perlindungan hukum terhadap pihak...

110
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISOR DALAM BISNIS WARALABA D'BESTO CHICKEN & BURGER PUSAT Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: Salma Nadiyah NIM: 11150490000039 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2019 M

Upload: others

Post on 20-Feb-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISOR

DALAM BISNIS WARALABA D'BESTO

CHICKEN & BURGER PUSAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Salma Nadiyah

NIM: 11150490000039

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H / 2019 M

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise
Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise
Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise
Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

ABSTRAK

Salma Nadiyah. Nim 11150490000039. PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP PIHAK FRANCHISOR DALAM BISNIS WARALABA

D'BESTO CHICKEN & BURGER PUSAT. Program Studi Hukum

Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui jenis sistem bisnis yang

digunakan d’BestO chicken & burger, mengetahui jenis syirkah yang

digunakan pada bisnis d’BestO dan untuk mengetahui perlindungan

hukum terhadap pihak d’BestO jika pihak franchisee melakukan

wanprestasi, serta pola penyelesaian sengketa jika terjadi wanprestasi.

Jenis penelitian pada penelitian skripsi ini menggunakan penelitian

deskriptif kualitatif yaitu penulis melakukan pengamatan dan menganalisis

secara langsung data yang diperoleh dari lapangan, baik data berupa

tulisan ataupun lisan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

penelitian yuridis empiris.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan bisnis

d’BestO chicken & burger sudah pernah terjadi wanprestasi yang

dilakukan oleh pihak franchisee. Hal ini disebabkan bahwa pihak

franchisee membuka resto lain pada saat sedang bekerja sama dengan

pihak d’BestO. Sudah jelas hal tersebut dilarang dalam perjanjian

kerjasama d’BestO chicken & burger. Jenis syirkah yang terdapat pada

bisnis d’BestO adalah syirkah inan dan syirkah abdan.

Kata Kunci: Waralaba, Syirkah, Perlindungan Hukum.

Pembimbing: Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H

Daftar Pustaka: 1988 sampai dengan 2019.

v

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

KATA PENGANTAR

الرحیم الرحمن هللا بسم

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah

memberikan rahmat, berkah dan hidayah-Nya kepada Penulis. Shalawat serta

salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.

Dengan Rahmat serta pertolongan Allah SWT, Alhamdulillah Penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap

Pihak Franchisor Dalam Bisnis Waralaba d’BestO Chicken & Burger Pusat”.

Banyak pihak yang membantu Penulis dalam menyelsaikan skripsi ini, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan Penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Para Pihak yang

telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A. selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. AM. Hasan Ali, M.A. dan Dr. Abdurrauf, Lc., M.A., selaku Ketua

Program Studi dan Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

telah memberikan arahan dan saran yang terbaik untuk Penulis.

3. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H., selaku dosen

pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan semangat, arahan,

dukungan serta meluangkan waktu untuk memberikan masukan yang

baik kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Bapak senantiasa selalu dalam lindungan Allah SWT.

4. Kepada Drh. Evalinda Amir selaku Pemilik d’BestO Pusat, Bapak

Yudi selaku Business Development, Ibu Anggita selaku Human

Capital Management (HCM), dan Ibu Rossa selaku Human Resource

Development (HRD), d’BestO Chicken & Burger yang telah

mengizinkan dan banyak membantu Penulis untuk meneliti di Kantor

Pusat d’BestO Jakarta Selatan.

vi

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

5. Kepada Orang Tuaku tersayang, Abdul Hadi Baharmi dan Syarifah

Hilda Suryanti serta adikku Salwa Shabrina Baharmi, terima kasih atas

segala dukungan dan semangat yang telah kalian berikan untukku.

6. Kepada Ami Rasyid Bakhabazy, terima kasih karena sudah

memperkenalkan Penulis dengan Drh. Evalinda Amir selaku Pemilik

d’BestO Pusat.

7. Kepada abangku Shah Reza Andiat P.N, terima kasih atas semangat

dan dukungannya selama ini.

8. Kepada teman-teman seperjuangan Hukum Ekonomi Syariah

Angkatan 2015, sahabat-sahabatku Raidah SulistyaRini, Mufrida

Zahrah, Ika Surandari, Atikah Rahmah, Hanniatus Solikhah, Cahya

Utami Aldana, Nadia Ulfa, Nabilla Gammaning Tyas, Naziha Zaidah,

yang selalu memberikan semangat untukku.

9. Serta teman-teman yang tidak bisa Penulis sebutkan satu persatu,

terima kasih atas doa-doa terbaiknya.

Jakarta, 02 September 2019

Salma Nadiyah

vii

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITA UJIAN SKRIPSI ................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix

DAFTAR SKEMA .............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................ 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

E. Kerangka Teori dan Konseptual ..................................................... 11

F. Metode Penelitian .............................................................................. 12

G. Sistematika Penulisan ....................................................................... 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BISNIS WARALABA

A. Pengertian Waralaba ..................................................................... 17

B. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Waralaba ..................................... 17

C. Unsur-Unsur Terkait Waralaba ................................................... 17

D. Perjanjian Waralaba Menurut Hukum Perdata ............................. 19

1. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian ........................................... 20

viii

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

2. Asas-Asas Hukum Dalam Perjanjian .................................. 21

E. Perjanjian Waralaba Menurut Hukum Bisnis Syariah .................. 24

1. Rukun dan Syarat Syirkah .................................................. 24

2. Macam-macam Syirkah ...................................................... 25

3. Asas-asas dalam Hukum Islam ........................................... 26

F. Kriteria, Format dan Klausul Dalam Perjanjian Waralaba ........... 28

G. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Waralaba ........ 29

H. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak

Dalam Perjanjian Bisnis Waralaba .............................................. 32

I. Wanprestasi

1. Bentuk-bentuk Wanprestasi ................................................ 34

2. Akibat-akibat Wanprestasi ................................................. 34

J. Pola Penyelesaian Sengketa Bisnis .............................................. 35

K. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ............................................ 36

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG BISNIS WARALABA

D’BESTO CHICKEN & BURGER

A. Gambaran Umum Tentang Waralaba d’BestO Chicken & Burger

1. Tentang d’BestO Chicken & Burger ..................................... 43

2. Sejarah Pendirian d’BestO Chicken & Burger...................... 43

3. Visi dan Misi d’BestO Chicken & Burger ............................ 44

4. Budaya Kerja d’BestO Chicken & Burger ........................... 45

5. Profil dan Ijin Usaha d’BestO Chicken & Burger ................ 45

B. Jenis Perjanjian Kerjasama d’BestO Chicken & Burger .............. 46

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian d’BestO Pusat

...................................................................................................... 47

D. Jenis Sengketa Yang Terjadi Pada Perjanjian d’BestO Chicken &

Burger ........................................................................................... 49

ix

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN BISNIS WARALABA D’BESTO

CHICKEN & BURGER

A. Analisis Sengketa Pada Bisnis d’BestO Chicken & Burger

1. Analisis Pelaksanaan Sistem Bisnis d’Besto Chicken &

Burger .................................................................................. 50

2. Analisis Tentang Kasus Wanprestasi Di D’BestO Chicken &

Burger .................................................................................. 67

B. Analisis Perlindungan Hukum Bagi Pihak Franchisor Bila

Terjadi Wanprestasi yang Dilakukan Oleh Pihak Franchisee

Dalam Pelaksanaan Bisnis d’BestO Chicken & Burger ............. 68

C. Analisis Pola Penyelesaian Sengketa Bila Terjadi Wanprestasi

yang dilakukan Pihak Franchisee Dalam Pelaksanaan Bisnis

d’BestO Chicken & Burger ......................................................... 70

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan ..................................................................................... 73

2. Saran ............................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara .................................................................... 80

2. Surat Keterangan Bukti Penelitian ................................................. 85

x

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jenis-Jenis Franchise .............................................................................. 1

Tabel 1.2 Daftar Usaha Waralaba ........................................................................... 2

Tabel 4.1 Perbedaan antara Kemitraan dan Swakelola ......................................... 53

DAFTAR SKEMA

Skema 1.1 Total Pertumbuhan Data Perusahaan Franchise & Businnes

Opportunity Pertahun .............................................................................................. 3

Skema 1.2 Data Nilai Investasi Di Bisnis Franchise & Businnes Opportunity ....... 3

Skema 1.3 Data Franchise & Businnes Opportunity Berdasarkan Bidang Usaha .. 3

Skema 1.4 Kerangka Teori dan Konseptual ........................................................... 11

xi

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perdagangan di Indonesia saat ini banyak didominasi oleh perdagangan

barang dan jasa. Salah satu kerjasama barang dan jasa yang menjadi trend saat

ini adalah bisnis waralaba. Maraknya perdagangan barang dan jasa dengan

sistem waralaba, karena sistem tersebut lebih menguntungkan baik pihak

pemberi waralaba (franchisor) maupun pihak penerima waralaba (franchisee).

Di dalam data waralaba di Indonesia yang dicantumkan oleh majalah

franchise terdapat beberapa jenis-jenis usaha dibidang waralaba, yaitu:1

Jenis Franchise

Franchise Makanan dan Minuman

Franchise Pendidikan

Franchise Otomotif

Franchise Travel dan Jasa Kurir

Franchise Hiburan

Franchise Kecantikan dan Kesehatan

Franchise Property

Franchise Mini Market

Franchise Laundry

Tabel 1.1 Jenis- Jenis Franchise

Usaha waralaba sebenarnya sudah lama dikenal di Eropa dengan nama

franchise. Kata franchise sebenarnya berasal dari bahasa Perancis yang

berarti bebas, atau lebih lengkapnya yaitu, bebas dari hambatan (free from

servitude). Dalam bidang bisnis, franchise berarti kebebasan yang diperoleh

seorang wirausaha untuk menjalankan sendiri suatu usaha tertentu diwilayah

tertentu.2

1Semua Tipe Franchise, Majalah Franchise Indonesia, diakses dari https://www.majalahfranchise.com/, pada tanggal 02 Desember 2018 pukul 11.00 WIB.

2 Linda Firdawati, “Perjanjian Waralaba Menurut Hukum Islam”, Jurnal ASAS, Vol. 3, No. 1 (Januari,2011), h., 40.

1

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

2

Di Indonesia transaksi bisnis berjenis waralaba mulai marak karena selain

biaya murah dan bahannya sudah disediakan. Banyak jenis waralaba yang

kini muncul di Indonesia, salah satunya seperti aneka ragam fast food

(makanan siap saji).3 Jenis-jenis waralaba yang terdapat di Indonesia, yaitu:

No. Daftar Waralaba Makanan

1. Kentucky Fried Chicken (KFC)

2. McDonalds

3. Kebab Turki Baba Rafi

4. D’Besto Chicken & Burger

5. Jco Donuts & Coffe

6. Pecel Lele Lela

7. Sabana Fried Chicken

8. Ayam Bakar Wong Solo

9. Wendy’s Burger

10. Richeese Factory

11. Roti John

12. Hoka-Hoka Bento

13. Burger King

14. California Fried Chicken (CFC)

15. BreadTalk

16. Es Teller 77

17. Soto Seger Mbok Giyem

18. Kuch2HoTahu

Tabel 1.2 Daftar Waralaba Makanan

Serta jenis usaha waralaba dibidang maknan lainnya yang terdapat di

Indonesia.

3 H. Syahrani, “Bisnis Waralaba Di Indonesia Dalam Perspektif Hukum Bisnis Syariah”, Jurnal AT-TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Vol. 3, No. 2, (Desember 2012), h., 131.

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

3

Skema 1.1 Total Pertumbuhan Data Perusahaan Franchise & Businnes

Opportunity Pertahun

Skema 1.2 Data Nilai Investasi Di Bisnis Franchise & Businnes

Opportunity

Dari data grafik tersebut, jika dikelompokan berdasarkan nilai investasi di

bisnis Franchise dan Business Opportunity (BO) di indonesia , tercatat investasi

bisnis dimulai dengan angka kurang dari 10 juta sampai dengan 100 milyar. 4

Skema 1.3 Data Franchise & Businnes Opportunity Berdasarkan Bidang Usaha

4 Media Profile Majalah Info Franchise Indonesia, Majalah Franchise Indonesia, diakses dari http://www.majalahfranchise.com/res/fiona/drive/uploads/Company%20Profile%20Majalah%20Franchise.pdf/ , pada tanggal 09 Desember 2018 pukul 16.52 WIB.

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

4

Bidang usaha food and beverages masih menjadi pemain dengan jumlah

terbanyak di bisnis Franchise dan Business Opportunity (BO) di Indonesia.

Dengan melihat data tersebut dapat dijelaskan bahwa perkembangan dan

potensi usaha waralaba di Indonesia sangat menggiurkan. Perkembangan industri

waralaba di Indonesia tidak lepas dari meningkatnya publikasi dan sosialisasi

yang dilakukan berbagai kalangan termasuk media massa, ditambah berbagai

fasilitas dan stimulasi yang diberikan pemerintah dan dunia perbankan. Kegiatan

yang berkaitan dengan usaha waralaba seperti ajang pameran adalah semakin

mengedukasi publik untuk terjun ke dunia bisnis waralaba.5

Faktor lain yang mengakibatkan meningkatnya bisnis waralaba juga

dipicu oleh cara pandang pengusaha-pengusaha lokal yang menganggap waralaba

sebagai alternatif paling cepat dalam mengembangkan usaha. Satu hal yang perlu

dicatat di sini adalah bahwa perkembangan usaha waralaba yang sangat

menggembirakan ini masih didominasi oleh pemain pemain asing. Berdasarkan

data riset yang pernah dilakukan Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), pengusaha

lokal lebih cenderung memilih franchise asing karena dinilai lebih dapat

diandalkan, terbukti telah berhasil dan berpengalaman.6

Format waralaba merupakan salah satu bentuk kerjasama bisnis yang

banyak dilirik pengusaha baik itu pengusaha pemula ataupun pengusaha yang

sudah berpengalaman. Mengingat usaha yang diwaralabakan adalah usaha-usaha

yang sudah teruji dan sukses dibidangnya, sehingga dianggap dapat menjamin

mendatangkan keuntungan. Faktor ini kemudian menjadi magnet untuk menarik

animo masyarakat secara luas. Melalui format waralaba seseorang tidak perlu

memulai usaha dari nol, karena telah ada sistem yang terpadu dalam bisnis

waralaba, yang memungkinkan seorang franchisee menjalankan usaha dengan

baik.7

5 Sudarmiatin, M.Si , “Praktik Bisnis Waralaba (Franchise) di Indonesia, Peluang Usaha dan Investasi”,(April, 2011), h., 15.

6 Sudarmiatin, M.Si , “Praktik Bisnis Waralaba (Franchise) di Indonesia, Peluang Usaha dan Investasi”,(April, 2011), h., 15.

7 Maratun Shalihah, “Konsep Syirkah Dalam Waralaba”, Jurnal Ahkam Vol. XII, No.2 (Desember, 2016), h., 143.

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

5

Pada dasarnya waralaba merupakan sebuah perjanjian mengenai metode

pendistribusian barang dan jasa kepada konsumen. Franchisor dalam jangka

waktu tertentu memberikan lisensi kepada franchisee untuk melakukan usaha

pendistribusian barang atau jasa di bawah nama identitas franchisor dalam

wilayah tertentu. Usaha tersebut harus dijalankan sesuai dengan prosedur dan cara

yang ditetapkan franchisor. Franchisor memberikan bantuan (assistance)

terhadap franchisee. Sebagai imbalannya franchisee membayar jumlah uang

berupa initial fee dan royalty.8

Suksesnya bisnis waralaba disebabkan karena waralaba ini kombinasi dari

pengetahuan dan kekuatan usaha bisnis yang sudah ada. Pihak franchisor

memberikan lisensi menggunakan suatu hak kekayaan intelektual seperti hak

cipta, merek, paten, rahasia dagang kepada pihak franchisee. Pihak franchisee

berkewajiban membayar royalty fee terhadap pihak franchisor. Penyelenggaraan

waralaba diatur dalam pasal 5 Peraturan Mentri Perdagangan Republik Indonesia

nomor 53/M-DAG/PER/8/2012.

Format usaha yang dilakukan dalam usaha waralaba bila ditinjau dari

bisnis syariah merupakan pengembangan dari bentuk Syirkah.9 Syirkah adalah

akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana

masing-masing pihak memberikan kontribusi modal dengan kesepakatan bahwa

keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.10

Terdapat dua jenis syirkah yang masing-masing memiliki ciri khasnya dalam hal

perjanjian, yaitu syirkah Al-Amlak dan syirkah Al-Uqud.

Hal-hal yang diatur di dalam hukum dan undang-undang harus ditaati oleh

para pihak di dalam perjanjian waralaba. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika

salah satu pihak di dalam perjanjian waralaba melakukan penyimpangan atau

tidak melakukan sesuatu sesuai yang telah diperjanjikan. Jika salah satu pihak

8 Budi Prasetyo, “Perspektif Hukum Islam Terhadap Bisnis Waralaba (Franchise)”, Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat Vol.4, No. 2 (April, 2007), h., 217.

9 Sutedi, Andrian, Hukum Waralaba (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h., 42. 10 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Teori dan Praktek (Jakarta: Gema

Insani Press dengan Tazkia Cendikia, 2001), h., 90.

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

6

tidak melakukan hal tersebut akan menimbulkan wanprestasi. Akibat adanya

wanprestasi ini akan menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak tersebut. Maka

pihak yang dirugikan berhak menuntut ganti rugi kepada pihak yang membuat

kerugian.

Di dalam perjanjian waralaba d’Besto chicken & burger ini juga tidak

menutup kemungkinan akan timbulnya sengketa antara para pihak dikemudian

hari. Maka dari itu para pihak, baik franchisor maupun franchisee harus

melaksanakan perjanjian yang telah dibuat, karena jika salah satu pihak tidak

melaksanakan hak dan kewajibannya maka akan timbulah suatu sengketa.

Berdasarkan penjelasan dan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk

melakukan penyusunan skripsi tentang “Perlindungan Hukum Terhadap Pihak

Franchisor Dalam Bisnis Waralaba Makanan Di D’BestO Chicken & Burger

Pusat Jakarta Selatan.” Karena pihak yang dirugikan oleh pihak yang tidak

beritikad baik wajib mendapatkan perlindungan hukum.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas, dapat di identifikasikan

beberapa masalah yang sering timbul di dalam perjanjian waralaba,

yaitu:

a. Pemutusan perjanjian waralaba secara sepihak oleh franchisor

sebelum berakhirnya kontrak.

b. Pihak franchisee tidak memenuhi prestasi sama sekali.

c. Pihak franchisee memenuhi prestasi, tetapi tidak sebagaimana

mestinya.

d. Pihak franchisee memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat pada

waktunya.

e. Pihak franchisee memenuhi prestasi, tetapi melakukan yang

dilarang dalam perjanjian.

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

7

2. Pembatasan Masalah

Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, untuk

mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis

membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembatasannya lebih

terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis. Adapun batasan

masalah terhadap penelitian ini mengenai “Perlindungan Hukum

Terhadap Pihak Franchisor dalam Bisnis Waralaba Makanan Di

d'BestO Chicken & Burger Pusat Jakarta Selatan.

3. Perumusan Masalah

a. Bagaimana perjanjian waralaba d’BestO chicken & burger Pusat

ditinjau dari hukum perdata dan hukum bisnis syariah?

b. Apakah di dalam perjanjian waralaba d’BestO chicken & burger

sudah memberikan perlindungan hukum bagi pihak franchisor?

c. Bagaimana pola penyelesaian sengketa apabila pihak franchisee

melakukan wanprestasi di dalam perjanjian waralaba d’BestO

chicken & burger?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian:

1. Menganalisis pandangan hukum perdata dan hukum bisnis

Syariah terhadap bisnis waralaba dibidang makanan.

2. Menganalisis akibat hukum yang timbul bila terjadi wanprestasi

didalam perjanjian waralaba d’BestO chicken & Burger serta pola

penyelesaian sengketa bila terjadi wanprestasi yang dilakukan

pihak franchisee.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Akademisi yaitu:

a. Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi bahan untuk

penelitian selanjutnya.

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

8

b. Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi informasi bagi

masyarakat yang ingin berbisnis dengan jenis waralaba.

2. Manfaat bagi Praktisi yaitu:

a. Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi referensi bagi

lembaga-lembaga yang terkait.

b. Dengan adanya penelitian ini menjadi referensi bagi

pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan terkait bisnis

dengan cara waralaba.

E. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini, penulis akan membahas

mengenai tinjauan teori tentang Perlindungan Hukum terhadap

Perjanjian Franchise. Penulis akan memaparkan tentang pengertian

waralaba, franchisor, franchisee. Kemudian penulis akan melanjutkan

pembahasan teori tentang perjanjian waralaba menurut hukum perdata,

asas-asas dalam perjanjian, bentuk dan akibat wanprestasi serta proses

penyelesaian sengketa dalam bisnis waralaba.

a. Teori Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi

subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif.11

Suatu perlindungan hukum memberikan pengayoman kepada

hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan

11 Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi Investor di Indonesia, (Surakarta: Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003), h.,14.

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

9

hukum tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat

menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.12

b. Teori Perjanjian

Perjanjian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

buku ke III Pasal 1313 yang berbunyi “Suatu perjanjian adalah

suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

2. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan

hubungan antara konsep-konsep khusus yang akan diteliti. 13 Istilah-

istilah yang penulis akan jelaskan yaitu:

a. Waralaba / Franchise, adalah hak khusus yang dimiliki oleh

orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis

dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau

jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan

digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.14

b. Franchisor (pemberi waralaba), adalah badan usaha atau

perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk

memanfaatkan atau menggunakan HAKI atau penemuan atau ciri

khas yang dimiliki pemberi waralaba. 15

c. Franchisee (penerima waralaba), adalah badan usaha atau

perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan

menggunakan HAKI atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki

franchisor (pemberi waralaba).16

12 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), h. 74. 13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986),

h.,133. 14 Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah – Republik Indonesia, tentang

Waralaba. 15 Rizal Calvary Marimbo, Rasakan Dahsyatnya Usaha Franchise (Jakarta: PT

Else Media Komputindo,2007) h., 5. 16 Rizal Calvary Marimbo, Rasakan Dahsyatnya Usaha Franchise (Jakarta: PT

Else Media Komputindo,2007) h., 5.

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

10

d. Perjanjian waralaba, adalah perjanjian tertulis antara franchisor

dengan franchisee. Perjanjian tersebut merupakan dokumen

pemberi franchise karena dipersiapkan oleh pemberi franchise dan

mencantumkan apa yang diinginkan pemberi franchise.17

e. Syirkah, adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal

permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu

dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati

oleh pihak-pihak yang berserikat.18

f. Kontrak innominaat, adalah kontrak-kontrak yang timbul,

tumbuh, dan berkembang di dalam praktik kehidupan masyarakat

seperti kontrak karya, leasing, franchise, kontrak joint-venture,

kontrak production sharing, kontrak rahim (surrogated mother) dan

lainnya.19

g. Wanprestasi, menurut kamus hukum berarti kelalaian, kealpaan,

cidera janji, tidak menepati kewajibannya dalam perjanjian.20

h. Litigasi, adalah proses penyelesaian sengketa yang dibawa ke

pengadilan. Semua pihak yang bersengketa saling berhadapan satu

sama lain untuk mempertahankan hak-haknya. 21

i. Non Litigasi, adalah penyelesaian sengketa di luar pengadilan

ditempuh dengan menggunakan Alternative Dispute Resolution

(ADR).22

17 Iman Sjahputra Tunggal, Franchising: Konsep dan Kasus, (Jakarta: Harvarindo, 2005), h., 55.

18 Tim Redaksi FOKUSMEDIA, Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah, (Bandung: FOKUSMEDIA, h., 14.

19 Salim H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h., 1.

20 Subekti dan Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1996), h.,110.

21 Fitrotin Jamilah, Strategi Penyelesaian Sengketa Bisnis, (Yogyakarta: MedPress Digital, 2014), h., 109.

22Iswi Hariyani, dkk, Penyelesaian Sengketa Bisnis, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2018), h., 2.

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

11

Skema 1.4 Kerangka Teori dan Konseptual

Franchisor Perjanjian Franchise

Hak dan Kewaiban Franchisee

(Keputusan Mentri Perindustrian dan

Perdagangan No. 259/MPP/Kep/1997)

Hak dan Kewaiban Franchisor

(Keputusan Mentri Perindustrian dan

Perdagangan No. 259/MPP/Kep/1997)

Persoalan yang sering timbul dalam perjanjian waralaba

1. Pihak franchisee tidak memenuhi prestasi sama

sekali

2. Pihak franchisee memenuhi prestasi, tetapi

tidak sebagaimana mestinya

3. Pihak franchisee memenuhi prestasi, tetapi

tidak tepat pada waktunya.

4. Pihak franchisee memenuhi prestasi, tetapi

melakukan yang dilarang dalam perjanjian.

Akibat Hukum Bila Terjadi Cidera Janji

Wanprestasi

Penyelesaian sengketa

Non Litigasi

Waralaba Syirkah / Musyarakah

(UU NO.42 Tahun 2007) (Fatwa DSN-MUI No. 8 Tahun 2000)

Franchisee

Litigasi

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

12

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang mendasarkan data-data penelitiannya

pada data-data kualitatif. Penelitian kualitatif dapat menghasilkan

informasi yang deskriptif yaitu memberikan gambaran menyeluruh dan

jelas terhadap situasi sosial yang diteliti.23 Penelitian kualitatif

merupakan proses penyusunan, mengkategorisasikan data kualitatif,

mencari pola atau tema, dengan maksud memahami maknanya.

Data kualitatif terdiri atas kata-kata yang tidak diolah menjadi

angka-angka, artinya laporan-laporan itu perlu dirangkum, dipilih hal-

hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, disusun lebih

sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan.24 Jika menggunakan

analisis kualitatif, maka data yang telah terkumpul harus dipisah-

pisahkan menurut kategori masing-masing dan kemudian ditafsirkan

dalam usaha mencari jawaban masalah penelitian.25

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan yuridis empiris, yaitu cara yang dipergunakan untuk

memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih

dahulu kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap

data primer di lapangan26

Yuridis empiris adalah suatu penelitian yang dilakukan terhadap

keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di masyarakat

23 Prof. Dr. sugianto, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.,21.

24 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1992), h., 142.

25 Burhan Ashsofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h.124

26 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1982), h., 52.

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

13

dengan maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta-fakta dan data

yang dibutuhkan, setelah data yang dibutuhkan terkumpul kemudian

menuju pada identifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada

penyelesaian masalah.27

3. Sumber Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder,

yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

masyarakat atau lapangan. Data primer ini diperoleh melalui:28

1) Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara

sistematik gejala-gejala yang akan diselidiki.29 Observasi

dilakukan di Kantor Pusat d’BestO Jakarta Selatan.

2) Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan

cara tanya jawab dengan pihak-pihak yang berkepentingan

dengan masalah yang diteliti. Wawancara ini sebagai

pelengkap dalam penelitian. Wawancara dilakukan kepada

Bapak Yudi selaku Business Development dan Ibu Anggita

selaku Human Capital Management (HCM) di kantor

pusat d’BestO Jakarta Selatan, yang bertujuan untuk

mendapatkan informasi terkait bisnis waralaba yang

mereka jalankan.

27 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), h., 16.

28 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h., 46.

29 Supardi, Metodologi Penelitian, (Mataram: Yayasan Cerdas Press, 2006), h.,91.

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

14

b. Data Sekunder

Pengumpulan dilakukan dengan cara mengumpulkan dan

meneliti peraturan perundang-undangan, buku-buku, dan bahan

bacaan lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data

sekunder di bidang hukum yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1) Bahan-bahan hukum primer, yaitu:

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

b) Fatwa DSN-MUI

c) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42

tahun 2007 tentang Waralaba.

e) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Ketentuan dan Tata

Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha

Waralaba.

f) Keputusan Mentri Perindustrian dan Perdagangan

No. 259/MPP/Kep/1997.

g) Peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan diteliti.

2) Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu:

a) Buku-buku tentang perjanjian.

b) Buku-buku tentang waralaba.

c) Buku-buku tentang syirkah

d) Buku-buku tentang wanprestasi.

e) Jurnal-jurnal dan literature yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan diteliti.

f) Media internet.

3) Bahan-bahan hukum tersier, yaitu:

a) Kamus Hukum.

b) Kamus Besar Bahasa Indonesia

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

15

4. Teknik Analisis dan Pengelolaan Data

Setelah data yang diperoleh sudah terkumpul langkah selanjutnya

adalah menganalisis data tersebut sehingga diperoleh satu kesimpulan

akhir.30 Dalam hal ini penulis berusaha mengumpulkan data lalu

menganalisisnya dari ketentuan-ketentuan umum yang ada di dalam

Hukum Perdata, Hukum Islam, serta peraturan dan perundang-

undangan yang berkaitan dengan waralaba dan syirkah.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi Latar Belakang, Identifikasi

Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan

(Review) Kajian Terdahulu, Kerangka Penelitian,

Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II :TINJAUAN UMUM TENTANG BISNIS

WARALABA

Bab ini berisi tentang pengertian waralaba,

pihak-pihak dalam perjanjian waralaba, unsur-

unsur terkait waralaba, perjanjian waralaba

menurut hukum perdata, perjanjian waralaba

menurut hukum islam, kriteria, format, serta

klausul dalam perjanjian waralaba, hak dan

kewajiban Para Pihak dalam perjanjian waralaba,

tinjauan umum tentang perlindungan hukum

dalam perjanjian waralaba,

30 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), h. 36-37.

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

16

BAB III :TINJAUAN UMUM TENTANG BISNIS

WARALABA D’BESTO CHICKEN &

BURGER PUSAT

Bab ini berisi tentang gambaran umum tentang

waralaba d’BestO chicken & burger, jenis

perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger,

hak dan kewajiban Para Pihak dalam perjanjian

pengelolaan d’BestO chicken & burger, serta

jenis sengketa yang terjadi di d’BestO chicken &

burger.

BAB IV :ANALISIS PELAKSANAAN BENTUK

PERJANJIAN KERJASAMA D’BESTO

CHICKEN & BURGER PUSAT

Bab ini berisi tentang hasil dan analisis penulis,

yaitu terkait analisis sengketa pada bisnis

d’BestO chicken & burger, perlindungan hukum

terhadap pihak franchisor bila pihak franchisee

melakukan wanprestasi dalam pelaksanaan

perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger,

serta pola penyelesaian sengketa bila terjadi

wanprestasi yang dilakukan pihak franchisee

dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama

d’BestO chicken & burger.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari

hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh

penulis.

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG BISNIS WARALABA

A. Pengertian Waralaba

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.42 tahun 2007 tentang

waralaba, waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang

perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas

usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti

berhasil dan dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh pihak lain

berdasarkan perjanjian waralaba.1

B. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Waralaba

Franchisor (pemberi waralaba) adalah orang perseorangan atau

badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau

menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada franchisee (penerima

waralaba).

Franchisee (penerima waralaba) adalah orang perseorangan atau

badan usaha yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau

menggunakan waralaba yang dimiliki franchisor (pemberi waralaba).2

C. Unsur-Unsur Terkait Waralaba

Menurut International Association, franchise atau waralaba pada

hakikatnya memiliki tiga unsur, yaitu:3

1. Merek

Dalam setiap perjanjian waralaba, franchisor selaku

pemilik dari sistem waralabanya memberikan lisensi kepada

franchisee

1 Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba.

2 Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba.

3 Rizal Calvary Marimbo, Rasakan Dahsyatnya Usaha Franchise, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2004), h., 6.

17

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

18

untuk dapat menggunakan merek dagang/jasa dan logo yang

dimiliki oleh franchisor.4

2. Sistem bisnis

Keberhasilan dari suatu organisasi waralaba bergantung

pada penerapan sistem bisnis yang sama antara franchisor dan

franchisee. Sistem bisnis tersebut berupa pedoman yang

mencakup:5

a. Standardisasi produk.

b. Metode untuk mempersiapkan atau mengolah produk

atau makanan, atau metode jasa.

c. Standar rupa dari fasilitas binsis.

d. Standar periklnanan.

e. Sistem reservasi.

f. Sistem akuntansi.

g. Kontrol persediaan.

h. Kebijakan dagang.

i. Dan lain-lain

3. Biaya

Dalam setiap format bisnis waralaba, franchisor baik secara

langsung atau tidak langsung menarik pembayaran dari

franchisee atas penggunaan merek dan partisipasi dalam sistem

waralaba yang dijalankan. Biaya biasanya (tidak semua) terdiri

atas:6

a. Biaya awal.

b. Biaya royalty.

c. Biaya jasa.

4 Rizal Calvary Marimbo, Rasakan Dahsyatnya Usaha Franchise, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2004), h., 7.

5 Rizal Calvary Marimbo, Rasakan Dahsyatnya Usaha Franchise, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2004), h., 7.

6 Rizal Calvary Marimbo, Rasakan Dahsyatnya Usaha Franchise, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2004), h., 8.

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

19

d. Biaya lisensi.

e. Biaya pemasaran bersama.

f. Biaya lainnya jufa berupa biaya atas jasa yang diberikan

kepada franchisee, seperti biaya manajemen.

D. Perjanjian Waralaba Menurut Hukum Perdata

Perdagangan dengan menggunakan konsep waralaba dibangun atas

dasar perjanjian, yaitu perjanjian antara franchisor sebagai pemberi hak

dan franchisee sebagai penerima hak. Perjanjian diatur dalam KUH

Perdata buku ke III Pasal 1313 yang berbunyi “Suatu perjanjian adalah

suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang lain atau lebih”.

Perjanjian waralaba merupakan perjanjian tertulis antara pihak

franchisor dengan pihak franchisee. Perjanjian tersebut merupakan

dokumen pemberi waralaba karena dipersiapkan oleh pemberi waralaba

dan mencantumkan apa yang diinginkan pemberi waralaba.7 Perjanjian

waralaba termaksud kedalam perjanjian innominaat yang telah diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007. Kontrak innominaat

adalah kontrak-kontrak yang timbul, tumbuh, dan berkembang di dalam

praktik kehidupan masyarakat seperti kontrak karya, leasing, franchise,

kontrak joint-venture, kontrak production sharing, kontrak rahim

(surrogated mother) dan lainnya.8

Dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 12/M-

DAG/PER/3/2006 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Penerbitan Surat

Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba, dijelaskan pengertian perjanjian

waralaba, yaitu:

Pasal 1 ayat (6): ”Perjanjian waralaba adalah perjanjian secara

tertulis antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba utama”.

7 Iman Sjahputra Tunggal, Franchising: Konsep dan Kasus, (Jakarta: Harvarindo, 2005), h., 55.

8 Salim H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h., 1.

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

20

Pasal 1 ayat (7): ”Perjanjian waralaba lanjutan adalah perjanjian

secara tertulis antara penerima waralaba utama dengan penerima

waralaba lanjutan”.

Dapat dirumuskan bahwa, perjanjian waralaba dalam Peraturan

Menteri Perdagangan tersebut menegaskan bahwa pemberian waralaba

dapat dilakukan dengan pemberian hak lebih lanjut kepada franchisee

utama untuk mewaralabakannya kembali kepada franchisee lanjutan.

Dalam prekteknya lebih dikenal dengan istilah Master Franchisee, dan

kesepakatan pemberian waralabanya dibuat dalam Master Franchise

Agreement.

Pada umumnya perjanjian waralaba berlaku sampai 5 tahun, tetapi

tidak menutup kemungkinan perjanjian tersebut akan diperpanjang. Dalam

prakteknya, pihak franchisor dapat membatalkan perjanjian waralaba lebih

awal jika pihak franchisee tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai

yang tercantum didalam perjanjian waralaba yang sudah mereka sepakati.

1. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian

Syarat sahnya perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata.

Pasal 1320 KUH Perdata menentukan empat syarat sahnya perjanjian,

yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikat dirinya.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

c. Suatu hal tertentu.

d. Suatu sebab yang halal.

Syarat nomor satu dan nomor dua merupakan “syarat subjektif”,

sedangkan syarat nomor tiga dan nomor empat merupakan “syarat

objektif”. Dari keempat syarat sah suatu perjanjian tersebut, apabila tidak

terpenuhinya syarat subjektif maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan.

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

21

Sedangkan bila syarat objektif tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut

batal demi hukum.9

2. Asas-asas dalam Perjanjian

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang

memberikan kebebasan pada para pihak. Di dalam asas ini

orang bebas dengan siapa saja ia akan mengadakan perjanjian,

bebas tentang apa yang diperjanjikan dan bebas untuk

menentukan syarat-syarat dalam perjanjian tersebut.10 Ruang

lingkup asas kebebasan berkontrak yaitu:11

1) Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat suatu

perjanjian.

2) Kebebasan untuk memilih dengan siapa ia akan

membuat suatu perjanjian.

3) Kebebasan untuk memilih kausa dari suatu perjanjian

yang akan dibuatnya.

4) Kebebasan untuk menentukan objek dalam suatu

perjanjian.

5) Kebebasan untuk menentukan bentuk dari suatu

perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

6) Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi

ketentuan Undang-undang yang bersifat opsional.

b. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan sesuai Pasal 1320

ayat (1) KUH Perdata. Bahwa salah satu syarat sahnya

9 Faturrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013, Cet.2), h., 40.

10 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h.,31.

11 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993), h., 47.

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

22

perjanjian adalah kesepakatan kedua belah pihak. Asas

konsensualisme ini menyatakan bahwa perjanjian pada

umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan

adanya kesepakatan antara kedua belah pihak.12Asas

konsensualisme ini mempunyai hubungan yang cukup erat

dengan asas kebebasan berkontrak yang terdapat dipasal 1338

ayat (1).13

c. Asas Pacta Sunt Servanda

Asas pacta sunt servanda disebut juga dengan asas

kepastian hukum. Asas ini berhubungan dengan akibat dari

suatu perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas

bahwa pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang

telah dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya suatu

undang-undang.14 Para pihak tidak boleh melakukan

intervensi terhadap substansi kontrak yang sudah mereka buat.

Asas ini dapat disimpulkan sesuai pasal 1338 ayat (1) KUH

Perdata, yang berbunyi: “Perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang.”

d. Asas Itikad Baik

Asas itikad baik dapat disimpulkan sesuai Pasal 1338 ayat

(3) KUH Perdata. Pasal tersebut berbunyi: “Perjanjian harus

dilaksanakan dengan itikad baik”. Maksudnya yaitu perjanjian

tersebu dilaksanakan menurut kepatutan dan keadilan. Asas

itikad baik merupakan asas bahwa para pihak harus

melaksanakan substansi kontrak berdasarkan keyakinan dan

12 Salim H.S., Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h., 10.

13 Mariam Darus Badrulzaman dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), h., 37.

14 Salim H.S., Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h., 10.

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

23

kepercayaan antara para pihak. 15 Terdapat dua macam itikad

baik, yaitu:16

1) Itikad baik pada waktu mulai berlakunya suatu hubungan

hukum. Itikad baik di sini berupa anggapan seseorang

bahwa syarat-syarat yang diperlukan telah terpenuhi.

Dalam konteks ini hukum memberikan perlindungan

kepada pihak yang beritikad baik, sedangkan pihak yang

beritikad tidak baik harus menanggung resiko dan harus

bertanggung jawab atas perbuatannya, itikad baik disini

bersifat subjektif dan statis.

2) Itikad baik pada waktu pelaksanaan hak-hak dan

kewajiban-kewajiban yang tertulis dalam hubungan

hukum. Itikad baik ini terletak pada suatu tindakan yang

akan dilakukan oleh kedua belah pihak. Pengertian itikad

baik ini diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) BW, dan

bersifat objektif dan dinamis, mengikuti situasi disekitar

perbuatan hukum tersebut.

e. Asas Kepribadian (Personalitas)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa

seseorang akan membuat kontrak dan melakukannya hanya

untuk kepentingan perseorangan.17 Hal ini diatur dalam pasal

1315 dan pasal 1340 KUH Perdata.

Pasal 1315 KUH Perdata berbunyi: “Pada umumnya

seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian

selain untuk dirinya sendiri”. Maksudnya adalah seseorang

15 Salim H.S., Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h., 11.

16 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perdata, (Bandung: Sumur, 1992), h.,56-62.

17 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perdata, (Bandung: Sumur, 1992), h.,56-62.

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

24

yang mengadakan perjanjian itu hanya untuk kepentingannya

sendiri.

Pasal 1340 KUH Perdata berbunyi: “Perjanjian hanya

berlaku antara pihak yang membuatnya”. Maksudnya adalah

bahwa suatu perjanjian hanya berlaku bagi para pihak yang

telah membuatnya namun ketentuan itu ada pengecualiannya.

Dalam pasal 1317 KUH Perdata mengatur tentang

perjanjian untuk pihak ketiga, sedangkan pasal 1318 KUH

Perdata mengatur tentang ruang lingkupnya yaitu dirinya

sendiri, ahli warisnya, dan orang-orang yang memperoleh hak

dari padanya.

