petunjuk praktikum...kelayakandasar :sop produksi 11. ssop (sanitation standard operating procedure)...
TRANSCRIPT
PETUNJUK PRAKTIKUM
PENGENDALIAN MUTU
Nama Mahasiswa : .....................................................
NIM : .....................................................
Kelompok : .....................................................
Oleh:
Tim Dosen Teknologi Hasil Ternak
BAGIAN TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Ir. Djalal Rosyidi, AP., MS., IPU.ASEAN Eng.
Prof. Dr. Ir. Lilik Eka Radiati, MS., IPU.
Dr.Ir. Imam Thohari, MP.,IPM.,ASEAN Eng.
Dr. Ir. Mustakim, MP., IPM.
Dr. Ir. Manik Eirry S., MS.
Dr. Ir. Purwadi, MS.
Dr. Abdul Manab, S.Pt., MP.
Dr. Khotibul Umam Al Awwaly, S.Pt., M. Si.
Dr. Herly Evanuarini, S.Pt, MP.
Dr. Dedes Amertaningtyas, S.Pt, MP
Dr. Ir. Agus Susilo, S.Pt, MP., IPM.
Dr. Premy Puspitawati R, S.Pt, MP.
Ria Dewi A, S.Pt, MP, M.Sc.
Mulia W. Apriliyani, S.Pt, MP.
ASISTEN PENDAMPING
Ardian Aprilian Moh. Rizal Sauki
Tika Septi Wardani Lina Dwi Novita Sari
Fitri Purnamasari Dewi Firda Nuraini
Antita Diva Untoro Siti Khoiriyah
Farikha Elfia Silmi Inasabrilla Hendar D.
Rahmati Khairunisai Farida Fajar Utami
Winda Fransisca Saragih Ilmiatus Sholichatunnisa’
Nadella Apriliani
PERATURAN PRAKTIKUM
1. Praktikan wajib mengikuti seluruh rangkaian praktikum atau materi praktikum mulai awal
hingga akhir.
2. Praktikan wajib memastikan kelancaran koneksi internet selama praktikum berlangsung
3. Praktikan wajib tergabung dalam Google Classroom dan Whatsapp Group melalui link yang telah
disediakan, sebelum hari pelaksanaan praktikum.
4. Praktikan wajib mengerjakan tugas praktikum dan mengumpulkannya sesuai dengan batas waktu yang
ditentukan.
5. Pada saat penjelasan materi praktikum melalui google classroom, praktikan harap bergabung 15
menit sebelum praktikum dimulai.
6. Praktikan wajib men-download semua materi yang terdapat dalam google classrom.
KATA PENGANTAR
Buku Petunjuk Pengendalian Mutu disusun untuk membantu praktikan dalam
pelaksanaan praktikum sehingga dapat memahami materi-materi praktikum yang dilakukan.
Kami sampaikan terima kasih bagi semua pihak yang telah membantu penyusunan buku
penuntun praktikum ini. Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu dengan senang hati kami menerima kritik dan saran guna
perbaikannya.
Semoga buku penuntun praktikum ini dapat berguna bagi mahasiswa yang mempelajari
Pengendalian Mutu.
September 2020
1
RKJM (Rencana Kerja Jaminan Mutu)
Dokumen rencana kerja jaminan mutu (RKJM) merupakan rencana HACCP atau
"qualityassurance plan (QAP)" atau panduan mutu bagi suatu unit usaha agribisnis yang bermaksud
memulai menerapkan sistem HACCP sesuai dengan SNI 01-4852- 1998 yang dilakukan secara
sistemastis dan wajar dalam rangka penerapan program keamanan pangan (BSN, 1998). Dokumen ini
dimaksudkan sebagai pedoman bagi unit usaha agribisnis dalam mengembangkan sistem HACCP dan
dalam penyusunan RKJM yang menguraikan unsur dan fungsi sistem tersebut (Departemen Pertanian,
2000).
