petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria

8
1 Surat Terbuka Forum Indonesia untuk Keadilan Agraria kepada Presiden Republik Indonesia untuk Penyelesaian Konflik Agraria Bapak Presiden yang kami hormati, Setelah mengikuti dengan saksama perkembangan yang terjadi akhirakhir ini terkait dengan konflik agraria di berbagai wilayah kepulauan Indonesia, maka kami sebagai pengajar, peneliti dan pemerhati studi agraria di Indonesia yang bergabung dalam Forum Indonesia untuk Keadilan Agraria, menyatakan keprihatinan yang mendalam. Berdasarkan kajian, pengalaman dan pengamatan kami terhadap persoalan agraria, kami sampaikan pendapat dan usulan kepada Bapak, sebagaimana butirbutir di bawah ini. 1. Pembukaan Undangundang Dasar 1945 menyatakan tujuan pembentukan Pemerintahan Negara Indonesia antara lain adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Berdasarkan tujuan tersebut implementasi Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 sepenuhnya menjadi tanggung jawab negara. Penguasaan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat baik untuk generasi saat ini maupun masa mendatang yang harus dimaknai ke dalam empat prinsip: (i) kemanfaatan dan pemerataan sumberdaya alam bagi rakyat; (ii) perlindungan atas hak azasi manusia; (iii) partisipasi rakyat dalam menentukan akses, alokasi dan distribusi sumberdaya alam, serta; (iv) penghormatan terhadap hak rakyat secara turuntemurun dalam memanfaatkan sumberdaya alam. 2. Fungsi legislasi, regulasi, perencanaan, dan alokasi pemanfaatan serta pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah dan sumberdaya alam oleh negara harus berlandaskan pada mandat yang diberikan oleh UUD 1945 yang sudah ditetapkan pada angka 1 yaitu untuk sebesarbesarnya perlindungan terhadap hakhak bangsa Indonesia, termasuk kelompok masyarakat rentan, yakni masyarakat hukum adat, golongan miskin, perempuan, petani dan nelayan. 3. Pembangunan ekonomi yang sehat memerlukan penataan penguasaan dan pemanfaatan tanah dan sumber daya alam yang adil dan berkelanjutan sebagai basis penguatan ekonomi rakyat. Demikian pula diperlukan partisipasi masyarakat secara hakiki. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan kemauan politik yang sungguhsungguh dan konsisten serta jaminan perlindungan hukum yang nyata terhadap kelompok masyarakat rentan, utamanya masyarakat tak bertanah (tunakisma) dan tidak memiliki akses terhadap tanah dan sumberdaya alam. 4. Reformasi hukum dan kebijakan yang komprehensif yang mengacu pada prinsip prinsip pembaruan agraria dan pengelolaan sumberdaya alam belum

Upload: biotani-bahari-indonesia

Post on 29-Jul-2015

182 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria

 

  1  

 Surat  Terbuka  

Forum  Indonesia  untuk  Keadilan  Agraria    kepada  

Presiden  Republik  Indonesia  untuk  Penyelesaian  Konflik  Agraria  

   Bapak  Presiden  yang  kami  hormati,    Setelah  mengikuti   dengan   saksama  perkembangan   yang   terjadi   akhir-­‐akhir   ini   terkait  dengan   konflik   agraria   di   berbagai   wilayah   kepulauan   Indonesia,   maka   kami   sebagai  pengajar,   peneliti   dan   pemerhati   studi   agraria   di   Indonesia   yang   bergabung   dalam  Forum   Indonesia   untuk   Keadilan   Agraria,   menyatakan   keprihatinan   yang   mendalam.  Berdasarkan   kajian,   pengalaman   dan   pengamatan   kami   terhadap   persoalan   agraria,  kami  sampaikan    pendapat  dan  usulan  kepada  Bapak,  sebagaimana  butir-­‐butir  di  bawah  ini.    

