perspektif kebijakan pendidikan sistem zonasi...

185
PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) KOTA DEPOK TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh: Ibnu Aidil Putra NIM: 21180181000046 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/1441 H

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) KOTA DEPOK

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

Ibnu Aidil Putra

NIM: 21180181000046

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M/1441 H

Page 2: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

ii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ibnu Aidil Putra

Tempat/Tanggal Lahir : Bangkinang, 17 April 1990

NIM : 21180181000046

Jurusan : Magister Manajemen Pendidikan Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Perspektif

Kebijakan Pendidikan Sistem Zonasi di Sekolah Menegah Atas (SMA) Kota

Depok” adalah benar-benar merupakan karya saya sendiri, yang diajukan untuk

memenuhi salah satu pesyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika

dikemudian hari terbukti bahwa penelitian ini bukan karya saya sendiri, maka saya

siap menerima sanksi pencabutan gelar magister sebagaimana berlaku di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 April 2020

Yang membuat pernyataan

Ibnu Aidil Putra

Page 3: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS

Pembimbing dari:

Nama : Ibnu Aidil Putra

NIM : 21180181000046

Jurusan : Magister Manajemen Pendidikan Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Tesis : Perspektif Kebijakan Pendidikan Sistem Zonasi di Sekolah

Menengah Atas (SMA) Kota Depok.

Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa tersebut di atas telah

menyelesaikan penulisan BAB I, II, III, IV, V, dan disetujui untuk mengikuti Ujian

Hasil Tesis.

Jakarta, 26 April 2020

Dosen Pembimbing

Dr. H. Nurochim, M.M.

NIP. 19590715 198403 1 003

Page 4: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

iv

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR HASIL TESIS

Tesis dengan judul “Perspektif Kebijakan Pendidikan Sistem Zonasi di

Sekolah Menengah Atas (SMA) Kota Depok” yang ditulis oleh Ibnu Aidil

Putra dengan NIM 21180181000046 telah diujikan dalam seminar hasil Program

Magister Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu, 29 April

2020. Tesis ini telah diperbaiki sesuai saran-saran dari penguji sebagai salah satu

syarat mengikuti Ujian Promosi Tesis.

Jakarta, 29 April 2020

Tanggal Tanda Tangan

Penguji I

Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd --------- -----------

NIP. 19661009 199303 1 004 ______________ _____________

Penguji II

Dr. Zahruddin, Lc., M.Pd

NIP. 19730602 200501 1 002 ______________ _____________

Page 5: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

v

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR PROMOSI TESIS

Tesis dengan judul “Perspektif Kebijakan Pendidikan Sistem Zonasi di

Sekolah Menengah Atas (SMA) Kota Depok” yang ditulis oleh Ibnu Aidil

Putra dengan NIM 21180181000046 telah diujikan dalam Ujian Promosi Tesis

oleh Program Magister Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa,

14 Juli 2020. Tesis ini telah diperbaiki sesuai saran-saran dari penguji sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program

Magister (S2) Manajemen Pendidikan Islam.

Jakarta, 14 Juli 2020

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Program Studi

Dr. Jejen Musfah, M.A

NIP. 19770602 200501 1 004 ______________ _____________

Penguji I

Dr. Jejen Musfah, M.A

NIP. 19770602 200501 1 004 ______________ _____________

Penguji II

Dr. Zahruddin, Lc., M.Pd

NIP. 19730602 200501 1 002 ______________ _____________

Penguji III

Dr. Yayah Nurmaliyah, MA

______________ _____________

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Hj. Sururin, M.Ag

NIP. 19710319 199803 2 001

Page 6: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam tesis ini berpedoman pada

buku “Pedoman Penullisan Kaya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang

diterbitkan oleh Tim CeQDA (Center For Quality Development dan Assurance)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

A. Konsonan

ARAB NAMA LATIN KETERANGAN

Alif - Tidak dilambangkan ا

Ba‟ B Be ب

Ta‟ T Te ت

Tsa‟ Ts Te dan es ث

Jim J Je ج

Ḥa‟ Ḥ Ha dengan titik di bawah ح

Kha‟ Kh Ka dan Ha خ

Dal D De د

Dzal Dz De dan zet ذ

Ra‟ R Er ر

Zai Z Zet ز

Sin S Es س

Syin Sy Es dan ye ش

Ṣad Ṣ Es dengan titik di bawah ص

Ḍad Ḍ De dengan titik di bawah ض

Ṭa Ṭ Te dengan titik di bawah ط

Ẓa Ẓ Zet dengan titik di bawah ظ

Ain „ Koma terbalik„ ع

Ghain Gh Ge dan ha غ

Fa F Fa ف

Qaf Q Qi ق

Kaf K Ka ك

Page 7: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

vii

Lam L El ل

Mim M Em م

Nun N En ن

Wau W We و

Ha‟ H Ha ه

Hamzah „ Apstrof ء

Ya‟ Y Ye ي

B. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, terdiri dari vokal tunggal, vocal rangkap, dan

vocal panjang. Ketiganya adalah sebagai berikut:

1. Vokal Tunggal

Tanda Vokal Nama Latin Keterangan

Fatḥaḥ A A ا

Kasraḥ I I ا

Ḍammaḥ U U ا

Contoh:

Kataba : كتب Naṣaara dan : نصر

2. Vokal rangkap

Tanda Vokal Nama Latin Keterangan

Fatḥaḥ dan Ya’sakun Ai A dan I ى ي

Fatḥaḥ dan Wau sakun Au A dan U ى و

Contoh:

ḥaula : حول Laisa : ليس

3. Vokal panjang

Tanda Vokal Nama Latin Keterangan

Fatḥaḥ dan Ba Ā A dengan garis di atas ب ا

ب يKasrih dan Ba Ī I dengan garis di atas

Ḍammah dan Ba Ȗ U dengan garis di atas ب و

Page 8: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

viii

ABSTRAK

Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Sistem Zonasi di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kota Depok”. Tesis Program

Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui perspektif atau cara pandang pihak

Eksternal sekolah (masyarakat/Orangtua Peserta Didik) dan Internal sekolah (Pihak

Sekolah) terhadap kebijakan sistem zonasi yang telah berlangsung dengan apa yang

telah dirasakan positif dan negatifnya.

Berdasarkan tujuan tersebut maka penelitian ini merupakan kualitatif dengan

menggunakan pendekatan perspektif. Dengan pendekatan perspektif dapat

mendiskripsikan hasil dari pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan

dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa kebijakan sistem

zonasi ini akan menghilangkan julukan sekolah favorit, meratakan sekolah di setiap

kelurahan yang ada di Kota Depok, menghemat biaya transportasi karena jarak

tempuh dari rumah kesekolah yang begitu dekat, melengkapi fasilitas yang ada di

setiap sekolah negeri yang ada di Kota Depok supaya meningkatkan pelayan mutu

di setiap sekolah tersebut. Saran pada tesis ini adalah (1) pemerintah daerah atau

pusat membuat 2 sekolah yang penduduknya banyak di suatu kelurahan, (2)

diadakannya 1 atau 2 kelas belajar khusus untuk anak yang mempunyai kelebihan

akademik. (3) meningkatkan SDM tenaga pendidik dan sarana prasarana bagi

sekolah negeri yang baru dibangun atau diadakan, (4) pemerintah daerah dan

kelurahan harus bekerja sama untuk meminimalisis kecurangan yang terjadi saat

penerimaan peserta didik baru untuk tempat tinggal.

Kata Kunci: Kebijakan Pendidikan, Sistem Zonasi.

Page 9: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

ix

ABSTRACT

Ibnu Aidil Putra, Student’s Number 21180181000046, "Zonation System

Education Policy Perspective in Depok City High Schools". Thesis Master of

Islamic Education Management (MPI) Study Program Faculty of Tarbiyah and

Teaching Science (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

The purpose of this study is to determine the perspectives of the school's

external (community/parents) and internal (schools) regarding the zoning system

policies that have occurred and the effects that has been felt positively and

negatively.

Based on these objectives, this research is a qualitative one using a

perspective approach. With the perspective approach can describe the results of

data collection through observation, interviews and documentation. Based on

research that has been done this zoning system policy will eliminate the nickname

of favorite schools, leveling schools in every village in Depok, saving

transportation costs because of the distance from schools that relatively close,

completing existing facilities in every public school in Depok in order to improve

quality service in each of these schools. Suggestions in this thesis are (1) if the

regional or central government creates two schools with a large population in an

area, (2) holds one or two special learning classes for children who have overrated

academic abilities. (3) improving the teaching human resources and infrastructures

for newly built or held public schools; (4) local governments must work together to

encourage students when new they are recruited for housing.

Keywords: Educational Policy, Zoning System.

Page 10: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

x

ملخص : القيد رقم فوترا، عيدل ام ظ ن م ي ل ع ت ة اس ي س ة ه اج و م "68811818111112ابن

يتساجمةحورطأ".كو ب ي د ة ن ي د يم اف ي ل الع ة س ر د يالم ف م ي س ق الت ةيبرالت ةاردإقسم .شريفىدايةاللهالسلميةالحكوميةجاكرتاةيبرالت ةيل كةيملسال

جهةلمعرفةثحالبافدىأ من واجهةدرسةالم

الم خارج

أعمتج)الم (بلالط اءيلو/

درسةدوالم اخل

ةسرد)الم ميسقت امظناتاسيسلوح(

تمعمتثدحتالقاطنالم ا

.بلسوابيإلكشبوبروعالش

عنب ي افدىالهىىذلاء البىذد ع، جهن مامدختاسبكيفيةةاسردثحا عممواجهة.جهن م

للخنماتانيالب عججائتن فصونكيواجهةالم

وةظحلالم

.قيثوالت وتلابقالم

عنب اللاء بىاؤرجإتتالاثبى ميسقت امظنةاسيسنأايةناطالم كن ست لغي ىذه ق

فضلةالم درسة

والم ةيوست،

ساردالم فيالكتري فوت وك،وب ي دةني دمخاصةةيرق ل ك

واصلتنلآلتالم

نمةافسالم

المكتاسوا،د جةبي رقةسردالم

قافرالم

ةدوجوالم ل ك

ةامعةسردم ةمدالةدوجيستلجأنكموب ي دةني دم هىذنمل ك.ساردالم

احتقال انكلس انميبكددعخاصةليت سردماءشن(إ8)وىةالسالر هىذ ،ةيرالقع6) وذالفطلليصص ميلصفوألصفدق(

الم الايزي ز3).ةييادكا ةادي(

داروالم

وسيردالتةئيلةيرشالبالم العامة )ىاؤشنإتتالةامالعساردمللرافق ي1ا ىلعب(

اتموكالحللمالعةيرضالحوةيل حالم يذالاليتحالليلقت معا تسجيلدنعثدي

.همنكسحسبددالبلالط

لت قسيمالكلمةالرئيسية:سياسةالت ربية،نظاما

Page 11: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat Iman, Islam dan Ihsan beserta limpahan hidayah dan taufik

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga

senantiasa tercurah kepada Nabi Muhamad SAW yang telah membimbing umatnya

menuju jalan yang diridhai Allah SWT.

Tesis ini disusun sebagai salah satu tugas akademik di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam rangka mencapai gelar Magister

Pendidikan (M.Pd.). Dalam penyusunan tesis ini, penulis menyadari sepenuhnya

tidak akan terwujud tanpa ada bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis

ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah mendorong,

membimbing dan memberikan motivasi. Ucapan terima kasih khususnya penulis

sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta beserta jajarannya.

2. Dr. Hj. Sururin, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan berserta jajarannya.

3. Dr. Jejen Musfah, M.A selaku Ketua Prodi Manajemen Pendidikan Islam dan

serta Muslikh Amrullah, M.Pd selaku Sekretaris Program Magister Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang selalu meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk

membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.

4. Dr. H. Nurochim, M.M selaku Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan

waktu di tengah kesibukannya untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan tesis.

5. Semua Dosen Manajemen Pendidikan Islam maupun Dosen yang ada di

Program Magister FITK tanpa terkecuali yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu. Terima kasih atas Ilmu yang telah diberikan.

6. Ayahanda Masri dan Ibunda Rabusida yang telah berjuang dalam

membesarkan dan mendidik penulis, dan memberi segala curah kasih

sayangnya sera doanya sehingga penulis dapat berpendidikan lebih tinggi.

semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda. Amin ya rabbal

„alamin.

7. Teman-teman Magister MPI B angkatan 2018 yang selalu menyenangkan di

dalam kelas maupun di luar kelas. Terima kasih untuk kalian.

8. Pengurus Forum Mahasiswa Magister FITK periode 2019/2020 yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu. Maafkan ketua kalian ini kalau tidak maksimal

menjalankan Forma Magister.

9. Teman-teman Magister angkatan 2018 tanpa terkecuali yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu.

Page 12: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

xii

10. Jajaran SMA Negeri 1 Depok, SMA Negeri 6 Depok, dan SMA Negeri 9

depok yang telah bersedia menjadi narasumber maupun yang membrikan

kelengkapan administrasi selama penulis melakukan penelitian.

11. Teman-teman yang berada di luar lingkungan kampus, baik di tempat

tongkrongan penulis sering main dan di sekolah tempat penulis mengajar.

Terima kasih untuk canda tawa dan motivasinya.

12. Dan teruntuk kamu dunia akhirat ku, terima kasih atas segala kesabaran dan

keikhlasan mendampingiku, sehingga aku dapat menyelesaikan tesis ini

dengan tepat waktu, sekali lagi terima kasih “Putri Yulinda Sari”.

Harapan dan iringan doa penulis ucapkan semoga Allah SWT meridhai dan

membalas amal baik kita semua dengan berlipat kemuliaan. Amin. Akhirnya besar

harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi para pembaca sekalian.

Jakarta, 26 April 2020

Ibnu Aidil Putra

Page 13: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

xiii

DAFTAR ISI

COVER

SURAT PERNYATAAN ...................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS......................... iii

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR HASIL ................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR PROMOSI TESIS .............. v

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ........................................................................... xi

DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................... 8

C. Pembatasan Masalah .......................................................... 8

D. Rumusan Masalah .............................................................. 9

E. Tujuan Penelitian ............................................................... 9

F. Maanfaat Penelitian ........................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kebijakan Pendidikan ........................................................ 10

1. Pengertian Kebijakan .................................................. 10

2. Pengertian Pendidikan ................................................ 11

3. Pengertian Kebijakan Pendidikan ............................... 18

4. Pendekatan Kebijakan dalam Pendidikan ................... 19

5. Model-Model Kebijakan dalam Pendidikan ............... 20

6. Karakteristik Kebijakan Pendidikan ........................... 23

7. Implementasi Kebijakan Pendidikan .......................... 25

8. Pendekatan dalam Perumusan Kebijakan Pendidikan 27

9. Sistem Zonasi.............................................................. 28

10. Ketentuan dalam Sisten Zonasi .................................. 29

11. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Zonasi ................. 30

B. KARANGKA KONSEPTUAL ......................................... 32

C. PENELITIAN YANG RELEVAN .................................... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 39

B. Metode Penelitian .............................................................. 39

C. Sumber dan Jenis Data ....................................................... 40

D. Populasi dan Sampel .......................................................... 40

Page 14: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

xiv

1. Populasi ........................................................................ 40

2. Sampel ......................................................................... 40

E. Pengumpulan Data ............................................................. 41

1. Studi Pustaka (Library Research) ................................ 41

2. Studi Lapangan (Field Research) ................................ 41

a. Observasi ............................................................... 42

b. Wawancara ............................................................ 42

c. Dokumentasi .......................................................... 43

F. Instrumen Penelitian .......................................................... 43

1. Pedoman Observasi ..................................................... 44

2. Pedoman Wawancara ................................................... 45

3. Pedoman Dokumentasi ................................................ 46

G. Pengolahan Data ................................................................ 46

H. Analisis Data ...................................................................... 47

I. Teknik Pemeriksaan Uji Keabsahan Data ......................... 48

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Temuan ..................................................................... 51

1. Gambaran Umum ......................................................... 51

2. Perspektif Kebijakan Pendidikan Sistem Zonasi di

Sekolah Menengah Atas (SMA) Kota Depok ............. 54

B. Pembahasan ....................................................................... 81

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................ 88

B. Saran .................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 91

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu ............... 37

Tabel 3.1 Rencana kegiatan Penelitian dan Penyelesaian Tesis ........ 39

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pengumpulan Data ............................................. 43

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Wawancara ......................................................... 45

Tabel 4.1 Fasilitas Sekolah SMA Negeri 1 Depok ............................ 73

Tabel 4.2 Fasilitas Sekolah SMA Negeri 6 Depok ............................ 74

Tabel 4.3 Fasilitas Sekolah SMA Negeri 9 Depok ............................ 75

Page 16: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1.1 Grafik I Jumlah SMA/SMK di Indonesia ........................ 4

Gambar. 1.2 Grafik II Jumlah SMA dan SMK di Jawa Barat ............. 5

Gambar. 2.1 Bagan Kerangka Konseptual ........................................... 34

Gambar. 3.1 Teknik Pengumpulan Data .............................................. 42

Gambar. 3.2 Pemeriksaan Keabsahan Data ......................................... 48

Gambar. 4.1 Kegiatan Penerimaan Calon Peserta didik baru

SMA Negeri 6 Depok ...................................................... 65

Gambar. 4.2 Fasilitas Sekolah SMA Negeri 1 Depok .......................... 74

Gambar. 4.3 Fasilitas Sekolah SMA Negeri 6 Depok .......................... 75

Gambar. 4.4 Fasilitas Sekolah SMA Negeri 9 Depok .......................... 76

Page 17: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan modal utama yang harus dimiliki setiap manusia,

hal ini menjadi penting karena pada dasarnya pendidikan adalah laksana

eksperimen yang tidak akan pernah selesai sampai kapan pun, sepanjang ada

kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian, karena pendidikan

merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus

berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki

potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya.

Dewasa ini sistem Pendidikan semakin berkembang pesat. Segala

sesuatu yang dapat mengembangkan sistem Pendidikan diterapkan guna

mencapai tujuan pendidikan. Seperti kita ketahui bahwa Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Dan pendidikan juga merupakan bagian

integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari

proses pembangunan itu sendiri. Kelangsungan hidup dan kemajuan suatu

bangsa, khususnya bagi Negara yang sedang membangun ditentukan oleh maju

tidaknya pendidikan. Hal ini membuat peran pendidikan dirasakan sangat

penting setiap bangsa. Menurut Schleicher (2012) The fast-changing society

and knowledge leads to the international focus on school improvement to

better prepare students for the higher educational demands of the 21st century

(Prenger, 2019:441).

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan sistem pendidikan

Nasional yang diatur secara sistematis dan terencana. Diharapkan dengan

adanya pendidikan paling tidak masyarakat mampu terbebas dari belenggu

buta huruf, kebodohan, keterbelakangan, dan kelemahan. Huruf, katam kalimat

dan susunan kalimat yang kemudian menjadi sebuah narasi dikenalkan melalui

pendidikan sehingga masyarakat tidak buta huruf. Pendidikan juga berperan

dalam penyampaian informasi keilmuan yang akan menjadikan masyarakat

mengetahui, mengerti, memahami, dan memiliki wawasan yang semakin luas.

Selain itu pendidikan juga membangkitkan motivasi untuk masyarakat agar

dapat bergerak maju memacu dan bangkit dari keterbelakangan.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah,

berakhlak mulia, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara

yang demokratis serta bertanggung jawab.

Page 18: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, tentang

sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyatakan:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan Negara”.

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa dan kemajuan sebuah Negara, oleh karena itu

setiap warga Negara diberikan kesempatan yang sama untuk menempuh

pendidikan. Hal ini membuat pendidikan menjadi hak dasar warga Negara.

Maka seluruh warga Negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan dan

pengajaran. Pemerintah berkewajiban memenuhi hak setiap warga Negara

dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup

bangsa sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, yang mewajibkan

pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan

menciptakan kesejahteraan umum.

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal

13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal,

non-formal dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang

diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini

mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar,

pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Pendidikan non-formal

adalah jalur pendidikan yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan

berjenjang namun pelaksanaanya berada di luar sekolah atau diluar pendidikan

formal. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang berlangsung di

dalam keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang

dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.

Dalam pendidikan formal, tahapan awal untuk melalui jenjang

pendidikan dilakukan melalui penerimaan peserta didik baru. Penerimaan

peserta didik baru adalah proses seleksi yang akan menentukan siswa yang

diterima di suatu sekolah. Proses ini diharapkan dapat berjalan secara objektif,

akuntabel, transparan, dan tanpa diskriminasi sehingga bisa mendorong

peningkatan akses layanan dan pemerataan pendidikan.

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini telah banyak

mengalami perubahan dan kemajuan, tentu saja proses perubahan dan

kemajuan tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhi, salah satu faktor

yang mempengaruhi adalah landasan pendidikan yang digunakan. Tanpa

adanya landasan maka pendidikan tidak akan mempunyai pijakan atau pondasi

yang kuat untuk menopang pengembangan kegiatan pendidikan. Oleh karena

itu banyak sekali landasan yang harus diperhatikan untuk pengembangan

kegiatan pendidikan, salah satunya yaitu landasan kebijakan.

Page 19: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

3

Landasan kebijakan dalam pendidikan merupakan pedoman dan petunjuk

bagi pelaksana pendidikan di dalam menjalankan kegiatan pendidikan. Oleh

sebab itu landasan tersebut biasanya mempunyai keterkaitan yang erat dengan

peraturan perundang-undangan atau hukum yang berlaku pada suatu negara,

kemudian ditetapkan dan dikeluarkan oleh orang yang mempunyai kekuasaan

dalam bidang tersebut pada saat itu. Kebijakan yang dibuat dan ditetapkan oleh

pemerintah khususnya dalam bidang pendidikan pasti mempunyai dasar yang

kuat untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, dengan

memperhatikan pertimbangan-pertimbangan kebutuhan masyarakat yang

diimbangi dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Oleh sebab itu sangat jelas bahwa landasan kebijakan pendidikan

sangat penting perannya di dalam melindungi dan memberikan pengawasan

terhadap kegiatan pendidikan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana untuk

mencapai tujuan seperti yang diharapkan.

Dalam amanat konstitusi Republik Indonesia pasal 31 UUD 1945

menegaskan pendidikan sebagai hak bagi setiap warga negara. Tidak

dibenarkan ada satu warga negara pun yang terhambat dalam mendapatkan

layanan pendidikan. Baik dari hambatan aksesbilitas maupun

akseptabilitas yang bersifat langsung maupun tidak langsung.

Hambatan aksesbilitas atau ketercapain diartikan sebagai derajat

kemudahan yang dicapai seseorang terhadap objek atau pelayanan. Artinya

setiap warga negara tidak dibenarkan mendapatkan kesulitan menjangkau

layanan pendidikan. Misalnya tidak tersedianya jalan, jembatan atau sarana

yang mendukungnya untuk menjangkau pendidikan.

Sedangkan hambatan akseptabilitas diartikan sebagai derajat peluang

diterimanya warga negara untuk mendapatkan layanan pendidikan. Artinya

sejumlah persyaratan administrasi maupun regulasi yang memungkinkan

menjadi hambatan bagi warga negara mendapatkan layanan pendidikan.

Dalam sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dari tahun 2017

sampai saat ini, pemerintah menerapkan pola zonasi sekolah. Pola ini

membagi sejumlah sekolah negeri dengan mengukur pada tingkat daya

tampung dan jumlah lulusan dari jenjang sekolah sebelumnya pada tahun

lulusan. Sehingga para peserta didik baru hanya mendaftarkan diri pada

sekolah yang berada pada wilayah zonasinya.

Mekanisme zonasi ini dipilih sebagai upaya pemerintah untuk

menghadirkan layanan pendidikan yang merata kualitasnya di seluruh daerah

di Indonesia. Sehingga mampu menghapus status sekolah favorit, sekaligus

mencapai kualitas lulusan pada setiap jenjang sekolah sesuai harapan.

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemendikbud) tahun 2019, jumlah sekolah untuk seluruh jenjang

pendidikan di Indonesia mencapai 215.769 unit. Terdiri dari tingkat SMA

sebanyak 13.709 unit, tingkat SMK sebanyak 13.929 unit dan selebihnya

jenjang SMP dan SD.

Page 20: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

4

Namun dari jumlah itu sekolah yang memiliki kualitas terbaik sesuai

Standar Nasional Pendidikan masih sangat minim. Berdasarkan data yang

sama pada tahun 2019 menujukan jumlah SMA yang mendapatkan Standar

Nasional Pendidikan sebanyak 23,5 persen dari 13.709 yaitu sebanyak 3.220

SMA, sedangkan tingkat SMK yang mendapatkan Standar Nasional

Pendidikan sebanyak 12,2 persen dari 13.929 yaitu sebanyak 1.700 SMK.

Seperti terlihat pada gambar grafik berikut ini:

Gambar 1.1

Sumber: Presentasi Mendikbud, 2019

Pada grafik tersebut memperlihatkan jurang kualitas sekolah pada

jenjang SMA / SMK di tingkat nasional. Terlalu besarnya jurang

perbedaan kualitas sekolah dari sisi jumlah memberi pesan kualitas sekolah

masih jauh dari harapan. Pemerintah belum mampu menyediakan sekolah yang

memiliki standar yang sama dan merata di banyak daerah.

Kondisi tidak meratanya kualitas pendidikan tingkat nasional, ternyata

kian memprihatinkan pada tingkat daerah. Pada provinsi Jawa Barat,

Kemendikbud mencatat jumlah SMA sebanyak 1.646 unit dan jumlah SMK

sebanyak 2.936 unit. Dari jumlah itu hanya 17,0 persen pada jenjang SMA

yang memiliki Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan pada tingkat SMK

hanya 7 persen yang memiliki Standar Nasional Pendidikan.

Gambaran kondisi sekolah di Jawa Barat yang tidak merata

merupakan titik awal menuai persoalan dalam penerapan system zonasi.

Karena aksesbilitas dan aksepbilitas untuk mendapatkan sekolah berkualitas

semakin sulit. Akibatnya bagi keluarga yang merasa memiliki anak berprestasi

menjadi terhambat menjangkau pendidikan.

Menariknya kebijakan zonasi ini sudah diberlakukan sejak

tahun 2017 dan diberlakukan terhadap sekolah negeri. Pemerintah masih

memberikan kebebasan kepada calon peserta didik untuk memilih sekolah

swasta di zona manapun. Kini kebijakan serupa masih terus diterapkan.

Peserta didik hanya dapat menikmati sekolah negeri pada zonasi sesuai

lokasi tinggalnya.

Berdasarkan Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2018/2019, Wilayah Jawa

Barat memiliki jumlah sekolah negeri sebanyak 20.456 unit yang terdiri dari

Page 21: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

5

507 unit jenjang SMA dan 286 unit jenjang SMK. Dimana dari data tersebut

sekolah yang dinyatakan berstandar pendidikan nasional hanya 17,0 % dari

507 yaitu sebanyak 86 SMA dan 7,0% dari 286 yaitu sebanyak 20 untuk

jenjang SMK, dengan total calon peserta PPDB tingkat SMA dan SMK

sebanyak 774 ribu peserta didik. Berdasarkan hal tersebut, upaya pemerintah

untuk menghadirkan layanan pendidikan yang merata kualitasnya di seluruh

daerah di Indonesia melalui sistem zonasi perlu dukungan dan peran serta

pemerintah daerah dalam pencapaiannya.

Gambar 1.2

Sumber: Mendikbud, 2019

Salah satu upaya nyata kebijakan pemerintah dalam rangka pemerataan

pendidikan ini pemerintah mengeluarkan aturan baru dalam penerimaan

peserta didik melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 17

Tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), yang di dalam

Permendikbud tersebut, diatur mengenai sistem zonasi yang harus diterapkan

sekolah dalam menerima calon peserta didik baru.

Berdasarkan Permendikbud nomor 14 Tahun 2018, dengan menerapkan

sistem zonasi, sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib

menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari

sekolah paling sedikit sebesar 90 persen dari total jumlah peserta didik yang

diterima. Domisili calon peserta didik tersebut berdasarkan alamat pada kartu

keluarga yang diterbitkan paling lambat enam bulan sebelum pelaksanaan

penerimaan peserta didik baru.

Radius zona terdekat ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan

kondisi di daerah tersebut. Kemudian sebesar 10 persen dari total jumlah

peserta didik dibagi menjadi dua kriteria, yaitu 5 persen untuk jalur prestasi,

dan 5 persen untuk peserta didik yang mengalami perpindahan domisili.

Dalam Permendikbud ini memang disebutkan bahwa seleksi Penerimaan

Peserta Didik Baru (PPDB) pada tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan

(SMA/SMK) mempertimbangkan kriteria dengan urutan prioritas sesuai

Page 22: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

6

dengan daya tampung berdasarkan ketentuan rombongan belajar. Urutan

prioritas itu adalah: 1. Jarak tempat tinggal ke sekolah sesuai dengan ketentuan

zonasi; 2. Usia; 3. Nilai hasil ujian sekolah dan surat hasil ujian nasional

(SHUN); dan 4. Prestasi di bidang akademik dan non akademik yang diakui

sekolah sesuai dengan kewenangan daerah masing-masing.

Sistem zonasi ini untuk menghilangkan pemikiran pada masyarakat

tentang sekolah favorit nantinya. Karena banyak anggapan bahwa sekolah

favorit menjadi pilihan utama bagi masyarakat walaupun daya jarak tempat

tinggal dengan sekolah begitu jauh dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu

pergaulan, fasilitas, rasa bangga, dilirik universitas , dan pandangan orangtua.

(https://www.123ish.com/id/entries/1312-alasan-sekolah-negeri-lebih-baik-dari-

swasta di akses pada tanggal 24 juni 2020).

1. Pergaulan

Di sekolah negeri favorit pergaulan memang betul di jaga oleh pihak

sekolah baik di dalam sekolah ataupun di lingkungan luar sekolah dengan

aturan yang ketat. Seperti SMA Negeri 1 Depok yang menerapkan sistem

point (300 Point) terhadap peserta didik selama peserta didik berada di

sekolah. Ada juga sekolah yang memberlakukan tinggal di asrama

sekolah. Seperti yang diterapkan oleh SMAN Unggul Thamrin Jakarta.

2. Fasilitas

Sekolah negeri favorit tentunya mempunyai fasilitas yang baik dan

memadai baik dari segi sarana prasarana, ataupun tenaga pendidik dan

kependidikan yang professional sesuai dengan bidangnya.

3. Rasa Bangga

Peserta didik yang bersekolah di tempat sekolah favorit tentu

mempunyai rasa bangga yang sangat luar biasa dikarenakan masuk ke

sekolah tersebut tidak mudah dan banyak pesaingan. Seperti di SMA

Negeri 1 Depok yang hampir tiap tahunnya yang mendaftar 1000 sampai

2000 calon peserta didik, tetapi yang diterima hanya 300 sampai 400

peserta didik.

4. Dilirik Universitas

Sekolah favorit memang banyak di lirik oleh berbagai universitas,

dikarenakan kualitas peserta didik yang ada disekolah favorit tersebut

sudah mumpuni baik secara akademis maupun non akademis. Seperti

lulusan SMAN 1 Depok tahun 2019/2020 yang diterima di jalur undangan

sebanyak 64 orang. (https://sman1depok.sch.id/2020/05/13/daftar-siswa-

yang-berhasil-mendapatkan-undangan-ptn/ di akses pada tanggal 24 Juni

2020)

Begitu juga dengan lulusan SMAN Unggul Thamrin Jakarta yang

jumlah peserta didik 58 dan semuanya lulus ke perguruan tinggi baik di

dalam negeri ataupun di luar negeri (http://chilmarbuchari.blogspot.com/2014/07/daftar-murid-smanu-mht-yang-

diterima-di.html di akses pada tanggal 24 Juni 2020)

Page 23: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

7

5. Pandangan orang lain

Pandangan masyarakat terhadap sekolah negeri favorit memang

masih sangat tinggi. Buktinya banyak orang yang berlomba-lomba agar

anaknya bisa masuk sekolah negeri favorit dan mengenyam pendidikan di

sana. Saat anak lulus nanti dan mencari pekerjaan atau melanjutkan ke

perguruan tinggi juga akan memudahkan dia karena biasanya perusahaan

atau perguruan tinggi mencari orang yang lulusan sekolah negeri favorit

terlebih dahulu di bandingkan dengan lulusan sekolah negeri biasa atau

swasta. Hal ini menjadikan sekolah negeri favorit lebih unggul di

bandingkan dengan sekolah negeri biasa atau swasta.

Alih-alih nantinya akan ada pemerataan sekolah di tiap kecamatan.

Merancang pemerataan inilah yang menjadi salah satu tujuan pendidikan di

Indonesia nantinya. Agar peserta didik atau orang tua nantinya tidak

mengeluarkan biaya terlalu besar untuk biaya transportasi.

Dengan adanya sistem zonasi ini diharapkan penerimaan peserta didik

baru dapat berjalan tanpa diskriminasi dan mampu memberikan kesempatan

yang sama bagi setiap perserta didik untuk mengenyam pendidikan formal,

terlepas dari kemampuan kognitif ataupun ekonomi yang rendah.

Dalam berbagai aspek, salah satu yang mempengaruhi sistem zonasi ini

adalah sekolah favorit dimana sekolah tersebut pasti mempunyai kualitas yang

baik untuk mendukung pembelajaran selama disekolah baik itu akademik

maupun non-akademik. Sehingga kecerdasan peserta didik akan tersalurkan

dengan baik. Kecerdasan yang hanya mencakup dua aspek yaitu matematika

(logika) dan bahasa. Sebaiknya selain dari aspek tersebut harus juga meliputi

beberapa aspek yang lain yaitu kinetis, musikal, visual-spatial, interpersonal,

dan naturalis. Jenis-jenis kecerdasan tersebut disebut dengan kecerdasan

jamak (Multiple Intelligences) yang diperkanalkan oleh Howard Gardner tahun

1983 yaitu kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematika

logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial,

kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan

kecerdasan naturalis.

Kecerdasan majemuk adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat

dikembangkan pada anak, antara lain verbal-linguistik (kemampuan

menguraikan pikiran dalam kalimat-kalimat, presentasi pidato, diskusi,

tulisan), logical-mathematical (kemampuan logika-matematik dalam

memacahkan berbagai masalah), visual spatial (kemampuan berpikir tiga

dimensi), bodily-kinesthetic (keterampilan gerak, menari, olahraga), musical

(kepekaan dan kemampuan berekspresi dan bunyi, nada, melodi, irama),

intrapersonal (kemampuan memahami dan mengendalikan diri sendiri),

interpersonal (kemampuan memahami dan menyesuaikan diri dengan orang

lain), naturalist (kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan).

Adupun penerapan sistem zonasi dalam proses penerimaan peserta didik

baru (PPDB) di berbagai tingkat sekolah negeri sudah mulai membaik karena

Page 24: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

8

memang diprioritaskan untuk masyarakat kurang mampu terlebih dahulu.

Peserta didik dengan prestasi masih bisa diterima di sekolah yang di inginkan,

akan tetapi dengan penerimaan yang sangat sedikit yang diperuntukan untuk

calon peserta didik yang berprestasi, maka dari itu persaingan untuk dapat

diterima di sekolah yang diinginkan sangat ketat sekali alur seleksinya untuk

jalur prestasi. Dengan demikian anak dan orangtua ssangan berharapdapat

diterima di sekolah negeri dari pada sekolah swasta sebagai pilihan dengan

karena pertimbangan kualitas dan biaya.

Berdasarkan pemaparan di atas, menarik bagi peneliti untuk mengetahui

bagaimana tanggapan orangtua, guru dan kepala sekolah dengan sistem zonasi

ini yang telah dilaksanakan di wilayah Kota Depok. Penulis memilih tempat

penelitian di pendidikan kota Depok karena masalah pemerataan pendidikan di

kota Depok belum sepenuhnya terwujud sepenuhnya, ditambah dengan jumlah

penduduk dikota Depok sangat banyak terutama dikalangan remaja, hanya

sedikit sekolah yang mempunyai kuliatas mumpuni baik dari segi sarana

maupun prasarana. Dan sering penulis perhatikan jarak tempuh dari tempat

tinggal peserta didik ke sekolah begitu jauh, sehingga memakan waktu

diperjalanan. Oleh karena itu peneliti membuat suatu judul PERSPEKTIF

KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI DI SEKOLAH

MENENGAH ATAS (SMA) KOTA DEPOK.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Masih banyak anggapan masyarakat tentang sekolah favorit yang menjadi

pilihan utama;

2. Kurangmeratanya sekolah yang ada di suatu wilayah;

3. Biaya transportasi yang terlalu besar jika jarak sekolah terlalu jauh dari

tempat tinggal;

4. Pemerataan sekolah dengan fasilitas yang memadai untuk menunjang

kemampuan peserta didik.

5. Masih banyak pelayanan mutu sekolah yang belum membaik;

6. Kurangnya semangat belajar peserta didik akibat tempat tinggal terlalu

jauh dari sekolah.

C. Pembatasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dari itu peneliti membuat

pembatasan masalah agar tidak terlalu meluas pembahasan yang akan dibahas

nantinya. Belum diketahui pesepsi di masyarakat tentang sistem zonasi, maka

dari itu pembatasan masalah penelitian ini adalah Bagaimana perspektif

orangtua, guru, dan Kepala Sekolah tentang sistem zonasi yang sudah telah

terlaksana?

Page 25: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

9

D. Rumusan masalah

Dari pembatasan masalah yang telah di paparkan, maka menarik bagi

peneliti untuk merumuskan suatu masalah bagaimana perspektif kebijakan

sistem zonasi di sekolah Menegah Atas (SMA) Kota Depok?

E. Tujuan penelitian

Tujuan Penelitian untuk mengetahui perspektif atau cara pandang pihak

Eksernal sekolah (masyarakat/Orangtua Peserta Didik) dan Internal sekolah

(Pihak Sekolah) terhadap kebijakan sistem zonasi yang telah berlangsung

dengan apa yang telah dirasakan. Serta bagaimana letak kekuatan, kelemahan,

ancaman, dan peluang dari sistem zonasi ini.

F. Manfaat penelitian

Manfaat dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagi Lembaga Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan ajuan untuk menjadikan

sekolah lebih baik lagi kedepannya. Dan juga untuk membuat kebijakan di

lembaga pendidikan.

2. Bagi Masyarakat

Menambah pengalaman, wawasan dalam mengembangkan keilmuan

di dunia pendidikan serta mengontrol setiap kebijakan yang dikeluarkan

oleh pemerintah khusus nya dinas pendidikan .

3. Bagi Universitas

Dapat menambah referensi yang berhubungan dengan penelitian

sistem zonasi sekolah.

