perubahan abnormal return dan traiding volume activity sebelum dan sesudah bencana di jepang

107
PERUBAHAN ABNORMAL RETURN DAN TRAIDING VOLUME ACTIVITY SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS ENERGI DI JEPANG (Event Study pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako Oleh ERWINSYAH C 301 08 040 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2012

Upload: ewincokelat

Post on 26-Jan-2015

4.417 views

Category:

Education


6 download

DESCRIPTION

Event Study Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

PERUBAHAN ABNORMAL RETURN DAN

TRAIDING VOLUME ACTIVITY SEBELUM DAN SESUDAH

KRISIS ENERGI DI JEPANG

(Event Study pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Tadulako

Oleh

ERWINSYAH

C 301 08 040

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2012

Page 2: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

PERUBAHAN ABNORMAL RETURN DAN

TRAIDING VOLUME ACTIVITY SEBELUM DAN SESUDAH

KRISIS ENERGI DI JEPANG

(Event Study pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia)

Oleh :

ERWINSYAH

C 301 08 040

Disetujui oleh :

Pembimbing I

Prof. Dr. Muslimin, S.E, M.M

NIP.196609151993031002

Pembimbing II

Femilia Zahra, S.E, M.Sc

NIP.198106212005012003

Page 3: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

iii

HALAMAN PENGESAHAN

PERUBAHAN ABNORMAL RETURN DAN

TRAIDING VOLUME ACTIVITY SEBELUM DAN SESUDAH

KRISIS ENERGI DI JEPANG

(Event Study pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia)

Diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako

Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu (S1)

Sarjana Ekonomi Bidang Studi Akuntansi

Pada Hari Selasa 15 Mei 2012

Disahkan Oleh

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Tadulako

Prof. Dr. Muslimin, S.E., M.M

NIP. 19660915 199303 1 002

Panitia Ujian Skripsi :

Ketua : Prof. Dr. Muslimin, S.E., M.M ( ............................. )

Sekretaris : Femilia Zahra, S.E., M.Sc ( ............................. )

Anggota : 1. Tampang, S.E., M.M ( ............................. )

2. Rahma Masdar, S.E., M.Si., Ak ( ............................. )

3. Ni Made Suwitri, S.E., M.Si ( ............................. )

Page 4: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri

akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan

berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,

dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

(Q.S Al-Qashash 77)

Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna tetapi orang yang mengambil sebaik-

baiknya dari otak yang tidak sempurna

(Muhammad SAW)

Sometimes when you innovate, you make mistakes. It is best to admit them quickly, and

get on with improving your other innovations.

(Steve Jobs)

Hal yang paling sulit adalah menentukan pilihan yang baik, dan hal yang paling mudah

adalah menjalankan pilihan itu untuk menjadikannya benar

Karya ini sepenuhnya di dedikasikan untuk

G.A Nasser SE,MM

H. Yudaningsih

Page 5: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat

Rahmat dan Hidayat-Nya berupa nikmat iman, kesehatan, kesabaran dan

kegigihan yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako. Shalawat dan salam selalu

tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad salallahu a’laihiwasallam,

keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti beliau Insya Allah

hingga akhir zaman kelak.

Skripsi ini mengenai “Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume

Activity Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang”. Hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan

sekaligus untuk memperkaya khasanah kepustakaan bagi dunia akuntansi

khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Selama proses penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan

yang dihadapi penulis, namun berkat kerja keras, usaha dan bantuan dari berbagai

pihak serta do’a yang diberikan, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu

dengan segala kerendahan hati dan cinta kasih yang tulus, penulis mengucapkan

terima kasih kepada kedua orang tua: Ayahanda G. A . Nasser dan ibunda tercinta

Yudaningsih yang telah memberikan curahan kasih sayang yang begitu besar

disertai pengorbanan, perhatian, dukungan moril maupun materil yang begitu

Page 6: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

vi

besar dan sangat berharga kepada penulis sejak dilahirkan hingga dewasa. Kepada

kakak dan adik tercinta kakak Amalia Kurnia Eka Sari dan Adikku Moh.

Firmansyah dan Rangga Alamsyah terima kasih atas doa, dukungan

kebersamaannya dan canda tawanya, serta segenap keluarga besarku.

Pada kesempatan yang membahagiakan ini, penulis menyampaikan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberi

motivasi dan membantu serta memberikan bimbingan bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini dengan baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu

dengan hati yang tulus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Basyir, SE, MS selaku Rektor Universitas

Tadulako yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis

untuk menimba ilmu di Universitas Tadulako.

2. Bapak Prof. DR. Muslimin, SE.,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Tadulako serta seluruh Pembantu Dekan.

3. Bapak Fikry Karim, SE, M.Si, Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bapak Muhammad Din, SE, M.Si, Ak selaku Sekretaris Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi.

4. Bapak Prof. Dr. Muslimin, SE, MM selaku Pembimbing I dan Ibu Femilia

Zahra, SE, M.Sc, selaku Pembimbing II yang rela meluangkan waktunya dan

pemikiran dalam memberikan arahan dan melapangkan pola pikir penulis

pada saat tulisan ini dibuat, semoga budi baik Bapak/Ibu mendapat imbalan

yang setimpal dari Allah SWT. Amien Ya Rabbal Alamin.

Page 7: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

vii

5. Bapak Prof. Dr. Muslimin, SE, MM, Ibu Femilia Zahra SE, MSc, Bapak

Tampang, SE. MM., Ibu Yuldi Mile SE, Msi., dan Ibu Ni Made Suwitri, SE.

Msi. sebagai Tim Penguji Ujian Proposal dan Skripsi yang telah memberikan

saran dan kritikan demi kesempurnaan dalam pencapaian tujuan penulisan

skripsi ini.

6. Ibu Muliati, SE. MSi, Bapak H. Supriadi Laupe, SE, M.Si, Ak dan Ibu Dr.

Nurhayati Haris, SE. MSi selaku Dosen Wali Penulis yang turut

memperhatikan perkembangan studi Penulis.

7. Kepada seluruh Bapak/Ibu dosen yang telah membimbing, memberikan bekal

ilmu, bantuan, serta motivasi kepada penulis selama menimba ilmu di Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako.

8. (Alm.) Agusman, Sahnaz, SE., dan seluruh staf Edukatif serta Adminstrasi

Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako yang telah banyak memberikan

bantuan kepada Penulis.

9. Buat Ibu (nenek) Sukatini atas perhatiannya merawat hingga saat ini dan

kakek (alm.) Daurip, Tetta A.Rahman Siddik dan Nenek Ipa Tom atas

dukungan moril dan materil. Keluarga Besar Ir. Prasetyo (Pak De, Bude, Ka

Adis, Alan) atas ajaran kehidupannya. Mas Moh, Mas to, Mas Bud, Bibi

Ko’o, Om Fendi, Om Arif, Om Muchlis, Bibi Ida, Bibi Dewi, Misbah (Udin)

terima kasih atas pengalaman yang selalu dibagi.

10. Bapak Muhammad Din, SE, M.Si, Ak dan Ibu Munawarah, SE, MM

sekeluarga, terima kasih yang sebesar-besarnya untuk ilmu , pengalaman,

canda tawa dan motivasi yang begitu besar dan sangat berarti kepada Penulis

Page 8: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

viii

11. Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah , Kasubag Keuangan

dan Kasubag Kepegwaian atas pengertiannya menghadapi perilaku yang

kurang berkenan saat melaksanakan KKP dan telah memberikan pengalaman

yang berharga.

12. Saudara-saudariku tanpa ada hubungan yang jelas: Deddy Wachyudy (buat

emosinya), Andi Inayah, Arif, Dedy Siswanto, Farahdhiza, Vivi, Agus,

Ramzi, Arya, Suci, Askodar, Rudi, Fais, Wahyudin, Kusuma Hasinta, Yovita,

Yuli, Annisa, Dini, Vita, Andri Supit, Yunus, Andi, Galih, Rozik, Aldo dan

Ismail terima kasih atas kebersamaan dalam petualangan selama ini.

13. Sahabat-sahabat akuntansi Rahmah, Manda Hot, Kiko Hot, Mira Hot, Ikbal

Amir, Dayat, Faisal, Khairul, Sutomo, Andri, Nofri, Sahid, Wawan Dolo,

Fadli Dolo, Indra, Setiawan, Khusnul, Lulu, Medy, Ayu, Feby, Tuti ,

Tuwiyanti, Ana, Nini, Lilis, Santi, Vika, Alam, Copisss, Dewi kusuma , Try,

Gojin, Indah, Yulan, Irin, Devi, Wulan, Achi, Maya, dan kawan-kawan

lainnya yang tidak sempat disebut satu persatu terima kasih untuk

kebersamanya selama ini.

14. Teman-teman SMA Negeri 1 Palu (sampesuvu GS70PL), Dzul Kecil, Dzul,

Daeng, Dio, Muchtar, Fahri, Eko, Rey, Sandi, Dewi, Ito (senyum-senyum

enak), Yulita Nabila, Ade, Maya, Arfan, Ano, Niranti, Nanik, Irma Mesum,

Indah, Dina (thanks atas emosinya) Fira, Ika, Dian, Puput, Nadya, Aidinnal,

Evy, Nanik, Ika lola, Neny, Radian, Fitri, Cintya, Eja, Gery, Eca Koe, Moses,

Ahdiyat (mumun), teman-teman XA6, XI IPA 5 dan XII IPA 3 lainnya yang

belum disebutkan namanya.

Page 9: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

ix

15. Seluruh teman-teman Akuntansi angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2009,

2010 dan 2011 terima kasih atas bantuannya selama ini.

16. Teman-teman “kimaja48”, “ngangapala” dan “GM Crue with The Boss”,

semua perjalanan dan aktivitasnya sangat mempengaruhi psikologis penulis

dan meluruskan pola pikir penulis.

17. Mantan pengurus HIMAKSI periode 2009, 2010:, Benny, Mail, Cito ,

Wawa, Alan, Acank, Maman, Salehudin, Jali, Andros, Rauf, Fandy, Doli, ,

Mirdan, Kama, Sari, Arya, Deddy, Agus, Wahyudin, Ramzi, Dedy, Arif,

Rudi, Faiz, Nini, Lilis, Mawar, Koko, Iin, Fuji, Uci, Ita, Dian terima kasih

atas kerja sama dan bantuannya kepada Penulis selama ini. Serta tak lupa

kepada seluruh senior yang telah mengarahkan dan selalu mengajarkan hal-

hal bermanfaat serta pengalaman yang tak ternilai dengan uang.

18. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HIMAKSI) Fakultas

Ekonomi Univeritas Tadulako, Pengurus beserta seluruh anggota-anggotanya

terima kasih atas ilmu yang diberikan dan kegiatan yang selalu memberikan

tantangan untuk berkreasi di dalamnya.

Semoga apa yang telah diberikan dapat penulis manfaatkan semaksimal

mungkin dan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.

Palu, Maret 2012

Penulis

Page 10: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

x

ABSTRAK

Erwinsyah, C 301 08 040, Perubahan Abnormal Return Sebelum dan

Sesudah Krisis Energi di Jepang (Event Study pada Perusahaan Pertambangan

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia), dibimbing oleh Muslimin selaku

pembimbing I dan Femilia Zahra selaku pembimbing II.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan rata-rata

abnormal return dan rata-rata traiding volume activity sebelum dan sesudah krisis

energi di Jepang pada saham sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011. Penelitian ini

menggunakan event study, di mana dilakukan pengamatan terhadap rata-rata

abnormal return dan rata-rata traiding volume activity selama 7 hari sebelum,

event date, dan 7 hari sesudah pengumuman. Penelitian ini menggunkan data

sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Data yang digunkan dalam

penelitian ini meliputi harga saham penutupan harian (closing price), indeks harga

saham gabungan, volume perdagangan harian, dan jumlah saham yang beredar.

Sampel yang digunakan berjumlah 20 perusahaan yang terdaftar dalam saham

pertambangan subsektor pertambangan batu bara dan subsektor pertambangan

minyak dan gas bumi.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Berdasarkan uji statistik terhadap rata-

rata abnormal return saham selama periode pengamatan, ditemukan bahwa

terdapat rata-rata abnormal return tetapi tidak signifikan perbedaannya antara

sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang. Hal ini membuktikan bahwa

informasi atas kondisi krisis energi di Jepang tidak dinilai sebagai good news oleh

para investor untuk memperoleh pengembalian. Investor masih diselimuti oleh

kekhawatiran atas krisis nuklir dan faktor lain yang juga turut mempengaruhi

bursa saham. (2) berdasarkan uji statistik Paired Sample T-Test menunjukkan

tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap traiding volume activity

sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang. Hasil penelitian menunjukkan panic

selling terjadi di bursa saham karena adanya informasi tersebut.

Rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ini adalah bagi investor dan

calon investor hendaknya melakukan analisis melalui perhitungan abnormal

return dan traiding volume activity sebagai ladasan dalam membentuk keputusan

investasi yang tepat sasaran.

Kata Kunci : Abnormal Return, Traiding Volume Activity, Event Study

Page 11: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

1.2 Identitifikasi Masalah ......................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 8

1.4 Kegunaan Peneltian ............................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................... 10

2.2 Pasar Modal ........................................................................ 17

2.3 Saham ................................................................................. 19

2.4 Pasar yang Efisien ............................................................... 20

2.5 Return Saham ...................................................................... 23

2.6 Abnormal Return ................................................................ 24

2.7 Expected Return .................................................................. 26

2.8 Trading Volume Activity .................................................... 28

2.8 Krisis Energi di Jepang ....................................................... 30

2.10 Event Study ......................................................................... 32

2.11 Kerangka Pemikiran ........................................................... 32

2.12 Hipotesis ............................................................................. 36

Page 12: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

xii

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian .................................................................. 37

3.2 Jenis Penelitian ................................................................... 37

3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................ 38

3.4 Populasi dan Sampel ........................................................... 38

3.4.1 Populasi ...................................................................... 38

3.4.2 Sampel ....................................................................... 38

3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................. 40

3.6 Operasionalisasi Variabel ................................................... 40

3.7 Teknik Analisis ................................................................... 42

3.7.1 Periode Pengamatan ................................................... 43

3.7.2 Pengujian Hipotesis ................................................... 44

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Variabel Penelitian ............................................. 50

4.1.1 Return Sahan .............................................................. 50

4.1.2 Abnormal Return ....................................................... 56

4.1.3 Traiding Volume Activity ........................................... 62

4.2 Pengujian Normalitas Data .................................................. 68

4.3 Pengujian Hipotesis ............................................................ 70

4.5.1 Pengujian Hipotesis I ................................................. 70

4.5.2 Pengujian Hipotesis II ................................................ 74

4.4 Pembahasan ........................................................................ 75

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan ......................................................................... 87

5.2 Saran ................................................................................... 88

5.3 Keterbatasan Penelitian ...................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Ekspor Coal dan Liquid Natural Gas .......................................... 5

Gambar 2.1 Paradigma Konseptual Penelitian ................................................ 35

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Return Saham dan Nilai Maximum

Return Saham .............................................................................. 55

Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Abnormal Return dan Nilai Maximum

Abnormal Return ......................................................................... 61

Gambar 4.3 Grafik Rata-rata Traiding Volume Activity dan Nilai

Maximum Traiding Volume Activity ........................................... 68

Gambar 4.4 Grafik Rata-rata Return Saham dan Return Pasar Sebelum

Dan Sesudah Krisis Energi di Jepang ......................................... 78

Gambar 4.5 Grafik Rata-rata Abnormal Return dan Cumulative

Average Abnormal Return Sebelum dan Sesudah

Krisis Energi di Jepang ............................................................... 79

Gambar 4.6 Grafik Rata-rata Traiding Volume Activity dan Cumulative

Average Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah

Krisis Energi di Jepang ............................................................... 83

Page 14: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ..................................................... 16

Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel ................................................................ 39

Tabel 3.2 Sampel Penelitian ............................................................................ 39

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Return Saham

(Tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011) .................................... 51

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Abnormal Return

(Tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011) .................................... 57

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Traiding Volume Activity

(Tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011) .................................... 62

Tabel 4.4 Uji Normalitas Data Rata-rata Abnormal Return

Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang ............................... 69

Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Rata-rata Traiding Volume Activity

Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang ............................... 69

Tabel 4.6 Uji One Sample T-Test Abnormal Return Sebelum dan

Sesudah Krisis Energi di Jepang .................................................... 71

Tabel 4.7 Uji Paired Samples T-Test Rata-rata Abnormal Return

Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang ............................... 73

Tabel 4.8 Uji Paired Samples T-Test Rata-rata Traiding Volume

Activity Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang ................. 74

Tabel 4.9 Rata-rata Return Saham, Return Pasar, Rata-rata

Abnormal Return dan Rata-rata Traiding Volume

Activity Saham Sektor Pertambangan Sebelum dan

Sesudah Krisis Energi di Jepang .................................................... 76

Page 15: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Harga Saham Perusahaan Pertambangan Selama Periode

Pengamatan

Lampiran II : Return Saham Perusahaan Pertambangan Selama Periode

Pengamatan

Lampiran III : Expected Return (Return Pasar)

Lampiran IV : Abnnormal Return Perusahaan Pertambangan Selama Periode

Pengamatan

Lampiran V : Volume Perdagangan Saham Perusahaan Pertambangan Selama

Periode Pengamatan

Lampiran VI : Traiding Volume Activity Saham Pertambangan Selama Periode

Pengamatan

Lampiran VII : Hasil Pengolahan Data

Page 16: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana alam dapat mempengaruhi sektor perekonomian sebuah

wilayah, karena bencana alam akan mempengaruhi komponen pertumbuhan

ekonomi. Komponen pertumbuhan ekonomi tersebut adalah investasi,

ekspor-impor, konsumsi dan belanja negara. Pengaruh dari komponen

pertumbuhan tersebut bisa dirasakan oleh wilayah yang menghadapi bencana

ataupun wilayah lainnya yang tidak terkena bencana

Wilayah yang mengalami bencana alam akan mengalami koreksi atas

kegiatan ekspor-impor yaitu nilai ekspor akan menurun dan nilai impor akan

meningkat. Hal ini disebabkan karena kepincangan sektoral yang menurunkan

nilai produksi dalam wilayah tersebut untuk melakukan ekspor. Belanja

negara akan meningkat pada wilayah yang terkena bencana sebagai salah satu

langkah untuk rekonstruksi kondisi yang rusak dan untuk menstabilkan

kegiatan produksi suatu wilayah.

Investasi menjadi sebuah hal yang dipengaruhi dan mempunyai daya

tarik tersendiri, terutama investasi dalam pasar modal. Kondisi wilayah yang

rusak dan membutuhkan perbaikan memaksa secara tidak langsung para

pelaku pasar modal untuk menghitung efek dari hal tersebut sehingga dapat

memberikan keputusan investasinya. Apakah pelaku pasar modal akan

menjual atau membeli saham, serta membentuk portofolio dalam pasar

modal adalah pilihan atas perhitungan dari efek bencana tersebut.

