pertumbuhan dan uji patogenisitas delapan jamur …digilib.unila.ac.id/55317/3/skripsi tanpa bab...

48
PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR ENTOMOPATOGEN SEBAGAI AGENSIA PENGENDALI HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) DI LABORATORIUM (Skripsi) Oleh Maya Nuningtyas FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 18-Feb-2020

31 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR

ENTOMOPATOGEN SEBAGAI AGENSIA PENGENDALI HAMA ULAT

GRAYAK (Spodoptera litura F.) DI LABORATORIUM

(Skripsi)

Oleh

Maya Nuningtyas

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

ABSTRAK

PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR

ENTOMOPATOGEN SEBAGAI AGENSIA PENGENDALI HAMA ULAT

GRAYAK (Spodoptera litura F.) DI LABORATORIUM

Oleh

Maya Nuningtyas

Ulat grayak (Spodoptera litura F.) merupakan hama penting di tanaman pangan,

hortikultura dan tanaman perkebunan karena hama ini bersifat polifag. Salah satu

pengendalian yang ramah lingkungan yaitu pengendalian menggunakan jamur

entomopatogen sebagai agensia pengendali hayati. Penelitian ini bertujuan untuk

mempelajari pertumbuhan, sporulasi dan viabilitas spora delapan isolat jamur

entomopatogen koleksi Laboratorium Bioteknologi Pertanian, Fakultas Pertanian

Unila. Serta mempelajari patogenisitas delapan isolat jamur entomopatogen

terhadap ulat grayak di laboratorium. Penelitian ini terdiri dari 2 set percobaan.

Percobaan pertama yaitu pengujian pertumbuhan dan perkembangan delapan

isolat jamur entomopatogen secara in vitro pada media PDA yang disusun dalam

Rancangan Acak Lengkap (RAL) 3 ulangan. Percobaan yang kedua yaitu uji

patogenisitas delapan isolat jamur entomopatogen terhadap S. litura yang disusun

dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) 3 ulangan. Penelitian ini dilaksanakan

mulai Januari 2018 sampai Mei 2018 bertempat di Laboratorium Bioteknologi

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Hasil penelitian

Page 3: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai pengaruh yang

berbeda-beda dalam pertumbuhan koloni, sporulasi, viabilitas spora dan

patogenisitas terhadap ulat grayak. Pertumbuhan koloni tertinggi pada 14 hsi

dihasilkan oleh isolat Talaromyces sayulitensis (A3) (8,60 cm) dan terendah oleh

isolat Penicillium oxalicum (P) (2,95 cm). Sporulasi tertinggi dihasilkan oleh

isolat Aspergillus oryzae (A1) (16,06 x 107 spora/ml) dan terendah oleh isolat

Beauveria bassiana (B1) (2,13 x 107 spora/ml). Viabilitas spora tertinggi terdapat

pada isolat Aspergillus oryzae (A4) (89,05%) dan terendah oleh isolat Penicillium

oxalicum (P) (52,41%). Mortalitas tertinggi dihasilkan oleh perlakuan isolat

Aspergillus oryzae (A1) (77,77%) dan terendah oleh isolat Penicillium oxalicum

(P) (30,55%).

Kata kunci : Aspergillus oryzae, Beauveria bassiana, Metarhizium flavoride,

Penicillium oxalicum, Talaromyces sayulitensis, Ulat grayak.

Page 4: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR

ENTOMOPATOGEN SEBAGAI AGENSIA PENGENDALI HAMA ULAT

GRAYAK (Spodoptera litura F.) DI LABORATORIUM

Oleh

Maya Nuningtyas

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai
Page 6: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai
Page 7: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai
Page 8: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak tunggal yang lahir pada tanggal 27 Mei 1996 dari bapak

Teguh Rahayu dan ibu Rodiyah. Penulis menyelesaikan pendidikan di TKIT

Bustanul Ulum (2002), SDIT Bustanul Ulum (2008), dan SMPIT Bustanul Ulum

(2011) Kecamatan Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan ke MAN 1 Poncowati Terbanggi Besar, Lampung

Tengah (2014).

Tahun 2014, Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama kuliah, penulis telah melaksanakan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sinar Sari, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten

Lampung Tengah dan Praktik Umum (PU) di PT Great Giant Food Kecamatan

Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Tahun 2017

penulis mempunyai pengalaman menjadi Asisten Dosen pada praktikum mata

kuliah Dasar-Dasar Budidaya Tanaman untuk Program Studi Agribisnis, Dasar-

Dasar Fisiologi Tumbuhan dan Pengendalian Penyakit Tanaman untuk Program

Studi Agroteknologi.

Page 9: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

“Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus menerus

Mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang

ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di

sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa

yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apapun tentang

ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan

bumi. Dan Dia tidak merasa berat Memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi,

Maha Besar”

(Q.S Al-Baqarah : 255)

“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan

melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang

Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan”

(QS. At-Taubah :105)

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu

bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya

dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga

puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh

tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau

yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku

dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku

dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat

kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”

(QS. Al – Ahqaf : 15)

Page 10: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

Alhamdulillahirobbil’alamin

Kupersembahkan karya ini untuk Keluargaku tercinta bapak Teguh Rahayu dan

Ibu Rodiyah.

Sebagai wujud rasa terima kasih dan baktiku atas do’a, kasih sayang, pengorbanan

yang tak terhingga, dan dukungan yang selalu diberikan serta Almamater tercinta

Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Page 11: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

SANWACANA

Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang maha pengasih lagi maha

penyayang, karena telah memberikan limpahan nikmat, anugerah serta kekuatan

lahir dan batin kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S. selaku Ketua Bidang Proteksi Tanaman

dan penguji atas saran, pengarahan dan nasehat untuk perbaikan dalam

penyusunan skripsi.

4. Ibu Yuyun Fitriana, S.P., M.P. Ph.D. selaku pembimbing utama sekaligus

pembimbing Akademik, atas bantuan, bimbingan, semangat, nasehat,

motivasi, saran, kesabaran, dan waktu dalam membimbing penulis selama

penelitian, penyusunan skripsi dan menjadi mahasiswa Agroteknologi.

5. Bapak Ir. Solikhin, M.P. selaku pembimbing kedua atas bimbingan, bantuan,

motivasi, dan kesabaran untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Page 12: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

6. Bapak Radix Suharjo, S.P., M.Agr., Ph.D., yang telah memberikan motivasi,

arahan dan masukan, selama penulis melakukan penelitian sampai penulis

menyelesaikan skripsi.

7. Orang tuaku tercinta Mamah, Bapak, Mbah uti, Mba Afrie, (Bimo Nur

Prabowo) dan semua anggota keluarga yang sangat berjasa dalam semua hal

dihidupku, yang selalu memberikan doa, dan dukungan selama ini, baik

secara moral dan material.

8. Teman-teman tim penelitian Biotek 14 Lita, Febe, Diah, Hani L, Lily, Devita,

Hani A, Indah, Mei dan Maruf yang telah memberikan bantuan, dukungan,

dan pengertian serta kesediaannya turut serta dalam pelaksanaan penelitian.

9. Sahabat-sahabatku Rizka Esty Wulandari, Novita Lestari, Mira Lerizka, Mely

Yunita Sari, Marina Simanungkalit, Neti Ontia, dan Adriyana Budiarti atas

dukungan dan kerja samanya selama ini dan motivasi yang diberikan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu

penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari

Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 19 Desember 2018

Penulis

Maya Nuningtyas

Page 13: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ...................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.3 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 4

1.4 Hipotesis .................................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 7

2.1 Tanaman Jagung ....................................................................................... 7

2.2 Ulat Grayak .......................................................................................... 8

2.2.1 Klasifikasi ulat grayak ................................................................... 8

2.2.2 Bioekologi ulat grayak ..................................................................... 8

2.2.3 Gejala serangan ............................................................................. 11

2.3 Pengendalian Hayati ................................................................................ 12

2.4 Jamur Entomopagen ................................................................................ 12

2.4.1 Beauveria sp.................................................................................... 13

2.4.2 Metarhizium sp. ................................................................... 13

2.4.3 Penicillium sp. .................................................................... 14

2.4.4 Aspergillus sp. .................................................................... ....... 14

III. BAHAN DAN METODE .............................................................................. 16

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 16

3.2. Bahan dan Alat ........................................................................................ 16

3.3. Metode Penelitian ................................................................................... 17

3.4. Pelaksanan Penelitian .............................................................................. 17

3.4.1 Uji Pertumbuhan dan perkembangan delapan jamur

entomopatogen ................................................................. 17

3.4.1.1 Penyediaan delapan isolat

jamur entomopatogen ....................................................... 17

3.4.1.2 Pembuatan media

Potato Dextrose Agar (PDA) ........................................... 18

Page 14: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

xiv

3.4.1.3 Inokulasi delapan jamur entomopatogen

ke dalam media PDA ........................................... 18

3.4.2 Uji patogenisitas delapan isolat jamur entomopatogen

terhadap ulat grayak ................................................................... 19

3.4.2.1 Penyediaan serangga uji ulat grayak .............................. 19

3.4.2.2 Pengaplikasian jamur entomopatogen pada

ulat grayak ...................................................................... 19

3.5. Variabel Pengamatan ........................................................................... 20

3.5.1 Pertumbuhan koloni jamur entomopatogen ................................ 20

3.5.2 Sporulasi jamur entomopatogen ................................................. 21

3.5.3 Viabilitas spora jamur entomopatogen ........................................ 22

3.5.4 Mortalitas ulat grayak setelah aplikasi

jamur entomopatogen ................................................................. 22

3.6 Analisis Data ......................................................................................... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 24

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................

4.1.1 Pertumbuhan koloni delapan jamur entomopatogen

pada media PDA ................................................................. 24

4.1.2 Sporulasi jamur entomopatogen ......................................... 26

4.1.3 Viabilitas jamur entomopatogen ......................................... 26

4.1.4 Patogenisitas jamur entomopatogen pada ulat grayak ........ 27

4.2 Pembahasan .................................................................................. 30

V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 35

5.1. Kesimpulan ............................................................................... 35

5.1. Saran ......................................................................................... 35

DAFTAR ACUAN .................................................................................. 35

LAMPIRAN ............................................................................................ 40

Page 15: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Delapan isolat jamur entomopatogen yang digunakan dalam

penelitian .................................................................................................... 18

2. Pertumbuhan diameter koloni delapan jamur entomopatogen ........... 25

3. Sporulasi jamur entomopatogen ......................................................... 26

4. Viabilitas jamur entomopatogen ........................................................ 27

5. Mortalitas ulat grayak setelah aplikasi jamur entomopatogen ........... 28

6. Data pertumbuhan jamur entomopatogen 1- 14 hsi ........................... 44

7. Analisis ragam dan duncan pertumbuhan jamur entomopatogen 1 hsi 47 49

8. Analisis ragam dan duncan pertumbuhan jamur

entomopatogen 2 hsi ........................................................................... 50

9. Analisis ragam dan duncan pertumbuhan jamur

entomopatogen 3 hsi .......................................................................... 51

10. Analisis ragam dan duncan pertumbuhan jamur

entomopatogen 4 hsi .......................................................................... 52

11. Analisis ragam dan duncan pertumbuhan jamur

entomopatogen 5 hsi .......................................................................... 53

12. Analisis ragam dan duncan pertumbuhan jamur

entomopatogen 6 hsi .......................................................................... 54

13. Analisis ragam dan duncan pertumbuhan jamur

entomopatogen 7 hsi .......................................................................... 55

14. Analisis ragam dan duncan pertumbuhan jamur

entomopatogen 8 hsi .......................................................................... 56

Page 16: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

xvi

15. Analisis ragam dan duncan pertumbuhan jamur

entomopatogen 9 hsi .......................................................................... 57

16. Analisis ragam dan duncan pertumbuhan jamur

entomopatogen 10 hsi ........................................................................ 58

17. Analisis ragam dan duncan pertumbuhan jamur

entomopatogen 11 hsi ........................................................................ 59

18. Analisis ragam dan duncan pertumbuhan jamur

entomopatogen 12 hsi ........................................................................ 60

19. Analisis ragam dan duncan pertumbuhan jamur

entomopatogen 13 hsi ........................................................................ 61

20. Analisis ragam dan duncan pertumbuhan jamur

entomopatogen 14 hsi ........................................................................ 62

21. Data sporulasi delapan jamur entomopatogen ................................... 63

22. Analisis ragam dan duncan viabilitas sporulasi jamur

entomopatogen ................................................................................... 64

23. Data viabilitas spora jamur entomopatogen ....................................... 65

24. Analisis ragam dan duncan viabilitas spora jamur

entomopatogen ................................................................................... 66

25. Data mortalitas ulat grayak 1 -15 hsa .................................................. 67

26. Analisis ragam dan duncan mortalitas ulat grayak

1 hsa (transformasi , ) ............................................................. 68

27. Analisis ragam dan duncan mortalitasulat grayak

2 hsa (transformasi , ) ............................................................. 69

28. Analisis ragam dan duncan mortalitas ulat grayak

3 hsa (transformasi , ) .............................................................. 70

29. Analisis ragam dan duncan mortalitas ulat grayak 4 hsa ................... 71

30. Analisis ragam dan duncan mortalitas ulat grayak 5 hsa ................... 72

31. Analisis ragam dan duncan mortalitas ulat grayak 6 hsa ................... 73

32. Analisis ragam dan duncan mortalita sulat grayak 7 hsa ................... 74

Page 17: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

xvii

33. Analisis ragam dan duncan mortalitas ulat grayak 8 hsa ................... 75

34. Analisis ragam dan duncan mortalitas ulat grayak 9 hsa ................... 76

35. Analisis ragam dan duncan mortalitas ulat grayak 10 hsa ................. 77

36. Analisis ragam dan duncan mortalitas ulat grayak 11 hsa ................. 78

37. Analisis ragam dan duncan mortalitas ulat grayak 12 hsa ................. 79

38. Analisis ragam dan duncan mortalitas ulat grayak 13 hsa ................. 80

39. Analisis ragam dan duncan mortalitas ulat grayak 14 hsa ................. 81

40. Analisis ragam dan duncan mortalitas ulat grayak 15 hsa ................. 82

Page 18: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

6

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kelompok telur (S. litura) .................................................................. 9

2. Larva S. litura................................................................................................... 10

3. Imago S. litura ................................................................................................. 11

4. Gejala serangan S. litura ................................................................................. 11

5. Jamur Beauveria sp. ........................................................................... 13

6. Jamur Metarhizium sp. ....................................................................... 14

7. Jamur Penicillium sp. ......................................................................... 14

8. Jamur Aspergillus spp ........................................................................ 15

9. Pengukuran diameter koloni jamur entomopatogen .......................... 20

10. Pertumbuhan diameter koloni delapan

jamur entomopatogen ..................................................................................... 25

11. Larva ulat S. litura terinfeksi isolat A1 (Aspergillus oryzae) ............ 29

12. Larva ulat S. litura terinfeksi isolat A2 (Aspergillus oryzae) ............ 29

13. Larva ulat S. litura terinfeksi isolat

A3 (Talaromyces sayulitensis) ........................................................... 29

14. Larva ulat S. litura terinfeksi isolat A4 (Aspergillus oryzae) ............ 29

15. Pupa ulat S. litura terinfeksi isolat B1 (Beauveria bassiana) ............ 30

16. Larva ulat S. litura terinfeksi isolat

B2 (Beauveria bassiana) .................................................................... 3 30

17. Pupa terinfeksi isolat M (Metahrizium flavoviride) ........................... 30

18. Pupa terinfeksi isolat P (Penicillium oxalicum) ................................. 30

Page 19: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

xix

18. Pupa terinfeksi isolat P (Penicillium oxalicum) ................................. 30

19. Pertumbuhan koloni delapan jamur entomopatogen 14 hsi ............... 41

20. Sporulasi delapan jamur entomopatogen ........................................... 42

21. Viabilitas delapan jamur entomopatogen ........................................... 43

22. Ulat grayak terinfeksi ......................................................................... 44

Page 20: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia yang termasuk bahan pangan

penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung di

Indonesia merupakan bahan pangan yang diharapkan mampu menunjang

ketahanan pangan nasional (Purwono & Hartono, 2011). Oleh karena itu,

kebutuhan jagung dalam negeri terus mengalami peningkatan. Produksi jagung

pada tahun 2015 diketahui 19,61 juta ton pipilan kering, mengalami peningkatan

sebanyak 0,60 juta ton (3,17%) dibandingkan tahun 2014. Peningkatan produksi

tersebut terjadi di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa masing-masing sebanyak 0,46

juta ton dan 0,15 juta ton. Peningkatan produksi jagung terjadi karena kenaikan

produktivitas sebesar 2,25 kw/ha (4,54%), meskipun luas panen mengalami

penurunan sebesar 50,20 ribu ha (1,31%) (Badan Pusat Statistik, 2015).

Peningkatan produksi yang dicapai tersebut diduga belum maksimal. Hal ini

disebabkan pengembangan tanaman jagung masih terkendala oleh rendahnya

ketahanan tanaman terhadap adanya serangan organisme pengganggu tanaman..

Salah satu hama yang menyerang budidaya tanaman jagung adalah ulat grayak

(Spodoptera litura F.). Ulat grayak merupakan salah satu hama penting pada

tanaman budidaya dari tanaman pangan hingga tanaman sayuran. Ulat ini

Page 21: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

2

menyerang tanaman budidaya pada fase vegetatif yaitu dengan cara memakan

daun tanaman yang muda sehingga tinggal tulang daunnya saja. Pada kondisi

lingkungan yang mendukung, kehilangan hasil akibat serangan tersebut dapat

mencapai 80% (Marwoto & Suharsono, 2008)

Pengendalian ulat grayak pada saat ini masih mengandalkan penggunaan

insektisida. Pengendalian menggunakan insektisida kimia diketahui memiliki

dampak buruk untuk kedepannya. Selain merusak dan meracuni tanah, insektisida

kimia dapat mematikan serangga lain disekitar area pertanaman yang bukan

merupakan hama (Untung, 2000). Untuk mendukung pengendalian hama yang

berwawasan lingkungan maka perlu dilakukan pengendalian yang ramah

lingkungan.

Salah satu alternatif teknik pengendalian yang ramah lingkungan yaitu

pengendalian hayati, yang lebih fokus dengan menggunakan musuh alami (virus,

bakteri, jamur, dan mikroba lainnya). Saat ini agensia hayati dapat dikembangkan

menjadi agensia yang lebih andal, lebih memiliki virulensi dan patogenitas yang

tinggi, serta daya infeksi yang cepat dan luas (Pracaya, 1991).

Pemanfaatan jamur entomopatogen yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai

agensia hayati yaitu jamur entomopatogen. Jamur ini bersifat patogenik terhadap

berbagai jenis serangga dengan kisaran inang yang luas. Jamur entomopatogen

telah banyak digunakan untuk pengendalian serangga hama secara hayati

diantaranya Beauveria bassiana (Herlinda et al., 2008), Metarhizium anisopliae,

Aspergillus sp. (Purwantisari et al., 2008), dan Verticillium lecanii (Khoiroh et al.,

2014). Kemampuan jamur entomopatogen dalam mematikan serangga hama

Page 22: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

3

bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh karakter fisiologi dan genetik jamur

(Trizelia, 2005).

Saat ini, Laboratorium Bioteknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lampung memiliki koleksi delapan isolat entomopatogen (dua isolat Beauveria

bassiana, satu isolat Metarhizium flavoviride, satu isolat Penicillium oxalicum,

tiga isolat Aspergillus oryzae, dan satu isolat Talaromyces sayulitentis. Delapan

isolat tersebut berasal dari eksplorasi pada rizosfer pertanaman jagung beberapa

kabupaten di Provinsi Lampung. Sebagian diantaranya telah mampu menginfeksi

beberapa serangga hama seperti wereng coklat (Pasaribu, 2018), Riptortus linearis

dan Helopeltis sp. (Pratiwi, 2016). Namun, hingga saat ini belum diketahui

patogenesitas delapan isolat terhadap hama Spodoptera litura.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mempelajari pertumbuhan, sporulasi dan viabilitas spora delapan isolat jamur

entomopatogen koleksi Laboratorium Bioteknologi Pertanian, Fakultas

Pertanian Unila.

2. Mempelajari patogenisitas delapan isolat jamur entomopatogen terhadap

Spodoptera litura di laboratorium.

Page 23: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

4

1.3 Kerangka Pemikiran

Tindakan pengendalian yang umum dilakukan oleh petani untuk mengendalikan

serangan ulat grayak adalah dengan pestisida kimiawi. Hal ini dianggap efektif

dan hasilnya cepat diketahui. Akan tetapi tidak sedikit petani yang belum

mengetahui dampak dari penggunaan pestisida kimiawi, antara lain timbulnya

kasus resistensi hama, pencemaran lingkungan, dan berkurangnya

keanekaragaman hayati. Dibandingkan dengan penggunaan pestisida,

penggunaan musuh alami bersifat alami, efektif, murah, dan tidak menimbulkan

dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan hidup (Untung, 2006). Akibat

dampak negatif yang ditimbulkan oleh pestisida sintetik maka dicarilah cara

pengendalian lain yang lebih baik. Salah satu pengendalian yang ramah

lingkungan yaitu pengendalian menggunakan jamur entomopatogen sebagai

agensia pengendali hayati.

Jamur penyebab penyakit pada serangga (jamur entomopatogen) terdiri atas jamur

pembunuh langsung maupun parasit sejati. Jamur pembunuh langsung merupakan

jamur yang secara langsung membunuh serangga pada fase larva melalui aktivitas

enzimatis. Sedangkan jamur parasit sejati merupakan jamur yang hidup bersama

dengan serangga inang dewasa dan menimbulkan gejala penyakit sebelum

menyebabkan kematian pada serangga (Smith et al., 1981 dalam Septiana, 2015).

Jamur entomopatogen memiliki sifat spesifik terhadap target tertentu dengan efek

samping dan resiko yang sangat rendah terhadap organisme non target atau

serangga yang bermanfaat (Roberts & Humber, 1981 Septiana, 2015). Dengan

karakteristik demikian, penggunaan jamur entomopatogen sebagai musuh alami

Page 24: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

5

dalam usaha pemberantasan hama dan vektor penyakit akibat serangga memiliki

banyak keunggulan dibandingkan dengan penggunaan insektisida kimiawi.

Jamur entomopatogen yang potensial untuk mengendalikan hama S. litura

diantaranya adalah Metarhizium spp. Metarhizium spp. dilaporkan dapat

menginfeksi beberapa serangga hama seperti S. litura Fabricus, Spodoptera

exigua Hubner, dan Coptoter magestroi Wasmann (Kurnia, 1998). Isolat

Metarhizium spp. dapat mematikan larva S. litura sebesar 57,78%. Salah satu

keuntungan penggunaan jamur Metarhizium spp. untuk pengendalian hayati

adalah dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai tingkat perkembangan

serangga mulai dari telur, larva, pupa dan imago. Metarhizium spp. dapat

menginfeksi telur Riptortus linearis (Linn.) (Hemiptera : Alydidae) sehingga

jumlah nimfa yang terbentuk rendah (Prayogo, 2004). Jamur Beauveria bassiana

dapat menyebabkan mortalitas C. formicarius berkisar antara 90% (Pangestu,

2011). Pangestu (2011) juga melaporkan bahwa di laboratorium jamur B.

bassiana dapat menyebabkan kematian imago C. formicarius hingga 84,50%.

Sanjaya et al. (2010) melaporkan bahwa jamur Penicillium mampu menyebabkan

kematian pada larva S. litura sebesar 50%. Penelitian Pasaribu (2018)

memperlihatkan bahwa jamur Aspergillus sp. mampu menginfeksi hama wereng

coklat sebesar 47,22 %.

Page 25: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

6

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat diajukan

hipotesis bahwa:

1. Delapan isolat jamur entomopatogen memiliki kemampuan tumbuh, sporulasi

dan viabilitas spora yang berbeda-beda.

2. Delapan isolat jamur entomopatogen mampu menyebabkan mortalitas ulat

grayak.

Page 26: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting, selain gandum dan padi. Penduduk beberapa daerah di Indonesia

(misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai

pangan pokok. Jagung yang merupakan makanan pokok kedua setelah padi, yang

memiliki kandungan gizi seperti karbohidrat dan protein (Badan Pusat Statistik,

2015).

Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan

ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini

didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi per kapita per tahun dan

semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2015).

Menurut Sharma (2002), dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman jagung

(Zea mays L.) adalah sebagai berikut :

Kingdom : PlantaeDivisio : SpermatophytaSubdivisio : AngiospermaeClass : MonocotyledoneaeOrdo : PoalesFamilia : GraminaceaeGenus : ZeaSpesies : Zea mays L.

Page 27: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

8

2.2 Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

2.2.1 Klasifikasi Ulat Grayak

Di Indonesia ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan hama penting di tanaman

pangan, hortikultura dan tanaman perkebunan karena hama ini bersifat polifag.

Larva pada hama ini banyak menyebabkan kerusakan pada daun pada tanaman

kacang-kacangan, padi, jagung, selada, sawi, tembakau, tebu dan buah- buahan

(Erwin, 2000). Dalam sistematika klasifikasi S.litura dapat diklasifikasikan

sebagai berikut (Kalsoven, 1981):

Kingdom : AnimaliaFilum : ArthropodaKelas : InsektaOrdo : LepidopteraFamili : NoctuidaeGenus : SpodopteraSpesies : Spodoptera litura F.

2.2.2 Bioekologi Ulat Grayak

Spodoptera litura merupakan hama yang mengalami metamorfosis sempurna

yaitu telur, larva, kepompong/pupa, dan imago. Pada stadia telur berbentuk bulat,

warna putih kekuningan dengan garis tengah 0,25 mm atau 0,50 mm (Sukandi &

Herman, 2006). Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada

daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok

(masing-masing berisi 25 - 500 butir) (Gambar 1) tertutup bulu seperti beludru

(Tenrirawe & Talanca, 2008).

Page 28: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

9

Gambar 1. Kelompok telur S. litura

Setelah 3 hari, telur menetas menjadi larva. Ulat yang keluar dari telur

berkelompok di permukaan daun. Setelah beberapa hari, ulat mulai hidup

berpencar. Panjang tubuh ulat pada instar 5 berkisar 50 mm (Balitbang, 2006)

(Gambar 2). Masa stadia larva berlangsung selama 15 - 30 hari. Stadium larva

instar awal berwarna hijau transparan, semakin banyak instarnya warnanya

semakin gelap dari kehijauan, coklat muda-tua, abu-abu dan semakin lama

semakin menghitam, mempunyai titik hitam pada abdomen, mempunyai kalung

hitam (bulan sabit) pada segmen abdomen keempat dan kesepuluh, dan

mempunyai sabuk transversal berwarna kuning pada kedua sisi tubuhnya

(Sukandi & Herman, 2006).

Page 29: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

10

Gambar 2. Larva S. litura; a. larva instar 1 ; b. larva instar 2 ; c. larva instar 3 ;d. larva instar 4 ;e. larva instar 5

Pada stadia pupa diawali dengan prepupa yaitu stadia saat larva terhenti makan

dan tidak aktif bergerak, berkisar 1-2 hari. Pada stadium ini tubuh larva

memendek 1,4-1,9 cm, sedangkan lebarnya 3,5 - 4 mm, larva membentuk jalinan

benang. Pupa S. litura diletakkan pada lapisan tanah bagian atas. Pupa berwarna

merah gelap dengan panjang 15-20 mm (Mardiningsih & Bariyah, 1995 dalam

Setiawan, 2003). Tipe pupa S. litura yakni melekat rapat pada tubuh dan tidak

ditutup kokon (Natawigena, 1990). Imago (ngengat) berukuran panjang 22 mm.

Imago berwarna cokelat susu atau keperak-perakan. Pola sayap bagian depan

komplek dan tak teratur. Pada sayap belakang berwarna putih biru keabu-abuan

dari ujung sampai bagian dalam sayap depan. Lebar rentangan sayap sekitar 4 cm

(Sukandi & Herman, 2006).

Page 30: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

11

Gambar 3. ImagoS. litura

2.2.3 Gejala Serangan

Ulat grayak aktif makan pada malam hari, meninggalkan epidermis atas dan

tulang daun sehingga daun yang terserang dari jauh terlihat berwarna putih

(Balitbang, 2006) (Gambar 4). Larva yang masih kecil merusak daun dan

menyerang secara serentak berkelompok, dengan meninggalkan sisa-sisa bagian

atas epidermis daun, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya

larva berada di permukaan bawah daun, umumnya terjadi pada musim kemarau

(Tenrirawe & Talanca, 2008).

Gambar 4. Gejala serangan S. litura

Page 31: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

12

2.3 Pengendalian Hayati

Purnomo (2010) menyatakan bahwa pengendalian hayati adalah pengendalian

serangga hama dengan cara biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh

alaminya (agen pengendali biologi), seperti predator, parasit dan patogen.

Pengendalian hayati adalah suatu teknik pengelolaan hama dengan sengaja dengan

memanfaatkan/memanipulasikan musuh alami untuk kepentingan pengendalian.

Penggunaan entomopatogen sebagai agensia pengendali hayati merupakan salah

satu cara untuk menghindari dampak negatif bahan kimia terhadap lingkungan.

Agensia hayati tersebut berupa predator, parasit (oid), dan patogen. Beberapa

organisme yang dapat bertindak sebagai agensia hayati meliputi, serangga,

bakteri, virus dan jamur atau cendawan

(Balitbang, 2015).

2.4 Jamur Entomopatogen

Jamur yang menginfeksi serangga disebut jamur entopatogenik. Berbeda dengan

virus, jamur patogen masuk ke dalam tubuh serangga tidak melalui saluran

makanan tetapi langsung masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau integumen.

Setelah konodia jamur masuk ke dalam tubuh serangga, jamur memperbanyak diri

melalui pembentukan hifa dalam jaringan epicutikula, epidermis, serta jaringan-

jaringan lainnya, dan pada akhirnya semua jaringan dipenuhi oleh miselia jamur.

Contoh jamur yang sering dipakai dalam pengendalian dengan patogen jamur

adalah Metarhizium anisopliae digunakan untuk mengendaliakan hama Oryctes

Page 32: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

13

rhinoceros pada tanaman kelapa (Gillespie & Moorhouse, 1989 dalam Septiana,

2015).

2.4.1 Beauveria sp.

Jamur Beauveria sp. juga dikenal sebagai penyakit white muscardine karena

miselium dan spora yang dihasilkan bersel satu, bentuknya oval agak bulat

(globose) sampai dengan bulat telur (obovate), berwarna hialin dan tumbuh secara

zigzag yang merupakan ciri khas dari genus Beauvaria pada konidiofornya

(Barnett,1960).

Gambar 5. Jamur Beauveria sp. A. Makroskopis. B.Mikroskopis ; a. Spora.b. Hifa

2.4.2 Metarhizium sp.

Metarhizium yang telah banyak diketahui yaitu konidiofor tumbuh tegak, spora

berbentuk silinder atau lonjong dengan panjang 6-16 mm, bersel satu, Green

Muscardine Fungus karena tubuh inang yang terinfeksi ditutupi oleh konidiofor

yang berwarna hijau. Beberapa cabang tersebut membesar kearah atas

membentuk konidiofor yang pendek, bercabang, berdekatan dan saling melilit.

Konidia terbentuk setelah satu minggu pertumbuhan (Gabriel & Riyanto, 1989).

B a

b

Page 33: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

14

Gambar 6. Jamur Metarhizium sp. A. Makroskopis. B. Mikroskopis ; a. Hifa,b. Konidiofor

2.4.3 Penicillium sp.

Ciri morfologi Penicillium yaitu memiliki hifa bersepta, konidia, sterigma, dan

konidiospora. Konidia berbentuk rantai panjang, elips atau fusiform, transparan

atau kehijauan, dengan dinding mulus atau bergelombang (Gandjar et al., 1984

dalam Purwantisari & Hastuti, 2009).

Gambar 7. Jamur Penicillium sp. A. Makroskopis. B. Mikroskopis; a. Konidia.b. Konidiofor

2.4.4 Aspergillus sp.

Menurut penelitian Samson & Reenen-Hockstra (1988) dalam Mizana et al.

(2016), jamur Aspergillus sp. mulai tumbuh pada hari kedua inkubasi berupa

B

B

a

b

a

b

Page 34: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

15

koloni-koloni kecil yang menyebar pada permukaan media berwarna hitam,

kuning muda, kuning kecoklatan, coklat, kuning, sampai hijau.

Gambar 8. Jamur Aspergillus spp.. A. Makroskopis. B. Mikroskopis; a. Konidia,b. Konidiofor

B a

b

Page 35: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

16

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari 2018 sampai Mei 2018. Ulat grayak

diambil dari kebun jagung Dusun Sumber Sari, Desa Hajimena Kecamatan Natar,

Lampung Selatan. Perbanyakan ulat grayak, peremajaan dan aplikasi delapan

jamur entomopatogen pada ulat grayak dilakukan di Laboratorium Bioteknologi

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ulat grayak (instar

3), delapan jamur entomopatogen koleksi LBPFP Universitas Lampung (dua

isolat Beauveria bassiana, satu isolat Metarhizium flavoviride, satu isolat

Penicillium oxalicum, dan tiga isolat Aspergillus oryzae, dan satu isolat

Talaromyces sayulitensis), daun jarak sebagai pakan ulat grayak, alkohol 70%,

aquades, kentang, agar, gula sukrosa, asam laktat, Tween 80, dan tisu.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples plastik, pinset, kain

kasa, gelang karet, timbangan, microwave, erlenmeyer, alumunium foil, plastik

tahan panas, autoklaf, mikropipet, laminar air flow, bunsen, cawan petri, bor

Page 36: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

17

gabus, jarum ose, plastik wrap, kertas label, nampan, penggaris, haemocytometer,

shaker, saringan, mikroskop, kamera, dan alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 2 set percobaan. Percobaan pertama yaitu pengujian

pertumbuhan delapan isolat jamur entomopatogen secara in vitro pada media

PDA. Penelitian ini berupa percobaan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Perlakuan berupa delapan isolat jamur entomopatogen (Tabel 1) dan diulang

sebanyak 3 kali.

Set percobaan kedua yaitu uji patogenisitas delapan isolat jamur entomopatogen

terhadap Spodoptera litura. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) terdiri dari sembilan perlakuan yaitu kontrol (K), Beauveria

bassiana, Metarhizium flavoviride, Penicillium oxalicum, Talaromyces

sayulitensis, dan tiga isolat Aspergillus oryzae. Seluruh perlakuan diulang

sebanyak tiga kali (ulangan sebagai kelompok). Dalam satu satuan percobaan

menggunakan 11 ekor ulat grayak, sehingga dibutuhkan 297 ulat grayak.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Uji Pertumbuhan dan perkembangan delapan jamur entomopatogen

3.4.1.1 Penyediaan delapan isolat jamur entomopatogen

Delapan jamur entomopatogen yang digunakan merupakan koleksi LBPFP

Universitas Lampung (Tabel 1). Selanjutnya delapan isolat jamur diremajakan

untuk pengujian lebih lanjut.

Page 37: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

18

Tabel 1. Delapan isolat jamur entomopatogen yang digunakan dalam penelitian

Kode isolat Identitas Asal IsolatB1 Beauveria bassiana Negri Katon, PesawaranB2 Beauveria bassiana TanggamusM Metarhizium flavoviride Natar, Lampung SelatanP Penicillium oxalicum Trimurjo, Lampung Tengah

A3 Talaromyces sayulitensis Negri Katon, PesawaranA1 Aspergillus oryzae Sukaharja, Lampung SelatanA2 Aspergillus oryzae Sidosari, Lampung SelatanA4 Aspergillus oryzae Rejo Agung, Pesawaran

3.4.1.2 Pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA)

Cara pembuatan media PDA yaitu dengan mencampurkan sebanyak 39 gram PDA

(Himedia® India), 2 gram agar dan 1000 ml akuades. Seluruh bahan kemudian

dimasukan ke dalam tabung erlenmeyer lalu ditutup rapat menggunakan kertas

alumunium foil, dan dipanaskan menggunakan microwave. Selanjutnya media

diautoklaf selama 15 menit pada tekanan 1 atm dan suhu 121oC. Setelah media

hangat ± 50oC, kemudian media ditambah 1,4 ml asam laktat dan dihomogenkan

media dituang ke dalam cawan petri.

3.4.1.3 Inokulasi delapan jamur entomopatogen ke dalam media PDA

Delapan isolat entomopatogen (dua isolat Beauveria bassiana (B1 dan B2), satu

isolat Metarhizium flavoviride (M), satu isolat Penicillium oxalicum (P), dan tiga

isolat Aspergillus oryzae (A1, A2 dan A4), dan satu isolat Talaromyces

sayulitensis (A3) yang berumur 2 hari, dilubangi menggunakan alat bor gabus

yang berukuran 4 mm. Masing-masing isolat diinokulasikan pada bagian tengah

cawan petri berisi media PDA menggunakan jarum ose. Cawan petri ditutup

Page 38: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

19

menggunakan plastik wrap dan diberi label sesuai perlakuan. Selanjutnya

diinkubasi selama 7 hari pada suhu ruang.

3.4.2 Uji patogenisitas delapan isolat jamur entomopatogen terhadap ulatgrayak.

3.4.2.1 Penyediaan serangga uji ulat grayak

Ulat grayak diperoleh dari kebun jagung Dusun Sumber Sari, Desa Hajimena

Kecamatan Natar, Lampung Selatan. Pada saat pengambilan, ulat grayak

langsung dimasukkan ke dalam stoples berisi daun jarak yang masih segar. Ulat

grayak dibawa ke Laboratorium Bioteknologi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Lampung. Satu stoples diisi 5-7 ulat grayak. Untuk mencegah

kematian, penggantian pakan dan stoples dibersihkan setiap hari pada waktu pagi.

Setelah ulat grayak menjadi imago maka diberikan madu untuk makanannya

hingga bertelur. Telur yang sudah menetas kemudian dipisahkan ke dalam stoples

yang baru dan diberi pakan daun jarak segar. Pengujian patogenisitas

menggunakan ulat grayak instar 3.

3.4.2.2 Pengaplikasian jamur entomopatogen pada ulat grayak

Pengaplikasian jamur entomopatogen menggunakan metode yang digunakan

Widayat & Rayati (1993) yaitu metode rolling. Sebanyak sebelas ekor larva ulat

grayak instar 3 dimasukkan dalam cawan petri berisi biakan jamur berumur 7 hari

kemudiaan digulinggulingkan sekitar 15 menit. Selanjutnya dikeluarkan kembali

dan dipelihara dengan pakan alami berupa daun jarak segar dalam stoples.

Pengamatan dilakukan setiap hari untuk mendapatkan serangga yang mati sampai

Page 39: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

20

larva berubah menjadi pupa. Selanjutnya serangga yang mati tersebut diinkubasi

selama 3 - 5 hari dicawan petri yang berisi tisu lembap. Setelah larva diinkubasi

dilakukan pengamatan secara mikroskopis untuk pembuktian bahwa penyebab

kematian larva adalah karena jamur.

3.5 Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan dari penelitian ini yaitu pertumbuhan koloni, sporulasi, dan

viabilitas spora delapan isolat jamur entomopatogen serta mortalitas ulat grayak

setelah aplikasi jamur entomopatogen.

3.5.1 Pertumbuhan koloni jamur entomopatogen

Pengamatan dan pengukuran diameter dilakukan setiap hari selama 14 hari atau

sampai kontrol memenuhi cawan petri. Pengukuran diameter dengan membuat

garis vertikal dan horizontal yang titik potong kedua garisnya tepat di tengah

koloni jamur (Gambar 9).

Gambar 9. Pengukuran diameter koloni jamur entomopatogen.

d1

d2

Page 40: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

21

Cara pengukuran diameter koloni jamur pada cawan petri berdasarkan rumus

sebagai berikut :

Keterangan :

D = diameter koloni jamur entomopatogen (cm)

d1 = diameter horizontal koloni jamur entomopatogen (cm)

d2 = diameter vertikal koloni jamur entomopatogen (cm)

3.5.2 Sporulasi jamur entomopatogen

Jamur yang berumur 7 hari dipanen dengan menambahkan sebanyak 10 ml 0,1 %

Tween 80. Hasil panen dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu dirotamixer

selama satu menit. Kemudian suspensi diteteskan pada haemocytometer dengan

perbesaran 400 kali menggunakan mikroskop binokuler. Penghitungan sporulasi

dihitung dengan memilih 5 bidang atau kotak sedang haemocytometer, kemudian

bidang tersebut dihitung jumlah spora pada tiap kotak kecil dan dirata-rata

nilainya. Setelah diketahui rata-rata spora pada 5 bidang haemocytometer,

sporulasi jamur dihitung menggunakan rumus (Syahnen et al., 2014):

S = R x K x F

Keterangan:

S = Jumlah spora

R = Jumlah rata-rata spora pada 5 bidang pandang haemocytometer

K = Konstanta koefisien alat (2,5 x 105)

F = Faktor pengenceran yang dilakukan

Page 41: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

22

3.5.3 Viabilitas spora jamur entomopatogen

Viabilitas spora jamur dihitung setelah suspensi spora diinkubasi selama 12 jam

kecuali jamur Metarhizium flavoviride spora diinkubasi selama 18 jam. Setelah

itu, spora jamur entomopatogen diamati menggunakan mikroskop dengan

perbesaran 400 x. Lalu dihitung banyaknya spora yang berkecambah dan yang

tidak berkecambah pada luasan bidang pandang yang telah ditentukan. Viabilitas

spora dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Syahnen et al., 2014):

3.5.4 Mortalitas ulat grayak setelah aplikasi jamur entomopatogen

Dalam pengamatan mortalitas pada ulat grayak dilakukan setiap hari sejak 1 hari

setelah aplikasi (HSA) hingga serangga uji mati. Ulat grayak yang diduga

terinfeksi jamur entomopatogen dipisahkan dan diletakkan pada cawan petri yang

telah dilapisi tisu lembap kemudian diinkubasi. Penghitungan mortalitas ulat

grayak menggunakan rumus :

Page 42: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

23

3.6 Analisis Data

Homogenitas data diuji menggunakan Uji Barlett dan addivitas data diuji

menggunakan uji Tukey. Apabila hasil uji tersebut memenuhi asumsi, maka data

yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANARA). Kemudian dilakukan

pengujian pemisahan nilai tengah dengan uji Duncan's Multiple Range Test

(DMRT) pada taraf 5%.

Page 43: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

35

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian dapat diambil simpulan sebagai berikut :

a. Masing -masing jamur entomopatogen mempunyai pertumbuhan, sporulasi,

viabilitas spora dan menyebabkan mortalitas yang berbeda - beda.

b. Pertumbuhan tertinggi pada 14 hsi dihasilkan oleh isolat Talaromyces

sayulitensis (A3) (8,60 cm) dan terendah oleh isolat Penicillium oxalicum (P)

(2,95 cm).

c. Sporulasi tertinggi dihasilkan oleh isolat Aspergillus oryzae (A1) (16,06 x 107

spora/ml) dan terendah oleh isolat Beauveria bassiana (B1) (2,13 x 107

spora/ml).

d. Viabilitas spora tertinggi terdapat pada isolat Aspergillus oryzae (A4)

89,05%) dan terendah oleh isolat Penicillium oxalicum (P) (52,41%).

e. Mortalitas tertinggi dihasilkan oleh perlakuan isolat Aspergillus oryzae (A1)

(77,77%), dan terendah oleh isolat Penicillium oxalicum (P) (30,55%).

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang tingkat konsentrasi spora optimal

jamur entomopatogen untuk menyebabkan kematian S. litura.

Page 44: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

35

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang. 2006. Hama Penyakit dan Masalah Hara pada Tanaman Kedelai,Identifikasi dan Pengendaliannya. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Bogor.

Balitbang. 2015. Mengenal Pestisida yang Ramah Lingkungan.http://sumut.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita/info-teknologi/487-pestisida-ramah-lingkungan. Diakses pada tanggal 15 Desember 2017.

Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Jagung Menurut Provinsi (ton) 1993-2015.http://www.bps.go.id/index.php/brs/index. Diakses pada tanggal 15 Desember2017.

Balajee, M.S. 2009. Aspergillus terreus complex. Medical Mycology 47: 42-46.

Barnett, H.L. 1960. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Burgess Publ. Co.,Minneapolis.

Budi, A.S., A. Afandhi, & R.D. Puspitarini. 2013. Patogenisitas jamurentomopatogen Beauveria bassiana Balsamo (Deuteromycetes : Moniliales)pada larva Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera : Noctuidae). JurnalHPT 1(1): 79-83.

Erwin. 2000. Hama dan Penyakit Tembakau Deli. Medan: Balai PenelitianTembakau Deli PTPN II (Persero). Tanjung Morawa

Freimoser, F.M., S. Screen, S. Bagga, G. Hu, & R.J. St. Leger. 2003. Expressedsequence tag (EST) analysis of two subspecies of Metarhizium anisopliaereveals a plethora of secreted proteins with potential activity in insect host.Microbiology (149): 239-247.

Fuadah, C., A. Afandhi, & T. Hadiastono. 2016. Jamur patogen serangga darifiloplant tanaman tomat (Solanum lycopersicum Mill.) dan uji virulensiterhadap Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera : Noctuidae). Jurnal HPT4(2) : 69-76.

Gabriel, B.P. & Riyanto. 1989. Metarhizium anisopliae Taksonomi, Patologi,Produksi dan Aplikasinya. Proyek Pengembangan Perlindungan TanamanPerkebunan. Direktorat Perlindungan Tanaman Perkebunan. DepartemenPertanian. Jakarta. 25 hlm.

Page 45: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

36

Gupta, M.,K. Manisha & Grover. 2012. Effect of various media types on therateof growth of Aspergillus niger. Indian Journal of Fundamental and AppliedLife Sciences 2(2): 141-144.

Marlinawati, F.D. 2015. Uji patogenisitas jamur Aspergillus sp. terhadap hamapenghisap polong kedelai (Riptortus linearis) di laboratorium. Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Herlinda, S., S.I. Mulyati & Suwadi. 2008. Jamur entomopatogen berformulasicair sebagai bioinsektisida untuk pengendali wereng coklat. Agritop 2 (3) :119-126.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. P.T. IchtiarBaru-VanHoeve. Jakarta : 338-341.

Khoiroh, F., Isnawati, & U. Faizah. 2014. Patogenitas cendawan entomopatogen(Lecanicillium lecanii) sebagai bioinsektisida untuk pengendalian hamawereng coklat secara in vivo. LenteraBio 3 (2): 115-121.

Kurnia, D. 1998. Efektifitas Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin danMetarhizium anisopliae (Metcnikoff) Sorokin Serta Kombinasi Keduanyaterhadap Larva Spodoptera litura F (Lepidoptera: Noctuidae). Skripsi.Universitas Andalas. Padang.

Mardiana, Y., D. Salbiah, & L.J. Hennie. 2015. Penggunaan beberapa konsentrasiBeauveria bassiana Vuillemin lokal untuk mengendalikan MarucatestulalisGeyer pada tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.). JOM FapertaUniversitas Riau 2 (1): 1-11.

Marwoto & Suharsono. 2008. Strategi dan komponen teknologi pengendalian ulatgrayak (Spodoptera litura Fabricius) pada tanaman kedelai. Jurnal LitbangPertanian 27 (4): 131-136.

Masyitah, I. Sitepu & F.S. Safni, I. 2017. Potensi jamur entomopatogen untukmengendalikan ulat grayak Spodoptera litura F. pada tanaman tembakauinvivo. Jurnal Agroekoteknologi FP USU 5 (3):484- 493

Mizana, D. K, N. Suharti & A. Amir. 2016. Identifikasi pertumbuhan jamurAspergillus sp. pada roti tawar yang dijual di kota padang berdasarkan suhudan lama penyimpanan. Jurnal Kesehatan Andalas 5(2): 355-360.

Natawigena, H. 1990. Entomologi Pertanian. Penerbit Orba Shakti. Bandung.

Nunung, E.E, S. Pujianto & E. Kusdiyantini. 2018. Karakteristik dan sifat kinetikaenzim kitinase asal jamur entomopatogen Beauveria bassiana. J BioteknolBiosains Indonesia 5(1): 1-7.

Page 46: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

37

Pangestu, B. D. 2011. Efikasi tiga isolat cendawan entomopatogen Beauveriabassiana (Vuill.) Balsm dalam mengendalikan hama boleng Cylasformicarius (F.) (Coleoptera : Formicidae) pada Ubi Jalar. Skripsi. UniversitasNegeri Malang. Malang.

Pasaribu, L.T. 2018. Patogenisitas dan identifikasi molekuler delapan jamurentomopatogen sebagai agensia pengendali hama wereng coklat batang padi(Nilapavarta lugens Stal.) pada tanaman padi. Skripsi. Universitas Lampung.Bandar Lampung.

Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pratiwi, D. 2016. Patogenisitas Empat Isolat Cendawan Beauveria bassianaterhadap Hama Helopeltis spp. dan Riptortus linearis di Laboratorium.Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.

Prayogo,Y. 2004. Keefektifan Lima Cendawan Entomopatogen untukMengendalikan Hama Penghisap Polong Kedelai Riptortus linearis L.(Hemiptera : Alydidae) dan Dampaknya terhadap Predator Oxypes javanus(Araneidae : Oxypidae). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Prayogo, Y. 2006. Upaya mempertahankan keefektifan cendawan entomopatogenuntuk mengendalikan hama tanaman pangan. Jurnal Litbang Pertanian 25(2).47-54.

Purkan, P., A. Baktir, & A.R. Sayyidah. 2016. Produksi enzim kitinase dariAspergillus niger mengunakan limbah cangkang rajungan sebagai induser.Jurnal Kimia Riset 1(1): 34-41.

Purnomo, H. 2010. Pengantar Pengndalian Hayati. C.V. Andi Offset. Yogyakata.

Purwantisari, S., R.S. Ferniah & B. Raharjo. Pengendalian hayati penyakit lodoh(busuk umbi kentang) dengan agens hayati jamur-jamur antagonis isolatlokal. BIOMA 10 (2): 13-19.

Purwantisari, S. & R. B. Hastuti. 2009. Isolasi dan identifikasi jamur indigenousrhizosfer tanaman kentang dari lahan pertanian kentang organik di DesaPakis, Magelang. BIOMA 11(2): 45-53.

Purwono & Hartono, R. 2011. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya.Jakarta.

Puslitbangtan Pangan. 2009. Hama utama pada tanaman jagung. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian.

Page 47: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

38

Rustama, M. M., Melanie., & B. Irawan. 2008. Patogenisitas JamurEntomopatogen Metarhizium anisopliae terhadap Crocidolomia pavonanafab. dalam Kegiatan Studi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kubisdengan Menggunakan Agensia Hayati. Laporan Akhir Penelitian PenelitiMuda UNPAD Sumber Dana DIPA UNPAD. Fakultas Matematika danIlmu Pengetahuan Alam. Universitas Padjadjaran.

Sanjaya, Y., Nurhaeni, H., & Halima, M. 2010. Isolasi, identifikasi, dankarakterisasi jamur entomopatogen dari larva Spodoptera litura (Fabricius).Bionatura 12(3): 136-141.

Septiana, E. 2015. Jamur entomopatogen : potensi dan tantangan sebagiinsektisida alam terhadap serangga perusak tanaman dan vektor penyakitmanusia. BioTrends 1(1): 28-32.

Setiawan, F. 2003. Pengaruh Lama Penyinaran Ultraviolet A terhadapPatogenesitas SlNPV (Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus) LarvaSpodoptera litura Fabr. Skripsi Universitas Brawijaya. Malang.

Sharma, O.P. 2002. Plant Taxonomy. Tata McGRaw Hill Publishing CompanyLimited. New Delhi.

Sukandi & Herman. 2006. Ragam Kepadatan Trikoma pada Daun Kedelai danHubungannya Dengan Preferensi Oviposisi Hama Ulat Grayak (Spodopteralitura). Skripsi. Universitas Negeri Surabaya.

Syahnen, D.D.N. Sirait, & S.E.B. Pinem. 2014. Teknik Uji Mutu AgensPengendali Hayati (APH) di Laboratorium. Laboratorium Lapangan BalaiBesar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP). Medan.

Tenrirawe, A. & Talanca, A.H. 2008. Bioekologi Dan Pengendalian Hama danPenyakit Utama Kacang Tanah. Prosiding Seminar Ilmiah dan PertemuanTahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5 November2008. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Tanada, Y. & H. K. Kaya. 1993. Insect Pathology. Academic Press Inc.California. Pp 83-113.

Trizelia. 2005. Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana (Bals) Vuill.(Deuteromycotina : Hyphomycetes): Keragaman Genetik, KarakteristikVisiologi, dan Virulensinya terhadap Croccidolomia pavonana (F.)(Lepidoptera : Pyralidae). Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Untung, K. 2000. Pelembagaan Konsep Pengendalian Hama Terpadu diIndonesia. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 6(1) : 1-8.

Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (edisi kedua). UGMGadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Page 48: PERTUMBUHAN DAN UJI PATOGENISITAS DELAPAN JAMUR …digilib.unila.ac.id/55317/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019-01-24 · menunjukkan delapan isolat jamur entomopatogen mempunyai

39

Widayat, W & D.J. Rayati. 1993. Pengaruh Frekuensi Penyemprotan JamurEntomopatogenik terhadap Ulat Jengkal (Ectropis bhurmitra) di PerkebunanTeh. Prosiding Simposium Patologi Serangga I. Yogyakarta, 12-13 Oktober1993.