prof. dr. jimly asshiddiqie, sh: “perbaiki si stem hukum ... file1 volume 13/2011 volume 13/2011...

59
1 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMBANGUN KEPOLISIAN YANG BERBUDAYA DAN BERKARAKTER VALUE ENGINEERING BISA DITERAPKAN DALAM BIDANG HUKUM Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “PERBAIKI SISTEM HUKUM KITA YANG BOBROK” DIES NATALIS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

Upload: duongkhanh

Post on 02-May-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

1

Volume 13/2011

Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS

MEMbangun kEpolisianyang bErbudaya danbErkaraktEr

ValuE EnginEEringbisa ditErapkandalaM bidang HukuM

Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH:

“Perbaiki SiStemHukum kita

yang bobrok”

DIES NATALIS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

Page 2: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

2

NAMA RUBRIK

3

Volume 13/2011

Page 3: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

4

CONTENT Volume 11/2011

44

Founders :Persatuan Jaksa Indonesia (PJI)Dr. (HC) Hendarman Supandji

Adviser:Jaksa Agung RI

Chairman:Edwin P Situmorang

Board of Editors:NyomanandaGabriel MahalJaya LaksanaChuck Suryosumpeno

Chief Operating Officer:R. Ayu Retno Kusumastuti

Editor in Chief:William Syukur

Senior Editor:Albert Rebong

Managing Editor:Bosko Nambut

Contributors:Prof. H.R. Djokomoelyo, M. SH., APUDr Chryshnanda DL

Editorial Staff:Agung FrigidantoIman KhilmanOskar SanjayaHendra Susetyo Lia Miranti

Creative:Hari MulyantoRindy Atmoko

Photographers:Kresno AdjiGunas Asril

General Manager:D. Eko Triyono

Sales & Marketing:Dede RahmawatiAyu Hamdani

Secretary:Silvie Zuadkiah

CirculationHandoyo Annas

General Affair Teguh Astim

Address: Graha Pena Lantai 8Jalan Kebayoran Lama Nomor 12Jakarta Selatan 12210Phone (021) 53670958Fax: (021) 53671658Email: [email protected]: Majalah Requisitoire

Foto cover: Arko

30

OPINION 44 Mafia Sisilia 48 Kajian Dari Perspektif Komunikasi Politik

COLUMN 54 Djokomoeljo: Mengenang Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) 1966 60 Chryshnanda DL: Membangun Kepolisian Yang Berbudaya dan Berkarakter

LAW FIGURE 64 Lila Agustina, SH., MH.: Sejak Kecil Memiliki Jiwa Pemimpin

GLOBAL 66 Polly Higgins: Usaha Menutup Pintu Neraka

LEISURE 70 Pantai Anyer nan Eksotik

CULTURE 74 50 Tahun Sanggar Bumi Tarung Setelah Pertarungan Ideologi 78 Seni Untuk Rakyat

REQ PLUS 81 Dies Natalis ke 53 Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan

110 CLICK

74

MELAWANPERADILANSESAT

34PE

RBAI

KI S

ISTE

M H

UKUM

KIT

A YA

NG B

OBRO

K

6 EDITOR’S NOTE

8 COO’S NOTE

12 FACEBOOK CORNER

INTERVIEW 14 Masalah Tata Ruang Adalah Masalah Pembangunan Berkesinambungan

SPOTLIGHT 18 Mengembangkan Usaha Di Bidang Energi dan Perhotelam 22 Terbelit Banyak Kasus, Banggar Minta Dibubarkan 24 Berantas Korupsi, KPK Safari Fraksi DPR 26 Wacana Moratorium Remisi Koruptor 28 Value Engineering Bisa Diterapkan Dalam Bidang Hukum 30 Melawan Peradilan Sesat 34 Perbaiki Sistem Hukum Kita Yang Bobrok

FEATURE 42 Berbahagialah Mereka Yang Menjadi Peserta Askes

50 tahun sanggar bumi tarungsEtELah PErtarungan iDEOLOgi

MAF

IA S

ISIL

IA

44

Page 4: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

7

Volume 13/2011

6

EDITOR’S NOTE

6

Konon, negara ini adalah negara hukum (rechstaat). Selalu terdengar ungkapan maupun tulisan yang menyebutkan, “Hukum adalah Panglima!” Akan

tetapi, tampaknya itu ungkapan belaka. Toh, faktanya, terjadi banyak pelanggaran hukum, dilakukan oleh berbagai insan, dari pedagang kaki lima hingga anggota DPR RI, pejabat tinggi negara, dari orang kota sampai orang desa, dari Sabang sampai Merauke.

Para penegak hukum, para pejabat di daerah, pejabat tinggi negara, termasuk para wakil rakyat, yang seharusnya menjadi teladan, pelaku utama penegakkan hukum, justru sebaliknya, acapkali menjadi pelanggar hukum. Korupsi mi-salnya. Lihatlah di televisi, bacalah koran, banyak pejabat bahkan oknum penegak hukum itu sendiri melakukan korupsi. Fakta ini seakan-akan membenarkan kata-kata Lord Acton, “Power tends to corrupt!” Penguasa (kekuasaan) cenderung korupsi.

Menyedihkan, memalukan. Sudah sangat terang, korupsi itu tidak baik, tidak bermoral, melanggar UU Korupsi, hingga melanggar UUD, tetapi tetap saja korupsi itu tak ada matinya. Ratusan bahkan ribuan koruptor yang sudah mendekam di penjara selama ini, dan selalu muncul di media massa, terutama muncul di tele-visi, yang seharusnya dapat membuat efek jera,

ternyata justru tak kunjung membuat efek jera. Tak jarang pula para pejabat tersangka korupsi,

dengan berbagai cara, meluputkan diri dari jeratan hukuman. Dengan sisa-sisa kekuasaan, pengaruh dan karena uangnya yang banyak, sang koruptor memperdayai para penegak hukum, menyogok. Oknum penegak hukum itu pun dengan kekusaannya, bisa menghilangkan pasal korupsi dengan berbagai dalih dan upaya.

Hukum dilecehkan, dihina, diabaikan, diinjak-injak, tak ada harganya lagi. Begitulah. Prof. Dr. Jimly Asshidiqie mengatakan, “Sistem hukum di negeri kita ini, sudah bobrok…!” Hukum bukan lagi menjadi panglima, melainkan hanya menjadi prajurit. Jika ini terus dibiarkan, maka negeri ini menjadi hancur. Ini bukan lagi negara hukum (rechstaat), melainkan negara atas dasar kekua-saan (machstaat).

Tetapi, mari, jangan putus asa. Sebab dibalik putus asa, masih ada asa. Segera, kita memiliki pimpinan KPK baru. Asa yang tinggi kita gan-tungkan kepada mereka. Semoga mereka mampu menegakkan hukum, menjadikan UU Korupsi sebagai panglima dalam memberantas korupsi di negeri ini. Asa yang sama juga kira harapkan kepada kepolisian, kejaksaan dan kehakiman, ya termasuk media massa, LSM, mahasiswa dan semua elemen, agar hukum senantiasa menjadi panglima di negeri ini. ***

antara reCHStaatdan maCHStaat

Page 5: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

9

Volume 13/2011

8

COO’S NOTE

Samurai adalah anggota kasta ksatria Jepang yang mulai berkuasa pada abad ke-12 dan mendominasi pemerintahan hingga tahun 1868.

Mereka terkenal sebagai ksatria yang paling ditakuti dan dihormati pada masanya, selain itu mereka termahsyur pandai mengendalikan hawa nafsu serta sama sekali tidak terpengengaruh pada keadaan sekitar.

Para ksatria itu hidup berdasarkan nilai-nilai yang sangat ketat, selanjutnya disebut BUSHIDO, yang mengutamakan keberanian, kehormatan dan kesetiaan.

BUSHIDO

Bushido yang secara harafiah berarti “JALAN KSATRIA” dan Samurai sendiri berarti “MELAYANI” terkesan bertolak belakang namun pada hakikatnya tujuan mereka adalah melayani dengan sepenuh jiwa dan raga.

Bangsa Jepang sendiri telah lebih dari 1.100 tahun menganut sistem Kepemimpinan yang biasa dianut oleh para Samurai. Sistem Kepemimpinan

yang ternyata sampai saat ini masih mampu men-jadi pedoman meskipun Samurai berpedang telah tergantikan dengan Samurai berteknologi tinggi.

Kode perilaku BUSHIDO terdiri dari: 1. CHU - Tugas dan Kesetiaan 2. GI - Adil dan bermoral 3. MAKOTO - Tulus Ikhlas 4. REI - Sopan santun 5. JIN - Kasih Sayang 6. YU - Keberanian Heroik 7. MEIYO - Kehormatan

Ketujuh kode perilaku tersebut bersifat universal dan memiliki landasan luhur yaitu: Moral dan Budi Luhur.

KEBERANIAN MEMEGANG KOMITMEN

Dalam sejarah, Samurai selalu memegang “KOMITMEN” sekalipun harus mengorbankan nyawa. Hal itu bukan berarti mereka tidak meng-hargai dirinya sendiri, namun lebih mengutamakan memegang teguh ucapan dan prinsip.

Tragedi terbesar dalam hidupnya adalah men-jalani kehidupan tanpa dapat memegang teguh komitmen yang telah dipegangnya.

Jaman telah berubah, orang tidak lagi ambil pusing perihal menepati komitmen, mengakibatkan nilai ucapan mereka begitu rendah sehingga meng-ingkari komitmen yang telah mereka buat dapat dilakukan hampir setiap hari.

Ketika kepercayaan dihancurkan, komitmen tidak dihargai dan dihormati maka proses interaksi akan menjadi kacau. Ada pula sekelompok orang yang takut berkomitmen karena tidak ingin melang-garnya, mereka adalah kelompok pengecut yang tidak memiliki prinsip dan senantiasa dikuasai oleh keraguan serta kerapuhan.

Samurai tak kan pernah takut mengalami kega-galan, bagi mereka “JATUH TUJUH KALI BERARTI BANGKIT DELAPAN KALI”.

Salah satu alasan mengapa para Samurai tidak pernah takut menghadapi kegagalan adalah karena mereka menjalani hidup seolah-olah mereka sudah meninggal, pandangan yang sangat positif karena ses-eorang tidak mempunyai beban dalam menjalankan tugasnya, total dan focus…betul-betul NOTHING’S TO LOSE. Apabila Anda memiliki jabatan dan tidak takut akan kehilangan jabatan tersebut, Anda akan mempertaruhkan apapun untuk melakukan yang

R. Ayu Retno Kusumastuti Suryosumpeno

As widely known, Samurai refers to Japanese warriors that ruled in the 12th

century and led the govern-ment up to 1868. They represent the most feared and respected group during their times and then became extremely popular of being able to totally control their greed and remain uninfluenced by the surrounding circumstances.

They uphold high standard values called as BUSHIDO, which mainly represents courage, honor and loyalty.

BUSHIDO

Bushido literally means “ Way of the Warrior” and Samurai means “TO SERVE.”

It looks contradictive to some extent but actu-ally means they want to serve with all their body and soul.

For over than 1.100 years Japanese leadership has almost totally represented the Samurai’s style and it still remains effective to date with high technology as the weapon instead of Samurai swords.

Learning From The Samurai

BUSHIDO behavioral codes:

1. CHU - Service and loyalty 2. GI - Fair and morale standard 3. MAKOTO - Sincere 4. REI - Polite 6. YU - heroic courage 7. MEIYO - Honor

The seven codes of Bushido are universally acknowl-edged and based on Morale and Nobility.

COURAGE TO HOLD THE COMMITMENT

Throughout the history, Samurai represent Com-mitment even on the expense of their own lives. This does not necessarily mean they have no respect on their own life. It is way beyond to say that sticking to their words and principles is the only thing that matters. The biggest tragedy in life for the samurai is when they fail to uphold their own commitments.

Time has changed and people no longer pay too much attention to their own commitments and all their words loose their meanings. In fact, once

Page 6: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

11

Volume 13/2011

10

COO’S NOTE

terbaik sesuai dengan keyakinan Anda.Bagi Samurai, KEBERANIAN BUKANLAH PILIHAN

MELAINKAN KEHARUSAN, Orang pada umumnya baru berani bergerak maju apabila keadaan sudah optimal bagi mereka untuk melangkah, persoalannya adalah keadaan terkadang tidak sesuai dengan harapan mereka. Bisa dibayangkan bagaimana seandainya Bunda Teresa menunggu sampai Cal-cutta menjadi lebih baik sebelum dia memutuskan untuk melayani kebutuhan kaum miskin serta jiwa-jiwa yang haus di kota ini, maka takkan pernah kita dengar pelayanan Bunda Teresa yang mampu membuat dunia terkesima.

Imbalan besar biasanya didahului dengan tantangan yang besar pula, Anda takkan dapat menaklukkan sebuah pulau penuh harta karun tanpa melewati pertarungan dan pertumpahan darah. Orang harus belajar untuk melakukan apa yang harus dilakukan, bahkan di saat ia merasa ketakukan karena takut bukanlah persoalan utama yang harus dihadapi.

Samurai berpedoman, di saat kita takut dan ingin mundur, saat itulah kita harus melangkah lebih cepat, bergerak maju dan melakukan lebih banyak.

Orang takut cenderung berjalan lambat, merasa seolah-olah mereka tidak dapat melakukan apa yang sudah mereka tetapkan sebelumnya dan memilih mundur.

Di tengah ketakutan kita harus mencari jalan untuk memperoleh pendorong dari dalam untuk bergerak lebih cepat dari yang sudah dilakukan walaupun ketakutan berlari lebih cepat daripada keberanian, tetapi sejatinya ketakutan tidak memiliki

cukup tenaga mengakhiri pertandingan.Pendapat Martin Luther King bahwa “Kebera-

nian adalah tekad untuk tidak dikuasai oleh apapun, bahwa kekuatan pikiran mampu men-inggalkan masa lalu”, mampu menggelitik nurani kita untuk berpendapat bahwa keberanian tidak harus selalu terdengar lantang. Sesuatu yang dapat dilakukan dengan mudah oleh seseorang dapat menakutkan bagi orang lainnya, demikian sebaliknya karena pada dasarnya semua orang memiliki rasa takut, termasuk mereka yang takut mengakuinya. Ketakutan adalah ketakutan Aanda, jangan berusaha untuk membandingkannya dengan orang lain.

JADILAH PEMENANG

Bersikap logis dan wajar seringkali membuat kita kehilangan keberanian. Anda tidak akan muncul sebagai pemenang kehidupan apabila hanya melindungi diri dari luka yang mungkin akan muncul dalam hidup ini. Dibutuhkan keberanian untuk mengambil keputusan Anda sendiri, percay-alah pada diri sendiri dan yakinlah bahwa Tuhan akan senantiasa menuntun hidup Anda ke arah yang lebih baik.

Dibutuhkan keberanian untuk mengakui kega-galan dan mencobanya kembali. Pelajaran yang diperoleh dari kegagalan akan membantu Anda mengambil jalan yang berbeda. Orang yang hanya duduk santai dan tidak melakukan apa-apa akan selalu hidup pada titik terendah dalam hidupnya. Jika Anda tidak berminat masuk dalam golongan seperti itu maka belajarlah pada Sang Samurai…..

the trust is ruined and commitment is no longer respected, interaction process distracts.

It also happens that some people merely do not want to make any commitment simply because they do not want to destroy them at the end of the day. To be true, however, they are the cowards with no commitment at all and live in hesitation and fragility.

In contrast, the Samurai has no fear to end in smoke. “Failing seven times simply means they have to stand up eight times around.” To really under-stand the reason why the Samurai seems to have no fear to fail is to uncover the fact they see their selves already dead while carrying their missions and has nothing at all to loose. It then positively results in their being totally focused on what they do. When you have no fear of loosing your position, you will bet on any thing to do the best you can do.

The Samurai does not see courage as a choice but a must. People, instead, will only dare to move forward upon a supporting circumstances but ideal condition seems never come most of the time.

Mother Teresa did not have to wait to see Cal-cutta to change for her to start her services to the poor and the hungry souls there, otherwise there would have been such an astonishingly story about the service of mother Teresa.

No pain no gain simply means that bigger reward comes after hardest challenge. You can only come to an island full of treasures after a series of battle and bloodsheds. People have to learn about doing things they should do even when there is fear in them—because fear is not the core problem in doing things they should.

The Samurai teach themselves that when there is fear and tendency to back off, it is the time to move faster, to step forward and to do more. Cowards tend to walk slowly, overshadowed by the feeling of failure and then decide to step back. Yet, in time of fear, we need to look for the push factor inside our selves to move faster as no matter how fast the fear runs before us, it, in fact, has no enough power to win the game.

Quoting Martin Luther King “courage is the willpower to surrender to nothing. The power of thought enables us to leave the past.” It may well be understood that courage is not necessarily spoken in a loud voice. Things that come easy for some may take a hard way for others with the fear factor in between. The fear is yours and try not to compare yours with others’.

BE THE WINNER

Being logic and fair lead us to loose our own courage most of the time as to the fact that you never come as a winner of continuously shielding your self from the wounds that may appear throughout your life path. It takes courage to make your own deci-sion and to have confidence on your self and believe that the Almighty God will always lead you to the best of your life.

It takes courage too, to admit your own failure and to try it allover again. Your failure will teach you to take different path. Sitting back and doing nothing will take you to the lowest level of your life. And to take a distance, you need to learn from the Samurai.

Samurai berpedoman, di saat kita takut dan ingin mundur, saat itulah kita harus melangkah lebih cepat,

bergerak maju dan melakukan lebih banyak.

The Samurai teach themselves that when there is fear and tendency to back off, it is the time to move faster,

to step forward and to do more.

Page 7: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

13

Volume 13/2011

1312

FACEBOOK CORNER

1312 13

Bubarkan KPK!

Sebaiknya KPK dibubarkan! Kewenangan yang dimiliki KPK diberikan saja kepada kejak-saan. Untuk itu, gaji para jaksa dinaikkan. Saya yakin dengan kewenangan dan gaji seperti yang dimiliki KPK, kejaksaan pasti lebih cepat memberantas korupsi. Selain itu, sebaiknya posisi kejak-saan hanya berada dalam ranah yudikatif, bukan eksekutif. Kalau kejaksaan masih berada dalam ‘kekuasaan’ eksekutif, pasti selalu diintervensi kekuasaan. Data perkara korupsi tahap penyidikan 2010 : kepolisian 201 perkara; kejaksaan 2297 perkara dan KPK = 37 perkara.

Ricki Messi

Integritas Bukan Segala-Galanya

Calon yang bukan polisi dan jaksa, belum teruji kemampuan lid, dik, tut di lapangan. Mereka dianggap bersih karena belum pernah “terperangkap dalam

sistem.” Kalau mau jaksa yang bersih, insya Allah masih banyak. Saya berharap, ada unsur kepoli-sian dan kejaksaan yang masuk dalam seleksi pimpinan KPK mendatang. Integritas bukan segalanya, dia menjadi nomor dua. KPK sudah tersistem dan media massa selalu mengontrol kinerja KPK.

Dian Hamisena

Pilih Zulkarnaen

Saya pilih Zulkarnain sebagai ketua KPK baru. Orangnya tegas lugas dan berani. Setahu saya dia belum memiliki cacat hukum.

Masril Nurdin

Yang Penting itu Integritas

Saudara Dian Hamisena berpola pikir kejaksaan yang kental dengan sistem komando, pimpinan selalu mencampuri masalah teknis. Seharusnya pimpinan berfokus pada peru-musan kebijakan, sedangkan

masalah teknis diserahkan pada penyidik dan penuntut umum, disertai sistem kerja yang jelas dan terukur. Pimpinan KPK tidak harus punya pengalaman teknis penyidikan dan penuntutan. Yang terpenting punya integritas dan kemampuan manajerial yang baik.

Satria Adhyaksa

Integritas Nomor Satu

Apapun, integritas nomor satu! Integritas itu tidak dapat dipelajari, namun muncul dari hati dan pikiran manusia. Teknis lid, dik, tut, bisa dipelajari dan akan menjadi bagus selaras pen-galaman.

Farkhan Cah Jogja

KPK Harusnya Sama dengan Kepolisian dan Kejaksaan

Saran saya, gaji dan biaya operasional KPK sama dengan gaji serta biaya operasional kejak-saan dan kepolisian. Persamaan

HaraPan untuk PimPinan kPk Periode 2011-2015

Jutaan insan di negeri ini menaruh harapan besar pada pimpinan KPK periode 2011-2015. Tak terkecuali anggota facebook majalah REQuisitoire. Akan tetapi

meski demikian banyak pula facebooker yang sinis dan mengkritik keras terhadap eksistensi KPK, hingga mengusulkan pembubaran. Usulan-usulan itu mengemuka

lantaran kecewa pada kinerja KPK sebelumnya. Dari sejumlah nama calon pimpinan KPK yang lolos seleksi ke DPR (Komisi III), nama Bambang Widjojanto, paling banyak diusulkan untuk menjadi Ketua, nama kedua Zulkarnaen. Kami tampilkan sejumlah komentar berikut ini dan mohon maaf, tidak semua komentar ditampilkan karena

persoalan subtansial redaksional dan keterbatasan ruang. Selamat membaca.

hak tersebut dapat menjadi tolok ukur. Apakah KPK bisa bekerja maksimal dengan dana sama rata tersebut? Kalau bisa, maka saya menjadi orang pertama yang berada di depan memper-tahankan KPK. Tetapi kalau tidak, sudah selayaknya KPK dibubarkan karena hanya menghamburkan anggaran negara.

Didik Adyotomo

Manfaatkan Kewenangannya

Kalau memang KPK lembaga superbody, manfaatkan kewenan-gannya untuk ambil alih kasus yang belum tuntas di kejaksaan dan kepolisian karena sulit pem-buktiannya. Jangan hanya main tangkap tangan, kemudian pamer ke publik.

Ifud Syaifullah

Pilih Zulkarnaen sajaKita harapkan, DPR memilih

sesuai nurani, kualitas, integritas dan pengalaman. Pilih calon yang telah teruji, tahan godaan, tahan lobi kekerabatan. Jika tidak pernah tampil sebagai penyidik dan penuntut umum, tentu akan menjadi susah. Terbukti Busro, ketua KPK yang sekarang, hanya populer dengan kata-kata. Kita pilih Zulkarnain saja karena telah teruji, tetapi jauh lebih baik menyerahkan kewenangan yang dimiliki KPK ke kejaksaan atau kepolisian.

Tindaon Boston

Tidak Tebang Pilih

Harapan kami, KPK bisa men-jadi lembaga yang benar-benar bersih dan tidak tebang pilih dalam memberantas korupsi. Siapa pun pemimpinnya, yang penting peduli terhadap pene-gakkan hukum. Semoga KPK bisa

menjalankan tugas sesuai dengan tupoksinya.

Yunis Elfa Bedje

Korupsi Walikota Singkawang

Semoga pimpinan KPK baru dapat melakukan penyidikan atas indikasi korupsi Walikota Singkawang dan sejumlah dinas berdasarkan temuan BPK-RI per-wakilan Kalbar dan sejumlah LSM di kota Singkawang. Kerugian negara dan daerah mencapai Rp 30 miliar. Bravo KPK. Ayo lawan koruptor, tangkap dan adili.

Alqadrie Kuala Skw

Jangan hanya Tangkap Jaksadan Hakim

Maunya sih pimpinan KPK baru, tidak hanya berani tangkap jaksa dan hakim yang tidak punya senjata. Berani gak tangkap polisi dan TNI yang diduga korupsi. Jadi tidak tebang pilih lagi.

Em Zubair

Kalau Tidak Mampu Mundur

Mudah-mudahan KPK yang baru, lebih jujur, mengedepankan keadilan, menjunjung tinggi pen-egakkan hukum, tidak berpihak, tidak berpolitik dan tidak haus dengan materi. Kalau hal-hal tersebut tidak bisa ditanamkan, lebih baik mundur sebelum menyusahkan diri sendiri, meny-usahkan orang lain, bangsa dan negara.

Firmansyah Raden

Tidak Satu pun

Dari sejumlah nama calon pimpinan KPK yang baru, “tidak satu pun” yang saya pilih karena proses pemilihannya dipengaruhi

pihak-pihak luar yang bertindak seolah-olah malaikat yang turun ke bumi dengan menghunus pedang suci. Hadeuh, ini negeri yang mudah dibuai oleh opini serta permintaan pasar.

Evan Satrya

Bambang telah Teruji

Saya pilih Bambang Widjo-janto. Dia praktisi hukum yang telah teruji kredibilitas-nya. Selama di LBH, dia jujur, berani, netral dan berpihak kepada kebe-naran dan keadilan yang didam-bakan masyarakat Indonesia.

Anddyk Sulthan

Beri Kesempatankepada Bambang

Kalau KPK ingin bagus, pilihlah Bambang Widjojanto. Jangan pilih birokrat atau mantan birokrat. Mereka terbiasa dididik dalam lingkup, di mana belajar jujur menjadi barang langka. Tetapi pertanyaannya, apakah Bam-bang mampu bertahan berada di bawah kekuasaan? Ok, kita beri dia kesempatan dan pimpinan lainnya, semoga mereka bisa.

Henk Hendarto

Karakter Sebelas Duabelas

Bambang Widjojanto! Dia figur yang tegas, fresh, punya visi dan misi yang jelas, optimisme yang tinggi untuk memberantas korupsi. Beliau seorang yang berkarakter ‘sebelas duabelas’ dengan mantan pimpinan KPK terdahulu, Antasari Azhar, yang pernah ‘hampir’ dianggap ber-hasil memerangi korupsi. Beri kesempatan pada Bambang. Kita tunggu kiprahnya.

Radityo Pamungkas

Page 8: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

15

Volume 13/2011

14

INTERVIEW

Bagaimana kabar regulasi Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)?

Kita dari Komisi V DPR RI sebelumnya sudah meminta Kementerian Pekerjaan Umum (PU) agar mempercepat penyelesaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di semua daerah. Hal tersebut dikarenakan tata ruang merupakan pedoman pem-bangunan, khususnya bagi penanganan, rekons-truksi, dan relokasi wilayah.

Peran apa yang sudah dimainkan Komisi V DPR dalam proses penyelesaian RTRW?

Sebagai mitra kerja pemerintah, kita dari Komisi V sudah menyatakan kesiapan untuk mengawal per-cepatan penyelesaian perda RTRW di semua daerah. Dengan pemerintah, kita juga sudah sepakat untuk terlibat secara aktif dalam pengawalan untuk mempercepat proses penyelesaian RTRW. Fungsi pengawalan ini juga sebenarnya merupakan salah satu fungsi pengawasan yang dimiliki oleh Komisi V DPR RI.

Selain itu, Komisi V DPR RI juga meminta agar Ditjen Penataan Ruang melakukan upaya-upaya per-cepatan penyelesaian Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), dan Peraturan Menteri (Permen) yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Hingga sekarang, apa target dari penyelesaian UU RTRW ini?

Dari pertemuan kita dengan Kementrian Peker-jaan Umum (PU) beberapa waktu lalu, untuk tahun 2011 ini, pemerintah akan menargetkan 287 Kabu-paten dan Kota sudah memiliki persetujuan RTRW dari kementrian terkait.

Seberapa penting posisi RTRW tersebut?

Kita menyadari bahwa Rencana Tata Ruang dan Wilayah merupakan aspek fundamental untuk kelangsungan hidup sebuah wilayah, karena akan menjadi acuan bagi sektor-sektor lain dalam menyelenggarakan kegiatannya. Oleh karena itu, percepatan penyelesaian Perda RTRW bukan untuk

Wawancara dengan Yasti Soepredjo Mokoagow (Ketua Komisi V DPR RI)

How is the regulation on spatial and regional man-agement?

The House Comission V has demanded the General Work Minstry to accelarate the accom-plishment of the Spatial and Regional Management (RTRW) in all regions in Indonesia. We see the issue as the development guideline with which to execute regional planning, reconstruction and relocations.

To what extent that your Comission can play a role in there?

As the government’s partner, we have insisted the accomplishment of RTRW in all regions in Indo-nesia and we have as well monitored the process sincethen. Monitoring is a function inherent with the House V comission, in deed.

The House Comission V has also requested the Spatial Management Director General to foster the accomplishment of the Government Ordinace (PP), Presidential Regulation (Perpres) and Minis-terial Regulation (Permen) mandated by the Law No.26/2007 concerning Spatial Management.

maSaLaH tata ruangadaLaH maSaLaH Pembangunan

berkeSinambungan

Buruknya tata ruang dan wilayah banyak daerah di Indonesia menjadi salah satu pemicu terjadinya kesemrawutan sosial. Penetapan tata ruang dan wilayah menjadi

penting ketika terjadi ketimpangan antara satu sektor dengan sektor lainnya. “Rencana Tata Ruang dan Wilayah merupakan aspek fundamental untuk kelangsungan hidup

sebuah wilayah, karena akan menjadi acuan bagi sektor-sektor lain dalam menyeleng-garakan kegiatannya,” ujar politisi Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga Ketua

Komisi V DPR RI, Yasti Soepredjo Mokoagow. Berikut petikan wawancara lengkapnya.

Poor spatial and regional management in most regions througout Indonesia has been a key factor behind the so called social disorder, the improvement of which

is deemed neccessary whenever there is discrepancy in sectoral development. “The planning in spatial management is a fundamental factor in term of regional sustainability in the sense that it will serve as a guideline for other sectoral acitvi-

ties,” said the National Mandate Party (PAN)’s politician Soepredjo Mokoagow, also member of the House Comission V. Here is the excerpt of the interview.

Spatial Management is About Sustainability

Yasti Soepredjo Mokoagow l

Page 9: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

17

Volume 13/2011

16

INTERVIEW

kepentingan satu sektor tetapi untuk kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Pembentukan RTRW baik di tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota juga merupakan amanat dari UU, sehingga sangat mendesak keberadaannya, apalagi terkait dengan banyaknya bencana alam yang terjadi.

Berapa anggaran yang dibutuhkan dalam proses penyelesaian RTRW?

Total anggaran yang dibutuhkan untuk pen-dampingan dalam rangka percepatan RTRW 2011 ini sebesar Rp 330 milyar, anggaran sebesar itu semuanya dialokasikan untuk percepatan RTRW.

Terkait dengan tata ruang wilayah DKI, banyak kalangan yang menilai RTRW-nya bermasalah?

Kita tidak menangani secara spesifik masalah tersebut. Untuk tata ruang wilayah DKI sudah diatur dan disusun oleh Pemda dan DPRD-nya. Dalam penyusunan RTRW-nya, mereka berpatokan

pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan DPRD tentang Tata Tertib DPRD dan Perda Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pembentukan Peraturan Daerah. RTRW DKI Jakarta juga sudah mendapat persetujuan dari Kementrian Pekerjaan Umum (PU) sebagai instansi terkait.

Tapi faktanya, banyak sekali masalah di seputar RTRW DKI, misalnya banyak tergusurnya Ruang Ter-buka Hijau (RTH) untuk kepentingan komersial.

Anda tanyakan ke yang bersangkutan soal itu secara spesifik. Tapi pada intinya, untuk RTRW DKI Jakarta, kawasan strategis provinsi dibagi menjadi empat kategori mengingat Jakarta ini sebagai kota jasa internasional. Salah satunya kawasan strategis provinsi untuk kepentingan sosial-budaya yang mengambil lokasi kawasan Kota Tua, kawasan Men-teng, dan kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM).

Namun bila ada pandangan bahwa RTRW DKI Jakarta sebagai ibukota masih semrawut dan amburadul, memang faktanya seperti itu. Kese-mrawutan ini juga ada hubungannya dengan tidak adanya grand desain yang jelas dan tidak adanya koordinasi antar daerah terkait penataan tata ruang wilayah.

Jakarta sebagai kota utama sampai sekarang tidak memiliki dasar kuat untuk menata dan membangun kotanya untuk 20 tahun ke depan. Rancangan peraturan daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta 2010-2030 saja sampai saat ini belum terselesaikan.

Hal ini juga dipengaruhi oleh infrastruktur Jakarta yang masih buruk?

Ya, tentu saja. Infrastruktur DKI Jakarta masih ruwet, karena tak adanya koordinasi antar instansi terkait. Sehingga pengerjaan infrastruktur di Jakarta hanya sekadar tambal sulam atau tidak menyentuh secara keseluruhan.

Kasus jebolnya pipa air yang menyebabkan masyarakat Jakarta mengalami krisis air bersih misalnya, itu disebabkan tidak adanya koordi-nasi antara lembaga yang satu dengan lembaga yang lainnya, sehingga terkesan saling menya-lahkan. Pemprov DKI Jakarta juga belum memi-liki komitmen menyelesaikan infrastruktur di wilayahnya, maka perlu ada upaya serius di luar soal koordinasi lintas instasi. ***

Do you see any target to be achieved in this near future?

As to our recent meeting with the Public Work Minsitry, the government has targettted at 287 regencies and municipalities which already have the approvement from the related Minisitry.

How important is the Spatial Management as you see it?

We have realized that spatial and regional management serves as a fundamental factor in the region’s sustainabilty upon which other sectoral activities can thoroughly procced. It deals with people prosperity in general.

RTRW in both provincial and municipal levels is also the mandate of law and it turns out to be an urgency now that natural disasters are frequent.

Can you tell us the budget required to finalize this?

Total fund reaches Rp330 billions, all of which is

needed to speed up the accomplishment of spatial and regional management issue.

How about spatial management in the greater Jakarta?

The House Comission V does not specifically deal with the Jakarta spatial management. The issue is under the scrutiny of Jakarta provincial government along with its Provincial Legislative Council (DPRD). They, however, refer to the Government Ordinance No. 16/ 2010 on the Guideline for the Formulation of Provincial Legislative Policies and Regional Regulation (Perda) No, 1 /2010 on the formulation of regional regulations. RTRW for the greater Jakarta has received the approval from the Public Work Ministry.

Yet, we see a lot of problems there, to specifically note that a huge number of green areas have been reshaped for commercial purposes.

You may go to different source for this specific issue but, in general, as an international service city, Jakarta spatial management should represent at least four startegic zones, one of which is provin-cial socio-cultural startegic zone that includes the Jakarta Old City, Menteng area and Taman Ismail Marzuki compound.

Yet, it is also a fact that the greater Jakarta is still a messy in term of spatial management due the absence of a clear grand design and proper coordi-nation between interelated sectors.

It is also a fact that the city has no strong founda-tion for a long term ( at least 20 years) development plan. The draft of Jakarta 2010-2030 spatial plan is unfinished at the moment.

Does it have something to do with inappropriate infrastructure?

Of course, it does. The infrastructure is quite complicated in Jakarta as there seems no coordina-tion between interelated parts, which furher results in partial and non wholistic solutions.