Page 17: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Bencana gempa bumi yang disertai dengan tsunami pada tanggal 11

Maret 2011 di Jepang memiliki dampak yang sangat besar bagi negara

tersebut. Gempa dengan kekuatan 8,9 Skala Ricther ini mengakibatkan

rusaknya wilayah Miyagi dan mengakibatkan kehancuran pada reaktor nuklir

Fukhusima.

Dalam perhitungan produk domestik bruto (PDB) Jepang wilayah

Miyagi hanya mampu menyumbang 1,7 % dari total PDB. Secara sederhana

hal terseebut tidak akan mempengaruhi perekonomian Jepang secara

signifikan, namun kehancuran reaktor nuklir menjadi suatu pertanda buruk

terhadap perekonomian Jepang. PLTN Fukhusima yang dikelola oleh Tokyo

Electric Power Co (TEPCO) menyumbang 24 % kebutuhan listrik bagi

Jepang dan kerusakan yang terjadi mengakibatkan adanya krisis listrik di

Jepang.

Kekurangan energi listrik akan berdampak langsung pada industri yang

menyerap tenaga listrik seperti industri baja, elektronik dan otomotif. Akibat

tidak langsungnya terletak pada industri turunannya seperti industri suku

cadang dan perlengkapan lainnya yang ikut terganggu produksinya karena

industri hulunya juga terganggu. Hal tersebut membentuk sebuah alur yang

menyebabkan dampak negatif secara signifikan terhadap PDB Jepang, ini

artinya PDB Jepang akan melemah.

Perkembangan ke depan, akan sangat tergantung pada bagaimana

Jepang mengatasi dampak ekonomi bencana ini. Apakah Jepang akan

mengoptimalkan industrinya di luar negeri, atau mencari alternatif sumber

Page 18: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

energi secara cepat, akan sangat memengaruhi pemulihan mereka. Apabila

Jepang mampu secara cepat mengganti sumber energi listriknya, maka

dampak negatif ekonominya dapat dikurangi.

Dampak bencana Jepang sampai ke Indonesia melalui jalur

perdagangan dan keuangan. Tanggal 17 Maret 2011, dalam kunjungannya ke

Indonesia Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Makiko Kikuta menyampaikan

bahwa konsidi PLTN Fukhusima rusak dan mengakibatkan kekurangan listrik

secara besar-besaran. Karena kekurangan listrik tersebut Jepang saat ini

melakukan penghematan listrik secara berencana dan berharap adanya

tambahan ekspor LNG (liquefied natural gas) dan minyak bumi ke Jepang.

Hal tersebut sesuai dengan artikel “Dampak Bencana Tsunami Jepang

Terhadap Indonesia” yang dimuat dalam GaleriSaham.com memberikan

gambaran pengaruh dalam hal investasi Jepang di Indonesia, perdagangan

antar negara (ekspor-impor), kestabilan harga minyak, sampai pada

peningkatan permintaan komoditas. Dampak bencana di Jepang juga akan

mempengaruhi negara lain dalam hal penggunaan energi nuklir, sehingga

memunculkan kemungkinan negara lainnya akan mengalihkan sebagian

sumber energi pada pembangkit energi gas dan batubara. Secara keseluruhan

dalam pasar modal saran yang diberikan untuk para investor adalah

memantau saham berbasis komoditi seperti batu bara dan gas sebagai dampak

atas krisis energi listrik di Jepang.

Jalur perdagangan dan keuangan yang terkena imbas dari krisis energi

di Jepang lebih ditekankan pada saham-saham perusahaan pertambangan

Page 19: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

khususnya subsektor batu bara dan subsektor minyak bumi dan gas alam.

Penekanan reaksi bursa terlihat pada perusahaan berbasis komoditas tersebut

karena adanya kebutuhan Jepang untuk rekonstruksi ekonomi pasca tsunami

sebagai langkah menjaga perekonomiannya.

Enrique blanko menyatakan kondisi di Jepang harus dimanfaatkan oleh

Indonesia sebagai penghasil komoditas, Indonesia harus mampu membuka

celah pasar baru maupun menambahkan ekspor yang sudah ada sebelumnya

misalnya gas alam cair/LNG. Peluang Indonesia dalam pengembangan pasar

yang telah ada sangat besar, ditambah lagi dengan hubungan antara Indonesia

dan Jepang dapat dinilai sebagai signal baik yaitu Indonesia akan menjadi

favorit Jepang dalam penyediaan pengganti energi yang bisa menghancurkan

perekonomiannya.

Berdasarkan berita resmi statistik, ekspor atas komoditi batu bara dan

liquid natural gas sampai dengan bulan Maret menunjukan adanya

peningkatan permintaan, pada bulan Maret nilai ekspor liquid natural gas

mencapai US$ 1.153.042.772 yaitu meningkat 23 persen dari bulan Februari

dan total ekspor batubara adalah US$ 1.805.350.126 pada bulan Maret. Bila

dibandingkan periode Januari sampai dengan Februari tahun 2010 nilai

ekspor batubara dan liquid natural gas mengalami peningkatan rata-rata

permintaan sebesar 18 persen. Data ekspor dari bulan Agustus 2010 sampai

dengan Maret 2011 nilai ekspor berfluktuatif, namun dengan analisis linear

forecast trendline hasil yang didapatkan adalah positif. Peningkatan tersebut

dapat menjelasakan bahwa efek dari peristiwa krisis energi di Jepang,

Page 20: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

pemerintah Jepang memulai rekonstruksi perekonomian dengan jalan

mengganti sumber energi nuklir. Kemudian analisis linear forecast trendline

yang positif mengindikasikan bahwa akan tetap terjadi peningkatan

permintaan selama dua bulan ke depan. Pergerakan nilai ekspor batubara dan

liquid natural gas beserta analisis linear forecast trendline digambarkan pada

gambar dibawah ini.

Data di atas dapat menggambarkan bagaimana hubungan kerja sama

Indonesia dengan Jepang. Dalam situs Wikipedia, Indonesia telah menjadi

mitra Jepang dalam pemenuhan liquid natural gas sejak tahun 1987 dan

Indonesia merupakan negara pengekspor terbesar atas permintaan komoditas

tersebut yaitu sebesar 51,3 persen. Hubungan inilah yang dimaksud oleh

0

200.000.000

400.000.000

600.000.000

800.000.000

1.000.000.000

1.200.000.000

1.400.000.000

1.600.000.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 1.1

Ekspor Coal dan Liquid Natural Gas

Bituminous coal: coking coal Bituminous coal: other than coking coal

Other coal Liquid natural gas

Linear (Liquid natural gas)

Sumber : Badan Pusat Statistik

Page 21: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Enrique sebagai jalan yang seharusnya dimaksimalkan oleh perusahaan

pertambangan untuk meningkatkan laba perusahaan.

Krisis energi yang terjadi di Jepang secara keseluruhan menjadi sebuah

informasi yang penting. Hal ini memang tidak mengintervensi bursa saham

secara langsung, namun peristiwa ini merupakan salah satu informasi yang

diserap oleh para pelaku pasar modal dan digunakan oleh para pelaku ini

untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang.

Informasi tersebut mempengaruhi pengambilan keputusan para investor dan

pada akhirnya pasar bereaksi terhadap informasi tersebut untuk mencapai

keseimbangan baru, sehingga dapat dikatakan bahwa peristiwa tersebut secara

tidak langsung mempengaruhi aktivitas di bursa efek.

Informasi tersebut sangat mempengaruhi tingkat kepekaan pasar modal

terhadap harga saham dan volume perdagangan saham yang akan berdampak

pada return saham yang akan diperoleh, seperti yang dinyatakan oleh Ang

(1997), bahwa analisis kondisi ekonomi merupakan dasar dari analisis

sekuritas, jika kondisi ekonomi buruk maka kemungkinan besar tingkat

pengembalian (return) saham-saham yang beredar akan merefleksikan

penurunan yang sebanding atau return yang abnormal. Sebaliknya, jika

kondisi ekonomi baik maka akan merefleksikan harga saham akan baik pula

yang akan berdampak positif pada pengembalian saham (return).

Dalam perkembangan ilmu pengetahun tentang pasar modal hal tersebut

adalah merupakan informasi buruk yang memberikan spekulasi negatif bagi

para insvestor di mana akan mengalami kerugian bila kondisi ini terus terjadi,

Page 22: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

oleh karena itu investor sering mencari informasi tambahan agar

mendapatkan keuntungan dari kegiatan investasinya, salah satu cara yang

dilakukan adalah dengan melakukan pengalihan kepemilikan saham atau

dengan kata lain investor mencari saham-saham potensial yang lebih

menjanjikan.

Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari

suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, pasar

diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh

pasar. Reaksi pasar tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan harga

sekuritas yang bersangkutan di mana reaksi ini dapat diukur dengan abnormal

return (Hartono, 2005).

Budiarto dan Baridwan (1999), menyatakan bahwa reaksi pasar sebagai

suatu sinyal terhadap informasi adanya suatu peristiwa tertentu dapat

mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga dan

volume perdagangan saham yang terjadi. Para`investor juga dapat melakukan

pengamatan tentang informasi volume perdagangan dikaitkan dengan harga

saham. Saham dengan volume perdagangan tinggi akan menghasilkan return

saham yang tinggi.

Dengan demikian penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana

respon pasar saham Indonesia terhadap krisis energi di Jepang. Adapun judul

penelitian ini adalah “Perubahan Abnormal Return dan Trading Volume

Activity Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang (Event Study pada

Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”

Page 23: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata abnormal return antara sebelum

dan sesudah krisis energi di Jepang pada perusahaan pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity antara

sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang pada perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Atas dasar rumusan masalah yang menjadi tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Mengetahui perbedaan rata-rata abnormal return antara sebelum dan

sesudah krisis energi di Jepang.

2. Mengetahui perbedaan rata-rata trading volume activity antara sebelum

dan sesudah krisis energi di Jepang.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini di harapkan dapat

memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu akuntansi

khususnya ilmu ekonomi akuntansi.

2. Diharapkan penelitian ini bisa memberikan gambaran bagaimana

sebuah peristiwa dapat mempengaruhi perubahan abnormal return dan

Page 24: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

trading volume activity. Sehingga bisa mempengaruhi pengambilan

keputusan investasi.

3. Menjadi sumber referensi buat peneliti selanjutnya yang ingin meneliti

konsep yang sama.

Page 25: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini digunakan

sebagai dasar pengembangan, di antaranya adalah:

Husna (2010) dengan penelitiannya yang berjudul Analisis Perubahan

Harga Saham Sebelum dan Sesudah Pemilu Pada Sektor Property & Real

Estate yang Listing di BEI. Penelitian ini menggunakan pendekatan event

study, dengan tujuan melihat perbedaan harga saham dan melihat hubungan

perubahan harga saham atas peristiwa yang terjadi. Penelitian terhadap 15

perusahaan yang didapatkan melalui metode purpusive sampling diamati

selama 13 hari untuk melihat hubungan yang signifikan antara pemilu

legislatif dengan harga saham dan untuk melihat perbedaan harga saham

sebelum dan sesudah pemilu legislatif. Hasil pengujian data mengindikasikan

bahwa adanya pemilu legislatif 2009 sangat berpengaruh terhadap aktivitas

perdagangan saham baik pada hari-hari menjelang pemilu maupun pada hari-

hari sesudah pelaksanaan pemilu. Hal ini dikarenakan meratanya informasi

yang diterima baik investor, emiten maupun dealer saham. Korelasi antara

dua variabel ditunjukkan dengan hasil paired sample correlation sebesar

0,989 dengan signifikansi dibawah 0,05. Sementara perbedaan antara harga

saham sebelum dan sesudah pemilu legislatif yang diuji menggunakan paired

t-test menghasilkan harga saham yang lebih tinggi sesudah pemilu legislatif

2009 dibandingkan harga saham sebelum pemilu legislatif 2009. Hal tersebut

Page 26: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

secara jelas dinyatakan dengan nilai t hitung sebesar -5,2358 lebih besar

daripada t tabel yaitu sebesar 2,2125.

Hamidi (2008) dengan judul penelitian Analisis Likuiditas Saham

Sebelum, Saat, Sesudah Bencana Banjir Antara Tahun 2007 dan 2008 di

Jakarta pada Sektor Industri Dasar dan Kimia di BEI. Pengukuran likuiditas

saham menggunakan aktivitas volume perdagangan, bid-ask spread, widht,

dan resiliency diukur menggunakan alat statisitik uji beda untuk sampel

berpasangan. Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa

perisitiwa banjir yang terjadi pada awal Februari tahun 2007 dan 2008 di Ibu

Kota Jakarta tidak memepengaruhi secara signifikan terhadap saham-saham

perusahaan yang tergabung dalam Industri Dasar dan Kimia. Jadi meskipun

bencana banjir tersebut berdampak terhambatnya perputaran perekonomian

dalam Ibu Kota, mengalami kerugian material triliunan rupiah secara

nasional, dan merusak banyak infrastruktur serta membutuhkan obat-obatan

bagi para penduduk yang terjangkit penyakit yang disebabkan kejadian banjir

tersebut, sehingga dibutuhkan produk-produk perusahaan yang tergabung

dalam Industri Dasar dan Kimia, tetapi tidak mempengaruhi pada pergerakan

harga saham industri. Kesimpulannya tidak terdapat perbedaan likuiditas pada

saat, sebelum dan sesudah terjadi peristiwa banjir. Penilaian secara individu

terdapat beberapa perusahaan yang mengalami perubahan likuditas seperti

PT. SMGR, PT. ALMI, P.T BRPT, P.T CLPI, PT. SOBI, dan PT INKP ,

namun tidak dapat diindikasikan karena adanya peristiwa banjir yang terjadi

di Ibu Kota Jakarta.

Page 27: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Munawarah (2009) dengan judul penelitian Analisis Perbandingan

Abnormal Return dan Trading Volume Activity pada Saham LQ-45 Sebelum

dan Setelah Suspend BEI. Penelitian ini dilakukan selama 6 hari yaitu dimulai

tanggai 6 sampai dengan 15 Oktober 2008, diuji dengan menggunakan uji

normalitas data yaitu uji one-sample kolomogrov smirnov test dan untuk

pengujian variabel penelitian menggunakan alat uji one-sampe t-test dan

paired t-test. Penelitian ini menggunakan maeket model untuk expected

return dalam perhitungan abnormal return. Rata-rata abnormal return selama

3 hari sebelum suspend BEI (t-3 sampai t-1) diperoleh sebesar -0,14% atau

terjadi reaksi pasar yang negatif, sedangkan 3 hari setelah peristiwa suspend

BEI (t+1 sampai t+3) diperoleh rata-rata abnormal return sebesar -0,49% atau

terjadi reaksi pasar yang negatif. Secara matematis rata-rata abnormal return

lebih besar sebelum dibandingkan setelah suspend. Namun demikian, hasil

pengujian perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan setelah peristiwa

suspend BEI secara statistik diperoleh nilai t =0,468 dengan signifikansi

sebesar 0,686 atau berada di atas 0,05. Hal ini berarti, tidak terdapat

perbedaan yang signifikan secara statistik antara rata-rata abnormal return

sebelum dan setelah peristiwa suspend BEI. hasil pengujian perbedaan rata-

rata rata-rata Trading Volume Activity (TVA) saham LQ-45 sebelum dan

setelah peristiwa suspend BEI secara statistik diperoleh t = -1,366 dengan

signifikansi sebesar 0,185 atau berada di atas 0,05. Hal ini berarti bahwa,

tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata Trading Volume Activity

(TVA) saham LQ-45 sebelum dan setelah peristiwa suspend BEI. Dari hasil

Page 28: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

penelitian tersebut, menunjukkan bahwa sebelum dan setelah peristiwa

suspend BEI tidak terdapat perubahan reaksi perdagangan saham yang

signifikan

Penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2006) Analisis Rekasi Pasar

Modal Terhadap Kenaikan Harga BBM (Studi Kasus di Bursa Efek Jakarta

untuk Saham-Saham LQ 45) dengan menggunakan pendekatan event study

pada dua peristiwa kenaikan BBM menunjukkan bahwa peristiwa ini

memiliki kandungan informasi, yang menyebabkan pasar modal Indonesia

bereaksi terhadap peristiwa tersebut. Reaksi muncul terjadi pada hari

perdagangan sebelum peristiwa kenaikan BBM terjadi. Hal ini disebabkan

karena tanda-tanda atau sinyal dari pemerintah terhadap kenaikan harga BBM

tersebut sudah muncul pada beberapa hari sebelumnya. Perbedaan abnormal

return yang signifikan tidak terjadi pada kedua peristiwa kenaikan BBM, hal

ini disebabkan karena pelaku pasar sudah mulai terbiasa untuk memprediksi

kapan kenaikan BBM akan diberlakukan. Reaksi pasar modal terhadap

adanya kenaikan harga BBM memang bisa diduga mengingat isu seputar

kenaikan BBM sudah beredar sebelum tanggal kenaikan. Oleh sebab itu,

investor lebih banyak membeli ketika harga saham setelah peristiwa kenaikan

BBM terkoreksi dan menurut mereka sudah murah maka mereka akan

memborong kembali saham-saham tersebut untuk dimasukkan dalam

portofolionya kembali.

Rata-rata abnormal return selama kedua peristiwa ternyata

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini dikarenakan

Page 29: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

memang dari kedua peristiwa kenaikan BBM tersebut sudah dapat diprediksi

oleh para pelaku pasar. Pada hari-hari disekitar pengumuman terdapat

abnormal return yang signifikan, untuk kenaikan BBM 1 Maret 2005 terjadi

pada H-2, H-1 dan H+1 dan H+3. Sedangkan pada kenaikan BBM 1 Oktober

2005 terdapat abnormal return yang signifikan pada H-2, H-1 dan pada H+2

dan H+4. Abnormal return selama 5 hari sebelum pengumuman kenaikan

BBM (t-5 hingga t-1) diperoleh adanya reaksi yang berbeda dimana pada

sebelum kenaikan cenderung terjadi reaksi negatif dari dari investor,

sedangkan pada 5 hari setelah kenaikan cenderung terdapat reaksi positif dari

investor. Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat perbedaan yang

signifikan rata-rata abnormal return sebelum dan setelah kenaikan harga

BBM. Secara umum pengumuman kenaikan harga BBM memang merupakan

kabar buruk (bad news) bagi dunia usaha. Namun demikian para investor

sudah belajar dari pengalaman bahwa pengumuman akan diberlakukan pada

awal bulan. Tidak adanya reaksi harga atas informasi tersebut merefleksikan

tidak adanya tindakan investor untuk mendapatkan keuntungan dari peristiwa

tersebut. Sedangkan aktifitas perdagangan saham antara sebelum dan sesudah

peristiwa menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini

dikarenakan memang dari kedua peristiwa kenaikan BBM tersebut sudah

dapat diprediksi oleh para pelaku pasar. Tidak adanya reaksi harga atas

informasi tersebut merefleksikan tidak adanya revisi kepercayaan dalam pasar

secara agregat yang merupakan akibat dari adanya informasi yang sudah

diketahui sebelumnya.

