permodelan kolom baja profil siku · web viewkada aspal optimum ditentukan dengan melakukan...

14
PENGGUNAAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET (HRS) Siti Nurraj’ah Wati, ST E-mail: sitinurraj’[email protected] Abstrak Salah satu unsure yang harus ada dalam campuran aspal panas jenis HRS adalah Filler. Adapun Filler yang biasa digunakan yaitu abu batu, kapur dan semen. Berdasarkan tersebut, penelitian ini mencoba mengemukakan bahan lain sebagai alternative pengganti bahan yang biasa digunakan filler yaitu abu sekam. Abu sekam diperoleh dari sisa proses pembakaran gabah padi, yang diharapkan mempunyai sifat – sifat yang sesuai jika digunakan sebagai filler pada campuran aspal panas. Tujuan dari penelitian ini, untuk melihat sampai seberapa jauh abu sekam dapat digunakan sebagai bahan pengisi (filler) untuk campuran aspal panas. Adapun manfaat dari penelitian ini, diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pemikiran bagi Pembina jalan, Dinas Pekerjaan Umum, dapat upaya menggunakan abu sekam sebagai bahan pengisi (filler) untuk campuran aspal panas. Material penyusun untuk campuran aspal panas terdiri dari batu pecah dan abu batu yang berasal dari Kecamatan Bukit Batu Km 36 Tangkiling, sedangkan pasir berasal dari Km 28 Tangkiling dan abu sekam dari desa Lempuyang Km 65 Sampit – Samuda, dengan penetrasi aspal 80/100. Penelitian ini besifat pengujian di Laboratorium. Adapun untuk perancangan campuran menggunakan Metode Aspalt Institute. Hasil penelitian pada campuran aspal panas dengan berbagai variasi kadar filler menunjukkan bahwa terdapat satu komposisi yang optimal yaitu pada komposisi batu pecah 37.5%, abu batu 15%, pasir 35% dan abu sekam 12,5 % dengan aspal 8,5%. Kata Kunci: Filler, Abu Sekam, Metode Aspalt Institute. 1. PENDAHULUAN JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARWAN ALI, VO1, EDISI JANUARAI 2012 – APRIL 2012 Page 35

Upload: doandung

Post on 12-Mar-2018

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENGGUNAAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET (HRS)

Siti Nurraj’ah Wati, STE-mail: sitinurraj’[email protected]

AbstrakSalah satu unsure yang harus ada dalam campuran aspal panas jenis HRS adalah Filler. Adapun Filler yang biasa digunakan yaitu abu batu, kapur dan semen. Berdasarkan tersebut, penelitian ini mencoba mengemukakan bahan lain sebagai alternative pengganti bahan yang biasa digunakan filler yaitu abu sekam. Abu sekam diperoleh dari sisa proses pembakaran gabah padi, yang diharapkan mempunyai sifat – sifat yang sesuai jika digunakan sebagai filler pada campuran aspal panas.Tujuan dari penelitian ini, untuk melihat sampai seberapa jauh abu sekam dapat digunakan sebagai bahan pengisi (filler) untuk campuran aspal panas. Adapun manfaat dari penelitian ini, diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pemikiran bagi Pembina jalan, Dinas Pekerjaan Umum, dapat upaya menggunakan abu sekam sebagai bahan pengisi (filler) untuk campuran aspal panas.Material penyusun untuk campuran aspal panas terdiri dari batu pecah dan abu batu yang berasal dari Kecamatan Bukit Batu Km 36 Tangkiling, sedangkan pasir berasal dari Km 28 Tangkiling dan abu sekam dari desa Lempuyang Km 65 Sampit – Samuda, dengan penetrasi aspal 80/100. Penelitian ini besifat pengujian di Laboratorium. Adapun untuk perancangan campuran menggunakan Metode Aspalt Institute.Hasil penelitian pada campuran aspal panas dengan berbagai variasi kadar filler menunjukkan bahwa terdapat satu komposisi yang optimal yaitu pada komposisi batu pecah 37.5%, abu batu 15%, pasir 35% dan abu sekam 12,5 % dengan aspal 8,5%.

