persepsi tentang kebahagiaan dalam novel le voyage d
TRANSCRIPT
Persepsi Tentang Kebahagiaan
dalam novel Le Voyage d’Hector ou La Recherche du Bonheur
Karya François Lelord
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian
Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Oleh:
VIKA PRATIWI
F311 13 005
DEPARTEMEN SASTRA PRANCIS
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
ii
SKRIPSI
PERSEPSI TENTANG KEBAHAGIAAN DALAM NOVEL
LE VOYAGE D’HECTOR OU LA RECHERCHE DU BONHEUR
KARYA FRANÇOIS LELORD
Disusun dan diajukan oleh:
VIKA PRATIWI
F311 13 005
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Skripsi
Pada tanggal 14 November 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
iii
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
Pada hari selasa 14 November 2017, Panitia Ujian Skripsi menerima dengan baik
skripsi yang berjudul PERSEPSI TENTANG KEBAHAGIAAN DALAM
NOVEL "LE VOYAGE D’HECTOR OU LA RECHERCHE DU BONHEUR"
KARYA FRANÇOIS LELORD, yang diajukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Departemen
Sastra Prancis, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.
Makassar, 14 November 2017
Panitia Ujian Skripsi:
1. Drs. Hasbullah, M.Hum. Ketua
2. Dra. Irianty Bandu, M. M. Sekretaris
3. Dr. Ade Yolanda Latjuba, M.A. Penguji I
4. Masdiana, S.S., M.Hum. Penguji II
5. Dr. Prasuri Kuswarini, M.A. Pembimbing I
6. Drs. Hasbullah, M.Hum. Pembimbing II
iv
KATA PENGANTAR
AlhamdulillahiRabbilAlamin. Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan
kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Tentang
Kebahagiaan dalam Le Voyage d’Hector ou La Recherche du Bonheur” karya
François Lelord sebagai salah satu syarat kelulusan dalam jenjang perkuliahan
Strata I pada program studi kesusastraan, Departemen Satra Prancis, Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin.
Berkat usaha dan doa serta bantuan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung, akhirnya skripsi ini mampu terselesaikan
sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Lelaki terhebat bapak Rais dan wanita terhebat ibu ST Nurhaeni. Orang
tua yang tak pernah bosan memberi dukungan, doa serta kasih sayang
yang luar biasa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Semoga pretasi kecil ini mampu membuat kalian bangga.
2. Dr. Prasuri Kuswarini.,MA selaku pembimbing I dan Drs. Hasbullah.,
M.Hum selaku pembimbing II, terima kasih yang sebesar-besarnya atas
segala kesabaran dan arahannya dalam membimbing penulis sehingga
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
v
3. Terima kasih kepada seluruh dosen Jurusan Sastra Prancis atas ilmu yang
telah dibagikan kepada penulis, dan staf jurusan (Bu Uga, dan K’Kama)
yang selalu bersedia direpotkan.
4. Kepada adikku satu-satunya Diva Savitri terima kasih untuk selalu
mendukung dan mendoakan.
5. Kepada tante (Hasria) dan om (Arfin) terima kasih atas perhatian juga
kasih sayang yang kalian berikan selama empat tahun lebih, selama
penulis berada jauh dari kedua orang tua.
6. Terima kasih kepada sepupu-sepupuku Nuni, Desi, Syawal dan Meyla
yang selalu menghibur.
7. Terima kasih kepada dia yang tercinta, yang selalu bersedia menjadi
tempat menumpahkan segala keluh kesah, dan tak pernah lelah memberi
arahan dan motivasi (Ahmad Fadhil) selama proses penulisan skripsi ini.
8. Untuk teman seperjuanganku MONTESQIEU 13, Restu, Pebi, Lulu,
Nanda, Pipo, Iting, David, Cece, Fina, Ratna, Sofi, Rial, Reza, Dian dan
Bayu. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini. I LOVE YOU ALL
!!!
9. Untuk kakak-kakak senior HIMPRA serta adik-adik angkatan 2014,
2015, 2016, terima kasih untuk bantuannya selama masa kuliah.
10. Seluruh pihak yang telah memberikan kontribusinya namun tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
vi
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu berbagai saran dan kritik membangun senantiasa diharapkan di masa datang.
Akhir kata semoga skripsi ini memberi manfaat bagi kita semua, terlebih bagi
penulis sendiri.