E. Perjanjian Waralaba Menurut Hukum Islam

Perjanjian waralaba merupakan pengembangan dari bentuk

kerjasama syirkah. Syirkah atau Musyarakah menurut istilah adalah

keikutsertaan dua orang atau lebih dalam suatu usaha tertentu dengan

sejumlah modal yang ditetapkan berdasarkan perjanjian untuk bersama-

sama menjalankan suatu usaha dan pembagian keuntungan atau kerugian

sesuai dengan bagian yang telah ditentukan.18

Menurut kompilasi hukum ekonomi syari’ah, syirkah adalah

kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan,

keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian

keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati oleh pihak-pihak yang

berserikat.19

1. Rukun dan Syarat Syirkah

a. Rukun Syirkah

Adapun yang menjadi rukun syirkah menurut ketentuan

syariat islam, yaitu:

1) Sighat (Ijab dan Qabul)

18 Ismail, Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), h., 151.

19Tim Redaksi FOKUSMEDIA, Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah, (Bandung: FOKUSMEDIA, 2008), h., 14.

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

25

2) Pihak-pihak yang mengadakan serikat

3) Objek akad

b. Syarat Syirkah

Adapun yang menjadi syarat syirkah, yaitu:20

1) Sighat atau ijab dan qabul harus diungkapkan secara

tegas dan menunjukkan tujuan akad yang jelas.

2) Mitra syirkah harus berkompeten dalam menjalankan

amanat.

3) Keuntungan bisa berbentuk persentase atau nisbah.

4) Penentuan pembagian keuntungan tidak boleh dalam

jumlah nominal, karena bertentangan dengan subtansi

syirkah.

2. Macam-Macam Syirkah

Di dalam hukum islam terdapat beberapa macam-macam syirkah,

yang masing-masing memiliki ciri khasnya dalam hal perjanjian. Para

ulama fiqih membagi syirkah menjadi dua bentuk, yaitu:

a. Syirkah al- Amlak (perserikatan dalam kepemilikan)

Syirkah al- Amlak adalah persekutuan kepemilikan dua

orang atau lebih terhadap suatu barang tanpa di dahului oleh

transaksi syirkah.21

b. Syirkah al- Uqud (Syirkah kontrak atau kesepakatan)

Syirkah al- Uqud adalah kesepakatan dua orang atau lebih

untuk bekerja sama dalam syarikat modal untuk usaha,

keuntungan dan kerugian ditanggung bersama.22

20 Harun, Fiqih Muamalah, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2017), h., 186.

21 Hasbiyallah, Sudah Syar’ikah Muamalahmu? Panduan Memahami Seluk-Beluk Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Salma Idea, 2014, Cet. Pertama), h., 106

22 Hasbiyallah, Sudah Syar’ikah Muamalah mu? , Panduan Memahami Seluk-Beluk Fiqih Muamalah, ( Yogyakarta : Salma Idea, Cetakan Pertama, 2014), h., 106.

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

26

3. Asas-asas Perjanjian dalam Hukum Islam

Di dalam hukum islam terdapat asas-asas dari suatu perjanjian.

Asas ini sangat berpengaruh pada status akad. Ketika asas ini tidak

terpenuhi, maka akan mengakibatkan batal atau tidak sahnya akad

yang dibuat. Asas-asas tersebut saling berkaitan. Asas-asas tersebut

yaitu: 23

a. Kebebasan (Al-Hurriyah)

Asas kebebasan merupakan prinsip dasar dalam hukum

islam dan prinsip dasar dari hukum perjanjian. Pihak-pihak

yang melakukan akad mempunyai kebebasan untuk membuat

suatu perjanjian, baik dari segi isi yang diperjanjikan,

menentukan pelaksanaan dan persyaratan-persyaratan,

melakukan perjanjian dengan siapa saja, maupun dalam bentuk

perjanjiannya tertulis ataupun lisan dan menetapkan cara

penyelesaian sengketa bila terjadi sengketa dalam perjanjian

tersebut. Konsep kebebasan (al-hurriyah) dalam KUH Perdata

disebut dengan asas kebebasan berkontrak dan asas pacta sunt

servanda.

b. Persamaan atau Kesetaraan (Al- Musawah)

Bahwa dalam asas ini kedua belah pihak yang melakukan

perjanjian mempunyai kedudukan yang sama antara satu dan

yang lain. Asas kesamaan atau kesetaraan sering dinamakan

juga asas keseimbangan para pihak dalam suatu perjanjian.

Tetapi terdapat keadaan dimana salah satu pihak memiliki

kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan pihak lainnya,

seperti hubungan pihak pemberi fasilitas (franchisor) dengan

penerima fasilitas (franchisee). Hal terpenting dalam

pelaksanaan asas ini, karena dalam perkembangannya diakui

23 Faturrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013, Cet.2), h., 15-25.

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

27

bahwa perlu ada ketentuan untuk melindungi para pihak yang

kedudukannya lebih lemah.

c. Asas Keadilan (Al’Adalah)

Asas keadilan yaitu di mana para pihak yang melakukan

suatu akad dituntut untuk berlaku benar dalam memenuhi

perjanjian yang telah mereka buat dan memenuhi semua

kewajiban yang telah mereka buat. Asas ini berkaitan erat

dengan asas kesamaan, meskipun keduanya tidak sama, dan

merupakan lawan dari kezaliman.

d. Asas Kerelaan atau Konsensualisme (Al-Ridhaiyyah)

Asas ini menyatakan bahwa segala bentuk transaksi yang

dilakukan harus atas dasar kerelaan antara para pihak dalam

hukum islam, kerelaan antara para pihak yang berakad

dianggap sebagai persyaratan bagi terwujudnya segala

transaksi. Apabila segala sesuatu tidak terpenuhi asas ini, maka

sana saja dengan memakan sesuatu dengan cara yang bathil.

e. Kejujuran dan Kebenaran (Ash-Shidiq)

Kejujuran merupakan suatu etika dalam hukum islam.

Islam dengan tegas melarang penipuan serta kebohongan dalam

bentuk apapun. Jika asas kejujuran ini tidak dijalankan, maka

akan merusak pada legalitas akad yang sudah mereka buat.

f. Kemanfaatan (Al- Manfaat)

Kemanfaatan antara lain berkaitan dengan objek akad.

Bahwa dalam akad yang dilakukan oleh para pihak bertujuan

untuk mewujudkan kemaslahatan bagi para pihak dan tidak

boleh menimbulkan kerugian.

g. Tertulis (Al- Kitabah)

Sesuai dengan QS. AL- Baqarah ayat 282-283, bahwa akad

yang dilakukan benar-benar dalam kebaikan bagi semua pihak

yang akan melakukan akad, sehingga akad itu harus dibuat

secara tertulis (kitabah).

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

28

F. Kriteria, Format, dan Klausul dalam Perjanjian Waralaba

1. Kriteria Usaha Waralaba

Menurut ketentuan Bab II tentang kriteria, Pasal 3 Peraturan

Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang waralaba, franchisor

harus memenuhi kriteria sebagai berikut:24

a. Memiliki ciri khas usaha.

b. Terbukti sudah memberikan keuntungan.

c. Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa

yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis.

d. Mudah diajarkan dan diaplikasikan.

e. Adanya dukungan yang berkesinambungan.

f. Hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar.

2. Format dalam Perjanjian Waralaba

Menurut ketentuan Bab III tentang perjanjian waralaba, Pasal 4

Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang waralaba, di

atur mengenai format dan substansi dalam perjanjian waralaba,

yaitu:25

(1) Waralaba diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis

antara pemberi waralaba dengan pemerima waralaba dengan

memperhatikan hukum Indonesia.

(2) Dalam hal perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditulis dalam bahasa asing. Perjanjian tersebut harus

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.

24 Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba.

25 Pasal 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba.

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

29

3. Klausul dalam Perjanjian Waralaba

Menurut ketentuan Bab III tentang perjanjian waralaba, Pasal 5

Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang waralaba,

Perjanjian franchise memuat klausul paling sedikit:26

a. Nama dan alamat para pihak.

b. Jenis Hak kekayaan intelektual.

c. Kegiatan usaha.

d. Hak dan kewajiban para pihak.

e. Bantuan, fasilitas, bimbingan oprasional, pelatihan dan

pemasaran yang diberikan pemberi waralaba kepada

penerima waralaba.

f. Wilayah usaha.

g. Jangka waktu perjanjian.

h. Tata cara pembayaran imbalan.

i. Kepemilikan, perubahan kepemilikan dan hak ahli waris.

j. Penyelesaian sengketa.

k. Tata cara perpanjangan, pengakhiran dan pemutusan

perjanjian.

G. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Waralaba

1. Hak Franchisor Menurut Keputusan Mentri Perindustrian

dan Perdagangan No. 259/MPP/Kep/1997 tanggal 30 juli

1997 adalah:27

a. Melakukan pengawasan jalannya waralaba.

b. Memperoleh laporan berkala atas jalannya usaha

waralaba franchisee tersebut.

c. Melaksanakan inspeksi pada usaha franchisee untuk

memastikan semua berjalan sebagaimana mestinya.

26 Pasal 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba.

27 Lukman Hakim, Info Lengkap Waralaba, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2008), h., 64.

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

30

d. Sampai batas tertentu, mewajibkan franchisee dalam hal-

hal tertentu membeli barang-barang tertentu dari

franchisor.

e. Mewajibkan franshisee merahasiakan HAKI, penemuan,

atau ciri khas usaha waralaba tersebut.

f. Mewajibkan franchisee untuk tidak melakukan kegiatan

yang sejenis, serupa atau apa saja yang bisa

menimbulkan persaingan usaha baik langsung maupun

tidak langsung dengan usaha waralaba tersebut.

g. Menerima pembayaran royalty fee.

h. Meminta dilakukannya pendaftaran atas waralaba yang

diberikan kepada franchisee.

i. Jika waralaba berakhir, franchisor berhak meminta

kepada franchisee untuk mengembalikan semua data,

informasi maupun keterangan yang diperoleh franchisee

selama masa pelaksanaan waralaba.

j. Jika waralaba berakhir, franchisor berhak melarang

kepada franchisee untuk memanfaatkan lebih lanjut

semua data, informasi maupun keterangan yang

diperoleh franchisee selama masa pelaksanaan waralaba.

k. Jika waralaba berakhir, franchisor berhak untuk

mewajibkan franchisee untuk tidak melakukan kegiatan

yang sejenis, serupa atau apa saja yang bisa

menimbulkan persaingan usaha baik langsung maupun

tidak langsung dengan usaha waralaba tersebut.

l. Pemberian waralaba, kecuali yang bersifat eksklusif,

tidak menghapuskan hak franchisor untuk tetap

memanfaatkan, menggunakan, atau melaksanakan

sendiri HAKI, penemuan, atau ciri khas waralaba

tersebut.

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

31

2. Kewajiban Franchisor menurut Keputusan Mentri

Perindustrian dan Perdagangan No.259/MPP/Kep/1997

tanggal 30 juli 1997 adalah:

a. Memberikan segala macam informasi yang berhubungan

dengan HAKI, penemuan, atau ciri khas waralaba.

b. Memberikan bantuan pada franchisee berupa pembinaan,

bimbingan, dan pelatihan kepada franchisee.

3. Hak Franchisee menurut Keputusan Mentri Perindustrian

dan Perdagangan No. 259/MPP/Kep/1997 tanggal 30 juli

1997 adalah:28

a. Memperoleh segala macam informasi yang berhubungan

dengan HAKI, penemuan, atau ciri khas waralaba.

b. Memperoleh bantuan dari franchisor atas segala macam

cara pemanfaatan dan penggunaan HAKI, penemuan, atau

ciri khas waralaba.

4. Kewajiban Franchisee menurut Keputusan Mentri

Perindustrian dan Perdagangan No. 259/MPP/Kep/1997

tanggal 30 juli 1997 adalah:

a. Melaksanakan seluruh instruksi yang diberikan oleh

franchisor kepadanya guna melaksanakan HAKI,

penemuan, atau ciri khas usaha waralaba tersebut.

b. Memberikan keleluasaan kepada franchisor untuk

melakukan pengawasan dan inspeksi berkala maupun

secara tiba-tiba guna memastikan bahwa franchisee telah

melaksanakan waralaba yang digunakan dengan baik.

c. Memberikan laporan berkala ataupun khusus atas

permintaan franchisor.

d. Sampai batas tertentu, membeli barang modal atau barang-

barang tertentu dari franchisor.

28 Lukman Hakim, Info Lengkap Waralaba, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2008), h.,6.

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

32

e. Menjaga kerahasiaan HAKI, penemuan atau ciri khas usaha

waralaba tersebut, baik selama ataupun setelah berakhirnya

masa pemberian waralaba.

f. Melaporkan segala pelanggaran HAKI, penemuan, atau ciri

khas usaha waralaba tersebut yang terjadi dalam praktik.

g. Tidak memanfaatkan HAKI, penemuan, atau ciri khas

usaha waralaba tersebut selain dengan tujuan melaksanakan

waralaba yang diberikan.

h. Melakukan pendaftaran waralaba.

i. Tidak melakukan kegiatan yang sejenis, serupa, atau apa

saja yang bisa menimbulkan persaingan usaha, baik

langsung maupun tidak langsung dengan usaha waralaba

tersebut.

j. Melakukan pembayaran royalty fee yang telah disepakati

bersama.

k. Jika waralaba berakhir, mengembalikan semua data,

informasi, maupun keterangan yang diperoleh franchisee

selama pelaksanaan waralaba.

l. Jika waralaba berakhir, tidak lagi memanfaatkan lebih

lanjut semua data, informasi, maupun keterangan yang

diperoleh franchisee selama pelaksanaan waralaba.

m. Jika waralaba berakhir, tidak lagi melakukan kegiatan yang

sejenis, serupa, atau apa saja yang bisa menimbulkan

persaingan usaha baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha waralaba tersebut.

H. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak

Dalam Perjanjian Waralaba

Bisnis franchise dibangun atas dasar perjanjian, oleh karena itu para

pihak di dalam perjanjian waralaba harus mengetahui apa saja isi

perjanjian franchise tersebut. Para pihak di dalam perjanjian waralaba

wajib mematuhi hal-hal yang telah diperjanjikan dan melaksanakan

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

33

perjanjian dengan itikad baik. Apabila ada salah satu pihak yang tidak

mematuhi dan tidak melaksanakan perjanjian dengan baik maka pihak

tersebut tidak beritikad baik. Pihak yang diperlakukan dengan tidak baik

serta mendapatkan kerugian yang disebabkan oleh salah satu pihak, maka

pihak tersebut akan mendapatkan perlindungan hukum.

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyek-

subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Terdapat dua jenis

perlindungan hukum, yaitu: 29

1. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan hukum preventif adalah perlindungan yang

diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum

terjadinya pelanggaran sereta memberikan batasan-batasan dalam

melakukan suatu kewajiban dalam melakukan bisnis waralaba. Hal

ini terdapat di dalam peraturan perundang-undangan dengan maksud

untuk mencegah terjadinya suatu pelanggaran.

Perlindungan hukum preventif bertujuan untuk mencegah

terjadinya suatu sengketa antara para pihak yang melakukan

perjanjian waralaba. Pihak franchisee diberikan kesempatan untuk

mengajukan keberatan sebelum suatu aturannya sudah mendapat

bentuk yang sudah pasti (defentif). 30

2. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif bertujuan untuk menyelesaikan

suatu sengketa antara para pihak. Penanganan perlindungan hukum

represif dalam menyelesaikan sengketa ini dilakukan oleh

Pengadilan Umum dan Pengadilan Administrasi di Indonesia.

29 Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Surakarta: Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003), h.,20.

30 Putu Prasmita Sari dan I Gusti Ngurah Parwata, “Perlindungan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian Bisnis Franchise”, Jurnal Kertha Semaya, Vol.1 No. 05, (2016), h., 3.

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

34

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan terakhir yang

dapat berupa sanksi kepada para pihak seperti denda, penjara, dan

hukuman tambahan yang diberikan apabila terjadi sengketa.31

I. Wanprestasi

Menurut kamus hukum, wanprestasi adalah kelalaian, kealpaan, cidera

janji, serta tidak menepati kewajibannya dalam suatu perjanjian.32

Wanprestasi timbul akibat kelalaian atau kealpaan atau kesalahan dari

salah satu pihak yang tidak dapat memenuhi prestasinya seperti apa yang

telah ditentukan dalam perjanjian

1. Bentuk-bentuk Wanprestasi

Terdapat dua bentuk timbulnya wanprestasi, yaitu: 33

a. Kesengajaan atau kelalaian debitur itu sendiri.

b. Adanya keadaan memaksa (overmacht).

2. Akibat-akibat Wanprestasi

Akibat wanprestasi yang dilakukan pihak debitur atau

franchisee, dapat menimbulkan kerugian bagi pihak kreditur atau

franchisor. Sanksi atau akibat-akibat hukum bagi pihak debitur

atau franchisee yang melakukan wanprestasi ada 4 macam, yaitu:34

a. Franchisee atau debitur diharuskan membayar ganti-kerugian

yang diderita oleh kreditur atau franchisor (Pasal 1243 KUH

Perdata).

b. Pembatalan perjanjian disertai dengan pembayaran ganti-

kerugian (Pasal 1267 KUH Perdata).

31 Putu Prasmita Sari dan I Gusti Ngurah Parwata, “Perlindungan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian Bisnis Franchise”, Jurnal Kertha Semaya, Vol.1 No. 05, (2016), h., 3.

32 Subekti dan Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1996), h.,110.

33 P. N. H Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Kencana, Edisi Pertama, 2015), h., 292.

34 P. N. H Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Kencana, Edisi Pertama, 2015), h., 293.

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

35

c. Peralihan risiko kepada franchisee atau debitur sejak saat

terjadinya wanprestasi (Pasal 1237 ayat 2 KUH Perdata).

d. Pembayaran biaya perkara apabila diperkarakan di muka

hakim (Pasal 181 ayat 1 HIR).

Sesuai dengan ketentuan Pasal 1267 KUH Perdata, maka

dalam hal debitur atau franchisee melakukan wanprestasi, maka

kreditur atau franchisor dapat memilih tuntutan-tuntutan haknya

berupa: 35

a. Pemenuhan perjanjian.

b. Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi.

c. Ganti rugi saja.

d. Pembatalan perjanjian.

e. Pembatalan perjanjian disertai ganti rugi.

J. Pola Penyelesaian Sengketa Bisnis

Dalam melaksanakan perjanjian waralaba, baik pihak franchisor

maupun pihak franchisee wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan kegiatan usahanya, antara lain peraturan

perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen, kesehatan,

pendidikan, lingkungan, tata ruang, dan tenaga kerja, hak katas kekayaan

intelektual sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.36

Di dalam bisnis waralaba tidak menutup kemungkinan akan terjadi

sengketa seperti wanprestasi. Sebelum menyatakan bahwa salah satu pihak

ada yang melakukan wanprestasi, maka para pihak menyelesaikan

sengketa awalnya dengan cara musyawarah terlebih dahulu dan dengan

memberikan somasi atau teguran kepada salah satu pihak yang melakukan

wanprestasi.37 Surat teguran dilakukan paling sedikit tiga kali.38 Setelah

35 P. N. H Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Kencana, Edisi Pertama, 2015), h., 293.

36 Pasal 6 Peraturan Mentri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Waralaba.

37 Lannemey,” Akibat Hukum Pemutusan Perjanjian Franchise Secara Sepihak Oleh Franchisor Sebelum Berakhirnya Kontrak”, Vol.III, No.1, (Januari-Maret 2015), h., 21.

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

36

sudah diberikan surat teguran sebanyak tiga kali, maka si debitor

dinyatakan wanprestasi.

Terdapat dua cara penyelesaian sengketa didalam suatu bisnis, yaitu

penyelesaian sengketa di pengadilan (litigasi) dan penyelesaian sengketa

diluar pengadilan (non litigasi).

K. Tinjauan Kajian Terdahulu

1. Gusti Ayu Mirah Handayani, dkk, “Pelaksanaan Perjanjian

Waralaba (Franchise) Kuch2hotahu di Denpasar” Tahun 2017”.39

Jurnal ini membahas tentang pelaksanaan perjanjian waralaba di

Koch2hotahu Denpasar. Penelitian ini menggunakan jenis metode

penelitian yuridis empiris dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Sumber datanya didapatkan melalui data primer dan data sekunder.