Page 26: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kebijakan Pendidikan

1. Pengertian Kebijakan

Secara umum kebijakan dapat diartikan dengan konsep atau rencana

dasar pemerintah atau organisasi publik untuk mengatur kepentingan

umum atau orang banyak. Dalam meningkatkan pelayanan publik

pemerintah dalam hal ini bisa juga disebut sebagai kebijakan. Kebijakan

(policy) yaitu menunjukkan adanya serangkaian alternatif yang dipilih

berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (Soebahar, 2013: 11). Menurut KBBI

(2005:886) kebijakan yaitu sebagai rangkaian konsep dan asas yang

menjadi garis besar dan dasar rencana dalam melaksanakan suatu

pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintah,

organisasi, dan sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan, atau maksud

sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran;

garis haluan. Menurut Hasbullah (2009:37) kebijakan mengandung arti

mengurus masalah atau kepentingan umum, atau berarti juga administrasi

pemerintah. Sedangkan menurut Tilaar dan Nugroho (2008:16)

berpendapat bahwa kebijakan didasari oleh pertimbangan akal dalam

proses pembuatannya. Akal manusia merupakan unsur yang dominan di

dalam mengambil keputusan dari berbagai opsi dalam pengambilan

keputusan kebijakan.

Pendapat lain disampaikan oleh Syamsi (1996:6) Kebijakan adalah

pedoman yang menyeluruh baik lisan maupun tulisan yang berisi nilai-

nilai dan norma-norma yang diberikan oleh pimpinan untuk mencapai

tujuan orgaisasi yang realisasinya diikuti dengan perencanaan dan

program kegiatan. Menurut Suharto (2010:7) Kebijakan adalah prinsip

atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan

keputusan. Pendapat tersebut diperkuat oleh Schultz (2004:350)

menyebutkan policy refers to rules, management strategies, processes,

and plans allowed by the publik to address their areas of concern.

(Kebijakan itu merujuk pada aturan-aturan, strategi manajemen, proses,

dan rencana yang dikehendaki oleh publik yang digunakan untuk

menunjukkan perhatian publik). Selain itu, Soebahar (2013:11) mengutip

pendapat Donovan dan Jakson bahwa kebijakan dapat dipahami dari

perspektif filosofis, produk, proses, dan kerangka kerja. Sebagai konsep

“filosofis”, kebijakan dipandang sebagai serangkaian prinsip, atau kondisi

yang diinginkan, sebagai produk, kebijakan diartikan sebagi serangkaian

kesimpulan atau rekomendasi. Sebagai proses, kebijakan menunjuk pada

cara dimana melalui cara tersebut suatu organisasi dapat mengetahui apa

yang diharapkan darinya yaitu program dan mekanisme dalam mencapai

produknya, dan, sebagai “kerangka kerja”, kebijakan merupakan suatu

Page 27: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

11

proses tawar menawar dengan negosiasi dengan merumuskan isu-isu dan

metode dan implementasinya.

Secara garis besar ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pembuatan kebijakan, yaitu:

a. Adanya pengaruh tekanan dari luar;

b. Adanya pengaruh kebiasan lama (konservatisme).

c. Adanya pengaruh sifat pribadi

d. Adanya pengaruh dari kelompok luar. (Subarsono, 2006:25)

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan

merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kepentingan banyak orang

yang menghasilkan sebuah aturan baru. Untuk mencapai hal itu diperlukan

adanya strategi managemen dalam bertindak selama proses pembuatan

kebijakan serta, diperlukan adanya pemikiran yang kuat artinya, suatu

kebijakan harus rasional. Sehingga, dapat diterima dimasyarakat.

2. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia berbagai

macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri. Arti pendidikan itu

sendiri juga menimbulkan berbagai macam pandangan, termasuk

bagaimana pendidikan harus diselenggarakan dan metode seperti apa yang

harus dipakai (Soyomukti, 2015: 21-22).

Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogy”

yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah

diantar oleh seorang pelayan. Pelayan yang mengantar dan menjemput

dinamakan “paedagogos”. Dalam bahasa Romawi pendidikan diistilahkan

sebagai educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam.

Dalam bahasa Inggris pendidikan diistilahkan to educate yang berarti

memperbaiki moral dan melatih intelektual (Kadir, dkk, 2012: 59).

Banyak pendapat yang berlainan tentang pendidikan. Walaupun demikian,

pendidikan berjalan terus tanpa menunggu keseragaman arti.

Dalam arti luas, pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala

pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan

sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang

mempengaruhi pertumbuhan individu. Pendidikan seumur hidup

bermakna bahwa pendidikan adalah bagian dari kehidupan sendiri.

Pengalaman belajar dapat berlangsung dalam segala lingkungan dan

sepanjang hayat (Soyomukti, 2015: 22). Sedangkan Karakteristik khusus

Pendidikan dalam arti luas, yaitu:

a. Masa pendidikan.

Pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada

pengaruh lingkungan.

Page 28: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

12

b. Lingkungan Pendidikan.

Pendidikan berlangsung dalam segala lingkungan hidup, baik yang

khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun yang ada

dengan sendirinya.

c. Bentuk Kegiatan.

Tentang dari bentuk-bentuk yang misterius atau tak disengaja sampai

dengan terprogram. Pendidikan berbentuk segala macam pengalaman

belajar dalam hidup. Pendidikan berlangsung dalam beraneka ragam

bentuk, pola, dan lembaga. Pendidikan dapat terjadi sembarang, kapan

dan di mana pun dalam hidup. Pendidikan lebih beriorientasi pada

peserta didik.

d. Tujuan.

Tujuan pendidikan terkandung dalam setiap pengalaman belajar, tidak

ditentukan dari luar. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan. Tujuan

pendidikan adalah tidak terbatas. Tujuan pendidikan adalah sama

dengan tujuan hidup (Mudyahardjo, 2012: 3-4). Dalam arti sempit, Pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah

pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan

formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah

terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai

kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubugan-

hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Sedangkan karakteristik khusus

Pendidikan dalam arti sempit, yaitu:

a. Masa Pendidikan.

Pendidikan berlangsung dalam waktu yang terbatas, yaitu masa anak

dan remaja.

b. Lingkungan Pendidikan.

Pendidikan berlangsung dalam lingkungan pendidikan yang

diciptakan khusus untuk penyelenggaraan pendidikan. Secara teknis

pendidikan berlangsung di kelas.

c. Bentuk Kegiatan.

Isi pendidikan tersusun secara terprogram dalam bentuk kurikulum.

Kegiatan pendidikan lebih berorientasi pada kegiatan guru sehingga

guru mempunyai peranan yang sentral dan menentukan. Kegiatan

pendidikan terjadwal, tertentu waktu dan tempatnya.

d. Tujuan.

Tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar. Tujuan pendidikan

terbatas pada pengembangan kemampuan-kemampuan tertentu.

Tujuan pendidikan adalah mempersiapkan hidup (Mudyahardjo,

2012: 6-7).

Dalam arti alternatif atau luas terbatas, Pendidikan adalah usaha

sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di

sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta

Page 29: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

13

didik agar dapat memainkan peran dalam berbagai lingkungan hidup

secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-

pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non-

formal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah yang berlangsung

seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-

kemampuan individu, agar dikemudian hari dapan memainkan peranan

hidup secara tepat. Sedangkan Karakteristik khusus Pendidikan dalam arti

alternative atau luas terbatas, yaitu:

a. Masa pendidikan.

Pendidikan berlangsung seumur hidup, yang kegiatan-kegiatannya

tidak berlangsung sembarang, tetapi pada saat-saat tertentu.

b. Lingkungan pendidikan.

Pendidikan berlangsung dalam sebagian dari lingkungan hidup.

Pendidikan tidak berlangsung dalam lingkungan hidup yang tergelar

dengan sendidirinya. Lingkungan alam sekitar yang alami tidak

merupakan lingkungan pendidikan. Pendidikan hanya berlangsung

dalam lingkungan hidup kultural.

c. Bentuk Kegiatan.

Pendidikan dapat berbentuk pendidikan formal, pendidikan informal,

dan pendidikan non-formal. Kegiatan pendidikan dapat berbentuk

bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan. Pendidikan selalu

merupakan usaha sadar yang tercakup didalamnya usaha pengelolaan

pendidikan, baik dalam bentuk pengelolaan pendidikan nasional

maupun satuan pendidikan, serta usaha melaksanakan kegiatan

pendidikan. Pendidikan brorientasi kepada komunikasi pendidik

dengan peserta didik. Kegiatan pendidikan berbentuk kegiatan belajar

mengajar.

d. Tujuan.

Tujuan pendidikan merupakan perpaduan tujuan-tujuan pendidikan

yang bersifat pengembangan kemampuan-kemampuan pribadi secara

optimal dengan tujuan-tujuan sosial yang bersifat manusia seutuhnya

yang dapat memainkan peranannya sebagai warga dalam berbagai

lingkungan persekutuan hidup dan kelompok sosial. Tujuan

pendidikan mencakup tujuan-tujuan setiap jenis kegiatan pendidikan

(bimbingan, pengajaran, dan latihan), tujuan-tujuan satuan pendidikan

nasional. Tujuan pendidikan adalah sebagian dari tujuan hidup, yang

bersifat menunjang terhadap pencapaian tujuan-tujuan hidup

(Mudyahardjo, 2012: 11-12).

Hisbullah (2009: 2-4) menyatakan bahwa dari tiga dasar pengertian

pendidikan inilah para ahli memberikan batasan-batasan tertentu tentang

hakikat pendidikan sesuai dengan sudut pandang masing-masing.

Langeveld memaparkan Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,

perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada

pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap

Page 30: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

14

melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang

dewasa atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku,

putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang

yang belum dewasa.

Sedangkan John Dewey menyatakan bahwa Pendidikan adalah

proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual

dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Lain halnya apa yang

disampaikan oleh J.J. Rousseau, bahwa Pendidikan adalah yang memberi

kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak. Akan tetapi kita

membutuhkannya pada waktu dewasa.

Carter V. Good (1959) membagi pengertian pendidikan ke dalam

dua point, yaitu:

a. Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching.

b. The systematized learning or instruction concerning principles and

methods of teching and of student control and guidance; largelly

replaced by the term eduction.

Ahmad D. Marimba (1976: 671) mendefenisikan Pendidikan adalah

bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama. Hal yang sama juga dipaparkan oleh Ki Hajar

Dewantara (2004) bahwa Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup

tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun

segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai

manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan

dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989, Pendidikan adalah usaha sadar

untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Dan menurut

UU No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara.

Dari beberapa batasan di atas meskipun berbeda secara redaksional,

namun secara esensial terdapat unsur yang sama. Pendidikan merupakan

suatu proses, kegiatan manusiawi, hubungan antarpribadi. dan untuk

mencapai tujuan.

Menurut Triwijayanto (2014:24), Unsur-unsur dalam pendidikan

meliputi beberapa hal yang saling terkait. Unsur-unsur tersebut antara lain

peserta didik, pendidik, interaksi edukatif, tujuan pendidikan, isi

pendidikan, kurikulum, dan lingkungan Pendidikan.

Page 31: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

15

a. Subjek yang dibimbing (peserta didik).

Peserta didik berstatus sebagai subjek didik yaitu subjek atau

pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku

pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin

mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna

memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang

hidupnya. Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik

ialah:

1) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas,

sehingga merupakan insan yang unik.

2) Individu yang sedang berkembang.

3) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan

manusiawi.

4) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri (Tirtarahardja

& La Sulo, 2008: 52).

b. Orang yang membimbing (pendidik).

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi

sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,

instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan

khususannya, serta berpartisipasi dalam menyelanggarakan

pendidikan. (Triwijayanto, 2014: 25). Dalam menyampaikan materi

tentang ilmu pengetahuan yang diampu oleh setiap pendidik. Seorang

pendidik diharapkan sudah mampu menguasai setiap materi yang ada.

Hal ini kan baik pula jika didukung dengan media pembelajaran untuk

membantu penyampaian materi oleh pendidik agar peserta didik dapat

dengan mudah memahami apa yang disampaikan. Karna menurut

Scoerning dkk (2015) Teachers struggle to predict what students will

share, to envision managing students’ sharing, or leveraging student

thinking for learning. This leads to uncertainty in the class-room,

requiring increased improvisation where teachers act as guides for

student learning while still allowing students to make choices about

what and how to learn. Pernyataan ini di sambung oleh Larkin (2013),

bahwa Enabling students to make choices also requires a more

flexible understanding of the science content, a competence eluding

many nov-ices. (Christa Haverly, dkk. 2019:63).

c. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)

Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik

antarpeserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan

pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh

melalui proses berkomunikasi intensif dengan memanipulasikan isi,

metode, serta alat-alat pendidikan. (Tirtarahardja & La Sulo, 2008:

52). Dalam suatu proses belajar mengajar seorang pendidik

diharapkan tidak hanya monoton menggunakan metode ceramah saja,

namun juga harus komunikatif terhadap peserta didik. Akan lebih baik

Page 32: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

16

lagi jika metode-metode yang digunakan dalam menyampaikan materi

pelajaran bisa berubah-ubah dengan tetap memperhatikan kaidah-

kaidah yang ada.

d. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).

Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang

dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakan kegiatan

pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan

pengajaran atau latihan, diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan

itu (Suradi, 2012: 6). Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang

nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan.

Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan

arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu

yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan (Tirtarahardja &

La Sulo, 2008: 37). Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

e. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi atau isi

pendidikan).

Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu

dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian

tujuan. Isi pendidikan merupakan materi dan kompetesi untuk

mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis

pendidikan tertentu. Isi pendidikan juga merupakan materi-materi

dalam proses pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara (Triwijayanto, 2014: 25). Materi ini meliputi

materi inti maupun muatan lokal. Materi inti bersifat nasional yang

mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan

muatan lokal misinya adalah mengembangkan kebhinnekaan

kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan. Dengan

demikian jiwa dan semangat Bhinneka Tunggal Ika dapat

ditumbuhkembangkan. (Tirtarahardja & La Sulo, 2008: 52).

f. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode atau

kurikulum).

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai

pedoman cara penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memberikan makna bahwa di

Page 33: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

17

dalam kurikulum terdapat panduan interaksi antara pendidik dan

peserta didik (Triwijayanto, 2014: 25). Alat dan metode merupakan

suatu cara yang digunakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Alat

pendidikan dibedakan atas dua:

1) Yang bersifat preventif, yaitu yang bermaksud mencegah

terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki misalnya larangan,

pembatasan, peringatan bahkan juga hukum.

2) Yang bersifat kreatif, yaitu yang bermaksud memperbaiki,

misalnya ajakan contoh, nasehat, dorongan, pemberian

kepercayaan, saran, penjelasan, bahkan juga hukuman.

Untuk memilih dan menggunakan alat pendidikan yang efektif,

maka beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu:

1) Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai.

2) Kesesuaian dengan peserta didik.

3) Kesesuaian denga pendidik.

4) Kesesuaian dengan situasi dan kondisi saat digunakannya alat

tersebut (Tirtarahardja & La Sulo, 2008: 56-57).

g. Tempat di mana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan

pendidikan).

Lingkungan pendidikan sering dijabarkan dengan keluarga,

sekolah, dan masyarakat (Triwijayanto, 2014: 25). Berikut merupakan

penjelasan singkat mengenai tripusat pendidikan tersebut, yaitu:

1) Keluarga

Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari

sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah.

Fungsi dan peranan keluarga di samping pemerintahan dan

masyarakat, dalam Sisdiknas Indonesia tidak terbatas hanya pada

pendidikan keluarga saja, akan tetapi keluarga ikut serta

bertanggung jawab terhadap pendidikan lainnya. Dalam UU RI No

2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas yang menegaskan fungsi dan

peranan keluarga dalam pencapaian tujuan pendidikan yakni

membangun Indonesia seutuhnya. Lingkungan keluarga

merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan karena

itu tugas pendidikan adalah mencari cara, membantu para ibu

dalam setiap keluarga agar dapat mendidik anaknya secara optimal

(Tirtarahardja & La Sulo, 2008: 168-170).

2) Sekolah

Sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk

melaksanakan pendidikan. Dalam kemajuan suatu zaman, keluarga

tidak mungkin lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan dan

aspirasi generasi muda terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.

Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah

dalam proses pembangunan masyarakat. Sekolah seharusnya

menjadi pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia sebagai

Page 34: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

18

individu, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia masa

depan (Tirtarahardja & La Sulo, 2008: 173).

3) Masyarakat

Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang

dilembagakan maupun yang tidak dilembagakan. Lambaga-

lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat,

baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan

fungsi edukatif. Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan

sangat tergantung pada taraf perkembangan dari masyarakat itu

beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di dalamnya. Di

Indonesia sendiri, perkembangan masyarakat itu sangat bervarisi

sehingga wujud sosial kebudayaan dalam masyarakat dalam

dewasa ini memiliki tipe yang berbeda-beda (Tirtarahardja & La

Sulo, 2008: 179).

3. Pengertian Kebijakan Pendidikan

Salah satu bentuk kebijakan pemerintah yaitu mengenai kebijakan

pendidikan. Kebijakan pendidikan adalah kebijakan suatu pemerintah

untuk mengatur pendidikan di negaranya (KBBI, 2005:886). Kebijakan

pendidikan merupakan keseluruhan proses dan perumusan langkah-

langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi dan misi

pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam

masyarakat untuk kurun waktu tertentu. (Tilaar, 2008:140). Kebijakan

pendidikan sebagai bagian dari kebijakan publik, maka kebijakan

pendidikan harus sebangun dengan kebijakan publik. Ensiklopedia

menyebutkan bahwa kebijakan pendidikan berkenaan dengan kumpulan

hukum atau aturan yang mengatur pelaksanaan sistem pendidikan yang

mencakup tujuan pendidikan dan cara mencapai tujuan pendidikan.

(Nugroho, 2008:36). Carter V. Good, (1959:18) mendefiniskan

educational policy is judgment, derived from some system of values and

some assesment of situational factors. Selanjutnya operating within

institutionalized education as general plan for guiding decision regarding

means of attaining desired educational objectives. Kemudian menurut

Hasbullah (2015: 47-48) menyatakan bahwa kebijakan pendidikan

merupakan produk sistem dan politik pendidikan, oleh karenanya

stratifikasi kebijakan pada dasarnya sangat luas dan beragam, dari yang

bersifat makro hingga bersifat mikro. Secara garis besar terdapat dua strata

dalam stratifikasi kebijakan pendidikan yang terdiri atas:

a. Kebijakan pendidikan di tingkat pusat, dimana kebijakan ini

diimplementasikan oleh institusi pemerintah yang ada ditingkat pusat

dan memiliki ruang lingkup nasional, dan oleh sebab itulah kebijakan

ini berlaku disemua wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Misalnya, seperti Ujian Nasional (UN).

Page 35: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

19

b. Kebijakan pendidikan ditingkat daerah yang menetapkan kebijakan

ini adalah pemerintah daerah yang memiliki ruang lingkup daerah,

oleh sebab itulah kebijakan ini hanya berlaku pada daerah tertentu

saja yakni hanya daerah yang menetapkan keputusan atau kebijakan

tersebut. Misalnya, mengenai kebjakan tentang sistem zonasi PPDB.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan

pendidikan merupakan salah satu kebijakan publik yang berasal dari

pemerintah, baik itu berasal dari pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah mengenai aturan-aturan tentang pendidikan yang harus diterapkan

oleh semua lembaga pendidikan dimana aturan-aturan tersebut bertujuan

memperbaiki sistem pendidikan yang telah teralisasi.

4. Pendekatan Kebijakan dalam Pendidikan

Membuat Kebijakan dalam pendidikan ada pendekatan yang harus

dilakukan. Menurut Sagala (2006: 100-102) ada dua pendekan kebijakan

dalam pendidikan, yaitu pendekatan empirik (empirical) dan pedekatan

evaluatif.

a. Pendekatan Empirik (Empirical)

Pendekatan empiris ditekankan pada penjelasan berbagai sebab

dan akibat dari suatu kebijakan tertentu dalam bidang pendidikan

yang bersifat faktual atau fakta macam informasi yang dihasilkan

bersifat deskriptif dan predikti

Penelitian kebijakan publik bersifat empiris dan kuantitatif pada

suatu organisasi dilakukan seperti masalah-masalah kemiskinan,

pemberantasan buta huruf, gelandangan di kota, penyakit masyarakat,

dan kontrol politik berlawanan dengan tradisi yang lebih tua seperti

spekulasi filosofis, mistik, takhayul, dan otoritas agama terutama

mengandalkan observasi yang didasarkan pada pengalaman spekulatif

untuk membenarkan pernyataan dan pengetahuan. Kebijaksanaan

merupakan proses rasional dimana analisis menghasilkan informasi

dan argument yang masuk akal mengenai pemecahan-pemecahan

potensial atas masalah kebijaksanaan.

Dengan demikian informasi kebijakan dalam penyelenggaraan

pendidikan melalui pendekatan empiris akan menghasilkan informasi

penyelenggaraan pembelajaran yang aktual yang dibutuhkan di

lapangan pada akhirnya dapat mengarah ke pernyataan kebijakan

yang bisa saja sama sekali berbeda dengan kondisi objektif di

lapangan.

b. Pendekatan Evaluatif

Pendekatan evaluatif ditekankan pada penentuan bobot atau

manfaatnya (nilai) beberapa kebijakan menghasilkan informasi yang

bersifat evaluatif. Evaluasi terhadap kebijakan membantu menjawab

pertanyaan-pertanyaan evaluatif yaitu bagaimana nilai suatu kebijakan

dan menurut nilai yang mana kebijakan itu ditentukan. Dengan

Page 36: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

20

demikian dapat ditegaskan bahwa evaluasi kebijakan pendidikan

adalah suatu aktivitas untuk mengetahui seberapa jauh kebijakan

benar-benar dapat diterapkan dan dilaksanakan serta seberapa besar

dapat memberikan dampak nyata memenuhi harapan terhadap

khalayak sesuai direncanakan.

Model evaluasi kebijakan terdiri dari : (1) evaluasi proses, yaitu

samapai dimana kebijakan telah dilaksanakan oleh pihak-pihak yang

terkait dengan kebijakan sesuai dengan garis-garis yang telah

ditetapkan dan (2) evaluasi dampak yaitu seberapa besar kebijakan ini

telah menyebabkan perubahan pada tujuan yang harus dicapai.

Sedangkan Dunn menegaskan bahwa evaluasi kebijakan organisasi

digolongkan menjadi tiga, yaitu : (1) evaluasi semu (pseudo

evaluation) yang sekedar mempersoalkan alat-alat evaluasinya,

umumnya sekadar mempersoalkan apakah alat-alat evaluasi yang

dipergunakan telah memenuhi persyaratan sebagai alat evaluasi yang

baik seperti sahih (valid), punya ketetapan dapat dipercaya (reliable),

layak praktis (feasible), dan sebagainya. (2) evaluasi resmi (formal

evaluation) disamping mempersoalkan validitas, realibilitas, dan

fisibilitas alat-alat evaluasi, juga sekaligus melihat substansi yang

dievaluasi. Informasi-informasi yang didapatkan dalam evaluasi

formal ini dilihat kesahihan dan keadaannya, dan substansi-substansi

yang dievaluasi juga dilihat apakah telah sesuai dengan target-target

yang telah ditetapkan atau belum, dan (3) evaluasi berdasarkan teori

keputusan (decision theoretic evaluation) didasarkan atas banyak

kompromi dan bahkan consensus, maka evaluasi kebijakan

berdasarkan teori keputusan ini selain memperhatikan kesahihan dan

keandalan juga mempertimbangkan harga atau nilainya, bagi mereka

yang terlibat dalam proses pembuatan keputusan.

Dengan demikian evaluasi kebijakan adalah suatu aktivitas yang

didesain untuk menilai sejauh mana kebijkan-kebijakan yang telah

dibuat telah berhasil sesuai seperti yang diharapkan atau tidak.

5. Model-model Kebijakan dalam Pendidikan

Menurut Stokey dan Zeckhuaser “A model is simplified

representation of some aspect of the real world. Sometimes of an object,

sometimes of a situation or a process. It may be an acyual physical

representation, a globe, for instance or a diagram, a concept, oe even a

set a question”. Jadi, model adalah representasi dari sebuah aspek dalam

dunia nyata yang disederhanakan. Kadang-kadang model berupa objek,

sebuah situasi atau proses. Namun, yang jelas model itu representasi fisik

yang nyata. Seperti globe (bola dunia), diagram, sebuah konsep dan

bahkan sederet pertanyaan. (Fattah, 2012:59-60)

Istilah tipe-tipe model kebijakan menurut Dunn terdiri dari enam

model, yaitu model deskriptif, model normatif, model verbal, model

Page 37: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

21

simbolis, model prosedural, model sebagai pengganti dan perspektif.

(Sagala, 2006:105)

a. Model Deskriptif

Model deskriptif menurut Suryadi dan Tilaar adalah suatu

prosedur atau cara yang digunakan untuk penelitian dalam ilmu

pengetahuan baik murni maupun terapan untuk menerangkan suatu

gejala yang terjadi dalam masyarakat. Sedangkan menurut Cohn

model deskriptif adalah pendekatan positif yang diwujudakan dalam

bentuk upaya ilmu pengetahuan menyajikan suatu “state of the art”

atau keadaan apa adanya dari suatu gejala yang sedang diteliti dan

perlu diketahui para pemakai. Tujuan model deskriptif oleh Dunn

memprediksikan atau menjelaskan sebab-sebab dan konsekuensi-

konsekuensi dari pilihan-pilihan kebijakan.

Penafsiran secara ilmiah mengenai gejala kemasyarakatan

dalam model deskriptif agar diperoleh kesepakatan umum mengenai

suatu permasalahan yang sedang disoroti untuk menerangkan suatu

gejala, adalah menerangkan apa adanya tentang hasil dari suatu upaya

yang dilakukan oleh suatu kegiatan atau program, dan menyajikan

informasi yang diperlukan sebagai bahan masukan bagi pengambilan

keputusan. Misalnya, untuk meramalkan kinerja pendidikan dalam hal

ini Departemen Pendidikan Nasional, bersama konsorsium pendidikan

pada tataran makro nasional mempersiapkan ramalan yang berkaitan

dengan kualitas lulusan dan eliminasi angka drop out sebagai laporan

bidang pendidikan oleh Presiden.

b. Model Normatif

Pendekatan normatif menurut Suryadi dan Tilaar disebut juga

pendekatan perspektif yang merupakan upaya ilmu pengetahuan

menawarkan suatu norma, kaidah, atau resep yang dapat digunakan

oleh pemakai untuk memecahkan suatu masalah. (Sagala, 2006:105)

Model ini bertujuan bukan hanya untuk menjelaskan dan/atau

memprediksi, tetapi juga memberikan dalil dan rekomendasi untuk

mengoptimalkan pencapaian beberapa utilitas (nilai). Di antara

beberapa jenis model normatif yang digunakan oleh para analis

kebijakan adalah model normatif yang membantu menentukan tingkat

kapasitas pelayanan yang optimum. (Fattah, 2012:61)

Model normatif tidak hanya memungkinkan analis atau

pengambil kebijakan memperkirakan masa lalu, masa kini, dan masa

datang. Pendekatan normatif dalam analisis kebijakan dimaksudkan

untuk membantu para pengambil keputusan (Menteri, Gubernur,

Bupati/Walikota, dan Kepala Sekolah) memberikan gagasan hasil

pemikiran agar para pengambil keputusan dapat memecahkan suatu

masalah kebijakan. Pendekatan normatif ditekankan pada rekomendasi

serangkaian tindakan yang akan dating (aksi) yang dapat

Page 38: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

22

menyelesaikan masalah-masalah pendidikan yang dibutuhkan oleh

masyarakat pada semua jenjang dan jenis pendidikan.

c. Model Verbal

Dalam menggunakan model verbal, analisis bersandar pada

penilaian nalar untuk membuat prediksi dan menawarkan

rekomendasi. Penilaian nalar menghasilkan argumen kebijakan, bukan

berbentuk nilai-nilai angka pasti. Model verbal secara relatif mudah

dikomunikasikan diantara para ahli dan orang awam, dan biayanya

murah. Keterbatasan model verbal adalah masalah-masalah yang

dipakai untuk memberikan prediksi dan rekomendasi bersifat implicit

atau bersembunyi, sehingga sulit untuk memahami dan memeriksa

secara kritis argument-argumen tersebut sebagai keseluruhan, karena

tidak didukung informasi atau fakta yang mendasarinya.

d. Model Simbolis

Model simbolis menggunakan simbol-simbol matematis untuk

menerangkan hubungan antara variabel-variabel kunci yang dipercaya

mencari suatu masalah. Prediksi atau solusi yang optimal dari suatu

masalah kebijkan diperoleh dari model-model simbolis dengan

meminjam dan menggunakan metode-metode matematika, statistika,

dan logika. Model-model simbolis dapat memperbaiki keputusan

kebijakan, tetapi hanya jika premis-premis sebagai pijakan penyusun

model dibuat eksplisit dan jelas. Tanpa verifikasi empiris hanya ada

sedikit jaminan bahwa hasil praktik semacam itu dapat diandalkan

untuk tujuan kebijakan normative. Karena itu penentuan kebijakan atas

dasar angka-angka kuantitatif tidak cukup memadai untuk melakukan

prediksi, masih perlu data kualitatif atau fakta-fakta yang real sebagai

pertimbangan prediksi dan juga penentuan kebijakan.

e. Model Prosedural

Model prosedural menampilkan hubungan yang dinamis antara

variabel-variabel yang diyakini menjadi ciri suatu masalah kebijakan.

Prosedur simulasi dan penelitian pada umumnya (meskipun tidak

harus) diperoleh dengan bantuan komputer, yang diprogram untuk

menghasilkan prediksi-prediksi alternatif di bawah serangkaian asumsi

yang berbeda-beda. Model prosedural dicatat dengan memanfaatkan

model ekspresi yang simbolis dalam penentuan kebijakan.

Perbedaannya, simbolis menggunakan data aktual untuk

memperkirakan hubungan antara variabel-variabel kebijakan dan hasil,

sedangkan model prosedural adalah mensimulasikan hubungan antara

variabel tersebut. Model prosedural dalam ditulis dalam bahasa non-

teknis yang terfahami. Kelebihannya memungkinkan simulasi dan

penelitian yang kreatif, kelemahannya sering mengalami kesulitan

mencari data atau argument yang dapat memperkuat asumsi-

asumsinya, dan biaya model prosedural ini relatif tinggi disbanding

dengan model verbal simbolis.

Page 39: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

23

f. Model Sebagai Pengganti dan Perspektif

Pendekatan preskriptif menurut Suyadi dan Tilaar merupakan

upaya ilmu pengetahuan menawarkan suatu norma, kaidah, atau resep

yang dapat digunakan oleh pemakai memecahkan suatu masalah

khususnya masalah kebijakan. Preskripsi atau rekomendasi

diidentikkan dengan advokasi kebijakan, yang sering kali dipandang

sebagai cara membuat keputusan idiologis atau untuk menghasilkan

informasi kebijakan yang relevan dan argument-argument yang masuk

akal mengenai solusi-solusi yang memungkinkan bagi masalah publik.

Jadi pengambilan kebijakan bukan atas kemauan atau kehendak para

penentu kebijakan, tetapi memiliki alasan-alasan yang kuat dan

kebijakan tersebut memang menjadi kebutuhan publik. Bentuk

ekspresi dari model kebijakan lepas dari tujuan, menurut Dunn dapat

dipandang sebagai pengganti (surrogates) atau sebagai perspektif

(perspective).

Model pengganti (surrogate model) diasumsikan sebagai

pengganti masalah-masalah substantif. Model pengganti mulai disadari

atau tidak dari asumsi bahwa masalah formal adalah representasi yang

sah dari masalah yang substantif. Model perspektif didasarkan pada

asumsi bahwa masalah formal tidak pernah sepenuhnya mewakili

secara sah masalah substantif, sebaliknya model perspektif dipandang

sebagai satu dari banyak cara lain yang dapat digunakan untuk

merumuskan masalah substantif. Perbedaan antara model pengganti

dan perspektif adalah penting dalam analisis kebijakan publik.

6. Karakteristik Kebijakan Pendidikan

Menurut Imron (2008:23) dalam Kebijakan pendidikan ada

karakteristik khusus yang harus diperhatikan, yaitu memiliki tujuan

pendidikan, memenuhi aspek legal-formal, memiliki konsep operasional,

dibuat oleh yang berwenang, dalam dievaliasi, dan memiliki sistematika.

a. Memiliki tujuan pendidikan

Kebijakan pendidikan harus memiliki tujuan, namun lebih

khusus, bahwa ia harus memiliki tujuan pendidikan yang jelas dan

terarah untuk memberikan kontribusi pada pendidikan.

b. Memenuhi aspek legal-formal

Kebijakan pendidikan tentunya akan diberlakukan, maka perlu

adanya pemenuhan atas pra-syarat yang harus dipenuhi agar kebijakan

pendidikan itu diakui dan secara sah berlaku untuk sebuah wilayah.

Maka, kebijakan pendidikan harus memenuhi syarat konstitusional

sesuai dengan hirarki konstitusi yang berlaku di sebuah wilayah

hingga ia dapat dinyatakan sah dan resmi berlaku di wilayah tersebut.

Sehingga, dapat dimunculkan suatu kebijakan pendidikan yang

legitimat.

Page 40: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

24

c. Memiliki konsep operasional

Kebijakan pendidikan sebagai sebuah panduan yang bersifat

umum, tentunya harus mempunyai manfaat operasional agar dapat

diimplementasikan dan ini adalah sebuah keharusan untuk

memperjelas pencapaian tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

Apalagi kebutuhan akan kebijakan pendidikan adalah fungsi

pendukung pengambilan keputusan.

d. Dibuat oleh yang berwenang

Kebijakan pendidikan itu harus dibuat oleh para ahli di

bidangnya yang memiliki kewenangan untuk itu, sehingga tak sampai

menimbulkan kerusakan pada pendidikan dan lingkungan di luar

pendidikan. Para administrator pendidikan, pengelola lembaga

pendidikan dan para politisi yang berkaitan langsung dengan

pendidikan adalah unsur minimal pembuat kebijakan pendidikan.

e. Dapat dievaluasi

Kebijakan pendidikan itu pun tentunya tak luput dari keadaan

yang sesungguhnya untuk ditindaklanjuti. Jika baik, maka

dipertahankan atau dikembangkan, sedangkan jika mengandung

kesalahan, maka harus bisa diperbaiki. Sehingga, kebijakan

pendidikan memiliki karakter dapat memungkinkan adanya evaluasi

terhadapnya secara mudah dan efektif.

f. Memiliki sistematika

Kebijakan pendidikan tentunya merupakan sebuah sistem juga,

oleh karenanya harus memiliki sistematika yang jelas menyangkut

seluruh aspek yang ingin diatur olehnya. Sistematika itu pun dituntut

memiliki efektifitas, efisiensi dan stabilitas yang tinggi agar kebijakan

pendidikan itu tidak bersifat pragmatis, diskriminatif dan rapuh

strukturnya akibat serangkaian faktor yang hilang atau saling

berbenturan satu sama lainnya. Hal ini harus diperhatikan dengan

cermat agar pemberlakuannya kelak tidak menimbulkan kecacatan

hukum secara internal. Kemudian, secara eksternal pun kebijakan

pendidikan harus bersepadu dengan kebijakan lainnya; kebijakan

politik; kebijakan moneter; bahkan kebijakan pendidikan di atasnya

atau disamping dan dibawahnya.

Salah satu contoh kebijakan pendidikan yakni mengenai kebijakan

sistem zonasi. Adapun kebijakan pendidikan memiliki beberapa

karakteristik sebagai berikut (Madjid, 2018: 13-15):

a. Memiliki tujuan pendidikan. Pada kebijakan sistem zonasi memiliki

tujuan pendidikan yaitu untuk menjamin penerimaan peserta didik

baru berjalan secara objektif, transparan, akuntabel, non-diskriminatif,

dan berkeadilan dalam rangka mendorong peningkatan akses layanan

pendidikan.

b. Memiliki aspek legal-formal. Kebijakan system zonasi merupakan

kebijakan Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 yang menggantikan

Page 41: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

25

Permendikbud Nomor 17 Tahun 20017 Tentang Penerimaan Peserta

Didik Baru Pada TK, SD, SMP, SMA, SMK, atau bentuk lain yang

sederajat. Maka sudah tentu kebijakan system zonasi memiliki

pengakuan secara resmi (legal).

c. Memiliki konsep operasional. Kebijakan sistem zonasi dibuat oleh

pihak yang berwewenang yakni oleh para kementrian pendidikan dan

kebudayaan. Kebijakan tersebut dapat di evaluasi dan memiliki

sistematika.

Berdasarkan keterangan diatas maka sudah jelas kebijakan sistem

zonasi ialah salah satu kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan yang

didalamnya mengandung karakteristik kebijakan pendidikan meliputi

tujuan pendidikan, aspek legal dan memiliki konsep operasional.

7. Implementasi Kebijakan Pendidikan

Tolok ukur keberhasilan kebijakan pendidikan adalah pada

implementasinya. Beberapa teori terkait implementasi kebijakan

dikemukakan oleh para ahli. Grindle (Rusdiana, 2015:132) menyebutkan

bahwa implementasi kebijakan sesungguhnya tidak hanya terbatas pada

mekanisme penjabaran keputusan politik ke dalam prosedur rutin melalui

saluran birokrasi, tetapi berkaitan dengan masalah konflik, yaitu siapa

memperoleh apa dalam suatu kebijakan, bahkan pelaksanaan kebijakan

merupakan sesuatu yang sangat penting, kemungkinan jauh lebih penting

daripada perumusan kebijakan.

Menurut Ali Imron (2012:64) implementasi kebijakan adalah

aktualisasi kebijakan pendidikan secara konkrit di lapangan. Implementasi

kebijakan harus dilakukan, karena masalah-masalah yang dirumuskan

dalam perumusan kebijakan menuntut pemecahan masalah melalui

tindakan. Akan diketahui secara jelas melalui implementasi, apakah suatu

rumusan alternatif pemecahan masalah benar-benar sesuai dengan

masalahnya atau tidak. Melalui implementasi juga, apakah setelah

diterapkannya alternatif pemecahan masalah akan menimbulkan masalah

baru atau tidak.

Sedangkan menurut Gorton dan Scheneider (1991:65)

“Implementing inolves administrators in the process of making sure that

the plant is curried out as intended”. Artinya, implementasi melibatkan

seorang administrator pada proses memastikan rencana berjalan sesuai

yang dikehendaki. Pada dasarnya proses implementasi kebijakan

pendidikan dapat dilihat pada tahap implementasi. Sebaik apapun

kebijakan pendidikan yang sudah dibuat jika tidak diimplementasikan

maka tidak akan dapat dirasakan manfaatnya. Pendapat tersebut diperkuat

oleh Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983: 20)

mengemukakan Implementation is the carrying out a basic policy

decision, usually incorporated in a statute but which can also take the

form of important executive or court decisions. Ideally that the decision

Page 42: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

26

identitas the problems (s) to be addressed, stipulates the objective (s) to be

pursued and in a variety of ways, structures the implem entation process.

(Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya

digabungkan dalam undang-undang tetapi yang juga dapat berbentuk

keputusan eksekutif atau pengadilan yang penting. Idealnya bahwa

keputusan mengidentifikasi masalah yang harus ditangani, menetapkan

tujuan yang harus dikejar dan dalam berbagai cara, struktur proses

implementasi).

Dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan berarti

mewujudkan suatu keputusan kebijakan yang memiliki legalitas hukum

dapat berbentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan

eksekutif, dan lain-lain dalam bentuk program-program kerja yang

merujuk pada masalah yang akan ditangani oleh kebijakan. Selain itu

sebagai bagian dari proses kebijakan, maka dari hasil implementasilah

kebijakan memperoleh umpan balik, apakah perlu kebijakan direvisi atau

tidak.

Ripley dan Franklin (1986: 12) Untuk mendukung keberhasilan

implementasi kebijakan perlu didasarkan pada tiga aspek, yaitu (1) tingkat

kepatuhan birokrasi terhadap birokrasi diatasnya atau tingkatan birokrasi,

sebagaimana diatur dalam undang-undang, (2) adanya kelancaran rutinitas

dan tidak adanya masalah; serta (3) pelaksanaan dan dampak (manfaat)

yang dikehendaki dari semua program terarah. (Akib, 2010:3).

Selain itu, ada 2 (dua) persepektif yang dapat dilihat untuk melihat

keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan diimplementasikan menurut

Purwanto dan Sulistyawati, (2012:68-69), yaitu: 1) Memahami

keberhasilan implementasi dalam arti sempit yaitu sebagai kepatuhan para

implementer dalam melaksanakan kebijakan yang tertuang dalam

dokumen kebijakan. Dari persepektif kepatuhan tersebut boleh dikatakan

sangat kental dipengaruhi oleh pandangan yang melihat keberhasilan

implemtasi ditentukan oleh persoalan pengelolaan urusan administrasi dan

manajemen. keberhasilan implementasi secara mudah dapat dilihat

melalui serangkaian checklist tentang apa yang harus dilakukan oleh para

implenter dalam melakukan delivery berbagai policy output kepada

kelompok sasaran; 2) Berusaha untuk memahami implementasi secara

lebih luas yaitu mengukur keberhasilan implementasi tidak hanya dilihat

dari segi kepatuhan implenter dalam mengikuti SOP namun demikian juga

diukur dari keberhasilan mereka dalam merealisasikan tujuan-tujuan

kebijakan yang wujud nayatnya berupa munculnya dampak kebijakan.

Berdasarkan temuan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk

mencapai keberhasilan pengimplementasian kebijakan diperlukan adanya

kerjasama yang baik antara pembuat kebijakan dengan yang melaksanakan

kebijakan, disamping itu perlu adanya perhatian khusus dalam membuat

kebijakan agar dapat direalisasikan, baik dari segi manfaat dan tujuan.

Ketika kebijakn sudah harus di implementasikan perlu juga adanya

Page 43: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

27

pengawasan dari para anggota pembuat kebijakan, yang tujuannya adalah

mengevaluasi keefektifan pelakasanaan kebijakan.

8. Pendekatan dalam Perumusan Kebijakan Pendidikan

Secara teoritik, suatu kebijakan pendidikan dirumuskan dengan

mendasarkan diri pada landasan pemikiran yang lebih ilmiah empirik.

Kajian ini menggunakan pola pendekatan yang beragam sesuai dengan

faham teori yang dianut oleh masing-masing penentu kebijakan. Dalam

kajian ini, paling tidak ada dua pendekatan yang dapat direkomendasikan

kepada para penentu atau yang berwenang dalam merumuskan suatu

kebijakan pendidikan. Dua pendekatan dalam perumusan kebijakan

pendidikan tersebut adalah (1) Social demand approach dan (2) Man-

power approach. (Rohman, 2002:12)

a. Pendekatan Social Demand Approach (kebutuhan sosial)

Menurut Rohman (2002:12) Sosial demand approach adalah

suatu pendekatan dalam perumusan kebijakan pendidikan yang

mendasarkan diri pada aspirasi, tuntutan, serta aneka kepentingan

yang didesakkan oleh masyarakat. Pada jenis pendekatan jenis

ini para pengambil kebijakan, terlebih dahulu menyelami dan

mendeteksi terhadap aspirasi yang berkembang dalam masyarakat

sebelum mereka merumuskan kebijakan pendidikan yang

ditanganinya.

Pendekatan social demand sebenarnya tidak semata-mata

merespon aspirasi masyarakat sebelum dirumuskannya kebijakan

pendidikan, akan tetapi juga merespon tuntutan masyarakat sertelah

kebijakan pendidikan diimplementasikan. Partisipasi warga dari

seluruh lapisan masyarakat diharapkan terjadi baik pada masa

perumusan maupun implementasi kebijakan pendidikan. Dalam

perumusan kebijakan dapat digolongakan ke dalam tipe perumusan

kebijakan yang bersifat pasif. Artinya suatu kebijakan baru dapat

dirumuskan apabila ada tuntutan dari masyarakat terlebih dahulu.

b. Pendekatan Man-Power Approach

Pendekatan jenis ini lebih menitikberatkan kepada

pertimbangan-pertimbangan rasional dalam rangka menciptakan

ketersediaan sumber daya manusia (human resources) yang memadai

di masyarakat. Pendekatan man-power ini tidak melihat apakah ada

permintaan dari masyarakat atau tidak, apakah masyarakat menuntut

untuk dibuatkan suatu kebijakan pendidikan tertentu atau tidak, tetapi

yang terpenting adalah menurut pertimbangan-pertimbangan rasional

dan visioner dari sudut pandang pengambil kebijakan. Pemerintah

sebagai pemimpin yang berwenang merumuskan suatu kebijakan

memiliki legitimasi kuat untuk merumuskan kebijakan pendidikan.

Dapat dipetik aspek penting dari pendekatan jenis kedua ini, bahwa

secara umum lebih bersifat otoriter. Man-power approach kurang

Page 44: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

28

menghargai proses demokratis dalam perumusan kebijakan

pendidikan, terbukti perumusan kebijakannya tidak diawali dari

adanya aspirasi dan tuntutan masyarakat, akan tetapi langsung saja

dirumuskan sesuai dengan tuntutan masa depan sebagaimana dilihat

oleh sang pemimpin visioner. Terkesan adanya cara-cara otoriter

dalam pendekatan jenis kedua ini. Namun dari sisi positifnya, dalam

pendekatan man-power ini proses perumusan kebijakan pendidikan

yang ada lebih berlangsung efisien dalam proses perumusannya, serta

lebih berdimensi jangka panjang (Rohman, 2009: 114-118).

Secara teoritik, suatu kebijakan pendidikan dirumuskan dengan

mendasarkan diri pada landasan pemikiran yang lebih ilmiah

empirik. Kajian ini menggunakan pola pendekatan yang beragam

sesuai dengan faham teori yang dianut oleh masing-masing penentu

kebijakan. Dalam kajian ini, paling tidak ada dua pendekatan yang

dapat direkomendasikan kepada para penentu/berwenang dalam

merumuskan suatu kebijakan pendidikan (Rohman, 2009: 114).

9. Sistem Zonasi

Sistem Zonasi adalah Penataan Reformasi Dalam Pembagian

Wilayah Sekolah. secara keseluruhan sistem zonasi yang berlaku saat ini

merupakan landasan pokok penataan reformasi sekolah mulai dari Taman

Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Sistem Zonasi

yang mengatur mengenai zona wilayah bagi calon siswa dimuat dalam

Sistem PPDB yang baru melalui Permendikbud No.14 Tahun 2018.

Sistem zonasi terbaru ini prinsip nya hampir sama dengan Bina

lingkungan, hanya saja pada jumlah kuota sistem zonasi ini jauh lebih

banyak dibandingkan bina lingkungan yaitu mencapai 90%.

Menurut Abidin dan Asrori (2018:6) Sistem zonasi merupakan

bagian dari upaya reformasi sekolah dalam meningkatkan kualitas

pendidikan di Indonesia. Adanya sistem zonasi ini mampu menciptakan

pemerataan, siswa berprestasi tidak berkumpul di sekolah favorit saja

karena mau tidak mau mereka harus mendaftar di sekolah terdekat dan

tidak bisa mendaftar ke sekolah yang jaraknya jauh walaupun

menyandang status favorit.

Hal senada juga disampaikan oleh Wahyuni (2018:14) bahwa Sistem

zonasi pada penerimaan peserta didik baru merupakan kebijakan yang

telah berjalan sejak tahun 2017, yang dimaksudkan untuk pemerataan

kualitas pendidikan yang diharapkan dapat menghilangkan istilah sekolah

favorit atau sekolah unggulan.

Selain itu, adanya sistem zonasi ini akan memacu peningkatan

kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, karena sekolah akan menerima

peserta didik yang berprestasi maka mau tidak mau kualitas pengajar harus

ditingkatkan agar dapat membina peserta didik dengan baik (Pengaribuan,

2019:4). Sehingga melalui sistem zonasi tersebut akan mudah mengetahui

Page 45: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

29

jumlah guru yang dibutuhkan serta menghilangkan terjadinya

penumpukkan sejumlah guru yang berkompeten pada wilayah tertentu.

Berdasarkan ketentuan dari Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018

yang menggantikan Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017, bahwa sekolah

yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerapkan sistem

zonasi. Sekolah wajib menerima calon peserta didik baru yang berdomisili

pada radius zona terdekat dari sekolah paling sedikit 90% dari total jumlah

peserta didik yang diterima. Domisili calon peserta didik tersebut

berdasarkan alamat pada kartu keluarga yang paling lambat diterbitkan

enam bulan sebelum pelaksanaan penerimaan peserta didik baru. Radius

zona terdekat ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kondisi

daerah tersebut dengan memperhatikan ketersediaan anak usia sekolah di

daerah tersebut. Penetapan radius zona pada sistem zonasi ditentukan oleh

pemerintah daerah dengan melibatkan musyawarah atau kelompok kerja

kepala sekolah. Sekolah yang berada di daerah perbatasan provinsi atau

kota atau kabupaten ketentuan persentase dan radius zona terdekat

ditetapkan melalui kesepakatan tertulis antara pemerintah daerah yang

saling berbatasan. Sekolah dapat menerima calon peserta didik sebesar

10% dari total jumlah peserta didik dibagi menjadi dua kriteria, yaitu 5%

untuk jalur prestasi dan 5% untuk peserta didik yang mengalami

perpindahan domisili.

Sistem zonasi diberbagai daerah memiliki kebijakan masing-

masing. Namun, pada pelaksanaanya tetap mengkrucut pada tujuan

diberlakukannya kebijakan tersebut. Seperti yang disampaikan oleh

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (edukasi.

kompas.com, 5 Juni 2018) mengatakan melalui sistem zonasi pemerintah

ingin melakukan reformasi sekolah secara menyeluruh. Pemerintah

memiliki target bahwa pemerataan tidak hanya untuk akses pada

pelayanan pendidikan saja, melainkan juga pemerataan kualitas

pendidikan. Muhadjir Effendy juga menambahkan sistem zonasi adalah

salah satu strategi percepatan pemerataan pendidikan yang berkualitas.

Diharapkan dengan adanya implementasi sistem zonasi ini permasalahan

dalam pemerataan kualitas pendidikan terselesaikan. Sistem zonasi

merupakan bagian dari upaya reformasi sekolah dalam meningkatkan

kualitas pendidikan di Indonesia.

Berdasarkan pandangan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

sistem zonasi merupakan langkah awal pemerintah untuk menciptakan

pemerataan pendidikan bagi masyarakat yang dapat ditempuh melalui

jarak tempat tinggal ke tempat sekolah.

10. Ketentuan dalam Sistem Zonasi

Adapun ketentuan sistem zonasi menurut Undang-Undang

Permendikbud No. 14 Tahun 2018 Pasal 16 Tentang Sistem Zonasi,

yaitu:

Page 46: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

30

a. Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib

menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona

terdekat dari Sekolah paling sedikit sebesar 90% (sembilan puluh

persen) dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima.

b. Domisili calon peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berdasarkan alamat pada kartu keluarga yang diterbitkan paling

lambat 6 (enam) bulan sebelum pelaksanaan PPDB.

c. Radius zona terdekat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kondisi di daerah

tersebut berdasarkan: a. ketersediaan anak usia Sekolah di daerah

tersebut; dan b. jumlah ketersediaan daya tampung dalam rombongan

belajar pada masing-masing Sekolah.

d. Dalam menetapkan radius zona sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

pemerintah daerah melibatkan musyawarah/kelompok kerja kepala

Sekolah.

e. Bagi Sekolah yang berada provinsi/kabupaten/kota, di daerah

ketentuan perbatasan persentase dan radius zona terdekat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diterapkan melalui

kesepakatan secara tertulis antar pemerintah daerah yang saling

berbatasan.

f. Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dapat

menerima calon peserta didik melalui:

1) jalur prestasi yang berdomisili diluar radius zona terdekat

dari Sekolah paling banyak 5% (lima persen) dari total jumlah

keseluruhan peserta didik yang diterima; dan

2) jalur bagi calon peserta didik yang berdomisili di luar zona

terdekat dari Sekolah dengan alasan khusus meliputi perpindahan

domisili orangtua/wali peserta didik atau terjadi bencana

alam/sosial, banyak 5% (lima persen) dari total paling jumlah

keseluruhan peserta didik yang diterima.

11. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Zonasi

Mengetahui adanya kelebihan dan kekurangan pada suatu

kebijakan perlu kiranya dianalisis menggunakan metode atau cara. Pada

penelitian ini Penulis menganalisa kebijakan sistem zonasi dengan

menggunkan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan

threats).

a. Stengths (Kekuatan)

Kepedulian pemerintah untuk kemajuan negara, agar mampu

bersaing dengan manca negara secara gelobal. Pemerintah berupaya

membenahi dengan memperbaiki sumber daya manusia melalui

pendidikan. Kita dapat melihat kebelakang. Masa Pra-Orde Baru,

pendidikan dijadikan sebagai alat indoktrinasi. Pada masa orde baru,

pendidikan dijadikan alat penyeragaman denagn ekonomi sebagai

Page 47: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

31

panglima. Hasilnya, pada masa akhir orde baru, pendidikan justru

mengingkari kebhinekaan sebagai potensi kekayaan dan keragaman

budaya di Indonesia bahkan sebagai falsafah bangsa Indonesia

(Tilaar, 2000:2-4). Lalu, munculah masa kritis yang kalau jujur diakui

sebagai refleksi kondisi atau keadaan pemerintah yang telah

menelantarkan pendidikan nasional. Jadi sudah amat cukup lama

pendidikan di Indonesia dianaktirikan, dipinggirkan, dipandang

sebelah mata. Padahal hasilnya pendidikan disuatu negara akan

berdampak positif pada semua sendi kehidupan (Chan, 2005: 105).

Oleh karena itu, kita dapat berbangga hati atas kepedulian

pemerintah saat ini cukup besar pada bidang pendidikan. Hal ini

terbukti dari adanya kebijakan tentang pemerataan pendidikan

memiliki tujuan yang jelas dan tegas yaitu untuk menjamin

penerimaan peserta didik baru berjalan secara objektif, transparan,

akuntabel, non-diskriminatif, dan berkeadilan dalam rangka

mendorong peningkatan akses layanan pendidikan. Selain itu,

kebijakan ini didukung oleh berbagai pihak seperti lembaga

pendidikan (sekolah, dinas pendidikan daerah), masyarakat dan

pemerintah. Dalam hal ini pemerintah siap memberikan pelayanan

pendidikan pada setiap lembaga pendidikan secara menyeluruh.

Kemudian, masyarakat diberikan keadilan untuk mendapatkan

pendidikan melalui fasilitas yang diberikan pemerintah.

b. Weaknesses (Kelemahan)

Berbicara mengenai kekuatan, adapula yang menjadi kelemahan

pada kebijakan ini yaitu pada nyatanya pelayanan pemerintah kurang

memadai, seperti tidak seimbangnya antara jumlah calon peserta

didik dengan kesediaan sekolah negeri, seperti menurut Purwanti

(2019:12) yang menyatakan bahwa kebijakan pemerintah daerah yang

tidak mendukung, serta ketidaksiapan pemerintah daerah dalam

menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas di

semua sekolah, dan kurangnya sosialisasi penetapan zonasi disetiap

wilayah yang menimbulkan miskomunikasi/kesalahfahaman

(Pangaribuan, 2019:10). Selain itu, pemerintah pusat juga belum

memberikan sanksi secara terperinci pada lemabaga pendidikan yang

apabila tidak melakukan secara prosedur/aturan yang berlaku.

c. Opportunities (Peluang/Ancaman)

Kebijakan sistem zonasi mempermudah pemerintah pusat dan

daerah untuk memetakan dan memberikan peningkatan akses

pendidikan, baik terkait fasilitas sekolah, metode pembelajaran,

maupun kualitas dan distribusi guru, sehingga mempercepat

pemerataan mutu pendidikan di seluruh daerah. (portal informasi

indonesia, Indonesia.go.id). Selain itu, kebijakan ini memberikan

peluang terhadap kebermanfaatan waktu dan keadaan peserta didik

yaitu lebih hemat waktu dan lebih hemat biaya transportasi karena

Page 48: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

32

jarak sekolah dekat, dapat mengurangi kemancetan serta kondisi

peserta didik lebih bugar.

d. Threats (Tantangan)

Ada beberapa tantangan yang harus siap dihadapai oleh

pemerintah, sekolah, siswa dan masyarakat. Bagi pemerintah dan

sekolah, mereka harus saling bersinergi untuk segera memberikan

pelayanan dan fasilitas, yaitu untuk memenuhi jumlah sekolah negeri

serta fasilitas didalamnya seperti menyediakan guru PNS

(profesional), mensosialisasikan secara menyeluruh, menentukan titik

zona disetiap daerah, dan lain-lain. Sedangkan untuk siswa dan

masyarakat, mereka harus siap menerima untuk belajar dengan

siapapun dan dengan latar belakang siswa yang berdeda-beda.

B. KERANGKA KONSEPTUAL

Setelah dilakukan penguraian terhadap beberapa pengertian dan konsep

yang akan membatasi penelitian ini, maka kerangka konseptual merupakan

instrument yang memberikan penjelasan bagaimana upaya penulis memahami

pokok masalah, maka penulis mengambil beberapa faktor yang menjadi

indikator pengaruh dari penerimaan peserta didik baru melalui sistem zonasi

yaitu objektif, akuntabel, transparan dan tanpa diskriminasi serta faktor-faktor

yang mempengaruhi proses belajar yang terdiri dari faktor internal dan faktor

eksternal.

Gambar. 2.1 Bagan Kerangka Konseptual

Perspektif Kebijakan Pendidikan

Sistem Zonasi

Orang Tua Guru Kepala Sekolah

Positif dan Negatif

Aspek –aspek

Kebijakan Sistem zonasi:

1. Sekolah Favorit

2. Pemerataan sekolah

3. Biaya transportasi

4. Fasilitas sarana dan prasarana

5. Kualitas pelayanan mutu

6. Jarak rumah ke sekolah

Page 49: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

33

C. PENELITIAN YANG RELEVAN

Pembahasan pada karya ilmiah ini, tentu ada karya ilmiah sebelumnya

yang salah satu menjadi pertimbangan dalam pengambilan judul pada karya

ilmiah yang akan penulis lakukan. Berikut penelitian terdahulu yang telah

dilakukan:

1. Jati Prasetyo (2018), karya ilmiah yang berjudul Evaluasi Dampak

Kebijakan Sistem Zonasi PPDB Terhadap Jarak Tempat Tinggal Dan

Biaya Transportasi Pelajar SMA di DIY. Untuk mengetahui keberhasilan

dan dampak dari kebijakan ini, perlu dilakukan evaluasi berdasarkan

analisis fakta dan bukti secara empiris. Evaluasi dampak kebijakan

dilakukan dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah kebijakan

diberlakukan. Variabel yang dipilih sebagai indikator untuk mengukur

keberhasilan dan dampak dari kebijakan ini adalah jarak antara tempat

tinggal dengan sekolah dan biaya transportasi yang dikeluarkan pelajar,

sementara yang menjadi objek penelitian adalah pelajar jenjang SMA di

wilayah DIY. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk

mengevaluasi dampak kebijakan sistem zonasi dalam PPDB terhadap

jarak tempat tinggal dengan sekolah dan biaya transportasi yang

dikeluarkan pelajar SMA di wilayah DIY.

Hasil penelitian membuktikan secara empiris bahwa rata-rata jarak

tempat tinggal dengan sekolah dan biaya transportasi pelajar SMA di

DIY mengalami penurunan signifikan setelah diberlakukannya kebijakan

sistem zonasi dalam PPDB. Hal itu berarti bahwa kebijakan ini bisa

dikatakan telah berhasil mencapai tujuannya dan berdampak positif bagi

masyarakat. Temuan lainnya dalam penelitian adalah waktu tempuh

perjalanan pulang pergi pelajar juga diperkirakan berkurang sehingga

secara teori kebijakan ini juga berdampak mengurangi kemacetan.

Keterbatasan utama penelitian adalah kurangnya literatur dan penelitian

terdahulu di Indonesia dan ketersediaan data yang masih mentah.

Implikasi dari penelitian yaitu rekomendasi berdasarkan hasil penelitian

kepada pemerintah untuk melanjutkan kebijakan ini, mempromosikan

moda transportasi umum serta moda transportasi sehat bagi pelajar,

penambahan kapasitas daya tampung sekolah negeri, serta evaluasi lebih

lanjut secara komprehensif terhadap kebijakan sistem zonasi ini.

2. Azizah Arifinna Safarah dan Udik Budi Wibowo (2018), karya ilmiah

yang berjudul Program Zonasi Di Sekolah Dasar Sebagai Upaya

Pemerataan Kualitas Pendidikan Di Indonesia. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui upaya pemerataan kualitas pendidikan melalui program

zonasi sekolah dasar di Indonesia. Penelitian ini merupakan studi literatur

yang membahas program zonasi sekolah sebagai upaya pemerataan

pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat dipisahkan dari

pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidikan memiliki dua elemen

kunci yakni membekali individu dengan pengetahuan yang

memungkinkan mereka mengambil bagian dalam segala aspek kehidupan

Page 50: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

34

serta memberikan akses pendidikan seluas-luasnya kepada setiap individu.

Salah satu upaya dalam pemerataan pendidikan yang dilakukan oleh

pemerintah yaitu program zonasi sekolah.

Hasil studi menunjukkan bahwa program zonasi sekolah menjadi

salah satu program yang efektif dari pemerintah dalam mewujudkan

pemerataan pendidikan di Indonesia.

3. Desi Wulandari, Adelina Hasyim, dan Yunisca Nurmalisa (2018), karya

ilmiah Yang berjudul Pengaruh Penerimaan Peserta Didik Baru Melalui

Sistem Zonasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Tujuan Penelitian ini

adalah menganalisis Pengaruh penerimaan peserta didik baru melalui

sistem zonasi terhadap prestasi belajar siswa kelas VII di SMPN 1

Labuhan Ratu Lampung Timur Tahun Pelajaran 2017/2018. Metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32

responden. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan analisis

data menggunakan Chi Kuadrat.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa

terdapat pengaruh yang positif atau signifikan dengan kategori keeratan

tinggi antara penerimaan peserta didik baru melalui sistem zonasi terhadap

prestasi belajar siswa kelas VII SMPN 1 Labuhan Ratu Lampung Timur

Tahun Pelajaran 2017/2018.

4. Dian Purwanti (2018), karya ilmiah yang berjudul Efektivitas Kebijakan

Penerimaan Peserta Didik Baru Sistem Zonasi Bagi Siswa Rawan

Melanjutkan Pendidikan (The Effectiveness of New Student Admission of

Zoning System Policy for Students Prone to Continue Education).

Penerimaan Peserta Didik Baru yang familiar dengan akronim PPDB

adalah kegiatan rutin tahunan yang merupakan tahap seleksi bagi calon

peserta didik baru yang diselenggarakan oleh panitia tingkat Sekolah

dibawah pengawasan dan koordinasi Dinas Pendidikan. Kebijakan PPDB

sistem zonasi kota Bandung mengusung asas objektif, transparan,

akuntabel, dan berkeadilan. Melalui sistem zonasi pemerintah kota

Bandung berharap semua warga kota Bandung bisa mendapatkan

layanan pendidikan yang lokasinya dekat dengan tempat tinggal,

sehingga lebih hemat waktu, lebih hemat biaya transportasi, kondisi

peserta didik lebih bugar, mengurangi kemacetan, dan terjadi pemerataan

pendidikan. Pada proses implementasi kebijakan sistem zonasi tahun

ajaran 2018/2019, semua SMP Negeri terpenuhi kuotanya dan

menampung 90% calon siswa yang domisilinya dekat dengan sekolah.

Adapun yang menjadi permasalahan adalah sistem ini tidak efektif untuk

mengurangi angka tidak melanjutkan sekolah bagi anak-anak dari

kalangan RMP. Dengan metode uji beda vektor rata-rata butir indikator,

penelitian ini mencoba mengevaluasi efektivitas kebijakan sistem zonasi

yang diimplementasikan pada tahun 2017 dan 2018.

Page 51: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

35

Sehingga dapat diketahui kebijakan sistem zonasi terbukti dapat

meningkatkan angka partisipasi kasar dari siswa RMP, namun tidak

efektif dalam mengurangi angka tidak melanjutkan sekolah bagi anak-

anak RMP, karena faktanya tidak semua anak RMP berdomisili di dekat

sekolah. Berdasarkan hal tersebut peneliti merekomendasikan agar Dinas

Pendidikan memastikan proses yang dilakukan tepat sasaran.

5. Elsa Nida Pangaribuan dan Nunuk Hariyati (2019), karya ilmiah yang

berjudul “Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi Penerimaan Peserta

Didik Baru Jenjang Smp Di Kabupaten Gresik”. Penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan sistem zonasi dan kendala

yang dihadapi dalam pelaksanaan kebijakan sistem zonasi penerimaan

peserta didik baru jenjang SMP di Kabupaten Gresik. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek

penelitian ini yakni Kasi Kurikulum SMP, Staf Kurikulum SMP, Kabid

Pendidikan Dasar, Waka Kesiswaan, Wakil Kepala Sekolah. Teknik

pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut : (1) Implementasi kebijakan

sistem zonasi pada PPDB jenjang SMP di Kabupaten Gresik telah

dilaksanakan selama dua tahun yang bertujuan untuk pemerataan kualitas

pendidikan pada sekolah-sekolah di wilayah Kabupaten Gresik, sejauh ini

sudah implementasi kebijakan sistem zonasi di Kabupaten Gresik telah

berjalan dengan efektif karena telah nampak potensi-potensi peserta didik

mulai merata di wilayah Kabupaten Gresik. (2) Kendala yang dihadapi

dalam implementasi sistem zonasi yaitu kekurangpahaman wali murid

terhadap sosialisasi mengenai sistem zonasi karena latar belakang

pendidikan wali murid yang berbeda-beda. Upaya yang dilakukan untuk

mengatasi kendala tersebut yaitu melakukan sosialisasi sistem zonasi lebih

awal dengan sejelas-jelasnya.

6. Novrian Satria Perdana (2019), karya ilmiah yang berjudul Implementasi

PPDB Zonasi Dalam Upaya Pemerataan Akses Dan Mutu Pendidikan.

Penelitian ini dengan tujuan untuk menganalisis implementasi pelaksanaan

PPDB Zonasi di Provinsi Sulawesi Tengah dalam upaya pemerataan akses

dan mutu pendidikan. Penelitian ini dilakukan bulan September 2018.

Penelitian ini berfokus pada jenjang SMA Negeri di 3 wilayah Provinsi

Sulawesi Tengah, yaitu Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten

Donggala. Pengambilan sampel dilakukan dengan tujuan tertentu, yaitu

SMA favorit di wilayah terdekat ibukota Provinsi Sulawesi Tengah.

Analisis penelitian ini dengan menggunakan pendekatan model

implementasi Van Meter and Van Horn (1975) yang meliputi variabel

Ukuran dan Tujuan Kebijakan, Sumber daya, Karateristik Agen

Pelaksana, Sikap/ kecenderungan (Disposition) para Pelaksana,

Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana, Lingkungan

Ekonomi, Sosial, dan Politik. Berdasarkan hasil analisis, hasil penelitian

ini adalah pelaksanaan PPDB Zonasi di Provinsi Sulawesi Tengah telah

Page 52: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

36

berhasil dalam upaya memeratakan akses dan mutu pendidikan. Sebaran

siswa dari sisi jarak sudah mendekat ke rumah siswa dan dari sisi mutu

input juga telah menyebar di berbagai sekolah sehingga sudah tidak ada lagi

dikotomi sekolah unggulan dan non unggulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dikhotomi sekolah favorit dan

tidak favorit belum dapat dihilangkan bukan semata karena pola fikir

masyarakat, melainkan juga karena kebijakan pemerintah daerah yang

tidak mendukung, serta ketidaksiapan pemerintah daerah dalam

menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas di semua

sekolah.

7. Nurhalimah (2020), karya ilmiah yang berjudul “Evaluasi Kebijakan

Sistem Zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru di SMP Negeri Tangerang

Selatan”, tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan aspek context,

input, process, product pada kebijakan penerimaan peserta didik baru

(PPDB system zonasi di SMP Negeri Tangerang Selatan. Penelitian ini

dilakukan bulan November 2019 Sampai Februari 2020. Penelitian ini

berfokus pada jenjang SMP Negeri di Tangerang Selatan yaitu di SMP

Negeri 17 dan SMP Negeri 04 Tangerang selatan. Analisis penelitian ini

dengan menggunakan pendekatan model CIPP (Context, Input, Process,

Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan-kawan. Hasil

penelitian ini adalah implementasi kebijakan PPDB sistem zonasi di SMPN

Tangerang Selatan secara umum sudah berjalan sesuai dengan prinsip

kebijakan. Namun, tentu tidak lepas dari berbagai kekurangan yang masih

perlu diperbaiki agar tujuan kebijakan PPDB sistem zonasi yaitu

pemerataan pendidikan tercapai.

Tabel 2.1 persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu

No. Peneliti Perbedaan Persamaan

1. Jati Prasetyo (2018) Fokus tujuan penelitian ini

adalah untuk mengevaluasi

dampak kebijakan sistem

zonasi dalam PPDB terhadap

jarak tempat tinggal dengan

sekolah dan biaya transportasi

yang dikeluarkan pelajar SMA

di wilayah DIY.

Antara

penelitian

terdahulu

dengan

penelitian saat

ini membahas

tentang

pemerataan

pendidikan,

jarak tempat

tinggal, dan

biaya

transportasi.

2. Azizah Arifinna

Safarah dan Udik

Budi Wibowo (2018)

Fokus penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui upaya

pemerataan kualitas pendidikan

melalui program zonasi

sekolah dasar di Indonesia.

Penelitian ini merupakan studi

literatur yang membahas

Page 53: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

37

program zonasi sekolah

sebagai upaya pemerataan

pendidikan.

3. Desi Wulandari,

Adelina Hasyim, dan

Yunisca Nurmalisa

(2018)

Fokus penelitian ini bertujuan

menganalisis Pengaruh

penerimaan peserta didik baru

melalui sistem zonasi terhadap

prestasi belajar siswa kelas VII

di SMPN 1 Labuhan Ratu

Lampung Timur Tahun

Pelajaran 2017/2018,

4. Dian Purwanti (2018) Fokus penelitian ini bertujuan

untuk mencari faktor-faktor

apakah yang menjadi penyebab

tidak efektifnya implementasi

kebijakan PPDB SMP di kota

Bandung, dengan

menggunakan model

korelasional dan akan

dihimpun dari sejumlah

responden yang jumlahnya

ditentukan melalui sampel atas

populasi

5. Elsa Nida

Pangaribuan dan

Nunuk Hariyati

(2019)

Fokus penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan

implementasi kebijakan sistem

zonasi dan kendala yang

dihadapi dalam pelaksanaan

kebijakan sistem zonasi

penerimaan peserta didik baru

jenjang SMP di Kabupaten

Gresik.

6. Novrian Satria

Perdana (2019)

Fokus penelitian ini bertujuan

Menganalisis implementasi

pelaksanaan PPDB Zonasi di

Provinsi Sulawesi Tengah

dalam upaya pemerataan akses

dan mutu pendidikan, dengan

menggunakan pendekatan

model implementasi Van

Meter and Van Horn (1975)

7. Nur Halimah (2020) Fokus peneliti

mendeskripsikan aspek

context, input, process, product

Page 54: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

38

pada kebijakan penerimaan

peserta didik baru (PPDB

system zonasi di SMP Negeri

Tangerang Selatan, dengan

menggunakan pendekatan

model CIPP (Context, Input,

Process, Product) yang

dikembangkan oleh

Stufflebeam dan kawan-kawan Sumber: Jati Prasetyo (2018), Azizah dan Udik (2018), Desi dan Yunisca (2018), Dian Purwati

(2018), Elsa dan Nunuk (2019), Novrian (2019), Nurhalimah (2020)

Berdasarkan Tabel 2.1 mengenai perbedaan dan persamaan peneliti terdahulu

dengan penelitian saat ini, maka ada ruang yang dapat diisi, sekaligus distingsi

penelitian ini yaitu tempat penelitian, tujuan penelitian, model penelitian, dan

analisis penelitian.

Page 55: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang di pilih sebagai lapangan penelitian adalah Sekolah

Menengah Atas (SMA) yang berada di Kota Depok. Waktu penelitian

direncanakan 6 bulan dimulai dari bulan November 2019 sampai April 2020 di

Kota Depok.

Tabel. 3.1

Rencana Kegiatan Penelitian dan Penyelesaian Tesis

Kegiatan Nov

2019

Des

2019

Jan

2020

Feb

2020

Mar

2020

Apl

2020

Mei

2020

Juni

2020

Juli

2020

Obervasi awal dan

mencari masalah

Persiapan pembuatan

proposal

Penyusunan proposal

Pengajuan proposal

ke jurusan

Ujian proposal

Perbaikan proposal

Bimbingan

Seminar hasil tesis

Perbaikan seminar

hasil tesis

Promosi tesis

Finalisasi tesis

B. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode kualitatif.

Dengan menggunakan pendekatan perspektif, pada penelitian ini menggunakan

2 pendekatan, yaitu secara empiris dan normatif.

1. Pendekatan secara empiris, yaitu dilakukan dengan meneliti langsung ke

lapangan untuk melihat secara langsung penerapan dari sistem zonasi,

serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dianggap

dapat memberikan informasi terkait permasalahan di atas.

Page 56: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

40

2. Pendekatan secara normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan

dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan

dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap

peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan

permasalahan yang di teliti pada penelitian ini.

C. Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti ini adalah data primer dan

data sekunder.

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

secara langsung dari sumber datanya. Data diperoleh atas wawancara

dengan informan yaitu pihak Eksernal sekolah (masyarakat/Orangtua

Peserta Didik) dan Internal sekolah (Pihak Sekolah) yang berada di

sekolah Negeri Kota Depok.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan, data

sekunder diperoleh dengan mempelajari dan mengkaji literatur-literatur,

dan perundang-undangan.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2002:57), populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan.

Misalnya akan melakukan penelitian di lembaga X, maka lembaga X

ini merupakan populasi. Lembaga X mempunyai sejumlah orang/subyek

dan obyek yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah/kuantitas.

Tetapi lembaga X juga mempunyai karakteristik orang-orangnya, misalnya

motivasi kerja, disiplin kerja, kepemimpinannya, dan lain-lain. Satu

orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu

mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicara, disiplin pribadi,

hobi, cara bergaul, kepemimpinannya dan lain-lain.

Dalam populasi, peneliti mengambil populasi kepada lembaga atau

sekolah yang telah mempunyai karakteristik tertentu, misalkan sekolah

yang telah lama berdiri yang yang telah siap melakukan penerapan system

zonasi ini dengan sekolah yang belum lama berdiri. Misalkan sekolah A

lebih siap menerapkan system ini dari pada sekolah B. Serta letak wilayah

dari tiap-tiap sekolah tersebut. yang telah disebutkan di atas. Misalkan

sekolah A berada di wilayah timur dan sekolah B berada di wilayah Barat.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2002:57), sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Page 57: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

41

Hal senada juga di kemukana oleh Farouk Muhammad dan Djaali

(2010:41) bahwa sample penelitian adalah sebagian dari unit-unit yang ada

dalam populasi yang ciri-ciri atau karakteristiknya benar-benar diselidiki.

Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua

yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan

diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang di ambil dari populasi

harus betul-betul representative (mewakili). (Sugiyono, 2002:58).

Pengambilan sumber data penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut

yang dianggap paling tahu tentang apa yang ingin peneliti tanyakan kepada

partisipan. (sugiyono, 2012:85).

Partisipan penelitian yang menjadi narasumber dalam penelitian ini

adalah 3 sekolah yang setiap sekolah masing-masing mendapatkan 6

narasumber.

E. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian. Karena tujuan utama penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka seorang peneliti tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standard penelitian.Pengumpulan data pada penelitian ini

dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan.

1. Studi pustaka (Library Research)

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari Undang-

Undang, peraturan pemerintah dan literatur hukum yang berkaitan dengan

objek penelitian.

2. Studi lapangan (Field Research)

Studi di lapangan dilakukan langsung di lapangan guna memperoleh

informasi dan memperoleh data primer dengan melakukan observasi,

wawancara kepada informan yang dilakukan dengan cara mengajukan

beberapa pertanyaan yang sudah disiapkan terlebih dahulu, dan juga

pengambilan dokumentasi. Menurut Sugiyono, (2014:62) teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan pengamatan (observation), wawancara (interview),

dokumentasi (documentation), dan gabungan ketiganya (trianggulation).

Pengumpulan data yang yang dilakukan dalam penelitian ini, dengan cara

sebagai berikut:

Page 58: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

42

Gambar 3.1

Teknik pengumpulan data

a. Observasi

Observasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan penelitian

mengingat tidak setiap penelitian menggunakan alat pengumpulan

data. Observasi memakan waktu yang lebih lama apabila ingin

melihat sesuatu perubahan dan pengamatan. (Subagyo, 2015:62).

Peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk mengamati

gejala-gejala yang berhubungan dengan kebijakan sistem zonasi. Hal

ini memungkinkan peneliti mampu memahami berbagai kasus atau

situasi yang muncul pada objek penelitian secara menyeluruh.