The broken water pipe case that brings a clean water crisis in Jakarta simply shows there is no coordination at all between institutions involved. The city governmnet has demonstrated but a poor commitment to infrastructure problems and inter sectoral cordination is the very issue. ***

Page 10: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

19

Volume 13/2011

18

SPOTLIGHT

PT Pembangunan Perumahan (Persero) atau biasa disebut dengan “PP” adalah perusahaan yang sudah go public. Dari tahun ke tahun, perkembangan dan

kemajuannya semakin bagus. BUMN yang satu ini memang dikenal sebagai perusahaan yang ber-gerak di bidang jasa konstruksi, antara lain telah banyak membangun berbagai jenis infrastruktur, berbagai jenis perumahaan, dari Sabang sampai Merauke. Belakangan, PP telah bergerak di bidang jasa lainnya, tidak hanya sebagai kontraktor yang mengerjakan proyek-proyek, melainkan memiliki usaha atau perusahaan sendiri. Tercatat, PP memi-liki usaha di bidang energi dan bidang perhotelan. Terkait dengan upaya pengembangan bisnis di PT PP (Persero), Requisitoire mewawancara Business Development Manager PT PP (Persero), Nur Widayat. Berikut kutipannya:

Dalam upaya pengembangan bisnis properti, tentu berhubungan erat dengan berbagai regulasi.

Pengembangan properti tentu terkait erat dengan regulasi. Sebagai contoh, rusunami yang

baru digalakkan oleh pemerintah. Ini berkaitan erat dengan regulasi yang dijalankan waktu itu. Waktu itu pemerintah mengucurkan dana untuk mensup-port rusunami itu dalam bentuk subsidi kepada kon-sumen sehingga konsumen tersebut dapat membeli rusunami. Subsidinya itu dialokasikan dalam bentuk tanpa PPN, kemudian ada tarif bunganya diperingan dengan insentif dari pemerintah. Nah sekarang, karena menterinya sudah diganti dan kebijakannya juga sudah berganti, maka tidak ada lagi kebijakan itu. Jadi kalau kita tidak mengikuti perkembangan regulasi, maka bisnis kita akan mengalami kesulitan. Contoh lain, di Jakarta, tentang rencana tata ruang. Untuk hal ini, kita bisa lihat dengan online, kita, ya ini contoh saja, ditawarkan tanah di Jalan TB Sima-tupang. Selanjutnya, kita lihat saja tanahnya, kita search di google, kemudian kita liaht rencana tata ruang DKI Jakarta. Dari situ kita bisa tahu, jalan ini, tanah tersebut, diperuntukan apa? Jadi kalau mau bangun ruko, apakah bisa? Tetapi ini tidak bisa kita lakukan di daerah lain, misalnya di Surabaya.

Apa saja yang dilakukan oleh bidang business deve-lopment yang ada di perusahaan jasa konstruksi

seperti PP? Bisa diberikan contoh?

Luas cakupannya. Tentunya banyak. Dimulai dari kita mau melakukan apa, sampai bernilai berapakah pengembangan kita. Begini, misalnya kita punya tanah di daerah Cawang. Daerah Cawang dulu itu kan konotasinya negatif, rawan kriminal, sehingga hal-hal seperti ini akan menentukan kita mau men-develop apa. Kita waktu itu berani mendevelop, kita merancang apartemen, juga hotel, semuanya kita hitung, biaya pembangunannya berapa, pasar akan menyerap berapa, nilainya berapa, nanti ada keun-tungan berapa. Misalnya ini untuk pengembangan hotel, bisakah tanpa menginjeksi kembali investasi kita, ataukah kita menambah modal? Visible di harga berapa? Balik modalnya berapa lama? Lingkup business development itu seperti itu.

Dalam upaya pengembangan bisnis, tidak jarang ada masalah dalam hal pembebasan tanah. Bagaimana cara mengatasinya?

Kalau tanah yang clean artinya sudah berserti-fikat dan kita juga kan bisa mengecek ke BPN, tanah

sengketa atau tidak. Sasaran kita seperti itu, namun sertifikat di Indonesia itu bukan satu kepemilikan yang final, kita berbeda dengan negara lain, karena apa? Karena sertifikat kita masih ada kemung-kinan untuk digugat, jadi asal-usul sertifikat bisa dipermasalahkan oleh pihak lain di kemudian hari. Misalnya, asal sertifikat itu berasal dari girik X, girik X ini ternyata sudah bisa memiliki sertifikat. Dalam pemeriksaan selanjutnya, girik X diragukan kepemi-likannya, misalnya timbul lagi girik Y, sertifikat ini bisa digoyang. Karena sertifikat yang belum final itu makanya bisnis properti itu menjadi kendala.

Cara menyelesaikannya?

Ini dalam kondisi yang berbeda, case-nya tidak harus diselesaikan dengan cara yang sama. Kita juga pernah mengalami hal yang sama, kalau langkah yang terbaik itu kan semua pihak bisa membuktikan, punya si A itu dasarnya apa, punya si B dasarnya apa. Kalau sertifikat itu belum final, akhirnya membuka lagi misalnya, akta jual belinya bagaimana, status tanah sebelumnya bagaimana.

PT PP (Persero)

mengembangkan uSaHadi bidang energidan PerHoteLan

Nur Hidayat, Business Development Manager PT PP (Persero) l

Page 11: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

21

Volume 13/2011

20

SPOTLIGHT

Bagaimana dengan real estate yang dibangun PP?

Begini, PP itu bergerak dalam bidang housing, mulai dari Cimanggis, di Semarang, di Bali. Dalam perkantoran itu kita pernah punya di Thamrin, kita pernah punya di Kuningan, pernah punya di Men-teng, kemudian kita masih mempunyai di Pasar Rebo ini. Di waktu lalu, kita memiliki 4 gedung di kawasan strategis dan waktu itu PP memang sudah masuk dalam usaha gedung perkantoran besar, karena BUMN lain tidak ada yang masuk dalam perkantoran. Tetapi ketika krisis datang, mau tidak mau PP harus kehilangan itu, pinjaman kita waktu itu besar sekali, maka terpaksa 3 gedung kita jual, di Thamrim itu namanya Permata Plaza, kemudian di Kuningan namanya Plaza Centris, di Menteng itu namanya Plaza Adira. Kita juga bergerak dalam bidang usaha perhotelan. Kita merintis bidang perhotelan di Cawang dan orang mengira itu mana-jemen asing, padahal itu brand kita sendiri, kita kelola sendiri. Kita berniat untuk membangun hotel berjaringan. Jadi sebelum akhir tahun ini (2011) akan ada, grand breaking pertama dari hotel kita yang kedua di Bandung.

Bagaimana perkembangan hotel yang di Cawang itu?

Kita kan fokus di hotel bintang 3 dan yang di Cawang itu cukup bagus, kalau hotel bintang 3 di

Jakarta itu kan okupensi rata-rata 71 %, dan kita jauh di atas itu, kebetulan di lokasi itu tidak ada di hotel lain. Hotel yang di Cawang itu, kita operasi sejak 2009 dan ini tahun operasi kedua. Kita juga punya apartemen di Cawang, Patria Park, tinggal sedikit, dari 1 tower itu tinggal sedikit dan diper-kirakan tahun ini habis, kemudian yang kedua di Kelapa Gading, kita ambil alih properti yang macet, terus kita buat konsep baru dan terdiri dari 7 tower, namanya Palladian Park. Sudah banyak yang laku. Ke depan kita sedang studi, dengan Jasa Marga, buat kawasan kota baru di Jawa Timur, terus kita sedang studi membuat apartemen beberapa tower di Surabaya. Dan untuk diketahui, PP itu tidak hanya bergerak di bidang jasa konstruksi atau properti dan infrastruktur tetapi juga di bidang usaha energi, antara lain PLTU di Sumatra.

Pengembangan bisnis itu memiliki hitung-hitungan yang matang. Bagaimana dengan bidang business development yang Anda pimpin ini?

Kalau mau bangun dan mengembangkan se-suatu, tentu harus hitung-hitungan, kalau pinjaman besar, maka risikonya juga besar. Apalagi kalau itu jangka panjang, ya pinjaman untuk satu properti. Pokoknya harus pintar membaca situasi dan kondisi, perekonomian, harus di-mix antara rencana jangka pendek dan panjang.***

l Park Hotel milik PP Di Cawang, Jakarta Timur

Page 12: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

23

Volume 13/2011

22

SPOTLIGHT

Badan Anggaran (Banggar) DPR RI semakin diduga kuat sebagai salah satu sarang korupsi di negeri ini. Makin hari semakin terungkap peran badan ini

dalam mendesain strategi korupsi yang menyeret sejumlah kementerian, di samping para politisi Senayan sendiri. Kini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mengobok-obok peran badan itu dalam sejumlah kasus korupsi.

Ketua KPK Busyro Muqoddas mengatakan, Banggar DPR dan Kementerian Keuangan secara normatif dan ideal memainkan peran sangat stra-tegis dalam pembahasan anggaran setiap instansi pemerintahan. Itulah sebabnya, KPK sangat berke-pentingan memburu keterlibatan kedua lembaga itu dalam penyimpangan penggunaan anggaran. Dari pelacakan tersebut, Busyro berharap lembaganya bisa menemukan fakta apakah Banggar selama ini

berperan sebagai broker suatu kasus seperti yang banyak dituduhkan masyarakat atau bukan.

“Sekarang ini, Banggar dalam posisi agak direcoki karena terkait dengan beberapa kasus yang sedang kami tangani. Ini yang ditengarai ada kaitannya dengan manajemen yang ada di Banggar,” ujar Busyro kepada pers di Gedung KPK.

Pelacakan ini pun diakui oleh Busyro tidak bisa dilepaskan dari kondisi aktual yang terjadi, seperti adanya kasus dugaan korupsi di beberapa kementerian seperti Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) dan Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora). Kasus korupsi di kedua kementerian tersebut, sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari peran Badan Anggaran DPR.

Namun dalam pelacakan tersebut, Busyro pun berharap semua pihak harus bersikap terbuka dan legowo untuk dimintai keterangan sehingga

proses hukum bisa ber-jalan lancar dan tidak mendapat halangan. “Jadi yang terpenting adalah semua saksi dan semua tersangka yang terkait dengan Wisma Atlet, Kemenakertrans, sebai-knya memperbaharui niatnya. Terbuka sajalah di sini supaya prinsip equality before the law itu bisa kami terapkan secara maksimal. Kami tidak mungkin menegakkan hukum hanya untuk orang tertentu,” tambah Busyro.

Jauh sebelum KPK berniat untuk melakukan pelacakan ke Badan Anggaran DPR, wacana untuk mengevaluasi peran badan tersebut mengemuka di kalangan DPR sendiri. Partai Gerindra misalnya, melihat keberadaan Badan Anggaran ini harus segera mendapat evaluasi dan penilaian sehingga keterkaitan korupsi dengan DPR seperti yang selama ini dituduhkan masyarakat bisa segera dibuktikan secara hukum.

“Gerindra sendiri sekarang akan mempelajari manfaat Badan Anggaran DPR untuk kemaslahatan dan kepentingan rakyat,” ujar Ketua Dewan Pem-bina Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam rilis yang disebarkannya ke kalangan media massa.

Namun, Gerindra sendiri menampik usulan beberapa kalangan DPR yang meminta badan ini untuk segera dibubarkan. Pasalnya, menurut Gerindra, keberadaan badan tersebut masih dibu-tuhkan, hanya perlu perbaikan dalam beberapa hal.

Layak Dipertimbangkan

Menurut Sekretaris Jendral (Sekjen) yang juga Ketua Fraksi PDIP, Tjahjo Kumolo, wacana untuk melakukan pembubaran Badan Anggaran DPR layak dipertimbangkan, menyusul dua kasus suap yang terjadi di dua kementerian berbeda. Pertimbangan tersebut, lanjut Tjahjo, mengingat banyak persoalan korupsi di antaranya berawal dari sana.

“Berbagai kejadian-kejadian ini sebenarnya semakin menyadarkan kita bahwa korupsi itu meluas karena permainan anggaran di eksekutif

terbeLit banyak kaSuS,banggar minta

dibubarkan

Banyaknya kasus korupsi yang menyeruak selama ini tak bisa dilepaskan dari peran Badan Anggaran DPR. Di lembaga inilah ang-

garan sejumlah kementrian dibahas secara detail.

dan di legislatif sendiri,” ujarnya kepada Requisi-toire.

Ditegaskannya bahwa permainan anggaran itu nyata dan semua pihak tidak boleh menutup mata lagi seolah-olah tidak ada fakta-fakta ini. Berbagai persoalan itulah yang harus segera dibe-nahi dan di antaranya ada di kelembagaan DPR.

Tjahjo mengemukakan bahwa banyak fakta

yang menunjukkan ada se-suatu yang salah dalam pengelolaan anggaran di DPR, dan perlu mendapat perhatian serius dari semua anggota DPR.

Politisi PDIP ini pun mendukung upaya KPK untuk melakukan pelacakan ke Badan Anggaran DPR tersebut. Dari hasil pelacakan tersebut, dirinya berharap agar KPK membuka secara transparan hasilnya ke publik se-hingga masyarakat tidak terus menerus mendapat ketidakjelasan dari proses hukum selama ini.

“KPK nanti harus membuka semua hasil yang diperoleh dari pelacakan di Badan Anggaran DPR. Jangan ada yang disembunyikan atau digelap-gelapkan,” sambungnya.

Sementara itu Wakil Ketua DPR Bidang Perekono-mian dan Keuangan, Anis Matta, menyatakan tidak keberatan dengan rencana KPK untuk melakukan pelacakan sekaligus memeriksa sejumlah pejabat di Badan Anggaran.

“Penyidikan sudah berjalan. Kami dukung upaya itu asal transparan,” ucap politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.

Pendapat senada juga diutarakan oleh anggota Badan Anggaran yang pernah mengungkap adanya mafia anggaran, yaitu Wa Ode Nurhayat. Menurut politisi Partai Amanat Nasional (PAN) dirinya mendukung upaya KPK tersebut untuk menge-tahui permainan yang terjadi dan siapa pelakunya. “Penegakan hukum mesti disambut baik, apa pun bentuknya,” ujar dia singkat.

Sebagai informasi, keterlibatan Badan Anggaran sering disebut terkait dengan kasus korupsi yang belakangan ini mencuat, misalnya dalam proyek wisma atlet, proyek stadion Hambalang, serta pem-bangunan infrastruktur daerah transmigrasi. (Req)

Foto

: tri

bun

new

s.co

m

l Busyro Muqoddas

Page 13: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

25

Volume 13/2011

24

SPOTLIGHT

Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia bukanlah perkara mudah. Metodenya pun tak bisa diserahkan melalui mekanisme

hukum semata, melainkan juga melibatkan banyak aspek, termasuk politik. Persoalan ini disadari betul oleh pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, Busyro Muqodas. Sebab itu, beberapa waktu lalu pimpinan KPK melakukan kunjungan (safari) ke berbagai fraksi yang ada di Dewan Perwakilan Rakyat. Selain melakukan koordinasi dengan lembaga legislatif terkait langkah-langkah yang dilakukan untuk pemberantasan korupsi, KPK juga melakukan sosialisasi kepada anggota dewan mengenai tindakan-tindakan yang dapat dikategori

sebagai tindak korupsi.Busyro Muqoddas mengatakan, kegiatan yang

dilakukan lembaganya ke DPR merupakan langkah yang tepat. KPK sebagai lembaga yang juga mengemban fungsi pencegahan korupsi tidak bisa bekerja maksimal bila tak dipadu-padankan dengan fungsi pengawasan yang dimiliki oleh DPR.

“Kunjungan ini juga untuk mensinergiskan fungsi kedua lembaga, yaitu fungsi pencegahan yang dimiliki oleh KPK dan fungsi pengawasan yang dimiliki DPR,” ujar Busyro kepada pers di Jakarta.

Beberapa fraksi yang disambangi oleh KPK di antaranya Fraksi PDI-P, Partai Gerindra, PKB dan PKS. Untuk kunjungan ke depan, KPK sendiri beren-cana mendatangi fraksi-fraksi lainnya seperti Fraksi

Partai Golkar, Partai Demokrat, PPP, dan PAN.“Dari semua fraksi tersebut, KPK minta masukan

dan gagasan guna memperkuat pemberantasan korupsi ke depan,” lanjut Busyro Muqoddas.

Dari hasil kunjungan tersebut, lanjut Busyro, KPK banyak menerima masukan terkait langkah pemberantasan korupsi termasuk gagasan untuk melakukan pengawasan terhadap penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang sekarang sering menjadi sumber bancakan.

Mengenai mekanisme pengawasannya, Busyro mengatakan belum disusun. Namun, ke depan kedua lembaga ini akan membicarakan masalah itu sehingga konsepnya menjadi komprehensif.

Selain itu, dari hasil kunjungan tersebut, KPK dan DPR sepakat untuk membangun sistem guna mencegah terjadinya mafia anggaran di DPR. Seperti diketahui, DPR kini tengah disorot terkait dugaan adanya mafia anggaran, khususnya di Badan Anggaran (Banggar) DPR.

Besar Anggaran, Minim Kinerja

Safari KPK ke DPR mendapat kritik dari sejumlah kalangan. Ada pihak yang menyebut kunjungan KPK ke tiap-tiap fraksi di DPR sebenarnya dalam rangka membuat deal-deal politik tertentu? Terlebih seka-rang ini, banyak anggota Badan Anggaran DPR yang terlibat tindak korupsi. Selain itu, DPR dan KPK pun sedang sibuk-sibuknya menyeleksi pimpinan KPK untuk periode kepemimpinan ke depan.

Namun, Busyro menepis tuduhan tersebut. Menurutnya, media dan masyarakat bisa melakukan pengecekan atau terlibat aktif dalam proses pem-berantasan korupsi. “Tidak ada itu, silahkan dicek saja. Ini murni kunjungan dan koordinasi semata,” sanggahnya.

Tuduhan KPK melakukan lobi ke tiap-tiap fraksi untuk membuat deal-deal politik sebenarnya muncul ketika Ketua KPK mendatangi fraksi Partai Hanura untuk membicarakan salah seorang ang-gotanya, Dani Nawawi, yang disebut-sebut terlibat kasus Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans). Yang diduga terlibat kasus dugaan suap. Dugaan itu berdasarkan keterangan yang berhasil diperoleh KPK dari Sesditjen P2KT Kemenakertrans, I Nyoman Suisnaya. Dani Nawawi sendiri merupakan salah satu ketua untuk bidang kehutanan di komisinya.

Beberapa pengamat ikut mempertanyakan

berantaS koruPSi,kPk SaFari FrakSi dPr

Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) perlu men-jelaskan tujuan safarinya ke beberapa Fraksi DPR RI.

agenda di balik kegiatan safari KPK ke DPR. Mereka mengatakan, mestinya KPK yang merupakan lem-baga independen harus memiliki komitmen dan tidak terjebak pada permainan politik. “KPK itu lembaga indepeden, dan jangan terjebak pada deal politik, karena bisa menyesatkan dan menjebak,” ujar pengajar ilmu politik di Universitas Indonesia Bonie Hargens kepada wartawan ketika dimintai tanggapannya.

Pendapat senada juga diungkapkan oleh seke-lompok tokoh yang menamakan diri Komite Pe-ngawas KPK yang menyampaikan kritik terhadap kinerja lembaga yang dipimpin Busyro Muqoddas tersebut. Salah satu anggota Komite Pengawas KPK yang juga Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan, bahwa deal-deal politik sudah banyak menjebak lembaga pemberan-tasan korupsi itu. Dibandingkan dengan dana yang dianggarkan untuk KPK yang sangat besar, hasil kegiatannya kurang sebanding.

“Betapa besar dana yang dikeluarkan masyarakat, tetapi hasilnya sampai saat ini masih sangat minim,” kata Neta S Pane. Sebagai infor-masi, dana yang dianggarkan pemerintah untuk pemberantasan korupsi di KPK berkisar Rp 170 miliar dengan rincian Rp 400 juta untuk satu kasus yang ditangani oleh KPK.

Anggaran KPK sebenarnya lebih besar dari ang-garan Kepolisian dan anggaran Kejaksaan yang masing-masing hanya menerima Rp 37,8 juta untuk satu kasus yang ditangani di Kepolisian dan Rp 48,6 juta untuk satu kasus yang ditangani pihak Kejaksaan. Namun, lanjutnya, hasil yang diperoleh KPK tidak jauh lebih besar dari polisi dan jaksa.

Hasil kinerja yang tidak sebanding dengan ang-garan yang didapat ini, misalnya dapat dilihat dari jumlah kasus yang berhasil ditangani oleh KPK. Sepanjang tahun 2010 ini misalnya, KPK hanya mampu membawa sembilan kasus ke persidangan dari 50 kasus korupsi yang diselidiki.

Bonnie Hargens menambahkan bahwa selama ini upaya pemberantasan korupsi oleh KPK tidak memiliki fokus yang jelas sehingga setiap ada kasus korupsi yang mencuat, akhir penanganannya pun tidak jelas. KPK, lanjut Bonnie, hanya berperan seperti pemadam kebakaran yang menyelesaikan kasus sesuai pesanan.

“Padahal, banyak sekali kasus korupsi yang belum tersentuh, seperti korupsi dan manipulasi di sektor pertambangan,” pungkasnya. (Req)

Page 14: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

27

Volume 13/2011

26

SPOTLIGHT

Pemerintah dianggap terlalu berbaik hati kepada para terpidana korupsi. Bagaimana tidak, mereka sudah mengeruk keuangan negara untuk kepentingan diri sendiri

atau kelompoknya, dihukum ringan, dan mendapat remisi pula. Tahun ini, bertepatan dengan peri-ngatan HUT Republik Indonesia yang ke-66 dan Hari Raya Idul Fitri, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia memberikan remisi kepada ratusan ter-pidana korupsi. Setidaknya, menurut catatan yang berhasil dihimpun Majalah Requisitoire, ada sekitar sekitar 600 terpidana korupsi di Indonesia yang mendapat kebijakan remisi dari pemerintah.

Remisi, sejatinya, merupakan hak narapidana. Pelaksanaannya diatur dalam UU No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, khususnya pasal 14 Ayat 1 dan Peraturan Pemerintah (PP) No.28 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Dalam PP tersebut diatur bahwa terpidana kasus kejahatan termasuk korupsi bisa mendapatkan remisi setelah menjalani sepertiga masa tahanan dan berkelakuan baik selama dalam tahanan.

Langkah pemberian remisi bagi terpidana korupsi dipandang miring oleh Indonesia Corruption Watch (ICW). Menurut lembaga pemerhati korupsi tersebut, langkah pemberian remisi bagi terpidana korupsi bisa dianggap sebagai bencana bagi upaya

pemberantasan korupsi.Remisi bagi koruptor justru melemahkan

hukuman yang berfungsi memberikan efek jera. Padahal, sudah menjadi rahasia umum, sebagian koruptor yang dihukum sebenarnya sudah mem-peroleh perlakuan khusus, seperti kamar berbeda atau bisa keluar pada saat tertentu. Remisi justru semakin meringankan hukuman bagi perampok uang rakyat itu.

“Buat ICW pemberian remisi merupakan ben-cana bagi pemberantasan korupsi. Seharusnya hukuman bagi koruptor itu dibuat seberat mungkin agar memiliki efek jera, tidak seperti sekarang ini,” ungkap peneliti ICW Tama S Langkun kepada war-tawan.

Moratorium

Menghadapi tekanan publik, pemerintah mengambil ancang-ancang untuk meniadakan remisi bagi koruptor. ICW menyambut baik rencana itu. Sebab, selain tidak memberikan efek jera, keja-hatan korupsi tidak hanya sekedar extra-ordinary crime, melainkan sudah merupakan crime against humanity.

ICW menilai rencana penghapusan remisi bagi koruptor sejalan dengan semangat pemberantasan korupsi yang tercantum dalam Undang-undang

pemberantasan korupsi UU No 20 Tahun 2001 jo UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

ICW mengatakan, selama ini sebagian besar negara di dunia menganggap korupsi sebagai tin-dakan kejahatan yang terorganisir dan kejahatan luar biasa. Hal ini disebabkan karena korupsi merusak seluruh sendi-sendi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang meliputi bidang ekonomi, sosial, hak asasi manusia, politik dan demokrasi.

Untuk itu, ICW juga meminta kepada peme-rintah agar upaya moratorium remisi bagi koruptor juga dapat dipermanenkan dalam sebuah perundang-undangan yang berlaku sehingga pelaku tindak korupsi tidak bisa mengotak-atik proses hukum yang ada.

Moratorium remisi (Penghapusan remisi) untuk pelaku korupsi sebenarnya merupakan agenda yang sudah diwacanakan oleh pemerintah. Pemerintah melihat, langkah penghentian remisi dilakukan untuk memberikan efek jera yang lebih kuat.

Menurut staf khusus Presiden Bidang Hukum, Denny Indrayana, moratorium remisi kepada terpidana kasus korupsi dan terorisme segera diberlakukan setelah ditempuh revisi peraturan perundangan yang mengatur pemberian remisi.

“Presiden menegaskan kembali persetujuannya untuk menguatkan pesan penjeraan kepada para pelaku kejahatan terorganisir, khususnya korupsi dan terorisme,” kata Denny Indrayana dalam pem-bicaraannya kepada wartawan.

Denny juga menjelaskan bahwa kebijakan moratorium remisi bagi tindak pidana korupsi dan terorisme itu dilakukan seiring dengan perbaikan peraturan perundangan yang mendasarinya.

Menanggapi wacana penghapusan remisi untuk pelaku tindak korupsi, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar akan membentuk tim yang khusus mengkaji efektifitas kebijakan tersebut. Nantinya, tim tersebut akan mengkaji segala hal terkait remisi, kemudian memberikan gambaran untung-rugi moratorium remisi untuk koruptor dan teroris.

Selama ini, lanjut Patrialis, kementriannya selalu berpedoman pada PP No. 28 Tahun 2006, yang menyebutkan bahwa remisi adalah hak warga negara. “Karena itu merupakan hak warga negara, maka kami memberikannya sesuai pera-turan yang berlaku,” ujar Patrialis Akbar kepada wartawan.

Dukungan Jakgung

Rencana moratorium remisi untuk pelaku tindak korupsi mendapat dukungan dari Kejaksaan Agung sebagai salah satu lembaga penegakan hukum. Menurut Jaksa Agung Basrief Arief, pihaknya menyambut baik rencana pemerintah untuk menghapus pemberian remisi atau pengurangan hukuman untuk terpidana koruptor karena dinilai bisa memberikan efek jera bagi koruptor dan meru-pakan salah satu cara efektif memberantas korupsi di Indonesia.

“Korupsi merupakan kejahatan yang harus diberantas karena memberikan dampak negatif yang sangat luas bagi bangsa dan negara. Karena itu perlu diberikan efek jera agar korupsi semakin berkurang,” ujar Basrief menanggapi rencana pemerintah tersebut.

Basrief menambahkan, langkah untuk membe-rikan remisi untuk para koruptor sebenarnya meru-pakan langkah yang sejak dulu ditentang dan tidak diinginkan oleh kejaksaan karena hukuman akan terus-menerus berkurang tanpa ada sebab apa-apa.

Selain itu, menurut Jaksa Agung, keinginan masyarakat untuk memiskinkan koruptor juga perlu diapresiasi, agar kejahatan korupsi yang merugikan negara dan bangsa ini bisa dihilangkan. “Prinsipnya kami mendukung apa yang menjadi kesepakatan bersama,” lanjutnya.

Namun, rencana moratorium remisi bagi koruptor ditanggapi berbeda oleh pengamat hukum yang juga mantan Menteri Hukum dan HAM Yusril Ihza Mahendra. Menurutnya, pembekuan remisi itu akan melanggar HAM karena seluruh narapidana harus diperlakukan sama tanpa membedakan jenis kejahatan dilakukan.

Dalam United Nation Convension Treathment of Prisoner atau Konvensi PBB tentang perlakuan kepada narapidana juga dalam UU Kemasyarakatan tahun 1995, lanjut Yusril, pada dasarnya kepada seluruh narapidana tidak boleh diskriminatif.

“Jadi kalau peraturan presiden yang membatasi pemberian remisi diajukan bisa membuat narapi-dana akan mengajukan gugatan ke MA,” tukasnya.

Yusril juga mengharapkan kepada presiden untuk tidak mendengarkan desakan orang jalanan yang tidak memahami hukum dan perundang-undangan. “Pemerintah kalau bisa didikte orang jalanan bisa celaka negara ini. Pemerintah harus mempunyai sikap jangan tunduk pada suara-suara LSM atau mereka yang meneriakkan ini,” pungkasnya. (Req)

WaCana moratoriumremiSi koruPtor

Pemberian remisi kepada para terpidana koruptor menciderai rasa keadilan masyarakat.

Foto

: kor

upt

orin

don

esia

.com

, mah

kam

ahko

nst

itu

si.g

o.id

l Denny Indrayana l Yusril Ihza Mahendra

Page 15: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

29

Volume 13/2011

28

SPOTLIGHT

Tak dapat disangkal, Value Engineering (VE), merupakan hal yang jarang didengar atau dibicarakan di negeri kita, apalagi dimanfaatkan. Penge-

cualiannya mungkin dalam dunia kontruksi, sebab VE telah berperan atau dimanfaatkan dalam bidang konstruksi. Sejumlah perusahaan jasa konstruksi di Indonesia sudah menerapkan VE. VE dapat dimanfaatkan oleh bidang lain, termasuk dalam lembaga hukum.

Apakah VE itu? Definisi klasik VE adalah: Usaha terorganisir yang diajukan untuk menganalisa fungsi barang dan jasa, untuk tujuan mencapai fungsi dasar dengan biaya minimal yang paling rendah dan konsisten dengan pencapaian karak-teristik yang maksimal. Job plan VE terdiri dari 5 fase, yaitu: Fase pertama, investigasi/information gathering. Fase kedua, kreatif/spekulatif/idea gene-ration. Fase ketiga, selection & evaluation. Fase keempat, development of proposal dan fase kelima, presentation of proposals.

Jadi sesungguhnya VE bukan sesuatu yang baru. VE lahir pada saat Perang Dunia ke-II dan memiliki asosiasi yang eksis sejak tahun 1947. VE lahir ketika angkatan perang Amerika Serikat mengalami kesu-litan dalam merancang anggaran untuk perang. Perang itu mahal dan berlangsung cukup lama. Sementara anggaran terbatas. Terkait dengan VE ini, mari kita ikuti perbincangan khusus majalah Requisitoire dengan ahli VE Indonesia Prof., Chaidir Anwar Makarim, Ph.D., AVS., yang juga guru besar

Universitas Tarumanegara dan Ketua Umum HAVEI (Himpunan Ahli Value Engineering Indonesia).

Ada hal yang perlu dan tidak perlu dalam analisis VE!

Ada hal yang perlu dalam suatu fungsi dan yang tidak perlu. Yang perlu, disebut basic function atau fungsi dasar. Yang tidak perlu itu secondary func-tion. Secondary function itu ditanya lagi, diperlukan atau tidak? Kalau tidak, dihilangkan. Kalau dia percaya bahwa di dalam setiap benda itu ada yang namanya unnecessary cost, biaya yang tidak perlu, maka dia bisa pakai Hukum Teknik Pareto dan sebagainya. Intinya VE itu adalah analisis fungsi, satu metode analisa fungsi untuk meniadakan biaya yang tidak perlu, tetapi meningkatkan kualitas dari hal-hal yang diperlukan dan memper-tahankan karakteristik proyek tersebut. Dan harus diingat, VE bukan irit-iritan atau pelit-pelitan, tetapi analisis fungsi.

Tetapi VE juga bisa mewujudkan penghematan atau efisiensi biaya?

Tentu saja bisa. VE bisa melakukan penghe-matan miliaran. Untuk bangunan-bangunan tinggi bisa terjadi penghematan 3-5 % sudah pasti. Kalau pekerjaannya makin rumit, makin kompleks, semakin besar risikonya, itu saya lakukan sampai 50 %. Menakjubkan dan biasanya, yang menyambut

ini dengan baik adalah swasta, langsung dia pakai, saya pernah praktekkan di Manggadua Square, sampai sekarang sudah 12 tahun tidak apa-apa. Banyak contoh lain. Ketidakefisienan di Indonesia ini masih banyak. Menyentuh semua instansi, baik pemerintah maupun swasta.

Apakah VE dapat diterapkan dalam aspek hukum?

Dalam segala bidang bisa. Termasuk bidang hukum. Ketika membuat UU itu perlu keterlibatan dan analisis fungsi yang mendalam oleh berbagai ahli. Kita tahu, seringkali UU yang ada di Indo-nesia tabrakan satu sama lain, tidak sinkron, ada banyak contohnya. Pada prinsipnya VE bisa dipakai di bidang atau industri nonkonstruksi. Mengapa? Karena, intinya efisiensi, optimalisasi, dari hal yang perlu dan meniadakan hal yang tidak perlu.

Dengan demikian Indonesia seharusnya membu-tuhkan VE!

Sangat, sangat-sangat diperlukan, karena Indo-nesia dikenal sangat tidak efisien. Yang disebut efisien bukannya pelit, tetapi pantas. Sesuatu yang perlu biaya yang dikeluarkan ya dikeluarkan. Mi-salnya mau dibuat tembok penghalang air laut, di Jakarta Utara, bantuan Belanda. VE itu tidak pernah berpikir satu arah, tetapi harus banyak arah. Dia bertanya pada ahli-ahli yang lain, apakah benar untuk menahan itu cuma satu ini saja? Coba kum-pulkan ahli-ahlinya. Ahlinya bilang ada dua, ada tiga, empat, nah sekarang fungsinya apa? Nahan air, ok, proyek kamu yang kedua, nahan air juga tidak? Ya nahan air. Yang ketiga nahan air juga. Kalau begitu kita sejajarkan, kita lihat fungsinya proyek ini untuk menahan air. Ya sudah, kita jaga, kita pilih yang paling murah, paling murah itu bukan sesuatu yang pada saat itu paling murah, besok mahal, tahun depan hancur, berantakan. Diikuti umurnya, umurnya katakan 20 tahun, yang ini bisa juga 20 tahun, tetapi makan ongkos. Maka yang pertama ini 20 tahun tetapi sekali saja, walaupun mahal sedikit, jadi VE juga memperhi-tungkan itu.

Apakah negara lain sudah maju dengan penerapan VE?

Amerika adalah contohnya. Amerika memu-lainya di jaman PD II sebagaimana yang saya jelaskan di awal. Tahun 1996, Presiden Bill Clinton

menandatangani satu UU, yang intinya, semua proyek di atas 1 juta dollar harus menggunakan VE. Di Indonesia belum ada peraturan itu. Pernah ada di Jakarta dulu, tetapi kemudian Pemerintah DKI menariknya kembali karena asosiasinya belum ada. Sekarang asosiasinya sudah ada, HAVEI yang saya pimpin, eksis sejak tahun 2006, anggotanya di atas 100 orang. Tetapi yang baru memiliki sertifikat internasional baru sekitar 50, belum setengahnya, kebanyakan di BUMN dan Kementerian PU. Kami sudah menyelenggarakan pendidikan 4 kali dan kami datangkan instruktur dari India, supaya biaya lebih murah, asosiasinya juga beranggotakan ke Amerika, jadi India berhak untuk melakukan pengetesan. VE ini memang belum berkembang sebagaimana mestinya, tetapi negara-negara di dunia ini sudah mulai merasakan manfaatnya. Baru 4 negara di Asia ini yang benar-benar sudah ber-jalan, yakni, Korea Selatan, Jepang, Hong Kong dan India. Empat negara ini telah dipercayakan untuk menyelenggarakan workshop VE di Asia. Indonesia belum. Syaratnya orangnya cukup, pekerjaannya memadai dan membayar iuran tahunan. Cukup mahal. Sekitar 150 US Dollar per tahun.