Objek pada penelitian ini, peneliti berfokus dibidang franchise

makanan (Kuch2hotahu) di Denpasar. Dari hasil penelitian tersebut,

bahwa dalam pelaksanaan perjanjian waralaba di Kuch2hotahu di

Denpasar masih ada pelaksanaan yang kurang dilaksanakan dengan

baik oleh salah satu pihak yaitu pihak franchisee. Pelanggaran yang

dilakukan franchisee ini karena pihak franchisee menjual produk

selain produk waralaba Koch2hotahu, seharusnya hanya menjual tahu

crispy, tetapi pihak franchisee menjual produk lain seperti jamur

crispy, kentang goreng, serta sosis goreng. Sehingga perbuatan

tersebut sudah melanggar Pasal yang tercantum di dalam perjanjian

franchise Kuch2hotahu, yang menyatakan bahwa franchisee tidak

boleh menyediakan atau menyajikan makanan lain dan atas usaha lain

selain makanan Kuch2hotahu. Dengan dilakukannya hal tersebut

terjadilah wanprestasi dalam perjanjian franchise Koch2hotahu, karena

38 Salim H.S, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h., 178.

39 Gusti Ayu Mirah Handayani dkk., “Pelaksanaan Perjanjian Waralaba (Franchise) Kuch2hotahu Di Denpasar, Jurnal Kertha Semaya, Vol.05, No.02 (April 2017), h., 3.

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

37

pihak franchisee tidak menjalankan isi dari perjanjian yang awalnya

telah disepakati.

Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah sama-sama

membahas tentang perjanjian waralaba dalam bidang waralaba

makanan. Namun yang membedakan adalah penulis lebih berfokus

pada perlindungan hukum terhadap pihak franchisor dalam perjanjian

waralaba di d’BestO chicken & burger bila terjadi wanprestasi yang

dilakukan oleh pihak franchisee.

2. Muhammad Taufiq Aldy, “Analisis Hukum Pelaksanaan

Perjanjian Franchise Sate Taichan Khas Senayan Menurut

Hukum Perdata”, Tahun 2018”. 40

Skripsi ini membahas tentang hak dan kewajiban para pihak di

dalam perjanjian franchise serta bagaimana penyelesaian sengketa

yang terjadi di dalam perjanjian tersebut. Penelitian ini menggunakan

jenis metode penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris,

serta menggunakan pendekatan yang digunakan adalah kualitatif.

Sumber datanya didapatkan melalui data primer dan data sekunder.

Objek pada penelitian ini, peneliti berfokus dibidang franchise

makanan. Dari hasil penelitian tersebut, di dalam pelaksanaan

perjanjian Sate Taichan Khas Senayan Komplek Tasbi Medan,

Perjanjian franchise yang dilaksanakan ini merupakan suatu perjanjian

innominaat (tidak bernama). Menurut analisa penulis mengenai syarat

sahnya perjanjian yang telah diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata,

sejalan dengan isi perjanjian franchise Sate Taichan Khas Senayan

Komplek Tasbi Medan, dimana tidak bertentangan dengan Undang-

Undang, kesusilaan serta ketertiban umum. Dengan demikian,

40 Muhammad Taufiq Aldy, “Analisis Hukum Pelaksanaan Perjanjian Franchise Sate Taichan Khas Senayan Menurut Hukum Perdata”. (Skripsi S-1 Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2018), h.,70.

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

38

perjanjian franchise Sate Taichan Khas Senayan Komplek Tasbi

Medan sesuai dengan pengaturan yang terdapat didalam pasal 1320

KUHPerdata, dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.42 Tahun

2007 tentang waralaba. Jika suatu saat terjadi sengketa maka Proses

penyelesaian sengketa yang timbul dari perjanjian Sate Taichan Khas

Senayan ini adalah dilakukan dengan jalan Musyawarah antara para

pihak agar menghindari perselisihan dan kerugiaan yang ditimbulkan.

Namun, apabila dari musyawarah tersebut tidak dapat menyelesaikan

sengketa yang ada maka dapat dilakukan penuntutan melalui domisili

hukum yang dipilih yaitu melalui Pengadilan Negeri Medan.

Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah sama-sama

membahas tentang perjanjian waralaba dalam bidang makanan

menurut hukum perdata. Namun yang membedakan adalah penulis

lebih berfokus pada perlindungan hukum terhadap pihak franchisor

dalam perjanjian waralaba di d’BestO chicken & burger bila terjadi

wanprestasi yang dilakukan oleh pihak franchisee.

3. Annisa Dyah Utami, “Konsep Franchise Fee dan Royalty Fee pada

Waralaba Bakmi Tebet Menurut Prinsip Syariah”, Tahun

2010”.41

Skripsi ini membahas tentang konsep franchise fee dan royalty fee

pada waralaba Bakmi Tebet menurut prinsip syariah. Penelitian ini

menggunakan jenis penelitian deskriptif yang terdiri dari kualitatif dan

kuantitatif. Dari hasil pembahasan tersebut bahwa sistem waralaba

Bakmi Tebet tidak bertentangan dengan konsep musyarakah.

Kemudian dalam hal franchise fee yang ditetapkan Bakmi Tebet

sepanjang tahun 2003-2007 belum memenuhi prinsip syariah, karena

di dalamnya franchisor Bakmi Tebet sudah mengambil keuntungan

dari penjualan bahan baku utama yang merupakan satu paket dengan

41 Annisa Dyah Utami, “Konsep Franchise Fee dan Royalty Fee pada Waralaba Bakmi Tebet Menurut Prinsip Syariah”, (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

39

pemberian waralaba, hal ini bertentangan dengan Peraturan Pemerintah

No. 16 tahun 1997 tentang waralaba, bahwa kompensasi tidak

langsung dalam bentuk moneter tidak diperbolehkan, karena kerjasama

belum berjalan. Selanjutnya waralaba Bakmi Tebet menetapkan

franchise fee yang bersifat fleksibel yang memudahkan calon

franchisor untuk bergabung. Maksud dari fleksibel disini adalah pihak

waralaba Bakmi Tebet tidak menetapkan aturan yang baku mengenai

franchise fee yang harus dibayarkan kepada franchisor.

Perbedaan skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan penulis

adalah bahwa penulis lebih berfokus pada perlindungan hukum

terhadap pihak franchisor dalam perjanjian waralaba di d’BestO

chicken & burger bila terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh pihak

franchisee.

4. Suryati, dkk, “Akibat Hukum terhadap Wanprestasi dalam

Perjanjian Waralaba Lapis Legit Spesial Nyidam Sari), Tahun

2014”.42

Jurnal ini membahas tentang akibat hukum dalam hal salah satu

pihak wanprestasi pada perjanjian waralaba Lapis Legit Spesial

Nyidam sari. Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian

yuridis normatif, dan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber

datanya didapat melalui sumber data primer dan sumber data sekunder.

Objek pada penelitian ini, peneliti berfokus dibidang franchise

makanan yaitu Lapis Legit Spesial Nyidam Sari. Dari hasil penelitian

tersebut bahwa perjanjian franchise Lapis Legit Spesial Nyidam Sari

antara para pihak yaitu M (franchisor) dengan S (franchisee) akan

menimbulkan akibat hukum yang mengikat para pihak, sehingga para

pihak harus melaksanakan isi serta akibat hukum yang

dikehendakinya. Walaupun dalam perjanjian franchise disebutkan hak

42 Suryati dkk, “Akibat Hukum terhadap Wanprestasi dalam Perjanjian Waralaba Lapis Legit Spesial Nyidam Sari)”, Jurnal Cakrawala Hukum, Vol. 16 No. 42, (2014), h.15.

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

40

dan kewajiban masing-masing pihak, namun dalam pelaksanaannya

kadangkala mengalami gangguan atau hambatan, antara lain isi

perjanjian tidak dilaksanakan sebagaimana yang telah diperjanjikan.

Akibat hukum jika terjadi wanprestasi, yaitu apabila pihak franchisee

tidak membayar royalty fee yang menjadi hak pihak franchisor, maka

diwajibkan membayar royalty fee yang belum dibayarkan kepada

pihak franchisor, selambat-lambatnya satu bulan setelah pemutusan

perjanjian waralaba, tidak menjalankan Standart Operating Procedure

(SOP) yang telah ditetapkan oleh pihak franchisor kepada pihak

franchisee dan pihak franchisee membangun, menjalankan atau meniru

usaha yang sejenis, memiliki kemiripan atau yang dapat menciptakan

kompetisi dengan usaha waralaba yang diberikan dan dimiliki oleh

pihak franchisor, maka pihak franchisor akan memutuskan perjanjian

waralaba yang telah disepakati dan seluruh kerugian investasi pihak

franchisee adalah menjadi risiko pihak franchisee secara penuh.

Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah sama-sama

membahas tentang perjanjian waralaba dalam bidang makanan. Namun

yang membedakan adalah penulis lebih berfokus pada perlindungan

hukum terhadap pihak franchisor dalam perjanjian waralaba di

d’BestO chicken & burger bila terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh

pihak franchisee.

5. Khairul Fikri Nasution, “Perjanjian Franchise Terhadap Restoran

Makanan (Studi Di Restoran JM Bariani Medan)”, Tahun

2018”.43

Skripsi ini membahas tentang hak dan kewajiban para pihak dalam

perjanjian franchise dan analisis hukum pelaksanaan perjanjian

franchise menurut KUH Perdata (Restoran JM BARIANI Medan).

Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian yuridis empiris,

43 Khairul Fikri Nasution, “Perjanjian Franchise Terhadap Restoran Makanan Studi Di Restoran JM Bariani Medan” (Skripsi S-1 Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2018), h., 6.

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

41

dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber datanya

didapatkan melalui data primer dan data sekunder. Objek pada

penelitian ini, peneliti berfokus dibidang franchise makanan. Dari hasil

pembahasan tersebut bahwa Pelaksanaan perjanjian franchise menurut

KUH Perdata pada JM Bariani Jalan Ringroad Medan adalah dengan

disepakatinya oleh para pihak isi perjanjian franchise JM Bariani, yang

diikuti dengan tindakan penandatanganan perjanjian. Sedangkan

syarat-syarat adalah syarat-syarat umum untuk sahnya suatu perjanjian

sebagaimana diatur dalam Buku III KUH Perdata, Kerja sama yang

dilakukan oleh pihak Jm Bariani House Malaysia dan PT. Royal

Bariani Berjaya seharusnya didukung oleh perjanjian tertulis dan

ditandatangani materai agar lebih memiliki kekuatan hukum yang

terjalin oleh antara kedua belah pihak.

Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah sama-sama

membahas tentang perjanjian waralaba dibidang franchise makanan,

Namun yang membedakan adalah penulis lebih berfokus pada

perlindungan hukum terhadap pihak franchisor dalam perjanjian

waralaba di d’BestO chicken & burger bila terjadi wanprestasi yang

dilakukan oleh pihak franchisee.

6. H. Syahrani, “Bisnis Waralaba Di Indonesia Dalam Perspektif

Hukum Bisnis Syariah”, Tahun 2012”. 44

Jurnal ini membahas tentang perspektif hukum islam terhadap

adanya bisnis waralaba. Bila diperhatikan dari sudut bentuk perjanjian

yang diadakan waralaba jika dipandang dari segi hukum islam bahwa

perjanjian waralaba merupakan pengembangan dari bentuk kerja sama

Syirkah. Untuk mencapainya sistem bisnis waralaba yang islami,

diperlukan sistem nilai syariah sebagai filter moral bisnis yang

bertujuan untuk menghindari berbagai penyimpangan moral bisnis.

Filter tersebut adalah dengan komitmen menjauhi 7 pantangan

44 H. Syahrani, “Bisnis Waralaba Di Indonesia Dalam Perspektif Hukum Bisnis Syariah” , Jurnal AT-Taradhi (Jurnal Studi Ekonomi), Vol. 3 No. 2, (2012) , h., 141

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

42

muamalah. Waralaba tidak bertentangan dengan syariat islam, selama

objek perjanjian waralaba tersebut tidak merupakan hal yang dilarang

dalam syariat islam. Suatu waralaba adalah suatu bentuk perjanjian,

yang isinya memberikan hak dan kewenangan khusus kepada pihak

penerima waralaba. Waralaba sebagai suatu perjanjian apabila ditinjau

dengan rukun dan syarat akad dalam islam, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa perjanjian waralaba adalah sudah sesuai dengan

rukun dan syarat akad di dalam syariat islam, dan menghindari

larangan transaksi Gharar (ketidakjelasaan).

Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah sama-sama

membahas tentang bisnis waralaba. Namun yang membedakan adalah

penulis lebih berfokus pada perlindungan hukum terhadap pihak

franchisor dalam perjanjian waralaba di d’BestO chicken & burger

bila terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh pihak franchisee.

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG BISNIS WARALABA D’BESTO

CHICKEN & BURGER

A. Gambaran Umum Tentang Waralaba d’BestO Chicken & Burger

1. Tentang d’BestO Chicken & Burger

D’BestO adalah satu merek dagang untuk produk fried

chicken dan burger yang sedang berkembang. Berdiri di bawah

bendera KUFC group yang telah 21 tahun malang melintang di

bisnis fried chicken. Dengan konsisten menjaga kualitas produk dan

pelayanan, D'BestO telah menjadi terobosan di bisnis makanan siap

saji di Indonesia.

Membidik segmen pasar kelas menengah, d’BestO hadir

dengan rasa yang teruji, harga terjangkau, pelayanan professional,

serta tampilan kios yang eye catching. Animo masyarakat pun

cukup tinggi. Terbukti dengan antusiasme masyarakat setiap tempat

outlet dan mini resto d’BestO yang sudah dibuka. 1

2. Sejarah Pendirian D’BestO Chicken & Burger

Berawal pada bulan Maret tahun 1994, dua orang alumni

fakultas kedokteran hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Drh.

Setyajid dan Drh. Evalinda untuk pertama kalinya membuka usaha

kecil yaitu usaha ayam goreng krispi dengan format kaki lima yang

diberi nama Kentuku Fried Chicken, atau lebih dikenal dengan

nama KUFC. Sebagai penyedia makanan siap saji untuk masyarakat

kelas bawah, KUFC mendapat respon positif dari masyarakat

bahkan menjadi pelopor dalam usaha fried chicken krispi kaki lima.

KUFC berkembang hingga membuka banyak cabang di luar kota,

seperti Yogyakarta, Padang, Mataram, Bali, dan Bandung.

1 Tentang D’Besto, http://www.dbesto.co.id/about/1 / 2019/01/02/ Tentang-d’BestO

43

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

44

KUFC mengalami masa surut saat diterpa krisis moneter nasional-

internasional di tahun 1998, dan juga karena beberapa kali

terjadinya wabah flu burung. Beberapa cabang di luar kota terpaksa

ditutup dan hanya menyisakan sedikit gerai saja di wilayah Bogor

dan Depok.

Tahun 2010 KUFC kembali mencoba bangkit menggunakan

terobosan dengan merek baru yang bernama D’BestO yang

mengarah di kalangan kelas menengah. Dengan meningkatkan

kualitas rasa, penyesuaian potongan dan harga, serta tampilan yang

lebih menarik dalam konsep mini resto. D’BestO lebih diarahkan

untuk mengarah ke pasar kelas menengah. Menunya pun tidak lagi

hanya ayam goreng krispi, tetapi juga ada burger dan sphageti. Di

samping produk pelengkapnya yaitu seperti french fries, dan

beberapa minuman. Tampilannya yang khas dan lebih eye cathing,

brand d’BestO telah hadir menjadi nama yang cukup diperhitungkan

ditengah persaingan bisnis kuliner di wilayah.2

3. Visi dan Misi D’BestO Chicken & Burger

Visi dan misi d’BestO yaitu:

a. Visi d’BestO

“Menjadi Market Leader untuk bisnis kuliner resto fried

chicken dan burger di segmen menengah di Indonesia”.3

b. Misi d’BestO

“Memberikan manfaat dan kemaslahatan bagi banyak pihak

meliputi: karyawan, keluarga dan khalayak umum serta taat

kepada hukum Syar’I dan hukum Negara Indonesia.

2 Sejarah d’BestO, http://www.dbesto.co.id/about/1 / 2019/03/03/ Sejarah-d’BestO.

3 Visi dan Misi d’BestO, http://www.dbesto.co.id/about/1 / 2019/03/03/ Visi-dan-Misi-d’BestO.

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

45

4. Budaya Kerja d’BestO Chicken & Burger, yaitu:

a. Jujur

b. Amanah

c. Integritas

d. Disiplin

e. Tanggung jawab

5. Profil dan Izin Usaha D’BestO

Nama Perusahaan : PT. Setya Kuliner Mandiri

Alamat : Jl. M. Kahfi I Gg. Pembangunan No. 55,

Cipedak Jagakarsa, Jakarta Selatan 12630.

Email : [email protected]

No Telpon : 021-2912 0597

Brand d’BestO berada di bawah bendera PT. Setyanda Duta

Makmur, berdasarkan pada akta: 4

Akta Notaris Muhammad Syarif Umar, S.H., MKn, dengan

nomor: AHU-008.AH.02.01 Tahun 2012.

Akta perubahan: No. 03, tanggal 06-02-2015.

Per bulan Juni 2015, d’BestO sudah memiliki lebih dari 146

outlet yang berlokasi di wilayah Jabodetabek, Bandung, Surabaya,

Padang, dan Pekanbaru. Adapun persentase kepemilikan saat ini

adalah 45% milik Holding dan Kemitraan, dan 55% milik investor

dengan pola swakelola. Dalam rangka memperkuat ketahanan

perusahaan, ditargetkan hingga tahun ini, outlet milik holding akan

diperbanyak hingga persentase kepemilikan mencapai 60% untuk

holding dan 40% milik investor luar (swakelola). Pola swakelola

adalah kerjasama d’BestO dengan investor, dimana pengelolaan

outlet ini dan manajemen dilakukan sendiri oleh investor. D’BestO

berperan dalam mensuplai bahan baku. Untuk pola ini, investor

4 Profil dan Ijin Usaha d’BestO, http://www.dbesto.co.id/about/1 / 2019/03/03/ Profil-dan-Ijin-Usaha-d’BestO.

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

46

dikenakan kewajiban membayar bagi hasil sebesar 20% dari omset

gross resto selama satu bulan.

B. Jenis Perjanjian Kerjasama d’BestO Chicken & Burger

Pada umumnya, jenis-jenis perjanjian dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis, yaitu:5

1. Perjanjian timbal balik, adalah perjanjian yang memberikan suatu

hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak. Contohnya, perjanjian

jual beli, dan sewa-menyewa.

2. Perjanjian sepihak, adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban

pada satu pihak dan pihak lain yang menerima haknya. Contohnya,

perjanjian pinjam ganti, dan hibah.

3. Perjanjian Cuma-Cuma, adalah perjanjian dengan mana pihak yang

satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain, tanpa

menerima suatu manfaat bagi dirinya. Contohnya, perjanjian hibah,

dan pinjam-pakai.

4. Perjanjian atas beban, adalah perjanjian dengan mana terhadap

prestasi pihak yang satu terdapat prestasi pihak yang lain dan antara

kedua prestasi itu ada hubungan hukum. Contohnya, perjanjian jual

beli, dan sewa-menyewa.

5. Perjanjian Konsensuil, adalah perjanjian yang timbul karena adannya

kesepakatan antara kedua belah pihak.

6. Perjanjian riil, adalah perjanjian yang timbul karena adannya

kesepakatan antara kedua belah pihak disertai dengan penyerahan

nyata atas barangnya. Contohnya, perjanjian penitipan barang, dan

pinjam-pakai.

7. Perjanjian bernama (perjanjian nominaat), adalah perjanjian yang

mempunyai nama tertentu dan diatur secara khusus oleh undang-

undang. Contohnya, perjanjian jual beli, tukar-menukar, dan sewa-

menyewa.

5P.N.H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2015), h.,289.

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

47

8. Perjanjian tidak bernama (perjanjian innominaat), adalah

perjanjian tidak mempunyai nama tertentu dan tidak diatur dalam

undang-undang. Contohnya, perjanjian leasing, franchise dan fiducia.

9. Perjanjian liberator, adalah perjanjian yang membebaskan orang dari

keterikatannya dari suatu kewajiban hukum tetentu. Contoh

perjanjiannya yaitu, pembebasan utang.

10. Perjanjian kebendaan, adalah perjanjian untuk menyerahkan atau

mengalihkan atau menimbulkan atau mengubah atau menghapuskan

hak-hak kebendaannya. Contoh perjanjiannya yaitu, perjanjian jual

beli.

11. Perjanjian abligator, adalah perjanjian yang menimbulkan perikatan

antara kedua belah pihak.