Observasi ini bersifat pasif, maksudnya peneliti hanya melakukan

pengamatan tanpa keterlibatan langsung dalam kegiatan.

b. Wawancara

Esterberg (2002:66) menyatakan bahwa “onterviewing is at

the heart of social reseach. If you look thougt almoust any

sociological journal, you will find that much sosial research is

besed on interview, either standardized or more in-depth”. Yang

maksudnya adalah Interview merupakan penelitian sosial yang

didasarkan pada interview yang standar maupun yang mendalam. Dan

wawancara terdapat dua bagian dalam penelitian yaitu, wawancara

terstruktur (structured interview), wawancara semistruktur

(semistructure interview).

Wawancara dilakukan kepada informan sebagai penguatan

makna terhadap hasil observasi. Data yang akan dikumpulkan dari

Teknik

pengumpulan

data

(Dokumentation)

Dokumentasi

(Interview)

Wawancara

(Observaion)

Pengamatan

Page 59: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

43

wawancara berupa data yang berkaitan dengan fokus penelitian,

dimana rincian pertanyaan ditampilkan dalam pedoman wawancara.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan sebagai penguat dan/atau pelengkap

data dari penggunaan metode observasi dan wawancara yang berupa

gambar, tulisan atau karya-karya monumental dari seseorang.

(Sugiono, 2009:240).

Untuk melengkapi data penelitian yang telah diperoleh dari

hasil observasi dan waawancara, maka peneliti juga mengumpulkan

data melalui dokumentasi, baik itu profil sekolah dan data-data

pendukung lainnya.

F. Instrumen Penelitian

Peneliti berperan sebagai intrumen kunci dalam penelitian. Menurut

Creswell (2016:248), para peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data

melalui studi dokumentasi, observasi, dan wawancara. Kehadiran peneliti

dalam penelitian ini dilakukan sesuai kesepakatan dengan objek penelitian

dalam rangka mengumpulkan data dan informasi berkenan dengan fokus

penelitian. Untuk memudahkan tugas peneliti sebagai instrumen kunci, maka

peneliti menggunakan acuan berupa pedoman observasi, pedoman wawancara,

dan daftar dokumen yang dibutuhkan sebagai usaha menggali informasi dari

sumber data penelitian.

Instrumen penelitian dapat disebut sebagai alat pengumpul data.

Menurut Faisal (2007:32), perlunya alat untuk pengumpulan data seperti

pedoman wawancara untuk setiap informan, panduan observasi, dan form isian

dokumentasi. Peneliti mengumpulkan data dilapangan dengan menggunakan

teknik observasi, wawancara, serta studi dokumentasi. Untuk lebih jelas

berkenaan tentang data yang diperlukan dalam aspek yang diteliti, dan metode

pengumpulan data yang digunakan serta sumber datanya, maka ditampilkan

dalam tabel berikut:

Tabel. 3.2

Kisi-Kisi Pengumpulan Data.

Variabel Indikator Sumber

Data

Dokumen

Pendukung

Metode Instrumen

1. Kekuatan

kebijakan

pendidikan

sistem

zonasi

Mengidentifikasi

kan pengenalan

sekolah

Kepala

sekolah,

guru

Profil

sekolah

Observasi

wawancara

studi

dokumentasi

Pedoman

wawancara

pedoman

observasi

Mengetahui

pemerataan

pendidikan

Kepala

sekola,

guru, dan

orang tua

Data dinas

pendidikan.

Observasi

wawancara

studi

dokumentasi

Pedoman

wawancara

pedoman

observasi

Page 60: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

44

Peningkatan

akses layanan

pendidikan

Kepala

sekolah,

guru, dan

orang tua

Fasilitas

sekolah

Observasi

wawancara

studi

dokumentasi

Pedoman

wawancara

pedoman

observasi

2. Kelemahan

kebijakan

pendidikan

sistem

zonasi

Mengetahui daya

tampung untuk

calon peserta

didik dengan

kesediaan

sekolah negeri

Kepala

sekolah,

guru, dan

orang tua

Data dinas

pendidikan.

Observasi

wawancara

studi

dokumentasi

Pedoman

wawancara

pedoman

observasi

3. Peluang

kebijakan

pendidikan

sistem

zonasi

Meningkatkan

akses layanan

pendidikan

Kepala

sekolah,

guru, dan

orangtua

Fasilitas

sekolah

Observasi

wawancara

studi

dokumentasi

Pedoman

wawancara

pedoman

observasi

Menjelaskan

waktu datang

kesekolah, hemat

biaya

transportasi,

kondisi peserta

didik lebih bugar

Kepala

sekolah,

guru, dan

orangtua

Catatan

harian piket

Observasi

wawancara

studi

dokumentasi

Pedoman

wawancara

pedoman

observasi

4. Ancaman/ta

ntangan

kebijakan

pendidikan

sistem

zonasi

Mengidentifikasi

kan pemerataan

pelayanan dan

fasilitas

Kepala

sekolah,

guru,

orang tua

Gedung

sekolah,

fasilitas,

dan daftar

tenaga

pendidik.

Observasi

wawancara

studi

dokumentasi

Pedoman

wawancara

pedoman

observasi

Mengsosialisasik

an secara

menyeluruh dan

menentukan titik

zona tiap daerah

Kepala

sekolah,

guru, dan

orang tua

Notulen

rapat

Observasi

wawancara

studi

dokumentasi

Pedoman

wawancara

pedoman

observasi

1. Pedoman Observasi

a. Mengamati pemerataan sekolah di kota Depok

b. Mengamati akses layanan di sekolah

c. Mengamati daya tampung setiap sekolah

d. Mengamati kedangan peserta didik ke sekolah

e. Mengamati pemerataan pelayanan dan fasilitas sekolah

f. Mengamati sosialiasi ke masyarakat zona tiap daerah.

Page 61: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

45

2. Pedoman Wawancara

Agar wawancara lebih terarah, maka disusun kisi-kisi wawancara

sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Wawancara

No Indikator Butir Pertanyaan Informasi

1 Mengidentifikasikan

pengenalan sekolah

(Kekuatan)

1. Bagaimana sejarah

singkat berdirinya

sekolah ini?

2. Kapan Bapak/Ibu

berada di sekolah

ini?

Kepala sekolah,

guru

2 Mengetahui pemeratan

Pendidikan (kekuatan)

1. Bagaimana pendepat

bapak/Ibu tentang

pemerataan

pendidikan?

2. Apakah pendidikan

sekarang sudah

merata khususnya di

kota depok?

Kepala sekola,

guru, dan orang

tua

3 Meningkatkan akses

layanan pendidikan

(kekuatan)

1. Bagaimana layanan

pendidikan yang

Bapak/Ibu lihat pada

saat ini?

Kepala sekolah,

guru, dan orang

tua

4 Mengetahui daya tampung

untuk calon peserta didik

(kelemahan)

1. Bagaimana cara

peneriman calon

peserta didik di

sekolah ini?

2. Berapa calon peserta

didik yang

mendaftar di sekolah

ini?

3. Berapa penerimaan

peserta didik setiap

tahunnya?

Kepala sekolah,

guru, dan orang

tua

5 Menjelaskan waktu datang

kesekolah, hemat biaya

transportasi, kondisi

peserta didik lebih bugar

(Peluang)

1. Bagaimana dengan

kehadiran peserta

didik dengan sistem

zonasi ini?

2. Apakah dengan

adanya sistem

zonasi ini

Kepala sekolah,

guru, dan orangtua

Page 62: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

46

menghemat biaya

transportasi?

3. Apakah kodisi fisik

peserta didik lebih

bugar datang ke

sekolah karena tidak

memakan banyak

waktu di perjalanan?

6 Mengidentifikasikan

pemerataan pelayanan dan

fasilitas

(tantangan)

1. Apakah fasilitas di

sekolah tersebut

memenuhi fasilitas

yang memadai?

Kepala sekolah,

guru, orang tua

7 Mengsosialisasikan secara

menyeluruh dan

menentukan titik zona tiap

daerah

(tantangan)

1. Apakah sosialisasi

sistem zonasi ini

sudah dilaksanakan

ke masyarakat?

2. Bagaimana cara

sekolah

mengsosialisasikan

sistem zonasi?

Kepala sekolah,

guru, dan orang

tua

3. Pedoman Dokumentasi

Adapun dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Bangunan sekolah

b. Struktur sekolah

c. Tenagan pendidik dan kependidikan

d. Dokumen rapat kerja

e. Dokumen dengan narasumber

f. Fasilitas penunjang pembelajaran

g. Notulen Rapat

h. Dan dokumen-dokumen pendukung lainnya.

G. Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-

kegiatan sebagai berikut:

1. Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan

dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan, dan

literatur yang berkaitan dengan judul dan pembahasannya.

2. Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi

atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif.

3. Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah

ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan dalam

menginterprestasikan data.

Page 63: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

47

H. Analisis data

Untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang ada, maka data

tersebut perlu dianalisis. Pada penelitian ini data dianalisis secara deskriptif

kualitatif dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang dihasilkan

dari penelitian dilapangan ke dalam bentuk penjelasan dengan cara sistematis

sehingga memiliki arti dan dapat dirangkum guna pembahasan pada tahap

selanjutnya.

Teknik analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sedemikian

rupa sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2004:103). Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif.

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu konsepnya

Miles dan Huberman (1984: 21-23) bahwa aktivitas analisis data kualitatif ini

digunakan dengan cara intraktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas, sehingga datanya terkumpul. Adapun dalam menganalisis data secara

kualitatif seluruh data yang telah terkumpul dari berbagai sumber melalui

observasi partisipasi, wawancara, dan penyalinan dokumen dengan jalan

dibaca, dipelajari, dan ditelaah untuk kemudian dipahami secara baik, yaitu

langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut: Reduction data,

Display data, dan Conclusion Drawing/ verfication data.

a) Data Reduction (Reduksi data)

Begitu banyak data yang diperoleh di lapangan, untuk itu peneliti

perlu melakukan reduksi data. Dengan cara merangkkum, memilih hal-hal

yang berkaitan dengan pembahasan, dan memfokuskan pada pokok-pokok

yang dibutuhkan, kemudian membuang yang tidak diperlukan. Dengan

demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

yang selanjutnya bila diperlukan.

b) Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi, tahap selanjutnya yaitu penyajian data.

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian, bagan-bagan, dan lain

sebagainya. Namun dalam hal ini, peneliti banyak menggunakan narasi,

karena model inilah yang banyak digunakan oleh penelitian kualitatif.

c) verfication data (Penarikan Kesimpulan)

Verifikasi data merupakan pemeriksaan benar atau tidaknya laporan

penelitian. Dengan demikian, kesimpulannya harus mendapatkan

verifikasi dari objek penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada

hasil penelitian di lapangan, atau bisa ditinjau sebagian makna-makna

yang muncul dari data yang harus di uji kebenarannya. Yang merupakan

uji validasi.

Page 64: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

48

Kesimpulan yang dihasilkan merupakan temuan baru yang belum ada

sebelumnya. Karena temuan tersebut berupa deskripsi atau gambaran suatu

objek yang sebelumnya masih belum jelas. Sehingga setelah diteliti Nampak

jelas dapat berupa hubungan kausal, interaktif atau teori.

I. Teknik Pemeriksaan Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data, yaitu dengan mengadakan pemeriksaan terhadap

keabsahan data-data yang telah terkumpul dengan menggunakan teknik

pemeriksaan keabsahan data yang didasarkan atas kriteria. Menurut Moleong

(2004:324); Satoni dan Komariyah, (2014:164) ada empat kriteria yang

digunakan dalam pengujian keabsahan data pada metode penelitian kualitatif

yaitu credibility (derajat kepercayaan), transferability (keteralihan),

dependability (kebergantungan), dan confirmability (kepastian). Uraian teknik

pemeriksaan uji keabsahan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

Gambar 3. 2

Pemeriksaan keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat memilih salah satu, yaitu:

1. Credibility (derajat kepercayaan)

Bertujuan untuk menilai kebenaran dari temuan penelitian kualitatif,

yang dapat dilakukan dengan:

a. Perpanjangan keikutsertaan, dengan perpanjangan pengamatan ini berarti

hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk, semakin

Pemeriksaan

Keabsahan data

Kepastian

(Confirmability)

Kebergantungan

(dependability)

Keteralihan

(tranferability)

Derajat keterpercayaan

(Credibility)

Page 65: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

49

akrab (tidak ada jarak lagi, semakin terbuka, saling mempercayai

sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi). Kegiatan yang

dilakukan yaitu dengan mengikuti serta mengamati hal-hal yang

berhubungan dengan kebijakan sistem zonasi.

b. Ketekunan pengamatan dalam penelitian, meningkatkan ketekunan

berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan

berkesinambungan selama penelitian berlangsung. Hal tersebut

dilakukan dengan cara selalu mengamati berbagai aktivitas untuk

memperoleh informasi, mencatat dan juga merekam hal-hal yang

berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, dengan bermaksud

memperdalam serta lebih terfokus.

c. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber,

cara dan waktu yaitu dengan membandingkan hasil pengamatan dengan

hasil wawancara, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen,

dan membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, dengan cara mengekspos hasil

sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan

tenaga pendidik dan orang tua.

e. Kecukupan referensi, dengan adanya pendukung untuk membuktikan

data yang telah ditemukan oleh peneliti. Bahan referensi ini dapat berupa

foto-foto, rekaman, dan dokumen autentik. Buku-buku dan berbagai

referensi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

f. Kajian kasus negatif, hal ini dilakukan dengan cara mencari informasi

dan mengumpulkan contoh kasus atau sesuatu yang terjadi dengan

lembaga yang dianggap ’tidak baik’, kemudian di analisis dan

dibandingkan dengan kenyataan di lapangan ketika penelitian.

g. Pengecekan, merupakan pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada

pemberi data. Tujuan pengecekan adalah untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi

data. Hal ini dilakukan dengan cara memeriksa serta melaporkan data

hasil penelitian kepada sumbernya, agar menyamakan persepsi antara

peneliti dengan pihak yang ditunjuk oleh sekolah tersebut. Hal ini

dilakukan dengan cara berdiskusi serta berdialog bersama pihak yang ada

di lokasi penelitian.

2. Transfermability (keteralihan)

Menurut Moleong (2004:338) keteralihan menuntut peneliti agar

melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti

dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian

diselenggarakan. Cara yang dilakukan dengan melaporkan hasil penelitian

yang menggambarkan konteks penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri

Kota Depok dalam bentuk uraian deskriptif rinci dan disusun secermat

mungkin pada BAB IV.

Page 66: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

50

3. Dependability (kebergantungan)

Dependability disebut juga dengan reliabilitas. Penelitian yang

reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses

penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability ditempuh

dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.

Auditing dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing. Ada

dua kriteria yaitu kebergantungan, proses ini dilakukan dengan

berkonsultasi kepada auditor (Dosen pembimbing Dr. H. Nurochim, MM).

Untuk menentukan apakah penelitian ini dilanjutkan, diperbaiki atau

dihentikan sesuai dengan kelengkapan data yang terkumpul. Selanjutnya

kriteria kepastian, proses auditing ini dilakukan dengan cara

mengklarifikasi/memeriksa data yang telah terkumpul pada subjek

penelitian, dalam hal ini kepada pihak yang ikut terlibat dalam pelaksanaan

penelitian di SMA Negeri di Kota Depok. Setelah itu, hasil pemeriksaan

data dibuktikan dengan surat pernyataan atau persetujuan yang dikeluarkan

oleh SMA terkait dengan diketahui oleh bapak kepala sekolah bahwa hasil

penelitian tersebut sesuai dengan sebenarnya.

4. Confirmability (kepastian)

Pengujian conformability dalam penelitian kualitatif disebut juga

objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif jika hasil penelitian

telah disepakati banyak orang yang terlibat baik tenaga pendidik SMA

Negeri 1, 6 dan 9, serta orang tua dalam kebijakan sistem zonasi. Langkah

ini dilakukan dengan merundingkan hasil data dari wawancara,

dokumentasi serta observasi bersama stake holder yang secara langsung

ikut terlibat.

Page 67: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

51

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini membahas tentang temuan yang berbentuk deskripsi data

yang berasal dari apa yang ada dilapangan diperoleh melalui observasi, wawancara,

dan dokumentasi. Adapun uraian pada bab ini sesuai dengan pertanyaan penelitian.

Dalam bab ini pula akan diuraikan hasil temuan dan pembahasan tentang perspektif

kebijakan sistem zonasi di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kota Depok yang

melibatkan 3 sekolah yaitu SMAN 1 Depok, SMAN 6 Depon, dan SMAN 9

Depok. Adapun uraiannya sebagai berikut:

A. Hasil Temuan

Deskriptif data yang akan disajikan dari hasil penelitian ini adalah untuk

memberikan gambara secara umum mengenai penyebaran data yang diperoleh

dari lapangan. Adapun deskripsi data tempat penelitian ditunjukkan seperti

berikut:

1. Gambaran Umum

a. SMA Negeri 1 Depok

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Depok adalah Lembaga

Pendidikan tinggat atas Umum. SMAN 1 ini diresmikan tanggal 20

November 1979 oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Sebelumnya

sekolah ini berada di bawah lisensi SMA Negeri 1 Bogor tetapi,

dengan berbagai pertimbangan dan tuntutan perkembangan wilayah

Depok pada masa itu, berdirilah SMA Negeri 1 Depok secara mandiri

dan terpisah dari SMA Negeri 1 Bogor. SMA Negeri 1 Depok pertama

kali di pimpin oleh Bapak Moch. Djuhdi, dan dari 2017 akhir sampai

sekarang di pimpin oleh Supyana, S.Pd. (sman1depok.sch.id)

b. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Depok

1) Visi SMA Negeri 1 Depok

Menjadikan SMA Negeri 1 Depok sebagai sekolah

unggulan yang kompetitif, berwawasan global dan bernuansa

lingkungan serta religius.

2) Misi SMA Negeri 1 Depok

a) Sekolah unggulan yang kompetitif di bidang akademik dan non

akademik.

b) Sekolah yang memiliki wawasan global dan kepedulian

terhadap lingkungan hidup.

c) Sekolah yang berpredikat menjadi sekolah model dan religius.

Visi dan misi ini menjadi pendorong SMA Negeri 1 Depok

untuk terus menigkatkan prestasi agar tetap menjadi sekolah

unggulan di kota Depok. Untuk mewujudkan visi dan misi ini juga

dibutuhkan kerjasama seluruh warga sekolah, mulai dari kepala

Page 68: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

52

sekolah, komite sekolah, guru-guru, karyawan, siswa, dan juga

masyarakat. (sman1depok.sch.id)

c. Jumlah Peserta Didik dan Pegawai SMA Negeri 1 Depok

Jumlah peserta didik di SMA Negeri 1 Depok yaitu 1.083 Peserta

didik yang terdiri dari 360 kelas X, 375 kelas XI, dan 325 kelas XII.

Sedangkan pegawai yang ada di SMA Negeri 1 Depok yaitu 77

pegawai yang terdiri dari 53 Tenaga Pendidik dan 24 Tenaga

Kependidikan. (sman1depok.sch.id).

d. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Depok

SMA Negeri 1 Depok juga mempunyai fasilitas yang terbilang

lengkap dan memadai yaitu terdiri dari 28 ruang kelas, 2 halaman

parkir, 7 toilet, ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah,

ruang komite, ruang guru, ruang tata usaha, ruang BK, lab biologi, lab

kimia, lab komputer, perpustakaan, ruang koperasi, lapangan upacara,

mushalla, dan pos satpam. (sman1depok.sch.id).

e. SMA Negeri 6 Depok

Sebelum berdirinya Gedung sekolah SMA Negeri 6 Depok, lahan

SMA Negeri 6 Depok adalah kebun kelapa sawit. SMAN 6 Depok

berdiri tahun 2003, alasan didirkannya sekolah SMA Negeri 6 Depok

ini adalah untuk menjawab kebutuhan masyarakat dengan adanya

sekolah negeri, tetapi pada saat itu belum ada fasilitas gedung,

sehingga pemerintah kota depok mencari lokasi dan gedung yang akan

digunakan. Selama 1 tahun kita masih menumpang di sekolah swasta

di kelurahan limo. Dan tahun 2004 barulah gedung SMAN 6 Depok

ini. Masih dengan lokal yang terbatas, dengan hanya 3 lokal dan 1

ruang guru. Antusias masyarakat pada saat itu masih kurang kepada

sekolah negeri, akhirnya para pegawai sekolah mengajak masyarakat

untuk sekolah di SMAN 6 pada tahun pertama. Untuk tahun-tahun

berikutnya barulah masyarakat tingat minat masyarakat itu mulai

tinggi sehingga sekolah menambah ruang kelas 3 lagi. Seiring

banyaknya peminat, maka diterapkanlah sistem masuk pagi dan siang.

Sistem masuk pagi dan siang pun bertahan sampai 2009. Dan seiring

bertambahnya ruang rombongan belajar, maka di tahun 2010 barulah

berubah aturan bahwa semua peserta didik masuk pagi. (Sri

Irlandarini, 30 Januari 2020).

f. Visi dan Misi SMA Negeri 6 Depok

1) Visi SMA Negeri 6 Depok

Menjadikan SMA Negeri 6 Depok unggul dalam prestasi yang

berlandaskan keimanan dan ketakwaan, berkarakter kebangsaan

serta berwawasan lingkungan.

Page 69: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

53

2) Misi SMA Negeri 6 Depok

Dalam rangka mewujudkan Visi SMA Negeri 6 Depok di atas

disusunlah misi, dengan rincian sebagai berikut:

a) Meningkatkan pembinaan akhlak atau budi pekerti luhur.

b) Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan inovatif bagi

semua guru & siswa.

c) Mengembangkan minat bakat dan kreatifitas peserta didik agar

tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.

d) Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan

yang bertaraf internasional.

e) Menciptakan sekolah yang nyaman, aman, disiplin, kreatif ,

inovatif dan menyenangkan.

f) Meningkatkan kualitas prestasi siswa yang cerdas dan

kompetitif bertaraf nasional dan internasional.

g) Menghasilkan kualitas lulusan yang mampu berkompetensi

baik tingkat regional maupun global.

h) Menumbuhkembangkan hubungan kerjasama dalam

manajemen sekolah.

i) Meningkatkan sarana prasarana untuk keunggulan sekolah.

j) Menumbuhkembangkan jaringan informasi baik intranet,

internet, maupun perpustakaan.

k) Menumbuhkembangkan budaya hidup bersih, sehat, aman,

tertib dan indah.

l) Menciptakan lingkungan yang asri dan hijau.

m) Membentuk karakter yang mandiri dan integritas.

Visi dan misi ini menjadi pendorong SMA Negeri 6 Depok

untuk terus menigkatkan prestasi agar tetap menjadi sekolah

unggulan di kota Depok. Untuk mewujudkan visi dan misi ini juga

dibutuhkan kerjasama seluruh warga sekolah, mulai dari kepala

sekolah, komite sekolah, guru-guru, karyawan, siswa, dan juga

masyarakat. (sman6depok.sch.id)

g. Peserta Didik dan Pegawai SMA Negeri 6 Depok

Jumlah peserta didik di SMA Negeri 6 Depok yaitu 991 Peserta

didik yang terdiri dari 333 kelas X, 342 kelas XI, dan 316 kelas XII.

Sedangkan pegawai yang ada di SMA Negeri 1 Depok yaitu 71

pegawai yang terdiri dari 51 Tenaga Pendidik dan 20 Tenaga

Kependidikan. (sman6depok.sch.id).

h. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 6 Depok

SMA Negeri 6 Depok juga mempunyai fasilitas yang terbilang

lengkap dan memadai yaitu terdiri dari 28 ruang kelas, 2 halaman

parkir, 8 toilet, 2 lapangan olahraga, ruang kepala sekolah, ruang wakil

Page 70: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

54

kepala sekolah, ruang komite, ruang guru, ruang tata usaha, lab

biologi, lab kimia, lab komputer, perpustakaan, ruang koperasi,

mushalla, dan pos satpam. (sman6depok.sch.id)

i. SMA Negeri 9 Depok

SMA Negeri 9 Depok ada pada tahun 2012, awalnya SMA

Negeri 9 Depok belum mempunyai gedung sendiri pada waktu itu

sehingga menggunakan Gedung SMA Negeri 5 Depok sebagai tempat

kegiatan belajar mengajar. Pada tahun 2012 gedung SMA Negeri 9

Depok mulai dibangun. Dan tahun ajaran berikutnya barulah SMA

Negeri 9 Depok mempunyai gedung sendiri.

Sekolah yang beralamat di Jalan Bali Blok H RW 13, Perumahan

Megapolitan Estate, Kel. Cinere, Kec. Cinere, kota Depok, Jawa Barat.

Tiga kali pergantian kepala sekolah dari awal beridirnya sampai pada

saat sekarang yaitu Dra. Hj. R. Laksmi Gantini, M.Si (2012-2013),

Supyana S.Pd (2013-2018), Drs. Dede Agus Suherman, M.M.

(sman9depok.sch.id)

j. Peserta Didik dan Pegawai SMA Negeri 9 Depok

Jumlah peserta didik di SMA Negeri 9 Depok yaitu 628 Peserta

didik yang terdiri dari 203 kelas X, 219 kelas XI, dan 206 kelas XII.

Sedangkan pegawai yang ada di SMA Negeri 1 Depok yaitu 71

pegawai yang terdiri dari 51 Tenaga Pendidik dan 20 Tenaga

Kependidikan. (Monograf SMA Negeri 9 Depok).

k. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 9 Depok

SMA Negeri 9 Depok juga mempunyai fasilitas yang terbilang

lengkap dan memadai yaitu terdiri dari 20 ruang kelas, halaman parkir,

9 toilet, 2 lapangan olahraga, ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala

sekolah, ruang komite, ruang guru, ruang tata usaha, 3 ruangan

Laboratorium, perpustakaan, ruang koperasi, mushalla, halaman

parkir, dan pos satpam. (Monograf SMA Negeri 9 Depok).

2. Perspektif Kebijakan Pendidikan Sistem Zonasi di Sekolah Menengah

Atas (SMA) Kota Depok

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa dan kemajuan sebuah Negara, oleh

karena itu setiap warga Negara diberikan kesempatan yang sama untuk

menempuh pendidikan. Hal ini membuat pendidikan menjadi hak dasar

warga Negara. Maka seluruh warga Negara Indonesia berhak

mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Pemerintah berkewajiban

memenuhi hak setiap warga Negara dalam memperoleh layanan

pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa sebagaimana

diamanatkan oleh UUD 1945, yang mewajibkan pemerintah bertanggung

Page 71: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

55

jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan

kesejahteraan umum. Oleh karenanya, pemerintah harus mengeluarkan

kebijakan yang mengatur itu semua.

Hasbullah (2015: 47-48) menyatakan bahwa kebijakan pendidikan

merupakan produk sistem dan politik pendidikan, oleh karenanya

stratifikasi kebijakan pada dasarnya sangat luas dan beragam, dari yang

bersifat makro hingga bersifat mikro. Secara garis besar terdapat dua strata

dalam stratifikasi kebijakan pendidikan yang terdiri atas:

a. Kebijakan pendidikan di tingkat pusat, dimana kebijakan ini

diimplementasikan oleh institusi pemerintah yang ada ditingkat pusat

dan memiliki ruang lingkup nasional, dan oleh sebab itulah kebijakan

ini berlaku disemua wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Misalnya, seperti Ujian Nasional (UN).

b. Kebijakan pendidikan ditingkat daerah yang menetapkan kebijakan

ini adalah pemerintah daerah yang memiliki ruang lingkup daerah,

oleh sebab itulah kebijakan ini hanya berlaku pada daerah tertentu

saja yakni hanya daerah yang menetapkan keputusan atau kebijakan

tersebut. Misalnya, mengenai kebijakan tentang sistem zonasi PPDB.

Dalam hal ini pihak sekolah dan masyarakat memegang peranan

penting untuk melaksanakan kebijakan pendidik itu sebaik mungkin,

adapun peranan-peranan tersebut diantaranya:

a. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 1, 6, 9 Depok?

Suatu sekolah tentu mempunyai jejak sejarah bagaimana sekolah

itu bisa berdiri dan apa saja yang melatarbelakangi didirkannya

sekolah tersebut. Dari hasil wawancara yang ditemukan di lapangan

bahwasanya ada yang mengetahui sejarah berdirinya SMA Negeri 1

Depok seperti yang dipaparkan oleh Iwan Setiawan salah satu guru

SMA 1 Depok yang sudah menjadi tenaga pendidik di SMA 1 Depok

Semenjak 2009 menerangkan bahwa:

“Dulunya sekolah SMAN 1 ini masih kawasan bogor,

tetapi pada tahun 70 apa 80 an baru disahkan menjadi SMAN

1 Depok oleh gubernur jakarta pada saat itu”. (wawancara

tanggal 11 Februari 2020).

Dan ada juga yang tidak mengetahui sejarah berdirinya SMA

Negeri 1 Depok seperti dipaparkan oleh Rika Zahlia, orang tua Peserta

didik yang tinggal di wilayah SMA Negeri 1 semenjak 2004

menerangkah bahwa:

“Saya tidak tau persis, yang saya tau yang umumnya saja,

seperti SMA N 1 ini sekolah favorit, terus yang muridnya

terus berprestasi dan Kedisiplinannya yang tinggi”.

(wawancara tanggal 17 Februari 2020).

Page 72: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

56

Adapun sejarah SMA Negeri 6 Depok, menurut Sri Irlandarini

salah satu guru dan juga wakil kepala sekolah bidang kurikulum

memaparkan bahwa:

“SMAN 6 Depok ini berdiri tahun 2003 yang menjawab

kebutuhan masyarakat dengan adanya sekolah negeri, tetapi

pada saat itu belum ada fasilitas gedung, sehingga

pemerintah kota depok mencari lokasi dan gedung yang akan

digunakan. Selama 1 tahun kita masih menumpang di

sekolah swasta di kelurahan limo. Dan tahun berikutnya

barulah gedung SMAN 6 Depok ini. Masih dengan lokal

yang terbatas, dengan hanya 3 lokal dan 1 ruang guru,

akhirnya kita menerapkan sistem masuknya pagi siang.

Tetapi antusias masyarakat pada saat itu masih kurang

kepada sekolah negeri. Akhirnya kita jemput bola, mengajak

masyarakat untuk sekolah di SMAN 6. Dan ini tahun

pertama saja, untuk tahun-tahun berikutnya barulah

masyarakat tingat minat masyarakat itu mulai tinggi sehingga

sekolah menambah ruang kelas 3 lagi. Sistem masuk pagi

sore pun bertahan sampai 2009. Awal tahun itu, sekolah

SMAN 6 Depok ini hanya sebatas batu loncatan, kebanyakan

hanya sampai pada pertengahan semester atau 1 semester

saja, habis itu pindah ke SMA Negeri yang udah punya

nama, makanya kita kehabisan siswa. Kata mereka yang

penting masuk negeri dulu”. (wawancara tanggal 30 Januari

2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Syahrul Amin orang tua salah

satu peserta didik SMA Negeri 6 Depok menerangkan bahwa:

“Awalnya sekolah ini itu kebun karet. Kemudian di tahun

2004 itu baru didirikan gedung SMA Negeri 6 Depok ini.

Waktu itu adanya nama SMAN 6 depok ini tahun 2003”.

(wawancara tanggal 31 Januari 2020).

Sedangkan untuk sejarah singkat SMA Negeri 9 Depok,

menurut Pargiyatno salah satu guru yang juga menjadi wakil kepala

sekolah bidang kurikulum memaparkan bahwa:

“SMA Negeri 9 Depok ini berdiri awalnya karna tidak ada

sekolah di wilayah Cinere, awalnya sekolah ini diadakan

pada tahun 2012, kita numpang dulu di SMAN 5, menjelang

gedung selesai dibangun, setehun setelahnya yaitu 2013,

barulah berdiri gedung SMAN 9 ini dan mulailah kita aktif

melaksanakan kegiatan belajar mengajar”. (wawancara

tanggal 28 Janauri 2020).

Page 73: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

57

Hal senada juga disampaikan oleh Olwin Lepiana Silalahi salah

satu orangtua peserta didik di SMA Negeri 9 Depok memaparkan

bahwa:

“Sekolah ini ada pada tahun 2012, saat itu masih

pembangunan, dan masih numpang di sekolah lain. barulah

2013 gedungnya jadi”. (wawancara tanggal 28 Januari 2020).

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tidak

semua responden tau betul dengan sejarah sekolah tersebut. Dan di

samping itu ada sekolah yang berdirinya sudah lama berpuluh tahun

dan ada juga sekolah yang berdirinya masih baru beberapa tahun.

b. Semenjak kapan Bapak/Ibu berada di sekolah atau tinggal

lingkungan SMA Negeri 1, 6, 9 Depok

Pihak sekolah atau orang tua yang telah berada atau tinggal

dilingkungan sekolah berbeda-beda, ada yang sudah berada di sekolah

tersebut sudah lama dan belum lama berada sekolah seperti yang Sri

Mulyani sebagai guru bimbingan konseling, bahwa:

“Saya berada di SMA Negeri 1 Depok dari bulan

September 2018 dan Iwan Setiawan yang sudah berada di

SMA Negeri 1 Depok dari tahun 2009”. (wawancara tanggal

11 Februari 2020).

Ada juga yang telah lama tinggal di sekitar SMA Negeri 1

Depok seperti Safi’I orang tua Peserta didik, bahwa:

“Saya tinggal di lingkungan SMA Negeri 1 Depok dari

tahun 1999 atau 2000 dan Fani orang tua peserta didik yang

juga tinggal di lingkungan SMA Negeri 1 Depok dari tahun

1999”. (wawancara tanggal 17 Februari 2020).

Sedangkan di SMA Negeri 6 Depok menurut Setiawati salah

satu guru di SMA Negeri 6 Depok, bahwa:

“Saya berada di SMA Negeri 6 Depok dari tahun 2006

dan budewi berada di SMA Negeri 6 Depok dari tahun

2015”. (wawancara tanggal 30 Januari 2020).

Lain halnya dengan Nouva Rita Lumintang, orang tua dari

peserta didik di SMA Negeri 6 Depok, bahwa:

“Saya berada di wilayah SMA Negeri 6 Depok semenjak

15 tahun yang lalu yaitu tahun 2005. Dan ada juga orangtua

peserta didik yaitu Syahrul Amin yang tinggal di wilayah

SMA Negeri 6 Depok dari tahun 1971”. (wawancara tanggal

31 Januari 2020).

Page 74: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

58

Begitu juga dengan SMA Negeri 9 Depok yaitu menurut Sri

Sulasmi guru di SMA N 9 Depok, bahwa:

“Saya berada semenjak tahun 2014. Dan juga dengan

Firmansyah, ia berada di SMA Negeri 9 semenjak 2014

setahun setelah berdirinya sekolah”. (wawancara tanggal 28

Janauri 2020).

Sedangkan Wiwin Aji Pangesti orangtua dari peserta didik SMA

Negeri 9 Depok, bahwa:

“Saya tinggal di wilayah Cinere semenjak tahun 2010 dan

juga Olwin Lepiana Silalahi yang tinggal di lingkungan

sekolah semenjak 2008”. (wawancara tanggal 28 Janauri

2020).

Dari pemaparan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan

bahwa ada pihak dari sekolah yang sudah berada lama disekolah

tersebut da nada juga yang baru berada di sekolah tersebut. Dan begitu

juga untuk yang tinggal di wilayah sekitaran sekolah. Ada orang tua

yang sudah lama sampai berpuluh tahun tinggal di wilayah lingkungan

sekolah, ada juga yang baru beberapa tahun tinggal di lingkungan

sekolah tersebut.

c. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pemerataan Pendidikan?

Menurut Hakim (2006:61) Pemerataan dan perluasan

pendidikan merupakan suatu kebijakan publik yang dilaksanakan oleh

pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

Dalam mengimplementasikan suatu kebijakan publik, maka harus

dilaksanakan dengan perencanaan yang matang (planning). Dalam

pemerataan pendidikan, pemerintah telah berupaya mengatasinya

namun upaya-upaya yang dilakukan pemerintah tidak semuanya

berhasil. Masih banyak upaya pemerintah yang kurang berhasil

bahkan bisa juga disebut gagal dalam pelaksanaannya. Menurut

Ahmad Erwan salah satu guru SMA Negeri 1 Depok ini memaparkan

bahwa:

“Pemerataan pendidikan sangat di harapkan untuk

masyarakat agar semua anak mendapatkan pendidikan yang

layak, tapi kalau untuk saat ini belum merata apalagi di

pedesaan atau di pelosok-pelosok sana mulai dari sarana

prasarasan yang kurang lengkap dan terkadang ada juga yang

kurang tenaga pendidiknya”. (wawancara tanggal 17

Februari 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Fani orantua dari peserta didik

SMA Negeri 1 Depok ini memaparkan bahwa:

Page 75: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

59

“Pendidikan di Indonesia belum merata, yang di kota aja

masih banyak yang belum layak dikatakan sekolah, mulai

dari tenaga pendidik profesionalnya, sarana prasarana, dan

lain-lain”. (wawancara tanggal 17 Februari 2020).

Sedangkan menurut Setiawati salah satu guru di SMA Negeri 6

Depok ini memaparkan bahwa:

“Pemerataan pendidikan di Indonesia belum merata,

karena terbatasi oleh batasan geografis yang kepulauan

kemudian ada daerah yang terisolir, otomatis belum

terlaksana secara maksimal di Indonesia, ketersediaan sarana

prasarana pendidika juga belum mumpuni, apalagi berbicara

kualitas. Mungkin kalau wajib belajar 12 tahun sudah banyak

di daerah Indonesia yang telah melaksanakannya. Tetapi

kalau untuk kualitas masih jauh dari harapan karna

kebanyakan hanya terpusat di kota-kota besar saja.

Sedangkan untuk di pedesaan itu belum terpenuhi secara

maksimal kualitas yang ingin di wujudkan. (wawancara

tanggal 30 Februari 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Syamsiyah salah satu orang tua

peserta didik ini memaparkan bahwa:

“Pemerataan pendidika sangat baik, apalagi kalau

pemerataan pendidikan itu dilakukan sampai ke pelosok-

pelosok desa, dengan begitu indonesia akan maju dengan

pendidikannya yang menurut saya saat ini ada perbedaan

antara pendidikan di desa dan pendidikan di kota”.

(wawancara tanggal 31 Februari 2020).

Begitu juga Menurut Pargiyatno salah satu guru dan juga wakil

Kepala Sekolah bidang kurikulum di SMA Negeri 9 Depok ini

memaparkan bahwa:

“Pemerataan pendidikan itu bagus sekali kalau memang

terwujud sepenuhnya, banyak kita lihat daerah-daerah yang

terkadang belum mempunyai sekolah, seandainya adapun itu

sekolah, belum tentu juga dengan tenaga pendidik. Banyak

problem yang terjadi sebenarnya pada saat ini. Semoga saja

pemerataan pendidikan itu bisa terealisasikan dengan baik

sampai ke daerah-daerah terpencil”. (wawancara tanggal 28

Janauri 2020).

