pesan moral dalam kisah nabi hud (studi...

73
PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI PENAFSIRAN AL-SYA’RAWI ATAS Q.S. AL- A’RAF: 65-72) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh Nia Hidayati NIM: 1112034000114 Pembimbing Drs. A. Rifqi Muchtar, M.A. NIP: 19690822 199703 1002 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H./ 2019 M.

Upload: others

Post on 30-Dec-2019

21 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD

(STUDI PENAFSIRAN AL-SYA’RAWI ATAS Q.S. AL-

A’RAF: 65-72)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh

Nia Hidayati

NIM: 1112034000114

Pembimbing

Drs. A. Rifqi Muchtar, M.A.

NIP: 19690822 199703 1002

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H./ 2019 M.

Page 2: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah
Page 3: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah
Page 4: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah
Page 5: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

iv

ABSTRAK

Nia Hidayati

PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI PENAFSIRAN AL-

SYA’RAWI ATAS Q.S. AL-A’RAF: 65-72).

Skripsi ini membahas tentang kisah Nabi Hud dalam penafsrian Sya‟rawi

atas al-Qur‟an Surat al-A‟raf ayat 65-72 Dalam kisahnya Nabi Hud berdakwah

pada kaum „Ad yang hidup dan merupakan suku tertua setelah azab yang diberi

Allah oleh kaum sebelumnya yaitu kaum Nabi Nuh yang tidak lain adalah kakek

dari Nabi Hud. Jika kita ingin menjelaskan tentang kisah di dalam Al-Qur‟an

maka kita tidak bisa memisahkannya dengan dakwah. identifikasi masalah yang

didapat adalah: karkteristik kisah-kisah dalam al-Qur‟an, potret-potret kisah Hud

dalam al-Qur‟an, pesan moral kisah Hud dalam al-Qur‟an, kisah Nabi Nud dan

kaum „Ad dan penafsiran ayat-ayat kisah Nabi Hud.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah fokus pada poin ketiga

“bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah nabi Hud yang tercantum

dalam Q.S. al- A‟raf [7]: 65-72?. Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk

menguraikan pesan-pesan moral apa saja yang terkandung pada kisah nabi Hud

yang tercantum dalam Q.S. Al-A‟raf [7]: 65-72. Metode yang digunakan dalam

jenis penelitian ini adalah kepustakaan (Library Research) yaitu dengan

mengumpulkan data-data dan menelaah sejumlah referensi yang berhubungan

dengan permasalahan yang akan dibahas. Penulis menggunakan teknik analisis

data kualitatif dengan menggunakan metode maudhu’i (tematik).

Kesimpulan dari skripsi ini terdapat 3 poin. Yaitu: .1. Rasa kesatuan

emosional. bahwaAllah mengutus nabi Hud dari golongan kaumnya sendiri yaitu

kaum „Ad bukan dari golongan kaum lain. Bahasa nabi Hud merupakan bahasa

mereka. 2. Kejernihan berfikir. Kaum „Ad menganggap nabi Hud gila tetapi Nabi

Hud menolak tuduhan atas dirinya dari kaum „Ad yang menuduh bahwa ia adalah orang

gila dan menegaskan bahwa ia adalah seorang nabi dari Tuhan seluruh alam dan .3. Menjunjung tinggi amanat dan memberi peringatan. Nabi Hud menyampaikan

amanat yang diberikan Allah kepadanya agar kaumnya beriman kepada Allah

bahkan nabi Hud mengingatkan kaumnya betapa mereka diberikan berbagai

macam kenikmatan di dalam situasi peradaban mereka. Mereka mampu

mengelola tanah yang tandus menjadi subur, mereka dapat memelihara hewan

ternak dengan baik. Nabi Hud juga mengajak menyembah Allah tanpa

mempersekutukannya dengan sesusatu apapun, dan mengingatkan untuk tidak

melakukan kezaliman dan penganiayaan kepada golongan yang lemah, baik dari

kalangan musuh maupun bukan musuh.

Kata Kunci: Pesan moral, kisah Nabi Hud, tafsir al-Sya’rawi.

Page 6: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

v

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيمTiada kata yang pantas untuk dihaturkan selain rasa syukur atas rahmat dan

hidayah-Nya yangsenantiasa penulis rasakan setiap waktu. Hanya Dia Tuhan

Maha Kasih yang telah memberikan nikmat sehat dan iman, serta petunjuk kepada

penulis sehingga kata demi kata bisa penulis rangkum menjadi sebuah karya tulis

ilmiah (skripsi) yang akan penulis serahkan sebagai persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan jenjang strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dialah Tuhan Maha Sayang yang senantiasa memberikan kekuatan kepada penulis

disaat penulis merasa lelah bahkan frustasi untuk menyelesaikan penelitian ini.

Shalawat serta salam seiring kerinduan akan senantiasa tercurahkan ke

haribaan baginda Rasul Muhammad saw. beserta keluarga dan para sahabatnya

yang telah memperjuangkan Kalamullah yang sempurna sehingga dapat

tersampaikan pula dengan begitu sempurna kepada kita sebagai ummatnya sampai

akhir zaman.

Dengan ini, penulis menyadari betul bahwa skripsi yang berjudul “PESAN

MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI PENAFSIRAN AL-

SYA’RAWI ATAS Q.S. SURAT AL-A’RAF AYAT 65-72)” tidak akan

terselesaikan tanpa adanya banyak sosok yang senantiasa mendampingi baik

secara langsung dan tidak langsung, memberikan semangat dengan penuh cinta

dan kasih sayang, memberikan sumbangsih moral ataupun moril kepada penulis

dengan penuh kesabaran. Oleh karena itu, dengan segenap kerendahan hati,

penulis rasa wajib kiranya untuk mengungkapkan rasa terimakasih itu kepada

mereka:

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., selaku Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuludin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Eva Nugraha, M.A., selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Quran dan Tafsir,

dan Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH., selaku Sekertaris Jurusan Ilmu al-

Page 7: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

vi

Quran dan Tafsir beserta segenap jajaran pengurus Fakultas Ushuluddin

yang telah banyak membantu mempermudah proses administrasi dalam

perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi.

4. Untuk Bapak (alm.) Mulyana bachrum dan Ibu Siti Saodah serta tetehku Annisa

Hidayati dan Adik-adikku M. Fachrizal serta Nabila Hidayati kalian adalah

alasan dan motivasi terbesar penulis serta keluarga semuanya, terima kasih atas

semua waktu dan perkumpulan terhangat ketika di rumah.

5. K.H. Syarif Rahmat R.A., S.Q., M.A., dan Umi Uswatun Hasanah, terima kasih

telah menjadi guru, orang tua bagi penulis.

6. Untuk kedua kalinya penulis ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya

kepada Dr. Eva Nugraha, M.Ag. (beserta keluarga), beliau selaku

pembimbing yang telah meluangkan segenap waktunya, yang telah

membantu penulis dari segi moral atau pun moril dan bahkan sudi

mempersilahkan penulis dengan senang hati untuk menginap di rumahnya

sampai penulisan skripsi ini selesai. Tidak lupa penulis ucapkan terima

kasih pula kepada Pak Anwar Syarifuddin, M.A., selaku dosen

pembimbing akademik (PA) yang telah memberikan kontribusi bermakna

dalam penulisan skripsi ini sehingga setiap saat selalu menanyakan tanpa

adanya rasa bosan sudah sampai dimana penelitian yang penulis lakukan.

Serta Drs. A. Rifqi Muchtar, M.A selaku dosen Pembimbing yang

senantiasa memotivasi penulis agar secepatnya menyelesaikan penulisan

ini, dan beliau juga memberikan sumbangsih bahan rujukan untuk

dijadikan sumber terkait penulisan.

7. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang dengan kebaikan dan kemurahan

hatinya baik secara sadar dan tidak sadar telah mendorong penulis untuk

pantang menyerah sebelum menang dalam menggali kedalaman dan

keindahan kitab suci al-Qurān serta ke-Uswah-an Nabi Muhammad saw.

8. Saudara Kostan, Ana, Lina, Ayang dan Zulfa, terima kasih untuk waktu dan

pelukan hangatnya. Teman-teman Futihatun Wasilah, Lita, Qity, kak Rifa,

Himmah, kak Tia, Siva, Laily, Inayah, Shihah, Leni, hafizah, Ita, serta “The

Page 8: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

vii

Evanger: End Game” ( Sabiq, Aang, Konde aka Imam Zamakhsyari, Kholik,

Herman, Cebong aka Syahroni), Rahman, Sufyan, Jali serta teman-teman

seperjuangan hingga akhirnya skripsi ini selesai.

9. Kepada Syaikh Mutawalli Sya‟rawi yang sudah menghasilkan karya besar yang

indah ini sehingga menginspirasi banyak orang, sehingga berhasil menggugah

penulis untuk mengkajinya lebih dalam, semoga ini menjadi manfaat.

10. Tidak ada kata yang pantas selain ucapan terima kasih yang begitu

mendalam dan seuntai doa senantiasa penulis haturkan kepada mereka

agar senantiasa segala kebaikannya dibalas oleh Allah swt dengan balasan

yang setimpal. Akhirnya, penulis berharap semoga karya tulis ini

senantiasa dapat memberikan wawasan mengenai Quran dan bermanfaat

bagi semuanya, khususnya bagi penulis sendiri. Āmīn yā rabb.

Semoga Allah SWT. membalas semua kebaikan kita semua. Penulis menyadari

sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi,

metodologi dan analisisnya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun

sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Pada akhirnya hanya

kepada Allah Swt. penulis berharap, semoga apa yang tertulis dalam skripsi ini

bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya.

Amin.

Ciputat, 10 Juli 2019

Hormat saya

Penulis

Page 9: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia

Nomor: 158 tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/u/1987

1. PadananAksara

Huruf

Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b Be ب

t Te ت

ṡ Es dengan titik atas ث

j Je ج

ḥ ha dengan titik bawah ح

kh Kadan ha خ

d De د

ż Zet dengan titik atas ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sy Es dan ye ش

ṣ Es dengan titik bawah ص

ḍ de dengan titik bawah ض

ṭ Te dengan titik bawah ط

ẓ Zet dengan titik bawah ظ

Page 10: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

ix

„ عKoma terbalik di atas hadap

kanan

gh Ge dan ha غ

f Ef ؼ

q Qi ؽ

k Ka ؾ

l El ؿ

m Em ـ

n En ف

w We ك

h Ha ق

Apostrof ‟ ء

y Ye م

2. Vokal

Vokal terdiri dari dua bagian, yaitu vokal tunggal dan vokal rangkap.

Berikut ketentuan alih aksara vokal tunggal:

TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

A Fatḥah ـ

I Kasrah ـ

U Ḍammah ـ

Adapun vocal rangkap ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

مـ Ai a dan i

ك ـ Au a dan u

Page 11: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

x

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang dalam bahasa Arab dilambangakan

dengan harkat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

Ā a dengan topi di atas ىا

Ī i dengan topi di atas ىي

Ū u dengan topi di atas ىػو

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan huruf

dialih aksarakan menjadi huruf „l‟ baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf اؿ

qamariyah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl.

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda (ـ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang

yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata الضركرة tidak ditulis ad-

ḍarūrah tapi al-ḍarūrah.

6. Tā’Marbūṭah

Kata Arab Alih Aksara Keterangan

Ṭarīqah Berdiri sendiri طريقة

-Al-jāmi„ah al اجلامعة اإلسالمية

islāmiyyah Diikutioleh kata sifat

waḥdat al-wujūd Diikuti oleh kata benda كحدة الوجود

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam system tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, alih aksara

huruf kapital ini juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalan

Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permukaan kalimat,

huruf awal nama tempat, nama bulan, nama seseorang, dan lain-lain. Jika nama

seseorang didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital

adalah huruf awal nama tersebut. Misalnya: Abū „Abdullāh Muhammad al-

Qurṭubī bukanAbū „Abdullāh Muhammad Al-Qurṭubī.

Page 12: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

xi

Berkaitan dengan judul buku ditulis dengan cetak miring, maka demikian

halnya dengan alih aksaranya, demikian seterusnya. Jika terkait nama, untuk

nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak

dialih aksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Contoh:

Nuruddin al-Raniri tidak ditulis dengan Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja, kata benda, maupun huruf ditulis secara

terpisah. Berikut contohnya dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan diatas:

Kata Arab Alih Aksara

Żālika al-Kitāb ذلك ال كتاب

يات ال كتاب آنل ك Tilkaāyāt al-Kitāb

هدنل لل مت قي Hudan li al-muttaqīn

Innīanā Żālikumā نا ذلكما إن

9. Singkatan

Huruf Latin Keterangan

Swt, Subḥānahuwa ta‘ālā

Saw, ṢallaAllāh‘alaihwasallam

QS. Quran Surat

M Masehi

H Hijriyah

w. Wafat

Page 13: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .....................................................................................v

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 7

C. Rumusan Masalah ............................................................................... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 8

E. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 8

F. Metodologi Penelitian ...................................................................... 13

G. Sistematika Penulisan ....................................................................... 14

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KISAH DAN PROFIL NABI HUD

A. Tinjauan Umum tentang Kisah ........................................................ 16

1. Pengertian Kisah ........................................................................ 16

2. Fungsi Kisah .............................................................................. 23

3. Bentuk Kisah .............................................................................. 24

B. Profil Nabi Hud ................................................................................ 25

1. Nama dan Garis Keturunan ........................................................ 25

2. Sifat Nabi Hud terhadap Kaumnya ............................................ 26

3. Sebaran Kisah Nabi Hud dalam Al-Qur‟an ............................... 26

BAB III BIOGRAFI AL-SYA’RAWI DAN GAMBARAN UMUM KITAB

TAFSIR KHAWATIR HAULA AL-QUR’AN

A. Biografi Imam Al-Sya‟rawi ............................................................. 39

B. Latar Belakang Sosio Kultural dan Intelektual Al-Sya‟rawi............ 40

Page 14: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

xiii

C. Karya-karya Imam Al-Sya‟rawi ....................................................... 42

D. Profil Tafsir al-Sya‟rawi ................................................................... 44

1. Gambaran Umum Tafsir ........................................................... 45

2. Sistematika Penulisan ............................................................... 46

3. Metode Penulisan ..................................................................... 48

4. Corak Penulisan ........................................................................ 49

5. Sumber Penafsiran .................................................................... 49

BAB IV PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI

PENAFSIRAN AL-SYA’RAWI Q.S. AL-A’RAF 65-72)

A. Rasa Kesatuan Emosional ................................................................ 50

B. Kejernihan Berfikir .......................................................................... 52

C. Menjunjung Tinggi Amanat dan Memberi Peringatan .................... 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 55

B. Saran ....................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 57

Page 15: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Al-Qur‟an memuat tata nilai yang sempurna melebihi tata nilai

apapun termasuk semua undang-undang yang ada, bahkan melampaui

aturan-aturan “agama” lain sekalipun. Maka tak diragukan lagi bahwa

kedudukan al-Qur‟an menjadi referensi hidup bagi seluruh umat manusia;

tanpa terkecuali. Al-Qur‟an sebagai referensi hidup, juga memberikan

keterangan tentang identitas manusia; asal-usul kehidupan serta kematian,

perlengkapan jasmani dan ruhaninya, karakter dasar dan

kecenderungannya.1

Tujuan dan misi utama al-Qur‟an adalah sebagai hidayah (petunjuk)

bagi manusia. Agama merupakan hidayah kitab yang paling tinggi bagi

manusia, dan bahwa al-Qur‟an menjadi kitab ilahi paling sempurna yang

diwahyukan kepada Nabi Saw untuk menyampaikan hidayah ke hadapan

umat manusia. Oleh karena itu, fungsi hidayah yang dibawa al-Qur‟an

merupakan wujud kemukjizatan al-Qur‟an itu sendiri. Hidayah tidak lain

menjadi bentuk istimewa yang mencerminkan hakekat segala bentuk

kemukjizatan kitab-kitab Allah.2

Al-Qur‟an adalah kitab pendidikan yang luhur yang bukan hanya

untuk dibaca atau dihafal. Melainkan banyak kisah-kisah didalamnya yang

harus diteladani pesan dan moral yang terdapat di dalam kisah tersebut.

Sehingga kita sebagai umat Nabi Muhammad Saw, dapat mengambil sisi

baiknya dan membuang sisi buruknya.

1Nasaruddin Umar, Ulumul Qur’an (Mengungkap Makna-Makna Tersembunyi Al-

Qur’an), (Ciputat: Al-Ghazali Center, 2008),h. 275. 2 Muhammad Shalahuddin al-Thawab, Al-Naqd al- Adabi: Dirasat Naqdiyah wa

Adabiyah Haula I’jaz al-Qur’an. (Kairo: Dar al-Kitab al-Hadits, 2003), h. 203

Page 16: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

2

Sayyid Quṭḥub didalam bukunya.3 Menjelaskan tujuan kisah al-

Qur‟an:

1. Untuk menegaskan bahwa al-Qur‟an merupakan wahyu Allah dan

Muhammad benar-benar utusan-Nya yang dalam keadaan tidak

mengerti baca tulis namun bisa menceritakan kisah-kisah terdahulu.

