persepsi petani terhadap status dan prospek penggunaan senpv pada usahatani bawang merah

16

Click here to load reader

Upload: vicianti1482

Post on 27-Jul-2015

625 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Persepsi Petani Terhadap Status Dan Prospek Penggunaan SeNPV Pada Usahatani Bawang Merah

1

Jurnal Hortikultura, Tahun 2001, Volume 11, Nomor (1): 58-70

PERSEPSI PETANI TERHADAP STATUS DAN PROSPEK

PENGGUNAAN SeMNPV PADA USAHATANI BAWANG MERAH

Witono Adiyoga, Anna Laksanawati, Thomas Agoes Soetiarso dan Achmad Hidayat

Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Jl. Tangkuban Perahu No. 517, Lembang, Bandung-40391

ABSTRAK. Witono Adiyoga, Anna Laksanawati, Thomas Agoes Soetiarso dan Achmad Hidayat. 2000. Persepsi petani terhadap status dan prospek penggunaan SeMNPV pada usahatani bawang merah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji persepsi petani pengguna berkenaan dengan status dan prospek

penggunaan SeMNPV dalam mengendalikan ulat bawang. Survai dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2000 di

desa Dukuh Wringin, kecamatan Wanasari dan desa Sitanggal, kecamatan Larangan, Brebes, Jawa Tengah.

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara 30 orang responden yang dipilih secara acak sederhana. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa persepsi positif petani menyangkut atribut inovasi SeMNPV (keunggulan relatif,

kompatibilitas, kompleksitas, kemungkinan untuk dicoba dan kemungkinan untuk diamati) mengindikasikan

adanya potensi yang cukup tinggi berkenaan dengan kemungkinan adopsi SeMNPV. Difusi SeMNPV berjalan

menggunakan saluran komunikasi interpersonal, terutama melalui pendekatan kelompok (pelatihan atau

penyuluhan). Sebagian besar responden mempersepsi dukungan sistem sosial yang cukup tinggi terhadap

kelancaran arus informasi dan komunikasi pengembangan SeMNPV. Sementara itu, sebagian besar responden

memberikan tanggapan yang bersifat positif, berkenaan dengan metode, materi serta kegigihan petugas dalam

mempromosikan penggunaan SeMNPV untuk mengendalikan hama ulat bawang. Dalam kurun waktu 2-3 tahun

terakhir, sebagian besar responden memutuskan untuk menerima inovasi SeMNPV. Keputusan penolakan yang

berupa penolakan aktif dan pasif ternyata persentasenya relatif rendah (< 10%). Beberapa kendala

pengembangan menurut persepsi responden antara lain adalah: (a) proses pembuatan SeMNPV dirasakan petani

kurang praktis, (b) waktu aplikasi yang tidak fleksibel, yaitu pagi hari atau sore hari, dan (c) efektivitas agensia

hayati SeMNPV yang relatif rendah karena baru dapat membunuh ulat dalam waktu 2-4 hari. Prospek

pengembangan penggunaan SeMNPV sebenarnya cukup menjanjikan sebagaimana diindikasikan oleh masih

bertahannya petani menggunakan SeMNPV dalam 2-3 tahun terakhir. Kajian awal keberadaan SeMNPV di

lapangan memberikan gambaran bahwa prospek pengembangannya perlu didukung dengan upaya-upaya

perbaikan, terutama menyangkut kepraktisan pembuatan serta efektivitas SeMNPV.

Kata kunci: Persepsi; Atribut inovasi; SeMNPV; Difusi; Adopsi; Efektivitas.

ABSTRACT. Witono Adiyoga, Anna Laksanawati, Thomas Agoes Soetiarso dan Achmad Hidayat. 2000.

Farmers' perceptions on the status and prospect of SeMNPV-use in shallot cultivation The objective of this

study was to evaluate farmers' perceptions with regard to the status and prospect of SeMNPV in controlling shallot

worm. Survey was carried out in January-March 2000, in Dukuh Wringin, Wanasari sub-district and Sitanggal,

Larangan sub-district, Brebes, Central Java. Data were collected from interviews with 30 respondents, who were

selected randomly. Results suggest that positive perceptions from farmers with regard to the atributes of SeMNPV

innovation (relative advantage, compatibility, complexity, trialability, and observability) indicate a high potential

adoption of SeMNPV. Communication channel used for the diffusion of SeMNPV is mostly interpersonal

communication by using group approach (training or extension). Respondents mostly perceive that there is a

strong support from local social system to the information and communication flow of SeMNPV development. At

the same time, most respondents also perceive that the method, material and change agents' efforts in diffusing

SeMNPV are effective and appropriate. Since the last 2-3 years ago, most respondents decided to accept the

innovation of SeMNPV. Percentage of respondents who decides to reject SeMNPV, both active and passive

rejection, is relatively low (< 10%). Some constraints for the development of SeMNPV as perceived by

respondents are: (a) process for the making of SeMNPV is impractical, (b) time of application is inflexible -- early in

the morning or late in the afternoon, and (c) the effectiveness of SeMNPV is considered relatively low, because it

may just kill the shallot worm after 2-4 days. As indicated by most respondents who are still using SeMNPV since

the last 2-3 years ago, the prospect of wider adoption for SeMNPV is quite promising. Preliminary study on the

existence of SeMNPV at the farmers' level suggests that some improvements, especially in terms of its practicality

and effectiveness, are absolutely needed.

Key words: Perception; Attribute of innovation; SeMNPV; Diffusion; Adoption; Effectiveness.

Page 2: Persepsi Petani Terhadap Status Dan Prospek Penggunaan SeNPV Pada Usahatani Bawang Merah

2

Penggunaan pestisida kimiawi memang diakui dapat mengurangi kehilangan hasil,

namun sering pula mengakibatkan eksplosi serangan hama penyakit sebagai konsekuensi dari

musnahnya musuh alami serta munculnya resistensi hama dan hama-hama sekunder.

Penggunaan pestisida secara berlebih dan kurang selektif, tidak saja berbahaya terhadap

kesehatan manusia, tetapi juga terhadap kelestarian lingkungan (Farah, 1994). Khusus untuk

bawang merah, kehilangan hasil panen akibat serangan ulat bawang, Spodoptera exigua Hbn.

berkisar antara 45-57% (Dibiyantoro, 1990). Sampai saat ini, pengendalian hama penyakit

pada bawang merah masih sangat tergantung pada penggunaan pestisida. Pada musim

kemarau, rata-rata jumlah penyemprotan yang dilakukan petani adalah 17 kali/musim dengan

2,4 jenis bahan aktif per aplikasi. Sedangkan pada musim penghujan, rata-rata jumlah

penyemprotan adalah 15 kali/musim dengan 1,1 jenis bahan aktif per perlakuan. Sebagian

petani masih banyak yang lebih menyukai penggunaan pestisida murah berspektrum luas,

atau mencampur beberapa jenis insektisida dan fungisida sebagai salah satu strategi

pengendalian risiko kegagalan panen (Buurma & Nurmalinda, 1992).

Sementara itu, studi komparatif yang dilakukan oleh Oerke et.al. (1994) mengenai

kehilangan hasil secara global antara 1965 dan 1990 (untuk delapan komoditas utama dunia),

bahkan memberikan konfirmasi bahwa proporsi kehilangan hasil justru semakin meningkat

bersamaan dengan penggunaan pestisida yang juga meningkat secara cepat. Secara parsial,

paradoks ini merupakan pencerminan dari adanya peningkatan komersialisasi pertanian serta

ketergantungan terhadap material agrokimia yang telah mengarah pada perubahan sistem

usahatani dengan produktivitas lebih tinggi, tetapi sekaligus juga disertai dengan adanya

peningkatan kerentanan tanaman terhadap serangan hama penyakit. Berbagai perubahan

pada sistem produksi, diantaranya ditunjukkan oleh adanya peningkatan monokultur dan

penurunan diversitas tanaman, penurunan rotasi tanaman, serta penggunaan bahan-bahan

kimia yang dapat mempengaruhi fisiologi tanaman, sehingga tanaman tersebut justru menjadi

lebih peka terhadap hama penyakit (Pimentel, 1995). Faktor lain yang tampaknya juga

memiliki kontribusi cukup signifikan terhadap paradoks di atas adalah semakin meningkatnya

resistensi beberapa jenis hama terhadap pestisida kimiawi (Moekasan, 1998).

