pertumbuhan ikan sidat (anguilla bicolor) pada fase …repository.ub.ac.id/4448/1/rahardjo,...

106
PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE ELVER DENGAN PERENDAMAN LARUTAN TRIIODOTIRONIN PADA DOSIS YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh : NURSYAHFIRA PUTRI RAHARDJO NIM. 135080500111048 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 20-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

i

PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE ELVER DENGAN PERENDAMAN LARUTAN TRIIODOTIRONIN PADA DOSIS YANG

BERBEDA

SKRIPSI

Oleh :

NURSYAHFIRA PUTRI RAHARDJO NIM. 135080500111048

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

Page 2: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

ii

PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE ELVER DENGAN PERENDAMAN LARUTAN TRIIODOTIRONIN PADA DOSIS YANG

BERBEDA

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh :

NURSYAHFIRA PUTRI RAHARDJO NIM. 135080500111048

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG September, 2017

Page 3: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

iii

Page 4: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

iv

Judul : PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE

ELVER DENGAN PERENDAMAN LARUTAN TRIIODOTIRONIN

PADA DOSIS YANG BERBEDA

Nama Mahasiswa : NURSYAHFIRA PUTRI RAHARDJO

NIM : 135080500111048

Program Studi : Budidaya Perairan

PENGUJI PEMBIMBING

Pembimbing I : Dr. Ir. Mohamad Fadjar, M.Sc

Pembimbing II : Dr. Ir. Maheno Sri Widodo, MS

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING

Dosen Penguji I : Dr. Ir. Agoes Soeprijanto, MS

Dosen Penguji II : Fani Fariedah, S.Pi, MP

Tanggal Ujian : 19 September 2017

Page 5: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

v

PERNYATAAN ORISINILITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan

saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini adalah

hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut, sesuai hukuman yang berlaku di Indonesia.

Malang, September 2017

Mahasiswa,

Nursyahfira Putri

NIM. 135080500111048

Page 6: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

vi

RIWAYAT HIDUP

Nursyahfira Putri Rahardjo. Penulis lahir di Kota

Depok, Jawa Barat pada tanggal, 03 September 1995.

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara,

yang lahir dari pasangan Iman Rahardjo dan Nurzurni

Mukti. Penulis menempuh pendidikan pertama pada

tahun 2001 di SD Negeri Mekarjaya 29 (lulus tahun

2007), kemudian pada tahun 2007 melanjutkan di SMP

Negeri 3 Depok (lulus tahun 2010), lalu meneruskan pada tahun 2010 di SMA

Negeri 2 Depok (lulus tahun 2013), dan pada tahun 2013 berhasil meneruskan

pendidikan di Universitas Brawijaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Program Studi Budidaya Perairan untuk Strata Satu.

Dengan segenap kerja keras, ketekunan, doa dan motivasi untuk terus maju,

penulis telah berhasil meyelesaikan pengerjaan skripsi ini. Penulis berharap

semoga skripsi ini dapat menjadi salah satu bagian ilmu pengetahuan yang

bermanfaat dan memberikan kontribusi positif pada dunia pendidikan.

Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur dan terimakasih sebesar-besarnya

kepada Allah SWT dan semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya

skripsi ini yang berjudul “Pertumbuhan Ikan Sidat (Anguilla bicolor) pada

Fase Elver dengan Perendaman Larutan Triiodotironin pada Dosis yang

Berbeda’’.

Page 7: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

vii

UCAPAN TERIMAKASIH

Skripsi yang telah disusun oleh penulis, terselesaikan dengan bantuan

dari beberapa pihak. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

Allah SWT yang memberikan segala kelancaran, kemudahan, perlindungan

dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

Bunda (Nurzurni Mukti), Ayah (Iman Rahardjo), Adik (Virliza Imaniar) serta

keluarga besar yang tak terhingga memberikan dukungan baik moril maupun

materil. Memberikan segala semangat terbesar, doa, motivasi, nasehat.

Ibu Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS selaku ketua jurusan Manajemen

Sumberdaya Perairan yang telah banyak membimbing saya, memberikan ilmu

dan pengarahan yang baik saat kelas Metodologi Ilmiah.

Bapak Dr. Ir. Mohammad Fadjar, M.Sc selaku dosen pembimbing I dan

Bapak Dr. Ir. Maheno Sri Widodo, MS selaku dosen pembimbing II serta Bapak

Dr. Ir. Agoes Soeprijanto, MS selaku dosen penguji I dan Ibu Fani Fariedah, S.Pi,

MP selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran, bimbingan,

arahan dan nasehat bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan baik.

Bapak Udin yang telah banyak membantu mekanisme pelaksaan dan

memberi saran selama jalannya penelitian pada Laboratorium Reproduksi.

Bapak Krisna dari PT. Banyu Laju Semesta sebagai supplier elver yang

sudah banyak membantu. Bapak Brian sebagai supplier Hormon Triiodotironin

yang sudah banyak membantu.

Tim penelitian sidat, Stefanie Maria Ayu dan Afrizal Fikri yang telah banyak

membantu, bekerjasama, dan memotivasi dari awal sampai akhir perjalanan

skripsi.

Page 8: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

viii

Mohammed Imhed Abolgasm Alhiani yang selalu mendukung, mendoakan,

dan mensupport saya dari awal penelitian. Sahabat tercinta, Sera, Nogie, Faizal,

Puput, Hanifah, Bimo, Yuni, Etsa, Nevy, Erwin dan Teman-teman penelitian

Laboratorium Reproduksi yang telah banyak membantu selama penelitian.

Teman-teman Budidaya Perairan 2013 “AquaGT” yang telah memberikan

semangat, motivasi dan do`a selama ini.

Pihak-pihak lainnya yang telah berrkontribusi membantu penelitian.

Semoga bantuan dan kebaikan yang diberikan kepada penulis dibalas

oleh Allah SWT. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Malang, September 2017

Page 9: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

ix

RINGKASAN

NURSYAHFIRA PUTRI. Pertumbuhan Ikan Sidat (Anguilla bicolor) pada Fase Elver dengan Perendaman Larutan Triiodotironin pada Dosis yang Berbeda (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Mohammad Fadjar, M.Sc dan Dr. Ir. Maheno Sri Widodo, MS).

Ikan Sidat (Anguilla bicolor) merupakan salah satu famili anguilidae. Bentuk tubuhnya silindris memanjang dengan dilapisi oleh lendir yang membantu pergerakannya. Biasanya ditemukan pada muara sungai yang menghadap ke lautan atau samudera. Pada perairan Indonesia sidat tersebar disepanjang pantai barat Pulau Sumatera, pantai selatan timur Pulau Jawa, pantai timur Pulau Kalimantan, disekeliling pantai Pulau Sulawesi, dan Pantai utara Papua. Daging sidat enak dan gurih karena 25% bobot tubuhnya adalah lemak. Untuk 100 gram daging sidat mengandung 5.000 IU vitamin E. Sidat memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi komoditi unggulan ekspor yang bernilai ekonomis dan mampu bersaing dengan komoditi lain di pasar internasional. Harga jual sidat ukuran konsumsi mencapai Rp. 50.000—80.000/kg, bahkan untuk ukuran Glass eel mencapai harga Rp. 400.000—500.000/kg. Permintaan berbagai Negara terhadap sidat segar dan olahannya mencapai 300.000 ton per tahun. Sebagian besar kuota impor dikirim untuk memenuhi permintaan dari Jepang dan sisanya seperti Negara Cina, Korea, Taiwan, Hongkong, Amerika dan beberapa Negara di Eropa. Indonesia mengambil peranan 7% nilai ekspor sidat, Namun nilai ini mengalami penurunan karna pengiriman sidat dibatasi hanya diatas ukuran 150 gram, sedangkan untuk benih sidat dilarang. Pemanfaantan sumberdaya sidat dalam usaha penangkapan sidat dewasa maupun elver dan untuk usaha budidaya masih terbilang kecil. Pada kegiatan budidaya sidat, benih yang digunakan masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Kendala utama dalam budidaya sidat adalah tingginya tingkat mortalitas pada saat glass eel sampai elver yang mencapai 70—80%. Pemeliharaan benih sidat pada tahap awal merupakan masa paling sulit dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 30—50%. Selain masalah mortalitas yang tinggi, masalah lain dalam budidaya sidat adalah laju pertumbuhannya yang lambat yaitu kurang dari 3,1%.

Salah satu kendala dalam proses pembesaran sidat adalah laju pertumbuhan sidat yang lambat. Untuk mencapai ukuran konsumsi biasanya dibutuhkan waktu hingga 2 tahun. Selama ini penyebab rendahnya laju pertumbuhan disebabkan karena nafsu makan benih yang kurang, padat penebaran terlalu tinggi, kualitas pakan tambahan rendah dan jumlah pakan kurang. Namun hal lain yang dapat kita kaji adalah bagaimana meningkatkan laju pertumbuhan ikan sidat dari fase benih (elver) dengan cara meningkatkan laju metabolisme nya. Laju metabolisme yang baik akan berdampak pada penambahan bobot tubuh yang sesuai. Salah satu metode yang akan diteliti adalah mempercepat pertumbuhan elver sidat dengan cara direndam di dalam larutan hormon triiodotironin (T3). Hormon triiodotironin mengandung tiga atom yodium. Hormon ini berperan dalam pertumbuhan, perkembangan dan laju metabolisme.Perendaman dalam hormon ini belum diketahui dosis optimal yang dapat berpengaruh dan meningkatkan laju pertumbuhan elver sidat.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2017 di Ruang Laboratorium Budidaya Ikan (Divisi Reproduksi Ikan) Gedung D lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang. Tujuan penelitian

Page 10: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

x

ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan hormon triiodotironin (T3) yang berbeda terhadap pertumbuhan elver ikan sidat (Anguilla bicolor), sehingga nantinya dapat mempercepat laju pertumbuhan elver sidat dan meningkatkan produksi pada kegiatan pembesarannya.

Metode yang dilakukan adalah dengan mempersiapkan elver sidat sebanyak 180 ekor ukuran 5—6 gram yang diaklimatisasi terlebih dahulu pada akuarium penampungan untuk menyesuaikan suhu dan salintas air pada Laboratorium reproduksi. Kemudian dilakukan sampling pada sidat yang sehat dan memenuhi kriteria. Setelah itu dilakukan perendaman elver sidat pada kantung plastik dengan dosis hormon triiodotironin (T3) yang telah ditentukan (0,5; 1; dan 1,5) ppm dalam 1 liter air selama 8 jam. Setelah proses perendaman hormon triiodotironin (T3) selesai, maka sidat akan dipelihara selama 42 hari dalam akuarium pemeliharaan dengan pemberian pakan 2 kali sehari dengan FR 3,5% pada pukul 08.00 dan 16.00, pengecekan kualitas air meliputi suhu, DO, dan pH yang dilakukan dua kali sehari pada pukul 04.00 dan 14.00, pengecekan kualitas air mingguan berupa nitrit dan amonia yang diukur setiap sepuluh hari sekali dengan menggunakan teskit, sampling yang dilakukan dua minggu sekali meliputi bobot harian, bobot mingguan, bobot mutlak, pajang harian, panjang mingguan, panjang mutlak dan laju pertumbuhannya, serta uji ELISA yang dilakukan 4 hari setelah perendaman dengan tahapan isolasi protein dan pengujian konsentrasi hormon T3 untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi hormon T3 berpengaruh terhadap pertumbuhan dan waktu urai hormon di dalam tubuh yang berkaitan dengan food safety.

Hasil dari penelitian ini memberikan pertumbuhan bobot rata-rata harian tertinggi sebesar 0,22 gram/hari, panjang rata-rata harian tertinggi 0,09 cm/hari, laju pertumbuhan bobot spesifik 0,02 %/hari, laju pertumbuhan panjang spesifik 0,005 %/hari, bobot mutlak 9,5 gram, panjang mutlak 3,8 cm, bobot mingguan 1,18 gram/minggu, dan panjang mingguan 0,47 cm/minggu. Pertumbuhan yang lebih tinggi ditemukan pada dosis yang lebih rendah hal ini diakibatkan semakin tinggi dosis yang diberikan akan menyebabkan tubuh kurus dan memberikan feedback negatif terhadap proses metabolisme yang berlangsung. Memberikan rata-rata kelangsungan hidup sebesar 86,67%. Dari hasil pengujian ELISA didapatkan hasil konsentrasi pada dosis 0,5 ppm sebesar 3,19 ng/ml, dosis 1 ppm sebesar 3,41 ng/ml dan dosis 1,5 ppm sebesar 4,53 ng/ml. Hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan yang terjadi adalah korelasi dari pemberian perendaman hormon Triiodotironin (T3). Rata-rata kualitas air selama peneliatian berlangsung adalah suhu berkisar 24—27°C, oksigen terlarut 4—7 ppm, derajat keasaman 6—7,5, nitrit nitrit berkisar antara 0,5—1 mg/l, amonium berkisar antara 0,5—2 mg/l.

Page 11: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

xi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala

anugerah dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Skripsi dengan

judul “Pertumbuhan Ikan Sidat (Anguilla bicolor) pada Fase Elver dengan

Perendaman Laruton Hormon Triiodotironin pada Dosis yang Berbeda”. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Mohammad Fadjar, M.Sc selaku

dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Ir. Maheno Sri Widodo, MS selaku dosen

pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan ilmu-ilmu yang sangat

bermanfaat serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan

ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan

dalam penyusunan laporan ini serta mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.

Malang, September 2017

Penulis

Page 12: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

xii

DAFTAR ISI

Halaman

IDENTITAS TIM PENGUJI ........................................................................... i

PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ iv

RINGKASAN ................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 3 1.3 Tujuan penelitian ............................................................................... 4 1.4 Hipotesis ........................................................................................... 5 1.5 Kegunaan .......................................................................................... 5 1.6 Tempat dan Waktu ............................................................................ 5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Sidat (Anguilla bicolor) ............................................................... 6 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Sidat ...................................... 6 2.1.2 Jenis dan Peyebaran ............................................................. 7 2.1.3 Habitat dan Siklus Hidup ....................................................... 10 2.1.4 Kandungan Gizi ..................................................................... 11 2.1.5 Pakan dan kebiasaan Makan ................................................. 12

2.2 Pertumbuhan .................................................................................... 13 2.3 Padat Penebaran .............................................................................. 14 2.4 Kualitas Air Pemeliharaan ................................................................. 15 2.5 Hormon Triiodotironin (T3) ................................................................ 16 2.6 Pengaruh Hormon Triiodotironin terhadap Pertumbuhan .................. 21

3. METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian ................................................................................ 22 3.1.1 Alat Penelitian........................................................................ 22 3.1.2 Bahan Penelitian ................................................................... 23

3.2 Metode Penelitian .............................................................................. 24 3.3 Rancangan penelitian ........................................................................ 25

Page 13: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

xiii

3.4 Prosedur Penelitian ........................................................................... 26 3.4.1 Persiapan Wadah dan Peralatan ........................................... 26 3.4.2 Pemeliharaan Awal Elver Sidat .............................................. 27 3.4.3 Perendaman Elver dalam Larutan Hormon Triiodotironin ...... 28

3.5 Pelaksaan Penelitian ......................................................................... 30 3.6 Parameter Uji .................................................................................... 30

3.6.1 Parameter Utama .................................................................. 30 A. Bobot Tubuh ................................................................... 30 B. Panjang Tubuh ............................................................... 33 C. Kelangsungan Hidup ...................................................... 35 D. ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay) ............ 35 3.6.2 Parameter Penunjang ............................................................ 38 A. Suhu ............................................................................... 39 B. Oksigen Terlarut (DO) .................................................... 39 C. Derajat Keasaman (pH) .................................................. 40 D. Nitrit ............................................................................... 40 E. Amonium ........................................................................ 41

3.7 Analisa Data ...................................................................................... 41 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Rata-rata Harian .......................................................... 43 4.2 Laju Pertumbuhan Spesifik ............................................................... 50 4.3 Pertumbuhan Mutlak ......................................................................... 57 4.4 Pertumbuhan Mingguan .................................................................... 64 4.5 Kelangsungan Hidup ......................................................................... 71 4.6 Uji ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay) .......................... 74 4.7 Kualitas Air ........................................................................................ 77

4.7.1 Suhu ...................................................................................... 77 4.7.2 Oksigen Terlarut (DO) ........................................................... 78 4.7.3 Derajat Keasaman (pH) ......................................................... 79 4.7.4 Nitrit ....................................................................................... 80 4.7.5 Amonium ............................................................................... 81

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 82 5.2 Saran ............................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83

LAMPIRAN ................................................................................................... 88

Page 14: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Sidat (Anguilla bicolor) .................................................................... 6

2. Elver Sidat dengan Panjang 12 cm .......................................................... 10

3. Perubahan Bentuk Larva Sidat Menjadi Elver .......................................... 11

4. Rumus Bangun Hormon Triiodotironin ..................................................... 17

5. Down-regulation Reseptor Permukaan Sel ............................................... 18

6. Alur Hormonal Sederhana ........................................................................ 18

7. Alur T3 dalam Sel ..................................................................................... 19

8. Reseptor Nuclear Hormon Tiroid .............................................................. 20

9. Denah Penelitian ...................................................................................... 26

10. Susunan akuarium sesuai denah penelitian ............................................ 26

11. Skema Perendaman Elver selama 8 Jam ............................................... 29

12. Proses Perendaman Elver pada Larutan Hormon T3 .............................. 29

13. Proses Pengukuran Bobot Tubuh ........................................................... 32

14. Proses Pengukuran Panjang Tunuh dan Girth ........................................ 34

15. Proses Isolasi Protein untuk Uji ELISA .................................................... 36

16. Proses Pengukuran Suhu ....................................................................... 39

17. Proses Pengukuran DO .......................................................................... 39

18. Proses Pengukuran pH ........................................................................... 40

19. Proses Pengukuran Nitrit ........................................................................ 40

20. Proses Pengukuran Amonium ................................................................ 41

21. Grafik Pertumbuhan Rata-rata Bobot Harian .......................................... 44

22. Grafik Pertumbuhan Rata-rata Panjang Harian ....................................... 48

23. Grafik Laju Pertumbuhan Rata-rata Bobot Harian ................................... 52

Page 15: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

xv

24. Grafik Laju Pertumbuhan Rata-rata Panjang Harian ............................... 55

25. Grafik Pertumbuhan Bobot Mutlak .......................................................... 59

26. Grafik Pertumbuhan Panjang Mutlak ...................................................... 62

27. Panjang Tubuh Sidat Perlakuan A, B dan C ........................................... 63

28. Grafik Pertumbuhan Bobot Mingguan ..................................................... 66

29. Grafik Pertumbuhan Panjang Mingguan ................................................. 69

Page 16: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jenis Sidat yang Hidup di Indonesia dan Ciri Fisiknya ............................ 8

2. Jenis Sidat dan Daerah Penyebarannya ................................................. 9

3. Kandungan Gizi Sidat ............................................................................. 12

4. Komposisi Daging Sidat .......................................................................... 12

5. Tabel Rancangan Penelitian ................................................................... 26

6. Pertumbuhan Bobot Rata-Rata Harian .................................................... 43

7. Analisa Keragaman Pertumbuhan Bobot Rata-rata Harian ..................... 43

8. Uji BNT Pertumbuhan Bobot Rata-rata Harian ........................................ 44

9. Pertumbuhan Panjang Rata-Rata Harian ................................................ 47

10. Analisa Keragaman Pertumbuhan Panjang Rata-rata Harian.................. 47

11. Uji BNT Pertumbuhan Panjang Rata-rata Harian .................................... 48

12. Laju Pertumbuhan Rata-rata Bobot Harian ............................................. 51

13. Analisa Keragaman Laju Pertumbuhan Rata-rata Bobobt Harian ............ 51

14. Uji BNT Laju Pertumbuhan Rata-Rata Bobot Harian ............................... 52

15. Laju Pertumbuhan Rata-rata Panjang Harian .......................................... 54

16. Analisa Keragaman Laju Pertumbuhan Rata-rata Panjang Harian .......... 54

17. Uji BNT Laju Pertumbuhan Rata-rata Panjang Harian............................. 55

18. Pertumbuhan Bobot Mutlak ..................................................................... 57

19. Analisa Keragamaan Pertumbuhan Bobot Mutlak ................................... 58

20. Uji BNT Pertumbuhan Bobot Mutlak ........................................................ 58

21. Pertumbuhan Panjang Mutlak ................................................................. 61

22. Analisa Keragaman Pertumbuhan Panjang Mutlak ................................. 61

23. Uji BNT Pertumbuhan panjang Mutlak .................................................... 62

Page 17: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

xvii

24. Pertumbuhan Bobot Mingguan ................................................................ 65

25. Analisa Keragaman Pertumbuhan Bobot Mingguan ................................ 65

26. Uji BNT Pertumbuhan Bobot Mingguan .................................................. 66

27. Pertumbuhan Panjang Mingguan ............................................................ 68

28. Analisa Keragaman Pertumbuhan Panjang Mingguan ............................ 68

29. Uji BNT Pertumbuhan Panjang Mingguan ............................................... 69

30. Kelulushidupan ....................................................................................... 71

31. Analisa Keragaman Kelulushidupan ........................................................ 72

32. Uji ELISA Hormon Triiodotironin (T3) ...................................................... 75

33. Hasil Pengukuran Kualitas Air ................................................................. 77

Page 18: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Glosarium .............................................................................................. 86

2. Diagram Alir Metode Penelitian .............................................................. 90

3. Diagram Alir Hormon Triiodotironin (T3) ................................................. 91

4. Perhitungan Larutan Triiodotironin ......................................................... 92

5. Data Sampling dan Hasil Perumbuhan Bobot ........................................ 95

6. Data Sampling dan Hasil Pertumbuhan Panjang ................................... 97

7. Perhitungan Statistika Pertumbuhan Rata-rata Bobot Harian ................. 100

8. Perhitungan Statistika Pertumbuhan Rata-rata Panjang Harian ............. 104

9. Perhitungan Statistika Laju Pertumbuhan Rata-rata Bobot Harian ......... 108

10. Perhitungan Statistika Laju Pertumbuhan Rata-rata Panjang Harian ..... 112

11. Perhitungan Statistika Pertumbuhan Bobot Mutlak ................................ 116

12. Perhitungan Statistika Pertumbuhan Panjang Mutlak ............................. 120

13. Perhitungan Statistika Pertumbuhan Bobot Mingguan ........................... 124

14. Perhitungan Statistika Pertumbuhan Panjang Mingguan........................ 128

15. Data Sampling dan Hasil Perhitungan Kelangsungan Hidup .................. 132

16. Perhitungan Statistika Kelulushidupan ................................................... 134

17. Hasil Uji ELISA Keberadaan dan Waktu Urai Hormon Triidotironin ........ 135

18. Metode Pengerjaan Uji ELISA di Rumas Sakit Saiful Anwar .................. 147

19. Pengukuran Suhu selama 42 Hari Penelitian ......................................... 151

20. Pengukuran DO selama 42 Hari Penelitian ............................................ 155

21. Pengukuran pH selama 42 Hari Penelitian ............................................. 159

22. Pengukuran Nitrit selama 42 Hari Penelitian .......................................... 163

23. Pengukuran Amonium selama 42 Hari Penelitian .................................. 164

Page 19: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

xix

24. Hasil Uji Proksimat Pakan Pasta ............................................................ 165

25. Dokumentasi Alat dan Bahan ................................................................. 166

26. Dokumentasi Kegiatan Penelitian .......................................................... 174

Page 20: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan Sidat (Anguilla bicolor) merupakan salah satu famili anguilidae.

