petunjuk operasionalbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/jukop sapi potong subang...

24
PETUNJUK OPERASIONAL Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PETUNJUK

OPERASIONAL

Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2018

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 i

KATA PENGANTAR

Untuk mempercepat swasembada protein hewani serta mewujudkan arah

pembangunan peternakan yang berkelanjutan, diperlukan pengembangan kawasan

peternakan sapi potong dengan menumbuhkan kelembagaan ekonomi Peternak

sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18/Permentan/RC.040/4/2018

tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani.

Kawasan peternakan berbasis korporasi sapi potong adalah kawasan peternakan

sapi potong yang dikembangkan dengan strategi memberdayakan dan

mengkorporasikan Peternak sapi potong baik berbentuk koperasi maupun

berbentuk badan hukum lain dengan sebagian besar kepemilikan modal dimiliki

oleh Peternak. Pengembangan kawasan korporasi sapi potong dilaksanakan

secara terpadu dan berkelanjutan mulai dari subsistem hulu-hilir dalam suatu

sistem usaha ternak dengan memperhatikan aspek sosial budaya, aspek teknis

(sains dan teknologi), aspek ekonomi dan aspek ekologi atau lingkungan.

Agar tujuan dan sasaran kegiatan pengembangan kawasan berbasis korporasi sapi

potong dapat tercapai secara efektif dan efisien serta pelaksanaannya sesuai

peraturan dan ketentuan yang berlaku, perlu suatu petunjuk operasional yang

dapat menjadi acuan pelaksanaan kegiatan di daerah. Disamping itu, perlu juga

dilakukan optimalisasi peningkatan kompetensi dan dedikasi para pelaku korporasi

sehingga kegiatan tersebut dapat memberikan nilai manfaat yang maksimal bagi

masyarakat.

Jakarta, November 2018 Sekretaris Direktorat Jenderal,

Dr. Ir. Nasrullah, M.Sc

NIP. 196602231993031001

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i

DAFTAR ISI .................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1

1. Latar Belakang ................................................................... 1

2. Maksud ............................................................................. 2

3. Tujuan .............................................................................. 2

BAB II. PRINSIP DASAR ................................................................. 3

1. Kosenpsi Pengembangan ..................................................... 3

2. Wilayah Pengembangan ....................................................... 4

3. Target Group Kawasan ........................................................ 4

4. Strategi Pengembangan ....................................................... 5

BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN ................................................. 7

1. Penetapan Kawasan Korporasi ............................................... 7

2. Penyiapan Kawasan Korporasi ............................................... 8

a. Penguatan Kelembagaan Kawasan ..................................... 8

b. Pemberdayaan Peternak ................................................... 9

c. Fasilitas Sarana Prasarana ................................................ 10

1) Infrastruktur ............................................................ 10

2) Fasilitas Teknis ......................................................... 11

3. Pendampingan .................................................................... 12

4. Pembiayaan ........................................................................ 13

5. Koordinasi .......................................................................... 13

BAB IV. PEMBINAAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ....... 15

1. Pembinaan ......................................................................... 15

a. Pembinaan Permodalan .................................................... 15

b. Pembinaan Usaha ............................................................ 15

1) Pembinaan Skala Usaha ............................................. 16

2) Pembinaan Teknologi ................................................. 16

3) Pembinaan Administrasi dan Manajemen Usaha Tani ..... 17

2. Monitoring Dan Evaluasi ....................................................... 17

3. Pelaporan ........................................................................... 18

BAB V. PENUTUP .......................................................................... 19

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sistem Kawasan Agribisnis Sapi Potong ........................... 6

Gambar 2. Keterkaitan Antar Pelaku Dalam Kawasan Korporasi

Sapi Potong ................................................................. 10

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Peternakan sapi potong di Indonesia pada umumnya dilakukan oleh para rumah

tangga peternak dengan kepemilikan ternak masih sangat rendah, yaitu rata-rata

2-3 ekor yang tersebar di seluruh wilayah. Kondisi ini berimplikasi pada sulitnya

dalam penggembangan peternakan menuju industrialisasi peternakan sapi potong

karena faktor efisiensi yang sangat rendah dan usaha yang bersifat sambilan.

Untuk meningkatkan efisiensi pemeliharaan dan menjadikan suatu unit usaha

dapat dilakukan melalui peningkatan skala usaha ekonomis, penerapan

manajemen usaha dan penerapan teknologi produksi secara terpadu dan

simultan.

Pengembangan Kawasan berbasis Korporasi Sapi Potong, berdasarkan Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48 tahun 2018 tentang Pedoman

Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani, adalah sebagai

satu pendekatan dan merupakan langkah awal yang ditempuh menuju

industrialisasi peternakan sapi potong yang berbasis sumberdaya lokal. Korporasi

sendiri mempunyai arti sebagai suatu perusahaan atau badan usaha yang sangat

besar yang dikelola dan dijalankan sebagai satu perusahaan besar.

