tafsir ayat pencurian dan hukum potong tangan

32
Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan 1. Nash ayat ٌ م يِ كَ حٌ ز يِ زَ عُ َ اَ وِ َ اَ نِ مً لا اَ كَ ن اَ بَ سَ ك اَ مِ بً اءَ زَ ج اَ مُ هَ يِ دْ , يَ / وا اُ عَ طْ 3 ق اَ ف ُ 3 ةَ 3 قِ ارَ س ل اَ وُ 3 قِ ارَ س ل اَ و( : 3 دة/ ماي ل ا3 ورة س38 ) Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. Al-Maidah : 38) b. Sebab turunnya ayat Ayat ini turun pada Thu’mah bin Ubairiq ketika mencuri baju perang milik tetangganya, Qatadah bin An-Nu’man. Baju itu laludisembunyikan di rumah Zaid bin As-Samin seorang yahudi. Namun terbawa juga kantung berisi tepung yang bocor sehingga tercecerlah tepung itu dari rumah Qatadah sampai ke rumah Zaid. Ketika Qatadah menyadari baju perangnya dicuri, dia menemukan jejak tepung itu sampai ke rumah Zaid. Maka diambillah baju perang itu dari rumah Zaid. Zaid berkata,”Saya diberi oleh Thu’mah”. Dan orang-orang bersaksi membenarkannya. Saat itu Rasulullah SAW ingin mendebat Thu’mah, lalu turunlah ayat ini yang menerangkan tentang hukum pencurian. Sedangkan sebab turun ayat selanjutnya yaitu ayat 39 adalah riwayat dari Ahmad dari Abdillah bin amru bahwa seorang wanita telah mencuri di masa Rasulullah SAW. Lalu dipotonglah tangan kanannya. Wanita itu lalu bertanya,”Masih mungkinkah bagi saya untuk bertaubat ?”. Maka turunlah ayat yang artinya Maka barangsiapa bertaubat sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 3. Pengertian pencurian, hukum dan sifatnya

Upload: ikhwanul-mawaddah

Post on 30-Jun-2015

1.217 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

1. Nash ayat

� م�ن� اال �ك� �ا ن ب �س� ا ك �م� اء� ب �ه�م�ا ج�ز� �د�ي ي� ار�ق�ة� ف�اق�ط�ع�وا أ ار�ق� و�الس" و�الس"

"ه� ع�ز�يز& ح�ك�يم& "ه� و�الل (38 ) سورة المائدة : اللLaki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. Al-Maidah : 38)

2. Sebab turunnya ayat

Ayat ini turun pada Thu’mah bin Ubairiq ketika mencuri baju perang milik tetangganya, Qatadah bin An-Nu’man. Baju itu laludisembunyikan di rumah Zaid bin As-Samin seorang yahudi. Namun terbawa juga kantung berisi tepung yang bocor sehingga tercecerlah tepung itu dari rumah Qatadah sampai ke rumah Zaid.

Ketika Qatadah menyadari baju perangnya dicuri, dia menemukan jejak tepung itu sampai ke rumah Zaid. Maka diambillah baju perang itu dari rumah Zaid. Zaid berkata,”Saya diberi oleh Thu’mah”.

Dan orang-orang bersaksi membenarkannya. Saat itu Rasulullah SAW ingin mendebat Thu’mah, lalu turunlah ayat ini yang menerangkan tentang hukum pencurian.

Sedangkan sebab turun ayat selanjutnya yaitu ayat 39 adalah riwayat dari Ahmad dari Abdillah bin amru bahwa seorang wanita telah mencuri di masa Rasulullah SAW. Lalu dipotonglah tangan kanannya. Wanita itu lalu bertanya,”Masih mungkinkah bagi saya untuk bertaubat ?”. Maka turunlah ayat yang artinya Maka barangsiapa bertaubat sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

3. Pengertian pencurian, hukum dan sifatnya

a. Pembagian PencurianAl-Ustaz As-Sayyid Sabiq penyusun Fiqhus Sunnah membagi jenis pencurian menjadi beberapa bentuk dan jenis. Masing-masing mempunyai ancaman hukuman tersendiri. 1

Pencurian yang diancam hukuman ta`zir.Pencurian yang diancam hukuman ta`zir adalah pencurian yang tidak memenuhi syarat dan kriteria pencurian yang dimaksud dalam surat Al-Maidah ayat 38.Seperti bila tidak mencapai nishab atau barangnya tidak disimpan dan seterusnya. Dalam hal ini potong tangan tidak boleh dilaksanakan dan sebagai gantinya hakim bisa menerapkan ta`zir.

Pencurian yang diancam hukum potong tanganInilah pokok pembicaraan kita dalam tafsir surat Al-Maidah ayat 38 ini.

Pencurian yang diancam hukum bunuh, salib, potong tangan dan kaki atau dibuang. Ini adalah bentuk pencurian yang dikombinasikan dengan perampasan dan perampokan bahkan pembunuhan. Dalam isitlah fiqih disebut dengan hiraabah.

1 As-Sayyid sabiq, Fiqhus Sunnah jilid 2 hal. 542

Page 2: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

b. Definisi Pencurian

Para ulama telah membuat batasan pencurian dengan perbuatan sejenisnya. Dengan pembatasan atau definisi itu, maka meski perbuatan sejenis mirip dengan pencuria, tapi tidak diganjar dengan hukum potong tangan. Definisi pencurian yang disepakati para ulama umumnya adalah : “Mengambil hak orang lain secara tersembunyi (tidak diketahui) atau saat lengah dimana barang itu sudah dalam penjagaan/dilindungi oleh pemiliknya”.

Tidak Semua Bentuk Pencurian Harus Dipotong Tangan

Dari definisi para ulama, maka bentuk pengambilan hak orang lain yang tidak memenuhi kriteria pencurian adalah tidak termasuk pencurian yang dimaksud. Diataranya yang bukan termasuk pencurian adalah : Perampasan/penodongan : yaitu mengambil secara paksa dengan sepengetahuan pemilik

harta. (انتهاب) Pengkhianatan : yaitu pengambilan hak orang lain dimana pelakunya adalah orang yang

diamanahi menjaga barang itu.(خيانة) Penjambretan : yaitu mengambil hak orang lain dengan cara membuat lengah pemiliknya

lalu mengambilnya dengan cepat dan melarikan diri.(اختالس) Penggelapan : yaitu mengambil hak orang lain dengan cara membawa lari uang yang

dipinjamnya.( العارية .(جاحد Namun ada juga pendapat yang mewajibkan pelakunya dipotong tangan.

Bentuk-bentuk pengambilan hak orang lain ini tidak termasuk dalam kriteria pencurian yang diancam dengan hukuman “had”.

Dalilnya adalah :“Pengkhianat dan penjambret itu tidak dipotong tangannya” HR. Ahmad, Ashhabus Sunan, Ibnu Hibban dan dishahihkna oleh At-Tirmizy.

Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Perampas / penodong itu tidak dipotong tanganya” HR. Abu Daud.

Jadi hukuman yang mereka terima adalah berdasarkan hukum “ta`zir” yang bentuknya diserahkan kepada kebiajakan qadhi / hakim. Bisa dalam bentuk cambuk, pemukulan, penjara yang lama atau denda.

Qadhi `Iyadh menyebutkan mengapa Allah menetapkan hukuman potong tangan hanya pada kasus pencurian saja, sedangkan kasus penjambretan dan penodongan tidak diterapkan potong tangan ?

Hikmahnya adalah bentuk-bentuk itu kecil nilainya bila dibandingkan dengan pencurian. Karena bisa dengan mudah untuk mengembalikannya cukup dengan tuduhan yang disampaikan kepada hakim. Dan pembuktiannya pun mudah sekali.

Berbeda dengan pencurian yang cukup sulit untuk membuktikannya sehingga memerlukan metode tersendiri dan karena itu pula hukumannya harus lebih keras.2

c. Hukum “HAD” bagi pencuriAllah SWT telah menetapkan hukum had bagi pencuri yang memenuhi kriteria

pencurian, yaitu dengan dipotong tangannya. Dalilnya adalah firman Allah SWT :

2 Lihat syarah muslim oleh Imam An-Nawawi

Page 3: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

"ه� "ه� و�الل �اال� م�ن� الل �ك �ا ن ب �س� �م�ا ك اء� ب �ه�م�ا ج�ز� �د�ي ي� ار�ق�ة� ف�اق�ط�ع�وا أ ار�ق� و�الس" و�الس"

ع�ز�يز& ح�ك�يم&Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. Al-Maidah : 38)

Dalil dari sunnah Rasulullah SAW :Dari Asiyah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Orang-orang sebelummu itu binasa karena pembesar mencuri dibiarkan dan bila orang lemah yang mencuri barulah dihukum”. HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmizy, Abu Daud dan An-Nasai.

Para ulama sepakat bahwa selain dipotong tangannya juga wajib mengganti harta yang diambilnya tanpa hak itu. Hal itu bila barang yang diambilnya masih ada di tangan. Namun bila harta yang dicuirnya itu sudah habis atau sudah tidak di tangannya lagi, bagaimana hukumnya ?

Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat : Al-Hanafiyah berpendapat bahwa bila harta yang dicuri itu sudah tidak ada lagi, maka

cukup dipotong tangannya saja dan tidak diwajibkan mengganti. Alasannya karena Allah SWT tidak menyebutkan kewajiban untuk mengganti. Padahal dalam ayat yang mewajibkan potong tangan itu, Allah tidak memerintahkan keharusan untuk mengganti harta yang diambilnya. Alasan lainnya yang menguatkan adalah hadits Rasulullah SAW,”Apabila seorang pencuri dipotong tangannya, maka tidak perlu mengganti”. 3

Bahkan bila masalahnya diangkat ke pengadilan dan pencuri itu mengembalikan, maka menurut pendapat ini, tidak perlu dipotong tangannya.

Al-Malikiyah berpendapat bahwa pencuri itu orang berada, maka selain dipotong tangannya juga wajib mengganti barang yang diambilnya. Ini sebagai bentuk peringatan untuknya. Namun bila pencuri itu miskin dan tidak mampu mengganti, maka cukup dipotong tangannya saja tanpa kewajiban mengganti.

