perlakuan sinar gamma pada substrat jerami padi dan...
TRANSCRIPT
PERLAKUAN SINAR GAMMA PADA SUBSTRAT
JERAMI PADI DAN KAPANG Phanerochaete chrysosporium
UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DELIGNIFIKASI
MELALUI FERMENTASI PADAT
ANISA ULFATU AENI
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/ 1439 H
PERLAKUAN SINAR GAMMA PADA SUBSTRAT
JERAMI PADI DAN KAPANG Phanerochaete chrysosporium
UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DELIGNIFIKASI MELALUI
FERMENTASI PADAT
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kimia
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
ANISA ULFATU AENI
NIM : 1113096000011
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M/ 1439 H
PERLAKUAN SINAR GAMMA PADA SUBSTRAT
JERAMI PADI DAN KAPANG Phanerochaete chrysosporium
UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DELIGNIFIKASI MELALUI
FERMENTASI PADAT
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kimia
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
ANISA ULFATU AENI
NIM : 1113096000011
Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II
Dra.Tri Retno Dyah Larasati, M.Si Anna Muawanah, M.Si
NIP.19630119 198503 2 005 NIP. 19740508199903 2 002
Mengetahui, Ketua Program Studi Kimia
Drs. Dede Sukandar, M.Si
NIP.19650104199103 1 004
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul Perlakuan Sinar Gamma pada Substrat Jerami Padi
dan Kapang Phanerochaete chrysosporium untuk Meningkatkan Efisiensi
Delignifikasi melalui Fermentasi Padat” telah diuji dan dinyatakan lulus pada
Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada hari kamis, 15 Februari 2018. Skripsi telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S1) Program
Studi Kimia.
Menyetujui, Penguji I Penguji II
Drs. Dede Sukandar, M.Si Nurhasni, M.Si
NIP.19650104 199103 1 004 NIP. 19740618200501 2
005
Pembimbing I Pembimbing II
Dra.Tri Retno Dyah Larasati, M.Si Anna Muawanah, M.Si
NIP.19630119 198503 2 005 NIP. 19740508199903 2 002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Kimia
Dr. Agus Salim, M. Si Drs. Dede Sukandar, M.Si
NIP. 19720816 199903 1 003 NIP.19650104 199103 1 004
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 15 Februari 2018
Anisa Ulfatu Aeni 1113096000011
ABSTRAK
Anisa Ulfatu Aeni. Perlakuan Sinar Gamma pada Substrat Jerami Padi dan
Kapang Phanerochaete chrysosporium untuk Meningkatkan Efisiensi
Delignifikasi melalui Fermentasi Padat. Dibimbing oleh Tri Retno Dyah
Larasati dan Anna Muawanah
Delignifikasi pada bahan lignoselulosa perlu dilakukan untuk mempermudah
hidrolisis selulosa. Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan efisiensi
delignifikasi substrat jerami padi oleh kapang P. chrysosporium dengan perlakuan
sinar gamma. Metode delignifikasi yang digunakan yaitu metode Solid State
Fermentation. Perlakuan pada penelitian ini adalah iradiasi dosis rendah pada
kapang P. chrysosporium 0, 500, 1000, 1500, 2000 Gy, iradiasi dosis tinggi pada
jerami padi 0, 50, 100 kGy dan pretreatment NaOH (0%, 1%, 2%, 3%). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa delignifikasi dengan fermentasi padat oleh kapang
P. chrysosporium yang dipapari sinar gamma 1000 Gy dan substrat jerami padi
yang di pretreatment NaOH 2% dan diiradiasi 100 kGy dapat meningkatkan
efisiensi delignifikasi 85,95% lebih tinggi dibandingkan tanpa iradiasi. Hasil
delignifikasi maksimum pada hari ke-12 adalah pH 9,66, kadar air 68,25%, kadar
bahan organik 72,29%, kadar ekstraktif 10,376%, kadar hemiselulosa 25,744%,
kadar lignin 1,634%, kadar selulosa 34,534% dan kadar glukosa 16,260%.
Kata kunci : jerami padi, P. chrysosporium, delignifikasi, fermentation.
ABSTRACT
Anisa Ulfatu Aeni. Treatment of Gamma Rays on Rice Straw and Phanerochaete
chrysosporium to Increase Efficiency of Delignification through Solid
Fermentation. Guided by Tri Retno Dyah Larasati and Anna Muawanah
Delignification of lignocellulose materials needs to be done to facilitate cellulose
hydrolysis. The purpose of this research was to improve the efficiency of rice
straw substrate by delignification kapang P. chrysosporium with gamma ray
treatment. The delignification method is used that is the method of Solid State
Fermentation. Treatment in the study was low-dose irradiation on fungi P.
chrysosporium 0, 500, 1000, 1500, 2000, Gy irradiation of rice straw on high
doses of 0, 50, 100 kGy and preteatment NaOH (0%, 1%, 2%, 3%). Research
results showed delignification with solid fermentation by fungi P. chrysosporium
that irradiated dose of 1000 Gy and substrate rice straw that pretreatment NaOH
% and irradiated dose 100 kGy eficiency delignification of 85,95% higher than
without irradiation. The maximum delignification result on day 12 is pH 9,66,
water content 68,25%, level organic compounds 72,29%, exctractive leve1s
10,376%, hemicellulose levels 25,744%, lignin levels 1,634%, cellulose levels
34,534% and glucose levels 16,260%.
Keywords: rice straw, P. chrysosporium, delignification, fermentation.
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, atas segala
nikmat-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. Skripsi
ini berjudul “Perlakuan Sinar Gamma pada Substrat Jerami Padi dan
Kapang Phanerochaete chrysosporium untuk Meningkatkan Efisiensi
Delignifikasi melalui Fermentasi Padat”. Pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
1. Dra. Tri Retno Dyah Larasati, M.Si selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan, motivasi serta saran kepada penulis.
2. Anna Muawanah, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, motivasi serta saran kepada penulis.
3. Nurhasni, M.Si selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran
dan kritikan yang membangun kepada penulis.
4. Drs. Dede Sukandar, M.Si selaku dosen penguji I dan ketua prodi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah banyak memerikan saran dan kritikan yang membangun
kepada penulis.
5. Dr. Agus Salim selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ii
6. Nana Mulyana, S.ST selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan
ilmu pengetahuan, bimbingan dan arahan, serta nasihat selama pelaksanaan
penelitian.
7. Harun Arosid dan Ina Nuraeni, kedua orang tua saya yang selalu memberi
support baik materi, tenaga, maupun doa agar dilancarkan dan diberi
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi.
8. Adik saya Ni’mah Nurhabibah dan Rahmita Kamilatunnisa yang selalu
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
9. Segenap dosen Program Studi Kimia yang telah banyak membantu dalam
proses pembelajaran penulis.
10. Teman-teman seperjuangan yang senantiasa memberikan dukungan dan
motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
umumnya bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ciputat , 15 Februari 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 5
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6
2.1. Jerami Padi ............................................................................................... 6
2.2. Lignoselulosa ............................................................................................ 7
2.2.1. Selulosa ........................................................................................... 8
2.2.2. Hemiselulosa .................................................................................. 9
2.2.3. Lignin ............................................................................................... 10
2.3. Phanerochaete chrysosporium .................................................................. 10
2.4 Lignin Peroksidase .................................................................................... 13
2.5 Radiasi Sinar Gamma .............................................................................. 13
2.6 Delignifikasi ............................................................................................. 14
2.7 Solid State Fermentation ......................................................................... 16
2.8 Spektrofotometri UV - Vis ........................................................................ 17
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 19
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 19
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................ 19
3.2.1. Alat .................................................................................................. 19
3.2.2. Bahan ............................................................................................... 19
iv
3.3 Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 21
3.4 Prosedur Kerja ......................................................................................... 22
3.4.1. Penentuan Dosis Optimum Iradiasi pada P. chrysosporium .............. 22
3.4.2. Pretraetment NaOH pada Substrat Jerami Padi ................................ 22
3.4.3. Perlakuan Iradiasi pada Substrat Jerami Padi ................................... 23
3.4.4. Delignifikasi melalui Fermentasi Padat .......................................... 23
3.4.5. Parameter Penelitian ......................................................................... 25
3.4.5.1. Nilai pH ................................................................................ 25
3.4.5.2. Penentuan Aktivitas Enzim LiP ........................................... 25
3.4.5.3. Penentuan Protein Terlarut ............................................... 25
3.4.5.4. Penentuan Kadar Air .......................................................... 26
3.4.5.5. Penentuan Bahan Organik dan Abu ..................................... 26
3.4.5.6. Kadar Ekstraktif ................................................................... 27
3.4.5.7. Kadar Hemiselulosa ............................................................. 27
3.4.5.8. Kadar Lignin ......................................................................... 28
3.4.5.9. Kadar Selulosa ...................................................................... 28
3.4.5.10. Kadar Glukosa .................................................................... 29
3.4.5.11. Viabilitas Kapang................................................................ 29
3.4.6 Analisis Data ...................................................................................... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 31
4.1 Optimasi Dosis Kapang P. chrysosporium .............................................. 31
4.2. Hasil pretreatment NaOH dan Iradiasi Gamma Substrat Jerami Padi ..... 32
4.2.1. Pretreatment NaOH pada Substrat Jerami Padi ............................... 32
4.2.2. Karakteristik Substrat Jerami Padi ................................................... 35
4.3. Delignifikasi Melalui Fermentasi Padat dengan Menggunakan Kapang
P. chrysosporium Selama 12 Hari ......................................................... 36
4.3.1. Nilai pH medium Fermentasi ............................................................ 37
4.3.2. Kadar Lignin ...................................................................................... 39
4.3.3. Kadar Hemielulosa ............................................................................ 42
4.3.4. Kadar Selulosa ................................................................................... 44
4.3.5. Kadar Glukosa ................................................................................... 47
4.3.6. Kadar Ekstraktif ................................................................................ 49
v
4.3.7. Kadar Air ........................................................................................... 50
4.3.8. Kadar Bahan Organik ........................................................................ 52
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 54
5.1. Simpulan ............................................................................................... 54
5.2. Saran ..................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 55
LAMPIRAN ................................................................................................... 63
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kandungan jerami padi. ..................................................................... 6
Tabel 2. Metode delignifikasi lignoselulosa. ................................................... 15
Tabel 3. Perlakuan pada proses delignifikasi. .................................................. 24
Tabel 4. Karakteristik substrat jerami padi. ..................................................... 35
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Penyusun dinding sel tanaman. ...................................................... 7
Gambar 2. Struktur selulosa . ........................................................................... 8
Gambar 3. Prekursor lignin ............................................................................. 10
Gambar 4. Struktur lignin ................................................................................ 10
Gambar 5. Phanerochaete chrysosporium ...................................................... 11
Gambar 6. Grafik perlakuan sinar gamma terhadap aktivitas LiP spesifik
kapang P. chrysosporium .............................................................. 31
Gambar 7. Grafik pengaruh aktivitas enzim LiP kapang P. chrysosporium
dengan konsentrasi NaOH ............................................................ 34
Gambar 8. Pemutusan ikatan lignin dan selulosa oleh NaOH .................... 34
Gambar 9. Grafik perubahan pH substrat jerami padi terhadap waktu
inkubasi pada berbagai perlakuan ............................................... 38
Gambar 10. Mekanisme deaminasi protein ...................................................... 39
Gambar 11. Grafik perubahan kadar lignin substrat jerami padi terhadap
waktu inkubasi pada berbagai perlakuan ................................ 39
Gambar 12. Grafik degradasi lignin dan hemiselulosa substrat jerami padi
setelah 12 hari fermentasi padat .............................................. 40
Gambar 13. Grafik perubahan kadar hemiselulosa substrat jerami padi
terhadap waktu inkubasi pada berbagai perlakuan ................ 42
Gambar 14. Grafik perubahan kadar selulosa substrat jerami padi terhadap
waktu inkubasi pada berbagai perlakuan .................................. 45
Gambar 15. Mekanisme reaksi selulosa dengan iradiasi gamma .................. 46
Gambar 16. Grafik perubahan kadar glukosa substrat jerami padi terhadap
waktu inkubasi pada berbagai perlakuan ............................... 47
Gambar 17. Reaksi DNS dengan glukosa ........................................................ 48
Gambar 18. Mekanisme reaksi hidrolisis selulosa ........................................... 49
Gambar 19. Grafik perubahan kadar ekstraktif substrat jerami padi
terhadap waktu inkubasi pada berbagai perlakuan ................. 49
Gambar 19. Grafik perubahan kadar air substrat jerami padi terhadap waktu
inkubasi pada berbagai perlakuan ........................................... 50
viii
Gambar 21. Gambar hasil metabolisme kapang P. chrysosporium .............. 51
Gambar 22. Grafik perubahan kadar bahan organik substrat jerami padi
terhadap waktu inkubasi pada berbagai perlakuan .................... 52
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data hasil penelitian. ................................................................... 63
Lampiran 2. Contoh perhitungan. .................................................................... 67
Lampiran 3. Data uji statistik IBM SPSS 20.0. ............................................... 77
Lampiran 4. Dokumentasi penelitian. .............................................................. 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Resiko pemanasan global dan berkurangnya cadangan energi fosil
menyebabkan semakin berkembangnya produksi dan penggunaan bioetanol
sebagai energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Bioetanol dari bahan baku
limbah lignoselulosa menjadi sesuatu yang menarik apabila digunakan sebagai
energi alternatif. Allah menciptakan semua yang ada di bumi ini untuk
dimanfaatkan dengan baik seperti limbah lignoselulosa, karena setiap yang
diciptakan-Nya terdapat manfaat dan tidaklah sia–sia sesuai dengan firman Allah
yang berbunyi :
Artinya : “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang
di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir’’ (Al Jatsiah : 13 ).
Menurut ayat diatas Allah SWT telah menciptakan apa yang ada di langit
dan di bumi semuanya untuk dimanfaatkan oleh umat manusia dengan sebaik
mungkin. Manusia dengan kekuatan akal pikirannya dapat menggunakan dan
memanfaatkannya untuk kepentingan mereka dalam melaksanakan tugas sebagai
khalifah Allah di muka bumi. Manusia dengan akal fikirannya wajib berusaha
mencari faedah dan kegunaan ciptaan Allah bagi mereka.
Jerami padi merupakan limbah pertanian yang melimpah keberadaannya di
Indonesia. Jerami padi memiliki selulosa yang dapat dimanfaatkan dalam
2
pembuatan bioetanol (Rahmawati et al., 2013). Bahan lignoselulosa ini memiliki
komponen utama lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Bahan tersebut cukup
melimpah dan tidak digunakan sebagai bahan pangan, sehingga penggunaannya
sebagai sumber energi tidak mengganggu pasokan bahan pangan. Sebagai limbah
pertanian bahan lignoselulosa ini berpotensi sebagai salah satu sumber energi
melalui proses konversi (Osvaldo et al., 2012). Proses konversi seringkali
terhambat karena kandungan lignin yang tinggi pada bahan lignoselulosa.
Sehingga delignifikasi berperan dalam meningkatkan aksesibilitas enzim selulase
dan hemiselulase dalam menghidrolisis komponen selulosa dan hemiselulosa
(Wan dan Li, 2012).
Pretreatment dalam proses delignifikasi telah banyak dilakukan
diantaranya dengan penggunaan NaOH. Larutan NaOH dapat menyerang dan
merusak struktur lignin pada bagian kristalin dan amorf serta memisahkan
sebagian hemiselulosa (Safaria et al., 2013). Penelitian sebelumnya telah
dilakukan (Kumar et al., 2009) pretreatment NaOH pada kayu keras dapat
meningkatkan tingkat degradasi lignin dari 14% menjadi 55%.
Kapang merupakan salah satu mikroorganisme yang mampu
mendegradasi lignin terutama kelompok white root fungi (WRF). P.
chrysosporium merupakan salah satu kapang kelompok WRF yang banyak diteliti
karena memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi lignin. Penelitian yang
telah dilakukan Fadilah et al., (2008) kapang pelapuk putih P. chrysosporium
mampu mendegradasi lignin mencapai 81,4% pada inkubasi selama 30 hari
dengan substrat batang jagung.
3
Penggunaan kapang yang diiradiasi dapat meningkatkan aktivitas LiP yang
dihasilkan kapang P. chrysosporium dengan perlakuan iradiasi gamma dosis
rendah. P. chrysosporium yang terkena radiasi akan mengalami mutasi sehingga
enzim yang dihasilkan akan lebih banyak. Menurut (Larasati et al., 2016)
penggunaan iradiasi gamma dosis rendah dapat meningkatkan aktivitas LiP.
Kapang P. chrysosporium yang diiradiasi dengan dosis 600 Gy memberikan
aktivitas enzim LiP optimal sebesar 30 U/ml dengan kemampuan degradasi lignin
sebesar 42%. Iradiasi gamma dosis rendah berpengaruh terhadap percepatan
aktivitas enzim oleh mikroba (Afify et al., 2012 dan Desai dan Rao, 2014).
Penggunaan iradiasi gamma dapat meningkatkan produksi enzim jamur
berfilamen. Penelitian sebelumnya juga telah dilakukan oleh (Ottenheim et al.,
2015) dengan variasi dosis lebih tinggi dari 1000 Gy. Penggunaan iradiasi gamma
pada A. niger dosis 500-2000 Gy menyebabkan penurunan pertumbuhan koloni
dan meningkatkan aktivitas enzim 1,4-endoxylanase sebesar 85%.