Kata Kunci: Filler, Abu Sekam, Metode Aspalt Institute.

1. PENDAHULUAN

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DARWAN ALI, VO1, EDISI JANUARAI 2012 – APRIL 2012 Page 35

1.1 Latar BelakangDewasa ini pelaksanaan pembangunan jalan, baik yang sifatnya pembukaan jalan baru, peningkatan dan pemeliharaan cenderung menggunakan aspal panas sebagai lapis perkerasan. Salah satu unsur dari bahan yang harus ada dalam camouran aspal panas adalah filler. Biasanya dalam agregat kasar dan agregat halus sudah terdapat kandungan filler, namun demikian kadarnya sering tidak mencukupi persyaratan, sehingga perlu penambahan filler untuk menanggulangi kekurangan kadar filler dalam campuran tersebut.

1.2 Perumusan MasalahPenelitian ini mencoba mengemukakan bahan pengganti alternatif yaitu dengan menggunakan abu sekam sebagai filler. Abu sekam padi yang diperoleh dari sisa – sisa proses pembakaran gabah padi pada pabrik – pabrik penggilingan padi, diharapkan mempunyai sift – sifat yang sesuai jika digunakan sebagai filler adalah salah satu upaya mencari alternatif lain bahan filler sebagai abu batu, kapur dan semen yang sudah biasa digunakan.

1.3 Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah untuk:a. Melihat pengaruh penggunaan abu

sekam padi sebagai bahan pengisi (filler) untuk campuran aspal panas jenis (Hot Rolled Sheet).

b. Mengetahui kualitas penyerapan abu sekam pada HRS.

c. Mengetahui nilai stabilitas campuran HRS dengan menggunakan abu sekamp padi.

d. Mengetahui variasi optimal penggunaan abu sekam padi pada HRS.

1.4 Batasan MasalahPada penelitian ini dilakukan pembatasan yaitu:a. Jenis aspal yang digunakan untuk

campuran HRS adalah aspal keras dengan penetrasi 80/100.

b. Bahan tambahan yang bersifat sebagai pengisi (filler) adalah abu sekam padi berasal dari limbah tanaman padi yang diperoleh dari lokasi pabrik penggilingan padi Desa lampuyang Km.65 Sampit – Samuda.

c. Agregat kasar yang digunakan adalah batu pecah dari daerah Kecamatan Bukit Batu Tangkiling dan agregat halus digunakan pasir alam Km.28 Jalan Tjilik Riwut Tangkiling.

d. Untuk perancangan campuran digunakan metode Asphalt Institute.

e. Evaluasi karakteristik campuran meliputi: stabilitas, rongga udara dan quotient Marshall, rongga terisi aspal dan flow yang seluruhnya menggunakan Standart Bina Marga.

2. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Hot Rolled Sheet (HRS)

Hot Rolled Sheet adalah campuran dengan bahan pembentuk yang terdiri dari bitumen (aspal), agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi (filler) yang merupakan lapisan penutup dengan gradasi senjang dan dipadatkan dalam keadaan panas. HRS mempunyai fungsi sebagai lapis penutup untuk mencegah masuknya air dari permukaan di dalam konstruksi perkerasan.

Tabel 1Sfesifikasi Gradasi HRS

Komposisi Agregat

Persen Berat dari Total Campuran

Aspal1” 100¾” 97 – 100½” 78 – 100

3/8” 60 – 87No. 4 55 – 80No. 8 52 – 78No. 30 25 – 60No. 100 8 – 30No. 200 5 – 10

Tabel 2Fraksi Rancangan Campuran HRS

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DARWAN ALI, VO1, EDISI JANUARAI 2012 – APRIL 2012 Page 35

Komposisi Agregat

Persen Berat dari Total Campuran

AspalFraksi Agregat Kasar

20 – 40

Fraksi Agregat Halus

47 – 67

Fraksi Bahan Pengisi

5 – 9

Fraksi Bitumen Efektif

> 6,8 %

Fraksi Aspal Total > 7,3%

Tabel 3Sifat Campuran Yang Dipersyaratkan

untuk HRS

Komposisi Agregat

Persen Berat dari Total Campuran

AspalRongga Udara 4 – 6 %Hasil Bagi Marshall 1 – 4 KN/mmStabilitas Marshall 450 – 850 KgRongga Terisi Aspal

75 – 85 %

Kelelehan (flow) 2,0 – 4,5 mm

2.2 FillerFiller kadang – kadang digolongkan sebagai agregat, tetapi sesungguhnya filler adalah pengisi pori atau celah dan untuk mengeraskan selaput aspal yang menyelimuti partikel – partikel agregat, sehingga dapat diperoleh campuran yang stabil.