Makassar, 20 November 2017
Penulis
Vika Pratiwi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
ABSTRAK ..................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 5
C. Batasan Masalah .................................................................................. 5
D. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
E. Tujuan Penulisan ................................................................................. 6
F. Metodologi Penilitian .......................................................................... 6
G. Prosedur Kerja ..................................................................................... 8
H. Komposisi Bab .................................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA .................... 9
A. Landasan Teori .................................................................................... 9
1. Teori Tokoh dan Penokohan ........................................................ 10
2. Teori Sudut Pandang .................................................................... 11
3. Fokalisasi ...................................................................................... 13
B. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 15
1. Tentang Pengarang: François Lelord ........................................... 15
2. Pendapat Pembaca ........................................................................ 16
3. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................... 19
viii
BAB III ANALISIS ....................................................................................... 21
A. Analisis Tokoh dan Persepsinya Mengenai Kebahagiaan .................. 22
1. Gambaran Tokoh Hector .............................................................. 22
2. Gambaran Tokoh Charles ............................................................. 26
3. Gambaran Tokoh Édouard ........................................................... 30
4. Gambaran Tokoh Ying Li ............................................................ 33
5. Gambaran Tokoh Biksu Tua ........................................................ 36
6. Gambaran Tokoh Marie-Louise ................................................... 38
7. Gambaran Tokoh Jean-Michel ..................................................... 41
8. Gambaran Tokoh Eduardo ........................................................... 44
9. Gambaran Tokoh Djamila ............................................................ 47
10. Gambaran Tokoh Agnès ............................................................... 51
11. Gambaran Tokoh Professor .......................................................... 55
B. Kesimpulan Tokoh Hector mengenai Kebahagiaan ............................ 58
1. Kelompok Kebahagiaan Pertama ................................................. 58
a) Kebahagiaan adalah mensyukuri nikmat Tuhan ................... 59
b) Kebahagiaan adalah berkumpul besama orang-orang yang
kita cintai ............................................................................... 62
2. Kelompok Kebahagiaan Kedua .................................................... 63
a) Kebahagiaan adalah memiliki dan melakukan hal yang
disenangi ............................................................................... 64
b) Kebahagiaan adalah masa depan yang baik dan mapan......... 65
3. Kelompok Kebahagiaan Ketiga ................................................... 66
a) Kebahagiaan adalah hidup apa adanya ................................. 67
b) Kebahagiaan adalah hal yang tak terduga ............................. 69
c) Kebahagiaan adalah hidup dengan damai dan tentram ......... 71
4. Kelompok Kebahagiaan Keempat ................................................ 72
a) Kebahagiaan bukanlah suatu tujuan hidup ............................ 73
5. Kelompok Kebahagiaan Kelima .................................................. 74
a) Kebahagiaan adalah membahagiakan keluarga dan orang lain 75
ix
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 85
LAMPIRAN ................................................................................................... 87
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Sinopsis novel Le Voyage d’Hector ou La Recherche du
Bonheur Karya François Lelord
xi
ABSTRAK
Judul penelitian ini adalah Persepsi Tentang Kebahagiaan dalam novel
Le Voyage d’Hector ou La Recherche du Bonheur karya François Lelord, yang
berceritakan tentang seorang psikiater yang merasa tidak terlalu puas dengan
dirinya sendiri. Karena itu, dia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke
seluruh penjuru dunia untuk berusaha memahami apa yang membuat orang
merasa bahagia atau tidak. Penelitian ini bertujuan menjelaskan persepsi tentang
kebahagiaan dari tiap-tiap tokoh yang ditemui Hector dan kesimpulan tokoh Hetor
mengenai makna kebahagiaan.
Teori yang digunakan ialah teori tokoh penokohan, sudut pandang dan
fokalisasi. Kesimpulan penelitian ini memperlihatkan bahwa tokoh Hector
membagi kebahagiaan dalam lima kelompok; pertama, kebahagiaan meluap-luap,
kedua, kebahagiaan melakukan hal yang disenangi hingga mencapai hal yang
diinginkan, Ketiga, kebahagiaan hidup apa adanya dan damai. Keempat,
kebahagiaan yang tenang, kelima, kebahagiaan yang didapatkan dari orang lain.
Kata kunci: persepsi, kebahagiaan, penokohan, sudut pandang, fokalisasi.
xii
RÉSUMÉ DE MÉMOIRE
Le titre de cette étude est La Perception du Bonheur dans Le Voyage
d'Hector ou La Recherche du Bonheur par François Lelord, qui raconte l'histoire
d'un psychiatre qui se sent moins satisfait de lui-même. Donc, il a décidé de
voyager autour du monde pour mieux comprendre ce qui rend les gens heureux ou
malheureux. Cette étude vise à expliquer la perception du bonheur de chaque
personnage qu'Hector rencontre et la conclusion d’Hector sur le sens du bonheur.
Les théories utilisées sont la théorie des caractérisations, du point de vue et
de la focalisation. Les conclusions de cette étude montrent que Hector divise
le bonheur en cinq groupes; d'abord, le bonheur temporaire transitoire.
Deuxièmement, le bonheur en faisant la faveur et atteint le but. Troisièmement, le
bonheur de vivre comme il est et en paix. Quatrièmement, le bonheur tranquille.
Cinquièmement, le bonheur des autres.
Mots-clés: perception, bonheur, caractérisation, point de vue, focalisation.
xiii
ABSTRACT
The title of this study is Happiness Perception in Le Voyage d'Hector ou
La Recherche du Bonheur by François Lelord, which tells the story of a
psychiatrist who feels less satisfied with himself. Therefore, he decided to travel
all over the world to have a better understanding on what makes people feel either
happy or unhappy. This study aims to explain the happiness perception from each
character that Hector met and Hector’s conclusion about the meaning of
happiness.
The Theories used are the theory of characterizations, point of view and
focalization. The conclusions of this study show that Hector divided the happiness
into five groups; first, the temporary superstition happiness. Second, happiness in
doing the favor and achieves the goal. Third, the happiness of living as it is and
peacefully. Fourth, quiet happiness. Fifth, the happiness gained from others.
