perubahan abnormal return dan traiding volume activity sebelum dan sesudah bencana di jepang
DESCRIPTION
Event Study Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaTRANSCRIPT
PERUBAHAN ABNORMAL RETURN DAN
TRAIDING VOLUME ACTIVITY SEBELUM DAN SESUDAH
KRISIS ENERGI DI JEPANG
(Event Study pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Tadulako
Oleh
ERWINSYAH
C 301 08 040
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2012
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PERUBAHAN ABNORMAL RETURN DAN
TRAIDING VOLUME ACTIVITY SEBELUM DAN SESUDAH
KRISIS ENERGI DI JEPANG
(Event Study pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia)
Oleh :
ERWINSYAH
C 301 08 040
Disetujui oleh :
Pembimbing I
Prof. Dr. Muslimin, S.E, M.M
NIP.196609151993031002
Pembimbing II
Femilia Zahra, S.E, M.Sc
NIP.198106212005012003
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PERUBAHAN ABNORMAL RETURN DAN
TRAIDING VOLUME ACTIVITY SEBELUM DAN SESUDAH
KRISIS ENERGI DI JEPANG
(Event Study pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia)
Diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako
Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu (S1)
Sarjana Ekonomi Bidang Studi Akuntansi
Pada Hari Selasa 15 Mei 2012
Disahkan Oleh
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Tadulako
Prof. Dr. Muslimin, S.E., M.M
NIP. 19660915 199303 1 002
Panitia Ujian Skripsi :
Ketua : Prof. Dr. Muslimin, S.E., M.M ( ............................. )
Sekretaris : Femilia Zahra, S.E., M.Sc ( ............................. )
Anggota : 1. Tampang, S.E., M.M ( ............................. )
2. Rahma Masdar, S.E., M.Si., Ak ( ............................. )
3. Ni Made Suwitri, S.E., M.Si ( ............................. )
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
(Q.S Al-Qashash 77)
Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna tetapi orang yang mengambil sebaik-
baiknya dari otak yang tidak sempurna
(Muhammad SAW)
Sometimes when you innovate, you make mistakes. It is best to admit them quickly, and
get on with improving your other innovations.
(Steve Jobs)
Hal yang paling sulit adalah menentukan pilihan yang baik, dan hal yang paling mudah
adalah menjalankan pilihan itu untuk menjadikannya benar
Karya ini sepenuhnya di dedikasikan untuk
G.A Nasser SE,MM
H. Yudaningsih
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat
Rahmat dan Hidayat-Nya berupa nikmat iman, kesehatan, kesabaran dan
kegigihan yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako. Shalawat dan salam selalu
tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad salallahu a’laihiwasallam,
keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti beliau Insya Allah
hingga akhir zaman kelak.
Skripsi ini mengenai “Perubahan Abnormal Return dan Traiding Volume
Activity Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang”. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan
sekaligus untuk memperkaya khasanah kepustakaan bagi dunia akuntansi
khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Selama proses penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan
yang dihadapi penulis, namun berkat kerja keras, usaha dan bantuan dari berbagai
pihak serta do’a yang diberikan, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati dan cinta kasih yang tulus, penulis mengucapkan
terima kasih kepada kedua orang tua: Ayahanda G. A . Nasser dan ibunda tercinta
Yudaningsih yang telah memberikan curahan kasih sayang yang begitu besar
disertai pengorbanan, perhatian, dukungan moril maupun materil yang begitu
vi
besar dan sangat berharga kepada penulis sejak dilahirkan hingga dewasa. Kepada
kakak dan adik tercinta kakak Amalia Kurnia Eka Sari dan Adikku Moh.
Firmansyah dan Rangga Alamsyah terima kasih atas doa, dukungan
kebersamaannya dan canda tawanya, serta segenap keluarga besarku.
Pada kesempatan yang membahagiakan ini, penulis menyampaikan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberi
motivasi dan membantu serta memberikan bimbingan bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu
dengan hati yang tulus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Basyir, SE, MS selaku Rektor Universitas
Tadulako yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis
untuk menimba ilmu di Universitas Tadulako.
2. Bapak Prof. DR. Muslimin, SE.,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Tadulako serta seluruh Pembantu Dekan.
3. Bapak Fikry Karim, SE, M.Si, Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bapak Muhammad Din, SE, M.Si, Ak selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi.
4. Bapak Prof. Dr. Muslimin, SE, MM selaku Pembimbing I dan Ibu Femilia
Zahra, SE, M.Sc, selaku Pembimbing II yang rela meluangkan waktunya dan
pemikiran dalam memberikan arahan dan melapangkan pola pikir penulis
pada saat tulisan ini dibuat, semoga budi baik Bapak/Ibu mendapat imbalan
yang setimpal dari Allah SWT. Amien Ya Rabbal Alamin.
vii
5. Bapak Prof. Dr. Muslimin, SE, MM, Ibu Femilia Zahra SE, MSc, Bapak
Tampang, SE. MM., Ibu Yuldi Mile SE, Msi., dan Ibu Ni Made Suwitri, SE.
Msi. sebagai Tim Penguji Ujian Proposal dan Skripsi yang telah memberikan
saran dan kritikan demi kesempurnaan dalam pencapaian tujuan penulisan
skripsi ini.
6. Ibu Muliati, SE. MSi, Bapak H. Supriadi Laupe, SE, M.Si, Ak dan Ibu Dr.
Nurhayati Haris, SE. MSi selaku Dosen Wali Penulis yang turut
memperhatikan perkembangan studi Penulis.
7. Kepada seluruh Bapak/Ibu dosen yang telah membimbing, memberikan bekal
ilmu, bantuan, serta motivasi kepada penulis selama menimba ilmu di Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako.
8. (Alm.) Agusman, Sahnaz, SE., dan seluruh staf Edukatif serta Adminstrasi
Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako yang telah banyak memberikan
bantuan kepada Penulis.
9. Buat Ibu (nenek) Sukatini atas perhatiannya merawat hingga saat ini dan
kakek (alm.) Daurip, Tetta A.Rahman Siddik dan Nenek Ipa Tom atas
dukungan moril dan materil. Keluarga Besar Ir. Prasetyo (Pak De, Bude, Ka
Adis, Alan) atas ajaran kehidupannya. Mas Moh, Mas to, Mas Bud, Bibi
Ko’o, Om Fendi, Om Arif, Om Muchlis, Bibi Ida, Bibi Dewi, Misbah (Udin)
terima kasih atas pengalaman yang selalu dibagi.
10. Bapak Muhammad Din, SE, M.Si, Ak dan Ibu Munawarah, SE, MM
sekeluarga, terima kasih yang sebesar-besarnya untuk ilmu , pengalaman,
canda tawa dan motivasi yang begitu besar dan sangat berarti kepada Penulis
viii
11. Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah , Kasubag Keuangan
dan Kasubag Kepegwaian atas pengertiannya menghadapi perilaku yang
kurang berkenan saat melaksanakan KKP dan telah memberikan pengalaman
yang berharga.
12. Saudara-saudariku tanpa ada hubungan yang jelas: Deddy Wachyudy (buat
emosinya), Andi Inayah, Arif, Dedy Siswanto, Farahdhiza, Vivi, Agus,
Ramzi, Arya, Suci, Askodar, Rudi, Fais, Wahyudin, Kusuma Hasinta, Yovita,
Yuli, Annisa, Dini, Vita, Andri Supit, Yunus, Andi, Galih, Rozik, Aldo dan
Ismail terima kasih atas kebersamaan dalam petualangan selama ini.
13. Sahabat-sahabat akuntansi Rahmah, Manda Hot, Kiko Hot, Mira Hot, Ikbal
Amir, Dayat, Faisal, Khairul, Sutomo, Andri, Nofri, Sahid, Wawan Dolo,
Fadli Dolo, Indra, Setiawan, Khusnul, Lulu, Medy, Ayu, Feby, Tuti ,
Tuwiyanti, Ana, Nini, Lilis, Santi, Vika, Alam, Copisss, Dewi kusuma , Try,
Gojin, Indah, Yulan, Irin, Devi, Wulan, Achi, Maya, dan kawan-kawan
lainnya yang tidak sempat disebut satu persatu terima kasih untuk
kebersamanya selama ini.
14. Teman-teman SMA Negeri 1 Palu (sampesuvu GS70PL), Dzul Kecil, Dzul,
Daeng, Dio, Muchtar, Fahri, Eko, Rey, Sandi, Dewi, Ito (senyum-senyum
enak), Yulita Nabila, Ade, Maya, Arfan, Ano, Niranti, Nanik, Irma Mesum,
Indah, Dina (thanks atas emosinya) Fira, Ika, Dian, Puput, Nadya, Aidinnal,
Evy, Nanik, Ika lola, Neny, Radian, Fitri, Cintya, Eja, Gery, Eca Koe, Moses,
Ahdiyat (mumun), teman-teman XA6, XI IPA 5 dan XII IPA 3 lainnya yang
belum disebutkan namanya.
ix
15. Seluruh teman-teman Akuntansi angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2009,
2010 dan 2011 terima kasih atas bantuannya selama ini.
16. Teman-teman “kimaja48”, “ngangapala” dan “GM Crue with The Boss”,
semua perjalanan dan aktivitasnya sangat mempengaruhi psikologis penulis
dan meluruskan pola pikir penulis.
17. Mantan pengurus HIMAKSI periode 2009, 2010:, Benny, Mail, Cito ,
Wawa, Alan, Acank, Maman, Salehudin, Jali, Andros, Rauf, Fandy, Doli, ,
Mirdan, Kama, Sari, Arya, Deddy, Agus, Wahyudin, Ramzi, Dedy, Arif,
Rudi, Faiz, Nini, Lilis, Mawar, Koko, Iin, Fuji, Uci, Ita, Dian terima kasih
atas kerja sama dan bantuannya kepada Penulis selama ini. Serta tak lupa
kepada seluruh senior yang telah mengarahkan dan selalu mengajarkan hal-
hal bermanfaat serta pengalaman yang tak ternilai dengan uang.
18. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HIMAKSI) Fakultas
Ekonomi Univeritas Tadulako, Pengurus beserta seluruh anggota-anggotanya
terima kasih atas ilmu yang diberikan dan kegiatan yang selalu memberikan
tantangan untuk berkreasi di dalamnya.
Semoga apa yang telah diberikan dapat penulis manfaatkan semaksimal
mungkin dan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.
Palu, Maret 2012
Penulis
x
ABSTRAK
Erwinsyah, C 301 08 040, Perubahan Abnormal Return Sebelum dan
Sesudah Krisis Energi di Jepang (Event Study pada Perusahaan Pertambangan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia), dibimbing oleh Muslimin selaku
pembimbing I dan Femilia Zahra selaku pembimbing II.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan rata-rata
abnormal return dan rata-rata traiding volume activity sebelum dan sesudah krisis
energi di Jepang pada saham sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011. Penelitian ini
menggunakan event study, di mana dilakukan pengamatan terhadap rata-rata
abnormal return dan rata-rata traiding volume activity selama 7 hari sebelum,
event date, dan 7 hari sesudah pengumuman. Penelitian ini menggunkan data
sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Data yang digunkan dalam
penelitian ini meliputi harga saham penutupan harian (closing price), indeks harga
saham gabungan, volume perdagangan harian, dan jumlah saham yang beredar.
Sampel yang digunakan berjumlah 20 perusahaan yang terdaftar dalam saham
pertambangan subsektor pertambangan batu bara dan subsektor pertambangan
minyak dan gas bumi.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Berdasarkan uji statistik terhadap rata-
rata abnormal return saham selama periode pengamatan, ditemukan bahwa
terdapat rata-rata abnormal return tetapi tidak signifikan perbedaannya antara
sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang. Hal ini membuktikan bahwa
informasi atas kondisi krisis energi di Jepang tidak dinilai sebagai good news oleh
para investor untuk memperoleh pengembalian. Investor masih diselimuti oleh
kekhawatiran atas krisis nuklir dan faktor lain yang juga turut mempengaruhi
bursa saham. (2) berdasarkan uji statistik Paired Sample T-Test menunjukkan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap traiding volume activity
sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang. Hasil penelitian menunjukkan panic
selling terjadi di bursa saham karena adanya informasi tersebut.
Rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ini adalah bagi investor dan
calon investor hendaknya melakukan analisis melalui perhitungan abnormal
return dan traiding volume activity sebagai ladasan dalam membentuk keputusan
investasi yang tepat sasaran.
Kata Kunci : Abnormal Return, Traiding Volume Activity, Event Study
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
1.2 Identitifikasi Masalah ......................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 8
1.4 Kegunaan Peneltian ............................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................... 10
2.2 Pasar Modal ........................................................................ 17
2.3 Saham ................................................................................. 19
2.4 Pasar yang Efisien ............................................................... 20
2.5 Return Saham ...................................................................... 23
2.6 Abnormal Return ................................................................ 24
2.7 Expected Return .................................................................. 26
2.8 Trading Volume Activity .................................................... 28
2.8 Krisis Energi di Jepang ....................................................... 30
2.10 Event Study ......................................................................... 32
2.11 Kerangka Pemikiran ........................................................... 32
2.12 Hipotesis ............................................................................. 36
xii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian .................................................................. 37
3.2 Jenis Penelitian ................................................................... 37
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................ 38
3.4 Populasi dan Sampel ........................................................... 38
3.4.1 Populasi ...................................................................... 38
3.4.2 Sampel ....................................................................... 38
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................. 40
3.6 Operasionalisasi Variabel ................................................... 40
3.7 Teknik Analisis ................................................................... 42
3.7.1 Periode Pengamatan ................................................... 43
3.7.2 Pengujian Hipotesis ................................................... 44
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Variabel Penelitian ............................................. 50
4.1.1 Return Sahan .............................................................. 50
4.1.2 Abnormal Return ....................................................... 56
4.1.3 Traiding Volume Activity ........................................... 62
4.2 Pengujian Normalitas Data .................................................. 68
4.3 Pengujian Hipotesis ............................................................ 70
4.5.1 Pengujian Hipotesis I ................................................. 70
4.5.2 Pengujian Hipotesis II ................................................ 74
4.4 Pembahasan ........................................................................ 75
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 87
5.2 Saran ................................................................................... 88
5.3 Keterbatasan Penelitian ...................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Ekspor Coal dan Liquid Natural Gas .......................................... 5
Gambar 2.1 Paradigma Konseptual Penelitian ................................................ 35
Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Return Saham dan Nilai Maximum
Return Saham .............................................................................. 55
Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Abnormal Return dan Nilai Maximum
Abnormal Return ......................................................................... 61
Gambar 4.3 Grafik Rata-rata Traiding Volume Activity dan Nilai
Maximum Traiding Volume Activity ........................................... 68
Gambar 4.4 Grafik Rata-rata Return Saham dan Return Pasar Sebelum
Dan Sesudah Krisis Energi di Jepang ......................................... 78
Gambar 4.5 Grafik Rata-rata Abnormal Return dan Cumulative
Average Abnormal Return Sebelum dan Sesudah
Krisis Energi di Jepang ............................................................... 79
Gambar 4.6 Grafik Rata-rata Traiding Volume Activity dan Cumulative
Average Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah
Krisis Energi di Jepang ............................................................... 83
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ..................................................... 16
Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel ................................................................ 39
Tabel 3.2 Sampel Penelitian ............................................................................ 39
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Return Saham
(Tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011) .................................... 51
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Abnormal Return
(Tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011) .................................... 57
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Traiding Volume Activity
(Tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011) .................................... 62
Tabel 4.4 Uji Normalitas Data Rata-rata Abnormal Return
Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang ............................... 69
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Rata-rata Traiding Volume Activity
Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang ............................... 69
Tabel 4.6 Uji One Sample T-Test Abnormal Return Sebelum dan
Sesudah Krisis Energi di Jepang .................................................... 71
Tabel 4.7 Uji Paired Samples T-Test Rata-rata Abnormal Return
Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang ............................... 73
Tabel 4.8 Uji Paired Samples T-Test Rata-rata Traiding Volume
Activity Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang ................. 74
Tabel 4.9 Rata-rata Return Saham, Return Pasar, Rata-rata
Abnormal Return dan Rata-rata Traiding Volume
Activity Saham Sektor Pertambangan Sebelum dan
Sesudah Krisis Energi di Jepang .................................................... 76
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Harga Saham Perusahaan Pertambangan Selama Periode
Pengamatan
Lampiran II : Return Saham Perusahaan Pertambangan Selama Periode
Pengamatan
Lampiran III : Expected Return (Return Pasar)
Lampiran IV : Abnnormal Return Perusahaan Pertambangan Selama Periode
Pengamatan
Lampiran V : Volume Perdagangan Saham Perusahaan Pertambangan Selama
Periode Pengamatan
Lampiran VI : Traiding Volume Activity Saham Pertambangan Selama Periode
Pengamatan
Lampiran VII : Hasil Pengolahan Data
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana alam dapat mempengaruhi sektor perekonomian sebuah
wilayah, karena bencana alam akan mempengaruhi komponen pertumbuhan
ekonomi. Komponen pertumbuhan ekonomi tersebut adalah investasi,
ekspor-impor, konsumsi dan belanja negara. Pengaruh dari komponen
pertumbuhan tersebut bisa dirasakan oleh wilayah yang menghadapi bencana
ataupun wilayah lainnya yang tidak terkena bencana
Wilayah yang mengalami bencana alam akan mengalami koreksi atas
kegiatan ekspor-impor yaitu nilai ekspor akan menurun dan nilai impor akan
meningkat. Hal ini disebabkan karena kepincangan sektoral yang menurunkan
nilai produksi dalam wilayah tersebut untuk melakukan ekspor. Belanja
negara akan meningkat pada wilayah yang terkena bencana sebagai salah satu
langkah untuk rekonstruksi kondisi yang rusak dan untuk menstabilkan
kegiatan produksi suatu wilayah.
Investasi menjadi sebuah hal yang dipengaruhi dan mempunyai daya
tarik tersendiri, terutama investasi dalam pasar modal. Kondisi wilayah yang
rusak dan membutuhkan perbaikan memaksa secara tidak langsung para
pelaku pasar modal untuk menghitung efek dari hal tersebut sehingga dapat
memberikan keputusan investasinya. Apakah pelaku pasar modal akan
menjual atau membeli saham, serta membentuk portofolio dalam pasar
modal adalah pilihan atas perhitungan dari efek bencana tersebut.
Bencana gempa bumi yang disertai dengan tsunami pada tanggal 11
Maret 2011 di Jepang memiliki dampak yang sangat besar bagi negara
tersebut. Gempa dengan kekuatan 8,9 Skala Ricther ini mengakibatkan
rusaknya wilayah Miyagi dan mengakibatkan kehancuran pada reaktor nuklir
Fukhusima.
