persepsi pasien terhadap penerapan etika

20
PERSEPSI PASIEN TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ETIKA KEPERAWATAN (The Patients’ Perception towards Application of Principles of Nursing Ethics) Sumijatun, Yuli Mulyanti, Nurmilah Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III Email : [email protected] ABSTRAK Banyak keluhan masyarakat tentang perlakuan yang kurang baik dan diskriminatif terhadap pasien dari keluarga miskin oleh pihak rumah sakit di Indonesia. Hal tersebut dipersepsikan adanya penerapan prinsip etika profesi yang kurang optimal, dimana perawat belum menerapkan prinsip etika keperawatan dengan baik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi pasien terhadap penerapan etika keperawatan di ruang rawat inap. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember 2010 sampai Januari 2011, menggunakan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 80 orang. Hasil penelitian menunjukkan, ada prinsip etika yang masih termasuk dalam kategori cukup. Uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara karakteristik pasien dengan persepsinya terhadap penerapan etika keperawatan. Penelitian ini menggambarkan kurang perhatiannya pasien terhadap permasalahan etika. Setiap pasien mempunyai alasan berbeda dalam memilih rumah sakit yang dikehendakinya. RSUD termasuk dalam kelompok Function busines, artinya pasien menyadari bahwa pelayanan yang diterima kurang memuaskan, hanya sebatas pelayanan medik dan pelayanan umum yang sering dilakukan. Implikasi penelitian ini, perlu adanya pelatihan etika pada perawat terutama yang terkait dengan prinsip keadilan, kerahasiaan, kesetiaan dan kejujuran. Kata kunci : Persepsi pasien, Etika keperawatan, Perawat pelaksana ABSTRACT There are several numbers of public complains related to discrimination and dreadful behaviour of health personals of some hospitals in Indonesia towards poverty patients and 174

Upload: iskandar-mustofa

Post on 30-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Jurnal

TRANSCRIPT

Page 1: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Etika

PERSEPSI PASIEN TERHADAP PENERAPAN PRINSIP ETIKA KEPERAWATAN

(The Patients’ Perception towards Application of Principles of Nursing Ethics)

Sumijatun, Yuli Mulyanti, NurmilahJurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Email : [email protected]

ABSTRAK

Banyak keluhan masyarakat tentang perlakuan yang kurang baik dan diskriminatif terhadap pasien dari keluarga miskin oleh pihak rumah sakit di Indonesia. Hal tersebut dipersepsikan adanya penerapan prinsip etika profesi yang kurang optimal, dimana perawat belum menerapkan prinsip etika keperawatan dengan baik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi pasien terhadap penerapan etika keperawatan di ruang rawat inap. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember 2010 sampai Januari 2011, menggunakan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 80 orang. Hasil penelitian menunjukkan, ada prinsip etika yang masih termasuk dalam kategori cukup. Uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara karakteristik pasien dengan persepsinya terhadap penerapan etika keperawatan. Penelitian ini menggambarkan kurang perhatiannya pasien terhadap permasalahan etika. Setiap pasien mempunyai alasan berbeda dalam memilih rumah sakit yang dikehendakinya. RSUD termasuk dalam kelompok Function busines, artinya pasien menyadari bahwa pelayanan yang diterima kurang memuaskan, hanya sebatas pelayanan medik dan pelayanan umum yang sering dilakukan. Implikasi penelitian ini, perlu adanya pelatihan etika pada perawat terutama yang terkait dengan prinsip keadilan, kerahasiaan, kesetiaan dan kejujuran.

Kata kunci : Persepsi pasien, Etika keperawatan, Perawat pelaksana

ABSTRACT

There are several numbers of public complains related to discrimination and dreadful behaviour of health personals of some hospitals in Indonesia towards poverty patients and their families. Nurses had not applied the principles of professional ethics yet. The purpose of this research was to determine patients’ perception of application of principles of professional ethics in the wards. This research use a descriptive correlation design with cross sectional approach and the numbers of samples were 80 respondents. The research result of the bivariat test showed there is no significant relation between patient characteristics with their perceptions related to the application of principles of professional ethics. This study described the lack of patient’s attention regarding to ethical problems. Every patient has different reasons to choose hospitals as their wishes. Government hospitals is the function busines group, means patients aware that the treatments are unsatisfied, limit to medical and general treatment which routinely have been done. The recommendation from this research is there is a needed to run training of ethics for nurses particularly related to principles of impartiality, confidentiality, fidelity and veracity.