Key Words: perception, happiness, characterization, point of view, focalization.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebahagiaan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai
dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau
kegembiraan yang intens. Sehingga, kebahagiaan adalah suatu keadaan yang
berlangsung, bukanlah suatu perasaan atau emosi yang berlalu. Secara etimologis
kebahagian berasal dari kata sansekerta, yaitu “bhagya” yang berarti jatah yang
menyenangkan. Bahagia juga diartikan dengan keberuntungan. Dengan demikian,
kebahagiaan berarti suatu kondisi sejahtera, yang ditandai dengan keadaan yang
relatif tetap, dibarengi keadaan emosi yang secara umum gembira, mulai dari
sekedar rasa suka sampai dengan kegembiraan alamiah untuk melanjutkan
keadaan ini. Dalam perspektif ini bahagia pada dasarnya adalah berkaitan dengan
kondisi kejiwaan manusia (https://id.wikipedia.org/wiki/Kebahagiaan).
Menurut Aristoteles (Bertens, 1999:108), kebahagiaan itu dapat dibagi
menjadi lima bagian, yaitu: Pertama, kebahagiaan yang terdapat pada kondisi
sehat badan dan kelembutan indrawi. Kedua, kebahagiaan karena mempunyai
sahabat. Ketiga, kebahagiaan karena mempunyai nama baik dan termasyhur.
Keempat, kebahagiaan karena sukses dalam berbagai hal. Kelima, kebahagiaan
karena mempunyai pola pikir yang benar dan punya keyakinan yang mantap.
Dengan tercapainya kelima hal ini, menurut Aristoteles barulah manusia akan
mencapai bahagia yang sempurna.
2
Sedangkan bagi filsuf sebelum Aristoteles, seperti Phytagoras, Sokrates
dan Plato (Bertens, 1999), kebahagiaan hanya bisa dicapai di dalam jiwa saja.
Oleh karenanya, ketika mengklasifikasikan bahagia mereka hanya membatasi
pada fakultas-fakultas jiwa saja; seperti kearifan, keberanian, kesederhanaan dan
keadilan. Kebahagiaan hanya akan berkurang jika manusia mempunyai pikiran
yang lemah. Dengan demikian, kemiskinan, nama baik, wibawa ataupun
kekurangan lain diluar badan tidak akan merusak nilai kebahagiaan.
Dari hasil penelitian para ahli yang di tulis dalam artikel majalah The New
Scientist edisi lawas 4 Oktober 2003, ditemukan bahwa di masyarakat berlatar
budaya barat kebahagiaan biasanya datang dari sukses pribadi, ekspresi pribadi,
kebanggaan diri dan penghargaan diri yang tinggi. Sebaliknya di negara-negara
Asia kebahagiaan datang dari pemenuhan harapan keluarga dan masyarakat, dari
pemenuhan kewajiban sosial, disiplin diri, kerja sama dan persahabatan. Sehingga
bisa dikatakan bahwa di masyarakat barat orang mencapai kebahagiaan dengan
mengejar kebahagiaan diri, sedangkan di budaya timur orang mencapai
kebahagiaan dengan mengekang diri (https://www.newscientist.com/article/
mg18024155-100-the-pursuit-of-happiness/).
Namun hingga kini kebahagiaan masih belum dapat di definisikan secara
pasti dan juga belum dapat diukur, karena setiap orang mengartikan dan
mengukur kebahagiaan dengan pengalaman yang berbeda-beda. Sebagai contoh,
pengalaman pribadi penulis yakni bahagia adalah bila kita dapat berkumpul
bersama keluarga besar di rumah nenek. Hal ini terasa sangat membahagiakan
3
karena momen berkumpul bersama keluarga besar tidak sering dilaksanakan
melainkan hanya dapat terjadi sekali setahun pada perayaan Idul Fitri.
Lain halnya yang terjadi pada tokoh “Hector” dalam novel Le Voyage
d’Hector ou La Recherche du Bonheur (François Lelord, 2015). Di dalam Novel
tersebut diceritakan tentang tokoh “Hector” seorang psikiater muda, yang merasa
tidak terlalu puas dengan dirinya sendiri. Karena itu, dia memutuskan untuk
melakukan perjalanan ke seluruh penjuru dunia. Kemana pun dia pergi, dia
berusaha memahami apa yang membuat orang merasa bahagia atau tidak bahagia.
Hector berpetualang dari Paris ke Cina, kemudian ke Afrika, hingga ke Amerika
Serikat, dan di sepanjang perjalanan, dia mencatat hasil observasi mengenai arti
kebahagiaan bagi setiap orang. Hasil perjalanan tersebut, memberikan pencerahan
kepada Hector bahwa tiap orang memiliki sudut pandang berbeda mengenai
kebahagiaan.
Berdasarkan pemaparan diatas, terlihat bahwa semua tokoh yang pernah
dia jumpai mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda mengenai kebahagiaan.