2. Untuk menjelaskan bahwa Allah selalu bersama nabi-Nya dan

menghukum orang-orang yang mendustakan kenabian-Nya. Di

samping itu juga untuk menjelaskan nikmat Allah terhadap para Nabi

dan semua pilihan-Nya.4

3. Untuk peringatan bagi manusia untuk waspada terhadap godaan-

godaan setan dan manusia semenjak nabi Adam. Selalu bermusuhan

dan menjadi musuh abadi bagi manusia. Di samping itu, juga untuk

menerangkan akan kekuasaan Allah atas peristiwa-peristiwa yang luar

biasa, yang tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia.5

Kisah-kisah dalam al-Qur‟an berarti Qaṣaṣ yang artinya mencari

bekasan atau mengikuti bekasan (jejak). Qaṣaṣ bermakna: urusan,

berita, khabar dan keadaan.

Qaṣaṣ dalam al-Qur‟an ada 3 Macam:6

1. Qaṣaṣul anbiya‟ (Kisah Nabi-Nabi).

Al-Qur‟an mengandung tentang dakwah para nabi dan mukjizat-

mukjizat para rasul dan sikap umat-umat yang menentang, serta

marhalah-marhalah dakwah dan perkembangannya, di samping

menerangkan akibat-akibat yang dihadapi para mukmin dan golongan-

golongan yang mendustakan, seperti qaṣaṣ Nuh, Ibraḥim, Musa,

Harun, Isa, Muhammad s.a.w. dan lain-lain.

3 Baca lebih lanjut Sayyid Quthub; al-Tashwir al-Fanny fi al-Qur’an (Beirut: D r

al-Ma‟arif, 1975), h. 201 4Abdul Mustaqim dkk, Kisah Al-Qur’an: Hakekat, Makna, Dan Nilai-Nilai

pendidikannya,(Lombok: Jurnal Ulumuna, 2011), h.273. 5 Abdul Mustaqim dkk, Kisah al-Qur’an, h. 273.

6 M. Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu al-qur’an. (Jakarta: PT. Bulan Bintang.

1988), h. 187-188.

Page 17: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

3

2. Qaṣaṣ yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi

dan orang-orang yang tidak dapat dipastikan ke-Nabiannya, seperti

kisah orang-orang yang pergi dari kampung halamannya, yang beribu-

ribu jumlahnya karena takut mati dan seperti kisah Ṭḥalut dan Jalut,

dua putera Adam, Aḥlul Kaḥfi, Zulkarnain, Qarun, Aṣḥabussabti,

Maryam, Aṣḥabul Ukhdul dan lain-lain.

3. Qaṣṣaṣ yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di

masa Rasul saw., seperti: peperangan Badar dan Uhud yang

diterangkan dalam surat Ali Imran, peperangan Hunain dan Tabuk

yang diterangkan didalam surat at-Taubah, peperangan Ahzab yang

diterangkan dalam surat al-Ahzab dan hijrah serta Isra‟ dan lain-lain.

Seseorang yang beriman kepada Allah adalah orang yang pasti diberi

petunjuk oleh-Nya. Risalah yang diuraikan melalui al-Qur‟an berisi

bimbingan dan ajaran ketuhanan yang mampu menggugah dan menyentuh

emosi seseorang; mampu membangkitkan kepercayaan dalam hati, sehingga

hidayah yang datang dan tumbuh di dalam hati seseorang, mampu

menunjukkan dan mengarahkannya ke jalan yang benar dan penuh

kebajikan. Dalam rentang sejarah yang cukup panjang, al-Qur‟an dengan

fungsi hidayah-nya mampu menumbuhkan keimanan para lawan-lawannya.

Tidak sedikit dari orang-orang yang semula menentang secara mati-matian

al-Qur‟an bahkan mencibirnya sebagai kata-kata tukang sihir berbalik

mengakuinya, dan menyatakan iman.7

Dalam al-Qur‟an cerita menjadi mediasi untuk menyampaikan

hidayah yang dibawa oleh al-Qur‟an. Lebih dari itu, al-Qur‟an seolah-olah

menjadikan cerita sebagai style dalam penyampaian tujuannya. Ini terbukti

bahwa hampir seluruh ayat al-Qur‟an memuat tentang cerita-cerita, baik

cerita tentang para nabi maupun kaum-kaum terdahulu. Lebih dari seribu

ayat, dari 6666 ayat yang ada di dalam al-Qur‟an, memuat tentang cerita.

7 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an.

(Jakarta: Lentera Hati.2007), h.76.

Page 18: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

4

Eksistensi cerita dalam al-Qur‟an diproyeksikan demi tujuan mulia terkait

dengan risalah yang diemban oleh Nabi Muhammad Saw dan sekaligus

sebagai bukti kenabian.8

Secara garis besar kisah-kisah dalam al-Quran mengandung dua

unsur yang sangat penting, yakni unsur nilai teologi dan unsur moral. Dari

materi dakwah al-Qur‟an tersebut menunjukan kebenaran risalah yang

dibawa oleh Nabi dan Rasul sebagai utusan Allah swt dari kisah-kisah

dalam al-Qur‟an diharapkan umat manusia dapat mengambil hikmah yang

terkandung di dalamnya, baik yang berasal dari nilai teologi dan moral.9

Seperti kisah-kisah Nabi Hud dalam al-Qur‟an yg memiliki nilai

teologi dan moral di dalamnya, yakni Nabi Hud mengajak kepada kaumnya

agar menyembah Allah swt agar terhindar dari bala bencana yang melanda

negerinya, kisah ini diabadikan dalam QS. Hud [11]: 58.

م وني منا مة برح ۥمعه ءامنوا وٱلذين ا نا هود رنا ني ء أم ولما جا غليظ عذاب من نه “Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Huud dan orang-orang

yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan

(pula) mereka (di akhirat) dari azab yang berat.”

Menurut al-Sya‟rawi dalam ayat tersebut adalah, berpaling dan

bersikap keras kepala yang disertai penghinaan dan konspirasi di hadapan

seruan para nabi akan diganjar Allah swt dengan azab yang berat. Hal inilah

yang terjadi pada kaum nabi Hud sebagaimana yang dapat kita baca dalam

QS. al-Dzariyat [51]: 41-42

نا علي سل عقيم وفي عاد إذ أر يح ٱل ميم ۞هم ٱلز ه كٱلزا ه إلا جعلت ء أتت علي ما تذر من شي

8Sayyed Quthb, Tashwir al-Fanniy fi al-Qur’an, (Kairo: Dar al- Syuruq, 1993),

h.201. 9 A.M Ismatullah, Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Kisah Yusuf (Penafsiran H.M.

Qurasih Shihab Atas Surah Yusuf), journal.iain-samarinda, 2012, h. 3.

Page 19: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

5

“Dan juga pada (kisah) Aad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin

yang membinasakan,angin itu tidak membiarkan satupun yang dilaluinya,

melainkan dijadikannya seperti serbuk.”

Dari ayat tersebut terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:

pertama, orang-orang yang beriman diberikan keselamatan oleh Allah.

kedua, kemurkaan Allah swt selalu ditimpakan kepada orang-orang yang

berbuat dzalim dan ingkar terhadap seruan Nabi dan Rasul-Nya.

Kisah-kisah dalam al-Qur‟an merupakan kisah nyata bukan rekayasa

ataupun khayalan. Berbeda dengan lisan maupun tulisan yang dibuat

manusia. Kisah dalam al-Qur‟an merupakan kebenaran yang mutlak.

Ketika orang berbicara tentang nilai-nilai moral, pada umumnya

akan terdengar sebagai sikap dan perbuatan seseorang terhadap orang lain.

Pada anak-anak, nilai-nilai moral akan terlihat dari mampu tidaknya seorang

anak membedakan antara yang baik dan yang buruk.10

Pendapat penulis dalam kisah nabi Hud menceritakan bagaimana ia

mengahadapi kaumnya yang pada masa itu menjadi salah satu kaum yang

maju dengan bangunan-bangunan yang mereka buat sendiri dan menjadi

salah satu kaum yang terdepan dimasanya. Kaum „Ad merupakan kaum

yang muncul setelah azab yang diterima oleh kaum nabi Nuh.

Di dalam al-Qur‟an, kata qiṣaṣ terulang sebanyak tiga puluh kali.11

A. Suriani sebagai penulis buku menyimpulkan bahwa orang-orang yang

ingin menjelaskan tentang kisah tidak memiliki perbedaan makna, tetapi

masing – masing ingin mengungkapkan aspek – aspek tertentu yang

menjadi focus perhatian penulisnya. Maka dari itu, tidak akan ditemukan

adanya pertentangan. Semua sepakat bahwa isi dari sebuah kisah adalah

berasal dari sebuah kejadian-kejadian yang memiliki awal dan akhir, baik

10

Wiwit Wahyuning, Jash dan Metta Rachmadiana, Mengkomunikasikan Moral

Kepada Anak(Jakarta: PT. Elex Media Komputido Kelompok Gramedia, 2003), h. 4. 11

A. Suriani, MA, Manajemen Dakwah Dalam Kehidupan Pluralis

Indonesia(Ciputat: The Media of Social and Cultural Communication , 2005), h. 15.

Page 20: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

6

yang actual maupun tidak, yang disampaikan oleh pembuatnya sesuai

dengan kapasitas emosi dan nalarnya. Disini saya setuju dengan pendapat A.

Suriani bahwa pada intinya seorang penafsir dan penulis lainnya memiliki

cara pandang yang sama dalam mendefinisikan kisah itu sendiri dan

bagaimana cara mereka mengungkapkan aspek – aspek tertentu yang

menjadi fokus perhatian penulisnya.

Dalam kisahnya Nabi Hud berdakwah pada kaum „Ad yang hidup

dan merupakan suku tertua setelah azab yang diberi Allah oleh kaum

sebelumnya yaitu kaum Nabi Nuh yang tidak lain adalah kakek dari Nabi

Hud. Jika kita ingin menjelaskan tentang kisah didalam Al-Qur‟an maka

kita tidak bisa memisahkannya dengan dakwah.

Masih di dalam buku yang sama dijelaskan dakwah dibagi menjadi

dua bentuk, yaitu konseptual dan praktis. Konseptual adalah bahwa dakwah

diarahkan pada objek dakwah, yang secara idealis menggambarkan

keinginan juru dakwah terhadap penerima dakwah, yaitu upaya perubahan

sikap beragama yang benar dari penerima dakwah yang dilaksanakan

dengan jiwa yang tulus ikhlas.

Maka dari itu saya ingin mengungkap apa saja pesan moral yang

terdapat dalam kisah Nabi Hud. Hal ini yang kemudian menjadi alasan

penulis untuk mengkaji terkait pesan moral yang terdapat pada kisah Nabi

Hud dalam al-Qur‟an terhadap kaumnya yang ingkar atas seruan Rasul-Nya.

Dalam penelitian ini penulis akan menggali dalam kisah Nabi Hud dengan

menggunakan penafsiran Imam al-sya‟rawi dalam kitab al-Jami al-Ahkam

al-Qur’an dengan mempertimbangkan beberapa faktor berikut:

Pertama, karena kitab al-Sya‟rawi merupakan kitab tafsir

kontemporer dengan ciri metode penulisan tahlili atau analisis penafsiran

yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas. beliau

juga membahas dan menafsirkan ayat demi ayat dan mengaitkannya dengan

ayat lain yang memiliki keterkaitan dengan tema, karena beliau yakin ada

Page 21: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

7

kesatuan tema dalam al-Qur‟an. Sistematika penulisan ini disebut penafsiran

al-Qur‟an dengan al-Qur‟an menjadi ciri tafsir bi al-Ma‟tsur.

Tafsir yang dapat disaksikan keshahihannya, yakni tafsir yang

didasarkan pada “ilmu” (al-‘Ilmu) adalah tafsir yang dapat ditetapkan bahwa

Nabi sendiri atau sahabatnya yang bersentuhan langsung dalam wilayah

pengajaran hal itu telah menjelaskannya dengan penjelasan makna al-Qur‟an

dan dalalahnya (Tafsir bi al-Matsur).12

Kedua, karena tafsir ini bercorak adabi ijtima’i atau tafsir yang

berorientasi pada sastra, budaya dan kemasyarakatan.Namun yang lebih

menonjol dari corak tafsir ini adalah sisi ijtima‟i/sosial.13

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang penulis angkat dari latar belakang di atas dapat

diidentifikasikan menjadi:

1. Karkteristik kisah-kisah dalam al-Qur‟an.

2. Potret-potret kisah Hud dalam al-Qur‟an.

3. Pesan moral Kisah Hud dalam al-Qur‟an.

4. Kisah nabi Hud dan kaum „Ad.

5. Penafsiran ayat-ayat kisah nabi Hud.

Penulis melakukan pembatasan terhadap masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini agar lebih fokus dan tercapai tujuan dari penelitian ini.

Terdapat sembilan surah yang menceritakan nabi Hud dan kaum „Ad. Salah

satunya yaitu: QS. al-A‟raf [7]: 65-72. Maka penulis membatasi masalah ini

hanya pada satu surah al-Qur‟an tentang kisah Nabi Hud dan Kaumnya.

Dalam pengungkapan pesan moral dalam kisah nabi Hud dan kaumnya,

penulis merujuk kepada tafsir al-Sya’rawi. Serta buku-buku yang berkaitan

dengan aspek kebaikan dalam kisah nabi Hud dan kaum „Ad.

12

Ignaz Goldziher, Madzhab Tafsir (Yogyakarta: Penerbit eLSAQ Press, 2006), h.

87. 13

Faizah Ali syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-

Modern (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2012 ), h. 154.

Page 22: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

8

C. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah fokus pada

poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah nabi

Hud yang tercantum dalam Q.S. al- A‟raf [7]: 65-72?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

Adapun tujuan dan manfaat penelitian ini adalah:

1. Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk menguraikan pesan-pesan

moral apa saja yang terkandung pada kisah nabi Hud yang tercantum

dalam Q.S. Al-A‟raf [7]: 65-72.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, skripsi ini memberikan kontribusi pengetahuan

tentang pesan-pesan moral yang terkandung pada kisah nabi Hud yang

dapat menambah wawasan akan kajian yang terkait

2. Secara normatif, skripsi ini memberikan gambaran tentang kisah nabi

Hud serta pesan moral yang terdapat di dalam Q.S. Al-A‟raf [7]: 65-

72.

3. Secara praktis skripsi ini memberikan sumbangan untuk ilmu

pengetahuan dan dijadikan bahan kajian bagi peneliti lain.

E. Tinjauan Pustaka.

Ani Suriani dengan Judul buku Manajemen Dakwah Dalam

Kumpulan Kehidupan Pluralis Indonesia (Membumikan Nilai-Nilai Kisah

Nabi Huda a.s Dalam Al-Qur’an).14

Di dalam bukunya ia memaparkan

uslub-uslub dakwah yang terkandung dalam kisah Nabi Hud a.s. penulis

buku juga menemukan adanya uslub al-indzar wa ibsyar (member

peringatan dan member peringatan), irsyad (mengajak untuk memikirkan

berbagai ciptaan Allah sebagai bukti kekuasaan-Nya) dan Uslub Muj dalah

14

A. Suriani, Manajemen Dakwah Dalam Kehidupan Pluralis Indonesia (Ciputat:

The Media of Social and Cultural Communication, 2005), h. 10.

Page 23: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

9

(strategi dialogis antara dua pihak untuk mencari kebenaran yang dapat

disepakati). Disini terdapat persamaan dengan skripsi yang akan saya teliti

adalah kisah Nabi Hud .tetapi selain itu tidak ada karena penulis buku ini

ingin mengkaji tentang uslub-uslub dakwah yang terdapat dalam kisah Nabi

Hud.

Skripsi Nilai Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kisah Nabi Hud

Menurut Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an Karya Sayyid Quthb. Yang ditulis oleh

Agwin albert Kurniawan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Jurusan

Pendidikan Agama Islam IAIN Ponorogo 2017.Dalam skripsi ini

menjelaskan tentang metode kisah nabi dan rasul adalah salah satu metode

pendidikan akhlak yang dapat mengatasi tantangan dan godaan. Disini

menjelaskan tentang kisah nabi Hud menggunakan tafsir Fi Zhilalil

Qur’an.15

Perbedaan dengan skripsi Agwin Albert Kurniawan dengan saya

adalah tafsir. Perbedaan dalalam skripsi ini ialah Agwin Albert meneliti

tentang pendidikan akhlak dan tafsir yang ia gunakan adalah tafsir Fi

Zhilalil Qur’an. Sedangkan persamaanya dengan saya adalah mengkaji

kisah Nabi Hud.

Skripsi Pesan Moral Dalam Kisah Nabi Shalih dan Kaumnya:

sebuah Kajian Tematik. Yang ditulis oleh Husnil Mardyah Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah 2018. Didalam skripsi ini berisi

tentang apa saja pesan moral yang dapat diambil dari kisah Nabi Shalih dan

kaumnya yang diambil dari Tafsir Al-Thabarî, Tafsir Ibn Katsir, dan tafsir

al-Qurthubî. Metode yang diambil adalah tafsir Maudhu’i.yang berisikan

tinjauan umum kisah, kisah kaum Tsamud dalam al+Qur‟an yang berujung

azab dalam literatur tafsir dan pesan moral dalam kisah Nabi Shalih dan

15

Agwin Albert Kurniawan , Nilai Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kisah Nabi

Hud Menurut Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an Karya Sayyid Quthb, (Ponorogo: IAIN 2017), h. 2.

Page 24: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

10

kaumnya16

Disini hanya terdapat persamaan yaitu mengkaji pesan moral

sedangkan kisah serta tafsirannya berbeda dengan saya sebagai penulis.

