perpajakan hari jumat

22
Makalah PERPAJAKAN DISUSUN OLEH : IQMAL MUTTAQIN FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUTANSI UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH 1

Upload: iqmal-muttaqin

Post on 08-Aug-2015

28 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perpajakan hari jumat

Makalah

PERPAJAKAN

DISUSUN OLEH :

IQMAL MUTTAQIN

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUTANSI

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

2015

1

Page 2: Perpajakan hari jumat

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT, yang atas rahmat-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul”pajak

penghasilan orang pribadi”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang

diberikan di Universitas Serambi Mekkah.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang” pajak

penghasilan orang pribadi”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari

berbagai sumber.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada

teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan Yang kami miliki.

Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi

penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah

ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk

kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

2

Page 3: Perpajakan hari jumat

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................i

DAFTAR ISI ...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................4

1.1. Latar Belakang........................................................................4

1.2. Identitifkasi Masalah..............................................................5

1.3. Tujuan penulisan....................................................................5

1.4. Manfaat Penulisan..................................................................5

1.5. Sistematika Penulisan.............................................................6

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................7

2.1. Pengertian Pajak Penghasilan.................................................7

2.2. Subyek Pajak Penghasilan......................................................8

2.3. Obyek Pajak Penghasilan.......................................................9

2.4. Perubahan Undang-undang Pajak Penghasilan.......................10

2.5 Pajak Penghasilan atau PPh Untuk Koperasi..........................11

BAB III PENUTUP ....................................................................................15

3.1 Kesimpulan.............................................................................15

3.2 Saran........................................................................................15

Daftar pustaka..............................................................................................16

3

Page 4: Perpajakan hari jumat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang masalah

Seiring dengan usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan tax ratio, sejak

tahun 2001 pemerintah telah melakukan berbagai kegiatan untuk ekstensifikasi

dibidang perpajakan. Selain melalui kegiatan canvassing, upaya eksensifikasi juga

dilakukan DJP dengan cara "memaksa" Wajib Pajak Orang Pribadi untuk memiliki

NPWP secara system, misalnya kewajiban memiliki NPWP sebagai salah satu syarat

dalam permohonan kredit perbankan bagi wajib pajak orang pribadi.

Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan

perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa

diberlakukan progresif, proporsional, atau regresif.

Pengenaan pajak langsung sebagai cikal bakal dari pajak penghasilan sudah

terdapat pada zaman Romawi Kuno, antara lain dengan adanya pungutan yang

bernama tributum yang berlaku sampai dengan tahun 167 Sebelum Masehi.

Pengenaan pajak pajak penghasilan secara eksplisit yang diatur dalam suatu Undang-

undang sebagai Income Tax baru dapat ditemukan di Inggris pada tahun 1799. Di

Amerika Serikat, pajak penghasilan untuk pertama kali dikenal di New Plymouth

pada tahun 1643, dimana dasar pengenaan pajak adalah " a person's faculty, personal

faculties and abilitites", Pada tahun 1646 di Massachusett dasar pengenaan pajak

didasarkan pada "returns and gain". “Tersonal faculty and abilities" secara implisit

adalah pengenaan pajak pengahasilan atas orang pribadi, sedangkan "Returns and

gain" berkonotasi pada pajak penghasilan badan. Tonggak-tonggak penting dalam

sejarah pajak di Amerika Serikat adalah Undang-Undang Pajak Federal tahun 1861

yang selanjutnya telah beberapa kali mengalami tax reform, terakhir dengan Tax

Reform Act tahun 1986. Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (tax return) yang

dibuat pada tahun 1860-an berdasarkan Undang-Undang Pajak Federal tersebut telah

dipergunakan sampai dengan tahun 1962.

4

Page 5: Perpajakan hari jumat

1.2     Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan pada makalah

ini adalah:

1.      Apa pengertian dari pajak penghasilan?

2.      Siapa subjek atau Wajib Pajak Penghasilan?

3.      Siapa pemotong pajak penghasilan?

4.      Mengapa ada Pajak Penghasilan?

5.      Bagaimana cara menghitung Paajak Penghasilan?

1.3    Tujuan penulisan

Makalah yang berjudul pajak penghasilan ini bertujuan membahas tentang beberapa

hal diantaranya sebagai berikut:

1.      Apa itu pajak

2.      Siapakah Subjek atau Wajib Pajak Penghasilan

3.      Apa saja jenis-jenis pembayaran pajak Penghasilan.

4.      Mengapa adanya pembayaran pajak Penghasilan

5.      Bagaimana cara menghitung Pajak Penghasilan

1.4    Manfaat Penulisan

Manfaat yang akan diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.   Secara teoritis, diharapkan memberikan sumbangan pemikiran mengenai Pajak

Penghasilan dalam sistem hokum Indonesia.

