perspektif hukum islam dan hukum positif tentang...
TRANSCRIPT
![Page 1: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/1.jpg)
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
TENTANG PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NO.70A
TAHUN 2015 TENTANG DESA BERBUDAYA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh :
BAYU BASKORO
NIM : 1111043200030
KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 / 1437 H
![Page 2: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/2.jpg)
PERSPEKTTF HUKTJM ISLAM DAN HT}KT}M POSITITTENTAFIG PERATTJRAN BUTATI PT]RWAKARTA NO.?OA
TAHUN 2SX5 TENTANG I}ESA BERBT}DAYA
Slaipsi
Diajukan Ke,pada F&kuttas Syariah dan Hukum
Sebagai Salah Sa&r Syarat Mernperoleh Gelar Sarjana Syarieh (S.SV)
oleh:
BAyq,B4.SKORO
111r843200CI30
Di Bawah Bimbingan :
Pembimbingll
FIIP. 19581 I 101988031001 FilP. 1961 I 10I 1993031002
KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM
PROGRAM STUDIPERBANDINGAN MAZHAB DAN HTIKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
IJNTVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARTF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2gt6 I 1437 H
ii
![Page 3: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/3.jpg)
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi ini berjudul PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAll HUKUM POSITIF.&.ENTANG PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NO. 7OA TAHUN?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang
Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukun Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifI{idayatullah Jakarta pada tanggal 29 Juni 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu, yaitu Sarjana Syariah (S-SV.)
pada Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum dengan Konsentrasi
Perbandingan Hukum.
Jakarta, 29lunt20l6
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Ketua
PAMTIA UJIAN
Falrqi Muhammad Ahmpdi. M-.Si
NIP. 1 974 1 2132003121002
Hj. Siti Hanna. S.Ae...Lc. MA
NrP. 19740216200801201 3
Dr. Abdurrahman Dahlan. MA
NIP. 19581 I 10i988031001
Dedv Nursyamsi. SH... M.Hum
NrP. 1961 1 101 1993031002
Sekretaris
Pembimbing I
Pembimbing II
Penguji I H. Ahmad Bisyfi Abd. Sbqqrad. M,+
NrP. 19680320200003 1001
Dr$. H, Allmad Yani. M.Ae
NrP. 19640412199403 1004
NrP. 19691 161996031001
Penguji II
ilt
![Page 4: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/4.jpg)
LEMBARTBFTYATAAN
Dengan ini sayamenyatakan :
L skipsi ini ffinryskffi bafiil k:ra mli saya lans dieiuhn rmtr* meursnuhi
salah satu persyarailari mempmleh gelar srata t di Uriversitas Islam
Negeri ([m\f) Syarif Hidayaarllah Jskarta"
2. $e,mua sumber 1ilang seya Smakm dalam peuulimn ini relah mya
cantrmkao sesuai dengan kstmtum yang be.rla*u di lJniversitas Islam
Negeri (UD,D SyarifHidayatullah Jakff -
3. Jika dikeNrxrdian ki Mukti bahqna kar1rf, iri buka kil krya saya atau
Uasit iiptatm dari karya orEmg tai& maka saya bersedia
mmsrima smksi lang berta*u di Untve,mitns Islam Neg€ri ([IIIrI) Syarif
Hids)railllahJakafia-
BAYUBASKORO
iv
![Page 5: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/5.jpg)
v
ABSTRAK
Bayu Baskoro. NIM 1111043200030. Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Positif Tentang Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa
Berbudaya. Perbandingan Hukum, Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2016.
xi + 84 halaman + 13 lampiran.
Skripsi ini membahas perihal Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun
2015 Tentang Desa Berbudaya yang akan ditinjau dalam perspektif hukum Islam
dan hukum positif. Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
apa yang dimaksud dengan Desa Berbudaya dalam Peraturan ini. Kemudian,
bagaimana perspektif hukum Islam dan hukum positif tentang Peraturan ini.
Setelah diketahui perspektif dari hukum Islam dan hukum positif akan di analisis
perbandingan antara hukum Islam dengan hukum positif.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan normatif. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan studi
kepustakaan (Library Research) dan studi lapangan (Field Research).
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Desa Berbudaya dalam
Peraturan Bupati ini adalah desa yang bersendikan pada nilai-nilai gotong-royong,
kekeluargaan, kebersamaan, dan kearifan lokal dalam rangka penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam rangka peningkatan
kualitas desa. Kemudian, secara umum hukum Islam dan hukum positif sejalan
dengan Peraturan Bupati ini. Namun, ada beberapa materi yang bertentangan
dengan hukum positif, antara lain pada kebijakan berpacaran dan pelarangan dan
penggunaan minuman beralkohol. Lebih lanjut, analisis perbandingan antara
hukum Islam dengan hukum positif, antara lain persamaannya terletak pada
pemeriksaan kesehatan sebelum menikah, kewajiban memiliki tanaman dan
hewan peliharaan, dan pelarangan kegiatan (hasutan, fitnah, kebencian, dan adu
domba) yang dapat meruntuhkan persatuan. Sedangkan perbedaannya terletak
pada kebijakan berpacaran dan pelarangan penjualan dan penggunaan minuman
beralkohol.
Kata Kunci : Peraturan Bupati, Desa Berbudaya, Hukum Islam, Hukum
Positif.
Pembimbing : Dr. Abdurrahman Dahlan, MA.
Dedy Nursyamsi, SH., M.Hum.
Daftar Pustaka : Tahun 1976 s.d. 2015.
![Page 6: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/6.jpg)
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq, hidayah,
serta nikmat-Nya, sehingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif Tentang Peraturan
Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya”. Shalawat serta
salam senantiasa tersampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabat, serta umatnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini berjudul “PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM
POSITIF TENTANG PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NO. 70A
TAHUN 2015 TENTANG DESA BERBUDAYA” disusun sebagai salah satu
syarat akademis untuk menyelesaikan program studi sarjana di Fakultas Syari’ah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit
hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun, berkat kesungguhan hati
dan kerja keras serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
berterima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Bapak Madiyo dan Ibu Tumini yang
dengan tulus selalu mendo’akan, memberi dorongan, dan semangat tanpa
henti kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang
![Page 7: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/7.jpg)
vii
juga menjadi amanah bagi penulis kepada orang tua. Semoga Allah SWT
selalu memberikan kesehatan, panjang umur, serta perlindungan untuk Ibu
dan Bapak, di bawah kasih sayang-Nya. Amin
2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si. dan Ibu Siti Hanna, Lc, M.Ag.
sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum,
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang tidak lelahnya membantu dan memberi masukan
dan semangat kepada penulis, serta dengan tulus ikhlas meluangkan
waktunya dalam proses penyelesaian skripsi.
4. Bapak Dr. Abdurrahman Dahlan, MA. dan Bapak Dedy Nursyamsi, SH.,
M.Hum. Selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II, yang dengan
sabar telah mengajarkan, memberikan banyak masukan, dan saran-saran
sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik dan benar. Semoga apa yang
telah Bapak ajarkan dan arahkan mendapat balasan dari Allah SWT.
5. Kepada seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
membagi ilmunya dengan ikhlas kepada penulis, serta para pengurus
perpustakaan yang telah meminjamkan buku-buku yang diperlukan demi
penyelesaian skripsi.
6. Bapak H. Dedy Mulyadi, S.H selaku Bupati Purwakarta dan jajarannya serta
Masyarakat Purwakarta yang telah memberikan banyak bantuan dalam
![Page 8: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/8.jpg)
viii
penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT membalasnya dengan ganjaran
pahala. Amin
7. Kepada Saudara/Saudari, Kerabat, serta Teman-teman; Hendro Kuncoro,
Bardoyo, Mustaqim, Sunarsih, Budianto, Tria Melani, Ida Rosida, Anik
Setyorini, Muhamad Rifai, Rahmat Hidayatullah, Yusuf Abdullah, dan
Khanza Aulia, yang selalu mendo’akan dan memberikan semangat kepada
penulis dalam mengerjakan skripsi.
8. Teman-teman kelas Perbandingan Hukum Tahun 2011; Abdul Aziz, Adnan
Chaidar, Heru, Akip Bustomi, Iqbal Farhan, Dicka Nanda Dermawan,
Hikmiyyah, Ratu Solihat, Farrah, Susi Purnamasari, Irfan Akbar Muharom,
Zainul Muhtarom, Ibnu Mubaidillah, Syahrul Rahmatullah, M. Salafuddin
Zuhri, Helmi Arisandi, dan yang tidak penulis sebutkan satu persatu, terima
kasih untuk dukungan semangat dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi
ini, serta masa-masa yang tak terlupakan di kampus.
9. Teman-teman KKN CITA 2014; Aditya Rian Pratama, Budi Setiyadi, Dwi
Handayani, Fauziah Mazayolanda, Halimatus Sa’diah, Januar Cahyadi,
Meliana Pratiwi, Silvi Fauziyah, Taufan Chairul, dan Theresya Ayu
Prihatiningsih, terima kasih untuk dukungan semangat serta masa-masa yang
penuh suka cita selama pengabdian di Desa Malasari.
10. Seluruh pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis, menyemangati, dan
menghibur penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
![Page 9: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/9.jpg)
Akhirnya, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas sernua pihak
yang turut berperan dalam proses penyelesaian slaipsi penulis. Semoga kmya ini
dapat bemlanfaat bagi semua masyarakat dan kalang;an akademisi,
Was salamu' alaikum Wr. Wb.
Jakarta,3l Mei 2016
WBAYU BASKORO
tx
![Page 10: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/10.jpg)
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI ............................................. iii
LEMBAR PENYATAAN ................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 2
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................................. 3
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 4
E. Review Studi Terdahulu ...................................................................... 5
F. Kerangka Teori.................................................................................... 8
G. Metode Penelitian................................................................................ 10
H. Sistematika Penulisan ......................................................................... 13
BAB II TEORI TENTANG HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF SERTA KEBUDAYAAN .......................... 15
A. Hukum Islam dan Hukum Positif ........................................................ 15
1. Pengertian Hukum ......................................................................... 15
2. Sumber Hukum ............................................................................. 19
3. Tujuan Hukum .............................................................................. 29
B. Kebudayaan ......................................................................................... 32
1. Pengertian Kebudayaan ................................................................. 32
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebudayaan ......................... 33
BAB III PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NO. 70A
TAHUN 2015 TENTANG DESA BERBUDAYA .................... 34
A. Gambaran Umum Kabupaten Purwakarta .......................................... 34
1. Sejarah Kabupaten Purwakarta ..................................................... 34
2. Letak Geografis dan Demografi Kabupaten Purwakarta .............. 37
![Page 11: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/11.jpg)
xi
3. Kondisi Perekonomian dan Pendidikan
Di Kabupaten Purwakarta ............................................................. 39
A. Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015
Tentang Desa Berbudaya .................................................................... 40
1. Latar Belakang Terbentuknya Peraturan ....................................... 40
2. Sistematika Peraturan .................................................................... 43
B. Materi Kebudayaan dalam Peraturan Bupati ...................................... 46
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF TENTANG PERATURAN
BUPATI PURWAKARTA NO.70A TAHUN 2015
TENTANG DESA BERBUDAYA ............................................. 49
A. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Menikah ........................................ 49
B. Kewajiban Memiliki Tanaman dan Hewan Peliharaan ....................... 53
C. Kebijakan Berpacaran ......................................................................... 57
D. Pelarangan Kegiatan yang Berpotensi Meruntuhkan Persatuan ......... 60
E. Larangan Penjualan dan Penggunaan Minuman Beralkohol .............. 69
F. Analisis Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan
Hukum Positif ..................................................................................... 75
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 77
A. Kesimpulan ......................................................................................... 77
B. Saran .................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 85
1. Lampiran Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015
Tentang Desa Berbudaya .................................................................... 85
2. Lampiran Pembagian Administratif Kabupaten Purwakarta .............. 94
3. Lampiran Surat Keterangan Wawancara ............................................ 95
4. Lampiran Hasil Wawancara ................................................................ 96
![Page 12: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/12.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.1
Di Indonesia, ada sebuah konsep dalam mengatur pemerintahan di daerah-
daerah tertentu, yaitu otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang,
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.2 Dalam menjalankan konsep otonomi daerah, setiap daerah
berwenang untuk membuat sebuah peraturan yang bertujuan pembangunan daerah
atau mewujudkan kearifan lokal, peraturan-peraturan ini biasa disebut dengan
Peraturan Daerah (Perda).
Di Kabupaten Purwakarta, telah disahkan sebuah Peraturan Bupati
Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya. Desa berbudaya
adalah desa yang bersendikan pada nilai-nilai gotong-royong, kekeluargaan,
kebersamaan, dan kearifan lokal dalam rangka penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam rangka peningkatan kualitas
1 Pasal 1 Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya.
2 Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah.
![Page 13: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/13.jpg)
2
desa.3 Substansi dari Peraturan Bupati ini terdapat dalam BAB V yang membahas
tentang penataan kehidupan sosial, lingkungan hidup, kepariwisataan, dan
keamanan. Selanjutnya, Pasal 6 yang membahas tentang penataan kehidupan
sosial, akan diteliti kesesuaiannya antara hukum Islam dan hukum positif.
Mayoritas Masyarakat Purwakarta adalah beragama Islam, di dalam Islam
juga mengandung nilai-nilai yang mengatur hubungan antara manusia dan
mengakui budaya atau tradisi sebagai hukum yang hanya berlaku di daerah
tertentu. Lalu setiap orang yang beragama Islam harus melaksanakan ketentuan-
ketentuan yang ada di dalam hukum Islam, jadi bagaimana ketersinggungan
Peraturan Bupati ini dengan hukum Islam. Selain itu, dalam ketentuan bernegara
Peraturan Bupati ini sebagai Peraturan Pemerintah Daerah, bagaimana
hubungannya dengan peraturan yang lebih tinggi yaitu hukum positif.
Dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis
sangat tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang permasalahan ini dan mencoba
membahasnya dalam sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi berjudul
“PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG
PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NO.70A TAHUN 2015 TENTANG
DESA BERBUDAYA”.
B. Identifikasi Masalah
Kebudayaan adalah sebuah hasil cipta, rasa, dan karsa dalam masyarakat.
Kebudayaan itu dapat berbasis pada agama atau berbasis pada peraturan (hukum).
Bupati Purwakarta telah mengeluarkan Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a
3 Pasal 1 Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya.
![Page 14: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/14.jpg)
3
Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya, hal-hal apa saja yang menjadi nilai-nilai
Desa Berbudaya dalam peraturan ini. Kemudian, untuk bisa berjalannya peraturan
ini bagaimana kesesuaiannya dengan hukum Islam karena sebagian besar
Masyarakat Purwakarta adalah beragama Islam. Selain itu, peraturan ini adalah
bagian dari peraturan perundang-undangan, agar dapat berjalan dengan efektif
bagaimana kesesuaiannya dengan peraturan pemerintah pusat (hukum positif).
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Dari beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, penulis tidak mungkin
membahas semuanya, dikarenakan keterbatasan dana, waktu, dan bahan bacaan.
Oleh karena itu, pembatasan masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada
perspektif hukum Islam dan hukum positif tentang Pasal 6 dalam Peraturan Bupati
Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya.
2. Perumusan masalah
Dari identifikasi dan pembatasan masalah sebelumnya, penulis
merumuskan masalah pokok dalam penelitian ini, sebagai berikut :
a. Bagaimana Desa Berbudaya dalam Peraturan Bupati Purwakarta No.70a
Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya?
b. Bagaimana perspektif hukum Islam dan hukum positif tentang Peraturan
Bupati Purwakarta No.70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya?
c. Bagaimana letak persamaan dan perbedaan antara hukum Islam dan
hukum positif tentang Peraturan Bupati Purwakarta No.70a Tahun 2015
Tentang Desa Berbudaya?
![Page 15: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/15.jpg)
4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Dari perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, tujuan penelitian
yang akan dihasilkan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui Desa Berbudaya dalam Peraturan Bupati Purwakarta
No.70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya.
b. Untuk mengetahui perspektif hukum Islam dan hukum positif dengan
Peraturan Bupati Purwakarta No.70a Tahun 2015 Tentang Desa
Berbudaya.
c. Untuk mengetahui letak persamaan dan perbedaan antara hukum Islam dan
hukum positif tentang Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015
Tentang Desa Berbudaya.
2. Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang dihasilkan, manfaat penelitian yang
diharapkan dari penelitian ini, antara lain :
a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa sumbangan
bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan hukum.
b. Memberikan satu karya ilmiah bermanfaat bagi civitas akademik Fakultas
Syari‟ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
c. Dapat dijadikan sumber rujukan bagi masyarakat secara umum tentang
Peraturan Bupati Purwakarta No.70a Tahun 2015 Tentang Desa
Berbudaya.
![Page 16: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/16.jpg)
5
E. Review Studi Terdahulu
Sejauh penelusuran penulis, terdapat beberapa karya ilmiah dan jurnal
yang berkaitan dengan pembahasan Peraturan Bupati ini, antara lain :
1. Skripsi berjudul “Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah No. 2 Tahun
2008 Tentang Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan, Pengemis, dan
Pengamen Di Kota Makassar”, yang ditulis oleh Asrul Nurdin. Skripsi ini
menjelaskan tentang sebuah Peraturan Daerah yang mengatur bentuk-bentuk
pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah kota Makassar terhadap anak
jalanan, gelandangan, pengemis, dan pengamen. Dalam pelaksanaannya
pemerintah kota Makassar melakukan pembinaan pencegahan, pembinaan
lanjutan, dan usaha rehabilitasi sesuai dengan Peraturan Daerah No. 2 Tahun
2008 di kota Makassar. Untuk menunjang keberhasilan dalam
pelaksanaannya, dinas sosial bekerja sama dengan lembaga sosial lainnya
seperti panti asuhan, kepolisian, dan elemen-elemen yang mendukung
kegiatan pembinaan ini. Faktor penghambat dalam melaksanakannya, antara
lain : industrialisasi, modernisasi, dan urbanisasi.4
2. Jurnal berjudul “Internalisasi Nilai-Nilai Hukum Islam dalam Peraturan
Daerah (Syariah) di Indonesia”, yang ditulis oleh Habib Muhsin Syafingi.
Jurnal ini menjelaskan tentang lahirnya peraturan-peraturan yang bernuansa
syariat Islam memang tidak bisa menggambarkan peningkatan kesadaran
masyarakat secara umum dalam melaksanakan syariat Islam, namun dari situ
setidaknya bisa dilihat adanya kesadaran dari tingkat elit daerah tentang
4 Asrul Nurdin, “Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2008 Tentang
Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan, Pengemis, dan Pengamen Di Kota Makassar”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Makassar, 2013).
![Page 17: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/17.jpg)
6
pentingnya melakukan formalisasi Syariat islam. Kesadaran ini setidaknya
dipicu oleh dampak yang diharapkan timbul dari lahirnya ketentuan ini.
Hampir semua Peraturan Daerah tentang zakat dalam konsiderannya
menyatakan bahwa sumber penerimaan dari zakat ini merupakan sumber
dana yang potensial bagi upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat
terutama dalam mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. Hal ini
merupakan implementasi dari aspek tujuan hukum islam, yaitu untuk
mewujudkan perlindungan jiwa, mengingat apabila dana zakat bila dikelola
secara profesional dan akuntabel maka akan semakin banyak fakir miskin
yang bisa dibantu untuk mengejar kehidupan yang lebih baik.5
3. Skripsi berjudul “Penerapan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2011 Tentang
Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Di Purwokerto”, yang
ditulis oleh Syaiful Ramdhani. Skripsi ini menjelaskan dalam rangka
melakukan penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima di wilayah
Banyumas. Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas menerbitkan Peraturan
Daerah No. 4 Tahun 2011 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang
Kaki Lima. Hal-hal yang diatur dalam peraturan ini meliputi lokasi, waktu,
ukuran, dan bentuk sarana pedagang kaki lima. Wewenang pengaturan
pedagang kaki lima di Banyumas merupakan wewenang Dinas Perdagangan,
Perindustrian, dan Koperasi (DISPERINDAGKOP) Kabupaten Banyumas.
Hambatan normatif yang timbul dari penerapan Peraturan Daerah No. 4
Tahun 2011 Tentang Pembinaan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
5 Habib Muhsin Syafingi, “Internalisasi Nilai-Nilai Hukum Islam dalam Peraturan Daerah
(Syariah) di Indonesia”, Jurnal Pandecta, Volume 7, No. 2, Juli 2012.