1. Pembukaan   Undang-­‐undang   Dasar   1945   menyatakan   tujuan   pembentukan  Pemerintahan   Negara   Indonesia   antara   lain   adalah   untuk   melindungi   segenap  bangsa   Indonesia   dan   seluruh   tumpah   darah   Indonesia.   Berdasarkan   tujuan  tersebut   implementasi   Pasal   33   ayat   (3)   UUD   1945   sepenuhnya   menjadi  tanggung   jawab   negara.   Penguasaan   bumi,   air   dan   kekayaan   alam   yang  terkandung   di   dalamnya   adalah   untuk   sebesar-­‐besar   kemakmuran   rakyat   baik  untuk  generasi  saat  ini  maupun  masa  mendatang  yang  harus  dimaknai  ke  dalam  empat  prinsip:   (i)  kemanfaatan  dan  pemerataan  sumberdaya  alam  bagi   rakyat;  (ii)   perlindungan   atas   hak   azasi   manusia;   (iii)   partisipasi   rakyat   dalam  menentukan   akses,   alokasi   dan   distribusi   sumberdaya   alam,   serta;   (iv)  penghormatan  terhadap  hak  rakyat  secara  turun-­‐temurun  dalam  memanfaatkan  sumberdaya  alam.  

2. Fungsi   legislasi,   regulasi,   perencanaan,   dan   alokasi   pemanfaatan   serta  pengendalian  pemanfaatan  ruang  dan  penguasaan   tanah  dan  sumberdaya  alam  oleh   negara   harus   berlandaskan   pada   mandat   yang   diberikan   oleh   UUD   1945  yang  sudah  ditetapkan  pada  angka  1  yaitu  untuk  sebesar-­‐besarnya  perlindungan  terhadap   hak-­‐hak   bangsa   Indonesia,   termasuk   kelompok   masyarakat   rentan,  yakni  masyarakat  hukum  adat,  golongan  miskin,  perempuan,  petani  dan  nelayan.  

3. Pembangunan   ekonomi   yang   sehat   memerlukan   penataan   penguasaan   dan  pemanfaatan  tanah  dan  sumber  daya  alam  yang  adil  dan  berkelanjutan  sebagai  basis   penguatan   ekonomi   rakyat.   Demikian   pula   diperlukan   partisipasi  masyarakat   secara   hakiki.   Untuk   mencapai   hal   tersebut,   diperlukan   kemauan  politik  yang  sungguh-­‐sungguh  dan  konsisten  serta  jaminan  perlindungan  hukum  yang   nyata   terhadap   kelompok   masyarakat   rentan,   utamanya   masyarakat   tak  bertanah  (tunakisma)  dan  tidak  memiliki  akses  terhadap  tanah  dan  sumberdaya  alam.  

4. Reformasi  hukum  dan  kebijakan  yang  komprehensif  yang  mengacu  pada  prinsip-­‐prinsip   pembaruan   agraria   dan   pengelolaan   sumberdaya   alam   belum  

Page 2: Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria

 

  2  

dilaksanakan.   Empat   hal   mengindikasikan   situasi   ini:   i)     adanya   beberapa  ketentuan   dalam   undang-­‐undang   yang   bertentangan   dengan   UUD   1945;   (ii)  adanya   ketidak-­‐harmonisan   dan   ketidak-­‐sinkronan   diantara   peraturan  perundang-­‐undangan  yang  mengatur  tentang  sumberdaya  alam  dan  lingkungan  hidup;   iii)   adanya   ketidak-­‐sinkronan   antara   peraturan   perundangan-­‐undangan  sumberdaya   alam   dan   lingkungan   dengan   peraturan   yang   mendukung  percepatan   pertumbuhan   ekonomi;   iv)   banyaknya   peraturan   daerah   yang  bersifat  eksploitatif  dan  bermotif  kepentingan  jangka  pendek.  Sebagai  akibatnya,  keberlanjutan   pembangunan   Indonesia   terancam.   Bencana   lingkungan   dan  degradasi  sumber  daya  alam  meluas  ke  berbagai  wilayah  Indonesia.    

5. Kebijakan  dan  praktik  penerbitan   izin,   khususnya  bagi  usaha   skala  besar,   yang  ada  selama   ini  –  di   satu  pihak   -­‐-­‐  belum  mengindahkan  prinsip  hukum  dan   tata  kelola   yang   baik,   sarat   korupsi,   melampaui   daya   dukung   lingkungan,   tidak  mengakui  hak-­‐hak  dan  membatasi  akses  kelompok  masyarakat  rentan  utamanya  mereka   yang   tidak   bertanah   (tunakisma).   Di   lain   pihak,   terdapat   konsentrasi  penguasaan   tanah   pada   segelintir   orang/badan   hukum   yang   mengakibatkan  lebarnya  kesenjangan  penguasaan  dan  pemilikan  tanah.  Demikian  pula  terdapat  sejumlah   perjanjian   investasi   dan   perdagangan   bilateral   dan  multilateral   yang  berseberangan  dengan  semangat  keberlanjutan  sosial  dan  lingkungan  hidup.  