12. Perjanjian accesoir, adalah perjanjian yang membuntuti perjanjian

pokok. Contohnya, perjanjian hipotek, gadai, dan borgtocht.

D’BestO chicken & burger merupakan nama dari suatu produk

makanan fried chicken dan burger yang merupakan salah satu jenis makanan

siap saji (fast food) yang berada di wilayah Jabodetabek, Bandung,

Surabaya, Sumatera Barat dan Pekanbaru. Jenis perjanjian yang

dilaksanakan di d’BestO chicken & burger merupakan jenis perjanjian yang

tidak bernama atau disebut dengan perjanjian (innominaat), karena

perjanjian tersebut tidak diatur khusus di dalam Buku ke III Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pengelolaan

d’BestO Chicken & Burger

Terdapat beberapa hak dan kewajiban bagi Para Pihak di dalam

perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger, yaitu:

a. Para Pihak sepakat bahwa Pihak Pertama berhak untuk mengubah

dan menyesuaikan sistem manajemen dan marketing, termaksud

menentukan pemakaian nama dagang, tanda atau atribut dagang,

tanda pelayanan baru, identitas baru, inovasi, produk, dan menu

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

48

baru yang dilakukan dengan itikad baik demi perbaikan usaha

bersama Para Pihak, dengan melakukan pemberitahuan terlebih

dahulu kepada Pihak Kedua selambat-lambatnya tiga puluh hari

sebelum perubahan dilakukan.

b. Para Pihak sepakat bahwa Pihak Kedua berhak sepenuhnya atas

pengelolaan keuangan resto yang meliputi dari pencatatan omset

harian sampai dengan penghitungan keuntungan yang diperoleh

dari selisih total penjualan setelah dikurangi bahan baku, biaya

karyawan dan seluruh biaya operasional lainnya, setiap bulannya.

c. Pihak Pertama berhak untuk memeriksa catatan atau pembukuan

yang berkaitan dengan penjualan (omset) harian atau bulanan di

lokasi usaha d’BestO Chicken & Burger.

d. Pihak Pertama berhak secara berkala mengawasi tentang Standart

Operasional Procedure (SOP) pengelolaan bahan, penyajian menu,

standar pelayanan dan kebersihan resto.

e. Selama perjanjian kerjasama berlangsung, Pihak Pertama selaku

pemilik dan pengelola usaha d’BestO Chicken & Burger

berkewajiban untuk:

1) Menyediakan desain dan tata ruang, menentukan standar

perlengkapan d’BestO Chicken & Burger seperti meja, kursi,

peralatan penyimpanan bahan, peralatan perawatan, seragam

karyawan, brosur, alat promosi kwitansi dan perlengkapan

lainnya sesuai Standar Oprasional Pihak Pertama.

2) Memberikan pelatihan awal pada karyawan resto yang telah

disiapkan pihak kedua untuk melaksanakan usaha d’BestO

Chicken & Burger.

3) Menyelenggarakan program pelatihan (training) untuk para

karyawan secara berkala dan berkesinambungan.

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

49

D. Jenis Sengketa Yang Terjadi Pada Perjanjian d’BestO Chicken &

Burger

Di dalam menjalankan suatu bisnis waralaba tidak menutup

kemungkinan akan terjadinya sengketa di antara Para Pihak. Seperti yang

terjadi di dalam perjanjian kerjasama d’Besto chicken & burger. Di dalam

perjanjian kerjasama bisnis d’BestO chicken & burger telah terjadi

beberapa kasus wanprestasi yang dilakukan oleh pihak penerima waralaba

(franchisee), kasus tersebut antara lain:

1. Tidak terjaganya Standar Oprasional Prosedur (SOP) oleh pihak

franchisee sehingga menyebabkan complain dari pelanggan

d’BestO chicken & burger.6

2. Pihak franchisee menjual produk lain yang tidak diperbolehkan di

dalam perjanjian kerjasama d’BestO.7

3. Pihak franchisee membuka resto lain pada saat sudah melakukan

perjanjian kerjasama dengan d’BestO chicken & burger.8

6 Hasil Wawancara dengan Bapak Yudi selaku Business Development d’BestO chicken & burger, di Kantor Pusat d’BestO chicken & burger, Jl. M. Kahfi I, Gg. Pembangunan No. 55, Cipedak Jagakarsa, Jakarta Selatan, 14 Agustus 2019.

7 Hasil Wawancara dengan Ibu Anggita selaku Human Capital Management (HCM) d’BestO chicken & burger, di Kantor Pusat d’BestO chicken & burger, Jl. M. Kahfi I, Gg. Pembangunan No. 55, Cipedak Jagakarsa, Jakarta Selatan, 14 Agustus 2019.

8 Hasil Wawancara dengan Ibu Anggita selaku Human Capital Management (HCM) d’BestO chicken & burger, di Kantor Pusat d’BestO chicken & burger, Jl. M. Kahfi I, Gg. Pembangunan No. 55, Cipedak Jagakarsa, Jakarta Selatan, 14 Agustus 2019.

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

BAB IV

ANALISIS PELAKSANAAN BENTUK PERJANJIAN KERJASAMA

D’BESTO CHICKEN & BURGER

A. Analisis Sengketa Pada Bisnis d’BestO Chicken & Burger

1. Pelaksanaan Sistem Bisnis d’BestO Chicken & Burger

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.

12 Tahun 2006, waralaba adalah perikatan antara pemberi waralaba dengan

penerima waralaba di mana penerima waralaba diberikan hak untuk

menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan/atau menggunakan hak

kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki

pemberi waralaba dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang

ditetapkan oleh pemberi waralaba dengan sejumlah kewajiban

menyadiakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan

oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba.1

Pada umumnya bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu bentuk perjanjian tertulis dan bentuk perjanjian lisan.2

Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat berdasarkan kesepakatan

para pihak dalam bentuk tertulis. Selanjutnya, perjanjian lisan adalah

perjanjian yang dibuat oleh para pihak cukup berdasarkan kesepakatan

dalam wujud lisan.3

Sesuai dengan bentuk perjanjian waralaba yang terdapat di dalam

Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun

2007 tentang waralaba, waralaba diselenggarakan berdasarkan perjanjian

tertulis antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba dengan

memperhatikan hukum Indonesia. Secara umum, sistem pewaralabaan

1 Pasal 1 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 12 Tahun 2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba.

2 Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak di Indonesia, (Jakarta: PT Sinar Grafika, 2005), h., 32.

3 Eka Astri Maerisa, Membuat Surat-Surat Bisnis dan Perjanjian, (Jakarta: Visimedia, 2013), h., 24.

50

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

51

dibedakan menjadi dua kategori, yaitu waralaba produk dan merek dagang

serta waralaba format bisnis. Leon C. Megginson dan kawan-kawan

membagi dua tipe sistem kewaralabaan sebagai berikut:4

a. Waralaba produk dan merek dagang (product and trade franchise)

Waralaba ini merupakan bentuk waralaba yang paling

sederhana. Dalam waralaba produk dan merek dagang, pihak

franchisor memberikan hak kepada pihak franchisee untuk

menjual produk yang dikembangkan oleh pihak franchisor disertai

dengan pemberian izin untuk menggunakan merek dagang milik

pihak franchisor.

b. Waralaba format bisnis (business format franchise)

Waralaba ini merupakan sistem waralaba yang bukan saja

menawarkan merek dagang dan logo, tetapi juga menawarkan

sistem yang komplit dan komperhensif mengenai tata cara

menjalankan bisnis, di dalamnya terdapat pelatihan dan konsultasi

usaha dalam hal pemasaran, penjualan, pengelolaan stok, akunting,

personalia, pemeliharaan serta pengembangan bisnis. Waralaba

format bisnis merupakan pemberian lisensi oleh pihak franchisor

kepada pihak franchisee.

Pada waralaba d’BestO Chicken & Burger bentuk perjanjian

yang diterapkan adalah bentuk perjanjian tertulis antara pihak

pemberi waralaba (franchisor) dan pihak penerima waralaba

(franchisee). Waralaba d'BestO Chicken & Burger memiliki dua

pilihan dalam sistem bisnis yang mereka jalankan, pilihannya

yaitu:5

4 Lukman Hakim, Info Lengkap Waralaba, (Yogyakarta: MedPress, 2008), h.,21.

5 Hasil Wawancara dengan Ibu Anggita selaku Human Capital Management (HCM) d’BestO chicken & burger, di Kantor Pusat d’BestO chicken & burger, Jl. M. Kahfi I, Gg. Pembangunan No. 55, Cipedak Jagakarsa, Jakarta Selatan, 14 Agustus 2019.

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

52

1) Kemitraan / Mitra Kelola

Pada jenis kemitraan ini, pihak franchisee menitipkan uang

kepada pihak franchisor (pihak d’BestO). Kemudian

manajemen dan pengelolaannya dilakukan sepenuhnya oleh

pihak kantor pusat d’BestO selaku franchisor. Sistem bagi hasil

yang dilakukan pada sistem bisnis kemitraan yaitu:

a) Pihak franchisor berhak mendapatkan sebesar 40% (empat

puluh persen) dari nilai total keuntungan yang diperoleh.

b) Pihak franchisee berhak mendapatkan sebesar 60% dari nilai

total keuntungan yang diperoleh.

2) Swakelola

Sistem bisnis swakelola adalah pihak swakelola

(franchisee) akan mengelola manajemen dan day to day activity

dari restonya di bawah pengawasan dan kontrol dari pihak

d’BestO (franchisor) dengan menggunakan bahan baku dari

pihak d’BestO. 6 Sistem bagi hasil yang dilakukan pada sistem

bisnis swakelola yaitu:

a) Pihak franchisor berhak mendapatkan sebesar 20% (dua

puluh persen) dari nilai total keuntungan yang diperoleh.

b) Pihak franchisee berhak mendapatkan sebesar 80% (delapan

puluh persen) dari nilai total keuntungan yang diperoleh.

6Hasil Wawancara dengan Bapak Yudi selaku Business Development d’BestO chicken & burger, di Kantor Pusat d’BestO chicken & burger, Jl. M. Kahfi I, Gg. Pembangunan No. 55, Cipedak Jagakarsa, Jakarta Selatan, 14 Agustus 2019.

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

53

Sesuai dengan prospectus d’BestO chicken & burger, terdapat

Perbedaan antara titip kelola (kemitraan) dengan swakelola, yaitu:

NO ITEM TITIP KELOLA

(KEMITRAAN)

SWAKELOLA

1. Pengelolaan Sepenuhnya oleh pihak

d’BestO

Dikelola oleh pihak investor,

alat dan bahan dari pihak

d’BestO

2. Karyawan Diadakan oleh d’BestO Diadakan oleh pihak

investor, dilatih oleh pihak

d’BestO

3. Pendapatan Bagi hasil dari net profit

setiap bulan, 60% untuk

pihak investor dan 40%

untuk pihak d’BestO

Bagi hasil dari net profit

setiap bulan, 80% untuk

pihak investor dan 20%

untuk pihak d’BestO

4. Joining Fee Tidak ada Tidak ada

5. Royalty Fee Tidak ada Tidak ada

6. Tanggung Jawab 60% pihak d’BestO

(franchisor) dan 40% pihak

investor (franchisee)

Sepenuhnya oleh pihak

investor (franchisee)

7. Day to day

activities

Tidak ada Ada

Tabel 4. 1 Perbedaan antara titip kelola (kemitraan) dengan swakelola

Pada saat ini, Kantor Pusat d’BestO chicken & burger yang beralamat di Jl. M.

Kahfi I Gg. Pembangunan No. 55, Cipedak Jagakarsa, Jakarta Selatan

menerapkan sistem bisnis d’BestO dengan bentuk swakelola. Di mana pada

sistem swakelola ini pihak franchisee berinvestasi serta mengelola sendiri kiosnya

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

54

secara langsung baik teknis maupun sistemnya dengan standar yang sudah

ditetapkan oleh pihak d’BestO selaku franchisor, d’BestO menyediakan bahan

mentah, support konsultasi serta menyediakan bimbingan untuk pihak franchisee.

Dalam pelaksanaan sistem bisnis d’BestO chicken & burger sedikit berbeda

dengan sistem bisnis waralaba lainnya. Dimana waralaba d’BestO tidak

menerapkan sistem franchise fee dan royalty fee kepada mitra bisnis d’BestO

chicken & burger. Untuk modal awal jika seseorang ingin bergabung dengan

bisnis d’BestO maka pihak yang ingin bergabung disebut dengan pihak franchisee

menyediakan dana yang sesuai dengan rancangan anggaran biaya (RAB) yang

sudah pihak franchisor buatkan. Isi RAB tersebut antara lain terkait jumlah biaya

yang diperlukan jika ingin membuka resto d’BestO chicken & burger. Biaya

tersebut tergantung pada luas atau kecilnya resto. Jika pihak franchisee setuju

dengan RAB yang sudah pihak franchisor buat maka tahap selanjutnya adalah

tahap pembayaran. Tahap pembayaran ini sesuai kesepakatan antara pihak

franchisor dengan pihak franchisee dan pembayaran dilakukan dengan cara

transfer ke rekening perusahaan. Setelah para pihak sudah bersepakat maka

selanjutnya adalah penandatanganan perjanjian waralaba d’BestO chicken &

burger supaya terdapat ikatan hukum antara pihak franchisor dan pihak

franchisee.

Adapun analisis syarat sahnya suatu perjanjian yang digunakan pada

perjanjian kerjasama Swakelola d’BestO chicken & burger jika dilihat dari

pelaksanaan perjanjian kerjasamanya sudah sesuai dengan syarat sahnya suatu

perjanjian yang terdapat di dalam Pasal 1320 KUH Perdata, jika dijabarkan adalah

sebagai berikut:

1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya.

Syarat yang pertama sahnya kontrak adalah adanya kesepakatan

para pihak. Kesepakatan ini diatur dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH

Perdata. Yang sesuai yaitu pernyataannya, karena kehendak itu dapat

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

55

diketahui oleh orang lain. Ada lima cara terjadinya persesuaian

pernyataan kehendak, yaitu: 7

a. Bahasa yang sempurna dan tertulis

b. Bahasa yang sempurna secara lisan

c. Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak

lawan. Karena dalam kenyataan seringkali seseorang

menyampaikan dengan bahasa yang tidak sempurna tetapi

dimengerti oleh pihak lawan.

d. Bahasa isyarat asalkan dapat diterima oleh pihak lawan.

e. Diam atau membisu, tetapi asal dipahami atau diterima pihak

lawan.

Cara yang paling sering digunakan oleh para pihak yaitu, dengan

bahasa yang sempurna secara lisan dan secara tertulis. Karena dengan

pembuatan perjanjian secara tertulis dapat memberikan kepastian

hukum bagi para pihak dan sebagai bukti yang sempurna ketika suatu

saat nanti terjadi sengketa antara para pihak.

Di dalam perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger di mana

dengan penandatanganan perjanjian kerjasama d’BestO chicken &

burger yang dibuat secara tertulis oleh pihak franchisor dan disepakati

oleh pihak franchisee maka dapat disimpulkan bahwa Para Pihak telah

sepakat untuk mengikat dirinya ke dalam perjanjian kerjasama

d’BestO chicken & burger tanpa adanya suatu paksaan.

Dengan ditandatangani perjanjian kerjasama tersebut maka baik

pihak d’BestO chicken & burger selaku franchisor maupun pihak

franchisee telah sepakat dengan ketentuan-ketentuan dari isi perjanjian

kerjasama tersebut. Dan sesuai dengan pasal 15 Perjanjian Kerjasama

d’BestO chicken & burger telah disebutkan bahwa para pihak sepakat

melaksanakan semua isi perjanjian kerjasama ini dengan itikad baik,

7 Sudikno Mertokusumo, Rangkuman Kuliah Hukum Perdata, (Yogyakarta: Fakultas Pascasarjana Universitas Gajah Mada), h., 7.

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

56

amanah, jujur, dan bertanggung jawab dan Para Pihak bersepakat satu

sama lain untuk tidak berbuat curang (bedrog) dan/atau melakukan

penipuan yang dapat merugikan salah satu pihak tersebut diatas.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

Sesuai dengan Pasal 1329 KUH Perdata, Kecakapan pada dasarnya

setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan. Jika ia oleh undang-

undang tidak dinyatakan tak cakap. Sesuai dengan pasal 1330 KUH

Perdata, tak cakapnya seseorang untuk membuat suatu perjanjian adalah:

a. Orang-orang yang belum dewasa

b. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan

c. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh

undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa

undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian

tertentu.

Di dalam perjanjian d’BestO chicken & burger para pihak yang

membuat perjanjian harus seseorang yang sudah memiliki Kartu Tanda

Penduduk (KTP) dan harus memiliki modal untuk menjalankan usahanya.

3. Suatu hal tertentu / adanya obyek perjanjian

Adanya suatu hal tertentu yaitu menyangkut objek perjanjiannya

yang harus jelas dan dapat ditentukan. Sesuai dengan ketentuan pasal

1333 KUH Perdata, yaitu “Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai

pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya. Tidaklah

menjadi halangan bahwa jumlahbarang tidak tentu, asal saja jumlah itu

dikemudian hari dapat ditentukan atau dihitung.”

Sesuai dengan pasal 1332 KUH Perdata, ditentukan bahwa “Hanya

barang-barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi

pokok suatu perjanjian”.

Selanjutnya, sesuai dengan pasal 1334 ayat (1) KUH Perdata,

bahwa “Barang-barang yang baru akan ada di kemudian hari dapat

menjadi pokok suatu perjanjian”.

Page 68: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

57

Ojek perjanjian di dalam bisnis waralaba adalah lisensi. Lisensi

merupakan izin yang diberikan pihak franchisor kepada pihak franchisee

Di dalam perjanjian d’BestO chicken & burger yang menjadi

obyek perjanjiannya adalah perjanjian kerjasama untuk membuka resto

jenis waralaba makanan. Dalam kerjasama ini, pihak d’BestO selaku

franchisor memberikan lisensi kepada pihak franchisee untuk

menggunakan suatu hak kekayaan intelektual seperti merek, rahasia

dagang serta mendapatkan barang-barang sesuai dengan Rancangan

Anggaran Biaya (RAB) yang telah disepakati selama perjanjian

berlangsung.

4. Adanya sebab yang Halal

Maksudnya adalah apa yang dikerjakan para pihak yang mengadakan

perjanjian bukan suatu hal yang dilarang oleh undang-undang, tidak

bertentangan dengan ketertiban umum serta tidak melanggar kesusilaan.8

Di dalam perjanjian yang dibuat oleh pihak d’BestO selaku franchisor

dan disepakati oleh pihak franchisee harus melaksanakan isi perjanjian

kerjasama tersebut dengan itikad baik, amanah, jujur dan bertanggung

jawab dan Para Pihak bersepakat untuk tidak berbuat curang.

Adapun analisis asas-asas hukum dalam perjanjian yang digunakan pada

perjanjian kerjasama Swakelola d’BestO chicken & burger jika dijabarkan adalah

sebagai berikut:

1. Asas Kebebasan Berkontrak

Di dalam isi perjanjian kerjasama ini, pihak d’BestO chicken &

burger selaku franchisor bebas memilih dengan siapa dia akan

melakukan kerjasama. Asalkan pihak yang ingin bekerjasama

(franchisee) dengan d’BestO chicken & burger sudah mempunyai Kartu

Tanda Penduduk (KTP) dan memiliki modal untuk melakukan

8 Faturrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013, Cet.2), h., 40.

Page 69: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

58

kerjasama ini. Dan pihak franchisee ini bersedia untuk mematuhi

ketentuan-ketentuan yang ada di dalam perjanjian kerjasama tersebut.

2. Asas Konsensualisme

Di dalam Perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger sudah

menerapkan asas ini, yaitu pada perjanjian kerjasama tersebut dibuat

berdasarkan kesepakatan Para Pihak yaitu Pihak Pertama selaku

franchisor dan Pihak Kedua selaku franchisee. Dan tidak ada paksaan

diantara Para Pihak dalam pembuatan perjanjian kerjasama tersebut.

3. Asas Pacta Sunt Servanda / Kepastian Hukum

Di dalam kerjasama d’BestO chicken & burger sudah menerapkan

asas ini, di mana dalam kerjasama d’BestO chicken & burger adanya

suatu perjanjian antra pihak d’BestO selaku franchisor dengan pihak

franchisee. dan dengan adanya perjanjian ini maka mengikat Para Pihak.