Ditegaskan pula oleh Departemen Pertanian (2000), RKJM yang elah disusun suatu unit usaha
harus diikuti dengan benar oleh unit usaha agribisnis dari hari ke hari. Adanya RKJM penting, tetapi
lebih penting adalah penerapan sistem HACCP yang berhasil dalam menjaga keamanan pangan. RKJM
menguraikan sistem dan dokumen cara penerapan sistem dalam unit usaha agribisnis yang mencakup
persyaratan dasar (Pre- requisite), prinsip-prinsip HACCP dan program
umum manajemen mutu. Isi Dokumen RKJM antara lain :
1. Sampul Depan
2. Sampul yang Divalidasi
3. Pendahuluan
4. Daftar Isi
5. Kebijakan Mutu
6. Tim HACCP
7. Profil Perusahaan
8. Struktur Kerja & Deskriptif Kerja
9. Deskripsi Produk
10. KelayakanDasar :SOP produksi
11. SSOP (Sanitation standard Operating Procedure)
12. Diagram Alur
13. Analisa Bahaya
14. Penetapan Bahaya
15. Lembar Kerja Pengendalian Mutu
16. Prosedur Verifikasi
17. Prosedur Pengaduan Konsumen
18. Prosedur Penarikan Kembali (recall)
19. Pengembangan Sumber DayaManusia
20. Prosedur Amandemen
2
HAACP (Hazard Analyisis Critical Control Point)
Hazard Analysis Critical Control Point merupakan salah satu upaya mengontrol kinerja
proses produksi, distribusi dan penggunaan bahan material dalam pengolahan pangan. Hazard
Analysis Critical Control Point berperan dalam mengidentifikasi bahaya yang potensial pada
bahan baku, produk, keberadaan bakteri dan atau pertumbuhan bakteri pada industri
pengolahan pangan (Chesworth, 1999). Kategori bahaya pada proses pengolahan dilakukan
melalui penentuan titik-titik kritis pada setiap alur proses pengolahan.Sistem manajemen HACCP
memberikan jaminan aman terhadap hasil produksi, sehingga layak untuk dikonsumsi.
Hazard Analysis Critical Control Point berguna dalam mencegah perkembangan
mikroba potensial atau terjadinya kontaminasi yang disebabkan oleh lingkungan (Stevenson dan
Bernard, 1999) serta Penanganan keluhan konsumen, penarikan produkdan perubahan dokumen
yang berisi cara pengembalian dan perbaharuan dokumen agar selalu tercatat sehingga
perubahannya dapat diketahui atau dipantau serta pelatihan
Penyusunan HACCP pada dasarnya terbagi dalam dua belas langkah. Konsep
penyusunan ini memiliki 7 prinsip HACCP. Langkah penyusunan dan penerapan HACCP
menurut Codex Alimentarius Commision adalah sebagai berikut :
1. Menyusun TimHACCP
2. DeskripsiProduk
3. Identifikasi Pengguna yangDituju
4. Penyusunan DiagramAlir
5. Verifikasi DiagramAlir
6. Melakukan Analisis Bahaya kemudianMelakukanTindakan
7. Menentukan CCP
8. Menetapkan Batas Kritis untuk SetiapCCP
9. Menetapkan Sistem Pemantauan untuk SetiapCCP
10. Menentukan Tindakan Koreksi untuk Penyimpangan yangmungkin
terjadi
11. Menetapkan Prosedur Verifikasi
12. Menetapkan Penyimpangan Catatan dan Dokumentasi
3
Hazard Analysis Critical Control Point menekankan pentingnya mutu keamanan
pangan, oleh sebab itu sebagai jaminan mutu pangan, HACCP dapat diterapkan pada
seluruh mata rantai produksi proses pengolahan produk pangan. Pentingnya
penerapansistem ini pada industri pangan karena bahan-bahan yang digunakan dalam
produksi atau pengolahan memungkinkan terjadinya pencemaran. Pencemaran ini dapat
diminimalkan melalui penyusunan rancangan kerja jaminan mutu pada proses penerimaan
bahan baku sampai produk diterima konsumen (Muhandri dan Kadarisman, 2005).
Penyusunan rencana kerja jaminan mutu ini merupakan dokumen yang dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip HACCP yang berguna dalam mengendalikan bahaya dan
mendukung keamanan produk yang dihasilkan. Dokumen rencana jaminan mutu HACCP
harus memuat:
1. Data perusahaan yang meliputi identitas perusahaan, struktur organisasi,
pelatihan tim HACCP dan bidang kegiatanserta kebijakan mutu
perusahaan
2. Deskripsi produk yang berisi daftar seluruh identitas produk akhir
3. Persyaratan dasar yang harus dipenuhi, seperti SOP dan HACCP
4. Diagram alir dan modelverifikasi
5. Analisa bahaya yang berfungsi dalam mengumpulkan informasi bahaya
sampai terjadinya bahaya dan harus ditangani melalui rencana HACCP.
Bahaya dalam produk pangan dibedakan menurut tingkat resiko
bahayanya.
6. Daftar kendali yang berbentuk matrik dan berisi lokasi CCP (CCP
merupakan suatu titik atau prosedur dalam sistem pengolahan pangan yang
jika tidak dikendalikan mengakibatkan resiko yang berbahaya), prosedur
monitoring, penetapan bataskritis dan tindakan perbaikan
7. Penanganan keluhan konsumen, penarikan produk dan perubahan dokumen
yang berisi cara pengembalian dan perbaharuan dokumen agar selalu tercatat
sehingga perubahannya dapat diketahui atau dipantau serta pelatihan.
