permasalahan koperasi berbasis agribisnis

19
PERMASALAHAN KOPERASI BERBASIS AGRIBISNIS DI RIAU PERMASALAHAN KOPERASI BERBASIS AGRIBISNIS DI RIAU I. PENDAHULUAN Koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi, dalam melakukan kegiatannya berdasarkan pada prinsip koperasi, seperti tertuang dalam UU Republik Indonesia, Nomor 25 Tahun 1992, Tentang Perkoperasian. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur dalam tata perekonomian nasional. Koperasi adalah perkumpulan otonomi dari orang-orang yang berhimpun secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasiaspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis;Nilai-nilai. Koperasi mendasarkan diri pada nilai-nilai menolong diri sendiri, tanggung jawab sendiri, demokratis, persamaan, kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap orang lain;

Upload: adang-suryana

Post on 12-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Permasalahan Koperasi Berbasis Agribisnis

PERMASALAHAN KOPERASI BERBASIS AGRIBISNIS DI RIAU

PERMASALAHAN KOPERASI BERBASIS AGRIBISNIS DI RIAU

I. PENDAHULUAN

Koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi,

dalam melakukan kegiatannya berdasarkan pada prinsip koperasi, seperti tertuang dalam UU

Republik Indonesia, Nomor 25 Tahun 1992, Tentang Perkoperasian. Koperasi sebagai gerakan

ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang

maju, adil dan makmur dalam tata perekonomian nasional.

Koperasi adalah perkumpulan otonomi dari orang-orang yang berhimpun secara sukarela untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasiaspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui

perusahaan yang mereka miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis;Nilai-nilai.

Koperasi mendasarkan diri pada nilai-nilai menolong diri sendiri, tanggung jawab sendiri,

demokratis, persamaan, kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap

orang lain;

Perkembangan ekonomi dunia saat ini merupakan saling pengaruh dua arus utama, yaitu

teknologi informasi dan globalisasi. Teknologi informasi secara langsung maupun tidak langsung

kemudian mempercepat globalisasi. Berkat teknologi informasi, perjalanan ekonomi dunia makin

membentuk ”dirinya” yang baru, menjadi Kapitalisme Baru berbasis Globalisasi (Capra 2003; Stiglitz

2005; Shutt 2005). Banyak sudah program-program prestisius pengembangan koperasi. Koperasi

juga tak kunjung selesai dibicarakan, didiskusikan, “direkayasa”, diupayakan pemberdayaan dan

Page 2: Permasalahan Koperasi Berbasis Agribisnis

penguatannya. Pendekatan yang dilakukan mulai dari akademis (penelitian, pelatihan, seminar-

seminar, sosialisasi teknologi).

Pengembangan koperasi dalam dimensi pembangunan nasional yang berdasarkan sistem ekonomi

kerakyatan, tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah kesenjangan pendapatan antar

golongan dan antar pelaku, ataupun penyerapan tenaga kerja. Lebih dari itu, pengembangan

koperasi diharapkan mampu memperluas basis ekonomi dan dapat memberikan kontribusi dalam

mempercepat perubahan struktural, yaitu dengan meningkatnya perekonomian daerah, dan

ketahanan ekonomi nasional.

Pertumbuhan koperasi diberbagai sektor hendaknya dapat mengimplementasikan dan

menumbuhkembangkan prakarsa dari semua pihak yang terkait, terutama yang menyangkut aspek

penciptaan investasi dan iklim berusaha yang kondusif, kerjasama yang harmonis dan sinergi antara

pemerintah, dunia usaha dan masyarakat pada tingkat pusat, propinsi, dan kabupaten/kota.

Mengingat peran koperasi yang dapat bertahan terhadap krisis ekonomi, prakarsa berbagai pihak

terkait diharapkan dapat terus meningkatkan peran koperasi dalam mewujudkan ekonomi

kerakyatan. Dalam rangka peningkatan kinerja koperasi, melalui pencapaian sasaran dan tujuan, baik

untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota maupun meningkatkan kemampuan koperasi untuk

memperoleh sisa hasil usaha, maka koperasi sebagai lembaga ekonomi perlu meningkatkan daya

saingnya, agar dalam menjalankan usahanya selalu berpedoman pada efisiensi dan efektifitas usaha.