Dalam dunia fiksi, aspek sudut pandang menjadi salah satu unsur yang paling
penting dan menentukan (Nurgiyantoro, 2007:250). Tidak dapat di pungkiri
bahwa tidak ada cerita tanpa sudut pandang. Dibutuhkan sebuah perspektif naratif
untuk digunakan dalam menyajikan sebuah cerita. Goldenstein menggaris bawahi
peran aspek sudut pandang dengan mengatakan bahwa “peristiwa imajiner tidak
dapat menceritakan dirinya sendiri. Seorang pengarang harus memutuskan
memilih sudut pandang tertentu. Ia harus mengambil sikap naratif, antara
4
mengemukakan cerita yang dikisahkan oleh seorang tokoh atau oleh seorang
narator di luar cerita itu sendiri (Genette, 1981:244).
Lebih lanjut mengenai sudut pandang, Genette dalam Lanser mengatakan
bahwa:
“As many critis have not between voice (“who speaks”) and vision
(“who sees”). The concept of voice encompasses distinctions about
the narrator’s relation of the story, the time of narration, and
narrative level”.
Genette membedakan antara (voice) siapa yang berbicara dan (vision)
siapa yang melihat. Konsep (voice) meliputi perbedaan tentang hubungan narator
cerita, waktu penceritaan, dan tingkat penceritaan (LANSER, 1981:31).
Sedangkan menurut Todorov, sudut pandang adalah ciri khas dalam memandang
suatu cerita. Dua sudut pandang yang berbeda membuat suatu peristiwa yang
berbeda pula. Semua aspek yang menyajikan sebuah objek ditentukan oleh sudut
pandang (1985:311).
Dari beberapa penjelasan para ahli di atas dan cerita dalam novel Le
Voyage d’Hector ou La Recherche du Bonheur diketahui bahwa sudut pandang
setiap tokoh adalah suatu hal yang penting dalam penyampaian sebuah cerita,
karena tidak ada cerita tanpa sudut pandang. Maka dari pemaparan di atas penulis
terinspirasi untuk membuat karya Ilmiah dalam format skripsi mengenai
“Persepsi Tentang Kebahagiaan dalam novel Le Voyage d’Hector ou La
Recherché du Bonheur” karya François Lelord.
5
B. Identifikasi Masalah
Setelah membaca novel Le Voyage d’Hector ou La Recherche du Bonheur
karya François Lelord ditemukan beberapa masalah. Masalah-masalah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Tokoh Hector yang merasa tidak puas dengan dirinya sendiri.
2. Latar budaya yang ditampilkan dalam Le Voyage d’Hector ou la
recherche du bonheur.
3. Persepsi tentang kebahagiaan dalam Le Voyage d’Hector ou la
recherche du bonheur.
C. Batasan Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah-masalah dari Le Voyage d’Hector ou La
Recherche du Bonheur karya François Lelord, penulis memberikan batasan
masalah yang akan diteliti lebih lanjut yakni: Persepsi Tentang kebahagiaan
dalam novel Le Voyage d’Hector ou La Recherche du Bonheur karya François
Lelord.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran tokoh ditampilkan dalam karya ini ?
2. Bagaimana konsep kebahagiaan menurut sudut pandang tiap-tiap
tokoh yang ditemui Hector ?
3. Bagaimana pendapat tokoh Hector mengenai kebahagiaan setelah ia
bertemu berbagai tokoh dengan pandangan yang berbeda tentang
kebahagiaan?
6
E. Tujuan Penulisan
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai adalah:
1. Mengidentifikasi identitas tiap-tiap tokoh beserta peran dan
kedudukan mereka.
2. Menjelaskan sudut pandang tiap-tiap tokoh mengenai konsep
kebahagiaan.
3. Menganalisis pendapat/pandangan tokoh Hector dalam perjalanannya
mencari makna kebahagiaan.
F. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif deskriptif artinya data yang di analisis dan hasil analisisnya berbentuk
deskripsi yang penerapannya bersifat menuturkan, memaparkan, menganalisis dan
menafsirkan. Metode kerja menjelaskan tentang langkah-langkah yang akan
diambil dalam melakukan analisis terhadap masalah yang telah ditentukan dalam
penulisan. Untuk membantu di dalam mengembangkan tulisan ini, maka
dilakukan pengumpulan data sebagai berikut:
a. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data digunakan metode penelitian pustaka,
yaitu mengumpulkan data-data berupa:
1. Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari novel Le
Voyage d’Hector ou La Recherche du Bonheur karya François
Lelord, yang berhubungan dengan konsep kebahagiaa, dalam
7
pernyataan-pernyataan para tokoh dan narator diterbitkan pada
tahun 2002, membaca novel secara teliti, mencatat hal-hal penting
yang sehubungan dengan tema penelitian.
2. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pembelajaran
dengan mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan tema
penelitian dan juga dari buku-buku antara lain: Pengantar Filsafat,
Teori-teori Kebahagiaan, Teori Pengkajian Fiksi dan segala
referensi yang dianggap relevan dan dapat mendukung penelitiaan
ini, berupa teori kebahagiaan, artikel-artikel dari situs-situs
internet dan biografi serta karir François Lelord.
b. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data diperlukan teknik analisis data yang
digunakan melalui pendekatan instrinsik dan ekstrinsik dari karya
tersebut.
1. Pendekatan instrinsik adala salah satu pendekatan dalam
menganalisis karya sastra atas unsur-unsur yang membangun
karya sastra itu sendiri. Dalam hal ini penulis mencoba
memahami dan mengkaji tokoh-tokoh dalam novel Le Voyage
d’Hector ou La Recherche du Bonheur.