Hal senada juga disampaikan oleh Elina Anggitha salah satu

orang tua peserta didik di SMA Negeri 9 Depok ini bahwa:

Page 76: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

60

“Pemerataan pendidikan Sangat bagus diterapkan sebaik

mungkin, jadi nanti tidak ada sekolah yang namanya sekolah

favorit dan sekolah yang tidak favorit tidak lagi kekurangan

murid, dan siswa pun jadi merata dalam tingkat kualitas. Jadi

siswa yang berkualitas itu tidak hanya di sekolah favorit saja.

Melainkan juga di sekolah-sekolah negeri lainnya juga”.

(wawancara tanggal 28 Janauri 2020).

Dari pemaparan hasil wawancara di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa pendidikan yang ada di Indonesia pada saat ini

belum merata, dikarenakan melihat kondisi tempat yang mingkin di

pedalaman, jumlah masyarakat yang ada di daerah tersebut, dan lain

hal sebagainya.

d. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di Kota

Depok?

Dari pemaparan sebelumnya di atas mengatakan bahwa

pendidikan di Indonesia belum merata, tidak terkecuali dengan Depok.

Menurut Ahmad Erwan guru SMA Negeri 1 Depok memaparkan

bahwa:

“Masih kurang merata ya kalau sekolah yang negeri.

Harusnya setiap kecamatan itu 2 sekolah negeri, agar

masyarakat yang kurang mampu bisa mengenyam

pendidikan yang layak dan murah”. (wawancara tanggal 17

Februari 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Safi’i bahwa:

“Sekolah di Depok belum merata, perlu di tambahnya

sekolah Negeri, khususnya di kejuruannya ya. Karna saya

lihat belum meratanya sekolah Negeri kejuruan di kota

Depok ini”. (wawancara tanggal 17 Februari 2020).

Sedangkan menurut Budewi Intan guru SMA Negeri 6 Depok

ini memaparkan bahwa:

“Sebelum mengajar di SMAN 6 Depok, saya tadinya

menjadi guru di SMAN 1 Depok selama 10 tahun, kalau saya

lihat pendidikan di kota Depok itu belum merata, karena

masih ada sekolah yang gedungnya masih berbagi dengan

sekolah lain, dan yang numpang itu adalah sekolah negeri

sendiri”. (wawancara tanggal 30 Januari 2020).

Hal berbeda dipaparkan oleh Syamsiyah orang tua peserta didik

di SMA Negeri 6 ini memaparkan bahwa:

Page 77: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

61

“Saya rasa sudah, karna hampir tiap kelurahan di Depok

itu sudah ada sekolah negeri, apalagi di tambah dengan

sekolah swasta”. (wawancara tanggal 31 Januari 2020).

Adapun menurut Sri Sulasmi guru di SMA Negeri 9 ini

memaparkan bahwa:

“Saya kira sudah, karna banyak bantuan dari pemerintah

untuk meningkatkan pendidikan khususnya di kota Depok

sendiri. Dan agar anak tidak berangkat sekolah tidak terlalu

jauh dari tempat tinggalnya. (wawancara tanggal 28 Janauri

2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Wiwin Aji Pangesti orantua

peserta didik di SMA Negeri 9 ini memaparkan bahwa:

“Alhamdulillah sudah. Pemerintah pusat telah juga

menghimbau dan memberikan mandat ke pemerintah daerah

agar tiap daerah itu harus ada sekolah negeri”. (wawancara

tanggal 28 Janauri 2020).

Dari pemaparan hasil wawancara di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa pendidikan di kota Depok ini masih kurang merata,

walaupun di setiap kecamatan sudah mempunyai sekolah, akan tetapi

sekolah di setiap wilayah tersebut harus mempertimbangkan jumlah

penduduknya. Bisa jadi kalau penduduk disuatu wilayah itu banyak,

alangkah baiknya sekolah tersebut di tambah untuk wilayah yang

mempunyai jumlah penduduknya banyak.

e. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 1, 6, 9

Depok?

Pemerintah pusat telah menerapkan sistem zonasi pada tahun

2017, kemudian di revisi pada tahun 2018 di seluruh pendidikan yang

ada di Indonesia (Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018). Menurut Sri

Mulyani guru SMA Negeri 1 Depok ini memaparkan bahwa:

“SMA Negeri 1 Depok menerapkan sistem zonasi pada

tahun ajaran 2018/2019”. (wawancara tanggal 11 Februari).

Hal senada juga dipaparkan oleh Rika Zahlia orang tua peserta

didik SMA Negeri 1 Depok ini memaparkan bahwa:

“Sistem zonasi di SMA Negeri 1 Depok telah diterapkan

semenjak tahun ajaran 2018/2019”. (wawancara tanggal 17

Februari 2020).

Sedangkan di SMA Negeri 6 Depok, menurut Setiawati guru

SMA Negeri 6 Depok ini memaparkan bahwa:

Page 78: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

62

“Zonasi di SMAN 6 Depok ini sudah berjalan 2 tahun dari

2018 waktu walikotanya masih pak muhajir”. (wawancara

tanggal 30 Januari 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Nouva Rita Lumintang orang

tua peserta didik SMA Negeri 6 Depok memaparkan bahwa:

“Sistem zonasi di SMAN 6 depok ini sudah 2 atau 3 tahun

belakangan ini”. (wawancara tanggal 31 Januari 2020).

Adapun menurut Firmansyah guru SMA Negeri 9 Depok

memaparkan bahwa:

“SMA Negeri 9 Depok 2 tahun kebelakang sudah

diberlakukannya sistem zonasi yaitu tahun ajaran

2018/2019”. (wawancara tanggal 28 Janauri 2020).

Hal senada juga dipaparkan Olwin Lepiana Silalahi orang tua

peserta didik SMA Negeri 9 Depok memaparkan bahwa:

“Tahun ajaran 2018/2019, 2 tahun belakangan ini lah

sudah diberlakukannya sistem zonasi di SMA Negeri 9

Depok”. (wawancara tanggal 28 Janauri 2020).

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

sistem zonasi di SMA Negeri kota depok baru benar-benar diterapkan

pada tahun ajaran 2018/2019 walaupun pemerintah telah

mengeluarkan kebijakan tersebut pada tahun 2017.

f. Bagaimana layanan pendidikan yang Bapak/Ibu rasakan pada

saat ini dengan sistem zonasi?

Kebijakan sistem zonasi diharapkan dapat meningkatkan

kualitas pendidikan. Penerapan sistem zonasi juga dapat mendukung

pemerataan pendidikan peserta didik, tenaga pendidik dan

kependidikan karena khususnya bagi peserta didik masuk sekolah

dalam zonasi bisa ditetapkan sebelum taman sekolah dasar atau

sekolah menengah pertama karena basisnya tempat domisisli.

Sedangkan tujuan diadakannya kebijakan sistem zonasi ini adalah

untuk mendorong sekolah lebih terbuka dalam melakukan penerimaan

peserta didik baru dari berbagai sekolah sebelumnya. Uapaya

pemerintah dalam meningkatkan akses layanan pendidikan harus

mendapat dukungan semua elemen mulai dari masayarakat sekitar,

orang tua maupun pihak sekolah dan atau pemangku kepentingan

lainnya. Menururt Lupiyadi dan Hamdani (2006:5) Secara sederhana

layanan pendidikan bisa diartikan dengan jasa pendidikan. Kata jasa

(service) itu sendiri memiliki beberapa arti, mulai dari pelayanan

pribadi (personal service) sampai pada jasa sebagai suatu produk.

Page 79: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

63

Melalui kebijakan sistem zonasi ini diharapkan berdampak

dengan meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan serta

penunjang kegiatan di sekolah dalam bentuk sarana dan prasarana.

Menurut Iwan Setiawan guru SMA Negeri 1 Depok ini memaparkan

bahwa:

“Alhamdulillah sudah baik, kita selalu mengikuti apa yang

menjadi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah juga, kalau

dari untuk siswa, ya semua siswa kita fasilitasi dengan baik

dan dengan pelayanan yang baik juga tentunnya”.

(wawancara tanggal 11 Februari 2020).

Hal senada juga disampai oleh Rika Zahlia orang tua peserta

didik SMA 1 Depok memaparkan bahwa:

“Alhamdulillah baik, mulai dari sekolahnya yang sudah

memfasilitasi mumpuni, dan guru-gurunya membimbing

dengan baik”. (wawancara tanggal 17 Februari 2020).

Sedangkan menurut Setiawati guru SMA Negeri 6 Depok

memaparkan bahwa:

“Kalau layanan pendidikan secara umum yang saya

rasakan belum memuaskan. Masih banyak ketimpangan saya

lihat, terutama di daerah-daerah pinggiran atau desa-desa

terpencil. Pernah saya baca berita, ada sekolah yang ada

muridnya, tetapi tidak ada atau tidak lengkap gurunya karena

sekolah itu terletak di pedesaan terpencil, dan yang mengajar

disana hanya warga disana saja. Alasanya karna sekolah itu

terlalu jauh dan tidak didukung sarana transportasi yang

memadai, dan sarana prasaranan di sekolah tersebut. Kalau

untuk di SMAN 6 depok, Alhamdulillah layanan disini sudah

cukup baik, hanya saja kita kekurangan aula saja. Tapi

selebihnya Alhamdulillah memadai”. (wawancara tanggal 30

Januari 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Syamsiyah orang tua peserta

didik SMA Negeri 6 Depok memaparkan bahwa:

“Yang saya lihat dari tahun ke tahun terus ada perbaikan

dan itu menurut saya baik apalagi dengan kami yang

masyarakat menengah kebawah ini, tertolong sekali”.

(wawancara tanggal 31 Janauri 2020).

Adapun menurut Pargiyatno guru SMA Negeri 9 Depok

memaparkan bahwa:

“Kalau saya rasakan selama berjalannya sistem zonasi 2

tahun belakangan ini, ya alhamdulillah untuk layanan

Page 80: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

64

pendidikannya lumayanan memuaskan, baik itu dari tenaga

pendidik, kependidikan dan juga murid. Pun dengan saranya

dan prasarananya. Pemerintah terus meningkatkan akan hal

itu”. (wawancara tanggal 28 Janauri 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleoh Elina Anggitha bahwa:

“Sudah baik, telah sesuai dengan program yang

dijalankan”. (wawancara tanggal 28 Janauri 2020).

Dari pemaparan hasil wawancara di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa pelayanan yang sudah diterapkan melalui system

zonasi sudah dilaksanakan sebaik mungkin oleh pemerintah, itu

terbukti yang telah dirasakan oleh pihak sekolah ataupun yang dilihat

dan dirasakan juga oleh orangtua dan peserta didik.

g. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA

Negeri 1, 6, 9 Depok?

Berdasarkan data Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan

(permendikbud) Nomor 51 tahun 2018 tentang penerimaan peserta

didik telah telah memerintahkan kabupaten/kota agar menerapkan

sistem zonasi melalui tiga jalur. Ketiga jalur tersebut yaitu terdiri dari

zonasi wilayah sekitar radius sekolah 90 persen, jalur prestasi 5

persen, dan jalur perpindahan orang tua/wali sebesar 5 persen.

Menurut Sri Mulyani guru SMA Negeri 1 Depok memaparkan bahwa:

“Mengisi persyaratan di website terlebih dahulu, setelah

nanti dinyatakan lulus dari pemerintah dinas pendidikan

provinsi, barulah anak tersebut melengkapi data fisik ke

sekolah. Sekarang itu sudah transparan, jadi orangtua bisa

mengecek langsung dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.

(wawancara tanggal 11 Februari 2020).

Hal senada juga disampaikan oleh Fani orang tua peserta didik

SMA Negeri 1 Depok memaparkan bahwa:

“Saya mengambil formulir dahulu, setelah itu baru

mengambil nomor antrian, dan memberikan pemberkasan ke

panitia”. (wawancara tanggal 17 Februari 2020).

Sedangkan menurut Sri Irlandarini guru SMA Negeri 6 Depok

memaparkan bahwa:

“Ya kita telah melakukan sosialisasi dengan diadakan sosialisasi

dari kelurahan, jadi itu kelurahan mengundang pihak sekolah dan

masyarakat sekitar datang ke kelurahan untuk memberi tau kepada

masyarakat dengan diadakan PPDB sistem zonasi jarak. Tetapi

kebanyak masyarakat sudah pada tau. Terus kita juga membuat

Page 81: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

65

spanduk untuk di bentangkan di depan sekolah berikut dengan

persyaratan-persyaratan yang harus di lengkapi dan alur-alunya juga.

(wawancara tanggal 30 Janauri 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Syahrul Amin orang tua

peserta didik SMA Negeri 6 Depok memaparkan bahwa:

“Saya dan anak mendaftarkan diri ke sekolah, nanti ada

pengarahan dari sekolah bagaimana tahapan-tahapannya.

Dan itu melalui website. Dan setelah diterima baru kita daftar

ulang ke sekolah mengisi formulir-formulir yang telah

disediakan oleh sekolah”. (wawancara tanggal 31 Januari

2020).

Adapun menurut Pargiyatno guru SMA Negeri 9 Depok

memaparkan bahwa:

“Kita membimbing orang tua calon peserta didik untuk

melakukan pengisian data melalui website, setelah itu

menunggu hasilnya dari dinas provinsi. Karna yang

menentukan bukan sekolah, melaikan dinas provinsi. Dan

kalau dinyatakan lulus atau keterima, barulah nanti orang tua

murid tersebut mengisi formulir yang telah kami sediakan

dengan data-data untuk pelengkapan administrasi”.

(wawancara tanggal 28 Januari 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Wiwin Aji Pangesti orang tua

peserta didik SMA Negeri 9 Depok memaparkan bahwa:

“Kalau saya waktu itu mengisi biodata di website, terus

kalau sudah dinyatakan di terima, baru saya datang

kesekolah mengisi formulir dan mengelengkapi data yang

diperlukan”. (wawancara tanggal 28 Janauri 2020).

Gambar 4.1

Kegiatan penerimaan calon Peserta didik baru SMA Negeri 6 Depok

Page 82: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

66

Dari pemaparan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan

bahwa pihak sekolah telah membuat alur atau cara untuk mendaftar

sebaik mungkin agar nantinya para calon peserta didik tidak

kebingunagan apa yang harus dilakukan untuk mengikuti alur

pendaftaran.

h. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 1, 6, 9

Depok?

Besarnya antusias orang tua terhadap anaknya dapat bersekolah

di sekolah Negeri masih terlaluu besar, sehingga tidak jarang di suatu

sekolah tersebut membludak untuk mendaftarkan anaknya. Menurut

Iwan Setiawan guru SMA Negeri 1 Depok memaparkan bahwa:

“Calon peserta didik yan daftar di SMA Negeri 1 hampir

2000-an. Saya tidak tau pastinya berapa, karena saya bukan

panitia dan waktu itu kepala sekolah memberi tahu kami para

guru pas rapat, tetapi saya lupa jumlah pastinya”.

(wawancara tanggal 11 Februari 2020).

Hal senada dipaparkan Rika Zahlia orang tua peserta didik SMA

Negeri 1 Depok memaparkan bahwa:

“Calon peserta didik yang mendaftar 1000 ke atas. Berapa

pastinya saya orang tua peserta didik tidak mengetahuinya”.

(wawancara tanggal 17 Februari 2020).

Sedangkan menurut Budewi Intan guru SMA Negeri 6 Depok

memaparkan bahwa:

“Sebelum penerapan sistem zonasi, Yang mendaftar

tadinya itu selama saya di sini tahun 2015 itu sampai 1000an,

tapi setelah sistem zonasi ini yang daftar hanya 600 sampai

700 an”. (wawancara tanggal 30 Januari 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Nouva Rita Lumintang orang

tua peserta didik SMA Negeri 6 Depok memaparkan bahwa:

“Waktu itu saya mendaftar sudah 700 an nama-nama yg

sudah mendaftar”. (wawancara tanggal 31 Januari 2020).

Page 83: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

67

Adapun menurut Firmansyah guru SMA Negeri 9 Depok

memaparkan bahwa:

“Yang mendaftar di SMA Negeri 9 Depok sekitar 400

calon peserta didik”. (wawancara tanggal 28 Janauri 2020).

Berbeda apa yang dipaparkan oleh Wiwin Aji Pangestu orang

tua peserta didik SMA Negeri 9 Depok memaparkan bahwa:

“Pas pengumpulan orangtua waktu pertama sebelum

masuk sekolah, pihak sekolah memberi tau jumlah banyak

yang mendaftar, seingat saya 600-700 an calon peserta didik

yang mendaftar di SMAN 9 ini”. (28 Janauri 2020).

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa calon

peserta didik begitu antusiah untuk mendaftarkan diri mereka ke

sekolah yang dituju, terlihat di SMA Negeri 1 hampir 2000 yang

mendaftar, di SMA Negeri 6 ada 700 pendaftar, dan di SMA Negeri 9

ada 400 pendaftar. Ini artinya persaingan untuk lolos begitu ketat pada

setiap sekolah dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah dan dilaksanakan oleh sekolah tersebut.

i. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

Setiap sekolah pasti mempunyai batasan dalam penerimaan

peserta didik hal ini dikarenakan ruang kelas yang terbatas dan jumlah

rombongan belajar yang sudah ditentukan. Maka pihak sekolah perlu

sekiranya membatasi penerimaan peserta didik baru setiap tahunnya.

Menurut Sri Mulyani guru SMA Negeri 1 Depok memaparkan bahwa:

“Di sini itu ada 10 kelas, 1 kelasnya 36 siswa. Berarti ada

360 siswa yang diterima. (11 Februari 2020). Sedangkan

menurut Safi’i orang tua peserta didik SMA Negeri 1 Depok

memaparkan bahwa berapa pastinya saya tidak tau, mungkin

sekitar 300 sampai 350 murid yang diterima”. (wawancara

tanggal 17 Februari 2020).

Sedangkan menurut Sri Irlandarini guru SMA Negeri 6 Depok

memaparkan bahwa:

“Kalau untuk penerimaan itu karna ini sistemnya di atur

oleh pusat langsung, bukan dari sekolah, yaitu 324 peserta

didik kalau disesuaikan dengan kelas yang ada. Disini kelas

ada 9 untuk peserta didik baru dikalikan saja tiap kelasnya 36

peserta didik”. (wawancara tanggal 30 Janauri 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Syahrul Amin orang tua

peserta didik SMA Negeri 6 Depok memaparkan bahwa:

Page 84: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

68

“Mungkin sekitar 300 atau 400 an, waktu itu saya tanya

sama anak saya berapa temannya sekelas, dia jawab 34 apa

36 gitu saya lupa”. (wawancara tanggal 31 Februari 2020).

Adapun menurut Sri Sulasmi guru SMA Negeri 9 Depok

memaparkan bahwa:

“Yang diterima ada 216 murid, karna ada 6 kelas. 1

kelasnya 36 murid”. (wawancara tanggal 28 Janauri 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh olwin orang tua peserta didik

SMA Negeri 9 Depok memaparkan bahwa:

“Peserta didik yang diterima di SMA Negeri 9 ada 210

peserta didik”. (wawancara tanggal 28 Janauri 2020).

Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

calon yang diterima di tiap-tiap sekolah tidak ditentukan oleh pihak

sekolah, melainkan sudah ditentukan oleh pihak pemeritah daerah

pusat secara otomatis dan disesuaikan dengan jumlah ruang kelas yang

tersedia di setiap sekolah. Dan setiap rombongan belajar terdiri dari 36

peserta didik di tiap-tiap sekolah.

j. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi

ini di SMA Negeri 1 Depok?

Kedisiplinan peserta didik untuk datang kesekolah semestinya

harus dilakukan sebaik mungkin dengan datang kesekolah tepat pada

waktu yang telah ditentukan. Sebelum adanya sistem zonasi tentunya

tempat tinggal peserta didik dengan sekolah lumayan jauh dan bias

memakan waktu yang lama diperjalanan dan pada akhirnya terlambat

untuk datang kesekolah. Tentunya dengan adanya kebijakan sistem

zonasi ini mampu menjawab salah tantangan kedisiplinan yang ada di

sekolah dengan jarak tembuh yang dekat dari sekolah. Menurut

Ahmad Erwan guru SMA Negeri 1 Depok memaparkan bahwa:

“Melalui jalur zonasi peserta didiknya ini tidak

kehadirannya sama saja. Hanya diuntungkan karena jarak

yang dekat saja peserta didiknya”. (wawancara tanggal 17

Februari 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Safi’i orang tua peserta didik

SMA Negeri 1 Depok memaparkan bahwa:

“Tidak banyak pengaruh ya, sebelum ada zonasi pun

untuk kehadiran pun sudah bangus, dulu itu mungkin niatnya

beda ya, anak itu termotivasi untuk hadir ke sekolah karena

sekolah ini favorit dan bagus, tapi kalau sekarang karna

Page 85: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

69

sistem zonasi ya mungkin dekat, ya sama saja”. (wawancara

tanggal 17 Februari 2020).

Sedangkan menurut Setiawati guru SMA Negeri 6 Depok

memaparkan bahwa:

“Untuk kehadiran tidak ada perbedaan yang terlalu

signifikan, maksudnya perbedaan itu ada, tetapi tidak beda

jauh dari sebelumnya”. (wawancara tanggal 30 Januari

2020).

Lain halnya apa yang disampaikan Nouva Rita Lumintang orang

tua peserta didik SMA Negeri 6 Depok memaparkan bahwa:

“Berpengaruh, seandainya rumah mereka jauh, otomatis

diperjalanan mereka kena macet, karna daerah kelurahan

limo ini kalau pagi macetnya dimana-mana. Kalau rumahnya

dekat kan bisa jalan kaki”. (31 Januari 2020).

Adapun menurut Firmasyah guru SMA Negeri 9 Depok

memaparkan bahwa:

“Sama aja sih kalau yang saya lihat. Kalau adapun

perbedaannya, tidak terlalu jauh lah perbedanya untuk

tingkat kehadiran sebelum dan sekarang diterapkannya

sistem zonasi ini”. (wawancara tanggal 28 Janauri 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Wiwin Aji Pangesti orang tua

peserta didik SMA Negeri 9 Depok memaparkan bahwa:

“Kalau anak saya alhamdulillah stabil dan cenderung

meningkat karna jarak yang dekat”. (wawancara tanggal 28

Januari 2020).

Dari pemaparan hasil wawancara di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa kehadiran peserta didik untuk datang kesekolah

tidak terlalu banyak menuai perubahan dari sebelum dan cenderung

meningkat dari sebelumnya diterapkannya sistem zonasi.

k. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya

transportasi?

Sebelum diterapkannya sistem zonasi, jarak tempuh peserta

didik ke sekolah bisa dibilang cukup jauh. Hal ini akan menambah

pengeluaran orang tua untuk biaya transportasi, baik menggunakan

kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum atau online. Dengan

adanya sistem zonasi, tentu dapat mengurangi biaya tambahan

dikarenakan jarak tempuh dari rumah peserta didik ke sekolah

terbilang dekat dari rumah. Menurut Sri Mulyani guru SMA Negeri 1

Depok memaparkan bahwa:

Page 86: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

70

“Iya betul dapat menghemat, karna anak-anak disekitar

sini bisa berjalan kaki ke sekolah, kan radiusnya Cuma 400an

meter. Ya gak jauh lah dari rumah mereka ke sekolah. Jadi

tidak memakai biaya tambahan lagi, mereka bisa berjalan

kaki ke sekolah”. (wawancara tanggal 11 Februari 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Fani orang tua peserta didik

SMA Negeri 1 Depok memaparkan bahwa:

“Menghemat sekali ya, mau ngapa-ngapain ke sekolah

tinggal jalan kaki aja, baik anak ataupun saya sendiri sebagai

orang tua”. (wawancara tanggal 17 Februari 2020).

Sedangkan menurut Sri Irlandarini guru SMA Negeri 6 Depok

memaparkan bahwa:

“Ya sangat membantu untuk keuangan orangtua, apalagi

sekarang itu sudah memakai sitem zonasi jarak, yang tahun

ini aja jarak balik jauh aja 500 meter. Artinya juga

mengurangi yang membawa transportasi pribadi dan

mengurangi kemacetan juga. Tapi nyatanya gak juga, mereka

masih bawa motor masing-masing ke sekolah”. (wawancara

tanggal 30 Januari 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Nouva Rita Lumintang orang

tua peserta didik SMA Negeri 6 Depok memaparkan bahwa:

“Menghemat sekali kalau saya rasakan. Karna kalau

sekolahnya jauh, otomatis berapa biaya yg harus dikeluarkan,

apalagi kalau pakai jasa online kayak gojek atau grab pasti

lebih besar lagi. Kalau rumahnya dekat kan bisa jalan kaki

kalau seandainya ada sepeda ya naik sepeda saja”.

(wawancara tanggal 31 Januari 2020).

Adapun menurut Pargiyatno guru SMA Negeri 9 Depok

memaparkan bahwa:

“Ya mungkin menghemat, dimana tadinya rumah murid

itu jauh dari sekolah, otomatis biaya berangkat ke sekolahnya

juga nambah, entah itu naik motor sendiri dengan duit

bensinnya, atau memakai jasa ojek online. Belum di tambah

macetnya nanti di perjalanan. Bisa memakan waktu yang

lama juga”. (wawancara tanggal 28 Janauri 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Olwin Lepiana Silalahi orang

tua peserta didik SMA Negeri 9 Depok memaparkan bahwa:

“Sangat menghemat sekali ya, karna dekat dari rumah jadi

tidak mengeluarkan biaya lebih”. (28 Janauri 2020).

Page 87: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

71

Dari pemaparan hasil wawancara di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa dengan adanya sistem zonasi ini biaya pengeluaran

orangtua dapat berkurang dikarenakan jarak tempuh dari sekolah ke

rumah yang begitu dekat dan tidak perlu menggunakan kendaraan

pribadi maupun umum melainkan bisa berjalan kaki untuk pergi ke

sekolah.

l. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah

karena tidak memakan banyak waktu di perjalanan?

Kondisi peserta didk saat datang kesekolah seharusnya terlihat

bugar dan segar, kalau jarak tempuh dari rumah ke sekolah terlalu

jauh, maka bias dipastikan kondisi peserta didik tidak akan terlihat

bugar dan segar karena memakan waktu diperjalan dan belum lagi

ditambah keadaan macet di jalanan, bisa jadi peserta didik sampai ke

sekolah dengan keadaan berkeringat, gerah, keadaan seragam yang

tidak rapi sehingga terlihat peserta didik tersebut tidak fres dan segar.

Dengan adanya system zonasi ini yang jarak tempuh dari rumah ke

sekolah tidak terlalu jauh, diharapkan kondisi fisik peserta didik

terlihat bugar dan segar sampai di sekolah. Menurut Ahmad Erwan

guru SMA Negeri 1 Depok Memaparkan bahwa:

“Seharusnya iyaa, tapi kembali lagi ke siswa nya, karna

ada juga siswa yang ngegampangin mentang-mentang dekat

ke sekolah, terus dilalai-lalaikan akhirnya terlena dan buru-

buru datang ke sekolah”. (wawancara tanggal 17 Februari

2020).

Berbeda dengan apa yang dipaparkan oleh Safi’i orang tua

peserta didik SMA Negeri 1 Depok memaparkan bahwa:

“Saya kira benar, terkadang anak yang sekolahnya jauh

ada kendala di jalan, bisa aja macet di jalan atau belum lagi

ditilang polisi dan sebagainya, kalau dekat kan tinggal jalan

kaki saja kesekolah dan tambah bugar lah karna sudah

olahraga duluan”. (wawancara tanggal 17 Februari 2020).

Sedangkan menurut Setiawati guru SMA Negeri 6 Depok

memaparkan bahwa:

“Iya, karna tadi jarak tempuh ke sekolah, selain

menghemat biaya transportasi, keadaan siswa ke sekolah pun

lebih fres dan bugar karna jarak yang tidak jauh ke sekolah”.

(wawancara tanggal 30 Januari 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Syamsiyah orang tua peserta

didik SMA Negeri 6 Depok memaparkan bahwa:

Page 88: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

72

“Alhamdulillah bugar, karna perjalanan tidak terlalu

jauh”. (wawancara tanggal 31 Januari 2020).

Adapun menurut Pargiyatno guru SMA Negeri 9 Depok bahwa:

“Alhamdulillah 85%-90% dari total murid sistem zonasi,

ya kondisi fisiknya baik-baik saya, dia datang ke sekolah

dengan kondisi fress atau bugar, tidak kelihatan lelah di

wajahnya karna lama di perjalanan, kan rumah mereka dekat

dari sekolah, mungkin bisa berjalan kaki, atau naik sepeda”.

(28 Janauri 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Wiwin Aji Pangesti orang tua

peserta didik SMA Negeri 9 Depok memaparkan bahwa:

“Alhamdulillah anak saya selalu bugar dan bersemagat

datang ke sekolah karna jaraknya dekat”. (28 Janauri 2020).

Dari pemaparan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan

bahwa kondisi fisik peserta didik tentu menentukan mood untuk

menempuh kegiatan yang ada disekolah. Tentunya dengan adanya

sistem zonasi ini, anak bisa datang kesekolah dengan keadaan bugar

dan bersemangat untuk mengikut kegiatan yang ada di sekolah.

m. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang

memadai?

Fasilitas di sekolah sangat berpengaruh terhadap jaminan

sekolah tersebut, dengan lengkap dan baiknya fasilitas tersebut maka

bisa di sekolah tersebut akan meningkatka minat dan bakan siswa baik

akademik mau pun non akademik untuk berprestasi. Baik itu sarana

atapun prasarana. Menurut Iwan Setiawan guru SMA Negeri 1 Depok

memaparkan bahwa:

“Kalau di SMA Negeri 1 Depok alhamdulillah sudah

memenuhi, karena kita sudah ISO 2008 dan dari segi fasilitas

sarana dan prasarananya pun sudah memadai semua”.

(wawancara tanggal 11 Februari 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Rika Zahlia orang tua peserta

didik SMA Negeri 1 Depok memaparkan bahwa:

“Alhamdulillah sudah memadai kalau untuk SMA Negeri

1 ini”. (wawancara tanggal 17 Februari 2020).

Sedangkan menurut budewi Intan guru SMA Negeri 6 Depok

memaparkan bahwa:

“Kalau dari segi fasilitas ya memadai dari segi sarana dan

prasarana, pemerintah terus memberikan bantuan apapun itu

Page 89: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

73

untuk menunjang sarana dan prasarana. Hanya kekurangan

aula saja, karna tidak ada lahan lagi”. (wawancara tanggal 30

Januari 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Syahrul Amin bahwa:

“Ya kalau bisa memadailah untuk sekolah yang

menerapkan sistem zonasi biar menunjang untuk anak-anak

lebih giat lagi belajarnya. Tapi untuk SMAN 6 Depok sendiri

saya lihat waktu mendaftar mungkin sudah memadai dan

sudah lengkap dari sarana dan prasarannya”. (wawancara

tanggal 31 Januari 2020).

Adapun menurut Firmansyah guru SMA Negeri 9 Depok

memaparkan bahwa:

“Ya standar pemerintah sendiri otomatis memadailah.

(wawancara tanggal 28 Janauri 2020). Hal senada juga

dipaparkan oleh Elina anggitha orang tua peserta didik SMA

Negeri 9 Depok memaparkan bahwa selama saya lihat di

sekolah anak saya untuk fasilitasnya sudah memadai dari

sarana dan prasarananya”. (wawancara tanggal 28 Januari

2020).

Tabel 4.1

Fasilitas sekolah

SMA Negeri 1 Depok No. Jenis

Ruang Jumlah

1. Ruang Kepala Sekolah 1 2. Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 3. Ruang Komite Sekolah 1 4. Ruang Guru 1 5. Ruang Tata Usaha 1 6.. Ruang Bimbingan Konseling (BK) 1 7. Ruang Kelas 28 8. Laboratorium Biologi 1 9. Laboratorium Kimia 1 10. Laboratorium Komputer 1 11. Perpustakaan 1 12. Ruang Galeri 1 13. Ruang Pusat Kegiatan Siswa (Pusgiwa) 1 14. Ruang Koperasi 1 15. Koperasi 1 16. Lapangan Upacara 1 17. Mushalla 1 18. WC Guru 1 19. WC Siswa 5

Page 90: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

74

20. WC Kepala Sekolah 1 21. Pos Satpam 1 22. Halaman Parkir 2

Sumber: https://sman1depok.sch.id/

Gambar 4.2

Fasilitas sekolah

SMA Negeri 1 Depok

Ruang Koputer Lapangan Upacara Ruang kelas

Mushollah Taman belajar Perpustakaan

Tabel 4.2

Fasilitas sekolah

SMA Negeri 6 Depok

No. Jenis

Ruang Jumlah

1. Ruang Kepala Sekolah 1 2. Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 3. Ruang Komite Sekolah 1 4. Ruang Guru 1 5. Ruang Tata Usaha 1 6. Ruang Kelas 28 7. Laboratorium 2 8. Perpustakaan 1 9. Koperasi 1 10. Lapangan olahraga 2 11. Mushalla 1 12. WC Guru 1 13. WC Siswa 6 14. WC Kepala Sekolah 1 15. Pos Satpam 1

Page 91: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

75

16. Halaman Parkir 2

Sumber: http://sman6depok.sch.id/

Gambar 4.3

Fasilitas sekolah

SMA Negeri 6 Depok

Koperasi Mushollah Lapangan Upacara

Perpustakaan Ruang Kelas Ruang Laboratorium

Tabel 4.3

Fasilitas sekolah

SMA Negeri 9 Depok

No. Jenis

Ruang Jumlah

1. Ruang Kepala Sekolah 1 2. Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 3. Ruang Guru 1 4. Ruang Tata Usaha 1 5. Ruang UKS 1 6. Ruang Kelas 20 7. Laboratorium 3 8. Perpustakaan 1 9. Lapangan olahraga 1 10. Mushalla 1 11. WC Guru 1 12. WC Siswa 8 13. Pos Satpam 1 14. Halaman Parkir 1 15. Kantin 1

Sumber: https://sman9depok.sch.id/

Page 92: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

76

Gambar 4.4

Fasilitas sekolah

SMA Negeri 9 Depok

Ruang Komputer Lapangan Upacara Mushollah

Laboratorium Ruang Kelas Ruang Waka Sekolah

Dari hasil pemaparan wawancara dan dokumentasi di atas dapat

disimpulkan bahwa fasilitas sarana dan prasarana dari tiap sekolah

sudah memenuhi standar yang telah ditentukan oleh pemerintah untuk

menunjang kegiatan peserta didik baik akademin maupun non

akademis.

n. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke

masyarakat?

Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, tentulah

sosialisasi haruslah dilakukan kepada masyarakat, agar masayrakat

tersebut bisa mengetahui perkembangan yang ada untuk

mempersiapkan diri sebaik mungkin. Menurut Ahmad Erwan guru

SMA Negeri 1 Depok memaparkan bahwa:

“Kalau waktu itu sudah di sosialisasikan, cuma kurang

maksimal aja sepertinya dari Panitia PPDB Pusat Jawa Barat.

Karna banyak masyarakat yang masih belum paham,

sehingga waktu tahun ini saja ada masyarakat datang ke

sekolah dari sebelum masuk waktu sholat subuh. Saya pun

sebagai guru yang bukan panitia kaget aja, kok masih ada

yang seperti itu. Nah mungkin dari situlah saya kira

sosialisasinya kurang maksimal”. (wawancara tanggal 17

Februari 2020).

Page 93: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

77

Hal senada juga dipaparkan oleh Fani orang tua peserta didik

SMA Negeri 1 Depok bahwa:

“Kalau melalui media sosial sudah ya. Tapi kalau

langsung sepertinya tidak ada. Kalau pun ada sepertinya

belum maksimal”. (wawancara tanggal 17 Februari 2020).

Sedangkan menurut Sri Irlandarini guru SMA Negeri 6 Depok

memaparkan bahwa:

“Sudah, bahkan banyak juga masyarakat itu sudah tau

dengan adanya penerimaan murid baru melalui sistem

zonasi”. (wawancara tanggal 30 Januari 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Nouva Rita Lumintang orang

tua peserta didik SMA Negeri 6 Depok memaparkan bahwa:

“Sudah, kebanyakan melalui media sosial dan dari

kelurahan juga sudah di sosialisasikan juga. Dan itu

dilakukan sebelum jauh-jauh hari PPDB”. (wawancara

tanggal 31 Janauri 2020).

Adapun menurut Sri Sulasmi guru SMA Negeri 9 memaparkan

bahwa:

“Sudah, bahkan dari kecamatan pun jauh sebelum

penerimaan PPDB sudah mengadakan pertemuan sekolah-

sekolah yang dekat kecamatan tersebut dengan masyarakat

sekitar yang berada dalam kawasan masyarakat tersebut”.

(wawancara tanggal 28 Januari 2020).

Hal senada juga dipaparkah oleh Wiwin Aji Pangesti orang tua

peserta didik SMA Negeri 9 Depok memaparkan bahwa:

“Alhamdulillah sudah dilakukan dari jauh-jauh sebelum

dimulainya pendaftaran”. (wawancara tanggal 28 Janauri

2020).

Dari pemaparan hasil wawancara di atas dapat diterik

kesimpulan bahwa sekolah telah melakukan sosialisas kepada

masyaratak sebelum penerimaan peserta didik baru akan dimulai

pembukaannya. Sosialisasi ini dilakukan oleh tiap sekolah 6 bulan

sebelum penerimaan peserta didik baru.

o. Bagaimana cara SMA Negeri 1, 6, 9 Depok mengsosialisasikan

sistem zonasi?

Dari pemaparan sebelumnya di atas mengatakan bahwa

melakukan sosialisasi wajib dilakukan. Banyak cara yang bisa

dilakukan, mulai dari media cetak seperti membuat banner dan di

perlihatkan di depan sekolah, melalui selembaran brosur ataupun

Page 94: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

78

Koran. Dan bisa juga melalui media online seperti WhatsApp dan

melihat berita melalui smartphone. menurut Ahmad Erwan guru SMA

Negeri 1 Depok bahwa:

“Melalui media online, waktu itu juga pernah kepala

sekolah datang ke SMP di kecamatan pancoran mas untuk

mengsosialisasikan sistem zonasi ini”. (wawancara tanggal

17 Februari 2020).

Hal senada juga disampaikan oleh Rika Zahlia orang tua peserta

didik SMA Negeri 1 Depok memaparkan bahwa:

“Kalau anak saya kan ada di SMP 5 tadinya, nah biasanya

kepala sekolah SMP 5 mengundang kepala sekolah SMA

Negeri 1 untuk sosialisasi”. (wawancara tanggal 17 Februari

2020).

Sedangkan menurut Budewi Intan guru SMA Negeri 6 Depok

memaparkan bahwa:

“Biasanya kita di undang ke kantor kelurahan, di situ nanti

akan disosialisasikan. Dan juga melalui media cetak seperti

memasang banner di depan sekolah dan lengkap dengan

aturan serta syarat-syaratnya”. (wawancara tanggal 30

Januari 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Syamsiah orang tua peserta

didik SMA Negeri 6 Depok memaparkan bahwa:

“Saya waktu itu dapat undangan ke sekolah untuk

pengadaan sosialisasi dari sekolah di tambah di depan

sekolah ada spanduk untuk pemberitahuan kepada

masyarakat”. (wawancara tanggal 31 Janauri 2020).