Perkembangan industri pestisida mengindikasikan bahwa beberapa tahun ke depan,

akan terdapat suatu kecenderungan yang semakin meningkat menyangkut penawaran pesti-

sida yang memiliki karakteristik: (a) berspektrum sempit, (b) kurang/tidak persisten di alam,

dan (c) tingkat racun relatif rendah. Saat ini, kemungkinan terjadinya hama resisten bahkan

telah dijadikan sebagai salah satu bagian integral dalam mengevaluasi calon produk pestisida

baru (Yudelman et al., 1998). Namun demikian, terlepas dari perkembangan tersebut,

pengaruh negatif penggunaan pestisida yang bersifat aktual dan potensial cenderung mengin-

dikasikan lebih banyaknya keuntungan/manfaat yang akan diperoleh jika ketergantungan

terhadap pestisida kimiawi dapat dikurangi.

Salah satu pendekatan alternatif dalam pengendalian hama penyakit adalah

penggunaan biopestisida. Pestisida biologis ini semakin diminati karena (a) tidak mening-

galkan residu berbahaya, (b) target-spesifik dan tidak membahayakan organisme berguna,

and (c) memungkinkan pertumbuhan musuh alami yang dapat mengurangi penggunaan

pestisida. Namun demikian, disamping beberapa keunggulan tersebut, terdapat suatu

kekhawatiran bahwa biopestisida ini tidak seefektif/seefisien dan semurah pestisida kimiawi.

Di sisi lain, perlu pula dipahami bahwa strategi baru yang dikembangkan sebagai respon

terhadap degradasi lingkungan, mungkin saja tidak lebih menguntungkan dan tidak

memberikan produksi lebih tinggi dibandingkan dengan sistem konvensional, namun sering-

kali dapat mengurangi emisi hara tanaman dan pestisida (de Buck et al., 1999).

Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) merupakan salah satu jenis virus patogen target-

spesifik yang dapat memberikan pemecahan bersifat lebih berkelanjutan (a more sustainable

Page 3: Persepsi Petani Terhadap Status Dan Prospek Penggunaan SeNPV Pada Usahatani Bawang Merah

3

solution) terhadap masalah pengendalian hama. Di Indonesia, NPV telah dimanfaatkan untuk

mengendalikan Spodoptera litura F. pada kedelai (Arifin, 1988) dan Helicoverpa armigera Hbn.

pada kapas (Indrayani dan Gotama, 1991). Sementara itu, pada tanaman sayuran, khususnya

bawang merah, pengujian di laboratorium (Sutarya, 1996) dan di lapangan (Moekasan, 1998)

juga menunjukkan bahwa NPV cukup efektif dalam mengendalikan Spodoptera exigua. Hasil

pengujian ini masih belum cukup memberikan data pendukung untuk mengkonfirmasi

kelayakannya di tingkat petani. Sejalan dengan konsep PHT, komponen teknologi yang

diinginkan harus berorientasi pada profitabilitas produsen, kualitas lingkungan dan keamanan/

keselamatan manusia (Hill et al., 1999). Langkah pertama untuk mendekati sasaran tersebut

adalah dengan mengevaluasi persepsi petani pengguna berkenaan dengan status dan

prospek penggunaan SeMNPV dalam mengendalikan ulat bawang.

METODOLOGI PENELITIAN

Pemilihan lokasi dan responden penelitian :

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja berdasarkan: (a) potensinya sebagai sentra

produksi bawang merah, dan (b) pola pengusahaan yang dilakukan secara kontinyu. Mengacu

pada Data Bank (LEHRI/ATA-395, 1992), kabupaten Brebes ditetapkan sebagai lokasi

penelitian. Kriteria serupa digunakan untuk memilih unit penelitian yang lebih kecil, yaitu Kec.

Wanasari (Dukuhringin) dan Kec. Larangan (Sitanggal). Penelitian dilaksanakan pada Januari-

Maret 2000.

Target populasi dari penelitian ini adalah petani yang menanam atau mengusahakan

bawang merah dari tahun ke tahun. Berdasarkan kriteria tersebut, 30 orang petani responden

dipilih secara acak sederhana.

Pengumpulan data :

Data yang diperlukan diperoleh melalui penelitian survai. Rancangan survai yang

digunakan adalah rancangan perbandingan grup statis (Kidder dan Judd, 1986). Survai

diarahkan untuk menghimpun data primer melalui wawancara dengan penggunaan kuesioner

dengan cakupan pertanyaan: (a) karakteristik responden, (b) aspek historis penggunaan

SeMNPV, (c) keuntungan relatif SeMNPV, (d) kompatibilitas SeMNPV, (e) kompleksitas

SeMNPV, (f) kemungkinan SeMNPV untuk dicoba, (g) kemungkinan SeMNPV untuk diamati,

(h) atribut inovasi SeMNPV, (i) jenis-keputusan inovasi SeMNPV, (j) saluran komunikasi dan

sistem sosial, (k) promosi teknologi, dan (l) pengambilan keputusan menerima/menolak

teknologi. Untuk memperoleh konfirmasi mengenai data primer yang diperoleh, diskusi

kelompok dengan responden kunci juga dilaksanakan.

Analisis data :

Data yang dihimpun dari pertanyaan-pertanyaan tertutup dianalisis dengan menggu-

nakan statistika deskriptif (Tukey, 1974). Sementara itu, data yang berasal dari respon

pertanyaan-pertanyaan terbuka diolah dengan menggunakan analisis isi (Scott, 1975).

Page 4: Persepsi Petani Terhadap Status Dan Prospek Penggunaan SeNPV Pada Usahatani Bawang Merah

4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. Karakteristik Responden dan Pengenalan Awal Terhadap SeMNPV

Kisaran usia 20-30 dan 31-40 tahun mendominasi struktur umur respon-den (> 60%).

Ditinjau dari latar belakang pendidikan formal, sebagian besar responden lulus SD (32,26%)

dan tidak lulus SD (22,58%). Sementara itu, lebih dari 50% responden berpengalaman

mengusahakan bawang merah > 10 tahun.

Tabel 1 Karakteristik responden dan pengenalan awal terhadap SeMNPV (Characteristic of

respondents and initial introduction to SeMNPV)

No.

