pesan moral cerita rakyat masyarakat maluku dan

127
PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENANAMAN KARAKTER SISWA Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Yunus Rumoga NIM: 105 04 13 018 18 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT

MALUKU DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENANAMAN

KARAKTER SISWA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Yunus Rumoga

NIM: 105 04 13 018 18

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

Page 2: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

i

ABSTRAK

YUNUS RUMOGA. Judul tesis “Pesan Moral Cerita Rakyat Masyarakat Maluku

dan Kontribusinya terhadap Penanaman Karakter Siswa SMP Kelas VII SMPN 44

Seram Bagian Timur,pembimbing satu oleh H.M. Ide Said. D.M. dan pembimbing

dua oleh Abdul Munir, ).

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan pesan moral dan nilai karakter

pada cerita rakyat Maluku, dan (2) mendeskripsikan kontribusi cerita rakyat

masyarakat Maluku terhadap penanaman karakter siswa SMP kelas VII.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data adalah

informan. Informan yang dipilih adalah saniri negeri/pemangku-pemangku adat (juru

kunci). Data berupa kata, frasa, dan kalimat yang mengandung pesan moral dan nilai

karakter yang diperoleh melalui informasi lisan dari para informan selanjutnya

ditranskripsikan ke dalam cerita secara tertulis. Teknik yang digunakan dalam

pengumpulan data meliputi observasi langsung, perekaman, wawancara, baca-simak,

dan pencatatan. Analisis data yang dilakukan mengikuti tahap analisis Huberman &

Miles yakni mereduksi data, penyajian data dan penyimpulan, dan verifikasi hasil

penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)Pesan moral yang terdapat pada

cerita rakyat masyarakat Maluku memiliki tiga kategori yakni pesan moral kategori

hubungan manusia dengan Tuhan, pesan moral kategori hubungan manusia dengan

diri sendiri, dan pesan moral kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam

lingkungan sosial termasuk dengan alam serta terdapat enam belas nilai pendidikan

karakter dari lima nilai pendidikan karakter yang dikembangkan oleh Kementerian

Pendidikan Nasional dan 7 nilai pendidikan karakter yang tidak termasuk dalam 5

nilai pendidikan karakter berdasarkan Kementerian Pendidikan Nasional.(2)Hasil

penelitian ini dikontribusikan dalam pengajaran bahasa Indonesia berupa bahan ajar

yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru bahasa Indonesia di sekolah

khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII. Hal ini dikaitkan dengan

standar penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap pada Kurikulum 2013

jenjang SMP kelas VII. Kompetensi sikap spiritual (KI 1) dan kompetensi sikap

sosial (KI 2). Terdapat pada kompetensi dasar (KD) 3.11;3.12 mengidentifikasi dan

menelaah struktur dan kebahasaan informasi tentang fabel/legenda daerah setempat

yang dibaca dan didengar; dan (KD) 4.11;4.12 menceritakan kembali dan

memerankan isi fabel/legenda daerah setempat.

Kata kunci: cerita rakyat, masyarakat Maluku, nilai pendidikan karakter, dan pesan

moral.

Page 3: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

ii

ABSTRACT

YUNUS RUMOGA. Moral Message of the Maluku People's Folklore and Its

Contribution to Character Building of Grade Class VII Students in Junior High

School (Supervised by H. M. Ide Said. D.M. dan Abdul Munir.).

The study aims at describing (1) the moral messages and character values of

Maluku folklore, (2) the contribution of the Maluku people's folklore to the characters

Building of Grade Class VII Students in Junior High School.

The type of this study is a qualitative descriptive research. The data sources in

this study were the informants. The informants chosen in this were saniri/key

stakeholders of adat. Data were in the form of words, phrases and sentences

containing moral messages and character values obtained through oral information

from informants. The data were then transcribed into the story in written form.

Techniques used in data collection include direct observation, recording,

interviewing, reading, listening, and note taking. Data analysis conducted in this

study referred to Huberman & Miles analysis stage, namely data reduction, data

presentation, and conclusions and verification of the results of the research.

The results reveal that: (1) The moral messages contain in Maluku folklore

have three categories, namely the human relations with God category, the human

relations with oneself category, and human relations with other humans in the social

environment category including nature. There are sixteen values out of the five values

of character education developed by the Ministry of National Education and seven

values of character education not included in those eighteen values of character

education, (2) The results of this study were contributed in teaching Bahasa Indonesia

in the form of teaching materials that can be taken into consideration for Bahasa

Indonesia teachers in schools, especially Grade VII junior high schools. This is

related to the standard of growth and development of attitude competency in the 2013

curriculum for grade VII in junior high school, namely the spiritual attitude

competency (KI.1) and social attitude competency (KI.2). There are basic

competencies (KD) 3.11; 3.12 identify and examine the structure and language of

information about local fables/legends that are read and heard; and (KD) 4.11; 4.12

retell and act out the contents of local fables / legends.

Keywords: folklore, maluku people, the value of character education, and moral

messages.

Page 4: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

iii

Kata Pengantar

Alhamdulillah, seperti zikir alam untuk memuji kebesaran Tuhannya, maka

tidak ada kata yang lebih indah yang dapat penulis agungkan untuk segala kuasa

Allah Swt. karena atas limpahan rahmat, kasih sayang, dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pesan Moral Cerita Rakyat

Masyarakat Maluku dan Kontribusinya terhadap Penanaman Karakter Siswa SMP

Kelas VII Sbagian SMPN 44 Seram Bagian Timur ”. Salawat dan salam penulis

curahkan kepada Rasulullah saw. sebagai suri teladan yang telah membawa

kebenaran dan cahaya Islam kepada umat manusia.

Proses penyelesaian tesis ini, merupakan suatu perjuangan yang panjang bagi

penulis. Selama proses penelitian dan penyusunan tesis ini, terdapat berbagai macam

rintangan dan hambatan yang dihadapi penulis. Namun, berkat usaha dan kerja keras

serta keseriusan pembimbing mengarahkan dan membimbing penulis, adanya

bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak, segalanya menjadi lebih mudah sehingga

tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis patut

menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya

kepada Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M.,M.Pd dan Dr. Drs. Abdul Munir.,M.Pd.

pembimbing dalam penelitian ini yang dengan sabar selalu meluangkan waktu,

tenaga serta pikirannya untuk memberikan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi

penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga patut penulis

sampaikan kepada tim penguji, yaitu Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag. Dr. A. Rahman

Page 5: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

iv

Rahim., M.Hum.yang banyak memberikan masukan yang sangat berarti dalam

penyusunan tesis ini.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar, Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Direktur Program

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag.

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Dr. A. Rahman Rahim, M. Hum.

para dosen yang telah berjasa memberikan ilmu dan mendidik selama mengikuti

pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, dan

seluruh staf Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar yang

senantiasa memudahkan pelayanan administrasi kepada penulis selama ini.

Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada, Kepala Sekolah SMPN 44

Seram Bagian Timur, guru dan staf pegawai yang telah meluangkan waktu dan

menerima bahan ajar yang ditawarkan penulis sebagai bahan pertimbangan bahan ajar

untuk digunakan di sekolah.

Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, Ibunda Hania Boufakar dan

Ayahanda. Salim Rumoga. Izinkanlah anakmu ini mencium tangan Ayah dan Bunda

sebagai tanda bakti dan rasa syukur memiliki orang tua hebat seperti ayah dan bunda.

Hati ini seperti teriris melihat kerja keras dan pengorbanan yang ayah dan bunda

lakukan demi kesuksesan anakmu.

Terakhir ucapan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak sempat penulis sebutkan satu per

Page 6: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

v

satu. Semoga segala bantuan, motivasi, serta pengorbanan yang diberikan dapat

bernilai ibadah dan diganti dengan pahala, rezeki, dan kemudahan dari Allah Swt.

Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini terdapat banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan

tesis ini. Akhir kata, mudah-mudahan tesis ini bisa bermanfaat bagi banyak orang.

Makassar, Maret 2021

Yunus Rumoga

Page 7: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN i

PERNYATAAN KEORISINALAN TESIS ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

DAFTAR SINGKATAN xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Hasil Penelitian 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Sastra 8

B. Cerita Rakyat 13

C. Cerita Rakyat Masyarakat Maluku 42

Page 8: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

vii

D. Fungsi Cerita Rakyat Masyarakat Maluku sebagai 45

Bahan Ajar di Sekolah

E. Kerangka Pikir 47

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 49

B. Fokus Penelitian 49

C. Definisi Istilah 49

D. Desain Penelitian 50

E. Data dan Sumber Data 50

F. Instrumen Penelitian 51

G. Teknik Pengumpulan Data 51

H. Teknik Analisis Data 52

I. Pemeriksaan Keabsahan Data 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HasilPenelitian 55

B. Pembahasan 100

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 107

B. Saran 107

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1 Nilai Karakter Bangsa 45

Page 10: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Kerangka Pikir 62

Page 11: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Lima Nilai Pendidikan Karakter Cerita Rakyat 33

Masyarakat Maluku

2. Pesan Moral berdasarkan Tiga Kategori 109

3. RPP SMP/MTS Kelas VII 164

4. Catatan Lapangan Informan 171

5. Dokumentasi 172

Page 12: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

xi

DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Arti

AM : Anahunta Malalokon

ARNA : Anak Raja Nakal dan Akal

ASWM : Asal-Usul Waelo Matai

KD : Kompetensi Dasar

KI : Kompetensi Inti

No KD : Nomor Korpus Data

NPK : Nilai Pendidikan Karakter

SMPN : Sekolah Mengenah Pertama Negeri

RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

SMP : Sekolah Menengah Pertama

PPs : Program Pascasarjana

UMM : Universitas Muhammadiyah Makassar

NTB : Nusa Tenggara Timur

dkk : dan kawan-kawan

Page 13: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN
Page 14: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra Indonesia beraneka ragam, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan

dan menarik untuk dikaji, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Jika dilihat dari

sejarah karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat yang menghasilkannya maka

dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sastra lama (klasik) dan sastra baru

(modern). Sastra lama juga disebut sastra daerah (regional) yang menggunakan bahasa

daerah dan tersebar di seluruh Nusantara. Sebaliknya, sastra modern juga disebut sastra

Indonesia (nasional) menggunakan bahasa Indonesia. Secara teknis sastra lama

dibedakan atas dua macam, yaitu sastra lisan (oral literatur) dan sastra tulis.

Sastra daerah merupakan salah satu hasil warisan budaya bangsa, yang tersebar

di berbagai daerah di Indonesia. Di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur, seperti nilai

agama, etika, kepemimpinan, kepahlawanan, kejujuran, dan nilai kesetiaan. Nilai-nilai

itu memiliki makna yang sangat penting bagi pengembangan bangsa, khususnya

pengembangan karakter bangsa baik bagi yang tersirat maupun yang tersurat dalam

sastra daerah. Selain itu, nilai-nilai tersebut dapat dijadikan sumber pengetahuan dan

media pembelajaran, baik bagi generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan

datang. Dengan demikian, sastra daerah merupakan satu hal yang wajib dibina dan

dikembangkan oleh pemilik atau pendukungnya. Hal ini dilakukan untuk mempertinggi

harkat dan martabat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beradab (Cika, 2012:1)

Pesan moral karya sastra sangat erat kaitannya dengan sifat-sifat luhur

manusiaan dalam memperjuangkan hak dan martabatnya. Sifat-sifat luhur kemanusiaan

tersebut pada hakikatnya bersifat universal. Artinya, sifat-sifat ini diyakini

kebenarannya oleh masyarakat. Dari pesan moral tersebut terdapat nilai-nilai karakter

yang dapat membangun kepribadian seseorang menjadi lebih baik yang berguna untuk

Page 15: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

2

lingkungannya. Nilai-nilai ini bisa didapatkan dalam kandungan cerita rakyat yang akan

dikaji pada saat penelitian. Harus ada upaya yang dilakukan agar tetap menjaga dan

melestarikan cerita turun-temurun tersebut agar generasi penerus juga dapat mengetahui

asal muasal suatu cerita dari moyangnya. Salah satu caranya adalah dengan

mendokumentasikan folklor lisan yang terdapat pada wilayah tertentu. Dari

dokumentasi legenda, dan dongeng yang dituturkan didokumentasikan dan dapat

diceritakan kemali dengan penambahan nilai moral untuk mewujudkan pendidikan

karakter.

Dalam realita di masyarakat, cerita rakyat sangat digemari oleh masyarakat

karena dijadikan sebagai suri teladan dan pelipur lara, serta bersifat membangkitkan

tawa. Oleh karena itu, cerita rakyat biasanya mengandung ajaran budi pekerti atau

pendidikan moral dan hiburan bagi masyarakat pendukungnya. Pada masa sebelum

adanya pendidikan secara formal, seperti sekolah, cerita-cerita rakyat memiliki fungsi

dan peranan yang sangat penting sebagai media pendidikan bagi orang tua untuk

mendidik anak dalam keluarga. Meskipun saat ini pendidikan secara formal telah

tersedia, tetapi cerita-cerita rakyat tetap memiliki fungsi dan peranan penting, terutama

dalam membina kepribadian anak dan menanamkan budi pekerti secara utuh dalam

keluarga (http:// culture.melayuonline.com).

Budayawan NTB H. Jalaluddin Arzaki,(dalam (Marwilistya, 2010) melihat

keberadaan folklor di tengah masyarakat sangatlah penting, terutama nilai-nilai filosofi

kehidupan yang menjadi cerminan antara hubungan manusia dengan Sang Pencipta.

Misalnya, dalam cerita rakyat Malin Kundang dari Sumatera Barat memberikan pesan

bahwa jika seorang anak ingkar kepada kedua orang tuanya sama artinya dengan

mengingkari Tuhan. Pesan moral seperti dalam cerita Malin Kundang merupakan salah

satu contoh pesan-pesan moral yang baik untuk masyarakat dibungkus dalam cerita

rakyat sehingga cerita rakyat diterima dan hidup dalam masyarakat. Cerita rakyat

Page 16: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

3

mengandung nilai edukatif untuk masyarakat. Menurut Sutarto (2007: 52-53) bahwa

nilai edukatif dalam cerita rakyat adalah: (1) nilai pendidikan moral, (2) nilai

pendidikan adat/tradisi, (3) nilai pendidikan agama, dan (4) nilai pendidikan sejarah

(historis). Nilai-nilai tersebut dapat diajarkan atau disampaikan kepada masyarakat, baik

secara formal maupun nonformal melalui cerita rakyat. Dalam hal tertentu, masyarakat

berkembang dalam nilai tertentu karena mendengarkan dan merefleksikan cerita rakyat

yang diterima dari orang lain.

Karya sastra yang muncul tidak lahir dalam kekosongan budaya. Artinya, karya

sastra selalu bertumpu pada nilai yang berkembang. Demikian pula halnya dengan salah

satu karya sastra masyarakat Maluku, yakni cerita rakyat. Cerita rakyat masyarakat

Maluku merupakan cerita yang terdiri atas dongeng, mite maupun legenda yang

berkembang di masyarakat dan diceritakan dari mulut ke mulut. Hal ini sejalan dengan

Danandjaja (2007: 1-2), cerita rakyat merupakan salah satu bagian dari folklor (folklore)

yang didefinisikan sebagai bentuk penuturan cerita yang dasarnya tersebar secara lisan,

diwariskan turun-temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara tradisional.

Sehingga, cerita yang berkembang di masyarakat tersebut jika tidak dilestarikan akan

punah. Oleh karena itu, perlulah membina cerita tersebut ke dalam naskah tulis sehingga

tidak lenyap seiring perkembangan zaman. Cerita rakyat di Maluku banyak

mengandung nilai yang berfungsi dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai tersebut perlu

ditumbuhkembangkan agar senantiasa menjiwai sikap dan perilaku masyarakat yang

berfungsi dalam membina hubungan masyarakat agar lebih bertanggung jawab dan

berjiwa luhur. Pewarisan nilai-nilai luhur melalui cerita rakyat Maluku memang perlu

dilakukan terutama pada generasi muda era modern saat ini.

Cerita rakyat Maluku terkandung filosofi hidup yang dapat dijadikan panutan

dalam kehidupan sehari-hari. Folklor, dalam hal ini adalah cerita rakyat digambarkan

peran berbagai tokoh dalam cerita tersebut, terutama perilaku atau perbuatan manusia

Page 17: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

4

dalam keterikatan hidupnya sesama manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan dengan

alam lingkungannya. Cerita rakyat Maluku khususnya pada Kabupaten Seram Bagian

Timur mengisahkan tentang asal-usul tempat, sejarah pertalian umat beragama atau

yang sering disebut pela-gandong, hingga kepahlawanan. Cerita rakyat yang

berkembang di Maluku merupakan wahana tata nilai dan norma sosial atau adat yang

masih berfungsi dengan baik dan menjadi alat perekat yang masih ditaati oleh

masyarakat yang patut dikembangkan dan dijadikan untuk kehidupan masa kini dan

masa yang akan datang sebagai kekayaan budaya.

Cerita rakyat yang dikaji pada penelitian ini dipusatkan Pada SMP Negeri 44

Seram Bagian Timur yang terletak di Kecamatan Kiandarat, Kabupaten Seram Bagian

Timur. Penentuan lokasi penelitian terdapat di Negeri Kiandarat. Hal ini berdasarkan

pertimbangan bahwa lokasi penelitian tersebut terdapat cerita-cerita yang menonjol dan

dikenal masyarakat luas, tetapi cerita-cerita rakyat tersebut belum didokumentsikan dan

melihat generasi mudah di Kiandarat khususnya siswa SMP 44 yang tidak lagi

menjunjung tinggi nilai pelagandong(hidup orang basodar) dalam kesehariannya. Selain

itu, Negeri Kiandarat merupakan salah satu negeri di daratan pulau Seram yang

memiliki adat-istiadat yang sangat kental dan masih dijaga dan dilestarikan hingga saat

ini.

Perlu digarisbawahi bahwa cerita rakyat erat hubungannya dengan tokoh

kerajaan atau pawang cerita. Namun nyaris di banyak daerah pawang cerita itu susah

sekaliditemukan atau bahkan tidakdapat ditemukan. Hal ini karena banyak para pawang

telah meninggal dunia atau pada sebagaian masyarakat sendiri tidak memiliki perhatian

lebih pada cerita-cerita rakyat yang ada. Sebagai bentuk tradisi lisan, cerita rakyat di

Maluku telah terancam keberadaannya serta mulai kehilangan daya hidup, terutama

berkaitan dengan kemampuan untuk menunjukkan kekuatannya sebagai penjaga norma

dan pengesahan pranata adat dan budaya. Hal ini disebabkan oleh proses transformasi

Page 18: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

5

yang mengalami kendala lintas generasi. Penguasaan cerita rakyat dalam kelompok

masyarakat pemiliknya hanya terbatas pada golongan tua, yakni satu atau dua orang tua

berusia di atas enam puluh tahun. Golongan ini biasanya menduduki posisi penting

sebagai saniri negeri.

. Pengajaran dan penanaman nilai-nilai moral dan nilai karkater dapat dilakukan

melalui cerita rakyat. Cerita rakyat sebagai salah satu dari sastra lisan memiliki unsur-

unsur yang saling mendukung cerita secara menyeluruh sebagai implikasi dalam

membentuk karakter dan dapat dijadikan sebagai alternatif bahan ajar. Fenomena ini

dapat membuka peluang yang luas pada guru untuk memperkenalkan kearifan lokal

leluhur kepada siswa sekaligus pemertahanan sastra daerah dari kepunahan agar mereka

dapat memahami dan sekaligus mendapatkan manfaatnya.

Cerita rakyat sebagai salah satu bentuk karya sastra daerah Maluku sangat

menarik untuk diteliti dan dikaji, serta dibukukan agar bisa digunakan sebagai salah satu

sumber acuan sastra, dan sebagai alat kebudayaan yang bisa dimanfaatkan untuk

penanaman nilai-nilai luhur dan pembentuk karakter generasi bangsa. Penelitian cerita

rakyat telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti penelitian yang dilakukan oleh

Dewi Rukmini (2009) dengan judul Cerita Rakyat Kabupaten Sragen (Suatu Kajian

Struktural dan Nilai Edukatif). Secara substansial, penelitian ini difokuskan pada

bagaimana struktur dan nilai yang terkandung dalam cerita rakyat di Kabupaten Sragen.

Penelitian yang hampir sama juga dilakukan oleh Ranggi Ramadhani Ilminisa, dkk

(2016) dengan judul Bentuk Karakter Anak Melalui Dokumentasi Folklor Lisan

Kebudayaan Lokal. Dalam penelitian tersebut Ranggi Ramadhani Ilminisa, dkk

berfokus dalam mendokumentasikan , legenda, dongeng, dan mite di Jombang dan

mengemas folklor lisan tersebut menjadi cerita anak yang bermuatan pendidikan

karakter.

Page 19: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

6

Mencermati penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi Rukmini dan Ranggi

Ramadhani Ilminisa, dkk, tampak persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini.

Persamaannya adalah sama-sama mengkaji tentang cerita rakyat, sedangkan

perbedaannya tampak pada lokasi dan fokus penelitian. Penelitian ini khusus mengkaji

tentang pesan moral cerita rakyat masyarakat Maluku dan kontribusinya terhadap

penanaman karakter siswa SMP.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana wujud pesan moral dan nilai karakter pada cerita rakyat masyarakat

Maluku?

2. Bagaimana kontribusi cerita rakyat masyarakat Maluku terhadap penanaman

karakter pada siswa SMP di Maluku?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan pesan moral dan nilai karakter pada cerita rakyat

masyarakat Maluku.

2. Untuk mendeskripsikan kontribusi cerita rakyat masyarakat Maluku terhadap

penanaman karakter siswa.

Page 20: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

7

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoretis maupun

manfaat secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, temuan penelitian ini diharapkan dapat :

a. Dijadikan penunjang teori-teori pesan moral dan nilai karakter khususnya

kontribusi pesan moral bagi penanaman karakter siswa Sekolah Menengah

Pertama di daerah Maluku.

b. Dijadikan sebagai salah satu gambaran tentang penafsiran yang holistik kepada

peneliti-peneliti karya sastra khususnya cerita rakyat sebagai sumber informasi

tentang pesan moral bagi penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bermanfaat untuk sosialisasi bagi masyarakat Maluku, khususnya generasi muda

untuk tetap menjadikan budaya daerah sebagai refleksi diri dan konsisten pada

nilai-nilai, serta pesan moral yang terkandung dalam cerita rakyat masyarakat

Maluku.

b. Bagi orang tua dan guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman

transmisi nilai-nilai pendidikan dalam membina dan mendidik anak pada

pendidikan nonformal dan formal.

c. Bagi guru, menjadi pertimbangan bahan ajar dalam pembelajaran bahasa

Indonesia di sekolah.

Page 21: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Sastra

Pengertian sastra tidak dapat dikategorikan sebagai satu kesatuan. Tidak semua

tokoh mempunyai kesamaan pendapat mengenai pengertian sastra. Teeuw (1984:23)

mengemukakan bahwa sastra berasal dari kata “sas” dan “tra”. “Sas” dalam bahasa

Indonesia mempunyai pengertian mengajar, memberi petunjuk dan “tra” berarti “sarana,

alat”. Jadi, sastra dapat dimaknai sebagai alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku

pengajaran. Selanjutnya, dijelaskan bahwa penambahan awalan “su” pada kata “sastra”

berarti “baik, indah” sehingga susastra dapat dibandingkan dengan belles leetres

(bahasa Prancis), yaitu „sastra yang bernilai estetika‟ atau belletrie (bahasa Belanda),

atau Letter kunde (bahasa Belanda) yang bermakna „sastra indah‟.

Pengertian sastra tersebut melahirkan pengetahuan bahwa sastra adalah teks yang

tidak hanya disusun dan dipakai untuk suatu tujuan komunikatif yang praktis yang

berlangsung untuk waktu yang sementa, tetapi sastra dipergunakan untuk komunikasi

yang diatur oleh suatu lingkungan kebudayaan tertentu.

Sastra (literature) merupakan suatu kegiatan kreatif dan seni yang bentuk dan

ekspresinya imajinatif. Menurut keduanya, acuan karya sastra bukan hanya terdapat

dunia nyata, namun juga dunia fiksi dan imajinasi (Wellek dan Warren, 1995:3-22).

Pernyataan-pernyataan yang ada dalam berbagai genre karya sastra bukanlah rancangan

usulan yang logis. Karakter dalam sastra bukan tokoh-tokoh sejarah dalam kehidupan

nyata. Tokoh-tokoh dalam karya sastra itu tidak lain dari hasil ciptaan dan rekaan

pengarang yang muncul begitu saja, tidak mempunyai sejarah dan masa lalu. Ruang dan

waktu dalam karya sastra pun bukan meupakan ruang dan waktu dalam kehidupan

Page 22: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

9

nyata. Dalam hubungan dengan kecenderungan demikian, karya sastra juga dipahami

sebagai karya kreatif, hasil ciptaan pengarang.

Sastra tidak bisa dipisahkan dari kultur sosial suatu tatanan masyarakat karena

sastra merupakan bentuk dari ekspresi pengarang dalam merespons situasi sosial di

sekitarnya. Sebuah peristiwa dalam teks sastra dapat ditelusuri dengan mencermati kata

dan kalimat yang mewujud menjadi peristiwa, faktor hubungan sebab akibat, inti

masalah, tokoh-tokoh yang terlibat dan suasana yang terbangun dalam suasana tersebut

(Mahayana, 2007: 11).

Istilah sastra dipakai untuk menyebut gejala budaya yang dapat dijumpai pada

semua masyarakat meskipun secara sosial, ekonomi, dan keagamaan keberadaannya

tidak merupakan keharusan (Jabrohim, 2012:12). Hal ini berarti bahwa sastra

merupakan gejala yang universal. Namun, gejala universal itu bukan berarti memiliki

konsep universal pula. Kriteria kesastraan yang ada dalam suatu masyarakat berbeda

dengan kesastraan masyarakat yang lain. Sebagai contoh dapat dilihat pada kriteria

“rekaan” pada masyarakat sastra di dunia Barat yang tidak dapat diterapkan di Arab, di

India, di Cina (Teeuw dalam Jobrahim, 2012:12).

Fenomena yang terlihat universal dan sekaligus individual itu memperlihatkan

sifat-sifat yang dapat ditarik dari berbagai sisinya. Wujud ciptaan yang dipandang

sebagai hasil kegiatan bersastra pertama-tama dilihat dari segi bahannya yang berupa

bahasa. Pemakaian bahasa pada kegiatan bersastra berbeda pada pemakaian bahasa

kegiatan lain, seperti pada pemakaian sehari-hari.

Menurut Tang (2008:1) sastra adalah institusi sosial yang menggunakan medium

bahasa. Selanjutnya, menurut pakar sastra beranggapan bahwa teknik-teknik sastra

tradisional seperti simbolisme dan mantra bersifat sosial karena merupakan konvensi

norma masyarakat. Selain itu, sastra menyajikan kehidupan dan kehidupan itu berasal

dari sebagian besar fakta sosial namun tidak terlepas dari pembahasan fenomena alam

Page 23: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

10

dan kehidupan manusia. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa

sastra mencerminkan dan mengekspresikan gaya hidup manusia, meskipun gaya

kehidupan dan zaman yang diekspresikan tidak secara konkret atau menyeluruh.

Salah satu bentuk karya sastra klasik yang sering dijumpai adalah cerita rakyat

berupa hikayat atau legenda (prosa) yang berkembang dalam bentuk tulis dan lisan.

Cerita rakyat yang disampaikan seseorang kepada orang lain melalui penuturan lisan

(oral traditional) atau tertulis (literary traditional). Tokoh dan peristiwa cerita dalam

cerita dianggap oleh masyarakatnya pernah terjadi pada masa lalu atau merupakan

rekaan semata karena terdorong rasa keinginan menyampaikan pesan atau amanat

melalui cerita itu. Terkadang hal itu merupakan escapism dari masyarakat yang

hidupnya penuh penderitaan (Udin dalam Tang, 2008:2).

Dalam mengekspresikan makna-makna yang terkandung di dalam karya sastra

diperlukan sarana pengungkapan, yaitu bahasa karena karya sastra terbangun melalui

media bahasa. Nilai-nilai keindahan, kemanusiaan, pendidikan dalam karya sastra dapat

terungkap disebabkan oleh kemampuan penulis mengeksploitasi kelenturan bahasa yang

digunakan di dalam karyanya.