Bentuk tubuhnya silindris memanjang dengan dilapisi sisik halus berbentuk

memanjang. Sirip punggungnya panjang dan menyatu dengan sirip ekor dan

seterusnya bersambungan dengan sirip dubur. Sirip dada berbentuk cuping

dengan masing-masing jari-jari sirip berjumlah 14—18 buah. Tubuh sidat dilapisi

oleh lendir yang membantu pergerakannya. Punggung sidat berwarna coklat

kehitaman dan bagian perut berwarna kuning hingga perak (Cholik et al., 2005).

Daging sidat enak dan gurih. Kegurihannya ini disebabkan 25% bobot badannya

terdiri atas lemak. Dagingnya banyak mengandung vitamin E. Tidak ada ikan lain

yang mengandung lemak dan vitamin E seperti sidat. Untuk 100 gram daging

sidat mengandung 5.000 IU vitamin E (Sarwono, 2002).

Pada perairan Indonesia sidat tersebar disepanjang pantai barat Pulau

Sumatera, pantai selatan timur Pulau Jawa, pantai timur Pulau Kalimantan,

disekeliling pantai Pulau Sulawesi, dan Pantai utara Papua (Affandi et al., 2013).

Melimpahnya ketersediaan baik larva, benih, maupun indukan sidat di perairan

Indonesia didukung oleh ketersediaan lahan (garis pantai) yang luas dan

memenuhi syarat, bahan baku pakan alami tersedia cukup banyak serta kondisi

iklim yang sangat mendukung (Suryono dan Badjoeri, 2013).

Pengembangan budidaya sidat di Indonesia merupakan salah satu

peluang dan prospek yang sangat baik karena belum banyak dibudidayakan.

Sidat memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi komoditi unggulan ekspor

yang bernilai ekonomis dan mampu bersaing dengan komoditi lain di pasar

internasional. Harga jual sidat ukuran konsumsi mencapai Rp. 50.000—

80.000/kg, bahkan untuk ukuran Glass eel mencapai harga Rp. 400.000—

Page 21: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

2

500.000/kg pada tingkat produsen (Rahmawati et al., 2015). Menurut data KKP

(2017) harga untuk tingkat konsumen mencapai Rp.650.000—

800.000sedangkan untuk ekspor mencapai Rp. 800.000—1.000.000.

Berdasarkan data dari Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budi Daya

Karawang (BLUPBK), permintaan berbagai Negara terhadap sidat segar dan

olahannya mencapai 300.000 ton per tahun. Sebagian besar kuota impor dikirim

untuk memenuhi permintaan dari Jepang dan sisanya seperti Negara Cina,

Korea, Taiwan, Hongkong, Amerika dan beberapa Negara di Eropa (Topan dan

Riawan, 2015). Berdasarkan data KKP (2017), nilai ekspor hasil perikanan tahun

2016 mencapai 2.092.302 ton. Untuk ekspor sidat mengambil peranan 7% nilai

ekspor Indonesia. Namun nilai ini mengalami penurunan karna pengiriman sidat

dibatasi hanya diatas ukuran 150 gram, sedangkan untuk benih sidat dilarang.

Pemanfaantan sumberdaya sidat dalam usaha penangkapan sidat

dewasa maupun elver dan untuk usaha budidaya masih terbilang kecil. Pada

kegiatan budidaya sidat, benih yang digunakan masih mengandalkan hasil

tangkapan dari alam. Saat ini produksi sidat di negara-negara produsen sidat

mengalami penurunan pasokan benih. Hal ini disebabkan oleh adanya degradasi

habitat baik pada alur ruayanya maupun habitat pembesarannya dan over-

eksploitasi benih sehingga calon induk yang nantinya akan menghasilkan benih

menjadi berkurang. Kendala utama dalam budidaya sidat adalah tingginya tingkat

mortalitas pada saat glass eel sampai elver yang mencapai 70—80%.

Pemeliharaan benih sidat pada tahap awal merupakan masa paling sulit dengan

tingkat kelangsungan hidup sebesar 30—50%. Selain masalah mortalitas yang

tinggi, masalah lain dalam budidaya sidat adalah laju pertumbuhannya yang

lambat yaitu kurang dari 3,1% (Haryono, 2008 dalam Yusup et al., 2015).

Kelenjar tiroid menghasilkan dua jenis hormon, yaitu tiroksin (T4) dan

hormon triiodotironin (T3). Hormon ini berperan dalam katabolisme protein, lemak,

Page 22: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

3

karbohidrat dalam semua sel. Triiodotironin (T3) juga berfungsi dalam mengatur

kecepatan metabolisme semua sel, mengatur produksi panas tubuh dan

mempertahankan sekresi hormon pertumbuhan (Baradero et al., 2009).

Penelitian mengenai pengaruh perendaman hormon triiodotironin (T3) ini telah

dilakukan sebelumnya pada beberapa ikan, salah satunya ikan gurami

(Osphronemus gouramy) dan ikan betutu (Oxyeleotris marmorata) yang juga

memiliki nilai ekonomis tinggi. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa

hormon triiodotironin dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan

pertumbuhan pada fase larva. Menurut penelitian Herviani et al. (2002) mengenai

ikan gurami, pada penggunaan dosis 0; 0,001; 0,01; 0,1 dan 1 ppm, perlakuan

terbaik diperoleh pada pemberian dosis 0,001 ppm terhadap panjang total, bobot

rata-rata dan kelangsungan hidup. Namun penggunaan hormon dengan dosis 1

ppm dapat mengakibatkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan larva gurami.

Dalam penelitian ini akan dilakukan pemberian rangsangan hormonal

berupa perendaman pada Larutan Hormon Triiodotironin (T3) yang diharapkan

dapat mempercepat proses pertumbuhan elver sehingga dapat meningkatkan

mutu benih. Dosis yang digunakan adalah (0,5; 1; dan 1,5) ppm yang diharapkan

mampu memberikan hasil pertumbuhan yang optimal bagi elver sidat.

1.2 Perumusan masalah

Permasalahan yang dihadapi adalah pemenuhan konsumsi sidat untuk

dalam negeri dan ekspor masih mengandalkan tangkapan dari alam. Belum ada

teknik pembudidayaan yang sesuai untuk sidat mengingat habitat dan siklus

hidup sidat yang katadromus. Pembesaran sidat yang dilakukan mulai dari fase

glass eel, yellow eel, elver, fingerlings sampai dengan ukuran konsumsi masih

menemukan kesulitan. Salah satunya adalah laju pertumbuhan sidat yang lambat.

Untuk mencapai ukuran konsumsi biasanya dibutuhkan waktu hingga 2 tahun.

Page 23: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

4

Laju pertumbuhan sangat penting dalam usaha pembesaran karena

semakin cepat pertumbuhan berlangsung, maka waktu pembesaran juga akan

semakin singkat. Hal ini juga harus didukung dengan penambahan massa tubuh

sidat yang optimal, sehingga menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi pula.

Selama ini penyebab rendahnya laju pertumbuhan disebabkan karena nafsu

makan benih yang kurang, padat penebaran terlalu tinggi, kualitas pakan

tambahan rendah dan jumlah pakan kurang. Namun hal lain yang dapat kita kaji

adalah bagaimana meningkatkan laju pertumbuhan ikan sidat dari fase benih

(elver) dengan cara meningkatkan laju metabolisme nya. Laju metabolisme yang

baik akan berdampak pada penambahan bobot tubuh yang sesuai.

Salah satu metode yang akan diteliti adalah mempercepat pertumbuhan

elver sidat dengan cara direndam di dalam larutan hormon triiodotironin (T3)

yang diketahui dapat mempercepat metabolisme dan pertumbuhan. Perendaman

dalam hormon ini belum diketahui dosis optimal yang dapat berpengaruh dan

meningkatkan laju pertumbuhan elver sidat. Diketahui sebelumnya hormon T3

yang diujikan pada ikan gurami dengan dosis terlalu tinggi justru memberikan

efek tubuh langsing yaitu sebesar 1 ppm namun belum diketahui pula apakah

dosis hormon yang diberikan pada elver sidat jika terlalu tinggi akan

menyebabkan hal yang demikian.

Dari latar belakang tersebut diperoleh rumusan masalah yaitu apakah

perendaman larutan hormon triiodotironin (T3) dengan dosis yang berbeda

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan elver sidat (Anguilla bicolor)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis

perendaman larutan hormon triiodotironin (T3) yang berbeda terhadap

pertumbuhan elver ikan sidat (Anguilla bicolor).

Page 24: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

5

1.4 Hipotesis

H0: Perbedaan dosis perendaman larutan hormon triiodotironin yang berbeda

tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan elver ikan sidat (Anguilla bicolor)

yang diteliti.

H1: Perbedaan dosis perendaman larutan hormon triiodotironin yang berbeda

berpengaruh terhadap pertumbuhan elver ikan sidat (Anguilla bicolor) yang

diteliti.

1. 5 Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi

mengenai pengaruh dosis perendaman larutan hormon triiodotironin yang

berbeda terhadap pertumbuhan elver ikan sidat (Anguilla bicolor), sehingga

nantinya dapat mempercepat laju pertumbuhan elver sidat dan meningkatkan

produksi pada kegiatan pembesarannya.

1.6 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2017 di Ruang

Laboratorium Budidaya Ikan (Divisi Reproduksi Ikan) Gedung D lantai 1 Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

Page 25: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

6

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Sidat (Anguilla bicolor)

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Sidat

Menurut Weber dan de Beaufon (1929) dalam Sasongko et al. (2007),

mengemukakan klasifikasi sidat sebagai berikut:

Filum : Chordata

Subfilum : Euchordata

Kelas : Osteichthyes

Subkelas : Actinoptrygii

Infrakelas : Teleostei

Superordo : Elepomorpha

Ordo : Anguilliformes

Famili : Anguillidae

Genus : Anguilla

Spesies : Anguilla bicolor

Gambar 1. Ikan Sidat (Anguilla bicolor) (Roy, 2013)

Page 26: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

7

Sidat memiliki bentuk tubuh bulat dan memanjang yang terdiri dari kepala,

perut dan ekor. Permukaan tubuh sidat yang licin dilapisi sisik kecil berbentuk

memanjang. Susunan sisiknya tegak lurus terhadap panjang tubuhnya. Sisik

biasanya membentuk pola mozaik mirik anyaman bilik. Sirip di bagian anus

menyatu dan berbentuk seperti jaring-jaring yang terlihat lemah. Sirip dada terdiri

atas 14—18 jari-jari sirip. Punggung sidat berwarna cokelat kehitaman. Perutnya

berwarna kuning hingga perak. Pergerakannya terbantu oleh lendir yang melapisi

permukaan tubuhnya, lendir ini berfungsi sebagai salah satu mekanisme

pertahanan dirinya dari predator alam maupun agar sulit dipegang oleh manusia.

Hewan ini memiliki kemampuan mengambil oksigen langsung dari udara dan

mampu bernafas dengan seluruh bagian kulitnya (Suitha dan Suhaeri, 2008).

Menurut Cholik et al. (2005), sidat memiliki sirip punggung panjang dan

menyatu dengan sirip ekor dan seterusnya bersambungan dengan sirip dubur.

Sirip dada nya berbentung cuping, maka hewan ini sering kal disebut sebagai

belut bertelinga. Memiliki lubang pernafasan (spirakulum) yang terletak di

belakang kepala dan di depan sirip dada. Mulut terletak diujung dan dilengkapi

dengan geligi kecil. Sidat merupakan salah satu hewan karnifora dan nokturnal

(aktif pada malam hari). Hal ini sesuai dengan pendapat Sasongko et al. (2007),

bahwa mata sidat sangan kecil, bulat dan berwarna hitam. Mata sidat tidak tahan

terhadap sinar matahari langsung karena sidat termasuk binatang malam

(nokturnal).

2.1.2 Jenis dan Penyebaran

Di seluruh dunia terdapat 18 spesies sidat. Namun, yang ada di perairan

Indonesia hanya enam jenis sidat yaitu A. marmorata, A. bicolor, A. celebensis, A.

borneoensis, A. ancertralis dan A. mauritinia. Biasanya ditemukan pada muara

sungai yang menghadap ke lautan atau samudera. Berikut disajikan jenis-jenis

sidat yang hidup di perairan Indonesia beserta ciri-ciri fisiknya pada Tabel 1.

Page 27: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

8

Tabel 1. Jenis Sidat yang Hidup di Indonesia dan Ciri Fisiknya (Roy, 2013)

Jenis Sidat Ciri-ciri

A. marmorata Kulit halus dengan bercak hitam,

warna hijau muda, punggung bergaris

coklat

A. bicolor Kulit halus dengan warna coklat atau

abu-abu, bagian punggung agak hijau

dan perut berwarna putih

A. celebesensis Kulit berwarna abu-abu dan berbintik

A. borneoensis Tubuhnya berwarna putih terang

A. ancertalis Kulit berwarna abu-abu gelap (lebih

gelap daripada Anguilla celebesensis)

dan berbintik-bintik

A. mauritania Tubuhnya berbintik-bintik, warna lebih

gelap dibandingkan dengan jenis

lainnya

Diantara jenis sidat yang telah dipaparkan diatas, A. bicolor dan A. marmorata

merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. A. bicolor

banyak tersebar di daerah Aceh, pantai selatan Pulau Jawa hingga Sumbawa.

Sementara A. marmorata terdapat di Papua, Sulawesi dan Ternate.

Ikan sidat merupakan ikan yang penyebarannya sangat luas yakni di

daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia ikan sidat hidup di sungai-sungai yang

bermuara di laut dalam dan banyak tersebar di perairan Barat Sumatera, Selatan

Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi,

Kalimantan, Maluku dan Papua (Rahmawati et al., 2015). Terdapat 7 spesies

sidat dari 16 spesies sidat yang terdapat di dunia. Dari ketujuh sidat itu yang

paling luas penyebarannya adalah A. marmorata, sedangkan penyebaran yang

paling sempit adalah A. bornoensis yang hanya terdapat di Kalimantan Timur dan

Sulawesi. Jenis A. bicolor adalah jenis yang paling banyak ditangkap di perairan

Pulau Jawa antara lain pada daerah Pelabuhan Ratu, Karawang, Cimanggu dab

Lumajang. Jenis-jenis sidat dan daerah penyebarannya menurut Sarwono (2002)

disajikan pada Tabel 2 sebagai berikut:

Page 28: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

9

Tabel 2. Jenis Sidat dan Daerah Penyebarannya (Sarwono, 2002)

No

Nama

Warna

Tubuh

Ukuran

Maksimum

Sidat Betina

Penyebaran

kg/ekor cm/ekor

1. A. ancestralis Berbintik-bintik

- - Sulawesi Utara

2. A. celebesensis Berbintik-bintik

- - Indonesia, Filipina

3. A. Interiosis Berbintik-bintik

- - Irian

4. A. megastoma Berbintik-bintik

22 190 Lautan Pasifik dari bagian timur, Solomon Pitcairn

5. A. nebulosa Berbintik-bintik

10 150 Afrika timur, India

6. A. marmorata Berbintik-bintik

27 200 Afrika selatan, Madagaskar, Indonesia, Cina , Jepang

7. A.reinhardtii Berbintik-bintik

18 170 Australia timur, Kaledonia baru

8. A. borneensis Putih Terang

2 90 Kalimantan, Sulawesi

9. A. japonica Putih Terang

6 125 Jepang, Cina

10. A. roostrata Putih Terang

6 125 Pantai timur USA, Kanada, Greenland

11. A. anguilla Putih Terang

6 125 Pantai barat, Eropa, Afrika utara, Islandia barat

12. A. dieffenbachii Putih Terang

20 150 Selandia baru

13. A. mossambica Putih Terang

5 125 Afrika timur dan selatan, Madagaskar

14. A. bicolor Putih Terang

3 110 Afrika timur, Madagaskar, India, Indonesia, Australia barat

15. A. obscura Putih Terang

- - Laut Irian

16. A. australis Putih Terang

2,5 95 Australia timur dan Selandia baru

Page 29: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

10

2.1.3 Habitat dan Siklus Hidup

Sidat hidup di dua jenis perairan. Fase larva hingga menjelang dewasa

hidup di sungai. Setelah dewasa menuju laut dalam untuk bereproduksi.

Selanjutnya, larva hasil pemijahan terbawa arus ke pantai dan menuju perairan

tawar melalui muara sungai. Menurut Suitha dan Suhaeri (2008), sidat dapat

beradaptasi pada suhu 12—31°C. Salinitas (kadar garam perairan) yang bisa

ditoleransi antara 0—35 ppt. Salinitas dan turbiditas (kekeruhan suatu perairan)

merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap jumlah elver di suatu

daerah. Elver lebih menyukai habitat dengan salinitas rendah dan turbiditas tinggi.

Sidat betina lebih menyukai perairan estuaria dan sungai-sungai besar yang

produktif. Sementara sidat jantan lebih banyak menghuni perairan berarus deras

Sidat mengalami empat fase pertumbuhan. Larva sidat disebut glass eel.

Tubuhnya lebar seperti daun dan transparan. Setelah berukuran sekitar 12 cm

disebut elver. Selanjutnya menjadi fingerling kemudian menjadi sidat ukuran

konsumsi dengan panjang tubuh 80 cm hingga satu meter lebih.

Gambar 2. Elver Sidat dengan Panjang 12 cm (Suitha dan Suhaeri, 2008)

Sidat dewasa akan berada di hulu sungai atau danau ketika sudah

matang gonad, sidat akan bermigrasi ke laut untuk memijah hingga kedalaman

lebih dari 6.000 m dpl. Telur hasil pemijahan akan menetas menjadi larva yang

kemudian akan terbawa arus laut untuk kembali ke perairan dangkal, lalu akan

Page 30: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

11

berenang menuju muara sungai. Larva sidat sidat ini berbentuk seperti daun,

bewarna bening dan transparan. Setelah mencapai pantai dalam kurun waktu

satu sampai tiga tahun, larva sidat akan menjadi glass eel yang memiliki panjang

5—7 cm dan bobot 0,17—0,21 gram. Glass eel yang mencapai muara akan

hidup di rawa-rawa, hulu sungai, danau atau perairan payau. Fase perubahan

glass eel menjadi elver ditandai dengan perubahan warna bening menjadi

berwarna kuning kecokelatan, kehijauan atau kehitaman. Pada masa tersebut

elver memiliki panjang 9—11 cm dan bobot 2,8—3,2 gram. Ukuran tersebut

sudah masuk ke dalam kategori yang dapat dibudidayakan. Tahap selanjutnya

disebut fingerling dengan panjang tubuh sekitar 40 cm. Fingerling kemudian

tumbuh menjadi sidat dewasa dengan panjang tubuh dapat mencapai 80 cm

hingga satu meter lebih (Roy, 2013).

Gambar 3. Perubahan Bentuk Larva Sidat Menjadi Elver (Nontji, 2008)

2.1.4 Kandungan Gizi

Daging sidat enak dan gurih karena 25% bobot tubuhnya adalah lemak.

Dagingnya banyak mengandung vitamin E. Tidak ada ikan lain yang

mengandung lemak dan vitamin E seperti sidat. Untuk 100 gram daging sidat

mengandung 5.000 IU vitamin E. Kandungan gizi pada daging sidat disajikan

pada Tabel 3 sebagai berikut.

Page 31: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

12

Tabel 3. Kandungan Gizi Sidat (Sarwono, 2002)

Zat Gizi Jumlah

Kalori 303 kkal

Protein 14,0 g

Lemak 27,0 g

Karbohidrat 0 g

Fosfor 200 mg

Kalsium 20 mg

Zat Besi 20 mg

Vitamin A 1.600 mg

Vitamin B1 0,10 mg

Vitamin C 2 mg

Air 58 g

Menurut pernyataan Roy (2013), tingginya tingkat konsumsi sidat tidak

terlepas dari kandungan gizinya yang juga tinggi. Daging ikan sidat kaya akan

protein, vitamin, asam lemak, dan unsur mikro. Kandungan vitamin pada daging

ikan sidat diantaranya vitamin A, vitamin B1 dan B2 serta unsur hara seperti Zn.

Sidat juga mengandung asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan oleh tubuh,

diantaranya asam lemak omega yang berguna untuk perkembangan sel otak

anak. Ekstrak sumsum sidat juga mengandung tiga jenis bahan bermanfaat, yaitu

DHA, EPA dan AKG. Berikut disajikan kandungan gizi sidat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Daging Sidat (Roy, 2013)

Zat Gizi Jumlah

BBD 100 %

Energi 81 kkal

Protein 19,0 g

Lemak 1,9 g

Karbohidrat 3,8 g

Fosfor 174 mg

Kalsium 118 mg

Zat besi 3,0 mg

2.1.5 Pakan dan kebiasaan Makan

Ikan sidat termasuk dalam jenis karnivora. Mereka memangsa ikan kecil,

udang, kepiting, dan lain-lain. Ikan ini juga tanggap terhadap pemberian pakan

buatan. Pakan yang biasa digunakan dalam pembesaran sidat adalah pakan

Page 32: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

13

buatan yang memiliki kadar protein 40—55%. Khusus pada pasta yang

digunakan untuk benih sidat, biasanya akan dicampurkan dengan berbagai jenis

vitamin sebesar 2,5% dari total pakan yang ditujukan untuk menambah laju

pertumbuhan (Cholik et al., 2005).

Sepanjang hidupnya sidat bersifat karnivora dan kanibal. Sidat dapat

memangsa sesama sidat yang memiliki ukuran lebih kecil dari tubuhnya. Hal ini

ditandai dengan usus sidat yang pendek atau hanya sekitar 60% dari panjang

tubuhnya. Menurut Sasongko et al. (2007), larva yang baru menetas pada fase

preleptocephale dan fase leptocephale akan memakan fitoplankton. Pada fase

elver mulai memakan hewan-hewan kecil seperti anak kepiting, anak udang,

cacing kecil dan anak kerang. Formulasi pakan pasta untuk elver sidat antara lain

mengandung Tepung ikan 75%, tepung tapioka 10%, mineral mix 4%, vitamin

mix 2%, minyak ikan 2%, minyak jagung 2% dan CMC 5%. Menurut penelitian

yang dilakukan Airin dan Cyska (2015), pakan yang memiliki kecernakan tinggi

dan dapat dicerna dalam saluran pencernaan memiliki pengaruh yang besar

terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih sidat. Frekuensi dan

selang waktu makan yang tepat akan mempengaruhi pertumbuhan dan derajat

efisiensi pakan yang diberikan. Hal ini dipengaruhi oleh kualitas pakan, nutrisi

pakan, dan kemampuan ikan untuk mencerna dan mengabsorpsi pakan tersebut.

Pakan yang lebih digiling halus memberikan permukaan yang luas terhadap

getah pencernaan dan mempertinggi daya cerna.

