persepsi pengusaha dan pekerja umkm … pengusaha dan... · reformasi jaminan sosial di indonesia...

25
PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM TERHADAP PROGRAM JAMINAN SOSIAL NASIONAL 1 Oleh: Fajar Hasri Ramadhana 2 dan Hidayat Amir 3 Abstraksi Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru lahirnya jaminan sosial nasional melalui Undang-undang (UU) No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), perlu tujuh tahun untuk membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu dengan disahkannya UU No. 24/2011. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan mulai efektif pada 1 Januari 2014 dan Jaminan Ketenagakerjaan akan mulai efektif paling lambat mulai 1 Juli 2015. SJSN diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dan standar kehidupan para pekerja, termasuk mereka yang berada di sektor informal. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran empiris tentang kesiapan UMKM terutama dalam hal kesanggupan dan kemampuannya membayar kontribusi program. Kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode survei. Sample terdiri atas tiga kelompok, yaitu pekerja, pemberi kerja dan pekerja mandiri; dikumpulkan dari 20 kota/kabupaten di seluruh Indonesia dengan nonprobability sampling method. Beberapa temuan mengindikasikan bahwa kelompok pekerja mandiri memiliki kemampuan membayar kontribusi yang lebih rendah dibanding kelompok yang lain. Selain itu bahwa kemampuan dan kemauan menjadi peserta BPJS dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan tingkat pengetahuan terhadap program BPJS. Kata kunci: UMKM, Jaminan Sosial, Survey A. PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, setiap tenaga kerja, berhak atas jaminan sosial tenaga kerja. Jaminan sosial dimaksud, mencakup Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Hari Tua. Cakupan kepesertaan jaminan sosial tenaga kerja tersebut adalah setiap tenaga kerja, baik yang melakukan pekerjaan di dalam maupun di luar hubungan kerja. Tenaga kerja di luar hubungan kerja (TK-LHK) di sini pada umumnya melakukan usaha-usaha pada ekonomi informal, dengan ciri-ciri antara lain: berskala mikro, menggunakan teknologi sederhana, 1 Artikel ini merupakan ikhtisar atas bagian dari laporan kajian Tim PPRF-BKF-Kementerian Keuangan Tahun 2012 dengan judul “Kajian Kesinambungan APBN Atas Program Jaminan Sosial Nasional” 2 Kepala Bidang analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan Sosial. 3 Peneliti pada Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan.

Upload: tranngoc

Post on 05-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM TERHADAP

PROGRAM JAMINAN SOSIAL NASIONAL1

Oleh: Fajar Hasri Ramadhana2 dan Hidayat Amir

3

Abstraksi

Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang.

Semenjak tonggak baru lahirnya jaminan sosial nasional melalui Undang-undang (UU) No.

40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), perlu tujuh tahun untuk membentuk

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu dengan disahkannya UU No. 24/2011.

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan mulai efektif pada 1 Januari 2014 dan Jaminan

Ketenagakerjaan akan mulai efektif paling lambat mulai 1 Juli 2015. SJSN diharapkan

mampu meningkatkan kesejahteraan dan standar kehidupan para pekerja, termasuk mereka

yang berada di sektor informal. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran empiris

tentang kesiapan UMKM terutama dalam hal kesanggupan dan kemampuannya membayar

kontribusi program. Kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode survei.

Sample terdiri atas tiga kelompok, yaitu pekerja, pemberi kerja dan pekerja mandiri;

dikumpulkan dari 20 kota/kabupaten di seluruh Indonesia dengan nonprobability sampling

method. Beberapa temuan mengindikasikan bahwa kelompok pekerja mandiri memiliki

kemampuan membayar kontribusi yang lebih rendah dibanding kelompok yang lain. Selain

itu bahwa kemampuan dan kemauan menjadi peserta BPJS dipengaruhi secara signifikan oleh

tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan tingkat pengetahuan terhadap program BPJS.

Kata kunci: UMKM, Jaminan Sosial, Survey

A. PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,

setiap tenaga kerja, berhak atas jaminan sosial tenaga kerja. Jaminan sosial dimaksud,

mencakup Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan

Pensiun, dan Jaminan Hari Tua.

Cakupan kepesertaan jaminan sosial tenaga kerja tersebut adalah setiap tenaga kerja,

baik yang melakukan pekerjaan di dalam maupun di luar hubungan kerja. Tenaga kerja di

luar hubungan kerja (TK-LHK) di sini pada umumnya melakukan usaha-usaha pada ekonomi

informal, dengan ciri-ciri antara lain: berskala mikro, menggunakan teknologi sederhana,

1 Artikel ini merupakan ikhtisar atas bagian dari laporan kajian Tim PPRF-BKF-Kementerian Keuangan Tahun

2012 dengan judul “Kajian Kesinambungan APBN Atas Program Jaminan Sosial Nasional” 2 Kepala Bidang analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan Sosial.

3 Peneliti pada Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan.

Page 2: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

2

menghasilkan produk berkualitas rendah, tempat usaha tidak tetap, mobilitas sangat tinggi,

kelangsungan usaha tidak terjamin, jam kerja tidak teratur dan tingkat produktivitas dan

penghasilan yang relatif rendah atau tidak tetap (Peraturan Menakertrans Nomor PER-

24/MEN/VI/2006). Sejalan dengan hal dimaksud, ILO dalam kajiannya juga mendefinisikan

sektor usaha mikro dan kecil sebagai bagian dari kegiatan ekonomi informal, yang dicirikan

secara mudah sebagai sektor yang tidak diregulasi dan tidak terdaftar (Nazara, 2010, p.7).

Hingga saat ini, program perlindungan kepada tenaga kerja, baru efektif untuk tenaga

kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja. Sementara tenaga kerja di luar hubungan kerja,

yang terbukti masih mendominasi angkatan kerja Indonesia, masih belum mendapatkan

perlindungan yang memadai dan berkesinambungan. Survei mencatat bahwa dalam lima

tahun terakhir, proporsi informalitas kegiatan ekonomi di Indonesia cukup tinggi dan

besarannya relatif tetap, yaitu sekitar 70% dari total pekerja nasional (Nazara, 2010, p.20).

Survei lain mencatat bahwa sekitar 80% dari pekerja informal masih belum mempunyai

perlindungan sosial atau semacamnya (Loop & Andadari, 2009). Hal ini sangat

memprihatinkan mengingat kegiatan ekonomi sektor informal ini sangat terpapar pada resiko

kecelakaan kerja maupun kesehatan. Loop & Andadari (2009), dalam surveinya kepada para

pekerja informal, menemukan bahwa prioritas jaminan sosial yang diperlukan oleh pekerja

informal yaitu perlindungan terhadap kecelakaan kerja (36%) dan perlindungan kesehatan

pekerja (29%).