Dalam pelaksanaannya, pengembangan kawasan korporasi sapi potong yang

pelaku utamanya adalah kelompok petani peternak, pedagang, dan pengusaha

kecil menengah diharapkan mampu memicu terjadinya kombinasi kegiatan

strategis berskala ekonomi, baik pada tataran on farm maupun off farm dalam skala

usaha industri sapi potong yang terintegrasi dalam suatu sistem agribisnis. Kondisi

tersebut akan mampu mendorong percepatan tumbuh dan berkembangnya

aktivitas ekonomi lokal yang sejenis dengan basis komoditas sapi potong, sehingga

pada skala yang lebih luas, kawasan korporasi sapi potong yang berwawasan

ekonomi tersebut, menjadi koridor utama untuk lebih mudah membangun

hubungan kerjasama pada perusahaan besar, usaha kecil dan menengah,

peternak, industri rumah tangga dan institusi pendukung lain dalam proses

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 2

produksi, pengolahan, perdagangan dan pada konteks integrasi dengan pasar yang

lebih luas.

Dengan demikian maka akan diperoleh nilai tambah dan peningkatan daya saing

yang lebih kompetitif terhadap komoditi yang dihasilkan, mendorong tumbuh dan

berkembangnya ekonomi dan investasi pedesaan, perluasan dan penciptaan

lapangan usaha dan penyerapan angkatan kerja serta peningkatan kesejahteraan

masyarakat di pedesaan.

2. Maksud

Maksud dari Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi

Potong yaitu untuk dapat menjadi acuan bagi seluruh pelaku utama (kelompok

petani/peternak, pedagang, dan pengusaha kecil/menengah) tentang bagaimana

menginisiasi, mengelola dan mengembangkan unit usaha berbasis korporasi di

dalam kawasan peternakan, sehingga dapat menjamin ketahanan pangan

nasional melalui peningkatan produksi komoditas sapi potong secara

berkelanjutan, berdaya saing dan mampu mensejahterakan semua pelaku usaha

yang terlibat di dalamnya secara berkeadilan.

3. Tujuan

a. Penguatan kelembagaan korporasi sebagai usaha sapi potong yang

terintegrasi dan terbentuknya kelompok yang berbadan hukum (koperasi);

b. Fasilitasi pelayanan dalam proses produksi dalam satu kesatuan sistem

agribisnis sapi potong secara efisien dan efektif;

c. Penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

pedesaan;

d. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya lokal;

e. Berkembangnya skala usaha ekonomi sapi potong menuju skala industri;

f. Berkembangnya usaha korporasi sapi potong yang berdaya saing dan

berkelanjutan.

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 3

BAB II

PRINSIP DASAR

1. Konsepsi Pengembangan

Pengembangan kawasan agribisnis sapi potong merupakan salah satu strategi

pembangunan wilayah, yaitu dengan mengintegrasikan antar sektor dan antar

wilayah. Pengembangan agribisnis bukan sekedar pengembangan bisnis

komoditas, lebih dari itu pendekatan agribisnis sebagai paradigma baru

pembangunan ekonomi wilayah yang berbasis pertanian, yang didalamnya

termasuk peternakan.

Pengertian pengembangan kawasan agribisnis berbasis peternakan yang

dimaksud adalah agribisnis sebagai suatu sistem. Dengan demikian,

pengembangan kawasan agribisnis peternakan adalah pembangunan

keseluruhan subsistem agribisnis tersebut secara simultan dan terintegrasi mulai

dari hulu sampai ke hilir, sebagai salah satu kelembagaan usaha.

Pengembangan kawasan korporasi merupakan salah satu pendekatan

pembangunan wilayah yang berorientasi bisnis. Pendekatan korporasi

dibutuhkan dalam pengembangan peternakan di Indonesia yang sebagian besar

pelakunya adalah rumah tangga peternak dengan kepemilikan yang sangat kecil.

Kondisi tersebut menyebabkan pola usaha (budidaya) yang dilakukan oleh

peternak masih bersifat sambilan.

Pengembangan kawasan korporasi sapi potong dalam suatu wilayah kabupaten /

kota harus sejalan dengan pembangunan agribisinis yaitu diarahkan kepada

peningkatan sebesar besarnya peran dan partisipasi masyarakat sebagai suatu

perusahaan atau badan usaha yang sangat besar yang dikelola dan dijalankan

sebagai satu perusahaan besar. Paradigma ini berbeda dengan pendekatan

pembangunan peternakan selama ini, karena didalamnya termasuk

pembangunan wilayah dan manusia secara holistik dan terintegrasi.

