pertemuan 6 setelah uts

23
14 Mei 2014 Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam UU ini. Rumusan ini sangatlah membingungkan dan tidak jelas, karena contohnya: dalam tindak pidana sarana penerbangan yang memenuhi unsur tindak pidana seseai UU terorisme, yang karena karena kealpaan menyebabkan kecelakaan pesawat itu juga termasuk dalam kategori tindak pidana terorisme. Tapi apakah itu yang dimaksudkan? Maka dari itu terpaksa kita harus kembali kepada doktrin tentang apa pengertian tindak pidana terorisme. Terhadap tindak pidana terorisme dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Tindak pidana terorisme (pasal 6 – pasal 19) b. Tindak pidana lain yang berkaitan dengan terorisme (pasal 20 – pasal 24) Pasal 6 Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur

Upload: irene-gabriella-megakurnia

Post on 06-Feb-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

FH UGM 2012

TRANSCRIPT

Page 1: Pertemuan 6 setelah uts

14 Mei 2014

Tindak Pidana Terorisme

Tindak pidana terorisme adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana

sesuai dengan ketentuan dalam UU ini. Rumusan ini sangatlah membingungkan dan tidak jelas,

karena contohnya: dalam tindak pidana sarana penerbangan yang memenuhi unsur tindak pidana

seseai UU terorisme, yang karena karena kealpaan menyebabkan kecelakaan pesawat itu juga

termasuk dalam kategori tindak pidana terorisme. Tapi apakah itu yang dimaksudkan? Maka dari

itu terpaksa kita harus kembali kepada doktrin tentang apa pengertian tindak pidana terorisme.

Terhadap tindak pidana terorisme dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Tindak pidana terorisme (pasal 6 – pasal 19)

b. Tindak pidana lain yang berkaitan dengan terorisme (pasal 20 – pasal 24)

Pasal 6

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan

menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan

korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan

harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek

vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional,

dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4

(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.

Catatan terhadap pasal 6:

- Seperti Pendapat Dr. Otz bahwa terorisme pasti menggunakan kekerasan atau ancaman

kekerasan

- Karena ada kata “dengan sengaja” maka merupakan delik dolus. Berarti unsur

mengetahui dan menghendaki itu harus ada (willen en wetten). Menggunakan kekerasan

dan ancaman kekerasan itu memang diketahui dan dikehendaki.

- Karena ada kata menimbulkan dan mengakibatkan maka itu merupakan delik materiil.

Maka konsekuensi dari delik materiil adalah akibat yang terjadi harus berkorelasi dengan

Page 2: Pertemuan 6 setelah uts

perbuatan yang dilakukan terdakwa. Hal ini akan berbeda dengan pasal 7, kalau didalam

pasal 7 nanti ada unsur “dengan maksud” maka usnur disitu dengan maksud itu tidak

mesti sudah terbukti tapi ada sikap batin dari terdakwa untuk menimbulkan terjadinya

akibat tersebut.

- Ancaman pidananya menggunakan minimum khusus. Jadi kalau terbukti orang itu

terbukti melakukan perbuatan pasal 6, maka sekurang – kurangnya hakim harus

menjatuhkan selama 4 tahun.

- Sistem sanksinya adalah indefinete sentence karena ada pilihan-pilihan yang dapat

dijatuhkan oleh hakim.

Pasal 7

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan bermaksud

untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau

menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya

nyawa atau harta benda orang lain, atau untuk menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap

obyek-obyek vital yang strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas publik, atau fasilitas

internasional, dipidana dengan pidana penjara paling lama seumur hidup.

Catatan terhadap pasal 7:

- Merupakan delik dolus karena dilakukan dengan sengaja

- Dalam rumusan “bermaksud untuk menimbulkan”, merupakan unsur subyektif dari delik

(subjectief onrechts element) . Dengan ada kata “bermaksud” disini tidak harus telah

menimbulkan akibat tetapi cukup ada sikap batin untuk menimbulkan suasana yang

dikehndaki dari pembuat. Yang harus dibukikan oleh hakim adalah adanya sikap batin

terdakwa untuk menimbulkan suasana teror. Jadi seseorang menggunakan kekerasan atau

ancaman kekerasan itu untuk menimbulkan suasana teror.