Page 30: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Puput Haryono pada tahun 2005 menganalisis pasar modal Indonesia

(Bursa Efek Jakarta) terhadap peristiwa politik dalam negeri. Peristiwa

bencana tsunami di Nangroe Aceh Darullsallam (NAD) dan Sumatera Utara

pada tanggal 26 Desember 2004 menjadi obyek penelitian ini. Parameter yang

digunakan untuk mengukur reaksi pasar modal Indonesia terhadap politik

dalam negeri adalah perubahan harga saham dan volume perdagangan yang

terjadi di sekitar tanggal peristiwa yang akan memberikan abnormal return

kepada investor. Hipotesis 1 dalam penelitian ini diuji dengan metode event

study, hipotesis 2 akan diuji dengan uji perbedaan mean yaitu dengan Paired

Sample T-test, sedangkan hipotesis 3 akan diuji dengan formula Foster dan

Paired Sample T-test. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

dalam hipotesis 1 investor mendapatkan abnormal return pada hari kedua

,ketiga dan keempat sesudah peristiwa, namun pada pertama tidak

mendapatkan abnormal return. Sedangkan secara akumulasi sesudah

peristiwa mendapatkan abnormal return yang lebih kecil daripada sebelum

peristiwa. Pada hipotesis 2 dalam uji perbedaan mean menunjukkan bahwa

secara statistik tidak ada perbedaan antara abnormal return mean 4 hari

sebelum dan 4 hari sesudah peritiwa. Selanjutnya dalam analisis aktivitas

volume perdagangan mean di Bursa Efek Jakarta pada hipotesis 3

menunjukkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan antara aktivitas rata-

rata volume perdagangan 4 hari sebelum peristiwa dan 4 hari setelah

peristiwa yaitu, rata-rata volume perdagangan 4 hari sebelum peristiwa lebih

kecil daripada 4 hari setelah peristiwa. Kesimpulannya terdapat perbedaan

Page 31: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

yang signifikan antara rata-rata volume perdagangan sebelum peristiwa

dengan rata-rata volume perdagangan sesudah peristiwa, namun tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return mean sebelum

peristiwa dan abnormal return mean sesudah peristiwa.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No

Peneliti

dan Tahun

Penelitian

Penelitian

Terdahulu Indikator Alat Uji Hasil

1 Laila

Minoratul

Husna

(2010)

Analisis

Perubahan

Harga Saham

Sebelum dan

Sesudah

Pemilu Pada

Sektor

Property &

Real Estate

yang Listing

di BEI

Harga Saham 1. Paired T-

Test

Terdapat

korelasi

antara harga

saham dengan

peristiwa

pemilu dan

terdapat

perbedaan

harga saham

sebelum dan

sesudah

pemilu

2 Muhammad

Hamidi

(2008)

Analisis

Likuiditas

Saham

Sebelum,

Saat, Sesudah

Bencana

Banjir Antara

Tahun 2007

dan 2008 di

Jakarta Pada

Sektor

Industri Dasar

dan Kimia di

BEI

1. Traiding

Volume

Activity

2. Bid-Ask

Spread

3. Width

4. Resiliency

1. Paired T-

Test

Tidak terdapat

perbedaan

signifikan

likuditas

saham

sebelum,saat

dan sesudah

bencana

3

.

Munawarah

(2009)

Analisis

Perbandingan

Abnornal

Return dan

Trading

Volume

1. Abnormal

return

2. Traiding

Volume

Activity

1. Paired T-

Test

2. One-

Sample

T-Test

Terdapat

perbedaan

abnormal

return tetapi

tidak

signifikan, uji

Page 32: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

No

Peneliti

dan Tahun

Penelitian

Penelitian

Terdahulu Indikator Alat Uji Hasil

Activity Pada

Saham LQ-45

Sebelum dan

Sesudah

Suspend BEI

terhadap

traiding

volume

activity

menunjukkan

tidak terdapat

perbedaan

signifikan

4 St Tri Adi

Setyawan

(2006)

Analisis

Reaksi Pasar

Modal

Terhadap

Keneaikan

Harga BBM

(Studi Kasus

di Bursa Efek

Jakarta untuk

Saham LQ-

45)

1. Abnormal

return

2. Trading

Volume

Activity

1. Paired T-

Test

2. One

Sample

T-Test

Tidak

terdapat

perbedaan

signifikan

abnormal

return dan

traiding

volume

activity

5

.

Puput

Haryono

(2005)

Reaksi harga

saham di

Bursa Efek

Jakarta

terhadap

peristiwa

tsunami

Nangroe Aceh

Darussalam

(NAD) dan

Sumetera

Utara tanggal

26 Desember

2004

1. Abnormal

return

2. Traiding

Volume

Activity

1. Paired T-

Test

(event

study)

2. Formula

Foster

Tidak

terdapat

perbedaan

signifikan

abnormal

return

sebelum dan

sesudah

peristiwa,

terdapat

perbedaan

signifikan

indikator

TVA

Sumber : Data diolah (2012)

2.2 Pasar Modal

Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya

antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang,

umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Hukum mendefinisikan pasar modal

Page 33: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

dalam Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 sebagai “Kegiatan

yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,

perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta

lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.

Ahmad (2004) memberikan tiga definisi tentang pasar modal:

a. Definisi yang luas

Pasar modal adalah kebutuhan system keuangan yang terorganisasi,

termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang

keuanganm serta surat-surat berharga/klaim, jangka panjang dan

pendek, primer dan yang tidak langsung.

b. Definisi dalam arti menengah

Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-

lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya

yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham

obligasi-obligasi, pinjaman berjangka hipotek, dan tabunga serta

deposito berjangka.

c. Definisi dalam arti sempit

Pasar modal adalah tempat pasar terorganisasi yang

memperdagangkan saham-saham dan obligasi-obligasi dengan

memakai jasa dari makelar, komisioner dan para underwriter.

Pasar modal dapat diartikan sebagai pasar yang digunakan untuk

penjualan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang biasa diperjual

belikan, baik surat utang (oblogasi), saham (equity), reksadana, intrumen

derivatif maupun instrumen lainnya untuk tujuan memperoleh dana tambahan

dengan cepat dan murah guna membiayai kegiatan perusahaan agar tetap

bertahan. Sejalan dengan itu, Kasmir (2002) mendefenisikan pasar modal

sebagai :

Pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya penjual

dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh

modal. Penjualan dalam pasar modal merupakan perusaan yang

membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk

Page 34: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

menjual efek-efek dipasar modal. Pembeli adalah pihak yang ingin

membeli modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan.

Sundjaja dan Inge (2002) memaparkan tujuan pembentukan pasar

modal adalah

Memperoleh proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam

pemilikan saham perusahaan, pemerataan pendapatan masyarakat

melalui pemerataan pemilikan saham dan menggairakan partisipasi

masyarakat dalam pengerahan dan penghimpunan dana untuk

digunakan secara efektif

2.3 Saham

Saham merupakan salah satu instrumen yang diperdagangkan di pasar

modal atau secara sederhana dapat disebut sebagai bukti penyertaan modal

dalam perusahaan. Saham merupakan sertifikat yang dikeluarkan perusahaan

perseroan (PT) kepada pemilik atau penanam modal (Rahardjo, 2003).

Setiap investor memiliki tujuan yang berbeda dalam menanamkan

uangnya dalam bentuk saham. Menurut Baridwan (1992) beberapa tujuan

investor melakukan pembelian saham adalah sebagai berikut:

Apabila saham-saham itu dibeli dengan tujuan penggunaan uang yang

menganggur dan penjualannya untuk memenuhi kebutuhan uang, maka

pembelian saham akan dicatat sebagai investasi jangka pendek. Tetapi

penanaman modal dalam saham dapat dikelompokkan sebagi investasi

jangka panjang bila dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. untuk mengawasi perusahaan

2. untuk memperoleh pendapatan yang tetap setiap periode

3. untuk membentuk suatu dana khusus

4. untuk menjamin kontinuitas suplai bahan baku

5. untuk menjaga hubungan antar perusahaan

Harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan

perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau

fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang

Page 35: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

terjadi di pasar bursa. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau

menyimpan saham, harganya semakain naik. Sebaliknya semakin banyak

investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham, maka harganya

semakin bergerak turun.

Secara umum, semakin baik kinerja suatu perusahaan maka semakin

tinggi laba usahanya dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati

oleh pemegang saham juga semakin besar kemungkinan harga saham akan

naik. Meskipun demikian, saham yang memiliki kinerja baik sekalipun

harganya bisa saja turun karena keadaan pasar yang jelek menyebabkan

kepercayaaan terhadap pemodal terguncang. Saham ini tidak akan sampai

hilang, jika keperacayaan pemodal pulih. Siklus ekonomi membaik ataupun

hal-hal lain membaik, maka harga saham yang baik ini akan kembali naik,

jadi resiko dari pemegang suatu saham adalah turunnya harga saham. Cara

mengatasinya adalah menahan saham tersebut untuk waktu yang cukup lama

sampai keadaan pasar membaik kembali.

2.4 Pasar yang Efisien

Efficient market atau pasar yang efisien merupakan kondisi suatu pasar

bursa ketika efek yang diperdagangkan dapat merefleksikan semua informasi

yang mungkin terjadi dengan cepat dan akurat (Ang, 1997:17). Konsep

efficient market ini menyatakan bahwa pemodal selalu memasukkan faktor

informasi yang tersedia dalam keputusan mereka sehingga terefleksi pada

harga yang mereka transaksikan. Jadi harga yang berlaku di pasar sudah

tergantung faktor informasi tersebut. Harga suatu efek mengandung tiga

Page 36: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

faktor yaitu merefleksikan informasi yang bersifat historis, merefleksikan

kejadian yang telah diumumkan tetapi belum dilaksanakan seperti saham

bonus, tetapi pembagian saham bonus belum dibagikan, dan merefleksikan

prediksi atas informasi masa yang akan datang.

Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau tidak hanya dari segi ketersediaan

informasinya saja, tetapi juga dapat dilihat dari kecanggihan pelaku pasar

dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dan informasi yang

tersedia (Hatono, 2005). Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja

disebut efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market).

Sedangkan pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan para pelaku

pasar dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia

disebut dengan efisiensi pasar secara keputusan atau decisionally efficient

market.

Kunci utama untuk mengukur pasar modal yang efisien adalah

hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Informasi yang dapat

digunakan untuk menilai pasar yang efisen adalah informasi yang lama,

informasi yang sedang dipubli-kasikan atau semua informasi termasuk

informasi privat. Fama dalam Jogiyanto (1998), menyajikan tiga macam

bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk

informasi, yaitu:

1. Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah, jika harga-harga dari

sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu.

Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi.

Page 37: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori

langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data

masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar

efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat

digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa

untuk pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak dapat

menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan

yang tidak normal.

2. Pasar dikatakan efisien setengah kuat, jika harga-harga sekuritas

secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang

dipublikasikan (all publicly available information) termasuk

informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan

emiten. Semua informasi yang dipublikasikan akan tersebar dan

diterima oleh pemodal pada waktu yang hampir bersamaan, sehingga

harga secara langsung dan cepat melakukan penyesuaian dan

investor tidak mendapatkan keuntungan yang normal.

3. Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas

secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang

tersedia termasuk informasi privat. Jika pasar efisien dalam bentuk

ini berhubungan satu dengan yang lain, maka tidak ada individual

investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan

tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat.

Page 38: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Hubungan ketiga pasar efisien ini berupa tingkatan yang kumulatif

yaitu bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk setengah kuat dan bentuk

setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat. Hubungan tersebut

menunjukkan bahwa bila ada sangkalan dari efisiensi pasar bentuk lemah

maka sangkalan tersebut berlaku juga baik pada efisiensi pasar bentuk semi-

kuat maupun pasar efisien bentuk kuat. Jika pasar tidak efisien dalam bentuk

lemah, dengan sendirinya pasar tidak efisien dalam bentuk semi-kuat ataupun

bentuk kuat maupun dalam bentuk lemah.

2.5 Return Saham

Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam presentase dari

modal awal investasi. Pendapatan ivestasi dalam saham ini meliputi

keuntungan jual beli saham, jika untung disebut capital gain dan jika rugi

disebut capital loss. Selain capital gain, investor juga akan menerima deviden

tunai setiap tahunnya. Emiten akan membagikan deviden tunai dua kali

setahun, deviden yang pertama disebut deviden interim yang dibayarkan

selama tahun berjalan, sedangkan yang kedua disebut deviden final yang

dibagikan setelah tutup tahun buku.

Rumus perihungan return saham dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu:

Keterangan :

Ri,t : return saham i untuk waktu (hari, bulan, dan sebagainya)

Pt : price, yaitu harga untuk waktu t

Pt-1 : price, yaitu harga waktu sebelumnya

Dt : deviden tunai interim dan deviden tunai final

Page 39: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Metode kedua yang dapat digunakan adalah

Keterangan:

Ri,t = return saham i untuk waktu (hari, bulan, dan sebagainya)

IHSIt : indeks harga saham individu untuk waktu t

IHSIt-1 : indeks harga saham individu waktu sebelumnya

Dt : deviden tunai interim dan deviden tunai final

Metode yang kedua lebih tepat digunakan untuk menganalis karena

pemakian indeks dapat menetralisir pengaruh corporate action terhadap

harga saham.

2.6 Abnormal Return

Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya

terjadi terhadap normal return yang merupakan return yang diharapkan oleh

investor (expected return) (Hartono, 2003). Selisih return akan positif jika

return yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau return

yang dihitung. Sedangkan return akan negatif jika return yang didapat lebih

kecil dari return yang diharapkan atau return yang dihitung (Rachmawati,

2005).

Menurut Hartono (2005), studi peristiwa menganalisis return tidak

normal dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu

peristiwa. Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari

return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Sehingga dapat

disimpulkan, bahwa abnormal return terjadi karena dipicu oleh adanya

kejadian atau peristiwa tertentu, misalnya hari libur nasional, suasana politik,

Page 40: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

kejadian-kejadian luar biasa, stock split, penawaran perdana, suspend dan

lain-lain.

Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi

dengan return ekspektasi. Formulasinya adalah, sebagai berikut (Hartono,

2003):

ARi,t = Ri,t – E[Ri,t]

Keterangan:

ARi,t : abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.

Ri,t : return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada

periode peristiwa ke-t.

E [Ri,t] : return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t

Dalam menghitung return, beberapa indikator yang biasa digunakan

untuk menjelaskan efek dari sebuah peristiwa adalah:

a. Average Abnormal Return (AAR)

Average Abnormal Return merupakan rata-rata abnormal return (AR)

dari semua jenis saham yang sedang dianalisis secara harian. Average

abnormal return dapat menunjukkan reaksi paling kuat, baik positif

maupun negatif, dari keseluruhan jenis saham selama window period.

b. Cummulative Abnormal Return (CAR)

Cummulative Abnormal Return merupakan kumulatif abnormal return

dari hari pertama sampai dengan hari-hari berikutnya untuk setiap

jenis saham. Dengan melakukan perbandingan CAR selama periode

sebelum peristiwa dan CAR selama periode sesudah peristiwa terjadi,

kita dapat mengetahui jenis saham yang paling terpengaruh.

c. Cummulative Average Abnormal Return (CAAR)

Page 41: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

CAAR merupakan kumulatif harian AAR. Dari grafik CAAR dapat

diketahui kecenderungan kenaikan atau penurunan yang terjadi selama

window period, sehingga dampak positif atau negatif dari peristiwa

tersebut terhadap keseluruhan jenis saham yang diteliti dapat

diketahui.

2.7 Expected Return

Expected return merupakan return yang digunakan untuk pengambilam

keputusan investasi. Expected return penting jika dibandingkan dengan

return historis karena expected return merupakan return yang diharapkan dari

investasi yang akan dilakukan (Hartono, 2003). Dengan kata lain, expected

return adalah return yang diharapkan investor yang akan diperoleh di masa

yang akan datang.

Brown dan Warner (1985) mengestimasi return ekspektasi

menggunakan model estimasi mean-adjusted model, market model, dan

market-adjusmend model.

a. Mean-adjusted model

Model disesuaikan rata-rata (mean-adjusted model) menganggap

bahwa return ekspektasi yang bernilai konstan sama dengan rata-rata

return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Perhitungan

expected return dengan model ini dinyatakan dengan persamaan

sebagai berikut :

Keterangan

E[Ri,t] : expected return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Page 42: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Ri,j : return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j

: lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2

b. Market model

Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model)

dilakukan dengan dua tahap yaitu membentuk model eskpektasi

dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan

menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return

ekspektasi diperiode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk

menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan

persamaan:

Keterangan:

Ri,j : return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j

αi : intercept untuk sekuritas ke-i

βi : koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i

RMj : return indeks pasar pada periode estimasi ke-j

ei,j : kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j

c. Market-adjusted model

Model disesuaikan pasar (Market-adjusted Model) menganggap

bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu

sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan

menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode

estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas

yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Persamaan

yang dapat dibentuk dalam model ini adalah :

Page 43: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Keterangan

E[Ri,t] : expected return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

: return pasar

2.8 Trading Volume Activity

Perubahan harga saham merupakan refleksi tingkah laku manusia yang

tidak seluruhnya dapat ditaksir seperti kejadian politik pada suatu negara,

terorisme, bencana alam, peperangan dan sebagainya. Hal itulah yang

menyebabkan banyak orang menganggap pasar modal adalah sesuatu yang

unik sekaligus menarik. Investor mengharapkan keuntungan yang maksimal

dari investasi yang dilakukan dengan meminimalkan resiko. Dengan

demikian, untuk meminimalkan resiko tersebut maka investor harus

memperhitungkannya dengan cermat. Ada dua aspek atau pendekatan yang

sering dilakukan dalam melakukan analisis memilih saham, yaitu aspek

fundamental dan aspek teknikal.

Analisis fundamendal merupakan analisis perusahahaan yang

menggunakan data keuangan perusahaan dalam menghitung nilai instrinsik

saham. Analisis fundamental didasarkan atas anggapan bahwa setiap saham

memiliki nilai instrinsik. Analisis teknikal merupakan teknik analisis yang

menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha

mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar

secara keseluruhan. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk

menentukan kapan akan membeli atau menjual dengan memanfaatkan

indikator teknis maupun analisis grafik.

Page 44: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Volume perdagangan merupakan bagian yang diterima dalam analisis

teknikal. Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu

bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik. Peningkatan

volume perdagangan saham dibarengi dengan peningkatan harga merupakan

gejala yang semakin kuat akan kondisi yang bullish (Neni dan Mahendra,

2004).

Kegiatan perdagangan saham yang diukur melalui indikator TVA

digunakan untuk melihat apakah investor individual menilai laporan

keuangan informatif dalam arti apakah informasi tersebut membuat keputusan

perdagangan di atas keputusan perdagangan normal (Husnan, dkk : 1996).