Selain itu, menurut Wellek dan Warren (1995: 5) sastra merupakan suatu

kegiatan kreatif, sebuah kerja dan untuk mendalaminya diperlukan studi sastra, yakni

sebuah cabang ilmu yang menelaah sastra. Seorang penelaah sastra harus dapat

menerjemahkan sastranya dalam „bahasa ilmiah‟ dan dapat menjabarkannya dalam

uraian yang jelas dan rasional. Menurut keduanya, acuan karya sastra bukanlah dunia

nyata, melainkan dunia imajinasi. Pernyataan yang ada dalam bermacam-macam genre

karya sastra bukanlah proposisi-proposisi yang logis. Karakter dalam sastra bukan

tokoh-tokoh sejarah dalam kehidupan nyata. Tokoh-tokoh dalam karya sastra

merupakan hasil ciptaan dan rekaan pengarang yang muncul begitu saja, tidak memiliki

sejarah dan tidak memiliki ruang dan waktu dalam kehidupan nyata. Dengan demikian,

Page 24: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

11

karya sastra juga dipahami sebagai karya kreatif dan hasil ciptaan pengarang. Sejalan

dengan hal tersebut, dalam orientasi pragmatik memandang karya sastra sebagai sarana

untuk mencapai tujuan pada pembaca (tujuan keindahan, jenis-jenis emosi, ataupun

pendidikan). Orientasi ini cenderung menimbang nilai berdasarkan hasilnya mencapai

tujuan (Tang, 2005: 5). Selanjutnya Prodotokusumo (dalam Tang (2005:12) menyatakan

bahwa sastra pada umumnya menyangkut tentang manusia dalam kehidupan, dapat

menjadi wadah dan wahana untuk mengekspresikan ide yang ada di belakang seorang

tokoh sebagai manusia melalui pengarang. Ide- ide yang dapat memengaruhi dan

mendorong pembaca sebagai individu dan dari anggota masyarakat untuk menafsir,

merenungi, dan meresapi nilai yang dianut oleh dirinya dalam rangka mencari jalan ke

arah kebenaran.

Apabila dicermati mengenai berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan

bahwa sastra bukan hanya membawa pesan kepada pembacanya, melainkan juga

membawa kesan karena apabila dibaca atau didengar, sebuah karya sastra di samping

menyentuh akal pikiran, juga menyentuh perasaan pembaca atau pendengar. Dengan

demikian, kehadiran sastra tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sastra yang dihasilkan

oleh pengarang.

Menurut Cika (2012:1), di dalam sastra daerah terdapat banyak terkandung nilai

relegius, seperti nilai leluhur, etika, kepemimpinan, kepahlawanan, kebersamaan,

kejujuran, dan nilai kesetiaan. Nilai-nilai luhur yang tersurat dan tersirat dalam sastra

daerah dapat dijadikan media untuk mengetahui alam pikiran, adat istiadat, dan cita-cita

leluhur. Selain itu, nilai-nilai tersebut sangat penting bagi pembangunan bangsa,

khususnya pembangunan karakter bangsa.

Menurut Hakim (2011:2), sastra daerah merupakan pengungkapan nilai-nilai

kesenian tradisional yang diharapkan dapat menjadikan manusia semakin menjadi

manusia. Sastra sebagai produk kehidupan mengandung nilai-nilai sosial, falsafah,

Page 25: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

12

religi, dan lain-lainnya, baik bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang

merupakan penyodoran konsep baru.

Sebagai representasi fakta faktual, sastra dianggap sebagai ekspresi nilai budaya

yang berisi sikap, gagasan, pikiran, dan falsafah hidup yang dianut oleh suatu

komunitas masyarakat sehingga segala peristiwa yang terungkap dalam sastra dilandasi

atau dilatar- belakangi oleh peristiwa budaya yang terdapat dalam suatu komunitas

masyarakat tempat karya sastra itu ditulis atau diciptakan, (Anshari, 2011:12).

Penelitian ini memfokuskan perhatiannya pada aspek pesan moral (nasihat) yang

terdapat di dalam cerita rakyat masyarakat Maluku sebagai salah satu makna tersirat

dalam karya sastra.

Dengan demikian, dari visi fungsi sastra terwujud sebagai sarana komunikasi,

yaitu komunikasi dengan penikmatnya atau pembacanya. Pekerjaan menilai sastra pada

hakikatnnya merupakan proses pertemuan antara ciptaan sastra dengan penelitiannya

adalah pembacanya. Dalam hal ini, pada waktu berhadapan dengan karya sastra,

pembaca sudah mempunyai sejumlah pengetahuan yang disadari atau tidak akan

membekali pembacanya. Bekal pengetahuan itu akan mengisi cakrawala harapan ketika

membaca. Cakrawala itulah yang mengarahkan pembacanya.

Pemahaman awal yang dimiliki oleh pembaca sastra merupakan modal utama

untuk dapat menangkap, menafsir, dan menikmati pesan yang tekandung di dalamnya,

sebagaimana tujuan pengarang. Untuk dapat mengungkap pesan moral yang

terkandung dalam prosa yang berbentuk cerita rakyat perlu dilakukan tindak lanjut

berupa kegiatan penelitian.

Page 26: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

13

B. Cerita Rakyat

1. Pengertian Cerita Rakyat

Menurut Fang (1991: 3-4), cerita rakyat dikategorikan sebagai kesastraan rakyat

dan sastra tersebut hidup di tengah-tengah masyarakat. Sastra ini diceritakan oleh ibu

kepada anaknya yang dalam buaian (ibu mengayun anaknya). Di samping seorang ibu

menceritakakan cerita rakyat kepada anaknya, juga terdapat tukang pawang yang

menceritakan cerita rakyat kepada penduduk-penduduk di kampung, meskipun tukang

pawang cerita sendiri belum tentu dapat membaca. Lebih lanjut Fang (1991: 4) menulis

bahwa cerita asal usul adalah cerita rakyat yang tertua dan cerita-cerita asal-usul sudah

bisa dimasukkan ke dalam kelompok mitos.

Berdasarkan pendapat Fang di atas, folklor dapat disejajarkan dengan tradisi

lisan yang secara khusus disebut sebagai kesastraan lisan. Tradisi lisan tidak terbatas

pada cerita rakyat, dan legenda saja melainkan berupa sistem kognasi kekerabatan

lengkap seperti: sejarah, hukum adat, praktik hukum, dan pengobatan tradisional. Hal

ini senada dengan pendapat dari Tol dan Prudentia (1995: 2) bahwa “Oral traditions do

not only contains folktales, myths, and legends, but store complete indigenous cognate

systems, to name a few: histories, legal practices, adat law, medications.”

Fang juga sependapat dengan Hutomo (1991: 1-4) bahwa sastra lisan sebenarnya

adalah kesasteraan yang mencakup ekspresi kesasteraan warga suatu kebudayaan yang

disebarkan dan diturun-temurunkan secara lisan. Hal ini senada dengan Danandjaja

(2007: 1-2) cerita rakyat merupakan salah satu bagian dari folklor (folklore) yang

didefinisikan sebagai bentuk penuturan cerita yang dasarnya tersebar secara lisan,

diwariskan turun-temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara tradisional.

Dalam pemaparan cerita rakyat, sastra lisan dituturkan secara lisan dengan nilai sastra

artinya mengandung estetik keindahan dan sastra lisan yang tidak bernilai sastra, artinya

sastra lisan hanya diceritakan oleh seseorang yang sekadar dapat bercerita saja. Sastra

Page 27: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

14

lisan sebagai “budaya rakyat” seperti dikatakan oleh Hutomo (1991: 4) bahwa sastra

lisan merupakan bagian dari folklor.

Brunvand (dalam Danandjaja, 1991: 21), mengemukakan bahwa cerita rakyat

atau folklore memilki tiga bentuk yang berbeda, folklore digolongkan ke dalam tiga

kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu folklore bukan lisan (non verbal folklore),

folkloresebagian lisan (partly verbal folklore), dan folklore lisan (verbal folklore).

Folklor bukan lisan adalah folklore yang bentuknya bukan lisan walaupun cara

pembuatannya diajarkan secara lisan. Folklor sebagian lisan adalah folklore yang

merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan dan folklore lisan adalah

sebagai folkloreyang disampaikan dari mulut ke mulut secara tradisional dan turun-

temurun.

Mengacu pendapat Haviland dan Prudentia tersebut, bisa disimpulkan bahwa

pengertian folklor sangat luas. Hal ini sesuai dengan ungkapan Danandjaja (1997: 14)

bahwa pilihan folklor Indonesia terdiri atas kepercayaan rakyat, upacara, cerita prosa

rakyat (legenda, dan dongeng), nyanyian anak-anak, olahraga bertanding, hasta karya,

makanan dan minuman, arsitektur rakyat, teater rakyat, musik rakyat, logat, dan lain-

lain. Keluasan pengertian folklor dibandingkan dengan cerita rakyat (folk literature)

juga tercermin dalam pernyataan berikut ini.

“Folklore may be defined as those materials in culture that circulate traditionally

among members of any group in diffirent versions, whether in oral or by means of

customary example” (Brunvand, 1968: 5).

Berdasarkan pendapat Brunvand tersebut, Danandjaja (1997:2), mengembangkan

pengertian folklor sebagai berikut.

Folklor merupakan sebagian kebudayaan, suatu kolektif yang tersebar dan

diwariskan secara turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional

dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan

gerak isyarat atau alat pembantu mengingat (mnemonic device).

Page 28: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

15

Melihat pada pengertian di atas, seperti itulah perhatian terhadap sastra yang

tidak tertulis (sastra lisan) di Indonesia masih sangat kurang jika dibandingkan dengan

perhatian terhadap sastra tulis. Sastra lisan dimaksudkan sebagai kesastraan yang

mencakup ekspresi kesastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturunkan

secara lisan (dari mulut ke mulut) (Hutomo, 1991:1).

Kesastraan rakyat adalah sastra yang hidup di tengah-tengah rakyat.

Disampaikan oleh ibu kepada anaknya yang dalam buaian, atau tukang cerita kepada

penduduk kampung yang tidak bisa membaca dan menulis (tukang cerita itu sendiri

belum tentu tahu) (Fang, 1993:1). Cerita-cerita tersebut tersebar luas di kalangan rakyat.

Pada akhirnya, atas kehendak pihak istana, ada beberapa cerita yang ditulis atau

dibukukan. Jadi, dapat dikatakan bahwa lahirnya sastra lisan lebih dahulu daripada

sastra tertulis yang rata-rata hanya berkembang di istana.

Dalam realita dikehidupan masyarakat, cerita rakyat sangat digemari oleh warga

masyarakat karena dapat dijadikan sebagai suri teladan, serta bersifat jenaka. Oleh

karena itu, cerita rakyat biasanya mengandung ajaran budi pekerti atau pendidikan

moral dan hiburan bagi masyarakat pendukungnya. Pada masa sebelum tersedianya

pendidikan secara formal, seperti sekolah, cerita-cerita rakyat memiliki fungsi dan

peranan yang amat penting sebagai media pendidikan bagi orang tua untuk mendidik

anak dalam keluarga. Meskipun saat ini pendidikan secara formal telah tersedia, tetapi

cerita-cerita rakyat tetap memiliki fungsi dan peranan penting, terutama dalam membina

kepribadian anak dan menanamkan budi pekerti secara utuh dalam keluarga (http://

culture.melayuonline.com).

Dalam hal tertentu, masyarakat berkembang dalam nilai tertentu karena

mendengarkan dan merefleksikan cerita rakyat yang diterima dari orang lain. Berbagai

jenis cerita rakyat tersebut, terdapat unsur ketunggalan budaya seluruh suku bangsa di

Nusantara (Indonesia) dapat dicari pada kesamaan kosakata dasar (basic vocabulary)

Page 29: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

16

bahasa-bahasa mereka. Menurut beberapa ahli folklor terdapat persamaan pada

kesatuan-kesatuan cerita (tale types) atau unsur-unsur kesatuan cerita (tale motif) dari

cerita-cerita rakyat suku bangsa di Nusantara adalah hal yang sudah lama diketahui.

Misal tipe cerita (tale types) Cinderella terdapat dimana-mana. Cerita Cinderella di

Indonesia dengan versi “Bawang Merah dan Bawah Putih”, “Ande Ande Lumut” (Jawa

Tengah). Secara garis besar terdapat dua teori: (1) teori monogenis (satu asal) dan (2)

teori poligenesis (banyak asal). Teori monogenesis menganggap bahwa terjadinya

persamaan cerita rakyat di-beberapa tempat, atau di-beberapa negara, disebabkan oleh

penyebaran atau difusi dari suatu kesatuan cerita (plot) atau motif cerita dari satu tempat

ke tempat-tempat lain. Teori ini menganggap bahwa suatu tipe atau suatu motif hanya

diciptakan satu kali pada masa tertentu.

Cerita rakyat (folk literature) sebagai bagian dari karya sastra juga memiliki

unsur-unsur yang saling mendukung dan membangun cerita secara menyeluruh. Unsur-

unsur yang dibahas adalah unsur formal (intrinsik) dalam struktur cerita, yaitu: tema,

plot, tokoh dan penokohan, latar (setting), dan amanat.

Tema sering disebut juga dasar cerita, yakni pokok permasalahan yang

mendominasi suatu karya sastra. Hal tersebut terasa dan mewarnai karya sastra tersebut

dari halaman pertama hingga halaman terakhir. Hakikatnya tema adalah permasalahan

yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra tersebut,

sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang dengan karyanya

itu (Suharianto, 2005:28). Dalam menyimpulkan sebuah tema karya sastra haruslah

disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak bisa hanya berdasarkan bagian bagian

tertentu cerita (Nurgiantoro, 2007: 68). Setiap cerita (fiksi) yang baik tidak hanya berisi

perkembangan suatu peristiwa atau kejadian, namun juga menyiratkan pokok pikiran

yang akan dikemukakan pengarang kepada pembaca.

Page 30: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

17

Menurut Dola (2007:44) tema cerita tidak dinyatakan secara tersurat (eksplisit)

dalam cerita, tetapi secara tersirat (implisit). Menurut Kenny (dalam Nurgiyantoro,

2005:320) bahwa dalam sebuah karya sastra, moral dapat juga diartikan sebagai amanat.

Moral, seperti halnya tema, dilihat dari segi dikotomi bentuk isi karya sastra merupakan

unsur isi. Amanat merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada

pembaca berupa makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra, makna yang

disarankan lewat cerita. Moral juga kadang-kadang diidentikkan pengertiannya dengan

tema walau sebenarnya tidak selalu menyaran pada maksud yang sama.

Amanat adalah bagian akhir yang merupakan pesan dari cerita yag dibaca

(Amminuddin, (2007:41). Amanat atau nilai moral ialah unsur isi dalam karya fiksi

yang mengacu pada nilai-nilai, tingkah laku, sikap, dan sopan santun pergaulan yang

dihadirkan pengarang melalui tokoh-tokoh di dalamnya, (Kenny dalam Nurgiantoro,

2013: 429).

Dalam hal ini penulis menitipkan nilai-nilai kehidupan yang dapat dipetik dari

cerita tersebut. Amanat menyangkut bagaimana pembaca memahami dan meresapi

cerita yang dibaca, setiap penikmat sastra akan merasakan nilai-nilai yang berbeda dari

apa yang dibacanya. Pesan-pesan kehidupan yang ada dalam cerita hadir secara tersirat

dalam keseluruhan isi cerita. Cerita yang baik hendaknya mampu menggugah pembaca

supaya lebih memaknai dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang agung dan

menyeluruh.

Jadi, berdasarkan uraian ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide

pokok permasalahan yang terkandung dalam sebuah cerita. Sedangkan amanat adalah

pesan moral yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Untuk menentukan

suatu tema maka terlebih dahulu dipahami amanat yang ingin disampaikan pengarang

kepada pembaca

Page 31: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

18

2. Fungsi Cerita Rakyat

Pandangan secara umum tentang isi cerita rakyat atau folklor merupakan suatu

gambaran masyarakat pemiliknya. Artinya folklor atau cerita rakyat dapat dijumpai di

seluruh daerah di wilayah Indonesia dengan segala jenis dan variasinya. Dalam budaya

adat kebiasaan atau pola-pola kehidupan masyarakat daerah tersebut tidak terlalu jauh

dan yang ada dalam cerita rakyat yang ada dan berkembang di daerah itu. Cerita rakyat

pada suatu daerah biasanya tidak hanya mengungkapkan hal-hal yang bersifat

permukaan. Cerita rakyat merupakan sendi-sendi kehidupan secara lebih mendalam.

Kehadirannya sering merupakan jawaban atas teka-teki alam yang terdapat di

sekeliling kita. Namun, saat ini penutur cerita rakyat sudah jarang dijumpai atau sudah

langka. Hal ini menuntut adanya penginventarisasian cerita rakyat agar isi ceritanya

dapat kita nikmati. Nilai-nilai yang ada di dalamnya dapat kita tanamkan kepada

generasi muda serta dapat dilestarikan keberadaannya.

Adapun fungsi-fungsi cerita rakyat menurut William R. Bascom (dalam

Danandjaja 2007: 19) disebutkan sebagai berikut : (1) sistem proyeksi (projective

system) yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif, (2) alat pengesahan

pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, (3) alat pendidikan anak

(pedagogical device), dan (4) alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma

masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya. Melalui cerita rakyat, masyarakat

dapat menerima dan mendukung segala sesuatu yang berguna untuk kelompok

kolektifnya. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi cerita rakyat dapat berjalan sesuai yang

diharapkan sehingga masyarakat pendukung dapat menjalankan tata kehidupan yang

sudah disepakati bersama dalam kelompok kolektifnya. Fungsi cerita rakyat sebagai alat

pendidikan anak (pedagogical device) menunjukkan bahwa cerita rakyat mampu

sebagai sumber pengetahuan untuk diberikan kepada peserta didik dalam dunia

pendidikan formal. Hal ini sejalan dengan unsur-unsur kebudayaan universal yakni

Page 32: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

19

sistem mata pencaharian hidup, sistem peralatan dan perlengkapan hidup, sistem

kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, dan sistem religi.

Menurut Danandjaja (1997: 19 ) pengkajian sastra lisan yang di dalamnya

termuat cerita rakyat (folk literature) memiliki fungsi antara lain: (1) sebagai sistem

proyeksi (projective system); (2) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-

lembaga kebudayaan; (3) sebagai alat pendidik anak (pedagogical device); dan (4)

sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi

anggota kolektifnya. Hal ini senada dengan Hutomo (1991: 69) pada masyarakat secara

umum sastra lisan memiliki empat fungsi, yaitu: (1) sebagai sistem proyeksi, (2) sebagai

alat pengesahan sosial, (3) sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial, dan

(4) sebagai alat pendidikan anak.

Keempat fungsi tersebut memantik pentingnya kajian secara mendalam

mengenai cerita rakyat. Cerita rakyat, selain merupakan hiburan, juga merupakan sarana

untuk mengetahui (1) asal-usul nenek moyang, (2) jasa atau teladan kehidupan para

pendahulu kita, (3) hubungan kekerabatan (silsilah), (4) asal mula tempat, (5) adat

istiadat dan (6) sejarah benda pusaka Sugono (dalam Marwilistya, 2010: 43) Selain itu,

cerita rakyat juga dapat berfungsi sebagai penghubung kebudayaan masa silam dengan

kebudayaan yang akan datang. Berdasarkan uraian diatas, sastra lisan (cerita rakyat)

dapat pula berfungsi sebagai sarana untuk menanamkan benih-benih kesadaran akan

keagungan budaya yang menjadi pendukung kehidupan berbangsa.

Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan

dapat mengambil ibroh dan meniru karakter positif dalam cerita. Karakter positif dalam

cerita rakyat dapat dipandang sebagai amanat, pesan atau message. Hikmah yang

diperoleh pembaca lewat cerita rakyat selalu dalam pengertian yang baik. Karakter baik

dan buruk dalam cerita sengaja ditampilkan supaya pembaca dapat mengambil hikmah

dari cerita tersebut serta tidak mencontoh perilaku yang buruk sehingga pembaca

Page 33: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

20

termotivasi untuk mencontoh karakter baik yang diperankan oleh tokoh dalam cerita.

Pemahaman atas suatu cerita rakyat hingga mendapatkan hikmah tersebut merupakan

bagian dari penanaman dan pembentukan karakter serta nilai-nilai pada anak sejak dini.

3. Hakikat Nilai Edukatif dalam Karya Sastra

a. Pengertian Nilai

Manusia tidak bisa lepas dari tata nilai dalam menjalankan kehidupan sehari-

hari. Tata nilai menunjuk pada sikap orang terhadap suatu hal yang baik. Nilai berkaitan

erat dengan kebaikan yang ada pada suatu hal, namun kebaikan itu berbeda dengan

nilai. Kebaikan lebih melekat pada suatu yang berbentuk materi.

Scheler (dalam Frondizi, 2001: 125) lebih tajam menyatakan bahwa nilai

merupakan satu jenis objek, yang sama sekali tidak dapat dimasuki oleh rasio. Scheler

(dalam Suseno, 2002: 34) mengatakan hahwa nilai adalah kualitas atau sifat yang

membuat apa yang bernilai menjadi bernilai. Misalnya, nilai “jujur” adalah sifat atau

tindakan yang jujur. Jadi, nilai (weit, value) tidak sama dengan apa yang bernilai

(gutter, goods). Oleh karena itu, nilai selalu menjadi ukuran dalam menentukan

kebenaran dan keadilan sehingga tidak akan pernah lepas dari sumber asalnya, yaitu

berupa agama, logika dan norma yang berlaku dalam masyarakat umum.

Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi secara fungsional mempunyai ciri

mampu membedakan antara yang satu dengan yang lain. Suatu nilai jika dihayati oleh

seseorang, maka akan sangat berpengaruh terhadap cara berpikir, cara bersikap maupun

cara bertindak dalam mencapai tujuan hidupnya Scheler (dalam Frondizi, 2001: 126)

menyatakan bahwa kita menangkap nilai dengan menggunakan pengalaman emosional

tentang persepsi sentimental. Urutan hierarkis nilai, sebaliknya, diungkapkan melalui

“kesenangan” atau penolakan”. Scheler (dalam Frondizi, 2001: 132) mengungkapkan

hahwa nilai yang terendah dan semua nilai sekaligus merupakan nilai yang pada

Page 34: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

21

dasarnya “fana”; nilai yang lebih tinggi daripada semua nilai yang lain sekaligus

merupakan nilai yang abadi. Berdasarkan beberapa definisi nilai di atas, dapat dikatakan

bahwa nilai adalah suatu yang abstrak, sulit dirumuskan, dan memiliki kriteria yang

beragam. Nilai tidak dapat diukur dengan hal-hal yang bersifat lahiriah, tetapi lebih

bersifat batiniah. Mengingat pentingnya nilai, maka nilai oleh masyarakat mempunyai

solidaritas yang tinggi dalam mempertahankan nilai-nilai milik bersama yang telah

mereka sepakati. Tingkat kepuasan atas nilai masing-masing orang berbeda pula karena

nilai berhubungan dengan perasaan atau hati dan bersifat relatif.

b. Jenis-jenis Nilai

Beberapa nilai yang harus dimiliki sebuah karya sastra yang baik, yaitu nilai

relegi, nasionalis, gotong royong, mandiri, integritas, estetika, moral, sosial budaya, dan

lain-lainnnya. Sebuah karya sastra yang baik pada dasarnya mengandung nilai-nilai

yang perlu ditanamkan pada anak atau generasi muda. Sutrisno (1997: 63) menyatakan

bahwa nilai-nilai dan sebuah karya sastra dapat tergambar melalui tema-tema besar

mengenai siapa manusia, keberadaannya di dunia dan dalam masyarakat; apa itu

kebudayaannya dan proses pendidikannya; semua ini berdasarkan fenomena eksistensi

manusia dan direfleksi sebagai rentangan perjalanan di masyarakat sampai

kepulangannya ke yang menciptakannya.

Sastra dan tata nilai merupakan dua fenomena sosial yang saling melengkapi

dalam hakikat mereka sebagai sesuatu yang eksistensial. Sastra sebagai produk

kehidupan mengandung nilai sosial, adat/tradisi, filsafat, religi, dan sebagainya baik

yang bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang mempunyai penyodoran

konsep baru (Suyitno, 1996: 3). Sastra tidak hanya memasuki ruang serta nilai-nilai

kehidupan personal, tetapi juga nilai-nilai kehidupan manusia dalam arti total.

Page 35: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

22

1) Nilai Pendidikan Moral

Moral adalah istilah manusia menyebut manusia atau orang lainnya dalam

tindakan yang mempunyai nilai positif. Moral secara eksplisit merupakan hal-hal yang

berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak dapat

melakukan proses sosialisasi.

. Menurut Hadiwardowo (1990:13), moral sebenarnya memuat dua segi yang

berbeda, yakni segi bathiniah dan segi lahiriah. Orang yang baik adalah orang yang

memiliki sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula.

Menurut Alwi (dalam Anshari, 2011: 41) nilai moral dan etika adalah nilai

manusia sebagai pribadi yang utuh, misalnya kejujuran, nilai yang berhubungan dengan

akhlak, nilai yang berkaitan dengan benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan

masyarakat. Di satu sisi, akal dan budi selalu mengajak untuk bertindak sesuai dengan

nilai moral, di sisi lain pada manusia ada nafsu yang dapat menyeretnya kepada

tindakan yang tidak baik dan merusak kemanusiaan.

2) Nilai Pendidikan Adat/Tradisi

Kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat dapat diartikan sebagai suatu

adat. Adat atau tradisi dikatakan cara atau kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan sejak

dahulu kala. Kebiasaan yang dimaksud seringkali sudah menjadi bagian dari kehidupan

masyarakat yang bersangkutan. Tradisi atau kebiasaan masa lampau yang ada dalam

masyarakat seringkali masih memiliki relevansi dengan kehidupan sekarang. Tata cara

kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam Iingkup yang cukup

kompleks. Hal itu dapat berupa kebiasaan hidup, adat-istiadat, tradisi, keyakinan,

pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual.

Selain itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan,

misalnya kalangan rendah, menengah, atau kalangan atas (Nurgiyantoro, 2002: 233-

234). Adat merupakan wujud ideal dari kebudayaan (Koentjaraningrat, 1984: 10).

Page 36: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

23

Secara lengkap, Wujud itu disebut adat tata kelakuan. Adat ini berfungsi sebagai

pengatur kelakuan. Suatu contoh dari adat yang memiliki nilai sosial budaya yang tinggi

adalah gotong royong. Konsepsi bahwa hal itu bernilai tinggi apabila manusia itu suka

bekerja sama dengan sesamanya berdasarkan rasa solidaritas yang besar

(Koentjaraningrat, 1984: 11).

3) Nilai Pendidikan Agama (Religi)

Kalangan masyarakat pada zaman dahulu atau mungkin masyarakat dimasa kini

masih mempercayai adanya roh-roh kuat yang menghukum atau memberi imbalan

kepada seluruh suku atau kelompok. Agama, sebagaimana biasa diyakini oleh para

pendukungnya, merupakan sumber rasa kewajiban sosial (Russell, 1993: 80). Ketika

seseorang berbuat hal yang tidak menyenangkan bagi para dewa, mereka cenderung

menghukum tidak hanya individu yang bersalah tetapi seluruh suku hangsa itu (Russell,

1993: 80). Akibatnya, perilaku individu merupakan urusan umum, sebab perbuatan

jahat individu tersebut menimbulkan malapetaka bagi semua orang. Orang-orang zaman

dahulu, terutama orang-orang pedesaan, bersifat sangat religius. Sifat ini tampak atau

ditandai dengan berbagai kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat

(Wisadirana, 2004: 60).

Upacara-upacara keagamaan biasanya dilakukan bersamaan dengan upacara

adat, yaitu berupa selamatan, melakukan sesaji untuk roh-roh penunggu atau leluhur

yang telah meninggal. Religi dan kepercayaan mengandung keyakinan serta bayangan

manusia tentang sifat-sifat Tuhan tentang wujud dari alam roh (supernatural); serta

segala nilai, norma dan ajaran dari religi yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1984:

145). Sementara itu, sistem ritus dan upacara merupakan cara manusia untuk mencari

hubungan dengan Tuhan, dewa-dewa, atau makhluk halus yang mendiami alam gaib itu

(Koentjaraningrat, 1984: 145). Hal tersebut sudah terjalin erat satu dengan yang lain

menjadi sebuah sistem yang terintegrasi secara bulat.

Page 37: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

24

Beberapa uraian di atas dapat memberikan arah bahwa agama sangat penting

dan memiliki fungsi-fungsi sosial yang cukup banyak. Berkaitan dengan fungsi sosial

agama, Haviland (1993: 219) memberikan penjelasan sebagai berikut.