Mengingat kemampuan membayar iuran yang terbatas, karena penghasilan yang tidak

teratur dan ada penghasilan yang tergantung pada musim, maka untuk tenaga kerja di sektor

informal tidak diwajibkan mengikuti pogram jamsostek sesuai UU Nomor 3 tahun 1992,

melainkan disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan peserta (Peraturan Menakertrans

Nomor PER-24/MEN/VI/2006).

Diundangkannya UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN) dan UU Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, telah

menandai dimulainya babak baru perlindungan sosial yang menyeluruh di Indonesia. Jaminan

sosial dimaksud bersifat wajib bagi seluruh penduduk, dimana pelaksanaanya berdasarkan

prinsip-prinsip asuransi sosial, oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), yaitu BPJS

Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan akan menyelenggarakan program

jaminan kesehatan dan mulai beroperasi pada 1 Januari 2014. BPJS Ketenagakerjaan akan

menyelenggarakan jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan

jaminan pensiun dan akan mulai beroperasi paling lambat 1 Juli 2015.

Page 3: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

3

Implementasi penyelenggaraan program SJSN untuk sektor informal tersebut, di satu

sisi merupakan harapan untuk memberikan perlindungan yang layak dan berkesinambungan,

namun di sisi lain mempunyai tantangan yang cukup nyata. Tantangan ini antara lain terkait

dengan: 1) sifat kepesertaan yang wajib, dimana sebelumnya sektor informal tidak

diwajibkan; 2) kesiapan (kemauan dan kemampuan) sektor informal yang mempunyai

kapasitas ekonomi dalam mengikuti program, mengingat iuran program akan menjadi beban

Pemberi Kerja dan Pekerja; serta 3) mekanisme pendataan dan pemungutan iuran sektor

informal yang masih belum memadai.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai tantangan penyelenggaraan program

program Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan

Hari Tua dan Jaminan Pensiun dalam kerangka SJSN bagi sektor usaha UMKM, diperlukan

kajian lapangan untuk mengukur persepsi Pemberi kerja dan Pekerja di sektor UMKM

terhadap program jaminan sosial nasional. Sektor UMKM dipilih sebagai target studi tidak

hanya alasan sebagaimana telah diuraikan di atas, namun juga karena pengertian UMKM

lebih definitif dan operasional untuk penyiapan program BPJS. Sementara kajian terhadap

sektor informal telah dilakukan antara lain oleh Angelini & Hirose (2004), Loop & Andadari

(2009), dan Nazara (2010). Kajian ini diharapkan dapat melengkapi kajian yang ada dan

menjadi salah satu bahan masukan dalam perumusan kebijakan perlindungan sosial di sektor

ini.

B. TUJUAN KAJIAN

1. Mengetahui tingkat pengetahuan pengusaha dan pekerja UMKM terhadap SJSN dan

BPJS;

2. Mengetahui persepsi pengusaha dan pekerja UMKM terhadap program jaminan sosial

nasional;

3. Mengetahui ekspektasi pengusaha dan pekerja UMKM terhadap kontribusinya bagi

program jaminan sosial nasional; dan

4. Menggali masukan terkait program dan manfaat yang diinginkan dan diperlukan oleh

pengusaha dan pekerja UMKM dari program jaminan sosial nasional.

Page 4: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

4

C. METODOLOGI KAJIAN

Kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk memberikan gambaran kesiapan

sektor informal di dalam mengikuti program BPJS yang akan mulai efektif sejak 1 Januari

2014. Untuk mendapatkan data terkait maka dilakukan dengan metode survei. Namun

sebelumnya dilakukan diskusi terbatas dengan para pemangku kepentingan untuk

mendapatkan gambaran awal terkait program, sektor informal, dan keterlibatan sektor

informal dalam program jaminan sosial yang sudah berjalan, serta rancangan program BPJS

yang akan datang. Informasi awal ini penting untuk mendesain kuesioner survey agar

mencakup informasi yang diinginkan. Sampel survey terdiri atas tiga kelompok, yaitu:

pekerja, pemberi kerja dan pekerja mandiri dan dikumpulkan dari 20 kota/kabupaten di

seluruh Indonesia dengan nonprobability sampling method. Detail tentang sampel akan

diuraikan dalam bagian profil responden berikut ini.

D. ANALISIS

Bagian ini akan dimulai dengan menyajikan profil responden untuk memberikan

gambaran awal latar belakang para responden, kemudian dilanjutkan dengan analisis

deskriptif atas informasi yang dihasilkan dari hasil survey dan analisis deskriptif sederhana

lainnya dengan menggunakan tabel silang untuk melihat perbedaan respon atas suatu

pertanyaan antara berbagai kelompok/klasifikasi identitas responden. Yang terakhir, disajikan

pula analisis uji statistik untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan dan

kemampuan responden untuk mengikuti program SJSN.

1. Profil Responden

Data yang berhasil dihimpun melalui kuesioner dalam kegiatan survey berjumlah

586 responden, tersebar di 20 lokasi kota-kota utama di Indonesia (Lihat Gambar-1).

Responden tersebut terdiri atas 65% laki-laki, 33% perempuan dan ada 2% responden

yang tidak menjawab pertanyaan jenis kelamin. Sebaran usia responden, mayoritasnya

(49%) berada dalam klasifikasi usia produktif 31-45 tahun, sejumlah 25,6% berada para

rentang usia 16-30 tahun, sejumlah 22,8% dalam klasifikasi usia 46-60 tahun, dan hanya

sedikit sekali porsi responden di usia 61 tahun ke atas.

Page 5: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

5

Gambar-1: Profil Responden: Sebaran Lokasi, Jenis Kelamin, dan Usia

Sementara dari Gambar-2 dapat kita lihat bahwa mayoritas responden memiliki

pendidikan setingkat SMU/sederajat yaitu sebesar 40,6% atau sebesar 49,6% jika

ditambah dengan SMK. Secara umum tingkat pendidikan responden masih relatif rendah,

hanya sekitar 15% yang memiliki pendidikan setingkat akademi/diploma ke atas. Tingkat

penghasilannya juga masih relatif rendah, hanya 6% dari responden yang memiliki

penghasilan di atas Rp5 juta per bulan. Sementara dari sisi tanggungan keluarga,

mayoritas memiliki 3-5 tanggungan.