Keywords: patient characteristics, perception and nursing ethics.

174

Page 2: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Etika

Sumijatun: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Prinsip Etika Keperawatan 175

PENDAHULUAN

Pelanggaran prinsip etika keperawatan

telah terjadi di beberapa Negara di dunia.

Pada laporan tahun 1999 tentang kesalahan

medis di Amerika Serikat, Instituite of

Medicine memperkirakan sebanyak 98.000

kematian terjadi setiap tahun akibat

kesalahan medis yang tak terelakkan.

Kutipan yang disampaikan oleh The

Chicago Tribune pada bulan September

2000, menyatakan bahwa setidaknya ada

1.720 pasien rumah sakit yang terbunuh

tanpa disengaja. Sejak tahun 1995

sejumlah 9.584 orang mengalami cedera

akibat tindakan atau kelambanan dari

perawat terdaftar (RN) di seluruh pelosok

negeri (Michael dalam Helm, 2003)

Pada tahun 1999, ada kurang lebih

160 organisasi perawat kesehatan yang

tergabung dalam United States based

Institute for safe Medication Practice

(ISMP), menyampaikan bahwa ada lima

kesalahan pengobatan yang sering terjadi

dan menyebabkan kematian atau cedera,

antara lain meliputi pemberian insulin,

narkotika, injeksi potassium chloride dan

juga pemberian intra vena heparin. Hal ini

bisa tetrjadi ketika perawat praktisi kurang

hati-hati dan tidak mematuhi standar yang

telah ditentukan (Mayaputri Riana, 2012 )

Data statistik kesehatan di Amerika

Serikat pada tahun 2003 menunjukkan ada

16.339 (7,9%) perawat dan praktisi

keperawatan yang dilaporkan melakukan

malpraktik dalam kurun waktu 1990–

2003. Sebanyak 18.165 ( 5,3% ) laporan

malpraktik dituduhkan kepada perawat dan

praktisi keperawatan di Amerika Serikat

(2003, Annual Report, National

Practitioner Data Bank, US DHHS dalam

Wijaksana, 2008). Indonesia sendiri belum

memiliki angka pasti yang menjelaskan

tentang kesalahan perawat yang

menyebabkan pasien cedera atau

meninggal, namun banyak kalangan

meyakini angkanya tidak kecil (Wijaksana,

2008). Ketua Komisi IX Dewan

Perwakilan Rakyat Indonesia, menyatakan

bahwa banyak pasien keluarga miskin

yang terlantar akibat adanya diskriminasi

oleh pihak rumah sakit di daerah-daerah di

Indonesia (Bali Post, 7/9/2007, dikutip dari

Wijaksana, 2008).

Pelaporan Keselamatan pasien di

Indonesia tahun 2007 menurut Iskandari

Yuliati, (2013), ditemukan DKI Jakarta

(37,9%), disusul provinsi lainnya sebagai

berikut : Jawa Tengah (15.9%),

D.I.Yogyakarta (13,8%), Jawa Timur

(11,7%), Aceh (10,7%), Sumatera Selatan

(6.9%), Jawa Barat (2,8%), Bali (1,4%)

dan Sulawesi Selatan (0,7%). Berdasarkan

unit kerja ditemukan paling banyak pada

unit penyakit dalam, bedah dan anak,

yakni sebesar 56,7%. Hal tersebut dapat

dipersepsikan sebagai dampak dari adanya

penerapan prinsip-prinsip etik profesi yang

kurang optimal.

Page 3: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Etika

JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 174-185 176

Ahli filosofi mengungkapkan etik

adalah pembelajaran moral. Ahli sosiologi

melihat etik sebagai adat istiadat, perilaku

dan budaya (Darr Kurt, 1997). Etika juga

meliputi pengujian sistematis dalam

kehidupan moral dan mencari ketersediaan

suara pembenaran untuk keputusan moral

dan tindakan-tindakan yang dilakukan

seseorang (Beauchamp & Chlidress, 2001

dalam ICN, 2008). Hal ini akan

menimbulkan konflik, pilihan dan suara

hati. Pilihan etika juga harus

mempertimbangkan keinginan-keinginan,

kebutuhan-kebutuhan dan hak-hak

seseorang yang membuat sedikit rumit di

Indonesia karena banyaknya kultur atau

suku bangsa yang mempunyai adat istiadat

sendiri (Sumijatun, 2009).