Pelaksana kawasan korporasi sapi potong adalah para peternak, pedagang,

pengusaha kecil dan menengah serta stake holders terkait lainnya dalam satu

wadah Unit Manajemen, yang secara langsung akan berhadapan dengan pasar

dan konsumen.

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 4

2. Wilayah Pengembangan

Pengembangan Kawasan Agribisnis berbasis sapi potong, berpotensi untuk lebih

dikembangkan dalam konteks pertumbuhan ekonomi pedesaan secara

berkelanjutan, maka kawasan dimaksud memenuhi kriteria sbb:

a. Cakupan wilayah pengembangan dalam satu kesatuan wilayah administratif

kabupaten/kotamadya sesuai dengan Rencana Tata Ruang-Wilayah (RTRW),

yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

b. Satuan wilayahnya tidak dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif

Pemerintahan Desa / Kelurahan dan atau Kecamatan dalam satu wilayah

administratif Pemerintah Kabupaten/Kota, namun mengacu pada hamparan

SDA potensial mendukung berkembangnya usaha agribisnis peternakan sapi

potong, serta rentang-kendali yang efektif terhadap sebaran kelompok tani di

dalam kawasan dimaksud.

c. Agroekosistemnya sesuai untuk pengembangan usaha sapi potong seperti

ketersediaan sumber pakan lokal, sumber air, dan bukan merupakan daerah

endemis penyakit hewan menular.

Sebagai acuan dalam pengembangan kawasan komoditas prioritas telah

ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 472/Kpts/RC.040/6/2018

tentang Lokasi Kawasan Pertanian Nasional, yang telah menetapkan lokasi-lokasi

pengembangan kawasan komoditas prioritas di setiap wilayah.

3. Target Group Kawasan

Kelompok peternak merupakan salah satu potensi sumberdaya yang sangat

menentukan keberhasilan pengembangan kawasan korporasi sapi potong,

disamping jumlah ternak dan infrastruktur lainnnya. Dinamika kelembagaan

kelompok peternak sebagai pelaku utama pengembangan kawasan, dan jumlah

populasi ternak yang telah berkembang akan sangat mempengaruhi

perkembangan kawasan. Untuk dapat berkembangnya kawasan dengan baik

dibutuhkan beberapa persyaratan, sebagai berikut:

1) Pada wilayah pengembangan kawasan sapi potong terdapat kelompok

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 5

peternak yang aktip melakukan usaha budidaya sapi potong sebagai

kelompok inti pelaksana dalam satu hamparan;

2) Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan mencapai skala ekonomi usaha,

maka populasi sapi potong yang dimiliki oleh kelompok pada kawasan pada

saat penetapan minimal 1000 ekor sapi dewasa;

3) Tersedia sumber pakan hijauan dan bahan pakan tambahan lainnya dalam

kawasan pengembangan sapi potong yang potensial dikembangkan menjadi

unit usaha;

4) Tersedia sarana dan prasarana pelayanan kesehatan hewan, perkawinan (IB),

pemasaran dll;

5) Tersedia infrastruktur dasar sebagai penunjang pengembangan kawasan sapi

potong seperti listrik, air bersih, akses jalan dll.

4. Strategi Pengembangan

Untuk meningkatkan efisiensi produk pertanian yang berdaya saing dan

menjadikan suatu unit usaha dapat dilakukan melalui peningkatan skala usaha,

penerapan manajemen usaha dan penerapan teknologi produksi secara terpadu

dan simultan dalam sistem agribisnis.

Subsistem agribisnis hulu dan budidaya (on farm) yang umumnya berada di

wilayah pedesaan hanya mungkin berkembang pesat bila ditarik oleh subsistem

agribisnis hilir (pengolahan dan pemasaran) yang umumnya berada di wilayah

perkotaan. Demikian juga sebaliknya, subsistem agribisnis hilir akan mampu

berkembang dan berdaya saing bila didukung dan dihela oleh subsistem budidaya

dan agribisnis hulu yang kuat. Dalam konteks pengembangan agribisnis

peternakan, perlu dilakukan melalui pengembangan skala usaha yang efisien

dalam satu kawasan korporasi, sehingga secara serentak semua komponen

faktor produksi disinergikan secara terintegrasi, efektif dan efisien untuk

menghasilkan berbagai produk yang memberikan nilai tambah dan meningkatkan

daya saing.