Gambar-2: Profil Responden: Pendidikan, Tanggungan, dan Penghasilan

Jika dilihat profil responden dari aspek pekerjaannya (Gambar-3) terlihat bahwa

52% memiliki status sebagai pekerja mandiri, 33% sebagai pekerja, dan 13% sebagai

Pangkal Pinang

Makasar

Mataram

Malang

Medan

Solo

Palembang

Jogjakarta

Surabaya

Batam

Palangkaraya

Salatiga

Purwakarta

Semarang

Bandung

Cirebon

Jayapura

Balikpapan

Padang

Gianyar

9.39%

8.70%

8.02%

7.17%

7.17%

6.83%

6.31%

5.80%

4.95%

4.61%

4.27%

3.92%

3.58%

3.24%

3.07%

2.90%

2.90%

2.73%

2.73%

1.71%

Sebaran responden berdasarkan Kabupaten/Kota

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

45.00%

50.00%

16-30 tahun

31-45 tahun

46-60 tahun

61-75 tahun

> 75 tahun

Series1 25.60% 49% 22.80% 2.40% 0.20%

Sebaran usia responden

65%

33%

2%Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Tidak menjawab

27%

65%

7%

1%

Jumlah tanggungan keluarga responden

0-2 orang

3-5 orang

6-8 orang

9-11 orang

Rp 75.000 - 500.000

Rp 500.001 - 1.000.000

Rp 1.000.001 - 2.000.000

Rp 2.000.001 - 5.000.000

Rp 5.000.001 - 10.000.000

Rp 10.000.001 - 20.000.000

> 20.000.000

9.40%

36.50%

31.90%

16.20%

2.80%

1.60%

1.60%

Penghasilan perbulan

tidak menjawab

tidak sekolah

tidak lulus SD

SD/ Sederajat

SMP/ Sederajat

SMU/ Sederajat

SMK

Akademi/ Diploma

S1

S2

1.38%

0.50%

3.75%

14.85%

14.85%

40.61%

9.04%

5.12%

9.73%

0.17%

Tingkat Pendidikan Responden

Page 6: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

6

pemilik usaha atau pemberi kerja. Mengingat responden mayoritasnya merupakan

pekerja dan usaha di sektor informal atau UMKM maka secara nature pekerjaan tidak

memiliki jam kerja yang tetap dan terstandar. Hal ini terlihat dari komposisi responden

yang menjawab bahwa mereka bekerja antara 7-12 jam dalam sehari berjumlah 74,6%

dari keseluruhan responden dan 17,6% responden bekerja selama 1-6 jam sehari. Fakta

ini didukung oleh jumlah hari kerja yang mayoritas 6-7 hari dalam seminggu. Hanya

sebesar 9,5% responden yang bekerja 5 hari dalam seminggu.

Profil khusus terkait pemberi kerja, mayoritas usaha mereka bergerak di sektor

perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 37,2% dan kemudian diikuti oleh sektor

jasa-jasa sebesar 28,2%. Mayoritasnya (88% responden) juga dalam bentuk usaha kecil

yang memiliki jumlah pekerja di bawah 25 orang. Dari lihat dari sisi omzet usaha, hanya

6% responden yang memiliki omzet usaha di atas Rp250 juta setahun. Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden pemberi kerja merupakan usaha mikro.

Gambar-3: Profil Responden: Pekerjaan

13%

33%52%

3%

Status dalam pekerjaan

Pemilik/ Pemberi Kerja Pekerja

Pekerja Mandiri Tidak menjawab

17.6%

74.6%

5.1% 2.5% 0.2%

Lama bekerja dalam sehari

1-6 jam 7-12 jam 13-18 jam 19-24 jam Tidak menjawab

7

6

5

3

4

2

1

tidak menjawab

43.60%

38.80%

9.50%

3.90%

2.10%

1.60%

0.40%

0.20%

Hari kerja dalam seminggu

Page 7: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

7

Gambar-4: Profil Usaha Pemberi Kerja

2. Analisis Deskriptif Hasil Survey

Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan persepsi responden terhadap

informasi yang diperolehnya terkait program SJSN yang akan dicanangkan oleh

pemerintah maupun terhadap program jaminan sosial yang sudah berjalan. Persepsi yang

akan dianalisis secara deskriptif antara lain meliputi persepsi responden terhadap risiko

pekerjaan, keterjadian dan keparahan kecelakaan kerja, tingkat pengetahuan terhadap

program SJSN termasuk penilaian terhadap level urgensi masing-masing program SJSN

dan keinginan untuk mengikuti program SJSN, tingkat kemampuan membayar iuran

program dan mekanisme serta frekuensi iuran program.

3. Persepsi Terhadap Risiko Pekerjaan

Dalam Gambar-5 disajikan persepsi responden terhadap risiko pekerjaan menurut

kelompok jenis kelamin responden, umur dan sektor pekerjaannya. Dari sisi jenis

kelamin terdapat perbedaan persepsi ada atau tidaknya risiko dalam pekerjaan, responden

laki-laki yang mengatakan adanya risiko dalam pekerjaan lebih tingggi dari responden

perempuan. Sementara dari sisi usia dapat dikatakan terjadi penyebaran yang relatif

merata. Perbedaan persepsi ini lebih disebabkan oleh jenis pekerjaan atau sektor

pekerjaan para responden (Lihat Gambar-6).

Page 8: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

8

Gambar-5: Persepsi Risiko Menurut Jenis Kelamin dan Usia

Gambar-6: Persepsi Risiko Menurut Sektor Pekerjaan

Terhadap pertanyaan mengenai aspek apa saja di lingkungan pekerjaan yang

berpotensi membahayakan dan diberikan keleluasaan untuk memilih lebih dari satu atas

empat pilihan jawaban dan satu tambahan jawaban terbuka (jika diperlukan) diperoleh

tabulasi jawaban sebagaimana dalam Gambar-6. Terlihat walaupun ada banyak

responden yang tidak menjawab, jawaban kondisi kerja yang berbahaya/rawan

59.3%

39%

1.7%0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

Ada risiko Tidak ada risiko Tidak menjawab

Persepsi Risiko Laki-laki

37.3%

57.1%

5.50%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

Ada risiko Tidak ada risiko Tidak menjawab

Persepsi Risiko Perempuan

40.14%

56.09%

50%

38%

57.04%

40.22%

46.09%

62%

2.82%

3.69%

3.91%

0%

16-30 tahun

31-45 tahun

46-60 tahun

> 60 tahun

Persepsi Risiko Berdasarkan Usia

Tidak menjawab Tidak ada risiko Ada risiko

Pertanian

Pertambangan

Manufaktur

Listrik, air, gas

Konstruksi

Perdagangan, hotel, & restoran

Transportasi & telekomunikasi

Keuangan

Jasa

66.7%

0%

48%

40%

83.3%

39.4%

91.7%

25%

58.5%

33.3%

100%

36%

60%

8.3%

59.6%

8.3%

75%

38.4%

0%

0%

16%

0%

8.4%

0.9%

0%

0%

3.1%

Persepsi risiko berdasarkan sektor pekerjaan

Tidak menjawab Tidak ada risiko Ada risiko

Page 9: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

9

kecelakaan dan jam kerja panjang/malam merupakan aspek yang potensi risiko pekerjaan

yang dianggap membahayakan. Sementara, jawaban yang berupa kombinasi atas

beberapa pilihan jawaban relatif kecil.

Gambar-7: Persepsi Terhadap Aspek Potensi Risiko Yang Membahayakan

Pertanyaan atas potensi risiko ini hanya berupa pertanyaan selintas, yang hanya

digunakan untuk mengukur persepsi adanya aspek potensi risiko dengan mengaitkan

aspek penyebabnya. Tentu untuk mendapatkan jawaban yang lebih definitive diperlukan

pendekatan lain yang lebih mendetail, misalnya dengan pertanyaan eksploratif yang

dikaitkan dengan jenis pekerjaan yang berbeda-beda.