Iradiasi gamma dosis tinggi dilakukan pada substrat untuk memicu proses
depolimerisasi lignin. Pretreatment bahan lignoselulosa oleh iradiasi gamma
dapat menyebabkan kerusakan struktur lignoselulosa dan meningkatkan tingkat
hidrolisis enzimatik (Tissot et al., 2013). Penelitian sebelumnya telah dilakukan
(Yang et al., 2008) mengenai pengaruh iradiasi gamma terhadap hidrolisis
enzimatik pada jerami gandum. Terjadi peningkatan kadar glukosa dengan hasil
maksimal 13,4% pada dosis iradiasi 300-500 kGy dan kemudian menurun pada
dosis iradiasi yang lebih tinggi. Menurut (Chung et al., 2012) Penggunaan iradiasi
sinar gamma pada proses pretreatment kulit kayu pohon poplar (Populus alba)
mampu meningkatkan hasil gula pereduksi hingga 83,1%. Yin dan Wang, 2016
4
meneliti tentang peningkatan hidrolisis enzimatik oleh iradiasi gamma pada jerami
gandum dengan pretreatment basa. Dosis iradiasi 100 kGy dan pretreatment
NaOH 2% dapat menurunkan kadar lignin sebesar 10,64%. Efek sinergis iradiasi
gamma dan pretreatment NaOH tidak signifikan mengubah komponen, sifat
permukaan dan kristalinitas jerami gandum.
Delignifikasi dilakukan dengan metode Solid State Fermentation (SSF).
Delignifikasi dengan metode SSF telah banyak digunakan dalam proses
delignifikasi dibanding metode lainnya seperti Submerged Fermentation (SmF),
karena SSF lebih efektif mendegradasi lignin sehingga selulosa terekspos lebih
banyak. Kelebihan SSF lainnya antara lain teknik yang sederhana, biaya investasi
murah dan air yang dibuang sedikit. Proses delignifikasi SSF memiliki
kekurangan diantaranya pengaturan optimasi media tumbuh mikroba dan waktu
inkubasi yang relatif lama.
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi delignifikasi dengan
perlakuan iradiasi gamma pada kapang P. chrysosporium dan substrat jerami padi
melalui fermentasi padat.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Berapakah dosis optimum iradiasi gamma pada kapang P.
chrysosporium yang dapat menghasilkan aktivitas LiP spesifik
tertinggi?
2. Berapakah dosis optimum iradiasi gamma pada substrat yang dapat
meningkatkan efisiensi delignifikasi substrat jerami padi?
5
1.3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Kapang P. chrysosporium yang diberi perlakuan sinar gamma dosis
optimum dapat menghasilkan aktivitas LiP spesifik tertinggi.
2. Iradiasi gamma pada dosis optimum dapat meningkatkan efisiensi
delignifikasi substrat jerami padi.
1.4. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dosis optimum iradiasi gamma kapang P. chrysosporium
yang menghasilkan aktivitas LiP spesifik tertingggi.
2. Mengetahui dosis optimum iradiasi gamma pada substrat jerami padi
yang dapat meningkatkan efisiensi delignifikasi substrat jerami padi.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
pengaruh iradiasi gamma pada kapang P. chrysosporium dan substrat jerami padi
terhadap efisiensi delignifikasi melalui fermentasi padat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jerami Padi
Jerami padi merupakan limbah pertanian terbesar di Indonesia.
Ketersediaan jerami padi yang cukup tinggi belum dimanfaatkan secara
optimal oleh petani bahkan jerami padi sering dibakar sehingga terbuang
percuma. Kondisi ini terjadi karena kurangnya pengetahuan petani dalam
memanfaatkan jerami padi (Trisnadewi et al., 2011). Jerami padi adalah tanaman
padi yang telah diambil buahnya (gabahnya), sehingga tinggal batang dan
daunnya yang merupakan limbah pertanian serta belum sepenuhnya dimanfaatkan
karena adanya faktor teknis dan ekonomis. Jerami padi selama ini hanya dikenal
sebagai limbah pertanian. Produksi jerami padi yang dihasilkan sekitar 50% dari
produksi gabah kering panen (Hanafi, 2008).
Jerami merupakan golongan kayu lunak yang mempunyai komponen
utama selulosa. Selulosa adalah serat polisakarida yang berwarna putih yang
merupakan hasil fotosintesa tumbuh–tumbuhan (Novia, 2014). Menurut (Karimi
et al., 2006) kandungan dalam jerami padi antara lain :
Tabel 1. Kandungan jerami padi (Karimi, 2006)
Komponen Kandungan (%)
Hemiselulosa 27 (± 0,5)
Selulosa 39 (± 1)
Lignin 12 (± 0,5)
Abu 11 (± 0,5)
Komposisi lignin pada jerami menentukan kualitas baik kimia maupun
kecernaan jerami padi. Sehingga perlakuan untuk meningkatkan kualitas jerami
7
diutamakan pada pemutusan senyawa kompleks lignin‐selulosa (delignifikasi),
melarutkan silika dan meningkatkan protein (Eun et al., 2006).
2.2. Lignoselulosa
Bahan lignoselulosa adalah material terbaru yang menjanjikan sebagai
sumber alami untuk industri modern berbasis ekonomi di negara maju (Anwar et
al., 2014). Bahan-bahan lignoselulosa umumnya terdiri dari selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Selulosa secara alami diikat oleh hemiselulosa dan
dilindungi oleh lignin. Adanya senyawa pengikat lignin inilah yang menyebabkan
bahan – bahan lignoselulosa sulit untuk di hidrolisa (Iranmahboob et al., 2002).
Bahan lignoselulosa merupakan komponen organik yang berlimpah di
alam, komponen terbesar lignoselulosa adalah selulosa (35-50%), hemiselulosa
(20-35%) dan lignin (10-25%) (Saha, 2004). Komponen ini merupakan sumber
utama untuk menghasilkan produk bernilai seperti gula dari hasil fermentasi,
bahan kimia, bahan bakar cair, sumber karbon dan energi. Konversi bahan
lignoselulosa banyak dipelajari dari mikroba selulolitik maupun xilanolitik (Pason
et al., 2003). Bahan lignoselulosa bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya
tangkai kayu, jerami padi, daun, rumput dan sebagainya.
Gambar 1. Penyusun dinding sel tanaman (Lee et al., 2014)
8
Struktur lignoselulosa terdiri dari mikrofibril-mikrofibril selulosa yang
membentuk kluster-kluster. Mikrofibril mempunyai struktur dan orientasi yang
berbeda pada setiap lapisan dinding sel (Perez et al., 2002). Mikrofibril dikelilingi
oleh hemiselulosa dan lignin, bagian antara dua dinding disebut lamela lengan
yang diisi oleh hemiselulosa dan lignin (Gambar 1). Hemiselulosa dihubungkan
oleh ikatan kovalen dengan lignin. Selulosa secara alami terproteksi dari degradasi
dengan adanya hemiselulosa dan lignin.
2.2.1. Selulosa
Selulosa merupakan senyawa organik yang terdapat pada dinding sel
bersama lignin berperan dalam mengokohkan struktur tumbuhan. Selulosa terdiri
atas rantai panjang unit-unit glukosa yang terikat dengan ikatan 1-4ß-glukosida.
Struktur kimia selulosa terdiri dari unsur C, O, H yang membentuk rumus
molekul (C6H10O5)n, n merupakan derajat polimerisasi yang jumlahnya antara
1.200-10.000 dan panjang molekulnya lebih kurang 5.000 nm. Struktur molekul
dari selulosa dapat dilihat pada Gambar 2. Rantai panjang selulosa terhubung
secara bersama melalui ikatan hidrogen dan gaya Van der Walls (Perez et al.,
2002).
Gambar 2. Struktur selulosa ( Habibi et al., 2010 )
Molekul selulosa merupakan mikrofibril dari glukosa yang terikat satu
dengan lainnya membentuk rantai polimer yang sangat panjang. Adanya lignin
9
serta hemiselulosa disekeliling selulosa merupakan hambatan utama untuk
menghidrolisis selulosa (Sjostrom, 1995).
2.2.2. Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah polisakarida pada dinding sel tanaman yang larut
dalam alkali dan menyatu dengan selulosa. Hemiselulosa terdiri atas D-glukosa,
D-galaktosa, D-manosa, D-xylosa, dan L-arabinosa yang terbentuk bersamaan
dalam kombinasi dan ikatan glikosidik yang bermacam–macam (Mc Donald et
al., 2002). Hemiselulosa merupakan salah satu senyawa pada dinding sel tanaman
dengan jumlah 30% dari berat kering tanaman (Wenjuan, 2010). Hemiselulosa
pada dinding sel tanaman mempunyai 2 fungsi utama. Melalui ikatan silang,
hemiselulosa membentuk jarak antara jaringan-jaringan selulosa, dan
mempertahankan derajat fleksibilitas pada dinding sel. Sementara itu, di saat yang
sama ikatan silang hemiselulosa membantu matriks-matriks dinding sel tetap pada
tempatnya (Kristensen, 2009). Hemiselulosa dapat tersusun oleh gula dengan
rumus C5H10O5 disebut pentosan atau gula dengan rumus C6H12O6 disebut
heksosan. Zat-zat ini terdapat sebagai bahan bangunan dinding-dinding sel dan
juga sebagai bahan cadangan. (Dumanauw, 2001).
2.2.3. Lignin
Lignin adalah suatu polimer yang terdiri dari unit- unit fenil propana
dengan sedikit ikatan yang dapat dihidrolisis. Seringkali lignin disebut pula
sebagai substansi kerak, karena kaku. Lignin melindungi selulosa dan bersifat
tahan terhadap hidrolisis. Struktur senyawa lignin kompleks dan bersifat kaku,
10
maka secara alamiah lignin sukar didekomposisi dan hanya sedikit
mikroorganisme yang mampu mendegradasinya (Artiningsih, 2006). Penyusun
lignin ditunjukan pada Gambar 3 dan struktur lignin ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 3. Struktur tiga prekursor lignin (Fengel dan Wagener, 1989)
Gambar 4. Struktur lignin (Stewart et al., 2009)
2.3. Kapang Phanerochaete chrysosporium
Kapang P. chrysosporium (Gambar 5) merupakan kapang kelas
Basidiomycetes yang menyerang holoselulosa, namun pilihan utamanya adalah
lignin.
11
Klasifikasi kapang ini sebagai berikut (Alexopoulus et al, 1996) :
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomyceta
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Aphylophorales
Famili : Certiciaceae
Genus : Sporotrichum (Phanerochaete)
Spesies : Phanerochaete sp.
Gambar 5. Kapang P. chrysosporium (NCBI, 2008)
Kapang lignoselulotik dari kelompok white rot fungi merupakan
mikroorganisme yang paling aktif dalam mendegradasi lignin dengan
menghasilkan CO2 dan H2O (Sasikumar et al., 2014). P. chrysosporium
merupakan mikroorganisme bersel banyak, hidup secara aerobik, non fotosintetik
kemoheterotrof dan termasuk eukariotik. Mikroba ini menggunakan senyawa
organik seperti substrat dan bereproduksi secara aseksual dengan spora.
Kebutuhan metabolisme mereka sama seperti bakteri, namun membutuhkan lebih
sedikit nitrogen serta dapat tumbuh dan berkembang biak pada pH rendah (Dyah
dan Adi, 2010 ).
Menurut (Crawford et al.,1983) proses degradasi lignin oleh kapang
pelapuk putih merupakan proses oksidasi. Kemampuan kapang pelapuk putih
dalam mendegradasi lignin disebabkan oleh aktivitas ekstraselular ligninolitik.
12
Enzim yang berperan dalam proses degradasi terdiri dari tiga jenis enzim, yaitu
lignin peroksidase (LiP), mangan peroksidase (MnP), dan lakase. (Harvey et al.,
1993) menyebutkan bahwa LiP mengkatalisis proses oksidasi sebuah elektron
dari cincin aromatik lignin dan akhirnya membentuk kation-kation radikal
Senyawa senyawa radikal ini, secara spontan atau bertahap akan melepaskan
ikatan antar molekul dan beberapa diantaranya akan melepaskan inti pada cincin
aromatik. Degradasi lignin merupakan langkah penting dalam memanfaatkan
selulosa, dengan teknik biologis yang menggunakan mikroorganisme dan sistem
enzim mereka bekerja memecah lignin yang ada dalam biomassa lignoselulosa.
Pendekatan ramah lingkungan ini telah menjadi perhatian dalam beberapa tahun
terakhir.
Kapang P. chrysosporium merupakan kapang pelapuk putih dengan
kemampuan tinggi mendegradasi lignin melalui produksi Enzim pendegradasi
lignin yang merupakan enzim oksidatif atau enzim non-spesifik yang bekerja
melalui mediator bukan protein. Enzim ini secara umum terdiri dari dua
kelompok utama yaitu Lakase (Lac) dan Peroksidase. Peroksidase terdiri dari
lignin peroksidase (LiP) dan mangan peroksidase (MnP) (Perez et al., 2002).
Kapang ini mendegradasi komponen lignoselulosa secara selektif yaitu
mendegradasi lignin terlebih dahulu, kemudian diikuti komponen selulosa
(Adaskaveg et al., 1995). Kapang pelapuk putih tidak hanya memproduksi
sejumlah enzim yang dibutuhkan untuk mendegradasi lignin akan tetapi juga
berperan dalam menyalurkan enzim tersebut dengan membawanya masuk
kedalam serpih kayu dan membuat kondisi fisik yang dibutuhkan untuk reaksi
enzimatik (Maijala et al., 2002).
13
2.4.Lignin Peroksidase
Lignin peroksidase adalah enzim peroksidase ekstraseluler yang
aktivitasnya bergantung pada H2O2, veratryl alkohol merupakan produk
metabolit sekunder. Veratryl alkohol merupakan substrat untuk menstimulasi
kinerja LiP bukan sebagai mediator elektron tetapi dengan mendonasikan
elektron ke LiP, sehingga melengkapi siklus katalitiknya (Busse et al., 2013). LiP
mengoksidasi senyawa aromatik atau fenolik dengan memindahkan 1 elektron,
menghasilkan phenoxy radical dan kation radikal. Kemudian bereaksi secara
spontan dengan nukleofil (bagian utama air) dan molekul oksigen. Hasilnya
sebuah “enzymatic combustion” (pembakaran secara enzimatik) yang memecah
ikatan C-C dan C-O, mendepolimerasi senyawa polimer dan membuka cincin
aromatik. Kebanyakan produk aromatik dan alifatik terbentuk dengan cara
demikian (Tien dan Kirk, 1984).
2.5. Radiasi Sinar gamma
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel, atau gelombang elektromagnetik (foton) dari suatu
sumber energi. Radiasi dengan tingkat energi yang terukur atau diketahui
dosisnya disebut iradiasi. Iradiasi dengan energi yang tinggi dapat mengadakan
reaksi dengan objek yang dikenainya melalui ionisasi, yaitu dihasilkannya ion-
ion dalam bahan yang ditembus oleh energi tersebut (Badan Tenaga Nuklir
Nasional, 2009).
Dosis iradiasi yaitu jumlah energi radiasi yang diserap kedalam bahan.
Penggunaan dosis radiasi bergantung pada beberapa hal, yaitu: populasi
14
mikroorganisme, daya tahan mikroorganisme, lingkungan saat radiasi, waktu
iradiasi dan tujuan dari iradiasi (Suwadji, 1980). Iradiasi gamma dosis rendah
berpengaruh terhadap percepatan aktivitas enzim oleh mikroba (Afify, 2012 dan
Desai, 2014). Terdapat beberapa tipe radiasi yang digunakan dalam radiasi
komersial yaitu sinar X, sinar gamma dan berkas elektron ( electron beam).
Iradiasi gamma dipancarkan dari isotop radioaktif yang dihasilkan oleh
cobalt- 60 (60
Co) dan cesium- 137 (137
Cs). Panjang gelombang sinar gamma
lebih pendek dari sinar-X dan berkas elektron sehingga daya tembusnya lebih kuat
dibanding keduanya (Riganakos, 2010). Penggunaan iradiasi sinar gamma pada
kultur in vitro umumnya dilakukan pada dosis rendah (Al- Safadi et al., 2000).
Peggunaan iradiasi gamma dengan dosis rendah dapat menstimulasi pertumbuhan
secara in vitro (Al- Safadi et al., 2000). Iradiasi gamma sebaiknya dilakukan pada
sel–sel yang masih aktif membelah seperti pada kalus karena sel–sel tersebut
bersifat sensitif terhadap iradiasi gamma.