Agama memiliki beberapa fungsi sosial yang penting. Pertama, agama

merupakan sanksi untuk perilaku dengan memberi pengertian tentang baik dan jahat.

Kedua, agama memberi contoh-contoh dalam perbuatan- perbuatan yang direstui.

Ketiga, agama membebaskan manusia dan beban untuk mengambil keputusan dan

menempatkan tanggung jawabnya di tangan dewa-dewa. Keempat, agama memegang

peranan penting dalam pemeliharaan solidaritas sosial. Agama sungguh penting untuk

pendidikan. Upacara keagamaan memperlancar cara mempelajari adat dan pengetahuan

kesukuan dan dengan demkian membantu untuk melestarikan kebudayaan yang buta

aksara. Pandangan mengenai agama dan fungsi agama seperti diuraikan di atas (diyakini

dan diterima oleh masyarakat. Pandangan tersebut berkembang terus menerus dan tidak

mati. Masyarakat percaya bahwa agama telah menjadi satu kekuatan untuk kebaikan.

Hal inilah yang menjadi bukti bahwa dalam cerita rakyat terkandung nilai pendidikan

agama yang masih memiliki relevansi dengan kehidupan pada saat ini dan pada waktu-

waktu mendatang.

4) Nilai Pendidikan Sosial

Kata “sosial” berarti hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat/ kepentingan

umum. Nilai pendidikan sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku

sosial dan tata cara hidup sosial. Perilaku sosial berupa sikap seseorang terhadap

peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara

berpikir, dan hubungan sosial bermasyarakat antar individu. Nilai pendidikan sosial

yang ada dalam karya seni dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat yang

diinterpretasikan (Rosyadi dalam Alfan, 2013: 242). Nilai pendidikan sosial akan

Page 38: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

25

menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan

kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya.

Masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam coraknya, pengendalian diri

adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan masyarakat. Sejalan

dengan hal tersebut nilai sosial dapat diartikan sebagai landasan bagi masyarakat untuk

merumuskan apa yang benar dan penting, memiliki ciri-ciri tersendiri, dan berperan

penting untuk mendorong dan mengarahkan individuagar berbuat sesuai norma yang

berlaku. Nilai pendidikan sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu yang

lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana cara

mereka menyelesaikan masalah dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam

nilai sosial.

Kehidupan bermasyarakat sangat diperlukan; norma berisi tata tertib, aturan,

petunjuk standar mengenai perilaku yang pantas dan tidak wajar yang dapat mengatur

setiap keadaan dan perilaku agar tercipta keharmonisan bertetangga dan bernegara.

Ada beberapa syarat agar norma sosial dipatuhi dan dilaksanakan oleh

masyarakat, di antaranya; a) norma sosial harus diketahui oleh masyarakat. b) norma

sosial harus dipahami dan dimengerti. c) norma sosial dihargai karena bermanfaat. d)

norma sosial harus ditaati dan dilaksanakan. Apabila syarat berlakunya norma sosial

telah dilaksanakan sesuai dengan tahapannya, maka norma sosial akan berfungsi

sebagai berikut :

(a) Sebagai aturan atau pedoman tingkah laku dalam masyarakat.

(b) Sebagai alat untuk menertibkan dan menstabilkan kehidupan sosial.

(c) Sebagai sistem kontrol sosial dalam masyarakat.

Adanya norma sosial maka, seseorang bisa mengerti apa yang boleh dilakukan

dan apa yang tidak boleh dilakukannya. Jadi, norma sosial adalah petunjuk atau patokan

untuk melangsungkan hubungan sosial dalam masyarakat yang berisi perintah, larangan,

Page 39: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

26

dan anjuran agar seseorang dapat bertingkah laku yang pantas untuk menciptakan

ketertiban, keteraturan, kedamaian dalam masyarakat.

Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat

bertahan hidup tanpa bantuan dan dukungan orang lain. Dalam memenuhi

kebutuhannya, manusia senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia

lainnya dalam berbagai aktivitasnya.

Nilai sosial budaya yang menjadi ukuran atau penilaian pantas atau tidaknya

suatu keinginan dan kebutuhan dilakukan. Nilai ini memperlihatkan sejauh mana

seseorang individu dalam masyarakat. Nilai pendidikan sosial adalah penanaman

perilaku untuk senantiasa hidup rukun dan saling membantu secara ikhlas dalam

pergaulan sehari-hari.

4. Kotribusi Cerita Rakyat terhadap Penanaman Karakter Siswa

Siswa adalah generasi penerus estafet bangsa yang akan menjadi pemilik masa

depan bangsa ini. Akan tetapi seperti apa wajah bangsa ini di masa depan sangat

tergantung pada bagaimana kita membentuk karakter siswa sejak dini. Oleh karena itu,

membentuk karakter siswa menjadi pekerjaan kita bersama (terutama para guru dan

orang tua) yang amat penting.

Pengajaran di sekolah, termasuk pengajaran sastra, menjadi tumpuan yang

sangat vital. Jika kita gagal membentuk karakter yang positif dan unggul dalam diri

siswa, masa depan bangsa ini akan semakin terpuruk, kehilangan harapan.

Melalui pengajaran sastra, siswa tidak hanya diperkenalkan kekayaan sastra

Indonesia tapi juga sastra daerah, salah satunya adalah cerita rakyat. Dengan membaca,

atau mendengarkan dan memahami cerita rakyat, berarti siswa mencoba memahami

kehidupan melalui cerita dan karakter tokoh, siswa dapat memperoleh nilai-nilai positif

dan luhur dari kehidupan, dan pada akhirnya memperkaya batinnya. Sebagaimana

Page 40: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

27

pendapat Sidney (dalam Alwasilah, 2001: 31) Apresiasi sastra akan berjalan baik jika

didasari oleh minat yang tinggi pada karya sastra.

Kenyataan ini menunjukkan sastra selain sangat relevan dengan pendidikan

karakter juga memiliki kontribusi terhadap penanaman karakter siswa. Cerita rakyat

sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat mengandung ajaran budi pekerti atau

pendidikan moral dan hiburan bagi masyarakat pendukungnya. Cerita rakyat “Jaka

Tarub” mengajarkan anak mengenal pentingnya menjunjung tinggi nilai kejujuran dan

kepercayaan. Cerita rakyat “Malin Kundang” mengajarkan anak untuk tidak

mengingkari orang tua. Cerita rakyat “Bawang Putih, Bawang Merah” mengajarkan

anak untuk senantiasa memiliki rasa sabar, patuh terhadap orang tua, dan rela

berkorban.

a. Pendidikan Karakter

Secara linguistik pengertian karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau

kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan

(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan cara pandang, berfikir, bersikap,

dan bertindak (Haryanti, 2011:3).

Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai

kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan yang baik, dan berdampak baik

terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan wujud dalam perilaku. Karakter

secara koheren memancar dari olah pikir, olah hati, serta olahraga dan olah karsa

seseorang atau sekelompok orang. Namun, menurut Suyatno (dalam Haryadi, 2011: 01)

mendefinisikan karakter sebagai cara berfikir dan perilaku yang menjadi ciri khas tiap

individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,

bangsa maupun negara.

Menurut Lickona (dalam Muslich, Masnur 2011: 134), karakter berkaitan

dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral

Page 41: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

28

(moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter

yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik,

dan melakukan perbuatan kebaikan. Definisi lainnya menggambarkan karakter sebagai

seperangkat nilai moral di dalam pikiran, kasih sayang, dan perilaku seseorang secara

konsisten (Lickona,1999).

Hubungannya dengan pendidikan, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai

pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak,

yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik-

buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan, dan menebar kebaikan dalam kehidupan

sehari-hari sepenuh hati.

Fungsi pendidikan karakter adalah (1) pengembangan potensi dasar, agar

“berhati dan berperilaku baik; (2) perbaiki perilaku yang kurang baik dan penguatan

perilaku yang sudah baik, dan (3) menyaring budaya yang tidak sesuai dengan nilai-

nilai dasar pancasila. Pengertian yang baik dan berkarakter mengacu pada norma yang

dianut, yaitu nilai-nilai luhur pancasila. Seluruh butir-butir Pancasila sepenuhnya

terintegrasi ke dalam harkat dan derajat manusia yang terdiri atas tiga komponen, yaitu

hakikat manusia, pancadaya manusia,

Tujuan pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan

nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah

maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Tujuan ini memiliki makna

bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku anak

yang negatif menjadi positif. Penguatan perilaku merupakan suatu hal yang menyeluruh

(holistik) bukan suatu cuplikan dari rentangan waktu yang dimiliki oleh anak (Kesuma

dalam Filawati, 2016: 34) karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang

diwujudkan dalam bentuk perilaku itulah yang disebut karakter melekat dengan nilai

dari perilaku tersebut. Karenanya tidak ada perilaku seseorang yang tidak bebas dari

Page 42: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

29

nilai. Banyak nilai yang dapat menjadi perilaku atau karakter dari berbagai pihak

(Kesuma dalam Filawati, 2016: 39) di bawah ini berbagai nilai yang dapat kita

identifikasi sebagai nilai-nilai yang ada dalam kehidupan sehari-hari, yaitu

1. Nilai yang terkait dengan diri sendiri, mencakup: jujur, kerja keras, tegas, sabar,

ulet, ceria, teguh, terbuka, visioner, mandiri, tegar, pemberani, reflektif, dan

tanggung jawab.

2. Nilai yang terkait dengan orang lain/makhluk lain: senang membantu, toleransi,

murah senyum, pemurah, kooperatif/mampu bekerjasama, komunikatif, ama

ma‟ruf (menyeru kebaikan), nahi munkar (mencegah kemunkaran), peduli

(manusia, alam), dan adil.

3. Nilai yang terkait dengan Ketuhanan : ikhlas, ikhsan, iman, dan takwa.

Menurut agama Islam, nilai pendidikan karakter bersumber dari wahyu Alquran dan As-

Sunah. Akhlak atau karakter Islam ini. Terbentuk atas dasar prinsip “Ketundukan,

kepasrahan, dan kedamaian. ”Sesuai dengan makna dasar dari kata Islam. Secara

bahasa, kata akhlaq (akhlak) adalah bentuk jamak dari kata khalq.

Ajaran agama Islam tentang nilai pendidikan karakter bukan hanya sekadar

teori, tetapi Nabi Muhammad Saw. tampil sebagai contoh (uswah hasanah) atau suri

tauladan. Menurut salah satu hadist, Nabi Muhammad saw pernah bersabda: “Aku tidak

diutus Allah Swt. kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR.Malik).

Dengan Begitu, realisasi akhlak yang mulia merupakan inti risalah Nabi Muhammad

saw.

Pembentukan karakter dengan nilai agama dan norma agama sangat penting

karena dalam Islam, antara akhlak dan karakter merupakan satu kesatuan dan menjadi

inspirasi keteladanan akhlak dan karakter adalah nabi Muhammad.

Pendidikan karakter memiliki dua nilai substansi, yaitu (1) upaya berencana

untuk membantu orang untuk memahami, peduli dan bertindak atas nilai-nilai

Page 43: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

30

etika/moral, dan (2) mengajarkan kebiasaan berpikir dan berbuat yang membantu orang

hidup dan bekerja bersama-sama sebagai keluarga, teman, tetangga, masyarakat, dan

bangsa (Muhab, 2010 : 3).

Peran orang tua dan sekolah sangat penting dalam usaha pembentukan karakter,

dalam konteks tersebut, pendidikan karakter adalah usaha orang tua dan sekolah yang

dilakukan secara bersama oleh orang tua maupun oleh guru, pimpinan sekolah dan

seluruh warga sekolah dalam membentuk akhlak.

Peran orang tua adalah melestarikan tradisi bercerita atau mendongeng kepada

anak. Melalui karakter tokoh, dan pesan moral, nilai- nilai luhur dan banyak sisi positif

dalam cerita rakyat, anak dapat memperoleh pendidikan karakter seperti yang

diharapkan. Peran guru adalah memanfaatkan cerita rakyat daerah dalam pembelajaran

bahasa Indonesia sebagai penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai

karakter tokoh (benar salah, baik buruk) baik secara eksplisit maupun ekplisit.

Menurut Alwison, karakter berbeda dengan kepribadian dibebaskan dari nilai.

Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah

laku yng ditujukan ke lingkungan sosial. Keduanya relatif permanen serta menuntun,

mengerahkan dan mengorganisasikan aktivitas individu. Kategori karakter yang terbagi

atas beberapa bagian yaitu, sanguinis, melankolis, plamais, korelis, dan juga karakter

yang sering kita lihat dari segi watak, kepribadian, sikap, perilaku, jujur, sopan, dan

lain-lain.

b. Nilai Pendidikan Karakter

Lickona (dalam Kesuma dkk. 2012: 27) menyatakan bahwa nilai-nilai terdiri

atas nilai obligatory dan nilai non-obligatory. Nilai non-obligatory adalah nilai-nilai

seni atau keindahan yang tidak mewajibkan orang untuk berbuat sesuatu, tetapi

membuat orang menjadi apresiatif terhadapnya. Adapun nilai obligatory atau

mewajibkan adalah nilai-nilai moral.

Page 44: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

31

Pendidikan karakter menurut Lickona (dalam Muslich 2011: 134) mengandung

tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan

(desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Pendidikan karakter

tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi

lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang

baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik.

Jadi, pendidikan karakter ini membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau

pendidikan moral.

Berkaitan dengan pendidikan, pada Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan

Nasional No 20 Tahun 2013 Pasal 1 butir 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan sesuatu suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, bangsa,

dan negara. Hal ini sesuai dengan Alwi (2007: 25)yang mengatakan bahwa pendidikan

adalah perubahan sikap atau tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Sementara itu, karakter dijelaskan oleh Salahudin & Alkrienciehie (2013: 42)

sebagai cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup

dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang dibuat. Berkaitan dengan

hal tersebut, Nurgiyantoro (2013: 436) mengatakan bahwa karakter adalah jati diri,

kepribadian, dan watak yang melekat pada diri seseorang yang berkaitan dengan

dimensi psikis dan fisik. Sedangkan, menurut Kesuma (2012: 11), karakter adalah suatu

Page 45: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

32

nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku sehingga karakter melekat dengan nilai

dari perilaku.

Salahudin & Alkrienciehie (2013: 42) mengatakan bahwa intelektual, sikap, dan

keterampilan seseorang dapat melalui pendidikan karakter yang dapat dimaknai sebagai

pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang

bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan

baik-buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan, dan menebar kebaikan dalam

kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter menurut Megawangi

(dalam Kesuma 2012: 5) adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat

mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari

sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungan. Individu yang

berkarakter baik adalah individu yang mampu membuat keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang dibuat.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang nilai, pendidikan, dan karakter maka

dirumuskan bahwa nilai pendidikan karakter merupakan norma atau batasan tertentu

yang membentuk individu menjadi manusia yang perasa, mampu bersifat, bersikap, dan

bertindak untuk menumbuhkembangkan sikap/tindakan positif sehingga berguna bagi

kehidupan yang diperoleh melalui proses pendidikan. Ruang lingkup proses pendidikan

yang dimaksud adalah satuan pendidikan (sekolah), keluarga, dan masyarakat. nilai

karakter darahkan pada pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individu, sosial

(berkaitan dengan orang/makhluk lain), dan religius (ketuhanan). Kebajikan yang

menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Sebenarnya banyak jenis

karakter yang tentu saja perlu diperkenalkan kepada siswa.

Ada 50 jenis karakter menurut Jist, Ed. 2006 (dalam Juanda, 2016 : 743). tetapi

dalam penelitian ini hanya akan difokuskan pada lima nilai karakter yang

dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan. Pengembangan pendidikan budaya dan

Page 46: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

33

karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi

nilai dasar budaya dan karakter bangsa Indonesia yang terdiri dari delapan belas pilar

dijadikan pedoman penentuan nilai pendidikan karakter tokoh dalam cerita rakyat

Maluku karena merupakan landasan atau cerminan karakter individu masyarakat

Indonesia yang memiliki idiologi sendiri.

Nilai- nilai pendidikan karakter yang dikembangkan Kementerian Pendidikan

Nasional Yang tertuang dalam Perpres 87 Tahun 2017 tetang penguatan pendidikan

karakter yaitu: religius, nasionalis, gotong royong, integritas, dan mandiri.

(Sulistyowati, 2012: 30-32).

Tabel 2.1 Nilai Karakter yang Direkomendasi Kementerian Pendidikan

Nasional.

NO NILAI NILAI

1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,

toleran terhadap pelaksanaan agama lain, dan

hidup rukun dengan pemeluk agama lain

2 Nasionalisme Siswa diajarkan agar belajar menempatkan

kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi

dan kelompoknya. Dalam simulasinya di sekolah

mereka rutin melakukan upacara bendera di hari

senin, apel pagi, menyanyikan lagu kebangsaan

Indonesia Raya dan lagu nasional lainnya. Dengan

demikian secara tidak langsung menanamkan jiwa

nasionalis.

Sikap nasionalis itu sendiri bisa ditunjukkan

dengan mengapresiasi budaya Indonesia, menjaga

Page 47: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

34

kekayaan budaya bangsa, rela berkorban,

berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,

taat hukum, disiplin, menghormati keragaman

budaya, suku, dan agama. Butuh juga dukungan

pelajaran lainnya untuk lebih menumbuhkan rasa

nasionalis pada si Anak.

3 Gotong Royong Sejak dini, siswa juga perlu mengerti konsep

kerjasama dalam menyelesaikan masalah. Mereka

harus tahu bahwa dengan gotong royong atau

bekerjasama, persoalan bersama jadi lebih mudah

diselesaikan. Dengan begitu, si Anak juga akan

mengerti konsep persahabatan, dan dengan ikhlas

memberi bantuan untuk teman yang

membutuhkan.

Bukan hanya tentang melakukan suatu hal

bersama, gotong royong ini juga bisa tentang

pengambilan keputusan. Siswa akan diajarkan

bagaimana berkomitmen atas keputusan yang

telah diambil bersama. Mereka juga akan

mengenal apa itu musyawah untuk mufakat,

tolong-menolong, empati,dan solidaritas.

4 Integritas Integritas ini menjadi nilai yang merupakan upaya

menjadikan siswa menjadi orang yang dapat

dipercaya dalam perkataan, perbuatan, dan

pekerjaan. Si siswa perlu tahun bahwa mereka

Page 48: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

35

harus memiliki komitmen dan kesetiaan pada

nilai-nilai kemanusiaan dan moral.

5 Mandiri Meskipun orangtua bisa melatih anak untuk

belajar mandiri sejak dari rumah, tapi sekolah juga

memiliki peranan penting dalam menanamkan

nilai yang satu ini. Sekolah juga akan

mengajarkan agar siswa tidak bergantung pada

orang lain, serta membantu mereka belajar

mempergunakan tenaga, waktu, dan pikiran untuk

mewujudkan keinginannya

c. Moralitas

Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa Latin, mores yaitu jamak

dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Selanjutnya moral menurut istilah adalah

suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai,

krhrndak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah,

baik, buruk (Nata, 2010: 92).

Suseno (2002: 143) menuturkan bahwa moralitas merupakan kesesuaian sikap,

perbuatan, dan norma hukum batiniah yang dipandang sebagai suatu kewajiban.

Seorang tokoh dalam cerita dikatakan bermoral tinggi apabila ia mempunyai

pertimbangan baik dan buruk. Namun, pada kenyataannya pandangan mengenai moral

dalam hal-hal tertentu bersifat relatif. Suatu hal yang dipandang baik oleh seseorang

pada suatu bangsa belum tentu sama bagi bangsa yang lain. Nurgiyantoro (2013: 321)

menuturkan bahwa pandangan seseorang tentang moral, nilai-nilai, dan kecenderungan-

kecenderungan, biasanya dipengaruhi oleh pandangan hidup, Way of life, bangsanya.

Moral pada cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan

Page 49: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

36

ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat ditafsirkan dan diambil melalui

cerita yang bersangkutan oleh pembaca (Nurgiyantoro, 2013: 321). Dalam karya sastra,

moral biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan,

pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran. Hal itulah yang ingin disampaikan kepada

pembacanya.

Moral merupakan petunjuk yang sengaja diberikan pengarang tentang berbagai

hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan

sopan santun pergaulan. Ajaran moral yang disampaikan bersifat praktis, karena alasan

itu ditampilkan pada diri tokoh yang ada lewat sikap dan tingkah lakunya. Dalam karya

sastra, moral atau hikmah yang diperoleh pembaca selalu dalam pengertian baik. Jika

dalam sebuah karya sastra ditampilkan sikap dan tingkah laku yang kurang baik oleh

tokoh dalam cerita, tidak berarti bahwa pengarang menyarankan kepada pembaca untuk

bersikap, mencontoh, dan bertindak seperti itu. Dengan demikian, moral selalu mengacu

pada perbuatan manusia, yakni perbuatan yang baik dan buruk. Seseorang akan berbuat

baik jika budi pekertinya juga baik. Budi pekerti yang baik selalu ditanamkan dengan

tujuan pembentukan moral yang baik.

Manfaat moral dalam masyarakat adalah untuk mengarahkan tingkah laku,

memberikan pedoman menyangkut bertingkah laku, sebagai alat untuk menilai tingkah

laku, serta memberikan sanksi terhadap perbuatan yang dianggap menyimpang.

Mengingat pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat, maka penanaman dan

pengajaran moral sejak usia diniperlu diberikan. Penanaman dan pengajaran moral

terhadap anak usia dini memiliki kedudukan dan peranan yang strategisdan

berkontribusi besar terhadap keberhasilan dalam kehidupan yang akan datang. Oleh

karena itu, penanaman dan pengajaran tentang moral penting untuk diberikan.

Mengingat moral merupakan pondasi yang kuat sebagai bekal anak untuk menjalani

kehidupan kelak ketika dewasa.

Page 50: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

37

.

Menurut Nurgiantoro (2013: 232) bahwa kategori pesan moral terbagi menjadi

tiga bagian dilihat dari persoalan dalam kehidupan manusia.

1. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan

2. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri

3. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan

sosial termasuk dengan alam.

Pesan moral ditangkap melalui penafsiran cerita rakyat. Melalui perilaku, sikap,

dan karakter dari para tokoh yang ada dalam cerita merupakan pesan moral yang ingin

disampaikan pengarang, ataupun pembuat cerita baik secara tersurat atau secara tersirat.

d. Cerita Rakyat dalam Pengajaran Sastra

Pendapat yang dikemukakan oleh Nurhayati (dalam Wibowo, 2013:19), bahwa

pengajaran sastra memiliki pertautan erat dengan pendidikan karakter, karena

pengajaran sastra dan sastra pada umumnya, secara hakiki membicarakan nilai hidup

dan kehidupan yang berkaitan dengan pembentukan karakter manusia.

Sastra dalam pendidikan anak bisa berperan mengembangkan aspek kognitif,

afektif, psikomotorik, mengembangkan kepribadian dan mengembangangkan pribadi

sosial. Sastra melalui unsur imajinasinya, mampu membimbing anak didik pada

keluasan berpikir, bertindak dan berkarya. Imajinasi sebagai kekuatan atau proses

menghasilkan citra metal dan ide anak didik (Wibowo, 2013: 20). Terkait peran sastra

dalam pembelajaran peserta didik, diungkapkan oleh Tarigan (1995: 10) bahwa sastra

sangat berperan dalam pendidikan anak, yaitu dalam (1) perkembangan bahasa, (2)

perkembangan kognitif, (3) perkembangan kepribadian, dan (4) perkembangan sosial.

Dalam pembelajaran sastra ditanamkan tentang pengetahuan karya sastra

(kognitif), ditumbuhkan kecintaan terhadap karya sastra (afektif), dan dilatih

keterampilan menghasilkan karya sastra (psikomotorik). Kegiatan apresiatif sastra

Page 51: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

38

dilakukan dengan melalui kegiatan (1) reseptif seperti membaca dan mendengarkan

karya sastra, menonton pementasan karya sastra, (2) produktif, seperti mengarang,

bercerita, dan mementaskan karya sastra, (3) dokumentatif, misalnya mengumpulkan

puisi, cerpen, membuat kliping tentang informasi kegiatan sastra (Wibowo, 2013: 136).

Pendapat Haryadi (dalam Wibowo, 2013: 136), bahwa peran sastra dalam

pembentukan karakter sastra tidak hanya didasarkan pada nilai yang terkandung di

dalamnya. Pembentukan karakter dan identitas nasional bangsa Indonesia dapat dimulai

sejak anak usia dini di lingkungan keluarga yang dilanjutkan pada usia sekolah di

lingkungan sekolah dan dikembangkan di lingkungan masyarakat (Juanda, 2012: 109).

Pembelajaran sastra yang bersifat apresiatif pun sarat dengan pendidikan karakter.

Kegiatan membaca, mendengarkan, dan menonton karya sastra pada hakikatnya

menanamkan karakter tekun, berpikir kritis dan berwawasan luas. Pada saat yang

bersamaan dikembangkan kepekaan perasaan sehingga pembaca cenderung cinta pada

kebaikanan membela kebenaran. Pada kegiatan apresiasi sastra pikiran, perasaan, dan

kemampuan motorik dilatih dan dikembangkan. Melalui kegiatan seperti ini pikiran

menjadi kritis, perasaan menjadi peka dan halus, kemampuan motorik terlatih. Hal ini

merupakan modal besar dalam pengembangan pendidikan karakter. Penanaman karakter

dilakukan secara sistematis sejak usia dini. Tentu saja apresiasi yang dimaksud bukan

apresiasi sebatas bahasan yang sifatnya kognitif. Akan tetapi, model berapresiasi secara

luas yaitu kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh- sungguh sampai

menimbulkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan

yang baik terhadap cipta sastra. Dengan demikian, tujuan pembelajaran bersastra

adalah tumbuhnya pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan

perasaan yang baik terhadap cipta sastra pada diri anak didik. .

Uraian di atas sesuai dengan pendapat Rahmanto (dalam Marwilistya, 2010: 66) “jika

pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat maka pengajaran sastra dapat juga

Page 52: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

39

memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang

cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat”.

Melalui cerita rakyat yang dipilih sebagai bahan pengajaran sastra di sekolah

dapat diketahui tradisi, budaya, dan sejarah kehidupan pada masa lampau. Dan hal-hal

yang tersurat maupun tersirat dalam cerita rakyat tersebut dapat diambil ibrah dan

relevansinya sebagai alternatif pemecahan masalah yang ada pada saat ini.

Suatu pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh manakala

cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa,

meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang

pembentukan watak (Rahmantodalam Marwilistya, 2010: Melalui cerita rakyat, empat

keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menuIis

dapat ditingkatkan melalui pengajaran cerita rakyat sebagai materi pengajaran sastra..

Pada sisi lain, mereka juga dapat menuliskan kembali isi cerita dengan bahasa mereka

sendiri. Kebudayaan pada masa lampau dapat dipelajari melalui cerita rakyat. Melalui

cerita rakyat para siswa dapat menemukan budaya-budaya yang ada pada masa lampau.

Mereka dapat memahami, menyerap atau mengambil nilai-nilai positifnya. Siswa

setidaknya juga dapat memahami kemampuan, usaha, dan daya cipta, dan perasaan para

pencipta cerita rakyat.

Kompetensi Inti (KI) dalam Kurikulum 2013 merupakan terjemahan atau

operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki setelah menyelesaikan

pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu yang

berfungsi sebagai unsur pengorganisasi Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti harus

menggambarkan kualitas seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skill yang

dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap

spiritual (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3), dan keterampilan atau

penerapan pengetahuan (KI 4). Keempat kelompok tersebut dijadikan acuan dari

Page 53: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

40

Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara

integratif. Kompetensi yang berkenaan sikap tidak diajarkan dalam materi sendiri tetapi

tetap diintegrasikan dalam pembelajaran pada domain pengetahuan dan keterampilan.

Pengajaran sastra merupakan bagian dari pengajaran bahasa. Dimasukkannya

pembelajaran sastra ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia kiranya dapat dimaklumi

karena secara umum, sastra adalah segala sesuatu yang ditulis bahasa Indonesia

khususnya. Cerita rakyat ditemukan pada jenjang SMP sehingga penjabaran

Kompetensi Inti kurikulum 2013 tingkat SMP yang dibahas pada penelitian ini, yaitu

sikap spiritual (KI 1) yang terdiri atas sikap menghayati dan mengamalkan ajaran agama

yang dianut dan sikap sosial (KI 2) yang terdiri atas sikap menghayati dan

mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, (gotong royong,

kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai

bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa

dalam pergaulan dunia.