Sedangkan Asy-Syafi`iyah dan Al-Hanabilah berpendapat bahwa baik ptong tangan maupun mengganti harta yang diambil harus diterapkan. Bila barang yang diambil itu sudah hilang, wajib mengganti senilai harganya. Hal ini dengan tidak membedakan antara apakah pencuri itu mampu atau tidak mampu. Karena potong tangan itu kewajiban kepada Allah dan mengganti itu kewajiban kepada manusia. Dan masing-masing memiliki latar belakang perintah kewajiban yang berbeda-beda.

Dan pendapat inilah yang paling rajih dan mendekati kebenaran. Karena hadits yang digunakan Al-Hanafiyah adalah hadits dha`if.

d. Bila pencurian dilakukan berkali-kaliBila seorang pencuri yang telah pernah dihukum potong tangan, lalu kedapatan mencuri

lagi, bagaimana bentuk hukumannya ? Apakah dipotong lagi atau tidak ?

3 Hadits ini banyak dilemahkan oleh ulama. Az-zaila`I mengatakan bahwa hadits ini gharib. An-Nasa`I mengatakan bahwa hadits ini mursal dan tidak tsabit

Page 4: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

Bila seorang pencuri terbutki mencuri untuk pertama kalinya, para ulama sepakat untuk memotong tangan pencuri yaitu tangan kanannya. Sedangkan bila untuk kedua kalinya terbutki mencuri lagi, maka ulama pun sepakat untuk memotong kaki kirinya.

Tapi para ulama berbeda pendapat bila pencuri itu untuk ketiga kalinya mencuri lagi. Bagaimanakah hukumnya bila masih mencuri lagi untuk yang ketiga kalinya ? Dalam hal ini para ulama berbeda pandangan :

Al-Hanafiyah dan Al-Hanabilah berpendapat bila mencuri lagi untuk ketiga kalinya, maka tidak perlu lagi dipotong tanganya, tapi cukup dihukum ta`zir dan dipenjara hingga taubat.

Dalilnya yang mereka gunakan adalah hadits berikut :Diriwayatkan bahwa kepada Sayyidina Ali ra. didatangkan soerang pencuri lalu dipotonglah tangannya. Kemudian didatangkan kepadanya yang kedua dan telah mencuri maka dipotonglah kakinya. Kemudian didatangkan yang ketiga namun beliau berkata,”Aku tidak akan memotongnya, karena bila kupotong maka dengan apa dia akan makan dan yatamassah. Dan bila kupotong kakinya maka dengan apa dia akan berjalan. Sungguh aku malu kepada Allah”. Maka dipukullah pencuri itu dengan kayu dan dipenjarakan.” (HR. Ad-Daruquthuny dan Muhammad bin Al-Hasan dalam kitab al-Asar).

Al-Malikiyah dan Asy-Syafi`iyah berpendapat bahwa bila mencuri lagi untuk yang ketiga kalinya, maka tangan kirinya dipotong. Dan bila mencuri lagi untuk yang keempat kalinya, maka kaki kanannya yang dipotong. Bila mencuri lagi setelah itu barulah dia dihukum ta`zir.

Dalilnya adalah hadits berikut :Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang pencuri,”bila mencuri maka potonglah tangan (kanan)nya, bila mencuri lagi maka potonglah kaki (kiri)nya, bila mencuri lagi maka potonglah tangan (kiri)nya dan bila mencuri lagi maka potonglah kaki (kanan)nya”. (HR. Ad-Daruquthuni dan As-Syafi`i).

Sedangkan hikmah dari dipotongnya tangan dan kaki karena tangan digunakan untuk mengambil dan kaki digunakan untuk membawa lari curiannya itu. Sedangkan dipotong secara bersilang adalah agar terjadi keseimbangan dan masih bisa dimanfaatkannya anggota tubuhnya yang tersisa. 4

4. Sifat HAD pencurian

Hukuman yang dijatuhkan kepada pencuri merupakan bentuk hukuman had (jama`nya : hudud) yang telah ditetapkan oleh Allah. Karena itu tidak boleh untuk dirubah atau diganti bentuk hukumannya bahkan oleh Rasulullah SAW sekalipun. Begitu juga bentuk hukuman ini tidak mengenal pengampunan, permaafan atau damai antara kedua belah pihak bila telah diketuk palu oleh hakim. Seandainya seorang hakim telah memvonis pencuri dengan potong tangan lalu pihak yang kecurian mengampuni dan memaafkan, tidak bisa dicabut lagi hukuman potong tangan ini.

Mengapa ? Karena pengampunan itu memang hak pihak yang kecurian, sedangkan potong tangan adalah hak Allah SWT.

Berangkat dari logika ini, Al-Hanafiyah menetapkan suatu kaidah yang berbunyi,”Damai dari masalah hudud adalah batil”. 5

Hal seperti ini pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW, yaitu seorang telah memaafkan pencuri yang mencuri barangnya, tapi kasusnya sudah masuk dan diangkat ke pengadilan. Sehingga tidak bisa dihalangi lagi eksekusi potong tangan tersebut karena vonis telah jatuh.

4 Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, jilid 6 hal. 995 Mahmud Hamzah , Al-Fawaid Al-Bahiyyah fi Al-qawaid Al-fiqhiyyah, hal. 147

Page 5: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

Dalam kisah yang sangat masyhur tentang Fatimah Al-Makhzumiyah yang dimintakan kepada Rasulullah SAW agar tidak diberlakukan hukum potong tangan.

Seorang pencuri dihadapkan kepada Rasulullah SAW maka beliau perintahkan untuk dipotong tangannya. Namun seseorang berkata,”Ya Rasulullah, kami tidak mengira anda akan melakukan itu”. Beliau menjawab,”Waalupun Fatimah binti Muhammad mencuri, maka tetap tegakkan hukum HAD (potong tangan)”. HR Muttafaqun Alaih.

Dari Rabiah bin Abdirrahman dari Az-zubair berkata,”Bila hukuman had sudah sampai kepada sultan, maka Allah melaknat orang yang minta keringanan dan memberikan keringanan”. HR. Malik dalam Al-Muwattha`

5. Syarat PencurianNamun tidak semua kasus pencurian langsung dihukum dengan potong tangan. Ini perlu

dijelaskan karena sering disalahpahami orang yang tidak suka pada ajaran Islam. Seolah-olah Islam itu haus darah, kejam dan tidak berperikemanusiaan.

Padahal dalam kasus pencurian itu, Islam justru datang untuk melindungi hak milik manusia. Dan dengan diterapkannya hukum potong tangan ini, para pencuri harus berpikir ulang berkali-kali sebelum nekat melakukannya, karena ancamannya tidak ringan.

Seorang calon pencuri harus berhitung ulang bila sampai tertangkap dan dipotong tangannya. Padahal tangan adalah anggota tubuh manusia yang paling penting dan berperan sekali dalam menjalankan kehidupan normal. Kalau sampai dipotong, maka hidupnya akan kesulitan dan hilangnya bagian tangan itu akan menjadi cap abadi seumur hidup. Kepada siapa pun dia bertemu, semua orang akan tahu bahwa dia adalah pencuri yang pernah dihukum potong tangan.

Karena kerasnya hukum ini, para qadhi dan hakim pun tidak boleh sembarangan main potong. Karena itu sosialisasi hukum potong tangan itu harus benar-benar dipahami dan dimengerti oleh semua lapisan masyarakat. Jangan sampai terjadi kasus dimana seseorang kedapatan mencuri tapi dia tidak tahu bentuk hukuman apa yang diancamkan kepadanya.

Untuk memotong tangan pencuri, harus dipenuhi syarat dan kriteria yang cukup lengkap. Syarat itu harus ada baik pada diri pencurinya, pada barang yang dicuri, pada orang yang kecurian dan juga pada tempat kejadian perkara. Bila salah satu dari syarat pencurian itu tidak terpenuhi, maka huum potong tangan itu tidak boleh dilaksanakan.

Dan sebagai gantinya, hakim bisa menjatuhkan hukuman ta`zir seperti yang sudah disebutkan sebelummhya. Hukuman itu bisa berbentuk cambuk, pemukulan, penjara, denda dan sebagainya. Namun bila dilihat efektifitas dan efeknya, maka hukuman cambuk nampaknya lebih tepat dipilih. Karena kalau hukuman kurungan, dari semua kasus yang ada, umumnya kurang bisa mendidik parapencuri, bahkan malah mereka saling berjumpa sesama pencuri dan saling bertukar pelajaran dan pengalaman. Akibatnya keluar dari penjara, bukannya tobat tapi malah naik levelnya.

Karena itu hukuman cambuk lebih efektif karena langsung bisa dilaksanakan, juga murah dan tidak perlu menghabiskan dana untuk penjara, makan, kesehatan dan lain-lain. Eksekusi itu bisa dilakukan di depan umum untuk mendapatkan efek shock teraphy yang lebih dalam.

a. Syarat pencuriUntuk bisa dihukum sesuai dengan had yaitu dipotong tangan, maka pencurinya harus

memenuhi persyaratan dan kriteria tertentu. Bila syarat itu tidak terpenuhi tetap dihuum namun bukan dengan potong tangan tapi dengan hukuman ta`zir. Syarat pertama dan kedua telah disepakati oleh para ulama, sedangkan syarat-syarat berikutnya satu sama lain berbeda pandangan. Syarat- syarat itu adalah :

Page 6: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

Akil Baligh

Sehingga orang gila dan anak-anak bila mencuri tidak perlu dilakukan eksekusi potong tangan, karena orang gila jelas tidak berakal dan anak kecil belum baligh. Dua syarat ini termasuk yang disepakati oleh jumhur ulama.

Dalilnya adalah hadits Rasulullah SAW :Telah diangkat pena dari tiga orang : anak kecil hingga mimpi, orang gila hingga sadar dan orang yang

tidur hingga terjaga.”Bahkan Imam Abu Hanifah dan Zufar mengatakan bila pencurian dilakukan oleh

sekelompok orang dimana di dalamnya ada orang gila dan anak kecil, maka semuanya terbebas dari hukum potong tangan.

Tidak dalam keadaan dipaksa dan dalam ikatan hukum IslamSyarat ini diajukan oleh Asy-Syafi`iyah dan Al-Hanabilah dimana mereka mengatakan

bila pencurian dilakukan oleh orang yang dalam kondisi dipaksa, maka tidak wajib dilakukan hukum potong tangan itu.

Begitu juga seorang non-muslim yang tinggal di negeri Islam, maka bila mencuri tidak termasuk yang wajib dipotong tanganya. Karena dia bukan orang yang terikat dengan hukum Islam.

Pencurinya bukan ayah atau kakeknya sendiri Syarat ini diajukan oleh Al-Malikiyah dimana bila seorang ayah mencuri harta anaknya

sendiri, maka tidak bisa dikategorikan sebagai pencurian. Sedangkan Imam Asy-Syafi`i menambahkan bahwa bila seorang kakek mencuri harta

cucunya, maka tidak dikategorikan pencurian yang mewajibkan potong tangan. Bahkan Imam Abu Hanifah menyebutkan bila pencurinya adalah orang yang masih punya

hubungan kerabat.

Tidak dalam kondisi kelaparanAl-Hanabilah menyebutkan bila kondisi pencuri dalam keadaan kelaparan yang sangat lalu

mencuri untuk menyambung hidupnya, tidak bisa dialkukan potong tangan.

Pencurinya tahu tidak bolehnya mencuriAl-Hanabilah juga mensyaratkan bahwa seorangpencuri harus tahu bahwa perbuatan itu

haram dan berdosa. Bila dia tidak tahu, maka tidak bisa dilakukan hukum tersebut.

b. Syarat barang yang dicuriSedangkan yang berkaitan dengan kondisi barang yang dicuri, ada beberapa kriteria dan

persyarat agar bisa dikategorikan pencurian yang mewajibkan dilaksanakannya potong tangan. Bila syarat pada barang yang dicuri ini tidak ada, maka pelakunya tidak dipotong tangan tetapi hakim bisa menerapkan hukuman ta`zir. Syarat dan kreiteria itu adalah :

Barang yang dicuri memiliki nilai hargaBila barang yang dicuri adalah bangkai, khamar atau babi, maka tidak termasuk pencurian

yang mewajibkan dilaksanakannya potong tangan. Karena semua itu tidak termasuk sesuatu yang berharga bagi hak seorang muslim.

Begitu juga bila yang dicuri adalah anak kecil yang merdeka (bukan budak). Karena manusia merdeka bukan termasuk harta. Ini berbeda bila yang dicuri anak seorang budak kecil.

Page 7: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

Mencapai nishabNishab adalah nilai harga minimal yang bila terpenuhi, maka pencurian itu mewajibkan

dilaksanakannya potong tangan. Seandainya barang yang dicuri itu nilainya kecil dan masih di bawah harga nisahb itu, maka tidak termasuk hal itu.

Namun para ulama tidak secara tepat menyepakati besarnya nishab itu : - Jumhur ulama diantaranya Al-Malikiyah, Asy-Syafi`iyah dan Al-Hanabilah sepakat

bahwa nishab pencurian itu adalah ¼ dinar emas atau 3 dirham perak. Nilai ini setara dengan harga 4,45 gram emas murni. Jadi bila harga emas murni 24 per gramnya Rp. 100.000,-, maka satu nisab itu adalah Rp. 100.000,- x 4,45 gram = Rp. 445.000,-. Bila benda yang dicuri oleh seseorang harganya setara atau lebih dari Rp. 445.000,-, dia sudah bisa dipotong tangannya. Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW Dari Aisyah ra. ,”Tangan pencuri dipotong bila nilainya ¼ dinar ke atas”. HR. Bukhari, Muslim dan ashabu kutub sittah.Dari Abdullah bin Umar ra. bahwa Rasulullah SAW memotong tangan pencuri mijan yang nilainya 3 dirham”. HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-tirmizy dan An-Nasai.

- Sedangkan Al-Hanafiyah menetapkan bahwa nishab pencurian itu adalah 1 dinar atau 10 dirham atau yang senilai dengan keduanya. Dalilnya adalah hadits Rasulullah SAW,:”Tidaklah dipotong selama nilainya di bawah 10 dirham.” HR Ahmad. Juga hadits lainnya,”Tidak dipotong tangan kecuali senilai 1 dinar atau 10 dirham”. HR. At-Thabarani. Juga hadits lainnya,”Tidaklah tangan pencuri itu dipotong kecuali nilainya seharga “mijan” dimana saat itu seharga 10 dirham”. HR. Abu Syaibah

Bila kita cermati latar belakang perbedaan itu sebenarnya hanyalah berkisar pada penetapan harga mijan. Dimana jumhur ulama sepakat bahwa harganya saat itu ¼ dinar. Sedangkan Al-Hanafiyah menganggap harganya saat itu 1 dinar.

Barang yang Dicuri Berada Dalam PenjagaanYang dimaksud penjagaan adalah bahwa harta yang dicuri itu diletakkan di tempat

penyimpanannya oleh pemiliknya. Dalam hal ini bisa dibagi menjadi dua kategori, yaitu yang temapt yang sengaja dibuat untuk menempatkan suatu barang dan juga yang secara hukum bisa dianggap sebagai penjagaan.

Yang pertama, tempat penyimpanan itu bisa di dalam rumah, pagar, kotak, laci, atau lemari. Sebagai contoh bila seseorang meletakkan barangnya di dalam rumahnya, maka rumah itu menjadi media penyimpanan meski pintunya terbuka. Karena seseorang tidak boleh memasuki rumah orang lain tanpa izin meski pintunya terbuka.

Yang kedua, memang bukan media penyimpanan khusus namun termasuk area umum dimana seseorang berada disitu dan orang lain tidak boleh menguasainya kecuali atas izinnya. Contohnya adalah seseorang yang duduk di masjid dan meletakkan tasnya di sampingnya saat tidur. Ini termasuk dalam penjagaan.

Pencopet termasuk yang wajib dipotong tangannya karena mengambil dari saku orang lain. Sedangkan saku seseorang termasuk kategori penjagaan.

Sedangkan hukum Nabbasy (pencuri kian kafan mayat dalam kubur) menurut Imam Abu Hanifah tidak termasuk yang wajib dipotong tangannya karena kuburan tidak termasuk meida penjagaan harta. Sedangkan menurut Al-Malikiyah, Asy-Syafi`iyah, Al-Hanabilah dan Abu Yusuf tetap harus dipotong karena kuburan termasuk media penjagaan.

Page 8: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

Barang yang awet dan bisa disimpan (tidak lekas rusak)Imam Abu Hanifah dan Muhammad mengatakan bila barang yang dicuri mudah rusak

seperti buah-buahan, susu murni atau makanan basah. Karena bisa saja seseorang mengambilnya dengan niat menyelamat-kannya dan siap untuk menggantinya.

Barang yang dicuri yang bisa diambil oleh siapapunMenurut Al-Hanafiyah, bila suatu benda ada dimana-mana dan tidak dimiliki secara

khusus oleh orang, maka tidak bisa dikatakan pencurian bila diambil oleh seseorang. Seperti burung liar, kayu, kayu bakar, bambu, rumput, ikan, tanah dan lain-lain. Mengingat benda-benda seperti itu terhampar dimana-mana dan tidak merupakan hak perorangan. Bila ada seseorang mengambil kayu yang jatuh dari ranting pohon yang sudah tua di dalam sebuah hutan, tentu tidak dianggap pencurian.

Namun akan berbeda halnya bila kayu yang diambilnya adalah gelondongan kayu jati sebanyak 1 juta meter kubik. Karena ini bernilai tinggi dan tentu dilindungi oleh negara. Namun hukum dasarnya memang halal karena benda itu tidak dimiliki oleh perorangan. Tetapi ketika terjadi ekploitasi besar-besaran dan mengganggu ekosistem serta keseimbangannya, maka tentu dibuat aturan yang bijak.

Dimasa sekarang ini hampir sulit menemukan benda seperti yang dimaksud oleh Al-Hanafiyah. Karena semuanya sekarang punya nilai jual tersendiri. Karena itu nampak pendapat jumhur dalam hal ini lebih kuat karena memang tidak membedakan apakah harta itu tersedia dimana-mana tanpa pemilik atau tidak. Karena semua memiliki nilai jual dan pada dasarnya harus digunakan demi kepentingan rakyat secara umum yang dikoordinir oleh negara. Ini menurut ukuran idealnya, karena negaralah yang seharusnya memanfaatkan semua kekayaan alam dan demi kentingan merata rakyat banyak.

Adapun yang dilakukan oknum pemerintahan bekerjasa sama dengan perusahaan yang mengeksploitasi kekayaan alam, tidak lebih dari penjahat yang memakan harta rakyat secara zalim.

Dalam harta yang dicuri tidak ada bagian hak pencuriBila seorang mencuri harta dari seorang yang berhutang kepadanya dan tidak dibayar-

bayar, maka ini tidak termasuk pencurian yang mewajibkan potong tangan. Begitu juga bila seseorang mencuri harta atasannya yang pelit dan tidak membayar gaji bawahannya sesuai dengan haknya. Atau seorang yang mencuri harta orang kaya yang zalim dan memakan uang rakyat yang lemah. Termasuk juga bila seseorang mengambil harta dari seorang maling atau perampok.

Bahkan para ulama juga menuliskan bahwa mencuri alat-alat yang haram hukumnya seperti alat musik gendang, gitar, seruling atau kayu salib, catur, dadu dan sejenisnya termasuk di luar kategori pencurian yang dimaksud. Karena secara umum, barang-barang itu tidak boleh dimiliki oleh seorang muslim. Sehingga itu mencurinya pun bukan termasuk mencuri harta seseorang.

Seorang yang mencuri harta dari baitul mal pun tidak termasuk kategori pencurian yang dimaksud. Karena baitul mal adalah harta bersama dimana di dalamnya ada juga hak si pencuri sebagai rakyat meski kecil bagiannya. Namun bila si pencuri itu termasuk orang kaya atau non muslim, maka termasuk pencurian dan wajib dipotong tangannya. Karena orang kaya dan non muslim, keduanya buka ntermasuk orang yang berhak mendapatkan harta dari baitul mal.

Semua kasus di atas tidak mewajibkan potong tangan karena pada dasarnya potong tangan itu merupakan ibadah mahdhah dan merupakan hukuman yang berisifat lengkap. Sedangkan kasus-kasus di atas tidak sepenuhnya bermakna pencurian, tapi ada syubhat karena di dalam harta itu sebagian ada yang menjadi haknya.

Page 9: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

Tidak ada izin untuk menggunakannyaSeseorang yang mengambil harta yang bukan miliknya namun dia sendiri memiliki

wewenang untuk masuk ke tempat penyimpanannya, maka ketika dia mengambilnya tidak termasuk pencurian yang dimaksud. Karena unsur mengambil dari penjagaannya tidak berlaku. Hal itu disebabkan si pencuri adalah orang yang punya izin dan hak untuk ke luar masuk ke dalam tempat penjagaan.

Contoh kasusnya bila seorang suami mengambil uang istrinya yang disimpan di dalam rumah. Suami adalah penghuni rumah dan punya akses masuk ke dalam rumah itu. Bila dia mengambil harta yang ada dalam rumah itu, maka bukan termasuk pencurian yang mewajibkan potong tangan.

Hal yang sama berlaku bagi sesama penghuni rumah seperti pembantu dan siapapun yang memang menjadi penghuni rumah itu secara bersama. Termasuk tamu yang memang diizinkan tinggal di dalam rumah.

Barang itu sengaja dicuriBila seseorang mencuri suatu benda namun setelah itu di dapatinya pada benda itu barang

lainnya yang berharga, maka dia tidak bisa dihuum karena adanya barang lain itu. Contoh : bila seseorang berniat mencuri kucing tapi ternyata kucing itu berkalungkan

emas atau berlian yang harganya mahal, maka dia tidak bisa dikatakan mencuri emas atau berlian itu.

Atau mencuri anak kecil lalu ternyata anak kecil itu memakai giwang emas. Namun yang jadi masalah, bagaimana hakim bisa membedakan motivasi pencuri dalam

mengambil barang.

c. Syarat orang yang kecurianSelain adanya syarat yang harus terdapat pada pencuri dan barang yang dicuri, syarat

berikutnya adalah syarat yang terkait dengan orang yang kecurian. Syarat ini juga harus termasuk salah satu dari tiga kondisi : - Dia adalah pemilik asli barang yang dicuri, atau- Dia adalah orang yang diamanahi untuk menyimpan atau memegang harta itu, atau- Dia adalah orang yang menjadi penjamin atas barang itu seperti orang yang menerima

gadai. Dengan demikian, bila seseorang yang kecurian barang namun dia bukan pemilik atau

yang diamanahi atau yang menjadi penjamin barang itu, maka bukan termasuk pencurian yang dimaksud.

Sama halnya dengan seorang pencuri yang baru saja berhasil menggarap harta orang lain tiba-tiba barang itu dicuri lagi oleh pencuri lainnya, maka pencuri kedua tidak termasuk pencuri yang dimaksud. Karena dia mencuri barang bukan dari pemilik sahnya. Para ulama menqiyaskan tindakan mencuri barang curian dari seorang pencuri sama halnya dengan mengambil barang dari jalanan. Disitu tidak ada unsur penjagaan (hirz)

d. Syarat tempat pencurianSebuah pencurian bisa dikatakan sah bila terjadi di negeri yang adil dimana tidak terjadi

perang disitu atau bukan daerah konflik bersenjata. Begitu juga pencurian itu terjadi bukan di daerah kekuasaan Islam, maka hukum hudud

potong tangan tidak bisa dilakukan.

Page 10: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

Di dunia ini negeri yang secara formal menerapkan hukum Islam secara resmi barangkali hanya Saudi Arabia saja. Sedangkan negeri arab lainnya, sayang sekali, belum lagi menerapkannya secara formal. Padahal bila dilihat dari sisi syarat dan dan kemampuan, sebenarnya masing-masing negara arab dan yang berpunduduk mayoritas muslim bisa saja menyepakati untuk menjalankan syariat Islam dalam hukum positif mereka.

Dengan demikian, maka mereka akan termasuk orang yang menjalankan hukum yang Allah turunkan. Karena penolakan terhadap hukum Allah akan berakibat pada gugurnya ke-islaman seseorang. Allah mengancam para penentang hukum Dalam hal ini Allah menyebutkan cap kafir, zhalim dan fasik buat penentang hukum-hukum-Nya. Silahkan cermati firman Allah ta`ala :

Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.(QS. Al-Maidah : 44)Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim..(QS. Al-Maidah : 45)Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik..(QS. Al-Maidah : 47)

6. Penetapan pencurianBila seorang pencuri tertangkap dan semua syarat untuk pencurian sudah tersedia, tinggal

satu hal lagi yang harus dikerjakan, yaitu itsbat. Yang dimaksud adalah penetapan oleh pihak mahkamah / pengadilan / qadhi dalam memvonis seseorang itu benar-benar mencuri dan memenuhi syarat pencurian. Hukum potong tangan tidak bisa dijatuhkan oleh qadhi sebelum dilakukan itsbat atau penetapan bahwa pencurian itu dilakukannya.

Itsbat atau penetapan ini dalam prakteknya hanya mungkin dilakukan dengan salah satu dari dua cara, yaitu adanya saksi atau adanya pengakuan dari si pencuri sendiri.

a. Pembuktian dengan adanya saksiKesaksian dari orang lain sebagai saksi aka menentukan apakah seorang bisa dibuktikan

sebagai pencuri atau bukan. Namun untuk bisa dijadikan saksi, diperlukan beberapa persyaratan : - Jumlahnya minimal dua orang. - Keduanya laki-laki, sedangkan wanita tidak diterima kesaksiannya.- Keduanya adil, sedangkan orang fasik tidak diterima kesaksiannya.- Kesaksian itu dilakukan langsung dimana saksi secara nyata memang melihat peristiwa

pencurian itu, bukan sekedar perkiraan atau dugaan semata. Sedangkan persaksian atas persaksian tidak bisa diterima.

b. PengakuanBila tidak ada saksi, maka hal yang bisa dijadikan istbat justru datang dari pengakuan si

pencuri. Sebagian ulama mensyaratkan bahwa pencuri yang mengaku itu harus seorang yang merdeka dan bukan budak.

Page 11: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

7. Bagian Tangan yang DipotongAl-Quran secara tegas telah menyebutkan bahwa pencuri itu harus dipotong tangannya.

Tapi bagian manakah dari tangan itu yang harus dipotong ? Seluruhnya atau bagian tertentu saja ?

Dalam masalah ini Jumhur Ulama telah sepakat bahwa tangan pencuri yang dipotong adalah hanya bagian pergelangannya saja dan bukan seluruh tangannya. Mereka dalam banyak kitab menuiskan bahwa batas yang dipotong adalah sebatas : ( / / مفصل ر�سغ كوع.Kesemuanya berarti adalah pergelangan tangan .(الزند

Dalilnya yang mereka gunakan adalah :Dari Amru ibn Syu`aib dari ayahnya dari kakeknya tentang kisah pencuri selendang Shofwan bin Umayyah yang dalam hadits itu ada kisah tentang Rasulullah SAW,”Kemudian beliau memerintahkan untuk memotong sebatas tangannya sebatas pergelangan”. (HR .Ad-Daruquthuny)

Dari Ibnu Adi bin Abdillah bin Amru berkata, “Rasulullah SAW memotong tangan seorang pencuri pada pergelangannya”. Begitu juga dalam kasus seorang pencuri terbukti mencuri untuk kedua kali, maka kaki yang dipotong adalah hanya batas bagian pergelangan kaki. 6

Dari Umar ra. bahwa Rasulullah SAW memotong kaki pada bagian pergelangan kaki”. HR. Ibnul Munzir

Dari Ali bin Abi Thalib ra. bahwa Rasulullah SAW memotong kaki pencuri pada pergelangan kaki”. (HR. Al-Baihaqi)

Apabila telah dilakukan pemotongan, maka disunahkan untuk menggantungkan anggota tubuh itu pada lehernya barang sesaat.

Dari Fadhalah bin Ubaid berkata, “Didatangkan kepada Nabi SAW seorang pencuri lalu diperintahkan untuk memotong tangannya lalu diperintahkan untuk digantungkan pada lehernya”.

Selain itu juga dianjurkan untuk mencelupkan bekas pemotongan itu ke dalam minyak yang mendidih agar darahnya bisa segera berhenti 7.

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW dihadirkan seorang pencuri lalu beliau berkata,”Bawalah dan potonglah, kemudian celupkan ke dalam minyak dan bawa kembali kepadaku. Maka setelah selesai dihadapkan kepada beliau dan beliau berkata kepadanya,”Taubatlah kepada Allah”. Pencuri itu menjawab,”Aku bertobat kepada Allah”. Beliau menjawab,”Allah mengampuni kamu”.

8. Hikmah Kerasnya Hukuman PencuriIslam adalah agama yang sangat menghormati hak milik seseorang sebagimana Islam

juga menghargai jiwa manusia. Untuk itu Islam datang untuk melindungi lima kepentingan pokok manusia, yaitu keamanan jiwa, keamanan harta, kebebasan beragama, bebasnya berpikir dan terjaganya kehormatan.

Karena itu menjaga dan memelihara harta manusia merupakan sesuatu yang fundamental dan rnerupakan keperluan asasi bagi rnanusia. Jika tidak ada Islam maka musnahlah harapan terpeliharanya harta benda.

Suatu fenomena historis tentang pemeliharaan harta benda ini terjadi ketika Abu ‘Ubaidah bin Jarrah merasa tidak mampu melindungi penduduk Nashrani, Ia rnengembalikan jizyah (upeti) yang diterimanya kepada penduduk Nashrani tersebut. Ini jelas lahirnya satu era keadilan yang sukar ditemukan dalam sejarah manusia. Dan lahirnya masyarakat baru yang tidak di dapati di dunia sesudah mereka. Yaitu masyarakat yang menjamin seluruh tonggak hidup dan eksistensi manusia.6 Al-Mabsuth 9 : 133, Al-BadaI` 7 : 98, Bidayatul Mujtahid 2 : 443, Hasyiatud Dasuqi 4 : 332, Mughni Al-Muhtaj 4 : 178, Al-Mughni 8 2597 Al-Muhazab 2 : 283, Ghayatul Muntaha 3 : 343

Page 12: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

Bandingkan fenomena tersebut dengan apa yang dilakukan imperialis di negara-negara jajahan. Bandingkan apa yang terjadi di masyarakat Muslim, di mana individu-individunya tidak mengambil harta kecuali dengan haq dan harta manusia tidak diambil kecuali dengan haq dengan masyarakat komunis dan kapitalis modern.

Di dalam masyarakat komunis tidak dibenarkan hak pemilikan. Karena itu hak pemilikan dan hidup jelas diabaikan. Dan di dalam masyarakat kapitalis secara lahiriah menjaga harta manusia, tapi hakikatnya ia mencuri harta tersebut dengan jalan riba, penimbunan, eksploitasi, menghancurkan hak-hak kaum fuqara’ dan orang-orang miskin dan melakukan jalan culas yang keji.

Harta manusia tidak akan dapat terpelihara oleh manusia kecuali dengan Islam. Islam tidak akan memberikan harta kepada siapapun dengan cara zhalim dan tidak akan mengambil harta dengan cara zhalim pula. Jadi tidak akan ada manusia yang terzhalimi dalam masyarakat Muslim.

Dan mempertahankan harta yang dimiliki dari perampasan dan pencurian adalah hak seorang muslim. Bahkan kalaupun harus beresiko nyawa sekalipun. Dari Abi Hurairah berkata bawah Rasulullah SAW bersabda ketika seseorang bertanya,”Ya Rasulullah, bagaimana bila seorang merampas hartaku ?”. “Jangan berikan !”. “Bagaimana bila dia mau membunuhku ?”. “Bunuhlah dia !”. Bagaiman bila aku malah terbunuh ?”. “Bila kamu terbunuh maka kamu mati syahid karena mempertahankan hartamu”. “Bagamana bila aku berhasil membunuhnya ? “. “Dia masuk neraka”. (HR. Muslim dan Ahmad).

Rasulullah SAW bersabda,”Siapa yang mati karena mempertahankan hartanya maka dia mati syahid.Dan siapa yang mati karena mempertahankan kehormatannya maka dia mati syahid”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan Allah SWT berfirman : Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosapun atas mereka.(QS. As-Syuro : 41).

9. Mitsqal, Waznu Sab’ah dan Ukuran Uang Jaman Nabi   SAW

29JAN

Page 13: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

ط# و ال .10 س% ان ب#ال%ق# يز ال%م# ك%ي ال و % ال%م# وا و%ف3و%م# أ ي ا ق و

ض# ر%ا% ف#ي األ ي اءه3م% و ال ت ع%ث و% % النEاس أ ش% وا س3 ت ب%خ

د#ين س# م3ف%Dan Syu’aib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan

adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan

janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.

[QS 011:085]

72 Butir gandum ukuran sedang utuh organik yang digunakan sebagai bahan penelitian dan kajian

berat terhadap Dinar dan Dirham.

Pada masa Nabi sudah dikenal beberapa istilah pengukuran antara lain:

Mitsqal, Auqiyah/Uqiyah, Nasy, Nuwah, Qirath (قيراط) dan Habbah-sya’irah ( ة�" ب ح�

ة� ع�ير� Dirham dan Dinar ,(دانيق) juga Daniq (ش�

A. Mitsqal (  ال ث%ق ( م#Mitsqal secara bahasa artinya ‘berat’ (Lihat QS 099:007-008). Maka 1 mitsqal

adalah satu satuan berat atau berat dasar yang jadi batu ukuran berat-berat

lainnya. Mitsqal sendiri ditakar beratnya menggunakan biji gandum ( ة� ع�ير� ش� "ة� ب yaitu (ح�

biji gandum Barley yang memang digunakan di Tanah Arab dan Romawi.

Ditetapkan bahwa berat 1 Mitsqal setara dengan 72 biji gandum yang dipotong

kedua ujungnya.

Mitsqal merupakan berat yang diketahui umum setara dengan 22 qirath (قيراط)

sesuai berat Solidus. Ada yang mengatakan 21 3/7 qirath (22 qirath dikurangi 1 biji

yang dipotong kedua ujungnya). Qirath sendiri diartikan sebagai ‘biji kacang polong

(carob)’ atau ‘satuan kecil’ dan mungkin berasal dari kata Yunani

κεράτιον (keration).

Page 14: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

11. A.1 Gram: Pengukuran Hari IniPenggunaan satuan ukuran berat gram sebagai satuan berat mulai digunakan tahun

1586M dan ditetapkan standarnya 20 Mei 1875 (lihat Metric System) dan diadopsi

oleh International System of Unit. Dan ditetapkan bahwa

1 gram (g) = 15.4323583529 biji gandum utuh (gr) atau

1 biji gandum = 64.798 91 mg = 1 biji gandum (gr) = 0.06479891 gram (g)

Untuk lebih jelasnya lihat Konversi unit

Sedangkan biji gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya akan

mendapatkan berat  0.061713247619047625 gram

12. A.2 Konversi Berat Tradisional Dasar (Mitsqal) ke Gram

Maka perhitungan syar’i konversi berat tradisional uang ke gram adalah sebagai

berikut

1 mitsqal = 1 dinar

Berat 1 mitsqal = 72 biji gandum dipotong kedua ujungnya ≈ 68-69 biji gandum

utuh

o Penghitungan berat ke gram dengan cara penimbangan 72 biji gandum ukuran

sedang dan dipotong kedua ujungnya dilakukan di Bandung, pada Hari Sabtu, 12

Shafar 1432H bertepatan 16 Januari 2011 dan menghasilkan sebagai berikut

Berat 1 mitsqal = 4.443353828571429 gram

o Konversi ke gram dengan cara penghitungan standar 68 biji gandum utuh

didapatkan 4.40632588 gram; Konversi ke gram dengan cara penghitungan standar

69 biji gandum utuh didapatkan 4.47112479 gram.  Maka:

Berat 1 Mitsqal adalah antara 4.40632588 - 4.47112479 gram

o Mengikuti pendapat Imam Al-Maqrizi [lihat Imam Al-Maqriziy, Ighatsat al-Ummah

bi-Kasyf al-Ghummah:   Syudzur al-Uqud fii Dzikr al-Nuqud  - المقريزي - االمة ,[اغاثة

beliau mengatakan bahwa 1 mitsqal adalah 22 qirath dikurangi satu biji atau 21 3/7

qirath. Secara umum berat 1 qirath adalah = 200 mg; Sedangkan qirath di Mesir

adalah 196 mg sedangkan yang ada di Syria beratnya adalah 212 mg; Sedangkan di

Arab 2% lebih kecil dari qirath Syria jadi beratnya adalah 207.76 mg (Lihat Carat)

maka

1 mitsqal = 21 3/7 x 207.76 mg = 4451.999… mg = 4.452 gram

Dikutip dari Islam Hari Ini:  Menurut Ibnu Khaldundalam Muqaddimah   ( المقدمه )

”…… Ketahuilah bahwa ijma sejak permulaan Islam dan masa Para Nabi dan Rasul, masa Nabi Muhammad, Khulafa’ur-Rasyidun, para sahabat-sahabat serta tabi’in, tabi’it tabi’in bahwa Dirham yang sesuai syariah adalah yang sepuluh kepingnya seberat 7 Mistqal (Dinar) emas. Berat 1 Mistqal emas adalah 72 butir gandum, sehingga Dirham

Page 15: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

yang nilainya 7/10 setara dengan 50 dan 2/5 butir. Ijma telah menetapkan dengan tegas seluruh ukuran ini….”

: بالحبوب وزنه وقطع  أما تقشر لم متوسطة شعير حبة وسبعين اثنتين بزنة الشرعي الدينار وزن الفقهاء أكثر قدر فقدامتد ما طرفيها من

Demikian pula menurut ’Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman ad Dimasyqi

dalam Fiqih 4 Madzhab [Rohmat al-Ummah: Al-Fiqhu 'ala Madzahibi Al-Arba'ah],

menyatakan bahwa :

Berdasarkan wahyu Allah, Emas dan Perak harus nyata dan memiliki ukuran dan penilaian tertentu (untuk zakat dan lainnya) yang mendasari segala ketentuannya, bukan atas sesuatu yang tak berdasarkan syari’ah (kertas dan logam lainnya). Ketahuilah bahwa terdapat persetujuan umum (ijma) sejak permulaan Islam dan masa Para Nabi dan Rasul, masa Nabi Muhammad, Khulafa’ur Rasyidun, Sahabat serta tabi’in, tabi’it tabi’in bahwa dirham yang sesuai syari’ah adalah yang sepuluh kepingnya seberat 7 mitsqal (bobot dinar) emas. Berat 1 mitsqal emas adalah 72 butir gandum, sehingga dirham yang bobotnya 7/10-nya setara dengan 50+2/5 butir. Ijma telah menetapkan dengan tegas seluruh ukuran ini.Lihat juga Kitab Adh-Dharaib Fi As Sawad, halaman 65.

 

B. Perhitungan Denarius dan Drachma ke dalam Dinar dan

Dirham ( سبعة وزن )Troy-ounce (ozt) adalah standar berat yang umum digunakan sebagai berat logam

mulia (precious metal) seperti emas batangan dan koin di Dinasti Romawi, Yunani

dan Persia yang diadopsi dari masa-masa sebelumnya. Berat ini digunakan untuk

keping Denarius dan Drachma. Perlu dicatat bahwa

istilah Denarius danDrachma (sedang di Persia disebut Drahm dan 1/6 drahm itu

adalah 1 Danake atau daniq dalam bahasa Arab) didasarkan pada mata uang yang

sudah digunakan pada sejak jaman Fir’aun Mesir awal atau sebelumnya yaitu pada

jaman Nabi Jacob AS dan Jusuf AS. Perlu dicatat bahwa Peradaban Fir’aun di Mesir

telah menjalin hubungan dagang dengan Nusantara, terutama ekspor impor

Kapur/Kamfer untuk pengawet Mumi dari Barus, diperkirakan sejak 3,000 SM ada

pula yang beranggapan sejak 5,000 SM. Mengenai ukuran kurensi historis lihat link

ini.

Rasulullah SAWA kemudian mengadopsi berat Denarius Romawi tanpa perubahan

yaitu 20 qirath.

Page 16: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

Sedangkan untuk koin Drachma perak yang diambil dari Persia terdapat 3

jenis, Rasulullah SAW melakukan penyesuaian terhadapnya. Tiga jenis Drachma

dengan ukuran berat yang berbeda-beda, yakni:

1. Drachma besar 20 qirath (disebut juga Dirham Kibar); Dirham ini beratnya hampir

1 mitsqal atau sama dengan 1 mitsqal. Disebut Dirham Baghliyahatau As-Su’ud Al-

Wafiyah atau Sauda’ Wafiyah.

2. Drachma kecil 10 qirath (disebut juga Dirham Shighar); Dirham ini disebut juga

Dirham Thibriyah atauThabariyah ‘Utuq karena berasal dari daerah Thibristan

sebelah selatan Laut Caspienne (Qazwin).

3. dan Drachma sedang 12 qirath (disebut juga Dirham Wasath); Dirham ini disebut

juga Dirham Jawariqiyahkarena berasal dari Jurqan, sebuah tempat di Isfahan. (Al

Baghdadi, Serial Hukum Islam : Penyewaan Tanah Lahan, Kekayaan Gelap,

Ukuran Panjang, Luas, Takaran, dan Timbangan. Al Ma’arif. Bandung, 1987; Lihat

juga Al Maqrizi, االمة (اغاثة

Kemudian ketiganya dirata-ratakan kadar beratnya.

sehingga

 

Formula 14/20 ini setara dengan 7/10 yang merupakan prinsip waznu sab’ahyang

sesuai dengan standar kuno yang digunakan sejak jaman Nabi Yusuf AS(Menteri

Keuangan Mesir) yang menetapkan kembali dinar/dirham sesuai dengan

standar Raqim (� ق�يم dari jaman Nabi Idris AS (LihatQS (الوريق) dan Wariq (الر"

018:009) [Abul Walid Muhammad bin Ahmad bin Rasyad Al-Qurthubi (w.450

H), Bab Kitab Zakat Adz-Dzahab Wa Al-Waraq, Beirut-Libanon: Penerbit Darul

Gharbi Al-Islami, Cet.2, tahun 1988, Jilid 2, halaman 355- 422].

Nabi Idris AS (Hermes) adalah Nabi pertama yang menemukan penambangan emas

dan perak, memiliki kejujuran yang tinggi dalam mencetak mata uang Islam,

yaitu Raqim dan Wariq, hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Maryam [019]:

056; Juga dijelaskan dalam Surah Al-Anbiya’ [021]: 085. Nabi Idris AS sebagai

penemu Mata Uang pertama Islam, yaitu mata uang emas dan perak, sebagaimana

diriwayatkan oleh Wahhab bin Munabbih dalam Kitab Qishotul Anbiya’, karya Ibnu

Katsir.

Jadi ditemukan bahwa ada rumusan

1 Troy ounce = 7 Mitsqal = 10 Dirham = 31.1034768 gram

Mengenai konvergensi tersebut lihat riset sebelumnya di sini

Perhitungan wazn sab’ah tersebut akan tepat sama jika menghitungnya

berdasarkan biji gandum

1 Mitsqal = 1 Dinar = 72 butir biji gandum

Page 17: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

1 Dirham = 50+2/5 butir gandum

Berat 7 Dinar = Berat 10 Dirham

7*72 = 10*(50+(2/5))

 

Mengenai sejarah standar tersebut lihat di Islam Hari Ini (dokumen sejarah

bisadidownload di sini) serta Islamic Mint Nusantara:

o Standarisasi Dinar dan Dirham pada masa Rasulullah SAW konvergen dengan

ukuran Raqim dan Wariq yang sudah berlaku pada masa Nabi Idris sampai Nabi

Ishaq AS, dan berlaku pula pada kadar Dinar dan Dirham pada masa Nabi Ya’qub

AS dan Nabi Yusuf AS (sebagai catatan perhatikan pulasejarah koin Yahudi).

Demikian sampai jaman Nabi Muhammad SAW.

o Ukuran ini adalah ukuran yang telah disepakati oleh Jumhur Ulama’ dalam

menentukan nisab zakat. Bahwa: nisab zakat harta yang harus ditarik sebanyak 20

Dinar untuk Zakat Emas dan 200 Dirham untuk Zakat Perak haul satu tahun. [Lihat

'Allammah Abdurrahman bin Muhammad Ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Madzhab, Bab

Zakat Emas dan Perak]

1. Imam Ja’far AS berkata: “Pada setiap 20 Dinar Emas, zakatnya ialah setengah

Dinar. Jika kurang dari itu maka tidak ada zakat”. Dinar yang dimaksud adalah

Dinar Emas 24 Karat. [Kitab Fiqih Imam Ja'far Shodiq, hal. 329]

2. Imam Abu Hanifah mengatakan: عشرين كانت فإذا صدقة الذهب من مثفاال عشرين دون فيما ليس

مثاقيل أربعة دون فيما وليس قيراطان مثاقيل أربعة كل في ثم مثقال نصف ففيها الحول عليها وحال مثقاال

حنيفة  صدقة أبي عند – “Pada setiap 20 Dinar Emas, zakatnya ialah setengah Dinar. Jika

kurang dari itu maka tidak ada zakat, Dan emas tersebut harus mencapai satu

tahun (haul)”. Dinar yang dimaksud adalah Dinar Emas 24 Karat.” [Kitab Fiqih

Imam Abu Hanifah, hal. 119]

3. Imam Malik ibn Anas mengatakan: ربها ويملكها مثقاال عشرين يبلغ حتى الذهب في الزكاة تجب ال

حبوب من حبة وثالثون ست الدرهم ومبلغ كيال ال عددا درهمان المثقال وزنة كامال الممتلئة  حوال الشعير

والنقصان الزيادة في االعتدال حد عن الخارجة غير ,Pada setiap 20 Dinar Emas“ – .المتوسطة

zakatnya ialah setengah Dinar. Jika kurang dari itu maka tidak ada zakat, Dan emas

tersebut harus mencapai satu tahun (haul)”. Dinar yang dimaksud adalah Dinar

Emas 24 Karat” [Kitab Fiqih Al-Kafi Fii Fiqhi Ahlil Madinah, Bab Zakat Emas, Imam

Malik, hal. 285]

4. Berkata Imam Syafi’i:  الذ"ه�ب� في ليس �ن" أ في �ف�ا �ال ت اخ� �م� �ع�ل أ � و�ال قال اف�ع�ي الش" أخبرنا قال �يع� ب الر" أخبرنا

فإذا � �ق�اال م�ث ر�ين� ع�ش� �غ� �ل �ب ي حتى �اة�  ص�د�ق�ة& ك الز" ف�ف�يه�ا � �ق�اال م�ث ر�ين� ع�ش� �غ�ت� �ل ب – “Pada setiap 20 Dinar Emas,

zakatnya ialah setengah Dinar. Jika kurang dari itu maka tidak ada zakat, Dan emas

tersebut harus mencapai satu tahun (haul)”. Dinar yang dimaksud adalah Dinar

Emas 24 Karat.” [Kitab Fiqih Al-Umm Imam Asy-Syafi'i, vol. 2, hal. 40]. Dikatakan

pula koin yang kadarnya kurang dari murni disebut nuqud.

5. Berkata Imam Ahmad ibn Hanbal:  ربع وفيها درهم مائتا الفضة ونصاب مثقاال عشرون الذهب نصاب

ثلث نقص وإن الزكاة وجبت وحبتين كحبة غالبا يضبط ال نقصا النصاب نقص فإن بحسابه زاد وفيما العشر

روايتين فعلى Pada setiap 20 Dinar Emas, zakatnya ialah setengah Dinar. Jika“ – .مثقال

Page 18: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

kurang dari itu maka tidak ada zakat, Dan emas tersebut harus mencapai satu

tahun (haul)”. Dinar yang dimaksud adalah Dinar Emas 24 Karat.” [Kitab Fiqih Al-

Muharrir Imam Hanbali, vol. 1, hal. 217]

o Sunnah Dinar dan Dirham ini kemudian diikuti oleh para Khulafâ’ur Rasyidun yang

berlangsung selama 30 tahun, yaitu sejak tahun 11 H sampai 40 H [Muhammad,

Quthub Ibrahim, Kebijakan Ekonomi Umar Bi Khaththab (As-Siyâsah al-Mâliyah li

‘Umar ibn al-Khaththâb), Terj. Safarudin Saleh, Jakarta: Pustaka Azzam, 2003]

o Selaras pula dengan standar Majapahit yaitu 1 Ma (Masa) yang beratnya 2.2 gram

yang setara ½ mitsqal [700 Tahun Majapahit]

o Standarisasi Dinar dan Dirham di atas juga dijaga tradisinya pada Dinasti Bani

Umayyah, berjalan selama 92 tahun, sejak tahun 40 H sampai 132 H, dengan 14

orang Khalifah. [Bersumber pada kitab berikut ini: Al-Bidaayah Wan Nihaayah, Ibn

Katsir; Tarikh Khulafa’, As-Suyuthi; Tarikh Bani Umayyah, Al-Mamlakah Su’udiyyah;

Tarikh Islamy, Ibn Khaldun; Sejarah Bani Umayyah, Muhammad Syu’ub, Penerbit

PT.Bulan Bintang]

o Standarisasi Dinar dan Dirham di atas juga dijaga tradisinya pada masa Dinasti

Bani ‘Abbasiyyah, berjalan selama 518 tahun, sejak tahun 132 H sampai 656 H,

dengan 37 orang Khalifah. [Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa`, Sejarah Para

Penguasa Islam, Jakarta: Al-Kautsar, 2006.]

o Standarisasi Dinar dan Dirham di atas juga dijaga tradisinya pada masa Kerajaan-

Kerajaan Kecil (Mulukut Thawâif), baik di benua Timur maupun di benua Barat

(Andalusia) yang masuk menyelusup di masa Bani ‘Abbasiyyah, yaitu dari tahun 321

H sampai 685 H berjalan selama 350 tahun. [Ahmed, Akbar S., Citra Muslim:

Tinjauan Sejarah dan Sosiologi, Pentj: Nunding Ram dan Ramli Yakub. Jakarta:

Erlangga, tt.; Ahmed, Akbar S. Rekonstruksi Sejarah Islam di Tengah Pluralitas

Agama dan Peradaban, Pentj: Amru Nst. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2003;

Armstrong, Karen, Sepintas Sejarah Islam, Pentj: Ira Puspito Rini, Surabaya: Ikon

Teralitera, 2004; Hamur, Ahmad Ibrahim. Al-Hadhârah al-Islâmiyyah, t.p, 2002;

Himayah, Mahmud Ali, Ibnu Hazm: Biografi, Karya, dan Kajiannya Tentang Agama-

agama, Jakarta: Lentera Basritama, 2001; Hitti, Philip K. History of The Arabs,

Pentj: Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,

2010; Khalîfah, Muhammad Muhammad dan Zaki Ali Suwailim. Al-Adab al-‘Arabî wa

Târikhuh, Kairo: al-Ma‘âhid al-Azhariyyah, 1977; Lubis, Nabilah, al-Mu‘ayyan fi al-

Adab al-‘Araby wa Târikhuhu, Ciputat: Fakultas Adab dan Humaniora, 2005; Syalbî,

Ahmad, Mausû‘ah al-Târikh al-Islâmî wa al-Hadhârah al-Islâmiyyah, Kairo:

Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyyah, 1979; Sunanto, Musrifah. Sejarah Islam

Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004;

Urvoy, Dominique, Perjalanan Intelektual Ibnu Rusyd, Pentj: Achmad Syahid,

Surabaya: Risalah Gusti, 2000; Utsman, Ahmadi dan Cahya Buana,al-Adab al-‘Arabî

fî al-‘Ashr al-‘Abbâsî wa al-Andalûsî wa ‘Ashr al-Inhithâth, Ciputat: Fakultas Adab

dan Humaniora, 2010.]

o Standarisasi Dinar dan Dirham di atas juga dijaga tradisinya pada masa Turki

Utsmani, berjalan selama 666 tahun, sejak tahun 687 H sampai 1343 H (1924 M)

Page 19: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

dengan 38 orang Sultan yang berpusat di Istanbul (Kontantinopel). [Leslie

Peirce, “The Imperial Harem: Women and Sovereignty in the Ottoman Empire and

Morality Tales: Law and Gender in the Ottoman Court of Aintab”; Asy-Syalabi, Ali

Muhammad (25 Desember 2010), Bangkit dan Runtuhnya Khilafah

‘Utsmaniyah, Pustaka Al-Kautsar, hlm. 403-425; Mufradi, Ali (25 Desember

2010), Kerajaan Utsmani dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, PT. Ichtiar Baru

van Hoeve. hlm. 236-246; An-Nabhani, Taqiyyuddin (25 Desember 2010), Ad-

Daulatul Islamiyyah, Darul Ummah, hlm. 139; Musthafa, Nadiyah Mahmud (25

Desember 1996), Al-’Ashrul ‘Utsmani minal Quwwatul Haimanah ila Bidayatul

Mas’alatusy Syarqiyyah, Al-Ma’hadul ‘Alami lil Fikrul Islami. hlm. 94; Marjeh,

Maufaq Bani (25 Desember 1996), Shahwatur Rajulul Maridh au as-Sulthan ‘Abdul

Hamid ats-Tsani wal Khilafatul Islamiyyah, Darul Bayariq. hlm. 42; Harb,

Muhammad (25 Desember 1998), Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II, Darul

Qalam. hlm. 68; Noer, Deliar (25 Desember 1973), Gerakan Modern Islam di

Indonesia 1900-1942, LP3ES, hlm. 242; Suryanegara, Ahmad Mansur (25 Desember

1998), Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, Mizan.

hlm. 227]

o Bahkan pada masa Sultan Muhammad II Al-Fatah (Sultan Ke-7 dari Kesultanan

Turki Utsmani), tahun 855H/ 1451M, Dinar dan Dirham dibawa oleh Duta

Muballigh Islam yang dikenal dengan “Walisongo” melalui perdagangan bersistem

Dinar Dirham di Wilayah Nusantara (Asia Tenggara). [KH.Moehammad

Dahlan, Haul Sunan Ampel Ke-555,hal. 1]

o Dalam catatan Syekh Muhyiddin Khayyat dan Jarji Zaidan menyebutkan bahwa:

Standarisasi Dinar dan Dirham di atas juga dijaga tradisinya di beberapa negara-

negara Islam, seperti Kesultanan Umayyah di Andalusi Eropa, mulai tahun 138 H =

755M sampai 407 H/ 1016 M. Juga diterapkan di Kesultanan Fathimiyyah di Afrika

Utara dan Mesir sejak tahun 279 H/ 909 M sampai 567H/ 1171M, juga diterapkan

di Kesultanan Ayyubiyyah di Mesir dan Syiria sejak tahun 567H/1171 M sampai

657H/1260 M, juga diterapkan di Kerajaan Geznewiyah di Afghanistan dan India

sejak tahun 366 H/976M sampai 579H/1183M. Dan di Kesultanan Mongolia di India

sejak tahun 932H/1526M sampai 1274 H/1857M. [Syekh Muhyiddin Khayyat dalam

“Durusut Tarekh Al-Islamiy” Juz V, dan Catatan Jarji Zaidan dalam Tarekh

Tamaddun Al-Iskamiy, Juz III]

Bersabda Rasulullah SAW

; ;ر =م ع Aن? اب Aع;ن Dاو=س ط; Aع;ن ; ;ة Aظ;ل ح;ن Aع;ن ;ان= ي Aف س= ;ا ;ن ث LMح;د ;ال; ق DمAي; =ع ن =و ب Rأ ;ا ;ن ث LMح;د ;ال; ق Aم;ان; ;ي ل س= Aن= ب ;د= م Aح Rأ ;ا ;ن ;ر خAب Rأ  = ه LM الل LMى ل ص; ?Mب?ي LM الن Aع;ن ; ة LMك; م هAل? Rأ و;زAن= ;زAن= Aو و;ال ;ة? ;د?ين Aم ال هAل? Rأ ;ال= ي Aم?ك ;ال= ي Aك? Aم ال ;ال; ق م; LM ل و;س; Aه? ;ي ;ل ع

Dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Takaran (yang benar) itu ialah takaran penduduk Madinah, dan timbangan (yang benar) itu ialah

Page 20: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

timbangan penduduk Makkah.” (Sunan Nasa’i: 2473 lihat juga 4517; Muwatta 1374; Sunan Abi Dawud 2899)

 

C. Konversi untuk satuan lain ke dalam Gram

Setelah mengetahui mitsqal konversinya ke dinar dan ke dirham, maka juga

diketahui pula konversinya ke gram. Sedangkan ukuran-ukuran lain dapat diketahui

yaitu:

Tabel C.1 Konversi Satuan Dinar

Tabel C.2 Konversi Satuan Dirham

Demikianlah ukuran-ukuran tersebut dikonversi ke dalam gram.

 

D. Aplikasi Penggunaan Dinar dan DirhamAda beberapa aplikasi/fungsi penggunaan dinar/dirham di antaranya

1. Dalam QS 009:034, Allah melarang manusia menimbun emas dan perak. Yang

dimaksud menimbun (al-kanz) adalah menyimpan tanpa adanya hajat. Tetapi

menyimpan untuk suatu tujuan, misalnya tabungan (al-iddikhar) atau simpanan haji,

memperbaiki rumah, persiapan mahar nikah, diperbolehkan. Oleh karena itu dinar

maupun dirham dapat digunakan sebagai pelindung nilai (store of

Page 21: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

values) dengan tujuan tertentu. Emas dan perak sebaiknya ditasharufkan atau

disirkulasikan dan diedarkan/dipertukarkan dalam muamalat.

2. Sebagai alat tukar dalam muamalat (sharf) yaitu sebagai alat pembayaran (mean

of payment) baik dalam perdagangan maupun di pasar. Dinar dan dirham telah

digunakan sebagai alat tukar sejak jaman Nabi Yusuf AS. Rasulullah SAW mentaqrir

penggunaan dinar dan dirham di pasar. Diriwayatkan dari Abi Bakrah RA, bahwa

Rasulullah SAW bersabda, “Rasulullah SAW melarang jual beli perak dengan perak

dan emas dengan emas kecuali dengan nilai setara (sama nilainya). Beliau

membolehkan kita membeli perak dengan emas menurut kehendak kita, serta

membolehkan kita membeli emas dengan perak menurut kehendak kita.”(HR.

Bukhari dan Muslim). Selain itu dinar dan dirham juga sebagaimedium of

exchange dengan alat pembayaran yang setara seperti mata uang lainnya yang

berbasis emas ataupun perak.

3. Dinar dikatakan sebagai mitsqal karena fungsinya sebagai standar atauunit of

account yang bersifat tetap (fixed).

4. Sebagai Mahar dan maskawin. Sebagaimana dicontohkan oleh sahabat

‘Abdurrahman ibn Auf, beliau menikah dengan mahar satu nuwat emas (emas yang

beratnya setara 5 dirham atau setara dengan 7.143 dinar) [lihat Musnad Ahmad

13361; Sahih Muslim 2557; Sunan Darimi 2107; Sunan Nasa'i 3319; Sahih Bukhari

5907; Muwatta 999; Sunan Abi Dawud 1804; dll]. Perhatikan hadits berikut: Abu

Salamah Ibnu Abdurrahman r.a berkata: Aku bertanya kepada ‘Aisyah

r.a: “Berapakah mas kawin Rasulullah SAW? Ia berkata: ‘Mas kawin beliau kepada

istrinya ialah dua belas uqiyyah dan satu nasy’. Ia bertanya: ‘Tahukah engkau apa

itu nasy?’ Ia berkata,‘Aku jawab: Tidak’. Aisyah berkata: ‘Setengah uqiyyah, jadi

semuanya lima ratus dirham’.” (HR. Muslim)

5. Sebagai alat pembayaran zakat harta. Rasulullah SAW menyatakan nisab zakat

emas adalah 20 Dinar [Sunan Ibn Majah 1781; Muwatta 528] atau setara 5 Awqiyah

[Musnad Ahmad 13646 & 10606]. Sedangkan nisab zakat perak adalah 200 Dirham

[Sunan Darimi 1573; Musnad Ahmad 673, 1170; Sunan Abi Dawud 1343] atau

setara 5 Wasaq [Sunan Darimi 1579]

6. Sebagai media membayar sedekah dan infaq. Sedekah tidak dibatasi dengan

memberikan uang, tetapi infaq biasanya berbentuk uang. “Timbanglah rambut

Husain dan bersedekahlah dengan berat rambut tersebut dengan (Dirham) perak

dan berikanlah kaki akikah kepada suatu kaum.” (HR. Baihaqi dari Ali bin Abi

Thalib).

7. Islam mewajibkan pembayaran diyat dengan emas dan perak, serta menentukan

ukuran tertentu untuk masing-masingnya. Diyat berupa emas besarnya 1000 dinar,

sedang diyat berupa perak besarnya 12.000 dirham. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas

RA, bahwa pernah seorang laki-laki dari kabilah Bani Ady terbunuh. Lalu Nabi SAW

menetapkan bahwa diyatnya adalah sebesar 12.000 dirham. (HR. Ashabus Sunan).

Diriwayatkan dari Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm dari bapaknya dari

kakeknya, bahwa Rasulullah SAW telah menulis surat kepada penduduk Yaman.

Dalam surat itu Rasulullah SAW bersabda, ”Bahwa dalam jiwa seorang

Page 22: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

mu`min (yang terbunuh) ada diyat 100 ekor unta… Dan bagi yang mempunyai

dinar, (diyatnya) 1000 dinar.” (HR. An Nasa`i)

8. Islam mewajibkan potong tangan dalam kasus pencurian. Islam telah menentukan

kadar minimal nilai harta yang dicuri supaya hukum potong tangan dapat

diterapkan, yaitu seperempat dinar, atau 3 (tiga) dirham. Diriwayatkan dari ‘Aisyah

RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidak dipotong tangan pencuri kecuali

dalam (barang senilai) seperempat dinar atau lebih.” (HR. Khamsah)

Dari beberapa catatan fungsi Dinar dan Dirham maka sebaiknya nominal

Dinar/Dirham yang dicetak adalah sebagai berikut

Tabel D.1 Denominasi Dinar

Tabel D.2 Denominasi Dirham

 

E. Beberapa Istilah dalam UangDawud (1999, 3) dan Syabir (1999, 175) menyebut ada 3 istilah yang mengacu pada

‘uang’ yaitu nuqud, atsman dan fulus. Ada pula istilah ‘umlah yang artinya mata

uang.

Page 23: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

13. E.1 Nuqud (نقود)Nuqud (bentuk jamak dari naqd). Para ulama berbeda pendapat dalam merumuskan

pengertian nuqud. Al-Sayyid ’Ali (1967, 44) mengartikannya dengan “semua hal

yang digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi, baik Dinar emas,

Dirham perak maupun fulus tembaga.” Sementara Al-Kafrawi (1407, 12)

mendefinisikannya dengan “segala sesuatu yang diterima secara umum sebagai

media pertukaran dan pengukur nilai”.

Sementara itu, Qal’ah Ji (1999, 23) mengemukakan definisi yang memberikan

penekanan pada aspek legalitas di samping juga memperhatikan aspek fungsi

sebagaimana definisi di atas. Ia mengatakan, “nuqud adalah sesuatu yang dijadikan

harga (tsaman) oleh masyarakat, baik terdiri dari logam atau kertas yang dicetak

maupun dari bahan lainnya, dan diterbitkan oleh lembaga keuangan pemegang

otoritas.” Atas dasar definisi ini ia berpendapat, seandainya masyarakat dalam

melakukan transaksi menggunakan unta sebagai alat pembayaran, unta tersebut

tidak dapat dipandang sebagai uang (nuqud) melainkan hanya

sebagai badal (pengganti) atau ‘iwadh (imbalan). Hal itu karena sesuatu yang

dipandang sebagai uang harus memenuhi sekurang-kurangnya dua

syarat. Pertama, substansi benda tersebut tidak bisa dimanfaatkan secara langsung

melainkan hanya sebagai media untuk memperoleh manfaat;

dan kedua, dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki otoritas untuk menerbitkan

uang, yaitu Amir yang sah.

14. E.2 Atsman (أثمان)Atsman (bentuk jamak dari tsaman), dilihat dari sudut bahasa, menurut Al-

Ashfahani (1961,82) atsman memiliki beberapa arti; antara lain qimah, yakni nilai

sesuatu, dan “harga pembayaran barang yang dijual” yakni sesuatu dalam bentuk

apa pun yang diterima oleh pihak penjual sebagai imbalan dari barang yang

dijualnya; sedangkan dalam tataran fiqih, kata itu digunakan untuk menunjukkan

uang emas dan perak;

15. E.3 Fulus (فلوس)Fulus (bentuk jamak fals) digunakan untuk pengertian logam bukan emas dan perak

yang dibuat dan berlaku di tengah-tengah masyarakat sebagai uang dan

pembayaran, misalnya terbuat dari perunggu, tembaga, atau besi.

16. E.4 ‘Umlah (العملة)‘Umlah yang memiliki dua pengertian; pertama, satuan mata uang yang berlaku di

negara atau wilayah tertentu, misalnya ‘umlah yang berlaku di Yordania adalah

Dinar dan di Indonesia adalah Rupiah; kedua, mata uang dalam arti umum sama

dengan nuqud. Namun demikian, para ulama fiqih pada umumnya lebih banyak

menggunakan istilah nuqud dan tsaman dari pada istilah lainnya.

Page 24: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

17. E.5 Sikkah (السكة)Sikkah (bentuk jamaknya adalah sukak) dipakai untuk dua pengertian; pertama,

stempel besi untuk mencap (mentera) mata uang, dan kedua, mata uang dinar dan

dirham yang telah dicetak dan distempel (diotorisasi).

18. E.6 Qirthas (قرطاس)Qirthas adalah uang kertas yang sekarang dipergunakan yang dikenal juga

sebagai legal tender. Uang kertas tidak memiliki nilai tapi ‘dianggap’ bernilai

karena otoritas yang menerapkan nilai itu atasnya. Istilah ini tidak dikenal dalam

fiqh maupun sejarah Islam tapi sudah digunakan sebagai badal/pengganti dari emas

ataupun perak sejak lama (istilahnya underlying value). Namun sejak Kesepakatan

Bretton Woods 1944, kertas menjadi uang (fiat money) dan bukan badal/pengganti

dari emas/perak. Beberapa ulama mengharamkan penggunaan kertas sebagai uang

karena tidak memiliki nilai intrinsik yang dibawa dan hal ini merupakan riba.

Taqiyuddin An-Nabhani dalam Muqaddimah Dustur. t-tp. 1963 atau Muqaddimah

ad-Dustur aw al-Asbâb al-Mujîbah Lahu, Jilid I, (Beirut: Darul Ummah), Cetakan II,

2009 membagi uang kertas (qirthas) ini menjadi 3 yaitu:

1. Nuqud waraqiyah ilzamiyah (inconvertible paper money / fiat money). Yaitu uang

kertas yang tidak ditopang oleh sejumlah emas atau perak, maka menurut An-

Nabhani, ia dinilai berdasarkan substansinya yaitu kertas, bukan nilai nominal yang

ditunjukkannya.

2. Nuqud waraqiyah watsiqah (representative money). Yaitu uang kertas yang dijamin

oleh suatu benda tertentu tetapi bukan emas dan perak, sebagai tanda jaminan

barang tersebut atau dianggap sebagai kertas janji (promising note). Menurut An-

Nabhani, barang yang dimaksud harus dikonversi dengan nilai emas dan perak

yang ada.

3. Nuqud waraqiyah na’ibah (substitution money). Yaitu uang kertas yang

ditopang/dijamin oleh sejumlah emas dan perak. An-Nabhani membolehkan

penggunaannya.

Pendapat An Nabhani (An Nizham Al Iqtishadi fi Al Islam. Darul Ummah. Beirut,

cetakan IV, 1990) mengacu secara umum bagi adanya khilafah. Sedangkan dalam

Islam telah ditetapkan bahwa alat tukar yang syar’i adalah emas dan perak (Abdul

Qadim Zallum, Al Amwal fi Daulatil Khilafah. Darul Ilmi lil Malayin. Beirut, cetakan

I, 1983).

 

F. Kembali ke Al Qurano Nama dinar ( rد#ين ار) disebut dalam QS 003:075. Ayat ini menjelaskan bahwa Dinar

adalah mata uang yang sudah diterapkan lama, dan juga berfungsi penyimpan nilai

(memiliki nilai bawaan genuine).

o Dan dirham (ه#م telah digunakan di Mesir masa Nabi Yusuf AS masih muda (د#ر

terlihat di QS 012:020. Jelas disebutkan bahwa Dirham pada saat itu telah

digunakan sebagai alat pembayaran.

Page 25: Tafsir Ayat Pencurian dan Hukum Potong Tangan

o Sedangkan Emas ( -ada di QS   003:014 ; 003:091; 009:034 (الذ"ه�ب�

35; 022:023; 035:033; 043:035,053,071

o Dan istilah Perak ( �ف�ض"ة� ada di QS 009:034-35 (ال

o Istilah lain untuk diperhatikan adalah Zukhruf ( ف� خ�ر� �ز� ada di QS   017:093 dan (ال

perhatikan pula QS   007:148  yang menunjukkan harta/kekayaan atau uang.

o Dan tentu saja ada istilah harta/kekayaan yaitu Maal ( �م�ال� ,(ال

seperti009:024; 002:247; 010:088; 017:006; 018:034; dll.

o Istilah lain adalah perbendaharaan ( �نز& atau Khazanah [011:012; 011:031]. Juga (ك

mudah ditemukan istilah Maha Kaya (ي� �غ�ن ) Maha Memberi Rejeki ,(ال ق� �ر�ز� .dlsb ,(ال

19. KESIMPULAN1. Standar dinar/dirham didasarkan pada standar kuno sejak Jaman Nabi Idris AS

(sebelum Nabi Nuh AS) dan berlaku sampai hari ini

2. Standar dasar diukur dengan menggunakan bahan makanan pokok yaitu biji

gandum

3. Standar bisa dikonversi ke gram sebagai acuan ukuran yang digunakan hari ini, dan

akurasi standar ke gram perlu penelitian mendalam dan cermat