pertemuan 08 transformasi z
DESCRIPTION
Transformasi zTRANSCRIPT
1
PERTEMUAN 08
TRANSFORMASI Z
8.1 PENDAHULUAN
Pada bagian-bagian sebelumnya, berbagai metode telah diselidiki untuk merumuskan
model-model dari berbagai sistem linear dan untuk menganalisis perilakunya. Pada bab 2,
telah dilukiskan sebuah sistem waktu-diskret linear yang takubah-waktu dengan
menggunakan persamaan beda, barisan tanggapan-impuls, dan rumusan variabel-
keadaan yang bersangkutan. Untuk tiap-tiap deskripsi ini, telah dikembangkan pula
metode-metode guna menghitung keluaran sistem bagi suatu masukan tertentu, dan
untuk menghitung tanggapan frekuensi dari sistem. Metode-metode ini kemudian
diperluas pada bab 3 ke deskripsi persamaan diferensial, tanggapan impuls dan variabel-
keadaan yang bersangkutan dari sebuah sistem waktu-kontinu linear yang takubah-
waktu. Pada bagian ini, bahasan dipusatkan pada perhitungan mengenai keluaran sistem
bagi suatu masukan tertentu dan pada tanggapan frekuensi. Seperti halnya dengan
rumusan-rumusan waktu-diskret, didapati pula suatu hubungan yang erat antara berbagai
deskripsi sistem ini. Bagi kedua tipe sistem ini tercatat bahwa ketiga cara pendekatan
mengandung satu faktor yang sama, yakni: semuanya merupakan deskripsi kawasan
waktu (time domain) dari sebuah sistem linear. Parameter bebasnya dapat berupa suatu
variabel diskret k atau sebuah parameter kontinu t.
Sekarang perhatian beralih ke deskripsi kawasan-transformasi (transform domain)
dari sistem-sistem linear. Di sini akan didapati bahwa jika sinyal-sinyal waktu dalam
sistem ditransformasikan ke bentuk lainnya, maka hubungan-hubungannya seringkali
dapat dinyatakan dalam bentuk yang lebih sederhana daripada yang sebelumnya. Pada
bagian ini dan bagian-bagian berikutnya, akan dikembangkan suatu kalkulus transformasi
bagi sistem-sistem waktu-diskret dan waktu-kontinu. Salah satu akibat penting dari
deskripsi kawasan-transformasi dari sistem-sistem linear adalah bahwa operasi konvolusi
(convolution operation) dalam kawasan-waktu dialihkan menjadi suatu operasi perkalian
dalam kawasan-transformasi. Prosedur ini analog dengan menggantikan perkalian dua
buah bilangan dengan penjumlahan logaritma-logaritmanya. Pola dari prosedur ini
diperlihatkan secara skematis pada gambar 8.1. Transformasi-transformasi Laplace atau
Fourier yang telah lazim dikenal, digunakan dalam kawasan waktu-kontinu. Sedangkan
bagi sistem-sistem waktu-diskret, maka transformasi yang tepat adalah transformasi-Z.
Metode-metode transformasi sangat bermanfaat dalam mempelajari sistem-sistem
linear takubah-waktu. Telaah terhadap sistem-sistem ini disederhanakan oleh kalkulus
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.ScSistem Linier
2
transformasi dengan:
a. Memberikan intuisi yang tidak nyata dalam pemecahan kawasan waktu.
b. Mengikutsertakan syarat-syarat awal secara otomatis dalam prose pemecahan.
c. Menyederhanakan proses pemecahan dari berbagai persoalam menjadi sekedar
melihat saja pada tabel, seperti halnya yang dilakukan pada logaritma sebelum
ditemui kalkulator tangan.
Namun demikian, salah satu kekurangan dari pemecahan-pemecahan kawasan
transformasi ini, sekurang-kurangnya secara mendidik, tampaknya bahwa hakikat fisis
dari persoalan dalam kawasan transformasi seringkali terlupakan. Proses pemecahannya
dapat menjadi suatu proses ibarat "menghidupkan mesin belaka". Kecenderungan ini
tidaklah menguntungkan, karena atribut-atribut fisis yang bermanfaat seringkali terlupakan
dari persoalan.
Salah satu sasaran utama dari telaah ini adalah mengembangkan kesadaran
mahasiswa terhadap permasalahan apa yang tersangkut, dan dalam pengertian yang
umum, dalam menerapkan metode transformasi. Untuk alasan ini, yang pertama diselidiki
adalah transformasi-Z, yang mana kemungkinan besar para pembaca sedikit mempunyai
pemahaman pendahuluan mengenainya. Kalkulus transformasi telah dikenal dalam teori
probabilitas sebagai metode "fungsi penurun-momen" (moment-generating function).