Skripsi Pesan Moral Kisah Nabi Yunus Menurut Mufasir Modern

Indonesia yang ditulis oleh Nurlaeli Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2014.Skripsi ini berisikan tentang sikap sabar dan

optimis yang dijalani Nabi Yunus dalam menghadapi kaumnya.Disini

berisikan literatur tafsir Hamka (al-Azhar) dan Quraish Shihab (al-

Mishbah).17

Diskripsi ini sama mengkaji tentang pesan moral. Tetapi kisah

serta penafsirannya berbeda dengan yang akan saya kaji.

Skripsi Pesan Akhlak Kisah Nabi Luth Menurut Penafsiran al-

Qurthubi dan M. Quraish Shihab.Yang ditulis Arum Istiyani Fakultas

Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2016.

Didalam skripsi ini berisi penafsiran Al-Qurthubi dan M. Quraish Shihab

terhadap kisah Nabi Luth, seperti: 1. nilai akhlak baik (terpuji) yang dibagi

menjadi: Nilai akhlak terpuji terhadap Allah SWT, Nilai akhlak terpuji

terhadap sesama, Nilai akhlak terpuji terhadap diri sendiri dan 2. Nilai

akhlak buruk (tercela) yang dibagi menjadi: nilai akhlak tercela terhadap

Allah SWT, nilai akhlak tercela terhadap sesama, dan nilai akhlak tercela

terhadap diri sendiri.18

Persamaan dengan saya adalah pesan moral dan tafsir

sedangkan kisah Nabi kita berbeda dan saya tidak menggunakan tafsir

Quraish Shihab.

Skripsi Ajaran Moral Dalam Kisah Nabi Yusuf A.S (Analisis

Semiotik Rolan Barthes).Yang ditulis Chatirul Faizah Fakultas Ushuluddin

UIN Walisongo Semarang 2015. Yang berisikan ajaran moral dan semiotika

Roland Barthes, Kisah Nabi Yusuf dalam al-Qur‟an yang berisikan tentang

16

Husnil Mardyah, Pesan Moral Dalam Kisah Nabi Shalih dan Kaumnya: sebuah

Kajian Tematik, (November, 2018), h. 5 . 17Nurlaeli, Pesan Moral Kisah Nabi Yunus Menurut Mufasir Modern Indonesia,

2014, H. 5. 18Arum Istiyani, Pesan Akhlak Kisah Nabi Luth Menurut Penafsiran al-

Qurthubi dan M. Quraish Shihab, 2016, h. 18.

Page 25: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

11

asbabun nuzul surat Yusuf dan surat Yusuf sebagai ahsan al-Qashash

beserta dimensi dan nilai historis kisah Nabi Yusuf dalam al-Qur‟an adapun

pembahasan tentang analisis semiotik Roland Barthes terkait kisah Nabi

Yusuf AS dan ajaran moral dalam kisah Nabi Yusuf AS.19

Persamaan

dengan saya adalah ajaran moral dan perbedaanya adalah kisah Nabi serta

analisis penafsirannya.

Skripsi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Berbasis Kisah Nabi Nuh AS

Di Dalam A-Qur’an Menurut Para Mufassir.Yang ditulis Yovi Nur

Rohman Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang 2016. Yang berisikan nilai-nilai pendidikan islam didalam

kisah Nabi Nuh AS, analisis kisah Nabi Nuh AS dan kaumnya menurut para

mufassir, implikasi kisah Nabi Nuh AS terhadap nilai-nilai pendidikan

islam, seperti: nilai-nilai pendidikan aqidah, akhlak dan ibadah.20

Disini

tidak ada persamaan dengan skripsi yang akan saya jelaskan.

Artikel yang ditulis oleh A.M Ismatullah Nilai-Nilai Pendidikan

Dalam Kisah Yusuf (Penafsiran H.M Quraish Shihab Atas Surah Yusuf)

2012. Dalam artikel ini dijelaskan pengertian dan macam-macam kisah al-

Qur‟an, nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam kisah Yusuf dan

relevansinya dalam kehidupan sekarang.Yang dipaparkan secara urut sesuai

dengan rujukan dari sumber primer yaitu tafsir al-Mishbah karya Quraish

Shihab.21

Dalam artikel ini tidak ada persamaan dengan skripsi yang akan

saya tulis.

Artikel yang ditulis oleh Abdul Mustaqim Kisah Al-Qur’an:

Hakekat, Makna dan Nilai-Nilai Pendidikannya 2011. Disini dijelaskan

pengertian dan macam kisah al-Qur‟an, tujuan edukatif kisah dalam al-

19

Chatirul Faizah, Ajaran Moral Dalam Kisah Nabi Yusuf A.S (Analisis

Semiotik Rolan Barthes, 2015, h. 15. 20

Yovi Nur Rohman, Nilai-Nilai Pendidikan Islam Berbasis Kisah Nabi Nuh

AS Di Dalam A-Qur‟an Menurut Para Mufassir, 2016, h. 17. 21

A.M Ismatullah, Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Kisah Yusuf (Penafsiran

H.M. Quraish Shihab Atas Surah Yusuf), 2012, h. 13

Page 26: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

12

Qur‟an, unsur dan macam kisah al-Qur‟an, nilai-nilai pendidikan yang

terkandung didalam kisah al-Qur‟an seperti (nilai pendidikan tauhid,

intelektual, akhlak/moral, seksual dan demokrasi).22

Dalam artikel ini hanya

ada persamaan yaitu tentang kisah dan perbedaannya adalah tentang

pendidikan sedangkan saya adalah pesan moral.

Artikel yang ditulis oleh Novita Siswayanti Dimensi Edukatif Pada

Kisah-kisah Al-Qur’an 2015.Disini disebutkan macam-macam dan

karakteristik kisah didalam al-Qur‟an beserta penjelasan bagaimana kisah

menjadi sebuah metode pendidikan. Disini penulis memberi kesimpulan

bahwa kisah-kisah dalam al-Qur‟an merupakan refleksi sejarah masa lalu

umat manusia yang dapat diambil pelajaran oleh umat sesudahnya, secara

faktual kisah-kisah dalam al-Qur‟an merupakan kisah yang nyata dan

memiliki kebenaran universal, kisah-kisah dalam al-Qur‟an memiliki

kandungan filosofi pendidikan yang bermanfaat bagi manusia dan kisah-

kisah dalam al-Qur‟an dapat dianggap sebagai metode pendidikan yang

efektif dalam transformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai

keislama.23

Persamaan penulis dangan penelitian saya adalah menjelaskan

tentang kisah sedangkan perbedaannya adalah tidak menggunakan tafsir

tematik yaitu Tafsir al-Sya‟rawi.

Artikel yang ditulis oleh Mohammad Anwar Syarifuddin dan Jauhar

Aziziy Mendialogkan Hermeneutika Doa Dalam Kisah Ibrahim Dan

Musa.disini menjelaskan doa-doa gambaran kisah nabi Ibrahim dan Musa

dengan jelas bagaimana titik akhir batas kelemahan ikhtiar manusia yang

tengah berupaya membangun jalan sejarah tersambung dengan kekuatan

besar dalam berkah kasih sayang Tuhan kepada hamba-hambanya yang

saleh. Dengan doa, melalui permohonan para salihin seperti para nabi

22Abdul Mustaqim, Kisah Al-Qur‟an: Hakekat, Makna dan Nilai-Nilai

Pendidikannya, 2011, h. 4. 23 Novita Siswayanti, Dimensi Edukatif Pada Kisah-Kisah al-Qur‟an, 2015, h.

2.

Page 27: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

13

kelemahan ikhtiar manusia mendapatkan suntikan tenaga baru. Penerapan

teori-teori hermeneutika modern terhadap keunikan karakter doa-doa dalam

kisah nabi Ibrahim dan Musa sepenuhnya dilakukan untuk memfungsikan

makna, setting sosial dan narasi yang dibangun dalam kisah bagi sebesar-

besar kemanfaatan para pembacanya di masa kini.24

Persamaan dengan

saya adalah kisah tetapi bukan Nabi serta mengenai tafsir yang akan saya

gunakan untuk skripsi ini.

Jadi, dengan data yang saya dapat belum pernah ada yang mengkaji

tentang penelitian yang saya bahas.Meski ada, itupun terdapat perbedaanya.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam peneliitian ini adalah

kepustakaan (Library Research) yaitu dengan mengumpulkan data-data dan

menelaah sejumlah referensi yang berhubungan dengan permasalahan yang

akan dibahas.25

Penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan

menggunakan metode maudhu’i (tematik). Kata maudhu’i dinisbatkan

kepada kata al-maudhu’, yang artinya topik atau materi suatu pembicaraan

atau pembahasan. Dalam bahasa Arab kata mau’dhui berasal dari bahasa

Arab (مىضىع( yang merupakan isim maf‟ul dari fi‟il madhi ( )وضع yang

artinya meletakkan, menjadikan, menghina, mendustakan dan membuat

Dalam bahasa Arab kata mau’dhui berasal dari bahasa Arab (مىضىع( yang

merupakan isim maf‟ul dari fi‟il madhi ( )وضع yang artinya meletakkan,

24Mohammad Anwar Syarifuddin dan Jauhar Aziziy, Mendialogkan

Hermeneutika Doa Dalam Kisah Ibrahim Dan Musa, 2016, h. 1-2. 25

J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, karakteristik, dan keunggulan ,

(Jakarta: Grasindo, 2010), h. 60.

Page 28: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

14

menjadikan, menghina, mendustakan dan membuat-buat.26

Dan menurut

ilmu semantik ialah al-Qur‟an menurut tema atau topik tertentu.Dalam

bahasa Indonesia disebut tafsir tematik.27

Tafsir maudhu’i menurut

pendapat mayoritas ulama adalah “menghimpun seluruh ayat al-Qur‟an

yang memiliki tujuan dan manfaat yang sama”.28

2. Sumber data

Dalam penelitian ini dilakukan dengan dua jenis sumber data

penelitian, yaitu data primer dan data sekunder.kajian literatur yang jadi

sumber primernya dalam penelitian ini adalah literatur yang dianggap

relevan, sedangkan sumber sekunder adalah literatur yang mendukung.

Adapun yang termasuk sumber primer ialah tafsir Sya‟rawi. Sedangkan

sumber sekunder adalah kitab tafsir yang berorientasi pada aspek kebaikan

dalam kisah kaum „Ad, serta buku-buku yang membahas tentang kisah

tersebut. Dengan ini diharapkan akan mendapatkan data yang bersifat

kualitatif dan menggunakan teknik deskriptif analisis.

3. Analisis Data.

Analisis data yang digunakan dalam kajian ilmiah ini ialah

pendekatan historis (sejarah).

G. Sistematika Penulisan

Untuk menghindari kerancuan dalam pembahasan dan alur

penelitian, penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab. Kelima bab

tersebut secara ringkas dan sederhana akan penulis uraikan dibawah ini.

Bab I, pendahuluan ini menguraikan latar belakang masalah

persoalan yang dikemukakan dalam tulisan ini, pembatasan dan rumusan

26

Tim Forum Karya Ilmiah RADEN (Refleksi Anak Muda Pesantren) Purna

Siswa 2011 MHM Lirboyo Kota Kediri, Al-Qur’an Kita Studi Ilmu, Sejarah dan Tafsir

Kalamullah, h.190 . 27

Usman, Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 311. 28

Abdul Hayy al-Farmawi, Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al-Maudhu’i, (Mesir: dirasat

Manhajiyyah Maudhu‟iyyah, 1997), h. 41.

Page 29: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

15

masalah, tinjauan kepustakaan, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian dan sistematika penulisan. Bab ini penting untuk mengurai secara

umum keseluruhan isi tulisan. Pembahasan umum diperlukan agar tercipta

pengetahuan yang utuh mengenai keterkaitan antara satu bagian dengan

bagian yang lain didalam tulisan ini.

Bab II, bab ini penulis akan membahas gambaran tinjauan umum

kisah, macam-macam kisah yang terdapat dalam al-Qur‟an, kemudian

tujuan adanya kisah-kisah dalam Al-Qur‟an, serta sejarah yang terdapat

dalam kisah Nabi Hud dan kisah Nabi Hud dalam Al-Qur‟an. Keterkaitan

bab pertama dengan bab kedua yaitu bab kedua menguraikan teori-teori

yang membantu penulisan dan penelitian yang bisa diperkuat dengan

menunjukkan hasil penelitian sebelumnya.

Bab III, akan membahas mengenai Biografi mufasir yang akan

dijadikan rujukan dalam penulisan karya ilmiah ini. Yaitu: biografi beserta

kitab tafsir yang menjadi bahan rujukan dalam membantu terjadinya

penelitian ini. Keterkaitan bab kedua dan ketiga adalah

Bab IV, analisis pesan moral kisah nabi Hud studi penafsiran Sya‟rawi

atas QS. al-A‟raf ayat 65-72. Yaitu meliputi rasa kesatuan emosional,

kejernihan berfikir, menjunjung tinggi amanat, menunjukkan kebaikan dan

memberi peringatan.

Bab V, merupakan bab terakhir yang menjadi penutup dari skripsi.

Dan menjadi jawaban pada rumusan masalah pada skripsi ini. Semua

penelitian yang dilakukan dan saran yang diajukan pada penulis mengenai

hasil penelitian ini. Bab ini terbagi dalam kesimpulan saran beserta daftar

pustaka.

Page 30: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

16

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KISAH DAN PROFIL NABI HUD

A. Tinjauan Umum Tentang Kisah

1. Pengertian Kisah

Pengertian kisah qiṣaṣ dalam al-Qur‟an disebutkan sebanyak 26 kali

dalam berbagai bentuk, baik fi‟il madhi‟, mudhari, amar, maupun mashdar

yang tersebar dalam berbagai ayat dan surat.1

Kisah2 berasal dari kata al-qaṣṣu yang berarti mencari atau mengikuti

jejak. Dikatakan: أث رىا قصصت Artinya “saya mengikuti atau mencari

jejaknya”. Kata al-qaṣaṣ adalah bentuk Masdar. Firman Allah: تدا على فٱر

ا ءاثارها قصص

(al-kahfi[18]:64). Maksudnya, kedua orang itu kembali untuk mengikuti

jejak dari mana keduanya itu datang.

Al-Qur‟an merupakan kitab dakwah keagamaan dan kisah merupakan

salah satu cara al-Qur‟an untuk menyampaikan dakwah dan

membuktikannya. Tugas kisah di dalam dakwah seperti tugas gambaran-

gambaran yang dilukiskan oleh al-Qur‟an untuk menceritakan hari kiamat,

kenikmatan, siksaan dan seperti dalil-dalil atau bukti-bukti yang dibawa

oleh kitab al-Qur‟an untuk mengukuhkan hari kebangkitan dan kekuasaan

Allah. Serta syariat-syariat yang dirincikan al-Qur‟an atau seperti contoh-

contoh yang dipaparkan al-Qur‟an dan seperti hal-hal lain yang ada di

1 Hatta, Jauhar. 2009. “Urgensi Kisah-Kisah dalam Al-Qur‟an al-Karim bagi

proses pembelajaran PAI pada MI/SD”, dalam jurnal Al-Bidayah PGMI, Volume II, h. 14 2

Dalam kamus al-Munawwir, Qasas berarti tukang dongeng cerita. Suatu

peristiwa yang berhubungan dengan sebab dan akibat dapat mendapat perhatian para

pendengar. Apabila dalam peristiwa itu terselip pesan-pesan dan pelajaran mengenai berita-

berita bangsa terdahulu. Lihat Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 703.

Page 31: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

17

dalam al-Qur‟an.3

Secara terminologi, menurut Mannā‟ Khalīl al-Qaṭṭān mendefinisikan

qiṣāṣ al-Qur’ān sebagai pemberitaan al-Qur‟an tentang hal ihwal umat-

umat dahulu dan para Nabi, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi secara

empiris. Ayat yang menjelaskan tentang kisah-kisah inilah yang paling

banyak mendominasi ayat-ayat al-Qur‟an dengan menunjukan keadaan

negeri-negeri yang ditempatinya dan peninggalan jejak mereka.4

Sesungguhnya al-Qur‟an banyak membuat peristiwa-peristiwa masa

lalu, sejarah umat-umat terdahulu negeri dan perkampungan mereka. Yang

menarik adalah bahwa cara al-Qur‟an menampilkan kisah setiap kaum

dengan metode yang seolah pembaca menjadi pelaku sendiri yang

menyaksikan peristiwa tersebut.5

Al-Qur‟an selalu menggunakan terminologi “Qaṣaṣ” untuk

menunjukkan bahwa kisah yang disampaikannya itu benar dan tidak

mengandung kemungkinan salah atau dusta. Sementara cerita-cerita lain

yang mengandung kemungkinan salah dan benar biasanya bentuk jamaknya

diungkapkan dengan istilah qiṣāṣ.6

Dari beberapa definisi diatas, terdapat definisi-definisi yang berbeda.

Hanya saja cerita-cerita yang termuat di dalam al-Qur‟an berbeda dengan

cerita sastra lainnya. Al-Qur‟an menceritakan suatu kisah dengan

mengedepankan gaya spiritual dengan menjaga validitas sejarahnya

menjaga nilai kebutuhan cerita dan sastranya. Kisah-kisah dalam al-Qur‟an

3 Sayid Quthb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 157.

4 Manna‟ Khalil al-Qaththan dalam Usman, Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras,

2009), h. 139 5 Manna‟ Khalil al-Qaththan fi Ulum al-Qur‟an (Mansyurah al-„Ashr al-Hadits,

1973), h. 306. 6

Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan

(Jakarta:Rajawali Pers, 2016) h. 123. Lihat manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu

Qur‟an, Penerj. Mudzakir AS (Jakarta: Pt. Pustaka Litera AntarNusa, 2010) h. 436 dan

Muhammad Chirzin, Al-Qur‟an dan Ulumul Qur‟an (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima

Yasa, 1998), h.118.