4
HALAL
Mengonsumsi yang halal merupakan perintah Allah SWT, menjauhkan diri dari
bujukan setan (maksiat), ciri muslim (beribadah kepada Allah SWT). Halal adalah sesuatu
yang dibolehkan menurut ketentuan Syariat Islam. Thayib adalah sesuatu yang baik,
suci/bersih, lezat. Najis adalah sesuatu yang kotor menurut ketentuan syariat Islam. Jenis
makanan dan minuman yang diharamkan antara lain:
1. Bangkai, darah, daging babi, hewan yang disembelih dengan menyebut nama selain
Allah SWT. Pengecualian bangkai ikan
2. Binatang buas
3. Khamr
Badan yang berwenang dala menangani sertifikasi halal di Indonesia adalah MUI dan
LPPOM MUI. Majelis Ulama Indonesia (MUI) merupakan induk organisasi Islam di
Indonesia. LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan Obat- Obatan dan Kosmetika –
Majelis Ulama Indonesia) merupakan institusi yang dibentuk oleh MUI untuk menjalankan
fungsi MUI dalam sertifikasi halal dengan melakukan pengkajian terhadap pangan, obat, dan
kosmetika.
LPPOM MUI MUI
Auditor (Scientist)
- Menemukan fakta
kandungan dan
menelaah dari sisi
sains dan
teknologi
- Sebagai sasi/wakil
terhadap proses
produksi secara
menyeluruh dan
penerapan SJH di
perusahaan.
Ulama di Komisi Fatwa
MUI
Memberikan fatwa terhadap
status hukum dari produk.
Keluaran dari fatwa adalah
menjelaskan status kehalalan
dari produk berdasarkan hasil
audit LPPOM MUI
Sistem Jaminan Halal
5
Alasan Pentingnya Penerapan SJH:
1. Trend pasar produk halal global
2. Perkembangan teknologi
3. Supply chain pasar global
4. Total quality management
5. LPPOM MUI adalah lembaga eksternal
Manfaat Penerapan SJH:
1. Menjamin kehalalan produk selama berlakunya Sertifikat Halal MUI.
2. Timbul kesadaran internal dan perusahaan memiliki pedoman
kesinambungan proses produksi halal.
3. Memberikan jaminan dan ketentraman bagi masyarakat.
4. Mencegah kasus ketidakhalalan produk bersertifikat halal.
5. Mendapat reward.
Per
syar
atan
Ser
tifi
kas
i H
alal
Memenuhi kebijakan dan prosedur sertifikasi halal
Memenuhi dan
menerapkan kriteria SJH
Proses sertifikasi halal MUI harus mengikuti kebijakan dan prosedur sesuai HAS 23000:2.
Sertifikasi halal diajukan ke Majelis Ulama Indonesia (MUI). Prosedur dan keputusan sertifikasi
ditangani oleh LPPOM MUI dan Komisi Fatwa MUI. LPPOM MUI adalah lembaga di bawah MUI
yang menangani pemeriksaan kecukupan dokumen, penjadwalan audit, pelaksanaan audit,
pembahasan hasil audit, penerbitan audit memorandum, penyiapan berita acara hasil audit,
penyampaian berita acara hasil audit dalam rapat komisi fatwa dan pencetakan sertifikat. Komisi
Fatwa MUI adalah komisi dibawah MUI yang memunyai otoritas untuk memutuskan status kehalalan produk
yang didaftarkan untuk disetifikasi.
6
Berikut beberapa pendaftar yang boleh mendaftar sertifikasi halal:
1. Industri pengolahan: dapat diajukan oleh produsen, distributor, atau pemilik
fasilitas produksi
2. Restoran, katering atau dapur: diajukan oleh pemilik
3. Perusahaan jasa: misal warehouse, retailer, transporter, toll manufactor
dapat mengajukan sertifikasi SJH
Persyaratan pendaftar:
1. Harus menerapkan SJH
2. Harus menyusun Manual SJH yang berisi panduan penerapan SJH atau
pemenuhan 11 kriteria SJH di perusahaan (terpisah dari Manual distem
yang lain)
3. Melakukan pendaftaran pada sistem online CEROL
4. Sertifikasi untuk industri pengolahan dapat dilakukan untuk sebagian
produk/seluruh produk
5. Sertifikasi katering/restoran mencakup semua menu
6. Pendaftaran untuk produk pangan eceran (retail) juga dilakukan di BPOM
RI
Prosedur Sertifikasi Halal Online (Cerol-SS23000)
7
Dokumen yang diterbitkan:
1. Sertifikat halal, dikeluarkan untuk setiap kelompok produk dan berlaku
selama 2 tahun terdiri dari halaman depan (cover) dan lampiran.
8
2. Sertifikat SJH/Status, diterbitkan untuk setiap pabrik dengan masa berlaku
2 tahun. Sertifikat SJH diberikan kepada perusahaan yang memperoleh 3
kali status A secara berturut-turut. Syarat mendapatkan sertifikat halal
adalah status SJH minimal B.
9
3. Reward, diberikan menurut status dari implementasi SJH di fasilitas
produksi.