![Page 18: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/18.jpg)
7
adalah ketentuan mengenai penempatan Pedagang Kaki Lima dalam
peraturan ini bertentangan dengan Undang-Undang Lalu Lintas No. 22 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Oleh sebab itu, peraturan
daerah ini perlu ditinjau kembali.6
4. Jurnal berjudul “Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Menertibkan
Peredaran Minuman Keras Di Kota Cilegon Provinsi Banten”, yang ditulis
oleh Suwaib Amiruddin. Jurnal ini jelaskan tentang sebuah Peraturan Daerah
No. 5 Tahun 2001 Tentang Pelanggaran Kesusilaan, Minuman Keras,
Perjudian, Penyalahgunaan Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya di
kota Cilegon. Hasil penelitian ini, untuk menegakkan peraturan daerah itu,
pemerintah telah menggerakkan aparat keamanan untuk menegakkan
distributor tempat-tempat hiburan dan penjualan yang diindikasikan
mengedarkan minuman keras. Untuk hambatan yang dihadapi dalam
menegakkan penertiban, karena keterbatasan anggaran dan sumber daya
aparat. Selain itu, diindikasikan terdapat oknum dari pihak penertiban dan
aparat terkait yang mengambil keuntungan dengan menarik uang keamanan
dari pengedar minuman keras, sehingga para pengedar dan pemakai tetap
melakukan aksinya walaupun dengan tersembunyi.7
5. Skripsi berjudul “Efektivitas Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2011 Tentang
Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Di Kota Makassar”, yang
6 Syaiful Ramdhani, “Penerapan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2011 Tentang Pembinaan
dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Di Purwokerto”, (Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto, 2013).
7 Suwaib Amiruddin, “Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Menertibkan Peredaran
Minuman Keras Di Kota Cilegon Provinsi Banten”, Jurnal Hukum, Volume 28, No. 2, Desember 2012.
![Page 19: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/19.jpg)
8
ditulis oleh Oktafina Pikoli. Skripsi ini menjelaskan bahwa pelaksanaan
Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2011 Tentang Retribusi Pelayanan
Kesampahan/Kebersihan masih belum efektif, karena masih terdapat
beberapa kekurangan dalam peraturan ini. Kemudian masih terdapat
pungutan-pungutan liar yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. Faktor
penghambat lainnya adalah kurangnya kesadaran wajib membayar retribusi
persampahan/kebersihan, sarana dan prasarana kurang memadai, banyaknya
wajib retribusi yang tidak mau membayar dan tidak mampu untuk
membayar.8
Dari beberapa karya ilmiah skripsi dan jurnal di atas, penulis memiliki
perbedaan dalam penelitian ini, karena akan membahas sebuah Peraturan Bupati
Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya yang selanjutnya
beberapa huruf dalam Pasal 6 Peraturan Bupati ini akan dilihat dalam perspektif
hukum Islam dan hukum positif.
F. Kerangka Teori
Di dalam hukum Islam ada sebuah kaidah yang berhubungan dengan
tradisi atau adat istiadat, yaitu :
ت اىعادة حن
Artinya : Kebiasaan (tradisi) itu bisa menjadi hukum.9
8 Oktafina Pikoli, “Efektivitas Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2011 Tentang Retribusi
Pelayanan Persampahan/Kebersihan Di Kota Makassar”, (Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, 2014).
9 Ahmad Sudirman Abbas, Qawaid Fiqhiyyah dalam Perspektif Fiqh, (Ciputat: Adelina
Bersaudara, 2008), hal. 143.
![Page 20: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/20.jpg)
9
Kebiasaan (tradisi) adalah salah satu hal yang memiliki kontribusi besar
terhadap terjadinya transformasi hukum syar‟i. di atas kebiasaan (tradisi) ini,
banyak terbangun hukum-hukum fikih dan kaidah-kaidah furu.10
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda terdapat tiga teori yang terkenal
dalam keberlakuan hukum Islam, antara lain :
1. Receptio in Complexu adalah teori yang berarti bahwa bagi setiap orang
Islam berlaku hukum Islam.11
2. Theorie Receptie adalah teori yang berarti hukum Islam baru mempunyai
kekuatan kalau telah diterima hukum adat dan lahirlah dia keluar sebagai
hukum adat bukan sebagai hukum Islam.12
3. Receptio a Contrario adalah teori yang berarti hukum adat baru berlaku
kalau tidak bertentangan dengan hukum Islam.13
Kemudian, di dalam hukum positif ada beberapa teori yang berhubungan
dengan tujuan dari hukum positif, antara lain :14
- Ethische Theori
Menurut teori ini, tujuan hukum hanya ditempatkan pada perwujudan
keadilan yang semaksimal mungkin dalam tata tertib masyarakat. Pendapat
demikian sudah terkenal sejak zaman Aristoteles yang mengajarkan, bahwa yang
dimaksud dengan keadilan bukanlah keadilan yang mutlak. Keadilan tidak sama
dengan persamaan, tetapi berarti keseimbangan. Artinya, tiap orang dapat terjamin
10
Ahmad Sudirman Abbas, Qawaid Fiqhiyyah dalam Perspektif Fiqh, hal. 143. 11
Sayuti Thalib, Pembaharuan Hukum Islam Di Indonesia, (Depok: UI Press, 1976), hal. 45.
12 Sayuti Thalib, Pembaharuan Hukum Islam Di Indonesia, hal. 46.
13 Sayuti Thalib, Pembaharuan Hukum Islam Di Indonesia, hal. 53.
14 Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, hal. 52-53.
![Page 21: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/21.jpg)
10
untuk memperoleh bagiannya sesuai dengan jasanya, dan inilah yang dinamakan
keadilan distributif.
- Utiliteis Theori
Menurut teori ini, tujuan hukum ialah kemanfaatan atau kebahagiaan
masyarakat atau manusia semata-mata. Para pengagasnya, J. Bentham, J. Austin,
dan J.S. Mills bersemboyan “The greatest happiness for the greatest number”.
- Gemengde Theori
Menurut teori ini, tujuan hukum ialah bukan hanya keadilan, tetapi juga
kemanfaatan (Justice et utilies). Penganut aliran ini di antaranya J. Schrasset,
berpendapat bahwa bilamana unsur keadilan saja yang diperhatikan, maka
hasilnya hanyalah ketentuan-ketentuan yang memenuhi keadilan mutlak (absolute
justice), tetapi tidak dapat memenuhi tuntutan-tuntutan dalam pergaulan sehari-
hari.
Dari beberapa kaidah dan teori ini akan dijadikan penulis sebagai pedoman
untuk menilai keabsahan Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015
Tentang Desa Berbudaya dalam hukum Islam dan hukum positif.
G. Metode Penelitian
Metodelogi penelitian adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh dalam
mencari, menggali, mengolah, dan membahas data dalam suatu penelitian untuk
memperoleh kembali pemecahan terhadap permasalahan.15
15
Joko Subagyo, Metodologi Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994), hal. 12.
![Page 22: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/22.jpg)
11
1. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan normatif
yakni penelitian yang hanya ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis sehingga
penelitian ini sangat erat hubungannya dengan perpustakaan karena akan
memerlukan data-data yang bersifat sekunder pada perpustakaan.
2. Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Data primer
Data primer dalam penelitian ini adalah Peraturan Bupati No. 70a Tahun
2015 Tentang Desa Berbudaya dan wawancara yang dilakukan terhadap Bupati
Purwakarta serta tokoh-tokoh Masyarakat Purwakarta.
b. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah literatur-literatur hukum Islam
dan hukum positif, antara lain: Buku karangan Abdul Wahab Khallaf yang
berjudul “Kaidah-Kaidah Hukum Islam: Ilmu Ushulul Fiqh”, buku karangan Titik
Triwulan Tutik yang berjudul “Pengantar Ilmu Hukum”, dan lain-lain.
c. Data tersier
Data tersier dalam penelitian ini berasal dari makalah, artikel, jurnal,
skripsi, website, antara lain: Skripsi yang disusun Asrul Nurdin berjudul
“Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2008 Tentang
Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan, Pengemis, dan Pengamen Di Kota
Makassar”, Jurnal yang disusun Habib Muhsin Syafingi berjudul “Internalisasi
![Page 23: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/23.jpg)
12
Nilai-Nilai Hukum Islam dalam Peraturan Daerah (Syariah) di Indonesia”, dan
lain-lain.
3. Wilayah pengumpulan data
Untuk mendapatkan informasi tentang landasan teoritis dan pendapat para
ahli dalam bidang hukum Islam dan hukum positif mengenai Peraturan Bupati No.
70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya, maka dilakukan penelitian
kepustakaan (Library Research). Sementara itu, untuk mengetahui pandangan
masyarakat dan para tokoh masyarakat tentang Peraturan tersebut, maka
dilakukan penelitian lapangan (Field Research).
4. Instrumen pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data adalah alat-alat yang digunakan dalam
melakukan pengumpulan data, seperti lembar cek list, kuesioner, wawancara, foto
kamera, dan lainnya.16
Dalam penelitian ini, penulis hanya akan menggunakan
wawancara khususnya tokoh masyarakat dan menelaah kepustakaan khususnya
untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan perspektif hukum Islam dan
hukum positif.
5. Metode analisis data
Metode analisis data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:
deskriptif analitis adalah memaparkan data-data apa adanya kemudian dianalisis
secara sederhana. Selanjutnya komparatif studi yaitu membandingkan hukum
Islam dan hukum positif dengan Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun
2015 Tentang Desa Berbudaya.
16
Hendryadi, Metode Pengumpulan Data, diunduh pada tanggal 25 Januari 2016 dari https://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/.
![Page 24: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/24.jpg)
13
6. Teknik penarikan kesimpulan
Teknik penarikan kesimpulan terbagi menjadi dua, yaitu: teknik induktif
adalah cara penarikan kesimpulan dengan metode pemikiran yang mengacu pada
mulai dari kasus-kasus yang bersifat khusus untuk menarik kesimpulan yang
bersifat umum. Sedangkan, teknik deduktif adalah cara penarikan kesimpulan
yang dimulai dari teori yang bersifat umum dilihat kesesuaiannya dengan kasus-
kasus yang bersifat khusus.
7. Teknik penulisan
Teknik penulisan pada penelitian ini, disusun berdasarkan buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta 2012”.
H. Sistematika Pernulisan
Laporan hasil penelitian dalam bentuk skripsi ini, disusun dengan
sistematika sebagai berikut :
Bab Pertama, sebagaimana layaknya suatu karya ilmiah hasil penelitian
dalam bentuk skripsi, maka laporan hasil penelitian ini dimulai dengan
menjelaskan tentang latar belakang mengapa tema penelitian ini dipilih menjadi
objek penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan identifikasi masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab Kedua, uraian dalam bab ini berisi gambaran umum dan bekal bagi
pembaca sebagai untuk memahami konsep dan problem-problem yang muncul,
serta pembahasan-pembahasan yang akan dikemukan di bab selanjutnya. Dalam
![Page 25: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/25.jpg)
14
bab ini dimaksudkan sebagai pengantar bagi pembaca untuk memasuki
pembahasan inti dalam Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang
Desa Berbudaya.
Bab Ketiga, bab ini penulis mengemukakan tentang daerah tempat
penelitian ini, yaitu mulai dari sejarah, letak geografis, demografi, kondisi
ekonomi, dan kondisi keagamaan dan pendidikan.
Bab Keempat, bab ini penulis mengemukakan uraian tentang perspektif
hukum Islam dan hukum positif tentang Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a
Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya. Uraian dalam bab ini dimaksudkan sebagai
pembanding antara hukum Islam dan hukum positif tentang Peraturan Bupati
tersebut.
Bab Kelima, dalam bab terakhir ini, penulis akan membuat kesimpulan
dari uraian-uraian sebelum yang membahas tentang tinjauan umum, perspektif
hukum Islam dan hukum positif tentang Peraturan Bupati No. 70a Tahun 2015
Tentang Desa Berbudaya. Uraian singkat dalam bab ini berisi inti dari
pembahasan dalam penelitian dan saran.
![Page 26: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/26.jpg)
15
BAB II
TEORI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
SERTA KEBUDAYAAN
A. Hukum Islam dan Hukum Positif
1. Pengertian Hukum
a. Hukum Islam
Hukum Islam merupakan rangkaian dari kata “Hukum” dan kata “Islam”.
Kedua kata itu, secara terpisah merupakan kata yang digunakan dalam bahasa
Arab dan terdapat dalam Al-Qur‟an, juga berlaku dalam bahasa Indonesia.17
Untuk memahami pengertian hukum Islam, perlu diketahui lebih dahulu kata
“hukum” dalam bahasa Indonesia, kemudian pengertian hukum itu disandarkan
kepada kata “Islam”. Definisi hukum secara sederhana, yaitu “Seperangkat
peraturan tentang tingkah laku manusia yang diakui sekelompok masyarakat,
disusun orang-orang yang diberi wewenang oleh masyarakat itu, berlaku dan
mengikat untuk seluruh anggotanya”.18
Hukum Islam diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw untuk
segenap umat manusia dibagi menjadi tiga bagian :19
Pertama (Ilmu Tauhid), yaitu hukum atau peraturan-peraturan yang
berhubungan dengan dasar-dasar keyakinan agama Islam, yang tidak boleh
diragukan dan harus benar-benar menjadi keinginan kita. Misalnya, peraturan
17
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid I, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 4. 18
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid I, hal. 5. 19
Achmad El-Ghandur, Perspektif Hukum Islam, terj. Ma’mun Muhammad Mura’l, (Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2006), hal. 7-9.
![Page 27: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/27.jpg)
16
yang berhubungan dengan Dzat dan sifat Allah SWT yang harus iman kepada
Allah, iman kepada Rasul-rasul Allah, iman kepada Malaikat-malaikat Allah,
Kitab-kitab Allah, iman kepada hari akhir termasuk di dalamnya kenikmatan dan
siksa serta iman kepada qodar baik dan buruk. Ilmu tauhid itu juga dapat
dinamakan Ilmu Aqidah atau Ilmu Kalam.
Kedua (Ilmu Akhlak), yaitu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan
pendidikan dan penyempurnaan jiwa. Misalnya, segenap peraturan yang
mengarah kepada melindungi keutamaan dan mencegah kejelekan-kejelekan
seperti kita harus berbuat benar, harus memenuhi janji, harus amanah (dapat
dipercaya), dan dilarang berdusta dan berkhianat.
Ketiga (Ilmu Fiqh), yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh
mengandung dua bagian: a. Ibadah, yaitu yang menjelaskan tentang hukum-
hukum hubungan manusia dengan Allah SWT. Dan ibadah tidak sah (tidak
diterima) kecuali disertai dengan niat, seperti sholat, zakat, puasa, haji.
b. Muamalat, yaitu bagian yang menjelaskan tentang hukum-hukum hubungan
antara manusia dengan sesamanya, seperti jual beli, perjanjian, dan lain-lain.
Di dalam Islam, ada yang dikenal dengan Hukum Taklifi. Hukum ini
terbagi menjadi lima bagian, yaitu: Wajib, Sunnah, Haram, Makruh, Mubah.
Hukum taklifi itu menghendaki permintaan suatu pekerjaan. Jika tuntutannya itu
atas segi mewajibkan atau menetapkan, maka hukum itu adalah hukum wajib, dan
pengaruhnya adalah kewajiban yang dituntut pelaksanaannya adalah wajib. Jika
tuntutannya itu tidak atas tujuan mewajibkan atau menetapkan, maka hukum itu
![Page 28: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/28.jpg)
17
sunnat, dan pengaruhnya adalah kesunnatan yang dituntut pelaksanaannya adalah
yang disunnatkan (al-mandub). Jika menghendaki larangan suatu pekerjaan yang
tuntutannya itu atas segi mewajibkan atau menetapkan, maka hukum itu adalah
haram, dan pengaruhnya keharaman yang dituntut berupa larangan suatu
pekerjaan itu adalah yang diharamkan (al-muharram).20
Jika menghendaki larangan suatu pekerjaan yang tuntutannya itu tidak atas
segi mewajibkan dan menetapkan, maka hukum itu adalah makruh, dan
pengaruhnya adalah kemakruhan yang dituntut berupa meninggalkan pekerjaan
itu adalah makruh. Jika memerintah untuk memilih kepada mukallaf di antara
mengerjakan atau meninggalkan, maka itu adalah mubah, dan pengaruhnya adalah
kebolehan yang disuruh memilih di antara melaksanakan atau meninggalkan
adalah mubah.21
b. Hukum Positif
Istilah hukum berasal dari terjemahan bahasa Inggris yaitu law, sedangkan
dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah recht. Mohammad Daud Ali
mengutip pendapat Donald Black yang memberikan definisi hukum sebagai
kontrol sosial dari pemerintah. Selanjutnya, Donald Black mengemukakan
pengertian kontrol sosial. Ada dua pengertian kontrol sosial, yaitu :22
- Kontrol sosial dalam arti sempit adalah aturan dan proses sosial yang
mencoba mendorong perilaku baik atau mencegah perilaku yang buruk.
20
Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam: Ilmu Ushulul Fiqh, terj. Noer Iskandar al-Barsany – Moh. Tolchah Mansoer, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000), hal. 158.
21 Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam: Ilmu Ushulul Fiqh, terj. Noer
Iskandar al-Barsany – Moh. Tolchah Mansoer, hal. 158. 22
Salim HS, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), hal. 21-22.
![Page 29: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/29.jpg)
18
Misalnya, undang-undang yang melarang percurian, ada polisi, hakim,
serta pengadilan pidana mencoba menegakkannya.
- Kontrol sosial dalam arti luas adalah jaringan aturan dan proses
menyeluruh yang membawa akibat hukum terhadap perilaku tertentu.
Misalnya, tentang aturan umum mengenai hukum perbuatan melanggar
hukum. Jika saya berkendara dengan ceroboh atau terlalu cepat di tempat
parkir dan menabrak bemper mobil orang lain, maka di situ timbul akibat
hukum yang sangat jelas. Menabrak bemper bukanlah kejahatan, namun
bagi penabrak wajib membayar ganti rugi terhadap kerugian yang diderita
pemilik mobil.
C.S.T. Kancil mengutip pendapat Utrecht, hukum itu adalah himpunan
peraturan-peraturan (perintah-perintah atau larangan-larangan) yang mengurus
tata tertib suatu masyarakat dan harus ditaati oleh masyarakat itu. Hukum
memiliki beberapa unsur, antara lain :23
- Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.
- Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
- Peraturan itu bersifat memaksa.
- Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.
Penggolongan hukum menurut kepentingannya merupakan
pengelompokan hukum atas dasar urusan, kebutuhan, atau keperluan dari warga
masyarakat yang akan diatur oleh hukum. Salim HS mengutip pendapat Ulpianus
merupakan ahli hukum pertama yang telah membagi hukum menjadi hukum
23
C.S.T. Kancil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), hal. 38-39.
![Page 30: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/30.jpg)
19
publik dan hukum privat (perdata). Hukum publik adalah hukum yang
berhubungan dengan kesejahteraan negara. Hukum perdata adalah hukum yang
mengurus kepentingan purusa-purusa (hubungan) khusus.24
2. Sumber Hukum
a. Hukum Islam
Sumber adalah asal sesuatu. Sumber hukum Islam adalah asal (tempat
pengambilan) hukum Islam. Allah telah menentukan sendiri sumber hukum Islam
yang wajib diikuti oleh setiap muslim. Adapun sumber hukum Islam adalah Al-
Qur‟an dan Al-Hadits.25
- Al-Qur‟an
Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang berisi wahyu Ilahi yang menjadi
pedoman hidup kepada manusia yang tidak ada keragu-raguan di dalamnya.
Selain itu, Al-Qur‟an menjadi petunjuk yang dapat menciptakan manusia menjadi
bertakwa kepada Allah SWT. Oleh karena itu, Al-Qur‟an banyak mengemukakan
prinsip-prinsip umum yang mengatur kehidupan manusia dalam beribadah kepada
Allah SWT, meskipun kegiatan muamalah terjadi secara interaktif antara sesama
manusia, termasuk alam semesta.26
Allah SWT berfirman :
Artinya : Kitab Al-Qur‟an ini, tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka
yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 2).
24
Salim HS, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, hal. 27. 25
Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 24.
26 Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia, hal. 25.
![Page 31: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/31.jpg)
20
...
Artinya : Dan kami turunkan kepadamu Al-Qur‟an, agar kamu menjelaskan
kepada umat manusia ... (QS. Al-Nahl: 44).