4. Persepsi Terhadap Frekuensi dan Keparahan Kecelakaan Kerja

Selanjutnya, untuk mengetahui lebih dalam mengenai persepsi risiko dalam

pekerjaan maka responden diuji dengan pertanyaan mengenai kejadian kecelakaan kerja

yang pernah dialaminya maupun dialami oleh rekan kerja di lingkungan kerjanya serta

tingkat keparahannya. Gambar-8 menyajikan hasil jawaban responden. Bahwa jawaban

terhadap tingkat frekuensi kecelakaan kerja mayoritasnya tidak pernah atau pernah untuk

semua sektor pekerjaan. Sangat sedikit yang menjawab sering dan sangat sering. Selain

itu, mayoritas kejadian kecelakaan yaitu sebesar 68% pun tidak parah, hanya 15% parah,

3% sangat parah dan 1% mematikan.

Berbahaya/ rawan

kecelakaan

Jam kerja panjang/

malam

Lingkungan sekitar

berbahaya

Risiko dieksploitasi

Lainnya Berbahaya/ rawan

kecelakaan dan jam

kerja yang panjang

Berbahaya/ rawan

kecelakaan dan

lingkungan sekitar

berbahaya

Jam kerja panjang/

malam dan lingkungan

sekitar berbahaya

Tidak menjawab

31.1%

18.4%

5.5%

0.5%

9.7%

2.7%1% 0.8%

30.3%

Sebaran persepsi responden terhadap aspek potensi risiko

Page 10: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

10

Gambar-8: Persepsi Terhadap Kecelakaan Kerja

5. Persepsi Terhadap Pengetahuan, Keinginan Keikutsertaan dan Urutan Urgensi

Ternyata masih sangat minim responden yang mengetahui tentang adanya program

SJSN, yaitu hanya sebesar 21% ketika ditanyakan kepada mereka secara serta merta

pengetahuan mereka. Sementara 62% mengaku tidak mengetahuinya dan 16% tidak

menjawab (Gambar-9). Ini tentu menjadi temuan tersendiri bahwa masih diperlukan

sosialisasi program SJSN secara massif, terutama untuk masyarakat kalangan kelas

menengah ke bawah, yang bekerja di sektor informal dan UMKM.

Namun demikian, ketika dieksplorasi lebih lanjut mengenai program SJSN mereka

secara antusias ingin mengikuti program SJSN ini. Hal ini ditunjukkan dengan respon

yang cukup besar, 86% untuk ikut dan hanya 4,4% yang secara eksplisit menyatakan

tidak ikut. Ini juga suatu temuan menarik bahwa ternyata para responden dari kalangan

menengah ke bawah, pekerja sektor informal dan UMKM memiliki antusiasme yang

tinggi untuk mengikuti program SJSN.

15.2%

100%

20%

20%

17%

44%

19.4%

16.7%

26.06%

78.8%

0%

64%

40%

75%

49.1%

63.9%

50%

64.24%

3%

0%

0%

40%

0%

4%

13.9%

33.3%

5.46%

3%

0%

0%

0%

0%

1%

2.8%

0%

1.21%

0%

0%

16%

0%

8.3%

1.9%

0%

0%

3.03%

Pertanian

Pertambangan

Manufaktur

Listrik, air, gas

Konstruksi

Perdagangan, hotel, & restoran

Transportasi & telekomunikasi

Keuangan

Jasa

Frekuensi Kecelakaan Kerja per Sektor Pekerjaan

Tidak menjawab Sangat Sering Sering Pernah Tidak pernah

68%

15%

3%1%

13%

Tingkat keparahan kecelakaan kerja

Tidak parah Parah Sangat Parah

Mematikan tidak menjawab

Page 11: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

11

Gambar-9: Persepsi Terhadap Pengetahuan, Keikutsertaan dan Tingkat Urgensi

Dan bagi karakter responden dalam klasifikasi ini mereka meletakkan program

SJSN Jaminan Kesehatan sebagai urutan tertinggi, diikuti oleh Jaminan Kecelakaan

Kerja. Sementara untuk tiga program lainnya: Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun dan

Jaminan Kematian pada urutan berikutnya. Hal ini sangat rasional mengingat Jaminan

Kesehatan merupakan kebutuhan utama bagi mereka. Jaminan Kecelakaan Kerja juga

penting, mengingat potensi risiko mereka dalam pekerjaan. Sementara Jaminan

Kematian, bukan tidak penting tetapi sangat mungkin karena sudah ada mekanisme

sosial dalam menangani musibah kematian, baik berbasis agama maupun budaya

setempat.

6. Persepsi Terhadap Kemampuan Membayar Iuran Program SJSN

Bagian ini akan menyajikan gambaran persepsi responden atas gambaran

kemampuannya untuk membayar iuran ketika mengikuti program SJSN. Analisis

disajikan untuk setiap status responden dalam pekerjaan, baik sebagai pekerja, pemberi

kerja atau pun pekerja mandiri.

Namun sebelumnya, perlu dicatat bahwa dalam hubungan pekerja pemberi kerja

dalam hal pembayaran iuran jaminan kesehatan, jaminan pensiun dan jaminan hari tua

untuk pekerja besaran iuran ditanggung bersama dengan proporsi tertentu antara pekerja

86%

4.4%9.6%

Keinginan mengikuti program SJSN

Ingin Tidak Tidak menjawab

21%

63%

16%

Pengetahuan tentang SJSN

Tahu Tidak tahu Tidak menjawab

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Skala 1 Skala 2 Skala 3 Skala 4 Skala 5

Kesehatan 87% 7.30% 2% 1.80% 2%

Kecelakaan Kerja 17% 57.10% 10.50% 7.90% 7.50%

Hari Tua 9.80% 15.90% 36.50% 25.10% 12.80%

Pensiun 5.90% 6.50% 13.70% 36% 37.90%

Kematian 9.40% 8.30% 27.70% 16.40% 38.30%

Persepsi urutan tingkat urgensi program SJSN

Page 12: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

12

dan pemberi kerja. Sementara iuran jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian

untuk pekerja ditanggung oleh pemberi kerja. Sehingga dalam hal ini, pemberi kerja

selain menanggung iuran jaminan SJSN bagi dirinya, mereka juga menanggung iuran

bagi pekerja sebagaimana tersebut di atas. Sementara itu, bagi pekerja mandiri tentu

hanya perlu menanggung iuran program SJSN bagi dirinya sendiri.

