permasalahan sistem pelayanan kesehatan

7
PERMASALAHAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN I. Pendahuluan Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan juga harus dipandang sebagai suatu investasi dalam kaitannya untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Indonesia memang telah mengalami kemajuan penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan penduduk. Kemajuan ini dapat dilihat melalui angka kematian bayi yang menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per seribu kelahiran hidup (2003). Umur harapan hidup telah meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi lebih dari 66,2 tahun (2003). Prevalensi gizi kurang (underweight) pada anak balita, telah menurun dari 37,5 persen (1989) menjadi 25,8 persen (2002) 1 . Namun demikian masih banyak masalah yang harus dipecahkan dan tantangan baru muncul sebagai akibat perubahan sosial ekonomi agar masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas. Diantara banyaknya permasalahan tersebut, Penulis ingin menguraikan tentang salah satu permasalahan pelayanan kesehatan, yakni terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi yang belum merata, serta masalah rendahnya status kesehatan penduduk miskin yang masih menjadi masalah klasik dalam pelayanan kesehatan. II. Permasalahan A. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi yang tidak merata 1 Peningkatan Akses Masyarakat terhadap Layanan Kesehatan yang Lebih Berkualitas diakses pada www.bappenas.go.id/get-file-server/node/835/ pada tanggal 22 Maret 2011

Upload: nadia-tahsinia

Post on 01-Jul-2015

934 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERMASALAHAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

PERMASALAHAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

I. PendahuluanPembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan juga harus dipandang sebagai suatu investasi dalam kaitannya untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Indonesia memang telah mengalami kemajuan penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan penduduk. Kemajuan ini dapat dilihat melalui angka kematian bayi yang menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per seribu kelahiran hidup (2003). Umur harapan hidup telah meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi lebih dari 66,2 tahun (2003). Prevalensi gizi kurang (underweight) pada anak balita, telah menurun dari 37,5 persen (1989) menjadi 25,8 persen (2002)1. Namun demikian masih banyak masalah yang harus dipecahkan dan tantangan baru muncul sebagai akibat perubahan sosial ekonomi agar masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas. Diantara banyaknya permasalahan tersebut, Penulis ingin menguraikan tentang salah satu permasalahan pelayanan kesehatan, yakni terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi yang belum merata, serta masalah rendahnya status kesehatan penduduk miskin yang masih menjadi masalah klasik dalam pelayanan kesehatan.

II. PermasalahanA. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi yang tidak merata

1) Data statistik jumlah tenaga kesehatan di Indonesia2) Studi Kasus3) Analisis penyebab masalah

Kondisi sehat yang komprehensif tidak akan tercapai apabila ketersediaan dan distribusi SDM atau tenaga kesehatan hanya berkutat pada kawasan atau daerah yang tergolong maju serta mengabaikan kesehatan di daerah teringgal, terpencil, kepulauan maupun perbatasan.  Kesehatan di daerah tertinggal menjadi salah satu kebutuhan dasar masyarakat (basic need). Tetapi sejauh mana kondisi kesehatan masyarakat tentu kita dapat melihatnya sendiri.Permasalahan tenaga kesehatan ini masih menjadi masalah yang sangat klasik.

Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi lainnya. Akibatnya banyak puskesmas, terutama di daerah terpencil yang hanya dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Berbagai kajian (Bappenas, 2004; BPS dan OCR Macro, 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat mempunyai

1Peningkatan Akses Masyarakat terhadap Layanan Kesehatan yang Lebih Berkualitas diakses pada www.bappenas.go.id/get-file-server/node/835/ pada tanggal 22 Maret 2011

Page 2: PERMASALAHAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan kepuasan bagi pasien, misalnya dokter yang dianggap kurang ramah, terbatasnya informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien, atau lamanya waktu tunggu. Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas dugaan terjadinya mal praktek dokter.

Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata. Misalnya, lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa dan Bali, provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Untuk jenis tenaga kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup, bahkan produksinya terus meningkat. Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka, diantaranya adalah analis kesehatan, terapis wicara, refraksionis optisien, fisioterapis, radiographer, epidemiolog, ahli human resource management, dan lainnya.

Menurut Penulis, distribusi yang tidak merata ini adalah akibat dari kurangnya insentif yang diterima oleh tenaga kesehatan. Faktanya, insentif tenaga kesehatan di daerah perkotaan yang sudah memiliki teknologi kedokteran canggih yang dapat mempermudah mereka untuk melayani pasien justru lebih tinggi dibandingkan insentif tenaga kesehatan yang berada di daerah pedesaan maupun pinggiran. Sehingga tenaga kesehatan pun enggan untuk mengabdikan diri di daerah pedesaan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju, jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-daerah tersebut distandarisasi, serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan ditingkatkan kualitasnya. Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan tersebut. Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke daerah, sehingga kinerja  dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah. Selain itu, biaya pendidikan kesehatan yang mahal pun menjadikan minimnya tenaga kesehatan di Indonesia.

4) Usaha PerbaikanSejatinya problem kekurangan dan ketidakmerataan distribusi tenaga kesehatan ini mesti disikapi dengan program-program signifikan dari pemerintah dalam hal ini Depkes. Masalah ini harus diawali dengan pemetaan kebutuhan tenaga medis yakni dokter, bidan dan perawat dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Perencanaan waktu ini perlu dilakukan agar

Page 3: PERMASALAHAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

target-target pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan dapat dievaluasi secara mudah dan terpadu.