2.6. Delignifikasi
Delignifikasi merupakan suatu proses pembebasan lignin dari suatu senyawa
kompleks. Proses ini penting dilakukan sebelum hidrolisis bahan selulotik, sebab
lignin dapat menghambat penetrasi asam atau enzim sebelum hidrolisis
berlangsung. Pemberian perlakuan delignifikasi pada substrat maka selulosa
alami diharapkan menjadi mudah dihidrolisis oleh enzim selulotik (Gunam et
al., 2010). Ada beberapa metode dalam proses delignifikasi bahan lignoselulosa
antara lain :
15
Tabel 2. Metode delignifikasi lignoselulosa (Mahreni, 2012)
Metode Perlakuan
Mekanik Pengecilan ukuran
Autohidrolisis Penguapan bertekanan,air super panas
bertekanan, pengolahan superkritik
Perlakuan asam Asam sulfat, fosfat, klorida encer, asam pekat
dan asam asetat
Perlakuan basa Natrium hidroksida, kalsium hidroksida,
ammonia, hidrogen peroksida
Perlakuan dengan
pelarut organik
Etanol ,metanol, butanol, fenol
Proses delignifikasi secara kimia menggunakan bahan kimia seperti asam,
basa atau pelarut organik. Bahan bahan alkali seperti NaOH, KOH, Ca2(OH) dan
ammonia dapat menyebabkan biomassa bengkak (swell). Pembengkakan dapat
memperluas permukaan kontak dan juga dapat menurunkan derajat polimerisasi
dan kristalinitas selulosa. Larutan alkali dapat memutus ikatan lignin dan selulosa
hemiselulosa sehigga mempermudah penguraian selulosa menjadi monosakarida
dan mempermudah pemanfaatan selulosa oleh mikroorganisme dalam fermentasi
alkohol. Alkali efektif digunakan sebagai pelarut untuk biomassa yang kandungan
ligninnya rendah, seperti limbah pertanian (Mahreni, 2012).
Delignifikasi secara biologi dapat dilakukan dengan bantuan enzim lignin
peroksidase yang dihasilkan oleh kapang pelapuk putih. P. chrysosporium
merupakan jamur yang paling banyak dipelajari diantara ribuan jamur lignolitik
lainnya (Howard et al., 2003). Jamur ini selektif mendegradasi lignin yang terjadi
pada akhir pertumbuhan primer melalui metabolisme sekunder dalam kondisi
defisiensi nutrien seperti nitrogen, karbon atau sulfur (Hattaka, 2001).
16
Delignifikasi enzimatik adalah proses pemutusan ikatan lignin dengan
bantuan enzim pendegradasi lignin. LiP mengkatalisis suatu oksidasi senyawa
aromatik non fenolik lignin membentuk kation aril (Johjima et al.,1999). LiP
merupakan oksidan yang kuat sehingga mempunyai kemampuan mengoksidasi
senyawa fenolik, amina, eter aromatik dan senyawa polisiklik (Perez et al., 2002).
2.7. Solid State Fermentation ( SSF )
Solid-state fermentation (SSF) didefinisikan sebagai proses fermentasi di
mana mikroorganisme tumbuh pada bahan padat tanpa kehadiran air. Konsep
menggunakan substrat padat mungkin metode tertua yang digunakan oleh manusia
untuk membuat mikroorganisme bekerja untuknya. Dalam beberapa tahun
terakhir, SSF telah menunjukkan banyak hasil dalam pengembangan beberapa
bioproses dan produk (Bhargav et al., 2008).
Pada proses SSF, berbagai limbah agro-industri digunakan sebagai substrat
padat. Pilihan dari residu agro-industri untuk pemanfaatan di SSF pada beberapa
parameter fisik seperti partikel ukuran, tingkat kelembaban, jarak intra-partikel
dan komposisi nutrient dalam substrat. Dalam beberapa tahun ini , beberapa residu
agro-industri dinilai penting seperti, ampas tebu, beat gula, bubur/sekam, ampas
tebu, biji anggur, kulit kopi, dedak gandum, sabut empulur telah digunakan
sebagai substrat untuk fermentasi padat (Bhargav et al., 2008). Terdapat 2 jenis
sistem SSF yang dibeda kan berdasarkan jenis fasa padat yang digunakan yaitu
bahan alami dan bahan inert yang merupakan jenis bahan sintesis yang
dimpregnasi dengan medium cair (Oojikaas et al., 2000). Fermentasi padat
17
didalam produksi enzim umumnya memberikan hasil yang baik karena jumlah
substrat yang tersediapun lebih banyak (20-50% padatan).
2.8. Spektrofotometri UV- Vis
Spektrofotometri serap merupakan pengukuran interaksi antara radiasi
elektromagnetik panjang gelombang tertentu yang sempit dan mendekati
monokromatik, dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Hal ini didasarkan
pada kenyataan bahwa molekul selalu mengabsorbsi cahaya elektromagnetik jika
frekuensi cahaya tersebut sama dengan frekuensi getaran dari molekul tersebut.
Elektron yang terikat dan elektron yang tidak terikat akan tereksitasi pada suatu
daerah frekuensi yang sesuai dengan cahaya ultraviolet dan cahaya tampak UV-
Vis (Roth dan Gottfried, 1994). Instrumentasi dari spektrofotometer UV-Vis ini
dapat diuraikan sebagai berikut : (Day Underwood, 1966)
1. Suatu sumber energi yang berkesinambungan yang meliputi daerah spektrum
yang mana alat tersebut dirancang untuk beroprasi.
2. Suatu monokromator yaitu sebuah piranti untuk memencilkan pita sempit
panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh sumber
cahaya.
3. Kuvet adalah alat yang digunakan untuk menyimpan sampel.
4. Detektor, yang berupa transduser yang merubah energi cahaya menjadi suatu
isyarat listrik.
5. Suatu amplifier dan rangkaian yang berkaitan yang membuat isyarat listrik
dapat dibaca.
6. Suatu sistem baca dari isyarat yang ditangkap.
18
Spektrofotometer UV-Vis digunakan terutama untuk analisa kuantitatif,
tetapi dapat juga untuk analisa kualitatif. Penggunaan untuk analisa kuantitatif
didasarkan pada hukum Lambert – Beers yang menyatakan hubungan empirik
antara intensitas cahaya yang ditransmisikan dengan tebalnya larutan (Hukum
Lambert / Bouguer ), dan hubungan antara intensitas tadi dengan konsentrasi zat
(Hukum Beers). Spektrum absorbsi daerah ini sekitar 220 nm sampai 800 nm dan
dinyatakan sebagai spektrum elektron.Suatu spektrum ultraviolet meliputi daerah
bagian ultraviolet ( 190–380 nm ), spektrum visibel bagian sinar tampak (380–780
nm) (Sastroamidjojo, 1985 ; Roth dan Gottfried, 1994).
Hukum Lambert–Beers = A = log Io/It = ε. b . c
Dimana : Io = Intensitas sumber sinar
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Absortivitas molar
b = Panjang medium
c = Konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A=Absorbansi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Agustus
2017 di Laboratorium Kelompok Lingkungan, Bidang Industri dan Lingkungan,
Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (PAIR-
BATAN), Pasar Jumat, Jakarta Selatan.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian ini antara lain autoklaf (Wisd),
chopper, cutting mill, oven (Memmert), laminar air flow (Panasonic),
spektrofotometer UV-Vis tipe 20 D (Hitachi), inkubator (Heracus), furnace ,
neraca analitik (Acculab), desikator, micropipette, microtube, rotary shaker
mekanis, vortex (Bohemia), magnetic stirrer, ose, gunting, spatula, hand
sprayer, bunsen, cawan petri dan peralatan gelas lainnya.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan antara lain kapang P. chrysosporium dan jerami
padi varietas Sidenuk koleksi Laboratorium Kelompok Lingkungan, Bidang
Industri dan Lingkungan, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga
Nuklir Nasional, Potato Dextrose Broth/ PDB (Merck), Potato Dextrose Agar
/PDA(Merck), lignin alkali, NaCl, asam asetat glasial, natrium asetat, yeast
extract , pepton (Bacto), sukrosa, buffer asetat pH 3, NaOH, Verathyl
20
Alcohol 8 mM, H2O2 5 mM, Na2CO3, KH2PO
4, K2HPO
4, MgSO4.7H
2O, H
2SO
4
72%, HCl p.a, NaKC4H4O6.4H2O, CuSO4.5 H2O dan aquadest.
21
3.3. Diagram Alir Penelitian
P. chrysosporium (P)
Radiasi 0,500,1000,1500,2000 Gy
Kultur cair
P. chrysosporium optimum
penentuan aktivitas LiP spesifik
P0 (kontrol) P1(1000 Gy)
Delignifikasi dengan cara SSF,
pada 6 perlakuan selama 12 hari
Waktu fermentasi optimum
Perlakuan delignifikasi optimum
Jerami padi dengan kadar lignin
terendah
Evaluasi pada 0, 4, 8,
dan 12 hari:
Kadar air, Kadar
bahan organik, Kadar
ekstraktif, Kadar
hemiselulosa, Kadar
lignin, Kadar selulosa,
Kadar glukosa.
Radiasi
0,50,100 kGy
Substrat hasil
radiasi
Diinokulasi kapang
untuk penentuan
pretreatment optimum
Jerami + NaOH 2%
Pretreatment NaOH
0,1%, 2 %,3%
Jerami Padi (J)
22
3.4. Prosedur Kerja
Pada penelitian ini akan dilakukan beberapa tahap yaitu proses iradiasi
kapang P. chrysosporium untuk meningkatkan aktivitas enzim lignin peroksidase.
Kapang yang memiliki aktivitas enzim tertinggi digunakan untuk delignifikasi.
Tahap selanjutnya substrat jerami padi ditreatment dengan NaOH dan diiradiasi
dosis tinggi. Delignifikasi dilakukan dengan metode SSF menggunakan kapang P.
chrysosporium optimum hasil iradiasi dan substrat jerami padi hasil pretreatment
NaOH dan iradiasi optimum. Pengamatan yang dilakukan meliputi aktivitas enzim
LiP spesifik, pH, analisis kadar air, bahan organik, ekstraktif, selulosa, glukosa,
hemiselulosa dan lignin pada sisa substrat.
3.4.1. Penentuan Dosis Optimum Iradiasi kapang P. chrysosporium
Kultur kapang P. chrysosporium yang telah dipapari sinar gamma pada
dosis 0 (kontrol), 500, 1000, 1500 dan 2000 Gy dipindah tanam ke permukaan
PDA dalam cawan petri yang berdiameter 12 cm dan diinkubasi selama 4 hari.
Sekitar 0,5 x 0,5 cm kultur kapang tersebut dipindahkan kedalam 30 ml medium
PDB (potatoes dextrose broth) dan diinkubasi dalam shaker pada 100 rpm dan
suhu ruang sekitar 28-32 ºC selama 4 hari sehingga diperoleh kultur cair (starter)
dengan kerapatan sekitar 107 propagul/ml. Hasil inkubasi disentrifuge dan
filtratnya dilakukan uji aktivitas enzim LiP spesifik.
3.4.2. Pretreatment NaOH pada substrat jerami padi
Jerami padi (Oriza sativa L.) varietas Sidenuk dipotong-potong dengan
mesin pencacah (choper) dan dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan
23
dalam oven pada 60-70 ºC selama 48 jam. Substrat jerami padi kering dihaluskan
dengan mesin penepung (cutting mill) dan diayak. Kemudian disiapkan larutan
NaOH dengan berbagai konsentrasi 0, 1%, 2%, 3% untuk pretreatment substrat
jerami padi. Jerami padi hasil pretreatment kemudian diinokulasi dengan kapang
P. chrysosporium hasil iradiasi optimum sebanyak 100 µl/g. Hasil inkubasi
disentrifuge dan filtratnya dilakukan uji aktivitas enzim LiP.
3.4.3. Perlakuan iradiasi pada substrat jerami padi (Mulyana et al., 2013)
Substrat jerami padi dan larutan NaOH 2% (optimum) diampurkan secara
merata dengan perbandingan 1:2 (b/v) kemudian dimasukan kedalam kantong
plastik (polyethylene) dan ditutup rapat dengan sealer. Substrat yang telah selesai
di preteatment kemudian dipapari sinar gamma pada dosis 0 (kontrol), 50 dan 100
kGy. Setelah diiradiasi dilakukan karakteristik substrat jerami padi dengan
parameter uji pH, kadar air, kadar bahan organik, kadar ekstraktif, kadar
hemiselulosa, kadar lignin, kadar glukosa dan kadar abu.
3.4.4. Delignifikasi melalui fermentasi padat (Kheiralla et al., 2013)
Fermentasi substrat jerami padi dilakukan terhadap ketiga jenis jerami
padi yang berbeda dosis iradiasinya (0,50,100 kGy) dan menggunakan 2 jenis
kapang yaitu kapang P. chrysosoporium optimum dan kapang P. chrysosoporium
0 Gy sebagai kontrol. Perlakuan pada saat proses delignifikasi secara keseluruhan
sebagai berikut:
24
Tabel 3. Perlakuan pada proses delignifikasi
Kode Sampel Dosis iradiasi kapang
P. chrysosoporium (Gy)
Dosis iradiasi jerami padi
(kGy)
P0J0 0 0
P0J50 0 50
P0J100 0 100
P1J0 1000 0
P1J50 1000 50
P1J100 1000 100
Keterangan :
P0J0 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 0 kGy
P0J50 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 50 kGy
P0J100 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 100 kGy
P1J0 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 0 kGy
P1J50 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 50 kGy
P1J100 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 100 kGy
Delignifikasi diawali dengan masing-masing jerami padi disterilkan
dengan autoclave pada 121 ºC selama 2x15 menit. Kemudian ditambahkan
larutan nutrisi garam mineral steril sebanyak 2 ml/g berat kering substrat. Setiap
liter larutan nutrisi garam mineral mengandung 5 g yeast extract, 5 g pepton
(Bacto), 1 g K2HPO4, 1 g KH2PO4 dan 0,1 g MgSO4.7H2O. Medium ini lalu
diinokulasikan starter masing-masing kapang P. chrysosporium sebanyak 100
µl/g berat kering substrat. Fermentasi ini dilakukan dalam plastik (polyethylene)
kemudian diinkubasi pada suhu ruang sekitar 28-32° C selama 0-12 hari.
Parameter pengamatan selama fermentasi dilakukan pada 0, 4, 8, dan 12 hari
meliputi pH, kadar air, bahan organik, aktivitas LiP, kadar ekstraktif, kadar
lignin, kadar selulosa, kadar glukosa dan kadar hemiselulosa.
25
3.4.5. Parameter Penelitian
3.4.5.1. Nilai pH
Sebanyak 1 g sampel dimasukkan ke dalam botol jar dan ditamahkan 10
ml aquadest. Selanjutnya di kocok dengan menggunakan shaker mekanis 100
rpm selama 30 menit. Kemudian diukur menggunakan pH meter.
3.4.5.2. Penentuan Aktivitas Lignin Peroksidase (LiP) (Praveen et.al., 2014)
Ke dalam tabung reaksi 20 ml, dimasukan : 0,4 ml verathyl alcohol 8
mM, 0,8 ml buffer asetat 50 mM pH 3, 1,8 ml akuades, 0,2 ml H2O2 5 mM, 0,8
ml enzim (supernatan hasil fermentasi/ kultur kapang) (volume total = 4 ml).
Tabung/cuvet dikocok perlahan agar semua bahan tercampur. Reaksi aktivitas
enzim dilakukan pada suhu 30 ºC. Kemudian Absorbansi diukur pada waktu 0
dan 10 menit pada panjang gelombang (λ) 310 nm. Perhitungan :
Keterangan : ∆OD = selisih absorbansi pada 10 dan 0 menit
Vtotal = 4 ml
Venzim = 0,2 ml
εmaks = absorpsivitas molar veratryl-alkohol 9300/M.cm
d = tebal bagian dalam kuvet (cm)
t = waktu reaksi aktivitas enzim (menit).
3.4.5.3. Penentuan Protein Terlarut (Lowry et al., 1951)
Dicampurkan ke dalam gelas beaker 100 ml Na2CO3, 1 ml CuSO4.5H2O,
dan 1 ml kalium natrium tartarat 40%. Sample sebanyak 500 µl dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 4 ml larutan campuran dan
ditunggu 5 menit. Setelah 5 menit ditambahkan folin 500 µl ke dalam tabung
reaksi dan diinkubasi selama 30 menit. Kemudian dilakukan pengukuran dengan
26
spektrofotometer pada panjang gelombang (λ) 600 nm. Aktivitas spesifik
didefinisikan sebagai unit aktivitas permiligram protein. Perhitungan aktivitas
spesifik menurut Machfoed et al., (1989) adalah sebagai berikut :
3.4.5.4. Penentuan Kadar Air (AOAC, 2005)
Cawan porselen dicuci menggunakan akuades lalu dikeringkan dalam
oven pada suhu 105oC selama 1 hari. Cawan tersebut kemudian diletakkan di
dalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang. Sampel jerami padi setelah
fermentasi seberat 1 gram ditimbang kedalam cawan. Cawan yang berisi sampel
dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105oC selama 1 hari. Cawan kemudian
dimasukkan kembali ke dalam desikator dan dibiarkan selama 30 menit kemudian
ditimbang hingga memperoleh bobot yang tetap. Perhitungan kadar air dapat
dilakukan menggunakan rumus:
Keterangan : W0 = berat cawan kosong (gram)
W1 = berat cawan yang diisi dengan sampel (gram)
W2 = berat cawan yang sudah dikeringkan (gram)
3.4.5.5. Penentuan Bahan Organik dan Abu (BSN, 1992)
Cawan poorselen dibersihkan dan dikeringkan di dalam oven bersuhu
sekitar 105o C selama 30 menit. Cawan porselen kemudian di masukkan kedalam
desikator selam 30 menit dan ditimbang. Cawan yang berisi sampel jerami padi
setelah fermentasi dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 102-105oC selama 5-
27
6 jam lalu dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 550o
C hingga
mencapai pengabuan sempurna. Cawan dimasukkan ke dalam desikator dan
dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang. Perhitungan kandungan abu dapat
dihitung menggunakan rumus:
Keterangan : W0 =berat cawan kosong(gram)
W1 =berat cawan dengan sampel (gram)
W2 =berat cawan dengan sampel yang sudah diabukan (gram
Bahan organik dapat dihitung dengan rumus:
% Bahan Organik = 100% - Kadar Abu
3.4.5.6. Kadar Ekstraktif (Ayeni et al., 2015) (Metode Chesson dan SNI
0492:2008)
Dimasukan 2,5 g sampel kering oven ke dalam erlenmeyer ukuran 250 ml.