Sedangkan menurut Neni dan Mahendra (2004), perubahan volume

perdagangan saham di pasar modal menunjukkan aktivitas perdagangan

saham di bursa dan mencerminkan keputusan investasi oleh investor. TVA

merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal

terhadap informasi melalui parameter perubahan volume perdagangan saham

(Sri Fatmawati dan Marwan Asri, 1999).

Ditinjau dari fungsinya Trading Volume Activity (TVA) merupakan

suatu variasi dari event study. Hasil perhitungan TVA mencerminkan

perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan dengan jumlah

saham yang beredar dalam suatu periode tertentu. Jadi, TVA diukur dengan

formulasi sebagai berikut (Foster, 1986 dalam Husnan, dkk, 1996):

TVA=

Page 45: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Dapat disimpulkan indikator Trading Volume Activity menjadi dasar

investor untuk mengambil keputusan dengan melihat saham yang memiliki

volume perdangangan yang tinggi, dengan asumsi volume perdagangan yang

tinggi menggambarkan saham yang memberikan return yang tinggi.

2.9 Krisis Energi di Jepang

Tsunami yang melanda Jepang tepatnya di wilayah Miyagi terjadi pada

hari Jumat 11 Maret 2011. Menurut kantor berita Associated Press, gempa

mulai terasa pada pukul 14.46 waktu setempat dengan kekuatan 8,9 SR.

Sekitar 30 menit kemudian, terjadi gempa susulan berkekuatan 7,4 SR. Pusat

gempa tepat berada 130 km di lepas pantai timur Kota Sendai atau 400 km di

timur laut Tokyo pada kedalaman 24,4 km.

Badan Meteorologi Jepang sudah mengeluarkan peringatan tsunami di

seluruh pesisir timur Jepang, yang menghadapi Samudera Pasifik. Pusat

Peringatan Tsunami Pasifik di Hawaii menyatakan bahwa peringatan tsunami

juga berlaku di Rusia, Pulau Marcus, dan Kepulauan Mariana. Peringatan

waspada tsunami juga dikeluarkan untuk Guam, Taiwan, Filipina, Indonesia,

dan negara bagian Hawaii, AS.

Sehari setelah tsunami melanda, bencana nuklir juga terjadi sehari

setelah tsunami. Reaktor nuklir Fukushima meledak dan mengakibatkan

empat orang pekerja terluka dan 83.000 warga lainnya dievakuasi. Bencana

rusaknya reaktor nuklir menyebabkan krisis energi yang mengakibatakn

keterbatasan pasokan energi untuk industri. Krisis energi ini dapat

mengganggu kelangsungan perusahaan, perusahaan yang diprediksi

Page 46: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

mengalami hal tersebut adalah industri baja dan otomitif karena jenis

perusahaan ini menggunakan banyak tenaga listrik.

Perusahaan produsen listrik di tokyo, TEPCO menyebutkan kapasitas

produksi menurun hampir setengahnya, dari 51 juta kilowatt menjadi 35 juta

kilowatt. Sehinggga banyak terjadi pemadaman listrik di Tokyo, kondisi

tersebut sanggat mengganggu hampir seluruh aspek kehidupan Jepang yang

secara keseluruhan mengandalkan listrik. Menghadapi musim panas, Jepang

perlu waspada karena kebutuhan listrik mencapai puncaknya karena warga

akan menggunakan listrik sebagai pendingin udara sehingga krisis energi

semakin parah dan perekonomian semakin menurun.

Dalam undang-undang Jepang, ada beberapa langkah yang harus

diambil pemerintah mengenai bencana energi nuklir. Jika terjadi kecelakaan

yang melibatkan nuklir, harus didirikan sebuah pusat cepat tanggap untuk

bencana tenaga atom. Perdana Menteri akan bertindak selaku kepala tim

tersebut. Pusat ad hoc ini memberikan kekuasaan kepada Perdana Menteri

untuk mengarahkan secara langsung berbagai badan pemerintah yang relevan

dan perusahaan-perusahaan swasta yang berhubungan dengan bencana

tersebut. Perdana Menteri juga akan didampingi dua badan lain yang akan

membantunya membuat keputusan. Dua lembaga tersebut adalah Badan

Keselamatan Nuklir dan Industri, bagian dari Kementerian Ekonomi, Industri

dan Perdagangan.

Peluang yang bisa diambil oleh Indonesia dalam bencana tersebut

menurut Enrique Blanco Armas adalah “Indonesia bisa sementara waktu

Page 47: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

mengalihkan pasar impor dengan mencari negara penghasil produk yang

sama. Untuk menambah nilai tambah, perbaikan infrastruktur harus dilakukan

secara simultan”. Ini berarti Indonesia sebagai negara penghasil komoditas

seperti gas alam cair, batu bara dan minyak bumi harus mampu membuat

celah pasar baru atau menambah ekspor atas komoditas tersebut.

2.10 Event Study

Event study mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang

informasinya dipublikasikan ke pasar. Studi ini digunakan untuk menguji

kandungan informasi dari suatu pengumuman dan untuk menguji efisiensi

pasar bentuk setengah kuat melalui pengamatan return. Informasi yang

digunakan tidak terbatas pada peristiwa ekonomi atau peristiwa tentang

corporate action, namun bisa berupa peristiwa politik atau peristiwa sosial

yang memberikan pengaruh terhadap pasar sekunder.

Studi peristiwa dikembangkan untuk menganalisis reaksi pasar terhadap

suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan. Reaksi pasar digambarkan

dengan adanya perubahan harga sekuritas yang diukur dengan abnormal

return, sehingga peristiwa yang memiliki kandungan informasi akan

memberikan abnormal return (Munawarah, 2009:27). Adapun tujuan event

study adalah untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang

mempengaruhi sekuritas dan return dari sekuritas tersebut (Kriztman dalam

Zaqi, 2006).

2.11 Kerangka Pemikiran

Pasca gempa bumi berkekuatan 8,9 skala Richter, Jepang harus

berhadapan dengan kebocoran reaktor nuklir. Akibat dari meledaknya reaktor

Page 48: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

nulir Fukushima adalah krisis energi yang terjadi dan berdampak pada proses

produksi industri yang memberikan kontribusi yang besar dalam pendapatan

nasional Jepang. Salah satu solusi mengurangi efek krisis energi adalah

mengalihkan sumber energi untuk menjaga kelangsungan industri sehingga

kestabilan perekonomian dapat terjaga.

Kebutuhan akan pengalihan sumber energi tersebut merupakan

informasi positif ataupun informasi negatif yang bisa dijadikan dasar

keputusan seorang investor. Informasi tersebut menjadi berdampak buruk

terhadap investor-investor yang menanamkan modalnya pada industri yang

secara langsung terkena efek buruk seperti United Tracktor. Tbk (UNTR)

sehingga informasi tersebut akan membuat para investor untuk mencari celah

saham-saham potensial untuk tetap mendapatkan keuntungan. Informasi

tersebut menjelaskan bahwa Jepang akan melakukan pembelian besar-

besaran terhadap gas ataupun batu bara untuk mengatasi krisis energi, dengan

demikian penjualan perusahaan pertambangan akan semakin meningkat

sehingga meningkatkan nilai perusahaan yang berpengaruh positif terhadap

pergerakan harga saham.

Selama ini 50 % kebutuhan liquid natural gas Jepang disupply

Indonesia, sehingga peristiwa ini akan meningkatkan nilai jual saham

pertambangan Indonesia karena akan adanya peningkatan permintaan liquid

natural gas oleh Jepang sebagai alternatif pengganti energi untuk mengatasi

krisis energi di Jepang akan ditujukan kepada Indonesia sebagai mitra dagang

terbesar. Dengan kata lain, saham pertambangan Indonesia menjadi saham

Page 49: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

dengan nilai jual yang tinggi atau dipandang sebagai saham potensial dalam

bursa saham.

Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk

menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau

beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik

dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu

yang cepat pula. Keputusan tersebut juga perlu didukung dengan adanya

estimasi atas return sebagai tujuan seseorang melakukan sebuah investasi.

Berdasarkan logika tidak ada investor yang tidak menginginkan

pengembalian terhadap investasinya, pada akhirnya investor yang

menentukan apakah peristiwa bencana di Jepang menjadi sebuah informasi

yang bisa menguntungkan.

Abnormal return merupakan indikator yang dapat menggambarkan efek

dari sebuah peristiwa atau informasi, abnormal retun merupakan selisih

antara return ekspektasi dengan return aktual. Hal ini berarti peristiwa dapat

memunculkan sebuah pergerakan yang tidak normal sehingga dapat terlihat

perubahan trend disekitar tanggal pengumuman. Perubahan nilai abnormal

return yang lebih tinggi dari sebelum pengumuman menandakan bahwa

pengumuman informasi memberi reaksi positif terhadap pasar dan

menunjukkan harga keseimbangan baru yang dipengaruhi oleh peristiwa

tersebut serta melihat efisiensi pasar yang dibentuk dari pengumuman

tersebut.

Page 50: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Hal lain yang digunakan untuk menjelaskan efek dari sebuah

pengumuman adalah volume perdagangan saham, ketika informasi dinilai

positif maka akan mendongkrak volume perdagangan saham. Harga saham

merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang

mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau fluktuasinya sangat

ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar

bursa. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan saham,

harganya semakain naik. Sebaliknya semakin banyak investor yang ingin

menjual atau melepaskan suatu saham, maka harganya semakin bergerak

turun. Dengan demikian, peningkatan volume perdagangan saham merupakan

pertanda atas saham komoditas dengan return yang positif karena

peningkatan penjualan tersebut dapat meningkatkan nilai saham tersebut.

Volume perdagangan juga menjadi suatu pertanda adanya kebocoran

informasi sebelum secara resmi informasi diluncurkan ke pasar.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat digambarkan

suatu kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1

Paradigma Konseptual Penilitian

Bencana

Jepang

Trading

Volume

Activity

Abnormal

Return

Sebelum Peristiwa Uji Beda

(Paired T-

Test) Sesudah Peristiwa

Sebelum Peristiwa

Sesudah Peristiwa

Uji Beda

(Paired T-

Test)

Page 51: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

2.12 Hipotesis

Hipotesis meruapakn jawaban yang sifat sementara terhadap masalah

yang diteliti. Berdasarkan identifikasi masalah penelitian ini, maka

hipotesisnya adalah sebagai berikut :

H1 : Terdapat perbedaan rata-rata abnormal return saham

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara

sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang

H2 : Terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity saham

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara

sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang

Page 52: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah abnormal return dan trading volume

activity sebagai variabel. Peneliti memilih objek ini, karena untuk melihat

dampak perubahan dari saham akibat suatu peristiwa dapat dilihat dari

volume transaksi penjualan dan abnormal return. Penelitian ini dilakukan

pada saham perusahaan pertambangan, subsektor pertambangan batu bara

dan subsektor pertambangan minyak dan gas alam yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan studi peristiwa

(event study). Menurut Jogianto (2003: 410), studi peristiwa (event study)

merupakan studi yang memepelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa

(event) yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat

digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari

suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar

berbentuk setengah kuat. Dalam penelitian ini studi peristiwa yang akan diuji

kandungan informasinya adalah bencana di Jepang.

Pendekatan yang diunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif, yaitu pendekatan yang menggunakan alat statistik untuk

menjelaskan hubungan diantara variabelnya.

Page 53: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dalam penelitian adalah

data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui website Bursa Efek

Indonesia (www.idx.co.id) meliputi indeks harga saham gabungan dan harga

penutupan (closing price) dalam rentang waktu 15 hari.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok elemen atau kasus, baik itu individual,

objek atau peristiwa yang berhubungan dengan kriteria spesifik dan

merupakan sesuatu yang menjadi target generalisasi dari hasil penelitian

(Khasan Effendy, 2010). Dalam penelitian ini, populasi yang diteliti

merupakan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Metode penetuan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak

bersifat acak dan sampel yang dipilih berdasrkan pertimbangan-pertimbangan

atau kriteria-kriteria tertentu yang telah di tetapkan, adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan dengan saham aktif selama periode pengamatan yaitu

dimulai tanggal 3 Maret sampai dengan 23 Maret 2011

2. Adanya kecukupan data berupa closing price dan volume perdagangan

saham

3. Perusahaan telah terdaftar sebelum tahun 2011.

Page 54: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Berdasarkan metode penarikan sampel maka dilakukan penyeleksian

dari populasi yang ada, penyeleksian populasi digambarkan sebagai berikut;

Tabel 3.1

Proses Pemilihan Sampel

No Keterangan Jumlah

1

2

3

4

Perusahaan pertambangan yang terdaftar

Perusahaan yang IPO sebelum Maret 2011

Perusahaan subsektor pertambangan batu bara dan

subsektor pertambangan minyak dan gas

Kecukupan informasi closing price dan volume

30

26

21

20

Sampel Final 20

Sumber : www.idx.co.id (data diolah kembali)

Rincian 20 perusahaan yang dipilih disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2

Sampel Penelitian

No Kode Saham Nama Perusahaan

1 ADRO Adaro Energy Tbk.

2 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk.

3 ATPK ATPK Resources Tbk.

4 BIPI Benakat Petroleum Energy Tbk.

5 BORN Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk

6 BRAU Berau Coal Energy Tbk.

7 BUMI Bumi Resources Tbk.

8 BYAN Bayan Resources Tbk.

9 DEWA Darma Henwa Tbk.

10 DOID Delta Dunia Makmur Tbk.

11 ELSA Elnusa Tbk.

12 ENRG Energi Mega Persada Tbk.

13 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk.

14 HRUM Harum Energy Tbk.

15 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk.

16 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk.

17 MEDC Medco Energi International Tbk.

18 PKPK Perdana Karya Persada Tbk.

19 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.

20 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk.

Sumber : www.idx.co.id (data diolah kembali)

Page 55: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan

mengumpulkan dokumen-dokumen di Bursa Efek Indonesia dan data lainnya

yang dianggap mempunyai hubungan erat dengan masalah yang diteliti.

3.6 Operasionalisasi Variabel

Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi operasional variabel yang

akan digunakan dalam penelitian ini:

1. Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi

dengan return ekspektasi. Formulasinya adalah, sebagai berikut

(Jogiyanto, 2008):

ARi,t = Ri,t – E [Ri,t]

Keterangan:

ARi,t : abnormal return sekuritas ke-i periode peristiwa ke-t.

Ri,t : return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada

periode peristiwa ke-t.

E [Ri,t] : return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t.

a. Return yang sesungguhnya (actual return) adalah return yang terjadi

pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif

terhadap harga sebelumnya (t-1).

Keterangan:

Ri,t : return saham harian sekuritas i pada periode t

Pi,t : harga saham harian sekuritas i pada periode t

Pi,t-1 : harga saham harian sekuritas i pada periode t-1

b. Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang

diharapkan investor yang akan diperoleh di masa yang akan datang

Page 56: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

dimana sifatnya belum terjadi. Dalam penelitian ini menggunakan

Model disesuaikan pasar (market-adjusted model) yang menganggap

bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu

sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan

menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode

estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas

yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

Keterangan:

E[Ri,t] : expected return

Rmt : return pasar pada periode t

c. Harga saham adalah harga saham pada saat penutupan harian

(closing price) yang digunakan untuk menghitung return yang

sesungguhnya (actual return).

d. Perubahan harga saham harian perusahaan i dimulai sejak 7 hari

sebelum tanggal peristiwa (t-7), pada saat terjadinya peristiwa (t0)

dan 7 hari setelah tanggal peristiwa (t+7).

e. Perubahan harga pasar harian indikatornya adalah indeks harga

saham gabungan yang digunakan untuk menentukan return pasar

(Rmt).

2. Trading Volume Activity (TVA) merupakan instrumen yang dapat

digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui

parameter perubahan volume perdagangan saham (Fatmawati dan Asri,

1999). Hasil perhitungan TVA mencerminkan perbandingan antara

Page 57: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

jumlah saham yang diperdagangkan dengan jumlah saham yang

beredar. Jadi, TVA diukur dengan formulasi sebagai berikut (Foster,

1986 dalam Husnan, dkk, 1996):

TVA=

3.7 Tehnik Analisis

Analisis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis event study

untuk mengolah dan membahas data yang diperoleh. Metodologi untuk event

etudy umumnya mengikuti prosedur sebagai berikut (Elton dan Gruber dalam

munawarah, 2009).

1. Mengumpulkan sampel perusahaan yang mempunyai suatu peristiwa

yang ingin diteiliti.

2. Menentukan dengan tepat hari atau tanggal pengumuman dan

menentukan sebagai hari 0

3. Menentukan periode penelitian atau event window

4. Untuk setiap sampel perusahaan dilihat return dan ativitas volume

perdagangan pada masing-masing satuan periode (hari, minggu atau

bulan).

5. Menghitung abnormal return dari return yang sudah didapatkan untuk

setiap perusahaan.

6. Menghitung Trading Volume Activity untuk setiap perusahaan.

7. Menghitung rata-rata abnormal return dan Trading Volume Activity

untuk masing-masing satuan periode (hari, minggu, atau bulan) untuk

keseluruhan sampel.

Page 58: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Model yang digunakan untuk mengestimasi expected return adalah

dengan menggunakan model disesuaikan pasar (market-adjusted model) yang

menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu

sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan

model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk

model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan

return indeks pasar.

Keterangan:

E(Rit) : expected return

Rmt : return pasar pada periode t

3.7.1 Periode Pengamatan

Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu selama 14

hari, terdiri dari t-7 (prevent, 7 hari sebelum peristiwa) yang berakhir pada

tanggal 3 Maret 2011, t0 (event-date, hari terjadinya peristiwa) yaitu tanggal

14 Maret 2011, t+7 (post-event, 7 hari setelah peristiwa) yang berakhir pada

tanggal 23 Maret 2011.

Rentang waktu pengamatan ditentukan selama 14 hari untuk

menghindari efek bias akibat lebarnya jendela yang dapat memunculkan efek

pengganggu. Dengan demikian penelitian ini dapat memberikan gambaran

secara penuh, nilai abnormal return dan traiding volume activity adalah nilai

yang disebabkan oleh peristiwa yang diamati.

Page 59: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

3.7.2 Pengujian Hipotesis

1. Pengujian Hipotesis I

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan rata-

rata abnormal return antara sebelum dan setelah krisis energi di Jepang.

a. Abnormal Return adalah selisih antara return sesungguhnya yang

terjadi dengan return ekspektasi. Formulasinya adalah, sebagai berikut

(Jogiyanto, 2008):

Keterangan:

ARi,t : abnormal return sekuritas ke-i periode peristiwa ke-t.

Ri,t : return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i

pada periode peristiwa ke-t.