Secara khusus pembelajaran sastra dalam kurikulum dikaitkan dengan

kecakapan memecahkan masalah, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, kecakapan

berkomunikasi, pemilihan kesadaran pribadi dan rasa percaya diri, kemampuan

menghindari stres, kemampuan membuat keputusan, kecakapan menjalin hubungan

antarpribadi, pemahaman terhadap berbagai jenis pekerjaan, dan kaecakapan vokasional

serta pemilikan siap positif terhadap kerja perlu dipupuk dan dikembangkan secara

berkelanjutan. Fiksi membicarakan nilai hidup dan kehidupan yang berkaitan dengan

pembentukan nilai karakter manusia berupa nilai moral dan nilai pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 54 Tahun 2013 tentang

Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, berisi tentang

mengidentifikasi dan menelaah informasi, struktur dan kebahasaan cerita rakyat (fabel

Page 54: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

41

dan legenda) yang berasal dari daerah setempat dan kompetensi dasar 4.11;4.12

berisi tentang menceritakan kembali isi dan memerankan isi fabel/legenda daerah

setempat yang dibaca dan didengar. Pada ruang lingkup materi mata pelajaran Bahasa

Indonesia untuk setiap jenjang SMP khusunya kelas VII poin keenam membahas

tentang cerita rakyat yang didalamnya berisi fabel dan legenda daerah setempat, tetapi

penelitian ini hanya memfokuskan pada cerita rakyat yang terdiri atas mite, legenda dan

dongeng yang terdapat di Maluku khususnya di Kiandarat.

C. Cerita Rakyat Masyarakat Maluku

Cerita rakyat Maluku merupakan cerita rakyat yang masih hidup dan

berkembang ditengah- tengah masyarakat Maluku dan biasanya disebarluaskan secara

lisan dan hanya didasarkan pada kemampuan mengingat para penuturnya. Oleh karena

itu, tidak mustahil jika cerita rakyat Maluku sangat mudah mengalami penyimpangan

atau perbedaan dari bentuk dari cerita aslinya.

Cerita rakyat Maluku bersumber dari para penutur orang tua-tua atau saniri

negeri yang sebagian besar telah meninggal. Orang tua-tua tersebut belum tentu

mewariskan kepada anak cucunya. Kenyataan dilapangan membuktikan bahwa ada

cerita yang berbeda versinya dalam satu desa atau satu lokasi cerita. Bahkan ada satu

cerita yang diingat sebagian saja hingga tidak didapatkan ceritanya secara utuh.

Pengungkapan cerita yang tidak utuh atau tidak diketahui secara keseluruhan ini sangat

memungkinkan hilangnya nilai yang terkandung didalamnya. Dari hasil observasi awal

dan wawancara dengan informan, dapat diketahui bahwa Maluku memiliki sejumlah

cerita hampir sama dengan cerita-cerita rakyat dari daerah lain. Cerita-cerita rakyat

Maluku memiliki usia yang sudah tua, mempunyai ciri tradisional, disebarkan dari

mulut ke mulut, dan tanpa diketahui pengarangnya. Namun, cerita-cerita rakyat tersebut

sampai sekarang masih hidup.

Page 55: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

42

Pada mulanya cerita-cerita rakyat Maluku diceritakan untuk memenuhi

kebutuhan hidup masyarakat pemiliknya. Cerita-cerita yang ada memiliki latar belakang

dan budaya serta hasil lingkungan yang merupakan pengalaman masyarakat pemiliknya.

Cerita-cerita rakyat yang ada digunakan sebagai pembentuk watak manusia aslinya.

Dahulu cerita-ceita rakyat digunakan oleh orang tua-tua untuk membentuk watak anak

cucunya agar menjadi manusia yang baik. Cerita-cerita rakyat juga digunakan sebagai

alat kontrol sosial, yakni digunakan untuk mendidik agar manusia hidup sesuai norma

yang berlaku dalam masyarakat. sesuai dengan hal itu Latupapua (2013: 1) folklor

seperti kapata dan cerita rakyat masyarakat Maluku memiliki kekuatan sebagai penjaga

norma dan pengesahan pranata adat dan budaya. Maka sebagai kekayaan budaya, cerita

rakyat harus dijaga, dipelihara dan dilestarikan.

Isi cerita yang disampaikan dapat memberi petunjuk tentang apa yang benar dan

apa yang salah. Melalui cerita ternyata dapat juga ditumbuhkan rasa cinta dan

penghargaan kepada leluhur. Hal inilah yang telah mengilhami anggota masyarakat

Maluku saat ini untuk berusaha melestarikan tradisi atau kebiasaan yang ditinggalkan

seperti berziarah ke makam leluhur atau tokoh terdahulu sebagai bentuk penghormatan.

Selain itu, cerita rakyat dahulu juga digunakan sebagai alat penghibur. Cerita rakyat di

masa itu digunakan oleh orang-orang tua sebagai perintang waktu. Dalam hal ini bukan

hanya anak yang dihibur, melainkan juga orang-orang dewasa setelah seharian

beraktivitas.

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara juga ditemukan bahwa

kebisaan tersebut jarang dijumpai pada masyarakat dewasa ini di Maluku. Keadaan

seperti ini tidak hanya terdapat di lingkungan perkotaan tetapi juga dilingkungan

pedesaan yang sebenarnya lebih dekat dengan cerita-cerita yang ada.

Tradisi mendongeng atau bercerita yang dilakukan oleh orang-orang terdulu

tidak lagi menjadi kelaziman pada masa sekarang ini. Apabila dicermati hilangnya

Page 56: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

43

kebiasaan ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: (1) Saat ini para orang tua sibuk

mencari nafkah karena harus memenuhi kebutuhan keluarganya; (2) Teknik komunikasi

dan alat komunikasi yang ada saat ini lebih canggih yang dipandang lebih praktis dan

dapat dijangkau hampir seluruh lapisan masyarakat, contohnya adalah televisi dan

internet; (3) masuknya kebudayaan barat melalui berbagai media sehingga kebudayaan

lokal terjadi pergeseran, dan (4) kurangnya usaha mengenalkan dan menanamkan cerita-

cerita lokal, termasuk didalamnya cerita rakyat oleh para orang tua, lembaga

pendidikan, pemerintah daerah kepada generasi muda.

Seiring berjalan waktu, tradisi sastra lisan seperti mendongeng, kapata,

pantong, jugulu-jugulu, makan patita, budaya masohi, serta pela dan gandong telah

mengalami degradasi dan tidak dipatuhi lagi oleh masyarakatnya. Dalam

perkembangannya, tradisi itu memiliki potensi kuat dalam penciptaan syair-syair

modern yang kandungan isinya banyak memuat aspek dasar perekat kerukunan.

(Muslim, 2013: 2) Oleh karena itu, penggalian nilai-nilai keberagamaan anak negeri

Maluku dalam hal komunikasi budaya harus bisa menjawab tantangan zaman yang

mengusung tema modernitas sebagai perangkat utama dalam menggerus nilai-nilai

budaya lokal masyarakat. Sementara itu, interaksi sosial berbasis budaya lokal (dalam

hal ini aspek moralitas etik masyarakat menjadi sasarannya) di era modern saat ini

justru menjadi sesuatu yang penting untuk dibicarakan (setelah lama terkikis oleh

kemajuan dan globalisasi). Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai budaya dan kearifan

lokal menjadi mutlak untuk dibangun kembali, lebih khusus pada daerah-daerah yang

rentan terjadi pergesekan-pergesekan identitas (Maluku misalnya, yang kini berada

dalam tahap membangun kembali toleransi dan perdamaian pasca konflik 1999). Ragam

kearifan lokal pada masyarakat Maluku sesungguhnya merupakan manifestasi dari

anjuran-anjuran untuk senantiasa mengedepankan persaudaraan, perdamaian, toleransi

Page 57: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

44

dan kasih sayang serta nilai-nilai luhur yang telah dijaga dan diwariskan oleh nenek

moyang masyarakat Maluku.

D. Fungsi Cerita Rakyat Masyarakat Maluku sebagai Bahan Ajar di Sekolah

Cerita rakyat masyarakat Maluku dapat dijadikan sebagai bahan ajar dalam

pengajaran sastra di sekolah karena sejak dahulu masyarakat Maluku mengenal cerita

rakyat sebagai salah satu karya sastra yang diturunkan secara turun-temurun dari satu

generasi ke generasi berikutnya.

Manusia lahir tanpa kekosongan budaya, yaitu manusia yang dilahirkan di dunia

ini dalam keluarga atau masyarakat tempat dilahirkan, masyarakat tersebut telah

menganut budaya. Budaya yang dianut diwariskan dari generasi ke generasi melalui

proses pembelajaran formal dan nonformal (Juanda, 2010: 1). Cerita rakyatmenduduki

posisi penting dalam pembelajaran sastra dalam masyarakat Maluku khususnya

masyarakat Negeri Kiandarat karena cerita rakyatmemiliki nilai sejarah, nilai budaya,

dan nilai sastra. nilai-nilai inilah yang dapat dimanfaatkan guru sebagai media dalam

pembelajaran yang diperkenalkan kepada siswa. Melalui nilai-nilai luhur, nilai

pendidikan dan pesan moral yang terdapat dalam cerita rakyatmengantarkan mereka

untuk banyak memahami adat-istiadat, budaya, pandangan hidup, idiologi, sejarah

kehidupan leluhur dan pada akhirnya semuanya akan diaplikasikan dalam kehidupan

siswa itu sendiri.

Hal ini senada pendapat Indiarti (2017:3) bahwa dengan cerita rakyat Maluku,

sebagaimana karya sastra lainnya, diyakini lahir tidak pada ruang hampa, tetapi

dipengaruhi oleh masyarakat setempat dimana karya tersebut dilahirkan sehingga karya

sastra dianggap sebagai an imitation of human life; merupakan cerminan nilai-nilai

kehidupan dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai pembentuk karakter dalam cerita rakyat.

Page 58: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

45

Sementara itu, hubungan antara sastra dan masyarakat saling mempengaruhi

sehingga cerita rakyat memiliki kesempatan untuk menjadi sarana dalam mengubah

kondisi masyarakatnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat secara tidak

langsung telah diresapi oleh pembaca khususnya anak-anak; secara tidak sadar runtutan

peristiwa dalam cerita tersebut mampu mempengaruhi sikap dan kepribadian mereka.

Cerita rakyat Maluku tidak hanya sebagai sarana penanaman nilai-nilai dan karakter

namun juga dapat menambah pengetahuan serta merangsang kreativitas anak melalui

imajinasi dan cara berpikir kritis melalui rasa penasaran akan jalan cerita dan metafora-

metafora yang terdapat di dalamnya. Cerita rakyat tidak hanya berperan dalam

penanaman pondasi keluhuran budi pekerti, namun juga memiliki andil dalam

pembentukan karakter yang baik sejak dini (Noor, 2011: 10).

Selain sebagai sarana pendidikan karakter bangsa, cerita rakyat masyarakat

Maluku juga sebagai penerusan nilai dan spirit kearifan lokal. Pemanfaatan cerita rakyat

untuk pendidikan karakter juga untuk melestarikan eksistensi cerita rakyat itu sendiri.

Cerita rakyat masyarakat Maluku dapat dijadikan bahan ajar dalam pengajaran sastra

sebagai kearifan lokal masyarakat setempat dalam pembelajaran sastra pada mata

pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Dampak positif yang diharapkan dari pemanfaatan cerita rakyat masyarakat

Maluku melalui pembelajaran Apresiasi Sastra di sekolah adalah sebagai berikut.

1. Siswa mengenali lebih medalam dan menghargai sastra daerah yang terkandung

nilai-nilai kearifan lokal yang perlu dilestarikan.

2. Aspek Psikologis, cerita rakyat mengkaji topik dan masalah yang diangkat dari

masalah kehidupan dan sejarah masa lampau. Hal ini akan menarik perhatian

peserta didik dalam proses menggeneralisasi dan mendorongnya menuangkan

konsep serta fenomena yang ada di sekitar kehidupannya.

Page 59: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

46

3. Aspek latar belakang budaya, tokoh, tema, masalah, dan kosakata yang disajikan

dalam cerita rakyat lebih akrab dengan lingkungan dan latar belakang budaya,

moral, etika, pendidikan serta agama. Dalam cerita rakyat masyarakat

Malukuterkandung nilai-nilai ajaran hidup yang sangat bermanfaat bagi

kehidupan siswa. Hal ini membuka peluang kepada guru untuk mendekatkan

siswa dengan karya sastra sekaligus melatih siswa untuk lebih memiliki

kepekaan terhadap berbagai persoalan yang sedang terjadi dalam lingkungan

budaya masyarakatnya. Dari berbagai topik yang diketengahkan dalam cerita

rakyat tersebut siswa akan lebih banyak belajar dari lingkungan dan budayanya.

4. Karakter siswa dapat dibentuk melalui pesan moral dan nilai-nilai luhur yang

terdapat dalam cerita rakyat Maluku.

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan pembahasan teoretis yang telah dikemukakan pada bagian kajian

pustaka, berikut ini diuraikan kerangka pikir yang melandasi penelitian ini.Sastra

merupakan aktivitas manusia yang diwujudkan dalam media tertentu dan memiliki ciri

estetika yang tertentu pula.

Sastra terbagi atas sastra tulisan dan sastra lisan. Secara esensial, perbedaan

antar keduanya terletak pada media pengucapannya yang sekaligus menentukan proses

transformasinya dalam masyarakat. Sastra lisan adalah bentuk kesastraan yang paling

awal dipraktikkan dalam peradaban manusia. Sastra lisan menggunakan tuturan atau

bahasa verbal sebagai media pengucapannya. Dengan demikian, komunikasi yang

terjadi di antara pencipta atau pelaku sastra lisan dan khalayak penikmat merupakan

komunikasi yang bersifat langsung. Sastra lisan (folklore) terdiri dari ungkapan

tradisional, cerita rakyat, pertanyaan tradisional, sajak dan puisi rakyat serta nyanyian

rakyat. Salah satu sastra lisan yang terdapat dalam masyarakat Maluku adalah cerita

Page 60: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

47

rakyat yang merupakan objek kajian dalam penelitian ini yang terdiri atas mite, legenda

dan dongeng.

Dengan memfokuskan pada pesan moral yang terdapat dalam cerita rakyat

tersebut, sehingga nilai pendidikan, dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam cerita

rakyat Maluku dapat dimanfaatkan sebagai media untuk membentuk generasi muda

bangsa yang berkarakter dan berbudi luhur

Page 61: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

48

Gambar. 2.1 Kerangka Pikir

Cerita

Rakyat

SASTRA

Sastra Tulisan Sastra Lisan

Cerita

Rakyat Sajak

dan Puisi

Rakyat

Pertanyaan

Tradisional

Ungkapan

Tradisional

Pesan Moral

Nilai Karakter

Integritas Relegius Gotong royong

Royong

Mandiri Nasionalis

Tatakora

Analisis

Temuan

Page 62: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan judul penelitian ini, yakni “Pesan Moral dalam Cerita Rakyat

Masyarakat Maluku dan Kontribusinya terhadap Penanaman Karakter Siswa” maka

penelitian ini digolongkan ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Metode

deskriptif kualitatif adalah metode yang mendeskripsikan fenomena yang menjadi

sasaran penelitian secara alamiah. Penelitian ini melibatkan peneliti secara langsung

sebagai instrumen utama penelitian serta penggambaran data secara alamiah sesuai

dengan aslinya (kenyataan).

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini fokus pada pesan moral dan nilai karakter yang terdapat pada

cerita rakyat masyarakat Maluku dan kontribusinya terhadap penanaman karakter siswa

SMP Kelas VII.

C. Definisi Istilah

Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tentang tujuan

penelitian. Agar penelitian ini tidak menimbulkan kesalahan penafsiran maka perlu

dikemukakan makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun pengertian

istilah dimaksud adalah :

1. Sastra adalah sebuah aktivitas manusia yang diwujudkan dalam media tertentu

dan memiliki estetika, etika, norma serta tidak menyesatkan.

2. Cerita rakyat adalah salah satu sastra daerah yang hidup di tengah-tengah

masyarakat dan dapat dijadikan sebagai sarana membangun karakter pada anak

melalui nilai-nilai moral dan pendidikan karakter yang terkandung didalamnya.

Page 63: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

50

3. Cerita rakyat masyarakat Maluku adalah cerita berupa mite, legenda maupun

dongeng untuk mengetahui sejarah, adat-istiadat, cita-cita yang lahir dan

disampaikan secara turun-temurun oleh masyarakat Maluku dan mengandung

nilai-nilai luhur lokal sebagai kebudayaan daerah yang patut dilestarikan dan

dikembangkan.

4. Pesan moral adalah pelajaran yang bisa dipetik melalui amanat yang tergambar

oleh karakter, perbuatan, sikap tokoh dalam cerita rakyat masyarakat Maluku.

5. Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dari yang lain: tabiat dan watak.

6. Penanaman karakter adalah usaha yang dilakukan untuk mengembangkan,

menerapkan, dan mengubah sifat-sifat kejiwaan dan akhlak dalam bertutur kata

dan tingkah laku sesuai ajaran agama dan norma dalam bermasyarakat.

7. Kontribusi adalah sumbangsih pesan moral dan nilai-nilai pendidikan yang

terdapat dalam cerita rakyat masyarakat Maluku terhadap penanaman karakter

siswa SMP berupa bahan ajar dalam pengajaran sastra.

D. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif dengan

menggunakan metode pengumpulan informasi melalui wawancara yang didasarkan

pada penganalisisan pesan moral dan nilai karakter yang terdapat dalam cerita rakyat

masyarakat Maluku dan kontribusinya terhadap penanaman karakter siswa. Pendekatan

kualitatif digunakan untuk mendokumentasikan berbagai cerita rakyat di Maluku

khususnya di Negeri Kiandarat.

E. Data dan Sumber Data

1. Data

Data atau informasi penting yaitu cerita rakyat masyarakat Maluku legenda

Cerita legendaris Tatakora, dongeng Anahunta Malalokon dan dongeng Anak Raja

Page 64: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

51

Nakal dan Akal yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini berupa data kualitatif.

Data berupa kata, frasa, dan kalimat yang mengandung pesan moral dan nilai karakter.

Data dalam penelitian ini diperoleh berasarkan informasi lisan dari para narasumber

selanjutnya ditranskripsikan ke dalam cerita secara tertulis.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah informan. Informan yang dipilih dalam

penelitian ini adalah saneri negeri/pemangku-pemangku adat (juru kunci). Informan

tersebut minimal sebanyak tiga orang yang dapat memberikan informasi secara lengkap

dan akurat mengenai cerita rakyat masyarakat Maluku.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri dan instrumen pendukung

berupa lima nilai pendidikan karakter berdasarkan Kementerian Pendidikan Nasional

dan tabel pemandu analisis data berupa tiga kategori pesan moral yakni kategori

hubungan manusia dengan Tuhan, kategori hubungan manusia dengan diri sendiri, dan

kategori hubungan manusia dengan lingkungan sekitar dan alam. Dalam penelitian

kualitatif, peneliti sebagai pengelola, dan penafsir data, juga berfungsi sebagai

pengumpul data. Dalam praktiknya peneliti secara aktif mencari informasi yang

berkaitan dengan masalah penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi beberapa teknik di

bawah mi.

1. Observasi Langsung

Dengan teknik observasi, tempat penelitian dapat secara langsung diamati dan

dipelajari, sehingga sampel lokasi dapat dipilih, kemudian ditentukan jenis cerita yang

akan diteliti melalui pencatatan. Observasi dilakukan dengan mengunjungi lokasi

penelitian yang memiliki cerita rakyat tertentu dan pengumpulan data.

Page 65: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

52

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan informan di lokasi penelitian. Selanjutnya, hasil

wawancara mengenai cerita rakyat ditranskripsikan menjadi bahan tertulis. Selama

perekaman, dilakukan pencatatan mengenai suasana bercerita, sikap dalam bercerita,

dan istilah- istilah penting yang digunakan informan yang perlu ditanyakan lagi kepada

informan setelah selesai menyampaikan cerita. Selain itu, juga dilakukan wawancara.

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi atau data mengenai cerita rakyat

secara lengkap dan akurat yang berada di Maluku. Wawancara dilengkapi dengan alat

pengumpulan data yaitu mobile phone yang berfungsi sebagai alat perekam dan

dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan informan, yaitu saniri negeri (juru kunci)

pada lokasi penelitian.

3. Baca-Simak

Teknik baca-simak dilakukan secara saksama atau membaca dan menyimak satu

per satu cerita rakyat yang menjadi sumber data penelitian. Teknik baca-simak ini

dilakukan secara berulang-ulang untuk memperoleh data secara akurat.

4. Pencatatan

Setelah melakukan teknik baca-simak, hasil yang diperoleh dicatat dan

diklasifikasikan data yang menggambarkan nilai pendidikan karakter kemudian

menentukan pesan moral dalam cerita rakyat masyarakat Maluku serta kontribusinya

terhadap penanaman karakter siswa .

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, semua data yang

terkumpul dideskripsikan sesuai ciri-ciri asli data yang dilakukan selama proses

pengumpulan data dan setelah pengumpulan data selesai. Analisis data yang dilakukan

pada penelitian ini mengikuti tahap analisis Huberman & Miles (2009: 591-592) yang

terdiri atas tiga tahap, yaitu:

Page 66: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

53

1. Mereduksi data

Pada tahap ini dilakukan kegiatan mengidentifikasi data, penyeleksian data, dan

pengklasifikasian data sesuai dengan fokus penelitian untuk menentukan data yang

dibutuhkan dan data yang tidak dibutuhkan yang terdiri atas perangkuman data,

pengkodean data, pengelompokan data.

2. Penyajian data

Penyajian data dilakukan dengan cara mengorganisasikan semua data yang telah

direduksi. Melalui kegiatan pendeskripsian (penginterpretasian) data sesuai dengan

fokus penelitian, (a) pesan moral dalam cerita rakyat mayarakat Maluku; (b) nilai

karakter dalam cerita rakyat mayarakat Maluku; dan (c) kontribusi pesan moral dan nilai

karakter. Penyajian dilakukan dengan pendataan data, peng kodean data dengan baik

agar mudah untuk dilakukan penarikan simpulan. Pada tahap ini, semua data yang telah

dianalisis dan dibahas.

3. Penyimpulan dan verifikasi hasil penelitian

Tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi data mencakup kegiatan perumusan

generalisasi awal dari data-data yang memiliki keteraturan dan mencari data-data

tambahan untuk menguji generalisasi tersebut. Penyimpulan dilakukan berdasarkan

hasil interpretasi dan analisis data terhadap fokus penelitian kemudian diverifikasi ulang

untuk dievaluasi.

I. Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data, digunakan uji validitas yang bertujuan untuk

menguji instrumen yang digunakan, seperti (1) menginterpretasi terhadap hasil

instrumen, (2) apakah instrumen tersebut mampu mengukur apa yang sesungguhnya

akan diukur, dan (3) mengetahui ranah yang akan diukur (Tuckman (dalam Garim, 2016

: 127). Dalam penelitian ini, digunakan triangulasi sumber dan triangulasi teori.

Triangulasi sumber yaitu teknik dengan memanfaatkan penelitian atau pengamat yang

Page 67: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

54

dianggap memiliki kompetensi atau kemampuan yang memadai dalam menganalisis dan

menafsirkan data untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan.

Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kesalahan dalam pengumpulan

data (Moleong, 2012: 178). Triangulasi teori dilakukan dengan menggunakan perspektif

lebih dari satu teori dalam membahas teori tentang cerita rakyat, pesan moral, dan nilai

pendidikan karakter. Triangulasi dilakukan dengan cara mengecek atau memeriksa

kembali keabsahan data yang diperoleh pada kegiatan identifikasi, klarifikasi, analisis,

interpretasi, dan deskripsi. Triangulasi ini berlangsung secara terus-menerus selama

pengumpulan data dan analisis data. Hasil kegiatan triangula

Page 68: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan hasil pengumpulan dan analisis data. Penyajian

hasil penelitian dilakukan dengan mengorganisasikan data yang telah direduksi melalui

kegiatan penginterpretasian data yang disesuaikan dengan fokus penelitian. Data yang

dikaji dan diinterpretasi pada penelitian ini diperoleh setelah melalui proses reduksi data

versi Huberman dan Miles. Pada bagian ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama,

menentukan pesan moral berdasarkan tiga kategori yaitu kategori manusia dengan

Tuhan, kategori manusia dengan diri sendiri, dan kategori hubungan manusia dengan

manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk dengan alam dan delapan belas nilai

pendidikan karakter berdasarkan Kementerian Pendidikan Nasional. Kedua,

mendeskripsikan kontribusi dari pesan moral dan nilai karakter dengan KI (Kompetensi

Inti) dan KD (Kompetensi Dasar) pada pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai

kontribusi terhadap pendidikan karakter SMP kelas VII kurikulum 2013.

Hasil penelitian diperoleh tujuh cerita rakyat di Negeri Kiandarat yang terdiri

atas dua legenda, empat dongeng dan satu mitos. Kegiatan analisis dilanjutkan dengan

penyeleksian data dan pengklasifikasian data. Pada tahap ini terseleksi tiga cerita rakyat

yang terdiri atas satu legenda dan dua dongeng yang dibutuhkan berdasarkan fokus

penelitian. Melalui penyeleksian dan pengklarifikasian data diperoleh 61 data, 5 nilai

pendidikan karakter.

Page 69: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

56

Rincian data pesan moral dalam cerita rakyat Maluku (Tatakora) sebagai berikut

Tabel 4.1 Pesan Moral Hubungan Manusia dengan Tuhan

Kode Data Berdasarkan Korpus Data (lihat Lampiran)

01 02 03 04 07 09 06 12 05 10 08 11

Tabel 4.2Pesan Moral Hubungan Manusia dengan Dirinya sendiri

Kode Data Berdasarkan Korpus Data (lihat Lampiran)

08 02 04 13 21 18 14 17 07 20 25 12

22 23 01 03 19 05 10 11 27 26 16 24

09 06 15 28

Tabel 4.3Pesan Moral Hubungan Manusia dengan Manusia dan Lingkungan

Alamnya

Kode Data Berdasarkan Korpus Data (lihat Lampiran)

10 20 21 11 05 14 18 01 02 12 16 03

07 12 13 17 08 06 19 04

Tabel 4.4Nilai Pendidikan Karakter

N0. Berdasarkan Korpus Data (lihat Lampiran)

01 Nilai Karakter Religius

02 Nilai Karakter Nasionalis

03 Nilai Karakter Mandiri

04 Nilai Karakter Gotong Royong

05 Nilai Karakter Integritas

Page 70: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

57

Pesan moral kategori hubungan manusia dengan Tuhan diperoleh 12 data pesan

moral kategori hubungan manusia dengan diri sendiri memiliki 28 data dan pesan

moral kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial

termasuk dengan alam memiliki 21 data. Berdasarkan hasil rangkuman data,

pengkodean data, dan pengelompokan data, dapat diketahui masing-masing jumlah data

per kategori data yaitu: (1) pesan moral kategori hubungan manusia dengan Tuhan

terdapat dalam legenda Asal Usul Waelo Matai(Tatakora) terdiri atas 4 pesan moral,

dongeng Anahunta Malalokon terdiri atas 3 pesan moral, dan dongeng Anak Raja

Nakal dan Akal terdiri atas 5 pesan moral, (2) pesan moral kategori hubungan manusia

dengan diri sendiri dalam legenda Asal Usul Waelo Matai terdiri atas 7 pesan moral,

dongeng Anahunta Malalokon terdiri atas 16 pesan moral dan dongeng Anak Raja

Nakal dan Akal terdiri atas 9 pesan moral, (3) pesan moral kategori hubungan manusia

dengan manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk dengan alam terdapat dalam

legenda Asal Usul Waelo Matai terdiri atas 5 pesan moral, dongeng Anahunta

Malalokon terdiri atas 7 pesan moral dan dongeng Anak Raja Nakal dan Akal terdiri

atas 9 pesan moral.