6. Masalah-­‐masalah   pada   angka   4   dan   5   tersebut   menjadi   penyebab   muncul,  bereskalasi   dan   tidak   terselesaikannya   konflik   agraria   serta   tidak   diatasinya  kerusakan   sumberdaya   alam   dan   lingkungan   hidup.   Penyelesaian   konflik   lebih  mengedepankan   penyelesaian   legal   formal   dengan   mengabaikan   keadilan  substantif.   Akibatnya,   konflik   agraria   justru   semakin   meningkat.   Sebagai  gambaran,  Badan  Pertanahan  Nasional   (BPN)  RI  menyatakan  ada  sekitar  8.000  konflik  pertanahan  yang  belum  terselesaikan.  Sawit  Watch  menyebutkan  adanya  sekitar   660   konflik   di   perkebunan   kelapa   sawit   dan   Koalisi   Rakyat   untuk  Keadilan   Perikanan   (KIARA)   menyebut   konflik   agraria   di   sektor   perikanan  sepanjang  2012  melibatkan  sedikitnya  60  ribu  nelayan.  Sementara  Konsorsium  Pembaruan  Agraria  (KPA)  menemukan  sekitar  1.700  konflik  agraria,  mencakup  kasus-­‐kasus  perkebunan,  kehutanan  dan  pertambangan.  Khusus  di   tahun  2012,  KPA   mencatat   156   petani   ditahan   tanpa   proses   hukum   yang   benar,   55   orang  terluka   dan   dianiaya,   25   petani   tertembak   dan   3   orang   tewas   akibat   konflik  agraria.  

7. Konflik   agraria   semakin   tidak   terdeteksi   secara   dini   karena   belum   optimalnya  penanganan   pengaduan   konflik.   Di   samping   itu,   konflik   bereskalasi   karena  tindak  kekerasan  yang  diduga  dilakukan  oleh  aparat  keamanan  yang  seharusnya  berdiri   di   atas   semua   pihak,   tetapi   pada   umumnya   justru   melindungi  kepentingan   pemodal   dengan   cara   yang   patut   diduga   bekerja   sama   dengan  perusahaan-­‐perusahaan  besar  untuk  menguasai   tanah/sumber  daya  alam  yang  diklaim  oleh  masyarakat  hukum  adat  atau  masyarakat  lokal  lain.  

8. Pembangunan   Indonesia   yang   berprinsip   pada   keseimbangan   pertumbuhan  ekonomi,   keadilan   sosial,   kesetaraan,   dan   pelestarian   fungsi   lingkungan   tidak  akan   mencapai   tujuannya   jika   konflik   agraria   tidak   diselesaikan   atau  diselesaikan   hanya   dengan   cara   represif.   Untuk   mendukung   hal   tersebut  diperlukan   kemauan   politik   yang   kuat,   sungguh-­‐sungguh,   konsisten,   progresif,  dan  memberikan  perlindungan  kepada  kelompok  rentan;  disertai   implementasi  

Page 3: Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria

 

  3  

kebijakan   yang   tepat   dengan   dukungan   akademisi,   masyarakat   madani,   dan  aparat  keamanan.  

9. Terkait  dengan  butir-­‐butir  pandangan  di  atas,  kami  mengusulkan  kepada  Bapak  Presiden  hal-­‐hal  berikut.  A. Melaksanakan   seluruh   arah   kebijakan   dan   mandat   Ketetapan   MPR   RI   No.  

IX/MPR/2001   tentang   Pembaruan   Agraria   dan   Pengelolaan   Sumberdaya  Alam   secara   konsisten   dan   memantau   pelaksanaannya   secara   transparan,  berkelanjutan   dan   akuntabel   dengan  membentuk   jaringan   pemantau   antar  pemangku  kepentingan.  

