persentasi validitas

10

Click here to load reader

Upload: eharea

Post on 27-Jun-2015

751 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSENTASI VALIDITAS

evaluasi pembelajaran

VALIDITAS

S1 PEND. TEKNIK SIPIL 2008 (REG)

Enggar Setiawati

5415083447

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Page 2: PERSENTASI VALIDITAS

A. PENDAHULUAN

Setidak-tidaknya ada empat ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar, sehingga tes tersebut dinyatakan sebagai tes yang baik, yaitu : valid, reliable, obyektif, dan praktis.

Ciri pertama dari hasil tes belajar yang baik adalah bahwa tes hasil belajar tersebut bersifat valid atau memiliki validitas. Kata valid sering diartikan dengan tepat, benar, shahih, absah; jadi kata validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan atau keabsahan. Apabila kata valid dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur, maka sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara shahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi, tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila tes hasil belajar tersebut (sebagai alat ukur keberhasilan peserta didik) dengan secara tepat, benar, shahih, atau abash telah dapat mengukur atau mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik, setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

B. DEFINISI VALIDITAS

Berikut ini beberapa pendapat dari tokoh-tokoh mengenai validitas :1. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar 1986).

2. Nitko (1996 : 36) menyatakan bahwa validitas berhubungan dengan interpretasi atau makna dan penggunaan hasil pengukuran peserta didik.

3. Cohen dkk. (1992: 28) menyatakan bahwa tes yang baik adalah tes yang valid artinya mengukur apa yang hendak diukur.

4. Messick (1993: 13) menjelaskan bahwa validitas tes merupakan suatu integrasi pertimbangan evaluatif derajat keterangan empiris yang mendasarkan pemikiran teoritis yang mendukung ketepatan dan kesimpulan berdasarkan pada skor tes.

C. TEKNIK PENGUJIAN VALIDITAS TES

Untuk dapat menentukan apakah suatu tes telah memiliki validitas atau daya ketepatan mengukur, dapat dilakukan dari dua segi yaitu :Dari segi tes itu sendiri sebagai suatu totalitas dan dari segi itemnya, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tes tersebut.

Penganalisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Pengujian Validitas Tes Secara RasionalValiditas rasoinal adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil

pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berpikir secara logis. Dengan demikian maka suatu tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas rasional apabila setelah dilakukan penganalisisan secara rasional ternyata bahwa tes hasil belajar itu memang (secara rasional) dengan tepat telah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk dapat

Page 3: PERSENTASI VALIDITAS

menentukan apakah tes hasil belajar memiliki validitas rasional atau belum dapat dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu :

a. Validitas Isi (Content Validity)Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang

diperoleh setelah melakukan penganalisisan, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Validitas isi adalah validitas yang telah ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu : sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif (layak=memadai) terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan (diteskan). Jadi, pembicaraan tentang validitas isi sebenarnya identik dengan pembicaraan tentang populasi dan sampel. Keseluruhan materi pelajaran yang telah diberikan atau sudah diperintahkan untu dipelajari oleh peserta didik dianggap sebagai populasi, dan isi tes hasil belajar dalam mata pelajaran yang sama dianggap sebagai sampel, maka maka tes hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut dapat dikatakan telah memiliki validitas isi.

Oleh karena materi yang diajarkan pada umumnya tertuang dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang merupakan penjabaran dari kurikulum yang telah ditentukan, maka validitas isi sering juga disebut validitas kurikuler. Dalam praktek, validitas isi dari suatu tes dapat diketahui dengan cara membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar dengan kompetensi dasar yang telah ditentukan untuk masing-masing mata pelajaran. Upaya lain yang dapat ditempuh dalam rangka mengetahui validitas isi dari tes hasil belajar adalah dengan cara menyelenggarakan diskusi panel. Dalam forum diskusi tersebut, para pakar yang dipandang memiliki keahlian yang ada hubungannya dengan mata pelajaran yang diujikan, diminta pendapat atau rekomendasinya tehadap isi atau materi yang terkandung dalam tes hasil belajar yang bersangkutan. Hasil-hasil diskusi itu selanjutnya dijadikan pedoman atau bahan acuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan isi atau materi tes hasil belajar tersebut. Jadi, kegiatan menganalisis validitas isi dapat dilakukanbaik sebelum maupun sesudah tes hasil belajar dilaksanakan.

b. Validitas Konstruksi (Construct Validity)Secara etimologis, kata ”Konstruksi” mengandung arti susunan,

kerangka, atau rekaan. Dengan demikian, validitas konstruksi dapat diartikan sebagai validitas yang ditilik dari segi susunan, kerangka atau rekaanya. Adapun secara terminologis, suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan telah memiliki validitas konstruksi, apabila tes hasil belajar tersebut ditinjau dari segi susunan, kerangka, atau rekaannya telah dapat dengan secara tepat mencerminkan suatu konstruksi dalam teori psikologis. Tentang istilah “konstruksi dalam teori psikologis” perlu dijelaskan bahwa jiwa dari peserta didik itu dapat dirinci ke dalam ke dalam beberapa aspek atau ranah tertentu. Benjamin S Bloom misalnya, merinci dalam tiga aspek kejiwaan yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

Page 4: PERSENTASI VALIDITAS

Yang perlu diingat adalah istilah validitas susunan bukanlah dimaksudkan bahwa tes yang bersangkutan dipandang sudah baik susunan kalimat soalnya, atau urut-urutan nomor butir soalnya sudah runtut, melainkan bahwa tes hasil belajar baru dapat dikatakan telah memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal atau item yang membangun tes tersebut benar-benar telah dapat dengan secara tepat mengukur aspek-aspek berpikir (aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik) sebagaimana telah ditetukan dalam kompetensi dasar.

Validitas konstruksi dari suatu tes hasil belajar dapat dilakukan penganalisisan dengan cara pencocokan antara aspek-aspek berpikir ynga terkandung dalam tes hasil belajar dengan aspek-aspek berpikir yang dikehendaki untuk diungkap oleh kompetensi dasar. Seperti halnya dalam penganalisisan validitas isi, maka penganalisisan validitas konstruksi juga dapat dilakukan dengan cara menyelnggarakan diskusi panel. Pengujian validitas konstruksi tes ini pun dapat dilakukan baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan tes hasil belajar.

2. Pengujian Validitas Tes Secara EmpirisValiditas Empiris adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada

hasil analisis yang bersifat empiris. Dengan kata lain, validitas empiris adalah validitas yang bersumber pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan. Bertitik tolak dari itu, maka tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas empiris apabila berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap data hasil pengamatan di lapangan, terbukti bahwa tes hasil belajar itu dengan secara tepat telah dapat mengukur hasil belajar yang seharusnya diukur atau diungkap melalui tes hasil belajar tersebut. Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas empiris atau belum dapat dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu :

a. Validitas Ramalan (Predictive Validity)Validitas ramalan dari suatu tes adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkan sebuah tes telah dapat dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang. Untuk mengetahui apakah suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas ramalan atau belum, dapat ditempuh dengan cara mencari korelasi antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya dengan kriterium yang ada. Jika di antara kedua variable tersebut terdapat korelasi positif yang signifikan, maka tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya itu, dapat dinyatakan sebagai tes yang memiliki daya ramal yang tepat. Dalam rangka mencari korelasi antara tes hasil belajar yang telah diuji validitas ramalannya dengan kriterium yang telah ditentukan itu, cara sederhana yang paling sering digunakan adalah dengan menerapkan Teknik Analisis Korelasional Product Moment dari Karl Pearson.

Page 5: PERSENTASI VALIDITAS

b. Valditas Bandingan (Concurrent Validity)Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki

validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara yang tepat telah mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama dengan tes berikutnya. Validitas bandingan juga sering dikenal dengan istilah : validitas sama saat, validitas pengalaman atau validitas ada sekarang. Dalam rangka menguji validitas bandingan, data yang mencerminkan pengalaman yang diperoleh dari masa lalu dibandingkan dengan data tes yang diperoleh sekarang ini. Jika hasil tes yang ada sekarang ini mempunyai hubungan searah dengan hasil tes berdasar pengalaman yang lalu, maka tes tersebut telah memiliki validitas bandingan. Seperti halnya validitas ramalan, maka untuk mengetahui ada/tidaknya hubungan yang searah antara tes pertama dengan tes berikutnya dapat dilakukan dengan menerapkan Teknik Analisis Korelasional Product Moment dari Karl Pearson.

D. VALIDITAS ITEM TES HASIL BELAJAR

1. Pengertian Validitas ItemValiditas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki

sebutir item ( yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai totalitas) dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Eratnya hubungan butir item dengan tes hasil belajar sebagai suatu totalitas itu kiranya dapat dipahami dipahami dari kenyataan, bahwa semakin banyak butir-butir item yang dijawab benar oleh peserta didik, maka skor-skor total hasil tes tersebut akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya. Sebenarnya validitas tes sangat dipengaruhi atau bergantung pada validitas yang dimiliki oleh masing-masing butir item yang membangun tes tersebut.

2. Teknik Pengujian Validitas Item Tes Hasil BelajarSebutir item dapat dikatan telah memiliki validitas yang tinggi atau

dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya; atau dengan bahasa statistik: Ada korelasi positif yang siginfikan antara skor item dan skor totalnya. Skor total berkedudukan sebagai variable terikat (dependent variable), sedangkan skor item sebagai variable bebasnya (independent variable). Jadi, sebutir item dapat dikatakan valid, apabila skor item yang bersangkutan terbukti mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan skor totalnya. Selanjutnya memilih dan menentukan jenis teknik korelasi yang dipandang tepat untuk digunakan dalam rangka uji validitas item tersebut.

E. FUNGSI VALIDITAS

Validitas dikatakan tinggi bila alat ukur dapat menjalankan fungsi ukurnya yaitu : 1. Memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut

Page 6: PERSENTASI VALIDITAS

2. Dapat memberikan gambaran perbedaanPernyataan valid harus diikuti dengan keterangan yang menunjuk kepada tujuan pengukuran, yaitu : 1. Valid untuk mengukur apa 2. Valid untuk mengukur pada kelompok yang mana

F. KOEFISIEN VALIDITASKoefisien validitas dinyatakan oleh korelasi antara distribusi skor tes yang

bersangkutan dengan distribusi skor suatu kriteria yang relevan. Validitas pengukuran memiliki nilai dari rendah ke tinggi. Makin tinggi tingkat validitas makin baik pengukuran itu. Validitas pengukuran rendah mengandung kekeliruan sistematis. Bila skor pada tes diberi lambang x dan skor pada kriterianya mempunyai lambang y maka koefisien antara tes dan kriteria itu adalah rxy inilah yang digunakan untuk menyatakan tinggi-rendahnya validitas suatu alat ukur. Koefisien validitas pun hanya punya makna apabila apalagi mempunyai harga yang positif. Walaupun semakin tinggi mendekati angka 1 berarti suatu tes semakin valid hasil ukurnya, namun dalam kenyataanya suatu koefisien validitas tidak akan pernah mencapai angka maksimal atau mendekati angka 1. Bahkan suatu koefisien validitas yang tinggi adalah lebih sulit untuk dicapai daripada koefisien reliabilitas. Tidak semua pendekatan dan estimasi terhadap validitas tes akan menghasilkan suatu koefisien. Koefisien validitas diperoleh hanya dari komputasi statistika secara empiris antara skor tes dengan skor kriteria yang besarnya disimbolkan oleh rxy tersebut. Pada pendekatan-pendekatan tertentu tidak dihasilkan suatu koefisien akan tetapi diperoleh indikasi validitas yang lain.

G. PENUTUP

Sebagai penutup dari penulisan mengenai validitas tes dan validitas item disajikan sebuah bagan sebagai yang merupakan ikhtisar dari penulisan ini.

H. DAFTAR PUSTAKA

Validitas

Validitas Tes

Validitas Rasional

Validitas Isi

(Content Validity)

Validitas Konstruksi(Construct Validity)

Validitas Empiris

Validitas Ramalan(Predictive Validity)

Validitas Bandingan(Concurrent Validity)

Validitas Item

Page 7: PERSENTASI VALIDITAS

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Posted : September 2007http://violetatniyamani.blogspot.com

Posted : 10 Juni 2008http://lussysf.multiply.com/journal/item/137

Posted : September 2009http://violetatniyamani.blogspot.com

Posted : Selasa, 17 November 2009http://suhartoumm.blogspot.com

Posted : Januari 2010http://tutorialkuliah.blogspot.com