Adapun menurut Firmansyah guru SMA Negeri 9 Depok

memaparkan bahwa:

“Melalui media cetak, seperti banner dan isi di media

cetak itu ada tersebut sudah ada persyaratannya juga, terus

jumlah penerimaan, dan lain sebagainya”. (wawancara

tanggal 28 Janauri 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Olwin Lepiana Silalahi orang

tua peserta didik SMA Negeri 9 Depok memaparkan bahwa:

“SMA Negeri 9 Depok sosialisasi melalui media cetak

seperti banner/spanduk di pajang di depan sekolah”.

(wawancara tanggal 28 Janauri 2020).

Page 95: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

79

Dari hasil wawancara yang telah dipaparkan di atas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa sosialisasi yang dilakukan dari tiap sekolah

hampir sama yaitu dengan menghadiri rapat gabungan yang ada di

satuan wilayah tersebut, ada juga melalui media online, dan juga

melalui media cetak.

p. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Dengan adanya sistem zonasi ini akan memacu peningkatan

kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, karena sekolah akan

menerima peserta didik yang berprestasi maka mau tidak mau kualitas

pengajar harus ditingkatkan agar dapat membina peserta didik dengan

baik (Pengaribuan, 2019:4). Sehingga melalui sistem zonasi tersebut

akan mudah mengetahui jumlah guru yang dibutuhkan serta

menghilangkan terjadinya penumpukkan sejumlah guru yang

berkompeten pada wilayah tertentu. Begitu juga dengan sarana dan

prasarana yang harus memadai sehingga mendukung semua program

yang telah disusun sedemikian rupa oleh pihak sekolah. Menurut

Ahmad Erwan guru SMA Negeri 1 Depok memaparkan bahwa:

“Insya allah sudah, hanya saja pasti ada positif dan

negatifnya, mungkin kalau dari positifnya ya dari masyarakat

yang bisa bersekolah di dekat rumah tanpa mengeluarkan

biaya yang lebih lagi. Dan negatifnya untuk sekolah, baik itu

dari citra sekolah, prestasi, dan guru nya juga. Karna yang

masuknya di sini itu tidak seperti dulu yang melakukan

seleksi dengan ketat dan NEM yang tinggi. Kalau sekarang

siapa saja bisa masuk asalkan jaraknya tidak melampaui

batas yang telah ditentukan, ya mungkin ada murid yang

berasal dari sekolah yang kurang disiplinnya atau ada juga

yang kurang dalam pembekalan ilmunya, sehingga efeknya

ke kita sebagai guru yang memberi materi dengan semenarik

mungkin agar bisa di cerna oleh semua anak. Dan untuk saat

ini yang saya rasakan tidaklah mudah”. (wawancara tanggal

17 Februari 2020).

Hal senada juga disampaikan oleh Safi’i orang tua peserta didik

SMA Negeri 1 Depok memaparkan bahwa:

“Saya kira kalau sudah berjalan baik mungkin sudah, tapi

yang saya lihat itu dampak dari sistem zonasi ini yaa, artinya

seperti yang saya rasakan dari tahun-tahun sebelumnya. Dulu

itu anak-anak yang masuk ke SMA 1 Depok ini memang

terjaring sangat ketat sehingga menghasilkan anak-anak yang

berkualitas, baik itu dari segi tingkah laku, prestasi dan lain

hal sebagainya. Tapi semenjak adanya sistem zonasi ini jadi

bercampur anak-anaknya. Tercampur dalam artian anak-

Page 96: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

80

anaknya siapa aja bisa masuk karna melihat dari jarak. Baik

itu kurang pintar, atau tingkah lakunya yang belum baik.

Sehingga pertaruhan nama SMA Negeri 1 yang tadinya baik

di mata masyarakat. Ini lah mungkin yang menjadi tantangan

untuk kedepannya bagi sekolah”. (wawancara tanggal 17

Februari 2020).

Sedangkan menurut Sri Irlandarini guru SMA Negeri 6 Depok

memaparkan bahwa:

“Menurut saya sudah ya, tapi ada sisi positif dan sisi

negatifnya, kalau sisi positif mungkin, masyarakat yang

ekonominya yang menegah kebawah bisa sekolah di negeri

walaupun NEM nya rendah. Artinya masyarakat itu

diuntungkan dengan adanya sistem zonasi ini. Sedangkan

negatifnya adalah pada hakikatnya sekolah ini kan

berkompetisi. Ketika sekolah itu di lihat dari jarak saja

ditambah NEM nya kecil, justru semangat untuk

berkompetisinya sangat kurang sekali. Di tambah saya

melihat ada tindakan kecurangan yang dilakukan oleh

oknum-oknum tertentu, maksudnya ada anak yng rumahnya

tidak di wilayah disitu, terus dia mengontrak rumah untuk

mendapatkan domisinya saja, karna kan syarat masuknya

harus ada keterangan surat domisili, setelah domisili itu

dapat, dia balik lagi ke rumah aslinya. Itu ada beberapa kasus

yang saya temukan seperti itu”. (wawancara tanggal 30

Janauri 2020).

Hal senada juga disampaikan oleh Syamsiyah orang tua peserta

didik SMA Negeri 6 Depok memaparkan bahwa:

“Saya kira sudah ya mas, dengan apa yang saya rasakan,

mulai dari pendaftaran sampai penerimaan, semuanya

transfaransi dan tidak ada yang ditutup-tutupi”. (wawancara

tanggal 31 Janauari 2020).

Adapun menurut Pargiyatno guru SMA Negeri 9 Depok

memaparkan bahwa:

“Alhamdulillah yang saya rasakan sudah. Terlebih adanya

pemerataan dari muridnya, maksudnya murid yang

berprestasi itu tidak numpuk di sekolah terentu saja, namun

sudah tersebar di tiap-tiap sekolah. Begitu juga dengan

tenaga pendidik nya. Alhamdulillah tenaga pendidiknya

sudah profesional semua, tapi ada juga yang baru dan perlu

pendampingan untuk penyesuaian itu dari tenaga pendidik

dan kependidikan. Sedangkan dari sarana dan prasaranan

Page 97: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

81

pendidikannya sudah hampir melengkapi. Hanya tadi yang

saya bilang barusan. Kita hanya kekurangan 1 lapangan

tambahan untuk olahraga saja”. (wawancara tanggal 28

Janauri 2020).

Hal senada juga dipaparkan oleh Wiwin Aji Pangesti orang tua

peserta didik SMA Negeri 9 Depok memaparkan bahwa:

“Kalau menurut saya sudah ya, karna cara pendaftarannya

juga tidak ribet dan bikin pusing. Dan di tambah lagi fasilitas

untuk sekolahnya terus ditingkatkan dari pemerintah melalui

melengkapi sarana dan prasaran di sekolah”. (wawancara

tanggal 28 Janauri 2020).

Dari pemaparan hasil wawancara di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa sistem zonasi pada saat ini mempunyai dua sudut

pandang yang berbeda, yaitu positif dan negatif. Posistifnya sistem

zonasi ini setiap orangtua yang mempunyai anak mempunyai harapan

untuk dapat bersekolah yang bermutu baik, terlepas itu dari sarana

prasaranan, tenagan pendidik dan kependidikan yang ada di

lingkungan tempat tinggalnya.

Negatifnya dari penerapan sistem zonasi ini, ada juga

masyarakat yang cerdik dengan mengontrak pada tempat tinggal di

sekitar sekolah agar anak mereka bisa sekolah di tempat tersebut

dengan melampirkan surat keterangan dari Rukun Tetangga (RT).

B. Pembahasan

Dari hasil temuan yang telah dipaparkan di atas, begitu banyak perspektif

kebijakan sistem zonasi di Depok mulai dari sekola favorit, pemerataan

sekolah sistem zonasi, biaya transportasi, Fasilitas sekolah, pelayanan mutu

pendidikan, dan jarak tempat tinggal ke sekolah.

1. Sekolah favorit.

Label sekolah unggul dan tidak unggul, atau sekolah favorit dan tidak

favorit begitu sangat terlihat sebelum adanya Kebijakan sistem zonasi ini.

Pelabelan itu tentu mencederai semangat penerimaan peserta didik baru

untuk sekolah-sekolah yang tidak favorit. Dengan adanya sistem zonasi ini

tentunya menyamaratakan kualitas pendidikan dan melunturkan favoritisme

sekolah sangat diharapkan nantinya. Kebanyakan orang tua takut anaknya

tidak mendapatkan pendidikan berkualitas apabila gagal diterima di sekolah

negeri yang mempunyai reputasi atau status sekolah unggulan, favorit, ikon,

maupun legendaris.

Secara praktikal, orangtua lebih memilih sekolah negeri yang rekam

jejaknya sudah teruji, baik dari segi disiplin, proses pembelajaran, guru-

guru, prestasi sekolah, maupun iuaran siswanya. Untuk SMA misalnya,

sekolah-sekolah yang lulusannya terbukti menempati perguruan-perguruan

tinggi unggulan akan menjadi incaran utama. Karena ada keyakinan yang

Page 98: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

82

terpatri kokoh, kunci awal kesuksesaan anak tercinta adalah ketika mereka

bersekolah di sekolah favorit atau unggulan. Sehingga, ketika sang anak

gagal menembus sekolah incarannya, itu seolah menjadi tanda awal

kegagalan anak-anak. Memori kolektif itu membuat orangtua berjibaku

sekuat tenaga agar anak-anaknya masuk ke sekolah favorit. Bagi yang

memiliki kapital ekonomi memadai, anak akan diberikan les atau

bimbingan belajar yang masif dan terstuktur ketika akan memasuki jenjang

selanjutnya.

Maka dari pada itu, untuk meninggalkan pesepsi atau cara berpikir

orang tua yang seperti demikian, maka diadakan sebuah kebijakan yang

mana nanti sekolah-sekolah yang berada di dalam naungan pemerintahan

(Negeri) mendapatkan mutu pendidikan yang bagus mulai dari tenaga

pendidik dan kependidikan, fasilitas sarana dan prasarana, dan daya saing

dengan sekolah lain untuk prestasi akademik dan non akademik, dan juga

nantinya masuk ke Perguruan Tinggi ternama.

Karena menurut Cepi (2011) Sekolah unggul dipersepsikan sebagai

sekolah yang mampu menghasilkan otuput maksimal dari input yang

minimal. Keunggulan sekolah mencakup input, proses, dan output.

Keunggulan merupakan hasil kerja sama dari semua pihak dalam

mewujudkannya.

Sedangkan menurut Intan (2020) bahwa program pemerataan

pendidikan yang dilakukan pemerintah sangatlah bangus untuk kemajuan

pendidikan di Indonesia. Bagaimana nantinya itu tiap kota ataupun di desa

mempunyai pendidikan yang mumpuni untuk melakukan proses belajar

mengajar. Itu bagi saya sangat bagus sekali agar tidak jadi ketimpangan

nantinya dengan adanya embel-embel sekolah favorit.

Hal senada juga dipaparkan oleh Firmasyah (2020) bahwa semenjak

ada zonasi sepertinya sudah merata, artinya siswa yang pintar tidak

bertumpuk pada satu sekolah, sudah terbagi sesuai dengan tempat tinggal

masing-masing dan sekaligus mengurangi persepsi masyarakat tentang

sekolah favorit.

Kedua pemaparan di atas diperkuat oleh pernyataan Nanang (2017)

menyebut bahwa sekolah-sekolah favorit seolah mendapat hak istimewa

untuk menerima anak didik dengan bakat istimewa dengan mengabaikan

semangat “pendidikan untuk semua” sesuai UU Sisdiknas No. 20 Tahun

2003. Sebab menurutnya, selama ini, penerimaan di sekolah favorit tidak

hanya menggunakan standar prestasi tetapi juga ekonomi. Apalagi secara

simbolik, legitimasi sekolah favorit yang sudah terbangun panjang membuat

siapa saja berhasrat masuk ke sekolah-sekolah favorit ini, utamanya mereka

yang memiliki kapital akademik dan ekonomi yang memadai.

Dengan demikian dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa

dengan adanya kebijakan sistem zonasi ini setidaknya bisa menciptakan

sekolah yang unggul dari tiap-tiap sekolah dan tidak hanya pertumpu

Page 99: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

83

kepada satu sekolah saja yang mengakibatkan banyak persepsi orangtua

tentang sekolah favorit.

2. Pemerataan sekolah sistem zonasi.

Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam

agenda pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting

karena perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai

bidang kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Karena itu,

Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam

memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa

Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, yang mewajibkan

Pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan

menciptakan kesejahteraan umum.

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004 (TAP

MPR No. IV/MPR/1999) mengamanatkan, antara lain: 1) mengupayakan

perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang

bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia

Indonesia yang berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan

secara berarti, 2) meningkatkan mutu lembaga pendidikan yang

diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk

menetapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, olah raga dan seni. Sejalan

dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal

5 ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang

sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”, dan pasal 11, ayat (1)

menyatakan “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan

layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang

bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi”.

Untuk itu, agenda penting yang harus menjadi prioritas adalah

peningkatan pemerataan pendidikan, terutama bagi kelompok masyarakat

miskin yang berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari total

penduduk. Problem mereka, kemiskinan menjadi hambatan utama dalam

mendapatkan akses pendidikan.

Oleh karenanya Sistem zonasi pendidikan yang diterapkan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sejak tiga tahun

terakhir melalui Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dipandang sebagai

kebijakan yang baik. Tinggal bagaimana relevansinya yang ada di lapangan.

Menurut Mulyani (2020) bahwa sekolah yang ada alhamdulillah

sudah merata, semuanya diterima khususnya anak-anak yang tidak mampu

terlebih dahulu. Dan ditambah lagi dengan sekolah negeri yang sudah ada di

tiap-tiap wilayah kota depok. Hal senada juga dipaparkan oleh Syahrul

Amin (2020) bahwa hampir tiap kelurahan di depok itu sudah ada sekolah

negeri, apalagi di tambah dengan sekolah swasta.

Page 100: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

84

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa wajib bagi

pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan agar meningkatkan

kualitas pendidikan di tiap daerah tersebut dan tidak ada ketimpangan di

dalamnya seperti tiap wilayah belum mempunyai sekolah Negeri.

3. Biaya transportasi.

Salah satu dari kebijakan sistem zonasi ini yaitu dengan menghemat

biaya transportasi melalui jarak peserta didik ke sekolah itu hanya bisa di

tempuh dengan berjalan kaki atau pun bersepeda. Seperti apa yang

dikatakan oleh Irlandarini (2020) bahwa sangat membantu untuk keuangan

orangtua, apalagi sekarang itu sudah memakai sitem zonasi jarak, yang

tahun ini aja jarak balik jauh aja 500 meter. Artinya juga mengurangi yang

membawa transportasi pribadi dan mengurangi kemacetan juga. Tapi

nyatanya gak juga, mereka masih bawa motor masing-masing ke sekolah.

Hal senada juga dipaparkan oleh Olwin (2020) biaya transportasi Sangat

menghemat sekali ya, karna dekat dari rumah jadi tidak mengeluarkan biaya

lebih.

Hal ini diperkuat oleh Kepala Bidang Sekolah Menengah Atas (SMA)

Dinas Pendidikan Sumatra Selelatan Bonny Syafrian (2019) bahwa

Penerimaan siswa dan siswi dengan menggunakan sistem zonasi atau jarak

tempat tinggal dari sekolah sebagai upaya menghemat biaya transportasi

siswa.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah yang dekat

dengan rumah peserta didik akan menghemat biaya tambahan pengeluaran

orang tua untuk anak karena anak bisa datang ke sekolah dengan berjalan

kaki atau menggunakan sepeda.

4. Jarak tempat tinggal ke sekolah.

Jarak tempat tinggal dengan sekolah tentu menentukan calon peserta

didik itu masuk ke sekolah sistem zonasi, karena 90% perserta didik yang

diterima nantinya berasal dari jarak rumah yang berdekatan dengan wilayah

yang ada di sekolah tersebut. Jarak ini yang dimanfaatkan oleh calon

peserta didik terlepas NEM nya kecil atau besar waktu menyelesaikan

sekolah menegah pertama (SMP).

Lain dari pada itu, jarak rumah ke sekolah juga tidak memakan waktu

yang lama sehingga peserta didik tidak perlu naik kendaran bermesin

seperti motor dan mobil. Dan juga tidak membuat macet jalanan karena

tidak meggunakan transportasi tersebut sehingga tidak memakan waktu

yang lama untuk berangkat ke sekolah dan bisa membuat kondisi peserta

didik lebih bugar datang ke sekolah. Seperti yang dipaparkan oleh Setiawati

(2020) bahwa jarak tempuh ke sekolah, selain menghemat biaya

transportasi, keadaan siswa ke sekolah pun lebih fres dan bugar karna jarak

yang tidak jauh ke sekolah. Hal senada juga dipaparkan oleh Safi’i (2020)

bahwa , terkadang anak yang sekolahnya jauh ada kendala di jalan, bisa aja

Page 101: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

85

macet di jalan atau belum lagi ditilang polisi dan sebagainya, kalau dekat

kan tinggal jalan kaki saja kesekolah dan tambah bugar lah karna sudah

olahraga duluan.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan Rudi (2017:7) bahwa Sistem zonasi

akan menguntungkan calon peserta didik yang tinggal dekat dengan

sekolah. Hal ini sesuai dengan cita-cita Menteri Muhadjir agar mengurangi

waktu tempuh peserta didik ke sekolah. Meskipun tidak berprestasi, calon

peserta didik dapat melanjutkan pendidikan di sekolah yang terdekat dengan

domisilinya.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa jarak tempat tinggal

ke sekolah sangat diutamakan oleh pihak sekolah melalui sistem zonasi ini

karna mencegah upaya-upaya yang mengutungkan masyarakat itu sendiri

terutama yang mempunyai ekonomi menengah ke bawah, seperti

menghemat biaya transportasi, tidak memakan banyak waktu di perjalanan

sehingga siswa lebih bugar datang ke sekolah, mengantisipasi terjadinya

kecelakaan sewaktu dalam perjalanan ke sekekolah.

5. Fasilitas sekolah.

Dalam konteks pemilihan sekolah yang dianggap terbaik untuk

dimasuki anak-anaknya, fasilitas sekolah termasuk salah satu yang

dipertimbangkan orang tua murid, atau calon murid itu sendiri, ketika

memilih sekolah. Lepas dari menjadi faktor penentu pilihan atau tidak,

kondisi fasilitas fisik itu, seperti ditunjukkan oleh berbagai penelitian,

diduga berpengaruh terhadap iklim dan hasil belajar, dan menjadi salah satu

indikator sekolah yang bermutu. Fasilitas fisik sekolah seperti bangunan,

ruangan dan lapangan/halaman serta fasilitas pendidikan, walau tidak

menjamin keberhasilan belajar, akan tetapi kekurangan apalagi

ketiadaannya dapat berakibat negatif pada proses dan hasil belajar.

Sebenarnya yang terpenting bukan ada atau tidak adanya fasilitas dimaksud,

melainkan mutu dan pemanfaatannya.

Mengenai pengaruh bangunan sekolah terhadap hasil belajar murid itu

Cash & Twiford (2009) menegaskan bahwa sejak hampir lebih dari 60

tahun yang lalu berbagai penelitian menunjukkan hubungan positif kualitas

bangunan terhadap hasil belajar murid. Cash & Twiford (2009) juga

menyatakan bangunan sekolah itu ada dua unsur, yaitu kosmetik dan

struktural. Bangunan yang kosmetik adalah bagian bangunan yang tampak

(berujud bangunan), sementara yang struktural di antaranya ventilasi atau

pertukaran udara (untuk saat ini termasuk pemanas-di derah iklim dingin-

dan atau pendingin udara), cahaya, warna. Kedua-duanya sama-sama

berpengaruh terhadap hasil belajar murid. Seperti telah disebutkan, tidak

semua peneliti dan penelitian menyimpulkan bahwa fasilitas itu

berpengaruh besar terhadap prestasi belajar murid.

Dalam hal ini bagaimana fasilitas sekolah sistem zonasi yang berada

di wilayah depok. Menurut Pargiyatno (2020) bahwa alhamdulillah dari

Page 102: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

86

pertama di bangun sekolah ini terus terjadi pembenahan dan penambahan

apa-apa saja yang kurang dari segi saranya prasarannya. Yang terakhir itu

pembangunan untuk lap IPA ya alhamdulillah sudah rampung, terus untuk

Aula juga sudah ada. Paling kita kekurangan lapangan olahraga 1 lagi.

Karna banyaknya siswa, mungkin kita memerlukan 2 lapangan olahraga.

Hal berbeda dipaparkan oleh Setiawati (2020) bahwa untuk fasilitas sekolah

secara umum belum memadai, banyak sekolah yang misalnya belum punya

gedung sendiri, atau fasilitas-fasilitas sarana prasarana yang mendukung,

khususnya untuk pembelajaran. Kalau di SMAN 6 Depok ada satu fasilitas

yang kurang, yaitu kita belum punya aula. Selebihnya Alhamdulillah sudah

ada.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa fasilitas sangatlah

menunjang untuk proses pembentukan peserta didik agar lebih baik untuk

kedepannya dan untuk tenaga pendidik dan kependidikan agar bekerja

secara maksimal, baik di dalam kelas untuk kegiatan belajar maupun diluar

kelas untuk kegiatan olahraga ataupu ektrakulikuler. Dan untuk membuat

suasana nyaman dan kebersihan untuk dilingkungan sekolah baik itu mulai

dari pos keamanan untuk satpam, dan untuk pekerja kebersihan.

6. Pelayanan mutu pendidikan.

Pendidikan yang bermutu dan berkualitas merupakan harapan dan

dambaan bagi setiap warga negara. Masyarakat, baik yang terorganisir

dalam suatu lembaga pendidikan, sangat berharap agar siswa dan anak-anak

mendapatkan pendidikan yang bermutu agar kelak dapat bersaing dalam

menjalani kehidupan. Untuk menjawab harapan masyarakat tersebut, setiap

Sekolah hendaknya selalu berupaya agar pendidikan yang dikelolanya dapat

menghasilkan produk yang berkualitas, yaitu produk yang dapat

memuaskan para pelanggan. Mutu dibidang pendidikan meliputi mutu

input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu

jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan

suasana yang pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan

Bermakna. Output dinyatakan bermutu jika hasil belajar akademik dan non

akademik siswa yang tinggi. Outcome dinyatakan bermakna apabila lulusan

cepat terserap di jenjang pendidikan selanjutnya yang mumpuni, ataupun di

dunia kerja.

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam upaya penjaminan dan

pengendalian mutu, di samping para peningkatan fasilitas fisik, seperti

ruang kelas, ruang kantor, ruang laboratorium, ruang perpustakaan, ruang

praktek, alat pembelajaran, media pendidikan, dan lain-lain. Dan juga dapat

dilakukan peningkatan fasilitas non fisik. Fasilitas non fisik yang dimaksud

adalah peserta didik, orang tua, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.

Dengan adanya sistem zonasi tentunya sangat diharapkan tingkat

pelayanan mutu pendidikannya semakin membaik mulai dari fasilitas

fisiknya maupun non fisik khususnya di kota Depok. Seperti yang

Page 103: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

87

dipaparkan oleh Pargiyatno (2020) bahwa alhamdulillah untuk layanan

pendidikannya lumayanan memuaskan, baik itu dari tenaga pendidik,

kependidikan dan juga murid. Pun dengan saranya dan prasarananya.

Pemerintah terus meningkatkan akan hal itu. Hal senada juga dipaparkan

oleh Fani (2020) bahwa pelayan mutu pendidikan sudah bagus, saya pun

sebagai orangtua merasa puas dengan layanan pendidikan sistem zonasi

pada saat ini.

Sebagaimana yang dipaparkan di atas, hal ini diperkuat oleh

pernyataan Rabiah (2019:66), ia berpendapat bahwa Otonomi daerah

membawa dampak pada pengelolaan pendidikan di daerah. Dengan

diberlakukannya otonomi pendidikan, diharapkan akan berpengaruh positif

terhadap tumbuhnya lembaga pendidikan yang berkualitas. Setiap lembaga

pendidikan diharapkan mampu menggali sumber daya dan potensi daerah

berbasis keunggulan lokal. Konsekuensi yang tidak bisa dihindarkan dari

desentralisasi pendidikan tersebut, karena budaya dan potensi daerah yang

sangat beragam, adalah lulusan yang bervariasi. Oleh karena itu, upaya

standarisasi mutu dan jaminan bahwa penyelenggaraan pendidikan

memenuhi standar mutu harus menjadi fokus perhatian dalam upaya

memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan secara nasional.

Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelayanan

mutu pendidikan sangat dan perlu diterapkan oleh setiap lembaga

pendidikan mulai dari fasilitas fisik maupu fasilitas non fisik seperti tenaga

pendidikan dan tenaga kependidikan yang berkualitas sesuai dengan

bidangnya. Agar bisa bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya terutama

yang bukan pakai kebijakan sistem zonasi dan bisa menghasilkan luluasan

yang berkualitas baik akademik maupun non akademik.

Page 104: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

88

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka penulis

dapat menarik kesimpulan bahwa ada beberapa poin terkait perspektif tentang

kebijakan sistem zonasi di SMA Kota Depok:

1. Menghilangkan pemikiran calon peserta didik dan orangtua tentang

sekolah favorit, dalam sistem zonasi ini tidak ada lagi yang namanya

sekolah favorit, semua sekolah diwajibkan mempunyai kualitas yang

mumpuni, baik dari fasilitas sarana dan prasarana maupun dalam tenaga

pendidik dan kependidikan yang akan menunjang peserta didik untuk

berprestasi baik itu akadamik dan non akademik. Dan begitu juga dengan

setelah peserta didik melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang

mana sekolah mampu bersaing dengan sekolah lain untuk mewujudkan

perserta didik yang mempunyai kriteria-kriteria tertentu dapat melanjutkan

sekolah ke perguruan tinggi yang diinginkan. Sehingga masyarakat sekitar

percaya bahwa sekolah itu mampu mambuat anak-anak berkembang dan

tidak menjadi kewatiran tersendiri bagi para orangtua untuk masa depan

anaknya dikemudian hari.

2. Meratakan sekolah di setiap wilayah. Maksudnya adalah setiap wilayah itu

wajib mempunyai setidaknya satu sekolah negeri yang mumpuni dan

mempunyai kualitas dan kuantitas yang baik. Dan kemungkinan bisa lebih

dari satu karena melihat jumlah masyarakat yang ada di suatu wilayah

tersebut agar tidak terjadi diskriminasi terhadap masyarakat di wilayah

tersebut. Karena tujuannya dari sistem zonasi ini mengdahulukan

masyarakat menengah kebawah.

3. Sebelum diterapkannya sistem zonasi, biaya transportasi sangat menyita

keuangan para orangtua peserta didik, karena jarak tempuh yang cukup

jauh, sehingga memakan biaya tambahan, baik itu memakai jasa ojek

transportasi online ataupun kendaraan pribadi. yang mengeluarkan biaya

bensin atau belum onderdil motor ketika rusak. Dengan begitu, sekolah

yang dekat dengan rumah peserta didik akan menghemat biaya tambahan

pengeluaran orang tua untuk peserta didik, karena peserta bisa datang ke

sekolah dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda.

Pengaturan jarak tempat tinggal dari sekolah dalam kebijakan zonasi

membuat 90% calon peserta didik berasal dari sekitar wilayah sekolah

tersebut. Hal ini banyak disamput positif oleh orangtua dikarenakan selain

mengutungkan bagi mereka khususnya golongan menengah kebawah

karena bisa bersekolah di sekolah negeri yang sebagian besar ditunjang

oleh fasilitas mumupini baik fisik maupun non fisik dan biaya yang relatif

murah. Lain dari pada itu juga keuntungan yang didapatkan yaitu

menghemat biaya untuk berangkat ke sekolah dikarenakan peserta didik

bisa berjalan kaki atau menggunakan sepeda ke sekolah dan juga tidak

Page 105: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

89

membuat rasa cemas saat dalam perjalanan menuju sekolah dengan dalih

kecelakaan saat diperjalanan atau macet saat perjalanan ke sekolah.

Keuntungan yang lainnya juga yaitu membuat kondisi peserta didik lebih

bugar datang ke sekolah karena tidak memakan waktu saat diperjalanan.

4. Dalam kebijakan sistem zonasi ini tentunya fasilitas sekolah harus

diutamakan. Dalam konteks pemilihan sekolah yang dianggap terbaik

untuk dimasuki anak-anaknya, fasilitas sekolah termasuk salah satu yang

dipertimbangkan orang tua murid, atau calon murid itu sendiri ketika

memilih sekolah. Fasilitas sangatlah menunjang untuk proses

pembentukan peserta didik agar lebih baik untuk kedepannya dan untuk

tenaga pendidik dan kependidikan agar bekerja secara maksimal, baik di

dalam kelas untuk kegiatan belajar maupun diluar kelas untuk kegiatan

olahraga ataupu ektrakulikuler. Dan untuk membuat suasana nyaman dan

kebersihan untuk dilingkungan sekolah baik itu mulai dari pos keamanan

untuk satpam, dan untuk pekerja kebersihan.

5. Setiap sekolah hendaknya selalu berupaya agar pendidikan yang

dikelolanya dapat menghasilkan produk yang berkualitas, yaitu produk

yang dapat memuaskan para pelanggan. Mutu di bidang pendidikan

meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan

dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu

apabila mampu menciptakan suasana yang pembelajaran yang aktif,

kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Output dinyatakan bermutu

jika hasil belajar akademik dan non akademik siswa yang tinggi. Outcome

dinyatakan bermakna apabila lulusan cepat terserap di jenjang pendidikan

selanjutnya yang mumpuni, ataupun di dunia kerja. Oleh karena itu,

pelayanan mutu pendidikan sangat dan perlu diterapkan oleh setiap

lembaga pendidikan mulai dari fasilitas fisik maupu fasilitas non fisik

seperti tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan yang berkualitas sesuai

dengan bidangnya. Agar bisa bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya

terutama yang bukan pakai kebijakan sistem zonasi dan bisa menghasilkan

luluasan yang berkualitas baik akademik maupun non akademik.

B. Saran

Berdasarkan hasil dari penemuan dan simpulan yang telah dipaparkan,

maka peneliti menyarankan agar:

1. Dalam penerimaan peserta didik sistem zonasi diperlukannya perhatian

pemerintah untuk persyaratan terutama dalam hal keterangan tempat

tinggal dari Rukun Tetangga (RT) setempat. Karena banyak orangtua yang

memanipulasi data untuk persyaratan tersebut agar calon peserta didik bisa

sekolah di tempat yang diinginkan. Sebaiknya persyaratan tersebut di ganti

dengan surat Kartu Keluarga Asli.

2. Membuat 2 sekolah negeri di daerah khusus banyak penduduk agar daya

tampung untuk masyarakat lebih terjangkau. Karena temuan di lapangan

Page 106: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

90

yang penulis dapatkan banyak masyarakat sekitar tidak tertampung

dikarenakan batas penerimaan di sekolah tersebut.

3. Meningkatkan SDM tenaga pendidik dan kependidikan yang mumpuni

dalam bidangnya di sekolah negeri yang baru diadakan atau dibangun.

Page 107: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

91

DAFTAR PUSTAKA

Amir B., Qualitative Researchin Sociology: An Introduction. London: Sage

Publication Ltd, 2000.

Chan, M. Sam dan Sam, T. Tuti, Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Dewantara, Ki Hadjar, Bagian Pertama: Pendidikan, Yogyakarta: MLPTS, 2004.

Esterberg, Qualitative Methods in Social Reseach, Mc Graw Hill, New York, 2002.

Fattah, Nanang, Analisis Kebijakan Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2012.

Gardner, Howard. Frames of Mind. The Theory of Multiple Inteligences. New

York: Basic Books. 1983.

___________. Kecerdasan Majemuk, Teori dalam Praktek, alih bahasa Alexander

Sindoro. Batam: Interaksara. 2003.

Good, Carter V., Dictionary of education, New York:Mc Graw Hill Book

Company. 1959.

Gorton, Richard A. and Gail Thierbach Scheineder, School Based Leadership:

Challenges and Oppurtunities. New York: Wm.C.Brown Publisher, 1991.

Hisbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 2009.

Imron, Ali, Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

_________. Kebijakan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional, 2005.

Kadir, Abdul, dkk. Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Group,

2012.

Lupiyadi, Rambat, dan Hamdani, A., Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta:

Salemba Empat, edisi II, 2006.

Page 108: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

92

Madjid, Abd. Analisis Kebiajkan Pendidikan. Yogyakarta: Samudra Marvesti,

2018.

Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Al Ma’arif, 1976.

Martono, Nanang. Sekolah Publik Vs Sekolah Privat dalam Wacana Kekuasaan,

Demokrasi, dan Liberalisasi Pendidikan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia. 2017.

Mazmanian, D. A. & Paul. A. Sabatier. Implementation and Public Policy.

London: Scott, Forestnan and Company. 1983.

Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2004.

Miles. B Matthew dan Huberman, Michael. A., Qualitative Data Analysis. (1984),

Terj. Jetjep Rohendi Rohidi, Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press,

1992.

Mudyahardjo, Redja, Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-

Dasar Pedidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta:

Rajawali Press, 2012.

Muhammad, Farouk dan Djaali, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bunga

Rampai, 2010.

Nugroho, Riant, Public Policy. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008.

Prasetyo, Jati, Evaluasi Dampak Kebijakan Sistem Zonasi PPDB Terhadap

Jarak Tempat Tinggal Dan Biaya Transportasi Pelajar SMA di DIY. 2018.

Purwanti, Dian, Efektivitas Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru Sistem

Zonasi Bagi Siswa Rawan Melanjutkan Pendidikan (The Effectiveness of

New Student Admission of Zoning System Policy for Students Prone to

Continue Education), 2018.

Rohman, Arif, Politik Ideologi Pendidikan, Yogyakarta: Mediatama, 2009.

Rusdiana, Kebijakan Pendidikan (dari Filosofi ke Implementasi), Bandung: CV

Pustaka Setia, 2015.

Sagala, Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2006.

Page 109: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

93

Schult, David (Ed), Encyclopedia of Public Administration and Public Policy.

New York: Facts On File, Inc, 2004.

Soebahar, Halim, Kebijakan Pendidikan Islam Dari Ordonansi Guru Sampai UU

Sisdiknas. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Soyomukti, Nurani, Teori-Teori Pendidikan: Dari Tradisional, (Neo) Liberal,

Marxis-Sosialis, Hingga Postmodern. Yogyakarta: Ar-Russ Media, 2015.

Subarsono, AG., Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi,

Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Subagyo, Joko, Metode Penelitian Dalam Teori Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta,

2015.

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV ALFABETA, 2002.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta, 2009.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaf Kualitatif dan R&D, Jakarta: ALFABETA,

2012.

Suharto, Edi, Analisis Kebijakan Publik, Bandung: CV Alfabeta, 2010.

Suradi, Moh. Pengantara Pendidikan Teori dan Apliksi. Jakarta: PT Indek, 2012.

Suryadi, Ace dan H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu

Pengantar. Jakarta: Balai Pustaka. 1994.

Syamsi, Ibnu, Kebijakan Publik, Pengambilan keputusan dan Sistem Informasi,

Diktat Mata Kuliah Analisa Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 1996.

Tilaar, H.A.R., Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

, Kebijakan Pendidikan: Pengantar Untuk Memahami Kebijakan

Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijakan Public.

Yogyakarta: Pusaka Belajar, 2008.

Tilaar, H.A.R., dan Nugroho, Riant., Kebijakan Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka

Belajar, 2008.

Tirtarahardja, Umar & La Sulo, S.L., Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka

Cipta. 2008.

Page 110: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

94

Triwijayanto, Teguh, Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2014.

Watt, T.T., Are Small School and Private Schools Better for Adolescents

Emotional Adjudtment. Sociology of Education, 2003.

Widayanti, Dewi dan Rosdiana, Weni, Evaluasi Kebijakan Penerimaan Peserta

Didik Baru Di Sman 22 Surabaya Tahun 2018, 2019.

Wulandari, Desi. dkk., Pengaruh Penerimaan Peserta Didik Baru Melalui

Sistem Zonasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa, 2018.

DAFTAR JURNAL

Abidin, Muhammad Zainal dan Asrori, Peranan Sekolah Kawasan Berbasis Sistem

Zonasi dalam Pembentukan Karakter di SMP Negeri 15 Kedung Cowek

Surabaya, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7 No. 1, 2018.

Akib, Haedar., IMPLEMENTASI KEBIJAKAN: Apa, Mengapa, dan Bagaimana,

Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Tahun. 2010.

Cash, Carol, & Twiford, Travis. Improving Student Achievement and School

Facilites in a Time of Limited Funding. International Journal of Educational

Leadership Preparation, Volume 4, Number 2 (April - June, 2009).

Hakim, Lukman, Pemerataan Akses Pendidikan Bagi Rakyat Sesuai Dengan

Amanat UNDANG-UNDANG Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Jurnal EduTech Vol. 2 No. 1 Maret 2016.

Haverly, Christa, et. al., “Making Space”: How Novice Teachers Create

Opportunities for Equitable Sense-Making in Elementary Science, Journal

of Teacher Education, Vol. 71(1), 2019.

Jabar, Cepi Safruddin Abd., PENCAPAIAN KEUNGGULAN PADA SMA NEGERI

DAN SWASTA BERKATEGORI UNGGUL DI KOTA BANDUNG, Jurnal

Penelitian Pendidikan, Vol 12 No. 2, Oktober 2011.

Pangaribuan, Elsa Nida, dan Hariyati, Nunuk. Implementasi Kebijakan Sistem

Zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru Jenjang Smp Di Kabupaten Gresik,

Jurnal, Gresik: Unesa, 2019.

Perdana, Novrian Satria, Implementasi PPDB Zonasi Dalam Upaya Pemerataan

Akses Dan Mutu Pendidikan.Jurnal Pendidikan Glasser, vol 3, no 1, 2019.

Page 111: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

95

Prenger, Rilana, et al., The Effects of Networked Professional Learing

Communities, Journal of Teacher Education, Vol. 70 (5), 2019.

Purwanti, Dian. dkk., Implementasi Kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru

berdasarkan Sistem Zonasi di Kota Bandung, Jurnal GOVERNANSI, p-

ISSN 2442-3971 e-ISSN 2549-7138, Volume 5 Nomor 1, April 2019.

Purwanto, Erwan Agus dan Sulistyastuti, Dyah Ratih, Implementasi Kebijakan

Publik Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Yogyakarta : Penerbit Gava

Media, 2012.

Rabiah, Sitti., Management of Higher Education in Improving the Quality of

Education, Jurnal Sinar Manajemen, Vol 6, No 1, 2019.

