun kebutuhan bibit per hektar antara 40.000-83.350.

1) Perbanyakan dengan biji1. Benih dibeli dari toko pertanian, rendam benih di dalam air selama 15 menit lalu

keringanginkan.2. Kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media berupa

campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (kompos) halus yang bersih (1:1:1).Benih disemaikan merata di atas media dan tutup dengan tanah tipis. Kotaksemai ditutup dengan plastik atau kaca bening dan disimpan pada temperatur18-20 derajat C.

3. Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siapdipindahtanam ke bedeng sapih dengan jarak antar bibit 2-3 cm. Media tanambedeng sapih sama dengan media persemaian. Bedengan dinaungi denganplastik bening. Selama di dalam bedengan, bibit diberi pupuk daun. Setelahberukuran 10 cm dan tanaman telah merumpun, bibit dipindahkan ke kebun.

2) Bibit vegetatif untuk budidaya stroberi di kebunTanaman induk yang dipilih harus berumur 1-2 tahun, sehat dan produktif.Penyiapan bibit anakan dan stolon adalah sebagai berikut:1. Bibit anakan

Rumpun dibongkar dengan cangkul, tanaman induk dibagi menjadi beberapabagian yang sedikitnya mengandung 1 anakan. Setiap anakan ditanam dalampolibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang halis(1:1:1), simpan di bedeng persemaian beratap plastik.

2. Bibit stolonRumpun yang dipilih telah memiliki akar sulur pertama dan kedua. Kedua akarsulur ini dipotong. Bibit ditanam di dalam atau polibag 18 x 15 cm berisicampuran tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Setelah tingginya 10 cm danberdaun rimbun, bibit siap dipindahkan ke kebun.

Page 554: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Bibit untuk budidaya stroberi di polibagPembibitan dari benih atau anakan/stolon dilakukan dengan cara yang sama,tetapi media tanam berupa campuran gabah padi dan pupuk kandang (2:1).Setelah bibit di persemaian berdaun dua atau bibit dari anakan/stolon di polibagkecil (18 x15) siap pindah, bibit dipindahkan ke polibag besar ukuran 30 x 20 cmberisi media yang sama. Di polibag ini bibit dipelihara sampai menghasilkan.

5.2. Pengolahan Media Tanam

1) Budidaya di Kebun Tanpa Mulsa Plastik

a) Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik sedalam 30-40 cm.b) Keringanginkan selama 15-30 hari.c) Buat bedengan: lebar 80 x 100 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan

dengan lahan, jarak antar bedengan 40 x 60 cm atau guludan: lebar 40 x 60cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar guludan 40x 60 cm.

d) Taburkan 20-30 ton/ha pupuk kandang/kompos secara merata di permukaanbedengan/ guludan.

e) Biarkan bedengan/guludan selama 15 hari.f) Buat lubang tanam dengan jarak 40 x 30 cm, 50 x 50 cm atau 50 x 40 cm.

2) Budidaya di Kebun Dengan Mulsa Plastik.

a) Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik dan keringanginkan 15-30 hari.b) Buatlah bedengan: lebar 80 x 120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan

dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm atau guludan: lebar bawah 60 cm,lebar atas 40 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarakantar bedengan 60 cm.

c) Keringanginkan 15 hari.d) Taburkan dan campurkan dengan tanah bedengan/guludan 200 kg urea, 250

kg SP-36 dan 100 kg/ha KCl.e) Siram hingga lembab.f) Pasang mulsa plastik hitam atau hitam perak menutupi bedengan/guludan dan

kuatkan ujung-ujungnya dengan bantuan bambu berbentuk U.g) Buat lubang di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu kental manis.

Jarak antar lubang dalam barisan 30, 40 atau 50 cm, sehingga jarak tanammenjadi 40 x 30, 50 x 50 atau 50 x 40 cm.

h) Buat lubang tanam di atas lubang mulsa tadi.

3) Pengapuran

Bila tanah masam, 2-4 ton/ha kapur kalsit/dolomit ditebarkan di atasbedengan/guludan lalu dicampur merata. Pengapuran dilakukan segera setelahbedengan/guludan selesai dibuat.

Page 555: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.3. Teknik Penanaman

1) Siram polybag berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya denganhati-hati.

2) Tanam satu bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar pangkal batang.3) Untuk tanaman tanpa mulsa, beri pupuk dasar sebanyak 1/3 dari dosis pupuk

anjuran (dosis anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36 dan 150 kg/ha KCl). Pupukdiberikan di dalam lubang sejauh 15 cm di kiri-kanan tanaman.

4) Sirami tanah di sekitar pangkal batang sampai lembab.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyulaman

Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari setelah tanam.Tanaman yang disulam adalah yang mati atau tumbuh abnormal.

2) Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada pertanaman stroberi tanpa ataupun dengan mulsaplastik. Mulsa yang berada di antara barisan/bedengan dicabut dan dibenamkanke dalam tanah. Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan gulma, biasanyadilakukan bersama pemupukan susulan.

3) Perempelan/Pemangkasan

Tanaman yang terlalu rimbun, terlalu banyak daun harus dipangkas.Pemangkasan dilakukan teratur terutama membuang daun-daun tua/rusak.Tanaman stroberi diremajakan setiap 2 tahun.

4) Pemupukan

a) Pertanaman tanpa mulsa: Pupuk susulan diberikan 1,5-2 bulan setelah tanamsebanyak 2/3 dosis anjuran. Pemberian dengan cara ditabur dalam larikandangkal di antara barisan, kemudian ditutup tanah.

b) Pertanaman dengan mulsa: Pupuk susulan ditambahkan jika pertumbuhankurang baik. Campuran urea, SP-36 dan KCl (1:2:1,5) sebanyak 5 kg dilarutkandalam 200 liter air. Setiap tanaman disiram dengan 350-500 cc larutan pupuk.

5) Pengairan dan Penyiraman

Sampai tanaman berumur 2 minggu, penyiraman dilakukan 2 kali sehari. Setelahitu penyiraman dikurangi berangsur-angsur dengan syarat tanah tidak mengering.Pengairan bisa dengan disiram atau menjanuhi parit antar bedengan dengan air.

Page 556: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6) Pemasangan Mulsa Kering

Mulsa kering dipasang seawal mungkin setelah tanam pada bedengan/ guludanyang tidak memakai mulsa plastik. Jerami atau rumput kering setebal 3–5 cmdihamparkan di permukaan bedengan/guludan dan antara barisan tanaman.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii)

Kutu berwarna kuning-kuning kemerahan, kecil (1-2 mm), hidup bergerombol dipermukaan bawah daun. Gejala: pucuk/daun keriput, keriting, pembentukanbunga/buah terhambat. Pengendalian: dengan insektisida Fastac 15 EC danConfidor 200 LC.

2) Tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.)

Tungau berukuran sangat kecil, betina berbentuk oval, jantan berbentuk agak segitiga dan telur kemerah-merahan. Gejala: daun berbercak kuning sampai coklat,keriting, mengering dan gugur. Pengendalian: dengan insektisida Omite 570 EC,Mitac 200 EC atau Agrimec 18 EC.

3) Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek akar(Otiorhynchus rugosostriatus) dan kumbang penggerek batang (O. sulcatus).

Gejala: di bagian tanaman yang digerek terdapat tepung. Pengendalian: denganinsektisida Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 EC atau Curacron 500 EC pada waktumenjelang fase berbunga.

4) Kutu putih (Pseudococcus sp.)

Gejala: bagian tanaman yang tertutupi kutu putih akan menjadi abnormal.Pengendalian: kimia dengan insektisida Perfekthion 400 EC atau Decis 2,5 EC.

5) Nematoda (Aphelenchoides fragariae atau A. ritzemabosi)

Hidup di pangkal batang bahkan sampai pucuk tanaman. Gejala: tanaman tumbuhkerdil, tangkai daun kurus dan kurang berbulu. Pengendalian: dengan nematisidaTrimaton 370 AS, Rugby 10 G atau Nemacur 10 G.

Page 557: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7.2. Penyakit

1) Kapang kelabu (Botrytis cinerea)

Gejala: bagian buah membusuk dan berwarna coklat lalu mengering.Pengendalian: dengan fungisida Benlate atau Grosid 50 SD.

2) Busuk buah matang (Colletotrichum fragariae Brooks)

Gejala: bah masak menjadi kebasah-basahan berwarna coklat muda dan buahdipenuhi massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian: dengan fungisidaberbahan aktif tembaga seperti Kocide 80 AS, Funguran 82 WP, Cupravit OB 21.

3) Busuk rizopus (Rhizopus stolonifer).

Gejala: (1) buah busuk, berair, berwarna coklat muda dan bila ditekan akanmengeluarkan cairan keruh; (2) di tempat penyimpanan, buah yang terinfeksi akantertutup miselium jamur berwarna putih dan spora hitam. Pengendalian:membuang buah yang sakit, pasca panen yang baik dan budidaya dengan mulsaplastik.

4) Empulur merah (Phytophthora fragariae Hickman)

Gejala: jamur menyerang akar sehingga tanaman tumbuh kerdil, daun tidak segar,kadang-kadang layu terutama siang hari.

5) Embun tepung (Sphaetotheca mascularis atau Uncinula necator).

Gejala: bagian yang terserang, terutama daun, tertutup lapisan putih tipis sepertitepung, bunga akan mengering dan gugur. Pengendalian: dengan fungisidaBenlate atau Rubigan 120 EC.

6) Daun gosong (Diplocarpon earliana atau Marssonina fragariae)

Gejala: Daun berbercak bulat telur sampai bersudut tidak teratur, berwarna ungutua. Pengendalian kimia dengan fungisida Dithane M-45 atau Antracol 70 WP.

7) Bercak daun

Penyebab: (1) Ramularia tulasnii atau Mycosphaerella fragariae, Gejala: bercakkecil ungu tua pada daun. Pusat bercak berwarna coklat yang akan berubahmenjadi putih; (2) Pestalotiopsis disseminata, Gejala: bercak bulat pada daun.Pusat bercak berwarna coklat fua dikelilingi bagian tepi berwarna coklatkemerahan atau kekuningan, daun mudah gugur; (3) Rhizoctonia solani, Gejala:bercak coklat-hitam besar pada daun. Pengendalian kimia dengan fungisida

Page 558: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

bahan aktif tembaga seperti Funguran 82 WP, Kocide 77 WP atau Cupravit OB21.