2.   Secara praktis, diharapkan penulisan makalah ini dapat memberikan sumbangan

terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul dalam berbagi bidang pajak

penghasilan.

5

Page 6: Perpajakan hari jumat

1.5     Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari 3 bab, yakni BAB I mengenai pendahuluan yang

memuat latar belakang masalah,rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika

penulisan, BAB II mengenai pembahasan, dan BAB III yang memuat mengenai

kesimpulan

6

Page 7: Perpajakan hari jumat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Pengertian  pajak Penghasilan

Pengertian pajak menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) adalah kontribusi wajib

kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Lima unsur pokok dalam defenisi pajak :

1.      Iuran / pungutan

2.      Pajak dipungut berdasarkan undang-undang

3.      Pajak dapat dipaksakan

4.      Tidak menerima kontra prestasi

5.      Untuk membiayai pengeluaran umun pemerintah

Jenis-jenis Pajak :

Secara umum jenis pajak dibedakan menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Contoh

dari pajak pusat adalah:

1.      Pajak Penghasilan (PPh)

2.      Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

3.      Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)

4.      Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

7

Page 8: Perpajakan hari jumat

Karakteristik pokok dari pajak adalah: pemunngutanya harus berdasarkan

undang-undang. diperlukan perumusan macam pajak dan berat ringannya  tariff

pajak itu, untuk itulah masyarakat ikut didalam menetapkan rumusannya.

Ketentuan mengenai penghasilan tidak kena pajak (PTKP)

Ø  untuk wajib pajak pertahun PTKP adalah Rp. 2.880.000;

Ø  untuk istri dan suami Rp. 1.440.000;

Ø  tambahan untu8k seorang istri Rp. 2.880.000; diberikan sapabila ada penghasilan

istri yang digabungkan dengan penghasilan suami dalam hal istri.

Ø  Rp. 1.440.000;tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah ,misalnya

(ayah,ibu atau anak kandung atau semenda) dalam garis keturunan lurus sertaanak

angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling banyak tiga orang untuk ssetiap

keluarga.

2.2     Subyek Pajak Penghasilan

Menurut Undang Undang no.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, subyek pajak

penghasilan adalah sebagai berikut:

1.      Subyek pajak pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia,

orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)

hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu

tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di

Indonesia.

2.      Subyek pajak harta warisan belum dibagi yaitu warisan dari seseorang yang

sudah meninggal dan belum dibagi tetapi menghasilkan pendapatan, maka

pendapatan itu dikenakan pajak.

Subyek pajak badan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di

Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria.

Undang Undang No. 17 tahun 2000 menjelaskan tentang apa yang tidak

termasuk Subyek pajak sebagai berikut:

1.      Badan perwakilan negara asing.

8

Page 9: Perpajakan hari jumat

2.      Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat - pejabat lain dari

negara asing dan orang - orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja

pada dan bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat bukan warga negara

indonesia dan negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

3.      Organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan menteri keuangan

dengan syarat Indonesia ikut dalam organisasi tersebut dan organisasi tersebut tidak

melakukan kegiatan usaha di Indonesia. Contoh: WTO, FAO, UNICEF.

Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan

menteri keuangan dengan syarat bukan warga negara indonesia dan tidak

memperoleh penghasilan dari Indonesia

2.3    Obyek Pajak Penghasilan

Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap Tambahan

Kemampuan Ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal

dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau

untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam

bentuk apapun.

Undang-undang Pajak Penghasilan Indonesia menganut prinsip pemajakan

atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas

setiap tambahan kemampuan ekonomis yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak

dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah

kekayaan Wajib Pajak tersebut.

Pengertian penghasilan dalam Undang-undang PPh tidak memperhatikan

adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan

ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib

Pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk

ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin

dan pembangunan.

Dilihat dari penggunaannya, penghasilan dapat dipakai untuk konsumsi dan

dapat pula ditabung untuk menambah kekayaan Wajib Pajak.

9

Page 10: Perpajakan hari jumat

Karena Undang-undang PPh menganut pengertian penghasilan yang luas

maka semua jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak

digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak. Dengan demikian, apabila

dalam satu Tahun Pajak suatu usaha atau kegiatan menderita kerugian, maka

kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan lainnya (Kompensasi

Horisontal), kecuali kerugian yang diderita di luar negeri. Namun demikian, apabila

suatu jenis penghasilan dikenakan pajak dengan tarif yang bersifat final atau

dikecualikan dari Objek Pajak, maka penghasilan tersebut tidak boleh digabungkan

dengan penghasilan lain yang dikenakan tarif umum.