Tabel 4Sfesifikasi Gradasi Filler

Uraian Saringan % Berat lolosNo. 30 100No. 50 95 – 100No. 100 90 – 100No. 200 30 - 100

Menurut swamy (1986), sekam padi apabila dibakar dengan kondisi yang terkontrol akan menghasilkan abu sekam padi yang

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DARWAN ALI, VO1, EDISI JANUARAI 2012 – APRIL 2012 Page 36

mempunyai sifat pozollan yang tinggi dan apabila dibakar dengan cara yang tidak dikontrol, maka abu yang dihasilkan berbentuk kristal dan tidak kreatif. Jika pembakaran abu sekam melebihi suhu 800C maka akan menghasilkan kristal silika.Mehta (dalam Swamy, 1986) menunjukkan bahwa beton yang dibuat dengan semen Portland dan abu sekam padi memiliki ketahanan yang unggul terhadap lingkungan asam dibandingkan dengan semen portland dan pozzolan lainya. Selinder beton yang dibuat dengan 35% abu sekam padi dan 65% semen Portland tipe II setelah direndam dalam larutan asam (5% asam sulfat) untuk periode 1500 jam, menunjukkan bahwa beton kontrol mengalami penyusutan berat sebesar 27% sedang beton dengan abu sekam padi hanya mengalami penyusutan 13%.

3. METODOLOGI PENELITIANa. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode uji laboratorium. Material yang akan digunakan dalam penelitian ini diperiksa lebih dahulu di laboratorium untuk memperoleh karakteristik dari material tersebut. Data yang dihasilkan di laboratorium akan digunakan untuk perancangan campuran, selanjutnya dibuat briket (benda uji) untuk dilakukan tes Marshall sehingga dapat diketahui karakteristik fisik campuran.Penelitian ini terdiri atas tahapan-tahapan sebagai berikut :1. Persiapan bahan dan alat

Bahan terdiri dari batu pecah, abu batu, pasir, abu sekam dan aspal penetrasi 80/100.Alat terdiri dari saringan, penguji abrasi (keausan), penguji berat jenis, pengering agregat, pengukur suhu, pencampur, pemisah agregat dan penguji sampel (benda uji).

2. Penentuan sifat-sifat agregat meliputi penguji gradasi, keausan, kadar lempung, berat jenis dan penyerapan.

3. Penentuan proposi terhadap total agregat menggunakan metode diagonal, meliputi proporsi batu pecah, abu batu, pasir dan abu sekam.

4. Penentuan proporsi terhadap total campuran dan variasi kadar aspal.

b. Perencanaan Campuran Untuk Metode MarshallPerancangan campuran dengan Metode Marshaal bertitik tolak pada stabilitas yang dihasilkan. Kada aspal optimum ditentukan dengan melakukan pemeriksaan Marshall di laboratorium dari beberapa contoh dengan membuat beberapa variasi kadar aspal, sedangkan gradasi tetpa. Langkah pertama perencanaan campuran adalah proporsi penakaran sehingga diperoleh gradasi agregat campuran yang memenuhi spesifikasi.

c. Tujuan Perencanaan CampuranPekerjaan mix design dimaksudkan untuk mengetahui komposisi dan besarnya persentase agregat yang dibutuhkan dalam merencanakan aspal beton.Tujuan dari mendesain campuran lapis jalan aspal beton adalah untuk menentukan suatu adonan yang ekonomis.

d. Uraian Mengenai Metode dan Persyaratan Rencana CampuranMetode yang dipergunakan adalah metode Marshall, sebelum mempersiapkan bahan percobaan, terlebih dahulu harus ditetapkan sebagai berikut :a. Material yang akan digunakan harus sudah

memenuhi spesifikasi campuranb. Kombinasi campuran agregat harus

memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.