Selanjutnya, Mohammad Daud Ali mengutip pendapat Sayyid Husein
Nasr yang berkata “sebagai pedoman abadi, Al-Qur‟an mempunyai tiga petunjuk
bagi manusia”, antara lain : 27
Pertama, adalah ajaran yang memberi pengetahuan tentang struktur
(susunan) kenyataan alam semesta dan posisi berbagai makhluk, termasuk
manusia, serta benda-benda di jagad raya. Ia juga mengandung metafisika tentang
Tuhan, kosmologi dan pembahasan tentang kehidupan akhirat. Ia berisi segala
pelajaran yang diperlukan manusia untuk mengetahui siapa dirinya, di mana ia
berada sekarang (dunia) dan ke mana ia akan pergi (akhirat). Ia berisi petunjuk
tentang iman atau keyakinan, syariat atau hukum, akhlak atau moral yang perlu
dipedomani manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, Al-Qur‟an berisi petunjuk yang menyerupai sejarah manusia,
rakyat biasa, raja-raja, orang-orang suci, para nabi sepanjang zaman dan segala
cobaan yang menimpa mereka.
Ketiga, Al-Qur‟an berisi sesuatu yang sulit untuk dijelaskan dalam bahasa
biasa. Ayat-ayat Al-Qur‟an, karena berasal dari firman Tuhan, mengandung
kekuatan yang berbeda dari apa yang dapat kita pelajari secara rasional.
27
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Hukum dan Tata Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: RT. RajaGrafindo Persada, 1990), hal. 80-82.
![Page 32: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/32.jpg)
21
- Al-Hadits
As-Sunnah atau Al-Hadits adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al-
Qur‟an, berupa perkataan (sunnah qauliyah), perbuatan (sunnah fi‟liyah), dan
sikap diam (sunnah taqririyah) yang berasal dari Rasulullah SAW semasa
hidupnya. Ia merupakan penafsiran serta penjelasan otentik tentang Al-Qur‟an.28
Al-Hadits merupakan penjelasan hukum dalam firman Allah SWT. Allah SWT
memberi perintah untuk mengikuti segala hal yang keluar dari Rasulullah SAW
yang sama kuat dengan perintah yang terdapat dalam Al-Qur‟an, sesuai dengan
firman-Nya :
...
Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah ... (QS. Al-Hasyr: 7).
Dalam pembahasan Al-Hadits, ditinjau dari segi jumlah orang yang
menyampaikannya dibagi menjadi tiga, yaitu :29
- Mutawatir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak menurut
akal tidak mungkin mereka bersepakat dusta serta disampaikan melalui
jalan indra.
- Masyhur, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak tetapi tidak
sampai kepada derajat mutawatir, baik karena jumlahnya maupun karena
tidak jalan indra.
- Ahad, yaitu yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih yang
tidak sampai kepada tingkat masyhur dan mutawatir.
28
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Hukum dan Tata Hukum Islam Di Indonesia, hal. 97.
29 Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia, hal. 32-33.
![Page 33: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/33.jpg)
22
Ditinjau dari segi kualitas hadits dibagi menjadi empat, yaitu :30
- Shahih, yaitu hadits sehat yang diriwayatkan oleh orang-orang yang
terpercaya dan kuat hafalannya, materinya baik, dan persambungan
sanadnya dapat dipertanggungjawabkan.
- Hasan, yaitu hadits yang memenuhi persyaratan hadits shahih kecuali di
segi hafalan pembawanya kurang baik.
- Dha‟if, yaitu hadits lemah, baik karena terputus salah satu sanadnya atau
karena salah seorang pembawanya kurang baik, dan lain-lain.
- Maudhu, yaitu hadits palsu, hadits yang dibuat oleh seseorang dan
dikatakan sebagai sabda atau perbuatan Rasul.
Dalam pembahasan hadits, perlu ditegaskan adanya ucapan-ucapan nabi
yang disebut hadits qudsi yang tidak menjadi bagian Al-Qur‟an, tetapi di
dalamnya Allah berbicara melalui nabi. Hadits Qudsi adalah hadits suci yang
isinya berasal dari Allah, disampaikan dengan kata-kata nabi sendiri. Meskipun
hadits ini jumlah sedikit, tetapi peranannya sangat penting sehingga menjadi dasar
kehidupan spiritual umat Islam bersama dengan beberapa surat tertentu di dalam
Al-Qur‟an.31
Selain sumber utama dalam hukum Islam yaitu Al-Qur‟an dan Al-Hadits,
Al-Ra‟yu adalah akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk berusaha,
berikhtiar dengan seluruh kemampuan yang ada padanya memahami kaidah-
kaidah hukum yang fundamental yang terdapat dalam Al-Qur‟an, kaidah-kaidah
hukum yang bersifat umum terdapat dalam Sunnah Nabi dan merumuskannya
30 Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia, hal. 33.
31 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Hukum dan Tata Hukum Islam Di
Indonesia, hal. 101.
![Page 34: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/34.jpg)
23
menjadi garis-garis hukum yang dapat diterapkan pada suatu kasus tertentu. Bisa
juga digunakan untuk berusaha merumuskan garis-garis atau kaidah-kaidah
hukum yang pengaturannya tidak terdapat di dalam kedua sumber utama hukum
Islam.32
Allah berfirman :
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian,
jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Qur‟an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan Hari
Kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(QS. An-Nisa: 59).
Selain itu Nabi Muhammad SAW bersabda :
ذ ث فاجخ اىحام قاه إرا حن عي عيي صي الل ع سعه الل ع اىعاص أ ش ب ع ع
أخ طأ في أجش ذ ث فاجخ إرا حن أصاب في أجشا
Artinya : Dari Amr bin al-Ash yang mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Jika
seorang hakim memberi putusan, dia berijtihad dan ternyata hukumnya benar,
dia akan mendapatkan dua pahala. Dan apabila dia memberi putusan, dia
berijtihad dan ternyata hukumnya salah, dia akan mendapatkan satu pahala”.33
(HR. Muslim).
Ada beberapa metode dalam melakukan al-Ra‟yu, antara lain :
- Ijma‟ adalah kebulatan pendapat fuqaha mujtahidin di antara umat muslim
pada suatu masa atas sesuatu hukum sesudah masa Nabi Muhammad
SAW.34
32
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Hukum dan Tata Hukum Islam Di Indonesia, hal. 111-112.
33 Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Ensiklopedia Hadits 4: Shahih Muslim 2,
terj. Masybari – Tatam Wijaya, (Jakarta: Almahira, 2012), hal. 129. 34
Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia, hal. 39.
![Page 35: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/35.jpg)
24
- Qiyas adalah menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada nashnya
kepada kejadian lain yang ada nashnya, dalam hukum yang telah
ditetapkan oleh nash karena adanya kesamaan dan kejadian itu dalam illat
hukumnya.35
- Maslahat Mursalah adalah memperhatikan kepentingan masyarakat dan
memelihara tujuan hukum Islam, mengambil kebaikan dan menolak
kerusakan dalam kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, maslahat
mursalah adalah penetapan ketentuan hukum berdasarkan kemaslahatan
(kebaikan, kepentingan) yang tidak ada ketentuan khusus dari syara‟.36
- Sadduz Zari‟ah adalah menghambat atau menutup sesuatu yang menjadi
jalan kerusakan untuk menolak kerusakan. Misalnya, dalam hal berdagang
seperti menjual senjata api hukumnya boleh, tapi bila menjualnya kepada
anggota teroris hukumnya menjadi haram karena sudah pasti akan
digunakan untuk melakukan terorisme.37
- Istihsan adalah memandang sesuatu baik, yang artinya memandang lebih
baik meninggalkan ketentuan dalil yang bersifat khusus untuk
mengamalkan ketentuan dalil yang bersifat umum yang dipandang lebih
kuat.38
- Istishshab adalah menetapkan suatu menurut keadaan sebelumnya,
sehingga terdapat dalil yang menunjukkan perubahan keadaan, atau
menjadikan hukum yang telah ditetapkan pada masa lampau secara kekal
35
Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam: Ilmu Ushulul Fiqh, terj. Noer Iskandar al-Barsany – Moh. Tolchah Mansoer, hal. 74.
36 Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia, hal. 40.
37 Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia, hal. 40-41.
38 Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia, hal. 41-42.
![Page 36: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/36.jpg)
25
menurut keadaan sehingga terdapat dalil yang menunjukkan atas
perubahannya.39
- „Urf adalah kebiasaan atau adat istiadat yang sudah turun-temurun
keberlakuannya di dalam masyarakat. „Urf yang dimaksud ada yang sesuai
ajaran Islam dan ada yang tidak sesuai. „Urf yang sesuai atau tidak
bertentangan dengan ajaran Islam biasa disebut hukum adat.40
b. Hukum Positif
Sumber hukum ialah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang
kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.41
Pada umumnya sumber hukum dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber
hukum materiil dan sumber hukum formil. Sumber hukum materiil adalah sumber
hukum yang menentukan isi hukum. Sumber ini diperlukan ketika akan
menyelidiki asal usul hukum dan menentukan isi hukum. Misalnya Pancasila,
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang kemudian menjadi falsafah
Negara merupakan sumber hukum dalam arti materiil yang tidak saja menjiwai
bahkan dilaksanakan oleh setiap peraturan hukum. Karena Pancasila merupakan
alat penguji untuk setiap peraturan hukum yang berlaku, apakah ia bertentangan
atau tidak dengan Pancasila, sehingga peraturan hukum yang bertentangan dengan
Pancasila tidak boleh berlaku.42
39
Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam: Ilmu Ushulul Fiqh, terj. Noer Iskandar al-Barsany – Moh. Tolchah Mansoer, hal. 134.
40 Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia, hal. 43.
41 C.S.T. Kancil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, hal. 46.
42 Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher,
2006), hal. 136-137.
![Page 37: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/37.jpg)
26
Pancasila sebagai sumber hukum dari segala sumber hukum dalam arti
materiil, karena :43
- Pancasila merupakan isi dari sumber hukum.
- Pancasila merupakan pandangan hidup dan falsafah negara.
- Pancasila merupakan jiwa dari setiap peraturan yang dibuat, diberlakukan,
segala sesuatu peraturan perundang-undangan atau hukum apapun yang
bertentangan dengan jiwa „Pancasila‟ harus dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Sumber hukum formil adalah sumber hukum yang dikenal dalam
bentuknya. Karena bentuknya itulah sumber hukum formil diketahui dan ditaati
sehingga hukum berlaku umum. Selama belum mempunyai bentuk, suatu hukum
baru merupakan perasaan hukum dalam masyarakat atau baru merupakan cita-cita
hukum, oleh karenanya belum mempunyai kekuatan mengikat.44
Sumber hukum formil terbagi menjadi lima, antara lain :
- Undang-undang (Statute)
Undang-undang ialah suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara. Undang-
undang mempunyai dua arti, yakni :45
Pertama, undang-undang dalam arti formil ialah setiap keputusan
Pemerintah yang merupakan undang-undang karena cara pembuatannya.
Misalnya, sebuah undang-undang dibuat oleh Pemerintah bersama-sama dengan
43
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum, hal. 137. 44
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum, hal. 115. 45
C.S.T. Kancil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, hal. 46-47.
![Page 38: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/38.jpg)
27
Parlemen. Kedua, undang-undang dalam arti materiil ialah setiap keputusan
Pemerintah yang menurut isinya mengikat langsung setiap penduduk.
- Kebiasaan (Custom)
Pada dasarnya undang-undang dibuat untuk mengatur segala hal dalam
kehidupan bermasyarakat, namun kini umumnya orang yakin, bahwa undang-
undang takkan pernah lengkap. Kehidupan masyarakat demikian rumitnya dan
berubah-ubah, sehingga pembentuk undang-undang tak mungkin memenuhi
segala pertanyaan hukum yang timbul dari kehidupan masyakarakat. Tak ada
sesuatu perundang-undangan yang dapat mengikuti pandangan yang berganti-
ganti dan hubungan yang berubah-ubah dalam masyarakat.46
Hukum undang-undang yang memberikan sekedar sifat kepastian pada
peraturan-peraturan hubungan masyarakat, terdapat kebutuhan akan pembentukan
hukum yang lain, yang mempunyai cukup gaya berubah, untuk dapat
menyesuaikan diri dengan hubungan sosial yang selalu berubah-ubah. Hukum
kebiasaan memenuhi kebutuhan tersebut.47
Kebiasaan adalah suatu tata cara hidup yang dianut oleh suatu masyarakat
atau suatu bangsa dalam waktu yang lama pada hakikatnya memberikan pedoman
bagi masyarakat atau bangsa yang bersangkutan untuk berpikir dan bersikap
tindak dalam menghadapi berbagai hal pada kehidupannya. Pipin Syarifin
mengutip pendapat Mr. J.H. Bellefroid yang mengatakan hukum kebiasaan adalah
juga dinamakan kebiasaan saja, meliputi semua peraturan-peraturan yang
46
L.J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, terj. Oetarid Sadino, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2011), hal. 112.
47 L.J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, terj. Oetarid Sadino, hal. 117.
![Page 39: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/39.jpg)
28
walaupun tidak ditetapkan oleh Pemerintah, tetapi ditaati oleh seluruh rakyat,
karena mereka yakin bahwa peraturan itu berlaku sebagai hukum.48
- Keputusan-keputusan Hakim (Yurisprudensi)
Yurisprudensi dapat diartikan sebagai keputusan hakim terdahulu yang
diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh hakim kemudian mengenai masalah
yang sama atau serupa.49
Hal ini berarti pula bahwa yurisprudensi adalah hukum
hasil penetapan seorang hakim terhadap masalah atau perkara yang dihadapi dan
merupakan hasil pemikirannya karena untuk perkara tersebut, tidak ada undang-
undang yang mengaturnya atau kurang jelas undang-undangnya yang kemudian
diikuti oleh hakim lain. Istilah yurisprudensi sering digunakan juga untuk
menyebut kumpulan putusan pengadilan.50
- Perjanjian (Traktat)
Traktat (Treaty) adalah suatu perjanjian yang diadakan oleh dua negara
atau lebih yang isinya mengatur masalah-masalah tertentu yang berkenaan dengan
kepentingan masing-masing negara, misalnya kepentingan batas wilayah (darat,
laut, udara), hubungan diplomatik, kepentingan perekonomian, pertahanan
keamanan bersama, dan sebagainya.51
Menurut hukum antar negara traktat itu
baru mengikat sesudah dikukuhkan atau diratifisir dengan suatu pernyataan resmi
dari kepala negara (yang mewakili negara terhadap negara lain).52
48
Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), hal. 115. 49
Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, hal. 121. 50
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum, hal. 135. 51
Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, hal. 117. 52
L.J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, terj. Oetarid Sadino, hal. 152.
![Page 40: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/40.jpg)
29
- Pendapat Sarjana Hukum (Doktrin)
Kata “doctrine” (dalam bahasa Belanda) adalah pendapat para ahli hukum
yang ternama kemudian diterima sebagai dasar atau asas-asas penting dalam
hukum dan penerapannya atau disebut ajaran kaum sarjana hukum.53
Pendapat
para sarjana hukum yang ternama mempunyai kekuasaan dan berpengaruh dalam
pengambilan keputusan oleh hakim. Terutama dalam hubungan internasional
pendapat-pendapat para sarjana hukum mempunyai pengaruh yang besar. Bagi
hukum internasional pendapat para sarjana hukum merupakan sumber hukum
yang sangat penting.54
3. Tujuan Hukum
a. Hukum Islam
Islam sebagai (agama) wahyu dari Allah SWT yang berdimensi rahmatan
li „al alamin memberi pedoman hidup kepada manusia secara menyeluruh,
menuju tercapainya kebahagiaan hidup rohani dan jasmani serta untuk mengatur
tata kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun bermasyarakat. Secara
umum tujuan penciptaan dan penetapan hukum oleh Allah SWT adalah untuk
kepentingan, kemaslahatan, dan kebahagiaan manusia seluruhnya, baik di dunia
maupun di akhirat.55
Ungkapan tersebut sesuai dengan firman-Nya :
Artinya : Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
53
Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, hal. 128. 54
C.S.T. Kancil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, hal. 51. 55
Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia, hal. 10.
![Page 41: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/41.jpg)
30
api neraka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang
mereka usahakan dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. Al-Baqarah:
201-202).
Di dalam hukum Islam, ada beberapa kepentingan yang harus dicapai
untuk mencapai kemaslahatan. Urutan kemaslahatan ini berbeda-beda dan terdiri
dari tiga tingkatan :56
Pertama (al-dharuriyat) atau kepentingan primer. Yakni yang tanpa
tingkatan ini sisi-sisi dari kemaslahatan tersebut tidak terwujud. Tingkatan ini
bagi jiwa ialah terlindunginya hidup (jiwa), anggota badan dan setiap sesuatu
yang tanpanya hidup menjadi tidak normal atau malah lenyap. Untuk harta adalah
sesuatu di mana tanpanya harta tidak terlindungi. Begitu juga untuk keturunan dan
agama. Muhammad Abu Zahrah mengutip pendapat Imam Ghazali yang
menuturkan, kemaslahatan-kemaslahatan yang lima ini (Maqashid Syari‟ah),
wajib dilindungi dalam tingkatan daruriyat.
Kedua (al-hajiyat) atau kepentingan sekunder. Yakni kepentingan di mana
hukum syara‟ hadir di dalamnya bukan untuk melindungi langsung terhadap lima
perkara pokok di atas, melainkan untuk mencegah kesulitan atau hal yang
memberatkan, atau sebagai upaya preventif demi terlindunginya lima pokok di
atas, seperti diharamkannya jual beli khamar (miras) agar masyarakat tidak mudah
untuk mendapatkannya, diharamkannya melihat aurat wanita untuk menghindari
perzinaan, dan lain-lain.
Ketiga (al-tahsiniyat) atau kepentingan tersier. Tanpa tingkatan ini
kemaslahatan inti yang lima di atas berjalan dan terwujud. Ia hanya melindungi
56
Muhammad Abu Zahrah, Fiqh Islam Mazhab dan Aliran, terj. Nahbani Idris, (Tangerang Selatan: Gaya Media Pratama, 2014), hal. 68-70.
![Page 42: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/42.jpg)
31
kemuliaan dan mencegah kehinaan. Contohnya celaan atau panggilan-panggilan
buruk. Perbuatan ini dilarang untuk memperindah kehidupan.
Ketika kemaslahatan merupakan tujuan hukum syara‟, maka hukum
syara‟ sangat memperhatikan kemaslahatan seseorang, namun jika kemaslahatan
seorang tersebut kontradiksi dengan kemaslahatan yang lebih besar, maka hukum
syara‟ menolak kemaslahatan seseorang karena dipandanganya sebagai suatu
mudharat yang harus dihilangkan.57
b. Hukum Positif
Tujuan hukum ialah mengatur pergaulan hidup secara damai. Perdamaian
di antara manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-
kepentingan manusia yang tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda,
dan sebagainya, dari hal-hal yang merugikan.58
Dalam banyak literatur dikemukakan bahwa tujuan hukum atau cita
hukum tidak lain daripada keadilan. LJ. Van Apeldoorn mengutip pendapat
Gustav Radbruch, di antaranya menyatakan bahwa cita hukum tidak lain daripada
keadilan. Selanjutnya ia mengatakan “est autem jus a justitia, sicut a matre sua
ergo prius fuit justitia quam jus”. Menurut Ulpianus, “justitia est perpetua et
constans voluntas jus suum cuique tribuendi” yang kalau diterjemahkan secara
bebas keadilan adalah suatu keinginan yang terus-menerus dan tetap untuk
memberikan kepada orang apa yang menjadi haknya.59
57
Muhammad Abu Zahrah, Fiqh Islam Mazhab dan Aliran, terj. Nahbani Idris, hal. 74. 58
L.J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, terj. Oetarid Sadino, hal. 10-11. 59
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hal. 121.
![Page 43: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/43.jpg)
32
Peter Mahmud Ali mengutip pendapat Thomas Hobbes yang
mengemukakan bahwa tujuan hukum adalah untuk menciptakan ketertiban sosial,
sejak itu pula ketertiban dipandang sebagai sesuatu yang mutlak harus diciptakan
oleh hukum. Pandangan demikian tidak tepat sebab yang dimaksudkan keadaan
tidak kacau balau sebenarnya bukannya tertib (order), melainkan damai sejahtera
(peace).60
B. Kebudayaan
1. Pengertian Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta yang
berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk),
sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan daya.
Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan, sedangkan
daya adalah perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur jasmani, sehingga kebudayaan
diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia.61
Pendapat lain mengatakan, bahwa “budaya” adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena
itu mereka membedakan antara budaya dengan kebudayaan. Budaya adalah daya
dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Sementara itu, kebudayaan adalah
hasil dari cipta, karsa, dan rasa tersebut.62
60 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, hal. 128.
61 Supartono Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), hal. 30.
62 Djoko Widagdho, dkk, Ilmu Dasar Budaya, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal. 18.
![Page 44: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/44.jpg)
33
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebudayaan
Supartono Widyosiswoyo mengutip pendapat Dr. H.Th. Fischer dalam
buku Pengantar Antropologi, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi
kebudayaan dan secara garis besar, sebagai berikut :63
1. Faktor Kitaran Geografis, merupakan sesuatu corak budaya sekelompok
masyarakat. Dengan kata lain, faktor kitaran geografis merupakan
determinisme yang berperan besar dalam pembentukan suatu kebudayaan.
2. Faktor Induk Bangsa, ada dua pandangan yang berbeda mengenai faktor
induk bangsa ini, yaitu pandangan Barat dan pandangan Timur. Pandangan
Barat berpendapat bahwa perbedaan induk bangsa dari beberapa kelompok
masyarakat mempunyai pengaruh terhadap suatu corak kebudayaan.
Berdasarkan pandangan Barat, umumnya tingkat peradaban didasarkan pada
ras. Sedangankan pandangan Timur, berpendapat bahwa peranan induk
bangsa bukanlah sebagai faktor yang mempengaruhi kebudayaan.
3. Faktor Saling Kontak Antarbangsa, hubungan antarbangsa yang makin
mudah akibat sarana perhubungan yang makin sempurna menyebabkan satu
bangsa mudah berhubungan dengan bangsa lain. Akibat adanya hubungan
antarbangsa ini, dapat atau tidaknya suatu bangsa mempertahankan
kebudayaannya tergantung dari pengaruh kebudayaan asing, jika lebih kuat
maka kebudayaan asli dapat bertahan. Sebaliknya, apabila kebudayaan asli
lebih lemah daripada kebudayaan asing maka lenyaplah kebudayaan asli dan
budaya jajahan yang sifatnya tiruan.
63
Supartono Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, hal. 32-33.
![Page 45: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/45.jpg)
34
BAB III
TINJAUAN UMUM PERATURAN BUPATI PURWAKARTA
NO. 70A TAHUN 2015 TENTANG DESA BERBUDAYA
A. Gambaran Umum Kabupaten Purwakarta
1. Sejarah Kabupaten Purwakarta
Keberadaan Purwakarta tidak lepas dari sejarah perjuangan melawan
pasukan VOC. Sekitar awal abad ke-17, Sultan Mataram mengirimkan pasukan
yang dipimpin oleh Bupati Surabaya ke Jawa Barat untuk menundukkan Sultan
Banten. Tetapi dalam perjalanannya berbenturan dengan pasukan VOC sehingga
terpaksa mengundurkan diri. Setelah itu, dikirimkan kembali ekspedisi kedua dari
Pasukan Mataram di bawah pimpinan Dipati Ukur.64
Ekspedisi kedua ini mengalami nasib yang sama. Untuk menghambat
perluasan wilayah kekuasaan kompeni (VOC), Sultan Mataram mengutus
Penembahan Galuh (Ciamis) bernama R.A.A. Wirasuta yang bergelar Adipati
Panatayuda atau Adipati Kertabumi III untuk menduduki Rangkas Sumedang
(Sebelah Timur Citarum). Selain itu, juga mendirikan benteng pertahanan di
Tanjungpura, Adiarsa, Parakansapi, dan Kuta Tandingin. Setelah mendirikan
benteng tersebut Adipati Kertabumi III kemudian kembali ke Galuh dan wafat.
Nama Rangkas Sumedang itu sendiri berubah menjadi Karawang karena kondisi
daerahnya berawa-rawa (Karawaan dalam bahasa Sunda).65
64
Handri Mulyandi, Sejarah Purwakarta, diunduh pada tanggal 10 April 2016 dari http ://bule-sang.blogspot.co.id/2011/04/sejarah-kota-purwakarta_26.html.
65 Handri Mulyandi, Sejarah Purwakarta.
![Page 46: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/46.jpg)
35
Sultan Agung Mataram kemudian mengangkat putra Adipati Kertabumi
III, yakni Adipati Kertabumi IV menjadi Dalem (Bupati) di Karawang, pada tahun
1656. Adipati Kertabumi IV ini juga dikenal sebagai Panembahan Singaperbangsa
atau Eyang Manggung, dengan ibu kota di Udug-udug. Antara tahun 1819-1826
Pemerintahan Belanda melepaskan diri dari Pemerintahan Inggris yang ditandai
dengan upaya pengembalian kewenangan dari para Bupati kepada Gubernur
Jenderal van der Capellen.66
Dengan demikian Kabupaten Karawang dihidupkan kembali sekitar tahun
1820, meliputi wilayah tanah yang terletak di sebelah Timur kali Citarum/Cibeet
dan sebelah Barat kali Cipunaga. Dalam hal ini kecuali Onder Distrik Gandasoli,
sekarang Kecamatan Plered pada waktu itu termasuk Kabupaten Bandung.
Sebagai Bupati I Kabupaten Karawang yang dihidupkan kembali dengan
diangkatnya R.A.A. Surinata dari Bogor sebagai Dalem Santri yang kemudian
memilih ibu kota Kabupaten di Wanayasa.67
Pada masa pemerintahan Bupati R.A. Suriawinata atau Dalem Sholawat,
pada tahun 1830 ibu kota dipindahkan dari Winayasa ke Sindangkasih, yang
kemudian diberi nama “PURWAKARTA” yang artinya Purwa: permulaan, karta:
ramai/hidup. Diresmikan berdasarkan besluit (surat keputusan) pemerintah
kolonial (Gubernur Jenderal Hindia-Belanda) tanggal 20 Juli 1831 No. 2. Akan
tetapi, nama Sindangkasih tetap digunakan, yaitu sebagai nama distrik di wilayah
ibu kota kabupaten (sekarang menjadi nama kelurahan). Keputusan tentang
pemberian nama Purwakarta untuk ibu kota baru Kabupaten Karawang itu
66 Website Resmi Pemerintahan Kabupaten Purwakarta, Sejarah Purwakarta, diunduh
pada tanggal 15 Februari 2016 dari http ://purwakartakab.go.id/web2/sejarah-purwakarta/. 67
Website Resmi Pemerintahan Kabupaten Purwakarta, Sejarah Purwakarta.
![Page 47: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/47.jpg)
36
diumumkan dalam surat kabar pemerintah, Javasche Courant No. 97 yang terbit
Selasa tanggal 16 Agustus 1831 sebagai berikut: Door den Gouverneur in Rade, is
bepaald dat de hoofdplaats de Assistant-residentie Krawang, voortan den naam
Poerwakarta (Gubernur Jenderal telah menetapkan, bahwa sejak waktu itu ibu
kota Afdeling/Kabupaten Karawang bernama Purwakarta).68
Surat keputusan tersebut adalah sumber akurat dan primer serta
mengandung makna yuridis formal. Oleh karena itu, tanggal 20 Juli 1831
merupakan fakta sejarah tentang berdirinya kota/tempat bernama Purwakarta.
Momentum inilah yang kemudian menjadi dasar dari Hari Jadi Purwakarta yang
diperingati tiap tahun.69
Dari uraian sejarah Kabupaten Purwakarta di atas, bahwa keberadaan
Purwakarta untuk menjadi sebuah kabupaten melalui beberapa perjuangan. Mulai
dari perlawanan menghadapi pasukan VOC, Sultan Mataram yang mengirim
pasukan sampai dua ekspedisi untuk menundukkan Sultan Banten kandas, karena
berhadapan dengan pasukan VOC. Lalu Sultan Mataram mengutus Penembahan
Galuh yang bernama R.A.A Wirasuta untuk menduduki Rangkas Sumedang
(Karawang), tak lama setelah mendirikan beberapa benteng pertahanan di
Rangkas Sumedang beliau wafat. Akhirnya Sultan Agung Mataram kemudian
mengangkat putra Adipati Kertabumi III (Adipati Kertabumi IV) menjadi Dalem
di Karawang.
Pemerintahan Belanda pun melepaskan diri dari Pemerintahan Inggris
dengan upaya pengembalian kewenangan dari para Bupati kepada Gubernur
68
Website Resmi Pemerintahan Kabupaten Purwakarta, Sejarah Purwakarta. 69
Website Resmi Pemerintahan Kabupaten Purwakarta, Sejarah Purwakarta.
![Page 48: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/48.jpg)
37
Jenderal van der Capellen. Pada masa pemerintahan R.A Suriwinata, ibu kota
dipindahkan dari Winayasa ke Sindangkasih, yang kemudian diberi nama
“PURWAKARTA” yang berarti purwa (permulaan) dan karta (ramai/hidup). Lalu
muncul surat keputusan pemerintah tanggal 20 Juli 1831 yang menyatakan bahwa
Purwakarta menjadi nama ibu kota baru dari Kabupaten Karawang. Oleh karena
itu, setiap tanggal 20 Juli diperingati sebagai Hari Jadi Purwakarta yang dirayakan
setiap tahun.
2. Letak Geografis dan Demografi Kabupaten Purwakarta
Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa
Barat yang terletak di antara 107o30 – 107o40 BT dan 6o25 - 6o45 LS. Secara
administratif, Kabupaten Purwakarta mempunyai batas wilayah sebagai berikut :70
a. Bagian Barat dan sebagian wilayah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Karawang.
b. Bagian Utara dan sebagian wilayah bagian Timur berbatasan dengan
Kabupaten Subang.
c. Bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung.
d. Bagian Barat Daya berbatasan dengan Kabupaten Cianjur.
Kabupaten Purwakarta berada pada titik-temu tiga jalur utama lalu lintas
yang sangat strategis, yaitu jalur Purwakarta-Jakarta, Purwakarta-Bandung, dan
Purwakarta-Cirebon yang merupakan jalur utama ke wilayah Jawa Tengah. Luas
wilayah Kabupaten Purwakarta tercatat 971,72 km2
atau sekitar 2,81 persen dari
wilayah Provinsi Jawa Barat. Sejak januari 2011, Kabupaten Purwakarta
70
Website Resmi Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Purwakarta, diunduh pada tanggal 18 Februari 2016 dari http ://www1.jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1054.
![Page 49: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/49.jpg)
38
mempunyai 17 kecamatan dengan 192 desa/kelurahan (183 desa dan 9 kelurahan).
Jarak antara kecamatan bervariasi, di mana jarak terdekat sepanjang 4 km terdapat
antara Kecamatan Sukatani dengan Kecamatan Plered. Sementara jarak terjauh
adalah 60 km yang terdapat antara Kecamatan Bojong dengan Kecamatan
Sukasari.71
Demografi (demography), dari segi kata merupakan istilah yang berasal
dari dua kata Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk, dan grafien
yang berarti menggambar atau menulis. Oleh karena itu, demografi dapat
diartikan sebagai tulisan atau gambaran tentang penduduk. Secara umum,
gambaran penduduk atau statistik dan data kependudukan sangat diperlukan
terutama oleh para pembuat kebijakan, baik di kalangan pemerintah maupun non-
pemerintah. Data tentang jumlah dan pertumbuhan penduduk misalnya, digunakan
sebagai informasi dasar dalam pengembangan kebijakan penurunan angka
kelahiran, peningkatan layanan kesehatan, pengarahan penyebaran penduduk,
persediaan kebutuhan penduduk akan makanan, pendidikan, perumahan, dan
lapangan pekerjaan.72
Menurut Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Purwakarta semester II tahun 2015, jumlah penduduk Kabupaten Purwakarta
adalah 885.853 jiwa dengan perbandingan penduduk laki-laki 448.948 jiwa dan
penduduk perempuan 436.905 jiwa. Dari segi keagamaan, mayoritas Masyarakat
Purwakarta beragama Islam dengan jumlah 877.146 jiwa, kemudian Kristen 6.256
71
Website Resmi Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Purwakarta. 72
Sri Moertiningsih Adioetomo - Omas Bulan Samosir, Dasar-Dasar Demografi, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hal 1.
![Page 50: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/50.jpg)
39
jiwa, Katholik 1.821 jiwa, Hindu 137 jiwa, Budha 484 jiwa, Konghucu 9 jiwa,
dan Kepercayaan 0 jiwa.
3. Kondisi Perekonomian dan Pendidikan Di Kabupaten Purwakarta
Kondisi perekonomian di Kabupaten Purwakarta termasuk golongan
menengah ke bawah, hal ini karena tingkat pengangguran masih tinggi. Dari
885.853 jumlah penduduk sebagian besar belum/tidak bekerja dan hanya
mengurus rumah tangga. Sebagian penduduk bekerja sebagai buruh harian lepas,
lalu disusul oleh karyawan swasta, wiraswasta, petani kebun, dan pegawai negeri
sipil. Dan sebagian lainnya masih duduk di bangku sekolah dan perguruan tinggi.
Penduduk menurut jenis profesi atau pekerjaan :
No Jenis Profesi/Pekerjaan Jumlah Orang
1 Belum/Tidak Bekerja 205.000 orang
2 Mengurus Rumah Tangga 222.157 orang
3 Pelajar/Mahasiswa 164.194 orang
4. Buruh Harian Lepas 94.187 orang
5. Karyawan Swasta 71.621 orang
6. Wiraswasta 70.369 orang
7. Petani Kebun 19.935 orang
8. Pegawai Negeri Sipil 10.415 orang
9. Lain-lain 27.890 orang
![Page 51: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/51.jpg)
40
Kondisi pendidikan di Kabupaten Purwakarta dapat dikatakan kurang
peduli pendidikan, karena masih banyak penduduk yang belum sekolah, tidak
tamat SD, dan hanya tamat sampai SD. Ini adalah tingkat pendidikan di
Kabupaten Purwakarta :
No Pendidikan Jumlah Orang
1. Belum Sekolah 173.699 orang
2. Tidak Tamat SD 96.935 orang
3. Tamat SD 304.193 orang
4. Tamat SMP 128.766 orang
5. Tamat SMA 150.966 orang
6. Diploma II 1.803 orang
7. Diploma III 9.321 orang
8. Strata I 19.205 orang
9. Strata II 935 orang
10. Strata III 30 orang
B. Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 tentang Desa
Berbudaya
1. Latar Belakang Terbentuknya Peraturan
Terbentuknya peraturan ini tidak terlepas dari peranan seorang bupati
nyentrik yang sering mengenakan pakaian pangsi (pakaian khas sunda) dan ikat
kepala berwarna putih ialah Dedi Mulyadi. Dedi Mulyadi, seorang yang lahir di
Kampung Sukadaya, Desa Sukasari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang
pada tanggal 11 April 1971. Beliau adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara.
![Page 52: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/52.jpg)
41
Ayahnya Sahlin Ahmad adalah seorang pensiunan Tentara Prajurit Kader yang
dipensiunkan muda pada usia 28 tahun akibat sakit yang diderita sebagai dampak
racun mata-mata tentara Belanda. Sementara ibunya Karsiti yang tidak sekolah,
saat mudanya adalah seorang aktivis Palang Merah Indonesia.73
Seorang yang akrab disebut dengan Kang Dedi ini, memulai jenjang
pendidikannya mulai dari Sekolah Dasar Sukabakti sampai lulus tahun 1984, dan
sekolah di SMP Negeri Kalijati sampai tahun 1987. Kemudian melanjutkan
sekolah di SMA Negeri Purwadadi sampai tahun 1990. Sambil berkiprah
diberbagai organisasi, beliau kembali melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi,
tepatnya di Sekolah Tinggi Hukum (STH) Purnawarman sampai lulus tahun 1999.
Pemuda energik yang mempunyai prinsip hidup, berpikir cermat dan bertindak
tepat serta aktif berorganisasi.74
Kemudian pada tahun 2008 tepatnya pada bulan Maret melalui Pemilihan
Umum Kepala Daerah (Pilkada) yang langsung dipilih oleh rakyat, beliau berhasil
menjadi Bupati Purwakarta berdampingan dengan Drs. H. Dudung B. Supardi,
MM yang menjabat sebagai Wakil Bupati sampai tahun 2013. Lalu pada
Pemilihan Kepala Daerah tahun 2013, beliau terpilih kembali menjadi Bupati
Purwakarta berdampingan dengan Drs. H. Dadan Koswara sampai dengan
sekarang, namun beliau tetap mengutamakan keluarganya. Buah perkawinannya
73
Dedi Mulyadi, Setitik Kisah Hidup “Kang H. Dedi Mulyadi, SH”, diunduh pada tanggal 12 April 2016 dari http ://dedimulyadi-bupati.blogspot.co.id/2009/10/setitik-kisah-hidup-kang-h-dedi-mulyadi_13.html.
74 Website Resmi Pemerintahan Kabupaten Purwakarta, Kepala Daerah, diunduh pada
tanggal 12 April 2016 dari http ://www.purwakartakab.go.id/kepala-daerah.php.
![Page 53: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/53.jpg)
42
dengan Anne Ratna Mustika. Saat ini mereka sudah dikaruniai 2 orang anak yaitu
Maulana Akbar Ahman Habibie dan Yudistira Manunggaling Rahmaning Hurip.75
Pada tanggal 15 Juni 2015, Dedi Mulyadi telah menetapkan sebuah
Peraturan Bupati No. 70a tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya yang di dalam
peraturan tersebut ada beberapa pasal yang unik. Dalam pembuatan peraturan ini,
ada beberapa pihak yang terlibat di dalamnya, antara lain: Asisten Sekretaris
Daerah Bidang Pemerintahan, Bagian Hukum, Bagian Pemerintah Desa, dan
Organisasi Perangkat Daerah yang terkait. Peraturan ini berisi tentang Desa
Berbudaya yang artinya desa yang dibangun dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan melaksanakan ketentuan-ketentuan dan nilai-nilai
kearifan lokal.76
Peraturan ini dibuat dalam rangka penguatan tugas, fungsi, dan peranan
Pemerintahan Desa maka diperlukan suatu penyelenggaraan Pemerintahan Desa
yang berbasis budaya dan nilai-nilai kearifan lokal yang terintegrasi dengan
sistem pemerintahan desa secara nasional dengan berpedoman kepada peraturan
perundang-undangan. Selain itu untuk mewujudkan penguatan tugas, fungsi, dan
peranan Pemerintahan Desa, perlu dibentuk Desa Berbudaya di Kabupaten
Purwakarta dengan berpedoman kepada peraturan perundang-undangan.77
75 Website Resmi Pemerintahan Kabupaten Purwakarta, Kepala Daerah.
76 Hasil wawancara dengan H. Dedi Mulyadi, S.H pada tanggal 22 Maret 2016.
77 Hasil wawancara dengan H. Dedi Mulyadi, S.H pada tanggal 22 Maret 2016.
![Page 54: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/54.jpg)
43
2. Sistematika Peraturan
Dalam Peraturan Bupati ini, berisi 10 BAB dan 17 Pasal yang disusun
dengan sistematika sebagai berikut :
Konsideran (Menimbang), sebagaimana umumnya sebuah peraturan
perundang-undangan, konsideran berisi tentang landasan-landasan keberlakuan,
seperti landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis. Dalam peraturan ini salah satu
landasannya adalah untuk penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang berbasis
budaya dan nilai-nilai kearifan lokal.78
Dasar Hukum (Mengingat), setiap peraturan harus memiliki dasar hukum
yang bertujuan sebagai dasar kewenangan dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan tersebut. Dalam peraturan ini salah satu dasar
kewenangannya adalah Undang-Undang No. 14 Tahun 1950 Tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Djawa Barat
yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1968 Tentang
Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang.79
Bab Pertama, bab ini berisi tentang ketentuan umum yang terdiri dari Pasal
1 dan Pasal 2. Pasal 1 membahas pengertian Pemerintahan Daerah, Bupati, Desa,
Pemerintahan Desa, Pemerintah Desa, Majelis Budaya Desa, Desa Berbudaya,
dan Pasal 2 membahas maksud dan tujuan pembentukan Peraturan Bupati.80
78
Menimbang dalam Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya.
79 Mengingat dalam Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa
Berbudaya. 80
BAB I dalam Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya.
![Page 55: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/55.jpg)
44
Bab Kedua, bab ini berisi tentang ruang lingkup yang terdiri dari Pasal 3.
Ruang Lingkup Peraturan Bupati, antara lain: pembentukan dan penyelenggaraan
pemerintahan desa, standarisasi infrastruktur desa, dan lain-lain.81
Bab Ketiga, bab ini berisi tentang pembentukan dan penyelenggaraan
pemerintahan desa yang terdiri dari Pasal 4. Bahwa dalam pembentukan dan
penyelenggaraan pemerintahan desa harus berorientasi kepada nilai-nilai budaya
lokal serta nilai-nilai budaya lokal yang berbeda di setiap desa wajib dilestarikan
oleh masyarakat desa.82
Bab Keempat, bab ini berisi tentang standarisasi infrastruktur desa yang
terdiri dari Pasal 5. Bahwa dalam pembangunan infrastruktur desa wajib memiliki
standarisasi konstruksi, kualitas, bentuk, dan estetika, serta standarisasi
infrastruktur desa meliputi bangunan pemerintahan desa, desain interior eksterior
sarana pemerintahan desa, jalan atau jembatan desa, dan lain-lain.83
Bab Kelima, bab ini berisi tentang penataan kehidupan sosial, lingkungan
hidup, kepariwisataan, dan keamanan yang terdiri dari Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8,
Pasal 9, dan Pasal 10. Dalam Pasal 6 membahas tentang penataan kehidupan
sosial, Pasal 7 menbahas penataan lingkungan hidup, Pasal 8 membahas penataan
kepariswisataan, Pasal 9 membahas penataan keamanan, dan Pasal 10 penjabaran
lebih lanjut yang dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9.84
81
BAB II dalam Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya.
82 BAB III dalam Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa
Berbudaya. 83
BAB IV dalam Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya.
84 BAB V dalam Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa
Berbudaya.
![Page 56: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/56.jpg)
45
Bab Keenam, bab ini berisi tentang ketahanan pangan yang terdiri dari
Pasal 11. Bahwa pemerintah desa wajib menjaga dan meningkatkan ketahanan
pangan melalui kegiatan, antara lain: pengadaan lumbung padi di setiap
keluaga/RT/RW/Desa, dan lain-lain.85
Bab Ketujuh, bab ini berisi tentang peranan majelis budaya desa yang
terdiri dari Pasal 12 dan Pasal 13. Majelis Budaya Desa memiliki tujuan, antara
lain: sebagai pemangku adat desa, pemutus perselisihan/sengketa adat bersama
Kepala Desa, dan lain-lain.86
Bab Kedelapan, bab ini berisi tentang sanksi yang terdiri dari Pasal 14.
Untuk melaksanakan ketentuan dan sanksi terhadap Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8,
Pasal 9, dan Pasal 10 yang ditentukan oleh Majelis Budaya Desa dan Kepala
Desa.87
Bab Kesembilan, bab ini berisi tentang pembinaan perangkat desa, ketua
RT, ketua RW, dan Badega Lembur yang terdiri dari Pasal 15, Pasal 16.
Pemerintahan Desa wajib melakukan pembinaan, penilaian, pengawasan terhadap
perangkat Desa, Ketua RT, Ketua RW, dan Badega Lembur.88
Bab Kesepuluh, bab ini berisi tentang ketentuan penutup yang terdiri dari
Pasal 17. Peraturan Bupati ini berlaku pada tanggal yang diundangkan dan agar
85
BAB VI dalam Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya.
86 BAB VII dalam Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa
Berbudaya. 87
BAB VIII dalam Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya.
88 BAB IX dalam Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa
Berbudaya.
![Page 57: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/57.jpg)
46
setiap orang mengetahuinya, dan memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati
ini dengan menempatkannya dalam berita daerah Kabupaten Purwakarta.89
3. Materi Kebudayaan dalam Peraturan Bupati
Pada dasarnya budaya itu adalah apa yang dianggap baik oleh masyarakat.
Di dalam Peraturan Bupati ini, pembahasan inti mengenai kebudayaan diatur
mulai dari BAB 5 Pasal 6, BAB 6 Pasal 11, BAB 7 Pasal 12, dan BAB 8 Pasal 14.
Untuk lebih jelasnya, materi kebudayaan dalam peraturan tersebut, antara lain :
Pertama, BAB 5 Pasal 6 yang menyebutkan :
a. Mengembangkan budaya gotong royong melalui kegiatan kerja
bakti;
b. Mengembangkan sikap tolong menolong melalui kegiatan “beas
perelek”;
c. Masyarakat pasangan usia subur wajib menjadi akseptor KB;
d. Larangan penyelenggaraan kegiatan hiburan yang berpotensi
menimbulkan keributan atau kericuhan;
e. Anak yang berusia di bawah umur dilarang mengendarai
kendaraan bermotor;
f. Masyarakat yang akan menikah harus menempuh proses
pemeriksaan kesehatan;
g. Masyarakat dan pelajar wajib memiliki tanaman dan hewan
peliharaan;
h. Anak usia sekolah wajib mengikuti pendidikan formal;
i. Anak usia sekolah dilarang berada di luar rumah lebih dari pukul
21.00 WIB;
j. Masyarakat wajib memadamkan listrik di luar rumah pada saat
bulan purnama;
k. Tamu wajib lapor ke Ketua RT dan dilarang bertamu lebih dari
pukul 21.00 WIB;
l. Warga masyarakat yang berumur 17 (tujuh belas) tahun ke bawah
(usia remaja) dilarang berpacaran;
m. Warga masyarakat yang berumur di atas 17 (tujuh belas) tahun
dilarang berpacaran baik di dalam maupun di luar rumah lebih
dari pukul 21.00 WIB, kecuali didampingi oleh orang tua atau
keluarganya;
89
BAB X dalam Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya.
![Page 58: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/58.jpg)
47
n. Pelarangan kegiatan yang berisi hasutan, fitnah, kebencian, adu
domba antar kelompok/golongan yang berpotensi meruntuhkan
persatuan, gotong royong dan ketenteraman masyarakat;
o. Pelarangan penjualan dan penggunaan minuman beralkohol.
(telah dibatalkan sesuai dengan surat keputusan gubernur jawa
barat nomor 188.342./Kep.1354-Hukham/2015).
Dari uraian Pasal 6, dapat dilihat bahwa dalam rangka penataan kehidupan
sosial Masyarakat Purwakarta dituntut melakukan segala hal yang disebut dalam
pasal ini agar menjadi sebuah kebiasaan yang semakin lama akan membudaya,
budaya-budaya ini diharapkan akan terus berjalan dari generasi ke generasi.
Kedua, BAB 6 Pasal 11 yang menyebutkan :
a. Pengadaan lumbung padi di setiap keluarga/RT/RW/Desa;
b. Peternakan, pertanian, dan perikanan rakyat;
c. Himbauan kepada masyarakat pemilik tanah pertanian untuk tidak
menjual dan/atau mengalihfungsikan lahan pertanian kepada pihak
lain;
d. Pembinaan anak usia sekolah dalam bercocok tanam, beternak,
ngarit, menenun;
e. Pengalihan pemakaian bahan bakar minyak dan gas ke kayu
bakar.
Dari uraian Pasal 11, Pemerintah Desa mewajibkan Masyarakat
Purwakarta untuk menjaga dan meningkatkan ketahanan pangan agar dapat
memenuhi kebutuhan hidup, selain itu untuk mengajarkan kepada anak-anak agar
untuk hidup mandiri mulai dari kecil.
Ketiga, BAB 7 Pasal 12 yang menyebutkan :
a. Sebagai pemangku adat Desa;
b. Pemutus perselisihan/sengketa adat bersama Kepala Desa;
c. Mengembangkan kehidupan adat istiadat dan kebudayaan
masyarakat;
d. Menjalin kerja sama dengan Majelis Budaya Desa lain dalam
rangka penguatan Desa Berbudaya;
e. Membuat regulasi tentang tatanan kehidupan bermasyarakat yang
bersendikan kearifan budaya lokal.
![Page 59: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/59.jpg)
48
Dari uraian Pasal 12, dibuatnya Majelis Budaya Desa memiliki peranan
penting dalam mengatur dan menjaga adat istiadat dan kebudayaan masyarakat,
majelis ini juga memiliki kewenangan dalam memutuskan suatu
perselisihan/sengketa bersama dengan Kepala Desa.
Keempat, BAB 8 Pasal 14 yang menyebutkan :
a. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9,
dan Pasal 10, Majelis Budaya Desa bersama Kepala Desa dapat
menerapkan sanksi yang diatur dengan peraturan Desa.
b. Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diputuskan dan
dijatuhkan oleh Majelis Budaya Desa bersama Kepala Desa
berdasarkan rasa kemanusiaan dan keadilan serta menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur budaya masyarakat Desa.
Dari uraian Pasal 14, menjelaskan tentang sanksi bagi siapa saja yang
melanggar peraturan, namun di sini penetapan sanksinya tidak dijelaskan secara
jelas, melainkan diserahkan kepada Majelis Budaya dengan Kepala Desa yang
tetap menjunjung rasa kemanusiaan dan keadilan serta nilai-nilai luhur budaya.
![Page 60: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/60.jpg)
49
BAB IV
ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG
PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NO. 70A TAHUN 2015
TENTANG DESA BERBUDAYA
A. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Menikah
Pasal 6 huruf f dalam Peraturan Bupati No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa
Berbudaya menyatakan :
Masyarakat yang akan menikah harus menempuh proses
pemeriksaan kesehatan.
Pemeriksaan kesehatan sebelum menikah (Premarital Check Up)
merupakan sekumpulan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan status
kesehatan kedua calon mempelai, terutama untuk mendeteksi adanya penyakit
menular, menahun atau diturunkan yang dapat mempengaruhi kesuburan
pasangan maupun kesehatan janin.90
Tujuan dari pemeriksaan kesehatan sebelum menikah adalah mengecek
kesehatan genetis dan reproduksi, dengan mendeteksi risiko penyakit dan faktor
yang berkaitan dengan tingkat kesuburan pasangan yang akan menikah. Di
antaranya adalah penyakit genetis dalam keluarga, seperti thalassemia atau
hemofilia, lalu penyakit yang dapat menular melalui darah dan hubungan seksual,
seperti hepatitis, sifilis, gonore, TORCH, dan HIV. Selain itu, diperiksa juga
90
Laboratrium Klinik Prodia, Premarital Check Up, diunduh pada tanggal 14 April 2016 dari http://www.prodia.co.id/InfoKesehatan/PenyakitDiagnosisDetails/premarital-check-up.
![Page 61: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/61.jpg)
50
faktor risiko penyakit degeneratif, misalnya jantung, hati, hipertensi, dan
diabetes.91
1. Tinjauan Hukum Islam
Allah SWT telah menciptakan lelaki dan perempuan sehingga mereka
dapat berhubungan satu sama lain, sehingga saling mencintai, menghasilkan
keturunan serta hidup dalam kedamaian sesuai dengan perintah-Nya dan petunjuk
Rasulullah.92
Allah berfirman :
Artinya : Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan
sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Ruum: 21).
Dari firman Allah surat Ar-Ruum ayat 21 di atas, salah satu tanda-tanda
kebesaran Allah SWT adalah ia menciptakan manusia berpasang-pasangan (laki-
laki dan perempuan), agar kita sebagai manusia bisa cenderung dan tentram
dengan pasangannya, kemudian akan menimbulkan rasa kasih dan sayang.
Kesehatan adalah harta yang sangat berharga. Harta bertumpuk dapat
lenyap dalam sekejap apabila kesehatan terganggu. Sebaliknya, bila kesehatan
prima, produktivitas seseorang akan meningkat sehingga dapat memberikan
manfaat sebanyak-banyaknya bagi dirinya dan keluarganya, bahkan kepada orang
91
Ika, Premarital Check-Up, diunduh pada tanggal 14 April 2016 dari http://mantenhouse.com/article/125-premarital-check-up-penting-nggak-sih-.html#.Vx4b7vl9600.
92 Abdur Rahman I. Doi, Perkawinan Dalam Syariat Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1992), hal. 1.
![Page 62: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/62.jpg)
51
lain.93
Kualitas hidup suatu keluarga akan meningkat bila kesehatan terpelihara
dengan baik. Karena itu menjadi kewajiban setiap keluarga untuk membangun
keluarga sehat dengan cara memelihara dan menjaga kesehatan, agar dapat
menjalankan fungsi dan tugas kemanusiaan dengan baik untuk memakmurkan
bumi dengan dibarengi do‟a kepada Allah agar diberikan kebaikan (hasanah) di
dunia dan di akhirat.94
Secara umum, pemeriksaan kesehatan dalam Islam berprinsip pada upaya
menjaga kesehatan secara preventif (menjaga kesehatan sebelum sakit). Kemudian
setelah itu, Islam menganjurkan pengobatan bagi siapa yang membutuhkan karena
sakit. Inilah salah satu prinsip dalam Islam yang sesuai dengan karakteristik,
kemampuan, dam keadaan fitrah manusia. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan
adalah satu satu langkah awal dalam menjaga kesehatan, gagasan semacam ini
tiada lain karena dengan pemeriksaan dapat diketahui keadaan manusia tersebut.95
Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih :
شس يضاه اىض
Artinya : Kemudharatan harus dihilangkan.96
Maksud dari kaidah ini, kemudharatan (keburukan) harus dicegah sebelum
terjadi. Karena, mencegah sesuatu lebih mudah daripada menghilangkannya. Dari
kaidah fiqih ini, dapat disimpulkan bahwa mencegah sesuatu kemudharatan
93
Huzaemah Tahido Yanggo, Hukum Keluarga Dalam Islam, (Jakarta: Yamiba, 2013), hal. 94.
94 Huzaemah Tahido Yanggo, Hukum Keluarga Dalam Islam, hal. 94-95.
95 Nooryanti, “Urgensi Pemeriksaan Kesehatan Pranikah Bagi Pembentukan Keluarga
Sakinah (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah)”, (Skripsi S1 Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Malang, Malang, 2007), hal. 19-20.
96 Nashr Farid Muhammad Washil – Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa’id Fiqhiyyah,
terj. Wahyu Setiawan, (Jakarta: Amzah, 2013), hal. 17.
![Page 63: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/63.jpg)
52
sebelum terjadi sangat dianjurkan. Karena untuk menghilangkan keburukan
bukanlah hal yang mudah. Tentang pencegahan penyakit, pada umumnya dalam
ajaran Islam terdapat ajaran-ajaran, antara lain :97
a. Untuk mendiagnosis suatu penyakit dan memberikan dosis obatnya, Islam
memerintahkan agar berobat kepada dokter spesialis.
b. Untuk menjaga kesehatan dari penyakit menular, Islam mengajarkan agar
mengarantinakan orang yang menderita penyakit menular, sehingga
penyakit itu tidak meluas.
c. Islam juga menyarankan kepada orang yang sehat tidak memasuki daerah
yang rentan penyakit atau menjauhkan dirinya sampai daerah itu bebas
dari penyakit menular.
d. Prinsip yang ditanamkan oleh Islam tersebut, Islam pun mendorong
pengadaan makanan umum yang sehat sebagai usaha menghindari
penyakit.
2. Tinjauan Hukum Positif
Dalam hukum positif tentang pemeriksaan kesehatan sebelum menikah,
Berdasarkan Instruksi Bersama Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen
Kesehatan No : 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toxid Calon
Pengantin menginstruksikan kepada : Semua kepala kantor wilayah Departemen
97
Ahmad Syauqi Al-Fanjari, Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hal. 37-42.
![Page 64: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/64.jpg)
53
Agama dan kepala kantor wilayah Departemen Kesehatan di seluruh Indonesia
untuk :
1. Memerintahkan kepada seluruh jajaran di bawahnya melaksanakan
bimbingan dan pelayanan Imunisasi TT Calon Pengantin sesuai dengan
pedoman pelaksanaan.
2. Memantau pelaksanaan bimbingan dan pelayanan Imunisasi TT Calon
Pengantin di daerah masing-masing.
3. Melaporkan secara berkala hasil pelaksanaan instruksi kepada Dirjen
Bimas Islam dan Urusan Haji dan Dirjen PPM & PLP sesuai tugas
masing-masing.
Berdasarkan peraturan ini, Kantor Urusan Agama (KUA) menetapkan
salah satu syarat administrasi pernikahan adalah melakukan imunisasi TT dengan
menunjukkan surat/bukti imunisasi TT1 bagi calon pengantin perempuan dari
rumah sakit atau puskesmas terdekat.
B. Kewajiban Memiliki Tanaman dan Hewan Peliharaan
Pasal 6 huruf g dalam Peraturan Bupati No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa
Berbudaya menyatakan :
Masyarakat dan pelajar wajib memiliki tanaman hewan
peliharaan.
Tujuan dari Pasal 6 huruf g di atas adalah agar masyarakat dan pelajar
dapat membiasakan dan melatih sejak dini anak sekolah untuk bisa belajar
mandiri dalam rangka menjaga ketahanan pangan.98
Ketahanan pangan adalah
98
Hasil wawancara dengan H. Dedi Mulyadi, S.H pada tanggal 22 Maret 2016.
![Page 65: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/65.jpg)
54
kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif secara berkelanjutan.99
Ketahanan pangan harus mencakup faktor ketersediaan, distribusi, dan
konsumsi. Faktor ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk
memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik dari segi kuantitas, kualitas,
keragaman, dan keamanannya. Distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi
yang efektif dan efisien untuk menjamin agar masyarakat dapat memperoleh
pangan dalam jumlah, kualitas, dan keberlanjutan yang cukup dengan harga yang
terjangkau. Sementara itu, faktor konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola
pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman,
kandungan gizi, keamanan, dan kehalalnya.100
1. Tinjauan Hukum Islam
Di dalam hukum Islam, menganjurkan kepada umatnya untuk bercocok
tanam atau menanam tanaman, karena dengan bercocok tanam segala manfaat
yang akan didapatkan dari tanaman tersebut akan dihitung sebagai nilai sedekah.
99 Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2015 Tentang Ketahanan Pangan dan Gizi.
100 Rossi Prabowo, “Kebijakan Pemerintah Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Di
Indonesia”, Jurnal Mediagro, Volume 6, No. 2, Tahun 2010, hal, 63.
![Page 66: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/66.jpg)
55
Rasulullah SAW bersabda :
ا ا فقو ى صاسيت في خو ى ش األ بش دخو عي أ عي عيي اىبي ص ي الل جابش أ ع
ف قو ل يغشط غي مافش فقاىج بو أ غي زا اىخو أ غشط عي عيي اىبي صي الل
ل شيء إل ماج ى صذ قت ل دابت غا إ ل يضسع صس عا فيأمو غشعا غي
Artinya : Dari Jabir, bahwa Nabi SAW menemui Ummu Mubasyir al-Anshariyah
di kebun kurma miliknya. Kemudian Nabi SAW bertanya kepadanya, ” Siapakah
yang menanam pohon kurma ini? Seorang Muslim ataukah kafir?” Ummu
Mubasyir menjawab, “seorang muslim.” Beliau bersabda: “Jika seorang Muslim
menanam suatu pohon atau suatu tanaman, kemudian hasil tanaman tersebut
dimakan oleh manusia, binatang atau yang lain, maka itu menjadi sedekah
baginya”.101
(HR. Muslim).
Penegasan hadits tersebut, bahwa pahalanya akan terus berlangsung
selama tanaman atau benih yang ditaburkan itu dimakan atau dimanfaatkan,
sekalipun yang menanam dan yang menaburkannya itu telah meninggal dunia,
dan sekalipun tanaman-tanaman itu telah pindah ke tangan orang lain.102
Selanjutnya, untuk memelihara hewan dalam hal ini hewan ternak, ada
sebuah hadits yang mengatakan bahwasanya Nabi pernah menggembala kambing.
Rasulullah SAW bersabda :
عنه عن عن أبي هري نبيا إله رعى رة رضي الله عليه وسلهم قال ما بعث الله النهبي صلهى الله
الغنم فقال أصحابه وأنت فقال نعم كنت أرعاها على قراريط لهل مكهة
Artinya : Dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda, “Setiap nabi yang
diutus Allah pasti pernah mengembala kambing.” Para sahabat bertanya:
“Engkau juga?” Nabi menjawab, “Ya, aku pernah mengembalakan kambing
orang-orang Mekah dengan upah beberapa qirath”.103
(HR. Al-Bukhari).
101
Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Ensiklopedia Hadits 4: Shahih Muslim 2, terj. Masybari – Tatam Wijaya, hal. 26.
102 Muhammad Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, terj. Mu’ammal
Hamidy, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982), hal. 172. 103
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits 1: Shahih al-Bukhari, terj. Masyhur – Muhammad Suhadi, (Jakarta: Almahira, 2011), hal. 500.
![Page 67: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/67.jpg)
56
Dari hadits ini, hikmah sehingga para nabi diberi ilham untuk
menggembala kambing sebelum diangkat menjadi nabi, adalah agar mereka dapat
melatih diri dengan menggembalakannya guna menghadapi beban yang akan
dipikul kepada mereka, yaitu meluruskan urusan umatnya.104
Selain itu
menggembala kambing adalah salah satu sunnah Rasulullah SAW.
2. Tinjauan Hukum Positif
Dalam hukum positif, ketahanan pangan di atur dalam Peraturan
Pemerintah No. 17 Tahun 2015 Tentang Ketahanan Pangan dan Gizi. Selain itu,
hal-hal yang berhubungan dengan melestarikan lingkungan seperti menanam
tanaman, terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Tujuan dari peraturan
ini terdapat dalam Pasal 3, antara lain :
a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
pemcemaran dan/atau kerusakan lingkungan.
b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia.
c. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian
ekosistem.
d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan
hidup.
f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi
masa depan.
g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan
hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia.
h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
i. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
j. Mengantisipasi isu lingkungan global.
Selain mendapat hasil buah-buahan dan sayuran untuk memenuhi
kebutuhan hidup, menanam tanaman juga dapat mencegah terjadinya banjir,
104
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih al-Bukhari, terj. Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hal. 46.
![Page 68: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/68.jpg)
57
karena tanaman-tanaman ini akan menyerap kandungan air yang berlebih dalam
tanah dan mengurangi dampak yang ditimbulkan dari global warming (pemanasan
global), karena semakin banyak tanaman yang ada di muka bumi semakin banyak
gas CO2
di atmosfer yang diserap oleh tanaman.
Selanjutnya, dalam memelihara hewan khususnya hewan ternak diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 2014 Perubahan Atas
Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Tujuan dari peraturan ini adalah mengelola sumber daya hewan secara
bermartabat, bertanggung jawab, dan berkelanjutan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Mencukupi kebutuhan pangan, barang, dan jasa asal hewan
secara mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
peternakan dan masyarakat.105
C. Kebijakan Berpacaran
Pasal 6 huruf l dalam Peraturan Bupati No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa
Berbudaya menyatakan :
Warga masyarakat yang berumur 17 (tujuh belas) tahun ke bawah
(usia remaja) dilarang berpacaran.
Pasal 6 huruf m dalam Peraturan Bupati No. 70a Tahun 2015 Tentang
Desa Berbudaya menyatakan :
Warga masyarakat yang berumur di atas 17 (tujuh belas) tahun
dilarang berpacaran baik di dalam maupun di luar rumah lebih
dari pukul 21.00 WIB, kecuali didampingi oleh orang tua atau
keluarganya.
105
Penjelasan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan.
![Page 69: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/69.jpg)
58
Dalam bahasa Indonesia, pacar diartikan sebagai teman lawan jenis yang
tetap dan mempunyai hubungan batin, biasanya untuk menjadi tunangan dan
kekasih. Dalam praktiknya, istilah pacaran dengan tunangan sering dirangkai
menjadi satu. Muda-mudi yang pacaran, kalau ada kesesuaian lahir batin,
dilanjutkan dengan tunangan. Sebaliknya, mereka yang bertunangan biasanya
diikuti dengan pacaran.106
Kadangkala, seorang remaja menganggap perlu pacaran untuk tidak hanya
mengenal pribadi pasangannya, melainkan sebagai pengalaman, uji coba, maupun
bersenang-senang belaka. Itu terlihat dari banyaknya remaja yang gonta-ganti
pacar, ataupun masa pacaran yang relatif pendek. Beberapa kasus yang
diberitakan oleh media massa juga menunjukkan bahwa akibat pergaulan bebas
atau bebas bercinta (free love) tidak jarang menimbulkan hamil pranikah, aborsi,
bahkan akibat rasa malu di hati, bayi yang terlahir dari hubungan mereka berdua
lantas dibuang begitu saja sehingga tewas.107
1. Tinjauan Hukum Islam
Islam sebenarnya telah memberikan batasan-batasan dalam pergaulan
antara laki-laki dengan perempuan. Misalnya, kita dilarang untuk mendekati zina.
Seperti dalam firman-Nya :
Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu
perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Isra‟: 32).
106
M.A. Tihami – Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat: Kajian Fiqih Nikah Lengkap, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), hal. 21.
107 M.A. Tihami – Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat: Kajian Fiqih Nikah Lengkap, hal. 22.
![Page 70: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/70.jpg)
59
Dalam proses pembentukan suatu rumah tangga, Islam memiliki etika
dalam pergaulan dan mengadakan perkenalan antara pria dan wanita. Dalam
proses ta‟aruf atau perkenalan, setelah bertemu dan tertarik satu sama lain,
dianjurkan untuk dapat mengenal kepribadian, latar belakang sosial, budaya,
pendidikan, keluarga, maupun agama kedua belah pihak. Dengan tetap menjaga
martabat sebagai manusia yang dimuliakan Allah, artinya tidak terjerumus pada
perilaku tak senonoh. Bila di antara mereka kedua terdapat kecocokan, maka bisa
diteruskan dengan saling mengenal kondisi keluarga masing-masing, misalnya
dengan jalan bersilaturrahmi ke orang tua keduanya.108
Allah SWT berfirman :
...
Artinya : Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan. Kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal ... (QS. Al-Hujurat: 13).
Selanjutnya adalah khitbah (lamaran pernikahan) adalah permulaan
sebagai pembuka pintu menuju pernikahan. Sebagai pembuka, khitbah dapat
diasumsikan „janji‟ untuk menikah dan bukan sebagai pelegalan hubungan antara
laki-laki dan perempuan. Karena ia merupakan janji yang direncanakan, maka
tidak mengikat hubungan antara keduanya sehingga ada kemungkinan dibatalkan
oleh sebab-sebab tertentu.109
Allah SWT berfirman :
...
108
M.A. Tihami – Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat: Kajian Fiqih Nikah Lengkap, hal. 22-23.
109 Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan, (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari,
2006), hal. 91.
![Page 71: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/71.jpg)
60
Artinya : Dan Tidak ada dosa bagimu meminang perempuan-perempuan itu
dengan sindiran atau kamu sembunyikan (keinginanmu) dalam hati ... (QS. Al-
Baqarah: 235).
Diharamkannya berpacaran selain tidak ada dalam ajaran Islam, hal ini
juga berkaitan dengan perlindungan terhadap keturunan (hifdz an-nasl) dalam
Maqashid Syariah, yang artinya segala hal yang dapat merusak keturunan harus
ditinggalkan, misalnya berpacaran merupakan jurang awal dari terjadinya sebuah
perzinaan.
2. Tinjauan Hukum Positif
Dalam hukum positif, sejauh penelusuran penulis tidak ada undang-
undang maupun peraturan-peraturan yang melarang tentang kegiatan berpacaran,
namun bila hal-hal dalam berpacaran ini sudah melampaui batas-batas dari nilai
kesusilaan, seperti berpelukan, berciuman, dan lain-lain. Hal ini bertentangan
dengan KUHP Pasal 281 yang menyatakan :
Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah: 1. Barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar
kesusilaan, 2. Barang siapa dengan sengaja dan di depan orang
lain yang ada di situ bertentangan dengan kehendaknya,
melanggar kesusilaan.
D. Pelarangan Kegiatan yang Berisi Hasutan, Fitnah, Kebencian, dan Adu
Domba yang Berpotensi Meruntuhkan Persatuan
Pasal 6 huruf e dalam Peraturan Bupati No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa
Berbudaya menyatakan :
Pelarangan kegiatan yang berisi hasutan, fitnah, kebencian, adu
domba antar kelompok/golongan yang berpotensi meruntuhkan
persatuan, gotong royong dan ketentraman masyarakat.
![Page 72: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/72.jpg)
61
Sebagai manusia kita harus saling tolong menolong, karena manusia
adalah makhluk sosial artinya bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan atau
pertolongan orang lain. Oleh karena itu, walaupun manusia terdiri dari berbagai
macam suku, ras, dan agama kita harus mempererat tali persaudaraan dan
menghindari perselisihan.
Beberapa kegiatan yang dapat merusak persatuan antara lain, hasutan,
fitnah, kebencian, dan adu domba. Hasutan adalah ajakan negatif yang menjurus
kepada permusuhan. Kebencian adalah perasaan yang melambangkan
ketidaksenangan terhadap seseorang, sesuatu hal, atau sebuah kejadian. Fitnah
adalah sebuah informasi atau tuduhan yang palsu dan bertujuan untuk
menyesatkan orang lain kepada keburukan. Adu domba adalah perbuatan yang
menyebabkan dua pihak atau lebih saling bermusuhan.
1. Tinjauan Hukum Islam
Islam memberikan pelindungan melalui pengharaman ghibah
(menggunjing), mengadu domba, memata-matai, mengumpat, dan mencela
dengan menggunakan panggilan-panggilan buruk, juga perlindungan-
perlindungan lain yang bersinggungan dengan kehormatan dan kemuliaan
manusia.110
Pada dasarnya hasutan, fitnah, kebencian, dan adu domba perbuatan yang
saling berkaitan. Karena hasutan biasanya berisi perkataan-perkataan yang
bertujuan untuk menjelekan harga diri seseorang (fitnah) atau bertujuan untuk
membuat dua pihak berselisih (adu domba), selanjutnya akan timbul rasa
110
Ahmad al-Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syariah, terj. Khikmawati, (Jakarta: Amzah, 2013), hal. 131.
![Page 73: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/73.jpg)
62
kebencian terhadap orang yang dimaksud dalam hasutan ini. Berikut ini beberapa
dalil-dalil yang berhubungan dengan hasutan, fitnah, kebencian, dan adu domba :
a. Fitnah
Fitnah dalam hukum Islam disebut dengan buhtan, perbuatan ini
hukumnya haram, karena dapat menimbulkan kebencian dan mencemarkan nama
baik orang lain. Rasulullah SAW bersabda :
سعى ا اىغيبت قاىا الل قاه أحذس عي عيي صي الل سعه الل شيشة أ أبي ع
ا حقه ف ي ما ا أقه قاه إ في أخي ما ا ينش قيو أفشأيج إ قاه رمشك أخاك ب أعي
خ فقذ ب في ين ى إ فقذ اغخبخ
Artinya : Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya, “Tahukan
kalian, apakah ghibah itu?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui.” Kemudian, Rasulullah SAW bersabda, “Ghibah adalah engkau
membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang tidak disukainya.” Seseorang
bertanya, “Bagaimanakah menurut engkau apabila apa yang aku bicarakan itu
memang ada padanya?” Rasulullah SAW berkata, “Apabila benar apa yang
engkau bicarakan itu ada padanya, berarti engkau telah menggunjingnya.
Namun, apabila yang engkau bicarakan itu tidak ada padanya, berarti engkau
telah melakukan kebohongan terhadapnya.”111
(HR. Muslim).
Dari hadits ini, bahwasanya Rasulullah SAW mengajarkan kepada
umatnya untuk tidak menceritakan kejelekan atau aib orang lain di hadapan umum
walaupun yang diceritakan itu adalah benar adanya (ghibah), sedangkan
menceritakan sesuatu hal yang jelek tentang seseorang padahal hal itu tidak
pernah terjadi, itu adalah buhtan. Jadi, menceritakan suatu hal kejelekan atau aib
di hadapan umum saja tidak boleh, apalagi merekayasa cerita-cerita yang tidak
benar adanya.
111
Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Ensiklopedia Hadits 4: Shahih Muslim 2, terj. Masybari – Tatam Wijaya, hal. 562.
![Page 74: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/74.jpg)
63
Di dalam Al-Qur‟an menyinggung beberapa masalah tentang dosa fitnah,
namun makna fitnah yang terdapat dalam Al-Qur‟an berbeda dengan fitnah yang
dimaksud dalam pembahasan ini. Salah satu firman-Nya :
... ...
Artinya : Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan ... (QS. Al-Baqarah:
191).
Fitnah dalam ayatnya ini adalah kekejaman kaum musyrikin Mekkah yang
telah menganiaya kaum muslimin, menyiksa mereka dengan aneka siksaan
jasmani, perampasan harta, dan pemisahan sanak keluarga, teror serta pengusiran
dari tanah tumpah darah, bahkan menyangkut agama dan keyakinan mereka
sehingga pembunuhan dan pengusiran yang diizinkan Allah itu adalah wajar.112
Dalam Al-Qur‟an, kata fitnah terulang tidak kurang dari tiga puluh kali, tidak satu
pun yang mengandung makna membawa berita bohong, atau menjelekkan orang
lain.113
b. Adu Domba
Adu domba dalam hukum Islam hukumnya haram, karena adu domba
selain mendatangkan kebencian juga dapat merusak hubungan bahkan
persaudaraan antara dua pihak. Rasulullah SAW bersabda :
غجذ فجاء سجو حخ جيظ إىيا فقيو ع حزيفت في اى اىحاسد قاه ما جيعا ب ا ع
صي عج سعه الل ع ع يغ أشياء فقاه حز يفت إسادة أ زا يشفع إى اىغيطا ىحزيفت إ
يقه ل يذخو اىجت قخاث عي عيي الل
112
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Volume 1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 508.
113 M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an
Volume 1, hal. 560.
![Page 75: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/75.jpg)
64
Artinya : Dari Hammam bin al-Harits dia berkata, “Pada suatu ketika, kami
pernah duduk-duduk di masjid bersama Hudzaifah. Tak lama kemudian ada
seorang laki-laki yang datang dan turut bersama kami. Lalu ada seorang yang
berkata kepada Hudzaifah, “Orang ini biasanya melaporkan sesuatu kepada
penguasa.” Kemudian Hudzaifah berkata dengan maksud agar didengar oleh
orang tersebut, „Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah SAW
bersabda: Tidak masuk surga orang yang suka memfitnah dan mengadu
domba‟.”114
(HR. Muslim).
Adu domba adalah salah satu perbuatan dosa besar, hal ini seperti sabda
Rasulullah SAW :
ع نت فغ ذيت أ اى حيطا بحائط عي عيي ش اىبي صي الل عباط قاه اب ع
في ا يعزبا يعزبا عي عيي ا فقاه اىبي صي الل في قبس يعزبا غاي ث إ ص
ت ي شي باى اآلخش ي ما ى ب ا ل يغخخش أحذ قاه بي ما مبيش ث
Artinya : Dari Ibnu Abbas berkata, “Nabi SAW melewati perkebunan penduduk
Madinah atau Mekah. Lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang
disiksa dalam kubur mereka. Nabi SAW pun berkata, „Keduanya sedang disiksa,
dan mereka disiksa bukan karena perkara besar (yang sulit ditinggalkan).‟ Lalu
beliau menerangkan, Tentu saja, yang satu disiksa karena tidak menjaga
(cipratan) air kencingnya, sedangkan yang kedua disiksa karena suka mengadu
domba.”115
(HR. Al-Bukhari).
Dari beberapa penjelasan di atas mengenai hasutan, fitnah, kebencian, dan
adu domba. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk
merusak atau meruntuhkan persatuan. Persatuan itu dalam Islam haruslah dijaga
dan dipertahankan, karena dengan ini dapat mendatangkan hal positif seperti
kekuatan, persaudaraan, tolong menolong, dan senantiasa saling memaafkan.
Allah SWT berfirman :
114
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim II, terj. Subhan – Imron Rosadi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), hal. 521-522.
115 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits 2: Shahih al-
Bukhari 2, terj. Subhan Abdullah. dkk, (Jakarta: Almahira, 2012), hal. 55.
![Page 76: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/76.jpg)
65
...
Artinya : Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai-cerai ... (QS. Al-„Imran: 103).
Berpegang teguhlah, yakni upayakan sekuat tenaga untuk mengaitkan diri
satu dengan yang lain dengan tuntunan Allah sambil menegakkan disiplin kamu
semua tanpa kecuali. Sehingga, kalau ada yang lupa ingatkan dia, atau ada yang
tergelincir, bantu dia bangkit agar semua dapat bergantung kepada tali agama
Allah. Kalau kamu lengah atau ada salah seorang menyimpang, keseimbangan
akan kacau dan disiplin akan rusak. Karena itu bersatu padulah, dan janganlah
kamu bercerai-berai dan ingatlah nikmat Allah kepadamu.116
2. Tinjauan Hukum Positif
Dalam hukum positif mengenai kegiatan hasutan, kebencian, fitnah, adu
domba akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Hasutan/Adu domba dalam hukum positif terdapat dalam KUHP Pasal 160
jo Pasal 161 ayat 1, isi dari pasal-pasal ini, antara lain :
Pasal 160 yang menyatakan :
Barang siapa di muka umum dengan lisan atau tulisan menghasut
supaya melakukan perbuatan pidana, melakukan kekerasan
terhadap penguasa umum atau tidak menuruti baik ketentuan
undang-undang maupun perintah jabatan yang diberikan
berdasarkan ketentuan undang-undang. Diancam dengan pidana
penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah.
Dari Pasal 160 di atas, siapa pun yang melakukan perbuatan menghasut
baik dengan cara lisan atau tulisan yang bertujuan untuk memprovokasi orang
116
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Volume 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 205.
![Page 77: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/77.jpg)
66
dalam berbuat kejahatan, maka akan diancam dengan pidana penjara paling lama
enam tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 161 ayat 1 yang menyatakan :
Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di
muka umum tulisan yang menghasut supaya melakukan perbuatan
pidana, menentang penguasa umum dengan kekerasan, atau
menentang sesuatu hal lain seperti tersebut dalam pasal di atas,
dengan maksud supaya isi yang menghasut diketahui atau lebih
diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah”.
Dari Pasal 161 ayat 1 di atas, siapa pun yang membuat hasutan berupa
tulisan dalam bentuk penyiaran, pertunjukkan, atau penempelan di hadapan umum
untuk memprovokasi orang lain dalam berbuat kejahatan, yang bertujuan agar
tulisannya ini diketahui oleh orang lain, maka akan diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah.
b. Fitnah dalam hukum positif terdapat dalam KUHP Pasal 311 ayat 1 jo
Pasal 317 ayat 1, isi dari pasal-pasal ini, antara lain :
Pasal 311 ayat 1 yang menyatakan :
Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau pencemaran
tertulis dibolehkan untuk membuktikan apa yang dituduhkan itu
benar, tidak membuktikannya, dan tuduhan dilakukan bertentangan
dengan apa yang diketahui, maka dia diancam melakukan fitnah
dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Dari Pasal 311 ayat 1 di atas, kejahatan mencemarkan nama baik
seseorang baik dalam bentuk lisan atau tertulis diperbolehkan untuk membuktikan
tuduhannya itu, namun jika yang tuduhannya itu bertentangan dengan apa yang
![Page 78: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/78.jpg)
67
dituduhkannya, maka akan diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Pasal 317 ayat 1 yang menyatakan :
Barang siapa dengan sengaja mengajukan pengaduan atau
pemberitahuan palsu kepada penguasa, baik secara tertulis
maupun untuk dituliskan, tentang seseorang sehingga kehormatan
atau nama baiknya terserang, diancam karena melakukan
pengaduan fitnah, dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Dari Pasal 317 ayat 1 di atas, siapa pun yang membuat informasi palsu
kepada penguasa baik secara tertulis atau untuk dituliskan, bertujuan untuk
mencemarkan nama baik seseorang, maka akan diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
c. Kebencian dalam hukum positif terdapat dalam KUHP Pasal 156 jo Pasal
157 ayat 1, isi dari pasal-pasal ini, antara lain :
Pasal 156 yang menyatakan :
Barang siapa di muka umum menyatakan perasaan permusuhan,
kebencian atau penghinaan terhadap suatu atau beberapa
golongan rakyat Indonesia, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah. Perkataan golongan dalam pasal ini dan pasal
berikutnya berarti tiap-tiap bagian dari rakyat Indonesia yang
berbeda dengan suatu atau beberapa bagian lainnya karena ras,
negeri asal, agama, tempat, asal, keturunan, kebangsaan atau
kedudukan menurut hukum tata negara.
Dari Pasal 156 di atas, siapa pun yang menyatakan rasa permusuhan,
kebencian, atau penghinaan terhadap seseorang atau beberapa golongan rakyat
Indonesia, maka akan diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Maksud dari
![Page 79: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/79.jpg)
68
golongan dalam pasal ini adalah ras, negeri asal, agama, tempat, asal, keturunan,
kebangsaan, atau kedudukan menurut hukum tata negara.
Pasal 157 ayat 1 yang menyatakan :
Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan tulisan
atau lukisan di muka umum, yang isinya mengandung pernyataan
perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan di antara atau
terhadap golongan-golongan rakyat Indonesia, dengan maksud supaya
isinya diketahui atau lebih diketahui oleh umum, diancam dengan pidana
penjara paling lama dua tahun enam bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Dari Pasal 157 ayat 1 di atas, siapa pun yang melakukan penyiaran,
pertunjukkan, atau penempelan tulisan atau lukisan di hadapan umum, yang
menyatakan rasa permusuhan, kebencian, atau penghinaan di antara dua pihak
atau golongan-golongan rakyat Indonesia, yang bertujuan agar diketahui orang
lain, maka akan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun enam
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Semua pelarangan kegiatan di atas bertujuan agar tercipta persatuan dan
kesatuan sesuai dengan isi sila ke tiga dari Pancasila yaitu Persatuan Indonesia,
makna dari sila ini terdapat dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4), antara lain :117
a. Menempatkan persatuan, kesatuan kepentingan, keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Cinta Tanah Air dan Bangsa.
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
117
C.S.T. Kansil, Hidup Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: Erlangga, 1990), hal. 12.
![Page 80: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/80.jpg)
69
e. Memajukan pergaulan demi persatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal
Ika.
E. Pelarangan Penjualan dan Penggunaan Minuman Beralkohol
Pasal 6 huruf o dalam Peraturan Bupati No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa
Berbudaya menyatakan :
Pelarangan penjualan dan penggunaan minuman beralkohol.
Alkohol termasuk zat adiktif, artinya zat tersebut dapat menyebabkan
ketagihan dan ketergantungan. Karena zat adiktifnya tersebut maka orang yang
meminumnya lama kelamaan tanpa disadari akan menambah sampai pada dosis
keracunan (intoksidasi) atau mabuk.118
Mabuk adalah hilangnya akal karena
mengonsumsi khamr atau setiap yang memabukkan sehingga setelah sadar orang
yang mabuk itu tidak mengetahui apa yang dilakukan pada waktu mabuk.119
Pada dasarnya terdapat dua jenis dampak pada pecandu alkohol, yaitu efek
jangka pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendek konsumsi alkohol lebih
kurang satu botol besar menjadikan seseorang itu kurang daya koordinasi seperti
tidak dapat berjalan dengan benar dan tidak dapat membuka pintu. Dalam waktu
yang singkat ini juga menyebabkan hangover. Hangover lazimnya disebabkan
oleh keracunan alkohol, bahan lain dalam alkohol dan akibat ketagihan alkohol.
Tanda-tanda hangover alkohol adalah sakit kepala, muntah, diare, gangguan
pergerakan usus dan menggeletar selama 8-12 jam kemudian.120
118
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 88-89.
119 Abdul Karim Zaidan, Pengantar Studi Islam Mengenal Syari’ah Islam Lebih Dalam,
terj. M. Misbah, (Jakarta: Robbani Press, 2008), hal. 417. 120
Hartati Nurwijaya – Zullies Ikawati, Bahaya Alkohol dan Cara Mencegah Kecanduannya, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2009), hal. 182.
![Page 81: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/81.jpg)
70
Dampak jangka panjang akan dirasakan setelah meminumnya selama
beberapa bulan atau tahun. Dampak utama adalah seperti sakit jantung, hati, atau
penyakit dalam perut. Bila situasi ini terjadi mereka akan kurang selera makan,
kekurangan vitamin, mudah terjangkit penyakit, dan impoten. Kematian awal
sering terjadi akibat sering minum alkohol. Biasanya terjadi serangan sakit
jantung dan hati, radang paru-paru, kanker, keracunan alkohol, kecelakaan,
pembunuhan, dan bunuh diri.121
1. Tinjauan Hukum Islam
Minum khamr dalam pandangan syari‟at Islam merupakan kejahatan
karena ia merusak akal, dan karena akibat yang ditimbulkannya berupa
penghamburan harta dan tindak kejahatan.122
Hal ini juga berkaitan dengan
perlindungan terhadap akal (hifdz al-„aql) dalam Maqashid Syari‟ah, yang artinya
segala hal yang dapat menutup atau merusak akal harus ditinggalkan.
Karena akal merupakan sumber hikmah (pengetahuan), sinar hidayah,
cahaya mata hati, dan media kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Dengan
akal, surat perintah dari Allah SWT disampaikan, dengannya pula manusia berhak
menjadi pemimpin di muka bumi, dan dengannya manusia menjadi sempurna,
mulia, dan berbeda dengan makhluk lainnya.123
Syari‟at Islam telah
mengharamkan minum khamr. Dalam Al-Qur‟an ditegaskan :
121
Hartati Nurwijaya – Zullies Ikawati, Bahaya Alkohol dan Cara Mencegah Kecanduannya, hal. 182.
122 Abdul Karim Zaidan, Pengantar Studi Islam Mengenal Syari’ah Islam Lebih Dalam,
terj. M. Misbah, hal. 513. 123
Ahmad al-Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syariah, terj. Khikmawati, hal. 91.
![Page 82: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/82.jpg)
71
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya khamr, berjudi,
berkorban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah
perbuatan yang keji, termasuk perbuatan setan, maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maidah: 90).
Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa ada sepuluh golongan yang
dilaknat karena khamr, sesuai dengan sabdanya :
ا بعي ج ش عي عششة أ ىعج اىخ عي عيي صي الل ش يقه قاه سعه الل ع اب ع
ا شاسب ا آمو ث ىت إىي ح اى ا ي حا ا بخاع ا بائع ا عخصش ا عاصش
ا عاقي
Artinya : Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Khamr itu dikutuk
dari sepuluh sisi; bendanya, orang yang memerasnya, orang yang minta
diperaskan, penjualnya, pembelinya, pembawanya, orang yang dibawa
kepadanya, orang yang memakan hasil jualnya, peminumnya, dan orang yang
menuangkannya”.124
(HR. Ibnu Majah).
Sanksi kejahatan ini didasarkan pada Sunnah, yaitu dera empat puluh kali,
dan boleh ditambah hingga delapan puluh kali, dengan menganggap tambahan ini
sebagai hukuman ta‟zir yang boleh dilakukan oleh Imam.125
Rasulullah SAW
bersabda :
جيذ أببنش اى عاه ث ش يذ جيذ في اىخ عي عيي اىبي صي الل اىل أ أظ ب ع
ش فقاه عبذ في جيذ اىخ ا حش اىق ش قاه يف اىش دا اىاط ش ع ا ما في أسبعي
اي ش ث ا مأخف اىحذد قاه فجيذ ع حجعي ف أس أ ع ب ح اىش
124
Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini Ibnu Majah, Ensiklopedia Hadits 8: Sunan Ibnu Majah, terj. Saifuddin Zuhri, (Jakarta: Almahira, 2013), hal. 612.
125 Abdul Karim Zaidan, Pengantar Studi Islam Mengenal Syari’ah Islam Lebih Dalam,
terj. M. Misbah, hal. 513.
![Page 83: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/83.jpg)
72
Artinya : Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW pernah mencambuk orang yang
meminum khamr dengan pelepah kurma dan terompah (sebanyak 40 kali). Abu
Bakar juga melakukan hukum cambuk itu sebanyak 40 kali. Dan pada masa
pemerintahan Umar, orang-orang semakin dekat dengan perkebunan dan
pedesaan. Dia bertanya, “Bagaimana pendapat kalian mengenai hukuman
cambuk bagi peminum khamr?” Abdurrahman bin Auf menjawab, “Aku
berpendapat, jadikanlah hukuman itu hadd yang paling ringan.” Umar pun
melaksanakan hukuman cambuk sebanyak 80 kali.126
(HR. Muslim).
2. Tinjauan Hukum Positif
Penjualan dan penggunaan minuman beralkohol di Indonesia, ada sebuah
wacana tentang Rancangan Undang-Undang baru yang berjudul RUU Larangan
Minuman Beralkohol yang diusulkan Fraksi PPP dan PKS di DPR. Isi dari RUU
ini soal pelarangan total terhadap produksi, perdagangan, sampai konsumsi
minuman beralkohol, namun draf RUU ini masih dimatangkan di Badan Legislatif
DPR.127
Ketentuan hukum positif yang mengatur tentang penjualan minuman
beralkohol, antara lain :
a. Peraturan Presiden No. 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian Dan
Pengawasan Minuman Beralkohol.
b. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 15/M-
DAG/PER/3/2006 Tentang Pengawasan Dan Pengendalian Impor,
Pengedaran Dan Penjualan, Dan Perizinan Minuman Beralkohol.
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
86/Men.Kes/Per/IV/77 Tentang Minuman Keras.
126
Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Ensiklopedia Hadits 4: Shahih Muslim 2, terj. Masybari – Tatam Wijaya, hal. 122-123.
127 DetikNews, RUU Larangan Miras, diunduh pada tanggal 01 Mei 2016 dari
http://news.detik.com/berita/2907107/ini-draf-ruu-larangan-total-minuman-beralkohol-di-indonesia.
![Page 84: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/84.jpg)
73
d. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 13/M-
DAG/PER/3/2006 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin
Usaha Penjualan Langsung.
Selanjutnya di dalam KUHP, ada beberapa larangan tentang penjualan
minuman beralkohol, antara lain :
a. Pasal 537 yang menyatakan :
Barang siapa di luar kantin tentara menjual atau memberikan
minuman keras atau arak kepada anggota Angkatan Bersenjata di
bawah pangkat letnan atau kepada istrinya, anak atau pelayan,
diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga minggu atau
pidana denda paling tinggi seribu lima ratus rupiah.
Dari Pasal 537 di atas, siapa pun yang menjual atau memberikan minuman
keras atau arak kepada anggota Angkatan Bersenjata di bawah pangkat letnan atau
kepada istrinya, anak, atau pelayan, maka akan diancam dengan pidana penjara
paling kurungan paling lama tiga minggu atau pidana denda paling banyak seribu
lima ratus rupiah.
b. Pasal 538 yang menyatakan :
Penjual dan wakilnya yang menjual minuman keras yang dalam
menjalankan pekerjaan memberikan atau menjual minuman keras atau
arak kepada seorang anak di bawah umur enam belas tahun, diancam
dengan pidana kurungan paling lama tiga minggu atau pidana denda
paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
Dari Pasal 538 di atas, siapa pun yang dalam suatu pekerjaan memberikan
atau menjual minuman keras atau arak baik sebagai penjual langsung atau
wakilnya kepada seorang anak yang berumur di bawah enam belas tahun, maka
akan diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga minggu atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
![Page 85: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/85.jpg)
74
Untuk penggunaan (meminum) minuman beralkohol akan diberikan sanksi
hanya apabila peminumnya mabuk di tempat umum dan mengganggu ketertiban
umum, antara lain :
a. Pasal 492 ayat 1 yang menyatakan :
Barang siapa dalam keadaan mabuk di muka umum merintangi
lalu lintas, atau mengganggu ketertiban, atau mengancam
keamanan orang lain, atau melakukan sesuatu yang harus
dilakukan dengan hati-hati atau dengan mengadakan tindakan
penjagaan tertentu lebih dahulu agar jangan membahayakan
nyawa atau kesehatan orang lain, diancam dengan pidana
kurungan paling lama enam hari, atau pidana denda paling banyak
tiga ratus tujuh puluh lima rupiah.
Dari Pasal 492 ayat 1 di atas, siapa pun yang dalam keadaan mabuk di
hadapan umum menghalangi lalu lintas, mengganggu ketertiban, mengancan
orang lain, melakukan suatu hal yang harus dilakukan dengan hati-hati, atau
melakukan penjagaan tertentu lebih dahulu agar jangan membahayakan nyawa
atau kesehatan orang lain, maka akan diancam dengan pidana kurungan palingan
lama enam hari atau pidana denda paling banyak tiga ratus tujuh puluh lima
rupiah.
b. Pasal 536 ayat 1 yang menyatakan :
Barang siapa terang dalam keadaan mabuk berada di jalan umum,
diancam dengan pidana denda paling banyak dua ratus dua puluh
lima rupiah.
Dari Pasal 536 ayat 1 di atas, siapa pun yang secara terang-terangan dalam
keadaan mabuk berada di jalan umum, maka akan diancam dengan pidana denda
paling banyak dua ratus dua puluh lima rupiah.
![Page 86: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/86.jpg)
75
F. Analisis Perbandingan antara Hukum Islam dengan Hukum Positif
Penulis akan melakukan analisis perbandingan hukum Islam dengan
hukum positif, yang selanjutnya akan dilihat persamaan dan perbedaan antara
keduanya untuk kemudian ditarik kesimpulan.
1. Persamaan
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum menikah dalam hukum Islam dan hukum
positif sama-sama mengharuskan calon pasangan suami dan istri
melakukan serangkaian kegiatan ini, dengan tujuan yang sama yaitu
kemaslahatan.
b. Kewajiban memiliki tanaman dan hewan peliharaan dalam hukum Islam
dan hukum positif sama-sama tidak ada kewajiban untuk melakukannya,
namun hanya berupa anjuran karena tujuan dari kedua hal tersebut adalah
demi memenuhi kebutuhan hidup dan kesejateraan.
c. Pelarangan kegiatan yang berisi hasutan, fitnah, kebencian, dan adu domba
dalam hukum Islam dan hukum positif sama-sama perbuatan yang
dilarang, hal ini demi menjaga persatuan antar sesama manusia,
mewujudkan keamanan, dan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Perbedaan
a. Kebijakan berpacaran dalam hukum Islam dan hukum positif memiliki
perbedaan di antaranya, hukum Islam melarang segala bentuk pacaran
yang dilakukan laki-laki dan perempuan, baik itu seorang anak-anak,
remaja, atau orang dewasa karena hal ini hanya akan menjerumus kepada
perzinaan. Hukum Islam hanya mengenal istilah Ta‟aruf dan Khitbah bila
![Page 87: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/87.jpg)
76
berkeinginan untuk menikah. Sedangkan, hukum positif berpacaran tidak
ada larangan yang mengatur hal ini, hanya saja bila berpacaran ini telah
melanggar batas-batas dari norma kesopanan dan kesusilaan seperti
berpegangan tangan, berpelukan, bercium, dan lain-lain serta dilakukan di
tempat umum, baru bisa diberlakukan ketentuan hukum yang berlaku.
b. Larangan penjualan dan penggunaan minuman beralkohol dalam hukum
Islam dan hukum positif memiliki beberapa perbedaan di antaranya,
hukum Islam melarang penjualan dan penggunaan minuman beralkohol
secara mutlak karena hal ini bertentangan dengan Maqashid Syariah yaitu
merusak akal (hifdz al-„aql) yang termasuk lima hal pokok yang harus
dijaga. Sedangkan, hukum positif tidak melarang penjualan dan
penggunaan minuman beralkohol selama hal itu mengikuti dan tidak
bertentangan dengan peraturan-peraturan dan undang-undang yang
berlaku.
![Page 88: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/88.jpg)
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian beberapa BAB sebelumnya, dapat disimpulkan tentang
jawaban permasalahan sejalan dengan tujuan penulisan skripsi ini, antara lain :
1. Desa Berbudaya menurut Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun
2015 Tentang Desa Berbudaya adalah desa yang bersendikan pada nilai-
nilai gotong-royong, kekeluargaan, kebersamaan, dan kearifan lokal dalam
rangka penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dalam rangka peningkatan kualitas desa.
2. Secara umum, hukum Islam dan hukum positif sejalan dengan Peraturan
Bupati ini, namun ada salah satu materi dalam Peraturan Bupati yang
bertentangan dengan hukum positif, yaitu Penjualan dan penggunaan
minuman beralkohol di dalam hukum positif masih diperbolehkan selama
penjualannya mengikuti ketentuan undang-undang yang berlaku,
sedangkan penggunaan (meminum) minuman beralkohol pun tidak
dilarang selama peminumnya tidak berada di muka umum atau
mengganggu ketertiban umum. a
3. Analisis perbandingan hukum Islam dengan hukum positif dari Pasal 6
huruf f, g, l, m, n, o dalam Peraturan Bupati ini, antara lain :
- Persamaan antara hukum Islam dengan hukum positif, mulai dari
pemeriksaan kesehatan sebelum menikah sama-sama mengharuskan calon
![Page 89: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/89.jpg)
78
pasangan suami dan istri mengikuti serangkaian kegiatan ini, dengan
tujuan kemaslahatan. Selanjutnya, kewajiban memiliki tanaman dan hewan
peliharaan sama-sama tidak ada perintah yang tegas dalam melakukannya,
namun hanya berupa anjuran saja yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan kesejahteraan. Kemudian, pelarangan kegiatan yang
berisi hasutan, fitnah, kebencian, dan adu domba sama-sama perbuatan
yang dilarang, hal ini demi menjaga persatuan dan kesatuan antar sesama
manusia, mewujudkan keamanan, dan ketentraman dalam kehidupan
bermasyarakat.
- Perbedaan antara hukum Islam dengan hukum positif, mulai dari kebijakan
berpacaran dalam hukum Islam adalah melarang segala kegiatan ini, baik
anak-anak, remaja, atau orang dewasa karena hanya akan menjerumus
pada perzinaan. Hukum Islam hanya mengenal istilah Ta‟aruf dan Khitbah
bila berkeinginan untuk menikah. Sedangkan hukum positif tidak
mengatur ketentuan tentang berpacaran, hanya saja bila kegiatan ini sudah
melanggar nilai-nilai kesopanan dan kesusilaan yang dilakukan di hadapan
umum, maka akan dikenakan ketentuan yang berlaku. Selanjutnya,
pelarangan penjualan dan penggunaan minuman beralkohol dalam hukum
Islam adalah dilarang secara mutlak karena hal ini demi perlindungan
terhadap akal dalam Maqashid Syariah (hifdz al-„aql). Sedangkan dalam
hukum positif, tidak ada larangan untuk melakukannya selama hal ini
mengikuti dan tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
![Page 90: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/90.jpg)
79
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis hanya ingin menyatakan bahwa secara
umum Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa
Berbudaya sudah baik, karena sejalan dengan hukum Islam dan hukum positif
pada umumnya. Untuk menyukseskan Peraturan Bupati ini di lapangan,
pemerintah daerah perlu melakukan sosialisasi lebih luas pada masyarakat, agar
segala hal yang diatur dalam Peraturan Bupati ini betul-betul terwujud secara
nyata dalam kehidupan sehari-hari.
![Page 91: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/91.jpg)
80
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an :
Al-Qur‟an Al-Karim
Buku Referensi :
Abbas, Ahmad Sudirman. Pengantar Pernikahan. Jakarta: PT. Prima Heza
Lestari, 2006.
----------. Qawaid Fiqhiyyah dalam Perspektif Fiqh. Ciputat: Adelina Bersaudara,
2008.
Adioetomo, Sri Moertiningsih dan Omas Bulan Samosir. Dasar-Dasar
Demografi. Jakarta: Salemba Empat, 2011.
Albani, Muhammad Nashiruddin Al. Ringkasan Shahih Muslim II. Penerjemah
Subhan dan Imron. Jakarta: Pustaka Azzam, 2003.
Asqalani, Ibnu Hajar Al. Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih al-Bukhari.
Penerjemah Amiruddin. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.
Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al. Ensiklopedia Hadits 1: Shahih
al-Bukhari. Penerjemah Masyhur dan Muhammad Suhadi. Jakarta:
Almahira, 2011.
----------. Ensiklopedia Hadits 2: Shahih al-Bukhari. Penerjemah Subhan
Abdullah, dkk. Jakarta: Almahira, 2012.
Fanjari, Ahmad Syauqi Al. Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam. Jakarta: Bumi
Aksara, 1999.
Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam Pengantar Hukum dan Tata Hukum Islam
Di Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1990.
Ali, Zainuddin. Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika, 2006.
Apeldoorn, L.J van. Pengantar Ilmu Hukum. Penerjemah Oetarid Sadino. Jakarta:
PT. Pradnya Paramita, 2011.
Doi, Abdur Rahman I. Perkawinan Dalam Syariat Islam. Jakata: PT. Rineka
Cipta, 1992.
![Page 92: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/92.jpg)
81
Ghandur, Achmad El. Perspektif Hukum Islam. Penerjemah Ma‟mun Muhammad
Mura‟l. Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2006.
HS, Salim. Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2010.
Jauhar, Ahmad al-Mursi Husain. Maqashid Syariah. Penerjemah Khikmawati.
Jakarta: Amzah, 2013.
Khallaf, Abdul Wahhab. Kaidah-Kaidah Hukum Islam: Ilmu Ushulul Fiqh.
Penerjemah Noer Iskandar al-Barsany dan Moh. Tolchah Mansoer.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000.
Kancil, C.S.T. Hidup Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: Erlangga, 1990.
----------. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 1986.
Majah, Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini Ibnu. Ensiklopedia
Hadits 8: Sunan Ibnu Majah. Penerjemah Saifuddin Zuhri. Jakarta:
Almahira, 2013.
Mardani. Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Pidana Nasional. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008.
Naisaburi, Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi An. Ensiklopedia Hadits 4: Shahih
Muslim 2. Penerjemah Masybari dan Tatam Wijaya. Jakarta: Almahira,
2012.
Nurwijaya, Hartati dan Zullies Ikawati. Bahaya Alkohol dan Cara Mencegah
Kecanduaannya. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2009.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur‟an
Voluma 1. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
----------. Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur‟an Voluma 2.
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Subagyo, Joko. Metodologi Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1994.
Syarifin, Pipin. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999.
Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh Jilid I. Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997.
![Page 93: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/93.jpg)
82
Qaradhawi, Muhammad Yusuf. Halal dan Haram Dalam Islam. Penerjemah
Mu‟ammal Hamidy. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982.
Tihami, M.A. dan Sohari Sahrani. Fiqh Munahakat: Kajian Fiqih Nikah Lengkap.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010.
Tim Penyusun Fakultas Syari‟ah dan Hukum. Pedoman Penulisan Skripsi.
Jakarta: Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syari‟ah dan
Hukum Universitas Islam Negeri, 2012.
Thalib, Sayuti. Pembaharuan Hukum Islam Di Indonesia. Depok: UI Press, 1976.
Tutik, Titik Triwulan. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2006.
Widagdho, Djoko, dkk. Ilmu Dasar Budaya. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Widyosiswoyo, Supartono. Ilmu Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.
Yanggo, Huzaemah Tahido. Hukum Keluarga Dalam Islam. Jakarta: Yamiba,
2013.
Washil, Nashr Farid Muhammad dan Abdul Aziz Muhammad Azzam. Qawa‟id
Fiqhiyyah. Penerjemah Wahyu Setiawan. Jakarta: Amzah, 2013.
Zahrah, Muhammad Abu. Fiqh Islam Mazhab dan Aliran. Penerjemah Nahbani
Idris. Tangerang Selatan: Gaya Media Pratama, 2014.
Zaidan, Abdul Karim. Pengantar Studi Islam Mengenai Syari‟ah Islam Lebih
Dalam. Penerjemah M. Misbah. Jakarta: Robbani Press, 2008.
Skripsi :
Nooryanti. “Urgensi Pemeriksaan Kesehatan Pranikah Bagi Pembentukan
Keluarga Sakinah (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan
Tengah)”. Skripsi S1 Fakultas Syari‟ah, Universitas Islam Negeri Malang,
Malang, 2007.
Nurdin, Asrul. “Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2008
Tentang Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan, Pengemis, dan
Pengamen Di Kota Makassar”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2013.
Pikoli, Oktafina. “Efektivitas Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2011 Tentang
Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Di Kota Makassar”. Skripsi
S1 Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2014.
![Page 94: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/94.jpg)
83
Ramdhani, Syaiful. “Penerapan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2011 Tentang
Pembinaan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Di Purwokerto”.
Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto,
2013.
Peraturan Perundang-Undangan :
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Peraturan Bupati Purwakarta No. 70a Tahun 2015 Tentang Desa Berbudaya.
Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2015 Tentang Ketahanan Pangan dan Gizi.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-
Undang No. 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan.
Jurnal/Artikel/Website :
Amiruddin, Suwaib. “Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Menertibkan
Peredaran Minuman Keras Di Kota Cilegon Provinsi Banten”. Jurnal
Hukum Volume 28. Nomor 2 (Desember 2012).
DetikNews. “RUU Larangan Miras”. Artikel diunduh pada tanggal 01 Mei 2016
dari http://news.detik.com/berita/2907107/ini-draf-ruu-larangan-total-
minuman-beralkohol-di-indonesia.
Hendriyadi. “Metode Pengumpulan Data”. Artikel diunduh pada tanggal 25
Januari 2016 dari https://teorionline.wordpress.com/service/metode-
pengumpulan-data/.
Ika. “Premarital Check-Up”. Artikel diunduk pada tanggal 14 April 2016 dari
http://mantenhouse.com/article/125-premarital-check-up-penting-nggak-
sih-.html#.Vx4b7vl9600.
Laboratorium Klinik Prodia. “Premarital Check Up”. Artikel ini diunduh pada
tanggal 14 April 2016 dari
http://www.prodia.co.id/InfoKesehatan/PenyakitDiagnosisDetails/premarit
al-check-up.
Mulyadi, Dedi. “Setitik Kisah Hidup (Kang H. Dedi Mulyadi, SH)”. Artikel
diunduh pada tanggal 12 April 2016 dari http ://dedimulyadi-
![Page 95: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/95.jpg)
84
bupati.blogspot.co.id/2009/10/setitik-kisah-hidup-kang-h-dedi-
mulyadi_13.html.
Mulyandi, Handri. “Sejarah Purwakarta”. Artikel diunduh pada tanggal 10 April
2016 dari http ://bule-sang.blogspot.co.id/2011/04/sejarah-kota-
purwakarta_26.html.
Prabowo, Rossi. “Kebijakan Pemerintah Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan
Di Indonesia”. Jurnal Mediagro Volume 6. Nomor 2 (2010).
Syafingi, Habib Muhsin. “Internalisasi Nilai-Nilai Hukum Islam dalam Peraturan
Daerah (Syariah) di Indonesia”. Jurnal Pandecta Volume 7. Nomor 2 (Juli
2012).
Website Resmi Pemerintahan Kabupaten Purwakarta. “Kepala Daerah”. Artikel
diunduh pada tanggal 12 April 2016 dari http
://www.purwakartakab.go.id/kepala-daerah.php.
----------. “Sejarah Purwakarta”. Artikel diunduh pada tanggal 15 Februari 2016
dari http ://purwakartakab.go.id/web2/sejarah-purwakarta/.
Website Resmi Pemerintahan Provinsi Jawa Barat. “Kabupaten Purwakarta”.
Artikel diunduh pada tanggal 18 Februari 2016 dari http
://www1.jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1054.
![Page 96: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/96.jpg)
PROVINSI JAWA BARAT
PERATURAN BUPATI PURWAKARTA
NOMOR 70.A TAHUN 2015
TENTANG
DESA BERBUDAYA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PURWAKARTA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka penguatan tugas, fungsi dan peranan Pemerintahan Desa diperlukan suatu penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang berbasis budaya dan nilai-nilai kearifan lokal yang terintegrasi dengan sistem pemerintahan desa secara nasional;
b. bahwa untuk mewujudkan penguatan tugas, fungsi dan peranan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu dibentuk desa berbudaya di Kabupaten Purwakarta dengan berpedoman kepada peraturan perundang-undangan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia 1950), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
![Page 97: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/97.jpg)
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor 3 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Purwakarta Tahun 2005 Nomor 3);
9. Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor 12 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa (BAMUSDES) (Lembaran Daerah Kabupaten Purwakarta Tahun 2006 Nomor 12);
10. Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pemerintah Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Purwakarta Tahun 2008 Nomor 3);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Purwakarta (Lembaran Daerah Kabupaten Purwakarta Tahun 2008 Nomor 7);
![Page 98: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/98.jpg)
12. Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD (Lembaran Daerah Kabupaten Purwakarta Tahun 2008 Nomor 9);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG DESA BERBUDAYA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
2. Bupati adalah Bupati Purwakarta.
3. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.
5. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.
6. Majelis Budaya Desa adalah Badan Permusyawaratan Desa sebagai majelis pemangku adat.
7. Desa Berbudaya adalah Desa yang bersendikan pada nilai-nilai gotong-royong, kekeluargaan, kersamaan, dan kearifan lokal dalam rangka penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam rangka peningkatan kualitas Desa.
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal 2
(1) Maksud dibentuknya peraturan Bupati tentang Desa Berbudaya adalah sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan desa yang berbasis budaya lokal.
(2) Tujuan dibentuknya peraturan Bupati tentang Desa Berbudaya adalah untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa yang berbasis budaya lokal.
![Page 99: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/99.jpg)
BAB II RUANG LINGKUP
Pasal 3
Ruang lingkup peraturan Bupati ini meliputi :
a. pembentukan dan penyelenggaraan pemerintahan Desa; b. standarisasi infra struktur desa; c. penataan kehidupan sosial, lingkungan hidup, kepariwisataan, dan
keamanan; d. ketahanan pangan;
e. peranan Majelis Budaya Desa;
f. pembinaan perangkat Desa, Ketua RT, Ketua RW, dan Badega Lembur.
BAB III PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
Pasal 4
(1) Pembentukan dan penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Kabupaten Purwakarta harus berorientasi kepada nilai-nilai budaya lokal.
(2) Nilai-nilai budaya lokal yang beraneka ragam di setiap Desa wajib dilestarikan oleh masyarakat Desa dalam upaya penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
BAB IV
STANDARISASI INFRA STRUKTUR DESA
Pasal 5
(1) Pembangunan infra struktur Desa wajib memiliki standarisasi konstruksi, kualitas, bentuk, dan estetika.
(2) Standarisasi infra struktur Desa meliputi :
a. bangunan pemerintahan desa;
b. desain interior dan eksterior sarana pemerintahan desa;
c. jalan dan jembatan Desa;
d. pagar, penerangan jalan;
e. bentuk dan arsitektur bangunan tempat tinggal masyarakat;
f. desain bangunan saung sawah;
g. desain batas desa;
h. desain tempat pertunjukan kesenaian rakyat.
(3) Pemerintah Daerah membuat pedoman penyelenggaraan infra struktur Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
![Page 100: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/100.jpg)
BAB V PENATAAN KEHIDUPAN SOSIAL, LINGKUNGAN HIDUP,
KEPARIWISATAAN, DAN KEAMANAN
Pasal 6 Pemerintah Desa wajib melakukan penataan kehidupan sosial kemasyarakatan, meliputi :
a. mengembangkan budaya gotong royong melalui kegiatan kerja bakti;
b. mengembangkan sikap tolong menolong melalui kegiatan “beas perelek”;
c. masyarakat pasangan usia subur wajib menjadi akseptor KB;
d. larangan penyelenggaraan kegiatan hiburan yang berpotensi menimbulkan keributan atau kericuhan;
e. anak yang berusia di bawah umur dilarang mengendarai kendaraan bermotor;
f. masyarakat yang akan menikah harus menempuh proses pemeriksaan kesehatan;
g. masyarakat dan pelajar wajib memiliki tanaman hewan peliharaan;
h. anak usia sekolah wajib mengikuti pendidikan formal;
i. anak usia sekolah dilarang berada di luar rumah lebih dari pukul 21.00 WIB;
j. masyarakat wajib memadamkan listrik di luar rumah pada saat bulan purnama;
k. tamu wajib lapor ke Ketua RT dan dilarang bertamu lebih dari pukul 21.00 WIB;
l. warga masyarakat yang berumur 17 (tujuh belas) tahun ke bawah (usia remaja) dilarang berpacaran;
m. warga masyarakat yang berumur di atas 17 (tujuh belas) tahun dilarang berpacaran baik di dalam maupun di luar rumah lebih dari pukul 21.00 WIB, kecuali didampingi oleh orang tua atau keluarganya;
n. pelarangan kegiatan yang berisi hasutan, fitnah, kebencian, adu domba antar kelompok/golongan yang berpotensi meruntuhkan persatuan, gotong royong dan ketenteraman masyarakat;
o. pelarangan penjualan dan penggunaan minuman beralkohol.
Pasal 7 Pemerintah Desa wajib melakukan penataan lingkungan hidup, meliputi :
a. masyarakat dan Pemerintah Desa wajib memelihara dan melestarikan situ dan mata air;
b. penebangan pohon dan tumbuhan tertentu harus mempunyai izin dari Kepala Desa;
c. pelarangan kegiatan penambangan tanpa izin;
d. pelarangan pengambilan air bersih untuk kepentingan komersial;
![Page 101: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/101.jpg)
e. pelarangan pengambilan ikan di selokan, sungai, dan situ dengan menggunakan alat dan/atau bahan yang berbahaya;
f. pelarangan pengambilan belut dan katak di sawah dengan menggunakan aliran listrik;
g. pelarangan berburu burung, ular, tupai, dan satwa yang dilindungi oleh undang-undang;
h. pelarangan buang air besar di selokan, sawah, dan kebun.
Pasal 8 Pemerintah Desa wajib melakukan penataan kepariwisataan, yang meliputi :
a. inventarisasi potensi wisata unggulan di daerahnya;
b. perbaikan infrastruktur yang menuju objek wisata;
c. penataan dan pengembangan infrastruktur pendukung pariwisata;
d. mengembangkan tradisi dan adat istiadat;
e. setiap desa harus mempunyai kesenian khas;
f. setiap desa harus mempunyai gedung/balai pertunjukkan kesenian;
g. Pemerintah Desa wajib mengembangkan cara berpakaian adat sunda dalam upaya mendukung kepariwisataan;
h. Pemerintah Desa wajib mengembangkan potensi wisata yang berbasis pertanian;
i. Pemerintah Desa wajib mengembangkan potensi wisata kuliner termasuk tarian “goyang maranggi”.
Pasal 9
Pemerintah Desa wajib melakukan penataan keamanan lingkungan, yang meliputi :
a. pembinaan peningkatan kewaspadaan masyarakat terhadap gangguan keamanan;
b. peningkatan koordinasi dengan Babinkamtibmas dan Babinsa;
c. menggalakkan sistem keamanan lingkungan yang berbasis partisipasi masyarakat;
d. peningkatan kemampuan Badega Lembur;
e. peningkatan sarana Pos Kamling;
f. pemasangan CCTV pada setiap batas Desa dan tempat strategis;
g. penerapan sanksi adat terhadap pelanggaran gangguan keamanan, ketertiban dan ketentraman masyarakat.
Pasal 10
Penjabaran lebih lanjut mengenai penataan kehidupan sosial, lingkungan hidup, kepariwisataan, dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Desa.
![Page 102: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/102.jpg)
BAB VI KETAHANAN PANGAN
Pasal 11
Pemerintah Desa wajib menjaga dan meningkatkan ketahanan pangan melalui kegiatan :
a. pengadaan lumbung padi di setiap keluarga/RT/RW/Desa;
b. peternakan, pertanian, dan perikanan rakyat;
c. himbauan kepada masyarakat pemilik tanah pertanian untuk tidak menjual dan/atau mengalihfungsikan lahan pertanian kepada pihak lain;
d. pembinaan anak usia sekolah dalam bercocok tanam, beternak, ngarit, menenun;
e. pengalihan pemakaian bahan bakar minyak dan gas ke kayu bakar.
BAB VII PERANAN MAJELIS BUDAYA DESA
Pasal 12
Majelis Budaya Desa mempunyai peran :
a. sebagai pemangku adat Desa;
b. pemutus perselisihan/sengketa adat bersama Kepala Desa;
c. mengembangkan kehidupan adat istiadat dan kebudayaan masyarakat;
d. menjalin kerja sama dengan Majelis Budaya Desa lain dalam rangka penguatan Desa Berbudaya;
e. membuat regulasi tentang tatanan kehidupan bermasyarakat yang bersendikan kearifan budaya lokal.
Pasal 13 Majelis Budaya Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ditur lebih lanjut dengan peraturan Bupati.
BAB VIII SANKSI
Pasal 14
(1) Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan
Pasal 10, Majelis Budaya Desa bersama Kepala Desa dapat menerapkan sanksi yang diatur dengan peraturan Desa.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diputuskan dan dijatuhkan oleh Majelis Budaya Desa bersama Kepala Desa berdasarkan rasa kemanusiaan dan keadilan serta menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya masyarakat Desa.
![Page 103: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/103.jpg)
BAB IX
PEMBINAAN PERANGKAT DESA, KETUA RT, KETUA RW, DAN BADEGA LEMBUR
Pasal 15
(1) Pemerintah Desa wajib melakukan pembinaan terhadap perangkat Desa,
Ketua RT, Ketua RW, dan Badega Lembur melalui :
a. kegiatan bimbingan teknis bekerja sama dengan dinas terkait;
b. membuat pakta integritas bagi seluruh perangkat Desa, Ketua RT, Ketua RW dan Badega Lembur;
c. kegiatan evaluasi dan pengawasan kinerja. (2) Pemerintah Desa melakukan penilaian terhadap perangkat Desa, Ketua
RT, Ketua RW, dan Badega Lembur.
(3) Perangkat Desa, Ketua RT, Ketua RW, dan Badega Lembur yang melaksanakan tugas tidak dengan baik diberikan sanksi.
(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari :
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. pernyataan tidak puas secara tertulis;
d. penundaan pembayaran penghasilan tetap/insentif;
e. pemberhentian sebagai perangkat Desa atau Badega Lembur.
Pasal 16 Penjabaran lebih lanjut terhadap pembinaan perangkat Desa, Ketua RT, Ketua RW, dan Badega Lembur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diatur lebih lanjut dengan peraturan Desa.
BAB X KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam berita daerah Kabupaten Purwakarta.
![Page 104: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/104.jpg)
Ditetapkan di Purwakarta pada tanggal 15 Juni 2015 BUPATI PURWAKARTA,
DEDI MULYADI
Diundangkan di Purwakarta Pada tanggal 15 Juni 2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA Drs. H. PADIL KARSOMA,M.Si
BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2015 NOMOR 70A
![Page 105: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/105.jpg)
Pembagian Administratif Kabupaten Purwakarta
No. Kecamatan Jumlah Kel/Desa Luas Wilayah
1 Babakan Cikao 09 42,40 km2
2 Bojong 14 68,69 km2
3 Bungursari 10 54,66 km2
4 Campaka 10 43,60 km2
5 Cibatu 10 56,50 km2
6 Darangdan 15 67,39 km2
7 Jatiluhur 10 60,11 km2
8 Kiara Pedes 10 52,16 km2
9 Maniis 08 71,64 km2
10 Pasawahan 12 36,96 km2
11 Plered 16 31,48 km2
12 Pondok Salam 11 44,08 km2
13 Purwakarta 10 24,83 km2
14 Sukasari 05 92,01 km2
15 Sukatani 14 95,43 km2
16 Tegalwaru 13 73,23 km2
17 Wanayasa 15 56,55 km2
![Page 106: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/106.jpg)
SURAT PERNYATAAiTTELAE MELAI(U'KAN }YAWANCARA
Dengan ini saya yangbernama:
Nama
Tempat/ Tanggal Lahir
NIM
Semester
Prograrn Studi
Alamat
: Balu Baskoro
: Ponorogo, 12 November 1993
:1111043200030
: X (10)
: Perbandingan Hukum
: Jl. Sumatra, Gang.Dama, RT:02106
Kec. Ciputat, Kel. Jombang, Tangerang Selatan
: 0812 8609 9275Telp/I{p
Telah melakukan wawancara dengan Bupati Purwakarta pada tanggal22\tlaret2}l6,
pukul W OO wIB di Balai Negeri.
Pewawancara
Bayu Baskgro
![Page 107: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/107.jpg)
Hasil Wawancara
Hasil wawancara dengan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi tanggal 22 Maret 2016jam 14.00 WIB di Balai Negeri.
1. Apa yang melatarbelakangi bapak dalam membuat peraturan ini?
Dalam rangka penguatan tugas, fungsi, dan peranan Pemerintahan Desa makadiperlukan suatu penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang berbasis budaya dannilai-nilai kearifan lokal yang terimtegrasi dengan sistem pemerintahan desasecara nasional dengan berpedoman kepada Peraturan Perundang-Undangan.
2. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan peraturan ini?
Pihak-pihak yang terlibat, antara lain :
a. Asisten Sekretaris Daerah Bidang Pemerintahan.
b. Bagian Hukum.
c. Bagian Pemdes.
d. OPD lain yang terkait.
3. Apa yang menjadi alasan terbentuknya Pasal 6 huruf f tentang pemeriksaankesehatan sebelum menikah?
Untuk menghindari dari risiko penularan penyakit yang disebabkan hubunganseperti suami istri (penyakit HIV atau penyakit kelamin lainnya).
4. Apa yang menjadi alasan terbentuknya Pasal 6 huruf g tentang kewajibanmemiliki tanaman dan hewan peliharaan?
Agar masyarakat dapat membiasakan dan melatih sejak dini anak sekolah untukbisa belajar mandiri dalam rangka menjaga ketahanan pangan.
5. Apa yang menjadi alasan terbentuknya Pasal 6 huruf l dan m tentangkebijakan berpacaran?
Pada usia 17 tahun atau lebih seseorang diberi ruang untuk mengenal lawanjenisnya secara fisikologis dan biologis namun dalam batas-batas norma yangdapat diterima oleh masyarakat serta pada usia 17 tahun ke atas dipandang usiayang cukup matang untuk mengenal lawan jenis secara bertanggungjawab.Sedangkan pada usia di bawah 17 tahun tidak memenuhi syarat-syaratsebelumnya.
![Page 108: PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42523/1/BAYU... · ?015 TENTAIIG DESA BERBUDAYA. Telah diujikan dalam Sidang](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103108/5c7a39bf09d3f2a9708c4968/html5/thumbnails/108.jpg)
6. Apa yang menjadi alasan terbentuknya Pasal 6 huruf n tentang pelarangankegiatan yang berisi hasutan, fitnah, kebencian, dan adu domba antarkelompok/golongan yang berpotensi meruntuhkan persatuan?
Untuk menciptakan ketertiban, ketentraman, dan keamanan serta menjunjungtinggi persatuan dan kesatuan masyarakat.
7. Apa yang menjadi alasan terbentuknya Pasal 6 huruf o tentang pelaranganpenjualan dan penggunaan minuman beralkohol?
Pasal ini telah dibatalkan sesuai dengan surat keputusan Gubernur Jawa Baratnomor 188.342./Kep.1354-Hukham/2015.