2. Pendekatan ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya
sastra dari luar, dengan menggunakan teori-teori yang berkaitan
dengan masalah yang akan dijelaskan. Adapun teori yang
digunakan dalam penelitiaan ini adalah teori kebahagiaan.
8
G. Prosedur Kerja
1. Membaca secara teliti untuk menemukan data-data yang
dibutuhkan.
2. Mengidentifikasi masalah yang ada dan mengklasifikasikan data
yang berkaitan dengan rumusan masalah yang akan diteliti.
3. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan objek yang akan
dikaji.
4. Menganalisis masing-masing masalah yang dirumuskan dan
menguraikannya secara deskriptif.
5. Membuat kesimpulan dari semua masalah yang telah diuraikan.
H. Komposisi Bab
Pada penelitian ini akan diberikan penjelasan mengenai penulisan ini,
dengan susunan kerangka sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan terdiri atas Latar Belakang, Identifikasi
Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, Metodologi Penulisan, Prosedur Kerja, dan
Komposisi Bab.
Bab II : Mencakup Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka, yang
berisikan penjabaran teori yang digunakan.
Bab III : Analisis yang memuat seluruh tahapan yang dikemukakan
pada Bab I dan Bab II.
Bab IV : Kesimpulan dari seluruh pembahasan yang berisikan
kesimpulan penulis berdasarkan analisisnya.
9
BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Dalam sebuah analisis diperlukan teori yang disesuaikan dengan fakta atau
data sebagai dasar dari suatu penelitian agar penelitian jelas dan terarah.
Penelitian ini berlandaskan metode stuktural, suatu pendekatan analisis sastra
yang telah sering digunakan. Metode ini juga disebut dengan pendekatan objektif
(Teew, 1983:84) atau pendekatan analitik yang objek kajiannya hanya meliputi
unsur intrinsik karya sastra seperti plot, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang
dan menjadikan teks sastra sebagai yang otonom. Hal-hal yang bersifat ekstrinsik
seperti pembaca, penulis, atau lingkungan sosial budaya harus tersampingkan
karena tidak punya kaitan langsung dengan stuktural karya tersebut.
Salah satu ahli kesusatraan yang merupakan tokoh Stukturalis adalah
Todorov, mencetuskan pandangannya mengenai teks sastra. Todorov dalam buku
Tata Sastra, mengatakan bahwa telaah teks sastra meliputi:
1) Aspek semantik: hubungan sintagmatik dan paradigmatik
2) Aspek verbal: modus, kala, sudut pandang, penuturan, dan
3) Aspek sintaksis: strukturalis teks, sintaksis naratif, kekhususan dan
relasi (Todorov, 1985:23).
Aspek Verbal yang dipaparkan oleh Todorov meliputi beberapa bagian
salah satunya adalah sudut pandang yang akan menjadi objek kajian. Dalam
analisis sudut pandang pada penelitian ini akan digunakan teori dari berbagai ahli
10
kesusatraan mengenai sudut pandang beserta tipenya masing-masing dan akan
dilengkapi dengan teori tokoh dan penokohan.
1. Teori Tokoh dan Penokohan
Dalam membicarakan sebuah karya fiksi, sering digunakan istilah-istilah
seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan atau karakter dan
karakteristik secara berrgantian dengan merujuk pengertian yang hampir sama.
Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (2000: 265), tokoh cerita adalah
orang orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Tokoh adalah figur yang dikenai dan sekaligus mengenai tindakan
psikologis. Dia adalah “eksekutor” dalam karya. Jutaan rasa akan hadir lewat
tokoh karena aspek psikologis ini tak terbatas (Suwardi, 2008; 179).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah
orang atau pelaku yang ditampilkan dalam sebuah cerita atau karya sastra yang
memiliki peranan yang sangat penting karena tanpa adanya tokoh dalam suatu
cerita fiksi bisa dikatakan cerita tersebut tidak akan menjadi sebuah cerita yang
diminati oleh orang-orang dan tidak akan menarik untuk dibaca.
Setiap tokoh memiliki wataknya sendiri-sendiri. Tokoh ini berpribadi,
berwatak, dan memiliki sifat-sifat khas. Sama halnya dengan manusia yang ada
dalam dunia nyata, yang bersifat tiga dimensi, maka tokoh juga memiliki dimensi
yang sama yaitu dimensi fisiologi, sosiologi dan psikologi (Wiyatami, 2006:30).
11
Dimensi fisiologis berhubungan dengan ciri-ciri badan, misalnya usia,
jenis kelamin, keadaan tubuhnya, ciri-ciri wajah, dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan fisik. Dimensi sosiologis meliputi ciri-ciri kehidupan
masyarakat, misalnya status sosial, pekerjaan, jabatan atau peranan dalam
masyarakat, tingkat pendidikan, agama, aktivitas sosial, dan keturunan. Dimensi
psikologis adalah latar belakang kejiwaan, misalnya mentalitas sikap, ukuran
moral, keinginan, perasaan pribadi, pandangan hidup dan tingkat kecerdasan.
2. Teori Sudut Pandang
Sudut pandang atau Point de vue, merujuk pada sesuatu yang diceritakan.