Cara terbaik untuk melaksanakan usaha yang berdasar kepada unsur-unsur efisiensi dan efektifitas

usaha adalah melalui pelaksanaan sistem manajemen yang baik

Ketertinggalan pada sektor pertanian khususnya di pedesaan disebabkan kebijakan masa lalu yang

melupakan sektor pertanian sebagai dasar keunggulan komparatif maupun kompetitif.

Sesungguhnya pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan bukan hanya bermanfaat bagi

masyarakat pedesaan itu sendiri, tetapi juga membangun kekuatan ekonomi Indonesia berdasarkan

kepada keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki (Basri. Y.Z, 2003). Di daerah pedesaan

bentuk usaha masyarakat pada umumnya pengolahan dari hasil pertanian mereka dalam bentuk

usaha kecil atau industri rumah tangga. Dari sisi proses produksi mereka sangat terbatas dalam

penguasaan teknologi dan kekurangan modal untuk pengembangan skala usahanya. Begitu juga

Page 3: Permasalahan Koperasi Berbasis Agribisnis

kekuatan tawar menawar dari hasil produknya sangat rendah. Slah satu untuk meningkatkan

kekuatan tawar menawar masyarakat pedesaan adalah melalui lembaga ekonomi pedesaan yaitu

koperasi. Pemberdayaan masyarakat pedesaan juga harus mampu memberikan perlindungan yang

jelas terhadap masyarakat. Upaya perlindungan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya

persaingan yang tidak seimbang akibat berlakunya mekanisme pasar dan eksploitasi yang kuat

terhadap yang lemah. Dalam hal ini, tampaknya sulit diterapkan mekanisme pasar. Masyarakat desa

jelas akan kalah bersaing. Mereka tidak punya apa-apa selain tenaga-tenaga yang pada umumnya

kurang terlatih. Dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan, sektor pertanian harus

menjadi sasaran utama. Sektor ini harus dijadikan pijakan yang kokoh sehingga di pedesaan bisa

tercapai swasembada berbagai produk 3 pertanian, terutama pangan, sebelum memasuki era

industrialisasi. Lebih spesifik, ketahanan pangan lokal harus tercapai lebih dahulu (Basri. M, 2007).

II. IDENTIFIKASI, BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

Koperasi dan usaha kecil-menengah merupakan bentuk dan jenis usaha yang digolongkan dalam

ekonomi kerakyatan karena sifatnya mandiri dan merupakan usaha bersama. Ketahanan ekonomi

daerah tergantung pada pelakupelaku ekonomi, termasuk kinerja koperasi dan usaha kecil-

menengah. Untuk itu, kekuatan ekonomi akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apabila

kekuatan sinergi kolektif yang dinaungi oleh koperasi berjalan sebagaimana mestinya.

Kegiatan ini memfokuskan pada pengembangan kerangka berfikir untuk mencari alternatif

pengembangan koperasi dalam era otonomi daerah, dikaitkan dengan penyusunan model-model

pemusatan pengembangan koperasi di bidang pembiayaan dilakukan terhadap beberapa potensi

daerah yang dapat dilayani koperasi dibidang pembiayaan, sentra-sentra produksi rakyat yang dapat

dikembangkan dan analisis terhadap daya dukung SDM, modal, lembaga keuangan dan teknologi.

Secara kuantitatif pelaksanaan pembangunan di daerah Riau telah mencapai

hasil yang cukup baik seperti yang terlihat dari data tingkat pertumbuhan

ekonomi. Selama periode 2002-2007 pertumbuhan ekonomi Riau sebesar

Page 4: Permasalahan Koperasi Berbasis Agribisnis

8,40%, pertumbuhan yang tinggi ini ditopang oleh sektor pertanian khususnya

subsektor perkebunan.

Guna memacu pertumbuhan ekonomi khususnya di pedesaan, Pemerintah

Daerah Riau mencanangkan pembangunan melalui program pemberantasan

kemiskinan, kebodohan dan pembangunan infrastruktur (lebih dikenal dengan

program K2I). Program K2I ini mengacu kepada Lima Pilar Utama pembangunan

Daerah Riau sebelumnya, yaitu:

1. pembangunan ekonomi berbasiskan kerakyatan;

2. pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia;

3. pembangunan kesehatan/olahraga;

4. pembangunan/kegiatan seni budaya; dan

5. pembangunan dalam rangka meningkatkan iman dan taqwa. Pembangunan ekonomi kerakyatan

difokuskan kepada pemberdayaan petani terutama di pedesaan, nelayan, perajin, dan pengusaha

industri kecil.