1. Pesan Moral dan Nilai Karakter Cerita Rakyat Masyarakat Maluku

a.) Pesan Moral Cerita Rakyat Masyarakat Maluku

(1.) Pesan Moral Kategori Hubungan Manusia dengan Tuhan

Hubungan manusia dan Tuhan memiliki dua bentuk relasi yaitu manusia

memenuhi kewajiban dengan beribadah kepada Tuhan (Q.S. Adz Dzariyaat:51-56) atau

menjadi ingkar (kafir) dan syirik kepada Tuhan (Q.S. An Nisa:48). Bila manusia

menjalin relasi tersebut maka hubungan manusia dengan Tuhan menjadi baik pula dan

begitupun sebaliknya, bila manusia menjalin hubungan dengan buruk, maka hubungan

manusia dengan Tuhan menjadi jauh. Pesan moral kategori hubungan manusia dengan

Tuhan pada hakikatnya merupakan wujud relasi atau hubungan manusia dengan Tuhan

Page 71: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

58

itu sendiri. Data pesan moral kategori hubungan manusia dengan Tuhan ditemukan

dalam cerita rakyat masyarakat Maluku, yaitu legenda Asal Usul Waelo Matai

(Tatakora), dongeng Anahunta Malalokon dan dongeng Anak Raja Nakal dan Akal.

Berikut ini diuraikan pesan moral yang terdapat pada ketiga cerita rakyat masyarakat

Maluku kategori hubungan manusia dengan Tuhan.

(a) Sikap/Perilaku Berserah Diri (Tawakkal) kepada Tuhan

1. “Iya upu. Mereka terus mengganggu kami, perempuan maupun laki-laki. Ketika

kami hendak mengambil kayu bakar, ataupun memeriksa pohon cengkeh.

Semoga Allah menjaga kami.” (ASWM: 1) [KD 1]

Pada kutipan (1) tersebut menggambarkan jika masyarakat Negeri Kiandarat

menyampaikan kegelisahan mereka kepada raja sebagai pemimpin negeri, yakni Upu

Latu Marawakan. Pesan moral Pada kutipan tersebut mengandung nilai pendidikan

karakter relegius karena menggambarkan masyarakat yang menggantungkan tinkat

kepasrahan mereka pada Alla. dasehingga mereka tidak punya takut pergi ke hutan

walaupun dengan resiko bertemu orang-orang Kariu. Masyarakat Kiandarat hanya bisa

berserah diri dan meminta perlindungan kepada Allah Swt. agar mereka terhindar dari

hal-hal yang tidak diinginkan.

Pesan moral pada kutipan tersebut adalah hidup tidaklah mudah, hanya dengan

bekerja keras disertai doa maka ketentraman hati dan kemudahan akan disertakan oleh

Allah. Pesan moral tersebut termasuk kategori hubungan manusia dengan Tuhan dan

dengan diri sendiri.

2. Mendengar pertanyaan dari kepala Negeri Kariu, Upu Latu Marawakan lantas

menancapkan tombaknya, dan dengan kebesaran Tuhan, ketika beliau

mencabutnya keluarlah air jernih dan bening dari bekas tancapan tombak Upu

Latu Marawakan dan menjadi sumur yang kemudian dinamakanWaelo Matai

(ASWM: 1) [KD 2]

Page 72: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

59

Pada kutipan (2) bisa ditafsirkan bahwa tanpa diminta dua kali Upu Latu

Marawakan serta merta menancapkan tombak yang dimilikinya dengan gagah berani ke

dalam tanah dan dengan rasa optimis mencabutnya kembali. Ketika Upu Latu

Marawakan mencabut tombak tersebut, dengan izin Allah Swt. keluar air jernih dari

bekas tancapan tombak tersebut. Kutipan (2) menyiratkan karakter nasionalis dan dan

religius yang dimiliki oleh Upu Latu Marawakan. Karakter nasionalis tersirat karena

Upu Latu Marawakan yang memindahkan tempat tinggal mereka sehingga beliau harus

mencari cara agar warga Kariu merasa berkecukupan di tempat tinggal barunya yang

menunjukkan rasa cinta pada rakyatnya. Karakter religius tersirat dari sikap Upu Latu

Marawakan yang tanpa ragu menancapkan tombaknya karena memiliki keyakinan akan

pertolongan Tuhan. Pesan moral pada kutipan tersebut adalah harus bersikap optimis

dan memiliki niat menolong orang lain karena Allah. Jika niat kita tulus kepada orang

lain maka Allah akan membantu kita karena tidak ada yang tidak mungkin jika Allah

sudah berkehendak. Pesan moral tersebut termasuk kategori hubungan manusia dengan

Tuhan.

3. “Rakyatku saya membuat pertemuan dengan kalian hari ini, saya ingin meminta

kepada kalian untuk memanjatkan doa kepada Allah Swt agar saya dan mama

nyora diberi rahmat. (ARNA:1) [KD: 3]

Berdasarkan konteks pada kutipan (3) menggambarkan bahwa raja adalah

seorang pemimpin yang memiliki karakter gotong royongkarena raja mengikut sertakan

semua rakyatnya untuk membantu mendoakannya. Selain itu kutipan (3) juga

terkandung nilai pendidikan karakter religius, hal ini jelas terdapat dalam penggalan

kalimat memanjatkan doa kepada Allah Swt. Raja meminta rezeki berupa anak hanya

kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha memberi rezeki. Pesan moral pada kutipan (3)

sebagai manusia kita hanya bisa berdoa dan bertawakal kepada Allah Swt. Selanjutnya,

Page 73: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

60

Allah yang akan memutuskan. Pesan moral tersebut termasuk kategori hubungan

manusia dengan Tuhan.

4. “Subhanallah...hatiku sungguh gelisah.” (ARNA:4) [KD: 4]

Kata Subhanallah pada kutipan (4) merupakan wujud dari luapan kecemasan

yang dirasakan oleh mama nyora kepada anak-anaknya. kata Subhanallah merujuk pada

rasa terkejut karena melihat panah yang jatuh di depan mama nyora membuatnya

merasa gelisah. Meski demikian, mama nyora mengucapkan Subhanallah secara

spontan karena mengharapkan perlindungan kepada anak-anaknya dan menyerahkan

keselamatan kedua anaknya kepada Tuhan, mengandung nilai karakter religius. Selain

itu, nilai karakterintegritas juga tergambar dalam kutipan (4) yang dimiliki seorang ibu

kepada anaknya. Pesan moral pada kutipan tersebut adalah senantiasa mengingat Tuhan

baik dalam keadaan susah maupun senang. Pesan moral tersebut termasuk kategori

hubungan manusia dengan Tuhan dan diri sendiri.

(b) Sikap atau Perilaku Menjalankan Ibadah kepada Allah Swt.

5. Tujuh putri dari Kayangan sudah datang untuk mandi. Setelah merasa cukup,

mereka mengganti pakaian untuk siap-siap kembali ke Kayangan. Tapi putri

bungsu tidak menemukan selendangnya. Dia hampir menangis, mencari dari

hulu ke hilir tapi tidak ketemu.Sebentar lagi akan tiba waktu sholat jumat,

keenam kakaknya akhirnya terbang meninggalkan putri bungsu sendiri.(AM:5)

[7]

Pada kutipan (5), ketujuh putri yang memiliki kebiasaan mandi setiap hari jumat

dapat diinterpretasikan sebagai melaksanakan salah satu amalan sunah. Karena umat

islam khususnya laki-laki dianjurkan untuk mandi dan memakai wewangian pada hari

jumat untuk mendapatkan keberkahan dari Allah Swt. sehingga mengandung nilai

Page 74: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

61

karakter religius. Pesan moral dari kutipan tersebut yaitu: Sebagai umat Islam, kita

dianjurkan untuk melakukan segala hal berdasarkan anjuran dari Alquran dan hadist

agar mendapatkan keberkahan dan pahala dari Allah Swt. Pesan moral tersebut

termasuk kategori hubungan manusia dengan Tuhan;

Putri kayangan dan Bulan Talip Rahman pun naik ke Kayangan, jumat pekan

depan mereka akan melangsungkan pernikahan. (AM:7) [KD 9]

Berdasarkan Kutipan (6) tersebut, tergambar Talip Rahman yang merupakan

pemuda miskin dan tidak memiliki harta apapun bisa menikahi seorang putri yang

berasal dari kerajaan di langit pada hari jumat. Hari jumat dipercaya merupakan hari

yang barokah, karena pada hari jumat semua pintu rezeki dibuka, pada hari jumat

terdapat waktu-waktu yang mustajab agar doa dikabulkan. Keputusan untuk menikah

dengan tujuan beribadah kepada Allah menggambarkan karakter religius karena

pernikahan dapat menghindari manusia melakukan dosa antara perempuan dan laki-laki

berupa zina. Berkat sikap bersunggung-sungguh menjalankan perintah sang raja dan

sepenuh hati melaksanakan titah raja tersebut, akhirnya kerja kerasnya berbuah manis.

Pesan moral yang dapat dipetik dari kutipan (6) adalah dibalik kesulitan ada

kemudahan. Melakukan sesuatu dengan bersungguh-sungguh, tidak mudah berputus

asa, dan sabar serta berserah kepada Allah, maka Allah akan mendatangkan kebaikan

untuk hidup kita. Pesan moral tersebut termasuk kategori hubungan manusia dengan

Tuhan dan diri sendiri.

(c) Bersyukur atas Nikmat dan Karunia Tuhan

6. Hingga saat ini masyarakat Negeri Kariu masih bermukim di sebelah

sungai Marake’esebagai wujud rasa syukur mereka kepada Tuhan dan rasa

terima kasih kepada Upu Latu Marawakan. (ASWM: 2) [KD 6]

Kutipan (7) dapat ditafsirkan sebagai wujud rasa terima kasih masyarakat Kariu

kepada Upu Latu Marawakan dan rasa syukur mereka kepada Tuhan sehingga

Page 75: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

62

masyarakat Kariu tetap tinggal di seberang sunga Marake‟e menggambarkan karakter

religius.. Masyarakat Negeri Kariu awalnya mengikuti saran dari Upu Latu Marawakan

untuk menghindari perang dengan warga Negeri Kiandarat menggambarkan karakter

nasionalis. Mereka bersyukur dengan apa yang mereka miliki sekarang, seperti rumah

untuk tempat tinggal dan tanah untuk bercocok tanam dan tentu saja rasa aman karena

tidak hidup dalam bayang-bayang konflik sehingga masyarakat Kariu tidak kembali lagi

ke hatu gereja. Pesan moral pada kutipan (7) adalah selalu bersyukur dengan nikmat

yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. Pesan moral tersebut termasuk kategore

hubungan manusia dengan Tuhan.

7. Masya Allah...semua kampung di sini mengelilingi Negeri Kiandarat. Raja

tertinggi di atas semua raja di pulau ini adalah ayahmu, anakku sangat beruntung

menikah denganmu karena ayahmu adalah penguasa atas semua kawasan

negeri.” (ARNA:9) [KD: 12]

Masya Allah pada (kutipan 8) merujuk pada ungkapan rasa syukur raja kepada

Allah Swt karena anaknya bisa menikah dengan anak dari seorang raja yang memiliki

kuasa atas semua kawasan negeri. Kata Masya Allah menyiratkan nilai karakter religius

karena kata Masya Allah merupakanungkapan kekaguman atas ciptaan Allah yang baik.

Pesan moral pada kutipan tersebut adalah senantiasa bersyukur kepada Tuhan

bagaimanapun kondisi hidup kita. Pesan moral tersebut termasuk kategori hubungan

manusia dengan Tuhan dan diri sendiri.

(d) Beriman akan Adanya Tuhan dan Meyakini Kuasa Tuhan

8. Masyarakat Negeri Kariu hidup berdampingan dengan masyarakat Negeri

Kiandarat, saling menghargai agama dan keyakinan masing-masing. Saat itu

orang-orang Kariutelah memeluk agama Kristen Protestan. Hingga pada tahun

1931 perang antar dua negeri ini tak dapat terelakan. (ASWM: 2) [KD: 5]

Page 76: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

63

Sesuai konteksnya, kutipan (9) menggambarkan masyarakat Kariu telah

menganut agama Kristen Protestan sebelum mereka tinggal bersama-sama dengan

masyarakat Kiandarat. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Kariu adalah orang-

orang yang memiliki karakter religius. Selain itu karakter nasionalis juga terlihat pada

kutipan tersebut karena kedua negeri saling menghargai perbedaan. Meskipun berbeda

dalam agama tapi mereka dipersatukan oleh hubungan pela gandong dan mempunyai

tujuan yang sama dalam hidup berdampingan.

Pesan moral dari kutipan (9) yaitu walaupun tinggal di hutan belantara,

masyarakat Negeri Kariu menjadikan agama sebagai landasan hidup mereka dengan

memiliki keyakinan kepada Tuhan dan saling menghargai antara sesama. Ini termasuk

pesan moral kategori hubungan manusia dengan diri sendiri dan dengan Tuhan.

9. “Naga itu biasanya datang dari arah utara, dia akan mengitari masjid selama

tujuh kali setelah itu baru dia akan mencari penduduk untuk memangsa.”

(ARNA:3) [KD: 10]

Pada kutipan (10) mengitari masjid selama tujuh kali menggambarkan kebiasaan

yang dilakukan naga sebelum memangsa warga. Kebiaasaan naga mengitari masjid

selama tujuh kali jika diinterpretasi oleh masyarakat Negeri Kiandarat sebagai simbol

tawaf karena setiap hari raya Idul Adha orang yang akan berkurban akan menggendong

hewan kurbannya (kecuali sapi) dan mengelilingi masjid sebanyak tujuh kali sebagai

refleksi akan kisah pengorbanan nabi Ibrahim mengorbankan Ismail karena kecintaan

Nabi Ibrahim kepada Allah Swt. Hal ini mengandung nilai karakter religius. Sedangkan,

tanda mengitari masjid selama tujuh kali berdasarkan konteks yang terdapat pada

kutipan (10) menggambarkan pengalaman masyarakat Patawael menyaksikan kebiasaan

naga sebelum mencari penduduk untuk kemudian memangsa mereka.

Page 77: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

64

Pesan moral pada kutipan tersebut adalah dalam keadaan apapun, baik dalam

keadaan susah maupun senang, kita harus senantiasa mengingat Tuhan. Pesan moral

tersebut termasuk kategori hubungan manusia dengan Tuhan.

10. “Putri katakan padanya untuk mencuci sarihainini hingga berubah menjadi

warna hitam.” (AM:6) [KD 8]

Kutipan (11) menggambarkan tentang ayah sang putri meminta hal yang

mustahil kepada Talip Rahman untuk mencuci sarihain yang semula berwarna putih

hingga berubah menjadi warna hitam. Sampai kapanpun sarihain yang berwarna putih

tidak akan mungkin berubah menjadi warna hitam. Sarihain digunakan sebagai

pengganti penyebutan kain (putih) pembungkus mayat. Sarihain selalu diidentikan

dengan kematian agar manusia senantiasa berbenah diri dan mengingat Tuhan

menggambarkan karakter religius. Hal lain dalam kutipan tersebut menandakan bahwa

raja ingin menguji kemampuan lelaki yang dibawa anaknya ke Kayangan,

menggambarkan rasa ingin tahu raja.

Pesan moral dalam kutipan tersebut, adalah (1) Manusia hidup di dunia hanyalah

sementara, tidak ada yang dibawa serta kecuali kain kafan dan amalan semasa hidupnya,

Pesan moral tersebut termasuk kategori hubungan manusia dengan Tuhan; (2) Setiap

orang tua menginginkan yang terbaik bagi hidup anaknya, terutama dalam hal mencari

pendamping hidup. Pesan moral tersebut termasuk kategori hubungan manusia dengan

manusia dan lingkungan.

(e) Mengucap Syukur ketika Berhasil Mengerjakan Sesuatu

11. “Bapak raja. Alhamdulillah... nikahkan saja mereka sesuai janjimu upu. Kita

akan membuat syukuran selama tujuh hari”. Jawab seseorang di antara mereka

dan diiyakan oleh yang lainnya. (ARNA:4) [KD: 11]

Berdasarkan konteks pada kutipan (12) Masyarakat selalu merasa terancam

dengan kehadiran naga setiap tahun dan tidak ada satu pun dari mereka yang dapat

Page 78: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

65

membunuh naga tersebut. Ketika Nakal berhasil membunuh naga itu, mereka sangat

bersyukur. Rasa syukur itu kemudian diekspresikan dengan cara membuat acara

syukuran sebagai wujud menghargai prestasi si Nakal dan memanjatkan doa kepada

Tuhan sebagai ungkapaan rasa syukur. Masyarakat mengucapkan karena penggunaan

kata Alhamdulillah selalu diucapkan oleh umat islam secara umum sebagai wujud

kesyukuran atas nikmat Allah Swt. kepada umatnya. Meski kebiasaan menggunakan

kata Alhamdulillah bukansatu-satunya indikator kereligiusan, tetapi mewakili nilai yang

terkait Ketuhanan sehingga termasuk karakter religius. Pesan moral pada kutipan (12)

adalah selalu bersyukur atas kenikmatan hidup yang Tuhan berikan. Hal ini merupakan

pesan moral kategori hubungan manusia dengan Tuhan.

Dari dua belas data yang termasuk dalam pesan moral kategori hubungan

manusia dengan Tuhan ditemukan fakta menarik bahwa karakter religius hadir pada

kedua belas data tersebut meskipun karakter lain juga mengambil peran penting seperti

karakter nasionalis, gotong royong, integritas, dan mandiri. Wujud pesan moral kategori

hubungan manusia dengan Tuhan tidak hanya pada kehidupan manusia secara lahiriah,

namun juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam

integrasinya dengan pencipta sehingga tidak mengherankan jika karakter religius bisa

muncul dalam kedua belas kategori hubungan manusia dengan Tuhan dan dalam ketiga

cerita rakyat masyarakat Maluku.

(2.) Pesan Moral Kategori Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri

Dalam membangun relasi atau hubungan dengan diri sendiri, manusia akan

memperoleh kesadaran tentang dirinya serta memiliki sesuatu yang tsserbaik bagi diri

sendiri atau mengumbar nafsu yang rendah (Q.S. Shaad:6). Sebagai makhluk individual,

otonom dan mandiri, maka manusia harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Wujud dari pesan moral hubungan manusia dengan diri sendiri yang ditemukan pada

cerita rakyat masyarakat Maluku adalah dalam legenda Asal Usul Waelo Matai

Page 79: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

66

(Tatakora), dongeng Anahunta Malalokon dan dongeng Anak Raja Nakal dan Akal

adalah sebagai berikut.

(a) Sikap/Perilaku Tidak Bergantung pada Orang Lain

12. Talip Rahman adalah anak yang penyabar dan juga baik, karena neneknya

sudah tua dan sakit sakitan, maka ia bertugas mencari nafkah untuk kebutuhan

sehari hari. (AM:1) [KD 8]

Pada kutipan (13), Talip dan neneknya yang hanya hidup berdua tanpa ada

keluarga yang tersisa, menjadi sebab sehingga tokoh Talip harus bekerja keras mencari

nafkah untuk dia dan neneknya. Sejak usia belia Talip sudah menjadi tulang punggung

untuk neneknya, karena neneknya sudah tua dan sakit-sakitan maka dia harus tetap

menjadi anak yang penyabar demi kelangsungan hidup mereka. Seorang anak kecil

yang rela menjadi tulang punggung untuk neneknya hingga dia dewasa menggambarkan

karakter tanggung jawab dan mandiri. Pesan moral pada kutipan (13) adalah Tuhan

tidak akan mengubah nasib seseorang jika orang tersebut tidak mengubahnya sendiri.

Hal ini termasuk pesan moran kategori hubungan manusia dengan diri sendiri dan

dengan Tuhan.

13. Pada masa pemerintahannya warga Kariu masih tinggal di hutan (Hatu

Gereja), tempat mereka mencari nafkah untuk menghidupi keluarga mereka.

(ASWM: 1) [KD: 2]

Warga Kariu masih tinggal di Hatu gereja merujuk pada tempat tinggal

masyarakat Negeri Kariu sebelum Upu Latu Marawakan meminta mereka untuk tinggal

di Negeri Kiandarta. Hatu Gereja merupakan sebuah dusun kecil yang berada di tengah-

tengah hutan, tempat tinggal masyarakat Kariu, yang secara leksikal berasal dari kata

hatu yang berarti batu dan kata gereja yang berarti gereja atau tempat ibadah umat

Nasrani. Jadi Hatu Gereja diambil dari gereja pertama yang mereka bangun dan

Page 80: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

67

sekaligus menjadi nama kampung mereka, menyiratkan karakter religius. Di Hatu

Gereja tempat mereka bercocok tanam dan melakukan kegiatan sehari-hari sekaligus

bersembunyi dari pemerintahan Portugis yang menyiratkan nilai pendidikan karakter

integritas yaitu mandiri dan kerja keras .

Pesan moral dari kutipan (14) yaitu hidup tidak harus selalu bergantung pada

orang lain. Ini merupakan pesan moral kategori manusia dengan diri sendiri.

(b) Sikap Bertanggung Jawab

14. “Perang sudah terlanjur terjadi. Saya takut besok-besok perang akan selalu

muncul antara kalian dan masyarakat Kiandarat. Jika kalian mau, kalian bisa

tinggal di sebelah sungai Marake’e.” (ASWM:2) [KD: 4]

Berdasarkan konteks pada kutipan (15) jelas bahwa Upu Latu Marawakan

memberikan pilihan kepada masyarakat Kariu untuk tetap tinggal di Kiandarat atau

tinggal di tempat yang baru agar perang bisa dihindari. Kepedulian seorang pemimpin

dan bertanggung jawab pada warganya, Kepedulian Upu Latu Marawakan tersebut

menggambarkan nilai karakter integritas sehingga mengandung pesan moral kepedulian

pemimpin kepada rakyatnya. Pesan moral tersebut termasuk kategori hubungan manusia

dengan diri sendiri.

15. Nenek jangan khawatir. Saya akan berusaha untuk kembali secepatnya. (AM:3)

[KD 13]

Pada kutipan (16) menggambarkan tokoh Talip Rahman yang tidak tahu menahu

tentang bunga pandang sarawe-rawe dan tidak tahu harus mencari kemana tetap

menjalankan perintah raja dengan sepenuh hati sebagai wujud tanggung jawab.

Walaupun begitu, Talip Rahman mengetahui jika neneknya sangat mengkhawatirkan

dirinya dan berusaha menenangkan neneknya. Hal ini dilakukan Talip karena rasa

peduli sosial yang dimiliknya.

Page 81: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

68

Pesan moral pada kutipan tersebut adalah berani berbuat, harus berani

mempertanggung jawabkan perbuatan tersebut. Pesan moral tersebut termasuk kategori

hubungan manusia dengan diri sendiri.

16. “Kamu bisa tinggal di kampung ini, tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa

membunuh naga yang biasa datang di kampung ini. (ARNA:3) [KD: 21]

Berdasarkan konteks pada kutipan (17) Menggambarkan bahwa raja Patawael

selalu memikirkan nasib rakyatnya sehingga raja melakukan penawaran kepada Nakal

untuk tinggal di kampung Patawael tapi harus bisa memenuhi persyaratan yang diminta.

Sikap raja tersebut tersirat nilai karakter nasionalis, raja melakukan hal tersebut karena

ikut merasakan atas penderitaan yang dirasakan rakyatnya.

Pesan moral pada kutipan tersebut adalah membantu orang lain tidak boleh

mengharapkan imbalan apapun. Pesan moral tersebut termasuk kategori hubungan

manusia dengan diri sendiri.

17. Karena sudah lama di Kayangan, Bulan Talip Rahman meminta izin menjenguk

neneknya. (AM:6) [KD 18]

Pada kutipan (18), Talip meminta izin kepada ayah dan ibu mertuanya untuk

menjenguk neneknya yang sudah setahun ditinggalkannya sendiri. Tindakan Talip

merupakan wujud dari nilai karakter integritaas, dimana rasa tanggung jawab terhadap

nenek yang sudah lama dia tinggalkan sendiri. Walaupun hidup Talip sudah

berkecukupan tapi dia tidak melupakan siapa dirinya dan merasa perduli untuk

membahagiakan neneknya.

Pesan moral yang dapat dipetik dari kutipan (18) adalah tidak perduli seberapa

sukses seorang anak, dia memiliki hutang kepada orang tuanya untuk membalas budi

baik orang tua dan merawat mereka di masa senja mereka. Pesan moral tersebut

termasuk kategori hubungan manusia dengan manusia dan dengan diri sendiri.

Page 82: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

69

18. Setelah mendapatkan jawaban seperti bunga sebelumnya, Talip beristirahat

sebentar untuk makan malam, dia kemudian tidur karena besok pagi dia harus

melanjutkan perjalanannya kembali. Besok pagi, dia melanjutkan perjalanan dan

bertemu dengan bunga manuru. Setelah bertanya, bunga manuru meminta Talip

Rahman untuk menemui burung merpati hutan. Setelah itu dia istirahat sebentar

dan melanjutkan perjalanan lagi. Dia terus berjalan naik gunung, menuruni

lembah, berjalan lagi barulah dia bertemu dengan burung merpati hutan. (AM:4)

[14]

Kutipan (19) menggambarkan perjalanan Talip yang berliku dan melelahkan

untuk mencari bunga pandang sarawe-rawe. Talip yang tidak memiliki petunjuk

apapun tentang bunga tersebut terus saja berjalan dan bertanya kepada bunga-bunga

yang ditemuinya hingga bertemu burung merpati hutan. Kutipan (19) merupakan

cerminan nilai karakter integritas, yaitu rasa tanggung jawab menjalankan perintah sang

raja, hal ini juga berarti bahwa Talip dapat dipercaya karena menjalankan perintah raja

dengan sepenih hati tanpa berbohong atau memanipulasi perjalanannya untuk mencari

bunga pandang sarawe sarawe.

Pesan moral pada kutipan tersebut adalah jadilah orang yang bertanggung jawab

dan dapat dipercaya kata-katanya. Pesan moral tersebut termasuk kategori hubungan

manusia dengan diri sendiri

(c) Sikap/Perilaku Pengendalian Diri

19. Talip merasa mereka semakin terbang tinggi ke langit tapi dia tetap

memejamkan matanya. (AM:4) [KD 17]

Kutipan (20) menggambarkan bahwa Talip sudah sangat penasaran kemana

burung merpati hutan akan membawanya pergi untuk menemui bunga pandang sarawe-

rawe sehingga dikategorikan mengandung nilai pendidikan rasa ingin tahu. Tapi rasa

Page 83: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

70

penasaran itu ditepis jauh-jauh dengan tetap memegang janjinya kepada burung merpati

hutan untuk tidak membuka matanya sebelum ada perintah dari burung merpati hutan.

Reaksi Talip Rahman ini dikategorikan mengandung nilai pendidikan karakter integritas

Pesan moral yang dapat dipetik dari kutipan (20) adalah harus bisa menempati

janji yang sudah dibuat apalagi janji dengan orang yang sudah menolong kita. Pesan

moral tersebut termasuk kategori hubungan manusia dengan diri sendiri.

20. “Maaf bapak Raja tapi bapak Raja perintahkan bawa bunga pandang sarawe-

rawe tapi saya tidak mendapatkannya bukan berarti bapak Raja bisa menikahi

istriku.” (AM:9) [KD 7]

Kata maaf pada kutipan (21) merujuk pada konflik secara verbal di antara tokoh

tetapi Talip tetap mengendalikan emosi kekesalan dengan cara meminta maaf. Sikap

Talip menggambarkan karakter nasionalisme.

Pesan moral yang tedapat pada kutipan (21) mengucapkan maaf tidak akan

mengurangi harga diri seseorang, bahkan ucapan maaf menyiratkan orang tersebut

memiliki hati yang lapang. Pesan moral tersebut termasuk kategori hubungan manusia

dengan diri sendiri.

(d) Memiliki Kesadaran Diri

21. “Maaf bu, tapi sukun ini jatuh di luar pekarangan rumah ibu. Izinkan saya

mengambilnya bu, lagipula sukunnya agak busuk.” (AM:2) [KD 20]

Berdasarkan konteks pada kutipan (22) kata maaf merujuk pada ungkapan

permintaan izin Talip kepada seorang ibu yang memiliki sukun untuk mengambil sukun

yang sudah jatuh di depan pekarangan rumah ibu itu. Reaksi tokoh Talip Rahman

menggambarkan bahwa dia adalah orang yang penyabar dan rendah hati,

menggambarkan karakter relegius dalam arti cinta damai. Walaupun sukun yang hendak

dia ambil sudah jatuh di depan pekarangan warga dan sudah busuk dia tetap saja merasa

harus meminta maaf karena ibu itu adalah pemilik pohon sukun, menyiratkan

Page 84: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

71

menghargai prestasi. Pesan moral yang tedapat pada kutipan (22) adalah meminta maaf

atas kesalahan yang telah diperbuat menyimbolkan seseorang yang berjiwa besar. Pesan

moral tersebut termasuk kategori hubungan manusia dengan diri sendiri.

