petunjuk paraktikum sperma

11
PETUNJUK PRAKTIKUM PEMERIKSAAN SPERMA BLOK LIFE CYCLE 2009 JURUSAN KEDOKTERAN FKIK UNSOED PENGUMPULAN BAHAN Syarat pengumpulan bahan: 1. Sediaan semen diambil setelah abstinensia minimal 48 jam sampai maksimal 7 hari dengan cara masturbasi 2. Sediaan semen idealnya dikeluarkan dalam kamar yang tenang dalam laboratorium. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, maka sediaan harus dikirim ke laboratorium dalam waktu maksimal 1 jam sejak dikeluarkan 3. Sediaan semen dimasukkan ke dalam botol/gelas kaca bermulut lebar, yang ditulisi identitas penderita, tanggal pengumpulan dan lamanya abstinensia 4. Sediaan semen dikirim ke laboratorium pada suhu 20-40 0 C ALAT DAN BAHAN 1. Alat : - mikroskop - pipet tetes - gelas/tabung ukur kaca - objek glass - cover glass - pipet leukosit - bilik hitung Neubauer Improved (NI) 2. Bahan : - semen - NaCl fisiologis - aquadest - Larutan fikasasi etanol 95% : eter ( 1: 1) - Cat Giemsa PEMERIKSAAN BAHAN A. Pemeriksaan makroskopis 1. Warna Normal : berwarna putih kelabu homogen, kadangkala didapatkan butiran seperti jeli yang tidak mencair. 1

Upload: kusnendar-irman

Post on 06-Aug-2015

60 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

petunjuk paraktikum sperma

TRANSCRIPT

Page 1: petunjuk paraktikum sperma

PETUNJUK PRAKTIKUM PEMERIKSAAN SPERMABLOK LIFE CYCLE 2009

JURUSAN KEDOKTERAN FKIK UNSOED

PENGUMPULAN BAHANSyarat pengumpulan bahan:

1. Sediaan semen diambil setelah abstinensia minimal 48 jam sampai maksimal 7 hari dengan cara masturbasi

2. Sediaan semen idealnya dikeluarkan dalam kamar yang tenang dalam laboratorium. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, maka sediaan harus dikirim ke laboratorium dalam waktu maksimal 1 jam sejak dikeluarkan

3. Sediaan semen dimasukkan ke dalam botol/gelas kaca bermulut lebar, yang ditulisi identitas penderita, tanggal pengumpulan dan lamanya abstinensia

4. Sediaan semen dikirim ke laboratorium pada suhu 20-400C

ALAT DAN BAHAN1. Alat :

- mikroskop- pipet tetes- gelas/tabung ukur kaca- objek glass- cover glass- pipet leukosit- bilik hitung Neubauer Improved (NI)

2. Bahan :- semen- NaCl fisiologis- aquadest- Larutan fikasasi etanol 95% : eter ( 1: 1)- Cat Giemsa

PEMERIKSAAN BAHANA. Pemeriksaan makroskopis1. Warna

Normal : berwarna putih kelabu homogen, kadangkala didapatkan butiran seperti jeli yang tidak mencair.Abnormal : Jernih menandakan jumlah sperma sangat sedikit

Merah kecoklatan adanya sel darah merah Kuning pada penderita ikterus atau minum vitamin

2. Bau Normal : bau khas seperti bunga akasiaAbnoramal : bau busuk infeksi

3. Likuefaksi (mencairnya semen) Sediaan diamati pada suhu kamar dan dicatat waktu pencairanNormal : mencair dalam 60 menit, rata-rata ± 15 menit

4. Volume Diukur dengan tabung/gelas ukur dari kaca

1

Page 2: petunjuk paraktikum sperma

Normal : > 2 ml5. Konsistensi

Cara : - Sampel diambil dengan pipet atau ujung jarum, kemudian biarkan

menetes- Amati benang yang terbentuk dan sisa ampel di ujung pipet/jarum

Normal : benang yang terbentuk < 2 cm atau sisa sampel di ujung pipet/jarum hanya sedikit