Berdasarkan informasi dan data yang ada pada Dinas Koperasi Propinsi Riau,

rataan umur koperasi sekitar 10,2 tahun dengan rentangan 5,21 tahun sampai

16,4 tahun. Apabila dibandingkan dengan perusahaan bisnis lainnya, maka koperasi

Page 5: Permasalahan Koperasi Berbasis Agribisnis

di Propinsi Riau cukup matang dalam perkembangannya dan tentu akan memperlihatkan dampak

terhadap kesejahteraan anggotanya. Secara sinerji kemajuan koperasi itu seharusnya sudah

memperlihatkan kontribusinya terhadap pertumbuhan perekonomian terutama di daerah

pedesaan. Hal ini disebebakan sebagian besar koperasi itu berada di daerah pedesaan, khususnya di

daerah-daerah sentra produksi pertanian.

Guna memacu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kerakyatan

di masa datang, maka pemerintah Daerah Riau melalui Dinas Koperasi dan

UKM menetapkan arah kebijakan pembangunan bidang Koperasi dan UKM

(Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Riau, 2007), antara lain: Mengembangkan

koperasi dan usaha kecil-menengah melalui pembinaan pengembangan koperasi

dan UKM secara umum dalam pelaksanaan ekonomi kerakyatan guna

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan serta kegiatan-kegiatan produktif yang

mempunyai nilai tambah; Meningkatkan dan mengembangkan ekonomi produktif

dan efisien dalam bentuk koperasi dan UKM melalui perluasan wawasan pengetahuan, organisasi,

manajemen usaha, dan pengalaman untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada anggota

masyarakat sehingga dapat meningkatkan keyakinan masyarakat dan dunia usaha lainnya untuk

menanamkan investasi pada koperasi dan UKM

III. Permasalahan Umum Koperasi Pedesaan di Indonesia

Page 6: Permasalahan Koperasi Berbasis Agribisnis

Mubyarto (2002) menjelaskan ekonomi saat ini juga tidak harus dikerangkakan pada teori-teori

Neoklasik versi Amerika yang agresif khususnya dalam ketundukannya pada aturan-aturan tentang

kebebasan pasar, yang keliru menganggap bahwa ilmu ekonomi adalah obyektif dan bebas nilai,

yang menunjuk secara keliru pada pengalaman pembangunan Amerika, dan yang semuanya jelas

tidak dapat menjadi obat bagi masalah-masalah masyarakat Indonesia dewasa ini.

Ekonomi rakyat yang sejatinya dicoba untuk menjadi pola bebas dari substansi intermediasi dan

dikotomi privat sphere dan publik sphere, seperti Koperasi, malah menjadi representasi kooptasi

globalisasi dan neoliberalisme dan secara tidak sadar mematikan dirinya sendiri secara perlahan-

lahan. Istilah ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi, misalnya dijelaskan Mubyarto (2002)

bukanlah kooptasi dan pengkerdilan usaha mayoritas rakyat Indonesia, tetapi merupakan kegiatan

produksi dan konsumsi yang dilakukan oleh semua warga masyarakat dan untuk warga masyarakat,

sedangkan pengelolaannya dibawah pimpinan dan pengawasan anggota masyarakat.

Secara khusus kelemahan koperasi di pedesaan antara lain:

1) pada penentuan kepengurusan dan manajemen koperasi masih dipengaruhi oleh rasa tenggang

rasa sesama masyarakat bukan didasarkan pada kualitas kepemimpinan dan kewirausahaan;

2) budaya manajemen masih bersifat feodalistik paternalistik (pengawasan belum berfungsi). Ini

disebabkan karena terbatasnya kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki (khususnya untuk level

manajemen). Masih lemahnya jiwa kewirausahaan dan rendahnya tingkat pendidikan pengurus;

3) anggota koperasi di pedesaan pada umumnya sangat heterogen, baik dari sisi budaya,

pendidikan, maupun lingkungan sosial ekonominya;

Page 7: Permasalahan Koperasi Berbasis Agribisnis

4) usaha yang dilakukan tidak fokus, sehingga tingkat profitabilitas koperasi masih rendah.