10
Sistem Jaminan Halal
Sistem Jaminan Halal (SJH) adalah sistem manajemen terintegrasi yang disusun,
diterapkan dan dipelihara untuk mengatur bahan, proses produksi, produk, sumber daya
manusia dan prosedur dalam rangka menjaga kesinambungan proses produksi halal
sesuai dengan persyaratan LPPOM MUI. Kriteria SJH adalah kalimat yang menjelaskan
persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan dalam rangka menerapkan SJH sehingga
dihasilkan produk halal secara konsisten.
Kriteria Sistem Jaminan Halal:
1. Kebijakan halal: dibuat oleh TOP management.
2. Tim Manajemen Halal: yang bertanggung jawab dalam menjalankan
kebijakan halal.
3. Pelatihan: apakah yang mengerjakan tau betul tentang suatu yang
dikerjakan.
4. Bahan: semua bahan yang digunakan halal, baik bahan baku, bahan
tambahan, dan bahan penolong. Beberapa bahan terdapat bahan yang harus
dilengkapi oleh sertifikat halal, yaitu bahan kritis. Bahan kritis dapat
mempengaruhi status kehalalan.
5. Produk: apakah semua produk sudah diverifikasi sebelum didaftarkan.
Kriteria produk diantaranya nama produk, karakteristik/profil sensori
produk, bentuk produk, merk/brand pada produk retail, kadar etanol, produk
kosmetik, dan produk yang dikemas ulang (repacked) atau diberi label ulang
(relabeled).
6. Fasilitas produksi: fasilitas tidak boleh mengontaminasi produk, harus
sesuai dengan GMP. Produk yang terkena najis harus dicuci dengan air
atau non air sampai najis hilang. Sedangkan pencucian untuk najis berat
dengan cara dicuci 7 kali dengan air dan salah satunya dengan tanah,
sabun, detergen atau bahan kimia yang dapat menghilangkan bau dan
warna najis. Setelah pencucian ini fasilitas tidak boleh kontak lagi dengan
bahan/produk turunan babi.
7. Prosedur tertulis untuk aktivitas kritis: bisa berbentuk SOP atau checklist
8. Kemampuan telusur: menelusuri kemungkinan produk yang tidak
memenuhi kriteria
9. Penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria
10. Audit internal
11. Kaji ulang manajemen: evaluasi dari manajemen untuk mengkaji ulang
semua standar yang ditetapkan.
11
Mutu menurut ISO/DIS 8402 – 1992 merupakan karakteristik secara menyeluruh dari suatu wujud
apakah itu produk, kegiatan, proses, organisasi, ataupun manusia yang menunjukkan kemampuannya dalam
memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan. Mutu dapat dijadikan sebagai acuan bagi konsumen dalam
menentukan produk dan dapat dianggap sebagai derajat penerimaan atau kepuasan (harga dan kebutuhan)
yang didapatkan konsumen dari integritas suatu produk. Keberhasilan industri dapat dilihat dari mutu produk
yang dihasilkan karena hanya produk dengan mutu baik yang dapat memenuhi kebutuhan pasar dan bertahan
dalam jangka waktu lama sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga mutu menjadi aspek yang sangat
penting untuk diperhatikan oleh produsen dalam menciptakan suatu produk.
Pengendalian mutu pangan ditujukan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan atau cacat
pada hasil produksi berdasarkan berbagai macam penyebab kerusakan. Tiga kegiatan yang biasa
dilakukan dalam usaha pengendalian mutu yaitu, penetapan standar (pengkelasan), penilaian
kesesuaian dengan standar (inspeksi dan pengendalian), serta melakukan koreksi (prosedur uji).
Pengawasan mutu pangan juga mencakup penilaian yang dilakukan berdasarkan kemampuan alat
indera atau sering disebut uji organoleptik yang meliputi warna, rasa, tekstur dan bau.
Uji Organoleptik
Uji organoleptik mencakup teknik pengukuran respon manusia terhadap pangan yang akurat dan
upaya meminimalisasi bias manusia terhadap produk pangan tertentu yangdapat mempengaruhi persepsi
konsumen. Hasil uji organoleptik juga berfungsi sebagai informasi yang penting mengenai karakteristik
organoleptik suatu produk bagi ahli pangan, pengembang produk, dan manajer suatu perusahaan bidang riset
dan pengembangan produk. Cara-cara pengujian organoleptik dapat digolongkan dalam beberapa kelompok:
1. Kelompok Pengujian Pembedaan (DifferentTest)
2. Kelompok Pengujian Penerimaan (Preference Test/AcceptanceTest)
3. Kelompok Pengujian Skalar
4. Kelompok Pengujian Diskripsi
Kelompok uji pembedaan dan uji penerimaan: banyak digunakan dalam penelitian analisa
proses dan penilaian hasil akhir.
Kelompok uji skalar dan uji diskripsi: banyak digunakan dalam pengawasan mutu (quality
control).
