persepsi laki-laki terhadap kepemimpinan...
TRANSCRIPT
PERSEPSI LAKI-LAKI TERHADAP KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM
MILITER
(Studi Kasus di Komando Daerah Militer Jaya/Jayakarta)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Oleh
Kuntum Chairum Ummah
109032200002
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H./2014M.
ii
ABSTRAK
KUNTUM CHAIRUM UMMAH. Persepsi Laki-laki Terhadap Kepemimpinan Perempuan
dalam Militer. Skripsi, Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014.
Skripsi ini membahas mengenai persepsi laki-laki terhadap kepemimpinan perempuan
dalam militer. Kepemimpinan perempuan pada saat ini merupakan isu yang sangat sentral dan
dipandang sebagai sesuatu hal yang menarik untuk dikaji. Banyak organisasi yang memiliki
perspektif patriarkal, hal ini dapat terlihat dari terdapatnya dominasi oleh laki-laki. Salah satu
bukti bahwa terdapatnya dominasi laki-laki adalah dari jumlah komposisi laki-laki yang bertugas
di Kodam Jayakarta dengan total 13.000 anggota. Sedangkan, perempuan yang bertugas di
Kodam Jayakarta hanya berjumlah total 200 anggota.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi laki-laki terhadap
kepemimpinan perempuan. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik penelitian
menggunakan pertanyaan terbuka. Informan dipilih berdasarkan pada informasi yang tersedia
seperti informan yang pernah memiliki pengalaman memiliki pemimpin perempuan. Analisis
data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis deskriptif.
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa permasalahan kepemimpinan perempuan
dalam militer bersandar pada bekal keilmuan dan pengalaman, jabatan fungsional atau
kepangkatan merupakan tolak ukur utama dalam menentukan standarisasi calon pejabat
struktural dan kendala yang terdapat pada pemimpin perempuan adalah waktu dan fasilitas.
Peluang seorang perempuan dalam memimpin terhalang oleh persepsi bahwa perempuan dalam
bertugas haruslah mendapatkan izin dari keluarga. Dalam pandangan militer, posisi seorang
perempuan sangatlah terhormat hal ini tercantum dalam delapan wajib TNI bahwa seorang
prajurit haruslah menjunjung tinggi kehormatan seorang wanita.
Hasil wawancara menunjukkan tidak ada perbedaan kesempatan yang diberikan kepada
prajurit laki-laki dan perempuan serta tidak adanya larangan bagi prajurit perempuan untuk
menjadi pimpinan selama mampu dan memiliki kualifikasi untuk menjadi pimpinan dan tidak
mengabaikan tugas dalam keluarga sebagai seorang istri dan seorang ibu. Dalam militer
kelebihan pemimpin dengan sifat keibuannya dalam memimpin bawahan sedangkan
kekurangannya terdapat pada tingkat emosional yang dianggap kurang tegas. Penelitian ini
menunjukkan perlunya pemberian dukungan bagi kesetaraan perempuan dalam memimpin serta
perlunya kesadaran dari pemimpin perempuan untuk mau dan mampu bersaing dengan sesama
kowad maupun dengan prajurit laki-laki.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
ini ditulis untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Persepsi
Laki-laki terhadap Kepemimpinan Perempuan dalam Militer”.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing Cucu Nurhayati, M.Si dan Ahmad Abrori, M.Si yang telah meluangkan waktu dan
tenaga, secara sabar dan teliti dalam memberikan arahan, nasihat, serta bimbingan selama
penyusunan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Segenap Dosen Program Studi Sosiologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan bimbingan dan bekal selama menempuh pendidikan sarjana.
5. Pangdam Jaya/Jayakarta yang telah memberikan izin tempat penelitian ini.
6. Asisten Personel Kodam Jaya/Jayakarta yang telah memberikan izin tempat penelitian ini.
7. Seluruh Staf Binpers Kodam Jaya/Jayakarta yang telah membantu segala keperluan selama
peneliti melakukan penelitian di tempat penelitian.
v
8. Mama dan Papa tercinta serta kakak dan adik tersayang Meli dan Eca yang telah memberikan
kasih sayang, dukungan serta do’anya dalam penyusunan skripsi ini.
9. Sepupu-sepupu terbaik yang selalu mendoakan keberhasilanku.
10. Terima kasih kepada sahabat-sahabat angkatan Edelweiss Resimen Mahasiswa ”Wira
Dharma” tercinta (Syawal, Helmi, Harisman, Dzikri, Qudsi, Ristya, Ryani, Iir, Rima dan
Dora) yang telah rela memberikan bantuan materil maupun non materil dalam penyusunan
skripsi ini, sehingga dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal.
11. Terima Kasih kepada angkatan Wira Chandra tersayang (Maryury, Fatma, Dian, Indah dan
Fathur) yang senantiasa membantu dan mendo’akan keberhasilan penulisan penelitian ini.
12. Semua rekan-rekan mahasiswa Program Studi Sosiologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
13. Terima kasih juga kepada semua pihak baik langsung maupun tidak langsung memberikan
dukungan dan apresiasi dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga bantuan, dukungan dan motivasi yang telah diberikan menjadi amal baik. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan penelitian ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna
menyempurnakan tulisan ini. Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat
bagi semua pembaca dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dunia pendidikan kita.
Jakarta, Mei 2014
Kuntum Chairum Ummah
vi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Pernyataan Masalah ...................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 6
E. Kerangka Teori .............................................................................. 9
1. Persepsi ...................................................................................... 9
a. Konsep persepsi .................................................................... 9
b. Proses terjadinya persepsi ..................................................... 12
2.Kepemimpinan ........................................................................... 13
a. Konsep Kepemimpinan ......................................................... 13
b. Pendekatan teori kepemimpinan ........................................... 16
c. kepemimpinan militer ........................................................... 17
vii
F. Metode Penelitian .......................................................................... 18
G. Sistematika Penulisan ................................................................... 20
BAB II GAMBARAN UMUM ....................................................................... 22
A. Gambaran Umum Kodam Jayakarta ............................................ 22
B. Gambaran Umum Korps Wanita Angkatan Darat ........................ 29
BAB III ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............. 32
A. Persepsi laki-laki .......................................................................... 32
B. Kepemimpinan perempuan dalam militer .................................... 48
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 61
A. Kesimpulan ................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63
LAMPIRAN .......................................................................................................... 65
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pertanyaan Penelitian .................................................................65
Lampiran 2 Hasil Wawancara ........................................................................ 68
Lampiran 3 Daftar Informan ..........................................................................121
Lampiran 4 Struktur Organisasi ..................................................................... 122
Lampiran 5 Surat-surat ................................................................................ 123
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Laki-laki dan perempuan memiliki pengalaman yang berbeda dan proses
sosialisasi yang berbeda. Proses sosialisasi inilah yang pada akhirnya dapat menyebabkan
pengalaman yang berbeda dalam melihat diri mereka masing-masing, antara diri mereka
dengan komunitas dan hubungan keduniaan serta interaksi yang melandasi kemampuan
setiap individu untuk menerjemahkan dan menerima apakah simbol-simbol serta hukum-
hukum yang dikonstruksi sedemikian rupa otentik atau tidak (Siti Ruhaini Dzuhayatin,
2002: 6).
Stereotype yang ada tentang feminim dan maskulin. Feminim digambarkan secara
positif dengan tidak suka menggunakan kata kasar, suka bicara, halus, lembut, peka
terhadap rangsangan orang lain, religius, sangat memperhatikan penampilan, rapi,
membutuhkan pengamanan diri, dan bicara pelan. Namun, feminim juga digambarkan
dengan negatif dengan tidak mandiri (tergantung laki-laki), tidak percaya diri, tidak
agresif, sangat emosional, sangat subjektif, sangat mudah dipengaruhi, pasif, tidak
kompetitif, tidak logis, orientasi dunia domestik, tidak tegas, sulit mengambil keputusan
dan sulit menjadi pemimpin. Gambaran stereotype maskulin justru kebalikan dari
stereotype feminim
Terdapat beberapa alasan mengapa saya mengambil judul ini.Pertama, konstruk
sosial yang membedakan antara pekerjaan laki-laki (sektor publik) dan pekerjaan
perempuan (sektor domestik).Kedua, penggunaan simbol-simbol yang melekat pada diri
2
perempuan dan laki-laki.Misalnya, militer pada saat ini identik dengan sikap kuat, keras,
rasional, berani dan agresif.Dalam konstruksi sosial dikenal dengan istilah
maskulin.Sedangkan, perempuan diidentifikasikan simpatik, halus, lemah, lembut, peduli
dan perasa atau yang dikenal dengan istilah feminim.
Secara legal tidak ada perbedaan kesempatan bagi prajurit laki-laki maupum
perempuan dalam mengembangkan karier namun terdapat fenomena dari sejumlah
pejabat struktural di militer perempuan yang jumlahnya sangat sedikit.Kalaupun ada,
jumlahnya sangat tidak berimbang (kurang dari 50%) dibandingkan dengan jumlah
pejabat struktural laki-laki dalam militer.Mayoritas perempuan dalam militer juga tidak
memegang jabatan struktural karena tanggung jawab keluarga dan domestik yang
ditanggungnya sehingga tidak semua perempuan bersedia memegang jabatan struktural
dalam institusi tempat mereka bekerja.
Ada perempuan yang mampu menduduki jabatan tertinggi dalam Angkatan Darat
namun hanya sampai pangkat Brigadir Jenderal sedangkan untuk wilayah Kodam Jaya
prajurit perempuan hanya mampu sampai pangkat Kolonel dengan jabatan Kepala Ajudan
Jenderal itupun pada jabatan yang sangat identik dengan perempuan seperti administrasi
dan logistik. Idealnya perempuan haruslah juga dapat diangkat pada posisi yang tidak
hanya identik dengan perempuan tetapi juga pada posisi yang dianggap hanya mampu
diisi oleh prajurit laki-laki.Hambatan karir dan tanggung jawab yang sering dihadapi
perempuan adalah banyaknya proporsi perempuan yang berada pada posisi rendah atau
junior, perempuan kurang dipromosikan dibandingkan dengan laki-laki, rata-rata
penghasilan perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, dan hanya sedikit
perempuan yang menduduki posisi yang tinggi atau senior. Belum adanya prajurit
3
perempuan yang lulusan akmil pun menjadi faktor yang membedakan prajurit perempuan
dengan laki-laki.Namun, setahun yang lalu tepatnya 2013 sudah dibuka sekolah taruni
masih dengan angkatan pertama dengan jumlah total 16 orang taruni. Walaupun dari
jumlah masih berbeda jauh dengan jumlah taruna namun hal ini menunjukkan bahwa
militer sudah membuka kesempatan bagi calon prajurit perempuan untuk dapat
menduduki jabatan strategis setelah lulus dan berkarir minimal 20 tahun setelah lulus
sebagai taruni.
TNI dinilai kurang memberikan kesempatan bagi perempuan untuk berperan lebih
banyak sebagai prajurit. Saat ini jumlah prajurit perempuan di Mabes TNI baru sebanyak
10 hingga 15 persen dari seluruh jumlah prajurit TNI (situs: web.tni.mil.id). Idealnya
jumlah prajurit perempuan sebanyak 30 persen dari jumlah prajurit TNI.Keterbatasan
penempatan penugasan pun juga terjadi pada kalangan prajurit TNI.Prajurit perempuan
hanya diletakkan pada jabatan-jabatan yang dianggap kurang strategis seperti
administrasi, logistik, perbekalan dan kesehatan.Perbedaan mencolok tampak dari jumlah
anggota yang bertugas di Kodam Jaya.Prajurit laki-laki yang bertugas di Kodam jaya
berjumlah kurang lebih 13.000 sedangkan prajurit perempuan hanya berjumlah 200
orang.
Tabel I.1 Jumlah anggota yang bertugas di Kodam Jaya
No Laki-laki Perempuan Jumlah
1 2 3 4
Perwira 1500 90 1590
Bintara 6000 110 6110
Tamtama 5500 - 5500
Total 13000 200 13200
Sumber data: Pembinaan Personalia Kodam Jaya, 2014
4
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bagaimana kurangnya keterwakilan dan
peran perempuan dalam militer karena dibutuhkannya perempuan-perempuan yang mau
masuk TNI dan terdapatnya beberapa aturan-aturan khusus serta setiap perempuan yang
mau masuk TNI haruslah perawan sebagai salah satu aturan yang tidak dapat diganggu
gugat serta diberlakukan tes keperawanan. Setelah seorang prajurit perempuan selesai dan
lulus dari lembaga pendidikan (lemdik) maka akan terdapat perbedaan dalam hal
memimpin karena faktor kurangnya pengalaman dalam hal kepemimpinan lapangan.
Prajurit perempuan biasanya kurang terlatih dalam wilayah operasi dan pertempuran hal
ini menyebabkan perbedaan yang sangat mencolok antara kepemimpinan prajurit laki-
laki dan prajurit perempuan jika menjadi pimpinan.
Dominasi laki-laki dalam dunia militer adalah sebuah produk dari perkembangan
sosial.Laki-laki mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Proses seleksi dan promosi dalam
dunia militer menempatkan laki-laki lebih menguntungkan dibandingkan dengan
perempuan. Terdapat anggapan bahwa kinerja perempuan lebih rendah dibanding laki-
laki.Kurang mampu bersaing serta tidak adanya dukungan dari lingkungan memperburuk
kondisi kerja yang harus dihadapi oleh perempuan.Sepanjang sejarah kowad yang
menjadi perwira tinggi hanya ada 8 orang dan hanya sampai brigjen tidak lebih dari itu. 8
orang tersebut yaitu:
1. Brigjen TNI (Purn) Kartini Hermanus (Jabatan terakhir: staf ahli Panglima TNI bidang
Inbang)
2. Brigjen TNI (Purn) Hermawati (Jabatan terakhir: Pati staf khusus KASAD )
3. Brigjen TNI (Purn) Yulia Ganawati (Jabatan terakhir: Kepala Biro Keuangan Setjen
Wantannas)
5
4. Brigjen TNI Dra. Sri Parmini,MM (Jabatan terakhir: Sahli TK-II, Kawasan Eropa dan
Amerika Serikat, Sahli Hubint Panglima TNI )
5. Brigjen TNI Theresia S Abraham, SH (Jabatan terakhir: Oditur Jenderal TNI )
6. Brigjen TNI Dr. Nur Azizah, SH,MH (Jabatan terakhir: Kepala Biro Hukum Kemhan RI )
7. Brigjen TNI A.A.A Putu Oka Dewi Iriani, SH,MH (Jabatan terakhir: Kepala Kelompok
Hakim Militer utama Pengadilan Militer Utama)
8. Brigjen TNI Dra Purwanti SH,MH (Jabatan terakhir: Direktur Hukum TNI Angkatan Darat).
Berdasarkan data diatas jelas bahwa perempuan belum pernah ada yang
menempati jabatan strategis dalam militer.Perempuan kalaupun menjadi pemimpin hanya
dapat berada pada bidang-bidang selain tempur (non-combat).Dalam hal kualitas
professional dalam bidang keahlian tidak ada perbedaan antara prajurit laki-laki dengan
prajurit perempuan hanya saja perbedaan pengalaman antara lapangan dan administratif
menyebabkan perempuan tidak mampu menduduki jabatan strategis.Dalam studi ini akan
dikaji bagaimana persepsi laki-laki terhadap kepemimpinan perempuan dalam milliter.
Kajian ini sangat menarik karena pada zaman modern seperti ini tidak dapat dipungkiri
lagi bahwa perempuan memberikan kontribusi yang sangat besar hampir di seluruh aspek
kehidupan.Penelitian ini bermula dari ketimpangan kesempatan dan prospek karir antara
laki-laki dengan perempuan sebagai pejabat struktural dalam militer.Terdapat perbedaan
penerimaan personel yang dilakukan antara perempuan dan laki-laki.Begitupun
penempatan posisi antara laki-laki dan perempuan yang sering tidak setara.Secara legal,
prajurit perempuan disejajarkan dengan prajurit laki-laki namun dalam kenyataannya
marginalisasi terhadap prajurit perempuan tetap saja terjadi.Saya rasa diperlukan sistem
yang lebih baik untuk memperbaiki jumlah penerimaan sekaligus memperluas peran
kaum perempuan, termasuk peran tempur.
6
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan Pernyataan Masalah diatas, maka pertanyaan penelitian adalah
Bagaimana laki-laki mempersepsikan kepemimpinan perempuan dalam militer?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk menjelaskanpersepsi laki-laki terhadap
kepemimpinan perempuan dalam militer. Adapun manfaaat penelitian adalah:
1. Manfaat teoritis:
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat berkontribusi dan dimanfaatkan bagi
perkembangan ilmu sosiologi khususnya sosiologi organisasi.Serta dapat digunakan
sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya. Khususnyatopik tentang militer maupun
mengungkapkan topik lain yang lebih kompleks yang ada hubungan dengan
kepemimpinan perempuan di militer.
2. Manfaat praktis:
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi perempuanyangingin
mempertahankan eksistensinya diantara hubungan interaksi sosial yang didominasi
oleh budaya patriarkal. Bagi para pembuat kebijakan hasil penelitian ini dapat
memberi kontribusidalam membuat kebijakan-kebijakan pembangunan nasional.
D. Tinjauan Pustaka
Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Kholis Fatahillah Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2006
7
yang berjudul “Sistem Dakwah di Lingkungan Militer Pada Batalyon Artileri Pertahanan
Udara Sedang-6/1 Komando Daerah Militer Jayakarta (Kodam Jaya)”
Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara kepada pejabat Yon
Arhanudse-6/1 Dam Jaya dengan menggunakan pendekatan kualitatif secara deskriptif.
Menggunakan teori sosialisasi dan media massa. Hasil temuannya adalah dasar dakwah
pada Yon Arhanudse-6/1 adalah dasar perintah yaitu bahwa sudah menjadi kewajiban
staf bintal untuk membimbing prajurit di batalyon dalam proses pembinaan prajurit
batalyon yang berada di bawah nauangan Kodam Jaya. Dasar ibadah yaitu sebagai
manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari semata-mata hanya mencari ridho
Tuhan dan untuk ibadah semata. Dasar kemanusiaan bahwa sudah menjadi kodrat
manusia untuk saling tolong menolong serta dasar ukhuwah untuk menjalin persaudaraan
sesama prajurit
Kedua, Skripsi Universitas Negeri Semarang yang ditulis oleh Adi Abasaki Prodi
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial pada Tahun 2011 yang berjudul “Persepsi Santri
Terhadap Kepemimpinan Perempuan di Sector Publik (Studi Kasus di Pondok Pesantren
Durrotu ASWAJA, Semarang) ”. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
subjek yang diteliti. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam
dan dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan sebagai istri masih
dipandang sebagai pelayan suami dan mempunyai tugas untuk mengurus anak-
anak.Namun, dalam pandangan santri perempuan dianggap sebagai seorang ibu yang
sangat terhormat posisinya. Tidak ada pelarangan bagi perempuan untuk menjadi
pemimpin di sector public, santri beranggapan bahwa selama perempuan memiliki
8
kapasitas, bakat dan kemampuan dalam memimpin, perempuan boleh saja menjadi
pemimpin selama tidak mengabaikan tugasnya dalam keluarga dan seijin suami.
Ketiga, Tesis Universitas Indonesia yang ditulis oleh Dwitularsih Sukowati pada
tahun 2002 yang berjudul “Persepsi Anggota Organisasi Isteri Terhadap Peran
Organisasi Dalam Meningkatkan Kualitas Anggota Sebagai Sumber Daya Manusia
(Studi Kasus: Organisasi Isteri TNI-AD Persit Kartika Chandra Kirana Pengurus
Daerah VII/ Wirabuana, Makassar)”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif,
sifat penelitiannya adalah studi evaluatif yaitu evaluasi terhadap program-program
organisasi dengan unit analisisnya adalah anggota organisasi.Populasi penelitian ini
adalah seluruh anggota Persit Kartika Chandra Kirana PD VII/Wirabuana.Penarikan
sampel dilakukan secara acak, tetapi tetap sesuai dengan kriteria persyaratan yang
proporsional antara anggota biasa dengan pengurus, sedangkan informannya adalah
anggota persit Kartika Chandra Kirana.Pengambilan sampel dilakukan dengan sistem
sampel acak berlapis atau disebut juga sampling berstrata.Tekhnik pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang disebarkan berisi pertanyaan tertutup secara selektif.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa faktor-faktor yang menjadi kendala dalam
meningkatkan kualitas SDM adalah anggota yang kurang berpartisipasi atau apatis
terhadap program, ketidak pedulian terhadap organisasi walaupun persentasenya kecil
dibandingkan anggota yang mendukung program dan berpartisipasi aktif. Faktor
golongan pangkat suami juga merupakan kendala, hal ini membuat anggota yang
potensial dari segi pendidikan tidak bisa mengembangkan potensinya karena golongan
pangkat suami rendah.
9
E.Kerangka Teoretis
1. Persepsi
a. Konsep persepsi
Persepsi merupakan cara pandang seseorang atau masyarakat mengenai suatu
hal. Individu mengenal lingkungannya melalui proses sosialisasi. Proses sosialisasi
yang berbeda inilah yang menentukan persepsi seseorang terhadap suatu hal. Dalam
proses interaksi orang belajar memahami simbol-simbol sehingga mampu
memahami peranan aktor-aktor lainnya. Menurut Blumer, seseorang tidak langsung
memberi respon pada tindakan orang lain, tetapi didasari oleh pengertian yang
diberikan kepada tindakan itu, dengan demikian interaksi manusia dijembatani oleh
penggunaan simbol-simbol, oleh penafsiran, oleh kepastian makna dari tindakan-
tindakan orang lain (Margareth M Poloma, 2003:263).
Simbol digunakan seseorang untuk mempersepsikan sesuatu. Misalnya,
simbol militer dengan penggunaan atribut seperti seragam, cara berjalan, cara
bersikap dan beretika dengan sesamanya. Simbol ini identik dengan maskulin
dimana pemimpin dalam militer harus memiliki sifat-sifat dan sikap yang keras,
tangguh, kuat dan bersuara lantang.Hal ini berbeda dengan stereotype feminim yang
identik dengan lembut, halus dan bersuara pelan.Stereotype inilah yang berpengaruh
besar terhadap bagaimana reaksi kita terhadap suatu objek.
Persepsi merupakan tahap kedua perbuatan dimana aktor mencari dan
bereaksi terhadap stimulus yang terkait dengan impuls. Aktor juga secara aktif
memilah dan memilih stimulus mana yang akan diambil dan mana yang akan
diabaikan. Mead menolak memisahkan orang dari objek yang mereka
10
persepsikan.Menurutnya, objek dan persepsi tidak dapat dipisahkan karena satu
dengan yang lain saling terkait (Ritzer, 2004: 380). Persepsi seseorang tidak bisa
serta merta ada begitu saja tapi perlu adanya objek untuk dipersepsikan.
Persepsi adalah proses manusia dalam menanggapi objek baik benda maupun
fenomena sosial di sekelilingnya (Elly M Setiadi, 2011: 175). Dengan melihat dan
mempelajari gejala sosial yang ada di sekelilingnya maka manusia memahami dan
menafsirkan pemahaman yang berbeda terhadap suatu objek yang
dipahaminya.Terdapat unsur yang mempengaruhi seseorang seperti unsur
pengetahuan, unsur perasaan dan unsur dorongan hati.Unsur pengetahuan meliputi
akal dan budi untuk untuk mengenali sesuatu hal yang ada di sekitarnya.Unsur
perasaan adalah keadaan dan kesadaran manusia yang karena pengaruh
pengetahuannya dinilai sebagai keadaan baik atau buruk, enak atau tidak enak, benar
atau salah.Sedangkan, unsur dorongan hati adalah kemauan yang merupakan
kecenderungan pada setiap manusia untuk menanggapi stimulus (rangsangan)
dengan pola yang teratur seperti dorongan untuk mempertahankan hidup, dorongan
seks dan dorongan untuk bergaul.
Menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan tentang apakah pengalaman
itu berarti atau tidak. Nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku atau
pertimbangan seseorang, tetapi ia tidak meghakimi apakah sebuah perilaku tertentu
salah atau benar. Suatu tindakan dianggap sah jika sesuai dengan nilai-nilai yang
dianggap sah oleh masyarakat (Elly M Setiadi, 2011: 119). Nilai dan norma
memiliki hubungan yang saling terkait dimana nilai merupakan sesuatu yang
dianggap hal yang baik dan benar. Sedangkan, norma merupakan perwujudan nilai
11
yang di dalamnya terdapat aturan. Bagi seseorang yang melanggar norma maka ia
akan mendapatkan sanksi atau hukuman baik oleh negara melalui penegak hukum
ataupun masyarakat.
Weber mendefinisikan bahwa kepemimpinan merupakan seseorang yang
bertanggung jawab atau dikenal dengan otoritas. Weber menguraikan kedalam tiga
bagian utama yaitu otoritas legal, otoritas tradisional dan kharismatik. Otoritas legal
dapat memiliki beragam bentuk struktural. Weber menggambarkannya dalam tipe
ideal birokrasi. Ciri-ciri utamanya adalah terdiri dari rangkaian organisasi fungsi-
fungsi resmi (badan) yang terikat oleh aturan, memiliki kompetensi yang spesifik,
membawa serangkaian kewajiaban untuk melakukan berbagai fungsi, terorganisasi
kedalam sistem hierarki, administratif dirumuskan dan dicatat secara tertulis.
Otoritas tradisional tumbuh dari legitimasi sistem yang telah berusia tua sedangkan,
otoritas karismatik didapatkan berdasarkan kemampuan karisma yang dimiliki oleh
pemimpin tersebut. (Ritzer, 2004: 140-145).
Dengan demikian persepsi tentang kepemimpinan perempuan dalam militer
bagi tentara laki-laki kemungkinan berbeda satu sama lain. Hal ini karena
pengetahuan, pengalaman, nilai dan norma yang dianut serta latar belakang kondisi
tertentu yang tidak sama. Namun, sangat besar kemungkinan terdapat kesamaan
persepsi diantara tentara laki-laki, terutama karena pengaruh lingkungan atau
kelompok militer. Kelompok militer yang menganut sistem korsa yang sangat kuat
antar anggota merupakan hasil sosialisasi nilai-nilai dan norma militer yang sudah
ditanamkan sejak awal seseorang menjadi calon anggota tentara nasional Indonesia.
12
b. Proses Terjadinya Persepsi
Persepsi individu terjadi karena adanya interaksi sosial.Interaksi
sosialmerupakan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antar individu,
kelompok dan masyarakat.Interaksi sosial merupakan kegiatan manusia dengan
manusia. Dalam interaksi sosial antar manusia menghasilkan respon dari pihak lain.
Respon dari pihak lain disebut dengan tindakan. Tindakan manusia tidak akan jauh
dari aktivitas saling memberikan antar aksi dan reaksi. Tindakan yang berkaitan
dengan aktivitas memilih dan dipilih dalam suatu kepemimpinan disebut tindakan
politik. Interaksi sosial antar manusia menghasilkan kekuasaan yang dapat
mempengaruhi pihak lain.
Dalam proses interaksi sosial, akan memungkinkan individu memiliki
persepsi yang berbeda mengenai objek yang sama. Suatu objek akan menimbulkan
rangsangan atau respon dari suatu individu, sehingga individu dapat menyadari apa
yang dia terima sebagai suatu bentuk akibat dari rangsangan yang diterimanya. Lalu,
individu memberikan respon terhadap rangsangan tersebut. Skema diatas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
L---S---A---R---L
L=Lingkungan
S=Stimulus/rangsangan
A=Aktor /individu
R= Respon/reaksi
Dengan demikian, apa yang dipersepsikan oleh individu selain tergantung
pada rangsangannya juga tergantung pada faktor yang terdapat dalam diri individu
13
itu sendiri. Ada individu yang suka memperhatikan suatu hal sekalipun hal itu kecil
atau bahkan tidak berarti, tetapi sebaliknya ada individu yang mempunyai sifat acuh
terhadap lingkungan sekitarnya.Hal ini terkait dengan kepribadian aktor tersebut.
Terdapat hubungan yang erat antara kepribadian dan proses sosialisasi. Kepribadian
terbentuk melalui hubungan sosial di mana ia berada dan tergantung pada kebiasaan
yang diterapkan di lingkungannya.
2. Kepemimpinan
a. Konsep Kepemimpinan
Pemimpin adalah orang yang mempengaruhi perilaku, pendapat, sikap orang
lain. Bahkan kelompok teman sekalipun memiliki pemimpin.Pada dasarnya yang
menjadi pemimpin dipersepsikan sebagai orang yang dapat mewakili nilai-nilai
suatu kelompok dan mampu memimpin suatu kelompok.Kelompok memiliki dua
tipe pemimpin yaitu pemimpin instrumental dan pemimpin ekspresif.Pemimpin
instrumental adalah pemimpin yang berorientasi pada tugas dan berupaya agar
kelompoknya tetap bergerak kea rah tujuan bersama. Sedangkan, pemimpin
ekspresif adalah pemimpin yang biasanya tidak diakui sebagai seorang pemimpin
tetapi ia nyatanya seorang pemimpin dan cenderung merangsang ikatan pribadi,
meningkatkan kerukunan dan membatasi konflik (James M Henslin, 2007: 137-138).