Akibatnya pengembangan aset koperasi sangat lambat dan koperasi sulit untuk berkembang;

5) masih rendahnya kualitas pelayanan koperasi terhadap anggota maupun non anggota. Ini

berakibat rendahnya partisipasi anggota terhadap usaha koperasi;

6) masih lemahnya sistem informasi di tingkat koperasi, terutama informasi harga terhadap

komoditas pertanian sehingga akses pasar produk pertanian dan produklainnya masih relatif sempit;

7) belum berperannya koperasi sebagai penyalur sarana produksi pertanian di pedesaan dan

sebagai penampung hasil produksi pertanian.

IV. PERKOPERASIAN DI PROVINSI RIAU

Berdasarkan informasi dan data yang ada pada Dinas Koperasi Propinsi Riau,

rataan umur koperasi sekitar 10,2 tahun dengan rentangan 5,21 tahun sampai

16,4 tahun. Apabila dibandingkan dengan perusahaan bisnis lainnya, maka koperasi

di Propinsi Riau cukup matang dalam perkembangannya dan tentu akan memperlihatkan dampak

terhadap kesejahteraan anggotanya. Secara sinerji kemajuan koperasi itu seharusnya sudah

memperlihatkan kontribusinya terhadap pertumbuhan perekonomian terutama di daerah pedesaan.

Page 8: Permasalahan Koperasi Berbasis Agribisnis

Hal ini disebebakan sebagian besar koperasi itu berada di daerah pedesaan, khususnya di daerah-

daerah sentra produksi pertanian.

Guna memacu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kerakyatan

di masa datang, maka pemerintah Daerah Riau melalui Dinas Koperasi dan

UKM memetapkan arah kebijakan pembangunan bidang Koperasi dan UKM

(Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Riau, 2007), antara lain: Mengembangkan

koperasi dan usaha kecil-menengah melalui pembinaan pengembangan koperasi

dan UKM secara umum dalam pelaksanaan ekonomi kerakyatan guna

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan serta kegiatan-kegiatan produktif yang

mempunyai nilai tambah; Meningkatkan dan mengembangkan ekonomi produktif

dan efisien dalam bentuk koperasi dan UKM melalui perluasan wawasan pengetahuan, organisasi,

manajemen usaha, dan pengalaman untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada anggota

masyarakat sehingga dapat meningkatkan keyakinan masyarakat dan dunia usaha lainnya untuk

menanamkan investasi pada koperasi dan UKM

Dinas Koperasi dan Usaha kecil Menengah (UKM) Provinsi Riau mencatat, dari 4.865 unit koperasi

yang ada di Riau, sekitar 30 persen di antaranya kini berlabel tak aktif. Masih banyaknya koperasi di

Riau yang tidak aktif harus segera dicari jalan keluarnya. Untuk itu harus diberikan pembinaan dan

pelatihan agar mendorong yang tidak aktif kembali aktif lagi,” ujar Wakil Gubernur Riau, Mambang

Mit, saat membuka acara Sosialisasi dan Pembinaan Perkoperasian Bagi Camat se-Riau di Pekanbaru,

Selasa (29/11/2011).

koperasi di Riau jika diberdayakan punya potensi besar. Dia mencontohkan beberapa koperasi besar

di Riau yang mampu memberikan kesejahteraan kepaa para anggotanya. Yakni KUD Sawit Jaya di

Kampar yang punya aset Rp 20 milar dengan opmzet mencapai Rp 131 miliar. KUD Tani Bahagia di

Page 9: Permasalahan Koperasi Berbasis Agribisnis

Indragiri Hulu asetnya Rp 19 miliar dengan omzet Rp 60 miliar. Dan KUD Langgeng di Kuantana

Singingi yang asetnya tembus Rp 215 miliar dengan omzet mencapai Rp 261 miliar.

“Sekarang saja jumlah anggota koperasi mencapai 600 ribu orang. Artinya sekitar 10 persen

penduduk di Riau merupakan anggota koperasi. Jika ini diberdayakan maka bisa menimbulkan efek

yang besar utamanya dalam mengentaskan kemiskinan dan mengurangi angka pengangguran di

Riau,” kata Mambang.