Dalam perhitungan produk domestik bruto (PDB) Jepang wilayah
Miyagi hanya mampu menyumbang 1,7 % dari total PDB. Secara sederhana
hal terseebut tidak akan mempengaruhi perekonomian Jepang secara
signifikan, namun kehancuran reaktor nuklir menjadi suatu pertanda buruk
terhadap perekonomian Jepang. PLTN Fukhusima yang dikelola oleh Tokyo
Electric Power Co (TEPCO) menyumbang 24 % kebutuhan listrik bagi
Jepang dan kerusakan yang terjadi mengakibatkan adanya krisis listrik di
Jepang.
Kekurangan energi listrik akan berdampak langsung pada industri yang
menyerap tenaga listrik seperti industri baja, elektronik dan otomotif. Akibat
tidak langsungnya terletak pada industri turunannya seperti industri suku
cadang dan perlengkapan lainnya yang ikut terganggu produksinya karena
industri hulunya juga terganggu. Hal tersebut membentuk sebuah alur yang
menyebabkan dampak negatif secara signifikan terhadap PDB Jepang, ini
artinya PDB Jepang akan melemah.
Perkembangan ke depan, akan sangat tergantung pada bagaimana
Jepang mengatasi dampak ekonomi bencana ini. Apakah Jepang akan
mengoptimalkan industrinya di luar negeri, atau mencari alternatif sumber
energi secara cepat, akan sangat memengaruhi pemulihan mereka. Apabila
Jepang mampu secara cepat mengganti sumber energi listriknya, maka
dampak negatif ekonominya dapat dikurangi.
Dampak bencana Jepang sampai ke Indonesia melalui jalur
perdagangan dan keuangan. Tanggal 17 Maret 2011, dalam kunjungannya ke
Indonesia Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Makiko Kikuta menyampaikan
bahwa konsidi PLTN Fukhusima rusak dan mengakibatkan kekurangan listrik
secara besar-besaran. Karena kekurangan listrik tersebut Jepang saat ini
melakukan penghematan listrik secara berencana dan berharap adanya
tambahan ekspor LNG (liquefied natural gas) dan minyak bumi ke Jepang.
Hal tersebut sesuai dengan artikel “Dampak Bencana Tsunami Jepang
Terhadap Indonesia” yang dimuat dalam GaleriSaham.com memberikan
gambaran pengaruh dalam hal investasi Jepang di Indonesia, perdagangan
antar negara (ekspor-impor), kestabilan harga minyak, sampai pada
peningkatan permintaan komoditas. Dampak bencana di Jepang juga akan
mempengaruhi negara lain dalam hal penggunaan energi nuklir, sehingga
memunculkan kemungkinan negara lainnya akan mengalihkan sebagian
sumber energi pada pembangkit energi gas dan batubara. Secara keseluruhan
dalam pasar modal saran yang diberikan untuk para investor adalah
memantau saham berbasis komoditi seperti batu bara dan gas sebagai dampak
atas krisis energi listrik di Jepang.
Jalur perdagangan dan keuangan yang terkena imbas dari krisis energi
di Jepang lebih ditekankan pada saham-saham perusahaan pertambangan
khususnya subsektor batu bara dan subsektor minyak bumi dan gas alam.
Penekanan reaksi bursa terlihat pada perusahaan berbasis komoditas tersebut
karena adanya kebutuhan Jepang untuk rekonstruksi ekonomi pasca tsunami
sebagai langkah menjaga perekonomiannya.
Enrique blanko menyatakan kondisi di Jepang harus dimanfaatkan oleh
Indonesia sebagai penghasil komoditas, Indonesia harus mampu membuka
celah pasar baru maupun menambahkan ekspor yang sudah ada sebelumnya
misalnya gas alam cair/LNG. Peluang Indonesia dalam pengembangan pasar
yang telah ada sangat besar, ditambah lagi dengan hubungan antara Indonesia
dan Jepang dapat dinilai sebagai signal baik yaitu Indonesia akan menjadi
favorit Jepang dalam penyediaan pengganti energi yang bisa menghancurkan
perekonomiannya.
Berdasarkan berita resmi statistik, ekspor atas komoditi batu bara dan
liquid natural gas sampai dengan bulan Maret menunjukan adanya
peningkatan permintaan, pada bulan Maret nilai ekspor liquid natural gas
mencapai US$ 1.153.042.772 yaitu meningkat 23 persen dari bulan Februari
dan total ekspor batubara adalah US$ 1.805.350.126 pada bulan Maret. Bila
dibandingkan periode Januari sampai dengan Februari tahun 2010 nilai
ekspor batubara dan liquid natural gas mengalami peningkatan rata-rata
permintaan sebesar 18 persen. Data ekspor dari bulan Agustus 2010 sampai
dengan Maret 2011 nilai ekspor berfluktuatif, namun dengan analisis linear
forecast trendline hasil yang didapatkan adalah positif. Peningkatan tersebut
dapat menjelasakan bahwa efek dari peristiwa krisis energi di Jepang,
pemerintah Jepang memulai rekonstruksi perekonomian dengan jalan
mengganti sumber energi nuklir. Kemudian analisis linear forecast trendline
yang positif mengindikasikan bahwa akan tetap terjadi peningkatan
permintaan selama dua bulan ke depan. Pergerakan nilai ekspor batubara dan
liquid natural gas beserta analisis linear forecast trendline digambarkan pada
gambar dibawah ini.
Data di atas dapat menggambarkan bagaimana hubungan kerja sama
Indonesia dengan Jepang. Dalam situs Wikipedia, Indonesia telah menjadi
mitra Jepang dalam pemenuhan liquid natural gas sejak tahun 1987 dan
Indonesia merupakan negara pengekspor terbesar atas permintaan komoditas
tersebut yaitu sebesar 51,3 persen. Hubungan inilah yang dimaksud oleh
0
200.000.000
400.000.000
600.000.000
800.000.000
1.000.000.000
1.200.000.000
1.400.000.000
1.600.000.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar 1.1
Ekspor Coal dan Liquid Natural Gas
Bituminous coal: coking coal Bituminous coal: other than coking coal
Other coal Liquid natural gas
Linear (Liquid natural gas)
Sumber : Badan Pusat Statistik
Enrique sebagai jalan yang seharusnya dimaksimalkan oleh perusahaan
pertambangan untuk meningkatkan laba perusahaan.
Krisis energi yang terjadi di Jepang secara keseluruhan menjadi sebuah
informasi yang penting. Hal ini memang tidak mengintervensi bursa saham
secara langsung, namun peristiwa ini merupakan salah satu informasi yang
diserap oleh para pelaku pasar modal dan digunakan oleh para pelaku ini
untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang.
Informasi tersebut mempengaruhi pengambilan keputusan para investor dan
pada akhirnya pasar bereaksi terhadap informasi tersebut untuk mencapai
keseimbangan baru, sehingga dapat dikatakan bahwa peristiwa tersebut secara
tidak langsung mempengaruhi aktivitas di bursa efek.
Informasi tersebut sangat mempengaruhi tingkat kepekaan pasar modal
terhadap harga saham dan volume perdagangan saham yang akan berdampak
pada return saham yang akan diperoleh, seperti yang dinyatakan oleh Ang
(1997), bahwa analisis kondisi ekonomi merupakan dasar dari analisis
sekuritas, jika kondisi ekonomi buruk maka kemungkinan besar tingkat
pengembalian (return) saham-saham yang beredar akan merefleksikan
penurunan yang sebanding atau return yang abnormal. Sebaliknya, jika
kondisi ekonomi baik maka akan merefleksikan harga saham akan baik pula
yang akan berdampak positif pada pengembalian saham (return).
Dalam perkembangan ilmu pengetahun tentang pasar modal hal tersebut
adalah merupakan informasi buruk yang memberikan spekulasi negatif bagi
para insvestor di mana akan mengalami kerugian bila kondisi ini terus terjadi,
oleh karena itu investor sering mencari informasi tambahan agar
mendapatkan keuntungan dari kegiatan investasinya, salah satu cara yang
dilakukan adalah dengan melakukan pengalihan kepemilikan saham atau
dengan kata lain investor mencari saham-saham potensial yang lebih
menjanjikan.
Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari
suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, pasar
diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh
pasar. Reaksi pasar tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan harga
sekuritas yang bersangkutan di mana reaksi ini dapat diukur dengan abnormal
return (Hartono, 2005).
Budiarto dan Baridwan (1999), menyatakan bahwa reaksi pasar sebagai
suatu sinyal terhadap informasi adanya suatu peristiwa tertentu dapat
mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga dan
volume perdagangan saham yang terjadi. Para`investor juga dapat melakukan
pengamatan tentang informasi volume perdagangan dikaitkan dengan harga
saham. Saham dengan volume perdagangan tinggi akan menghasilkan return
saham yang tinggi.
Dengan demikian penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana
respon pasar saham Indonesia terhadap krisis energi di Jepang. Adapun judul
penelitian ini adalah “Perubahan Abnormal Return dan Trading Volume
Activity Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang (Event Study pada
Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata abnormal return antara sebelum
dan sesudah krisis energi di Jepang pada perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity antara
sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang pada perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Atas dasar rumusan masalah yang menjadi tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui perbedaan rata-rata abnormal return antara sebelum dan
sesudah krisis energi di Jepang.
2. Mengetahui perbedaan rata-rata trading volume activity antara sebelum
dan sesudah krisis energi di Jepang.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini di harapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu akuntansi
khususnya ilmu ekonomi akuntansi.
2. Diharapkan penelitian ini bisa memberikan gambaran bagaimana
sebuah peristiwa dapat mempengaruhi perubahan abnormal return dan
trading volume activity. Sehingga bisa mempengaruhi pengambilan
keputusan investasi.
3. Menjadi sumber referensi buat peneliti selanjutnya yang ingin meneliti
konsep yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini digunakan
sebagai dasar pengembangan, di antaranya adalah:
Husna (2010) dengan penelitiannya yang berjudul Analisis Perubahan
Harga Saham Sebelum dan Sesudah Pemilu Pada Sektor Property & Real
Estate yang Listing di BEI. Penelitian ini menggunakan pendekatan event
study, dengan tujuan melihat perbedaan harga saham dan melihat hubungan
perubahan harga saham atas peristiwa yang terjadi. Penelitian terhadap 15
perusahaan yang didapatkan melalui metode purpusive sampling diamati
selama 13 hari untuk melihat hubungan yang signifikan antara pemilu
legislatif dengan harga saham dan untuk melihat perbedaan harga saham
sebelum dan sesudah pemilu legislatif. Hasil pengujian data mengindikasikan
bahwa adanya pemilu legislatif 2009 sangat berpengaruh terhadap aktivitas
perdagangan saham baik pada hari-hari menjelang pemilu maupun pada hari-
hari sesudah pelaksanaan pemilu. Hal ini dikarenakan meratanya informasi
yang diterima baik investor, emiten maupun dealer saham. Korelasi antara
dua variabel ditunjukkan dengan hasil paired sample correlation sebesar
0,989 dengan signifikansi dibawah 0,05. Sementara perbedaan antara harga
saham sebelum dan sesudah pemilu legislatif yang diuji menggunakan paired
t-test menghasilkan harga saham yang lebih tinggi sesudah pemilu legislatif
2009 dibandingkan harga saham sebelum pemilu legislatif 2009. Hal tersebut
secara jelas dinyatakan dengan nilai t hitung sebesar -5,2358 lebih besar
daripada t tabel yaitu sebesar 2,2125.
Hamidi (2008) dengan judul penelitian Analisis Likuiditas Saham
Sebelum, Saat, Sesudah Bencana Banjir Antara Tahun 2007 dan 2008 di
Jakarta pada Sektor Industri Dasar dan Kimia di BEI. Pengukuran likuiditas
saham menggunakan aktivitas volume perdagangan, bid-ask spread, widht,
dan resiliency diukur menggunakan alat statisitik uji beda untuk sampel
berpasangan. Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa
perisitiwa banjir yang terjadi pada awal Februari tahun 2007 dan 2008 di Ibu
Kota Jakarta tidak memepengaruhi secara signifikan terhadap saham-saham
perusahaan yang tergabung dalam Industri Dasar dan Kimia. Jadi meskipun
bencana banjir tersebut berdampak terhambatnya perputaran perekonomian
dalam Ibu Kota, mengalami kerugian material triliunan rupiah secara
nasional, dan merusak banyak infrastruktur serta membutuhkan obat-obatan
bagi para penduduk yang terjangkit penyakit yang disebabkan kejadian banjir
tersebut, sehingga dibutuhkan produk-produk perusahaan yang tergabung
dalam Industri Dasar dan Kimia, tetapi tidak mempengaruhi pada pergerakan
harga saham industri. Kesimpulannya tidak terdapat perbedaan likuiditas pada
saat, sebelum dan sesudah terjadi peristiwa banjir. Penilaian secara individu
terdapat beberapa perusahaan yang mengalami perubahan likuditas seperti
PT. SMGR, PT. ALMI, P.T BRPT, P.T CLPI, PT. SOBI, dan PT INKP ,
namun tidak dapat diindikasikan karena adanya peristiwa banjir yang terjadi
di Ibu Kota Jakarta.
Munawarah (2009) dengan judul penelitian Analisis Perbandingan
Abnormal Return dan Trading Volume Activity pada Saham LQ-45 Sebelum
dan Setelah Suspend BEI. Penelitian ini dilakukan selama 6 hari yaitu dimulai
tanggai 6 sampai dengan 15 Oktober 2008, diuji dengan menggunakan uji
normalitas data yaitu uji one-sample kolomogrov smirnov test dan untuk
pengujian variabel penelitian menggunakan alat uji one-sampe t-test dan
paired t-test. Penelitian ini menggunakan maeket model untuk expected
return dalam perhitungan abnormal return. Rata-rata abnormal return selama
3 hari sebelum suspend BEI (t-3 sampai t-1) diperoleh sebesar -0,14% atau
terjadi reaksi pasar yang negatif, sedangkan 3 hari setelah peristiwa suspend
BEI (t+1 sampai t+3) diperoleh rata-rata abnormal return sebesar -0,49% atau
terjadi reaksi pasar yang negatif. Secara matematis rata-rata abnormal return
lebih besar sebelum dibandingkan setelah suspend. Namun demikian, hasil
pengujian perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan setelah peristiwa
suspend BEI secara statistik diperoleh nilai t =0,468 dengan signifikansi
sebesar 0,686 atau berada di atas 0,05. Hal ini berarti, tidak terdapat
perbedaan yang signifikan secara statistik antara rata-rata abnormal return
sebelum dan setelah peristiwa suspend BEI. hasil pengujian perbedaan rata-
rata rata-rata Trading Volume Activity (TVA) saham LQ-45 sebelum dan
setelah peristiwa suspend BEI secara statistik diperoleh t = -1,366 dengan
signifikansi sebesar 0,185 atau berada di atas 0,05. Hal ini berarti bahwa,
tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata Trading Volume Activity
(TVA) saham LQ-45 sebelum dan setelah peristiwa suspend BEI. Dari hasil
penelitian tersebut, menunjukkan bahwa sebelum dan setelah peristiwa
suspend BEI tidak terdapat perubahan reaksi perdagangan saham yang
signifikan
Penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2006) Analisis Rekasi Pasar
Modal Terhadap Kenaikan Harga BBM (Studi Kasus di Bursa Efek Jakarta
untuk Saham-Saham LQ 45) dengan menggunakan pendekatan event study
pada dua peristiwa kenaikan BBM menunjukkan bahwa peristiwa ini
memiliki kandungan informasi, yang menyebabkan pasar modal Indonesia
bereaksi terhadap peristiwa tersebut. Reaksi muncul terjadi pada hari
perdagangan sebelum peristiwa kenaikan BBM terjadi. Hal ini disebabkan
karena tanda-tanda atau sinyal dari pemerintah terhadap kenaikan harga BBM
tersebut sudah muncul pada beberapa hari sebelumnya. Perbedaan abnormal
return yang signifikan tidak terjadi pada kedua peristiwa kenaikan BBM, hal
ini disebabkan karena pelaku pasar sudah mulai terbiasa untuk memprediksi
kapan kenaikan BBM akan diberlakukan. Reaksi pasar modal terhadap
adanya kenaikan harga BBM memang bisa diduga mengingat isu seputar
kenaikan BBM sudah beredar sebelum tanggal kenaikan. Oleh sebab itu,
investor lebih banyak membeli ketika harga saham setelah peristiwa kenaikan
BBM terkoreksi dan menurut mereka sudah murah maka mereka akan
memborong kembali saham-saham tersebut untuk dimasukkan dalam
portofolionya kembali.
Rata-rata abnormal return selama kedua peristiwa ternyata
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini dikarenakan
memang dari kedua peristiwa kenaikan BBM tersebut sudah dapat diprediksi
oleh para pelaku pasar. Pada hari-hari disekitar pengumuman terdapat
abnormal return yang signifikan, untuk kenaikan BBM 1 Maret 2005 terjadi
pada H-2, H-1 dan H+1 dan H+3. Sedangkan pada kenaikan BBM 1 Oktober
2005 terdapat abnormal return yang signifikan pada H-2, H-1 dan pada H+2
dan H+4. Abnormal return selama 5 hari sebelum pengumuman kenaikan
BBM (t-5 hingga t-1) diperoleh adanya reaksi yang berbeda dimana pada
sebelum kenaikan cenderung terjadi reaksi negatif dari dari investor,
sedangkan pada 5 hari setelah kenaikan cenderung terdapat reaksi positif dari
investor. Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat perbedaan yang
signifikan rata-rata abnormal return sebelum dan setelah kenaikan harga
BBM. Secara umum pengumuman kenaikan harga BBM memang merupakan
kabar buruk (bad news) bagi dunia usaha. Namun demikian para investor
sudah belajar dari pengalaman bahwa pengumuman akan diberlakukan pada
awal bulan. Tidak adanya reaksi harga atas informasi tersebut merefleksikan
tidak adanya tindakan investor untuk mendapatkan keuntungan dari peristiwa
tersebut. Sedangkan aktifitas perdagangan saham antara sebelum dan sesudah
peristiwa menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini
dikarenakan memang dari kedua peristiwa kenaikan BBM tersebut sudah
dapat diprediksi oleh para pelaku pasar. Tidak adanya reaksi harga atas
informasi tersebut merefleksikan tidak adanya revisi kepercayaan dalam pasar
secara agregat yang merupakan akibat dari adanya informasi yang sudah
diketahui sebelumnya.