8) Busuk daun (Phomopsis obscurans).

Gejala: noda bula berwarna abu-abu dikelilingi warna merah ungu, kemudiannoda membentuk luka mirip huruf V. Pengendalian: dengan Dithane M-45,Antracol 70 WP atau Daconil 75 WP.

9) Layu vertisillium (Verticillium dahliae)

Gejala: daun terinfeksi berwarna kekuning-kuningan hingga coklat, layu dantanaman mati. Pengendalian: melalui fumigasi gas dengan Basamid-G.

10) Virus

Ditularkan melalui serangga aphids atau tungau. Gejala: terjadi perubahan warnadaun dari hijau menjadi kuning (khlorosis) sepanjang tulang daun atau totol-totol(motle), daun jadi keriput, kaku, tanaman kerdil. Pengendalian: menggunakanbibit bebas virus, menghancurkan tanaman terserang, menyemprot pestisidauntuk mengendalikan serangga pembawa virus.

Pencegahan hama dan penyakit umumnya dapat dilakukan dengan menjagakebersihan kebun/tanaman, menanam secara serempak (untuk memutus siklushidup), menanam bibit yang sehat, memberikan pupuk sesuai anjuran sehinggatanaman tumbuh sehat, melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukankeluarga Rosaceae dan memangkas bagian tanaman/mencabut tanaman yang sakit.Membudidayakan stroberi dengan mulsa plastik juga akan menekan pertumbuhanhama/penyakit. Khusus untuk penyakit, perbaikan drainase biasanya dapatmenurunkan serangan.

8. PANEN

Tanaman asal stolon dan anakan mulai berbung ketika berumur 2 bulan setelahtanam. Bunga pertama sebaiknya dibuang. Setelah tanaman berumur 4 bulan,bunga dibiarkan tumbuh menjadi buah. Periode pembungaan dan pembuahan dapatberlangsung selama 2 tahun tanpa henti.

8.1. Ciri dan Umur Panen

1) Buah sudah agak kenyal dan agak empuk.2) Kulit buah didominasi warna merah: hijau kemerahan hingga kuning kemerahan.3) Buah berumur 2 minggu sejak pembungaan atau 10 hari setelah awal

pembentukan buah.

Page 559: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8.2. Cara Panen

Panen dilakukan dengan menggunting bagian tangkai bunga dengan kelopaknya.Panen dilakukan dua kali seminggu.

7.3. Perkiraan Produksi

Produktivitas tanaman stroberi tergantung dari varietas dan teknik budidaya:a) Varitas Osogrande: 1,2 kg/tanaman/tahun.b) Varitas Pajero: 0,8 kg/tanaman/tahun.c) Varitas Selva: 0,6-0,7 kg/tanaman/tahun.

Teknik budidaya stroberi dengan naungan UV memberikan hasil 1-1,25kg/tanaman/tahun.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Buah disimpan dalam suatu wadah dengan hati-hati agar tidak memar, simpan ditempat teduh atau dibawa langsung ke tempat penampungan hasil. Hamparkan buahdi atas lantai beralas terpal/plastik. Cuci buah dengan air mengalir dan tiriskan diatas rak-rak penyimpanan.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Pisahkan buah yang rusak dari buah yang baik. Penyortiran buah berdasarkan padavarietas, warna, ukuran dan bentuk buah. Terdapat 3 kelas kualitas buah yaitu:a) Kelas Ekstra: (1) buah berukuran 20-30 mm atau tergantung spesies; (2) warnadan kematangan buah seragam.b) Kelas I: (1) buah berukuran 15-25 mm atau tergantung spesies; (2) bentuk danwarna buah bervariasi.c) Kelas II: (1) tidak ada batasan ukuran buah; (2) sisa seleksi kelas ekstra dankelas I yang masih dalam keadaan baik.

9.3. Pengemasan dan Penyimpanan

Buah dikemas di dalam wadah plastik transparan atau putih kapasitas 0,25-0,5 kgdan ditutup dengan plastik lembar polietilen. Penyimpanan dilakukan di rak dalamlemari pendingin 0-1 derajat C.

Page 560: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1 Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya 1 hektar stroberi selama 2 tahun dengan jarak tanam 50x 40 cm mengunakan mulsa plastik hitam perak (MPHP) di daerah Jawa Barat padatahun 1999.

1) Biaya produksi1. Sewa tanah selama 2 tahun Rp. 5.000.000,-2. Bibit 50.000 anakan @ Rp. 1.000,- Rp. 50.000.000,-3. Pupuk dan kapur

- Pupuk kandang 30 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 4.500.000,-- Urea: 2 x 200 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 600.000,-- SP-36: 2 x 250 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 900.000,-- KCl: 2 x 100 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 360.000,-- Kapur: 4 ton @ Rp. 400.000 Rp. 1.600.000,-- Pupuk daun: 20 kg @ Rp. 20.000 Rp. 400.000,-

4. Pestisida 20 kg Rp. 1.300.000,-5. Peralatan dan bangunan

- Mulsa plastik 20 rol @ Rp. 300.000,- Rp. 6.000.000,-- Alat pertanian Rp. 1.250.000,-- Gubug 1 unit Rp. 1.000.000,-

6. Tenaga kerja- Pengolahan tanah, buat bedeng: 150 HKP @ Rp.7.500,- Rp. 1.125.000,-- Pupuk, kapur dan pasang mulsa 50 HKP Rp. 375.000,-- Penanaman 10 HKP + 30 HKW (@ Rp. 5.000) Rp. 225.000,-- Pemeliharaan 2 tahun 80 HKP + 100 HKW Rp. 1.100.000,-- Gaji pekebun 2 orang selama 2 tahun Rp. 12.000.000,-

7. Panen dan pascapanen- Panen dan pasca panen 100 HKP + 200 HKW Rp. 1.750.000,-

8. Lain-lain : Pajak dan iuran Rp. 500.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 89.985.000,-

2) Produksi 1 th/ha: 0,45 kg/tahun x 40.000 tanaman x Rp. 5.500,- Rp.198.000.000,-

3) Keuntungan selama 2 tahun Rp.108.015.000,-Keuntungan per tahun Rp. 54.007.500,-

4) Parameter kelayakan usaha1. Output/Input rasio (dalam 1 tahun) = 1,1

Keterangan: HKP Hari kerja Pria, HKW Hari kerja wanita.

Page 561: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Buah stroberi enak rasanya, harum dan sangat menarik dipandang, jadi pertanamanstroberi bisa atau berpotensi dijadikan kawasan agrowisata dimana pengunjungdapat memetik langsung buah di bawah pengawasan.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standard ini meliputi klasifikasi/penggolongan dan syarat mutu, cara pengambilancontoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan.

11.2.Diskripsi

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

Berdasarkan ukurannya, stroberi diklasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu:Kelas AA: > 20 gram/buahKelas A : 11-20 gram/buahKelas B : 7-12 gram/buahKelas C1 : 7-8 gram/buah

Kualitas stroberi ditentukan oleh rasa (manis-agak asam-asam), kemulusan kulit danluka mekanis akibat benturan atau hama-penyakit.

11.4.Pengambilan Contoh

Satu partai/lot buah stroberi terdiri dari maksimum 1.000 kemasan. Contoh diambilsecara acak dari jumlah kemasan dalam 1 (satu) partai/lot.a) Jumlah kemasan dalam partai/lot 1 s/d 5, contoh pengambilan semuab) Jumlah kemasan dalam partai/lot 6 s/d 100, contoh pengambilan sekurang-

kurangnya 5c) Jumlah kemasan dalam partai/lot 101 s/d 300, contoh pengambilan sekurang-

kurangnya 7d) Jumlah kemasan dalam partai/lot 301 s/d 500, contoh pengambilan sekurang-

kurangnya 9e) Jumlah kemasan dalam partai/lot 501 s/d 1000, contoh pengambilan sekurang-

kurangnya 10

Page 562: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Petugas pengambil contoh harus orang yang memenuhi persyaratan yaitu orangyang telah berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengansuatu badan hukum.

11.5.Pengemasan

Buah stroberi segar disajikan dalam bentuk lepasan, dibungkus bahan kertas, jaringplastik atau bahan laian yang sesuai, lalu dikemas dengan keranjang bambu ataukotak karton/kayu/bahan lain yang sesuai dengan atau tanpa penyangga, denganberat bersih maksimum 10 kg.

Pada bagian luar kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain :a) Produksi Indonesia.b) Nama barang/kultivar.c) Golongan ukuran.d) Jenis mutu.e) Nama Pprusahaan/eksportir.f) Berat bersih/kotor.

12. DAFTAR PUSTAKA

1) Dr. Livy Winata Gunawan, Ir. Stroberi. 1996. Penebar Swadaya. Jakarta2) H.Rahmat Rukmana, Ir. 1998. Stroberi Budidaya dan Pascapanen. Penerbit

Kanisius Yogyakarta.3) Onny Untung. 1999. Stroberi Pagi di Bali Sore di Jakarta. Trubus no. 350 hal. 52-

53.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENASEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 563: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

TALAS( Colocasia esculenta (L.) Schott )

1. SEJARAH SINGKAT

Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk dalamsuku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau lebih danmerupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas mempunyai beberapanama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan ‘Eddo (e)’. Di beberapanegara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba (Brazil), Arvi(India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China).

Asal mula tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara, menyebar ke China dalamabad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa pulaudi Samudra Pasifik, terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas bisa di jumpaihampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan diatas 1000 m dpl., baik liar maupun di tanam.