Meskipun disebut kawasan waktu-diskret, namun indeksnya tidak perlu ditafsirkan
sebagai waktu. Dalam berbagai penerapan fisis, tafsiran-tafsiran yang lainnya mungkin
lebih sesuai. Sebagian besar dari barisan bilangan yang ditinjau di sini adalah nol untuk
suatu indeks k yang lebih kecil daripada nol. Namun demikian pengembangannya tidak
terbatas pada barisan-barisan satusisi ini. Telah dipilih definisi transformasi-Z dalam
pangkat-pangkat negatif dari z, sesuai dengan literatur keteknikan mengenai sistem-
sistem dan pemrosesan sinyal-sinyal. Sedangkan di pihak lain, berbagai publikasi dalam
matematika dan geofisika seringkali menggunakan pangkat positif dari z. Pengalihan dari
definisi yang satu ke yang lainnya menyangkut substitusi sederhana 1/z bagi z.
8.2 TRANSFORMASI-Z
Bagi suatu barisan berhingga x yang diketahui, sebuah fungsi X(z) dari variabel kompleks
z didefinisikan dengan membentuk polinom:
(8.1)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.ScSistem Linier
3
Fungsi X(z) disebut fungsi penurun (generating function) atau transformasi-Z dari
barisan x. (Seharusnya dapat dibedakan antara fungsi X(.) dan nilai yang diambil fungsi
ini untuk suatu z tertentu. Namun demikian, berdasarkan pada cara penulisan baku, maka
akan diikuti praktek yang telah dianut dengan menggunakan X(z) untuk mengartikan
keduanya). Pada (8.1), indeks-indeks awal dan akhir dari barisan, yakni l dan m, dapat
merupakan sebarang bilangan bulat mulai dari -∞ hingga +∞. Contoh berikut melukiskan
perhitungan yang digunakan untuk memperoleh transformasi-Z bagi beberapa barisan
sederhana.
Contoh 8.1: Andaikan barisan x adalah barisan berhingga:
Dengan menggunakan (8.1), maka transformasi-Znya adalah:
Contoh 8.2: Tinjau transformasi-Z dari barisan x yang didefinisikan oleh:
Sekali lagi dengan menggunakan definisi (8.1), terlihat bahwa:
X(z) dapat diuraikan dalam suatu deret pangkat dalam z (dengan beberapa
metode) untuk menemukan kembali barisan x. Tetapi, dalam kasus-kasus di mana {xk} tak
nol untuk kedua indek-indeks positif dan negatif, maka sangatlah perlu untuk disadari
bahwa X(z) sendiri tidak dapat ditentukan secara unik (unique) dari barisan x. Alasannya
adalah bahwa kita dapat menguraikan X(z) ke dalam suatu deret pangkat dalam lebih
daripada satu cara jika dipunyai kebebasan waktu meninjau barisan {xk} yang dapat
bernilai tak nol bagi k yang positif ataupun negatif. Sebagai contoh, tinjau barisan-barisan
x dan y yang didefinisikan dalam (8.2) dan (8.3).
(8.2)
(8.3)
Transformasi-Z dari x adalah:
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.ScSistem Linier
4
(8.4)
Transformasi-Z dari y adalah: (8.5)
Dengan membandingkan (8.4) dan (8.5), terlihat bahwa barisan-barisan dari (8.2)
dan (8.2) memiliki transformasi-Z yang sama. Hasil ini memang membingungkan secara
sepintas karena ini berarti bahwa transformasi-Z dan barisan-barisan yang bersangkutan
tidaklah berkaitan secara unik. Permasalahan ini dapat dibetulkan dengan mencirikan
daerah konvergensi (region of convergence) untuk mana jumlah-jumlah dalam (8.4) dan
(8.5) konvergen mutlak. Kelak akan dilihat bahwa suatu X(z) tertentu dan daerah
konvergensinya mencirikan secara unik barisan {xk} yang menghasilkan polinom X(z).
Daerah konvergensi dari X(z) adalah himpunan dari bilangan kompleks z untuk
mana jumlah ada: yakni, himpunan z untuk mana X(z) memiliki nilai berhingga.
Sebagai contoh, dalam (8.4), X(z) konvergen mutlak bagi atau .
Begitupula, pada (8.5), Y(z) konvergen mutlak bagi atau . Pada bagian
berikut, akan diperlihatkan bahwa mengetahui akan X(z) dan daerah konvergensinya
tidaklah menentukan secara unik barisan {xk} yang bersangkutan. Jika perhatian hanya
ditujukan pada barisan-barisan satu-sisi, yakni, barisan-barisan yang hanya tak nol bagi
indeks-indeks yang positif atau negatif saja, maka daerah konvergensinya tidak
diperlukan untuk mencirikan {xk} secara unik.
Perlu diperhatikan bahwa beberapa pengarang mendefinisikan transformasi-Z dari
sebuah barisan {xk} sebagai berikut :
(8.6)
Transformasi-Z nya (8.6),
seperti didefinisikan oleh (8.1) dapat
diperoleh dengan mensubstitusikan dalam (8.1) dan dalam pernyataan yang
mendefinisikan daerah konvergensinya. Sebagai contoh, jika ,
maka
4.3 KONVERGENSI DARI TRANSFORMASI-Z
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.ScSistem Linier
5
Tinjau transformasi-Z dari barisan x di mana: . Adalah penting untuk
mengetahui daerah konvergensi mutlak dari X(z) dalam bidang-z kompleks. Yakni,
diinginkan untuk menentukan nilai-nilai kompleks dari z untuk mana memiliki
suatu nilai yang berhingga. Jika z dinyatakan dalam bentuk kutub (polar) sebagai
maka diperoleh:
(8.7)
Agar jumlah tak berhingga hasilnya berhingga, maka tiap-tiap
jumlah pada (8,7) haruslah berhingga. Tiap-tiap jumlah ini dapat dijamin berhingga,
asalkan dapat ditemukan tiga buah bilangan positif M, R+ dan R- sedemikian rupa
sehingga (disini dianggap bahwa R+
dan R- dipilih sedemikian rupa sehingga batasnya ketat). Kemudian batas-batas ini di-
substitusikan ke dalam (8.7) untuk memperoleh:
(8.8)
Jumlah-jumlah dalam (8.8) adalah berhingga jika dan hanya jika dalam
jumlah pertama dan dalam jumlah kedua. Yakni, jumlah yang menyatakan X(z)
konvergen mutlak untuk semua z dalam daerah cincin . Tentu saja, jika
, maka jumlahnya tak konvergen mutlak untuk setiap nilai z.
Daerah konvergensi ini diperlihatkan pada gambar 8.2. Lingkaran bagian dalam
membatasi suku-suku dalam pangkat-pangkat negatif dari z agar tidak mencapai titik asal.
Lingkaran bagian luar membatasi suku-suku dalam pangkat-pangkat positif dari z agar
tidak memiliki nilai-nilai yang besar.
Akan ditinjau beberapa contoh dari daerah konvergensi bagi berbagai jenis
barisan.
Kasus a: Barisan-barisan yang panjangnya berhingga: Tinjaulah barisan:
Dalam kasus ini, adalah sebuah polinom
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.ScSistem Linier
6
dalam z yang konvergen untuk semua z kecuali untuk z = 0 jika b > 0 dan untuk z = ∞ jika
a < 0. Sebagai contoh, andaikan bahwa:
maka , yang mana adalah konvergen mutlak untuk semua z
kecuali untuk z = 0 dan z =
Kasus b: Barisan-barisan yang panjangnya semi-tak berhingga: Pertama tinjaulah barisan
dengan transformasi-Z, . Di sini X(z) konvergen mutlak untuk
semua z yang sedemikian rupa sehingga , kecuali untuk titik z = ∞ jika a<0.
Sebagai contoh, andaikan bahwa untuk k ≥ 0 dan xk = 0 untuk k < 0. Maka:
(8.9)
Disini, , dan karena itu X(z) konvergen mutlak untuk semua
Sebaliknya, akan ditinjau suatu barisan satu sisi yang meluas balik ke k = -∞.
Andaikan bahwa dipunyai barisan dengan . Dalam hal ini,
X(z) konvergen mutlak untuk-semua z sedemikian rupa sehingga , kecuali untuk
titik z = 0 jika b > 0. Sebagai contoh, misalkan untuk . dan .
Maka sekarang:
(8.10)
yang mana konvergen mutlak untuk sernua < 2 karena R+ = 2.
Kasus c: Barisan-barisan yang panjangnya Tak berhingga: Baiklah sekarang sebuah
barisan {xk} yang tak nol bagi semua k diselidiki. Dalam kasus ini, X(z) mengandung
pangkat-pangkat negatif dan positif dari z. Daerah konvergen mutlaknya adalah yang
lebih umum, yakni tak nol untuk semua k. Dalam hal ini, X(z) mengandung
yang negatif dan positif keduanya, di mana sekali lagi R- ditentukan oleh kelakuan dari xk
untuk k > 0 kelakuan dari xk untuk k < 0 (koefisien-koefisien dari pangkat-pangkat positif
z). Sebagai contoh, misalkan dan . Disini dan .
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.ScSistem Linier
7
Jadi diharapkan bahwa X(z) konvergen mutlak untuk . Dan memang, didapati
bahwa:
(8.11)
Hasil-hasil ini dapat dilihat dari pandangan yang lebih umum jika disadari bahwa
transformasi-Z dari suatu jumlah barisan-barisan adalah jumlah dari transformasi-
transformasi yang bersangkutan, dengan suatu daerah konvergensi yang terdiri atas nilai-
nilai z untuk mana masing-masing transformasi ini semuanya konvergen mutlak. Dalam
istilah teori himpunan, daerah konvergen mutlak dari suatu jumlah transformasi-
transformasi adalah irisan (intersection) dari masing-masing daerah konvergensinya.
Contoh 8.4: Misalkan , maka
dimana m = - k, n =k/2 dan p = (k-1)/2. Jumlah yang pertama memiliki bentuk rumus
dengan daerah konvergen mutlak (region of absolute covergence,
ROC) ; yang kedua adalah dengan daerah konvergensi mutlak
dan yang ketiga adalah
dengan daerah konvergensi
mutlak . Jadi didapati bahwa:
dengan daerah konvergensi mutlak
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.ScSistem Linier