pertanggungjawaban pidana terhadap anak …digilib.unila.ac.id/21829/3/tesis tanpa bab...

80
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DAN PEMBERATAN (Studi Putusan Perkara Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS) (Tesis) Oleh Lucky Dina Ristama PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: hadat

Post on 10-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI

PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN

DAN PEMBERATAN

(Studi Putusan Perkara Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS)

(Tesis)

Oleh

Lucky Dina Ristama

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 2: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

ABSTRACT

CRIMINAL LIABILITY OF CHILDREN AS ACTORS CRIME THEFT

WITH VIOLENCE AND WEIGHING

(Study of Decision Number: 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS)

By

Lucky Dina Ristama

Criminal offenses committed by children nowadays more varied one of which

occurred in the jurisdiction of the District Court of Mount Sugih namely theft with

violence and weighting in Case Number: 07 / Pid.Sus / Children / 014 / PN.GS.

Criminal punishment against the perpetrators adversely affects a child's

development. The problems that exist in this thesis are: How is the criminal

responsibility of children as perpetrators of the crime of theft with violence and

weighting, then What is the basis of legal considerations judges in imposing

criminal sanctions against children as perpetrators of the crime of theft with

violence and weighting.

This study uses normative juridical approach and empirical. The type of data used

are primary data and secondary data. The data obtained were analyzed

qualitatively juridical and conclusions drawn deductively.

The results showed that the criminal responsibility of children as perpetrators of

the crime of theft with violence and weighting the defendant violated Article 365

paragraph (2) of the 2nd Criminal Code and be healthy physically and mentally,

and not found reason eraser criminal defendant categorized able to be responsible

for the act of doing premises serving a sentence of imprisonment for ten (10)

months. Basic legal considerations judges in imposing criminal sanctions is the

indictment prosecutors, the purpose of punishment, the mitigating circumstances

and aggravating, and apply some theories of law that legal certainty purpose,

usefulness and fairness of law.

Suggestions in this study is the judge in giving consideration should first consider

the state of the perpetrators who are still minors then it certainly requires the form

of rehabilitation and development.

Keywords: Criminal liability, Child, Theft, Violence, Weighting.

Page 3: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

ABSTRAK

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI

PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN

DAN PEMBERATAN

(Studi Putusan Perkara Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS)

Oleh

Lucky Dina Ristama

Tindak pidana yang dilakukan oleh anak dewasa ini semakin beragam, salah

satunya terjadi di wilayah hukum Pengadilan Negeri Gunung Sugih yakni

pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara Nomor:

07/Pid.Sus/Anak/014/PN.GS. Pertanggungjawaban pidana terhadap terhadap

pelaku berakibat negatif terhadap perkembangan anak. Permasalahan yang ada

dalam tesis ini adalah: bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap anak

sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan serta

apa yang menjadi dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan sanksi

pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan

dan pemberatan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan secara yuridis normatif dan empiris. Jenis

data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh

dianalisis secara yuridis kualitatif dan ditarik kesimpulan secara deduktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanggungjawaban pidana terhadap anak

sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan yakni

Terdakwa terbukti melanggar Pasal 365 ayat (2) ke-2 KUHP dan dalam keadaan

sehat jasmani dan rohani serta tidak ditemukan alasan penghapus pidana maka

terdakwa dikategorikan mampu bertanggungjawab atas perbuatan yang

dilakukannya denga menjalani hukuman pidana penjara selama 10 (sepuluh)

bulan. Dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana

adalah dakwaan Jaksa, tujuan pemidanaan, hal-hal yang meringankan dan

memberatkan, serta menerapkan beberapa teori-teori tujuan hukum yakni

kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan hukum.

Saran dalam penelitian ini adalah Hakim dalam memberikan pertimbangan

sebaiknya lebih mempertimbangkan keadaan pelaku yang masih anak dibawah

umur maka hal ini tentunya mensyaratkan mengenai bentuk rehabilitasi dan

pembinaan.

Kata Kunci: Pertanggungjawaban pidana, Anak, pencurian, kekerasan,

pemberatan.

Page 4: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI

PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN

DAN PEMBERATAN

(Studi Putusan Perkara Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS)

Oleh

Lucky Dina Ristama

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

MAGISTER HUKUM

Pada

Program Pasca Sarjana Magister Hukum

Fakultas Hukum Universitas Lampung

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 5: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun
Page 6: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun
Page 7: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun
Page 8: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

RIWAYAT HIDUP

Lucky Dinaristama dilahirkan di Bandar Lampung 9 Desember 1989, yang merupakan

anak tunggal pasangan Bapak Sukoco dan Ibu Risma Bandarsyah, S.H. Penulis

menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Taruna Jaya Bandar Lampung pada

tahun 1996, Sekolah Dasar Negeri 1 Wayhalim Bandar Lampung pada tahun 2002,

penulis menyelesaikan studinya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Bandar

Lampung pada tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas YP Unila Bandar Lampung

pada tahun 2008. Dengan mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa akhirnya penulis

diterima di Fakultas Hukum Universitas Lampung pada Tahun 2008. Selama mengikuti

perkuliahan penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan kemahasiswaan. Penulis

menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Lampung pada Tahun 2012.

Penulis saat ini bekerja pada bagian Staf Kemahasiswaan Rektorat Universitas

Lampung. Penulis melanjutkan studinya di Program Pascasarjana Universitas Lampung

Magister Hukum dengan Program Kekhususan Hukum Pidana pada Tahun 2014.

Page 9: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNYA,

maka dengan ketulusan dan kerendahan hati serta setiap perjuangan dan jerih payah

penulis, penulis persembahkan Tesis ini kepada :

Papa dan Mama yang penulis hormati, sayangi, dan cintai

Terima kasih untuk setiap pengorbanan kesabaran, kasih sayang yang tulus serta do’a

demi keberhasilan penulis

Suami Penulis Hadiancha Maliki,SE yang selalu menemani, memotivasi, membuat

tertawa dan merasa berharga terimakasih atas semangat, perhatian dan kasih sayang

serta kebersamaan dan semua waktu yang tak pernah terlupakan

Keluarga besar penulis yang senantiasa menemani dengan keceriaan dan kasih sayang

Para pengajar penulis

Semoga ilmu yang telah diberikan dapat berguna bagi Penulis untuk berbakti kepada

Bangsa dan Negara

Sahabat-sahabat penulis yang selalu hadir menemaniku dalam suka maupun duka

Almamater tercinta Universitas Lampung

Page 10: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

MOTO

“Anak berharga adalah insan bangsa yang mau mengorbankan dan mempersembahkan

masa depannya untuk totalitas perjuangan yang dibutuhkan negeri bukan untuk

membudayakan kekerasan dan perilaku yang menyimpang”

(Kak Seto-KPAI)

Page 11: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaiakan Tesis ini. Meskipun banyak

rintangan dan hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, namun

berhasil menyelesaikannya dengan baik Tesis ini sebagai salah satu syarat guna

memperoleh gelar Magister Hukum pada Program Pascasarjana Universitas

Lampung dengan judul: Pertanggungjawaban Pidana terhadap Anak Sebagai

Pelaku Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan (Studi

Putusan Perkara Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS)”.

Penulis menyadari selesainya Tesis ini tidak terlepas dari partisipasi, bimbingan

serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Maka kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas

Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Lampung.

Page 12: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

4. Ibu Dr. Nikmah Rosidah, S.H., M.H. dan Bapak Dr. Maroni, S.H., M.H.

serta Bapak Dr. Budiyono, S.H., M.H. selaku Penguji yang telah

memberikan kritikan, koreksi dan masukan dalam penyelesaian Tesis ini

dengan baik.

5. Bapak Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H. dan Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H. yang

telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis dalam proses

pembuatan Tesis ini.

6. Para Dosen Magister Hukum Program Pascasarjana Universitas Lampung

yang tak bisa disebutkan satu persatu, atas bimbingan dan pengajarannya

selama penulis menjadi mahasiswa Magister Hukum Program Pascasarjana

Universitas Lampung.

7. Seluruh staf dan karayawan Magister Hukum Program Pascasarjana

Universitas Lampung yang telah membantu penulis dalam proses akademis

dan kemahasiswaan atas bantuannya selama penyusunan Tesis ini.

8. Kedua orangtua Penulis: Ayahanda Sukoco dan Ibunda Risma Bandarsyah,

S.H. yang telah memberi dukungan, dan nasehat serta doa untuk

keberhasilan Penulis.

9. Suami Penulis Hadiancha Maliki,SE yang selalu menemani, memotivasi,

membuat tertawa dan merasa berharga terimakasih atas semangat, perhatian

dan kasih sayang.

10. Kedua Orang Tua dari Suami Penulis : Drs. H. Zulkifli Maliki &

Hj. Herawati yang juga telah memberi dukungan, dan nasehat serta doa

untuk keberhasilan Penulis.

Page 13: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

11. Seluruh Keluarga Besar Penulis: AKBP. Asep Akbar Hikmana,S.IK & Noni

Mersiana, KOMBES POL. Purwolelono, S.IK.,M.M. & Ledyana

Hefrilia,S.E., serta Anggi Trinata Maliki, S.STP.,M.M. & Rizki

Amalia,S.H.,M.H. Beserta seluruh keluarga besar lain ny terimakasih atas

doa dan dukungan ny.

12. Sahabat-sahabat Penulis dan teman-teman Magister Hukum Program

Pascasarjana Universitas Lampung yang tidak bisa disebutkan satu persatu

terimakasih atas kebersamaan, dan motivasinya.

Semoga Tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi agama, masyarakat, Bangsa

dan Negara, para mahasiswa, akademisi, serta pihak-pihak lain yang

membutuhkan terutama bagi penulis.

Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata penulis

ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan

dan kebaikan bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 6 April 2016

Penulis

Lucky Dinaristama

Page 14: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ............................................................. 11

1. Permasalahan ......................................................................................... 11

2. Ruang Lingkup ....................................................................................... 12

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................ 12

1. Tujuan Penelitian ................................................................................... 12

2. Kegunaan Penelitian .............................................................................. 13

D. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 14

1. Alur Pikir ............................................................................................... 14

2. Kerangka Teori ...................................................................................... 15

3. Konseptual ............................................................................................. 24

E. Metode Penelitian ....................................................................................... 26

1. Pendekatan Masalah ............................................................................... 26

2. Sumber dan Jenis Data ........................................................................... 28

3. Penentuan Narasumber .......................................................................... 31

4. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ....................................... 32

a. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................. 32

b. Prosedur Pengolahan Data ................................................................ 33

5. Analisis Data .......................................................................................... 34

F. Sistematika Penulisan ................................................................................. 35

Page 15: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pertanggungjawaban Pidana dalam Hukum di Indonesia ............. 37

B. Tinjauan tentang Pemidanaan dan Tujuan Pemidanaan ............................. 41

C. Pengertian Anak yang berhadapan dengan Hukum serta Hak dan

Kewajiban Anak ......................................................................................... 45

D. Jenis-Jenis Sanksi Pidana dan Tindakan dalam Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak ............................. 51

E. Dasar Hukum Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan

Pemberatan ................................................................................................ 55

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor

07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS ................................................................... 58

B. Pertanggungjawaban Pidana terhadap Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana

Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan........................................... 61

C. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana

terhadap Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan

dan Pemberatan .......................................................................................... 75

IV. PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................................. 88

B. Saran ......................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman saat ini cukup pesat, tidak hanya di bidang teknik industri

dan perdagangan tetapi juga dalam bidang hukum. Perkembangan zaman diikuti

juga oleh perkembangan tingkat kejahatan. Perkembangan kehidupan yang terjadi

di Indonesia saat ini sangat cepat. Kemajuan dan pelaksanaan di segala bidang

meliputi sosial, politik, ekonomi dan budaya membawa dampak negatif berupa

peningkatan kualitas dan kuantitas berbagai macam kejahatan yang merugikan

dan meresahkan masyarakat.