Salah satu analisis yang cukup penting adalah mengenai proporsi ideal untuk iuran

yang ditanggung bersama oleh Pemberi Kerja dan Pekerjanya, yakni untuk Jaminan

Kesehatan, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Pensiun. Dari hasil analisis diperoleh

informasi bahwa Pemberi Kerja rata-rata mampu menanggung porsi iuran sebesar

62,76% sedangkan kelompok Pekerja rata-rata mampu menanggung porsi iuran sebesar

39,7%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat kompromi yang ideal untuk

proporsi iuran ini ialah 60% menjadi tanggungan pemberi kerja dan 40% menjadi

tanggungan pekerja.

Gambar-10 menyajikan hasil persepsi kemampuan membayar iuran program SJSN

untuk pemberi pekerja. Terlihat bahwa ada perbedaan preferensi responden pemberi

kerja dalam mempersepsikan kemampuannya dalam membayar iuran untuk program

kematian, kecelakaan kerja dan kesehatan. Untuk program jaminan kematian,

kemampuan membayar pemberi kerja relatif rendah, sementara untuk program

kecelakaan kerja dan kesehatan relatif lebih tersebar, dari mengatakan tidak mampu

sampai dengan membayar iuran diatas Rp25.000,00 per bulan. Untuk program pension

dan hari tua, kecenderungan mempersepsikan kemampuannya pada level iuran sampai

dengan Rp25.000,00 atau pun jika ditingkatkan masih cukup mampu sampai ke level

Rp50.000,00. Hal ini ditunjukkan bahwa 22,2% responden mampu membayar iuran pada

kategori iuran antara Rp25.000,00 s.d. Rp50.000,00, baik untuk program jaminan

pensiun atau pun jaminan hari tua.

Sebetulnya ukuran kemampuan membayar iuran program SJSN dapat juga

digunakan sebagai proksi untuk mengukur kemauan atau keinginan untuk bergabung

dalam program SJSN ini.

Page 13: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

13

Gambar-10: Persepsi Terhadap Kemampuan Membayar Iuran: Pemberi Kerja

Untuk responden pekerja (Lihat Gambar-11), hanya menanggung iuran untuk tiga

program SJSN: jaminan pensiun, jaminan hari tua dan jaminan kesehatan. Terlihat

bahwa untuk program jaminan pensiun dan jaminan hari tua, persepsi pekerja memiliki

kecenderungan yang sama yaitu kemampuan membayar mayoritas pada level

<Rp25.000,00 per bulan. Walaupun ada sebesar 9,1% responden yang menyatakan

mampu membayar iuran sebesar >Rp125.000,00 per bulan dan sebesar 18,2% responden

menyatakan tidak mampu membayar iuran.

Untuk program jaminan kesehatan, 36,2% responden pekerja mengaku tidak

mampu membayar iuran. Sementara sebesar 23,4% mampu membayar iuran antara

Rp5.000,00 s.d. Rp10.000,00 per bulan. Menarik, bahwa sebesar 19,1% menyatakan

mampu membayar iuran di atas Rp25.000,00 per bulan dan untuk rentang iuran di atas

Rp10.000,00 dan kurang dari Rp25.000,00 per bulan hanya dalam prosentasi yang lebih

rendah dari kedua kategori tersebut.

Untuk responden pekerja mandiri sebagaimana tersaji dalam Gambar-12,

menunjukkan bahwa ada keseragaman kecenderungan kemampuan membayar iuran baik

untuk kelompok jaminan kematian, kecelakaan kerja dan kesehatan maupun untuk

kelompok jaminan pensiun dan hari tua. Jumlah responden pekerja mandiri yang

Tidak mampu

Rp 5.000-10.000

Rp 10.001-15.000

Rp 15.001-20.000

Rp 20.001-25.000

> Rp 25.000

23.7%

23.7%

15.8%

18.4%

10.5%

7.9%

16.2%

35.1%

16.2%

11%

18.9%

2.8%

35.3%

47.1%

6%

5.9%

5.9%

0%

Kemampuan Pemberi Kerja Membayar Iuran Program SJSN

Kematian Kecelakaan Kerja Kesehatan

Tidak mampu

< Rp 25.000

Rp 25.000-50.000

Rp50.001-75.000

Rp75.001-100.000

Rp100.001-125.000

> Rp125.000

17%

44.3%

22%

16.7%

0%

0%

0%

22.2%

44.4%

22.2%

5.6%

5.6%

0%

0%

Kemampuan Pemberi Kerja Membayar Iuran Program SJSN

Pensiun Hari Tua

Page 14: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

14

menyatakan tidak mampu membayar iuran untuk jaminan kematian, kecelakaan kerja

dan kesehatan relatif seimbang dengan kelompok responden yang menyatakan mampu

membayar iuran sebesar antara Rp5.000,00 s.d. Rp10.000,00.

Untuk program jaminan pensiun dan hari tua, mayoritas atau sebesar 54,% dan

53,4% responden pekerja mandiri secara berurut menyatakan mampu membayar iuran

jaminan pensiun dan hari tua sebesar sampai dengan Rp25.000,00 per bulan. Sebetulnya

raltif cukup banyak responden yang mampu membayar iuran sebesar antara Rp25.000,00

s.d. Rp50.000,00 per bulan (19% dan 21,5%). Namun jika level iuran dinaikkan lebih

dari Rp50.000,00 per bulan hanya sangat sedikit responden pemberi kerja yang mengaku

memiliki kemampuan membayarnya. Tercatat ada kurang lebih 20% responden yang

mengaku tidak mampu membayar iuran program jaminan pensiun dan hari tua.

Gambar-11: Persepsi Terhadap Kemampuan Membayar Iuran: Pekerja

36.2%

23.4%

12.8%

2.1%

6.4%

19.1%

Tidak mampu Rp 5.000-10.000 Rp 10.001-15.000 Rp 15.001-20.000 Rp 20.001-25.000 > Rp 25.000

Kesehatan

Tidak mampu

< Rp 25.000

Rp 25.000-50.000

Rp50.001-75.000

Rp75.001-100.000

Rp100.001-125.000

> Rp125.000

18.2%

54.5%

11.4%

2.3%

4.5%

0%

9.1%

18.2%

50%

15.9%

0%

6.8%

0%

9.1%

Kemampuan pekerja membayar iuran jaminan hari tua

dan pensiun

Pensiun Hari Tua

Page 15: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

15

Gambar-12: Persepsi Terhadap Kemampuan Membayar Iuran: Pekerja Mandiri

7. Persepsi Terhadap Mekanisme Iuran

Seluruh responden dimintai pendapatnya mengenai periode pemungutan iuran dan

mekanisme pembayaran yang ideal. Hasilnya didapatkan bahwa periode pemungutan

iuran yang ideal dilakukan secara bulanan. Sementara itu, untuk mekanisme pembayaran

ideal tidak ada jawaban yang sangat menonjol. Jawaban responden tersebar dalam

pilihan yang disajikan dalam kuesioner, bahkan termasuk untuk pilihan lainnya. Hal ini

mengindikasikan perlunya berbagai pendekatan untuk fasilitasi iuran program SJSN

yang sesuai dengan karakter dan latar belakang peserta program untuk meningkatkan

kemudahan pembayaran iuran.