B. Mengupayakan   penyelesaian   konflik   agraria   secara   berkesinambungan,  intensif  dan  terkoordinasi  dengan  cara:    

1. Membentuk  lembaga  independen  dengan  tugas:  a) Mendaftar,   mengadministrasikan   dan   memverifikasi   kasus-­‐kasus  

konflik   agraria   yang   diadukan   oleh   kelompok   masyarakat   secara  kolektif;  

b) Melakukan   audit   atas   ijin-­‐ijin   pemanfaatan   tanah   dan   sumberdaya  alam  yang  diberikan  Kementerian,  Lembaga  dan  Pemerintah  Daerah  yang  menimbulkan  konflik-­‐konflik  agraria;    

c) Membuat   dan   menyampaikan   rekomendasi   penyelesaian   kasus-­‐kasus   konflik   agraria   tersebut   kepada   para   pihak   yang   terlibat   di  dalam  konflik;  

d) Memfasilitasi   penyelesaian   konflik   melalui   mediasi,   negosiasi   dan  arbitrasi;  

e) Melakukan   sosialisasi,   koordinasi   dan   kerjasama   dengan  kementerian  dan  lembaga  pemerintah  non-­‐Kementerian.  

2. Mendorong  Kepala  Pemerintah  Daerah  Provinsi/Kabupaten/Kota  untuk:    a) Identifikasi   dan   inventarisasi   konflik-­‐konflik   yang   sedang  

berlangsung   serta   deteksi   dini   potensi   konflik   pengelolaan  sumberdaya  alam;    

b) Fasilitasi   proses-­‐proses   penyelesaian   konflik   agraria   yang  berlangsung  di  daerah  masing-­‐masing;  

c) Identifikasi   dan   verifikasi   masyarakat   hukum   adat   dalam   rangka  pengakuan  terhadap  keberadaan  masyarakat  hukum  adat.  

3. Merevisi   Instruksi   Presiden   (Inpres)   No.2   Tahun   2013   tentang  Penanganan   Gangguan   Keamanan   Dalam   Negeri   karena:   (i)   Inpres   ini  lebih  fokus  pada  penyelesaian  konflik  yang  timbul  di  permukaan  melalui  pendekatan   keamanan   tetapi   tidak   mengupayakan   tindakan   korektif  terhadap   akar   konfliknya;   (ii)   Inpres   ini   tidak   dapat   digunakan   untuk  menyelesaikan  konflik  agraria  karena  tidak  melibatkan  menteri-­‐menteri  terkait  dengan  pengelolaan  sumber  daya  alam.  

4. Memerintahkan  Kapolri  dan  Panglima  TNI  untuk:      a) Mengusut   tuntas   tindak   kekerasan   yang   dilakukan   oleh   aparat  

Polri/TNI   terhadap   masyarakat   dan   aktivis   LSM   terkait   dengan  konflik-­‐konflik  agraria;  

b) Menghentikan  penggunaan  cara-­‐cara  kekerasan  oleh  aparat;  dan  c) Membebaskan   aktivis   LSM   warga   masyarakat   hukum   adat,   petani  

Page 4: Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria

 

  4  

dan   nelayan   yang   saat   ini   ditangkap     dan   ditahan   oleh   aparat  kepolisian.  

 C. Menugaskan   Menteri   Hukum   dan   Hak   Asasi   Manusia   untuk   memimpin  

pengkajian   ulang   terhadap   seluruh   peraturan   perundang-­‐undangan   di   bidang  agraria   dan   pengelolaan   sumberdaya   alam   yang   tumpang   tindih   dan  bertentangan   satu   sama   lain,   dengan   melibatkan   akademisi   dan   masyarakat  madani.   Pengkajian   ulang   dilakukan   berlandaskan   prinsip-­‐prinsip   Pembaruan  Agraria   dan   Pengelolaan   Sumberdaya   Alam.   Dalam   rangka   pengkajian   ulang  perlu  diterbitkan  Peraturan  Presiden  sebagai  landasan  moratorium  penyusunan  peraturan   perundangan-­‐undangan   di   bidang   agraria   dan   sumberdaya   alam.  Menteri   Hukum   dan   Hak   Asasi   Manusia   mengkoordinasikan   revisi   peraturan  perundang-­‐undangan  yang  dimaksud.  

D. Menugaskan  kepada  Pimpinan  kementerian  terkait  dengan  sumberdaya  agraria  dan  Badan  Pertanahan  Nasional  untuk:  a) Melakukan  moratorium  pemberian  ijin  pemanfaatan  sumberdaya  alam  atau  

hak  atas  tanah  selama  dilakukan  audit  oleh  lembaga  independen;  b) Mengembangkan   dan   melaksanakan   kebijakan   yang   dapat   mencegah  

dampak  negatif  terhadap  lingkungan  hidup  dan  konflik  agraria;  c) Melaksanakan  Undang-­‐Undang  Nomor    14  Tahun  2008  tentang  Keterbukaan  

Informasi  Publik.  