E [Ri,t] : return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa

ke-t.

b. Aktual return adalah return yang terjadi pada waktu ke-t yang

merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya

(t1). (Jogiyanto, 2008)

Keterangan:

Ri,t : return saham harian sekuritas i pada periode t

Pi,t : harga saham harian sekuritas i pada periode t

Pi,t-1 : harga saham harian sekuritas i pada periode t-1

c. Expected return merupakan return yang diharapkan investor yang

akan diperoleh di masa yang akan datang dimana sifatnya belum

terjadi. Dalam penelitian ini menggunakan Model disesuaikan pasar

(market-adjusted model) denga rumus: (Jogiyanto, 2008)

Page 60: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Keterangan:

E[Rit] : expected return

Rmt : return pasar pada periode t

d. Return pasar diperoleh dengan rumus: (Jogiyanto, 2008)

Keterangan:

Rmt : return pasar pada periode t

IHSGt : IHSG pada hari ke t

IHSGt-1 : IHSG pada hari sebelumnya

e. Standar Deviasi masing-masing sekuritas selama periode pengamatan.

(Lamasigi dalam Munawarah, 2009)

Keterangan:

: standar deviasi sekuritas i

: abnormal return saham i pada waktu t

: rata-rata abnormal return

f. Standardized abnormal return untuk masing-masing sekuritas dengan

rumus: (Lamasigi dalam Munawarah, 2009)

Keterangan:

SARit : standardized abnormal return saham pada waktu t

ARit : abnormal return saham pada waktu t

it : standar deviasi sekuritas i

g. Rata-rata abnormal return untuk seluruh sampel saham dengan rumus:

(Lamasigi dalam Munawarah, 2009)

Page 61: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Keterangan:

AR : abnormal return secara keseluruhan

ARit : total abnormal return saham i pada waktu t

n : total saham yang dijadikan sampel

h. Analisis uji signifikansi terhadap nilai abnormal return dengan uji t

sebagai berikut: (Lamasigi dalam Munawarah, 2009)

Keterangan:

SARit : total standardized abnormal return saham i pada waktu t

n : total saham yang dijadikan sampel

i. Nilai cumulative abnormal return dengan rumus sebagai berikut:

(Lamasigi dalam Munawarah, 2009)

CAR = ARit

Keterangan:

CAR : Cummulative abnormal return

ARit : total abnormal return saham i pada waktu t

j. Rata-rata abnormal return sebelum dan setelah peristiwa (Lamasigi

dalam Munawarah, 2009)

Keterangan:

: rata-rata abnormal return sebelum peristiwa

: rata-rata abnormal return setelah peristiwa

ARsebelum : abnormal return sebelum peristiwa

ARsetelah : abnormal return setelah peristiwa

t : periode waktu

t

t

Page 62: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

k. Standar deviasi rata-rata abnormal return. (Lamasigi dalam

Munawarah, 2009)

Keterangan:

: standar deviasi abnormal return sebelum peristiwa

: standar deviasi abnormal return setelah peristiwa

t : periode waktu

l. Uji statistik : (Lamasigi dalam Munawarah, 2009)

Keterangan :

: rata-rata abnormal return sebelum peristiwa

: rata-rata abnormal return setelah peristiwa

: standar deviasi abnormal return sebelum peristiwa

: standar deviasi abnormal return setelah peristiwa

n : total saham yang dijadikan sampel

Dalam penelitian ini untuk membuktikan hipotesis pertama

menggunakan menggunakan uji beda (T-test) dengan sampel berhubungan

(Paired samples T-Test), yang bertujuan untuk menguji apakah ada perbedaan

rata-rata dua sampel yang berhubungan (Ghozali, 2006).

Untuk pengambilan keputusan dalam penelitian ini pertimbangan yang

dilakukan, sebagai berikut:

(t-1)

(t-1)

Page 63: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

a. Jika Probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak artinya terdapat perbedaan

variance.

b. Jika Probabilitas > 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak artinya terdapat

kesamaan variance.

2. Pengujian Hipotesis II

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan rata-rata

trading volume activity (TVA) sebelum dan setelah krisis energi di Jepang.

a. Rata-rata trading volume activity (TVA) sebelum dan setelah peristiwa.

((Lamasigi dalam Munawarah; 2009)

Keterangan :

: rata-rata trading volume activity sebelum peristiwa

: rata-rata trading volume activity setelah peristiwa

TVAsebelum : trading volume activity sebelum peristiwa

TVAsetelah : trading volume activity setelah peristiwa

t : periode waktu

b. Standar deviasi rata-rata trading volume activity (TVA). (Lamasigi

dalam Munawarah; 2009)

(t-1)

t

(t)

Page 64: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Keterangan:

: standar deviasi trading volume activity sebelum

peristiwa

: standar deviasi trading volume activity setelah

peristiwa

t : periode waktu

c. Uji statistik : (Lamasigi dalam Munawarah; 2009)

Keterangan :

: rata-rata abnormal return sebelum peristiwa

: rata-rata abnormal return setelah peristiwa

: standar deviasi abnormal return sebelum peristiwa

: standar deviasi abnormal return setelah peristiwa

n : total saham yang dijadikan sampel

Dalam penelitian ini untuk membuktikan hipotesis kedua menggunakan

uji beda (T-test) dengan sampel berhubungan (Paired samples T-Test), yang

bertujuan untuk menguji apakah ada perbedaan rata-rata dua sampel yang

berhubungan (Ghozali, 2006).

Untuk pengambilan keputusan dalam penelitian ini pertimbangan yang

dilakukan adalah jika Probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak artinya terdapat

perbedaan variance dan jika Probabilitas > 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak

artinya terdapat kesamaan variance. Dalam menggunakan uji beda (T-test),

standar error perbedaaan dalam nilai rata-rata harus terdistribusi normal

sehingga diuji dengan Kolmogorov-Smirnov Test (Ghozali, 2006).

BAB IV

(t-1)

Page 65: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah perusahaan

pertambangan subsektor pertambangan batu bara dan subsektor pertambangan

minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sektor

pertambangan terbagi atas beberapa subsektor yaitu pertambangan batu bara,

pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan batu-batuan dan

pertambangan logam dan mineral lainnya. Pemilihan sampel penelitian yang

difokuskan kepada saham perusahaan pertambangan subsektor pertambangan

batubara dan pertambangan minyak dan gas dikarenakan adanya kebutuhan

Jepang untuk mengganti sumber energi listrik yang berkurang secara drastis

dengan energi alternatif berupa batu bara dan liquid natural gas atau gas alam

cair, sehingga tetap dapat memaksimalkan kondisi perekonomian negaranya.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah rata-rata retrun saham,

retrun pasar, rata-rata abnormal retrun dan rata-rata traiding volume activity

saham sektor pertambangan sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang

tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011.

4.1.1 Return Saham

Return saham adalah perbandingan antara selisih harga saham hari

pengamatan (Pt) dikurangi harga saham hari sebelumnya (Pt-1) terhadap harga

saham hari sebelumnya (Pt-1). Dengan formulasi tersebut dapat

menggambarkan kondisi saham apakah mengalami peningkatan

pengembalian (keuntungan) atau tidak. Tabel 4.1 dibawah ini akan

Page 66: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

menggambarkan deskripsi return saham perusahaan pertambngan yang

dijadikan sampel penelitian selama periode peneltian.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Retrun Saham

(Tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011)

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

3 Maret (t-7) 20 -0,05099150 0,04237288 0.00393244 0,02292313

4 Maret (t-6) 20 -0,04761904 0,05106888 0,00075287 0.02600961

7 Maret (t-5) 20 -0,04255319 0,04225352 -0,00058688 0.01850191

8 Maret (t-4) 20 -0,05172413 0,06250000 0.01350110 0.02805291

9 Maret (t-3) 20 -0,03361344 0,05294118 0.00296196 0.01972340

10 Maret (t-2) 20 -0,03333333 0,04385965 -0,00328039 0.01663902

11 Maret (t-1) 20 -0,03311258 0,05042016 -0,00304998 0.02123178

14 Maret (t0) 20 -0,03333333 0,07142857 0,00951169 0.02607069

15 Maret (t1) 20 -0,05172413 0,03296703 -0,01206592 0.01868228

16 Maret (t2) 20 -0,02380952 0,14545455 0,00761273 0.03530335

17 Maret (t3) 20 -0,04761904 0 -0,01465824 0.01354056

18 Maret (t4) 20 -0,00289017 0,03987069 0,01189528 0.01277913

21Maret (t5) 20 -0,02298851 0,02727273 -0,00361055 0.01352867

22 Maret (t6) 20 -0,04301075 0,01886793 -0,06921797 0.01661670

23 Maret (t7) 20 -0,02439024 0,03333333 0,00426165 0.01760101

Sumber : Output SPSS 16 (2012)

Tabel 4.1 mendeskripsikan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata

retrun saham dan standar deviasi saham pertambangan pada tanggal 3 sampai

dengan tanggal 23 Maret 2011. Tanggal 3 Maret 2011 rata-rata retrun saham

bernilai postif yaitu 0,00393244 atau meningkat 0,39% dari hari sebelumnya,

dengan standar deviasi sebesar 0,02292313. Rata-rata retrun saham lebih

kecil dari standar deviasi, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar

penyimpangan nilai retrun saham pertambangan terhadap nilai rata-ratanya

yaitu berkisar di antara -0,01899069 dan 0,02685557. PT. Bumi Resources

Page 67: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Tbk. (BUMI) sebagai perusahaan subsektor pertambangan batu bara menjadi

emiten dengan nilai retrun saham paling tinggi yaitu 0,04237288. Sedangkan

retrun saham terendah dimiliki oleh PT. Bayan Resource (BYAN) dari

subsektor yang sama dengan nilai retrun saham -0,05099150.

Tanggal 4 Maret 2011 rata-rata retrun saham masih bernilai positif

yaitu 0,00075287 atau meningkat 0,07% dari hari sebelumnya dengan standar

deviasi sebesar 0,02600961. Nilai standar deviasi yang lebih besar dari pada

nilai rata-rata mengakibatkan penyimpangan berkisar di antara nilai -

0,025225675 dan 0,026766248. Saham PT. Indo Tambangraya Megah Tbk.

(ITMG) memiiki nilai retrun saham yang paling tinggi dengan nilai

0,05106888 dan nilai retrun paling rendah didapatkan oleh PT. Darma Henwa

Tbk. (DEWA) dengan nilai -0,0476195.

7 Maret 2011 nilai rata-rata retrun saham bernilai negatif yaitu sebesar -

0,00058688 atau menurun sebesar 0,06% dari hari sebelumnya. Standar

deviasi bernilai lebih besar daripada rata-rata retrun saham sehingga

mendeskripsikan pelencengan nilai rata-rata retrun saham di antara -

0,01908879 dan 0,01791503. PT. Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk.

(BORN) menjadi saham dengan nilai retrun tertinggi dan PT. Radiant Utama

Interisco Tbk. (RUIS) adalah saham dengan nilai retrun saham terendah.

Tanggal 8 dan 9 Maret 2011 nilai retrun saham bernilai positif kembali yaitu

0,01350110 atau 1,35% dan 0,00296196 atau 0,29%. Untuk nilai standar

deviasinya pada tanggal tersebut menunjukkan nilai standar deviasi yang

Page 68: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

lebih besar daripada nilai rata-rata retrun saham yaitu 0,02805291 dan

0,01972340.

Tanggal 10 dan 11 Maret 2011 nilai rata-rata retrun saham kembali

bergerak negatif namun standar deviasi tetap bernilai lebih besar

dibandingkan dengan rata-rata retrun saham. Retrun saham paling tinggi

diperoleh PT. Energi Mega Persada selama dua hari berturut-turut sebesar

0,04385965 dan 0,05042017, sedangkan retrun saham terendah bernilai -

0,03333333 dan -0,03311258 diperoleh oleh PT. Garda Tujuh Buana (GTBO)

dan PT. Resource Alam Indonesia (KKGI).

Pasca gempa bumi bursa mendapatkan tekanan atas hal tersebut dimana

nilai indeks harga saham gabungan terkoreksi. Untuk nilai rata-rata retrun

saham sektor pertambangan pada tanggal 15 Maret menunjukkan hal negatif

yang berarti secara rata-rata saham pertambangan nilainya menurun sebesar -

0,01206593 atau 1,21%. Penurunan ini mengindikasikan kepanikan yang

terjadi dalam pasar modal, nilai maksimum retrun saham hanya 0,03296703

lebih rendah dibandingkan hari perdagangan sebelumnya, nilai ini diperoleh

PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG). Saham dengan nilai retrun

saham terendah didapatkan oleh PT. Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO) dari

subsektor pertambangan batu bara dengan nilai -0,05172414.

Tanggal 16 Maret 2011 nilai rata-rata retrun saham membaik dengan

nilai 0,00761273 atau 0,76% sementara standar deviasi bernilai 0,03530335.

Hal ini menunjukkan nilai rata-rata retrun saham pertambangan lebih kecil

daripada standar deviasi sehingga penyimpangan nilai rata-rata retrun saham

Page 69: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

di antara -0,02769062 dan 0,02768062. Nilai retrun saham tertinggi adalah

0,14545455 dimiliki oleh PT. Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO) dari

subsektor pertambangan batu bara. Retrun saham terendah diperoleh PT.

Radiant Utama Interinsco Tbk. (RUIS) dengan nilai -0,02380952. Tanggal 17

Maret rata-rata retrun saham kembali menurun dengan nilai -0,01465825 atau

1,47%. Nilai retrun saham tertinggi adalah 0 dimiliki oleh PT. Adaro Energy

Tbk. (ADRO), PT. Ratu Prabu Energi Tbk. (ARTI), PT. Borneo Lumbung

Energy & Metal Tbk. (BORN), PT. Berau Coal Energy Tbk. (BRAU), PT.

Resource Alam Indonesia Tbk. (KKGI) dan PT. Radiant Utama Interisco

Tbk. (RUIS). Hal ini disebabkan oleh harga saham pada saat penutupan yang

sama pada saat perdagangan dibuka pada hari itu atau dengan katalain harga

saham penutupan sama dengan harga saham penutupan hari sebelumnya.

Sementara retrun saham terendah diperoleh PT. Garda Tujuh Buana Tbk.

(GTBO) dengan nilai -0,04761905.

Tanggal 18 Maret 2011 rata-rata retrun saham bergerak positif dengan

nilai 0,01189528 atau 1,19% , sementara nilai standar deviasi lebih besar dari

nilai rata-rata retrun saham yaitu 0,01277913 sehingga penyimpangan atas

nilai rata-rata retrun saham berada di antara -0,00088385 dan 0,02467441.

Retrun saham tertinggi dimiliki oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk.

(ITMG) dengan nilai 0,03987069 dan retrun saham terendah sebesar -

0,00289017 dimiliki oleh PT. Bayan Resources Tbk. (BYAN).

Tanggal 21 dan 22 Maret 2011 rata-rata retrun saham kembali negatif

dengan nilai -0,00361055 dan -0,00692180. Saham tertinggi didapatkan oleh

Page 70: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

PT. Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID) dan PT. Brau Coals Energy Tbk.

(BRAU) dengan nilai 0,02727273 dan 0,01886792. Sementara retrun saham

terendah bernilai -0,02298851 dan -0,04301075 dimiliki oleh PT. Bekanat

Petroleum Energy Tbk. (BIPI) dan PT. Adaro Energy Tbk. (ADRO).

Tanggal 23 Maret 2011 rata-rata retrun saham bernilai positif yaitu

sebesar 0,00426165 atau 0,43% dengan standar deviasi sebesar 0,01760101.

Nilai rata-rata retrun pasar yang lebih kecil daripada standar deviasi

menjelaskan penyimpangan yang terjadi cukup besar antara nilai retrun

saham terhadap nilai rata-ratanya yaitu berkisar -0,01333936 dan 0,02186267.

Nilai retrun saham tertinggi dimiliki oleh PT. Garda Tujuh Buana Tbk.

(GTBO) senilai 0,03333333 dan retrun saham terendah dimiliki oleh PT.

Radiant Utama Interisco Tbk. (RUIS) dengan nilai -0,02439024.

Kesimpulan atas keadaan return saham selama periode pengamatan

yaitu dimulai dari tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011 ditunjukkan dalam

gambar 4.1.

-0,1

-0,05

-3E-16

0,05

0,1

0,15

0,2

3 4 7 8 9 10 11 14 15 16 17 18 21 22 23

Gambar 4.1

Grafik Rata-Rata Return Saham dan Nilai Maximum

Return Saham

rata-rata return saham max

Sumber : Data diolah (2012)

Page 71: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Gambar 4.1 memberikan kesimpulan bahwa selama periode

pengamatan yang dimulai dari tanggal 3 samapi dengan tanggal 23 Maret

2011 nilai retrun saham paling tinggi terjadi pada tanggal 16 Maret 2011

kemudian menurun dan meningkat lagi pada tanggal 18 Maret 2011. Return

saham sebelum lebih besar dibandingkan sesudah pengumuman krisis energi

di Jepang. Setelah pengumuman pergerakan nilai return saham memiliki

tingkat kerapatan yang kecil sehingga terdapat perbedaan yang cukup jauh

antara nilai maximum antara hari-hari pengamatan tersebut.

4.1.2 Abnormal Return

Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return

yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal, dalam penelitian ini

abnormal return secara lengkap ditunjukkan dalam lampiran IV. Pergerakan

harga saham dan indeks harga saham gabungan mempengaruhi besaran

abnormal return, peningkatan harga saham setiap harinya menghasilkan

peningkatan nilai actual return dan menjadikan nilai actual return yang

positif. Perbedaan nilai actual return yang lebih besar dari expected return

membuat abnormal return bernilai positif. Dengan demikian dapat

disimpulkan, bahwa abnormal return terjadi karena dipicu oleh adanya

kejadian atau peristiwa tertentu, misalnya hari libur nasional, suasana politik,

kejadian-kejadian luar biasa, stock split, penawaran perdana, suspend dan

lain-lain. Untuk menguj hipotesis maka digunakan rata-rata abnormal return

yang dianalisis secara harian, sehingga dapat digambarkan reaksi paling kuat

baik postif maupun negatif dari keselurusahan saham selama periode

Page 72: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

pengamatan. Berikut disajikan tabel 4.2 untuk memperlihatkan statistik

deskriptif abnormal return selama periode pengamatan.

Tabel 4.2

Statisktik Deskriptif Abnormal Retrun

(Tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011)

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

3 Maret (t-7) 20 -0,05338437 0,03998002 0,00153957 0,02292313

4 Maret (t-6) 20 -0,06145893 0,03722900 -0,01308701 0,02600961

7 Maret (t-5) 20 -0,04786353 0,03694319 -0,00589722 0,01850191

8 Maret (t-4) 20 -0,05694550 0,05727864 0,00827974 0,02805291

9 Maret (t-3) 20 -0,03874177 0,04781286 -0,00216637 0,01972340

10 Maret (t-2) 20 -0,03026915 0,04692383 -0,00021621 0,01663902

11 Maret (t-1) 20 -0,02045248 0,06363376 0,00961012 0,02123178

14 Maret (t0) 20 -0,04112814 0,06363376 0,00171688 0,02607069

15 Maret (t1) 20 -0,03901880 0,04567237 0,00063941 0,01868228

16 Maret (t2) 20 -0,02579393 0,14347014 0,00562833 0,03550335

17 Maret (t3) 20 -0,03423456 0,01338448 -0,00127376 0,01354057

18 Maret (t4) 20 -0,00572008 0,03704078 0,00906537 0,01277913

21Maret (t5) 20 -0,03007938 0,02018186 -0,01070142 0,01352867

22 Maret (t6) 20 -0,04269105 0,01918763 -0,00660209 0,01661670

23 Maret (t7) 20 -0,03533767 0,02238590 -0,00668578 0,01760101

Sumber : Output SPSS 16.0 (2012)

Tabel 4.2 mendeskripsikan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata

abnormal retrun dan standar deviasi saham pertambangan pada tanggal 3

sampai dengan tanggal 23 Maret 2011. Tanggal 3 Maret 2011 rata-rata

abnnormal retrun bernilai postif yaitu 0,00153957 atau actual retrun lebih

besar 0,15% dari expected retrun, dan standar deviasi sebesar 0,02292313.