Uraian (Description)

% responden (%

respondent) 1. Usia responden (Age)

• 20 - 30 tahun (years)

• 31 - 40 tahun (years)

• 41 - 50 tahun (years)

• 51 - 60 tahun (years)

32,26

32,26

19,35

16,13

2. Tingkat pendidikan (Education)

• < SD (< Elementary School)

• SD (Elementary School)

• SLTP (Middle School)

• SLTA (Hiigh School)

22,58

32,26

19,35

25,81

3. Pengalaman mengusahakan bawang merah (Experience in cultivating shallot)

• ≤ 5 tahun (years)

• 6 – 10 tahun (years)

• 11 - 15 tahun (years)

• ≥ 16 tahun (years)

25,81

22,58

16,13

35,48

4. Pertama kali mengetahui penggunaan SeMNPV (First expose to the use of SeMNPV)

• 1992

• 1996

• 1997

• 1998

3,23

12,90

45,16

38,71

5. Sumber pengetahuan mengenai SeMNPV (Source of knowledge concerning the use of SeMNPV)

• petani lain (other farmers)

• petani lain sesama anggota kelompok (other members in farmer group)

• petugas – penyuluh, pelatih, peneliti (extension worker, instructor, researcher)

• keterlibatan dlm proyek bantuan (involvement in a particular project assistance)

29,03

45,16

19,35

6,46

6. Reaksi saat pertama mengetahui SeMNPV (Reaction when first exposed to SeMNPV)

• ragu-ragu (hesitate)

• langsung tertarik (directly interested)

54,84

45,16

7. Setelah memperoleh pengetahuan Se MNPV (After knowing the use of SeMNPV)

• Langsung mencoba di lapangan bersama petani lain (directly conducting a joint field trial,

together with other farmers)

• langsung mencoba di lahan sendiri (directly conducting a trial in his own farm)

• mencoba sendiri pada musim berikutnya (try SeMNPV in the next season)

67,75

12,90

19,35

Walaupun ada sebagian kecil responden yang telah mengenal penggunaan SeMNPV

sejak 1992, sebagian besar responden (> 80%) baru mengetahui hal tersebut sejak 2-3 tahun

yang lalu (1997-1998). Penggunaan SeMNPV diperkenalkan melalui pendekatan kelompok,

Page 5: Persepsi Petani Terhadap Status Dan Prospek Penggunaan SeNPV Pada Usahatani Bawang Merah

5

seperti tercermin dari informasi sebagian besar responden yang menyatakan bahwa pengeta-

huan mengenai SeMNPV bersumber dari petani lain sesama anggota kelompok. Ekspose

pertama terhadap SeMNPV disambut dengan respon yang cenderung berimbang, yaitu antara

ragu-ragu dan langsung tertarik. Sebagian besar responden ternyata langsung mencoba

penggunaan SeMNPV di lapangan, baik secara berkelompok maupun secara individual.

• Penggunaan SeMNPV di tingkat petani

Kelompok tani di desa Dukuh Wringin (Bina Tani Mandiri), kecamatan Wanasari

mendapat kesempatan lebih awal untuk mengenal SeMNPV pada pertengahan 1996

bersamaan dengan kegiatan Action Research for Farmers (ARF). Mengacu pada keberhasilan

di Dukuh Wringin, informasi mengenai penggunaan SeMNPV disebarkan ke desa Sitanggal,

kecamatan Larangan (kelompok Tani Mulya) oleh salah seorang anggota kelompok Bina Tani

Mandiri pada tahun 1997. Setelah dicoba oleh kelompok di lapangan sebanyak dua kali,

anggota kelompok kemudian mencoba kembali di lahannya masing-masing. Sampai saat ini,

anggota kelompok Bina Tani Mandiri yang masih tetap aktif menggunakan SeMNPV kurang

lebih 20 orang, dan luas pertanaman bawang merah di Dukuh Wringin yang menggunakan

SeMNPV berkisar antara 7-10 hektar per musim. Sementara itu, luas pertanaman bawang

merah di Sitanggal yang sampai saat ini masih menggunakan SeMNPV berkisar antara 1-1,5

hektar per musim. Anggota kelompok Tani Mulya yang masih aktif menggunakan Se-MNPV

diperkirakan sekitar 15 orang.

Pada awalnya, petani memperoleh formulasi SeMNPV dari proyek, tetapi untuk

penanaman berikutnya petani menyiapkan sendiri berdasarkan prosedur sebagai berikut:

• Mengumpulkan ulat bawang yang mati karena virus (bukan oleh pestisida), yaitu ulat

bawang mati yang bentuknya lurus memanjang dan berbau menyengat.

• Memasukkan satu sendok makan ulat mati ke dalam mangkuk dan digerus sampai

halus, kemudian dilarutkan dengan 250 cc air

• Memilih daun bawang merah segar yang tidak terkena pestisida, mencelupkannya ke

dalam larutan virus sampai merata, kemudian ditiriskan dan dibiarkan kering udara

• Mengumpulkan larva/ulat sehat, memasukkannya ke bak kosong dan diberi makan

daun bawang yang telah dicelupkan ke dalam larutan virus

• Menutup bak dengan kain kassa dan sesekali menambah pakan ulat

• Membuka bak setelah 3-5 hari, ulat yang sudah mati dan terinfeksi SeMNPV

dipisahkan untuk keperluan penyemprotan

• Larva atau ulat yang telah terinfeksi digerus, diencerkan dan dicampur perekat,

kemudian siap disemprotkan.

Beberapa petani mengemukakan bahwa SeMNPV tidak selalu digunakan setiap musim.

Serangan ulat bawang beberapa waktu terakhir dirasakan tidak terlalu hebat. Serangan

tersebut bahkan dapat dikendalikan dengan teknik pembutitan. Secara implisit, hal ini juga

mengindikasikan bahwa SeMNPV tidak digunakan untuk pengendalian preventif. Sementara

itu, sampai sejauh mana petani konsisten hanya menggunakan SeMNPV saja (tanpa

dikombinasikan dengan penggunaan pestisida) juga tidak terungkap secara konklusif dari hasil

wawancara.

Page 6: Persepsi Petani Terhadap Status Dan Prospek Penggunaan SeNPV Pada Usahatani Bawang Merah

6

II. Persepsi responden mengenai keuntungan relatif penggunaan SeMNPV

Keuntungan relatif dalam konteks penelitian ini dapat didefinisikan sebagai tingkatan

dari suatu inovasi yang dipersepsi lebih baik dibandingkan dengan inovasi terdahulu. Relatif

terhadap metode pengendalian hama ulat bawang dengan menggunakan pestisida, sebagian

besar responden (90-100%) mempersepsi bahwa inovasi SeMNPV: (a) memberikan

keuntungan relatif lebih tinggi, (b) lebih murah ditinjau dari sisi pembiayaan, (c) lebih aman

bagi kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia. Sebagian responden menganggap

bahwa penggunaan SeMNPV tidak/kurang praktis dan tidak menghemat waktu karena

agensia hayati tersebut harus disiapkan sendiri dalam proses yang cukup lama. Namun

demikian, sebagian besar lainnya justru menekankan kepraktisan SeMNPV karena

penggunaannya dalam pengendalian ulat bawang dapat Tabel 2 Persepsi responden mengenai keuntungan relatif penggunaan SeMNPV (Respondents’

perceptions on the relative advantage of SeMNPV)

No.

Uraian (Description)

% responden

(% of

respondents) 1. Penggunaan SeMNPV memberikan keuntungan finansial lebih tinggi (The use of SeMNPV provides higher

financial profitability)

J Ya, jika produksi setara dengan menggunakan pestisida (Yes, if the yield is equivalent to the yield

from shallot cultivation that uses pesticides)

J Tidak, jika produksi lebih rendah dibanding dengan menggunakan pestisida (No, if the yield is lower

than the yield from shallot cultivation that uses pesticides)

90,32

9,68

2. Biaya pengendalian menggunakan SeMNPV ternyata jauh lebih murah (The costs for controlling pest by using

SeMNPV is cheaper)

J Ya (Yes)

J Tidak (No)

100,00 -

3. Pengendalian dengan SeMNPV lebih aman bagi kelestarian lingkungan (Pest control by using SeMNPV is

environmentally safer)

J Ya, karena tidak menimbulkan polusi dan tidak membunuh musuh alami (Yes, because it does not

create pollution and it does not kill predators)

J Tidak (No)

J Tidak tahu (Do not know)

93,55 -

6,45

4. Pengendalian dengan SeMNPV lebih aman bagi kesehatan manusia (Pest control by using SeMNPV is safer for

human health)

J Ya (Yes)

J Tidak (No)

J Tidak tahu (Do not know)

93,55 -

6,45

5. Pengendalian dengan menggunakan SeMNPV lebih praktis (Pest control by using SeMNPV is more practical)

J Ya, karena hanya cukup menggunakan sejenis bio-pestisida saja (Yes, because the use of single bio-

pesticide is sufficient)