Pada proses ini yang paling utama adalah merencanakan komposisi campuran batuannya dan sebagaimana dijelaskan diatas, namun demikian metode yang digunakan untuk penelitian adalah metode “Diagonal”.Syarat-syarat tersebut diatas yang perlu diperhatikan di laboratorium untuk keperluan schedule dalam mempersiapkan dan menganalisa agregat – agregatnya.Dari pembacaan langsung pada alat Marshall dapat diketahui ketahanan (stabilitas) terhadap kelelhan (flow) dari aspal.a. Ketahanan (stabilitas) adalah kemampuan

suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kg atau pound.

b. Kelelehan plastis (flow) adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DARWAN ALI, VO1, EDISI JANUARAI 2012 – APRIL 2012 Page 37

yang terjadi suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm.

e. Pengujian Campuran dengan Marshall TestPengujian campuran ini dengan 6 (enam) tingkatan kadar aspal yakni : 7,0 %;7,3%; 7,6%; 7,9%; 8,2%; 8,5% dari berat campuran total (berat satu sampel 1000 gram). Untuk setiap persen sepal gradasi dibuat 2 (dua) benda uji. Dari hasil percobaan ini menghasilkan :1. Stabilitas

Besarnya stabilitas marshall didapat dari pembicaraan pada arloji (dial) alat Marshall. Hasil pembacaan terlebih dahulu dikalibrasi dengan kalibrasi alat dan dengan angka korelasi tinggi benda uji.

2. Density (kepadatan)Besarnya density didapatkan dari berat sampel dibagi isi atau dengan rumus :J=E/H…………………………… (1)Keterangan :J = density (gr/cm3)E = berat kering benda uji (gram)H = isi (cm3)

3. Kelelehan plastis (flow)Kelelehan palastis didapatkan dari pembacaan dial pada alat Marshall dalam satuan mm 0,01”. Pembacaan ini bersamaan dengan pembacaan dial stabilitas pada saat mencapai maksimum.

4. Rongga udara dalam campuran (VIM)Besarnya rongga udara dalam campuran didapat persamaan berikut :K=100(DJ)/D…………………… (2)Keterangan :K = rongga udara dalam campuranD = berat jenis maksimum campuran

5. Marshall Quotient (MQ)Besarnya angka Marshall Quotient ditentukan oleh :P=M/102N……………………….(3)Keterangan :P = Marshall Quotient (kg/mm)M = stabilitas yang telah disesuaikan (kg)N = nilai Flow (mm)

6. Rongga terisi aspal adalah :Besarnya rongga terisi aspal adalah :

………. (4)

Keterangan :R = rongga terisi aspal (%)K = rongga udara Q = rongga antar butir

4. HASIL DAN PEMBAHASANa. Rencana Campuran

Prosedur untuk menentukan proporsi terhadap total agregat pada masing – masing agregat, baik batu pecah, abu batu, pasir dan filler dengan menggunakan metode ”Diagonal”. Dari data analisa masing – masing agregat, selanjutnya direncanakan bagaimana komposisi campuran agar memenuhi persyaratan gradasi.

Prosedur penentuan proporsi terhadap total agregat adalah sebagai berikut :1. Plotkan hasil analisa saringan rata – rata

batu pecah, abu pecah, abu batau, pasir dan abu sekam (filler)

2. Tarik garis diagonal3. Tentukan proporsi batu pecah dengan

melihat ploting untuk batu pecah dan abu batu, kemudian tentukan garis batas bawah batu pecah = garis batas atas abu batu, lalu tarik garis vertical masing – masing hingga sama – sma menyentuh garis diagonal, kemudian baca skalanya dari atas. Skala baca tersebut sama dengan skala baca proporsi batu pecah dengan satuan persen.