Kemudian ditambahkan 150 ml aseton atau alkohol-benzen 1: 2 (Metode
Chesson) atau akuades, kemudian dididihkan pada 100 ºC dalam water bath
selama 1 jam dan didinginkan. Pemisahan ekstraktif dilakukan dalam cawan masir
dan divakum sehingga diperoleh endapan bebas ekstraktif kemudian dikeringkan
dalam oven pada 105 ºC selama 24 jam. Kadar ekstraktif adalah selisih bobot
sampel awal dan sampel bebas ekstraktif.
3.4.5.7. Kadar hemiselulosa (Ayeni et al., 2015)
Dimasukan 0,5 g sampel kering bebas ekstraktif ke dalam erlenmeyer
ukuran 250 ml. Lalu ditambahkan 75 ml larutan 2% NaOH kemudian dididihkan
28
pada 100o
C selama 3,5 jam dan didinginkan. Dilakukan filtrasi vakum dalam
cawan masir dan dicuci menggunakan akuades sehingga diperoleh pH endapan
yang netral. Endapan kemudian dikeringkan dalam oven pada 105o
C selama 24
jam. Kadar hemiselulosa adalah selisih bobot sampel bebas ekstraktif sebelum dan
sesudah perlakuan ini dibandingkan dengan bobot sampel awal (berat kering
sampel).
3.4.5.8. Kadar Lignin (Ayeni et al., 2015)
Dimasukan 0,4 g sampel kering bebas ekstraktif ke dalam erlenmeyer
ukuran 250 ml. Kemudian ditambahkan 5 ml larutan 72% H2SO4 kemudian
dikocok secara hati-hati dengan interval waktu 30 menit selama 2 jam.
Ditambahkan 140 ml akuades kemudian dipanaskan dalam autoclave pada 121o
C
selama 3 x 15 menit dan didinginkan. Hidrolisat lalu dipisahkan dengan filter
vakum dalam cawan masir kemudian endapan dikeringkan dalam oven pada 105o
C selama 24 jam (endapan kering ini mengandung lignin dan abu). Endapan
dipanaskan dalam tanur pada 575-650o
C selama 5 jam.
3.4.5.9. Kadar Selulosa (Ayeni et al., 2015)
Selulosa (konten % w/w) dihitung dengan perbedaan, beranggapan bahwa
ekstraktif, hemiselulosa, lignin, abu, dan selulosa adalah komponen keseluruhan
biomassa .
29
3.4.5.10. Kadar Glukosa (metode DNS : Miller, 1959)
Dimasukan 5 g sampel ke dalam erlenmeyer 50 ml, tambahkan 10 ml
akuades dan dikocok dalam shaker pada 100 rpm selama 1-2 jam.Kemudian
dimasukan 1 ml supernatan sampel ke dalam mikrotube dan disentrifuge pada
8000-12000 rpm selama 10 menit. 500 µl supernatan jernih lalu dimasukan ke
dalam tabung reaksi, ditambahkan 500 µl DNS kemudian tabung ditutup dengan
aluminium foil dan dipanaskan pada 100o
C selama 5 menit sampai terbentuk
warna coklat kemerahan. Setelah itu ditambahkan 2 ml akuades. Kemudian
dilakukan pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer pada λ = 540 nm.
3.4.5.11. Viabilitas Kapang (Saraswati, 2007)
Viabilitas kapang ditentukan dengan metode Total Plate Count . Ke dalam
1 mL kultur kapang ditambahkan 9 mL air fisiologis (0,85% NaCl) yang steril
untuk memperoleh suspensi sampel. Suspensi tersebut diencerkan sampai 107
menggunakan air fisiologis steril dan dituangkan ke atas lempeng Potatoes
Dextrose Agar (PDA), kemudian diinkubasi pada suhu 30o
C. Penghitungan total
kapang pada 5-7 hari setelah inkubasi di dalam media PDA.
3.4.6. Analisa Data
Data hasil penelitian ini dianalisis menggunakan analysis of variance
(ANOVA) pada SPSS versi 20.0 dengan batas kepercayaan sebesar 95% (α =
0,05) dan uji lanjut Duncan. Pengujian hipotesis didasarkan pada ketetapan H0
dan H1.
30
H0 : Substrat jerami padi dan kapang P. chrysosporium yang diiradiasi
gamma (perlakuan) tidak berpengaruh nyata terhadap kadar lignin)
H1 : Substrat jerami padi dan kapang P. chrysosporium yang diiradiasi gamma
(perlakuan) berpengaruh nyata terhadap kadar lignin)
Keterangan :
Jika p < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika p > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Optimasi Dosis Iradiasi Kapang P. chrysosporium
Dosis optimum ditentukan berdasarkan pengukuran aktivitas Lignin
Peroksidase (LiP) spesifik pada kultur kapang P. chrysosporium dengan dosis
iradiasi 0, 500, 1000, 1500, dan 2000 Gray dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik Perlakuan Sinar Gamma terhadap Aktivitas Lignin Peroksidase
(LiP) Spesifik kapang P. chrysosporium
Berdasarkan Gambar 6 dosis iradiasi optimum kapang P. chrysosporium
berada pada dosis 1000 Gy dengan aktivitas spesifik 1209,11 U/mg. Pada dosis 0
Gy -1000 Gy menunjukkan adanya kenaikan aktivitas spesifik dan kemudian
turun pada dosis 1500 Gy dan 2000 Gy. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
sinar gamma berpengaruh terhadap aktivitas LiP spesifik kapang P.
chrysosporium. Hasil uji statistik Duncan juga menunjukkan beda nyata atau
(P<0,05) pada dosis 1000 Gy dengan dosis lainnya (Lampiran 3). Dengan
demikian kapang P. chrysosporium yang digunakan untuk fermentasi padat adalah
P. chrysosporium dengan dosis iradiasi 1000 Gy.
a a
b
a
a
0
500
1000
1500
0 500 1000 1500 2000
Akti
vit
as L
iP s
pes
ifik
,
U/m
g
Perlakuan sinar gamma, Gray
32
Proses iradiasi dilakukan terhadap kultur P. chrysosporium yang ditanam
dalam media padat Potato Dextrose Agar (PDA). P. chrysosporium tumbuh pada
media padat dengan menunjukkan hifa berwarna putih. PDA dipilih sebagai media
pertumbuhan P. chrysosporium karena mikroorganisme akan lebih resisten saat
diiradiasi dibandingkan dalam media cair Potato Dextrose Broth (PDB) karena
pembentukan radikal bebas yang terjadi selama proses radiasi sangat rendah atau
hampir tidak ada. Dengan demikian, efek tidak langsungnya terhadap DNA sel
mikroorganisme menjadi sangat rendah atau bahkan tidak ada (Aquino, 2012).
Terlihat pada (Gambar 6) peningkatan aktivitas LiP spesifik terjadi pada
1000 Gy. Adanya peningkatan aktivitas enzim akibat iradiasi menurut Clark
(1967) disebabkan iradiasi telah merusak struktur sel, sehingga menyebabkan
enzim yang terdapat pada struktur internal yang bersinggungan langsung dengan
substrat dan menyebabkan perubahan fisiologis sel seperti peningkatan aktivitas
enzim yang lebih besar. Penggunaan iradiasi gamma pada dosis 0-2000 Gy
karena pada dosis ini merupakan dosis cukup yang dapat menyebabkan terjadinya
perubahan struktur dalam rantai DNA akibat putusnya rantai tunggal/ganda yang
dapat bergabung kembali pada proses replikasi atau terjadi mutasi. Ketahanan
kapang terhadap iradiasi tergantung pada faktor genetis masing-masing kapang
(Siagian, 2003). Menurut (Ottenheim et al., 2015), Aspergillus niger yang diberi
perlakuan iradiasi gamma dosis 1400 Gy dapat meningkatkan aktivitas enzim 1,4-
endoxylanase 85% dengan variasi dosis 50-2000 Gy. Perlakuan iradiasi pada
dosis tinggi dapat menyebabkan tidak sempurnanya pemisahan kromosom pada
pembelahan sel, sehingga mengakibatkan sel kehilangan kemampuan untuk
memperbanyak diri sehingga sel akan mati. Menurut (Lydia et al., 1994) mutasi
33
DNA yang disebabkan oleh dosis iradiasi gamma mengakibatkan kapang
menghasilkan enzim yang lebih banyak daripada sebelum diiradiasi.
4.2. Hasil pretreatment NaOH dan Iradiasi gamma substrat jerami padi
4.2.1 Pretreatment NaOH pada Substrat Jerami Padi
Sebelum proses fermentasi dilakukan, substrat jerami padi dipreparasi
terlebih dahulu dengan perlakuan mekanik, kimia dan fisika. Perlakuan mekanik
dengan mengeringkan dan mencacah substrat, selanjutnya dihaluskan dengan
menggunakan cutting mill dan diayak. Perlakuan selanjutnya pretreatment kimia
dengan menggunakan NaOH dan kemudian pretreatment fisika dengan perlakuan
iradiasi gamma.
Pada penelitian ini pretreatment kimia yang digunakan pada substrat
menggunakan NaOH 0%, 1%, 2% dan 3% perbandingan 1 : 2 dengan substrat.
Proses pretreatment dengan NaOH dapat menghilangkan kandungan lignin yang
mengikat selulosa pada serat jerami. Tujuan dari proses pretreatment untuk
memecah struktur lignin, memecah kristal selulosa, meningkatkan porositas
bahan, memecah hemiselulosa dan depolimerisasi hemiselulosa (Sun dan Cheng,
2002). Hal ini dilakukan untuk mengkondisikan bahan lignoselulosa baik dari segi
ukuran maupun struktur bahan baku, sehingga memudahkan akses enzim untuk
mengkonversi karbohidrat menjadi gula. Pretreatment juga efektif untuk
meningkatkan kinerja dari enzim saat hidrolisis (Sun dan Cheng, 2002).
Hasil proses pretreatment jerami padi dengan NaOH terbaik pada
konsentrasi 2%. Dibandingkan dengan jerami padi yang tidak dipretreatment
NaOH menghasilkan aktivitas LiP sebesar 12464 U/ml (Gambar 7). Hasil analisis
34
Duncan juga menunjukkan bahwa pretreatment NaOH 2% berpengaruh nyata
atau (p<0,05) terhadap aktivitas enzim LiP (Lampiran 3).
Gambar 7. Grafik Aktivitas enzim LiP kapang P. chrysosporium dengan
konsentrasi NaOH
Peningkatan aktivitas enzim LiP terjadi pada substrat yang telah
dipretreatment dengan NaOH, karena lignin pada substrat tersebut lebih mudah
didegradasi oleh kapang P. chrysosporium. Reaksi antara lignin dan selulosa oleh
NaOH dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Pemutusan Ikatan Lignoselulosa oleh NaOH ( Fengel dan
Wegeener,1995)
35
Penambahan NaOH akan mempermudah pemutusan ikatan senyawa
lignin. Ion OH-
dari NaOH akan memutuskan ikatan-ikatan dari struktur dasar
lignin sedangkan ion Na+ akan berikatan dengan lignin membentuk natrium
fenolat. Garam fenolat ini bersifat mudah larut. Lignin yang terlarut ditandai
dengan warna hitam pada larutan yang disebut lindi hitam (black liquor) (Safaria
et al., 2013).
4.2.2 Karakteristik Substrat Jerami Padi
Iradiasi dilakukan pada substrat jerami padi yang dipretreatment NaOH
2% dengan variasi dosis 0, 50 , 100 kGy. Karakteristik substrat jerami padi setelah
iradiasi sebagai berikut :
Tabel 4. Karakteristik Substrat Jerami Padi
Parameter J0 J50 J100
pH 7,40b
7,53b
6,28a
Kadar air, % 8,62 5,83 5,58
Kadar bahan organik
,%
72,66a
75,84b
75,48b
Kadar ekstraktif,% 8,47b
7,98ab
7,28a
Kadar
hemiselulosa,%
31,64a
34,35b
35,55c
Kadar selulosa,% 21,36a
21,95a
21,29a
Kadar lignin,% 11,19a
11,25a
11,36a
Kadar glukosa, mg/g 2,23a
2,91a
2,23a
Kadar abu,% 27,34b
24,16a
24,52a
Ket: pangkat abjad pada baris yang sama menunjukkan beda nyata analisis
duncan
Tidak terjadi perubahan kadar lignin yang signifikan pasca iradiasi
substrat jerami padi. Hal ini menunjukkan tidak terjadi depolimerisasi struktur
lignin pada perlakuan iradiasi substrat. Iradiasi pada substrat tidak bekerja
langsung untuk mendegradasi lignin, namun iradisi gamma pada substrat
menyebabkan hidrolisis enzimatik. Penelitian (Khan et al., 2006) menunjukkan
36
bahwa bila dosis iradiasi mencapai 600 kGy atau lebih tinggi, hemiselulosa dan
selulosa mengalami pembelahan rantai tetapi lignin kurang dipengaruhi oleh
iradiasi gamma. Lignin lebih tahan iradiasi dan melindungi struktur biomassa
dari iradiasi. Berbagai teknologi telah diterapkan dalam pretreatment bahan
lignoselulosa termasuk radiasi (Chosdu et al., 1993). Menurut (Yin dan Wang,
2016) jerami gandum dengan iradiasi gamma dan perendaman NaOH dapat
meningkatkan pelarutan hemiselulosa dan lignin serta area permukaan yang
mudah dijangkau untuk molekul enzim. Prinsip utama pretreatment jerami
gandum dengan teknologi iradiasi bahwa dalam makromolekul komponen
selulosa, radikal bebas dihasilkan melalui lokalisasi yang cepat dari energi yang
diserap dalam molekul dan menghasilkan degradasi sekunder melalui reaksi
kimia (Khan et al., 2006 ; Chung et al., 2012 ; Karthika et al., 2012). Ketika
bahan lignoselulosa yang terkena radiasi sinar gamma, satuan selulosa,
hemiselulosa dan lignin memiliki kemungkinan juga terkena radiasi. Lignin
adalah bahan polifenol, yang secara signifikan dapat mempengaruhi reaksi
radikal melalui interaksi transfer antar molekul (Barsberg et al., 2005 ; Lee et al.,
2014).
4.3. Delignifikasi melalui Fermentasi Padat dengan menggunakan kapang P.
chrysosporium Selama 12 Hari
Fermentasi jerami padi dilakukan selama 12 hari dengan perbandingan
substrat dan liquid sesuai WHC (Water Holding Capacity) 1:2. Liquid dalam
proses fermentasi meliputi penambahan larutan nutrisi, inokulum P.
chrysosporium 0 Gy (kontrol) dan 1000 Gy (optimum) serta aquadest. Pada
proses fermentasi, kultur P. chrysosporium dibuat dalam media cair PDB.
37
Tujuannya adalah mengadaptasikan sel terhadap medium fermentasi, sehingga
mempersingkat lag phase (fase adaptasi) dan pertumbuhan kapang akan
maksimum dalam waktu yang relatif singkat (Pangesti et al., 2012). Larutan
nutrisi atau Mineral Salts Medium (MSM) memiliki peran penting pada proses
fermentasi karena mempengaruhi kestabilan mikroorganisme (Somda et al.,
2011). Mineral-mineral tersebut digunakan untuk pertumbuhan sel kapang
termasuk pembelahan sel dan proses metabolismenya (Birch dan Walker, 2000).
Penambahan yeast extract berfungsi sebagai penyedia asam-asam amino tunggal,
faktor pertumbuhan dan berbagai vitamin yang dibutuhkan sel (Haltrich et
al., 1996). Yeast extract berisi asam glutamat yang merupakan sumber nitrogen.
Nitrogen berperan dalam pengaturan degradasi lignin sebagai bagian dari
metabolisme sekunder dalam kapang. Konsentrasi nitrogen dalam media
mempengaruhi enzim pendegradasi lignin yang dihasilkan kapang. Konsentrasi
nitrogen yang rendah akan menstimulasi produksi enzim, sebaliknya konsentrasi
nitrogen yang tinggi akan menekan produksi enzim (Fadilah dan Distantina,
2009). Pepton (bacto) digunakan sebagai sumber nitrogen organik dalam media
kultur mikrobiologi berbagai bakteri dan kapang.
4.3.1. Nilai pH Medium Fermentasi
pH merupakan satu diantara beberapa faktor penting yang mampu
mempengaruhi pertumbuhan kapang dan proses fermentasi. Nilai pH yang
dihasilkan selama proses fermentasi mengalami fluktuatif (Gambar 9). Pada hari
ke-8 pH meningkat pada semua perlakuan dengan kisaran pH 9,09 sampai
dengan pH 9,59. Pada hari ke- 1 2 nilai pH variatif dengan nilai pH berkisar
38
7,77-9,66 (Lampiran 1). Perubahan nilai pH selama proses fermentasi dapat
dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. G ra f ik perubahan pH substrat jerami padi terhadap waktu
inkubasi pada berbagai perlakuan
Keterangan :
P0J0 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 0 kGy
P0J50 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 50 kGy
P0J100 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 100 kGy
P1J0 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 0 kGy
P1J50 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 50 kGy
P1J100 = P.chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 100 kGy
Perubahan pH menunjukkan adanya metabolisme P. chrysosporium.