Gambar-13: Persepsi Terhadap Mekanisme Iuran

Tidak mampu

Rp 5.000-10.000

Rp 10.001-15.000

Rp 15.001-20.000

Rp 20.001-25.000

> Rp 25.000

38.3%

38.9%

9.4%

2.2%

5%

6.1%

39%

40.1%

14.5%

3.5%

0.6%

2.3%

53.3%

36.5%

4.8%

1.8%

0%

3.6%

Kemampuan Pekerja Mandiri Membayar Iuran

Kematian Kecelakaan Kerja Kesehatan

Tidak mampu

< Rp 25.000

Rp 25.000-50.000

Rp50.001-75.000

Rp75.001-100.000

Rp100.001-125.000

> Rp125.000

17.2%

53.4%

21.5%

3%

2.5%

1.2%

1.2%

20.4%

54.2%

19%

1.4%

3.6%

0.7%

0.7%

Kemampuan Pekerja Mandiri Membayar Iuran

Pensiun Hari Tua

Page 16: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

16

8. Analisis Uji Statistik

Analisis uji statistik dilakukan untuk uji signifikansi faktor-faktor yang

mempengaruhi kemauan mengikuti program dan kemampuan membayar iuran. Kedua

kriteria pengujian ini dilakukan untuk lima program SJSN: (1) jaminan kesehatan, (2)

jaminan kecelakaan kerja, (3) jaminan hari tua, (4) jaminan pensiun, dan (5) jaminan

kematian. Analisis yang dilakukan adalah memodelkan keputusan responden untuk

mengikuti atau tidak mengikuti program dalam SJSN. Kriteria penentuan ikut atau tidak

ikut dilakukan dengan menggunakan indikator kemampuan membayar iuran. Dimana

responden yang menjawab pertanyaan dengan pilihan jawaban tidak mampu dan lebih

kecil dari Rp5.000 akan diberikan angka “0” sedangkan responden yang menjawab selain

dua pilihan tersebut akan diberikan angka “1” karena dianggap memiliki intensi dan

kemampuan untuk mengikuti program SJSN.

Adapun alat analisis yang digunakan adalah model regresi dengan respon kualitatif

yakni Probit dan Logit. Perbedaannya jika model Probit mengasumsikan mengikuti

fungsi probabilitas distribusi normal, sedangkan model Logit mengasumsikan mengikuti

fungsi probabilitas distribusi logistik. Keputusan responden untuk mengikuti program

akan dipengaruhi oleh variabel:

Manfaat

Adalah persepsi responden terhadap manfaat SJSN dalam memberikan jaminan

sosial (1 = SJSN akan memberikan jaminan sosial yang lebih baik, 0 = SJSN tidak

akan memberikan jaminan sosial yang lebih baik).

Keikutsertaan Sebelumnya

Adalah keikutsertaan responden pada program sebelumnya (1 = responden

mengikuti program, 0 = responden tidak mengikuti program).

Penghasilan

Adalah jumlah penghasilan responden.

Tanggungan

Adalah jumlah tanggungan keluarga responden.

Pendidikan

Adalah tingkat pendidikan responden.

Hasil uji statistik dengan model Probit dan Logit (Lihat Lampiran) menunjukkan

bahwa variabel-variabel yang secara signifikan mempengaruhi keputusan atau intensi

responden untuk mengikuti program SJSN ialah sebagaimana dalam Tabel-1.

Page 17: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

17

Tabel-1: Variabel Yang Mempengaruhi Intensi Partisipasi Program SJSN

Variabel Yang Mempengaruhi Intensi Partisipasi

Manfaat Keikutsertaan Sebelumnya Penghasilan Tanggungan Pendidikan

Probit Logit Probit Logit Probit Logit Probit Logit Probit Logit

Jaminan Kesehatan √ √ √ √

Jaminan Kecelakaan Kerja √ √ √ √

Jaminan Hari Tua √ √ √ √

Jaminan Pensiun √ √

Jaminan Kematian √ √ √ √

Untuk menguji apakah semua variabel penjelas secara bersama-sama memengaruhi

variabel dependen dilihat berdasarkan statistik Likelihood Ratio (LR) sebagaimana uji F

pada regresi OLS. Hipotesis nul uji statistik LR adalah semua variabel penjelas secara

bersama-sama tidak memengaruhi variabel dependen. Dengan nilai Probabilitas LR

statistic <0.05 maka hipotesis nul ditolak yang berarti bahwa semua variabel penjelas

secara bersama-sama memengaruhi variabel dependen.

Berdasarkan output uji statistik, dengan tingkat keyakinan 90% (α = 10%) untuk

berbagai variabel tersebut maka diperoleh bahwa tidak semua variabel yang dipilih itu

signifikan mempengaruhi intensi untuk berpartisipasi dalam program SJSN. Variabel

yang signifikan untuk setiap program SJSN adalah sebagaimana diikhtisarkan dalam

Tabel-1 tersebut di atas.

E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pelaku UMKM

baik pekerja, pemberi kerja dan pekerja mandiri masih minim pengetahuannya tentang SJSN.

Namun demikian mayoritas responden memiliki antusiasme yang tinggi untuk mengikuti

program SJSN, dengn prioritas program jaminan kesehatan dan jaminan kecelakaan kerja.

Sementara tiga program yang lain, yaitu program jaminan hari tua, jaminan pensiun dan

jaminan kematian tidak terlalu menjadi prioritas atau prioritasnya setelah kedua program

tersebut.

Page 18: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

18

Kemampuan membayar kontribusi partisipasi ke dalam program SJSN bervariasi

antarkelompok responden. Kelompok pekerja mandiri memiliki kemampuan membayar

kontribusi yang lebih rendah dibanding kelompok pemberi kerja, relative homogen untuk

kelima jenis program jaminan. Sementara, kelompok pekerja yang secara regulasi hanya

memberikan kontribusi untuk tiga program, yaitu program jaminan kesehatan, jaminan hari

tua dan jaminan pension maka didapati bahwa kemampuan untuk memberikan kontribusi

partisipasi masih marjinal. Masih cukup banyak yang merasa tidak mampu untuk melakukan

kontribusi, sebagian besar bersedia memberikan kontribusi dengan level yang paling rendah

(<Rp25.000,00), walau pun untuk program jaminan kesehatan cukup besar juga porsi pekerja

yang bersedia membayar kontribusi yang cukup tinggi (>Rp25.000,00). Preferensi

pemungutan iuran atau kontribusi program dilakukan dalam periode bulanan namun dengan

alternative cara pemungutan yang sevariatif mungkin.

Selain itu bahwa kemampuan dan kemauan menjadi peserta BPJS dipengaruhi secara

signifikan oleh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan tingkat pengetahuan terhadap

program BPJS (keikutsertaan sebelumnya dalam program jaminan sosial).