4. Tentukan proporsi abu batu dengan melihat ploting untuk batu pecah, abu batu dan pasir kemudian tentukan garis batas bawah batu pecah + garis batas bawah abu batu = garis batas atas pasir, lalu tarik garis vertikal masing – masing hingga sama – sama menyentuh garis diagonal. Kemudian baca skalanya dari atas selanjutnya dikurangi hasil skala baca. Proporsi batu

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DARWAN ALI, VO1, EDISI JANUARAI 2012 – APRIL 2012 Page 38

pecah sama dengan skala batu proporsi abu batu dengan satuan persen.

5. Tentukan proporsi pasir dengan melihat ploting untuk batu pecah, abu batu, pasir dan filler kemudian tentukan garis batas bawah batu pecah + garis batas bawah abu batu + garis batas bawah pasir = garis batas atas filler, lalu tarik garis vertikal masing – masing hingga sama – sama menyentuh garis diagonal, kemudian baca skalanya dari atas selanjutnya dikurangi hasil skala baca proporsi batu pecah dikurangi hasil baca skala proporsi abu batu sama dengan skala baca proporsi pasir dengan satuan persen.

6. Tentukan proporsi filler dengan cara 100 – skala baca proporsi batu pecah – hasil skala baca abu batu – hasil skala baca pasir, dengan satuan persen.

7. Dari hasil langkah – langkah diatas diperoleh proporsi terhadap total agregat yang terdiri dari batu pecah (%), abu batu (%) dan filler (%).

Gambar 1Penentuan Proporsi Terhadap Total

Agregat

Berdasarkan hasil perhitungan dengan cara diagonal diperoleh proporsi terhadap total agregat yang selanjutnya digunakan sebagai dasar acuan untuk mencari variasi proporsi terhadap total agregat dengan cara coba – coba dengan tahap memperhatikan spesifikasi total komposisi gradasi sebagai syarat mutlak.

Campuran panas direncanakan berdasarkan proporsi terhadap total agregat dengan penggunaan aspal yang berfariasi (dibuat 6 variasi kadar aspal) yaitu : 7 %; 7,3 %; 7,6 %; 7,9 %; 8,2 %; 8,5 %; dari total berat total campuran, dengan berat contoh dibuat 1000 gram.

b. Hasil Test MarshallPada pengujian Marshall diperoleh besaran – besaran seperti stabilitas dan flow. Sebelum pengujian Marshall terlebih dahulu dibuat benda uji (briket) sebanyak 2 (dua) buah untuk tiap kadar aspal mulai 7 % - 8,5 % dengan variasi penambahan 0,3 % aspal dan dipadatkan sebanyak 2 x 27 tumbukan, sehingga diperlukan 48 benda uji (setiap satu komposisi masing – masing 12 buah). Benda uji yang telah dipadatkan didiamkan pada suhu kamar selama 24 jam. Kemudian ditimbang beratnya dalam suhu ruang dan beratnya ditetapkan. Selanjutnya benda uji tersebut direndam dalam water bath selama 24 jam. Kemudian benda uji ditimbanag dalam air dan beratnya ditetapkan. Benda uji diangkat dan dikeringkan sampai mencapai kering permukaan jenuh (SSD), kemudian ditimbang dala kondisi SSD dan dicatat beratnya. Selanjutnya benda uji direndam dalam bak berisi air panas dengan temperature 600 C. Perendaman dilakukan selama waktu 30 menit, baru kemudian dilakukan pengujian dengan alat Marshall. Hasil pengujian tercantum dihalaman berikut.

Tabel 5Pengujian Marshall untuk Presentase

Abu Sekam 12,5%

Hasil pengujian Marshall untuk masing – masing persentase abu sekam 12,5 %, 10%, 7,5% dan 5%, sebagai data pembanding digunakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Palangkaraya dengan

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DARWAN ALI, VO1, EDISI JANUARAI 2012 – APRIL 2012 Page 39

proporsi campuran yang terdiri dari coarse aggregate 18%, medium aggregate 64%, fine aggregate 36% dan sand 32%.

Tabel 6Data Sekunder Pengujian Marshall

Tanpa Abu Sekam

Analisis Hasil Test Marshall1. Kepadatan (Densitas)

Dari hasil tes Marshall (lihat lampiran 22) dapat dilihat bahwa kecenderungan dari nilai kepadatan adalah meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar aspal.