Hasil penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Sumijatun, dkk. (2009),

terbukti tidak ada hubungan yang

signifikan antara karakteristik individu

perawat dengan penerapan prinsip-prinsip

etika keperawatan yang dilakukan.

Meskipun demikian ternyata masih ada

55,7% perawat belum menerapkan prinsip-

prinsip etika keperawatan dengan baik.

Kesimpulan dari penelitian tersebut

menggambarkan bahwa penerapan prinsip-

prinsip etika keperawatan dalam praktik

tidak hanya tergantung dari faktor internal

karakteristik perawat saja tetapi juga ada

variabel lain yang ikut berkontribusi tetapi

tidak diteliti yaitu faktor eksternal yang

meliputi: kepemimpinan, kebijakan

organisasi dan tim kerja serta persepsi dari

pasien yang menjadi fokus pelayanan itu

sendiri.

Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan karakteristik

individu pasien yang dirawat di rumah

sakit dengan persepsinya tentang

penerapan prinsip-prinsip etika

keperawatan oleh perawat pelaksana di

ruang rawat inap non intensif di salah satu

rumah sakit di wilayah Bogor.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada

Nopember 2010 sampai dengan Januari

2011, merupakan penelitian deskriptif

korelasi dengan menggunakan pendekatan

potong lintang (cross sectional) yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara variabel bebas yakni karakteristik

individu pasien dengan variabel terikat

yaitu persepsinya terhadap penerapan

prinsip-prinsip etika keperawatan yang

dilakukan oleh perawat pelaksana di ruang

rawat inap.

Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien yang dirawat di ruang rawat

inap dewasa non intensif RSUD Cibinong

pada waktu penelitian dilakukan. Jumlah

sampel ditentukan dengan

mempertimbangkan penggunaan tempat

tidur. Dari profil tahun 2008, didapatkan

jumlah tempat tidur di Instalasi Rawat Inap

Page 4: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Etika

Sumijatun: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Prinsip Etika Keperawatan 177

Dewasa Non Intensif sebanyak 181 tempat

tidur, diasumsikan BOR 70%, maka

jumlah responden sebanyak 127 orang,

untuk memudahkan hitungan jumlah

pasien dinaikkan menjadi 130 orang.

Sampel penelitian ditentukan dengan

menggunakan Nomogram Harry King

(Sugiyono 2010), dengan tingkat

kepercayaan 95%, sehingga didapatkan

sampel sebanyak 84 orang. Kriteria

eksklusif adalah pasien yang sedang tidak

ada ditempat dan pasien yang tidak dapat

berbicara/berkomunikasi pada waktu

penelitian dilakukan sedangkan kriteria

inklusif adalah pasien yang sedang berada

ditempat dan dapat diajak berkomunikasi

secara baik. Pada pelaksanaannya

responden dalam penelitian ini adalah 80

orang pasien yang sedang dirawat di

ruang rawat inap non intensif. Instrumen

dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner terstruktur yang dimodifikasi

dari penelitian Sumijatun, dkk, tahun

2009, tentang hubungan karakteristik

individu perawat dengan penerapan

prinsip-prinsip etika keperawatan di ruang

rawat inap RSUD Cibinong. Data

diperoleh dengan meng gunakan kuesioner

yang mencakup kedelapan prinsip etika

keperawatan. Pengisian data dilakukan

pada waktu sore hari dengan harapan tidak

mengganggu jam istirahat pasien. Tenaga

pengumpul data adalah petugas pendidikan

dan pelatihan (Diklat) rumah sakit yang

telah diberikan penjelasan sebelumnya

oleh tim peneliti. Analisis data dalam

penelitian ini dilakukan secara kuantitatif

menggunakan uji Chi-Square.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Etika keperawatan merujuk pada

standar etik yang menentukan dan

menuntun perawat dalam praktik sehari-

hari seperti respek dan otonomi,

beneficence dan non-maleficence, kejujur

an, kerahasiaan, kesetiaan dan keadilan.