E. Mendorong  Kementerian  terkait  dan  Badan  Pertanahan  Nasional  untuk:  a) Mendukung   percepatan   pembentukan   Undang-­‐Undang   yang   mengatur  

tentang  Pengakuan  dan  Perlindungan  Masyarakat  Hukum  Adat;  b) Mendukung   Pemerintah   Provinsi/Kabupaten/Kota   melakukan   proses  

identifikasi  dan  verifikasi  keberadaan  masyarakat  hukum  adat.  

F. Menugaskan   kepada   Menteri   Kehutanan   untuk   segera   menyelesaikan   konflik  pada  desa-­‐desa  di  dalam,  berbatasan  dan  sekitar  kawasan  hutan.  

G. Membentuk  kementerian  yang  bertanggung  jawab  mengkoordinasikan  kebijakan  dan   implementasi   kebijakan   di   bidang   pertanahan,   sumberdaya   alam   dan  lingkungan  hidup.    

   

Jakarta  7  Februari  2013    

Forum  Indonesia  untuk  Keadilan  Agraria    (nama-­‐nama  terlampir)  

   

 

Page 5: Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria

 

  5  

Lampiran  nama-­‐nama:    

1. Prof.  Dr.  Sediono  M.P.  Tjondronegoro  (Sajogyo  Institute)    2. Prof.  Dr.  Gunawan  Wiradi  (Sajogyo  Institute)  3. Prof.  Dr.  Maria  S.W.  Sumardjono,  S.H.,  MCL,  MPA  (Universitas  Gadjah  Mada)  4. Prof.  Arie  Sukanti  Hutagalung,  S.H.,  MLI  (Universitas  Indonesia)  5. Prof.  Soetandyo  Wignjosoebroto,  MPA  (Universitas  Airlangga)  6. Prof.  Dr.  Nurhasan  Ismail,  S.H.,  M.Si  (Universitas  Gadjah  Mada)  7. Prof.  Dr.  Ir.  Hariadi  Kartodihardjo  (Institut  Pertanian  Bogor)  8. Prof.  Dr.  Suhariningsih,  S.H.,  SU  (Universitas  Brawijaya)  9. Dr.  Ida  Nurlinda,  S.H.,  M.H.  (Universitas  Padjadjaran)  10. Dr.  Soeryo  Adiwibowo  (Institut  Pertanian  Bogor)  11. Prof.  Dr.  Hj.  Farida  Patittingi,  S.H.,  M.Hum  (Universitas  Hasanuddin)  12. Prof.  Dr.  Ronald  Z.  Titahelu,  S.H.,  M.S  (Universitas  Pattimura)  13. Prof.  Dra.  M.A.  Yunita.  T.  Winarto,  M.S.,  M.Sc,  Ph.D  (Universitas  Indonesia)  14. Prof.  Dr.  Endriatmo  Sutarto  (Institut  Pertanian  Bogor)  15. Prof.  Dr.  Muhammad  Bakri,  S.H.,  M.S  (Universitas  Brawijaya)  16. Prof.  Dr.  Ir.  Joenil  Kahar  (Institut  Teknologi  Nasional  Bandung)  17. Prof.  Dr.  Ir.  Udiansyah,  M.S  (Universitas  Lambung  Mangkurat)  18. Myrna  A.  Safitri,  Ph.D  (Universitas  Presiden)  19. Dr.  Kurnia  Warman,  S.H.,  M.Hum  (Universitas  Andalas)  20. Dr.  Abdul  Wahib  Situmorang  (Universitas  Sriwijaya)  21. Dr.  Taqwaddin  Husin,  S.H.,  S.E.,  M.S  (Universitas  Syiah  Kuala)  22. Noer  Fauzi  Rachman,  Ph.D  (Sajogyo  Institute)  23. Dr.  Satyawan  Sunito  (Institut  Pertanian  Bogor)  24. Mia  Siscawati,  Ph.D  (Sajogyo  Institute)  25. Joeni  Arianto  Kurniawan,  S.H.,  M.A  (Universitas  Airlangga)  26. P.  Donny  Danardono,  S.H.,  M.A  (Unika  Soegijapranata)  27. Awaluddin  Marwan,  S.H.,  M.H.,  M.A  (Universitas  Diponegoro)  28. Feri  Amsari,  S.H.,  M.H  (Universitas  Andalas)  29. Yance  Arizona,  S.H.  M.H  (Epistema  Institute)  30. Mumu  Muhajir,  S.H  (Epistema  Institute]  31. R.  Herlambang  Perdana  Wiratraman,  S.H.,  M.A  (Universitas  Airlangga)  32. Lilis  Mulyani,  S.H.,  LL.M  (Lembaga  Ilmu  Pengetahuan  Indonesia)  33. Dr.  Herry  Yogaswara,  M.A  (Lembaga  Ilmu  Pengetahuan  Indonesia)  34. Dr.  Abdul  Aziz,  SR,  M.Si  (Center  for  Election  and  Political  Party,  FISIP  UI)  35. Andiko,  S.H.,  M.H  (Peneliti,  HuMa)  36. Feby  Ivalerina  Kartikasari,  S.H.,  LL.M  (Unika  Parahyangan)  37. Deni  Bram,  S.H.,  M.H.  (Universitas  Pancasila)  38. Tristam  P.  Moeliono,  Ph.D  (Unika  Parahyangan)  39. Armen  Yasir,  S.H.,  M.Hum  (Universitas  Lampung)    40. Maret  Priyanta,  S.H.,  M.H  (Universitas  Padjadjaran)  41. Hengki  Andora,  SH.,  LL.M  (Universitas  Andalas)  42. Dr.  Christine  Wulandari  (Universitas  Lampung)  43. A.  Joni  Minulyo,  S.H.,  M.H  (Unika  Parahyangan)  44. Dr.  Cornelius  Tangkere,  S.H.,  M.H  (Universitas  Sam  Ratulangi)  45. Rosnidar  Sembiring,  S.H.,  M.Hum  (Universitas  Sumatera  Utara)  46. Dr.  Shidarta,  S.H.,  M.Hum  (Universitas  Bina  Nusantara)  47. Dr.  Hufron,  S.H.,  M.H  (Pusat  Studi  Hukum  dan  Desentralisasi)  