22. “Maafkan saya nek. Saya tidak tahu jika sungai ini dijaga oleh nenek.”

(ARNA:4) [KD: 25]

Pada kutipan (23) menggambarkan Akal mengakui kesalahannya tokoh Akal

dengan Nenek Penjaga Sungai. Sikap Akal yang berhati lapang dan meminta maaf atas

salah yang sudah dia perbuat mencerminkan karakter relegius yang dimiliki olehnya dan

bertanggung jawab atas kesalahan yang dia perbuat meskipun dia tidak tahu bahwa

sungai tersebut ada penjaganya. Pesan moral pada kutipan tersebut adalah tidak ada

salahnya meminta maaf terlebih dahulu atas kesalahan yang sudah kita perbuat. Pesan

moral tersebut termasuk kategori hubungan manusia dengan diri sendiri.

(e) Berperilaku Jujur

23. “Yang mulia saya hanya menggambar saja, saya tidak tahu kalau itu adalah

bunga pandang sarawe-rawe.” (AM:3) [KD 12]

Pada kutipan (24) raja memanggil Talip Rahman untuk menanyakan perihal

bunga pandang sarawe-rawe yang digambar olehnya menandakan raja memiliki rasa

ingin tahu. Kalimat yang mulia saya hanya menggambar saja, saya tidak tahu kalau itu

adalah bunga pandang sarawe-rawe menyiratkan karakter integritas atau kejujuran

tokoh. Secara kronologis Talip Rahman hanya menuangkan apa yang ada dalam

kepalanyaa dalam bentuk gambar, dan ternyata gambar itu menurut sang raja adalah

gambar bunga pandang sarawe-rawe yang sangat sulit untuk ditemukan.

Pesan moral pada kutipan tersebut adalah sebaiknya memikirkan konsekuensi

atau akibat yang akan ditimbulkan sebelum melakukan sesuatu. Pesan moral tersebut

termasuk kategori hubungan manusia dengan diri sendiri.

(f) Berani Menghadapi Tantangan

Page 85: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

72

24. “Saya tidak bisa mengatakan jika saya bisa atau tidak bapak raja.Tetapi saya

lahir membawa busur dan anak panah emas, saya akan bersiap lebih awal untuk

membunuh naga itu.” (ARNA:3) [KD: 22]

Sesuai konteks pada kutipan (25) menggambarkan bahwa Nakal bersedia

membunuh naga tersebut menggunakan panah dan busur emas yang ia miliki sejak

lahir, tetapi meskipun dia memiliki senjata untuk melawan naga tersebut, dia tetap harus

menyusun strategi agar naga tersebut dapat dibunuh. Hal tersebut menggambarkan

bahwa Nakal memiliki karakter integritas., karena walaupun masih ragu dengan

kemampuannya, tapi Nakal bersedia membantu masyarakat Patawael untuk membunuh

seekor naga yang selalu memangsa masyarakat Patawael dengan disiplin dan tanggung

jawab yag dimiliki. Pesan moral pada kutipan (25) Harus selalu bersikap optimis. Pesan

moral tersebut termasuk kategori hubungan manusia dengan diri sendiri.

25. Pada saat yang ditunggu pun tiba, Nakal telah sembunyi di dalam masjid. Ketika

naga datang dan mengelilingi masjid dia langsung memanah tepat di kepala

naga, tapi anak panahnya tidak tertancap melainkan terus bergerak langsung ke

Kiandarat dan jatuh di hadapan mama nyora yang sedang berada di dalam dapur.

(ARNA:3) [KD: 23]

Berdasarkan pada kutipan (26) naga melakukan ritual yang sama setiap tahun,

yaitu mengelilingi masjid sebanyak tujuh kali sebelum memangsa masyarakat.

kebiasaan naga tersebut dimanfaatkan oleh Nakal membidik anak panah tepat di kepala

naga agar naga tersebut langsung tewas. Ide si Nakal menandakan nilai pendidikan

karakter integritas dimana rasa tanggung jawab dan berani yang dimiliki olehnya

sehingga berhasil membunuh naga tersebut. Pesan moral dalam kutipan (26) adalah

selain strategis yang matang, senjata yang bagus, tetapi disiplin dalam berlatih juga

Page 86: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

73

sangat dibutuhkan dalam sebuah pertarungan. Pesan moral tersebut termasuk kategori

hubungan manusia dengan diri sendiri.

(g) Memegang Teguh Amanah

26. Pada zaman Portugis, kira-kira tahun 1927. Masa pemerintahan Upu Latu

Marawakan. Upu Latu Marawakan merupakan raja yang arif dan bijak.

(ASWM: 1) [KD: 1]

Berdasarkan konteks kalimat pada kutipan (27) Upu Latu Marawakan adalah

raja yang memerintah di Negeri Kiandarat, selama masa kepemimpinannya Upu Latu

Marawakan dikenal sebagai raja yang arif dan bijaksana. Hal ini terbukti dengan

karakter Upu Latu Marawakan yang ramah, tidak membedakan suku atau agama

rakyatnya dan selalu mendengarkan keluh kesah dari rakyatnya. Kepemimpinan adalah

amanah dari Tuhan dan rakyat sehingga amanah tersebut harus dijaga dengan menjadi

pemimpin yang baik. Hal itu menggambarkan nilai pendidikan karakter nasionalis.

Berdasarkan kutipan (27) pesan moral yang terkandung dalam kutipan tersebut

adalah pemimpin yang baik adalah pemimpin yang senantiasa berlaku adil dan

bijaksana kepada rakyatnya tanpa memandang status sosial atau suku maupun

keyakinan mereka. Pesan moral tersebut termasuk kategori pesan moral hubungan

manusia dengan diri sendiri.

27. Upu Latu Marawakan kemudian pergi untuk bertemu dengan kepala suku Kariu

yang bernama Buase dan Makelong. Upu Latu Marawakan meminta kedua

kapitang itu agar berbicara kepada warganya untuk tinggal di Kiandarat tapi

mereka menolak. (ASWM:1) [KD: 3]

Berdasarkan kutipan (28) Upu Latu Marawakan meminta kepala suku Kariu agar

bisa membujuk rakyatnya untuk tinggal di Negeri Kiandarat, tapi kedua kapitang itu

menolak, karena mereka tidak mempercayai siapapun untuk melindungi rakyatnya

sehingga lebih memilih tinggal di hutan belantara. Sikap tegas Kapitang

Page 87: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

74

BuasedanKapitang Makelong yang menolak ajakan Upu Latu Marawakan

menggambarkan karakter mandiri.

Pesan moral kutipan (28) adalah sikap tegas sangatlah penting tertanam dalam

diri seorang pemimpin sehingga tidak mudah dipengaruhi dari pihak manapun. Pesan

moral tersebut termasuk kategori pesanmoral hubungan manusia dengan diri sendiri.

28. “Assalamualaikum bapak raja, ada kabar burung bahwa anak kasiang telah

kembali membawa istri yang sangat cantik. Bukan itu saja, dia sekarang

menjadi orang yang kaya raya.” (AM:8) [KD 19]

Sesuai konteksnya kutipan (29) menggambarkan marinyo bertemu dengan raja

untuk menyampaikan berita yang didengar bahwa Talip Rahman telah kembali setelah

sekian lama menghilang untuk menjalankan tugas yang diembankan oleh sang raja

kepadanya. Hanya saja tanpa diduga Talip Rahman kembali dengan membawa serta istri

yang cantik dan dia tidak menjadi miskin lagi. Apa yang dilakukan oleh marinyo

sebagai bentuk pengabdiannya kepada sang raja. Hal ini menggambarkan karakter

nasionalisme yang dimiliki marinyo dalam menjalankan tugasnya sebagai orang

kepercayaan sang raja sebagai pemimpin tertinggi dalam pemerintahan.

Pesan moral pada kutipan tersebut adalah sebagai orang yang dipercaya dan

diembankan tugas kepadanya, maka harus menjadi orang yang amanah dan kepercayaan

orang lain. hal ini merupakan pesan moral kategori pesan moral hubungan manusia

dengan diri sendiri.

(h) Sikap/Perilaku Mempunyai Banyak Ide/ Gagasan/Pemikiran Mengenai Suatu

Masalah

29. Upu Latu Marawakan meminta kedua kapitang itu agar berbicara kepada

warganya untuk tinggal di Kiandarat tapi mereka menolak. Upu Latu

Marawakan akhirnya memberikan buku tambaga kepada mereka. Buku tambaga

Page 88: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

75

adalah buku yang diwariskan kepada raja-raja Negeri Kiandarat karena berisi

sejarah dan batas-batas wilayah. (ASWM: 1) [KD: 5]

Berdasarkan kutipan (30) tampak bahwa Upu Latu Marawakan adalah pemimpin

yang cerdas, beliau tidak kehabisan ide untuk membujuk kedua kapitang dari Negeri

Kariu dengan menyerahkan buku tambaga kepada mereka. Upu Latu Marawakan

seakan tahu bahwa kapitang Makelong dan Buase tidak bisa menolak tawaran Upu Latu

Marawakan karena Buku tambaga merupakan bukti hak kepemilikan atas tanah-tanah di

Kariu dan merupakan harta paling berharga yang dimiliki oleh Negeri Kiandarat, jika

buku tersebut berada di tangan pemimpin Negeri Kariu maka semua tanah di Kiandarat

akan menjadi hak kepemilikan mereka tetapi diserahkan oleh Upu Latu Marawakan

untuk membujuk masyarakat Kariu. Hal ini menandakan bahwa Upu Latu Marawakan

merupakan orang yang tidak bisa diremehkan dan mengandung nilai pendidikan

karakter nasionalis.

Pesan moral pada kutipan (30) adalah dalam keadaan genting, strategi yang baik

dan kreativitas seorang pemimpin dapat memberikan jalan keluar dalam mengatasi

suatu masalah. Hal ini mengandung pesan moral kategori manusia dengan diri sendiri.

30. “Bangunkan dia, nek! Ini perintah, karena dia menggambar bunga pandang

sarawe-rawe di tembok kerajaan.” (AM: 3) [10]

Kutipan (31) menggambarkan karakter integritas, rasa tanggung jawab yang

dimiliki oleh marinyo.Marinyo melaksanakan perintah raja untuk membawa Talip

dihadapan raja, tetapi pemuda itu sudah tidur ketika marinyo sampai di sana. Dengan

tegas marinyo meminta nenek Talip untuk membangunkan Talip dan ikut bersamanya

ke istana. Sikap marinyo tersebut tersirat karakter tanggung jawab karena harus

melaksanakan tugas yang diamanahkan untuknya dengan baik. Setia dan penuh

tanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diembankan kepada kita. Pesan moral

tersebut termasuk kategori pean moral hubungan manusia dengan diri sendiri.

Page 89: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

76

31. “Assalamualaikum bunga melati e, apakah kau melihat atau mendengar tentang

bunga pandang sarawe-rawe? (AM:4) [KD 11] paragraf: 36

Assalamualaikum burung merpati hutan e, apakah kau melihat atau

mendengarbunga pandang sarawe-rawe? (AM:4) paragraf 42

“Assalamualaikum nenek nenek penjaga sungai,apakah kau dengar atau melihat

bunga pandang sarawe-rawe? (AM:4) paragraf 56

Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Talip yang diperintahkan untuk

mencari bunga pandang sarawe-rawe tidak pernah mengetahui informasi apapun

mengenai bunga tersebut sebelumnya. Berdasarkan konteks pada kutipan (32) paragraf

36, ketika Talip mengawali perjalanannya dia bertanya pada bunga melati terlebih

dahulu karena jika berasal dari jenis tumbuhan yang sama bunga melati akan

mengetahui keberadaan bunga pandang sarawe-rawe. Ternyata bunga melati tidak tahu

keberadaan bunga pandang sarawe-rawe. Setelah itu Talip bertanya kepada bunga

cempaka, tetapi mendapatkan jawaban yang sama seperti bunga melati. Ketika Talip

bertanya kepada bunga manuru, dia diarahkan untuk mencari burung merpati hutan.

Kemudian burung tersebut meminta Talip ketemu nenek penjaga sungai dan bertanya

sesuai kutipan (32) paragraf 56. Usaha yang dilakukan oleh Talip menggambarkan

karakter integritas yaitu tanggung jawab atas perintah raja.

Pesan moral pada kutipan (32) adalah bertanya akan sangat membantu jika kita

tidak mengetahui sesuatu dan memberi jalan keluar atas masalah yang kita hadapi. Ini

merupakan pesan moral kategori hubungan manusia dengan diri sendiri dan manusia

dengan lingkungan.

32. “Makanya kamu bawa stambar ini. Nanti kamu pukul stambar ini di pinggul

mereka. Mereka akan sakit dan tidak bisa menemui putri. Botol susu obat itu

kamu sembunyikan baik-baik. Ingat yah dari jauh kamu sudah harus

Page 90: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

77

menunjukkan botol itu agar mereka merasa gembira dan tidak curiga.”

(ARNA:7) [KD: 27]

Berdasarkan konteks pada kutipan (33) pinggul ketujuh pemuda dari Antah

Barantah akan dipukul dengan menggunakan stambar untuk menghalangi mereka

mengejar Akal yang akan menyerahkan obat wae macan barnamuda baru baru. Jika

Akal memberikan obat kepada para pemuda tersebut maka peluangnya untuk menikah

dengan putri raja akan hilang. Sikap tersebut mencerminkan jika nenek penjaga sungai

mengajarkan Akal untuk bersikap tidak kesatria sehingga nilai pendidikan karakter

integritas yaitu jujur dan cinta damai dapat dipetik dengan tidak melakukan hal yang

sama dengan teks pada kutipan (33). Pesan moral pada kutipan tersebut adalah harus

jujur dan sportif dalam mengikuti sebuah kompetisi. Maju dan menang tanpa menyakiti

orang lain. Pesan moral tersebut termasuk kategori hubungan manusia dengan diri

sendiri.

33. “Susu kambing itu kamu berikan pada tujuh pemuda itu sedangkan botol

satunya kamu bawakan untuk sembuhkan putri agar kamu bisa menikah

dengannya.” (ARNA:6) [KD: 26]

Kutipan (34) menggambarkan bahwa nenek penjaga sungai sangatlah bersahabat

atau komunikatif kepada si Akal, bahkan nenek penjaga sungai membantunya dengan

cara yang kreatif agar dapat memenangkan sayembara yang diadakan oleh raja Antah

Barantah dengan cara memberikan botol berisi susu kambing kepada tujuh pemuda

Antah Barantah, sedangkan botol yang mengandung obat untuk putri disembunyikan

oleh Akal. Hal ini dilakukan agar Akal bisa menikahi putri raja. meskipun begitu

pembaca tidak harus mengikuti cara seperti itu, karena nenek penjaga sungai mengajak

Nakal untuk bersikap tidak jujur.

Page 91: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

78

Pesan moral yang terdapat pada kutipan (34) adalah tidak mengorbankan orang

lain untuk mendapatkan suatu pencapaian. Pesan moral tersebut termasuk kategori

pesan moral hubungan manusia dengan diri sendiri.

(i) Bersikap Tegas dalam Mengambil Keputusan dan Menyampaikan Kebenaran

34. “Gantung tempat perbekalanmu di ranting pohon itu, lalu naiklah ke

punggungku. Peluk erat-erat, dan pejamkan matamu. Jangan pernah buka

matamu, jika kamu buka matamu dan jatuh, itu kesalahanmu sendiri.” (AM: 4)

[16]

Kutipan (35) menggambarkan nilai karakter nasionalisme yang dimiliki oleh

burung merpati hutan sehingga menolong Talip, tetapi dengan syarat Talip harus tetap

memejamkan matanya agar rahasia perjalananan mereka tetap terjaga dan Talip tidak

bisa menunjukkan jalan kepada orang lain. Jika Talip berani melanggar janji maka

resikonya adalah jatuh menggambarkan karakter tegas. Pesan moral pada kutipan

tersebut adalah jangan melanggar janji yang telah disepakati, karena hanya akan

merugikan diri kita sendiri. hal ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia

dengan diri sendiri.

35. Anak raja Akal memilih jalan sebelah kanan menuju Wairi, karena sudah lama

berjalan dia merasa haus. Dia hendak mengambil air untuk minum tapi nenek

penjaga sungai memarahinya. (ARNA:4) [KD: 24]

Kutipan (36) menggambarkan setelah terpisah dengan saudaranya, Akal

menempuh perjalanan seorang diri hingga dia tiba di hutan Wairi. Akal yang sudah

sangat kehausan berniat mengambil air di sungai Wairi, tapi ternyata sungai tersebut

dijaga oleh seorang nenek. Nenek penjaga sungai memarahi Akal karena hendak

mengambil sesuatu tanpa meminta izin dari pemiliknya mencerminkan nilai karakter

integritas yaitu sikap disiplin yang memicu nenek tersebut memarahinya. Pesan moral

Page 92: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

79

pada kutipan (36) adalah jangan mengambil sesuatu yang bukan hakmu. Pesan moral

tersebut termasuk kategori pesan moral hubungan manusia dengan diri sendiri.

(j) Sikap/Perilaku Pantang Menyerah, Bersungguh-Sungguh Menggapai Kesuksesan

36. “Iya nek, saya pergi kesana kemari mencari sesuatu yang bisa dimakan tapi

tidak ada. Beruntung ada sukun yang jatuh di depan pekarangan rumah di ujung

kampung.” (AM:2) [KD 9]

Kutipan (37) Menggambarkan tokoh Talip Rahman adalah sosok yang pantang

menyerah, dia rela walaupun harus pergi berjam-jam untuk mendapatkan sesuatu yang

bisa ia dan neneknya makan. Jika dia belum mendapatkan sukun di depan pekarangan

rumah tetangga di ujung kampungnya, dia akan rela berjalan lebih lama lagi hingga

memperoleh makanan. Sikap Talip Rahman ini mengandung nilai karakter mandiri, dan

kerja keras.

Pesan moral dari kutipan tersebut adalah Tuhan telah menyiapkan rezeki

masing-masing kepada umatnya, tetapi manusia harus berusaha untuk memperoleh

rezeki tersebut. Kutipan (37) Pesan moral tersebut termasuk kategori pesan moral

hubungan manusia dengan diri sendiri.

37. Jika Talip Rahman ingin mengambil air untuk minum atau untuk keperluan

masak, maka ia akan menggunakan lekun. Terkadang, jika ia pergi mengambil

air di kali dan bertemu dengan orang yang mencuci beras atau yang mencuci

piring maka ia akan membuat kalomang untuk menaruh beras dan nasi bekas

yang jatuh ke kali.Walaupun mereka memarahinya tapi dia selalu bersabar.

(AM:2) [KD 6]

Pada konteks kutipan (38) merupakan kronologi dari keseharian Talip Rahman

yang miskin sehingga diperlakukan semena-mena oleh orang lain, tetapi dia selalu

berlapang dada dan tidak menyerah dalam keadaan seperti itu. Selain itu Talip selalu

Page 93: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

80

memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini

menandakan bahwa Talip Rahman memiliki karakter.

Pesan moral pada kutipan (38) adalah janganlah berputus asa menghadapi

cobaan hidup karena kesabaran adalah cara terbaik untuk mendapatkan sesuatu yang

lebih baik sehingga pesan moral tersebut dikategorikan pesan moral hubungan manusia

dengan diri sendiri.

(k) Sikap/Perilaku Antusias Mencari Jawaban, Perhatian pada Objek yang Diamati,

Menanyakan Setiap Pertanyaan yang Belum Jelas

38. Masih tidak ada jawaban dari burung merpati hutan, karena penasaran, Talip

lalu mendekati burung merpati hutan,ternyata burung tersebut sedang asyik

memakan galoba sehingga tidak memperdulikan pertanyaannya. (AM:3) [KD

15]

Pada kutipan (39) Talip mendekati burung merpati hutan untuk mengetahui apa

yang terjadi sehingga burung merpati hutan tidak memberikan respon walaupun Talip

menyapa burung tersebut beberapa kali merujuk pada rasa ingin tahu tokoh Talip. Pesan

moral pada kutipan tersebut adalah semua pertanyaan ada jawabannya, semua misteri

dapat disingkap, tugas manusia harusnya mencari akar dari permasalahan yang dihadapi

bukan hanya duduk diam menunggu jawaban. Pesan moral tersebut termasuk kategori

pesan morahubungan manusia dengan diri sendiri.

39. “Ayah, apakah ada manusia di hutan? Mana bisa kami mendapatkan jodoh di

hutan?” Nakal sedikitkeberatandengan perkataan ayahnya. (ARNA:2) Paragraf

11 [KD: 28]

Pada kutipan (40) merupakan reaksi tokoh akibat adanya konflik batin yang

terjadi dalam diri si Nakal. Menurutnya tidak masuk akal jika dia dan kakaknya si Akal

mencari jodoh mereka di hutan sehingga membuatnya merespon perkataan ayahnya

dengan cara bertanya. Reaksi tersebut mengandung nilai karakter rasa ingin tahu dan

Page 94: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

81

kritis. Pesan moral pada kutipan tersebut adalah komunikasi yang baik dan saling

mendengarkan pendapat orang lain adalah kunci dalam meluruskan suatu masalah.

Terdapat tiga puluh dua data yang merupakan pesan moral kategori hubungan

manusia dengan diri sendiri yang terdapat pada tiga cerita rakyat masyarakat Maluku

yaitu yaitu legenda Asal Usul Waelo Matai(Tatakora), dongeng Anahunta Malalokon

dan dongeng Anak Raja Nakal dan Akal. Wujud pesan moral kategori hubungan

manusia dengan diri sendiri yaitu harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri

untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani agar dapat menjalani kehidupannya.

Pemenuhan kebutuhan jasmani dapat berupa kebutuhan sandang, pangan, papan, dan

kebutuhan lainnya sehingga terkait dengan karakter tanggung jawab yang mendominasi

sebagian besar data pesan moral hubungan manusia dengan diri sendiri. Selain karakter

relegius, nasionalis, gotong royong, integritas, dan mandiri juga terdapat pada beberapa

data yang merupakan nilai yang terkait dengan diri sendiri. Sedangkan kebutuhan

rohani, dapat berupa kebutuhan untuk memperoleh kedamaian, rasa cinta dan kasih

sayang, kebahagiaan, kesejahteraan dan sebagainya. Karakter-karakter tersebut

merupakan nilai yang terkait dengan diri sendiri tetapi juga terkait dengan nilai yang

terkait dengan orang lain dan terkait dengan Ketuhanan karena meskipun manusia

adalah makhluk individual, otonom, dan mandiri tetapi membutuhkan orang lain untuk

memenuhi kebutuhannya dan membutuhkan Tuhan agar kebutuhan rohaninya dapat

terpenuhi.

(3.) Pesan Moral Kategori Hubungan Manusia dengan Manusia Lain dalam

Lingkungan Sosial Termasuk dengan Alam

Dalam ajaran agama Islam, relasi atau hubungan manusia dengan manusia

disebut hablum minannas. Perwujudan hablum minannas dapat berupa pembinaan

silaturahim (Q.S An Nisa:1), beramar ma‟ruf nahi mungkar (Q.S. Ali Imran: 110) atau

memutuskan silaturahim (Q.S. Yusuf: 100) dan berbuat zalim terhadap sesama manusia.

Page 95: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

82

Manusia juga memiliki relasi yang sangat erat dengan alam. Manusia harus

memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya (Q.S. Huud:6), karena kalau tidak, maka

alam itu akan menimbulkan kerusakan terhadap manusia itu sendiri. Data pesan moral

kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk

dengan alam ditemukan dalam cerita rakyat masyarakat Maluku, yaitu legenda Asal

Usul Waelo Matai (Tatakora), dongeng Anahunta Malalokon dan dongeng Anak Raja

Nakal dan Akal.

(a) Mempererat Hubungan dalam Keluarga

40. “Jangan khawatir soal itu Nek.” Sela istrinya sambil tersenyum. (AM:8) [KD

10]

Pada kutipan (41) menggambarkan ekspresi perhatian kepada nenek Talip untuk

menenangkannya dari rasa khawatir karena takut istri cucunya tidak bisa menyesuaikan

selera makan dengan mereka, karena Talip dan neneknya hanyalah orang miskin yang

tidak memiliki harta dan makanan yang lezat. Perhatian yang diberikan oleh istri Talip

tersebut menggambarkan bahwa putri memiliki karakter integritas.

Pesan moral pada kutipan (41) adalah jika dua orang yang sudah menikah, maka

keluarga suami atau istri akan menjadi kelurganya juga. Tidak ada alasan untuk tidak

menghormati dan menyayangi anggota keluarga suami atau istri tersebut. Hal ini

termasuk kategori hubungan manusia dengan manusia dan lingkungan.

41. “Nakal e ini manua namanya putri Natana Gumala Sari.” Akal memperkenalkan

istrinya.(ARNA:8) [KD: 20]

42. “Kalau wa’a namanya puti Natana Saira” Nakal juga memperkenalkan istrinya

kepada Akal. (ARNA:8) [KD: 21]

Kutipan (42) dan (43) menggambarkan Akal dan Nakal saling memperkenalkan

istri mereka masing-masing dengan sapaan hormat. Sapaan manua di Negeri Kiandara

dilekatkan untuk menantu perempuan, jika dalam sebuah keluarga memiliki anak sulung

Page 96: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

83

seorang laki-laki maka istri adik laki-lakinya dipanggil dengan sebutan manua.

Sedangkan sapaan wa’a dilekatkan pada saudara suami atau istri. Penggunaan tanda

manua dan wa’a berdasarkan konteks pada kutipan (42) dan (43) Akal dan Nakal yang

baru ketemu kembali setelah sekian lama berpisah memperkenalkan istri mereka

masing-masing. Hal ini mengandung nilai pendidikan karakter integritas.

Pesan moral pada kutipan tersebut adalah saling menghormati anggota keluarga

yang lebih tua dan menghargai anggota keluarga yang lebih muda. Pesan moral tersebut

termasuk kategori hubungan manusia dengan manusia dan lingkungan.

(b) Sikap/Perilaku Melibatkan Orang Lain dalam Setiap Pengambilan Keputusan

43. “Karena jika sampai saya tua atau meninggal, siapa yang akan memerintah

negeri ini menggantikan saya.” (ARNA:1) [KD: 11]

Kutipan (44) menggambarkan kekhawatiran raja Negeri Kiandarat sehingga

beliau mengumpulkan rakyatnya untuk melakukan doa bersama agar raja dan mama

nyora dapat diberikan rahmat. Jika Allah mengabulkan doa rakyat Negeri Kandarat

maka kelak Anak itu yang akan menjadi pemimpin apabila raja sudah meninggal. Hal

tersebut mengandung nilai karakter relegius

Pesan moral pada kutipan (44) pentingnya generasi muda sebagai penerus

kepemimpinan dalam sebuah pemerintahan. Pesan moral tersebut termasuk kategori

pesan moral hubungan manusia dengan manusia dan lingkungan.

44. Saat perang masih berkecamuk antara dua kampung ini, Upu Latu Marawakan

mengadakan pertemuan dengan orang-orang Kariu. (ASWM: 2) [KD: 5]

Kutipan (45) mencerminkan nilai karakter integritas, dan nasionalis. Upu Latu

Marawakan yang merupakan raja Negeri Kiandarat merasa bertanggung jawab kepada

masyarakat Kariu sehingga Upu Latu Marawakan melibatkan mereka untuk mencari

solusi yang tepat sebelum mengambil keputusan. Upu Latu Marawakan mengadakan

pertemuan dengan orang-orang Kariu mengandung nilai pendidikan demokratis yang

Page 97: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

84

dimiliki oleh Upu Latu Marawakan. Tujuan Upu Latu Marawakan mengadakan

pertemuan tersebut untuk mencegah perang berkelanjutan di antara kedua negeri ini.

Hal tersebut mengandung nilai pendidikan cinta damai. Sehingga pesan moral pada

kutipan (45) Seorang pemimpin harus memiliki rasa tanggung kepada rakyatnya, karena

kelak kepemimpinannya itu akan dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan. Pesan

moral tersebut termasuk kategoripesan moral hubungan manusia dengan manusia lain

dalam lingkungan sosial termasuk dengan alam.