2.4    Perubahan Undang-undang yang mengatur Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan (disingkat PPh) di Indonesia diatur pertama kali dengan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 dengan penjelasan pada Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50. Selanjutnya berturut-turut peraturan ini

diamandemen oleh :

1.      Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991,

2.      Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, dan

3.      Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.

4.      Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

Mulai Juli 2003 sampai Desember 2004, pemerintah menerapkan sistem

pajak yang ditanggung pemerintah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor

47 Tahun 2003 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.03/2003.

Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah disesuaikan juga beberapa

kali dalam:

1.      Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004, berlaku untuk tahun

pajak 2005 (sekaligus meniadakan pajak yang ditanggung pemerintah).

2.      Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005, berlaku untuk tahun

pajak 2006.

10

Page 11: Perpajakan hari jumat

2.5     Pajak penghasilan atau PPh untuk Koperasi

Pajak penghasilan atau PPh sedang "in" saat ini. Sunset policy yang di

luncurkan direktorat pajak untuk mendorong orang atau badan memilik NPWP masih

terus diperpanjang. Menghitung Pajak penghasilan atau PPh dimulai dengan

menghitung hitung dulu Penghasilan Kena Pajak. Rumus PPh: penghasilan dikurangi

biaya-biaya. Kemudian terapkan tarif Pajak penghasilan Kena Pajak tersebut.

Tarif Pajak penghasilan atau PPh dibagi atas:

1.      Untuk WP orang pribadi

Rp. 0 s.d. Rp 25 juta, tarifnya 5%

Rp. 25 juta s.d. Rp 50 juta, tarifnya 10%

Rp. 50 juta s.d. Rp 100 juta, tarifnya 15%

Rp. 100 juta s.d. Rp 200 juta, tarifnya 25%

Rp. 200 juta ke atas, tarifnya 35%

2.      Untuk WP berbentuk badan usaha

Rp. 0 s.d. Rp 50 juta, tarifnya 10%

Rp. 50 juta s.d. Rp 100 juta, tarifnya 15%

Rp. 100 juta ke atas, tarifnya 30%

Tarif Pajak penghasilan atau PPh dibagi atas adalah tarif progresif. Artinya

setiap lapisan Penghasilan Kena Pajak dikenakan sesuai tarifnya, tidak diakumulasi

terlebih dahulu,baru dikenakan tarif. Sebelum dikenakan tarif, Penghasilan Kena

Pajak dibulatkan dulu sampai ribuan kebawah.

contoh :

1.      Penghasilan Kena Pajak WP orang pribadi = Rp 300.000.950

Penghasilan Kena Pajak dibulatkan : Rp 300.000.000

PPh nya adalah :

11

Page 12: Perpajakan hari jumat

5% x Rp 25.000.000 = Rp 1.250.000

10% x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000

15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000

25% x Rp 100.000.000 = Rp 25.000.000

35% x Rp 100.000.000 = Rp 35.000.000

Total = Rp 71.250.000.

2.      Penghasilan Kena Pajak WP badan = Rp 300.000.950.

Penghasilan Kena Pajak dibulatkan : Rp 300.000.000

PPh nya adalah :

10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000

15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000

30% x Rp 200.000.000 = Rp 60.000.000

Total = Rp 72.500.000.

Bagaimana dengan pajak koperasi? Menurut sudut pandang pajak koperasi adalah

objek pajak hal ini sesuai dengan pengertian koperasi secara spesifik kedudukan

koperasi di mata hukum pajak adalah sebagai berikut.

Ø  Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000,

koperasi merupakan badan usaha yang merupakan subjek pajak yang memiliki

kewajiban dan hak perpajakan yang sama dengan badan usaha lainnya.

Ø  Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh koperasi adalah objek pajak.

Ø  Modal koperasi terdiri dari : modal sendiri dan modal pinjaman

Ø  Anggota koperasi tidak dibedakan antara orang pribadi dan badan hukum dalam

negeri.