2. JENIS TANAMAN

Tanaman talas mengandung asam perusi (asam biru atau HCN). Sistim perakaranserabut, liar dan pendek. Umbi mempunyai jenis bermacam-macam. Umbi dapatmencapai 4 kg atau lebih, berbentuk selinder atau bulat, berukuran 30 cm x 15 cm,berwarna coklat. Daunnya berbentuk perisai atau hati, lembaran daunnya 20-50 cm

Page 564: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

panjangnya, dengan tangkai mencapai 1 meter panjangnya, warna pelepahbermacam-macam. Perbungaannya terdiri atas tongkol, seludang dan tangkai.Bunga jantan dan bunga betina terpisah, yang betina berada di bawah, bunga jantandi bagian atasnya, dan pada puncaknya terdapat bunga mandul. Buah bertipe buahbuni. Bijinya banyak, bentuk bulat telur, panjangnya ± 2 mm.

Berbagai jenis talas terdapat di daerah Bogor adalah Talas Sutera, Talas Bentul danTalas Ketan. Talas Sutera memiliki daun yang berwarna hijau muda dan dan berbuluhalus seperti Sutera. Di panen pada umur 5-6 bulan. Umbinya kecoklatan yang dapatberukuran sedang sampai besar. Talas Bentul memiliki umbinya lebih besar denganwarna batang yang lebih ungu di banding Talas Sutera. Talas Bentul dapat dipanensetelah berumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif lebih besar dan berwarna lebihmuda kekuning-kuningan. Talas Ketan warna pelepahnya hijau tua kemerahan. DiBogor dikenal pula jenis talas yang disebut Talas Mentega (Talas Gambir/TalasHideung), karena batang dan daunnya berwarna unggu gelap.

Jenis talas lain biasanya tidak di kosumsi karena rasanya tidak enak atau gatal.Contohnya adalah Talas Sente yang berbatang dan berdaun besar, banyakdigunakan untuk pajangan dan daunnya sering digunakan untuk makanan ikan.Sedang talas Bolang memunyai rasa yang gatal, dengan batang dan daun yangbertotol-totol.

3. MANFAAT TANAMAN

Di Indonesia, talas dikonsumsi sebagai makanan pokok dan makanan tambahan.Talas mengandung karbohidrat yang tinggi, protein, lemak dan vitamin.

Talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah daunnya banyakdimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun pembungkus. Daun, sisa umbidan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan secara langsungmaupun setelah difermentasi. Tanaman ini mempunyai keterkaitan denganpemanfaatan lingkungan dan penghijauan karena mampu tumbuh di lahan yangagak berair sampai lahan kering.

4. SENTRA PENANAMAN

Di Indonesia tempat pengembangan talas adalah Kota Bogor dan Malang yangmenghasilkan beberapa kultivar yang enak rasa umbinya. Tingkat produksi tanamantalas tergantung pada kultivar, umur tanaman dan kondisi lingkungan tempattumbuh. Pada kondisi optimal produktivitas talas dapat memcapai 30 ton/hektar.

Page 565: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

a) Talas tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim sedang.Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim lembab (curah hujantinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan rendah), tetapi ada kecenderunganbahwa produk talas akan lebih baik pada daerah yang beriklim rendah atau iklimpanas.

b) Curah hujan optimum untuk pertumbuhan tanaman talas adalah 175 cm pertahun.Talas juga dapat tumbuh di dataran tinggi, pada tanah tadah hujan dan tumbuhsangat baik pada lahan yang bercurah hujan 2000 mm/tahun atau lebih.

c) Selama pertumbuhan tanaman talas menyukai tempat terbuka dengan penyinaranpenuh serta tanaman ini mudah tumbuh pada lingkungan dengan suhu 25-30derajat C dan kelembaban tinggi.

5.2. Media Tanam

a) Tanaman talas menyukai tanah yang gembur, yang kaya akan bahan organik atauhumus.

b) Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan berbagai jenis tanah, misal tanahlempung yang subur berwarna coklat pada lapisan tanah yang bebas air tanah,tanah vulkanik,andosol, tanah latosol.

b) Tanaman talas untuk mendapatkan hasil yang tinggi, harus tumbuh di tanahdrainase baik dan PH 5,5–6,5. Tanah yang bergambut sangat baik untuk talastetapi harus diberi kapur 1 ton/ha bila PH nya di bawah 5,0.

c) Tanaman talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Apabila tidaktersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang, tanamantalas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang cocok untuk tanaman ini ialahmenjelang musim hujan, sedang musim panen tergantung kepada kultivar yang ditanam.

5.3. Ketinggian Tempat

Talas dapat tumbuh pada ketinggian 0–1300 m dpl. Di Indonesia sendiri talas dapattumbuh di daerah pantai sampai pergunungan dengan ketinggian 2000 m dpl,meskipun sangat lama dalam memanennya.

Page 566: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

Pembibitan tanaman talas dapat dilakukan dengan tunas atau umbi.

1) Penyiapan Bibit

Pada umumnya pertanaman talas masih dijalankan secara tradisional, dimanabibit yang berupa anakan, diperoleh dari pertanaman sebelumnya. Bibit yang baikmerupakan anakan kedua atau ketiga dari pertanaman talas. Anakan tersebutsetelah dipisahkan dari tanaman induk, disimpan di tempat yang lembab, untukdigunakan pada musim tanam berikutnya.

2) Teknik Penyemaian Bibit

Penanaman talas sangat mudah dilakukan hanya memerlukan ketekunan danketerampilan sederhana. Pertama persiapkan bibit yang berasal dari tunas atauumbi. Bila bibit diambil dari tunas, maka tunas itu diperoleh dari talas yang telahberumur 5–7 bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Bila bibit berasal dari umbi,sebaiknya dipilih bagian umbi yang dekat titik tumbuh, kemudian iris dantinggalkan satu mata bakal tunas. Umbi yang diiris dianginkan dulu dan waktudisemaikan lapisan bagian dalam irisan dilapisi abu. Baru setelah berdaun 2-3lembar, umbi siap ditanam pada tanah yang telah diolah sampai gembur, denganjarak tanam 75 x 75 cm dan dalam 30 cm. Pengaturan jarak tanam tergantung darivarietas dan ukuran tanaman. Talas biasanya ditanam dalam dua baris dibedengan selebar 1,2 m, dengan jarak 45 cm di dalam baris.

3) Pemindahan bibit

Pemindahan bibit dapat dilakukan setelah tunas diperoleh dari talas yang telahberumur 5–7 bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Kalau bibit dari umbi, yaitusetelah umbi berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada tanah yang telah diolahsampai gembur, dengan jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam 30 cm.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Penyiapan Lahan

Di dalam pengolahan maupun penyiapan lahan, tanahnya harus gembur danlepas. Cara pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitupengolahan tanah setelah tanaman padi dan setelah tanaman sayuran.Pengolahan tanah setelah tanam padi mulai dengan pembabatan jerami. Jeramitersebut kemudian ditumpuk kemudian di bakar. Tanah dibiarkan beberapa hari,baru kemudian dicangkul, dihaluskan dan dibuat bedeng-bedengan dan

Page 567: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

pemupukan dasar. Pengolahan tanah jika talas di tanam setelah tanamansayuran, dilakukan dengan menyiangi gulma, mencangkul, membuat bedeng-bedengan dan pemupukan dasar.

2) Pembentukan Bedengan

Talas biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2 m, sedangkanpanjang bedengan disesuaikan dengan lebar petakan lahan dengan jarak 45 cmatau berkisar 70 x 70 atau 50 x 70 cm atau kombinasi yang lain.

3) Pengapuran

Talas dapat tahan terhadap tanah basah tetapi tidak mendapatkan hasil tinggi,tanah harus gembur dan lepas. Tanah yang bergambut sangat baik, tetapi harusharus diberi 1 ton/ha kapur bila pH nya di bawah 5,0.

4) Pemupukan

Pemupukan talas dapat dilakukan dengan pupuk kandang atau pupuk buatanseperti urea, TSP dan KCl atau campuran ketiganya. Jumlah pupuk yangdiberikan tidak banyak, cukup 2 sendok saja (untuk pupuk buatan) dan duagenggaman untuk pupuk kandang untuk satu tanaman. Setelah di pupuk, diatasnya kemudian ditambahkan tanah yang dicampur dengan jerami.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Jarak tanam talas adalah 75 x 75 cm dan dalam 30 cm atau 70 x 70 cm atau 50 x70 cm. Keragaman jarak tanam ini biasanya disesuaikan dengan kondisi tanahdan keadaan musim. Penanaman di lahan sawah cenderung menggunakan jaraktanam yang lebih rapat dari musim hujan. Hal ini dikarenakan pada musim panaspenyinaran cahaya matahari dapat berlangsung sepanjang hari sehingga denganjarak tanam yang rapat pun kelembaban udara di sekitar tanaman tetap optimum.Jika pada musim hujan digunakan jarak tanam yang rapat maka tanaman akankurang menyerap sinar matahari dan kelembaban di sekitar tanaman menjaditinggi. Hal ini akan meningkatkan resiko serangan penyakit.

2) Cara Penanaman

Penanaman talas sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau bila curahhujan merata sepanjang tahun. Cara penanaman bibit talas, yaitu meletakkan bibittalas tegak lurus di tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun sedikit dengantanah agar dapat berdiri tegak. Penimbunan ini kira-kira 7 cm, sehingga lubangtanam tidak seluruhnya tertutup oleh tanah.

Page 568: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyiangan dan Pembubunan

Penyiangan biasanya dilakuakn pada umur 1 bulan setelah tanam. Penyianganperlu dilakukan agar tanaman bebas dari gangguan gulma yang dapat menjadipesaing dalam penyerapan unsur-unsur hara. Untuk memperoleh umbi yangbesar dan bermutu maka perlu penyiangan terhadap rumput-rumput liar di sekitartanaman. Pembubunan perlu dilakukan untuk menutup pangkal batang dan akar-akar bagian atas agar tanaman lebih kokoh dan tahan oleh terpaan angin.Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

2) Pemupukan

Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah yaitumencampur sebanyak 1 ton pupuk kandang/hektar. Sedangkan pemupukanpertama dilakukan 1 bulan setelah bibit di tanam, yaitu dengan menggunakansebanyak 100 kg urea dan 50 kg TSP per hektar. Aplikasi pemupukan yaitudengan cara membuat lubang pupuk disamping lubang tanam 3 cm. Pemupukankedua dan ketiga dilakukan pada umur tanaman 3 bulan dan umur 5 bulanmasing-masing menggunakan urea sebanyak 100 kg per hektar. Aplikasi dapatdilakukan dengan membuat larikan disamping baris tanaman sejauh 7 cm padapemupukan umur 3 bulan dan 10 cm pada pemupukan umur 5 bulan.