4. Asas Itikad Baik

Di dalam perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger sudah

menerapkan asas ini, yaitu pada perjanjian kerjasama tersebut Para Pihak

sudah bersepakat dan setuju untuk melaksanakan semua isi perjanjian

kerjasama ini dengan itikad baik, serta amanah, jujur dan bertanggung

jawab.

5. Asas Kepribadian

Di dalam perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger sudah

menerapkan asas ini, yaitu Para Pihak yang melakukan perjanjian

kerjasama tersebut hanya untuk Para Pihak yang bersangkutan saja. Dan

perjanjian kerjasama tersebut berlaku bagi Para Pihak yang

membuatnya.

Saat ini, bisnis kerjasama d’BestO Chicken & Burger menggunakan sistem

bisnis swakelola dan menerapkan sistem waralaba yang berbasis syari’ah. Sistem

bisnis swakelola d’BestO chicken & burger menerapkan sistem bagi hasil (nisbah)

jadi tidak ada royalty fee. Sistem bagi hasil tersebut dengan istilah profit sharing.

Page 70: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

59

Pembagian keuntungan untuk para pihak sudah dijelaskan pada saat

berlangsungnya perjanjian (akad).

Bila ditinjau dari hukum bisnis Syariah, bentuk perjanjian kerjasama d’BestO

chicken & burger merupakan suatu bentuk kerjasama syirkah / musyarakah,

perjanjiannya kerjasama tersebut sudah sesuai dengan rukun dan syarat syirkah.

Adapun analisis rukun dan syarat syirkah dalam perjanjian yang digunakan

pada perjanjian kerjasama Swakelola d’BestO chicken & burger jika dijabarkan

adalah sebagai berikut:

1. Sighat (Ijab dan Qabul).

Yaitu kesepakatan Para Pihak dalam melakukan perjanjian d’BestO

chicken & burger. Dan tidak ada keterpaksaan diantara Para Pihak yang

melakukan perjanjian kerjasama tersebut.

2. Pihak-pihak yang mengadakan serikat.

Yaitu pihak pemberi waralaba (franchisor) dan pihak penerima

waralaba franchisee.

3. Objek akad

Yang menjadi objek akad dalam perjanjian ini adalah perjanjian

waralaba jenis makanan.

Adapun yang menjadi syarat syirkah, yaitu:9

1. Sighat atau ijab dan qabul harus diungkapkan secara tegas dan

menunjukkan tujuan akad yang jelas.

Yaitu di dalam perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger

sudah jelas bahwa tujuan diadakannya perjanjian untuk kerjasama dan

dengan adanya perjanjian kerjasama tersebut supaya Para Pihak mematuhi

dan melaksanakan bisnisnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang

berlaku di dalam perjanjian yang mereka telah sepakati.

2. Mitra syirkah harus berkompeten dalam menjalankan amanat.

9 Harun, Fiqih Muamalah, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2017), h.,186.

Page 71: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

60

Sudah jelas bahwa d’BestO chicken & burger sudah berkompeten

dalam menjalankan bisnis swakelola tersebut. Dan d’BestO chicken &

burger sudah memiliki banyak cabang.

3. Keuntungan bisa berbentuk persentase atau nisbah.

Sudah jelas di dalam perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger

bahwa pembagian keuntungan berdasarkan persentase, yaitu jika

kerjasamanya dalam bentuk swakelola maka persentase keuntungannya

pihak franchisor berhak mendapatkan 20% (dua puluh persen) dari nilai

total keuntungan yang diperoleh dan pihak franchisee berhak mendapatkan

80% (delapan puluh persen) dari nilai total keuntungan yang diperoleh.

4. Penentuan pembagian keuntungan tidak boleh dalam jumlah nominal,

karena bertentangan dengan subtansi syirkah.

Di dalam perjanjian kerjasama d’Besto chicken & burger sudah

menerapkan syarat ini, yaitu didalam perjanjian tersebut persentase sudah

tertera di dalam perjanjian.

Adapun analisis asas-asas di dalam hukum islam yang digunakan

pada perjanjian kerjasama Swakelola d’BestO chicken & burger jika

dijabarkan adalah sebagai berikut:

1. Asas Kebebasan (Al-Hurriyah)

Asas ini merupakan prinsip dasar di dalam hukum islam dan

hukum perjanjian. Di mana dalam perjanjian kerjasama d’BestO

chicken & burger pihak d’BestO selaku franchisor bebas untuk

memilih dengan siapa ia akan melakukan kerjasama, asalkan pihak

yang ingin bekerjasama memenuhi syarat yang terdapat di perjanjian

kerjasama d’BestO, yaitu memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan

memiliki modal.

2. Asas Persamaan dan Kesetaraan (Al- Musawah)

Di dalam kerjasama bisnis d’Besyo chicken & burger pihak

d’BestO selaku franchisor memiliki kedudukan yang lebih tinggi

dibandingkan pihak franchisee. Walaupun adanya perbedaan

kedudukan tetapi di dalam pelaksanaannya masing-masing pihak

Page 72: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

61

memiliki hak dan kewajiban yang harus di patuhi dalam perjanjian

kerjasama tersebut.

3. Asas Keadilan (Al’Adalah)

Di mana dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama d’BestO chicken

& burger Para Pihak harus melaksanakan semua isi perjanjian ini

dengan amanah, jujur, serta bertanggung jawab untuk memenuhi

semua kewajiban yang telah Para Pihak sepakati.

4. Asas Kerelaan atau Konsensualisme (Al-Ridhaiyyah)

Di mana dalam perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger

perjanjian dibuat dengan kesepakatan Para Pihak dan tidak ada

Keterpaksaan diantara Para Pihak.

5. Asas Kejujuran dan Kebenaran (Ash-Shidiq)

Sesuai dengan perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger

bahwa Para Pihak harus melaksanakan perjanjian kerjasama dengan

itikad baik, jujur, amanah, serta bertanggung jawab. Dan Para Pihak

bersepakat satu sama lain untuk tidak berbuat curang (bedrog).

6. Asas Kemanfaatan (Al- Manfaat)

Sesuai dengan Misi d’BestO chicken & burger bahwa dalam

menjalankan bisnisnya d’BestO ingin menjadi Perusahaan yang bisa

memberi manfaat serta jalan kebaikan dan maslahat bagi banyak

pihak meliputi karyawan, keluarga, dan khalayak umum.

7. Asas Tertulis (Al- Kitabah)

Bahwa dalam perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger

dibuat secara tertulis antara Para Pihak. Sesuai dengan Firman Allah

SWT Q.S. Al-Baqarah ayat 282-283 yang berbunyi:

ى فاكتبوه ولیكتب بینكم سم� ا اذا تداینتم بدین الى اجل م كاتب بالعدل وال یأب كاتب یایھا الذین امنو

فلیكتب ولیملل الذي علیھ ال ربھ وال یبخس منھ شیـ�ا فان كان ان یكتب كما علمھ � حق ولیتق �

ل واستشھدوا شھیدین الذي علیھ الحق سفیھا او ضعیفا او ال یستطیع ان یمل ھو فلیملل ولیھ بالعد

جالكم من ر اء ان تضل احدىھما فت ن ترضون من الشھد امراتن مم ر فان لم یكونا رجلین فرجل و ذك

ا ان تكتبوه صغیرا اء اذا ما دعوا وال تسـ�مو او كبیرا الى اجلھ احدىھما االخرى وال یأب الشھد

Page 73: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

62

ان تكون تجارة حا ا اال واقوم للشھادة وادنى اال ترتابو ضرة تدیرونھا بینكم ذلكم اقسط عند �

ا ال شھید ە وان تفعلوا فانھ فلیس علیكم جناح اال تكتبوھا واشھدو اذا تبایعتم وال یضار كاتب و

بكل شيء علیم و� ویعلمكم � ۲۸۲ -فسوق بكم واتقوا �

لم تجدوا كاتبا قبوضة فان امن بعضكم بعضا فلیؤد الذى اؤتمن امانتھ وان كنتم على سفر و فرھن م

بما ومن یكتمھا فانھ اثم قلبھ و� ربھ وال تكتموا الشھادة ۲۸۳ - تعملون علیم ولیتق �

282. Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang

piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan

hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.

Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah

mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang

yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah,

Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya. Jika yang

berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak

mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan

benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika

tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang

perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar

jika yang seorang lupa, maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah

saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan janganlah kamu bosan

menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar. Yang

demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih

mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan

perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi

kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual

beli, dan janganlah penulis dipersulit dan begitu juga saksi. Jika kamu lakukan

(yang demikian), maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan

bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah

Maha Mengetahui segala sesuatu.

Page 74: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

63

283. Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan

seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang. Tetapi, jika

sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu

menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah,

Tuhannya. Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, karena barangsiapa

menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan.

Selanjutnya untuk mencapai sistem bisnis waralaba yang islami,

diperlukan sistem nilai Syariah sebagai filter moral bisnis yang bertujuan untuk

menghindari berbagai penyimpangan moral bisnis, yaitu: 10

1. Maysir, yaitu segala bentuk spekulasi judi yang mematikan sektor rill

dan tidak produktif.

2. Asusila, yaitu praktik usaha yang melanggar norma sosial dan

kesusilaan.

3. Gharar (penipuan), yaitu segala transaksi yang tidak transparan dan

tidak jelas, sehingga dapat merugikan salah satu pihak.

4. Haram, yaitu objek transaksi dan proyek usaha yang mengandung

unsur haram dan tidak sesuai dengan syariat islam.

5. Riba, yaitu penambahan terhadap sesuatu yang dilarang dalam islam

serta mengandung hal yang merugikan bagi pihak lain.

6. Ihktikar, yaitu penimbunan atau monopoli barang dan jasa yang

bertujuan untuk permainan harga.

7. Berbahaya, yaitu segala bentuk transaksi dan usaha yang

membahayakan individu maupun masyarakat dan bertentangan dengan

kemaslahatan.

10 Budi Prasetyo, “Perspektif Huku Islam Terhadap Bisnis Waralaba (Franchise)”, Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat, Vol 4, No. 2, (April, 2007), h., 222.

Page 75: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

64

Mengenai bentuk syirkah yang diterapkan dalam perjanjian kerjasama

d’BestO chicken & burger adalah bentuk syirkah al- uqud (Syirkah kontrak atau

kesepakatan). Di dalam syirkah al- uqud terdapat dua macam jenis syirkah,

yaitu:11

1. Syirkah inan, adalah kerja sama antara para pihak dua orang atau lebih di

mana penyertaan modal diantara masing-masing pihak tidak harus sama

besarnya, masing-masing anggota mempunyai hak penuh untuk mengelola

usahanya.

2. Syirkah Mufawadhah, adalah persekutuan dua orang dalam suatu

pekerjaan dengan syarat kedua belah pihak dalam hal memberikan modal

sama jumlahnya, masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban

yang sama, serta pembagian keuntungan berdasarkan persentase modal

masing-masing pihak.

3. Syirkah Abdan, adalah kerja sama dua orang dimana para pihak memiliki

profesi yang sama kemudian keuntungan dibagi menurut kesepakatan.12

4. Syirkah Wuju, adalah kerja sama dua orang atau lebih tanpa harus

memiliki modal. 13

Bentuk kerjasama d’Besto bila ditinjau dari jenis-jenis termaksud ke dalam

bentuk Syirkah Inan karena di dalam perjanjian kerjasama d’BestO chicken &

burger terkait modal antara pihak d’BestO selaku franchisor dan pihak franchisee

tidak harus sama besar modalnya. Dan Para Pihak di dalam perjanjian kerjasama

tersebut masing-masing memiliki hak dan kewajiban yang harus di patuhi.

Selanjutnya perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger masuk ke dalam

jenis Syirkah Abdan karena di dalam perjanjian kerjasama d’BestO chicken &

burger Para Pihak, baik pihak franchisor maupun pihak franchisee sama-sama

11 Faturrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, Cet.2, 2013), h., 167.

12 Hasbiyallah, Sudah Syar’ikah Muamalah mu ?, Panduan Memahami Seluk-Beluk Fiqih Muamalah, ( Yogyakarta : Salma Idea, Cetakan Pertama, 2014), h., 107.

13 Hasbiyallah, Sudah Syar’ikah Muamalah mu ?, Panduan Memahami Seluk-Beluk Fiqih Muamalah, ( Yogyakarta : Salma Idea, Cetakan Pertama, 2014), h., 108.

Page 76: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

65

bekerjasama dalam menjual suatu produk D’BestO sesuai kesepakatan tertulis

yang telah disepakati oleh Para Pihak. Sistem swakelola d’BestO chicken &

burger dalam menjalankan usahanya juga berpedoman kepada prinsip-prinsip

syari’ah. Kemudian terkait keuntungan dalam kerjasama bisnis tersebut, pihak

d’BestO chicken & burger selaku pihak franchisor mengambil keuntungan

dengan cara bagi hasil dalam bentuk persentase, dan persentase tersebut sudah

dijelaskan pada saat melakukan perjanjian.

Suatu perjanjian dapat berakhir atau hapus karena berbagai macam sebab,

berakhirnya perjanjian dapat digolongkan menjadu dua belas (12) macam, yaitu:14

1. Pembayaran.

Suatu perjanjian dapat berakhir atau hapus karena sebab

pembayaran, contohnya perjanjian utang piutang.

2. Novasi atau Pembaharuan Utang (Pasal 1413 – Pasal 1424 KUH Perdata).

Dalam novasi, perjanjian lama dihapuskan untuk kemudian

dibuatkan perjanjian baru.

3. Kompensasi atau Perjumpaan Utang (Pasal 1425 – Pasal 1435 KUH

Perdata).

Berakhirnya perjanjian juga dapat disebabkan adanya kompensasi

atau perjumpaan utang.

4. Konfusio atau Pencampuran Utang (Pasal 1435 - Pasal 1437 KUH

Perdata).

Konfusio adalah percampuran kedudukan seseorang sebagai debitur

sekaligus sebagai kreditur.

5. Pembebasan Utang (Pasal 1438 – Pasal 1443 KUH Perdata)

Pembebasan utang adalah pernyataan sepihak dari kreditur kepada

debitur yang menyatakan bahwa debitur dibebaskan dari kewajiban

membayar utang. Pembebasan utang dapat dilakukan secara cuma-cuma

dan/atau meminta prestasi lain dari pihak debitur.

14 Salim H.S., Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyususnan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006, Cet.3), h., 165.

Page 77: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

66

6. Kebatalan atau Pembatalan (Pasal 1446 – Pasal 1456 KUH Perdata)

Pembatalan kontrak dapat disebabkan karena:

a. Adanya perjanjian yang dibuat oleh orang-orang yang belum dewasa

dan/atau dibawah pengampuan.

b. Tidak mengindahkan bentuk perjanjian yang dipersyaratkan dalam

Undang-Undang.

c. Adanya cacat kehendak seperti kekhilafan, paksaan, dan penipuan.

7. Berlakunya Syarat Batal (Pasal 1265 KUH Perdata).

Syarat batal adalah suatu syarat yang bila dipenuhi akan berakibat

menghapuskan perjanjian dan membawa segala sesuatu pada keadaan

semula seolah-olah tidak pernah ada suatu perjanjian.

8. Jangka Waktu Kontrak Telah Berakhir

Perjanjian otomatis berakhir jika jangka waktu perjanjian telah

berakhir atau telah kadaluwarsa (lewat waktu).

9. Dilaksanakannya Objek Perjanjian

Perjanjian dapat berakhir karena pihak debitur telah memenuhi

prestasi atau melaksanakan objek perjanjian yang diwajibkan kepadanya

dengan tuntas.

10. Kesepakatan Keduabelah Pihak.

11. Memutuskan Kontrak Secara Sepihak.

12. Adanya Putusan Pengadilan.

Menurut para ulama, sebab-sebab berakhirnya syirkah yaitu:15

1. Salah satu anggota syirkah meninggal dunia, gila, tercegah

membelanjakan hartanya karena pailit atau kemunduran berfikir,

menarik diri dari keanggotaan perserikatan dalam waktu yang tidak

ditentukan, dan keluar dari keanggotaan serikat.

2. Berakhirnya masa yang ditetapkan dalam perserikatan.

15 Abdullah bin Muhammad Thayyar, dkk, Ensklopedi Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Maktabah Al Hanif, 2004), h., 296.

Page 78: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

67

3. Pekerjaan perserikatan telah selesai atau perserikatan tidak mungkin

menjalankannya.

4. Rusaknya harta perserikatan.

5. Kesepakatan mengakhiri perserikatan sebelum habis masa yang

ditetapkan.

6. Menggabungkan perserikatan ke dalam perserikatan lain.

7. Perserikatan dijual kepada umum.

Menurut Analisis penulis, bahwa perjanjian waralaba d’BestO chicken &

burger menggunakan jenis waralaba sistem format bisnis, di mana sistem format

bisnis adalah pemberian lisensi oleh pihak d’BestO chicken & burger selaku

franchisor kepada pihak franchisee. Lisensi tersebut berupa pihak d’BestO

memberikan hak kepada pihak franchisee untuk berusaha dengan menggunakan

merek dagang/brand d’BestO chicken & burger. Kemudian sesuai dengan syarat

sahnya perjanjian yang telah diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata dan

mengenai asas-asas dalam perjanjian, bahwa isi perjanjian kerjasama d’BestO

chicken & burger sudah sesuai dan tidak bertentangan dengan ketentuan yang

diatur dalam ketentuan tersebut. Dan perjanjian kerjasama d’BestO chicken &

burger bila ditinjau dari hukum bisnis syari’ah pun tidak bertentangan dengan

hukum islam, karena di dalam perjanjian tersebut sudah sesuai dengan rukun dan

syarat syirkah serta sudah menerapkan asas-asas di dalam hukum Islam.

2. Analisis tentang Kasus Wanprestasi di d’BestO chicken & burger

Perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger merupakan salah satu

bentuk perjanjian tidak bernama atau disebut juga dengan perjanjian

innominaat. Perjanjian kerjasama tersebut dibuat secara tertulis dan disepakati

oleh Para Pihak. Di dalam kerjasama bisnis d’BestO chicken & burger tidak

menutup kemungkinan akan timbulnya sengketa antara Para Pihak. Dalam

pelaksanaan kerjasama bisnis d’BestO chicken & burger ternyata sudah

pernah terjadi kasus wanprestasi yang dilakukan oleh pihak franchisee. Bahwa

pihak franchisee pada saat sedang melakukan kerjasama dengan pihak

d’BestO, pihak franchisee membuka usaha sejenis atau membuka resto lain

Page 79: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

68

dengan brand lain. Padahal sudah jelas hal tersebut dilarang di dalam

pelaksanaan perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger. Sesuai dengan

ketentuan yang sudah disepakati oleh pihak franchisee sebelumnya bahwa

pihak franchisee bersedia untuk tidak membuka usaha sejenis atau bekerja

sama dengan pihak lain untuk melakukan usaha sejenis diluar merek d’BestO

chicken & burger. Tetapi pihak franchisee melanggar apa yang sebelumnya

sudah disepakati.

Dalam kasus ini pihak d’BestO chicken & burger selaku franchisor

memanggil pihak franchisee dan pihak d’BestO memberikan pilihan kepada

pihak franchisee. Pilihannya yaitu apakah brand d’BestO chicken & burger

milik pihak franchisee akan diturunkan atau seperti apa kesepakatannya.

Kemudian pihak franchisee memutuskan untuk menutup resto d’BestO

chicken & burger dan memilih untuk mengganti dengan resto pilihan pihak

franchisee. Dan akhirnya keputusan itu disepakati antara pihak d’BestO

chicken & burger dan pihak franchisee. Karena proses musyawarah ini

menemukan jalan keluarnya, maka kasus wanprestasi yang dilakukan oleh

pihak franchisee ini tidak sampai menempuh jalur hukum.

Menurut analisis penulis, bahwa berakhirnya perjanjian kerjasama tersebut

sesuai dengan salah satu point sebab-sebabnya berakhir suatu perjanjian

perspekif hukum perdata dan hukum islam. Sebab perjanjian kerjasama itu

berakhir karena pihak franchisee melanggar ketentuan yang sudah ditentukan

oleh pihak d’Besto yaitu pihak franchisee membuka resto lain pada saat

sedang menjalankan kerjasama dengan pihak d’BestO, lalu hasil keputusan

tersebut sesuai dengan hasil musyawarah kesepakatan antara Para Pihak yang

mengadakan perjanjian kerjasama.