J Tidak, karena harus membuat bio-pestisida tersebut terlebih dahulu (No, because you have to make

the bio pesticide by yourself)

70,97

29,03

6. Pengendalian dengan menggunakan SeMNPV lebih menghe-mat waktu (Pest control by using SeMNPV is time-

saving)

J Ya, jika bahan yang diperlukan dapat cepat diperoleh (Yes, if the raw material can be obtained

quickly)

J Tidak, karena proses pembuatannya cukup lama (No, because the process of making it is relatively

long)

16,13

83,87

7. SeMNPV ternyata memiliki kemampuan (efektivitas) yang setara dengan pestisida kimiawi (SeMNPV is

equivalently effective as chemical pesticide)

J Ya, karena juga dapat membunuh ulat (Yes, because it can control worms)

J Tidak, karena memerlukan waktu cukup lama sampai ulat mati (No, because it takes time to kill

worms)

54,84 45,16

Page 7: Persepsi Petani Terhadap Status Dan Prospek Penggunaan SeNPV Pada Usahatani Bawang Merah

7

dilakukan secara tunggal (dibandingkan dengan penggunaan pestisida yang pada umumnya

lebih dari satu jenis). Proporsi responden yang menyatakan bahwa efektivitas SeMNPV setara

dengan pestisida (memiliki kemampuan untuk membunuh ulat) hampir sama dengan proporsi

responden yang tidak sependapat dengan hal tersebut (memerlukan waktu relatif lama untuk

membunuh ulat).

Pada dasarnya, difusi dari inovasi adalah suatu proses pengurangan ketidak-pastian

(uncertainty-reduction process). Pada saat seseorang/kelompok melewati proses difusi

SeMNPV, maka seseorang/kelompok tersebut akan termotivasi untuk mencari informasi agar

dapat mengurangi ketidak-pastian menyangkut kepentingan relatif penggunaan SeMNPV

dalam mengendalikan ulat bawang. Pengadopsi potensial selalu menginginkan konfirmasi

bahwa penggunaan SeMNPV memiliki keunggulan (berdasarkan sub-dimensi tingkat

profitabilitas ekonomis, biaya, kepraktisan dan efektivitas) dan berstatus lebih baik diban-

dingkan dengan pengendalian hama ulat bawang dengan menggunakan pestisida.

Pengalaman empiris menunjukkan bahwa keuntungan relatif merupakan salah satu prediktor

terbaik dari tingkat adopsi suatu inovasi. Hasil analisis di atas memberikan indikasi bahwa

secara umum responden mempersepsi SeMNPV sebagai suatu inovasi pengendalian ulat

bawang yang memiliki keuntungan relatif lebih baik dibandingkan dengan penggunaan

pestisida.

III. Persepsi responden mengenai kompatibilitas penggunaan SeMNPV

Kompatibilitas dalam konteks penelitian ini dapat didefinisikan sebagai tingkatan dari

suatu inovasi yang dipersepsi konsisten dan sesuai dengan nilai serta norma yang ada,

praktek yang umumnya dilakukan, maupun kebutuhan dari pengadopsi potensial. Secara

signifikan, seluruh responden mempersepsi bahwa penggunaan SeMNPV tidak bertentangan

dengan norma dan nilai sosial kemasyarakatan yang ada. Berdasarkan anjuran penggunaan

tunggal, sebagian besar responden (67,74%) mengungkapkan ketidak-setujuannya berkenaan

dengan penggunaan SeMNPV dengan pestisida secara bersamaan. Sementara itu, sebagian

kecil lainnya (32,26%) setuju menggunakan SeMNPV bersamaan dengan pestisida,

berdasarkan pertimbangan bahwa SeMNPV hanya ditujukan untuk ulat bawang dan tidak

dapat mengatasi hama/penyakit lainnya. Menurut persepsi sebagian besar responden

(87,09%), SeMNPV dapat digunakan untuk menggantikan pestisida karena memiliki

kemampuan membunuh ulat dan aman bagi lingkungan. Namun demikian, pertimbangan lain

yang menyatakan bahwa kecepatan membunuh SeMNPV relatif lama serta tidak dapat

diandalkan pada saat tingkat serangan tinggi, melatar-belakangi persepsi sebagian responden

yang tidak sependapat bahwa SeMNPV dapat menggantikan pestisida.

Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh petani bawang merah adalah

kehilangan hasil karena serangan hama penyakit. Masalah kehilangan hasil yang bersifat fisik

juga disertai dengan masalah lain yang bersifat finansial, yaitu tingginya biaya pengendalian

(sebagai konsekuensi dari tingginya penggunaan pestisida serta semakin mahalnya harga

pestisida). Berdasarkan kondisi tersebut, sebagian besar responden mempersepsi

penggunaan SeMNPV sebagai salah satu upaya untuk mengurangi penggunaan pestisida dan

sesuai dengan kebutuhan petani karena cenderung dapat menekan biaya produksi.

Ditinjau dari sisi kompatibilitas, secara umum responden memberikan tanggapan yang

positif terhadap penggunaan SeMNPV. Namun demikian, kehati-hatian dalam

menginterpretasikan persepsi responden juga tetap harus dijaga. Sebagai contoh, apakah

jawaban “ya” dari sebagian besar responden untuk pernyataan kemungkinan SeMNPV

sebagai substitusi pestisida dapat diartikan atau diterima secara langsung? Interpretasi

Page 8: Persepsi Petani Terhadap Status Dan Prospek Penggunaan SeNPV Pada Usahatani Bawang Merah

8

Tabel 3 Persepsi responden mengenai kompatibilitas SeMNPV (Respondents’ perceptions on the

compatibility of SeMNPV)

No.

Uraian (Description)

% responden (% of

respondents) 1. Penggunaan SeMNPV sejalan dengan norma dan nilai sosial kemasyarakatan yang ada (The

use of SeMNPV is compatible with the existing sociocultural values and beliefs)

J Ya (Yes)

J Tidak (No)

100,00 -

2. Penggunaan SeMNPV dapat dilakukan secara bersamaan dengan penggunaan pestisida

kimiawi (The use of SeMNPV can be carried out at the same time with the use of chemical

pesticides) J Ya, karena hanya ditujukan untuk ulat dan tidak dapat mengatasi hama/penyakit

lainnya (Yes, because the use of SeMNPV is only effective for shallot worm, not for

other pests and diseases) J Tidak, karena penggunaan virus tidak dianjurkan bersa-maan atau dicampur dengan

pestisida kimiawi (No, because the use of SeMNPV is not recommended to be mixed

or combined with chemical pesticides)

32,26

67,74

3. Pengendalian dengan menggunakan SeMNPV cocok untuk menggantikan (mensubstitusi)

pengendalian secara kimiawi (The use of SeMNPV is suitable for substituting the use of chemical

pesticides)

J Ya, karena dapat membunuh ulat bawang dan aman bagi lingkungan (Yes, because

it can kill shallot worm and it is environmentally save) J Tidak, karena efektivitasnya relatif rendah dan tidak dapat diandalkan pada saat

tingkat serangan tinggi (No, because its effectiveness is relatively low and it may not

be depended upon when infestation is high)

87,09

12,91

4. Pengendalian dengan menggunakan SeMNPV cocok sebagai salah satu upaya untuk

mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pestisida (The use of SeMNPV is suitable for

reducing high dependence on chemical pesticides)

J Ya (Yes)

J Tidak (No)

90,32 9,68

5. Inovasi menyangkut penggunaan SeMNPV sesuai dengan kebutuhan petani (Innovation on the

use of SeMNPV is in accordance with farmers’ need)

J Ya, karena dapat menekan biaya produksi (Yes, because it could reduce the cost of

production)

J Tidak (No)

93,55

6,45

langsung tersebut tampaknya perlu dipertimbangkan, terutama jika dihubungkan dengan

alasan yang mendukung jawaban “ya” atau “tidak”. Pada kasus ini, jawaban “ya” secara implisit

mengandung arti bahwa SeMNPV dipersepsi dapat digunakan sebagai substitusi pestisida

karena dapat membunuh ulat dan aman bagi lingkungan, walaupun efektivitasnya relatif

rendah dan tidak dapat diandalkan pada saat tingkat serangan tinggi. Hal ini tampaknya agak

berlawanan dengan kenyataan di lapangan yang masih menunjukkan kecenderungan petani

untuk lebih memilih metode pengendalian yang bersifat cepat dan manjur (yang hanya dapat

ditunjukkan oleh metode pengendalian kimiawi). Dengan demikian, jawaban “ya” akan lebih

bijaksana jika diartikan tidak sebagai substitusi (SeMNPV menggantikan pestisida), tetapi

sebagai alternatif (SeMNPV sebagai salah satu pilihan metode pengendalian). Terlepas dari

masalah interpretasi di atas, kompatibilitas SeMNPV dipersepsikan cukup tinggi oleh

responden dan akan sangat berpengaruh terhadap tingkat adopsi SeMNPV.