2.2 Pertumbuhan

Menurut Effendi (2002), pertumbuhan adalah pertambahan ukuran

panjang atau berat bobot persatuan waktu dari suatu jenis makhluk hidup.

Pertumbuhan dapat secara utuh atau meliputi bagian-bagian tertentu saja dari

suatu populasi hewan atau tumbuhan. Pertumbuhan ikan sidat dalam wadah

Page 33: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

14

budidaya relatif lambat. Menurut Cholik et al. (2005), laju pertumbuhan dari elver

hingga ukuran konsumsi (25 cm) adalah 7 cm/ tahun. Dalam wadah budidaya

seekor elver membutuhkan waktu 12—18 bulan untuk mencapai ukuran 150—

200 gram. Elver yang rata-rata beratnya 1,6 gram dapat tumbuh menjadi benih

berukuran 52,60 gram dalam waktu 42 hari.

Pemeliharaan benih sidat pada tahap awal merupakan masa yang paling

sulit dengan tingkat kelangsungan hidup hanya 30—50% dan laju

pertumbuhannya sangat lambat yaitu kurang dari 3,1% (Yusup et al., 2015).

Pertumbuhan pada sidat dalam pemeliharaan benih atau elver umumnya sangat

lambat. Oleh karena itu diperlukan waktu yang lama untuk proses pembesaran

(Rahmawati et al., 2015). Faktor suhu sangat berpengaruh pada pertumbuhan.

Suhu yang disarankan untuk pembesaran sidat diatas 27°C. Suhu sangat

berpengaruh pada nafsu makan. Meningkatnya konsumsi pakan pada akan

menentukan laju pertumbuhan (Affandi et al., 2013).

2.3 Padat Penebaran

Padat penebaran benih merupakan banyaknya jumlah ikan yang

ditebarkan per satuan luas atau volume. Semakin tinggi padat penebaran benih,

semakin intensif tingkat pemeliharaannya (Mahyuddin, 2010). Padat penebaran

memiliki hubungan dengan pertumbuhan karena semakin banyak jumlah individu

per satuan luas kan mempengaruhi ruang gerak untuk aktivitas benih,

kandungan oksigen terlarut untuk melakukan respirasi dan kompetisi pakan yang

didapat tiap individu. Kebiasaan hidup benih sidat adalah bergerombol sehingga

dapat mengkonsumsi pakan secara bersamaan Namun, setiap makhluk hidup

memiliki batas toleran kepadatan untuk lingkungan hidupnya. Pada padat tebar

tertentu akan mempengaruhi pertumbuhan benih sidat. Padat tebar yang sesuai

akan menghasilkan pertumbuhan yang baik pula (Rahmawati et al., 2015).

Page 34: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

15

Menurut penelitian yang telah dilakukan Ilmiah (2014), pada perlakuan

padat tebar elver sidat (Anguilla marmorata) yang berbeda yaitu 2gr/l, 3gr/l, dan 4

gr/l dengan bobot awal saat tebar 7 gr/l, memberikan hasil padat tebar terbaik

pada 4gr/l yang menghasilkan laju pertumbuhan biomassa 3,89gr/hari dan

konversi pakan 1,16. Semakin tinggi padat tebar, maka respon ikan sidat

terhadap pakan juga tinggi. Ikan sidat mempunyai bagian yang sangat sensitif

terhadap getaran terutama di bagian samping. Bagian ini membantu pergerakan

sidat dan sebagai sinyal akan adanya pergerakan dari ikan sidat lain saat diberi

pakan. Jika ikan sidat dipelihara dalam padat tebar yang rendah, maka akan

kurang mendapatkan sinyal tersebut sehingga nafsu makan menurun. Didukung

oleh penelitian yang dilakukan oleh Fitria (2014), menggunakan Anguilla

marmorata mengatakan bahwa laju pertumbuhan biomassa terbaik diperoleh

saat elver ukuran awal 3 gram ditebar dengan kepadatan 4gr/l. Maka dapat

dirumuskan pada penelitian ini akan digunakan padat tebar 4gr/l dalam 5 liter air

per wadahnya.

2.4 Kualitas Air Pemeliharaan

Sidat dapat beradaptasi di daerah dengan suhu lingkungan 20—31°C.

Dalam pemeliharaan sidat pH optimal untuk pertumbuhan sebesar 5—7. Sidat

hidup dalam perairan dengan kadar garam terlarut antara 0—35 ppt. Salinitas

merupakan salah satu parameter yang paling berpengaruh terhadap

pertumbuhan sidat. Sidat menyukai habitat dengan salinitas rendah. Namun larva

sidat yang dipelihara pada salinitas 0 akan mengalami mortalitas yang tinggi. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Yusup et al. (2015), perbedaan tekanan dimana

tekanan osmotik lingkungan (air) lebih rendah disbanding tekanan osmotik cairan

tubuh sehingga sidat bersifat hyperosmotic akibatnya air cenderung masuk ke

dalam tubuh secara difusi dan menyebabkan pengenceran cairan tubuh.

Page 35: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

16

Menurut Suryono dan Badjoeri (2013), suhu yang sesuai untuk

pemeliharaan larva ikan sidat pada suhu 20—29°C. Kondisi suhu yang lebih

tinggi dari 30°C maupun kurang dari 10°C dapat mempengaruhi sensitivitas larva

sidat, yaitu dapat menghilangkan lendir (mucous) pada tubuh sidat dimana

keberadaan lendir tersebut mengandung zat anti bakteri salah satunya kelompok

bakteri protease seperti Cathepsins L dan B. Nilai pH yang baik untuk

pertumbuhan larva sidat adalah 5. Sedangkan untuk oksigen terlarut tidak kurang

dari 4 ppm. Rata-rata konsentrasi nitrit yang diperbolehkan dalam wadah

pemeliharaan tanpa sirkulasi adalah 0,04—0,1 mg/l sedangkan konsentrasi

ammonium yang diperbolehkan berkisar 2—3 mg/l. Konsentrasi nitrit maupun

ammonium di dasar wadah pemeliharaan akan lebih tinggi karena oksigen

terlarut yang rendah. Menurut Sutrisno (2008), selama periode awal kehidupan

(fase benih) ikan sidat masih terpengaruh oleh salinitas. Pada salinitas 0 ppt

diperoleh sintasan 58% sedangkan dengan adanya perlakuan salinitas 5 ppt

memberikan hasil sintasan terbaik sebesar 100%.

2.5 Hormon Triiodotironin (T3)

Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus terletak di bawah kartilago tiroid pada

bagian posterior dan anterior trakea. Kelenjar tiroid memiliki dua macam sel,

yaitu sel folikular dan sel parafolikular. Sel folikular adalah unit fungsional

kelenjar tiroid. Sel folikular menghasilkan hormon tiroksin (T4) dan hormon

triiodotironin (T3). Hormon ini berperan dalam katabolisme protein, lemak dan

karbohidrat dalam semua sel. Mengatur kecepatan metabolisme semua sel,

mengatur produksi panas tubuh, mempertahankan sekresi hormon pertumbuhan,

pematangan tulang dan mobilisasi kalsium (Baradero et al., 2009).

Hormon triiodotironin mengandung tiga atom yodium. Hormon ini

berperan dalam pertumbuhan, perkembangan dan laju metabolisme. Hormon ini

Page 36: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

17

dihasilkan oleh kerja kelenjar tiroid yang menyerap yodium dari dalam darah.

Menurut Sakdiah et al. (2003), larva gurami yang direndam dalam larutan

hormon triiodotironin mempunyai panjang total lebih besar daripada panjang total

ikan kontrol. Menurut Ostrader (2000), T3 juga merangsang peningkatan

ekspresi GH mRNA dan pelepasan growth hormone dari pituitari. Gambar rumus

bangun hormon triiodotironin disajikan pada gambar 4 sebagai berikut.

Gambar 4. Rumus Bangun Hormon Triidotironin (Campbell, 2004)

Setiap jenis hormon memiliki satu atau lebih efek fisiologis spesifik

terhadap jaringan sasaran. Berbagai jenis hormon akan masuk ke dalam darah,

namun tidak akan bercampur. Di dalam darah, molekul hormon tersebut akan

direspon dan diikat oleh jaringan spesifik. Kemudian akan terjadi interaksi antara

hormon dengan jaringan sasaran yang ditentukan oleh adanya reseptor sel yang

terletak di membran plasma sel. Masing-masing sel sasaran memiliki jumlah

reseptor yang berlainan untuk satu jenis hormon, yang bervariasi dari 100 atau

kurang sampai lebih dari sejuta reseptor per sel. Afinitas reseptor terhadap ligan

(senyawa yang berikatan dengan reseptor) harus tinggi karena sebagian besar

hormon beredar dalam darah dalam konsentrasi pikomolar sampai nanomolar.

Ranah pengikat ligan, terdapat di bagian ekstrasel dari membrane sel, terdiri dari

tujuh kumpulan residu asam amino heliks-α hidrofilik terpisah yang terentang

menembus membran (membrane spanning) dan menambatkan reseptor ke sel.

Agar aktivitas hormon dapat timbul, pengikatan hormon-reseptor ini harus di

transduksikan menjadi sinyal kimia pascareseptor di dalam sel. Sinyal ini

Page 37: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

18

menyebabkan respon fisiologis spesifik terhadap hormon bersangkutan di

jaringan sasaran, misalnya pengaktivan enzim atau sintesis protein baru untuk

pertumbuhan atau diferensiasi sel (Marks et al., 2000).

Gambar 5. Down-regulation Reseptor Permukaan Sel (Marks et al., 2000)

Hormon beredar di seluruh cairan tubuh termasuk di dalam darah.

Hormon yang berada dalam sirkulasi darah hanya mempengaruhi sel-sel tertentu

saja. Interaksi hormon menuju sel sasaran dibantu oleh reseptor hormon.

Gambar 6. Alur Hormonal Sederhana (Isnaeni, 2006)

Reseptor tersebut hanya berikatan dengan hormon tertentu atau analognya, yaitu

senyawa lain yang mempunyai gugus fungsional sangat mirip dengan gugus

Page 38: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

19

fungsional hormon yang dimaksud (Isnaeni, 2006). Di dalam darah, T3

bergabung dengan protein intrasel. Hormon ini mempengaruhi mitokondria, jadi

mempengaruhi metabolisme sel dan laju metabolik (Tambayong, 2000).

Tempat ikatan atau reseptor dari triiodotironin adalah sitoplasma,

mitokondria dan inti sel. Triiodotironin masuk ke dalam sel dan berikatan dengan

reseptor-reseptor dalam inti dan menimbulkan sebagian besar pengaruh pada

sintesis mRNA dan RNA. Tempat ikatan triiodotironin yaitu pada bagian

nonhiston protein kromatin. (Utomo, 2003). Di dalam pengubahan protein

makanan ini menjadi protein tubuh (pertumbuhan) dikenal adanya peran ARN-K

(asam ribose nukleat-kurir atau mRNA). Pemberian hormon triiodotironin ini akan

meningkatkan sintesis ARN-K di dalam sel, sehingga meningkatkan aktivitas

metabolisme (Pudji et al., 2002).

Gambar 7. Alur T3 dalam Sel (Neal, 2006)

Hormon T3 yang dilepaskan ke dalam sirkulasi peredaran darah, akan

bekerja pada reseptor (R) dalam membrane plasma dan pada reseptor

intraseluler. Selanjutnya akan masuk ke dalam mitokondria dan terjadi proses

pengubahan ADP menjadi ATP. Enzim yang terlibat dalam metabolisme energi,

akan mempengaruhi transkripsi gen sehingga pembentukkan mRNA menjadi

protein akan semakin cepat. Kemampuan ini lah yang membuat protein dapat

Page 39: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

20

dengan cepat menyusun sel baru dan mempengaruhi laju metabolisme atau

pertumbuhan (Neal, 2006)

Gambar 8. Reseptor Nuclear Hormon Tiroid (Fauci et al., 2008)

Setelah masuk sel, hormon tiroid bertindak terutama melalui reseptor

nuklear, meskipun mereka juga merangsang membran plasma dan respon

enzimatik mitokondria. Hormon tiroid berikatan dengan afinitas tinggi terhadap

reseptor hormon tiroid (TRs) nuclear alfa dan beta. Kedua TR diekspresikan

dalam sebagian besar jaringan. Kemudian terjadi pengubahan coA yang dapat

masuk ke dalam transkripsi gen. TRs mengandung DNA-binding domain

sentral dan ligand-binding domain C-terminal. Mereka mengikat urutan DNA

spesifik, yang disebut respon elemen tiroid (Tres), di daerah promoter gen target.

Reseptor berikatan sebagai homodimers dengan reseptor asam retinoat X

(RXRs). Reseptornya yang diaktifkan dapat menstimulasi transkripsi inti dari

sejumlah besar gen. Maka proses yang terlibat seperti enzim protein, protein

structural, protein transport, dan zat lainnya akan meningkat. Hasil akhir dari

semuanya adalah peningkatan menyeluruh aktivitas fungsional di seluruh tubuh

(Fauci et al., 2008).

Waktu paruh sirkulasi dari T4 (7 hari) dan T3 (sekitar 1 hari) lebih panjang

dari sebagian besar hormon. Deiodinase-5' juga mengubah T3 reversa (3,3',5'-L-

Page 40: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

21

triiodotironin) menjadi 3,3'-T2 (3,3'-diiodotiroin) (Anwar, 2005). Sedangkan

penelitian yang dilakukan Alan et al. (1976), kandungan hormon triiodotironin

dalam hati ayam terurai setelah 30 jam dari awal waktu pemberian. Hormon yang

digunakan memiliki merek Lyotiroic T3 produsen Keifei Singapura yang biasa

digunakan untuk mengobati Hypotiroid pada manusia dengan kandungan 0,025

mg T3 disetiap tabletnya beserta bahan preservatif warna dan perekat.

2.6 Pengaruh Hormon Triiodotironin terhadap Pertumbuhan

Menurut Herviani et al. (2003), panjang total ikan gurame yang dipelihara

selama delapan minggu telah direndam dalam larutan hormon triiodotironin

dosis 0,01 ppm sebesar 4,0 mm, dosis 0,1 ppm sebesar 33,9 mm dan dosis 1 ppm

sebesar 24,7 mm. Bobot rata-rata ikan gurame dosis 0,01 ppm sebesar 639,6 mg,

dosis 0,1 ppm sebesar 601,3 mg dan dosis 1 ppm sebesar 257,3 mg.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dosis hormon 0,01 ppm

memberikan pengaruh terhadap panjang total dan berat basah lebih besar

daripada kontrol. Hormon triiodotironin dapat merangsang pertumbuhan dan

mengurangi risiko kematian pada ikan. Sedangkan pada ikan traut coklat (Salmo

trutta) triiodotironin mempunyai potensi yang lebih besar dibandingkan dengan

tetraiodotironin di dalam merangsang pertumbuhan tulang (Promono, 2001).

Menurut Pudji dan Zairin (2002), penelitian dengan menggunakan

hormone triiodotironin yang dicobakan pada benih ikan betutu (Oxyeleotris

marmorata) yaitu 0,001; 0,01; 0,1; dan 1 ppm memberikan hasil pertumbuhan

tertinggi pada dosis 0,1 ppm. Memberikan pertumbuhan bobot mutlak selama 28

hari pemeliharaan sebesar 2,29 gram/individu. Menurut Degani dan Levanon

(2015), pemberiaan hormone triiodotironin pada ikan sidat (Anguilla japonica)

fase fingerling dalam pakan 2 kali sehari selama 84 hari memberikan

penambahan bobot mutlak sebesar 12 gram/individu.

Page 41: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

22

3. METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

3.1.1 Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan untuk penelitian tentang pertumbuhan ikan

sidat (Anguilla bicolor) pada fase elver dengan perendaman larutan triiodotironin

pada dosis yang berbeda adalah sebagai berikut:

Akuarium (30x20x30) cm volume 27 liter (15 buah)

Blower (1 buah)

Heater akuarium (5 buah)

T-aerasi (15 buah)

Batu aerasi (15 buah)

Selang plastik (7 meter)

Shelter pipa paralon (2 meter)

Akuarium penampungan/ aklimatisasi (1 buah)

Kantung plastik 10 liter (15 buah)

Baskom plastik (15 buah)

Karet gelang (45 buah)

Seser (1 buah)

Serbet (1 buah)

Nampan (2 buah)

Pisau (1 buah)

Toples plastik 30 liter (12 buah)

Toples plastic 2 liter (1 buah)

Penggaris (1 buah)

Timbangan digital (1 buah)

Page 42: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

23

DO meter (1 buah)

pH meter (1 buah)

Salinometer (1 buah)

Mortar dan Alu (1 buah)

Botol Film (4 buah)

Kabel roll

Box Sterofoam (3 buah)

Spatula (3 buah)

Sentrifuge dingin 8°C (1 buah)

Erlenmeyer/ Beakerglass 50 ml (12 buah)

3.1.2 Bahan Penelitian

Elver ikan sidat (Anguilla bicolor) yang digunakan akan diperoleh dari PT.

Banyu Laju Semesta, Bogor yang kemudian akan dibawa ke lokasi penelitian.

Jumlah elver yang dibutuhkan 250 ekor dengan ukuran berat 5—6 gram.

Menurut Degani et al. (1985), bobot tubuh diatas 3 gram merupakan bobot

dengan laju pertumbuhan yang cepat ketika diberikan pakan buatan ataupun

campuran. Sebelum proses pemeliharaan akan dilakukan proses aklimatisasi

selama 3 hari dengan perbandingan air dari daerah asal dan air laboratorium

reproduksi 1:1 selama 3 hari. Sebelumnya elver yang akan dimasukkan ke kolam

pemeliharaan, akan diapungkan terlebih dahulu selama 1—2 jam dalam kantung

plastik. Larutan hormon Triiodotironin (Liothyroic T3) dalam bentuk padat

sebanyak 5 mg diperoleh dengan cara menghaluskan sebelumnya dengan

mortar dan alu Kemudian setiap dosis dimasukkan masing-masing ke dalam

botol film. Lalu hormon dilarutkan dengan menggunakan dimetilsulfoksida

(DMSO) dengan perbandingan 20mg T3/ml DMSO (Pramono, 2001). Adapun

bahan lain yang diperlukan adalah sebagai berikut:

Page 43: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

24

Air tawar

Pakan Pasta (3 kg)

Oksigen (1 tabung)

Kertas label (1 pack)

Spuit 1 cc (14 buah)

Akuades (3 liter)

DMSO (2 ml)

Tissue

Kertas saring

Plastik bening (1 pack)

Pipet tetes (4 buah)

Benang kasur (1 gulung)

Testkit Nitrit (2 kotak)

Testkit Amoniak (2 kotak)

PBS (12 ml)

Apendorf tube 1,5 ml (12 buah)

Vacutainer (12 buah)

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara berfikir, berbuat yang dipersiapkan dengan

baik-baik untuk mengadakan penelitian, dan untuk mencapai suatu tujuan

penelitian. Metode yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur, alat dan

desain penelitian yang digunakan. Metode penelitian yang akan dilaksanakan

adalah metode eksperimental. Metode ini bersifat menguji pengaruh satu atau

lebih variabel terhadap variabel lain. Variabel yang mempengaruhi

dikelompokkan sebagai variable bebas dan variabel yang dipengaruhi

dikelompokkan sebagai variabel terikat (Hamdi dan Bahruddin, 2014).

Page 44: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

25

Metode eksperimental adalah suatu metode penelitian dimana seseorang

akan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya. Proses ini

termasuk mengamati suatu objek, keadaan atau suatu proses. Hasil dari

perlakuan percobaan akan dibandingkan dengan data kontrol, untuk mengetahui

apakah penelitian tersebut memiliki hasil yang lebih efektif dibandingkan dengan

perlakuan kontrol (Gulo, 2000).

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalan rancangan percobaan

Rancangan Acak Lengkap. Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan untuk

percobaan yang mempunyai media atau tempat percobaan yang seragam atau

homogen, sehingga RAL banyak digunakan untuk percobaan laboratorium,

rumah kaca, dan peternakan. Karena media homogen, maka media atau tempat

percobaan tidak memberikan pengaruh pada respon yang diamati. Rancangan

yang dipakai terdiri dari 3 perlakuan dosis hormon (0,5 ppm, 1 ppm, dan 1,5 ppm)

ditambah kontrol dan masing-masing dilakukan 3 kali ulangan. Dimana dosis

yang digunakan berasal dengan merujuk penelitian Sakdiah et al. (2003) dan

Herviani et al. (2003) yang menggunakan hormon triiodotironin pada ikan gurami

(Osphronemus gouramy) dengan dosis 0,001; 0,01; 0,1 dan 1 ppm dimana dosis

terbaik diperoleh pada dosis 0,1 dan 1 ppm. Maka dosis tersebut diuji cobakan

terlebih dahulu pada elver sidat dalam Penelitian Pendahuluan selama 28 hari

dan didapatkan hasil terbaik pada dosis 0,1 dan 1 ppm, namun nilai yang

dihasilkan dari setiap dosis memiliki nilai yang tidak berbeda nyata sehingga

menghasilkan titik determinasi pada kurva yang berdekatan. Maka dari itu

diujikan pada penelitian inti dengan menggunakan dosis yang memiliki rentang

lebih jauh agar dapat dianalisis dan dilihat perbedaannya. Dapat dilihat tabel

rancangan penelitian sebagai berikut.

Page 45: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

26

Tabel 5. Tabel Rancangan penelitian

Perlakuan Dosis Ulangan

1 2 3

0,5 ppm (A) A1 C3 B2

1 ppm (B) C2 A3 B1

1,5 ppm (C) B3 C1 A2

Gambar 9. Denah Penelitian

Gambar 10. Susunan akuarium sesuai denah penelitian

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Persiapan Wadah dan Peralatan

Wadah penelitian yang digunakan adalah 12 buah akuarium berukuran

(30x 20 x 30) cm volume 27 liter. Akuarium ini dibersihkan terlebih dahulu

dengan dicuci dengan sabun dan dikeringkan dibawah sinar matahari. Kemudian

C3 B2 A1

B1 A3

C1 A2

C2

B3

Page 46: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

27

masing-masing akuarium akan dilapisi dengan trashbag atau kantong plastik

hitam di keempat sisi akuarium. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat stress

dari sinar matahari, lampu, dan pergerakan manusia. Selanjutnya disusun pada

rak besi 2 tingkat, ditiap tingkatnya terdapat 6 buat akuarium. Lalu diberi label

sesuai dengan denah rancangan percobaan. Langkah selanjutnya adalah

pengisian air sebanyak 15 liter pada masing-masiang akuarium. Air ini

sebelumnya telah diendapkan sehari pada akuarium penampungan air.

Kemudian dilakukan pemasangan pipa paralon 1,5 inchi pada bagian atas rak

untuk aliran oksigen dari blower ke tiap akuarium. Pada badan pipa dibuat 12

lubang dengan menggunakan solder untuk tempat T-aerasi. Lalu dipasang

selang aerasi yang panjang nya disesuaikan untuk mencapai ke masing-masing

akuarium. Kemudian dipasang batu aerasi dan blower dihidupkan. Dilakukan

aerasi selama 24 jam sebelum sidat yang telah mengalami proses perendaman

hormone dimasukkan. Lalu masukkan 2 pipa paralon ukuran 3 inchi sepanjang

10 cm yang digunakan sebagai shelter atau tempat persembunyian sidat pada

masing-masing akuarium. Langkah terakhir adalah menutup sekeliling bagian rak

dengan kantong plastik hitam.