B. Perlindungan Hukum Terhadap Pihak Franchisor Bila Terjadi Wanprestasi

yang Dilakukan Oleh Pihiak Franchisee Dalam Pelaksanaan Bisnis

Perjanjian d’BestO Chicken & Burger

Di Indonesia saat ini bentuk perlindungan hukum bagi para pihak dalam

perjanjian waralaba tidak diatur secara khusus dalam suatu Peraturan Perundang-

Undangan, melainkan ditentukan di dalam perjanjian yang dibuat oleh pihak

Page 80: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

69

franchisor dan selanjutnya disepakati oleh pihak franchisee. Perjanjian d’BestO

chicken & burger dilakukan sesuai dengan kesepakatan Para Pihak di dalam

perjanjian tersebut, dan perjanjian itu sesuai dengan Pasal 1320 KUH Perdata

terkait syarat sahnya suatu perjanjian.

Berlakunya Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba

(yang diganti menjadi Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007) dan Peraturan

Menteri Perdagangan No. 12/M-DAG/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba mewajibkan pihak-pihak

yang terlibat dalam sistem bisnis waralaba melakukan perjanjian waralaba.16

Perjanjian waralaba merupakan salah satu aspek perlindungan hukum

kepada para pihak yang telah melakukan suatu perjanjian dari suatu perbuatan

yang merugikan bagi pihak lain. Hal ini dikarenakan perjanjian waralaba dapat

menjadi dasar hukum yang kuat bagi para pihak karena perjanjian waralaba

tersebut dibuat secara tertulis serta memperhatikan hukum Indonesia. Perjanjian

waralaba tersebut berisi tentang ketentuan yang memuat suatu hak dan kewajiban

bagi para pihak dalam melakukan kerjasama pada bisnis waralaba. Hak dan

kewajiban tersebut harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh para pihak yang membuat

perjanjian. Jika salah satu pihak melanggar isi dari perjanjian waralaba tersebut,

maka pihak yang dirugikan dapat menuntut pihak yang melanggar sesuai hukum

yang berlaku. Karena pihak yang dirugikan oleh pihak yang tidak beritikad baik

wajib mendapatkan perlindungan hukum.

Di dalam perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger, apabila pihak

franchisee melakukan wanprestasi maka pihak d’Besto selaku franchisor akan

memeriksa tingkat kesalahan yang dilakukan oleh pihak franchisee dengan

memberikan peringatan kepada pihak franchisee. Jika telah mencapai SP 3

selanjutnya pihak franchisor akan melakukan musyawarah atau perundingan final

dan jika tetap tidak ada titik terang maka tindakan yang dilakukan oleh pihak

franchisor adalah dengan cara pemutusan hubungan kerjasama dengan menarik

izin penggunaan merek d’BestO chicken & burger terhadap pihak franchisee

tersebut.

16Adrian Sutedi, Hukum Waralaba, (Bogor: Gahlia Indonesia, 2008), h., 80.

Page 81: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

70

C. Pola Penyelesaian Sengketa Bila Terjadi Wanprestasi yang Dilakukan Pihak

Franchisee Dalam Pelaksanaan Bisnis d’BestO Chicken & Burger

Pada sistem waralaba d’BestO chicken & burger, jika menggunakan sistem

kemitraan atau titip kelola maka kerjasamanya berlangsung selama 5 (lima) tahun,

kemudian dapat diperpanjang dengan membuat perjanjian baru tanpa penambahan

modal. Sedangkan pada sistem bisnis swakelola perjanjian kerjasamanya

berlangsung selama 4 (empat) tahun dan berlaku sejak hari dan tanggal perjanjian

kerjasama tersebut ditanda-tangani oleh para pihak. Untuk proses perpanjangan

perjanjian akan diperiksa terlebih dahulu oleh pihak franchisor. Tetapi didalam

perjanjian tersebut tidak menutup kemungkinan sebelum empat (4) tahun

perjanjian dihentikan jika terjadi pelanggaran berat yang dilakukan oleh pihak

franchisee.

Di dalam bisnis waralaba terdapat beberapa masalah yang sering timbul di

dalam perjanjian, yaitu:

1. Pihak franchisee tidak memenuhi prestasi sama sekali.

2. Pihak franchisee memenuhi prestasi, tetapi tidak sebagaimana mestinya.

3. Pihak franchisee memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktu.

4. Pihak franchisee memenuhi prestasi, tetapi melakukan yang dilarang di

dalam perjanjian.

Terdapat dua cara penyelesaian sengketa didalam suatu bisnis, yaitu

penyelesaian sengketa di pengadilan (litigasi) dan penyelesaian sengketa diluar

pengadilan (non litigasi). Cara menyelesaikan sengketa secara non litigasi melalui

arbitrase. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase dan alternatif penyelesaian

sengketa dibagi menjadi lima cara, yaitu: 17

17 Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Page 82: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

71

1. Konsultasi

Konsultasi adalah penyelesaian sengketa yang bersifat personal

antara suatu pihak tertentu (klien) dengan pihak lain yang merupakan

pihak konsultan. Konsultan memberikan pendapatnya kepada klien.18

2. Negoisasi

Dari ketentuan Pasal 6 ayat Undang-Undang No. 30 Tahun 1999,

rumusan tentang negoisasi pada prinsipnya adalah memberikan

kepada pihak-pihak terkait alternatif untuk menyelesaikan sendiri

masalah yang timbul di antara mereka secara kesepakatan di mana

hasil dari kesepakatan tersebut dituangkan dalam bentuk tertulis

sebagau komitmen antara kedua belah pihak.19

3. Mediasi

Mediasi merupakan suatu proses damai di mana para pihak yang

bersengketa menyerahkan penyelesaiannya kepada seorang mediator

untuk mencapai hasil akhir yang adil, tanpa membuang biaya yang

terlalu besar, tetapi tetap efektif dan diterima sepenuhnya oleh para

pihak yang bersengketa secara sukarela.20

4. Konsiliasi

Konsiliasi adalah penyelesaian melalui musyawarah yang ditengahi

oleh seorang konsiliator yang sudah memenuhi syarat-syarat

konsiliator yang ditetapkan oleh menteri. Jika dalam proses konsiliasi

tidak terjadi suatu kesepakatan, maka konsiliator mengeluarkan suatu

anjuran, dan para pihak dapat menerima atau menolak anjuran yang

diberikan.21

18 Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h., 86.

19 Sophia Maru Hutagalung, Praktik Peradilan Perdata dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h., 303.

20 H. Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase & Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta: PT Fikahati Aneska & BANI, 2002), h., 34.

21 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan(KDT), Panduan Bantuan Hukum Di Indonesia: Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan Masalah Hukum, (Jakarta: YLBHI, 2007), h., 201.

Page 83: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

72

5. Pendapat para ahli

Pendapat para ahli adalah konsultasi dalam bentuk opini atau

pendapat hukum atas permintaan dari para pihak yang bersengketa.22

Di dalam suatu perjanjian terkadang muncul suatu sengketa yang harus

dicarikan pola penyelesaian sengketanya. Pada bisnis swakelola d’BestO chicken

& burger sesuai dengan isi Perjanjian Kerjasama tersebut dalam Pasal 15 huruf b

tentang Sengketa, bahwa apabila terjadi perbedaan pendapat dan/atau perselisihan

yang timbul sebagai akibat dari tidak terpenuhinya ketentuan-ketentuan yang

tercantum dalam perjanjian kerjasama ini atau dalam pelaksanaannya, pada

dasarnya akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat, namun apabila

dengan jalan musyawarah dan mufakat tidak dapat diselesaikan, maka segala

akibatnya serta pelaksanaannya Para Pihak bersepakat untuk memilih dan

menyelesaikan sengketanya pada domisili hukum yang tetap dan seumumnya di

Kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.23

22 Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h., 95.

23 Surat Perjanjian Waralaba d’BestO

Page 84: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis teliti, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Bentuk perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger merupakan

bentuk perjanjian tertulis antara pihak d’Besto dan pihak

franchisee. Perjanjian d’BestO termaksuk kedalam jenis perjanjian

tidak bernama atau perjanjian innominaat. D’BestO chicken &

burger yang terletak di Jl. M. Kahfi I Gg. Pembangunan No. 55,

Cipedak Jagakarsa, Jakarta Selatan menggunakan sistem bisnis

dengan bentuk swakelola yaitu pihak swakelola (franchisee) yang

akan mengelola manajemen dan kegiatan sehari-hari dari restonya,

tetapi tetap di bawah pengawasan dan kontrol dari pihak d’BestO

dan juga pihak franchisee menggunakan bahan baku dari pihak

d’BestO.

2. Perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger bila dilihat dari

pelaksanaannya sudah sesuai dan tidak bertentangan dengan syarat

sahnya suatu perjanjian yang terdapat di dalam Pasal 1320 KUH

Perdata dan d’BestO sudah menerapkan asas-asas yang terdapat di

dalam hukum perjanjian. Format usaha yang dilakukan d’BestO

chicken & burger bila dilihat dari pelaksanaannya merupakan

bentuk kerjasama yang terdapat di dalam hukum bisnis Syariah,

yaitu bentuk kerjasama Syirkah. Dan jenis syirkah yang diterapkan

dalam kerjasama tersebut adalah jenis syirkah inan dan jenis

syirkah abdan.

3. Bentuk perlindungan hukum terhadap pihak d’Besto selaku

franchisor jika pihak franchisee melakukan wanprestasi adalah

dengan pemutusan hubungan kerjasama dengan menarik izin

penggunaan merek d’BestO chicken & burger. Pola penyelesaian

73

Page 85: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

74

sengketa jika terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh pihak

franchisee yaitu melalui musyawarah kekeluargaan, kemudian jika

tidak tercapainya suatu mufakat maka akan dilanjutkan ke jalur

hukum. Jalur hukum yang sudah disepakati diantara Para Pihak

dalam perjanjian kerjasama d’BestO chicken & burger adalah

dengan jalur litigasi di Kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan.

B. Saran

1. D’BestO Chicken & Burger lebih meningkatkan promosinya di

media internet dan di media televisi agar semakin bertambah pihak

yang ingin berbisnis dengan menggunakan sistem swakelola

d’BestO dan agar semakin banyak cabang d’BestO di Indonesia.

Page 86: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdurrasyid, Priyatna, “Arbitrase & Alternatif Penyelesaian Sengketa”, Jakarta:

PT Fikahati Aneska & BANI, 2002.

Antonio, Muhammad Syafi’I, “Bank Syari’ah Teori dan Praktek”, Jakarta: Gema

Insani Press dengan Tazkia Cendikia, 2001.

Ashsofa, Burhan, “Metode Penelitian Hukum”, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

Badrulzaman, Mariam Darus dkk, “Kompilasi Hukum Perikatan”, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2001.

Dayanto, S.H., M.H., “Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia”,

Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Devita, Irma, “Kiat-kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Akad

Syariah”, Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka, 2011.

Dewi, Gemala dkk, “Hukum Perikatan Islam Di Indonesia”, Depok:

Prenadamedia, 2005, Edisi Pertama.

Djamil, Faturrahman, “Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah”, Jakarta: Sinar Grafika, 2013, Cet.2.

Hadi, Sutrisno, “Metodologi Research”, Yogyakarta: Andi Offset, 2000.

Hakim, Lukman, “Info Lengkap Waralaba”, Yogyakarta: Media Pressindo, 2008.

Harun, “Fiqih Muamalah”, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2017.

Hasbiyallah, “Sudah Syar’ikah Muamalahmu?, Panduan Memahami Seluk-Beluk

Fiqih Muamalah”, Yogyakarta: Salma Idea, Cetakan Pertama, 2014.

Hutagalung, Sophia Maru, “Praktik Peradilan Perdata dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa”, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

75

Page 87: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

76

Ismail, “Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer”, Bogor: Ghalia Indonesia,

2012.

Jamilah, Fitrotin, “Strategi Penyelesaian Sengketa Bisnis”, Yogyakarta: MedPress

Digital, 2014.

Maerisa, Eka Astri, “Membuat Surat-Surat Bisnis dan Perjanjian”, Jakarta:

Visimedia, 2013.

Marzuki, Peter Mahmud, “Penelitian Hukum”, Jakarta: Prenada Media, 2003.

Mertokusumo, Sudikno, “Rangkuman Kuliah Hukum Perdata”, Yogyakarta:

Fakultas Pascasarjana Universitas Gajah Mada.

Muchsin, “Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi Investor di Indonesia”,

Surakarta: Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret, 2003.

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan(KDT), “Panduan Bantuan

Hukum Di Indonesia: Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan

Masalah Hukum”, Jakarta: YLBHI, 2007.

P. N. H Simanjuntak, “Hukum Perdata Indonesia”, Jakarta: Kencana, Edisi

Pertama, 2015, h.292.

Prof. Dr. Sudarmiatin, M. Si, “Praktik Bisnis Waralaba (Franchise) di Indonesia”,

Peluang Usaha dan Investas, April, 2011.

Prof. Dr. sugianto, “Memahami Penelitian Kualitatif”, Bandung: Alfabeta, 2012.

Prodjodikoro, Wirjono, ”Asas-asas Hukum Perdata”, Bandung: Sumur, 1992.

Rahardjo, Satjipto, “Ilmu Hukum”, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000.

S. Nasution, “Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif”, Bandung: Tarsito, 1992.

Salim H.S., “Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia”, Jakarta:

Sinar Grafika, 2003.

Salim H.S, “Perkembangan Hukum Kontrak di Indonesia” Jakarta: PT Sinar

Grafika, 2005.

Salim H.S., “Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyususnan Kontrak”, Jakarta:

Sinar Grafika, 2006, Cet.3.

Page 88: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

77

Salim H.S, “Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW)”, Jakarta: Sinar Grafika,

2009.

Shalihah, Maratun, “Konsep Syirkah Dalam Waralaba”, Jurnal Ahkam Vol. XII

No.2 Desember, 2016.

Sjahdeini, Sutan Remy, “Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang

bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia”, Jakarta:

Institut Bankir Indonesia, 1993.

Soemitro, Ronny Hanitijo, “Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri”,

Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.

Sutedi,Adrian, “Hukum Waralaba”, Bogor: Gahlia Indonesia, 2008.

Supardi, “Metodologi Penelitian”, Mataram: Yayasan Cerdas Press, 2006. Thayyar, Abdullah bin Muhammad, dkk, “Ensklopedi Fiqih Muamalah”,

Yogyakarta: Maktabah Al Hanif, 2004. Tim Redaksi FOKUSMEDIA, “Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah”, Bandung:

FOKUSMEDIA, 2008.

Tjitrosoedibio, Subekti, “Kamus Hukum”, Jakarta: Pradnya Paramita, 1996.

Tunggal, Iman Sjahputra, “Franchising: Konsep dan Kasus”, Jakarta: Harvarindo,

2005.

Widjaja, Gunawan, “Seri Hukum Bisnis Alternatif Penyelesaian Sengketa”,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

SKRIPSI DAN JURNAL

Aldy, Muhammad Taufiq, “Analisis Hukum Pelaksanaan Perjanjian Franchise

Sate Taichan Khas Senayan Menurut Hukum Perdata”. Skripsi S1,

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2018.

Firdawati, Linda, “Perjanjian Waralaba Menurut Hukum Islam”, Jurnal ASAS,

Vol. 3, No. 1, Januari,2011.

H. Syahrani, “Bisnis Waralaba Di Indonesia Dalam Perspektif Hukum Bisnis

Syariah”, AT-TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Vol. 3, No. 2, Desember

2012.

Page 89: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

78

Handayani, Gusti Ayu Mirah dkk., “Pelaksanaan Perjanjian Waralaba (Franchise)

Kuch2hotahu Di Denpasar, Jurnal Kertha Semaya, Vol.05, No.02 April

2017.

Kogin, Kevin, “Aspek Hukum Kontrak Waralaba pada Kegiatan Usaha Jasa

Makanan dan Minuman”, Jurnal Ilmiah Vol.2 No.2 2013.

Lannemey,” Akibat Hukum Pemutusan Perjanjian Franchise Secara Sepihak Oleh

Franchisor Sebelum Berakhirnya Kontrak”, Vol.III, No.1, Januari-Maret

2015.

Nasution, Khairul Fikri, “Perjanjian Franchise Terhadap Restoran Makanan Studi

Di Restoran JM Bariani Medan”. Skripsi S1, Universitas Sumatera Utara,

2018.

Putu Prasmita Sari dan I Gusti Ngurah Parwata, “Perlindungan Hukum Para Pihak

Dalam Perjanjian Bisnis Franchise”, Jurnal Kertha Semaya, Vol.1 No. 05,

2016.

Prasetyo, Budi, “Perspektif Hukum Islam Terhadap Bisnis Waralaba

(Franchise)”, Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat Vol.4, No.2, April,

2007.

Suryati dkk, “Akibat Hukum terhadap Wanprestasi dalam Perjanjian Waralaba

Lapis Legit Spesial Nyidam Sari”, Jurnal Cakrawala Hukum, Vol. 16 No.

42, 2014.

Utami, Annisa Dyah, “Konsep Franchise Fee dan Royalty Fee pada Waralaba

Bakmi Tebet Menurut Prinsip Syariah”. Skripsi S-1, Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Waluyo, Bambang, “Penelitian Hukum Dalam Praktek”, Jakarta: Sinar Grafika, 2002.

PERATURAN-PERATURAN

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 12 Tahun 2006 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha

Waralaba.

Page 90: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

79

Peraturan Mentri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Waralaba.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang

Waralaba.

Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa.

INTERNET

Media Profile Majalah Info Franchise Indonesia, Majalah Franchise Indonesia,

diakses

dari http://www.majalahfranchise.com/res/fiona/drive/uploads/Company%

20Profile%20Majalah%20Franchise.pdf/ , pada tanggal 09 Desember 2018

pukul 16.52 WIB.

Majalah Franchise Indonesia, diakses dari https://www.majalahfranchise.com/,

pada tanggal 02 Desember 2018 pukul 11.00 WIB.

Tentang D’Besto, diakses dari http://www.dbesto.co.id/about/1 , pada tanggal 02

Januari 2019 pukul 09.22 WIB.

WAWANCARA

Hasil Wawancara dengan Ibu Anggita selaku Human Capital Management

(HCM) d’BestO chicken & burger, di Kantor Pusat d’BestO chicken &

burger, Jl. M. Kahfi I, Gg. Pembangunan No. 55, Cipedak Jagakarsa,

Jakarta Selatan, 14 Agustus 2019.

Hasil Wawancara dengan Bapak Yudi selaku Business Development d’BestO

chicken & burger, di Kantor Pusat d’BestO chicken & burger, Jl. M. Kahfi

I, Gg. Pembangunan No. 55, Cipedak Jagakarsa, Jakarta Selatan, 14

Agustus 2019.

PERJANJIAN

Surat Perjanjian Waralaba d’BestO Pasal 15 Tentang Sengketa.

Page 91: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Pedeoman Wawancara

1. Bagaimana cara bergabung dengan bisnis swakelola d’BestO chicken

& burger? dan apa saja ketentuannya?

Prosedurnya menghubungi kami (tim Business Development)

dengan membawa calon lokasi, setiap pengajuan swakelola harus

menyertakan calon lokasi yg selanjutnya akan dianalisa oleh tim

survey apakah sesuai dengan kriteria dBestO atau tidak1

2. Bagaimana bentuk perjanjian bisnis swakelola d’BestO chicken &

burger?

Perjanjian kerjasama syariah, bagi hasil. 2

3. Bagaimana sistem bisnis waralaba di d’BestO chicken & burger?

Sistem Bisnis di Waralaba d’BestO Chicken & Burger memiliki

dua pilihan, yaitu: 3

a. Kemitraan / Mitra Kelola

Pada jenis kemitraan ini, pihak franchisee menitipkan uang

kepada pihak franchisor (pihak d’BestO). Kemudian

manajemen dan pengelolaannya dilakukan sepenuhnya oleh

pihak kantor pusat d’BestO selaku franchisor.

b. Swakelola

Sistem bisnis swakelola adalah pihak swakelola akan

mengelola manajemen dan day to day activity dari restonya di

1 Hasil Wawancara dengan Bapak Yudi selaku Business Development d’BestO chicken & burger, di Kantor Pusat d’BestO chicken & burger, Jl. M. Kahfi I, Gg. Pembangunan No. 55, Cipedak Jagakarsa, Jakarta Selatan, 14 Agustus 2019.

2 Hasil Wawancara dengan Bapak Yudi selaku Business Development d’BestO chicken & burger, di Kantor Pusat d’BestO chicken & burger, Jl. M. Kahfi I, Gg. Pembangunan No. 55, Cipedak Jagakarsa, Jakarta Selatan, 14 Agustus 2019.

3 Hasil Wawancara dengan Ibu Anggita selaku HCM/HRD d’BestO chicken & burger, di Kantor Pusat d’BestO chicken & burger, Jl. M. Kahfi I, Gg. Pembangunan No. 55, Cipedak Jagakarsa, Jakarta Selatan, 14 Agustus 2019.