Apa obsesi Anda untuk menghidupkan asosiasi VE, HAVEI?

Saya ingin membangun institusi HAVEI ini menjadi institusi yang berwibawa. Bukan saja menjalankan pekerjaan yang bagus tetapi orang-orangnya berintegritas bagus. Saya ingin sosiali-sasi terus tentang manfaat VE ini bagi bangsa dan negara, bagi semua lembaga, bagi semua bidang. Saya yakin, lama kelamaan orang akan sadar dan tahu manfaat VE ini. Ini pekerjaan berat yang harus kita lakukan. Saya juga berharap agar anggota yang sudah bergabung ikut mensosialisasikannya.

Apa sebenarnya nama lain dari VE ini?

VE itu kan kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, rekayasa nilai, tetapi konotasinya kurang bagus. Ada yang menyebutnya analisis nilai, ada yang menyebutnya manajemen nilai (value management), kami memakai VE saja. Tetapi kelompok yang berorientasi ke Inggris lebih suka dengan istilah value management. Toh meski berbeda-beda istilah, toh isinya 100 % sama, tetapi ini bukan manajemen. Ini tumbuh dari VE bukan manajemen.***

Prof Chaidir Anwar Makarim, Ph.D., AVS

“Value engineeringBisa DiterapkanDalam BiDang Hukum”

Page 16: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

31

Volume 13/2011

30

SPOTLIGHT

Entah sudah berapa banyak anak-anak negeri ini yang dihukum tanpa melalui proses peradilan yang seharusnya. Banyak orang bersalah yang dibenarkan dan lebih banyak lagi orang benar yang disalahkan – meng-ingatkan pada lagu Franky Sahilatua, Perahu Retak. Ada banyak orang

yang dibui selama bertahun-tahun tanpa diketahui apa kesalahannya. Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar pernah bercerita dengan sangat emosional, bahkan hingga menitikkan air mata, tentang orang-orang ini. Mereka ada di hampir semua rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan. Tidak ada mem-pedulikan nasib buruk mereka.

“Kita sedang menghadapi masalah serius, bukan kasus Antasari Azhar saja, tapi juga kasus lain, yang menggambarkan bahwa sistem hukum dan kea-dilan memang sudah ketinggalan zaman. Banyak masalah, bobrok, banyak mafia, sehingga presiden sampai membuat unit kerja sendiri, Satgas Anti-Mafia. Itu menunjukkan banyak masalah. Ini salah satu contoh saja,” kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie ketika meluncurkan buku “Testimoni Antasari Azhar”, Kamis (15/9) di Jakarta.

Hari-hari ini kita sedang menyaksikan proses sidang PK terhadap kasus mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar. Dalam putusan Kasasi Mahkamah Agung, mantan Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan ini dihukum 18 tahun penjara. Namun, Antasari me-ngajukan PK karena beberapa bukti baru. Hal ini diperkuat oleh rekomendasi Komisi Yudisial (KY) yang menetapkan majelis hakim yang mengadili perkara Antasari telah melanggar kode etik dan perilaku hakim.

Jimly mengaku sudah berkali-kali menegaskan bahwa Antasari yang kini mendekam di balik

jeruji besi itu merupakan korban peradilan sesat. Apalagi Mahkamah Agung menolak membuat keputusan sehubungan rekomendasi Komisi Yudi-sial tersebut.

“Saya sudah beberapa kali menyebut ini korban peradilan sesat dan MA menolak mem-buat keputusan sehubungan rekomendasi KY. Ini sudah kontraproduktif dalam membangun tradisi pengawasan di internal kekuasaan kehakiman,” tandasnya. Jadi, perkara Antasari ini merupakan salah satu contoh untuk melihat dan memahami potret keseluruhan sistem hukum peradilan di Tanah Air.

Jimly mengatakan itu untuk menyoroti betapa buruknya sistem peradilan dan penegakan hukum di Indonesia pasca reformasi. Dia mengatakan, sistem peradilan kita dikuasai oleh para aktor mafia. Mereka ada di mana-mana mulai dari tahap penyidikan hingga keputusan pengadilan. Para polisi, jaksa hingga hakim dikepung oleh orang-orang yang bertindak sebagai makelar kasus (markus).

“Dalam keadaan seperti ini, bagaimana kita dapat berharap keadilan sungguh-sungguh dapat

MELAWANPERADILAN

SESATSistem hukum di Indonesia kacau balau. Banyak orang men-

jadi korban peradilan sesat. Bagaimana jalan keluarnya?

“Kita sedang menghada-pi masalah serius, bukan kasus Antasari Azhar saja, tapi juga kasus lain, yang menggambarkan bahwa sistem hukum dan kea-dilan memang sudah ke-tinggalan zaman. Banyak masalah, bobrok, banyak mafia, sehingga presiden sampai membuat unit kerja sendiri, Satgas Anti-Mafia. Itu menunjukkan banyak masalah. Ini salah satu contoh saja,”

Page 17: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

33

Volume 13/2011

32

SPOTLIGHT

ditegakkan di negeri ini? Bagaimana mungkin kita berharap bahwa gedung dan ruang pengadilan dapat berdiri kokoh sebagai garda depan penga-dilan yang berwibawa, yang disegani dan dihor-mati?” tulisnya dalam Kata Pengantar untuk buku “Testimoni Antasari Azhar”.

Tidak dipungkiri bahwa keruwetan hukum yang terus terjadi hingga saat ini punya akar pada keka-cauan hukum di masa lalu. Banyak masalah besar

yang membuat hukum di Indonesia kacau balau. Tetapi persoalan itu sudah mulai diretas dengan melakukan reformasi konstitusi lewat amandemen UUD 1945. Alhasil, Indonesia mampu menghadirkan konstitusi yang lebih demokratis.

“Tetapi, masalah-masalah hukum lainnya yang bertalian erat dengan politik hukum nasional ber-munculan,” kata Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mohammad Mahfud MD dalam sebuah seminar

bertajuk “Seminar Nasional Politik Hukum” di Uni-versitas Pandjajaran, Bandung beberapa waktu lalu.

Menurut Mahfud, masalah hukum yang berkaitan erat dengan politik hukum nasional mencakup dua isu utama: politik hukum dalam pembentukan undang-undang dan politik hukum dalam penegakan. Konsep politik hukum nasional di Indonesia dalam pembentukan undang-undang sebenarnya telah mempunyai bentuk yaitu dengan adanya program legislasi nasional atau prolegnas, yang menurutnya menjadi potret politik hukum Indonesia saat ini.

Namun, lanjut dia, harus diakui memang pelak-sanaannya masih amburadul. Banyak rancangan undang-undang yang spontan dan tidak ada urgensinya. “Sampai saat ini masih banyak ‘kege-nitan’ politisi kita dalam pengajuan pembentukan undang-undang. Selain itu banyak juga RUU yang bermasalah, apakah itu rancu secara substansi, saling tumpang tindih dengan peraturan lain, atau tidak memiliki konsistensi,” ungkapnya.

Dalam bahasa Jimly Assiddiqie, berbagai perubahan dalam sistem hukum nasional saat ini menimbulkan tumpang tindih. “Norma aturan yang lama sudah tidak lagi berlaku, sementara norma aturan yang baru belum segera berfungsi dan tegak sebagaimana mestinya. Akibatnya, berkembang gejala anomi dan anomali dalam sistem hukum dan kelembagaan negara kita selama masa reformasi ini. Kita seakan hidup dalam ruang tanpa aturan hukum yang pasti dan apalagi aturan hukum yang berkeadilan,” tulis Jimly.

Mahfud menyoroti keruwetan hukum di Indo-nesia terkait dengan hakikat hukum dan keadilan. Implementasi hukum di Indonesia masih kacau balau akibat hukum tidak ditegakkan dengan jiwa keadilan. “Hukum dan keadilan itu berbeda. Kalau hukum melihat kesamaan, tapi kalau keadilan melihat perbedaan. Kalau keadilan dilaksanakan, yang terjadi malah tidak adil,” katanya.

Menurut dia, untuk memperbaiki hukum ada tiga yang dilihat: materi hukumnya, aparat hu-kumnya, dan budaya hukum. “Hukum di negara kita semua ada. Tapi kenapa kacau begini, karena hukum tidak ditegakkan dengan jiwa keadilan,” ucapnya dengan nada prihatin.

Dia menambahkan, “Hukum kita sudah kaya dengan materi apapun. Kalau seorang hakim mau menghukum maupun membebaskan seseorang itu gampang. Kita tidak boleh hanya menegakkan hukum tapi juga keadilan, karena keadilan itu

dari hati nurani dan integritas.” Meski demikian, lanjutnya, hukum yang jelek sekalipun di tangan hakim yang baik dapat menciptakan penegakan hukum.

Kekacauan lain bermuara pada kebijakan pemerintah, lebih tepat presiden, yang gemar mem-bentuk badan-badan baru yang tidak ada landasan hukumnya dan kepentingannya tidak jelas. Sebut saja, misalnya, pembentukan Satuan Tugas Pem-berantasan (Satgas) Mafia Hukum guna memerangi korupsi. Dalam UU, lembaga penegak hukum yang resmi hanya dilakukan oleh Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, dan KPK. Kalau sebuah badan dibentuk hanya berdasarkan instruksi, akhirnya hanya akan membuat semakin kacau balau.

Itulah sebabnya, sejak awal, Ketua Komisi Hukum Indonesia, JE Sahetapy ngotot agar Satgas itu dibubarkan. “Saya minta Satgas dibubarkan. Buat apa itu, tidak ada manfaatnya,” ujar guru besar ilmu hukum Universitas Airlangga itu.

Masih banyak persoalan lain yang merusak sistem hukum nasional, dan karena itu banyak sekali agenda yang perlu dilakukan agar citra pe-negakan hukum dan peradilan dapat diperbaiki di masa depan. Jimly Asshiddiqie menyebut beberapa agenda penting untuk segera dilaksanakan. Per-tama, mereformasi perangkat peraturan perun-dang-undangan di bidang hukum material maupun hukum acara penegakannya.

Kedua, menata kembali berbagai institusi pembuat hukum, pelaksana hukum, dan lembaga penegak hukum, dengan didukung oleh sistem yang terintegrasi dan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang lebih efektif, efisien, trans-paran dan akuntabel.

Ketiga, dibutuhkan aparat penegak hukum yang berintegritas dan tercerahkan yang dapat dijadikan contoh dan teladan dalam membangun kepercayaan publik. Keempat, memaksimalkan peran kepemimpinan dalam seluruh sistem kelem-bagaan hukum. Dibutuhkan sosok pemimpin yang berintegritas dan memiliki kapabilitas guna menata kembali sistem hukum dan kelembagaan hukum nasional.

“Semuanya itu menjadi kunci yang dapat diandalkan untuk memperbaiki buruknya sistem hukum dan peradilan di tanah air kita. Hanya dengan demikian, kita dapat berharap praktek peradilan sesat dan menyesatkan benar-benar dapat dihapuskan dari bumi Indonesia di masa-masa mendatang,” pungkasnya. (Req)

Kekacauan lain ber-muara pada kebijakan pemerintah, lebih tepat presiden, yang gemar membentuk badan-ba-dan baru yang tidak ada landasan hukumnya dan kepentingannya tidak jelas. Sebut saja, misal-nya, pembentukan Satu-an Tugas Pemberantasan (Satgas) Mafia Hukum guna memerangi koru-psi. Dalam UU, lembaga penegak hukum yang res-mi hanya dilakukan oleh Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, dan KPK. Ka-lau sebuah badan diben-tuk hanya berdasarkan instruksi, akhirnya ha-nya akan membuat se-makin kacau balau.

Page 18: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

35

Volume 13/2011

34

SPOTLIGHT

Nama Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH., begitu populer ketika menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), periode 2003-2008 lalu. Tatkala

memasuki periode ke-II (2008-2013), Jimly mengun-durkan diri dan namanya pun tenggelam, jarang disebut dan tampil di televisi atau media massa. Selanjutnya Jimly sempat masuk Wantimpres (Dewan Pertimbangan Presiden). Tetapi tidak lama berselang, ia mengundurkan diri karena mengikuti seleksi pimpinan KPK dan ternyata gagal.

Popularitas pria kelahiran Palembang 17 April 1956 itu pun semakin tenggelam. Namun meski demikian, Jimly justru merasa nyaman dan menikmati kehidupannya pada saat ini. Setiap hari ada saja orang, tokoh masyarakat, hingga pejabat negara, datang ke kantor Penasihat Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) ini, di Lantai III, gedung BPPT, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, untuk berkon-sultasi atau meminta nasihat. “Saya menikmati keberadaan saya sekarang. Banyak sekali orang yang mencari saya, diundang ke mana-mana dan

saya tetap sibuk mengajar,” ungkap guru besar Universitas Indonesia (UI) ini.

Yang pasti Jimly “belum habis.” Kerinduan dan obsesinya untuk mengabdi pada negara, masih membara, ya masih ingin memberikan kontribusi bagi negara, memimpin lembaga penegak hukum atau apa saja tugas dan tanggung jawab untuk penegakkan hukum di negeri ini. Dia selalu me-ngatakan, dirinya hanya pekerja dan hanya mau bekerja. Apa pun tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, akan dikerjakan dengan baik. Ya, faktanya, ia sukses membangun dan memimpin MK.

“Pernah ada tokoh partai yang datang kepada saya dan melamar saya menjadi Ketua Dewan Penasihat Partai, tetapi saya bilang, ok, tetapi saya maunya jadi ketua umum partai. Bapak itu bingung dan kaget. Dia bilang, ‘Ah bisa aja Bapak ini, masak jadi ketua umum, pro-fesor ini memang bukan orang politik….!’ Saya ketawa saja. Ya sudah. Saya mau jadi presiden, tetapi saya ini kan bukan orang politik, saya tidak memiliki kendaraan, saya hanya pekerja. Tetapi kalau saya diberikan ke-sempatan, Insa Allah, saya akan melakukan yang ter-baik,” tandas Jimly.

Profesor Jimly me-ngatakan, sistem hukum di negeri ini sungguh bobrok, amburadul, kam-pungan. Mengapa demikian? Ikuti saja perbin-cangan Requisitoire berikut ini dengan pakar hukum Tata Negara UI yang juga mengajar di berbagai universitas ini.

Dalam pengantar Buku Testimoni Antasari Azhar yang baru diterbitkan, Bapak menulis artikel pengantar dengan judul, Peradilan Sesat: Potret Buram Keadilan? Bisa dijelaskan?

Antasari Azhar itu salah satu korban saja. Selain itu banyak lagi korban peradilan sesat. Tetapi apa yang saya mau katakan, ya, yang lebih luas lagi.

Hukum dan dunia peradilan kita pada saat ini benar-benar bobrok, menyesatkan. Harus dimo-dernisasi besar-besaran, mulai dari tata kelola mengenai manajemen kelembagaan hukumnya, sampai ke pembaruan prosedur acara, misalnya prosedur pemeriksaan, KUHAP harus diperbaiki, KUHPerdata harus diperbaiki, ya sesuai dengan kebutuhan jaman moderen sekarang ini. Saya lebih percaya pada penataan sistem seperti itu, ketim-bang mempertimbangkan kualitas orang, pribadi para penegak hukum, penegak hukum itu menjadi

rusak karena sistemnya itu bobrok.

Jadi menurut Bapak sistem hukumnya dulu yang harus diperbaiki daripada orang atau pe-negak hukum-nya?

Semua orang pada dasarnya ingin baik, semua orang tidak mau dibilang mafia. Tetapi kalau sistem, lingkungan dan tempat dia bekerja bobrok, maka dia ikut bobrok. Sekali lagi, kuncinya sistem pera-dilan harus diperbaiki. Tidak bisa lagi seperti sekarang ini, sekarang ini benar-benar kam-pungan.

Bisa diberikan contoh yang konkrit?

Contoh ekstrim, kasus terorisme di Norwegia yang baru, peledakan bom yang menewaskan ratusan orang. Dalam waktu hanya lima hari sudah mulai sidang pertama. Prosesnya cepat sekali dan ini sangat efisien. Ban-dingkan waktu kasus bom Bali, lama sekali. Tiap hari di koran, di televisi. Setelah satu tahun, baru sidang pertama. Ada lagi contoh ekstrim lainnya, Mantan Dirut PLN, Eddie Widiono. Selama ini kita lihat, dia diubek-ubek, prosesnya lama sekali, masuk media massa terus-menerus, sesudah satu tahun baru dinyatakan tersangka, terus diperiksa lagi, baru tahun berikutnya sidang pertama. Jadi

Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH :

“Perbaiki SiStem Hukumkita yang bobrok”

“Seharusnya orang yang men-

cari keadilan itu diperlakukan

sebagai raja. Yang terjadi se-

lama ini, orang yang mendap-

atkan masalah malah dijadikan

obyek pemerasan, dijadikan

‘proyek’ oleh oknum petugas

dan penegak hukum, tukang

ketik pun bisa ikut memeras.”

Page 19: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

37

Volume 13/2011

36

SPOTLIGHT

membutuhkan waktu dua tahun.

Kondisi ini sangat memprihatinkan...

Ya! Belum lagi soal governance, soal tata kelola, administrasi. Pelayanan misalnya, cara melayani tamu yang melapor. Seharusnya orang yang mencari keadilan itu diperlakukan sebagai raja. Yang terjadi selama ini, orang yang mendapatkan masalah malah dijadikan obyek pemerasan, dijadikan ‘proyek’ oleh oknum petugas dan penegak hukum, tukang ketik pun bisa ikut memeras. Per-soalan lain, database. Apa ada itu di lembaga hukum kita? Sulit sekali. Ada kantor pengadilan yang kekurangan hakim, tetapi sebaliknya ada kantor pengadilan yang banyak hakimnya, perkara sedikit. Mengapa? Karena tidak ada database. Merekrut dan menempatkan orang harus ada informasi dan data yang jelas.

Dibutuhkan leadership yang kuat, yang mema-hami berbagai aspek, memiliki integritas dan komitmen yang tinggi.

Ironi memang. Tiba-tiba misalnya, ada sese-orang yang idealis, sar-jana hukum, yang tadinya aktivis, pejuang, demons-tran waktu mahasiswa, begitu tamat menjadi pejabat di lingkungan lembaga hukum, lalu apa orang tersebut tetap dijamin idealismenya? Apakah dia tidak ikut bobrok? Ini yang terjadi sekarang. Saya mengajak, jangan dulu menyalahkan orang per orangan. Orang adalah produk dari sistem. Sistemnya harus dibenahi dulu. Yang membenahi ya orang juga. Leadership di lembaga-lembaga hukum masing-masing harus mampu membenahi

sistem-nya, mulai dari kantor polisi sampai ke LP (Lembaga Pemasyarakatan).

Seharusnya presiden menjadi motor membenahi kebobrokan sistem hukum kita.

Ya tidak bisa saling tunjuk tangan begitu. Pokoknya siapa saja yang harus diberi tanggung

jawab untuk memimpin lembaga hukum, harus bekerja keras merubah dan mereformasi sistem. Tidak bisa kita menyalahkan satu dua orang. Pokoknya siapa saja yang diberi amanah, yang menjadi jaksa agung, jadi Kapolri, jadi menteri Hukum dan HAM, jadi Ketua MA, jadi Kapolda, jadi Kajati, jadi Ketua PN, PT dan lainnya, harus bertanggung jawab untuk merubah.

Ada yang mengatakan, perangkat UU kita sudah bagus, yang masalah hanya orangnya, penegak hukumnya.

Kalau memang pe-rangkat UU kita sudah bagus, mengapa terjadi seperti sekarang ini? UU kita itu kan banyak juga yang bermasalah, ada UU yang asal bikin, kental unsur politis dan kepen-tingan bisnis. Makanya selama ini kan banyak UU yang dibawa Mahkamah Konstitusi (MK) untuk judicial review. Karena

memang bermasalah. Kalau UU sudah bagus, sehar-usnya tidak ada judicial review di MK. Tetapi begini, sejelek-jeleknya UU, kalau orang yang menjalank-annya baik, maka itu bisa membantu. Kita memer-lukan dua-duanya. Kita perlu UU yang baik, perlu juga orang atau penegak hukum yang baik.

Banyak orang mengkritik sistem perekrutan dan

pemilihan pimpinan KPK. Bapak pernah ikut seleksi tetapi kemudian ditolak.

Tanyakan kepada Pansel-nya (Panitia Seleksinya). Saya sudah menyediakan waktu untuk menjadi calon ketua KPK, mereka tolak. Ketika itu, saya juga ber-sedia mundur dari Wantimpres (Dewan Perimbangan Presiden). Mereka mengira saya ini orang Presiden SBY, titipan Istana, ya sudah, bukan salah saya. Kalau saya jadi ketua KPK, tidak akan jadi seperti ini. Saya akan rubah sistem administrasi, sistem tanggung jawab kekuasaan, dipaksa, diperbaiki sistemnya. Kita bisa menggunakan alat pentung KPK. Maksudnya, semua ketua lembaga negara, semua menteri, semua kepala lembaga, komisi-komisi negara, kita ancam, kita tangkap kalau mereka tidak mampu membenahi sitem internal masing-masing. Kita paksa orang untuk membenahi sistem.

Bisa dijelaskan maksudnya?

Orientasi kita dari hulu, membenahi sistem, kalau sudah tidak bisa dibenahi, baru kita melakukan penindakan, jadi penindakan di sektor hilir itu belakangan, itu tidak terlalu penting. Sistemnya dulu yang harus dibenahi. Tentu bisa simultan, dikerjakan sama-sama. Tetapi kalau kita hanya membereskan di hilir, sedangkan di hulunya tidak, maka sampai kiamat, korupsi tetap menggeliat. Malah setelah bertahun-tahun, orang-orang telah terbiasa menonton tersangka-tersangka korupsi ditangkap dan disiarkan di televisi. Jadi lama-lama orang tidak akan melihat lagi pemberantasan korupsi sebagai sesuatu yang menakutkan. Tidak ada lagi efek jeranya. Akan menjadi bahaya kalau gerakkan pemberantasan korupsi dilakukan dengan tangan panas, dengan kemarahan, dengan keben-cian, dengan dendam dan dengan hiruk pikuk se-perti sekarang. Orang menegakan keadilan itu harus dingin, kepala mesti dingin, tangan mesti dingin, wajah mesti dingin, hati pun mesti dingin, darah mesti dingin. Itu konsep saya. ‘Konsep lima dingin’ dalam memberantas korupsi atau menjadi penegak hukum. Maksudnya begini, kepala dingin, harus rasional. Tangan dingin berarti profesional. Wajah dingin berarti bicara seperlunya, jangan kelewat bicara atau terlalu komunikatif dengan orang ber-masalah, cengegesan dengan orang yang berperkara. Hati mesti dingin, maksudnya, kalau hatinya panas, nanti gampang dirayu. Darah mesti dingin, perlu kejam, kalau memang dia pantas untuk dihukum

mati, hukum mati saja.

Seandainya Bapak menjadi Ketua KPK.

Bukan memasukkan orang ke penjara. Tetapi membersihkan orang untuk tidak korupsi. Intinya kita mencegah. Sekarang penegak hukum seperti KPK, tidak seperti itu. Mereka memiliki wewenang untuk menyadap. Menurut saya, itu bagus, tetapi lebih baik begini, kalau memang tahu orang mau korupsi, cegah saja. Beri tahu atasannya, itu anak-buahnya mau korupsi. Kan lebih bagus daripada ditangkap lalu jadi tontonan. Dengan begitu ada

iklim yang saling mengontrol, ini menurut saya jauh lebih penting.

Apakah itu bisa disebut sebagai efek jera?

Ya dari sisi efek jeranya memang bagus, tampak heroik, kita lihat sekian gubernur, walikota, bupati, pejabat negara, DPR, DPRD, yang ditangkap dan masuk TV, masuk koran. Tetapi menurut saya, itu bukan prestasi. Melainkan ciri kegagalan dalam pemberantasan korupsi. Ke depannya, tidak bisa begini lagi. Manfaatkan alat penyadap untuk pe-ngontrolan yang bersifat mencegah. Siapa pun pasti

“Ironi memang. Tiba-tiba misal-

nya, ada seseorang yang idealis,

sarjana hukum, yang tadinya

aktivis, pejuang, demonstran

waktu mahasiswa, begitu

tamat kemudian menjadi pe-

jabat di lingkungan lembaga

hukum, lalu apa orang tersebut

tetap dapat dijamin idealisme-

nya? Apakah dia tidak ikut bo-

brok? Ini yang terjadi

sekarang.”

Page 20: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

39

Volume 13/2011

38

SPOTLIGHT

takut kalau atasannya mengawasi, bisa diawasi pakai skype.

Selama ini pengawasan internal di berbagai lembaga kurang berjalan termasuk di penegak hukum.

Seharusnya berjalan. Ada lembaga pengawasnya, tetapi banyak yang sekedar ada. Lalu bagaimana yang lebih efektif? Contoh, menteri mengawasi dirjennya. Dirjen kalau menteri yang langsung mengawasi, pasti takut. Kemudian Dirjen harus mengawasi direktur, kekayaannya berapa, ada tambahan significant tidak? Kalau Dirjen mengawasi direkturnya, pasti takut. Ke bawah-bawahnya juga begitu. Jadi kalau eselon V terlibat korupsi, maka pecat juga atasannya yang eselon IV. Kalau eselon IV-nya juga korupsi, pecat juga eselon III yang men-jadi atasannya, begitu seterusnya. Dengan begitu maka akan terbentuk iklim, takut semua.

Orang Indonesia umumnya beragama dan agama mengajarkan moral, kejujuran dan tidak boleh korupsi.

Mestinya demikian. Kalau kita benar-benar beriman, harusnya kita takut sama Tuhan. Kita harus sadar, Tuhan pasti selalu mengawasi. Tetapi kalau iman tidak kuat, kita bisa saja menganggap

atasan sebagai pengganti Tuhan. Anda tahu diawasi oleh atasan, maka Anda harusnya takut. Ya bisa saja Anda lebih takut sama atasan daripada Tuhan. Nah ini khusus bagi mereka yang kurang imannya.

Perekrutan dan pemilihan pimpinan KPK rumit sekali, memerlukan waktu, biaya, proses panjang. Mengapa harus demikian?

Memang bukan hanya KPK. Sesudah reformasi, ada ideologi jabatan pasar bebas. Ada jabatan-jabatan yang boleh diperebutkan, dan siapa saja diperbolehkan melamar. Menurut saya, jabatan yang sifatnya politis, representatif, mewakili aspi-rasi rakyat, seperti DPR, DPRD, DPD, presiden, kepala daerah, boleh, itu politik pasar bebas, tetapi untuk jabatan yang sifatnya teknis, menurut saya, jangan kita menggunakan ideologi jabatan pasar bebas. Harus dirubah, jangan anggap itulah yang paling bagus, merekrut dengan fit and proper test, lalu dibawa lagi ke DPR, di DPR dites lagi, itu ribet, uang banyak habis, waktu habis, energi habis dan hanya jadi tontotan. Hasilnya ya begitu-begitu saja, sama saja. Ujung-ujungnya kan mau memilih siapa. Jadi subjektivitas juga yang bicara, bukan objektivitas. Sebenarnya kita berusaha untuk meng-objektivikasi subjektivitas kita. Yang terjadi itu kan bohong-bohongan, fatamorgana saja, apalagi kalau

ada permainan yang tidak sepenuhnya sehat.

Jadi perekrutan dan pemilihan pimpinan KPK itu tidak menjamin hasil yang bagus.

Contoh KPU, siapa yang bilang selama ini, KPU kita bagus, tidak jadi jaminan juga. Karena itu diperlukan kesadaran untuk memperbaiki, jangan terlalu berorientasi populisme, mentang-mentang kita reformasi, lalu ada tuntutan masyarakat supaya transparan, ya transparan itu harus, tetapi jangan berlebihan. Untuk mengangkat pejabat-pejabat publik tadi, tidak harus melalui DPR, peranan DPR harus dikurangi, kasihan juga DPR kalau terlalu banyak menghabiskan waktu untuk pemilihan pejabat publik hingga akhirnya fungsi legislasi terbengkelai. Antara Pansel dan DPR, pilih salah satu saja. Untuk seleksi pimpinan KPK misalnya, pilih Pansel saja, langsung ke presiden. Atau sebaliknya, di DPR saja, tidak usah lewat Pansel. Saya juga di-minta untuk menjadi Pansel Komnas HAM, oke saya bilang, cuma harus per-baiki sistemnya. Yang tidak efisien, tidak perlu, buang-buang duit saja.

Bapak pernah mengatakan berkembang gejala anomi dan anomali dalam sistem hukum serta kelembagaan negara kita selama masa reformasi

ini. Bisa dijelaskan?

Hukum lama sudah banyak kita tinggal, hukum baru belum efektif. Ini tergambar dalam perubahan UUD. Banyak sekali yang kita rubah, dari semula 25 ayat, sekarang yang baru 174 ayat. Ini artinya, yang lama sudah banyak sekali yang kita tinggalkan. Yang baru, karena masih baru, belum efektif. Maka di tengah-tengahnya ada anomi, agak sedikit terombang-ambing sistemnya, normanya. Jadi kalau dalam masa transisi itu terlihat agak kacau, itulah yang disebut anomi. Keadaan anomi itu merupakan keadaan yang tidak bernorma, keadaan kacau. Tetapi ini gejala transisi, tentu setelah stabil, akan normal. Karena itu, kita harus menghadapi dengan sabar, dengan kesedian untuk membenahi sistem semua lembaga.

Bapak termasuk sukses memimpin MK ketika itu!

Saya ikut memulai, dari sejak merubah konsti-tusinya, membuat UU-nya, lalu membuat lemba-ganya.

MK sekarang ini dicibirkan orang, ada sejumlah kasus yang membelit MK.

Saya rasa tidak. Siapa yang mencibir MK? Yang

“Sistemnya dulu yang harus dibenahi. Tentu bisa simultan, dikerjakan

sama-sama. Tetapi kalau kita hanya membereskan di hilir, sedangkan di

hulunya tidak, maka sampai kiamat, korupsi tetap menggeliat. Malah

setelah bertahun-tahun, orang-orang telah terbiasa menonton tersang-

ka-tersangka korupsi ditangkap dan disiarkan di televisi. Jadi lama-lama

orang tidak akan melihat lagi pemberantasan korupsi sebagai sesuatu

yang menakutkan. Tidak ada lagi efek jeranya.”

Page 21: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

41

Volume 13/2011

40

SPOTLIGHT

dicibir mungkin pribadi saja, bukan lembaganya. Misalnya saja Pak Machfud (ketua MK), yang terlalu banyak bicara politik. Ada lagi ketika itu Hakim Arsyad Sanusi yang terkena kasus, dicurigai melakukan penyelewengan. Ada juga panitera MK yang kena kasus. Itu orang per orangan, bukan lembaga dan sistemnya. Kalau sistem itu sudah ter-bangun, sudah oke.

Jadi apakah sekarang ini sistem di MK sudah bagus?

Tentu harus disesuaikan dari jaman ke jaman. Waktu saya tinggalkan, MK dinilai oleh Asian Law-yers Association sebagai The Most Modern Court in Asia, pengadilan paling moderen di Asia, itu tahun 2007. Sekarang? Menurut saya, ketinggalan jaman. Video conference masih menggunakan satelit, biayanya mahal, padahal sekarang saya mengajar dengan menggunakan skype, gratis, seperti yang dilakukan oleh Nazarudin, dengan Iwan Piliang. Saya juga melihat, perkara MK sekarang ini, lebih banyak pada jaman saya pimpin. Cara kerjanya juga harus berubah, harus ada revisi, prestasi the most modern court, belum tentu lagi tercapai. Hal yang sama juga saya harapkan untuk lem-baga hukum lainnya, misalnya Kejaksaan Agung, sebenarnya bisa menjadi the most modern legal office di Indonesia, atau misalnya, seluruh jajaran kejaksaan di Indonesia dapat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) laporan keuangannya dan mulai tahun ini WTP terus. Dulu di MK saya kasi sarat pada sekjennya. Kalau tidak bisa membuat WTP, Anda akan saya ganti. Jadi mumpung lembaganya masih baru, apalagi lembaga tinggi, maka setiap tahun harus WTP. Sampai sekarang WTP terus, karena awalnya saya paksa dan inisiatif saya sendiri mengundang orang BPK suruh mereka ajarkan. Ibu Sri Mulyani seringkali memuji soal tata kelola kita di MK.

Jadi apakah tidak ada terobosan baru di MK?

Saya belum lihat, karena yang ada sekarang ini masih yang lama, MK TV itu kan dari awal, radio MK juga. Ketika saya tinggalkan MK, sudah terbangun jaringan dengan 34 perguruan tinggi seluruh Indoensia. Selain itu, saya telah melakukan MOU dengan 20 negara, kemudian konferensi internasional. Sekarang kan tinggal meneruskan saja. Tetapi mungkin lebih baik, tanya pendapat orang lain juga. Yang pasti, saya tidak terlalu

melihat ada yang baru di MK. Memang, setiap jaman punya tantangan sendiri-sendiri, saya tidak berhak mengklaim jaman saya lebih baik. Ada yang dulu tidak ada, sekarang ada, misalnya, menangani sengketa Pilkada, sekarang itu lebih sibuk. Dulu di jaman saya, honornya kecil, sekarang sudah hebat, lebih besar dari Mahkamah Agung.

Ada wacana, sebaiknya perkara Pilkada tidak melalui MK? Diserahkan saja ke lembaga ‘penga-dilan tinggi’ di provinsi.

Tidak usah. Kita ini urus negara, bukan me-ngurus oplet. Ini negara besar, kalau ada ide, jangan sembarangan. Masak baru pindah dari MA ke MK, lalu mau pindah lagi. Alasannya apa? Apakah karena MK terlalu sibuk? Saya kira tidak juga. Jumlah perkara kita di MK sedikit sekali dibandingkan jumlah perkara yang ditangani 9 hakim agung di Amerika Serikat. Mereka ribuan, kita ratusan. Mahkamah Konstitusi Jerman dengan hakim hanya 2 chambers, punya 20 ribuan lebih perkara setiap tahunnya, kita cuma ratusan.

Lalu bagaimana sebaiknya?