6. pH Cara :

- Teteskan sampel pada kertas pH meter- Bacalah hasilnya setelah 30 detik dengan membandingkan dengan kertas

standarNormal : pH 7,2 – 7,8Abnormal : pH > 7,8 infeksi

pH < 7 pada semen azoospermia, perlu dipikirkan kemungkinan disgenesis vas deferens, vesika seminal, atau epididimis

B. Pemeriksaan mikroskopis1. Pemeriksaan estimasi jumlah sperma

Cara : - Teteskan 1 tetes sampel ke objek glass, kemudian tutup dengan cover

glass- Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa

objektif, 10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal. Pemeriksaan dilakukan pada beberapa lapang pandang, pada suhu kamar

- Jumlah rata-rata sperma yang didapat dikalikan dengan 106

- Jumlah rata-rata sperma yang didapat, juga digunakan sebagai dasar pengenceran saat penghitungan dengan bilik hitung Neubauer Improved

- Tabel 1. Pengenceran berdasarkan estimasi jumlah sperma

Jumlah sperma / lapang pandang (400x) Pengenceran< 15 1 : 5

15 – 40 1 : 1040 – 200 1 : 20

> 200 1 : 50

2. Motilitas sperma Cara :

- Teteskan 1 tetes (10 – 15 mikroliter) sampel ke objek glass, kemudian tutup dengan cover glass

- Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa objektif, 10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal

- Pemeriksaan dilakukan dalam 4 -6 lapang pandang pada 200 sperma, pada suhu kamar (180 – 240 C)

- Kecepatan gerak sperma normal adalah : 5 kali panjang kepala sperma atau setengah kali panjang ekor sperma atau ± 25 μm/detik.

- Dilihat gerakan sperma dan diklasifikasikan sebagai berikut :

2

Page 3: petunjuk paraktikum sperma

(a) jika sperma bergerak cepat dan lurus ke muka(b) jika geraknya lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus (c) jika tidak bergerak maju(d) jika sperma tidak bergerak

- Lakukan pemeriksaan ulangan dengan tetesan sperma kedua

3. Morfologi sperma Cara :

- Teteskan 1 tetes (10 – 15 mikroliter) sampel ke salah satu ujung objek glass

- Dengan objek glass kedua, dibuat apusan sampel seperti terlihat pada gambar

- Sediaan dikeringkan di udara, selanjutnya difiksasi dengan etanol 95% : eter (1 : 1), biarkan sediaan kering

- Kemudian cat dengan Giemsa selama 30 menit, bilas dengan air bersih, keringkan dan preparat siap diperiksa

- Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa objektif, 10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal

- Pemeriksaan morfologi dilakukan pada 200 sperma meliputi kepala, leher dan ekor, kemudian hasil yang didapat dibuat persentase

Sperma Normal abnormalkepala leher ekor

12 ...dst200

Gambar 1. Sperma normal :

3

Page 4: petunjuk paraktikum sperma

Gambar 2. Sperma abnormal

4. Pemeriksaan elemen bukan sperma

4

Neck

Page 5: petunjuk paraktikum sperma

Cara :- Dilakukan penghitungan sel selain sperma seperti leukosit, sel epitel

gepeng dan sel lain yang ditemukan. Pengitungan dilakukan dalam 100 sperma ditemukan berapa sel lain selain sperma

- Penghitungan :C = N x S C : jumlah sel dalam juta / ml 100 N : jumlah sel yang dihitung dalam 100 sperma

S : jumlah sperma dalam juta / ml

5. Pemeriksaan hitung jumlah sperma Cara :

- Siapkan hemositometer (pipet leukosit dan Bilik hitung NI)- Pasang bilik hitung NI dibawah miroskop dengan pembesaran 100x atau

400x, cari kotak hitung seperti terlihat dalam gambar.

