persatuan pkhl

Upload: kodrat-dzulfikar

Post on 06-Mar-2016

247 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pkhlooo

TRANSCRIPT

KELOMPOK 1

Anggota :

1.Yenny Rahmawati(B04120105)9.Maulidina Ayuningtyas(B04120142)

2.Sari Anggraini(B04120108)10.Alisa Safira(B04120143)

3.Athirah Rerana F.(B04120112)11.Nadia Yulianti(B04120150)

4. Intan Anindita Suseno(B04120114)12.Mutia Rahmah(B04120154)

5.Kodrat Zulfikar(B04120121)13.Amay Preskila(B04120158)

6.Noor Ihsan Anzary B.(B04120127)14.Amazeus Rangga(B04120159)

7.Devy Nur Priscaningtyas(B04120128)15. Grace Victoria M.(B04128013)

8.Ulfa Miranda Damanik(B04120134)

LINGKUNGAN DAN CIRI-CIRI PETERNAKANPenilaian lingkungan dan ciri peternakan yang baik terutama untuk peternakakan ungas harus mampu mengedepankan atau memahami jenis penyakit zoonosis dan infeksius. Pengetahuan tersebut diperlukan dalam melakukan pengelolaan peternakan. Pemahaman akan peternakan dan lingkungan sekitarnya selain dari aspek kesehatan (penularan penyakit), yaitu meliputi populasi, keadaan fisik didaerah peternakan dan disekitarnya, dan manajemen kandangnya pun sendiri. Pengeloaan yang baik dari semua aspek tersebuat akan menciptakan sebuah lingkungan peternakan yang nyaman baik bagi unggas dan manusianya.A. LINGKUNGANNo.ResikoAncamanPengendalian

1.Lokasi kandang dekat denganCacing, ektoparsitDibutuhkan tenaga pemulung yang banyak

tempat sampahuntuk membersihkan area penampungan

Banyak berkembang biaksampah ini. Sampah yang telah menggunung

ektoparasit, rodensia, kucingdipilah-pilah sesuai jenisnya, sampah organik

dan anjing liar, serta hamadijadikan kompos, sampah anorganik didaur

dan hewan pengganggu lain.ulang.

2.Vegetasi rimbun di sekitarFlu burungPepohonan dan vegetasi yang rimbun di

kandangsekitar area peternakan ditebang.

Banyak burung-burung liar

tinggal di pohon tersebut

3.Tumpukan pakan yangFlu burung, New Castle Disease,Penyimpanan pakan seharusnya ditempatkan

terbuka di area kandangDermatitispada suatu ruangan yang bersih agar tidak ada

Mengundang organismeorganism lain yang hidup di area stok pakan.

(burung, tikus, ektiparasit)

lain untuk mendekat

4.Tumpukan pakan yangFlu burung, New CastleApabila ada tumpukan pakan yang tidak

terbuang tercecer di sekitarDisease,Dermatitisterpakai, hendaknya langsung dibersihkan dan

area kandangdibuang ke tempat penampungan sampah

Mengundang tikus,yang jauh dari lokasi peternakan.

ektoparasit, dan burung-

burung liar untuk mendekat

5.Saluran air yang kurang baikTransmisi ektoparasit dan cacingDibutuhkan pengelolaan dan drainase air yang

di sekitar peternakanbenar agar tidak terjadi genangan sehingga

Genangan yang terjadi bisaapabila hujan air bisa mengalir tanpa membuat

menjadi sumber penyakitgenangan.

dan tempat hidup hewan lain

seperti tikus got dan

ektoparasit

6.Terdapat kucing dan anjingPotensi transmisi flu burungHendaknya tidak memelihara kucing di area

(non-unggas) berkeliaran dipeternakan, apabila ingin memelihara, kucing

area kandang, juga masuk kedicegah agar tidak masuk ke dalam area

dalam area kandang.kandang.

Kucing membawa bibit

penyakit

B. CIRI-CIRI PETERNAKAN

No.ResikoAncamanPengendalian

1.Akses masuk area peternakanFlu burungDibangun pagar yang tinggi dengan pintu

sangat bebasgerbang dilengkapi kunci atau gembok. Selain

Orang-orang tidakitu, diberi penjagaan di depan pintu masuk dan

berkepentingan dapat bebaspencatatan pengunjung yang jelas.

memasuki area peternakan

2.Tidak ada pagar yangFluburung, penyakit dari hewan lainDibangun pagar yang tinggi dan sempurna

mengelilingi area kandangmengelilingi area peternakan.

dengan sempurna.

Orang-orang tidak

berkepentingan, hewan piara,

hama, serta ternak-ternak lain

dapat bebas memasuki area

peternakan

LampiranDokumentasiA. Lingkungan

Gambar 1 Lokasi kandang dekat dengan tempat sampah.

Gambar 3 Tumpukan pakan yang terbuka di area kandang.

Gambar 2 Vegetasi rimbun di sekitar kandang.

Gambar 4 Tumpukan pakan yang terbuang dan tercecer di sekitar kandang.

Gambar 4 Saluran air yang kurang baik

Gambar 5 dan 6 Terdapat kucing dan anjing (non-unggas) berkeliaran di area kandang, juga masuk ke dalam area kandang.B. Ciri-ciri Peternakan

Gambar 7 Akses masuk area peternakan sangat bebas.

Gambar 8 dan 9 Tidak ada pagar yang mengelilingi area kandang dengan sempurna

LAPORANPENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN UNGGAS

ANCAMAN UNGGAS LAIN, HEWAN LIAR DAN HAMA PADA PETERNAKAN UNGGAS

Kelompok 2 :Dinda Septiana(B04120113)

Maria Magdalena (B04120131)Wan Gemasih (B04120116)

Fauzi Abdurrahman(B04120140)

Angga Puji Nugraha (B04120117)

Shiny Riady (B04120141)Desi Purwanti

(B04120118)

Nia Rista Bella (B04120145)

Jannatul Ajilah (B04120124)

Hidayati M(B04120156)

Kanti Rahmi

(B04120125)

Esti dhamayanti (B04120162)

Sarah Minarni

(B04120126)

Ashwini Devagaran (B04128010)Crisna Kemala (B04120130FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014PENDAHULUANLatar Belakang

Pengelolaan kesehatan unggas merupakan suatu seni tentang bagaimana cara memelihara ayam dari umur satu hari (Day old chicken/DOC) sampai dengan saat panen, serta penanganan kesehatan dengan mengacu pada ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga diperoleh keuntungan yang optimal.

Pengelolaan kesehatan yang baik dan benar akan memberikan hasil atau keuntungan apabila unggas dipelihara dalam keadaan sejahtera, sehat, tingkat penyusutan yang rendah, mempunyai pertumbuhan cepat, mempunyai tingkat efisiensi penggunaan pakan yang tinggi sehingga diperoleh indeks performance yang tinggi.

Pengelolaan kesehatan unggas sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yaitu lingkungan peternakan, sistem perkandangan, bibit, pakan, program kesehatan (vaksinasi, pengobatan, pemberian vitamin dan mineral), biosekuriti, serta sistem pemeliharaan yang baik.

Pada praktikum kali ini kami mencoba memperhatikan pengelolaan kesehatan unggas melalui kondisi peternakan dilihat dari ada tidaknya unggas lain di sekitar kandang, hewan liar, ataupun hama yang berada disekitar peternakan. Keberadaan hewan penggangu dapat menyebabkan penurunan produksi pada ayam.

Tujuan

Melakukan pemantauan sistem pengelolaan peternakan unggas di peternakan melalui penjaringan informasi, pengamatan, dan melakukan pencatata tentang adanya unggas lain, hewan liar, atau hama di sekitar peternakan guna mengetahui kelayakan peternakan, status kesehatan, dan biosekuriti, serta kemampuan sumber daya manusia di peternakan tersebut. ISIBerikut hewan lain yang berada di sekitar kandang setelah dilakukan pengamatan di peternakan ayam kandang C pada hari Sabtu, 6 Desember 2014 pukul 10.00UNGGAS LAIN, HEWAN LIAR, DAN HAMA

NoResikoAncamanPengendalian

1.Bangkai burung

Bangkai ditemukan di samping kandang kemungkinan dari burung yang tinggal di pohon dekat kandang.

Bau yang mengganggu, juga mendukung penyebaran penyakit melalui ektoparasit seperti lalat dan menghidupkan cacing-Pembuangan bangkai di tempat khusus yang jauh dari kandang ayam dan tidak bisa diakses oleh sembarang orang sehingga penyakit tidak akan menyebar ke ayam di dalam kandang.

-Sering membersihkan lingkungan sekitar kandang sehingga jika ada bangkai burung atau hewan liar lain dapat segera diatasi.

-Tebang pohon tinggi yang menjadi tempat tinggal burung di sekitar kandang

2.Ular

Penularan penyakit dari ular ke ayam. Selain itu, ayam merasa terancam dan mudah stress dengan adanya gangguan predator yaitu ular menyebabkan pertumbuhan dan produksi telur yang menurun. Ular juga berpotensi untuk memangsa ayam dan dapat menyebabkan kematian terutama ular berbisa.-Membersihkan dan memangkas semua semak belukar yang tinggi di sekitar peternakan.

-Melakukan pemangkasan rumput secara rutin dan menjaga agar rumput di sekitar peternakan tidak tinggi.

-Menutup dan memperbaiki semua lubang yang terdapat di peternakan agar ular tidak dapat masuk lewat lubang tersebut.

-Menjaga kebersihan peternakan dan sekitarnya.

3.KecoaMerupakan hama dilihat dari pergerakannya yang cepat dan cara hidupnya yang kotor.

Kecoa yang umum dijumpai di Indonesia yaitu Blatella germanica dan Periplanetta americana

Kecoa berperan sebagai vector sejumlah penyakit seperti bakteri usus, parasit usus baik cacing maupun protozoa, jamur Aspergillus, dan virus Polio. Penyakit yang diakibatkan bisa diare, tifus, kolera, dan lainnya.

-Beberapa bakteri pada kecoa yaitu E. coli (diare), Peudomonas aeruginosa (infeksi saluran urin), Salmonella oranienburg (gastroenteritis), Shigella alkalescens (disentri), Shigella paradysentriae (diare).

- Kecoa juga sebagai inagn antara cacing Hymenolepsis diminuta (cacing pita) sebagai penyebab penyakit saluran pencernaan ayam.Melakukan pemeriksaan secara teliti barang-barang atau bahan makanan, menutup semua celah, lobang atau tempat-tempat tersembunyi yang bisa menjadi tempat hidup kecoa

Sanitasi

Memusnahkan makanan dan tempat tinggal kecoa antara lain, membersihkan remah-remah atau sisa-sisa makanan membersihkan secara rutin tempat-tempat yang menjadi persembunyian kecoa seperti tempat sampah. Memperbaiki pipa yang bocor, membersihkan saluran air(drainase).

TrappingPerangkap kecoa yang sudah dijual secara komersil dapat membantu untuk menangkap kecoa dan dapat digunakan untuk alat monitoring, diletakkan pada sudut ruangan dan saluran air.

Pengendalian dengan insektisida

Insektisida antara lain : Clordane, Dieldrin, Heptachlor, Lindane, golongan organophosphate majemuk, Diazinon, Dichlorvos, Malathion dan Runnel. Natrium Fluoride(beracun bagi manusia), serbukPyrethrumdanRotenone,Chlordane2,5 %, efeknya baik dan tahan lama sehingga kecoa akan keluar dari tempat-tempat persembunyiannya. Apabila infestasinya sudah sangat banyak maka pemberantasan yang paling efektif adalah dengan fumigasi

4.Lalat

Larva dan dewasanya menjadi vektor cacing pita pada ayam.

Dapat penjadi vector penular penyakit anatar satu ayam denga ayam lainnya

Feses ayam yang dihinggapi lalat, kemudian lalatnya terbang dan hinggap di makaan, dapat membawa penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang ada di fesesPengendalian Fisik

Melibatkan sanitasi/ kebersihan lingkungan, pemotongan rumput/ gulma sekitar kandang, ventilasi kandang yang cukup, evakuasi bangkai ayam/ buah secepat mungkin, amati tumpahan pakan/ air minum termasuk tampias kandang. Pengendalian Larva Lalat dengan LarvasidaAplikasi larvasida yang bekerja sebagai insect growth regulator (pengendali pertumbuhan larva) secara extrim ampuh membunuh semua stadium larva. Ada 2 pilihan larvasida yaitu Larvadex 10% (umpan melalui pakan) dan Neporex 2 SG (umpan tabur atau spray). Pengendalian Lalat DewasaMetode yang efektif untuk mengendalikan lalat dewasa adalah Agita 10 WG yang aplikasinya bisa di cat atau dispray ditempat lalat istirahat seperti kabel, tali, di pralon minum, dibalik tempat pakan, rumput, tirai kandang dsb. dan Agita 1 GB sebagai umpan tabur. Arikel: Strategi Aplikasi dan Evaluasi Pengendalian Lalat, Penulis: Hananto, Web: http://www.novindo.co.id

5.Laba-labaLaba-laba memiliki racun yang digunakan sebagai pertahanan diri. Sebagian kecil dari jenis laba-laba berbahaya bagi hewan (ternak) dan manusia.

Black widow (Latrodectus mactans, L. hesperus) ini sering menyerang binatang atau ternak dan orang-orang yang camping dan berkemah serta tidur di atas rumput. Gejala secara sistemik mulai terasa antara 1 sampai dengan 12 jam setelah gigitan walaupun umumnya hanya butuh waktu 4 jam. Luka sekitar gigitan terasa sangat panas, kram dan kejang, disertai sakit perut.-Membersihkan dan memangkas semua semak belukar yang tinggi di sekitar peternakan.

-Melakukan pemangkasan rumput secara rutin dan menjaga agar rumput di sekitar peternakan tidak tinggi.

-Menutup dan memperbaiki semua lubang yang terdapat di peternakan agar ular tidak dapat masuk lewat lubang tersebut.

-Menjaga kebersihan peternakan dan sekitarnya.

6. Anjing

Anjing sering dianggap sebagai pembawa penyakit yang potensial, namun bukti-bukti kurang mendukung, dan manfaatnya dalam pengendalian terhadap tikus cukup nyata dibandingkan kerugiannya.(Hadi, 2010)-Membersihkan dan memangkas semua semak belukar yang tinggi di sekitar peternakan.

-Melakukan pemangkasan rumput secara rutin dan menjaga agar rumput di sekitar peternakan tidak tinggi.

-Menutup dan memperbaiki semua lubang yang terdapat di peternakan agar ular tidak dapat masuk lewat lubang tersebut.

-Menjaga kebersihan peternakan dan sekitarnya.

7.Rodensia (Tikus)

Menggigit pullet di breeding farm, transmit berbagai macam penyakit seperti pasteurellosis dan salmonellosis, makan dan mengkontaminasi poultry feed.-Menggunakan obat tikus seperti warfarin, coumachlor dan dipachinon, atau perangkap tikus yang terbuat dari lem atau kandang berperangkap.-Menjaga kebersihan kandang secara rutin terutama dari kotoran dan sisa makanan, rumput disekitar kandang dipangkas, tutup semua lubang di sekitar kandang yang menjadi tempat keluar masuknya tikus-Lakukan monitoring secara berkala

8.Kucing

Anjing sering dianggap sebagai pembawa penyakit yang potensial, namun bukti-bukti kurang mendukung, dan manfaatnya dalam pengendalian terhadap tikus cukup nyata dibandingkan kerugiannya.

(Hadi, 2010)-Membersihkan dan memangkas semua semak belukar yang tinggi di sekitar peternakan.

-Melakukan pemangkasan rumput secara rutin dan menjaga agar rumput di sekitar peternakan tidak tinggi.

-Menutup dan memperbaiki semua lubang yang terdapat di peternakan agar ular tidak dapat masuk lewat lubang tersebut.

-Menjaga kebersihan peternakan dan sekitarnya.

Hewan lain di sekitar peternakan (tidak menyebabkan penyakit pada ayam kecuali kutu) :

Belalang

Lubang tikus

Kodok

Kutu

Siput

Semut

Schistosomiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh beberapa spesies kebetulan dari genus Schistosoma yaitu siput namun penyakit ini tidak dapat menular ke unggas tapi menular ke mamalia seperti kambing, sapi, tikus, dan manusia. Gejalanya seperti demam, batuk, sakit perut, diare, dan kelelahan.Pemandangan tanaman di sekitar kandang :

Kesimpulan

Cara pencegahan ancaman peternakan ayam adalah dengan menjaga peternakan selalu bersih. Jangan membawa infeksi ke peternakan, atau menyebar di sekitar peternakan, pada pakaian, alas kaki atau tangan. Alas kaki harus dipakai saat memasuki peternakan unggas. Pelindung pakaian dan alas kaki harus dibersihkan dan didesinfeksi, dicuci atau dibuang setelah digunakan.

Harus membatasi dan mengontrol akses ke unggas. Situs harus dipagari dengan titik masuk terkontrol. Pengunjung dan kendaraan harus dibatasi dan dijauhkan dari bangunan unggas dan padang rumput. Peternakan harus memiliki mesin cuci tekanan dengan sikat, selang, air dan disinfektan yang disetujui. Pastikan mereka digunakan oleh pengunjung untuk membersihkan kendaraan, peralatan dan sepatu baik sebelum masuk dan keluar.

Bersihkan dan disinfeksi semua kendaraan setelah setiap perjalanan. Jika memungkinkan, tidak menggunakan kendaraan yang sama untuk mengangkut unggas, pakan, pupuk kandang atau limbah lainnya. Secara teratur bersihkan dan disinfeksi semua peti, wadah dan peralatan sebelum dan setelah digunakan. Jangan memindahkan peralatan apapun ke dalam bangunan unggas yang berbeda tanpa membersihkan dan disinfeksi.

Jauhkan ruteakses ke peternakan, area parker dan daerah sekitar. Bangunan dan area penyimpanan yang bersih dan rapi dan baik harusdipertahankan. Hal ini membantu menghindari burung liar dan hewan ke situs dan masuk bangunan atau kandang peternakan. Burung liar dapat membawa penyakit unggas. Juga meminimalkan kontak antara unggas dan burung liar serta mencegah akumulasi genangan air.Daftar PustakaAAK. 1994. Beternak Ayam Pedaging. Yogyakarta: Kanisius.Hadi, Upik Kusuma. 2010. Pelaksanaan biosekuritas pada peternakan ayam. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. (terhubung berkala) http://upikke.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Pelaksanaan-Biosecurity-pada-Peternakan-Ayam1.pdf [15 Desember 2014].Hanatiah, K. A. 1994. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Palembang: Universitas Sriwijaya.

Hananto. 2014. Arikel: Strategi Aplikasi dan Evaluasi Pengendalian Lalat. (terhubung berkala) Web: http://www.novindo.co.id [15 Desember 2014].Sembiring. 1993. Pengantar Ilmu Produksi Ternak Unggas. Medan: Jurusan Peternakan FP USU.

Siregar, A. P. 1994. Teknik Beternak Ayam Pedaging Indonesia. Jakarta: Margie Grup.

Suprayogi, Agik dkk. 2013. Pengelolaan Kesehatan Hewan dan LIngkungan. Bogor: IPB Press.

KELOMPOK 4

Anggota

1. Bambang Wisnu L (B04120110)

2. Siti Khunaefah (B04120123)

3. Bilan Diuray V.(B04120157)

4. Annisa Feby R. (B04120163)

5. Kamila Edvani(B04120133)

6. Ayu S. Pandiangan (B04120144)

7. Intan Renita Y(B04120152)

8. Arie Muhammad(B04120161)

Manajemen Kesehatan dan Disposal Bangkai Unggas

Manajemen kesehatan dan disposal bangkai termasuk dalam pelaksanaan biosekuriti, yang terdiri dari kebersihan alat, sistem panen, dan pembuangan bangkai. Pengamatan aspek manajemen kesehatan dan disposal bangkai unggas dilaksanakan di kangdang C Fakultas Peternakan.D. Manajemen kesehatan dan disposal bangkai unggas

NoKondisiAncamanPengendalian

1.Menyisakan beberapa ekor unggas di peternakan setelah load-out (pengeluaran)Penularan Mycoplasma (Mg dan Ms)Unggas dijual (dikeluarkan) semua sekali panen dan tidak menyisakan satu unggas pun. Sistem ini telah dilakukan di peternakan tersebut

2Panen sebagianBerhubungan dengan infectious larungotracheitis (ILT)Pada peternakan tersebut tidak dilakukan sistem panen sebagian. Sekali panen langsung semua dipanen

3Tidak ada pakaian khusus untuk dikenakan di kandang (seragam dengan warna tertentu) dan tidak ada alas kaki khusus (sandal atau boot) tertentuDapat terjadi kontaminasi dan menularkan penyakit sehingga membahayakan flok unggasPakaian petugas dan pengunjung dibedakan. Peternakan ini telah melakukan sistem tersebut. Pengunjung memakai wearpack dan boots sedangkan petugas memakai baju khusus yang hanya dipakai di dalam kandang

4Jarang tersedia pakaian pengunjung dikarenakan pengunjung yang jarang datangDapat terjadi kontaminasi dan menularkan penyakit sehingga membahayakan flok unggasSeharusnya tetap disediakan baju pengunjung karena untuk antisipasi adanya pengunjung yang mendadak datang sehingga tidak kebingungan mencari baju dan tidak memakai baju petugas

5Tidak tersedia keran air dan sabun di gerbang peternakan. Tidak mencuci tangan, kaki atau membersihkan diri sebelum masuk ke peternakanResiko masuknya agen penularan dari luarSeharusnya dibuat keran air atau kamar mandi yang diposisikan sebelum masuk ke dalam kandang untuk membersihkan diri. Peternakan ini memiliki wastafel dan kamar mandi yang dekat dengan pintu masuk.

6Peralatan di luar dibawa ke peternakan tanpa adanya tindakan sanitasi khususResiko masuknya agen penularan dari luar/ peternakan lainSetiap peralatan yang dibawa dari luar termasuk peralatan dan bahan milik tukang listrik dan mekanik harus dicuci dan didesinfeksi. Peternakan tersebut tidak membawa masuk peralatan dari luar tetapi menyimpannya dalam ruangan khusus

7Bangkai unggas ditumpuk semalam sebelum dibuang dan dapat dijangkau oleh hewan lainPenyebaran agen penularan di peternakan dan antar peternakan di sebuah wilayahPeternakan tersebut memiliki sistem peternakan close house sehingga hewan lain, hama, atau pengerat tidak dapat masuk dan bangkai unggas langsung dibuang di pembuangan khusus dan dikubur.

Dokumentasi

Gambar 1. Tempat pakan yang telah dicuci setelah panenGambar 2. Kandang yang kosong setelah panen

Gambar 3. Tersedianya tempat cuci tanganGambar 4. Tersedianya kamar mandi di luar peternakan

Gambar 5. Tempat pembuangan bangkai khusus untuk satu peternakan

LAPORAN PENGAMATAN PKHL

PENILAIAN RESIKO PETERNAKAN UNGGAS

RUANG LINGKUP MANUSIA DAN KENDARAANDisusun Oleh :

Kelompok III

Elisabeth M. SinagaB04120109

Muamar DardaB04120111

Nisa ChairanaB04120115Nadia TuscanyB04120120Claudia Putri

B04120136

Clara PusparaniB04120137

M.Andhika NurB04120146

Indira SeptianawatiB04120147

Annisa RofiqohB04120148

Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor2014

I. Pendahuluan

Sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat berasal dari produk unggas seperti daging dan telur (Anastasia 2009). Produk ayam merupakan produk jenis unggas yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah permintaan bahan makanan tersebut. Peningkatan permintaan mendorong semakin meingkatnya industri perunggasan di Indonesia.

Industri perunggasan terbagi ke dalam empat sektor yakni, peternakan sektor 1 (integrated industry), sektor 2 (commercial production), sektor 3 (commercial production) dan sektor 4 (backyard farm/ free range). Akan tetapi, peternakan sektor 3 dan sektor 4 memiliki kelemahan sistem kesehatan hewan dibandingkan dengan peternakan unggas sektor 1 dan sektor 2 (Ali 2008). Oleh karena itu, perlu dilakukan pengamatan dan evaluasi mengenai kondisi biosekuriti yang diterapkan di peternakan sektor II.Tujuan penelitian ini ialah untuk melakukan penilaian resiko peternakan unggas melalui ruang lingkup manusia dan kendaraan.

II. Tinjauan PustakaBiosekuriti adalah suatu tindakan untuk melindungi populasi hewan atau manusia dari ancaman agen biologis. Penerapan biosekuriti termasuk hal penting untuk mengoptimalkan produksi unggas dan meningkatkan kesejahteraan hewan (Kahrs 2004). Biosekuriti juga dapat mencegah masuknya penyakit pada peternakan serta menyebarnya penyakit pada kelompok unggas. Selain itu, biosekuriti juga dapat mencegah penyebaran penyakit dari hewan ke manusia atau sebaliknya.

Aspek biosekuriti yang perlu diterapkan ialah isolasi, pengendalian lalu lintas, dan sanitasi. Aspek lain dalam peternakan unggas yang perlu diperhatikan adalah lokasi dan disain, pengendalian lalu lintas manusia, hewan, peralatan dan kendaraan, pengendalian kesehatan unggas, pencegahan kontaminasi fasilitas dengan pembersihan dan disinfeksi, serta pengendalian vektor. Penerapan biosekuriti sangat dibutuhkan dalam program keamanan pangan di industri peternakan untuk menjamin mutu dan kesehatan hewan. Manfaat lainnya ialah dapat memberikan keuntungan pada industri peternakan tersebut. Secara umum, biosekuriti meliputi tiga komponen utama yaitu isolasi, pengendalian lalu lintas, dan sanitasi. Isolasi pengurungan hewan disertai dengan kontrol lingkungan seperti pengaturan jarak antara peternakan dan rumah penduduk, pemisahan kandang ayam dengan kandang unggas lain, dan penghindaran dari hewan liar. Pengendalian lalu lintas termasuk di dalamnya lalu lintas menuju ke peternakan dan di dalam peternakan seperti pembatasan pengunjung dan pembuatan larangan membawa unggas lain ke peternakan. Sanitasi meliputi pembersihan dan disinfeksi bahan-bahan, peralatan, dan pekerja yang masuk ke dalam peternakan dan di dalam peternakan.Anastasia (2009) menambahkan bahwa penerapan biosekuriti pada peternakan dapat dilakukan dengan:

lokasi peternakan berpagar dengan satu pintu masuk rumah tempat tinggal, kandang unggas serta kandang hewan lainya ditata pada lokasi terpisah. pembatasan secara ketat terhadap keluar masuk material (hewan/unggas, produk unggas, pakan, kotoran unggas, alas kandang, litter, rak telur) yang dapat membawa agen penyakit. pembatasan secara ketat keluar masuk orang/tamu/pekerja dan kendaraan dari atau ke lokasi peternakan. setiap orang yang masuk atau keluar peternakan harus mencuci tangan dengan sabun atau desinfektan. mencegah keluar masuknya tikus (rodensia), serangga atau unggas lain seperti burung liar yang dapat berperan sebagai vektor penyakit ke lokasi peternakan. unggas dipisahkan berdasarkan spesiesnya kandang, tempat pakan/minum, sisa alas kandang/litter dan kotoran kandang dibersihkan secara teratur. tidak membawa unggas sakit atau bangkai unggas keluar dari area peternakan unggas yang mati harus dibakar atau dikubur kotoran unggas diolah terlebih dahulu sebelum keluar dari area peternakan air kotor hasil sisa pencucian langsung dialirkan keluar kandang secara terpisah melalui saluran limbah ke tempat penampungan limbah (septiktank) sehingga tidak tergenang di sekitar kandang atau jalan masuk kandang.

Biosekuriti yang tidak diterapkan dengan baik dapat meningkatkan fator resiko terhadap adanya ancaman penyakit. Ancaman penyakit tersebut dapat berupa penyakit infeksius maupun penyakit zoonosis. Salah satu penyakit zoonosis yang menjadi ancaman saat ini ialah Avian Influenza. Hal ini terlihat dari perkembangan kasus kejadian Avian Influenza di Indonesia antara tahun 2003-2007 dilihat dari jumlah kasus, penyebarann kasus, dan jumlah korban meninggal baik pada unggas maupun manusia (Didid 2007).

III. Metode Pengamatan

Pengamatan dilakukan di Kandang C Fakultas Peternakan IPB yang merupakan kandang ayam DOC. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara pada pekerja kandang bernama Mulyanto. Mulyanto merupakan lulusan Insitut pertanian Bogor Depatemen Nutrisi dan Teknologi Pakan Angkatan 35.

IV. Hasil Pengamatan

noResiko Ancaman penyakit pengecualian

1Teman pekerja kandang dari perkampungan sekitar sering berkunjung ke kandang hanya untuk berbincang-bincang.Zoonosis: AI

Infeksius : Kolera, CRDWilayah peternakan harusnya dibuat pagar atau batas agar orang yang tidak berkepentingan tidak bisa masuk. Disediakan suatu ruangan khusus untuk menerima tamu dengan jarak tertentu dari kandang agar tidak terjadi penularan penyakit.

2

Saudara pekerja kandang memiliki burung peliharaan.

Zoonosis : AI

Infeksius : gumboro, CRD, ND, berak kapurBurung peliharaan tidak boleh memasuki wilayah peternakan. Sebaiknya burung peliharaan tidak dibawa ke wilayah peternakan atau bahkan kandang.

3Salah satu pekerja kandang memiliki hobi berburu burung liar.Zoonosis : AI

Infeksius : gumboro, CRD, ND, berak kapurHasil tangkapan burung liar dan pengolahan karkasnya sebaiknya tidak dilakukan di peternakan. Apabila hendak berburu burung sebaiknya hasilnya langsung dibawa pulang.

4Kendaraan seperti mobil, motor, dll dapat diparkir langsung di depan kandang.Zoonosis : AI

Infeksius : CRDPeternakan harus memiliki areal parkir yang jauh dari kandang sehingga mencegah terjadinya kontaminasi dari asap kendaraan dan mikroba pathogen yang terbawa oleh kendaraan. Kendaraan yang keluar masuk wilayah peternakan sebaiknya didesinfeksi.

5Pekerja sering mendapat ayam yang tidak layak untuk dijual.Zoonosis : AI

Infeksius : gumboro, CRD, ND, berak kapur, cacinganAyam yang sakit atau mati harus segera diisolasi dari kandang agar tidak menularkan kepada ayam lainnya yang sehat. Ayam tersebut juga harus dimusnahkan dan tidak untuk dijual untuk mencegah penularan penyakit.

6Salah satu pekerja kandang memiliki hobi memancing.Infeksius : berak kapur akibat terkontaminasi Salmonella pullorumHasil tangkapan memancing dan pengolahan karkasnya sebaiknya tidak dilakukan di peternakan. Apabila hendak memancing sebaiknya hasilnya langsung dibawa pulang.

V. Simpulan

Kandang C Fakultas Peternakan IPB belum menerapkan sepenuhnya biosekuriti yang meliputi tiga komponen utama yaitu isolasi, pengendalian lalu lintas, dan sanitasi. Masih ditemukan beberapa hal yang dapat menimbulkan ancaman penyakit berupa penyakit infeksius maupun zoonosis.

VI. Daftar Pustaka

Ali. 2008. Kondisi biosekuriti peternakan unggas sektor 4 di kabupaten Cianjur [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Anastasia. 2009. Penerapan biosekuriti dan higiene di rumah pemotongan unggas skala kecil di Jakarta Barat [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Didid. 2007. Studi pustaka dinamika perkembangan flu burung/ Avian Influenza (AI) di Indonesia (2003-2007) [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Kahrs. 2004. Global Livestock Health Policy: Challanges, Opportunities, and Strategies For Effective Aciton. Iowa: Iowa State Press.Lampiran

KesimpulanDapat disimpulkan daari seluruh pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 1 sampai 4 dengan begini dinyatakan bahwa peternakan close huse yang berada di peternakan fapet c tersebut bebas dari kebebasan higine lingkungan, hal ini dapat diamati dari aspek lingkungan dan aspek personaliti dari para prsonel yang ada di sana misalnya pada pada penanganan hewan sekitar, namun masih ada sungai mengalir dengan limbah yang belum terisolasi dengan baik dan benar.