Page 6: Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria

 

  6  

48. Ir.  H.  Niel  Makinuddin,  M.A  (Pemerhati  Sosial  dan  Lingkungan  Kaltim)    49. Kussaritano,  S.Th,  M.Th  (Peneliti,  Mitra  LH  Kalimantan  Tengah)  50. Oki  Hajainsyah  Wahab,  S.IP,  M.H  (PDIH  Universitas  Diponegoro)  51. Dr.  Tisnanta,  S.H.,  M.H  (Universitas  Lampung)  52. Rudy,  S.H.,  LL.M,  LL.D  (Universitas  Lampung)  53. Ade  Arif  Firmansyah,  S.H.,  M.H  (Universitas  Lampung)  54. F.X.  Sumardja,  S.H.,  M.H  (Universitas  Lampung)  55. Munafrizal  Manan,  S.H.,  S.Sos,  M.Si,  M.IP  (Universitas  Al-­‐Azhar  Indonesia)  56. Praja  Wiguna,  S.Sos  (Peneliti,  Yabima  Indonesia)  57. Asep  Yunan  Firdaus,  S.H.,  M.H  (Peneliti,  Epistema  Institute)  58. Siti  Rakhma  Mary  Herwati,  S.H.,  M.Si  (Peneliti,  HuMa)  59. Abidah  Billah  Setyowati,  M.A  (PhD  Candidate,  Rutgers  University)  60. Drs.  R.  Yando  Zakaria  (Pengajar  tamu,  UGM)  61. Meifita  Handayani  (Peneliti  IRE)  62. Ir.  Didin  Suryadin  (Peneliti,  HuMa)  63. Dr.  Ridho  Taqwa  (Universitas  Sriwijaya)  64. Ir.  Reny  Juita,  M.Sc  (Peneliti  independen)  65. Erwin  Dwi  Kristianto,  S.H  (PMLP,  Unika  Soegijapranata)  66. Luh  Rina  Apriani,  S.H.,  M.H  (Universitas  Pancasila)  67. Darmawan  Triwibowo,  S.P.,  M.Sc,  M.A  (Perkumpulan  Prakarsa)  68. Ir.  Zaima  Mufarini,  M.Si  (Pascasarjana  UIN  Syarif  Hidayatullah)  69. Dr.  Pitojo  Budiono  (Universitas  Lampung)  70. Rudi  Yusuf  Natamihardja,  S.H.,  DEA  (Universitas  Lampung)  71. M.  Harya  Ramdhoni,  S.IP,  M.A  (Universitas  Lampung)  72. Drs.  Hertanto,  M.Si  (Universitas  Lampung)  73. Imam  Koeswahyono,S.H.,MH  (Universitas  Brawijaya)  74. Herlindah,  S.H.,  M.Kn.  (Universitas  Brawijaya)  75. M.  Hamidi  Masykur,  S.H.,  M.Kn  (Universitas  Brawijaya)  76. Amelia  Sri  Kusuma  Dewi,  S.H.,  M.Kn  (Universitas  Brawijaya)  77. Fachrizal  Affandi,  S.Psi,  S.H.,  M.H  (Universitas  Brawijaya)  78. Bambang  Pratama,  SH.,  M.H  (Universitas  Bina  Nusantara)  79. Dr.  Ir.  Suporaharjo,  M.Si  (Peneliti  LATIN)  80. Yunety  Tarigan,  S.E.,  M.Si  (Peneliti  independen)  81. Restaria  F.  