Puput Haryono pada tahun 2005 menganalisis pasar modal Indonesia
(Bursa Efek Jakarta) terhadap peristiwa politik dalam negeri. Peristiwa
bencana tsunami di Nangroe Aceh Darullsallam (NAD) dan Sumatera Utara
pada tanggal 26 Desember 2004 menjadi obyek penelitian ini. Parameter yang
digunakan untuk mengukur reaksi pasar modal Indonesia terhadap politik
dalam negeri adalah perubahan harga saham dan volume perdagangan yang
terjadi di sekitar tanggal peristiwa yang akan memberikan abnormal return
kepada investor. Hipotesis 1 dalam penelitian ini diuji dengan metode event
study, hipotesis 2 akan diuji dengan uji perbedaan mean yaitu dengan Paired
Sample T-test, sedangkan hipotesis 3 akan diuji dengan formula Foster dan
Paired Sample T-test. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam hipotesis 1 investor mendapatkan abnormal return pada hari kedua
,ketiga dan keempat sesudah peristiwa, namun pada pertama tidak
mendapatkan abnormal return. Sedangkan secara akumulasi sesudah
peristiwa mendapatkan abnormal return yang lebih kecil daripada sebelum
peristiwa. Pada hipotesis 2 dalam uji perbedaan mean menunjukkan bahwa
secara statistik tidak ada perbedaan antara abnormal return mean 4 hari
sebelum dan 4 hari sesudah peritiwa. Selanjutnya dalam analisis aktivitas
volume perdagangan mean di Bursa Efek Jakarta pada hipotesis 3
menunjukkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan antara aktivitas rata-
rata volume perdagangan 4 hari sebelum peristiwa dan 4 hari setelah
peristiwa yaitu, rata-rata volume perdagangan 4 hari sebelum peristiwa lebih
kecil daripada 4 hari setelah peristiwa. Kesimpulannya terdapat perbedaan
yang signifikan antara rata-rata volume perdagangan sebelum peristiwa
dengan rata-rata volume perdagangan sesudah peristiwa, namun tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return mean sebelum
peristiwa dan abnormal return mean sesudah peristiwa.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
dan Tahun
Penelitian
Penelitian
Terdahulu Indikator Alat Uji Hasil
1 Laila
Minoratul
Husna
(2010)
Analisis
Perubahan
Harga Saham
Sebelum dan
Sesudah
Pemilu Pada
Sektor
Property &
Real Estate
yang Listing
di BEI
Harga Saham 1. Paired T-
Test
Terdapat
korelasi
antara harga
saham dengan
peristiwa
pemilu dan
terdapat
perbedaan
harga saham
sebelum dan
sesudah
pemilu
2 Muhammad
Hamidi
(2008)
Analisis
Likuiditas
Saham
Sebelum,
Saat, Sesudah
Bencana
Banjir Antara
Tahun 2007
dan 2008 di
Jakarta Pada
Sektor
Industri Dasar
dan Kimia di
BEI
1. Traiding
Volume
Activity
2. Bid-Ask
Spread
3. Width
4. Resiliency
1. Paired T-
Test
Tidak terdapat
perbedaan
signifikan
likuditas
saham
sebelum,saat
dan sesudah
bencana
3
.
Munawarah
(2009)
Analisis
Perbandingan
Abnornal
Return dan
Trading
Volume
1. Abnormal
return
2. Traiding
Volume
Activity
1. Paired T-
Test
2. One-
Sample
T-Test
Terdapat
perbedaan
abnormal
return tetapi
tidak
signifikan, uji
No
Peneliti
dan Tahun
Penelitian
Penelitian
Terdahulu Indikator Alat Uji Hasil
Activity Pada
Saham LQ-45
Sebelum dan
Sesudah
Suspend BEI
terhadap
traiding
volume
activity
menunjukkan
tidak terdapat
perbedaan
signifikan
4 St Tri Adi
Setyawan
(2006)
Analisis
Reaksi Pasar
Modal
Terhadap
Keneaikan
Harga BBM
(Studi Kasus
di Bursa Efek
Jakarta untuk
Saham LQ-
45)
1. Abnormal
return
2. Trading
Volume
Activity
1. Paired T-
Test
2. One
Sample
T-Test
Tidak
terdapat
perbedaan
signifikan
abnormal
return dan
traiding
volume
activity
5
.
Puput
Haryono
(2005)
Reaksi harga
saham di
Bursa Efek
Jakarta
terhadap
peristiwa
tsunami
Nangroe Aceh
Darussalam
(NAD) dan
Sumetera
Utara tanggal
26 Desember
2004
1. Abnormal
return
2. Traiding
Volume
Activity
1. Paired T-
Test
(event
study)
2. Formula
Foster
Tidak
terdapat
perbedaan
signifikan
abnormal
return
sebelum dan
sesudah
peristiwa,
terdapat
perbedaan
signifikan
indikator
TVA
Sumber : Data diolah (2012)
2.2 Pasar Modal
Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya
antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang,
umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Hukum mendefinisikan pasar modal
dalam Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 sebagai “Kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.
Ahmad (2004) memberikan tiga definisi tentang pasar modal:
a. Definisi yang luas
Pasar modal adalah kebutuhan system keuangan yang terorganisasi,
termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang
keuanganm serta surat-surat berharga/klaim, jangka panjang dan
pendek, primer dan yang tidak langsung.
b. Definisi dalam arti menengah
Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-
lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya
yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham
obligasi-obligasi, pinjaman berjangka hipotek, dan tabunga serta
deposito berjangka.
c. Definisi dalam arti sempit
Pasar modal adalah tempat pasar terorganisasi yang
memperdagangkan saham-saham dan obligasi-obligasi dengan
memakai jasa dari makelar, komisioner dan para underwriter.
Pasar modal dapat diartikan sebagai pasar yang digunakan untuk
penjualan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang biasa diperjual
belikan, baik surat utang (oblogasi), saham (equity), reksadana, intrumen
derivatif maupun instrumen lainnya untuk tujuan memperoleh dana tambahan
dengan cepat dan murah guna membiayai kegiatan perusahaan agar tetap
bertahan. Sejalan dengan itu, Kasmir (2002) mendefenisikan pasar modal
sebagai :
Pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya penjual
dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh
modal. Penjualan dalam pasar modal merupakan perusaan yang
membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk
menjual efek-efek dipasar modal. Pembeli adalah pihak yang ingin
membeli modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan.
Sundjaja dan Inge (2002) memaparkan tujuan pembentukan pasar
modal adalah
Memperoleh proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam
pemilikan saham perusahaan, pemerataan pendapatan masyarakat
melalui pemerataan pemilikan saham dan menggairakan partisipasi
masyarakat dalam pengerahan dan penghimpunan dana untuk
digunakan secara efektif
2.3 Saham
Saham merupakan salah satu instrumen yang diperdagangkan di pasar
modal atau secara sederhana dapat disebut sebagai bukti penyertaan modal
dalam perusahaan. Saham merupakan sertifikat yang dikeluarkan perusahaan
perseroan (PT) kepada pemilik atau penanam modal (Rahardjo, 2003).
Setiap investor memiliki tujuan yang berbeda dalam menanamkan
uangnya dalam bentuk saham. Menurut Baridwan (1992) beberapa tujuan
investor melakukan pembelian saham adalah sebagai berikut:
Apabila saham-saham itu dibeli dengan tujuan penggunaan uang yang
menganggur dan penjualannya untuk memenuhi kebutuhan uang, maka
pembelian saham akan dicatat sebagai investasi jangka pendek. Tetapi
penanaman modal dalam saham dapat dikelompokkan sebagi investasi
jangka panjang bila dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. untuk mengawasi perusahaan
2. untuk memperoleh pendapatan yang tetap setiap periode
3. untuk membentuk suatu dana khusus
4. untuk menjamin kontinuitas suplai bahan baku
5. untuk menjaga hubungan antar perusahaan
Harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan
perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau
fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang
terjadi di pasar bursa. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau
menyimpan saham, harganya semakain naik. Sebaliknya semakin banyak
investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham, maka harganya
semakin bergerak turun.
Secara umum, semakin baik kinerja suatu perusahaan maka semakin
tinggi laba usahanya dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati
oleh pemegang saham juga semakin besar kemungkinan harga saham akan
naik. Meskipun demikian, saham yang memiliki kinerja baik sekalipun
harganya bisa saja turun karena keadaan pasar yang jelek menyebabkan
kepercayaaan terhadap pemodal terguncang. Saham ini tidak akan sampai
hilang, jika keperacayaan pemodal pulih. Siklus ekonomi membaik ataupun
hal-hal lain membaik, maka harga saham yang baik ini akan kembali naik,
jadi resiko dari pemegang suatu saham adalah turunnya harga saham. Cara
mengatasinya adalah menahan saham tersebut untuk waktu yang cukup lama
sampai keadaan pasar membaik kembali.
2.4 Pasar yang Efisien
Efficient market atau pasar yang efisien merupakan kondisi suatu pasar
bursa ketika efek yang diperdagangkan dapat merefleksikan semua informasi
yang mungkin terjadi dengan cepat dan akurat (Ang, 1997:17). Konsep
efficient market ini menyatakan bahwa pemodal selalu memasukkan faktor
informasi yang tersedia dalam keputusan mereka sehingga terefleksi pada
harga yang mereka transaksikan. Jadi harga yang berlaku di pasar sudah
tergantung faktor informasi tersebut. Harga suatu efek mengandung tiga
faktor yaitu merefleksikan informasi yang bersifat historis, merefleksikan
kejadian yang telah diumumkan tetapi belum dilaksanakan seperti saham
bonus, tetapi pembagian saham bonus belum dibagikan, dan merefleksikan
prediksi atas informasi masa yang akan datang.
Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau tidak hanya dari segi ketersediaan
informasinya saja, tetapi juga dapat dilihat dari kecanggihan pelaku pasar
dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dan informasi yang
tersedia (Hatono, 2005). Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja
disebut efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market).
Sedangkan pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan para pelaku
pasar dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia
disebut dengan efisiensi pasar secara keputusan atau decisionally efficient
market.
Kunci utama untuk mengukur pasar modal yang efisien adalah
hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Informasi yang dapat
digunakan untuk menilai pasar yang efisen adalah informasi yang lama,
informasi yang sedang dipubli-kasikan atau semua informasi termasuk
informasi privat. Fama dalam Jogiyanto (1998), menyajikan tiga macam
bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk
informasi, yaitu:
1. Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah, jika harga-harga dari
sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu.
Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi.
Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori
langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data
masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar
efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat
digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa
untuk pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak dapat
menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan
yang tidak normal.
2. Pasar dikatakan efisien setengah kuat, jika harga-harga sekuritas
secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang
dipublikasikan (all publicly available information) termasuk
informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan
emiten. Semua informasi yang dipublikasikan akan tersebar dan
diterima oleh pemodal pada waktu yang hampir bersamaan, sehingga
harga secara langsung dan cepat melakukan penyesuaian dan
investor tidak mendapatkan keuntungan yang normal.
3. Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas
secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang
tersedia termasuk informasi privat. Jika pasar efisien dalam bentuk
ini berhubungan satu dengan yang lain, maka tidak ada individual
investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan
tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat.
Hubungan ketiga pasar efisien ini berupa tingkatan yang kumulatif
yaitu bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk setengah kuat dan bentuk
setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat. Hubungan tersebut
menunjukkan bahwa bila ada sangkalan dari efisiensi pasar bentuk lemah
maka sangkalan tersebut berlaku juga baik pada efisiensi pasar bentuk semi-
kuat maupun pasar efisien bentuk kuat. Jika pasar tidak efisien dalam bentuk
lemah, dengan sendirinya pasar tidak efisien dalam bentuk semi-kuat ataupun
bentuk kuat maupun dalam bentuk lemah.
2.5 Return Saham
Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam presentase dari
modal awal investasi. Pendapatan ivestasi dalam saham ini meliputi
keuntungan jual beli saham, jika untung disebut capital gain dan jika rugi
disebut capital loss. Selain capital gain, investor juga akan menerima deviden
tunai setiap tahunnya. Emiten akan membagikan deviden tunai dua kali
setahun, deviden yang pertama disebut deviden interim yang dibayarkan
selama tahun berjalan, sedangkan yang kedua disebut deviden final yang
dibagikan setelah tutup tahun buku.
Rumus perihungan return saham dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu:
Keterangan :
Ri,t : return saham i untuk waktu (hari, bulan, dan sebagainya)
Pt : price, yaitu harga untuk waktu t
Pt-1 : price, yaitu harga waktu sebelumnya
Dt : deviden tunai interim dan deviden tunai final
Metode kedua yang dapat digunakan adalah
Keterangan:
Ri,t = return saham i untuk waktu (hari, bulan, dan sebagainya)
IHSIt : indeks harga saham individu untuk waktu t
IHSIt-1 : indeks harga saham individu waktu sebelumnya
Dt : deviden tunai interim dan deviden tunai final
Metode yang kedua lebih tepat digunakan untuk menganalis karena
pemakian indeks dapat menetralisir pengaruh corporate action terhadap
harga saham.
2.6 Abnormal Return
Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya
terjadi terhadap normal return yang merupakan return yang diharapkan oleh
investor (expected return) (Hartono, 2003). Selisih return akan positif jika
return yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau return
yang dihitung. Sedangkan return akan negatif jika return yang didapat lebih
kecil dari return yang diharapkan atau return yang dihitung (Rachmawati,
2005).
Menurut Hartono (2005), studi peristiwa menganalisis return tidak
normal dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu
peristiwa. Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari
return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Sehingga dapat
disimpulkan, bahwa abnormal return terjadi karena dipicu oleh adanya
kejadian atau peristiwa tertentu, misalnya hari libur nasional, suasana politik,
kejadian-kejadian luar biasa, stock split, penawaran perdana, suspend dan
lain-lain.
Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi
dengan return ekspektasi. Formulasinya adalah, sebagai berikut (Hartono,
2003):
ARi,t = Ri,t – E[Ri,t]
Keterangan:
ARi,t : abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.
Ri,t : return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada
periode peristiwa ke-t.
E [Ri,t] : return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t
Dalam menghitung return, beberapa indikator yang biasa digunakan
untuk menjelaskan efek dari sebuah peristiwa adalah:
a. Average Abnormal Return (AAR)
Average Abnormal Return merupakan rata-rata abnormal return (AR)
dari semua jenis saham yang sedang dianalisis secara harian. Average
abnormal return dapat menunjukkan reaksi paling kuat, baik positif
maupun negatif, dari keseluruhan jenis saham selama window period.
b. Cummulative Abnormal Return (CAR)
Cummulative Abnormal Return merupakan kumulatif abnormal return
dari hari pertama sampai dengan hari-hari berikutnya untuk setiap
jenis saham. Dengan melakukan perbandingan CAR selama periode
sebelum peristiwa dan CAR selama periode sesudah peristiwa terjadi,
kita dapat mengetahui jenis saham yang paling terpengaruh.
c. Cummulative Average Abnormal Return (CAAR)
CAAR merupakan kumulatif harian AAR. Dari grafik CAAR dapat
diketahui kecenderungan kenaikan atau penurunan yang terjadi selama
window period, sehingga dampak positif atau negatif dari peristiwa
tersebut terhadap keseluruhan jenis saham yang diteliti dapat
diketahui.
2.7 Expected Return
Expected return merupakan return yang digunakan untuk pengambilam
keputusan investasi. Expected return penting jika dibandingkan dengan
return historis karena expected return merupakan return yang diharapkan dari
investasi yang akan dilakukan (Hartono, 2003). Dengan kata lain, expected
return adalah return yang diharapkan investor yang akan diperoleh di masa
yang akan datang.
Brown dan Warner (1985) mengestimasi return ekspektasi
menggunakan model estimasi mean-adjusted model, market model, dan
market-adjusmend model.
a. Mean-adjusted model
Model disesuaikan rata-rata (mean-adjusted model) menganggap
bahwa return ekspektasi yang bernilai konstan sama dengan rata-rata
return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Perhitungan
expected return dengan model ini dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut :
Keterangan
E[Ri,t] : expected return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Ri,j : return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
: lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2
b. Market model
Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model)
dilakukan dengan dua tahap yaitu membentuk model eskpektasi
dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan
menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return
ekspektasi diperiode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk
menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan
persamaan:
Keterangan:
Ri,j : return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
αi : intercept untuk sekuritas ke-i
βi : koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i
RMj : return indeks pasar pada periode estimasi ke-j
ei,j : kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
c. Market-adjusted model
Model disesuaikan pasar (Market-adjusted Model) menganggap
bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu
sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan
menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode
estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas
yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Persamaan
yang dapat dibentuk dalam model ini adalah :
Keterangan
E[Ri,t] : expected return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
: return pasar
2.8 Trading Volume Activity
Perubahan harga saham merupakan refleksi tingkah laku manusia yang
tidak seluruhnya dapat ditaksir seperti kejadian politik pada suatu negara,
terorisme, bencana alam, peperangan dan sebagainya. Hal itulah yang
menyebabkan banyak orang menganggap pasar modal adalah sesuatu yang
unik sekaligus menarik. Investor mengharapkan keuntungan yang maksimal
dari investasi yang dilakukan dengan meminimalkan resiko. Dengan
demikian, untuk meminimalkan resiko tersebut maka investor harus
memperhitungkannya dengan cermat. Ada dua aspek atau pendekatan yang
sering dilakukan dalam melakukan analisis memilih saham, yaitu aspek
fundamental dan aspek teknikal.
Analisis fundamendal merupakan analisis perusahahaan yang
menggunakan data keuangan perusahaan dalam menghitung nilai instrinsik
saham. Analisis fundamental didasarkan atas anggapan bahwa setiap saham
memiliki nilai instrinsik. Analisis teknikal merupakan teknik analisis yang
menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha
mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar
secara keseluruhan. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk
menentukan kapan akan membeli atau menjual dengan memanfaatkan
indikator teknis maupun analisis grafik.
Volume perdagangan merupakan bagian yang diterima dalam analisis
teknikal. Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu
bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik. Peningkatan
volume perdagangan saham dibarengi dengan peningkatan harga merupakan
gejala yang semakin kuat akan kondisi yang bullish (Neni dan Mahendra,
2004).
Kegiatan perdagangan saham yang diukur melalui indikator TVA
digunakan untuk melihat apakah investor individual menilai laporan
keuangan informatif dalam arti apakah informasi tersebut membuat keputusan
perdagangan di atas keputusan perdagangan normal (Husnan, dkk : 1996).
Sedangkan menurut Neni dan Mahendra (2004), perubahan volume
perdagangan saham di pasar modal menunjukkan aktivitas perdagangan
saham di bursa dan mencerminkan keputusan investasi oleh investor. TVA
merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal
terhadap informasi melalui parameter perubahan volume perdagangan saham
(Sri Fatmawati dan Marwan Asri, 1999).