3) Pengairan dan Penyiraman

Talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Sehingga bila tidaktersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang, tanamantalas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang cocok untuk tanaman talas ini ialahmenjelang musim hujan, sedangkan musim panen bergantung kepada kultivaryang di tanam.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

a) Serangga aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae)Baik nimfa maupun dewasa yang bersayap dan tidak bersayap mengisap cairandaun. Gejala: daun menjadi agak keriting. Aphis mengeluarkan cairan madu, yangdapat menarik semut. Serangga ini tersebar di seluruh dunia kecuali di daerahdingin seperti di Siberia dan Kanada. Selain talas hama ini juga menyerang melon,timun, labu-labuan serta kapas. Pengendalian: dengan insektisida pada tanamantalas dinilai kurang ekonomis, kecuali apabila tingkat serangan sangat tinggi pada

Page 569: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

tanaman muda. Insektisida yang digunakan adalah carbaryl, diazinon dimetoatdan malation cukup efektif untuk mengendalikan hama tersebut.

b) Ulat heppotion calerino (Lepidoptera: Sphingidae)Gejala: ulat berukuran besar dan sangat rakus yang dapat memakan seluruh helaidaun, bahkan populasi tinggi dapat makan pelepah daun juga, sehingga tanamanmenjadi gundul. Selain talas ulat juga merusak tanaman kacang hijau, ubi jalardan gulam. Serangga ini tersebar di negara-negara tropika dan sub tropika,Australia dan Pasifik. Pengendalian: mengambil dan memusnahkan ulat tersebut.Selain itu, karena kepompong berada di dalam tanah, maka pembajakan lahansetelah panen dapat memusnahkan hama tersebut. Usaha pengendalian denganinsektisida telah dilakukan di Papua Nugini yaitu dengan Carbaryl jika kerusakanmencapai 50 %.

c) Serangga agrius convolvuli (kupu-kupu: Sphingidae)Serangga ini tersebar di Afrika, Australia, Bangladesh, Burma, Cina Selatan,Eropa Selatan, India, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru, kepulauan-kepulauan dipasifik dan Papua Nugini (Anonymous, 1986). Ulat yang berukuran a populasiyang tinggi, ulat juga makan tangkai daun sehingga tanaman menjadi gundul.Selain tanaman talas ini juga merusak kacang hijau, ubi jalar dan gulma(Kalshoven, 1931). besar sangat rakus memakan daun. Defoliasi dimulai dari tepidaun. Pengendalian: kepompong terbentuk di dalam tanah, maka pembajakantanah setelah panen dapat memusnahakan hama tersebut. Selain itu pengambilanulat dan memusnahkannya merupakan cara pengendalian yang efektif untuk arealkecil. Usaha pengendalian dengan insektisida yang efektif hendaknya dilakukanpada saat ulat masih kecil dengan carbaryl 0,2 % (Anonymous, 1986).

d) Serangga tarophagus proserpina (Hemiptera: Delphacidae)Gejala: serangga dewasa dan nimfa mengusap cairan pelepah daun, sehinggawarnanya berubah menjadi coklat. Serangga ini tersebar di kepulauan Pasifik,Hawai, Indonesia, Philipina, Kepulauan Ryuku dan Quensland. Pengendalian:diintroduksikan sejenis pemangsa yaitu Cyrtorthinus pulus atau dengan seranggayang dinilai efektif untuk mengendalikan hama tersebut yaitu carbaryl, malation,dan tri-chlorform.

e) Serangga bemisia tabaci (Hemiptera: Aleurodidae)Serangga ini tersebar di daerah tropika dan sub tropika. Nimfa dan dewasanya dipermukaan bawah daun, dan mengisap cairan daun. Gejala: pada serangan yangberat daun menjadi kering, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil.Selain talas, B. tabaci juga menyerang tanaman kedelai, ubi kayu, terung-terungan dan kacang-kacangan lain. Pengendalian: menggunakan cabaryl,malation, dan tri-chlorform.

f) Ulat spodoptera litura (kupu-kupu: NoctuidaeGejala: daun yang terserang oleh kelompok ulat yang masih kecil akan kehilanganlapisan epidermisnya sehingga menjadi transparan, dan akhirnya kering. Ulat

Page 570: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

yang lebih besar akan tersebar dan masing-masing makan daun. Defoliasi yang disebabkan ulat yang besar mirip dengan kerusakan yang disebabkan oleh Agriusconvolvuli. Selain talas ulat juga menyerang tanaman jarak, tembakau, tomat,jagung, ubi jalar, kubis, cabe dan kacang-kacangan. Diantara inang tersebut, dauntalas yang paling disukai, oleh karena itu dapat dimanfaatkan sebagai mediapembiakan massal ulat tersebut untuk tujuan penelitan. Pengendalian: denganinsektisida dilakukan apabila kerusakan telah mencapai 50 % dengan insektisidacarbaryl dan dichorvos. Selain itu monokrotofos, kuinalfos dan endosulfan jugaefektif untuk mengendalikan S. litura. Pengendalian lebih efektif jika dilakukanpada saat ulat masih kecil.

g) Serangga tetranychus cinnabarinus (Acarina: Tetranichidae)Gejala: helai daun yang terserang nampak bintik-bintik putih atau kuning, karenaserangga tersebut mengisap cairan daun. Apabila populasi sangat tinggi daunkelihatan memutih, kemudian layu dan mati. Apabila diamati nampak banyaksekali tunggau yang berwarna merah terletak di permukaan bawah daun. Tunggaudisebarkan oleh manusia dan angin. Pengendalian: pestisida azodrin, caerol,galecron, plictron, omite dan trition. Galecron dan plictron mempunyai residu yangpanjang dan juga sebagai ovisida. Fungisida dapat juga untuk mengendalikantungau yaitu Du Ter dan benlate.

h) Hepialiscus sordida (kupu-kupu: Hepialidae)Gejala: daun yang terserang menjadi berlubang dengan garis tengah 5-10 cm,dan di isi oleh kotorannya. Pada serangan berat seluruh umbi terserang sehinggatinggal pangkal batangnya saja, sehingga tanaman mudah di cabut. Tanamanyang terserang pertumbuhannya agak kurang tegar dibanding dengan tanamansehat. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini cukup besar pada lahan kering.Serangan meningkat apabila petani menggunakan pupuk kandang.Pengendalian: belum ada.

7.2. Penyakit

a) Penyakit hawar daun(Phytophtora colocasiae)Gejala: terdapat bercak kecil berwarna kehitaman, kemudian membesar menjadihawar. Bagian daun yang terserang mengering, pada serangan berat seluruhdaun mengering. Pengendalian: menanam varietas tahan. Penyaringan klon-klonmerupakan salah satu tahapan dalam pembentukan varietas.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Pemanen talas dilakukan setelah tanaman berumur 6-9 bulan, tetapi ada yangmemanennya setelah berumur 1 tahun, dan ada pula kultivar yang 4-5 bulan sudah

Page 571: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

dapat dipanen; sebagai contoh: talas genjah masak cepat, talas kawara 5 bulan, dantalas lenvi dan talas dalam. Misalkan di kota Bogor ada talas bentul, dipanen setelahberumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif lebih besar dan berwarna lebih mudadan kekuning-kunigan dan masih ada lagi talas-talas lain, seperti: talas sutera yangdipanen pada umur 5-6 bulan, yang umbinya berwarna kecoklat-coklatan yang dapatberukuran sedang sampai besar dan masih banyak lagi talas yang ada di bogor(talas mentega atau talas gambir, talas ketan, dan talas balitung).

8.2. Cara Panen

Pemanenan dilakukan dengan cara menggali umbi talas, lalu pohon talas dicabutdan pelepahnya di potong sepanjang 20-30 cm dari pangkal umbi serta akarnyadibuang dan umbinya di bersihkan dari tanah yang melekat.

8.3. Periode Panen

Masa panen talas perlu mendapat perhatian yang cermat sebab waktu panen yangtidak tepat akan menurunkan kualitas hasil. Panen yang terlalu cepat akanmenghasilkan talas yang tidak kenyal dan pulen, sebaliknya jika panen terlambatakan menghasilkan umbi talas yang terlalu keras dan liat. Talas pada lahan sawahdirotasikan dengan tanaman padi dan jenis sayuran lainnya. Tanaman padi ditanamsatu atau dua kali pada saat musim hujan yaitu sekitar bulan September sampaiJanuari. Pada musim kemarau (bulan Februari sampai Mei) lahan sawah ditanamisayuran kemudian talas sampai bulan Desember atau Januari.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkauoleh angkutan.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Pemilihan atau penyortiran umbi talas sebenarnya dapat dilakukan pada saatpencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi talas dapat dilakukan setelahsemua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukanuntuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar sertayang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.

Page 572: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9.3. Pengemasan dan Pengangkutan

Pengemasan umbi talas bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selamadalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam negeri dikemas dandimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetapsegar.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Analisis biaya budidaya talas hasil wawancara ke lapangan usaha budidaya talas(Bapak Enju, Balumbang Jaya - Bogor). Menurut Bapak Enju di desa BalumbangJaya RT. 01/IX Bogor:a) Usaha budidaya talas sangat menguntungkan, karena tidak banyak pekerjaan

dalam mengurusi tanaman talas.b) Tanah yang telah diolah, didiamkan selama beberapa hari, kemudian baru di

tanam talas.c) Tanaman talas menpunyai jarak tanam 60 x 60 cm dan di buat bedengan.d) Pemupukkannya menurut Bapak Enju dilakukan setelah talas berusia 3 bulan.e) Penjualan tanaman talas dilakukan melalui tengkulak kebun tanpa menjualnya lagi

kepasar.f) Dalam waktu 7 bulan talas berproduksi 1 kali, Rata-rata produksi 5000 batang.