Secara unik perawat melakukan praktik

sebagai perantara antara pasien-dokter,

pasien-keluarganya, pasien-tenaga kese

hatan lain, perawat-perawat, dan juga

antara dokter-dokter. Dengan demikian

kedudukan kode etik menjadi sangat

penting. Eksistensi kode etik merupakan

salah satu karakteristik profesi yang

digunakan untuk mengidentifikasi,

mengorganisasikan, memeriksa dan

membenarkan tindakan-tindakan

kemanusiaan dengan menerapkan prinsip–

prinsip tertentu, selain itu juga

menegaskan kewajiban - kewajiban yang

secara sukarela diemban oleh perawat dan

mencari informasi mengenai dampak dari

keputusan – keputusan perawat yang

mempengaruhi kehidupan pasien dan

keluarganya (Sumijatun, 2010)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

mayoritas pasien berusia diatas 35 tahun,

sebagian besar menikah, pendidikan

Page 5: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Etika

JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 174-185 178

dibawah SLTA, tidak bekerja dan lama

rawat kurang dari 2 minggu. Adapun

penerapan prinsip-prinsip etika

keperawatan dalam praktik yang

dipersepsikan oleh pasien sebagai berikut:

Penerapan prinsip respek dan otonomi

ditemukan hampir seluruh pasien

menyatakan telah dipanggil dengan nama

yang disenangi. Hal ini menunjukkan

bahwa pasien mengharapkan pengakuan

dari orang lain dan diakui keberadaannya,

dipanggil dengan nama kesayangan

merupakan suatu penghargaan dari orang

lain terhadap dirinya. Sebanyak 13.7%

pasien menganggap bahwa penghargaan

terhadap keputusannya masih belum

dihargai oleh perawat. Hal ini

dipersepsikan bahwa perawat masih ada

yang menganggap keputusan pasien

kurang tepat, sehingga segala tindakan

lebih berorientasi pada tugas yang harus

dijalankannya dari pada keinginan pasien

sendiri. Sebanyak 16.2% tidak meng

hendaki adanya teguran keras dari perawat

meskipun telah melakukan suatu kesalahan

yang akan membahayakan dirinya, artinya

teguran perawat perlu tetapi harus

disampaikan dengan santun

Sebagian besar pasien mendukung

adanya ulama yang dapat dihadirkan

sewaktu-waktu apabila pasien

membutuhkan, tetapi sebagian lainnya

tidak setuju apabila pasien dan

keluarganya mengadakan doa bersama

diluar jam besuk. Hal ini dipersepsikan

bahwa pasien dan keluarga yang

berkumpul di ruangan rawat, dimana ada

pasien lain yang berada dalam satu ruang

tersebut akan mengganggu ketenangan dan

istirahatnya.

Penerapan prinsip beneficence dan

non-maleficence menggambarkan hampir

seluruh pasien (80%) menyatakan bahwa

keluhannya telah diperhatikan oleh

perawat. Artinya pasien ingin

mendapatkan perhatian khusus dari

perawat dengan cara perawat dapat

mendengarkan apa yang ingin

disampaikan. Sebanyak 48.7% pasien

juga menyatakan tidak setuju apabila

perawat menolak untuk merawat pasien

karena telah disakiti hatinya. Pandangan

ini terkait dengan keyakinan pasien

terhadap kontrak profesi perawat yang

artinya, perawat harus tetap melaksanakan

peran dan fungsinya untuk tetap

melaksanakan tugas meskipun pasien

tersebut telah menyakitinya. Hampir

seluruh pasien menyatakan bahwa perawat

yang ada sudah merupakan sosok profesi

yang erat kaitannya dengan pemberian

motivasi pada pasien agar tidak putus asa

dalam menjalani pengobatan dan

perawatan. Selain itu juga dinyatakan

bahwa perawat selalu mengidentifikasi

keadaan lingkungan yang dapat

mengganggu keamanan pasien, termasuk

dalam hal menjaga ketertiban rumah sakit

Page 6: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Etika

Sumijatun: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Prinsip Etika Keperawatan 179