Rata-rata abnnormal retrun lebih kecil dari standar deviasi, hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar penyimpangan nilai abnormal retrun

saham pertambangan terhadap nilai rata-ratanya yaitu berkisar di antara

Page 73: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

-0,02138255 dan 0,02446270. PT. Bumi Resources Tbk. (BUMI) sebagai

perusahaan subsektor pertambangan batu bara menjadi emiten dengan nilai

abnormal retrun saham paling tinggi yaitu 0,03998002. Sedangkan abnormal

retrun saham terendah dimiliki oleh PT. Bayan Resource Tbk. (BYAN) dari

subsektor yang sama dengan nilai -0,05338437.

Tanggal 4 Maret 2011 rata-rata abnormal retrun saham bernilai negatif

yaitu -0,01308701 atau actual retrun lebih kecil sebesar 1,31% dari nilai

expected retrun, dan standar deviasi sebesar 0,02600961. Nilai standar

deviasi yang lebih besar daripada nilai rata-rata mengakibatkan

penyimpangan berkisar di antara nilai -0,03909663 dan 0,01292260. Saham

PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) memiiki abnormal retrun saham

paling tinggi dengan nilai 0,036722900 dan abnormal retrun paling rendah

didapatkan oleh PT. Darma Henwa Tbk. (DEWA) dengan nilai -0,06145893.

7 Maret 2011 nilai rata-rata abnormal retrun saham bernilai negatif

yaitu sebesar -0,00589722 atau expected rerturn lebih besar 0,59% dari

actual retrun. Standar deviasi bernilai lebih besar daripada rata-rata

abnnormal retrun sehingga mendeskripsikan pelencengan nilai rata-rata

abnormal retrun berada di antara nilai -0,02439913 dan 0,01260470. PT.

Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk. (BORN) menjadi saham dengan nilai

abnormal retrun tertinggi yaitu 0,03694319 dan PT. Radiant Utama Interisco

Tbk. (RUIS) adalah saham dengan nilai abnnormal retrun saham terendah

yaitu -0,04786353.

Page 74: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Tanggal 8 Maret 2011 nilai abnormal retrun saham bernilai positif

yaitu 0,00827974 atau actual retrun lebih besar 0.83% dari expected rerturn.

Nilai standar deviasinya lebih besar daripada nilai rata-rata abnormal retrun

saham yaitu 0,02805291. Saham PT. Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID)

adalah saham dengan abnormal retrun tertinggi sementara abnormal retrun

terendah dimiliki oleh PT. Ratu Prabu Energy Tbk. (ARTI).

Tanggal 9 dan 10 Maret 2011 nilai abnormal rata-rata retrun saham

kembali bergerak negatif dan standar deviasi tetap bernilai lebih besar

dibandingkan dengan rata-rata retrun saham. Abnormal retrun yang tinggi

masih dikuasai oleh saham subsektor pertambangan batu bara yaitu PT.

ATPK Resources Tbk. (ATPK) dan PT. Energi Mega Persada Tbk. (ENRG).

Tanggal 11 Maret 2011 rata-rata abnormal retun adalah positif dengan

nilai 0,00961012. Abnormal retrun tertinggi adalah 0,06308027 masih

dimiliki oleh PT. Energi Mega Persada. Tbk (ENRG) dan abnormal retrun

terendah dimiliki oleh PT. Resource Alam Indonesia Tbk. (KKGI) yaitu

saham subsektor pertambangan baru bara dengan nilai -0,020045248.

Pasca gempa bumi nilai rata-rata abnnormal retrun saham sektor

pertambangan pada tanggal 15 Maret 2011 menunjukkan hal postif,

abnnormal retrun saham pertambangan nilainya meningkat tipis sebesar

0,00063941 atau actual retrun lebih besar 0,06% dari expected retrun.

Abnormal retrun tertinggi diperoleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk.

(ITMG) dan saham dengan nilai abnnormal retrun terendah didapatkan oleh

PT. Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO) dengan nilai -0,05172414.

Page 75: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Tanggal 16 Maret 2011 nilai rata-rata abnnormal retrun membaik

dengan nilai 0,00562833 atau 0,56% sementara standar deviasi bernilai

0,03530335. Hal ini menunjukkan nilai rata-rata retrun saham pertambangan

lebih kecil daripada standar deviasi sehingga penyimpangan nilai rata-rata

retrun saham berada di antara -0,02967502 dan 0,04093168. Nilai retrun

saham tertinggi adalah 0,14347014 dimiliki oleh PT. Garda Tujuh Buana

Tbk. (GTBO) dari subsektor pertambangan batu bara. Retrun saham terendah

diperoleh PT. Radiant Utama Interinsco Tbk. (RUIS) dari subsektor

pertambangan batu bara dengan nilai -0,02579393. Tanggal 17 Maret rata-

rata abnnormal retrun kembali menurun dengan nilai -0,00127376 atau actual

retrun lebih kecil 0,13% dari expected retrun. Nilai abnnormal retrun saham

tertinggi adalah 0,01338448 dimiliki oleh beberapa emiten yaitu PT. Adaro

Energy Tbk. (ADRO), PT. Ratu Prabu Energi Tbk. (ARTI), PT. Borneo

Lumbung Energy & Metal Tbk. (BORN), PT. Berau Coal Energy Tbk.

(BRAU), PT. Resource Alam Indonesia Tbk. (KKGI) dan PT. Radiant Utama

Interisco Tbk. (RUIS). Hal ini disebabkan oleh harga saham pada saat

penutupan yang sama pada saat perdagangan dibuka sehingga nilai actual

retrun menjadi sama dan menghasilkan nilai abnormal retrun yang sama.

Sementara abnnormal retrun terendah diperoleh PT. Garda Tujuh Buana Tbk.

(GTBO) dengan nilai -0,03423456.

Tanggal 18 Maret 2011 rata-rata abnnormal retrun bergerak positif

dengan nilai 0,01189528 atau actual retrun lebih besar 1,19% dari retrun

pasar, sementara nilai standar deviasi lebih besar dari nilai rata-rata

Page 76: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

abnnormal retrun yaitu 0,01277913 sehingga penyimpangan atas nilai rata-

rata retrun saham berada di antara -0,01481433 dan 0,02184450. Abnormal

retrun tertinggi sebesar 0,03704078 diperoleh PT. Indo Tambangraya Megah

Tbk. (ITMG) dan abnormal retrun terendah sebesar -0,00289017 diperoleh

oleh PT. Bayan Resources Tbk. (BYAN).

Tanggal 21 sampai 23 Maret 2011 rata-rata abnormal retrun kembali

negatif dengan nilai -0,01070142, -0,0060209 dan -0,00668578. Nilai rata-

rata abnormal retrun yang lebih kecil daripada standar deviasi menjelaskan

penyimpangan yang terjadi cukup besar antara nilai abnormal retrun saham

terhadap nilai rata-ratanya. Jadi dapat disimpulkan abnormal retrun positif

yang berarti merespon kejadian krisis energi di Jepang terjadi pada t+1, t+2,

dan t+4 dan emiten dari subsektor pertambangan batu bara lebih merespon

krisis energi di Jepang sebagai informasi positif yang dapat meningkatkan

usahanya. Berikut disajikan gambar 4.2 untuk menunjukkan kondisi

abnormal return secara keseluruhan selama periode pengamatan.

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

0,12

0,14

0,16

3 4 7 8 9 10 11 14 15 16 17 18 21 22 23

Gambar 4.2

Grafik Rata-rata Abnormal Return dan Nilai

Maximum Abnormal Return

rata-rata abnormal return max

Sumber : Data diolah (2012)

Page 77: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa secara rata-rata nilai abnormal return

tidak terjadi peningkatan atau penurunan secara signifikan, namun bila nilai

abnormal return dilihat berdasarkan nilai maximum hariannya, pada tanggal

16 terjadi lonjakan abnormal return yang cukup signifikan yaitu nilai

abnormal return berubah dari 0,04567237 menjadi 0,14347014. Setelah

tanggal itu tejadi penurunan yang signifikan dan diikuti peningkatan lagi pada

tanggal 18 yang menunjukkan perbaikan atau return saham kembali mencapai

posisi lebih besar daripada return pasar yang diunakan sebagai model untuk

memperhitungkan abnormal return.

4.1.3 Traiding volume activity

Traiding volume activity merupakan variabel kedua yang diukur dalam

penelitian ini sebagai alat untuk mengukur kegiatan perdagangan saham yaitu

apakah informasi yang dipublikasikan membuat keputusan perdagangan

diatas keputusan perdagangan normal yang berarti volume perdagangan yang

tinggi menggambarkan saham dengan tingkat return yang tinggi. Pengukuran

indikator ini berdasarkan perbandingan jumlah saham yang diperdagangkan

terhadap jumlah saham yang beredar

Tabel 4.3

Statisktik Deskriptif Traiding Volume Actvity

(Tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011)

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

3 Maret (t-7) 20 0,00000000 0,00793991 0,00152105 0,00220251

4 Maret (t-6) 20 0,00000000 0,00895767 0,00144171 0,00240151

7 Maret (t-5) 20 0,00000000 0,01237200 0,00124059 0,00276109

8 Maret (t-4) 20 0,00000450 0,01087975 0,00212810 0,00280918

Page 78: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

9 Maret (t-3) 20 0,00002220 0,00643582 0,00157680 0,00179821

10 Maret (t-2) 20 0,00000585 0,00248792 0,00082157 0,00078227

11 Maret (t-1) 20 0,00001700 0,00418112 0,00123746 0,00110164

14 Maret (t0) 20 0,00001100 0,00604124 0,00195276 0,00201323

15 Maret (t1) 20 0,00000020 0,01024909 0,00226256 0,00259047

16 Maret (t2) 20 0,00001425 0,00439114 0,00125394 0,00139467

17 Maret (t3) 20 0,00001170 0,00298054 0,00087142 0,00097411

18 Maret (t4) 20 0,00000195 0,00813497 0,00165518 0,00234058

21Maret (t5) 20 0,00000000 0,00362725 0,00087388 0,00119757

22 Maret (t6) 20 0,00000140 0,00374109 0,00091989 0,00098735

23 Maret (t7) 20 0,00000019 0,00312229 0,00113608 0,00106958

Sumber : Output SPSS 16.0 (2012)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada tanggal 3 Maret 2011 rata-rata

traiding volume activity saham sebesar 0,00152105 atau 0,15% dari seluruh

saham yang ada, sementara nilai standar deviasi sebesar 0,002202105

menjelaskan bahwa terdapat penyimpangan yang besar dari nilai traiding

volume activity terhadap nilai rata-rata traiding volume activity atau dengan

kata lain menunjukan variasi yang besar. Nilai traiding volume activity

tertinggi sebesar 0,00793991 atau 0,79% pada PT. Indo Tambangraya Megah

Tbk. (ITMG) bergerak dalam pertambangan batu bara dan traiding volume

activity terendah sebesar 0,00000060 pada PT. Garda Tujuh Buana Tbk.

(GTBO).

Tanggal 4 Maret 2011 rata-rata traiding volume activity saham sebesar

0,00144471 atau 0,14% dari seluruh saham, standar deviasi sebesar

0,00240151. Rata-rata traiding volume activity lebih kecil dari standar deviasi

menunjukan bahwa semakin besar penyimpangan nilai traiding volume

Page 79: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

activity terhadap nilai rata-ratanya yaitu berkisar di antara -0,00095679 dan

0,00384622. Traiding volume activity tertinggi sebesar 0,00895767 diperoleh

PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) dan traiding volume activity

terendah sebesar 0,00000120 diperoleh PT. ATPK Resources Tbk. (ATPK).

Tanggal 7 Maret 2011 traiding volume activity tertinggi diperoleh PT.

Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID) dengan nilai 0,01237200 dan traiding

volume activity terendah sebesar 0,00000064 diperoleh PT. ATPK Resource

Tbk. (ATPK). Nilai rata-rata traiding volume activity adalah 0,00146059

dengan nilai standar deviasi sebesar 0,002212810.

Tanggal 8 Maret 2011 rata-rata traiding volume activity bernilai

0,00212810 atau 0,21% dari seluruh saham dan standar deviasi bernilai

0,00280918 mengindikasikan terdapat variasi yang besar. Nilai maksimum

traiding volume activity sebesar 0,01087975 diperoleh PT. Delta Dunia

Makmur Tbk. (DOID) dan nilai minimum sebesar 0,00000450 diperoleh PT.

Bayan Resources Tbk. (BYAN). 9 Maret 2011 rata-rata traiding volume

activity bernilai 0,00157680 atau 0,16% dari seluruh saham dan standar

deviasi bernilai 0,00179821 mengindikasikan terdapat variasi yang besar.

Nilai maksimum traiding volume activity sebesar 0,00643582 diperoleh PT.

Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk. (BORN) dan nilai minimum sebesar

0,00002220 diperoleh PT. Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO).

Tanggal 10 Maret 2011 rata-rata traiding volume activity menurun dari

hari sebelumnya menjadi 0,00082157 atau 0,08% dari seluruh saham, dengan

standar deviasi sebesar 0,00078227. Rata-rata traiding volume activity lebih

Page 80: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

besar dari standar deviasai, hal ini menunjukan bahwa semakin kecil

penyimpangan nilai traiding volume activity terhadap nilai rata-ratanya yang

berarti traiding volume activity mengelompok disekitar nilai rata-ratanya dan

tidak menunjukkan variasi yang banyak yaitu berkisar di antara 0,00003929

dan 0,00160382. Traiding volume activity tertinggi sebesar 0,00248792

diperoleh PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan traiding

volume activity terendah sebesar 0,00000585 diperoleh PT. Bayan Resources

Tbk. (BYAN).

Tanggal 11 Maret 2011 rata-rata traiding volume activity meningkat

dari hari sebelumnya menjadi 0,00123746 atau 0,12% dari seluruh saham,

sementara nilai standar deviasi sebesar 0,00110164. Rata-rata traiding volume

activity lebih besar dari standar deviasi, hal ini menunjukan bahwa semakin

kecil penyimpangan nilai traiding volume activity terhadap nilai rata-ratanya

yang berarti traiding volume activity mengelompok disekitar nilai rata-

ratanya dan tidak menunjukkan variasi yang banyak yaitu berkisar di antara

0,00003929 dan 0,00233910. Traiding volume activity tertinggi diperoleh

PT. Bumi Resources Tbk.(BUMI) dengan nilai 0,00418112 dan traiding

volume activity terendah diperoleh PT. Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO)

dengan nilai 0,00001700.

Tanggal 15 Maret 2011 rata-rata traiding volume activity meningkat

dari hari sebelumnya menjadi 0,00226256 atau 0,23% dari seluruh saham,

sementara nilai standar deviasi 0,00259047. Rata-rata traiding volume activity

lebih kecil dibandingkan standar deviasi, hal ini menunjukkan semakin besar

Page 81: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

penyimpangan traiding volume activity terhadap nilai rata-ratanya yaitu

berkisar di antara -0,00032790 dan 0,00485303. Traiding volume activity

tertinggi diperoleh PT. Bumi Resources Tbk. (BUMI) dengan nilai

0,01024909 dan traiding volume activity terendah PT. Garda Tujuh Buana

Tbk. (GTBO).

Tanggal 16 Maret 2011 rata-rata traiding volume activity menurun

menjadi 0,00125394 dan tanggal 17 Maret 2011 rata-rata traiding volume

activity kembali menurun menjadi 0,000871. Nilai traiding volume activity

tertinggi diperoleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) dan PT.

Bumi Resources Tbk. (BUMI), sementara nilai traiding volume activity

terendah diperoleh PT. Bayan Resources Tbk. (BYAN).

Tanggal 18 Maret 2011 rata-rata traiding volume activity meningkat

dari hari sebelumnya menjadi 0,00165518 atau 0,17% dari seluruh saham

dengan standar deviasi sebesar 0,00234058. Nilai traiding volume activity

sebesar 0,00813497 diperoleh PT. Bumi Resources Tbk. (BUMI) dan

traiding volume activity terendah sebesar 0,00000195 diperoleh PT. Radiant

Utama Interisco Tbk. (RUIS). Tanggal 21 Maret 2011 rata-rata 0,00000195

kembali menurun menjadi 0,00087388 atau 0,09% dari seluruh saham.

Traiding volume activity tertinggi diperoleh PT. Delta Dunia Makmur Tbk.

(DOID) dan traiding volume activity terendah diperoleh PT. Perdana Karya

Persada Tbk. (PKPK).

Tanggal 22 Maret 2011 rata-rata traiding volume activity kembali

meningkat dari hari sebelumnya menjadi 0,00091989 atau 0,09% dari seluruh

Page 82: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

saham dengan standar deviasi sebesar 0,00098735. Rata-rata traiding volume

activity lebih kecil dibandingkan standar deviasi, hal ini menunjukan

penyimpangan traiding volume activity yang besar terhadap nilai rata-rata

traiding volume activity yaitu berkisar diantara -0,00006746 dan 0,00190724.

Traiding volume activity tertinggi diperoleh PT. Adaro Energy Tbk (ADRO)

sebesar 0,00374109 atau 0,37% dan traiding volume activity terendah

diperoleh PT. Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO) sebesar 0,00000140.

Tanggal 23 Maret nilai rata-rata traiding volume activity kembali

meningkat menjadi 0,00113608 atau 0,11% dari seluruh saham dengan

standar deviasi sebesar 0,00106958. Rata-rata traiding volume activity lebih

besar dari standar deviasi, hal ini menunjukan bahwa semakin kecil

penyimpangan nilai traiding volume activity terhadap nilai rata-ratanya yang

berarti traiding volume activity mengelompok disekitar nilai rata-ratanya dan

tidak menunjukkan variasi yang banyak yaitu berkisar di antara 0,0000650

dan 0,00220566. Traiding volume activity tertinggi diperoleh PT. Elnusa

Tbk. (ELSA) sebesar 0,00312229 dan traiding volume activity terendah

diperoleh PT. Harum Energy Tbk. (HRUM) sebesar 0,00000019.