Page 32: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

18

memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan lainnya.

Kisah teladan dari selain para Nabi dan rasul dapat dijadikan

pelajaran bahwa meskipun tidak sebagai Nabi dan rasul manusia tetap

berpeluang menjadi orang baik yang bisa menjadi pilihan dan teladan yang

lain. Sedangkan kisah yang tidak patut diteladani juga bermanfaat bagi

upaya penjagaan diri agar tidak terjerumus pada perbuatan yang sama. Dari

dua kisah ini yang baik dan buruk dapat kita ambil pelajaran agar bisa

memilah dan memilih lingkungan yang baik agar bisa terbentuk karakter

yang baik

Tujuan kisah al-Qur‟an .

Menurut Sayyid Quthb diantara tujuan kisah adalah:7

1. Menetapkan wahyu dan risalah Nabi Muhammad saw (Q.S. Yusuf:

2-3)

2. Menerangkan bahwa agama seluruhnya dari Allah, dan bahwa kaum

mu‟minin seluruhnya adalah umat yang satu (Q.S. al-Anbiya‟: 48-50)

3. Menerangkan bahwa agama seluruhnya adalah satu dasar (Q.S. al-

A‟raf: 59)

4. Menjelaskan bahwa cara para Nabi dalam berdakwah itu satu dan

penerimaan kaum mereka hampir mirip semuanya (Q.S. Hud: 25-27)

5. Menunjukan betapa besarnikmat Allah yang diberikankepada Nabi-

Nya

6. Menunjukan bahwa Allah telah membuat hal-hal yang luar biasa

untuk menolong Nabi-Nya.

7Sayid Quthb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 159-

170

Page 33: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

19

Kisah-kisah dalam Al-Qur‟an mempunyai urgensi yang cukup tinggi

pada anak terutama cerita yang bernilai tauhid dan akhlak yang akan mampu

mendekatkan anak pada nilai-nilai fitrahnya, serta menumbuhkan dan

membimbing spiritual anak.

Kisah-kisah dalam Al-Qur‟an memiliki karakteristik yang berbeda

dengan kisah atau cerita pada umumnya. Dalam Al-Qur‟an Allah

menegaskan “bahwa kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik

dengan mewahyukan Al-Qur‟an ini kepadamu”.8

Kisah Al-Qur‟an bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi

membenarkan kitab-kitab terdahulu dan menjelaskan sesuatu dan sebagai

petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.9 Al-Qur‟an memberikan

kisah yang tepat meskipun suatu peristiwa tersebut telah terjadi dalamkurun

berabad-abad yang lalu. Misalnya dalam kisah „Ad dan Tsamud serta

kehancuran kota Irom.10

ذا ٱل إل نا حي أو قصص با سن ٱل ك أح ن ن قص علي نح8 لمن ۦلو ءان وإن كنت من قب قر ك ى

فلي ٱل غ

3. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al

Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah

Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.

ول رة عب كان ف قصصهم لقد9 9 ن ب ٱلذي ديق تص ول كن ت رى يف ا حديث كان ما ب ب أل ٱل لأ منون يؤ م لأقو مة ورح ى وىد ء صيل كلأ شي ه وتف يدي

111. Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-

orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi

membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai

petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. 10

رىا۞ عاتية صر صر يحبر لكوا فأه ما عادوأ ۞لكوا بٱلطاغية فأما ثود فأه۞قارعة بٱل ثود وعاد كذبت سخ ۞ ةخاوي ل نخ جاز أع كأن هم عى صر فيها م قو ٱل ف ت رى ا حسوم أيام وث نية ليال ع سب ىم علي

4. Kaum Tsamud dan 'Aad telah mendustakan hari kiamat.

5. Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa.

Page 34: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

20

Dimana pada tahun 1980 ditemukan bukti sejarah secara arkeologi11

di

Kawasan Hisn al-Ghurab dekat kota aden di yaman tentang adanya kota

yang dinamakan “Tsamut, Ad‟, dan Irom”. Begitu pula tentang kisah

tenggelam dan diselamatkannya badan fir‟aun (Q.S. Yunus: 90-92) dimana

pada bulan Juni 1975, ahli bedah Perancis, Maurice Bucaille setelah

meneliti mumi Fir‟aun ditemukan bahwa Fir‟aun meninggal di laut dengan

adanya bekas-bekas garam yang memenuhi sekujur tubuh.12

Kisah adalah salah satu cara yang dikehendaki untuk mewujudkan

tujuan pewahyuan al-Qur‟an . ia bahkan paling dominan jika dibandingkan

dengan metode atau cara lain.13

Pengungkapan sejarah tidak menjadi tujuan

dari kisah dalam al-Qur‟an. Namun yang meng menjadi tujuan adalah

terwujudnya tujuan-tujuan syar‟i. jika merujuk ke beberapa ayat al-Qur‟an,

maka akan ditemukan tujuan kisah-kisah di dalam al-Qur‟an, yaitu:14

1. Peneguh Hati Rasul dan Orang-orang Mukmin.

Diantara tujuan kisah-kisah di dalam al-Qur‟anadalah

menguatkan Rasulullah Saw. Dan orang-orang yang beriman dalam

6. Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin

lagi amat kencang,

7. yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari

terus menerus; maka kamu lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-

akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). 11

Arkeologi adalah ilmu kepurbakalaan berasal dari bahasa Indonesia, archaeo

yang berarti “kuno” dan Logos “ilmu”. Nama alternatif arkeologi adalah ilmu sejarah

kebudayaan material. Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan (manusia) masa

lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan.

12M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an ditinjau dari aspek kebahsaan, Isyarat

Ilmiah dan Pemberitaan Gaib, (Bandung: Mizan, 1998) h. 196-201 13

A.Husnul Hakim IMZI, Menfintip Takdir Ilahi (Mengungkap Makna

Sunnatullah Dalam al-Qur’an), (Depok: Lingkar Studi al-Qur‟an, 2011), cet. 3, h. 151

14 A.Husnul Hakim IMZI, Menfintip Takdir Ilahi (Mengungkap Makna

Sunnatullah Dalam al-Qur’an), h. 152

Page 35: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

21

melaksanakan dakwah . sebagaimana yang tercantum di dalam al-

Qur‟an:

ذه ف ءك وجا ف ؤادك ۦبو ن ثبأت ما ٱلرسل ء با أن من ك علي ن قص ا وكل ى

مني مؤ رى لل وذك عظة ومو حق ٱل

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu,

ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan

dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran

dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.”

Ayat ini menginformasikan bahwa kisah perjuangan para Rasul

terdahulu dalam menegakkan tauhid selalu disertai sikap

pendustaan kaumnya. Bahkan mereka sering mengalami penyiksaan

secara fisik. Kisah peyelamatan Allah kepada para Rasul dan

pengikut-pengikutnya, atau kisah kehancuran umat-umat yang

mendustakan misi kerasulan, adalah sebagai mau’iẓah bagi orang-

orang kafir Makkah agar mereka tidak melakukan hal yang sama,

dan sebagai pelajaran (ẓikra) bagi setiap mukmin agar senantiasa

sabar dan tegar.

2. Pelajaran dan Peringatan.

Al-Qur‟an sering menuturkan peristiwa-peristiwa umat masa

lalu yang layak diambil pelajaran, sekaligus peringatan bagi umat-

umat setelahnya dalam menjalani kehidupan, baik bagi orang-orang

yang kafir

3. Penjelas Asas-asas Dakwah dan Pokok-pokok Ajaran.

Di dalam beberapa ayat dinyatakan bahwa asa dakwah dan

pokok ajaran yang dibawa para Rasul adalah tauhid. Sebagaimana

firman Allah:

أنا إل و إل ل ۥه أنو إل لك من رسول إل نوحي نا من قب سل أر وما

بدون فٱع

Page 36: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

22

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu

melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada

Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu

sekalian akan Aku".

Dalam Al-Qur‟an terdapat berita-berita ghaib tentang perkara-perkara

yang penting, dan semua perkara itu adalah betul-betul persis seperti apa

yang diberitakannya. Dan dalam setiap hal Al-Qur‟an menegaskan

ketidaktahuan Nabi saw atas perkara-perkara tersebut sebelum semuanya itu

diwahyukan kepada beliau.15

Kisah memiliki pengaruh langsung dalam jiwa manusia, dan sangat

efisien untuk pendidikan dan pengajaran. Sekiranya suatu pernyataan

muncul tanpa bukti dan permisalan. Hal ini karena jiwa manusia sangat

berhasrat untuk mengetahui hubungan antara peristiwa dengan sebab-sebab

yang melatarinya. Demikian juga dengan akibat-akibat yang muncul sebagai

konsekuensinya. Sekiranya seorang pembicara menjelaskan sebab dan

akibatnya, menunjukan konsekuensinya dengan argumentasi yang jelas,

serta memperlihatkan pelajaran dan poin penting yang dapat dijadikan

pelajaran, tentulah dia mendekati sukses dalam menciptakan pengaruh dari

nasihat dan ajarannya, dengan berbagai metode dan cara yang paling efisien

dan berpengaruh.16

Sebagai peringatan kisah Al-Qur‟an membawa kebenaran akan

kepastian berlakunya hukum-hukum Allah dalam kehidupan sosial serta

pengaruh baik dan buruk dalam kehidupan manusia. Kisah-kisah Al-Qur‟an

bersifat pasti tak mungkin disangkal.17

15

Dawud al-Athar, Mu‟jaz Ulum Al-Qur‟an, terj. Afif Muhammad dan Ahsin

Muhammad, Pustaka Hidayah, Bandung, 1994. H. 68.

16Muhammad Hadi Ma‟rifat, Kisah-Kisah al-Qur‟an, terj. Azam Bahtiar, Citra,

Jakarta, 2013, h. 28 17

Semua kisah rasul-rasul diceritakan untuk teguhkan hati dan didalamnya terdapat

kebenaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. Lihat Q.S. Hud: 20

Page 37: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

23

2. Fungsi Kisah

Kisah-kisah dalam Al-Qur‟an mempunyai banyak fungsi.18

Yaitu:

a. Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan

pokok-pokok syari‟at yang dibawa oleh para Nabi:

“Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu

melainkan kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan

selain Aku, maka sembahlah oleh musekali anakan Aku.”(Q.S.

al-Anbiyâ: [21]: 25).

Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat Muhammad atas

agama Allah, memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang

menangnya kebenaranan dan pendukungnya serta hancurnya

kebatilan para pembelanya.

“Dan semua kisah rasul-rasul yang Kami ceritakan kepadamu,

adalah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan

dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran serta

pengajaran dan peringatan bagi orang-orang beriman” Q.S. Hud

[11]: 20.

b. Membenarkan para Nabi terdahulu menghidupkan kenangan

terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.

c. Menampakkan kebenaran Muhammad dalam dakwahnya

dengan apa yang diberitakannya tentang hal ihwal orang-orang

terdahulu disepanjang kurun dan generasi.

d. Membuka kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang

membeberkan keterangan dan petunjuk yang mereka

sembunyikan, dan menantang mereka dengan isi kitab mereka

sendiri sebelum kitab itu diubah dan diganti. Misalnya firman

Allah:

“Semua makanan halal bagi Bani Israil melainkan makanan

yang diharamkan bagi Israil (Ya‟kub) untuk dirinya sendiri

sebelum taurat diturunkan. Katakanlah: (Jika kamu

18

Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj: Mudzakir As., (Bogor:

Pustaka Litera Antar Nusa, 1996), cet. 3, h. 437.

Page 38: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

24

mengatakan makan yang diharamkan sebelum taurat), maka

bawalah taurat itu, lalu bacalah ia jika kamu orang-orang yang

benar.”(Q.S. Ali-Imran [3]: 93).

e. Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik

perhatian para pendengar dan memantapkan pesan kesan yang

terkandung di dalamya jiwa. Firman Allah:

“Sesungguhnya pada kisah merekaitu terdapat pelajaran bagi

orang-orang yang berakal.” (Q.S. Yusuf [12]: 111).

3. Bentuk Kisah

Bentuk-bentuk kisah dalam Al-Qur‟an terdiri dari beberapa

bentuk,19

yaitu:

a. Kisah para Nabi Terdahulu kisah mengandung informasi

mengenai dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat

yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang

memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya

serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang

mempercayai dan golongan yang mendustakan syariat yang

dibawa Nabi mereka, seperti kisah Nabi Hud, Nuh, Shaleh, Isa

dan Nabi-Nabi yang lainnya.

b. Kisah-kisah yang menyangkut pribadi-pribadi yang bukan

termasuk Nabi dan golongan-golongan dengan segala

kejadiannya yang dinukil oleh Allah untuk dijadikan pelajaran,

seperti kisah Maryam, Dzulkarnain, Lukmanul Hakim, dan

Ashabul Kahfi.

19

Nur Faizin, 10“Tema Kontroversial Ulumul Qur’an” Cet. I (Jawa Timur: Azhar

Risalah, 2011).

Page 39: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

25

c. Kisah yang menyangkut peristiwa-peristiwa yang terjadi masa

Rasulullah, seperti perang Badar, Uhud, Ahzab dan perang

Bani Nadzir.

Kisah merupakan sarana yang mudah untuk mendidik manusia dan

banyak dijumpai dalam al-Qur‟an. Bahkan kisah-kisah dalam al-Qur‟an

sudah menjadi kisah-kisah populer di dalam dunia pendidikan. Kisah yang

diungkapkan di dalam al-Qur‟an ini mengiringi aspek kehidupan serta

pendidikan yang sangat dibutuhkan manusia. Di antaranya adalah aspek

akhlak.

B. Profil Nabi Hud

1. Nama Dan Garis Keturunan

Hud20

adalah Nabi dan Rasul Allah yang merupakan utusan Allah

kepada umat manusia yang berperan untuk menyampaikan pesan-pesan-Nya,

baik untuk periode dan masyarakat tertentu maupun untuk seluruh manusia

di setiap waktu dan tempat. Al-Qur'an hanya menginformasikan bahwa tiada

satu umat kecuali telah diutus kepadanya seorang pembawa peringatan

Q.S.Fātir [35]: 24. Dan peringatan yang dimaksud adalah tentang ajaran

tauhid sebagaimana yang disebutkan dalam Q.S. al-Anbiyā [21]: 25.

Pengutusan seorang Nabi dan Rasul merupakan bentuk rahmat dan

kemurahan Allah kepada hambanya. Sementara setiap hamba dituntut untuk

merasakan wujudtuhan yang menghantarkan pada ketauhidan dan ketuhanan

yang benar.

“Aad adalah nama bapak suatu suku yang hidup di jazirah Arab

disuatu tempat bernama “al-Ahqaf” terletak di utara hadramaut antara

20

Namanya adalah Hud bin Selah bin Arpakhsad bin Sam bin Nuh. Namun ada

juga yang meriwayatkan bahwa nama Hud sebenarnya adalah Eber bin saleh bin

Arpakhsad. Ada juga yang meriwayatkan bahwa namanya adalah Hud bin Abdullah bin

Rabah bin Jarud bin Ad' bin Aus bin Iram bin Sam bin Nuh. (lihat Kisah Para Nabi terj.

Dari Qaṣaṣul Qur‟an) Karya Ibn Katsir. Beliau menukil riwayat itu dari Ibn jarir at-Thabari.

h. 151

Page 40: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

26

Yaman dan Uman dan termasuk suku yang tertua sesudah suku Nabi Nuh

serta terkenal dengan kekuatan jasmani dengan bentuk-bentuk tubuh besar

dan gagah. Mereka dikaruniai oleh Allah tanah yang subur dengan sumber-

sumber airnya yang mengalir dari segala penjuru.

2. Sifat Nabi Hud terhadap kaumnya.

Sudah menjadi Sunnatullah sejak diturunkannya Adam bahwa dari

masa ke masa jika umat manusia sudah berada dalam kesesatan, Allah

menurunkan utusan-utusannya (Rasulullah) yang bertugas untuk menuntun

umat manusia pada jalan Allah.

Demikianlah maka kepada suku Aad yang dimabukan oleh

kesejahteraan hidup dan kenikmatan duniawi sehingga tak sadar

bahwasannya itu semua adalah bentuk karunia Allah kepada hambanya.

Nabi hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya

(suku aad) kepada tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam

sekelilingnya yang penuh dengan kekayaan alam. Berupa tanah yang subur ,

air yang mengalir serta tumbuhan-tumbuhan yang tegak dan kuat. Maka

Nabi Hud mengajak kaumnya agar menyembah Allah karena tak sepatutnya

menyembah batu-batu yang sewaktu-waktu dapat dihancurkan.

Bagi kaum „Aad seruan dan dakwah Nabi Hud itu akan mengubah

cara hidup mereka dan merubah peraturan serta adat istiadat yang mereka

kenal dan mereka warisi dari nenek moyangnya . sehingga kaum „Aad

berkata kepada Nabi Hud: “wahai Hud! Ajaran dan agama apakah yang

hendak kau ajarkan kepada kami? Dengan penuh kedengkian dan

kemarahan kaum „Aad mencacimaki serta menuduh Nabi Hud menyebarkan

Agama kesesatan. Namun dengan kesabaran-Nya, Nabi Hud menjawab:

sesungguhnya tuhan yang aku serukan adalah tuhan yang menciptakan alam

semesta ini termasuk batu-batu yang kalian sembah adalah ciptaan Allah.