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan,
dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu (Abi Sujak, 1990: 1). Kepemimpinan
merupakan seni memberdayakan orang lain. Dalam kepemimpinan seorang
pemimpin menciptakan visi dan lingkungan yang memotivasi bawahannya untuk
14
berprestasi melalui harapan. Dalam hal ini, bawahan merasa percaya, kagum, loyal,
dan hormat kepada pimpinannya sehingga mereka termotivasi untuk melakukan
lebih dari apa yang mereka dapat lakukan. Menurut Keating kepemimpinan adalah
suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang lain atau sekelompok orang
untuk mencapai tujuan (Keating, 1986: 9).
Seorang pemimpin untuk mencapai tujuan dengan efektif harus mempunyai
wewenang untuk meminpin para bawahannya dalam usaha untuk mencapai
tujuannya.Weber mendefinisikan kepemimpinan berdasarkan wewenang (authority)
yang dimiliki yaitu legal-rasional, tradisional dan kharismatik.Kepemimpinan
birokratik mendapatkan kontrol melalui birokrasi yang bersifat hierarkis, sesuai
aturan administratif dan tercatat secara tertulis.Kepemimpinan tradisional didasarkan
pada kepercayaan pada pemimpin dan keyakinan para pengikutnya dalam kesucian
aturan dan kekuasaan.Sedangkan, kepemimpinan kharismatik didasarkan pada
kepribadian menonjol yang dimiliki oleh seorang pemimpin. (Ritzer, 2009: 139-
145).
Kepemimpinan sering dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan
dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial (Soerjono Sukanto, 1990: 318).
Sebagai kedudukan kepemimpinan merupakan hak-hak dan kewajiban yang dapat
dimiliki oleh seseorang atau badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan
meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau suatu badan yang
menyebabkan gerak dari masyarakat.
Dari berbagai macam pendapat tentang pengertian kepemimpinan terdapat
dua kata utama yaitu pengaruh dan mempengaruhi. Cara untuk mempengaruhi dapat
15
bermacam-macam antara lain dengan memberikan perintah, memberikan imbalan,
melimpahkan wewenang, mempercayai bawahan, memberikan penghargaan,
memberikan tanggung jawab, meminta pendapat, memberi motivasi, mengobarkan
semangat, memberikan keyakinan dan dorongan untuk maju serta menciptakan
hukuman dan lain-lain. Berdasarkan pendapat dari para ahli maka dapat disimpulkan
beberapa aspek penting dari berbagai definisi kepemimpinan, antara lain:
1. Adanya seni, cara, upaya, kekuatan dan kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain. Dalam hal ini, pemimpin harus mampu memberikan
contoh kepada bawahannya, perbuatan pemimpin yang konsisten lebih penting
daripada sekedar kata-kata
2. Adanya proses yang dilakukan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau
pengikut. Pemimpin dalam hal ini diharapkan dapat memberikan motivasi
lebih kepada pengikutnya dalam menghadapi situasi yang menantang.
3. Adanya kerjasama. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang percaya bahwa
keberhasilan yang diraih merupakan hasil kerja tim. Melalui kepercayaan dan
percaya diri maka individu akan berani mengambil resiko dan melakukan
perubahan untuk menjaga organisasi tetap hidup. Melalui hubungan ini, para
pemimpin mengubah pengikutnya menjadi pemimpin pula.
4. Adanya tujuan tertentu yang hendak dicapai melalui upaya mempengaruhi
orang lain. Tujuan bersama diwujudkan dalam bentuk visi, pemimpin berupaya
untuk menciptakan kegairahan dalam kelompok melalui kepercayaan dan
antusiasme terhadap tujuan bersama.
16
5. Penghargaan terhadap hasil yang sudah dicapai oleh suatu kelompok.
Merayakan keberhasilan-keberhasilan yang telah diraih merupakan salah satu
bentuk pengakuan dan kontribusi pengikut. Dengan adanya perayaan-perayaan
kecil maka akan tercipta semangat kolektif yang kuat dan dapat menjadi
investasi semangat dalam melalui masa-masa sulit.
b. Pendekatan Teori Kepemimpinan
Terdapat berbagai macam pendekatan teori kepemimpinan seperti
pendekatan karakter, pendekatan perilaku dan pendekatan situasional.Pendekatan
karakter menekankan bahwa salah satu unsur penting dalam kepemimpinan adalah
sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Karakter pemimpin yang efektif adalah
kemampuan memimpin, percaya diri, agresif, butuh akan prestasi, berambisi untuk
maju dan rasa tanggung jawab. Pendekatan perilaku menggabungkan potensi
maskulin dan sentuhan feminim serta lebih siap untuk berubah dan melakukan
perubahan serta lebih baik dalam bernegosiasi. Sedangkan, pendekatan situasional
menekankan bahwa kepemimpinan yang paling efektif adalah sedapat mungkin
fleksibel sesuai dengan yang dibutuhkan dalam waktu dan tempat tertentu (Abi
Sujak,1990: 12-16).
Gaya kepemimpinan terbagi menjadi tiga gaya dasar yaitu pemimpin otoriter
(authoritarian leader), pemimpin demokratis (democraticleader), dan pemimpin
laissez-faire (laissez-faire leader). Pemimpin otoriter cenderung memberikan tugas
tanpa memberitahu apa yang seharusnya dilakukan oleh pengikutnya dan
menghasilkan pengikut yang tergantung pada pada pemimpin mereka dan memiliki
solidaritas internal yang tinggi. Sedangkan pemimpin demokratis berdiskusi dan
17
membantu anak buah untuk menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan.Sedangkan,
kepemimpinan laissez faire bersifat pasif dan menghasilkan kinerja yang rendah
(James M Henslin, 2007: 138-139).
c. Kepemimpinan Militer
Sesuai dengan peraturan dalam militer terdapat beberapa hal pokok yang
harus dilaksanakan seorang pemimpin agar mampu melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai alat negara. Kepemimpinan militer adalah suatu proses untuk
menciptakan kondisi yang kondusif bagi organisasi dalam mencapai tujuan dan
tujuan pokoknya. Karena dengan kepemimpinanlah yang akan membawa bangsa dan
negara kearah tujuan pencapaian perjuangan (Nasdep kepemimpinan TNI NO 19-07-
02-A2-A.01).
Kepemimpinan dalam militer tercermin dalam 11 azas kepemimpinan yaitu:
1. Taqwa
Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepada-Nya.
2. Ing Ngarsa Sung Tulada
Memberi suri tauladan di hadapan anak buah.
3. Ing Madya Mangun Karsa
Ikut bergiat serta menggugah semangat di tengah-tengah anak buah.
4. Tut Wuri Handayani
Mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak buah.
5. Waspada Purba Wisesa
Selalu waspada mengawasi, serta sanggup dan memberi koreksi kepada anak
buah.
6. Ambeg Parama Arta
Dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
7. Prasaja
Tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
8. Satya
Sikap loyal yang timbal balik, dari atasan terhadap bawahan dan dari bawahan
terhadap atasan dan ke samping.
18
9. Gemi Nastiti
Kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan pengeluaran segala
sesuatu kepada yang benar-benar diperlukan.
10. Belaka
Kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakan-
tindakannya.
11. Legawa
Kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tanggung
jawab dan kedudukan kepada generasi berikutnya.
Norma-norma yang tercantum dalam 11 azas kepemimpinan TNI merupakan
suatu sistem nilai yang harus dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota
TNI.Seorang pemimpin haruslah memiliki moril yang baik.Moril adalah keadaan jiwa
dan emosi yang berhubungan dengan tugas khusus yang meliputi kemauan untuk
melakukan apapun yang harus dilakukan.Ciri-ciri moril yang baik adanya perhatian
yang besar, kegembiraan, perasaan taat yang mendalam, sungguh dalam
melaksanakan kewajian dan kerjasama dengan ikhlas.
F. Metodologi Penelitian
1.Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan
menggunakan logika induktif (Arief subyantoro dan fx suwarto, 2007:
78).Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bersifat deksriptif dan menggunakan
analisis deskriptif. Data yang digunakan merupakan data hasil wawancara.Dalam
penelitian ini menggunakan peneliti sebagai instrumen kunci. Metode yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini adalah pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan yang
disajikan dalam bentuk sedemikin rupa sehingga informan dapat memberikan
jawaban secara mendalam sesuai dengan karakteristik dirinya. Tujuannya adalah
untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari informan.
19
2.Proses pengumpulan data
Peneliti bukanlah berasal dari kalangan dan lingkungan keluarga besar
militer.sebelum turun lapangan untuk melakukan penelitian peneliti menyiapkan
administrasi yang dibutuhkan. Setelah mendapatkan izin untuk melakukan penelitian
dari Pangdam Jaya Peneliti diarahkan ke bagian Bindik lalu peneliti menyampaikan
apa saja yang ingin dan akan dilakukan dalam pengumpulan dataserta menyerahkan
daftar informan yang akan dituju dan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada
informan selanjutnya dijadwalkan untuk melakukan wawancara dan menjelaskan
penggunaan alat perekam sebagai alat untuk dapat mengumpulkan data dan berapa
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan wawancara. Setelah mendapatkan surat
jadwal wawancara dari Bindik peneliti langsung menuju ke kantor informan, sebelum
bertemu langsung dengan informan peneliti terlebih dahulu menghadap ke piket
dalam setiap bagian dan menyerahkan surat yang diberikan dari Bindik untuk
disampaikan kepada para pejabat militer yang dituju sebagai informan. Pemilihan
informan didasarkan pada informasi yang tersedia dan diambil karena adanya
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang diambil oleh peneliti adalah
pada bagian-bagian dimana terdapat perempuan dalam bidang tersebut dan bagian-
bagian yang pernah dipimpin oleh seorang prajurit perempuan. Informan yang
diperoleh sebanyak 11 orang dengan komposisi prajurit laki-laki sebanyak 7 orang
dan 4 orang perempuan dengan melakukan wawancara terhadap perempuan yang
memiliki jabatan tertinggi di Kodam Jaya yaitu Letkol Yonaria Goeltom serta 3 orang
perempuan dalam 1 waktu yaitu Kapten Taat, Mayor Eka dan Mayor Marni. Tidak
20
ada informan yang tidak bersedia memberikan informasi selama pertanyaan-
pertanyaan penelitian tidak menyangkut rahasia negara (Lihat lampiran hal 121).
3.Teknik Analisis data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis deskriptif
berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena sosial yang
terjadi.Penelitian deskriptif bertujuan untuk melukiskan atau menggambarkan
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi atau daerah tertentu secara
sistematik, faktual dan teliti.
4.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kodam Jayakarta. Lokasi ini diplih karena lokasinya
yang merupakan pusat kegiatan komando Jayakarta dan letaknya yang strategis bagi
peneliti. Kodam jayakarta merupakan komando tertinggi yang terdapat di wilayah
jayakarta. Kodam merupakan memiliki tugas pokok menyelenggarakan pembinaan
kesiapan operasional atas segenap komandonya dan operasi pertahanan aktif di darat
sesuai kebijakan Panglima TNI. Sebuah Kodam dipimpin oleh seorang Panglima
Kodam atau disingkat Pangdam.
Kodam terdiri dari Komando Resort Militer (Korem), Komando Distrik Militer
(Kodim), Komando Rayon Militer (Koramil), dan Bintara Pembina Desa (Babinsa).
Kodam juga menyelenggarakan pendidikan bagi pembentukan dan pengembangan
untuk tingkat tamtama dan bintara yang operasionalnya dilaksanakan oleh Resimen
Induk Daerah Militer (Rindam).
21
G. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan; memuat pernyataan masalah yang akan diteliti;
didalamnya menguraikan tentang masalah aktual ketimpangan kesempatan
dan kepemimpinan khususnya kepemimpinan perempuan serta alasan
pemilihan judul, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teoretis; yang memuat tentang konsep persepsi
dan konsep kepemimpinan serta metode penelitian; yang memuat tentang
pendekatan penelitian, metode pengumpulan data, teknik analisis data
serta lokasi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Gambaran Umum; memuat tentang sejarah kodam jayakarta, visi misi
serta motto kodam jayakarta, tugas, kekuatan, sumpah prajurit, sapta
marga, delapan wajib TNI, serta gambaran Kowad TNI-AD.
Bab III :Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan; memuat tentang analisis
data hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian
Bab IV :Kesimpulan dan Saran;memuat tentang kesimpulan dari seluruh
rangkaian hasil penelitian beserta saran-saran atau rekomendasi atas hasil
penelitian.
22
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Komando Daerah Militer Jaya/Jayakarta
1. Sejarah Komando Daerah Militer Jaya/Jayakarta
Komando Daerah Militer Jaya/Jayakarta merupakan Komando Kewilayahan
Pertahanan yang wilayahnya meliputi DKI Jaya, Tangerang dan Bekasi.Kata Jaya berasal
dari bahasa sansakerta yang memiliki arti menang dan karta berarti sempurna.Jadi,
Jayakarta memiliki makna kemenangan yang sempurna. Pada tanggal 24 Desember 1949
berdiri Komando Militer Kota Besar Djakarta Raya (KMKB-DR) rangka menerima
tanggungjawab di bidang keamanan kota Jakarta dari Angkatan Perang Belanda.
Selanjutnya pada tanggal 24 Oktober 1959 KMKB-Djakarta Raya berubah nama menjadi
Komando Daerah Militer V/Jayakarta (Kodam Jaya) setelah dikeluarkan Keputusan Kasad
Nomor : 952/10/1959 tentang pelaksanaan penyempurnaan pembagian wilayah kodam-
kodam sedangkan pelaksanaan peresmian Kodam Jaya jatuh pada tanggal 18 Januari 1960
pukul 09.00 wib di Lapangan Banteng. Walaupun peresmian Kodam Jaya pada tanggal
tersebut namun untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kodam Jaya adalah pada tanggal
lahirnya KMKB-Djakarta Raya yaitu pada tanggal 24 Desember 1949.(Dinas sejarah
militer TNI-AD 1945-1973, 1978).
2. Motto, Visi dan Misi Kodam Jaya
Motto yang digunakan oleh Kodam Jaya adalah ANEKA DAYA TUNGGAL
BHAKTI yang memiliki arti Beraneka Macam Kekuatan Satu Pengabdian. Suatu kodam
memiliki kekuatan yang bermacam-macam namun hanya terdapat satu tujuan yaitu untuk
23
mengabdi kepada bangsa dan negara. Kerja sama sangat penting untuk mengetahui
bagaimana keadaan dan situasi kondisi negara. Jelas terlihat bagaimana seluruh personel
anggota senantiasa bersatu menggalang kekuatan untuk mengabdi kepada bangsa dan
negara tanpa memandang jenis kelamin apakah ia laki-laki ataupun perempuan, seorang
personel dapat memberikan kontribusi bagi terciptanya tujuan bersama.
Visi dari Kodam Jaya adalah Disiplin, Solid, Profesional, Tangguh, Berwawasan
Kebangsaan dan Mencintai dan Dicintai Rakyat. Sedangkan, misi Kodam Jaya adalah
menegakkan kadaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara sesuai dasar
tanggung jawab yang meliputi DKI, Tangerang, Bekasi dan Depok.Dalam visi dan misi
jelas bahwa setiap anggota baik laki-laki maupun perempuan harus memiliki kesiapan fisik
dan mental serta selalu siap untuk menunaikan tugas dan kewajiban sebagai alat
negara.Kodam jaya memiliki tugas utama sebagai alat pertahanan negara yang memiliki
tugas menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia secara professional agar
dapat mencintai dan dicintai rakyat.
3. Tugas Kodam Jaya/Jayakarta
Kodam Jaya adalah bagian dari keluarga besar Tentara Nasional Indonesia
(TNI).Dulunya disebut ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).TNI merupakan
alat Negara yang berperan sebagai alat Pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
TNI sebagai alat pertahanan Negara, memiliki tugas pokok menegakkan kedaulatan
Negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara 1945, serta melindungi segenap bangsa dan
24
seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa
dan Negara. (Pola dasar bintal TNI Nomor Skep/64/III/2005 tentang peran TNI: 4).
Wilayah operasional Kodam Jaya mencakup Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Raya,
Tangerang, dan Bekasi. Tugas pokok Kodam Jaya adalah menyelenggarakan pembinaan
kesiapan operaFsional yang mencakup pembinaan teritorial wilayah. Melakukan operasi
pertahanan dan fungsi kegarnisunan sesuai petunjuk panglima TNI.Tugas lain Kodam
Jaya adalah sebagai penjaga pengamanan instalasi objek vital TNI dan non TNI. Objek
vital tersebut mencakup sarana infrastruktur publik seperti SPBU, bandara, dermaga,
terminal, dan BUMN. Kodam Jaya juga melaksanakan kegiatan kenegaraan seperti
menjaga Pejabat Penting Negara/Very Important Person (VIP) dan Tamu Negara.
Termasuk di antaranya pejabat perwakilan negara sahabat yang berada di wilayah Kodam
Jaya. (situs:www.kodam-jaya.mil.id)
4. Kekuatan kodam
Sebagai pusat komando daerah Jakarta raya dalam rangka mendukung tugas
kodam pokok, kodam jaya memiliki satuan pelaksana yang meliputi:
a. Komando Resort Militer (Korem)
Korem adalah Komando pembinaan dan kewilayahan yang berada
langsung dibawah Kodam.Sebuah korem dipimpin oleh seorang Komandan
Korem (Danrem).Tugas pokok korem adalah menyelenggarakan tugas dan
menyelenggarakan pembinaan kemampuan, kekuatan dan gelar kekuatan serta
penyelenggaraan pembinaan territorial untuk menyiapkan wilayah pertahanan di
darat dan menjaga keamanan wilayah dalam rangka mendukung tugas
25
kodam.Terdapat dua korem dalam satuan kewilayahan kodam jaya yaitu Korem
051/Wijayakarta dan Korem 052/Wijayakrama.
b. Komando Distrik Militer (Kodim)
Kodim adalah Komando pembinaan dan operasional yang berada dibawah
korem.Sebuah Kodim dipimpin oleh seorang Dandim.Kodim membawahi
beberapa Koramil.Tugas pokok kodim adalah menyelenggarakan tugas dan
menyelenggarakan pembinaan kemampuan, kekuatan dan gelar kekuatan serta
penyelenggaraan pembinaan territorial untuk menyiapkan wilayah pertahanan di
darat dan menjaga keamanan wilayah dalam rangka mendukung tugas
Korem.Terdapat 4 Kodim yang berada dibawah Korem 051/Wijayakarta yaitu
Kodim 0504/Jakarta Selatan, Kodim 0505/Jakarta Timur, Kodim 0507/Bekasi,
dan Kodim 0508/Depok.Sedangkan Korem 052/Wijayakrama membawahi Kodim
0502/Jakarta Utara, Kodim 0503/Jakarta Barat dan Kodim
0506/Tangerang.Khusus Kodim 0501/Jakarta Pusat merupakan Kodim yang
berdiri sendiri (BS) yang merupakan salah satu satuan kewilayahan yang
mempersiapkan aspek kondisi sosial, geografi dan demografi wilayah sehingga
dapat melaksanakan fungsi pembinaan territorial yang diupayakan secara
bersama-sama dengan komponen masyarakat.Kantor Makodim terletak di area
PRJ Kemayoran, Jakarta Pusat dan membawahi 8 Koramil. Kodim melaksanakan
tugas-tugas seperti Pertama, pertempuran untuk pembinaan ruang pertempuran
dalam rangka menyiapkan pasukan di darat dalam rangka operasi militer untuk
perang maupun operasi militer selain perang, pembinaan daya tempur, pembinaan
kesiapan operasi dalam rangka menyiapkan dan mendukung operasi militer.
26
Kedua, Pembinaan Teritorial melalui binter yang digunakan untuk
menyelenggarakan pembinaan kemampuan territorial, pembinaan perlawanan
wilayah, pembinaan komunikasi sosial dan pembinaan bakti TNI.Ketiga,
Melaksanakan fungsi organik militer yang meliputi pekerjaan intelijen, operasi,
personel, logistik, territorial, serta pengawasan dan perencanaan.
c. Komando Rayon Militer (Koramil)
Koramil adalah satuan tingkat kecamatan TNI yang berhubungan langsung
dengan pejabat dan masyarakat sipil.Koramil dipimpin oleh seorang
Danramil.Tugas pokok koramil adalah melaksanakan sistem keamanan yang
melibatkan seluruh masyarakat sipil.Serta menyelenggarakan Pembinaan
Teritorial dan Perlawanan Rakyat yang meliputi pembinaan geografis, demografis
dan kondisi sosial.
d. Satuan Tempur dan Satuan Bantuan Tempur
1. Brigade Infanteri 1 Pengamanan Ibukota/ Jayasakti yang terdiri dari
Batalyon Infanteri 201/Jaya Yudha, Batalyon Infanteri 202/Tajimalela,
Batalyon Infanteri 203/Arya Kemuning dan Batalyon Kavaleri 9/ Penyerbu.
2. Resimen Arhanud 1/ Falatehan yang terdiri dari Batalyon Arahudse-6,
Batalyon Arhanudse-10 dan Detasemen Rudal 003.
3. Batalyon Kavaleri 7/ Panser Khusus. Satuan ini merupakan satuan tempur
khusus di darat yang terdiri dari materiil dan personil yang disusun dan
dilatih secara khusus serta dilengkapi denga kendaraan berlapis baja beroda
ban (panser V-150) dan alat-alat untuk melaksanakan tugas pengamanan,
pengintaian dan evakuasi.
27
4. Batalyon Artileri Medan 7/Bring Galih. Batalyon ini secara khusus berada di
Cikiwul, Bekasi.
5. Detasemen Zeni Tempur 3 yang mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan konstruksi dan dekonstruksi guna memperbesar daya
gerak sendiri, memperkecil daya gerak musuh, dan nubika pasif serta
mempertinggi kelangsungan hidup dan kemampuan operasi satuan manuver
kodam jaya.
e. Rindam (Resimen Induk Daerah Militer)
Rindam adalah salah satu komando pelaksana kodam yang bertugas
menyelenggarakan pendidikan, pelatihan serta menyiapkan peserta didik yang
meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan jasmani. Rindam merupakan
wadah untuk membentuk dan melatih prajurit untuk menghasilkan angkatan
bersenjata yang professional dan militan serta kejuangan guna menghadapi setiap
ancaman baik dari dalam maupun luar negeri. Rindam Jaya membawahi Satuan
Dodiklatpur, Satuan Dodik Kejuruan, Satuan Sekolah Calon Bintara (Secaba),
Sekolah Calon Tamtama (Secata), dan Dodik Bela Negara.
5. Santiaji
Santiaji adalahmetode pembinaan mental untuk mendapatkan kemantapan
mental melalui pemberian ilmu dan pengetahuan. (Pola dasar bintal TNI Nomor
Skep/64/III/2005: 3).
a. Sumpah Prajurit
1. Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
28
2. Tunduk kepada hokum dan memegang teguh disiplin keprajuritan.
3. Taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan.
4. Menjalankan segala kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab kepada
Tentara dan Negara Republik Indonesia.
5. Memegang segala rahasia tentara sekeras-kerasnya.
b. Sapta Marga
1. Kami Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila.
2. Kami patriot Indonesia pendukung serta pembela ideologi negara yang
bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah
3. Kami ksatria indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
membela kejujuran kebenaran dan keadilan.
4. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Adalah Bhayangkari Negara dan
Bangsa Indonesia.
5. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Memegang Teguh Disiplin, Patuh
dan Taat Kepada Pimpinan Serta Menjunjung Tinggi Sikap dan Kehormatan
Prajurit.
6. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Mengutamakan Keperwiraan di
Dalam Melaksanakan Tugas Serta Senantiasa Siap Sedia Berbakti Kepada
Negara dan Bangsa.
7. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Setia dan Menepati Janji Serta
Sumpah Prajurit ()
c. Delapan Wajib TNI
1. Bersikap Ramah terhadap rakyat.
29
2. Bersikap sopan-santun terhadap rakyat.
3. Menjunjung tinggi kehormatan perempuan.
4. Menjaga kehormatan diri di muka umum.
5. Senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaanya.
6. Tidak sekali-kali merugikan rakyat.
7. Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat.
8. menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan
rakyat sekelilingnya. (situs:www.tni.mil.id).
B. Gambaran Umum Korps Perempuan Angkatan Darat
1. Korps Perempuan Angkatan Darat (KOWAD)
a. Sejarah dan Pembentukan KOWAD
Pembentukan Kowad berawal dari gagasan Kolonel dr. Sumarno yang
pada saat itu menjabat sebagai Asisten 3/ Personil Kasad yang menginginkan Tenaga
perempuan dalam bidang tertentu. Dahulu para perawat perempuan sangat berjasa
dalam membantu tugas tentara tapi mereka bukanlah militer, di saat damai mereka
menjadi pegawai rumah sakit angkatan darat biasa. Lalu dibentuklah gagasan yang
bersumber dari Undang-Undang Dasar 1945 pasal 30 bahwa setiap warga negara
wajib ikut serta dalam usaha pembelaan Negara. Terbentuknya Korps Perempuan
Angkatan Darat dalam pertemuan di markas besar angkatan darat pada tanggal 8
september 1959.
Pada tanggal 29 september 1959 gagasan ini dikemukakan dalam forum
Majelis Permusyawaratan Kongres Perempuan Indonesia. Hasil dari forum ini adalah
adanya dukungan dari kaum perempuan, karena hal ini dianggap sebagai kemajuan
30
bagi suatu bangsa pada umumnya dan perempuan pada khususnya.Selain pemberian
dukungan bagi terbentuknya Korps Perempuan Angkatan Darat juga disampaikan
saran bahwa dalam penugasan tetap diperhatikan sifat-sifat keperempuanannya.
Menjadi suatu hal yang menarik bagi peneliti jika berbicara tentang sifat-sifat
keperempuanan yang dimiliki oleh Kowad.Sifat-sifat keperempuanan ini menjadi
wilayah abu-abu serta terkadang menjadi alasan pembenaran bahwa perempuan
sebaiknya tidak melakukan tugas-tugas yang berat dan hal ini memberikan dampak
pada sulitnya perempuan untuk mengembangkan karier khususnya sebagai alat
negara.Dalam lingkungan kodam jaya sendiri tidak ada perempuan yang menempati
posisi sebagai unsur pimpinan suatu komando, baik itu dari tingkat kodam sampai
dengan batalyon.Hal ini dapat terlihat jelas dalam struktur organisasi bahwa sangat
sedikit perempuan yang berada pada posisi pembuat kebijakan secara struktural.
b. Semboyan-semboyan KOWAD
Bukan mawar penghias taman tapi melati pagar bangsa. Semboyan ini
memiliki arti bahwa Kowad tidak berfungsi sebagai penghias lingkungan kerja tetapi
merupakan prajurit perempuan yang berkepribadian, berbudi pekerti luhur, bersih
hati, jujur, mempunyai sikap kemandirian yang tinggi, bertanggung jawab, dan
menjunjung tinggi kodrat keperempuananya serta penuh pengabdian terhadap Negara,
Nusa, dan Bangsa Indonesia.(situs: www.pusdikkowad.mil.id)
Mengabdi secara penuh kepada bangsa dan negara dapat diwujudkan
dengan tidak membatasi kemampuan dan kesempatan yang diberikan baik itu kepada
prajurit perempuan maupun prajurit laki-laki.Setiap prajurit diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang besar bagi pertahanan kedaulatan NKRI berdasarkan
31
kemampuan bukan berdasarkan pertimbangan jenis kelamin dan tidak hanya menjadi
penghias lingkungan kerja.
2. Pendidikan Korps Perempuan Angkatan Darat (KOWAD)
Pusat pendidikan Kowad ada di Lembang, setelah calon kowad dinyatakan
telah memenuhi persyaratan seperti seleksi kesehatan, kesamaptaan, Mental Ideologi,
Fisik, Kesehatan Jiwa dan Postur. Selama masa pendidikan calon kowad akan dibina
dan dibentuk menjadi pribadi militer yang siap menjalankan tugas dan harus siap
ditempatkan dimana saja. Pendidikan yang dilaksanakan di Pusdik Kowad sama
dengan yang dilaksanakan oleh tentara laki-laki seperti merayap, junkir, jalan
jongkok, binsik, naik turun gunung, halang rintang, menembak, dan sebagainya.