• Persepsi responden mengenai kompleksitas penggunaan SeMNPV

Kompleksitas dalam konteks penelitian ini dapat didefinisikan sebagai tingkatan dari

suatu inovasi yang dipersepsi relatif sukar untuk dipahami dan digunakan. Secara konsisten,

sebagian besar responden mempersepsi bahwa SeMNPV (a) mudah dipelajari

Page 9: Persepsi Petani Terhadap Status Dan Prospek Penggunaan SeNPV Pada Usahatani Bawang Merah

9

penggunaannya, (b) mudah diperoleh bahan bakunya, (c) mudah diramu/diproses bahan

bakunya, dan (d) penggunaannya secara teknis cukup sederhana dan mudah dilaksanakan.

Pada umumnya, responden menganggap bahwa tingkat kompleksitas inovasi SeMNPV relatif

rendah, sehingga memberikan indikasi bahwa kemungkinan adopsinya cukup tinggi.

Beberapa studi terdahulu menunjukkan bahwa kompleksitas suatu inovasi lebih erat kaitannya

(dalam arah yang negatif atau berhubungan terbalik) dengan tingkat adopsi dibandingkan

dengan karakteristik inovasi lainnya, kecuali keuntungan/keunggulan relatif.

Tabel 4 Persepsi responden mengenai kompleksitas inovasi SeMNPV (Respondents’ perceptions on

the complexity of SeMNPV)

No.

Uraian (Description)

% responden (% of

respondents) 1. Penggunaan SeMNPV untuk pengendalian hama ulat mudah dipelajari (The use of SeMNPV for

controlling shallot worm is easily learned)

J Ya (Yes)

J Tidak (No)

93,55 6,45

2. Bahan-bahan untuk membuat agensia hayati SeMNPV mudah diperoleh (Raw materials for the

making of SeMNPV are easily obtained)

J Ya (Yes)

J Tidak (No)

87,09 12,91

3. Bahan-bahan untuk membuat agensia hayati SeMNPV mudah diramu/diproses (Raw materials

for the making of SeMNPV are easily processed)

J Ya (Yes)

J Tidak (No)

93,55 6,45

4. Pengendalian dengan menggunakan SeMNPV secara teknis cukup sederhana dan mudah

dilaksanakan (Controlling shallot worm by using SeMNPV is technically simple and easily

implemented)

J Ya (Yes)

J Tidak (No)

93,55 6,45

• Persepsi responden mengenai kemungkinan SeMNPV untuk dicoba

Suatu inovasi yang secara bertahap komponen-komponennya dapat dicoba terlebih

dahulu akan memiliki peluang adopsi lebih tinggi dibandingkan de-ngan inovasi yang bersifat

indivisible. Seluruh responden mempersepsi bahwa inovasi mengenai penggunaan SeMNPV

cukup menarik dan memungkinkan untuk dicoba dahulu dalam skala kecil/terbatas (Tabel 5).

Berangkat dari kesadaran bahwa teknologi baru biasanya menghadapkan petani kepada

ketidak-pastian, responden juga sepakat bahwa kesempatan untuk mencoba dapat mengu-

rangi risiko dan menambah informasi mengenai efektivitas teknologi tersebut.

• Persepsi responden mengenai kemungkinan SeMNPV untuk diamati

Berbagai inovasi yang dipelajari pada penelitian difusi, kebanyakan berupa gagasan

teknologi. Dalam kaitan ini, teknologi didefinisikan sebagai suatu rancangan tindakan

instrumental yang diarahkan untuk mengurangi ketidak-pastian pada hubungan sebab-akibat

yang terjadi dalam proses pencapaian suatu tujuan. Semakin tinggi kemungkinan hasil dari

suatu gagasan teknologi/inovasi dapat diamati, semakin cepat pula inovasi tersebut untuk

diadopsi. Hampir seluruh responden (Tabel 6) mempersepsi bahwa penggunaan SeMNPV

mudah dipahami, efektivitas atau hasilnya dalam mengendalikan ulat mudah diamati serta

Page 10: Persepsi Petani Terhadap Status Dan Prospek Penggunaan SeNPV Pada Usahatani Bawang Merah

10

Tabel 5 Persepsi responden mengenai kemungkinan inovasi SeMNPV untuk dicoba (Respondents’

perceptions on the triability of SeMNPV)

No.

Uraian (Description)

% responden (% of

respondents) 1. Inovasi mengenai penggunaan SeMNPV sangat menarik dan memungkinkan untuk dicoba

dahulu oleh petani dalam skala kecil/terbatas (Innovation on the use of SeMNPV is very

interesting and trialable in a small or limited scale)

J Ya (Yes)

J Tidak (No)

100,00 -

2. Teknologi baru (SeMNPV) biasanya menghadapkan petani ke-pada ketidak-pastian (risiko), sehingga mencoba dahulu dalam skala kecil/terbatas dapat mengurangi risiko dan menambah

informasi mengenai efektivitas teknologi tersebut (New technology, such as SeMNPV, usually

faces farmers to uncertainties, hence trying it in a small or limited scale may reduce the risk and

inform them about its effectiveness)

J Ya (Yes)

J Tidak (No)

100,00 -

Tabel 6 Persepsi responden mengenai kemungkinan SeMNPV untuk dapat diamati (Respondents’

perceptions on the observability of SeMNPV)

No.

Uraian (Description)

% responden (% of

respondents) 1. Inovasi mengenai penggunaan SeMNPV mudah dipahami dan pengetahuan mengenai teknologi

tersebut dapat segera dikomunikasikan/diteruskan kepada petani lain (Innovation on the use of

SeMNPV is easily observed/understood and communicated to other farmers)

J Ya (Yes)

J Tidak (No)

96,77 3,23

2. Efektivitas atau hasil dari penggunaan SeMNPV dalam mengendalikan ulat mudah diamati dan

dikomunikasikan/ diteruskan kepada petani lain (The efectiveness or result of SeMNPV is easily

observed/understood and communicated to other farmers)

J Ya (Yes)

J Tidak (No)

96,77 3,23

dapat segera dikomunikasikan/diteruskan kepada petani lain. Atribut trialability dan

observability, secara faktual dibuktikan oleh responden, segera setelah informasi mengenai

SeMNPV diperoleh. Berdasarkan rasa tertarik terhadap inovasi tersebut, kelompok tani

langsung mencoba efektivitas SeMNPV di lahan salah seorang anggota kelompok seluas 3 x 9

m2

(3 bedeng, masing-masing sepanjang 9 m). Sebagai bahan pembanding, pada lahan dan

luasan yang sama dicoba pula pertanaman bawang merah dengan sistim pengendalian hama

secara kimiawi (Dursban dan Hostathion). Anggota kelompok secara bersama-sama

mengamati kedua plot di atas dan menarik beberapa kesimpulan sementara, yaitu: (a)

penggunaan SeMNPV cukup efektif dalam mengendalikan ulat bawang, (b) bobot produksi

bawang merah yang menggunakan SeMNPV tidak berbeda nyata dengan pertanaman yang

menggunakan pestisida, (c) daun bawang dari pertanaman yang menggunakan SeMNPV

tampak lebih subur, dan (d) umbi bawang dari pertanaman yang menggunakan SeMNPV

cenderung memiliki ukuran lebih besar. Pengujian langsung oleh kelompok ini secara simultan

memberikan gambaran bahwa SeMNPV memiliki tingkat kemungkinan yang cukup tinggi untuk

dicoba dan diamati.