3.4.2 Pemeliharaan Awal Elver Sidat

Sebelum proses pemeliharaan akan dilakukan proses aklimatisasi selama

3 hari. Pada proses awal ini, sidat akan dipelihara pada akuarium penampungan

awal dengan ukuran (150x40x60) cm. Akuarium ini sebelumnya dicuci terlebih

dahulu dengan sabun, dibilas hingga bersih dan dikeringkan dibawah sinar

matahari. Selanjutnya dilakukan pengisian air sebanyak 60 liter dan dipasang 3

buah aerator dengan total 6 selang aerasi. Lalu diberi Elbayou 5—10 gram untuk

mencegah adanya jamur atau bakteri pada akuarium pemeliharaan awal. Setelah

itu didiamkan selama 24 jam. Kemudian elver yang masih berada dalam kantung

plastik pertama-tama akan diapungkan selama 2 jam kemudian kantung dibuka

Page 47: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

28

dan elver dibiarkan keluar perlahan. Perbandingan air pada wadah

penampungan 1:1 dengan air daerah asal dan laboratorium reproduksi. Setelah

itu elver dipuasakan selama 2 hari untuk mengadaptasikan elver yang masih

stress dari perjalanan dan belum mau makan. Setelah nafsu makannya

meningkat dan mortalitasnya stabil barulah elver dapat dilakukan treatment

perendaman hormon. Elver yang telah diaklimatisasi akan dilakukan perendaman.

3.4.3 Perendaman Elver dalam Larutan Hormon Triiodotironin

Elver yang akan dijadikan objek penelitian terlebih dahulu akan dilakukan

sampling awal untuk melihat morfologi elver yang sehat dan tidak cacat.

Kemudian akan diambil 180 ekor elver dan dilakukan penimbangan dan

pengukuran panjang tubuh awal. Sebelum direndam elver akan dipuasakan

terlebih dahulu selama 1 hari untuk menghindari adanya feses pada saat

perendaman. Perendaman dilakukan dengan menggunakan 12 kantung plastik

panen ukuran 10 liter yang diisi air 1 liter dan diberikan larutan hormon sesuai

dosis dan ulangan yang ditentukan. Perlakuan dosis hormon yang diberikan

adalah 0,5 ppm, 1 ppm dan 1,5 ppm. Dosis ini awalnya mengacu pada penelitian

Herviani et al. (2003) yang menggunakan dosis (0; 0,1; 0,01; 0,001 dan 1) ppm.

Namun setelah melakukan penelitian pendahuluan dosis ini memberikan

pengaruh yang tidak berbeda nyata dan memberikan rentang hasil pertumbuhan

yang tidak berbada jauh. Maka dari itu penggunaan dosis 0,5 ppm, 1 ppm dan 1,5

ppm diharapkan dapat memberikan pengaruh dan nilai optimal terhadap

pertumbuhan elver sidat. Lalu kantung plasik digoyangkan untuk

menghomogenkan hormon. Setelah itu dimasukkan 15 ekor elver pada masing-

masing kantung. Pada kantung plastik ini diberi tekanan oksigen terlarut

berbanding volume air yaitu 5:1 dengan konsentrasi oksigen terlarut maksimal 7

ppm. Selanjutnya kantung plastik diikat dengan karet gelang dan diletakkan dalam

box sterofoam secara horisontal dan didiamkan selama 8 jam. Dicatat jam

Page 48: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

29

dimulainya perendaman yaitu jam 12.30 WIB. Waktu ini adalah waktu yang

diperlukan untuk hormon triiodotironin dapat diabsorsi ke dalam tubuh sidat.

Setiap 2 jam sekali kantung ini akan digoyangkan untuk mencegah

mengendapan hormon pada dasar kantung plastik. Setelah 8 jam yaitu pukul

20.30 WIB, elver dari masing-masing kantung akan dipindahkan ke wadah

akuarium untuk dipelihara selama 42 hari. Elver diambil dari masing-masing

kantung dengan seser dan 15 ekor dipindahakan ke dalam akuarium sesuai

dengan label denah penelitian pastikan larutan hormon tidak terbawa agar air

dalam akuarium tidak keruh. Skema perendaman elver selama 8 jam dapat

dilihat pada gambar 10 sebagai berikut.

Gambar 11. Skema Perendaman Elver selama 8 Jam

Gambar 12. Proses perendaman elver pada larutan hormone T3

1 ppm

1,5 ppm

15 ekor 1 liter air 1 mg T3

15 ekor 1 liter air 1,5 mg T3

0,5 ppm

15 ekor 1 liter air 0,5 mg T3

Page 49: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

30

3.5 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan penimbangan berat awal (W0)

dan pengukuran panjang awal (L0). Elver yang telah direndam dengan hormon

triiodotironin (T3) selanjutnya dipindahkan ke masing-masing akuarium

pemeliharaan dengan seser. Jenis pakan yang diberikan adalah pasta yang

dicampurkan air dan dibentuk bulat. Diberikan 2 kali sehari yaitu jam 08.00, dan

16.00 dengan ransum pakan 3.5% bobot tubuh (Degani et al., 1984). Menurut

Redaksi Agromedia (2012), pakan diberikan dengan frekuensi 3—4 kali sehari

sebanyak 3% dari total bobot ikan.

Kualitas air selama pemeliharaan akan dipertahankan pada suhu 24—

28°C, DO >4 ppm, dan pH 6,5—7,5. Dilakukan pengukuran kualitas air (suhu,

DO pH) setiap pagi pukul 04:00 dan siang hari pukul 14:00 serta konsentrasi nitrit

dan amoniak dengan testkit setiap seminggu sekali. Dilakukan penyifonan setiap

hari dengan pergantian air 50—80% dari total volume awal. Pengukuran panjang

dan bobot mingguan dilakukan dua minggu sekali dengan sampel sebanyak 7

ekor. Pengukuran panjang dan bobot mutlak dilakukan pada awal hari

pemeliharaan dan setelah 42 hari pemeliharaan. Pengujian ELISA dilakukan

setelah 4 hari pemeliharaan.

3.6 Parameter Uji

3.6.1 Parameter Utama

A. Bobot Tubuh

Pengukuran parameter utama bobot tubuh meliputi pertumbuhan rata-rata

harian, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan mutlak dan mingguan.

Pengambilan sampel untuk pengukuran dilakukan dalam dua minngu sekali.

Dalam sekali pengukuran, diambil 7 sampel untuk mewakili 15 individu yang ada

dalam satu populasi akuarium. Sehari sebelum pengambilan sampel biasanya

Page 50: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

31

sidat akan dipuasakan terlebih dahulu agar pada saat pengukuran sidat tidak

mengeluarkan feses dan lendir yang terlalu banyak. Langkah awal yang

dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang meliputi 12 toples plastik

ukuran 30 liter sebagai wadah pengukuran bobot, 12 aerator untuk suplai

oksigen selama proses sampling, seser untuk mempermudah proses

pengambilan elver, toples plastik 2 liter sebagai wadah penimbangan, timbangan

digital ketelitian 10-2 untuk mengukur bobot tubuh elver. Selanjutnya persiapkan

12 toples 30 liter yang telah dicuci bersih kemudian masing-masing toples diisi air

sebanyak 3 liter dan diberi aerasi. Kemudian diambil seluruh sidat yang berada di

akurium dengan seser dan dipindahkan ke dalam toples. Siapkan timbangan

digital dengan ketelitian 10-2 yang akan dijadikan instrumen penimbangan.

Colokkan kabel ke stopkontak dan tekan tombol On, letakkan toples plastic

ukuran 2 liter sebgai wadah penimbangan. Pastikan wadah penimbangan ini

selalu kering untuk penimbangan. Lalu tekan tombol zero agar berat toples tidak

terukur. Selanjutnya sidat dari toples dipindahkan dengan seser, usahan tidak

ada atau minimalisir air yang terbawa dalam penimbangan dengan bantuan lap

basah atau tisue. Setelah semua individu sidat masuk ke dalam toples, catat

hasil yang terukur dan masukkan data ke dalam form pengukuran. Sidat yang

telah selesai diukur lalu dikembalikkan kedalam masing-masing akuarium.

Biasanya, setelah dilakukan penimbangan sidat akan mengalami sedikit stress

dengan tanda mengeluarkan lendir yang cukup banyak. Nafsu makannya juga

menjadi berkurang, maka dari itu sidat yang telah diukur biasanya akan

dipuasakan selama 8 jam.

- Pertumbuhan Rata-rata Bobot Harian

PRH = Wt−W0

t

Keterangan: PRH = Pertumbuhan Rata-rata Harian bobot individu (g/ hari)

Page 51: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

32

Wt = Bobot akhir (g)

W0 = Bobot awal (g)

t = Periode pemeliharaan (hari)

- Laju Pertumbuhan Bobot Harian Spesifik

α = ln(Wt)− ln (W0)

t x 100%

Keterangan: α = Laju pertumbuhan harian bobot individu (%/ hari)

Wt = Bobot akhir (g)

W0 = Bobot awal (g)

t = Periode pemeliharaan (hari)

- Pertumbuhan Bobot Mutlak

PBM = Wt – W0

Keterangan: PM = Pertumbuhan bobot mutlak (g)

Wt = Bobot rata- rata pada akhir pemeliharaan (g)

W0 = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g)

- Pertumbuhan Bobot Mingguan

PM = Wt – W0

Keterangan: PM = Pertumbuhan bobot mingguan (g/ minggu)

Wt = Bobot rata- rata pada akhir mingguan (g)

W0 = Bobot rata-rata pada awal mingguan (g)

Gambar 13. Proses pengukuran bobot tubuh

Page 52: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

33

B. Panjang Tubuh

Pengukuran parameter utama panjang tubuh meliputi pertumbuhan rata-

rata harian, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan mutlak dan mingguan.

Pengambilan sampel untuk pengukuran dilakukan dalam dua minngu sekali.

Dalam sekali pengukuran, diambil 7 sampel untuk mewakili 15 individu yang ada

dalam satu populasi akuarium. Sehari sebelum pengambilan sampel biasanya

sidat akan dipuasakan terlebih dahulu agar pada saat pengukuran sidat tidak

mengeluarkan feses dan lendir yang terlalu banyak. Langkah awal yang

dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang meliputi nampan sebagai alas

pengukuran, benang kasur untuk mempermudah melakukan pengukuran

panjang tubuh dan girth, penggaris sebagai instrumen pengukuran panjang,

toples 30 liter sebagai wadah sidat saat pengukuran serta tisue untuk

mempermudah handling saat pengambilan sampel. Selanjutnya persiapkan 12

toples 30 liter yang telah dicuci bersih kemudian masing-masing toples diisi air

sebanyak 3 liter dan diberi aerasi. Lalu ambil 7 sampel sidat dari masing-masing

akuarium dengan seser dan letakkan dalam toples. Sidat diambil satu per satu

dan diletakkan dalam nampan, pastikan nampan kering dan gunakan tisue untuk

mengurangi pergerakan sidat selama pengukuran. Selanjutnya sidat diukur

dengan menggunakan benang kasur mengikuti panjang tubuhnya dimulai dari

ujung kepala sampai dengan ujung ekor. Kemudian dicocokkan dengan

penggaris untuk mengetahui panjang tubuh sidat dalam satuan cm. Setelah itu

dimasukkan data dalam form pengukuran. Sidat yang telah selesai diukur lalu

dikembalikkan kedalam masing-masing akuarium. Biasanya, setelah dilakukan

pengukuran sidat akan mengalami sedikit stress dengan tanda mengeluarkan

lendir yang cukup banyak. Nafsu makannya juga menjadi berkurang, maka dari

itu sidat yang telah diukur biasanya akan dipuasakan selama 8 jam. Perhitungan

parameter pertumbuhan panjang dapat dilihat pada rumus-rumus berikut.

Page 53: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

34

- Pertumbuhan Rata-rata Panjang Harian

PRH = Lt−L0

t

Keterangan: PRH =Pertumbuhan Rata-rata Harian panjang individu (cm/hari)

Lt = Panjang akhir (cm)

L0 = Panjang awal (cm)

t = Periode pemeliharaan (hari)

- Laju Pertumbuhan Panjang Harian Spesifik

α = ln(Lt)− ln (L0)

t x 100%

Keterangan: α = Laju pertumbuhan harian panjang individu (%/ hari)

Lt = Panjang rata-rata pada akhir pemeliharaan (cm)

L0 = Panjang rata-rata pada awal pemeliharaan (cm)

t = Periode pemeliharaan (hari)

- Pertumbuhan Panjang Mutlak

PLM = Lt – L0

Keterangan: PM = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)

Lt = Panjang rata-rata pada akhir pemeliharaan (cm)

L0 = Panjang rata-rata pada awal pemeliharaan (cm)

- Pertumbuhan Panjang Mingguan

PM = Lt – L0

Keterangan: PM = Pertumbuhan panjang mingguan (cm/ minggu)

Lt = Panjang rata-rata pada akhir pemeliharaan (cm)

L0 = Panjang rata-rata pada awal pemeliharaan (cm)

Gambar 14. Proses pengukuran panjang tubuh dan girth

Page 54: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

35

C. Kelangsungan Hidup

Pengamatan kelangsungan hidup dilakukan dengan cara menghitung

jumlah individu diawal pemeliharaan dan diakhir pemeliharaan (hari ke-42)

kemudian menghitung persentase kelangsungan hidup dengan rumus sebagai

berikut

SR = Nt

N0 x 100%

Keterangan: SR = Tingkat Kelangsungan Hidup (%)

Nt = Jumlah elver akhir penelitian (ekor)

N0 = Jumlah elver awal penelitian (ekor)

D. ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay)

Pengujian ELISA dilakukan pada hari keempat pemeliharaan dengan

tujuan untuk mengetahui waktu urai, dengan arti empat hari setelah perendaman

hormone tersebut telah terurai atau masih terdapat di dalam tubuh. Keberadaan

hormone didalam tubuh ini juga dapat dijadikan acuan bahwa nantinya laju

pertumbuhan elver disebabkan nyata karena perendaman dalam larutan

hormone triiodotironin (T3). Dalam pengujian ELISA dilakukan 2 tahap utama

yaitu isolasi protein yang dilakukan di Laboratorium Budidaya Perairan divisi

Reproduksi Ikan dan uji ELISA yang dilakukan di Rumah Sakit Saiful Anwar

Malang. Pertama-tama siapkan alat dan bahan untuk isolasi protein berupa

nampan, tisue, sectio set, pisau, mortar alu, spatula, apendorf tube 1,5 ml, rak

apendorf tube, spuit, PBS, vacutainer, dan alat sentrifuge dingin.

Dalam tahap isolasi protein langkah awal yang harus dilakukan adalah

mengambil sidat dari masing-masing unit percobaan lalu diletakkan di dalam

kantung plastic bening. Kemudian satu per satu sidat dibedah dengan section set

untuk diambil dagingnya. Cara nya adalah dengan memotong bagian kepalanya

terlebih dahulu, kemudian dibedah secara vertikal mulai dari lubang urogenital

Page 55: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

36

kearah kepala. Setelah itu hilangkan bagian kulit terlebih dahulu dan ambil

bagian dagingnya saja. Pastikan bagian tulangnya tidak ikut terbawa. Lalu

haluskan daging pada mortar alu sampai benar-benar lunak dan ambil 0,75 gram

daging yang telah dihaluskan. Letakkan pada apendorf tube ukuran 1,5 ml

dengan bantuan spatula lalu tambahkan PBS sebanyak 1 ml dengan spuit.

Selanjutnya beri label dan letakkan pada rak apendorf tube. Kemudian tahap

selanjutnya adalah disentrifuge untuk mengambil cairan supernatan nya.

Gambar 15. Proses Isolasi protein untuk uji ELISA

Tahap untuk pengoperasian sentrifuge dingin sebagai berikut:

Dipasang kabel pada stopkontak dan tekan tombol ON-OFF

Diatur suhu pada rentang 5—8°C

Ditekan tanda bintang untuk cooling start sampai lampu nyala dan

berkedip, tekan start untuk memulai

Ditunggu sampai suhu mencapai sesuai yang diinginkan, tekan stop

Dibuka sentrifuge dan masukkan sampel dengan posisi yang seimbang,

tutup kembali sentrifuge dengan benar.

Diatur kecepatan 3000 rpm dan atur waktu 10 menit, tekan start

Page 56: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

37

Ditunggu proses sentrifuge berjalan, tekan stop saat proses sentrifuge

sudah selesai

Dibuka tutup dan ambil sempel, letakkan kembali pada rak apendorf tube

Ditutup kembali tekan ON-OFF dan cabut stop kontak.

Sampel yang telah diambil dari sentrifuge, dibuka dan diambil satu per satu

supernatannya dengan spuit kemudian dimasukkan dalam vacutainer kuning

yang telah berisi reagent. Setelah proses ini vacutainer akan dimasukkan pada

kotak sterofoam dengan es kering untuk di uji ke Rumah Sakit Saiful Anwar

Malang.

Selanjutnya dilakukan pengujian konsentrasi hormon triiodotironin.

Secara keseluruhan proses ini berlangsung selama 18 menit. Pada tahap

inkubasi pertama sebanyak 30 µLsampel dan antibodi spesifik T3 yang berlabel

rutenium kompleks. T3 terikat dilepaskan dari protein pengikat pada sampel

dengan inkubasi ANS. Kemudian dilakukan inkubasi kedua, setelah penambahan

T3 biotinilasi berlapis streptavidin, mikropartikel dan situs pengikat bebas yang

bebas dari antibodi menjadi terisi, dengan pembentukan kompleks antibodi-

hapten. Seluruh kompleks menjadi terikat pada fase padat melalui interaksi

biotin dan streptavidin. Campuran reksi tersebut kemudian disedot ke dalam sel

pengukur dimana mikropartikel ditangkap secara magnetis ke permukaan

elektroda. Zat-zat yang tidak terikat kemudian dilepaskan dengan

ProCeWProCell M. Penggunaan voltase ke elektroda akan menginduksi emisi

chemiluminescent yang diukur dengan hasil photomultiplier ditententukan melalui

kurve kalibrasi yang merukan instrumen khusus, yang dihasilkan dengan

kalibrasi 2 titik dan kurva master yang dibaca melalui kode batang reagen.

Kemudian dilihat konsentrasi T3.

Page 57: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

38

Hal ini serupa dengan hal yang dilakukan oleh Rachmawati dan Susilo

(2011), ketika melakukan metode ELISA dengan pengambilan sampel darah.

ikan diukur bobot dan panjangnya kemudian diambil darahnya melalui pembuluh

darah kaudal menggunakan spuit berukuran 1 ml. Darah yang diperoleh

dimasukkan ke dalam tabung ependorf. Setelah itu disentrifugasi selama 15

menit dengan kecepatan 3500 rpm untuk mendapatkan serum. Serum darah

yang dihasilkan dimasukkan ke dalam tabung ependorf dan disimpan pada suhu

–20°C dan digunakan untuk analisis kadar hormon steroid dengan metode ELISA.

Dilakukan pengujian Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA)

dengan panjang gelombang 405 nm setelah 4 hari perendaman hormon. Uji

ELISA merupakan salah satu metode yang sederhana, mudah dilakukan,

sensitive, akuran, dan dapat digunakan untuk menguji sampel dalam jumlah

banyak. Cara kerja uji ELISA didasarkan pada konjugasi antara virus, antibodi,

dan enzim dengan menambahkan substrat pewarna (Pitojo, 2004). Di akhir masa

pemeliharaan, sampel elver akan dilakukan pengujian ada atau tidaknya hormon

triiodotironin pada daging, yang menandakan bahwa penambahan pertumbuhan

baik panjang mauput berat merupakan pengaruh dari perendaman hormon

triiodotironin. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan 3,0 gram

daging yang dihomogenkan dengan 9 ml larutan serum bovine albumin dengan

Potter-Elvehjem-Homogenised 1200 rpm selama 30 detik (Kralik et al., 1996).

3.6.2 Parameter Penunjang

Pengukuran parameter kualitas air merupakan salah satu hal penting

yang menunjang kehidupan sidat. Untuk mengontrol parameter kualitas air

secara optimal, maka dilakukanlah pengujian kualitas air secara berkala.

Pengukuran ini termasuk parameter fisik berupa suhu perairan dan parameter

kimia berupa DO, pH, nitrit dan amonium.

Page 58: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

39

A. Suhu

Pengukuran suhu pada akuarium dilakukan dengan menggunakan DO

meter yang juga menampilkan indikator suhu. Waktu pengukurannya dilakukan

pada jam 04.00 WIB dan 14.00 WIB. Caranya adalah buka tutup DO meter

kemedian celupkan ujung DO meter ke air sedalam 3 cm kemudian tunggu

sampai terlihat hasil pengukuran suhu pada layar. Catat hasilnya pada form.

Gambar 16. Proses pengukuran suhu

B. Oksigen terlarut (DO)

Pengukuran DO pada akuarium dilakukan dengan menggunakan DO

meter. Waktu pengukurannya dilakukan pada jam 04.00 WIB dan 14.00 WIB.

Caranya adalah buka tutup DO meter kemedian celupkan ujung DO meter ke air

sedalam 3 cm kemudian tunggu selama 1—2 menit sampai terlihat hasil

pengukuran DO pada layar. Catat hasilnya pada form pengukuran.

Gambar 17. Proses pengukuran DO

Page 59: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

40

C. Derajat keasaman (pH)

Pengukuran pH pada akuarium dilakukan dengan menggunakan pH

meter. Waktu pengukurannya dilakukan pada jam 04.00 WIB dan 14.00 WIB.

Caranya adalah dengan mengkalibrasi terlebih dahulu ujung pH meter dalam

akuades kemudian celupkan ke dalam perairan sekitar 3 cm. Lalu tunggu sampai

nilai pH tampak pada layar. Catat hasilnya pada form pengukuran.

Gambar 18. Proses pengukuran pH

D. Nitrit

Pengukuran nitrit pada akuarium dilakukan dengan menggunakan teskit

nitrit. Waktu pengukurannya dilakukan sepuluh hari sekali. Caranya adalah

dengan menyiapkan 12 wadah ukur berupa beakerglass atau erlenmeyer ukuran

50 ml yang sudah diberi label satu per satu. Kemudian ambil air dari akuarium

sebanyak 5 ml dan letakkan pada gelas ukur. Setelah itu tambahkan nitrit

indikator nomer 1 sebanyak 5 tetes dan homogenkan. Lalu tambahkan kembali

nitrit indikator nomer 2 sebanyak 5 tetes dan homegenkan.

Gambar 19. Proses pengukuran nitrit

Page 60: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

41

Tunggu selama 5 menit dan air akan mengalami perubahan warna.

Cocokkan warna air pada kertas indikator dan catat hasil pengukurannya pada

form pengukuran.