Perkara Pilkada itu tetap di MK. Perbaiki sistemnya, kekurangan-kekurangan yang ada, kua-litas putusan ditingkatkan. Selama ini, misalnya, banyak pertimbangan hukum yang tumpang tindih, masih banyak yang keliru, contoh, banyak putusan yang amarnya mengatakan, ‘pemungutan suara ulang, dilaksanakan tiga bulan, dua bulan, empat bulan’ tetapi di lapangan rata-rata terlewatkan semuanya. Tidak ada yang tepat waktu. Atau bahkan sudah setahun lebih, tidak ada anggaran, tidak dilaksanakan, berarti ada yang salah dalam putusan tersebut, berarti tidak usah pakai tanggal. Jangan ditentukan waktunya, waktunya itu urusan teknis, terserah pada penyelenggara Pemilunya. Jadi MK cukup memutuskan substansinya. Ini bisa dijadikan pelajaran setelah melihat pengalaman, sebab kalau putusan tidak dilaksanakan tepat waktu, berarti bermasalah, tidak dilaksanakan orang. Kalau tidak dilaksanakan orang, misalnya lewat dari satu tahun, ya tidak diekesekusi. Kalau dibiarkan, lalu bagaimana? Yang penting, jangan mudah cepat putus asa, jangan mudah mengambil kesimpulan untuk mengubah kebijakan. Perbaiki saja yang sudah diatur dalam UU dan dalam kon-stitusi.***

Page 22: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

43

Volume 13/2011

42

FEATURE

Penyakit autoimun yang disebabkan oleh virus ini, terjadi, karena sistem imun tubuhnya menyerang sistem saraf tepi, sehingga melumpuhkan sekujur

tubuhnya hanya dalam hitungan hari. Begitulah, medio Agustus silam, Azka dibawa ke RSCM dalam keadaan yang sangat mencemaskan. “Penyakit GBS yang diderita oleh Azka termasuk kategori berat, bisa saja sembuh, tetapi biaya perawatannya mahal,” demikian pernyataan dokter RSCM kala itu.

Dari mana biaya sebesar itu? Orangtua kedua pasien tersebut, tergolong memiliki penghasilan yang pas-pasan. Maka sebagai bentuk kepedulian, sejumlah kelompok masyarakat melakukan Aksi Peduli Azka dan Shafa. Gayung bersambut, banyak masyarakat yang bersimpati.

Akan tetapi, ketika aksi peduli ini baru dimulai, tiba-tiba saja Azka mengundurkan diri. Alasannya karena PT Askes (Persero) menanggung sepe-nuhnya biaya perawatan Azka. “Kami dengan iklas

mengundurkan diri karena PT Askes (Persero) telah menyatakan kesanggupannya untuk menanggung seluruh biaya perawatan Azka. Jadi lebih baik aksi peduli yang dikumpulkan, diperuntukkan untuk Shafa saja dan pasien GBS lainnya yang membutuhkan,” ungkap ayah Azka, Anto Ariyanto yang juga PNS dan dosen di Universitas Lancang Kuning, Pekan Baru.

“PT Askes (Persero) memberikan jaminan pelayanan kepada Azka, karena orangtua Azka adalah peserta Askes. Jadi, Askes menjamin biaya kesehatannya tanpa batasan biaya dan hari rawat, sesuai sistem yang dianut PT Askes (Persero), sesuai prosedur dan aturan yang berlaku,” jelas Direktur Utama PT Askes (Persero), I Gede Subawa, usai men-jenguk Azka di RSCM Jakarta, Selasa (9/8) lalu. Seba-gaimana diketahui PT Askes (Persero) merupakan perusahaan BUMN yang memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta Askes Sosial yang terdiri dari PNS, pensiunan PNS dan TNI POLRI, veteran dan perintis kemerdekaan.

Penyakit Katastropik

Gede juga mengatakan, pada prinsipnya PT Askes (Persero) menjamin pengobatan untuk penyakit-penyakit katastropik seperti gagal ginjal, jantung/operasi jantung, stroke, cuci darah, talasemia dan lainnya. “Termasuk GBS berat yang diderita Azka,” tambah Gede.

“Kami saat ini tidak menanggung biaya Shafa karena masih fokus pada pasien Azka. Tetapi mari kita dukung gerakan koin 1000 peduli GBS,” ujar Gede. Di sisi lain Gede merasa prihatin lantaran pada saat ini masih banyak warga negara Indonesia yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Shafa adalah salah satu di antara orang yang tidak dilindungi asuransi sosial kesehatan. Karena itu, Gede berharap, “Saya dan masyarakat Indonesia menantikan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat segera dilaksanakan, agar kasus seperti Shafa dapat teratasi.”

PT Askes (Persero), lanjut Gede, menjadi satu perusahaan asuransi sosial kesehatan yang memiliki cadangan dana yang cukup besar, yakni, sekitar Rp 5 triliun. Premi tahun 2011 ini sebesar Rp 7,8 triliun. “Jika pemanfaatan lebih dari target premi yang diperoleh maka diambilkan dari cadangan dana. Oleh karenanya, kami menggunakan manage care agar pemanfaatan dana efisien sesuai kebutuhan,” kata Gede.

Pada mulanya Azka tidak ditanggung Askes. Ketika dia dirawat di RS (swasta) Azra Bogor, selama 10 hari, keluarga Anto sendiri yang menanggung biayanya, mencapai Rp 100 juta. Akan tetapi ketika dirujuk ke RSCM Jakarta, PT Askes (Persero), jemput bola untuk menanggung perawatan Azka. Segenap

pegawai PT Askes (Persero) Cabang Bogor mem-berikan perhatian penuh untuk proses pelayanan Azka di RSCM, sebelum kemudian dialihkan kepada PT Askes (Persero) Cabang Jakarta Pusat, termasuk Askes Center RSCM.

“Askes itu luar biasa. Askes bahkan menanggung 100 % biaya perawatan di rumah sakit sebelumnya, di RS Azra, yang mencapai Rp 100 juta. Biaya di RSCM ini sejak 2 Agustus lalu, hingga 15 September, mencapai Rp 300 juta lebih. Perhatian Akses kepada kami besar sekali. Sulit kami mengungkapkannya. Ini semua benar-benar berkat dan kuasa dari Allah SWT. Kami sangat berterima kasih kepada PT Askes (Persero),” ungkap Anto dengan penuh keharuan.

Setelah hampir satu bulan lebih di RSCM, hari Kamis (15/9), Azka meninggalkan RSCM dan kem-bali ke rumahnya di Bogor. Meski masih harus menggunakan kursi roda, toh Azka sudah bisa berbicara dengan jelas. Ia juga sudah bisa makan dengan normal. Ketika detik-detik hendak pulang ke rumahnya, Azka juga mampu menyanyikan sejumlah lagu dan itu membuat orangtuanya Anto dan Rina Wati bersukacita. Rina menjelaskan, Azka masih harus dirawat, tetapi rawat jalan, tinggal pemulihan saja.

“Askes itu luar biasa. Askes bahkan menanggung 100 % biaya perawatan di rumah sakit sebelumnya, di RS Azra, yang mencapai Rp 100 juta. Biaya di RSCM ini sejak 2 Agustus lalu, hingga 15 September, mencapai Rp 300 juta lebih. Perhatian Askes kepada kami besar sekali. Sulit kami mengungkapkannya. Ini semua benar-benar berkat dan kuasa dari Allah SWT. Kami sangat berterima kasih kepada PT Askes (Per-sero),” ungkap Anto dengan penuh keharuan.***

BerBahagialahMereka yangMenjadi Peserta askes

Masih ingat pasien Muhammad Azka Arrizig (4), pen-derita Guilain Barre Syndrome (GBS) yang ‘heboh’ di media massa awal Agustus lalu?Ya ketika itu, media massa memunculkan pemberi-taan “Dukung Gerakan Koin 1000 Peduli GBS” antara lain untuk Azka. Aksi ini dilakukan lantaran biaya perawatan GBS di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, mencapai ratusan juta. Selain Azka, penderita GBS lainnya ketika itu di RSCM adalah Shafa Azila.

Page 23: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

45

Volume 13/2011

44

OPINION

Arus modernisasi dunia sebenarnya bergelora sepanjang abad XIX hingga awal abad XX. Berbagai perubahan luar biasa terjadi di era tersebut

mulai dari teknologi, musik, budaya hingga keja-hatan. Kita bisa simak sebagai berikut. Berawal dari pembuatan baterai listrik pertama oleh Volta pada tahun 1800, diikuti teori atom yang dikem-bangkan John Dalton. Beethoven di dunia musik, Michael Faraday dengan teori induksi elektromag-netiknya. Juga ditemukan telegraf, Daguere men-ciptakan fotografi, Morton menciptakan anestesi. Lenoir menemukan mesin 2 tak dan Otto mencip-takan mesin 4 tak. Diikuti Bell dengan teleponnya

dan Edison dengan listriknya. Wright bersaudara menciptakan pesawat terbang, Henry Ford men-emukan Model T dan seterusnya yang diakhiri dengan Perang Dunia I pada awal abad XX.

Di era inilah manusia menemukan berbagai teknologi yang memberikan kemudahan-kemu-dahan bagi kehidupan kita. Temuan-temuan itu menjadikan dunia semakin sempit karena perkem-bangan luar biasa dalam bidang transportasi, komu-nikasi dan teknologi informasi. Pesatnya perkem-bangan teknologi dalam ketiga bidang tersebut membuat dunia ini seperti sebuah kampung global (global village).

Namun, perkembangan yang revolusioner

itu tidak hanya terjadi dalam bidang teknologi yang memberikan kemudahan dan kebaikan bagi kehidupan umat manusia, tetapi juga dalam hal kejahatan. Sejak akhir abad XIX dan awal abad XX, kejahatan mengalami perkembangan luar biasa. Ber-bagai kejahatan yang sifatnya lokal semakin mend-unia, yang dikenal dengan sebutan organized crime (kejahatan terorganisir). Bahkan pada akhir abad XX dan awal abad XXI kemajuan kejahatan semakin luar biasa pesat seperti yang kita kenal sekarang sebagai transnational crime, cyber crime dan sebagainya.

Majalah Requisitoire menyajikan serial organized crime mulai edisi ini sampai dengan beberapa edisi ke depan agar pembaca lebih mengetahui dan memahami berbagai hal mengenai kejahatan teror-ganisir dunia yang menarik untuk diketahui. Bagian pertama ini mengulas tentang Mafia.

Sebagai salah satu jenis organized crime, mafia merupakan yang paling populer bagi masyarakat. Begitu mendengar kata mafia, tergambar dalam benak kita suatu bentuk konspirasi kejahatan atau sesuai yang berkonotasi negatif. Sebut saja, mis-alnya, sebutan mafia peradilan, mafia pajak, dan masih banyak lagi yang lain yang muncul di media massa. Mafia peradilan merujuk pada pengertian suatu konspirasi negatif dalam dunia peradilan, demikian pula dalam bidang perpajakan. Seperti apakah mafia itu sebenarnya?

Giuseppe Rizento, seorang penulis drama Sisilia, adalah orang pertama yang menggunakan istilah mafia secara terbuka pada tahun 1862 dalam sebuah karyanya I Mafiusi della Vicaria (Mafia di Gereja), yang menceritakan kehidupan para anggota masyarakat kriminal rahasia di penjara-penjara Pal-ermo. Pada tahun 1868, kata mafia disebut dalam kamus Sisilia yang dimaknai sebagai “tantangan, keberanian, bualan”. Mencermati arti dalam kamus tersebut, maka mafia menggambarkan tata perilaku tertentu yang dinilai tinggi dan dihargai di kalangan masyarakat Sisilia.

Mulai dari abad IX Sisilia dikuasai bangsa Arab. Abad XI bangsa Normandia menduduki pulau itu. Pada abad XII bangsa Prancis datang dan pada abad XV bangsa Spanyol menguasai pulau tersebut yang kemudian datang pula orang Jerman, Austria dan Yunani. Sejarah Sisilia yang penuh kekerasan karena serangan dari berbagai bangsa asing yang menindas penduduk pulau itu mendorong terben-tuknya sejumlah kelompok masyarakat rahasia untuk melawan penjajah yang menduduki pulau itu. Pada tahun 1282, ketika Prancis menyerang Sisilia, lahirlah moto di kalangan kelompok pejuang masyarakat Sisilia, yaitu Morte Alla Francia Italia Anela (Maut di tangan Prancis adalah Tangis Italia) yang disingkat MAFIA.

Kaum pemberontak dan pejuang tersebut

SERIAL ORGANIZED CRIME DUNIA

MAFIASISILIA

Sebagai salah satu jenis organized crime, mafia

merupakan yang paling populer bagi masyarakat.

Begitu mendengar kata mafia, tergambar dalam

benak kita suatu bentuk konspirasi kejahatan

atau sesuai yang berkonotasi negatif.

Page 24: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

47

Volume 13/2011

46

OPINION

bergerak di bawah tanah, memegang amanat untuk mensejahterakan Sisilia dan bangsa Sisilia. Para ang-gota kelompok tersebut disatukan dengan ikatan kerahasiaan, kesetiaan, disiplin dan tutup mulut, sehingga tidak satupun lawan bisa masuk dalam kelompok mereka. Anggota kelompok Mafia Sisilia adalah orang-orang terhormat bagi masyarakat Sisilia pada saat itu karena mereka pada awalnya adalah para pejuang bagi masyarakatnya.

Kelompok ini berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dari kelompok pejuang mereka beralih menjadi kelompok penjahat yang terorganisasi dan tertutup rapat yang disatukan dengan ikatan kerahasiaan, kesetiaan, disiplin dan tutup mulut. Yang menjadikan mereka setia, disiplin dan tutup mulut serta penuh kerahasiaan, antara lain, pola rekrutmen calon anggota mafia.

Giuseppe Alongi, kepala polisi Palermo, sekitar tahun 1886 menggambarkan rekruitmen calon anggota mafia sebagai berikut: Para calon anggota diteliti semua perilaku pribadi, latarbelakang kelu-arga secara seksama. Pada saat dianggap siap, para calon dihadapkan Dewan Mafiosi untuk dilakukan inisiasi dengan ritual tertentu, seperti sumpah darah untuk setia dan mengutamaka cosca (kelu-arga) tanpa bisa lepas lagi dan harus siap melakukan apa saja sesuai dengan perintah Dewan Mafiosi. Menjadi anggota Mafia tidak ada bedanya dengan beralih agama atau keyakinan hidup.

Pada awal abad XIX, masyarakat Sisilia terbagi dalam beberapa kelas: (1) Kelas petani yang menye-dihkan, (2) kelas nigrat yang sudah kehabisan daya, (3) Tuan tanah yang berasal dari pendatang yang menunggu saat-saat terakhir feodalisme yang telah menjadikannya kaya raya. Di antara mereka,

hiduplah mafia yang menjanjikan perlindungan dan keadilan bagi para petani, sekaligus mengontrol petani demi kepentingan para nigrat dan tuan tanah dengan modal utama: kekerasan dan pembunuhan.

Tanpa disadari mafia bermetamorfosis ke sebagian besar aspek kehidupan masyarakat Sisilia. Para politisi tidak mungkin mendapatkan kekuasaan tanpa uluran tangan Mafiosi yang mengontrol para petani. Sebaliknya, para petani tidak mungkin mem-peroleh keadilan dari para pejabat dan pemerintahan yang korup tanpa keterlibatan para Mafiosi.

Menjelang berakhirnya Abad XIX, mafia mem-pengaruhi semua level kehidupan masyarakat Sisilia dengan jalan intimidasi, suap, pembunuhan dan pemerasan. Kelompok mafia menjadi penguasa di pulai Sisilia. Di akhir abad XIX inilah mafia menjadi organized crime (kelompok kejahatan terorganisasi) yang mendunia.

Mafia Sisilia mulai go international sejak per-istiwa pembunuhan Emanuele Notarbartolo oleh kelompok mafia pada tahun 1893. Mantan walikota Sisilia yang juga mantan pimpinan Bank of Sicilly tersebut dibunuh karena Notarbartolo memutuskan untuk memecat semua politisi korup, mafiosi dan pengusaha hitam dari dewan direksi Bank of Sicilly.

Pembunuhan Notorbartolo mendorong pemerintah pada masa itu membasmi Mafia. Para pemimpin mafia menyingkir dan kabur ber-hamburan melarikan diri, menghindari tekanan pemerintah. Pemimpin mafia terkuat, Don Vito Cascia Ferro melarikan diri ke Amerika dan bersem-bunyi di komunitas Italia New York yang kumuh. Dialah mafioso pertama yang memasuki Amerika dan kemudian melahirkan La Costra Nostra, mafia Amerika yang terkenal. (Req)

Page 25: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

49

Volume 13/2011

48

OPINION

kajian dari PerSPektiFkomunikaSi PoLitik

PROSES PERUNDANGAN DAN PERTARUNGAN KEPENTINGAN:

oleh : Felix Jebarus

Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) yang disahkan 30 April 2008,

merupakan usul inisiatif DPR. Proses pem-bahasan undang-undang ini terhitung alot; menyita waktu hampir 9 tahun, sejak 1999.

Gagasan awal pembuatan undang-undang KIP dilontarkan aktivis LSM yang dipelopori ICEL (Indonesian Center for Environmental Law) sebuah

LSM yang bergerak di bidang hukum lingkungan hidup. Bersama sejumlah LSM lain, ICEL membangun sebuah Koalisi untuk menyusun sebuah draf RUU Kebebasan Memperoleh Informasi Publik (KMIP). Pada 2003 Koalisi LSM mengajukan draf RUU KMIP kepada DPR (1999-2004) agar masuk dalam program Legislasi Nasional. DPR mengkaji dan membahas RUU KMIP tersebut melalui sebuah PANSUS KMIP. Sayangnya, ketika diajukan pada pemerintah untuk mendapatkan Amanat Presiden (AMPRES), RUU

KMIP itu kandas. Hingga berakhirnya kepemimpinan Presiden Megawati Sukarnoputri, RUU KMIP itu tidak mendapat tanggapan pemerintah.

Kalangan civil society kembali “menekan” DPR. Pada periode kepemimpinan SBY-JK 2004-2009, RUU itu diusulkan untuk mendapatkan AMPRES (Amanat Presiden). Walaupun pemerintah mendukung pem-bahasan RUU KMIP menjadi sebuah UU, pemerintah tetap menolak beberapa isu pokok yang terkandung dalam RUU KMIP versi DPR.

Arena Pertarungan Kepentingan

Sebuah RUU – seperti RUU KMIP – sebelum disahkan menjadi UU harus melewati serangkaian tahapan; mulai dari tahapan perencanaan (Pro-legnas), tahap persiapan (penyusunan naskah aka-demik), tahap penyusunan (merancang draf), tahap pembahasan, tahap pengesahan (penandatanganan presiden atau berlaku otomatis), tahap pengun-dangan Menteri Hukum dan HAM), hingga tahap penyebarluasan UU. Dari perspektif komunikasi, setiap tahapan itu, menjadi “arena pertarungan” yang melibatkan berbagai pihak dengan ragam kepentingan. Sayangnya, informasi yang berkaitan dengan proses pembahasan setiap RUU kurang mendapat perhatian publik. Padahal, sebuah UU ketika sudah disahkan, mengikat semua warga negara tanpa kecuali.

Dalam konteks pembahasan RUU Kebebasan Memperoleh Informasi, terjadi konflik, sejak tahap Prolegnas (program legislasi nasional) hingga RUU itu masuk dalam tahap pembahasan di DPR. Pada tahap prolegnas, konflik menyangkut beberapa hal, antara lain: bahwa kebebasan informasi menjadi penyebab akulturasi budaya. Kebebasan informasi dalam persepsi pemerintah dimaknai sebagai penyebab akulturasi negatif. Namun demikian kalangan civil society menilai UU kebebasan infor-masi menjadi kebutuhan mendesak seiring dengan kesulitan masyarakat dalam mengakses informasi ke lembaga-lembaga publik. Pejabat pemerintah kerap menutup-nutupi informasi dengan berlindung di balik rahasia negara. Karena itu, menurut kalangan LSM perlu ada pengaturan yang jelas: mana informasi yang dibuka kepada publik dan mana yang harus dijaga atau dikategorikan sebagai rahasia negara.

Sisi lain, kebebasan informasi itu pun dianggap mengancam kedaulatan negara dan bangsa. Kebe-basan informasi yang didengung-dengungkan masyarakat sipil sangat mungkin merusak kedaulatan

Initiated by non governmental (NGO) activ-ists, a coalition of NGOs motored by ICEL ( Indonesian Center for Environmental Law ), proposed a draft of Freedom of Public Infor-

mation Law ( 1999-2004) to be included in national legislation program. A special commission from the parliament was established thereafter to go through the proposed bill but the it had deserved poor government’s response and failed to receive the so called president’s mandate during the ten-ures of President Megawati Soekarnoputri and Soesilo Bambang Yudhoyono- Jusuf Kalla ( 2004-2009).

A draft of law, as to the bill of Freedom of Public

Information, has to undergo some steps starting from planning, academic paper presentation, draft writing , discussion and validation, before the enactment by the Law and Human Rights Minister. From a communication perspective, each phase shows a true a battlefield (of interests) from various parts but in the absence of an adequate public scrutiny.

As to the bill of Public Information, the conflict exists between the government and civil society right at the planning phase with the government arguing on negative acculturation to be brought by the bill, while the civil society sticks on the urgency for the people to access information

Public Information Law passed by the Parliament in April, 2008 had, in fact, undergone a tough pro-cess which dated back to l999.

Legislation Process versus Battlefield of Interest:A Political Communication Perspective (an excerpt)

Page 26: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

51

Volume 13/2011

50

OPINION

negara. Informasi strategis demi kepentingan negara akan terbongkar demi kebebasan informasi. Pemerintah pun mencurigai adanya kepentingan asing di balik desakan pembuatan UU kebebasan informasi. Namun kalangan DPR serta masyarakat sipil menilai, UU kebebasan memperoleh informasi dengan sangat tegas mengatur pengecualian infor-masi. Hal-hal yang berkaitan dengan rahasia dan keamanan negara dimasukkan dalam pasal-pasal yang menyangkut “informasi yang dikecualikan.” Proses perdebatan itu pun tetap berlanjut hingga RUU KMIP itu memasuki tahapan pembahasan Tingkat Pertama (antara DPR dengan Pemerintah).

Berdasarkan kajian terhadap risalah rapat DPR menyangkut RUU KMIP (sejak 2003 hingga 2008), penulis menemukan enam isu yang memicu konflik komunikasi; isu pertama mengenai judul undang-undang: “kebebasan” versus “keterbukaan.” Pemerintah menolak menggunakan kata “kebe-basan” dalam judul RUU, “Kebebasan Memperoleh Informasi Publik.” Kata itu dimaknai berkonotasi buruk. Kebebasan sama artinya dengan tidak kenal aturan, tidak tertib. Sementara itu DPR yang didu-kung LSM melihat pemilihan kata “keterbukaan” dalam judul keterbukaan (oleh pemerintah) ber-makna bahwa ada hal-hal sebenarnya ingin ditutupi oleh pemerintah. Isu kedua yang menjadi sumber konflik adalah menyangkut apakah BUMN itu masuk sebagai badan publik atau tidak. Pemerintah menolak bila BUMN dijadikan badan publik. Pertim-bangannya, BUMN adalah organisasi bisnis, bukan organisasi politik. Sementara itu DPR dan kalangan LSM melihat, banyak sekali penyelewengan yang terjadi dalam proses pengelolaan BUMN karena lembaga itu tertutup dari partisipasi dan jauh dari kontrol masyarakat. Isu ketiga yang juga menarik adalah menyangkut perlu tidaknya kehadiran komisi informasi. Pemerintah beranggapan, sejak era refor-masi begitu banyak komisi yang dibentuk, namun sebagian besar tidak efektif. Komisi-komisi itu hanya menghamburkan uang negara. Karenanya, pemerintah menolak membentuk komisi informasi sebagaimana yang diusulkan dalam RUU. Kalangan DPR berpendapat, komisi informasi mutlak dibentuk karena menjadi pelaksana UU kebebasan informasi.

Isu keempat yang juga menarik adalah perlunya pembuatan peraturan pemerintah. Pemerintah mengusulkan, perlu dibuat peraturan yang ber-sifat teknis dalam rangka pelaksanaan UU dan itu dilakukan oleh badan publik. Sementara itu kalangan DPR berpendapat berbagai peraturan pemerintah

yang sifatnya mendukung pelaksanaan UU tersebut harus dirancang oleh komisi informasi. Kalangan DPR menilai usulan pemerintah untuk membuat peraturan pemerintah justru akan merusak esensi dari UU yang sudah dibahas. Isu kelima berkaitan dengan rahasia negara. Pemerintah berpendapat bahwa UU rahasia negara harus dibahas lebih dahulu daripada UU kebebasan informasi. Kalangan DPR menolak gagasan tersebut dan berpendapat, rahasia negara menjadi bagian dari UU kebebasan informasi. Berbagai hal yang berkaitan dengan rahasia negara akan menjadi “informasi yang dike-cualikan” dalam UU Kebebasan Informasi.

Hal keenam yang menjadi isu kontroversial adalah menyangkut waktu pelaksanaan UU. Peme-rintah mendesak, UU ini baru bisa dilaksanakan 5 tahun, setelah disahkan; sebaliknya, sebagian besar DPR meminta, UU dilaksanakan serentak sesaat disahkan. Artiya DPR melihat tidak perlu ada waktu transisi untuk pelaksanaan UU. Dalam kesepaka-tannya, UU itu pun, dilaksanakan 2 tahun, setelah disahkan oleh Presiden.

Konflik Otoritas

Sesungguhnya konflik atau perdebatan yang timbul sebagaimana terjadi dalam proses pemba-hasan RUU Kebebasan Informasi merupakan refleksi dari adanya pertarungan kepentingan. Ada kepen-tingan penguasa yang memiliki otoritas berhadapan dengan kepentingan masyarakat yang tidak memiliki otoritas itu. Ralf Dahrendorf seorang sosiolog dari aliran non Marxist melihat, mereka yang memiliki otoritas senantiasa berupaya untuk memperta-hankan legitimasi posisinya yang dominan. Mereka mempertahankan status quo, paling tidak sejauh ada hubungan dengan struktur otoritas itu. Semen-tara itu masyarakat menantang legitimasi struktur otoritas yang ada. Perbedaan kepentingan (antara yang memegang otoritas dengan yang tunduk pada otoritas itu) menimbulkan konflik. Dalam bukunya yang sangat terkenal, Class and Class Conflict in Industrial Society (1959) Dahrendorf menolak semua teori Konflik Marx yang hanya berdasarkan ranah ekonomi (pertarungan Proletar versus Kapitalis). Dahrendorf melihat teori Marx tidak pernah terbukti dan dalam era pasca kapitalis, konflik timbul justru karena persoalan otoritas.

Berdasarkan studi yang dilakukan penulis ter-hadap proses pembahasan RUU KMIP, ter-lihat semua argumen pemerintah yang menolak

from public institutions. State secret came as a crucial issue from the government side and NGOs insisted on a clear regulation ( what information belongs to state secret category and which ones are exempted)

Rationalizing on a potential threat that freedom for information will possibly ruin the state sov-ereignty and as some secret information may leak for the sake of freedom for information, the government was suspicious about foreign inter-vention to the bill. Representing the civil society, the Parliament, however, was of the opinion that such issue has been clearly settled with ‘exempted information’ stipulated in the law.

From a study made ( by the author) on the par-liament’s sessions for the Public Information Law ( during 2003- 2008), six issues, at least, had led to communication conflict; first, freedom versus transparency as denoted in the title of the law. From the government’s understanding, freedom leads to disorder or no rule, while transparency proposed by the government was seen by the parliament as intentionally phrased to hold some information from the public.

Second issue is whether or not state own enterprises are categorized as pubic institutions. The government opposed the idea while NGOs saw them of source of manipulations.

Page 27: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

53

Volume 13/2011

52

OPINION

kehadiran UU Kebebasan Informasi mencerminkan adanya upaya mempertahanankan otoritas. Ada kesan, pemerintah sangat khawatir bila UU itu akan membongkar praktik-praktik buruk dalam pengelo-laan birokrasi. Seluruh argumen pemerintah seba-gaimana dibaca dalam risalah rapat menunjukkan sikap khawatir pemerintah. Sebagai misal, ketika pemerintah menolak memasukan BUMN sebagai badan publik, tentu pemerintah tidak ingin kehi-langan otoritas untuk menguasai badan usaha itu. Begitupun menyangkut kehadiran komisi informasi. Institusi itu dianggap sebagai sebuah superbody yang bisa saja mengancam birokrasi. Pemerintah berdalih, komisi informasi hanya menghamburkan anggaran negara.

Sebagaimana telah diutarakan di atas, setiap tahapan dalam proses perundang-undangan meru-pakan arena pertarungan antara berbagai pihak yang memiliki kepentingan. Ada kalangan bisnis (pengu-saha), ada pihak civil society, ada kalangan politik (partai politik) ada penguasa (birokrasi). Mereka akan berupaya menekan atau mempengaruhi DPR agar meloloskan kepentingannya. Dalam konteks pembahasan RUU Kebebasan Informasi, kalangan civil society berhasil mendorong atau menekan DPR merealisasikan RUU tersebut menjadi UU Keterbu-kaan Informasi Publik (KIP).

Dapat dipastikan, untuk semua RUU lainnya (sebagaimana yang masuk dalam Prolegnas), tentu banyak pihak yang memiliki kepentingan. Pihak penguasa, politisi, pengusaha atau kelompok masyarakat tertentu, memiliki kepentingan dengan RUU yang ada. Mereka pun akan ikut bertarung dalam arena itu dan berupaya mempengaruhi DPR demi kepentingan-kepentingan mereka. Perta-rungan itu mudah-mudahan tidak mengorbankan kepentingan masyarakat banyak.***

* Felix Jebarus, Dosen STIKOM London School Jakarta. Anggota Kelompok Studi KAPARI.

Third issue is the question on the need to have an Information Commission with the government saying it is but a waste while the Parliament sees it as the one needed to implement the law.

Forth, the issue of the Government Ordinance (PP) to be issued by the government as against the stance from the Parliament that the draft of PP should be outlined by the Information Commis-sion,

Fifthly, the issue of state secret. The govern-ment insisted that a separate State Secret Law had to come first before the Freedom of Public Informa-tion Law, while the parliament saw the state secret issue as part of the Freedom of Information Law.

The sixth controversial issue is the implementa-tion of the law. The government insisted on 5 year transitional period while the parliament demanded the law to be rightly effective upon the ratifica-tion.

Conflict of Authority

To put all those issues under the light, it is obvious authority holder (the government) was head to head with and the society (with no authority in hand). Quoting Ralf Dahrendorf, non Marxist sociologist, it is about status quo. It is about authority, not proletarian versus capitalists as the source of conflict.

Back to the study on the bill’s sessions, it was almost clear that all the government’s argumenta-tions were based on the concern of defending the authority. The law is feared to uncover corrupt practice in the management of bureaucracy.

To be true, conflict of interest is there all along, and we can only hope that such battlefield will not jeopardize public interests for good. ***

* Jelix Jebarus, Lecturer at STIKOM, London School Jakarta, member of KAPARI study group.

Page 28: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

55

Volume 13/2011

54

COLUMN

Mengenang peristiwa bersejarah amat sangat penting bagi yang mengalami dan berguna bagi generasi penerus. Seolah tak

jemu rasanya kita mengingat, merasa, mengamati dan menilai. Lebih dari itu, bila kita bisa menambah hasil evaluasi atas hal yang sampai kini masih remang-remang, karena peristiwa 46 tahun lalu itu bila kita teropong saat ini – dapat lebih jernih dipandang. Yang positif kita ambil manfaatnya, yang negatif atau langkah maju ke depan.

Menjelang tanggal 30 September ini kita kenang lahirnya Surat Perintah Presiden RI tanggal 11 Maret 1966 atau yang lebih populer dengan istilah Supersemar. Kelahiran surat itu tidak dapat lepas dari peristiwa politik yang mengawali terbitnya surat pengawal khusus Presiden RI, Letnan Kolonel Untung Samsuri, Komandan Batalion Tjakrabirawa.

Kolonel (Purn) Maulwi Saelan, mantan Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa atau atasan Letkol Untung dalam bukunya mencatat awal peristiwa sbb: Bagian Penerangan Gerakkan 30 September mengumumkan lewat RRI pukul 07.00 tanggal 1 Oktober 1965 sebuah pengumuman yang menggemparkan. Sebagian isinya adalah Letkol Untung “Tjakrabirawa” Selamatkan Presiden Soekarno dan RI.

Pada hari Kamis tanggal 30 September 1965 di ibukota RI, Jakarta, telah terjadi gerakan militer dalam Angkatan Darat dengan dibantu oleh pasukan dari angkatan bersenjata lainnya. Gerakkan 30 September yang dikepalai oleh Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalyon Tjakrabirawa, pasukan

pengawal pribadi Presiden Soekarno ini ditujukan kepada jenderal-jenderal anggota yang menamakan dirinya Dewan Jenderal. Sejumlah jenderal telah ditangkap dan alat komunikasi yang penting serta objek vital lainnya sudah berada dalam kekuasaan Gerakkan 30 September. Juga sejumlah tokoh masyarakat lainnya yang menjadi sasaran tindakan Dewan Jenderal berada dalam lindungan Gerakan 30 September.

Saat warta berita RRI tersebut disiarkan, kami sedang sarapan pagi di rumah, kompleks Kejaksaan Tebet Barat Dalam Nomor 2 A Jakarta. Sebagai Jaksa yang bertugas di Direktorat Reserse (DRP) Kejaksaan Agung, penulis sejenak terdiam. Dalam pikiran, pasti ini ada kejadian penting. Kedua anak kecil kami Herlin dan Andri, asyik main kejar-ke-jaran mengelilingi meja makan. Mereka tidak ambil pusing dengan suara radio itu. Penulis pamit pada istri untuk lebih cepat berangkat ke kantor dengan mencium keningnya, sambil berpesan agar anak-anak jangan bermain di jalan, karena khawatir adanya mobil yang sering lalu lalang.

Bersama Jaksa Emil Pamenan dan Direktorat Politik Kejagung yang juga tinggal di satu kompleks dan pernah pendidikan intel bersama, di atas mobil kami ngobrol ke sana ke mari. Topiknya siaran RRI yang mengejutkan tadi. Kami teringat akan pesan Jenderal Nasution, Jenderal Ahmad Yani dan pimpinan kursus Brigjen Magenda, kepada peserta kursus intel yang berlangsung bulan sebelumnya di Direktorat Intelejen Staf Angkatan Bersenjata (DINSAB) Tebet saat mengikuti upgrading kewas-padaan intel. Mereka meminta perhatian para

mengenangSurat PerintaH 11 maret (SuPerSemar) 1966

Oleh Djokomoelyo

Gerakkan 30 September yang dikepalai oleh Letnan Kolonel Untung,

Komandan Batalyon Tjakrabirawa, pasukan pengawal pribadi Presiden

Soekarno ini ditujukan kepada jenderal-jenderal anggota yang menama-

kan dirinya Dewan Jenderal.

Page 29: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

57

Volume 13/2011

56

COLUMN

peserta kursus gabungan yang terdiri dari perwira-perwira intel dari Angkatan Darat, Laut, Kepolisian, Kejaksaan, Deparlu, Depdagri, BPI, Bea Cukai, dsb dengan diketemukannya selebaran gelap ‘dokumen Gillchrist’ – yakni surat Duta Besar Inggris di Jakarta kepada Sir Harold Cessia, sekretaris muda kemen-terian Luar Negeri di London tertanggal 24 Maret 1965, yang menyebutkan bahwa Duta Besar Inggris di Jakarta Sir Andrew Gillchrist sudah mengadakan pembicaraan dengan Duta Besar AS di Jakarta Howard Jones dan mencapai persesuaian. Dika-takan, bahwa rencana “limited attack” serangan ter-batas di Indonesia dapat dilakukan bersama dengan “our local army friends” sahabat-sahabat kita dalam Angkatan Bersenjata Indonesia.