Sementara Deputi Bidang Penguatan Kelembagaan Kementerian Kopetasi dan UKM RI, Untung Tri

Basuki, menilai selain lemahnya SDM dalam menjalankan koperasi, sulitnya menembus akses pasar

jadi masalah utama koperasi di Indonesia.

“Selain itu soal pembiayaan juga jadi masalah utama. Memang ini persoalan klasik yang dari dulu

masih terjadi, maka harus dicarikan solusinya secara kontinyu lewat program pembinaan yang

berkelanjutan dan menjalin kemitraan dengan lembaga pembiayaan,” ungkapnya.

Untuk menutupi lemahnya akses pembiayaan, Untung berharap, dukungan perbankan kepada dunia

koperasi lewat pinjaman lunak dan proses yang mudah. Pasalnya, selama ini koperasi masih banyak

yang kesulitan menembus akses perbankan karena terbentur syarat yang ketat dari bank.

“Secara nasional ada sekitar 53 juta orang yang tergabung dalam kopperasi, jumlah yang cukup

besar jika diberdayakan tentunya punya multiplier effect yang besar. Untuk itu kita harap dukungan

perbankan memberi kemudahan bagi koperasi mendapat akses pembiayaan dan memperbaiki

manajerialnya,” jelasnya.

Kepala Dinas Koperasi&UKM Provinsi Riau, Raja Indra Bangsawan, mengungkapkan acara sosialisasi

dan pembinaan koperasi bagi camat se-Riau sebagai bentuk pembinaan untuk mendorong

masyarakat daerah sadar akan pentingnya koperasi. Sekitar 157 camat ikut pembekalan

perkoperasian tersebut.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Page 10: Permasalahan Koperasi Berbasis Agribisnis

Konsep kemandirian, kompetensi inti kekeluargaan dan sinergi produktif-intermediasi-retail

merupakan substansi pengembangan koperasi sesuai realitas masyarakat Indonesia yang unik.

Meskipun perkembangannya saat ini banyak tereduksi intervensi kebijakan dan subordinasi usaha

besar. Diperlukan kebijakan, regulasi, supporting movement (bukannyaintervention movement), dan

strategic positioning (bukannya sub-ordinat positioning) berkenaan menumbuhkan kembali konsep

kemandirian, kekeluargaan dan sinergi produktif-intermediasi-retail yang komprehensif. Paling

penting adalah menyeimbangkan kepentingan pemberdayaan ekononomi koperasi berbasis pada

sinergi produktif-intermediasi-retail sesuai Ekonomi Natural model Hatta. Sinergi produktif-

intermediasi-retail harus dijalankan dalam koridor kompetensi inti kekeluargaan. Artinya,

pengembangan keunggulan perusahaan berkenaan inovasi teknologi dan produk harus dilandasi

pada prinsip kekeluargaan. Individualitas anggota koperasi diperlukan tetapi, soliditas organisasi

hanya bisa dijalankan ketika interaksi kekeluargaan dikedepankan.

Dengan berlakunya otonomi daerah, dunia usaha khususnya koperasi di daerah akan menghadapi

suatu perubahan besar yang sangat berpengaruh terhadap iklim berusaha atau persaingan di

daerah. Oleh sebab itu, setiap pelaku bisnis di daerah dituntut dapat beradaptasi menghadapi

perubahan tersebut. Dalam pembangunan koperasi untuk percepatan ekonomi daerah, sangat

perlu adanya kemitraan. Kemitraan yang dimaksud adalah dalam bentuk partisipasi dari semua

unsur yang terkait untuk pengembangan koperasi. Pembangunan koperasi didasari oleh adanya

potensi di daerah yang dapat 13mendukung berjalannya koperasi, antara lain: masyarakat,

pengusaha (kecil dan menengah), industri rumah tangga, dan untuk daerah pedesaan adanya

masyarakat petani.

Alternatif pemberdayaan koperasi di daerah adalah melalui konsep

mekanisme kerjasama atau keterkaitan dengan perusahaan besar dalam

bentuk kemitraan usaha. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk mempersempit

kesenjangan yang terjadi antara usaha kecil menengah yang sebagian besar

Page 11: Permasalahan Koperasi Berbasis Agribisnis

memayungi masyarakat miskin dengan BUMN dan BUMS. Dalam pembangunan koperasi untuk

percepatan ekonomi daerah, sangat perlu adanya kemitraan. Kemitraan yang dimaksud adalah

dalam bentuk partisipasi dari semua unsur yang terkait untuk pengembangan koperasi.