Dengan demikian agar desain program SJSN yang disusun sebaiknya mengakomodasi

beberapa kondisi yang secara spesifik menjadi karakter UMKM sehingga partisipasi mereka

yang sudah diwajibkan menurut undang-undang dapat dijalankan secara optimal, antara lain

terkait dengan besaran iuran kontribusi yang sesuai dengan kemampuan mereka dan alternatif

cara pemungutan yang mudah dan terjangkau oleh mereka. Selain itu perlu dilakukan

sosialisasi mengenai program SJSN ini uang secara massif kepada kelompok UMKM ini; hal

ini mengingat masih sangat minimnya pengetahuan para pelaku UMKM terhadap program

SJSN ini, baik secara manfaatnya bagi perlindungan kesejahteraan maupun tata cara

pengelolaannya. Dengan meningkatnya pemahaman mereka terhadap program SJSN

diharapkan dapat mempermudah suksesnya penyelenggaraan program ini bagi perlindungan

bangsa.

Page 19: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

19

DAFTAR PUSTAKA

Angelini, J. & Hirose, K. (2004). Extension of Social Security Coverage for the Informal

Economy in Indonesia: Surveys in the Urban and Rural Informal Economy. Jakarta:

International Labour Organization

Loop, T.v.d. & Andadari, R.K., (2009). Social Security for Informal Economy Workers in

Indonesia: Looking for flexible and highly targeted programmes. Jakarta: International

Labour Organization

Nazara, S. (2010). Ekonomi Informal di Indonesia: Ukuran, komposisi dan evolusi. Jakarta:

International Labour Organization

Peraturan Menakertrans Nomor PER-24/MEN/VI/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja yang Melakukan Pekerjaan di

Luar Hubungan Kerja

UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

UU Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

UU Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Page 20: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

20

LAMPIRAN

1. Jaminan Kesehatan

Dependent Variable: INTENSI

Method: ML - Binary Probit (Quadratic hill climbing)

Date: 01/03/13 Time: 10:01

Sample: 1 232

Included observations: 232

Convergence achieved after 11 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

MANFAAT 0.096898 0.268757 0.360541 0.7184

PENDIDIKAN 0.046929 0.074053 0.633730 0.5263

PENGHASILAN 1.00E-07 5.10E-08 1.965487 0.0494

SEBELUMNYA 0.672303 0.194967 3.448292 0.0006

TANGGUNGAN -0.062335 0.050176 -1.242327 0.2141

C -0.420239 0.502223 -0.836757 0.4027

McFadden R-squared 0.074317 Mean dependent var 0.633621

S.D. dependent var 0.482857 S.E. of regression 0.465790

Akaike info criterion 1.268072 Sum squared resid 49.03303

Schwarz criterion 1.357212 Log likelihood -141.0964

Hannan-Quinn criter. 1.304022 Deviance 282.1928

Restr. deviance 304.8482 Restr. log likelihood -152.4241

LR statistic 22.65544 Avg. log likelihood -0.608174

Prob(LR statistic) 0.000393

Obs with Dep=0 85 Total obs 232

Obs with Dep=1 147

Dependent Variable: INTENSI

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing)

Date: 01/03/13 Time: 10:03

Sample: 1 232

Included observations: 232

Convergence achieved after 11 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

MANFAAT 0.156329 0.444503 0.351693 0.7251

PENDIDIKAN 0.071862 0.122133 0.588393 0.5563

PENGHASILAN 1.81E-07 9.42E-08 1.921628 0.0547

SEBELUMNYA 1.083160 0.317232 3.414415 0.0006

TANGGUNGAN -0.099457 0.081208 -1.224719 0.2207

C -0.692215 0.832717 -0.831272 0.4058

McFadden R-squared 0.074173 Mean dependent var 0.633621

S.D. dependent var 0.482857 S.E. of regression 0.465764

Akaike info criterion 1.268262 Sum squared resid 49.02750

Schwarz criterion 1.357402 Log likelihood -141.1184

Hannan-Quinn criter. 1.304212 Deviance 282.2369

Restr. deviance 304.8482 Restr. log likelihood -152.4241

LR statistic 22.61138 Avg. log likelihood -0.608269

Page 21: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

21

Prob(LR statistic) 0.000400

Obs with Dep=0 85 Total obs 232

Obs with Dep=1 147

2. Jaminan Kecelakaan Kerja

Dependent Variable: INTENSI

Method: ML - Binary Probit (Quadratic hill climbing)

Date: 01/03/13 Time: 10:07

Sample: 1 194

Included observations: 194

Convergence achieved after 11 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

MANFAAT -0.208144 0.308351 -0.675021 0.4997

PENDIDIKAN 0.028924 0.084956 0.340464 0.7335

PENGETAHUAN 0.122261 0.253354 0.482568 0.6294

PENGHASILAN 8.26E-08 4.59E-08 1.799779 0.0719

SEBELUMNYA -0.788006 0.200667 -3.926938 0.0001

TANGGUNGAN -0.027742 0.055796 -0.497199 0.6190

C 1.465122 0.684661 2.139921 0.0324

McFadden R-squared 0.103099 Mean dependent var 0.649485

S.D. dependent var 0.478366 S.E. of regression 0.453423

Akaike info criterion 1.234128 Sum squared resid 38.44578

Schwarz criterion 1.352040 Log likelihood -112.7104

Hannan-Quinn criter. 1.281874 Deviance 225.4207

Restr. deviance 251.3329 Restr. log likelihood -125.6664

LR statistic 25.91214 Avg. log likelihood -0.580981

Prob(LR statistic) 0.000231

Obs with Dep=0 68 Total obs 194

Obs with Dep=1 126

Dependent Variable: INTENSI

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing)

Date: 01/03/13 Time: 10:08

Sample: 1 194

Included observations: 194

Convergence achieved after 11 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

MANFAAT -0.281166 0.505400 -0.556323 0.5780

PENDIDIKAN 0.053344 0.137725 0.387325 0.6985

PENGHASILAN 1.45E-07 8.34E-08 1.734661 0.0828

SEBELUMNYA -1.310383 0.330899 -3.960071 0.0001

TANGGUNGAN -0.036333 0.090228 -0.402677 0.6872

C 2.348698 1.131088 2.076494 0.0378

McFadden R-squared 0.102801 Mean dependent var 0.649485

Page 22: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

22

S.D. dependent var 0.478366 S.E. of regression 0.451941

Akaike info criterion 1.224204 Sum squared resid 38.39909

Schwarz criterion 1.325272 Log likelihood -112.7478

Hannan-Quinn criter. 1.265129 Deviance 225.4956

Restr. deviance 251.3329 Restr. log likelihood -125.6664

LR statistic 25.83732 Avg. log likelihood -0.581174

Prob(LR statistic) 0.000096

Obs with Dep=0 68 Total obs 194

Obs with Dep=1 126

3. Jaminan Hari Tua

Dependent Variable: INTENSI

Method: ML - Binary Probit (Quadratic hill climbing)

Date: 01/03/13 Time: 10:24

Sample: 1 196

Included observations: 196

Convergence achieved after 11 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