dan akan menahan pasien pulang jika tahu

bahwa keputusan yang diambil pasien

tidak tepat

Penerapan prinsip kesetiaan

ditemukan sebanyak 10% pasien

menyatakan bahwa perawat belum

menunjukkan sikap kasih sayang dengan

baik karena masih dijumpai adanya

perawat yang sering memutus pembicaraan

pasien karena terlalu lama menyita

waktunya. Hal ini bisa dimengerti karena

kesibukan perawat di rumah sakit tersebut

yang kemungkinan disebabkan terbatasnya

jumlah tenaga perawat yang ada

dibandingkan dengan jumlah pasien yang

harus dirawat. Sebanyak 32.5% pasien

juga menyatakan bahwa perawat terlihat

kesal waktu pasien menanyakan diagnosa

penyakitnya. Selain itu juga masih ada

sekitar 16,2% perawat yang jarang datang

untuk menanyakan kebutuhannya. Hal ini

dipersepsikan bahwa kebanyakan pasien

ditunggu oleh keluarganya, sehingga

masalah pemenuhan kebutuhan sehari-hari

yang masih dapat dilakukan oleh pasien

dan keluarganya akan dilakukan sendiri

tanpa minta bantuan perawat. Tetapi

apabila kebutuhan tersebut tidak dapat

dipenuhi dan memerlukan bantuan, maka

keluarga akan datang kepada perawat

untuk memintanya membantu.

Perawat juga telah menginforma

sikan kondisinya yang terkait dengan

pengobatan dan perawatan pada dokter

yang mengobatinya. Hal ini terkait dengan

kolaborasi profesi dimana semua profesi

yang ada di rumah sakit akan bekerjasama

secara berkesinambungan guna

kepentingan pasien.

Penerapan prinsip Keadilan ditemu

kan sebanyak 16.2% menyatakan bahwa

masih ada perawat yang terlihat tidak

ramah meskipun pasien telah

menghormati dan menghargai

pekerjaannya. Sebanyak 38.8% pasien juga

mempunyai persepsi bahwa perawat akan

meningkatkan kinerjanya jika dia

dipindahkan ke ruang VIP. Hampir seluruh

pasien (97.5%) menyatakan bahwa

perawat tetap akan melakukan asuhan

keperawatan dengan baik meskipun tahu

kalau pasiennya tidak mampu membayar.

Hal ini terkait dengan pandangan bahwa

perawat akan berlaku adil pada setiap

pasiennya. Sebanyak 17.5% pasien

menyatakan bahwa perawat akan memberi

kebebasan pada pasien dalam hal

melakukan ritual agama. Hal ini

dipersepsikan bahwa perawat akan

melakukan tata tertib di rumah sakit

dengan baik meskipun harus mengurangi

kebebasan pasien dan keluarganya untuk

melakukan ritual agama. Sebanyak 71.3%

pasien menyatakan bahwa perawat lebih

patuh terhadap peraturan rumah sakit dari

pada memenuhi kebutuhan pasien terbukti

dengan menolak keluarga/pengunjung

pasien yang akan berkunjung diluar jam

Page 7: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Etika

JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 174-185 180

besuk. Sebanyak 47.5% pasien mempunyai

persepsi bahwa perawat akan

mendahulukan pelayanannya pada pasien

yang mempunyai asuransi

kesehatan/jaminan kesehatan. Hal ini

terkait dengan ketersedian alat kesehatan

atau obat dimana pengguna asuransi lebih

cepat untuk mendapatkannya dari pada

yang tidak, sehingga tindakan yang

diberikan oleh perawat juga lebih cepat.