12
1. Pengujian Pembedaan (Different Test)
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat
sensorik atau organoleptik antara dua sampel. Meskipun dapat saja disajikan sejumlah
sampel, tetapi selalu ada dua sampel yang dipertentangkan.
Uji ini juga dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa macam perlakuan modifikasi
proses atau bahan dalam pengolahan pangan suatu industri, atau untuk mengetahui adanya
perbedaan atau persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama. Jadi agar efektif
sifat atau kriteria yang diujikan harus jelas dan dipahami panelis. Keandalan (reliabilitas) dari
uji pembedaan ini tergantung dari pengenalan sifat mutu yang diinginkan, tingkat latihan
panelis dan kepekaan masing-masing panelis. Pengujian pembedaan ini meliputi :
a) Uji pasangan (Paired comparison atau Dual comparation)
b) Uji segitiga (Triangle test)
c) Uji Duo-Trio
d) Uji pembanding ganda (Dual Standard)
e) Uji pembanding jamak (Multiple Standard)
f) Uji Rangsangan Tunggal (Single Stimulus)
g) Uji Pasangan Jamak (Multiple Pairs)
h) Uji Tunggal
13
2. Pengujian Pemilihan/Penerimaan (Preference Test/AcceptanceTest)
Uji penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu
bahanyang menyebabkan orang menyenangi. Pada uji ini, panelis mengemukakan
tanggapan pribadi yaitu kesanyang berhubungan dengan kesukaan atau tanggapan
senang atau tidaknya terhadap sifat sensoris atau kualitas yang dinilai. Uji penerimaan
lebih subyektif dari ujipembedaan.
Tujuan uji penerimaan ini untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat
sensorik tertentu dapat diterima oleh masyarakat. Uji ini tidak dapat untuk meramalkan
penerimaan dalam pemasaran. Hasil uji yang menyakinkan tidak menjamin komoditi
tersebut dengan sendirinya mudah dipasarkan.
Beberapa perbedaan antara uji pembedaan dan uji penerimaan terlihat pada tabel
berikut :
Tabel 1. Perbedaan antara Uji Pembedaan dan Uji Penerimaan
Uji Pembedaan Uji Penerimaan
1. Dikehendaki panelis yang peka 1. Dapat menggunakan panelis yang
belum berpengalaman
2.Menggunakan sampel baku/sampel
Pembanding
2.Tidak ada sampel baku/sampel
pembanding
3.Harus mengingat sampel
baku/sampel pembanding
3. Dilarang mengingat sampel
baku/sampel pembanding
Uji penerimaan ini meliputi :
a. Uji kesukaan
Pada uji ini panelis mengemukakan pendapat pribadi suka atau tidak suka,
disamping itu juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat kesukaan disebut juga
skala hedonik. Skala hedonik ditransformasi ke dalam skala numerik dengan angka menaik
menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik tersebut dapat dilakukan analisa statistik.
b. Uji mutuhedonik
Pada uji ini panelis menyatakan kesan pribadi tentang baik atau buruk (kesan mutu
hedonik). Kesan mutu hedonik lebih spesifik dari kesan suka atau tidak suka, dan dapat
bersifat lebih umum.
14
3. Pengujian Skalar
Pada uji scalar panelis diminta menyatakan besaran kesan yang diperolehnya.
Besaran ini dapat dinyatakan dalam bentuk besaran scalar atau dalam bentuk skala numerik.
Besaran skalar digambarkan dalam: pertama, bentuk garis lurus berarah dengan pembagian
skala dengan jarak yang sama. Kedua, pita skalar yaitu dengan degradasi yang mengarah
(seperti contoh degradasi warna dari sangat putih sampai hitam). Pengujian skalar ini
meliputi:
a. Uji scalar garis
b. Uji skor (Pemberian skor atau scoring)
c. Uji perbandingan pasangan (paired comparation)
e. Uji penjenjangan (uji pengurutan atau ranking)
Uji penjenjangan jauh berbeda dengan uji skor. Dalam uji ini komoditi diurutkan atau
diberi nomor urutan, urutan pertama selalu menyatakan yang paling tinggi. Data penjenjangan
tidak dapat diperlakukan sebagai nilai besaran, sehingga tidak dapat dianalisa statistik lebih
lanjut, tetapi masih mungkin dibuat reratanya.
4. Pengujian Deskripsi
Pengujian - pengujian penilaian sensorik didasarkan pada satu sifat sensorik, yang lebih
kompleks atau yang meliputi banyak sifat-sifat sensorik, karena mutu suatu komoditi umumnya
ditentukan oleh beberapa sifat sensorik. Pada uji ini banyak sifat sensorik dinilai dan
dianalisa sebagai keseluruhan sehingga dapat menyusun mutu sensorik secara keseluruhan.
Sifat sensorik yang dipilih sebagai pengukur mutu adalah yang paling peka terhadap
perubahan mutu dan yang paling relevan terhadap mutu. Sifat-sifat sensorik mutu tersebut
termasuk dalam atributmutu.
15
MATERI PRAKTIKUM
UJI TANDA BERPASANGAN
Uji tanda adalah uji non parametrik yang digunakan pada situasi dimana data tidak
dianggap normal atau datanya bersifat ordinal. Asumsinya adalah distribusinya bersifat binomial.
Binomial artinya dua nilai. Nilai ini dilambangkan dengan tanda, yaitu positif (+) dan negatif (─).
Uji ini sangat baik apabila syarat-syarat berikut dipenuhi :
a. Pasangan hasil pengamatan yang sedang dibandingkan bersifat independen
b. Masing-masing pengamatan dalam tiap pasang terjadi karena pengaruh kondisi yang
serupa
c. Pasangan yang berlainan terjadi karena kondisi yang berbeda Uji dilakukan pada2
sampel terpisah (independen)
tanda (+) → data pada sampel 1 > pasangannya sampel 2
tanda (–) → data pada sampel 1 < pasangannya sampel 2
tanda Nol (0) → data pada sampel 1 = pasangannya sampel 2
Tanda Nol tidak digunakan dalam perhitungan.
Notasi yang digunakan:
n = banyaknya tanda (+) dan tanda (–) dalam sampel
p = proporsi SUKSES dalam sampel
q = 1 –p
p0 = proporsi SUKSES dalam H0
q0 = 1 – p0
Standar Error = Galat Baku = p =
Rata-Rata Sampel = p = p0
Statistik Uji zhitung=
p p
p → zhitung =
p p0
p0 q0 n
p0 q0
n
16
Ingat: kejadian SUKSES tergantung dari apa yang ditanyakan (ingin diuji) dalam soal.
Jika yang ingindiuji sampel 1 > sampel 2 maka SUKSES adalah banyak tanda (+)
Jika yang ingin diuji sampel 1 < sampel 2 maka SUKSES adalahbanyak tanda (–)
Nilai p0 disesuaikan dengan nilai pengujian p yang diinginkanda-lam soal, atau jika ingindiuji
proporsi sampel 1 = proporsi sampel 2 maka = p0= q0 = 0,5
Penetapan-penetapan H0 dan H1
Seperti umumnya uji hipotesis, terdapat 3 alternatif H0 dan H1:
1) H0:p = p0 danH1: p < p0
Uji 1 arah dengan daerah penolakan H0: z < −zα
2) H0:p = p0 danH1: p > p0
Uji 1 arah dengan daerah penolakan H0: z >zα
3) H0:p = p0 danH1: p ≠p0
Uji 2 arah dengan daerah penolakan H0: z < −zα/2 dan z >zα/2
Petunjuk Pengisian Kuisioner
1. Berilah jawaban pada lembar kuisioner yang anda anggap palingsesuai
2. Setiap responden memberikan satu jawaban dalam bentukpenilaian
3. Berilah penilaian berdasarkan kriteriapenilaian
4. Kriteria penilaian meliputi:
Sangat tidak suka 1
Suka4
Tidak suka2 Cukup suka3
Sangat suka5
Contoh Soal:
1. Berikut adalah nilai preferensi konsumen terhadap 2 perlakuan pembuatan keju (P1 dan
P2). Dengan taraf nyata 1%, ujilah apakah proporsi preferensi konsumen pada kedua
perlakuan pembuatan keju bernilaisama?
2. Dengan menggunakan data pada Tabel 1 di atas dan taraf nyata 1%, ujilah apakah
proporsi preferensi konsumen pada perlakuan pembuatan keju P1 dibanding perlakuan
pembuatan keju P2 sudah lebih dari 0,30?
17
Jawaban soal nomor 1
Diketahui:
Tabel 1. Skor preferensi perlakuan pembuatan keju untuk Contoh 1:
Banyaknya tanda (+) = 8
Banyaknya tanda (–) = 5
Total n = 8 + 5 = 13
Jika kita asumsikan P0 lebih disukai dibanding P1 maka
SUKSES dalam sampeladalah p = proporsi banyaknya
tanda (+) dalamsampel. 8
p banyak positif = 0,62
n 13 q = 1 – p = 1 – 0,62 = 0,38
Karena ingin diuji proporsi yang suka P0 = P1, maka p0 = q0
= 0,50.
Langkah pengujiannya adalah:
1. H0: p= 0,50 H1: p ≠0,50
2. Statistik Uji :z
3. Arah uji:2arah
4. Taraf nyata pengujian = α = 1% → α/2 = 0,5%=0,005
5. Daerah PenolakanH0
18
0,50 0,50
13
p0 q0
n
p p0 p q n
0 0
6. Nilai statistikUji:
zhitung =
p p0
0,620,50
0,12 =
0,12
0,13867
= 0,8653 ≈ 0,87
7. Kesimpulan:
z hitung = 0,87 ada di daerah penerimaan H0, sehingga H0 di-terima. Proporsi
konsumen yang menyukai P1 masih sama dengan yang menyukai P2.
Jawaban soal nomor 2:
Diketahui: p0 = 0,30
q0 = 1 – 0,30 = 0,70
1) H0: p = 0,30 H1: p >0,30
2) Statistik Uji:z
3) Arah uji:1arah
4) Taraf nyata pengujian = α = 1% =0,01
5) Daerah PenolakanH0:
6) Nilai statistikuji:
zhitung =
0,62 0,30 0,32
0,30 0,70 0,21
13 13
0,32 =
0,32
0,1270
= 2,5177 ≈ 2,52
0,12
0,25
13
0,0192
0,0161
19
7) Kesimpulan:
z hitung = 2,52 ada di daerah penolakan H0, sehingga H0 ditolak dan H1
diterima.Proporsi konsumen yang menyukai P1 sudah lebih dari 0,30.
Analisis
Nilai Ztabeldapat diperoleh dari Tabel 1. Dengan menggunakan Tabel 1, maka nilai
Z0,005adalah nilai pada perpotongan α baris 0,00 dengan α kolom 0,005, yaitu 2,576.
Sedangkan nilai untuk Z0,01adalah nilai pada perpotongan α baris 0,01 dengan α kolom 0 yaitu
2,326. Untuk diketahui bahwa nilai Zαadalah tetap dan tidak berubah-ubah, berapun jumlah
sampel. Nilai Z0,005adalah 2,576 dan nilai Z0,01adalah2,326.
Tabel 1. Nilai Zα
20
UJI EFEKTIVITAS PENENTUAN PERLAKUAN TERBAIK DITENTUKAN
BERDASARKAN METODE INDEKS EFEKTIVITAS (DEGARMO ET AL ., 1984)
Metode ini dilakukan berdasarkan prosedur sebagai berikut: Variabel diurutkan
menurut prioritas dan kontribusi terhadap hasil. Memberikan bobot nilai pada masing-masing
variabel (BV) sesuai kontribusinya dengan angka relatif 0-1. Bobot ini berbeda tergantung dari
kepentingan masing-masing variabel yang hasilnya diperoleh sebagai akibat perlakuan. Bobot
normal (BN) ditentukan dari masing-masing variabel dengan membagi bobot variabel (BV)
dengan jumlah semua bobot variabel. Mengelompokkan variabel-variabel yang dianalisa dua
kelompok yaitu: a) Kelompok A, terdiri dari variabel-variabel yang semakin besar reratanya
semakin baik (dikehendaki pada produk yang diperlakukan), b) Kelompok B adalah kelompok
yang makin besar reratanya semakin jelek (tidak dikehendaki). Ditentukan nilai efektivitas (Ne)
masing-masing variabel, dengan rumus: Nilai perlakuan – Nilai terjelek Nilai terbaik – Nilai
terjelek. Untuk variabel dengan rerata semakin besar semakin baik, maka nilai terendah sebagai
nilai terjelek dan nilai tertinggi sebagai nilai terbaik. Sebaliknya untuk variabel dengan nilai
semakin kecil semakin baik, maka nilai tertinggi sebagai nilai terjelek dan nilai terendah sebagai
yang terbaik. Menghitung nilai hasil (Nh) masing-masing variabel yang diperoleh dari perkalian
bobot normal (BN) dengan nilai efektifitas (Ne). Menjumlahkan nilai hasil dari semua variable
dan kombinasi terbaik dipilih dari kombinasi perlakuan yang memiliki nilai hasil (Np) tertinggi..
Berikut merupakan uji indeks efektifitas dengan menggunakan uji peringkat oleh 30
panelis. Praktikan mata kuliah Pengendalian Mutu angkatan 2014 Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya, Malang yang diminta untuk menguji 4 macam susu strawberi dengan
formula yang berbeda. Setiap panelis hanya mengevaluasi produk satu kali dengan cara
memberi peringkat dan tidak diperbolehkan dua produk atau lebih mempunyai peringkat yang
sama.
21
Contoh Soal
Pengaruh pembuatan susu dengan penambahan ekstrak strawberry terhadap TPC, BAL,
bakteri patogen danpH.
Diketahui:
Data seperti tabel disebelah kiri.
Macam variabel yang diamati adalah pH, BAL,
patogen dan TPC dengan perlakuan pra inkubasi
indigenous pada jam ke 0, 12, 24, 36 dan 48 serta
pra inkubasi starter pada jam yang sama.
Ditanya: Perlakuan manakah yang terbaik?
Jawab:
1. Mengelompokan parameter 2. Melakukan scoring
3. Menghitung Bobot Nilai(BN)
4. Menghitung Nilai Efektifitas(NE)
5. Menghitung Nilai Produk(NP)
6. Menjumlahkan Total NP untuk masing-masing
perlakuan
7. Membuat kesimpulan bahwa perlakuan dengan
Total NP tertinggi merupakan perlakuan terbaik.
22
Analisis
1. Perhitungan BN BV / TotalBV
Contoh perhitungan 92 / 2,631579 = 0,306667 dst.
2. MenghitungNE(Nilai perlakuan–Nilai terjelek)/(Nilai terbaik–Nilai terjelek)
Contoh perhitungan NE pH jam 0 (6,28-6,28) / (4,96-6,28) = 0 dst.
Contoh perhitungan NE TPC jam 0(8,54-10,93) / (8,54-10,93) = 1 dst.
Contoh perhitungan NE BAL jam 0(2,66-2,66) / (6,38-2,66) = 0 dst.
Contoh perhitungan NE PTG jam 0(5,87-5,87) / (3,84-5,87) = 0 dst.
Nb. Angka yang di BOLD berubah-ubah sesuai dengan nilai perlakuan
3. Menghitung NPNE x BN
Contoh perhitungan NE pH jam 00 x 0,307 = 0 dst.
Contoh perhitungan NE TPC jam 01 x 0,123 = 0,123dst.
ContohperhitunganNE BAL jam00x0,38= 0dst.
ContohperhitunganNE PTG jam00x0,19=0dst.
Nb. Angka yang di BOLD berubah-ubah sesuai dengan NE.
4. Menjumlah Total NP dan menyimpulkan perlakuanterbaik.
Jadi, berdasarkan uji indeks efektivitas, perlakuan terbaik dari data di atas adalah starter
yang di beri perlakuan pra inkubasi pada jam ke 48.
23
UJI HEDONIK
Bertujuan untuk mengetahui:
1. Adanya pengaruh perlakuan terhadap kesukaanproduk
2. Adanya pengaruh jumlahpanelis terhadap penerimaan produk
Contoh soal
Dari hasil pembuatan yoghurt dengan empat macam perlakuan, didapatkan data sebagai berikut
Bagai mana kesimpulan yang dapat diambil dari data di atas?
Jawaban
1. Menghitungjumlahperlakuan, jumlahpanelis, jumlah n, jumlah x dan jumlahx2
2. Menghitung Faktok Koreksi (FK)dengan rumus:
Dimana n = perlakuan x panelis
3. MenghitungJumlah Kuadrat Total (JK Total) dengan
rumus: Jumlahx2 –FK
4. Menghitung JK Perlakuan dengan rumus:
(Jumlah Perlakuan2 : Jumlah Panelis)–FK
5. Menghitung JK Panelis dengan rumus:
(Jumlah Panelis2 : Jumlah Perlakuan)–FK
6. Menghitung JK Error dengan rumus:
JK Total – (JK Perlakuan + JKPanelis)
7. Data kemudian diolah menggunakanmetodeANOVA
24
Contoh perhitungan yang diperlukan untuk mengerjakan soal
Contoh tabel ANOVA berdasarkan soal latihan
Analisis
Nilai Ftabel dapat diperoleh dari Tabel F 5% dan 1% dengan menggunakan nilai df
perlakuan atau panelis, dan df error sebagai acuan. Dengan menggunakan Tabel tersebut,
maka nilai F0,05(dferror,dfperlakuan)Perlakuan adalah nilai pada perpotongan df error baris 27dengan α
df perlakuan kolom 3, yaitu 2,96. Sedangkan nilai F0,05(dferror,dfpanelis)Panelis adalah nilai pada
perpotongan df error baris 27 dengan α df perlakuan kolom 9, yaitu 2,25. Hal yang sama juga
berlaku untuk mencari F tabel1%.
Kesimpulan
1. Perlakuan
F hitung > F tabel , maka H0 : ditolak dan H1 diterima .
Sehingga pemberian perlakuan pada produk berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat
kesukaan panelis terhdap produk yoghurt yang ditawarkan.
2. Panelis
F hitung > F tabel , maka H0 : ditolak dan H1 diterima
Sehingga jumlah panelis berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat kesukaan produk
yoghurt yang ditawarkan
25
DAFTAR PUSTAKA
Tapehe, Y.2014.Statistika dan Rancangan Percobaan.EDC.Jakarta
De Garmo, E.P., Sullivan W.G., Canada J.R. 1984. Engineering Economy Seventh Edition.
Macmillan Publishing Company. New York.
26
SOAL
1. Apa yang harus dilakukan jika suatu bahan yang terlanjur digunakan ternyata
tidak disetujui LPPOM MUI?
2. PT Evigo Indonesia memiliki rekaman pernah menggunakan gelatin babi untuk
produk ekspor yang diproduksi di fasilitas yang sama dengan produk lokal.
Untuk memenuhi persyaratan sertifikasi halal, perusahaan harus mencuci fasilitas
yang pernah konta dengan gelatin babi. Jelaskan detil bagaimana prosedur
pencucian fasilitas tersebut!
27
28
29
30
31