Rohman, Arif, Akar Ideologis Problem Kebijakan Pendidikan di Indonesia, Jurnal

Fondasia, Volume II, No-2, Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY,

2002.

Rudi, Muhamad., Efektivitas Penerimaan Peserta Didik Menggunakan Sistem

Zonasi Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah, Jurnal Ilmu Pendidikan UNP,

2017.

Safarah, Azizah Arifinna dan Wibowo, Udik Budi, Program Zonasi Di

Sekolah Dasar Sebagai Upaya Pemerataan Kualitas Pendidikan Di

Indonesia.Jurnal Lentera Pendidikan, Vol. 21, No.2, 2018.

Wahyuni, Dinar, Pro Kontra Sistem Zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru

Tahnun Ajaran 2018/2019. Jurnal Info Singkat. Vol. 10 No. 14, 2018.

Prenger, Rilana, et al., The Effects of Networked Professional Learing

Communities, Journal of Teacher Education, Vol. 70 (5), 2019.

DAFTAR PERATURAN

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004 (TAP MPR No.

IV/MPR/1999).

Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang no. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003.

Page 112: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

96

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2018 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-

Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas,

Sekolah Menengah Kejuruan, Atau Bentuk Lain Yang Sederajat.

DAFTAR WEBSITE

https://lampung.antaranews.com/berita/334930/penerimaan-siswa-sistem-zonasi-

hemat-transportasi-siswa di akses pada tanggal 07 April 2020 pada pukul

15.07 Wib.

https://www.123ish.com/id/entries/1312-alasan-sekolah-negeri-lebih-baik-dari-

swasta di akses pada tanggal 24 juni 2020.

https://sman1depok.sch.id/2020/05/13/daftar-siswa-yang-berhasil-mendapatkan-

undangan-ptn/ di akses pada tanggal 24 Juni 2020.

http://chilmarbuchari.blogspot.com/2014/07/daftar-murid-smanu-mht-yang-

diterima-di.html di akses pada tanggal 24 Juni 2020.

Page 113: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan
USER
Typewritten text
Lampiran 1
Page 114: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan
Page 115: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan
Page 116: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden :

Status Responden : Kepala Sekolah/Guru/Orangtua. (Lingkari)

Hari/Tanggal :

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 1 Depok?

2. Semenjak kapan Bapak/Ibu berada di SMA Negeri 1 Depok?

3. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pemerataan Pendidikan?

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 1 Depok?

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Bapak/Ibu rasakan pada saat ini dengan

sistem zonasi?

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 1 Depok?

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 1 Depok?

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 1 Depok?

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

15. Bagaimana cara SMA Negeri 1 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

USER
Typewritten text
Lampiran 2
Page 117: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Sri Mulyani, S.Pd

Status Responden : Mewakili Kepala Sekolah (Bid. Bimbingan Konseling)

Hari/Tanggal : 11 Februari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 1 Depok?

Saya taunya sekolah ini berdiri tahun 80 an, karna saya juga baru di SMAN 1

ini.

2. Semenjak kapan Ibu berada di SMA Negeri 1 Depok?

Saya disini dari bulan September 2018.

3. Bagaimana pendapat Ibu tentang pemerataan Pendidikan?

Sudah lumayan ya, sekarang itu pemerintah daerah, provinsi dan pusat lebih

peka terhadap anak-anak yang kurang mampu, kalau pemerataan pasti yang

dilihat anak-anak yang tidak mampu, karna biaya pendidikan lumayan besar.

Dimana-mana harus diterima dan diutamakan anak-anak tidak mampu dan

jangan sampai tidak sekolah, jadi akhir-akhir ini pemerataan pendidikan sudah

mulai bagus.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Alhamdulillah sudah, semuanya diterima khususnya anak-anak yang tidak

mampu terlebih dahulu. Dan ditambah lagi dengan sekolah negeri yang sudah

ada di tiap-tiap wilayah kota depok.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 1 Depok?

Semenjak tahun ajaran 2018/2019.

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Ibu rasakan pada saat ini dengan sistem

zonasi?

USER
Typewritten text
Lampiran 3
Page 118: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Alhamdulillah sudah mulai bagus, tidak ada diskriminasi antara anak-anak

yang mampu dengan anak-anak yang tidak mampu. Semua disamakan untuk

mendapat hak layanan pendidikan sesuai dengan aturan.

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 1 Depok?

Mengisi persyaratan di website terlebih dahulu, setelah nanti dinyatakan lulus

dari pemerintah dinas pendidikan provinsi, barulah anak tersebut melengkapi

data fisik ke sekolah. Sekarang itu sudah transparan, jadi orangtua bisa

mengecek langsung dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 1 Depok?

Kalau awal zonasi diberlakukan 2018 itu masih 1000an, tetapi untuk tahun

kedua ini membludak sampai 2000an sehingga waktu itu diberitakan di media

cetak, ataupun media sosial.

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

Disini itu ada 10 kelas, 1 kelasnya 36 siswa. Berarti ada 360 siswa yang

diterima.

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 1 Depok?

Sama saja, baik sebelum zonasi dan sistem zonasi ini berlangsung. Ya

tergantung individunya juga.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Iya betul, karna anak-anak disekitar sini bisa berjalan kaki ke sekolah, kan

radiusnya Cuma 400an meter. Ya gak jauh lah dari rumah mereka ke sekolah.

Jadi tidak memakai biaya tambahan lagi, mereka bisa berjalan kaki ke sekolah.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Bisa jadi seperti itu, kalau lama dijalankan sudah lemas duluan mungkin kena

macet diperjalanan. Kalau ini kan tidak karna jarak tempuh yang dekat,

otomastis membuat dia siap untuk datang kesekolah dengan kondisi fisik yang

bugar.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Page 119: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Fasilitas di sekolah disediakan untuk kenyamanan anak-anak, jadi diupayakan

dengan selogan sekolah ramah anak, jadi kita berusaha untuk menyamankan

anak dan tidak ada yang dibeda-bedakan. Mau dia masuk jalur prestasi atau

hanya dengan murni jarak.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Sudah, biasanya melalui media sosial, media cetak.

15. Bagaimana cara SMA Negeri 1 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Memasang spanduk di depan sekolah, biasanya juga ada masyarakat yang

menanyakan langsung ke sekolah. Apalagi sekarang-sekaran ini sudah mulai

banyak orang tua yang menanyakan ke sekolah untuk sistem zonasi ini.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Kalau saya sebagai guru memandang segala sesuatu dengan positif, artinya

apapun kebijakan dari pemerintah kita jalankan sebaik mungkin. Pasti setiap

kebijakan itu ada pro dan kontranya. Tapi pada intinya kita terfokus dengan

siswa, mau bagaimana pun yang masuk kesini kita maksimalkan dengan sebaik

mungkin dengan kebijakan yang ada.

Page 120: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Ahmad Erwan, S.Th.I

Status Responden : Guru

Hari/Tanggal : 17 Februari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 1 Depok?

Saya taunya sekolah ini ada tahun 80 an yang didirikan oleh gubernur jakarta

pada saat itu.

2. Semenjak kapan Bapak berada di SMA Negeri 1 Depok?

Semenjak tahun 2014.

3. Bagaimana pendapat Bapak tentang pemerataan Pendidikan?

Ya bagus, sangat di harapkan untuk masyarakat agar semua anak mendapatkan

pendidikan yang layak, tapi kalau untuk saat ini belum merata apalagi di

pedesaan atau di pelosok-pelosok sana mulai dari sarana prasarasan yang

kurang lengkap dan terkadang ada juga yang kurang tenaga pendidiknya.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Masih kurang merata ya kalau sekolah yang negeri. Harusnya setiap

kecamatan itu 2 sekolah negeri, agar masyarakat yang kurang mampu bisa

mengenyam pendidikan yang layak dan murah.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 1 Depok?

Dari tahun ajaran 2018/2019.

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Bapak rasakan pada saat ini dengan

sistem zonasi?

Alhamdulillah kalau untuk di SMA Negeri 1 sudah berjalan dengan baik,

paling yang menjadi kendala kita sebagai guru ya soal anak-anaknya yang

beragam tingkah lakunya. Karna penerimaan anaknya tidak sama waktu

sebelum zonasi.

Page 121: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 1 Depok?

Kalau dulu itu berdasarkan NEM yang paling tinggi, tapi kalau sekarang diihat

terlebih dahulu dari jarak dan masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Baru

nanti yang berprestasi. Untuk penerimaannya yang jelas mereka mengisi

formulir terlebih dahulu. Itu aja saya taunya, karna saya bukan panitia PPDB.

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 1 Depok?

Yang mencalonkan diri jadi siswa 1000 an lebih.

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

360 murid, karna ada 10 kelas, 1 kelasnya ada 36 siswa.

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 1 Depok?

Melalui jalur zonasi peserta didiknya ini tidak kehadirannya sama saja. Hanya

di untungkan karna jarak yang dekat saja peserta didiknya.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Iya betul, karna jarak tadim yang dekat.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Seharusnya iyaa, tapi kembali lagi ke siswa nya, karna ada juga siswa yang

ngegampangin mentang-mentang dekat ke sekolah, terus dilalai-lalaikan

akhirnya terlena dan buru-buru datang ke sekolah.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Insya allah terpenuhi, semuanya sudah lengkap untuk standarisasi dari

pemerintah.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Kalau waktu itu sudah di sosialisasikan, Cuma kurang maksimal aja sepertinya

dari Panitia PPDB Pusat Jawa Barat. Karna banyak masyarakat yang masih

belum paham, sehingga waktu tahun ini saja ada masyarakat datang ke sekolah

dari sebelum masuk waktu sholat subuh. Saya pun sebagai guru yang bukan

panitia kaget aja, kok masih ada yang seperti itu. Nah mungkin dari situlah

saya kira sosialisasinya kurang maksimal.

Page 122: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

15. Bagaimana cara SMA Negeri 1 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Melalui media online, waktu itu juga pernah kepala sekolah datang ke SMP di

kecamatan pancoran mas untuk mengsosialisasikan sistem zonasi ini.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Insya allah sudah, hanya saja pasti ada positif dan negatifnya, mungkin kalau

dari positifnya ya dari masyarakat yang bisa bersekolah di dekat rumah tanpa

mengeluarkan biaya yang lebih lagi. Dan negatifnya untuk sekolah, baik itu

dari citra sekolah, prestasi, dan guru nya juga. Karna yang masuknya di sini itu

tidak seperti dulu yang melakukan seleksi dengan ketak dan NEM yang tinggi.

Kalau sekarang siapa saja bisa masuk asalkan jaraknya tidak melampaui batas

yang telah ditentukan, ya mungkin ada murid yang berasal dari sekolah yang

kurang disiplinnya atau ada juga yang kurang dalam pembekalan ilmunya,

sehingga efeknya ke kita sebagai guru yang memberi materi dengan semenarik

mungkin agar bisa di cerna oleh semua anak. Dan untuk saat ini yang saya

rasakan tidaklah mudah.

Page 123: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Iwan Setiawan, S.Pd

Status Responden : Guru

Hari/Tanggal : 11 Februari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 1 Depok?

Dulunya sekolah SMAN 1 ini masih kawasan bogor, tetapi pada tahun 70 apa

80 an baru di sah kan menjadi SMAN 1 Depok oleh gubernur jakarta pada saat

itu.

2. Semenjak kapan Bapak/Ibu berada di SMA Negeri 1 Depok?

Saya berada di SMAN 1 ini dari Tahun 2009

3. Bagaimana pendapat Bapak tentang pemerataan Pendidikan?

Belum merata ya, soalnya di tempat kelahiran saya aja di cianjur itu masih

banyak sekolah belum terfasilitasi sistem IT, bahkan dari segi tenaga

pengajarnya pun juga masih jauh dari kata pemerataan, masih banyak kurang.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Kalau untuk pembangunan sekolahnya sih sudah, Cuma kalau untuk tenaga

pendidik guru profesionalnya sepertinya belum merata.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 1 Depok?

Dari tahun ajaran 2018/2019, ya 2 tahun ini lah.

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Bapak rasakan pada saat ini dengan

sistem zonasi?

Alhamdulillah sudah baik, kita selalu mengikuti apa yang menjadi kebijakan

yang dibuat oleh pemerintah juga, kalau dari untuk siswa, ya semua siswa kita

fasilitasi dengan baik dan dengan pelayanan yang baik juga tentunnya.

Page 124: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 1 Depok?

Untuk alur penerimaan, para orang tua calon murid mengisi biodata di web

terlebih dahulu, setelah nanti diterima baru mengisi biodata yang telah

disediakan oleh panitia PPDB SMAN 1 Depok.

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 1 Depok?

Lupa saya, yang jelas hampir 2000 calon peserta didik

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

Disini sudah ada 10 rombel, 1 rombel 36 murid berarti ada 360 murid yang

diterima.

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 1 Depok?

Menurut saya tidak terlalu ada perubahan, dibandingkan sebelum sistem zonasi

dengan sekarang. Mungkin itu tergantung pada individunya masing-masing.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Pasti, karna lebih dekat dengan sekolah dan bisa berjalan kaki.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Iya karna dia tidak jauh dari sekolah dan tidak terkena macet juga di

perjalanan.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Kalau di SMAN 1 alhamdulillah sudah memenuhi, karena kita sudah ISO 2008

dan dari segi fasilitas sarana dan prasarananya pun sudah memadai semua.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Saya kira sudah ya, dan masyarakat sudah banyak tau juga tentang sistem

zonasi ini melalui media sosial.

15. Bagaimana cara SMA Negeri 1 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Kita memasang spanduk di depan sekolah.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Kalau menurut saya belum, maksudnya itu belum efektif untuk kehadiran

siswa, kalau untuk KBM pun juga lebih bagus sebelum adanya sistem zonasi,

Page 125: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

karna kami sebagai guru pun merasa betul memberikan pembelajaran kepada

anak-anak sistem zonasi, karna itu tadi, murid yang disini itu walaupun NEM

nya kecil tapi dengan jarak yang dekat dia tetap bisa masuk asalkan memenuhi

syarat yang telah ditentukan. Mungkin ini menjadi tantangan lebih buat kami

para guru.

Page 126: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Fani

Status Responden : Orang Tua

Hari/Tanggal : 17 Februari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 1 Depok?

Sebelum saya tinggal di sekitaran SMA Negeri 1 Depok ini saya taunya

sekolah ini sudah ada, jadi saya tidak tau persis kapan sekolah ini didirikan.

2. Semenjak kapan Ibu tinggal di sekitar wilayah SMA Negeri 1 Depok?

Dari tahun 1998

3. Bagaimana pendapat Ibu tentang pemerataan Pendidikan?

Belum merata, yang di kota aja masih banyak yang belum layak dikatakan

sekolah, mulai dari tenaga pendidik profesionalnya, sarana prasarana, dan lain-

lain.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Belum.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 1 Depok?

Mulainya dari 2 tahun belakangan ini tahun 2018

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Ibu rasakan pada saat ini dengan sistem

zonasi?

Sudah bagus, saya pun sebagai orangtua merasa puas dengan layanan

pendidikan sistem zonasi pada saat ini.

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 1 Depok?

Saya mengambil formulir dahulu, setelah itu baru mengambil nomor antrian,

dan memberikan pemberkasan ke panitia.

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 1 Depok?

Di atas 1000 kayaknya

Page 127: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

Yang diterima 300 an

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 1 Depok?

Sama aja saya melihatnya.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Menghemat sekali ya, mau ngapa-ngapain ke sekolah tinggal jalan kaki aja,

baik anak ataupun saya sendiri sebagai orang tua.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Iyaa, khususnya untuk anak saya, yang da penyakit asma, jadi karna

sekolahnya dekat alhamdulillah jadi terbantu karena tidak kelaam di jalan.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Iyaa memadai sekali, sangat menunjang kemampuan murid.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Kalau melalui media sosial sudah ya. Tapi kalau langsung sepertinya tidak ada.

Kalau pun ada sepertinya belum maksimal.

15. Bagaimana cara SMA Negeri 1 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Kalau saya dari teman saya anaknya yang sudah masuk di sini. Sepertinya di

infokan ke orangtuan angkatan sebelumnya, jadinya dari mulut ke mulut aja.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Alhamdulillah, sejauh ini saya merasakannya telah bagus, karna sangat banyak

menguntungkan kami sebagai orangtua.

Page 128: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Rika Zahlia

Status Responden : Orang Tua

Hari/Tanggal : 17 Februari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 1 Depok?

Saya tidak tau persis, yang saya tau yang umumnya saja, seperti SMA N 1 ini

sekolah favorit, terus yang muridnya terus berprestasi dan Kedisiplinannya

yang tinggi.

2. Semenjak kapan Ibu tinggal di sekitar wilayah SMA Negeri 1 Depok?

Dari tahun 2004.

3. Bagaimana pendapat Ibu tentang pemerataan Pendidikan?

Ya harus lah, karenakan semua anak ingin berkembang, ingin masa depan nya

cerah dan membahagiakan orangtua.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Sudah, soalnya di kota depok pendidikan sudah meningkat dari tiap tahunnya.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 1 Depok?

Kalau tidak salah saya dari tahun kemarin 2018.

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Ibu rasakan pada saat ini dengan sistem

zonasi?

Alhamdulillah baik, mulai dari sekolahnya yang sudah memfasilitasi

mumpuni, dan guru-gurunya membimbing dengan baik.

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 1 Depok?

Kita mengambil formulir, ambil nomor antrian, setelah itu baru verifikasi data

fisik. Yang mengupload ke website nanti pihak sekolah, nanti kita tinggal lihat

jurnal, anak kita ada di urutan ke berapa.

Page 129: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 1 Depok?

1000 an lebih laah. Berapa pastinya saya lupa.

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

300 an peserta didik.

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 1 Depok?

Meningkat ya, karna gampang di pantau ke rumah kalau ada kendala dengan

kehadiran oleh pihak sekolah.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Iyaa pasti menghemat, kan dekat dari sekolah.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Iya, ya gak kena macet, kalau berangkat agak siangan dikit pasti macet dan

kelamaan di jalan.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Alhamdulillah sudah kalau untuk SMA Negeri 1 ini.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Sudah, sebelum anak saya lulus pun sebenarnya saya sudah tau.

15. Bagaimana cara SMA Negeri 1 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Kalau anak saya kan ada di SMP 5 tadinya, nah biasanya kepala sekolah SMP

5 mengundang kepala sekolah SMA Negeri 1 untuk sosialisasi.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Sudah berjalan dengan baik ya, tapi sepertinya masih kurang sekolah negeri

nya. Ya minimal 2 per kecamatan lah.

Page 130: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Safi’i

Status Responden : Orangtua

Hari/Tanggal : 17 Februari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 1 Depok?

Kalau dari awalnya saya tidak tau ya, soalnya saya tinggal disini itu sekolah ini

sudah ada. Tapi dari informasi yang beredar, sekolah SMA 1 ini ada semenjak

tahun 80 an.

2. Semenjak kapan Bapak tinggal di sekitar wilayah SMA Negeri 1 Depok?

Saya tinggal disini tahun 1999 atau 2000.

3. Bagaimana pendapat Bapak tentang pemerataan Pendidikan?

kalau itu terjadi sangat bagus sekali ya, soalnya di desa-desa itu kebanyakan

ada sekolah yang tidak ada muridnya. Jangan kan di kota, mungkin di kota-

kota pun juga mempunyai masalah di pemerataan pendidikan ini. Ya

contohnya saja sebelum adanya sistem zonasi ini banyak siswa yang

mendaftarkan dirinya ke sekolah-sekolah yang favorit. Dan itu menjadi

ketimpangan untuk sekolah-sekolah yang tidak favorit dalam segi hal

muridnya.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Belum, perlu di tambahnya sekolah Negeri, khususnya di kejuruannya ya.

Karna saya lihat belum meratanya sekolah Negeri kejuruan di kota Depok ini.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 1 Depok?

Mulai diterapkannyan 2 tahun belakangan ini. Tahun ajaran 2018/2019.

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Bapak rasakan pada saat ini dengan

sistem zonasi?

Page 131: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Ya kalau saya perhatikan semakin kesini semakin membaik, artinya murid

semakin lama semakin diperhatikan, terutama pendidikan akhlaknya.

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 1 Depok?

Memang waktu itu saya langsung ke sekolah mengisi formulir dan melengkapi

dokumen berbentuk fisik saja.

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 1 Depok?

Informasi yang saya dengar itu 1000 lebih

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

Berapa pastinya saya tidak tau, mungkin sekitar 300 sampai 350 murid yang

diterima.

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 1 Depok?

Tidak banyak pengaruh ya, sebelum ada zonasi pun untuk kehadiran pun sudah

bangus, dulu itu mungkin niatnya beda ya, anak itu termotivasi untuk hadir ke

sekolah karna sekolah ini favorit dan bagus, tapi kalau sekarang karna sistem

zonasi ya mungkin dekat, ya sama saja.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Saya rasa iya, karna anak saya tinggal nyebrang aja ke sekolah, beda seperti

kakaknya dulu yang sekolah jauh dari rumah di sawangan sana yang

membutuhkan tambahan uang itu transportasinya.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Saya kira benar, terkadang anak yang sekolahnya jauh ada kendala di jalan,

bisa aja macet di jalan atau belum lagi ditilang polisi dan sebagainya, kalau

dekat kan tinggal jalan kaki saja kesekolah dan tambah bugar lah karna sudah

olahraga duluan.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Saya kira sudah cukup lah ya, walaupun lahannya yang kurang luas, tapi

fasilitasnya sudah memadai.

Page 132: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Menurut saya kalau dari pemerintah sudah cukup bagus ya. Kita juga banyak

melihat dari internet atau media sosial.

15. Bagaimana cara SMA Negeri 1 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Ada kurang sosialisasi dari sekolah, karna banyak orangtua yang belum tau, ya

seperti tahun kemarin ya, banyak masyarakat itu datang ke sekolah masih

gelap dan bahkan ada dari jam 2 malam sudah mangkal di depan sekolah.

Karna menurut mereka yang duluan daftar yang akan diterima. Makanya

mereka bela-belain datang ke sekolah sampai larut malam begitu, padahal

kenyataannya kan tidak. Jarak, prestasi lah yang akan menentukan. Sosialisasi

seperti ini lah yang kurang kepada masyarakat yang dilakukan sekolah.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Saya kira kalau sudah berjalan baik mungkin sudah, tapi yang saya lihat itu

dampak dari sistem zonasi ini yaa, artinya seperti yang saya rasakan dari

tahun-tahun sebelumnya. Dulu itu anak-anak yang masuk ke SMA 1 Depok ini

memang terjaring sangat ketat sehingga menghasilkan anak-anak yang

berkualitas, baik itu dari segi tingkah laku, prestasi dan lain hal sebagainya.

Tapi semenjak adanya sistem zonasi ini jadi bercampur anak-anaknya.

Tercampur dalam artian anak-anaknya siapa aja bisa masuk karna melihat dari

jarak. Baik itu kurang pintar, atau tingkah lakunya yang belum baik. Sehingga

pertaruhan nama SMA Negeri 1 yang tadinya baik di mata masyarakat. Ini lah

mungkin yang menjadi tantangan untuk kedepannya bagi sekolah.

Page 133: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Sri Irlandarini, S.Sos

Status Responden : Mewakili kepala sekolah (WaKaBid. Kurikulum)

Hari/Tanggal : Kamis, 30 Januari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 6 Depok?

SMAN 6 Depok ini berdiri tahun 2003 yang menjawab kebutuhan masyarakat

dengan adanya sekolah negeri, tetapi pada saat itu belum ada fasilitas gedung,

sehingga pemerintah kota depok mencari lokasi dan gedung yang akan

digunakan. Selama 1 tahun kita masih menumpang di sekolah swasta di

kelurahan limo. Dan tahun berikutnya barulah gedung SMAN 6 Depok ini.

Masih dengan lokal yang terbatas, dengan hanya 3 lokal dan 1 ruang guru,

akhirnya kita menerapkan sistem masuknya pagi siang. Tetapi antusias

masyarakat pada saat itu masih kurang kepada sekolah negeri. Akhirnya kita

jemput bola, mengajak masyarakat untuk sekolah di SMAN 6. Dan ini tahun

pertama saja, untuk tahun-tahun berikutnya barulah masyarakat tingat minat

masyarakat itu mulai tinggi sehingga sekolah menambah ruang kelas 3 lagi.

Sistem masuk pagi sore pun bertahan sampai 2009. Awal tahun itu, sekolah

SMAN 6 Depok ini hanya sebatas batu loncatan, kebanyakan hanya sampai

pada pertengahan semester atau 1 semester saja, habis itu pindah ke SMA

Negeri yang udah punya nama, makanya kita kehabisan siswa. Kata mereka

yang penting masuk negeri dulu.

2. Semenjak kapan Ibu berada di SMA Negeri 6 Depok?

Saya mulai mengajar di SMAN 6 itu dari tahun 2006

3. Bagaimana pendapat Ibu tentang pemerataan Pendidikan?

Kalau secara umum saya setuju dengan adanya pemerataan pendidikan,

awalnya dan biasanya kita membeli/membuat rumah itu tidak melihat jarak

Page 134: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

rumah ke sekolah. Tapi kemudian akhirnya kemacetan terjadi disana sini,

penyebabnya itu karna jarak yang ditempuh jauh sehingga angka

keterlambatan yang tinggi. Mungkin itu salah satu alasan diterapkannya

pemerataan pendidikan agar semuanya terakomodir untuk melanjutkan

pendidikan yang lebih baik. Jadi bukan hanya di kota aja tetapi di daerah

pinggiran juga.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Saya melihat belum, terutama untuk SMA itu belum merata. Kenapa, karna

memang sekolah itu ada yang saling berdekatan. Terus di tambah dengan SMP

itu tidak seimbang, SMP Negeri di depok saja sudah 26 sekolah, terus di

tambah lagi dengan swastanya. Artinya output dari SMP itu untuk terserap ke

sekolah SMA Negeri, karna SMA Negerinya hanya ada 13 sekolah. Itu

sebabnya belum merata.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 6 Depok?

Dalam setiap PPDB itu kita selalu mengikuti aturan pemerintah, zonasi itu

sebenarnya bukan baru-baru ini, dulupun sebenarnya sudah ada tapi namanya

itu bina lingkungan yang tupoksinya melihat anak-anak yang ada di sekitar

lingkungan sekolah. Cuma dulunya persentasenya itu tidak diatur seperti

sekarang. Dan pada akhirnya pak menteri pada saat itu menerapkan sistem

zonasi, yaitu zonasi jarak sampai saat ini.

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Ibu rasakan pada saat ini dengan sistem

zonasi?

Secara umum menurut saya ya hanya biasa-biasa saja. Harusnya kalau melihat

dengan zonasi jarak, siswa kita itukan rumahnya tidak jauh dari sekolah, itu

akhirnya pelayanan kita jauh lebih mudah, ketika ada permasalahan atau kita

mau berkomunikasi dengan orang tua itu lebih dekat. Terus dengan persepsi

kita dengan adanya sistem zonasi jarak ini akan menekankan tingkat

keterlambatan siswa datang ke sekolah. Tetapi terkadang harapan tidak selalu

sesuai dengan kenyataan. Justru yang rumahnya dekat mempunya

Page 135: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

kecendrungan untuk datang terlambat karna mungkin pemikiran mereka karena

rumahnya dekat.

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 6 Depok?

Ya kita telah melakukan sosialisasi dengan diadakan sosialisasi dari kelurahan,

jadi itu kelurahan mengundang pihak sekolah dan masyarakat sekitar datang ke

kelurahan untuk memberi tau kepada masyarakat dengan diadakan PPDB

sistem zonasi jarak. Tetapi kebanyak masyarakat sudah pada tau. Terus kita

juga membuat spanduk untuk di bentangkan di depan sekolah berikut dengan

persyaratan-persyaratan yang harus di lengkapi dan alur-alunya juga.

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 6 Depok?

Untuk calon peseta didik yang mendaftar dalam sistem zonasi ini sekitar 700

lebih, maksudnya masih di tahap angka 700 an.

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

Kalau untuk penerimaan itu karna ini sistemnya di atur oleh pusat langsung,

bukan dari sekolah, yaitu 324 peserta didik kalau disesuaikan dengan kelas

yang ada. Disini kelas ada 9 untuk peserta didik baru dikalikan saja tiap

kelasnya 36 peserta didik.

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 6 Depok?

Seperti saya jelaskan sebelumnya. Kalau idealnya kan gitu ya rumah semakin

dekat justru tidak terlambat. Tapi kadang-kadang ada sesuatu yang dipaksakan,

misalkan anak itu tidak mau sekolah di SMA negeri dekat rumah karna

aturannya yang ketat, tapi ketika orang tua sudah ngomong mempunyai hak

untuk daftar disini, itu yang mereka gunakan. Akhirnya terjadilah seperti ini.

Mungkin dulunya waktu SMP, mereka kurang disiplin atau aturan sekolahnya

yang kurang kedisiplinannya, ketika masuk sekolah negeri dengan aturan

terlalu ketat, akhirnya mereka belum siap sepenuhnya.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Ya sangat membantu untuk keuangan orangtua, apalagi sekarang itu sudah

memakai sitem zonasi jarak, yang tahun ini aja jarak balik jauh aja 500 meter.

Page 136: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Artinya juga mengurangi yang membawa transportasi pribadi dan mengurangi

kemacetan juga. Tapi nyatanya gak juga, mereka masih bawa motor masing-

masing ke sekolah.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Itu memang idealnya mereka datang kesekolah lebih rapih, seger, dan fress.

Cuma kayaknya tidak ada perbedaan yang signifikan juga antara yang jauh dan

yang dekat. Karena yang dekat juga kadang-kadang terlalu di anggap enteng,

jadi keteki mendekati jam masuk, mereka baru buru-buru datang ke sekolah.

Ada yang lari-larian juga sehingga kondisi fisik mereka tidak fress dan segar

lagi.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Secara umumnya, mungkin belum ya. Karena saya liat masih ada sekolah yang

belum mempunyai kedung sendiri atau masih numpang dengan sekolah lain.

Dan ada juga fasilitas di dalam sekolah tersebut belum lengkap juga.

Contohnya saja di SMA Negeri 6 ini, kita belum punya aula. Tapi kalau untuk

yang lainnya sudah.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Sudah, bahkan banyak juga masyarakat itu sudah tau dengan adanya

penerimaan murid baru melalui sistem zonasi.

15. Bagaimana cara SMA Negeri 6 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Kalau untuk sosialisasi sudah kita lakukan, baik itu memenuhi undangan

datang ke kelurahan, ataupun kita mengunjungan SMP yang satu kelurahan

dengan kita, ada juga kita mengundang warga sekitar untuk mengsosialisasikan

nya. Dan juga kita mengsosialisasikannya melalui media cetak dengan

membuat banner dn di pajang di depan sekolah beserta dengan syarat-syarat

yang harus dipenuhi.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Menurut saya sudah ya, tapi ada sisi positif dan sisi negatifnya, kalau sisi

positif mungkin, masyarakat yang ekonominya yang menegah kebawah bisa

Page 137: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

sekolah di negeri walaupun NEM nya rendah. Artinya masyarakat itu

diuntungkan dengan adanya sistem zonasi ini. Sedangkan negatifnya adalah

pada hakikatnya sekolah ini kan berkompetisi. Ketika sekolah itu di lihat dari

jarak saja ditambah NEM nya kecil, justru semangat untuk berkompetisinya

sangat kurang sekali. Di tambah saya melihat ada tindakan kecurangan yang

dilakukan oleh oknum-oknum tertentu, maksudnya ada anak yng rumahnya

tidak di wilayah disitu, terus dia mengontrak rumah untuk mendapatkan

domisinya saja, karna kan syarat masuknya harus ada keterangan surat

domisili, setelah domisili itu dapat, dia balik lagi ke rumah aslinya. Itu ada

beberapa kasus yang saya temukan seperti itu.

Page 138: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Dra. Budewi Intan, M.Pd

Status Responden : Guru

Hari/Tanggal : Kamis, 30 Januari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 6 Depok?

Ya setau saya SMA N 6 Depok ini berdiri pada tahun 2013.

2. Semenjak kapan Ibu berada di SMA Negeri 6 Depok?

Saya disini itu semenjak 2015.

3. Bagaimana pendapat Ibu tentang pemerataan Pendidikan?

Program pemerataan pendidikan yang dilakukan pemerintah sangatlah bangus

untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Bagaimana nantinya itu tiap kota

ataupun di desa mempunyai pendidikan yang mumpuni untuk melakukan

proses belajar mengajar. Itu bagi saya sangat bagus sekali agar tidak jadi

ketimpangan nantinya dengan adanya embel-embel sekolah favorit.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Sebelum saya di SMAN 6 Depok ini, tadinya saya menjadi guru di SMAN 1

Depok selama 10 tahun, kalau saya lihat pendidikan di kota depok itu belum

merata, karena masih ada sekolah yang gedungnya masih berbagi dengan

sekolah lain, dan yang numpang itu adalah sekolah negeri sendiri.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 6 Depok?

Menerapkan sistem zonasi di SMAN 6 Depok ini yaitu pada tahun ajaran

2018/2019, jadi sudah 2 tahun belakangan ini SMAN 6 Depok

menerapkannya.

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Ibu rasakan pada saat ini dengan sistem

zonasi?

Page 139: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Untuk layanan sendiri, khususnya di SMAN 6 Depok sudah berjalan dengan

baik, hanya saja kita kekurangan aula saja, selebihnya alhamdulillah terpenuhi,

bahkan kita sudah memakai sistem komputer untuk semua jenjang ujian

ataupun ulangan, dan sampai saat ini hanya SMAN 6 Depok yang masih

menerapkannya.

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 6 Depok?

Alur penerimaan untuk penerimaan sistem zonasi ini, ya biasanya dilakukan

sosialisasi atau penyuluhan terlebih dahulu di kantor kecamatan, tapi

kebanyakan sekarang masyarakat sekitar sudah pada tau tentang sekolah

sistem zonasinya. Dan yang diterima nantinya itu diseleksi oleh sistem dinas

pendidikan pusat yang ada di bandung, tidak dari sekolah asal. Yang untuk di

sekolah hanya mengisi formulir yang telah disediakan dari sekolah saja.

Selebihnya di upload melalui website yang telah diberitau.

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 6 Depok?

Sebelum penerapan sistem zonasi, Yang mendaftar tadinya itu selama saya di

sini tahun 2015 itu sampai 1000an, tapi setelah sistem zonasi ini yang daftar

hanya 600 sampai 700 an.

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

Penerimaan setiap tahunnya pada sistem zonasi ini yaitu 324 peserta didik

terdiri dari 9 kelas yang isi tiap kelasnya 36 siswa.

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 6 Depok?

Ya, ada perubahanlaah untuk kehadiran, tapi tidak signifikan.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Ya mungkin ada penghematan biaya. Tadinya yang kebanyakan jauh dari

sekolah, tapi sekarang malah dekat jarak untuk di tempuh ke sekolah. Tapi

yang sedikit disesali, para peserta didik masih menggunakan motor ke sekolah,

hanya 1-15 orang yang berjalan kaki ataupun naik sepeda.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Page 140: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Iyaa betul, karna jarak tempuh yang dekat membuat mereka tidak berlama-

lama di perjalanan.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Kalau dari segi fasilitas ya memadai dari segi sarana dan prasarana, pemerintah

terus memberikan bantuan apapun itu untuk menunjang sarana dan prasarana.

Hanya kekurangan aula saja, karna tidak ada lahan lagi.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Saya rasa sudah, dan sudah banyak juga masyarakat yang akan sistem zonasi

ini.

15. Bagaimana cara SMA Negeri 6 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Biasanya kita di undang ke kantor kelurahan, di situ nanti akan

disosialisasikan. Dan juga melalui media cetak seperti memampangkan banner

di depan sekolah dan lengkap dengan aturan serta syarat-syaratnya.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Sebenarnya ada plus dan minusnya sih untuk sistem zonasi ini, kalau plus nya

yang mana tadinya anak-anak yang ekonominya menengah ke bawah bisa

bersekolah di sekolah negeri agar tidak terlalu memakan biaya, tapi minusnya

di sistem zonasi ini kualitas peserta didik, yang mana peserta didik yang nilai

ujiannya rendah bisa masuk di sekolah negeri. Dan ini menjadi tantangan

tersendiri bagi kami para guru.

Page 141: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Setiawati, M.Hum

Status Responden : Guru

Hari/Tanggal : 30 Januari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 6 Depok?

Sekolah SMAN 6 Depok ini berdiri semenjak 2003, setau saya sekolah ini

berdiri pertama kalinya hanya ada tiga kelas, karna tidak lama sekolah ini ada,

saya pun sudah mengajar di sekolah ini.

2. Semenjak kapan Ibu berada di SMA Negeri 6 Depok?

Dari tahun 2006.

3. Bagaimana pendapat Ibu tentang pemerataan Pendidikan?

Otomatis belum ya, karna terbatasi oleh batasan geografis yang kepulauan

kemudia ada daerah yang terisolir, otomatis belum terlaksana secara maksimal

di Indonesia, ketersediaan sarana prasarana pendidika juga belum mumpuni,

apalagi berbicara kualitas. Mungkin kalau wajib belajar 12 tahun sudah banyak

di daerah Indonesia yang telah melaksanakannya. Tetapi kalau untuk kualitas

masih jauh dari harapan karna kebanyakan hanya terpusat di kota-kota besar

saja. Sedangkan untuk di pedesaan itu belum terpenuhi secara maksimal

kualitas yang ingin di wujudkan.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Kalau di kota depok depok sendiri, belum merata. ya masih ada sekolah negeri

di kota Depok yang numpang atau belum mempunyai gedung.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 6 Depok?

Zonasi di SMAN 6 Depok ini sudah berjalan 2 tahun dari 2018 waktu

walikotanya masih pak muhajir.

Page 142: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Ibu rasakan pada saat ini dengan sistem

zonasi?

Kalau layanan pendidikan secara umum yang saya rasakan belum memuaskan.

Masih banyak ketimpakan saya lihat, terutama di daerah-daerah pinggiran atau

desa-desa terpencil. Pernah saya baca berita, ada sekolah yang ada muridnya,

tetapi tidak ada atau tidak lengkap gurunya karena sekolah itu terletak di

pedesaan terpencil, dan yang mengajar disana hanya warga disana saja.

Alasanya karna sekolah itu terlalu jauh dan tidak didukung sarana transportasi

yang memadai, dan sarana prasaranan di sekolah tersebut. Kalau untuk di

SMAN 6 depok, Alhamdulillah layanan disini sudah cukup baik, hanya saja

kita kekurangan aula saja. Tapi selebihnya Alhamdulillah memadai.

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 6 Depok?

Alur penerimaan untuk PPDB Sistem zonasi di SMAN 6, mengisi formulir

terlebih dahulu, setelah itu baru melakukan pengaksesan upload berkas di

website dinas pendidikan Jawa Barat. Untuk menentukan terima tidak

diterimanya, itu dilakukan oleh dinas pendidikan pusat, bukan sekolah yang

menentukan.