Perubahan pH dapat mempengaruhi pembentukan hasil samping fermentasi. Nilai
pH pertumbuhan berhubungan positif dengan pembentukan asam piruvat, pada
pH tinggi maka lag phase akan lebih singkat dan aktivitas fermentasi akan
meningkat (Yumas dan Rosniati, 2014). Kondisi peningkatan pH medium dapat
disebabkan oleh 2 kemungkinan. Kemungkinan pertama karena degradasi lignin
menghasilkan berbagai senyaa fenolik yang memiliki gugus –OH. Keberadaan
gugus tersebut dapat meningkatkan nilai pH pada masa akhir inkubasi.
Kemungkinan yang kedua yaitu terjadinya jumlah sel yang lisis. Menurut
(Judomidjojo et al., 1992) sel yang lisis tersebut terdeaminasi dan menyebabkan
39
peningkatan pH. Kenaikan pH dapat disebabkan oleh dilepaskannya amonia
sebagai hasil metabolisme ammonium sulfat dan adanya proses deaminasi
substrat protein dalam medium (Gambar 10) (Rahayuningsih, 2003).
Gambar 10. Mekanisme deaminasi protein
Menurut Casida (1968) penurunan pH disebabkan karena hasil samping
fermentasi seperti karbondioksida dan asam-asam organik seperti asam piruvat,
asam suksinat, asam laktat dan asam-asam lainnya. Asam-asam sebagai hasil
samping inilah yang berperan besar dalam penurunan pH (Reed dan Rehm,
1983).
4.3.2. Kadar Lignin Substrat Jerami Padi
Hasil perubahan kadar lignin jerami padi pada proses fermentasi dapat
dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Gr af i k perubahan kadar lignin substrat jerami padi
terhadap waktu inkubasi pada berbagai perlakuan
Keterangan :
P0J0 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 0 kGy
P0J50 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 50 kGy
P0J100 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 100 kGy
P1J0 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 0 kGy
P1J50 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 50 kGy
P1J100 = P.chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 100 kGy
40
Kadar lignin substrat jerami padi selama fermentasi mengalami
penurunan pada semua perlakuan (Gambar 11). Kadar lignin cenderung menurun
dari hari ke-0 dengan kadar lignin berkisar antara 10,747%-11,635% sampai hari
ke-12 dengan kadar lignin berkisar antara 7,067%-1,634% (Lampiran 1). Hasil
uji statistik Duncan juga menunjukkan beda nyata atau (P<0,05) pada kadar
lignin hari ke-12 (Lampiran 3).
Efektifitas degradasi lignin hasil fermentasi oleh kapang P. chrysosporium
terdapat pada perlakuan dosis iradiasi pada substrat 100 kGy dan dosis iradiasi
pada kapang P. chrysosporium 1000 Gy (P1J100) dengan waktu inkubasi 12 hari
(Gambar 12). Hasil analisis Duncan juga menunjukkan sampel (P1J100) berbeda
nyata dengan sampel lainnya (Lampiran 3). Persentase efisiensi delignifikasi
85,95% lebih baik dibandingkan dengan kapang dan substrat tanpa iradiasi. Hal
ini sesuai dengan degradasi yang meningkat pada lignin dan hemiselulosa
(Gambar 12).
Gambar 12. Grafik degradasi lignin dan hemiselulosa substrat jerami padi
setelah 12 hari fermentasi padat
Keterangan :
P0J0 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 0 kGy
P0J50 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 50 kGy
P0J100 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 100 kGy
P1J0 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 0 kGy
P1J50 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 50 kGy
P1J100 = P.chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 100 kGy
41
Iradiasi gamma merupakan teknik yang efektif untuk pretreatment biomassa
dan saat proses iradiasi digabungkan yang lain (kimiawi, fisik) ada peningkatan
efisiensi seluruh proses yang dapat menghasilkan hasil yang sama menggunakan
dosis yang lebih rendah. Larutan NaOH 2% dapat menyerang dan merusak
struktur lignin pada jerami padi, mengubah struktur amorph menjadi kristal serta
melarutkan lignin dan hemiselulosa dan menyebabkan pengembangan pada
struktur selulosa (Gunam et al., 2010).
Perlakuan iradiasi gamma dan NaOH 2% pada substrat menyebabkan
depolimerisasi dan degradasi lebih lanjut serta peningkatan luas permukaan
lignoselulosa yang kemudian menghasilkan hidrolisis enzimatik. Adanya
penambahan NaOH pada proses pretreatment dapat menurunkan kandungan
lignin yang cukup besar, karena reaksi pemutusan ikatan lignin menjadi lebih
cepat (Yin dan Wang, 2016). Hal ini disebabkan efek spesies oksigen reaktif
terbentuk setelah iradiasi gamma dan sinergisnya efek pada hidrolisis enzimatik.
Penurunan kadar lignin adalah salah satu dari langkah paling penting dalam proses
konversi bahan baku bioetanol dan juga untuk tujuan lain. Penurunan lignin
berkisar antara 2,4-18,4% terjadi pada konten di dinding sel yang diiradiasi (Kim
et al., 2015). Senyawa fenolik dari reaksi depolimerisasi lignin sebagian besar
berasal dari pembelahan ikatan antara tiga unit fenilpropana, yaitu
syringylpropane (3,5-diametoksi-4-hidroksifenilpropana) (S), guaiacylpropane
(4-hidroksi-3-metoksi- fenilpropana) (G), dan 4-hydroxyphenylpropane (H)
kelompok (Monteil-Rivera et al., 2013; Toledano et al., 2014)
Kapang P. chrysosporium mendegradasi lignin pada fase stasioner yang
merangsang pembentukan enzim. Fase ini diindikasi terlihatnya spora pada
42
medium pertumbuhan kapang akibat kondisi kekurangan nutrisi. Kondisi ini
menyebabkan kapang P. chrysosporium menghasilkan enzim Lignin Peroksidase
(LiP) dan Mangan Peroksidase (MnP). Selama fase stasioner enzim LiP akan
memecah unit fenolik yang menyusun 90% lignin dan MnP memutus unit fenolik
yang menyusun lignin (Johjima et al.,1999). Degradasi lignin terjadi ketika salah
satu monomer utama penyusun lignin yaitu koniferil alkohol didehidrogenasi
oleh enzim lakase atau peroksidase. Enzim peroksidase ini yang terlibat dalam
proses delignifikasi dan berfungsi memecah ikatan-ikatan kompleks lignoselulosa
dan lignohemiselulosa.
4.3.3. Kadar Hemiselulosa
Hasil perubahan kadar lignin jerami padi pada proses fermentasi dapat
dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Gra f ik perubahan kadar hemiselulosa substrat jerami padi
terhadap waktu inkubasi pada berbagai perlakuan
Keterangan :
P0J0 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 0 kGy
P0J50 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 50 kGy
P0J100 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 100 kGy
P1J0 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 0 kGy
P1J50 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 50 kGy
P1J100 = P.chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 100 kGy
43
Kadar hemiselulosa substrat jerami padi selama fermentasi mengalami
fluktuatif (Gambar 13). Kadar hemiselulosa berkisar antara 23,317%-35,576%.
Berdasarkan hasil uji statistik Duncan, perlakuan iradiasi (sampel P1J100)
menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap kandungan hemiselulosa
(Lampiran 3).
Terjadi penurunan kadar lignin yang sinergis dengan penurunan kadar
hemiselulosa. Hemiselulosa merupakan polimer amorf yang berasosiasi dengan
selulosa dan lignin. Sifatnya mudah mengalami depolimerisasi, hidrolisis oleh
asam, basa, mudah larut air. Kenaikan kadar hemiselulosa disebabkan
kemampuan jamur mendegradasi lignin sehingga hemiselulosa tidak terdegradasi.
Pada hari ke-8 dan ke-12 terjadi penurunan kadar hemiselulosa karena kadar
lignin pada substrat menurun, maka kapang akan mendegradasi selulosa sehingga
hemiselulosa ikut terdegradasi. Rantai hemiselulosa lebih mudah dipecah menjadi
komponen gula penyusunnya dibandingkan dengan selulosa. Menurut Nelson dan
Suparjo (2011), bahwa degradasi lignin akan membuka akses untuk perombakan
selulosa dan hemiselulosa. Hasil perombakan selulosa menghasilkan enzim
selulose merombak gula-gula dan membatasi produksi sebagian enzim-enzim
pendegradasi hemiselulosa oleh jamur pelapuk putih (Kirk dan Crowling,1984).
Penelitian yang telah dilakukan Yin dan Wang (2016) menyatakan bahwa
kombinasi iradiasi gamma dengan NaOH 2% tidak mengubah komponen secara
signifikan, sifat permukaan dan kristalinitas pada jerami gandum. Perlakuan
jerami gandum dengan NaOH meningkatkan pelarutan hemiselulosa dan lignin.
Semakin luas permukaan, memungkinkan molekul selulase memasuki struktur
lignoselulosa lebih mudah, dan meningkatkan hidrolisis enzimatis. Efek sinergis
44
iradiasi dan NaOH 2% menyebabkan pecahnya atau transformasi struktur oleh
iradiasi, sehingga NaOH dapat masuk ke stuktur lignoselulosa dan lebih mudah
bereaksi dengan hemiselulosa dan lignin.
Proses pretreatment mampu meningkatkan hidrolisis enzimatik jerami
padi dan menyebabkan hilangnya sebagian kecil kandungan hemiselulosa. Hal
ini dimungkinkan pada saat proses pretreatment, air dalam sel jerami padi
menguap dan sebagian dari hemiselulosa terurai menjadi asam, yang
mengkatalis dekomposisi hemiselulosa dan melepaskan selulosa. Selain itu
perlakuan perendaman jerami padi dalam NaOH dapat mempertahankan
hemiselulosa dalam padatan dengan meminimalkan interaksi dengan
hemiselulosa, untuk meningkatkan hasil fermentasi dan menyederhanakan
proses biokonversi (Rahmawati et al., 2013).
4.3.4. Kadar Selulosa
Kadar selulosa substrat jerami padi selama fermentasi mengalami
fluktuatif (Gambar 14). Kadar selulosa tertinggi yaitu pada perlakuan iradiasi
kapang P. chrysosporium 1000 Gy dan substrat jerami padi 100 kGy dengan
kadar selulosa sebesar 34,591% (Lampiran 1) dicapai pada waktu fermentasi 8
hari. Berdasarkan hasil uji statistik Duncan, perlakuan iradiasi (sampel P1J100)
menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap kandungan selulosa
(Lampiran 3). Hasil kadar selulosa selama fermentasi dapat dilihat pada Gambar
14.
45
Gambar 14. Perubahan kadar selulosa substrat jerami padi terhadap waktu
inkubasi pada berbagai perlakuan
Keterangan :
P0J0 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 0 kGy
P0J50 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 50 kGy
P0J100 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 100 kGy
P1J0 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 0 kGy
P1J50 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 50 kGy
P1J100 = P.chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 100 kGy
Peningkatan kadar selulosa diikuti dengan peningkatan kadar glukosa. Hal
ini menjadi indikasi bahwa perlakuan delignifikasi pada dasarnya menyebabkan
selulosa menjadi lebih mudah di akses (Harmsen et al., 2010). Treatment jerami
padi dengan NaOH dapat meningkatkan jumlah selulosa, karena treatment dengan
NaOH dapat merestrukturisasi amorphous cellulose menjadi crystaline cellulose.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa treatment dengan NaOH pada proses
delignifikasi pada jerami padi dapat meningkatkan intensitas atau struktur kristalin
dari jerami padi (Gunam et al., 2010). Selulosa terdiri dari 15-14000 unit molekul
glukosa dengan rantai panjang yang terhubung secara bersama dengan ikatan Van
Der Waals. Mekanisme reaksi selulosa dengan iradiasi gamma dapat dilihat pada
Gambar 15.
46
Gambar 15. Mekanisme reaksi selulosa dengan iradiasi gamma
(Orozco et al., 2012).
Ketika molekul selulosa terpapar sinar gamma, radikal diproduksi secara
rantai acak, dan setelah penghentian iradiasi terjadi degradasi lebih lanjut. Setiap
residu glukosa, selulosa memiliki dua ikatan hidrogen inter dan intramolekuler.
Ikatan ini menstabilkan rantai selulosa panjang dan paralel. Iradiasi gamma
mempengaruhi ikatan tersebut dan menyebabkan kekuatan Van Der Walls
melemah yang berakibat pada degradasi selulosa dan meningkatnya degradabilitas
komponen dinding sel (Choi et al., 2009).
Proses iradiasi gamma iradiasi biomassa merendahkan serat dan
meningkatkan luas permukaan yang dibutuhkan untuk mengakses selulosa, lalu
menurun dengan dosis iradiasi yang lebih besar. Penurunan konversi menjadi
glukosa disebabkan oleh peningkatan produk sampingan yang dapat bertindak
sebagai penghambat hidrolisis enzimatik selulosa. Chosdu et al., (1993)
menyebutkan bahwa hasil glukosa meningkat menjadi 43% setelah diolah dengan
iradiasi sinar elektron pada 500 kGy dan NaOH 2% dan 20% untuk sampel batang
jagung yang tanpa iradiasi.
47
4.3.5. Kadar Glukosa
Peningkatan kadar glukosa sinergis dengan peningkatan kadar selulosa.
Kadar glukosa substrat jerami padi selama fermentasi mengalami fluktuatif
(Gambar 16). Kadar glukosa tertinggi didapatkan pada perlakuan iradiasi kapang
P. chrysosporium 1000 Gy dan substrat jerami padi 100 kGy (sampel P1J100)
dengan kadar glukosa sebesar 16,945% dan 16,260% dicapai pada waktu
fermentasi 8 hari dan 12 hari. Hasil analisis Duncan juga menunjukkan sampel di
hari ke-8 dan 12 berbeda nyata dengan sampel lainnya (Lampiran 3). Kadar
glukosa selama proses fermentasi dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Grafik perubahan kadar glukosa substrat jerami padi
terhadap waktu inkubasi pada berbagai perlakuan
Keterangan :
P0J0 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 0 kGy
P0J50 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 50 kGy
P0J100 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 100 kGy
P1J0 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 0 kGy
P1J50 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 50 kGy
P1J100 = P.chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 100 kGy
Reaksi dengan DNS yang terjadi merupakan reaksi redoks pada gugus
aldehid gula dan teroksidasi menjadi gugus karboksil. Reaksi DNS dengan gula
pereduksi dapat dilihat pada Gambar 17.
48
Gambar 17. Reaksi DNS dengan glukosa
DNS berperan sebagai oksidator yang akan tereduksi membentuk 3-amino-
5 nitrosalicylic acid (Sastrohamidjojo, 2005). Reaksi ini berjalan dalam suasana
basa. Perubahan warna larutan dari kuning menjadi jingga kemerahan
menunjukkan adanya gula pereduksi (Lehninger, 1997). Gula pereduksi yang
terbentuk karena terhidrolisisnya hemiselulosa dan selulosa yang terlarut menjadi
monomer gula (Imman et al., 2014). Penelitian sebelumnya telah dilakukan (Yang
et al., 2008) mengenai peningkatan hasil glukosa dengan dosis iradiasi yang
meningkat antara 300 dan 500 kGy dosis iradiasi dengan hasil maksimal 13,40%.
Adanya peningkatan total gula yang terjadi dalam bahan membuktikan bahwa
kapang memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mendegradasi selulosa
sehingga terjadi pemecahan selulosa menjadi gula-gula sederhana. Glukosa yang
terbentuk ini kemudian digunakan kembali oleh kapang sehingga kadarnya
menjadi turun. Hal ini disebabkan karena pada proses fermentasi, kapang
menggunakan glukosa sebagai sumber energi dan metabolisme sel (Salsabila et
al., 2014). Reaksi pembentukan gula pereduksi dari hidrolisis selulosa dapat
dilihat pada (Gambar 18).
49
Gambar 18. Mekanisme reaksi hidrolisis selulosa (Tomas et al., 2010).
4.3.6. Kadar Ekstraktif
Perubahan kadar ekstraktif hasil fermentasi dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Gra f ik perubahan kadar ekstraktif substrat jerami padi
terhadap waktu inkubasi pada berbagai perlakuan
Keterangan :
P0J0 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 0 kGy
P0J50 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 50 kGy
P0J100 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 100 kGy
P1J0 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 0 kGy
P1J50 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 50 kGy
P1J100 = P.chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 100 kGy
Kadar ekstraktif substrat jerami padi selama fermentasi mengalami
fluktuatif (Gambar 19). Pada perlakuan semua sampel terjadi penurunan pada
hari ke-0 dengan kadar ekstraktif berkisar antara 6,863%-8,896% dan kenaikan
pada hari ke-4 dengan kadar ekstraktif berkisar antara 9,800%-12,091%
50
(Lampiran 1). Pada hari ke-8 cenderung mengalami penurunan dan cenderung
naik di hari ke-12. Dalam pembuatan bioetanol dari lignoselulosa, zat ekstraktif
merupakan inhibitor bekerjanya enzim dalam proses hidrolisis dan menurunkan
kerja mikroorganisme dalam proses fermentasi sehingga kecepatan reaksi
fermentasi menjadi turun. Zat ekstraktif yang larut dalam air adalah gula, zat
warna, tannin, gum, dan pati. Sedangkan yang larut dalam pelarut organik adalah
resin, lemak, asam lemak, lilin, minyak dan tannin (Sjostrom, 1999). Zat
ekstraktif mengisi rongga-rongga sel dan rongga-rongga mikro dinding sel
sehingga aksesibilitas agen hidrolisis menjadi terhambat. Dengan demikian,
kadar ekstraktif yang tinggi tidak diharapkan dalam pembuatan bioetanol
(Sokanandi et al., 2012).