Allah adalah dzat yang esa yang wajib disembah dan tak ada satupun sekutu

baginya.

3. Sebaran Kisah Nabi Hud Dalam Al-Qur‟an

Page 41: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

27

Dalam buku Manajemen Dakwah Dalam Kehidupan Pluralis

Indonesia Karya A. Suriani, MA21

disebutkan bahwa ada Sembilan surat di

dalam al-Qur‟an, yaitu: al-A‟raf, Hud, al-Furqan, al-Syu‟ara, al-„Ankabut,

al-Ahqaf, al-Dzariyat, al-Qamar dan al-Fajr. Terutama surat Hud yang

mengungkapkan pengangkatan Nabi Hud a.s. sebagai rasul, risalah yang

diemban, metode dakwah, tantangan yang dihadapi dan akibat yang dialami

oleh para penentangnya.

Al-Qur'an menyingkap ceritanya setelah diutusnya Nabi Hud untuk

membawa agama kepada manusia. Nabi Hud berasal dari kabilah yang

bernama 'Ad. Kabilah ini tinggal di suatu tempat yang bernama al-Ahqaf. la

adalah padang pasir yang dipenuhi dengan gunung-gunung pasir dan tampak

dari puncaknya lautan. Adapun tempat tinggal mereka berupa tenda-tenda

besar dan mempuyai tiang-tiang yang kuat dan tinggi. Kaum 'Ad terkenal

dengan kekuatan fisik di saat itu, dan mereka juga memiliki tubuh yang

amat tinggi dan tegak sampai-sampai mereka mengatakan seperti yang

dikutip oleh Al-Qur'an:

"Mereka berkata: 'Siapakah yang lebih kuat daripada kami.‟ (Q.S.

Fushilat: 15)

Tiada seorang pun di masa itu yang dapat menandingi kekuatan

mereka. Meskipun mereka memiliki kebesaran tubuh, namun mereka

memiliki akal yang gelap. Mereka menyembah berhala dan membelanya

bahkan mereka siap berperang atas namanya. Mereka malah menuduh Nabi

mereka dan mengejeknya. Selama mereka menganggap bahwa kekuatan

adalah hal yang patut dibanggakan, maka seharusnya mereka melihat bahwa

Allah SWT yang menciptakan mereka lebih kuat dari mereka. Sayangnya,

mereka tidak melihat selain kecongkakan mereka. Nabi Hud berkata kepada

mereka:

21

A. Suriani, MA, Manajemen Dakwah Dalam Kehidupan Pluralis Indonesia

(Ciputat: The Media of Social and Cultural Communication , 2005), h. 41

Page 42: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

28

"Wahai kaumku, sembahlah Allah yang tiada tuhan lain bagi kalian

selain-Nya. " (Q.S. Hud: 50)

Itu adalah perkataan yang sama yang diucapkan oleh seluruh Nabi

dan rasul. Perkataan tersebut tidak pernah berubah, tidak pernah berkurang,

dan tidak pernah dicabut kembali. Kaumnya bertanya kepadanya: "Apakah

engkau ingin menjadi pemimpin bagi kami melalui dakwahmu ini? Imbalan

apa yang engkau inginkan?" Nabi Hud memberitahu mereka bahwa ia hanya

mengharapkan imbalan dari Allah SWT. Ia tidak menginginkan sesuatu pun

dari mereka selain agar mereka menerangi akal mereka dengan cahaya

kebenaran. Ia mengingatkan mereka tentang nikmat Allah SWT terhadap

mereka. Bagaimana Dia menjadikan mereka sebagai khalifah setelah Nabi

Nuh, bagaimana Dia memberi mereka kekuatan fisik, bagaimana Dia

menempatkan mereka di bumi yang penuh dengan kebaikan, bagaimana Dia

mengirim hujan lalu menghidupkan bumi dengannya.

Kaum Hud membuat kerusakan dan mengira bahwa mereka orang-

orang yang terkuat di muka bumi, sehingga mereka menampakkan

kesombongan dan semakin menentang kebenaran. Mereka berkata kepada

Nabi Hud: "Bagaimana engkau menuduh tuhan-tuhan kami yang kami

mendapati ayah-ayah kami menyembahnya?" Nabi Hud menjawab:

"Sungguh orang tua kalian telah berbuat kesalahan." Kaum Nabi Hud

berkata: "Apakah engkau akan mengatakan wahai Hud bahwa setelah kami

mad dan menjadi tanah yang beterbangan di udara, kita akan kembali

hidup?" Nabi Hud menjawab: "Kalian akan kembali pada hari kiamat dan

Allah SWT akan bertanya kepada masing-masing dari kalian tentang apa

yang kalian lakukan."

Setelah mendengar jawaban itu, meledaklah tertawa dari mereka.

Alangkah anehnya pengakuan Hud, demikianlah orang-orang kafir berbisik

di antara mereka. Manusia akan mati dan ketika mati jasadnya akan rusak

dan ketika jasadnya rusak ia akan menjadi tanah kemudian akan dibawa

oleh udara dan tanah itu akan beterbangan, lalu bagaimana semua ini akan

Page 43: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

29

kembali ke asalnya. "Kemudian apa pengertian adanya hari kiamat?

Mengapa orang-orang yang mati akan bangkit dari kematiannya?"Hud

menerima pertanyaan-pertanyaan ini dengan kesabaran yang mulia.

Kemudian ia mulai menerangkan pada kaumnya keadaan hari kiamat. Ia

menjelaskan kepada mereka bahwa kepercayaan manusia kepada hari akhir

adalah satu hal yang penting yang berhubungan dengan keadilan Allah

SWT, sebagaimana ia juga sesuatu yang penting yang juga berhubungan

dengan kehidupan manusia.

Nabi Hud menerangkan kepada mereka sebagaimana apa yang

diterangkan oleh semua Nabi berkenaan dengan hari kiamat. Sesungguhnya

hikmah sang Pencipta tidak menjadi sempurna dengan sekadar memulai

penciptaan kemudian berakhirnya kehidupan para makhluk di muka bumi

ini, lalu setelah itu tidak ada hal yang lain. Ini adalah masa tenggang yang

pertama dari ujian. Dan ujian tidak selesai dengan hanya menyerahkan

lembar jawaban. Harus juga disertai dengan koreksi terhadap lembar

jawaban itu, memberi nilai, dan menjelaskan siapa yang berhasil dan siapa

yang gagal.

Manusia selama hidup di dunia tidak hanya mempunyai satu

tindakan; ada yang berbuat kelaliman, ada yang membunuh, dan ada yang

melampaui batas. Seringkali kita melihat orang-orang lalim pergi dengan

bebas tanpa menjalani hukuman. Cukup banyak orang-orang yang jahat

namun mereka mendapatkan fasilitas yang mewah dan mendapatkan

penghormatan serta kekuasaan. Ke mana orang-orang yang teraniaya akan

mengadu dan kepada siapa orang-orang yang menderita akan mengeluh?

Logika keadilan menuntut adanya hari kiamat. Sesungguhnya

kebaikan tidak selalu menang dalam kehidupan, bahkan terkadang pasukan

kejahatan berhasil membunuh dan memperdaya para pejuang kebenaran.

Lalu, apakah kejahatan ini berlalu begitu saja tanpa mendapatkan balasan?

Sungguh suatu kelaliman besar terhampar seandainya kita menganggap

bahwa hari kiamat tidak pernah terjadi. Allah SWT telah mengharamkan

Page 44: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

30

kelaliman atas diri-Nya sendiri, dan Dia pun mengharamkannya terjadi di

antara hamba-hamba-Nya., maka adanya hari kiamat, hari perhitungan, hari

pembalasan adalah sebagai bukti kesempurnaan dari keadilan Allah SWT.

Sebab hari kiamat adalah hari di mana semua persoalan akan disingkap

kembali di depan sang Pencipta dan akan di tinjau kembali, dan Allah SWT

akan memutuskan hukum-Nya di dalam-nya. Inilah kepentingan pertama

tentang hari kiamat yang berhubungan langsung dengan keadilan Allah

SWT.

Ada kepentingan lain berkenaan dengan hari kiamat, yang

berhubungan dengan perilaku manusia sendiri. Bahwa keyakinan dengan

adanya hari akhir, mempercayai hari kebangkitan, perhitungan amal,

penerimaan pahala dan siksa, dan kemudian masuk surga atau neraka adalah

perkara-perkara yang langsung berkenaan dengan perilaku manusia, di mana

konsentrasi manusia dan had mereka akan tertuju dengan alam lain setelah

alam ini. Oleh karena itu, mereka tidak akanterbelenggu oleh kenikmatan

dunia, kerakusan kepadanya, dan egoisme untuk menguasinya. Mereka tidak

perlu gelisah saat mereka tidak berhasil melihat balasan usaha mereka dalam

umur mereka yang pendek dan terbatas. Dengan demikian, manusia semakin

meninggi dari tanah yang menjadi asal penciptaannya ke roh yang ditiupkan

oleh Tuhannya.

Barangkali persimpangan jalan antara tunduk terhadap imajinasi

dunia, nilai-nilainya, dan pertimbangan-pertimbangannya dan

ketergantungan dengan nilai-nilai Allah SWT yang tinggi dapat terwujud

dengan adanya keimanan terhadap hari kiamat. Nabi Hud telah

membicarakan semua ini dan mereka telah mendengarkannya namun

mereka mendustakannya. Allah SWT menceritakan sikap kaum itu terhadap

hari kiamat:

"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan

yang mendustakan pertemuan dengan hari kiamat (kelak) dan yang telah

Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia: 'Orang ini tidak lain

Page 45: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

31

hanyalah manusia seperti kamu, dia, makan dari apa yang kamu, makan, dan

meminum dari apa yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu

sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian itu,

kamu benar-benar menjadi orang-orang yang merugi. Apakah ia

menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa bila kamu telah mati dan telah

menjadi tanah dan tulang belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan

(dari kuburmu)?, jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan

kepadamu itu, kehidupan tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini,

kita mati dan hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi." (Q.S. al-

Mu`minun: 33-37)

Demikianlah kaum Nabi Hud mendustakan Nabinya. Mereka

berkata kepadanya: "Tidak mungkin, tidak mungkin." Mereka keheranan

ketika mendengar bahwa Allah SWT akan membangkitkan orang-orang

yang ada dalam kuburan. Mereka bingung ketika dibe-ritahu bahwa Allah

SWT akan mengembalikan penciptaan manusia setelah ia berubah menjadi

tanah, meskipun Dia telah menciptakannya sebelumnya juga dari tanah.

Seharusnya para pendusta hari kebangkitan itu merasa bahwa

mengembalikan penciptaan manusia dari tanah dan tulang lebih mudah dari

penciptaannya pertama kali. Bukankah Allah SWT telah menciptakan

semua makhluk, maka kesulitan apa yang ditemui-Nya dalam

mengembalikannya. Kesulitan itu disesuaikan dengan tolok ukur manusia

yang tersembunyi dalam ciptaan., maka tolok ukur manusia tersebut tidak

dapat diterapkan kepada Allah SWT. Karena Dia tidak mengenal kesulitan

atau kemudahan. Ketika Dia ingin membuat sesuatu, maka Dia hanya

sekadar mengeluarkan perintah:

"Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk

menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya:

"Jadilah."Lalu jadilah ia." (Q.S. al-Baqarah: 117)

Kita juga memperhatikan firman-Nya:

Page 46: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

32

"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya."

(Q.S. al-Mu‟minun: 33)

Al-Mala' ialah para pembesar (ar-Ruasa'). Mereka dinamakan al-

Mala' karena mereka suka berbicara dan mereka mempunyai kepentingan

dalam kesinambungan situasi yang tidak sehat. Kita akan menyaksikan

mereka dalam setiap kisah para Nabi. Kita akan melihat para pembesar

kaum, orang-orang kaya di antara mereka, dan orang-orang elit di antara

mereka yang menentang para Nabi. Allah SWT menggambarkan mereka

dalam firman-Nya:

"Dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia. "

(Q.S. al-Mukminun: 33)

Karena pengaruh kekayaan dan kemewahan hidup, lahirlah

keinginan untuk meneruskan kepentingan-kepentingan khusus, dan dari

pengaruh kekayaan dan kekuasaan, muncullah sikap sombong. Para

pembesar itu menoleh kepada kaumnya sambil bertanya-tanya: "Tidakkah

Nabi ini manusia biasa seperti kita, ia memakan dari apa yang kita, makan,

dan meminum dari apa yang kita minum? Bahkan barangkali karena

kemiskinannya, ia sedikit, makan dari apa yang kita, makan dan ia minum,

menggunakan gelas-gelas yang kotor sementara kita minum dari gelas-gelas

yang terbuat dari emas dan perak., maka bagaimana ia mengaku berada

dalam kebenaran dan kita dalam kebatilan? Ini adalah manusia biasa, maka

bagaimana kita menaati manusia biasa seperti kita? Kemudian, mengapa

Allah SWT memilih manusia di antara kita untuk mendapatkan wahyu-

Nya?"

Page 47: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

33

Para pembesar kaum Nabi Hud berkata: "Bukankah hal yang aneh

ketika Allah SWT memilih manusia biasa di antara kita untuk menerima

wahyu dari-Nya?" Nabi Hud balik bertanya: "Apa keanehan dalam hal itu?

Sesungguhnya Allah SWT mencintai kalian dan oleh karenanya Dia

mengutus aku kepada kalian untuk mengingatkan kalian. Sesungguhnya

perahu Nuh dan kisah Nuh tidak jauh dari ingatan kalian. Janganlah kalian

melupakan apa yang telah terjadi. Orang-orang yang menentang Allah SWT

telah dihancurkan dan begitu juga orang-orang yang akan mengingkari-Nya

pun akan dihancurkan, sekuat apa pun mereka." Para pembesar kaum

berkata: "Siapakah yang dapat menghancurkan kami wahai Hud?" Nabi Hud

menjawab: "Allah SWT."

Orang-orang kafir dari kaum Nabi Hud berkata: "Tuhan-tuhan kami

akan menyelamatkan kami." Nabi Hud memberitahu mereka, bahwa tuhan-

tuhan yang mereka sembah ini dengan maksud untuk mendekatkan mereka

kepada Allah SWT pada hakikatnya justru menjauhkan mereka dari-Nya. Ia

menjelaskan kepada mereka bahwa hanya Allah SWT yang dapat

menyelamatkan manusia, sedangkan kekuatan lain di bumi tidak dapat

mendatangkan mudarat dan manfaat.

Pertarungan antara Nabi Hud dan kaumnya semakin seru. Dan setiap

kali pertarungan berlanjut dan hari berlalu, kaum Nabi Hud meningkatkan

kesombongan, pembangkangan, dan pendustaan kepada Nabi mereka.

Mereka mulai menuduh Nabi Hud sebagai seorang idiot dan gila. Pada suatu

hari mereka berkata kepadanya: "Sekarang kami memahami rahasia

kegilaanmu. Sesungguhnya engkau menghina tuhan kami dan tuhan kami

telah marah kepadamu, dan karena kemarahannya engkau menjadi gila."

Allah SWT menceritakan apa yang mereka katakan dalam firman-Nya:

Page 48: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

34

"Kaum 'Ad berkata: 'Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada

kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan

sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak

akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa

sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. "

(Q.S. Hud: 53-54)

Sampai pada batas inilah penyimpangan itu telah terjadi pada diri

mereka, sampai pada batas bahwa mereka menganggap, bahwa Nabi Hud

telah mengigau karena salah satu tuhan mereka telah murka kepadanya

sehingga ia terkena sesuatu penyakit gila. Nabi Hud tidak membiarkan

anggapan mereka bahwa ia gila dan mengigau, naniun ia tidak bersikap

emosi tetapi ia menunjukkan sikap tegas ketika mereka mengatakan: "Dan

kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena

perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. "

Setelah tantangan ini tiada lain bagi Nabi Hud kecuali memberikan

tantangan yang sama. Nabi Hud hanya pasrah kepada Allah SWT. Nabi Hud

hanya memberikan peringatan dan ancaman terhadap orang-orang yang

mendustakan dakwahnya. Nabi Hud berkata:

Page 49: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

35

"Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku dan saksikanlah

olehmu bahwa Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu

persekutukan dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu dayamu semuanya

terhadapku dan janganlah karnu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya

aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu

binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya.

Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. Jika kamu berpaling, maka

sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku

diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti

(kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat

mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha

Pemelihara segala sesuatu. " (Q.S. Hud: 54-57)

Manusia akan merasa keheranan terhadap perlawanan kepada

kebenaran ini. Seorang lelaki menghadapi kaum yang kasar dan keras

kepala serta bodoh. Mereka menganggap bahwa berhala-berhala dari batu

dapat memberikan gangguan. Manusia sendiri rnampu menentang para tiran

dan melumpuhkan keyakinan mereka, serta berlepas diri dari mereka dan

dari tuhan mereka. Bahkan ia siap menentang mereka dan menghadapi

segala bentuk, makar mereka. Ia pun siap berperang dengan mereka dan

bertawakal kepada Allah SWT. Allah-lah yang Maha Kuat dan Maha Benar.

Dia-lah yang menguasai setiap makhluk di muka bumi, baik berupa

binatang, manusia, maupun makhluk lain. Tidak ada sesuatu pun yang dapat

melemahkan Allah SWT.