Langkah berikutnya yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan memperbanyak pendirian pusat-pusat pendidikan berbasis kesehatan seperti fakultas kedokteran, akademi kebidanan, akademi keperawatan, sekolah analis kesehatan dan sebagainya. Upaya pendirian pusat pendidikan ini akan lebih baik jika tersebar ke berbagai wilayah Indonesia sehingga akan lebih mudah diserap dan dirasakan manfaatnya oleh daerah-daerah yang minim tenaga kesehatan. Srategi percepatan jumlah tenaga kesehatan ini juga bisa dilakukan dengan membuat regulasi-regulasi yang memudahkan lembaga pendidikan dan pemerintah daerah tanpa harus mengurangi ketentuan standar kualitas untuk membuka kelas-kelas kesehatan. Sehingga dengan regulasi yang mudah akan dapat mendorong lembaga pendidikan dan Pemda dalam mendidik dan melatih tenaga-tenaga kesehatan yang nantinya akan berdampak pada semakin bertambahnya lulusan tenaga kesehatan terutama di daerah-daerah yang selama ini kekurangan SDM kesehatan.

Peningkatan kuantitas SDM kesehatan dapat juga dilakukan dengan memberikan beasiswa bagi siswa-siswa berpotensi agar mau melanjutkan studinya pada bidang kesehatan. Beasiswa ini dapat memicu semangat siswa-siswa khususnya siswa-siswa dari kalangan menengah bawah di berbagai daerah untuk mau mengikuti studi kesehatan. Sehingga diharapkan SDM kesehatan akan terus tumbuh pesat yang akhirnya nanti dapat mendukung upaya pemerintah dalam penyiapan tenaga kesehatan yang selama ini masih minim.

Selain jumlah kuantitas SDM yang belum memadai, masalah kesehatan yang juga harus diselesaikan adalah masalah distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata. Sebagian besar tenaga kesehatan banyak terfokus di pulau Jawa dan daerah-daerah perkotaan sehingga menyulitkan masyarakat yang berada di daerah pedesaan dan daerah terpencil lainnya untuk mengakses layanan kesehatan. Meski berbagai upaya telah dilakukan untuk mendorong agar tenaga kesehatan khsususnya dokter dan bidan desa bersedia ditempat di deaerah minim tersebut namun hingga kini masih banyak daerah di Indonesia yang mengalami defisit SDM kesehatan ini.

Pemerintah dalam hal ini Depkes memang harus bekerja keras menyiasati pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan terutama bagi daerah cilgaltas (terpecil, tertinggal dan perbatasan). Upaya pemberian insentif bagi dokter, bidan desa, perawat dan tenaga kesehatan lainnya bisa menjadi alternatif Pemerintah untuk merangsang SDM kesehatan ini untuk bersedia ditempatkan di daerah dacilgaltas. Besaran insentif ini tentu harus dilakukan secara proporsional sehingga disatu sisi merangsang para tenaga kesehatan untuk siap

Page 4: PERMASALAHAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

mengabdi, disisi lain juga ada kemampuan dana yang cukup dari pemerintah.

Upaya lain untuk pemerataan tenaga kesehatan ini adalah dengan mengintensifkan kembali program-program pengabdian oleh tenaga kesehatan seperti program wajib profesi dan program PTT bagi dokter-dokter baru. Kebutuhan tenaga dokter PTT menjadi sangat penting mengingat masyarakat pada daerah-daerah terpencil dan sangat terpencil karena disparitas regional dan pelbagai permasalahan lainnya, didominasi oleh masyarakat yang serba berkekurangan dengan tingkat ekonomi dan kesehatan yang rendah dan miskin. Sehingga diharapkan kehadiran dokter PTT dapat mengatasi problem rentan terhadap berbagai macam penyakit yang dialami masyarakat karena kondisi yang serba terbatas seperti kurang gizi, kurang pengetahuan kesehatan, perilaku kesehatan kurang baik, dan lingkungan pemukiman yang buruk.

Selain jumlah dan distribusinya yang tidak merata, problem tenaga kesehatan dibayangi pula masalah kualitas dan kompetensi. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini menjadi lebih penting saat dunia kesehatan memasuki situasi global yang memungkinkan terjadi persaingan. Kualitas menjadi titik penting bagi peningkatan layanan kesehatan kepada masyarakat. Tanpa kualitas memadai sulit rasanya kita mengharapkan terjadi perubahan terhadap indeks kesehatan masyarakat. Maka upaya untuk terus mencetak tenaga kesehatan yang berkualitas, baik itu dokter, bidan, dan perawat harus menjadi prioritas utama pemerintah. Uji sertifikasi, uji kompetensi, pelatihan, magang, tugas lapangan dan lainnya bisa menjadi alat pengukur tentang seberapa jauh kualitas dan kompetensi tenaga kesehatan.. Selain itu pengakuan terhadap profesi tenaga kesehatan seperti perawat misalnya akan menjamin kenyamanan dan kualitas kerja dari SDM kesehatan tersebut.

Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan juga harus menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah terutama Direktorat PSDM Depkes. Kompetensi tenaga kesehatan perlu terus ditingkatkan melalui serangkaian kursus, pelatihan studi banding dan sejenisnya sehingga mereka mampu melakukan tugas-tugas layanan kesehatan secara memadai, aplikatif dan sistematis sesuai perkembangan teknologi dunia kesehatan. Jika kuantitas dan distribusi tenaga kesehatan yang berkualitas dan kompeten ini terus dimonitoring secara intensif oleh Pemerintah maka diyakini akan terjadi peningkatan derajat pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pertumbuhan dan persebaran tenaga kesehatan yang merata harus selalu disertai upaya peningkatan kualitas dan kompetensinya. Mungkin dengan strategi ini harapan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan secara mudah, merata dan berkualitas dapat tercapai.