pertanian dan proses pembangunan

7
PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN Salah satu karakteristik dalam pembangunan ekonomi adalah pergeseran jangka panjang populasi dan produksi dari sektor pertanian menjadi sektor industri dan sektor jasa. Hanya sebagian kecil masyarakat dalam negara industri yang hidup dari sektor pertanian (Lynn, 2003). Konsep strategi pembangunan berimbang (balanced growth), yaitu pembangunan di sektor pertanian dan sektor industri secara bersamaan merupakan tujuan pembangunan yang paling ideal. Pada kenyataannya konsep strategi pembangunan berimbang tidak dapat dilakukan oleh negara berkembang, hal ini dikarenakan sumber daya yang tidak mencukupi untuk melakukan pembangunan di sektor pertanian maupun sektor industri sekaligus (Lynn, 2003). Kondonassis et al. (1991) menjelaskan bahwa pembangunan pada sektor pertanian merupakan batu loncatan menuju pembangunan pada sektor industri. Keberhasilan pembangunan industri di negara Jepang dan Taiwan merupakan lanjutan keberhasilan pembangunan di sektor pertanian. Pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dan Taiwan merupakan kontribusi yang sangat penting dalam mendukung pembangunan pertanian. Pemerintah Jepang dan Taiwan juga berhasil dalam membangun budaya kerja sehingga rakyat mereka memiliki produktivitas yang tinggi. Kondonassis et al. (1991) meringkaskan proses pembangunan pertanian menjadi pembangunan industri. Proses tersebut adalah sebagai berikut: 1. Makanan dibutuhkan populasi di daerah kota yang terus meningkat. 2. Perolehan mata uang asing karena melakukan ekspor. 3. Peningkatan mata uang asing dari hasil subtitusi impor produk pertanian. 4. Tabungan di sektor kota dan pajak pendapatan kepada pemerintah, yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur karena peningkatan pendapatan di sektor pertanian. 5. Peningkatan permintaan untuk produk industri karena pendapatan di sektor pertanian yang lebih tinggi.

Upload: aisyah

Post on 03-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pembangunan Pertanian

TRANSCRIPT

Page 1: Pertanian Dan Proses Pembangunan

PERTANIAN DAN PROSES PEMBANGUNAN

Salah satu karakteristik dalam pembangunan ekonomi adalah pergeseran jangka

panjang populasi dan produksi dari sektor pertanian menjadi sektor industri dan

sektor jasa. Hanya sebagian kecil masyarakat dalam negara industri yang hidup dari

sektor pertanian (Lynn, 2003).

Konsep strategi pembangunan berimbang (balanced growth), yaitu pembangunan di

sektor pertanian dan sektor industri secara bersamaan merupakan tujuan

pembangunan yang paling ideal. Pada kenyataannya konsep strategi pembangunan

berimbang tidak dapat dilakukan oleh negara berkembang, hal ini dikarenakan

sumber daya yang tidak mencukupi untuk melakukan pembangunan di sektor

pertanian maupun sektor industri sekaligus (Lynn, 2003).

Kondonassis et al. (1991) menjelaskan bahwa pembangunan pada sektor pertanian

merupakan batu loncatan menuju pembangunan pada sektor industri. Keberhasilan

pembangunan industri di negara Jepang dan Taiwan merupakan lanjutan

keberhasilan pembangunan di sektor pertanian. Pembangunan infrastruktur yang

dilakukan oleh pemerintah Jepang dan Taiwan merupakan kontribusi yang sangat

penting dalam mendukung pembangunan pertanian. Pemerintah Jepang dan Taiwan

juga berhasil dalam membangun budaya kerja sehingga rakyat mereka memiliki

produktivitas yang tinggi.

Kondonassis et al. (1991) meringkaskan proses pembangunan pertanian menjadi

pembangunan industri. Proses tersebut adalah sebagai berikut:

1. Makanan dibutuhkan populasi di daerah kota yang terus meningkat.

2. Perolehan mata uang asing karena melakukan ekspor.

3. Peningkatan mata uang asing dari hasil subtitusi impor produk

pertanian.