Page 50: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

36

Dengan keimanan kepada Allah SWT dan dengan kepercayaan pada

janji-Nya serta merasa tenang dengan pertolongan-Nya, Nabi Hud menyeru

orang-orang kaflr dari kaumnya. Nabi Hud melakukan yang demikian itu

meskipun ia sendirian dan merasakan kelemahan karena ia mendapatkan

keamanan yang hakiki dari Allah SWT. Dalam pembicaraannya, Nabi Hud

menjelaskan kepada kaumnya bahwa ia melaksanakan amanat dan

menyampaikan agama. Jika mereka mengingkari dakwahnya, niscaya Allah

SWT akan mengganti mereka dengan kaum selain mereka. Yang demikian

ini berarti bahwa mereka sedang menunggu azab. Demikianlah Nabi Hud

menjelaskan kepada mereka, bahwa ia berlepas diri dari mereka dan dari

tuhan mereka. la bertawakal kepada Allah SWT yang menciptakannya.

Ia mengetahui bahwa siksa akan turun di antara para pengikutnya

yang menentang. Beginilah hukum kehidupan di mana Allah SWT

menyiksa orang-orang kafir meskipun mereka sangat kuat atau sangat kaya.

Nabi Hud dan kaumnya menunggu janji Allah SWT. Kemudian terjadilah

masa kering di muka bumi di mana langit tidak lagi menurunkan hujan.

Matahari menyengat sangat kuat hingga laksana percikan-percikan api yang

menimpa kepala manusia.

Kaum Nabi Hud segera menuju kepadanya dan bertanya: "Mengapa

terjadi kekeringan ini wahai Hud?" Nabi Hud berkata: "Sesungguhnya Allah

SWT murka kepada kalian. Jika kalian beriman, maka Allah SWT akan rela

terhadap kalian dan menurunkan hujan serta menambah kekuatan kalian."

Namun kaum Nabi Hud justru mengejeknya dan malah semakin

menentangnya., maka masa kekeringan semakin meningkat dan

menguningkan pohon-pohon yang hijau dan matilah tanaman-tanaman.

Lalu datanglah suatu hari di mana terdapat awan besar yang

menyelimuti langit. Kaum Nabi Hud begitu gembira dan mereka keluar dari

rumah mereka sambil berkata: "Hari ini kita akan dituruni hujan." Tiba-tiba

udara berubah yang tadinya sangat kering dan panas kini menjadi sangat

dingin. Angin mulai bertiup dengan kencang. Semua benda menjadi

Page 51: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

37

bergoyang. Angin terus-menerus bertiup malam demi malam, dan hari demi

hari. Setiap saat rasa dingin bertambah.

Kaum Nabi Hud mulai berlari. Mereka segera menuju ke tenda dan

bersembunyi di dalamnya. Angin semakin bertiup dengan kencang dan

menghancurkan tenda. Angin menghancurkan pakaian dan menghancurkan

kulit. Setiap kali angin bertiup, ia menghancurkan dan membunuh apa saja

yang di depannya. Angin bertiup selama tujuh malam dan delapan hari

dengan mengancam kehidupan dunia. Kemudian angin berhenti dengan izin

Tuhannya.

Allah SWT berfirman:

"Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke

lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: 'Inilah awan yang akan

menurunkan hujan kepada kami.' (Bukan)! Bahkan itulah azab yang kamu

minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab

yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah

Tuhannya." (Q.S. al-Ahqaf: 24-25)

Page 52: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

38

"Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan

delapan hari terus-menerus: maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati

bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang

telah kosong (lapuk)." (Q.S. al-Haqqah: 7)

Tiada yang tersisa dari kaum Nabi Hud kecuali pohon-pohon kurma

yang lapuk. Nabi Hud dan orang-orang yang beriman kepadanya selamat

sedangkan orang-orang yang menentangnya binasa.

Page 53: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

39

BAB III

BIOGRAFI AL-SYA’RAWI DAN GAMBARAN UMUM KITAB TAFSIR

KHAWATIR HAULA AL-QUR’AN

A. Biografi Imam Al-Sya’rawi.

Nama lengkapnya adalah Muhammad mutawalli al-Sya’rawi al-Husaini,

beliau adalahsalah seorang imam al-Daiyat al-Islam (penyeru agama islam). Al-

Sya‟rawi di lahirkan di Mesir dalam kondisi Inggris menjajah Mesir tepatnya pada

15 April 1911 M dan berada pada dinasti fatimiyyah.

Al-Sya‟rawi dilahirkan pada hari ahad tanggal 17 rabiul al-Tsani 1329 H

atau 16 April 1329 H di desa daqadus, sebuah desa kecil yang terletak di

kepulauan timur mait ghamair kabupaten dakhilah di negara Mesir. Al-Sya‟rawi

lahir dari keluarga yang sederhana, ayahnya bernama syaikh Mutawalli al-

Sya‟rawi yang merupakan seorang petani. Ayahnya memiliki perilaku yang sangat

terpuji, „alim dalam beribadah dan pada lingkungannya member pengaruh yang

sangat signifikan dalam perkembangan keilmuan keislaman.

Al-Sya‟rawi memulai pendidikannya dengan mengahafal al-Qur‟an

kepada ulama yang bernama syaikh „abd al-Majid Fasha, dan ia mampu

menghafalnya pada usia 11 tahun.1

Kemudian al-Sya‟rawi disekolahkan di

sekolah dasar al-Azhar dzaqoziq pada tahun 1926 M. al-Sya‟rawi melanjutkan

pendidikannya ke sekolah menengah pertama di al-Azhar dan tamat pada tahun

1932. Al-Sya‟rawi terbilang salah seorang murid yang cerdas, sehingga ia

melanjutkan pendidikannya di Universitas al-Azhar Fakultas Bahasa Arab pada

tahun 1937 M, al-Sya‟rawi tamat kuliah pada tahun 1941 M.2 Al-Sya‟rawi juga

menamatkan pendidikan a‟lamiyah dan mendapatkan lisensi mengajar pada tahun

1943 M.

Sejak usia dini al-Sya‟rawi terlihat kemampuannya dalam berbicara ketika

masih sekolah di madrasah Ibtidaiyah , ia sering tampil di masjid dikampung

1 Badruzzaman M. Yunus, Tafsir asy-Sya’rawi: Tinjauan Terhadap Sumber Metode dan

Ittijah, (Disertasi: UIN Syarif Hidayatullah JKT, 2009), h. 40. 2Badruzzaman M. Yunus, Tafsir asy-Sya’rawi: Tinjauan Terhadap Sumber Metode dan

Ittijah,(Disertasi: UIN Syarif Hidayatullah JKT, 2009), h. 41.

Page 54: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

40

halamannya untuk memberikan ceramah-ceramah keagamaan terutama pada bulan

ramadhan. Adapun karirnya diawali sebagai tenaga pengajar di Ma‟had al-Azhar

Thanta,Ma‟had Alexandri dan Ma‟had Dzaqadziq. Pada tahun 1996 M al-

Sya‟rawi menjadi ketua misi al-Azhar di al-Jazair,3 beliau juga menjadi dosen

jurusan Tafsir Hadis di Fakultas Syari‟ah Universitas Malik Abdul Aziz di

Makkah pada tahun 1950 M selama 9 tahun. Al-Sya‟rawi diangkat menjadi kepala

sekolah di al-Azhar dan pernah menjabat sebagi direktur pengembangan dakwah

islam di departemen waqaf pada tahun 1991 M.

Awal mula al-Sya‟rawi terkenal ketika al-Sya‟rawi menjadi seorang dai

pada tahun 1973, al-Sya‟rawi ditawari mengisi acara nur a‟la nur di salah satu

stasiun televise di mesir pada saat itulah namanya terkenal sebagai da‟i. Perlu

diketahui bersama, al-Sya‟rawi tidak menulis buku-bukunya karena beliau

beranggapan bahwa kalimat yang disampaikan secarara langsung dan

diperdengarkan akan lebih mengena daripada kalimat yang disebar luaskan

dengan perantara tulisan, sebab manusia akan mendengar dari nara sumber yang

asli. Pada tahun 1419 H yang bertepatan dengan hari rabu tanggal 17 Juni 1999 M

al-Sya‟rawi kembali kepangkuan ilahi di usia 87 tahun. Tiga bulan menjelang

wafat saat al-Sya‟rawi meresmikan sebuah masjid di kampungnya ia berkata

“Semua harga milik Allah dan setiap apa yang telah diberikan oleh Allah

kepadaku akan aku nafkahkan, dan aku memilih untuk tidak memiliki apapun.

Karena arta dan diriku hanya untuk Allah”.

B. Latar Belakang Sosio Kultural dan Intelektual Asy-Sya’rawi

1. al-Sya‟rawi dan Pengaruh Gerakan Sosial Politik di Mesir

Sejak pertengahan abad 19 sampai pertengahan abad 20, Mesir telah

mengalami tiga kali perubahan dalam sistem (bentuk) kepemerintahan. Pertama,

sejak pemerintahan Khedevi Taufiq (1879-1892) sampai masa awal pemerintahan

Raja Fuad I (1917-1936) dengan menggunakan bentuk monarkhi. Kedua, setelah

revolusi Mesir 1919 sampai pemerintahan Raja Faruq (1936-1952) dengan

3Abū al-„Ainain, al-Sya‟rawi : ana min Sul-Alat ahl al-Bait,(al-Qāhirah: Akhbar al-Yawn,

1995), h. 6.

Page 55: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

41

menggunakan monarkhi konstitusional. Ketiga, sejak terjadi Revolusi Juli 1952

yang dipimpin Jamal Abd Nasser dengan menggunakan bentuk Republik.

Adapun runtutan penggagas yang mempengaruh sosial politik Mesir saat itu

adalah dipimpin oleh Muhammad Ali adalah raja keturunan dari Turki (1805-

1843), Rifa‟ah Badawi Rafi‟ al-Tahtawi (1801-1843), Jamaluddin al-Afghani

(1839-1897), Sa.ad Zaghlul (1918-1922), Hasan al-Banna (1906-1949) mampu

mendirikan organisasi Ikhwan al-Muslimin pada tahun 1928.4

Penggagas yang paling berpengaruh adalah sebagai berikut:

Pertama, Sa‟ad Zaghlul adalah sosok yang sangat bekerja keras demi

melepaskan dari jerat kekuasaan penjajah Inggris, sampai ia di asingkan ke Malta

oleh Inggris. Perbuatan tersebut yang memicu kemarahan masyarakat Mesir, yang

diapresiasikan dalam bentuk demonstrasi, pemogokan, dan kerusuhan. Sampai

akhirnya Inggris memberikan kemerdekaan nominal dan Zaghlul pun dibebaskan.

Pada 22 Januari 1992, Mesir memproklamirkan diri sebagai negara

merdeka, yang diikuti dengan pemberlakuan sebuah konstitusi. Namun

kemerdekaan itu hanya sementara, sampai tahun 1936. Setelah itu baru

kemerdekaan Mesir yang hakiki.

Setelah perlawanan tersebut keadaan Mesir berubah menjadi terpuruk, mulai

dari sektor politik, ekonomi, moral, dan bahkan menjauhkan masyarakat dari

ajaran Islam.

Kedua, Hasan al-Banna adalah sesosok pembaharu yang mendirikan

organisasi Ikhwan al-Muslimin. Dalam organisasi ini mempunyai dua tujuan,

yaitu bahwa negara Islam harus dibebaskan dari seluruh kekuatan asing, dan

bahwa negara yang bebas dan merdeka seperti Mesir harus menjadi negara Islam

dan berfungsi sesuai dengan hukum Islam.

Singkat cerita, al-Sya‟rawi telah bergelut pada bidang politik sejak usia 9

tahun yang diperkenalkan oleh ayahnya pada Partai Wafd (sekitar tahun 1919).

Sejak perkenalan itu asy-Sya‟rawi mulai mengikuti aktivitas pergerakan Partai

Wafd, khususnya pada masa belajar di Zaqaziq, Thantha ataupun di Kairo.

4Badruzzaman M. Yunus, Tafsir asy-Sya’rawi: Tinjauan Terhadap Sumber Metode dan

Ittijah, (Disertasi: UIN Syarif Hidayatullah JKT, 2009), h. 43

Page 56: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

42

Bahkan salah satu keluarganya, yaitu Syeikh Muhammad al-Sya‟rawi (pamannya)

merupakan aktivis dan pemimpin di partai Wafd (Sekretaris Umum).5

Pada tahun 1943, aktivitas asy-Sya‟rawi dalam pergerakan di partai politik

berkurang dan hanya kegiatan berdakwah saja yang memang tidak ia tinggalkan.

Awal sebab berkurangnya dalam kiprah politik adalah ketika beliau diangkat

menjadi guru di sekolah lingkungan Al-Azhar.

2. Al-Sya‟rawi dan Pengaruh Pergerakan Intelektual di al-Azhar

Kepemimpinan Muhammad Ali Pasha di Mesir, telah melakukan perubahan

dalam berbagai hal, di antaranya telah membentuk sistem pendidikan yang paralel

tapi terpisah, yaitu pendidikan tradisional dan pendidikan modern sekuler.

Kemudia pada masa pemerintahan Khedive Ismail Pasha (1863-1874) mulai

diusahakan reorganisasi pendidikan.

Satu lembaga di Mesir yang resmi adalah al-Azhar, dan para masyarakat

selalu mendambakan bisa sekolah di dalamnya, demikian pula orang tua al-

Sya‟rawi. al-Sya‟rawi sejak menjalani usia pendidikan, seluruh kegiatan

belajarnya dilakukan di sekolah-sekolah al-Azhar.

al-Sya‟rawi mengatakan bahwa cabang al-Azhar di Zaqaziq merupakan

pusat setiap gerakan yang dilakukan di luar Kairo.

C. Karya-karya Imam Al-Sya’rawi

Adapun karya-karya syaikh Muhammad Mutawalli al-Sya‟tawi sangatlah

banyak dan yang paling popular adalah tafsir al-Sya‟rawi. Kitab tafsir ini

merupakan hasil kumpulan pidato-pidato atau ceramah-ceramah yang dilakukan

oleh al-Sya‟rawi dan ditulis oleh murid-muridnya yang bernama Muhammad al-

Sinrawi dan Abd al-Waris al-Dasuki. Sementara hadiis-hadis yang terdapat dalam

kitab tafsir tersebut di takhrij oleh ahmad Umar Hasyim. Dengan demikian, Tafsir

al-Sya‟rawi merupakan kumpulan dari beberapa pidato dan ceramah al-Sya‟rawi

5

Hikmatiar Pasya‟, Studi Metodologi Tafsir al-Sya’rawi, (Jurnal: Studia Quranica,

Universitas Darussalam Gontor, 2007), h. 5, vol. 1, no.2

Page 57: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

43

yang kemudian ditulis oleh murid-muridnya. Diantara karya-karya al-Sya‟rawi

diantaranya adalah:6

1) Al-Mukhtar min Tafsir al-Qur’ân al-Karim (3 jilid),

2) Mu’jizat al-Qur’ân al-Karim,

3) Al-Qur’ân al-Karim Mu’jizatun wa Manhajun,

4) Al-Isra’ wal Mi’raj (Mu’jizat Al-Kubro),

5) Al-Qashâshu al-Qur’âny fi Surat al-Kahfi,

6) Al-Mar’ah Fi al-Qur’ân al-Karim,

7) Al-Ghaib,

8) Mu’jizatû al-Rasûl,

9) Al-Halal wa al-Haram,

10) Al-Hajj al-Mabrur,

11) Khawatir,

12) Syeikh Asy-Sya’rawi Haula ‘Imrán al-Mujtama‟

13) Asrâr Bism Allâh ar-Rahmân ar-Rahîm,

14) Al-Islâm wa al-Fikr wa al-Ma’âshî,

15) Al-Islâm wa al-Mar’ah,

16) Aqîdah wa Manhaj,

17) Asy-Syûrâ wa at-Tasyrî’ fi al-Islâm,

18) Ash-Shalâtu wa Arkan al-Islâm,

19) Ath-Tharîq ila Allah,

20) Al-Fatâwâ,

21) Labaik Allahumma labaik,

22) 100 Su’âl wa Jawâb fi al-Fiqh al-Islâmî,

23) Al-Mar’ah kamâ Arâdahâ Allah,

24) Min Faidl al-Qur’ân,

25) Nadharât hi al-Qur’ân,

26) Ala Mâidah al-Fikr al-Islâmi,

27) Qadlâ’ wa Qadr,

28) Hâdzâ Huwa al-Islâm,

6Tafsir Sya‟rāwi,.. V, 2851

Page 58: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

44

29) Al-Muntakhab fi Tafsir al-Qur’ân al-Karîm,

30) Qashash al-Qur’an

Adapun guru-guru al-Sya‟rawi adalah sebagai berikut :

1. Syekh Mutawalli al-Sya‟rawi (ayah al-Sya‟rawi),

2. Syekh Muhammad al-Sya‟rawi (paman al-Sya‟rawi),

3. Sa‟ad Zaghlul,

4. Dr. Muhammad Abdul Mun‟im Khafaji (Penyair Thahir Abu Fasya),

5. Prof. Khalid Muhammad Khalid,

6. Dr. Ahmad Haikal,

7. Dr. Hassan Gad.

D. Profil Tafsir Al-Sya’rawi

Pada mulanya, karya tafsir ini buakan merupakan karya yang sengaja

dijadikan atau dibukukan sebagai kitab tafsir. Karya ini merupakan hasil

dokumetasi yang ditulis dari hsil ceramah yang disampaikan oleh Syekh

Mutawalli al-Sya‟rawi. Sebelum berbentuk karya tafsir, hasil rekapan ceramah al-

Sya‟rawi ini terlebih dahulu terbit di majalah al-liwa al-Islamy, yang pada

selanjutnya dijadikan bentuk buku seri berjudul khawatiri hawl al-Qur’an al-

Karim, yang diterbitkan oleh dar Mayu al-Wathaniyyah mulai tahun 1982.7

Menurut Ahmad al-Mursi Husein Jauhar, seperti yang dikutip oleh

Badruzzaman, mengatakan bahwa asy-Sya‟rawi tidak menuliskan sendiri karya-

karyanya. Hal itu dikarenakan ia megakui sendiri bahwa itu sulit untuk

direlisasikan dan ia juga mengakui bahwa kemampuannya adalah dalam bidang

penyempaian secara lisan. Di sisi lain, asy-Sya‟rawi dikenal sebagai sosok

penceramah yang sering tampil di kalangan umum, baik di masyarakat langsung

atau lewat radio dan televisi. Bahkan menurutnya, tulisan merupakan hasil yang

diperuntukkan bagi komunimenurutnya, tulisan merupakan hasil yang

diperuntukkan bagi komunitas tertentu saja, yakni pembaca. Berbeda dengan

kegiatan lisa yang dapat dirasakan oleh beberapa kalangan. Ia juga menganggap

7 Nur Istiqomah, Konsep Tasghir Menurut Mutawwali Al-Sya’rawi, (Anaslisa Ayat-ayat

Penundukan Alam), (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), h. 14

Page 59: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

45

bahwa penyampaian secara lisan merupakan kegiatan yang lebih efisien tanpa

harus menunggu seseorang mau membaca atau membelinya.