4.3.7. Kadar Air
Kadar air hasil fermentasi dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Grafik perubahan kadar air substrat jerami padi terhadap
waktu inkubasi pada berbagai perlakuan
Keterangan :
P0J0 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 0 kGy
P0J50 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 50 kGy
P0J100 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 100 kGy
P1J0 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 0 kGy
P1J50 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 50 kGy
P1J100 = P.chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 100 kGy
51
Kadar air substrat jerami padi selama fermentasi mengalami fluktuatif
(Gambar 20). Pada hari ke-0 kadar air semua perlakuan berkisar antara 65,23 % -
67,08 % (Lampiran 1). Pada hari ke-12 terjadi penurunan kadar air semua
perlakuan dengan kadar air sekitar 57,60% - 68,25%.
Kenaikan kadar air selama fermentasi disebabkan oleh hasil metabolisme
kapang P. chrysosporium pada substrat jerami padi. Selain itu jumlah
penambahan kapang P. chrysosporium pada substrat juga mempengaruhi kadar
air. Semakin banyak jumlah kapang yang di masukkan, maka semakin tinggi
kadar air yang akan dihasilkan karena proses fermentasinya akan semakin cepat
dan hasil fermentasi dari kapang semakin banyak (Ardiansyah et al., 2014).
Menurut Fardiaz (1988) selama fermentasi berlangsung, mikroorganisme
menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi yang dapat menghasilkan
molekul air dan karbondioksida (Gambar 21). Reaksi dari hasil metabolisme
kapang P. chrysosporium sebagai berikut :
C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O + energi (38 ATP)
Gambar 21. Hasil metabolisme kapang P. chrysosporium (Lehninger,1982)
Sebagian besar air akan tertinggal dalam produk dan sebagian lagi akan
keluar dari produk. Air yang tertinggal dalam produk inilah yang akan
menyebabkan kadar air menjadi tinggi dan bahan kering menjadi rendah
(Winarno et al., 1980). Pengurangan kadar air yang terjadi juga dapat
disebabkan oleh pemanfaatan air tersebut oleh kapang untuk proses
metabolisme dalam tubuhnya. Kapang dapat tumbuh dengan baik pada
kelembaban kurang lebih 80%, dan pada kondisi lingkungan yang hipotonik
cairan dari lingkungan akan masuk ke dalam sel kapang. Keadaan yang kering
52
dapat menyebabkan proses pengeringan protoplasma yang berakibat berhentinya
metabolisme (Waluyo, 2004).
4.3.8. Kadar Bahan Organik
Hasil perubahan kadar bahan organik jerami padi pada proses fermentasi
dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Grafik perubahan kadar bahan organik substrat jerami padi
terhadap waktu inkubasi pada berbagai perlakuan
Keterangan :
P0J0 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 0 kGy
P0J50 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 50 kGy
P0J100 = P. chrysosoporium 0 Gy + Jerami padi 100 kGy
P1J0 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 0 kGy
P1J50 = P. chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 50 kGy
P1J100 = P.chrysosoporium 1000 Gy + Jerami padi 100 kGy
Kadar bahan organik substrat jerami padi selama fermentasi mengalami
penurunan (Gambar 22). Terjadi penurunan dari hari ke-0 sampai hari ke-12 pada
semua perlakuan. Pada hari ke-0 kadar bahan organik berkisar antara 72,47%-
75,61% sedangkan pada hari ke-12 kadar bahan organik berkisar antara 70,58%-
73,03% (Lampiran 1). Penurunan kadar bahan organik ini disebabkan oleh
nutrien yang tersedia pada bahan yang telah dirombak dan dimanfaatkan oleh
kapang. Kehilangan bahan organik yang rendah dapat disebabkan oleh 3
kemungkinan yaitu pertumbuhan kapang yang relatif besar, tingkat biodegradasi
53
yang berjalan lambat atau tingkat pertumbuhan kapang dalam biomassa lebih
besar dibanding tingkat pemanfaatan produk fermentasi oleh kapang (Nelson
dan Suparjo, 2011). Penurunan kadar bahan organik juga dapat disebabkan oleh
lama waktu fermentasi. Semakin lama waktu fermentasi, pertumbuhan kapang
akan semakin baik, merata dan kompak sesuai dengan ketersediaan nutrien pada
bahan. Kapang yang tumbuh semakin aktif melakukan perombakan karbohidrat
dan protein yang merupakan bagian dari bahan organik (Kasmiran, 2011).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Dosis optimum iradiasi gamma pada kapang P. chrysosporium adalah 1000
Gy yang menghasilkan aktivitas enzim LiP spesifik tertinggi sebesar 1209,11
U/mg.
2. Dosis iradiasi gamma 100 kGy pada substrat jerami padi dengan pretreatment
NaOH 2% mampu meningkatkan efisiensi delignifikasi sebesar 85,95%, hasil
delignifikasi maksimum pada hari ke-12 adalah pH 9,66, kadar air 68,25%,
kadar bahan organik 72,29%, kadar ekstraktif 10,376%, kadar hemiselulosa
25,744%, kadar lignin 1,634%, kadar selulosa 34,534% dan kadar glukosa
16,260%.
5.2. Saran
Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan uji morfologi dengan SEM
(Scanning Electron Microscope) dan fermentasi dilanjutkan sampai hari ke-14
atau lebih sampai mencapai delignifikasi optimum.
55
DAFTAR PUSTAKA
Adaskaveg, J.E., Gilbertson, R.L., and Dunlap, M.R. 1995. Effects of incubation
time and temperature on in vitro seceltive delignification of silver leaf oak
by Ganoderma colossum. Appl. Environ. Microbiol. 61:138-144.
Afify, A.E.M.R., Abo-El-Seod, M., Ibrahum, G.M., Helal, I.M.M dan Kassem,
B.W. 2012. Exposing of trichoderma spp. to gamma radiation for
stimulating its pesticide biodegradation activity. J. Rad. Res. Appl. Sci,
5(2): 440-454.
Alexopoulos, C.J., Mims, C.W., dan Blackwell, M. 1996. Introductory Mycology
4th
. Canada. John Wiley.
Al – Safidi, B., Ayyoubi, Z., Jawdat, D. 2000. The Effect of Gamma Irradiation
oo Potato Microtuber Production in Vitro. Plant Cell, Tissue ang Organ
Culture, 61:183–187.
Anwar, Z., Gulfraz, M., dan Irshad, M. 2014. Agroindustrial lignocellulosic
biomassa key to unlock the future bioenergy: A brief review, Journal of
Radiation Research and Applied Sciences, 7(2): 163-173.
Ardiansyah, Mulyani, S., Fridarti. 2014. Perubahan Kandungan Komponen Serat
Pelepah dan Daun Sawit Melalui Fermentasi dengan Kapang
Phanerochaete chrysosporium. Jurnal Universitas Taman Siswa Padang.
Hal.2-13.
Artiningsih, T. 2006. Aktivitas Ligninolitik Jenis Ganoderma pada Berbagai
Sumber Karbon. Biodiversitas, 7: 307-311.
Association of Official Analytical Chemist (AOAC). 2005. Official Method.
Aquino, K. 2012. Sterilization by Gamma Irradiation. Gamma Radiation. InTech.
Intech: 171-206.
Ayeni, A.O., Adeeyo, O.A., Oresegun, O.M dan Oladimeji, T.E. 2015.
Compositional Analysis of Lignoselullosic Materials, Evaluation of an
Economicaly Viable Method Suitable for Woody and Non – woody
Biomass. American Journal of Engineering and Research,4(4): 14–19.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. SNI
01-2891-1992. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Bandung: Widya
Padjadjaran, ISBN: 978-602-8323-48-2.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2008. Pulp dan Kayu - Cara Uji Kadar
Lignin – Metode Clason. SNI 0492. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). 2009. Pemuliaan Badan Tenaga Nuklir
Nasional. http://www.batan.go.id/patir diakses pada 10 Februari 2018.
Barsberg, S., Matousek, P., Towrie, M. 2005. Analisis struktur lignin dengan re-
spektroskopi sonance Raman. Macromol. Biosci. 5:743 -752.
56
Bhargav, S.P., Panda, M., Ali, S.J. 2008. Solid State Fermentation : An Overview
. Chem. Biochem. Eng Q, 22:49–70.
Birch, R.M., dan Walker, G.M. 2000. Influence of magnesium ions on heat shock
and ethanol stress responses of Saccharomyces cerevisiae. Enzymol.
Microbiol. Tech, 26: 678-687.
Busse, N., Wagner, D., Kraume, M., dan Czermak, P. 2013. Reaction Kinetic of
Versatile Peroxidase for the degradation of lignin compounds, American
Journal of Biochesmistry and Biotechnology, Science Publication, 9(4):
365-394.
Casida, J.R. 1968. Industrial Microbiology. New York: John Wiley and Sons Inc.
Choi, J., Kim, J.K., Srinivasan, P., Kim, J.H, Park, J.H, Byun, M.W., Lee,
J.W.2009. Comparison of gamma ray and electron beam irradiation on
extraction yield, morphological and antioxidant properties of
polisaccarides from tamarind seed. Radiat. Phys.Chem. 78 :605- 609.
Chosdu, R., Hilmy, N., Erizal, ETB, Abbas, B. 1993. Radiasi dan bahan kimia
pra-pengolahan limbah selulosa Radiat. Phys. Chem. 42:695 -698.
Chung, B.Y., Lee, J.T., Bai, H.W., Kim, U.J., Bae, H.J., Wi, S.G., Cho, J.Y. 2012.
peningkatan hidrolisis enzimatik kulit kayu poplar dengan menggunakan
sinar gamma dan encer asam untuk produksi bioetanol. Radiat. Phys.
Chem. 81 :1003 -1007.
Crawford, D.L., A.L. Pometto., dan Crawford, R.L. 1983. Lignin degradation by
Streptomyces viridosporus: Jenision and characterization of a new
polymeric lignin degradation intermediate. Appl. Environ. Microbiol,
45(3): 898-904.
Dumanauw, J.F. 2001. Mengenal Kayu. Jakarta. Gramedia.
Day , R.A., A.L. Underwood. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima.
Jakarta. Erlangga.
Desai, A.S., dan Rao, S. 2014. Effect of gamma radiation on germination and
physiological aspects of pigeon pea (cajanus cajan (l.) millsp) seedlings.
Intern. Journ. of Research in App.,Natural and Social Sciences, 2(6): 47-
52.
Dyah, S., Nana dan Adi, S.E. 2010. Optimalisasi Konsentrasi Phanerochaete
chrysosporium pada Biosorpsi Ion Logam Pb dalam Limbah Cair
Elektroplatting. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, program Studi Teknik
Kimia, Fakultas Teknik Industry, UPN Jawa Timur,2(2).
Eun, J.S., Beauchemin, K.A., Hong, S.H., dan Bauer, M.W. 2006. Exogenous
enzymes added to untreated or ammoniated rice straw : Effect on in
vitro fermentation characteristic and degradability. J. Anim. Sci. and Tech,
131:86‐101.
Fadhillah, S., Distantina, E.K., Artati, A., Jumari. 2008. Biodelignifikasi Batang
Jagung dengan Jamur Pelapuk Putih P. chrysosporium. Journal
Ekuilibirium, 7(1): 7–11.
57
Fadilah dan Distantina, S. 2009. Delignifikasi Ampas Batang Aren:
Pembandingan Pengaruh Penambahan Glukosa dengan Penambahan Tetes.
Ekuilibrium, 8(2): 19-25.
Fardiaz, S. 1988. Fermentasi Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Gramedia.
Bogor.
Fengel, D. dan Wegener, G. 1995. Kayu; Kimia, Ultrastuktur dan Reaksi-
reaksi.Gajah Mada Uniersity Press: Yogyakarta.Terjemahan Dari:
Wood;Chemistry, Ultrastructure, Reaction.
Fengel, D. dan Wegener, G. 1989. Wood; Chemistry, Ultrastucture dan
Reactions. De Gruyter, Berlin, 132-174.
Gunam, I.B.W., Ketut, B., Imade Y.S.G. 2010. Pengaruh Perlakuan Delignifikasi
Dengan Larutan NaOH dan Konsentrasi Substrat Jerami Padi Terhadap
Produksi Enzim Selulase dari Aspergillus Niger NRL A-11, 264. Jurnal
Biology, 14(1): 55-61.
Habibi, Y., Lucian, A., Lucia dan Orlando, J.R. 2010. Cellulose Nanocrystals:
Chemistry, Self-Assembly and Applications. Chemical Reviews. 110 (6):
3479-3600.
Haltrich, D., Nidetzky, B., Kulbe, K.D., Steiner, W., dan Zupancic, S. 1996.
Production of fungal xylanases. Biores. Technol., 58: 137-161.
Hanafi, N.D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Departemen Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan.
Harmsen, P.F.H., Huijgen, W.J.J., Lopez, L.M.B dan Bakker, R.R.C. 2010.
Literature Review Of Physical And Chemical Preteatment Processes For
Lignocellulosic Biomass. Energy Research Centre Of The Netherlands, 1-
49.
Harvey, P.J., Gilardi, G.F., Gobl, M.L dan Palmer, J.M. 1993. Charge transfer
reactions and feedback control of lignin peroxidase by phenolic
compounds: significance in lignin degradation. J. Biotechnol, 30:57-69.
Hattaka, A. 1994. Lignin Modifying enzymes from selected white rot kapang
production and role in lignin degradation. FEMS Microbiol, 13: 125-135.
Imman, S., Arnthong, J., Burapatana, V., Champreda, V., dan Laosiripojana, N.
2014. Effects of Acid and Alkali Promoters on Compressed Liquid Hot
Water Preteatment of Rice Straw. Bioresource Technology, 171: 29-36
Iranmahboob, J., Nadim, F., dan Monemi, S. 2002. Optimizing acid-hydrlysis: a
critical step for production of ethanol from mixed wood chips. Biomass
and Bioenergy, 22: 401-404.
Irawati, D., Azwar, N.R., Syafii, W., dan Artika, I.M. 2009. Pemanfaatan Serbuk
Kayu untuk Produksi Etanol dengan Perlakuan Pendahuluan
Delignifikasi Menggunakan Kapang Phanerochaete chrysosporium. Ilmu
Kehutanan, 3 1.
58
Johjima, T., N. Itoh, M., Kabuto, F.,Tokimura, T., Nakagawa, H.,Wariishi dan
Tnaka, T. 1999. Direct interaction of lignin and lignin peroxidase and
laccase in the Phanerohaete chrysosporium.Proc. Natl. Acad.Sci.USA,
96: 1989-1994.
Judoamidjojo, M., Abdul,A.D dan Endang, G.S. 1992. Teknologi Fermentasi.
Rajawali Press. Jakarta.
Karimi, K., Emtiazi, G dan Taherzadeh, M.J. 2006. Ethanol production from
dilute-acid pretreated rice straw by simultaneous saccarification and
fermentation with Mucor indicus, Rhizopus oryzae, and Saccharomyces
cerevisiae. Enzyme and Microbial Technology, 40: 138-144.
Karthika, K., Arun, A.B, Rekha, P.D. 2012. Hidrolisis dan karakterisasi enzimatik
biomassa lignoselulosa yang terpapar radiasi sinar elektron. Karbohidrat
Polym. 90: 1038- 1045 .
Kasmiran, A. 2011. Pengaruh Lama Fermentasi Jerami Padi dengan
Mikroorganisme Lokal Terhadap Kandungan Bahan Kering, Bahan
Organik dan Abu. Lentera, 11(1).
Khan, F., Ahmad, S.R., Kronfli, E. 2006. γ -Radiasi menginduksi perubahan fisik
dan sifat kimia lignoselulosa. Biomakromolekul. 7: 2303 -2309
Kheiralla, H.Z., Said, M.B.E., Saad, M.A.M., Douaa, .H.A.A. 2013.Optimization
of Cultural Conditions for Lignin Peroxidase Production Phanerochaete
chrysosporium and Pleurotus Ostreatus. Academia Journal of
Biotechnology, 2315–7747.
Kim, J.Y., Na, C.S., Kim, D.S., Kim, J.B., dan Seo, Y.W. 2015. Efek dari iradiasi
sinar gamma kronis pada lignoselulosa dari Branchypodium distachyon.
Selulosa, 22: 2419-2430.
Kirk, T.K dan Cowling, E.B. 1984. Biological Decomposition of Solid Wood.
Dalam : Rowel, R.M, Editor. The Chemistry of Solid Wood. Washington
DC: American Chemical Society.
Kristensen, J.B. 2009. Enzymatic Hydrolysis of Lignocellulose: Substrate
Interaction and High Solids Loadings. Forest and Landscape Research.
42: 102–111.