45. “Saya melakukan perjanjian dengan anak itu. Dia akan menikahi putri apabila

berhasil membunuh naga, apakah kalian setuju?”. Raja meminta persetujuan

rakyatnya. (ARNA:4) [KD: 14]

kutipan (46) menggambarkan musyawarah yang dilakukan oleh raja Patawael

untuk meminta pendapat rakyatnya mengenai sayembara yang diadakan oleh sang raja

dan dimenangkan oleh Nakal. Nakal berhasil membunuh naga dan raja telah berjanji

menikahkannya dengan putrinya. Tapi Nakal bukanlah warga kampung Patawael, jadi

raja merasa perlu meminta pendapat dan persetujuan dari rakyatnya. Sikap raja ini

menggambarkan karakter integritas.

Pesan moral pada kutipan (46) adalah adanya persamaan hak untuk

menyampaikan pendapat tanpa memandang status sosial. Pesan moral ini termasuk

kategori pesan moral hubungan manusia dengan manusia dan lingkungan.

46. “Ayah... saya ingin meminta izin, saya akan membawa serta putri untuk

mengunjungi ibuku, sudah sangat lama saya meninggalkan kerajaan.”

(ARNA:4) [KD 18]

Kutipan (47) menggambarkan rasa hormat yang dimiliki kepada ayah mertuanya

membuat Akal merasa perlu meminta izin untuk menjenguk orang tuanya. hal itu

mengandung nilai karakter nasionalis. Selain itu dia juga akan membawa putri untuk

bertemu kedua orang tuanya, hal ini mengandung nilai karakter tanggung jawab, karena

Page 98: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

85

setelah menikah seorang gadis tidak akan lagi menjadi tanggung jawab orang tuanya

melainkan tanggung jawab suami. Pesan moral pada kutipan tersebut adalah suami yang

baik akan melaksanakan tanggung jawabnya sebagaimana mestinya terhadap istri. Pesan

moral tersebut termasuk kategori pesan moral hubungan mansia dengan manusia lain

dan lingkungannya.

(c) Mengambil Keputusan Secara Bersama Melalui Musyawarah dan Mufakat

47. Setiap masyarakat Negeri Kiandarat pergi ke hutan mereka selalu diganggu

oleh orang Kariu, sehingga banyak warga yang melaporkan kepada Upu Latu

Marawakan. Beliau membuat rapat negeri atau musamah dengan warga.

(ASWM:1) [KD: 1]

Berdasarkan konteks pada kutipan (48) masyarakat Negeri Kiandarat sudah

sangat resah dengan keberadaan suku Kariu yang tinggal di hutan dan selalu

mengganggu mereka. Keresahan itu pula yang menyebabkan masyarakat Kiandarat

melaporkan hal tersebut kepada raja mereka, yakni Upu Latu Marawakan. Menanggapi

keresahan rakyatnya Upu Latu Marawakan mengumpulkan rakyatnya dan mengadakan

pertemuan untuk mencari jalan keluar terhadap masalah yang ditimbulkan oleh

masyarakat Kariu. Sebagai seorang raja, Upu Latu Marawakan bisa saja bertindak

sesuai kemauannya tetapi Upu Latu Marawakan merasa perlu mengadakan musamah

dengan rakyatnya yang berarti bahwa Upu Latu Marawakan memiliki karakter

integritas.

Pesan moral dalam kutipan (48) adalah musyawarah sangat penting dilakukan

untuk mencari solusi yang tepat atas masalah yang menyangkut banyak orang. Pesan

moral tersebut termasuk kategori pesan moral hubungan manusia dengan manusia lain

dan lingkungannya..

48. “Masyarakat aman daloi, saya mengumpulkan kalian di sini untuk meminta

persetujuan kalian. Saya akan menurunkan orang-orang Kariu untuk tinggal di

Page 99: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

86

Kiandarat, agar mereka tidak mengganggu kalian dan tidak menjadi orang

gunung (hu’ur).” (ASWM:1) [KD: 2]

Upu Latu Marawakan meminta persetujuan dari masyarakat Kiandarat

menyiratkan nilai pendidikan nasionalisme Upu Latu Marawakan tidak serta merta

mengajak masyarakat Kariu untuk tinggal berdampingan dengan masyarakat Kiandarat

tapi terlebih dahulu meminta persetujuan rakyatnya menandakan bahwa upu Latu

Marawakan memiliki karakter nasionalisme. Sedangkan, Upu Latu Marawakan memilih

Kiandarat sebagai tempat tinggal warga Kariu dengan tujuan agar kedua warga ini bisa

hidup bersama-sama meskipun mereka berbeda agama mengandung nilai karakter

relegius.

Pesan moral pada kutipan (49) adalah pemimpin yang baik adalah pemimpin

yang mau mendengarkan pendapat orang lain dan tidak merugikan pihak manapun

dalam mengambil keputusan. Hal ini termasuk nilai moral kategori hubungan manusia

dengan diri sendiri dan kategori hubungan manusia dengan manusia lain dan

lingkungannya..

(d) Perduli kepada Manusia Lain dan Alam

49. Setelah menerima buku tambaga, mereka setuju untuk tinggal di Kiandarat. Upu

Latu Marawakan sengaja menempatkan tempat tinggal mereka di antara

masyarakat Kiandarat, memberikan mereka tanah untuk membangun rumah,

dan bercocok tanam. (ASWM:1) [KD: 3]

Pada kutipan (50) Upu Latu Marawakan menempatkan masyarakat Kariu di

tengah-tengah masyarakat Kiandarat agar mereka bisa hidup saling berdampingan

meskipun dua kelompok masyarakat ini berbeda agama dan keyakinan. Hal ini

mengandung nilai pendidikan gotong royong. Selain itu, Upu Latu Marawakan

memberikan mereka tanah untuk membangun rumah dan membuka lahan untuk

Page 100: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

87

bercocok tanam agar kesejahteraan mereka tetap terjamin walaupun sudah berbeda

tempat tinggal, yang menggambarkan nilai pendidikan tanggung jawab.

Pesan moral pada kutipan tersebut adalah hidup pada lingkungan yang sama bisa

membentuk rasa saling menghargai dan menghormati dengan sendirinya. Pesan moral

tersebut termasuk kategori pesan moral hubungan manusia dengan manusia lain dan

lingkungannya.

50. “Nyong. Dari mana asalmu? Mengapa kamu singgah di kampung ini, kami

khawatir terhadap pendatang. Di kampung kami ini ada naga yang biasa datang

memangsa warga kampung, lebih baik kamu melanjutkan perjalanan saja.”

(ARNA:3) [KD: 12]

Berdasarkan konteks pada kutipan (51) warga khawatir kepada para tamu atau

musyafir yang singgah di kampung mereka karena setiap satu tahun sekali ada seekor

naga yang memangsa warga kampung Patawael. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk

perhatian yang menggambarkan karakter integritasy`.

Pesan moral pada kutipan tersebut adalah rasa perduli kepada sesama, meskipun

kepada orang yang tidak dikenal. Pesan moral tersebut termasuk kategori ppesan moral

hubungan manusia dan manusia dan lingkungan.

51. Setelah itu, nenek penjaga sungai Wairi mengajaknya makan bersama.

(ARNA:4) [KD: 15

Kutipan (52) mengandung nilai karakter nasionalisme karena nenek penjaga

sungai yang baru kenal dengan Akal dengan rasa kepeduliannya langsung mengajaknya

makan. Pada kutipan (52) nenek penjaga sungai merupakan sapaan yang melekat atau

diberikan kepada wanita yang sudah tua dan tugasnya tinggal dan menjaga sungai.

Menurut kepercayaan masyarakat Negeri Kiandarat jika setiap tempat, terutama sungai

selalu ada penunggu atau penjaganya. Baik yang kasat mata maupun tidak kasat mata,

sehingga manusia tidak bisa melakukan hal-hal buruk atau mengotori tempat tersebut.

Page 101: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

88

Karena ada konsekuensi yang harus diterima jika hal itu dilakukan. Hal ini mengandung

nilai karakter peduli lingkungan.

Pesan moral pada kutipan tersebut adalah menolong seseorang yang sedang

mengalami kesusahan walaupun tidak saling mengenal. Pesan moral tersebut termasuk

kategori hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan manusia

dan lingkungan.

52. “Nenek, tadi ada tujuh pemuda datang menemui dan meminta saya mencari susu

wae macan barnamuda baru baru untuk menyembuhkan putri raja. Menurut

cerita, mereka sedang mengikuti sayembara tapi obat itu sangat susah

ditemukan. Raja sudah mendatangkan tabib tetapi putri tidak sembuh, banyak

pemuda dari negeri seberang bahkan sudah menyerah. Nenek bantulah saya

untuk mendapatkan obat tersebut karena saya sudah berjanji untuk membawa

obat itu besok pagi kepada mereka.” (ARNA:4) [16]

Kutipan (53) menggambarkan bahwa tujuh orang pemuda meminta bantuan

Akal untuk membantu mereka mencari obat untuk menyembuhkan putri raja yang

sedang sakit. Adanya karakter nasionalisme yaitu peduli membuat Akal mengiyakan

permintaan ketujuh pemuda tersebut. Meski dia tidak tahu persis apakah nenek penjaga

sungai bisa membantunya, tetapi dia tetap berfikir positif dan optimis jika nenek

penjaga sungai bisa menolongnya makanya dia meminta bantuan dari sang nenek. Pesan

moral yang terkandung dalam kutipan tersebut adalah selalu berprasangka baik dan

berfikir positif agar memperoleh jalan keluar yang tepat dan harus saling tolong

menolong Pesan moral tersebut termasuk pesan moral kategori hubungan manusia

dengan manusia lain dan lingkungan.

(e) Menjaga Kelestarian Lingkungan Sekitar dan Melindungi Kekayaan Alam yang

Terus Dieksploitasi

Page 102: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

89

53. Karena dia khawatir lukisannya akan terhapus oleh air laut maka dia melukis

di tembok pagar rumahnya bapak Raja yang berhadapan dengan pantai.

(AM:2) [KD 7]

Pesan moral dari kutipan tersebut adalah banyak tempat bisa dijadikan media

untuk menuangkan kreativitas, dengan tidak merusak keindahan lingkungan sekitar.

Pesan moral tersebut termasuk kategori pesan moral hubungan manusia dengan manusia

dan alam sekitar.

(f) Menciptakan Suasana yang Nyaman, Tentram dan Harmonis, Membiasakan

Perilaku Anti Kekerasan, dan Kekerabatan antarsesama yang Penuh Kasih Sayang

54. “Bulan Talip Rahman, keluarlah! Apa yang kamu cari sudah ketemu,” lalu,

Nenek Penjaga Sungai mengubah Talip seperti sedia kala agar bisa bertemu putri

dan mengembalikan selendang miliknya. (AM: 5) [12]

Pada kutipan (55) menggambarkan nilai karakter integritas yaitu jujur karena

ternyata putri bungsu adalah jelmaan dari bunga pandang sarawe-rawe yang selama ini

dicari oleh Talip. Nenek penjaga sungai menyuruh Talip untuk mengembalikan

selendang putri agar Talip bisa melihat bunga yang dia cari ternyata berwujud seorang

putri raja dari khayangan menyiratkan bentuk perhatian yang mengandung nilai karakter

nasionalis yaitu perduli sosial.

Pesan moral pada kutipan tersebut adalah sekecil apapun rasa perduli yang kita

berikan kepada orang lain akan sangat berharga di mata mereka. Hal ini termasuk

hubungan manusia dengan manusia lain dan lingkungan.

55. “Jika tidak ada darah di anak panah ini, mungkin anakmu sudah mati karena

musuh berhasil menyerangnya. Tapi ada darah, berarti dia berhasil memenangi

pertarungan. Lagipula hatiku tidak merasakan apa-apa, jadi jangan khawatir.”

(ARNA:4) [KD: 13]

Page 103: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

90

Kutipan (56) manggambarkan raja memeriksa anak panah yang menyebabkan

mama nyora resah.Penyebab kegelisahan hati mama nyora, membuat raja mencari cara

untuk meyakinkan mama nyora dengan memeriksa anak panah yang jatuh dihadapan

mama nyora terlebih dahulu agar cukup mendapatkan bukti bahwa anak mereka baik-

baik saja. Hal ini berarti bahwa bapak raja memiliki rasa perduli kepada istrinya dan

mengandung nilai pendidikan nasionalis yaitu peduli sosial.

Pesan yang terdapat pada kutipan tersebut adalah orang tua, seburuk apapun

tabiat anaknya, mereka selalu khawatir dan mencemaskan anaknya. Hal Pesan moral

tersebut termasuk kategori pesan moral hubungan manusia dengan manusia dan

lingkungan.

56. Setelah menempuh perjalanan, sampailah dia di padang rumput, ketika masih

agak jauh dia sudah memanggil dan menunjukkan botol susu pada mereka.

Melihat botol obat, ketujuh pemuda itu sangat gembira. (ARNA:7) [KD: 17]

Kutipan (57) menggambarkan reaksi tujuh pemuda yang melihat botol obat yang

dipegang oleh Akal sebagai luapan rasa senang karena Akal berhasil membawakan obat

susu wae macan barnamuda baru baru kepada mereka. Bagi ketujuh pemuda itu, obat

yang dibawa oleh Akal akan mengubah hidup mereka karena mereka bisa

menyembuhkan putri raja. Luapan rasa senang ketujuh pemuda tersebut sebagai bentuk

karakter gotong royong yaitu menghargai prestasi karena Akal sudah membawa obat

yang sudah lama mereka cari.

Pesan moral pada kutipan (57) yaitu sekecil apapun pertolongan yang kita

berikan kepada orang lain, akan sangat berharga bagi orang tersebut. Pesan moral

tersebut termasuk kategori pesan moral hubungan manusia dengan manusia dan

lingkungan.

Page 104: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

91

(g) Sikap/Perilaku Memberikan Penghargaan atas Karya yang Dihasilkan, Melindungi

dan Menjaga Hasil Jerih Payah Orang Lain, dan Memberikan Apresiasi Berupa

Hadiah, Sanjungan, dan Pujian

57. “Baiklah! Tapi lain kali jangan kesini lagi.”...“Terima kasih banyak bu.”

(AM:2) [KD 2]

Setelah turun dari punggung burung merpati hutan dan mengucapkan terima

kasih, Talip menuruni setapak untuk bertemu Nenek Penjaga Sungai. (AM:4)

[KD 11]

Berdasarkan konteksnya, kata terima kasih pada kutipan (58) [KD2] merujuk

pada ungkapan kesyukuran Talip kepada tetangganya yang setuju memberikan sukun

kepadanya. Sedangkan, pada kutipan (58) [KD11] ungkapan kesyukuran Talip kepada

burung merpati hutan yang membantunya mencari bunga pandang sarawe-rawe.

Ungkapan terima kasih pada kutipan (58) menyiratkan bahwa tokoh Talip sangat

menghargai prestasi orang-orang yang telah membantunya, dan dia merespon kebaikan

yang diterima dari orang lain dengan cara mengungkapkan rasa syukur tersebut kepada

mereka menggambarkan karakter gotong royong.

Pesan moral pada kutipan (58) adalah hutang budi sangat sulit untuk dibayar,

sehingga penting mengucapkan terima kasih sebagai bentuk rasa syukur kepada orang

yang sudah menolong kita. Pesan moral tersebut termasuk kategori pesan moral

hubungan manusia dengan manusia dan lingkungan.

58. “Itu yang saya inginkan Nek. Terima kasih.” (ARNA:10) [KD: 19]

Terima kasih pada kutipan (59) merujuk pada ungkapan kesyukuran atas

bantuan nenek penjaga sungai karena sudah menolongnya dan akan segera bertemu

dengan kakaknya si Nakal. Ungkapan terima kasih menyiratkan nilai pendidikan

karakter gotong royong karena Akal sadar akan segala kebaikan yang diberikan oleh

nenek penjaga sungai dengan merespon kebaikan yang diterima dari nenek penjaga

Page 105: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

92

sungai sebagai pujian. Pesan moral pada kutipan tersebut adalah senantiasa

mengucapkan terima kasih terhadap pertolongan orang lain, sekecil apapun pertolongan

itu. Pesan moral tersebut termasuk kategori pesan moral hubungan manusia dengan

manusia lain termauk dengan alam.

(h) Sikap/Perilaku Memelihara Hubungan Baik dengan Sesama Umat Beragama

59. Masyarakat Negeri Kariu hidup berdampingan dengan masyarakat Negeri

Kiandarat, saling menghargai agama dan keyakinan masing-masing.

(ASWM:2) [KD: 4]

Sesuai dengan konteksnya, masyarakat Negeri Kariu dan masyarakat Negeri

Kiandarat berbeda keyakinan tetapi tiap pemeluk agama menghargai pemeluk agama

lainnya. Pengalaman pribadi masyarakat Negeri Kiandarat tidak lantas membuat mereka

memusuhi masyarakat Kariu, ini sebagai perwujudan nilai karakter nasionalisme.

Berdasarkan sejarah jauh sebelum terjadi penjajahan di Maluku, kedua agama yakni

salam dan sarani sudah mengangkat sumpah hidup orang basudara yang disebut dengan

pela-gandong atau adik kakak. Sumpah itu secara turun temurun dihormati dan

dilaksanakan oleh masyarakat Maluku tidak terkecuali masyarakat Kiandarat dan Kariu.

Sikap orang Kiandarat dan Kariu ini mengandung nilai pendidikan karakter toleransi

dan religius. Hal inimenggambarkan masyarakat yang bersahaja dan saling menghargai

keyakinan satu dengan yang lainnya.

Pesan moral kutipan (60) adalah toleransi dan kerukunan antar umat beragama.

Saling menghormati tanpa harus membeda-bedakan suku dan keyakinan orang lain. Hal

ini termasuk hubungan manusia dengan manusia lain dan lingkungannya.

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan orang lain untuk dapat

menjalani hidupnya. Hubungan manusia dengan manusia tersebut terwujud dari

karakter yang hadir pada dua puluh satu pesan moral kategori hubungan manusia

dengan manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk dengan alam. Karakter- karakter

Page 106: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

93

tersebut yaitu relegius, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong. Selain itu

karakter peduli lingkungan juga hadir sebagai bukti bahwa manusia memiliki relasi

yang sangat erat dengan alam. Kualitas kehidupan manusia sangat ditentukan oleh alam.

Jika alam terpelihara dengan baik maka manusia dapat menikmati manfaatnya.

Sebaliknya, jika alam tidak terpelihara dengan baik maka manusia akan mendapat

musibah.

b.) Nilai Karakter Cerita Rakyat Masyarakat Maluku

1. Karakter Religius

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fakta bahwa cerminan karakter religius

terdapat pada pesan moral kategori hubungan manusia dan Tuhan legenda Asal Usul

Waelo Matai (Tatakora), dongeng Anahunta Malalokon dan dongeng Anak Raja Nakal

dan Akal. Kedua belas data tersebut yaitu data (1), (2), (3), (4), hingga data (12). Selain

itu karakter religius juga hadir pada pesan moral kategori hubungan manusia dengan diri

sendiri legenda Asal Usul Waelo Matai data (14) dan pesan moral kategori hubungan

manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk dengan alam legenda

Asal Usul Waelo Matai data (60).

(60) “Iya upu. Mereka terus mengganggu kami, perempuan maupun laki-laki. Ketika

kami hendak mengambil kayu bakar, ataupun memeriksa pohon cengkeh.

Semoga Allah menjaga kami.” (ASWM: 1) [KD 2]

Sikap/perilaku berserah diri (tawakkal) kepada Tuhanmerupakan sikap yang

dimiliki oleh masyarakat Kiandarat. Mereka menyerahkan keselamatan mereka kepada

Allah Swt. dari orang Kariu yang selalu menggagu mereka tiap kali mereka ke hutan,

menggambarkan karakter religius.

Page 107: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

94

2. Karakter Integritas

Nilai kejujuran merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan

pekerjaan.

Terdapat empat fragmen yang memuat tentang nilai kejujuran, satu pada pesan

moral kategori hubungan manusia dan Tuhan dalam legenda Asal Usul Waelo Matai

dan tiga pada pesan moral kategori hubungan manusia dengan diri sendiri dongeng

Anahunta Malalokon dan dongeng Anak Raja Nakal dan Akal. Keempat data tersebut

yaitu data (8), (24), (33) dan (34). Dalam data (24), secara jelas tersurat di dalam teks

tentang pentingnya nilai kejujuran di dalam kehidupan.

(24) “Yang mulia saya hanya menggambar saja, saya tidak tahu kalau itu adalah

bunga pandang sarawe-rawe.” (AM:3) [KD 5]

Talip mengaku bahwa dia hanya menuangkan apa yang ada dalam kepalanyaa

ke dalam gambar, tetapi ternyata gambar tersebut adalah gambar bunga pandang

sarawe-rawe. Kejujuran adalah modal utama yang harus dimiliki sejak dini dan dimulai

dari hal-hal yang kecil dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang akan dengan mudah

mendapatkan untuk dipercaya jika di dalam kehidupan sehari-hari selalu berkata dan

berbuat jujur.

Nilai disiplin merupakan tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan.

Terdapat dua data yang memuat tentang nilai karakter disiplin. Karakter disiplin

hadir pada pesan moral kategori hubungan manusia dengan diri sendiri dongeng Anak

Raja Nakal dan Akal. Kedua data tersebut yaitu data (25) dan (36). Data dalam cerita

dongeng Anak Raja Nakal dan Akal (36)

Page 108: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

95

(36) Anak raja Akal memilih jalan sebelah kanan menuju Wairi, karena sudah

lama berjalan dia merasa haus. Dia hendak mengambil air untuk minum tapi

nenek penjaga sungai memarahinya. (ARNA:4) [KD: 7]

Anak seorang raja sekalipun tetepi jika membuat kesalahan atau melanggar

peraturan maka harus ditegur agar bisa menyadari kesalahan yaang diperbuat. Begitu

juga yang dilakukan nenek penjaga sungai Wairi yang tidak segan-segan memarahi

Nakal karena hendak mengambil air di sungai tetapi tidak meminta izin kepada nenek

penjaga.

Nilai kerja keras terdapat tiga data yang menggambarkan tentang karakter kerja

keras pada pesan moral kategori hubungan manusia dengan diri sendiri legenda Asal

Usul Waelo Matai dan dongeng Anahunta Malalokon. Selain itu terdapat pula pada

pesan moral kategori hubungan manusia dengan Tuhan legenda Asal Usul Waelo Matai.

Ketiga data tersebut yaitu data (14), (37), dan (1).

(37) “Iya nek, saya pergi kesana kemari mencari sesuatu yang bisa dimakan tapi

tidak ada. Beruntung ada sukun yang jatuh di depan pekarangan rumah di ujung

kampung.” (AM:2) [KD 2]

Cerita Anahunta Malalokon menggambarkan perjuangan Talip yang bekerja

keras untuk menghidupi neneknya yang sudah renta. Kemiskinan tidak lantas

membuatnya menyerah pada hidup.

3. Karakter Mandiri

Karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung

pada orang lain. memungkinkan seseorang dapat bertindak bebas, melakukan sesuatu

atas dorongan sendiri untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Page 109: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

96

Terdapat empat data yang menggambarkan karakter mandiri pada pesan moral

kategori hubungan manusia dengan diri sendiri dongeng Asal Usul Waelo Matai data

(14) dan (28), dongeng Anahunta Malalokon data (13) dan (37).

(28) Upu Latu Marawakan kemudian pergi untuk bertemu dengan kepala suku Kariu

yang bernama Buase dan Makelong. Upu Latu Marawakan meminta kedua

kapitang itu agar berbicara kepada warganya untuk tinggal di Pelauw tapi

mereka menolak. (ASWM:1) [KD: 3]

Secara tersirat kedua kapitang menolak permintaan dari Upu Latu Marawakan

karena

Mereka tidak ingin tinggal di Kiandarat yang berarti bahwa mereka tidak mau berada

dalam bayang-bayang pemerintahan Upu Latu Marawakan yang merupakan raja Negeri

Kiandarat.

4. Karakter Nasionalis

Nilai cinta tanaha air merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukan kesetian, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik bangsa.

Terdapat tiga data yang menggambarkan karakter rasa ingin tahu pada pesan

moral kategori hubungan manusia dengan diri sendiri dongeng Anahunta Malalokon

data (29) dan dongeng Anak Raja Nakal dan Akal data (17).

(17) Kamu bisa tinggal di kampung ini, tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa

membunuh naga yang biasa datang di kampung ini. (ARNA:3) [KD: 5]

Sebagai seorang raja yang memegang kekuasaan tertinggi, membuat raja

melakukan segala cara untuk menyelamatkan tanah airnya yang sedang dalam bahaya

karena seekor naga yang memangsa rakyatnya. Raja akhirnya membuat sayembara, dan

mengizinkan orang yang tidak dikenalnya untuk mengikuti sayembara tersebut

Page 110: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

97

meskipun akhirnya putri satu-satunya harus menikah dengan orang tersebut, dengan

syarat tanah airnya terbebas dari ancaman.

Nilai cinta damai merupakan sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan

orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

Terdapat lima data yang menggambarkan karakter cinta damai pada pesan moral

kategori hubungan manusia dengan diri sendiri dongeng Anahunta Malalokon data (21),

(22), dan (38), legenda Asal Usul Waelo Matai data (15) dan (23), dongeng Anak Raja

Nakal dan Akal data(33). Satu data pesan moral kategori hubungan manusia dan Tuhan

legenda Asal Usul Waelo Matai data (7), dan dua pesan moral kategori hubungan

manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk dengan alam legenda

Asal Usul Waelo Matai data (45) dan (60). Data (60) menggambarkan sikap untuk

senantiasa memelihara hubungan baik dengan orang lain terutama umat beragama.

(60) Masyarakat Negeri Kariu hidup berdampingan dengan masyarakat Negeri

Kiandarat, saling menghargai agama dan keyakinan masing-masing.

(ASWM:2) [KD: 5]

Perbedaan tidak menjadikan orang saling bermusuhan. Di Maluku sendiri

karakter cinta damai sudah terjalin sejak ratusan tahun lamanya melalui pengangkatan

sumpah sudara salam sarane. Istilah potong di kuku rasa di daging menjadi motto

bersama orang Maluku yang tertanam melalui cerita-cerita yang disampaikan sejak usia

dini dan tumbuh bersama cerita tersebut. hal ini yang menjadi dasar betapa rasa cinta

damai tertanam di dalam diri orang Maluku sehingga mereka selalu hidup saling

menghormati perbedaan.

Page 111: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

98

2. Kontribusi Cerita Rakyat Masyarakat Maluku terhadap Penanaman

Karakter Siswa SMP Kelas VII

Cerita rakyat ditemukan pada jenjang SMP kelas VII sehingga penjabaran

Kompetensi Inti kurikulum 2013 tingkat SMP yang dibahas pada penelitian ini

dikontibusikan berkenaan dengan sikap yang dikembangkan di kelas VII yaitu sikap

spiritual (KI 1) yang terdiri dari sikap menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

dianut dan sikap sosial (KI 2) dalam cerita rakyat masyarakat Maluku sebagai salah satu

sastra daerah yang masih berkembang di dalam masyarakat dan memiliki nilai-nilai

luhur yang dapat dijadikan panutan melalui pesan yang ingin disampaikan oleh

pembawa cerita sebagai pembentuk karakter sejak dini.

Nilai pendidikan karakter tokoh dalam cerita rakyat masyarakat Maluku yang

berkaitan dengan sikap spiritual (KI 1) dan sikap sosial (KI 2) pada kurikulum 2013

jenjang SMP kelas VII terdiri atas nilai pendidikan karakter religius, nilai pendidikan

karakter jujur, nilai pendidikan karakter toleransi, nilai pendidikan karakter disiplin,

nilai pendidikan karakter cinta tanah air, nilai pendidikan karakter

bersahabat/komunikatif tokoh, nilai pendidikan karakter cinta damai, nilai pendidikan

mandiri, nilai pendidikan peduli lingkungan, nilai pendidikan karakter peduli sosial,

nilai pendidikan karakter tanggung jawab dalam cerita rakyat masyarakat Maluku

memiliki orientasi yang sama dengan karakter yang dikembangkan dalam pengajaran

bahasa Indonesia kurikulum 2013 jenjang SMP kelas VII. Sikap spiritual (KI 1) dan

sikap sosial (KI 2) terdapat dalam pesan moral kategori hubungan manusia dengan

Tuhan cerita rakyat masyarakat Maluku dongeng Anak Raja Nakal dan Akal yang

diperakan oleh raja Negeri Kiandarat, mama nyora dan kedua putra mereka. Sikap

spiritual (KI 1) raja yang senantiasa mengajak rakyatnya berdoa kepada Allah Swt agar

bisa diberikan rahmat dan rezeki di dalam kehidupannya bisa ditiru oleh siswa. Sikap

sosial (KI 2) Nakal yang bertanggung jawab dan mau menolong orang lain. Sikap

Page 112: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

99

spritual raja seperti yang terdapat pada kutipan (3) halaman 87 “Rakyatku saya membuat

pertemuan dengan kalian hari ini, saya ingin meminta kepada kalian untuk

memanjatkan doa kepada Allah Swt agar saya dan mama nyora diberi rahmat.