MANFAAT -0.310066 0.376242 -0.824114 0.4099

PENDIDIKAN 0.189700 0.096347 1.968920 0.0490

PENGHASILAN 9.94E-10 2.68E-08 0.037112 0.9704

SEBELUMNYA 0.696078 0.255106 2.728582 0.0064

TANGGUNGAN -0.046105 0.055389 -0.832388 0.4052

C 0.234900 0.627595 0.374286 0.7082

McFadden R-squared 0.088026 Mean dependent var 0.806122

S.D. dependent var 0.396346 S.E. of regression 0.384774

Akaike info criterion 0.958236 Sum squared resid 28.12963

Schwarz criterion 1.058587 Log likelihood -87.90716

Hannan-Quinn criter. 0.998863 Deviance 175.8143

Restr. deviance 192.7844 Restr. log likelihood -96.39218

LR statistic 16.97005 Avg. log likelihood -0.448506

Prob(LR statistic) 0.004557

Obs with Dep=0 38 Total obs 196

Obs with Dep=1 158

Dependent Variable: INTENSI

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing)

Date: 01/03/13 Time: 10:24

Sample: 1 196

Included observations: 196

Convergence achieved after 11 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

MANFAAT -0.471828 0.673955 -0.700088 0.4839

Page 23: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

23

PENDIDIKAN 0.337337 0.167985 2.008138 0.0446

PENGHASILAN 2.90E-09 5.37E-08 0.054002 0.9569

SEBELUMNYA 1.290842 0.484539 2.664059 0.0077

TANGGUNGAN -0.076149 0.097330 -0.782374 0.4340

C 0.229341 1.109480 0.206711 0.8362

McFadden R-squared 0.088001 Mean dependent var 0.806122

S.D. dependent var 0.396346 S.E. of regression 0.384851

Akaike info criterion 0.958261 Sum squared resid 28.14099

Schwarz criterion 1.058612 Log likelihood -87.90961

Hannan-Quinn criter. 0.998888 Deviance 175.8192

Restr. deviance 192.7844 Restr. log likelihood -96.39218

LR statistic 16.96515 Avg. log likelihood -0.448518

Prob(LR statistic) 0.004566

Obs with Dep=0 38 Total obs 196

Obs with Dep=1 158

4. Jaminan Pensiun

Dependent Variable: INTENSI

Method: ML - Binary Probit (Quadratic hill climbing)

Date: 01/04/13 Time: 17:03

Sample: 1 177

Included observations: 177

Convergence achieved after 4 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

PENDIDIKAN 0.257006 0.095442 2.692808 0.0071

C -0.371980 0.438087 -0.849100 0.3958

McFadden R-squared 0.040786 Mean dependent var 0.785311

S.D. dependent var 0.411771 S.E. of regression 0.405141

Akaike info criterion 1.020381 Sum squared resid 28.72436

Schwarz criterion 1.056269 Log likelihood -88.30368

Hannan-Quinn criter. 1.034936 Deviance 176.6074

Restr. deviance 184.1167 Restr. log likelihood -92.05835

LR statistic 7.509346 Avg. log likelihood -0.498891

Prob(LR statistic) 0.006138

Obs with Dep=0 38 Total obs 177

Obs with Dep=1 139

Dependent Variable: INTENSI

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing)

Date: 01/04/13 Time: 17:32

Sample: 1 177

Included observations: 177

Convergence achieved after 4 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

Page 24: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

24

PENDIDIKAN 0.432851 0.164309 2.634376 0.0084

C -0.651654 0.739875 -0.880762 0.3784

McFadden R-squared 0.039662 Mean dependent var 0.785311

S.D. dependent var 0.411771 S.E. of regression 0.405360

Akaike info criterion 1.021549 Sum squared resid 28.75539

Schwarz criterion 1.057438 Log likelihood -88.40712

Hannan-Quinn criter. 1.036104 Deviance 176.8142

Restr. deviance 184.1167 Restr. log likelihood -92.05835

LR statistic 7.302469 Avg. log likelihood -0.499475

Prob(LR statistic) 0.006886

Obs with Dep=0 38 Total obs 177

Obs with Dep=1 139

5. Jaminan Kematian

Dependent Variable: INTENSI

Method: ML - Binary Probit (Quadratic hill climbing)

Date: 01/03/13 Time: 10:43

Sample: 1 169

Included observations: 169

Convergence achieved after 11 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

MANFAAT -0.128261 0.295461 -0.434105 0.6642

PENDIDIKAN -0.091530 0.088218 -1.037542 0.2995

PENGHASILAN 7.09E-08 3.35E-08 2.119669 0.0340

SEBELUMNYA 0.712891 0.215124 3.313860 0.0009

TANGGUNGAN 0.006856 0.053376 0.128456 0.8978

C -0.138383 0.562922 -0.245830 0.8058

McFadden R-squared 0.076353 Mean dependent var 0.485207

S.D. dependent var 0.501266 S.E. of regression 0.483508

Akaike info criterion 1.350644 Sum squared resid 38.10609

Schwarz criterion 1.461764 Log likelihood -108.1294

Hannan-Quinn criter. 1.395739 Deviance 216.2588

Restr. deviance 234.1358 Restr. log likelihood -117.0679

LR statistic 17.87699 Avg. log likelihood -0.639819

Prob(LR statistic) 0.003105

Obs with Dep=0 87 Total obs 169

Obs with Dep=1 82

Dependent Variable: INTENSI

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing)

Date: 01/03/13 Time: 10:44

Sample: 1 169

Included observations: 169

Convergence achieved after 11 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

Page 25: PERSEPSI PENGUSAHA DAN PEKERJA UMKM … pengusaha dan... · Reformasi jaminan sosial di Indonesia memakan waktu yang cukup panjang. Semenjak tonggak baru ... sektor yang tidak diregulasi

25

MANFAAT -0.286548 0.498967 -0.574283 0.5658

PENDIDIKAN -0.163207 0.146678 -1.112688 0.2658

PENGHASILAN 1.21E-07 6.08E-08 1.997404 0.0458

SEBELUMNYA 1.130169 0.354964 3.183898 0.0015

TANGGUNGAN 0.002416 0.088948 0.027167 0.9783

PENGETAHUAN 0.241814 0.407561 0.593320 0.5530

C -0.109657 0.941872 -0.116424 0.9073

McFadden R-squared 0.077393 Mean dependent var 0.485207

S.D. dependent var 0.501266 S.E. of regression 0.484616

Akaike info criterion 1.361038 Sum squared resid 38.04608

Schwarz criterion 1.490679 Log likelihood -108.0077

Hannan-Quinn criter. 1.413649 Deviance 216.0154

Restr. deviance 234.1358 Restr. log likelihood -117.0679

LR statistic 18.12038 Avg. log likelihood -0.639099

Prob(LR statistic) 0.005938

Obs with Dep=0 87 Total obs 169

Obs with Dep=1 82