perwakilan diplomatik
TRANSCRIPT
Perwakilan Diplomatik
Kekebalan Diplomatik
Kepangkatan Perwakilan Diplomatik
Ulfa Mustofa Nurfadilasari
Tingkatan perwakilan diplomatik menurut Kongres di Aachen tahun 1918 adalah :
Duta Besar (Ambassador)
Duta (Gerzant)
Menteri Residen (Minister Resident)
Kuasa Usaha (Charge D’affair)
Atase-Atase
Duta Besar adalah tingkat tertinggi dalam perwakilan diplomatik. Duta Besar mempunyai kekuasaan penuh dan luar biasa, ditempatkan pada negara yang banyak hubungan timbal balik. Dalam beberapa hal ia dapat memutuskan sesuatu yang menyangkut negaranya tanpa konsultasi dengan kepala negaranya terlebih dahulu.
Duta adalah kepangkatan yang setingkat lebih rendah dari Duta Besar. Segala persoalan yang menyangkut kedua negara harus dikonsultasikan dengan pemerintah negaranya.
Menteri Residen adalah mereka yang tidak dianggap sebagai Wakil Kepala Negara, tetapi hanya ditempatkan untuk mengurus urusan –urusan negaranya. Mereka pada dasarnya tidak berhak mengadakan pertemuan dengan kepala negara dimana mereka bertugas.
Kuasa Usaha tidak diperbantukan kepada Kepala Negara, tetapi kepada Menteri Luar Negeri. Kuasa Usaha dibedakan menjadi dua, yaitu Kuasa Usaha Tetap (menjabat kepala suatu perwakilan) dan Kuasa Usaha Sementara (menjalankan pekerjaan dari suatu perwakilan).
Atase-atase adalah pejabat pembantu dari Duta Besar berkuasa penuh.Atase terdiri dari 2 bagian yaitu: a. Atase Pertahanan
dijabat oleh seorang perwira TNI yang diperbantukan Departemen Luar Negeri dan ditempatkan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), serta diberikan kedudukan sebagai seorang diplomat. Tugasnya yaitu memberikan nasihat di bidang militer dan pertahanan keamanan kepada duta besar berkuasa penuh.
b. Atase Teknisdijabat oleh seorang pegawai negeri sipil tertentu yang tidak berasal dari lingkungan Departemen Luar Negeri dan ditempatkan di salah satu KBRI untuk membantu Duta Besar. Berkuasa penuh dalam melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan tugas pokok dari departemennya sendiri. Misalnya, Atase Perdagangan, Atase Perindustrian, Atase Pendidikan dan Kebudayaan.
Para anggota diplomatik memperoleh perlakuan yang istimewa dari pemerintah di negara yang ia ditempatkan. Perlakuan istimewa itu ketentuan yang dalam pergaulan internasional diterapkan oleh protokol. Orang yang menetapkan semua aturan yang berhubungan dengan tugas, hak serta kewajiban anggota diplomatik disebut Kepala Protokol atau Direktur Protokol. Ia berasal dari pegawai Departemen Luar Negeri. Selain diperlakukan istimewa, seorang anggota diplomatik mendapat hak kekebalan (hak imunitas) dan hak ekstrateritorial.
Hak Imunitas atau Kekebalan Diplomatik
Hak imunitas pribadi adalah seorang anggota diiplomatik berhak mendapat perlindungan istimewa terhadap keselamatan diri serta harta bendanya. Tujuannya agar mereka mendapat perlindungan dari segala macam gangguan dan dari penahanan penguasa-penguasa setempat. Ia dibebaskan dari kewajiban membayar pajak, termasuk bea cukai , tetapi hal ini bukanlah hak melainkan hanya sekedar resiprositas (timbal balik) saja.
Imunitas terhadap gedung perwakilan dapat diartikan bahwa alat negara seperti polisi dan pejabat kehakiman tidak boleh memasuki daerah kediaman anggota diplomatik tanpa izin pihak perwakilan tersebut. Apabila seorang penjahat melarikan diri ke kedutaan, atas permintaan pemerintah, penjahat itu harus diserahkan kepada yang berwajib.
Hak Ekstrateritorial
Hak ekstrateritorial adalah hak yang dianggap berdiam di luar lingkungan wilayah negara yang menerimanya, tetapi utusan diplomatik tidak memiliki hak asylum atau hak suaka (hak perlindungan).
Hak asylum dalam hukum antarbangsa merupakan rangkaian peraturan yang memberikan kemungkinan suatu negara untuk memberi perlindungan kepada warga negara asing yang melarikan diri karena berbagai alasan.