Gambar 3. Kotak dalam bilik hitung NI

- Penghitungan dilakukan di kotak tengah yang terdiri dari 25 kotak sedang yang masing-masing didalamnya terbagi lagi menjadi 16 kotak kecil

- Hisap semen sampai angka 0,5, kemudian hisap pengencer aquadest/NaCl fisiologis sampai angka 11 digunakan pengenceran 1 : 20. (Pengenceran lain dapat digunakan sesuai Tabel 1. Pengenceran berdasarkan estimasi jumlah sperma)

- Jumlah kotak sedang yang harus dihitung berdasar jumlah sperma yang ditemukan :

jumlah sperma dalam 1 kotak sedang < 10 hitung 25 kotakjumlah sperma dalam 1 kotak sedang 10-40 hitung 10 kotakjumlah sperma dalam 1 kotak sedang > 40 hitung 5 kotak

- Buatlah rata-rata jumlah sperma

5

Page 6: petunjuk paraktikum sperma

- Selanjutnya hitunglah jumlah sperma dan faktor koreksinya dengan aturan seperti tertera dalam tabel 2

Tabel 2. Jumlah penghitungan kotak dan faktor koreksi jumlah spermaPengenceran Jumlah kotak sedang yang dihitung

25 10 5Faktor koreksi

1 : 10 10 4 21 : 20 5 2 11 : 50 2 0,8 0,4

Contoh : Rata-rata ditemukan 50 sperma yang dihitung dalam 5 kotak sedang dengan pengenceran 1 : 20, maka jumlah sperma adalah : = 50/1 x 106 = 50 juta / mlRata-rata ditemukan 20 sperma yang dihitung dalam 10 kotak sedang dengan pengenceran 1 : 20, maka jumlah sperma adalah : = 20/4 x 106 = 5 juta / ml

Cara (menurut Gandasoebrata):- Hisap semen dengan pipet lekosit sampai angka 0,5- Kemudian, hisap aquadest sampai angka 11 kocok- Teteskan ke dalam bilik hitung NI- Hitung sperma dalam bilik hitung seluas 1 mm2

- Jumlah yang didapat dikalikan 200.000 jumlah sperma / ml

REFERENSI :

1. WHO Laboratory Manual for the examination of human semen and sperm-cervical mucus interaction. 4th ed.. Cambridge University Press. 1999

2. Penuntun laboratorium WHO untuk pemeriksaan semen manusia dan interaksi semen-getah servik. Edisi 1. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1988

3. Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Edisi 10. Dian Rakyat. Jakarta. 2001

6

Page 7: petunjuk paraktikum sperma

Lampiran 1. Interpretasi HasilInterpretasi hasil analisis sperma saat ini didasarkan atas 3 parameter pokok, yaitu :

1. Jumlah spermatozoa / ml4. % motilitas spermatozoa yang bergerak baik (kriteria a)5. % morfologi spermatozoa normal

Interpretasi Hasil Jml sperma % motil % morfo

Normozoospermia ≥ 20 ≥ 50 ≥ 50

Oligozoospermia < 20 ≥ 50 ≥ 50

Ekstrim Oligozoospermia < 5 ≥ 50 ≥ 50

Astenozoospermia ≥ 20 < 50 ≥ 50

Teratozoospermia ≥ 20 ≥ 50 < 50

Oligoastenozoospermia < 20 < 50 ≥ 50

Oligoastenoteratozoospermia < 20 < 50 < 50

Oligoteratozoospermia < 20 ≥ 50 < 50

Astenoteratozoospermia ≥ 20 < 50 < 50

Polizoospermia ≥ 250 ≥ 50 ≥ 50

Azoospermia Bila tidak dijumpai spermatozoa dari pemeriksaan sediment sentrifugasi sperma yang lebih dari 1 kali

Nekroozoospermia Bila semua spermatozoa tidak ada yang hidup, dinyatakan dalam pengecatan vital

Kriptozoospermia Bila ditemukan spermatozoa yang tersembunyi yaitu bila ditemukan dalam sediment sentrifugasi sperma

Aspermia Bila tidak ada semen /sperma yang keluar, meskipun pasien telah merasa mengeluarkan ejakulat

7