E. Amonium

Pengukuran amonium pada akuarium dilakukan dengan menggunakan

teskit amonium. Waktu pengukurannya dilakukan sepuluh hari sekali. Caranya

adalah dengan menyiapkan 12 wadah ukur berupa beakerglass atau erlenmeyer

ukuran 50 ml yang sudah diberi label satu per satu. Kemudian ambil air dari

akuarium sebanyak 10 ml dan letakkan pada gelas ukur. Setelah itu tambahkan

amonium indikator nomer 1 sebanyak 6 tetes dan homogenkan. Lalu tambahkan

kembali amonium indikator nomer 2 sebanyak 6 tetes dan homegenkan.

Kemudian tambahkan kembali amonium indikator nomer 3 sebanyak 6 tetes.

Tunggu selama 5 menit dan air akan mengalami perubahan warna. Cocokkan

warna air pada kertas indikator dan catat hasil pengukurannya pada form

pengukuran.

Gambar 20. Proses pengukuran ammonium

3.7 Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa secara statistik dengan

menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) sesuai dengan rancangan

percobaan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap. Apabila dari data sidik

ragam diketahui bahwa perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata

Page 61: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

42

(significant) atau berbeda sangat nyata (highly significant), maka untuk

membandingkan nilai antar perlakuan dilanjutkan dengan uji BNT (beda nyata

terkecil) dan regresi.

Page 62: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

43

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Rata-Rata Harian

Pertumbuhan bobot rata-rata harian adalah pertambahan berat setiap

individu yang merupakan selisih bobot akhir dan bobot awal selama waktu

pemeliharaan. Menurut Harianto (2014), pertumbuhan biomassa merupakan

selisih atara biomassa akhir dengan biomassa awal terhadap waktu

pemeliharaan. Dari hasil pemeliharaan elver sidat selama 42 hari dengan

perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin (T3) dengan dosis yang

berbeda, diperoleh data pertumbuhan bobot harian pada Tabel 6 Lampiran 7.

Tabel 6. Pertumbuhan bobot rata-rata harian (gram/hari)

Perlakuan Ulangan

Total Rerata Standar Deviasi 1 2 3

A (0.5 ppm) 0.16999 0.27638 0.23301 0.67938 0.22646 0.10119 0.06782

0.01353 0.00270 B (1 ppm) 0.08887 0.12850 0.08621 0.30359

C (1.5 ppm) 0.06623 0.07995 0.05729 0.20348 0.00118

Total 1.18646

Hasil perhitungan pertumbuhan bobot rata-rata harian pada elver sidat

pada perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin (T3) diperoleh hasil

pertumbuhan tertinggi pada perlakuan A dengan dosis hormon T3 0,5ppm yaitu

sebesar 0,22646 gram/ hari, sedangkan pertumbuhan terendah pada perlakuan

C dengan dosis hormon T3 1,5ppm yaitu sebesar 0,06782 gram/hari.

Tabel 7. Analisa Keragaman pertumbuhan bobot rata-rata harian

Sumber

Keragaman Db JK KT

Uji F

F hitung

F Tabel

5%

F Tabel 10%

Perlakuan 2 0.041970 0.020985

17.717** 5.14 10.92 Galat 6 0.007107 0.001184

Tota 8 0.049076

Keterangan: * Berbeda Nyata

Page 63: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

44

Berdasarkan dari analisa keragaman pertumbuhan bobot rata-rata harian

(Tabel 7) menunjukkan bahwa F hitung (17,7171) lebih besar dari F tabel 5% dan

1%, yang berarti berbeda nyata. Pemberian larutan hormon triiodotironin (T3)

ternyata memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan

bobot rata-rat harian elver sidat (Anguilla bicolor).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk mengetahui perlakuan mana

yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot rata-rata harian dapat dilihat

pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji BNT Pertumbuhan bobot rata-rata harian

Notasi C B A

Notasi 0.067829 0.101198 0.226463

C 0.067829 0.0000000 A

B 0.101198 0.033369ns 0.0000000 A

A 0.226463 0.158634** 0.125265** 0.000000 B

Berdasarkan hasil uji BNT, perlakuan A (0,5 ppm) memberikan pengaruh

berbeda nyata terhadap perlakuan B (1 ppm) dan perlakuan C (1,5 ppm). Jika

dibandingkan hasil B (1 ppm) dan C (1,5 ppm) tidak berbeda nyata, meskipun

perlakuan B (1 ppm) memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perlakuan C (1,5

ppm).

Untuk mengetahui respon tiap perlakuan maka dilanjutkan dengan uji

polynomial orthogonal yang ditunjukkan pada Gambar 21.

Gambar 21. Grafik Pertumbuhan rata-rata bobot harian (gram/hari)

y = 0.290 - 0.158xR² = 0.769

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0 0.5 1 1.5 2

Pe

rtu

mb

uh

an b

ob

ot

rata

-ra

ta h

aria

n (

gram

/har

i)

Dosis Hormon Triiodotironin (T3)

Series1

Linear (Series1)

Page 64: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

45

Berdasarkan pada Gambar 21, dapat diketahui bahwa hubungan antara

pemeliharaan perlakuan perendaman pada larutan hormon triiodotironin (T3)

dengan dosis yang berbeda dengan pertumbuhan bobot rata-rata harian elver

sidat (Anguilla bicolor) adalah linear dengan persamaan y= 0,290 -0,158x

dengan koefisien determinasi R2= 0,769, artinya 77% pertumbuhan bobot rata-

rata harian elver sidat dipengaruhi oleh kinerja hormon triiodotironin (T3).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama 42 dengan

perlakuan perendaman hormon triiodotironin (T3) dengan dosis yang berbeda,

pada perlakuan A (0,5 ppm), B (1 ppm) dan C (1,5 ppm) memberikan rata-rata

pertumbuhan bobot rata-rata sebesar 0,22 gram/individu, 0,10 gram/hari dan

0,06 gram/hari. Perlakuan perendaman dengan dosis hormon 0,5 ppm

memberikan hasil pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 1

ppm atau 1,5 ppm. Semakin besar dosis yang diberikan justru akan menurunkan

nilai rata-rata bobot hariannya. Hal ini dapat dimungkinkan bahwa semakin

banyak dosis hormon yang diberikan maka akan semakin menaikkan

metabolisme elver, ketika metabolisme meningkat memungkinkan proses

katabolisme terhadap makanan lebih cepat sehingga makanan akan lebih cepat

tercerna dan dikeluarkan dalam bentuk feses. Seperti yang telah dikemukakan

oleh Ganong (1983), bahwa hormon T4 atau T3 mempunyai efek kalorigenik

pada hampir semua jaringan metabolisme sehingga akan meningkatkan

kecepatan metabolisme tubuh. Dengan tingginya dosis hormon dalam tubuh

maka penggunaan oksigen akan semakin tinggi yang diikuti dengan

meningkatnya kecepatan metabolisme. Apabila ambilan pakan tidak dinaikkan,

maka protein dalam tubuh serta cadangan lemak akan dikatabolisme sehingga

bobot tubuh menjadi menurun (kurus).

Bila perlakuan A, B dan C dibandingkan dengan kontrol yang tidak

mendapatkan perlakuan perendaman hormon, hanya memberikan hasil rata-rata

Page 65: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

46

pertumbuhan 0,03 gram/hari. Nilai biomassa ikan dipengaruhi oleh bobot rerata

ikan dan jumlah ikan yang hidup. Dapat diketahui bahwa perlakuan perendaman

hormon ini memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan bobot rata-rata

elver sidat. Hal ini sesuai oleh pernyataan Lam dan Sharma (1984), bahwa

hormon tiroid dapat meningkatkan kelangsungan hidup, perkembangan dan

pertumbuhan pada beberapa spesies ikan. Pada penelitian yang dilakukan

Aminah (2012), dengan menggunakan perlakuan perendaman hormon rHP juga

menunjukkan hasil bahwa nilai bobot rerata tertinggi pada perlakuan (3 mg/l)

dibandingkan kontrol. Hasilnya mencapai 0,682 gram/ hari.

Namun bila dibandingkan dengan hasil penelitian Affandi et al. (2013),

dengan perlakuan padat penebaran yang berbeda selama 42 hari, elver dapat

mencapai 1,72 gram/ ekor. Hal ini dapat disebabkan kepadatan elver selama

penelitian rendah sehingga mempengaruhi nafsu makan ikan selama penelitian

yang mempengaruhi rata-rata bobot akhir selama penelitian. Sebagaimana

disebutkan oleh Affandi et al. (2013), kecenderungan tingginya bobot rata-rata

pada perlakuan kepadatan yang lebih tinggi, terkait dengan perilaku sosial ikan

sidat. Ikan sidat akan terpacu makan bilamana ikan lain melakukan aktivitas

mengonsumsi pakan.

Pertumbuhan panjang rata-rata harian adalah nilai pertambaahan

panjang setiap individu yang merupakan selisih panjang akhir dan panjang awal

selama waktu pemeliharaan. Nilai ini diperoleh dari sampling yang dilakukan per

dua minggu sebanyak lima kali kemudia di rata-ta dan dibagi waktu pemelihraan

yaitu 42 hari.

Dari hasil pemeliharaan elver sidat (Anguilla bicolor) selama 42 hari

dengan perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin (T3) dengan dosis

yang berbeda, diperoleh data pertumbuhan panjang rata-rata harian pada Tabel

9 Lampiran 8.

Page 66: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

47

Tabel 9. Pertumbuhan panjang rata-rata harian (cm/hari)

Perlakuan Ulangan

Total Rerata Standar Deviasi 1 2 3

A (0.5 ppm) 0.08666 0.094524 0.09119 0.27238 0.09079 0.00206

B (1 ppm) 0.05214 0.055952 0.05333 0.16142 0.05381 0.00072

C (1.5 ppm) 0.04119 0.045714 0.04619 0.13309 0.04436 0.00049

Total 0.566905

Hasil perhitungan pertumbuhan panjang rata-rata harian pada elver sidat

(Anguilla bicolor) pada perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin (T3)

diperoleh hasil pertumbuhan tertinggi pada perlakuan A dengan dosis hormon T3

0,5 ppm yaitu sebesar 0,09079 cm/ hari, sedangkan pertumbuhan terendah pada

perlakuan C dengan dosis hormon T3 1,5 ppm yaitu sebesar 0,04436 cm/hari.

Tabel 10. Analisa Keragaman pertumbuhan panjang rata-rata harian

Sumber Keragaman

db JK KT

Uji F

F hitung F Tabel

5% F Tabel

10%

Perlakuan 2 0.003612 0.0018063

200.960** 5.14 10.92 Galat 6 0.000053 0.0000089

Total 8 0.003666 Keterangan: * Berbeda Nyata

Berdasarkan dari analisa keragaman pertumbuhan panjang rata-rata

harian (Tabel 10) menunjukkan bahwa F hitung (200,9608) lebih besar dari F

tabel 5% dan 1%, yang berarti berbeda nyata. Pemberian larutan hormon

triiodotironin (T3) ternyata memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

pertumbuhan panjang rata-rata harian elver sidat (Anguilla bicolor). Kemudian

dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan tujuan untuk

mengetahui perbedaan antar perlakuan yaitu untuk mencari perlakuan mana

yang terbaik.

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk mengetahui perlakuan mana

yang berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang rata-rata harian dapat dilihat

pada Tabel 11.

Page 67: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

48

Tabel 11. Uji BNT Pertumbuhan panjang rata-rata harian

Notasi C B A

Notasi 0.044365 0.053810 0.090794

C 0.044365 0.000000 A

B 0.053810 0.009444** 0.000000 B

A 0.090794 0.046429** 0.036984** 0.000000 C

Berdasarkan hasil uji BNT, perlakuan A (0,5 ppm) memberikan pengaruh

berbeda nyata terhadap perlakuan B (1 ppm) dan perlakuan C (1,5 ppm). Begitupun

jika dibandingkan kembali, perlakuan B (1 ppm) juga memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap perlakuan C (1,5 ppm). Dilihat dari nilainya perlakuan A

(0,5 ppm) memeberikan hasil terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Untuk mengetahui respon tiap perlakuan maka dilanjutkan dengan uji

polynomial orthogonal yang ditunjukkan pada Gambar 22.

Gambar 22. Grafik Pertumbuhan rata-rata panjang harian (cm/hari)

Berdasarkan pada Gambar 22, dapat diketahui bahwa hubungan antara

pemeliharaan perlakuan perendaman pada larutan hormon triiodotironin (T3)

dengan dosis yang berbeda dengan pertumbuhan panjang rata-rata harian elver

sidat (Anguilla bicolor) adalah linear dengan persamaan y= 0,109 -0,046x

dengan koefisien determinasi R2= 0,881, artinya 88% pertumbuhan panjang rata-

rata harian elver sidat dipengaruhi oleh kinerja hormon triiodotironin (T3).

y = 0.109 -0.046xR² = 0.881

0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

0.08

0.09

0.1

0 0.5 1 1.5 2

Pe

rtu

mb

uh

an p

anja

ng

rata

-rat

a h

aria

n (

cm/h

ari)

Dosis Hormon Triiodotironin (T3)

Series1

Linear (Series1)

Page 68: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

49

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama 42 dengan

perlakuan perendaman hormone triiodotironin (T3) dengan dosis yang berbeda,

pada perlakuan A (0,5 ppm), B (1 ppm) dan C (1,5 ppm) memberikan pertumbuhan

bobot rata-rata sebesar 0,090 cm/individu, 0,053 cm/hari dan 0,044 cm/hari.

Perlakuan perendaman dengan dosis hormon 0,5 ppm memberikan hasil

pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 1 ppm atau 1,5 ppm. Hal

ini diduga karena semakin tinggi dosis hormon yang diberikan maka akan

semakin cepat pula laju katabolisme di dalam tubuh. Dalam kondisi ini,

pemberian pakan dengan komposisi protein yang tinggi sangat diperlukan karena

jika tidak yang disintesis di dalam tubuh adalah protein yang berasal dari tubuh

sendiri dan menyebabkan pertumbuhan menurun. Menurut Aminah (2015),

perilaku ikan yang agresif dan memiliki nafsu makan yang meningkat akan

menyebabkan banyaknya protein yang dikonversi menjadi energi, sehingga

sedikit protein yang digunakan untuk pertumbuhan. Penelitian Affandi et al.

(2013), tentang pakan pada budi daya sidat menunjukkan pakan buatan untuk

pemeliharaan elver sidat berkadar protein 45%. Sedangkan pada penelitian yang

telah dilakukan, berdasarkan uji proksimat pakan pasta hanya memiliki protein

28%. Hal inilah yang diduga menjadi faktor penurunan pertumbuhan elver sidat

karena protein pada pakan tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki

laju metabolisme yang semakin meningkat akibat adanya pengaruh hormon.

Bila perlakuan A, B dan C dibandingkan dengan kontrol yang tidak

mendapatkan perlakuan perendaman hormon, hanya memberikan hasil rata-rata

pertumbuhan 0,036 cm/hari. Dapat diketahui bahwa perlakuan perendaman

hormon ini memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan panjang rata-rata

dibandingkan dengan kontrol. Menurut Anwar (2005), hormon mengatur

metabolisme semua kelas bahan kimia utama. Karbohidrat, lemak, protein dan

asam amino serta metabolisme asam nukleat diatur secara ketat salah satunya

Page 69: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

50

oleh hormon tiroid. Interaksi ini dikoordinasi dalam suatu cara yang kompleks

untuk meberikan pengaturan halus dan responsivitas terhadap lingkungan seperti

stress dan kelaparan.

Hasil penelitian Rahmawati et al. (2014), menghasilkan nilai pertumbuhan

rata-rata harian panjang 0,010 cm/ hari. Hasil penelitian ini memiliki nilai yang

lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian sidat sebelumnya. Namun bila

dibandingkan dengan pertumbuhan ikan pada umumnya, nilai ini masih termasuk

rendah. Sebagaimana dikatakan oleh Rusmaedi et al. (2010), bahwa

pertumbuhan pada ikan sidat dalam pemeliharaan benih atau elver umumnya

sangat lambat, sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh pemeliharaan ikan

sidat mengalami pertumbuhan panjang dan berat harian, pertumbuhan tersebut

terjadi hanya dalam jumlah kecil, oleh karena itu dalam pemeliharaan ikan sidat

membutuhkan waktu lama untuk proses pembesaran. Selain itu menurut Yusup

et al. (2015), pertumbuhan benih ikan sidat pada umumnya terjadi perubahan

pada pertumbuhan berat kemudian pertumbuhan panjang, sebab ikan sidat

membutuhkan waktu yang lama untuk bertumbuh.

4.2 Laju Pertumbuhan Spesifik

Menurut Soemarjati et al. (2015), laju pertumbuhan spesifik adalah

peningkatan dalam satuan panjang atau bobot rata-rata per unit waktu

pemeliharaan. Nilai ini tergantung dari ukuran ikan pertama kali dipelihara.

Diperoleh nilai akhir berupa persentase. Dari hasil perhitungan nilai ini berupa

persentase selisih antara bobot akhir dan bobot awal selam waktu pemeliharaan.

Dari hasil pemeliharaan elver sidat (Anguilla bicolor) selama 42 hari

dengan perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin (T3) dengan dosis

yang berbeda, diperoleh data laju pertumbuhan rata-rata bobot harian pada

Tabel 12 Lampiran 9.

Page 70: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

51

Tabel 12. Laju pertumbuhan rata-rata bobot harian (%)

Perlakuan Ulangan

Total Rerata Standar Deviasi 1 2 3

A (0.5 ppm) 0.02121 0.02821 0.02543 0.0748 0.0249 0.00015

B (1 ppm) 0.01332 0.01765 0.01298 0.0439 0.0146 0.000055

C (1.5 ppm) 0.01035 0.01208 0.00911 0.0315 0.0105 0.000028

Total 0.15038

Hasil perhitungan laju pertumbuhan rata-rata bobot harian pada elver

sidat (Anguilla bicolor) pada perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin

(T3) diperoleh hasil pertumbuhan tertinggi pada perlakuan A dengan dosis

hormon T3 0,5 ppm yaitu sebesar 0,0249 %, sedangkan pertumbuhan terendah

pada perlakuan C dengan dosis hormon T3 1,5 ppm yaitu sebesar 0,0105 %/hari.

Pada perlakuan B dengan dosis hormone T3 1 ppm yaitu sebesar 0,0146 %/hari.

Tabel 13. Analisa Keragaman laju pertumbuhan rata-rata bobot harian

Sumber Keragaman

Db JK KT

Uji F

F hitung

F Tabel

5%

F Tabel 10%

Perlakuan 2 0.00037447 0.0001658

23.211** 5.14 10.92 Galat 6 0.00004286 0.0000071

Total 8

Keterangan: * Berbeda Nyata

Berdasarkan dari analisa keragaman laju pertumbuhan rata-rata bobot

harian (Tabel 13) menunjukkan bahwa F hitung (23,2110) lebih besar dari F tabel

5% dan 1%, yang berarti berbeda nyata. Pemberian larutan hormon triiodotironin

(T3) ternyata memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju

pertumbuhan rata-rata bobot harian elver sidat (Anguilla bicolor).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk mengetahui perlakuan mana

yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan rata-rata bobot harian dapat dilihat

pada Tabel 14.

Page 71: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

52

Tabel 14. Uji BNT Laju pertumbuhan rata-rata bobot harian

Notasi C B A Notasi

0.010519 0.014655 0.024955

C 0.010519 0.000000

A

B 0.014655 0.004136* 0.000000

B

A 0.024955 0.014436** 0.010300** 0.000000 C

Berdasarkan hasil uji BNT, perlakuan A (0,5 ppm) memberikan pengaruh

berbeda nyata terhadap perlakuan B (1 ppm) dan perlakuan C (1,5 ppm). Jika

dibandingkan hasil B (1 ppm) dan C (1,5 ppm) tidak berbeda nyata, meskipun

perlakuan B (1 ppm) memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perlakuan C (1,5 ppm).

Untuk mengetahui respon tiap perlakuan maka dilanjutkan dengan uji

polynomial orthogonal yang ditunjukkan pada Gambar 23.

Gambar 23. Grafik Laju pertumbuhan rata-rata bobot harian (%)

Berdasarkan pada Gambar 23, dapat diketahui bahwa hubungan antara

pemeliharaan perlakuan perendaman pada larutan hormon triiodotironin (T3)

dengan dosis yang berbeda dengan laju pertumbuhan rata-rata bobot harian

elver sidat (Anguilla bicolor) adalah linear dengan persamaan y= 0,031 -0,014x

dengan koefisien determinasi R2= 0,834, artinya 83% laju pertumbuhan rata-rata

bobot harian elver sidat dipengaruhi oleh kinerja hormon triiodotironin (T3).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama 42 dengan

perlakuan perendaman hormone triiodotironin (T3) dengan dosis yang berbeda,

pada perlakuan A (0,5 ppm), B (1 ppm) dan C (1,5 ppm) memberikan laju

y = 0.031 -0.014xR² = 0.834

0

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.03

0 0.5 1 1.5 2Laju

pe

rtu

mb

uh

an r

ata

-rat

a b

ob

ot

har

ian

(%

)

Dosis Hormon Triiodotironin (T3)

Series1

Linear (Series1)

Page 72: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

53

pertumbuhan bobot rata-rata sebesar 2,5% per individu, 1,5% per individu dan

1,05% per individu. Perlakuan perendaman dengan dosis hormone 0,5 ppm

memberikan hasil pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 1

ppm atau 1,5 ppm. Bila dibandingkan dengan kontrol yang tidak mendapat

perlakuan perendaman hormon, hanya memberikan hasil laju pertumbuhan

bobot rata-rata 0,57% per individu. Menurut Matty (1985), pemberian hormon

tiroid melalui perendaman dapat meningkatkan pertumbuhan panjang dan bobot

asalkan dosis yang diberikan tidak terlalu besar.

Pada penelitian yang telah dilakukan, perlakuan perendaman hormone T3

dosis 0,5 ppm memberikan hasil pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan dari dosis 1 ppm atau 1,5 ppm. Hal ini diduga diakibatkan oleh

rendahnya kandungan protein dalam pakan yang diberikan, yaitu hanya 28%.

Semakin tinggi dosis yang diberikan maka laju metabolisme dan kebutuhan akan

protein di dalam pakan juga akan semakin meningkat. Sedangkan pakan yang

diberikan tidak dapat mengimbangi kebutuhan tubuh. Akibatnya semakin tinggi

dosis yang diberikan, berakibat pada semakin menurun pula pertumbuhannya.

Menurut Cholifah et al. (2012), ikan sidat merupakan ikan karnivora yang apabila

diberi pakan buatan maka kadar protein pakannya harus tinggi (± 45%).

Penyediaan pakan yang tidak sesuai dengan jumlah ikan yang dipelihara dan

kualitas pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi, menyebabkan laju

pertumbuhan ikan menjadi lambat.

Pada penelitian Affandi et al. (2013), dengan perlakuan pemeliharaan

sidat pada padat tebar yang berbeda menghasilkan laju pertumbuhan elver

0,58—0,82%. Folquier et al .(1976), mendapatkan laju pertumbuhan spesifik

elver Eropa 0,22—1,04%. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian ini

menggunakan perlakuan perendaman hormon, maka laju pertumbuhan spesifik

yang telah didapatkan lebih besar. Seperti hasil penelitian Aminah (2012), nilai

Page 73: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

54

SGR ikan sidat yang diberi perlakuan perendaman rEIHP semakin rendah seiring

bertambah besarnya dosis yang diberikan. Nilai SGR ikan sidat yang diberi

perlakuan perendaman Reihp dengan dosis 3 mg/l sebesar 3,043%

dibandingkan dengan SGR kontrol sebesar 2,587%.

Laju pertumbuhan panjang harian adalah persentase selisih nilai panjang

akhir dan panjang awal selama masa pemeliharaan.

Dari hasil pemeliharaan elver sidat (Anguilla bicolor) selama 42 hari

dengan perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin (T3) dengan dosis

yang berbeda, diperoleh data laju pertumbuhan rata-rata panjang harian pada

Tabel 15 Lampiran 10.

Tabel 15. Laju pertumbuhan rata-rata panjang harian (%)

Perlakuan Ulangan

Total Rerata Standar Deviasi 1 2 3

A (0.5 ppm) 0.51 0.55 0.54 1.60% 0.0053450 0.000007

B (1 ppm) 0.32 0.34 0.33 0.99% 0.0032983 0.000003

C (1.5 ppm) 0.26 0.29 0.29 0.83% 0.0027698 0.000002

Total 0.034239897

Hasil perhitungan laju pertumbuhan rata-rata panjang harian pada elver

sidat (Anguilla bicolor) pada perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin

(T3) diperoleh hasil pertumbuhan tertinggi pada perlakuan A dengan dosis

hormon T3 0,5 ppm yaitu sebesar 0,0053450 %, sedangkan pertumbuhan

terendah pada perlakuan C dengan dosis hormon T3 1,5 ppm yaitu sebesar

0,0027698 %.

Tabel 16. Analisa Keragaman laju pertumbuhan rata-rata panjang harian

Sumber Keragaman

Db JK KT

Uji F

F hitung F

Tabel 5%

F Tabel 10%

Perlakuan 2 0.0000111 0.00000555

182.404** 5.14 10.92 Galat 6 0.0000001 0.00000003

Total 8 0.0000112 Keterangan: * Berbeda Nyata

Page 74: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

55

Berdasarkan dari analisa keragaman laju pertumbuhan rata-rata panjang

harian (Tabel 16) menunjukkan bahwa F hitung (182,404) lebih besar dari F tabel

5% dan 1%, yang berarti berbeda nyata. Pemberian larutan hormon triiodotironin

(T3) ternyata memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju

pertumbuhan rata-rata panjang harian elver sidat (Anguilla bicolor).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk mengetahui perlakuan mana

yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan rata-rata panjang harian dapat

dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Uji BNT Laju pertumbuhan rata-rata panjang harian

Notasi C B A

Notasi 0.002770 0.003298 0.005345

C 0.002770 0.000000 A

B 0.003298 0.000529** 0.000000 B

A 0.005345 0.002575** 0.002047** 0.000000 C

Berdasarkan hasil uji BNT, perlakuan A (0,5 ppm) memberikan pengaruh

berbeda nyata terhadap perlakuan B (1 ppm) dan perlakuan C (1,5 ppm). Begitupun

jika dibandingkan kembali, perlakuan B (1 ppm) juga memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap perlakuan C (1,5 ppm). Dilihat dari nilainya perlakuan A

(0,5 ppm) memberikan hasil terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Untuk mengetahui respon tiap perlakuan maka dilanjutkan dengan uji

polynomial orthogonal yang ditunjukkan pada Gambar 24.

Gambar 24. Grafik Laju pertumbuhan rata-rata panjang harian (%)

y = 0.006 -0.002xR² = 0.881

0.00%

0.10%

0.20%

0.30%

0.40%

0.50%

0.60%

0 0.5 1 1.5 2Laju

pe

rtu

mb

uh

an r

ata

-rat

a p

anja

ng

har

ian

(%

)

Dosis Hormon Treiiodotironin (T3)

Series1

Linear (Series1)

Page 75: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

56

Berdasarkan pada Gambar 24, dapat diketahui bahwa hubungan antara

pemeliharaan perlakuan perendaman pada larutan hormon triiodotironin (T3)

dengan dosis yang berbeda dengan laju pertumbuhan rata-rata panjang harian

elver sidat (Anguilla bicolor) adalah linear dengan persamaan y= 0,006 -0,002x

dengan koefisien determinasi R2= 0,881, artinya 88% laju pertumbuhan rata-rata

panjang harian elver sidat dipengaruhi oleh kinerja hormon triiodotironin (T3).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama 42 dengan

perlakuan perendaman hormone triiodotironin (T3) dengan dosis yang berbeda,

pada perlakuan A (0,5 ppm), B (1 ppm) dan C (1,5 ppm) memberikan laju

pertumbuhan panjang rata-rata sebesar 0,005 %, 0,003 % dan 0,002 %.

Perlakuan perendaman dengan dosis hormone 0,5 ppm memberikan hasil

pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 1 ppm atau 1,5 ppm. Bila

dibandingkan dengan kontrol yang tidak mendapat perlakuan perendaman

hormon, memberikan hasil laju pertumbuhan panjang rata-rata yang lebih besar

yaitu 0,07%. Pertumbuhan elver sidat ini relatif lambat hal ini sesuai dengan

pernyataan Cholik et al. (2005), bahwa laju pertumbuhan dari elver hingga

ukuran konsumsi (25 cm) adalah 7 cm/tahun, oleh karena itu dalam

pemeliharaan benih ikan sidat selama 42 hari mengalami pertumbuhan panjang

dan berat yang sangat kecil. Dalam wadah budidaya elver memerlukan waktu 12-

18 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi.

Laju pertumbuhan panjang dalam penelitian ini relatif lebih rendah bila

dibandingkan dengan penelitian Rahmawati et al. (2014), yang memberikan hasil

pertumbuhan 0,043 %/hari. Hal ini dapat disebakan karena kandungan protein

dalam pakan pasta tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh sidat. Energi

diperlukan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Sumber dari energi ini

berasal dari makanan yang dimakan, jika makanan yang diberikan tidak dapat

memenuhi kebutuhan energi untuk pertumbuhan, maka energi akan didapatkan

Page 76: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

57

dari pemecahan cadangan tubuh seperti protein, lemak, dan glikogen. Kebutuhan

protein untuk pakan sidat tergolong cukup tinggi seperti yang dikatakan oleh

Yaniharto et al. (2013), ikan sidat merupakan merupakan ikan karnivora yang

membutuhkan protein tinggi. Tingkat level protein pakan 45%, merupakan level

yang optimal untuk dapat memenuhi kebutuhan protein ikan sidat, sehingga bisa

tumbuh optimal. Pertumbuhan sangat berkaitan erat dengan pakan. Pakan yang

memenuhi kebutuhan gizi dapat berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan.

Faktor yang memepengaruhi kebutuhan energy ikan diantaranya aktivitas fisik,

suhu, ukuran ikan, dan ketgangan (stress) pada ikan.

4.3 Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan bobot mutlak merupakan nilai selisih antara bobot akhir dan

bobot awal tiap individu.

Dari hasil pemeliharaan elver sidat (Anguilla bicolor) selama 42 hari

dengan perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin (T3) dengan dosis

yang berbeda, diperoleh data pada Tabel 18 Lampiran 11.

Tabel 18. Pertumbuhan bobot mutlak (gram/individu)

Perlakuan Ulangan

Total Rerata Standar Deviasi 1 2 3

A (0.5 ppm) 7.140 11.608 9.787 28.534 9.511444 23.878972

B (1 ppm) 3.733 5.397 3.621 12.751 4.250317 4.763766

C (1.5 ppm) 2.782 3.358 2.406 8.546 2.8488 2.086382

Total 49.83168

Hasil perhitungan pertumbuhan bobot mutlak pada elver sidat (Anguilla

bicolor) pada perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin (T3) diperoleh

hasil pertumbuhan tertinggi pada perlakuan A dengan dosis hormon T3 0,5 ppm

yaitu sebesar 9,511444 gram/individu, sedangkan pertumbuhan terendah pada

perlakuan C dengan dosis hormon T3 1,5 ppm yaitu sebesar 2,8488 gram/individu.

Page 77: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

58

Tabel 19. Analisa Keragaman pertumbuhan bobot mutlak

Sumber Keragaman

db JK KT

Uji F

F hitung F Tabel

5% F Tabel

10%

Perlakuan 2 74.03454 37.01727

17.717** 5.14 10.92 Galat 6 12.53609 2.089348

Total 8 86.57063

Keterangan: *Berbeda Nyata

Berdasarkan dari analisa keragaman pertumbuhan bobot mutlak (Tabel

15) menunjukkan bahwa F hitung (17,71714) lebih besar dari F tabel 5% dan 1%,

yang berarti berbeda nyata. Pemberian larutan hormon triiodotironin (T3) ternyata

memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak

elver sidat (Anguilla bicolor). Kemudian dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan yaitu

untuk mencari perlakuan mana yang terbaik.

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk mengetahui perlakuan mana

yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot mutlak dapat dilihat pada Tabel

20.

Tabel 20. Uji BNT Pertumbuhan bobot mutlak

Notasi C B A

Notasi 2.848800 4.250317 9.511444

C 2.848800 0.000000 A

B 4.250317 1.401518ns 0.000000 A

A 9.511444 6.662645** 5.261127** 0.000000 B

Berdasarkan hasil uji BNT, perlakuan A (0,5 ppm) memberikan pengaruh

berbeda nyata terhadap perlakuan B (1 ppm) dan perlakuan C (1,5 ppm). Jika

dibandingkan hasil B (1 ppm) dan C (1,5 ppm) tidak berbeda nyata, meskipun

perlakuan B (1 ppm) memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perlakuan C (1,5 ppm).

Untuk mengetahui respon tiap perlakuan maka dilanjutkan dengan uji

polynomial orthogonal yang ditunjukkan pada Gambar 25.

Page 78: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

59

Gambar 25. Grafik pertumbuhan bobot mutlak (gram/individu)

Berdasarkan pada Gambar 25, dapat diketahui bahwa hubungan antara

pemeliharaan perlakuan perendaman pada larutan hormon triiodotironin (T3)

dengan dosis yang berbeda dengan pertumbuhan bobot mutlak elver sidat

(Anguilla bicolor) adalah linear dengan persamaan y= 12,19 -6,662x dengan

koefisien determinasi R2= 0,769, artinya 77% pertumbuhan bobot mutlak elver

sidat dipengaruhi oleh kinerja hormon triiodotironin (T3).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama 42 dengan

perlakuan perendaman hormone triiodotironin (T3) dengan dosis yang berbeda,

pada perlakuan A (0,5 ppm), B (1 ppm) dan C (1,5 ppm) memberikan hasil

pertumbuhan bobot mutlak sebesar 9,51 gram per individu, 4,25 gram per

individu dan 2,84 gram per individu. Perlakuan perendaman dengan dosis

hormone 0,5 ppm memberikan hasil pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan dosis 1 ppm atau 1,5 ppm. Bila dibandingkan dengan kontrol yang tidak

mendapat perlakuan perendaman hormon, hanya memberikan hasil laju

pertumbuhan panjang mutlak 1,38 gram per individu. Pemberian hormon

pertumbuhan yang berlebih diduga dapat memberikan feedback negatif bagi

pertumbuhan ikan.

Wong et al. (2006) menyatakan tentang pengaturan feedback hormone

pertumbuhan pada mamalia. Dalam pituitari mamalia, pelepasan hormone

y =12.19 -6.662xR² = 0.769

0.000

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

0 0.5 1 1.5 2

Pe

rtu

mb

uh

an B

ob

ot

Mu

tlak

(g

ram

/in

div

idu

)

Dosis Hormon Triiodotironin (T3)

Series1

Linear (Series1)

Page 79: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

60

pertumbuhan/ Growth Hormon (GH) di somatotrop dikontrol oleh GHRH

dan SRIF di mana kedua regulator tersebut dirilis oleh hipotalamus dan

akan disampaikan ke pituitari anterior melalui sistem peredaran darah. GH yang

dirilis dari pituitari dapat memberikan feedback negatif pada somatotrop

melalui tiga jalur. Pertama, long-loop feedback yang merupakan akibat tidak

langsung dari aktifitas IGF-I yang diproduksi oleh hati. Kedua, short-loop

feedback yang merupakan akibat langsung dari aktifitas GH di hipotalamus.

Ketiga, ultra-short feedback yang merupakan akibat langsung dari aktivitas GH

yang berada di dalam Pituitary. Jumlah GH atau IGF-I yang berlebih dalam

pembuluh darah akan menimbulkan Feedback negatif atau umpan balik negatif

tersebut dan akan memberikan impuls pada kelenjar pituitari untuk tidak

mensekresikan GH.

Penurunan pertumbuhan ini tentu juga diduga oleh protein dari pakan

yang kurang memenuhi kebutuhan protein ikan sidat. Berdasarkan uji proksimat

pakan yang telah dilakukan, pakan pasta hanya mengandung protein 28%.

Menurut Afandi (2013), kebutuhan protein dipengaruhi oleh umur, ukuran, fungsi

fisiologis, kualitas, sumber protein dan energi non protein (karbohidrat dan

lemak), suhu air, jumlah pakan yang dimakan, kualitas protein. Kebutuhan ikan

terhadap protein umumnya berkisar 38% – 52%. Ikan sidat jepang Anguilla

japonica kandungan protein pakan optimal 45%, Ikan sidat lokal Anguilla bicolor

bicolor, kadar protein optimalnya 45% atau kadar protein minimal 40%.

Pertumbuhan panjang mutlak merupakan nilai selisih antara panjang

akhir dan panjang awal tiap individu.

Dari hasil pemeliharaan elver sidat (Anguilla bicolor) selama 42 hari

dengan perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin (T3) dengan dosis

yang berbeda, diperoleh data pertumbuhan panjang mutlak pada Tabel 21

Lampiran 12.

Page 80: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

61

Tabel 21. Pertumbuhan panjang mutlak (cm/individu)

Perlakuan Ulangan

Total Rerata Standar Deviasi 1 2 3

A (0.5 ppm) 3.64 3.97 3.83 11.44 3.813333 3.642236

B (1 ppm) 2.19 2.35 2.24 6.78 2.26 1.278575

C (1.5 ppm) 1.73 1.92 1.94 5.59 1.863333 0.871361

Total 23.81

Hasil perhitungan pertumbuhan panjang mutlak pada elver sidat (Anguilla

bicolor) pada perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin (T3) diperoleh

hasil pertumbuhan tertinggi pada perlakuan A dengan dosis hormon T3 0,5 ppm

yaitu sebesar 3,81333 cm/individu, sedangkan pertumbuhan terendah pada

perlakuan C dengan dosis hormon T3 1,5 ppm yaitu sebesar 1,863333 cm/individu.

Tabel 22. Analisa Keragaman pertumbuhan panjang mutlak

Sumber Keragaman

db JK KT

Uji F

F hitung F

Tabel 5%

F Tabel 10%

Perlakuan 2 6.372689 3.186344

200.960** 5.14 10.92 Galat 6 0.0951 0.015856

Total 8 6.4678

Keterangan: *Berbeda Nyata

Berdasarkan dari analisa keragaman pertumbuhan bobot mutlak (Tabel

22) menunjukkan bahwa F hitung (200,9608) lebih besar dari F tabel 5% dan 1%,

yang berarti berbeda nyata. Pemberian larutan hormon triiodotironin (T3) ternyata

memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan panjang

mutlak elver sidat (Anguilla bicolor). Kemudian dilanjutkan dengan Uji Beda

Nyata Terkecil (BNT) dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan antar

perlakuan yaitu untuk mencari perlakuan mana yang terbaik.

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk mengetahui perlakuan mana

yang berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang mutlak dapat dilihat pada

Tabel 23.

Page 81: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

62

Tabel 23. Uji BNT Pertumbuhan panjang mutlak

Notasi C B A

Notasi 1.863333 2.260000 3.813333

C 1.863333 0.000000 A

B 2.260000 0.396667** 0.000000 B

A 3.813333 1.950000** 1.553333** 0.000000 C

Berdasarkan hasil uji BNT, perlakuan A (0,5 ppm) memberikan pengaruh

berbeda nyata terhadap perlakuan B (1 ppm) dan perlakuan C (1,5 ppm). Begitupun

jika dibandingkan kembali, perlakuan B (1 ppm) juga memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap perlakuan C (1,5 ppm). Dilihat dari nilainya perlakuan A

(0,5 ppm) memeberikan hasil terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Untuk mengetahui respon tiap perlakuan maka dilanjutkan dengan uji polynomial

orthogonal yang ditunjukkan pada Gambar 26.

Gambar 26. Grafik pertumbuhan panjang mutlak (cm/individu)

Berdasarkan pada Gambar 26, dapat diketahui bahwa hubungan antara

pemeliharaan perlakuan perendaman pada larutan hormon triiodotironin (T3)

dengan dosis yang berbeda dengan pertumbuhan panjang mutlak elver sidat

(Anguilla bicolor) adalah linear dengan persamaan y= 4,595 -1,95x dengan

koefisien determinasi R2= 0,881, artinya 88% pertumbuhan panjang mutlak elver

sidat dipengaruhi oleh kinerja hormon triiodotironin (T3).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama 42 dengan

perlakuan perendaman hormone triiodotironin (T3) dengan dosis yang berbeda,

y = -1.95x + 4.5956R² = 0.8819

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

0 0.5 1 1.5 2

Pe

rtu

mb

uh

an p

anja

ng

mu

tlak

(cm

/in

div

idu

)

Dosis Hormon Triiodotironin (T3)

Series1

Linear (Series1)

Page 82: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

63

pada perlakuan A (0,5 ppm), B (1 ppm) dan C (1,5 ppm) memberikan hasil

pertumbuhan panjang mutlak sebesar 3,81 cm per individu, 2,26 cm per individu

dan 1,86 cm per individu. Perlakuan perendaman dengan dosis hormone 0,5 ppm

memberikan hasil pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 1

ppm atau 1,5 ppm. Bila dibandingkan dengan kontrol yang tidak mendapat

perlakuan perendaman hormon, hanya memberikan hasil laju pertumbuhan

panjang mutlak 1,54 cm per individu.

Gambar 27. Panjang tubuh sidat perlakuan A,B dan C

Pada penelitian Rahmawati et al. (2014), pertumbuhan panjang mutlak

benih ikan sidat yang diberi perlakuan padat tebar yang berbeda memberikan

hasil pertambahan panjang terbaik 0,29 cm. Sedangkan pada penelitian pada

larva ikan gurami yang juga diberi perlakuan perendaman hormon triiodotironin

memberikan perubahan panjang total tertinggi 35,8 mm. Perbedaan hasil ini

diduga karena hormon triidotironin (T3) dicobakan pada ikan yang berbeda

sehingga memberikan pertumbuhan yang berbeda pula. Organ atau jaringan

dalam tubuh ikan memiliki reseptor hormon pertumbuhan yang akan mengenali

A B

C

Page 83: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

64

hormone triiodotironin (T3) yang diberikan dan kemudian disampaikan ke sel-sel

tubuh sehingga terjadi proses pertumbuhan. Kecocokan antara reseptor dan

hormone yang digunakan akan mempengaruhi proses pertumbuhan yang akan

terjadi. Seperti yang dikatakan Aminah (2012), yang menyatakan bahwa

perbedaan pengaruh pertumbuhan dikarenakan tidak cocoknya jenis hormone

yang diberikan terhadap reseptor hormon pertumbuhan yang terdapat di dalam

tubuh ikan target.

Pertumbuhan ikan sidat yang diberi dosis hormon berbeda akan

menghasilkan pertumbuhan yang berbeda pula. Pertumbuhan tertinggi diperoleh

dari dosis hormone terendah (0,5 ppm). Hal ini diduga ada pengaruh dari pakan

yang diberikan. Semakin besar dosis maka laju metabolisme yang berjalan juga

semakin cepat, jika kualitas pakan tidak dapat menyeimbangi kebutuhan tubuh,

maka yang terjadi adalah penurunan pertumbuhan. Pertumbuhan ikan sidat di

alam relatif lambat. Faktor lambatnya laju pertumbuhan ini sangat ditentukan

pada kualitas pakan yang diberikan, sehingga untuk memacu pertumbuhan ikan

sidat perlu disediakan pakan berprotein tinggi karena sifatnya yang karnivora.

Kebutuhan protein dalam pakan berkisar 40—50% (Subekti et al., 2011).

4.4 Pertumbuhan Mingguan

Pertumbuhan bobot mingguan adalah pertambahan bobot yang

merupakan selisih nilai dari bobot akhir dan bobot awal selama satu minggu.

Data ini diambil secara berkala tiap minggunya.

Dari hasil pemeliharaan elver sidat (Anguilla bicolor) selama 42 hari

dengan perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin (T3) dengan dosis

yang berbeda, diperoleh data pertumbuhan bobot mingguan pada Tabel 24

Lampiran 13.

Page 84: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

65

Tabel 24. Pertumbuhan bobot mingguan (gram/minggu)

Perlakuan Ulangan

Total Rerata Standar Deviasi 1 2 3

A (0.5 ppm) 0.89245 1.451 1.22333 3.56679 1.1889 0.3731

B (1 ppm) 0.46659 0.67466 0.45260 1.59386 0.5312 0.0744

C (1.5 ppm) 0.34771 0.41978 0.30080 1.0683 0.3561 0.0326

Total 6.228961

Hasil perhitungan pertumbuhan bobot mingguan pada elver sidat

(Anguilla bicolor) pada perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin (T3)

diperoleh hasil pertumbuhan tertinggi pada perlakuan A dengan dosis hormon T3

0,5 ppm yaitu sebesar 1,1889 gram/minggu, sedangkan pertumbuhan terendah

pada perlakuan C dengan dosis hormon T3 1,5 ppm yaitu sebesar 0,3561

gram/minggu.

Tabel 25. Analisa Keragaman pertumbuhan bobot mingguan

Sumber Keragaman

db JK KT

Uji F

F hitung F Tabel

5% F Tabel

10%

Perlakuan 2 1.15679 0.578395

17.717** 5.14 10.92 Galat 6 0.195876 0.032646

Total 8 1.352666

Keterangan: *Berbeda Nyata

Berdasarkan dari analisa keragaman pertumbuhan bobot mingguan

(Tabel 25) menunjukkan bahwa F hitung (17,71714) lebih besar dari F tabel 5%

dan 1%, yang berarti berbeda nyata. Pemberian larutan hormon triiodotironin

(T3) ternyata memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan

bobot mingguan elver sidat (Anguilla bicolor). Kemudian dilanjutkan dengan Uji

Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan antar

perlakuan yaitu untuk mencari perlakuan mana yang terbaik.

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk mengetahui perlakuan mana

yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot mingguan dapat dilihat pada

Tabel 26

Page 85: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

66

Tabel 26. Uji BNT Pertumbuhan bobot mingguan

Notasi C B A

Notasi 0.356100 0.531290 1.188931

C 0.356100 0.000000 A

B 0.531290 0.175190ns 0.000000 A

A 1.188931 0.832831** 0.657641** 0.000000 B

Berdasarkan hasil uji BNT, perlakuan A (0,5 ppm) memberikan pengaruh

berbeda nyata terhadap perlakuan B (1 ppm) dan perlakuan C (1,5 ppm). Jika

dibandingkan hasil B (1 ppm) dan C (1,5 ppm) tidak berbeda nyata, meskipun

perlakuan B (1 ppm) memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perlakuan C (1,5 ppm).

Untuk mengetahui respon tiap perlakuan maka dilanjutkan dengan uji

polynomial orthogonal yang ditunjukkan pada Gambar 28.

Gambar 28. Grafik pertumbuhan bobot mingguan (gram/minggu)

Berdasarkan pada Gambar 28, dapat diketahui bahwa hubungan antara

pemeliharaan perlakuan perendaman pada larutan hormon triiodotironin (T3)

dengan dosis yang berbeda dengan pertumbuhan bobot mingguan elver sidat

(Anguilla bicolor) adalah linear dengan persamaan y= 1,524 -0,823x dengan

koefisien determinasi R2= 0,769, artinya 77% pertumbuhan bobot mingguan elver

sidat dipengaruhi oleh kinerja hormon triiodotironin (T3).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama 42 dengan

perlakuan perendaman hormone triiodotironin (T3) dengan dosis yang berbeda,

pada perlakuan A (0,5 ppm), B (1 ppm) dan C (1,5 ppm) memberikan hasil

y =1.524 -0.832xR² = 0.7690

0.5

1

1.5

2

0 0.5 1 1.5 2

Pe

rtu

mb

uh

an b

ob

ot

min

ggu

an (

gram

/min

ggu

)

Dosis Hormon Triiodotironin (T3)

Series1

Linear (Series1)

Page 86: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

67

pertumbuhan bobot mingguan sebesar 1,18 gram per minggu, 0,53 gram per

minggu dan 0,35 gram per minggu. Perlakuan perendaman dengan dosis

hormone 0,5 ppm memberikan hasil pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan dosis 1 ppm atau 1,5 ppm. Bila dibandingkan dengan kontrol yang tidak

mendapat perlakuan perendaman hormon, hanya memberikan hasil laju

pertumbuhan panjang mutlak 0,17 gram per minggu. Dari data hasil

pertumbuhan mingguan kita dapat mengetahui bahwa pertumbuhan ikan hingga

akhir pemeliharaan semakin meningkat, namun laju pertumbuhannya semakin

menurun. Hal ini disebabkan karena efek atau kerja dari hormone triiodotironin

terus terdegradasi dan hancur di dalam tubuh. Dimana pertumbuhan mingguan

ini menampilkan kurva sigmoid dengan titik optimal dihasilkan pada minggu ke

5—6.

Hasil ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian Rahmawati et al.

(2014), yang mendapatkan bobot mingguan tertinggi 0,166 gram. Hal ini dapat

berhubungan dengan hormon triiodotironin yang diberikan dapat menaikkan laju

metabolisme dan mempengaruhi pertumbuhan. Pemberian pakan dengan

komposisi yang tepat juga mempengaruhi laju perumbuhan ikan sidat. Jika

semakin tinggi dosis hormone yang diberikan, namun pakan yang diberikan

berprotein rendah, maka hal tersebut dapat menurunkan pertumbuhan. Seperti

yang dikatakan Idris (2016), bahwa pertumbuhan terjadi apabila jumlah pakan

yang dikonsumsi lebih besar dari kebutuhan pokok yang digunakan untuk

kelangsungan hidup ikan. Konsumsi ikan mempunyai hubungan erat dengan

kandungan protein dan energi yang dapat dicerna dalam pakan. Protein

merupakan sumber bahan pembentuk jaringan baru bagi tubuh ikan serta

sebagai sumber energi bagi ikan selain lemak dan karbohidrat. Dalam penelitian

ini perlakuan pemberian pakan dengan persentase berbeda antara 35—50%,

Page 87: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

68

memberikan hasil perumbuhan ikan sidat terbaik pada pemberian pakan dengan

protein 45%.

Pertumbuhan panjang mingguan adalah pertambahan panjang yang

merupakan selisih nilai dari panjang akhir dan panjang awal selama satu minggu.

Dari hasil pemeliharaan elver sidat (Anguilla bicolor) selama 42 hari

dengan perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin (T3) dengan dosis

yang berbeda, diperoleh data pertumbuhan panjang mingguan pada Tabel 27

Lampiran 14.

Tabel 27. Pertumbuhan panjang mingguan (cm/minggu)

Perlakuan Ulangan

Total Rerata Standar Deviasi 1 2 3

A (0.5 ppm) 0.455 0.49625 0.47875 1.43 0.476667 0.05691

B (1 ppm) 0.27375 0.29375 0.28 0.8475 0.2825 0.019978

C (1.5 ppm) 0.21625 0.24 0.2425 0.69875 0.232917 0.013615

Total 2.97625

Hasil perhitungan pertumbuhan panjang mingguan pada elver sidat

(Anguilla bicolor) pada perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin (T3)

diperoleh hasil pertumbuhan tertinggi pada perlakuan A dengan dosis hormon T3

0,5 ppm yaitu sebesar 0,476667 cm/ minggu, sedangkan pertumbuhan terendah

pada perlakuan C dengan dosis hormon T3 1,5 ppm yaitu sebesar 0,232917

cm/minggu.

Tabel 28. Analisa Keragaman pertumbuhan panjang mingguan

Sumber Keragaman

db JK KT

Uji F

F hitung F

Tabel 5%

F Tabel 10%

Perlakuan 2 0.099573 0.049787

200.960** 5.14 10.92 Galat 6 0.001486 0.000248

Total 8 0.10106

Keterangan: *Berbeda Nyata

Berdasarkan dari analisa keragaman pertumbuhan panjang mingguan

(Tabel 28) menunjukkan bahwa F hitung (200,9608) lebih besar dari F tabel 5%

Page 88: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

69

dan 1%, yang berarti berbeda nyata. Pemberian larutan hormon triiodotironin

(T3) ternyata memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan

panjang mingguan elver sidat (Anguilla bicolor).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk mengetahui perlakuan mana

yang berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang mingguan dapat dilihat pada

Tabel 29.

Tabel 29. Uji BNT Pertumbuhan panjang mingguan

Notasi C B A

Notasi 0.232917 0.282500 0.476667

C 0.232917 0.000000 A

B 0.282500 0.049583** 0.000000 B

A 0.476667 0.243750** 0.194167** 0.000000 C

Berdasarkan hasil uji BNT, perlakuan A (0,5 ppm) memberikan pengaruh

berbeda nyata terhadap perlakuan B (1 ppm) dan perlakuan C (1,5 ppm). Begitupun

jika dibandingkan kembali, perlakuan B (1 ppm) juga memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap perlakuan C (1,5 ppm). Dilihat dari nilainya perlakuan A

(0,5 ppm) memeberikan hasil terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Untuk mengetahui respon tiap perlakuan maka dilanjutkan dengan uji

polynomial orthogonal yang ditunjukkan pada Gambar 29.

Gambar 29. Grafik pertumbuhan panjang mingguan (cm/minggu)

Berdasarkan pada Gambar 29, dapat diketahui bahwa hubungan antara

pemeliharaan perlakuan perendaman pada larutan hormon triiodotironin (T3)

y = -0.2438x + 0.5744R² = 0.8819

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0 0.5 1 1.5 2

Pe

rtu

mb

uh

an p

anja

ng

mig

guan

(cm

/min

ggu

)

Dosis Hormon Triiodotironin (T3)

Series1

Linear (Series1)

Page 89: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

70

dengan dosis yang berbeda dengan pertumbuhan panjang mingguan elver sidat

(Anguilla bicolor) adalah linear dengan persamaan y= 0,574 -0,243x dengan

koefisien determinasi R2= 0,881, artinya 88% pertumbuhan panjang mingguan

elver sidat dipengaruhi oleh kinerja hormon triiodotironin (T3).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama 42 dengan

perlakuan perendaman hormone triiodotironin (T3) dengan dosis yang berbeda,

pada perlakuan A (0,5 ppm), B (1 ppm) dan C (1,5 ppm) memberikan hasil

pertumbuhan panjang mingguan sebesar 0,47 cm per minggu, 0,28 cm per

minggu dan 0,23 per minggu. Perlakuan perendaman dengan dosis hormone 0,5

ppm memberikan hasil pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis

1 ppm atau 1,5 ppm. Bila dibandingkan dengan kontrol yang tidak mendapat

perlakuan perendaman hormon, hanya memberikan hasil laju pertumbuhan

panjang mutlak 0,057 cm per minggu. Perumbuhan tertinggi didapatkan dari

dosis terendah, sedangkan semakin tinggi dosis yang diberikan akan semakin

menurunkan pertumbuhan karena semakin besar dosis yang diberikan maka

akan semakin memacu metabolisme yang berdampak pada fisiologi tubuh yang

dipaksakan terus menerus sehingga efisiensi menurun. Terjadinya inefisiensi ini

juga disebkan hormone yang diberikan memiliki waktu paruh sehingga semakin

lama akan terdegradasi sehingga efek yang ditimbulkan akan semakin menurun

pula. Jika dibuat kurva maka perumbuhannya akan membentuk kurva sigmoid

dimana akan didapatkan titik optimal pada pada pertumbuhan di minggu 5—6.

Kemudian pertumbuhannya akan menurun.

Bila dibandingkan dengan penelitian Rahmawati et al. (2014),

pertumbuhan panjang mingguan tertinggi hanya mencapai 0,26 cm/minggu. Hasil

ini meningkat 55% bila dibandingkan dengan pemberian dosis 0,5 ppm. Semakin

rendah dosis yang diberikan maka laju pertumbuhannya semakin tinggi. Hal ini

dapat disebabkan hormon dapat bekerja optimal pada dosis tertentu, dan

Page 90: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

71

menyebabkan feedback negatif saat dosis yang diberikan terlalu tinggi jika hal ini

tidak diimbangi dengan pemberian pakan yang sesuai. Menurut penelitian yang

dilakukan Nawir et al. (2015), ketersediaan protein dan imbangan rasio energi

protein yang tepat dalam pakan memiliki peranan penting terhadap pertumbuhan

ikan sidat. Kandungan protein tubuh dipengaruhi oleh pengambilan protein pakan

dan timbunan protein yang berkorelasi positif dengan kadar protein pakan.

Kandungan protein tubuh yang tinggi turut memengaruhi kinerja pertumbuhan.

Kenaikan pertumbuhan ditemukan pada pemberian pakan dengan protein 45%.

4.5 Kelangsungan Hidup

Sintasan (kelulushidupan) adalah perbandingan jumlah individu yang

hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah awal. Sintasan ikan dipengaruhi oleh

faktor biotik dan abiotik. Menurut Samsundari dan Wirawan (2013), faktor biotik

yaitu kompetitor, parasit, kepadatan populasi, kemampuan adaptasi dari hewan

tersebut dan penanganan manusia. Sedangkan faktor abiotik yaitu sifat fisika dan

kimia perairan. Dari hasil pemeliharaan elver sidat (Anguilla bicolor) selama 42

hari, diperoleh data kelulushidupan pada Tabel 30 Lampiran 16.

Tabel 30. Kelulushidupan (%)

Perlakuan Ulangan

Total Rerata Standar Deviasi 1 2 3

A (0.5 ppm) 93.33 73.33 80.00 246.67% 0.822222 0.171605

B (1 ppm) 93.33 80.00 93.33 266.67% 0.888889 0.199012

C (1.5 ppm) 93.33 86.67 93.33 273.33% 0.911111 0.207901

Total 7.866667

Hasil perhitungan kelulushidupan pada elver sidat (Anguilla bicolor) pada

perlakuan perendaman larutan hormon triiodotironin (T3) diperoleh hasil

kelulushidupan tertinggi pada perlakuan C dengan dosis hormon T3 1,5 ppm yaitu

sebesar 91%, sedangkan kelulushidupan terendah pada perlakuan A dengan

dosis hormon T3 0,5 ppm yaitu sebesar 82%. Dari data tersebut menunjukkan

Page 91: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

72

bahwa kelulushidupan pada masing-masing perlakuan memiliki hasil yang

berbeda. Maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil meberikan hasil yang

dapat dilihat pada Tabel 31 seperti berikut.

Tabel 31. Analisa Keragaman Kelulushidupan

Sumber Keragaman

db JK KT

Uji F

F hitung F

Tabel 5%

F Tabel 10%

Total 8 0.048395

1.08333ns 5.14 10.92 Galat 6 0.035556 0.005926

Perlakuan 2 0.01284 0.00642

Keterangan: *Tidak berbeda Nyata

Berdasarkan dari analisa keragaman kelulushidupan (Tabel 31)

menunjukkan bahwa F hitung (1,083333) lebih kecil dari F tabel 5% dan 1%,

yang berarti tidak berbeda nyata. Pemberian larutan hormon triiodotironin (T3)

ternyata tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

kelulushidupan elver sidat (Anguilla bicolor).

Pada penelitian ini kelulushidupan elver yang dipelihara semakin

menurun seiring dengan waktu pemeliharaan. Elver yang dipelihara dengan

perlakuan perendaman larutan hormone triiodotironin (T3) memiliki kelangsungan

hidup cukup tinggi yakni 82—91%. Pemberian perlakuan dosis hormone yang

berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

kelulushidupan elver sidat yang berarti hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti kepadatan elver sidat yang sesuai untuk kelulushidupan benih,

kualitas perairan yang mendukung, dan nutrisi pakan yang memadai. Menurut

Cholifah et al. (2012), faktor yang dapat mempertinggi kelulushidupan ikan sidat

(A. bicolor) selama pemeliharaan tersebut adalah kualitas pakan dan tingkat

pemeberian pakan sehingga kebutuhan pakan dapat terpenuhi tanpa terjadi

persaingan. Begitu pula menurut Aminah (2012), daya dukung wadah dan padat

Page 92: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

73

tebar akan mempengaruhi pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih

terkait denganketersediaan oksigen yang diterima benih.

Persentase kelulushidupan pada penelitian yang dilakukan oleh Herviani

et al. (2003), pada ikan gurami (Osphronemus gouramy) yang diberi perlakuan

perendaman hormon trriodotironin (T3) memberikan hasil kelulushidupan 25—

88%. Begitu pula pada penelitian yang dilakukan oleh Sakdiah et al. (2003),

perendaman hormone triiodotironin (T3) pada ikan ikan gurami (Osphronemus

gouramy)memberikan hasil kelulushidupan 60—83%.

Derajat kelangsungan hidup (SR) merupakan parameter utama dalam

produksi biota akuakultur yang dapat menunjukkan keberhasilan produksi

tersebut. Jika diperoleh nilai SR yang tinggi pada suatu kegiatan budidaya, maka

dapat dikatakan bahwa kegiatan budidaya yang dilakukan telah berhasil.

Tingginya nilai derajat kelangsungan hidup ini disebabkan faktor kondisi media

pemeliharaan ikan sidat yang cocok dengan keadaan tempat ikan sidat hidup.

Tingkat stres yang dialami ikan sidat diduga masih berada pada level yang dapat

ditoleransi sehingga tidak menyebabkan ikan sidat mati. Kepadatan tertinggi

pada penelitian ini masih dapat ditolerir, sehingga tidak terjadi persaingan pada

ruang gerak dan kesempatan dalam memperoleh pakan.

Sedangkan elver yang mati biasanya disebabkan oleh kondisi yang lemah,

sifat kanibalisme dari elver yang berukuran lebih besar dan tidak tahan saat

terjadi penurunan kualitas air seperti suhu dan oksigen terlarut. Kematian elver

ini paling banyak ditemukan pada awal pemeliharaan. Hal ini dapat disebabkan

pada benih yang belum dapat berdaptasi pada kondisi perairan yang baru.

Kemungkinan pula benih sidat yang dipelihara memang lemah akibat membawa

agen penyakit dari tempat sebelumnya dan gejala penyakit tersebut muncul

ketika kondisinya lemah akibat transportasi.

Page 93: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

74

Hal ini juga bisa disebabkan karena penyakit atau tingkat stress dari sidat

tersebut yang menyebabkan penurunan nafsu makan. Kondisi mormofologi sidat

yang mati berupa tubuh yang kaku, warna menjadi memutih, mengeluarkan

banyak lendir dan bau, serta terdapat bercak merah dan bekas gigitan dari sidat

lain. Seperti pendapat Affandi et al. (2013), pada pemeliharaan benih sidat

kematian benih sering terjadi akibat serangan penyakit dan kanibalisme. Kedua

penyebab tersebut pada dasarnya adalah akibat kondisi benih yang lemah.

Kondisi yang menyebabkan benih lemah adalah individu benih tidak tahan

terhadap penurunan kondisi lingkungan terutama suhu dan oksigen terlarut,

individu benih menjadi lemah, nafsu makan turun, dan selanjutnya terserang

penyakit atau depresi oleh sidat lain yang ukurannya lebih besar.SEdangkan

pada penelitian Pudji et al. (2002), kelangsungan hidup larva ikan betutu

(Oxyeleotris marmorata) yang direndam dalam media yang mengandung hormon

T3 dan lebih rendah dibandingkan kontrol. Diduga penyebab kematian yang

tinggi pada larva adalah kelaparan dan pemberian hormon.

4.6 Uji ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay)

Pada penelitian ini dilakukan uji ELISA dengan tujuan untuk mengetahui

konsentrasi dan keberadaan hormone di dalam tubuh elver ikan setelah 4 hari

dari waktu perendaman. Menurut Anwar (2005), waktu paruh sirkulasi dari T3

sekitaar 2—3 hari, lebih panjang dari sebagian besar hormon. Waktu urai hormon

ini akan memberikan informasi berapa lama hormon tersebut benar-benar telah

terurai di dalam tubuh sidat dan konsentrasinya menjadi normal kembali.

Keberdaan hormon yang belum terurai (masih aktif) di dalam tubuh elver sidat ini

dikhawatirkan akan mempengaruhi food safety ketika di konsumsi oleh manusia.

Menurut Takei dan Hirose (2001), hormon osmoregulasi dapat dikategorikan ke

dalam dua grup. Fast-acting hormones adalah hormon amina atau oligopeptida

Page 94: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

75

yang disekresi segera (dalam detik atau menit) setelah transfer ikan ke medium

osmotik berbeda dan cepat hilang dari sirkulasi. Slow-acting hormones adalah

hormon steroid atau polipeptida yang disekresi lambat (biasanya dalam hari) dan

berpartisipasi dalam adaptasi ke lingkungan baru.

Berikut ini hasil pengujian ELISA yang telah dilakukan, disajikan dalam

tabel 32 sebagai berikut.

Tabel 32. Uji ELISA hormon Triiodotironin (T3)

Perlakuan Dosis (mg/l)

Hasil Satuan (ng/ml)

Nilai Rujukan (ng/ml)

K1 - 1,48 0,8—2,0

K2 - 1,28 0,8—2,0

K3 - 1,76 0,8—2,0

A1 0,5 3,52 0,8—2,0

A2 0,5 3,89 0,8—2,0

A3 0,5 3,19 0,8—2,0

B1 1 2,17 0,8—2,0

B2 1 2,21 0,8—2,0

B3 1 3,41 0,8—2,0

C1 1,5 3,02 0,8—2,0

C2 1,5 4,53 0,8—2,0

C3 1,5 2,33 0,8—2,0

Berdasarkan hasil uji ELISA didapatkan konsentrasi hormon triiodotironin

(T3) di dalam tubuh sidat yang telah diberi perlakuan perendaman (selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 17). Konsentrasi paling tinggi terdapat pada

perlakuan C2 dengan dosis hormon 1,5 ppm, sedangkan konsentrasi terendah

pada perlakuan B1 dengan dosis hormon 1 ppm. Jika dibandingkan dengan

kontrol yang tidak mendapat perlakuan perendaman hormon, hasilnya lebih

rendah dibandingkan dengan perlakuan. Hal ini menunjukkan korelasi elver sidat

yang diberi perlakuan hormon triiodotironin (T3) memiliki konsentrasi hormon T3

yang lebih tinggi daripada kontrol karena tubuh telah berhasil mengabsorpsi

hormon yang diberikan. Proses ini terjadi secara difusi karena adanya

konsentrasi hormone yang diberikan dan tekanan oksigen yang diberikan dalam

kantung perendaman.

Page 95: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

76

Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau

zat padat secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat

bercampur dalam sel mebran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-

zat lain terjadi melalui membran kapiler yang permiabel. Kecepatan proses difusi

bervariasi bergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan

temperatur cairan (Uliyah dan Hidayat, 2008). Hal ini terbukti melalui hasil

pengujian ELISA yang telah dilakukan bahwa pada konsentrasi dosis hormon

yang lebih besar yaitu 1,5 ppm terabsorpsi lebih tinggi dibandingkan dengan dosis

lain, dengan nilai hormon triiodotironin (T3) 4,53 ng/ml. Namun begitu, pada

dosis yang sama di ulangan yang berbeda terdapat laju penyerapan hormon

yang berbeda. Bila dilihat kembali pada tabel 28 nilai penyerapan hormon

triiodotironin lebih tinggi pada dosis 0,5 ppm dibandingkan dengan dosis 1 ppm. Hal

ini dapat disebabkan oleh berbeda nya kemampuan setiap individu elver untuk

dapat terpapar hormon melalui insang maupun kulitnya.

Proses penyerapan hormone pada tubuh larva diduga terjadi melalui

difusi. Penambahan hormone ke dalam media perendaman menyebabkan

adanya perbedaan konsentrasi didalam media. Perbedaan ini selanjutnya

menyebabkan terjadinya proses difusi (Arfah et al., 2002). Difusi kemungkinan

merupakan mekanisme yang paling penting untuk molekul-molekul agar dapat

masuk ke dalam tubuh. Molekul tersebut harus berada dalam bentuk larutan dan

berpartisi ke dalam membram sel lipofilik, berdifusi melintasi sel, dan kemudian

berpartisi keluar dari sel dan menuju kompartemen berair sisi yang lain. Maka

agar suatu molekul dapat terserap dengan baik harus memiliki tingkat kelarutan

yang baik di dalam air dan di dalam lipid (Cairns, 2004).

Smith (1982) dalam Aminah (2012), mendemonsrasikan radiolabeled-

BSA dapat masuk ke insang dan epidermis ikan rainbow trout (Oncorhynchus

mykiss) setelah perendaman dalam larutan dan diduga bahwa sel insang

Page 96: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

77

memungkinkan digunakan sebagai jalur masuk. Berdasarkan uraian tersebut,

mekanisme masuknya hormon dengan metode perendaman juga diduga

melalui insang secara osmoregulasi. Beberapa organ yang berperan dalam

proses osmoregulasi ikan antara lain: insang, ginjal, dan usus.

Hormon tiroid beredar terikat dengan protein plasma sedemikian rupa

sehingga 0,04% dari T4 dan 0,4% dari T3 adalah bebas. Sekitar 68% dari T4 dan

80% dari T3 terikat oleh globulin pengikat-glikoprotein hormon tiroid (TBG).

Sekitar 11% dari T4 dan 9% dari T3 terikat dengan transtiretrin (prealbumin

pengikat-hormon tiroid; TBPA). Sisanya terikat dengan albumin (Anwar, 2005).