Ditinjau dari fungsinya Trading Volume Activity (TVA) merupakan
suatu variasi dari event study. Hasil perhitungan TVA mencerminkan
perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan dengan jumlah
saham yang beredar dalam suatu periode tertentu. Jadi, TVA diukur dengan
formulasi sebagai berikut (Foster, 1986 dalam Husnan, dkk, 1996):
TVA=
Dapat disimpulkan indikator Trading Volume Activity menjadi dasar
investor untuk mengambil keputusan dengan melihat saham yang memiliki
volume perdangangan yang tinggi, dengan asumsi volume perdagangan yang
tinggi menggambarkan saham yang memberikan return yang tinggi.
2.9 Krisis Energi di Jepang
Tsunami yang melanda Jepang tepatnya di wilayah Miyagi terjadi pada
hari Jumat 11 Maret 2011. Menurut kantor berita Associated Press, gempa
mulai terasa pada pukul 14.46 waktu setempat dengan kekuatan 8,9 SR.
Sekitar 30 menit kemudian, terjadi gempa susulan berkekuatan 7,4 SR. Pusat
gempa tepat berada 130 km di lepas pantai timur Kota Sendai atau 400 km di
timur laut Tokyo pada kedalaman 24,4 km.
Badan Meteorologi Jepang sudah mengeluarkan peringatan tsunami di
seluruh pesisir timur Jepang, yang menghadapi Samudera Pasifik. Pusat
Peringatan Tsunami Pasifik di Hawaii menyatakan bahwa peringatan tsunami
juga berlaku di Rusia, Pulau Marcus, dan Kepulauan Mariana. Peringatan
waspada tsunami juga dikeluarkan untuk Guam, Taiwan, Filipina, Indonesia,
dan negara bagian Hawaii, AS.
Sehari setelah tsunami melanda, bencana nuklir juga terjadi sehari
setelah tsunami. Reaktor nuklir Fukushima meledak dan mengakibatkan
empat orang pekerja terluka dan 83.000 warga lainnya dievakuasi. Bencana
rusaknya reaktor nuklir menyebabkan krisis energi yang mengakibatakn
keterbatasan pasokan energi untuk industri. Krisis energi ini dapat
mengganggu kelangsungan perusahaan, perusahaan yang diprediksi
mengalami hal tersebut adalah industri baja dan otomitif karena jenis
perusahaan ini menggunakan banyak tenaga listrik.
Perusahaan produsen listrik di tokyo, TEPCO menyebutkan kapasitas
produksi menurun hampir setengahnya, dari 51 juta kilowatt menjadi 35 juta
kilowatt. Sehinggga banyak terjadi pemadaman listrik di Tokyo, kondisi
tersebut sanggat mengganggu hampir seluruh aspek kehidupan Jepang yang
secara keseluruhan mengandalkan listrik. Menghadapi musim panas, Jepang
perlu waspada karena kebutuhan listrik mencapai puncaknya karena warga
akan menggunakan listrik sebagai pendingin udara sehingga krisis energi
semakin parah dan perekonomian semakin menurun.
Dalam undang-undang Jepang, ada beberapa langkah yang harus
diambil pemerintah mengenai bencana energi nuklir. Jika terjadi kecelakaan
yang melibatkan nuklir, harus didirikan sebuah pusat cepat tanggap untuk
bencana tenaga atom. Perdana Menteri akan bertindak selaku kepala tim
tersebut. Pusat ad hoc ini memberikan kekuasaan kepada Perdana Menteri
untuk mengarahkan secara langsung berbagai badan pemerintah yang relevan
dan perusahaan-perusahaan swasta yang berhubungan dengan bencana
tersebut. Perdana Menteri juga akan didampingi dua badan lain yang akan
membantunya membuat keputusan. Dua lembaga tersebut adalah Badan
Keselamatan Nuklir dan Industri, bagian dari Kementerian Ekonomi, Industri
dan Perdagangan.
Peluang yang bisa diambil oleh Indonesia dalam bencana tersebut
menurut Enrique Blanco Armas adalah “Indonesia bisa sementara waktu
mengalihkan pasar impor dengan mencari negara penghasil produk yang
sama. Untuk menambah nilai tambah, perbaikan infrastruktur harus dilakukan
secara simultan”. Ini berarti Indonesia sebagai negara penghasil komoditas
seperti gas alam cair, batu bara dan minyak bumi harus mampu membuat
celah pasar baru atau menambah ekspor atas komoditas tersebut.
2.10 Event Study
Event study mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang
informasinya dipublikasikan ke pasar. Studi ini digunakan untuk menguji
kandungan informasi dari suatu pengumuman dan untuk menguji efisiensi
pasar bentuk setengah kuat melalui pengamatan return. Informasi yang
digunakan tidak terbatas pada peristiwa ekonomi atau peristiwa tentang
corporate action, namun bisa berupa peristiwa politik atau peristiwa sosial
yang memberikan pengaruh terhadap pasar sekunder.
Studi peristiwa dikembangkan untuk menganalisis reaksi pasar terhadap
suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan. Reaksi pasar digambarkan
dengan adanya perubahan harga sekuritas yang diukur dengan abnormal
return, sehingga peristiwa yang memiliki kandungan informasi akan
memberikan abnormal return (Munawarah, 2009:27). Adapun tujuan event
study adalah untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang
mempengaruhi sekuritas dan return dari sekuritas tersebut (Kriztman dalam
Zaqi, 2006).
2.11 Kerangka Pemikiran
Pasca gempa bumi berkekuatan 8,9 skala Richter, Jepang harus
berhadapan dengan kebocoran reaktor nuklir. Akibat dari meledaknya reaktor
nulir Fukushima adalah krisis energi yang terjadi dan berdampak pada proses
produksi industri yang memberikan kontribusi yang besar dalam pendapatan
nasional Jepang. Salah satu solusi mengurangi efek krisis energi adalah
mengalihkan sumber energi untuk menjaga kelangsungan industri sehingga
kestabilan perekonomian dapat terjaga.
Kebutuhan akan pengalihan sumber energi tersebut merupakan
informasi positif ataupun informasi negatif yang bisa dijadikan dasar
keputusan seorang investor. Informasi tersebut menjadi berdampak buruk
terhadap investor-investor yang menanamkan modalnya pada industri yang
secara langsung terkena efek buruk seperti United Tracktor. Tbk (UNTR)
sehingga informasi tersebut akan membuat para investor untuk mencari celah
saham-saham potensial untuk tetap mendapatkan keuntungan. Informasi
tersebut menjelaskan bahwa Jepang akan melakukan pembelian besar-
besaran terhadap gas ataupun batu bara untuk mengatasi krisis energi, dengan
demikian penjualan perusahaan pertambangan akan semakin meningkat
sehingga meningkatkan nilai perusahaan yang berpengaruh positif terhadap
pergerakan harga saham.
Selama ini 50 % kebutuhan liquid natural gas Jepang disupply
Indonesia, sehingga peristiwa ini akan meningkatkan nilai jual saham
pertambangan Indonesia karena akan adanya peningkatan permintaan liquid
natural gas oleh Jepang sebagai alternatif pengganti energi untuk mengatasi
krisis energi di Jepang akan ditujukan kepada Indonesia sebagai mitra dagang
terbesar. Dengan kata lain, saham pertambangan Indonesia menjadi saham
dengan nilai jual yang tinggi atau dipandang sebagai saham potensial dalam
bursa saham.
Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk
menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau
beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik
dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu
yang cepat pula. Keputusan tersebut juga perlu didukung dengan adanya
estimasi atas return sebagai tujuan seseorang melakukan sebuah investasi.
Berdasarkan logika tidak ada investor yang tidak menginginkan
pengembalian terhadap investasinya, pada akhirnya investor yang
menentukan apakah peristiwa bencana di Jepang menjadi sebuah informasi
yang bisa menguntungkan.
Abnormal return merupakan indikator yang dapat menggambarkan efek
dari sebuah peristiwa atau informasi, abnormal retun merupakan selisih
antara return ekspektasi dengan return aktual. Hal ini berarti peristiwa dapat
memunculkan sebuah pergerakan yang tidak normal sehingga dapat terlihat
perubahan trend disekitar tanggal pengumuman. Perubahan nilai abnormal
return yang lebih tinggi dari sebelum pengumuman menandakan bahwa
pengumuman informasi memberi reaksi positif terhadap pasar dan
menunjukkan harga keseimbangan baru yang dipengaruhi oleh peristiwa
tersebut serta melihat efisiensi pasar yang dibentuk dari pengumuman
tersebut.
Hal lain yang digunakan untuk menjelaskan efek dari sebuah
pengumuman adalah volume perdagangan saham, ketika informasi dinilai
positif maka akan mendongkrak volume perdagangan saham. Harga saham
merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang
mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau fluktuasinya sangat
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar
bursa. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan saham,
harganya semakain naik. Sebaliknya semakin banyak investor yang ingin
menjual atau melepaskan suatu saham, maka harganya semakin bergerak
turun. Dengan demikian, peningkatan volume perdagangan saham merupakan
pertanda atas saham komoditas dengan return yang positif karena
peningkatan penjualan tersebut dapat meningkatkan nilai saham tersebut.
Volume perdagangan juga menjadi suatu pertanda adanya kebocoran
informasi sebelum secara resmi informasi diluncurkan ke pasar.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat digambarkan
suatu kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.1
Paradigma Konseptual Penilitian
Bencana
Jepang
Trading
Volume
Activity
Abnormal
Return
Sebelum Peristiwa Uji Beda
(Paired T-
Test) Sesudah Peristiwa
Sebelum Peristiwa
Sesudah Peristiwa
Uji Beda
(Paired T-
Test)
2.12 Hipotesis
Hipotesis meruapakn jawaban yang sifat sementara terhadap masalah
yang diteliti. Berdasarkan identifikasi masalah penelitian ini, maka
hipotesisnya adalah sebagai berikut :
H1 : Terdapat perbedaan rata-rata abnormal return saham
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara
sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang
H2 : Terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity saham
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara
sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah abnormal return dan trading volume
activity sebagai variabel. Peneliti memilih objek ini, karena untuk melihat
dampak perubahan dari saham akibat suatu peristiwa dapat dilihat dari
volume transaksi penjualan dan abnormal return. Penelitian ini dilakukan
pada saham perusahaan pertambangan, subsektor pertambangan batu bara
dan subsektor pertambangan minyak dan gas alam yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan studi peristiwa
(event study). Menurut Jogianto (2003: 410), studi peristiwa (event study)
merupakan studi yang memepelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa
(event) yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat
digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari
suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar
berbentuk setengah kuat. Dalam penelitian ini studi peristiwa yang akan diuji
kandungan informasinya adalah bencana di Jepang.
Pendekatan yang diunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, yaitu pendekatan yang menggunakan alat statistik untuk
menjelaskan hubungan diantara variabelnya.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dalam penelitian adalah
data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui website Bursa Efek
Indonesia (www.idx.co.id) meliputi indeks harga saham gabungan dan harga
penutupan (closing price) dalam rentang waktu 15 hari.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah sekelompok elemen atau kasus, baik itu individual,
objek atau peristiwa yang berhubungan dengan kriteria spesifik dan
merupakan sesuatu yang menjadi target generalisasi dari hasil penelitian
(Khasan Effendy, 2010). Dalam penelitian ini, populasi yang diteliti
merupakan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Metode penetuan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak
bersifat acak dan sampel yang dipilih berdasrkan pertimbangan-pertimbangan
atau kriteria-kriteria tertentu yang telah di tetapkan, adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan dengan saham aktif selama periode pengamatan yaitu
dimulai tanggal 3 Maret sampai dengan 23 Maret 2011
2. Adanya kecukupan data berupa closing price dan volume perdagangan
saham
3. Perusahaan telah terdaftar sebelum tahun 2011.
Berdasarkan metode penarikan sampel maka dilakukan penyeleksian
dari populasi yang ada, penyeleksian populasi digambarkan sebagai berikut;
Tabel 3.1
Proses Pemilihan Sampel
No Keterangan Jumlah
1
2
3
4
Perusahaan pertambangan yang terdaftar
Perusahaan yang IPO sebelum Maret 2011
Perusahaan subsektor pertambangan batu bara dan
subsektor pertambangan minyak dan gas
Kecukupan informasi closing price dan volume
30
26
21
20
Sampel Final 20
Sumber : www.idx.co.id (data diolah kembali)
Rincian 20 perusahaan yang dipilih disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
No Kode Saham Nama Perusahaan
1 ADRO Adaro Energy Tbk.
2 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk.
3 ATPK ATPK Resources Tbk.
4 BIPI Benakat Petroleum Energy Tbk.
5 BORN Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk
6 BRAU Berau Coal Energy Tbk.
7 BUMI Bumi Resources Tbk.
8 BYAN Bayan Resources Tbk.
9 DEWA Darma Henwa Tbk.
10 DOID Delta Dunia Makmur Tbk.
11 ELSA Elnusa Tbk.
12 ENRG Energi Mega Persada Tbk.
13 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk.
14 HRUM Harum Energy Tbk.
15 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk.
16 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk.
17 MEDC Medco Energi International Tbk.
18 PKPK Perdana Karya Persada Tbk.
19 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.
20 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk.
Sumber : www.idx.co.id (data diolah kembali)
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan
mengumpulkan dokumen-dokumen di Bursa Efek Indonesia dan data lainnya
yang dianggap mempunyai hubungan erat dengan masalah yang diteliti.
3.6 Operasionalisasi Variabel
Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi operasional variabel yang
akan digunakan dalam penelitian ini:
1. Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi
dengan return ekspektasi. Formulasinya adalah, sebagai berikut
(Jogiyanto, 2008):
ARi,t = Ri,t – E [Ri,t]
Keterangan:
ARi,t : abnormal return sekuritas ke-i periode peristiwa ke-t.
Ri,t : return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada
periode peristiwa ke-t.
E [Ri,t] : return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t.
a. Return yang sesungguhnya (actual return) adalah return yang terjadi
pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif
terhadap harga sebelumnya (t-1).
Keterangan:
Ri,t : return saham harian sekuritas i pada periode t
Pi,t : harga saham harian sekuritas i pada periode t
Pi,t-1 : harga saham harian sekuritas i pada periode t-1
b. Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang
diharapkan investor yang akan diperoleh di masa yang akan datang
dimana sifatnya belum terjadi. Dalam penelitian ini menggunakan
Model disesuaikan pasar (market-adjusted model) yang menganggap
bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu
sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan
menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode
estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas
yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.
Keterangan:
E[Ri,t] : expected return
Rmt : return pasar pada periode t
c. Harga saham adalah harga saham pada saat penutupan harian
(closing price) yang digunakan untuk menghitung return yang
sesungguhnya (actual return).
d. Perubahan harga saham harian perusahaan i dimulai sejak 7 hari
sebelum tanggal peristiwa (t-7), pada saat terjadinya peristiwa (t0)
dan 7 hari setelah tanggal peristiwa (t+7).
e. Perubahan harga pasar harian indikatornya adalah indeks harga
saham gabungan yang digunakan untuk menentukan return pasar
(Rmt).
2. Trading Volume Activity (TVA) merupakan instrumen yang dapat
digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui
parameter perubahan volume perdagangan saham (Fatmawati dan Asri,
1999). Hasil perhitungan TVA mencerminkan perbandingan antara
jumlah saham yang diperdagangkan dengan jumlah saham yang
beredar. Jadi, TVA diukur dengan formulasi sebagai berikut (Foster,
1986 dalam Husnan, dkk, 1996):
TVA=
3.7 Tehnik Analisis
Analisis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis event study
untuk mengolah dan membahas data yang diperoleh. Metodologi untuk event
etudy umumnya mengikuti prosedur sebagai berikut (Elton dan Gruber dalam
munawarah, 2009).
1. Mengumpulkan sampel perusahaan yang mempunyai suatu peristiwa
yang ingin diteiliti.
2. Menentukan dengan tepat hari atau tanggal pengumuman dan
menentukan sebagai hari 0
3. Menentukan periode penelitian atau event window
4. Untuk setiap sampel perusahaan dilihat return dan ativitas volume
perdagangan pada masing-masing satuan periode (hari, minggu atau
bulan).
5. Menghitung abnormal return dari return yang sudah didapatkan untuk
setiap perusahaan.
6. Menghitung Trading Volume Activity untuk setiap perusahaan.
7. Menghitung rata-rata abnormal return dan Trading Volume Activity
untuk masing-masing satuan periode (hari, minggu, atau bulan) untuk
keseluruhan sampel.
Model yang digunakan untuk mengestimasi expected return adalah
dengan menggunakan model disesuaikan pasar (market-adjusted model) yang
menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu
sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan
model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk
model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan
return indeks pasar.
Keterangan:
E(Rit) : expected return
Rmt : return pasar pada periode t
3.7.1 Periode Pengamatan
Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu selama 14
hari, terdiri dari t-7 (prevent, 7 hari sebelum peristiwa) yang berakhir pada
tanggal 3 Maret 2011, t0 (event-date, hari terjadinya peristiwa) yaitu tanggal
14 Maret 2011, t+7 (post-event, 7 hari setelah peristiwa) yang berakhir pada
tanggal 23 Maret 2011.
Rentang waktu pengamatan ditentukan selama 14 hari untuk
menghindari efek bias akibat lebarnya jendela yang dapat memunculkan efek
pengganggu. Dengan demikian penelitian ini dapat memberikan gambaran
secara penuh, nilai abnormal return dan traiding volume activity adalah nilai
yang disebabkan oleh peristiwa yang diamati.
3.7.2 Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis I
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan rata-
rata abnormal return antara sebelum dan setelah krisis energi di Jepang.
a. Abnormal Return adalah selisih antara return sesungguhnya yang
terjadi dengan return ekspektasi. Formulasinya adalah, sebagai berikut
(Jogiyanto, 2008):
Keterangan:
ARi,t : abnormal return sekuritas ke-i periode peristiwa ke-t.
Ri,t : return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i
pada periode peristiwa ke-t.
E [Ri,t] : return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa
ke-t.
b. Aktual return adalah return yang terjadi pada waktu ke-t yang
merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya
(t1). (Jogiyanto, 2008)
Keterangan:
Ri,t : return saham harian sekuritas i pada periode t
Pi,t : harga saham harian sekuritas i pada periode t
Pi,t-1 : harga saham harian sekuritas i pada periode t-1
c. Expected return merupakan return yang diharapkan investor yang
akan diperoleh di masa yang akan datang dimana sifatnya belum
terjadi. Dalam penelitian ini menggunakan Model disesuaikan pasar
(market-adjusted model) denga rumus: (Jogiyanto, 2008)
Keterangan:
E[Rit] : expected return
Rmt : return pasar pada periode t
d. Return pasar diperoleh dengan rumus: (Jogiyanto, 2008)
Keterangan:
Rmt : return pasar pada periode t
IHSGt : IHSG pada hari ke t
IHSGt-1 : IHSG pada hari sebelumnya
e. Standar Deviasi masing-masing sekuritas selama periode pengamatan.