Secara keseluruhan setelah pengumuman terjadinya krisis energi di

Jepang yang diakibatkan bencana gempa dan tsunami pada tanggal 11 Maret

2011 nilai traiding volume activity menjadi lebih kecil dibandingkan sebelum

peristiwa tersebut terjadi. Namun pada periode sesudah pengumuman krisis

energi terdapat pergerakan nilai traiding volume activity yang cukup drastis

yaitu terjadi pada tanggal 15 dan 18 Maret 2011. Pada t+5 sampai dengan t+7

Page 83: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

pergerakan nilai traiding volume activity kembali menurun. Berikut disajikan

gambar 4.3 untuk memperlihatkan hal tersebut.

4.2 Pengujian Normalitas Data

Asumsi yang harus dipenuhi sebelum melakukan uji statistik adalah

data harus terdistribusi secara normal. Untuk mendeteksi normalitas data rata-

rata abnormal retrun (AAR) dan rata-rata traiding volume activity (ATVA)

sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang digunakan uji One-Sample

Kolomogrov Smirnov Test.

Langkah awal yang dilakukan adalah menentukan hipotesis pengujian,

yaitu H0 berarti data terdistribusi secara normal dan Ha berarti data tidak

terdistrtibusi secara normal. Jika hasil pengolahan data One-Sample

Kolomogrov Smirnov Test menghasilkan probabilitas signifikasnsi dibawah

5% (0,05) berarti hipotesis nol (H0) ditolak yang artinya data variabel tersebut

tidak terdistribusi secara normal. Berikut disajikan hasil pengujian normalitas

0

0,002

0,004

0,006

0,008

0,01

0,012

0,014

3 4 7 8 9 10 11 14 15 16 17 18 21 22 23

Gambar 4.3

Grafik Rata-rata Traiding Volume Activity dan Nilai

Maximum Traiding Volume Activity

rata-rata traiding volume activity max

Sumber : Data diolah (2012)

Page 84: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

data rata-rata abnormal return (AAR) dan rata-rata traiding volume activity

(ATVA) sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang.

Tabel 4.4

Uji Normalitas Data Rata-rata Abnormal Retrun

Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang

Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa data rata-rata abnormal retrun

sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang terdisitribusi secara normal,

dibuktikan dengan nilai probabilitas siginifikansi sebesar 0,998 dan 0,953

yang berarti lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol diterima.

Tabel 4.5

Uji Normalitas Data Rata-rata Traiding volume activity

Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang

Sumber :Output SPSS 16.0 (2012)

Sumber :Output SPSS 16.0 (2012)

Page 85: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Uji normalitas data rata-rata traiding volume activity sebelum dan

sesudah krisis energi di Jepang dalam tabel 4.7, hasilnya menunjukan bahwa

data terdisitribusi secara normal, dibuktikan dengan nilai probabilitas

siginifikansi sebesar 0,998 dan 0,953 yang berarti lebih besar dari 0,05, maka

hipotesis nol diterima.

Dari hasil uji normalitas untuk kedua data yaitu rata-rata abnormal

return dan rata-rata traiding volume activity sebelum dan sesudah krisis

energi di Jepang terdistribusi secara normal dan layak digunakan unutk

pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda unutk sampel berpasangan

(Paired T-Test).

4.3 Pengujian Hipotesis

4.5.1 Pengujian Hipotesis I

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan rata-

rata abnormal retrun saham pertambangan di Bursa Efek Indonesia antara

sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang. Pengujian dilakukan dengan

menggunakan uji beda untuk sampel berpasangan (paired samples t-test)

dengan tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05.

Untuk melihat ada tidaknya abnormal retrun yang signifikan pada saat

sebelum sampai dengan sesudah krisis energi di Jepang akan dibuktikan

dengan menggunakan alat statistik one sample t-test. Pengujian ini dilakukan

dengan mencari selisih antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang

diharapkan investor. Pada prinsipnya pengujian ini dengan membandingkan

abnormal retrun saham rata-rata dengan retrun saham sama dengan nol.

Page 86: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Tabel 4.6

Uji One Sample T-Test Abnormal Retrun

Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang

Sumber : Output SPSS 16.0 (2012)

Berdasarkan hasil pada tabel 4.7 didapatkan hasil bahwa terdapat rata-

rata abnormal retrun positif sebelum peristiwa yaitu pada t-1, t-4 dan t-7 namun

nilai itu tidak signifikan artinya abnormal return tidak terdapat informasi

yang mempengaruhi pasar. Adanya abnormal retrun mengindikasikan terjadi

respon pasar atas suatu pengumuman. Nilai abnormal return pada t+4 positif

ini berarti pasar bereaksi terhadap pengumuman yang terjadi, yaitu

pengumuman atas kedatangan Wakil Menteri Luar Negeri Jepang pada hari

sebelumnya yang menyatakan kondisi di Jepang cukup mampu

mempengaruhi bursa sehingga nilai abnormal return berubah menjadi positif.

Informasi tersebut dengan kata lain merupakan pintu yang membuka peluang

bisnis yang besar, sehingga pelaku pasar memproyeksikan saham

pertambangan akan memberikan keuntungan.

Page 87: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Pada akhir periode perngamatan t+5 sampai dengan t+7 abnormal return

menjadi bernilai negatif, yang berarti pasar merespon pengumuman sebagai

kabar buruk. Gempa susulan dan ketidakpastian penanganan krisis nuklir

yang terjadi memunculkan isu radiasi di sekitar reaktor nuklir sampai dengan

Tokyo mampu menutup peluang bisnis ekpor sumber bahan baku subtitusi

energi menjadi sebuah kabar buruk. Selain permasalahan nuklir di Jepang,

ketegangan politik di Timur Tengah cukup mempengaruhi keadaan bursa

saham di mana ketegangan tersebut memicu mencuatnya nilai minyak dunia.

Ketakutan pasar atas kondisi tersebut dinyatakan dengan abnormal return

pada t+5 bernilai negatif dan signifikan.

Abnormal retrun yang terlihat sebelum pengumuman krisis energi di

Jepang akibat gempa yang terjadi disebabkan karena pengaruh lainnya karena

secara nyata tidak akan ada kebocoran informasi yang terjadi mengenai krisis

energi di Jepang. Sementara abnormal retrun yang terlihat setelah

pengumuman krisis energi di Jepang mengindikasikan bahwa peristiwa

tersebut adalah informasi positif yang mampu meningkatkan keuntungan

investor.Reaksi negatif yang terjadi setelah pengumuman krisis energi di

Jepang mengindikasikan investor memangdang perisitiwa tersebut sebagai

bad news sehingga nilai abnormal retrun terlihat negatif.

Setelah mengamati abnormal retrun saham pertambangan selama

periode pengamatan, berikut ini hasil pengolahan data rata-rata abnormal

retrun saham pertambangan antara sebelum dan sesudah krisis energi di

Jepang untuk membuktikan hipotesis pertama.

Page 88: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Tabel 4.7

Uji Paired Samples T-Test Rata-Rata Abnormal Retrun

Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang

Sumber : Output SPSS 16.0 (2012)

Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata abnormal retrun selama 7

hari sebelum krisis energi di Jepang diperoleh sebesar -0,02% atau terjadi

reaksi pasar negatif, sedangkan rata-rata abnormal retrun selama 7 hari

setelah krisis energi di Jepang adalah sebesar -0,14% atau terjadi reaksi

negatif. Secara matematis abnormal retrun sebelum krisis energi di Jepang

lebih besar dibandingkan abnormal retrun setelah krisis energi di Jepang,

namun hasil pengujian perbedaan rata-rata abnormal retrun sebelum dan

sesudah krisis energi di Jepang secara statistik diperoleh nilai t sebesar 0,271

dengan signifikansi sebesar 0,795. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara rata-rata abnormal retrun sebelum dan rata-rata

abnormal retrun sesudah krisis energi di Jepang, atau dengan kata lain

hipotesis pertama dalam penelitian ditolak.

Page 89: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

4.5.2 Pengujian Hipotesis II

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan rata-rata

traiding volume activity (ATVA) saham pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia antara sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang.

Pengujian terhadap hipotesis kedua dilakukan dengan menggunakan uji beda

untuk sampel yang berpasangan (paired sampels t-test) dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Apabila t-hitung kurang dari 0,05, maka

H2 diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata traiding

volume activity, dan apabila t-hitung lebih dari 0,05, maka H2 tidak diterima

yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan saham pertambangan

sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang. Berikut ini hasil pengolahan

data rata-rata traiding volume activity saham pertambangan sebelum dan

sesudah krisis energi di Jepang.

Tabel 4.8

Uji Paired Samples T-Test Traiding volume activity

Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang

Sumber : Output SPSS 16.0 (2012)

Page 90: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Hasil uji statistik yang ditunjukan pada tabel 4.10 menggambarkan

bahwa rata-rata trading volume activity selama 7 hari sebelum pengumuman

adalah 0,00145575 atau terjadi perdagangan saham sebesar 0,14% dari

seluruh saham yang ada. Kemudian 7 hari setelah pengumuman rata-rata

traiding volume activity adalah sebesar 0,00128185 yang berarti terjadi

perdagangan saham sebesar 0,12% dari seluruh saham yang ada. Rata-rata

traiding volume activity sebelum peristiwa lebih besar dibandingkan rata-rata

traiding volume activity sesudah perisitiwa.

Hasil pengujian perbedaan rata-rata traiding volume activity saham

pertambangan sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang secara statistik

adalah nilai t sebesar 0,093 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,378. Hal ini

berarti bahwa, tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata traiding

volume activity saham pertambangan sebelum dan sesudah krisis energi di

Jepang atau dengan kata lain hipotesis kedua dari penelitian ini ditolak.

4.4 Pembahasan

Penelitian dengan menggunakan event study pada peristiwa krisis energi

di Jepang terhadap saham pertambangan di Bursa Efek Indonesia,

menunjukkan bahwa perisitiwa ini memiliki kandungan informasi yang

menyebabkan pelaku pasar (investor) bereaksi terhadap perisitiwa tersebut.

Hal tersebut ditandai dengan adanya abnormal retrun, abnormal retrun

positif berarti infomasi tersebut dijadikan sebagai good news dan abnormal

retrun negatif berarti kandungan informasi dalam pengumuman tersebut

Page 91: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

dianggap sebagai bad news. Untuk menjelaskan penelitian ini maka disajikan

Tabel 4.9 yang berisi informasi tentang rata-rata return saham, return pasar,

rata-rata abnormal return, dan rata-rata traiding volume activity saham sektor

pertambangan di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah krisis energi di

Jepang.

Tabel 4.9

Rata-rata Retrun Saham, Retrun Pasar, Rata-rata Abnormal Retrun dan

Rata-rata Trading Volume Activity Saham Sektor Pertambangan di BEI

Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang

Periode

Pengamatan

Rata-rata

Retrun

Saham

Retrun

Pasar

Rata-rata

Abnormal

Retrun

Rata-rata

Traiding

volume

activity

3 Maret (t-7) 0,00393244 0,00239287 0,00153957 0,00152105

4 Maret (t-6) 0,00075287 0,01383988 -0,01308701 0,00144471

7 Maret (t-5) -0,00058688 0,00531033 -0,00589722 0,00146059

8 Maret (t-4) 0,01350110 0,00522136 0,00827974 0,00212810

9 Maret (t-3) 0,00296196 0,00512832 -0,00216637 0,00157680

10 Maret (t-2) -0,00328040 -0,00306418 -0,00021621 0,00082157

11 Maret (t-1) -0,00304999 -0,01266010 0,00961012 0,00123746

15 Maret (t+1) -0,01206593 -0,01270533 0,00063941 0,00226256

16 Maret (t+2) 0,00761273 0,00198440 0,00562833 0,00125394

17 Maret (t+3) -0,01465825 -0,01338448 -0,00127376 0,00087142

18 Maret (t+4) 0,01189528 0,00282991 0,00906537 0,00165518

21 Maret (t+5) -0,00361055 0,00709087 -0,01070142 0,00087388

22 Maret (t+6) -0,00692180 -0,00031971 -0,00660209 0,00091989

23 Maret (t-7) 0,00426165 0,01094743 -0,00668578 0,00113608

Sumber : data diolah (2012)

Retrun saham pada tanggal 3 sampai dengan 11 Maret berfluktuatif

namun secara kumilatif nilai retrun adalah negatif yaitu dari 0,39 % menjadi

-3,2%. Penuruan ini menunjukan adanya bad news disekitar tanggal tersebut,

sehingga memunculkan ketakutan investor dan mengakibatkan kondisi

bearish market. Bearish market adalah situasi bursa ketika harga saham,

obligasi dan komoditas yang diperdagangkan turun dalam jangka waktu yang

Page 92: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

cukup lama. Bad news yang mempengaruhi perilaku harga saham pada

tanggal tersebut adalah dipengaruhi kondisi bursa yang dapat dilihat dari nilai

fluktuasi retrun pasar yang memilki kecenderungan negatif yaitu 0,23% pada

tanggal 3 dan menjadi -0,12% pada tanggal 11 Maret. Kondisi bursa masih

diselimuti ketakutan atas krisis yang terjadi di Timur Tengah dan terus

menekan nilai minyak dunia yang berfluktuatif diatas US$ 100 perbarel dan

berimbas kepada bursa Asia.

Pada tanggal 15 Maret 2011 kondisi bursa kembali anjlok yaitu

mengalami koreksi sebesar 1,27% ke level 3.524. Retrun saham terlihat

mengikuti pergerakan retrun pasar, hal ini mengindikasikan efek dari krisis

energi di Jepang belum secara matang diproyeksikan oleh analis saham

seperti yang diharapkan dalam artikel “Dampak Bencana Tsunami Jepang

terhadap Indonesia”. Hal yang terjadi adalah akibat panic selling mengikuti

kejatuhan bursa Asia akibat dampak gempa dan tsunami di Jepang. Efek atas

rekomendasi tersebut terlihat positif pada tanggal 16 dan 18 Maret 2011 yang

mendapat dukungan dari kondisi retrun pasar yang ikut membaik, nilai retrun

saham adalah 0,76% dan 1,19% sementara nilai retrun pasar adalah 0,20%

dan 0,28%. Nilai tersebut menunjukkan pengumuman tersebut direspon

positif oleh pasar yang ditunjukkan dengan pergerakan retrun saham yang

positif.

Kenaikan retrun saham pada tanggal 18 Maret 2011 merupakan efek

atas pengumuman dari eksternal perusahaan yaitu dengan adanya kunjungan

wakil menteri luar negeri Jepang yang menyakatan bahwa Jepang

Page 93: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

membutuhkan tambahan ekspor liquid natural gas Indonesia sebagai

penanganan atas krisis energi pasca tsunami tanggal 11 Maret 2011, ditambah

lagi dengan kondisi harga batu barayang meningkat karena sentimen ledakan

reaktor nuklir Jepang yang melumpuhkan supply nuklir ke sebagian kota

Jepang menyebabkan perlunya batu bara sebagai subtitusi buklir untuk

penyedia listrik. Pengumuman tersebut meningkatkan gairah investor atas

prospek saham pertambangan yang diprediksi positif karena adanya

kemungkinan permintaan pasar ke Jepang yang meningkat sehingga mampu

mendongkrak nilai laba perusahaan. Sementara retrun pasar menurun karena

adanya isu radiasi nuklir yang akan melumpuhkan Tokyo.

Rata-rata retrun saham kembali negatif pada tanggal 21 karena nilai

positif hanya terjadi pada saham consumer dan perbankan karena

diterbutkannya pengumuman kinerja emiten yang dinilai baik pada tahun

2010. Pergerakan nilai rata-rata retrun saham dan retrun pasar selama periode

pengamatan dapat dilihat pada gambar 4.4 dibawah ini.

-0,02000000

-0,01500000

-0,01000000

-0,00500000

0,00000000

0,00500000

0,01000000

0,01500000

0,02000000

3 4 7 8 9 10 11 14 15 16 17 18 21 22 23

Gambar 4.4

Grafik Rata-rata Return Saham dan Return Pasar Sebelum

dan Sesudah Krisis Energi di Jepang

Rata-rata Return Saham Return Pasar

Sumber : Data diolah (2012)

Page 94: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Gambar 4.5 memberikan gambaran tentang pergerakan reaksi pasar

apakah informasi krisis energi di Jepang mengandung informasi ditandai

dengan adanya abnormal retrun. Abnormal retrun yang positif berarti

menunjukkan bahwa suatu peristiwa memberikan berita baik (good news)

bagi pelaku pasar, sebaliknya abnormal retrun yang negatif menunjukkan

bahwa suatu peristiwa memberikan berita buruk (bad news) bagi pelaku

pasar.

Berdasarkan tabel 4.9, akhir pekan pertama dibulan Maret

mengindikasikan adanya bad news yang direspon oleh pasar hal ini

ditunjukkan dengan nilai rata-rata abnormal retrun sebesar -1,31% dan

sedikit menurun pada tanggal 7 Maret 2011 (t-5) yaitu sebesar -0,59%. Nilai

ini berarti bahwa retrun yang sesungguhnya (actual retrun) lebih kecil dari

retrun yang diharapkan atau dengan kata lain retrun pasar lebih besar bila

dibandingkan dengan retrun saham.

-0,03000000

-0,02000000

-0,01000000

0,00000000

0,01000000

0,02000000

0,03000000

3 4 7 8 9 10 11 14 15 16 17 18 21 22 23

Gambar 4.5

Grafik Rata-rata Abnormal Return dan

Cumulative Average Abnormal Return Sebelum dan Sesudah

Krisis Energi di Jepang

AAR CAAR

Sumber : Data diolah (2012)

Page 95: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Disekitaran tanggal 3 sampai dengan tanggal 11 pasar begitu diselimuti

dengan kondisi geopolitik kawasan Timut Tengah menyebabkan harga

minyak dunia meroket sehingga nilai abnormal retrun saham ikut bergerak

berfluktuasi kearah negatif. Krisis ekonomi kawasan eropa turut berpengaruh

dalam pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia.

Pukulan berat akhir pekan kedua bulan Maret menyebabkan bursa Asia

tergelincir yaitu pengaruh bad news berupa tsunami Jepang, ditunjukkan

dengan nilai retrun pasar tanggal 11 Maret 2011 melemah menjadi -1,26%.

Bad news berupa tsunami Jepang beralih menjadi lahan empuk bagi para

investor yang mengikuti perkembangan saham pertambangan, pasca tsunami

kini Jepang mengalami krisis energi dan membutuhkan subtitusi nuklir untuk

mengatasi hal tersebut. Terlihat pada tanggal 15, 16 dan tanggal 18 Maret

2011 nilai abnormal retrun bernilai positif yaitu 0,06%, 0,56% dan 0,09%, ini

berarti retrun yang sesungguhnya (actual retrun) lebih besar dari retrun yang

diharapkan atau dengan kata lain retrun saham lebih besar bila dibandingkan

dengan retrun pasar. Reaksi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

batu bara dan liquid natural gas memiliki peluang dan prospek yang baik

sebagai energi alternatif pengganti energi nuklir Jepang, ditambah dengan

rumor yang beredar pada disekitaran tanggal 15 Maret 2011 bahwa ada

kemungkinan pemerintah akan membatalkan pengajuan pajak ekspor atas

batu bara semakin meningkatkan proyeksi perusahaan pertambangan untuk

memberikan return yang lebih besar. Dengan demikian informasi ini

mengundang perhatian para investor atau dinilai sebagai good news.