32
BAB III
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persepsi Laki-laki
1. Persepsi Tentang Perempuan Dalam Militer
Kodam jaya merupakan komando pertahanan wilayah angkatan darat tertinggi
di lingkungan DKI Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Kehidupan Tentara Nasional
Indonesia tercermin dengan jelas dalam sapta marga, sumpah prajurit dan delapan
wajib TNI yang merupakan jati diri TNI. Sikap dan mental prajurit TNI Angkatan
Darat terbentuk dalam pembinaan selama seorang prajurit tersebut berada dalam
lembaga pendidikan (lemdik) lalu dilanjutkan selama prajurit tersebut mengabdi
dalam kesatuan. Namun terdapat perbedaan dalam pembentukan sikap, mental dan
karakter antara prajurit laki-laki dan prajurit perempuan. Seperti yang diungkapkan
oleh informan Kaajendam Jaya bapak Ferdy yang menyatakan:
“Terdapat periode-periode untuk seseorang dalam pembentukkan karakter.
Setelah di didik dalam lembaga pendidikan maka pembentukkan karakter
awal itu dari 10 tahun pertama dia bertugas. Jika 10 tahun pertama
terbentuk bagus maka selanjutnya akan bagus, begitupun sebaliknya.
Khusus di militer kepemimpinan itu terbentuk di lapangan (daerah
operasi). Disanalah kita akan menemukan teori dan aplikasinya di
lapangan. Tapi tentara perempuan tidak ke daerah operasi hanya di
lingkungan staf. Sehingga, pembentukannya tidak seperti tentara laki-laki.
Kalaupun ada perempuan yang menjadi jenderal itupun tidak terbentuk
dari lapangan tetapi dari kegiatan sehari-hari sebagai staf.” (wawancara, 8
April 2014)
Terdapat anggapan bahwa perempuan adalah makhluk yang tidak logis karena
cenderung menggunakan hati. Hanya saja perempuan dalam lingkungan militer
haruslah bersikap logis dalam menjalankan perannya sebagai seorang kowad dalam
33
lingkungan institusi. Logis dalam interaksi sosial militer adalah kemampuan untuk
dapat memimpin dengan akal sehat dan dapat berfikir jernih dalam menyelesaikan
masalah. Perempuan dalam militer berbeda dengan perempuan pada umumnya.
Perempuan dalam militer dituntut untuk dapat melihat bahwa segala sesuatu yang di
lakukan baik itu oleh pimpinan maupun oleh atasan sudah melalui pertimbangan yang
matang dan merupakan keputusan yang terbaik. Untuk itu seorang prajurit perempuan
dalam memahami segala sesuatu haruslah menggunakan akal sehat dan logika tidak
menggunakan perasaannya apalagi jika perempuan tersebut sebagai pimpinan
haruslah memiliki sifat-sifat yang logis dan tidak menggunakan perasaan dan
emosional dalam memimpin anak buah. Seperti yang diungkapkan informan Ferdy
yang menyatakan:
“Agak-agak tidak logis, hatinya yang berbicara tetapi jika seorang
perempuan sudah masuk kedalam suatu institusi dia harus berperilaku
logis sesuai dengan tugasnya.” (wawancara, 8 April 2014)
Terdapat pula pemahaman yang sedikit berbeda seperti ungkapan dari
informan Kakudam Jaya bapak Syaiful azhar yang menyatakan bahwa perempuan
dalam lingkungan militer memiliki sifat-sifat logis dikarenakan tingkat pendidikan
formal yang pernah ditempuh oleh perempuan tersebut, beliau menyatakan:
“Ya, tergantung dari tingkat pendidikannya. Karena perempuan yang
berpendidikan tinggi kerangka berfikirnya akan lebih baik. Rata-rata
perempuan pendidikan diatas SMA sudah bagus” (wawancara, 8 April
2014)
Pendapat serupa juga diungkapkan bapak Choirul sebagai Kabintaldam Jaya
bapak Choirul yang menyatakan bahwa:
“Iya logis. Sesuai dengan tingkat pendidikannya”(wawancara, 8 April
2014)
34
Perempuan dalam lingkungan TNI dapat dikatakan sebagai perempuan yang
memiliki karakter hanya saja terdapat perbedaan dalam hal memaknai kepemimpinan
staf dan administrasi dengan kepemimpinan lapangan seorang perempuan. Seorang
perempuan dalam lingkungan staf dan administrasi banyak yang memiliki karakter
yang kuat dan logis hanya saja untuk pemimpin perempuan dalam lingkungan
pertempuran belum pernah ada semenjak terbentuknya Kodam Jaya/Jayakarta. Jika
dibandingkan dengan jumlah prajurit laki-laki maka jumlah prajurit perempuan yang
berkarakter sangat sedikit sekali. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan Mayor
Slamet yang mengungkapkan bahwa:
“Ada prajurit perempuan yang berkarakter hanya saja jumlahnya sangat
sedikit” (wawancara, 10 April 2014)
Terdapat pula informan yang mengatakan bahwa selama ia bertugas sebagai
prajurit khususnya di lingkungan Kodam Jaya belum pernah ada menemukan
perempuan sebagai pemimpin yang memiliki karakter yang kuat, seperti yang
diungkapkan informan Kakesdam Jaya drg. N. Husni Lubis sebagai berikut:
“Sampai sekarang saya belum lihat ada yang bagus. Perempuan di
lingkungan TNI-AD khususnya Kodam Jaya jika sudah menikah maka dia
akan ikut suami sangat sedikit sekali yang benar-benar memiliki karakter
yang kuat dan tangguh. Ambil resiko ikut latihan dan ke perbatasan iya
sama dengan laki-laki tapi begitu menikah ‘no’. Dalam militer saya belum
pernah melihat perempuan yang tangguh. Pernah saya melihat perempuan
sebagai kepala atau pimpinan biasa-biasa saja tidak terlalu menonjol”
(wawancara, 8 April 2014)
Sedangkan, sebagai seorang kowad (komando perempuan angkatan darat)
yang memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai prajurit haruslah memiliki
kepribadian yang bagus dan biasanya terinsiprasi dari senior sesama kowad yang
35
memiliki karakter yang kuat dan tangguh seperti yang dinyatakan Letkol Yonaria
gultom bahwa:
“Pernah ada senior saya Letkol eka karena memiliki kepribadian yang
bagus, dalam bertutur kata juga bagus begitupun dalam memberikan
inspirasi juga bagus, dalam berpenampilan juga bagus” (wawancara, 8
April 2014)
Seorang pemimpin dalam suatu institusi khususnya militer haruslah
mendapatkan dukungan dari keluarga.Karena tidak memungkinkan seorang
pemimpin perempuan dapat membentuk karakter yang kuat dan mengembangkannya
tanpa dukungan dari keluarga terutama suami dan anak-anak. Seperti pendapat yang
dinyatakan oleh informan Kabintaldam Jaya bapak Choirul:
“Ada (perempuan yang berkarakter).Hanya saja untuk menjadi perempuan
yang kuat haruslah di dukung oleh keluarga” (wawancara, 8 April 2014)
Posisi perempuan yang memiliki jabatan yang lebih tinggi daripada laki-laki
dituntut untuk dapat memiliki kemampuan dan keterampilan dan tidak
mengutamakan perasaan emosional serta sudah mampu dan lulus seleksi untuk
menjadi pimpinan. Sepanjang sejarah kepemimpinan Kodam Jaya sudah banyak
perempuan yang menjadi pemimpin hanya saja mereka belum ditempatkan pada garis
depan dalam wilayah operasi dan pertempuran. Terdapat beberapa informan yang
mendukung perempuan berada pada posisi yang lebih tinggi daripada laki-laki selama
perempuan tersebut dapat menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan akal
sehat. Seperti informan Kaajendam Jaya bapak Ferdy yang menyatakan”
“Boleh. Selama perempuan itu mumpuni, terampil, cakap dan mampu
tidak hanya nangis saja. Perempuan itu perasa ketika ada masalah bukan
menyelesaikan masalah tapi nangisnya dulu” (wawancara, 8 April 2014)
36
Pendapat ini senada dengan yang disampaikan Kabintaldam Jaya bapak
choirul bahwa terdapat beberapa seleksi yang harus dapat dilalui oleh seorang
perempuan yang ingin menjadi pimpinan dalam lingkungan militer dan kemampuan
perempuan tersebut untuk bersaing dengan prajurit laki-laki ataupun sesama prajurit
kowad.
“Tidak masalah selama sesuai dengan kemampuannya karena setiap
jabatan ada seleksinya. Selama itu melalui seleksi yang benar ya tidak ada
masalah” (wawancara, 8 April 2014)
Sebagai kowad informan Letkol Yonaria gultom dan Kapten Taat setuju
dengan posisi perempuan sebagai pimpinan selama perempuan tersebut mampu
melakukan tugas dan tanggung jawabnya serta memiliki keahlian, pengetahuan dalam
memegang jabatan tersebut. Seperti dalam pernyataannya berikut ini:
“Saya setuju.Karena menurut saya kalau perempuan itu mampu mengapa
tidak.Apalagi zaman sekarang. Selama kita melakukan tugas dan tanggung
jawab kita dan perilaku kita baik dan tidak membuat orang jengkel itu
dimanapun kita berada mereka akan menghargai” (wawancara, 10 April
2014)
Informan Kasetumdam Jaya bapak Handaka menambahkan unsur kemampuan
perempuan dalam menempatkan posisi sebagai pimpinan dan sebagai ibu rumah
tangga serta istri tetap dilaksanakan maka akan bagus jika perempuan juga menjadi
pimpinan dalam militer. Seperti pernyataan berikut ini:
“Bagus dong, tidak masalah selama dalam urusan rumah tangga masih
bisa menempatkan diri sebagai istri tidak dilupakan” (wawancara, 10
April 2014)
37
Militer yang dikenal identik dengan simbol-simbol maskulin seperti tangguh,
kuat, keras dan tegas. Menyebabkan perempuan dengan nilai-nilai keibuan dan lemah
lembut dianggap kurang cocok menjadi pimpinan dalam militer. Pembentukkan
simbol-simbol ini sudah terbentuk pada saat awal penerimaan anggota prajurit dimana
kesehatan merupakan unsur utama dalam pertimbangan penerimaan. Seperti
pernyataan Kaajendam Jaya bahwa:
“Sudah dari dulu ketika awal latihan maka akan terbentuk dengan
sendirinya. Dan dalam mencari prajurit salah satu syaratnya badannya
harus proporsional dan harus sesuai dengan kriteria, tidak bisa jika ada
kelainan seperti postur tubuh yang miring atau sebagainya” (wawancara, 8
April 2014)
Penggunaan simbol-simbol maskulin sebenarnya merupakan hasil dari
pembentukkan fisik dan mental selama berada dalam lembaga pendidikan dan
disesuaikan dengan tugas dan fungsi utama TNI sebagai alat pertahanan negara. Hal
ini terlihat dalam pendapat informan Kabintaldam Jaya yang menyatakan bahwa:
“Iya hal itu (simbol-simbol maskulin) disesuaikan dengan tugas pokok
tentara yaitu berperang dan bertempur” (wawancara, 8 April 2014)
Hanya saja terdapat perbedaan pendapat antara pemimpin laki-laki dan
perempuan dalam memandang nilai-nilai maskulin ini. Pemimpin perempuan
cenderung lebih mampu menggabungkan nilai-nilai feminim yang dimiliki dengan
nilai-nilai maskulin yang sudah diajarkan sejak awal pembentukkan seorang prajurit
kowad. Seperti pendapat Letkol Yonaria gultom:
“Tergantung situasinya. Jika situasinya memerlukan kita keras ya keras.
Kapan kita harus lembut atau keras.” (wawancara, 8 April 2014)
Hal ini senada dengan ungkapan kowad lainnya yaitu Kapten Taat yang
menyatakan bahwa nilai-nilai feminim tetaplah ada dalam diri seorang perempuan
38
yang memiliki sifat keibuan hanya saja diperlukan penggunaan maskulin pada saat-
saat tertentu sesuai kebutuhan. Kapten Taat mengungkapkan bahwa:
“Tidak selalu maskulin, karena kowad disesuaikan dengan kodratnya
bagaimanapun perempuan adalah seorang perempuan.” (wawancara, 10
April 2014).
2 .Nilai- nilai dan norma yang mempengaruhi persepsi
Nilai-nilai dan norma-norma yang dianut merupakan salah satu unsur
pembentuk persepsi seorang individu. Terdapat perbedaan dasar nilai-nilai
keagamaan yang dianut oleh prajurit yang beragama Islam dengan prajurit yang
beragama Kristen. Prajurit yang beragama islam memiliki pandangan sebaiknya
perempuan tidak menjadi pimpinan walaupun dalam peraturan militer boleh-boleh
saja selama nilai-nilai tersebut tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah di dalam
agama dan masyarakat. Sesuai dengan kemajuan peradaban, Pemimpin perempuan
dalam lingkungan militer sah saja selama professional dan tidak melupakan
kewajiban sebagai seorang ibu dan istri walaupun perempuan tersebut merupakan
pemimpin dalam suatu organisasi. Sedangkan bagi prajurit yang beragama Kristen
tidak ada masalah baik itu dalam konteks agama maupun dalam konteks kehidupan
militer. Seperti yang diungkapkan Kaajendam Jaya yang mengatakan:
“Dalam agama saya tidak masalah. Bahkan banyak pemimpin yang
perempuan seperti bunda teresa, ia dilihat orang sebagai pemimpin dengan
kesederhanaannya” (wawancara, 8 April 2014)
Hal ini sama dengan pernyataan kowad yang beragama Kristen Letkol
Yonaria Gultom bahwa:
“Tidak masalah.Dalam agama kita juga sudah ada pendeta perempuan.
Jadi, menurut agama saya hal itu tidak terlalu kaku selama perempuan itu
bisa menjadi panutan ” (wawancara, 8 April 2014)
39
Nilai-nilai yang dianut militer merupakan jati diri Tentara Republik
Indonesia.Salah satunya adalah delapan wajib TNI.Dalam delapan wajib TNI pada
poin ketiga menyatakan bahwa seorang prajurit TNI menjunjung tinggi kehormatan
perempuan.Kehormatan perempuan yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa
dalam keadaan apapun baik dalam kondisi perang ataupun dalam kondisi damai
seorang prajurit haruslah selalu menjaga kehormatan seorang perempuan dan tidak
meremehkan dan merendahkan seorang perempuan.Seorang prajurit haruslah
menempatkan seorang perempuan bagaikan ibunya. Pernyataan ini diungkapkan oleh
Kaajendam Jaya yang mengungkapkan:
“Perempuan itu makhluk yang berbeda dengan laki-laki.dalam agama saya
ada sebutan bunda seperti bunda Theresa yang berarti lebih mulia daripada
ibu-ibu. Oleh karena itu, kita harus menjunjung tinggi kehormatan
perempuan di manapun berada.Seorang prajurit di manapun berada harus
menggunakan delapan wajib TNI itu.Dia harus menempatkan seorang
perempuan seperti ibunya.” (wawancara, 8 April 2014)
Kabintaldam Jaya yang membawahi bagian pembinaan rohani (binroh)
menyatakan bahwa dalam sudut pandang agama islam yang dimaksud menjunjung
tinggi kehormatan perempuan adalah bahwa dalam islam setelah adanya Nabi
Muhammad SAW, kedudukan seorang perempuan disejajarkan dan adanya bayi
perempuan bukanlah sebuah aib. Untuk itu, militer menganut nilai-nilai keagamaan
untuk dijadikan dasar pembentukan sikap bagi prajurit.Seluruh peraturan yang ada
dalam militer tidaklah boleh bertentangan dengan umat beragama.Menjunjung tinggi
kehormatan perempuan dianggap sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
harkat, martabat serta peradaban bangsa Indonesia.
“Menjunjung tinggi kehormatan perempuan itu merupakan lambang
peradaban. Zaman jahiliyah dahulu perempuan sangat rendah
kedudukannya seiring perkembangan zaman harkat dan martabat
40
perempuan itu dihargai. Jika kita belum bisa menghargai perempuan
berarti peradaban kita masih rendah terutama dihadapkan dengan nilai-
nilai kemanusiaan dan sesuai dengan nilai-nilai keagamaan.” (wawancara,
8 April 2014)
Kerancuan pemahaman antara perbedaan alami dengan perbedaan yang
dikonstruk oleh budaya masyarakat yang dikenal dengan istilah gender menyebabkan
perbedaan secara gender dibentuk dan dikonstruksi ulang secara terus-menerus. Sejak
awal pembentukan komando perempuan (kowad) disarankan bahwa
pembentukkannya harus memperhatikan sifat-sifat keperempuanan.Terdapat
perbedaan dalam memahami sifat-sifat keperempuanan tersebut.Terdapat pemahaman
sifat-sifat keperempuanan adalah segala sesuatu hal yang hanya dapat terjadi pada
tubuh seorang perempuan seperti melahirkan dan menyussui namun terdapat pula
yang nenyatakan bahwa sifat-sifat keperempuanan disini adalah lemah lembut, halus,
keibuan dan penuh kasih sayang. Seperti penyataan yang dinyatakan oleh Kakudam
Jaya bahwa sifat keperempuanan adalah sifat secara biologis dan merupakan
perbedaan alami yang tidak mungkin dimiliki oleh seorang laki-laki, Kakudam
menyatakan bahwa:
“Sifat-sifat keperempuanan yang dimaksud yaitu yang tidak dimiliki laki-
laki seperti melahirkan, menyusui dan sebagainya. Dalam hal ini dalam
pemilihan tugas harus diperhatikan karena terdapat beberapa hal tugas dan
jabatan yang tidak bisa ditinggalkan ketika izin cuti dan sebagainya. Tapi
jika sudah selesai masa suburnya saya rasa bisa diletakkan dalam posisi
tersebut.” (wawancara, 8 April 2014)
Terdapat pula pendapat lain yang mengatakan bahwa sifat-sifat
keperempuanan adalah konstruksi gender yang dilekatkan kepada seorang perempuan
dan berdampak pada ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan. Seperti
pernyataan Kakesdam Jaya yang menyatakan bahwa:
41
“Lemah lembut, meladeni, melayani, kasih sayang.Mengurus anak dan
kasih sayang kepada anak. Itu saja sudah mengurangi poin-poin seorang
perempuan untuk menjadi seorang panglima atau kasdam yang setiap hari
kerjanya di kantor.” (wawancara, 8 April 2014).
3. Perbedaan Lingkungan Kerja Antara Prajurit Laki-laki dan Prajurit Perempuan
Perbedaan pendapat seperti diatas disebabkan karena terjadinya proses
sosialisasi yang berbeda dalam setiap institusi seperti keluarga, agama, adat dan
lingkungan. Perempuan dianggap belum mampu menjadi seorang panglima atau
pangdam karena adanya sifat-sifat keperempuanan yang menghambat
tersebut.Karena, memperhatikan sifat-sifat keperempuanan tersebut maka sejak awal
pembentukkan seorang perempuan menjadi prajurit sudah dibedakan dan perempuan
hanya ditempatkan pada posisi staf dan administrasi bukan di wilayah pertempuran
atau wilayah operasi.Sehingga, berdampak terhadap kemampuan perempuan tersebut
untuk menduduki jabatan-jabatan strategis karena memang tidak memiliki kualifikasi
dan memenuhi syarat untuk menduduki jabatan tersebut.
Lingkungan militer membagi perbedaan tugas dan peran antara laki-laki dan
perempuan.Perempuan tidak diwajibkan melakukan patroli, piket dan jaga
malam.Begitupun dalam pembagian tugas dalam suatu wilayah operasi.Perempuan
diletakkan dalam bagian-bagian seperti kesehatan, logistik dan perbekalan. Kalaupun
ada perempuan yang ikut dalam suatu wilayah operasi maka ia tidak akan diletakkan
pada garis depan. Seorang prajurit perempuan biasanya hanya diletakkan pada posisi-
posisi yang dianggap enak dan biasanya tidak ikut ke wilayah pertempuran dan hanya
diletakkan di wilayah perkotaan untuk membantu warga dalam pemulihan kesehatan
dan mental. Sesuai dengan pernyataan Kabintaldam Jaya bahwa:
42
“Pembagian tugas dan peran disesuaikan dengan situasi karena terdapat
beberapa tugas yang tidak mungkin dilakukan oleh perempuan seperti
piket. Perempuan diletakkan dibantuan administratif seperti kesehatan
termasuk bagian bintal ini. Sesuai hukum militer internasional bahwa
bagian kesehatan dan rohani tidak boleh diserang karena berada dalam
bagian pemulihan fisik dan pembinaan mental serta pemulihannya. Karena
tuntutan tugas tidak memungkinkan perempuan untuk bertugas sampai
malam. Jika di pasukan sebaiknya tidak. Jika menurut agama pun harus
seizin suami. Salah satu pertimbangan dasarnya adalah apakah sudah betul
untuk meninggalkan keluarga, perempuan diberikan jabatan yang enak-
enak. “(wawancara, 8 April 2014)
Pendapat yang dikemukakan oleh Kabintaldam Jaya sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Kakesdam Jaya yang menyatakan bahwa:
“Dalam militer masih berlaku bagi perempuan tidak diberlakukan jaga
malam, Tugas ikut suami. Apa yang mau disamakan. Jika masih terdapat
perbedaan seperti itu maka mustahil akan adanya kesetaraan dengan laki-
laki. Dalam militer perempuan ikut dalam pertempuran tapi misalnya
karena dia dokter bukan diletakkan digaris depan.” (wawancara, 8 April
2014)
Dari sudut pandang seorang kowad, terdapat anggapan bahwa penempatan
perempuan dalam posisi staf dan administrasi merupakan pertimbangan dan
keputusan yang terbaik bagi seorang kowad karena perempuan adalah seorang ibu
yang harus memberikan perhatian kepada anak dan suami. Perempuan pun akan
berfikir jika akan ditempatkan dalam posisi tempur. Hal ini terdapat dalam pernyataan
Letkol Yonaria yang menyatakan bahwa:
“Biasanya perempuan berada pada bagian administrasi selalu ingin
memberikan yang terbaik. Namun, jika dalam hal pertempuran pasti masih
mempertimbangkan keluarga terutama anak. Karena itu banyak
perempuan yang berfikir untuk di posisikan pada daerah tempur tapi jika
dalam urusan administrasi tetap selalu berusaha memberikan yang terbaik.
Dari sejak kowad lahir hanya sedikit yang sampai bintang jadi kita juga
harus mampu mengukur diri tidak usah terlalu berharap sekali menduduki
jabatan yang strategis. Dengan menduduki jabatan kita yang tidak
strategispun asalkan mampu menjalankan tugas kita dengan baik itu sudah
sangat luar biasa.” (wawancara, 8 April 2014)
43
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh kowad lain Kapten Taat yang
menyatakan bahwa tidak memungkinkannya seorang perempuan berada pada jabatan
yang memegang wilayah pertempuran seperti batalyon karena tidak mampunya
seorang perempuan dalam mengatur pasukan dalam jumlah banyak di suatu wilayah
operasi. Padahal jika sejak awal pembentukkan perempuan diberikan bekal dan
pengalaman yang sama dengan laki-laki sebagai seorang prajurit. Hal ini
memungkinkan untuk perempuan menempati jabatan-jabatan strategis. Berikut
pernyataan Kapten Taat mengenai pembagian tugas dan peran dalam lingkungan
militer:
“Pada dasarnya walaupun kami militer perempuan tetapi kami juga militer
yang diberikan kesempatan yang sama dengan militer laki-laki.Hanya saja
tidak memungkinkan perempuan berada dalam jabatan satuan tempur
misalnya perempuan menjadi komandan batalyon untuk saat ini belum
ada.Perempuan sebagai komandan batalyon tidak memungkinkan
perempuan karena harus membawahi sekitar 800-1000 anggota.Karena
tugas operasi laki-laki semuanya.Kecuali dandim dan danramil yang
langsung ke masyarakat jadi masih memungkinkan perempuan untuk
memimpin.Tapi jika di batalyon dalam kondisi perang melawan seperti
GAM dan OPM sepertinya perempuan belum.” (wawancara, 10 April
2014)
Lingkungan militer yang terkenal dengan sistem komando dan mewajibkan
bawahan untuk patuh dan taat terhadap pimpinan menghasilkan anak buah yang
senantiasa melaksanakan segala sesuatu sesuai dengan petunjuk dan arahan dari
pimpinan. Seluruh informan menyatakan bahwa sesungguhnya lingkungan militer
justru lebih demokratis jika dibandingkan dengan organisasi lain selain militer karena
dalam suatu instruksi dari atasan selalu melalui pertimbangan staf yang disebut
dengan prosedur komandan dan staf seperti pernyataan yang disampaikan informan
Kakudam Jaya, beliau menyatakan bahwa:
44
“Saya dulu ketika mahasiswa juga menganggap tentara harus taat dan
patuh, setelah saya bergabung ternyata dalam militer lebih demokratis.
Segala sesuatu sebelum komandan memutuskan pasti ada rapat saran
dengan para stafnya. Jadi tidak semata-mata suatu persoalan langsung
diputuskan oleh komandan. Namanya prosedur komandan dan staf, dalam
rapat itu kita bebas menyampaikan apapun kepada komandan baik dari
segi untung, kerugian dan alternatif apa saja yang dapat dilakukan. Tapi
jika sudah menjadi keputusan sebagai hasil kesepakatan terbaik harus
dilaksanakan. Pihak luar biasanya tidak tahu proses ini sehingga
menganggap bahwa seolah-olah demokrasi tidak ada dalam militer bahkan
dalam keadaan perang yang mendesak juga ada demokrasi hanya saja
lebih cepat.” (wawancara, 8 April 2014)
4. Pengalaman Terdahulu Kepemimpinan Perempuan Dalam Militer
Secara umum, memungkinkan perempuan menjadi pimpinan dalam
lingkungan militer dan tidak ada informan yang keberatan jika perempuan menjadi
pimpinan hanya saja permasalahannya bagaimana kemampuan perempuan tersebut
untuk dapat mengikuti pembinaan karir. Hingga saat ini perempuan yang menduduki
jabatan sebagai kepala dalam bidangnya sudah banyak hanya saja untuk sementara
belum ada yang menjadi pangdam atau kasdam. Kabintaldam Jaya menyatakan
bahwa seorang perempuan boleh saja menjadi pemimpin selama hal itu tidak
bertentangan dengan agama, beliau menyatakan:
“Sangat boleh. Selama tidak bertentangan dengan nilai agama. Karena
tidak pantas perempuan sebagai ibu yang melahirkan dalam bertugas harus
membunuh dan apakah akan mendapatkan izin dari suami. Karena jangan
sampai menentang nilai-nilai keagamaan lalu berdosa.” (wawancara, 8
April 2014)
Saat ini memang belum ada perempuan yang menjadi pangdam atau kasdam
angkatan darat. Setahun yang lalu sudah dibuka sekolah bagi taruni perempuan untuk
dapat sekolah seperti taruna membuka kesempatan dan bekal materi bagi perempuan
untuk mendapatkan ilmu dan kesempatan yang sama dengan taruna setelah lulus
sebagai taruni baik dari ilmu administrasi maupun ilmu pertempuran. Setelah taruni
45
tersebut lulus maka akan terbuka kesempatan yang sama untuk mengembangkan
karier yang sama seperti prajurit laki-laki. Hal ini dinyatakan oleh Letkol Yonaria,
yang menyatakan:
“Boleh, kenapa tidak. Termasuk menjadi pangdam atau kasdam selama
perempuan itu mampu hanya saja untuk sekarang belum nanti mungkin
sekitar 10-20 tahun lagi setelah adanya taruni” (wawancara, 8 April 2014)
Perbedaan pendapat terdapat dalam pernyataan Kakesdam Jaya yang
menyatakan bahwa:
“Jika menjadi pangdam atau kasdam tidak.Karena dari pendidikan militer
saja sudah berbeda.Lalu dari karakter saja sudah berbeda. Kita tidak butuh
perempuan yang lembek, kita tidak butuh perempuan yang judes tapi
perempuan yang tegas.” (wawancara, 8 April 2014)
Perbedaan pendapat ini terjadi karena adanya proses pengalaman yang
berbeda antara sesama prajurit TNI selama proses terlibat kerjasama dengan
perempuan. Seorang perempuan jika ingin menjadi seorang pimpinan dalam
lingkungan militer haruslah memenuhi kriteria-kriteria pemimpin dalam lingkungan
militer.Kriteria tersebut tercermin dalam 11 Azas kepimimpinan. Penjabaran kriteria
tersebut antara lain adalah kemampuan seorang pemimpin untuk bertindak sebagai
orang tua, sebagai guru, sebagai manager, sebagai sahabat, sebagai teman dan sebagai
komandan. Seperti yang diungkapakan Letkol Yonaria bahwa kriteria pemimpin yang
baik adalah:
“Memiliki sifat yang perwira.Yaitu dapat sebagai bapak atau ibu, sebagai
komandan, sebagai teman, sebagai sahabat.” (wawancara, 8 April 2014)
Pernyataan lain kriteria pemimpin yang baik selain mampu melaksanakan
tugas pokoknya ialah lebih kepada kemampuan personal pemimpin dalam
46
mengayomi anggota seperti kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan
kemampuan untuk memberikan kesejahteraan bagi anggotanya. Kemampuan dalam
memberikan kesejahteraan adalah termasuk dalam menjamin kesejahteraan keluarga
bawahan.Seorang pemimpin juga bertanggung jawab tidak hanya kepada bawahan
tetapi juga kepada istri dan anak yang dimiliki oleh bawahan. Seperti yang dinyatakan
oleh Kabintaldam Jaya, yang menyatakan bahwa:
“Kriteria pemimpin yang baik adalah dapat melaksanakan tugas pokok
dan memperhatikan dan menjamin kesejahteraan anak buah” (wawancara,
8 April 2014)
Pernyataan diatas diperkuat oleh penyataan yang diberikan oleh kowad yaitu
Kapten Taat yang menyatakan kriteria pemimpin yang baik dalam lingkungan militer
adalah:
“Tegas, tanggung jawab, bijaksana, professional, bisa mengayomi anggota
dan mengutamakan kesejahteraan anggotanya” (wawancara, 10 April
2014)
Serta Kasetumdam Jaya yang menyatakan bahwa seorang pemimpin harus
mampu:
“Pertama, bisa memberikan contoh jangan hanya bisa memberikan
perintah saja kepada bawahan (suri tauladan). Kedua, memberikan
kesejahteraan kepada anggotanya” (wawancara, 10 April 2014)
Sepanjang sejarah militer khususnya Kodam Jaya belum pernah terdapat
perempuan yang menduduki jabatan strategis seperti pangdam jaya.Tetapi,
perempuan yang berada pada jabatan yang tertinggi dalam bidang keilmuannya
banyak.Mereka biasanya terbentuk dari kegiatan kestafan ataupun dari bidang yang
memang keahliannya seperti bidang kesehatan, bidang hukum dan bidang keuangan.