4. Tabungan di sektor kota dan pajak pendapatan kepada pemerintah,

yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur karena peningkatan

pendapatan di sektor pertanian.

5. Peningkatan permintaan untuk produk industri karena pendapatan di

sektor pertanian yang lebih tinggi.

6. Peningkatan produktivitas di sektor pertanian menyebabkan pekerja

dapat beralih ke sektor industri.

Pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan. Tabel

1 menyajikan data struktur produksi pada negara berkembang. Data pada tabel 1

menggambarkan negara yang memiliki pendapatan lebih tinggi mempunyai

persentase output produksi pertanian yang lebih kecil. Porsi produksi pertanian di

negara berkembang telah menurun sejak pertengahan 1960-an (Lynn, 2003).

Tenaga kerja di bidang pertanian juga semakin menurun antara tahun 1950 sampai

Page 2: Pertanian Dan Proses Pembangunan

dengan tahun 1990 dari 83% menjadi 63% di Afrika, 82% menjadi 62% di Asia, dan

dari 54% menjadi 25% di Amerika Latin. Tren ini sesuai dengan Engel’s Law yang

menyatakan bahwa kecenderungan orang dalam mengkonsumsi barang yang

berbeda dalam proporsi yang berbeda ketika pendapatan meningkat. Saat

pendapatan meningkat orang akan mengurangi persentase konsumsi pada

makanan. Hal ini menggambarkan akan tantangan yang harus dihadapi oleh negara

berkembang. Negara berkembang harus bekerja keras untuk percepatan

pembangunan industri, tanpa diimbangi dengan pembangunan di sektor pertanian

yang cepat (Lynn, 2003).

Kenyataan sejarah pada pembangunan mengindikasikan bahwa industrialisasi di

Inggris pada abad ke-18 dan abad ke-19 dapat terjadi setelah perbaikan yang

signifikan dalam produktivitas sektor pertanian. Pertumbuhan Amerika dipacu oleh

kemampuan pertaniannya yang sangat besar. Di Uni Soviet, pertumbuhan industri

terjadi karena eksploitasi brutal terhadap petani kecil, dan pada waktu itu juga Uni

Soviet juga mengimpor sejumlah besar makanan (Lynn, 2003).

Kontribusi Pertanian pada Pembangunan

Pertanian memiliki kontribusi yang sangat besar kepada pembangunan (Lynn,

2003). Kontribusi pertanian tersebut adalah:

1. Meningkatkan persediaan makanan.

2. Pendapatan dari ekspor.

3. Pertukaran tenaga kerja ke sektor industri.

4. Pembentukan modal.

5. Kebutuhan akan barang-barang pabrikan.

Tabel 2 menunjukkan pentingnya pertanian di dalam pertumbuhan sebuah ekonomi

yang didominasi oleh sektor pertanian, pertumbuhan pertanian akan meningkatkan

laju pertumbuhan pendapatan daerah bruto (PDB). Guinea-Bissau, sebuah negara

Afrika Barat, pada tahun 1999 memperoleh 60 persen pendapatan daerah bruto

(PDB) dari sektor pertanian, 15 persen dari sektor industri, dan sisanya dari sektor

jasa. Apabila sektor industri tumbuh sebesar 6 persen pertahun, dan sektor jasa

tumbuh 10 persen pertahun, pertumbuhan sektor pertanian dua kali lipat dari 3

persen menjadi 6 persen, akan meningkatkan laju pertumbuhan pendapatan daerah

bruto dari 4,2 persen menjadi 7 persen. Karena pertumbuhan populasi adalah 2,4

persen pada tahun 1998, menggandakan pertumbuhan pertanian akan

meningkatkan pendapatan per kapita dari 1,8 persen menjadi 4,6 persen (Lynn,

2003).

Peran sektor pertanian sangat diperlukan dalam upaya menurunkan kemiskinan.

Data PBB menyatakan bahwa pada daerah pedesaan di negara berkembang

terdapat sekitar 1 milyar penduduk dari 1,2 milyar penduduk hidup dalam kemiskinan

Page 3: Pertanian Dan Proses Pembangunan

absolut (absolute poverty). Bank Dunia mengetahui bahwa populasi, pertanian dan

environment adalah kunci untuk mengetahui masalah yang dihadapi di Sub-Sahara

Afrika, yaitu daerah yang paling miskin di dunia. Pertumbuhan penduduk yang

sangat cepat yang tidak diimbangi oleh teknik pertanian menyebabkan kekurangan.

Hal ini juga menyebabkan degradasi tanah dan penurunan produksi dan konsumsi

makanan per kapita (Lynn, 2003).

Selain membutuhkan sumber daya finansial, sektor pertanian juga memerlukan

teknologi maju dan infrastruktur. Diskriminasi pemerintah terhadap sektor pertanian

akan menghalangi keseluruhan pembangunan (Lynn, 2003).

Transformasi Pertanian

Lynn (2003) mengemukakan bahwa keberhasilan sektor pertanian bukan hanya alat

bagi pembangunan, tetapi keberhasilan di sektor pertanian juga menjadi tujuan dari

pembangunan. Pertanian dapat menjamin penyediaan kebutuhan milyaran

penduduk di masa depan. Hal yang berhubungan dengan transformasi sektor

pertanian:

1. Peningkatan produktivitas pertanian.

2. Penggunaan sumber daya yang dihasilkan untuk pembangunan di luar sektor

pertanian.

3. Integrasi pertanian dengan ekonomi nasional melalui infrastruktur dan pasar.

Pada tahun 1970-an, produktivitas pertanian di Asia dan Afrika 45 persen di bawah

negara barat pada saat awal revolusi industri. Sejak beberapa dekade, pertumbuhan

output pertanian semakin kecil dibandingkan dengan pertumbuhan output secara

keseluruhan (Lynn, 2003).

Gambar 1 menunjukkan grafik indek hasil pangan per kapita pada beberapa bagian

negara di dunia. Grafik pada gambar 1 diperlihatkan Afrika bagian Sub-Sahara hasil

pangan per kapita semakin menurun, sedangkan Asia dan Amerika Selatan

mengalami peningkatan yang kuat. Indonesia terlihat mengalami peningkatan,

walaupun pernah mengalami penurunan sekitar tahun 1997 – 1999 diakibatkan

krisis ekonomi dan kekacauan situasi politik (Lynn, 2003).

Tabel 3 menunjukkan laju pertumbuhan pertanian, pendapatan domestik bruto

(PDB), dan populasi. Produksi pertanian pada negara berpendapatan rendah-

menengah rendah tumbuh sedikit lebih cepat daripada pertumbuhan populasi (Lynn,

2003).

Pada abad XX, banyak ditemukan perlakuan yang salah kepada petani. Di Uni

Soviet pada tahun 1920-an, Stalin mewajibkan petani menjual hasil pertaniannya

kepada pemerintah dengan harga yang telah ditentukan oleh pemerintah. Harga beli

yang rendah dan harga jual yang tinggi menghasilkan pendapatan bagi pemerintah.

Page 4: Pertanian Dan Proses Pembangunan

Petani kecil diperintahkan untuk bergabung (collective farm), sebagai usaha untuk

meningkatkan efisiensi dan hasil. Pemerintah RRC juga mengikuti kebijakan

collectivization (Lynn, 2003).

Kekuatan bukanlah alat untuk mengeksploitasi petani. Beberapa negara

berkembang menekan harga pertanian rendah, beberapa negara mengenakan pajak

akan aktivitas pertanian, mencabut modal pada daerah pedesaan, secara umum

dapat dikatakan banyak negara menempatkan industrialisasi di atas segalanya.

Model Lewis hanya membuat beberapa ekonom dan pembuat kebijakan berpikir

bahwa pertanian adalah tempat untuk mempekerjakan kelebihan tenaga kerja yang

tidak terserap oleh industrialisasi (Lynn, 2003).

Nilai tukar petani (sectoral terms of trade) untuk pertanian adalah rasio harga barang

pertanian (Pa) dan harga barang industri (Pi). Kenaikan nilai tukar petani (NTP)

berarti harga pangan naik lebih cepat daripada barang industri. Petani dapat

membeli lebih banyak keperluan mereka pada hasil yang sama dan mendorong

petani untuk meningkatkan hasil mereka (Lynn, 2003). Nilai tukar petani (NTP) juga

dapat menjadi indikator tingkat kesejahteraan petani, semakin tinggi NTP semakin

tinggi daya beli petani.

Sebuah studi mengenai Indonesia, menghitung rasio Pa/Pi, dan laju pertumbuhan

pendapatan daerah bruto (PDB) pertanian. Apabila nilai tukar petani adalah 0,78

selama tiga periode, dan pertumbuhan 0,9 persen per tahun. Ketika nilai tukar petani

meningkat menjadi 0,83 dan 1,06, pertumbuhan pertanian meningkat menjadi 4,3

persen dan kemudian menjadi 8,3 persen (Lynn, 2003).

Peningkatan nilai tukar petani (terms of trade) hanyalah pada masa transisi. Gambar

2 mengilustrasikan bagaimana harga pertanian relatif berubah seiring dengan waktu.

Sebagai respon harga pertanian yang tinggi, sumber daya akan ditarik ke pertanian

(P1), lalu meningkatkan hasil (S2). Ini kemudian berlanjut sebagai awal peningkatan

permintaan pangan (D2). Lambatnya permintaan akan pangan dan bahan baku

(D3), dan produktivitas pertanian dan penawaran meningkat (S3). Nilai tukar petani

(terms of trade) berbalik dan akan mendorong industri. Pada tahap awal

pembangunan ekonomi, pertanian harus menjadi prioritas. Supaya pertanian tetap

menarik dibutuhkan kenaikan atau stabilitas nilai tukar petani (terms of trade) yang

merefleksikan kelangkaan (Lynn, 2003).

DAFTAR RUJUKANBerry, Albert. 1972. Farm Size Distribution, Income Distribution, and the Efficiency of Agricultural Production: Colombia.” American Economic Review 62, No 2, May 1972, pp 406.Kondonassis, A.J. et al. 1991. Major Issues of Global Development. Continuing Education and Public Service in cooperation with the Department of the University of Oklahoma. USA.Lynn, Stuart R. 2003. Economic Development: theory and practice for a divided world.

Page 5: Pertanian Dan Proses Pembangunan

Prentice Hall. New Jersey.Staff of the International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank. 2005. World Development Report 2006: Equity and Development. Oxford University Press. New York.Van den Berg, Hendrik. 1949. Economic Growth and Development: an analysis of our greatest economic achievements and our most exciting challenges. McGraw-Hill/Irwin. New York.

Indonesia adalah negara agraris, dan pernah mendapat penghargaan dari FAO atas keberhasilannya dalam swasembada beras. Hal itulah yang tak asing kita dengar atu pernah kita baca dari teks pelajaran di bangku sekolah atau media cetak.

Artinya bahwa semua bangsa Indonesia tahu dn sadar bahwa bangsa Indonesia mempunyai potensi besar dalam sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari mata pencaharian utama masyarakat Indonesia adalah bertani. Atau dapat dikatakan pula bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya dari sektor agraris ini. Baik itu bercocok tanam, beternak, ataupun yang lainnya.

Dengan kesadaran tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pertanian adalah sektor penting di Indonesia, dengan beberapa alasan sebagai berikut:

1. Pertanian di Indonesia merupakan potensi sumber daya yang besar dan beragam.

2. Pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar.

3. Besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini.

4. Menjadi basis pertumbuhan di pedesaan.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui sejauh mana peranan pertanian bagi perekonomian Indonesia

2. Mengetahui realisasi pembangunan pertanian dalam peranannya sebagai sektor penting di Indonesia khususnya dalam mensejahterakan rakyat.

http://firdianafarhatany.blogspot.co.id/2011/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html