2. StabilitasStabilitas adalah suatu kemampuan campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis.Dari grafik (lihat lampiran 22) terlihat awalnya nilai stabilitas meningkat aspal maksimum maka nilai stabilitas akan terus menurun. Ini berarti stabilitas tertinggi hanya terjadi pada saat kadar aspal

maksimum. Jika telah tercapai kadar aspal maksimum maka jika terus dilakukan penambahan kadar aspal stabilitas campuran aspal akan semakin rendah.

3. Rongga UdaraNilai rongga udara yang terlalu kecil akan mengakibatkan lapisan aspalmeleleh keluar (bleeding) pada saat beban lalu lintas diatasnya. Namun jika nilai rongga terlalu besar maka sangat berpengaruh pada durabilitas (daya tahan) lapisan permukaan dimana lapisan menjadi tidak kedap air dan udara, sehingga akan masuklah air dan udara kedalam campuran yang mengakibatkan terjadinya oksidasi dan aspal menjadi rapuh/getas.Dari grafik terlihat nilai rongga udara akan semakin kecil, seiring dengan penambahan kadar aspal. Ini berarti semakin besar kadar aspalnya, maka semakin besar kemungkinan terjadi bleeding.

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DARWAN ALI, VO1, EDISI JANUARAI 2012 – APRIL 2012 Page 40

4. Kelelehan PlastisKelelehan plastis adalah suatu keadaan bentuk yang terjadi akibat penambahan beban sampai terjadinya keruntuhan yang merupakan indikator terhadap fleksibilitas (kelenturan).Dari grafik terlihat bahwa pada awalnya nilai flow menurun seiring penambahan kadar aspal, setelah mencapai titik balik maka nilai flow menjdi meningkat seiring penambahan kadar aspal . Dimana nilai flow masih berada dalam spedifikasi yang telah ditentukan. Ini berarti campuran cukup mampu mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas menimbulkan retak dan perubahan volume.

5. Hasil Bagi MarshallHasil bagi Marshall adalah perbandingan dari stabilitas dengan flow yang merupakan indicator dari sifat fleksibilitas (kelenturan) yang potensial terhadap keretakan. Dari hasil penelitian ini menunjukkan dengan peningkatan kadar aspal, nilai hasil bagi Marshall terjadi peningkatan. Namun jika telah sampai pada kadar aspal maksimim maka nilai hasil bagi Marshall akan terus menurun.

6. Rongga Terisi AspalRongga terisi aspal adalah persentase dari rongga antar butir yang terisi aspal efektif. Nilai rongga terisi aspal yang terlalu kecil maka daya lekat antar agregar menjadi kurang sehingga mudah lepas yang sangat mempengaruhi durabilitasnya. Tetapi nilai rongga terisi aspal yang terlalu besar, kemungkinan terjadinya bleeding juga besar.Dari grafik nilai rongga udara terisi aspal semakin meningkat seiring penambahan kadar aspal. Ini berarti pada mulanya campuran (aspal), sifat durabilitas semakin baik, akan tetapi kemungkinan terjadi bleeding menjadi besar.

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DARWAN ALI, VO1, EDISI JANUARAI 2012 – APRIL 2012 Page 41

5. PENUTUP

5.1 KesimpulanAdapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:a. Abu sekam untuk pengisi (filler) pada

aspal campuran panas (HRS), cukup mudah penggunaannya terutama dalam hal penakaran dan pencampuran karena abu sekam tidak mudah membatu, tidak membentuk butiran yang kasar dan dapat tercampur merata.

b. Dari pengujian kualitas abu sekam dapat dilihat faktor penyerapan melebihi spesifikasi yang disyaratkan untuk HRS, berarti bila dipergunakan sebagai filler pada HRS untuk lapisan

c. Hasil penelitian penggunaan abu sekam sebagai filler pada campuran aspal panas jenis HRS dengan variasi kadar aspal dan variasi kadar filler, menunjukkan bahwa terdapat satu komposisi campuran yang optimal yaitu pada komposisi campuran batu pecah 37,5% (spesifikasi 20% - 40%), abu batu 15%, pasir 35% (spesifikasi 47% - 67%) dan abu sekam 12,5% (spesifikasi 5% - 9%) dengan kadar aspal 8,5%, maka stabilitas yang dihasilkan 807,12 kg (spesifikasi 450 – 850 kg) dan flow 4,05 mm (spesifikasi 2 – 4,5 mm).