Ia merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana
untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan peristiwa yang membentuk cerita
dalam sebuah karya fiksi (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007 : 250).
Sudut pandang menurut Todorov adalah dari mana kita mengamati objek,
dan kualitas pengamatan itu bisa benar atau salah, sebagian atau menyeluruh”
(1985:25-26). Dan untuk objek pengamatan itu sendiri, Pouillon dan Todorov
membedakan ke dalam tiga kategori : vision from behind, vision with, dan vision
from without, yang masing-masing menyaran pada pengertian narrator lebih tahu
dari pada tokoh, narrator sama tahu dengan tokoh, dan narrator kurang tahu dari
tokoh, (Nurgiyantoro,2007:249).
Sedangkan menurut Schmmit dan Viala dalam bukunya Savoir Lire
dikatakan bahwa sudut pandang adalah pandangan-pandang yang dijadikan sarana
12
untuk menceritakan peristiwa-peristiwa di dalam cerita” (1982:55). Selain
menjabarkan definisi dari sudut pandang, Viala dan Schmmit juga menjelaskan
mengenai beberapa teknik sudut pandang dalam panyajian cerita.
Berikut adalah penjabaran mengenai beberapa teknik penyampaian sudut
pandang yang dipaparkan oleh Schmmit dan Viala.
1. Le mode de visión externe (teknik sudut pandang dari luar)
Sudut pandang ini termasuk ke dalam jenis sudut pandang terbatas
narrator non-tokoh. Cerita disajikan dari sudut pandang seorang
pengamat peristiwa di luar tokoh yang terdapat dalam cerita.
2. Le mode de visión interne (teknik sudut pandang dari dalam)
Cerita disampaikan dari sudut pandang tokoh dalam cerita, baik melalui
subjek orang pertama maupun orang ketiga.
3. Le mode de visión par en-dessus (teknik sudut pandang mahatahu)
Cerita disampaikan melalui sudut pandang seorang narator yang
mengetahui segala tindakan, pikiran, dan perasaan para tokoh sehingga
dapat menceritakan berbagai tindakan dalam waktu dan tempat yang
berbeda dengan bebas.
4. Les modes de visión mêlés (teknik sudut pandang campuran)
Teknik ini merupakan teknik sudut pandang yang menggabungkan
teknik le mode de visión interne, dan le mode de visión par en dessus.
13
3. Fokalisasi
Istilah fokalisasi dipinjam dari pengertian focus of narration, yang ditahun
1934 diperkenalkan oleh ahli ilmu sastra Brooks and Warren dan di tahun 1972
diambil alih oleh Genette untuk menunjukkan dari titik pandang siapa, dari visi
siapa cerita atau bagian cerita diceritakan.
Genette pertama-tama membuat perbedaan antara siapa yang berbicara dan
siapa yang melihat, atau antara pencerita dan fokalisator dari suatu cerita.
Meskipun kedua fungsi ini bisa bersama-sama – yaitu ketika pencerita
menceritakan segalanya dari sudut pandangnya sendiri – sering juga terjadi bahwa
pencerita menyampaikan visi dari seorang atau lebih tokoh.
Berdasarkan pengertian fokalisasi, Genette membedakan 3 tipe cerita,
yang sebelumnya memiliki kesamaan dengan situasi bercerita Stanzel (auctorial,
personal dan netral), yaitu:
1. Cerita yang difokalisasi, dimana pencerita sendiri yang mengendalikan
cerita.
2. Cerita yang difokalisasi secara intern, dimana pencerita mengikuti visi
dari seorang atau lebih tokoh.
3. Cerita yang difokalisasi secara ektern, dimana hanya “bagian luar” atau
wajah luar yang nampak dari tokoh yang digambarkan.
Mieke Bal, yang setelah Genette menggarap dan menetapkan pengertian
fokalisasi lebih jauh, menunjukkan pandangan yang tidak seimbang terhadap
pembagian ini. Tipe 1 dan 2 dikarakterisasi berdasarkan subyek yang
memfokalisasi (siapa yang melihat), sementara tipe 3 dikarakterisasi berdasarkan
14
objek yang difokalisasi (siapa atau apa yang dilihat). Utuk penggambaran yang
memadai dari suatu cerita perlu dipertimbangkan baik subyek fokalisasi maupun
objek fokalisasi, juga karena objek fokalisasi amat tergantung pada subyek
fokalisasi; apa yang dapat difokalisasi dalam suatu cerita tergantung pada siapa
yang memfokalisasi.
Ketika fokalisasi misalnya berada ditangan pencerita ekstern, maka obyek
fokalisasi tidak terbatas, karena pencerita/ fokalisator demikian pada prinsipnya
maha tahu dan ada dimana-mana. Sebaliknya bila fokalisasi berada pada seorang
personage dalam dunia yang diceritakan, maka obyek fokalisasi terbatas pada
pandangan dan pengetahuannya. Dan bila pada akhirnya dunia yang diceritakan
seolah-olah dijelaskan oleh mata dari suatu kamera, jadi sebenarnya tidak ada
fokalisator dalam pengertian dari visi subyektif seorang personage maupun
seorang pencerita, maka obyek fokalisasi terbatas pada apa yang mata kamera bisa
tangkap, yakni sisi luar yang nampak dari dunia itu. Perasaan dan pemikiran yang
ada pada personage merupakan obyek fokalisasi penting, tipe ketiga ini
merupakan fokalisator netral.