Hal ini tentu berbeda dengan pasal 6, kalau pasal 6 unsur “mengakibatkan” berarti

akibatnya itu sudah terjadi maka akibat itu juga harus dibuktikan bahwa akibat yang

terjadi itu sebagai akibat dari perbuatan yang dilakukan terdakwa. Tetapi dalam pasal 7,

yang harus dibuktikan adalah sikap batin terdakwa untuk menimbulan suasana teror (jadi

tidak harus sudah terjadi). Sering juga disebut bijkomend oogmerk

Page 3: Pertemuan 6 setelah uts

- Sistem sanksinya adalah definite sentence karena dipenjara paling lama seumur hidup.

Jadi hanya ada satu sanksi yang bisa dijatuhkan oleh hakim.

Tetapi kritik terhadap pasal 7 ini: bahwa pidana penjara seumur hidup tidak ada batasan

waktunya. Mestinya rumusannya tidak perlu ada kata “paling lama” sebab kalau ada kata

“paling lama” harus ada minimalnya.

- Delik formil menitikberatkan pada perbuatan

Pasal 8

Berasal dari berbagai Konvensi Internasional terntang Penerbangan. Pasal ini berkaitan

dengan tindak pidana sarana penerbangan. Pasal ini diadopsi dari pasal 479 e sampai dengan

pasal 479 h KUHP tentang kejahatan penerbangan. Seperti halnya dengan tindak pidana korupsi,

yang beberapa pasalnya diambil dari KUHP tentang kejahatan jabatan.

Pasal 479e – 479h KUHP itu sendiri berasal dari UU No. 4 Tahun 1976 yang

diintegrasikan didalam KUHP.

Sejarahnya sejak tahun 1953 – 1959 itu banyak sekali kejahatan terhadap sarana

penerbangan. Maka Civil Aviation Organization memprakasai penyusunan konvensi

penerbangan:

- Konvensi Tokyo 1963 diatur tentang Pelanggaran- Pelanggaran dan ttindakan tertentu

lainnya yang dilakukan didalam pesawat udara. Dengan adanya konvensi ini berarti ada

peluasan jurisdiksi yang awalnya itu hanya berada dalam kapal laut kemdian diperluas

sampai ke kapal udara.

- Konvensi Den Haag 1970 tentang pemberantasan penguasaan pesawat udara secara

melawan hukum. Jadi konvensi ini menyangkut soal pembajakan pesawat.

- Konvensi Montreal 1971 tentang pemberantasan tindakan-tindakan melawan hukum

yang mengancam keamanan penerbangan sipil.

Ketiga konvensi tersebut dalam hukum Indonesia dirumuskan / dinyatakan berlaku

melalui UU No. 2 Tahun 1976 tentang Pengesahan Konvensi Tokyo, Konvensi Den Haag, dan

Konvensi Montreal. Sehingga Konvensi ini berlaku sebagai undang-undang.

Page 4: Pertemuan 6 setelah uts

Karena Konvensi ini berlaku sebagai undang-undang, maka beberapa perbuatan yang

dirumuskan dalam 3 konvensi ini rumuskan dan diintergrasikan didalam KUHP (pasal 479e-

479h)

UU No. 4 Tahun 1976 tentang Perubahan da Penambahan Beberapa Pasal dalam KUHP

yang bertalian dengan perluasan berlakunya ketentuan perudangan pidana, kejahatan

penerbangan, dan kejahatan terhadap sarana penerbangan.

Dengan adanya Perpu No. 1 Tahun 2002, pasal – pasal yang ada dialam psal 479 itu

diambil kembali dan dimasukkan dalam UU terorisme. Jadi kalau kita runtut, kententuannya itu

berasal dari 3 konvensi diatas.

Rumusan Pasal 8:

Dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme dengan pidana yang sama

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, setiap orang yang:

a. menghancurkan, membuat tidak dapat dipakai atau merusak bangunan untuk pengamanan

lalu lintas udara atau menggagalkan usaha untuk pengamanan bangunan tersebut;

b. menyebabkan hancurnya, tidak dapat dipakainya atau rusaknya bangunan untuk

pengamanan lalu lintas udara, atau gagalnya usaha untuk pengamanan bangunan tersebut;

c. dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusak, mengambil, atau

memindahkan tanda atau alat untuk pengamanan penerbangan, atau menggagalkan

bekerjanya tanda atau alat tersebut, atau memasang tanda atau alat yang keliru;

d. karena kealpaannya menyebabkan tanda atau alat untuk pengamanan penerbangan

hancur, rusak, terambil atau pindah atau menyebabkan terpasangnya tanda atau alat untuk

pengamanan penerbangan yang keliru;

e. dengan sengaja atau melawan hukum, menghancurkan atau membuat tidak dapat

dipakainya pesawat udara yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain;

f. dengan sengaja dan melawan hukum mencelakakan, menghancurkan, membuat tidak

dapat dipakai atau merusak pesawat udara;

g. karena kealpaannya menyebabkan pesawat udara celaka, hancur, tidak dapat dipakai, atau

rusak;

Page 5: Pertemuan 6 setelah uts

Berarti kalau seseorang / pilot itu karena alpa nya menyebkan pesawat udara sedemikian

rupa, artinya melakukan tindak pidana terorisme. Apakah benar seperti itu? Secara

gramatikal rumusan pasal ini memang menentukan seperti itu. Tapi harus kita perhatikan

lagi, apa yang dimaksud dengan tindak pidana terorisme. Karena UU Terorisme tidak

memberikan suatu penjelasan yang memuaskan maka kita gunakan pengertian dari

doktrin.

h. dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan

hukum, atas penanggung asuransi menimbulkan kebakaran atau ledakan, kecelakaan

kehancuran, kerusakan atau membuat tidak dapat dipakainya pesawat udara yang

dipertanggungkan terhadap bahaya atau yang dipertanggungkan muatannya maupun upah

yang akan diterima untuk pengangkutan muatannya, ataupun untuk kepentingan muatan

tersebut telah diterima uang tanggungan;

i. dalam pesawat udara dengan perbuatan yang melawan hukum, merampas atau

mempertahankan perampasan atau menguasai pesawat udara dalam penerbangan;

j. dalam pesawat udara dengan kekerasan atau ancaman kekerasan atau ancaman dalam

bentuk lainnya, merampas atau mempertahankan perampasan atau menguasai

pengendalian pesawat udara dalam penerbangan;

k. melakukan bersama-sama sebagai kelanjutan permufakatan jahat, dilakukan dengan

direncanakan terlebih dahulu, mengakibatkan luka berat seseorang, mengakibatkan

kerusakan pada pesawat udara sehingga dapat membahayakan penerbangannya,

dilakukan dengan maksud untuk merampas kemerdekaan atau meneruskan merampas

kemerdekaan seseorang;

l. dengan sengaja dan melawan hukum melakukan perbuatan kekerasan terhadap seseorang

di dalam pesawat udara dalam penerbangan, jika perbuatan itu dapat membahayakan

keselamatan pesawat udara tersebut;

m. dengan sengaja dan melawan hukum merusak pesawat udara dalam dinas atau

menyebabkan kerusakan atas pesawat udara tersebut yang menyebabkan tidak dapat

terbang atau membahayakan keamanan penerbangan;

n. dengan sengaja dan melawan hukum menempatkan atau menyebabkan ditempatkannya di

dalam pesawat udara dalam dinas, dengan cara apapun, alat atau bahan yang dapat

menghancurkan pesawat udara yang membuatnya tidak dapat terbang atau menyebabkan

Page 6: Pertemuan 6 setelah uts

kerusakan pesawat udara tersebut yang dapat membahayakan keamanan dalam

penerbangan;

o. melakukan secara bersama-sama 2 (dua) orang atau lebih, sebagai kelanjutan dari

permufakatan jahat, melakukan dengan direncanakan lebih dahulu, dan mengakibatkan

luka berat bagi seseorang dari perbuatan sebagaimana dimaksud dalam huruf l, huruf m,

dan huruf n;

p. memberikan keterangan yang diketahuinya adalah palsu dan karena perbuatan itu

membahayakan keamanan pesawat udara dalam penerbangan;

q. di dalam pesawat udara melakukan perbuatan yang dapat membahayakan keamanan

dalam pesawat udara dalam penerbangan;

r. di dalam pesawat udara melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengganggu

ketertiban dan tata tertib di dalam pesawat udara dalam penerbangan.

Lalu kritik Prof Markus terhadap pasal 8 ini adalah dolus & culpa dirumuskan menjadi

satu dengan ancaman pidana yang sama. Padahal delik culpa itu pada umumnya diancam dengan

pidana yang lebih rendah.

Pasal – pasal dalam KUHP masih berlaku kalau disitu tidak ada unsur terorismenya. Lalu

unsur terorisme itu apa? Maka kembalilah pada doktrin yaitu: adanya unsur kekerasan atau

ancaman kekerasan, menimbulkan rasa takut secara meluas, menimbulkan kerusakan secara

massal, dan ada tujuan politiknya.

Pasal 9

“Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima,

mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa,

mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut,

menyembunyikan, mempergunakan, atau mengeluarkan ke dan/atau dari Indonesia sesuatu

senjata api, amunisi, atau sesuatu bahan peledak dan bahan-bahan lainnya yang berbahaya

dengan maksud untuk melakukan tindak pidana terorisme, dipidana dengan pidana mati atau

penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun.”

Page 7: Pertemuan 6 setelah uts

Catatan terhadap pasal 9:

- Merupakan delik formil karena menitikberatkan pada perbuatan

- Kalau Pasal 8 diadopsi dari UU No. 4 Tahun 1976 dan UU No. 2 Tahun 1976, maka

pasal 9 diadopsi dari Pasal 1 UU Drt. No. 12 / 1951 tentang Senjata Api.

- “dengan maksud” = bijkomend oogmerk = “maksud selanjutnya”. Tidak perlu maksud

perbuatan tersebut telah mencapai pada waktu pelaku selesai melakukan tindak pidana.

- Merupakan subjective onrecht element yang harus dinilai secara objektif oleh hakim

adalah apakah sikap batin terdakwa mempunyai maksud dan tujuan untuk melakukan

tindak pidana terorisme. Caranya bagaimana? Perbuatan terdakwa itu dinilai apakah ada

petunjuk bahwa perbuatannya itu menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk

menimbulkan rasa takut secara luas atau kehancuran secara massal dan untuk mencapai

tujuan politik.

Pasal 10

“Dipidana dengan pidana yang sama dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, setiap

orang yang dengan sengaja menggunakan senjata kimia, senjata biologis, radiologi,

mikroorganisme, radioaktif atau komponennya, sehingga menimbulkan suasana teror, atau rasa

takut terhadap orang secara meluas, menimbulkan korban yang bersifat massal, membahayakan

terhadap kesehatan, terjadi kekacauan terhadap kehidupan, keamanan, dan hak-hak orang, atau

terjadi kerusakan, kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, lingkungan hidup,

fasilitas publik, atau fasilitas internasional.”

Catatan terhadap pasal 10:

- Jadi bentuk terorisme tidaklah hanya dengan bom bunuh diri, tetapi bisa menggunakan

senjata kimia, radiologi, mikroorganisme, virus dll.

- Pasal ini mengantisipasi technological terrorism yaitu tindak pidana terorisme yang

menggunakan sarana teknologi. Maka dalam penanggulan kejahatanpun dikenal yang

namanya techno crime prevention.

- Merupakan delik dolus

Page 8: Pertemuan 6 setelah uts

Pasal 11, 12, 13

- Adalah pasal tentang pendanaan terorisme.

- Dengan adanya UU No. 9 Tahun 2013 tentang Pendanaan Terorisme, maka ketentuan itu

diambil oper.

- Pasal 11 dan pasal 13 a dicabut dan dinyatakan tidak berlaku dalam pasal 48 UU No. 9

Tahun 2013

- Tindakan pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana pendanaan terorisme diatur

dalam pasal 9-10 UU No. 9 Tahun 2013

Pendanaan Terorisme adalah segala perbuatan dalam rangka menyediakan, mengumpulkan,

memberikan, atau meminjamkan Dana, baik langsung maupun tidak langsung, dengan maksud

untuk digunakan dan/atau yang diketahui akan digunakan untuk melakukan kegiatan terorisme,

organisasi teroris, atau teroris. jadi ini rumusan yang proparte dolus, proparte culpa.

Pasal 4 UU No. 9 Tahun 2013:

Setiap Orang yang dengan sengaja menyediakan, mengumpulkan, memberikan, atau

meminjamkan Dana, baik langsung maupun tidak langsung, dengan maksud digunakan

seluruhnya atau sebagian untuk melakukan Tindak Pidana Terorisme, organisasi teroris, atau

teroris dipidana karena melakukan tindak pidana pendanaan terorisme dengan pidana penjara

paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu

miliar rupiah).

Pasal 14 menggerakan orang

Pasal 15 permufakatan jahat

Pasal 16 pembantuan, penyertaan

Ketiga perbuatan ini diancam dengan pidana yang sama sebagai pelaku. Hal ini merupakna

bentuk penyimpangan dari Buku I KUHP.

Pasal 17 dan Pasal 18

- Berkenaan dengan tindak pidana terorisme yang dilakukan korporasi

- Dalam hal korporasi sebagai pelaku tindak pidana, maka tuntutan dan penjatuhan pidana

dapat dikeluarkan pada korporasi dan/atau pengurusnya

Page 9: Pertemuan 6 setelah uts

- Apabila terorisme dilakukan oleh korporasi, maka korporasi diwakili pengurusnya. Tapi

apabila pengurusnya juga terlibat maka baik pengurusnya maupun korporasinya bisa dua-

duanya juga diancam

- Pidana yang dapat dijatuhkan berupa pidana denda paling banyak 1 triliun dan korporasi

dapat dicabut iziinnya dan dinyatakan sebagai korporasi terlarang

- Apabila korporasi melakukan tindak pidana, maka akan dikenal double track system

dimana korporasi dapat dicabut izinnya (sanksi administrasi). Jadi ada sanksi pidana dan

adm yang masing-masing berdiri sendiri

Pasal 20, 21, 22, 23

Menyangkut tindak pidana lain.yang berkaitan dengan terorisme:

Pasal 20:

Setiap orang yang dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan atau dengan

mengintimidasi penyelidik, penyidik, penuntut umum, penasihat hukum, dan/atau hakim yang

menangani tindak pidana terorisme sehingga proses peradilan menjadi terganggu, dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun.

Pasal 21

Setiap orang yang memberikan kesaksian palsu, menyampaikan alat bukti palsu atau barang

bukti palsu, dan mempengaruhi saksi secara melawan hukum di sidang pengadilan, atau

melakukan penyerangan terhadap saksi, termasuk petugas pengadilan dalam perkara tindak

pidana terorisme, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama

15 (lima belas) tahun.

Pasal 22

Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara langsung

atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan dalam

perkara tindak pidana terorisme, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun

dan paling lama 7 (tujuh) tahun.

Page 10: Pertemuan 6 setelah uts

Pasal 23

Setiap saksi dan orang lain yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32

ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun.

Pasal 24

Ketentuan mengenai penjatuhan pidana minimum khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal

20, Pasal 21, dan Pasal 22, tidak berlaku untuk pelaku tindak pidana terorisme yang berusia di

bawah 18 (delapan belas) tahun.

HUKUM ACARA TINDAK PIDANA TERORISME

Penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan sidang

Penyidikan, penuntutan dan pemeriksaa di sidang pengadilan menggunakan hukum acara pidana

pada umumnya, kecuali ditentukan lain dalam PERPU No. 1 Tahun 2002. Artinya sepanjang

tidak diatur secara khusus maka menggunakan KUHAP. Yang diatur secara khusus:

Penangkapan

Didalam KUHAP, penangkapan paling lama adalah 1x24 jam. Pelanggaran tidak dilakukan

penangkapan kecuali 2x dia sudah diundang tapi tidak hadir juga.

Didalam terorisme, Penyidik dapat melakukan penangkapan terhadap setiap orang yang diduga

keras melakukan tindak pidana terorisme berdasarkan bukti permulaan yang cukup max 7 x 24

jam.

Bukti permulaan yang cukup berbeda pengertiannya dengan yang ada didalam KUHAP. Kalau

dalam KUHAP bukti permulaan yang cukup adalah sekurang-kurangnya 2 alat bukti. Tetapi apa

yang dimaksud dengan alat bukti didalam UU terorisme itu ada yang disebut dengan bukti

intelejen.

Page 11: Pertemuan 6 setelah uts

Penahanan

Didalam KUHAP, untuk kepentingan penyidikan dapat melakukan penahanan selama 20

hari dan kalau kurang dapat diberikan lagi 40 hari. Artinya paling lama 60 hari. Untuk

kepentingan penuntutan didalam KUHAP 20 hari dan kalau kurang bisa diperpanjang 30 hari.

Artinya paling lama 50 hari.

Didalam terorisme, Untuk kepentingan penyidikan dan penuntutan, penyidik diberi

wewenang untuk melakukan penahanan terhadap tersangka paling lama 6 bulan. (4 bulan untuk

kepentingan penyidikan dan 2 bulan untuk kepentingan penuntutan)

Bukti Permulaan yang Cukup

- Untuk memperoleh bukti permulaan yang cukup, penyidik dapat menggunakan setiap

laporan intelijen.

- Laporan intelejen adalah laporan yang berkaitan dan berhubungan dengan masalah-

masalah keamanan nasional. Laporan intelijen dapat diperoleh dari Departemen Dalam

Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan, Departemen Kehakiman dan

HAM, Departemen Keuangan, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Tentara Nasional

Indonesia, Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Badan Intelijen Negara, atau instansi

lain yang terkait

- Setiap laporan intelejen itu bisa menjadi bukti permulaan yang cukup dengan mekanisme

tertentu

Cara supaya bukti intelejen itu bisa menjadi bukti permulaan yaitu:

1. Laporan intelejen harus sudah dapat penetapan. Jadi harus ada penetapan apakah sudah

dapat atau tidak sebagai bukti permulaan yang cukup. Hal ini akan dilakukan

pemeriksaan oleh Ketua atau Wakil Ketua Pengadilan Negeri.

2. Proses pemeriksaan sebagaimana dilaksanakan secara tertutup dalam waktu paling lama 3

(tiga) hari

Penentuan informasi intelejen sebagai bukti permulaan yang cukup itulah yang disebut

dengan legal audit

Page 12: Pertemuan 6 setelah uts

Mendengarkan informan intelejen disebut dengan hearing

3. Jika dalam pemeriksaan ditetapkan adanya bukti permulaan yang cukup, maka Ketua

Pengadilan Negeri segera memerintahkan dilaksanakan penyidikan.

Perpu ini memuat ketentuan khusus tentang perlindungan terhadap hak asasi

tersangka/terdakwa yang disebut "safe guarding rules". Ketentuan tersebut antara lain

memperkenalkan lembaga hukum baru dalam hukum acara pidana yang disebut dengan

"hearing" dan berfungsi sebagai lembaga yang melakukan "legal audit" terhadap seluruh

dokumen atau laporan intelijen yang disampaikan oleh penyelidik untuk menetapkan diteruskan

atau tidaknya suatu penyidikan atas dugaan adanya tindakan terorisme.

Informan intelejen didengan apakah betul ada aktivitas terorisme hearing. Lalu

disebut legal audit karena informasi intelejen tadi akan dinilai secara hukum apakah memadai

atau tidak sebagai bukti permulaan yang cukup untuk menjadi dasar dilakukannya penyidikan.

Alat Bukti

- Alat bukti sebagaimana maksud dalam Hukum Acara Pidana

- alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan

secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu

- data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar, yang dapat

dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas,

benda fisik apapun selain kertas, atau yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi

tidak terbatas pada :

1) tulisan, suara, atau gambar;

2) peta, rancangan, foto, atau sejenisnya;

- 3) huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau dapat dipahami

oleh orang yang mampu membaca atau memahaminya.

Pemblokiran Asset

Tentang pemblokiran asset juga sudah dimasukkan dalam UU Pendanaan Terorisme.

Page 13: Pertemuan 6 setelah uts

Penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang memerintahkan kepada bank dan

lembaga jasa keuangan untuk melakukan pemblokiran terhadap harta kekayaan setiap orang

yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana terorisme dan/atau tindak pidana

yang berkaitan dengan terorisme. Pemblokiran asset itu harus dilakukan segera setelah ada

permintaan, jadi tidak boleh ganti hari.

Perintah penyidik, penuntut umum, atau hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus

dilakukan secara tertulis dengan menyebutkan secara jelas mengenai :

a. nama dan jabatan penyidik, penuntut umum, atau hakim;

b. identitas setiap orang yang telah dilaporkan oleh bank dan lembaga jasa keuangan kepada

penyidik, tersangka, atau terdakwa;

c. alasan pemblokiran;

d. tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan; dan

e. tempat harta kekayaan berada.

Bank dan lembaga jasa keuangan setelah menerima perintah penyidik, penuntut umum,

atau hakim wajib melaksanakan pemblokiran sesaat setelah surat perintah pemblokiran diterima.

Bank dan lembaga jasa keuangan wajib menyerahkan berita acara pelaksanaan

pemblokiran kepada penyidik, penuntut umum, atau hakim paling lambat 1 (satu) hari kerja

terhitung sejak tanggal pelaksanaan pemblokiran.

Harta kekayaan yang diblokir harus tetap berada pada bank dan lembaga jasa keuangan

yang bersangkutan.

Bank dan lembaga jasa keuangan yang melanggar ketentuan dikenai sanksi administratif

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Membuka Surat dan Penyadapan

Berdasarkan bukti permulaan yang cukup, penyidik berhak: membuka, memeriksa, dan

menyita surat dan kiriman melalui pos atau jasa pengiriman lainnya yang mempunyai hubungan

dengan perkara tindak pidana terorisme yang sedang diperiksa;

Page 14: Pertemuan 6 setelah uts

Dan juga boleh menyadap pembicaraan melalui telepon atau alat komunikasi lain yang

diduga digunakan untuk mempersiapkan, merencanakan, dan melakukan tindak pidana

terorisme.

Tindakan penyadapan, hanya dapat dilakukan atas perintah Ketua Pengadilan Negeri

untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.

Pemeriksaan Saksi

Dalam penyidikan dan pemeriksaan di sidang pengadilan, saksi dan orang lain yang

bersangkutan dengan tindak pidana terorisme dilarang menyebutkan nama atau alamat pelapor

atau hal-hal lain yang memberikan kemungkinan dapat diketahuinya identitas pelapor.

Sebelum pemeriksaan dilakukan, larangan sebagaimana dimaksud diberitahukan kepada saksi

dan orang lain tersebut oleh penyidik.

Perlindungan Hukum

Saksi, penyidik, penuntut umum, dan hakim yang memeriksa beserta keluarganya dalam

perkara tindak pidana terorisme wajib diberi perlindungan oleh negara dari kemungkinan

ancaman yang membahayakan diri, jiwa, dan/atau hartanya, baik sebelum, selama, maupun

sesudah proses pemeriksaan perkara. Perlu perlindungan karena yang dihadapi adalah kejahatan

yang terorganisasi. Maka sudah sepantasnya mereka mendapat perlindungan dan pengawalan

dari negara.

Perlindungan dilakukan oleh aparat penegak hukum dan aparat keamanan berupa :

- perlindungan atas keamanan pribadi dari ancaman fisik dan mental;

- kerahasiaan identitas saksi;

- pemberian keterangan pada saat pemeriksaan di sidang pengadilan tanpa bertatap muka

dengan tersangka.

Page 15: Pertemuan 6 setelah uts

Peradilan In Absentia

Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara sah dan patut tidak hadir di sidang pengadilan

tanpa alasan yang sah, maka perkara dapat diperiksa dan diputus tanpa hadirnya terdakwa.

Kompensasi, Restitusi, dan Rehabilitasi

Kompensasi itu diberikan kepada negara. Tetapi kalau restitusi diberikan oleh pelaku.

Tapi hampir mustahil, si pelaku akan memberikan restitusi. Sebab teroris di Indonesia sebagian

besar dikarenakan kebodohan dan kemiskinan.

Setiap korban atau ahli warisnya akibat tindak pidana terorisme berhak mendapatkan

kompensasi atau restitusi.

Pembiayaan kompensasi dibebankan kepada negara yang dilaksanakan oleh Pemerintah.

Hal ini dikarenakan pemerintah dianggap tidak mampu melindungi warga negaranya. Sedangkan

Restitusi merupakan ganti kerugian yang diberikan oleh pelaku kepada korban atau ahli

warisnya.Kompensasi dan/atau restitusi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam

amar putusan pengadilan.

Setiap orang berhak memperoleh rehabilitasi apabila oleh pengadilan diputus bebas atau

diputus lepas dari segala tuntutan hukum yang putusannya telah mempunyai kekuatan hukum

tetap. Rehabilitasi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam putusan pengadilan

Rehabilitasi adalah pemulihan pada kedudukan semula, misalnya kehormatan, nama baik,

jabatan, atau hak-hak lain termasuk penyembuhan dan pemulihan fisik atau psikis serta

perbaikan harta benda.