Jika koperasi adalah badan usaha yang terkena pajak lantas penghasilaha apa saja

yang menjadi objek Pajak penghasilan atau PPh :

12

Page 13: Perpajakan hari jumat

1.      Bunga Simpanan Koperasi

Bunga simpanan koperasi merupakan imbalan yang diberikan koperasi

kepada anggota berdasarkan simpanan wajib dan sukarela yang disetorkan kepada

koperasi. Bunga simpanan koperasi yang akan diterima oleh anggota sesuai dengan

Ad/ART Koperasi :

1.      Bunga simpanan koperasi yang diterima atau diperoleh anggota dipotong Pajak

penghasilan atau PPh :

Pasal 23 final oleh koperasi sebesar 15% dari jumlah bunga yang diterima sepanjang

jumlah bunga simpanan yang diterima atau diperoleh anggota lebih dari Rp

240.000,00 setiap bulannya.

2.      Dalam hal bunga simpanan yang diterima anggota tidak melebihi Rp

240.000,00 dalam sebulan, dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23

2.      Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi

Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam

satu tahun buku dikurangi dengan biaya-biaya operasional dan kewajiban lainnya

termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.

Ø  SHU merupakan bagian laba yang diberikan kepada anggota atas simpanan

pokoknya.

Ø  Pemberian SHU tidak dijanjikan di awal, tetapi tergantung pada laba yang

diperoleh koperasi.

Ø  Berdasarkan pasal 4 ayat (1) huruf g Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000,

SHU termasuk ke dalam pengertian dividen yang merupakan objek PPh sehingga

harus dilaporkan dalam SPT Tahunnan penerima.

Ø  Namun, pembagian SHU tersebut bukan merupakan objek PPh Pasal 23 oleh

pihak lain (Lihat pasal 23 ayat (4) huruf f Undang-Undang nomor 17 Tahun 2000).

Kewajiban Koperasi sebagai Pemotong Pajak

Ø  Memotong PPh pada saat pembayaran atau terutangnya bunga dan memberikan

bukti pemotongan kepada anggota yang menerima bunga simpanan koperasi.

13

Page 14: Perpajakan hari jumat

Ø  Menyetorkan secara kolektif PPh selambat-lambatnya tanggal 10 bulan

berikutnya (menggunakan SSP dimana kolom nama dan NPWP SSP diisi dengan

nama dan NPWP koperasi).

Ø  Melaporkan ke KPP terkait selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya

(menggunakan SPT Masa PPh Pasal 23/26).

Penghasilan koperasi yang bukan objek pajak:

Ø  Bantuan atau sumbangan yang diterima oleh koperasi sepanjang tidak ada

hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan (Lihat Pasal 4 ayat

(3) huruf a Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000).

Ø  Harta hibahan yang diterima oleh koperasi sepanjang antara pemberi hibah

dengan koperasi tersebut tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau

penguasaan dengan syarat bahwa nilai aktiva (nilai kekayaan koperasi sebelum

dikurangi dengan hutang) tidak termasuk tanah dan bangunan pada saat akan

menerima hibah, tidak lebih dari Rp 600.000.000,00. Dividen atas bagian laba dari

penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di

Indonesia (Lihat Pasal 4 ayat (3) huruf f)

Ø  Sisa hasil usaha yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.

Ø  Bunga simpanan yang tidak melebihi Rp 240.000,00 setiap bulannya.

14

Page 15: Perpajakan hari jumat

BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Dari semua uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa:

1.      Pajak merupakan iuran wajib yang harus di bayar oleh setiap warga Negara

Indonesia berdasarkan jenisnya masing-masing.

2.      Apabila terjadinya pelanggaran seperti tidak membayar iuran wajib pajak

tersebut maka akan mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

3.      Di dalam pembayaran iuran perpajakan tidak adanya toleransi.

4.      Ketentuan pembayaran pajak sesuai menurut jenisnya masing-masing.

3.2     Saran

Makalah yang berjudul perpajakan ini merupakan karya tulis berdasarkan

himpunan material yang di ambil dari berbagai sumber. Oleh karena itu, jika ada

kesalahan dalam penulisan dan dalam penyajian bahan penulis sangat mengharpakan

kritik dan saran dari para pembaca demi terwujudnya kebenaran yang kita kehendaki

semua dan demi kesempurnaan penyelesaian makalah pajak ini.

15

Page 16: Perpajakan hari jumat

DAFTAR PUSTAKA

1.      Buku :

Djuanda, gustian. 2003. Pajak penghasilan orang pribadi. Jakarta. PT. Salemba

empat.

Gunadi. 2002. Ketentuan Dasar pajak penghasilan. Jakarta. PT. salemba empat.

2.      Perundang-undangan :

Undang Undang No. 17 tahun 2000

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

3.      Internet :

http://sites.google.com

http://gumilar69.blogspot.com

16