(Lamasigi dalam Munawarah, 2009)
Keterangan:
: standar deviasi sekuritas i
: abnormal return saham i pada waktu t
: rata-rata abnormal return
f. Standardized abnormal return untuk masing-masing sekuritas dengan
rumus: (Lamasigi dalam Munawarah, 2009)
Keterangan:
SARit : standardized abnormal return saham pada waktu t
ARit : abnormal return saham pada waktu t
it : standar deviasi sekuritas i
g. Rata-rata abnormal return untuk seluruh sampel saham dengan rumus:
(Lamasigi dalam Munawarah, 2009)
Keterangan:
AR : abnormal return secara keseluruhan
ARit : total abnormal return saham i pada waktu t
n : total saham yang dijadikan sampel
h. Analisis uji signifikansi terhadap nilai abnormal return dengan uji t
sebagai berikut: (Lamasigi dalam Munawarah, 2009)
Keterangan:
SARit : total standardized abnormal return saham i pada waktu t
n : total saham yang dijadikan sampel
i. Nilai cumulative abnormal return dengan rumus sebagai berikut:
(Lamasigi dalam Munawarah, 2009)
CAR = ARit
Keterangan:
CAR : Cummulative abnormal return
ARit : total abnormal return saham i pada waktu t
j. Rata-rata abnormal return sebelum dan setelah peristiwa (Lamasigi
dalam Munawarah, 2009)
Keterangan:
: rata-rata abnormal return sebelum peristiwa
: rata-rata abnormal return setelah peristiwa
ARsebelum : abnormal return sebelum peristiwa
ARsetelah : abnormal return setelah peristiwa
t : periode waktu
t
t
k. Standar deviasi rata-rata abnormal return. (Lamasigi dalam
Munawarah, 2009)
Keterangan:
: standar deviasi abnormal return sebelum peristiwa
: standar deviasi abnormal return setelah peristiwa
t : periode waktu
l. Uji statistik : (Lamasigi dalam Munawarah, 2009)
Keterangan :
: rata-rata abnormal return sebelum peristiwa
: rata-rata abnormal return setelah peristiwa
: standar deviasi abnormal return sebelum peristiwa
: standar deviasi abnormal return setelah peristiwa
n : total saham yang dijadikan sampel
Dalam penelitian ini untuk membuktikan hipotesis pertama
menggunakan menggunakan uji beda (T-test) dengan sampel berhubungan
(Paired samples T-Test), yang bertujuan untuk menguji apakah ada perbedaan
rata-rata dua sampel yang berhubungan (Ghozali, 2006).
Untuk pengambilan keputusan dalam penelitian ini pertimbangan yang
dilakukan, sebagai berikut:
(t-1)
(t-1)
a. Jika Probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak artinya terdapat perbedaan
variance.
b. Jika Probabilitas > 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak artinya terdapat
kesamaan variance.
2. Pengujian Hipotesis II
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan rata-rata
trading volume activity (TVA) sebelum dan setelah krisis energi di Jepang.
a. Rata-rata trading volume activity (TVA) sebelum dan setelah peristiwa.
((Lamasigi dalam Munawarah; 2009)
Keterangan :
: rata-rata trading volume activity sebelum peristiwa
: rata-rata trading volume activity setelah peristiwa
TVAsebelum : trading volume activity sebelum peristiwa
TVAsetelah : trading volume activity setelah peristiwa
t : periode waktu
b. Standar deviasi rata-rata trading volume activity (TVA). (Lamasigi
dalam Munawarah; 2009)
(t-1)
t
(t)
Keterangan:
: standar deviasi trading volume activity sebelum
peristiwa
: standar deviasi trading volume activity setelah
peristiwa
t : periode waktu
c. Uji statistik : (Lamasigi dalam Munawarah; 2009)
Keterangan :
: rata-rata abnormal return sebelum peristiwa
: rata-rata abnormal return setelah peristiwa
: standar deviasi abnormal return sebelum peristiwa
: standar deviasi abnormal return setelah peristiwa
n : total saham yang dijadikan sampel
Dalam penelitian ini untuk membuktikan hipotesis kedua menggunakan
uji beda (T-test) dengan sampel berhubungan (Paired samples T-Test), yang
bertujuan untuk menguji apakah ada perbedaan rata-rata dua sampel yang
berhubungan (Ghozali, 2006).
Untuk pengambilan keputusan dalam penelitian ini pertimbangan yang
dilakukan adalah jika Probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak artinya terdapat
perbedaan variance dan jika Probabilitas > 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak
artinya terdapat kesamaan variance. Dalam menggunakan uji beda (T-test),
standar error perbedaaan dalam nilai rata-rata harus terdistribusi normal
sehingga diuji dengan Kolmogorov-Smirnov Test (Ghozali, 2006).
BAB IV
(t-1)
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah perusahaan
pertambangan subsektor pertambangan batu bara dan subsektor pertambangan
minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sektor
pertambangan terbagi atas beberapa subsektor yaitu pertambangan batu bara,
pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan batu-batuan dan
pertambangan logam dan mineral lainnya. Pemilihan sampel penelitian yang
difokuskan kepada saham perusahaan pertambangan subsektor pertambangan
batubara dan pertambangan minyak dan gas dikarenakan adanya kebutuhan
Jepang untuk mengganti sumber energi listrik yang berkurang secara drastis
dengan energi alternatif berupa batu bara dan liquid natural gas atau gas alam
cair, sehingga tetap dapat memaksimalkan kondisi perekonomian negaranya.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah rata-rata retrun saham,
retrun pasar, rata-rata abnormal retrun dan rata-rata traiding volume activity
saham sektor pertambangan sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang
tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011.
4.1.1 Return Saham
Return saham adalah perbandingan antara selisih harga saham hari
pengamatan (Pt) dikurangi harga saham hari sebelumnya (Pt-1) terhadap harga
saham hari sebelumnya (Pt-1). Dengan formulasi tersebut dapat
menggambarkan kondisi saham apakah mengalami peningkatan
pengembalian (keuntungan) atau tidak. Tabel 4.1 dibawah ini akan
menggambarkan deskripsi return saham perusahaan pertambngan yang
dijadikan sampel penelitian selama periode peneltian.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Retrun Saham
(Tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011)
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
3 Maret (t-7) 20 -0,05099150 0,04237288 0.00393244 0,02292313
4 Maret (t-6) 20 -0,04761904 0,05106888 0,00075287 0.02600961
7 Maret (t-5) 20 -0,04255319 0,04225352 -0,00058688 0.01850191
8 Maret (t-4) 20 -0,05172413 0,06250000 0.01350110 0.02805291
9 Maret (t-3) 20 -0,03361344 0,05294118 0.00296196 0.01972340
10 Maret (t-2) 20 -0,03333333 0,04385965 -0,00328039 0.01663902
11 Maret (t-1) 20 -0,03311258 0,05042016 -0,00304998 0.02123178
14 Maret (t0) 20 -0,03333333 0,07142857 0,00951169 0.02607069
15 Maret (t1) 20 -0,05172413 0,03296703 -0,01206592 0.01868228
16 Maret (t2) 20 -0,02380952 0,14545455 0,00761273 0.03530335
17 Maret (t3) 20 -0,04761904 0 -0,01465824 0.01354056
18 Maret (t4) 20 -0,00289017 0,03987069 0,01189528 0.01277913
21Maret (t5) 20 -0,02298851 0,02727273 -0,00361055 0.01352867
22 Maret (t6) 20 -0,04301075 0,01886793 -0,06921797 0.01661670
23 Maret (t7) 20 -0,02439024 0,03333333 0,00426165 0.01760101
Sumber : Output SPSS 16 (2012)
Tabel 4.1 mendeskripsikan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata
retrun saham dan standar deviasi saham pertambangan pada tanggal 3 sampai
dengan tanggal 23 Maret 2011. Tanggal 3 Maret 2011 rata-rata retrun saham
bernilai postif yaitu 0,00393244 atau meningkat 0,39% dari hari sebelumnya,
dengan standar deviasi sebesar 0,02292313. Rata-rata retrun saham lebih
kecil dari standar deviasi, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar
penyimpangan nilai retrun saham pertambangan terhadap nilai rata-ratanya
yaitu berkisar di antara -0,01899069 dan 0,02685557. PT. Bumi Resources
Tbk. (BUMI) sebagai perusahaan subsektor pertambangan batu bara menjadi
emiten dengan nilai retrun saham paling tinggi yaitu 0,04237288. Sedangkan
retrun saham terendah dimiliki oleh PT. Bayan Resource (BYAN) dari
subsektor yang sama dengan nilai retrun saham -0,05099150.
Tanggal 4 Maret 2011 rata-rata retrun saham masih bernilai positif
yaitu 0,00075287 atau meningkat 0,07% dari hari sebelumnya dengan standar
deviasi sebesar 0,02600961. Nilai standar deviasi yang lebih besar dari pada
nilai rata-rata mengakibatkan penyimpangan berkisar di antara nilai -
0,025225675 dan 0,026766248. Saham PT. Indo Tambangraya Megah Tbk.
(ITMG) memiiki nilai retrun saham yang paling tinggi dengan nilai
0,05106888 dan nilai retrun paling rendah didapatkan oleh PT. Darma Henwa
Tbk. (DEWA) dengan nilai -0,0476195.
7 Maret 2011 nilai rata-rata retrun saham bernilai negatif yaitu sebesar -
0,00058688 atau menurun sebesar 0,06% dari hari sebelumnya. Standar
deviasi bernilai lebih besar daripada rata-rata retrun saham sehingga
mendeskripsikan pelencengan nilai rata-rata retrun saham di antara -
0,01908879 dan 0,01791503. PT. Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk.
(BORN) menjadi saham dengan nilai retrun tertinggi dan PT. Radiant Utama
Interisco Tbk. (RUIS) adalah saham dengan nilai retrun saham terendah.
Tanggal 8 dan 9 Maret 2011 nilai retrun saham bernilai positif kembali yaitu
0,01350110 atau 1,35% dan 0,00296196 atau 0,29%. Untuk nilai standar
deviasinya pada tanggal tersebut menunjukkan nilai standar deviasi yang
lebih besar daripada nilai rata-rata retrun saham yaitu 0,02805291 dan
0,01972340.
Tanggal 10 dan 11 Maret 2011 nilai rata-rata retrun saham kembali
bergerak negatif namun standar deviasi tetap bernilai lebih besar
dibandingkan dengan rata-rata retrun saham. Retrun saham paling tinggi
diperoleh PT. Energi Mega Persada selama dua hari berturut-turut sebesar
0,04385965 dan 0,05042017, sedangkan retrun saham terendah bernilai -
0,03333333 dan -0,03311258 diperoleh oleh PT. Garda Tujuh Buana (GTBO)
dan PT. Resource Alam Indonesia (KKGI).
Pasca gempa bumi bursa mendapatkan tekanan atas hal tersebut dimana
nilai indeks harga saham gabungan terkoreksi. Untuk nilai rata-rata retrun
saham sektor pertambangan pada tanggal 15 Maret menunjukkan hal negatif
yang berarti secara rata-rata saham pertambangan nilainya menurun sebesar -
0,01206593 atau 1,21%. Penurunan ini mengindikasikan kepanikan yang
terjadi dalam pasar modal, nilai maksimum retrun saham hanya 0,03296703
lebih rendah dibandingkan hari perdagangan sebelumnya, nilai ini diperoleh
PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG). Saham dengan nilai retrun
saham terendah didapatkan oleh PT. Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO) dari
subsektor pertambangan batu bara dengan nilai -0,05172414.
Tanggal 16 Maret 2011 nilai rata-rata retrun saham membaik dengan
nilai 0,00761273 atau 0,76% sementara standar deviasi bernilai 0,03530335.
Hal ini menunjukkan nilai rata-rata retrun saham pertambangan lebih kecil
daripada standar deviasi sehingga penyimpangan nilai rata-rata retrun saham
di antara -0,02769062 dan 0,02768062. Nilai retrun saham tertinggi adalah
0,14545455 dimiliki oleh PT. Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO) dari
subsektor pertambangan batu bara. Retrun saham terendah diperoleh PT.
Radiant Utama Interinsco Tbk. (RUIS) dengan nilai -0,02380952. Tanggal 17
Maret rata-rata retrun saham kembali menurun dengan nilai -0,01465825 atau
1,47%. Nilai retrun saham tertinggi adalah 0 dimiliki oleh PT. Adaro Energy
Tbk. (ADRO), PT. Ratu Prabu Energi Tbk. (ARTI), PT. Borneo Lumbung
Energy & Metal Tbk. (BORN), PT. Berau Coal Energy Tbk. (BRAU), PT.
Resource Alam Indonesia Tbk. (KKGI) dan PT. Radiant Utama Interisco
Tbk. (RUIS). Hal ini disebabkan oleh harga saham pada saat penutupan yang
sama pada saat perdagangan dibuka pada hari itu atau dengan katalain harga
saham penutupan sama dengan harga saham penutupan hari sebelumnya.
Sementara retrun saham terendah diperoleh PT. Garda Tujuh Buana Tbk.
(GTBO) dengan nilai -0,04761905.
Tanggal 18 Maret 2011 rata-rata retrun saham bergerak positif dengan
nilai 0,01189528 atau 1,19% , sementara nilai standar deviasi lebih besar dari
nilai rata-rata retrun saham yaitu 0,01277913 sehingga penyimpangan atas
nilai rata-rata retrun saham berada di antara -0,00088385 dan 0,02467441.
Retrun saham tertinggi dimiliki oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk.
(ITMG) dengan nilai 0,03987069 dan retrun saham terendah sebesar -
0,00289017 dimiliki oleh PT. Bayan Resources Tbk. (BYAN).
Tanggal 21 dan 22 Maret 2011 rata-rata retrun saham kembali negatif
dengan nilai -0,00361055 dan -0,00692180. Saham tertinggi didapatkan oleh
PT. Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID) dan PT. Brau Coals Energy Tbk.
(BRAU) dengan nilai 0,02727273 dan 0,01886792. Sementara retrun saham
terendah bernilai -0,02298851 dan -0,04301075 dimiliki oleh PT. Bekanat
Petroleum Energy Tbk. (BIPI) dan PT. Adaro Energy Tbk. (ADRO).
Tanggal 23 Maret 2011 rata-rata retrun saham bernilai positif yaitu
sebesar 0,00426165 atau 0,43% dengan standar deviasi sebesar 0,01760101.
Nilai rata-rata retrun pasar yang lebih kecil daripada standar deviasi
menjelaskan penyimpangan yang terjadi cukup besar antara nilai retrun
saham terhadap nilai rata-ratanya yaitu berkisar -0,01333936 dan 0,02186267.
Nilai retrun saham tertinggi dimiliki oleh PT. Garda Tujuh Buana Tbk.
(GTBO) senilai 0,03333333 dan retrun saham terendah dimiliki oleh PT.
Radiant Utama Interisco Tbk. (RUIS) dengan nilai -0,02439024.
Kesimpulan atas keadaan return saham selama periode pengamatan
yaitu dimulai dari tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011 ditunjukkan dalam
gambar 4.1.
-0,1
-0,05
-3E-16
0,05
0,1
0,15
0,2
3 4 7 8 9 10 11 14 15 16 17 18 21 22 23
Gambar 4.1
Grafik Rata-Rata Return Saham dan Nilai Maximum
Return Saham
rata-rata return saham max
Sumber : Data diolah (2012)
Gambar 4.1 memberikan kesimpulan bahwa selama periode
pengamatan yang dimulai dari tanggal 3 samapi dengan tanggal 23 Maret
2011 nilai retrun saham paling tinggi terjadi pada tanggal 16 Maret 2011
kemudian menurun dan meningkat lagi pada tanggal 18 Maret 2011. Return
saham sebelum lebih besar dibandingkan sesudah pengumuman krisis energi
di Jepang. Setelah pengumuman pergerakan nilai return saham memiliki
tingkat kerapatan yang kecil sehingga terdapat perbedaan yang cukup jauh
antara nilai maximum antara hari-hari pengamatan tersebut.
4.1.2 Abnormal Return
Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return
yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal, dalam penelitian ini
abnormal return secara lengkap ditunjukkan dalam lampiran IV. Pergerakan
harga saham dan indeks harga saham gabungan mempengaruhi besaran
abnormal return, peningkatan harga saham setiap harinya menghasilkan
peningkatan nilai actual return dan menjadikan nilai actual return yang
positif. Perbedaan nilai actual return yang lebih besar dari expected return
membuat abnormal return bernilai positif. Dengan demikian dapat
disimpulkan, bahwa abnormal return terjadi karena dipicu oleh adanya
kejadian atau peristiwa tertentu, misalnya hari libur nasional, suasana politik,
kejadian-kejadian luar biasa, stock split, penawaran perdana, suspend dan
lain-lain. Untuk menguj hipotesis maka digunakan rata-rata abnormal return
yang dianalisis secara harian, sehingga dapat digambarkan reaksi paling kuat
baik postif maupun negatif dari keselurusahan saham selama periode
pengamatan. Berikut disajikan tabel 4.2 untuk memperlihatkan statistik
deskriptif abnormal return selama periode pengamatan.
Tabel 4.2
Statisktik Deskriptif Abnormal Retrun
(Tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011)
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
3 Maret (t-7) 20 -0,05338437 0,03998002 0,00153957 0,02292313
4 Maret (t-6) 20 -0,06145893 0,03722900 -0,01308701 0,02600961
7 Maret (t-5) 20 -0,04786353 0,03694319 -0,00589722 0,01850191
8 Maret (t-4) 20 -0,05694550 0,05727864 0,00827974 0,02805291
9 Maret (t-3) 20 -0,03874177 0,04781286 -0,00216637 0,01972340
10 Maret (t-2) 20 -0,03026915 0,04692383 -0,00021621 0,01663902
11 Maret (t-1) 20 -0,02045248 0,06363376 0,00961012 0,02123178
14 Maret (t0) 20 -0,04112814 0,06363376 0,00171688 0,02607069
15 Maret (t1) 20 -0,03901880 0,04567237 0,00063941 0,01868228
16 Maret (t2) 20 -0,02579393 0,14347014 0,00562833 0,03550335
17 Maret (t3) 20 -0,03423456 0,01338448 -0,00127376 0,01354057
18 Maret (t4) 20 -0,00572008 0,03704078 0,00906537 0,01277913
21Maret (t5) 20 -0,03007938 0,02018186 -0,01070142 0,01352867
22 Maret (t6) 20 -0,04269105 0,01918763 -0,00660209 0,01661670
23 Maret (t7) 20 -0,03533767 0,02238590 -0,00668578 0,01760101
Sumber : Output SPSS 16.0 (2012)
Tabel 4.2 mendeskripsikan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata
abnormal retrun dan standar deviasi saham pertambangan pada tanggal 3
sampai dengan tanggal 23 Maret 2011. Tanggal 3 Maret 2011 rata-rata
abnnormal retrun bernilai postif yaitu 0,00153957 atau actual retrun lebih
besar 0,15% dari expected retrun, dan standar deviasi sebesar 0,02292313.