Page 96: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Tanggal 21 Maret 2011 nilai abnormal return dalam uji statisitik One

Sample T-Test menunjukkan angka yang signifikan. Ini berarti pada hari

pengamatan tersebut terjadi reaksi terhadap pengumuman yaitu nilai return

pasar lebih besar daripada nilai return saham atau dengan kata lain informasi

mengenai prospek saham perusahaan pertambangan kurang menarik sehingga

menurunnya tingkat permintaan terhadap harga saham. Dengan menurunnya

permintaan terhadap harga saham secara otomatis akan membentuk nilai

saham yang lebih rendah, hasil akhir yang didapatkan adalah return saham

menurun sehingga menyebabkan abnormal return bernilai negatif.

Perhitungan secara rata-rata terhdap abnormal return hanya untuk melihat

reaksi pasar terhadap informasi yang beredar, namun untuk saham individu

terdapat saham dengan abnormal return postif seperti PT. Delta Dunia

Makmur Tbk. (DOID) yang memperoleh nilai abnormal return positif paling

tinggi, kemudian PT. Energi Mega Persada Tbk. (ENRG), PT. Tambang

Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT. Radian Utama Interinsco Tbk.

(RUIS).

Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa tanggal 3 sampai dengan 7 Maret

rata-rata traiding volume activity mengalami penurunan yaitu 0,15% menjadi

0,14% dari seluruh saham yang diamati. Kemudian pada tanggal 8 Maret nilai

rata-rata traiding volume activity meningkat kembali sebesar 0,21% namun

peningkatan ini tidak bertahan lama, nilai ini kembali morosot sampai dengan

tanggal 11 Maret menjadi 0,12%. Hal tersebut menggambarkan kepanikan

pelaku pasar sehingga pasar menjadi tidak kondusif, kepanikan diprediksi

Page 97: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

karena tekanan dari Timur Tengah di anggap lebih besar sehingga

mengganjal motivasi investor untuk melakukan transaksi.

Dalam periode pengamatan setelah krisis energi di Jepang nilai traiding

volume activity yang cukup tinggi terjadi pada tanggal 15, 16, 18 dan 23

Maret yaitu sebesar 0,22%, 0,13%, 0,17% dan 0,11%. Tanggal 15 Maret

kondisi bursa dalam posisi net foreign buy, sepertinya saham pertambangan

yang sempat mendongkrak kenaikan indeks harga saham gabungan masih

mampu menarik kepercayaan investor asing dengan nilai 28.770.500 untuk

beberapa jenis saham dan nilai perdagangan mencapai 936.616.000 lembar

saham. Kemudian kondisi ini terjadi pada tanggal 18 Maret dimana nilai

transaksi asing seniali 179.311.000 lembar saham. Indikasi performa yang

bagus dari beberapa saham pertambangan dan besarnya peluang perusahaan

pertambangan untuk menggantikan sumber energi Jepang yang semakin

memburuk menjadikan penggerak peningkatan nilai traiding volume activity.

Hal ini juga menunjukkan bahwa otoritas BEI menjalankan fungsinya untuk

mengurangi kepanikan investor, dan kemampuan analis saham dalam

memprediksikan dan merekomendasikan saham pertambangan menjadi

informasi yang penting bagi investor. Sementara tanggal 21 Maret 2011

menunjukkan penurunan nilai rata-rata traiding volume activity berdasarkan

data pasar menunjukkan bahwa investor lebih memilih untuk membeli saham

sektor konsumer dan perbankan yang menerbitkan laporan kinerja emiten

tahun 2010 dinilai baik, yang memberikan proyeksi yang lebih cerah daripada

saham pertambangan untuk mendapatkan return dari kegiatan perdagangan

Page 98: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

di pasar modal. Secara garis besar terjadi peningkatan nilai rata-rata traiding

volume activity setelah krisis energi di Jepang dan nilai kumulatif rata-rata

traiding volume activity meningkat setelah krisis energi di Jepang. Berikut

dapat dilihat pola pergerakan rata-rata traiding volume activity sebelum dan

sesudah krisis energi di Jepang pada gambar 4.6.

Reaksi negatif yang muncul sebelum adanya pengumuman krisis energi

di Jepang memperlihatkan investor cenderung bersikap wait and see, untuk

lebih waspada dalam menanamkan modalnya karena besarnya efek yang

ditimbulkan oleh kondisi pergolakan politik di kawasan Timur Tengah dan

adanya pengaruh dari kondisi hutang Eropa mampu mengintervensi bursa

sehingga tingkat keuntungan menjadi menurun.

Pasca gempa bumi lazimnya akan dilakukan penutupan pembangkit

nuklir, pengecekan akan dilakukan sebelum pembangkit diizinkan beroperasi

kembali. Untuk kasus gempa di Jepang, selain karena merupakan prosedur

standar pasca gempa, penutupan pembangkit listrik akan dilakukan karena

0,00000000

0,00500000

0,01000000

0,01500000

0,02000000

0,02500000

3 4 7 8 9 10 11 14 15 16 17 18 21 22 23

Gambar 4.6

Grafik Rata-rata Traiding Volume Activity dan Cumulatif

Rata-rata Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah

Krisis Energi di Jepang

ATVA CATVA

Sumber : Data diolah (2012)

Page 99: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

terdapat reaktor nuklir yang meledak sehingga diperlukan pemeriksaan untuk

keamanan.

Hal tersebut membuka peluang karena ditengah perbaikan, Jepang akan

tetap membutuhkan sumber energi. Penanggulangan atas kebutuhan energi

dapat dilakukan dengan mengubah sumber energi listrik yang berasal dari

pembangkit listrik berbahan baku liquid natural gas ataupun batu bara.

Indonesia sebagai negara penghasil komoditas tersebut seharusnya mampu

merebut peluang emas yang ditawarkan atas kondisi pasca gempa.

Pasca peristiwa terlihat adanya abnormal retrun disekitar tanggal

pengumuman, hal tersebut mengindikasikan adanya respon positif atas

perisitiwa tersebut. Dengan kata lain krisis energi di Jepang merupakan

informasi positif yang ditangkap pasar sehingga reaksi pasar adalah positif,

beberapa informasi positif lainnya mendorong pergerakan abnormal retrun

yaitu kunjungan Wakil Menteri Luar Negeri Jepang yang menyatakan bahwa

kondisi pasokan listrik di Jepang menurun dan mengharapkan adanya

tambahan ekspor liquid natural gas. Informasi tersebut menguatkan

keyakinan investor atas peluang perusahaan pertambangan di Indonesia

mampu memberikan hal positif bila menanamkan investasi disektor tersebut.

Abnormal retrun yang bergerak negatif juga terlihat pada periode

pengamatan. Beberpa faktor yang mempengaruhinya adalah panic selling

yang dipersepsikan sebagai kepanikan atas akan terjadi penurunan permintaan

terhadap berbagai ekpor jepang seperti migas dan non migas, kekhawatiran

tentang krisis nuklir memicu bursa asia melemah dan tingkat radiasi sangat

Page 100: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

tinggi. Banyak ketidakpastian atas kejatuhan nuklir Jepang dan upaya

penanggulangan radiasinya, serta masih terjadinya gempa susulan dan

semakin parahnya kondisi di Libya menyebabkan pasar bereaksi negatif baik

di Bursa Efek Indonesia ataupun bursa regional.

Perbedaan rata-rata abnormal retrun yang signifikan tidak terjadi pada

peristiwa tersebut dan tidak terdapat perbedaan signifikan traiding volume

activity sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang. Hasil pengujian traiding

volume activity menunjukkan bahwa informasi tersebut tidak mampu

membuat perdagangan saham berada diatas perdagangan normal. Tidak

adanya reaksi pasar yang signifikan merefleksikan bahwa pelaku pasar masih

bersikap lebih waspada dan menghitung kemungkinan jangka panjang

sehingga tidak terburu-buru melakukan aktivitas jual beli-saham.

Tidak adanya perbedaan signifikan untuk rata-rata abnormal retutn

disebabkan karena isu-isu lain yang bersifat negatif beredar di pasar sehingga

turut melemahkan kondisi bursa dan mempengaruhi sebagian besar saham

yang bermain di bursa efek. Isu negatif tersebut muncul direntang waktu yang

penelitian yang cukup panjang sehingga mampu mengikis berita-berita baik

yang dibawa atas peluang Indonesia untuk memasok sumber energi ke

Jepang. Dengan demikian, saham dinilai mempunyai tingkat resiko yang

tinggi sehingga terjadi tindakan antisipasi oleh investor dengan menujukkan

sikap wait and see serta pannic selling dalam pergerakan harga saham di

Bursa Efek Indonesia sekitar tanggal pengamatan.

Page 101: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang sama

atas penelitian Munawarah (2009) yaitu penelitian event study terhadap

peristiwa suspend Bursa Efek Indonesia bulan Oktober tahun 2008. Hasil

penelitian Munawarah juga menunjukan tidak terdapat perbedaan abnormal

retrun dan traiding volume activity sebelum dan setelah suspend. Hasil

analisis menunjukkan bahwa tidak terdapatnya abnormal return dikarenakan

adanya krisis global yang berkepanjangan sementara traiding volume activity

tidak mengalami perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah peristiwa

suspend BEI walaupun pemerintah telah melakukan perubahan terhadap batas

atas dan batas bawah perdagangan saham (asymetry auto rejection). Tidak

adanya reaksi pasar yang signifikan atas peristiwa tersebut, merefleksikan

bahwa pelaku pasar (investor) telah mengantisipasi peristiwa ini sehingga

mereka tidak terburu-buru untuk melakukan aktivitas jual-beli saham.

Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil yang diperoleh Haryono

(2005) atas reaksi harga saham terhadap peristiwa bencana tsunami di

Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara tahun 2004. Hasil penelitian

Haryono menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan atas rata-rata

aktivitas perdagangan saham antara sebelum dan sesudah bencana tersebut.

Penelitian ini juga dapat memberikan dukungan terhadap penelitian Husnan

yang menyatakan bahwa pasar modal Indonesia merupakan pasar yang efisien

dalam bentuk lemah dimana menggambarkan informasi harga masa lampau,

dan pasar modal Indonesia belum berbentuk setengah kuat dimana sekuritas

mencerminkan informasi publik.

Page 102: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang terlah dilakukan pada bab-bab

sebelumnya maka penelitian yang bertujuan untuk membuktikan perbedaan

abnormal return dan traiding volume activity sebelum dan sesudah krisis

energi di Jepang menghasilkan kesimpulan:

1. Berdasarkan uji statisitik terhadap rata-rata abnormal return selama

periode perisitiwa, ditemukan adanya rata-rata abnormal return tetapi

tidak dapat menunjukan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan

sesudah krisis energi di Jepang. Beberapa hari setelah pengumuman,

didapatkan abnormal return yang positif, namun setelah itu abnormal

return bergerak ke arah negatif yang diartikan sebagai berita buruk (bad

news) dikarenakan masih besarnya kekhawatiran pelaku pasar atas

kondisi di bursa yang dipengaruhi perisitiwa Jepang.

2. Selama periode pengamatan terdapat abnormal return yang signifikan

yaitu pada t+5 dimana nilai abnormal return negatif artinya pada hari itu

informasi secara signifikan mempengaruhi saham pertambangan dengan

nilai signifikansi berada di bawah 5% (0,05) sebesar 0,02 . Nilai

abnormal return tertinggi di dapatkan oleh PT. Delta Dunia Makmur

Tbk. (DOID) sementara nilai abnormal return terendah diperoleh PT.

Benakat Petroleum Energy Tbk. (BIPI).

Page 103: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

3. Hasil uji statisitik paired samples t-test menunjukkan tidak terdapat

perbedaan signifikan terhadap traiding volume activity sebelum dan

sesudah krisis energi di Jepang. Hasil uji menunjukkan rata-rata traiding

volume activity sesudah krisis energi lebih rendah dikarenakan terjadinya

panic selling oleh para pelaku pasar.

5.2 Saran

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang

dimiliki, maka saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi investor sebelum membentuk keputusan investasi hendaknya

mampu melakukan analisis terhadap pengumuman sebuah perisitiwa.

Perhitungan terhadap abnormal return dapat memberikan tambahan

informasi mengenai keuntungan yang dapat diperoleh dan mampu

menganalisis perubahan kondisi pasar akibat dari sebuah pengumuman.

Sementara perhitungan traiding volume activity dapat memberikan

gambaran likuditas saham, dengan demikian hal tersebut mampu

membentuk keputusan investasi yang tepat sasaran.

2. Untuk penelitian selanjutnya, karena perisitiwa ini hanya dilakukan pada

saham pertambangan maka diperlukan perluasan cakupan sampel saham

dari sektor lainnya, sehingga terlihat efek dari pengumuman secara

keseluruhan terhadap Bursa Efek Indonesia. Hal lain yang

dipertimbangkan dalam penelitian selanjutnya adalah mengukur

seberapa besar pengaruh pengumuman kondisi perekonomian global

ataupun peristiwa sosial dan lingkungan (bencana) mempengaruhi saham

Page 104: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia dan membandingkannya dengan

pengumuman dari dalam negeri yang mampu mempengaruhi Bursa Efek

Indonesia.

3. Rentang waktu penelitian yang begitu lebar menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi hasil penelitian, sehingga untuk penelitian

selanjutnya bisa menggunakan rentang waktu yang lebih kecil sehingga

dapat menghasilkan gambaran penuh atas pengaruh informasi tersebut.

4. Menggunakan metode lain dalam menghitung expected return serta

membandingkan hasil perhitungan abnormal return dengan penggunaan

metode perhitungan expected return yang berbeda-beda.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Sampel yang digunakan dikhususkan pada sektor pertambangan saja,

sehingga hasil yang didapatkan belum mampu memberikan reaksi pasar

Indonesia terhadap krisis energi di Jepang. hal lain yang dapat diperoleh

adalah dapat menggambarkan lebih dalam saham-saham apa saja yang

terpengaruh diluar saham pertambangan.

2. Periode penelitian memberikan kemungkinan adanya efek di luar isu yang

diangkat.

Page 105: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamaruddin. 2004.Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio.

Rineka Cipta. Jakarta.

Baridwan, Zaki. 1997. Intermediate Accounting. Edisi kesembilan. BPFE.

Yogyakarta.

Effendi, Khasan, 2010. Memadukan Metode Kuantitatif Kualitatif. CV Indra

Prahasta, Bandung.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang.

Hartono, Jogianto. 2003. Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi III. Cetakan I,

BPFE.Yogyakarta

Hartono, Jogianto. 2005. Pasar Efisien Secara Keputusan, Gramedia Pustaka

Utama.Jakarta

Hendy, M Fakhruddin, 2008, Istilah Pasar Modal A-Z, Elex Media Komputindo,

Jakarta.

Kasmir. 2002. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi 6. PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Kusnadi, dkk. 2002. Pengantar Akuntansi Keuangan 2. Prinsip, Prosedur dan

Metode. Taroda. Malang.

P. Jones, Charles. 2004. Investments. Analysis and Management.. Wiley & Sons.

United States of America.

Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Erlangga

Jakarta.

Tandelin, Eduardus. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.Edisi Pertama.

BPFE.Yogyakarta.

Rahardjo, Budi, 2003, “Laporan Keuangan Perusahaan Membaca Memahami

Dan Menganalisis”. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Sudjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan Edisi 3. PT.

Prenhallindo. Jakarta

Page 106: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Daftar Bacaan Lain

Budiarto, Arif dan Zaki Baridwan. 1999. Pengaruh pengumuman Right Issue

terhadap tingkat keuntungan dan likuiditas saham periode 1994-1996. Jurnal

Riset Akuntansi Indonesia, Vol.2 No.1, Januari.

Fatmawati, Sri dan Marwan Asri. 1999. Pengaruh Stock Split Terhadap Liquiditas

Saham yang diukur dengan Besarnya Bid Ask Spread di Bursa Efek Jakarta.

Jurnal Ekonomi dan Bisinis Indonesia, Vol. 14, No. 4, Hal. 93-110

Hamidi, Muhammad. 2008. Analisis Likuiditas Saham Sebelum, Saat, dan

Sesudah Bencana Banjir di Jakarta antara 2007 dan 2008 (event study pada

sektor industri dasar dan kimia). Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim. Malang

Haryono, Puput. 2005. Reaksi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta Terhadap

Bencana Tsunami Nangroe Acah Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara

Tanggal 26 Desember 2004. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Mansur, Mohammad. 2005. Pengaruh Indeks Bursa Global Terhadap Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) Pada

Periode Tahun 2000-2002. Sosiohumaniora, Vol. 7, No. 3, November 2005.

203-219

Meidawati, Neni dan Mahendra Harimawan, 2004, Pengaruh Pemilihan Umum

Legislatif Indonesia Tahun 2004 Terhadap Return Saham dan Volume

Perdagangan Saham LQ-45 di PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ). Sinergi

Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 7, No. 1, hal. 89-101

Munawarah, 2009, Analisis Perbandingan Abnormal Return dan Trading Volume

Activity pada saham LQ-45 Sebelum dan Sesudah Suspend BEI (Studi Kasus

Indeks LQ-45 di Bersa Efek Indonesia), Universitas Diponegoro, Semarang.

S. Edi dan Fansisca Andreani. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

(Kasus Perusahaan Jasa Perhotelan yang Terdaftar di Pasar Modal

Indonesia). Jurnal Manaagemen & Kewirausahaan Vol. 5, No. 2, September

2003.171-180

Septriana, Rini. 2002. Analisi Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental Terhadap

Harga Saham. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Setyawan, St Tri Adi. 2006. Analisis Reaksi Pasar Modal Terhadap Kenaikan

Harga BBM (Studi Kasus: di Bursa Efek Jakarta untuk Saham-Saham LQ

45). Universitas Diponegoro. Semarang

Page 107: Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah Bencana di Jepang

Subqi, Tajus. 2003. Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik

Terhadap Harga Saham. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Yunanto, Muhammad dan Henny M. Studi Empiris Terhadap Faktor

Fundamental dan Tehnikal yang Mempengaruhi Return Saham Pada Bursa

Efek Jakarta. Jurnal Bisnis No. 1, Vol 14, April 2009.

Zaqi, Mochhamad. 2006. Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa-

Peristiwa Ekonomi dan Peristiwa Sosial-Politik dalam Negeri (Studi pada

Saham LQ45 di BEJ Periode 1999-2003). Universitas Diponegoro. Semarang

www.galerisaham.com diakses tanggal 15 Maret 2011

www.idx.co.id diakses tanggal 20 Desember 2011

www.inilah.com diakses tanggal 20 Desember 2011

www.metronews.com diakses tanggal 17 Maret 2011