Page 11: Persepsi Petani Terhadap Status Dan Prospek Penggunaan SeNPV Pada Usahatani Bawang Merah

11

• Jenis keputusan-inovasi berkenaan dengan penggunaan SeMNPV

Sistem sosial merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh penting terhadap

difusi suatu gagasan baru. Inovasi pada dasarnya dapat diterima atau ditolak oleh (a) individu

yang merupakan anggota sistem sosial, dan (b) seluruh sistem sosial yang ditentukan secara

kolektif atau otoriter. Dalam suatu organisasi yang bersifat formal (misalnya, perusahaan,

sekolah atau organisasi pemerintah), keputusan kolektif dan otoriter merupakan hal yang lebih

lazim terjadi dibandingkan dengan keputusan individual atau opsional. Sementara itu, pada

kasus SeMNPV, keputusan individual tampak lebih dominan dibandingkan dengan keputusan

kolektif. Hal ini menunjukkan bahwa individu bersangkutan bertanggung jawab penuh terhadap

pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak SeMNPV. Disisi lain, hal ini secara

implisit juga menggambarkan bahwa responden yang merupakan anggota kelompok tani, tidak

selalu memutuskan untuk menerima atau menolak SeMNPV berdasarkan pertimbangan

kesepakatan kelompok. Studi terdahulu menunjukkan bahwa jenis keputusan individual dapat

lebih meningkatkan kecepatan adopsi suatu inovasi dibandingkan dengan jenis keputusan

kolektif.

Tabel 7 Tipe keputusan yang diambil responden berkenaan dengan inovasi SeMNPV (Type of

innovation-decision taken by respondents with regard to SeMNPV)

No.

Uraian (Description)

% responden (% of

respondents) 1. Pada saat anda mengetahui dan mencoba, kemudian memutuskan untuk menerima atau menolak

teknologi pengendalian hama ulat bawang dengan menggunakan SeMNPV, bagaimanakah keputusan

tersebut diambil ? (When you intially know, try, and finally decide to accept or reject the use of SeMNPV

as a method to control shallot worm, how is this decision made?)

J Saya memutuskan untuk menerima atau menolak berdasar-kan pertimbangan bahwa teknologi tersebut merupakan salah satu alternatif metode pengendalian hama ulat bawang

(I decide to accept or reject SeMNPV considering that it is an alternative method for

controlling shallot worm)

J Kelompok memutuskan untuk menerima atau menolak tek-nologi tersebut dan saya

mengikuti keputusan yang telah disepakati kelompok (Group farmer decides to accept or

reject SeMNPV and I follow the decision that has been agreed by the group)

J Seseorang yang memiliki otoritas memutuskan dan mengharuskan saya untuk menerima

atau menolak teknologi tersebut (Someone who has an authority makes a decision and ask

me to follow that decision)

77,42

22,58 -

• Saluran komunikasi pengenalan inovasi SeMNPV

Saluran komunikasi yang dipergunakan untuk mendifusikan suatu inovasi dapat pula

berpengaruh terhadap tingkat adopsi. Interaksi antara atribut inovasi dengan saluran

komunikasi bahkan dapat mempercepat atau memperlambat tingat adopsi. Berdasarkan

persepsi kompleksitas dari suatu inovasi, saluran komunikasi yang digunakan sebagai media

difusi dapat berbeda-beda. Sebagai contoh, media massa, misalnya majalah pertanian, cukup

tepat digunakan sebagai saluran komunikasi untuk inovasi yang kompleksitasnya relatif

rendah. Sementara itu, inovasi yang kompleksitasnya cukup tinggi harus didifusikan melalui

komunikasi interpersonal, baik secara berkelompok maupun individual. Jika saluran

komunikasi yang digunakan kurang tepat, misalnya media massa digunakan untuk diseminasi

inovasi yang cukup kompleks, maka tingkat adopsi yang dihasilkan akan berjalan lambat.

Pada kasus difusi SeMNPV, saluran komunikasi yang digunakan pada dasarnya adalah

Page 12: Persepsi Petani Terhadap Status Dan Prospek Penggunaan SeNPV Pada Usahatani Bawang Merah

12

komunikasi interpersonal. Dalam hal ini, pendekatan kelompok melalui pelatihan/penyuluhan

tampaknya lebih dominan dibandingkan dengan pendekatan individual, atau komunikasi

interpersonal sesama anggota kelompok. Hal ini menggambarkan bahwa saluran komunikasi

yang digunakan untuk difusi SeMNPV dapat dikategorikan cukup tepat.

Tabel 8 Saluran komunikasi berkenaan dengan pengenalan inovasi SeMNPV (Communication

channels used for introducing SeMNPV)

No.

Uraian (Description)

% responden (% of

respondents) 1. Teknologi penggunaan SeMNPV untuk pengendalian hama ulat bawang diperkenalkan dan

dikomunikasikan kepada anda melalui: (The use of SeMNPV for controlling shallot worm is introduced

and communicated through:)

J Media massa, misalnya surat kabar, radio dan televisi (Mass media, such as newspaper,

radio and television)

J Media pelatihan dan/atau penyuluhan (Training and/or extension) J Komunikasi pribadi dengan petugas lapangan -- penyuluh, pengamat hama --; petani lain;

peneliti; dll. (Personal communication with field workers -- extension worker, pest observer --;

other farmers; researchers; etc)

-

58,06 41,94

• Persepsi responden mengenai sistem sosial setempat

Sistem sosial yang dihadapi oleh pengadopsi potensial sebenarnya juga menciptakan

tekanan-tekanan terhadap kecepatan adopsi dan akan berubah sejalan dengan semakin

meningkatnya proporsi anggota sistem tersebut yang mengadopsi teknologi baru. Sebagai

contoh, jika hanya 5% dari individual dalam suatu sistem yang sadar dan peduli terhadap

gagasan baru, derajat pengaruhnya terhadap seseorang untuk mengadopsi atau menolak

inovasi pasti akan berbeda jika 95% anggota sistem telah mengadopsi inovasi tersebut.

Dengan kata lain, norma-norma dalam suatu sistem yang mendukung inovasi akan berubah

sepanjang proses difusi berjalan, dan gagasan baru secara bertahap akan menyatu dengan

Tabel 9 Persepsi responden mengenai sistem sosial setempat berkenaan dengan adanya suatu

inovasi teknologi baru (Respondents' perception on the nature of local social system in relation

to the existence of new technology)

No

Uraian (Description)

Ren-

dah

sekali

(very

low)

Ren-

dah

(low)

Netral

(neu-

tral)

Tinggi

(high)

Tinggi

sekali

(very

high)

1. Dukungan sistem nilai dan norma masyarakat setempat terhadap masuknya teknologi baru, atau secara lebih spesifik terhadap pengembangan teknologi penggunaan SeMNPV dalam

mengendalikan hama ulat bawang (The support of social system,

including local norms, to the development of SeMNPV)

-

16,13

16,13

67,74

-

2. Tingkat keterkaitan atau kedekatan atau ke-tergantungan antar anggota masyarakat (keberadaan sistem gotong royong, kelompok tani, kelompencapir, arisan, dsb) yang dapat mendukung kelancaran arus informasi dan komuni-kasi berkenaan dengan teknologi baru

(The degree of interconnectedness that may support the flow of new

technology information and communication)

-

-

29,03

61,29

9,68

Page 13: Persepsi Petani Terhadap Status Dan Prospek Penggunaan SeNPV Pada Usahatani Bawang Merah

13

aliran kehidupan sistem. Lingkungan komunikasi akan terus berubah sejalan dengan

meningkatnya jumlah individu yang menerima inovasi.