Seperti pernyataan Kaajendam Jaya:
47
“Pernah, kaajen sebelum saya itu perempuan tapi jika sebagai pangdam
belum ada. Sekitar 1-2 tahun belakang ini sudah ada sekolah taruni, ke
depannya terdapat kemungkinan akan ada pimpinan perempuan yang lebih
mumpuni untuk jadi panglima. Karena, seorang panglima dalam suatu
situasi tertentu ia harus menjadi panglima dalam suatu operasi jika
terdapat gangguan keamanan. Permasalahannya sekarang apakah sanggup
seorang perempuan menjadi pimpinan dalam suatu daerah operasi dengan
seluruh masalah yang ada di dalamnya baik itu menyangkut musuh
ataupun anggota sendiri.Kalau saya secara pribadi perempuan belum
sanggup untuk memimpin satuan satuan yang ada di lapangan.”
(wawancara, 8 April 2014)
Hanya saja jika diasah sejak muda maka tidak akan tertutup kemungkinan
perempuan untuk menjadi seorang pangdam seperti kesempatan yang diberikan
kepada taruni yang telah beroperasi selama kurang lebih satu tahun. Seperti yang
dinyatakan oleh Kakesdam Jaya yaitu:
“Belum ada perempuan menjadi setingkat pangdam tapi jika diasah dari
muda bisa saja hanya yang optimal paling hanya beberapa gelintir saja
tidak semuanya.” (wawancara, 8 April 2014)
Pengalaman terdahulu menjelaskan bagaimana terbentuknya perasaan suka
dan tidak suka.Kesan-kesan yang didapatkan selama bekerjasama dengan perempuan
merupakan dasar bagaimana seseorang melihat perempuan dan kinerja seseorang
perempuan dalam memimpin.Perempuan dalam militer dianggap kurang mampu
dalam menyelesaikan masalah karena jika ada suatu masalah bukan diselesaikan
malah nangis dan tingkat kehati-hatian perempuan dalam mengambil keputusan
menyebabkan dari segi waktu lebih lama jika dibandingkan dengan yang laki-laki.Hal
ini menyebabkan banyak memberikan kesan dan anggapan bahwa seorang perempuan
sebaiknya tidak menjadi pimpinan apalagi seorang pangdam yang harus memimpin
pasukan dan harus memberikan keputusan dengan cepat.Terdapat banyak informan
48
yang lebih menyukai perempuan berada dalam posisi staf.Karena perempuan yang
berada dalam kondisi staf lebih teliti dan mampu melayani dan bekerja sesuai
keinginan atasan serta lebih rajin dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Seperti
pernyataan Kaajendam Jaya yang lebih banyak memiliki anggota perempuan:
“Suka nangis, lebih teliti dan lebih sabar dibandingkan yang laki-laki serta
lebih ulet terhadap pekerjaan yang belum selesai tanpa diperintah maka ia
akan lembur dan memiliki tanggung jawab yang besar.” (wawancara, 8
April 2014)
Dalam sudut pandang kowad pun merasa bahwa dalam menyelesaikan tugas
selalu berusaha memberikan yang terbaik sesuai dengan instruksi atasan.Serta selalu
bersikap teliti dan halus dalam bertutur kata. Seperti yang dinyatakan oleh Letkol
Yonaria:
“Lebih sabar, lebih teliti, lebih halus dalam menyampaikan sesuatu.Kalau
saya pribadi sebagai seorang perempuan ialah saya selalu mengerjakan
tugas sampai tuntas.” (wawancara, 8 April 2014)
B. Pengalaman Kepemimpinan Perempuan dalam Militer
1. Kemampuan Perempuan dalam Memberikan Teladan
Perbedaan pengalaman bertugas antara prajurit perempuan dengan prajurit
laki-laki menyebabkan adanya perbedaan pemimpin perempuan dengan pemimpin
laki-laki dalam menghadapi masalah baik itu dari eksternal ataupun dari internal
seperti masalah dengan bawahan sebagai suatu tim kerja. Teladan seorang pemimpin
sangatlah penting untuk memberikan contoh kepada bawahan. Pemimpin yang tidak
mampu memberikan teladan bukanlah pemimpin yang dapat dijadikan panutan bagi
bawahan. Perbuatan pemimpin yang sesuai dengan ucapannya lebih penting dari
49
sekedar instruksi yang diberikan kepada bawahan. Perbedaan dalam menyikapi
bawahan diungkapkan Kaajendam Jaya yaitu:
“Hanya saja prajurit perempuan yang tidak terlatih di lapangan lebih
banyak berbicara tentang teori sedangkan prajurit laki-laki biasanya lebih
mampu berbicara sesuai dengan pengalaman tidak hanya teori saja.
Biasanya kemampuan itu diasah setelah lulus akmil dari pangkat letnan
sampai kapten. Secara fisik perempuan suka bersolek tetapi kalau dalam
keseharian sama saja. Pemimpin dimanapun harus dapat menepati janji
apakah dia perempuan ataupun laki-laki.”(wawancara, 8 April 2014)
Perbedaan pengalaman dan kemampuan dalam memimpin lapangan
menyebabkan bawahan lebih menyukai memiliki pemimpin laki-laki daripada
pemimpin perempuan.Pelabelan yang digunakan pada pemimpin perempuan yang
lebih suka bermain perasaan pun menjadi kendala terutama jika sedang memiliki
masalah pemimpin perempuan menjadi dianggap kurang professional dalam bekerja
dan memberikan teladan yang kurang baik kepada bawahan. Kabintaldam Jaya
menyatakan:
“Tergantung karakter perorangan. Tapi anggota banyak yang berkata lebih
enak dipimpin laki-laki daripada perempuan. Terdapat kecenderungan
perempuan dalam memimpin kadang-kadang lebih main perasaan. Jika
ada masalah biasanya terbawa berbeda dengan laki-laki yang jika ada
masalah dirumah maka dikantor biasanya sudah lupa.”(wawancara, 8
April 2014)
Sedangkan, kowad Letkol Yonaria menyatakan bahwa seorang pemimpin
terlepas dari apakah dia perempuan ataupun laki-laki harus mampu memberikan
teladan yang baik kepada bawahannya minimal dengan tidak pernah bolos. Begitupun
dalam berpenampilan seorang kowad sudah ada peraturannya. Iya karena sudah diatur
dalam berpenampilan sehingga tidak memungkinkan bagi seorang kowad untuk
50
berpenampilan secara berlebihan walaupun sudah mendapatkan tunjangan pribadi
bagi prajurit perempuan. Berikut pernyataan Letkol Yonaria:
“Mampu. Menurut saya sudah dapat memberikan teladan dengan cara
tidak pernah bolos. Karena seorang pemimpin harus dapat menjadi contoh
bagi bawahannya walaupun dia adalah seorang perempuan. Saya rasa
tidak ada perbedaan antara pemimpin laki-laki dan perempuan karena
seorang pemimpin haruslah memberikan teladan yang baik kepada
bawahannya. Saya agak otoriter. Maksudnya kerjakan sesuai dengan
keinginan saya. Saya menghargai mereka karena tanpa mereka (anggota)
saya gak bisa apa-apa.”(wawancara, 8 April 2014)
Penyataan Letkol Yonaria senada dengan pernyataan Letkol Handaka bahwa:
“Pimpinan itu baik dia perempuan ataupun laki-laki sama saja.Jika
seorang pimpinan maka ia harus berbicara sesuai dengan tindakannya.
Misalnya, memerintahkan bawahan tidak boleh terlambat maka pimpinan
pun tidak boleh terlambat.Dalam berpenampilan misalnya perempuan
pakai eyeshadow tidak boleh berlebihan, tidak boleh cat kuku,
menggunakan celana yang ketat atau rambut disemir.Terdapat aturan yang
mengatur bagaimana kowad dalam berpenampilan seperti berapa panjang
rambut.Bahkan, kowad diberikan tunjangan kecantikan dan ada juga
pembagian pakaian dalam bagi kowad.”(wawancara, 10 April 2014)
Kemampuan seorang pemimpin menginspirasikan visi bersama yang baik
dapat dilakukan dengan menciptakan semangat kolektif ditengah anak
buah.Kemampuan mengkomunikasikan visi organisasi dengan jelas kepada bawahan
dan fleksibilitas dalam mengkomunikasikan segala sesuatu hal dengan bawahan serta
pemberian kontribusi yang berguna bagi organisasi.Pemimpin perempuan biasanya
lebih fleksibel dan luwes dalam penyampaian tugas. Pernyataan ini didukung oleh
ungkapan Kakudam Jaya, beliau menyatakan:
“Secara prinsip tetap (tidak ada perbedaan antara pemimpin laki-laki dan
perempuan) hanya mungkin cara dalam menyampaikannya yang sedikit
berbeda. Perempuan biasanya lebih luwes, perempuan biasanya lebih
banyak berbicara dengan bawahan.”(wawancara, 8 April 2014)
51
Dalam lingkungan militer pemberian tugas kepada bawahan ada yang secara
lisan ataupun tulisan. Tingkat pencapaian target kerja juga dipengaruhi oleh faktor
kinerja bawahan. Terdapat perbedaan dalam kontribusi-kontribusi perempuan dalam
kegiatan militer karena berbedanya pengalaman lapangan yang dimiliki. Pernyataan
ini diungkapkan Kaajendam Jaya yang menyatakan:
“Biasanya (pencapaian target kerja) tergantung apakah bawahan memiliki
etos kerja atau tidak.Pada umumnya ada perintah secara lisan dan tertulis,
jika tidak dilaksanakan dengan batas waktu yang diberikan berarti tidak
bisa melaksanakan perintah kedinasan.Biasanya terdapat keterbatasan
perempuan dalam mengatur.Kemampuan dalam pengaplikasian ilmu
perempuan sangat terbatas.Sedangkan, laki-laki yang diasah di lapangan
kreativitas dan inovasi lebih banyak.Karena keterbatasan tadi pasti
terdapat perbedaannya.Karena dalam militer ini prajurit perempuan belum
banyak diberikan tugas-tugas lapangan.”(wawancara, 8 April 2014)
Kontribusi perempuan yang berada dalam bidang keahliannya sebagai
professional banyak hanya saja karena adanya keterbatasan pengalaman lapangan
maka hampir tidak ada kontribusi yang nyata kowad dalam dinasnya sebagai seorang
prajurit. Hal ini dikemukakan oleh Kakesdam Jaya:
“Karena kita dibidang kesehatan, ya sumbangan terhadap bidang
pengetahuan kesehatan pasti ada sebagai dokter tentara tapi tidak dalam
bidang kemiliteran. Misalnya, ketika di wilayah timor-timur dokter yang
masuk ke hutan adalah dokter laki-laki sedangkan dokter yang perempuan
hanya di wilayah kotanya saja.”(wawancara, 8 April 2014)
Sebagai seorang kowad, dalam memimpin dan menciptakan semangat kolektif
anak buah lebih menggunakan pendekatan keagamaan dan selalu berorientasi kepada
atasan serta senantiasa memberikan pujian kepada bawahan agar bawahan senantiasa
merasa dihargai hasil kerjanya. Letkol Yonaria menyatakan bahwa:
52
“Saya lebih suka dengan pendekatan dan agama seperti berkata kepada
bawahan kamu kalau memang tidak bisa kamu berdo’a dong lama-lama
tanpa kamu sadari kamu pasti bisa. Itulah yang selalu saya sampaikan
karena saya juga selalu begitu berdo’a kepada tuhan. Itulah yang selalu
saya berikan kepada bawahan saya. Saya selalu berorientasi kepada atasan
sesuai dengan aturan yang berlaku dan sesuai dengan keinginan atasan
maunya seperti apa. Bekerja dengan baik saja pun sudah bagus tanpa
melakukan kesalahan apalagi zaman sekarang yang banyak godaan dan
gangguan dengan gaji yang sedikit apalagi hidup di Jakarta. Bekerja bagus
saja sudah luar biasa seperti tidak membuat kesalahan dan berbuat
semena-mena, melakukan kekerasan, korupsi dan sebagainya. Minimal
membuat perubahan seperti meja kaca yang tadinya tidak berkaca kita
kasih kaca. Awalnya dinding kotor kita cat kembali. Minimal itu yang
kecil saja. Saya senantiasa memberikan pujian seperti iya kamu pintar atau
oh ya bagus-bagus. Dan selalu meminta pendapat mereka (bawahan) dan
selama sesuai dan masuk akal mari kita kerjakan.”(wawancara, 8 April
2014)
2. Proses Perempuan Mendapatkan Jabatan Dalam Militer
Perempuan yang ingin menjadi pimpinan dalam lingkungan haruslah lulus
seleksi dan dianggap mampu menjadi pimpinan dalam lingkungan militer. Proses
yang harus dilewati antara lain adalah proses berdasarkan segi pendidikan militer,
pengalaman selama bekerja dan penempatan penugasan selama berkarier. Setelah itu
akan dirapatkan dan dibicarakan dalam dewan pertimbangan. Kaajendam
menyatakan:
“Jika di 10 tahun pertama prajurit tidak terasah maka akan sulit memimpin
banyak orang. Karena tidak adanya kesempatan itu maka seorang
perempuan harus lebih banyak belajar dari sejarah bagaimana memimpin
dan harus dapat mengaplikasikannya di lapangan minimal hanya melihat
walaupun tidak bisa turun langsung ke lapangan.Dirinya sendiri yang
harus mengembangkan diri. Tapi jika dalam pembinaan karier sama saja
antara laki-laki dan perempuan hal itu sudah ada peraturannya. Semua
diberi kesempatan yang sama. Tergantung apakah mampu melewati
prosesnya seperti tes psikologinya, tes kesamaptaan, tes kesehatan dan
sebagainya sebelum sekolah dan pendidikan untuk menduduki jabatan dan
posisi tertentu selama masih bisa melewatinya, maka bisa-bisa
saja.Poinnya harus seimbang antara pendidikan dan pengalaman bertugas
dimana saja.”(wawancara, 8 April 2014)
53
Pendapat Kaajendam Jaya senada dengan pernyataan yang disampaikan oleh
Letkol Edi bahwa “Melalui sekolah dan pendidikan militer, prestasi, pengalaman
lapangan, pendukung lapangan.” (wawancara, 10 April 2014). Sedangkan untuk
menjadi pimpinan setingkat pangdam menurut Kakesdam perempuan belum mampu.
Beliau menyatakan bahwa:
“Proses (menjadi pimpinan) bisa sama. Namun, jika menjadi panglima
dalam militer belum karena panglima itu bertugas dalam menentukan
nyawa tidak hanya nyawa anggota saja tapi juga nyawa seluruh yang ada
dalam negara ini harus dia tanggung semuanya. Negara beserta isinya
harus dikuasai sedangkan perempuan biasanya banyak bermain dengan
perasaan. Perasaannya dulu baru dia mikir.”(wawancara, 8 April 2014)
Hambatan-hambatan yang dihadapi seorang perempuan dalam proses menjadi
pimpinan dalam lingkungan militer antara lain adalah kemampuan perempuan itu
sendiri untuk memenuhi syarat untuk menjadi pimpinan. Terdapat pula faktor lain
seperti izin dari suami jika ingin mengikuti pendidikan militer dan dalam penempatan
tugas. Seperti pernyataan yang dinyatakan oleh Kabintaldam Jaya:
“Misalnya suaminya terkadang tidak menerima seharusnya lembur tapi
terhambat seperti karena faktor anak yang rewel. Tapi kita memberikan
toleransi dalam negara pancasila ini sangat menghargai hal ini seperti
perempuan tidak ikut piket malam. Hambatannya biasanya dirinya sendiri
(perasaan pribadi).”(wawancara, 8 April 2014)
Pendapat Kabintaldam sama dengan yang disampaikan Kakesdam Jaya bahwa
faktor kendala adalah urusan rumah tangga serta izin dari suami. Beliau menyatakan:
“Sifat keperempuanannya yang menghambat. Salah satu yang bisa
menghambat seperti menyusui dan melahirkan anak dan yang kedua
adalah budaya seperti pola-pola hidup. Militer tidak pernah menghambat
seorang perempuan untuk maju, pantas atau tidaknya itu berasal dari diri
perempuan itu sendiri. Pertimbangan lain ya suami dan keluarga, terutama
jika sudah menikah seperti izin karena ikut suami ataupun izin kepada
atasan karena tidak diberikan izin oleh suami untuk bertugas. Setahu saya
belum pernah ada suami ikut istri bertugas.”(wawancara, 8 April 2014)
54
Sedikit berbeda dengan Kasetumdam Jaya yang lebih menekankan kepada
faktor kesehatan individu yang dapat menjadi penghambat karir karena seorang
perempuan harus mampu untuk menjaga tubuh agar prima secara kesehatan untuk
lulus tes kesamaptaan. Beliau menyatakan bahwa:
“Kesehatan, misalnya ingin pendidikan maka harus lulus tes semapta.
Harus cek jantungnya, overweight atau tidak.Setiap naik pangkat dan
jabatan harus ada tes nya.Lalu, suami keberatan misalnya ngapain sekolah
harus sampai setahun, anak bagaimana tidak ada yang urus.Tapi kalau
secara kesempatan yang diberikan sama saja antara prajurit laki-laki dan
prajurit perempuan.”(wawancara, 10 April 2014)
Pendapat lain dikemukakan oleh Kakudam bahwa permasalahan domestik
rumah tangga bukanlah sebuah masalah. Karena sejak awal sebelum pernikahan
sudah ada komunikasi dengan calon suami kowad yang ingin menikah.Sehingga,
resiko-resiko tersebut sudah dipahami. Kakudam menyatakan bahwa:
“Sebenarnya bukan hambatan melainkan pertimbangan jika seorang
perempuan masih berada dalam masa subur (reproduksi). Tapi jika sudah
selesai dengan masa melahirkan dan sebagainya tidak ada masalah.
Sedangkan untuk permasalahan domestik tidak masalah karena memang
sejak awal sudah berkomitmen siap dan sudah ada pemberitahuan dari
atasan kepada suami dan penjelasan dari konsekuensi bahwasanya istrinya
adalah seorang tentara. Namun, selama ini anak saya perhatikan sangat
kecil dalam menghambat karier seorang kowad. Dengan komunikasi dan
pemberian izin dari keluarga. Rata-rata biasanya selama ini semua
(kowad) semangat. Biasanya sudah ada aturan jika perempuan ingin
melanjutkan pendidikan biasanya anaknya sudah harus berusia diatas 2
tahun.”(wawancara, 8 April 2014)
Sedangkan dalam sudut pandang kowad yang menjadi penghambat dalam
mengembangkan karir selain faktor keluarga adalah faktor kekuatan fisik yang
berbeda antara laki-laki dengan perempuan. Kapten Taat menyatakan bahwa:
“Apabila terdapat tugas di medan yang cukup berat karena fisik
perempuan yang tidak sama dengan laki-laki dan melaksanakan tugas
dalam waktu yang cukup lama dengan alasan keluarga. Dalam tentara
55
kedudukan laki-laki dan perempuansama, kita dibedakan berdasarkan
pangkat bukan jenis kelamin.”(wawancara, 10 April 2014)
Solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi perempuan dalam
lingkungan militer antara lain adalah dengan mengkomunikasikan kendala yang
dihadapi dan mencari solusi bersama dengan keluarga terutama suami dan anak.
Dapat pula dengan berkoordinasi dengan rekan sesama dan berbagi dengan yang
sudah terlebih dahulu berpengalaman untuk mendapatkan solusi terbaik.Beberapa
solusi dinyatakan oleh Letkol edi, yaitu “Perempuan tersebut harus mampu memilih
yang harus didahulukan dan mampu mengatasi seperti menunda memiliki anak.”
(wawancara, 10 April 2014)
Kasetumdam Jaya juga menyatakan bahwa seorang perempuan haruslah
mampu mengatur dan menjaga kondisi tubuhnya lalu kemudian mampu
mengkomunikasikan kepada suami.“Jaga kesehatan dan jaga badan lalu beri
pengertian kepada suami.” (wawancara, 10 April 2014). Sedangkan Kapten Taat
sebagai seorang kowad solusi yang biasanya dilakukan antara lain adalah:
“Untuk perempuan sebaiknya tidak ditugaskan di satuan tempur tapi di
satuan administrasi. Jika suatu saat diperintahkan kami tetap siap.
Biasanya jika harus berangkat kerja saya sudah menyiapkan anak-anak
saya dan sejauh ini belum ada kowad yang kariernya terhambat karena
alasan keluarga. Biasanya dalam rumah pasti dibutuhkan adanya seorang
pembantu yang membantu mengurus urusan rumah tangga.”(wawancara,
10 April 2014)
Sistem pembagian kerja dalam struktur militer membedakan pekerjaan yang
tidak bisa dilakukan oleh perempuan. Perempuan tidak ditugaskan ke wilayah
pertempuran. Kalaupun berangkat ke wilayah operasi itupun tidak diletakkan di garis
depan. Hampir seluruh informan menyatakan bahwa sistem yang membedakan tugas
dan peran perempuan dalam pertempuran merupakan pilihan terbaik. Karena adanya
56
faktor-faktor seperti pertimbangan yang diputuskan dari atasan merupakan keputusan
terbaik dan adanya sikap dan mental bawahan yang harus patuh dan taat kepada
atasan. Serta pertimbangan dari perempuan itu sendiri yang tidak menginginkan
meninggalkan keluarga. Kaajendam Jaya menyatakan bahwa tidak perlunya dibentuk
sistem yang mengatur pembagian tugas tanpa membedakan jenis kelamin, beliau
menyatakan:
“Tidak perlu (dibentuk aturan tersebut). Tentara perempuan tidak perlu
berada di pasukan. Karena harus naik turun hutan, membawa tank berhari-
hari dan memimpin pasukan laki-laki semua. Karena itu tentara
perempuan hanya bisa di staf tidak di lapangan.”(wawancara, 8 April
2014)
Pertimbangan meninggalkan keluarga dan izin suami dinyatakan oleh
Kabintaldam Jaya, beliau menyatakan bahwa:
“Bukan tidak mendukung. Hanya saja sangat mempertimbangkan prinsip
dasar seperti agama. Jangan sampai ditentang oleh umat.Karena tuntutan
tugas tidak memungkinkan perempuan untuk bertugas sampai malam. Jika
di pasukan sebaiknya tidak. Jika menurut agama pun harus seizin suami.
Salah satu pertimbangan dasarnya adalah apakah sudah betul untuk
meninggalkan keluarga, perempuan diberikan jabatan yang enak-
enak.”(wawancara, 8 April 2014)
Pendapat senada juga dinyatakan oleh Kakesdam bahwa:
“Tidak usahlah (dibuat peraturan yang tidak membedakan pembagian
tugas berdasarkan jenis kelamin). Perempuan kan hanya mau ditempatkan
di bagian yang enak-enak. Apalagi ketika sudah menikah banyak sekali
pertimbangannya. Selama perempuannya mau saya mendukung saja tapi
kan sekarang permasalahannya apakah perempuan tersebut mau
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki.”
(wawancara, 8 April 2014)
Kowad pun menyatakan bahwa perbedaan tugas dan peran yang terjadi dalam
militer bukanlah suatu bentuk pengekangan terhadap kemajuan seorang prajurit
perempuan. Seperti yang dinyatakan Letkol Yonaria, yaitu:
57
“Menurut saya antara penugasan laki-laki dan perempuan tidak berbeda
hanya saja alam lah yang membuat seperti itu. Karena bangsa Indonesia
yang masih kental dengan sifat ketimuran yang masih menghargai
perempuan. Dan bukan sebagai bentuk pengekangan terhadap perempuan.
Saya merasa sama dengan yang lain tidak ada perbedaan.”(wawancara, 8
April 2014)
Pendapat senada kowad lain yaitu Kapten Taat juga sama dengan yang
dinyatakan oleh Letkol Yonaria, Kapten Taat menyatakan bahwa:
“Untuk di militer tidak bisa (dibuat peraturan yang tidak membedakan
tugas dan peran berdasarkan jenis kelamin).Karena untuk di militer yang
mengutamakan kemampuan fisik dan mental perlu adanya perlakuan yang
berbeda antara laki-laki dan perempuan di dalam melaksanakan suatu
tugas. Misalnya, jabatan di satuan tempur untuk sementara belum
memungkinkan dipimpin oleh perempuan”(wawancara, 10 April 2014)
Penyelesaian target kerja antara prajurit laki-laki dan perempuan terdapat
perbedaan. Kemampuan perempuan dalam menyelesaikan target kerja cenderung
rendah karena terkendala urusan rumah tangga seperti anak sehingga prajurit
perempuan lebih banyak izin. Kabintaldam menyatakan bahwa:
“Itulah kelemahannya karena perempuan sulit lembur maka kinerjanya
biasanya lebih lambat. Namun, biasanya dapat dibantu oleh anak
buahnya.”(wawancara, 8 April 2014)
Kakesdam pun menyatakan pendapat yang sama dengan Kabintaldam, bahwa:
“Memang perermpuan lebih teliti dibandingkan laki-laki. Tapi misalnya
jika izin cuti selama 3 bulan pasti kinerjanya akan berkurang lalu baru
masuk sudah izin lagi karena anak sakit.”(wawancara, 8 April 2014)
Pernyataan berbeda diungkapkan oleh Kakudam bahwa baik itu prajurit laki-
laki ataupun prajurit perempuan haruslah dapat menyelesaikan pekerjaan dan
bertanggung jawab terhadap pekerjaan tersebut.
“Militer sudah ada program kerja, siapapun yang ditunjuk sebagai
pimpinan baik itu laki-laki atau perempuan harus dapat memenuhi target
kerja tersebut. Kunci keberhasilan organisasi adalah solid.”(wawancara, 8
April 2014)
Dalam lingkungan militer tidak memungkinkan bagi bawahan untuk memilih
pada posisi mana ia akan ditempatkan. Penempatan posisi dan jabatan sesuai dengan
58
kebijakan atasan serta melalui pertimbangan-pertimbangan staf dan kualifikasi
pendidikan yang bersangkutan. Pernyataan ini dinyatakan oleh Kakudam Jaya:
“Pimpinan sudah tahu sebaiknya anggota diletakkan dimana sesuai dengan
kemampuannya dan disesuaikan dengan kebutuhan
organisasi.”(wawancara, 8 April 2014)
Kasetumdam Jaya juga senada dengan Kakudam Jaya, bahwa:
“Tidak boleh begitu (memilih dan memberikan kebebasan bawahan dalam
penempatan kerja), semua sudah ditentukan oleh atasan baik bagi
perempuan maupun laki-laki sesuai dengan kemampuannya.”(wawancara,
8 April 2014)
Penghargaan terhadap hasil yang telah dicapai dalam lingkungan militer
dilakukan dengan cara memberikan pujian kepada bawahan yang memiliki kinerja
yang baik. Pemimpin baik itu laki-laki ataupun perempuan memberikan hadiah
kepada bawahan yang berprestasi mulai dari pemberian cuti, promosi jabatan, hingga
pemberian hadiah berupa barang ataupun bonus pribadi dari pimpinan.Seluruh
informan menyatakan bahwa mereka terlibat secara aktif merayakan keberhasilan
bersama dengan anak buah. Bahkan ada yang memang sudah dilakukan secara rutin
seperti perayaan ulang tahun dan kumpul bersama keluarga anak buah untuk terus
memelihara kerja tim. Pernyataan ini disampaikan oleh Kaajendam Jaya:
“Ya bagi bawahan yang berprestasi akan diberikan, kalau saya biasanya
selalu merayakan ulang tahun bawahan. Biasanya ada acara rutin kumpul
bersama untuk terus memelihara teamwork.” (wawancara, 8 April 2014)
Terdapat dua informan yang menyatakan bahwa biasanya pemimpin
perempuan lebih perhatian dan peduli seperti yang dinyatakan oleh Mayor Slamet
bahwa:
“Sama saja (tidak ada perbedaan antara pemimpin perempun dan laki-laki)
hanya biasanya pemimpin perempuan lebih perhatian. Pemberian hadiah
biasanya seperti melakukan kegiatan bersama atau bahkan pemberian cuti
59
bagi bawahan. Sedangkan dalam pemberian teguran selalu melalui proses
dari penelitian tindakan pelanggaran yang dilakukan sampai pada
penjatuhan hukuman bagi seorang prajurit yang melanggar hal itu sudah
diatur.”(wawancara, 10 April 2014)
C. Analisis Sosiologis Kepemimpinan Perempuan dalam Militer
Perempuan yang berada pada lingkungan militer tertahan oleh persepsi bahwa
perempuan dalam nilai-nilai tradisional haruslah mengurusi urusan domestik rumah
tangga dan bertanggung jawab secara penuh kepada keluarga baik itu secara waktu
ataupun ikatan emosional.Nilai-nilai agama yang menyatakan istri selama bertugas
haruslah mendapatkan izin suami dan beban untuk mengurus anak menjadi bahan
pertimbangan utama seorang perempuan untuk turut serta ke wilayah operasi.Dalam
penempatan tugas bagi seorang prajurit perempuan pun haruslah memperhatikan
sifat-sifat keperempuanannya karena tidak memungkinkannya seorang prajurit
perempuan untuk ditempatkan di wilayah operasi dalam keadaan tertentu seperti
hamil.
Weber menyatakan kepemimpinan terbagi menjadi kepemimpinan legal-
rasional, kepemimpinan kharismatik dan kepemimpinan tradisional. Kepemimpinan
perempuan dalam militer diperoleh melalui cara legal rasional yaitu melalui proses
panjang selama perempuan tersebut lulus dari lembaga pendidikan dan
pengalamannya selama bertugas yang akan menentukan hirarki jabatan yang akan
diperoleh. Semakin banyak perempuan tersebut mengikuti pendidikan lanjutan dan
pengalaman bertugas makaakan semakin besar kesempatan perempuan tersebut
memperoleh jabatan yang lebih tinggi. Perempuan yang berada pada lingkup Kodam
Jaya hanya mampu sampai pada posisi Kepala seperti Kepala Ajudan Jenderal ,
60
kepala Keuangan atau Kepala Hukum yang berada pada lapisan Ketiga setelah
Pangdam (Panglima Kodam) dan Kasdam (Kepala Staf Kodam). Perempuan kurang
mampu menjadi pimpinan dalam jabatan strukturalhal ini disebabkan oleh belum
adanya perempuan yang lulusan akmil serta kemampuan kompetisi perempuan yang
masih minim. Sebenarnya kepemimpinan perempuan dalam militer memiliki
kesempatan yang sama dengan kepemimpinan laki-laki hanya saja perempuan tidak
mampu memenuhi aspek pengalaman bertugas kepemimpinan lapangan.
Cara untuk mendapatkan kekuasaan dalam militer sudah diatur secara jelas
dalam seperangkat aturan dan kualifikasi secara resmi serta melalui prosedur
komandan dan stafsebelum meletakkan seorang prajurit pada posisi tertentu seorang
pimpinan melakukan rapat untuk mencari keputusan yang menghasilkan apakah
mampu seorang prajurit untuk menempati posisi tersebut. Jadi, dalam pengambilan
keputusan seorang komandan tidak pernah melakukan kesewenang-wenangan tetapi
sudah melalui proses prosedur yang ada secara aturan yang jelas dan sesuai dengan
kualifikasi prajurit bukan berdasarkan karisma yang dimiliki ataupun berdasarkan
nilai-nilai atau kepercayaan terhadap tradisi terdahulu.
61
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian tentang persepsi laki-laki terhadap kepemimpinan perempuan dalam
militer di Komando Daerah Militer Jayakarta ini menemukan beberapa hal yakni:
Pertama, persepsi laki-laki terhadap kepemimpinan perempuan dalam militer
bersandar pada bekal pendidikan dan pengalaman militer selama bertugas.Hanya saja
peluang seorang perempuan dalam memimpin terhalang oleh persepsi bahwa perempuan
dalam bertugas haruslah mendapatkan izin dari keluarga.Hal ini menunjukkan bahwa
untuk menjadi seorang pejabat struktural dalam komando selain memenuhi standar umum
yaitu pendidikan dan pengalaman militer juga dibutuhkan komitmen waktu untuk
menyelesaikan tanggung jawab pada tugas baik sebagai pimpinan dalam militer maupun
baik sebagai seorang ibu dan istri.
Kedua,kesempatan yang diberikan dalam militer tidak ada perbedaan antara
perempuan dan laki-lakimengembangkan karier dan pendidikan serta untuk
memimpin.Pada kenyataannya menunjukkan bahwa perempuan tidak ada yang menjadi
unsur pimpinan seperti pangdam atau kasdam.Perempuan yang berada pada bagian
kepala pun hanya sedikit jumlahnya dan perempuan hanya dapat menjadi pimpinan pada
bagian bagian tertentu seperti Kaajendam dan Kakudam dan belum dapat menjabat
bagian yang strategis.Hal ini menunjukkan bahwa seorang kowad dalam berkarier
haruslah mampu bersaing dengan sesama kowad dan bersaing dengan prajurit laki-laki.
62
B. Saran
Penelitian ini merekomendasikan dua hal yang perlu menjadi catatan bagi
kesetaraan antara komposisi prajurit laki-laki dan kowad dan dalam peningkatan
kesempatan bagi kowad untuk menjadi pimpinan struktural dalam TNI (Tentara Nasional
Indonesia) khususnya Kodam Jayakarta:
Pertama, mulai direncanakanpemberian pendidikan, kesempatan dan fasilitas
untuk memudahkan dan pemberdayaan bagi kowad agar memberikan kesetaraan dan
kesempatan sebagai pejabat struktural tanpa menghambat tugas sebagai seorang ibu dan
istri.Serta pemberian pengetahuan kepada para kowad tentang pentingnya kesetaraan
dalam komposisi penugasan baik pada bagian administratif maupun pada wilayah
operasi.
Kedua, kepedulian dari berbagai pihak baik keluarga, pemerintah, lembaga non
pemerintah dan akademisi untuk terus mendorong dan memberikan kesempatan bagi
sosok kowad sebagai melati pagar bangsa untuk menggali potensi dan memaksimalkan
karakteristik kepribadian dan kepemimpinan dalam militer.
Ketiga, bagi kalangan akademis khususnya sosiologi yang tertarik dengan dunia
militer dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam dengan judul yang berbeda
misalnya seperti penelitian komparasi kepemimpinan perempuan dalam militer antara
Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, dan kepemimpinan Persit
(Persatuan Istri Tentara) TNI-AD atau bahkan kegiatan-kegiatan sosial pengabdian yang
dilakukan oleh TNI-AD kepada masyarakat serta dapat pula melakukan penelitian
kegiatan keagamaan di lingkungan militer.
63
DAFTAR PUSTAKA
Afrida, Tjut. “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kemampuan Manajerial dan
Kepemimpinan terhadap Efektivitas Kerja Kepala Sekolah SMA Negeri
se Provinsi Banten (2006). Disertasi. Jakarta: PPs UNJ. 2006
Ahmed, Leila. Perempuan dan Gender Dalam Islam. London: Yale
University Press, 1992.
Anggoro, Toha. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
Broderick, Elizabeth “Kaum wanita kesulitan untuk mengembangkan karier
di militer Australia”. Jurnas, 08 Oktober 2012.
Bush T dan M coleman. Manajemen strategis kepemimpinan. Jogjakarta:
Ircisod, 2006.
Buku Panduan dan Modul Diklat TKSK Depsos RI Dirjen Pemberdayaan
Sosial Direktorat Pemberdayaan Kelembagaan Sosial Masyarakat,
2009.
Dzuhayatin, Siti Ruhaini. Rekonstruksi Metodologis Wacana Kesetaraan
Gender Dalam Islam. Yogyakarta: PSW IAIN Sunan Kalijaga, 2002.
Emzir. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 2008.
Henslin, James. Sosiologi (Dengan Pendekatan Membumi). Jakarta:
Erlangga, 2006.
Halford, Susan dan Savage, Mike. Gender, Careers and Organisations.
London: MacMillan Press Ltd, 1997.
I, Visser, Prototypes Of Gender: Conceptions of Feminime and Masculine.
Women’s Studies international forum, vol 25, 2002.
Jennings, Emmerson. Kepemimpinan. Semarang: Dahara Prize, 1992
Kodam Jaya. Pengabdian Kodam V/Jaya dalam tiga dasa warsa. Jakarta:
Pusat sejarah TNI-AD,1979
Kodam Jaya. Empat puluh lima tahun dalam pengabdian. Jakarta: Pusat
sejarah TNI-AD,1994
Kuntjara. E. Gender, Bahasa dan Kekuasaan. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2004.
64
Mar’at. Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1984.
Maropean Simbolon. Jurnal Kepemimpinan dan Bisnis.
Muang, Mubha Kahar. Perempuan, Politik Dan Kepemimpinan. Jakarta:
Yayasan Pena Indonesia, 2008.
Nasdep kepemimpinan TNI no: 19-07-A2-A. 01 Kep Danrindam V/BRW no.
Kep/206/IX/2008 tgl 6 September 2008
Nicolson, Paula. Gender, Power and Organisation. London: Great Britain,
1996.
Noerdin, Edriana. dkk. Potret Kemiskinan Perempuan. Women Research
Institute, 2006.
Robbins, Stephens P. Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenhallindo, 1996.
Reinharz, Shulamit. Metode-Metode Feminis Dalam Penelitian Sosial.
Oxford University Press, 1992.
Ritzer, George. Teori sosiologi dari teori klasik sampai teori sosial
postmodern. Yogyakarta: kreasi wacana, 2004
RM. Steers. Motivation and Leadership at Work. Singapore: Mc Graw Hill,
1996.
Schermerhorn, Hunt, Osborn. Organizational Behavior. Amerika: John
Willey & sons, 2005.
Setiadi, Elly M dan Kolip, Usman. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011
Sujak, Abi. Kepemimpinan manajer: Eksistensinya dalam perilaku
organisasi. Jakarta: Rajawali Press, 1990.
Sunarijati, Ari. Perempuan di Riuh Buruh. Ashoka Indonesia, 2000.
Subyantoro, Arief dan Suwarto, fx. Metode dan Tekhnik Penelitian Sosial.
Yogyakarta: ANDI off seT, 2007.
Usman, Husaini Metodologi penelitian sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
65
Lampiran 1: Pertanyaan penelitian
I. Persepsi
A. Objek
1. Apakah menurut anda perempuan adalah makhluk yang logis?
2. Apakah anda pernah menemukan perempuan yang memiliki karakter yang kuat dan logis?
3. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang memiliki posisi atau jabatan yang lebih
tinggi daripada laki-laki?
4. Apakah benar militer identik dengan simbol-simbol maskulin (stereotype)?
B. Nilai- nilai dan norma
1. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang menjadi pemimpin dalam sudut
pandang agama?
2. Bagaimana pendapat anda tentang poin ke-3 dari delapan wajib TNI tentang menjunjung
tinggi kehormatan wanita?
3. Bagaimana pendapat anda tentang sejarah pembentukan komando wanita disarankan
bahwa dalam penugasan tetap diperhatikan sifat-sifat kewanitaannya?
C. Lingkungan
1. Bagaimanakah pembagian tugas dan peran dalam militer?
2. Militer dikenal dengan lingkungan kerja yang komando, apakah memungkinkan dalam
militer bersifat demokratis?
3. Menurut anda apakah boleh perempuan menjadi pemimpin di lingkungan militer?
4. Menurut anda apa saja kriteria pemimpin yang baik dalam lingkungan militer
D. Pengalaman terdahulu
1. apakah sepanjang sejarah militer dan khususnya kodam jaya pernah ada perempuan yang
menjadi pimpinan?
2. selama terlibat kerja sama dengan perempuan, kesan apa yang paling anda ingat jika
berhadapan dengan pemimpin perempuan?
3. Menurut anda, apa saja yang menjadi kelebihan seorang pemimpin perempuan?
66
II. Kepemimpinan Perempuan
A. Teladan
1. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan mampu memberikan contoh pribadi kepada
bawahannya? Apakah terdapat perbedaan dengan laki-laki?
2. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih sederhana dan tidak berlebihan?
3. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu menepati janji kepada
bawahan?
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan melakukan bawahan dengan santun dan
saling menghormati?
B. Menginspirasikan visi bersama
1. Menurut pendapat anda, apakah pemimpin perempuan lebih fleksibel dalam
membicarakan nilai-nilai dan prinsip kerja?
2. Bagaimana pendapat anda tentang kemampuan pemimpin dalam mengembangkan visi yang
jauh ke depan dan mengkomunikasikannya dengan bawahan?
3. Bagaimana pengaruh (kontribusi) pemimpin perempuan dalam militer?
4. Apakah menurut anda pemimpin perempuan dapat menciptakan semangat kolektif?
C. Proses
1. Apakah pemimpin perempuan turut serta aktif mengikuti perkembangan yang terjadi pada
bawahan?
2. Apakah pemimpin perempuan memiliki kemampuan dalam mempengaruhi dan
memberikan dorongan motivasi kepada bawahan?
3. Dalam membuat keputusan apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam memilih
mana yang lebih tepat untuk didahulukan?
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam mengawasi dan
memberikan koreksi kepada bawahan?
5. Bagaimana proses jika seseorang perempuan ingin menjadi pimpinan dalam militer?
6. Hambatan-hambatan apa saja yang mungkin dihadapi oleh perempuan jika menjadi
pimpinan dalam militer?
7. Bagaimana mengatasi hambatan yang mungkin terjadi (solusi)?
D. Pembagian kerja (kerja sama)
1. Menurut anda apakah perlu dibuat sistem yang mengatur pembagian tugas antara laki-laki
dan perempuan tanpa membedakan jenis kelamin?
67
2. Apakah anda mendukung sistem yang mengatur pembagian tugas antara laki-laki dan
wanita tanpa membedakan jenis kelamin?
3. Apakah pemimpin perempuan lebih mampu menetapkan target kerja dan melakukan
perencanaan pembagian tugas untuk mencapai target?
4. Apakah pemimpin perempuan memberikan kesempatan bagi bawahan untuk kebebasan
dan peluang untuk memilih tugas?
E. Penghargaan terhadap hasil yang dicapai
1. Apakah pemimpin perempuan secara terbuka memuji hasil yang telah dicapai bawahan?
2. Apakah pemimpin perempuan secara tegas memberikan teguran atau peringatan kepada
bawahan yang melanggar aturan?
3. Apakah pemimpin perempuan memberikan reward (hadiah) kepada bawahan yang
berkontribusi aktif pada organisasi?
4. Apakah pemimpin perempuan turut serta merayakan keberhasilan-keberhasilan yang
dicapai?
68
Lampiran 2: Hasil wawancara
Hasil Wawancara
Nama responden : Ferdy
Pangkat : Kolonel
Jabatan : Kaajendam Jaya
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan Terakhir : Akademi Militer, Perguruan Tinggi
I. Persepsi
A. Objek
1. Apakah menurut anda perempuan adalah makhluk yang logis?
Agak-agak tidak logis, hatinya yang berbicara tetapi jika seorang wanita sudah masuk
kedalam suatu institusi dia harus berperilaku logis sesuai dengan tugasnya.
2. Apakah anda pernah menemukan perempuan yang memiliki karakter yang kuat dan
logis? bagaimana pembentukannya?
Terdapat periode-periode untuk seseorang dalam pembentukkan karakter. Setelah di
didik dalam lembaga pendidikan maka pembentukkan karakter awal itu dari 10 tahun
pertama dia bertugas. Jika 10 tahun pertama terbentuk bagus maka selanjutnya akan
bagus, begitupun sebaliknya. Khusus di militer kepemimpinan itu terbentuk di
lapangan (daerah operasi). Disanalah kita akan menemukan teori dan aplikasinya di
lapangan. Tapi tentara wanita tidak ke daerah operasi hanya di lingkungan staf.
Sehingga, pembentukannya tidak seperti tentara laki-laki. Kalaupun ada perempuan
yang menjadi jenderal itupun tidak terbentuk dari lapangan tetapi dari kegiatan
sehari-hari sebagai staf. Sehingga, terdapat kecenderungan seseorang wanita
memimpin lebih banyak hatinya yang memimpin. Dalam melaksanakan tugas tidak
boleh menggunakan hati tetapi harus sesuai dengan prosedur-prosedur yang sudah
ada sehingga tugas-tugas dapat terlaksana. Selama saya bertugas belum pernah ada
perempuan di garis depan.
3. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang memiliki posisi atau jabatan yang
lebih tinggi daripada laki-laki?
69
Boleh. Selama perempuan itu mumpuni, terampil, cakap dan mampu tidak hanya
nangis saja. Perempuan itu perasa ketika ada masalah bukan menyelesaikan masalah
tapi nangisnya dulu.
4. Apakah benar militer identik dengan simbol-simbol maskulin (stereotype)?
Bukan maskulin sebenarnya, sudah dari dulu ketika awal latihan maka akan terbentuk
dengan sendirinya. Dan dalam mencari prajurit salah satu syaratnya badannya harus
proporsional dan harus sesuai dengan kriteria, tidak bisa jika ada kelainan seperti
postur tubuh yang miring atau sebagainya.
B. Nilai- nilai dan norma
1. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang menjadi pemimpin dalam sudut
pandang agama?
Dalam agama saya tidak masalah. Bahkan banyak pemimpin yang perempuan seperti
bunda teresa, ia dilihat orang sebagai pemimpin dengan kesederhanaannya.
2. Bagaimana pendapat anda tentang poin ke-3 dari delapan wajib TNI tentang
menjunjung tinggi kehormatan wanita?
Wanita itu makhluk yang berbeda dengan laki-laki. dalam agama saya ada sebutan
bunda yang berarti lebih mulia daripada ibu-ibu. Oleh karena itu, kita harus
menjunjung tinggi kehormatan wanita di manapun berada. Seorang prajurit di
manapun berada harus menggunakan delapan wajib TNI itu. Dia harus menempatkan
seorang wanita seperti ibunya.
3. Bagaimana pendapat anda tentang sejarah pembentukan komando wanita disarankan
bahwa dalam penugasan tetap diperhatikan sifat-sifat kewanitaannya?
Ada sifat lemah lembutnya, ada keibuannya. Harus dibedakan antara prajurit laki-laki
dan wanita dan tidak bisa disamakan. Misal, jika prajurit laki-laki gendong ransel 20
kilo, prajurit perempuan cukup 2 kilo saja. Yang terpenting tidak merusak badannya.
Jika laki-laki merayap sampai luka sebisa mungkin perempuan jangan walaupun dia
tentara. Tetapi terkadang karena pimpinannya kowad juga biasanya lebih galak
daripada kita yang laki-laki ini.
C. Lingkungan
1. Bagaimana pembagian peran dan tugas dalam lingkungan kerja militer?
70
Pembentukkan tugas dan peran dalam militer sesuai dengan tes psikologi. Hasil
pemeriksaan inilah yang mengarahkan kita akan bertugas di bagian mana. Misalnya,
hasil psikologi saya berada di pasukan masa saya akan diarahkan kesana. Jika hasil
psikologi saya di staf maka saya akan diarahkan ke bagian staf. Demikian juga
terhadap wanita, hasil tes psikologi yang menentukan. Jika hasil psikologi dia lebih
sayang sama orang maka dia akan ditempatkan di bagian kesehatan untuk merawat
orang.
2. Militer dikenal dengan lingkungan kerja yang komando, apakah memungkinkan
dalam militer bersifat demokratis?
Perintah atau komando yang diberikan tidak akan lepas dari ketentuan yang berlaku
dan tidak ada kesewenang-wenangan di dalamnya. Malah lingkungan militer ini lebih
demokratis dibandingkan sipil seperti perusahaan swasta.
3. Menurut anda apakah boleh perempuan menjadi pemimpin di lingkungan militer?
Boleh. Asalkan dia tegas, cakap memimpin dan harus dilihat dari tingkat
profesionalnya.
4. Menurut anda apa saja kriteria pemimpin yang baik dalam lingkungan militer?
Pengetahuan dalam berfikir dan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Karena
pemimpin itu pada dasarnya harus sebagai orang tua dalam suatu lingkungan yang di
pimpinnya.
D. Pengalaman terdahulu
1. apakah sepanjang sejarah militer dan khususnya kodam jaya pernah ada perempuan
yang menjadi pimpinan?
Pernah, kaajen sebelum saya itu perempuan tapi jika sebagai pangdam belum ada.
Sekitar 1-2 tahun belakang ini sudah ada sekolah taruni, ke depannya terdapat
kemungkinan akan ada pimpinan perempuan yang lebih mumpuni untuk jadi
panglima. Karena, seorang panglima dalam suatu situasi tertentu ia harus menjadi
panglima dalam suatu operasi jika terdapat gangguan keamanan. Permasalahannya
sekarang apakah sanggup seorang perempuan menjadi pimpinan dalam suatu daerah
operasi dengan seluruh masalah yang ada di dalamnya baik itu menyangkut musuh
ataupun anggota sendiri. Kalau saya secara pribadi perempuan belum sanggup untuk
memimpin satuan satuan yang ada di lapangan.
71
2. selama terlibat kerja sama dengan perempuan, kesan apa yang paling anda ingat jika
berhadapan dengan pemimpin perempuan?
Suka nangis.
3. Menurut anda, apa saja yang menjadi kelebihan seorang pemimpin perempuan?
Lebih teliti dan lebih sabar dibandingkan yang laki-laki serta lebih ulet terhadap
pekerjaan yang belum selesai tanpa diperintah maka ia akan lembur dan memiliki
tanggung jawab yang besar.
II. Kepemimpinan Perempuan
A. Teladan
1. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan mampu memberikan contoh pribadi
kepada bawahannya? Apakah terdapat perbedaan dengan laki-laki?
Hampir sama. Hanya saja prajurit perempuan yang tidak terlatih di lapangan lebih
banyak berbicara tentang teori sedangkan prajurit laki-laki biasanya lebih mampu
berbicara sesuai dengan pengalaman tidak hanya teori saja. Biasanya kemampuan itu
diasah setelah lulus akmil dari pangkat letnan sampai kapten.
2. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih sederhana dan tidak berlebihan?
Secara fisik perempuan suka bersolek tetapi kalau dalam keseharian sama saja.
3. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu menepati janji kepada
bawahan?
Pemimpin dimanapun harus dapat menepati janji apakah dia perempuan ataupun laki-
laki.
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan melakukan bawahan dengan santun dan
saling menghormati?
Iya, lebih halus. Tapi dalam tentara ini akan dibentuk menjadi satu karakter prajurit.
B. Menginspirasikan visi bersama
1. Menurut pendapat anda, apakah pemimpin perempuan lebih fleksibel dalam
membicarakan nilai-nilai dan prinsip kerja?
Sama saja. Biasanya tergantung dengan hal yang dibicarakan apakah bisa nyambung
atau tidak.
2. Bagaimana pendapat anda tentang kemampuan pemimpin dalam mengembangkan
visi yang jauh ke depan dan mengkomunikasikannya dengan bawahan?
72
Sama. Biasanya tergantung apakah bawahan memiliki etos kerja atau tidak. Pada
umumnya ada perintah secara lisan dan tertulis, jika tidak dilaksanakan dengan batas
waktu yang diberikan berarti tidak bisa melaksanakan perintah kedinasan.
3. Bagaimana pengaruh (kontribusi) pemimpin perempuan dalam militer?
Sama saja. Biasanya terdapat keterbatasan perempuan dalam mengatur. Kemampuan
dalam pengaplikasian ilmu perempuan sangat terbatas. Sedangkan, laki-laki yang
diasah di lapangan kreativitas dan inovasi lebih banyak.
4. Apakah menurut anda pemimpin perempuan dapat menciptakan semangat kolektif?
Terbatas. Karena keterbatasan tadi pasti terdapat perbedaannya. Karena dalam militer
ini prajurit wanita belum banyak diberikan tugas-tugas lapangan.
C. Proses
1. Apakah pemimpin perempuan turut serta aktif mengikuti perkembangan yang terjadi
pada bawahan?
Biasa saja.
2. Apakah pemimpin perempuan memiliki kemampuan dalam mempengaruhi dan
memberikan dorongan motivasi kepada bawahan?
Biasa saja.
3. Dalam membuat keputusan apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam
memilih mana yang lebih tepat untuk didahulukan?
Sama saja
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam mengawasi dan
memberikan koreksi kepada bawahan?
Sama saja dengan prajurit pria.
5. Bagaimana proses jika seseorang perempuan ingin menjadi pimpinan dalam militer?
Jika di 10 tahun pertama ia tidak terasah maka akan sulit memimpin banyak orang.
Karena tidak adanya kesempatan itu maka seorang perempuan harus lebih banyak
belajar dari sejarah bagaimana memimpin dan harus dapat mengaplikasikannya di
lapangan minimal hanya melihat walaupun tidak bisa turun langsung ke lapangan.
Dirinya sendiri yang harus mengembangkan diri. Tapi jika dalam pembinaan karier
sama saja antara laki-laki dan perempuan hal itu sudah ada peraturannya. Semua
diberi kesempatan yang sama. Tergantung apakah mampu melewati prosesnya seperti
73
tes psikologinya, tes kesamaptaan, tes kesehatan dan sebagainya sebelum sekolah dan
pendidikan untuk menduduki jabatan dan posisi tertentu selama masih bisa
melewatinya, maka bisa-bisa saja. Poinnya harus seimbang antara pendidikan dan
pengalaman bertugas dimana saja.
6. Hambatan-hambatan apa saja yang mungkin dihadapi oleh perempuan jika menjadi
pimpinan dalam militer?
Kodratnya dan kemampuannya. Karena jenjang karier yang ditempuh tidak
dibedakan. Jadi seorang perempuan harus bersaing dengan sesama tentara laki-laki.
Jika dalam rumah tangga tidak hanya perempuan saja, tetapi itu juga terjadi pada
prajurit laki-laki. Seperti anak yang selalu harus berpindah-pindah sekolah.
7. Bagaimana mengatasi hambatan yang mungkin terjadi (solusi)?
Dengan ketegaran hati. Karena ketentuan memang sudah ada seperti itu.
D. Pembagian kerja (kerja sama)
1. Menurut anda apakah perlu dibuat sistem yang mengatur pembagian tugas antara
laki-laki dan perempuan tanpa membedakan jenis kelamin?
Tidak perlu. Tentara perempuan tidak perlu berada di pasukan. Karena harus naik
turun hutan memimpin pasukan laki-laki semua. Karena itu tentara perempuan hanya
bisa di staf tidak di lapangan.
2. Apakah anda mendukung sistem yang mengatur pembagian tugas antara laki-laki dan
wanita tanpa membedakan jenis kelamin?
Tidak perlu
3. Apakah pemimpin perempuan lebih mampu menetapkan target kerja dan melakukan
perencanaan pembagian tugas untuk mencapai target?
Sama saja
4. Apakah pemimpin perempuan memberikan kesempatan bagi bawahan untuk
kebebasan dan peluang untuk memilih tugas?
Terbuka. Tapi jika dalam masalah biasa tertutup.
E. Penghargaan terhadap hasil yang dicapai
1. Apakah pemimpin perempuan secara terbuka memuji hasil yang telah dicapai
bawahan?
74
Iya
2. Apakah pemimpin perempuan secara tegas memberikan teguran atau peringatan
kepada bawahan yang melanggar aturan?
Sama saja dengan prajurit yang laki-laki.
3. Apakah pemimpin perempuan memberikan reward (hadiah) kepada bawahan yang
berkontribusi aktif pada organisasi?
Ya bagi bawahan yang berprestasi akan diberikan, kalau saya biasanya selalu
merayakan ulang tahun bawahan.
4. Apakah pemimpin perempuan turut serta merayakan keberhasilan-keberhasilan yang
dicapai?
Iya, biasanya ada acara rutin kumpul bersama untuk terus memelihara teamwork.
75
Nama responden : Syaiful Azhar
Pangkat : Kolonel
Jabatan : Kakudam Jaya
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : Perguruan Tinggi
I. Persepsi
A. Objek
1. Apakah menurut anda perempuan adalah makhluk yang logis?
Ya, tergantung dari tingkat pendidikannya. Karena wanita yang berpendidikan tinggi
kerangka berfikirnya akan lebih baik. Rata-rata perempuan pendidikan diatas SMA
sudah bagus.
2. Apakah anda pernah menemukan perempuan yang memiliki karakter yang kuat dan
logis?
Ada, tergantung pendidikan akhirnya.
3. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang memiliki posisi atau jabatan yang
lebih tinggi daripada laki-laki?
Selama dia mampu sesuai dengan jabatannya tidak masalah. Selama ini juga sudah
banyak yang dipimpin oleh perempuan.
4. Apakah benar militer identik dengan simbol-simbol maskulin (stereotype)?
Sebenarnya lebih tepat kalau disebut dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan
nilai-nilai kejuangan, semangat kejuangan dan kepahlawanan. Ada anggapan bahwa
yang berperang itu harus laki-laki padahal tidak, seorang kowad pun harus memiliki
nilai-nilai kepahlawanan dan semangat.
B. Nilai- nilai dan norma
1. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang menjadi pemimpin dalam sudut
pandang agama?
76
Dalam agama islam memang ada ayat yang menyatakan laki-laki merupakan
pemimpin dalam agama namun ada pada saat tertentu perempuan juga dapat menjadi
pemimpin.
2. Bagaimana pendapat anda tentang poin ke-3 dari delapan wajib TNI tentang
menjunjung tinggi kehormatan wanita?
Tidak hanya di lingkungan militer saja harus menjunjung kehormatan wanita tapi di
seluruh tempat. Sesuai dengan haknya sebagai makhluk tuhan, harus dilindungi, harus
kita hargai misalnya dalam keadaan berperang anak-anak dan wanita harus kita
lindungi. Itu dalam keadaan berperang apalagi dalam keadaan berdamai. Jika
perempuan dalam militer sebagai pimpinan walaupun dia perempuan tetap harus kita
hormati.
3. Bagaimana pendapat anda tentang sejarah pembentukan komando wanita disarankan
bahwa dalam penugasan tetap diperhatikan sifat-sifat kewanitaannya?
Yaitu yang tidak dimiliki laki-laki seperti melahirkan, menyusui dan sebagainya.
Dalam hal ini dalam pemilihan tugas harus diperhatikan karena terdapat beberapa hal
tugas dan jabatan yang tidak bisa ditinggalkan ketika izin cuti dan sebagainya. Tapi
jika sudah selesai masa suburnya saya rasa bisa diletakkan dalam posisi tersebut.
C. Lingkungan
1. Bagaimanakah pembagian tugas dan peran dalam militer?
Sama saja, dari sisi kebijakan personil pemberian kesempatan itu sama saja tidak ada
perbedaan.
2. Militer dikenal dengan lingkungan kerja yang komando, apakah memungkinkan
dalam militer bersifat demokratis?
Saya dulu ketika mahasiswa juga menganggap tentara harus taat dan patuh, setelah
saya bergabung ternyata dalam militer lebih demokratis. Segala sesuatu sebelum
komandan memutuskan pasti ada rapat saran dengan para stafnya. Jadi tidak semata-
mata suatu persoalan langsung diputuskan oleh komandan. Namanya prosedur
komandan dan staf, dalam rapat itu kita bebas menyampaikan apapun kepada
komandan baik dari segi untung, kerugian dan alternatif apa saja yang dapat
dilakukan. Tapi jika sudah menjadi keputusan sebagai hasil kesepakatan terbaik harus
dilaksanakan. Pihak luar biasanya tidak tahu proses ini sehingga menganggap bahwa
77
seolah-olah demokrasi tidak ada dalam militer bahkan dalam keadaan perang yang
mendesak juga ada demokrasi hanya saja lebih cepat.
3. Menurut anda apakah boleh perempuan menjadi pemimpin di lingkungan militer?
Boleh saja, semua terbuka. Mungkin saat ini belum ada tapi dalam hal pembinaan
karier, pendidikan dan sebagainya sama saja baik dalam teori maupun praktek bahkan
dalam wilayah operasi perempuan pun ikut serta dalam kegiatan.
4. Menurut anda apa saja kriteria pemimpin yang baik dalam lingkungan militer?
11 azas kepemimpinan.
D. Pengalaman terdahulu
1. apakah sepanjang sejarah militer dan khususnya kodam jaya pernah ada perempuan
yang menjadi pimpinan?
Ada, jika dalam bidang saya ada bahkan sekarang sudah bintang satu. Ia juga
memegang jabatan struktural dan komando.
2. selama terlibat kerja sama dengan perempuan, kesan apa yang paling anda ingat jika
berhadapan dengan pemimpin perempuan?
Dalam mengambil keputusan lebih teliti dan hati-hati sehingga dari segi waktu
biasanya lebih lama jika dibandingkan dengan yang laki-laki.
3. Menurut anda, apa saja yang menjadi kelebihan seorang pemimpin perempuan?
Dalam hubungan teritorial biasanya lebih luwes.
II. Kepemimpinan Perempuan
A. Teladan
1. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan mampu memberikan contoh pribadi
kepada bawahannya? Apakah terdapat perbedaan dengan laki-laki?
Sama saja.
2. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih sederhana dan tidak berlebihan?
Karena dalam penampilan dalam militer ini sudah ada peraturannya jadi semua sama
saja.
3. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu menepati janji kepada
bawahan?
Ya, apalagi sebagai atasan harus on time dan disiplin kecuali jika ada urusan yang
sangat mendadak.
78
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan melakukan bawahan dengan santun dan
saling menghormati?
Sama saja tidak ada perbedaannya. Mungkin wanita biasanya agak luwes daripada
laki-laki biasanya bicara lebih sedikit.
B. Menginspirasikan visi bersama
1. Menurut pendapat anda, apakah pemimpin perempuan lebih fleksibel dalam
membicarakan nilai-nilai dan prinsip kerja?
Secara prinsip tetap hanya mungkin cara dalam menyampaikannya yang sedikit
berbeda. Perempuan biasanya lebih luwes.
2. Bagaimana pendapat anda tentang kemampuan pemimpin dalam mengembangkan
visi yang jauh ke depan dan mengkomunikasikannya dengan bawahan?
Sama saja hanya perempuan biasanya lebih banyak berbicara dengan bawahan.
3. Bagaimana pengaruh (kontribusi) pemimpin perempuan dalam militer?
Ada, sesuai dengan jabatannya.
4. Apakah menurut anda pemimpin perempuan dapat menciptakan semangat kolektif?
Sama, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Hanya cara bicaranya saja
mungkin sedikit berbeda.
C. Proses
1. Apakah pemimpin perempuan turut serta aktif mengikuti perkembangan yang terjadi
pada bawahan?
Sama saja
2. Apakah pemimpin perempuan memiliki kemampuan dalam mempengaruhi dan
memberikan dorongan motivasi kepada bawahan?
Sama, namun biasa perempuan lebih bersemangat
3. Dalam membuat keputusan apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam
memilih mana yang lebih tepat untuk didahulukan?
sama saja karena biasanya sudah diatur sesuai dengan prosedur yang ada dalam
militer.
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam mengawasi dan
memberikan koreksi kepada bawahan?
Sama saja. Biasanya sesuai dengan peraturan kedisiplinan prajurit.
79
5. Bagaimana proses jika seseorang perempuan ingin menjadi pimpinan dalam militer?
Biasanya dilihat dari segi pendidikan militer, track record selama berkarier dan sisi
kesehatan. Lalu dirapatkan dan dibicarakan dalam dewan.
6. Hambatan-hambatan apa saja yang mungkin dihadapi oleh perempuan jika menjadi
pimpinan dalam militer?
Sebenarnya bukan hambatan melainkan pertimbangan jika seorang perempuan masih
berada dalam masa subur (reproduksi). Tapi jika sudah selesai dengan masa
melahirkan dan sebagainya tidak ada masalah. Sedangkan untuk permasalahan
domestik tidak masalah karena memang sejak awal sudah berkomitmen siap dan
sudah ada pemberitahuan dari atasan kepada suami dan penjelasan dari konsekuensi
bahwasanya istrinya adalah seorang tentara. Namun, selama ini anak saya perhatikan
sangat kecil dalam menghambat karier seorang kowad.
7. Bagaimana mengatasi hambatan yang mungkin terjadi (solusi)?
Dengan komunikasi dan pemberian izin dari keluarga. Rata-rata biasanya selama ini
semua semangat. Biasanya sudah ada aturan jika perempuan ingin melanjutkan
pendidikan biasanya anaknya sudah harus berusia diatas 2 tahun.
D. Pembagian kerja (kerja sama)
1. Menurut anda apakah perlu dibuat sistem yang mengatur pembagian tugas antara
laki-laki dan perempuan tanpa membedakan jenis kelamin?
Tidak perlu, karena sebenarnya sama saja tidak ada perbedaan.
2. Apakah anda mendukung sistem yang mengatur pembagian tugas antara laki-laki dan
wanita tanpa membedakan jenis kelamin?
Secara kesempatan sama saja begitupun dengan sumber daya manusianya.
3. Apakah pemimpin perempuan lebih mampu menetapkan target kerja dan melakukan
perencanaan pembagian tugas untuk mencapai target?
Militer sudah ada program kerja, siapapun yang ditunjuk sebagai pimpinan baik itu
pria atau wanita harus dapat memenuhi target kerja tersebut. Kunci keberhasilan
organisasi adalah solid.
4. Apakah pemimpin perempuan memberikan kesempatan bagi bawahan untuk
kebebasan dan peluang untuk memilih tugas?
80
Pimpinan sudah tahu sebaiknya anggota diletakkan dimana seseorang sesuai dengan
kemampuannya dan disesuaikan dengan kebutuhan organisasi.
E. Penghargaan terhadap hasil yang dicapai
1. Apakah pemimpin perempuan secara terbuka memuji hasil yang telah dicapai
bawahan?
Biasa perempuan lebih terbuka tapi tetap sesuai prosedur yang ada.
2. Apakah pemimpin perempuan secara tegas memberikan teguran atau peringatan
kepada bawahan yang melanggar aturan?
Walaupun perempuan lebih luwes namun biasanya dalam memegang prinsip-prinsip
tertentu lebih tegas. Jadi dalam tentara itu semuanya diajarkan termasuk dalam
menghadapi bawahan dalam militer dikenal dengan CMI (cara memberikan
instruksi).
3. Apakah pemimpin perempuan memberikan reward (hadiah) kepada bawahan yang
berkontribusi aktif pada organisasi?
Iya biasanya dalam bentuk promosi.
4. Apakah pemimpin perempuan turut serta merayakan keberhasilan-keberhasilan yang
dicapai?
Iya, walaupun hal itu tidak mesti harus tapi adalah beberapa kali seperti makan
bersama dengan bawahan.
81
Nama : Choirul
Pangkat : Kolonel
Jabatan : Kabintaldam Jaya
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : Akademi Militer, Perguruan Tinggi
I. Persepsi
A. Objek
1. Apakah menurut anda perempuan adalah makhluk yang logis?
Iya logis. Sesuai dengan tingkat pendidikannya.
2. Apakah anda pernah menemukan perempuan yang memiliki karakter yang kuat dan
logis?
Ada. Hanya saja untuk menjadi perempuan yang kuat haruslah didukung oleh
keluarga.
3. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang memiliki posisi atau jabatan yang
lebih tinggi daripada laki-laki?
Tidak masalah selama sesuai dengan kemampuannya karena setiap jabatan ada
seleksinya. Selama itu melalui seleksi yang benar ya tidak ada masalah
4. Apakah benar militer identik dengan simbol-simbol maskulin (stereotype)?
Iya hal itu disesuaikan dengan tugas pokok tentara yaitu berperang dan bertempur.
B. Nilai- nilai dan norma
1. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang menjadi pemimpin dalam sudut
pandang agama?
Dalam agama pemimpin dalam keluarga suami, tapi sesuai kemajuan peradaban tetap
tidak melupakan kewajiban perempuan sebagai ibu rumah tangga walaupun
perempuan itu merupakan pemimpin dalam suatu organisasi.
2. Bagaimana pendapat anda tentang poin ke-3 dari delapan wajib TNI tentang
menjunjung tinggi kehormatan wanita?
Menjunjung tinggi kehormatan wanita itu merupakan lambang peradaban. Zaman
jahiliyah dahulu wanita sangat rendah kedudukannya seiring perkembangan zaman
82
harkat dan martabat wanita itu dihargai. Jika kita belum bisa menghargai wanita
berarti peradaban kita masih rendah terutama dihadapkan dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan sesuai dengan nilai-nilai keagamaan.
3. Bagaimana pendapat anda tentang sejarah pembentukan komando wanita disarankan
bahwa dalam penugasan tetap diperhatikan sifat-sifat kewanitaannya?
Contohnya jika hamil diberikan cuti dan jaga malam tidak dilibatkan
C. Lingkungan
1. Bagaimanakah pembagian tugas dan peran dalam militer?
Iya, disesuaikan dengan situasi karena terdapat beberapa tugas yang tidak mungkin
dilakukan oleh perempuan seperti piket. Perempuan diletakkan dibantuan
administratif, kesehatan termasuk bagian bintal ini. Sesuai hukum militer
internasional bahwa bagian kesehatan dan rohani tidak boleh diserang karena berada
dalam bagian pemulihan fisik dan pembinaan mental serta pemulihannya.
2. Militer dikenal dengan lingkungan kerja yang komando, apakah memungkinkan
dalam militer bersifat demokratis?
Sebenarnya khususnya TNI-AD kepemimpinannya sangat demokratis karena
didasarkan demokrasi pancasila. Jadi yang namanya perintah itu sudah melalui
prosedur hubungan komandan dan staf. Sebelum perintah itu keluar sudah
dimusyawarahkan. Tidak ada perintah yang mendadak. Hanya saja mungkin didaerah
operasi pertempuaran memang yang diperintahkan harus dijalankan karena jika tidak
bisa mati konyol karena jika tidak membunuh ya dibunuh jadi harus mengikuti
perintah tapi dalam keseharian sangat demokratis.
3. Menurut anda apakah boleh perempuan menjadi pemimpin di lingkungan militer?
Sangat boleh. Selama tidak bertentangan dengan nilai agama. Karena tidak pantas
perempuan sebagai ibu yang melahirkan dalam bertugas harus membunuh dan apakah
akan mendapatkan izin dari suami. Karena jangan sampai menentang nilai-nilai
keagamaan lalu berdosa.
4. Menurut anda apa saja kriteria pemimpin yang baik dalam lingkungan militer?
Dapat melaksanakan tugas pokok dan memperhatikan dan menjamin kesejahteraan
anak buah.
83
D. Pengalaman terdahulu
1. apakah sepanjang sejarah militer dan khususnya kodam jaya pernah ada perempuan
yang menjadi pimpinan?
Banyak jika dalam spesialisasinya, tapi untuk bagian pangdam dan kasdam belum
karena terbatas dan kalah seleksi. Seleksinya banyak seperti pendidikan, karier.
Seorang pangdam harus mampu memegang pasukan dalam hal ini saja kowad sudah
kalah karena hanya berada dalam bagian administratif karena belum pernah dalam
bagian combat (tempur). Namun, sekarang sudah mulai ada taruni sekitar 2 tahun
belakangan ini.kemungkinan taruni ini mungkin bisa masuk satuan tempur seperti
infanteri. Sekarnag zaman sudah berubah seorang calon pangdam tidak harus selalu
lulusan akmil namun lulusan sekolah perwira pun diberikan kesempatan yang sama.
2. selama terlibat kerja sama dengan perempuan, kesan apa yang paling anda ingat jika
berhadapan dengan pemimpin perempuan?
Kita harus toleransi dalam hal seperti penugasan piket secara umum tidak masalah
3. Menurut anda, apa saja yang menjadi kelebihan seorang pemimpin perempuan?
Relatif. Bisa berlaku bagi laki-laki ataupun perempuan. Kalau kurangnya misalnya
tidak bisa piket.
II. Kepemimpinan Perempuan
A. Teladan
1. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan mampu memberikan contoh pribadi
kepada bawahannya? Apakah terdapat perbedaan dengan laki-laki?
Tergantung karakter perorangan. Tapi anggota banyak yang berkata lebih enak
dipimpin laki-laki daripada perempuan.
2. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih sederhana dan tidak berlebihan?
Sama saja tergantung pribadinya
3. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu menepati janji kepada
bawahan?
Sama saja
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan melakukan bawahan dengan santun dan
saling menghormati?
84
Terdapat kecenderungan kadang-kadang lebih main perasaan. Jika ada masalah
biasanya terbawa berbeda dengan laki-laki yang jika ada masalah dirumah maka
dikantor biasanya sudah lupa.
B. Menginspirasikan visi bersama
1. Menurut pendapat anda, apakah pemimpin perempuan lebih fleksibel dalam
membicarakan nilai-nilai dan prinsip kerja?
Tidak ada masalah. Sama saja
2. Bagaimana pendapat anda tentang kemampuan pemimpin dalam mengembangkan
visi yang jauh ke depan dan mengkomunikasikannya dengan bawahan?
Sama saja
3. Bagaimana pengaruh (kontribusi) pemimpin perempuan dalam militer?
Tidak ada.
4. Apakah menurut anda pemimpin perempuan dapat menciptakan semangat kolektif?
Yang jelas lebih banyak izinnya. Seperti izin anak sakit, daftar sekolah, izin ambil
raport dan sebagainya mungkin karena suaminya fokus bekerja.
C. Proses
1. Apakah pemimpin perempuan turut serta aktif mengikuti perkembangan yang terjadi
pada bawahan?
Relatif
2. Apakah pemimpin perempuan memiliki kemampuan dalam mempengaruhi dan
memberikan dorongan motivasi kepada bawahan?
Relatif
3. Dalam membuat keputusan apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam
memilih mana yang lebih tepat untuk didahulukan?
Relatif
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam mengawasi dan
memberikan koreksi kepada bawahan?
Relatif
5. Bagaimana proses jika seseorang perempuan ingin menjadi pimpinan dalam militer?
Pastinya pendidikan dan harus lulus karena kalau tidak ya tidak bisa naik pangkat.
85
6. Hambatan-hambatan apa saja yang mungkin dihadapi oleh perempuan jika menjadi
pimpinan dalam militer?
Misalnya suaminya terkadang tidak menerima seharusnya lembur tapi terhambat
seperti karena faktor anak yang rewel. Tapi kita memberikan toleransi dalam negara
pancasila ini sangat menghargai hal ini seperti perempuan tidak ikut piket malam.
Hambatannya biasanya dirinya sendiri (perasaan pribadi).
7. Bagaimana mengatasi hambatan yang mungkin terjadi (solusi)?
Jangan menutup diri, sering-sering berkoordinasi dengan sesama dan berbagi
pengalaman dalam mencari solusi terbaik
D. Pembagian kerja (kerja sama)
1. Menurut anda apakah perlu dibuat sistem yang mengatur pembagian tugas antara
laki-laki dan perempuan tanpa membedakan jenis kelamin?
Karena tuntutan tugas tidak memungkinkan perempuan untuk bertugas sampai
malam. Jika di pasukan sebaiknya tidak. Jika menurut agama pun harus seizin suami.
Salah satu pertimbangan dasarnya adalah apakah sudah betul untuk meninggalkan
keluarga, perempuan diberikan jabatan yang enak-enak.
2. Apakah anda mendukung sistem yang mengatur pembagian tugas antara laki-laki dan
wanita tanpa membedakan jenis kelamin?
Bukan tidak mendukung. Hanya saja sangat mempertimbangkan prinsip dasar seperti
agama. Jangan sampai ditentang oleh umat.
3. Apakah pemimpin perempuan lebih mampu menetapkan target kerja dan melakukan
perencanaan pembagian tugas untuk mencapai target?
Itulah kelemahannya karena perempuan sulit lembur maka kinerjanya biasanya lebih
lambat. Namun, biasanya dapat dibantu oleh anak buahnya.
4. Apakah pemimpin perempuan memberikan kesempatan bagi bawahan untuk
kebebasan dan peluang untuk memilih tugas?
Relatif sama
86
E. Penghargaan terhadap hasil yang dicapai
1. Apakah pemimpin perempuan secara terbuka memuji hasil yang telah dicapai
bawahan?
Relatif sama
2. Apakah pemimpin perempuan secara tegas memberikan teguran atau peringatan
kepada bawahan yang melanggar aturan?
Sama saja sesuai prosedur yang sudah ditetapkan
3. Apakah pemimpin perempuan memberikan reward (hadiah) kepada bawahan yang
berkontribusi aktif pada organisasi?
Pemberian izin, rekomendasi promosi atas saran dan masukan staf dan anggota pantas
atau tidaknya diberikan tidak bisa berdasarkan keinginan pimpinan saja.
4. Apakah pemimpin perempuan turut serta merayakan keberhasilan-keberhasilan yang
dicapai?
Pasti.
87
Nama : Drg. N. Husni Lubis
Pangkat : Kolonel
Jabatan : Kakesdam Jaya
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : Perguruan Tinggi
I. Persepsi
A. Objek
1. Apakah menurut anda perempuan adalah makhluk yang logis?
Biasa saja. Perempuan dimanapun tetap perempuan. Dalam konteks militer tidak
dapat disamakan dengan pria.
2. Apakah anda pernah menemukan perempuan yang memiliki karakter yang kuat dan
logis?
Sampai sekarang saya belum lihat ada yang bagus. Perempuan di lingkungan TNI-AD
khususnya Kodam Jaya jika sudah menikah maka dia akan ikut suami sangat sedikit
sekali yang benar-benar memiliki karakter yang kuat dan tangguh. Ambil resiko ikut
latihan dan ke perbatasan iya sama dengan pria tapi begitu menikah ‘no’.
3. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang memiliki posisi atau jabatan yang
lebih tinggi daripada laki-laki?
Mendukung saja, tapi dalam militer saya belum pernah melihat perempuan yang
tangguh. Pernah saya melihat perempuan sebagai kepala atau pimpinan biasa-biasa
saja tidak terlalu menonjol. Emansipasi itu bohong hanya ada “emansipasi untuk yang
enak-enak saja”. Seperti belajar, sekolah, persamaan dalam pekerjaan yang enak-enak
tapi pekerjaan yang kasar ‘no’ kecuali di daerah bali disana terdapat perempuan yang
kerjanya membangun rumah sama dengan laki-laki. Jika memang ingin emansipasi
yang sebenarnya seharusnya segala sesuatu yang dikerjakan oleh laki-laki juga harus
dikerjakan oleh perempuan.
4. Apakah benar militer identik dengan simbol-simbol maskulin (stereotype)?
Ya, itu dituntut harus prima kesehatannya.
88
B. Nilai- nilai dan norma
1. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang menjadi pemimpin dalam sudut
pandang agama?
Saya tidak pernah tahu dalam al-Qur’an adanya perempuan memimpin sebagai imam.
Dan saya tidak pernah lihat perempuan menjadi pemimpin.
2. Bagaimana pendapat anda tentang poin ke-3 dari delapan wajib TNI tentang
menjunjung tinggi kehormatan wanita?
Wanita harus kita hormati dalam bentuk apapun harus kita hargai dan disanjung.
Seperti ibu kita harus kita hargai dan hormati.
3. Bagaimana pendapat anda tentang sejarah pembentukan komando wanita disarankan
bahwa dalam penugasan tetap diperhatikan sifat-sifat kewanitaannya?
Lemah lembut, meladeni, melayani, kasih sayang. Mengurus anak dan kasih sayang
kepada anak. Itu saja sudah mengurangi poin-poin seorang perempuan untuk menjadi
seorang panglima atau kasdam yang setiap hari kerjanya di kantor.
C. Lingkungan
1. Bagaimanakah pembagian tugas dan peran dalam militer?
Dalam militer masih berlaku bagi wanita tidak diberlakukan jaga malam, tugas ikut
suami. Apa yang mau disamakan. Jika masih terdapat perbedaan seperti itu maka
mustahil akan adanya kesetaraan dengan laki-laki. Dalam militer perempuan ikut
dalam pertempuran tapi misalnya karena dia dokter bukan diletakkan digaris depan.
2. Militer dikenal dengan lingkungan kerja yang komando, apakah memungkinkan
dalam militer bersifat demokratis?
Lihat situasinya. Untuk beberapa hal tugas memungkinkan bersifat demokratis dalam
pengambilan keputusan namun untuk yang bersifat militer dalam daerah operasi pasti
komandonya keluar. Tidak mungkin dalam pertempuran melakukan diskusi dulu
sebelum menyerang. Keburu dibunuh kita, mati duluan. Dalam operasi harus gerak
cepat. Komando hanya dalam pekerjaan yang berkaitan dengan tempur.
3. Menurut anda apakah boleh perempuan menjadi pemimpin di lingkungan militer?
Jika menjadi pangdam atau kasdam tidak. Karena dari pendidikan militer saja sudah
berbeda. Lalu dari karakter saja sudah berbeda. Kita tidak butuh perempuan yang
lembek, kita tidak butuh perempuan yang judes tapi perempuan yang tegas.
89
4. Menurut anda apa saja kriteria pemimpin yang baik dalam lingkungan militer?
Banyak. Termasuk salah satu diantaranya 11 azas kepemimpinan. Dalam militer ada
matakuliahnya yang berjudul kepemimpinan.
D. Pengalaman terdahulu
1. apakah sepanjang sejarah militer dan khususnya kodam jaya pernah ada perempuan
yang menjadi pimpinan?
Belum. Jika diasah dari muda bisa saja hanya yang optimal paling hanya beberapa
gelintir saja tidak semuanya.
2. selama terlibat kerja sama dengan perempuan, kesan apa yang paling anda ingat jika
berhadapan dengan pemimpin perempuan?
Saya paling senang bekerjasama dengan perempuan. Karena mereka teliti, dalam
mengingatkan bagus. Sebagai unsur staf perempuan bagus tapi tidak sebagai unsur
pemimpin.
3. Menurut anda, apa saja yang menjadi kelebihan seorang pemimpin perempuan?
Biasa saja hanya saja dalam bertugas lebih teliti.
II. Kepemimpinan Perempuan
A. Teladan
1. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan mampu memberikan contoh pribadi
kepada bawahannya? Apakah terdapat perbedaan dengan laki-laki?
Itu tergantung individu. Kalau dalam militer tidak pernah ada perbedaan karena
berdasarkan pangkat tidak melihat apakah jenis kelaminnya perempuan ataupun laki-
laki.
2. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih sederhana dan tidak berlebihan?
Biasa saja. Bedanya unsur yang tidak dapat dihilangkan perempuan adalah bersolek.
3. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu menepati janji kepada
bawahan?
Sama saja.
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan melakukan bawahan dengan santun dan
saling menghormati?
Sama saja tergantung watak. Perempuan yang judes-judes juga banyak.
90
B. Menginspirasikan visi bersama
1. Menurut pendapat anda, apakah pemimpin perempuan lebih fleksibel dalam
membicarakan nilai-nilai dan prinsip kerja?
Gak juga, sama saja dalam hal pekerjaan.
2. Bagaimana pendapat anda tentang kemampuan pemimpin dalam mengembangkan
visi yang jauh ke depan dan mengkomunikasikannya dengan bawahan?
Sama saja
3. Bagaimana pengaruh (kontribusi) pemimpin perempuan dalam militer?
Karena kita dibidang kesehatan, ya sumbangan terhadap bidang pengetahuan
kesehatan pasti ada sebagai dokter tentara tapi tidak dalam bidang kemiliteran.
Misalnya, ketika di wilayah timor-timur dokter yang masuk ke hutan adalah dokter
laki-laki sedangkan dokter yang perempuan hanya di wilayah kotanya saja.
4. Apakah menurut anda pemimpin perempuan dapat menciptakan semangat kolektif?
Sama saja
C. Proses
1. Apakah pemimpin perempuan turut serta aktif mengikuti perkembangan yang terjadi
pada bawahan?
Tergantung karakter individu sebagai seorang pemimpin.
2. Apakah pemimpin perempuan memiliki kemampuan dalam mempengaruhi dan
memberikan dorongan motivasi kepada bawahan?
Itu tergantung individu. Ada perempuan yang bisa ada yang tidak begitupun dengan
yang laki-laki.
3. Dalam membuat keputusan apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam
memilih mana yang lebih tepat untuk didahulukan?
Itu tergantung individu
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam mengawasi dan
memberikan koreksi kepada bawahan?
Karakteristik itu dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. Sehingga tidak bisa dijawab.
Hal itu tergantung individu perempuannya sebagai pimpinan.
5. Bagaimana proses jika seseorang perempuan ingin menjadi pimpinan dalam militer?
91
Prosesnya bisa sama. Namun, jika menjadi panglima dalam militer belum karena
panglima itu bertugas dalam menentukan nyawa tidak hanya nyawa anggota saja tapi
juga nyawa seluruh yang ada dalam negara ini harus dia tanggung semuanya. Negara
beserta isinya harus dikuasai sedangkan wanita biasanya banyak bermain dengan
perasaan. Perasaannya dulu baru dia mikir.
6. Hambatan-hambatan apa saja yang mungkin dihadapi oleh perempuan jika menjadi
pimpinan dalam militer?
Sifat kewanitaannya yang menghambat. Salah satu yang bisa menghambat seperti
menyusui dan melahirkan anak dan yang kedua adalah budaya seperti pola-pola
hidup. Militer tidak pernah menghambat seorang perempuan untuk maju, pantas atau
tidaknya itu berasal dari diri wanita itu sendiri. Pertimbangan lain ya suami dan
keluarga, terutama jika sudah menikah seperti izin karena ikut suami ataupun izin
kepada atasan karena tidak diberikan izin oleh suami untuk bertugas. Setahu saya
belum pernah ada suami ikut istri bertugas.
7. Bagaimana mengatasi hambatan yang mungkin terjadi (solusi)?
Wanita tersebut harus smart dan militer tidak pernah menghambat seorang wanita.
D. Pembagian kerja (kerja sama)
1. Menurut anda apakah perlu dibuat sistem yang mengatur pembagian tugas antara
laki-laki dan perempuan tanpa membedakan jenis kelamin?
Tidak usahlah, perempuan kan hanya mau ditempatkan di bagian yang enak-enak.
Apalagi ketika sudah menikah banyak sekali pertimbangannya.
2. Apakah anda mendukung sistem yang mengatur pembagian tugas antara laki-laki dan
wanita tanpa membedakan jenis kelamin?
Selama perempuannya mau saya mendukung saja tapi kan sekarang permasalahannya
apakah perempuan tersebut mau melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh
pria.
3. Apakah pemimpin perempuan lebih mampu menetapkan target kerja dan melakukan
perencanaan pembagian tugas untuk mencapai target?
92
Memang perermpuan lebih teliti dibandingkan laki-laki. Tapi misalnya jika izin cuti
selama 3 bulan pasti kinerjanya akan berkurang lalu baru masuk sudah izin lagi
karena anak sakit.
4. Apakah pemimpin perempuan memberikan kesempatan bagi bawahan untuk
kebebasan dan peluang untuk memilih tugas?
Dalam tentara tidak boleh memilih. Sebagai pimpinan harus melihat kinerja
seseorang (anak buah).
E. Penghargaan terhadap hasil yang dicapai
1. Apakah pemimpin perempuan secara terbuka memuji hasil yang telah dicapai
bawahan?
Kalau saya orang kerjanya bagus ya saya bilang bagus. Kalau perempuan saya belum
tahu karena saya belum pernah dipimpin perempuan namun kalau dalam
bersosialisasi pasti ada perempuan yang memuji kinerja bawahannya.
2. Apakah pemimpin perempuan secara tegas memberikan teguran atau peringatan
kepada bawahan yang melanggar aturan?
Tergantung kepribadiannya
3. Apakah pemimpin perempuan memberikan reward (hadiah) kepada bawahan yang
berkontribusi aktif pada organisasi?
Dalam konteks kecil misalnya pujian dalam konteks besar biasanya diberikan hadiah.
4. Apakah pemimpin perempuan turut serta merayakan keberhasilan-keberhasilan yang
dicapai?
Iya saya rayakan depan seluruh anak buah saya yang berada dalam bagian kesehatan.
93
Nama : Yonaria Goeltom
Pangkat : Letnan Kolonel
Jabatan : Pabandya Lurja Spersdam Jaya
Agama : Kristen
Pendidikan terakhir : Perguruan Tinggi
I. Persepsi
A. Objek
1. Apakah menurut anda perempuan adalah makhluk yang logis?
Iya. Sebagai seorang perempuan haruslah berfikiran jernih dalam membimbing anak
dan mengurus keluarga begitupun dalam pekerjaannya. Kadang-kadang dalam militer
jika anak buah pekerjaannya tidak sesuai dengan perintah boleh dong sesekali
emosional masa mau lurus-lurus saja. Kalau kita lurus-lurus saja anak buah kita nanti
tidak mengerti apa yang harus dilakukannya.
2. Apakah anda pernah menemukan perempuan yang memiliki karakter yang kuat dan
logis?
Pernah. Ada senior saya sama-sama letkol yaitu letkol eka karena dia kepribadiannya
bagus, dalam bertutur kata juga bagus begitupun dalam memberikan inspirasi juga
bagus, dalam berpenampilan juga bagus.
3. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang memiliki posisi atau jabatan yang
lebih tinggi daripada laki-laki?
Saya setuju. Karena menurut saya kalau perempuan itu mampu mengapa tidak.
Apalagi zaman sekarang. Selama kita melakukan tugas dan tanggung jawab kita dan
perilaku kita baik dan tidak membuat orang jengkel itu dimanapun kita berada mereka
akan menghargai dan belum pernah terjadi gesekan. Jadi bagaimana kita dalam
membawakan diri. Jangan merasa sombong atau sok pintar.
4. Apakah benar militer identik dengan simbol-simbol maskulin (stereotype)?
Tergantung situasinya. Jika situasinya memerlukan kita keras ya keras. Kapan kita
harus lembut atau keras.
94
B. Nilai- nilai dan norma
1. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang menjadi pemimpin dalam sudut
pandang agama?
Tidak ada masalah. Dalam agama kita juga sudah ada pendeta perempuan. Jadi
menurut agama saya hal itu tidak terlalu kaku selama perempuan itu bisa menjadi
panutan.
2. Bagaimana pendapat anda tentang poin ke-3 dari delapan wajib TNI tentang
menjunjung tinggi kehormatan wanita?
Ada hal-hal dalam pekerjaan yang memang tidak layak dikerjakan oleh wanita.
3. Bagaimana pendapat anda tentang sejarah pembentukan komando wanita disarankan
bahwa dalam penugasan tetap diperhatikan sifat-sifat kewanitaannya?
Yaitu selalu dibagian staf.
C. Lingkungan
1. Bagaimanakah pembagian tugas dan peran dalam militer?
Biasanya perempuan berada pada bagian administrasi selalu ingin memberikan yang
terbaik. Namun, jika dalam hal pertempuran pasti masih mempertimbangkan keluarga
terutama anak. Karena itu banyak perempuan yang berfikir untuk di posisikan pada
daerah tempur tapi jika dalam urusan administrasi tetap selalu berusaha memberikan
yang terbaik. Dari sejak kowad lahir hanya sedikit yang sampai bintang jadi kita juga
harus mampu mengukur diri tidak usah terlalu berharap sekali menduduki jabatan
yang strategis. Dengan menduduki jabatan kita yang tidak strategispun asalkan
mampu menjalankan tugas kita dengan baik itu sudah sangat luar biasa.
2. Militer dikenal dengan lingkungan kerja yang komando, apakah memungkinkan
dalam militer bersifat demokratis?
Sampai saat ini militer bersifat netral. Memungkinkan untuk demokratis nanti
mungkin namun untuk sekarang belum. Untuk saat ini masih patuh dan taat terhadap
aturan sesuai dengan sapta marga.
3. Menurut anda apakah boleh perempuan menjadi pemimpin di lingkungan militer?
95
Boleh, kenapa tidak. Termasuk menjadi pangdam atau kasdam selama perempuan itu
mampu hanya saja untuk sekarang belum nanti mungkin sekitar 10-20 tahun lagi
setelah adanya taruni.
4. Menurut anda apa saja kriteria pemimpin yang baik dalam lingkungan militer?
Memiliki sifat yang perwira. Yaitu dapat sebagai bapak atau ibu, sebagai komandan,
sebagai teman, sebagai sahabat.
D. Pengalaman terdahulu
1. apakah sepanjang sejarah militer dan khususnya kodam jaya pernah ada perempuan
yang menjadi pimpinan?
Sampai saat ini belum tapi saya tidak tahu 10-20 tahun mendatang
2. selama terlibat kerja sama dengan perempuan, kesan apa yang paling anda ingat jika
berhadapan dengan pemimpin perempuan?
Lebih sabar, lebih teliti, lebih halus dalam menyampaikan sesuatu.
3. Menurut anda, apa saja yang menjadi kelebihan seorang pemimpin perempuan?
Kalau saya pribadi sebagai seorang perempuan ialah saya selalu mengerjakan tugas
sampai tuntas.
II. Kepemimpinan Perempuan
A. Teladan
1. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan mampu memberikan contoh pribadi
kepada bawahannya? Apakah terdapat perbedaan dengan laki-laki?
Menurut saya sudah dengan cara tidak pernah bolos
2. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih sederhana dan tidak berlebihan?
Iya karena sudah diatur dalam berpenampilan
3. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu menepati janji kepada
bawahan?
Saya rasa kepada siapapun harus seperti itu.
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan melakukan bawahan dengan santun dan
saling menghormati?
Saya agak otoriter. Maksudnya kerjakan sesuai dengan keinginan saya. Saya
menghargai mereka karena tanpa mereka (anggota) saya gak bisa apa-apa.
96
B. Menginspirasikan visi bersama
1. Menurut pendapat anda, apakah pemimpin perempuan lebih fleksibel dalam
membicarakan nilai-nilai dan prinsip kerja?
Saya lebih suka dengan pendekatan dan agama seperti berkata kepada bawahan kamu
kalau memang tidak bisa kamu berdo’a dong lama-lama tanpa kamu sadari kamu
pasti bisa. Itulah yang selalu saya sampaikan karena saya juga selalu begitu berdo’a
kepada tuhan. Itulah yang selalu saya berikan kepada bawahan saya.
2. Bagaimana pendapat anda tentang kemampuan pemimpin dalam mengembangkan
visi yang jauh ke depan dan mengkomunikasikannya dengan bawahan?
Saya selalu berorientasi kepada atasan sesuai dengan aturan yang berlaku dan sesuai
dengan keinginan atasan maunya seperti apa.
3. Bagaimana pengaruh (kontribusi) pemimpin perempuan dalam militer?
Bekerja dengan baik saja pun sudah bagus tanpa melakukan kesalahan apalagi zaman
sekarang yang banyak godaan dan gangguan dengan gaji yang sedikit apalagi hidup
di Jakarta. Bekerja bagus saja sudah luar biasa seperti tidak membuat kesalahan dan
berbuat semena-mena, melakukan kekerasan, korupsi dan sebagainya. Minimal
membuat perubahan seperti meja kaca yang tadinya tidak berkaca kita kasih kaca.
Awalnya dinding kotor kita cat kembali. Minimal itu yang kecil saja.
4. Apakah menurut anda pemimpin perempuan dapat menciptakan semangat kolektif?
Saya senantiasa memberikan pujian seperti iya kamu pintar atau oh ya bagus-bagus.
Dan selalu meminta pendapat mereka dan selama sesuai dan masuk akal mari kita
kerjakan.
C. Proses
1. Apakah pemimpin perempuan turut serta aktif mengikuti perkembangan yang terjadi
pada bawahan?
Iya misalnya jika ada anggota yang sakit tidak boleh masa bodo minimal jika sudah
masuk ditanyakan kabarnya. Itu tidak sekedar formalitas tapi dari hati agar bawahan
juga merasa bahwa saya sebagai atasan juga merupakan bagian dari mereka
2. Apakah pemimpin perempuan memiliki kemampuan dalam mempengaruhi dan
memberikan dorongan motivasi kepada bawahan?
97
Iya misalnya jika mereka terlihat letih ya sudah istirahat dulu nanti kalau sudah
enakan dilanjutkan lagi.
3. Dalam membuat keputusan apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam
memilih mana yang lebih tepat untuk didahulukan?
Iya. Saya senantiasa bertanya apa yang sedang dikerjakan dan melihat kebutuhan
mana yang lebih mendesak. Dan yang lebih mendesak biasanya saya akan selesaikan
terlebih dahulu. Harus mengetahui mana yang harus didahulukan
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam mengawasi dan
memberikan koreksi kepada bawahan?
Saya suka bilang hati-hati besok-besok jangan seperti itu lagi sebaiknya dicatat apa
yang sudah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan sehingga tidak terlewat.
5. Bagaimana proses jika seseorang perempuan ingin menjadi pimpinan dalam militer?
Kemampuan dan pengalaman yang bersangkutan. Nanti mungkin setelah 20 tahun
mendatang mungkin tidak akan ada perbedaan tugas antara laki-laki dan perempuan.
6. Hambatan-hambatan apa saja yang mungkin dihadapi oleh perempuan jika menjadi
pimpinan dalam militer?
Nah itulah bijak-bijaknya kita sebagai perempuan dan sebagai seorang ibu.
Bagaimana agar anak tetap sehat sehingga dapat tenang ketika bekerja di kantor.
Untuk suami kita sebagai istri harus lebih banyak berkomunikasi, lebih banyak
laporan karena terkadang suami tidak sempat bertanya lho kenapa kok istriku tidak
dirumah, nah sebelum suami bertanya seperti itu makanya harus laporan terlebih
dahulu agar tidak khawatir. Sampai saat ini suami saya tidak keberatan karena saya
lebih banyak laporan dan sejak awal menikah saya sudah banyak menyampaikan
tentang pekerjaan saya. Pimpinan pun biasanya sudah mempertimbangkan bahwa
tidak akan memisahkan antara istri dan suami itulah tadi yang disebut dengan kodrat
wanita dan tidak akan ditugaskan jauh dari suami dan keluarganya.
7. Bagaimana mengatasi hambatan yang mungkin terjadi (solusi)?
Dengan berkomunikasi dan saling terbuka.
D. Pembagian kerja (kerja sama)
1. Menurut anda apakah perlu dibuat sistem yang mengatur pembagian tugas antara
laki-laki dan perempuan tanpa membedakan jenis kelamin?
98
Menurut saya antara penugasan laki-laki dan wanita tidak berbeda hanya saja alam
lah yang membuat seperti itu. Karena bangsa Indonesia yang masih kental dengan
sifat ketimuran yang masih menghargai wanita. Dan bukan sebagai bentuk
pengekangan terhadap wanita. Saya merasa sama dengan yang lain tidak ada
perbedaan.
2. Apakah anda mendukung sistem yang mengatur pembagian tugas antara laki-laki dan
wanita tanpa membedakan jenis kelamin?
Mendukung.
3. Apakah pemimpin perempuan lebih mampu menetapkan target kerja dan melakukan
perencanaan pembagian tugas untuk mencapai target?
Sampai saat ini saya selalu bertekad menyelesaikan tugas saya dan selalu berusaha
sesuai target dan berusaha tidak ada yang tertinggal.
4. Apakah pemimpin perempuan memberikan kesempatan bagi bawahan untuk
kebebasan dan peluang untuk memilih tugas?
Itu dipertimbangkan terlebih dahulu apakah jabatan sesuai dengan kemampuannya.
E. Penghargaan terhadap hasil yang dicapai
1. Apakah pemimpin perempuan secara terbuka memuji hasil yang telah dicapai
bawahan?
Iya, secukupnya.
2. Apakah pemimpin perempuan secara tegas memberikan teguran atau peringatan
kepada bawahan yang melanggar aturan?
Kalau teguran saya biasanya nada suara saya agak tinggi. Kalau pemimpin
perempuan dalam menegur bawahan biasanya lebih bisa ditahan karena masih ada
hati nurani jika dibandingkan dengan laki-laki. Pembawaan dan perlakuannya
berbeda.
3. Apakah pemimpin perempuan memberikan reward (hadiah) kepada bawahan yang
berkontribusi aktif pada organisasi?
Iya, saya memuji dan mengapresiasi dan sesekali makan bersama dengan bawahan
4. Apakah pemimpin perempuan turut serta merayakan keberhasilan-keberhasilan yang
dicapai?
Saya ikut sebentar saja secukupnya.
99
Nama : Taat
Pangkat : Kapten
Jabatan : Minvet Jaya
Pendidikan terakhir : Perguruan Tinggi
I. Persepsi
A. Objek
1. Apakah menurut anda perempuan adalah makhluk yang logis?
Ya. Karena perempuan memiliki kemampuan dan keinginan seperti laki-laki
2. Apakah anda pernah menemukan perempuan yang memiliki karakter yang kuat dan
logis?
Pernah.
3. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang memiliki posisi atau jabatan yang
lebih tinggi daripada laki-laki?
Sangat setuju. Selama perempuan tersebut memiliki kemampuan, keahlian dan
pengetahuan dalam memegang tanggung jawab tersebut.
4. Apakah benar militer identik dengan simbol-simbol maskulin (stereotype)?
Tidak selalu maskulin, karena kowad disesuaikan dengan kodratnya bagaimanapun
perempuan adalah seorang wanita.
B. Nilai- nilai dan norma
1. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang menjadi pemimpin dalam sudut
pandang agama?
Menurut pendapat saya tidak masalah selama wanita tersebut memiliki kemampuan
yang mumpuni, profesional di bidangnya dan yang bersangkutan dapat memposisikan
dirinya sebagai wanita dan tahu kaidah-kaidah di dalam agama dan masyarakat.
2. Bagaimana pendapat anda tentang poin ke-3 dari delapan wajib TNI tentang
menjunjung tinggi kehormatan wanita?
Berada dalam posisi situasi dan kondisi apapun seorang prajurit harus senantiasa
menghargai seorang wanita dan tidak meremehkan dan merendahkan wanita.
3. Bagaimana pendapat anda tentang sejarah pembentukan komando wanita disarankan
bahwa dalam penugasan tetap diperhatikan sifat-sifat kewanitaannya?
100
Memang awalnya pada era kemerdekaan wanita bahu-membahu berjuang bersama
kaum pria untuk untuk kemerdekaan bangsa terutama dalam hal membantu para
korban perang serta membantu logistik. Selanjutnya setelah kemerdekaan dibutuhkan
wanita-wanita yang bertugas di lingkungan keseharian, perbekalan, administrasi dan
logistik. Hingga saat ini keberadaan komando wanita khususnya kowad mendapatkan
peluang yang sama dengan militer tetapi tetap memperhatikan sifat kewanitaannya
seperti melahirkan.
C. Lingkungan
1. Bagaimanakah pembagian tugas dan peran dalam militer?
Ya. Pada dasarnya walaupun kami militer wanita tetapi kami juga militer yang
diberikan kesempatan yang sama dengan militer pria. Hanya saja tidak
memungkinkan perempuan berada dalam jabatan satuan tempur misalnya perempuan
menjadi komandan batalyon untuk saat ini belum ada. Perempuan sebagai komandan
batalyon tidak memungkinkan perempuan karena harus membawahi sekitar 800-1000
anggota. Karena tugas operasi laki-laki semuanya. Kecuali dandim dan danramil yang
langsung ke masyarakat jadi masih memungkinkan perempuan untuk memimpin.
Tapi jika di batalyon dalam kondisi perang melawan seperti GAM dan OPM
sepertinya perempuan belum.
2. Militer dikenal dengan lingkungan kerja yang komando, apakah memungkinkan
dalam militer bersifat demokratis?
Ya. Dalam hal-hal tertentu militer justru besifat lebih demokratis. Dengan lingkungan
kerja yang demokratis kita dapat memberikan masukan dan pendapat kepada atasan.
3. Menurut anda apakah boleh perempuan menjadi pemimpin di lingkungan militer?
Boleh. Selama memiliki kemampuan untuk mengisi posisi dan jabatn tersebut. Dalam
lingkungan angkatan darat kowad diberikan kesempatan yang sama memperoleh
pendidikan di lingkungan angkatan darat. Bahkan sekarang sudah ada seorang
danramil yang dipimpin oleh seorang perempuan.
4. Menurut anda apa saja kriteria pemimpin yang baik dalam lingkungan militer?
Tegas, tanggung jawab, bijaksana, professional, bisa mengayomi anggota dan
mengutamakan kesejahteraan anggotanya.
101
D. Pengalaman terdahulu
1. apakah sepanjang sejarah militer dan khususnya kodam jaya pernah ada perempuan
yang menjadi pimpinan?
Sepanjang sejarah militer sudah banyak perempuan yang menjadi pimpinan. Dan
untuk kodam jaya sudah ada perempuan yang menjadi pimpinan seperti kakudam dan
kaajendam.
2. selama terlibat kerja sama dengan perempuan, kesan apa yang paling anda ingat jika
berhadapan dengan pemimpin perempuan?
Tegas dan disiplin
3. Menurut anda, apa saja yang menjadi kelebihan seorang pemimpin perempuan?
Memiliki perasaan yang halus dan keibuan.
II. Kepemimpinan Perempuan
A. Teladan
1. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan mampu memberikan contoh pribadi
kepada bawahannya? Apakah terdapat perbedaan dengan laki-laki?
Mampu. Karena seorang pemimpin harus dapat menjadi contoh bagi bawahannya
walaupun dia adalah seorang perempuan. Saya rasa tidak ada perbedaan antara
pemimpin laki-laki dan perempuan karena seorang pemimpin haruslah memberikan
teladan yang baik kepada bawahannya.
2. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih sederhana dan tidak berlebihan?
Sebenarnya pemimpin baik laki-laki maupun perempuan sama saja. Hanya saja
pemimpin perempuan memiliki rasa keibuan yang lebih dibandingkan dengan yang
laki-laki.
3. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu menepati janji kepada
bawahan?
Setiap pemimpin baik itu laki-laki atau perempuan haruslah dapat menepati janji
kepada bawahannya.
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan melakukan bawahan dengan santun dan
saling menghormati?
102
Setiap pemimpin baik laki-laki maupun perempuan di dalam organisasi militer
haruslah bersikap santun dan saling menghormati agar anak buah merasa dihargai
oleh pimpinannya.
B. Menginspirasikan visi bersama
1. Menurut pendapat anda, apakah pemimpin perempuan lebih fleksibel dalam
membicarakan nilai-nilai dan prinsip kerja?
Pada prinsipnya sama bisa fleksibel bisa tidak hanya pemimpin perempuan lebih
bersifat keibuan dan rasa kasihan serta masih menggunakan hati nurani.
2. Bagaimana pendapat anda tentang kemampuan pemimpin dalam mengembangkan
visi yang jauh ke depan dan mengkomunikasikannya dengan bawahan?
Pada prinsipnya sepanjang berpedoman pada peraturan yang ada maka tidak akan ada
masalah dalam mencapai visi organisasi.
3. Bagaimana pengaruh (kontribusi) pemimpin perempuan dalam militer?
Biasanya dalam melaksanakan tugas kami lebih teliti dan keibuan.
4. Apakah menurut anda pemimpin perempuan dapat menciptakan semangat kolektif?
Dapat. Karena pada prinsipnya seorang pemimpin harus dapat memberikan semangat
kepada bawahan yang dipimpinnya.
C. Proses
1. Apakah pemimpin perempuan turut serta aktif mengikuti perkembangan yang terjadi
pada bawahan?
Ya. Seorang pemimpin harus aktif mengikuti perkembangan yang terjadi pada
bawahannya.
2. Apakah pemimpin perempuan memiliki kemampuan dalam mempengaruhi dan
memberikan dorongan motivasi kepada bawahan?
Seorang pemimpin haruslah memiliki seni atau cara mempengaruhi bawahan serta
memberikan motivasi kepada bawahan.
3. Dalam membuat keputusan apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam
memilih mana yang lebih tepat untuk didahulukan?
Pada prinsipnya keputusan yang sudah ditetapkan merupakan keputusan yang terbaik.
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam mengawasi dan
memberikan koreksi kepada bawahan?
103
Kadang-kadang ya, karena biasanya pemimpin perempuan lebih teliti dari pemimpin
pria.
5. Bagaimana proses jika seseorang perempuan ingin menjadi pimpinan dalam militer?
Melalui jenjang karier yang sudah ditentukan oleh organisasi.
6. Hambatan-hambatan apa saja yang mungkin dihadapi oleh perempuan jika menjadi
pimpinan dalam militer?
Apabila terdapat tugas di medan yang cukup berat karena fisik wanita yang tidak
sama dengan pria dan melaksanakan tugas dalam waktu yang cukup lama dengan
alasan keluarga. Dalam tentara kedudukan laki-laki dan wanita sama, kita dibedakan
berdasarkan pangkat bukan jenis kelamin.
7. Bagaimana mengatasi hambatan yang mungkin terjadi (solusi)?
Untuk perempuan sebaiknya tidak ditugaskan di satuan tempur tapi di satuan
administrasi. Jika suatu saat diperintahkan kami tetap siap. Biasanya jika harus
berangkat kerja saya sudah menyiapkan anak-anak saya dan sejauh ini belum ada
kowad yang kariernya terhambat karena alasan keluarga. Biasanya dalam rumah pasti
dibutuhkan adanya seorang pembantu yang membantu mengurus urusan rumah
tangga.
D. Pembagian kerja (kerja sama)
1. Menurut anda apakah perlu dibuat sistem yang mengatur pembagian tugas antara
laki-laki dan perempuan tanpa membedakan jenis kelamin?
Untuk di militer tidak bisa. Karena untuk di militer yang mengutamakan kemampuan
fisik dan mental perlu adanya perlakuan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan
di dalam melaksanakan suatu tugas. Misalnya, jabatan di satuan tempur untuk
sementara belum memungkinkan dipimpin oleh perempuan.
2. Apakah anda mendukung sistem yang mengatur pembagian tugas antara laki-laki dan
wanita tanpa membedakan jenis kelamin?
Untuk jabatan-jabatan tertentu saya setuju.
3. Apakah pemimpin perempuan lebih mampu menetapkan target kerja dan melakukan
perencanaan pembagian tugas untuk mencapai target?
Pada prinsipnya sama saja antara perempuan dan laki-laki dalam menyelesaikan
target kerja yang dicapai.
104
4. Apakah pemimpin perempuan memberikan kesempatan bagi bawahan untuk
kebebasan dan peluang untuk memilih tugas?
Pemberian tugas biasanya sudah melalui pertimbangan antara staf dan komadan.
Sehingga, dalam penempatan tugas sudah melalui saran-saran dari para staf dan
melalui pertimbangan yang matang.
E. Penghargaan terhadap hasil yang dicapai
1. Apakah pemimpin perempuan secara terbuka memuji hasil yang telah dicapai
bawahan?
Setiap bawahan yang berprestasi harus mendapatkan pujian dari atasan atau
pemimpinnya baik itu perempuan maupun laki-laki.
2. Apakah pemimpin perempuan secara tegas memberikan teguran atau peringatan
kepada bawahan yang melanggar aturan?
Ya. Karena di satuan militer setiap anggota yang melakukan pelanggaran harus
mendapatkan tindakan atau teguran dari para atasan atau pimpinannya.
3. Apakah pemimpin perempuan memberikan reward (hadiah) kepada bawahan yang
berkontribusi aktif pada organisasi?
Ya. Setiap anggota yang berprestasi harus mendapatkan hadiah berupa penghargaan
dari pimpinannya.
4. Apakah pemimpin perempuan turut serta merayakan keberhasilan-keberhasilan yang
dicapai?
Ya.
105
Nama : Slamet
Pangkat : Mayor
Jabatan : Binkar spersdam Jaya
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : Akademi militer, Perguruan Tinggi
I. Persepsi
A. Objek
1. Apakah menurut anda perempuan adalah makhluk yang logis?
Tergantung dari situasi
2. Apakah anda pernah menemukan perempuan yang memiliki karakter yang kuat dan
logis?
Ada. Hanya saja jumlahnya sangat sedikit
3. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang memiliki posisi atau jabatan yang
lebih tinggi daripada laki-laki?
Wajar saja selama mampu
4. Apakah benar militer identik dengan simbol-simbol maskulin (stereotype)?
Iya, karena terbentuk selama dalam lembaga pendidikan
B. Nilai- nilai dan norma
1. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang menjadi pemimpin dalam sudut
pandang agama?
Selama mampu secara professional sah-sah saja
2. Bagaimana pendapat anda tentang poin ke-3 dari delapan wajib TNI tentang
menjunjung tinggi kehormatan wanita?
Menempatkan wanita sesuai dengan kodratnya dan tidak merendahkan wanita.
Menjaga martabat wanita dengan tidak menganggap remeh wanita.
3. Bagaimana pendapat anda tentang sejarah pembentukan komando wanita disarankan
bahwa dalam penugasan tetap diperhatikan sifat-sifat kewanitaannya?
Diberikan hak sebagai seorang wanita misalnya cuti hamil dan kegiatan disesuaikan
sebagai seorang perempuan
106
C. Lingkungan
1. Bagaimanakah pembagian tugas dan peran dalam militer?
Sama. Tidak ada perbedaan. Semua berdasarkan pendidikan yang sudah ditempuh
baik itu laki-laki maupun perempuan.
2. Militer dikenal dengan lingkungan kerja yang komando, apakah memungkinkan
dalam militer bersifat demokratis?
Jika dalam wilayah operasi tidak memungkinkan. Hanya dalam kegiatan keseharian
menyesuaikan dengan kebutuhan organisasi dan perempuan diletakkan pada bagian
administrasi sedangkan untuk satpur (satuan tempur) dan satbanpur (satuan bantuan
tempur) belum
3. Menurut anda apakah boleh perempuan menjadi pemimpin di lingkungan militer?
Boleh saja
4. Menurut anda apa saja kriteria pemimpin yang baik dalam lingkungan militer?
Mau belajar dan mengetahui masalah anak buah, kemampuan dalam memberikan
solusi, dan dekat dengan bawahan.
D. Pengalaman terdahulu
1. apakah sepanjang sejarah militer dan khususnya kodam jaya pernah ada perempuan
yang menjadi pimpinan?
Ada sebagai kepala atau pimpinan seperti kaajen hanya saja sebagai pangdam atau
kasdam belum.
2. selama terlibat kerja sama dengan perempuan, kesan apa yang paling anda ingat jika
berhadapan dengan pemimpin perempuan?
Sama saja. Hanya saja dalam melakukan pertimbangan lebih lama karena adanya
perasaan sensitif dan berhati-hati dalam berbicara.
3. Menurut anda, apa saja yang menjadi kelebihan seorang pemimpin perempuan?
Teliti, telaten, sabar dan bawel.
II. Kepemimpinan Perempuan
A. Teladan
1. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan mampu memberikan contoh pribadi
kepada bawahannya? Apakah terdapat perbedaan dengan laki-laki?
Sama saja.
107
2. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih sederhana dan tidak berlebihan?
Sama saja.
3. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu menepati janji kepada
bawahan?
Sama.
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan melakukan bawahan dengan santun dan
saling menghormati?
Lebih sabar, bawel, banyak bicara, lebih sabar daripada laki-laki karena perempuan
lebih dapat menahan jika berhadapan dengan laki-laki.
B. Menginspirasikan visi bersama
1. Menurut pendapat anda, apakah pemimpin perempuan lebih fleksibel dalam
membicarakan nilai-nilai dan prinsip kerja?
Lebih kaku jika dalam melaksanakan perintah, namun dalam keseharian lebih luwes.
2. Bagaimana pendapat anda tentang kemampuan pemimpin dalam mengembangkan
visi yang jauh ke depan dan mengkomunikasikannya dengan bawahan?
Sama saja
3. Bagaimana pengaruh (kontribusi) pemimpin perempuan dalam militer?
Biasanya perempuan ada kelebihannya seperti dalam seni menari, seni suara bahkan
ada juga yang berprestasi dalam atletik.
4. Apakah menurut anda pemimpin perempuan dapat menciptakan semangat kolektif?
Sama saja.
C. Proses
1. Apakah pemimpin perempuan turut serta aktif mengikuti perkembangan yang terjadi
pada bawahan?
Sama
2. Apakah pemimpin perempuan memiliki kemampuan dalam mempengaruhi dan
memberikan dorongan motivasi kepada bawahan?
sama
3. Dalam membuat keputusan apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam
memilih mana yang lebih tepat untuk didahulukan?
Sama saja
108
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam mengawasi dan
memberikan koreksi kepada bawahan?
Lebih teliti, lebih detail dan lebih kritis.
5. Bagaimana proses jika seseorang perempuan ingin menjadi pimpinan dalam militer?
Melalui pendidikan militer dan riwayat jabatan. Setelah seorang prajurit selesai
pendidikan maka itu akan menjadi bahan pertimbangan di bagian mana prajurit
tersebut akan ditempatkan sesuai dengan hasil pendidikannya.
6. Hambatan-hambatan apa saja yang mungkin dihadapi oleh perempuan jika menjadi
pimpinan dalam militer?
Selama ini tidak ada masalah. Karena siapapun pemimpin kita segala sesuatu yang
diperintahkan sesuai dengan aturan yang ada dalam militer terlepas dari apakah
pemimpin itu laki-laki ataupun perempuan.
7. Bagaimana mengatasi hambatan yang mungkin terjadi (solusi)?
Saya rasa setiap pemimpin memiliki seni yang berbeda dalam mengatasi masalah.
D. Pembagian kerja (kerja sama)
1. Menurut anda apakah perlu dibuat sistem yang mengatur pembagian tugas antara
laki-laki dan perempuan tanpa membedakan jenis kelamin?
Tidak perlu
2. Apakah anda mendukung sistem yang mengatur pembagian tugas antara laki-laki dan
wanita tanpa membedakan jenis kelamin?
Tidak.
3. Apakah pemimpin perempuan lebih mampu menetapkan target kerja dan melakukan
perencanaan pembagian tugas untuk mencapai target?
Tidak. Sama saja
4. Apakah pemimpin perempuan memberikan kesempatan bagi bawahan untuk
kebebasan dan peluang untuk memilih tugas?
Tidak. Penempatan bawahan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh bawahan
bukan berdasarkan kebebasan dalam memilih tugas.
E. Penghargaan terhadap hasil yang dicapai
1. Apakah pemimpin perempuan secara terbuka memuji hasil yang telah dicapai
bawahan?
109
Sama saja hanya biasanya pemimpin perempuan lebih perhatian.
2. Apakah pemimpin perempuan secara tegas memberikan teguran atau peringatan
kepada bawahan yang melanggar aturan?
Dalam pemberian teguran selalu melalui proses dari penelitian tindakan pelanggaran
yang dilakukan sampai pada penjatuhan hukuman bagi seorang prajurit yang
melanggar hal itu sudah diatur.
3. Apakah pemimpin perempuan memberikan reward (hadiah) kepada bawahan yang
berkontribusi aktif pada organisasi?
Jelas. Seperti melakukan kegiatan bersama atau bahkan pemberian cuti bagi bawahan.
4. Apakah pemimpin perempuan turut serta merayakan keberhasilan-keberhasilan yang
dicapai?
Ya. Ikut secara aktif.
110
Nama : Edi matadinata
Pangkat : Letnan Kolonel
Jabatan : Asterdam Jaya (Pabandya)
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : Sepawamil (sekolah perwira wajib militer), Perguruan Tinggi
I. Persepsi
A. Objek
1. Apakah menurut anda perempuan adalah makhluk yang logis?
Logis. Sama antara laki-laki maupun perempuan.
2. Apakah anda pernah menemukan perempuan yang memiliki karakter yang kuat dan
logis?
Pernah. Seperti kaajen dan kakudam
3. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang memiliki posisi atau jabatan yang
lebih tinggi daripada laki-laki?
Bagus. Karena hal itu sebagai bentuk eksisitensi diri
4. Apakah benar militer identik dengan simbol-simbol maskulin (stereotype)?
Dituntut seperti itu tetapi sesuai dengan persyaratan penerimaan prajurit misalnya
seperti tes kesehatan
B. Nilai- nilai dan norma
1. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang menjadi pemimpin dalam sudut
pandang agama?
Tidak masalah.
2. Bagaimana pendapat anda tentang poin ke-3 dari delapan wajib TNI tentang
menjunjung tinggi kehormatan wanita?
Menghargai wanita dalam segala hal termasuk melindungi dan menjaga wanita baik
dalam situasi perang maupun damai.
3. Bagaimana pendapat anda tentang sejarah pembentukan komando wanita disarankan
bahwa dalam penugasan tetap diperhatikan sifat-sifat kewanitaannya?
Sebagai perempuan tetap diperhatikan sifat-sifatnya yang tidak dimiliki oleh laki-laki
misalnya ketika haid atau menstruasi dan melahirkan.
111
C. Lingkungan
1. Bagaimanakah pembagian tugas dan peran dalam militer?
Antara laki-laki dan perempuan sama saja. Dalam situasi tempur pun perempuan tetap
dilibatkan hanya saja tidak diletakkan di garis depan hanya sebagai pendukung.
Perempuan tidak menjadi masalah ataupun menghambat.
2. Militer dikenal dengan lingkungan kerja yang komando, apakah memungkinkan
dalam militer bersifat demokratis?
Tetap demokratis. Terdapat saran-saran staf lalu dimusyawarahkan info-info yang
diberikan oleh staf lalu dipertimbangkan sehingga menghasilkan suatu keputusan.
3. Menurut anda apakah boleh perempuan menjadi pemimpin di lingkungan militer?
Boleh, selama perempuan tersebut bisa mengikuti jalurnya.
4. Menurut anda apa saja kriteria pemimpin yang baik dalam lingkungan militer?
Disiplin, wawasan luas, visi misi jelas dan berintegritas tinggi.
D. Pengalaman terdahulu
1. apakah sepanjang sejarah militer dan khususnya kodam jaya pernah ada perempuan
yang menjadi pimpinan?
Ada, seperti kaajen dan kakudam pernah dipimpin oleh perempuan. Hanya saja untuk
setingkat pangdam dan kasdam belum untuk saat ini.
2. selama terlibat kerja sama dengan perempuan, kesan apa yang paling anda ingat jika
berhadapan dengan pemimpin perempuan?
Teliti, rajin, komunikatif, luwes dan rasional karena sudah memenuhi syarat sebagai
prajurit dan terdidik sama dengan prajurit yang laki-laki, tidak ada perbedaan.
3. Menurut anda, apa saja yang menjadi kelebihan seorang pemimpin perempuan?
Luwes dan sabar.
II. Kepemimpinan Perempuan
A. Teladan
1. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan mampu memberikan contoh pribadi
kepada bawahannya? Apakah terdapat perbedaan dengan laki-laki?
Sama. Karena sudah diajarkan dan terdidik.
2. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih sederhana dan tidak berlebihan?
112
Sama saja. Hanya saja perempuan lebih feminim.
3. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu menepati janji kepada
bawahan?
Sama.
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan melakukan bawahan dengan santun dan
saling menghormati?
Biasanya lebih open (terbuka), keibuan dan lebih lembut.
B. Menginspirasikan visi bersama
1. Menurut pendapat anda, apakah pemimpin perempuan lebih fleksibel dalam
membicarakan nilai-nilai dan prinsip kerja?
Lebih fleksibel.
2. Bagaimana pendapat anda tentang kemampuan pemimpin dalam mengembangkan
visi yang jauh ke depan dan mengkomunikasikannya dengan bawahan?
Karena perintah, sama saja. Semuanya sudah sesuai dengan tuntunan
3. Bagaimana pengaruh (kontribusi) pemimpin perempuan dalam militer?
Sama saja. Sesuai standar.
4. Apakah menurut anda pemimpin perempuan dapat menciptakan semangat kolektif?
Iya. Karena lebih kekeluargaan dan cara mengajak.
C. Proses
1. Apakah pemimpin perempuan turut serta aktif mengikuti perkembangan yang terjadi
pada bawahan?
aktif
2. Apakah pemimpin perempuan memiliki kemampuan dalam mempengaruhi dan
memberikan dorongan motivasi kepada bawahan?
Semangat.
3. Dalam membuat keputusan apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam
memilih mana yang lebih tepat untuk didahulukan?
Karena saya belum pernah dipimpin perempuan menurut saya sama saja karena sama-
sama terlatih.
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam mengawasi dan
memberikan koreksi kepada bawahan?
113
Lebih teliti dan lebih correct.
5. Bagaimana proses jika seseorang perempuan ingin menjadi pimpinan dalam militer?
Melalui sekolah dan pendidikan militer, prestasi, pengalaman lapangan, pendukung
lapangan.
6. Hambatan-hambatan apa saja yang mungkin dihadapi oleh perempuan jika menjadi
pimpinan dalam militer?
Pertama, karena melahirkan seharusnya berangkat pendidikan jadi tertunda. Kedua,
punya anak yang menuntut tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ketiga, cenderung
lebih ke keluarga seperti izin suami.
7. Bagaimana mengatasi hambatan yang mungkin terjadi (solusi)?
Perempuan tersebut harus mampu memilih yang harus didahulukan dan mampu
mengatasi seperti menunda memiliki anak.
D. Pembagian kerja (kerja sama)
1. Menurut anda apakah perlu dibuat sistem yang mengatur pembagian tugas antara
laki-laki dan perempuan tanpa membedakan jenis kelamin?
Untuk sementara masih ada perbedaan. Kedepannya bagus jika ada yang seperti itu.
Mungkin karena bangsa Indonesia yang masih menjaga kultur timur.
2. Apakah anda mendukung sistem yang mengatur pembagian tugas antara laki-laki dan
wanita tanpa membedakan jenis kelamin?
Iya, bagus.
3. Apakah pemimpin perempuan lebih mampu menetapkan target kerja dan melakukan
perencanaan pembagian tugas untuk mencapai target?
Sama.
4. Apakah pemimpin perempuan memberikan kesempatan bagi bawahan untuk
kebebasan dan peluang untuk memilih tugas?
Tugas diberikan sesuai kemampuan bawahan.
E. Penghargaan terhadap hasil yang dicapai
1. Apakah pemimpin perempuan secara terbuka memuji hasil yang telah dicapai
bawahan?
Sama.
114
2. Apakah pemimpin perempuan secara tegas memberikan teguran atau peringatan
kepada bawahan yang melanggar aturan?
Sama.
3. Apakah pemimpin perempuan memberikan reward (hadiah) kepada bawahan yang
berkontribusi aktif pada organisasi?
Perempuan lebih peduli. Seperti, pemberian pujian, cuti dan barang.
4. Apakah pemimpin perempuan turut serta merayakan keberhasilan-keberhasilan yang
dicapai?
Ya, bersama-sama.
115
Nama : Handaka
Pangkat : Letnan Kolonel
Jabatan : Kasetumdam Jaya
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : akademi militer, Perguruan Tinggi
I. Persepsi
A. Objek
1. Apakah menurut anda perempuan adalah makhluk yang logis?
Ada perbedaan antara perempuan pada umumnya dengan perempuan di militer. Kalau
perempuan pada umumnya misalnya dikerasin akan menggunakan perasaan mungkin
akan nangis tapi kalau perempuan dalam militer jika disuruh jungkir akan berfikir oh
ya itu bagus untuk saya karena saya salah dan harus diingatkan tidak menggunakan
perasaan. Jika dikatakan perempuan dalam militer logis, ya sangat logis.
2. Apakah anda pernah menemukan perempuan yang memiliki karakter yang kuat dan
logis?
Banyak. Bahkan ada yang sudah sampai menjadi bintang satu.
3. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang memiliki posisi atau jabatan yang
lebih tinggi daripada laki-laki?
Bagus dong, tidak masalah selama dalam urusan rumah tangga masih bisa
menempatkan diri sebagai istri tidak dilupakan.
4. Apakah benar militer identik dengan simbol-simbol maskulin (stereotype)?
Kalau dalam bertugas kita memang harus seperti itu.
B. Nilai- nilai dan norma
1. Bagaimana pendapat anda tentang perempuan yang menjadi pemimpin dalam sudut
pandang agama?
Kalau agama saya tidak berani komentar karena hukumnya wajib. Dalam konteks
militer, tidak masalah selama mampu. Banyak perempuan yang menjadi pimpinan
dalam militer.
2. Bagaimana pendapat anda tentang poin ke-3 dari delapan wajib TNI tentang
menjunjung tinggi kehormatan wanita?
116
Misalnya, kalau di bis kita duduk kita mempersilahkan perempuan. Perempuan harus
dihargai.
3. Bagaimana pendapat anda tentang sejarah pembentukan komando wanita disarankan
bahwa dalam penugasan tetap diperhatikan sifat-sifat kewanitaannya?
Perempuan dalam militer sama dengan laki-laki. Jika laki-laki latihan menembak
mereka juga latihan, jika laki-laki jungkir mereka juga. Hanya saja ada beberapa hal
yang harus dijaga misalnya wanita disuruh manjat pohon ya tidak boleh, hal-hal
seperti itu harus kita jaga ataupun harus buka baju ketika latihan ya tidak boleh hal
itulah yang membedakan hal itu dengan prajurit laki-laki.
C. Lingkungan
1. Bagaimanakah pembagian tugas dan peran dalam militer?
Dalam kestafan tidak masalah, hanya saja perempuan tidak berada dalam fungsi
combat (tempur) tidak berada dalam tataran seperti komandan batalyon. Kowad yang
infanteri atau armed tidak ada mereka (kowad) berada dalam fungsi non combat.
2. Militer dikenal dengan lingkungan kerja yang komando, apakah memungkinkan
dalam militer bersifat demokratis?
Kita demokratis. Maksudnya komando itu misalnya atasan memerintahkan besok
semua masuk maka itu harus dilaksanakan. Demokratis itu jika kita sedang
membicarakan segala sesuatu yang sifatnya bukan perintah kita pasti demokratis.
Contohnya, ulang tahun kodam jaya kita mengadakan rapat dan apa saja masukkan
dari para staf. Cuma kalau perintah tidak bisa ditolerir. Yang dikatakan demokrasi itu
berbeda dengan perintah masa iya dalam keadaan medan perang atau wilayah operasi
harus diskusi terlebih dahulu, kalaupun ada biasanya keputusan itu diambil dengan
cepat oleh pimpinan.
3. Menurut anda apakah boleh perempuan menjadi pemimpin di lingkungan militer?
Selama itu dalam batas kebenaran dan kewajaran kenapa tidak. Kalau pangdam
belum ada, tapi kalau kepala sudah banyak.
4. Menurut anda apa saja kriteria pemimpin yang baik dalam lingkungan militer?
Pertama, bisa memberikan contoh jangan hanya bisa memberikan perintah saja
kepada bawahan (suri tauladan). Kedua, memberikan kesejahteraan kepada
anggotanya.
117
D. Pengalaman terdahulu
1. apakah sepanjang sejarah militer dan khususnya kodam jaya pernah ada perempuan
yang menjadi pimpinan?
Selevel pangdam belum ada, tapi kalau kepala banyak seperti kepala ajen dan kepala
keuangan.
2. selama terlibat kerja sama dengan perempuan, kesan apa yang paling anda ingat jika
berhadapan dengan pemimpin perempuan?
Dalam penempatan tugas. Walaupun dalam pelatihan sama kita bawa bedil mereka
juga bawa, kita gendong ransel mereka juga hanya saja beban ranselnya tidak seberat
prajurit laki-laki. Mereka tidak piket lalu tugas-tugas yang membahayakan seperti
operasi.
3. Menurut anda, apa saja yang menjadi kelebihan seorang pemimpin perempuan?
Lebih teliti dan lebih hati-hati seperti dalam penggunaan dana lebih tidak boros.
II. Kepemimpinan Perempuan
A. Teladan
1. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan mampu memberikan contoh pribadi
kepada bawahannya? Apakah terdapat perbedaan dengan laki-laki?
Pimpinan itu baik dia perempuan ataupun laki-laki sama saja.
2. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih sederhana dan tidak berlebihan?
Misalnya perempuan pakai eyeshadow tidak boleh berlebihan, tidak boleh cat kuku,
menggunakan celana yang ketat atau rambut disemir. Terdapat aturan yang mengatur
bagaimana kowad dalam berpenampilan seperti berapa panjang rambut. Bahkan,
kowad diberikan tunjangan kecantikan dan ada juga pembagian pakaian dalam bagi
kowad.
3. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu menepati janji kepada
bawahan?
Jika seorang pimpinan maka ia harus berbicara sesuai dengan tindakannya. Misalnya,
memerintahkan bawahan tidak boleh terlambat maka pimpinan pun tidak boleh
terlambat.
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan melakukan bawahan dengan santun dan
saling menghormati?
118
Itu tergantung perorangan. Secara umum, sifat itu harus dimiliki oleh setiap prajurit.
B. Menginspirasikan visi bersama
1. Menurut pendapat anda, apakah pemimpin perempuan lebih fleksibel dalam
membicarakan nilai-nilai dan prinsip kerja?
Sama-sama saja. Hanya perbedaan dialek saja sesuai dengan kepribadian.
2. Bagaimana pendapat anda tentang kemampuan pemimpin dalam mengembangkan
visi yang jauh ke depan dan mengkomunikasikannya dengan bawahan?
Sama tidak mengenal perempuan atau laki-laki. Setiap pimpinan harus mengenal visi
dan misi organisasi.
3. Bagaimana pengaruh (kontribusi) pemimpin perempuan dalam militer?
Perempuan lebih rapi. Misalnya, kantor dari tidak ada bunga menjadi lebih rapi. Tapi
kalau secara peraturan memang sudah ada sesuai dengan prosedur tetap yang sudah
diatur dalam undang-undang.
4. Apakah menurut anda pemimpin perempuan dapat menciptakan semangat kolektif?
Sama saja, yang berbeda gaya kepemimpinannya misalnya intonasi berbicara.
Berbeda antara orang yang sudah pernah memimpin pasukan dengan yang tidak
pernah memimpin pasukan (non combat). Karena, memimpin dalam pasukan itu ada
yang namanya pikir cepat yaitu dalam waktu sepersekian detik kita harus sudah dapat
mengambil keputusan dan tindakan yang benar dan tepat. Contohnya, tiba-tiba
diserang apa yang harus kita lakukan masa iya tengak-tengok dulu melongo, kan
tidak mungkin seperti itu. Tidak hanya antara laki-laki dan perempuan bahkan sesama
laki-laki pun akan berbeda.
C. Proses
1. Apakah pemimpin perempuan turut serta aktif mengikuti perkembangan yang terjadi
pada bawahan?
Relatif kembali pada kemampuan perempuan tersebut.
2. Apakah pemimpin perempuan memiliki kemampuan dalam mempengaruhi dan
memberikan dorongan motivasi kepada bawahan?
Baik dia perempuan ataupun laki-laki kemampuan sebagai seorang pimpinan sudah
diuji, cocok serta sudah lulus pendidikan maka bisa menjadi pimpinan.
119
3. Dalam membuat keputusan apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam
memilih mana yang lebih tepat untuk didahulukan?
Tergantung kemampuan individu
4. Menurut anda, apakah pemimpin perempuan lebih mampu dalam mengawasi dan
memberikan koreksi kepada bawahan?
Sama saja jika atasan memerintahkan push-up pasti bawahan jawab siap bu, tidak
lantas karena atasan seorang perempuan maka bawahan tidak menerima. Bukan
dilihat dari perempuannya melainkan dari pangkatnya.
5. Bagaimana proses jika seseorang perempuan ingin menjadi pimpinan dalam militer?
Harus memiliki pendidikan dan pengalaman.
6. Hambatan-hambatan apa saja yang mungkin dihadapi oleh perempuan jika menjadi
pimpinan dalam militer?
Kesehatan, misalnya ingin pendidikan maka harus lulus tes semapta. Harus cek
jantungnya, overweight atau tidak. Setiap naik pangkat dan jabatan harus ada tes nya.
Lalu, suami keberatan misalnya ngapain sekolah harus sampai setahun, anak
bagaimana tidak ada yang urus. Tapi kalau secara kesempatan yang diberikan sama
saja antara prajurit laki-laki dan prajurit perempuan.
7. Bagaimana mengatasi hambatan yang mungkin terjadi (solusi)?
Jaga kesehatan dan jaga badan lalu beri pengertian kepada suami.
D. Pembagian kerja (kerja sama)
1. Menurut anda apakah perlu dibuat sistem yang mengatur pembagian tugas antara
laki-laki dan perempuan tanpa membedakan jenis kelamin?
Tidak perlu. Karena masih banyak laki-laki yang mampu
2. Apakah anda mendukung sistem yang mengatur pembagian tugas antara laki-laki dan
wanita tanpa membedakan jenis kelamin?
Tidak perlu.
3. Apakah pemimpin perempuan lebih mampu menetapkan target kerja dan melakukan
perencanaan pembagian tugas untuk mencapai target?
Sama mau laki-laki maupun perempuan.
4. Apakah pemimpin perempuan memberikan kesempatan bagi bawahan untuk
kebebasan dan peluang untuk memilih tugas?
120
Tidak boleh begitu, semua sudah ditentukan oleh atasan baik bagi perempuan maupun
laki-laki sesuai dengan kemampuannya.
E. Penghargaan terhadap hasil yang dicapai
1. Apakah pemimpin perempuan secara terbuka memuji hasil yang telah dicapai
bawahan?
Sama saja. Pimpinan dilihat sebagai pemegang jabatan bukan karena laki-laki atau
perempuan.
2. Apakah pemimpin perempuan secara tegas memberikan teguran atau peringatan
kepada bawahan yang melanggar aturan?
Tergantung kemampuan leadership.
3. Apakah pemimpin perempuan memberikan reward (hadiah) kepada bawahan yang
berkontribusi aktif pada organisasi?
Pasti dong. Seperti pemberian izin.
4. Apakah pemimpin perempuan turut serta merayakan keberhasilan-keberhasilan yang
dicapai?
Iya.
121
Lampiran 3: Daftar informan
DAFTAR INFORMAN
No. Nama Jenis Kelamin Jabatan Pendidikan Agama Pelaksanaan Wawancara
Tanggal Waktu
1 Kolonel Ferdy L Kaajendam Jaya Akmil
Perguruan Tinggi Kristen 8 April 2014 Pkl. 09.00-09.20
2 Kolonel Syaiful Azhar L Kakudam Jaya Perguruan Tinggi Islam 8 April 2014 Pkl. 10.00-10.20
3 Kolonel Choirul L Kabintaldam Jaya Akmil
Perguruan Tinggi Islam 8 April 2014 Pkl. 11.00-11.20
4 Kolonel Drg. N Husni Lubis L Kakesdam Jaya Perguruan Tinggi Islam 8 April 2014 Pkl. 13.00-13.20
5 Letkol Yonaria Gultom P Pabandya Lurja Spersdam Jaya Perguruan Tinggi Kristen 8 April 2014 Pkl. 14.00-14.20
6 Mayor Taat P Minvetdam Jaya Perguruan Tinggi Islam 10 April 2014 Pkl. 14.00-14.20
7 Mayor Slamet S L Binkar spersdam Jaya Akmil
Perguruan Tinggi Islam 10 April 2014 Pkl. 15.00-15.20
8 Letkol Edi M L Pabandya sterdam Jaya Perguruan Tinggi Islam 10 April 2014 Pkl. 16.00-16.20
9 Letkol Handaka L Kasetumdam Jaya Akmil
Perguruan Tinggi Islam 10 April 2014 Pkl. 17.00-17.20
Lampiran 4: Struktur Organisasi Kodam Jaya/Jayakarta
122
PANGDAM JAYA
Mayjen TNI E Hudawi Lubis
ASINTEL
Kol.Inf Adrian
Ponto
ASOPS
Kol.inf. Eko
Margiono
ASPERS Letkol.inf.
Judi Paragina
ASLOG
Letkol.Arh.
Suroso
ASTER
Kol. Inf. Arief
Subekti
KASDAM JAYA Brigjen TNI Agung Rishdiyanto
KASPRI Mayor Arm Reza
Nur Patria
PAMEN AHLI Kol.Inf Heri Purnomo
IRDAM
Kol.Inf Sukron
Hambali
Asren
Kol.Inf Ariswan
Boer
PALO Kol. Bambang
Utoyo
KASETUMDAM
Let.kol.inf. Handaka KASANDIDAM
Let.kol.inf. Sudiharto
KAPUSKOPALDAM Kol.Inf. Frisky Jusuf
KAINFOLAHTADAM Kol.Inf. Gugun Gumilar
DANDENMADAM Letkol.Inf. Ruddy Hermawan
KAPENDAM Let.kol. Inf. Mukhtar
KABINTALDAM Kol.Inf. Choirul Mustofa
KAJASDAM Kol.Inf. Catur Gunanto
KABABINMINVETCADDAM Letkol.Inf. R Agung Suwarsono
DANPOMDAM Kol.CPM Dedy Iswanto
KAAJENDAM Kol. Caj Freddy FF
KAKESDAM Kol.CKM.drg.nirwan
KAPALDAM Kol.Cpl Subagyo
KAZIDAM Letkol. Czi Budi Irawan
KAHUBDAM Kol.Chb. Iswan Amri
KABEKANGDAM Kol.Cba. Diding Ahmad
KAKUNDAM Kol.CHK. I Nyoman Supartha
KAKUDAM Kol. CKU. Hamzah
KATOPDAM Letkol. Ctp. Sudarmadji
DANMEN ARHANUD 1/F
Kol Arh Canra W
DANYON ARMED 7/105 GS
Letkol Arm Rama H
DANYONKAV 7/SERSUS Mayor Kav Taswin D
DANBRIGIF 1/PIK
Kol Inf Andi Perdana
DANRINDAM Kol.Inf Suko
Basuki
DANDEN RUDAL 003/1/F
DANMEN INTELDAM Letkol Inf
Zainul Bahar
DANREM 051/WKT Kol. Inf Nugroho
Budi W
DANDENZIPUR 3 Mayor Czi Fauzan
Fadli
DANDIM 0501/JP BS
Letkol Inf Tarsono
DANREM 052/WKR Kol Kav Wawan
Ruswandi
Danyon Arhanud
se-10
Danyon Arhanud
se-6
DANDIM 0505/JT
DAN YONIF 203/ AK
DAN YONIF 201/
JY
DANDENMA
BRIGIF 3
DANYON KAV 9/BU
DAN YONIF 202/ TM
DANDIM 0504/JS
DANDIM 0507/ BKS
DANDIM 0508/DPK
DANDIM 0509/
Kab. BKS
DANDIM 0502/JU
DANDIM 0503/JB
DANDIM 0506/BGR