Kumar, P., Barret, D.M., Delwiche, M.J., Stroeve, P. 2009. Methods For
Pretreatment Lignoellulosic Biomass For Efficient Hydrolysis And
Biofuel Production. Ind. Eng. Chem. Res. 48: 3713 -3729.
Larasati, T.R.D., Mulyana, N., Nurhasni dan Hasanah, U. 2016. Pengaruh
Radiasi Gamma terhadap Kemampuan Degradasi Lignin Phanerochaete
chrysosporium dan Ganoderma lucidum. Jurnal Sains dan Teknologi
Nuklir Indonesia,17 (1): 21-36.
Lee, H.V., Hamid, S.B.A., dan Zain, S. 2014. Conversion of Lignoselulosic
Biomass to Nanocellulose : Strukture and Chemical Process. The scientific
World Journal,20.
Lehninger. 1982. Dasar Dasar Biokimia. Erlangga. Jakarta.
59
Li, M.Q., Li, J.X., Jiang, L.Y., Xiong, Y.X., Hu, L.Q.,Tan, H.X., Wang, Q.K., dan
Su, J.X. 2016. Analysis Of Degradation Products And Structural
Characterization Of Giant Reed An Chinese Silvergrass Preteated by 60
Co-
Γ Irradiation. Industrial Crops And Products, 307-315.
Lowry, O.H., Rosenbrough, N.J., Farr, A.L. dan Randall, R.J. 1951. Protein
Measurement with the Folin Phenol Reagent. J. Biol. Chem, 193: 265-275.
Lydia, A., Sjarief, S.H., Sutarmi, A., dan Sudrajad, D. 1994. Pengaruh Kapang Iradiasi untuk Produksi Glukosa dari Tepung sagu. Majalah BATAN.
27: 3–4, 25–34.
Mahreni. 2012. Aplikasi dan Peranan Pelarut Ramah Lingkungan Room
Temperature Ionic Liquid, RTIL dalam Proses Konversi Lignoselulosa.
Review. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia, 1693–4393.
Maijala, P., Hakala, T.K ., Salo, V., Lundell, T., Hatakka, A. 2002.
Characteristics of a new white-rot fungus with potential in biopulping.
In: Conference Proceedings of the Workshop of COST E23 Action
Biotechnology in the Pulp and Paper Industry,Biotechnology for
improving pulp and papper processing, November 28–29. Centre
Tehnique du papier, Grenoble, France, p.10.
Mc. Donald, P., R.A. Edward, J.F.D., Greenhalg dan C.A.Morgan. 2002. Animal
Nutrition , 6 th
.edition. Longman Scientific Technical Co. Pumbished in
The United States with John Willey and Sons Inc.New York.
Miller, G. L. 1959. Use of Dinitrosalycylic Acid Reagen for Determination of
Reducing Sugar, Anal. Chem. 31:426.
Monteil- Rivera, F., Phuong, M., Ye, M., Halasz, J., dan Hawari, J. 2013.
Isolation and Characterization of Herbaceous Lignins for Applications In
Biomaterials. Industrial Crops And Products, Green Chemistry, 16(4):
1897-1903.
Mulyana, N., Larasati, T.R.D., Nurhasni., Ningrum, M. 2015. Produksi Enzim
Selulase Dengan Fermentasi Fase Padat Menggunakan Aspergillus Niger
Yang Diiradiasi Gamma Pada Limbah Jerami Padi. Jurnal Ilmiah Aplikasi
Isotop dan Radiasi,11(1).
National Center of Biotechnology Information. 2008. Taxonomy Browser.
Phanerochaete chrysosporium. Retrieved from: https://www.ncbi.nlm. nih.
gov/ taxonomy/?term=phanerochaete+chrysosporiu+m.
Nelson dan Suparjo. 2011. Penentuan Lama Fermentasi Kulit Buah Kakao dengan
Phanerochaete chrysosporium: Evaluasi Kualitas Nutrisi Secara Kimiawi
ARGINAK.1(1): 1-10.
Novia, A.W.R. 2014. Pembuatan Bioetanol Dari Jerami Padi Dengan Metode
Ozonolisis –Simultaneous Saccarification And Fermentation (SSF). Skripsi :
Universitas Sriwijaya.
Oojikaas, L.P., Weber, F.J., Buitelaar, R.M., Tramper, J., dan Rinzema, A.
2000.Trends Biotechnol, 18: 356.
60
Orozco, R.S., Hernandez, P.B., Ramirez, N.F., Morales, G.R., Luna, J.S., dan
Senin- toya, A.J.C. 2012. Radiasi Sinar Gamma Yang Diinduksi Degradasi
Kulit Jeruk. Energi , 5: 3051-3063.
Osvaldo, Z. S., Panca P. S., Faizal, M. 2012. Pengaruh Konsentrasi Asam dan Waktu
Pada Hidrolisis dan Fermentasi Pembuatan Bioetanol dari Alang–Alang.
Universitas Sriwijaya. Jurnal Teknik Kimia ,18(2).
Ottenheim, C., Werner, K.A., Zimmermann, W., Wu, J.C. 2015. Improved
Endoxylanase Prodution and Colony Morphollogy of Aspergillus niger DSM
26641 by γ-ray Induced Mutagenesis. Biochemical Engineering Journal , 94:9-
14.
Pangesti, N.W.I., Arini, P., dan Estu, R.N. 2012. Pengaruh Penambahan Molase
pada Produksi Enzim Xilanase oleh Kapang Aspergillus niger dengan
Substrat Jerami Padi. Bioteknologi, 9(2): 41-48.
Pason, P., K. Ratanakhanokchai dan Kyu K.L. 2003. Multiple Cellulases and
Xylanases of Bacillus circulans B-6. Biotechnology for Sustainable
Utilization of Biological Resources in the Tropics. Proceedings of Project
Seminars in 2000-2003 for JSPS- NCRT/DOST/LIPI/VCC. IC Biotech,
Japan 16: 305-310.
Perez, J., Munoz, J., Dorado, T., De la Rubia dan Martinez, J. 2002.
Biodegradation and biological treatments of cellulose, hemicellulose and
lignin: an overview, Int. Microbiol, 5:53-63.
Praveen, K., Usha, K.Y, Reddy, B.R. 2014 Enhanced Production of Lignolitic
Enzymes by a Mushroom Stereum ostra. Biotechnol Res int: 815495.
Rahayuningsih, M. 2003. Toksisitas dan Aktivitas Dipterosidal Bioinsektisida
Bacillus thuringiensis israelensis Tipe Liar dan Mutan pada Berbagai
Formulasi Media dan Kondisi Kultivasi. Disertasi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Rahmawati, F., Bambang, D. A., Rina, Y. 2013. Pemanfaatan Iradiasi Gelombang
Mikro Untuk Memaksimalkan Untuk Proses Preteatment Degradasi Lignin
Jerami Padi pada produksi Bioetanol. Universitas Brawijaya. Jurnal Bioproses
Komoditas Tropis, 1(1).
Reed, G dan Rehm, H. J. 1983. Biotechnology Vol III : Industrial
Microbiology.Wesport Connecticut: AVI Publishing Company Inc.
Riganakos, K.A. 2010. Food Irradiation Techniques.dalam I.S. Arvanitoyannis
(ed.). Irradiation of Food Commodities. Academic Press, USA.
Roth, H. J dan Gottfried, B. 1994. Analisis Farmasi, Cetakan Kedua ,
diterjemahkan oleh Sardjono Kisman dan Slamet Ibrahim, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Safaria, S., Idiawati, N., dan Zaharah, T.A. 2013. Efektivitas Campuran Enzim
Selulase dari Aspergillus niger dan Tricoderma reesei dalam
menghidrolisis Substrat Sabut Kelapa. JKK, 2 (1): 46–51.
61
Saha, B.C. 2004. Lignocellulose Biodegradation and Application in
Biotechnology. US Government Work. American Chemical Society, 2-14.
Salsabila, U., Diah, M. dan Ellya, I. 2013. Kinetika Reaksi Fermentasi Glukosa
Hasil Hidrolisis Durian Menjadi Etanol. Kimia Student Journal,2 (1).
Saraswati, R.E., Husen dan Simanungkalit. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah,
Halaman 10-18. ISBN:978-602-8039-055. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan, Sumber daya Lahan Pertanian.Yogyakarta.
Sastroamidjojo, H. 1985. Spektroskopi , Edisi I, Liberty , Yogyakarta.
Sasikumar, V., Priya, V.C., Shiv, S dan Sathiah, D.S. 2014. Isolation and
Preliminary screening of lignin degrading microbes On line, Journal of
Academia and Industrial Research, 3: 291-294.
Siagian, R.M., Suprapti, S., Komarayati, S. 2003. Studi Peranan Kapang Pelapuk
Putih dalam proses Biodelignifikasi Kayu Sengon (Paraserianthes
falcataria (L) Nielsen). 2003. J.Ilmu & Teknologi Kayu Tropis, 1(1).
Sjostrom, E. 1995. Kimia Kayu, Dasar-dasar Penggunaan. Edisi 2. Penerjemah:
Sastrohamidjojo. Penyunting: Prawirohatmodjo. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. Terjemahan dari : Wood ; Chemistry.
Sjostrom, E., Alen, R. 1999. Analytical Methods in Wood Chemistry, Pulping and
Papermaking. New York: Springer- Verlag Berlin Heidelerg.
Sokanandi, A., Pari, G., Setiawan, D. dan Saepuloh. 2012. Komponen Kimia
Sepuluh Jenis Kayu Kurang Dikenal: Kemungkinan Penggunaan Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Bioetanol. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 32(3):
209-220
Somda, M.K., Aly, S., Nicolas, B., Philippe, T. dan Alfred, S.T. 2011. Effect of
Minerals Salts in Fermentation Process using Mango Residues as Carbon
Source for Bioethanol Production. Asian of Industrial Engineering,3(1):
29-38
Stewart, J.J., Akiyama, T., Chapple, C., Ralph, J., Mansfield, S.D. 2009. The
Effect On Lignin Structure Of Overexpression Of Ferulate 5-Hydroxylase
In Hybrid Poplar. Plant Physiol, 150: 621-635
Sun, Y. dan Cheng, J. 2002. Hydrolysis of Lignocellulosic Materials for Ethanol
Production: A Review. Bioresource Technol, 83: 1-11.
Suwadji, E. 1980. Pengaruh Lingkungan Substrat pada Proses Kematian
Mikroorganisme Akibat Radiasi Sterilisasi. Jakarta: PAIR-BATAN.
Tien, M., Kirk, T.K. 1984. Lignin Degrading Enzyme from Phanerochaete
Chrysosporium. App. Environ. Microbial, 54:466.
Tissot, C., Grdanovska, S., Barkatt, A., Silverman, J., Al-Sheikhly, M. 2013. On
The Mechanisms Of The Radiation-Induced Degradation Of Cellulosic
Substances. Radiat. Phys. Chem, 84:185-190.
62
Toledano, A., Serrano, L., dan Labidi, J. 2014. Meningkatkan dasar dikatalisasi
lignin depolimerisasi dengan menghindari lignin repolymerization, Fuel
116: 617-624.
Toledano, A., Serrano, L., Pineda, A., Romero, A.A., Luque, R dan Labidi, J.
2014. Depolymerisation Microwave dibantu dari organosolv lignin melalui
ringan hidrogen bebas hidrogenolisis: skrining Catalyst, Terapan Katalisis
B-Lingkungan 145: 43-55.
Tomas, M., Josef P., Petra O., Igor B. 2010.The Using Of Enzymes For
Degradation Of Cellulose Substrate For The Production Of Biogas.
Proceedings of the 37th International Conference of Slovak Society of
Chemical Engineering (SSCHE). Bratislava, Slovak Republic.
Trisnadewi, A. A. A. S., N. L. G., Sumardani, B. R., Tanama Putri, I.G. L. O.
Cakra, dan I G. A. I. Aryani. 2011. Peningkatan Kualitas Jerami Padi
Melalui Penerapan Teknologi Amoniasi Urea Sebagai Pakan Sapi
Berkualitas Di Desa Bebalang Kabupaten Bangli. Udayana Mengabdi.
Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.10(2): 72–74 ISSN:1412-0925
Wan, C., dan Li, Y. 2012. Fungal pretreatment of lignocellulosic biomass.
Biotechnol. Adv, 30(6): 1447- 1457.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi. Bogor : CV Rajawali.
Wenjuan, Q. 2010. High Consistency Enzimatic Hydrolysis Of
Lignocellulose.The Faculty Of Graduate Studies. The University Of
British Colombia .140.
Winarno, F.G. 1986. Enzim Pangan. Gramedia. Jakarta.
Yang, C.1, Shen, Z., Yu, G., dan Wang, J. 2008. Efek dan efek samping dari γ-
radiation pretreatment pada hidrolisis enzimatik jerami gandum
Bioresour. Technol. , 99, 6240-6245.
Yin, Y., dan Wang, J. 2016. Enhancement of Enzymatic Hydrolysis of Wheat
Straw by Gamma Irradiation- Alkaline Preteatment. Radiation Physics
and Chemistry 123,63-67.
Yumas, M dan Rosniati. 2014. Pengaruh Konsentrasi Starter dan Lama
Fermentasi Pulp Kakao Terhadap Konsentrasi Etanol. Biopropal Industri,
5(1) 13-22.
63
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Hasil Penelitian
1. Viabilitas Kapang dalam medium PDB (Starter)
Kapang PC-0 PC-500 PC-1000 PC-1500 PC-2000
Viabilitas,
cfu/ml
5,52x109
7,54x109
6,70x108
7,85x108
5,28x109
2.Aktivitas Enzim Lignin Peroksidase ( LiP )
a. Aktivitas LiP spesifik kapang P. chrysosporium yang diberi perlakuan iradiasi
gamma
No Parameter PC-0 PC-
500
PC-
1000
PC-
1500
PC-
2000
1 Aktivitas
LiP, U/ml
275,35 323,22 538,70 248,90 195,57
2 Protein
terlarut,
mg/ml
0,441 0,406 0,446 0,387 0,446
3 LiP spesifik,
U/mg
624,89a
795,39a
1209,11b
643,52a
438,95a
b. Aktivitas LiP pretreatment NaOH
No Parameter Larutan NaOH
0% 1% 2% 3%
1 Aktivitas LiP,
U/ml
7498a
3001a
12464b
4392a
3. Proses Solid State Fermentation (SSF)
a. Perubahan pH medium SSF terhadap waktu inkubasi
No Perlakuan H-0 H-4 H-8 H-12
1 P0J0 7,40a
7,76b
9,42d
8,77c
2 P0J50 7,64a
7,48a
9,09b
9,36c
3 P0J100 6,57a
8,39b
9,59d
9,01c
4 P1J0 7,40a
7,40a
9,40c
7,77b
5 P1J50 7,43a
8,13b
9,42c
9,49c
6 P1J100 7,07a
7,36b
9,49c
9,66d
64
b. Perubahan kadar air medium SSF terhadap waktu inkubasi
No Perlakuan H-0 H-4 H-8 H-12
1 P0J0 67,08b 65,10
a 67,39
b 67,06
b
2 P0J50 68,10a 67,24
a 67,36
a 57,60
a
3 P0J100 67,96a 66,80
a 66,35
a 65,80
a
4 P1J0 65,55a 66,60
a 67,64
b 67,52
b
5 P1J50 65,76a 67,74
a 67,39
a 66,26
a
6 P1J100 65,23a 72,15
c 67,24
b 68,25
b
c. Perubahan kadar bahan organik medium SSF terhadap waktu inkubasi
No Perlakuan H-0 H-4 H-8 H-12
1 P0J0 72,84bc
72,90c 71,73
b 70,58
a
2 P0J50 75,53c 73,38
b 73,34
b 71,90
a
3 P0J100 75,35c 73,48
b 72,28
a 71,73
a
4 P1J0 72,47b 72,28
b 70,94
a 70,62
a
5 P1J50 75,52c 74,24
b 74,00
b 73,03
a
6 P1J100 75,61c 73,61
b 73,08
b 72,29
a
d. Perubahan kadar ekstraktif medium SSF terhadap waktu inkubasi
No Perlakuan H-0 H-4 H-8 H-12
1 P0J0 8,053a 9,846
a 8,022
a 8,199
a
2 P0J50 7,246a 10,592
c 8,977
b 11,248
c
3 P0J100 6,863a 10,837
b 10,769
b 10,042
b
4 P1J0 8,896a 9,800
a 9,249
a 9,512
a
5 P1J50 8,704a 10,842
b 11,986
b 10,457
b
6 P1J100 7,692a 12,091
c 10,753
b 10,376
b
e. Perubahan kadar hemiselulosa medium SSF terhadap waktu inkubasi
No Perlakuan H-0 H-4 H-8 H-12
1 P0J0 31,714c 25,952
b 23,317
a 27,503
b
2 P0J50 34,343c 29,835
b 22,116
a 28,483
b
3 P0J100 35,520b 32,722
a 28,650
a 28,984
a
4 P1J0 31,558b 31,365
b 29,090
ab 27,575
a
5 P1J50 34,363b 30,438
a 27,825
a 27,391
a
6 P1J100 35,576d 32,534
c 23,827
b 25,744
a
65
f. Perubahan kadar lignin medium SSF terhadap waktu inkubasi
No Perlakuan H-0 H-4 H-8 H-12
1 P0J0 11,633a 10,286
a 9,228
a 7,067
a
2 P0J50 11,137c 10,511
c 9,277
b 5,187
a
3 P0J100 11,635d 10,726
c 5,235
b 3,456
a
4 P1J0 10,747a 9,665
a 7,173
a 6,275
a
5 P1J50 11,361c 9,454
b 7,889
b 4,731
a
6 P1J100 11,085d 8,185
c 3,912
b 1,634
a
g. Perubahan kadar selulosa medium SSF terhadap waktu inkubasi
No Perlakuan H-0 H-4 H-8 H-12
1 P0J0 21,440a 26,816
ab 31,161
b 27,814
b
2 P0J50 22,803a 22,803
a 32,970
c 26,985
b
3 P0J100 21,334b 19,194
a 27,624
c 29,243
d
4 P1J0 21,270a 21,455
a 25,426
ab 27,259
b
5 P1J50 21,091a 23,505
b 26,303
c 30,455
d
6 P1J100 21,252a 20,805
a 34,591
b 34,534
b
h. Perubahan kadar glukosa medium SSF terhadap waktu inkubasi
No Perlakuan H-0 H-4 H-8 H-12
1 P0J0 2,225a 3,937
a 13,350
b 12,152
b
2 P0J50 2,910b 1,883
a 12,324
c 13,864
d
3 P0J100 2,225a 6,162
b 11,810
c 13,008
c
4 P1J0 3,549a 3,423
a 16,089
c 8,729
b
5 P1J50 3,252a 5,306
b 16,774
d 14,720
c
6 P1J100 3,594a 5,306
b 16,945
c 16,260
c
4. Hasil Solid State Fermentation (SSF)
a. Perubahan degradasi bahan organik setelah 12 hari fermentasi padat
No Perlakuan P0J0 P0J50 P0J100 P1J0 P1J50 P1J100
1 Degradasi
bahan organik
3,10ab
4,80c 4,81
c 2,55
a 3,29
ab 4,39
bc
b. Degradasi hemiselulosa dan lignin setelah 12 hari fermentasi padat
No Perlakuan P0J0 P0J50 P0J100 P1J0 P1J50 P1J100
1 Degradasi
hemiselulosa
13,28a 17,06
ab 18,40
ab 12,62
a 20,29
ab 27,64
ab
2 Degradasi
lignin
39,25a 53,43
bc 70,30
d 41,61
ab 58,36
cd 85,26
e
66
c. Peningkatan kadar selulosa setelah 8 dan 12 hari fermentasi padat
No Perlakuan H-8 H-12
1 P0J0 45,34d 29,73
bc
2 P0J50 44,59d 18,34
a
3 P0J100 29,48bc
37,07cd
4 P1J0 19,54a 28,16
b
5 P1J50 24,71ab
44,40d
6 P1J100 62,76e 62,50
e
d. Peningkatan kadar glukosa setelah 8 dan 12 hari fermentasi padat
No Perlakuan H-8 H-12
1 P0J0 500,00e 446,15
cde
2 P0J50 323,53ab
376,47bc
3 P0J100 430,77bcd
484,62 de
4 P1J0 623,08f 292,31
a
5 P1J50 476,47de
405,88cd
6 P1J100 1579,04g 1511,20
g
67
Lampiran 2. Contoh Perhitungan
a. Aktivitas Enzim Lignin Peroksidase (LiP)
Uraian Ulangan PC-0
PC-
500
PC-
1000
PC-
1500
PC-
2000
Faktor pengenceran, kali 1 1 1 1 1
Abs T=0 1 0,475 0,435 0,410 0,465 0,410
2 0,545 0,540 0,460 0,450 0,410
Abs T=30 1 0,490 0,455 0,435 0,475 0,420
2 0,560 0,555 0,490 0,465 0,420
Delta absorbansi 1 0,015 0,020 0,025 0,010 0,010
2 0,015 0,015 0,030 0,015 0,010
Rata – rata 0,015 0,018 0,028 0,013 0,010
Volume total, ml 4 4 4 4 4
Tebal dalam kuvet, cm 1 1 1 1 1
Volume enzim, ml 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Waktu inkubasi,
menit 1 27 30 28 27 27
2 32 28 27 27 28
Rata – rata 29,5 29 27,5 27 27,5
Aktivitas LiP,
U/ml 1 298,69 358,42 480,03 199,12 199,12
2 252,02 288,02 597,37 298,69 192,01
Rerata 275,35 323,22 538,70 248,90 195,57
STDEV 33,00 49,78 82,97 70,40 5,03
68
b. Aktivitas Spesifik LiP
Uraian Ulangan PC-0
PC-
500
PC-
1000
PC-
1500
PC-
2000
Aktivitas LiP, U/ml 1 298,686 358,423 480,031 199,124 199,124
2 252,016 288,018 597,372 298,686 192,012
Kadar protein terlarut, mg/ml 0,441 0,406 0,446 0,387 0,446
Aktivitas LiP spesifik, U/mg 1 678 882 1077 515 447
2 572 709 1341 772 431
Rerata 625 795 1209 644 439
= 678 U/mg
69
c. Kadar Air, Kadar Bahan Organik Dan Abu
Uraian Ulangan G0 G1 G2
W0, g 1 20,2129 19,8700 20,1718
2 21,2616 19,7382 19,5143
W1, g 1 20,7172 20,3727 20,6909
2 21,7686 20,2312 20,0194
W2, g 1 20,6930 20,3398 20,6557
2 21,7410 20,2012 19,9844
W3, g 1 20,3455 19,9864 20,2895
2 21,3896 19,8501 19,6317
Bb
sampel,
g 1
0,5043 0,5027 0,5191
2 0,5070 0,4930 0,5051
Bk
sampel,
g 1
0,4801 0,4698 0,4839
2 0,4794 0,4630 0,4701
Abu
sampel,
g 1
0,1326 0,1164 0,1177
2 0,1280 0,1119 0,1174
Kadar
air, % 1 4,80 6,54 6,78
2 5,44 6,09 6,93
Rerata 8,62 5,83 5,58
Kadar
bahan
organik,
% 1
72,38 75,22 75,68
2 73,30 75,83 75,03
Rerata 72,66 75,84 75,48
Kadar
abu, % 1 27,62 24,78 24,32
2 26,70 24,17 24,97
Rerata 27,34 24,16 24,52
70
71
d. Kadar Ekstraktif
Uraian Ulangan
0 4
BK sampel (a) 1 1,0099 1,0532
2 1,0981 1,5115
W0, g 1 49,0662 49,1283
2 49,3498 50,1931
W1, g 1 49,9986 50,0778
2 50,3553 51,5179
Sampel bebas ekstraktif (SBE), g (b) 1 0,9324 0,9495
2 1,0055 1,3248
Ekstraktif, g (c) 1 0,0775 0,1037
2 0,0926 0,1867
BK : SBE, kali 1 1,0831 1,1092
2 1,0921 1,1409
Rerata 1,088 1,125
Kadar bahan organik BK, % 72,84 72,90
Bahan organik BK, g 1 0,7356 0,7678
2 0,7999 1,1019
Bahan organik SBE, g 1 0,6581 0,6641
2 0,7073 0,9152
Kadar bahan organik SBE, % 1 70,5829 69,9407
2 70,3391 69,0813
Rerata 70,4610 69,5110
Kadar ekstraktif, % bk sampel 1 7,674 9,846
2 8,433 9,846
Rerata 8,053 9,846
72
e. Kadar hemiselulosa
Uraian Ulangan
0 4
SBE, g (a) 1 1,0034 1,0046
2 0,9964 1,0871
SBEH, g (b) 1 0,6573 0,7012
2 0,6814 0,7806
Hemiselulosa, g (c) 1 0,3461 0,3034
2 0,3150 0,3065
BK : SBE, kali 1,088 1,125
BK sampel, g (d) 1 1,0913 1,1302
2 1,0837 1,2231
BK : SBEH, kali 1 1,6603 1,6119
2 1,5904 1,5668
Rerata 1,6253 1,5894
Kadar hemiselulosa, % bk sampel 1 31,714 26,844
2 31,714 25,060
Rerata 31,714 25,952
73
f. Kadar lignin
Uraian Ulangan
0 4
SBEH, g 1 0,4080 0,4070
2 0,4083 0,4071
LA, g (a) 1 0,1357 0,1353
2 0,1358 0,1354
Abu, g (b) 1 0,0739 0,0869
2 0,0586 0,0507
Lignin, g (c) 1 0,0618 0,0484
2 0,0772 0,0847
BK : SBEH, kali 1,625 1,589
BK sampel, g (d) 1 0,6631 0,6469
2 0,6636 0,6470
Kadar lignin, % bk sampel 1 11,633 7,482
2 11,633 13,091
Rerata 11,633 10,286
74
g. Kadar selulosa
Uraian Ulangan
0 4
Kadar ekstraktif, % bk sampel (a) 8,053 9,846
Kadar hemiselulosa, % bk sampel (b) 31,714 25,952
Kadar lignin, % bk sampel (c) 1 11,633 7,482
2 11,633 13,091
Kadar abu, % bk sampel (d)
27,160 27,100
Kadar selulosa, % bk sampel 1 21,440 29,620
2 21,440 24,012
Rerata 21,440 26,816
75
h. Kurva Standar Glukosa
Kurva standar glukosa (D-glukosa monohidrat)
Uraian Ulangan I II III IV V VI
Kadar glukosa, mg/ml
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Absorbansi pada 540 nm 1 0.00 0.12 0.21 0.38 0.46 0.58
2 0.00 0.10 0.21 0.39 0.47 0.58
Rerata 0.00 0.11 0.21 0.38 0.47 0.58
Kurva standar :
Absorbansi pada 540 nm 0.0 0.1 0.2 0.4 0.5 0.6
Glukosa, mg/ml 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Uraian Ulangan G0F1
0 4 8 12
Bk sampel, g
0,3000 0,2000 0,1000 0,2000
Akuades, ml
12 8 4 8
Faktor
pengenceran, kali 1 1 1 1
Absorbansi pada
540 nm 1 0,030 0,060 0,210 0,180
2 0,035 0,055 0,180 0,175
Slope kurva
standar (a) 1,7116 1,7116 1,7116 1,7116
Glukosa, mg/ml 1 0,051 0,103 0,359 0,308
2 0,060 0,094 0,308 0,300
Glukosa, mg/g 1 2,054 4,108 14,377 12,324
2 2,396 3,766 12,324 11,981
Rerata 2,225 3,937 13,350 12,152
(
)
y = 1.7116x
R² = 0.9931
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Glu
kosa
, m
g/m
l
Absorbansi pada 540 nm
Kurva standar glukosa (D-glukosa monohidrat)
76
i. Kurva Standar Protein Terlarut
Kadar protein, µg/ml 0 50 100 200 400 600 800
Absorbansi pada 600
nm 1 0,000 0,051 0,100 0,200 0,420 0,630 0,810
2 0,000 0,050 0,110 0,220 0,410 0,600 0,810
Rerata 0,000 0,051 0,105 0,210 0,415 0,615 0,810
Kurva standar :
Kadar protein, µg/ml 0,00 0,05 0,11 0,21 0,42 0,62 0,81
Absorbansi pada 600 nm 0 50 100 200 400 600 800
Uraian Ulangan PC-0 PC-500
PC-
1000
PC-
1500
PC-
2000
Pengenceran, kali
1 1 1 1 1
Absorbansi 1 0,450 0,410 0,455 0,415 0,420
2 0,450 0,420 0,455 0,375 0,490
Slope kurva standar (a)
979,2 979,2 979,2 979,2 979,2
Kadar protein terlarut, µg/ml 1 440,64 401,47 445,54 406,37 411,26
2 440,64 411,26 445,54 367,20 479,81
Kadar protein terlarut,
mg/ml 1 0,441 0,401 0,446 0,406 0,411
2 0,441 0,411 0,446 0,367 0,480
Rerata 0,441 0,406 0,446 0,387 0,446
y = 979.28x
R² = 0.9998
0
200
400
600
800
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80
Pro
tein
ter
laru
t, µ
g/m
l
Absorbansi pada 600 nm
Kurva standar protein terlarut
77
Lampiran 3. Data Uji Statistik IBM SPSS 20.0
1. Pengaruh Dosis Iradiasi Gamma terhadap Aktivitas LiP Spesifik kapang
P. chrysosporium ANOVA VAR00006
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 672576.523 4 168144.131 9.493 .015
Within Groups 88558.230 5 17711.646
Total 761134.753 9
VAR00006
Duncan
BB N
Subset for alpha = .05
1 2
00 2 438.9500
0 2 624.8900
1500 2 643.5250
500 2 795.3900
1000 2 1209.1050
Sig. .050 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
2. Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Aktivitas LiP kapang P.
chrysosporium dalam medium SSF Substrat Jerami Padi ANOVA
VAR00006
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 73273443.3
75 3 24424481.125 10.465 .023
Within Groups 9335263.50
0 4 2333815.875
Total 82608706.8
75 7
Duncan
BB N
Subset for alpha = .05
1 2
3% 2 4392.5000
1% 2 5962.5000
0% 2 7497.5000
2% 2
12464.0000
Sig. .117 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
78
3. Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Lignin Selama Proses Delignifikasi
setelah 12 hari ANOVA VAR00006
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 3071.374 5 614.275 21.623 .001
Within Groups 170.447 6 28.408
Total 3241.821 11
VAR00006
Duncan
BB N
Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5
J0P0 2 39.2500
J1P0 2 41.6050 41.6050
J0P50 2 53.4250 53.4250
J1P50 2 58.3600 58.3600
J0P100 2 70.2950
J1P100 2 85.2600
Sig. .674 .068 .390 .066 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
4. Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Hemiselulosa Selama Proses
Delignifikasi setelah 12 hari ANOVA VAR00006
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 300.114 5 60.023 2.973 .109
Within Groups 121.127 6 20.188
Total 421.241 11
VAR00006
Duncan
BB N
Subset for alpha = .05
1 2
J1P0 2 12.6200
J0P0 2 13.2800
J0P50 2 17.0650 17.0650
J0P100 2 18.4000 18.4000
J1P50 2 20.2900 20.2900
J1P100 2 27.6350
Sig. .156 .067
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
79
5. Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Selulosa Pada Hari ke-8 Proses
Delignifikasi
ANOVA
VAR00006
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2599.698 5 519.940 26.006 .001
Within Groups 119.959 6 19.993
Total 2719.657 11
VAR00006
Duncan
BB N
Subset for alpha = .05
1 2 3
J1P0 2 19.5400
J1P50 2 24.7100
J0P100 2 29.4850
J0P50 2 44.5900
J0P0 2 45.3400
J1P100 2 62.7600
Sig. .075 .872 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
6. Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa Pada Hari ke-8 Proses
Delignifikasi
ANOVA
VAR00006
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2141837.36
8 5 428367.474 429.782 .000
Within Groups 5980.258 6 996.710
Total 2147817.62
6 11
VAR00006
Duncan
BB N
Subset for alpha = .05
1 2 3 4
J0P50 2 323.5250
J0P100 2 430.7700
J1P50 2 476.4750
J0P0 2 500.0000
J1P0 2 623.0750
J1P100 2 1579.0400
Sig. 1.000 .079 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
81
P. chrysosporium 1000 Gy Substrat setelah diiradiasi
Kadar Ekstraktif Kadar hemiselulosa
Kadar Lignin Kadar Abu
(0kGy) (50 kGy) (100kGy
)
Uji Protein terlarut Uji Glukosa
Uji Aktivitas enzim Fermentasi Padat Substrat Jerami Padi
BIODATA MAHASISWA
IDENTITAS PRIBADI
Nama Lengkap : Anisa Ulfatu Aeni
Tempat Tanggal Lahir : Cilacap, 31 Maret 1995
NIM : 1113096000011
Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
Alamat Rumah : Jl. Cut Mutiah Kp. Rawa Panjang RT
01 RW 03 Kel Sepanjang Jaya Kec.
Rawa Lumbu Kota Bekasi
Telp/HP. : 081381686245
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
Sekolah Dasar : SDN Ciporos 07
Lulus tahun 2007
Sekolah Menengah Pertama : MTS Al- Islam Cijantung
Lulus tahun 2010
SLTA/SMK : MAN Cijantung
Lulus tahun 2013
Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Masuk tahun 2013
PENDIDIKAN NON FORMAL
Kursus/Pelatihan
1. Sistem Managemen Mutu
Berbasis ISO 9001: 2008
: No. Sertifikat 067/ISP-S/V/2017
2. Sistem Managemen Mutu
Berbasis ISO 17025: 2005
: No. Sertifikat 068/ISP-S/III/2017
3. Keamanan dan Keselamatan Kerja
di Laboratorium Kimia
:
No. Sertifikat -
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Himpunan Mahasiswa Kimia : Jabatan Staff Ahli Kerohanian Islam
Tahun 2014 s/d 2015
2. Himpunan Mahasiswa Kimia : Jabatan Menteri Kerohanian Islam
Tahun 2015 sd 2016
PENGALAMAN KERJA
1. Praktek Kerja Lapangan (PKL) : Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi
(PAIR) BATAN / 2016
Judul PKL “Biosorpsi Cd (II) dan Cr
(IV) dengan Inokulan Fungi
Phanerochaete chrysosporium”
SEMINAR/LOKAKARYA
1. Seminar Nasional Biokimia : Bulan/Tahun Mei/2014
Sertifikat ada
2. Keamanan dan Keselamatan Kerja
di Laboratorium Kimia, dan
Pengenalan Android untuk
Pembelajaran Kimia di
Laboratorium
: Bulan/Tahun September/2013
Sertifikat ada