Penerapan prinsip kejujuran

menggambarkan sebanyak 42.5% pasien

dalam menyatakan setuju bahwa perawat

telah membohongi pasien ketika mencari

dokter. Hal ini terkait dengan pandangan

perawat bahwa membohongi pasien dalam

hal-hal tertentu terkadang terpaksa

dilakukan dengan alasan untuk

memberikan ketentraman dan kebaikan

pasien. Sebanyak 62% pasien

menyatakan tidak setuju apabila perawat

menganggap bahwa pasien tidak perlu

tahu dampak dari pengobatan penyakitnya

yang terkait dengan penampilan diri,

karena akan membuat pasien menjadi lebih

menderita. Artinya pasien memerlukan

kejujuran perawat meskipun akan

membuatnya kecewa atau sedih karena

penyakitnya. Sebanyak 82.5% menyatakan

setuju apabila perawat memberikan

keyakinan pada pasien bahwa penyakitnya

pasti sembuh. Artinya perawat juga perlu

menyiapkan strategi jawaban yang tepat

dan sesuai dengan kondisi pasien karena

pasien memerlukan dukungan dalam

proses penyembuhan dari penyakitnya

Penerapan prinsip kerahasiaan

menunjukkan sebanyak 93.8% pasien

menyatakan bahwa perawat tidak akan

menceriterakan penyakit pasien pada orang

lain yang tidak berkepentingan. Hal ini

terkait dengan pandangan bahwa perawat

harus dapat menyimpan rahasia pasien dan

tidak akan menyampaikannya pada orang

yang tidak berwenang. Sebanyak 47.5%

menyatakan bahwa perawat selalu

meletakkan status pasien ditempat tidur

sehingga dipersepsikan bahwa status dapat

dibaca oleh orang lain. Sebanyak 31.2%

pasien menyatakan bahwa perawat

sebaiknya tidak menjawab pertanyaan

pengunjung/ keluarga pasien yang terkait

penyakit. Hal ini dikaitkan dengan

kewajiban perawat untuk merahasiakan

hal-hal yang sangat pribadi tentang pasien

termasuk penyakit yang dideritanya.

Sebanyak 71.3% pasien menyatakan

setuju apabila perawat menjawab secara

jujur jika pasien menanyakan

perkembangan penyakitnya. Hal ini terkait

dengan hak pasien bahwa pasien berhak

untuk mengetahui apa yang sedang dan

akan terjadi pada dirinya termasuk tentang

perkembangan penyakit.

Rekapitulasi hasil kumulatif

penerapan prinsip-prinsip etika

keperawatan bahwa prinsip kesetiaan,

kejujuran dan kerahasiaan merupakan

Page 8: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Etika

Sumijatun: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Prinsip Etika Keperawatan 181

nilai yang berada dibawah 70% (lihat tabel

1.) sehingga masih termasuk dalam

kategori cukup. Artinya responden masih

menganggap bahwa prinsip tersebut masih

dapat diperbaiki. Dari penelitian terdahulu

persepsi perawat terhadap penerapan

prinsip-prinsip etika ditinjau dari seluruh

kategori masih mendapatkan hasil yang

kurang baik. Jadi pendapat responden

maupun pasien hampir sama yakni adanya

perbaikan dalam pelayanan.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penerapan Prinsip-Prinsip Etika Keperawatan

No Persepsi pasien terhadap penerapan

prinsip-prinsip etika keperawatan

Jawaban Pasien

Setuju % Kategori

1 Prinsip respek dan otonomi 66 82.5 Baik

2 Prinsip beneficence dan non-

maleficence

64 80 Baik

3 Prinsip kesetiaan 55 68.8 Cukup

4 Prinsip keadilan 56 70 Baik

5 Prinsip kejujuran 53 66.3 Cukup

6 Prinsip kerahasiaan 50 62.5 Cukup

Rata-rata 57 71.3 Baik

Hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan Sumijatun, dkk. (2009),

menemukan bahwa perawat yang bermoral

baik termotivasi untuk menunjukkan

kepedulian dan menghargai pasien sebagai

individu yang utuh dan akan meningkatkan

kerjasama untuk kesejahteraan pasien.

Dengan demikian ilmu pengetahuan dan

ketrampilan keperawatan terintegrasi

dengan praktik kepedulian dan

memusatkan pada kesejahteraan pasien.

Perawat mengemban identitas profesional

dengan berikrar untuk mengerti,

menterjemahkan dan memperluas pohon

pengetahuan, mengkritik dan mengatur diri

dengan disiplin yang sama serta

membudayakan sikap dan tingkah laku

terpuji kemudian dijadikan sebagai acuan.

Ciri profesional yang menonjol adalah

komitmen terhadap kepedulian individu,

khususnya kesehatan fisik, kesejahteraan

dan kebebasan pribadi, sehingga dalam

praktik selalu melibatkan hubungan yang

bermakna seorang profesional dengan

kliennya. Oleh karena itu perawat harus

memiliki orientasi pelayanan, standar

praktik dan kode etik untuk melindungi

masyarakat serta memajukan profesi.

Page 9: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Etika

JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 174-185 182

Tabel 2 . Hubungan Karakteristik Individu Pasien dengan Penerapan Prinsip-Prinsip Etika Keperawatan