Sesampai di DRP, Kejaksaan Agung, jalan Budi Sutomo, Lapangan Banteng, Jakarta, penulis dipe-rintahkan oleh pimpinan untuk mencari informasi sebanyak mungkin, yang akurat, baik dari dalam Istana Negara, SUAD 1 ataupun sumber resmi lain yang jelas tentang peristiwa tersebut. Se-perti biasanya penulis langsung meluncur masuk Istana Negara. Terlihat kesibukan petugas. Jen-deral Sarbini, Menteri Veteran berbincang serius. Seorang perwira Tjakrabirawa yang penulis kenal, menyatakan, ‘agak gawat dik’. Kemudian langsung menemui teman kursus Kapten Darsono di SUAD 1 untuk mendapat kepastian bahwa ada gerakan coup d’etat yang diperkirakan dari PKI yang memanfaatkan Tjakrabirawa.

Penulis meluncur ke DINSAB Tebet menemui Kolonel Kharis Suhud, Wakil dari Jenderal Magenda. Sambil berdiri di halaman bawah pohon, dia

memberikan info yang lebih jelas lagi. Dia bilang, Partai Komunis yang pernah berontak tahun 1948 (yang membunuh ayahanda) saat ini harus di-tumpas lagi. Kami diminta untuk terus saling kontak. Utamanya informasi tentang keberadaan Presiden Soekarno sangat penting karena beliaulah pada saat gawat ini sebagai sumber hukum. Dia juga men-jelaskan bahwa Jaksa Agung Suthardio dan Jaksa Agung Muda Sunaryo Tirtonegoro sudah mendam-pingi Presiden Soekarno.

Akibat peristiwa G30 yang dilakukan oleh Letkol Untung, masyarakat berduka. Sejumlah 6 jen-deral AD terbunuh. Dengan upacara besar mereka dimakamkan di TMP Kalibata dengan Irup Perdana Menteri I Dr Subandrio mewakili Presiden. Selan-jutnya keamanan dan ketertiban di seluruh Indo-nesia terganggu. Oleh karena itu, Presiden Soekarno menerbitkan Supersemar yang isinya memberi wewenang kepada Panglima Kostrad, Mayor Jen-deral Soeharto untuk menertibkan keamanan agar tidak berlarut-larut, berlanjut seolah di sejumlah daerah ‘banjir darah.’

Pasukan RPKAD pimpinan Kolonel Sarwo Eddy Wibowo sangat berperan menumpas G30S PKI dan menertibkan pertentangan massa saat itu. Sama sekali di luar dugaan, bahwa pasukan pengawal Presiden yang dibentuk khusus dengan keputusan presiden nomor 211/Plt/192 tanggal 6 Juni 1962 di-resmikan setelah terjadinya percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno di tengah pelaksanaan shalat Idul Adha 1962, baru beberapa tahun usianya Batalyon Tjakrabirawa, di bawah pimpinan Letkol Untung justru dimanfaatkan untuk kudeta dan

Letkol Untung ternyata diketahui bekas anak buah Jenderal Soeharto.

Setelah menerima Supersemar (surat yang belum ditemukan hingga saat ini), Jenderal Soeharto maju pesat karirnya, walau ada yang menafsirkan tidak disiplin, karena pelaksanaan surat perintah tidak sesuai dengan perintah Presiden yang sebenarnya. Pada tahun berikutnya dengan mulus beliau dapat memangku jabatan yang melebihi masa jabatan Presiden Soekarno, namun akhirnya tersandung kasus KKN. Beliau tidak berhasil disidangkan karena terganggu kesehatannya sampai wafat.

Tentang dokumen Gillchrist dan isu “Dewan Jenderal” Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan/Ketertiban, Pengembangan Ketetapan MPRS Nomor IX, Jenderal Soeharto pada sidang MPRS tanggal 7 Maret 1967 dalam pidatonya menyatakan bahwa untuk pertama kalinya, isu adanya ‘Dewan Jenderal’ muncul bersamaan dengan apa yang dinamakan ‘Dokumen Gillchrist’ yang diterima oleh Dr Subandrio, yang pada waktu itu menjabat pula sebagai kepala BPI. Dari sidang-sidang Mahmilub, kemudian terbukti bahwa apa yang dinamakan ‘Dokumen Gillchrist’dan isu ‘Dewan Jenderal’ dalam Angkatan Darat sengaja dijadikan dalih oleh PKI untuk mengadakan pemberontakan dengan mem-buat G30S. Walaupun isu ‘Dewan Jenderal’ itu telah di-clear-kan oleh Alm Djenderal Ahmad Yani dalam bulan Mei 1965, namun adanya ‘Dewan Jenderal’ masih tetap dipersoalkan oleh Presiden Soekarno sampai September 1965, yaitu hingga pecahnya pemberontakan G30S/PKI.

Jenderal Soeharto juga menegaskan pada sidang

istimewa MPRS tanggal 7 Maret 1967 tersebut bahwa berdasarkan penilaian kesimpulan ini, maka Bung Karno tidak dapat digolongkan sebagai peng-gerak langsung atau dalang ataupun tokoh G30S/PKI, kecuali apabila memang masih ada fakta yang belum dapat kita kemukakan hingga hari ini.

Sebagai peneliti, pada 1 Maret 2000, di tengah-tengah maraknya pembicaraan masyarakat atas KKN mantan Presiden Soeharto, bersama penulis melakukan wawancara dengan sesepuh TNI, Jen-deral AH Nasution, yang sudah dikenal antikorupsi dengan operasi Budi. Dengan antusias di atas kursi roda beliau memberi ‘kenangan indah’ yang sangat berharga bagi generasi penerus. Kami melakukan wawancara dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

Bagaimana caranya Bapak dahulu melaksanakan Operasi Budi dalam memberantas korupsi?

Jenderal AH Nasution: Ya, sebenarnya itu mulai dari Siliwangi. Siliwangi mengadakan operasi pemu-lihan keamanan. Dalam perjalanannya sewaktu-waktu, kita menindak banyak hal yang tidak beres di masyarakat. Saya tidak bilang yang mencuri ayam saja ditindak. Orang yang berbuat salah se-perti pencuri ayam juga harus jadi sasaran hukum, tangkap saja. Karena saya melihat banyak pejabat sipil maupun militer yang tidak disiplin, maka saya perintahkan CPM Kolonel Rusli untuk memeriksa para pejabat , terus ke menteri dan siapa saja yang nakal, ngobyek mencari untung sendiri. Lama-kela-maan diketahui orang sebagai antikorupsi. Bahkan

Sir Andrew Gillchrist sudah mengadakan pembicaraan dengan Duta Be-

sar AS di Jakarta Howard Jones dan mencapai persesuaian. Dikatakan,

bahwa rencana “limited attack” serangan terbatas di Indonesia dapat

dilakukan bersama dengan “our local army friends” sahabat-sahabat

kita dalam Angkatan Bersenjata Indonesia.

Page 30: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

59

Volume 13/2011

58

COLUMN

saya juga sudah dapat nama tukang antikorupsi. PKI waktu itu yang tidak setuju. Hasil operasi budi waktu itu kalau diukur dari keuangan negara kecil. Itu ditulis oleh PKI lebih kecil lagi, menghina saya, saat menindak pejabat PKI, juga tidak bisa lari. Dia lari ke Bung Karno lewat jalan belakang. Mereka bilang itu Nas selalu begitu, tetapi Bung Karno soal korupsi justru memuji saya.

Apakah banyak pejabat yang Bapak proses waktu itu?

Ya belum begitu banyak. Yang diperiksa Rusli itu kira-kira separuhnya saja. Saya keluarkan surat perintah. Semua bekas pejabat harus lapor keka-yaannya kepada Kolonel Rusli, komandan CPM di Bandung. Setelah diperiksa, saya dapat laporan. Ada bekas menteri yang dapat panggilan, oleh komandan CPM Rusli diperiksa.

Apakah Bapak setuju bila ada menteri yang salah juga diproses secara hukum?

Ya, memang setuju. Bagaimana menteri itu bisa korupsi. Jabatannya saja orang yang terkemuka. Memang ada aturannya. Kita samakan saja. Kalau itu ya, tidak usah takut.

Bagaimana penyelesaian terbaik menurut Bapak atas dugaan KKN terhadap Jenderal Soeharto?

Memang, memang dia KKN, tetapi malu juga kita…., kalau Jenderal berbintang lima dibawa ke

pengadilan. Soeharto juga, saya terus terang saja…., tidak jujur sama sekali, dia main politik, tetapi main politik dengan hukum. Jadi, itu yang diadu. Gambarnya itu masih ada di kamar saya, saya sudah tidak enak.

Apa benar Bapak pernah mengambil tindakan dan menghukum Pak Harto saat bertugas di Semarang?

Ya memang, dari dulu dia mempolitisikan hukum. Nakal dia dan pernah saya hukum. Saya copot jabatannya dari Panglima Teritorium IV Diponegoro, karena tidak disiplin. Saya sekolahkan dia di Bandung, biar ngerti kalau perbuatannya di Jawa Tengah itu salah. Dia bikin yayasan-yayasan di Semarang untuk dagang. Ya, waktu itu juga repot saya bertemu di rumahnya. Saya lihat istrinya sudah mengandung. Jadi saya tidak sampai hati. Saya bilang saya lindungi, boleh tetap tinggal di Jakarta. Rumah mereka di jalan Haji Agus Salim. Nanti kalau lahir ya saya bantu. Soeharto memang nakal pada waktu itu.

Alkisah, ‘Peralihan kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto sebagaimana kita ketahui tidak berlangsung secara wajar. Pertama diawali dengan (percobaan) kudeta 1 Oktober 1965, diakhiri dengan keluarnya Supersemar 1966 yang secara de facto memberikan kekuasaan kepada Mayjen Soeharto. Periode 1 Oktober 1965 sampai 11 Maret 1966 di-sebut oleh Y Pohan (Who were the Real Plotters of the Coup Against President Soekarno, 1988) sebagai Kudeta Merangkak. Saskia menamakan peristiwa

tahun 1965 sebagai kudeta pertama dan tahun 1966 sebagai kudeta kedua. Peter Dale Scott melihatnya sebagai kudeta tiga tahap, pertama gerakan 30 Sep-tember yang merupakan ‘kudeta gabungan’ kedua tindakan balasan yaitu pembunuhan terhadap ang-gota PKI secara massal dan ketiga pengikisan sisa-sisa kekuasaan Soekarno.

Hikmah dari Supersemar sangat baik kalau pejabat berkenan untuk instrospeksi diri, semoga tidak terulang lagi kekerasan karena pasti berakhir dengan penderitaan masyarakat. Memangku jabatan terlalu lama tentu ada untungnya, yang berbakat bisa kaya, tetapi juga tentu ada risikonya, karena negara kita negara hukum, risikonya tentu bisa diproses hukum kalau salah. Sampai saat ini sudah 6 kali bangsa kita memiliki presiden, 4 kali dari pejabat sipil dan 2 kali dari pejabat militer, masing-masing dan semua berlomba bagus-bagusan dalam memimpin pemerintahan. Bila pejabat dari militer biasa tertib disiplin, pejabat dari sipil menonjolkan gaya demokrasinya, akan bagus lagi bila dapat kom-binasi dari keduanya.

Perkembangan negara kita sejak orde baru mendapat perhatian bantuan khusus Amerika, baik bidang militer maupun ekonomi, namun kita dapat membaca pendapat mantan Presiden Bill Clinton dalam bukunya “My Life Bill Clinton” secara pesimis Presiden AS itu menyatakan, “On Indonesia, we urged both economic and political reforms, which seemed unlikely to accur because the country finances were in such a terrible mess that the necessary reforms would make life even harder for ordinary Indonesians in the short run. Within a couple of days, Presiden Soeharto

resigned, but Indonesia’s problems did no leave with him. They would soon claim more of my time. Nothing could be done on the Middle East for the moment, until the Israel political situation was sorred out.”

Di tengah keterbukaan informasi, melalui pers, terlihat maraknya pejabat melakukan korupsi saat ini, hal tersebut tidak lepas dari budaya jaman orde baru yang membiasakan permainan komisi. Saat ini sejumlah oknum pejabat baik sipil maupun militer, di pusat maupun di daerah, baik oknum eksekutif – legislatif maupun yudikatif lengah akan tugas mulianya yang diemban, sampai dengan Presiden SBY sendiri mengoreksi mente-rinya, ke-sempatan ini bagus bagi para penegak hukum yang masih muda dan brilian untuk ber-prestasi, terutama kejaksaan dan kepolisian harus bekerja lebih keras memulihkan nama korpsnya dari ketidakpercayaan masyarakat, sehingga tugas pemberantasan korupsi saat ini sementara diemban oleh KPK. Para jaksa dan polisi harus sadar bahwa peran tersebut harus kembali ke induknya, dengan cara objektif wewenang penyidikan dan penuntutan baru bisa kembali ke kepolisian dan kejaksaan – bila korps kejaksaan dan kepolisian dapat berprestasi lebih bagus, untuk kembali mendapat kepercayaan masyarakat. ***

Penulis adalah professor riset, mantan penasihat jaksa agung RI.

Dari sidang-sidang Mahmilub, kemudian terbukti bahwa apa yang dina-

makan ‘Dokumen Gillchrist’dan isu ‘Dewan Jenderal’ dalam Angkatan

Darat sengaja dijadikan dalih oleh PKI untuk mengadakan pemberonta-

kan dengan membuat G30S.

Page 31: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

61

Volume 13/2011

60

COLUMN

Apa makna polisi sipil yang moderen dan demokratis? Untuk mema-hami konsep tersebut diperlukan pemikiran yang holistik atau

sistemik. Secara singkat, polisi sipil yang moderen dan demokratis dapat dimaknai sebagai polisi yang bertugas mewujudkan dan memelihara keamanan dan rasa aman warga masyarakat. Para petugasnya berorientasi pada upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat dengan menjadikan polisi yang proaktif, problem solving, mengutamakan pence-gahan dan humanis.

Konsep di atas perlu menjadi karakter dan kebudayaan polisi dengan jiwa sebagai berikut. Pertama, penjaga kehidupan. Artinya, tugas polisi adalah menjaga kehidupan masyarakat dengan agar tumbuh dan berkembang. Dalam konteks ini, polisi tidak melakukan tindakan yang kontra produktif. Kedua, pembangun peradaban. Artinya, dalam menegakkan hukum, polisi menyelesai-kannya dengan cara beradab. Ketiga, pejuang kemanusiaan. Artinya, kerja polisi ditujukan untuk kemanusiaan.

Dalam konteks ini, SDM adalah aset utama kepolisian sehingga harus cerdas, profesional, modern, dan bermoral. Demikian pula pola kepemimpinannya; suatu hal yang penting bagi hidup dan berkembangnya institusi kepolisian. Pemimpin bagi institusi kepolisian bukan hanya pemimpin tertinggi tetapi pemimpin di semua lini. Ia adalah seseorang yang mempunyai tugas untuk mengajak orang lain agar mau mengerjakan apa yang menjadi tujuan bersama. Ia harus mampu memberdayakan anak buahnya sekaligus menjadi panutan.

Pemimpin polisi tidak boleh ABS (Asal Bapak Senang), bukan orang yang berhutang budi dan tidak membangun kroni atau menjadi broker jabatan. Ia harus menjadi seorang yang mempu-nyai mimpi yang jauh ke depan sekaligus mampu membawa anak buahnya loyal dan terhormat. Seorang pemimpin juga harus dapat membangun

Developing a civilized Indonesian Policethat has a character

Modern, democratic, civilian police? To further understand this concept, we need a holistic and systemic thinking pattern to

deal with the issue. In short, however, it is about police officers mandated to maintain national secu-rity as well as people’s feel of being secure. Officers involved are required to improve the quality of social life in such a way that they are committed to act proactively and humanely while being focused on problem solving and put prevention as the first priority.

The concept, in fact, refers to a set of characters, then, a culture, embodied with following promi-nences; First, life guard, in the sense that police’s prime task is to safeguard people’s life, enabling them to grow and to develop. In this context, contra productive deeds by the police are, therefore, not recommended. Secondly, civilization builder, in the sense police officers are expected to be civilized in any measures taken to uphold the law. Thirdly, humanity warrior, in the sense that all police’s works are devoted to humanity.

Against this background, human resources have

Oleh: Chrishnanda Dwi Laksana *)

membangun kePoLiSian yangberbudaya dan berkarakter

Page 32: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

63

Volume 13/2011

62

COLUMN

peradaban dan meningkatkan kualitas hidup. Ia harus mampu mengatasi berbagai masalah dan kesulitan dengan segala keterbatasan yang ada, bahkan dalam keadaan darurat sekalipun.

Seorang haruslah bijaksana, bukan pendendam dan berani berkorban. Keputusan yang diambilnya dapat dirasakan betul manfaatnya oleh anggota, masyarakat, atau stakeholder. Dengan keterbatasan yang dimilikinya, ia senantiasa berusaha untuk membawa kemajuan bersama.

Ia seorang yang humanis yang senantiasa beru-saha mengangkat harkat dan martabat manusia. Ia mampu memanusiakan manusia lainya. Jiwa raganya diberikan bagi yang dipimpinnya sebagai landasan yang kokoh agar penggantinya dapat lebih baik. Integritas dan komitmenya untuk bangsa dan negara tidak diragukan lagi.

Contoh dari Meksiko walau nampaknya biasa tetapi ini luar biasa. Tempo Interaktif Oktober 2010 menulis sebagai berikut: Di Meksiko pernah terjadi dua kelompok polisi saling serang dengan senjata api di jalan, hingga menewaskan dan melukai sejumlah orang. Ironisnya, perang itu terjadi karena satu kelompok polisi ingin membebaskan pengedar narkoba yang ditangkap oleh kelompok polisi lainnya. Persoalan suap juga menjadi penyakit kronis di kepolisian Meksiko. Hampir setiap hari anggota kepolisian keluar untuk mencari uang di jalan dan menyuap bos mereka agar posisinya bisa tetap bertahan selama beberapa tahun.

Presiden Meksiko, Filipe Calderon, kemudian membersihkan kepolisian, menugasi seorang sarjana teknik, Garcia Luna, untuk mereformasi kepolisian. Di tengah keraguan banyak pihak men-genai kemampuannya, Garcia memberhentikan 284 pejabat tinggi kepolisian. Pada saat bersamaan, dia mempromosikan 1.600 perwira dan merekrut pers-onel kepolisian baru hingga 3.000 orang. Perekrutan anggota kepolisian baru itu pun tak dilakukan sembarangan. Untuk menjaring kader terbaik, Garcia turun ke perguruan-perguruan tinggi. Maka direkrutlah sarjana-sarjana yang merupakan lulusan terbaik untuk bertugas di lembaga kepoli-sian. Untuk menarik minat pemuda-pemuda yang cerdas dan masih memiliki integritas itu, Garcia

to be the main asset of Indonesian police that will pave the way for the institution to grow smart, professional and, modern with high moral stan-dard. Also important is the quality of the leaders in all levels that will determine the institutional growth. Leaders have to be able to persuade others to do whatever it takes to reach the common goal. A leader has to empower the subordinates and become the role model at the same time.

The leaders in the Indonesian police should not be the Mr. Nice Guy nor position brokers and should not have any idea of developing his own crony or not the indebted ones. He or she has to develop a dream for a better future, motivating his subordinates to be loyal and respectable. A leader has to have the quality required to establish a civilization and to improve the quality of life. He is expected to always in position to overcome whatever problems under whatever conditions, even in time of emergency.

A leader has to have wisdom, not resentment. He has to have the courage for self sacrifice in a way that any decisions he takes bring advantages to the subordinates, society or the whole stakeholders. With all the limitations he has, it is his commitment to create progress for all.

A leader has to be humane and he endeavors to leverage people’s dignity in the spirit of humanity. He devotes his own life to lay a strong foundation for his successors to perform ever better.

Tempo Interaktif, October 2010, wrote a simple story from Mexico: Two groups of police were involved in street fight using guns causing some deaths while some other were injured in the acci-dent. Drug was behind the incident as a police group intended to release the drug trader detained by the other group. Bribery has been endemic illness in the Mexican police with police officers looking for cash in the street and bribe the superiors to safe-guard their positions in the following years.

Mexican President Filipe Calderon, then ordered Garcia Luna, an engineer, to overhaul the Mexican police. While doubts surround his ability to go on with the move, Garcia has then managed to dispatch 284 high officers and promoted 1.600 police officers while did the recruitment of up to 3.000 personnel.

menaikkan standar gaji di kepolisian hingga dua kali lipat.

Bersamaan dengan itu, Garcia mengembalikan anggota kepolisian yang masih bertugas ke bangku pendidikan. Mereka yang mengikuti pendidikan ini diharuskan melewati uji verifikasi dan standar profesi yang ketat jika ingin kembali bertugas di kepolisian. Menurut Garcia, korupsi di lembaga penegak hukum akan mendorong evolusi kejahatan dan berbagai tindakan kriminal lainnya.

Bersenjata komputer

Rumus lain yang dikembangkan Garcia adalah mengubah paradigma kekuatan senjata dengan kekuatan teknologi. Pistol bagi aparat kepolisian adalah komputer, demikian slogan yang dide-ngungkan. Maka, selanjutnya, deretan polisi berseragam lengkap yang tekun duduk di depan komputer menjadi pemandangan biasa di gedung kepolisian. Komputer-komputer itu terhubung dengan pusat data nasional. Sementara itu, di tengah ruangan terpasang layar besar yang me-nerima gambar dari kamera-kamera yang berada di berbagai penjuru kota. Jaringan data ini dengan mudah dan cepat memberikan data para tersangka pelaku kejahatan dari berbagai kota di Meksiko. Gebrakan ala Garcia ini pun akhirnya berhasil mengubah wajah kepolisian Meksiko, yang sebe-lumnya coreng-moreng, menjadi lembaga yang disebut-sebut sebagai kepolisian abad ke-21.

Ada yang mencibir, kenapa harus belajar jauh-jauh ke Meksiko? Belajar memang tidak harus ke Meksiko, tetapi kita dapat mengambil prinsip-prinsip dasar yang berlaku umum. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut. Pertama, memimpin dengan penuh keberanian dan bukan safety player. Kedua, mempunyai mimpi, berwawasan, dan berani. Ketiga, meletakkan dasar-dasar bagi SDM. Keempat, merekrut polisi yang mempunyai kompetensi, integritas, dan komitmen. Kelima, memiliki prinsip bahwa pemimpin bukan kasta tertinggi yang berada di menara gading. Keenam, membangun sistem proaktif, terpadu dan berkesi-nambungan.

To get the best talents, Garcia went to universi-ties and gathered the best graduates to work at the Mexican Police. He doubled the salary standard for the new officers to further maintain their interest and integrity.

With the same spirit, Garcia sent the active police officers to the education room to face verification test and has to meet high professional standards before getting them back to work. Garcia strongly believes that corruption committed by law enforce-ment institutions will trigger the evolution of crime and other criminal acts within the society.

computer as the weapon

Garcia has as well introduced a paradigm shift in the power of weapon to the power of technology. The police’s gun is a computer, so the slogan goes. In their uniforms, Mexican policemen sat in front of their computers that have direct link to the nation’s data center. Wide screened computers receive real time images from security cameras installed throughout the Mexican city and the police officers then can get the instant suspects of the crimes around the city.

Garcia has successfully reshaped image of the Mexican Police which was dubbed then as the 21st Police.

In deed we do not have to go that far to learn such a lesson, but at least we can draw some common principles: A leader has to have courage, not to act as safety player. A leader has to have a dream, a con-cept and a courage. A leader has to lay a foundation for human resources development. Recruitment should be based on competency, integrity and com-mitment. A leader is not the one sitting in the ivory tower. Proactive, integrated and sustainable system development is thing that matters.

*) Penulis adalah Dosen Pasca Sarjana Kajian Ilmu Kepolisian Universitas IndonesiaWriter is a Lecturer in Police Science, Post Graduate Studies of Universitas Indonesia

Page 33: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

65

Volume 13/2011

64

LAW FIGURE

Predikat Jaksa terbaik harapan II ber-hasil diraih oleh Lila Agustina, SH, MH dalam rangka pemberian penghargaan terhadap Jaksa Terbaik dalam rangka

Hari Bhakti Adhyaksa (HBA) ke-51. Wanita yang saat ini menjabat sebagai Kasi Wilayah II Oharda Dit Keamanan Negara dan Ketertiban Umum pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum (Jampidum) itu meraih predikat terbaik harapan II setelah memperoleh nilai 79,12. Bakat dan kemam-puan Lila di bidang akademik maupun organisasi sudah nampak sejak kecil.

Sejak duduk di bangku SD hingga menjadi Maha-siswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Lila senang dan aktif dalam organisasi kepramukaan. Jiwa kepemimpinan Lila sudah ada sejak kecil saat ia hampir selalu diper-caya teman-teman sekolahnya untuk menjadi ketua kelas dan puncaknya saat Lila dipercaya memimpin Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) tingkat SMA. ’’Saya berusaha membagi waktu sebaik-baiknya agar kegiatan ekstra kurikuler di sekolah tetap berjalan dengan baik, begitu juga dengan kegiatan belajar dalam bidang akademik,’’ kata ibu dua anak itu.

Aktif dalam bidang organisasi tidak membuat

prestasi Lila dalam bidang akademik menjadi ter-bengkelai. Lila hampir selalu menjadi bintang di kelas walaupun aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler dan keorganisasian. Ada cerita yang menarik ketika SMA yaitu teman-temannya menganggap Lila selalu rangking satu. Padahal di semester akhir SMA, Lila turun menjadi rangking 2 di kelas, dan itu tidak ada yang tahu hingga saat ini. ’’Tapi karena NEM (Nilai Ebtanas Murni) jurusan IPS saya tertinggi di sekolah, yang mendapat penghargaan dari Kepala Sekolah adalah saya, padalah saat itu nilai rapor saya turun rangking 2,’’ kenang wanita kelahiran Jombang, Jawa Timur itu.

Lulus SMA, Lila kemudian melanjutkan studi ke FH Uniar, Surabaya dan selang beberapa saat setelah lulus kuliah, Lila mendaftarkan diri di kejaksaan dan salah satu bank milik pemerintah. Keinginan kuat Lila menjadi seorang penegak hukum membuat Lila melepas kesempatan menjadi bankir. Terhitung tanggal 1 Maret 1997 Lila diterima di kejaksaan dan di tempatkan di Kejaksaan Negeri (Kejari) Magetan, Jawa Timur.

Selepas dari menjadi Jaksa, Lila pindah tugas ke Kejari Palangka Raya, Kalimantan Tengah, mengi-kuti suaminya Rudi Margono, SH, M.Hum yang bertugas di Kejaksaan Tinggi (Kejati) Kalimanan

Tengah. Setelah kurang lebih tiga tahun bertugas di Kalimantan Tengah, Lila pindah tugas ke Jakarta karena suami Lila pindah tugas sebagai jaksa yang diperbantukan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Pada Bulan Juni 2006, untuk pertama kali dibentuk Satgas Tindak Pidana Terorisme dan Keja-hatan Lintas Negara di Pidum Kejagung dengan ber-dasarkan Kep. 053/A/JA/6/2006 tanggal 22 Juni 2006, dan berdasarkan Sprint No. 76/A/JA/6/2006 tanggal 23 Juni 2006, Lila diangkat menjadi anggota Satgas sebagai Kasubunit tindak pidana perdagangan orang dan pindah ke Kejagung RI. Sekitar bulan Juni 2007 Lila dipercaya oleh pimpinan untuk menjadi Kasi di lingkungan Pidum Kejagung bersama-sama dengan Lasmi Indriyah, SH., L.L.M., yang kebetulan juga di Satgas tindak pidana teroris dan juga sama-sama aktif dan peduli terhadap perkara kekerasan terhadap perempuan dan anak, trafiking serta gender. ’’Sejak saat itu tugas saya rangkap jabatan, baik sebagai Kasi dan Kasubunit di Satgas,’’ungkap Lila.

Proses Pembelajaran

Dalam menjalani kehidupan, Lila mempunyai motto “Hidup adalah sebuah proses pembela-jaran”. Pembelajaran tidak hanya dalam arti formal tapi juga informal. Hal yang Lila syukuri dan tidak membuat bosan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai jaksa adalah diberi kesempatan bisa/turun sidang. Selain itu Lila masih diberi kesempatan mengajar di Badan Diklat Kejagung RI, menghadiri rapat atau undangan dengan instansi lain, bersama dengan instansi terkait membuat kebijakan yang berkaitan dengan masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak, perjalanan dinas keluar negeri (seminar/pelatihan), terkadang diminta menjadi narasumber dan yang sangat terkesan adalah ketika menangani perkara Bank Century seringkali rapat dan mendampingi pimpinan terutama ketika Rapat Dengar Pendapat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). ’’Yang tadinya saya hanya tahu lewat televisi akhirnya saya mera-sakan dan melihat langsung bagaimana DPR rapat dan berdebat,’’ tutur Lila bangga.

Selain itu, Lila juga bersyukur diberi kesem-patan ke luar negeri ketika mendapat tugas meng-hadiri pelatihan hukum lingkungan di Australia, studi banding perkara tindak pidana terorisme dan kejahatan lintas negara di Amerika, pertemuan mengenai trafficking in person atau perdagangan

orang di Thailand, Vietnam, dan Malaysia, men-genai perdagangan satwa liar di Sabah, Malaysia, mengenai Hukum Kekayaan Intelektual (HaKI) di Kamboja, Malaysia.

Selama hampir 6 tahun bergabung di Satgas Tindak Pidana Terorisme dan Kejahatan Lintas Negara yaitu dari mulai pertama pendirian bulan Juni tahun 2006 sampai dengan sekarang sudah banyak perkara terorisme yang ditangani Lila, antara lain kasus mutilasi anak SMA di Poso, Bom Ten-tena, menyembunyikan Noordin M.Top, peledakan Bom JW.Mariot dan Ritz Carlton, bom Palembang, pelatihan militer di Aceh, Abu Bakar Baasyir, per-ampokan Bank CIMB Medan (dilimpah ke Medan), Bom buku serta bom Cirebon di samping itu juga ada beberapa perkara trafficking dan pencucian uang. ’’Terus terang pekerjaan memang banyak sekali tapi saya sangat amat bersyukur pada Allah SWT karena banyak yang saya pelajari dan ambil hikmahnya,’’ucap Lila.

Ketika mengikuti seleksi Jaksa berprestasi, Lila tidak mempunyai gambaran materi apa yang akan diujikan dalam seleksi itu. Lila tidak mempersiapkan secara khusus untuk menghadapi seleksi itu. Kebe-tulan saat itu Lila sedang banyak pekerjaan yang harus dilakukan serta mengajar di Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Jaksa (PPPJ). ’’Saya bangga dan bersyukur saat nama saya keluar sebagai Jaksa Terbaik Harapan II,’’ kata Lila. Padahal menurut Lila, peserta dari daerah juga terlihat menguasai materi terutama sesuai bidang yang digelutinya, misalnya pidsus, datun dan intelijen.

Secara pribadi, Lila menyambut gembira dan sangat mengapresiasi sekali dengan adanya seleksi jaksa berprestasi setiap tahunnya. Karena dengan demikian akan ada keseimbangan antara reward and punishment di Kejaksaan. Selama ini yang sering didengar oleh masyarakat adalah punish-ment-nya tapi reward jarang diketahui. Namun Lila berharap pemberian reward tidak hanya melalui penseleksian jaksa berprestasi saja, karena mungkin masih banyak jaksa yang kinerja, peng-abdian dan prestasinya lebih banyak namun tidak terpantau atau mungkin pada saat seleksi karena sesuatu dan lain hal tidak bisa mengikuti seleksi. Menurutnya dengan adanya reward tersebut dapat dijadikan pemacu kinerja atau semangat dalam bekerja, sehingga melalui reward ini dapat juga dijadikan salah satu pertimbangan oleh pimpinan untuk mengusulkan layak tidaknya pegawai untuk dipromosikan.***

Lila Agustina,SH.MH, Jaksa Terbaik Harapan II

Sejak keCiLmemiLikijiWaPemimPin

Page 34: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

67

Volume 13/2011

66

GLOBAL

Pengadilan perecobaan menyangkut eko-sida ini akan mengdepankan issue-issue seperti: apakah tambang pasir Tar Alberta, pemusnahan hutan tropis di Amazona,

tumpahan minyak, dan tumpukan sampah raksasa yang mengapung di Samudera Pasifik Utara (dikenal dengan Great Pacific Garbage Patch), dapat dikatego-rikan sebagai ekosida? Apakah bank yang mendanai kegiatan-kegiatan yang pada akhirnya menyebabkan keruskan total lingkungan dapat didakwa sebagai pihak yang bertanggungjawab?

Keberadaan undang-undang lingkungan tak men-capai tujuan,” ujar Higgins. “Kita melihat kerusakan dan pengrusakan terjadi setiap hari dan jumlahnya terus meningkat, tidak turun.”

Higgins mengajukan sebuah proposal hukum kepada PBB pada April 2011. Dalam proposal itu, dia memasukkan pemusnahan lingkungan secara besar-besaran–disebut ekosida (ecocide)–sebagai kejahatan kelima terhadap perdamaian. Sebelumnya, Pen-gadilan Kejahatan Internasional (ICC) yang dibentuk tahun 2002 disiapkan untuk mengadili kasus-kasus yang menyangkut empat kejahatan terhadap perda-maian: genosida, kejahatan perang, kejahatan agresi, dan kejahatan terhadap kemanusiaan

Bagi Higgins, planet ini, pada dasarnya, sebagai klien yang benar-benar membutuhkan pengacara yang baik ketika ia menggambarkan kejahatan eko-sida yang dia usulkan bersama kejahatan terhadap perdamaian lainnya sebagai” perluasan paradigma kepedulian kita”. Bukan lagi hanya manusia terhadap manusia, tapi kini manusia terhadap komunitas bumi yang lebih luas.

Secara tepat ia menggambarkan sebuah ling-karan setan di sekitar hubungan manusia dengan alam. Eksploitasi sumber daya alam secara intensif berakibat degradsasi atau hilangnya ekosistem –eko-sida–, sama dengan berkurangnya sumber daya alam yang memicu konflik, bahkan konflik bersenjata. Pada gilirannya, perang juga akan mengakibatkan kerusakan lingkungan dalam skala besar.

Kerusakan lingkungan massal selama masa perang sudah dilarang. Sebuah pasal di bawah “Kejahatan Perang”, dalam Satuta Roma yang dibuat ICC, melarang “kerusakan berat dan luas berjangka panjang terhadap lingkungan hidup” dalam kondisi tertentu.

Konvensi PBB tahun 1977 tentang Pelarangan Penggunaan Militer atau Teknik Modifikasi Ling-kungan yang Merusak lainnya, yang diberlakukan sesudah Perang Vietnam, juga mengklasifikasikan kerusakan semacam itu sebagai pelanggaran hukum.

Agar disetujui, proposal ekosida membutuhkan setidaknya dua-pertiga suara di PBB, dan perlu dia-dopsi oleh semua negara anggota. Tapi, setidaknya, para pengacara di London dan aktivis lingkungan di berbagai belahan dunia mendesak agar PBB dan menerima ekosida sebagai kejahatan internasional ke lima, sesuai proposal Higgins.

Diskursus baru akan juga mempersoalkan sanksi terhadap mereka yang bertanggungjawab atas kerusakan lingkungan, ketika Higgins melihat kenyataan bahwa denda yang akan diberikan kepada perusahaan-perusahaan besar hanya dipandang oleh mereka sebagai ongkos tambahan.

PoLLy HigginS,UsahaMenUtUppintUneraka

Untuk beberapa waktu ke depan, Polly Higgins, perempuan aktivis dan pengacara dari London,akan menjadi pusat perhatian dunia dengan usahanya membawa kasus ekosida—perusakan massal lingkungan--- ke Mahkamah Agung London. Pengadilan percobaan ini akan membuka dis-kursus baru mengenai kejahatan terhadap lingkungan yang dilakukan perusahaan- raksasa dan yang sebagian besarnya merupakan produk politik dari Negara bersangkutan.

The groundbreaking mock trial would put some vital questions to all of us. Would the Alberta Tar Sands mining, destruction of the Amazon rainforest,

oil spills, the island of garbage in North Pacific (Pacific Garbage Patch ) be classed as Ecocide? Could banks be culpable as well if they provide funding for activities prosecuted under Ecocide?

“ We see that domestic environmental laws have failed to reach their goals, ”Higgins said.“ Environ-mental damages and degradations continue to rise and not the other way around.”

In April 2010 Polly Higgins proposed to the United Nations that a law on Ecocide—massive destruction to the environment-- be classed as the fifth crime

Polly Higgins, activist and London based lawyer, will be the central figure for some months ahead as she is to bring a groundbreaking Ecocide trail to the UK’s Supreme Court. The trial will open a new discourse on environmental crimes practiced by giant compa-nies, most of which are but political outcomes produced by the governments.

Polly Higgins, Closing the Hell’s Door

against peace. Prior to this, the International Crime Court (ICC) was founded in 2002 and prepared for Genocide, Crimes Against Humanity, Crimes of Aggression and War Crimes.

With a clear mind, Higgins understands that the planet is, in fact, a client that needs true lawyers to stand behind it and her ecocide proposal that came along with other international crimes against peace, would serve to open an extended paradigm of our concern ( to the environment). “It is no longer between human to human but between human and a wider global community,” she contended.

She has rightly as well put it that a viscous circle had already happened in the relations between people and the environment in saying that intensive exploitation made to the environment create deg-radation and destruction of the eco system—then ecocide. Consequently, the depletion of natural resources then ignites conflicts, even to arm con-flict. A war will further create even massive destruc-tion to the environment.

Massive destruction to the environment during the time of war was prohibited. An article on “war crime” stipulated in Rome Satuta by the Interna-tional Crime Court (ICC) put ‘heavy and widespread destruction of the environments is prohibited under a certain condition.’

United Nation’s Convention Year 1977 on the prohibition of military deployment and damaging environmental technical modifications imposed after the Vietnam war had as well classified such damages as against the law.

Yet, it requires 2/3 of the votes from the United Nation’s members for the proposal to be received and all members should adopt it for the proposal to be effective. Supports, however, come from British lawyers and environmental activists around the world for Higgins’ proposal to rectify ecocide as the fifth international crime.

A new discourse will also question sanctions to be made to those being held responsible for environ-mental destructions as Higgins, at least, came to a conclusion that financial penalties made for big and giant companies have been calculated as additional cost at all.

“ We have seen a gap in international law and it is extremely hard to reach the private sector with bad attitude,” said David Hunter, associate pro-fessor at the Faculty of Law, Washington University, America, pointing out to toxic waste disposal in most of developing countries with no legal system

Page 35: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

69

Volume 13/2011

68

GLOBAL

“Ada kesenjangan dalam hukum internasional sehingga sangat sulit menjangkau terutama sektor swasta yang berperilaku buruk,” kata David Hunter, associate professor hukum di Fakultas Hukum Uni-versitas Amerika, Washington. Dia menunjuk ren-tannya negara-negara berkembang dalam masalah kerusakan lingkungan yang signifikan, seperti pembuangan limbah beracun, namun tak memiliki sistem hukum kuat untuk mengatasinya.

“Sejauh ini ada kebutuhan untuk hal seperti ini, dan perluasan hukum kejahatan internasional dengan memasukkan masalah lingkungan paling mengerikan, saya kira ide bagus,” ujar Hunter. “Apakah ada dukungan untuk ide tersebut atau berapa lama terbangun dukungan, itu masalah ber-beda.”

Menutup pintu neraka

Apakah issue perubahan iklim dan pemanasan global yang sangat serius dikampanyekan Al Gore, mantan wakil presiden Amerka Serikat, diseluruh dunia melalui climate projectnya, merupakan warning terhadap ekosida dalam arti kata yang se-sungguhnya?

Dalam pemahaman ekosida sebagaimana dike-mukakan Higgins, mencairnya es di kutub akibat naiknya suhu bumi yang digambarkan membawa efek berantai seperti naiknya permukaan laut yang akan memusnakan daerah pesisir beserta penduduknya, mengakibatkan perubahan iklim yang membawa banjir dan tsunami serta kega-galan panen dan hilangnya kesempatan berusaha sesungguhnya akan membawa bumi ini pada kehancuran total.

Atau, sebagai sebuah negasi, toh jika semua ini benar benar akan terjadi, tidak akan ada lagi pe-ngacara vokal seperti Higgins yang akan menuntut siapa pelaku sebenarnya dari kejahatan akhirat seperti ini?.

Perdebatan atas siapa yang paling bertanggung-jawab atas bahaya global bernama perubahan iklim ini masih saja terus berlangsung dan bahkan protokol terakhir di Copen Hagen tidak mampu merumuskan dengan jelas siapa harus berbuat apa,kapan, dimana dan bagaimana?

Apakah Negara-negara maju yang telah berabad abad mencemari dunia ini dengan kegiatan indus-trinya yang dampaknya mulai dirasakan sekarang akan dituntut sebagai penjahat yang telah meny-alakan sumbu tsunami yang menelan jutaan jiwa

hanya dalam hitungan menit? Ketika Negara berkembang menunjuk Negara

maju sebagai pihak yang paling bertanggungjawab akan bahaya global perubahan iklim melalui praktek industrialisasinya, mereka kembali menuding Negara berkembang sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas kerusakan ling-kungan karena kesadaran yang kurang terhadap pemeliharaan lingkungan.

Ketika disadari bahwa sekarang saatnya beralih ke energi baru dan terbarukan untuk meredam efek yang ditimbulkan dari pembakaran energi fossil, persoalan transfer teknologi bersih menjadi ladang kapitalisme baru dan persoalan perubahan iklim masuk dalam wilayah ekonomi: siapa mendapat paling banyak dari proyek perubahan iklim ini.

Di tengah persoalan yang kelihatan seperti tidak berujung ini, dengan tepat pemerhati ling-kungan menyimpulkan: “Jika kita tidak berbuat sesuatu pada saat ini maka kita akan secara sadar membuka pintu neraka dan beramai ramai melompat kedalamanya”. Dalam perspektif ini, kearifan Higgins nampak sebagai sebagai usaha mulia menutup pintu neraka itu.

Proposal Higgins nampak melampaui tujuan untuk mencegah aktivitas yang berpotensi merusak atau menghukum pelaku. “Apakah kita memberikan amnesti,” ujar Higgins. “Kita mem-berikan masa transisi, di mana kita membantu perusahaan-perusahaan beralih menjadi bersih, solusi hijau. Karena kita membutuhkan aktivitas perusahaan besar untuk membalikkan kapal teng-gelam secara cepat, dan mereka memiliki kemam-puan, mereka punya pekerja.”

Ini sebenarnya tentang duduk bersama tanpa saling menyalahkan, tanpa menghakimi, ujar Higgins. “Karena sebetulnya kita semua terlibat. Energi menerangi rumah saya, betapapun saya menginginkan energi terbarukan. Saya mengen-darai mobil dengan bahan bakar fosil.”

Dengan kearifan lain, Palgunadi, mantan orang kunci di Astra Group, mengatakan ini adalah perso-alan apakah kita ingin sustainable atau tidak, karena kerusakan lingkungan akan melemahkan daya dukung bumi untuk memberikan kehidupan bagi semua makluk hidup, termasuk manusia.

Paradigma kesadaran baru yang dimaksud Hig-gins berada dalam tataran berpikir ini: Betatapun kemajuan yang dicapai melalui pemanfaatan isi bumi ini, semua akan sia-sia ketika bumi tidak lagi menjadi tempat berlindung bagi semuanya. (AL/Req).

at all to prevent them.“We understand this need ( Higgins’ proposal)

and it is a good idea to have a broad spectrum on international criminal law to also include the most severe environmental destruction into it,” he added.

Closing the Hell’s Door

Following the mainstream thoughts we would ask if global warming and or climate change issue being excessively under the scrutiny of AL Gore, former US Vice President, under its climate project around the world was a warning against ecocide in a true sense?

Understanding Higgins’ ecocide as “the mass damage, destruction to or loss of ecosystems of a given territory, whether by human agency or by other causes”, the melting of down of the polar ice due to the increase in world’s temperature with its devastating consequences as the rise of sea level that will burry coastal areas along with its population, floods, tsunami , harvest failure and the opportunity lost for many to make their livelihood, there will be a total devastation to all.

Or, is it to to negatively say, there will be no more Higgins to come forefront asking for the pun-ishment for such a doomsday creators?

The recent Copenhagen Protocol, however, has failed to come with clear measurements as to who should do what, when and how, and the debate on who is responsible for the global warming and cli-mate change issue is dragging on until to date.

Will the developed countries be held responsible for having for decades polluted the entire world through their industrial activities (industrial revolu-tion) and produced frightening catastrophes in a way that they have lighted the fuse of tsunami that killed millions only in minutes?

With reversed rationalization the developed countries have put the blame on developing coun-tries as the most responsible part saying it is the foolishness and poor environmental knowledge that lead to environmental damages.

Another complication exists in time there is an understanding that switching to new and renewable energy is the answer for such a global enemy called global warming. Transfer of clean technology then becomes a new field for capitalism. It is the climate economy with a debate on who will get more from such a climate project.

Amidst such an endless rhetoric that environ-mentalists come to conclusion that “ otherwise we do something now, we, in fact, have intentionally opened the hell’s door, all of us will jump into it.”

In this very perspective that Higgins’ advocacy seems as a noble endeavor to close the hell’s door for all.

In many occasions Higgins had made clear that her proposal was not meant to sentence the devi-ants. “Will we give them amnesty? We push them (big companies) to go clean, green solution. In fact, we need them to reverse a sinking ship as they have the technology and manpower.”

It is about sitting together, not and judging blaming each other. “We are all in it,” says Higgins.

In different words, Palgunadi, former top brass of Astra Group, said it is about our own and our planet sustainability as environmental destruction will weaken the earth’s capacity to give life to all, including human beings.

This should be the bottom line of our new para-digm of concern meant by Higgins in the sense that environmental destruction will undermine all the progress we have achieved when earth is no longer a proper place to live in. (AL/Req)

Page 36: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

71

Volume 13/2011

70

LEISURE

Pantai Anyer terasa begitu akrab di telinga kita. Pantai ini tercatat dalam sejarah bangsa kita sebagai garis start TRANS JAWA, ANYER – PANARUKAN

yang dibangun semasa kolonial Belanda pada abad XVII. Trans Jawa yang sangat masyur itu dibangun semasa kepemimpinan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. Jalan sepanjang sekitar 1.300 kilometer membentang dari pesisir barat Jawa di Anyer hingga Panarukan, Banyuwangi, Jawa Timur itu awalnya dibangun untuk jalur pos.

Sebagai daerah pesisir, Anyer menawarkan pesona alam yang sangat mempesona bahkan tak kalah indah dari pantai Sanur di Pulau Bali. Idealnya Pantai Anyer dapat menjadi salah satu pilihan warga Jakarta untuk berlibur di akhir pekan. Lokasinya tidak terlalu jauh dan aksesnya mudah. Dengan ken-daraan pribadi, sedianya hanya diperlukan waktu 2-3 jam. Namun sungguh disesalkan, belakangan ini, jalan yang merupakan satu-satunya akses masuk ke Anyer kondisinya rusak parah. Waktu yang harus ditempuh 4 -5 jam….!

Jika memilih berangkat dengan kendaraan

umum, ada bus yang akan menyusuri jalan tol Jakar-ta-Merak. Untuk menuju Anyer, Anda harus turun di pintu tol Cilegon Timur. Perjalanan dilanjutkan dengan angkutan kota dari terminal bayangan di dekat pintu tol tadi menuju Kota Cilegon. Dari Kota Cilegon, perjalanan disambung dengan angkutan kota lain menuju Anyer.

Walaupun kepenatan selama perjalanan dapat segera terobati saat menikmati indahnya pantai Anyer, namun tak ayal lagi membuat wisatawan berpikir seribu kali untuk datang dan berlibur di Pantai Anyer. Kondisi jalan yang rusak ini pula yang dikeluhkan oleh hampir seluruh pengelola hotel di Pantai Anyer, semoga menjadi catatan tersendiri bagi Pemerintah Propinsi Banten.

Patra Anyer

Berlibur ke Anyer tak akan lengkap tanpa menginap di The Patra Anyer Beach Resort. Hotel berbintang empat yang mengambil konsep cottage ini menempati “Prime location” yang sulit didap-atkan oleh hotel lainnya. Pantai yang berpasir putih

Pantai anyer bersih membentang tepat di depan setiap cottage dan pemandangan Gunung Krakatau serta birunya lautan selat Sunda yang eksostis menjadi daya tarik tersendiri bagi hotel ini.

Coffee Shop yang berada tepat di atas karang adalah tempat yang sangat tepat untuk menikmati tergelincirnya sang Surya ke ufuk Barat, sembari ditemani alunan ombak yang sesekali menghempas karang menciptakan sonata indah ciptaan Illahi dan wanginya secangkir kopi hangat, sungguh per-paduan yang sempurna untuk sejenak melupakan segala persoalan kehidupan.

Hotel ini juga memiliki beragam fasilitas outdoor dan water sport yang dapat digunakan oleh para tamunya selama berlibur di Pantai Anyer, seperti scuba diving, banana boat dan volley pantai. Bagi yang memiliki hobi memancing, Anyer adalah tujuan ber-libur yang tepat. Memancing dari atas karang tepian pantai menciptakan tantangan sekaligus keasyikan tersendiri. Jika ingin mudah mendapatkan ikan, pemancing biasanya menyeberang hingga Pulau Sanghyang yang hanya berjarak sekitar 15-20 menit berperahu.

Menghabiskan akhir pekan di THE PATRA ANYER BEACH RESORT serasa dapat mengembalikan seluruh energi positif hingga esok siap melanjutkan rutinitas. Penasaran mencobanya…???

Patra Anyer Beach Resort Desa Bandulu - Anyer 42166Phone : (254) 602 700 Fax : (254) 600 126For reservations (Indonesia) by phone,call (62) 21 5217217 and 5250322

Page 37: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

73

Volume 13/2011

72

LEISURE

Page 38: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

75

Volume 13/2011

74

CULTURE

Garis batas ideologi yang telah menguburkan nama Sanggar Bumi Tarung menjadikan kelompok seniman ini berjuang untuk tetap

eksis. Apa yang terjadi pada pameran 50 tahun Sanggar Bumi Tarung di Galeri Nasional Indonesia tanggal 22 September hingga 2 Oktober 2011 mem-buat pikiran kita menjadi terbuka. Bahwa ideologi tidak akan membatasi wilayah berkesenian. Tanpa perjuangan untuk mempertahankan diri tidak mungkin pameran ini menjadi titik tolak bahwa keberadaan mereka.

Sanggar Bumi Tarung salah satu organisasi di bawah Lekra (Lembaga Kesenian Rakyat) yang mengutamakan perjuangan para buruh dan tani melawan penindasan dan ketidakadilan. Setelah peristiwa G 30 S PKI, para anggotanya ditahan tanpa diadili dan dibuang ke pulau Buru. Sanggar yang didirikan oleh Amrus Natalsya pada tahun 1961 di Jogjakarta bersama dengan Misbach Tamrin,Ng Sembiring, Isa Hasanda, Kuslan Budiman, Djoko Pekik, Sutopo, Adrianus Gumelar, Sabri Djamal, Suharjiyo Pujanadi, Harmani, Haryatno. Hingga kini tetap menunjukan eksistensinya dalam berkarya. Saat itu pertarungan ideologi menjadi

dasar di mana kelompok-kelompok seniman berafiliasi dengan partai untuk menunjukan dasar perjuangan mereka.

Pameran ini menandakan bahwa mereka masih eksis dalam berkesenian. Perjalanan selama 50 tahun menjadikan perkembangan berkesenian menunjukan momentum bagi seniman yang terus berkarya mempunyai wilayahnya sendiri. Perjuangan mereka menunjukan identitas sebagai pelukis merupakan cara tersendiri untuk men-gagumi kehidupan ini. Apapun yang terjadi tetap mereka tetapkan bahwa cita-cita menjadi pelukis adalah yang utama merupakan ketetapan hati yang sulit. Walaupun rintangan yang demikian berat, hingga memenjarakan mereka sekian lama tanpa tahu kesalahan yang mereka perbuat. Mungkin inilah pembelaan eksistensi yang layak mendap-atkan tempat tersendiri.

Memang pembelaan sikap yang menjadi tun-tutan utama setelah ketidakadilan datang men-jadi tumpuan yang utama. Di mana sikap yang konsisiten ternyata membantu mereka untuk menjadikan cita-cita awal terwujud. Anggota Bumi Tarung telah mengalami pertarungan yang problematis, antara kehendak membela keinginan

50 Tahun Sanggar Bumi Tarung

ideoLogiSeteLaH Pertarungan

Page 39: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

77

Volume 13/2011

76

CULTURE

menjadi pelukis di bawah organisasi dan per-juangan ideologis yang dituntut dalam kehidupan sosial. Kehendak hidup ternyata lain, dan mereka mengalami hal terburuk dengan dibuang ke Pulau Buru. Tetapi tempat pembuangan itu ternyata tidak membuat padam cita-cita mereka menjadi pelukis. Keteguhan mencapai tujuan dan rintangan yang berat menguji mereka untuk memperlihatkan bahwa karya nyata masih ada: melukis. Bukankah ini adalah cita-cita luhur menghadapi situasi hidup saat itu?

Era perang ideologi berakhir

Era perang ideologi telah berakhir. Zaman kebebasan telah datang, ketika pameran ini berlangsung membuat penanda zaman muncul bahwa kreativitas mereka pada zaman awal perjuangan dalam sanggar adalah momentum dalam meletakan cita-cita berkesenian. Melalui karya-karya mereka berusaha untuk mengungkap, sebagai kesaksian zaman, bahwa telah terjadi perubahan sosial. Perang ideologi sebagai tanda bahwa daya cipta tidak hilang menghadapi situasi dan perubahan zaman. Hanya karya yang hilang karena perubahan tersebut.

Amrus Natalsya dengan material kayu sebagai bahan dasar karyanya menjadi ciri khasnya, tematik sosial masih dikerjakan dengan cara memahat kayu. Sedangkan Djoko Pekik yang mengambil obyek-obyek kehidupan rakyat masih dikerjakan di atas kanvasnya. Gaya-gaya melukis yang diperta-hankan sebagai obyek merupakan dasar perjuangan di mana mereka membawa tematik sosial dalam ranah kesenian tetap menjadi idealisme mereka. Tanda-tanda yang mereka bangun melalui obyek karya, memberi pengertian mendasar bagaimana tematik tetap mereka pegang sebagai dasar dalam berkarya.

Ternyata tanda-tanda zaman telah membuk-tikan bahwa karya yang mereka kerjakan menjadi dasar atas eksistensi. Melalui pameran ini juga terlihat bagaimana kekuatan cita-cita menjadi pelukis tidak lekang oleh zaman yang berubah. Pembelaan terhadap estetika yang mereka bawa telah membuat mereka bertahan di mana obyek yang menjadi dasar perjuangan mempunyai visi masa depan bagi perjuangan hidup berkesenian mereka. Ketahanan hidup menjadi dasar utama bagaimana kekuatan pameran ini menyatukan mereka hingga 50 tahun.***

Page 40: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

79

Volume 13/2011

78

CULTURE

Apa yang mendorong Anda pertama kali mendirikan Sanggar Bumi Tarung?

Waktu itu di ASRI (Akademi Seni Rupa Indo-nesia, sekarang Institut Seni Indonesia, Yogyakarta) anak mudanya selalu berkumpul berkelompok untuk mengadakan acara atau kelompok seni yang mengerjakan suatu karya untuk hal-hal tertentu. Seperti Sanggar Bambu, di sana mereka berkumpul untuk berkarya bersama, hampir semua anak muda berduyun-duyun ke sana semua. Melihat itu saya ingin membuat kelompok untuk mengerjakan karya tetapi dengan sesuatu atau mengerjakan hal yang berbeda, saya melihat bahwa metode mengerjakan karya dengan semangat lain, seperti turun langsung ke masyarakat sangat menarik. Melalui seni untuk rakyat, saya membuat Sanggar Bumi Tarung.

Bagaimana Anda bisa menjadikan ‘Seni Untuk Rakyat’ sebagai motto?

Tahun itu politik menjadi sesuatu yang menarik untuk dijadikan pengamatan, bagaimana masyarakat dapat melihat langsung pengaruh seni sebagai panglima dilaksanakan dari atas, berbagai kegiatan dilaksanakan di masyarakat selalu berbau politik. Mulai dari sinilah Sanggar Bumi Tarung membuat dasar karya, jadi karya dipersiapkan dulu.

Lalu dibawa ke masyarakat lain dengan seni rakyat.

Apa bedanya Seni Untuk Rakyat dan Seni Rakyat?

Seni untuk rakyat prosesnya mempersiapkan dahulu apa yang hendak dibawa ke masyarakat. Jadi karya dipersiapkan dahulu. Sedangkan seni rakyat adalah seni yang sudah ada di masyarakat. Seni tradisi misalnya. Di mana letak perbedaannya kan sudah jelas. Antara yang dipersiapkan dan yang sudah ada.

Sanggar Bumi Tarung berhenti kegiatan sekitar tahun berapa?

Sekitar tahun 1965 setelah pecahnya gerakan 30 Sepetember 1965, sanggar berhenti para anggotanya lari keluar kota ada yang ke Jawa Timur, Kalima-natan dan Jakarta. Karena Sanggar Bumi Tarung bagian dari Lekra dan Lekra bagian dari PKI maka tanpa alasan lain mereka mengejar orang-orang yang pernah aktif di Bumi Tarung. Saya sendiri tertangkap di Jakarta. Sedangkan yang lain di kota seperti Trenggalek banyak yang di bunuh.

Berapa lama ditahan?

Saya sendiri 5 tahun di Jakarta, ada yang 3 tahun

50 Tahun Sanggar Bumi Tarung

Siang itu saya bertemu Amrus Natalsya di tengah-tengah per-

siapan pameran 50 tahun Sanggar Bumi Tarung di Galeri Na-

sional Indonesia, Jl Medan Merdeka Timur No 14 Jakarta. Suara

yang lirih tetapi jelas, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

saya lontarkan. Perjalanan Sanggar Bumi Tarung dari periode ke

periode, kepemimpinan di negeri ini.

Page 41: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

81

Volume 13/2011

80

CULTURE

80

PLUS

dan yang paling lama 17 tahun. Saya sendiri dipen-jara dari tahun 1968 sampai tahun 1973. Setelah itu kami praktis tidak pernah bergerak lagi. Setelah rezim Soeharto berakhir kami bisa berkumpul lagi. Masa rezim Habibie kami bernafas lega, karena banyak tahanan politik yang dibebaskan.

Apa yang Anda lakukan semasa rezim Soeharto?

Setelah keluar penjara saya melihat di jalanan, bahkan siaran di berbagai tempat diteriakan ten-tang ganyang PKI sampai ke akar-akarnya, bersih lingkungan, bahaya laten sampai kartu tanda penduduk dengan tanda OT (Organisasi Terlarang) diberlakukan. Sebenarnya obat mujarab politik orde baru dalam berkuasa.

Setelah itu Anda sendiri?

Saya berkarya tanpa menyinggung kiri kanan. Ya begitulah cara yang paling aman membuat kehidupan saya, tidak senggol sini senggol sana, lebih enaknya tiarap. Di mana karya-karya yang saya tampilkan natural.

Setelah reformasi?

Reformasi muncul, kami sudah tua. Ada yang harus kita tinggalkan. Segala sesuatu yang telah lalu ada yang dibuang, karena usia. Tetapi apa yang kami paparkan pada pameran ini adalah pendapat dan pemikiran kami tentang tanah air. Di mana selama ini kami hidup dan bernafas. Berbagai bunga berte-baran di sini. Karya masing-masing seniman adalah bunga, macam bunga kamboja, teratai, mawar dan lain-lain.

Pembicaraan selesai karena Amrus hendak

menyelesaikan pekerjaannya mempersiapkan pa-meran. Membuktikan tanda-tanda zaman telah ber-proses bahwa karya yang mereka kerjakan menjadi dasar atas eksistensi. Melalui pameran ini juga ter-lihat bagaimana kekuatan cita-cita menjadi pelukis tidak lekang oleh zaman, yang berubah. Pembe-laan terhadap estetika yang mereka bawa telah dijadikan dasar perjuangan mempunyai visi masa depan bagi perjuangan hidup berkesenian mereka. Ketahanan hidup menjadi dasar utama bagaimana kekuatan pameran ini menyatukan mereka hingga 50 tahun.***

Page 42: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

82

NAMA RUBRIK

83

Volume 13/2011Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Segenap Civitas Akademika dan Alumnus FAKULTAS HUKUM UNPAR di seluruh Indonesia yang tercinta,

Tak terasa, telah 53 tahun Fakultas Hukum (FH) Universitas Parahyangan (Unpar), Bandung, Jawa Barat. Sepanjang usia itu, kita telah berusaha menapaki jalan terjal untuk mampu mewujudkan diri menjadi komunitas akademik yang berperan serta dalam menum-buhkan tatanan hukum (yang meliputi kaidah hukum, lembaga hukum, dan budaya hukum) yang berkeadilan dan manusiawi.

Dengan usia yang ke-53 tersebut, kita telah mampu meningkatkan pemenuhan martabat manusia dengan menyelenggarakan pendidikan tinggi hukum di bumi Parahyangan, dengan tujuan agar lulusannya berbudaya dan berkualitas. Kita berharap, para lulusan mampu men-jalankan profesi hukum secara bermartabat melalui penelitian untuk pengembangan ilmu hukum dengan basis bumi Parahyangan.

Kita juga berharap agar hasil-hasil yang digapai, dapat disebarluaskan melalui pen-didikan, terutama diabdikan demi kesejahteraan masyarakat yang tersisih, dalam rangka meningkatkan martabat manusia serta melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, teru-tama masyarakat yang tersisih, khususnya di Bumi Parahyangan berdasarkan hasil pene-litian yang bertujuan untuk pengembangan ilmu hukum dengan basis Bumi Parahyangan, dalam rangka meningkatkan martabat manusia.

Tidak mudah mewujudkan cita-cita mulia pendiri Universitas Parahyangan itu, namun dengan dukungan, doa serta restu Tuhan, segenap Civitas Akademika dan Alumnus, kami yakin dapat mencapainya. Kendala yang ada tak dapat menyurutkan niat kami mencetak bibit unggul Negeri ini, yang akan berjuanng demi kemaslahatan bangsanya. Maju terus anak-anakku, raih cita-citamu dan jadilah pengayom yang senantiasa menyejukkan hati Ibu Pertiwi!***

SEKAPUR SIRIH

Page 43: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

84

NAMA RUBRIK

85

Volume 13/2011

Di usianya yang ke-53, Universitas Parahyangan, mengalami peningkatan animo masuk fakultas hukum. Menurut pengamatan Dr. Cecilia Lauw selaku Rektor Univer-

sitas Parahyangan, faktor yang mendorong kenaikan tersebut karena kondisi negara kita yang mulai padat akan masalah hukum sehingga membuka peluang untuk berkarir menjadi ahli hukum. Bertambahnya minat mahasiswa memilih masuk fakultas hukum men-jadi tantangan bagi universitas untuk meningkatkan mutu fakultas hukum itu sendiri. Melalui kualitas staf pengajar, mahasiswa maupun sarana dan prasarana pelayanan yang disediakan.

Tidak dipungkiri seiring dengan kemajuan Univer-sitas Parahyangan, tentu masih ada kelemahannya. Mis-alnya dalam penelitian relatif kurang dibanding mereka yang berkiprah di Jakarta. Meski demikian Universitas Parahyangan telah dipercaya Komisi Pemberantasan Korupsi dan Komisi Yudisial. Terbukti mereka telah melakukan kerjasama termasuk dalam upaya-upaya pemberantasan korupsi, mengajarkan bagaimana menangkal korupsi. Menjadi kebanggan tersendiri bagi

Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Bandung, Jawa Barat, merupakan salah satu universitas swasta tertua di Indonesia. Berdiri atas prakarsa Keuskupan Bandung pada tahun

1955. Pada mulanya hanya memiliki jurusan Sosio Ekonomi. Seiring perjalanan waktu dan tuntutan dunia pendidikan, Unpar tumbuh melesat. Di tahun 1961 misalnya, universitas ini telah mampu menyediakan empat fakultas: fakultas ekonomi, hukum, teknik, dan sosial politik. Saat ini Unpar telah memiliki program pendidikan D3, S1, S2, dan S3.

Unpar yang telah matang, selalu berusaha merepo-sisikan dirinya agar selalu in line dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Sebagai institusi pendidikan tinggi, di usianya yang lebih dari setengah abad, Unpar terus berkontribusi mencerdaskan anak bangsa. Ribuan alumnusnya tersebar di berbagai kota di dalam

Universitas Parahyangan dipercaya oleh kedua instansi besar tersebut. Bahkan selain itu juga bekerjasama dengan Dewan Perwakilan Daerah dan Departemen Keuangan.

Cecilia juga merasa bangga dengan banyaknya praktisi hukum sukses alumni Universitas Parahyangan yang tersebar di seluruh wilayah. Lihat saja lawyer ter-nama seperti OC Kaligis, Hotman Paris Hutapea, Djoni Aluwi, Hartono Tanuwdjaja, dan banyak lagi yang telah mengharumkan nama besar Universitas Parahyangan. Semua tak lepas dari ketatnya sistem pendidikan dan kualitas yang diterapkan.

”Saya berharap alumni Universitas Parahyangan bisa menjadi contoh yang baik, di tengah-tengah kondisi negara kita yang sedang carut marut. Seperti yang dit-erapkan di lingkungan Universitas Parahyangan, sejak dulu menerapkan sistem good government, jujur dan transparan. Karena hanya dengan kejujuran dan transpar-ansi itu kita bisa menangkal perbuatan yang melanggar hukum. Jangan sampai ada praktisi hukum yang justru menggunakan pengetahuannya untuk melanggar hukum, tetapi untuk kebaikan dan kebenaran,” tandasnya.***

dan luar negeri, bergerak di berbagai bidang.Lulusan FH Unpar berkarir di berbagai profesi,

antara lain, lawyer, notaris, jaksa, hakim, polisi, praktisi pemerintah hingga menjadi akademisi yang sukses. “Kami bangga atas prestasi dan keberhasilan para alumnus yang telah bekerja di berbagai bidang, khususnya yang bergerak di bidang hukum,” tukas Wakil Rektor Bidang Organisasi dan Sumber Daya Manusia, Unpar, R. Ismadi Santoso Bekti, SH, MH.

Ismadi berharap kepada alumnus Unpar termasuk FH Unpar agar terus bekerja keras dan banyak belajar dan jangan lupa kepada almamater. Selain itu Ismadi juga berharap agar FH Unpar terus bergerak maju. “Tantangan dan jaman selalu berubah dan semakin tahun, tantangan selalu ada dan semakin berat. FH Unpar, harus mampu menjawab tantangan tersebut.”***

Menghadapi TanTanganMasa depan

haRUs MaMpUMenJaWaB TanTangan

Dr. Cecilia Lauw, Rektor Universitas Parahyangan R. Ismadi Santoso Bekti, SH, MH., Wakil Rektor Bidang Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Page 44: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

86

NAMA RUBRIK

87

Volume 13/2011

Universitas Parahyangan (Unpar), Bandung, Jawa Barat, yang didirikan pada tanggal 17 Januari 1955 merupakan salah satu universitas swasta tertua di Indonesia, memiliki sesanti

BAKUNING HYANG MRIH GUNA SANTYAYA BHAKTI yang berarti BERDASARKAN KETU-HANAN MENUNTUT ILMU UNTUK DIBAKTIKAN KEPADA MASYARAKAT. Pendirian Unpar ditandai dengan didirikannya Akademi Perniagaan oleh Keus-kupan Bandung, sebagai hasil kerja sama antara Uskup Bandung Mgr.P.M.Arntz,OSC. (alm) dengan uskup Bogor Mgr.Prof.Dr.N.J.C.Geise,OFM. (alm), sejurus dengan dibukanya beberapa fakultas baru, antara lain Fakultas Hukum, maka namanya menjadi PERGU-RUAN TINGGI KATOLIK PARAHYANGAN.

Terbitnya Undang-undang Nomor 22 tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi menjadikan Perguruan Tinggi Katolik Parahyangan berubah lagi menjadi

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN.Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan

Ilmu Pengetahuan Nomor 50 tahun 1962, Universitas Katolik Parahyangan ditetapkan sebagai Perguruan Tinggi yang berstatus disamakan dengan Perguruan Tinggi Negeri, Perkembangan Universitas tidak meng-utamakan pada bertambahnya fakultas, melainkan pada peningkatan sarana dan prasarana ilmiah. Maka didi-rikan Lembaga Penyelidikan Ilmiah, untuk menunjang pelaksanaan TRI DARMA PERGURUAN TINGGI pada umumnya.

Dalam perkembangannya, Unpar telah berhasil menunjukkan kepada dunia pendidikan Indonesia komitmennya untuk mencetak akademisi yang kelak dapat membaktikan diri mereka pada masyarakat ditandai dengan diresmikannya Proyek NTA-58 tahun 1990, yaitu proyek kerja sama antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belgia, dengan

BAKUNING HYANGMRIH GUNA

SANTYAYA BHAKTI

pelaksananya tiga pihak (Universitas Indonesia - Katho-lieke Universiteit Leuven dan Universitas Katolik Parahyangan) untuk menyelenggarakan pendidikan Pasca Sarjana S-2 (Magister) dalam bidang studi Ilmu Administrasi dan Ekonomi Perencanaan.

Unpar memiliki misi untuk membentuk manusia seutuhnya melalui pendidikan tinggi dengan bidang keahlian khusus sesuai jurusan dan fakultasnya, agar dapat berperan serta dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia, oleh karena itu selain kegiatan akademis, para mahasiswa didorong untuk memiliki kegiatan yang bersifat positif antara lain: kegiatan olahraga, beladiri, kesenian tradisional dan lain lain. Prestasi para mahasiswa Unpar pun tidak bisa dilihat hanya dengan sebelah mata, mereka berhasil membuat para kaum muda negeri ini berdecak kagum seperti saat mahasiswa pencinta alam yang tergabung dalam MAHITALA Unpar, tanggal 8 Juli 2011, Sofyan

Fesa, Xaverius Frans, Janatan Ginting, dan Broery Sihombing menjadi pendaki Indonesia pertama yang mencapai tujuh puncak dunia. Tidak itu saja, PADUAN SUARA MAHASISWA UNIVERSITAS PARAHYANGAN, yang telah berdiri sejak tahun 1960-an, berhasil meraih kejuaraan pada taraf inter-nasional, dengan keberhasilannya memenangkan pertandingan paduan suara di Eropa dan Asia beberapa kali. Sungguh suatu prestasi yang tidak kecil dan tentu tak dapat terjadi begitu saja tanpa campur tangan pihak rektorat untuk memberi ruang bagi mahasiswa mengembangkan bakatnya.

Bagaikan kawah candradimuka, Unpar tidak cukup puas dengan kiprahnya selama ini, terus berkarya untuk bangsa dan negara seperti sepenggal hymne nya: “….Trimalah karya kami, akal budi, tangan dan hati. Persembahan pada Nusa Pertiwi, ba’ amal Pancasila Sakti….”

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Page 45: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

88

NAMA RUBRIK

89

Volume 13/2011

Seharusnya Dies Natalis atau HUT Universitas Parahyangan (Unpar), Bandung, Jawa Barat yang ke-53 dirayakan tepat tanggal HUT-nya, yakni 15 September, akan tetapi karena tanggal

tersebut bertepatan dengan hari Jumat, maka diundur menjadi hari Sabtu, 16 September 2011. Pertimbangannya, diharapkan undangan-undangan dari luar kota, terutama para alumni, dapat hadir.

Apa arti Dies Natalis yang ke-53 tersebut bagi FH Unpar? “Perayaan Dies Natalis ke 53 dijadikan sebagai bahan refleksi dalam melihat perjalanan FH Unpar yang hingga saat ini masih tetap eksis sebagai satu lembaga pendidikan tinggi hukum di Indonesia khususnya di Jawa Barat. Kami juga menjadikan Dies Natalis ini sebagai persiapan dalam menghadapi perayaan besar FH Unpar yang ke-55 pada tahun 2013 mendatang,” papar Dekan FH Unpar, Prof. DR. Sentosa Sembiring, SH, MH.

Sentosa juga memaknai Dies Natalis yang ke-53 ini, ya selaku dekan ke-11 sejak berdirinya FH unpar tanggal

15 September 1958, perayaan kali ini memiliki nilai tersendiri. “Sebab saya sebagai salah seorang alumni FH Unpar diberi kepercayaan memimpin FH Unpar selama 4 tahun ke depan,” tandas Sentosa.

Tidak ada program khusus dari FH Unpar dalam Dies Natalis kali ini. Namun kegiatan rutin sebagaimana layaknya sebuah perayaan Dies Natalis, ya tetap dilakukan, antara lain, laporan dekan, dilanjutkan dengan orasi Dies. Sentosa sungguh merasa bangga dan bersyukur dengan kemajuan Unpar pada umumnya dan perkembangan FH khususnya. Akan tetapi disadari oleh Sentosa dan pihak FH Unpar lainnya bahwa masih ada kekurangan.

“Tidak bisa dipungkiri, FH Unpar masih mempu-nyai kelemahan. Kelemahan yang dimaksud antara lain; Nisbah (rasio) antara dosen dengan mahasiswa belum mencapai angka yang ideal. Sementara itu peminat masuk ke FH Unpar dari tahun ke tahun semakin meningkat,” kata Sentosa.

Adanya penambahan jumlah mahasiswa, lanjut

Sentosa, membawa dampak kepada sarana dan prasarana kegiatan belajar-mengajar yang kurang memadai lagi. Hal lain yang juga harus segera diatasi adalah sistem pengajaran yang dilakukan pada umumnya, yang masih berpusat pada dosen. Artinya dosen adalah sebagai pusat dalam proses belajar mengajar.

Kelebihan UnparAkan tetapi meski demikian, Sentosa juga merasa

bangga dengan kemajuan dan perkembangan FH Unpar belakangan ini. “Hampir semua dosen yang dimiliki oleh FH Unpar telah mencapai jenjang gelar magister dan doktor. Beberapa di antaranya telah mencapai gelar akademik guru besar. Kehadiran dosen waktu memberi kuliah dalam setiap semester sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan mendekati 80%. Hal ini membawa kon-sekuensi, jika mahasiswa tidak memenuhi jumlah hadir yang sudah ditentukan, mahasiswa tidak bisa mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS),” jelas Sentosa.

Selain itu, lanjut Sentosa, kurikulum yang ditawarkan oleh FH Unpar, cukup kompetitif dengan kebutuhan pengguna jasa lulusan perguruan tinggi. Dalam meng-aktualisasikan kurikulum, FH Unpar mengundang para pemangku kepentingan, seperti, alumni FH Unpar, peng-guna lulusan, mahasiswa dan dosen. Hal lain yang juga merupakan kekuatan FH Unpar adalah baik sebagai insti-tusi maupun individu, beberapa dosen FH Unpar cukup dikenal di masyarakat.

Beberapa kegiatan kemahasiswaan juga cukup dikenal di kalangan para mahasiswa seperti kegiatan: Moot Court, Legislative Drafting, dan debat mahasiswa. Program studi hukum S2 dan S3 Unpar juga banyak menarik minat para penegak dan praktisi hukum dari Jakarta, sejumlah nama besar meraih master dan doktor dari program studi hukum pascasarjana Unpar.

Jaman selalu berubah dan tantangan selalu ada. Untuk itu Sentosa dan FH Unpar mengantisipasinya. Dari hari ke hari FH Unpar terus menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan. Adapun upaya yang dilakukan antara lain, untuk SDM, FH Unpar mendorong agar para dosen untuk terus meningkatkan pendidikan ke tingkat doktoral, teru-tama bagi yang belum mencapainya.

Para dosen juga diikutsertakan dalam program sertifikasi (terus ditingkatkan). Untuk kurikulum, terus dilakukan evaluasi hingga bisa menyerap berbagai perkembangan ilmu dan tehnologi. Dengan cara seperti ini diharapkan bila ada perkembangan yang terjadi di luar FH Unpar dapat terus diikuti.

FH Unpar saat ini memiliki jumlah mahasiswa sekitar 1500 orang. Mahasiswa berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Alumni berjumlah sekitar 8000 orang yang

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

tersebar dalam berbagai kalangan profesi. Dosen tetap berjumlah 61 orang. Sejumlah 8 orang di antaranya telah berjabatan akademik guru besar. Sejumlah 13 orang bergelar doktor dan 48 orang bergelar akademik magister. Telah mendapatkan sertifikasi dosen sebanyak 21 orang dan didukung oleh orang tenaga kependidikan.

sesanti UnparSentosa berharap, apa yang menjadi sesanti Unpar

yakni Bakuning Hyang Mrih Guna Santyaya Bhakti (Ber-dasarkan Ketuhanan Menuntut Ilmu Untuk Dibaktikan Kepada Masyarakat), dapat diimplementasikan. Untuk mewujudkan ini, FH Unpar mempunyai Visi sebagai berikut: Menjadi komunitas akademik yang berperan serta dalam menumbuhkan tatanan hukum (yang meli-puti kaidah hukum, lembaga hukum, dan budaya hukum) yang berkeadilan dan manusiawi sehingga mampu me-ningkatkan pemenuhan martabat manusia.

Adapun Misi-nya adalah: Menyelenggarakan pen-didikan tinggi hukum di pribumi Parahyangan yang lulusannya berbudaya dan berkualitas sehingga mampu menjalankan profesi hukum secara bermartabat. Menye-lenggarakan penelitian untuk pengembangan ilmu hukum dengan basis bumi Parahyangan, yang hasilnya disebar-luaskan melalui pendidikan dan terutama diabdikan demi kesejahteraan masyarakat yang tersisih, dalam rangka meningkatkan martabat manusia.

Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat terutama masyarakat yang tersisih khususnya di Bumi Parahyangan berdasarkan hasil penelitian untuk pengem-bangan ilmu hukum dengan basis Bumi Parahyangan, dalam rangka meningkatkan martabat manusia.***

Dekan FH Unpar, Prof Dr. Sentosa Sembiring, SH., MH.:

Peminat makin banyak,doSen maSiH kurang

Foto

-fot

o: R

eq/I

man

Page 46: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

90

NAMA RUBRIK

91

Volume 13/2011Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Winita E. Kusnandar, SH, MBA, MCIArb

Menerapkan System “One Stop Service”

Dalam Mencapai Sukses1. Bisa anda ceritakan perjalanan

karir anda sampai anda mencapai kesuksesan sekarang ini?

Saya menjalani karier hingga sekarang

ini, setelah melalui banyak rintangan,

yang semuanya merupakan kesempatan

dan tantangan dalam rangka proses

pembelajaran dan dengan intermediary

dan jasa baik Bp. Drs. Udaya, Prof. Dr.

Arief Sidharta dan DR. MAW Brouwer

semuanya dosen UNPAR. UNPAR berperan

besar dalam mewujudkan keinginan saya

memperoleh selembar kertas bernama

ijazah seiring dengan 4 tahun pengalaman

kerja yang saya jalani, secara paralel.

Disamping itu, pelatihan dan pencapaian

pengalaman kerja yang luas dimulai dengan

karier magang ketika masih kuliah yakni

magang kerja di suatu Kantor yang banyak

menangani transaksi perminyakan dan

perbankan, yaitu Kantor Legal Consultant

Delma Yuzar. Dengan pertimbangan

untuk lebih mendalami pembuatan legal

drafting selanjutnya bergabung dengan

Kantor Notaris Kartini Muljadi. Di kantor

Notaris Kartini Muljadi ini, saya bekerja

tidak terlalu lama karena bagi saya bekerja

di Kantor Notaris tidak terlalu dinamis.

Sebaliknya ketika bergabung dengan Kantor

Pengacara terkenal Adnan Buyung Nasution

tertantang untuk menjadi mandiri dalam

arti jungkir balik sendiri dan belajar dari

kesalahan sendiri. Pada akhirnya, berprinsip

pada keuletan, etos kerja, disiplin yang

tinggi serta azas prudential (kehati-hatian)

pada tahun 1980 atas dorongan salah satu

pengusaha multinasional memberanikan diri

membuka Kantor Hukum sendiri.

Demi untuk mengembangkan diri dan

promosi kantor, sering melibatkan diri

dalam kursus-kursus, seminar-seminar

baik di dalam maupun di luar negeri, baik

sebagai pembicara, peserta, moderator atau

pembanding, aktif dalam berbagai organisasi

profesi internasional, seperti Advoc Asia

Pasific, ASEAN Intelectual Property

Association, Inter-Pacific Bar Association/

IPBA, Arbiter di Singapore International

Arbitration Center/SIAC, Asia Law-Hong

Kong, Global Law-Inggris, International

Bar Association-Amerika Serikat, Chartered

Institute of Arbitration-Inggris dan sete-

rusnya. Selain itu, kantor saya juga menjalin

kerjasama dengan berbagai law firm asing

terkemuka, baik di Amerika Serikat, Eropa,

Jepang, Hong Kong dan Singapura.

2. selama menangani banyak kasus, adakah kasus yang paling fenomenal menurut anda hingga sangat berkesan?

Perkara paling berkesan yang saya

tangani adalah ketika saya menangani

perkara pembatalan jual-beli (ekspor-impor)

gula pasir oleh pengusaha Indonesia

terhadap klien saya, perusahaan publik

terkemuka Inggris yang dimenangkan oleh

Putusan Arbitrase Inggris dan kantor saya

berhasil memperoleh fiat eksekusi dari

Mahkamah Agung dalam perkara ini. Ini

adalah fiat eksekusi putusan Arbitrase asing

yang pertama kalinya pernah dikeluarkan

oleh Mahkamah Agung, pada waktu itu oleh

Ketua Mahkamah Agung Ali Said SH dan

Ketua Muda Bidang Perdata Mahkamah

Agung, Prof. Z. Asikin Kusumah Atmadja,

SH. Tetapi atas kekuasaan politik pada

waktu itu, sebuah ketentuan hukum positif

di Indonesia yang telah dikeluarkan secara

sah menurut hukum oleh lembaga tertinggi

yakni Mahkamah Agung, ternyata bisa

dikalahkan oleh “kekuatan-kekuatan”

politik di luar hukum. Putusan Fiat

Eksekusi Mahkamah Agung No. 1.Pen.

Ex’r/Arb.Int/Pdt/1991 tanggal 1 Maret 1991

ternyata di anulir sendiri oleh Mahkamah

Agung No. 1205 K/Pdt/1990, tanggal 14

Desember 1991 yang kata-katanya tak

masuk diakal yakni “Penetapan Exequatur

hanya bersifat prima facie, dan Penetapan

Exequatur hanya memberikan title

Eksekutorial bagi putusan Arbitrase Asing

tersebut, yang pelaksanaannya tunduk pada

Hukum Acara Indonesia”. Akibatnya, law

enforcement dalam kasus ini tidak pernah

ada padahal melalui KepPres No. 34/1981

pemerintah Indonesia telah meratifikasi

Konvensi New York tahun 1958 yang

kemudian dipertegas dengan Peraturan

Mahkamah Agung No. 1/1990 tentang dapat

dieksekusinya secara otomatis, Pelaksanaan

Putusan Lembaga Arbitrase Asing di

Indonesia. Ternyata dalam implementasinya,

aturan hukum itu hanya “dead letter” belaka

karena tidak dapat dilaksanakan, padahal

sekali lagi klien saya telah memperoleh

sebuah Fiat Eksekusi dari Mahkamah

Agung.

Selain itu, juga kasus perbankan dimana

sebuah bank nasional meminjamkan dana

hingga sejumlah triliunan hanya dengan

jaminan pribadi dan korporasi yang disusun

oleh notaris secara tidak jelas alias kacau

balau sehingga tidak mungkin di eksekusi.

3. apa yang mendorong anda tertarik pada profesi advokat dimana profesi ini banyak digeluti kaum adam ?

Keputusan untuk menekuni profesi

hukum memang sudah menjadi cita-cita

ketika melihat profesi hukum masih banyak

didominasi oleh kaum pria. Mungkin juga

karena profesi hukum sangat membutuhkan

keuletan, keberanian, strategi yang jitu

dan solidaritas yang kuat, disamping

intelegensia, sehingga sangat menantang

karena secara empirik perempuan, bukan

hanya pria, juga dapat eksis memberikan

kontribusi bagi penegakan hukum. Cita-cita

awal adalah menjadi Kowad atau profesi

lain yang tidak feminin, yang dapat memberi

posisi dalam profesi dan otorisasi. Ter-

inspirasi oleh Hakim Agung Sri Widowati

SH, pada waktu itu satu-satunya Hakim

perempuan di PN Solo. Jadi pada waktu

itu prinsipnya asal bukan profesi yang di

dominasi perempuan, tetapi profesi yang

menantang.

4. selama beracara kasus, apa prinsip anda ?

Saya mempunyai prinsip hidup bahwa

menjalani hidup itu seperti air yang mengalir

mengikuti bentuk wadah alirannya, bisa

ke kiri, ke kanan, ke atas, ke bawah dan

bila perlu melimpah sampai naik ke atas,

sehingga hidup itu tidak perlu terpaku untuk

menekuni satu bidang saja. Sedangkan

secara mentalitas, saya juga mempunyai

prinsip hidup ibarat pohon, semakin tinggi

pohon, maka anginnya semakin kencang.

Begitu juga dalam kehidupan, semakin

tinggi status dan kedudukan seseorang,

maka akan semakin besar cobaannya,

namun demikian harus selalu berguna bagi

siapa saja yang memerlukan dan menaungi

siapa saja yang membutuhkan.

5. Bagaimana cara anda memimpin perusahaan hingga anda mencapai sebuah kesuksesan ?

Dengan menerapkan layanan jasa

dengan sistem “one-stop service”, atau

layanan satu atap, suatu upaya pelayanan

yang sifatnya menyeluruh sehingga setiap

klien yang datang akan dilayani untuk

semua kebutuhannya. Klien tidak perlu lagi

ke tempat lain bila berhubungan dengan

perkara perdata dan pidana. Untuk maksud

itu, maka kantor hukum yang saya dirikan

terdiri berbagai divisi, sesuai bidang yang

ditangani. Ada Foreign Investment Division,

Corporate Division, Banking and Finance

Division, Tax Division, Land & Real

Estate Division, Capital Market Division,

Intellectual Property Division, Immigration

Division, Admiralty and Litigation Division.

Pada masing-masing divisi dibentuk tim

dengan anak buah yang terspesialisasi

dengan pimpinan yang bertanggung jawab.

Tim itu menekuni bidangnya masing-masing

secara mendalam dan khusus dan menye-

lesaikan masalah yang terkait dibidangnya.

Strategi dan finishing touch dalam proses

layanan hukumnya tetap selalu berada di

tangan saya karena saya memang yang

paling bertanggung jawab dihadapan klien

dan akan selalu berada digaris terdepan

dalam menghadapi klien di meeting-

meeting penting dan panjang. Oleh karena

itu saya sendiri juga harus mendalami

segala aspek yang ditangani oleh semua

divisi. Pola pelayanan one stop service ini

memungkinkan kami memberi solusi legal

lebih bulat menyeluruh, terpadu dan tidak

terkotak-kotak sehingga memenuhi criteria

taat-asas di semua bidang.

6. Tolong berikan tips bagaimana untuk bisa mencapai sukses sebagai pengacara.

Yang utama harus jujur, bertanggung

jawab, satu kata dengan perbuatan, tidak

membual atau bersikap sombong, apa

adanya, dengan itu semua Reputasi akan

terbangun dengan sendirinya, selebihnya

kerja keras dan tidak menunda pekerjaan

kerjakan apa yang bisa dikerjakan hari

ini, pada hari ini juga. Selanjutnya untuk

usaha jasa seperti pengacara, words travel

by mouth adalah promosi yang paling

ampuh.

7. anda merupakan wanita yang sangat sibuk. Lantas bagaimana anda mengatur waktu bersama ?

Manusia harus mampu membagi

waktu. Manusia seutuhnya, baik laki-laki

maupun perempuan, mempunyai 3 (tiga)

macam tanggung jawab. Tanggung jawab

yang utama adalah tanggung jawab

keluarga. Itu yang terpenting karena

menyangkut masa depan generasi penerus.

Tanggung jawab kedua yang tidak kalah

pentingnya adalah tanggung jawab profesi,

apapun jenis pekerjaannya. Tanggung

jawab ketiga yang lebih berurusan dengan

sang Pencipta adalah tanggung jawab

sosial kepada sesama dengan konsep

memberi dan berbagi. Jika kita gagal di

dua tanggung jawab yang sebelumnya

maka dapat dipastikan kita juga tidak

akan mampu melaksanakan tanggung

jawab ketiga yang dependent dengan

kedua tanggung jawab sebelumnya. Tanpa

mampu melaksanakan ketiga tanggung

jawab itu secara proporsional dan dengan

improvisasi yang tinggi, maka kita akan

gagal menunaikan tugas dan harkat kita

sebagai manusia yang seutuhnya.

Meningkatkan kualitas interaksi

dan komunikasi secara efisien dengan

mengarahkannya lebih kepada pengem-

bangan wawasan anak dan pemahaman

terhadap kejadian aktual di lapangan, bila

mungkin, membuka kesempatan untuk

ikut berpartisipasi langsung, mampu

menjadi referensi bagi keluarga maupun

staff dalam segala bidang. Dengan

demikian, perlu terus menerus update

perkembangan dunia/global dengan segala

aspeknya. Selalu memberikan contoh yang

baik, melalui pengalaman sendiri maupun

pengalaman orang lain dan senantiasa

berusaha menjadi role model yang baik.

8. Bagaimana anda memanfaatkan sedikit waktu luang di sela-sela karir anda?

Membaca, menambah pengetahuan

dan wawasan dan berbagi dalam segala

hal oleh karena dengan berbagi kita

mengalami The Art of Giving dan belajar

The Art of Serving. ***

Page 47: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

92

NAMA RUBRIK

93

Volume 13/2011

Djoni Aluwi

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Mendengar nama Djoni Aluwi saja sudah cukup menggetarkan kalbu para pe-negak hukum di seantero jagad peradilan di Bumi Indonesia. Bukan karena wajahnya yang menakutkan, melainkan karena pengalamannya yang sudah malang-melintang dalam hal beracara di ranah peradilan. Ia bahkan sudah

sangat hafal di luar kepala, seluk beluk penegakan hukum Negeri ini.Tak banyak yang tahu, lulusan Fakultas Hukum (FH) Universitas Parahyangan

(Unpar) tahun 70-an ini, sempat mengalami kesulitan untuk beracara di pengadilan karena izin praktek kantor pengacara yang baru saja didirikannya masih bersifat semen-tara dan hanya dikeluarkan pada masing-masing kantor pengadilan negeri setempat.

kebijakSanaanSang maHaguru

Setelah ia masuk Perhimpunan Advokad Indonesia (Peradin) yang saat itu sedang mengadakan Kongres ke-5 di Yogyakarta, tanpa dinyana saat itu dia menda-patkan predikat sebagai advokat termuda dalam segi usia walaupun sebenarnya kegiatan beracara sudah dilakoninya selama 7 tahun.

Rasa cinta pada profesi advokat membuatnya ber-pegang teguh pada sumpah jabatan dan kode etik. Hal ini pulalah yang membuat seorang Djoni tidak mudah menerima klien yang berperkara. “Sepanjang perkara itu memiliki dasar hukum tentu saja saya bersedia mena-ngani, namun jangan meminta saya untuk melanggar kode etik, saya tidak peduli berapapun bayarannya!” tukasnya tegas.

Kecintaan pada profesi adalah hal yang utama, apalagi saat ini untuk mendapatkan predikat advokat tidaklah semudah dulu. Oleh karena itu, tindak tanduk juga harus mencerminkan seorang advokat yang handal dan dapat dipercaya serta senantiasa menjaga nama baik almamater dan keluarga besar.

Perjalanan panjang sebagai advokat sedikit banyak telah menorehkan pengalaman tersendiri dalam hidupnya yang di kemudian hari menjadi guru terbaik dalam prosesnya menjadi manusia yang bijaksana antara

lain: kasus Abdul Fatah yang kala itu mendeklarasikan diri sebagai Presiden versi NII, kasus penembakan polisi di Cicendo, Bandung, dan masih banyak lagi.

“Mahaguru” penegakan hukum dari Bandung ini selalu percaya bahwa Tuhan tidak pernah tidur dan Mahamengetahui segalanya. Manusia hanyalah makhluk yang lemah dan wajib memohon bantuan-Nya agar dilimpahkan rezeki yang halal serta menghin-darkan diri memakan segala sesuatu yang haram.***

“Sepanjang perkara itu memiliki

dasar hukum tentu saja saya ber-

sedia menangani, namun jangan

meminta saya untuk melanggar

kode etik, saya tidak peduli bera-

papun bayarannya!”

Foto

-fot

o: R

eq/I

man

Page 48: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

94

NAMA RUBRIK

95

Volume 13/2011

Wenda Aluwi

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Nama Djoni Widjaja Aluwi, SH sebagai pe-ngacara di kota Bandung sudah sangat dikenal dan disegani. Sosoknya yang berwibawa tidak hanya membuat kagum para advokat lainnya

tapi juga kepada anak-anaknya. Tak heran jika ketiga anaknya mengikuti jejak sang ayah menjadi advokat.

Wenda Aluwi, putri dari H. Djoni Widjaja Aluwi, SH., juga seorang advokat ternama di kota Bandung ini, sangat memahami bahwa ia menyandang nama besar ayahnya, dan ia berusaha menjaga nama ayahnya dengan terus berusaha menjadi advokat yang terhormat.

Bagi Wenda yang merupakan anak kedua dari Djoni Widjaja Aluwi, menjadi advokat merupakan panggilan hatinya. Dari kecil ia sangat mengerti kehidupan seorang advokat yang penuh tantangan, karena itu pula salah satu yang membuat dirinya merasa tertarik dengan profesi ini. “Saat saya berusia 14 tahun (SMP), ayah saya sudah men-jadi seorang advokat yang cukup terkenal dan disegani. Banyak perkara besar yang ditangani, termasuk perkara yang melibatkan orang-orang besar dan pada saat itu masih jamannya main keras-kerasan dan mafia-mafiaan.

Ada masa di mana teror-teror yang berkaitan dengan perkara-perkara yang ditangani ayah dan merembet pada kami, anggota keluarganya. Sampai saya harus diantar jemput ke sekolah oleh anggota Polri. Bagi saya pro-fesi yang diemban oleh beliau menantang dan menarik. Sehingga sejak saat itu saya memutuskan untuk menjadi seorang advokat,” tutur Wenda mengenang.

Menurut Wenda, ayahnya adalah sosok advokat yang sangat mengabdi pada profesinya dan menjalankan profesinya secara wibawa dan terhormat, hal inilah yang selalu ditiru oleh Wenda. “Saya menjalankan profesi ini dengan dukungan penuh dari ayah dan ibu saya (Hj. Roro Farida Aluwi) dibimbing secara penuh, langsung oleh seorang advokat hebat yang penuh pengabdian pada profesi advokat,” ungkap wanita yang sudah 9 tahun ini menjadi advokat.

Sebagai advokat Wenda memegang prinsip officium nobile, karena menurutnya advokat adalah profesi ter-homat, maka ia merasa mempunyai kewajiban untuk menjalaninya dengan menjaga kehormatan profesi. Sebisa mungkin mematuhi dan menjaga kode etik

Advokat. Prinsip lainnya yang ia jalani adalah melayani dan pengabdian. “Mudah-mudahan dengan selalu meng-ingat prinsip pelayanan dan pengabdian tersebut saya tidak jadi advokat matre,” ujarnya berharap.

generasi penerus

Wenda memilih menjadi advokat di kantor milik ayahnya, ia akan terus mengibarkan nama ayahnya, ber-sama dua adiknya yang memilih jalur profesi yang sama, yaitu Pratama Aluwi dan Dwi Aluwi.

Ada sedikit perbedaan antara Wenda dengan ayah dalam menjalankan Kantor Advokat H. DJONI ALUWI & ALUWI. Wanita yang menjabat Kepala Biro Pelayanan Masyarakat di DPD GRANAT Jawa Barat ini lebih memilih untuk menerapkan prinsip-prinsip manajerial dalam menjalankan kantor advokat ini, berbeda dengan ayahnya Djoni yang memilih untuk menjalankan dengan cara yang lebih bersahaja. Tapi untungnya lambat laun ayahnya mengalah dan memberikan kebebasan kepada Wenda untuk menjalankan kantor ini dengan prinsipnya. “Saya bersyukur dibantu oleh kedua adik untuk men-jalankan kantor ini, dan membangun “dinasti” Aluwi,” tuturnya.

Menjadi advokat tentu saja banyak sekali tanta-ngannya, namun wanita berparas cantik ini, sepertinya nyaman saja menjalani profesi yang penuh gejolak ini. Menurutnya agar tetap nyaman dalam berkarir di bidang advokat ia menerapkan bahwa apapun dilakukan harus dengan cinta dan tersenyum. Istilah lainnya yang ia gunakan untuk menggambarkan dirinya menjalani profesi ini adalah dancing my lawyering life. “Saya “menarikan” profesi ini,” ungkapnya.

aktif di Berbagai Organisasi

Wenda merasa beruntung karena memiliki suami (Haris Sugondo) yang sangat memahami profesi dan segala kesibukannya. Meskipun sang suami mempunyai latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang berbeda. “Saya tidak dibebani dengan urusan rumah tangga, hampir semua hal dilakukan bersama-sama, tanggung-jawab bersama. Sehingga praktis saya tidak mengalami banyak kesulitan. Pasangan saya selalu berusaha untuk memberikan ruang dan waktu serta dukungan disetiap pencapaian saya. Demikian juga anak-anak dan keluarga besar saya, sampai kadang-kadang saya berpikir mereka terlalu “pengertian” terhadap diri saya,” ucapnya.

DANcINGMY LAwYERING

LIFESelain sebagai advokat dan Konsultan HKI, Wenda

juga aktif diberbagai organisasi. Sudah hampir 12 tahun ia menjadi aktivis Anti Narkotika (Pengurus DPD Granat Jawa Barat) dan menjadi volunteer untuk beberapa sup-port group Narkotika, HIV/AIDS di Bandung. Sebagian besar waktu, selain menjalankan profesi advokat, juga tersita untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan anti narkotika dan HIV/AIDS serta berkumpul dengan komu-nitas dan support group tersebut. Sebagian waktu juga ia gunakan untuk terlibat dalam kegiatan kepengurusan ILUMNI Fakultas Hukum Unpar, Asosiasi Advokat Indonesia DPC Kota Bandung dan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) AAI serta PERADI DPC Kota Bandung.

Di sela-sela kegiatan tersebut ia lebih banyak gunakan untuk berkumpul dengan keluarga dan teman-teman komunitas hobi dan komunitas sosial untuk sekedar minum kopi atau bermain kartu. Apabila masih tersisa sedikit saja waktu, dimanfaatkannya untuk mem-baca dan itu adalah waktu yang istimewa baginya, di mana hanya ada dirinya, sebuah buku dan secangkir kopi.***

Foto-foto: Dok. Pribadi

Page 49: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

96

NAMA RUBRIK

97

Volume 13/2011Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Menjatuhkan pilihan pada notaris adalah panggilan jiwa bagi Surjadi. Baginya pro-fesi notaris itu merupakan amanah yang harus dijaga. Karena notaris merupakan

pelayan masyarakat yang mengemban kepercayaan dari masyarakat. Lulusan FH-UNPAR ini meyakini bahwa seorang notaris itu dikatakan sukses apabila dipercaya oleh masyarakat. Amanah bukan hanya merupakan per-tanggungjawaban jabatan atau sekedar kehormatan atau prestise belaka, melainkan pertanggung jawaban moral secara profesional.

Berbekal ijasah dari Fakultas Hukum UNPAR Suryadi mengawali karirnya sebagai bankir di bank swasta kota Bandung. Kala itu bisa dibilang dunia perbankan sedang tumbuh subur sehingga disiplin ilmu hukum banyak dibu-tuhkan perbankan untuk menangani akad kredit nasabah.

Namun gejolak krisis moneter 1998 membawa dampak banyaknya perbankan dan pelaku bisnis lain mulai tumbang. Melihat gelagat yang kurang mengun-tungkan sebagai bankir, bapak dua anak ini mulai melirik profesi advokat dan kurator dengan pertimbangan ba-nyaknya perusahaan yang gulung tikar akan dibutuhkan banyak kurator. Suami dari Hj. Tini Gantini, SE ini sempat menjalani adokat selama 8 tahun.

Pada basic nya Surjadi merasa bahwa dirinya bukan pribadi yang suka akan konflik. Sehingga dengan segala pertimbangan pria yang selalu tampil ramah ini bertekad bulat untuk menjatuhkan pilihan pada profesi notaris tahun 2000. Bahkan Surjadi dengan keseriusannya menyelesaikan pendidikan spesialisasi kenotariatan S2 dengan tepat waktu kala itu.

Di mata Surjadi profesi advokat itu identik dengan

konflik, sehingga dia merasa bahwa pekerjaan itu tidak selaras dengan hati nuraninya. “Kebetulan saya orang yang tidak suka dengan konflik. Saya menemukan dunia saya di kenotariatan. Karena dalam kenotariatan kita men-damaikan orang yang sedang konflik dan menyatukan pendapat yang berbeda. Intinya saya lebih cocok dengan profesi notaris,” tandasnya.

“Berbeda dengan advokat, notaris bekerja lebih tenang dan cenderung mengikuti prosedur. Fungsi notaris harus netral, harus bisa mengakomodir kepentingan kedua belah pihak untuk mendapatkan jalan keluar dan happy ending”, tuturnya. Sedang advokat menurut ayah dua putra ini lebih pada mencari celah untuk membela kliennya dalam beracara. Sehingga banyak menyita waktu, tenaga dan pikiran.

Sebagai pejabat negara yang tidak dalam lingkungan struktur eksekutif, yudikatif maupun legislatif menuntut Surjadi Jasin bersikap independen. Dengan posisi inde-penden tersebut, notaris tidak hanya memberi layanan hanya kepada klien yang datang. Namun dituntut untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat umum.

Menjaga Keseimbangan

Meski terlihat lebih santai, tanggung jawab profesi notaris tidaklah ringan. Apapun profesinya tak akan lepas dari konflik kepentingan. Seperti kala menyelesaikan konflik perebutan warisan pada kliennya, Surjadi harus mampu menjadi penengah yang fair. Di mana ahli wa-risnya ada delapan orang memiliki kepentingan yang ber-beda atas obyek warisan. “Sudah lima notaris menangani kasus ini dan tak satupun yang bisa menyelesaikannya,” kenang Surjadi Jasin. Bahkan kasus ini sempat bergulir ke ranah pengadilan.

Di sinilah kepiawaian Surjadi teruji. Bagaimana Sur-jadi sebagai notaris profesional mampu menyelesaikan pembagian warisan ini secara fair dan bisa diterima semua pihak meski sebelumnya tak jarang Surjadi menyaksikan konfrontasi yang dilakukan klien (8 ahli waris), baik berdebat sampai serangan fisik satu sama lain di kantornya.

Penyelesaian masalah ini tak lepas dari pribadi Sur-jadi yang penyabar dan selalu tetap menjaga kejernihan pikiran. Dia menjadi pendengar yang baik atas konflik menahun antar ahli waris tersebut. “Semua kalau dihadapi dengan ketekunan, kesabaran dan kejernihan pikiran akan terselesaikan dengan baik,” tuturnya.

Tak diragukan lagi, reputasi Surjadi mampu menum-buhkan kepercayaan di kalangan pengguna jasa kenota-riatan di kota Kembang. Baik klien perorangan, perusa-haan, perbankan baik swasta maupun pemerintah.

Tak hanya sebagai notaris, pria berkaca mata ini juga tercatat sebagai dosen di Universitas Padjajaran. Sebagai notaris senior dan seorang dosen, Surjadi Jasin berharap notaris-notaris muda untuk menjalankan profesi notaris dengan berpegang teguh pada etika profesi. Karena san-daran klien itu ada pada notaris, jangan tergiur godaan materi dengan menghalalkan segala cara untuk menuruti keinginan klien yang justru bisa menjebak notaris itu sendiri. “Bekerjalah sesuai sumpah jabatan notaris dan UU yang berlaku,” ucapnya bernasehat.

Demi menjaga keseimbangan antara karir dan rumah tangga sebisa mungkin bapak dari Muh. Dhika Ramadhan dan Radhita Alya Hayya ini harus mengatur waktu untuk urusan kantor dan keluarga. Di sela-sela kesibukannya Surjadi selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk kelu-arga yang dicintainya. “Saya juga terbiasa mematikan handphone di luar jam kantor. Agar bisa konsentrasi pada keluarga di luar rutinitas kerja. Sehingga terjaga keseim-bangan antara karir dan keluarga,” tandasnya. ***

Surjadi Jasin, SH (Notaris PPAT)

kejerniHan PikirPengantar keSukSeSan

Page 50: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

98

NAMA RUBRIK

99

Volume 13/2011

Wanita kelahiran Bandung, 30 Nopember 1954 silam ini boleh merasa bangga. Per-juangan dan jerih payahnya selama ini telah menuai hasil. Kantor Notaris dan

PPAT yang didirikan di wilayah Kabupaten Bandung itu tidak sepi dari klien, yang silih datang dan pergi. Banyak sudah masyarakat dan kalangan bisnis, di wilayah itu yang mempercayakan urusan akta hukum dan pembuatan akta otentik kepada kantor notarisnya.

Tiga tahun setelah menyandang Sarjana Hukum Unpar, Kikit Wirianti Sugata, di kampus Unpad telah menyelesaikan program profesi kenotariatan. Lengkap sudah cita-cita Kikit untuk yang di besarkan oleh keluarga yang sederhana ini. Alumnus Unpar ini sangat bangga menjadi bagian dari Unpar. Sebab Unpar mampu meng-hantarnya mencapai sukses di profesi notaris yang digelu-tinya puluhan tahun.

Sukses yang diperoleh Kikit, tidak lepas dari kom-petensi yang dimiliki dan sikap Kikit yang mudah bergaul. Sebagai seorang yang diberikan wewenang membuat akta hukum, Kikit yang hobi berorganisasi ini memandang tidak saja dari sisi keilmuan yang harus dikuasai seorang notaris mencapai sukses; mudah bergaul, mempunyai integritas

mengandalkan kemampuan sendiri, kemampuan di luar itu juga ikut berpengaruh. Selain taat menjalankan agama, Kikit juga banyak menjalin relasi. Apa yang ditanam semenjak kuliah dulu, relasi dengan teman-teman dan klien menurutnya memberikan bukti yang manis. “Sampai sekarang saya masih tetap memelihara social control,” ungkapnya.

Dalam menjalani profesi ini, Kikit menyarankan, jangan selalu memikirkan materi, selain itu harus terus menerus menimba ilmu, namun juga harus aktif di luar bidang hukum, seperti organisasi sosial harus memiliki peran. Kikit tidak pelit membagikan apa yang dimiliki baik ilmu maupun materi bagi setiap orang yang membutuhkan. Ini menurutnya hanya semata untuk memberikan makna atas apa yang telah diperolehnya.

Mengenal profesi notaris Kikit Wirianti Sugata, termasuk orang yang sangat

beruntung. Kikit yang dibesarkan dari keluarga sederhana dan pas-pasan ini mampu menyelesaikan kuliah hukum dan meraih profesi notaris. Untuk mencukupi kebutuhan kuliahnya, Kikit pun harus rela berdagang sesuatu yang menghasilkan uang yang halal. Saat masih kuliah, Kikit sudah ikut bekerja di sebuah kantor notaris di Jawa Barat. Awalnya dia tidak paham apa profesi ini, yang penting baginya kala itu bisa kerja selain menambah pengalaman, biaya kuliah tercukupi. Itupun menurutnya belum cukup, disela-sela kesibukan belajar dan bekerja di kantor notaris, Kikit masih sempat berdagang barang kecil-kecilan.

Dari bekerja di kantor notaris itu, Kikit menemukan kencintaannya terhadap profesi notaris ini. Akhirnya hal itu semakin memacu semangatnya untuk cepat selesai kuliah hukum. Dan tiga tahun kemudian dia menyandang profesi notaris. Tidak menunggu terlalu lama Kikit pun membuka kantor notarie sendiri.

Awalnya klien yang diperoleh dari notaris senior, yang mempercayakan pekerjaan pembuatan akta notaris, Saya dipercaya dan saya harus mampu mengurus klien itu dengan baik,” ujarnya.

Meski saingan bisnis profesi notaris kian hari kian ketat, hal itu tidak membuat bisnis kantor notaris Kikit kehilangan klien. Justru service hukum yang diberikan ke semua kliennya membuahkan manfaat, membuat kan-tornya selalu kebanjiran order pembuatan akta otentik. Sebab tidak pernah bersedia menerima order dengan hanya menerima fee saja. Namun pekerjaan notaris harus benar-benar dilakukan sesuai dengan kaedah hukum yang berlalu. Sebab Kikit tidak ingin klien merasa dirugikan dengan pelayanan ala kadarnya.

Meski bisnis kantor notarisnya tumbuh subur, Kikit Wir-ianti Sugata masih merasa perlu untuk terus meningkatkan

jenjang pendidikannya. Pada tahun 2007, Kikit Wirianti Sugata telah menyabet Doktor di bidang Ilmu Hukum UNPAR. Sebagai seorang yang sukses menajalani profesi notaris, dia selalu menyadari bahwa setiap waktu terus terjadi perubahan. Untuk itu, perkembangan terkait dengan hukum dan lingkungan sosial tidak lepas dari perhatiannya. Inilah resiko menjalani profesi notaris harus selalu update informasi.

Namun dalam urusan menerima order, dia akan selalu menolak order yang bisa mempengaruhi independensinya sebagai notaris. Seperti diungkapkan, selama berpraktik godaan untuk menjalankan profesi tidak pada koridornya pun banyak sekali, namun dia tidak pernah tertarik dan memiliki ketegasan serta prinsip. Sebab profesi notaris tidak boleh memihak kepada yang membayar, namun lebih menegakan aturan yang berlaku. Seperti bila ada dua pihak yang berkonflik secara hukum, notaris harus mampu menjadi mediator yang baik. ”Yang penting kedua belah merasa happy, dan jika ada konflik saya selalu menjadi pihak yang mendamaikan,” ujarnya.

Kikit menyadari sukses bisnis kantor notaris yang dip-impinnya tidak lepas dari peran rekan dan staf di kantor itu. Menurutnya staf kantor notaris merupakan aset yang sangat berharga. Kepiawaiannya mengelola orang dan sikap sosialnya yang tinggi, membuat staf di kantor itu cukup setia dari mulai buka sampai sekarang tetap kerja di kantor itu. dalam mengelola staf Kikit selalu menerapkan kedisiplinan yang tinggi dan memperlakukan staf sebagai mitra dalam mengembangakn bisnis kantornya. Selain itu, Kikit juga mampu membina hubungan yang baik dengan klien maupun instansi lainnya yang berkaitan dengan bisnis notaris. “Kami tidak sekedar mencari untung, namun selalu optimalkan layanan sampai seseorang merasa nyaman memakai jasa kantor kami,” tambahnya.

Menurutnya sukses tidak bisa diraih begitu saja, namun butuh perjuangan dan kerja keras untuk mencapainya. Dan Kikit selalu fokus menjalani bisnis profesi ini, meski terbilang wanita yang sangat sibuk, Kikit sangat mampu menjaga hubungan bisnis, keluarga dan kegiatan sosialnya. Dalam menjalani itu semua, Kikit selalu menerapkan prioritas mana yang harus dicapai terlebih dulu atau dis-elesaikan. “Saya merupakan orang yang sangat aktif dan menikmati waktu untuk kegiatan sosial,” tambahnya.

Ibarat kata tidak pernah ada waktu senggang baginya. Dia selalu menghabiskan waktu senggangnya bersama keluarga besarnya, rekan-rekan di organisasi dan teman sejawatnya. Menurutnya itu merupakan kenikmatan yang tidak tertandingi. “Saya senang bertemu dengan banyak orang karena dari pertemuan itu ada banyak masukan dan selalu update,” tambah Kikit yang juga hobi mendengarkan musik untuk mengusir kejenuhan. ***

Dr. Kikit Wirianti Sugata, SH

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

dan fokus mencapai tujuan. “Kita harus memiliki tujuan dan komitmen,” ungkapnya seraya berbagi pengalaman.

Konsep sukses yang diamininya, menurutnya bukan sekedar sukses materi, namun dalam kehidupan ini sedi-anya seseorang bisa berbagi dan memiliki peran di tengah masyarakat. “Intinya memiliki makna bagi orang lain,” imbuhnya.

Dalam menjalani profesi ini selain harus menguasai bidang hukum, modal lainnya harus mampu menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya. Kepercayaan yang diberikan klien kepada notaris inilah yang harus dijaga dan dirawat. “Kalau sudah tidak dipercaya sulit baginya untuk mengembangkan bisnis profesi ini,” ujarnya seraya menasehati notaris muda.

Kikit yang telah berpraktik sebagai notaris lebih dari 23 tahun, dalam praktiknya selalu memegang prinsip yaitu selalu mentaati aturan, etika profesi dan melakukan pekerjaan sebagai ibadah. Menurutnya penilaian seseorang terhadap notaris tidak sekedar dalam praktik profesi kes-eharian namun di luar itu perilaku keseharian notaris selalu menjadi sorotan; seorang notaris harus selalu bersikap etis.

Begitu pula dalam menjalani hidup di tengah masyarakat, konsep yang diterapkan selalu seimbang antara jasmani dan rohani. Sukses tidak bisa diraih hanya

Tidak disangka, Kikit Wirianti Sugata, bisa menekuni profesi notaris. Ketekunan dan keuletannya untuk menjadi orang sukses pun telah terlihat sejak masih men-

empuh pendidikan hukum, di Universitas Parahyangan (Unpar), Bandung. Kikit, kala itu, harus rela belajar sambil bekerja, demi lancarnya pendidikan hukumnya.

KEULETANKIKITMENGGAPAICITA-CITA

Page 51: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

100

NAMA RUBRIK

101

Volume 13/2011Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dunia peradilan sudah mendarah daging bagi pengacara Kuswara S. Taryono. Sebagian besar waktunya dihabiskan di dunia pen-egakan hukum. Semangat Alumni Fakultas

Hukum UNPAR dan Pasca Sarjana Fakultas Hukum UNPAD Bandung ini telah benar-benar merasuk ke dalam jiwa dan mengisi setiap relung kehidupannya, Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia dan Kuswara senantiasa berjuang untuk itu, dengan kesantunan yang sangat “khas” kesantunan seorang Kuswara!

Kantor Advokat dan Konsultan Hukum H. Kus-wara S. Taryono, SH., MH. & ASSOCIATES yang telah berdiri sejak tahun 1987, didampingi oleh rekan advokat dan konsultan hukum, berbagai upaya pen-egakan hukum telah dilakukannya untuk masyarakat, baik di bidang litigasi maupun nonlitigasi, terutama litigasi perdata, litigasi pidana, litigasi administrasi negara, bahkan bidang arbitrase dan ADR bukanlah merupakan hal yang baru dijalani, bidang khusus

Kuswara S. Taryono

KESANTUNANSEBAGAI LAwYER dALAM

PENEGAKAN HUKUMTANAH PRIANGAN

se-perti perusahaan, perbankan dan keuangan, kepail-itan, ketenagakerjaan, hak atas kekayaan intelektual serta lingkungan hidup turut mewarnai langkahnya ka-riernya.

Nama pria yang telah mengikuti pendidikan kurator dan pengurus sejak tahun 2002 ini melekat erat di benak masyarakat kota Bandung bahkan wajahnya sudah tak asing lagi bagi mereka yang tinggal tanah Priangan. Siapapun yang datang, baik perorangan, perusahaan baik BUMN, BUMD, Swasta Nasional, Perusahaan asing maupun instansi pemerintah meminta bantuan atau konsultasi hukum pasti diterima dengan baik.

Selain menjadi advokat dan konsultan hukum handal, Kuswara senantiasa melakukan kegiatan positif demi kemaslahatan masyarakat, antara lain: Ketua Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) Bandung, Penasihat Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) Bandung, Penasihat Badan Arbitrase Nasional Indo-nesia (BANI) Bandung, Komisaris PT. Persib Bandung

Bermartabat (PERSIB) serta sering memberikan materi pada acara seminar, lokakarya, diskusi panel, pelatihan serta pembekalan pada organisasi organisasi profesi, instansi pemerintah, perusahaan baik swasta, BUMN maupun BUMD serta berbagai lembaga keuangan.

Suami dari Niken Diana Habsari dan ayah dari dua putri, Sekar Kinanti Tistia dan Arum Karimah Larasari, Kuswara sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi, aktif dalam berbagai kegiatan dan sangat merasakan manfaatnya dalam menjalani aktifitas sebagai lawyer, juga terhadap lingkungan baik di kantor, maupun dil-ingkungan tempat tinggalnya senantiasa akrab, aktif dan peduli.

Kesantunan yang menunjukan kematangan ki-prahnya di dunia penegakan hukum mampu membuat kawan maupun lawan segan dan hormat padanya, sungguh bagai oase di padang carut marutnya dunia peradilan saat ini, kesantunan sang lawyer Penegakan Hukum tanah Priangan. ***

Foto

: Req

/ Im

an

Foto

: Dok

. Pri

badi

Foto

: Dok

. Pri

badi

Page 52: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

102

NAMA RUBRIK

103

Volume 13/2011Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Pembawaan dan tutur katanya terlihat tenang, ucapannya mengalir secara teratur dan ter-struktur rapi apalagi bila berbicara mengenai hukum. Begitu melihat sosok Advokat yang

satu ini kesan kharismatik terpancar diwajahnya. Menjadi Advokat terkenal adalah cita-cita sejak kecil. Berbekal ilmu hukum yang ditekuninya dari Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan ini, Pria lulusan Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan ini terbilang sangat fasih bila berbicara menyangkut hukum Bisnis, Maklum pria kelahiran kota kembang ini adalah seorang Advokat dan Mediator yang memiliki latar bela-kang pekerjaan di bidang perbankan. Dia adalah Yopi Gunawan, SH.,MH.,

Bermodalkan tekad dan berbekal pengalaman yang luas serta cita-citanya sejak kecil untuk turut serta berpartisipasi aktif dalam penegakan hukum di Indo-nesia yang dilandasi cara penanganan dan penyelesaian setiap permasalahan hukum secara profesional dengan tetap menjunjung tinggi nilai moral dan kode etik profesi, berbekal keyakinan yang kuat dan didukung

dengan networking yang dimilikinya plus support dari keluarga, Yopi Gunawan, SH.,MH., pada tahun 1997 mendirikan Firma Hukum yang saat ini bernama KANTOR HUKUM YOPI GUNAWAN, SH., MH., & ASSOCIATES.

Melalui kantor inilah, sosok Advokat karismatik berprestasi dalam penyelesaian kasus-kasus Perbankan yang membuat namanya mencuat sebagai Advokat dan menghantarkannya pada puncak kariernya. Ia kini berhasil mewujudkan cita-citanya tersebut di dunia Advokat, namanya sudah tidak asing lagi terdengar dikalangan dunia Perbankan. Hal ini berkiprah dari memberikan Konsultasi Hukum Perbankan kepada bank-bank, kemudian banyak bank-bank tertarik dan dijadikan konsultan tetap (retainer lawyer) dimana saat ini yang menjadi Konsultan tetap (retainer lawyer) Kantor Hukum Yopi Gunawan, SH.,MH., & Associates khusus Perbankan adalah PT. Bank Danamon Indo-nesia, Tbk, PT. Bank Permata, Tbk, PT. Bank CIMB Niaga, Tbk, PT. Bank Pan Indonesia, Tbk, PT. Bank Windu Kencana, Tbk, PT. Bank Mandiri, Tbk, PT. Bank Yudha Bakti, BPR Mutiara, BPR Mitra Anditta,

BPR Pundi;Selain itu Kantor Hukum Yopi Gunawan, SH.,MH.,

& Associates juga memberikan nasihat hukum dari segi beracara di lembaga peradilan (Litigasi), bertindak sebagai wakil, pendamping atau kuasa hukum klien untuk menyelesaikan segala permasalahan yang timbul karena adanya perselisihan terutama menyangkut hak dan kewajiban klien di luar pengadilan serta ber-tindak sebagai pendamping dan pembela klien dalam perkara hukum perdata, pidana dan publik.

Mengingat beracara di pengadilan membutuhkan biaya serta waktu yang tidak sedikit bahkan terkesan bertele-tele maka sejak MA (Mahkamah Agung) RI bersama pemerintah mem-bentuk program peradilan melalui cara “Mediasi” atau Alternative Dispute Resolu-tion sebagai bagian dari Program Reformasi Hukum dan Program Pembangunan Nasional, Yopi Gunawan, SH.,MH., mengambil peran sebagai Mediator untuk membantu para pihak yang bersengketa bersama men-cari penyelesaian atas masalah (khususnya sengketa Perbankan), mengingat melalui Mediasi kedua belah pihak dapat melakukan pendekatan kompetitif, kom-promistis, akomodatif serta kolaboratif yang pada ak-hirnya dapat menghasilkan kesepakatan yang diterima semua pihak guna mengakhiri sengketa atau win win solution, di samping itu mediasi memiliki prinsip bahwa putusan tidak mengutamakan pertimbangan dan alasan hukum, namun atas dasar kesejajaran, kepatutan dan rasa keadilan. Selain mempersingkat waktu penye-lesaian, mediasi merupakan salah satu jalan untuk mengurangi beban psikologi yang akan mempengaruhi berbagai kegiatan pihak yang berperkara bahkan tak jarang malah menimbulkan efek sosial atau hubungan persaudaraan dari kedua kubu yang awalnya ber-masalah.

Yopi Gunawan, SH.,MH., & Associates juga tak segan memberikan konsultasi dan pendapat hukum secara cepat dan tepat serta menyiapkan dan membuat perikatan yang diperlukan klien dengan pihak ketiga, antara lain: memorandum of understanding dan segala bentuk perjanjian.

tekad SeorangyoPi gunaWan, SH.,mH.

Tekad Yopi Gunawan, SH.,MH., & Associates untuk menjadi mitra para penegak hukum dalam melak-sanakan tugasnya dengan selalu mengedepankan nilai kejujuran, nilai kebenaran dan nilai keadilan dalam perkara perdata maupun pidana tak dapat diragukan

lagi, lemahnya pene-gakkan hukum sering kali diakibatkan banyaknya mafia peradilan, semua telah dibuktikan dengan sepak terjangnya selama ini, baik di kota Bandung mapun Batam, bahkan di seluruh Indonesia, Yopi Gunawan, SH.,MH., & Associates dalam upayanya agar Masyarakat Indonesia melek hukum, bahkan telah mengadakan pendidikan dan pelatihan hukum bagi perusahaan yang memerlukan, antara lain teknik pembuatan surat gugatan, teknik Pembuatan Permohonan

Eksekusi Hak Tanggungan, maupun masalah-masalah khusus seperti Hukum Perjanjian, Hukum Agraria, Hukum Perusahaan, Pelatihan Negosiasi Penyelesaian Kredit Bermasalah, Hukum Kekayaan Hak Intelektual dan lain sebagainya.

Kepercayaan klien yang selalu dijunjung tinggi membuat KANTOR HUKUM YOPI GUNAWAN, SH., MH., & ASSOCIATES yang sejatinya berdomisili di Bandung dan Batam ini ditetapkan menjadi konsultan tetap di sejumlah perusahaan atau perorangan yang berdomisili di sejumlah kota di Indonesia, antara lain : Bandung, Jakarta, Surabaya, Denpasar, Semarang, Yogyakarta, Bali dan Batam.

Dengan dibantu para asisten handalnya, Yopi Gunawan, SH.,MH., terus maju bermodalkan tekad kuatnya agar masyarakat Indonesia sejajar kedudu-kannya di mata hukum bahkan ia optimis kebutuhan masyarakat pada jasa hukum akan senantiasa meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak dan kewajibannya serta kebutuhan keamanan setiap perbuatan yang dilakukannya.

“Yang terpenting dalam menangani setiap per-masalahan baik pidana maupun perdata adalah sikap profesionalisme dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan kode etik profesi,” tekad suami dari Rika Rustandi ini.***

Foto

-fot

o: R

eq/I

man

Page 53: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

104

NAMA RUBRIK

105

Volume 13/2011Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sebagai universitas yang berada di wilayah sebuah kabupaten, awalnya sungguh sulit bagi Universitas Suryakancana (Unsur) Cianjur ini untuk mengem-bangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Sebab, banyak kendala yang dihadapi seperti minimnya staf pengajar yang berpendidikan Doktor, dan yang

memiliki kompetensisesuai dengan bidang ilmunya, sarana prasarana belajar men-gajar yang belum memenuhi standard , serta sistem pendidikan yang masih perlu dikembangkan. Lengkap sudah kendala dan hambatan yang dihadapi universitas ini, kala itu.

Berkat tangan dingin, Prof. Dr. H. Dwidja Priyatno, Universitas Suryakancana bangkit menjadi institusi pendidikan yang layak di perhitungkan. Sejak di angkat menjadi Rektor Universitas Suryakancana, Tahun 2009 lalu, Prof. Dr. Dwidja Pri-yatno, bersama kalangan civitas akademi berpacu bersama waktu melakukan

Prof. Dr. H. Dwidja Priyatno , SH., MH., SpN.

mengedePankankuaLitaS LuLuSan

pembenahan di sana-sini, untuk memperbaiki dan membangun institusi pendidikan yang berkualitas. Upaya dan kerja keras membawa universitas ini menuai hasilnya.

Apa yang diraih tidak cepat membuat bangga diri, civitas akademi ini menyadari bahwa perjuangan untuk terus mensejajarkan diri dengan universitas yang terpandang di negeri harus terus dilakukan. “Kita canangkan Universitas Suryakancana ini men-jadi universitas yang terbesar di wilayah Jawa Barat bagian barat, khususnya perguruan tinggi swasta,” ungkap Dwidja Priyatno bersemangat.

Prof. Dr. Dwidja Priyatno, yang dilahirkan di Blora, 7 Oktober 1959 silam ini, dalam mengelola institusi pendidikan selalu berprinsip mengedepankan kual-itas, bukan lagi mengejar kuantitas lulusan. Hasilnya, universitas ini setiap tahun kebanjiran peserta didik dari berbagai daerah dan setiap tahun pula bisa memwisuda 800 sarjana dari berbagai disiplin ilmu.

Dwidja Priyatno yang sudah berpengalaman puluhan tahun berkarir sebagai akademi bidang hukum rupanya cukup berpengalaman. Ketika diberi mandat sebagai Rektor langsung menerapkan strategi dan upaya meningkatkan kualitas lulusan pun terus di genjot.

Di awal kepemimpinannya, banyak staf pengajar dan civitas akademi yang mendapat beasiswa untuk meningkatkan jenjang pendidikannya, seperti ke ke Philipina, Spanyol,, serta di ITB , UNPAD ,UNPAR, UPI,UIN Sunan Gunung Djati dan UNISBA. Di samping itu, ada juga staf pengajar yang diberikan tugas untuk melakukan studi banding ke luar negeri maupun perguruan tinggi ternama di negeri ini. “Semua itu kita lakukan untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Universitas ini,” tambah Dwidja Priyatno yang hoby traveling ke luar negeri ini.

Meningkatkan kualitas mutu pengajar dan jen-jang akademik pengajar di lingkungan Universitas Suryakancana, menjadi kata kunci menghasilkan lulusan yang bermutu.. Seperti diuraikan di fakultas hukum Universitas ini misalnya, telah memiliki delapan doktor yang membidangi hukum, belum fakultas lain juga hampir sama. “Fakultas hukum Universitas Suryakancana memperoleh akreditas B,” ungkap Dwidja Priyatno yang juga sebagai promotor dan penguji program doktor ilmu hukum Universitas Katholik Parahyangan, Bandung.

Tak tanggung-tanggung, Dwidja Priyatno, selain mengirim staf pengajar universitas ini untuk

memenuhi standar mutu , baik dalam maupun luar negeri, juga melakukan training secara khusus. “Secara periodik pihak universitas akan terus melakukan review mutu pada staf pengajar, apakah mereka telah memenuhi standar yang telah di gariskan dalam SOP universitas. Bagaimana staf pengajar dapat memenuhi, mempertahankan, serta meningkatkan kompetensi. Kompetensi yang bersangkutan sampai mana, jika masih terdapat kekurangan pihak universitas memberikan training lagi. “Kita tingkatkan kemampuannya sesuai stan-dard yang memang dibutuhkan oleh universitas ini,” jelas Dwidja Priyatno.

Tak kalah penting, upaya yang dilakukan terus meningkatkan sarana dan prasarana belajar men-gajar, seperti menambah ruang kelas, serta perpus-takaan yang terlengkap. “SDM, sarana prasarana belajar mengajar, serta sistem yang ada di universitas kita terus tingkatkan,” tambahnya. Semua itu, tam-bahnya, agar sejalan dengan arah pendidikan yang memenuhi pasar tenaga kerja baik lokal maupun global, Dwidja juga melakukan perombakan sistem serta rencana pengembangan universitas. Rencana dan sistem yang ada akan dilakukan kajian kembali guna menghasilkan pedoman yang sesuai dengan perkembangan pendidikan baik di Indonesia maupun di tingkat global.

Kualitas Lulusan Universitas Suryakancana, jika dirunut ke bela-

kang, berdiri tahun 1964 dan mengalami pasang

Page 54: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

106

NAMA RUBRIK

107

Volume 13/2011Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Saat ini banyak perguruan tinggi yang memikirkan pendidikan bagi mereka yang tidak mampu. Salah satunya Universitas Parahyangan (Unpar), Bandung, Jawa Barat. Melalui dana bagi maha-

siswa yang berprestasi, universitas Katolik tersebut mencoba untuk memberi keringanan biaya untuk golongan yang tidak mampu agar mereka bisa menda-patkan 10 SKS gratis dalam 1 semester.

Sejalan dengan berbagai program sosial ini, maka dengan bangga Unpar mendeklarasikan diri sebagai universitas swasta yang terjangkau di Indonesia, dengan mempertahankan standar kualitas pendidikan yang selama ini ada. Di samping pemberian subsidi SKS, Unpar juga berusaha menyalurkan mahasiswanya yang berprestasi untuk dapat diterima di berbagai insti-tusi pemerintah.

Tingginya standar belajar di perguruan tinggi dengan sistem kuliah per semester, mengakibatkan banyak mahasiswa yang tertinggal bahkan molor dari waktu yang direncanakan dalam kelulusan. Mahasiswa yang tidak serius belajar tidak dapat di pungkiri akan drop out. Ketidakseriusan mahasiswa dalam menyelesaikan kuliah ini dirasakan sangat mengganggu performance

Wila Candrawila

OptiOn fOrthe pOOr

universitas. Perlu disadari bahwa terkadang sistem belajar mengajar di sekolah menengah atas tidak secara spesifik mempersiapkan mental anak untuk dapat men-empuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Fakultas Hukum Unpar merupakan salah satu fakultas hukum terbaik di Indonesia. Melalui kedisi-plinan dan transferring knowledge yang selalu menjadi prioritas, FH Unpar telah menghasilkan lulusan yang dapat diandalkan. Diharapkan melalui program ini mahasiswa yang telah lulus tidak hanya mendapatkan gelar namun juga ilmu pengetahuan, serta dapat bekerja mandiri.

Salah satu mata kuliah tambahan di FH Unpar adalah Hukum Kesehatan. Mahasiswa tidak hanya dia-jarkan mengenai dampak penyakit menular, melainkan juga diajarkan standar operasional menangani penyakit epidemik, juga diajarkan praktiknya bagi mahasiswa yang tertarik menjadi inhouse lawyer di rumah sakit.

Dengan beragamnya mata kuliah tambahan khusus ini, maka eksistensi Unpar sebagai ladang ilmu yang mempersiapkan para mahasiswanya, semakin matang untuk terjun ke masyarakat dan menyumbangkan kemampuannya untuk negeri ini.***

surut sebagai institusi pendidikan tinggi di Cianjur. Universitas ini sebenarnya dilahirkan dari perpaduan antara Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) dan Sekolah Tinggi Hukum Suryakancana (STHS). Pada tahun 1985, Pemda Cianjur komitmen membangun institusi pendidikan yang berada di daerahnya, yaitu dengan memberikan sebidang tanah seluas 5 ha dan membangun enam kelas untuk STKIP dan enam ruang untuk STHS. Tak lama kemudian, dua sekolah tinggi tersebut dikelola dalam Yayasan Pembina Perguruan Suryakancana (YPPS) Cianjur.

Baru pada tahun 2001, YPPS mengajukan status pengukuhan berdirinya Universitas Suryakancana dengan Fakultas Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Pertanian, serta Fakultas Teknik. Pada tahun 2008, universitas ini melebarkan sayapnya menambah satu fakultas Agama Islam. Dengan begitu Universitas Suryakancana ini memiliki 5 Fakultas dengan 13 program studi. Selain program S1, Universitas Suryakancana ini juga membuka pro-gram magister ilmu hukum dan Magister Pendidikan Bahasa Indonesia.

Atas kemajuan yang telah diraih, sangat wajar Universitas Suryakancana ini mampu menghasilkan lulusan dari berbagai disiplin ilmu yang banyak terserap di lapangan kerja. Seperti diceritakan,

Dwidja Priyatno, fakultas pendidikan secara oto-matis lulusannya langsung diserap oleh pasaran. Lulusannya banyak dibutuhkan oleh sekolah baik swasta maupun sekolah negeri di cianjur dan seki-tarnya. “Mereka sudah siap pakai, sudah punya akta empat untuk mengajar,” ungkapnya. Sebab, untuk akreditasi terhadap guru, universitas Suryakancana ini bekerja sama dengan Universitas Pasundan memberikan sertifikasi terhadap guru. Sebagai pusat sertifikasi guru di Cianjur.

Sebagai Universitas yang di miliki yayasan Pemda Cianjur, yang telah berusia 47 tahun, cukup lama ikut berkiprah dalam rangka peningkatan SDM di Pemda Cianjur dan sekitar untuk meraih pendidikan dan kompetensi yang dibutuhkan. Meski sistem yang diterapkan di universitas ini hasil dari adopsi berbagai institusi pendidikan yang handal baik dalam maupun luar negeri. Adopsi yang dilakukan tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lingkungan universitas suryakancana. Untuk adopsi sistem, Dwidja Priyatno pun cukup hati-hati, sebab universitas yang dimiliki Pemda Cianjur, potensi dari sisi sarana prasarana telah mencukupi dan memadai. Dari tahun ke tahun jumlah peserta didik semakin meningkat. Setiap tahun ajaran baru universitas ini mampu menampung antara 1000 sampai 1500 maha-siswa baru.

Dari input dan out put tidak masalah, lulusan universitas ini banyak diserap beberapa tempat,” ungkapnya. Out put tidak jadi masalah kebanyakan pejabat di Pemda Cianjur dan, para anggota DPRD, bahkan Ketua dewan saat ini merupakan alumni Universitas Suryakancana. Fakultas di Universitas Suryakancana semua menonjol, pertama yang dimi-nati adalah Fakultas ilmu Pendidikan, hukum, teknik, pertanian, baru fakultas agama islam.

Meski berkarir sebagai akademisi, sejak tahun 1983, banyak kesibukan yang menyita waktunya. Tugas di lingkungan universitas dibantu beberapa wakil rektor serta beberapa staf. Sementara di ling-kungan fakultas dibantu dekan dan staf, jadi praktis kesibukannya saat ini lebih banyak ke pengembangan dan kebijakan untuk universitas suryakancana. Sementara di lingkungan keluarga, Prof. ini cukup bangga sebab. Dwidja yang dikarunia satu putri dan satu putra ini cukup bahagia, sebab saat ini putra pertama kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Arsitektur, sedangkan yang kedua mengambil kuliah teknik geologi di UNPAD. Sedangkan, istrinya Sarjana Farmasi dan Apoteker, berkarir di salah satu perusahaan farmasi di Bandung. (***)

Page 55: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

109

Volume 13/2011

108

COLUMN Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dies Natalis ke 53Fakultas Hukum

Universitas ParahyanganBandung - Jawa Barat

Page 56: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

110

CLICK

111

Volume 13/2011

SERTIJAB ESELON II

7 September 2011

di Sasana

Baharudin Lopa

Kejaksaan Agung RI

OPEN HOUSE

JAKSA AGUNG RI

di kediaman Dinas

Jaksa Agung RI

Jl. Denpasar Raya no. 12A

dihadiri para Duta Besar negara

sahabat, Pejabat Eselon I & II

Kejaksaan RI

SHOLAT IED

di Lapangan Utama

Kejaksaan Agung RI

Jl. Hasanudin I

Jakarta Selatan

diikuti oleh Jaksa Agung RI,

para JAM, pejabat eselon II,

III & IV dilingkungan

Kejaksaan Agung RI

Page 57: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

113

Volume 13/2011

112

CLICK

Wiyosan Dalem Sampeyan Dalem ingkang Sinuhun

Kanjeng Sultan Hamengku Buwana Senopati-ing-Ngal-aga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng kaping Sadasa, berkenan mem-

berikan kalenggahan pada beberapa Pejabat, Mantan Jaksa Agung RI Hendarman Supandji & cendekiawan.

Suasana

penganugerahan Ka-

lenggahan &

penyerahan

Kekancingan

berlangsung di Bangsal

Ksatriyan, Keraton

Ngayogyakarta

Hadiningrat.

Page 58: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

114

NAMA RUBRIK

115

Volume 13/2011

Mohon dikirim Requisitoire untuk atas nama :

Nama :

Alamat :

Tlp. :

e-mail :

Mulai berlangganan:

Edisi s/d

Sirkulasi Majalah Requisitoire : Eko & IvieGraha Pena Lt. 8 Jl. Kebayoran Lama No. 12Jakarta Selatan 12210

email: [email protected]. 021-53670958, Fax. 021-53671658

Periode Harga Normal Disc Stl Disc

6 bln Rp. 288.000,- 10% Rp. 259.200,-

(6 edisi)

1 tahun Rp. 576.000,- 20% Rp. 460.800,-

(12 edisi)

Mohon dilengkapi dan dikirim melalui fax disertai bukti transfer.Majalah akan dikirim setelah kami terima bukti pembayaran Anda.

*** Untuk pelanggan di luar Jakarta dikenakan ongkos kirim

FormulirBerlangganan

REQuisitoire adalah majalah penegakan hukum dan keadilan yang membawa citra baru penegakan hukum di Indonesia.

Majalah REQuisitoire terbit setiap bu-lan, menyajikan beragam informasi hu-kum yang dapat menjadi referensi anda.

speCial prOmO:BonusT-shirt Menarikuntuk langganan 1 tahun

Page 59: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH: “Perbaiki Si Stem Hukum ... file1 Volume 13/2011 Volume 13/2011 ENGLISH & MANDARIN VERSIONS MEMbangun kEpolisian yang bErbudaya dan bErkaraktEr ValuE

116

NAMA RUBRIK

A Restaurantwith the great servicesand different atmosphere

Casual Food, Casual Place, Great ServicesGang Kelapa No. 3 Badegan Bantul (belakang Polres Bantul) Yogyakarta

Phone: (0274) 9687170