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 6 Depok?

Dulu semenjak saya disini dan belum menerapkan sistem zonasi yang ada pada

saat ini, yang mendaftar ke SMAN 6 Depok 300 dan terus bertambah tiap

tahunnya, bakan pernah sampai 1000an lebih. Tapi semenjeka sistem zonasi,

yang mendaftar hanya 600 sampai 700 an.

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

Kalau untuk penerimaan peserta didik baru sistem zonasi itu ada 324 peserta

didik. Terdiri dari 9 kelas, setiap kelasnya berisi 36 peserta didik, mungkin

insya allah tahun ajaran baru nanti di tambah 1 kelas lagi, menjadi 10 kelas.

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 6 Depok?

Untuk kehadiran tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan, maksudnya

perbedaan itu ada, tetapi tidak beda jauh dari sebelumnya.

Page 143: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Iya betul, tentu jarak tempuh peserta didik tidak terlalu jauh dari sekolah,

berbeda waktu sebelum diterapkannya sistem zonasi, jarak tempuh siswa ke

sekolah lumayan jauh.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Iya, karna tadi jarak tempuh ke sekolah, selain menghemat biaya transportasi,

keadaan siswa ke sekolah pun lebih fres dan bugar karna jarak yang tidak jauh

ke sekolah.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Kalau untuk fasilitas sekolah secara umum belum memadai, banyak sekolah

yang misalnya belum punya gedung sendiri, atau fasilitas-fasilitas sarana

prasarana yang mendukung, khususnya untuk pembelajaran. Kalau di SMAN 6

Depok ada satu fasilitas yang kurang, yaitu kita belum punya aula. Selebihnya

Alhamdulillah sudah ada.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Kalau sosialisasinya mungkin sudah. Karena sebelum pembukaan PPDB,

biasanya tiap2 kelurahan mengadakan sosialisasi di kantor kelurahan dengan

mengundang sekolah Negeri yang ada di kawasan tersebut, dan mengundang

sebagian warga yang termasuk dalam kelurahan tersebut.

15. Bagaimana cara SMA Negeri 6 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Pertama, sosialisasi langsung dengan mengadakan pertemuan di kantor

kelurahan. Kedua, kami memasang media cetak, seperti banner di depan

sekolah lengkap dengan persyaratan untuk mendaftar melalui sistem zonasi.

Dan secara umumnya pasti.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Kalau pandangan saya pada sistem zonasi pada saat ini ada nilai positif dan

negatifnya kalau nilai positifnya seperti yang saya katakan sebelumnya, oke

saya setuju dengan adanya pemerataan pendidikan untuk anak bisa bersekolah

di negeri dengan biaya yang tidak terlalu masalah dibandingkan dengan

Page 144: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

swasta, itu menurut pendapat saya kalau swasta itu mahal bayaran SPP dan

lain hal sebagainya. Tapi kalau untuk kualitas itu sangat jauh dengan apa yang

diharapkan. Apalagi untuk persaingan yang kompetitif, kebanyakan anak yang

mempunyai Nilai Ebtanas Murni (NEM) yang rendah walaupun dia bisa

dikatakan lulus dari bangku SMP dapat masuk di sekolah negeri karna sistem

zonasi tadi, dan bergabung dengan anak yang nilai NEM nya tinggi dalam satu

kelas, saya sebagai guru sulit memberikan materi apabila anak yang

mempunyai kemampuan yang rendah menyerap daya pembelajaran yang

tinggi, otomatis anak tadi pun tidak bisa belajar secara maksimal, kalau saya

bedakan materinya, otomatis memakan waktu yang lebih lama lagi dan relatif

tidak efektif untuk pembelajaran di kelas. Walaupun ini tantangan bagi kami

para guru, tapi melihat keadaan yang ada dilapangan akan sangat sulit untuk

kedepannya apalagi bersaing dengan sekolah lain, misalkan sekolah-sekolah

swasta yang unggulan. Nah ini yang menjadi hal negatif dari sistem zonasi

yang diterapkan pada saat ini menurut saya. Solusi dari saya harusnya

pemerintah membuat kelas khusus dan penerimaan dan pendataan bagi peserta

didik yang mempunyai NEM tinggi untuk sekolah-sekolah negeri. Agar apa,

disitu nanti sekolah bisa menerapkan daya saing yang kompetitif dengan

sekolah swasta unggulan. Tidak menyatukan peserta didik yang nilainya

rendah dengan peserta didik yang nilai NEM tinggi.

Page 145: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Syahrul Amin

Status Responden : Orang Tua Murid

Hari/Tanggal : 31 Januari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 6 Depok?

Awalnya sekolah ini itu kebun karet. Kemudian di tahun 2004 itu baru

didirikan gedung SMA Negeri 6 Depok ini. Waktu itu adanya nama SMAN 6

depok ini tahun 2003.

2. Semenjak kapan Bapak tinggal di sekitar wilayah SMA Negeri 6 Depok?

Saya tinggal di wilayah SMA ini semenjak lahir tahun 1971.

3. Bagaimana pendapat Bapak tentang pemerataan Pendidikan?

Pemerataan pendidikan memang penting. Karena begini, kebanyakan di suatu

wilayah itu tidak ada sekolah negeri.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Saya rasa sudah ya. Tapi kalau bisa Ya minamal tiap kecamaan itu 2 sekolah

Negeri lah.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 6 Depok?

Kalau tidak salah saya 2 atau 3 tahun ini.

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Bapak rasakan pada saat ini dengan

sistem zonasi?

Ya bagus kalau apa yang saya rasakan. Mulai dari bantuan buku dan untuk

kegiatan lainnya di sekolah.

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 6 Depok?

Saya dan anak mendaftarkan diri ke sekolah, nanti ada pengarahan dari sekolah

bagaimana tahapan-tahapannya. Dan itu melalui website. Dan setelah diterima

Page 146: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

baru kita daftar ulang ke sekolah mengisi formulir-formulir yang telah

disediakan oleh sekolah.

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 6 Depok?

Pas saya mendaftar itu, sudah mencapai angka 500 an, saya lupa berapa

pastinya.

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

Mungkin sekitar 300 atau 400 an, waktu itu saya tanya sama anak saya berapa

temannya sekelas, dia jawab 34 apa 36 gitu saya lupa.

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 6 Depok?

Kalau anak saya sih alhamdulillah sebelum waktu masuk, dia sudah berangkat

sekolah ya minimal 20 menit sebelum bel masuk. Tapi ketika saya berangkat

kerja saya lihat masih ada aja yang terlambat.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Menghemat sekoli ya, yang mana dulunya anak saya waktu SMP itu jauh dari

tempat tinggal, jadi lumayan menguras keunagan juga, belum lagi nantinya

macet di jalan ke sekolahnya.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Ya betul, karna jarak dari rumah ke sekolah yang terlalu dekat.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Ya kalau bisa memadailah untuk sekolah yang menerapkan sistem zonasi biar

menunjang untuk anak-anak lebih giat lagi belajarnya. Tapi untuk SMAN 6

Depok sendiri saya lihat waktu mendaftar mungkin sudah memadai dan sudah

lengkap dari sarana dan prasarannya.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Sudah, saya lihat di media sosial dan media cetak sepertinya sudah di

sosialisasikan. Di tambah ada pemberitahuan dari kelurahan, RW, dan RT.

15. Bagaimana cara SMA Negeri 6 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Page 147: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Kalau sekolah SMAN 6 Depok memanggil warga untuk hadir ke sekolah, tapi

sepertinya saya tidak mengikuti kegiatan sosialisasi yang dilakukan SMAN 6

Depok waktu itu.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Ya alhamdulillah menurut saya sudah berjalan dengan baik. Sudah bagus, dan

sangat membantu sekali dengan keadaan ekonomi kami yang tidak berlebihan

banyak.

Page 148: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Nouva Rita Lumintang

Status Responden : Orang Tua Murid

Hari/Tanggal : 31 Januari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 6 Depok?

Saya tidak tau betul berdirinya kapan SMAN 6 ini, tapi semenjak saya tinggal

disini, ini sekolahnya sudah ada.

2. Semenjak kapan Ibu tinggal di sekitar wilayah SMA Negeri 6 Depok?

Sudah 15 tahun saya tinggal di kota depok khususnya di kelurahan limo.

3. Bagaimana pendapat Ibu tentang pemerataan Pendidikan?

Untuk membicarakan pemerataan pendidikan mungkin ada perbedaan antara

yang di kota dan di desa. Apalagi sekarang sudah menggunakan IT, bisa jadi

untuk daerah-daerah yang belum terjangkau dengan internet mungkin itu agak

sulit, berbeda dengan yang ada di kota. Sekarang kan sudah pada

menggunakan IT semua.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Saya rasa ya sudah, kita lihat saja dari guru, alhamdulillah saya lihat sudah

sesuai dengan bidang studi yang dia ampuh, tidak berbeda dengan apa yang dia

ambil di semasa kuliah dahulu.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 6 Depok?

Sistem zonasi di SMAN 6 depok ini sudah 2 atau 3 tahun belakangan ini.

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Ibu rasakan pada saat ini dengan sistem

zonasi?

Ada plus dan minusnya ya, dulu SMA 1 itu terkenal dengan sekolah yang

unggul, karna disana yang di pioritaskan adalah NEM. Kalau sekarangkan

tidak, anak mau NEM berapapun asal Lulus, dia bisa masuk di sekolah

Page 149: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

tersebut. Sedangkan kalau untuk ekonominya menengah kebawah ya mungkin

terbantu.

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 6 Depok?

Alurnya itu nanti kita ngisi biodata di web yang telah disediakan, dan nanti

disuru milih mau sistem zonasi yang mana, ada yang murni jarak, prestasi, atau

kombinasi (jarak+prestasi)

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 6 Depok?

Waktu itu saya mendaftar sudah 700 an nama-nama yg sudah mendaftar.

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

Kalau itu saya kurang tau persis, mungkin satu kelasnya 32-36 murid per kelas.

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 6 Depok?

Ya jelas berpengaruh, seandainya rumah mereka jauh, otomatis diperjalanan

mereka kena macet, karna daerah kelurahan limo ini kalau pagi macetnya

dimana-mana. Kalau rumahnya dekat kan bisa jalan kaki.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Menghemat sekali kalau saya rasakan. Karna kalau sekolahnya jauh, otomatis

berapa biaya yg harus dikeluarkan, apalagi kalau pakai jasa online kayak gojek

atau grab pasti lebih besar lagi. Kalau rumahnya dekat kan bisa jalan kaki

kalau seandainya ada sepeda ya naik sepeda saja.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Seharusnya lebih fress dan bugar ya karena dekan dengan sekolah. Kalau

jauhkan sampai di sekolah udah pada keringetan, atau lecek karna lama di

jalanan.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Saya rasa sudah lengkap karena sepenuhnya di tanggung sama pemerintah.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Sudah, kebanyakan melalui media sosial dan dari kelurahan juga sudah di

sosialisasikan juga. Dan itu dilakukan sebelum jauh-jauh hari PPDB.

Page 150: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

15. Bagaimana cara SMA Negeri 6 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Waktu itu kita pernah di undang ke sekolah untuk pemberitahuan PPDB zistem

zonasi, bagaimana alur dan lain sebagainya. Dan di depan sekolah biasanya

terpampang banner PPDB sistem zonasi.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Saya rasa sudah, dan saya pribadipun sangat terbantu dengan adanya sistem

zonasi ini dengan anak saya bisa bersekolah di sekolah negeri dan tidak

mengeluarkan biaya yang terlalu besar dengan ekonomi kami yang menengah.

Page 151: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Syamsiyah

Status Responden : Orang Tua Murid

Hari/Tanggal : 31 Januari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 6 Depok?

Saya tidak tau sejarah persisnya, karna saya tinggal disini dari tahun 2008 dan

sekolah ini sudah ada.

2. Semenjak kapan Ibu tinggal di sekitar wilayah SMA Negeri 6 Depok?

Tahun 2008.

3. Bagaimana pendapat Ibu tentang pemerataan Pendidikan?

Pemerataan pendidika sangat baik, apalagi kalau pemerataan pendidikan itu

dilakukan sampai ke pelosok-pelosok desa, dengan begitu indonesia akan maju

dengan pendidikannya yang menurut saya saat ini ada perbedaan antara

pendidikan di desa dan pendidikan di kota.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Saya rasa sudah, karna hampir tiap kelurahan di depok itu sudah ada sekolah

negeri, apalagi di tambah dengan sekolah swasta.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 6 Depok?

Mungkin 2 atau 3 tahun belakangan ini, saya pernah membaca berita melalui

media sosial, kalau tidak salah 2017.

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Ibu rasakan pada saat ini dengan sistem

zonasi?

Yang saya lihat dari tahun ke tahun terus ada perbaikan dan itu menurut saya

baik apalagi dengan kami yang masyarakat menengah kebawah ini. Tertolong

sekali.

Page 152: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 6 Depok?

Saya mengisis biodata dan persyaratan apa saja di website, setelah itu kalau

diterima, mengisi formulir yang telah disediakan oleh sekolah.

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 6 Depok?

Waktu itu saya mendaftar sudah ada 700an pendaftar.

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

Kalau berapa persisnya saya kurang tau, mungkin 1 kelasnya itu 30 – 35

murid.

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 6 Depok?

Kalau untuk anak saya sendiri, ya alhamdulillah tepat waktu, maksudnya 20

menit sebelum masuk sekolah dia sudah berangkat, paling perjalanan ke

sekolah 5-10 menit.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Menghemat sekali, karya saya sebagai orangtua tidak perlu mengeluarkan uang

tambahan lagi.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Alhamdulillah bugar, karna perjalanan tidak terlalu jauh.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Kalau saya lihat pada saat saya mengantarkan anak saya waktu pendaftaran,

kayak sudah lengkap dan memadai.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Sudah, baik itu dari sosial media, atau dari spanduk yang terpampang.

15. Bagaimana cara SMA Negeri 6 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Saya waktu itu dapat undangan ke sekolah untuk pengadaan sosialisasi dari

sekolah di tambah di depan sekolah ada spanduk untuk pemberitahuan kepada

masyarakat.

Page 153: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Saya kira sudah ya mas, dengan apa yang saya rasakan, mulai dari pendaftaran

sampai penerimaan, semuanya transfaransi dan tidak ada yang ditutup-tutupi.

Page 154: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Drs. Pargiyatno

Status Responden : mewakili kepala sekolah (WaKaBid Kurikulum)

Hari/Tanggal : 28 Januari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 9 Depok?

SMA Negeri 9 depok ini berdiri awalnya karna tidak ada sekolah di wilayah

Cinere, awalnya sekolah ini diadakan pada tahun 2012, kita numpang dulu di

SMAN 5, menjelang gedung selesai dibangun, setehun setelahnya yaitu 2013,

barulah berdiri gedung SMAN 9 ini dan mulailah kita aktif melaksanakan

kegiatan belajar mengajar.

2. Semenjak kapan Bapak berada di SMA Negeri 9 Depok?

Saya disini itu dari tahun 2015.

3. Bagaimana pendapat Bapak tentang pemerataan Pendidikan?

Pemerataan pendidikan itu bagus sekali kalau memang terwujud sepenuhnya,

banyak kita lihat daerah-daerah yang terkadang belum mempunyai sekolah,

seandainya adapun itu sekolah, belum tentu juga dengan tenaga pendidik.

Banyak problem yang terjadi sebenarnya pada saat ini. Semoga saja

pemerataan pendidikan itu bisa terealisasikan dengan baik sampai ke daerah-

daerah terpencil.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Saya rasa sudah, sudah tiap daerah di depok ini sudah mempunyai sekolah

Negeri, baik itu di tingkat SD, SMP, SMA sederajat.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 9 Depok?

Penerapan sistem zonasi itu disini semenjak tahun ajaran 2018/2019, tadinya

kan ada wacana diterapkan pada tahun ajaran 2017/2018, tetapi banyak

kendala-kendala atau mungkin kekurangan-kekurangan yang terjadi pada

Page 155: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

sistem zonasi pada saat itu. Ya setiap kebijakan itu pasti ada kekurangannya

ya, mungkin ini hanya memperkecil kekurangan pada saat itu di tahun 2017.

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Bapak rasakan pada saat ini dengan

sistem zonasi?

Kalau saya rasakan selama berjalannya sistem zonasi 2 tahun belakangan ini,

ya alhamdulillah untuk layanan pendidikannya lumayanan memuaskan, baik

itu dari tenaga pendidik, kependidikan dan juga murid. Pun dengan saranya

dan prasarananya. Pemerintah terus meningkatkan akan hal itu.

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 9 Depok?

Kita membimbing orang tua calon peserta didik untuk melakukan pengisian

data melalui website, setelah itu menunggu hasilnya dari dinas provinsi. Karna

yang menentukan bukan sekolah, melaikan dinas provinsi. Dan kalau

dinyatakan luus atau keterima, barulah nanti orang tua murid tersebut mengisi

formulir yang telah kami sediakan dengan data-data untuk pelengkapan

administrasi.

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 9 Depok?

Untuk 2 tahun ini karna sistem zonasi, yang mendaftar itu ada 600 sampai 700

an. Kalau dulu sebelum diterapkannya betul sistem zonasi ini, yang daftar itu

900 an.

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

Untuk jumlah penerimaan murid, karna ini baru ada 6 kelas untuk siswa

barunya, jadi ada 216 murid, karna 1 kelasnya 36 murid.

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 9 Depok?

Yang tingkat kehadiran ada perbedaan ya, tapi tidak terlalu berbada jauh sama

sebelum penerapan zonasi ini. Ya paling naik 5-10 persen lah untuk

kehadirannya. Yang tadinya mungkin 85-90 persen.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Ya mungkin menghemat, dimana tadinya rumah murid itu jauh dari sekolah,

otomatis biaya berangkat ke sekolahnya juga nambah, entah itu naik motor

Page 156: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

sendiri dengan duit bensinnya, atau memakai jasa ojek online. Belum di

tambah macetnya nanti di perjalanan. Bisa memakan waktu yang lama juga.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Alhamdulillah 85%-90% dari total murid sistem zonasi, ya kondisi fisiknya

baik-baik saya, dia datang ke sekolah dengan kondisi fress atau bugar, tidak

kelihatan lelah di wajahnya karna lama di perjalanan, kan rumah mereka dekat

dari sekolah, mungkin bisa berjalan kaki, atau naik sepeda.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Alhamdulillah dari pertama di bangun sekolah ini terus terjadi pembenahan

dan penambahan apa-apa saja yang kurang dari segi saranya prasarannya.

Yang terakhir itu pembangunan untuk lap IPA ya alhamdulillah sudah

rampung, terus untuk Aula juga sudah ada. Paling kita kekurangan lapangan

olahraga 1 kali. Karna banyaknya siswa, mungkin kita memerlukan 2 lapangan

olahraga.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Kalau secara umunya sudah, kita juga panitia PPDB juga mendapat undangan

ke Kecamatan untuk melakukan sosialisasi ketiap-tiap sekolah yang ada

dikecamatan tersebut, begitu juga dengan para RW dan RT dari tiap2 daerah.

Agar nantinya bisa di lanjuti ke masyarakat masing-masing wilayah.

15. Bagaimana cara SMA Negeri 9 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Kalau kita cukup memajang banner atau spanduk di depan sekolah, karna

untuk ke masyarakatnya sudah cukup lewat RW dan RT masing-masing aja.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Alhamdulillah yang saya rasakan sudah. Terlebih adanya pemerataan dari

muridnya, maksudnya murid yang berprestasi itu tidak numpuk di sekolah

terentu saja, namun sudah tersebar di tiap-tiap sekolah. Begitu juga dengan

tenaga pendidik nya. Alhamdulillah tenaga pendidiknya sudah profesional

semua, tapi ada juga yang baru dan perlu pendampingan untuk penyesuaian itu

dari tenaga pendidik dan kependidikan. Sedangkan dari sarana dan prasaranan

Page 157: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

pendidikannya sudah hampir melengkapi. Hanya tadi yang saya bilang

barusan. Kita hanya kekurangan 1 lapangan tambahan untuk olahraga saja.

Page 158: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Sri Sulasmi, M.Pd

Status Responden : Guru

Hari/Tanggal : 28 Januari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 9 Depok?

SMAN 9 ini ada pada tahun 2013, diadakannya karena di kecamatan Cinere

belum ada SMA Negeri pada waktu itu.

2. Semenjak kapan Ibu berada di SMA Negeri 9 Depok?

Saya berada di SMAN 9 ini semenjak 2014.

3. Bagaimana pendapat Ibu tentang pemerataan Pendidikan?

Pemerataan pendidikan pada intinya bagus untuk pendidikan itu sendiri

nantinya di setiap wilayah agar masyarakat bisa mendapatkan hak dengan apa

yang telah dicantumkan dalam undang-undang bahwa setiap warga Negara itu

berhak mengenyam pendidikan yang layak selama 12 tahun.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Saya kira sudah, karna banyak bantuan dari pemerintah untuk meningkatkan

pendidikan khususnya di kota depok sendiri. Dan agar anak tidak berangkat

sekolah tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 9 Depok?

Sudah diterapkan 2 tahun ini.

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Ibu rasakan pada saat ini dengan sistem

zonasi?

Kalau untuk pelayanan Alhamdulillah sudah bagus, karna di SMAN sendiri

sering diberi bantuan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas dari sarana

prasarana sekolah.

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 9 Depok?

Page 159: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Kan kita ada juknis nya terus kita ikuti, dan ada beberpa jalur yang diikuti

seperti jalur prestasi, jarak, dan tidak mampu. Tinggal bagaimana para calon

siswa mencocokan dengan jalur yang sudah ditentukan.

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 9 Depok?

Yang medaftar itu 600 sampai 700 an.

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

216 murid, karna ada 6 kelas. 1 kelasnya 36 murid

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 9 Depok?

Untuk kehadrian 90% Alhamdulillah, paling yang 10% itu ada yang sakit, atau

keperluan keluarga dan lain sebagainya. Tapi intinya yang tidak hadir itu

masih ada kabar dari orangtuanya.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Iya pasti, karna jaraknya dekat dan bisa berjalan kaki.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Iyaa betul, memang kita bisa membandingkan dengan anak dating ke sekolah

yang dekat dan yang jauh. Tapi tidak menutup kemungkinan juga anak yang

dekat terkadang dia terburu-buru dating kesekolah. Ntah itu karna kesiangan

atau lain sebagainya yang membuat mereka keringatan atau pakaiaan lecek dan

bermacam-macamlah.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Alhamdulillah sudah, seperti yang saya katakana sebelumnya, pemerintah terus

memberi bantuan untuk sekolah agar menunjang dari segi sarana dan

prasarana.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Sudah, bahkan dari kecamatan pun jauh sebelum penerimaan PPDB sudah

mengadakan pertemuan sekolah-sekolah yang dekat kecamatan tersebut

dengan masyarakat sekitar yang berada dalam kawasan masyarakat tersebut.

15. Bagaimana cara SMA Negeri 9 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Page 160: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Kita mengajak atau mengundang masyarakat ke sekolah untuk memberi tahu

tentang alur penerimaan dan syarat-syarat untuk diperlukan dengan adanya

sistem zonasi biasanya 3 bulan sebelum PPDB. Dan juga kita membuat media

cetak seperti banner yang di bentangkan di depan sekolah atau di sekitar

sekolah.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Kalau saya pribadi senang sekali ya, karna tidak membedakan siswa dari

golongan atau kasta. Tapi input yang kita rasakan, kita mendapatkan siswa

yang sekirannya dengan kebiasaan dikelas, seperti tidak mampu menyerap

pembelajaran dengan baik. Tapi pada umumnya Alhamdulillah dengan sistem

zonasi ini bisa membantu masyarakat untuk bersekolah lebih dekat.

Page 161: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Firmansyah, S.S

Status Responden : Guru

Hari/Tanggal : 28 Januari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 9 Depok?

Sekolah ini ada pada tahun 2012/2013.

2. Semenjak kapan Bapak berada di SMA Negeri 9 Depok?

Saya dari tahun 2014 berada di SMAN 9 ini.

3. Bagaimana pendapat Bapak tentang pemerataan Pendidikan?

Semenjak ada zonasi sepertinya sudah merata, artinya siswa yang pintar tidak

bertumpuk pada satu sekolah, sudah terbagi sesuai dengan tempat tinggal

masing-masing dan sekaligus mengurangi persepsi masyarakat tentang sekolah

favorit.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Sudah merata, yang terakhir itu SMA Negeri di kecamatan beji.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 9 Depok?

2 tahun kebelakang sudah diberlakukannya sistem zonasi.

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Bapak rasakan pada saat ini dengan

sistem zonasi?

Sudah bagus, secara umum

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 9 Depok?

Ada tiga pilihan dalam sistem zonasi sekarang ini, zonasi murni jarak, zonasi

prestasi, dan zonasi kombinasi (jarak+prestasi). Tinggal calon siswa yang

memilihnya.

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 9 Depok?

Page 162: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Kurang tau persis saya, yang jelas pernah dengar dari guru atau panitianya

sekitar 400an

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

Yang diterima 36 per kelas, disini ada 6 kelas, berarti 216 siswa

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 9 Depok?

Sama aja sih kalau yang saya lihat. Kalau adapun perbedaannya, tidak terlalu

jauh lah perbedanya untuk tingkat kehadiran sebelum dan sekarang

diterapkannya sistem zonasi ini.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Iyaa menghemat, dari yang dulunya mayoritas pada jauh, sekarang ya

kebanyakan sudah dekat dari sekolah tempat tinggalnya karna sistem zonasi.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Ya kalau menurut saya sama-sama aja.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Ya standar pemerintah sendiri otomatis memadailah.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Kalau saya rasa sudah, pun juga kecamatan juga ikut andil mengsosialisasikan

sistem zonasi ini ke masyarakat.

15. Bagaimana cara SMA Negeri 9 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Melalui media cetak, seperti banner dan isi di media cetak itu ada tersebut

sudah ada persyaratannya juga, terus jumlah penerimaan, dan lain sebagainya.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Sudah baik, karna ini beberapa tahun ini, ya masih terlihat membaik, tapikan

selalu ada evaluasi, nah tinggal kita lihat nanti kedepannya bagaimana apakah

masih bisa sebaik sekarang yang kita lihat. Kalau harapan saya sih harusnya

lebih baik lagi. Ya pastilah sistem zonasi yang berjalan pada saat ini pasti ada

kekurangan dari berbagai sudut pandang.

Page 163: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Elina Anggitha S.J.

Status Responden : Orang Tua Murid

Hari/Tanggal : 28 Januari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 9 Depok?

Sekolah ini ada kalau tidak salah 2012 apa 2013 gitu, saya lupa.

2. Semenjak kapan Ibu tinggal di sekitar wilayah SMA Negeri 9 Depok?

Saya tinggal di daerah cinere ini baru 4 tahun, ya tahun 2015.

3. Bagaimana pendapat Ibu tentang pemerataan Pendidikan?

Sangat bagus, jadi nanti tidak ada sekolah yang namanya sekolah favorit dan

sekolah yang tidak favorit tidak lagi kekurangan murid, dan siswa pun jadi

merata dalam tingkat kualitas. Jadi siswa yang berkualitas itu tidak hanya di

sekolah favorit saja. Melainkan juga di sekolah-sekolah negeri lainnya juga.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Sudah, karna tidak menjalankan sesuai sistem yang ada.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 9 Depok?

Pernah saya baca artikel tentang penerapan sistem zonasi, itu dari 2017. Tapi

kalau di SMAN 9 ini kalau tidak salah tahun ajaran 2018/2019 baru

diterapkan.

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Ibu rasakan pada saat ini dengan sistem

zonasi?

Sudah baik, telah sesuai dengan program yang dijalankan.

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 9 Depok?

Kita datang kesini, terus ditanya sama panitianya. Terus disuruh milih mau

sistem zonasi apa, apakah mau jarak, prestasi atau kombinasi.

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 9 Depok?

Page 164: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Waktu itu ada kisaran 300 an yang mendaftar.

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

200an lah, tidak tau saya angka pastinya berapa.

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 9 Depok?

Kalau untuk anak saya, sama saja. Kalau secara umumnya, karna mungkin

sudah dekat dengan sekolah mungkin tingkat kehadiran makin tinggi lah.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Iyaa pastilah. Karna rumahnya pada dekat jadi ya bisa jalan kaki aja ke

sekolah.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Iya jelas karna tidak memakan waktu banyak diperjalanan.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Selama saya lihat di sekolah anak saya untuk fasilitasnya sudah memadai dari

sarana dan prasarananya.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Sudah di sosialisasikan dari beberapa bulan sebelum pendaftaran.

15. Bagaimana cara SMA Negeri 9 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Melalui media cetak yaitu banner/spanduk di depan sekolah.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Kalau menurut saya, sudah ya, karna sudah sesuai dengan aturan yang sudah di

buat, sudah sesuai prosedur juga.

Page 165: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Olwin Lepiana Silalahi

Status Responden : Orang Tua Murid

Hari/Tanggal : 28 Januari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 9 Depok?

Sekolah ini ada pada tahun 2012, saat itu masih pembangunan, dan masih

numpang di sekolah lain. barulah 2013 gedungnya jadi.

2. Semenjak kapan Ibu tinggal di sekitar wilayah SMA Negeri 9 Depok?

Saya tinggal di wilayah cinere ini dari 2008.

3. Bagaimana pendapat Ibu tentang pemerataan Pendidikan?

Menurut saya harus dilakukan pemerataan ya, agar pendidikan tidak jomplang

khususnya antara di kota dan di desa. Agar tidak ada bahasanya lagi yang di

desa atau di pinggiran kota tidak diperhatikan.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Kurang tau saya, tapi sepertinya sudah karna aturan dari pemerintah setiap

kecamatan itu harus ada Sekolah Negeri.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 9 Depok?

Tahun ajaran 2018/2019, 2 tahun belakangan ini lah.

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Ibu rasakan pada saat ini dengan sistem

zonasi?

Ya baik, dengan apa yang saya rasakan sebagai orangtua.

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 9 Depok?

Saya mengisi data di website dahulu, setelah itu baru mengisi formulir di

sekolah.

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 9 Depok?

Page 166: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Saya kurang tau persis berapanya. Yang jelas lebih lah dari murid yang

diterima bias jadi 2x lipat atau bahkan 3x lipat dari murid yang diterima.

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

Waktu itu ada pemberitahuan dari pihak sekolah, kalau tidak salah 210

kayaknya.

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 9 Depok?

Kalau anak saya sih, ada kemajuan ya, mungkin karna dekat dari rumah. Tapi

kalau secara umumnya saya tidak tau.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Sangat menghemat sekali ya, karna dekat dari rumah jadi tidak mengeluarkan

biaya lebih.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Kalau secara umumnya lebih kepada anaknya sih, tapi untuk anak saya karna

dekat ya bugar asalkan bangunanya gak kesiangan. Karna biasanya kalau

kesiangan jadi terburu-buru ke sekolahnya.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Ya memadailah, karna kan selalu dapat bantuan dari pemerintah untuk

melengkapi sarana dan prasarana agar lengkap.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Sudah, dan saya pun juga mengetahuinya dari kabar-kabar di sosial media

15. Bagaimana cara SMA Negeri 9 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

SMAN 9 sosialisasi melalui media cetak seperti banner/spanduk di pajang di

depan sekolah.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Sudah, karna selalu ada bantuan dari pemerintah untuk melengkapi sarana

prasarana di sekolah.

Page 167: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

“PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI

DI SEKOLAH KOTA DEPOK”

Nama Responden : Wiwin Aji Pangesti

Status Responden : Orang Tua Murid

Hari/Tanggal : 28 Januari 2020

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 9 Depok?

Dulu tidak ada sekolah SMA Negeri di wilayah cinere ini, pada 2012 diadakan

oleh pemerintah, dan 2013 gedungnya selesai di bangun.

2. Semenjak kapan Ibu tinggal di sekitar wilayah SMA Negeri 9 Depok?

Semenjak tahun 2010.

3. Bagaimana pendapat Ibu tentang pemerataan Pendidikan?

Saya setuju dengan adanya pemeratan, agar nanti siswa itu tidak sekolah

terlalu jauh untuk mendapatkan sekolah yang dia inginkan.

4. Apakah pendidikan sekarang sudah merata khususnya di kota Depok?

Alhamdulillah sudah. Pemerintah pusat telah juga menghimbau dan

memberikan mandat ke pemerintah daerah agar tiap daerah itu harus ada

sekolah negeri.

5. Semenjak kapan penerapan sistem zonasi di SMA Negeri 9 Depok?

Tahun ajaran 2018/2019

6. Bagaimana layanan pendidikan yang Ibu rasakan pada saat ini dengan sistem

zonasi?

Alhamdulillah sudah baik ya, dengan apa yang saya rasakan khusunya di

SMAN 9 Depok ini.

7. Bagaimana cara/alur penerimaan calon peserta didik di SMA Negeri 9 Depok?

Kalau saya waktu itu mengisi biodata di website, terus kalau sudah dinyatakan

di terima, baru saya datang kesekolah mengisi formulir dan mengelengkapi

data yang diperlukan.

Page 168: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

8. Berapa calon peserta didik yang mendaftar SMA Negeri 9 Depok?

Pas pengumpulan orangtua waktu pertama sebelum masuk sekolah, pihak

sekolah memberi tau jumlah banyak yang mendaftar, seingat saya 600-700 an

calon peserta didik yang mendaftar di SMAN 9 ini.

9. Berapa penerimaan peserta didik setiap tahunnya?

Yang diterima 216 murid. Karna pas pengumpulan orangtua pun juga

disebutkan angka yang diterima.

10. Bagaimana dengan kehadiran peserta didik dengan sistem zonasi ini di SMA

Negeri 9 Depok?

Kalau anak saya Alhamdulillah stabil dan cenderung meningkat karna jarak

yang dekat.

11. Apakah dengan adanya sistem zonasi ini menghemat biaya transportasi?

Iya betul, karna tidak ada biaya lebih.

12. Apakah kondisi fisik peserta didik lebih bugar datang ke sekolah karena tidak

memakan banyak waktu di perjalanan?

Alhamdulillah anak saya selalu bugar dan bersemagat datang ke sekolah karna

jaraknya dekat.

13. Apakah fasilitas di sekolah sistem zonasi memenuhi fasilitas yang memadai?

Harusnya memadai karna terus dapat bantuan dari pemerintah. Tapi kalau di

SMAN 9 sendiri sudah lengkap sepertinya.

14. Apakah sosialisasi sistem zonasi ini sudah dilaksanakan ke masyarakat?

Alhamdulillah sudah dilakukan dari jauh-jauh sebelum dimulainya

pendaftaran.

15. Bagaimana cara SMA Negeri 9 Depok mengsosialisasikan sistem zonasi?

Sekolah SMAN ini sosialisasi dengan memasang spanduk di depan sekolah.

16. Apakah sistem zonasi pada saat ini sudah berjalan dengan baik?

Kalau menurut saya sudah ya, karna cara pendaftarannya pun juga gak ribet

dan bikin pusing. Dan di tambah lagi fasilitas untuk sekolahnya terus

ditingkatkan dari pemerintah melalui melengkapi sarana dan prasaran di

sekolah.

Page 169: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

INTRUMEN DOKUMENTASI

Adapun dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai berikut:

a. Bangunan sekolah

b. Struktur sekolah

c. Tenagan pendidik dan kependidikan

d. Dokumen rapat kerja

e. Dokumen dengan narasumber

f. Fasilitas penunjang pembelajaran

g. Notulen Rapat

h. Dan dokumen-dokumen pendukung lainnya.

Page 170: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Foto dengan Narasumber

SMA Negeri 1 Depok

USER
Typewritten text
Lampiran 5
Page 171: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Foto dengan Narasumber

SMA Negeri 6 Depok

Page 172: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Foto dengan Narasumber

SMA Negeri 9 Depok

Page 173: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Fasilitas-Fasilitas

SMA Negeri 1 Depok

USER
Typewritten text
Lampiran 6
Page 174: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan
Page 175: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Fasilitas-Fasilitas

SMA Negeri 6 Depok

Page 176: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan
Page 177: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Fasilitas-Fasilitas

SMA Negeri 9 Depok

Page 178: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan
Page 179: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

Dokumentasi PPDB 2019/2020

SMA Negeri 6 Depok

USER
Typewritten text
Lampiran 7
Page 180: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan
Page 181: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan
USER
Typewritten text
Lampiran 8
Page 182: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan
Page 183: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan
Page 184: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan
Page 185: PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM ZONASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51573...Ibnu Aidil Putra, NIM 21180181000046, “Perspektif Kebijakan Pendidikan

BIODATA PENULIS

Nama lengkap Pemuda berdarah Melayu

dan Minang ini adalah Ibnu Aidil Putra, anak ke

Enam dari Tujuh bersaudara ini lahir dari Ayah

Masri dan Ibu Rabusida. Ibnu, begitu sapaan

akrabnya lahir pada tanggal 17 April 1990 di

Bangkinang Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Pemuda yang hobi bermain Sepak Bola ini

menyelesaikan Pendidikan dari Sekolah Dasar 012

Langgini pada tahun 2003, lanjut ke Madrasah

Tsanawiyah di Pondok Pesantren Darun Nahdha

Thawalib Bangkinang (PPDT-TB) lulus pada tahun

2007 dan lanjut ke jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Atas di Yayasan

Lembaga Pendidikan Kampar lulus pada tahun 2009.

Setelah lulus Sekolah menengah atas pemuda ini sempat tidak melanjutkan

pendidikannya selama satu tahun. Lalu pemuda yang hobi bercanda, humoris, dan

suka bergaul ini melanjutkan pendidikannya di salah satu universitas yang ada di

kawasan Tangerang Selatan yaitu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun

2011. Banyak pembelajaran yang di dapat oleh pemuda ini selama di bangku kuliah

baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas. 5,5 tahun berselang akhirnya pemuda

yang tidak pernah main-main kalau sudah berbicara perasaan ini menyelesaikan

kuliah Strata-1 (S1) dengan karya Ilmiah Skripsinya yang berjudul “Interaksi

Sosial Antara Organisasi Ekstra Kampus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Studi Kasus: HMI dan PMII di FITK)” pada tahun 2017. Setahun kemudian

tepatnya 2018, pemuda yang lantang terhadap pembuat kedzoliman bagi mereka

yang tertindas ini melanjutkan pendidikan Strata-2 (S2) di Magister FITK Program

Studi Manajemen Pendidikan Islam. Dan Alhamdulillah selesai dalam waktu 4

semester (2 tahun) yaitu pada Juli 2020 yang karya ilmiah Tesisnya yang berjudul

“Perspektif Kebijakan Pendidikan Sistem Zonasi di Sekolah Menengah Atas

(SMA) Kota Depok”.

“Jangan Pernah Mengatakan Gengsi atau Malu Lakukan dan Berikan yang Terbaik”