Rata-rata abnnormal retrun lebih kecil dari standar deviasi, hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar penyimpangan nilai abnormal retrun
saham pertambangan terhadap nilai rata-ratanya yaitu berkisar di antara
-0,02138255 dan 0,02446270. PT. Bumi Resources Tbk. (BUMI) sebagai
perusahaan subsektor pertambangan batu bara menjadi emiten dengan nilai
abnormal retrun saham paling tinggi yaitu 0,03998002. Sedangkan abnormal
retrun saham terendah dimiliki oleh PT. Bayan Resource Tbk. (BYAN) dari
subsektor yang sama dengan nilai -0,05338437.
Tanggal 4 Maret 2011 rata-rata abnormal retrun saham bernilai negatif
yaitu -0,01308701 atau actual retrun lebih kecil sebesar 1,31% dari nilai
expected retrun, dan standar deviasi sebesar 0,02600961. Nilai standar
deviasi yang lebih besar daripada nilai rata-rata mengakibatkan
penyimpangan berkisar di antara nilai -0,03909663 dan 0,01292260. Saham
PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) memiiki abnormal retrun saham
paling tinggi dengan nilai 0,036722900 dan abnormal retrun paling rendah
didapatkan oleh PT. Darma Henwa Tbk. (DEWA) dengan nilai -0,06145893.
7 Maret 2011 nilai rata-rata abnormal retrun saham bernilai negatif
yaitu sebesar -0,00589722 atau expected rerturn lebih besar 0,59% dari
actual retrun. Standar deviasi bernilai lebih besar daripada rata-rata
abnnormal retrun sehingga mendeskripsikan pelencengan nilai rata-rata
abnormal retrun berada di antara nilai -0,02439913 dan 0,01260470. PT.
Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk. (BORN) menjadi saham dengan nilai
abnormal retrun tertinggi yaitu 0,03694319 dan PT. Radiant Utama Interisco
Tbk. (RUIS) adalah saham dengan nilai abnnormal retrun saham terendah
yaitu -0,04786353.
Tanggal 8 Maret 2011 nilai abnormal retrun saham bernilai positif
yaitu 0,00827974 atau actual retrun lebih besar 0.83% dari expected rerturn.
Nilai standar deviasinya lebih besar daripada nilai rata-rata abnormal retrun
saham yaitu 0,02805291. Saham PT. Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID)
adalah saham dengan abnormal retrun tertinggi sementara abnormal retrun
terendah dimiliki oleh PT. Ratu Prabu Energy Tbk. (ARTI).
Tanggal 9 dan 10 Maret 2011 nilai abnormal rata-rata retrun saham
kembali bergerak negatif dan standar deviasi tetap bernilai lebih besar
dibandingkan dengan rata-rata retrun saham. Abnormal retrun yang tinggi
masih dikuasai oleh saham subsektor pertambangan batu bara yaitu PT.
ATPK Resources Tbk. (ATPK) dan PT. Energi Mega Persada Tbk. (ENRG).
Tanggal 11 Maret 2011 rata-rata abnormal retun adalah positif dengan
nilai 0,00961012. Abnormal retrun tertinggi adalah 0,06308027 masih
dimiliki oleh PT. Energi Mega Persada. Tbk (ENRG) dan abnormal retrun
terendah dimiliki oleh PT. Resource Alam Indonesia Tbk. (KKGI) yaitu
saham subsektor pertambangan baru bara dengan nilai -0,020045248.
Pasca gempa bumi nilai rata-rata abnnormal retrun saham sektor
pertambangan pada tanggal 15 Maret 2011 menunjukkan hal postif,
abnnormal retrun saham pertambangan nilainya meningkat tipis sebesar
0,00063941 atau actual retrun lebih besar 0,06% dari expected retrun.
Abnormal retrun tertinggi diperoleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk.
(ITMG) dan saham dengan nilai abnnormal retrun terendah didapatkan oleh
PT. Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO) dengan nilai -0,05172414.
Tanggal 16 Maret 2011 nilai rata-rata abnnormal retrun membaik
dengan nilai 0,00562833 atau 0,56% sementara standar deviasi bernilai
0,03530335. Hal ini menunjukkan nilai rata-rata retrun saham pertambangan
lebih kecil daripada standar deviasi sehingga penyimpangan nilai rata-rata
retrun saham berada di antara -0,02967502 dan 0,04093168. Nilai retrun
saham tertinggi adalah 0,14347014 dimiliki oleh PT. Garda Tujuh Buana
Tbk. (GTBO) dari subsektor pertambangan batu bara. Retrun saham terendah
diperoleh PT. Radiant Utama Interinsco Tbk. (RUIS) dari subsektor
pertambangan batu bara dengan nilai -0,02579393. Tanggal 17 Maret rata-
rata abnnormal retrun kembali menurun dengan nilai -0,00127376 atau actual
retrun lebih kecil 0,13% dari expected retrun. Nilai abnnormal retrun saham
tertinggi adalah 0,01338448 dimiliki oleh beberapa emiten yaitu PT. Adaro
Energy Tbk. (ADRO), PT. Ratu Prabu Energi Tbk. (ARTI), PT. Borneo
Lumbung Energy & Metal Tbk. (BORN), PT. Berau Coal Energy Tbk.
(BRAU), PT. Resource Alam Indonesia Tbk. (KKGI) dan PT. Radiant Utama
Interisco Tbk. (RUIS). Hal ini disebabkan oleh harga saham pada saat
penutupan yang sama pada saat perdagangan dibuka sehingga nilai actual
retrun menjadi sama dan menghasilkan nilai abnormal retrun yang sama.
Sementara abnnormal retrun terendah diperoleh PT. Garda Tujuh Buana Tbk.
(GTBO) dengan nilai -0,03423456.
Tanggal 18 Maret 2011 rata-rata abnnormal retrun bergerak positif
dengan nilai 0,01189528 atau actual retrun lebih besar 1,19% dari retrun
pasar, sementara nilai standar deviasi lebih besar dari nilai rata-rata
abnnormal retrun yaitu 0,01277913 sehingga penyimpangan atas nilai rata-
rata retrun saham berada di antara -0,01481433 dan 0,02184450. Abnormal
retrun tertinggi sebesar 0,03704078 diperoleh PT. Indo Tambangraya Megah
Tbk. (ITMG) dan abnormal retrun terendah sebesar -0,00289017 diperoleh
oleh PT. Bayan Resources Tbk. (BYAN).
Tanggal 21 sampai 23 Maret 2011 rata-rata abnormal retrun kembali
negatif dengan nilai -0,01070142, -0,0060209 dan -0,00668578. Nilai rata-
rata abnormal retrun yang lebih kecil daripada standar deviasi menjelaskan
penyimpangan yang terjadi cukup besar antara nilai abnormal retrun saham
terhadap nilai rata-ratanya. Jadi dapat disimpulkan abnormal retrun positif
yang berarti merespon kejadian krisis energi di Jepang terjadi pada t+1, t+2,
dan t+4 dan emiten dari subsektor pertambangan batu bara lebih merespon
krisis energi di Jepang sebagai informasi positif yang dapat meningkatkan
usahanya. Berikut disajikan gambar 4.2 untuk menunjukkan kondisi
abnormal return secara keseluruhan selama periode pengamatan.
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
0,16
3 4 7 8 9 10 11 14 15 16 17 18 21 22 23
Gambar 4.2
Grafik Rata-rata Abnormal Return dan Nilai
Maximum Abnormal Return
rata-rata abnormal return max
Sumber : Data diolah (2012)
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa secara rata-rata nilai abnormal return
tidak terjadi peningkatan atau penurunan secara signifikan, namun bila nilai
abnormal return dilihat berdasarkan nilai maximum hariannya, pada tanggal
16 terjadi lonjakan abnormal return yang cukup signifikan yaitu nilai
abnormal return berubah dari 0,04567237 menjadi 0,14347014. Setelah
tanggal itu tejadi penurunan yang signifikan dan diikuti peningkatan lagi pada
tanggal 18 yang menunjukkan perbaikan atau return saham kembali mencapai
posisi lebih besar daripada return pasar yang diunakan sebagai model untuk
memperhitungkan abnormal return.
4.1.3 Traiding volume activity
Traiding volume activity merupakan variabel kedua yang diukur dalam
penelitian ini sebagai alat untuk mengukur kegiatan perdagangan saham yaitu
apakah informasi yang dipublikasikan membuat keputusan perdagangan
diatas keputusan perdagangan normal yang berarti volume perdagangan yang
tinggi menggambarkan saham dengan tingkat return yang tinggi. Pengukuran
indikator ini berdasarkan perbandingan jumlah saham yang diperdagangkan
terhadap jumlah saham yang beredar
Tabel 4.3
Statisktik Deskriptif Traiding Volume Actvity
(Tanggal 3 sampai dengan 23 Maret 2011)
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
3 Maret (t-7) 20 0,00000000 0,00793991 0,00152105 0,00220251
4 Maret (t-6) 20 0,00000000 0,00895767 0,00144171 0,00240151
7 Maret (t-5) 20 0,00000000 0,01237200 0,00124059 0,00276109
8 Maret (t-4) 20 0,00000450 0,01087975 0,00212810 0,00280918
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
9 Maret (t-3) 20 0,00002220 0,00643582 0,00157680 0,00179821
10 Maret (t-2) 20 0,00000585 0,00248792 0,00082157 0,00078227
11 Maret (t-1) 20 0,00001700 0,00418112 0,00123746 0,00110164
14 Maret (t0) 20 0,00001100 0,00604124 0,00195276 0,00201323
15 Maret (t1) 20 0,00000020 0,01024909 0,00226256 0,00259047
16 Maret (t2) 20 0,00001425 0,00439114 0,00125394 0,00139467
17 Maret (t3) 20 0,00001170 0,00298054 0,00087142 0,00097411
18 Maret (t4) 20 0,00000195 0,00813497 0,00165518 0,00234058
21Maret (t5) 20 0,00000000 0,00362725 0,00087388 0,00119757
22 Maret (t6) 20 0,00000140 0,00374109 0,00091989 0,00098735
23 Maret (t7) 20 0,00000019 0,00312229 0,00113608 0,00106958
Sumber : Output SPSS 16.0 (2012)
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada tanggal 3 Maret 2011 rata-rata
traiding volume activity saham sebesar 0,00152105 atau 0,15% dari seluruh
saham yang ada, sementara nilai standar deviasi sebesar 0,002202105
menjelaskan bahwa terdapat penyimpangan yang besar dari nilai traiding
volume activity terhadap nilai rata-rata traiding volume activity atau dengan
kata lain menunjukan variasi yang besar. Nilai traiding volume activity
tertinggi sebesar 0,00793991 atau 0,79% pada PT. Indo Tambangraya Megah
Tbk. (ITMG) bergerak dalam pertambangan batu bara dan traiding volume
activity terendah sebesar 0,00000060 pada PT. Garda Tujuh Buana Tbk.
(GTBO).
Tanggal 4 Maret 2011 rata-rata traiding volume activity saham sebesar
0,00144471 atau 0,14% dari seluruh saham, standar deviasi sebesar
0,00240151. Rata-rata traiding volume activity lebih kecil dari standar deviasi
menunjukan bahwa semakin besar penyimpangan nilai traiding volume
activity terhadap nilai rata-ratanya yaitu berkisar di antara -0,00095679 dan
0,00384622. Traiding volume activity tertinggi sebesar 0,00895767 diperoleh
PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) dan traiding volume activity
terendah sebesar 0,00000120 diperoleh PT. ATPK Resources Tbk. (ATPK).
Tanggal 7 Maret 2011 traiding volume activity tertinggi diperoleh PT.
Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID) dengan nilai 0,01237200 dan traiding
volume activity terendah sebesar 0,00000064 diperoleh PT. ATPK Resource
Tbk. (ATPK). Nilai rata-rata traiding volume activity adalah 0,00146059
dengan nilai standar deviasi sebesar 0,002212810.
Tanggal 8 Maret 2011 rata-rata traiding volume activity bernilai
0,00212810 atau 0,21% dari seluruh saham dan standar deviasi bernilai
0,00280918 mengindikasikan terdapat variasi yang besar. Nilai maksimum
traiding volume activity sebesar 0,01087975 diperoleh PT. Delta Dunia
Makmur Tbk. (DOID) dan nilai minimum sebesar 0,00000450 diperoleh PT.
Bayan Resources Tbk. (BYAN). 9 Maret 2011 rata-rata traiding volume
activity bernilai 0,00157680 atau 0,16% dari seluruh saham dan standar
deviasi bernilai 0,00179821 mengindikasikan terdapat variasi yang besar.
Nilai maksimum traiding volume activity sebesar 0,00643582 diperoleh PT.
Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk. (BORN) dan nilai minimum sebesar
0,00002220 diperoleh PT. Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO).
Tanggal 10 Maret 2011 rata-rata traiding volume activity menurun dari
hari sebelumnya menjadi 0,00082157 atau 0,08% dari seluruh saham, dengan
standar deviasi sebesar 0,00078227. Rata-rata traiding volume activity lebih
besar dari standar deviasai, hal ini menunjukan bahwa semakin kecil
penyimpangan nilai traiding volume activity terhadap nilai rata-ratanya yang
berarti traiding volume activity mengelompok disekitar nilai rata-ratanya dan
tidak menunjukkan variasi yang banyak yaitu berkisar di antara 0,00003929
dan 0,00160382. Traiding volume activity tertinggi sebesar 0,00248792
diperoleh PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan traiding
volume activity terendah sebesar 0,00000585 diperoleh PT. Bayan Resources
Tbk. (BYAN).
Tanggal 11 Maret 2011 rata-rata traiding volume activity meningkat
dari hari sebelumnya menjadi 0,00123746 atau 0,12% dari seluruh saham,
sementara nilai standar deviasi sebesar 0,00110164. Rata-rata traiding volume
activity lebih besar dari standar deviasi, hal ini menunjukan bahwa semakin
kecil penyimpangan nilai traiding volume activity terhadap nilai rata-ratanya
yang berarti traiding volume activity mengelompok disekitar nilai rata-
ratanya dan tidak menunjukkan variasi yang banyak yaitu berkisar di antara
0,00003929 dan 0,00233910. Traiding volume activity tertinggi diperoleh
PT. Bumi Resources Tbk.(BUMI) dengan nilai 0,00418112 dan traiding
volume activity terendah diperoleh PT. Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO)
dengan nilai 0,00001700.
Tanggal 15 Maret 2011 rata-rata traiding volume activity meningkat
dari hari sebelumnya menjadi 0,00226256 atau 0,23% dari seluruh saham,
sementara nilai standar deviasi 0,00259047. Rata-rata traiding volume activity
lebih kecil dibandingkan standar deviasi, hal ini menunjukkan semakin besar
penyimpangan traiding volume activity terhadap nilai rata-ratanya yaitu
berkisar di antara -0,00032790 dan 0,00485303. Traiding volume activity
tertinggi diperoleh PT. Bumi Resources Tbk. (BUMI) dengan nilai
0,01024909 dan traiding volume activity terendah PT. Garda Tujuh Buana
Tbk. (GTBO).
Tanggal 16 Maret 2011 rata-rata traiding volume activity menurun
menjadi 0,00125394 dan tanggal 17 Maret 2011 rata-rata traiding volume
activity kembali menurun menjadi 0,000871. Nilai traiding volume activity
tertinggi diperoleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) dan PT.
Bumi Resources Tbk. (BUMI), sementara nilai traiding volume activity
terendah diperoleh PT. Bayan Resources Tbk. (BYAN).
Tanggal 18 Maret 2011 rata-rata traiding volume activity meningkat
dari hari sebelumnya menjadi 0,00165518 atau 0,17% dari seluruh saham
dengan standar deviasi sebesar 0,00234058. Nilai traiding volume activity
sebesar 0,00813497 diperoleh PT. Bumi Resources Tbk. (BUMI) dan
traiding volume activity terendah sebesar 0,00000195 diperoleh PT. Radiant
Utama Interisco Tbk. (RUIS). Tanggal 21 Maret 2011 rata-rata 0,00000195
kembali menurun menjadi 0,00087388 atau 0,09% dari seluruh saham.
Traiding volume activity tertinggi diperoleh PT. Delta Dunia Makmur Tbk.
(DOID) dan traiding volume activity terendah diperoleh PT. Perdana Karya
Persada Tbk. (PKPK).
Tanggal 22 Maret 2011 rata-rata traiding volume activity kembali
meningkat dari hari sebelumnya menjadi 0,00091989 atau 0,09% dari seluruh
saham dengan standar deviasi sebesar 0,00098735. Rata-rata traiding volume
activity lebih kecil dibandingkan standar deviasi, hal ini menunjukan
penyimpangan traiding volume activity yang besar terhadap nilai rata-rata
traiding volume activity yaitu berkisar diantara -0,00006746 dan 0,00190724.
Traiding volume activity tertinggi diperoleh PT. Adaro Energy Tbk (ADRO)
sebesar 0,00374109 atau 0,37% dan traiding volume activity terendah
diperoleh PT. Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO) sebesar 0,00000140.
Tanggal 23 Maret nilai rata-rata traiding volume activity kembali
meningkat menjadi 0,00113608 atau 0,11% dari seluruh saham dengan
standar deviasi sebesar 0,00106958. Rata-rata traiding volume activity lebih
besar dari standar deviasi, hal ini menunjukan bahwa semakin kecil
penyimpangan nilai traiding volume activity terhadap nilai rata-ratanya yang
berarti traiding volume activity mengelompok disekitar nilai rata-ratanya dan
tidak menunjukkan variasi yang banyak yaitu berkisar di antara 0,0000650
dan 0,00220566. Traiding volume activity tertinggi diperoleh PT. Elnusa
Tbk. (ELSA) sebesar 0,00312229 dan traiding volume activity terendah
diperoleh PT. Harum Energy Tbk. (HRUM) sebesar 0,00000019.