Karakteristik individu pasien

Uji Chi Square, dengan P Value

Kesetiaan Keadilan Kejujuran KerahasiaanRespek dan otonomi

Beneficence dan Non-maleficence

1. Usia < 35 tahun 0,802 1,000 1,000 0,442 1,000

Tdk bisa DianalisisKarenaDataKonstan

> 35 tahun2. Jenis Kelamin

Pria0,430 0,720 0,495 0,703 0,495

Wanita

3. Status perkawinan

Menikah1,000 0,103 0,421 0,188 0,421Belum

Menikah4. Pendidikan

< SMA 0,337 1,610 1,000 1,000 1,000

≥ S-1

5. PekerjaanTidak bekerja

0,125 0,763 0,547 0,418 0,547

Bekerja6. Lama rawat

< 2 minggu0,746 0,332 1,000

0,348 1,000> 2 minggu

Seluruh hasil uji bivariat dengan Chi

Square didapatkan nilai signifikansi p

value lebih besar dari alpha (p>0.05), oleh

karena itu dikatakan semua kategori

variabel tidak ada hubungan atau dengan

kata lain penerapan prinsip-prinsip etika

keperawatan tidak dipengaruhi oleh

variabel usia, jenis kelamin, status

pernikahan, pendidikan, pekerjaan dan

lama rawat. Hal ini dipersepsikan bahwa

temuan tersebut menggambarkan kurang

perhatiannya pasien terhadap

permasalahan penerapan etika dan hal ini

sesuai dengan pendapat Subanegara.H.

(2001), bahwa pasien sebagai pelanggan

institusi pelayanan kesehatan mempunyai

alasan yang berbeda-beda dalam memilih

rumah sakit yang dikehendakinya. Pada

pasien yang datang berkunjung ke RSUD

Cibinong termasuk dalam kelompok

Function business, yakni datang ke rumah

sakit karena dengan pilihan biaya rumah

sakit yang murah, khususnya pelanggan

rumah sakit daerah, pada umumnya

mereka menyadari bahwa pelayanan yang

diterima kurang memuaskan, artinya

pertimbangan datang ke rumah sakit

tersebut karena biaya yang terjangkau.

Lebih lanjut menurut Subanegara (2001)

pada RSUD terkadang hanya melakukan

bisnis fungsi yang hanya sebatas

pelayanan medik dan pelayanan lain yang

umum dilakukan dan seringkali kurang

atau bahkan tidak memperhatikan

keramahan dan sopan santun, bisnis ini

merupakan bisnis yang paling dasar,

karena baru memfokuskan pada

pengobatan dokter saja, sedangkan

pelayanan kesehatan lain masih dapat

diabaikan (Subanegara, 2001)

Page 10: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Etika

Sumijatun: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Prinsip Etika Keperawatan 183

Pendapat ini sejalan dengan sejarah

pertumbuhan rumah sakit di Indonesia

yang disampaikan oleh Yacobalis Samsi

(2000), bahwa rumah sakit merupakan

tumpuan rujukan medis spesialistik dan

subspesialistik, khususnya dalam masalah

penyembuhan dan pemulihan kesehatan

perorangan. Sebagai dampak dari tuntutan

lingkungan dan kebijakan pemerintah,

muncul beberapa karakteristik rumah sakit,

antara lain : belum sampai 15%

masyarakat yang tercakup oleh asuransi

kesehatan/YPKM, pelayanan rumah sakit

sebagian besar dibayar oleh

pasien/keluarganya sendiri, mulai terjadi

stratifikasi dan penggolongan rumah sakit

sesuai dengan segmen pasar yakni kelas

atas untuk yang mampu membayar dan

kelas bawah untuk yang kurang mampu.

Mutu, service, kenyamanan, kepuasan

pasien dan tehnologi tinggi menjadi

andalan dalam pelayanan rumah sakit,

terutama untuk kelas atas. Dengan

demikian seolah-olah telah terjadi

percabangan kedua arah yang berbeda dari

rumah sakit,yakni rumah sakit pemerintah

yang menjadi komponen sistem rujukan

nasional sesuai dengan stategi WHO serta

rumah sakit swasta yang telah berubah

menjadi industri unit usaha yang sarat

dengan perdagangan jasa yang kompetitif.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa

karakteristik pasien yang datang ke rumah

sakit pemerintah, termasuk RSUD

Cibinong adalah kelompok kelas bawah

yang masih bertujuan mencari kesembuhan

dan pemulihan kesehatan, sehingga

penerapan prinsip etika oleh petugas

kesehatan, termasuk perawat tidak menjadi

tuntutan utama

SIMPULAN

Kesimpulan dalam penelitian

menunjuk kan bahwa mayoritas pasien

berusia diatas 35 tahun, sebagian besar

menikah, pendidikan dibawah SLTA, tidak

bekerja dan lama rawat kurang dari 2

minggu. Dari penelitian terdahulu persepsi

perawat terhadap penerapan prinsip-

prinsip etika ditinjau dari seluruh kategori

masih mendapatkan hasil yang kurang

baik. Jadi pendapat responden maupun

pasien hampir sama yakni adanya

perbaikan dalam pelayanan. Temuan

penelitian menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara variabel bebas yakni