Pembangunan koperasi didasari oleh adanya potensi di daerah yang dapat mendukung berjalannya

koperasi, antara lain: masyarakat, pengusaha (kecil dan menengah), industri rumah tangga, dan

untuk daerah pedesaan adanya masyarakat petani.

5.1. Kesimpulan

1. Identifikasi tersebut belum mewakili seluruh kondisi pelaksanaan pengendalian anggota pada

koperasi. Namun demikian, tidak dipungkiri pengendalian anggota ini merupakan kondisi ideal yang

diperlukan untuk mendukung pengembangan koperasi.

2. Pengendalian anggota pada koperasi, tetap dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

menyusun kebijakan pembangunan koperasi. Disadari hasil kajian ini kurang memadai untuk

menyusun suatu kebijakan, dan juga tidak lepas dari berbagai kekurangan. Tetapi sumbangsih yang

kecil ini diharapkan dapat bermanfaat untuk hal-hal besar.

3. Pengendalian anggota pada koperasi melalui rapat anggota dapat terlaksana dengan baik,

apabila setiap anggota menyimak dengan baik materi laporan pengurus. Namun dalam

kenyataannya pelaksanaan rapat anggota belum mengindikasikan pengendalian anggota terhadap

koperasi, kehadiran anggota pada umumnya hanya sekedar memenuhi qorum agar rapat anggota

dapat dilakukan.

Page 12: Permasalahan Koperasi Berbasis Agribisnis

5.2 Saran

1. Perangkat organisasi koperasi yaitu rapat anggota, pengurus, pengawas, manajer, dan karyawan

memiliki tugas untuk mengembangkan koperasi. Oleh sebab itu18 disarankan agar ditumbuhkan

kerjasama yang baik dan harmonis agar hubungan timbal balik antara ketiga unsur dapat

menumbuhkan sinergi yang efektif.

2. Anggota sebagai pemilik harus terlibat secara aktif dalam perumusan tujuan koperasi, agar yang

ditetapkan jelas, rasional, managable, dan terukur, serta mampu mengawasi jalannya koperasi

dengan megacu pada koridor nilai, norma, dan prinsip koperasi, serta selalu mengutamakan

kepentingan anggota. Program dan kegiatan yang ditetapkan juga harus sesuai dengan keinginan

dan kebutuhan anggota. Dilain pihak anggota sebagai pengguna diharapkan berpartisipasi aktif

dalam segala kegiatan usaha koperasi.

3. Pengelola koperasi dalam melaksanakan operasional koperasi harus terarah dan terinci, agar

pelaksanaan kegiatan koperasi dapat dipertanggungjawabkan dengan baik kepada anggota.

Demikian juga pengurus dan pengawas harus menjalankan manajemen koperasi, program kerja, dan

tugas-tugas yang diemban dengan baik sesuai dengan keinginan anggota.

Page 13: Permasalahan Koperasi Berbasis Agribisnis

DAFTAR PUSTAKA

Basri. Y.Z., 2003, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, dalam

Usahawan Indonesia No 03/TH.XXXII Maret 2003, Lembaga Manajemen

FE-UI, Jakarta: halaman 49-55.

Page 14: Permasalahan Koperasi Berbasis Agribisnis

Basri M, 2007., Desa dan Kemiskinannya,

http://www.kompas.com/kompascetak/0703/30/Jabar/11719. htm,

Capra, Fritjof. 2003. The Hidden Connections: A Science for Sustainable Living. Flamingo.

Dekopin. 2006. Program Aksi Dekopin. Jakarta.

Mubyarto. 2002. Ekonomi Kerakyatan dalam era globalisasi. Jurnal Ekonomi Rakyat. Tahun I No. 7.

September.

Mubyarto. 2003.Dari Ilmu Berkompetisi ke Ilmu Berkoperasi. Jurnal Ekonomi Rakyat. Th. II. No. 4.

Juli.

Anonymus, (2007). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 25 Tahun 1992, Tentang

Perkoperasian. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Mengah R.I. Jakarta

-------------, (1995). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 9 Tahun 1995, Tentang Usaha Kecil.

Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil,. Ditjen Pembinaan

Koperasi Perkotaan. Jakarta.