Secara keseluruhan setelah pengumuman terjadinya krisis energi di
Jepang yang diakibatkan bencana gempa dan tsunami pada tanggal 11 Maret
2011 nilai traiding volume activity menjadi lebih kecil dibandingkan sebelum
peristiwa tersebut terjadi. Namun pada periode sesudah pengumuman krisis
energi terdapat pergerakan nilai traiding volume activity yang cukup drastis
yaitu terjadi pada tanggal 15 dan 18 Maret 2011. Pada t+5 sampai dengan t+7
pergerakan nilai traiding volume activity kembali menurun. Berikut disajikan
gambar 4.3 untuk memperlihatkan hal tersebut.
4.2 Pengujian Normalitas Data
Asumsi yang harus dipenuhi sebelum melakukan uji statistik adalah
data harus terdistribusi secara normal. Untuk mendeteksi normalitas data rata-
rata abnormal retrun (AAR) dan rata-rata traiding volume activity (ATVA)
sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang digunakan uji One-Sample
Kolomogrov Smirnov Test.
Langkah awal yang dilakukan adalah menentukan hipotesis pengujian,
yaitu H0 berarti data terdistribusi secara normal dan Ha berarti data tidak
terdistrtibusi secara normal. Jika hasil pengolahan data One-Sample
Kolomogrov Smirnov Test menghasilkan probabilitas signifikasnsi dibawah
5% (0,05) berarti hipotesis nol (H0) ditolak yang artinya data variabel tersebut
tidak terdistribusi secara normal. Berikut disajikan hasil pengujian normalitas
0
0,002
0,004
0,006
0,008
0,01
0,012
0,014
3 4 7 8 9 10 11 14 15 16 17 18 21 22 23
Gambar 4.3
Grafik Rata-rata Traiding Volume Activity dan Nilai
Maximum Traiding Volume Activity
rata-rata traiding volume activity max
Sumber : Data diolah (2012)
data rata-rata abnormal return (AAR) dan rata-rata traiding volume activity
(ATVA) sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang.
Tabel 4.4
Uji Normalitas Data Rata-rata Abnormal Retrun
Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang
Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa data rata-rata abnormal retrun
sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang terdisitribusi secara normal,
dibuktikan dengan nilai probabilitas siginifikansi sebesar 0,998 dan 0,953
yang berarti lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol diterima.
Tabel 4.5
Uji Normalitas Data Rata-rata Traiding volume activity
Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang
Sumber :Output SPSS 16.0 (2012)
Sumber :Output SPSS 16.0 (2012)
Uji normalitas data rata-rata traiding volume activity sebelum dan
sesudah krisis energi di Jepang dalam tabel 4.7, hasilnya menunjukan bahwa
data terdisitribusi secara normal, dibuktikan dengan nilai probabilitas
siginifikansi sebesar 0,998 dan 0,953 yang berarti lebih besar dari 0,05, maka
hipotesis nol diterima.
Dari hasil uji normalitas untuk kedua data yaitu rata-rata abnormal
return dan rata-rata traiding volume activity sebelum dan sesudah krisis
energi di Jepang terdistribusi secara normal dan layak digunakan unutk
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda unutk sampel berpasangan
(Paired T-Test).
4.3 Pengujian Hipotesis
4.5.1 Pengujian Hipotesis I
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan rata-
rata abnormal retrun saham pertambangan di Bursa Efek Indonesia antara
sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan uji beda untuk sampel berpasangan (paired samples t-test)
dengan tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05.
Untuk melihat ada tidaknya abnormal retrun yang signifikan pada saat
sebelum sampai dengan sesudah krisis energi di Jepang akan dibuktikan
dengan menggunakan alat statistik one sample t-test. Pengujian ini dilakukan
dengan mencari selisih antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang
diharapkan investor. Pada prinsipnya pengujian ini dengan membandingkan
abnormal retrun saham rata-rata dengan retrun saham sama dengan nol.
Tabel 4.6
Uji One Sample T-Test Abnormal Retrun
Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang
Sumber : Output SPSS 16.0 (2012)
Berdasarkan hasil pada tabel 4.7 didapatkan hasil bahwa terdapat rata-
rata abnormal retrun positif sebelum peristiwa yaitu pada t-1, t-4 dan t-7 namun
nilai itu tidak signifikan artinya abnormal return tidak terdapat informasi
yang mempengaruhi pasar. Adanya abnormal retrun mengindikasikan terjadi
respon pasar atas suatu pengumuman. Nilai abnormal return pada t+4 positif
ini berarti pasar bereaksi terhadap pengumuman yang terjadi, yaitu
pengumuman atas kedatangan Wakil Menteri Luar Negeri Jepang pada hari
sebelumnya yang menyatakan kondisi di Jepang cukup mampu
mempengaruhi bursa sehingga nilai abnormal return berubah menjadi positif.
Informasi tersebut dengan kata lain merupakan pintu yang membuka peluang
bisnis yang besar, sehingga pelaku pasar memproyeksikan saham
pertambangan akan memberikan keuntungan.
Pada akhir periode perngamatan t+5 sampai dengan t+7 abnormal return
menjadi bernilai negatif, yang berarti pasar merespon pengumuman sebagai
kabar buruk. Gempa susulan dan ketidakpastian penanganan krisis nuklir
yang terjadi memunculkan isu radiasi di sekitar reaktor nuklir sampai dengan
Tokyo mampu menutup peluang bisnis ekpor sumber bahan baku subtitusi
energi menjadi sebuah kabar buruk. Selain permasalahan nuklir di Jepang,
ketegangan politik di Timur Tengah cukup mempengaruhi keadaan bursa
saham di mana ketegangan tersebut memicu mencuatnya nilai minyak dunia.
Ketakutan pasar atas kondisi tersebut dinyatakan dengan abnormal return
pada t+5 bernilai negatif dan signifikan.
Abnormal retrun yang terlihat sebelum pengumuman krisis energi di
Jepang akibat gempa yang terjadi disebabkan karena pengaruh lainnya karena
secara nyata tidak akan ada kebocoran informasi yang terjadi mengenai krisis
energi di Jepang. Sementara abnormal retrun yang terlihat setelah
pengumuman krisis energi di Jepang mengindikasikan bahwa peristiwa
tersebut adalah informasi positif yang mampu meningkatkan keuntungan
investor.Reaksi negatif yang terjadi setelah pengumuman krisis energi di
Jepang mengindikasikan investor memangdang perisitiwa tersebut sebagai
bad news sehingga nilai abnormal retrun terlihat negatif.
Setelah mengamati abnormal retrun saham pertambangan selama
periode pengamatan, berikut ini hasil pengolahan data rata-rata abnormal
retrun saham pertambangan antara sebelum dan sesudah krisis energi di
Jepang untuk membuktikan hipotesis pertama.
Tabel 4.7
Uji Paired Samples T-Test Rata-Rata Abnormal Retrun
Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang
Sumber : Output SPSS 16.0 (2012)
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata abnormal retrun selama 7
hari sebelum krisis energi di Jepang diperoleh sebesar -0,02% atau terjadi
reaksi pasar negatif, sedangkan rata-rata abnormal retrun selama 7 hari
setelah krisis energi di Jepang adalah sebesar -0,14% atau terjadi reaksi
negatif. Secara matematis abnormal retrun sebelum krisis energi di Jepang
lebih besar dibandingkan abnormal retrun setelah krisis energi di Jepang,
namun hasil pengujian perbedaan rata-rata abnormal retrun sebelum dan
sesudah krisis energi di Jepang secara statistik diperoleh nilai t sebesar 0,271
dengan signifikansi sebesar 0,795. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara rata-rata abnormal retrun sebelum dan rata-rata
abnormal retrun sesudah krisis energi di Jepang, atau dengan kata lain
hipotesis pertama dalam penelitian ditolak.
4.5.2 Pengujian Hipotesis II
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan rata-rata
traiding volume activity (ATVA) saham pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia antara sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang.
Pengujian terhadap hipotesis kedua dilakukan dengan menggunakan uji beda
untuk sampel yang berpasangan (paired sampels t-test) dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Apabila t-hitung kurang dari 0,05, maka
H2 diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata traiding
volume activity, dan apabila t-hitung lebih dari 0,05, maka H2 tidak diterima
yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan saham pertambangan
sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang. Berikut ini hasil pengolahan
data rata-rata traiding volume activity saham pertambangan sebelum dan
sesudah krisis energi di Jepang.
Tabel 4.8
Uji Paired Samples T-Test Traiding volume activity
Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang
Sumber : Output SPSS 16.0 (2012)
Hasil uji statistik yang ditunjukan pada tabel 4.10 menggambarkan
bahwa rata-rata trading volume activity selama 7 hari sebelum pengumuman
adalah 0,00145575 atau terjadi perdagangan saham sebesar 0,14% dari
seluruh saham yang ada. Kemudian 7 hari setelah pengumuman rata-rata
traiding volume activity adalah sebesar 0,00128185 yang berarti terjadi
perdagangan saham sebesar 0,12% dari seluruh saham yang ada. Rata-rata
traiding volume activity sebelum peristiwa lebih besar dibandingkan rata-rata
traiding volume activity sesudah perisitiwa.
Hasil pengujian perbedaan rata-rata traiding volume activity saham
pertambangan sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang secara statistik
adalah nilai t sebesar 0,093 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,378. Hal ini
berarti bahwa, tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata traiding
volume activity saham pertambangan sebelum dan sesudah krisis energi di
Jepang atau dengan kata lain hipotesis kedua dari penelitian ini ditolak.
4.4 Pembahasan
Penelitian dengan menggunakan event study pada peristiwa krisis energi
di Jepang terhadap saham pertambangan di Bursa Efek Indonesia,
menunjukkan bahwa perisitiwa ini memiliki kandungan informasi yang
menyebabkan pelaku pasar (investor) bereaksi terhadap perisitiwa tersebut.
Hal tersebut ditandai dengan adanya abnormal retrun, abnormal retrun
positif berarti infomasi tersebut dijadikan sebagai good news dan abnormal
retrun negatif berarti kandungan informasi dalam pengumuman tersebut
dianggap sebagai bad news. Untuk menjelaskan penelitian ini maka disajikan
Tabel 4.9 yang berisi informasi tentang rata-rata return saham, return pasar,
rata-rata abnormal return, dan rata-rata traiding volume activity saham sektor
pertambangan di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah krisis energi di
Jepang.
Tabel 4.9
Rata-rata Retrun Saham, Retrun Pasar, Rata-rata Abnormal Retrun dan
Rata-rata Trading Volume Activity Saham Sektor Pertambangan di BEI
Sebelum dan Sesudah Krisis Energi di Jepang
Periode
Pengamatan
Rata-rata
Retrun
Saham
Retrun
Pasar
Rata-rata
Abnormal
Retrun
Rata-rata
Traiding
volume
activity
3 Maret (t-7) 0,00393244 0,00239287 0,00153957 0,00152105
4 Maret (t-6) 0,00075287 0,01383988 -0,01308701 0,00144471
7 Maret (t-5) -0,00058688 0,00531033 -0,00589722 0,00146059
8 Maret (t-4) 0,01350110 0,00522136 0,00827974 0,00212810
9 Maret (t-3) 0,00296196 0,00512832 -0,00216637 0,00157680
10 Maret (t-2) -0,00328040 -0,00306418 -0,00021621 0,00082157
11 Maret (t-1) -0,00304999 -0,01266010 0,00961012 0,00123746
15 Maret (t+1) -0,01206593 -0,01270533 0,00063941 0,00226256
16 Maret (t+2) 0,00761273 0,00198440 0,00562833 0,00125394
17 Maret (t+3) -0,01465825 -0,01338448 -0,00127376 0,00087142
18 Maret (t+4) 0,01189528 0,00282991 0,00906537 0,00165518
21 Maret (t+5) -0,00361055 0,00709087 -0,01070142 0,00087388
22 Maret (t+6) -0,00692180 -0,00031971 -0,00660209 0,00091989
23 Maret (t-7) 0,00426165 0,01094743 -0,00668578 0,00113608
Sumber : data diolah (2012)
Retrun saham pada tanggal 3 sampai dengan 11 Maret berfluktuatif
namun secara kumilatif nilai retrun adalah negatif yaitu dari 0,39 % menjadi
-3,2%. Penuruan ini menunjukan adanya bad news disekitar tanggal tersebut,
sehingga memunculkan ketakutan investor dan mengakibatkan kondisi
bearish market. Bearish market adalah situasi bursa ketika harga saham,
obligasi dan komoditas yang diperdagangkan turun dalam jangka waktu yang
cukup lama. Bad news yang mempengaruhi perilaku harga saham pada
tanggal tersebut adalah dipengaruhi kondisi bursa yang dapat dilihat dari nilai
fluktuasi retrun pasar yang memilki kecenderungan negatif yaitu 0,23% pada
tanggal 3 dan menjadi -0,12% pada tanggal 11 Maret. Kondisi bursa masih
diselimuti ketakutan atas krisis yang terjadi di Timur Tengah dan terus
menekan nilai minyak dunia yang berfluktuatif diatas US$ 100 perbarel dan
berimbas kepada bursa Asia.
Pada tanggal 15 Maret 2011 kondisi bursa kembali anjlok yaitu
mengalami koreksi sebesar 1,27% ke level 3.524. Retrun saham terlihat
mengikuti pergerakan retrun pasar, hal ini mengindikasikan efek dari krisis
energi di Jepang belum secara matang diproyeksikan oleh analis saham
seperti yang diharapkan dalam artikel “Dampak Bencana Tsunami Jepang
terhadap Indonesia”. Hal yang terjadi adalah akibat panic selling mengikuti
kejatuhan bursa Asia akibat dampak gempa dan tsunami di Jepang. Efek atas
rekomendasi tersebut terlihat positif pada tanggal 16 dan 18 Maret 2011 yang
mendapat dukungan dari kondisi retrun pasar yang ikut membaik, nilai retrun
saham adalah 0,76% dan 1,19% sementara nilai retrun pasar adalah 0,20%
dan 0,28%. Nilai tersebut menunjukkan pengumuman tersebut direspon
positif oleh pasar yang ditunjukkan dengan pergerakan retrun saham yang
positif.
Kenaikan retrun saham pada tanggal 18 Maret 2011 merupakan efek
atas pengumuman dari eksternal perusahaan yaitu dengan adanya kunjungan
wakil menteri luar negeri Jepang yang menyakatan bahwa Jepang
membutuhkan tambahan ekspor liquid natural gas Indonesia sebagai
penanganan atas krisis energi pasca tsunami tanggal 11 Maret 2011, ditambah
lagi dengan kondisi harga batu barayang meningkat karena sentimen ledakan
reaktor nuklir Jepang yang melumpuhkan supply nuklir ke sebagian kota
Jepang menyebabkan perlunya batu bara sebagai subtitusi buklir untuk
penyedia listrik. Pengumuman tersebut meningkatkan gairah investor atas
prospek saham pertambangan yang diprediksi positif karena adanya
kemungkinan permintaan pasar ke Jepang yang meningkat sehingga mampu
mendongkrak nilai laba perusahaan. Sementara retrun pasar menurun karena
adanya isu radiasi nuklir yang akan melumpuhkan Tokyo.
Rata-rata retrun saham kembali negatif pada tanggal 21 karena nilai
positif hanya terjadi pada saham consumer dan perbankan karena
diterbutkannya pengumuman kinerja emiten yang dinilai baik pada tahun
2010. Pergerakan nilai rata-rata retrun saham dan retrun pasar selama periode
pengamatan dapat dilihat pada gambar 4.4 dibawah ini.
-0,02000000
-0,01500000
-0,01000000
-0,00500000
0,00000000
0,00500000
0,01000000
0,01500000
0,02000000
3 4 7 8 9 10 11 14 15 16 17 18 21 22 23
Gambar 4.4
Grafik Rata-rata Return Saham dan Return Pasar Sebelum
dan Sesudah Krisis Energi di Jepang
Rata-rata Return Saham Return Pasar
Sumber : Data diolah (2012)
Gambar 4.5 memberikan gambaran tentang pergerakan reaksi pasar
apakah informasi krisis energi di Jepang mengandung informasi ditandai
dengan adanya abnormal retrun. Abnormal retrun yang positif berarti
menunjukkan bahwa suatu peristiwa memberikan berita baik (good news)
bagi pelaku pasar, sebaliknya abnormal retrun yang negatif menunjukkan
bahwa suatu peristiwa memberikan berita buruk (bad news) bagi pelaku
pasar.
Berdasarkan tabel 4.9, akhir pekan pertama dibulan Maret
mengindikasikan adanya bad news yang direspon oleh pasar hal ini
ditunjukkan dengan nilai rata-rata abnormal retrun sebesar -1,31% dan
sedikit menurun pada tanggal 7 Maret 2011 (t-5) yaitu sebesar -0,59%. Nilai
ini berarti bahwa retrun yang sesungguhnya (actual retrun) lebih kecil dari
retrun yang diharapkan atau dengan kata lain retrun pasar lebih besar bila
dibandingkan dengan retrun saham.
-0,03000000
-0,02000000
-0,01000000
0,00000000
0,01000000
0,02000000
0,03000000
3 4 7 8 9 10 11 14 15 16 17 18 21 22 23
Gambar 4.5
Grafik Rata-rata Abnormal Return dan
Cumulative Average Abnormal Return Sebelum dan Sesudah
Krisis Energi di Jepang
AAR CAAR
Sumber : Data diolah (2012)
Disekitaran tanggal 3 sampai dengan tanggal 11 pasar begitu diselimuti
dengan kondisi geopolitik kawasan Timut Tengah menyebabkan harga
minyak dunia meroket sehingga nilai abnormal retrun saham ikut bergerak
berfluktuasi kearah negatif. Krisis ekonomi kawasan eropa turut berpengaruh
dalam pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia.
Pukulan berat akhir pekan kedua bulan Maret menyebabkan bursa Asia
tergelincir yaitu pengaruh bad news berupa tsunami Jepang, ditunjukkan
dengan nilai retrun pasar tanggal 11 Maret 2011 melemah menjadi -1,26%.
Bad news berupa tsunami Jepang beralih menjadi lahan empuk bagi para
investor yang mengikuti perkembangan saham pertambangan, pasca tsunami
kini Jepang mengalami krisis energi dan membutuhkan subtitusi nuklir untuk
mengatasi hal tersebut. Terlihat pada tanggal 15, 16 dan tanggal 18 Maret
2011 nilai abnormal retrun bernilai positif yaitu 0,06%, 0,56% dan 0,09%, ini
berarti retrun yang sesungguhnya (actual retrun) lebih besar dari retrun yang
diharapkan atau dengan kata lain retrun saham lebih besar bila dibandingkan
dengan retrun pasar. Reaksi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa
batu bara dan liquid natural gas memiliki peluang dan prospek yang baik
sebagai energi alternatif pengganti energi nuklir Jepang, ditambah dengan
rumor yang beredar pada disekitaran tanggal 15 Maret 2011 bahwa ada
kemungkinan pemerintah akan membatalkan pengajuan pajak ekspor atas
batu bara semakin meningkatkan proyeksi perusahaan pertambangan untuk
memberikan return yang lebih besar. Dengan demikian informasi ini
mengundang perhatian para investor atau dinilai sebagai good news.
Tanggal 21 Maret 2011 nilai abnormal return dalam uji statisitik One
Sample T-Test menunjukkan angka yang signifikan. Ini berarti pada hari
pengamatan tersebut terjadi reaksi terhadap pengumuman yaitu nilai return
pasar lebih besar daripada nilai return saham atau dengan kata lain informasi
mengenai prospek saham perusahaan pertambangan kurang menarik sehingga
menurunnya tingkat permintaan terhadap harga saham. Dengan menurunnya
permintaan terhadap harga saham secara otomatis akan membentuk nilai
saham yang lebih rendah, hasil akhir yang didapatkan adalah return saham
menurun sehingga menyebabkan abnormal return bernilai negatif.
Perhitungan secara rata-rata terhdap abnormal return hanya untuk melihat
reaksi pasar terhadap informasi yang beredar, namun untuk saham individu
terdapat saham dengan abnormal return postif seperti PT. Delta Dunia
Makmur Tbk. (DOID) yang memperoleh nilai abnormal return positif paling
tinggi, kemudian PT. Energi Mega Persada Tbk. (ENRG), PT. Tambang
Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT. Radian Utama Interinsco Tbk.
(RUIS).
Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa tanggal 3 sampai dengan 7 Maret
rata-rata traiding volume activity mengalami penurunan yaitu 0,15% menjadi
0,14% dari seluruh saham yang diamati. Kemudian pada tanggal 8 Maret nilai
rata-rata traiding volume activity meningkat kembali sebesar 0,21% namun
peningkatan ini tidak bertahan lama, nilai ini kembali morosot sampai dengan
tanggal 11 Maret menjadi 0,12%. Hal tersebut menggambarkan kepanikan
pelaku pasar sehingga pasar menjadi tidak kondusif, kepanikan diprediksi
karena tekanan dari Timur Tengah di anggap lebih besar sehingga
mengganjal motivasi investor untuk melakukan transaksi.
Dalam periode pengamatan setelah krisis energi di Jepang nilai traiding
volume activity yang cukup tinggi terjadi pada tanggal 15, 16, 18 dan 23
Maret yaitu sebesar 0,22%, 0,13%, 0,17% dan 0,11%. Tanggal 15 Maret
kondisi bursa dalam posisi net foreign buy, sepertinya saham pertambangan
yang sempat mendongkrak kenaikan indeks harga saham gabungan masih
mampu menarik kepercayaan investor asing dengan nilai 28.770.500 untuk
beberapa jenis saham dan nilai perdagangan mencapai 936.616.000 lembar
saham. Kemudian kondisi ini terjadi pada tanggal 18 Maret dimana nilai
transaksi asing seniali 179.311.000 lembar saham. Indikasi performa yang
bagus dari beberapa saham pertambangan dan besarnya peluang perusahaan
pertambangan untuk menggantikan sumber energi Jepang yang semakin
memburuk menjadikan penggerak peningkatan nilai traiding volume activity.
Hal ini juga menunjukkan bahwa otoritas BEI menjalankan fungsinya untuk
mengurangi kepanikan investor, dan kemampuan analis saham dalam
memprediksikan dan merekomendasikan saham pertambangan menjadi
informasi yang penting bagi investor. Sementara tanggal 21 Maret 2011
menunjukkan penurunan nilai rata-rata traiding volume activity berdasarkan
data pasar menunjukkan bahwa investor lebih memilih untuk membeli saham
sektor konsumer dan perbankan yang menerbitkan laporan kinerja emiten
tahun 2010 dinilai baik, yang memberikan proyeksi yang lebih cerah daripada
saham pertambangan untuk mendapatkan return dari kegiatan perdagangan
di pasar modal. Secara garis besar terjadi peningkatan nilai rata-rata traiding
volume activity setelah krisis energi di Jepang dan nilai kumulatif rata-rata
traiding volume activity meningkat setelah krisis energi di Jepang. Berikut
dapat dilihat pola pergerakan rata-rata traiding volume activity sebelum dan
sesudah krisis energi di Jepang pada gambar 4.6.
Reaksi negatif yang muncul sebelum adanya pengumuman krisis energi
di Jepang memperlihatkan investor cenderung bersikap wait and see, untuk
lebih waspada dalam menanamkan modalnya karena besarnya efek yang
ditimbulkan oleh kondisi pergolakan politik di kawasan Timur Tengah dan
adanya pengaruh dari kondisi hutang Eropa mampu mengintervensi bursa
sehingga tingkat keuntungan menjadi menurun.
Pasca gempa bumi lazimnya akan dilakukan penutupan pembangkit
nuklir, pengecekan akan dilakukan sebelum pembangkit diizinkan beroperasi
kembali. Untuk kasus gempa di Jepang, selain karena merupakan prosedur
standar pasca gempa, penutupan pembangkit listrik akan dilakukan karena
0,00000000
0,00500000
0,01000000
0,01500000
0,02000000
0,02500000
3 4 7 8 9 10 11 14 15 16 17 18 21 22 23
Gambar 4.6
Grafik Rata-rata Traiding Volume Activity dan Cumulatif
Rata-rata Traiding Volume Activity Sebelum dan Sesudah
Krisis Energi di Jepang
ATVA CATVA
Sumber : Data diolah (2012)
terdapat reaktor nuklir yang meledak sehingga diperlukan pemeriksaan untuk
keamanan.
Hal tersebut membuka peluang karena ditengah perbaikan, Jepang akan
tetap membutuhkan sumber energi. Penanggulangan atas kebutuhan energi
dapat dilakukan dengan mengubah sumber energi listrik yang berasal dari
pembangkit listrik berbahan baku liquid natural gas ataupun batu bara.
Indonesia sebagai negara penghasil komoditas tersebut seharusnya mampu
merebut peluang emas yang ditawarkan atas kondisi pasca gempa.
Pasca peristiwa terlihat adanya abnormal retrun disekitar tanggal
pengumuman, hal tersebut mengindikasikan adanya respon positif atas
perisitiwa tersebut. Dengan kata lain krisis energi di Jepang merupakan
informasi positif yang ditangkap pasar sehingga reaksi pasar adalah positif,
beberapa informasi positif lainnya mendorong pergerakan abnormal retrun
yaitu kunjungan Wakil Menteri Luar Negeri Jepang yang menyatakan bahwa
kondisi pasokan listrik di Jepang menurun dan mengharapkan adanya
tambahan ekspor liquid natural gas. Informasi tersebut menguatkan
keyakinan investor atas peluang perusahaan pertambangan di Indonesia
mampu memberikan hal positif bila menanamkan investasi disektor tersebut.
Abnormal retrun yang bergerak negatif juga terlihat pada periode
pengamatan. Beberpa faktor yang mempengaruhinya adalah panic selling
yang dipersepsikan sebagai kepanikan atas akan terjadi penurunan permintaan
terhadap berbagai ekpor jepang seperti migas dan non migas, kekhawatiran
tentang krisis nuklir memicu bursa asia melemah dan tingkat radiasi sangat
tinggi. Banyak ketidakpastian atas kejatuhan nuklir Jepang dan upaya
penanggulangan radiasinya, serta masih terjadinya gempa susulan dan
semakin parahnya kondisi di Libya menyebabkan pasar bereaksi negatif baik
di Bursa Efek Indonesia ataupun bursa regional.
Perbedaan rata-rata abnormal retrun yang signifikan tidak terjadi pada
peristiwa tersebut dan tidak terdapat perbedaan signifikan traiding volume
activity sebelum dan sesudah krisis energi di Jepang. Hasil pengujian traiding
volume activity menunjukkan bahwa informasi tersebut tidak mampu
membuat perdagangan saham berada diatas perdagangan normal. Tidak
adanya reaksi pasar yang signifikan merefleksikan bahwa pelaku pasar masih
bersikap lebih waspada dan menghitung kemungkinan jangka panjang
sehingga tidak terburu-buru melakukan aktivitas jual beli-saham.
Tidak adanya perbedaan signifikan untuk rata-rata abnormal retutn
disebabkan karena isu-isu lain yang bersifat negatif beredar di pasar sehingga
turut melemahkan kondisi bursa dan mempengaruhi sebagian besar saham
yang bermain di bursa efek. Isu negatif tersebut muncul direntang waktu yang
penelitian yang cukup panjang sehingga mampu mengikis berita-berita baik
yang dibawa atas peluang Indonesia untuk memasok sumber energi ke
Jepang. Dengan demikian, saham dinilai mempunyai tingkat resiko yang
tinggi sehingga terjadi tindakan antisipasi oleh investor dengan menujukkan
sikap wait and see serta pannic selling dalam pergerakan harga saham di
Bursa Efek Indonesia sekitar tanggal pengamatan.
Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang sama
atas penelitian Munawarah (2009) yaitu penelitian event study terhadap
peristiwa suspend Bursa Efek Indonesia bulan Oktober tahun 2008. Hasil
penelitian Munawarah juga menunjukan tidak terdapat perbedaan abnormal
retrun dan traiding volume activity sebelum dan setelah suspend. Hasil
analisis menunjukkan bahwa tidak terdapatnya abnormal return dikarenakan
adanya krisis global yang berkepanjangan sementara traiding volume activity
tidak mengalami perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah peristiwa
suspend BEI walaupun pemerintah telah melakukan perubahan terhadap batas
atas dan batas bawah perdagangan saham (asymetry auto rejection). Tidak
adanya reaksi pasar yang signifikan atas peristiwa tersebut, merefleksikan
bahwa pelaku pasar (investor) telah mengantisipasi peristiwa ini sehingga
mereka tidak terburu-buru untuk melakukan aktivitas jual-beli saham.
Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil yang diperoleh Haryono
(2005) atas reaksi harga saham terhadap peristiwa bencana tsunami di
Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara tahun 2004. Hasil penelitian
Haryono menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan atas rata-rata
aktivitas perdagangan saham antara sebelum dan sesudah bencana tersebut.
Penelitian ini juga dapat memberikan dukungan terhadap penelitian Husnan
yang menyatakan bahwa pasar modal Indonesia merupakan pasar yang efisien
dalam bentuk lemah dimana menggambarkan informasi harga masa lampau,
dan pasar modal Indonesia belum berbentuk setengah kuat dimana sekuritas
mencerminkan informasi publik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang terlah dilakukan pada bab-bab
sebelumnya maka penelitian yang bertujuan untuk membuktikan perbedaan
abnormal return dan traiding volume activity sebelum dan sesudah krisis
energi di Jepang menghasilkan kesimpulan:
1. Berdasarkan uji statisitik terhadap rata-rata abnormal return selama
periode perisitiwa, ditemukan adanya rata-rata abnormal return tetapi
tidak dapat menunjukan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan
sesudah krisis energi di Jepang. Beberapa hari setelah pengumuman,
didapatkan abnormal return yang positif, namun setelah itu abnormal
return bergerak ke arah negatif yang diartikan sebagai berita buruk (bad
news) dikarenakan masih besarnya kekhawatiran pelaku pasar atas
kondisi di bursa yang dipengaruhi perisitiwa Jepang.
2. Selama periode pengamatan terdapat abnormal return yang signifikan
yaitu pada t+5 dimana nilai abnormal return negatif artinya pada hari itu
informasi secara signifikan mempengaruhi saham pertambangan dengan
nilai signifikansi berada di bawah 5% (0,05) sebesar 0,02 . Nilai
abnormal return tertinggi di dapatkan oleh PT. Delta Dunia Makmur
Tbk. (DOID) sementara nilai abnormal return terendah diperoleh PT.
Benakat Petroleum Energy Tbk. (BIPI).
3. Hasil uji statisitik paired samples t-test menunjukkan tidak terdapat
perbedaan signifikan terhadap traiding volume activity sebelum dan
sesudah krisis energi di Jepang. Hasil uji menunjukkan rata-rata traiding
volume activity sesudah krisis energi lebih rendah dikarenakan terjadinya
panic selling oleh para pelaku pasar.
5.2 Saran
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang
dimiliki, maka saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi investor sebelum membentuk keputusan investasi hendaknya
mampu melakukan analisis terhadap pengumuman sebuah perisitiwa.
Perhitungan terhadap abnormal return dapat memberikan tambahan
informasi mengenai keuntungan yang dapat diperoleh dan mampu
menganalisis perubahan kondisi pasar akibat dari sebuah pengumuman.
Sementara perhitungan traiding volume activity dapat memberikan
gambaran likuditas saham, dengan demikian hal tersebut mampu
membentuk keputusan investasi yang tepat sasaran.
2. Untuk penelitian selanjutnya, karena perisitiwa ini hanya dilakukan pada
saham pertambangan maka diperlukan perluasan cakupan sampel saham
dari sektor lainnya, sehingga terlihat efek dari pengumuman secara
keseluruhan terhadap Bursa Efek Indonesia. Hal lain yang
dipertimbangkan dalam penelitian selanjutnya adalah mengukur
seberapa besar pengaruh pengumuman kondisi perekonomian global
ataupun peristiwa sosial dan lingkungan (bencana) mempengaruhi saham
yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia dan membandingkannya dengan
pengumuman dari dalam negeri yang mampu mempengaruhi Bursa Efek
Indonesia.
3. Rentang waktu penelitian yang begitu lebar menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi hasil penelitian, sehingga untuk penelitian
selanjutnya bisa menggunakan rentang waktu yang lebih kecil sehingga
dapat menghasilkan gambaran penuh atas pengaruh informasi tersebut.
4. Menggunakan metode lain dalam menghitung expected return serta
membandingkan hasil perhitungan abnormal return dengan penggunaan
metode perhitungan expected return yang berbeda-beda.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Sampel yang digunakan dikhususkan pada sektor pertambangan saja,
sehingga hasil yang didapatkan belum mampu memberikan reaksi pasar
Indonesia terhadap krisis energi di Jepang. hal lain yang dapat diperoleh
adalah dapat menggambarkan lebih dalam saham-saham apa saja yang
terpengaruh diluar saham pertambangan.
2. Periode penelitian memberikan kemungkinan adanya efek di luar isu yang
diangkat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kamaruddin. 2004.Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio.
Rineka Cipta. Jakarta.
Baridwan, Zaki. 1997. Intermediate Accounting. Edisi kesembilan. BPFE.
Yogyakarta.
Effendi, Khasan, 2010. Memadukan Metode Kuantitatif Kualitatif. CV Indra
Prahasta, Bandung.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang.
Hartono, Jogianto. 2003. Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi III. Cetakan I,
BPFE.Yogyakarta
Hartono, Jogianto. 2005. Pasar Efisien Secara Keputusan, Gramedia Pustaka
Utama.Jakarta
Hendy, M Fakhruddin, 2008, Istilah Pasar Modal A-Z, Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Kasmir. 2002. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi 6. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Kusnadi, dkk. 2002. Pengantar Akuntansi Keuangan 2. Prinsip, Prosedur dan
Metode. Taroda. Malang.
P. Jones, Charles. 2004. Investments. Analysis and Management.. Wiley & Sons.
United States of America.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Erlangga
Jakarta.
Tandelin, Eduardus. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.Edisi Pertama.
BPFE.Yogyakarta.
Rahardjo, Budi, 2003, “Laporan Keuangan Perusahaan Membaca Memahami
Dan Menganalisis”. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Sudjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan Edisi 3. PT.
Prenhallindo. Jakarta
Daftar Bacaan Lain
Budiarto, Arif dan Zaki Baridwan. 1999. Pengaruh pengumuman Right Issue
terhadap tingkat keuntungan dan likuiditas saham periode 1994-1996. Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia, Vol.2 No.1, Januari.
Fatmawati, Sri dan Marwan Asri. 1999. Pengaruh Stock Split Terhadap Liquiditas
Saham yang diukur dengan Besarnya Bid Ask Spread di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Ekonomi dan Bisinis Indonesia, Vol. 14, No. 4, Hal. 93-110
Hamidi, Muhammad. 2008. Analisis Likuiditas Saham Sebelum, Saat, dan
Sesudah Bencana Banjir di Jakarta antara 2007 dan 2008 (event study pada
sektor industri dasar dan kimia). Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim. Malang
Haryono, Puput. 2005. Reaksi Harga Saham di Bursa Efek Jakarta Terhadap
Bencana Tsunami Nangroe Acah Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara
Tanggal 26 Desember 2004. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Mansur, Mohammad. 2005. Pengaruh Indeks Bursa Global Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) Pada
Periode Tahun 2000-2002. Sosiohumaniora, Vol. 7, No. 3, November 2005.
203-219
Meidawati, Neni dan Mahendra Harimawan, 2004, Pengaruh Pemilihan Umum
Legislatif Indonesia Tahun 2004 Terhadap Return Saham dan Volume
Perdagangan Saham LQ-45 di PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ). Sinergi
Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 7, No. 1, hal. 89-101
Munawarah, 2009, Analisis Perbandingan Abnormal Return dan Trading Volume
Activity pada saham LQ-45 Sebelum dan Sesudah Suspend BEI (Studi Kasus
Indeks LQ-45 di Bersa Efek Indonesia), Universitas Diponegoro, Semarang.
S. Edi dan Fansisca Andreani. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
(Kasus Perusahaan Jasa Perhotelan yang Terdaftar di Pasar Modal
Indonesia). Jurnal Manaagemen & Kewirausahaan Vol. 5, No. 2, September
2003.171-180
Septriana, Rini. 2002. Analisi Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental Terhadap
Harga Saham. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Setyawan, St Tri Adi. 2006. Analisis Reaksi Pasar Modal Terhadap Kenaikan
Harga BBM (Studi Kasus: di Bursa Efek Jakarta untuk Saham-Saham LQ
45). Universitas Diponegoro. Semarang
Subqi, Tajus. 2003. Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik
Terhadap Harga Saham. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Yunanto, Muhammad dan Henny M. Studi Empiris Terhadap Faktor
Fundamental dan Tehnikal yang Mempengaruhi Return Saham Pada Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Bisnis No. 1, Vol 14, April 2009.
Zaqi, Mochhamad. 2006. Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa-
Peristiwa Ekonomi dan Peristiwa Sosial-Politik dalam Negeri (Studi pada
Saham LQ45 di BEJ Periode 1999-2003). Universitas Diponegoro. Semarang
www.galerisaham.com diakses tanggal 15 Maret 2011
www.idx.co.id diakses tanggal 20 Desember 2011
www.inilah.com diakses tanggal 20 Desember 2011
www.metronews.com diakses tanggal 17 Maret 2011