karakteristik individu pasien dengan

persepsinya terhadap penerapan prinsip-

prinsip etika keperawatan di ruang rawat

inap RSUD Cibinong. Pasien sebagai

pelanggan institusi pelayanan kesehatan

mempunyai alasan yang berbeda-beda

dalam memilih rumah sakit yang

dikehendakinya. Pada Rumah Sakit Umum

Daerah termasuk dalam kelompok

Function busines. Saran dari penelitian ini

adalah adanya pelatihan etika pada

perawat pelaksana terutama yang terkait

Page 11: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Etika

JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 174-185 184

dengan prinsip keadilan, kerahasian,

kesetiaan dan kejujuran

DAFTAR RUJUKAN Bertens, K. 2000. Etika, Seri Filsafat Atma

Jaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Darr, K. 1997. Ethics in Health Services Management. Third Edition. Baltimore : Health Professions Press.

Gomes, F.C. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Helm, A. 2003. Nursing Malpractice, Sidestepping Legal Minefields. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

Huber, D. 2000. Leadership and Nursing Care Management. 2nd ed, WB Philadelphia : Saunders Company.

Hood, L.J., & Leddy, S.K. 2006. Conceptual Bases of Professional Nursing. Philadelphia : Lipincott.

International Council of Nurses (ICN). 2008. Ethics in Nursing Practice : A Guide to Ethical Decision Making. Blackwell Publishing, Printed in Singapore by Utopia Press Pte Ltd

Iskandari yuliati. 2013. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Iklim Organisasi Terhadap Budaya Keselamatan Pasien (Patient Safety Culture) Pada Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dewi Sri Krawang, Tesis, tidak dipublikasikan. Program Pasca Sarjana Magister Administrasi Rumah Sakit Universitas Respati Indonesia, Jakarta

Jacobalis Samsi. 2000. Kumpulan tulisan terpilih tentang Rumah Sakit Indonesia dalam Dinamika Sejarah, Transformasi, Globalisasi, dan Krisis Nasional, Yayasan Penerbitan IDI Bekerja Sama Dengan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, Jakarta

Jones, R.A.P., & Beck, S.E. 1996. Decision Making in Nursing. Delmar Publisher. An International Thomson Publishing Company

Kozier, B. Erb G., & Blais, K. 1997. Professional Nursing Practices. third edition. California : Addison, Wesley.

Matzo, M.L.P., & Sherman, D.W. 2001. Palliative Care Nursing Quality Care to The End of Life. Canada : Springer Publishing Company.

Mariner-Tomey. 1996. Nursing Mana gement and Leadership. St. Louis : Mosby Company.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2004. Konsep Dasar Etika Keperawatan. Jakarta

Mayaputri Riyani. 2012. Analisis Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Patient Safety Pada Perawat di Rumah Sakit Wijaya Kusuma Kuningan, Jawa Barat, Tesis tidak dipublikasikan. Program Studi Administrasi Rumah sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta.

Subanegara, H.P. 2001. Remuneration Sistems Perawat berbasis kompetensi. makalah, disajikan dalam pertemuan IRSPI di Bali.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. cetakan 9. Bandung : Alfabet.

Page 12: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Etika

Sumijatun: Persepsi Pasien Terhadap Penerapan Prinsip Etika Keperawatan 185

Sumijatun. 2009. Konsep Dasar dan aplikasi Pengambilan Keputusan Klinis. Jakarta : Trans Info Media.

Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta : Trans Info Media.

Syaefudin, D. 2006. Hubungan Karakteristik Individu Perawat dengan Pemenuhan Hak-hak Pelayanan Pasien Di Ruang rawat Inap Rumah Sakit Salak Bogor. Tesis tidak dipublikasikan. Program Pasca Sarjana Magister Administrasi Rumah Sakit Universitas Respati Indonesia, Jakarta

Wijaksana, R. H. 2008. Analisis Pelaksanaan Prinsip-prinsip Etika Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Dewasa Non Intensive Care Kelas II dan III RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru. Tesis tidak dipublikasikan. Program Studi Administrasi Rumah sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta.