makalah agama persatuan
DESCRIPTION
makalah tentang agama dan persatuanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara islam terbesar di dunia yang meiliki luas
wilayah paling panjang dibanding negara-negara lain. Indonesia tercatat sebagai
salah satu negara yang memiliki kasus korupsi yang cukup tinggi di dunia. Hal ini
dapat disimpulkan dari hasil pengumuman negara-negara korup yang dikeluarkan
oleh Transparency International, sebuah organisasi internasional yang bertujuan
untuk memerangi korupsi- pada tahun 2010 yang menempatkan Indonesia di
ranking ke-110 dengan IPK (Indeks Presepsi Korupsi) 2,8, satu kelas dengan
beberapa negara seperti Bolivia dan Gabon serta mengalahkan beberapa negara
anggota ASEAN yang memiliki IPK lebih rendah seperti Kamboja, Laos dan
Myanmar (Rizani, 2011)1
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) mencatat lebih dari lima puluh kasus
korupsi yang terjadi di Indonesia dan lebih banyak lagi kasus korupsi yang tidak
tercatat. Maraknya kasus korupsi di Indonesia dapat diartikan sebagai lemahnya
kontrol diri para pejabat terkait dan tidak berdayanya instansi-instansi
pemerintahan maupun non-pemerintahan yang menjadi pengamat kasus ini
(Haryanti, 2012)2.
Maraknya kasus korupsi di Indonesia memang tidak bisa secara serta merta
diberantas dan hilang begitu saja. Perlu antisipasi dini untuk menekan laju
peningkatan kasus korupsi ini. Dan salah satu cara yang dapat diterapkan adalah
dengan digalakkannya pendidikan anti-korupsi sejak dini. Dengan adanya
pendidikan semacam ini, diharapkan beberapa tahun kemudian ketika bibit-bibit
calon pemimpin yang kini masih menjadi tunas menjabat bisa menghilangkan
1 Rizani, Ahmad. “Peran serta Pemuda sebagai Agen Pemberantasan Korupsi”http://kompasiana.com/post/hukum/2011/01/29/peran-serta-pemuda-sebagai agenpemberantasan-korupsi/ (akses 5 april 2014)2 Haryanti, Irma. 2012.” Pendidikan Anti korupsi sejak dini” “http://irmaquerotu.blogspot.com/2012/10/pendidikan-anti-korupsi - sejak - dini.htm ”. (akses 3 april 2014)
1
kegelisahan masyarakat akan kasus korupsi yang tak kunjung berakhir. Dan
Indonesia bisa menjadi salah satu negara di dunia yang bersih dari korupsi.
Pendidikan anti-korupsi sejak dini adalah salah satu cara untuk menekan laju
tersebut. Mengingat pendidikan adalah hal yang fundamental dalam membentuk
karakter manusia dan bisa menentukan tinggi-rendahnya peradaban yang
dibentuknya. Menilik pada pengertian seperti ini, sepertinya pendidikan anti-
korupsi yang mulai diberlakukan di beberapa daerah perlu digalakkan secara
nasional dan berkelanjutan. Betapa pentingnya pendidikan anti-korupsi sejak dini
bisa dianalogikan sebagai betapa pentingnya merawat, menjaga dan
mempersiapkan bibit-bibit tanaman yang hendak ditumbuhkan menjadi sebuah
pohon yang memberikan banyak manfaat. Yang keberadaanya tak hanya bisa
menyerap sari tanah dengan akarnya tetapi juga bisa menghasilkan buah-buah
yang segar untuk dikonsumsi serta dahan yang rindang untuk dijadikan tempat
berteduh. Ini sejalan dengan misi pendidikan anti-korupsi sejak dini. Dengan
penanaman nilai-nilai moral, pembekalan ilmu pengetahuan tentang hukum, adat
istiadat ketimuran serta religiusitas kepercayaan pada Tuhan diharapkan bisa
mencetak calon-calon figure pemangku kekuasaan yang bersih dari korupsi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dan peran akhlakul karimah dalam membangun
generasi muda antikorupsi ?
2. Bagaimana akhlak seorang muslim terhadap Negara?
3. Bagimanakah menanamkan nilai-nilai kejujuran sejak dini untuk
menciptakan bangsa antikorupsi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui peranan akhlak dalam meminimalisir tindakan
korupsi pada sebuah Negara
2. Untuk mengetahui akhlakul karimah seorang muslim terhadap Negara
3. Untuk mengetahui cara menanamkan akhlak dan pendidikan sejak dini
agar menjadi penerus bangsa antikorupsi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa arab “Akhlaq” yang merupakan
bentuk jamak dari “khuluq” secara bahasa “akhlak” mempunyai arti
budi pekerti, tabiat dan watak
Secara umum akhlak bersumber dari agama akan menyangkut
dalam dua hal penting, yaitu akhlak merupakan bukti dari keyakinan
seseorang kepada yang gaibdan sangsi dari masyarakat apabila
seseorang tidak melakukan perbuatan sesuai dengan aturan yang
ditetapkan dalam agama. Dalam islam akhlak bersumber pada Al-
quran dan As-sunah. Alquran merupakan sumber utama dan pertama
bagi agama islam yang mengandung bimbingan,penjelas, petunjuk dan
pembeda antara yang hak dan yang bathil. (Alfat, 2003)
Macam-macam Akhlak :
a. Akhlakul Madhmudah/tercela
b. Akhlakul Karimah/terpuji
Akhlak dalam penentu Akhlakul karimah
Disinih merupakan hal yang penting karena pokok bahasan
yang memang sedang di permasalahkan saat ini,ajaran akhlak yang
dibawakan Rasulallah itu menjadi pedoman kita setelah alquran
sebagai rujukannya,konsep akhlak ini dibawakan oleh beliau Nabi
Muhammad saw kepada umatnya atas perintah Allah.Jika akhlak
manusia telah benar dibenahi maka tidak aka nada lagi kerusakan
yang datang menerpa.Memaikai konsep rasulallah dalam memimpin
umatnya yaitu sifat wajib bagi beliau adalah Shidiq,Amanah,Tabligh
dan Fathanah insyaallah jagat raya ini akanlah tentram dan nyaman
3
Akhlak Muslim terhadap Negara
Negara merupakan suatu wadah tempat berlindung para
bangsa,yang di dalamnya tedapat peraturan-peraturan yang mengikat
baik tertulis maupun secara lisan.Disitulah kita menumphkan
kemerdekaan kita,kemerdekan yang telah diraih para pahlawan yang
tak mengenal darah juangnya.Maka patutlah para pemuda meneruskan
perjuangan mereka yang telah rela meberikan darahnya untuk tanah
air ini untuk kebahagiaan kita menghuni tanah air ini.
seorang muslim yang mampu membimbing jalan hidupnya dan
jalan hidup orang lain digaris literature Allah maka dialah yang paling
baik diantara manusia-manusia mulia. Maka bangsa ini kita sebagain
penobangnya yang akan membawa penghuni negeri ini kejalan Allah.
Dilihat dari tugas atau tanggung jawab manusia lah yang berhakan
mengatur mengelola dan melestarikan alam ini. Karena para penghuni
dunia adalah manusia lah yang mempunya lahir batin yang sempurna
ketimbang makhluk allah yang laiknya,bahkan manusia bisa lebih
tinggi dari drajat para malaikat yang tunduk tanpa dosa setitikpun
kepada Allah,dan kemurkaan Allah adalah bathilnya kelakuan
manusia sehingga rendahnya melibihi binatang terendah drajatnya.
Negara merupakan pemikir politik terkenal dalam Islam,Al-
Farabi,adalah organisasi territorial bangsa yang mempunyai
kedaulatan.yakni institute suatu bangsa yang berdiam dalam suatu
daerah territorial tertentu dengan fungsi penyelenggaraan kesjahteraan
bersama,baik secara materiala maupun secara spiritual Terhadap
Negara yang berfungsi dan bertujuan semacam itu,seorang muslim
memikul tanggung jawab pula untuk memelihara dan menjaga agar
semua Negara mampu melindungi bangsanya.(Ibadah dan Akhlak
dalam Islam. Tanggung jawab itu sungguh berat dan akan
diperhitungkan atas apa yang dipertanggungjawabkannya.Dalam
akhlak muslim terhadap suatu Negara maka harus dilihat dimana
kaitannya atas apa yang akan mereka pikuli,pada prinsifnya Negara itu
di isi oleh dua kategori yaitu pemimpin (pemerintah) atau warga
4
(rakyat biasa). Keduanya harus tahu bagaimana ia bersikap dan
berakhlak.(Ibadah dan Akhlak dalam Islam. Akhlak terhadap Negara
terbagi dalam 2 katagori yaitu akhlak para pemimpin atau pejabat dan
akhlak warga atau rakyat biasa
5
B. Pengertian Korupsi
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini
Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan
jabatan guna mengeduk keuntungan, dan merugikan kepentingan umum. Korupsi
menurut Huntington (1968) adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari
norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini
ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Maka dapat disimpulkan
korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas
dengan berbagai macam modus.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jika dilihat dari
struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya
mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi
tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi
merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan
pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan
menggunakan wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan
hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan
yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan
mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim
(dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan
tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan
mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan
kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan
hadiahdalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam korupsi. Selanjutnya,
Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang diterima atau
diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau partainya/
kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai hubungan pribadi dengannya,
juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas bahwa
6
ciri yang paling menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang
melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan
masyarakat, pemisahan keuangan pribadi dengan masyarakat.
Upaya mengurangi angka korupsi di masa depan
Layaknya energi, korupsi tidak dapat dihilangkan ataupun dimusnahkan, satu
sisi diberantas, sisi yang lain semakin bermunculan. Akan tetapi, korupsi dapat
dicegah sejak dini sehingga dapat meminimalisir bibit-bibit pelaku korupsi di
masa depan. Banyak upaya yg dapat dilakukan untuk mengurangi angka pelaku
korupsi di masa depan, antara lain:
1. Penanaman sikap jujur di lembaga pendidikan
Penanaman sikap jujur di lembaga pendidikan dapat dilakukan dengan
cara menyampaikan nilai-nilai positif dari perilaku jujur yang saat ini
pengaplikasiannya sudah umum diterapkan seperti kantin kejujuran.
Penanaman sikap jujur ini sangat berguna sebagai bekal mereka di masa
depan, karena mereka sudah dibiasakan bersikap jujur sejak dini sehingga
mereka tidak akan mengambil sesuatu yang bukan menjadi hak mereka
(korupsi) (Wijaya, 2008).
2. Penanaman sikap jujur di masyarakat
Penanaman sikap jujur di kalangan masyarakat dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya berdagang. Banyak ditemui pedagang yang
menggunakan timbangan yang pada bagian bawahnya diberi pemberat
sehingga barang yang seharusnya sesuai dengan ukuran menjadi tidak
sesuai karena adanya pemberat tersebut. Hal ini sangat merugikan
konsumen, karena hak konsumen telah dicurangi.
Contoh yang lain adalah kejujuran dalam menjaga amanah. Bostoni
(2008), menyebutkan dalam bukunya kisah seorang budak yang
menggembalakan domba tuannya di suatu ladang. Pada saat itu, khalifah
Umar bin Khattab melewati ladang tersebut dan melihat penggembala
tersebut. Kemudian khalifah Umar bin Khattab ingin menguji kejujuran
dari budak tersebut dengan cara membeli seekor domba yang
digembalakannya. Akan tetapi, budak tersebut menolaknya, kemudian
7
Umar mencoba untuk membujuknya kembali dan budak tersebut tetap
bersikeras dan berkata kepada Umar “Wahai tuanku, memanglah tiada
seorangpun yang mengetahui hal ini. Akan tetapi, Dzat Yang Maha Kuasa
(Allah SWT) mengetahui segala sesuatu yang terjadi di dunia ini”. Setelah
mendengar penuturan dari budak tersebut, Umar kemudian
memerdekakannya.
C. Pentingnya Penanaman Akhlakul karimah dan Pendidikan Anti Korupsi
Sejak Usia Dini
Pendidikan anti korupsi memang harus ditanamkan sejak dini.
Dalam hal ini, keluarga memegang peranan penting dalam mendidik dan
membentuk akhlak anak. Selain itu, mengenalkan prinsip kebaikan,
kebenaran dan kesalehan hidup kepada anak juga menjadi tugas utama
bagi orang tua. Jika orang tua telah mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan
kejujuran pada anak sejak dini, maka saat anak tersebut mulai beranjak
dewasa nilai-nilai tersebut akan terpatri dalam jiwa mereka. Dengan
demikian keluarga turut andil dalam memberi warna budaya sebuah
bangsa, termasuk di dalamnya adalah menciptakan budaya anti korupsi.
Anak-anak merupakan peniru yang ulung. Karena seorang anak
belajar bertingkah laku dengan meniru tingkah laku orang lain yang
ditransmisikan melalui contoh-contoh, terutama yang datang dari keluarga,
lingkungan sekitar dan media massa. Oleh karena itu, teladan yang baik
dari seluruh anggota keluarga seperti ketaatan beribadah, berperilaku
sopan sesuai budaya dan bangsa, bertindak jujur dalam perkataan dan
perbuatan sangatlah penting ditanamkan sejak usia dini. Tetapi meskipun
demikian, tidaklah adil rasanya jika teladan itu hanya datang dari keluarga.
Pemerintah juga harus turut serta berperan aktif dalam upaya menciptakan
budaya anti korupsi pada anak-anak, misalnya melalui Kementerian
Pendidikan Nasional dengan memperbaiki kurikulum pembelajaran di
sekolah, yaitu dengan tetap memasukkan mata pelajaran budi pekerti di
dalam kurikulum sekolah. Selain itu, saat ini sudah banyak contoh sekolah
8
yang memberlakukan kantin kejujuran sebagai upaya untuk menanamkan
sikap jujur pada anak didiknya. Hal ini merupakan suatu contoh yang baik
untuk membudayakan sikap anti korupsi. Karena kejujuran adalah kunci
untuk menjauhkan diri dari tindakan korupsi. (Haryanti, 2012)3
Peran Orang tua dalam meminimalisir tindakan korupsi melalui
penanamkan akhlakul karimah kepada anak sejak dini, dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut
a. Menanamkan Sifat Jujur
Pendidikan yang diberikan kepada anak pada saat usia dini akan
sangat berpengaruh kuat bagi masa depannya. Di usia balita,
kemampuan anak dalam menyerap berbagai hal di sekitarnya sangat
cepat, dan akan sangat membekas di kemudian hari. Contohnya, bila ia
dididik untuk terbiasa bekata jujur, maka insya Allah kelak ia akan
tumbuh menjadi orang yang terbiasa berkata jujur dan memilih
kebenaran.
Tekad tersebut harus sudah ada dan dilakukan dalam mendidik
anak dalam keseharian. Dengan memulainya dari diri sendiri (yang
nantinya akan ditiru anak, insya Allah). Misalnya, seorang ibu tak akan
berbohong hanya karena alasan agar si anak diam dari tangisnya. Lebih
baik seorang ibu berikan alasan yang mudah anak terima, agar anak
mengerti dan terbiasa dengan kejujuran. Bila sebagai orangtua terbiasa
jujur kepada anak, secara otomatis dia akan menirunya. Apalagi di usia
balita. Karena, anak balita adalah peniru sejati. Dia akan mudah
menirukan apa saja yang ia tangkap dari sekelilingnya, entah itu kata-
kata, perbuatan, atau bahkan juga sikap-sikap diam kita. Ada yang
mengatakan bahwa kebiasaan itu membentuk karakter. Dari kebiasaan
sehari-hari, akan terbentuk karakter yang kuat pada anak. Dan lambat
3 Haryanti, Irma. ”Pendidikan Anti korupsi sejak dini,http://irmaquerotu.blogspot.com/2012/10/pendidikan-anti-korupsi - sejak- dini.htm ( akses 3 april 2014).
9
laun, karakter itu akan mewujudkan sebuah sifat. Begitu pula dengan
kebiasaan berkata dan bersikap jujur, hal itu akan membentuk karakter
anak menjadi jujur, dan kelak insya Allah akan mewujudkan sifatnya
yang suka kejujuran dan memihak pada kebenaran.
b. Kasih Sayang dari Orangtua
Mendidik anak dengan penuh kasih sayang itu sangat penting.
Karena dengan kasih sayang, hubungan antara anak dengan orangtua
akan semakin erat. Tanpa sadar, alam bawah sadar anak akan selalu
terpaut pada orangtuanya, menjadikannya teladan dengan sepenuh hati.
Demikian halnya bila orangtua mengajarkan kebaikan-kebaikan
dengan kasih sayang, maka anak pun akan melakukan hal-hal baik dan
benar dengan rasa cinta. Bukan karena takut atau hanya demi menuruti
perintah orangtua.
Sebaliknya, jika mendidik anak dengan kekerasan, meskipun
yang diajarkan adalah tentang kebenaran, suatu saat efeknya akan lain.
Bisa saja kelak si anak melakukan pemberontakan batin, karena dahulu
anak tidak ikhlas melakukan perintah orangtuanya, karena terpaksa.
Dampaknya, anak akan melampiaskan keterbelengguannya di masa
kecil dengan bertindak sesuai keinginannya. Kalau sudah begitu, bisa
saja anak akan mengambil jalan yang salah demi kepuasannya. Seperti
berbuat korupsi di masa yang akan mendatang.
c. Membiasakan Anak untuk Qana’ah
Qana’ah (merasa cukup dan ridha dengan pemberian rezeki
dari Allah) itu penting dibiasakan kepada anak. Diharapkan, dengan
pembiasaan bersikap seperti itu sejak dini akan terus terjaga hingga
dewasa. Menjadi sangat penting karena dengan sifat itu seseorang akan
selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, besar atau kecil.
Sehingga anak tak akan mudah menginginkan nikmat/rezeki yang
diterima orang lain. Anak akan jauh dari sifat iri dan dengki, hingga
10
mungkin melakukan apapun dengan segala cara untuk mendapatkan
seperti apa yang dimiliki orang lain. (Savitry, 2012)4
Sifat iri dan dengki seperti itulah yang menjadi salah satu sebab
seseorang melakukan korupsi. Seseorang ingin dengan mudah
mendapatkan uang/materi tanpa bersusah payah terlebih dahulu.
“Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam,
kemudian mendapatkan rizki yang secukupnya dan Allah
menganugrahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas)
dengan rezki yang Allah berikan kepadanya.” (HSR Muslim (no.
1054).
d. Mendidik Anak Menurut Syari’at Islam
Syari’at Islam itu luas, tidak hanya mencakup hukum pidana-
perdata. Tetapi juga menyangkut akhlaq. Maka selain anak harus kita
didik mengenai hukum mencuri, berbohong, shalat, dan sebagainya,
mereka juga harus kita biasakan untuk hormat kepada orangtua,
menghormati hak orang lain, berkasih sayang dengan mereka, dan lain-
lain. Semua itu sudah ada panduannya dalam syari’at agama Islam
yang sempurna (Al-Qur’an dan Al-Hadits).
Mendidik anak mengenai syari’at (hukum-hukum Islam) bisa
dilakukan sejak anak masih kecil. Mengenalkan makna ayat-ayat Allah
kepada anak memang tak mudah, namun anak akan bisa menerimanya
tergantung bagaimana kita menyampaikannya sesuai dengan tahap
perkembangan umurnya. Seperti kepada anak balita, tidak
menyampaikan isi dan makna suatu ayat Al-Qur’an kepadanya. Cukup
berikan pengertiannya saja. Misalnya dilarang mencuri, karena Allah
membencinya. Bisa disampaikan ketika sambil bermain, bahwa sang
anak tidak boleh membawa mainan temannya ketika pulang, karena itu
4 Savitry, Nurry. “pentingnya menerapkan pendidikan anti korupsi sejak dini,” http://shavie3.blogspot.com/2012/11/pentingnya-pendidikan-anti-korupsi.html (akses 3 april 2014)
11
bukan miliknya. Kalau mengambil yang bukan miliknya berarti
mencuri, dan akan dibenci oleh Allah. Atau bisa juga disampaikan
melalui dongeng-dongeng/cerita-cerita baik dari buku atau karangan
sendiri. Mendidik anak mengenai syari’at Islam juga berarti
mengajarkan anak bahwa segala perbuatannya harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada Allah. Selain itu tanamkan pada jiwa
anak bahwa segala perbuatannya selalu diawasi oleh Allah.
Di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan larangan
korupsi adalah sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-
Taubah: 119)
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan
membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Az-Zumar: 33) )
"Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan
yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada
para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian
harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui."
(Q.S. Al-Baqarah: 188
Norma yang Harus Ditanamkan Sejak Usia TK sampai Perguruan Tinggi
Ada beberapa norma yang harus ditanamkan sejak usia TK hingga
perguruan tinggi, antara lain adalah:
1. Usia TK anak sudak memahami norma etika apa yang boleh
ataupun tidak boleh. Penerapan yang dapat orang tua ajarkan,
sebagai pendidikan antikorupsi adalah mengajarkan kepada
anak kalau “mencuri itu tidak boleh”.
2. Usia SD anak sudah memahami norma agama bagaimana
berperilaku “baik” dan “tidak baik” sehingga guru SD atau
12
kedua orang tua dapat mengajarkan pada anak kalau korupsi itu
tidak baik karena dilarang Tuhan.
3. Usia SMP anak sudah memahami norma hukum bagaimana
berperilaku “tidak melanggar hukum” dan “melanggar hukum”
sehingga guru SMP atau kedua orang tua menekankan kalau
korupsi itu melanggar hukum.
4. Usia SMA anak sudah memahami norma psikologis bagaimana
perilaku “menyimpang” dan perilaku “ tidak menyimpang”
sehingga dapat ditanamkan kalau korupsi merupakan perbuatan
menyimpang.
5. Usia perguruan tinggi (PT) adalah bentuk manusia dewasa yang
sudah memahami norma sosial bagaimana berperilaku “sesuai
norma sosial” dan “tidak sesuai norma sosial”. Sehingga dapat
memahami korupsi merupakan perbuatan yang dibenci
masyarakat dan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang
antisosial.
Upaya untuk memberantas kasus korupsi di Indonesia sampai
benar-benar bersih sampai ke akar-akarnya memang bukanlah hal yang
mudah. Namun selalu ada cara selama kita mau berusaha. Menanamkan
nilai-nilai budaya antikorupsi pada anak-anak sejak usia dini adalah salah
satu caranya. Karena anak-anak merupakan generasi penerus bangsa. Jika
sejak kecil mereka suah terbiasa hidup bersih, maka sampai dewasa pun
kebiasaan itu akan tetap terpelihara.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegagalan dan keberhasilan suatu Negara tergantung bagaimana akhlak
yang tercermin dari pemimpinnya serta dari warga negaranya. Akhlak
sangatlah penting dalam menentukan jalannya oraganisasi, untuk saat ini
sangatlah dibutuhkan para pemimpin yang berakidah islamiah berakhlak mulia
serta mempunyai visioner yang jelas dan terbukti bukan hanya janji semata.
Selain itu dalam meminimalisir banyaknya tindakan korupsi dalam Negara
diperlukan adanya penanaman akhlak karimah dan pendidikan sejak dini
berupa nilai-nilai kejujuran, mendidik anak sesuai syariat islam sehingga
mereka dapat menjadi penerus bangsa yang bersih dan bebas korupsi.
B. Saran
Pemerintah harus turut serta berperan aktif dalam upaya menciptakan
budaya anti korupsi pada anak-anak, misalnya melalui Kementerian
Pendidikan Nasional dengan memperbaiki kurikulum pembelajaran di
sekolah, yaitu dengan tetap memasukkan mata pelajaran budi pekerti di dalam
kurikulum sekolah.
14
DAFTAR PUSTAKA
Alfat, Masan. 2003. Akidah Akhlak. Semarang: Toha Putra.
Al-Ghazali, Syekh Muhammad. 1992. Al-Ghazali Menjawab. Bandung: Mizan
Azra, Azyumardi. 2000. Demokrasi, Hak Asasi Manusia & Masyarakat
Haryanti, Irma. 2012.” Pendidikan Anti korupsi sejak dini”
“http://irmaquerotu.blogspot.com/2012/10/pendidikan-anti-korupsi - sejak-
dini.htm”. Diakses tanggal 3 april 2014
Kusumastuti, diah. 2013. http://dekamuslim.blogspot.com/2013/11/pendidikan-
anti-korupsi-sejak-usia-dini.html. Diakses tanggal 4 april 2014
Madani. Jakarta: Prenada Media.
Muka Sa’id. 1986. Etika Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita.
Rizani, Ahmad. “Peran serta Pemuda sebagai Agen Pemberantasan
Korupsi”http://kompasiana.com/post/hukum/2011/01/29/peran-serta-
pemuda-sebagai agenpemberantasan-korupsi/ diakses tanggal 5 april 2014
Savitry, Nurry. 2012. “pentingnya menerapkan pendidikan anti korupsi sejak
dini”. http://shavie3.blogspot.com/2012/11/pentingnya-pendidikan-
anti-korupsi.html. Diakses tanggal 3 april 2014
Shihab, M. Quraish. 1997. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Cet. Pertama Edisi III.
15