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 6

Subsistem Hulu Subsistem Budidaya Subsistem Hilir Perbibitan > Peternak rakyat > Pasca panen Pakan > Industri peternakan > Pengolahan Obat/vaksin > Pemasaran Alat/mesin

Subsistem Penunjang

Transportasi

Modal / Pembiayaan

Penelitian dan Pengembangan

Kebijaksanaan Pemerintah

Gambar 1. Sistem Kawasan Agribisnis Sapi Potong

Disamping itu untuk meningkatkan efektifitas pengembangan kawasan, perlu

ditingkatkan upaya sinkronisasi dan koordinasi antara pelaku pengembangan

kawasan peternakan yaitu masyarakat peternak baik ditingkat pusat maupun daerah

dibawah koordinasi pemerintah kabupaten/kota. Sejalan dengan penerapan otonomi

daerah, wewenang pembangunan berada di daerah otonom kabupaten/kota dan

pemerintah pusat harus mampu mendorong peran pemerintah daerah dalam

pelaksanaan pengembangan kawasan korporasi peternakan yang dilakukan oleh

masyarakat. Oleh sebab itu pemerintah kabupaten/kota memiliki tanggung jawab

yang besar dalam mempersiapkan pengembangan kawasan korporasi yang

berbasis agribisnis. Pemerintah yang sebelumnya berperan sebagai perencana dan

pelaksana harus berubah menjadi sebagai fasilitator, stimulator dan regulator

pengembangan kawasan korporasi sapi potong.

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 7

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Penetapan Kawasan Korporasi

a. Identifikasi lokasi, dengan mempertimbangkan aspek kesesuaian lahan,

ketersediaan sumberdaya (SDA dan SDM), daya dukung pakan dan

agroklimat.

b. Identifikasi peternak, dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan dalam mengelola usaha ternak;

c. Identifikasi usaha, mengetahui populasi ternak yang ada di wilayah baik dari

jenis bangsa/galur, struktur populasinya, teknologi budidaya, serta

model/cara pemeliharaannya;

c. Identifikasi pasar untuk meningkatkan akses kelompok

peternak/KUBA/Koperasi/kawasan terhadap pasar melalui pengembangan

informasi pasar baik untuk sarana produksi maupun hasil produksinya. Oleh

karena itu perlu dilakukan identifikasi pasar meliputi: potensi dan peluang

pasar (opportunity), tempat (place), harga (price), ketersediaan dan kualitas

(continueity and quality);

d. Identifikasi sarana dan prasaran serta infrastruktur penunjang pengembangan

usaha kawasan agribisnis, seperti jalan, jembatan, listrik, perbankan dll;

Selain hal tersebut, perlu juga diperhatikan dinamika:

Daerah atau wilayah dengan populasi sapi potong jarang ternak, namun

memiliki potensi untuk pengembangan;

Daerah atau wilayah telah berkembang yang telah memiliki populasi minimal

dengan skala usaha yang ekonomis;

Terdapat kelompok peternak yang telah bekerja sama antar beberapa

kelompok dalam wadah KUBA (Kelompok Usaha bersama Agribisnis) atau

Koperasi;

Tersedia lahan untuk sumber bahan pakan dan/atau limbah pertanian yang

dapat digunakan sebagai sumber bahan pakan ternak;

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 8

Terdapat unit-unit pelayanan, pengembangan sarana produksi dan unit

pemasaran yang efisien sehingga ada kemandirian petani ternak, kelompok,

KUBA atau koperasi;

Jaringan infrastruktur (jalan/ jembatan/ listrik/ irigasi/ saranana komunikasi).

Selanjutnya dari semua informasi tentang sumberdaya yang dimiliki pada

kawasan, dituangkan dalam suatu Peta Pengembangan (Site Plan) Kawasan

Korporasi Sapi Potong yang ditetapkan melalui Perda Kabupaten sebagai

Kawasan Pembangunan Peternakan, minimal pada tahun kedua.

2. Peyiapan Kawasan Korporasi

a. Penguatan Kelembagaan Kawasan

Untuk dapat berjalannya pembangunan kawasan korporasi secara terarah dan

terencana dengan baik perlu dibentuk Tim Pengembang sebagai Unit

Manajemen Kawasan (UMK) Korporasi Sapi Potong. Tim Pengembang

Kawasan Sapi Potong berperan sebagai motor dan pusat aktivitas usaha di

dalam kawasan, yang berunsurkan dari perwakilan peternak atau kelompok-

kelompok peternak yang dipilih atas dasar kemampuannya dalam berusaha

dan memiliki jiwa memimpin, sedangkan wakil dari pemerintah yang berperan

sebagai motivator dan dinamisator yang berfungsi sebagai dewan pengawas

dalam pelaksanaan kegiatan.

Tugas Tim Pengembang yang selanjutnya disebut Unit Manajemen Kawasan

(UMK) adalah merencanakan, mengkoordinasikan, dan melaksanakan

Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong.

Unit Manajemen Kawasan tersebut dalam pelaksanaan tugasnya mulai dari

merencanakan dengan membuat Action Plan sebagai acuan rencana

pengembangan yang meliputi rencana jangka pendek ( 2 - 3 tahun) maupun

rencana jangka menengah (5 – 7 tahun), melaksanakan pembangunan sistem

agribisnis sapi potong yang terintegrasi baik pada subsistem hulu, budidaya

dan subsistem hilir, serta melakukan penatausahaan dan pelaporan

perkembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong kepada Mentreri Pertanian

melalui Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Kepala Daerah

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 9

Kabupaten/Kota melalui Kepala Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan

dan kesehatan hewan.

Agar kesinambungan pembangunan Kawasan Korporasi dapat dipertahankan,

maka Action Plan pengembangan kawasan korporasi harus ditetapkan minimal

dalam Peraturan Bupati. Sedangkan untuk memperkuat posisi tawar kawasan

korporasi, pengurus UMK selanjutnya membentuk kelembagaan ekonomi

kawasan menjadi kelembagaan ekonomi yang berbadan hukum, yaitu

Koperasi.

b. Pemberdayaan Peternak

Pemberdayaan kelompok peternak dan masyarakat merupakan suatu proses,

metode, program, kelembagaan dan gerakan yang melibatkan masyarakat

sebagai basis dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi

bersama, mendidik dan melatih masyarakat dalam proses demokrasi untuk

mengatasi masalah secara bersama dan mengaktifkan kelembagaan atau

menyediakan fasilitas untuk kepentingan bersama.

Upaya yang dikembangkan dalam pemberdayaan peternak adalah memperkuat

kelembagaan ekonomi peternak dalam kawasan menjadi kelembagaan usaha

(korporasi). Untuk itu diperlukan pendekatan yang efektif agar para peternak

dalam kawasan dapat memahami dan memanfaatkan program pembangunan

kawasan korporasi sapi potong, secara berkelanjutan, melalui penumbuhan

rasa memiliki, partisipasi dan pengembangan kreatifitas.

Melalui pemberdayaan peternak sebagai pelaksana utama pengembangan

kawasan, diharapkan para peternak dan pelaku utama lainnya dapat saling

berinteraksi, sehingga mempunyai dampak saling membutuhkan, saling

melengkapi, saling memperkuat, dan saling meningkatkan, sehingga akhirnya

akan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan didalam mengelola sistem

dan usaha sapi potong secara profesional.

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 10

Gambar 2. Keterkaitan antar Pelaku Dalam Kawasan Korporasi Sapi Potong

c. Fasilitas Sarana Prasarana

1) Infrastruktur

Selaku pemegang otoritas wilayah Kabupaten/Kota, menjadi kewenangan

pemerintah kabupaten/kota untuk membangun infrastruktur ekonomi yang

diperlukan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan potensi SDA

dalam wilayah kawasan melalui keterbukaan dan aksesibilitas wilayah

kawasan dan memberikan jaminan kelancaran terhadap arus perdagangan

dan jasa. Infrastruktur dimaksud meliputi: jalan/jembatan, listrik dan

telekomunikasi serta irigasi.

SUB SISTEM

BUDIDAYA Peternakan Rakyat

Industri Peternakan

Subsistem

Hilir

Pasca Panen

Pengolahan

Pemasaran

Subsistem

Hulu

Bibit, Pakan,

Obat dan Alsin

Subsistem Penunjang

Kelp Inti

Kelp Inti

Kelp Inti

Kelp Inti

Kelp Inti

Kelp Inti

Kelp Inti

UNIT MANJEMEN KAWASAN

Permodalan, Pasar,

Infrastruktur Sarpras

Teknologi,

Jasa, IPTEK

Penyuluhan,

Kebijakan

merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengevaluasi

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 11

2) Fasilitas Teknis

Kebutuhan fasilitas teknis untuk mengoptimalkan potensi dan kapasitas

produksi berskala ekonomi dalam pengembangan kawasan agribisnis

sapi potong, menjadi sangat penting keberadaannya di lokasi untuk

memenuhi kebutuhan managemen baik pada tataran on farm maupun off

farm. Kebutuhan fasilitas dimaksud sebagai berikut:

a. Unit Pelatihan, diperlukan keberadaan dalam rangka proses

pembentukan watak dan karakter, pemberdayaan dan peningkatan

kualitas SDM petani peternak dan keluarganya di dalam wilayah

kawasan. Peningkatan kualitas SDM meliputi kemampuan managemen

di tataran on farm dan off farm dan yang bersifat teknis.

b. Puskeswan terintegrasi dengan Pos IB, diperlukan keberadaanya

sebagai sumber pelayanan terpadu medik veteriner dan pelayanan

reproduksi khususnya IB.

c. Koperasi dan Kios Sapronak diperlukan keberadaannya guna

memberikan pelayanan yang ekonomis terhadap kebutuhan para

petani peternak dan masyarakat di dalam kawasan, berupa obat dan

vaksin, alsin, pakan ternak, kebutuhan sembako, dan bahkan

kebutuhan pinjaman dana untuk keperluan sesaat, dapat tersedia

tempat pelayanan ini

d. Rumah Potong Hewan (RPH), diperlukan untuk menunjang kegiatan

distribusi/pemasaran hasil usaha peternakan sapi potong khususnya

fattening serta dalam rangka penyediaan daging bagi kebutuhan

masyarakat.

e. Pasar Hewan, diperlukan sebagai saluran pemasaran sapi potong baik

lokal maupun ke luar wilayah kawasan.

f. Alat Transportasi/Pengangkutan Khusus Ternak, diperlukan

keberadaannya untuk mendukung kelancaran arus lalu lintas

perdagangan komoditi peternakan ke dalam/keluar wilayah kawasan.

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 12

3. Pendampingan

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) merupakan hal penting yang

perlu diperhatikan dalam pengembangan kawasan korporasi sapi potong. Hal ini

disebabkan karena dalam pengembangan kawasan korporasi, tidak hanya

sekedar faktor produksi, tetapi yang terpenting adalah pelaku langsung (SDM)

dalam kawasan dimaksud. Untuk hal tersebut terdapat 3 (tiga) sasaran penting

pengembangan SDM Yaitu :

a. Mengembangkan kemampuan penguasaan teknologi dan pengetahuan

sehingga searah dengan pengembangan teknologi pada sistem dan usaha

agribisnis.

b. Mengembangkan kewirausahaan sehingga dapat menjadi pelaku-pelaku

ekonomi yang handal/tangguh.

c. Mengembangkan kemampuan team work sumberdaya manusia mencangkup

SDM pelaku langsung pengembangan kawasan korporasi sehingga bisa

mengakses ke kelembagaan yang ada di sub-sistem agribisnis hulu, sub-

sistem usaha tani (on - farm), sub-sistem agribisnis hilir dan agribisnis

pendukung.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dibutuhkan pendampingan terhadap para

peternak sebagai motivator dalam membantu mengatasi permasalahan yang

kemungkinan akan dihadapi. Adapun tenaga motivator pendamping yang dapat

direkrut adalah:

1. Sarjana Membangun Desa (SMD), merupakan alumni perguruan tinggi dari

bidang ilmu ilmu peternakan dan kesehatan hewan yang mempunyai jiwa

kewirausahaan dan IPTEK

2. Tenaga teknis lapangan yang merupakan personil/aparat Dinas Teknis

Kabupaten/Kota, memiliki ketrampilan teknis khusus seperti tenaga medik

dan paramedik (dokter hewan, mantri hewan, inseminator, petugas pemeriksa

kebuntingan, pengawas mutu bibit, pengawas mutu pakan dan penyuluh

lapangan.

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 13

4. Pembiayaan

Untuk mewujudkan kawasan korporasi sapi potong menjadi sumber

pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan dukungan sumber pembiayaan/permodalan.

Sumber pembiayaan/ permodalan dimaksud meliputi:

a. Dana Pemerintah melalui APBN pada masing-masing Unit eselon I lingkup

Kementerian Pertanian serta yang berasal dari Kementerian terkait. Dana

Pemerintah melalui APBN diperuntukkan dalam penyediaan infrastruktur

teknis yang dibutuhkan dalam pengembangan kawasan korporasi sapi

potong. Sementara dana pemerintah daerah melalui dana APBD

Provinsi/Kabupaten/Kota digunakan untuk melengkapi infrastruktur dasar

yang bersifat umum, pengembangan kualitas SDM, pengembangan

kelembagaan dan mendorong perkembangan usaha sapi potong di wilayah.

b. Dalam rangka peningkatan kapasitas usaha, maka dukungan

pembiayaan/permodalan melalui lembaga keuangan/ perbankan seperti KUR

dan kredit pembiayaan lainnya dapat diakses oleh peternak/kelompok

peternak dalam kawasan korporasi sapi potong.

c. Sumber pembiayaan yang berasal dari swasta/investor melalui program CSR

(Corporate Social Responsibility) dengan model Kemitraan Usaha, dan

penyertaan modal oleh Masyarakat merupakan alternative yang dapat

diakses setelah performans dan kinerja usaha kelompok sangat prospektif.

5. Koordinasi

Dalam konteks peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka dalam pelaksanaan

pengembangan kawasan korporasi sapi potong, maka diperlukan keterpaduan

program baik antar pusat dan pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota)

maupun antara pemerintah, swasta dan masyarakat.

a. Antar Pusat dan Pemerintah Daerah berkaitan sinergitas program, kegiatan

dan penganggaran, baik melalui anggaran APBN dan APBD yang meliputi

dana dekonsentrasi, dana alokasi khusus dan dana tugas pembantuan pada

kabupaten/kota.

b. Peran swasta, utama yang berada disekitar pengembangan kawasan

korporasi akan sangat besar bila dapat dilibatkan dalam pengembangan

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 14

kawasan korporasi melalui kemitraan usaha ataupun dalam kerangka CSR

perusahaan tersebut.

c. Peran masyarakat dalam pengembangan sapi potong harus dapat

dikonsolidasikan dalam suatu wadah korporasi yang pada akhirnya dapat

dikelola dalam suatu wadah usaha yang efisien dan berdaya saing.