Selain itu, untuk membuktikan bahwa karya tersebut benar-benar

merupakan hasil dari ceramah al-Sya‟rawi, di awal kitabnya terdapat pernyataan

langsung darinya yang mengatakan bahwa isi dari kitab tersebut merupakan hasil

pemikirannya terhadap ayat-ayat al-Qur‟an. Keterangan tersebut ditulis langsung

olehnya dan dibumbuhi tanda tangan. Dalam lembar berikutnya juga terdapat

pengesahan dari Lembaga Penelitian al-Azhar, yaitu Majma’ al-Buhuts al-

Islamiyyah. Lembaga tersebut diakui sebagai lembaga yang memiliki otoritas

dalam menentukan apakah karya tersebut layak atau tidak.

Pada akhirnya, hasil dari ceramah-ceramah asy-Sya‟rawi kemudian di rekap

dalam bentuk tulisan dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1991 oeh penerbit

Akhbar al-Yaum. Dengan bahasa lain, karya ini merupakan transkip bahasa lisan

menuju bahasa tulisan.

1. Gambaran umum tafsir

Nama lengkap dari tafsir karya Imam asy-Sya‟rawi adalah Khawatir asy-

Sya’rawi Haul al-Qur’an al-Karîm. Kitab tafsir ini terdiri dari 29 jilid dan

berbahasa Arab. Dalam redaksi lain, menurut Badruzzaman, karya ini terdiri dari

dua puluh jilid. Karya tafsir ini sudah diterbitkan oleh beberapa pernerbit,

diantaranya adalah Ikhbar al-Yaum Idaroh al-Kutub wa al-Maktubat tahun1411

H/1991 M. Karya asy-Sya‟rawi ini juga pernah terbit di majalah al-Liwa al-Islamy

dari mulai tahun 1986 M sampai tahun 1989 M, edisi 251 sampai 332. Hadist-

hadits yang ada di dalamnya juga telah diiteiti dan di takhrij oleh Dr. Ahmad

Umar Hasyim.

Tafsir ini tidak mencakup terhadap seluruh ayat al-Qur‟an, karya ini hanya

menfasiri dari surat al-Fatihah dampai ayat 138 dari surat ash-Shaffat. Akan

tetapi, karya ini merupakan karya tafsir yang urutannya sesuai dengan urutan

musfah utsmani, jadi termasuk tafsir tartib mushafi. Imam asy-Sya‟rawi tidak

menamai karyanya ini dengan namatafsir, akan tetapi menamainya dengan

khawatir al-Sya’rawi. Alasannya adalah karena untuk menjelaskan apa-apa yang

ia faham dari ayat-ayat al-Qur‟an. Karena arti dari khawatir adalah ide, pemikiran,

Page 60: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

46

atau perenungan, jadi apa yang ia cantumkan sebatas ide dan pikiran asy-Sya‟rawi

dalam memahami ayat-ayat al-Qur‟an. Hal tersebut bisa dilihat dari kata-kata

yang terdapat dalam kitabnya, ketika mengungkapkan ide pemahaman tentang

ayat, maka ia menggunakan kata-kata khowatir. Oleh karena itu, ia tidak berani

menyebut tafsirnya dengan sebutan tafsir dan menjadi hujjah atau dalil bagi yang

mendangar atau membacanya. Ia menganggap bahwa tafsir adalah produk yang

benar, sedangkan apa yang ia tulis murni pemikirannya yang bisa mengandung

benar dan salah. Akan tetapi alasan ini bisa jadi terbantahkan karena ada karya

lain dari asy-Sya‟rawi berupa tafsir, judulnya adalah Tafsir al-Qur’an al-Karim.

Ia menamainya dengan tafsir.

Di sisi lain, al-Sya‟rawi merupakan penafsir yang mementingkan dan

memperhatikan konsep korelasi antar ayat-ayat al-Qur‟an dengan realitas ilmiah

(al-haqaiq al-Ilmiyyah). Menurutya, ide-ide ilmiah sangat tidak sesuai dengan al-

Qur‟an apabila hanya sebatas ide, ia menjadi benar dan memiliki keselarasan

dengan al-Qur‟an ketika sudah menjadi kenyataan.

Dalam tafsirnya, asy-Sya‟rawi banyak sekali membahas berbagai keilmuan.

Ia membahas lafadz dari segi tata bahasanya (nahw shorf), balaghoh, munasabah

antar ayat dan surat, menampilkan riwayat Nabi, ucapan sahabat dan tabi‟in,

menampilkan syiir-syiir klasik dan modern, perumpamaan, dan menjelaskannya

dengan dikaitkan dengan realitas sekarang.

2. Sistematika penulisan

Kitab tafsir asy-Sya‟rawi diawali dengan muqaddimah yang berisi tentang

keagungan, keutamaan, sejarah, dan mukjizatnya. Selian itu, dalam muqoddimah

ia juga menerangkan seputar kitab khawatirnya.Ia mengatakan:

Khowatirku (ide-ideku) seputar al-Qur’an al-Karim tidak bermaksud menafsiri

al-Qur’an... ia hanyalah ide yang terbersit dalah hati seorang mu’min tentang

ayat-ayat al-Qur’an. Kalau al-Qur’an termasuk kitab yang bisa ditafsiri, maka

Rasulullah merupakan manusia yang paling utama yang untuk menafsiri al-

Qur’an. Rasulullah menyampaikan apa yang diwahyukan serta memiliki ilmu dan

mengamalkan ilmunya. Akan tetapi Rasulullah hanya encukupkan untuk

menjelaskan kepadan manusia tergantung kebutuhan mereka, dari segi ibadah

yang menjelaskan hhukum-hukumb taklif dalam al-Qur’an...inilah (yang

disampaikan oleh Rasulullah) merupakan dasar ibadah kepada Allah swt.

Page 61: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

47

Secara urutan kitab tafsir al-Sya‟rawi dimulai dengan lembaran pengesahan

dari al-Azhar dilanjutkan dengan catatan pengesahan dari al-Sya‟rawi. Setelah itu,

terdapat kata pengantar darinya mengenai alasan dan tujuan penulisan tafsir

tersebut. Berikutnya, ia menjelaskan makna ta’awwudz secara tematik dan

dilanjutkan dengan penjelasan dan perenungannya terhdap ayat-ayat al-Qur‟an

dimulai dari surah al-Fatihah hingga ayat 138 surat ash-Shaffat.

Setelah menulis pendahuluan (muqaddimah), al-Sya‟rawi melanjutkan

dengan pembahsan mengenai makna isti’adzah dan urutan turunnya al-Qur‟an.

Setelah itu ia melanjutkan keterangan mengenai tafsir surah al-Fatihah dengan

diawali pembahasan mengenai makna surat itu sendiri, hikmah makna dan

urutannya, gambarran dan penjelasan umum tentangnya, serta faidah-faidah yang

bisa diambil dari ayat-ayat yang berhubungan dari segi maknanaya. Oleh karena

metodenya inilah, ia termasuk mufassir yang menjelaskan ayat al-Qur‟an dengan

ayat al-Qur‟an yang lain.

Sistematika penulisan tafsir ini menggunakan penulisan tradisional, yakni

mengikuti penulisan mufassir terdahulu dengan menggunakan tartib mushaf

utsmany. Dikatakan tradisional juga dikarenakan sistematika tafsir ini tidak

mengunakan sistematika karya ilmiah, karena merupakan hasil ceramah yang

ditulis.

Secara operasioanalnya, dalam menafsirkan, asy-Sya‟rawi lebih banyak

menafsirkan satu per satu ayat, tidak menggunakan kelompok ayat seperti

kebanyakan mufassir. Hal ini menunjukkan bahwa menurutnya setiap ayat berdiri

sendiri dan mempunyai pehamahan sendiri. Akan tetapi, ia juga terkadang

menafsirkan perkelompok ayat yang masih memiliki hubungan dan tidak dapat

dipisahkan serta menerangkannya secara tematik. Contohnya seperti ketika

menafsirkan surah al-Fatihah dan beberapa surat terakhir dari mulai surah Fâthir

sampai surah ash-Shâffat. Surah al-Fatihah olehnya dibagi menjadi empat

kelompok, yakni ayat pertama yakni membahas basmalah, kelompok kedua

membahas ayat 2-3, kelmpok ketiga menjelaskan ayat 4-5, dan kelompok empat

menjelaskan ayat 6-7.

Page 62: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

48

Dalam isinya, al-Sya‟rawi menjelaskan secara komprehensif ayat per ayat

dari surat yang dibahas. Setiap awal surah, mayoritas beliau menerankan

gambaran umum mengenai hal-hal yang berkaitan dengan surah tersebut, seperti

penamaan surah atau penjelasan-penjelasan tertentu yang dianggap perlu untu

memahami surah tersebut. Akan tetapi, tidak semua surat ia awali dengan

pembahasan tersebut. Selain itu, al-Sya‟rawi juga menerangkan munasabah

(korelasi) antar surah yang dijelaskan di akhir surah pertama. Seperti ketika ia

menjelaskan korelasi antar surat al-Maidah dengan al-An‟âm pada akhir

pembahasan surah al-Mâidah. Menurut penelitian Badruzzaman, surah-surah yang

dijelaskan korelasinya oleh asy-Sya‟rawi mencakup al-Fatihah, al-Baqarah, Âli-

„Imrân, an-Nisâ‟, al-Mâidah, al-An‟âm, al-Anfâl, Yûnus, al-Hijr, an-Nahl, al-Isra,

al-Kahfi, al-Anbiyâ‟, al-Hajj, dan al-Mu‟minûn. Sedangkan surah-surah yang

tidak dijelaskan munasabahnya adalah ketika surat setelahnya diawali oleh ayat-

ayat muqatha’ah. Ungkapan yang digunakan oleh al-Sya‟rawi dalam

menerangkan munasabah antar surat biasanya diawali dengan kata-kata ba’da an

audlaha atau ba’daan.8

3. Metode penulisan

Secara umum, apabila kita menggunakan konsep metode tafsir yang

dicetuskan oleh al-Farmawi, maka tafsir al-Sya‟rawi ini termasuk tafsir yang

menggunakan metode tahlili. Karena dari segi sisi tafsir ini berusaha menjelaskan

kandungan ayat-ayat al-Qur‟an dari berbagai aspeknya. Tafsir ini menjelaskan

kosa kata, lafadz, arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju oleh ayat tersebut,

keindahan susunan kalimat, i’jaz, balaghah, tata bahasa, menjelaskan

pengembilan hukum (istinbath) dari ayat tersebut, serta mengemukan korelasi

antar ayat dan surat (munasabah bayna al-ayat wa al-suwar), bahkan juga

mencantumkan riwayat-riwayat dari Rasulullah, sahabat, dan tabi‟in.9

Selain itu, metode yang sangat membuktikan bahwa ia sebenarnya adalah

penceramah dan karyanya merupakan hasil rekapan ceramahnya adalah terdapat

8 Tafsir Sya‟rāwi,.. V, 2851

9 Nasir, Muhammad Ridlwan, Perspektif baru Metode Tafsir Muqarin dalam memahami

al-Qur‟an, Imtiyaz, Surabaya, 2011, h. 15

Page 63: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

49

banyak sekali metode tanya jawab atau dialog dalam karyanya. Biasanya metode

seperti ini dilakukan ketika ceramah atau melaksanakan dialog dengan pendengar.

4. Corak penulisan tafsir

Corak penafsiran kitab tafsir asy-Sya‟rawi ini adalah at-Tarbawy al-Ishlahi

(pendidikan). Hal itu bisa dilihat dari isi kitab khawatir yang banyak sekali

mengandung nasihat dan mendidik umat Islam untuk lebih menuju ke arah yang

lebih baik. Kenyataan tersebut tidaklah aneh mengingat sosok asy-Sya‟rawi

merupakan pencerah ulung. Selain itu, tafsir ini dikategorikan sebagai tafsir bi ar-

ra’yi. Walapupun terdapat riwayat hadits Nabi dalam kitabnya, namun ia lebih

dominan menggunkan pemikiran dan perenunggannya dalam memahami ayat al-

Qur‟an. Karena, bisa kita lihat langsung ketika al-Sya‟rawi menjelaskan ayat

dengan hasil pemikannya, lalu menggabungkan dengan ayat lain yang satu kaitan,

serta menjalskan makan yang terkandung dalam ayat tersebut. Ini membuktikan

bahwa tafsir ini merupakan corak tafsir bi ar-ra’yi.

5. Sumber pernafsiran

Menurut hasil penelitian Badruzzaman, sumber atau mashadir kitab tafsir

asy-Sya‟rawi ini adalah sesui dengan kaidah tafsir bi ar-rayi. Kaidah tafsir yang

menggunakan rasio ini terdiri dari tiga macam, yaitu kaidah kebahasaan, ijtihad

murni (ra’y mujarrad), dan ijtihad tidak murni (ra’y makhluth bi al-atsar).10

10

Badruzzaman M. Yunus, h. 41

Page 64: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

50

BAB IV

PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD STUDI PENAFSIRAN

AL-SYA’RAWI DALAM QS. AL-A’RAF AYAT 65-72

Al-Qur‟an banyak menceritakan tentang kejadian di masa lalu, kisah

mempunyai daya tarik tersendiri yang tujuannya mendidik kepribadian. Kisah-

kisah para nabi dan rasul sebagai pelajaran berharga. Kisah di dalam al-Qur‟an

bertujuan untuk mengokohkan wahyu dan risalah para nabi, memberi informasi

terhadap agama yang dibawa para nabi yang berasal dari Allah. Kisah di dalam al-

Qur‟an mampu menghibur umat Islam yang sedang sedih atau tertimpa musibah.1

Salah satu kisah qur‟ani dan nabi yang di dalamnya terdapat pesan moral

ialah kisah nabi Hud. Dia berasal dari golongan kaum „Ad ia adalah anak cucu

dari nabi Nuh beserta orang-orang yang telah diselamatkan oleh Allah

bersamanya di dalam bahtera dari banjir besar. Setelah sekian lama waktu berjalan

mereka berpencar ke berbagai belahan bumi, mereka dipermainkan oleh setan

untuk disesatkan. Dituntunlah mereka untuk mengikuti nafsu syahwat atau

keinginan kekusaan dan kekayaan, sesuai dengan nafsunya. Bukan sesuai dengan

syariat. Kaum „Ad menolak mengikuti seruan nabi Hud untuk menyembah Allah

kembali2

A. Rasa Kesatuan Emosional

“Dan (kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. ia

berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu

1

Pupuh Faturrohman, Pengembangan Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Refika

Aditama, 2013), h. 53 2Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: di Bawah Naungan al-Qur’an. Jilid 4.Terj.

As‟ad Yasin (Jakarta: gema Insani Press, 2002), h. 340

Page 65: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

51

selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" (Q.S. al-

A‟raf [7]: 65).

Di dalam ayat ini syaikh Mutawalli al-Sya‟rawi menjelaskan: bahwa Allah

mengutus nabi Huddari golongan kaumnya sendiri yaitu kaum „Ad bukan dari

golongan kaum lain. Allah berkata: أرسلنا إلى عاد أخاهم هودا yang artinya: “Aku

mengutus dari kaum „Ad yaitu saudara mereka nabi Hud. Yang mana nabi Hud

ialah dari jenisnya, bahasan abi Hud merupakan bahasa mereka tetapi mereka

melupakan nabi Hud dan tidak menganggap nabi Hud bagian dari

golongannya.3

Mereka lebih mempercayai agama sebelumnya dibandingkan

dengan yang dibawa oleh nabi Hud.

Ketika nabi Hud memperingatkan kaumnya di dalam surat al-Ahqaf.

Disini al-Qur‟an menceritakan sifat nabi Hud, sifat persaudaraan dengan kaumnya.

Sehingga, tergambarlah hubungan kasih sayang antara dia dan hubungan

kekerabatan yang menjamin mereka untuk bersimpati dan berbaik sangka atas

dakwahnya. Hubungan ini seperti hubungan antara nabi Muhammad dan kaumnya

yang bersikap jahat dan memusuhinya.