(ARNA:1) [KD: 1]

Berdasarkan konteks pada kutipan (10) menggambarkan bahwa raja adalah

seorang pemimpin yang memiliki karakter demokratis karena raja mengikut sertakan

semua rakyatnya untuk membantu mendoakannya. Dapat dilihat pada kutipan (3) juga

terkandung nilai pendidikan karakter religius, hal ini jelas terdapat dalam penggalan

kalimat memanjatkan doa kepada Allah Swt. Raja meminta rezeki berupa anak hanya

kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha memberi rezeki. Pesan moral pada kutipan (3)

sebagai manusia kita hanya bisa berdoa dan bertawakal kepada Allah Swt. Selanjutnya

Allah yang akan memutuskan. Pesan moral tersebut termasuk kategori hubungan

manusia dengan Tuhan.

Sikap sosial (KI 2) Nakal yang bertanggung jawab dan mau menolong orang

lain, seperti yang terdapat pada kutipan (25) halaman 102 “Saya tidak bisa mengatakan

jika saya bisa atau tidak bapak raja. Tetapi saya lahir membawa busur dan anak panah

emas, saya akan bersiap lebih awal untuk membunuh naga itu.” (ARNA:3) [KD: 5]

Sesuai konteks pada kutipan (34) menggambarkan bahwa Nakal bersedia

membunuh naga tersebut menggunakan panah dan busur emas yang ia miliki sejak

lahir, tetapi meskipun dia memiliki senjata untuk melawan naga tersebut, dia tetap harus

menyusun strategi agar naga tersebut dapat dibunuh. Hal tersebut menggambarkan

bahwa Nakal memiliki karakter disiplin. Selain itu karakter tanggung jawab juga

tergambar dalam kutipan tersebut, karena walaupun masih ragu dengan kemampuannya,

tapi Nakal bersedia membantu masyarakat Patawael untuk membunuh seekor naga yang

selalu memangsa masyarakat Patawael. Pesan moral pada kutipan (34) Harus selalu

Page 113: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

100

bersikap optimis. Pesan moral tersebut termasuk kategori hubungan manusia dengan

diri sendiri.

Pada (KI 1) sikap spiritual, terdapat nilai pendidikan karakter demokrasi dan

religius serta memiliki pesan moral hubungan manusia dengan Tuhan, sedangkan pada

(KI 2) sikap sosial terdapat nilai pendidikan karakter disiplin dan tanggung jawab, serta

memiliki pesan moral hubungan manusia dengan diri sendiri. Hal ini sesuai dengan

penjabaran Kompetensi Inti kurikulum 2013 tingkat SMP. Jadi cerita rakyat masyarakat

Maluku berkontribusi terhadap penanaman karakter siswa SMP kelas VII

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 54 tahun 2013 tentang

Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, kompetensi dasar

bahasa Indonesia SMP kelas VII, VIII, dan IX. Kelas VII kompetensi dasar Aspek

pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pembelajaran cerita rakyat

terdapat pada kompetensi dasar (KD) 3.11 mengidentifikasi informasi tentang

fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar. Siswa dapat membaca atau

mendengarkan dongeng Anahunta Malalokon yang menjalankan perintah raja untuk

mencari bunga pandang sarawe rawe dan bertemu dengan burung merpati hutan.

Burung tersebut berbicara layaknya manusia dan menolong Talip Rahman; (KD) 3.12

menelaah struktur dan kebahasaan fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan

didengar. Siswa dapat menelaah struktur legenda Asal Usul Waelo Matai yang di

dalamnya terdapat orientasi atau pengenalan tokoh seperti Upu Latu Marawakan,

Makelong, serta warga negeri Kiandarat dan Kariu. Komplikasi atau konflik yang

terjadi antara kedua negeri dan resolusi berupa pemecahan masalah yang dilakukan oleh

Upu Latu Marawakan yang meminta warga Negeri Kariu untuk membuat pemukiman

baru di seberang sungai marake‟e agar menghindari perang antara dua negeri tersebut;

(KD) 4. 11 menceritakan kembali isi fabel/legenda daerah setempat. Siswa dapat

menceritakan kembali legenda Anahunta Malalokon dengan menambahkan karakter

Page 114: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

101

yang bisa diteladani dari sikap Talip yang sabar, pemberani, dan kerja keras yang

dimilikinya hingga hidupnya yang miskin bisa berubah menjadi kaya raya tetapi tetap

rendah hati;dan (KD) 4.12 memerankan isi fabel/legenda daerah setempat yang dibaca

dan didengar. Siswa bisa diajak memerankan legenda Asal Usul Waelo Matai karena

berisi sejarah Negeri Kiandarat, melalui peran tersebut siswa bisa belajar sejarah dan

budaya orang Maluku yang menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama.Pada

ruang lingkup materi mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk setiap jenjang SMP

khususnya kelas VII poin keenam membahas tentang cerita rakyat yang di dalamnya

berisi fabel dan legenda daerah setempat.

B. Pembahasan

Bagian ini membahas hasil penelitian yang dikonfirmasikan dengan teori serta

hasil penelitian terdahulu untuk mendapatkan rekomendasi.

1. Pesan Moral dan Nilai Karakter Cerita Rakyat Masyarakat Maluku

a.) Pesan Moral Cerita Rakyat Masyarakat Maluku

Pada awalnya cerita rakyat Maluku diciptakan untuk memenuhi kebutuhan

hidup masyarakat pemiliknya. Cerita-cerita yang ada memiliki latar belakang dan

budaya serta hasil lingkungan yang merupakan pengalaman masyarakat pemiliknya.

Cerita rakyat yang ada digunakan sebagai pembentuk watak manusia aslinya. Dahulu

cerita rakyat digunakan oleh orang-orang tua untuk membentuk watak anak cucunya

atau generasi muda agar menjadi manusia yang baik. Cerita rakyat juga digunakan

sebagai alat kontrol sosial, yakni digunakan untuk mendidik agar manusia hidup sesuai

norma yang berlaku dalam masyarakat. sesuai dengan hal itu Latupapua (2013: 1)

folklor seperti kapata dan cerita rakyat masyarakat Maluku memiliki kekuatan sebagai

penjaga norma dan pengesahan pranata adat dan budaya. Sebagai kekayaan budaya,

cerita rakyat harus dijaga, dipelihara dan dilestarikan. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Ranggi Ramadhani Ilminisa, dkk (2016) bahwa banyak nilai moral

Page 115: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

102

yang dapat dijadikan pelajaran dan hal tersebut terdapat dalam folklor lisan yang

dimiliki oleh setiap masyarakat di wilayah tertentu. Kearifan lokal sebagai sumber

untuk menanamkan pendidikan karakter dapat jauh lebih memiliki manfaat. Hal tersebut

dibuktikan dengan adanya pengangkatan kearifan lokal sebagai penerapan pendidikan

karakter, secara tidak langsung juga turut membantu melestarikan folklor lisan yang

terdapat di wilayah-wilayah tertentu yang dijadikan lokasi pengambilan data.

Beberapa ahli menerangkan pentingnya pendidikan karakter seraya

menghubungkannya dengan konsep moral. Gunawan (2012:28) mengatakan bahwa

pendidikan karakter diyakini sebagai aspek penting dalam peningkatan kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) karena turut menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter

masyarakat yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini, karena usia dini

merupakan “emas” namun kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Menurut

Lickona (2004:15) mengatakan bahwa karakter berkaitan dengan konsep moral (moral

knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior).

Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung

oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan, untuk berbuat baik, dan melakukan

perbuatan kebaikan.

Menurut Nurgiantoro (2013: 232) kategori pesan moral terbagi menjadi tiga

bagian dilihat dari persoalan dalam kehidupan manusia. (a) kategori hubungan manusia

dengan Tuhan; (b) kategori hubungan manusia dengan diri sendiri; (c) kategori

hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk dengan

alam. Pesan moral diperoleh melalui penafsiran cerita rakyat. Melalui sikap, perilaku,

dan karakter dari para tokoh yang ada dalam cerita merupakan pesan moral yang ingin

disampaikan pengarang, ataupun pembuat cerita baik secara tersurat atau secara tersirat.

Nilai-nilai pendidikan moral ini perlu digali dan ditanamkan kepada para pembaca,

terutama kepada generasi penerus bangsa.

Page 116: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

103

Ragam kearifan lokal pada masyarakat Maluku sesungguhnya merupakan

manifestasi dari anjuran-anjuran untuk senantiasa mengedepankan persaudaraan,

perdamaian, toleransi dan kasih sayang serta nilai-nilai luhur yang telah dijaga dan

diwariskan oleh nenek moyang masyarakat Maluku.

b.) Nilai Karakter Cerita Rakyat Masyarakat Maluku

Nilai- nilai pendidikan karakter yang dikembangkan Kementerian Pendidikan

Nasional ada delapan belas nilai tersebut yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja

keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah

air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Sulistyowati, 2012: 30-32).Dari delapan

belas karakter yang harus ditumbuhkan ke dalam diri siswa menurut Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat dua karakter yang tidak ditemukan di dalam

cerita rakyat masyarakat Maluku yakni karakter gemar membaca dan karakter semangat

kebangsaan. Karakter gemar membaca tidak muncul karena tema cerita rakyat tersebut

tidak berkaitan dengan dunia pendidikan seperti suasana belajar di kelas, kondisi

sekolah ataupun cita-cita seseorang yang mengharuskannya mengenyam bangku

pendidikan. Selain itu, karakter semangat kebangsaan juga tidak muncul karena tema

cerita tidak menyinggung masalah kepahlawanan, perebutan kemerdekaan atau

perjuangan mengharumkan nama bangsa. Kedua karakter tersebut luput di dalam pesan

moral dan makna yang dihadirkan dalam cerita rakyat masyarakat Maluku legenda Asal

Usul Waelo Matai(Tatakora), dongeng Anahunta Kasiang dan dongeng Anak Raja

Nakal dan Akal.

Selain rumusan pendidikan karakter yang dirumuskan Kemendikbud, terdapat

juga karakter lain yang ditemukan di dalam teks. Karakter tersebut yaitu karakter

tegassa (tegas) pande (cerdas), i howa manisa (dapat dipercaya), keisetia (setia) barane

(berani), linca (kritis) dan suka menolong (kei maii).

Page 117: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

104

c.) Kontribusi Cerita Rakyat Masyarakat Maluku terhadap Penanaman

Karakter Siswa SMP Kelas VII

Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 Pasal 1

butir 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan sesuatu suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, hasil

penelitian ini dikontribusikan dalam pengajaran bahasa Indonesia khususnya teks cerita

rakyat. Hal ini dikaitkan dengan standar pengembangan kompetensi sikap pada

Kurikulum 2013 jenjang SMP kelas VII. Kompetensi sikap spiritual (KI 1) dan

kompetensi sikap sosial (KI 2) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak dirumuskan,

tetapi merupakan hasil pem belajaran tidak langsung (indirect teaching) dari kompetensi

pengetahuan dan kompetensi keterampilan, sehingga perlu direncanakan

pengembangannya. kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dicapai melalui

pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan

budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan

dan kondisi siswa. Kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan dirinci lebih

lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. Penumbuhan dan pengembangan

kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat

digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter siswa lebih

lanjut.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat 60 pesan moral yang

mengandung tiga kategori pesan moral dalam cerita rakyat masyarakat Maluku dan 5

nilai pendidikan karakter yaitu nilai pendidikan karakter religius. nasionalis, , disiplin,

Page 118: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

105

gotong royong, intgritas, mandiri dan 7 nilai pendidikan karakter yang tidak termasuk

dalam 18 nilai pendidikan karakter berdasarkan Kementerian Pendidikan Nasional yaitu

nilai pendidikan tegassa (tegas), pande (cerdas), i howa manisa (dapat dipercaya), kei

setia (setia), suka menolong (kei maii), linca (kritis) dan barane (berani). Meski

dimikian, tentu ada hubungan antar karakter yang satu dengan karakter yang lain serta

adanya karakter yang memiliki kemiripan. Karakter-karakter yang memiliki sifat dasar

yang sama adalah karakter peduli sosial dengan karakter suka menolong. Kemudian ada

karakter dapat dipercaya yang memiliki karakter yang mirip dengan jujur. Beberapa

karakter di atas memiliki kemiripan meski tidak persis sama, misalnya, karakter dapat

dipercaya dengan jujur, memiliki komponen yang sama yaitu sama-sama memiliki

kesesuaian sikap antara perkataan dan perbuatan. Demikian juga dengan sikap peduli

sosial dengan suka menolong, keduanya memiliki karakteristik yang hampir sama.

Selain dua karakter tersebut, terdapat empat karakter yang luput dalam rumusan

Kemendikbud, karakter tersebut yaitu karakter cerdas, kritis, tegas, dan berani. Karakter

ini merupakan karakter yang saling berhubungan. Sekilas, karakter tegas dan berani

hampir serupa tetapi pada dasarnya berbeda. Karakter tegas lebih mengarah pada sikap

percaya diri untuk mengungkapkan apa yang benar dan apa yang salah, apa yang

diinginkan dan yang tidak diinginkan secara jelas, nyata, dan pasti. Sedangkan berani

lebih mengarah pada rasa percaya diri dan kemantapan hati yang besar dalam

mengahadapi bahaya maupun kesulitan. Lalu ada juga karakter kritis yang tidak lekas

percaya dan memiliki cara berpikir yang kompleks dengan menggunakan analisis dan

proses evaluasi. Keempat karakter ini merupakan karakter yang saling berhubungan,

saling melengkapi satu sama lain. Seseorang yang cerdas, butuh sikap berani dan tegas

agar kecerdasannya dapat berguna, sementara itu, berani dan tegas dibutuhkan

kecerdasan agar sikap kritis tidak salah arah atau tidak tepat sasaran.

Page 119: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

106

Cerita rakyat masyarakat Maluku mencerminkan karakter dan watak dari

masyarakat Maluku yang senang menolong sesama, berani, cerdas serta tegas. Hal ini

terbukti dengan adanya salah satu hukum adat yaitu sasi. Sasi merupakan adat khusus

yang berlaku di seluruh pulau di Provinsi Maluku, yang di dalamnya berisi peraturan

yang harus ditaati oleh seluruh masyarakat tempat diadakan sasi karena berisi larangan

memanfaatkan sumber daya alam dalam waktu tertentu untuk memberi kesempatan bagi

flora dan fauna untuk memperbaharui dirinya memelihara kualitas dan memperbanyak

populasi sumber daya alam tersebut .Sasi bertujuan untuk menjaga kestabilan hidup

masyarakat, dan kelestarian alam. Kecerdasan orang Maluku terbukti dengan

menjadikan sasi sebagai penyeimbang kehidupan agar sumber daya alam di Maluku

tetap terjaga. Sementara itu karakter tegas terdapat dalam aturan aturan atau hukum adat

yang berlaku dan mengikat seluruh masyarakat Maluku yang melaksanakan sasi

tersebut karena memiliki sanksi terhadap yang melanggar dan sanksi tersebut berlaku

untuk siapa-pun sehingga karakter dapat dipercaya juga terdapat dari pelaksanaan sasi.

Keberanian juga direalisasikan orang Maluku dalam mengambil sikap yang tepat dan

bermanfaat untuk menyelamatkan alam dari sifat serakah manusia yang senang

melakukan eksploitasi terhadap alam. Selain sasi, Maluku juga memiliki kebiasaan

ataupun adat budaya yang mencerminkan watak dan karakter positif masyarakat Maluku

yang sudah tumbuh sejak ratusan tahun lalu, baik sikap spiritual maupun sikap sosial

yang bisa menjadi cerminan bagi orang lain.

Cerita rakyat masyarakat Maluku sebagai salah satu dari sastra lisan memiliki

nilai-nilai karakter yang sudah ada sejak lama bahkan sebelum pemerintah menetapkan

delapan belas nilai pendidikan karakter dan digunakan untuk membentuk karakter siswa

di sekolah. Hal ini mengandung arti bahwa cerita rakyat masyarakat Maluku

berkontribusi dalam pembentukan karakter siswa dan cocok dijadikan sebagai bahan

ajar. Cerita rakyat masyarakat Maluku memiliki unsur-unsur yang saling mendukung

Page 120: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

107

cerita secara menyeluruh sebagai implikasi dalam membentuk karakter sehingga dapat

dijadikan sebagai bahan ajar karena selain dapat berkontribusi terhadap penanaman

karakter siswa, cerita rakyat masyarakat Maluku juga memiliki unsur budaya dan nilai-

nilai filosofi, yang harus tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak punah terkikis zaman.

Page 121: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

108

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada penelitian ini adalah pesan moral yang terdapat pada cerita

rakyat masyarakat Maluku memiliki tiga kategori yakni pesan moral kategori hubungan

manusia dengan Tuhan, pesan moral kategori hubungan manusia dengan diri sendiri,

dan pesan moral kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan

sosial termasuk dengan alam serta terdapat enam belas nilai pendidikan karakter dari

delapan nilai pendidikan karakter yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan

Nasional dan tujuh nilai pendidikan karakter yang tidak termasuk dalam 18 nilai

pendidikan karakter berdasarkan Kementerian Pendidikan Nasional. Selain itu, hasil

penelitian ini dikontribusikan dalam pengajaran bahasa Indonesia berupa bahan ajar

yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru bahasa Indonesia di sekolah

khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII. Hal ini dikaitkan dengan

standar penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap pada Kurikulum 2013

jenjang SMP kelas VII. Kompetensi sikap spiritual (KI 1) dan kompetensi sikap sosial

(KI 2). Terdapat pada kompetensi dasar (KD) 3.11;3.12 mengidentifikasi dan menelaah

struktur dan kebahasaan informasi tentang fabel/legenda daerah setempat yang dibaca

dan didengar; dan (KD) 4.11;4.12 menceritakan kembali dan memerankan isi

fabel/legenda daerah setempat.

B. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian ini diajukan saran, khususnya kepada pembaca,

antara lain:

1. Bagi orang tua kiranya perlu menanamkan wawasan pemahaman budaya bagi

setiap anak sejak dini karena melalui usaha pemahaman budaya dapat

Page 122: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

109

ditumbuhkan sikap dan rasa bangga, percaya diri, dan rasa ikut memiliki pada

anak.

2. Bagi guru hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan ajar agar

dapat menumbuhkan kecintaan terhadap sastra daerah, budaya dan kearifan lokal

khususnya cerita rakyat, agar nilai-nilai luhur tetap terjaga dan tidak punah

termakan zaman modernisasi.

3. Bagi peneliti selanjutnya agar mengangkat budaya lokal seperti cerita rakyat

maupun nyanyian rakyat atau mitos-mitos yang masih berkembang dalam

masyarakat untuk diteliti agar bisa memberikan sumbangsih yang bermanfaat

bagi dunia sastra, sastra anak, dan pengajaran sastra.

4. Bentuk-bentuk moral buruk yang terdapat dalam cerita rakyat masyarakat

Maluku diharapkan bisa menjadi pelajaran bagi pembaca agar tidak mencontoh

sikap, atau tabiat buruk tersebut. Akan tetapi harapan peneliti cerita rakyat

tersebut dapat menginspirasi pembaca atau peserta didik untuk senantiasa

melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi diri dan orang lain.

Page 123: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

110

DAFTAR PUSTAKA

Alfan, Muhammad. 2013. Pengantar Nilai Filsafat. Bandung: Pustaka Setia.

Aminuddin. 2007. Pandai Memahami dan Menulis Cerita Pendek. Bandung : PT Pribui

Mekar.

Anshari. 2011. Representasi Nilai Kemanusiaan dalam Sinrilik SastraLisan Makassar :

Materi Pengayaan Pendidikan Karakter dalam Perspektif Budaya Lokal.

Makassar: P3I Press Makassar.

Alwasilah, A. Chaer, 2001. Languange, Culture, and Education : A Portrait of

Contemporary Indonesia. Bandung: Andir.

Alwi, Hasan, dkk. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai

Pustaka.

Alwis. 2011. Urgensi Pendidikan Moral dalam Menjadikan Peserta Didik yang

Berkarakter. Kerinci : PC. IMM.

Cika, I Wayan. 2012. “Pengungkapan Nilai-Nilai Luhur dalam Sastra Daerah”. Kongres

Internasional II Bahasa-Bahasa Sulawesi Selatan. Makassar: Hotel Sahid Jaya,

1-4 Oktober 2012.

3. Danandjaja, James. 2007. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain.

Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

1_____________. 1991. Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Folklor

dalam Aminuddin (Ed) Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang

Bahasa dan Sastra. Malang:YA.

2 1997. Folklor Indonesia. Ilmu Gosip, Dongeng, dll. Jakarta: Pustaka

Grafiti

Dola, Abdullah. 2007. Apresiasi Prosa Fiksi dan Drama. Makassar: Badan Penerbit

UNM.

Fang, Liaw Yock .1991. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jilid 1. Singapura:

Pustaka Nasional Pte. Ltd.

____________.1993. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jilid 2. Singapura: Pustaka

Nasional Pte. Ltd.

Filawati. 2016. “Representasi Nilai Pendidikan Karakter pada Novel Kinanthi Terlahir

Kembali karya Tasaro GK dalam Pengajaran Sastra dan Implikasinya bagi

Peserta Didik”. Tesis Tidak Diterbitkan. Makassar: PPS UNM.

Page 124: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

111

Frondizi, Risieri. 2001. Pengantar Filsafat Nilai (Edisi terjemahan oleh Cuk Ananta

Wijaya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Garim, Idawati. 2016. “Keefektifan Penggunaan Ragangan untuk Meningkatkan

Kemampuan Menulis Teks Deskriptif yang Kontekstual Siswa SMP Negeri 13

Makassar”. Disertasi Tidak Diterbitkan. Makassar: PPS UNM.

Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter (Konsep dan Implementasi). Bandung:

Alfabeta.

Hadiwardoyo, Purwa. 1990. Moral dan Masalahnya.Yogyakarta: Kanisius.

Hakim, Zainuddin. 2011. Nilai Keteguhan dalam Sastra Daerah Makassar. Balai

Bahasa Makassar.

Haryanti, Yanthi. 2011. Urgensi dan Aplikasi Pendidikan Karakter Anak pada Usia

Dini. JSIT Indonesia.

Haryadi. 2011. Peran Sastra dalam Pembentukan Karakter Bangsa: Jurnal. Yogyakarta

Haviland, William A. 1993. Antropologi jilid 2. Alih bahasa : R.G. Seokadijo, Jakarta :

Erlangga.

Huberman, A. Michel & Miles, Mattew B. 2009. Manajemen Data danMetode Analisis.

Dalam Norman K. Kenzin &Yvnonna S. Lincoln (Eds.), Handbook of

Qualitative Research. Diterjemahkan oleh Dariyatno dkk. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Hutomo, Suripan. 1991. Mutiara yang Terlupakan. Surabaya: Himpunan Sarjana

Kesusastraan Indonesia (HISKI).

Ilminisa, Ranggi Ramadhani, dkk. 2016. “Bentuk Karakter Anak melalui Dokumentasi

Folklor Lisan Kebudayaan Lokal”. Keguruan Bahasa Pascasarjana-Universitas

Negeri Malang. Download.portalgaruda.org. diakses 20 Juni 2018.

Indiarti, Wiwin. 2017. “Asal –Usul Watu Dodol: Nilai-Nilai Pembentukan Karakter

dalam Cerita Rakyat di Banyuwangi”. http://www.researchgate. Diunduh 10 Juni

2018.

Jabrohim. 2012. Metodogi Penulisan Sastra. Yogyakarta: Hinandita.

Juanda. 2010. Peranan Pendidikan Formal dalam Proses Pembudayaan. Lentera

Pendidikan, Jurnal Ilmu, Tarbiyah dan Keguruan, 1-15.

_______. 2012. Peran Sastra Anak dalam Pembiasaan Membaca Sejak Anak Usia

Dini Sebagai Pondasi Pembentukan Karakter Yang Beridentitas Nasional.

Konferensi Internasional Kesusastraan XXII UNY-HISKI, 2012. 104-112.

Page 125: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

112

_______. 2016. Nilai Didaktis Cerita Fabel Buku Teks Bahasa Indonesia Smp/ Mts

Kurikulum 2013 dan Aplikasinya Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik.

Prosiding Seminar Nasional, 730-747.

Kesuma, Dharma., Cepi, Triatna., & Johar, Permana. 2012. Pendidikan Karakter Kajian

Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung : PT remaja Rosdakarya.

Koetjaraningrat. 1984. Kebudayaan. Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia.

Latupapua, F. 2013. Kapata, Sastra Lisan di Maluku Tengah. Yogyakarta: Madah.

Lickona, T. 1999. Character Education: Seven Crucial Issues. Action in Teacher

Education, 20(4), 77–84. https://doi.org/10.1080/01626620.1 999.10462937

_________2004. Pentingnya Pendidikan Berbasis Karakter dalam Pembentukan

generasi bangsa. Jakarta: Grasindo.

Mahayana, Maman. 2007. Ekstrisikalitas Sastra Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Marwilistya, Damasus Agung. 2010. Pembelajaran Sejarah Melalui Metode Pemberian

Tugas Pendokumentasian Cerita Rakyat (Studi Kasus Di Sma Pangudi Luhur

Giriwoyo). http://digilib.uns.ac.id. Diunduh 01 Juli 2018.

Moleong, Lexy J. 2012. Metode penelitian Kualitatif (edisi revisi) Bandung:

Rosdakarya.

Muhab, Sukro. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Pendidikan Terpadu. JSIT

Indonesia.

Muslim, Abu. 2013. “Artikulasi Religi Sajak-Sajak Basudara di Maluku”. Balai Litbang

Agama Makassar. Https://www.jurnalalqalam.or.id. Diakses 16 juni 2018.

Muslich, Masnur. 2011. Pendiidkan Karakter Menjawab Tantangan Kritis

Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara

Nata, Abudin. 2010. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Rajagafindo Persada.

Noor, Rohinah M. 2011. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra Solusi Pendidikan Moral

yang Efektif. Yogyakarta: Ar-Ruzz media.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

_________. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

Univessity Press.

Page 126: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

113

Rukmini, Dewi. 2009. “Cerita Rakyat Kabupaten Sragen (Suatu Kajian Struktural dan

Nilai Edukatif)”. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta. https://digilib.uns.ac.id. Diakses 20 Juli 2018.

Russel. Bertrand. 1993. Pendidikan dan Tatanan Sosial (Edisi terjemahan oleh A

Setiawan Abadi). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Salahudin, Anas & Alkrienciehie, Irwanto. 2013. Pendidikan Karakter Pendidikan

Berbasis Agama dan Budaya Bangsa. Bandung : Pustaka Setia..

Sulistyowati, Endah. 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Yogyakarta:

PT Citra Aji Prama.

Suharianto. (2005). Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.

Suseno, Franz Magnis. 2002. 12 Tokoh Etika Abad ke20. Yogyakarta : Kanisius.

Sutarto. 2007. Struktur dan Nilai Edukatif Cerita Rakyat di Kabupaten Wonogiri.

Surakarta: Tesis PPS UNS, tidak dipublikasikan.

Sutrisno, S. Dkk.1997. Bahasa, Sastra, Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Suyitno. 1996. Apresiasi Sastra. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Tang, Muhammad Rapi. 2008. Mosaik Dasar Teori Sastra: Dalam Penampang

Objektif. Makassar: Badan Penerbit UNM.

___________. 2005. Teori Sastra yang Relevan. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Tarigan, Henry Guntur. 1995 (b). Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa

Teeuw, Andrea. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka

Jaya.

Tol, Roger dan Prudentia M.P.P.S. 1995. “Tradisi Lisan Nusantara”: Oral Traditions

from the Indonesian Archipelago, A Three-Directional Approach”, dalam Warta

Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) (edisi pertama): I-01 Maret 1995.

Undang-undang No.20 Tahun 2013 Pasar 1 Butir 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Diterjemahkan oleh

Melalui Budianto. Jakarta: Gramedia.

Wibowo, Agus. 2013. Pendidikan karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa

Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Wisadirana, Darsono. 2004. Sosiologi Pedesaan: Kajian Kultural dan Struktural

Masyarakat Pedesaan. Malang: UMM Press.

Page 127: PESAN MORAL CERITA RAKYAT MASYARAKAT MALUKU DAN

114