Hutabarat,  S.H.,  M.A  (Universitas  Presiden)  82. Nurul  Firmansyah,  S.H.,  M.H  (Peneliti  Q-­‐Bar)  83. Airlangga  Pribadi,  S.IP,  M.A  (Universitas  Airlangga)  84. Maria  Francisca,  S.H.,  S.E,  M.Kn  (Universitas  Presiden)  85. Jomi  Suhendri,  S.H.,  M.H  (Universitas  Ekasakti)  86. Dr.  M.  Muhdar,  S.H.,  M.Hum  (Peneliti,  Prakarsa  Borneo)  87. M.  Nasir,  S.H.,  M.H  (Universitas  Balikpapan)  88. Rosdiana,  S.H.,  M.H  (Peneliti,  Prakarsa  Borneo)  89. Dr.  Iwan  Permadi,  S.H.,  M.H  (Universitas  Brawijaya)  90. Rahmina,  S.H.  (Peneliti,  Prakarsa  Borneo)  91. Yamin,  S.H.,  S.U.,  M.H  (Universitas  Pancasila)  92. Linda  Y.  Sulistiawati,  S.H.,  LL.M  (PhD  Candidate,  University  of  Washington)  93. Gus  Yakoeb  Widodo,  S.H.,  M.H  (Universitas  Pekalongan)  94. Dr.  Firman  Muntaqo,  S.H.,  M.Hum  (Universitas  Sriwijaya)  95. Dr.  Dominikus  Rato,  S.H.,  M.Si  (Universitas  Negeri  Jember)  96. Ngesti  Dwi  Prasetyo,  S.H.,  M.H  (Universitas  Brawijaya)  

Page 7: Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria

 

  7  

97. Arsa  Ria  Casmi,  S.H.,  M.H  (Universitas  Brawijaya)  98. Aan  Eko  Widiarto,  S.H.,  M.H  (Universitas  Brawijaya)  99. Dr.  Rachmad  Safa’at,  S.H.,  M.Si  (Universitas  Brawijaya)  100. Yusdianto,  S.H.,  M.H  (Peneliti,  PKKPUU)  101. Farhan,  S.H.  (Peneliti  Forum  Petani  Aryo  Blitar)  102. Dr.  Semiarto  Aji  Purwanto  (Universitas  Indonesia)  103. Dr.  Arif  Satria  (Institut  Pertanian  Bogor)  104. Dr.  Kotan  Y.  Stefanus,  S.H.,  M.Hum  (Universitas  Nusa  Cendana)  105. Ahmad  Nashih  Luthfi,  M.A  (Sekolah  Tinggi  Pertanahan  Nasional)  106. Eko  Cahyono,  M.Si  (Sajogyo  Institute)  107. Dr.  Ir.  Rilus  A.  Kinseng,  M.A  (Institut  Pertanian  Bogor)  108. Dr.  Setia  P.  Lenggono  (Universitas  Widya  Gama  Mahakam/LPPM  IPB)  109. Siti  Fikriyah  Khuriyati,  S.H.,  M.Si  (Lapera  Indonesia)    110. Magdalena  Triwarmiyati  D.W.,  S.S.,  M.Si  (Unika  Atma  Jaya  Jakarta)  111. M.  Nazir,  M.A  (Sekolah  Tinggi  Pertanahan  Nasional)  112. Dr.  Oloan  Sitorus,  S.H.,  M.S  (Sekolah  Tinggi  Pertanahan  Nasional)  113. Bayu  Eka  Yulian,  S.P  (Institut  Pertanian  Bogor)  114. Prayekti  Muharjanti,   S.H.,  M.Sc   (Peneliti,   Indonesian  Centre   for  Environmental  