Kondisi saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa dalam pemenuhan kebutuhan

ekonomi banyak penduduk Negara Indonesia maupun di Negara berkembang

lainnya mengalami kesulitan, hal ini disebabkan karena sulitnya mendapatkan

pekerjaan yang layak. Sebagai akibatnya beberapa kelompok masyarakat

menggunakan cara pintas seperti melakukan tindak pidana pencurian dengan

kekerasan dan pemberatan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain faktor

yang menjadi motif terjadinya tindak pidana, Tindak pidana juga dilakukan

Page 17: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

2

dengan menggunakan berbagai macam cara atau modus operandi maupun pelaku

melakukan suatu tindak pidana tersebut.1

Penanggulangan terhadap berbagai kejahatan baik yang bersifat konvensional

maupun bersifat transnational crime dilakukan oleh profesionalisme aparatur

yang benar-benar ahli di bidangnya serta memiliki pengalaman praktik berkaitan

dengan bidang yang ditanganinya. Perlindungan hukum secara proporsional

sangat diperlukan oleh masyarakat. Kejahatan di Negara Indonesia kini semakin

beragam jenis dan modusnya. Beberapa tahun terakhir 2014 masih berkembang

tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan yang bahkan saat ini

dilakukan oleh anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan

dan pemberatan. Perilaku anak yang menyimpang sering disebut dengan

kenakalan anak (juvenile delinquency). Perilaku tersebut tidak sesuai dengan

norma-norma yang ada di masyarakat sehingga timbul pelanggaran-pelanggaran

yang pada akhirnya cenderung ke arah tindak pidana. 2

Tindak pidana yang dilakukan oleh anak atau dikenal dengan juvenile delinquency

dewasa ini semakin meluas dan beragam, baik frekuensi maupun dalam

keseriusan kualitas kejahatan. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus yang terjadi

antara lain perkelahian, pemerasan/penodongan, penganiayaan dan sebagainya.

Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat 2.008 kasus kriminalitas

yang dilakukan anak usia sekolah sepanjang kuartal pertama Tahun 2011. Jumlah

itu meliputi berbagai jenis kejahatan seperti pencurian, tawuran, penganiayaan dan

1 Tongat, Perspektif Perkembangan Hukum di Indonesia, UMM Press, Malang, 2012, hlm. 41

2 Santi Kusumaningrum, Penggunaan Diskresi Dalam Proses Peradilan Pidana, UI Press, Jakarta,

2014, hlm. 34

Page 18: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

3

pelecehan seksual yang dilakukan siswa SD hingga SMA. Angka itu meningkat

setiap tahun. Tahun 2012 terjadi 2.413 kasus kriminal anak usia sekolah,

selanjutnya Tahun 2013 yakni sebanyak 2.508 kasus.3

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

mempertegas tentang pengertian anak di dalam Pasal 1 angka (3) disebutkan

bahwa:

“Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak

adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum

berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.

Undang-undang tentang Pengadilan Anak melihat sisi anak dari perbuatan

yang dilakukannya, apabila anak tersebut melakukan kejahatan sebelum

anak tersebut umur 12 (dua belas) tahun tidak dikategorikan anak nakal

sehingga dari sisi hukum ia belum dapat dimintai pertanggungjawaban,

sebalinya apabila sudah mencapai umur 12 (dua belas) tahun sampai 18

(delapan belas) tahun dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan

yang dilakukannya, kemudian bila anak tersebut sebelum umur 18

(delapan belas) tahun sudah kawin maka bukan dikategorikan anak dan

proses peradilan melalui peradilan umum bukan peradilan anak.4”

Perilaku menyimpang menurut W.A. Gerungan yang cenderung mengarah pada

tindak kriminal yang dilakukan oleh anak tersebut dalam bentuk tindak pidana

digolongkan sebagai kenakalan.5 Kenakalan tersebut tampaknya telah

mengganggu ketertiban, keamanan, kenyamanan masyarakat baik di kota-kota

besar maupun kota-kota kecil. Seperti yang dimukakan oleh Y. Bambang

Mulyono, Problema kejahatan anak bukan suatu masalah yang timbul dalam

lingkup kecil, tetapi hampir terjadi baik di kota-kota besar maupun di kota-kota

3 Komisi Perlindungan Anak Indonesia-home page. http://www.kpai.or.id/berita/ kriminalitasanak/

artikel.php. diakses tanggal 11 September 2015 Pkl. 17.00 WIB 4 Ketentuan Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Anak 5 W.A Gerungan, Psikologi Sosial Suatu Ringkasan, Eresco, Bandung, 1996, hlm. 27

Page 19: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

4

kecil. Sebenarnya hampir tiap negara di dunia ini mengalami atau menghadapi

kejahatan yang dilakukan oleh anak.6

Masalah sosial delinquency anak sejauh ini seperti tersebut di atas tidak hanya

terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga terjadi di negara-

negara maju seperti Amerika Serikat. Robert Mevercic Iver dalam bukunya “The

Prevention and Control Of Delinquency” menyatakan bahwa berdasarkan data

statistik delikuensi anak meningkat setiap tahunnya juga dinyatakan bahwa

kenaikan itu cukup mencemaskan dan jika delikuensi anak itu dibiarkan maka hal

itu akan meningkat menjadi kejahatan anak atau Adult Criminality.7

Upaya pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak memerlukan peran serta

masyarakat, baik lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga

swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha,

media massa atau lembaga pendidikan. Apabila anak melakukan kesalahan dan

tindak pidana, maka anak sudah sepatutnya mendapatkan perlindungan dan

perlakuan khusus dalam hal proses peradilannya sebagaimana yang diatur oleh

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.8

Persoalan hukum tidak hanya menimpa orang-orang dewasa. Anak-anak juga

seringkali terbentur dengan persoalan hukum. Seperti halnya orang dewasa, anak-

anak juga berhak mendapat perlindungan secara hukum. Perlindungan hukum ini

tidak hanya diberikan kepada anak yang menjadi korban dalam suatu masalah

6Bambang Mulyono, Kenakalan remaja dalam persfektif pendekatan sosiologi psikologi dan

penanggulangannya, Gramedia, Jakarta, 2006, hlm. 11 7 Kartini Kartono, Patologi 2 kenakalan remaja, Rajawali Pers, Jakarta, 1992, hlm 16

8 Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak.

Page 20: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

5

hukum, tapi juga kepada anak-anak yang menjadi pelakunya. Dalam hukum

nasional perlindungan khusus anak yang berhadapan dengan hukum juga diatur

dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan juga Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Berdasarkan masalah-masalah terhadap anak yang berkonflik dengan hukum

Pemerintah telah mengundangkan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Peradilan anak bertujuan memberikan

yang paling baik bagi anak, tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat dan

tegaknya suatu keadilan. Tujuan Peradilan Anak tidak berbeda dengan peradilan

lainnya, yaitu memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara anak. Dalam hal

ini, pelaksanaan pembinaan dan perlindungan terhadap anak, diperlukan

dukungan baik yang menyangkut kelembagaan maupun perangkat hukum yang

lebih baik dan mewadahi.9

Fenomena sosial yang terjadi bahwa tindak pidana yang dilakukan oleh anak

(juvenile delinquency) dewasa ini juga terjadi di berbagai daerah, salah satunya

terjadi di wilayah hukum Pengadilan Negeri Gunung Sugih. Tindak pidana yang

dilakukan oleh anak adalah pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam

Putusan Perkara Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor: 07/ Pid.Sus/ Anak/

014/PN.GS. Pada dasrnya seorang anak belum mampu mempertanggungjawabkan

semua kesalahannya karena lingkungan sekitarnya juga memberi peluang untuk

melakukan pelanggaran hukum, sehingga proses peradilannya pun mempunyai

9 Suara Pembaruan, “kejahatan anak”. http://www.prakarsarakyat.org/artikel/fokus/artikel.php?aid=29687.

diakses tanggal 10 September 2015 Pkl. 16.00 WIB

Page 21: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

6

perbedaan dengan peradilan pada umumnya, dikarenakan demi menghindari

tekanan psikologis terhadap anak yang telah melanggar norma atau pun hukum

yang berlaku sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Fakta hukum yang terjadi dalam tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan

pemberatan dalam Putusan Perkara Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor: 07/

Pid.Sus/ Anak/ 014/PN.GS yang dilakukan oleh Terdakwa Boby Fernandes Bin

Anshori yang masih berusia 17 Tahun telah terbukti melakukan tindak pidana

pencurian dengan kekerasan dan pemberatan. Secara singkat bahwa kronologi

dalam perkara tersebut yakni berawal pada hari selasa tanggal 09 September 2014

sekitar pukul 15.30 WIB di Jalan Lintas Sumatera Kabupaten Lampung Tengah

atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain dalam daerah hukum Pengadilan

Negeri Gunung Sugih Terdakwa Boby Fernandes Bin Anshori bersama-sama

dengan saksi Pendi (berkas terpisah) dan Akub (DPO), melakukan pencurian yang

didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.

Terdakwa Boby Fernandes Bin Anshori datang kerumah Akub (DPO) lalu

terdakwa saksi Akub main kerumah saksi Pendi sesampai dirumah saksi Pendi

Akub mengajak untuk merampas sepeda motor setelah disepakati bersama

kemudian Terdakwa Boby Fernandes Bin Anshori, saksi Pendi dan Akub pergi ke

arah Desa Buyut Udik untuk mencari korban tidak lama kemudian sepeda motor

yang dikendarai oleh saksi korban Gusti Ayu Artini dan saksi Rahmawati

melintas di jalan tersebut dipepet oleh sepeda motor yang dikendarai oleh Saksi

PENDI serta mencabut kontak sepeda motor milik saksi korban hingga sepeda

motor yang dikendarai oleh saksi korban terjatuh, selanjutnya kunci kontak

Page 22: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

7

sepeda motor tersebut diberikan oleh saksi Pendi kepada terdakwa lalu diberikan

oleh terdakwa kepada Akub setelah itu terdakwa dan Akub turun dari sepeda

motor sedangkan saksi Pendi menunggu diatas sepeda motor sambil mengawasi

situasi sekitar selanjutnya Akub mendekati sepeda motor tersebut dan

memerintahkan saksi korban Gusti Ayu Artini dan saksi Rahmawati untuk

menjauh sambil mengancam dengan senjata tajam lalu korban Gusti Ayu Artini

dan saksi Rahmawati berlari ketakutan selanjutnya sepeda motor milik saksi

korban tersebut diambil oleh Akub dan dibawanya pergi sedangkan Terdakwa

Boby Fernandes Bin Anshori dan saksi Pendi membawa sepeda motor yang

dibawanya tadi kearah Buyut Udik namun sebelum Terdakwa Boby Fernandes

Bin Anshori dan saksi Pendi menyeberang rel sepeda motor yang dikendarai oleh

terdakwa dan saksi Pendi tersebut putus rantai lalu dari arah belakang ada warga

yang mengejar terdakwa dan saksi Pendi sambil berteriak begal hingga Terdakwa

Boby Fernandes Bin Anshori dan saksi Pendi berhasil diamankan oleh warga dan

dibawa ke Polres Lampung Tengah.

Tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan (gequalificeerde

diefstal) dalam Putusan Perkara Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor

07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS Terdakwa Boby Fernandes Bin Anshori yang

masih berusia 17 Tahun dinyatakan telah dengan sengaja melakukan tindak

pidana pencurian dengan kekerasan dalam keadaan memberatkan, sebagaimana

diatur dalam Pasal 365 ayat (2) ke-2 KUHP. Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Gunung Sugih menjatuhkan pidana kepada Terdakwa Boby Fernandes Bin

Anshori dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan.

Page 23: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

8

Tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan (gequalificeerde

diefstal) sebagaimana diatur dalam Pasal 365 ayat (2) ke-2 Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (KUHP) merupakan suatu bentuk kejahatan. Pelaku dapat

mempertanggungjawabkan semua kesalahannya. Tindak pidana pencurian dengan

kekerasan dan pemberatan (gequalificeerde diefstal) masih sering terjadi di

Negara Republik Indonesia. Kasus-kasus yang terjadi demikian perlu mendapat

perhatian dari pemerintah. Dasar yuridis yang mengatur tentang tindak pidana

pencurian adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang secara

terperinci memaparkan tindak pidana pencurian tersebut pada Bab XXII tentang

Pencurian. 10

Ketentuan dalam Pasal 365 KUHP mengatur bahwa:

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yang

didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah

pencurian itu, atau bila tertangkap tangan, untuk memungkinkan diri sendiri

atau peserta lainnya untuk melarikan diri, atau untuk tetap menguasai barang

yang dicuri.

(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Ke-1 bila perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau

pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau dalam

kereta api atau trem yang sedang berjalan;

Ke-2 bila perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

Ke-3 bila yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan

merusak atau memanjat ataa dengan memakai anak kunci palsu, perintah

palsu atau pakaian jabatan palsu;

Ke-4 bila perbuatan mengakibatkan luka berat.

(3) Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang bersalah diancam

dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana

penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, bila perbuatan itu

mengakibatkan luka berat atau kematian dan dflakukan oleh dua orang atau

10

Djoko Prakoso, Delik Dalam KUHP, Liberty, Yogyakarta, 2007, hlm. 29

Page 24: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

9

lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan

dalam nomor 1 dan 3.