80

Page 92: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

81

bawah pengawasan dan kontrol dBestO dengan menggunakan

bahan baku dari d’BestO.1 Dan pada saat ini d’BestO

menerapkan sistem bisnis swakelola

4. Bagaimana sistem bagi hasil yang dilakukan di d’BestO chicken

burger?

Sistem bagi hasil yang dilakukan pada sistem bisnis kemitraan

yaitu:2

a. Pihak franchisor berhak mendapatkan sebesar 40% (empat

puluh persen) dari nilai total keuntungan yang diperoleh.

b. Pihak franchisee berhak mendapatkan sebesar 60% dari nilai

total keuntungan yang diperoleh.

Sistem bagi hasil yang dilakukan pada sistem bisnis swakelola

yaitu:

a. Pihak franchisor berhak mendapatkan sebesar 20% (dua puluh

persen) dari nilai total keuntungan yang diperoleh.

b. Pihak franchisee berhak mendapatkan sebesar 80% (delapan

puluh persen) dari nilai total keuntungan yang diperoleh.

5. Apa saja hak dan kewajiban para pihak di dalam perjanjian waralaba

d’BestO chicken & burger?

a. Selama perjanjian kerjasama berlangsung, Pihak Pertama selaku

pemilik dan pengelola usaha d’BestO Chicken & Burger

berkewajiban untuk:

1) Menyediakan desain dan tata ruang, menentukan standar

perlengkapan d’BestO Chicken & Burger seperti meja, kursi,

peralatan penyimpanan bahan, peralatan perawatan, seragam

1 Hasil Wawancara Pribadi Bersama Bapak Yudi selaku Business Development d’BestO Chicken & Burger, 14 Agustus 2019

2 Hasil Wawancara Pribadi Bersama Ibu Anggita selaku HCM/HRD d’BestO Chicken & Burger, 14 Agustus 2019

Page 93: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

82

karyawan, brosur, alat promosi kwitansi dan perlengkapan

lainnya sesuai Standar Oprasional Pihak Pertama.

2) Memberikan pelatihan awal pada karyawan resto yang telah

disiapkan pihak kedua untuk melaksanakan usaha d’BestO

Chicken & Burger.

3) Menyelenggarakan program pelatihan (training) untuk para

karyawan secara berkala dan berkesinambungan.

b. Para Pihak sepakat bahwa Pihak Pertama berhak untuk mengubah

dan menyesuaikan sistem manajemen dan marketing, termaksud

menentukan pemakaian nama dagang, tanda atau atribut dagang,

tanda pelayanan baru, identitas baru, inovasi, produk, dan menu

baru yang dilakukan dengan itikad baik demi perbaikan usaha

bersama Para Pihak, dengan melakukan pemberitahuan terlebih

dahulu kepada Pihak Kedua selambat-lambatnya tiga puluh hari

sebelum perubahan dilakukan.

c. Para Pihak sepakat bahwa Pihak Kedua berhak sepenuhnya atas

pengelolaan keuangan resto yang meliputi dari pencatatan omset

harian sampai dengan penghitungan keuntungan yang diperoleh

dari selisih total penjualan setelah dikurangi bahan baku, biaya

karyawan dan seluruh biaya operasional lainnya, setiap bulannya.

d. Pihak Pertama berhak untuk memeriksa catatan atau pembukuan

yang berkaitan dengan penjualan (omset) harian atau bulanan di

lokasi usaha d’BestO Chicken & Burger.

e. Pihak Pertama berhak secara berkala mengawasi tentang Standart

Operasional Procedure (SOP) pengelolaan bahan, penyajian menu,

standar pelayanan dan kebersihan resto.3

3 Hasil Wawancara Pribadi Bersama Bapak Yudi selaku Business Development d’BestO Chicken & Burger, 14 Agustus 2019

Page 94: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

83

6. Bagaimana jika terjadi pelanggaran di salah satu cabang?

Pihak d’BestO akan mereview tingkat kesalahan, dimulai

dengan memberikan peringatan kepada pihak swakelola selaku

franchisee.4

7. Apakah pernah terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh pihak

franchisee di dalam pelaksanaan perjanjian waralaba d’BestO

chicken & burger? jika pernah, jenis wanprestasi seperti apa yang

dilakukan?

Pernah, ada beberapa kasus yang pernah terjadi. Salah

satunya adalah tidak terjaganya SOP oleh pihak swakelola

(franchisee) sehingga menyebabkan complain dari pelanggan

d’BestO.5

Pihak franchisee pernah ada yang melakukan wanpresatsi

seperti menjual produk lain yang tidak diperbolehkan didalam

perjanjian d’BestO chicken & burger. Dan terdapat wanprestasi

yang dilakukan pihak franchisee seperti pihak franchisee

membuka resto selain d’BestO dan itu tidak diperbolehkan

diperjanjian d’BestO.6

8. Kapan perjanjian swakelola d’BestO chicken & burger berakhir

dan bagaimana cara memperbarui perjanjian d’BestO chicken &

burger yang sudah berakhir?

Perjanjian swakelola d’BestO chicken & burger berakhir

setiap empat tahun sekali, dan akan di review untuk

4 Hasil Wawancara Pribadi Bersama Bapak Yudi selaku Business Development d’BestO Chicken & Burger, 14 Agustus 2019

5 Hasil Wawancara Pribadi Bersama Bapak Yudi selaku Business Development d’BestO Chicken & Burger, 14 Agustus 2019

6 Hasil Wawancara Pribadi Bersama Ibu Anggita selaku HCM/HRD d’BestO Chicken & Burger, 14 Agustus 2019

Page 95: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

84

perpanjangannya, tetapi tidak menutup kemungkinan sebelum

empat tahun perjanjian dihentikan jika terjadi pelanggaran berat.7

9. Bentuk perlindungan hukum seperti apa yang didapat pihak

franchisor jika pihak franchisee melakukan wanprestasi di dalam

perjanjian tersebut?

Pemutusan hubungan kerjasama dengan menarik izin

penggunaan merek d’BestO chicken & burger.8

10. Bagaimana proses penyelesaian sengketa bisnis yang dilakukan

pihak franchisor jika pihak franchisee melakukan wanprestasi?

Melalui musyawarah kekeluargaan, kemudian jika tidak

tercapai suatu mufakat maka akan dilanjutkan ke jalur hukum.9

Terwawancara Pewawancara

Bapak Yudhi

Ibu Anggita Salma Nadiyah

7 Hasil Wawancara Pribadi Bersama Bapak Yudi selaku Business Development d’BestO Chicken & Burger, 14 Agustus 2019

8 Hasil Wawancara Pribadi Bersama Bapak Yudi selaku Business Development d’BestO Chicken & Burger, 14 Agustus 2019

9 Hasil Wawancara Pribadi Bersama Bapak Yudi selaku Business Development d’BestO Chicken & Burger, 14 Agustus 2019

Page 96: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise
Page 97: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 42 TAHUN 2007

TENTANG

WARALABA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk lebih meningkatkan tertib usaha dengan cara

Waralaba serta meningkatkan kesempatan usaha nasional, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Waralaba;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijke Wetboek, Staatblads 1847 Nomor 23);

3. Undang-Undang Penyaluran Perusahaan 1934 (Bedrijfs Reglementerings Ordonantie 1934, Staatblads 1938 Nomor 86);

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3611);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WARALABA.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksudkan dengan :

1. Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

2. Pemberi . . .

Page 98: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 2 -

2. Pemberi Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang dimilikinya kepada Penerima Waralaba.

3. Penerima Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh Pemberi Waralaba untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang dimiliki Pemberi Waralaba.

4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang perdagangan.

Pasal 2

Waralaba dapat diselenggarakan di seluruh wilayah Indonesia.

BAB II KRITERIA

Pasal 3

Waralaba harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. memiliki ciri khas usaha;

b. terbukti sudah memberikan keuntungan;

c. memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis;

d. mudah diajarkan dan diaplikasikan;

e. adanya dukungan yang berkesinambungan; dan

f. Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar.

BAB III PERJANJIAN WARALABA

Pasal 4

(1) Waralaba diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis antara Pemberi Waralaba dengan Penerima Waralaba dengan memperhatikan hukum Indonesia.

(2) Dalam hal perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditulis dalam bahasa asing, perjanjian tersebut harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Pasal 5 . . .

Page 99: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 3 -

Pasal 5

Perjanjian Waralaba memuat klausula paling sedikit :

a. nama dan alamat para pihak;

b. jenis Hak Kekayaan Intelektual;

c. kegiatan usaha;

d. hak dan kewajiban para pihak;

e. bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan, dan pemasaran yang diberikan Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba;

f. wilayah usaha;

g. jangka waktu perjanjian;

h. tata cara pembayaran imbalan;

i. kepemilikan, perubahan kepemilikan, dan hak ahli waris;

j. penyelesaian sengketa; dan

k. tata cara perpanjangan, pengakhiran, dan pemutusan perjanjian.

Pasal 6

(1) Perjanjian Waralaba dapat memuat klausula pemberian hak bagi Penerima Waralaba untuk menunjuk Penerima Waralaba lain.

(2) Penerima Waralaba yang diberi hak untuk menunjuk Penerima Waralaba lain, harus memiliki dan melaksanakan sendiri paling sedikit 1 (satu) tempat usaha Waralaba.

BAB IV KEWAJIBAN PEMBERI WARALABA

Pasal 7

(1) Pemberi Waralaba harus memberikan prospektus penawaran Waralaba kepada calon Penerima Waralaba pada saat melakukan penawaran.

(2) Prospektus penawaran Waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat paling sedikit mengenai :

a. data identitas Pemberi Waralaba; b. legalitas usaha Pemberi Waralaba;

c. sejarah . . .

Page 100: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 4 -

c. sejarah kegiatan usahanya; d. struktur organisasi Pemberi Waralaba; e. laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir; f. jumlah tempat usaha; g. daftar Penerima Waralaba; dan h. hak dan kewajiban Pemberi Waralaba dan Penerima

Waralaba.

Pasal 8

Pemberi Waralaba wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan, bimbingan operasional manajemen, pemasaran, penelitian, dan pengembangan kepada Penerima Waralaba secara berkesinambungan.

Pasal 9

(1) Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba mengutamakan penggunaan barang dan/atau jasa hasil produksi dalam negeri sepanjang memenuhi standar mutu barang dan/atau jasa yang ditetapkan secara tertulis oleh Pemberi Waralaba.

(2) Pemberi Waralaba harus bekerjasama dengan pengusaha kecil dan menengah di daerah setempat sebagai Penerima Waralaba atau pemasok barang dan/atau jasa sepanjang memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan oleh Pemberi Waralaba.

BAB V PENDAFTARAN

Pasal 10

(1) Pemberi Waralaba wajib mendaftarkan prospektus penawaran Waralaba sebelum membuat perjanjian Waralaba dengan Penerima Waralaba.

(2) Pendaftaran prospektus penawaran Waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh pihak lain yang diberi kuasa.

Pasal 11 . . .

Page 101: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 5 -

Pasal 11

(1) Penerima Waralaba wajib mendaftarkan perjanjian Waralaba.

(2) Pendaftaran perjanjian Waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh pihak lain yang diberi kuasa.

Pasal 12

(1) Permohonan pendaftaran prospektus penawaran Waralaba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 diajukan dengan melampirkan dokumen :

a. fotokopi prospektus penawaran Waralaba; dan b. fotokopi legalitas usaha.

(2) Permohonan pendaftaran perjanjian Waralaba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 diajukan dengan melampirkan dokumen:

a. fotokopi legalitas usaha; b. fotokopi perjanjian Waralaba; c. fotokopi prospektus penawaran Waralaba; dan d. fotokopi Kartu Tanda Penduduk pemilik/pengurus

perusahaan.

(3) Permohonan pendaftaran Waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diajukan kepada Menteri.

(4) Menteri menerbitkan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba apabila permohonan pendaftaran Waralaba telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

(5) Surat Tanda Pendaftaran Waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

(6) Dalam hal perjanjian Waralaba belum berakhir, Surat Tanda Pendaftaran Waralaba dapat diperpanjang untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

(7) Proses permohonan dan penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba tidak dikenakan biaya.

Pasal 13 . . .

Page 102: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 6 -

Pasal 13

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran Waralaba diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB VI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 14

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan Waralaba.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain berupa pemberian :

a. pendidikan dan pelatihan Waralaba;

b. rekomendasi untuk memanfaatkan sarana perpasaran;

c. rekomendasi untuk mengikuti pameran Waralaba baik di dalam negeri dan luar negeri;

d. bantuan konsultasi melalui klinik bisnis;

e. penghargaan kepada Pemberi Waralaba lokal terbaik; dan/atau

f. bantuan perkuatan permodalan.

Pasal 15

(1) Menteri melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Waralaba.

(2) Menteri dapat melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BAB VII . . .

Page 103: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 7 -

BAB VII SANKSI

Pasal 16

(1) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya masing-masing dapat mengenakan sanksi administratif bagi Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 10, dan/atau Pasal 11.

(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. peringatan tertulis; b. denda; dan/atau c. pencabutan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba.

Pasal 17

(1) Sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf a, dikenakan kepada Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 10, dan Pasal 11.

(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dalam tenggang waktu 2 (dua) minggu terhitung sejak tanggal surat peringatan sebelumnya diterbitkan.

Pasal 18

(1) Sanksi administratif berupa denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b, dikenakan kepada Pemberi Waralaba yang tidak melakukan pendaftaran prospektus penawaran Waralaba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 atau Penerima Waralaba yang tidak melakukan pendaftaran perjanjian Waralaba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 setelah diterbitkannya surat peringatan tertulis ketiga.

(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(3) Sanksi administratif berupa pencabutan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (2) huruf c, dikenakan kepada Pemberi Waralaba yang tidak melakukan pembinaan kepada Penerima Waralaba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 setelah diterbitkannya surat peringatan tertulis ketiga.

BAB VIII . . .

Page 104: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 8 -

BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 19

(1) Perjanjian Waralaba yang dibuat sebelum ditetapkan Peraturan Pemerintah ini harus didaftarkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1).

(2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun sejak tanggal berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3690) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 21

Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3690) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 22

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar . . .

Page 105: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 9 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 Juli 2007 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 23 Juli 2007 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA, ttd

ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2007 NOMOR 90

Salinan sesuai dengan aslinya DEPUTI MENTERI SEKRETARIS NEGARA

BIDANG PERUNDANG-UNDANGAN,

ttd

MUHAMMAD SAPTA MURTI

Page 106: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 42 TAHUN 2007

TENTANG

WARALABA I. UMUM

Dalam rangka meningkatkan pembinaan usaha dengan Waralaba di seluruh Indonesia maka perlu mendorong pengusaha nasional terutama pengusaha kecil dan menengah untuk tumbuh sebagai Pemberi Waralaba nasional yang handal dan mempunyai daya saing di dalam negeri dan luar negeri khususnya dalam rangka memasarkan produk dalam negeri.

Pemerintah memandang perlu mengetahui legalitas dan bonafiditas

usaha Pemberi Waralaba baik dari luar negeri dan dalam negeri guna menciptakan transparansi informasi usaha yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh usaha nasional dalam memasarkan barang dan/atau jasa dengan Waralaba. Disamping itu, Pemerintah dapat memantau dan menyusun data Waralaba baik jumlah maupun jenis usaha yang diwaralabakan. Untuk itu, Pemberi Waralaba sebelum membuat perjanjian Waralaba dengan Penerima Waralaba, harus menyampaikan prospektus penawaran Waralaba kepada Pemerintah dan calon Penerima Waralaba. Disisi lain, apabila terjadi kesepakatan perjanjian Waralaba, Penerima Waralaba harus menyampaikan perjanjian Waralaba tersebut kepada Pemerintah.

Peraturan Pemerintah ini diharapkan dapat memberikan kepastian

berusaha dan kepastian hukum bagi Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba dalam memasarkan produknya.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas.

Pasal 2 Cukup jelas.

Pasal 3 . . .

Page 107: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Pasal 3 Huruf a

Yang dimaksud dengan “ciri khas usaha” adalah suatu usaha yang memiliki keunggulan atau perbedaan yang tidak mudah ditiru dibandingkan dengan usaha lain sejenis, dan membuat konsumen selalu mencari ciri khas dimaksud. Misalnya, sistem manajemen, cara penjualan dan pelayanan, atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus dari Pemberi Waralaba.

Huruf b Yang dimaksud dengan “terbukti sudah memberikan keuntungan” adalah menunjuk pada pengalaman Pemberi Waralaba yang telah dimiliki kurang lebih 5 (lima) tahun dan telah mempunyai kiat-kiat bisnis untuk mengatasi masalah-masalah dalam perjalanan usahanya, dan ini terbukti dengan masih bertahan dan berkembangnya usaha tersebut dengan menguntungkan.

Huruf c Yang dimaksud dengan “standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis” adalah standar secara tertulis supaya Penerima Waralaba dapat melaksanakan usaha dalam kerangka kerja yang jelas dan sama (Standard Operational Procedure).

Huruf d Yang dimaksud dengan “mudah diajarkan dan diaplikasikan” adalah mudah dilaksanakan sehingga Penerima Waralaba yang belum memiliki pengalaman atau pengetahuan mengenai usaha sejenis dapat melaksanakannya dengan baik sesuai dengan bimbingan operasional dan manajemen yang berkesinambungan yang diberikan oleh Pemberi Waralaba.

Huruf e Yang dimaksud dengan “dukungan yang berkesinambungan” adalah dukungan dari Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba secara terus menerus seperti bimbingan operasional, pelatihan, dan promosi.

Huruf f Yang dimaksud dengan “Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar” adalah Hak Kekayaan Intelektual yang terkait dengan usaha seperti merek, hak cipta, paten, dan rahasia dagang, sudah didaftarkan dan mempunyai sertifikat atau sedang dalam proses pendaftaran di instansi yang berwenang.

Pasal 4 . . .

Page 108: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 3 -

Pasal 4

Cukup jelas. Pasal 5

Cukup jelas. Pasal 6

Cukup jelas. Pasal 7

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Yang dimaksud dengan “data identitas” adalah fotokopi Kartu Tanda Penduduk pemilik usaha apabila perseorangan, dan fotokopi Kartu Tanda Penduduk para pemegang saham, komisaris, dan direksi apabila berupa badan usaha.

Huruf b Yang dimaksud dengan “legalitas usaha” adalah izin usaha teknis seperti Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Izin Tetap Usaha Pariwisata, Surat Izin Pendirian Satuan Pendidikan.

Huruf c Yang dimaksud dengan “sejarah kegiatan usahanya” adalah uraian yang mencakup antara lain mengenai pendirian usaha, kegiatan usaha, dan pengembangan usaha.

Huruf d Cukup jelas.

Huruf e Cukup jelas.

Huruf f Yang dimaksud dengan “tempat usaha” adalah outlet atau gerai

untuk melaksanakan kegiatan usaha.

Huruf g Yang dimaksud dengan “daftar Penerima Waralaba” adalah nama-nama perusahaan dan/atau perseorangan sebagai Penerima Waralaba.

Huruf h . . .

Page 109: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 4 - Huruf h

Cukup jelas.

Pasal 8 Pembinaan yang diberikan Pemberi Waralaba dilaksanakan secara berkesinambungan, termasuk melakukan pengendalian mutu dan evaluasi terhadap bisnis yang dilakukan oleh Penerima Waralaba.

Pasal 9

Ketentuan ini dimaksudkan dalam rangka meningkatkan penggunaan produk dalam negeri dan tidak menggunakan produk luar negeri sepanjang tersedia produk pengganti dalam negeri dan memenuhi standar mutu produk yang dibutuhkan.

Pasal 10

Cukup jelas. Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12 Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas. Pasal 14

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas.

Huruf d Cukup jelas.

Huruf e Cukup jelas.

Huruf f . . .

Page 110: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK FRANCHISORrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47965... · 2019-10-31 · Franchise Hiburan Franchise Kecantikan dan Kesehatan Franchise

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 5 - Huruf f

Yang dimaksud dengan “perkuatan permodalan” adalah antara lain kemudahan mendapatkan fasilitas kredit dan mendapatkan bunga rendah.

Pasal 15 Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18

Denda ditetapkan oleh pejabat yang menerbitkan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba atau pejabat yang ditunjuk dan disetor ke Kas Negara menjadi Pendapatan Negara Bukan Pajak. Pencabutan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba dilakukan oleh pejabat yang menerbitkan atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 19

Cukup jelas. Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21 Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4742