Analisis usaha budidaya tanaman talas dengan luas lahan 400 m2 dalam satu musimtanam (7 bulan) di daerah Bogor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

a) Biaya produksi1. Sewa lahan (400 m2) Rp. 200.000,-2. Bibit: 5.000 batang @ Rp. 150,- Rp. 250.000,-3. Pupuk

- Urea: 10 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 15.000,-4. Pestisida

- Pembasmi serangga (Diodan) 1 botol Rp. 25.000,-5. Peralatan

- cangkul Rp. 20.000,-6. Tenaga kerja

- Mencangkul lahan 3 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 30.000,-- Menanam bibit 2 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 20.000,-

7. Panen dan pasca panen- Panen 2 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 20.000,-

Jumlah biaya produksi Rp. 580.000,-

Page 573: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b) Pendapatan : 5000 batang @ Rp. 200,- Rp. 1.000.000,-

c) Keuntungan Rp. 420.000,-

d) Parameter kelayakan usaha1. B/C Ratio = 1,724

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Selama ini masyarakat mengenal talas sebagai makanan panganpengganti/tambahan dalam keadaan darurat atau untuk konsumsi masyarakatbawah. Akan tetapi saat ini potensi talas cukup baik yang dapat digunakan sebagaibahan baku industri pakan. Begitu pula permintaan konsumsi lokal yang tiaptahunnya meningkat.

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,syarat penandaan dan cara pengemasan.

11.2.Diskripsi

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

11.4.Pengambilan contoh

Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung denganmaksimum maksimum 30 karung. Pengambilan contoh dilakukan beberapa kali,sampai mencapai berat 500 gram. Contoh kemudian disegel dan diberi label.Petugas pengambil contoh harus orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebihdahulu.

11.5.Pengemasan

Dibagian luar kemasan ditulis dengan bahan yang tidak mudah luntur, jelas terbaca,antara lain:a) Produksi Indonesia.

Page 574: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b) Nama barang atau jenis barang.c) Nama perusahaan atau eksportir.d) Berat bersih.e) Berat kotor.f) Negara/tempat tujuan.

12. DAFTAR PUSTAKA

a) C.N, Williams. Produksi sayuran di daerah tropika. - Yogyakarta Gajah MadaUniversity Press, 1993.

b) Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Ubi-ubian.- Bogor : Balai Pustaka, 1977.c) PROSEA. Menyiasati lahan dan iklim dalam pengusahaan pertumbuhan jenis-

jenis tanaman terpilih. – Bogor : PROSEA, 1994.d) Rahmanto, Fajar. Skripsi. Teknologi pembuatan keripik simulasi dari talas Bogor

(Colocasia esculenta (L) SHOTT). - Bogor : Fateta-IPB, 1994.e) Herawati, Lilis. Skripsi. Analisa rugi laba dan marjin tatniaga talas (Colocasia

esculenta (L.) Schott) (Studi kasus di Desa Sukaharja Kecamatan CijerukKabupaten Bogor). - Bogor : Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Pertanian-FakultasPertanian-IPB, 1997.

f) Fatah, Zainal. Skripsi. Mempelajari pengaruh kadar amilosa pada pembuatanekstrudat talas (Colocasia esculenta (L.) SCHOTT).- Bogor : Fateta-IPB, 1995.

g) Rosmiatin, Enung. Skripsi. Prospek pengembangan talas talas (Colocasiaesculenta (L.) Schott) di Kabupaten Bogor serta proses pertumbuhannya padamedia casting. - Bogor : Jurusan Biologi-FMIFA-IPB, 1995.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, ProyekPEMD, BAPPENAS

Editor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 575: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TEMULAWAK ( Curcuma xanthorrhiza ROXB. )

1. SEJARAH SINGKAT Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Di daerah Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede sedangkan di Madura disebut sebagai temu lobak. Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat dari mana temulawak ini menyebar ke seluruh dunia. Saat ini tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina, IndoCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, di Amerika Serikat dan Beberapa negara Eropa.

2. URAIAN TANAMAN 2.1 Klasifikasi Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Keluarga : Zingiberaceae Genus : Curcuma Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.

Page 576: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

2.2 Deskripsi Tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 – 84cm dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80cm. Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 – 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cm 3. MANFAAT TANAMAN Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba. 4. SENTRA PENANAMAN Tanaman ini ditanam secara konvensional dalam skala kecil tanpa memanfaatkan teknik budidaya yang standard, karena itu sulit menentukan dimana sentra penanaman temulawak di Indonesia. Hampir di setiap daerah pedesaan terutama di dataran sedang dan tinggi, dapat ditemukan temulawak terutama di lahan yang teduh.

5. SYARAT PERTUMBUHAN 5.1. Iklim 1) Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh

dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.

2) Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30 oC

Page 577: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

3) Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.

5.2. Media Tanam Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air. 5.3. Ketinggian Tempat Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian 240 m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang. 6. PEDOMAN BUDIDAYA 6.1. Pembibitan Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan menggunakan rimpang-rimpangnya baik berupa rimpang induk (rimpang utama) maupun rimpang anakan (rimpang cabang). Keperluan rimpang induk adalah 1.500-2.000 kg/ha dan rimpang cabang sebanyak 500-700 kg/ha. 1) Persyaratan Bibit

Rimpang untuk bibit diambil dari tanaman tua yang sehat berumur 10 -12 bulan.

2) Penyiapan Bibit

Tanaman induk dibongkar dan bersihkan akar dan tanah yang menempel pada rimpang. Pisahkan rimpang induk dari rimpang anak. a. Bibit rimpang induk

Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian yang mengandung 2-3 mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-turut. Setelah itu rimpang dapat langsung ditanam.

b. Bibit rimpang anak Simpan rimpang anak yang baru diambil di tempat lembab dan gelap selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru. Penyiapan bibit dapat pula dilakukan dengan menimbun rimpang di dalam tanah pada tempat teduh, meyiraminya dengan air bersih setiap pagi/sore hari sampai

Page 578: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

keluar tunas. Rimpang yang telah bertunas segera dipotong-potong menjadi potongan yang memiliki 2-3 mata tunas yang siap ditanam.

Bibit yang berasal dari rimpang induk lebih baik daripada rimpang anakan. Sebaiknya bibit disiapkan sesaat sebelum tanam agar mutu bibit tidak berkurang akibat penyimpanan.

6.2. Pengolahan Media Tanam 1) Persiapan Lahan

Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun temulawak sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.

2) Pembukaan Lahan Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman lain dan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan kunyit. Lahan dicangkul sedalam 30 cm sampai tanah menjadi gembur.

3) Pembentukan Bedengan Lahan dibuat bedengan selebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30-40 cm. Selain dalam bentuk bedengan, lahan dapat juga dibentuk menjadi petakan-petakan agak luas yang dikelilingi parit pemasukkan dan pembuangan air, khususnya jika temulawak akan ditanam di musim hujan.

4) Pemupukan Organik (sebelum tanam) Pupuk kandang matang dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 1-2 kg. Keperluan pupuk kandang untuk satu hektar kebun adalah 20-25 ton karena pada satu hektar lahan terdapat 20.000-25.000 tanaman.

6.3. Teknik Penanaman 1) Penentuan Pola Tanaman

Penanaman dilakukan secara monokultur dan lebih baik dilakukan pada awal musim hujan kecuali pada daerah yang memiliki pengairan sepanjang waktu. Fase awal pertumbuhan adalah saat dimana tanaman memerlukan banyak air.

2) Pembutan Lubang Tanam Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm.

3) Cara Penanaman Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm.

Page 579: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

4) Perioda Tanam Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk masa panen musim kemarau mendatang. Penanaman pada di awal musim hujan ini memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tanaman muda yang memang sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.

6.4. Pemeliharaan Tanaman 1) Penyulaman

Tanaman yang rusak/mati diganti oleh bibit yang sehat yang merupakan bibit cadangan.

2) Penyiangan

Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di atas bedengan atau petak bertujuan untuk menghindari persaingan makanan dan air. Peyiangan pertama dan kedua dilakukan pada dua dan empat bulan setelah tanam (bersamaan dengan pemupukan). Selanjutnya penyiangan dapat dilakukan segera setelah rumput liar tumbuh. Untuk mencegah kerusakan akar, rumput liar disiangi dengan bantuan kored/cangkul dengan hati-hati.

3) Pembubunan Kegiatan pembubunan perlu dilakukan pada pertanaman rimpang-rimpangan untuk memberikan media tumbuh rimpang yang cukup baik. Pembubunan dilakukan dengan menimbun kembali area perakaran dengan tanah yang jatuh terbawa air. Pembubunan dilakukan secara rutin setelah dilakukan penyiangan.

4) Pemupukan

a. Pemupukan Organik Pada pertanian organic yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organic yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organic atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organic ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.

b. Pemupukan Konvensional § Pemupukan Awal

Page 580: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Pupuk dasar yang diberikan saat tanam adalah SP-36 sebanyak 100 kg/ha yang disebar di dalam larikan sedalam 5 cm di antara barisan tanaman atau dimasukkan ke dalam lubang sedalam 5 cm pada jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam. Larikan atau lubang pupuk kemudian ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan tanaman langsung disiram untuk mencegah kekeringan tunas.

§ Pemupukan Susulan

Pada waktu berumur dua bulan, tanaman dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 0,5 kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha urea dan 85 kg/ha KCl. Pupuk diberikan kembali pada waktu umur tanaman mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis masing-masing 40 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan merata di dalam larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang tanaman lalu ditutup dengan tanah.

5) Pengairan dan Penyiraman Pengairan dilakukan secara rutin pada pagi/sore hari ketika tanaman masih berada pada masa pertumbuhan awal. Pengairan selanjutnya ditentukan oleh kondisi tanah dan iklim. Biasanya penyiraman akan lebih banyak dilakukan pada musim kemarau. Untuk menjaga pertumbuhan tetap baik, tanah tidak boleh berada dalam keadaan kering.

6) Waktu Penyemprotan Pestisida Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.

7) Pemulsaan

Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang tanaman.

7. HAMA DAN PENYAKIT 7.1. Hama Hama temulawak adalah: 1) Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp.), 2) Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.) dan 3) Lalat rimpang (Mimegrala coerulenfrons Macquart). Pengendalian: penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan konsentrasi 0.1-0.2 %. 7.2. Penyakit

Page 581: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

1) Jamur Fusarium

Penyebab: F. oxysporum Schlecht dan Phytium sp. serta bakteri Pseudomonas sp. Berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang temulawak baik di kebun atau setelah panen. Gejala: Fusarium menyebabakan busuk akar rimpang dengan gejala daum menguning, layu, pucuk mengering dan tanaman mati. Akar rimpang menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengahnya membusuk. Jamur Phytium menyebabkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat dan akhirnya keseluruhan tanaman menjadi busuk. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak menanam tanaman yang berasal dari keluarga Zingiberaceae. Fungisida yang dapat dipakai adalah Dimazeb 80 WP atau Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 0.1 - 0.2 %.

2) Penyakit layu

Penyebab: Pseudomonas sp. Gejala: kelayuan daun bagian bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang basah dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir seperti getah. Pengendalian: dengan pergiliran tanaman dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP dengan konsentrasi 0.1 -0.2%.

7.3. Gulma Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya. 7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organik Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb: 1) Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit

unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman

2) Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami

Page 582: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

3) Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

4) Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia. 5) Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya

tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.

6) Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.

Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah: 1) Tembakau (Nicotiana tabacum ) yang mengandung nikotin untuk

insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.

2) Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.

3) Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.

4) Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.

5) Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.

6) Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.

8. PANEN 8.1. Ciri dan Umur Panen Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman yang siap panen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah menguning dan mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan. 8.2. Cara Panen

Page 583: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

Tanah disekitar rumpun digali dan rumpun diangkat bersama akar dan rimpangnya. 8.3. Periode Panen Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu pada musim kemarau. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya. 8.4. Perkiraan Hasil Panen Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak 10-20 ton/hektar. 9. PASCAPANEN 9.1. Penyortiran Basah dan Pencucian

Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

9.2. Perajangan

Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong. 9.3. Pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari

Page 584: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan

9.4. Penyortiran Kering.

Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya). 9.5. Pengemasan

Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

9.6. Penyimpanan

Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang. 10.ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN 10.1. Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya kunyit seluas 1000 m2 yang dilakukan pada tahun 2000 di daerah Sumedang Jawa Barat. 1) Biaya produksi

a. Sewa lahan 1 musim tanam Rp. 100.000,- b. Bibit 250 kg @ Rp. 700,- Rp. 175.000,- c. Pupuk d. Pupuk kandang 1.000 kg @ Rp. 100,- Rp. 100.000,-

- Pupuk buatan: Urea 13.5 kg @ Rp. 1.200,- Rp. 16.200,- - SP-36 10 kg @ Rp. 1700,- Rp. 17.000,- - KCl 12.5 kg @ Rp. 1700,- Rp. 21.250,-

e. Pestisida Rp. 7.000,- f. Alat Rp. 20.000,-

Page 585: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

g. Tenaga kerja Rp. 112.000,- h. Panen dan pasca panen Rp. 42.000,- i. Lain-lain (Pajak 15%) Rp. 91.567,- Jumlah biaya produksi Rp. 702.017,-

2) Pendapatan 2.000 kg @ Rp. 500,- Rp.1.000.000,- 3) Keuntungan Rp. 297.983,- 4) Parameter kelayakan usaha

a. Rasio output/input = 1,42 10.2. Gambaran Peluang Agribisnis Temulawak merupakan tanaman obat yang secara alami sangat mudah tumbuh di Indonesia dan telah lama digunakan sebagai bahan pembuatan jamu. Setiap produsen jamu baik skala kecil atau skala industri selalu memasukkan temulawak ke dalam racikan jamunya. Rimpang temulawak yang dikeringkan juga sudah merupakan komoditi perdagangan antar negara. Indonesia dengan dukungan kondisi iklim dan tanahnya dapat menjadi produsen dan sekaligus pengekspor utama rimpang temu lawak dengan syarat produks dan kualitas rimpang yang dihasilkan memenuhi syarat. Kuantitas dan kualitas ini dapat ditingkatkan dengan mengubah pola tanam temulawak dari tradisional ke “modern” yang mengikuti tata laksana penanaman yang sudah teruji. Selama periode 1985-1989 Indonesia mengekspor temulawak sebanyak 36.602 kg senilai US $ 21.157,2 setiap tahun. Negara pengekspor lainnya adalah Cina, Indo Cina dan Bardabos. Untuk dapat meningkatkan ekspor temulawak diperlukan sosialisasi tanaman temulawak kepada masyarakat petani dan sekaligus memasyarakatkan cara budidaya temu lawak yang benar dalam skala yang lebih besar. 11.STANDAR PRODUKSI 11.1. Ruang Lingkup Standar produksi meliputi: jenis dan standar mutu, cara pengambilan contoh dan syarat pengemasan. 11.2. Deskripsi … 11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu Standard mutu temulawak untuk pasaran luar negeri dicantumkan berikut ini: 1) Warna : kuning-jingga sampai coklat kuning-jingga 2) Aroma : khas wangi aromatis 3) Rasa : mirip rempah dan agak pahit

Page 586: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

4) Kadar air maksimum : 12 % 5) Kadar abu : 3-7 % 6) Kadar pasir (kotoran) : 1 % 7) Kadar minyak atsiri (minimal) : 5 % 11.4. Pengambilan Contoh Dari jumlah kemasan dalam satu partai temulawak siap ekspor diambil sejumlah kemasan secara acak seperti dibawah ini, dengan maksimum berat tiap partai 20 ton. 1) Untuk jumlah kemasan dalam partai 1–100, contoh yang diambil 5. 2) Untuk jumlah kemasan dalam partai 101–300, contoh yang diambil 7 3) Untuk jumlah kemasan dalam partai 301–500, contoh yang diambil 9 4) Untuk jumlah kemasan dalam partai 501-1000, contoh yang diambil 10 5) Untuk jumlah kemasan dalam partai di atas 1000, contoh yang diambil

minimum 15 Kemasan yang telah diambil, dituangkan isinya, kemudian diambil secara acak sebanyak 10 rimpang dari tiap kemasan sebagai contoh. Khusus untuk kemasan temulawak berat 20 kg atau kurang, maka contoh yang diambil sebanyak 5 rimpang. Contoh yang telah diambil kemudian diuji untuk ditentukan mutunya. Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum. 11.5. Pengemasan Irisan temulawak kering dikemas dalam kardus karton yang dilapisi plastik dengan kapasitas 20 kg. Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan bahan yang tidak luntur, jelas terbaca antara lain:

§ Produk asal Indonesia § Nama/kode perusahaan/eksportir § Nama barang § Negara tujuan § Berat kotor § Berat bersih § Nama pembeli

12.DAFTAR PUSTAKA 1) Anonimous. 1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida

Nabati. Prosiding Seminar di Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 311 Hal.

2) Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal.

3) Anonimous. 2001. Profil Tanaman Obat di Kabupaten Sumedang. Pemerintah Kabupaten Sumedang. Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Hal. 37.

Page 587: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

4) Rahmat Rukmana, Ir. 1995. Temulawak: Tanaman rempah dan obat. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

5) Sardiantho. 1997. Empat Tanaman Obat untuk Asam Urat. Trubus No. 331 Jakarta, Februari 2000 Sumber: Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS Editor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 588: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

UBI JALAR / KETELA RAMBAT( Ipomoea batatas )

1. SEJARAH SINGKAT

Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua Amerika.Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalahSelandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov,seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubijalar adalah Amerika Tengah.

Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropikapada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia,terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia.

2. JENIS TANAMAN

Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakanberjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh parapeneliti. Lembaga penelitian yang menangani ubi jalar, antara lain: InternationalPotato centre (IPC) dan Centro International de La Papa (CIP). Di Indonesia,penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani oleh Pusat Peneliltian dan

Page 589: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Pengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian Kacang-Kacangan danUmbi-Umbian (Balitkabi), Departemen Pertanian.

Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah jumlahnyacukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27, jahe, kleneng,gedang, tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur, prambanan,mendut, dan kalasan.

Varietas yang digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi persyaratansebagai berikut:a) Berdaya hasil tinggi, di atas 30 ton/hektar.b) Berumur pendek (genjah) antara 3-4 bulan.c) Rasa ubi enak dan manis.d) Tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.)dan penyakit kudis oleh

cendawan Elsinoe sp.e) Kadar karotin tinggi di atas 10 mg/100 gram.f) Keadaan serat ubi relatif rendah.

Varietas unggul ubi jalar yang dianjurkan adalah daya, prambanan, borobudur,mendut, dan kalasan. Deskripsi masing-masing varietas unggul ubi jalar adalahsebagai berikut:a) Daya

1. Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas (kultivar) putri selatanx jonggol.

2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.3. Umur panen 110 hari setelah tanam.4. Kulit dan daging ubi berwarna jingga muda.5. Rasa ubi manis dan agak berair.6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.

b) Prambanan1. Diperoleh dari hasil persilangan antara varietas daya x centenial II.2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.3. Umur panen 135 hari setelah tanam.4. Kulit dan daging ubi berwarna jingga.5. Rasa ubi enak dan manis.6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.

c) Borobudur1. Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas daya x philippina.2. Potensi hasil antara 25-35 ton per ha.3. Kulit dan daging ubi berwarna jingga.4. Umur panen 120 hari setelah tanam.5. Ubi berasa manis.6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.

d) Mendut1. Varietas ini berasal dari klon MLG 12653 introduksi asal IITA, Nigeria tahun

1984.

Page 590: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 3/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2. Potensi hasil antara 25-50 ton per ha.3. Umur panen 125 hari ssetelah tanam.4. Rasa ubi manis.5. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.

e) Kalasan1. Varietas diintroduksi dari Taiwan.2. Potensi hasil antara 31,2-42,5 ton/ha atau rata-rata 40 ton/ha.3. Umur panen 95-100 hari setelah tanam.4. Warna kulit ubi cokelat muda, sedangkan daging ubi berwarna orange muda

(kuning).5. Rasa ubi agak manis, tekstur sedang, dan agak berair.6. Varietas agak tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.).7. Varietas cocok ditanam di daerah kering sampai basah, dan dapat beradaptasi

di lahan marjinal.

3. MANFAAT TANAMAN

Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahanmakanan pokok. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dandiusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi.Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengandemikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun

Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan.Beberapa peluang penganeka-ragaman jenis penggunaan ubi jalar dapat dilihatberikut ini:a) Daun: sayuran, pakan ternakb) Batang: bahan tanam,pPakan ternakc) Kulit ubi: pakan ternakd) Ubi segar: bahan makanane) Tepung: makananf) Pati: fermentasi, pakan ternak, asam sitrat

4. SENTRA PENANAMAN

Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas ke seluruh provinsi diIndonesia. Pada tahun 1968 Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomorempat di dunia. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,Jawa Timur, Irian Jaya, dan Sumatra Utara.

Page 591: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 4/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. SYARAT PERTUMBUHAN

5.1. Iklim

a) Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerahyang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27derajat C.

b) Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah yangdisukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalartercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering (tegalan) waktutanam yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedangpada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen.

c) Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun.

5.2. Media Tanam

a) Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenistanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandungbahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Penanaman ubi jalar pada tanahkering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hamapenggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becekatau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalarkerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol.

b) Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukankelembaban tanah yang cukup.

c) Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi,terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman membutuhkan tanahyang cukup lembab. Oleh karena itu, untuk penanaman di musim kemarau harustersedia air yang memadai.

5.3. Ketinggian Tempat

Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Tanaman ubijalar juga dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh karena daerahpenyebaran terletak pada 300 LU dan 300 LS. Di Indonesia yang beriklim tropik,tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl. Didataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh denganbaik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah.

Page 592: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 5/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secaravegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secarageneratif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.

1) Persyaratan Bibit

Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah denganstek batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stekbatang harus memenuhi syarat sebagai berikut:a) Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.b) Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.c) Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat,

normal, tidak terlalu subur.d) Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya

rapat dan buku-bukunya tidak berakar.e) Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari.

Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunasubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakantanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyaikecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karenaitu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanamatau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.

2) Penyiapan Bibit

Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produksi adalahsebagai berikut:a) Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, keadaan

pertumbuhannya sehat dan normal.b) Potong batang tanaman untuk dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang

20-25 cm dengan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagihari.

c) Kumpulkan stek pada suatu tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnyauntuk mengurangi penguapan yang berlebihan.

d) Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan di tempat yangteduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.

Page 593: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 6/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalubasah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras.Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:a) Tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur, kemudian dibiarkan selama ±1

minggu. Tahap berikutnya, tanah dibentuk guludan-guludan.b) Tanah langsung diolah bersamaaan dengan pembuatan guludan-guludan.

2) Pembentukan Bedengan

Jika tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah tanah sawah maka pertama-tamajerami dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60-100 cm. Kalau tanah yangdipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat dengan jarak 1 meter.Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah yang miring, maka pada musimhujan bedengan sebaiknya dibuat membujur sesuai dengan miringnya tanah.

Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan tanah. Pada tanah yang ringan(pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah lebar bawah ± 60 cm, tinggi 30-40cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Pada tanah pasir ukuran guludan adalahlebar bawah ±40 cm, tinggi 25-30 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Arahguludan sebaiknya memanjang utara-selatan, dan ukuran panjang guludandisesuaikan dengan keadaan lahan.

Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah bekas tanamanpadi. Tata laksana penyiapan lahan untuk penanaman ubi jalar adalah sebagaiberikut :a) Penyiapan Lahan Tegalan

1. Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma)2. Olahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil

membenamkan rumput-rumput liar3. Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu4. Buat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30-40 cm,

jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan dengankeadaan lahan

5. Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air diantara guludan.b) Penyiapan Lahan Sawah Bekas Tanaman Padi

1. Babat jerami sebatas permukaan tanah2. Tumpuk jerami secara teratur menjadi tumpukan kecil memanjang berjarak 1

meter antar tumpukan3. Olah tanah di luar bidang tumpukan jerami dengan cangkul atau bajak,

kemudian tanahnya ditimbunkan pada tumpukan jerami sambil membentuk

Page 594: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 7/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

guludan-guludan berukuran lebar bawah ± 60 cm, tinggi 35 cm, dan jarakantar guludan 70-100 cm. Panjang disesuaikan dengan keadaan lahan

4. Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan. Pembuatanguludan di atas tumpukan jerami atau sisa-sisa tanaman dapat menambahbahan organik tanah yang berpengaruh baik terhadap struktur dankesuburan tanah sehingga ubi dapat berkembang dengan baik danpermukaan kulit ubi rata. Kelemahan penggunaan jerami adalahpertumbuhan tanaman ubi jalar pada bulan pertama sedikit menguning,namun segera sembuh dan tumbuh normal pada bulan berikutnya. Bilajerami tidak digunakan sebagai tumpukan guludan, tata laksana penyiapanlahan dilakukan sebagai berikut :- Babat jerami sebatas permukaan tanah- Singkirkan jerami ke tempat lain untuk dijadikan bahan kompos- Olah tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur- Biarkan tanah kering selama minimal satu minggu- Buat guludan-gululdan berukuran lebar bawah ±60 cm, tinggi 35 cm dan

jarak antar guludan 80-100 cm.- Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan.

Hal yang penting diperhatikan dalam pembuatan guludan adalah ukuran tinggitidak melebihi 40 cm. Guludan yang terlalu tinggi cenderung menyebabkanterbentuknya ubi berukuran panjang dan dalam sehinggga menyulitkan pada saatpanen. Sebaliknya, guludan yang terlalu dangkal dapat menyebabkanterganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi, dan memudahkan seranganhama boleng atau lanas oleh Cylas sp.

6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Sistem tanam ubi jalar dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan tumpangsari dengan kacang tanah.a) Sistem Monokultur

1. Buat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludandengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antarlubang 25-30 cm.

2. Buat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan lubang tanamuntuk tempat pupuk.

3. Tanamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga angkal batang(setek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekatpangkal setek (bibit).

4. Masukkan pupuk dasar berupa urea 1/3 bagian ditambah TSP seluruhbagian ditambah KCl 1/3 bagian dari dosis anjuran ke dalam lubang ataularikan, kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis. Dosis pupuk yangdianjurkan adalah 45-90 kg N/ha (100-200 kg Urea/ha) ditambah 25 kgP2O5/ha (50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg K2O/ha (100 kg KCl/ha). Pada saat

Page 595: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 8/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

tanam diberikan pupuk urea 34-67 kg ditambah TSP 50 kg ditambah KCl 34kg per hektar. Tanaman ubi jalar amat tanggap terhadap pemberian pupuk N(urea) dan K (KCl).

b) Sistem Tumpang SariTujuan sistem tumpang sari antara lain untuk meningkatkan produksi danpendapatan per satuan luas lahan. Jenis tanaman yang serasiditumpangsarikan dengan ubi jalar adalah kacang tanah. Tata cara penanamansistem tumpang sari prinsipnya sama dengan sistem monokultur, hanya diantara barisan tanaman ubi jalar atau di sisi guludan ditanami kacang tanah.Jarak tanam ubi jalar 100 cm x 25-30 cm, dan jarak tanam kacang tanah 30 x10 cm.

2) Cara Penanaman

Bibit yang telah disediakan dibawa ke kebun dan ditaruh di atas bedengan. Bibitdibenamkan kira-kira 2/3 bagian kemudian ditimbun dengan tanah kemudiandisirami air.

Bibit sebaiknya ditanam mendatar, dan semua pucuk diarahkan ke satu jurusan.Dalam satu alur ditanam satu batang, bagian batang yang ada daunnya tersembuldi atas bedengan.

Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30 cm. Untuk arealseluas 1 ha dibutuhkan bibit stek kurang lebih 36.000 batang. Penanaman ubijalar di lahan kering biasanya dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atauawal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal. Dilahan sawah, waktutanam yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan atau padi gadu,yakni pada awal musim kemarau.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penjarangan dan Penyulaman

Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus harus diamatikontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit yang matiharus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati,kemudian diganti dengan bibit yang baru, dengan menanam sepertiga bagianpangkal setek ditimbun tanah.

Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinarmatahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (setek) untukpenyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.

Page 596: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 9/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Penyiangan

Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi jalar biasanyamudah ditumbuhi rumput liar (gulma). Gulma merupakan pesaing tanaman ubijalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara, dan sinarmatahaari. Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi. Bersama-sama kegiatanpenyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah guludan,kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut.

3) Pembubunan

Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur 1 bulansetelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan. Tata carapenyiangan dan pembumbunan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:a) Bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-hati agar

tidak merusak akar tanaman ubi jalar.b) Gemburkan tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan,

kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan.c) Timbunkan kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan pengairan

hingga tanah cukup basah.

4) Pemupukan

Zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar cukup tinggi, yaituterdiri dari 70 kg N (± 156 kg urea), 20 kg P2O5 (±42 kg TSP), dan 110 kg K2O (±220 kg KCl) per hektar pada tingkat hasil 15 ton ubi basah. Pemupukan bertujuanmenggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah kesuburantanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman.

Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman didaerah setempat. Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 45-90kgN/ha (100-200 kg urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (±50 kg TSP/ha) ditambah50 kg K2O/ha (±100 kg KCl/ha).

Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem tugal.Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula buat larikan (alur) kecil di sepanjangguludan sejauh 7-10 cm dari batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudiansebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan tanah.

5) Pengairan dan Penyiraman

Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal pertumbuhanmemerlukan ketersediaan air tanah yang memadai. Seusai tanam, tanah atauguludan tempat pertanaman ubi jalar harus diairi, selama 15-30 menit hinggatanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan keseluruh pembuangan. Pengairan

Page 597: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 10/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur 1-2bulan. Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggusebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.

Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari. Di daerahyang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu seminggusekali. Hal Yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalahmenghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

a) Penggerek Batang Ubi JalarStadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalahmembuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Didalam lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat). Gejala: terjadi pembengkakanbatang, beberapa bagian batang mudah patah, daun-daun menjadi layu, danakhirnya cabang-cabang tanaman akan mati. Pengendalian: (1) rotasi tanamanuntuk memutus daur atau siklus hama; (2) pengamatan tanaman pada stadiumumur muda terhadap gejala serangan hama: bila serangan hama >5 %, perludilakukan pengendalian secara kimiawi; (3) pemotongan dan pemusnahan bagiantanaman yang terserang berat; (4) penyemprotan insektisida yang mangkus dansangkil, seperti Curacron 500 EC atau Matador 25 dengan konsentrasi yangdianjurkan.

b) Hama Boleng atau LanasSerangga dewasa hama ini (Cylas formicarius Fabr.) berupa kumbang kecil yangbagian sayap dan moncongnya berwarna biru, namun toraknya berwarna merah.Kumbang betina dewasa hidup pada permukaan daun sambil meletakkan telur ditempat yang terlindung (ternaungi). Telur menetas menjadi larva (ulat),selanjutnya ulat akan membuat gerekan (lubang kecil) pada batang atau ubi yangterdapat di permukaan tanah terbuka. Gejala: terdapat lubang-lubang kecil bekasgerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat. Hamaini biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang sudah berubi. Bila hama terbawaoleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak ubi hingga menurunkankuantitas dan kualitas produksi secara nyata. Pengendalian: (1) pergiliran ataurotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak sefamili dengan ubi jalar,misalnya padi-ubi jalar-padi; (2) pembumbunan atau penimbunan guludan untukmenutup ubi yang terbuka; (3) pengambilan dan pemusnahan ubi yang terseranghama cukup berat; (4) pengamatan/monitoring hama di pertanaman ubi jalarsecara periodik: bila ditemukan tingkat serangan > 5 %, segera dilakukan tindakanpengendalian hama secara kimiawi; (5) penyemprotan insektisida yang mangkusdan sangkil, seperti Decis 2,5 EC atau Monitor 200 LC dengan konsentrasi yang

Page 598: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 11/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

dianjurkan; (6) penanaman jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah banyak;(7) pemanenan tidak terlambat untuk mengurangi tingkat kerusakan yang lebihberat.

c) Tikus (Rattus rattus sp)Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atausudah pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan caramengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan.Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikutidengan gejala pembusukan ubi. Pengendalian: (1) sistem gerepyokan untukmenangkap tikus dan langsung dibunuh; (2) penyiangan dilakukan sebaikmungkin agar tidak banyak sarang tikus disekitar ubi jalar; (3) pemasangan umpanberacun, seperti Ramortal atau Klerat.

7.2. Penyakit

a) Kudis atau ScabPenyebab: cendawan Elsinoe batatas. Gejala: adanya benjolan pada tangkaisereta urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yangberat menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehinggahasil ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Pengendalian: (1)pergiliran/rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit; (2) penanaman ubijalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan gedang; (3) kultur teknikbudi daya secara intensif; (4) penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat.

b) Layu fusariumPenyebab: jamur Fusarium oxysporum f. batatas. Gejala: tanaman tampak lemas,urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati. Cendawan fusarium dapatbertahan selama beberapa tahun dalam tanah. Penularan penyakit dapat terjadimelalui tanah, udara, air, dan terbawa oleh bibit. Pengendalian: (1) penggunaanbibit yang sehat (bebas penyakit); (2) pergiliran /rotasi tanaman yang serasi disuatu daerah dengan tanaman yang bukan famili; (3) penanaman jenis atauvarietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit Fusarium.

c) VirusBeberapa jenis virus yang ditemukan menyerang tanaman ubi jalar adalah InternalCork, Chlorotic Leaf Spot, Yellow Dwarf. Gejala: pertumbuhan batang dan dauntidak normal, ukuran tanaman kecil dengan tata letak daun bergerombol di bagianpuncak, dan warna daun klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkatserangan yang berat, tanaman ubi jalar tidak menghasilkan. Pengendalian: (1)penggunaan bibit yang sehat dan bebas virus; (2) pergiliran/rotasi tanamanselama beberapa tahun, terutama di daerah basis (endemis) virus; (3)pembongkaran/eradikasi tanaman untuk dimusnahkan.

Page 599: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 12/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d) Penyakit Lain-lainPenyakit-penyakit yang lain adalah, misalnya, bercak daun cercospora oleh jamurCercospora batatas Zimmermann, busuk basah akar dan ubi oleh jamur Rhizopusnigricans Ehrenberg, dan klorosis daun oleh jamur Albugo ipomeae pandurataSchweinitz. Pengendalian: dilakukan secara terpadu, meliputi perbaikan kulturteknik budi daya, penggunaan bibit yang sehat, sortasi dan seleksi ubi di gudang,dan penggunaan pestisida selektif.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua (matang fisiologis). Cirifisik ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah maksimum,ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enakserta tidak berair.

Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman. Jenis atau varietasubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan, sedangkanvarietas berumur panjang (dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan.

Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan palinglambat sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resikoserangan hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi.

8.2. Cara Panen

Tata cara panen ubi jalar melalui tahapan sebagai berikut:a) Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen.b) Potong (pangkas) batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau sabit,

kemudian batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan sambil dikumpulkan.c) Galilah guludan dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya.d) Ambil dan kumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil.e) Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel.f) Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi secara

terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan ubi utuh dari ubi terlukaataupun terserang oleh hama atau penyakit.

g) Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut ke tempat penampungan(pengumpulan) hasil.

8.3. Prakiraan Produksi

Tanaman ubi jalar yang tumbuhnya baik dan tidak mendapat serangan hamapenyakit yang berarti (berat) dapat menghasilkan lebih dari 25 ton ubi basah per

Page 600: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 13/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

hektar. Varietas unggul seperti borobudur dapat menghasilkan 25 ton, prambanan 28ton, dan kalasan antara 31,2-47,5 ton per hektar.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkauoleh angkutan.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Pemilihan atau penyortiran ubi jalar sebenarnya dapat dilakukan pada saatpencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran ubi jalar dapat dilakukan setelahsemua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukanuntuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar sertayang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.

9.3. Penyimpanan

Penanganan pascapanen ubi jalar biasanya ditujukan untuk mempertahankan dayasimpan. Penyimpanan ubi yang paling baik dilakukan dalam pasir atau abu. Tatacara penyimpanan ubi jalar dalam pasir atau abu adalah sebagai berikut:a) Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering selama 2-3

hari.b) Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau gudang yang kering,

sejuk, dan peredaran udaranya baik.c) Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan pasir kering atau abu

setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup.

Cara penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi sampai 5 bulan. Ubijalar yang mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya akanmenghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan ubi yangbaru dipanen.

Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar adalah melakukanpemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka, dan tempat (ruang)penyimpanan bersuhu rendah antara 27-30 derajat C (suhu kamar) dengankelembapan udara antara 85-90 %.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

Page 601: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 14/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya ubi jalar dengan luas lahan 1 hektar per musim tanam (6bulan) di daerah Bogor pada tahun 1999.

a) Biaya produksi1. Sewa lahan 6 bulan Rp. 750.000,-2. Bibit: 50.000 stek (500 kg) Rp. 100.000,-3. Pupuk

- Urea: 200 kg @ Rp. 1.100,- Rp. 220.000,-- TSP: 50 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 90.000,-- KCl: 100 g @ Rp. 1.650,- Rp. 165.000,-

4. Pestisida: 2 liter (kg) Rp. 100.000,-5. Tenaga kerja

- Pengolahan tanah dan pengguludan 100 HKP Rp. 1.000.000,-- Penyiapan bibit 4 HKP+8 HKW Rp. 100.000,-- Penanaman 10 HKP+40 HKW Rp. 400.000,-- Pembongkaran guludan dan penyiangan 20 HKP Rp. 200.000,-- Pupuk, balik batang dan pengguludan 40 HKP Rp. 400.000,-- Pengairan 2 kali (8 HKP) Rp. 80.000,-- Pengendalian hama penyakit 4 HKP Rp. 40.000,-

6. Panen dan pasca panen 20 HKP+20 HKW Rp. 350.000,-7. Alat dan penyusutan Rp. 150.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 4.145.000,-

b) Pendapatan : 25 ton @ Rp. 200.000,- Rp. 5.000.000,-

c) Keuntungan Rp. 855.000,-

d) Parameter kelayakan usaha1. Rasio Output/Input = 1,205

Catatan : HKP= Hari Kerja Pria; HKW=Hari kerja Wanita

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Selama ini masyarakat mengenal ubi jalar sebagai makanan panganpengganti/tambahan dalam keadaan darurat atau untuk konsumsi masyarakatbawah. Akan tetapi saat ini potensi ubi jalar cukup baik yang dapat digunakansebagai bahan baku industri pakan dan industri lainnya. Hal ini terlihat darimeningkatnya permintaan Singapura, Belanda, Amerika Serikat, Jepang danMalaysia akan ubi jalar sebagai bahan baku berbagai industri. Begitu pula kebutuhandalam negeri cukup tinggi dimana pada tahun 2000 ini Pemerintah merencanakankebutuhan akan umbi-umbian sekitar 17 juta ton. Sedangkan rata-rata produksiubijalar dari tahun 1983-1991 hanya 1,8 juta ton.

Page 602: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 15/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11. STANDAR PRODUKSI

11.1.Ruang Lingkup

Standar produksi meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,syarat penandaan dan cara pengemasan.

11.2.Diskripsi

11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu

11.4.Pengambilan Contoh

Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung denganmaksimum maksimum 30 karung. Pengambilan contoh dilakukan beberapa kali,sampai mencapai berat 500 gram. Contoh kemudian disegel dan diberi label.Petugas pengambil contoh harus orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebihdahulu.

11.5.Pengemasan

Dibagian luar kemasan ditulis dengan bahan yang tidak mudah luntur, jelas terbaca,antara lain:a) Produksi Indonesia.b) Nama barang atau jenis barang.c) Nama perusahaan atau ekspiortir.d) Berat bersih.e) Berat kotor.f) Negara/tempat tujuan.

Page 603: Petunjuk Teknis Beberapa Komoditas Pertanian

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 16/ 16Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. DAFTAR PUSTAKA

a) Rukmana, Rahmat. (1997). Ubi jalar: budi daya dan pascapanen. Yogyakarta:Kanisius,1997.

b) Najiyati, Sri. (1998). Palawija: budidaya dan analisis usaha tani. Jakarta:PT.Penebar Swadaya, 1998.

Jakarta, Februari 2000

Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, ProyekPEMD, BAPPENAS

Editor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU