pert
DESCRIPTION
kurakuraTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam suatu proyek pembangunan, perencanaan aktivitas-aktivitas
produksi merupakan masalah yang sangat penting. Suatu perencanaan diperlukan
dan dipergunakan sebagai pedoman dalam menyelesaikan proyek sehingga proyek
dapat dilaksanakan dengan waktu yang optimal. Tanpa perencanaan yang tepat
maka bukanlah tidak mungkin bila suatu proyek akan mengalami kegagalan yang
akan merugikan perusahaan, misalnya pemborosan waktu dan tenaga kerja yang
mengakibatkan peningkatan biaya.
Oleh karena itu perencanaan yang tepat, sangat diperlukan untuk
menghadapi ketidakpastian, terutama pada saat-saat dimana tingkat ketidakpastian
begitu tinggi sehingga penjadwalan suatu proyek sangat penting supaya proyek
dapat dilaksanakan dengan waktu yang tepat.
Network Planning merupakan salah satu metode manajemen yang dapat
digunakan untuk membantu manajemen dalam perencanaan dan pengendalian
proyek. Terdapat dua metode dasar yang biasa digunkan dalam network planning
yaitu metode lintasan kritis/CPM (Critical Path Method) dan Teknik Menilai dan
Meninjau Kembali Program (Project Evaluation and Review Technique). Namun,
dalam makalah ini, yang akan dibahas adalah metode PERT.
Konsep network PERT ini mula-mula disusun oleh perusahaan jasa
konsultan manajemen Boaz, Allen Hamilton, yang disusun untuk perusahaan
pesawat terbang Lockheed. Kebutuhan penyusunan jaringan ini dirasakan karena
perlu adanya koordinasi dan pengurutan kegiatan-kegiatan pabrik yang kompleks,
yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain.
Salah satu keunggulan dari metode PERT adalah karena metode ini
mempertimbangkan aspek probabilitas dari waktu penyelesaian sebuah proyek
untuk kegiatan-kegiatan yang akan dijadwalkan. Dengan menggunakan tiga
dugaan waktu estimasi, peluang penyelesaian proyek pada tanggal yang
ditetapkan dapat dihitung bersama dengan waktu mulai dan waktu akhir untuk
tiap kegiatan atau kejadian.
1
Dalam makalah ini akan diberikan secara berurutan prosedur dari metode
PERT untuk mendapatkan jalur maksimum dari waktu kegiatan proyek sehingga
dengan kemudian dapat dicari pendekatan peluang penyelesaian proyek.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengelolaan proyek berskala besar membutuhkan suatu perencanaan,
penjadwalan, dan koordinasi jumlah kegiatan yang saling berkaitan. Suatu
prosedur formal yang didasarkan pada penggunaan jaringan kerja dan teknik
jaringan kerja telah dikembangkan terakhir pada tahun 1950-an untuk membantu
kegiatan ini. Prosedur yang paling terkemuka dari yang ada adalah PERT (Project
Evaluation and Review Techniques/teknik eveluasi dan pengulasan proyek).
Aplikasi sistem PERT digunakan mengevaluasi penjadwalan untuk
program penelitian dan pengembangan. Prosedur ini juga digunakan untuk
mengukur dan mengendalikan kemajuan pada sejumlah proyek khusus untuk
jenis-jenis lainnya. Contoh dari jenis proyek ini meliputi program pembangunan,
pemrograman dalam sistem, persiapan dalam penawaran dan proposal,
perencanaan pemeliharaan, dan instalasi sistem computer.
Sistem PERT dirancang untuk :
1. membantu dalam perencanaan dan pengendalian suatu proyek.
2. menentukan peluang suatu kegiatan memenuhi deadline yang ditetapkan.
3. mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang mungkin tertunda sehingga akan
diadakan suatu usaha agar proyek tersebut selesai sesuai dengan jadwal.
4. mengevaluasi perencanaan untuk menghindari penyimpangan dalam
pelaksanaannya.
Sistem jenis-PERT, menggunakan jaringan kerja proyek untuk
memberikan gambaran secara grafis tentang keterkaitan antara unsur-unsur dalam
proyek. Penyajian jaringan kerja dari rencana proyek menunjukan keseluruhan
hubungan berkenaan dengan urutan pelaksanaan tugas. Hal ini diilustrasikan pada
Gambar 1, yang menunjukan jaringan kerja proyek awal dalam membangun
rumah. Jaringan kerja ini menunjukkan bahwa penggalian harus dilakukan
sebelum meletakkan pondasi, dan pondasinya harus selesai sebelum membangun
dinding kasar . Setelah dinding terbentuk terdapat tiga tugas yang dapat dilakukan
secara pararel (pembuatan instalasi listrik, pembuatan saluran air, dan
3
pembangunan atap). Penelusuran lebih jauh terhadap jaringan kerja akan
memperlihatkan urutan dari tugas-tugas berikunya.
Dalam PERT untuk melakukan analisis network, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan :
1. Setiap node mewakili kejadian
2. Sebelum suatu kegiatan dimulai, semua kegiatan yang mendahuluinya
harus sudah selesai dikerjakan.
3. Gambar anak panah menunjukkan urutan-urutan didalam mengerjakan apa
saja.
4. Dua buah kejadian (event) hanya bisa dihubungkan oleh suatu kegiatan
(anak panah).
5. Network hanya dimulai dari satu kejadian awal yang sebelumnya tidak ada
pekerjaan yang mendahuluinya. Di samping itu network diakhiri oleh satu
kejadian saja.Berikut adalah contoh diagram jaringan kerja untuk
pembangunan sebuah rumah
Gambar 1. Diagram Jaringan Kerja Pembangunan Rumah
4
Atap
Dumm
Dumm
Perlengkapan bagian dalam
Selesai
Pengecatan luar
Penghalusan dinding luar
perlengkapan bagian luar
Membuat Pengecatan
Instalasi listrik kasar
Papan
Instalasi pipa leding kasar bagian
Instalasi pipa leding kasar
Dinding Kasar
Fondasi
Galian
Mulai
10
8
13
12
11
9
6
7
5
4
3
2
1
Untuk menyusun suatu network yang bisa memenuhi ketentuan-ketentuan
di atas maka kadang-kadang diperlukan dummy activities atau kegiatan-kegiatan
semu. Setiap busur memiliki peranan ganda dalam mewakili kegiatan dan
membantu untuk menunjukkan hubungan utama antara berbagai kegiatan. Dummy
activity bukan kegiatan yang dianggap sebagai kegiatan, hanya saja tanpa
memerlukan waktu, biaya, dan fasilitas. Sebagai gambaran, perhatikanlah busur
5→ 8 yang menunjukan dummy activity pada Gambar 1 .
Adapun kegunaan dari dummy activity antara lain sebagai berikut :
1. Untuk menghindari terjadinya dua kejadian dihubungkan oleh
lebih dari satu kegiatan. seperti yang diilustrasikan oleh busur
11→12 pada Gambar 1 Satu-satunya tujuan dari busur ini adalah
untuk menunjukkan bahwa pembuatan lantai harus selesai sebelum
pemasangan perlengkapan bagian dalam, tanpa harus membuat dua
buah busur dari simpul 9 menuju simpul 12.
2. Untuk menunjukkan urutan-urutan pekerjaan yang tepat.
Setelah jaringan kerja proyek dikembangkan, langkah berikutnya adalah
melakukan pendugaan (estimasi) waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan.
Nilai estimasi untuk pembangunan rumah dalam contoh yang terdapat pada
Gambar 1, diperlihatkan oleh angka yang dicetak tebal (dalam satuan hari kerja)
yang terdapat di dekat busur pada g
Gambar 2. Waktu ini digunakan untuk menghitung dua nilai dasar bagi
setiap kejadian, yaitu waktu paling awal dan waktu paling lambat.
Waktu paling awal
Waktu paling awal untuk suatu kejadian adalah (estimasi) waktu
paling cepat suatu kejadian untuk memulai suatu kegiatan dengan waktu
normal tanpa mengganggu kegiatan lain.
5
Gambar 2. Diagram jaringan kerja pembangunan rumah
Waktu paling awal diperoleh dengan membuat suatu langkah melalui
jaringan yang dimulai dari kejadian awal menuju kejadian terakhir. Awal dari
suatu proyek harus diberi nilai nol. Proses ini ditunjukkan dalam Tabel 1 untuk
contoh yang ada pada Gambar 1 dan 2. Jika hanya satu kegiatan yang menuju
pada satu kejadian (seperti pada kejadian 2,3,4,5,6,9,10,11 ) maka waktu paling
awal adalah jumlah dari kegiatan sebelumnya dengan waktu yang digunakan
untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Namun, jika dua atau lebih kegiatan yang
terjadi pada satu kejadian (seperti pada kejadian 7,8,12, dan 13), maka waktu
paling awal adalah maksimum dari penjumlahan ini yang meliputi setiap
kegiatan sebelumnya yang menuju pada kejadian tersebut. Hasil dari waktu
6
(38,42)
(29,33)
7
(37,38)(38,38))
8
5
(25,25)
(20,20)
4
(16,16)
(6,6)
10
6
0
0
6
(44,44)
2
9
(22,26)
4 5
7
(33,33)
4
(2,2)
2
(0,0)
10
8
13
1211
9
6
7
5
4
3
2
1
paling awal dituliskan dalam Gambar 2 sebagai yang pertama dari dua nilai yang
diberikan dalam tanda kurung oleh setiap node
Tabel 1: Perhitungan waktu paling awal untuk contoh pembangunan rumah
Kejadian Kejadian Sebelumnya
Waktu Paling`Awal+ Waktu kegiatan
Maksimal = Waktu paling awal
1234567
8
9101112
13
-1234445567899111012
-0 + 22 + 46 + 1016 + 416 + 616 + 720 + 520 + 022 + 725 + 829 + 933 + 433 + 537 + 038 + 238 + 6
02616202225
29
33383738
44
Sumber :Data diolah 2008
Waktu Paling Lambat
Waktu paling lambat untuk suatu kejadian adalah (estimasi) waktu paling
akhir untuk menyelesaikan suatu kegiatan dengan waktu normal, tanpa
mengganggu kelancaran kegiatan-kegiatan yang lain
Pada kasus ini waktu paling lambat diperoleh berturut-turut untuk kejadian-
kejadian dengan membuat suatu jalan balik melalui jaringan kerja, dimulai dengan
kejadian akhir dan kemudian kembali menuju kejadian awal. Proses ini gambarkan pada
Tabel 2 dengan 44 sebagai waktu paling awal . Jika hanya satu kegiatan yang keluar dari
kejadian (seperti pada kejadian 12, 11, 10, 8, 7, 6, 3, 2, dan 1), maka waktu paling lambat
merupakan perbedaan dari waktu paling lambat dari kejadian berikutnya dengan waktu
pada kegiatan tersebut. Namun, jika dua atau lebih kegiatan keluar dari kejadian (seperti
pada kejadian 9, 5, dan 4), maka waktu paling lambat adalah nilai minimal dari
7
perbedaan ini yang meliputi setiap kegiatan-kegiatan sebelumnya pada kejadian tersebut.
Perhatikan Gambar 2 sebagai nilai kedua yang berada di dalam kurung oleh setiap node.
Tabel 2 Perhitungan waktu Paling Lambat Untuk Contoh Pembangunan Rumah
Kejadian Kejadian
Sebelumnya
Waktu Paling`Akhir
+ Waktu kegiatan
Minimal = Waktu paling
akhir
131211109
8765
4
321
-1312131211109887765432
-44-638-044-238-538-442-933-833-733-025-525-726-620-416-106-42-2
4438384233
33252620
16
620
Sumber : Data diolah. 2008
Kelambanan
Misalkan kegiatan (I,j) menunjukkan kegiatan yang berlangsung dari kejadian I
menuju kejadian j dalam jaringan kerja proyek.
Kelambanan (slack) suatu kejadian adalah perbedaan antara waktu paling
lambat dan waktu paling awal. Kelambanan suatu kejadian (I,j) Lj-(Ei+tij) di mana
Lj adalah waktu paling lambat dari kejadian j. Ei adalah waktu paling lambat dari
kejadian i dan tij adalah waktu estimasi dari kegiatan (i,j).
Kelambanan suatu kejadian menunjukkan banyaknya penundaan dalam
mencapai suatu kejadian tanpa menunda penyelesaian proyek dan begitu pun dengan
kelambanan suatu kegiatan menunjukkan banyaknya penundaan mencapai suatu kegiatan
penyelesaian proyek. Cara perhitungan kelambanan ini digambarkan dalam tabel 3 untuk
proyek pembangunan rumah. Gambar 3 menunjukkan hasil akhir dari jaringan kerja
8
proyek setelah kelambanan yang dicatat dalam bagian kiri dari setiap kejadian dan
kegiatan.
Tabel 3 Perhitungan Kelambanan untuk Contoh Pembangunan Rumah.
Sumber : Data diolah. 2008
Kegiatan yang memiliki kelambanan nol adalah kritis. Jika terdapat beberapa
penundaan dalam kegiatan ini maka akan akan terjadi penundaan dalam penyelesaian
proyek.
Lintasan kritis suatu proyek adalah lintasan dalam suatu jaringan kerja sedemikian
sehingga semua kegiatan pada jalur ini mempunyai kelambanan nol.
Jika kita memeriksa kegiatan pada gambar 3 yang memiliki kelambanan nol, kita
menemukan bahwa pada contoh pembangunan rumah memiliki satu lintasan kritis, yaitu
1→2→3→4→5→7→9→12→13, seperti yang terlihat dalam dengan tanda panah yang
ditebalkan. Dengan demikian urutan kegiatan kritis ini harus dilangsungkan untuk
menghindarkan keterlambatan penyelesaian proyek.
Lintasan kritis memiliki beberapa hal yang penting di antaranya adalah sebagai
berikut :
9
Kejadian Kelambanan Kegiatan Kelambanan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
0-0=0
2-2=0
6-6=0
16-16=0
20-20=0
26-22=4
25-25=0
33-29=4
33-33=0
42-38=4
38-37=1
38-38=0
44-44=0
(1,2)
(2,3)
(3,4)
(4,5)
(4,6)
(4,7)
(5,7)
(6,8)
(7,9)
(8,10)
(9,11)
(9,12)
(10,13)
(12,13)
2-(0+2)=0
6-(2+4)=0
16-(6+10)=0
20-(16+4)=0
26-(16+6)=4
25-(16+7)=2
25-(20+5)=0
33-(22+7)=4
33-(25+8)=0
42-(29+9)=4
38-(33+4)=1
38-(33+5)=0
44-(38+2)=4
44-(38+6)=0
1. Jaringan kerja proyek selalu memiliki lintasan kritis dan kadang-kadang memiliki
lebih dari satu lintasan kritis.
2. Semua kegiatan yang memiliki kelambanan nol harus terletak pada lintasan kritis
sebaliknya ada kegiatan yang memiliki kelambanan lebih besar dari nol tidak
dapat terletak pada lintasan kritis
3. Lintasan yang melalui jaringan kerja sedemikian sehingga kejadian pada lintasan
ini memiliki kelambanan nol tidak perlu terdapat pada lintasan kritis karena satu
atau lebih kegiatan pada lintasan dapat memiliki kelambanan lebih besar dari nol.
Gambar 3. Lintasan jalur kritis dengan kelambanannya sama dengan nol
10
4
4
4
4
4
0
(38,42)
(29,33)
7
(37,38)(38,38)
8
5
(25,25)
(20,20)
4
(16,16)
(6,6)
10
6
0
0
6
(44,44)
2
9
(22,26)
4 5
7
(33,33)
4
(2,2)
2
(0,0)
10
8
13
1211
9
6
7
5
4
3
2
1
0
0
1
0
4
0
0
0
20
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Pada Gambar 3 menunjukkan lintasan jalur kritis. Dalam kasus ini,
1→2→3→4→5→7→9→12→13 hanya merupakan lintasan kritis. Kegiatan yang
memiliki kelambanan nol adalah (1,2),(2,3),(3,4),(4,5),(5,7),(7,9),(9,12),dan (12,13) dan
semuanya terletak pada lintasan kritis. Tidak ada kegiatan yang memiliki kelambanan
yang lebih besar dari nol yang terletak pada lintasan kritis. (jika terdapat, maka akan
terjadi penyimpangan pada defenisi lintasan kritis). Kejadian yang memiliki kelambanan
nol adalah 1,2,3,4,5,7,9,12,13 dan semua terletak pada lintasan kritis sedangkan tidak ada
kejadian lain bekerja. Pada lintasan 1→2→3→4→7→9→12→13 yang menyimpang dari
lintasan kritis dengan memasukkan kegiatan (4,7) sebagai pengganti kegiatan (4,5) dan
(5,7). Setiap kejadian pada lintasan ini memiliki kelambanan nol, tetapi lintasan bukan
merupakan lintasan kritis, karena kegiatan (4,7) memiliki kelambanan lebih besar dari
nol.
Untuk menggambarkan jaringan kerja proyek yang memiliki lebih dari satu
lintasan kritis, misalkan waktu estimasi untuk kegiatan (4,6) dalam gambar 3
ditingkatkan dari 6 ke 10. Hal ini menurunkan kelambanan dari 4 ke 0 untuk kegiatan
(6,8), (8,10), dan (10,13), sama halnya pada kejadian 6, 8, dan 10. Untuk itu, lintasan
kritis 1→2→3→4→6→8→10→13 sekarang adalah lintasan kritis yang kedua.
Informasi tentang waktu paling lambat, kelambanan, dan lintasan kritis ini
merupakan informasi yang sangat berharga untuk pengelolaan proyek. Ini
memungkinkan pengelola menyelidiki pengaruh dari perbaikan dalam perencanaan
proyek yang mungkin dilakukan, menentukan dimana usaha khusus harus dilakukan agar
tetap sesuai dalam jadwal, dan menaksir pengaruh ketidaktepatan jadwal.
Tiga-Estimasi PERT
Telah diasumsikan secara implisit bahwa pendugaan yang akurat dapat
dibuat untuk waktu yang dibutuhkan bagi setiap kegiatan dalam proyek. Akan
tetapi terdapat ketidakpastian tentang waktu tersebut, ini akan merupakan suatu
peubah acak dengan sebaran peluang tertentu. PERT menggunakan tiga jenis
estimasi yang berbeda dari waktu kegiatan untuk mendapatkan informasi tentang
sebaran peluangnya. Informasi seluruh waktu kegiatan ini kemudian digunakan
untuk menduga atau mengestimasi peluang selesainya proyek pada waktu yang
dijadwalkan.
11
Tiga estimasi waktu yang digunakan oleh PERT untuk setiap kegiatan
adalah waktu paling mungkin, estimasi optimis, dan estimasi pesimis. Estimasi
paling mungkin (dinotasikan dengan m) dimaksudkan sebagai waktu estimasi
yang paling realistis yang dibutuhkan untuk melakukan suatu kegiatan. Secara
statistic, ini merupakan suatu estimasi modus (nilai tertinggi) dari waktu kegiatan.
Estimasi optimis (dinotasikan sebagai a) dimaksudkan sebagai waktu kegiatan
jika semua hal berlangsung dengan baik. Secara statistic ini merupakan estimasi
batas bawah dari sebaran peluangnya. Estimasi pesimis (dinotasikan dengan b)
dimaksudkan sebagai waktu yang terjadi jika semua hal berlangsung dengan
buruk. Secar astatistic ini merupakan batas atas dari sebaran peluangnya. Lokasi
bagi ketiga estimasi ini untuk ditujukan pada gambar 4
Dua asumsi dibuat untuk mengubah m,a,dan b menjadi estimasi nilai harapan (t t)
dan variansi τ2 dari waktu suatu kegiatan.
Asumsi I : Rentang antara a (estimasi optimis) dan b (estimasi pesimis)
adalah enam kali standar deviasi, yaitu 6τ=b-a. Sehingga variansi waktu
adalah :
τ 2=[ 16(b−a)]
2
Dasar dari asumsi ini adalah bahwa distribusi peluang (seperti halnya
distribusi normal) diperkirakan terdapat pada daerah sekitar tiga kali simpangan
baku dari nilai tengahnya, sehingga akan terdapat rentangan sekitar enam kali
simpangan baku di antaranya.
12
a m b
Untuk mendapatkan estimasi nilai harapan (tt), kita juga membutuhkan
suatu asumsi tentang distribusi peluangnya.
Asumsi II : Distribusi peluang setiap waktu kegiatan merupakan (paling
tidak mendekati) distribusi beta.
Distribusi beta memiliki bentuk seperti pada Gambar 3 dengan satu
modus m dan dua titik akhir (a dan b), di mana diasumsikan 0 ≤ a ≤ b.
Dengan asumsi ini , nilai harapan bagi waktu kegiatan diperkirakan adalah
:
te=¿
13 [2 m+
12(a+b)]¿
Nilai tengah rentang (a+b)/2 terletak antara a dan b, sehingga te merupakan
merupakan rataan dari modus dan nilai tengah rentang. Modusnya diberi bobot
dua per tiga.
Seperti contoh, misalkan bahwa pendekatan tiga estimasi digunakan pada
pembuatan rumah, seperti contoh Gambar 1 di mana tiga estimasi untuk setiap
kegiatan diberikan dalam Tabel 4
Tabel 4 Nilai Harapan dan Variansi Setiap Kegiatan Contoh Pembangunan Rumah
Kegiatan Estimasi Optimis
Estimasi paling
mungkin
Estimasi Pesimis
Nilai harapan te
Variansiτ2
(1,2)(2,3)(3,4)(4,5)(4,6)(4,7)(5,7)(6,8)(7,9)(8,10)(9,11)(9,12)
(10,13)(12,13)
12614345354115
2
312
9
412
512
7124
61298
3818510910119174739
241046757894526
191411111140119
13
4
5122
512
49
Sumber : Data diolah. 2008
Perhatikan Nilai harapan yang diberikan sama dengan waktu yang digunakan
pada gambar 2 dan 3.
Waktu yang sebenarnya yang diperoleh dalam lintasan ini dapat berbeda
dari nilai 44 . Seperti contoh, andaikan setiap waktu kegiatan sama dengan waktu
pesimisnya dapat bertambah sampai 69 hari. Lebih jauh lagi, lintasan yang lain
(1→2→3→4→6→8→10→13) akan menghasilkan lebih banyak waktu yaitu 70
hari. Sehingga, lintasan kritis yang berdasarkan waktu harapan dapat
membutuhkan waktu yang lebih sedikit dari lintasan lainnya.
Asumsi III : Waktu kegiatan secara statistik merupakan variable acak
yang bebas.
Sehingga diasumsikan bahwa waktu kegiatan secara khusus terletak pada
distribusinya tidak mempengaruhi waktu untuk kegiatan lainnya. Dalam kasus
tertentu, asumsi mungkin menyimpang karena kejadian yang tidak diharapkan.
Asumsi IV : Suatu pendekatan mengasumsikan bahwa lintasan kritis
selalu membutuhkan total waktu yang lebih lama dari pada lintasan lainnya.
Dua asumsi ini memberikan pendekatan dari estimasi nilai harapan dan
variansi dari waktu proyek (total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek).
Waktu proyek : Di bawah asumsi IV, waktu proyek sama dengan jumlah
dari waktu kegiatan pada lintasan kritis (berdasarkan waktu yang diharapkan).
Nilai harapan dari jumlah variable acak adalah jumlahan nilai nilai harapannya.
Sehingga waktu proyek yang diharapkan merupakan jumlah dari waktu kegiatan
yang diharapkan pada lintasan kritis. Sedangkan variansi dari jumlah variabel
14
acak adalah jumlah dari variansi dari waktu kegiatan pada lintasan kritis. (lihat
Tabel 5)
Tabel 5 Nilai harapan dan variansi Waktu Proyek untuk Contoh
Pembangunan Rumah
Kegiatan pada lintasan kritis Nilai Harapan Variansi
(1,2)
(2,3)
(3,4)
(4,5)
(5,7)
(7,9)
(9,12)
(12,13)
2
4
10
4
5
8
5
6
19
1
4
49
1
1
1
49
Sumber : Data diolah. 2008
Asumsi V : Distribusi Peluang dari waktu proyek adalah (paling tidak
mendekati) distribusi normal. Untuk mencari peluang penyelesaian proyek sesuai dengan
jadwal dapat dikerjakan dengan transformasi peubah acak normal X menjadi peubah acak
normal Z dengan rataan 0 dan variansi 1, yaitu :
Z= X−μσ
Dasar dari asumsi ini adalah teorema limit tengah (central limit theorem). Di
bawah asumsi 3 dan 4, waktu proyek merupakan jumlah dari variable acak (waktu untuk
kegiatan pada lintasan kritis). Walau pun telah diasumsikan bahwa variable acak
berdistribusi beta, tetapi jumlah dari variable-variabel acaknya bukan distribusi beta.
Sehingga distribusi peluang dari jumlah beberapa variable acak yang bebas mendekati
distribusi normal.
15
Asumsi 3 dan 4 digunakan untuk memperoleh nilai harapan dan variansi. Asumsi
5 untuk mencari probabilitas waktu proyek sehingga lebih sedikit dari jadwal
penyelesaian proyek
Sebagai contoh, dengan rata-rata 44 dan variansi 9, simpangan bakunya adalah
√9=3. Peluang penyelesaian proyek :
Z= X−μσ
¿ 47−443
=1
Sehingga, peluang penyelesaian proyek kurang dari 47 hari yang dijadwalkan dengan
Z=1 mendekati ≈0,84.
16
BAB III
PEMBAHASAN
Soal Halaman 418 Nomor 9.8-14 : Frederick. S. Hiller, 1994
1. Perhatikan jaringan kerja berikut:
Pendekatan tiga dugaan PERT telah dilakukan dan menghasilkan nilai harapan
(dalam bulan) dan variansi waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan
diberikan pada tabel berikut:
KegiatanWaktu kegiatan
Dugaan nilai harapan Dugaan variansi
1→2
1→3
2→4
4
6
4
5
10
8
17
52
4 71
3 6
2→5
3→4
3→6
4→5
4→6
5→7
6→7
8
3
7
5
3
5
5
12
6
14
12
5
8
7
Waktu penyelesaian proyek pada jadwal adalah 22 bulan setelah memulai proyek
a. Dengan menggunakan nilai harapan tentukan lintasan kritis dari proyek!
b. Dengan menggunakan prosedur pada sesi 9.8 carilah pendekatan peluang
bahwa proyek akan diselesaikan sesuai dengan jadwal!
c. Dalam penambahan lintasan kritis ada lima lintasan lain yang melalui
jaringan kerja untuk setiap lintasan ini carilah pendekatan probabilitas
bahwa jumlah waktu kegiatan yang melalui lintasan tidak melebihi 22
bulan.
Jawaban
a. Dugaan nilai harapan sama dengan waktu yang digunakan pada
setiap kegiatan. Untuk itu, jaringan dapat digambarkan sebagai
berikut :
`
18
7
3 5
55
3
8
4
6
414
145 2
9
94 2
19
197 2
14
136 2
6
63 2
0
01 2
5
42 2
Dari perhitungan kelambanan di atas, maka dapat diketahui bahwa yang
merupakan lintasan kritis adalah lintasan yang melalui kejadian 1→3 →4→ 5→7
b. Nilai harapan dan variansi waktu pengerjaan proyek
Kegiatan Pada Lintasan Kritis Nilai harapan Variansi
(1,3) 6 10
(3,4) 3 6
(4,5) 5 12
(5,7) 5 8
Total 19 36
Dari total nilai harapan yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa total waktu
untuk pengerjaan proyek adalah 19 hari dengan variansi 36 dan standar deviasi √36=6
19
Kejadia
n
Kelambanan Kegiatan Kelambanan
1
2
3
4
5
6
0-0=0
5-4=1
6-6=0
9-9=0
14-14=0
14-13=1
(1,2)
(1,3)
(2,4)
(2,5)
(3,4)
(3,6)
(4,5)
(4,6)
(5,7)
(6,7)
4-(4+0)=0
6-(6+0)=0
9-(5+4)=0
14-(8+4)=2
9-(3+6)=0
14-(7+6)=1
14-(5+9)=0
14-(3+9)=2
19-(14+5)=0
19-(14+5)=0
Z= X−μσ
¿ 22−196
¿0.5
Dengan demikian dengan waktu penyelesaian proyek pada jadwal 22 bulan, maka
probabilitas menyelesaikan proye k tersebut dengan Z=0.5 adalah 0.6915
c. Adapun lintasan lain yang melalui jaringan kerja adalah
1. Lintasan yang melalui 1→3→6→7
Lintasan 1 Nilai harapan Variansi
(1,3) 6 10
(3,6) 7 14
(6,7) 5 7
Total 18 31
Dari total nilai harapan yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa total waktu untuk
pengerjaan proyek adalah 18 hari dengan variansi 31 dan standar deviasi √31≈5.567
Z= X−μσ
¿ 22−185.567
¿0.71
Dengan demikian dengan waktu penyelesaian proyek pada jadwal 22 bulan, maka
probabilitas menyelesaikan proyek tersebut dengan Z=0.71 adalah 0.7611
2. Lintasan yang melalui 1→3→4→6→7
20
Dari total nilai harapan yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa total waktu untuk
pengerjaan proyek adalah 17 hari dengan variansi 28 dan standar deviasi √28 ≈ 5.291
Z= X−μσ
¿ 22−175.291
¿0.94
Dengan demikian dengan waktu penyelesaian proyek pada jadwal 22 bulan, maka
probabilitas menyelesaikan proyek tersebut dengan Z=0.94 adalah 0.7264
3. Lintasan yang melalui 1→2→5→7
Dari total nilai harapan yang diperoleh,dapat dikatakan bahwa total waktu untuk
pengerjaan proyek adalah 17 hari dengan variansi 25 dan standar deviasi √25=5
Z=22−175
¿ 22−175
¿1
21
Lintasan 2 Nilai harapan Variansi
(1,3) 6 10
(3,4) 3 6
(4,6) 3 5
(6,7) 5 7
Total 17 28
Lintasan 3 Nilai harapan Variansi
(1,2) 4 5
(2,5) 8 12
(5,7) 5 8
Total 17 25
Dengan demikian dengan waktu penyelesaian proyek pada jadwal 22 bulan, maka
probabilitas menyelesaikan proyek tersebut dengan Z=1 adalah 0.841
4. Lintasan yang melalui 1→2→4→6→7
Dari total nilai harapan yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa total waktu untuk
pengerjaan proyek adalah 16 hari dengan variansi 25 dan standar deviasi √25 ≈ 5
Z= X−μσ
¿ 22−165
¿1.2
Dengan demikian dengan waktu penyelesaian proyek pada jadwal 22 bulan, maka
probabilitas menyelesaikan proyek tersebut dengan Z=1.2 adalah 0.8849
5. Lintasan yang melalui 1→2→4→5→7
Dari total nilai harapan yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa total waktu untuk
pengerjaan proyek adalah 18 hari dengan variansi 33 dan standar deviasi √33 ≈ 5.744
22
Lintasan 3 Nilai harapan Variansi
(1,2) 4 5
(2,4) 4 8
(4,6) 3 5
(6,7) 5 7
Total 16 25
Lintasan 3 Nilai harapan Variansi
(1,2) 4 5
(2,4) 4 8
(4,5) 5 12
(5,7) 5 8
Total 18 33
Z= X−μσ
¿ 22−185.744
¿0.69
Dengan demikian dengan waktu penyelesaian proyek pada jadwal 22 bulan, maka
probabilitas menyelesaikan proyek tersebut dengan Z=0.69 adalah 0.7549
Soal Halaman 419 18 9.8-15 : Frederick. S. Hiller, 1994
2. Dengan menggunakan pendekatan PERT , misalkan waktu dugaan yang diperlukan
(dalam minggu) untuk setiap kegiatan adalah:
Proyek akan dimulai dan deadline mengerjakan proyek adalah seratus minggu.
a. Hitung Nilai Harapan dan standar deviasi dari waktu yang dibutuhkan untuk
setiap kegiatan.
b. Tentukan lintasan kritis pada proyek.
c. Dengan menggunakan prosedur yang digambarkan pada section 9.8 carilah
pendekatan probabilitas bahwa proyek akan diselesaikan pada batas waktunya.
Kegiatan Dugaan Optimis Dugaan Paling Dugaan Pesimis
23
5
2
4
71
3
6
Mungkin
1→2
1→3
2→6
3→4
3→5
3→6
4→5
5→6
5→7
6→7
28
22
26
14
32
40
12
16
26
12
32
28
36
16
32
52
16
20
34
16
36
32
46
18
32
74
24
26
42
30
a. Perhitungan nilai harapan dan variansi adalah sebagai berikut :
τ 2=[ 16(b−a)]
2t
e=¿13 [2 m+
12(a+b)]¿
Kegiatan (1,2) a = 28, b = 36, m = 32
te=¿
13 [2 m+
12
(a+b) ]¿ τ 2=[ 16
(b−a )]2
¿ 13 [2 (32 )+ 1
2(28+36 )] τ 2=[ 1
6(36−28)]
2
24
56160
13
4
4413
4323
3
2723
2723
6
8113
8113
10
0
4513
322
1199
99
7
36
5323
1723
2013
34
1623
3223
16
2723
32
= 32 = 1.8
Kegiatan (1,3) a = 22, b = 32 , m = 28
te=¿
13 [2 m+
12(a+b)]¿ τ 2=[ 1
6(b−a)]
2
te=¿
13 [2(28)+
12
(22+32)]¿ τ 2=[ 16(32−22)]
2
= 2723
= 2.8
Kegiatan (2,6) a = 26, b = 46, m =36
te=¿
13 [2 m+
12(a+b)]¿ τ 2=[ 1
6(b−a)]
2
te=¿
13 [2(36)+
12
(26+46)]¿ τ 2=[ 16(46−26)]
2
= 36 = 11.1
Kegiatan (3,4) a = 14, b = 18, m = 16
te=¿
13 [2 m+
12(a+b)]¿ τ 2=[ 1
6(b−a)]
2
te=¿
13 [2(16)+
12
(14+18)]¿ τ 2=[ 16(18−14)]
2
= 16 = 0.4
Kegiatan (3,5) a = 32, b = 32, m = 32
te=¿
13 [2 m+
12(a+b)]¿ τ 2=[ 1
6(b−a)]
2
te=¿
13 [2(32)+
12(32+32)]¿ τ 2=[ 1
6(32−32)]
2
= 3223
= 0
Kegiatan (3,6) a = 40, b =74, m = 52
te=¿
13 [2 m+
12(a+b)]¿ τ 2=[ 1
6(b−a)]
2
te=¿
13 [2(52)+
12(40+74)]¿ τ 2=[ 1
6(74−40)]
2
= 54 = 32.1
Kegiatan (4,5) a = 12, b = 24, m = 16
25
te=¿
13 [2 m+
12(a+b)]¿ τ 2=[ 1
6(b−a)]
2
te=¿
13 [2(16)+
12
(12+24 )]¿ τ 2=[ 16(24−12)]
2
= 1623
= 4
Kegiatan (5,6) a = 16, b = 26, m = 20
te=¿
13 [2 m+
12(a+b)]¿ τ 2=[ 1
6(b−a)]
2
te=¿
13 [2(20)+
12
(16+26)]¿ τ 2=[ 16(26−16)]
2
= 2013
= 2.8
Kegiatan (5,7) a = 26, b = 42, m = 34
te=¿
13 [2 m+
12(a+b)]¿ τ 2=[ 1
6(b−a)]
2
te=¿
13 [2(34)+
12
(26+42)]¿ τ 2=[ 16(42−26)]
2
= 34 = 7.1
Kegiatan (6,7) a = 12, b = 30, m = 16
te=¿
13 [2 m+
12(a+b)]¿ τ 2=[ 1
6(b−a)]
2
te=¿
13 [2(16)+
12
(12+30)]¿ τ 2=[ 16(30−12)]
2
= 1723
= 9
Hasilnya diperlihatkan pada tabel di bawah :
Kegiatan
Dugaan
Optimis
Dugaan
Paling
Mungkin
Dugaan
Pesimis
Nilai
Harapan
Variansi
1→2 28 32 36 32 1.8
26
1→3
2→6
3→4
3→5
3→6
4→5
5→6
5→7
6→7
22
26
14
32
40
12
16
26
12
28
36
16
32
52
16
20
34
16
32
46
18
32
74
24
26
42
30
2723
36
16
3223
5323
1623
2013
34
1723
2.8
11.1
0.4
0
32.1
4
2.8
7.1
9
b. Sebelum menentukan lintasan kritisnya, perlu dicari terlebih dahulu
kelambanannya, yaitu sebagai berikut :
Kejadia
n
Kelambanan Kegiatan Kelambanan
1
2
3
4
5
6
7
0-0=0
4513
-32=13
13
2723
-2723
=0
4413
-4323
=
23
(1,2)
(1,3)
(2,6)
(3,4)
(3,5)
(3,6)
(4,5)
(5,7)
(5,6)
(6,7)
4513
-(32+0)=1313
2723
-(2723
+0)=0
8113
-(36+4513
)=0
4413
-(16+2723
)=
23
61-(3223
+2723
)=
113
8113
-(5323
+2723
27
61-6013
=23
8113
-8113
=0
99-99=0
)=0
61-(1623
+4413
)=0
99-(34+61)=4
8113
-(2013
+61)=0
99-(1723
+8113
)=0
Dari tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa lintasan kritis (yang memiliki
kelambanan nol) adalah jaringan yang melalui kejadian 1→3→6→7. Ilustrasi lintasan
kritis tersebut dapat dilihat pada busur yang dicetak tebal.
c. Sebelum mencari pendekatan peluang bahwa proyek akan diselesaikan sesuai
dengan deadline, harus diketahui terlebih dahulu nilai harapan dan variansinya. Nilai
harapan dan variansi kegiatan pada lintasan kritis yang telah diperoleh sebelumnya
adalah sebagai berikut :
28
32
2723
16
3223
1623
34
2013
1723
5323
36
799
1199
2 32
4513
10
0
6
8113
8113
3
2723
2723
4
4413
4323
56160
13
Kegiatan Pada Lintasan Kritis Nilai harapan Variansi
(1,3)27
23 2.8
(3,6)53
23 32.1
(6,7)17
23 9
Total 99 43.9
Dari total nilai harapan yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa total waktu untuk
pengerjaan proyek adalah 99 hari dengan variansi 43.9 dan standar deviasi √43.9≈ 6.625
Z= X−μσ
¿ 100−996.625
= 0.01
Dengan demikian, dengan waktu penyelesaian proyek pada jadwal 100 minggu, maka
probabilitas menyelesaikan proyek tersebut dengan Z=0.01 adalah 0.5
29
BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah yang telah dituliskan sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan bahwa PERT (Program Evaluation and Review Technique) adalah metode
penjadwalan proyek yang berdasarkan jaringan yang memerlukan tiga dugaan waktu
untuk setiap kegiatannya : waktu optimis, waktu paling mungkin, dan waktu pesimis.
Dengan menggunakan tiga dugaan waktu ini, peluang penyelesaian proyek pada tanggal
yang ditetapkan dapat dihitung bersama dengan waktu mulai dan waktu akhir untuk tiap
kegiatan atau kejadian. Dengan menggunakan metode ini, perencanaan, pengawasan dan
pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan secara sistematis, sehingga dapat diperoleh
efesiensi kerja.
30
DAFTAR PUSTAKA
Frederick, S. Hiller.1994.
Subagyo, Pangestu.1983. Dasar-Dasar Operation Research. BPFE:Yogyakarta.
31