Sebagian besar responden mempersepsi dukungan yang cukup tinggi dari sistem nilai

dan norma masyarakat setempat terhadap pengembangan teknologi SeMNPV dalam

mengendalikan hama ulat bawang. Lebih jauh lagi, persepsi sebagian besar responden juga

menunjukkan adanya tingkat keterkaitan/kedekatan atau ketergantungan antar anggota

masyarakat yang cukup tinggi dalam mendukung kelancaran arus informasi dan komunikasi

pengem-bangan SeMNPV. Dukungan sistem sosial ini dapat mendorong terjadinya efek difusi

(derajat pengaruh yang semakin meningkat terhadap seseorang untuk menerima atau

menolak suatu inovasi, sebagai akibat dari aktivitas jaringan kerja di dalam sistem sosial

berkaitan dengan inovasi bersangkutan) yang lebih kuat serta tingkat adopsi yang lebih cepat.

• Persepsi responden mengenai promosi teknologi SeMNPV

Tingkat adopsi suatu inovasi juga akan dipengaruhi oleh upaya promosi yang

dilakukan oleh petugas. Dalam kasus SeMNPV, persentase responden yang memberikan

tanggapan netral untuk ketiga pernyataan yang diajukan tampaknya cukup tinggi. Namun

demikian, jika dibandingkan dengan tanggapan yang lain, dapat diperoleh gambaran bahwa

sebagian besar responden memberikan tanggapan yang bersifat positif, berkenaan dengan

metode, materi serta kegigihan petugas dalam mempromosikan penggunaan SeMNPV untuk

mengendalikan hama ulat bawang. Berkaitan dengan hal ini, perlu pula diperhatikan bahwa

hubungan antara tingkat adopsi dengan upaya petugas dalam mempromosikan inovasi

tersebut, sebenarnya seringkali bersifat tidak langsung atau non-linier. Studi terdahulu

menunjukkan bahwa respon tertinggi terhadap upaya petugas terjadi pada saat pemuka

pendapat (opinion leaders) mengadopsi inovasi bersangkutan.

Tabel 10 Persepsi responden mengenai promosi teknologi penggunaan SeMNPV

No

Uraian (Description)

Skala (Scale)

Sama sekali

tidak menarik

(very un-

interesting)

Tidak menarik

(un-

interesting)

Netral

(neutral)

Menarik

(interesting)

Menarik sekali

(very

interesting)

1. Cara atau metode yang digunakan oleh petugas (penyuluh, PHP) dalam mem-promosikan penggunaan SeMNPV un-tuk

mengendalikan ulat bawang (Method used by

field workers to promote the use of SeMNPV in

controlling shallot worm)

-

3,23

38,71

48,39

9,67

Sangat sukar

dipahami

(very difficult)

Sukar

dipahami

(difficult)

Netral

(neutral)

Mudah

dipahami

(easy)

Sangat

mudah

dipahami

(very easy)

2. Materi yang digunakan oleh petugas (penyuluh, PHP) dalam mempromosi-kan penggunaan SeMNPV untuk mengendalikan

ulat bawang (Material used by field workers to

promote the use of SeMNPV in controlling

shallot worm)

-

3,23

32,26

64,51

-

Tidak gigih

(very low)

Kurang gigih

(low)

Netral

(neutral)

Gigih

(high)

Gigih sekali

(very high)

3. Keuletan dan kegigihan petu-gas (pe-nyuluh, PHP) dalam mempromosikan penggunaan SeMNPV untuk mengen-dali-kan ulat bawang

(The persistence of field workers to promote

the use of SeMNPV in controlling shallot

worm)

9,68

16,13

22,58

41,94

9,67

Page 14: Persepsi Petani Terhadap Status Dan Prospek Penggunaan SeNPV Pada Usahatani Bawang Merah

14

• Pengambilan keputusan responden berkenaan dengan inovasi SeMNPV

Bagi kebanyakan orang, salah satu cara untuk menghadapi ketidak-pastian dari

konsekuensi suatu inovasi adalah dengan mencoba gagasan baru tersebut (on partial basis).

Pada kenyataannya, seseorang tidak akan menerima suatu inovasi, tanpa mencobanya

terlebih dahulu, untuk menentukan kegunaan faktual inovasi tersebut bagi dirinya. Sebagian

orang terkadang membiarkan orang lain untuk mencoba terlebih dahulu dan sampai batas-

batas tertentu hal ini dianggap sebagai substitusi untuk percobaan yang tidak dilakukannya.

Salah satu hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa proses keputusan-inovasi

(knowledge - persuasion - decision - implementation - confirmation) secara logis lebih

mengarah ke keputusan penolakan daripada keputusan penerimaan. Pada kenyataannya,

setiap tahapan dalam proses tersebut mengandung titik-titik potensi penolakan. Sebagai

contoh, keputusan penolakan mungkin saja terjadi setelah ada keputusan sebelumnya yang

berupa penerimaan inovasi. Pemutusan adopsi tersebut dapat terjadi pada tahapan

konfirmasi. Keputusan penolakan pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam dua klasifikasi,

yaitu (a) penolakan aktif -- pada awalnya menerima, tetapi kemudian memutuskan untuk

menolak, dan (b) penolakan pasif -- sama sekali tidak pernah mempertimbangkan untuk

menerima. Dalam kasus SeMNPV, setelah mencoba secara berkelompok maupun individual,

sebagian besar responden (90,32%) memutuskan untuk menerima inovasi tersebut.

Keputusan penolakan yang berupa penolakan aktif dan pasif ternyata persentasenya relatif

rendah (< 10%).

Tabel 11 Pengambilan keputusan responden berkenaan dengan inovasi SeMNPV (Respondents'

decision making with regard to the use of SeMNPV)

No.

Uraian (Description)

% responden (% of

respondents) Posisi pengambilan keputusan responden berkenaan dengan teknologi penggunaan SeMNPV untuk

pengendalian hama ulat bawang: (The position of respondents' decision making with regard to the use of

SeMNPV for controlling shallot worm)

J Sejak awal menerima dan sampai sekarang masih menerima (Accept from the beginning

until now)

J Awalnya menolak, tetapi kemudian menerima sampai sekarang (Initially reject and then

accept until now)

J Sejak awal menolak dan sampai sekarang masih menolak (Reject from the beginning until

now)

J Awalnya menerima, tetapi kemudian menolak sampai sekarang (Initially accept and then

reject until now)

87,09

3,23

6,45

3,23

• Kendala dan prospek pengembangan SeMNPV

Berdasarkan pengalaman 2-3 tahun terakhir, beberapa kendala pengembangan yang

berhasil diidentifikasi menurut persepsi responden antara lain adalah: (a) proses pembuatan

SeMNPV, misalnya pemeliharaan ulat, pemilihan ulat bahan baku, dsb., dirasakan petani

kurang praktis, (b) waktu aplikasi yang tidak fleksibel, yaitu pagi hari atau sore hari, terutama

jika dihubungkan dengan skala usaha yang relatif luas (c) efektivitas agensia hayati SeMNPV

yang relatif rendah karena baru dapat membunuh ulat dalam waktu 2-4 hari. Pengamatan

kelompok menunjukkan bahwa berbagai kendala di atas merupakan penyebab berhentinya

beberapa anggota dalam menggunakan SeMNPV.