d. Dari hasil penelitian yang menggunakan filler abu sekam dengan suhu tidak terukur terdapat perbedaan kadar aspal yang cukup tinggi, dengan tanpa menggunakan abu sekam yaitu pada komposisi campuran yang menggunakan abu sekam terdapat kadar asapal optimal 8,5%, sedangkan tanpa abu sekam (data sekunder) 7,5%.

e. Penelitian ini tidak dapat dipakai sebagai kesimpulan yang mewakili keseluruhan abu sekam, mengingat abu sekam yang dipergunakan pada penelitian ini hanya diambil dari satu lokasi yaitu di daerah Lampuyang km. 65 Sampit – Samuda.

5.2 SaranBerdasarkan hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini, beberapa saran yang dapat diusulkan, sebagai berkut:1. Pembuatan benda uji (briket)

untuk satu variasi kadar aspal sebaiknya dibuat lebih banyak, agar dalam pengujian diperoleh hasil yang lebih akurat.

2. Penelitian ini sifatnya masah pada tahap awal dan masih terbuka kemungkinan untuk mengadakan penelitian kembali atas hasil – hasil yang sudah diperoleh dengan menggunakan material abu sekam dari berbagai lokasi yang tersedia. Penggunaan material/bahan yang sifatnya baru, harus melalui berbagai tahapan penelitian. Pengujian lanjutan dapat dilakukan pada beberapa laboratorium yang memiliki peralatan yang benar – benar teliti dan hasil dari penelitian bebrapa laboratorium inipun belum bisa dikatakan sebagai hasil akhir, tapi juga harus melalui tahapan pengujian di lapangan.

3. Dianjurkan untuk proses pembakaran sekam menggunakan alat pembakaran khusus agar abu sekam yang dihasilkan lebih sempurna.

DAFTAR REFERENSI1. AASHTO, (1982). Standart Spesification

For Transportation Material and method For Sampling and Testing, Part I, “ Specification”, 13th Edition .

2. Desriantomy, (2000). Penuntun Praktikum Bahan Perkerasan Jalan. Fakultas Teknik Universitas Palangkaraya.

3. Direktorat Jenderal Bina Marga, (1996), Pengujian Bahan Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta

4. Direktorat Jenderal Bina Marga, (1996) Pengujian Tanah dan Bahan Batuan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta

5. Direktorat Jenderal Bina Marga (1998), Central Quality Control & Monitoring Unit, Manual Supervisi Lapangan Untuk Pengendalian Mutu Pada Kontrak Pemeliharaan dan Peningkatan Jalan, Jakarta

6. Deman, A dan Apu, (2000). Panggunaan Abu Terbang Sebagai Filler pada Campuran Aspal Panas Jenis HRS. Tugas Akhir, Prgram Studi Teknik Sipil Universitas Palangkaraya, Palangkaraya.

7. Departemen Pekerjaan Umum, (1989), Metode Pengujian Agregat, Yayasan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.

8. Priyonosulistyo, HRC dan Sudarmoko (1999), Pemamfaatan Limbah Abu Sekam Padi untuk Peningkatan Mutu Beton , Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DARWAN ALI, VO1, EDISI JANUARAI 2012 – APRIL 2012 Page 42

9. Prasetyo, L. (1999), Abu Sekam Sebagai Material Untuk Meningkatkan Kuat Tekan Beton, Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.

10. Sukirman, S (1992). Perkerasan Lentur Jalan Raya . Penerbit Nova, Bandung

11. Widjaja, A (1999), Karakteristik Beton Normal dan Neton dengan Abu Sekam Padi Pasca Bakar (Pendinginan Dengan Air dan Udara Bebas), Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

JURNAL PENELITIAN DOSEN FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DARWAN ALI, VO1, EDISI JANUARAI 2012 – APRIL 2012 Page 43