4.7 Kualitas Air

Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan karena

diperlukan sebagai media hidup. Air yang digunakan untuk pemeliharaan elver

sidat perlu dijaga kualitasnya. Dalam pemeliharaan selama 42 hari, dilakukan

pengecekan kualitas air secara berkala, baik harian maupun mingguan.

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, didapatkan kisaran parameter

kualitas air berupa suhu, oksigen (DO) terlarut, derajat keasaman (pH), nitrit dan

ammonium. Dapat dilihat pada tabel 33 sebagai berikut.

Tabel 33. Hasil Pengukuran Kualitas Air

Parameter Hasil Penelitian Literatur

Suhu 24—27°C 20—29 °C (Suryono dan Badjoeri, 2013)

DO 4—7,5 mg/l ≥ 3 mg/l (Rahmawati et al., 2014)

pH 6—7,5 6—8 (Rohman, 2015)

Nitrit 0—1 mg/l 0,01—1 mg/l (Samsundari dan Wirawan, 2013)

Amonium 0—1 mg/l 0—0,5 mg/l (Harianto et al., 2014)

4.7.1 Suhu

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan kualitas air berupa suhu dengan

menggunakan DO meter yang menampilkan data suhu perairan. Waktu

Page 97: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

78

pengukuran dilakukan pada pukul 04.00 dan 14.00 WIB. Dari data pengukuran

didapatkan nilai suhu pada pukul 04.00 WIB berkisar antara 24—25°C dan pukul

14.00 WIB berkisar antara 25—27°C. Data nilai suhu selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran 19.

Menurut Suryono dan Badjoeri (2013), suhu yang sesuai untuk

pemeliharaan larva ikan sidat pada suhu 20—29°C. Nilai ini masih dalam kisaran

toleransi dan baik untuk pertumbuhan. Kondisi suhu yang lebih tinggi dari 30°C

maupun kurang dari 10°C dapat mempengaruhi sensivitas larva sidat yaitu dapat

menghilangkan lendir (mucous) pada tubuh sidat dimana keberadaan lendir

tersebut mengandung zat anti bakteri salah satunya kelompok bakteri protease

seperti Cathepsins L dan B.

Suhu merupakan faktor lingkungan paling penting untuk mengatur

kecepatan pertumbuhan. Ikan sidat melakukan aktivitas makan pada kisaran

suhu antara 20—28°C (Rahmawati et al., 2014). Suhu optimal yang

menghasilkan laju pertumbuhan terbaik ikan sidat adalah 23—31°C (Usui, 1974).

Apabila suhu media pemeliharaan sesuai dengan kebutuhan ikan maka

metabolisme dan nafsu makan akan terjaga dengan baik sehingga berdampak

positif bagi pertumbuhan ikan. Suhu juga mempengaruhi proses-proses fisiologis

seperti tingkat respirasi, efesiensi pakan, pertumbuhan, tingkah laku dan

reproduksi.

4.7.2 Oksigen Terlarut (DO)

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan kualitas air berupa oksigen

terlarut dengan menggunakan DO meter. Waktu pengukuran dilakukan pada

pukul 04.00 dan 14.00 WIB. Dari data pengukuran didapatkan nilai DO pada

pukul 04.00 WIB berkisar antara 4—6 ppm dan pukul 14.00 WIB berkisar antara

6—7,5 ppm. Data nilai DO selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 20.

Page 98: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

79

Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang digunakan

sebagai pilihan utama menentukan layak tidaknya sumber air digunakan dalam

kegiatan budidaya, nilai oksigen yang terkandung dalam budidaya ikan sidat

tergolong tinggi karena jumlah oksigen yang dikonsumsi untuk aktivitas dan

metabolisme tubuh sidat juga tergolong tinggi. Ikan sidat dapat hidup dalam air

dengan kandungan oksigen 3—5 mg/l, namun untuk ,meningkatkan produktivitas,

maka kandungan oksigen terlarut dalam air sebaiknya dijaga pada level diatas 5

mg/l, hal ini karena pada level dibawah 1 mg/l dapat menyebabkan pertumbuhan

laju pertumbuhan lambat (Rahmawati et al., 2014).

Tingkat konsumsi oksigen ikan bervariasi tergantung pada suhu,

konsentrasi oksigen terlarut, ukuran ikan, tingkat aktivitas, waktu setelah

pemberian pakan dan lain sebagainya. Tingkat metabolisme juga bervariasi antar

spesies dan dibatasi oleh rendahnya kandungan oksigen yang tersedia. Pada

umumnya, ikan kecil akan mengkonsumsi oksigen per berat badan lebih banyak

dibandingkan ikan besar dari satu spesies. Kandungan oksigen terlarut yang

ideal di dalam air untuk budidaya ikan tidak boleh <3,00 mg/l karena dapat

menyebabkan kematian organisme air (Samsundari dan Wirawan, 2013).

4.7.3 Derajat Keasaman (pH)

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan kualitas air berupa derajat

keasaman dengan menggunakan pH meter. Waktu pengukuran dilakukan pada

pukul 04.00 dan 14.00 WIB. Dari data pengukuran didapatkan nilai pH pada

pukul 04.00 WIB berkisar antara 6—7,5 dan pukul 14.00 WIB berkisar antara 6—

7,5. Data nilai pH selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21.

Menurut Rohman (2015), nilai pH optimum untuk pemeliharaan sidat yaitu

6—8. Nilai suatu pH perairan mencirikan keseimbangan asam dan basa dalam

air. Menurut Harianto et al. (2014), pH air merupakan parameter penyebab

banyaknya ion yang terkandung dalam air, pH rendah dapat menyebabkan

Page 99: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

80

kematian sedangkan nilai pH yang terlalu tinggi menyebabkan perairan tidak

produktif. Nilai pH optimum untuk pemeliharaan ikan sidat berada pada kisaran

6—8.

Pada kisaran pH 4—11 elver sidat mampu hidup, namun yang terbaik

pada kisaran 6,6—8. Perairan yang memiliki pH kurang dari 6 atau melebihi 8

tergolong pH yang dapat membahayakan dalam pemeliharaan budidaya benih

sidat. Air yang memiliki kadar asam terlalu tinggi akan mengakibatkan

kandungan oksigen terlarut berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen

menurun, aktivitas pernapasan naik dan selera makan akan berkurang.

Sedangkan pada perairan yang memiliki pH tinggi (basa) lebih banyak ditemukan

NH3 yang tidak terionisasi dan bersifat toksik (Ritonga, 2014).

4.7.4 Nitrit (NO2-)

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan kualitas air berupa nitrit dengan

menggunakan teskit nitrit. Waktu pengukuran dilakukan sepuluh hari sekali. Dari

data pengukuran didapatkan nilai nitrit berkisar antara 0—1 mg/l. Data nilai nitrit

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 22.

Kadar optimun nitrit perairan adalah antara 0,01 – 1,0 mg/l. Senyawa nitrit

yang berlebih dalam suatu perairan akan menyebabkan menurunnya

kemampuan darah organisme perairan untuk mengikat O2, karena nitrit akan

beraksi lebih kuat dengan hemoglobin yang menyebabkan tingginya tingkat

kematian (Samsundari dan Wirawan, 2013).

Konsentrasi nitrit di perairan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan

hidup biota akuatik. Sumber utama nitrit dalam perairan adalah limbah hasil

kegiatan antropogenik. Konsentrasi nitrit lebih dari 0,05 mg/l dapat brsifat toksisk

bagi organisme akuatik yang sensitif (Suryono dan Badjoeri, 2013). Konsentrasi

hasil analisis lebih tinggi dari ketentuan yang ditolerir perairan alami tetapi hal ini

Page 100: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

81

tidak membuat benih sidat mati karena sifat ikan sidat yang lebih toleran

terhadap kondisi perairan.

4.7.5 Amonium (NH4+)

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan kualitas air berupa amonium

dengan menggunakan teskit amonium. Waktu pengukuran dilakukan sepuluh

hari sekali. Dari data pengukuran didapatkan nilai amonium berkisar antara 0—1

mg/l. Data nilai amonium selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 23.

Pada saat kadar amoniak dalam air tinggi maka kemampuan ikan untuk

mengekskresikan amoniaknya berkurang. Hal tersebut menyebabkan naiknya

kadar amoniak dalam darah maupun jaringan tubuh. Hal itu akan meningkatkan

kadar pH darah dan memiliki efek yang merugikan pada reaksi berbagi enzim

dan stabilitas membran. Efek negatif tersebut meliputi kerusakan insang,

pengurangan kapasitas darah dalam membawa oksigen serta kerusakan

histologi pada sel darah merah (Boyd, 1998).

Menurut Harianto et al. (2014), kadar 0 - 0,5 mg/l merupakan batas

maksimum yang lazim dianggap sebagai batas untuk menyatakan bahan air itu

“unpolluted”. Ikan masih dapat hidup pada air yang mengandung N2 mg/l, batas

letal akan tercapai pada kadar 5 mg/l. Salah satu cara untuk mengurangi

konsentrasi dalam perairan adalah melakukan pergantian air secara berkala.

Amonia yang terakumulasi dalam media pemeliharaan sangat beracun bagi ikan

karena dapat merusak jaringan insang ikan. Konsentrasi amonia yang sangat

tinggi dalam perairan dapat mengakibatkan penurunan ekskresi ammonia oleh

ikan, sehingga amonia terakumulasi di dalam darah dan insang. Akumulasi

amonia dalam darah dapat menyebabkan kemampuan darah dalam

mentransportasikan oksigen berkurang.

Page 101: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

82

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan selama 42 hari dapat disimpulkan

bahwa pertumbuhan elver ikan sidat (Anguilla bicolor) baik bobot maupun

panjang dapat ditingkatkan dengan metode perendaman dalam larutan hormon

triiodotironin (T3). Dosis yang diberikan memberikan perbedaan terhadap

pertumbuhan elver ikan sidat. Pertumbuhan tertinggi didapatkan dari dosis 0,5

ppm, dengan pertumbuhan bobot rerata harian sebesar 0,22 gram/hari, panjang

rerata harian 0,09 cm/hari, laju bobot spesifik 2,5 %, laju panjang spesifik 0,005%,

bobot mutlak 9,5 gram, panjang mutlak 3,8 cm, bobot mingguan 1,18 gram,

panjang mingguan 0,47 cm, dan rerata kelangsungan hidup sebesar 87,67%.

Semakin besar dosis yang diberikan (1,5 ppm dan 1 ppm) dapat memberikan hasil

pertumbuhan yang lebih rendah jika tidak diimbangi dengan pakan berprotein

tinggi dan suplai oksigen yang mencukupi.

5.2 Saran

Saran dari penelitian yang telah dilakukan adalah penelitian lebih lanjut

mengenai peningkatan pertumbuhan pada ikan sidat perlu dilakukan untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik. Misalnya perendaman ikan sidat dengan

beberapa frekuensi atau pada stadia yang berbeda, dosis hormon dengan

rentang lebih sempit, penggunaan hormon triiodotironin dengan metode injeksi

ataupun pencampuran dalam pakan, padat tebar perendaman atau pemeliharaan

yang lebih tinggi, dan pemeliharaan lebih lanjut untuk melihat tren peningkatan

pertumbuhan ikan sidat.

Page 102: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

83

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M. 2013. Aplikasi pakan komersil yang disubsitusi tepung silase daun mengkudu dengan inokulan khamir laut sebagai pakan ikan sidat (Anguilla bicolor). Skripsi. Surabaya. Universitas Hang Tuah.

Affandi, R., T. Budiardi., R.I. Wahju dan A.A. Taurusman. 2013. Pemeliharaan

ikan sidat dengan sistem air resirkulasi (eel rearing in water resirculation system). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 18(1): 55—60.

Airin, Y. L. D dan Cyska, L. 2015. Pakan diameter berbeda bagi pertumbuhan

ikan sidat (Anguilla sp.). Budidaya Perairan. 3(3): 30—41. Alan, G.G and Thomas G.A. 1976. Regulation of malic enzyme synthesis by

insulin triiodothyronine, and glucagon in liver cells in culture. The Journal of Biochemical Chemistry. 251(10): 3027—3032.

Anwar, R. 2005. Pelepasan dan Sintesis Hormon. Skripsi. Bandung. FK UNPAD. Aminah. 2012. Aplikasi hormon Pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang

pada glass eel dengan dosis perendaman berbeda. Skripsi. Bogor. IPB. Arfah, H., Alimuddin., K. Sumantadinata dan J. Ekasari. 2002. Seks reversal

pada ikan tetra kongo stadia larva. Jurnal Akuakultur Indonesia. 1(2): 69—74.

Baradero, M., M.W. Dayrit dan Y. Siswandi. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri

Asuhan Keperawatan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 141 hlm. Boyd, C. E and C. S Tucker. 1998. Pond Acuaculture Water Quality Management.

Great Britain. Kluwer Academic Publisher. Cairns, D. 2004. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

232 hlm.

Campbell, N.A., J.B. Reece dan L.G. Mitchell. 2004. Biologi. Jakarta. Erlangga.501 hlm.

Cholifah, D., M. Febrian., A. W. Ekawati dan Y. Risjani. 2012. Pengaruh

penggunaan tepung silase daun mengkudu (Morinda citrifolia) dalam formula pakan terhadap pertumbuhan ikan sidat (Anguilla bicolor) stadia elver. Jurnal Kelautan. 5(2): 93—107.

Cholik, F., A.G Jagatraya., Poernomo dan A. Jauzi. 2005 Akualkultur Tumpuan

Harapan Masa Depan Bangsa. Jakarta. Masyarakat Perikanan Nusantara. 415 hlm.

Effendi, M.F. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta. Yayasan Pustaka Nusantara.

122 hlm.

Page 103: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

84

Fauci, A., E. Braunwald., D. Kasper., S. Hauser., D. Longo., J. Jameson., and J. Loscalzo. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th Edition. US. Mcgraw Hill inc. 3000 hlm.

Fitria, S. 2014. Kinerja produksi elver ikan sidat (Anguilla bicolor) berbobot awal 3

g/ekor dengan padat tebar 2 g/l, 3 g/l, dan 4 g/l dalam sistem resirkulasi. Skripsi. Bogor. FPIK IPB.

Ganong, W. F. 1983. Fisiologi Kedokteran. San Fransisco. EGC Press. 642 pgs. Gulo, W. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta. Grasindo. 260 hlm. Gunawan, S. 2014. Kupas Tuntas Budidaya dan Bisnis Lele. Jakarta. Penebar

Swadaya. 188 hlm. Hamdi, A. S dan Bahruddin, E. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi

dalam Pendidikan. Yogyakarta. Deepublish. 171 hlm. Harianto, E., T. Budiardi dan A.O. Sudrajat. 2014. Kinerja Pertumbuhan Anguilla

bicolor bobot awal 7 g dengan kepadatan berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia. 13(2): 120—131.

Herviani, I. 2002. Pengaruh Perendaman Larva dalam Larutan Hormon

Triiodotironin (T3) Selama 24 jam dengan Dosis Berbeda Terhadap Perkembangan, pertumbuhan, dan Kelangsungan Hidup Larva Gurame (Osphronemus gouramy). Skripsi. Bogor. FPIK IPB.

Herviani, I., M. Zairin dan O. Carman. 2003. Pengaruh perendaman larva ikan

gurame dalam larutan triiodotironin (T3) pada dosis berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup (Osphronemus gouramy Lac.). Jurnal Akuakultur Indonesia. 2(2): 61—65.

Idris, A. P. S. 2016. Analisis berbagai kadar protein terhadap konsumsi dan

efisiensi pakan pada budidaya ikan sidat (Anguilla marmorata). Jurnal Galung Tropika. 5(2): 109—117.

Ilmiah, E. N. 2014. Kinerja produksi elver ikan sidat (Anguilla marmorata) dengan

padat tebar 2 g/l, 3 g/l, 4 g/l pada bobot awal 7 g/ekor dalam sistem resirkulasi. Skripsi. Bogor. FPIK IPB.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta. Kanisius. 285 hlm. Kralik, A., K. Eder and M. Kirchgessner. 1996. Influence of zinc and selenium

deficiency on parameters relating to thyroid hormone metabolism. Horm. Metab. Res. 28: 223—226.

Lam, T. J and R. Sharma. 1985. Effects of salinity and thyroxine on larval survival,

growth and development in carp, Cyprinus carpio. Aquaculture. 44: 201—212.

Latif, K. 2006. Evaluation of chicken intestine waste as a feed ingredient for red

tilapia (Oreochromis sp.) juveniles. Skripsi. Malaysia. Universiti Putra Malaya.

Page 104: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

85

Mahyuddin, K. 2009. Panduan Lengkap Agribisnis Ikan Gurami. Jakarta. Penebar

Swadaya. 249 hlm. Mahyuddin, K. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Jakarta. Penebar

swadaya. 212 hlm. Marks, D.B., Allan, D.M and Colleen, M.S. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar.

Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 770 hlm. Matty, A. J. 1985. Fish Endocrinology. London. Croom Helm. 267 pg. Nawir, F., N. B. Utomo dan T. Budiardi. 2015. Pertumbuhan ikan sidat yang diberi

kadar protein dan rasio energi protein pakan berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia. 14(2): 128—134.

Neal, J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Jakarta. PT. Gelora Aksara

Pratama. 98 hlm. Nontji, A. 2008. Plankton Laut. Jakarta. LIPI Press. 331 hlm. Ostrander, G.K. 2000. The Laboratory Fish. USA. Academic Press. 2000 hlm. Pitojo, S. 2004. Benih Kentang. Yogyakarta. Kanisius. 128 hlm. Pramono, T.H. 2001. Pengaruh Pemberian Hormon Triiodo-Tironin Kepada Induk

Terhadap Organogenesis, Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata, Blkr). Skripsi. FPIK IPB.

Rachmawati, F. N dan U. Susilo. 2011. Profil hormone dan kinerja reproduksi

ikan sidat (Anguilla bicolor McClelland) yang tertangkap di perairan segara anakan cilacap. Biota. 16(2): 221—226.

Rahmawati, S., Hasim dan Mulis. 2014. Pengaruh padat tebar berbeda terhadap

pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan sidat di balai benih ikan gorontalo. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3(2): 64—70.

Redaksi Agromedia. 2012. 19 Peluang Bisnis Ikan Konsumsi. Jakarta. PT.

Agromedia Pustaka.166 hlm. Ritonga, T. P. 2014. Respon benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap

derajat keasaman (pH). Skripsi. Bogor. IPB. Rohman, Z. F. 2015. Kinerja produksi pendedran glass eel ikan sidat (Anguilla

marmota) pada sistem resirkulasi dengan pergantian air 30% dan 45% per hari. Skripsi. Bogor. IPB.

Roy, R. 2013. Budi Daya Sidat. Jakarta. Agromedia Pustaka. 70 hlm. Rusmaedi., Praseno. O., Rasidi dan Subamia I.W. 2010. Pendederam ikan sidat

(Anguilla bicolor) sistem resirkulasi bak beton. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010. Loka Riset Pemuliaan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar. Jakarta. Pusat Riset Prikanan Budidaya. 107—111.

Page 105: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

86

Sakdiah, M., M. Zairin dan O. Carman. 2003. Pengaruh lama perendaman di dalam larutan hormon triiodotironin terhadap perkembangan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan gurami (Osphronemus gouramy). Jurnal Akuakultur Indonesia. 2(1): 1—6.

Samsundari, S dan G. A. Wirawan. 2013. Analisis penerapan biofilter dalam

sistem resirkulasi terhadap mutu kualitas air budidaya ikan sidat (Anguilla bicolor). Malang. Universitas Muhammadiyah Malang. 8(2): 86—97.

Sarwono, B. 2002. Budidaya Belut dan Sidat. Jakarta. Penebar Swadaya. 95 hlm. Sasongko, A., J. Purwanto., S. Mu’minah dan U. Arie. 2007. Sidat: Panduan

Agribisnis Penangkapan, Pendederan dan Pembesaran. Jakarta. Penebar Swadaya. 116 hlm.

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang pertanian.

Yogyakarta. Kanisius. 244 hlm. Soemarjati, W., A. B. Muslim., R. Susiana., dan C. Saparinto. 2015. Bisnis dan

Budi Daya Kerapu. Jakarta. Penebar Swadaya. 148 hlm. Subekti, S., M. Prawesti dan M. Arief. 2011. Pengaruh kombinasi pakan buatan

dan pakan alami cacing sutera (Tubifex tubifex) dengan persentase yang berbeda terhadap retensi protein, lemak dan energi pada ikan sidat (Anguilla bicolor). Jurnal Kelautan. 4(1): 90—95.

Suitha, I.M., A. Suhaeri. Budi Daya Sidat. Jakarta. Agromedia Pustaka. 48 hlm. Suryono, T dan M. Badjoeri. 2013. Kualitas air pada uji pembesaran larva ikan

sidat (Anguilla spp.) dengan sistem pemeliharaan yang berbeda. Limnotek. 20(2): 169—177.

Sutrisno. 2008. Penentuan salinitas dan jenis pakan alami yang tepat dalam

pemeliharaan benih ikan sidat (Anguilla bicolor). Jurnal Akuakultur Indonesia. 7(1): 71—77.

Tabinda, A. B and Butt, A. 2012. Replacement of fish meal with poultry by-

product meal (chicken intestine) as a protein source in grass carp fry diet. Pakistan J. Zool. 44(5): 1373—1381.

Takei. Y and S. Hirose. 2001. The natriuretic peptide system in eel: a key

endocrine system for euryhalinity. Am. J. Physiol. Regulatory Integrative Comp. 282 pgs.

Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran. 211 hlm. Topan, M dan N. Riawan. 2015. Budi Daya Belut dan Sidat Gak Pake Masalah.

Jakarta. Agromedia Pustaka. 134 hlm. Uliyah, M dan Hidayat, A. A. 2008. Keterampilan Dasar Praktik klinik untuk

Kebidanan, Edisi 2. Jakarta. Penerbit Salemba Medika. 268 hlm.

Page 106: PERTUMBUHAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) PADA FASE …repository.ub.ac.id/4448/1/Rahardjo, Nursyahfira Putri.pdf · ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis perendaman larutan

87

Usui, A. 1974. Eel culture. West Byfleet & London. Fishing News (Book). 186 pp. Utomo, B. 2003. Tampilan Produksi Susu dan Komponen Metabolisme Tubuh

Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Akibat Perbedaan Kulaitas Rnasum. Tesis. Magister Ilmu Ternak Universitas Diponegoro.

Wong A, Zhou H, Jiang Y, Ko W. 2006. Feedback regulation of growth

hormone synthesis and secretion in fish and the emerging concept of intrapituitary feedback loop. Comparative Biochemistry and Physiology. Part A 144 (2006) 284-305.

Yaniharto, D., O. Rovara dan I. E. Seyiawan. 2013. Substitusi tepung ikan impor

dengan tepung ikan lokal dan tepung bungkil kedelai pada pakan ikan sidat (Anguilla bicolor) yang dipelihara di kolam (hapa). Konferensi Akuakultur Indonesia. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Yusup, W., Hasim dan Mulis. 2015. Pengaruh pemberian pakan Artemia sp.

dosis berbeda terhadap pertumbuhan dan sintasan benih ikan sidat di balai benih ikan gorontalo. Jurnal Ilmiah Perikanan dan kelautan. 3(2): 58—63.