Page 15: Persepsi Petani Terhadap Status Dan Prospek Penggunaan SeNPV Pada Usahatani Bawang Merah

15

Prospek pengembangan penggunaan SeMNPV sebenarnya cukup menjanjikan

sebagaimana diindikasikan oleh masih bertahannya petani menggunakan SeMNPV dalam 2-3

tahun terakhir. Sementara itu, persepsi petani menyangkut atribut inovasi (keunggulan relatif,

kompatibilitas, kompleksitas, kemungkinan untuk dicoba dan kemungkinan untuk diamati)

SeMNPV juga menegaskan tanggap positif terhadap penggunaan SeMNPV sampai saat ini.

Kelompok Bina Tani Mandiri di Dukuh Wringin bahkan sedang merintis pendirian laboratorium

lapangan mini yang diarahkan salah satu diantaranya untuk mempelajari dan menjajagi

produksi SeMNPV dalam bentuk tepung atau cair. Kajian awal keberadaan SeMNPV di

lapangan memberikan gambaran bahwa prospek pengembangannya perlu didukung dengan

upaya-upaya perbaikan, terutama menyangkut kepraktisan pembuatan serta efektivitas

SeMNPV.

KESIMPULAN

• Persepsi positif petani menyangkut atribut inovasi SeMNPV (keunggulan relatif,

kompatibilitas, kompleksitas, kemungkinan untuk dicoba dan kemungkinan untuk diamati)

mengindikasikan adanya potensi yang cukup tinggi berkenaan dengan kemungkinan

adopsi SeMNPV. Petani juga cenderung lebih memilih keputusan inovasi individual yang

dapat meningkatkan kecepatan adopsi, dibandingkan dengan jenis keputusan kolektif.

• Difusi SeMNPV berjalan menggunakan saluran komunikasi interpersonal, terutama melalui

pendekatan kelompok (pelatihan atau penyuluhan). Sebagian besar responden

mempersepsi dukungan yang cukup tinggi dari sistem nilai dan norma masyarakat

setempat terhadap pengembangan SeMNPV. Lebih jauh lagi, persepsi sebagian besar

responden juga menunjukkan adanya tingkat keterkaitan/kedekatan atau ketergantungan

antar anggota masyarakat yang cukup tinggi dalam mendukung kelancaran arus informasi

dan komunikasi pengembangan SeMNPV. Sementara itu, sebagian besar responden

memberikan tanggapan yang bersifat positif, berkenaan dengan metode, materi serta

kegigihan petugas dalam mempromosikan penggunaan SeMNPV untuk mengendalikan

hama ulat bawang.

• Dalam kurun waktu 2-3 tahun terakhir, sebagian besar responden memutuskan untuk

menerima inovasi SeMNPV. Keputusan penolakan yang berupa penolakan aktif dan pasif

ternyata persentasenya relatif rendah (< 10%). Sampai saat ini, anggota kelompok Bina

Tani Mandiri yang masih tetap aktif menggunakan SeMNPV kurang lebih 20 orang, dan

luas pertanaman bawang merah di Dukuh Wringin yang menggunakan SeMNPV berkisar

antara 7-10 hektar per musim. Sementara itu, luas pertanaman bawang merah di

Sitanggal yang sampai saat ini masih menggunakan SeMNPV berkisar antara 1-1,5 hektar

per musim. Anggota kelompok Tani Mulya yang masih aktif menggunakan Se-MNPV

diperkirakan sekitar 15 orang.

• Beberapa kendala pengembangan menurut persepsi responden antara lain adalah: (a)

proses pembuatan SeMNPV dirasakan petani kurang praktis, (b) waktu aplikasi yang tidak

fleksibel, yaitu pagi hari atau sore hari, dan (c) efektivitas agensia hayati SeMNPV yang

relatif rendah karena baru dapat membunuh ulat dalam waktu 2-4 hari.

• Prospek pengembangan penggunaan SeMNPV sebenarnya cukup menjanjikan

sebagaimana diindikasikan oleh masih bertahannya petani menggunakan SeMNPV dalam

2-3 tahun terakhir. Sementara itu, persepsi petani menyangkut atribut inovasi SeMNPV

juga menegaskan tanggap positif terhadap penggunaan SeMNPV sampai saat ini. Kajian

Page 16: Persepsi Petani Terhadap Status Dan Prospek Penggunaan SeNPV Pada Usahatani Bawang Merah

16

awal keberadaan SeMNPV di lapangan memberikan gambaran bahwa prospek

pengembangannya perlu didukung dengan upaya-upaya perbaikan, terutama menyangkut

kepraktisan pembuatan serta efektivitas SeMNPV.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 1988. Pengaruh konsentrasi dan pengaruh Nuclear Polyhidrosis Virus terhadaap

kematian ulat graayak kedelai (Spodoptera litura F.). Penelitian Pertanian 8(1): 12-14

Buurma, J. S. and Nurmalinda. 1992. Evaluation of farmers’ practices on shallots in Brebes.

Internal Communication LEHRI-ATA 395 No. 40. Lembang Horticultural Research

Institute.

de Buck, A.J., H.B. Schoorlemmer, G.A.A. Wossink and S.R.M. Janssens. 1999. Risks of post-

emergence weed control strategies in sugar beet: Development and application of a

bio-economic model. Agricultural Systems, 59(1999): 283-299

Dibiyantoro, A.L.H. 1990. Kontrol droplet aplikator Birky: Suatu upaya pengurangan insektisida

untuk mengendalikan Spodoptera exigua Hbn. pada tanaman bawang merah. Bul.

Penel. Hort., 18(2): 109-118

Hill, S.B., C. Vincent and G. Chouinard. 1999. Evolving ecosystems approaches to fruit insect

pest management. Agricultural, Ecosystems and Environment, 73(1999): 107-110

Farah, J. 1994. Pesticide policies in developing countries: Do they encourage excessive use?

Discussion Paper No. 238, World Bank, Washington, D. C.

Indrayani, I.A.A. dan A.A.A. Gothama. 1991. Efisiensi pengendalian Helicoverpa armigera

Hbn. dengan Nuclear Polyhidrosis Virus dan insektisida pada kapas. Pemberitaan

Penelitian Tanaman Industri, 17(2): 37-42

Kidder, L. H. and C. M. Judd. 1986. Research methods in social relations. Holt, Reinhart and

Winston, Inc. The Dryden Press, Orlando, Florida, USA.

Moekasan, T. K. 1998. Status resistensi ulat bawang, Spodoptera exigua Hbn. Strain Brebes

terhadap beberapa jenis insektisida. Jurnal Hortikultura 7(4): 913-918.

Moekasan, T. K. 1998. Efikasi ekstrak kasar SeNPV terhadap larva Spodoptera exigua Hbn.

pada tanaman bawang merah. Jurnal Hortikultura 7(4): 913-918.

Oerke, E. C., H. W. Dehne, F. Schohnbeck and A. Weber. 1995. Crop production and crop

protection: Estimated losses in major food and cash crops. Elsevier, Amsterdam.

Pimentel, D. 1995. Pest management, food security, and the environment: History and current

status. Paper presented at the IFPRI Workshop on “Pest Management, Food Security,

and the Environment: The Future to 2020”, May 10-11. Washington DC

Scott, W. A. 1975. Reliability of content analysis: The case of nominal scale coding. Public

Opinion Quarterly, 19: 321-325.

Sutarya, R. 1996. Pengaruh Spodoptera exigua - Nuclear Polyhidrosis Virus dan instar laarva

terhadap kematian Spodoptera exigua Hbn. Jurnal Hortikultura 6(3): 275-279

Tukey, W. 1974. Tables of the percentage points of the Chi-distribution. Annals of

Mathematical Statistics, 18: 495-513.

Yudelman, M., A. Ratta and D. Nygaard. 1998. Pest management and food production:

Looking to the future. IFPRI Food Agriculture and the Environment Discussion Paper

No. 25, Washington, D. C.