Seorang anak melakukan tindak pidana disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya adanya dampak negatif dari arus globalisasi, komunikasi dan

informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan gaya hidup yang

telah membawa perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat. Tindak pidana

yang dilakukan oleh anak perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Hal ini

menyebabkan akibat yang sangat buruk bagi masyarakat pada umumnya dan

terhadap perkembangan anak itu sendiri pada khususnya.11

Sanksi pidana yang terdapat dalam ketentuan dalam Pasal 365 Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana (KUHP) merupakan bentuk kepastian hukum. Sanksi

pidana tersebut bertujuan guna menjamin kepastian hukum, ketertiban dan

perlindungan hukum pada modernisasi dan globalisasi saat ini dapat terlaksana,

apabila berbagai dimensi kehidupan hukum selalu menjaga keselarasan,

keseimbangan dan keserasian antara moralitas sipil yang didasarkan oleh nilai-

nilai aktual di dalam masyarakat beradab.

Sanksi pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan

kekerasan dan pemberatan dalam Putusan Perkara Nomor: 07/ Pid.Sus/ Anak/

2014/PN.GS diterapkan kepada pelaku melalui proses peradilan. Hakim dalam

menjatuhkan vonis sangat memperhatikan beberapa unsur kesalahan yang

terpenuhi agar dapat mempertanggungiawabkan perbuatannya tersebut.

Penjatuhan pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan

11

Romli Atmasasmita, Problem Kenakalan Anak-anak Remaja, Armico, Bandung, 1983, hlm. 37

Page 25: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

10

kekerasan dan pemberatan dalam Putusan Perkara Nomor: 07/ Pid.Sus/ Anak/

2014/PN.GS dapat dimintai pertanggungjawabannya sesuai dengan unsur-unsur

tindak pidana, yaitu sehat jiwanya, mengetahui bahwa perbuatannya bertentangan

dengan hukum serta mampu mengetahui kehendak sesuai kesadarannya, sehingga

dapat dipidana oleh Hakim.

Pemberian sanksi pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian

dengan kekerasan dan pemberatan yang telah memenuhi ketentuan Pasal 365 ayat

(2) ke-2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dengan dijatuhi pidana

penjara selama 10 (sepuluh) bulan terhadap pelaku yang masih berusia 17 Tahun

dinilai belum tepat jika dilihat dari konsep pemidanaan terhadap anak. Pidana

penjara justru berakibat negatif terhadap perkembangan anak. Dalam Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak saat ini

mengupayakan bentuk pemidanaan yang terbaik bagi anak.

Sanksi hukuman terhadap anak nakal (juvenile delinquency) dapat diberikan

tindakan sebagaimana ketentuan dalam Pasal 82 ayat (1) Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang menjelaskan bahwa:

(1) Tindakan yang dapat dikenakan kepada Anak meliputi:

a. pengembalian kepada orang tua/Wali;

b. penyerahan kepada seseorang;

c. perawatan di rumah sakit jiwa;

d. perawatan di LPKS;

e. kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang diadakan

oleh pemerintah atau badan swasta;

f. pencabutan surat izin mengemudi;

g. perbaikan akibat tindak pidana.

(2) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, huruf e, dan huruf f

dikenakan paling lama 1 (satu) tahun.

Page 26: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

11

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan oleh Penuntut

Umum dalam tuntutannya, kecuali tindak pidana diancam dengan pidana

penjara paling singkat 7 (tujuh) tahun.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan (gequalificeerde

diefstal) dalam Putusan Perkara Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor

07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS Terdakwa Boby Fernandes Bin Anshori juga

dikarenakan hasutan dari rekan-rekannya serta belum sempat menikmati hasil

tindak pidana yang dilakukan, sehingga pemidanaan penjara bagi Terdakwa justru

akan menimbulkan dampak yang negatif terhadap perkembangan anak.

Terdakawa masih anak-anak dan masih dapat dibina. Tujuan pemidanaan ini

bukanlah suatu pembalasan melainkan pembinaan bagi terdakwa yang telah

berbuat salah dan agar dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis hendak melakukan

penelitian yang hasilnya akan dijadikan tesis dengan judul

“Pertanggungjawaban Pidana terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana

Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan (Studi Putusan Perkara

Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS)”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

Page 27: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

12

a. Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku

tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan?

b. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan

sanksi pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan

kekerasan dan pemberatan?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian tesis ini terbatas pada kajian bidang hukum Pidana

khususnya mengenai pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku

tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan, dan dasar

pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap anak

sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan.

Adapun ruang lingkup tempat penelitian dilakukan di wilayah hukum Pengadilan

Negeri Gunung Sugih, Polres Lampung Tengah dan Kejkasaan Negeri Gunung

Sugih. Ruang lingkup waktu penelitian adalah pada Tahun 2016.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk menganalisis pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku

tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan.

b. Untuk menganalisis dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan

sanksi pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan

kekerasan dan pemberatan.

Page 28: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

13

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah mencakup kegunaan teoritis dan

kegunaan praktis:

a. Kegunaan Teoritis

Kegunaan penulisan ini secara teoritis adalah memberikan sumbangan

terhadap pengembangan ilmu hukum pidana, yaitu hal-hal yang berkaitan

dengan beberapa permasalahan tentang pertanggungjawaban pidana terhadap

anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan

pemberatan dalam Putusan Perkara Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS.

b. Kegunaan Praktis

1. Hasil penulisan tesis ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat dan bagi

aparatur penegak hukum dalam memperluas serta memperdalam ilmu hukum

khususnya ilmu hukum pidana dan juga dapat bermanfaat bagi masyarakat

pada umumnya dan bagi aparatur penegak hukum pada khususnya untuk

menambah wawasan dalam berfikir dan dapat dijadikan sebagai masukan

dalam rangka pembaharuan hukum pidana.

2. Penulisan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Hukum pada Program Studi Magister Hukum Program Pasca Sarjana

Universitas Lampung.

Page 29: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

14

D. Kerangka Pemikiran

1. Alur Pikir

Alur pikir mengenai pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku

tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Putusan Perkara

Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:

Bagan 1. Alur Pikir Penelitian

Anak Pelaku Tindak Pidana

Pencurian Dengan Kekerasan

dan Pemeberatan (Terdakwa:

Boby Fernandes Bin Anshori) Tindak Pidana Pencurian

Dengan Kekerasan (Pasal 365

ayat (2) ke-2 KUHP)

Proses Hukum Anak Pelaku

Tindak Pidana Pencurian Dengan

Kekerasan berdasarkan Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak

Putusan Majelis Hakim Nomor :

07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS

Pembahasan

Pertanggungjawaban

Pidana

Dasar Pertimbangan

Hukum Hakim

Simpulan

Asas Kesalahan dan Unsur

Pasal 365 ayat (2) ke-2

KUHP

Pasal 82 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2012 Tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak

Tujuan pemidanaan, hal-

hal yang meringankan dan

memberatkan, akibat yang

ditimbulkan.

Pasal 5 Undang-Undang

Nomor 48 Tahun 2009 dan

Pasal 182 ayat (6) KUHAP

Page 30: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

15

2. Kerangka Teori

Pertanggungjawaban dalam hukum pidana merupakan pertanggungjawaban

menurut hukum pidana. Setiap orang bertanggung jawab atas segala

perbuatannya, hanya kelakuannya yang menyebabkan hakim menjatuhkan

hukuman yang dipertanggungjawabkan pada pelakunya. Pertanggungjawaban ini

adalah pertanggungjawaban pidana. Menurut Bambang Purnomo menyatakan:

“Pertanggungjawaban pidana adalah seseorang itu dapat dipidana atau

tidaknya karena kemampuan dalam mempertanggungjawabakan

perbuatannya. Dalam bahasa asing dikenal dengan

Toerekeningsvatbaarheid dan terdakwa akan dibebaskan dari tanggung

jawab jika itu tidak melanggar hukum”.12

Menurut teori pertanggungjawaban pidana Roeslan Saleh dalam arti luas

mempunyai tiga bidang, yaitu :

1). Kemampuan bertanggung jawab orang yang melakukan perbuatan.

2). Hubungan batin (sikap psikis) orang yang melakukan perbuatan dengan

perbuatannya:

a. Perbuatan yang ada kesengajaan, atau.

b. Perbuatan yang ada alpa, lalai, kurang hati-hati.

3). Tidak ada alasan penghapus pertanggungjawaban pidana bagi pembuat.13

Konsep pertanggungjawaban hukum bagi seseorang yang telah melakukan

perbuatan melawan hukum di Indonesia tidak terlepas dari konsep Negara hukum

12

Bambang Purnomo, Teori Pertanggungjawaban Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hlm. 54 13

Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Aksara Baru, Jakarta,

1999, hlm. 93

Page 31: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

16

yang menjadi dasar utama dalam penegakan hukum di Indonesia. Amandemen

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam Perubahan

ke-empat pada Tahun 2002, konsepsi Negara Hukum yang sebelumnya hanya

tercantum dalam Penjelasan UUD 1945, dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1

ayat (3) yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.

Prinsip Negara Hukum the rule of law, not of man yang disebut pemerintahan

pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang hanya

bertindak sebagai objek dari sistem yang mengaturnya.14

Gagasan Negara Hukum

itu dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum itu sendiri sebagai suatu

sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikembangkan dengan menata supra

struktur dan infra struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial yang tertib

dan teratur, serta dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum yang

nasional dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Untuk itu sistem hukum perlu dibangun (law making) dan ditegakkan

(law enforcing) sebagaimana mestinya, dimulai dengan konstitusi sebagai hukum

yang paling tinggi kedudukannya.15

Hukum Pidana sebagai salah satu bagian independen dari Hukum Publik

merupakan salah satu instrumen hukum yang sangat urgen eksistensinya sejak

jaman dahulu. Hukum pidana sangat penting eksistensinya dalam menjamin

keamanan masyarakat dari ancaman tindak pidana, menjaga stabilitas negara dan

bahkan) merupakan lembaga moral yang berperan merehabilitasi para pelaku

14

Darji Damordiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum : Apa dan Bagaimana Filsafat

Hukum di Indonesia. Ed. V, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995, hlm.29 15

R. Tresna, Politik Hukum Pidana, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, 2013, hlm. 42

Page 32: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

17

pidana. Hukum pidana terus berkembang sesuai dengan tuntutan tindak pidana

yang ada di setiap masanya.16

Hukum pidana terdiri dari norma-norma yang berisi keharusan-keharusan dan

larangan-larangan yang (oleh pembentuk undang-undang) telah dikaitkan dengan

suatu sanksi berupa hukuman, yakni suatu penderitaan yang bersifat khusus.

Hukum pidana merupakan suatu sistem norma-norma yang menentukan terhadap

tindakan-tindakan yang mana (hal melakukan sesuatu atau tidak melakukan

sesuatu dimana terdapat suatu keharusan untuk melakukan sesuatu) dan dalam

keadaan-keadaan bagaimana hukum itu dapat dijatuhkan, serta hukuman yang

bagaimana yang dapat dijatuhkan bagi tindakan-tindakan tersebut.17

Hukum pidana adalah bagian dari hukum positif yang berlaku di suatu negara

dengan memperhatikan waktu, tempat dan bagian penduduk, yang memuat dasar-

dasar dan ketentuan-ketentuan mengenai tindakan larangan atau tindakan

keharusan dan kepada pelanggarnya diancam dengan pidana, menentukan pula

bilamana dan dalam hal apa pelaku pelanggaran tersebut dipertanggungjawabkan,

serta ketentuan-ketentuan mengenai hak dan cara penyidikan, penuntutan,

penjatuhan pidana dan pelaksanaan pidana demi tegaknya hukum yang bertitik

berat kepada keadilan.18

Pidana memiliki pengertian perbuatan yang dilakukan setiap orang/subjek hukum

yang berupa kesalahan dan bersifat melanggar hukum ataupun tidak sesuai dengan

16

Adami Chazawi, Penafsiran dan Penegakan Hukum Pidana, Raja Grafindo, Jakarta, 2012,

hlm.36 17

P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti. Bandung, 1997,

hlm. 39 18

Andi Hamzah, Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 27

Page 33: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

18

Perundang-Undangan. Sedangkan Tindak pidana adalah perbuatan melakukan

atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan Perundang-Undangan

dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, untuk

dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan tersebut dilarang dan diancam

pidana oleh peraturan Perundang-Undangan, harus juga bersifat melawan hukum

atau bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat. Setiap tindak pidana

selalu dipandang bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan pembenar.19

Tindak pidana adalah suatu bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral

kemanusiaan, merugikan masyarakat, asosial, melanggar hukum serta undang-

undang pidana. Unsur-unsur yang mengkibatkan dipidananya seorang terdakwa

adalah mampu bertanggungjawab. Tujuan dipidananya seorang terdakwa

bukanlah suatu pembalasan melainkan pembinaan bagi terdakwa yang telah

berbuat salah dan agar dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Syarat-

syarat seorang mampu bertanggungjawab adalah faktor akal dan faktor kehendak.

Faktor akal yaitu dapat membeda-bedakan antara perbuatan yang yang

diperbolehkan dan perbuatan yang tidak diperbolehkan. Faktor kehendak yaitu

menyesuaikan tingkah lakunya dengan keinsafan atas mana diperbolehkan dan

yang tidak.20

Seseorang yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggungjawabkan

perbuatannya tersebut dengan pidana, apabila ia mempunyai kesalahan. Seseorang

mempunyai kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatan, dilihat dari segi

19

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti. Bandung,

2002, hlm. 35 20

M. Solly Lubis, Penegakan Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung, 1989, hlm. 63

Page 34: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

19

masyarakat menunjukkan pandangan yang normative mengenai kesalahan yang

telah dilakukan oleh orang tersebut.

Menurut Lili Rasdjidi dan Ira Rasjidi perbuatan pidana adalah perbuatan yang

dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang

berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.

Pertanggungjawaban pidana atau kesalahan seseorang dapat tidaknya ia dipidana

harus memenuhi rumusan sebagai berikut:

a. Kemampuan bertanggungjawab orang yang melakukan perbuatan.

b. Hubungan bathin (sikap psikis) orang yang melakukan perbuatan dengan

perbuatannya, berupa kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa).

c. Tidak ada alasan yang menghapus pertanggungjawaban pidana atau kesalahan

bagi pembuat.21

Dipidananya seseorang tidaklah cukup dengan membuktikan bahwa orang itu

telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau bersifat

melawan hukum. Untuk dapat dipertanggungjawabkan orang tersebut perlu

adanya syarat bahwa orang yang melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan

atau bersalah (subjective guilt).22

Selanjutnya menurut teori pertanggungjawaban pidana Roeslan Saleh dalam

hukum pidana dikenal dengan adanya tiga unsur pokok, yaitu:

21

Lili Rasdjidi dan Ira Rasjidi, 2001, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Citra Aditya Bakti,

Bandung, hlm. 74 22

Nikmah Rosidah, Asas-Asas Hukum Pidana, Pustaka Magister, Semarang, 2011, hlm.40

Page 35: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

20

1). Unsur perbuatan

Unsur pertama adalah perbuatan atau tindakan seseorang. Perbuatan orang ini

adalah titik penghubung dan dasar untuk pemberian pidana.

2). Unsur orang atau pelaku

Orang atau pelaku adalah subjek tindak pidana atau seorang manusia.

Hubungan unsur orang atau pelaku mengenai hal kebatinan, yaitu hal

kesalahan si pelaku tindak pidana. Hanya sengan hubungan batin ini,

perbuatan yang dilarang dapat dipertanggungjawabkan pada si pelaku dan

baru akan tercapai apabila ada suatu tindak pidana yang pelakunya dapat

dijatuhi hukuman.

3). Unsur pidana, melihat dari pelaku

Pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang

melakukan perbuatan yang memenuhi syarat tertentu itu.23

Tujuan pemidanaan menurut Sudarto adalah:

a. Mempengaruhi peri kelakuan si pembuat agar tidak melakukan tindak pidana

lagi yang biasanya disebut prevensi sosial.

b. Mempengaruhi peri kelakuan anggota masyarakat pada umumnya agar tidak

melakukan tindak pidana seperti yang dilakukan oleh si terhukum.

c. Mendatangkan suasana damai atau penyelesaian konflik.

d. Pembalasan atau pengimbalan dan pembinaan dari kesalahan si pembuat.24

23

Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Aksara Baru, Jakarta,

1999, hlm. 52 24

Sudarto, Hukum Pidana, Yayasan Sudarto, Fakultas Hukum UNDIP, Semarang, 1997, hlm.48

Page 36: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

21

Tindak pidana adalah suatu bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral

kemanusiaan, merugikan masyarakat, asosial, melanggar hukum serta undang-

undang pidana. Unsur-unsur yang mengkibatkan dipidananya seorang terdakwa

adalah mampu bertanggungjawab. Tujuan dipidananya seorang terdakwa

bukanlah suatu pembalasan melainkan pembinaan bagi terdakwa yang telah

berbuat salah dan agar dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Syarat-

syarat seorang mampu bertanggungjawab adalah faktor akal dan faktor kehendak.

Faktor akal yaitu dapat membeda-bedakan antara perbuatan yang yang

diperbolehkan dan perbuatan yang tidak diperbolehkan. Faktor kehendak yaitu

menyesuaikan tingkah lakunya dengan keinsafan atas mana diperbolehkan dan

yang tidak.25

Orang yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggungjawabkan

perbuatannya tersebut dengan pidana, apabila ia mempunyai kesalahan. Seseorang

mempunyai kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatan, dilihat dari segi

masyarakat menunjukkan pandangan yang normative mengenai kesalahan yang

telah dilakukan oleh orang tersebut.

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum

larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang

siapa melanggar larangan tersebut. Pertanggungjawaban pidana atau kesalahan

seseorang dapat tidaknya ia dipidana harus memenuhi rumusan sebagai berikut:

a. Kemampuan bertanggungjawab orang yang melakukan perbuatan.

25

Ibid, hlm. 52

Page 37: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

22

b. Hubungan bathin (sikap psikis) orang yang melakukan perbuatan dengan

perbuatannya, berupa kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa).

c. Tidak ada alasan yang menghapus pertanggungjawaban pidana atau kesalahan

bagi pembuat.

Hakim dalam menjatuhkan pidana kepada seseorang, maka pidana hanya dapat

dijatuhkan bila perbuatan tersebut telah diatur dalam ketentuan perundang-

undangan. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman menyebutkan bahwa hakim wajib memutuskan tiap-tiap perkara,

menafsirkan atau menjelaskan undang-undang jika tidak jelas dan melengkapinya

jika tidak lengkap. Tetapi penfsiran hakim mengenai undang-undang dan

ketentuan yang dibuatnya itu, tidak mempunyai kekuatan mengikat umum, tapi

hanya berlaku dalam peristiwa-peristiwa tertentu. Karena itu secara prinsip, hakim

tidak terikat oleh putusan-putusan hakim lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka Hakim bebas bertindak untuk menjatuhkan

sanksi pidana menurut kebenaran dan keyakinannya. Dalam usaha mewujudkan

hukum pidana yang berkeadilan di Indonesia maka hakim juga mengedepankan

aspek-aspek sosial kemanusiaan dan hak asasi manusia dengan menerapkan

beberapa teori-teori pertimbangan hakim. Pidana pada hakikatnya hanya

merupakan alat untuk mencapai tujuan, maka konsep pertama-tama merumuskan

tentang tujuan pemidanaan. Dalam mengidentifikasikan tujuan pemidanaan,

konsep bertolak dari keseimbangan 2 sasaran pokok, yaitu perlindungan

masyarakat dan perlindungan/pembinaan individu pelaku tindak pidana.

Page 38: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

23

Hakim apabila dalam menjatuhkan pidana harus dapat menyelami sifat dan

kejiwaan dari anak tersebut. Disisi lain sebelum memutuskan suatu perkara maka

sebaiknya hakim beberapa teori kebijakan dan pertimbangan hakim antara lain:

1) Teori keseimbangan adalah keseimbangan antara syarat-syarat yang

ditentukan oleh undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang tersangkut

atau berkaitan dengan perkara.

2) Teori pendekatan seni dan intuisi adalah dalam penjatuhan putusan, hakim

mempergunakan pendekatan seni, lebih ditentukan oleh instink atau intuisi

daripada pengetahuan dari hakim.

3) Teori pendekatan keilmuan, titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa

proses penjatuhan pidana harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-

hatian khususnya dalam kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam

rangka menjamin konsistensi dari putusan hakim.

4) Teori pendekatan pengalaman, pengalaman dari seorang hakim merupakan hal

yang dapat membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang

dihadapinya sehari-hari karena dengan pengalaman yang dimilikinya seorang

hakim dapat mengetahui bagaimana dampak putusan yang dijatuhkan dalam

suatu perkara pidana.

5) Teori Ratio decidendi, teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang

mendasar yang mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan

pokok perkara yang disengketakan dan perundang-undangan yang relevan

serta pertimbangan hakim harus didasarkan pada motivasi yang jelas untuk

menegakkan hukum dan memberikan keadilan bagi para pihak yang

berrperkara.

Page 39: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

24

6) Teori kebijaksanaan, teori ini berkenaan dengan keputusan hakim dalam

perkara di pengadilan anak dan aspeknya menekankan bahwa pemerintah,

masyarakat, keluarga dan orang tua ikut bertanggungjawab dalam membina,

mendidik dan melindungi anak, agar kelak dapat menjadi manusia yang

berguna bagi keluarga, masyarakat dan bangsanya.26

3. Konseptual

Konseptual adalah kerangka yang mengambarkan hubungan antara konsep-

konsep khusus, yang merupakan kumpulan dalam arti-arti yang berkaitan dengan

istilah yang ingin tahu akan diteliti. Adapun kerangka konsep yang digunakan

dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Pertanggungjawaban pidana

Pertanggungjawaban pidana adalah seseorang itu dapat dipidana atau tidaknya

karena kemampuan dalam mempertanggungjawabakan perbuatannya. Dalam

bahasa asing dikenal dengan Toerekeningsvatbaarheid dan terdakwa akan

dibebaskan dari tanggung jawab jika itu tidak melanggar hukum”.27

b. Anak

Anak berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2002 jo Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak

adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak

yang masih dalam kandungan.

26

Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim, Sinar grafika, Jakarta, 2011, hlm. 67 27

Romli Atmasasmita, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia, Dan Penegakan Hukum, Cetakan

Pertama, Mandar Maju, Bandung, 2001, hlm. 54

Page 40: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

25

c. Tindak Pidana/Perbuatan Pidana

Menurut Moeljatno menerangkan bahwa strafbaar feit (perbuatan pidana)

adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana

disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa

melanggar larangan tersebut.28

d. Pencurian dengan kekerasan dan pemberatan

Pencurian dengan kekerasan dan pemberatan atau kualifikasi adalah suatu

pencurian dengan cara-cara tertentu atau dalam keadaan tertentu sehingga

bersifat lebih berat dan maka dari itu diancam dengan hukuman yang

maksimumnya lebih tinggi, yaitu lebih dari hukuman penjara lima tahun dari

Pasal 365 KUHP.

e. Pertimbangan Hakim

Pertimbangan Hakim adalah Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan

dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu: pertimbangan yang bersifat yuridis

yakni pertimbangan hakim yang didasarkan pada fakta-fakta yuridis yang

terungkap dalam persidangan dan oleh undang-undang ditetapkan sebagai hal

yang harus dimuat di dalam putusandan pertimbangan yang bersifat non

yuridis yakni hakim dalam menjatuhkan putusannya lebih melihat kepada latar

belakang terdakwa, akibat perbuatan terdakwa, kondisi diri terdakwa, dan

agama terdakwa.29

28

Bambang Purnomo, Teori Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hlm.59 29

Pontang Moerad, Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan Dalam Perkara Pidana,

Alumni, Bandung, 2005, hlm.73

Page 41: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

26

E. Metode Penelitian

Metode adalah proses prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah,

sedangkan penelitian adalah pemeriksanaan secara hati-hati, tekun dan tuntas

terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode

penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsipprinsip dan tata cara untuk

memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.30

Selanjutnya

penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,

metodologis dan konsisten. Melalui proses penelitian tersebut perlu diadakan

analisis dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah. Di

dalam penelitian untuk memperoleh jawaban tentang kebenaran dari suatu

permasalahan diperlukan suatu kegiatan penelitian dalam rangka mencari data

ilmiah sebagai bukti guna mencari kebenaran ilmiah.

1. Pendekatan Masalah

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan empiris.

Merujuk pada tipologi penelitian menurut Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa

studi pendekatan terhadap hukum yang normatif terhadap hukum yang normatif

mengkonsepsikan hukum sebagai norma, kaidah, peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu sebagai produk dari

suatu kekuasaan Negara tertentu yang berdaulat. Permasalahan pokok dalam

penelitian ini adalah tentang pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai

pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Putusan

30

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hlm. 6

Page 42: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

27

Perkara Nomor : 07/ Pid.Sus/ Anak/2014/PN.GS. Pendekatan normatif

dimaksudkan untuk menggali dan mengkaji peraturan perundang-undangan

sebagai dasar berpijak dalam meneliti dalam persoalan yang kemudian

berdasarkan hal tersebut peneliti melihat secara empiris dalam praktek

pelaksanaannya.

a. Pendekatan Yuridis Normatif

Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan penelitian hukum doktrinner,

penelitian kepustakaan atau studi dokumen, menelaah kaidah-kaidah dan/atau

norma-norma, aturan-aturan yang berhubungan dengan permasalahan yang akan

dibahas. Maksud dari pendekatan masalah tersebut adalah untuk mengumpulkan

berbagai macam peraturan perundang-undangan, teori-teori serta literatur-literatur

yang sangat erat kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas tersebut.

Pendekatan normatif lebih menekankan pada adanya sinkronisasi dari beberapa

doktrin yang dianut dalam hukum. Pendekatan normatif dilakukan melalui

penelitian kepustakaan dengan cara mempelajari terhadap hal-hal yang bersifat

teoritis yang menyangkut asas hukum, konsepsi, pandangan, peraturan-peraturan

hukum serta hukum yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian31

.

b. Pendekatan Empiris

Pendekatan empiris dilakukan dengan penelitian langsung di lapangan terhadap

objek penelitian. Maksud dari hal ini adalah guna mengumpulkan berbagai

31

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

2004, hlm. 8

Page 43: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

28

macam data primer yang akan diperoleh secara langsung dari objek penelitian, di

mana akan dilakukan observasi dan wawancara dengan responden yang

mempunyai hubungan erat kaitannya dengan judul dan/atau permasalahan yang

akan dibahas atau dengan objek penelitian. Pendekatan empiris dimaksudkan

untuk melakukan analisis yuridis terhadap pertanggungjawaban pidana terhadap

anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan

dalam Putusan Perkara Nomor : 07/ Pid.Sus/ Anak/2014/PN.GS.

2. Sumber dan Jenis Data

Jenis data dapat di lihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang

diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka32

.

Jenis data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Penelitian

ini meitikberatkan pada data sekunder, sedangkan data primer lebih bersifat

sebagai penunjang. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersumber pada

dua jenis, yaitu:

a. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan literatur kepustakaan

dengan melakukan studi dokumen, arsip yang bersifat teoritis, konsep-konsep,

doktrin dan asas-asas hukum yang berkaitan dengan pokok cara mengutip dan

menelaah peraturan perundang-undangan, teori-teori dari para ahli hukum,

kamus hukum, serta artikel ilmiah. Menurut Soerjono Soekanto menjelaskan

bahwa data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan

32

Ibid. hlm. 11

Page 44: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

29

cara membaca, mengutip dan menelaah peraturan perundang-undangan, buku-

buku, dokumen, kamus, artikel dan literatur hukum lainnya yang berkenaan

dengan permasalahan yang akan dibahas.33

Adapun data sekunder dalam

penelitian ini terdiri dari:

1). Bahan Hukum Primer antara lain:

a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

b) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo Undang-Undang Nomor 73

Tahun 1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP).

c) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

d) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(KUHAP).

e) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

f) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik.

g) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia RI.

h) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

i) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI.

j) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

RI.

33

Ibid. hlm. 16

Page 45: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

30

k) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak.

l) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 jo Peraturan Pemerintah

Nomor 92 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP).

2). Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan

bahan hukum primer dalam hal ini teori-teori yang dikemukakan para ahli

hukum literatur-literatur, makalah-makalah, artikel ilmiah, surat kabar dan

sebagainya.

3). Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari: Kamus

Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Hukum (Law Dictionary),

Rangkuman Istilah dan Penegertian Dalam Hukum, Website dan lain-lain.

b. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari penelitian di lapangan.

Dalam rangka penelitian lapangan terutama yang menyangkut pokok bahasan

penelitian ini. 34

Dalam hal ini data diperoleh dengan melakukan observasi dan

wawancara terhadap responden yang terkait pertanggungjawaban pidana

terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan

34

Ibid. hlm. 18

Page 46: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

31

pemberatan dalam Putusan Perkara Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS.

3. Penentuan Narasumber

Kajian lebih lanjut penentuan populasi dan sampel sangat penting dalam

penelitian. Menurut Ronny Hanitijo Soemitro yang dimaksud dengan populasi

adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri dan karakteristik

yang sama. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah pihak-pihak yang

berkaitan dengan penegakan hukum pidana terhadap permasalahan yang terkait

dengan pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana

pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Putusan Perkara Nomor :

07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS.

Pengambilan narasumber merupakan proses dengan memilih suatu bagian yang

mewakili dari sebuah populasi. Narasumber adalah sebagian atau wakil dari

populasi yang akan diteliti. Dalam penelitian ini sampel akan diambil dengan

menggunakan teknik purposive sampling. Teknik Purposive sampling, adalah

teknik pengambilan narasumber yang dilakukan dengan cara mengambil subjek

bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan adanya tujuan

tertentu.35

Adapun narasumber dalam penelitian ini adalah Hakim Pengadilan

Negeri Gunung Sugih, Jaksa Kejaksaan Negeri Gunung Sugih, Penyidik PPA

Polres Lampung Tengah.

35

Ronny Hanitijo Soemitro. 2011. Metodologi Penelitian Hukum dan Yurimetri, Ghalia Indonesia.

Jakarta. hlm. 11

Page 47: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

32

Narasumber merupakan sejumlah objek yang jumlahnya kurang dari populasi.36

Sehubungan dengan itu, J. Lexy Moleong memberikan pengertian mengenai

prosedur sampling dalam penelitian adalah Purposive Sampling, yaitu suatu

metode pengambilan sampling yang dalam penentuan dan pengambilan anggota

narasumber berdasarkan atas pertimbangan dan tujuan peneliti yang telah

ditetapkan.37

Adapun narasumber dalam penelitian ini sebanyak 3 (tiga) narasumber, yaitu :

1. Hakim Pengadilan Negeri Gunung Sugih = 1 orang

2. Jaksa Kejaksaan Negeri Gunung Sugih = 1 orang

3. Penyidik PPA Polres Lampung Tengah = 1 orang +

Jumlah = 3 orang

4. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

a. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan

dua cara sebagai berikut, yaitu:

1) Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan penulis

dengan maksud untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca,

mencatat dan mengutip dari berbagai literatur, perundang-undangan, buku-

36

Sogiono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2011, hlm 14 37

J. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2009,

hlm. 36

Page 48: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

33

buku, media massa dan bahas tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan

penelitian yang dilakukan.

2) Studi Lapangan (Field Research)

studi lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara wawancara

(interview) dan observasi sebagai usaha mengumpulkan data.

a) Pengamatan (observasi), yaitu pengamatan langsung terhadap objek kajian

yang sedang berlangsung untuk memperoleh keterangan dan informasi

sebagai data yang akurat tentang hal-hal yang diteliti serta untuk

mengetahui relevansi antara jawaban responden dengan kenyataan yang

ada, melalui pengamatan langsung yang erat kaitannya dengan objek

penelitian.

b) Wawancara (interview), yaitu teknik pengumpulan data melalui proses

tanya jawab langsung dengan narasumber dengan peneliti yang

berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka

mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan sehubungan

dengan rumusan masalah penelitian. Responden dalam penelitian ini

diperlukan untuk memberikan informasi dan pengetahuan secara jelas

yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian.

b. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka data diproses melalui pengolahan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

Page 49: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

34

1) Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan

pembahasan yang akan dilakukan yaitu dengan menelaah peraturan, buku atau

artikel yang berkaitan dengan judul yang akan dibahas.

2) Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasikan

atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif.

3) Sistematisasi data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah

ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam

menginterpretasikan data.

5. Analisis Data

Setelah pengumpulan dan pengolahan data selesai maka dilakukan analisis data.

Data yang diperoleh secara analisis kualitatif yang artinya hasil penelitian ini

dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat-kalimat yang mudah

dibaca dan dimengerti untuk diinterpretasikan dan ditarik kesimpulan mengenai

pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana

pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara Nomor :

07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas

tentang masalah yang diteliti. Dari hasil analisis tersebut dapat dilanjutkan dengan

menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu cara berfikir dalam mengambil

kesimpulan secara umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus,

dan selanjutnya dari berbagai kesimpulan tersebut dapat diajukan saran.

Page 50: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

35

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini bertujuan agar lebih memudahkan

dalam memahami penulisan tesis ini secara keseluruhan. Sistematika

penulisannya sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang penulisan. Dari

uraian latar belakang ditarik suatu pokok permasalahan dan ruang lingkupnya,

tujuan dan kegunaan dari penulisan, kerangka teoritis dan konseptual serta

menguraikan tentang sistematika penulisan. Dalam uraian bab ini dijelaskan

tentang latar belakang anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan

kekerasan dan pemberatan dalam Putusan Perkara Nomor : 07/ Pid.Sus/ Anak/

2014/PN.GS.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang pengantar pemahaman pada pengertian-pengertian

umum serta pokok bahasan. Dalam uraian bab ini lebih bersifat teoritis yang

nantinya digunakan sebagai bahan studi perbandingan antara teori yang berlaku

dengan kenyataannya yang berlaku dalam praktek. Adapun garis besar dalam bab

ini adalah menjelaskan tentang Tinjauan tentang Konsep Pertanggungjawaban

Pidana dalam Hukum di Indonesia, Tinjauan tentang Pemidanaan dan Tujuan

Pemidanaan, Pengertian Anak yang berhadapan dengan Hukum serta Hak dan

Kewajiban Anak, Jenis-Jenis Sanksi Pidana dan Tindakan dalam Undang-Undang

Page 51: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

36

Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Dasar Hukum

Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan pembahasan tentang berbagai hal yang terkait langsung

dengan pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu untuk

mengetahui pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak

pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Putusan Perkara

Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS.

IV. PENUTUP

Bab ini berisi tentang hasil akhir dari pokok permasalahan yang diteliti berupa

kesimpulan dan saran dari hasil penelitian terhadap permasalahan yang telah

dibahas.

DAFTAR PUSTAKA

Page 52: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

37

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pertanggungjawaban Pidana dalam Hukum di Indonesia

Hukum pidana di Indonesia memberikan konsep pertanggungjawaban pidana

bahwa untuk dapat mempertanggungjawabkan pidana seseorang meskipun telah

melakukan perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana dan bersifat

melawan hukum, serta tidak ada alasan pembenar, hal tersebut belum memenuhi

syarat bahwa orang yang melakukan tindak pidana harus mempunyai kesalahan.

Adanya kesalahan yang mengakibatkan dipidanya terdakwa, maka terdakwa harus

memenuhi kriteria yaitu:

a. Melawan perbuatan pidana;

b. Mampu bertaggung jawab;

c. Dengan sengaja atau kealpaan, dan

d. Tidak ada alasan pemaaf.38

Pertanggungjawaban pidana adalah seseorang itu dapat dipidana atau tidaknya

karena kemampuan dalam mempertanggungjawabakan perbuatannya. Dalam

bahasa asing dikenal dengan Toerekeningsvatbaarheid dan terdakwa akan

dibebaskan dari tanggung jawab jika itu tidak melanggar hukum. Untuk adanya

pertanggungjawaban pidana, harus jelas terlebih dahulu siapa yang dapat

38

Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Aksara Baru, Jakarta,

1999, hlm. 47

Page 53: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

38

dipertanggungjawabkan. Ini berarti harus dipastikan dahulu yang dinyatakan

sebagai pembuat suatu tindak pidana”.39

Dipidananya seseorang tidaklah cukup dengan membuktikan bahwa orang itu

telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau bersifat

melawan hukum. Untuk dapat dipertanggungjawabkan orang tersebut perlu

adanya syarat bahwa orang yang melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan

atau bersalah (subjective guilt).40

Perbuatan melawan hukum belum cukup untuk menjatuhkan hukuman. Harus ada

pembuat (dader) yang bertanggung jawab atas perbuatannya. Pembuat harus ada

unsur kesalahan dan bersalah itu adalah pertanggungjawaban yang harus

memenuhi unsur :

a. Perbuatana yang melawan hukum.

b. Pembuat atau pelaku dianggap mampu bertanggung jawab atas perbuatannya

(unsur kesalahan).41

Pertanggungjawaban dalam hukum pidana merupakan pertanggungjawaban

menurut hukum pidana. Setiap orang bertanggung jawab atas segala

perbuatannya, hanya kelakuannya yang menyebabkan hakim menjatuhkan

hukuman yang dipertanggungjawabkan pada pelakunya. Pertanggungjawaban

pidana atau kesalahan dalam arti luas mempunyai tiga bidang, yaitu :

1). Kemampuan bertanggung jawab orang yang melakukan perbuatan.

39

Ibid, hlm. 48 40

Nikmah 40

Rosidah, Asas-Asas Hukum Pidana, Pustaka Magister, Semarang, 2011, hlm.40 41

R. Abdussalam, Sistem Peradilan Pidana, Restu Agung, Jakarta, 2007, hlm.27

Page 54: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

39

2). Hubungan batin (sikap psikis) orang yang melakukan perbuatan dengan

perbuatannya:

a. Perbuatan yang ada kesengajaan, atau.

b. Perbuatan yang ada alpa, lalai, kurang hati-hati.

3). Tidak ada alasan penghapus pertanggungjawaban pidana bagi pembuat.42

Pertanggungjawaban pidana melihat pada adanya unsur kesalahan. Apabila orang

yang melakukan perbuatan itu memang melakukan kesalahan, maka ia akan

dipidana. Berarti orang yang melakukan tindak pidana akan dikenakan pidana atas

perbuatannya. Seseorang harus bertanggung jawab terrhadap sesuatu yang

dilakukan sendiri atau bersama orang lain, karena kesengajaan atau kelalaian

secara aktif atau pasif, dilakukan dalam wujud perbuatan melawan hukum, baik

dalam tahap pelaksanaan maupun tahap percobaan. Konsep Asas Legalitas

menyatakan bahwa seseorang baru dapat dikatakan melakukan perbuatan pidana

apabila perbuatannya tersebut telah sesuai dengan rumusan dalam undang-undang

hukum pidana. Meskipun demikian, orang tersebut belum tentu dapat dijatuhi

pidana, karrena masih harus dibuktikan kesalahannya, apakah dapat

dipertanggungjawabakan pertanggungjawaban tersebut. Agar seseorang dapat

dijatuhi pidana, harus memenuhi unsur-unsur perbuatan pidana dan

pertanggungjawaban pidana.

Beradasarkan teori di atas maka dapat dianalisis bahwa pertanggungjawaban

menurut hukum pidana merupakan kemampuan bertanggungjawab seseorang

terhadap kesalahan. Dalam hukum pidana terhadap pelaku pidana untuk dapat

42

Ibid, hlm. 58

Page 55: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

40

dipertanggungjawabkan maka harus ada kesalahan, karena ada asas dalam hukum

pidana yang menyatakan tiada pidana tanpa kesalahan, untuk dapat dipidana harus

memenuhi unsur-unsur tindak pidana yaitu:

(1) Ada subjek hukum (pelaku)

(2) Ada perbuatan (aktif atau pasif)

(3) Bersifat melawan hukum (asas legalitas)

(4) Ada kesalahan (kesengajaan atau culpa)

(5) Dapat dipertanggungjawabkan (tidak ada alasan pemaaf ataupun pembenar).43

Seseorang telah melakukan atau tidak melakukan perbuatan yang dilarang

undang-undang dan tidak dibenarkan oleh masyarakat atau tidak patut menurut

pandangan masyarakat. Melawan hukum dan kesalahan adalah unsur-unsur

peristiwa pidana atau perbuatan pidana (delik) yang mempunyai hubungan erat.

Tanggung jawab itu selalu ada, meskipun belum pasti dituntut oleh pihak yang

berkepentingan jika pelaksanaan peranan yang telah berjalan itu ternyata tidak

mencapai tujuan yang diinginkan. Demikian pula dengan masalah terjadinya

perbuatan pidana dengan segala faktor-faktor yang menjadi pertimbangan

melakukan pertanggungjawaban dalam hukum pidana. Atas faktor-faktor itulah

tanggung jawab dapat lahir dalam hukum pidana.

Tanggungjawab pidana dapat diartikan sebagai akibat lebih lanjut yang harus

ditanggung oleh orang yang telah bersikap tindak, baik bersikap tindak yang

selaras dengan hukum maupun yang bertentangan dengan hukum. Tanggung

jawab pidana adalah akibat lebih lanjut yang harus diterima/dibayar/ditanggung

43

Ibid, hlm. 61

Page 56: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

41

oleh seseorang yang melakukan tindak pidana secara langsung atau tidak

langsung. Untuk dapat dipidana, maka perbuatannya harus memenuhi unsur-unsur

tindak pidana. Apabila perbuatannya memenuhi unsur-unsur tindak pidana, maka

kepada yang bersangkutan dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana secara

yuridis.

B. Tinjauan tentang Pemidanaan dan Tujuan Pemidanaan

Pemidanaan dalam hukum pidana mencakup dua hal, yaitu pertama pembalasan

sebagai pengimbangan atas dasar tingkat kesalahan si pelaku dan yang kedua

tujuan pemidanaan berupa memelihara solidaritas masyarakat, diarahkan untuk

memelihara dan mempertahankan kesatuan masyarakat. Di dalam pemidanaan

terdapat beberapa teori antara lain teori teori absolut, teori pembalasan, teori

relatif, dan teori gabungan sebagai berikut:

1. Teori Absolut atau Teori pembalasan

Menurut teori ini pidana dijatuhkan semata-mata karena orang melakukan

kejahatan atau tindak pidana. Pidana merupakan akibat mutlak yang harus ada

sebagai suatu pembalasan atau tindak pidana yang dilakukan seseorang. Ada

pemidanaan karena ada pelanggaran hukum, ini merupakan tuntutan keadilan.

Jadi dasar pembenaran dari pidana terletak dari adanya atau terjadinya

kejahatan itu sendiri, terlepas dari manfaat yang harus dicapai. Menurut

Imanuel Kant bahwa pidana sebagai ”Kategorische imperatif” yakni seseorang

harus dipidana oleh hakim karena telah melakukan kejahatan, sehingga pidana

menunjukkan suatu tuntutan. Tuntutan keadilan yang sifatnya absolut ini

Page 57: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

42

terlihat pada pendapat Imanuel Kant dalam teori “Philosophy of Law” sebagai

berikut:

“...pidana tidak pernah dilaksnakan semata-mata sebagai sarana untuk

mempromosikan tujuan/kebaikan lain, baik bagi si pelaku itu sendiri

maupun bagi masyarakat, tetapi dalam semua hal harus dikenakan hanya

karena orang yang bersangkutan telah melakukan suatu kejahatan.”44

2. Teori Relatif

Menurut teori relatif suatu kejahatan tidak mutlak harus diikuti dengan suatu

pidana. Memidana bukanlah sekedar untuk pembalasan saja tetapi mempunyai

tujuan-tujuan tertentu. Pembalasan itu sendiri tidak memiliki nilai tetapi hanya

sebagai sarana untuk melindungi kepentingan masyarakat. Teori ini disebut

juga sebagai “teori perlindungan masyarakat” (the theory of social defence).

Karena teori ini juga memasyarakatkan adanya tujuan dalam pemidanaan

maka sering juga disebut sebagai teori tujuan (utilitarian theory). Dasar

pembenaran dari adanya pidana menurut teori ini terletak pada tujuanya.

Pidana dijatuhkan bukan “quia peccatum est” (karena orang membuat

kejahatan). Mengenai tujuan pidana untuk pencegahan kejahatan ini, biasa

dibedakan menjadi dua istilah, yakni :

a) Prevensi/pencegahan umum (Generale Preventie)

Prevensi umum menekankan bahwa tujuan pidana adalah untuk

mempertahankan ketertiban masyarakat dari gangguan penjahat. Pengaruh

pidana ditujukan terhadap masyarakat pada umumnya dengan maksud

44

Erna Dewi, Hukum Penitensier Dalam Perspektif, Lembaga Penelitian Universitas Lampung,

Bandar Lampung, 2013, hlm.29

Page 58: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

43

untuk menakut-nakuti. Artinya pencegahan kejahatan yang ingin dicapai

oleh pidana dengan mempengaruhi tingkah laku anggota masyarakat pada

umumnya untuk tidak melakukan tindak pidana. Menurut Johan Andreas

terdapat tiga bentuk pengaruh dalam pengertian prevensi umum, yaitu :

1) Pengaruh pencegahan;

2) Pengaruh untuk memperkuat larangan-larangan moral;

3) Pengaruh untuk mendorong suatu kebiasaan perbuatan patuh terhadap

hukum.

b) Prevensi/pencegahan khusus (speciale preventie)

Prevensi khusus dimaksudkan pengaruh pidana ditujukan terhadap

terpidana, yang menekankan tujuan pidana adalah agar terpidana tidak

mengulangi perbuatanya lagi. Fungsinya untuk mendidik dan memperbaiki

terpidana untuk menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna,

sesuai dengan harkat dan martbatnya. Teori tujuan pidana ini dikenal pula

dengan sebutan reformation atau rehabilitation theory.

3. Teori Gabungan

Teori gabungan adalah suatu kombinasi dari teori absolut dan teori relatif.

Menuirut teori gabungan, tujuan pemidanaan selain membahas kesalahan

penjahat juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dengan

mewujudkan ketertiban, dengan ketentuan beratnya pidana tidak boleh

melampaui batas pembalasan yang adil. Dalam teori gabungan terdapat tiga

aliran yang mempengaruhi, yakni :

Page 59: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

44

a) Teori gabungan menitik beratkan unsur pembalasan, tetapi sifatnya

berguna bagi masyarakat. Zeverbergen mengatakan, bahwa makna tiap-

tiap pidana untuk melindungi tata hukum dan pemerintah.

b) Teori gabungan yang menitikberatkan pertahanan tata tertib masyarakat.

Pembalasan adalah sifat suatu pidana tetapi tujuanya ialah melindungi

kesejahteraan masyarakat. Menurut Vos, pidana berfungsi sebagai

pencegahan umum.

c) Teori gabungan yang memandan sama pembalasan dan pertahanan tata

tertib masyarakat.45

Upaya pembaharuan hukum pidana di Indonesia merupakan salah satu masalah

urgen untuk diperbaharui. Oleh sebab itu, dalam pembaharuan hukum pidana,

jenis pidana dan aturan pemidanaan mengalami perombakan total yang signifikan

serta mengedepankan aspek-aspek sosial kemanusiaan dan hak asasi manusia.

Beberapa perkembangan mengenai pidana dan pemidanaan dalam pembaharuan

hukum pidana di antaranya sebagai berikut:46

(1) Teori Tujuan Pemidanaan

Tujuan pemidanaan yaitu untuk mencegah dilakukannya tindak pidana dengan

menegakkan norma hukum demi pengayoman masyarakat, menyelesaikan

konflik yang ditimbulkan oelh tindak pidana, memulihkan keseimbangan,

mendatangkan rasa damai dalam masyarakat, memasyarakatkan terpidana

dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang baik dan berguna,

dan membebaskan rasa bersalah pada terpidana.

45

Erna Dewi,Op.Cit, hlm. 30 46

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm.22

Page 60: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

45

(2) Teori Pedoman Pemidanaan

Pedoman pemidanaan yang dapat dijadikan acuan bagi hakim dalam

memberikan pidana. Pedoman pemidanaan itu adalah hakim harus

memperhatikan kesalahan pelaku tindak pidana, motif dan tujuan melakukan

tindak pidana, cara melakukan tindak pidana, sikap batin pelaku tindak

pidana, riwayat hidup dan keadaan sosial ekonomi pelaku tindak pidana, sikap

dan tindakan pelaku sesudah melakukan tindak pidana, pengaruh pidana

terhadap masa depan pelaku tindak pidana, pandangan masyarakat terhadap

tindak pidana yang dilakukan, pengaruh tindak pidana terhadap korban atau

keluarga korban, apakah tindak pidana dilakukan dengan berencana.

C. Pengertian Anak yang berhadapan dengan Hukum serta Hak dan

Kewajiban Anak

1. Pengertian Anak yang berhadapan dengan Hukum

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

mengklarifikasikan pengertian anak yang berhadapan dengan hukum adalah orang

yang dalam perkara telah mencapai umur delapan tahun, tetapi belum mencapai

umur delapan belas tahun dan belum pernah kawin. Anak yang berhadapan

dengan hukum adalah anak yang telah mencapai usia 12 (dua belas) tahun tetapi

belum mencapai usia 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah:

a) Yang diduga, disangka, didakwa, atau dijatuhi pidana karena melakukan

tindak pidana;

b) Yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat dan/atau mendengar

Page 61: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

46

sendiri terjadinya suatu tindak pidana.47

Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak yang

terpaksa berkontak dengan sistem pengadilan pidana karena:

a) Disangka, didakwa, atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum; atau

Telah menjadi korban akibat perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan

orang/kelompok orang/lembaga/negara terhadapnya; atau

b) Telah melihat, mendengar, merasakan, atau mengetahui suatu peristiwa

pelanggaran hukum. 48

Anak yang berhadapan dengan hukum dapat juga dikatakan sebagai anak yang

terpaksa berkontak dengan sistem pengadilan pidana karena:

1) Disangka, didakwa, atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum; atau

Telah menjadi korban akibat perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan

orang/kelompok orang/lembaga/negara terhadapnya; atau

2) Telah melihat, mendengar, merasakan, atau mengetahui suatu peristiwa

pelanggaran hukum.49

Berdasarkan ruang lingkupnya maka anak yang berhadapan dengan hukum dapat

dibagi menjadi:

1) Pelaku atau tersangka tindak pidana;

2) Korban tindak pidana;

3) Saksi suatu tindak pidana.50

47

Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di

Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2008, hlm.39 48

Apong Herlina, dkk, Perlindungan terhadap Anak yang Berhadapan dengan Hukum, Buku Saku

untuk Polisi, Unicef, Jakarta, 2004, hlm. 17. 49

M. Joni dan Zulchaina Z. Tanamas, Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif

Konvensi Hak Anak, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm.54

Page 62: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

47

Anak sebagai pelaku atau anak yang berkonflik dengan hukum adalah anak yang

disangka, didakwa, atau dinyatakan terbukti bersalah melanggar hukum, dan

memerlukan perlindungan. Anak yang berkonflik dengan hukum adalah anak

yang melakukan kenakalan, yang kemudian akan disebut sebagai kenakalan anak,

yaitu kejahatan pada umumnya dan prilaku anak yang berkonflik dengan hukum

atau anak yang melakukan kejahatan pada khusunya. Kata konflik digunakan

untuk menunjukkan adanya suatu peristiwa yang tidak selaras atau terdapat

pertentangan dalam suatu peristiwa, sehingga dapat dikatakan sebagai

permasalahan. Oleh karena itu pengertian anak yang berkonflik dengan hukum

dapat juga diartikan dengan anak yang mempunyai permasalahan karena suatu

perbuatan yang bertentangan dengan hukum, atau bisa juga dikatakan bahwa anak

yang berkonflik dengan hukum adalah anak nakal.51

Kenakalan anak (juvenile delinquency) bukan kenakalan yang dimaksud dalam

Pasal 489 KUHP. Juvenile artinya young, anak-anak, anak muda, ciri karakteristik

pada masa muda sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinguency

artinya doing wrong, terabaikan/mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya

menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau,

penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain.52

Kenakalan anak dapat dilihat dalam dua bentuk, yaitu:

1) Kenakalan Anak sebagai status offences, yaitu segala prilaku anak yang

dianggap menyimpang, tetapi apabila dilakukan oleh orang dewasa tidak

dianggap sebagai tindak pidana, misalnya membolos sekolah, melawan orang

50

Sri Widoyanti, Anak dan Wanita dalam Hukum, Pradya Paramita, Jakarta, 1984, hlm.52 51

M. Hassan Wadong, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Grasindo, Jakarta, 2012, hlm.46 52

Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, Bandung, Refika Editama, 2006, hlm. 39.

Page 63: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

48

tua, lari dari rumah.

2) Kenakalan anak sebagai tindak pidana, yaitu segala prilaku anak yang

dianggap melanggar aturan hukum dan apabila dilakukan oleh orang dewasa

juga merupakan tindak pidana, tetapi pada anak dianggap belum bertanggung

jawab penuh atas perbuatannya. Misalnya mencuri, memeras.

2. Hak dan Kewajiban Anak

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

perlindungan anak, hak-hak anak adalah sebagai berikut :

1) Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi

secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 4).

2) Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status

kewarganegaraan (Pasal 5).

3) Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status

kewarganegaraan (Pasal 6).

4) Setiap anak berhak untuk mengetahuui orang tuanya, dibesarkan dan di ash

oleh orang tuanya sendiri. Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak

dapat menjamin tumbuh kembang anak atau anak. Dalam keadaan terlantar

maka tersebut berhak di asuh atau diangkat sebagai anak angkat oleh orang

lain sesuai dengan ketentuan. Peraturan perundang-undangan yang berlaku

(Pasal 7 ayat (1) dan (2).

5) Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan social

sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan social (Pasal 8).

Page 64: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

49

6) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya dan ingkat kecerdasan sesuai dengan minat dan

bakatnya. Khsusus bagi anak penyandang cacat juga berhak memperoleh

pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga

berhak mendapatkan pendidikan khusus (Pasal 9 Ayat (1) dan (2).

7) Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima,

mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat nilai-nilai

kesusilaan dan kepatutan ( Pasal 10).

8) Setiap anak berhak untuk instirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaual

dengan anaka sebaya, bermain, berekreasi sesuai dengan minat, bakat, dan

tingkat kecerdasannya social (Pasal 11).

9) Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan

social, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan social ( Pasal 12).

10) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain

manapun yang bertangung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat

perlindungan dan perlakuan diskriminasi, eksploitasi, baik ekonomi maupun

seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan, ketidak

adilan dan perlakuan itu di kenaakan pemberatan hukuman (Pasal 13 Ayat (1)

dan (2).

11) Setiap anak berhak untuk di asuh orang tuanya sendiri kecuali ada alas an

demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir

(Pasal 14).

12) Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari penyalah gunaan

dalam kegiatan politik, pelibatan dalam rangka bersenjata, pelibatan dalam

Page 65: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

50

kerusuhan social, pelibatan yang mengandug unsure kekerasan, dan pelibatan

dalam peperangan (Pasal 15).

13) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan,

penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak menusiawi. Setiap anak

berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hokum. Penangkapan

pernahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai

dengan hokum yang berlaku dan hanya dapat seilakukan sebagai upaya

terakhir (Pasal 16 Ayat (1), (2), dam (3).

14) Setiap anak yang di rampas kebebasannya berhak untuk mendapatkan

perlakuan secara manusiawi dan penempatanya dipisahkan dari orang dewasa,

memperoleh bantuan hokum atau bentuan lainya secara efektif dalam setiap

tahapam upaya hokum yang berlaku, dan membela diri dan memperoleh

keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam

siding tertutup untuk umum. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku

kekerasan seksual yang berhadaan dengan hokum berhak di rahasiakan (Pasal

17 Ayat (1) dan (2).

15) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak

mendapatkan bantuan hokum dan bantuan lainya ( Pasal 18).

16) Setiap anak berkewajiban untuk menghormati orang tua, wali dan guru

mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman, mencintai tanah air,

bangsa, dan Negara menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya dan

melaksanakan etika dan akhlak yang mulia (Pasal 19).

Page 66: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

51

D. Jenis-Jenis Sanksi Pidana dan Tindakan dalam Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak antara lain telah menetapkan apa yang dimaksud anak yang

berkonflik dengan hukum. Undang-Undang ini berlaku lexspecialis terhadap

KUHP, khususnya yang berkaitan dengan tindak pidana yang dilakukan oleh

anak, dengan adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak, menjadi acuan pula dalam perumusan Konsep KUHP

Tahun 2012 berhubungan dengan pidana dan tindak pidana bagi anak. Dengan

demikian, tidak akan ada tumpang tindih atau saling bertentangan53

.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

menyatakan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut

Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana, yang dimaksud

anak yang berkonflik dengan hukum adalah :

a. Anak yang melakukan tindak pidana, atau

b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak baik

menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum

lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.54

Sehubungan dengan hal tersebut, jika dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor

12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan maka status anak nakal tersebut

berdasarkan putusan pengadilan dapat sebagai anak pidana atau anak negara.

53

Darwan Prinst, Hukum Anak Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013, hlm. 43 54

Gerson Bawengan, Penyidikan Perkara Pidana dan Teknik Introgasi, Pradya Paramita, Jakarta,

2012, hlm.27

Page 67: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

52

Disebut anak pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani

pidana di Lembaga Pemasyarakatan (LP) paling lama sampai berumur 18

(delapan belas) tahun. Kemudian sebagai anak negara yaitu anak yang

berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada Negara untuk dididik dan

ditempatkan di LP anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.55

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak terhadap anak yang berkonflik dengan hukum dapat

dijatuhkan pidana yaitu pidana pokok dan pidana tambahan atau tindakan.

Ketentuan dalam Pasal 71 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak mengatur tentang pidana

pokok dan pidana tambahan bagi anak anak yang berkonflik dengan hukum antara

lain :

1. Pidana Pokok

Pidana pokok yang dijatuhkan kepada anak yang berkonflik dengan hukum

ialah :

a. pidana peringatan;

b. pidana dengan syarat:

1) pembinaan di luar lembaga;

2) pelayanan masyarakat;

3) pengawasan.

c. pelatihan kerja;

d. pembinaan dalam lembaga;

e. penjara

55

Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative

Justice, Refika Editama, Bandung, 2009, hlm.25

Page 68: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

53

2. Pidana Tambahan

Selain pidana pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terhadap anak

yang berkonflik dengan hukum dapat juga dijatuhkan pidana tambahan,

berupa :

a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana.

b. pemenuhan kewajiban adat.

Berdasarkan ketentuan Pasal 82 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak tindakan yang dapat dijatuhkan kepada

anak yang berkonflik dengan hukum ialah:

a. pengembalian kepada orang tua/Wali;

b. penyerahan kepada seseorang;

c. perawatan di rumah sakit jiwa;

d. perawatan di LPKS.

e. kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang diadakan

oleh pemerintah atau badan swasta;

f. pencabutan surat izin mengemudi;

g. perbaikan akibat tindak pidana.

Selain tindakan di atas, Hakim dapat memberikan teguran dan menetapkan syarat

tambahan. Teguran adalah peringatan dari hakim baik secara langsung terhadap

anak yang dijatuhi tindakan maupun secara tidak langsung melalui orang tua, wali

atau orang tua asuhnya agar anak tersebut tidak mengulangi perbuatannya. Syarat

tambahan itu misalnya kewajiban untuk melapor secara periodik kepada

Page 69: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

54

pembimbing kemasyarakatan didasarkan pada penjelasan Pasal 73 ayat (7)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.56

Penjatuhan tindakan yang dilakukan oleh hakim dilakukan kepada anak yang

melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak menurut peraturan

perundang-undangan. Namun, terhadap anak yang melakukan tindak pidana,

hakim menjatuhkan pidana pokok dan atau pidana tambahan atau tindakan. Pada

segi usia, pengenaan tindakan terutama bagi anak yang masih berusia 12 (dua

belas) tahun. Terhadap anak yang telah melampaui umur diatas 12 (dua belas)

tahun sampai 18 (delapan belas) tahun dijatuhkan pidana. Hal ini dilakukan

mengingat pertumbuhan dan perkembanagn fisik, mental dan sosial anak.57

Tujuan dan dasar pemikiran mengenai peradilan anak merupakan titik tolak

pendekatan yang pertama harus diperhatikan dalam membicarakan masalah

perlindungan hukum bagi anak dalam proses peradilan. Berdasarkan titik tolak

pendekatan yang berorientasi pada kesejahteraaan anak perlu ada pendekatan

khusus dalam masalah perlindungan hukum bagi anak dalam proses peradilan.58

Jenis tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak yang berkonflik dengan hukum

berdasarkan Pasal 82 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang

Sistem Peradilan Pidana Anak ternyata sedikit lebih luas dibandingkan dengan

rumusan Konsep KUHP Tahun 2012. Rumusan pengenaan tindakan terhadap

anak (Pasal 132 Konsep KUHP Tahun 2012) adalah:

56

Rahardi Ramelan, Lembaga Pemasyarakatan Bukan Penjara, Gramedia, Jakarta, 2012, hlm.63 57

Mahmul Siregar dkk, Pedoman Praktis Melindungi Anak dengan Hukum Pada Situasi

Emergensi dan Bencana Alam, Pusat kajian dan Perlindungan Anak (PKPA), Medan, 2007,

hlm.19 58

Nikmah Rosidah, Budaya Hukum Hakim Anak di Indonesia, Sebuah Pendekatan Hukum

Progresif, Pustaka Magister, Semarang, Semarang, 2014, hlm. 52

Page 70: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

55

a. Pengembalian kepada orang tua, wali atau pengasuhnya,

b. Pengembalian kepada pemerintah atau seseorang,

c. Keharusan mengikuti suatu latihan yang diadakan oleh pemerintah atau badan

swasta,

d. Pencabutan surat izin mengemudi,

e. Rehabilitasi.

E. Dasar Hukum Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan

Pemberatan

Dasar yuridis yang mengatur tentang tindak pidana pencurian dengan kekerasan

dan pemberatan (gequalificeerde diefstal) diatur dalam Pasal 365 ayat (2) ke-2

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) merupakan suatu bentuk

kejahatan. Pelaku dapat mempertanggungjawabkan semua kesalahannya. Tindak

pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan (gequalificeerde diefstal)

masih sering terjadi di Negara Republik Indonesia.59

Kasus-kasus yang terjadi

demikian perlu mendapat perhatian dari pemerintah. Dasar yuridis yang mengatur

tentang tindak pidana pencurian adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) yang secara terperinci memaparkan tindak pidana pencurian tersebut

pada Bab XXII tentang Pencurian.

Ketentuan dalam Pasal 365 KUHP menjelaskan bahwa:

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yang

didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah

pencurian itu, atau bila tertangkap tangan, untuk memungkinkan diri sendiri

atau peserta lainnya untuk melarikan diri, atau untuk tetap menguasai barang

yang dicuri.

59

Anthon F. Susanto, Teori-Teori Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2010, hlm.47

Page 71: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

56

(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Ke-1 bila perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau

pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau dalam

kereta api atau trem yang sedang berjalan;

Ke-2 bila perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

Ke-3 bila yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan

merusak atau memanjat ataa dengan memakai anak kunci palsu, perintah

palsu atau pakaian jabatan palsu;

Ke-4 bila perbuatan mengakibatkan luka berat.

(3) Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang bersalah diancam

dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana

penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, bila perbuatan itu

mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau

lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan

dalam nomor 1 dan 3.

Delik pencurian dengan kekerasan dan pemberatan (gequalificeerde diefstal)

dalam Pasal 365 ayat (2) ke-2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

ditentukan bentuk dan cara melakukan perbuatan, waktu serta jenis barang yang

dicuri sehingga dinilai memberatkan kualitas pencurian, maka perlu diancam

pidana lebih berat atau hukuman yang maksimumnya lebih tinggi. Pencurian

dengan pemberatan biasanya secara doctrinal disebut sebagai pencurian yang

dikualifikasikan.60

Pencurian yang dikualifikasikan ini menunjuk pada suatu

pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu atau dalam keadaan tertentu,

sehingga bersifat lebih berat dan karenanya diancam dengan pidana yang lebih

berat pula dari pencurian biasa. Hal ini menunjukkan pada dua orang atau lebih

yang bekerjasama dalam melakukan tindak pidana pencurian, seperti misalnya

mereka mengambil barang-barang secara bersama.61

60

Hengki Liklikuwata dan Mulyana W. Kusumah, Kriminologi Suatu Pengantar, Ghalia

Indonesia, 1981, hlm.38 61

Momo Kelana, Memahami Undang-undang Kepolisian (Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002),

Latar Belakang dan Komentar Pasal demi Pasal, PTIK Press, Jakarta, 2002, hlm. 27

Page 72: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

57

Ketentuan dalam Pasal 365 ayat (2) ke-2 KUHP, bahwa pasal tersebut keadaan

yang memberatkan pidana. Karena pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih

dengan bersekutu. Dalam persekutuan di mana pencurian dilakukan beberapa

orang dan tiap-tiap pelaku dalam peraturannya mempunyai kedudukan yang

berbeda-beda tetapi yang penting jumlah orang pada saat dilakukan pencurian itu,

namum demikian ancaman pidananya tetap sama.

Page 73: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

88

IV. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana

pencurian dengan kekerasan dan pemberatan (Studi Putusan Perkara Nomor :

07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS) sebagai berikut:

1. Pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana

pencurian dengan kekerasan dan pemberatan yakni Terdakwa Boby Fernandes

Bin Anshori terbukti melanggar Pasal 365 ayat (2) ke-2 KUHP, selama proses

peradilan baik dari tingkat penyidikan hingga tingkat eksekusi terhadap

terdakwa dalam keadaan sehat jasmani dan rohani (tidak termasuk kualifikasi

Pasal 44 KUHP) serta tidak ditemukan alasan penghapus pidana dalam hal ini

baik alasan pembenar maupun alasan pemaaf sehingga dengan demikian

sebagai pertimbangan hakim maka terdakwa dikategorikan mampu

bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukannya. Majelis Hakim

Pengadilan Gunung Sugih yang memeriksa dan mengadili perkara ini

berdasarkan keyakinan dengan alat bukti yang cukup, guna mewujudkan cita

hukum yakni kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan hukum maka

Terdakwa Boby Fernandes Bin Anshori yang masih anak-anak harus tetap

Page 74: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

89

menjalani hukuman sebagaimana telah diputuskan oleh Majelis Hakim dengan

pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan sebagai pertanggungjawaban

pidananya.

2. Dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap

anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan

pemberatan adalah dakwaan Jaksa, tujuan pemidanaan, hal-hal yang

meringankan dan memberatkan, majelis hakim cenderung tidak menjatuhkan

pidana maksimum, harapan pelaku tidak mengulangi perbuatannya, motif

tindak pidana, sikap pelaku setelah melakukan tindak pidana, akibat yang

ditimbulkan, serta aplikasi teori-teori yang berkaitan dengan dasar

pertimbangan hakim dalam memutus perkara dalam sidang pengadilan yakni

kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan hukum.

B. Saran

Adapun saran yang akan diberikan mengenai pertanggungjawaban pidana

terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan

pemberatan (Studi Putusan Perkara Nomor : 07/Pid.Sus/Anak/2014/PN.GS)

sebagai berikut:

1. Hakim dalam memberikan pertimbangan sebaiknya lebih mempertimbangkan

keadaan pelaku yang masih anak dibawah umur maka hal ini tentunya

mensyaratkan mengenai bentuk rehabilitasi dan pembinaan khusus terhadap

pelaku untuk dapat mengembangkan kontrol diri dan untuk menghindari

Page 75: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

90

pengaruh negatif terhadap anak yakni stigma mental dan perilaku yang

tertekan dalam lingkungan penjara.

2. Hakim harus lebih bijak dan adil dalam memberikan vonis terhadap pelaku

dengan alasan bahwa hasil pemeriksaan disidang pengadilan menyatakan

bahwa terdakwa belum sempat menikmati hasil perbuatannya serta mengingat

bahwa pidana penjara berdampak negatif terhadap perkembangan anak. Dalam

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak saat ini mengupayakan bentuk pemidanaan yang terbaik bagi anak nakal

(juvenil delinquency).

Page 76: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Atmasasmita, Romli, 1983, Problem Kenakalan Anak-anak Remaja, Armico,

Bandung.

______, 2001, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia, Dan Penegakan Hukum,

Cetakan Pertama, Mandar Maju, Bandung.

Bawengan, Gerson, 2012, Penyidikan Perkara Pidana dan Teknik Introgasi,

Pradya Paramita, Jakarta.

Chazawi, Adami, 2012, Penafsiran dan Penegakan Hukum Pidana, Raja

Grafindo, Jakarta.

Damordiharjo, Darji dan Shidarta, 1995, Pokok-Pokok Filsafat Hukum : Apa dan

Bagaimana Filsafat Hukum di Indonesia. Ed. V, PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Dewi, Erna, 2013, Hukum Penitensier Dalam Perspektif, Lembaga Penelitian

Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Gerungan, W.A, 1996, Psikologi Sosial Suatu Ringkasan, Eresco, Bandung.

Gultom, Maidin, 2008, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem

Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Refika Aditama, Bandung.

Herlina, Apong dkk, 2004, Perlindungan terhadap Anak yang Berhadapan

dengan Hukum, Buku Saku untuk Polisi, Unicef, Jakarta.

Hamzah, Andi, 2006, Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia,

Jakarta.

Joni, M. dan Zulchaina Z. Tanamas, 1995, Aspek Hukum Perlindungan Anak

dalam Perspektif Konvensi Hak Anak, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Kartono, Kartini, 1992, Pathologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Jakarta, Rajawali

Pers.

Page 77: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

Kelana, Momo, 2002, Memahami Undang-undang Kepolisian (Undang-undang

Nomor 2 Tahun 2002), Latar Belakang dan Komentar Pasal demi Pasal,

PTIK Press, Jakarta.

Kusumaatmadja, Mochtar, 1978, Fungsi Hukum Dalam Masyarakat Yang Sedang

Membangun, BPHN-Binacipta, Jakarta.

Kusumaningrum, Santi, 2014, Penggunaan Diskresi Dalam Proses Peradilan

Pidana, UI Press, Jakarta.

Lubis, M. Solly, 1989, Penegakan Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung.

Liklikuwata, Hengki dan Mulyana W. Kusumah, 1981, Kriminologi Suatu

Pengantar, Ghalia Indonesia.

Mahmul Siregar dkk, 2007, Pedoman Praktis Melindungi Anak dengan Hukum

Pada Situasi Emergensi dan Bencana Alam, Pusat kajian dan

Perlindungan Anak (PKPA), Medan.

Marlina, 2009, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Pengembangan Konsep

Diversi dan Restorative Justice, Refika Editama, Bandung.

______, 2010, Pengantar Konsep Diversi dan Restorative Justice dalam Hukum

Pidana, USU Press, Medan.

Moerad, Pontang, 2005, Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan

Dalam Perkara Pidana, Alumni, Bandung.

Moleong, J. Lexy, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda

Karya, Bandung.

Mulyono, Bambang, 2006, Kenakalan remaja dalam persfektif pendekatan

sosiologi psikologi dan penanggulangannya, Gramedia, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung.

Nawawi Arief, Barda, 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra

Aditya Bakti. Bandung.

Purnomo, Bambang, 1996, Teori Pertanggungjawaban Pidana, Sinar Grafika,

Jakarta.

P.A.F. Lamintang, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya

Bakti. Bandung.

Prinst, Darwan, 2013, Hukum Anak Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Page 78: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

Prakoso, Djoko, 2007, Delik Dalam KUHP, Liberty, Yogyakarta.

Purnomo, Bambang, 1996, Teori Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta.

______, 2005, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Rahardjo, Satjipto, 2006, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Rasdjidi, Lili dan Ira Rasjidi, 2001, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Citra

Aditya Bakti, Bandung.

Ramelan, Rahardi, 2012, Lembaga Pemasyarakatan Bukan Penjara, Gramedia,

Jakarta.

Rifai, Ahmad, 2011, Penemuan Hukum oleh Hakim, Sinar grafika, Jakarta.

Rosidah, Nikmah, 2011, Asas-Asas Hukum Pidana, Pustaka Magister, Semarang.

______, 2014, Budaya Hukum Hakim Anak di Indonesia, Sebuah Pendekatan

Hukum Progresif, Pustaka Magister, Semarang.

R. Abdussalam, 2007, Sistem Peradilan Pidana, Restu Agung, Jakarta.

R. Tresna, 2013, Politik Hukum Pidana, Pustaka Tinta Mas, Surabaya.

Saleh, Roeslan, 1999, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana,

Aksara Baru, Jakarta.

Sudarto, 1987, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung.

______, 1997, Hukum Pidana, Yayasan Sudarto, Fakultas Hukum UNDIP,

Semarang.

Susanto, Anthon F., 2010, Teori-Teori Hukum, Refika Aditama, Bandung.

Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.

______, 1986, Terminologi Penegakan Hukum, UI Press, Jakarta.

Soesilo, R., 1999, KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap dengan Pasal

Demi Pasal, Politeia, Bogor.

Soetodjo, Wagiati, 2006, Hukum Pidana Anak, Refika Editama, Bandung.

Soemitro, Ronny Hanitijo, 2011, Metodologi Penelitian Hukum dan Yurimetri,

Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sogiono, 2011, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.

Page 79: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

Tongat, 2012, Perspektif Perkembangan Hukum di Indonesia, UMM Press,

Malang.

Wadong, M. Hassan, 2012, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Grasindo,

Jakarta.

Widoyanti, Sri, 1984, Anak dan Wanita dalam Hukum, Pradya Paramita, Jakarta.

B. UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN LAIN

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958

tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia RI.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2014 tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman RI.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 jo Peraturan Pemerintah Nomor 92

Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP).

C. SUMBER LAIN

Achmad Baihaqi. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Balai Pustaka, Jakarta, 1998.

Page 80: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK …digilib.unila.ac.id/21829/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dalam Perkara ... Lampung pada tahun

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggris, An English-

Indonesian Dictionary, PT. Gramedia, Jakarta, 2003.

M. Marwan, Law Dictionary (Complete Edition), Reality Publisher, Surabaya,

2009.