Teknik-teknik penyampaian sudut pandang yang telah dijabarkan di atas
secara tidak langsung mengarah pada penjelasan bahwa sudut pandang memiliki
banyak macam dilihat darimana si juru bicara atas narrator itu berada, seperti yang
diungkapkan oleh Friedman. Friedman (dalam Nurgiyantoro,2007:256)
menjelaskan bahwa sudut pandang memiliki banyak macamnya tergantung dari
sudut pandang mana ia dipandang dan seberapa rinci ia dibedakan.
15
Demikianlah pemaparan mengenai tipe-tipe sudut pandang yang sering
dipakai pada penceritaan teks-teks naratif. Sering dijumpai dalam suatu roman
penyajian ceritanya memakai sudut pandang yang konsisten hingga akhir cerita.
Namun terkadang penceritaan dalam sebuah roman memakai beberapa sudut
pandang dalam menyampaikan penceritaannya, dan hal-hal tersebut dapat
ditemukan dalam analisis pada novel Le Voyage d’Hector ou La Recherche du
Bonheur.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tentang pengarang : François Lelord
François Lelord, merupakan seorang psikiater dan penulis yang lahir di
Paris, Prancis pada tanggal 2 Juni 1953. Ia memiliki karir yang cemerlang sebagai
seorang psikiater di Prancis dan Amerika Serikat, tempat dia menyelesaikan gelar
pasca doctoral (di UCLA). Dia adalah penulis pendamping sejumlah buku self-
help laris dan pernah menjadi konsultan pada perusahaan-perusahaan yang ingin
mengurangi tingkat stress karyawan mereka. Ketika sedang bepergian ke
Hongkong dengan menyimpan pertanyaan mengenai kehidupan pribadi dan
karirnya, karakter Hector tiba-tiba muncul dibenaknya. Dia kemudian menuliskan
kisah Hector dan pencarian kebahagiaan tanpa mengetahui dengan pasti buku
seperti apa yang sedang ditulisnya. Sukses besar yang diraup oleh Hector, pertama
di Prancis, kemudian di Jerman dan Negara-negara lain, mendorongnya
meluangkan waktu lebih banyak lagi untuk menulis dan bepergian. Dia sedang
berada di Vietnam ketika epidemik penyakit SARS berada dititik puncaknya. Di
16
sana dia menjalankan praktik ilmu psikiatri untuk sebuah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) Prancis yang semua keuntunganya disalurkan untuk biaya
tindakan operasi jantung bagi anak-anak Vietnam yang kurang mampu. Saat
berada di Vietnam itulah dia bertemu dengan calon istrinya, Phuong; sekarang
mereka tinggal di Thailand.
François Lelord telah menulis empat buku lainnya mengenai 4 kisah
perjalanan Hector: Hector et les secrets de l’amour (2005), Hector et le temps
(2006), Petit Hector apprend la vie (2010), dan Hector veut changer de vie
(2014).
2. Pendapat Pembaca
Berikut ini dipaparkan beberapa review pendapat dari pembaca novel Le
Voyage d’Hector ou La Recherche du Bonheur yang dikutip dari situs
http://www.babelio.com/livres/Lelord-Le-voyage-dHector-ou-la-recherche-du-
bonheur/6313.
a) Ladyoga
Un roman qui donne le sourire tout au long de sa lecture, un moment de
bonheur bienvenu pour faire oublier l'hiver! Oh c'est fini me suis-je
exclamée à la dernière page, presque déçue de ne pas rester plus longtemps
en compagnie de cet Hector.
Conte philosophique raconté sous une forme quasi enfantine (un peu
lassante à mi-parcours j'avoue), mais tellement de vérités transmises par ce
biais.
Sebuah Novel yang membawa senyuman di sepanjang waktu membacanya,
rasa bahagia yang datang membuat lupa akan datangnya musim dingin!
“Yahh tamat..” aku berkata pada diriku sendiri saat membaca lembaran
terakhirnya, sedikit kecewa tidak dapat lagi menghabiskan waktu lebih lama
bersama Hector.
17
Kisah filosofis yang disampaikan dengan cara kekanakan (kuakui sedikit
membosankan dibagian tengahnya), tapi sangat banyak kebenaran yang
disampaikan dengan cara ini.
b) NATB
Deuxième lecture de ce livre que j'avais lu il y a déjà 10 ans. Un livre très
agréable à lire,une écriture fluide, un langage simple, accessible à
tous.L'histoire du voyage autour du monde d'un psychiatre qui essaye de
trouver des réponses à la question : qu'est-ce que le bonheur ?
Les réponses sont déclinées en 23 leçons, simple retour vers l'essentiel.Un
livre qui fait du bien.
Kedua kalinya membaca buku ini sejak 10 tahun yang lalu. Sebuah buku
yang sangat baik untuk dibaca, penulisan yang cair, bahasa yang mudah
dipahami, dapat diaksws oleh semua. Kisah tentang perjalanan keliling
dunia oleh seorang Psikiater yang mencoba menemukan jawaban dari
pertanyaan: apakah kebahagiaan itu ?
Jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut dibagi dalam 23 ajaran/nasihat.
Cara kembali yang baik kedasar-dasar kehidupan. Sebuah buku yang baik.
c) Tuclasakoi
Livre initiatique et philosophique, écrit comme une histoire, un conte. le ton
est parfois enfantin, ce qui rend le propos limpide.
Ce propos est la recherche du sens du bonheur à travers un voyage en Asie,
en Afrique, en Amérique, voyage effectué par un psychiatre qui traverse une
crise dans sa vie professionnelle et sentimentale. Il est le narrateur et sur ce
ton simpliste, il nous emmène dans une réflexion de plus en plus profonde et
passionnante sur le bonheur.
A lire absolument!
Buku yang inisiatoris dan filosofis, ditulis seperti cerita, dongeng. Gaya
penceritaannya terkadang kekanak-kanakkan, yang membuat pernyataannya
jelas.
Ini adalah sebuah kisah tentang perjalanan mencari makna kebahagiaan
melalui perjalanan ke Asia, Afrika, dan Amerika, perjalanan yang dilakukan
oleh seorang psikiater yang melewati sebuah krisis dalam kehidupan
professional dan asmaranya. Dia adalah narrator (pencerita) dengan gayanya
yang sederhana. Dia membawa kita ke dalam refleksi mendalam mengenai
kebahagiaan.
Sangat dianjurkan untuk dibaca!
18
d) Scrambledspirit
Pourquoi des gens qui ont tout pour être heureux ne le sont pas ? c'est la
question que se pose notre brave Hector, un psychiatre qui décide de savoir,
de comprendre ce qui rend les gens heureux. Un petit conte pour adulte,
c'est vraiment ça! le narrateur vous prends par la main pour vous raconter
son voyage. Hector un personnage touchant et drôle qui aime son métier et
écoute vraiment ses patients, mais aussi les gens qu'il rencontre.
Une jolie histoire qui vous fera mieux voir comment on peut trouver le
bonheur, d'où proviens le bonheur cette petite chose simple et parfois toute
bête qui nous aide à mieux vivre jour après jour.
Mengapa seseorang yang memiliki segalanya untuk bahagia justru merasa
tidak bahagia? Ini adalah pertanyaan yang disampaikan oleh Hector kita
yang pemberani, seorang psikiater yang memutuskan untuk mengetahui,
memahami apa yang membuat orang-orang bahagia. Sebuah dongeng
pendek untuk orang dewasa, itulah ! Sang narrator (pencerita) mengulurkan
tangannya untuk memberitahumu mengenai perjalanannya. Hector seorang
tokoh yang menyentuh dan lucu yang menyukai pekerjaannya dan
mendengarkan para pasiennya, dan juga orang-orang yang ditemuinya.
Sebuah kisah yang indah yang akan membuatmu melihat lebih baik
bagaimana seseorang dapat menemukan kebahagiaan, darimana datangnya
kebahagiaan yang membantu kita untuk hidup lebih baik dari hari ke hari.
e) HarperValley
Voilà un livre atypique écrit à la manière d'un conte, l'auteur parle ainsi à
l'enfant qui est en nous. Cela peut finir par être agaçant mais c'est tout le
talent de l'auteur, ces phrases pleines de naïveté dénoncent certains travers
de notre société, ça nous fait sourire, réfléchir et nous retournons avec
bonheur voyager avec Hector!
Ini adalah buku yang tidak biasa yang ditulis dengan gaya bahasa sebuah
dongeng. Pengarangnya berbicara kepada anak kecil yang berada dalam diri
kita. Ini bisa menjadi sangat mengganggu tapi inilah bakat dari penulis ini.
Kalimat-kalimat penuh kenaifan yang terkadang mengecam masyarakat kita,
hal inilah yang dapat membuat kita tersenyum, merenung dan kitapun
kembali dengan rasa bahagia untuk berpetualang bersama Hector!
19
Dari kutipan-kutipan pendapat pembaca di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa secara umum novel Le Voyage d’Hector ou la recherche du Bonheur
merupakan novel yang unik karena François Lelord menulis novel dengan gaya
penulisan yang tidak biasa, yang disampaikan dengan cara seperti mendongeng
dengan bahasa penulisan yang sederhana. Para pembaca sangat menikmati sensasi
membaca novel ini sampai mereka tersenyum dan merasa bahagia dan bahkan
tercerahkan untuk menjalani hidup yang lebih baik setelah membaca novel ini.
3. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang persepsi atau sudut pandang dalam sebuah karya sastra
sudah cukup sering dibuat. Khusus di Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin,
teori sudut pandang dari Todorov dan Viala yang dipakai penulis dalam penelitian
ini sudah banyak yang menggunakannya, dan teori fokalisasi oleh Mieke Bal dan
Genette. Beberapa penelitian yang menggunakan teori tersebut adalah sebagai
berikut:
Skripsi Hasbullah, angkatan 1993, jurusan sastra Barat Roman, judul
skripsi: Peralihan Sudut Pandang di dalam Roman Madame Bovary
karya Gustave Flaubert. Teori sudut pandang yang digunakan disini
untuk menjelaskan peralihan sudut pandang dari tipe terbatas ke tipe tak
terbatas dan dari tipe tidak terbatas ke tipe terbatas.