Ahqaf merupakan jamak dari haqfun yang berartipasir yang tinggi dan

tebal. Tempat tinggal kaum „Ad berupa bukit-bukit pasir yang terpencar di selatan

jazirah Arab. Ada pula yang mengatakannya di Hadramaut. Allah SWT

mengarhkan nabi Muhammad SAW agar menceritakan tentang saudara „Ad dan

peringatan yang dizampaikan kepada kaumnya di al-Ahqaf agar beliau merasa

terhibur oleh saudara sesame rasul yang menerima penyimpangan mereka padahal

nabi Hud merupakan saudara mereka.4

Disini syaikh Mutawalli al-Sya‟rawi menjelaskan bahwa yang dimaksud

dengan إوةخ adalah dua jenis saudara. Yakni saudara dekat dan saudara jauh. Yang

dimaksud dengan saudara dekat adalah saudara kandung sedangkan saudara jauh

adalah saudara dari keturunan nabi Adam.5

Menurut penulis, rasa kesatuan emosional disini ialah dengan cara

memperingatkan agar kaumnya tidak menerima azab seperti umat sebelum

3 Muhammad Mutawalli al-Sya‟rawi, tafsir al-Sya’rawi, Juz 8, h. 335.

4Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: Di Bawah Naungan al-Qur’an,Jilid. 10, Terj.

As‟ad Yasin. (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 412 5Muhammad Mutawalli al-Sya‟rawi, tafsir al-Sya’rawi, Juz 8, h. 336

Page 66: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

52

mereka yakni, umat nabi Nuh. Karena mereka masih mengingat apa yang terjadi

kepada umat sebelum mereka.

Mereka telah menempuh jalan hidup sebagaimana kaum nabi Nuh

sebelumnya.Mereka tidak mau mengingat dan merenungkan apa yang telah

menimpa kepada kaum yang telah menempuh jalan hidup seperti mereka. Oleh

karena itulah, nabi Hud menambahkan di dalam perkataanya itu,“Maka mengapa

kamu tidak bertakwa kepada-Nya?”, sebagai sikap penyanggahan terhadap sikap

tidak takut mereka kepada Allah dan akibat buruk yang menakutkan sikap buruk

yang menakutkan tersebut. Dijelaskannya pula kepada mereka itu bahwa nabi

Hud hanyalah memberikan nasihat dan menyampaikan amanat risalah. Ia

katakana semua itu kepada mereka dengan kasih sayang seorang juru nasihat dan

kejujuran orang yang terpercaya.

Kemudian ia mengingatkan pula kepada mereka mengenai kelebihan-

kelebihan yang diberikan Allah kepada mereka dengan menjadikan mereka

sebagai pengganti-pengganti orang yang berkuasa sesudah kaum nabi Nuh.

Mereka diberikan Allah fisik yang kuat dan besar sehingga dapat memanfaatkan

tanah perbukitan. Diberikan oleh Allah kepada mereka keuasaan dan keperkasaan.

B. Kejernihan Berfikir

۞ ۞

۞

“Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya Kami benar

benar memandang kamu dalam Keadaan kurang akal dan Sesungguhnya Kami

menganggap kamu Termasuk orang orang yang berdusta." Hud herkata "Hai

kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun, tetapi aku ini adalah

utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku

Page 67: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

53

kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu". (Q.S. al-

A‟raf [7]: 66-68).

Di dalam ketiga ayat ini. Syaikh Mutawalli al-Sya‟rawi menjelaskan :para

pemuka-pemuka kaum nabi Hud berkata: “Saya melihatmu seperti dalam

kegilaan.” Bahwa penggunaan الذين كفروا disiniialah yang menutupi karena

adasalah satu kaum nabi Hud yang bernama Martsad bin sa‟ad yang tidak

mengakui kebenaran yang dibawa oleh nabi Hud.6

Pada ayat 86 dijelaskan oleh Syaikh Mutawalli al-Sya‟rawi bahwa ada

perbedaan penyampaian yang dikatakan Allah kepada nabi Nuh dan nabi Hud.

Jika pada ayat 62 Allah berkata أنصح menggunakan fi‟il mudhori yang berarti

selalu memperbaharui Karena nabi Nuh berdakwah dengan terus menerus dari

siang hingga malam. Maka dari itu nabi Nuh termasuk ulul „Azmi. Dalam kisah

nabi Nuh Allah ingin menceritakan bahwa nabi Nuh bersikeras agar kaumnya

mengikutinya baik siang maupun malam. Dan pada ayat 68 Allah menggunakan

menggunakan isim fa‟il yang berarti sekali melakukan tanpa ada ناصح

pengulangan.

Pembangkangan mereka terhadap nabi Hud sudah disertai dengan respon

keras dan mengeluarkan alasan-alasan yang identik dengan tradisi nenek moyang

yang mereka pertahankan. Mereka mencaci dan menghina nabi Hud dengan

mengatakan bahwa nabi Hud sebagai orang yang bodoh dan gila. Ini merupakan

respon yang menurut Sutrisno di dalam Jurnalnya memiliki jenjang

pembangkangan yang bertingkat, bermula hanya sebatas menolak dan heran

terhadap dakwah yang dianggap sesuatu hal yang baru tanpa ada respon yang

lebih dan tanpa ada argument atau alasan penolakan.7

Menurut penulis, ini merupakan respon yang merupakan pengulangan

sejarah seperti yang terjadi pada nabi sebelumnya. Yaitu, nabi Nuh.

6 Muhammad Mutawalli al-Sya‟rawi, tafsir al-Sya’rawi, Juz 8, h. 338-339

7 Sutrisno, (Kisah Dan Materi Dakwah Nabi Hud), Jurnal Al-Mishbah Pascasarjana UIN

sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017. h. 9

Page 68: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

54

C. Menjunjung Tinggi Amanat dan memberi peringatan.

Nabi Hud merupakan seorang nabi yang diutus oleh Allah setelah

terjadinya banjir besar yang dialami kaum nabi Nuh. Nabi Hud menyampaikan

amanat yang diberikan Allah kepadanya agar kaumnya beriman kepada Allah

bahkan nabi Hud mengingatkan kaumnya betapa mereka diberikan berbagai

macam kenikmatan di dalam situasi peradaban mereka. Mereka mampu

mengelolah tanah yang tandus menjadi subur, mereka dapat memelihara hewan

ternak dengan baik, mereka memiliki bentuk fisik yang besar dan kekar, mereka

terkenal dengan pembangunan dan tata kota8kaum „Ad juga terkenal dengan hal

siasat perang, sehingga musuh-musuhnya merasa ketakutan dan takluk sebelum

perang.

Mereka membangun gedung-gedung yang kokoh untuk mereka nikmati

dan gedung-gedung itu dijadikan benteng. Mereka mendirikan bangunan disetiap

tempat tinggi dan orang-orangnya membangun gedung-gedung yang indah dengan

harapan mereka akan hidup didalamnya (selamanya). Tetapi, mereka tetap berbuat

kejahatan dan berlaku bengis, ketika nabi Hud memperingatkan kaumnya, maka

kaumnya memberikan komentar dengan kata-katanya sebagai kebiasaan kuno.

Mereka sangat meyakini bahwa tidak ada hal yang akan terjadi terhadap mereka.9

Nabi Hud diuutus kepada saudaranya dari kaum „Ad, untuk meluruskan

aqidah mereka yang salah serta mengajarkan akhlak yang benar. Nabi Hud juga

mengajak menyembah Allah tanpa mempersekutukannya dengan sesusatu apapun,

dan mengingatkan untuk tidak melakukan kezaliman dan penganiayaan kepada

golongan yang lemah, baik dari kalangan musuh maupun bukan musuh. Karena

sikap kaum „Ad yang menunjukkan rasa permusuhan maka Allah binasakan kaum

„Ad dengan badai pasir yaang mengerikan.

Ajakan dan dakwah nabi Hud yang berulang-ulang ditujukan kepada

mereka sebagai realisasi dari tugas utama seorang nabi sebagai pemberi

peringatan.

8 Sutrisno, (Kisah Dan Materi Dakwah Nabi Hud), Jurnal Al-Mishbah Pascasarjana UIN

sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017. h. 7 9 Harun Yahya, Jejak Bangsa-Bangsa Terdahulu, (dzikra: 2008), hal. 48.

Page 69: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kisah dalam al-Qur‟an secara keseluruhan merupakan suatu cara agar manusia yang

hidup setelahnya menjadikannya petunjuk dan peringatan agar tidak mengulangi kejadian-

kejadian yang sudah terjadi pada umat dan kaum-kaum sebelumnya. Nabi Hud telah memberi

contoh yang baik serta patut untuk ditiru oleh semua manusia. Beliau menghadapi kaumnya

dengan sabar, lapang dada serta lemah lembut. Beliau tidak sampai membalas keburukan

dengan keburukan melainkan tepai membalas dengan lemah lembut dan dapat menguasai

emosi dan tidak kehilangan kesabaran. Nabi Hud tidak marah ketika kaumnya menuduh

dirinya orang bodoh dan gila. Ia hanya dengan lemah lembut menolak tuduhan itu dan

berkata: قال يا قوم ليس بي سفاهة ولكني رسول من رب العالمين “Tidaklah aku gila, melainkan hanya

sebagai utusan Allah untuk memberikan nasihat dan peringatan agar terhindar dari murka

Allah.”

Nabi Hud selalu mengajak mereka untuk berpikir dan menjelaskan atas segala nikmat

yang telah Allah berikan kepada mereka berupa harta, keturunan, kelebihan fisik, piawai

dalam mengatur siasat perang serta kemampuan untuk membangun gedung-gedung,

menggarap lahan pertanian dan kebun dan menjadikan mereka khalifah di muka bumi setelah

musnahnya kaum nabi Nuh.

Kaum „Ad yang menunjukkan permusuhan kepada nabi Hud dan melawan Allah benar-benar

dibinasakan. Badai pasir dengan angin yang sangat dingin dan kencang yang mengerikan

menimpa mereka selama tujuh malam delapan hari secara terus-menerus. (QS. Al-Haqqah, 69:

6-8).

Penulis berkesimpulan bahwa pesan-pesan yang terdapat dalam kisah nabi Hud yaitu:

besarnya rasa kesatuan emosional yang dirasakan nabi Hud terhadap kaumnya hingga nabi

Hud mengingatkan mereka besarnya karunia yang telah Allah berikan kepada mereka baik

dari fisik, kemampuan berpikir dalam mengolah perkebunan dan pembangunan dengan itu

semua nabi Hud tidak ingin agar mereka sampai terkena azab dari Allah SWT. Nabi Hud

tidak marah dan sabar ketika kaumnya mengatakan bahwa dirinya gila bahkan nabi Hud

hanya berkata dengan lembut bahwa dirinya hanyalah utusan Allah, nabi Hud menjunjung

tinggi Amanat yang diberikan Allah kepada dirinya.

Page 70: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

56

B. Saran

Penulis menyadari dengan penelitian yang sedikit ini masih jauh dari kata cukup.

bahwa dalam kisah kaum „Ad masih terdapat pesan-pesan, kandungan, serta tujuan yang

belum terungkap dan bisa dengan menggunakan tafsir lain atau dengan surah lainnya. dengan

ini penulis berharap para pengkaji al-Qur‟an dapat melanjutkan penelitian ini.

Penulis berasumsi bahwa dalam kisah nabi Hud masih terdapat pesan-pesan,

kandungan, serta tujuan yang belum terungkap atau menggunakan penafsir lain dengan cara

komparasi atau dengan berdasarkan teologi mufasirnya itu sendiri.

Page 71: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

57

DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan ,

Jakarta:Rajawali Pers, 2016.

Faizah, Chatirul, Ajaran Moral Dalam Kisah Nabi Yusuf A.S: Analisis Semiotik

Rolan Barthes, 2015.

al-Farmawi, Abdul Hayy, Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al-Maudhu’i, Mesir: dirasat

Manhajiyyah Maudhu’iyyah, 1997.

Goldziher, Ignaz, Madzhab Tafsir , Yogyakarta: Penerbit eLSAQ Press, 2006.

Hatta, Jauhar. Volume II, 2009

Hakim, Husnul, Mengintip Takdir Ilahi (Mengungkap Makna Sunnatullah Dalam

al-Qur’an), Depok: Lingkar Studi al-Qur’an eLSIQ, 2011

Ismatullah, A.M, Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Kisah Yusuf: Penafsiran H.M.

Qurasih Shihab Atas Surah Yusuf, dalam Dinamika Ilmu XII, no. I, juni

2012.

Istiyani, Arum, Pesan Akhlak Kisah Nabi Luth Menurut Penafsiran al-Qurthubi

dan M. Quraish Shihab, 2016.

Istiqomah, Nur, Konsep Tasghir Menurut Mutawwali Al-Sya’rawi, Anaslisa Ayat-

ayat Penundukan Alam, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Katsir, Ibn, Kisah Para Nabi terj. Dari Qaṣaṣul Qur’an Karya Ibnu Jarir al-

Thabari.

Kurniawan, Agwin Albert, Nilai Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kisah Nabi Hud

Menurut Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Karya Sayyid Quthb, Ponorogo: IAIN

2017.

Ma’rifat, Muhammad Hadi, Kisah-Kisah al-Qur’an, terj. Azam Bahtiar, Citra,

Jakarta, 2013.

Mardyah, Husnil, Pesan Moral Dalam Kisah Nabi Shalih dan Kaumnya: sebuah

Kajian Tematik, November, 2018.

Mustaqim, Abdul, dkk., “Kisah Al-Qur’an: Hakekat, Makna, Dan Nilai-Nilai

pendidikannya,” dalam Ulumuna Jurnal Studi Keislaman, Vol. XV, 2011.

M. Yunus, Badruzzaman, Tafsir asy-Sya’rawi: Tinjauan Terhadap Sumber

Metode dan Ittijah, dalam disertasi: UIN Syarif Hidayatullah JKT, 2009.

Page 72: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

58

Nasir, Muhammad Ridlwan, Perspektif baru Metode Tafsir Muqarin dalam

memahami al-Qur’an, Imtiyaz, Surabaya, 2011.

Nurlaeli, Pesan Moral Kisah Nabi Yunus Menurut Mufasir Modern Indonesia,

2014.

al-Qattan, Manna’ Khalil, StudiIlmu-Ilmu Qur’an, terj: Mudzakir As., Bogor:

PustakaLiteraAntar Nusa, 1996.

--------, dalam Usman, Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Teras, 2009.

Quthub, Sayyid, al-Tashwir al-Fanny fi al-Qur’an, Beirut: D r al-Ma’arif, 1975.

--------, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, Jakarta: Gema Insani, 2004.

--------, Tashwir al-Fanniy fi al-Qur’an, Kairo: Dar al- Syuruq, 1993.

Raco, J.R, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, karakteristik, dan keunggulan ,

Jakarta: Grasindo, 2010.

Rohman, Yovi Nur, Nilai-Nilai Pendidikan Islam Berbasis Kisah Nabi Nuh AS Di

Dalam A-Qur’an Menurut Para Mufassir, 2016.

ash-Shiddieqy, M. Hasbi, Ilmu-Ilmu al-qur’an. Jakarta: PT. Bulan Bintang. 1988

M. Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu al-qur’an, Jakarta: PT. Bulan Bintang.

1988.

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

Jakarta: Lentera Hati. 2007.

Suriani, Ani, MA, Manajemen Dakwah Dalam Kehidupan Pluralis Indonesia

Ciputat: The Media of Social and Cultural Communication , 2005.

al-Thawab, Muhammad Shalahuddin, Al-Naqd al- Adabi: Dirasat Naqdiyah wa

Adabiyah Haula I’jaz al-Qur’an, Kairo: Dar al-Kitab al-Hadits, 2003.

Siswayanti, Novita, Dimensi Edukatif Pada Kisah-Kisah al-Qur’an, 2015.

Suriani, Ani, MA, Manajemen Dakwah Dalam Kehidupan Pluralis Indonesia

Ciputat: The Media of Social and Cultural Communication , 2005.

Syibromalisi, Faizah Ali dan Azizy, Jauhar, Membahas Kitab Tafsir Klasik-

Modern Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2012.

Syarifuddin, Mohammad Anwar dan Aziziy, Jauhar, “Mendialogkan

Hermeneutika Doa Dalam Kisah Ibrahim Dan Musa” dalam Jurnal Refleksi,

Vol. 13, No. 6 2014.

Page 73: PESAN MORAL DALAM KISAH NABI HUD (STUDI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46929...k us pada poin ketiga “bagaimana Sya‟rawi menggali pesan moral dari kisah

59

Al-Sya’rawi. Abū al-‘Ainain,: ana min Sul-Alat ahl al-Bait, al-Qāhirah: Akhbar

al-Yaum, 1995.

Tim Forum Karya Ilmiah RADEN (Refleksi Anak Muda Pesantren) Purna Siswa

2011 MHM Lirboyo Kota Kediri, (ed). Abu Hafsin, al-Qur’an Kita: Studi

Ilmu, Sejarah dan Tafsir al-Qur’an, cet. 3. Kediri: Lirboyo Press, 2013.

Tim redaksi kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2008.

Umar, Nasaruddin, Ulumul Qur’an: Mengungkap Makna-Makna Tersembunyi Al-

Qur’an, Ciputat: Al-Ghazali Center, 2008.

Usman, Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Teras, 2009.

Wahyuning, Wiwit dkk, Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak, Jakarta: PT.

Elex Media Komputido Kelompok Gramedia, 2003.