petunjuk teknis bantuan & tunjangan · sekretaris jenderal, kementerian pendidikan dan...
TRANSCRIPT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANREPUBLIK INDONESIA
2017
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANREPUBLIK INDONESIA
ANALISISPETUNJUK TEKNIS
BANTUAN & TUNJANGAN
1 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
KATA PENGANTAR
Upaya peningkatan akses dan mutu layanan pendidikan melalui upaya pemenuhan standar sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional di bidang pendidikan, sehingga perlu
mendorong pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota melakukan tindakan nyata dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan wajib
yang berkaitan dengan pelayanan dasar yang wajib diselenggarakan oleh Daerah, salah satunya melalui program Dana Alokasi Khusus (DAK). DAK Bidang Pendidikan digunakan untuk mendanai kegiatan pendidikan dasar
dan menengah yang merupakan urusan wajib Daerah sesuai prioritas nasional sebagai upaya pemenuhan standar sarana dan prasarana
pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan. Secara umum tujuan kegiatan ini dimaksudkan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dasar dan menengah dalam rangka
meningkatkan akses dan mutu layanan pendidikan yang terdiri dari Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP-PAUD), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Tunjangan Guru dan DAK Fisik.
Dalam rangka pemberian pedoman dan panduan bagi penerima transfer daerah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyusun
dan menyampaikan Petunjuk Teknis pemanfaatan dan pertanggungjawaban masing-masing jenis bantuan dimaksud. Untuk meminimalisir terjadinya kendala, hambatan dan permasalahan terkait Petunjuk Teknis tersebut di
lapangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyusun buku Analisis Petunjuk Teknis Bantuan/Tunjangan. Buku analisis ini
memuat berbagai kondisi implementasi transfer daerah yang meliputi penyaluran, pelaksanaan program, pemanfaatan dana serta pertanggungjawaban/pelaporan.
Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak atas segala bentuk kontribusi yang telah diberikan hingga selesainya buku Analisis Petunjuk Teknis Bantuan/Tunjangan ini. Demi
penyempurnaan buku Petunjuk Teknis Bantuan/Tunjangan ini, dengan tangan terbuka kami menerima segala bentuk saran dan masukan dari
berbagai pihak.
Jakarta, Agustus 2017 Sekretaris Jenderal,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Didik Suhardi, Ph.D NIP 196312031983031004
2 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................................................................ 2
Bab I – Pendahuluan .................................................................................. 3
Bab II – Kondisi Saat Ini ............................................................................. 6
Bab III – Kondisi Yang Diharapkan ........................................................... 15
Bab IV – Rekomendasi ............................................................................. 19
3 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 ayat (1) menyebutkan bahwa
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu
bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Selanjutnya pada Pasal 45 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengatakan bahwa Satuan
Pendidikan Formal dan Nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang
memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan
kejiwaan peserta didik.
Transfer daerah (DAK Fisik dan Non Fisik) Bidang Pendidikan
digunakan untuk mendanai kegiatan pendidikan yang merupakan urusan
wajib daerah sesuai prioritas nasional sebagai upaya pencapaian Standar
Nasional Pendidikan. Secara umum tujuan kegiatan transfer daerah bidang
pendidikan adalah untuk pemenuhan perluasan akses dan peningkatan
mutu layanan pendidikan yang terdiri dari Bantuan Operasional
Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP-PAUD), Bantuan
Operasional Sekolah (BOS), Tunjangan Guru, dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) Fisik.
Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
(BOP-PAUD) sejak tahun 2016 disalurkan melalui DAK Non Fisik diarahkan
untuk perluasan dan pemerataan layanan PAUD demi mendukung
ketercapaian APK (Angka Partisipasi Kasar) PAUD. Dalam konteks tersebut
bantuan dana operasional yang dialokasikan Pemerintah melalui dana
Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini, menjadi
sangat membantu kelangsungan layanan program PAUD.
4 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Pemberian BOS di jenjang SD/SDLB/SMP/SMPLB adalah untuk:
a. membebaskan pungutan biaya operasi sekolah bagi peserta didik
SD/SDLB/SMP/SMPLB yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah;
b. meringankan beban biaya operasi sekolah bagi peserta didik
SD/SDLB/SMP/SMPLB yang diselenggarakan oleh masyarakat; dan/atau
c. membebaskan pungutan peserta didik yang orangtua/walinya tidak
mampu pada SD/SDLB/SMP/SMPLB yang diselenggarakan oleh
masyarakat.
Sedangkan pada jenjang SMA/SMALB/SMK untuk:
a. membantu biaya operasional sekolah nonpersonalia;
b. meningkatkan angka partisipasi kasar;
c. mengurangi angka putus sekolah;
d. mewujudkan keberpihakan Pemerintah Pusat (affirmative action) bagi
peserta didik yang orangtua/walinya tidak mampu dengan membebaskan
(fee waive) dan/atau membantu (discount fee) tagihan biaya sekolah dan
biaya lainnya di SMA/SMALB/SMK sekolah;
e. memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi peserta didik
yang orangtua/walinya tidak mampu untuk mendapatkan layanan
pendidikan yang terjangkau dan bermutu; dan/atau
f. meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah.
Program pemberian tunjangan bagi guru yang mengajar disemua
jenjang, baik guru PNS maupun guru bukan PNS, termasuk bagi guru yang
mengajar di daerah khusus merupakan usaha pemerintah dalam
mewujudkan kesejahteraan guru, hal ini sesuai dengan amanat Undang-
Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
DAK Fisik Bidang Pendidikan adalah untuk pemenuhan sarana dan
prasarana pendidikan dasar dan menengah dalam rangka meningkatkan
akses dan mutu layanan pendidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menyusun Petujuk
Teknis dalam rangka implementasi program transfer daerah. Untuk
mengetahui hambatan dan permasalahan dalam implementasi petunjuk
5 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
teknis di lapangan, maka diperlukan analisis berbagai kondisi dalam
implementasi transfer daerah yang meliputi penyaluran dana, pelaksanaan
program dan pelaporan.
6 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
BAB II
KONDISI SAAT INI
2.1. BOP PAUD
Tahun 2017 merupakan tahun kedua pelaksanaan DAK BOP PAUD. Merevisi
kendala yang ditemukan di tahun 2016, maka Petunjuk Teknis yang
dikeluarkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
14 Tahun 2017 menetapkan beberapa perubahan diantaranya:
a. Sasaran anak yang sebelumnya dipatok untuk kelompok usia 4-6 tahun,
di tahun 2017 dapat diakses untuk semua kelompok umur yang dilayani
PAUD dengan prioritas anak usia 4-6 tahun.
b. Jumlah anak per Satuan PAUD yang dapat didanai DAK BOP PAUD.
Tahun 2016 dibatasi minimal 12 anak dan maksimal 60 anak per Satuan
PAUD. Tahun 2017 pembatasan minimal masih ditetapkan tetapi
pembatasan maksimal tidak ditetapkan. Namun ditambahkan klausul
apabila alokasi dana tidak mencukupi maka Daerah dapat menetapkan
kebijakan penyaluran secara adil dengan memperhatikan proporsional.
c. Pada tahun 2016 dicantumkan salah satu klausul penggunaan dana
untuk pembelian buku-buku yang relevan dan diperlukan, klausul
tersebut dihilangkan dengan diganti digunakan untuk pembelian bahan
dan alat belajar yang diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran.
Tahun 2017 diawali dengan adanya pertemuan regional dengan unsur
keuangan daerah (BPKAD) untuk menyamakan persepsi tentang aturan dan
tata cara serta proses pencairan DAK BOP. Pertemuan tersebut membawa
efek positif yang sangat signifikan karena ditindaklanjuti dengan
pembentukan Tim Managemen DAK BOP PAUD di Kabupaten/Kota yang
terdiri dari unsur BPKAD, Dinas Pendidikan, dan Kejaksaan. Anggota Tim
Manajemen ditentukan daerah termasuk unsur-unsur yang tergabung di
dalamnya. Kondisi tersebut juga dilakukan oleh Kabupaten/Kota yang
7 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sebelumnya tidak menyalurkan seperti Kabupaten Paser, Kabupaten Bekasi,
dan Kota Batam.
Kendala yang dialami di tahun 2017 adalah kekurangpahaman daerah dalam
kewajiban melaporkan penggunaan DAK BOP PAUD dengan menggunakan
format yang ditentukan dari Kementerian Keuangan. Beberapa daerah sudah
melaporkan tetapi tidak menggunakan format yang ditentukan sehingga
dana DAK BOP PAUD belum ditransfer ke daerah tersebut. Batas akhir
penyampaian laporan di akhir bulan Juli 2017 untuk itu Tim Direktorat
PAUD menghubungi melalui surat dan telepon ke tiap-tiap kabupaten
bermasalah.
Satuan biaya BOP PAUD sebesar Rp 600.000,- per anak dengan target
sebanyak 5.969.500 anak. Hingga bulan Juli 2017 beberapa Kabupaten yang
sudah menyalurkan DAK BOP PAUD ke lembaga dan lainnya masih proses
pengajuan.
Beberapa hal terkait kondisi saat ini yang diinventarisasi menjadi isu adalah:
a. Daerah memperlakukan hibah pendidikan (BOP PAUD) seperti halnya
hibah yang ditentukan oleh Permendagri tentang Hibah sehingga
mengharuskan lembaga berbada hukum dan hanya diperbolehkan
mendapatkan bantuan satu kali.
b. Besar besaran bantuan per anak sama untuk semua wilayah sehingga
satuan biaya tidak memperhitungkan kemahalan daerah.
c. Pembatasan jumlah peserta didik minimal 12 orang diberlakukan sama
untuk semua kondisi wilayah.
d. Perbedaan jumlah data Dapodik saat pengajuan dengan data riil di
lapangan sehingga daerah ragu untuk mencairkan.
e. Pelaporan penyaluran DAK BOP PAUD belum sesuai jadwal dan format
yang ditentukan sehingga sebagian besar daerah menyampaikan laporan
setelah melewati tahun anggaran dengan menggunakan format yang
berbeda.
8 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2.1 BOS
a. Sasaran
Sasaran program BOS meliputi semua jenjang pendidikan pada satuan
pendidikan formal.
b. Satuan Biaya
Satuan biaya BOS untuk:
1) SD/SDLB : Rp 800.000,-/peserta didik/tahun
2) SMP/SMPLB : Rp 1.000.000,-/peserta didik/tahun
3) SMA/SMALB, SMK : Rp 1.400.000,-/peserta didik/ tahun
c. Waktu penyaluran
Penyaluran BOS dilakukan setiap 3 (tiga) bulan (triwulan). Untuk
triwulan II atau semester I Tahun 2017 sudah tersalur. Hanya untuk
daerah secara geografis sangat sulit dijangkau, masih belum tersalur
seluruhnya.
d. Pengelolaan
Pengelolaan BOS belum sepenuhnya berdasarkan pada prinsip
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Ada regulasi dalam pengelolaan
keuangan daerah yang menghambat fleksibilitas penggunaan dana BOS.
e. Pemenuhan Buku Industri pada SMK
SMK mengalami kendala untuk memenuhi buku kejuruan yang tidak
diterbitkan oleh pihak ketiga maupun Buku Sekolah Elektronik (BSE),
melainkan modul/buku yang diterbitkan oleh industri. Modul/buku
yang diterbitkan oleh industri ada yang diperjualbelikan, ada juga
dengan cara sekolah diperbolehkan menggandakan secara mandiri.
f. Penetapan Alokasi dan Penyaluran
Pengalokasian dana BOS oleh provinsi dibagi dalam 3 kelompok belanja,
yaitu belanja pegawai, belanja barang/jasa, dan belanja modal yang
masing-masing kelompok belanja ini berdiri sendiri-sendiri (tidak dapat
saling menutupi kekurangan anggaran antar kelompok belanja).
Sementara untuk pencairan dana BOS baru dapat dilakukan setelah
disusunnya perencanaan dalam “Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA)
dan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)” dimana dana periode
sebelumnya diserahkan oleh sekolah. Hal ini mengakibatkan tidak
9 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
efisiennya pencairan dana BOS ke sekolah, atau terjadi inefisiensi dana
di sekolah apabila perencanaan anggaran di sekolah tidak akurat.
Akibat lebih lanjut terjadi kekurangan anggaran di satu kelompok
belanja dan kelebihan di kelompok belanja lain. Kelebihan dana di satu
kelompok belanja itu merupakan sisa dana, yang tidak dapat
dimanfaatkan untuk menutupi kekurangan dana di kelompok belanja
yang mengalami kekurangan. Ketentuan ini mengakibatkan
penggunaan dana BOS di sekolah tidak fleksibel dan terlalu kaku.
g. Mekanisme Belanja Langsung pada SMA dan SMK Negeri
Penyaluran dana BOS untuk SMA dan SMK yang dikelola
pemerintah/pemerintah daerah (negeri) dilaksanakan dalam bentuk
Belanja Langsung berupa belanja program dan kegiatan, sedangkan
untuk sekolah yang diselenggarakan masyarakat (swasta) disalurkan
dalam bentuk hibah. Mekanisme ini menimbulkan berbagai masalah
terjadinya keterlambaatan dalam penyaluran dana BOS pada triwulan I
Tahun 2017 ini. Mekanisme Belanja Langsung mengharuskan setiap
SMA dan SMK Negeri menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA),
sebagaimana halnya unit dari Dinas Pendidikan. Dalam penyusunan
dokumen tersebut SMA dan SMK Negeri harus mengklasifikasikan
berbagai pembelanjaan dalam suatu akun dan dalam kode rekening
yang telah ditentukan oleh Pemerintah Daerah. Hal tersebut tentunya
menjadi kendala dalam menyusun dokumen RKA Sekolah, sementara
sosialisasi dari Pemerintah Daerah kepada sekolah tidak optimal.
Dinas Pendidikan Provinsi juga harus menyusun Rencana Kerja
Anggaran Satuan Perangkat Daerah (RKA SKPD) berdasarkan RKA yang
disusun oleh SMA dan SMK Negeri. Proses ini juga menjadi pemicu
keterlambatan proses penyaluran dana BOS bagi SMA dan SMK Negeri.
Dengan mekanisme ini, Pemerintah Daerah harus mempersiapkan
infrastruktur yang memadai dalam pelaksanaan program BOS, salah
satunya adalah menerapkan aplikasi pelaksanaan keuangan daerah.
Sebelumnya, pengguna dari aplikasi ini hanya SKPD Provinsi saja, tetapi
dengan mekanisme Belanja Langsung SMA dan SMK Negeri juga
diharuskan mengisi berbagai aplikasi tersebut. Sampai saat ini masih
10 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
terdapat beberapa provinsi yang belum menyiapkan infrastruktur yang
memadai sehingga SMA dan SMK Negeri mengalami kesulitan untuk
melaksanakan. Selain itu, SMA dan SMK Negeri saat ini diharuskan
melaksanakan proses birokrasi dan administrasi yang cukup rumit,
sehingga SMA dan SMK Negeri harus membagi perhatiannya antara
memberikan layanan pendidikan yang berkualitas (merupakan tugas
utamanya) dan menyusun administrasi serta pelaporan.
h. Pembayaran Honororium Guru Honor
Proses transisi pengalihan kewenangan jenjang Pendidikan Menengah
dari Kabupaten/Kota ke Provinsi, tidak seluruhnya berlangsung dengan
sempurna. Salah satu masalah adalah masih adanya beberapa provinsi
yang belum mengalokasikan anggaran untuk membiayai guru honorer
pada SMA maupun SMK. Hal ini masih terjadi juga pada guru-guru
honor Pendidikan Dasar. Secara regulasi, BOS seharusnya hanya
membiayai dana operasional non personalia, namun dikarenakan
adanya permasalahan daerah yang tidak mengalokasikan pembiayaan
untuk guru honorer, menyebabkan untuk sementara BOS juga
melingkupi untuk pembiayaan guru honorer yang merupakan biaya
personalia
i. Sisa Dana BOS
Sisa dana BOS di setiap periode tidak dapat digunakan oleh sekolah
untuk di periode berikutnya, harus dikembalikan ke kas Provinsi karena
tercatat sebagai sisa anggaran kegiatan. Ini memaksa sekolah untuk
melaksanakan program dan kegiatan tidak sesuai dengan waktu,
mengingat anggaran yang disediakan di setiap triwulan berjumlah sama
rata sementara beban anggaran program sekolah seharusnya bervariasi
di tiap triwulan. Apabila terjadi sisa dana BOS di sekolah dan sekolah
mengembalikan dana tersebut, maka secara matematis penerimaan
dana BOS tidak lagi sesuai dengan ketentuan hak sekolah, yaitu satuan
biaya dikalikan dengan jumlah siswa.
Ada potensi yang cukup besar sekolah tidak memiliki dana untuk
membiayai program atau kegiatan sekolah di awal periode apabila terjadi
keterlambatan pencairan sementara sisa dana periode sebelumnya
11 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
harus dikembalikan ke kas daerah, sehingga akan mengganggu proses
pembelajaran di sekolah.
j. Pertanggungjawaban Keuangan
Sekolah sudah menatausahakan penggunaan dana BOS dengan
melakukan pembukuan, yang memuat Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah, Buku Kas, sampai Bukti Pengeluaran.
k. Monitoring
Monitoring penggunaaan dana BOS semester I sudah berjalan.
2.2 TUNJANGAN KHUSUS GURU
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia secara
merata, pemerintah menggalakan berbagai program termasuk penempatan
guru di garis depan (daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal - 3T) yang juga
disertai dengan pemberian tunjangan khusus sebagai fasilitas dari
pemerintah demi kemajuan pendidikan daerah khusus. Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan telah menetapkan kebijakan kriteria daerah khusus melalui
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 13 Tahun 2015
tentang Kriteria Daerah Khusus Dalam Rangka Pemberian Tunjangan
Khusus Bagi Guru yang Bertugas di Daerah Khusus. Dasar wilayah
tunjangan khusus diambil dari Perpres Nomor 131 Tahun 2015 tentang
Penetapan Daerah Tertinggal dan dari SK Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (KDPDTT).
Tunjangan khusus adalah tunjangan yang diberikan kepada guru yang
ditugaskan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sebagai kompensasi
atas kesulitan hidup yang dihadapi dalam melaksanakan tugas di daerah
khusus. Tunjangan khusus ditujukan untuk mewujudkan amanat Undang-
Undang Guru dan Dosen antara lain mengangkat martabat guru,
meningkatkan kompetensi guru, memajukan profesi guru, meningkatkan
mutu pembelajaran, dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang
bermutu. Daerah khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang,
daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan
12 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial,
atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain.
Nominasi guru calon penerima tunjangan daerah khusus ditentukan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui aplikasi Dapodik,
berdasarkan sekolah tempat mengajar di kategori desa sangat tertinggal yang
ditetapkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi (KDPDTT). Selanjutnya, merujuk pada Juknis Penyaluran
Tunjangan Khusus Guru (TKG), verifikasi dan usulan adalah kewenangan
pemerintah daerah setempat, dalam hal ini Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota/Provinsi, yang mana usulan yang dilakukan berdasarkan
nominasi yang telah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Selanjutnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menetapkan guru penerima Tunjangan Khusus berdasarkan usulan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi pada akhir Maret di tahun berkenaan
secara online melalui aplikasi SIMTUN.
Masalah yang terjadi saat ini adalah, adanya beberapa daerah yang tidak
mengusulkan data calon penerima TKG didaerahnya melalui aplikasi
SIMTUN dikarenakan adanya perbedaan persepsi kategori desa sangat
tertinggal dengan data yang dikeluarkan oleh KDPDTT. Pada bulan Juni
tahun 2017, Ditjen GTK telah mengirimkan surat pemberitahuan kepada
pemerintah daerah yang belum mengusulkan guru penerima tunjangan
khusus namun hingga saat ini belum terdapat perkembangan yang cukup
berarti dalam pengusulan guru penerima tunjangan khusus tersebut.
Dengan adanya kejadian ini, akan terdapat potensi masalah pengendapan
dana pada kas daerah yang telah dialokasikan dan telah transfer pada Kas
Daerah yang belum mengusulkan guru penerima tunjangan khusus, atau
menolaknya.
13 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2.3 DAK FISIK
a. Pendataan
Telah disusun data perencanaan kegiatan khusus fisik (sarana &
prasarana) oleh daerah setelah dilakukan sosialisasi perencanaan DAK.
Data yang yang disusun diupload dalam Dapodikdasmen. Dalam kurun
waktu proses verifikasi terhadap data perencanaan tersebut, terjadi
perubahan perencanaan oleh daerah, yang berdampak kepada
terlambatnya pelaksanaan DAK.
b. Sosialisasi
Sosialisasi telah dilakukan dari bulan April sampai Mei 2017 sesuai
jadwal yang cukup luang bagi penyusunan rencana oleh daerah dalam
pelaksanaan DAK fisik
c. Penetapan Lokasi
Penentuan lokasi sering berubah dari provinsi karena Kabupaten/Kota
melakukan usul perubahan rincian, dan lokasi serta target out put
kegiatan DAK, dengan alasan, antara lain: adanya pergantian pengelola,
terjadi kesalahan analisis kebutuhan, terdapat perbedaan dengan DPA
APBD yang telah ditetapkan. Akibat perubahan, maka pusat perlu
melakukan klarifikasi agar tidak terjadi adanya bantuan sejenis dari
sarpras pusat. Hal ini berdampak pada terlambatnya penetapan
rincian dan lokasi serta target out put DAK oleh Menteri.
d. Pengadaan Peralatan Praktek Utama SMK
Tata Cara pengadaan sarana dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi
sesuai dengan peraturan pengadaan yang berlaku, melalui e-
purchasing atau e-tendering. Kendala yang dihadapi oleh Dinas
Pendidikan Provinsi adalah sampai dengan jatuh tempo triwulan 2
masih dalam proses penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Hal ini
sebabkan banyaknya item peralatan praktik utama pada masing-
masing bidang keahlian kompetensi yang dibutuhkan oleh sekolah dan
banyak peralatan tersebut belum masuk dalam e-katalog.
e. Biaya Kegiatan Penunjang
Berdasarkan Perpres 123 tahun 2016 Pasal 7 ayat 3 Pemerintah daerah
dapat menggunakan paling banyak 5% dari alokasi DAK Fisik untuk
14 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mendanai kegiatan penunjang yang berhubungan langsung dengan
kegiatan DAK Fisik. Biaya penunjang sebesar 5% sering menjadi
pertanyaan oleh Dinas Pendidikan Propinsi karena dapat menyebabkan
salah tafsir dan pengertian. Biaya penunjang tersebut antara lain
adalah untuk desain perencanaan, dan penunjukan konsultan
pengawas kegiatan kontraktual. Arahan dari Kemendagri agar
pemerintah daerah sebaiknya tidak mengalokasikan biaya desain
perencanaan termasuk konsultannya, karena pembangunan fisik
sudah diserahkan kepada sekolah melalui P2S (Panitia Pembangunan
Sekolah) dengan sistem swakelola.
f. Menu Sasaran DAK Fisik
Penentuan output dan menu DAK yang ada di beberapa provinsi tidak
sesuai dengan kebutuhan di lapangan, sehingga ada provinsi yang
merevisi dengan memfokuskan untuk menu tertentu. Selain itu alat IPA
dan alat TIK yang tersedia di e-katalog masih relatif terbatas sehingga
menyulitkan provinsi dalam pelaksanaan lelang melalui e-katalog.
g. Pelaporan
Telah tersedia mekanisme pelaporan on line melalui SIM DAK
Dikdasmen namun belum semua penerima DAK menggunakan
pelaporan on line ini
h. Pertanggung Jawaban Keuangan
Laporan pertanggungjawaban telah diataur dalam satu sistem
pertanggungjawaban dan pelaporan.
i. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan pelaksanaan DAK dilakukan baik secara langsung ke
lapangan dan juga online.
15 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
BAB III
KONDISI YANG DIHARAPKAN
1.1. BOP PAUD
Beberapa kondisi yang diharapkan dalam penyelenggaraan BOP PAUD
sebagai berikut:
a. Hibah pendidikan dikecualikan dari kentuan hibah daerah sesuai
dengan UU No 23 tahun 2003.
b. Satuan biaya setiap anak disesuaikan dengan kebutuhan riil dengan
memperhitungkan biaya kemahalan daerah.
c. Lembaga PAUD di daerah khusus (daerah 3T daerah remote) yang
melayani anak di bawah 12 orang bisa mendapatkan bantuan.
d. Penggunaan data jumlah anak di satuan PAUD yang mendapatkan
BOP menggunakan data riil di lapangan.
e. Penyampaian laporan dilaksanakan di akhir tahun anggaran yang
dengan menggunakan format yang ditetapkan Kemenkeu.
1.2. BOS
a. Sasaran
Tetap dapat mempertahankan sasaran dan jangkauan, serta
membuka peluang untuk meningkatkan sasaran ke satuan
pendidikan nonformal
b. Satuan Biaya
Satuan biaya BOS seharusnya dapat memenuhi seluruh kebutuhan
biaya operasional sekolah, ditambahkan biaya inflasi.
c. Waktu penyaluran
Lebih meningkatkan kemudahan atau efektivitas pengiriman dana
BOS ke daerah yang saat ini masih terasa sulit.
d. Pengelolaan
Sekolah seharusnya mempunyai kewenangan yang penuh untuk
mengelola dana BOS sesuai prinsip MBS, mempunyai kebebasan
16 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan program yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah.
e. Pemenuhan Buku Industri pada SMK
Pemenuhan buku melalui industri untuk jenjang SMK diharapkan
lebih mudah dan murah
f. Penetapan Alokasi, Penyaluran, dan Pencairan
Pengalokasian dan Penyaluran dana melalui provinsi sudah cukup
baik, sehingga perlu terus dipertahankan. Namun karena pengelolaan
jenjang pendidikan dasar tidak lagi menjadi kewenangan provinsi,
maka perlu di provinsi ditetapkan unit pelaksana penyaluran yang
relevan, sehingga tidak menjadi masalah dalam pengendalian dan
pemeriksaan.
g. Mekanisme Belanja Langsung pada SMA dan SMK Negeri
Bantuan kepada SMA dan SMK Negeri diharapkan dapat disalurkan
dengan mekanisme hibah sebagaimana telah diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Dalam UU trsebut pada Pasal 49 ayat (3) dinyatakan bahwa
“Dana pendidikan dari Pemerintah dan pemerintah daerah untuk
satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”, sehingga:
i. Untuk bantuan kepada SMA dan SMK Negeri dapat disalurkan
dengan mekanisme hibah seperti jenjang pendidikan lainnya
ii. Perlu adanya regulasi khusus yang mengatur penggunaan dana
hibah pada satuan pendidikan.
h. Pembayaran Honororium Guru Honor
i. Pemda wajib mengalokasikan anggaran dalam APBD untuk
membayar guru honorer
ii. Moratorium Guru PNS dicabut untuk memenuhi kebutuhan guru
di setiap jenis serta jenjang pendidikan dan dibuka jalur
rekrutmen guru melalui jalur P3K
i. Sisa Dana, Sekolah dapat menggunakan sisa dana BOS untuk periode
berikutnya dengan membuat pembukuan sendiri bahwa dana
tersebut adalah sisa periode yang lalu, sehingga sisa dana tersebut
17 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dapat langsung digunakan pada periode berikutnya, apa lagi bila
terjadi keterlambatan penyaluran dana yang harusnya sudah
digunakan.
j. Pertanggung Jawaban Keuangan
Proses pengalihan kewenangan pengelolaan pendidikan menengah
berjalan sesuai ketentuan perundang-undangan dan penerbitan surat
tugas bagi guru honor di SMK dapat dipercepat prosesnya, agar guru-
guru honor tersebut dapat memperoleh haknya sesuai jadwal
penyaluran. Demikian juga guru-guru honor jenjang pendidikan
dasar
k. Monitoring
Monitoring dapat dilakukan lebih intensif dan hasilnya dimanfaatkan
untuk lebih menyempurnakan pelaksanaan progrm BOS
3.3. TUNJANGAN KHUSUS GURU
Dengan adanya permasalahan perbedaan persepsi kategori desa sangat
tertinggal untuk penetapan calon penerima Tunjangan Khusus
diharapkan:
a. Persamaan pandangan yang bersifat umum dan dipahami oleh
semua pihak mengenai kategori desa sangat tertinggal.
b. Perlu dilakukan verifikasi data kembali oleh KDPDTT bersama
seluruh elemen pemerintah daerah demi peningkatan validitas data
kategori desa sangat tertinggal
3.4. DAK FISIK
a. Pendataan
Data perencanaan sarana dan prasarana yang berasal atau diusulkan
daerah diharapkan tidak mengalami perubahan, sehingga tetap
sinkron rincian data yang terdapat di Dapodikdasmen
b. Sosialisasi
Sasaran sosialisasi pelaksanaan DAK fisik haruslah pejabat, staf atau
personil yang tepat dan kapabel dalam pengelolaan DAK tersebut
18 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
c. Penetapan Lokasi
Penetapan lokasi agar dapat dilakukan secara tepat waktu dan
sasaran, sehingga implementasi penyaluran dan pemanfaatan DAK
bisa lebih cepat, sesuai jadwal.
d. Pengadaan Peralatan Praktek Utama SMK
Dalam proses pengadaan sebaiknya Dinas Pendidikan Provinsi dapat
membentuk tim teknis guna membantu PPK dalam proses pengadaan
dan hal ini tidak bertentangan dengan Perpres 54 tahun 2010 tentang
pengadaan barang/jasa.
e. Biaya Kegiatan Penunjang
Pemerintah daerah sebaiknya tidak mengalokasikan desain
perencanaan dan penunjukan konsultan pengawas kegiatan
kontraktual dalam biaya penunjang yang karena pembangunan fisik
sudah diserahkan kepada sekolah melalui P2S dengan sistem
swakelola yang berarti sekolah dapat merencanakan, melaksanakan
dan mengawasi sendiri pembangunan fisik di sekolah.
f. Menu Sasaran DAK Fisik
Penambahan alat TIK dan alat IPA dalam e-katalog dapat
mempermudah pengadaan alat TIK dan IPA
g. Pelaporan
Semua penerima DAK secara sungguh-sungguh menggunakan sistem
pelaporan melalui on line SIM DAK Dikdasmen. Penggunakan sistem
on line ini mempercepat diterimanya laporan dan dapat dilihat oleh
semua stakehorder
h. Pertanggung Jawaban Keuangan
Laporan hasil pelaksanaan kegiatan DAK menggunakan sistem yang
mudah diakses dan dilihat secara on line
i. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan on line agar lebih diefektifkan
19 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
BAB IV
REKOMENDASI
4.1. BOP PAUD
Secara administrative dan teknis tahun 2017 lebih kondusif dalam hal
kesiapan daerah menyalurkan DAK BOP PAUD. Hal ini didukung dari
pengalaman tahun sebelumnya. Namun demikian berdasarkan
masukan dari daerah ada hal-hal yang harus disempurnakan dan lebih
ditegaskan di dalam Petunjuk Teknis:
a. Untuk lembaga yang berada di wilayah terpencil dan jauh dengan
jumlah anak didik kurang dari 12 anak tidak terakomodir
mendapatkan DAK BOP PAUD. Sesungguhnya lembaga tersebut
sangat patut dibantu. Oleh karena itu perlu ada pengaturan besar
bantuan untuk lembaga yang berada di wilayah sulit.
b. Perlu diterbitkan peraturan tentang pemberian Hibah Pendidikan.
c. Adanya standar penghitungan biaya operasional pendidikan yang
mengakomodir biaya kemahalan daerah
d. Jumlah anak yang dihitung untuk mendapatkan dana DAK BOP
PAUD berdasarkan jumlah anak yang tercantum dalam DAPODIK.
Seringkali jumlah anak yang riil dengan teralokasikan berbeda
sehingga menimbulkan pertanyaan. Sebaiknya di dalam Juknis lebih
dipertegas kembali bahwa jumlah anak yang mendapatkan BOP
adalah yang riil dan sesuai dengan jumlah DAPODIK walaupun bisa
berbeda dengan jumlah alokasi dana yang masuk di BPKAD. Dengan
demikian tidak selisih data lapangan dengan data dalam SK
Penetapan penerima DAK BOP.
e. Dilakukan sosialisasi ke DPKAD dan Dinas Pendidikan terkait
pelaporan penyaluran DAK BOP PAUD
20 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
f. Ditegaskan di dalam Juknis bahwa dana tahun yang akan datang
akan ditransfer ke daerah apabila daerah sudah mengirimkan laporan
dengan menggunakan format yang ditentukan oleh Kementerian
Keuangan.
4.2. BOS
a. Sasaran
Perlu meningkatkan sasaran ke satuan pendidikan nonformal
b. Satuan Biaya
Satuan biaya BOS pada semua jenjang dapat ditetapkan dalam
jumlah yang ideal disesuaikan dengan kadar inflasi untuk
memenuhi kebutuahan biaya operasional sekolah dan Pemerintah
Provinsi/ Kabupaten/Kota mengalokasikan untuk BOSDA
c. Waktu penyaluran
Perbaikan sarana dan prasarana serta sistem transportasi
pengiriman dana BOS ke daerah yang sulit dan perbaikan
perangkat pengiriman dana BOS yang aman.
d. Pengelolaan
1) Sekolah seharusnya mempunyai kewenangan yang penuh
untuk mengelola dana BOS sesuai prinsip MBS, mempunyai
kebebasan dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan
program yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah.
2) Perlu mendorong Satuan Pendidikan menjadi suatu entitas
yang lebih otonom. Dalam posisi yang demikian diharapkan
dapat mereduksi persepsi yang beranggapan bahwa Satuan
Pendidikan adalah milik dari pemerintah daerah secara mutlak.
Selain itu, dengan mendorong Satuan Pendidikan menjadi
suatu entitas yang lebih otonom diharapkan dapat terwujud
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara efektif sebagaimana
yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 51
Ayat (1).
21 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
e. Pemenuhan Buku Industri pada SMK
Pemenuhan buku melalui industri untuk SMK perlu diakomodir
dalam ketentuan lebih lanjut sehingga kebutuhan buku kejuruan
lebih cepat, mudah dan murah.
f. Penetapan Alokasi, Penyaluran, dan Pencairan
Perlu dibentuk unit pelaksana penyaluran dana BOS di Provinsi
untuk menguatkan fungsi provinsi dalam menyalurkan dana BOS
ke sekolah-sekolah bidang pendidikan dasar.
g. Mekanisme Belanja Langsung pada SMA dan SMK Negeri
i. Untuk bantuan kepada SMA dan SMK Negeri dapat disalurkan
dengan mekanisme hibah seperti jenjang pendidikan lainnya
ii. Perlu adanya regulasi khusus yang mengatur penggunaan
dana hibah pada satuan pendidikan.
h. Pembayaran Honororium Guru Honor
i. Pemda wajib mengalokasikan anggaran dalam APBD untuk
membayar guru honorer
ii. Moratorium Guru PNS dicabut untuk memenuhi kebutuhan
guru di setiap jenis serta jenjang pendidikan dan dibuka jalur
rekrutmen guru melalui jalur P3K
i. Sisa Dana
Perlu pengaturan teknis tentang pemanfaatan sisa dana BOS.
j. Pertanggung Jawaban Keuangan
Laporan pertanggungjawaban keuangan dana BOS disusun
menurut sistem yang telah ditetapkan.
k. Pemantauan
Hasil pemantauan agar disusun dengan baik dan dilaporkan segera
setelah ada analisis tim yang kapabel.
4.3 TUNJANGAN KHUSUS GURU
Dengan adanya perbedaan persepsi kategori desa sangat tertinggal
untuk penetapan calon penerima Tunjangan Khusus antara KDPDTT
dengan pemerintah daerah, dan dengan mempertimbangkan keadilan
22 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dan kesejahteraan guru yang mengajar di daerah khusus, maka perlu
adanya koordinasi data kriteria desa sangat tertinggal antara
pemerintah daerah dengan KDPDTT. Hal ini dilakukan untuk
peningkatan validitas data indeks desa yang dikeluarkan oleh
KDPDTT.
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan
RI dapat menahan sementara transfer alokasi tunjangan guru ke
daerah yang masih belum mengusulkan guru calon penerima
tunjangan daerah khusus agar dana alokasi tunjangan khusus agar
endapan dana tunjangan khusus pad akas daerah tidak semakin
besar.
4.4. DAK FISIK
a. Pendataan
Daerah sejak awal perencanaan sudah memantapkan data yang
diusulkan sebagai sasaran DAK fisik
b. Sosialisasi
Sosialisasi pelaksanaan DAK fisik tetap perlu dilanjutkan dengan
peserta yang tepat dan mampu menangani DAK fisik
c. Penetapan Lokasi
Penetapan lokasi diharapkan sudah final di akhir tahun anggaran dan
tidak terjadi perubahan sasaran, sehingga mempermudah dalam
perencanaan dan pelaksanaan.
d. Pengadaan Peralatan Praktek Utama SMK
Sistem swakelola cukup baik, sehingga dapat terus diterapkan
e. Biaya Kegiatan Penunjang
Perlu mengusulkan revisi atau perubahan Perpres Nomor 123 Tahun
2016 agar memudahkan pengadaan alat TIK dan IPA
f. Menu Sasaran DAK Fisik
Presiden berkenan melakukan revisi Perpres Nomor 123 Tahun 2016
23 | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
g. Pelaporan
Dinas Provinsi diharapkan dapat menggunakan pelaporan online
melalui SIMDAK sehingga mempercepat penerima laporan
h. Pertanggung Jawaban Keuangan
Laporan pertanggungjawaban keuangan agar dilakukan juga secara
online
i. Pemantauan dan Evaluasi
Provinsi dan kabupaten/kota sungguh-sungguh menggunakan
sistem pemantauan dilakukan secara online
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANREPUBLIK INDONESIA
2017
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANREPUBLIK INDONESIA
ANALISISPETUNJUK TEKNIS
BANTUAN & TUNJANGAN