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 15

BAB IV

PEMBINAAN, MONITORING - EVALUASI

DAN PELAPORAN

1. Pembinaan

Untuk dapat mewujudkan suatu pilot proyek kawasan korporasi sapi potong yang

nantinya dapat sebagai model pengembangan sapi potong yang efisien dan

berorientasi usaha, upaya pembinaan harus terus dilakukan secara terpadu dan

berkesinambungan. Pembinaan yang sangat diperlukan dalam pengembangan

kawasan korporasi meliputi antara lain :

a. Pembinaan Permodalan Anggaran untuk Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong dapat berasal

dari berbagai sumber, sejalan dengan kebijakan peningkatan peran swasta dan

masyarakat dalam pembangunan, maka penggalian dana non Pemerintah

dalam rangka pemberdayaan ekonomi pedesaan menjadi semakin penting.

Bantuan permodalan diarahkan melalui bentuk hubungan langsung bank

dengan Unit Manajemen Kawasan (UMK) sebagai pengusaha mikro/ kelompok

simpan pinjam yang bersumber dari Bank Umum, BPD, BPR terdekat yang mau

dan mampu menjangkau kelompok pengusaha mikro/kelompok simpan pinjam

yang berfungsi sebagai pelaksana (executing) bank. Peran Pendamping baik

dari Dewan Pengawas, Pemerintah, Perusahaan, Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) dan atau Perguruan Tinggi untuk menumbuhkan dan

membina para peternak dalam kawasan melalui UMK sehingga memenuhi

kriteria penyaluran hubungan langsung dengan bank untuk memperoleh kredit.

Sumber pembiayaan lain dapat diperoleh melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR),

serta kredit modal usaha lainnya dari sumber permodalan yang ada.

Diupayakan skema kredit untuk usaha peternakan ini mendapatkan subsidi suku

bunga mengingat usaha peternakan sebagai upaya penyediaan pangan.

b. Pembinaan Usaha

Dalam rangka pembinaan usaha, maka lingkup usaha peternakan yang perlu

dikembangkan meliputi: skala usaha, teknologi serta manajemen usaha.

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 16

Berkaitan dengan pembinaan usaha tersebut, maka kegiatan-kegiatan yang

dilakukan anatara lain menyangkut :

1) Pembinaan Skala Usaha

Skala usaha yang ekonomis adalah skala usaha yang harus dapat diwujudkan

dalam pengembangan sapi potong di kawasan korporasi. Skala usaha yang

ekonomis menjadi salah satu faktor yang akan menentukan tingkat efisiensi dari

usaha itu sendiri.

Penentuan skala usaha sangat penting untuk menetapkan skala usaha yang

efisien sehingga dapat meningkatkan (1) keuntungan; (2) daya saing; (3)

produktifitas; (4) penghematan penggunaan sumber daya; dan (5) mendorong

pertumbuhan populasi ternak. Peningkatan skala usaha dapat dilakukan melalui

pengembangan investasi maupun dengan jalan melakukan kerjasama

kemitraan.

2) Pembinaan Teknologi Teknologi merupakan salah satu aspek yang akan mampu mendorong

perkembangan kawasan korporasi. Penerapan teknologi akan meningkatkan

efisiensi dan kualitas dari usaha sapi potong di dalam kawasan korporasi. Untuk

itu penerapan teknologi, baik teknologi dalam pemeliharaan ternak maupun

teknologi dalam aspek manajemen usaha. Tingkat adopsi teknologi salah

satunya sangat dipengaruhi dengan kondisi usaha yang dilaksanakan peternak

di lokasi kawasan.

Dalam upaya untuk meningkatkan produksi, produktifitas usaha, serta

memperoleh hasil dan kualitas produk yang baik, maka pembinaan tersebut

dapat dimulai dari saat penyusunan perencaan sampai dengan tahap akhir

pelaksanaan, bahkan sampai dengan tahap penilaian (evaluasi). Pembinaan

dan pelayanan teknis peternakan tersebut meliputi antara lain : (1) Pembinaan

teknis di bidang budidaya; (2) Pembinaan teknis di bidang perbibitan; (3)

Pembinaan teknis di bidang kesehatan hewan; (4) Pembinaan teknis di bidang

kesehatan masyarakat veteriner; (5) Pembinaan teknis di bidang pakan ternak;

maupun (6) Pembinaan teknis di bidang pengolahan.

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 17

3) Pembinaan Administrasi dan Managemen Usahatani Fungsi administrasi dan manajemen usahatani adalah untuk memudahkan

dalam melakukan penilaian terhadap usahatani yang dilakukan. Upaya ini

dimulai dengan adanya pencatatan (recording) dan pembukuan sebagai dasar

analisa usaha dalam sistem manajemen usaha tani. Administrasi dan

manajemen usaha menjadi aktivitas yang mendasar dan sangat penting,

sehingga usaha dapat dilakukan penilaian. Pada usaha sapi potong yang

pengelolaannya oleh para peternak, maka pembinaan administrasi dan

manajemen ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan SDM para petugas di

lokasi kawasan, yang dilakukan dengan melakukan pendidikan, pelatihan atau

studi banding bagi para petugas di lapangan.

2. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan Evaluasi pengembangan kawasan korporasi sapi potong memiliki

peranan penting dalam penyusunan program dan strategi pengembangan

kawasan secara efektif pada masa selanjutnya. Pelaksanaan monitoring

dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangan usaha, sehingga dapat dicapai

suatu kawasan korporasi sapi potong yang mandiri dan efisien dengan skala

ekonomis baik pada tingkat para peserta dalam kawasan maupun usaha pada

tingkat kawasan itu sendiri. Dengan demikian, usaha sapi potong pada kawasan

korporasi tersebut dapat berfungsi sebagai mesin penggerak pertumbuhan

ekonomi dan penyedia lapangan kerja baru di kawasan tersebut.

Sementara evaluasi pelaksanaan usaha sapi potong di kawasan korporasi harus

dilakukan secara periodik, baik untuk aktivitas teknis dalam usaha sampai

dengan laporan tentang rugi – laba dari usaha itu sendiri sebagai pertanggung

jawaban dari manajemen (UMK) dalam menjalankan usaha sapi potong. Evaluasi

perkembangan kegiatan kawasan korporasi sapi potong ini minimal dilakukan

satu kali dalam setahun.

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 18

3. Pelaporan

Pelaporan sangat diperlukan untuk mengukur dan mengetahui tingkat kemajuan

pengembangan kawasan korporasi sapi potong di lapangan. Untuk itu perlu

ditetapkan sistem pelaporan sebagai berikut :

1. Para Ketua Bidang Usaha melaporkan kinerja kegiatan teknis paling lambat

tanggal 5 setiap bulan berikutnya yang ditujukan kepada Ketua UMK dengan

tembusan Dewan Pengawas;

2. Ketua UMK dengan dibantu Sekretaris dan Bendahara melaporkan kinerja

kegiatan teknis dan keuangan kawasan korporasi paling lambat tanggal 15

setiap bulan berikutnya. Laporan ditujukan kepada Bupati cq. Kepala Dinas

yang membidangi Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan tembusan

kepada (1) Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan (2)

Dewan Pengawas Kawasan.

3. Laporan Tahunan merupakan gambaran kinerja kegiatan selama satu tahun.

Dalam laporan tahunan juga dilampirkan hasil keputusan Rapat Anggota

Tahunan serta dilampiri dengan Laporan Rugi Laba dan Neraca Akhir Tahun.

Laporan Tahunan disampaikan kepada; (1) Bupati/Walikota; (2) Direktur

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan; (3) Pihak terkait lainnya.

Petunjuk Operasional Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong Tahun 2018 19

BAB V

PENUTUP

Pedoman Operasional Usaha Sapi Potong pada Kawasan Korporasi ini dimaksudkan

untuk menjadi pedoman bagi pengelola manajemen kawasan (UMK) dalam

menjalankan kegiatan usaha sapi potong. Hal terpenting yang perlu dicermati adalah

bahwa semua kegiatan dilakukan dalam upaya mengoptimalkan potensi

sumberdaya lokal di kawasan yang mendukung peningkatan produksi dan

produktivitas usaha sapi potong berskala ekonomi secara efektif dan efisien

sehingga dapat memberikan nilai tambah dan daya saing terhadap seluruh produksi

yang dihasilkan dan mampu bersaing dalam era globalisasi ini. Isu tentang

penyediaan lapangan kerja dan kesempatan usaha, pertumbuhan ekonomi,

peningkatan kesejahteraan, serta swasembada daging sapi dalam negeri menjadi

tolok ukur keberhasilan dari seluruh rangkaian kegiatan dari hulu sampai hilir dalam

konteks Pengembangan Kawasan Korporasi Sapi Potong.

Diharapkan kepada seluruh stakeholder terkait, agar memberikan kontribusinya

seoptimal mungkin dilandasi oleh semangat nasionalisme dalam rangka penyediaan

pangan sumber protein bagi masyarakat.

Jakarta, November 2018

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN

HEWAN

Jl. Harsono RM No.3, Gedung C, Ragunan

Pasar Minggu – Jakarta Selatan

Telp: (021) 7815580-83

Email: [email protected]

Website: http://ditjennak.go.id