Law)  115. Nurul  Widyaningrum,  M.S  (Akatiga)  116. Dr.  Hermansyah  (Universitas  Tanjungpura)  117. Rina  Mardiana,  S.P.,  M.Si  (Institut  Pertanian  Bogor)  118. Dr.  Ir.  Bramasto  Nugroho,  M.S  (Institut  Pertanian  Bogor)  119. Dr.  Stefanus  Laksanto  Utomo,  S.H.,  M.H  (Universitas  Sahid)  120. Dr.  Endang  Pandamdari  S.H.,  M.H.,M.Kn  (Universitas  Trisakti)  121. Irene  Eka  Sihombing,  S.H.,M.H.,  M.Kn  (Universitas  Trisakti)  122. Suparjo  Suyadi,  S.H.,M.H  (Universitas  Indonesia)  123. Hendriani  Parwitasari,  S.H.,M.Kn  (Universitas  Indonesia)  124. Marlisa  Qadarini,  S.H.,  M.H  (Universitas  Indonesia)  125. Rafael  Edy  Bosko,  S.H.,  LL.M  (Universitas  Gadjah  Mada)  126. M.  Riza  Damanik,  S.T.,  M.Si  (Indonesia  for  Global  Justice)  127. Eko  Indrayadi  (Peneliti  independen)  128. Idham  Arsyad,  S.Ag  (Mahasiswa  Pascasarjana  IPB)  129. Ir.  Firman  Hidayat,  M.T  (Mahasiswa  Pascasarjana  IPB)  130. Agung  Wardana,  S.H.,  LL.M  (Undiknas)  131. Albertus  Hadi  Pramono,  M.A  (Sajogyo  Institute)  132. AH.  Asari  Tr.  S.H.,  M.H  (Universitas  Pekalongan)  133. Febri  Meutia,  S.H.,  M.Kn  (Universitas  Pancasila)  134. Rr.  Restisari  J.  S.H.,  M.H  (Universitas  Pancasila)  135. Abetnego  T.,  S.E  (Peneliti  independen)  136. Erni  Dianawati,  S.H.,  M.H  (Universitas  Pancasila)  137. Zuraida  Balweel,  S.H.,  M.Kn  (Universitas  Pancasila)  138. Dr.  Muhammad  Taufik  Abda  (Center  for  Study  and  Advocacy  of  the  Region,  

Aceh)  139. Riza  V.  Tjahjadi  (Biotani  Bahari  Indonesia)  140. Agung  Wibowo,  S.Hut,  M.Si  (Universitas  Palangkaraya)  141. Dr.  Tarech  Rasyid,  M.Si  (Universitas  IBA,  Palembang)  142. Ir.  J.J.  Polong  (Universitas  Sriwijaya)  143. Irene  Mariane,  S.H.,  M.H  (Universitas  Pancasila)  

Page 8: Petisi kepada presiden untuk penyelesaian konflik agraria

 

  8  

144. Dr.  Laksmi  Adriani  Savitri  (Universitas  Gadjah  Mada)  145. Henri  Subagiyo,  S.H  (Peneliti  Indonesian  Centre  for  Environmental  Law)  146. Listyowati  Sumanto,  S.H.,  M.H  (Universitas  Pancasila)    147. Lisken  Situmorang,  S.Si,  M.Si  (Peneliti  Independen)  148. M.  Shohibuddin,  M.Si  (Institut  Pertanian  Bogor)  149. Ir.  Nurka  Cahyaningsih,  M.Si  (Peneliti  Independen)  150. Ir.  Martua  T.  Sirait,  M.Sc  (PhD  Candidate,  Institute  of  Social  Studies)  151. Grahat  Nagara,  S.H  (Peneliti,  Silvagama)  152. Bernadeta  Resti  Nurhayati,  S.H.,  M.Hum  (Unika  Soegijapranata)  153. Dr.  Mohammad  S.  Tavip,  S.H.,  M.Hum  (Universitas  Tadulako)